hasil-hasil pesamuhan agung phdi tahun 2011 | 1tentang peraturan tata tertib pesamuhan agung...

139
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 1

Upload: others

Post on 09-Mar-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 1

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 2

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Kita patut menyampaikan parama suksmaning hidep kehadapan Ida

Sanghyang Widhi Wasa atas anugrah-Nya, sehingga Panitia Pesamuhan

Agung, dapat merampungkan tugas yang diamanatkan untuk

melaksanakan salah satu daur kegiatan tahunan Parisada Hindu Dharma

Indonesia, yakni Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia

Tahun 2011, yang telah terselenggara dari tanggal 9-11 Juli 2011 lalu.

Salah satu hal penting yang menjadi kegiatan akhir dalam

penyelenggaraan tersebut adalah pembuatan laporan Pesamuhan Agung.

Kegiatan ini sekaligus menjadi akhir tugas Panitia dalam menjalankan

amanat Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, yang

dituangkan dalam Surat Keputusan Nomor: 81/SK/Parisada

Pusat/III/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang Panitia Penyelenggara dan

Panitia Pelaksana Pesamuhan Agung dalam rangka persiapan Mahasabha

X Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2011.

Laporan ini dapat disajikan sedemikian rupa sesuai dengan proses serta

alur kerja yang logis dan sistematis terjadi pada penyelenggaraan

Pesamuhan Agung Tahun 2011. Proses dan alur kerja, dilampirkan

tersendiri. Selanjutnya secara totalitas, laporan hasil Pesamuhan Agung

Tahun 2011 dapat kami sajikan secara kronologis sebagai berikut:

1. Kata Pengantar Panitia

2. Sambutan Pengurus Harian

3. Daftar Isi, terdiri dari 8 (delapan) keputusan secara berurutan, yaitu:

a. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Tata Tertib Pesamuhan

Agung beserta Lampiran;

b. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung beserta Lampiran;

c. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pergantian Antar Waktu

Pengurus Harian beserta Lampiran;

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 3

d. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Komisi

Pesamuhan Agung beserta Lampiran: 1 (Komisi A); 2 (Komisi

B); 3 (Komisi C);

e. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Panitia

Penyelenggara dan Panitia Pelaksana Mahasabha X berikut

Lampiran: 1 tentang Susunan Panitia Penyelenggara dan

Lampiran: 2 tentang Susunan Panitia Pelaksana Daerah;

f. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan Design Utama

Hindu Dharma Indonesia dan Program Kerja Parisada beserta

Lampiran;

g. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan

Penyempumaan AD & ART sebagai materi bahasan Mahasabha

X beserta Lampiran;

h. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rekomendasi Pesamuhan

Agung beserta Lampiran.

4. Lampiran-Lampiran:

a. Laporan Ketua Panitia Pesamuhan Agung Tahun 2011.

b. Sambutan Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Pusat.

c. Sambutan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI.

d. Sambutan Gubemur Bali

e. Susunan Panitia Penyelenggara dan Pelaksana Daerah

Pesamuhan Agung Tahun 2011.

f. Dokumentasi Foto Kegiatan Pesamuhan Agung Tahun 2011.

g. Notulensi Komisi B tentang Rancangan Penyempumaan AD &

ART

Seluruh hasil Pesamuhan Agung ini, juga telah diadaptasikan untuk

kepentingan lembaga dan umat secara lebih luas. Itulah sebabnya maka

dalam berbagai hal keputusan tersebut memuat substansi yang diperlukan

dalam penyelenggaraan Mahasabha X.

Kami berharap laporan yang disajikan ini dapat menjadi dokumen

penting bagi Pengurus Parisada di berbagai tingkat guna melaksanakan

tugas-tugas lembaga dalam pengelolaan organisasi dan pelayanan umat.

Namun, khusus untuk keputusan yang berupa Rancangan Materi

Mahasabha, yaitu Rancangan Penyempumaan AD & ART maupun

Design Utama dan Program Kerja belum dapat dijadikan dasar

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 4

pengambilan keputusan organisasi. Lebih dari sekedar menjadi dokumen

semata, laporan ini juga dimaksudkan sebagai “materi dasar” bagi

Panitia Mahasabha X dalam merumuskan materi yang akan dibahas

dalam forum Mahasabha.

Kami selaku Panitia merasa sangat terbantu atas berbagai masukan

penyempurnaan terhadap rancangan materi yang telah kami rumuskan,

sehingga dapat menjadi keputusan Pesamuhan Agung. Untuk itu, kami

sangat berterimakasih atas segala masukan yang telah disampaikan.

Kami juga menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan kegiatan Pesamuhan Agung Parisada

Tahun 2011 yang dapat berlangsung sesuai dengan rencana.

Selanjutnya, atas nama panitia, kami memohon maaf atas segala

kekurangan dan kelemahan yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2011.

Demikian pengantar ini disampaikan guna memudahkan para pembaca

memahaminya. Semoga Hyang Widhi Wasa asung kerthawara nugraha

kepada kita semua.

Om santih santih santih.

Jakarta, Juli 2011

PANITIA PENYELENGGARA PESAMUHAN AGUNG 2011.

Ketua,

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 5

PROSES DAN ALUR KERJA

PENYUSUNAN MATERI

PESAMUHAN AGUNG PARISADA TAHUN 2011

NO. ALUR KERJA KEGIATAN

1. Penyusunan Rancangan

Awal SC Panitia Pesamuhan Agung mempelajari

AD & ART yang masih berlaku.

SC Panitia Pesamuhan Agung

mengumpulkan referensi.

SC Panitia Pesamuhan Agung membuat

Rancangan Penyempumaan AD & ART.

SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan

pembahasan internal atas Rancangan

Penyempumaan AD & ART.

2. Penyelenggaran Sarasehan SC Panitia Pesamuhan Agung meminta

masukan dari nara sumber (tokoh umat) dan

umat terkait Rancangan Penyempumaan AD

& ART.

3. Finalisasi Rancangan SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan

pembahasan internal dalam membuat

Rancangan Penyempumaan AD & ART,

dengan mempertimbangkan masukan-

masukan dari forum Sarasehan.

4. Penyelenggaraan

Workshop

SC Panitia Pesamuhan Agung meminta

masukan dari nara sumber (tokoh umat) dan

umat terkait dengan penyusunan Grand

Design Hindu Dharma Indonesia dan

Program Kerja.

5. Finalisasi Grand Design

dan Program Kerja

SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan

pembahasan internal dalam membuat Grand

Design Hindu Dharma Indonesia dan

Program Kerja, dengan mempertimbangkan

masukan-masukan dari forum Workshop.

6. Finalisasi Materi

Pesamuhan Agung

SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan

pembahasan internal untuk melakukan

finalisasi pembuatan: (1) Rancangan

Penyempumaan AD & ART, (2) Grand

Design Hindu Dharma Indonesia dan

Program Kerja, (3) Rekomendasi-

rekomendasi.

7. Pelaksanaan Pesamuhan

Agung

Semua materi Pesamuhan Agung yaitu: (1)

Rancangan Penyempumaan AD & ART, (2)

Grand Design Hindu Dharma Indonesia dan

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 6

Program Kerja,. (3) Rekomendasi-

rekomendasi dimintakan masukan

penyempumaan dari seluruh Parisada

Daerah untuk dijadikan Rancangan Materi

Mahasabha X.

Rancangan-rancangan materi lainnya

diputuskan menjadi Keputusan-keputusan

Pesamuhan Agung.

8. Finalisasi Hasil Pesamuhan

Agung

Berdasarkan Keputusan Pleno Pesamuhan

Agung, SC Panitia Pesamuhan Agung

melakukan pengeditan atas semua

Rancangan Materi Mahasabha X.

9. Penyerahan Dokumen

Pesamuhan Agung

Semua Keputusan Pesamuhan Agung

diserahkan oleh Panitia Pesamuhan Agung

kepada Pengurus Harian Parisada Pusat

untuk dijadikan dokumen dan

ditindaklanjuti sesuai ketentuan organisasi

Parisada.

Jakarta, Juli 2011

PANITIA PENYELENGGARA PESAMUHAN AGUNG 2011

Ketua,

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 7

Kata Sambutan

Om Swastyastu

Puja dan Puji angayubagia kita panjatkan kehadapan Hyang Widhi

Wasa, atas wara nugrahaNya Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tahun 2011 dapat terlaksana dengan baik, damai, dan lancar.

Pesamuhan Agung dengan tema “Pesamuhan Agung 2011

Mempersiapkan Langkah Konkrit untuk menyongsong Mahasabha X”

diharapkan dapat memantapkan Persiapan Mahasabha X dengan harapan

terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang bahagia dan

sejahtera/moksartham jagadhita.

Penyusunan Design Utama Hindu Dharma Indonesia bertujuan

menentukan arah, strategi dan program-program umum pengembangan

agama Hindu dan masyarakat Hindu di Indonesia ke depan, dan

menyiapkan rencana induk (master plan) bagi seluruh komponen agama

Hindu di Indonesia.

Dalam mewujudkan masyarakat Hindu yang bahagia dan sejahtera

perlu memelihara dan mengembangkan kerjasama dengan setiap

organisasi, badan, lembaga, dan institusi y.ang bergerak dalam bidang

keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan yang bersekala nasional

dan internasional.

Dengan demikian, kami mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas

partisipasinya baik berupa moril maupun materiil sehingga Pesamuhan

Agung 2011 dapat berlangsung sesuai dengan rencana.

