kumpulan bhisama sabha pandita parisada hindu … · 2020. 5. 18. · kumpulan bhisama sabha...

56
KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3, Slipi Jakarta Barat 11480 Phone. (021) 5330414 Fax. (021) 588114 Email: [email protected] Website: www.phdi.or.id

Upload: others

Post on 20-Aug-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

KUMPULAN

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Sekretariat:

Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3, Slipi – Jakarta Barat 11480

Phone. (021) 5330414 Fax. (021) 588114

Email: [email protected] Website: www.phdi.or.id

Page 2: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | ii

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………….…………………….…..… ii

Bhisama tentang Kesucian Pura ….…………….…….. 1

Bhisama tentang Dana Punya ………………….……... 6

Bhisama tentang Sadaka …………………………….... 21

Bhisama tentang Pengamalan Catur Varna ……….….. 25

Bhisama tentang Diksa Dvijati ………………….……. 37

Bhisama tentang Tata Penggunaan Sumber Daya Hayati

Langka ……………………….……………… 42

Page 3: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 1

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Nomor: 11/Bhisama/l/PHDIP/1994

t e n t a n g

BHISAMA KESUCIAN PURA

Atas Asung Kertha Waranugraha Hyang Widhi Wasa

Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia

Menimbang : Bahwa dengan semakin berkembangnya

Pembangunan Nasional pada umumnya dan

pembangunan kepariwisataan pada

khususnya dan demi terjaminnya kesucian

Pura dengan kawasan sucinya disatu pihak

dan tetap berlangsungnya Pembangunan

Nasional dan Daerah dilain pihak.

Mengingat : Anggaran Dasar Parisada Hindu Dharma

Indonesia Bab. IX Pasal 28, Pasal 29, Pasal

33 dan Pasal 34.

Mendengar : Hasil musyawarah para anggota Pesamuhan

Sulinggih dan Pesamuhan Walaka serta

Pengurus Harlan Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat pada tanggal 25 Januari

1994 di Universitas Hindu Indonesia dengan

acara membahas Kesucian Pura bagi umat

Hindu.

Memperhatikan : Aspirasi Umat Hindu yang berkembang

tentang Kesucian Pura

Page 4: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 2

MEMUTUSKAN

Menentapkan :

A. PENDAHULUAN

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat senantiasa mendukung

kebijaksanaan pemerintah dalam Pembangunan Nasional

sebagaimana ditegaskan di dalam GBHN tahun 1993. Bahwa

Pembangunan jangka panjang 25 tahun tahap ke II merupakan

proses berlanjut, peningkatan, perluasan, dan pembaharuan dari

Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun Tahap I.

Dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap ke II Bangsa

Indonesia memasuki proses tinggal landas menuju terwujudnya

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Pembangunan

Nasional kecenderungan–kecenderungan yang diperkirakan

timbul khususnya yang berdampak negatip periu diwaspadai, dan

kendala- kendala yang muncul periu ditanggulangi secara dini,

tepat dan benar.

Mengingat Bangsa Indonesia akan segera memasuki tahap tinggal

landas dan meningkatnya kemajuan Industrialisasi dan Globalisasi

yang ditunjang oleh kemajuan llmu Pengetahuan dan Teknologi,

dimana Bali merupakan daerah wisata yang utama.

Untuk menjamin kelancaran Pembangunan Nasional maka

dibutuhkan landasan- landasan Pembangunan Agama Hindu dan

kebudayaan secara kuat dan ampuh. Umat Hindu dituntut agar

mampu mengantisipasi masalah-masalah yang merupakan

dampak negatip akibat dari Pembangunan itu sendiri. Hal ini

sangat penting mengingat masyarakat Hindu Indonesia khususnya

Page 5: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 3

Hindu di Bali bersifat sosial keagamaan. Oleh karena itu maka

periu pengkajian-pengkajian secara mendalam dan terarah.

B. UMUM

1. Agama Hindu dalam kitab sucinya yaitu Weda-weda telah

menguraikan tentang apa yang disebut dengan tempat-tempat suci

dan Kawasan Suci, Gunung, Danau, Campuan (pertemuan

sungai), Pantai, Laut dan sebagainya diyakini memiliki nilai- nilai

kesucian. Oleh karena itu Pura dan tempat- tempat suci umumnya

didirikan ditempat tersebut, karena ditempat orang-orang suci dan

umat Hindu mendapatkan pikiran-pikiran suci (wahyu).

2. Tempat–tempat suci tersebut telah menjadi pusat- pusat

bersejarah yang melahirkan karya- karya besar dan abadi lewat

tangan orang-orang suci dan para Pujangga untuk kedamaian dan

kesejahteraan umat manusia. maka didirikanlah Pura-Pura Sad

Khayangan, Dang Khayangan, Khayangan Tiga, dan Iain-lain,

Tempat-tempat suci tersebut memiliki radius kesucian yang

disebut daerah kekeran dengan ukuran Apeneleng, Apenimpug,

dan Apenyengker. Untuk Pura Sad Khayangan dipakai ukuran

Apeneleng Agung (minimal 5 Km dari Pura), untuk Dang

Khayangan dipakai ukuran Apeneleng Alit (minimal 2 km dari

Pura), dan untuk Khayangan Tiga dan Iain-lain dipakai ukuran

Apenimpug atau Apenyengker.

3. Mengingat perkembangan pembangunan yang semakin pesat, dan

Umat Hindu yang bersifat sosial keagamaan maka kegiatan

pembangunan mengikutsertakan Umat Hindu disekitarnya, mulai

dari perencanaan pelaksanaan dan pengawasan, demi kelancaran

pembangunan tersebut. Agama Hindu menjadikan umatnya

Page 6: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 4

menyatu dengan alam lingkungan, oleh karena itu konsepsi Tri

Hita Karana wajib diterapkan dengan sebaik- baiknya. Untuk

memelihara keseimbangan antara pembangunan dan tempat suci,

maka tempat-tempat suci (pura) perlu dikembangkan untuk

menjaga keserasian dengan lingkungannya.

4. Berkenaan dengan terjadinya perkembangan pembanugnan yang

semakin pesat, maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan. Didaerah Radius kesucian

pura (daerah kekeran) hanya boleh ada bangunan yang terkait

dengan kehidupan keagamaan Hindu, misalnya didirikan

Dharmasala, Pasraman dan Iain-lain, bagi kemudahan umat Hindu

metakukan kegiatan keagamaan (misalnya Tirta yatra, Dharma

Wacana, Dharma Githa, Dharma Sedana dan Iain-lain).

C. KHUSUS

1. Menyadari bahwa suksesnya pembinaan umat Hindu dan

kebudayaan menyebabkan keberhasilan pariwisata budaya, maka

diperlukan adanya kerjasama yang sebaik- baiknya antara instansi

kepariwisataan dengan PHDI dan lembaga adat.

2. Perlu diadakan pengkajian ulang yang lebih mendalam terhadap

segala aktivitas pembangunan yang ada di kawasan suci Tanah

Lot untuk menjaga kelestarian dan kesucian sesuai dengan

ketentuan di atas.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Page 7: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 5

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 25 Januari 1994

PENGURUS

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Ketua Umum

ttd

IDA PEDANDA PUTRA TELAGA

Sekretaris Jenderal

ttd

DRS. IDA BAGUS SUYASA NEGARA

Page 8: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 6

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Nomor: 0l/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002

t e n t a n g

DANA PUNYA

Atas Asung Kertha Waranugraha Hyang Widi Wasa

Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma lndonesia

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung program

kegiatan pembinaan umat untuk

meningkatkan kualitas Sraddha dan Bhakti

umat Hindu Indonesia, maka dipandang

perlu mengadakan dana lestari melalui

gerakan nasional dana punya dikalangan

umat Hindu Indonesia;

b. bahwa kegiatan dana punya merupakan

salah sate ajaran agama Hindu yang patut

dilaksanakan sebagai wujud Bhakti umat

Hindu sesuai dengan hukum agama Hindu

yang bersifat wajib; dan

c. bahwa untuk melaksanakan kegiatan dana

punya ini dipandang perlu mengeluarkan

Keputusan Bhisama Sabha Pandita

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha VII Parisada Hindu

Dharma Indonesia tahun 2001 Nomor: 1/

Page 9: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 7

Tap/M. Sabha/VIII/2001 tentang Anggaran

Dasar dan Anggaran Rum air Tangga

Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha VIII Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor: I

I/TAP/M.Sabha VIII/2001 tentang

Program Kerja Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

3. Surat Keputusan Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat Nomor: 43/KEP/Parisada-

Pusat/V/2000 tanggal 18 September 2000

tentang Kegiatan dana punya umat.

Memperhatikan : Usul-usul Sabha Walaka dan hasil

pembahasan Sabha Pandita Parisada Hindu

Dharma Indonesia Pusat pada Pesamuhan

Agung tanggal 26 - 28 Oktober 2002.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA

INDONESIA PUSAT TENTANG

DANA PUNYA

Pertama : Dana punya merupakan salah satu ajaran

agama Hindu yang mesti ditaati oleh

seluruh umat Hindu sebagai suatu

kewajiban suci.

Kedua : Menugaskan kepada Pengurus Harian

Page 10: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 8

Parisada Hindu Dhanna Indonesia Pusat

imtuk memasyarakatkan Bhisama Tentang

dana punya, sesuai penjelasan dalam

lampiran Bhisama ini kepada seluruh umat

Hindu di Indonesia dan para sim patisan.