Om Santih, Santih, Santih

Jakarta, 19 September 2011

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum,

Dr. I Made Gde Erata, MA.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 8

DAFTARISI

1. Kata Pengantar

2. Sambutan Ketua Umum Pengurus Harian

3. Daftar Isi, terdiri dari 8 (delapan) keputusan secara berurutan, yaitu:

a. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Tata Tertib Pesamuhan

Agung beserta Lampiran;

b. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung beserta Lampiran;

c. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pergantian Antar Waktu

Pengurus Harian Parisada Pusat beserta Lampiran;

d. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Komisi PA

beserta Lampiran: 1 (Komisi A), 2 (Komisi B), (Komisi C);

e. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Panitia

Penyelenggara dan Panitia Pelaksana Mahasabha X berikut

Lampiran: 1 tentang Susunan Panitia Penyelenggara dan

Lampiran: 2 tentang Susunan Panitia Pelaksana Daerah;

f. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan Desain Utama

Hindu Dharma Indonesia dan Program Kerja Parisada beserta

Lampiran;

g. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan

Penyempumaan AD & ART sebagai materi bahasan Mahasabha

X beserta Lampiran;

h. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rekomendasi PA beserta

Lampiran

4. Lampiran-lampiran

a. Laporan Ketua Panitia Pesamuhan Agung Tahun 2011

b. Sambutan Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Pusat

c. Sambutan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI

d. Sambutan Gubemur Bali

e. Susunan Panitia Penyelenggara dan Pelaksana Daerah

Pesamuhan Agung Tahun 2011

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 9

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 01/KEP/P.A. Parisada /VII/2011

t e n t a n g

PERATURAN TATA TERTIB PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum Rapat

Kerja Nasional; dan

b. bahwa sehubungan dengan itu dan untuk

kelancaran pelaksanaan Pesamuhan Agung,

dipandang perlu memutuskan Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2011.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M.Sabha

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M. Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada

Hindu Dharma Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna

I Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2011.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 10

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG PERATURAN TATA TERTIB

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU

DHARMA INDONESIA TAHUN 2011.

Pertama : Peraturan Tata Tertib Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia

sebagaimana tersebut dalam lampiran

keputusan ini merupakan pedoman yang

mengikat dan harus dipatuhi oleh peserta

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2011.

Kedua : Peraturan Tata Tertib Pesamuhan Agung

Parisada Hindu Dharma Indonesia

sebagaimana tersebut dalam diktum pertama

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

keputusan ini.

Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan

dalam keputusan ini, akan ditinjau sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 11

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 12

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 01/KEP/P.A. Parisada/VII/2011

tentang Peraturan Tata Tertib Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia

Tahun 2011

TATA TERTIB PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

A. Ketentuan Umum

1. Pesamuhan Agung merupakan forum Rapat Kerja Nasional yang

diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

2. Pesamuhan Agung mempunyai tugas dan wewenang:

a. Menjabarkan keputusan Maha Sabha menjadi Program

Operasional

b. Menyiapkan usulan untuk dibahas oleh Mahasabha dan

Sabha Walaka guna dijadikan keputusan Sabha Pandita.

c. Mengevaluasi pelaksanaan program yang dilakukan oleh

Pengurus Harian Parisada Pusat dan memberikan arahan

program selanjutnya.

d. Menetapkan pengisian kekosongan pergantian antar waktu

(PAW) maupun melakukan reshuffle Pengurus Parisada

Pusat.

B. Pesamuhan Agung dihadiri oleh:

1. Sabha Pandita

2. Sabha Walaka

3. Pengurus Harian

4. Utusan Parisada Provinsi

5. Utusan organisasi, forum, lembaga yang bemafaskan Hindu yang

berskala nasional dan direkomendasikan oleh Pengurus Harian

Parisada Pusat

C. Pimpinan dan jenis rapat Pesamuhan Agung

1. Sidang Pesamuhan Agung dipimpin oleh Presidium, terdiri atas

Dharma Adhyaksa Sabha Pandita, Ketua Sabha Walaka, Ketua

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 13

Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Harian Parisada Pusat

secara kolektif dan kolegial.

2. Jenis-jenis Sidang Pesamuhan Agung:

a. Sidang Paripuma

b. Sidang Komisi/Pleno

c. Sidang Tim Perumus

D. Pembentukan Tim Komisi

Tim Komisi terdiri dari:

- Komisi A: Desain Utama dan Program Kerja

- Komisi B: Rancangan Penyempurnaan AD & ART

- Komisi C: Rekomendasi

1. Masing-masing Parisada Provinsi menyiapkan / menunjuk 2

orang anggotanya.

2. Masing-masing anggota dapat memilih menjadi anggota Komisi

sesuai kapasitasnya.

3. Jika pemilihan Tim Komisi tidak seimbang maka OC akan

melakukan pendekatan untuk penyesuaian keseimbangan jumlah

anggota Tim Komisi.

E. Kewajiban dan Hak Peserta

1. Setiap peserta wajib hadir 30 menit sebelum acara dimulai.

2. Setiap peserta wajib untuk mengikuti setiap sidang dalam

Pesamuhan Agung

3. Setiap peserta dapat menyampaikan pendapat, saran, usul,

tanggapan terhadap berbagai hal sesuai dengan materi yang

dibahas baik lisan maupun tulisan.

4. Apabila terdapat perbedaan pendapat di antara peserta

Pesamuhan Agung terhadap sesuatu hal, diusahakan dicari jalan

keluar dengan prinsip saling asih, asah, dan asuh.

5. Untuk meningkatkan efektifitas pembahasan materi sidang,

Pesamuhan Agung membentuk Komisi-Komisi sesuai dengan

keperluannya.

6. Masing-masing Komisi dipimpin oleh seorang Ketua, seorang

Wakil Ketua, dan seorang Sekretaris yang dipilih oleh dan dari

anggota Komisi.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 14

7. Masing-masing Komisi didampingi oleh Anggota Panitia

Pengarah (SC) atau unsur Pengurus Harian Parisada Pusat.

8. Masing-masing Komisi menyampaikan laporan hasil sidang

Komisi untuk disampaikan dalam sidang untuk mendapat

pengesahan.

9. Hasil Pesamuhan Agung disampaikan kepada Pengurus Harian

Parisada Pusat untuk ditindaklanjuti menjadi usulan bahan

materi Mahasabha X Tahun 2011 melalui Panitia Mahasabha X

Tahun 2011.

F. Hal - hal Lain

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Tata Tertib ini dapat

diputuskan dalam Sidang Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 15

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 16

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 02/KEP/P.A. Parisada /VI1/2011

t e n t a n g

JADUAL ACARA PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum Rapat

Kerja Nasional; dan

b. bahwa sehubungan dengan itu dan untuk

kelancaran pelaksanaan Pesamuhan Agung,

dipandang perlu memutuskan Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2011.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M.Sabha

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M.Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada

Hindu Dharma Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma I

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2011

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 17

TENTANG JADUAL ACARA PESAMUHAN

AGUNG PARISADA HINDU DHARMA

INDONESIA TAHUN 2011

Pertama : Jadual Acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia sebagaimana tersebut dalam

lampiran keputusan ini merupakan pedoman

yang mengikat dan untuk dipatuhi oleh seluruh

peserta Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Tahun 2011.

Kedua : Jadual Acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia sebagaimana tersebut dalam

diktum pertama merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Keputusan ini.

Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan

dalam keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 18

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 19

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 02/KEP/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia

JADUAL ACARA PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011

HOTEL NIKKI DENPASAR, 9 s/d 11 JULI 2011

NO. HARI/TGL JAM K E G I A T A N PIC

1. SABTU,

09 Juli 2011

14.00-15.30 Penerimaan seluruh peserta

Pesamuhan Agung Parisada,

Registrasi, dan Pembagian

Komisi

OC

PARIPURNA I

16.00-18.00 • Doa pembukaan rapat

• Pimpinan Sidang: Dharma

Adhyaksa, Ketua Sabha

Walaka, Ketua Umum dan

Sekum Pengurus Harian

• Pembacaan Tata Tertib

dan Jadual Acara.

• Pengesahaan Tata Tertib

dan Jadual Acara oleh

Pimpinan Sidang

• Arahan Dharma Adhyaksa

• Laporan Ketua Sabha

Walaka

SC

18.30-19.00 Istirahat, Santap Malam dan

persiapan acara Pembukaan

Pesamuhan Agung

OC

19.00-20.30 Pembukaan Pesamuhan

Agung

• Pembukaan

• Lagu Kebangsaan

Indonesia Raya

• Laporan Ketua Panitia

• Sambutan Ketua Umum

Dharma

Adhyaksa

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 20

• Sambutan Dirjen Bimas

Hindu Kemag R I.

• Sambutan Dharma

Adyaksa sekaligus

membuka secara resmi

• Doa

• Penutup

20.30-21.30 • Laporan Ketua Umum

Pengurus Harian

• Penjelasan Materi

Pesamuhan Agung

SC

21.30-22.30 • Pesamuhan Sabha Pandita

• Pesamuhan Sabha Walaka

OC

22.30 Istirahat

PARIPURNA II

2. MINGGU,

10 Juli 2011

06.00-08.00

08.00-08.10

08.10-09.00

09.00-10.00

10.00-10.30

10.30-12.00

12.00-13.00

13.00-15.00

Santap Pagi

Puja Tri Sandhya (Pratah

Sewanam)

Pembagian Komisi A, B, dan

C.