Ketiga : Menugaskan kepada Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

untuk menyelenggarakan kegiatan

pengumpulan dana punya di lingkungan

umat Hindu dan simpatisan, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Merencanakan sistem dan mekanisme

penyelenggaraan secara efektif dan efisien.

b. Menyelenggarakan sistem manajemen

pengelolaan yang sehat, transparan dan

accountable.

c. Melaksanakan pelaporan secara periodik

kepada Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia dan mempublikasikan

kepada umat Hindu Indonesia.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Bhisama ini disampaikan kepada Ketua Umum Pengunis Harian

Parisada Hindu Dhanna Indonesia Pusat untuk dilaksanakan.

Ditetapkan di : Mataram, NTB

Page 11: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 9

Pada tanggal : 28 Oktober 2002

SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa,

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Wakil Dharma Adhyaksa,

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka

Page 12: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 10

Lampiran:

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Nomor: 0l/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002

Tentang Dana Punya

DANA PUNYA

A. Pengertian

Salah satu ajaran agama Hindu yang harus dihayati dan diamalkan

untuk tegaknya Dharma ialah ajaran dana punya. Kata dana punya

berarti pemberian dengan tulus sebagai salah satu bentuk

pengamalan ajaran Dhanna. Pemberian tersebut dapat berupa

nasehat/wejangan atau petunjuk hidup, yang mampu mengubah

kehidupan seseorang menjadi lebih baik (Dharmadana), bempa

pendidikan (Vidyadana) dan bempa harta benda (Arthadana) yang

bertujuan untuk menolong atau menyelamatkan seseorang atau

masyarakat. Ajaran dana punya ini mempunyai peranan yang

penting dan hams menjadi kenyataan untuk dilaksanakan sebagai

salah satu wujud dan Dharma, seperti diamanatkan dalam

Wrhaspati Tattwa 26, yakni Sila (tingkah laku yang baik), Yajna

(pengorbanan), Tapa (pengendalian diri), Dana (pemberian),

Prawjya (menambah ilmu pengetahuan suci), Diksa (penyucian

diri/Dvijati) dan Yoga (menghubungkan diri dengan Tuhan Yang

Maha Esa). Setiap umat Hindu hendaknya secara utuh dapat

mengamalkan ajaran Dhanna (agama) tersebut.

Tujuan pokok dan ajaran dana punya adalah untuk menumbuh-

kembangkan sikap mental yang tulus pada diri pnibadi umat

manusia dalam melaksanakan ajaran Wairagya yaitu: ajaran

Page 13: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 11

ketidak terikatan (keikYilasan) pada diri seseorang. Istilah

berdana ini lazim disebut ajaran dana punya umumnya dalam

bentuk materi bempa benda-benda bergerak dan benda-benda tak

bergerak seperti tanah labhapura atau tanah bukti dan lain-lain.

Ajaran dana punya bertujuan untuk membimbing manusia menuju

kesempumaan laliir bathin yang akan mengantar manusia

mencapai surga dan bahkan mencapai Moksa (kalepasan,

bersatunya Sang Diri dengan Tuhan Yang Maha Esa), oleh karena

ajaran ini mempakan salah satu bagian dari 7 jenis perwujudan

Dharma, maka menumt hukum Hindu, ajaran dana punya ini

wajib hukumnya, wajib dilaksanakan oleh setiap umat manusia.

Ajaran dana punya dilandasi oleh ajaran Tattvam asi, yang

memandang setiap orang seperti diri kita sendiri yang

memerlukan pertolongan, bantuan atau perlindungan untuk

mewujudkan kebahagiaaan hidup yang sejati, seperti diamanatkan

dalam kitab suci Veda, "vasiidhaivakutumbakam" semua makhluk

adalah bersaudara.

B. Sabda Suci Tuhan Yang Maha Esa tentang Dana punya

Sumber-sumber ajaran dana punya adalah kitab suci Veda yang

mempakan wahyu Tuhan Yang Maha Esa dan sumber tertinggi

ajaran agama Hindu, serta yang terkandung dalam susastra Hindu.

Dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu terkandung ajaran-

ajaran sebagai berikut:

"Semoga kita dapat mengabdikan din kita menjadi isrtument

Tuhan YangMaha Esa dan dapat membagikan kebemntungan kita

kepada orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan".

(Rg. Veda. 1.15.8).

Page 14: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 12

"Hendaknya mereka memperoleh kekayaan dengan kejujuran dan

dapat memberikan kekayaannya itu dengan kemurahan had,

mereka tentunya akan dihargai oleh masyarakat. Semogalah

mereka tekun bekerja dan meyakini keria itu sebagai bakti kepada

Tuhan YangMaha Esa". (Rg.Veda 1.15.9).

"Orang-orang yang dermcrwan menghuni tempat yang tinggi di

sorga. Orang yang tidak picik yang mendermakan kuda,

memperoleh tempat di alam Surga. (Rg.Veda X. 107.2).

"Orang-orang yang dermawan, tidak pemah mati, tidak

menderita karena malapetaka, juga tidak binasa". (Rg.Veda X.

107.8).

"Orang yang bijak yang suka berderma memancarkan cahaya

kesucian dan memperoleh kekuasaan-Nya" (Rg.Veda 1.125.5).

"Tuhan YangMaha Esa menurunkan anugrah yang mengagumkan

kepada orang yang pemurah, suka berdana punia yang dilandasi

dengan ketulusan had. Mereka memperoleh keabadian, rahmat-

Nya kejayaan danpanjang usia". (Rg.Veda L 125.6).

"Tuhan YangMaha Esa tidak akan memberikan anugrah kepada

orang-orang yang memperoleh kekayaan dengan tidak jujur.

Demikian pula yang tidak mendermakan sebagian miliknya

kepada orang-orang miskin dan yang sangat memerlukan. Tuhan

Yang Maha Kuasa akan mengambil kekayaan milik orang-orang

yang tamak dan menganugerahkannya kepada orang-orang yang

dermawan". (Rg.Veda V. 34.7).

"Tuhan Yang Maha Esa akan mengambil kekajaan mereka yang

suka memeras bawahan dan orang-orang disekitanya. Demikian

Page 15: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 13

pula mereka yang tidak membagikan kekayaannya kepada

pekerja-pekerja yang ulet membanting tulang". (Rg.Veda V42.9).

"la yang hanya mementingkan diri dan menikmad makanan untuk

dirinya sendiri dan menolak memberikan kepada orang-orang

yang miskin dan sangat kelaparan sesungguhya ddaklah pantas

dijadikan sahabat". (Rg.Veda XI.17.5).

"Hendaknya kekayaan dan kebemntungan dapat didermakan

kepada orang-orang miskin dan benar-benar memerlukan.

Hendaknya mereka dapat memandang jalan kehidupan yang

benar. Roda kereta pembawa kekayaan tidak pemah berhend.

Kekayaan berlimpah satu hari dan bertambah terns pada hari-

hari selanjutnya. Hendaknya setiap orang sadar untuk menolong

orang sedap hari". (Rg.Veda X. 117.5).

"Berdermalah untuk tujuan yang baik dan jadikanlah

kekayaanmu bermanfaat. Kekayaan yang didermakan untuk

tujuan luhur tidak pemah hilang. Tuhan Yang Maha Esa

memberikan jauh lebih banyak kepada yang mendermakan

kekayaan untuk kebaikan bersama". (Atharwa Veda HI. 15.6).

"Hendaknya bekerjalah kamu seperti dengan seratus tanganmn

dan mendermakan hasilnya dengan seribu tanganmu. Bila kamu

bekerja dengan kesungguhan dan kejujuran, hasil yang akan

diperolleh akan berlimpah ruah, beribu kali. Bagi yang

mendermakannya, sesuai dengan keperluannya, Tuhan

YangMaha Esa akan menganugerahkan rahmat-Nya". (Atharva

Veda IIL24.5).

"Wahai umat manusia, bekerja keraslah kamu sekuat tenaga, usir

jauh-jauh sfat-sifaimu yang membuat kamu melarat dan sakit.

Hendaknya kekayaan yang kamu peroleh dengan kejujuran dapat

Page 16: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 14

bermanfaat bagi masyarakat. Arahkanlah uniuk perbuatan-

perbuatan baik dan kesejahteraan masyarakat". (Atharva Veda

VI.81.1).

"Hanyalah seseorang yang senang mendermakan makanan

kepada yang lain apakah kepada cendekiawan, pinandita, orang-

orang miskin atau peminta-minta dan orang-orang cacat

menikmati makanan yang telah dipersembahkan. Orang yang

demikian selalu memperoleh rakhmat-Nja. Ia dapat mengubah

musuhnya menjadi sahabatnya yang sejati". (Rg. Veda X. 117.4).

"Semogalah kebaikan bagi penyembah yang tulus tidak pernah

menderita. Hari-harinya penuh dengan kegembiraan, kesedihan

tidak akan pemah menyentuh mereka. Seseorang yang suka

mendenna dan senantiasa jujur tidak pemah menyesal dan putus

asa". (Rg. Veda 1.125.7).

Dalam kitab Manavadharmasastra, terkandung ajaran sebagai

berikut:

"Seorang kepala keluarga hams memberi makan sesuai

kemampuannya kepada mereka yang tidak menanak dengan

sendirinya (yaitu pelajar dan pertapa) dan kepada semua

makhluk. Seseorang hendaknya membagi-bagikan makanan tanpa

mengganggu kepentingannya sendiri". (Manawadharmasastra

IV.32).