Sambutan Gubemur Bali

Istirahat

Sidang Komisi

Puja Trisandya dilanjutkan

Istirahat / Santap Siang

Sidang Komisi (Lanjutan)

OC

OC

SC

OC

OC

OC

OC

OC

15.00-15.30 Istirahat OC

15.30-16.30 Perumusan Hasil Sidang

Komisi

SC

PARIPURNA III

16.30-18.00

Laporan dan Tanggapan

Hasil Sidang Komisi

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 21

18.00-19.00

19.00-21.00

Puja Trisandya dilanjutkan

Isirahat / Santap Malam

Laporan dan Tanggapan

Hasil Sidang Komisi

(Lanjutan)

21.00-21.30

21.30-22.00

22.00

Pengesahan Hasil Sidang

Komisi, dilanjutkan

Penyerahan Hasil-Hasil

Pesamuhan Agung kepada

Pimpinan Sidang dan

selanjutnya diserahkan

kepada Ketua Umum

Pengurus Harian Parisada

Pusat

Penutupan Pesamuhan

Agung oleh Dharma

Adhyaksa Parisada

Istirahat

OC

OC

3. SENIN,

11 Juli 2011

06.00-09.00

09.00-12.00

12.00

Santap Pagi

Abimandana / Simakrama

Check Out

OC

OC

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 22

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 23

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 03/KEP/P.A. Parisada/VII2011

t e n t a n g

PERGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

MASA BHAKTI 2006 - 2011

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan beberapa Pengurus

Harian telah mangajukan permohonan

pengunduran diri, tidak aktif dan atau tidak

memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan

dalam AD/ART Parisada, perlu dilakukan

penggantian antar waktu dan atau reshuffle

agar pelaksanaan., fungsi dan tugas Pengurus

Harian terlaksana sebagaimana mestinya;

b. bahwa Pesamuhan Agung mempunyai tugas

dan wewenang antara lain menetapkan

pengisian kekosongan lowongan antar waktu

dan atau reshuffle Pengurus Harian Parisada

Hindu Dharma Indonesia Pusat; dan

c. bahwa untuk hal tersebut, dipandang perlu

mengeluarkan keputusan penggantian antar

waktu dan atau reshuffle personalia Pengurus

Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia masa

bhakti 2006-2011.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/M.Sabha IX/2006

tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 24

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: VI/TAP/M.SABHA

IX/2006 tentang Pengesahan Susunan

Personalia Sabha Pandita, Sabha Walaka dan

Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma

Indonesia Masa Bhakti 2006-2011.

3. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M.Sabha IX/2006

tentang Program Kerja Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1/Kep/P.A.

Parisada/ XII/2011 tentang Peraturan Tata

Tertib Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Tahun 2011.

5. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: /Kep/P.A. Parisada/

XII/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia

Tahun 2011.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma II

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 10 Juli 2011.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG PERGANTIAN ANTAR WAKTU

DAN ATAU RESHUFLE PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

PUSAT MASA BHAKTI 2006 -2011.

Pertama : Memberhentikan dengan hormat disertai ucapan

terima kasih kepada personel yang namanya

tercantum pada kolom 2 (dua) dalam daftar

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 25

lampiran Keputusan ini untuk masa bhakti 2006-

2011.

Kedua : Mengangkat personel yang namanya tercantum

pada kolom 3 (tiga) dalam daftar lampiran

Keputusan ini untuk masa bhakti 2006-2011.

Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan

dalam Keputusan ini, akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 26

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 03/Kep/P.A. Parisada/VI 1/2011

Tentang Pergantian Antar Waktu

Pengurus Harian Parisada Hindu

Dharma Indonesia Pusat Masa bhakti

2006 -2011.

PERGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS HARIAN

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

MASA BHAKTI 2006 - 2011

NO. NAMA YANG

DIGANTI

NAMA PENGGANTI JABATAN

1 2 3 4

1. Ida Ayu Swastika, SE,

MM.

Drs. Nyoman Udayana

Sangging, SH, MM.

Ketua Bidang

Pendidikan dan

Penerangan

2. Drs. Nyoman Udayana

Sangging, SH, MM.

Ir. Ketut Parwata Ketua Badan

Litbang

3. Wayan Sudarma, S.Ag. I Gusti Komang Widana,

S.Ag., M.Fil.H

Sekretaris I

Bidang

Keagamaan

4. Ir. Ketut Parwata A.A. Oka Mantara Sekretaris VI

Bidang Dana

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 27

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 28

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 04/KEP/P.A.Parisada /VII/2011

t e n t a n g

PEMBENTUKAN KOMISI PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas asung kertha wara nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Pariasada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum Rapat

Kerja Nasional dalam Parisada; dan

b. bahwa untuk membahas dan

memusyawarahkan berbagai keputusan yang

akan diambil oleh Pesamuhan Agung,

dipandang perlu untuk membentuk komisi-

komisi.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M.Sabha

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 1/Kep/P.A.

Parisada/XII/2011 tentang Peraturan Tata

Tertib Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 2/Kep/P.A.

Parisada/XII/2011 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 29

Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma

III Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 10 Juli 2011.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI-

KOMISI PESAMUHAN AGUNG PARISADA

HINDU DHARMA INDONESIA.

Pertama : Membentuk Komisi Pesamuhan Agung Parisada

Hindu Dharma Indonesia dengan tugas pokok

sebagai berikut:

1. Memusyawarahkan dan mengambil keputusan

mengenai Keputusan Pesamuhan Agung yang

menjadi ruang lingkup tugasnya.

2. Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya

pada Sidang Paripuma Pesamuhan Agung

Parisada sesuai dengan jadual acara yang telah

ditetapkan.

Kedua : Komisi sebagaimana dimaksud pada diktum

pertama terdiri atas 3 (tiga) komisi yaitu :

1. Komisi A: Design Utama dan Program Kerja

2. Komisi B: Rancangan Penyempumaan AD&

ART

3. Komisi C: Rekomendasi

Ketiga : Keanggotaan untuk masing-masing Komisi

sebagaimana dimaksud pada diktum kedua

tercantum dalam lampiran yang merupakan

bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 30

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 31

Lampiran 1:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 04/Kep/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Pembentukan Komisi

Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia

K O M I S I A:

Keetua : Mayjen Pol (Purn) Drs. IGM Putera Astaman

Wakil Ketua : Dr. I Wayan Suarjaya, M.Si.

Sekretaris : KS. Arsana, S.Psi.

Anggota :

NO. NAMA UTUSAN

1. Dr. Nyoman Marpa, SE, MM, MBA Narasumber

2. I Dewa Putu Wirajaya KMHDI

3. Ir. I Made Gede Armana PHDI Prov. Sumsel

4. Letjen TNI (Purn) Putu S. Soeranta Sabha Walaka

5. Ida Pandita Mpu Jaya Wasista Nanda Sabha Pandita

6. Drs. Nengah Dharma PHDI Prov. DKI Jakarta

7. I Wayan Sutapa, S.Si, M.Sc PHDI Prov. Maluku

8. Drs. Ida Bagus Agung, MT PHDI Prov. DI

Yogyakarta

9. I Wayan Gede Santosa PHDI Prov. Sulteng

10. I Wayan Nentra PHDI Prov. Sulsel

11. I Nyoman Pegug Sekretaris Sabha Pandita

12. Drs. I Putu Sukra, MPH PHDI Prov. Kaltim

13. I Ketut Artika PHDI Prov. Kalsel

14. I Wayan Sudianta, SE. PHDI Prov. Sultra

15. Kadek Sumadiarta KMHDI

16. Drs. I Ketut Sudiartha PHDI Jawa Timur

17. I Ketut Lancar, SE, M.Si. Ditjen Bimas Hindu

18. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha Litbang

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 32

19. Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D. Pengurus Harian

Parisada

20. Pedanda Istri Sidemen Sabha Pandita

21. Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag,

MBA.

Pengurus Harian

Parisada Pusat

22. Sunarto, S.Ag., M.Si. Sabha Walaka

23. I Putu Suardika PHDI Prov. Kep. Riau

24. Ir. I Made Amir Sabha Walaka

25. Pandita Mpu Ananda Wirakusuma Sabha Pandita

26. Made Suarsana PHDI Prov. Sumsel

27. Ir. Putu Prapanca PHDI Prov. Riau

28. Santhini A Jakarta Timur

29. Ni Nyoman Tjakri Arwati Pengurus Harian

Parisada Pusat

30. Ir. I Made Suwetja PHDI Prov. Lampung

31. Drs. Oka Swastika, SH PHDI Prov. Kalteng

32. Drs. Nyoman Udayana Sangging,

SH. MM

Pengurus Harian

Parisada

33. Yuni Waryani PHDI Prov. NTB

34. Sunarto Ngate, S.Ag Sabha Walaka

35. Drs. I Made Sujana, M.Pd. Ditjen Bimas Hindu

36. Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag. Sabha Walaka

37. Made Sutresna, S.Ag, MA. Panitia

38. BR. Indra Udayana Gandhi Ashram

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 33

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 34

Lampiran 2:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 04/Kep/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Pembentukan Komisi

Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia

K O M I S I B:

Ketua : Drs. I Wayan Catra Yasa

Wakil Ketua : Drg. Nyoman Suarthanu

Sekretaris : Ir. Ketut Parwata

Anggota :

NO. NAMA UTUSAN

1. Wikanthi Yogie, S.Ag. WHDI Pusat

2. Ketut Sugiarta PHDI Prov. Sumsel

3. Pinandita Wayan Rajin Pinandita Sanggraha

Nusantara

4. Drs. Wayan Nyamod SAKKHI

5. Drs. Ketut Pasek Asrama PHDI Prov. Jawa Barat

6. Pandita Mpu Siwa Budha Daksa

Damiita

Sabha Pandita

7. Pandita Dharmika Sandi Kertayasa Sabha Pandita

8. Gede Narayana, SE. PHDI Prov. DKI Jakarta

9. Ir. Ida Bagus Suardika PHDI Prov. Jawa Timur

10. Kol (Purn) I Nyoman Suartha, S.IP Sabha Walaka

11. Pedanda Gede Panji Soegata Sabha Pandita

12. Prof. Ir. I. K. Rika Sabha Walaka

13. Drs. I Wayan Catra Yasa Pengurus Harian PHDI

14. Prof. Dr. 1 Nyoman Sudyana, M.Sc. PHDI Prov. Kalteng

15. Ni Made Susilawati, SH. Sabha Walaka

16. I Ketut Aman PHDI Prov. Kalsel

17. I Ketut Suyadnya Sabha Walaka

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 35

18. I Wayan Sudirta, SH. Sabha Walaka

19. dr. I Ketut Sudiarsa PHDI Prov. Sulbar

20. Ida Pandita Mpu Yoga Sabha Pandita

21. I Made Wadra PHDI Prov. Sultra

22. Dr. Drs. 1 Gusti Ngurah Sudiana,

M.Si

PHDI Prov. Bali

23. GM Sudarmika PHDI Prov. Maluku

24. Acarya Agni Yogananda Pasraman Pandita Raja

Widya

25. Sri Pandita Rsi Agniyoga Mukthi Sabha Pandita

26. Made Artha, BAE Sabha Walaka

27. Putu Wirata Dwikora, SH. Sabha Walaka

28. Ir. Dewa Putu Taman PHDI Prov. Papua

29. I Nyoman Winata PHDI Prov. Kep. Riau

30. Dr. A.A. Ketut Diatmika BPH

31. Drs. I Gde Renjana, MBA. PHDI Prov. NTB

32. Yanto Jaya, SH. Sabha Walaka

33. I Made Waharika, SE. PHDI Prov. Kaltim

34. I Wayan Suparta, SH. PHDI Prov. Lampung

35. Drs. I Wayan Sudiarta PHDI Prov. Gorontalo

36. Drs. I Nyoman Surahatta, SH, MM. PHDI Prov. Jawa

Tengah

37. Naran Sami, SH. PHDI Prov. Sumatera

Utara

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 36

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 37

Lampiran 3:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 04/Kep/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Pembentukan Komisi

Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia

K O M I S I C:

Ketua : Dr. Ir. Ketut Puspa Adnyana, MTP.

Wakil Ketua : Drs. IGN. PutraKusuma, M.Si.

Sekretaris : Made Aripta Wibawa, SH, MH.

Anggota :

NO. NAMA UTUSAN

1. Ida Pandita Mpu Paramayoga Sabha Pandita

2. I Gede Wayan Mulia Sabha Walaka

3. Ida Pedanda Gde Bang Buruan Sabha Pandita

4. Drs. I Ketut Yansen PHDI Prov. Jawa Barat

5. Ida Pandita Dang Guru

Swecadharma

Sabha Pandita

6. Drs. IG Putu Brata PS, MM., M.Sc Pengurus Harian PHDI

Pusat

7. Ida Pandita Jaya Sattwikananda Sabha Pandita

8. Pandita Siwa Sri Satia Silen

Gurukal

Sabha Pandita

9. Pandita Mpu Reka Dharmika

Sandiyasa

Sabha Pandita

10. Ida Pandita Mpu Samyoga Tenaya Sabha Pandita

11. Pandita Mpu Daksa Samyoga Sabha Pandita

12. Ida Pandita Mpu Nabe Dwijawira

Kusuma

Sabha Pandita

13. Ida Pedanda Gde Kertha Arsa Sabha Pandita

14. Sri Mpu Karuna Putra Sabha Pandita

15. Made Mayor Sudharsana Sekretaris Sabha Pandita

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 38

16. Nyoman Wisnawa PHDI Prov. Kaltim

17. Drs. IDG Ngurah Utama, MM. Pengurus Harian

18. Pandita Mpu Jaya Dangka Sutareka Wkl. Dharma Adhyaksa

19. Drs. Putu Wijaya, M.Ag. ISKCON

20. Drs. Putu Witama PHDI Prov. Banten

21. Ir. I Putu Artayasa PHDI Prov. Maluku

Utara

22. Drs. I Ketut Ardana, M.Pd. SAKKHI

23. Drs. Wayan Sutha Yana, SH. PHDI Prov. Jambi

24. Drs. Nengah Pageh Arsana Sabha Walaka

25. I Wayan Diana PHDI Prov. Jambi

26. Drs. Made Metu Dahana, SH, MH. Sabha Walaka

27. Ir. I Ketut Budaraga, M.Si. PHDI Prov. Sumbar

28. Ir. Putu Dupa Bandem, MMA PHDI Prov. Kalbar

29. M. Chandra Bose PHDI Prov. Sumut

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 39

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 40

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 05/KEP/P.A. Parisada /VII/2011

t e n t a n g

PEMBENTUKAN PANITIA PENYELENGGARA

DAN PANITIA PELAKSANA MAHASABHA X

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011

Atas asung kertha waranugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa Mahasabha Parisada Hindu Dharma

Indonesia merupakan pemegang kekuasaan

tertinggi dalam Parisada yang dilaksanakan

setiap 5 tahun sekali;

b. bahwa Mahasabha X Parisada Hindu Dharma

Indonesia akan diselenggarakan pada bulan

Oktober tahun 2011 di Denpasar Bali; dan

c. bahwa berhubung dengan itu, perlu dibentuk

Panitia Mahasabha X Parisada Hindu Dharma

Indonesia Tahun 2011 dengan melibatkan

masyarakat, baik perorangan maupun berbagai

unsur institusi dan organisasi kemasyarakatan

Hindu.

Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/Tap.

M.Sabha/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/Tap.

M.Sabha/2006 tentang Program Kerja Parisada

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 41

Hindu Dharma Indonesaia.

3. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 01/P.A

Parisada/2011 tentang Peraturan Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 02/P.A

Parisada/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Memperhatikan : 1. Hasil Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia tanggal 3-5 Desember 2010

di Denpasar, Bali.

2. Surat Keputusan Pengurus Harian Parisada

Pusat Nomor: 83/SK/Parisada Pusat/III/2011

tentang Panitia Penyelenggara dan Panitia

Pelaksana Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Tahun 2011.

3. Hasil Rapat Konsultasi Pimpinan Parisada

Hindu (Dharma Adhyaksa, Ketua Sabha

Walaka, dan Ketua Umum Pengurus Harian

Parisada Pusat) tanggal 25 Juni 2011.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA

PENYELENGGARA DAN PANITIA

PELAKSANA MAHASABHA X PARISADA

HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011

Pertama : Susunan Panitia Mahasabha X Parisada Hindu

Dharma Indonesia yang disempurnakan

sebagaimana tercantum dalam lampiran,

merupakan bagian tak terpisahkan dari Keputusan

ini.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 42

Kedua : Mengesahkan Susunan Panitia Penyelenggara dan

Panitia Pelaksana Mahasabha X Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

Ketiga : Tugas pokok Panitia Mahasabha sebagaimana

dimaksud dalam diktum pertama adalah:

1. Merencanakan, mempersiapkan dan

melaksanakan penyelenggaraan Mahasabha X

Parisada Hindu Dharma Indonesia di Bali

dengan sebaik-baiknya.

2. Mempersiapkan Rancangan Keputusan dan

Rancangan Ketetapan sebagai bahan /materi

bahasan dalam Mahasabha X Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

3. Melakukan koordinasi dengan instansi dan

lembaga-lembaga yang terkait untuk

melaksanakan penyelenggaraan Mahasabha X

Parisada Hindu Dharma Indonesia.

4. Melaporkan penyelenggaraan Mahasabha X

Parisada Hindu Dharma Indonesia kepada

pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia

hasil Mahasabha X Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Keempat : Apabila terdapat kekeliruan dalam Surat

Keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana

mestinya.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 9 Juli 2011

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 43

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 44

Lampiran 1:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 05/KEP/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Panitia Penyelenggara dan

Panitia Pelaksana Mahasabha X

Parisada Hindu Dharma Indonesia

Tahun 2011

SUSUNAN NAMA-NAMA PANITIA PENYELENGGARA

MAHASABHA X

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011

I. PENASEHAT:

1. Menteri Agama Republik Indonesia.

2. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

3. Gubernur Bali.

4. Ida Pedanda Gde Puniatmadja Oka.

5. Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa.

6. Ida Pedanda Gede Made Gunung.

7. Ida Pedanda Gede Putra Telabah.

8. Ida Pandita Empu Jaya Dangka Suta Reka.

9. Ida Pedanda Gede Panji Sogata.

10. Ida Pandita Sira Empu Dharma Daksi.

11. Ida Pandita Mpu Dukuh Jaya Prateka.

12. Ida Pandita Bujangga Rsi Esti Guru.

13. Prof. Dr. Ida Bagus Gede Yudha Triguna, MS.

14. Prof. Dr. Tjok. Rai Sudharta, MA.

15. Letjen TNI. (Purn) Putu Soekreta Soeranta.

16. I Nyoman Suwandha.SH.

17. Marsdya TNI (Purn) I Gede Sudana.

18. Mayjen Pol. (Purn) Drs. I Made Sudiartha.

19. Mayjen Pol. (Purn) IGM. Putra Astaman.

20. Mayjen TNI (Purn) Ir. I Wayan Gunawan.

21. Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma.

22. Drs. I Ketut Wiana, M.Ag.

23. I Wayan Surpha, SH.

24. Ny. Ir. Rataya B. Kentjanawathy Suwisma.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 45

25. Dr. I Putu Gede Ary Suta, MBA

26. Drs. I Gede Ardika.

27. Prof. Dr. I Made Widnyana, MH.

28. I Wayan Sudirta, SH.

29. Dr. I Wayan Suarjaya, M.Si.

30. Drs. I Gusti Agung Ketut Suthayasa, M.Si.

31. Prof. Dr. I Gede Pitana.

32. Drs. K. Gowindasamy.

33. Ir. I Gusti Ngurah Suyadnya, S.Ag.

II. PENANGGUNG JAWAB : Ketua Umum Pengurus Harian

Parisada Pusat

III. PENYELENGGARA

A. Ketua Umum : Marsdya TNI (Purn) I Gusti

Made Oka, S.E

B. Wakil Ketua Umum : Kolonel Inf. (Purn) I Nengah

Dana, S.Ag

Ketua I : Erlangga Mantik

Ketua II : Brigjen Pol. Drs. K. Untung

Yoga Ana, SH., MM.