"Bagi mereka yang berumah tangga, bila mampu hendaknya

berdana punia kepada mereka yang tidak memasak makanan dan

makhluk lain yang memerlukan". (Manawadharmasastra IV.

33).

Page 17: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 15

"Walaupun harta itu dperoleh sesuai menurut hukum (dharma)

tetapi bila tidak didermakan (disedekahkandiamalkan) kepada

yang layak akan terbenam ke kawah neraka".

(Manawadharmasastra IV.193).

"Hendaknya tidak jemu-jemunya ia berdana punia dengan

memberikan hartanya dan mempersembahkan sesajen dengan

penuh keyakinan. Memperoleh harta dengan cara yang benar dan

didermakan akan memperoleh tempat tertinggi (Moksa)".

(Manawadharmasastra IV.226).

"Ia yang berderma air akan memperoleh kepuasan, berderma

makanan akan memperoleh pahala kenikmatan, yang berderma

biji-bijian akan memperoleh ketumnan, dan yang berderma

mampu akan memperolehpengetahuan,yang sempuma".

(Manawadharmasastra IV. 229).

"Yang berderma tanah akan memperoleh dunia yang layak

baginya, berderma emas memperoleh umur panjang, berderma

rumah akan memperoleh karunia yang agung, yang berderma

perak akan memperoleh keindahan". (Manawadharmasastra IV.

230).

"Yang berderma pakaian akan memperoleh dunia yang layak di

alam ini dan di bulan nanti, yang berderma kuda memperoleh

kedudnkan seperti dewa Asvina, yang berderma kerbau akan

memperoleh keberuntungan dan yang berderma lembu akan

mencapai suryaloka (Sorga)". (Manawadharmasastra IV. 231).

"Apapun juga niatnya untuk berdana punia pahala itu akan

diperolehnya di kemudian hari". (Manawadharmasastra IV.

234).

Page 18: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 16

"la yang dengan hormat menerima pemberian dana punia ia

dengan tulus memberikannya keduanya mencapai sorga, dan

apabila pemberian dan penerimaannya iidak tulus akan jatuh ke

neraka". (Manawadharmasastra IV. 235).

Dalam kitab Sarasamuccaya terkandung ajaran-ajaran sebagai

berikut:

"Barang siapa yang memberikan dana punia maka ia sendirilah

yang akan meuikmati buah (pahala) dan kebajikannya itu".

(Sarasamuccaya 169).

"Adapun yang disebut dana punia adalah nasehat (wejangan)

para pandita, sifat yang tidak dengki, taat melakukan Dharma,

sebab bila semua itu dilakukan dengan tekun, ia akan

memperoleh keselamatan sebagai pahala dan dana punia".

(Sarasamuccaya 170).

"Maka hasil pemberian dana punia melimpah-limpah adalah

diperolehnya berbagai kenikmatan dunia lain (sesudah mati),

akan pahala pengabdian kepada orang tua adalah diperolehnya

hikmah kebijaksanaan yaitu kewaspadaan dan kesadaran, sedan

gkan pahala dan ahimsa karma ialah panjang usia, demikianlah

sabda Maha Yogi (Bhatara)". (Sarasamuccaya 171).

"Kekayaan seseorang datang dan pergi (mengalami pasang

surut), bila tidak dipergunakan untuk berdana punia, maka mati

namanya, hanya karena bemafas bedanya, seperti halnya puputan

pandai besi", (Sarasamuccaya 179).

Page 19: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 17

C. Dana Punia Lebih Utama Dibandingkan Dengan Upacara

Yajna

Memperhatikan terjemahan sabda suci Tuhan Yang Maha Esa

yang terhimpun dalam Kitab Veda maupun susastra EUndu

lainnya, maka yang menjadi landasan filosofis dilaksanakannya

dana pimia adalah ajaran suci tentang kesatuan (advaitavada)

yang memandang segala sesuatimya berporos pada keagungan

dan kemahakuasaan Hyang Widlri Wasa, Tuhan Yang Maha Esa

sebagai satu kesatuan. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan umat

manusia dan semua makhluk lainnya dalam sam "lila" atau

"krida" dan semua makhluk tunduk kepada ajaran dan hukum-

Nya, oleh karena manusia dituntut untuk menjadi instrumen-Nya

(Vaidikapaurusam) serta melaksanakan tugas dan kewajibannya

(svadharma) dengan sebaik-baiknya. Demikianlah dana punia

merupakan satu ajaran untuk mewujudkan kebenaran, kesucian

dan keharmonisan (satyam-siwamsundaram), karena itu setiap

orang memiliki tanggimg jawab untuk mewujudkan ajaran dana

punia tersebut.

Dalam Bhagavadgita XVIII.5 dinyatakan bahwa: "Seseorang

jangan pemah berhenti melaksanakan Yajna, Tapa dan Dana,

karena ketiganya akan menyucikan seseorang". Oleh karena itu

fungsi dari dana punia yang utama adalah untuk menyucikan diri,

sebab dengan kesucian diri pahala dan dana punia akan dapat

diwujudkannya.

Dalam kitab suci Manavadharmasastra 1.86 dinyatakan bahwa:

"Pada jaman Krtayuga, Tapa-lah yang paling utama, pada jaman

Tretayuga dinyatakan yang utama adalah Jnana, pada jaman

Dvaparayuga adalah Yajna dan pada jaman Kaliyuga yang

sangat utama adalah dana". Oleh karena itu jaman sekarang ini

Page 20: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 18

yang merupakan jaman Kaliyuga, melaksanakan dana punia

adalah kegiatan yang sangat utama dibandingkan dengan upacara

yajna.

D. Besaran dan Pengelolaan Dana Punia

Menurut Sarasamuccaya 262-264, peruntukan harta hasil kerja

itu hendaknya dibagi, yaitu sepertiga untuk Dharma (sadhana ri

kasiddhaning dharma), sepertiga lagi untuk Kama (sadhana ni

kasiddhaning kama), dan sepertiga untuk Artha (sadhana ri

kasiddhaning artha wrddyaken mwah), sesuai kutipan berikut:

"Demikianlah keadaannya, maka dibagi tigalah hasil usaha itu,

yang satu bagian untuk biaya mewujudkan Dharma, bagian yang

kedua adalah untuk biaya memenuhi Kama, dinikmati dan bagian

yang ketiga diperuntukkan untuk mengembangkan modal usaha

dalam bidang artha, ekonomi agar berkembang kembali,

demikianlah hendaknya hasil usaha itu dibagi tiga, oleh orang

yang ingin memperoleh kebahagiaan". (Sarasamuccaya 262).

"Sebab harta benda itu jika Dharma dijadikan landasan untuk

memperolehnya, labha atau keuntungan namanya, sungguh

mengalami kesenangan orang yang memperoleh harta benda itu,

akan tetapi jika harta benda itu diperoleh dengan jalan Adharma,

merupakan noda terhadap harta benda itu, dihindari oleh orang

yang berbudi utama, oleh karena itu janganlah bertindak

menyalalri Dharma, jika anda berusaha menuntut sesuatu".

(Sarasamuccaya 263).

"Jika ada orang yang begini perilakunya, memperoleh harta

dengan jalan Adharma, kemudian harta benda itu digunakan

untuk membiayai Dharma, orang yang demikian perilakunya,

Page 21: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 19

lebih baik tidak berusaha secara demikian, sebab lebih benar

orang yang menghindari lumpur dari pada menginjaknya,

walaupun akhimya akan dapat dibasuhnya". (Sarasamuccaya

264).

Dalam Wrhaspati Tatwa sloka 26 dinyatakan 7 macam

perbuatan yang tergolong Dharma, satu di antaranya adalah dana

atau dana puma. Berdasarkan pembagian Dharma serta

pemntukan dari hasil karya (penghasilan) seseorang, maka dapat

dibulatkan menjadi 5%. Dengan demikian setiap umat Hindu

wajib menyisihkan 5% dari penghasilan bersihnya secara khusus

untuk didana-puniakan.

Pengelolaan dana punia dilaksanakan oleh Parisada Hindu

Dharma Indonesia yang dinyatakan sebagai majelis tertinggi umat

Hindu menurut ketentuan kitab suci Manavadhanmasastra.

Demikian Bhisama ini ditetapkan untuk dijadikan tuntunan dan

dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mataram, NTB

Pada tanggal : 28 Oktober 2002

SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa,

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Wakil Dharma Adhyaksa,

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka

Page 22: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 20

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Nomor: 02/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002

t e n t a n g

SADHAKA

Atas asung kerthawaranugraha Hyang Widhi Wasa

Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia

Menimbang : a. bahwa untuk inakin meningkatkan

persatuan, kesatuan dan kebersamaan

dikalangan umat berdasarkan azas

kesetaraan, dipandang perlu untuk

menetapkan Bhisama tentang Sadhaka

(Dwijati, atau Pandita Hindu);

b. bahwa peersatuan, kesatuan dan

kebersamaan dikalangan umat Hindu

merupakan prasyarat bagi kelestarian dan

ajegnya umat dalam menjalankan Sraddha

dan Bhakti; dan

c. bahwa kebersamaan "muput"

(memimpin/menyelesaikan) upacara oleh

beberapa Sadhaka dalam posisi

sapalungguhan akan berdampak positif

bagi persatuan dan kesatuan umat Hindu.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha VIII Parisada

Hindu Dharma Indonesia Tahun 2001

Nomor: 1/TAP/M.Sabha VIII/2001,

Page 23: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 21

tentang Anggaran Dasar (Bab VI, pasal

12, ayat (1) a).