Ketua III : Ir. Ketut Suardana Linggih

C. Sekretaris Umum : Ir. Dewa Putu Sukardi, S.Ag,

MBA

Sekretaris I : Ida Made Sugita, S.Ag,

M.Fil.H

Sekretaris II : Ir. I Ketut Suada, M.Si

Sekretaris III : I Wayan Sudane, SE.

D. Bendahara Umum : Drs. IDG Ngurah Utama, MM

Bendahara I : Letkol. Caj. Drs. I Made

Suharta

Bendahara II : I Nyoman Widia, SE, MH.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 46

E. Ketua Bid. Steering Committee : drg. Nyoman Suarthanu

Wakil Ketua : KS Arsana, S.Psi.

Sekretaris : I Made Sutresna, S.Ag, MA.

Wakil Sekretaris : Drs. JM Astono Chandra

Dana, MM

1. Koord. Bidang : Dr. Ir. Nyoman Oka Trijaya

Organisasi

Wakil Koordinator : Brigjen TNI I Nyoman

Wangsawan

Sekretaris : Ir. I Ketut Parwata

Anggota : a. Agus S. Mantik

b. drh. I Ketut Tastra Sukata,

MBA

c. dr. Ketut Lila Murti, S.Ag,

S.PA

d. Drs. Ketut Sugita, MM.

2. Koord. Bidang : KBP (Purn) Drs. I Putu Gde

Prgram Kerja Brata, MM., MBA.

Wakil Koordinator : I Ketut Lancar, SE., M.Si.

Sekretaris : I Komang Adi Setiawan, ST

Anggota : a. Dewa Putu Suradana, SE.,

MM.

b. I Made Awanita, S.Ag,

M.Pd

c. Kishen Raj, SE.

d. I Made Suma, SH. M.Pd.

3. Koord. Bidang : Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D

Keagamaan

Wakil Koordinator : Drs. I Made Sujana, M.Pd.

Sekretaris : Drs. I Nyoman Udayana

Sangging, SH., MM.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 47

Anggota : a. Dr. I Ketut Arnaya, MM.

b. Drs. JM Sudiada, S.Ag, MM

c. Drs. I Ketut Budiasa, M.Si

d. Kolonel Inf. (Purn) I

Nyoman Sulitra

4. Koord. Bidang : Mayjen TNI (Purn) Dr. IGN.

Khusus Arsana, SE, MM, P.Sc.

Wakil Koordinator : I Gede Jaman, S.Ag, M.Si

Sekretaris : I Nyoman Yoga Segara, S.Ag

M.Hum

Anggota : a. Drs. I Gede Rudia Adiputra

M.Ag

b. Drs. Ida Bgs Putu Supriadi,

M.Si

c. Ir. Dharmasilan

d. IDG Taman Dharmaputra,

SH, M.Sc.

F. Ketua Bid. Organizing : Marsma TNI (Purn) Ida Bagus

Committee Surya Adikara

Wakil Ketua : Dewa Ketut Suratnaya, S.Ag

Sekretaris : AS Kobalen, MBA, M.Fil.H

1. Koord. Bidang : Ir. Ida Bagus Made Jaya

Akomodasi dan Konsumsi Maharta, MM., MPM.

Wakil Koordinator : Ir. I Wayan Maryasa

Sekretaris : Letkol. Caj. Drs. Dewa

Nyoman Japa

Anggota : a. Ny. Luh Budiasih Sudana

b. Ny. Kadek Nuryatiningsih

E. Mantik

c. Ny. Ni Kadek Astarini

Suarsana, S.Ag

2. Koord. Bidang : Ny. Tiwi Susanti, S.Ag, M.Pd

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 48

Fasilitas Persidangan dan

Demokrasi

Wakil Koordinator : I Komang Nova Sewi Putra

SE., M.Kom

Sekretaris : Yanto Jaya, SH

Anggota : a. A.A. Ketut Patera, SE.

b. Drs. I Wayan Catrayasa,

MM

c. D. Sures Kumar, S.Ag.

3. Koord. Bidang : Dr. Drs. I Nyoman Budiarna,

Protokol MH.

Wakil Koordinator : Drs. A.A. Gede Yuniartha

Putra, SH., MM.

Sekretaris : Mayor Kowal (Purn) Ni

Nyoman Tjakri Arwati

Anggota : a. I Gusti Ngurah Sucitra, SH.,

M.Si

b. Agung Putri, S.Ag., M.Fil.H

c. Dewa Nyoman Karyawan,

SE.

4. Koord. Bidang : Brigjen. Pol. (Purn) Drs. I

Keamanan Nyoman Gede Sweta, MH

Wakil Koordinator : Marsma. TNI (Purn) I Wayan

Suwitra

Sekretaris : Kolonel Caj. I Ketut Sukirta

SM.

Anggota : a. Kombes Pol. Ketut

Wiardana, SH.

b. Kolonel Inf. Ida Bagus

Purwalaksana

c. Letkol Caj. I Nyoman Surata

S.Ag., M.Fil.H

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 49

d. AKBP Drs. Pande Made

Cakra, M.Si.

5. Koord. Bidang : dr. Aryawan Wicaksana, MKK

Kesehatan

Wakil Koordinator : Prof. Dr. dr. Wayan Wita,

SPJK.

Sekretaris : dr. Ida Bagus Nyoman Banjar,

MKM.

Anggota : a. drg. Ida I Dewa Ayu Ngurah

Poppy D. Arini

b. dr. Ni Ketut Rani Agung

G. Ketua Bidang Humas/ : Ida Bagus Alit Wiratmaja, SH.

Publikasi dan Dokumentasi

Wakil Ketua : Dr. A.A. Diatmika, MBA.

Sekretaris : I Nyoman Arthayasa, M.Si.

Wakil Sekretaris : A.A.A. Widyasari, SH.

1. Koord. Bidang : Ir. I Putu Suarsana

Dokumentasi

Wakil Koordinator : I Gusti Bagus Sutarta, S.Ag.

Sekretaris : Mayor Inf. Drs. I Ketut Murda

Anggota : a. I Gde Agastya

b. Ruslan

c. Aris Sugiarto

2. Koord. Bidang : Letkol Caj. Drs. Dewa Ketut

Humas/Publikasi Budiana, M.Fil.H.

Wakil Koordinator : Drs. I Wayan Budha, M.Pd.

Sekretaris : Ida Bagus Sukarta

Anggota : a. Ida Bagus Putu Parwata, Sos

b. I Putu Kisnu Gupta, SH.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 50

H. Ketua Bidang Dana : Ir. I Kadek Sardjana

Wakil Ketua : Gde Sumarjaya Linggih, SE.

Sekretaris : Dr. Ir. I Wayan Koster, MM

Wakil Sekretaris : I Wayan Suharta, S.Ag., M.Si

Anggota : a. A.A. Ngurah Wirawan, SE

b. Dr. I Ketut Marjana

c. Ir. I Nyoman Gde

Wiryanata, MBA.

d. Ir. I Made Sudarta, MBA.

e. Ir. I Gusti Agung Ngurah

Adnyana, MA.

f. Ir. I Wayan Alit Antara

g. Ir. Ketut Gede Yudantara

h. Agung Jelantik Sanjaya

i. Ir. I Made Mandra, MBA.

j. Ir. I Gusti Ketut Gede Suena

k. Drs. I Wayan Sugiana, MM.

l. Sures G. Vaswani

m. Ir. Ida Bagus Mardawa

n. Drs. I Wayan Gunastra, MM

o. Ir. Nyoman Gde Kusdiana

p. Ir. Ida Bagus Wirajaya

q. Dr. I Nyoman Marpa

1. Koord. Bidang : I Gusti Komang Widana,

Sekretariat S.Ag., M.Fil.H.

Wakil Koordinator : AA. Oka Mantara

Anggota : a. Desak Kutha Agustini

b. Putu Nugata

c. Ketut Rudita Marta

d. Anom A. Wirotama, SE, Ak

e. Awang Darmawang

f. Achmad Syaiful

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 51

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 52

Lampiran 2:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 05/KEP/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Panitia Penyelenggara dan

Panitia Pelaksana Mahasabha X

Parisada Hindu Dharma Indonesia

Tahun 2011

PANITIA PELAKSANA DAERAH MAHASABHA X

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011

A. PENASEHAT

a. Dharma Uphapathi Parisada Provinsi Bali

b. Korwil Bali Nusra Parisada Hindu Dharma Indonesia

B. PANITIA PELAKSANA DAERAH

Ketua : Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si

Wakil Ketua I : I Made Raka Santeri, S.Ag., M.Ag.

Wakil Ketua II : I Wayan Bagiarta, S.H., M.H.

Sekretaris : I Putu Wirata Dwikora, SH.

Wakil Sekretaris : I Nyoman Sunarta, SH.

Bendahara : Ir. Nyoman Gde Nala

Wakil Bendahara : I Made Suasti Puja, SE

SEKSI-SEKSI

1. KESEKRETARIATAN

Koordinator : I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag, M.Ag

Anggota : 1. I Made Mulya, S.MIP., M.Ag

2. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa,

ST., MT.

3. I Wayan Ariawan, SH

4. I Ketut Suinaya, SE

5. I Gede Budi Artana, SH

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 53

6. I Nengah Artawan

7. I Wayan Suantika

8. Kadek Sumadiarta

9. I Ketut Sumada

10. I Made Hartaka

2. UPAKARA DAN KEROHANIAN

Koordinator : Pinandita Anak Agung Mayun

Anggota : 1. Pinandita Putu Mas Sujana

2. Pinandita Wayan Catur

3. Pinandita Wayan Candra

4. Pinandita I Wayan Sura

5. Dra. Gusti Ayu Kartika, M.Ag

6. 1 Wayan Merta Suteja

3. PROTOKOL dan ACARA

Koordinator : Dra. Ida Ayu Tary, M.Par., M.Ag

Anggota : 1. I Gusti Ngurah Artha, SH

2. I Made Mayor Sudharsana, S.Sos

3. I Made Amir Agastya

4. Poniman, S.Ag., M.Fil.H

5. I Gede Adnyana, S.Sos

6. I Wayan Suarmaja

7. I Ketut Sumarya, SE

8. Drs. I Ketut Nuada

9. I Made Bawak

10.1 Dewa Putu Agus Darmawan

4. PERSIDANGAN

Koordinator : Ni Putu Winanti, S.Ag., M.Ag

Anggota : 1. 1 Nyoman Pegug

2. 1 Gede Sutarya, S.Ag, M.Ag

3. Ida Ayu Adi Armini, S.Ag, M.Ag

4. Dra. Gusti Ayu Mastini, M.Ag

5. 1 Made Arka, S.Pd

6. Putu Lisa Agustin

7. Ni Luh Denny Purwanti

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 54

5. AKOMODASI

Koordinator : I Gusti Ngurah Mendra, S.Sos.

Anggota : 1. Drs. I Wayan Suardika

2. 1 Gede Sudibya, SE

3. 1 Made Indrawan, SH

4. Ni Putu Rita Yani Asri

5. Ni Luh Putu Adnyani

6. 1 Made Gde Juniarta

7. 1 Ketut Juni Artha

6. TRANSPORTASI

Koordinator : Dr. Drs. Anak Agung Ketut

Sudiana, SH., AMA., MH

Anggota : 1. Suryadipraja, S.Ag., M.Phil.H

2. Dra. Luh Dewi Pusparini, M.Ag

3. 1 Ketut Ngastawa, SH

4. Sundariani

5. Ni Wayan Sukmawati

6. 1 Putu Suartika

7. KONSUMSI

Koordinator : I Nyoman Kenak, SH

Anggota : 1. Drs. I Gusti Agung Mangku Adiarta

2. Drs. I Made Mudana

3. Ni Made Suasti, SE

4. 1 Dewa Gede Agus Priana Putra

5. 1 Made Arya Witarta

6. 1 Ketut Pasek Suriyawan

8. KESEHATAN

Koordinator : Prof. Dr. dr. I Ketut Sukardika, Sp.MK

Anggota : 1. Dr. Puspaningrum, M.For

2. dr. I Putu Widiana Pasek

3. dr. Jero Made Maitria, Sp.PD

4. Drs. I Wayan Sukra

5. 1 Nyoman Alit Sukarta

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 55

9. PUBLIKASI, DOKUMENTASI DAN HUMAS

Koordinator : Jero Mangku Subagia, S.Ag, M.Fil.H

Anggota : 1. Ni Kadek Surpi Arya Dharma, S.Pt,

M.Fil.H.

2. Drs. I Ketut Darsana

3. Drs. I Ketut Semaraguna

4. Ni Putu Lia Kartika

5. 1 Made Budiarta

10. PERLENGKAPAN DAN DEKORASI

Koordinator : I Made Gde Hamawa, S.Ag

Anggota : 1. Femandus Nanduq, S.Ag, M.Ag

2. Dra. Relin D.E. M.Ag

3. 1 Made Sugita, SE

4. Drs. I Wayan Tontra

5. 1 Nyoman Sarmidin

11. KEAMANAN

Koordinator : Drs. Dewa Made Ngurah

Anggota : 1. 1 Ketut Narda

2. 1 Putu Wilasa

3. 1 Made Siman Rimbawa

4. 1 Wayan Eko Yanto

5. 1 Ketut Werdinaya

6. Ni Wayan Sukanti

12. KESENIAN

Koordinator : Pinandita Arsa Widjaja, SH

Anggota : 1. 1 Gede Puasa, S.Ag

2. 1 Wayan Sukayasa, ST

3. Ida Anuraga Nirmalayani, SE.,

M.Ag

4. Dewa Made Wisnawa, S.Sn

5. 1 Komang Suarmika, S.Ag

6. 1 Gede Budi Adi Mahardika

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 56

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 57

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 06/KEP/P.A. Parisada/VII/2011

t e n t a n g

RANCANGAN DESAIN UTAMA DAN PROGRAM KERJA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

SEBAGAI BAHAN MATERI MAHASABHA X

Atas asung kerta waranugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia sebagai forum Rapat Kerja

Nasional dalam Parisada;

b. bahwa Rancangan Desain Utama dan Program

Kerja yang dibahas dalam Pesamuhan Agung

sebagai bahan materi Mahasabha X Parisada;

dan

c. bahwa berhubung dengan itu perlu dikeluarkan

Keputusan Pesamuhan Agung tentang Desain

Utama dan Program Kerja Parisada.

Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M.Sabha

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/TAP/M. Sabha

IX/2006 tentang Program Kerja Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 01/KEP/PA

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 58

Parisada/2011 tentang Peraturan Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: 02/KEP/PA

Parisada/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan Saran peserta dalam Sidang Paripuma III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 10 Juli 2011.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

TENTANG RANCANGAN DESAIN UTAMA

HINDU DHARMA INDONESIA DAN

PROGRAM KERJA SEBAGAI BAHAN

MATERI MAHASABHA X PARISADA HINDU

DHARMA INDONESIA.

Pertama : Mengesahkan Desain Utama dan Program Kerja

Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai bahan

materi Mahasabha X Parisada.

Kedua : Materi lengkap Program Kerja Parisada Hindu

Dharma Indonesia sebagaimana dimaksud pada

diktum pertama terdapat dalam lampiran yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan

ini.

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 59

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 60

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 06/Kep/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Rencana Desain Utama dan

Program Kerja Parisada Hindu Dharma

Indonesia Sebagai Bahan Materi

Mahasabha X

DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA

LATAR BELAKANG

Sejak bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan, dan lebih

tepatnya sejak Parisada didirikan pada 23 Februari 1959, hingga saat

ini umat Hindu di Indonesia belum pemah secara khusus mendesain

keberadaannya ke depan.

Tiadanya desain secara khusus tentang rencana masa depannya

membuat umat Hindu di Indonesia pun tidak jelas kontribusinya bagi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.

Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai majelis tertinggi Agama

Hindu di Indonesia memiliki tanggung jawab utama dalam

menentukan arah dan kontribusi Agama Hindu dalam kehidupan

bangsa Indonesia ke depan.

Oleh karenanya, dalam forum Pesamuhan Agung Parisada Tahun

2011 ini, Panitia Pesamuhan Agung mengambil inisiatif dan

mengusulkan rancangan “DESAIN UTAMA HINDU DHARMA

INDONESIA” sebagai desain utama arah dan strategi pengembangan

Hindu di Indonesia ke depan.

Rancangan “DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA” ini

hendaknya dibahas secara kritis dan disepakati untuk kemudian

ditetapkan sebagai keputusan Pesamuhan Agung dan dijadikan

sebagai salah satu materi dan Ketetapan dalam Mahasabha X

Parisada Tahun 2011.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 61

TUJUAN

“DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA” ini disusun

dengan tujuan:

1. Menentukan arah, strategi, dan program-program umum

pengembangan Agama Hindu dan masyarakat Hindu di Indonesia ke

depan.

2. Menyiapkan rencana induk (master plan) bagi seluruh komponen

Agama Hindu di Indonesia, baik Parisada sebagai majelis tertinggi

Agama Hindu di Indonesia maupun lembaga dan organisasi yang

bemafaskan Hindu, dalam menyusun program kerjanya.

3. Menentukan Program Umum bagi Parisada sebagai majelis tertinggi

Agama Hindu di Indonesia maupun lembaga dan organisasi yang

bemafaskan Hindu dalam membangun kerjasama lintas agama dan

dengan pemerintah bagi kemajuan bangsa dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

VISI DAN MISI PARISADA

Visi Parisada

Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang bahagia dan

sejahtera (moksartham jagadhita) bersumber pustaka suci Veda dan

berdasarkan Pancasila.

Misi Parisada

a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang

tattva (filsafat), susila (etika), dan acara (ritual) Hindu secara luas

dan merata;

b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang jagadhita dengan etika,

moral, dan spiritual yang tinggi berdasarkan Dharma;

c. Mendorong gerakan dharma dana untuk peningkatkan pendidikan,

ekonomi, sosial dan kesehatan agar terwujudnya kesejahteraan bagi

umat Hindu dan bangsa Indonesia;

d. Menumbuhkembangkan wawasan, solidaritas, dan keharmonisan

internal, antar umat beragama, dan dengan pemerintah; dalam

Imgkup nasional maupun intemasional; dan

e. Mengoptimalisasi peran Parisada.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 62

TEMA UTAMA

1959-2011 2011-2060

TEMA

UTAMA

EKSISTENSI &

INSTITUSIONALISASI

AKTUALISASI &

KONTRIBUSI

PILAR Intemalisasi Nilai-mlai

Revitalisasi Sumber Daya

Profesionalisasi

Organisasi

Kolaborasi Kelembagaan

SASARAN

UTAMA

Keberadaan Agama Hindu

di Indonesia yang

mendapat fasilitas

pelayanan dari negara.

Pembentukan dan

penguatan institusi dan

organisasi bernafaskan

Hindu.

Diakui oleh masyarakat

umum dan lembaga

keagamaan lainnya.

Agama: Diseminasi,

intemalisasi, dan

implementasi nilai-nilai.

Ekonomi: Sejahtera,

mandiri, dan ketahanan.

Pendidikan: Sumber daya

manusia yang unggul baik

karakter maupun

kompetensi.

Kesehatan: Budaya hidup

sehat.

Budaya: Penghargaan dan

penguatan kearifan local.