2. Ketetapan Maha Sabha VIII Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor:

VIII/TAP/M.Sabha VIII/2001, tentang

Tata Keagamaan pasal 17).

3. Keputusan Pesamuhan Agung II tanggal

15-17 September 2000 tentang

pelaksanaan upacara agama pada tempat-

tempat pemujaan yang bersifat umum

dengan memfiingsikan semua unsur

Sadhaka yang ada.

Memperhatikan : Usul Sabha Walaka, dan pembahasan

anggota Sabha Pandita dan Pengurus

Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia

Pusat tanggal 26 – 28 Oktober 2002

tentang Bhisama Sadhaka.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA

INDONESIA PUSAT TENTANG

SADHAKA.

Pertama : Bhisama Sadhaka yang mengandung arti

memfungsikan semua unsur Sadhaka

yang ada pada pelaksanaan upacara

agama pada tempat -tempat pemujaan

yang bersifat umum seperti: Kahyangan

Jagat, Kahyangan Desa, Sad Kahyangan,

Dang Kahyangan, Kahyangan Tiga dalam

Page 24: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 22

upacara Panca Yadnya lainnya di tempat-

tempat tertentu.

Kedua : “Sang Katrini Katon” bukan oknum

perorangan Pandita, melainkan pada

Pandita yang berfungsi untuk

“menyucikan” alam Bhur, Bhvah, dan

Svah Loka yang dilaksanakan oleh para

Pandita Hindu umumnya yang memiliki

kemampuan untuk itu.

Ketiga : Menegaskan:

a. Bhisama ini berlaku pada tempat -tempat

pemujaan yang bersifat umum.

b. Bhisama ini menyesuaikan pada tempat-

tempat pemujaan Hindu di luar Pura,

misalnya Mandir atau Kuil dan lain - lain.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Bhisama ini disampaikan kepada Ketua Umum Pengurus

Harian Parisada Hindu Dhanua Indonesia Pusat untuk

dilaksanakan.

Ditetapkan di : Mataram

Pada tanggal : 28 Oktober 2002

SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa Sabha Pandita

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Page 25: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 23

Wakil Dharma Adhyaksa

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka

Page 26: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 24

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Nomor: 03/Bhisama/Sabba Pandita Parisada Pusat/X/2002

t e n t a n g

PENGAMALAN CATUR WARNA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia

Menimbang : a. bahwa Sabha Pandita Parisada Hindu

Dharma Indonesia Pusat memiliki

kewenangan untuk mengeluarkan Bhisama

sesuai dengan Anggaran Dasar Parisada

Hindu Dharma Indonesia yang ditetapkan

dalam Maha sabha VIII tahun 2001 di

Denpasar, Bali;

b. bahwa Catur Vama adalah ajaran tentang

pembagian tugas dan kewajiban

masyarakat berdasarkan "guna" (bakat) dan

"Karma" (kerja) yang sesuai dengan pilihan

hidupnya;

c. bahwa di dalam sejarah perkembangan

agama Hindu telah terjadi penyimpangan

pengertian ajaran tentang Catur Varna

menjadi Kasta atau Wangsa yang

berdasarkan atas kelahiran

(keturunan/keluarga) seseorang; dan

Page 27: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 25

d. bahwa untuk meluruskan pemahaman dan

pengamalan Catur Warna yang

menyimpang selama ini, maka dipandang

periu menetapkan Bhisama Tentang

Pengamalan Catur Varna tersebut.

Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha VIII Parisada Hindu

Dharma Indonesia Tahun 2001 Nomor:

1/Tap.M.Sabha/VIII/ 2001 tentang

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha VIII Parisada

Hindu Dharma Indonesia Nomor:

II/TAP/M.Sabha/VIII/200I tentang

Program Kerja Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Memperhatikan : Usul-usul Sabha Walaka dan hasil

pembahasan Sabha Pandita Parisada Hindu

Dharma Indonesia Pusat pada Pesamuhan

Agung Tanggal 26-27 Oktober 2002.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA

INDONESIA PUSAT TENTANG

PENGAMALAN CATUR VARNA

SESUAI DENGAN KITAB SUCI VEDA

DAN SUSASTRA HINDU LAINNYA

Pertama : Catur Varna adalah ajaran agama Hindu

Page 28: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 26

tentang pembagian tugas dan kewajiban

masyarakat atas "guna" dan "Kama" dan

tidak terkait dengan Kasta atau Wangsa

Kedua : Bhisama tentang Pengamalan Catur Vama

ini sebagai pedoman yang sepatutnya

dipatuhl oleh seluruh umat Hindu.

Ketiga : Menugaskan kepada Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

untuk memasyarakatkan Bhisama Tentang

Pengamalan Catur Varna ini, beserta

penjelasannya dal am lampiran Bhisama ini

kepada scluruh umat Hindu di Indonesia.

Keempat : Apabila ada kekeliruan dalam Bhisama ini

akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Bhisama ini disampaikan kepada Pengurus Harian Parisada

Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk dilaksanakan.

Ditetapkan di : Mataram, NTB

Pada Tanggal : 29 Oktober 2002

SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Page 29: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 27

Wakil Dharma Adhyaksa

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka

Page 30: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 28

Lampiran:

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Nomor: 03/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002

Tentang Pengamalan Catur Varna

PENGAMALAN CATUR VARNA

A. Latar Belakang

Sudah raerupakan pengertian umum babwa ajaran Catur Varna

yang bersumber pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang

terhimpun dalam kitab suci Veda dan kitab-kitab susastra Veda

(Hindu) lainnya adalah ajaran yang sangat mulia. Namun dalam

penerapannya terjadi penyimpangan penafsiran menjadi sistem

Kasta di India dan sistem Wangsa di Indonesia (Bali) yang jauh

berbeda dengan konsep Catur Varna. Penyimpangan ajaran Catur

Varna yang sangat suci ini sangat meracuni perkembangan agama

Hindu dalam menuntun umat Hindu selanjutnya. Banyak kasus

yang ditimbulkan akibat penyimpangan itu yang dampaknya

benar-benar merusak citra Agama Hindu sebagai agama sabda

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan agama tertua di dunia.

Perjuangan untuk mengembalikan kemurnian ajaran Catur Varna

itu sudah banyak dilakukan oleh sebagian umat Hindu.

Perjuangan itu dilakukan baik oleh para cendekiawan maupun

lewat berbagai organisasi/lembaga keumatan Hindu. Meskipun

sangat alot namun perjuangan untuk mengembalikan kebenaran

ajaran Catur Varna itu sudah menampakkan hasilnya. Seperti

dalain bidang pemerintahan, politik, ekonomi dan hukum semakin

nampak adanya kesetaraan. Justru dalam bidang keagamaan dan

Page 31: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 29

sosial budaya seperti pergaulan dalam kemasyarakatan membeda-

bedakan Wangsa atau Soroh itu masih sangat kuat. Dalam bahasa

pergaulan sehari-hari sangat tampak adanya penggunaan sistem

Wangsa yang salah itu, dipakai oleh umat Hindu. Demikian pula

dalam bidang keagamaan dan adat istiadat membeda-bedakan

Wangsa itu masih sangat kuat. Hal itu menjadi sumber konflik

yang tiada putus-putusnya dalam kehidupan beragama umat

Hindu di Indonesia (khususnya di Bali). Wacana dari berbagai

kalangan umat Hindu semakin keras untuk kembali ke ajaran

Catur Varna, oleh karena itu dalam Maha Sabha VIII Parisada

Hindu Dharma Indonesia bulan September 2001 di Denpasar telah

mengusulkan adanya penetapan Bhisama Tentang Catur Warna

ini. Usulan itu didahului oleh berbagai seminar dan diskusi-

diskusi. Seminar dan diskusi itu diadakan oleh Parisada maupun

oleh Orinas dan lembaga-lembaga umat Hindu.

Hampir setiap seminar dan diskusi ada usulan untuk kembali

kepada sistem Catur Varna dengan melepaskan dominasi sistem

Wangsa. Tujuan ditetapkannya Bhisama Catur Varna untuk

mengembalikan secara bertahap agar proses perubahan

meninggalkan sistem Wangsa yang salah itu menuju pada sistem

Catur Varna lebih cepat jalannya. Sistem Wangsa agar

dipergunakan hanya untuk Pitra Puja dan untuk berbakti kepada

leluhur dalam menumbuhkan rasa persaudaraan di intern wangsa

itu sendiri. Sistem Wangsa hendaknya diarahkan untuk

mengamalkan ajaran Hindu yang benar dalam kontek kesetaraan

antar sesama manusia. Sistem Wangsa itu tidak dijadikan dasar

dalam sistem pergaulan/adat-istiadat sehari-hari. Seperti sistem

penghormatan dalam pergaulan sosial/adat-istiadat.

Page 32: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 30

Menurut pandangan Hindu sesungguhnya semua umat manusia

bersaudara dalam kesetaraan (vasudeva kutum bakam). Demikian

juga pandita dalam swadharmanya memimpin upacara tidak

memandang dari asal usul Wangsa seseorang. Seorang setelah

melaksanakan upacara Diksa menjadi pandita sudah lepas dari

ikatan Wangsanya.