Kemanusiaan: Kesamaan

hak, peduli dan melayani.

Lingkungan: Penghargaan

dan pelestarian.

Organisasi: Kerjasama

dan sinergi.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 63

MODEL DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA

ANALISIS SWOT SITUASI SAAT INI - INTERNAL

STRENGTHS (KEKUATAN) WEAKNESSES

(KELEMAHAN)

1. Memiliki nilai-nilai yang universal

dan kuat: Satyam, Rtam, Diksa,

Tapa, Brahma, Yadnya, Tat Twam

Asi, Tri Kaya Parisuda, Tri Hita

Karana, dan Bhakti.

Pendidikan rendah,

pengetahuan agama kurang,

tidak percaya diri, kurang

antisipasi, human relation

kurang, sulit beradaptasi, dan

HINDU DHARMA IDONESIA 2011

RE

VIT

AL

ISA

SI

SU

MB

ER

DA

YA

KO

LA

BO

RA

SI

KE

LE

MB

AG

AA

N

PR

OF

ES

ION

AL

ISA

SI

OR

GA

NIS

AS

I

VISI 2060

Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia

yang moksartham jagadhita bersumber pada pustaka suci

Veda dan berdasarkan Pancacial

AK

TU

AL

ISA

SI

NIL

AI-

NIL

AI

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 64

komitmen berorganisasi

kurang, talenta belum terdata

dan belum diberdayakan.

2. Talenta, karakter dan kapabilitas

sumber daya manusia secara

umum baik.

3. Parisada diakui oleh masyarakat

umum, lembaga keagamaan

lainnya, dan pemerintah.

Parisada tidak profesional

dan kurang berani

menyuarakan interes umat,

kurang cepat menangkap

peluang.

4. Memiliki potensi sumber daya

finansial dan difasilitasi dengan

bhisama untuk penggalangan

dana.

Data tidak valid dan tidak

update.

5. Koordinasi dengan majelis-

majelis tinggi agama lainnya

(MUI, KWI, PGI, WALUBI,

MATAKIN).

Tidak memiliki dana karena

sistem memobilisasi dana

kurang sehingga potensi

sumber dana belum digali.

6. Budaya nusantara yang bernilai

Hindu dan World Heritages.

Kurang koordinasi antara:

Pengurus Parisada, organ-

organ Parisada (Sabha

Pandita, Sabha Walaka,

Pengurus Harian); pengurus

pusat dan daerah; Parisada

dengan organisasi

bernafaskan Hindu; Parisada

dengan Bimas Hindu;

Parisada dengan lembaga

keagamaan bernafaskan

Hindu di luar negeri.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 65

ANALISIS SWOT SITUASI SAAT INI - EKSTERNAL

OPPORTUNITIES

(PELUANG) THREATS (ANCAMAN)

1. 4 Pilar kehidupan, berbangsa, dan

bernegara: Pancasila, UUD 1945,

NKRI, dan Bhinneka Tunggal

Ika.

Ada gerakan yang

menyimpang dari 4 pilar.

2. Peluang untuk inovasi cukup

besar; pertumbuhan ekonomi

nasional cukup baik.

Upaya-upaya menipulatif

atas kekayaan intelektual

Hindu (wayang, yoga,

meditasi, vegetarian),

dominasi pihak-pihak

tertentu pada sumber daya

ekonomi, Perilaku pejabat

yang diskriminatif (KTP,

akta perkawinan, ijazah

kelulusan, sertifikat rumah

ibadah), organisasi

fundamentalis.

3. Banyak penduduk Indonesia yang

beragama secara formasl (KTP);

tingkat kemiskinan yang tinggi.

Keberadaan umat yang

tersebar secara sporadic

dalam kelompok kecil-kecil

sehingga posisi tawar lemah,

kemiskinan dan rendahnya

pendidikan umat Hindu.

4. Undang-Undang No.20 tahun

2003 tentang Sisdiknas, Peraturan

Bersama Menteri tentang

Pendirian Tempat Ibadah,

Undang-Undang tentang Cagar

Budaya, kebijakan pembangunan

infrastruktur, program

Undang-Undang No.1 tahun

1974 tengtang Perkawinan,

Undang-Undang Pornografi,

Perda-Perda Syariah.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 66

transmigrasi.

Permenag RI tentang PP 55 tahun

2007 tentang Penidikan Agama,

dan Keagamaan yang belum

diterbitkan Permenag tentang

Pendidikan Keagamaan.

5. Organisasi internal berbasis

Hindu (Seva Internasional, Visva

Hindu Parisad/World Hindu

Council, World Hindu

Federation, dsb) organisasi

internasional umum (Human

Rights, Religions for Peace, dsb),

organisasi berbasis agama di

Indonesia (ICR-Indonesia, ICRP,

dsb).

Kecenderungan public

terhadap gaya hidup

hedonism (mengutamakan

keduniawiaan), hidup secara

instant. Penyimpangan

terhadap Tri Hita Karana.

6. Kecenderungan masyarakat dunia

beralih dari agama formal ke

spiritualitas, meningkatnya animo

dan pilihan melakukan yoga dan

meditasi, pilihan hidup untuk

makan vegetarian, pilihan hidup

kembali kea lam (back to nature).

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 67

INT

ER

NA

LIS

AS

I

NIL

AI-

NIL

AI

RE

VIT

AL

ISA

SI

SU

MB

ER

DA

YA

INITIATIVE STRATEGY & PROGRAM UMUM

PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM

1. Sosialisasi dan

internalisasi nilai-nilai

universal: Satyam,

Rtam, Diksa, Tapa,

Brahma, Yadnya, Tat

Tvam Asi, Tri Kaya

Parisudha, Tri Hita

Karana, dan Bhakti.

1) Menyiapkan

pedharmawacana yang

handal. 2) Menyiapkan materi

Dharma Wacana. 3) Melaksanakan Dharma

Wacana dan Dharma Tula

terprogram secara rutin. 4) Menerbitkan dan

mendistribusikan materi

publikasi nilai-nilai

universal Hindu.

PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM

1. Mendayagunakan

talenta, karakter dan

kapabilitas sumber daya

manusia secara umum

baik.

1) Menginventarisasi sumber

daya manusia yang

memiliki talenta, karakter,

dan kapabilitas.

2) Mengorganisasikan dan

mendayagunakan sumber

daya manusia yang

memiliki talenta, karakter,

dan kapabilitas.

2. Memobilisasi dan

mendayagunakan

potensi sumber daya

finansial.

1) Menginventarisasikan

sumber-sumber daya

finansial.

2) Merevitalisasi dan

mengembangkan sistem

mobilisasi sumber daya

finansial, baik intensifikasi

maupun ekstensifikasi.

3) Melaksanakan mobilisasi

sumber daya finansial.

4) Mengelola sumber daya

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 68

RE

VIT

AL

ISA

SI

SU

MB

ER

DA

YA

finansial secara

professional dan akuntabel.

3. Mengambil manfaat

dari budaya nusantara

dan world heritages.

1) Menginventarisasi

kekayaan budaya nusantara

dan world heritages.

2) Mengukuhkan identitas

kehinduan pada kekayaan

budaya nusantara dan

world heritages.

3) Melestarikan budaya

nusantara dan world

heritages.

4) Mendayagunakan budaya

nusantara dan world

heritages.

4. Meningkatkan

pendidikan dan

pengembangan SDM.

1) Mengkampanyekan

semangat belajar

2) setinggi-tingginya bagi

umat Hindu.

3) Memfasilitasi umat Hindu

agar bisa belajar setinggi-

tingginya.

4) Membuat desain sistem

pendidikan dengan nilai-

nilai Hindu.

5) Mempersiapkan lembaga,

sarana, prasarana, dan

SDM.

6) Mengoperasionalisasikn

pendidikan dan

pengembangan SDM.

5. Melakukan mapping

keumatan. 1) Mengumpulkan data

jumlah umat dan potensi

keumatan, rumah ibadat,

rohaniwan, penyuluh, guru

agama, dsb.

2) Membuat database dan

mengolah menjadi pusat

informasi keumatan.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 69

PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM

Meningkatkan

profesionalitas Parisada.

1) Mendata calon-calon

Pengurus Parisada yang

memiliki potensi,

kompetensi, dan sikap

professional.

2) Meningkatkan konsolidasi

organisasi Parisada.

3) Meningkatkan

profesionalitas dalam

manajemen organisasi.

PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM

1. Memanfaatkan

pengakuan terhadap

Parisada oleh

masyarakat umum,

lembaga keagamaan

lainnya, dan

pemerintah.

1) Meningkatkan sosialisasi

Bhisama-Bhisama yang

sudah ditetapkan Parisada.

2) Meningkatkan kerjasama

program dengan lembaga

keagamaan lain dan

pemerintah. 3) Proaktif menyampaikan

usulan dan atau

rekomendasi kepada

pemerintah yang terkait

dengan interes umat Hindu.

2. Memanfaatkan

hubungan baik dengan

majelis-majelis agama

dan organisasi

keagamaan lainnya.

1) Meningkatkan secara aktif

peran Parisada dalam

kegiatan lintas agama.

2) Aktif menyuarakan

kepentingan umat dalam

forum-forum lintas agama.

3. Membangun sinergi

antar: pengurus, organ-

organ (Sabha Pandita,

Sabha Walaka,

Pengurus Harian);

pengurus pusat dan

1) Meningkatkan kerjasama

antar pengurus dan organ

Parisada.

2) Meningkatkan komunikasi,

koordinasi, dan kerjasama

Parisada dengan

PR

OF

ES

ION

AL

OR

GA

NIS

AS

I K

OL

AB

OR

AS

I

KE

LE

MB

AG

AA

N

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 70

daerah; parisada dengan

organisasi bernafaskan

Hindu; Parisada dengan

Bimas Hindu; Parisada

dengan lembaga

keagamaan bernafaskan

Hindu di luar negeri.

organisasi-organisasi

bernafaskan Hindu baik di

dalam negeri maupun di

luar negeri.