B. Pengertian dan Fungsi Ajaran Catur Varna Menurut Kitab

Suci Veda

Tujuan hidup menurut ajaran Agama Hindu sebagaimana

dinyatakan dalam kitab Brahma Purana 228.45. Dharma artha

kama moksanam sarira sadanam, artinya: badan (Sarira) Sthula,

Suksama dan Antakarana Sarira) hanya dapat dijadikan sarana

untuk mencapai Dharma, Artha, Kama, dan Moksa. Inilah yang

disebut Catur Purusha Artha atau empat tujuan hidup. Untuk

mencapai empat tujuan hidup manusia itu harus dicapai secara

bertahap. Dalam Agastya Parwa dinyatakan bahwa empat tujuan

hidup itu dicapai secara bertaliap menurut Catur Asrama. Tahap

hidup Brahmacari diprioritaskan rnencapai Dharma, tahap hidup

Grhastha diprioritaskan mencapai Artha dan Kama, sedangkan

dalam tahap hidup Vanaprastha dan Sannyasa Asrama tujuan

hidup diprioritaskan mencapai Moksa.

Untuk mewujudkan empat tujuan hidup dalam empat tahapan

hidup (Catur Asrama) itu dibutuhkan empat jenis profesi yang

disebut Catur Varna. Dalam kitab suci Yajurveda XXX.5

dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan empat

profesi atas dasar bakat dan kemampuan seseorang. Brahmana

Varna diciptakan untuk mengembangkan pengetahuan suci,

Ksatriya untuk melindungi ciptaan-NYA, Vaisya untuk

Page 33: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 31

kemakmuran dan Sudra untuk pekerjaan jasmaniah. Dalam

mantra Yajurveda XXX.11 dinyatakan Brahmana Varna

diciptakan dari kepala Brahman, Ksatriya dari lengan Brahman,

Vaisya dari perut-Nya dan Sudra dari kaki-Nya Brahman. Jadi

semua Varna itu diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keempat

Varna ini memiliki kemuliaan yang setara. Hal ini dinyatakan

dalam mantra Yajurveda XVIII.48 untuk memanjatkan puja

kepada Tuhan Yang Maha Esa, Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan

Sudra saina- sama diberikan kemuliaan oleh Tuhan Yang Maha

Esa. Keempat Varna itu akan mulia kalau sudah mentaati

swadharma-nya masing-masing.

Dalam Bhagavadgita IV.13 dan XVIII.41 dengan sangat jelas

dan tegas bahwa untuk menentukan Varna seseorang didasarkan

pada Guna dan Karmanya. Guna artinya minat dan bakat sebagai

landasan terbentuknya profesi seseorang. Jadinya yang

menentukan "Varna" seseorang adalah profesinya bukan

berdasarkan keturunannya, Sedangkan Karma artinya perbuatan

dan pekerjaan. Seorang yang berbakat dan punya keakhlian

(profesi) di bidang kerohanian dan pendidikan serta bekerja juga

di bidang kerohanaian dan pendidikan itulah yang dapat disebut

ber " varna" Brahmana. Demikian juga orang yang dapat disebut

ber "varna" Ksatriya adalah orang yang berbakat dan punya

keakhlian di bidang kepemimpinan dan pertahanan. Orang yang

berbakat di bidang ekonomi dan bekerja juga dalam bidang

ekonomi ialah yang dapat disebut Vaisya. Sedangkan orang yang

hanya mampu bekeda hanya dengan menggunakan tenaga

jasmaninya sajakarena tidalc memiliki kecerdasan disebut Sudra.

Menurut Manawa Dharmasastra X.4 dan Sarasamuscaya 55

hanya mereka yang tergolong Brahmana, Ksatriya dan Vaisya

Page 34: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 32

Varna saja yang boleh menjadi Dvijati (pandita). Sudra tidak

diperkenankan menjadi Dvijati karena mereka dianggap hanya

mampu bekerja dengan mengandalkan tenaga jasmaninya saja,

tanpa memiliki kecerdasan. Dvijati harus memiliki kemampuan

rohani dan daya nalar yang tinggi, oleh karenanya Swadharma

seorang Dvijati adalah sebagai Adi Guru Loka atau Gurunya

masyarakat. Namun untuk mendapatkan tuntunan kitab suci Veda

semua Varna berhak dan boleh mempelajarinya termasuk Sudra

Varna. Hal ini ditegaskan dengan jelas dan tegas dalam mantra

Yajurveda ke XXV.2.

Varna seseorang tidak dilihat dari sudut keturunannya, misalnya

kebrahmanaan seseorang bukan dilihat dari sudut ayah dan

ibunya, meskipun ayah dan ibunya seorang pandita atau rsi yang

tergolong ber "Varna" Brahmana, belum tentu keturunannya

menjadi seorang Brahmana, seperti halnya Rahwana, kakeknya,

ayah dan ibunya, adalah rsi yang terpandang, namun Rahwana

bersifat raksasa. Prahlada di dalam kitab Bhagavata Purana

disebut sebagai anak dari raksasa bemama Hiranya Kasipu,

namun Prahlada adalah seorang Brahmana sangat taat beragama

meskipun ia masih anak- anak. Varna seseorang tidak ditentukan

oleh keturunannya ini dijelaskan dengan tegas dalam kitab

Mahabharata XII. CCCXII,108 bahwa ke "Dvijati"an seseorang

tidak ditentukan oleh ke "wangsa"annya (nayonih), yang

menentukan adalah perbuatannya yang luhur dan pekerjaanya

yang memberi bimbingan rohani kepada masyarakat.

C. Menegakkan sistem Catur Varna

Untuk mengembalikan sistem Catur Varna dalam masyarakat

Hindu di Indonesia haruslah ditempuh langkah-langklah sbb:

Page 35: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 33

1. Umat Hindu harus diajak secara bersama-sama untuk

menghilangkan adat-istiadat keagamaan Hindu yang bertentangan

dengan ajaran Catur Varna, khususnya dan ajaran agama Hindu

pada umumnya. Hal ini dilakukan melalui berbagai "metode

pembinaan umat Hindu" yang tel ah ditetapkan dalam Pesamuan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia tahun 1988 di Denpasar

yang terdiri dari: Dharma Wacana, Dharma Tula, Dharma Gita,

Dharma Sadhana, Dharma Yatra, dan Dharma Santi.

2. Dalam kehidupan beragama Hindu umat diajak untuk tidak

membeda-bedakan pandita dari segi asal kewangsaannya. Seorang

pandita dapat "muput" (memimpin) upacara yang dilaksanakan

oleh umat tanpa memandang asal-usul keturunannya, Umat Hindu

dididik dengan baik untuk tidak membeda-bedakan harkat dan

martabat para pandita Hindu dari sudut asal " Wangsa”nya.

3. Dalam persembahyangan bersama saat "Nyiratang Tirtha"

(memercikkan air suci) umat diajak untuk membiasakan

menerima "Siratan Tirtha" (percikkan air suci) dari Pamangku

atau Pinandita. Ada sementara umat menolak dipercikkan Tirtha

oleh Pamangku pura bersangkutan. Hal itu umumnya karena

menganggap Pemangku itu Wangsanya lebih rendah dari umat

yang menolak dipercikan Tirtha itu. Sikap seperti itu jelas

menggunakan sistem Wangsa yang melecehkan swadharma

seorang Pemangku.

4. Sistem penghormatan tamu Upacara Yajna atau Atithi Yajna

dalam suatu Upacara Yajna janganlah didasarkan pada sistem

Wangsa, artinya jangan tamu dalam upacara yajna dari Wangsa

tertentu saja mendapatkan penghormatan adat, bahkan kadang-

kadang ada pejabat resmi yang patut mendapatkan

Page 36: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 34

pengerhonnatan yang sewajarnya, didudukkan ditempatkan yang

kurang wajar dalam tata penghormatan itu.

5. Umat Hindu hendaknya diajak untuk melaksanakan upacara yajna

pawiwahan yang benar, seperti kalau ada pria yang mengawini

wanita yang berbeda wangsa pada saat upacara "Matur Piuning"

di tempat pemujaan keluarga pihak wanita, seyogyanya kedua

mempelai bersembahyang bersama.

6. Pandita seyogyanya tidak menolak untuk "Muput" upacara

"Pawiwahan" (perkawinan) karena mempelai berbeda wangsa.

7. Dalam hal Upacara Manusa Yadnya "Mepandes" (Potong Gigi),

orang tua sepatutnya tidak membeda-bedakan putra-putrinya yang

disebabkan oleh perkawinan berbeda wangsa.

8. Tidak seyogyanya seseorang yang akan di-Dwijati/di-Abiseka

kawin lagi hanya karena istrinya yang pertama dari wangsa yang

berbeda.

9. Perkawinan yang disebut kawin nyerod harus diliapuskan.

10. Upacara adat Patiwangi harus dihapuskan sejalan dengan

hapusnya tradisi Asumundung dan Karang hulu oleh Dewan

Pemerintah Bali Tahun 1951.

11. Pemakaian bahasa dalam etika moral pergaulan antar wangsa,

sepatutnya saling harga- menghargai agar jangan menimbulkan

kesan pelecehan terhadap wangsa lainnya.

Demikian Bhisama ini ditetapkan untuk memberikan tuntunan

kepada umat Hindu demi tegaknya supremasi nilai-nilai agama

Hindu di atas adat-istiadat. Dengan demikian adat-istladat pun

akan tetap terpelihara dengan dasar kebenaran ajaran agama.

Page 37: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 35

Hendaknya umat Hindu tetap memelihara adat yang menjadi

media penyebaran kebenaran Veda yang disebut Satya Dharma.

Ditetapkan di : Mataram, NTB

Pada Tanggal : 29 Oktober 2002

SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Wakil Dharma Adhyaksa

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka

Page 38: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 36

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia

Nomor: 07/Kep/P.A.Parisada /VII/2005 Tanggal 13 Juli 2005

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Nomor: 04/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/V/2005

t e n t a n g

PEDOMAN PELAKSANAAN DIKSA DVIJATI

Atas Asung Kertha Waranugraha Hyang Widhi Wasa

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

A. KEDUDUKAN DAN FUNGSI DIKSA

Eksistensi diksa dalam ajaran agama Hindu adalah salak satu

pengamalan Dharma yang memiliki sifat mengikat dan wajib

dilaksanakan oleh seluruh Umat Hindu. Dengan demikian diksa

merupakan dasar keyakinan agama Hindu sekaligus hukum moral

yang wajib diyakini, dijunjung tinggi, ditaati serta dilaksanakan

dalam rangka menegakkan Dhanna. Hal ini dinyatakan dalam

mantram Atharvaveda XII. 1.1 dan Yajurveda XIX. 36, sebagai

berikut:

"Satyam brhad rtam ugram diksa ya topo brahmayajna prithivim

dharyanii"

(Sesungguhnya Satya, rta, diksa, tapa, brahma dan yajna yang

menyangga Dunia).

Page 39: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 37

"Vratena diksam apnoti, diksayapnoti daksinam, daksinam

sraddham apnoti sraddhaya satyam apyate"

(Dengan melaksanakan brata, seseorang mencapai diksa, dengan

diksa seseorang memperoleh daksina dan dengan daksina

seseorang mencapai sraddha, melalui sraddha seseorang mencapai

satya)

Usaha menyucikan din melalui diksa sebagai salah satu

perwujudan Dharma diamanatkan pula oleh Vrhaspatittatva

sloka 25 yang merupakan kewajiban setiap umat Hindu yang

dijabarkan melalui tujuh pengamalan Dharma, yaitu: si la, yajna,

tapa, dana, pravrjya, diksa dan yoga.

Melalui keyakinan terhadap kebenaran diksa ini, mengantarkan

umat memahaini Veda dan melalui diksa pula umat Hindu

meiniliki kewenangan belajar dan mengajarkan Veda. Dengan

deinikian diksa meiniliki kedudukan sebagai institusi yang

bersifat formal. Melalui pelaksanaan diksa seseorang menjadi

Brahmana, "janmana jayate sudrah samskarairdvija ncyate" semua

orang laliir sebagai sudra melalui diksa/dvijati seseorang menjadi

Brahmana).

Dari penjelasan tersebut maka pelaksanaan diksa memiliki tujuan

untuk menyucikan diri secara lahir maupun bhatin sebagai sarana

atau jalan untuk mentransfer pengetahunan ketuhanan

(Brahmavidya) meialui media Guru Nabe atau Acarya, sekaligus

sebagai pembimbing moral dan spiritual. Dengan melaksanakan

diksa umat Hindu disebut Sadhaka atau Pandita yang meliputi

berbagai nama abhiseka seperti : Pedanda, Bhagawan, Mpu,

Dukuh, Danghyang, Acarya, Rsi, Bhiksuka, Vipra, Sadhu,

Brahmana, Brahtnacari, Sannyasi, Yogi, Marti dan lain-lain yang

Page 40: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 38

memiliki kewenangan melakukan bimbingan Dharmopadesa

maupun Lokapalasraya kepada umat.

Kemudian mengenaimaknadiksa dvijati adalali merapakan proses

transendensi dan sakralisasi menuju peneapaian kesadaran

penyatuan dengan Brahman. Selain itu diksa dvijati tidak hanya

sebagai inisiasi formal, melainkan menunjukan adanyajalinan

bubungan yang bersifat pribadi dan mendalam antara Guru Nabe

(Acarya) dengan murid (sisya). Lebih jauh lagi Atharvaveda XI.

5.3 menguraikan bahwa saat pelaksanaan diksa dvijati seorang

Guru Nabe atau Acarya seakan-akan menempatkan murid (sisya)

dalam badannya sendiri seperti seorang ibu mengandung bayinya,

kemudian setelah meialui vrata murid dilahirkan sebagai orang

yang sangat mulia (dvijati). Dengan demikian pelaksanaan diksa

dvijati merupakan transisi dan gelap menuju terang, dan avidya

menuju vidya.

Dalam lembaga diksa dvijati kedudukan Guru Nabe begitu

sentralnya, yakni memiliki hak prerogatif terhadap sisya-nya. agar

tidak terjadi pengingkaran terhadap sasana dharmaning kawikon.

Maka derai menegakkan Dhanna berdasarkan ketentuan sastra,

seseorang yang akan menjadi Pandita wajib mengangkat Guru

Nabe (manavagurn), Guru Vaktra, Guru Saksi, selain Siddha

Guru ataupun Divya Guru.

B. PELAKSANAAN DIKSA DVIJATI

Mengingat pemahaman Umat Hindu di Indonesia tentang ajaran

agamanya berimplikasi pula terhadap eksistensi lembaga diksa

maka Sabha Pandita memandang perlu meninjau ketetapan Sabha

Parisada Hindu Dharma Indonesia II Nomor: V/Kep/PHDU68

tentang Pandita, serta keputusan seminar kesatuan Tafsir terhadap

Page 41: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 39

Aspek-Aspek Agama Hindu ke-14 tahun 1986/1987 tentang

Pedoman Pelaksanaan Diksa yang kurang mengakomodasikan

dan memberikan kebebasan terhadap umat untuk memilih system

diksa dvijati selain yang telah diputuskan dalam seminar tersebut

diatas. Padahal sesuai kenyataan warga-warga tertentu khususnya

di Bali telah memiliki mekanisme diksa dvijati yang telah

ditetapkan dalam Bhisama leluhumya. Lebih-lebih dikalangan

Sampradaya-sampradaya juga meiniiki mekanisme yang berbeda-

beda. Maka untuk itu Sabha Pandita menetapkan penyempumaan

pedoman pelaksanaan diksa dvijati, sebagai berikut:

1. Lembaga diksa dvijati sebagai dasar sraddha dan hukum moral

dalam agama Hindu adalali bersifat wajib, maka Sabha Pandita

mengakui berbagai system diksa dvijati yang ada, sepanjang

konsepnya mengalir dan ajaran Veda.

2. Memberikan keleluasaan serta kebebasan kepada umat Hindu

yang bermaksud menekuni spiritual menjadi Pandita, untuk

memilih sistem diksa dvijaii yang akan dilaksanakan sesuai

ketentuan aguron-guron yang diikuti sepanjang dilandasi oleh

atmanastusti.

3. Tugas pencerahan dan bimbingan Dharmopadesa merupakan

tanggung jawab semua potensi umat Hindu secara profesional,

maka Sabha Pandita mendorong lahimya para Pandita yang

representatif, berwawasan universal dan membimbing umat dalam

pencerahan rohani.

4. Pelaksanaan diksa dvijati untuk menjadi Pandita merupakan hak

pribadi umat Hindu, maka segala persyaratan khusus dan

mekanisme pelaksanaan diksa dvijati, atribut serta abhiseka

Page 42: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 40

kepanditaan sepenuhnya diseralikan kepada system aguron-guron

yang diikuti oleh calon diksita.

5. Dalam proses pelaksanan diksa dvijati Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat berkewajiban memberikan dukungan administrasi

dalam rangka diksa pariksa dan rekomendasi setelah pelaksanaan

diksa pariksa yang dipimpin oleh Guru Nabe atau yang ditunjuk,

serta menerbitkan sertifikat setelah ada pemyataan dari Guru

Nabe.

Demikian pedoman ini ditetapkan sebagai tuntunan bagi seluruh

umat Hindu, baik secara perorangan maupun kelembagaan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 7 Mei 2005

PIMPINAN PESAMUHAN SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Wakil Dharma Adhyaksa,

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka

Page 43: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 41

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Nomor: 05/Bhisama/Sabha Pandita PHDI/VIH/2005

t e n t a n g

TATA PENGGUNAAN SUMBER DAYA HAY ATI

LANGKA DAN/ATAU YANG TERANCAM PUNAH

DALAM UPACARA KEAGAMAAN HINDU

Atas Asung Kertha Waranugraha Hyang Widhi Wasa

Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia

Menimbang : a. bahwa tradisi (acara agama) penggunaan

sumber daya hayati sebagai sarana

upacara keagamaan Hindu memiliki

landasan kuat dalam sastra suci Hindu

sebagai sarana untuk mendorong dan

berorientasi kepada pelestarian dan

kemampuan sumber daya hayati tersebut;

b. bahwa dalam kegiatan upacara beragama

Hindu penggunaan sumber daya hayati

perlu ditata agar tujuan penggunaan

sumber daya hayati sebagai suatu

pelestarian tidak menjadi terbalik

menjadi pemusnahan sumber hayati

tersebut. Pada hakekatnya penggunaan

sumber daya hayati dalam upacara

keagmaan Hindu untuk meningkatkan

Page 44: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 42

kedudukan jiwa sumber daya hayati

tersebut untuk mencapai tingkatan yang

lebih tinggi. Bagi mereka yang

menempuh cara Jnana dan Yoga Marga

tentunya tidak akan menggunakan

sumber daya hayati sebagai sarana

beragama Hindu. Bahwa menata

penggunaan sumber hayati tersebut perlu

ada Bhisama Tentang Penggunaan

Sumber Hayati untuk membatasi

penggunaan sumber hayati,terutama

sumber hayati yang langka seperti satwa

penyu dan sumber hayati lainnya agar

jangan sampai punah;

c. bahwa beberapa satwa yang secara

tradisional di gunakan sebagai sarana

upacara adat dan Agama Hindu tersebut

adalah satwa migrasi atau yang

berpindah-pindah, penggunaannya

seharusnya melalui kesepakatan dengan

pihak yang terkait; dan

d. bahwa hanya Sabha Pandita Parisada

Hindu Dharma Indonesia Pusat dalam

keletnbagaan Parisada memiliki

kewenangan untuk mengeluarkan

Bhisama sesuai dengan Anggaran Dasar

Parisada Hindu Dharma Indonesia yang

di tetapkan dalam Maha Sabha VIII

Page 45: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 43

tahun 2001 di Denpasar-Bali.

Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha VIII Parisadha

Hindu Dharma Indonesia tahun 2001

Nomor: I/Tap.M. Sabha VIII 2001

tentang Anggaran Rumah Tangga

Parisadha Hindu Dharma Indonesia.

2. Keputusan Pesamuhan Agung PHDI di

Bandar Lampung Nomor:

012/KEP/PA.PARISADA/'VI 1/2005

Tanggal 13 Juli tentang Rekomendasi.

Memperhatikan : Usul dan saran Sabha Walaka PHDI

Pusat pada pesamuhannya pada tanggal

30 Agustus 2005 dan hasil kesepakatan

Sabha Pandita dalam pembahasan pada

Pesamuhan Sabha Pandita PHDI Pusat

pada tanggal 31 Agustus 2005 di

Denpasar.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Bhisama Sabha Pandita Parisada Hidnu

Dharma Indonesia Pusat Tentang Tata

Penggunaan Sumber Daya Hayati

Langka dan/atau yang Terancam Punah

dalam Upacara Keagamaan Hindu

dengan naskahnya sebagai satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dengan

Keputusan Bhisama ini/

Pertama : Penggunaan sumber daya hayati dalam

Page 46: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 44

kegiatan beragama Hindu sesungguhnya

bertujuan untuk melestarikan keberadaan

sumber daya hayati tersebut di bumi ini

menyertai kehidupan umat manusia

sebagaimana dinyatakan dalam

Manawadharmasastra V.40 dan sastra

Hindu lainnya. Dari sudut pandang

Tattwa Agama Hindu penggunaan satwa

dalam upacara agama Hindu bermakna

sebagai dorongan agar umat Hindu

dalam prosesi beragama Hindu

mengupayakan untuk mengendalikan diri

dari kecenderungan sifat-sifat loba

mementingkan diri sendiri yang disebut

dalam Bhagavad Gita sebagai Asuri

Sampad atau kecenderungan

keraksasaan.

Kedua : Penggunaan sumber daya hayati langka

dan/atau yang terancam punah seperti

penyu, macan, garuda, dan sumber daya

hayati langka dan/atau yang terancam

punah lainnya yang dilindungi oleh

Undang-Undang dapat diganti dengan

bahan lainnya sebagai symbol

keagamaan Hindu dalam suatu prosesi

upacara Yadnya. Kalaupun karena

alasan/pertimbangan tertentu tetap harus

digunakan sebagai sarana upacara

yadnya maka sumber daya hayati langka

Page 47: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 45

dan/atau yang terancam punah yang

dilindungi Undang-Undang itu agar

berdasarkan petunjuk rohaniawan

pemimpin upacara yadnya dan seizing

pemerintah yang berwenang untuk itu.

Ketiga : Bhisama tentang Tata Penggunaan

Sumber Daya Hayati Langka dan/atau

yang Terancam Punah dan yang dilarang

kitab suci agama Hindu dalam upacara

keagamaan Hindu ini adalah sebagai

pedoman dalam menyelenggarakan

kegiatan upacara keagamaan Hindu yang

menggunakan sumber daya hayati langka

dan/atau yang terancam punah.

Keempat : Menugaskan kepada Pengurus Harian

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

untuk memasyarakatkan Bhisama

tentang Tata Penggunaan Sumber Daya

Hayati Langka dalam upacara

Keagamaan Hindu. Sehingga dapat

menumbuhkan kesadaran dikalangan

umat Hindu untuk melakukan upaya-

upaya konsesvasi sumber daya hayati

yang digunakan sebagai sarana upacara

agama Hindu.

Kelima : Bhisama ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan. Bhisama ini disampaikan

kepada umat Hindu melalui Pengurus

Page 48: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 46

Harian Parisada Hindu Dharma

Indonesia untuk dilaksanakan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 7 Mei 2005

PIMPINAN PESAMUHAN SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Wakil Dharma Adhyaksa,

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka

Page 49: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 47

Lampiran:

BHISAMA SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Nomor: 05/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/VII/2005

Tentang Tata Penggunaan Sumber Daya Hayati Langka dalam

Upacara Keagamaan Hindu

A. Latar Belakang

Kehidupan beragama Hindu dapat di laksanakan dengan dua arah.

Di arahkan ke dalam diri untuk meningkatkan kualitas kehidupan

individu dan di arahkan keluar diri untuk membangun kehidupan

bersama yang dinamis dan harmonis. Beragama ke dalam diri itu

di sebut Niwrti Marga, sedangkan beragama yang di arahkan

keluar diri di sebut Prawrti Marga. Beragama keluar diri yang di

sebut Prawrti Marga itu ada tiga arah yang di sebut Tri Para

Artha, yaitu Asih, Punia dan Bhakti.

Asih adalah wujud beragama Hindu dengan mengasihi alam

terutama alam lingkungan hidup, Punia adalah wujud beragama

Hindu dengan melakukan pengabdian yang tulus ikhlas kepada

sesama manusia sesuai dengan swadharma masing-masing.

Sedangkan Bhakti adalah wujud beragama Hindu dengan

melakukan hubungan yang harmonis dengan Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan Bhakti.

Adapun landasan untuk melakukan ajaran Tri Para Artha adalah

ajaran Yadnya sebagaimana dinyatakan dalam Bhagawad Gita

111.10 dan 16 yaitu adanya Yadnya timbal balik (CakraYadnya)

antara alam (Khamaduk), manusia (Praja) dan Tuhan (Prajati).

Page 50: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 48

B. Pengertian Upacara Bhuta Yadnya dalam Agama Hindu

Kata Upacara dalam bahasa Sansekerta artinya "mendekat",

sedangkan kata Upakara dalam bahasa Sansekerta artinya

melayani dengan sangat ramah tamah. Karena itu upacara Yadnya

berarti melakukan upaya untuk mendekatkan diri berdasarkan

yadnya kepada alam lingkungan sesama umat manusia dan

kepada yang tertinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa dengan penuh

keramah tamahan.

Dalam upaya melakukan pendekatan diri pada alam lingkungan

disebut dengan Bhuta Yadnya. Menurut Sarasamuscaya 135

landasan Bhuta Yadnya itu adalah Bhuta Hita. Artinya dengan

Bhuta Yadnya itu umat Hindu melakukan upaya Bhuta Hita yang

artinya mensejahterakan alam lingkungan.

Dalam Sarasamuscaya 135 itu dinyatakan sebagai berikut:

“Matangnyan prihen tikang bhuta hita haywa tan maasih ring

sarwa prani, apan ikang prana ngarania, ya ika nimitaning

kapagehan ikang Catur Warga, nang dharma, artha, kama,

moksa”

Artinya : Oleh karenanya lakukanlah kasih saying dengan

mensejahterakan alam itu (Bhuta Hita), jangan tidak menarah

belas kasihan pada semua mahluk hidup, karena kehidupan

mereka itulah yang menyebabkan teijaminnya tegaknya upaya

untuk mewujudkan Catur Warga yaitu Dharma, Artha, Kama, dan

Moksa.

Memperhatikan makna yang terkandung dalam Sarasmucaya 135

itu, maka terdapat suatu pemahaman bahwa untuk mewujudkan

tujuan hidup manusia mencapai Dharma, Artha, Kama dan

Moksha maka terlebih dahulu wajib melakukan Bhuta Hita yaitu

Page 51: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 49

melakukan upaya mensejahterakan alam dengan segala makhluk

hidup yang ada di bumi ini. Sesuai dengan kerangka ajaran

Agama Hindu maka upaya Bhuta Hita atau mensejahterakan alam

lingkungan itu seharusnya di lakukan dalam tingkatan tattwa.

Susila dan Upacara yadnya. Dalam kehidupan upacara Yadnya

ajaran Hindu mengajarkan untuk melakukan Bhuta Yadnya.

Dalam Agastia Parwa Bhuta Yadnya itu di rumuskan sebagai

berikut : Bhuta Yadnya ngarania tawur muang sang kopujan ring

tuwuh Artinya : Butha Yadnya itu adalah mengembalikan (unsur-

unsur alam) dengan melestarikan tumbuh-tumbuhan. Ini artinya

Bhuta Yadnya itu tidaklah brkonotasi pembantaian atau

pemusnahan sumber alam termasuk sumber daya hayatinya.

Dengan demikian melakukan Bhuta Yadnya dalam wujud

nyatanya adalah melakukan pelestarian "sarwa prani" yaitu semua

makhluk hidup isi alam lingkungan ini dalam kehidupan

beragama Hindu baik secara Tattwa, Susila maupun Upacara

Yadnya.

Dalam Bhagawad Gita V.25 ada dinyatakan salah satu perbuatan

yang dapat mengantarkan orang mencapai Brahma Nirvana atau

bersatu dengan Tuhan dengan melakukan "sarvabhutahita ratah"

yang artinya sibuk melakukan upaya mensejahterakan alam.

Upaya kesibukan mensejahterakan isi ala mini dapat di wujudkan

dengan melakukan kegiatan nyata melestarikan tumbuh-tumbuhan

dan hewan apa lagi yang langka dan yang terancam punah. Sibuk

atau yang di sebut "ratah" xmtuk melestarikan alam ini

sebagaimana dinyatakan dalam Bhagawad Gita itu adalah

tergolong perbuatan sebagai pengalaman ajaran Agama Hindu

Khususnya ajaran Bhuta Yadnya. Ini artinya tidak sibuk hanya

melakukan Upacara Yadnya saja.

Page 52: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 50

C. Flora dan Fauna Sebagai Sarana Upacara Keagamaan Hindu

Pelaksanaan ajaran Panca Yadnya oleh umat Hindu di Indonesia

umumnya dan di Bali Khususnya sangat menonjol dalam wujud

Upacara Yadnya. Kata "upacara" dalam bahasa sansekerta artinya

"mendekat". Ini artinya melalui upacara Yadnya manusia

mendekatkan dirinya pada alam dengan kasih kasih, pada sesame

manusia berdasarkan punia atau pengabdian dan kepada Tuhan

dengan Bhakti. Untuk melangsungkan Upacara itu umat Hindu

menggunakan sarana "upakara". Kata "Upakara” dalam bahasa

Sansekerta artinya melakukan pelayanan dengan ramah tamah.

Untuk menyatukan nilai pendekatan dan pelayanan dengan ajaran

asih, punia, dan bhakti agar memiliki makna sacral maka setiap

upacara keagamaan Hindu memiliki lima unsure yang terpadu

membangun kesakralan yang mantap dari setiap upacara

keagamaan Hindu. Lima unsure tersebut adalah : Mantra, seperti

pengucapan puja stawa maupun gita. Tantra yaitu kuat terpadunya

niat dan tekad yang suci dan ikhlas, Yantra artinya visualisasi

sarana dan simbol-simbol sacral yang di gunakan sebagai sarana

upacara keagamaan. Yadnya artinya keija yang di lakukan

berdasarkan keikhlasan berkorban atau Niskama karma. Yoga

artinya tujuan tertinggi dari pada upacara keagamaan Hindu

adalah menuju jalan persatuan pada yang tertinggi yaitu Tuhan

Yang Maha Esa. Sebelum mencapai tujuan tertinggi maka dimulai

dengan tujuan awal mengasihi alam dan tujuan tengah

menyatukan diri dengan sesama manusia melalui pengabdian

timbale balik sesuai dengan swadharma masing-masing.

Upakara itu juga di sebut "banten". Banten inilah sebagai unsur

yantra dari lima unsur upacara keagamaan Hindu. Pengertian

"banten" dalam Lontar Yadnya Prakerti ada tiga yaitu :

Page 53: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 51

Sahananing bebanten pinaka raganta tuwi, pinaka warna rupaning

Ida Bhatara, pinaka Anda Bhuwana. Artinya" : Semua banten

lambang diri manusia, lambang kemahakuasaan Tuhan dan

lambang isi alam semesta.

Untuk membuat "banten" di gunakan sarana alam terutama

tumbuh-tumbuhan dan hewan. Penggunaan tumbuh-tumbuhan

dan hewan bertujuan untuk mengupayakan agar tumbuh-

tumbuhan dan hewan yang di gunakan sebagai sarana upacara-

upacara yadnya itu keturunannya lebih meningkat kuantitas dan

kualitasnya. Ini artinya manusia dapat berupa untuk melakukan

doa dan kerja nyata dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas

sumber daya hayati tersebut. Bhuta Yadnya mengandung aspek

doa dan keija nyata dalam melestarikan sumber daya hayati isi

bumi sebagai alam ciptaan Tuhan. Tujuan pelestarian sumber

daya hayati yang dijadikan sarana yadnya dinyatakan dengan

sangat jelas dalam Manawa Dharmasastra V.40 sebagai berikut:

“Osadhyah pasavo vriksaslir Yancah paksinastatha Yajnyarlham

nidhanam praptah Prapnu vcmtyutsritihpunah”. (Manawa

Dharmasastra V.40)

Maksudnya: Tumbuh-tumbuhan seperti semak-semak, pohon-

pohonan, temak seperti burung-burung dan lain-lainnya yang

telah digunakan sebagai sarana upacara akan lahir dalam tingkat

yang lebih tinggi pada kelahiran yang akan datang.

Dalam Sloka Manawa Dharmasastra tersebut sangat jelas

dinyatakan bahwa penggunaan sumber daya hayati tersebut justru

diamanatkan untuk melestarikan sumber daya hayati tersebut.

Penggunaan sebagai sarana upacara tersebut untuk mengingatkan

Page 54: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 52

umat manusia tentang keberadaan dan kegunaan dari sumber daya

hayati isi alam tersebut.

D. Penggunaan Sumber daya Hayati Langka dan Terancam

Punah daiam Upacara Keagamaan Hindu

Tumbuh-tumbuhan dan hewan yang di gunakan sebagai sarana

upacara keagamaan Hindu memiliki arti simbolis sebagai unsur

Yantra yang akan memvisualisasikan nilai-nilai tattwa, susila dan

upacara keagamaan Hindu tersebut. Penggunaan bunga sebagai

simbol ketulus ikhlasan melakukan upacara keagamaan.

Penggunaan buah-buahan dan berbagai jenis jajan sebagai "rakan

banten" di nyatakan sebagai simbol Widyadhara Widyadhari.

Demikian dinyatakan dalam Lontar Yadnya Prakerti. Demikian

juga penggunaan berbagai jenis hewan seperti penggunaan itik

simbol Guna Sattwam, ayam simbol Guna Rajas dan penggunaan

babi sebagai simbol Guna Tamas. Demikian seterusnya berbagai

sarana upacara keagamaan Hindu yang menggunakan sarana

sumber daya hayati memiliki arti untuk memvisualisasikan nilai-

nilai Tattwa, Susila, dan Upacara dari ajaran Agama Hindu.

Sebagai akibat dinamika kehidupan umat manusia di antara

sumber daya hayati tersebut ada yang langka dan ada yang

terancam punah. Karena itu penggunaan sumber daya hayati

langka itu hams dikembalikan pada landasan Tattwanya yaitu

untuk melestaiikan sumber daya hayati tersebut. Karena itu

penggunaan sumber daya hayati langka seperti tumbuh-tumbuhan

langka san hewan langka. Di antara hewan langka itu seperti

penyu, macan, burung garuda, gajah dan lain-lainya terutama

yang di lindungi oleh undang-undang wajib dibatasi

penggunaannya sebagai sarana upacara keagamaan Hindu.

Page 55: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 53

Upacara keagamaan Hindu itu dari segi bentuknya ada yang kecil

atau inti, sedang atau madya dan besar yang di sebut utama.

Untuk menghindari penggunaan sumber daya hayati langka dan

terancam punah umat Hindu dapat memilih bentuk upacara yang

inti. Upacara inti itu disertai sraddha dah bhakti yang mendalam

akan menjadi upacara bemilai utama yang di dalam Bhagawad

Gita IXVII. 11 di sebut Sattvika Yadnya.

Cara lain untuk menghindari penggunaan sumber daya hayati

langka dan terancam punah dengan mengganti sarana tersebut

dengan sarana lain yang di tentukan dalam sastra Agama Hindu.

Penggantian sumber daya hayati langka dan yang terancam punah

sebagai sarana upacara keagamaan Hindu itu di benarkan dalam

sastra Agama Hindu seperti antara lain di nyatakan dalam

Manawa Dharmasastra V.37 sebagai berikut:

“Kuryaddhrtapasumsangge Kuryat pistapasum tatha Na tveva

tuvritha hanium Pasumicchet kadacana”. (Manawa

Dharmasastra. V.37)

Maksudnya: Kalau penggunaan hewan itu demikian diinginkan

maka ia boleh dig anti dengan membuat bentuk hewan itu dari

susu, mentega, aatu dari tepung dan bahan makanan lainnya.

Tetapi tidak boleh sama sekali membinasakan hidup binatang

tanpa sebab yang dibenarkan oleh dhanna atau hukum.

Page 56: KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU … · 2020. 5. 18. · KUMPULAN BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Sekretariat: Jl. Anggrek Nelli Muri Blok A No.3,

Bhisama – Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia | 54

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 7 Mei 2005

PIMPINAN PESAMUHAN SABHA PANDITA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

Dharma Adhyaksa

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Wakil Dharma Adhyaksa,

Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Suta Reka