3) Meningkatkan komunikasi,

koordinasi, singkronisasi

dan kerjasama antara

Parisada dan Bimas Hindu,

baik di pusat maupun di

daerah.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 71

STRUKTUR ORGANISASI PARISADA

SABHA PANDITA

MAHASABHA

SABHA PANDITA

PENGURUS HARIAN

PENGURUS HARIAN

TINGKAT DAERAH

SABHA WALAKA

BADAN/LEMBAGA

YAYASAN PARUMAN

PANDITA

PARUMAN

WALAKA

DHARMA ADHYAKSA

WAKIL DHARMA ADHYAKSA

ANGGOTA SABHA PANDITA

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 72

SABHA WALAKA

KOMISI

EKONOMI &

KESEJAHTERAAN

KOMISI

KESEHATAN,

WANITA & ANAK

KOMISI

LINGKUNGAN

HIDUP

KOMISI

SAINS, PENGKAJIA &

PENGEMBANGAN

KOMISI

PENDIDIKAN &

KEBUDAYAAN

KETUA SABHA

WALAKA

SEKRETARIS

SABHA WALAKA

WAKIL KETUA

SABHA WALAKA

WAKIL KETUA

SABHA WALAKA

WAKIL KETUA

SABHA WALAKA

KOMISI

SOSIAL

KEMANUSIAAN

KOMISI

KEAGAMAAN

KOMISI

IDEOLOGI, POLITIK,

HUKUM DAN HAM

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 73

PENGURUS HARIAN

KETUA UMUM

SEKRETARIS UMUM BENDAHARA UMUM

WKL. BEND. UMUM WKL. SEK. UMUM

KETU

A B

IDA

NG

O

RG

AN

ISASI &

HU

BU

NG

AN

LN

KETU

A B

IDA

NG

K

EAG

AM

AA

N

KETU

A B

IDA

NG

P

END

IDIK

AN

&

KEB

UD

AYA

AN

KETU

A B

IDA

NG

EKO

NO

MI &

KESEJA

HTER

AA

N

KETU

A B

IDA

NG

LING

KU

NG

AN

HID

UP

KETU

A B

IDA

NG

KESEH

ATA

N,

WA

NITA

& A

NA

K

KETU

A B

IDA

NG

SOSIA

L K

EMA

NU

SIAA

N

KETU

A B

IDA

NG

ID

EOLO

GI, P

OLITIK

,

HU

KU

M &

HA

M

KETU

A B

IDA

NG

SA

INS, P

ENG

KA

JIAN

& P

ENG

EMB

AN

GA

N

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 74

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 07/KEP/P.A.Parisada/VII/2011

t e n t a n g

RANCANGAN PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR

DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

SEBAGAI MATERI BAHASAN MAHASABHA X

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

Atas asung kertha Waranugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum Rapat

Kerja Nasional antara lain untuk menyiapkan

bahan/materi Mahasabha Parisada; dan

b. bahwa untuk mendukung terwujudnya visi,

misi dan fungsi Parisada Hindu Dharma

Indonesia sebagai suatu Majelis Tertinggi

Umat Hindu Indonesia, dipandang perlu

membuat rancangan penyempumaan Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Parisada

Hindu Dharma Indonesia.

Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M.Sabha

IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu

Dharma Indonesia.

2. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 01/P.A

Parisada/2011 tentang Peraturan Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 75

3. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 02/P.A

Parisada/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia tanggal 10 Juli 2011.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA TENTANG RANCANGAN

PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR

DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

SEBAGAI MATERI BAHASANMAHASABHA

X

Pertama : Menetapkan dan mengesahkan Penyempurnaan

Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Kedua : Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia

sebagaimana dimaksud diktum pertama

selengkapnya tercantum dalam lampiran, yang

merupakan kesatuan tak terpisahkan dengan

Keputusan ini.

Kegita : Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai

materi bahasan pada Mahasabha X Parisada

Tahun 2011

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 76

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 77

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 07/Kep/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang Penyempumaan Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Sebagai Materi Bahasan Mahasabha X

Parisada Hindu Dharma Indonesia

ANGGARAN DASAR

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

MURDHA CITTA

Bahwa Hyang Widhi Wasa telah mewahyukan Veda guna

menuntun dan membimbing umat manusia untuk mencapai kesejahteraan

lahir dan batin (jagadhita) dalam rangka mewujudkan puncak jati dirinya

serta mencapai kebahagiaan yang kekal abadi (moksa).

Bahwa pustaka suci Veda adalah sumber Dharma yang menuntun

umat manusia menempuh hidup guna mencapai jagadhita sampai ke

tingkat pembebasan menuju moksa, melalui pengamalan sraddha dan

mewujudkan bhakti.

Bahwa alam semesta adalah wujud kemahakuasaan-Nya dan umat

manusia adalah bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan, maka

Dharma dalam segala aspek kehidupan adalah wujud bhakti yang

memupuk rasa cinta kasih kepada sesama manusia dan alam lingkungan

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Bahwa atas asung kerta waranugraha Hyang Widhi Wasa,

didorong oleh keinginan luhur dan tulus serta tanggung jawab untuk

melayani umat dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, damai,

dan harmonis yang dilandasi oleh kesadaran spiritual, maka dengan ini

umat Hindu berketetapan hati membentuk Majelis Tertinggi Agama

Hindu di Indonesia sebagai wahana pengabdian; dengan suatu Anggaran

Dasar yang merupakan Marga Citta.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 78

BAB I

NAMA, SIFAT DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Majelis ini bemama Parisada Hindu Dharma Indonesia, selanjutnya

disebut Parisada, didirikan di Denpasar, Bali, pada hari Soma Wage

Julungwangi, Pumama Palguna Masa, Saka Warsa seribu delapan ratus

delapan puluh (Saka 1880) yang bertepatan dengan hari Senin tanggal

dua puluh tiga bulan Februari tahun seribu sembilan ratus lima puluh

sembilan (23 Februari 1959), untuk waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 2

Parisada adalah Majelis Tertinggi Agama Hindu di Indonesia, bersifat

keagamaan dan independen.

Pasal 3

Parisada Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.

BAB II

ASAS

Pasal 4

(1) Parisada berasaskan Dharma yang bersumber pada pustaka suci

Veda.

(2) Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, Parisada

berasaskan Pancasila.

BAB III

VISI, MISI, DAN SASARAN

Pasal 5

Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang moksartham

jagadhita bersumber pustaka suci Veda dan berdasarkan Pancasila.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 79

Pasal 6

Parisada mengemban Misi sebagai berikut:

a. Menyebarluaskan/mendiseminasikan pengetahuan dan pemahaman

yang benar tentang tattva, susila, dan acara Hindu secara luas dan

merata;

b. Mewujudkan kehidupan bermasyarakat dengan etika, moral, dan

spiritual yang tinggi dalam mendukung tercapainya tujuan hidup

hmlasarkan Dharma;

c. Menumbuhkembangkan wawasan, solidaritas, dan keharmonisan

internal serta antar umat beragama dalam lingkup nasional maupun

internasional;

d. Mendorong gerakan peningkatan kesejahteraan sosial bagi umat

Hindu dan bangsa Indonesia.

Pasal 7

Sasaran yang ingin dicapai adalah:

1. Terwujudnya masyarakat Hindu yang memiliki sraddha dan bhakti,

etika, moral, kecerdasan, integritas, komitmen, serta ketahanan

ekonomi;

2. Terwujudnya masyarakat Hindu yang setara dengan masyarakat lain

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara;

3. Terwujudnya masyarakat yang peduli, harmonis, sejahtera dan

bahagia.

BAB IV

FUNGSI DAN TUGAS POKOK

Pasal 8

Fungsi Parisada adalah:

a. Menetapkan dan menyebarluaskan/mendiseminasikan Bhisama;

b. Mengambil keputusan dalam hal terdapat perbedaan ajaran dan

penafsiran dalam pustaka suci Veda.

c. Menjadi inspirator, inisiator, dinamisator, regulator, mediator, dan

stabilisator yang berkaitan dengan eksistensi umat.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 80

Pasal 9

Tugas Pokok Parisada adalah:

a. Melayani umat Hindu dalam meningkatkan pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan ajaran suci Veda;

b. Meningkatkan pengabdian dan peran umat Hindu dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

c. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang bertanggungjawab,

peduli, rukun, dan harmonis di lingkungan intern, antar umat

beragama, dan dengan pemerintah;

d. Memelihara dan mengembangkan kerjasama dengan setiap

organisasi, badan, lembaga, dan institusi yang bergerak dalam bidang

keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan; yang berlingkup

nasional dan intemasional.

BAB V

NILAI-NILAI

Pasal 10

Nilai-nilai luhur yang menjadi dasar pengabdian Parisada adalah:

1. Satyam, yaitu kesetiaan terhadap ajaran suci Veda yang diwujudkan

dalam kesatuan pikiran, perkataan, dan perbuatan;

2. Rtam, yaitu kesetiaan terhadap Dharma yang diwujudkan dalam

ketaatan pada hukum agama dan hukum Negara;

3. Tapah, yaitu ketekunan dalam upaya pengendalian diri yang

diwujudkan dalam kesederhanaan, kejujuran, dan kedisiplinan;

4. Bhakti, yaitu ketulusan melakukan pengabdian sebagai bentuk yajna;

5. Tat Tvam Asi, yaitu pikiran, sikap, dan perilaku yang mengutamakan

kebersamaan, kesetaraan, dan keadilan.

Pasal 11

Pengurus Parisada menerapkan sistem manajemen yang mengedepankan

tata kelola organisasi yang baik, meliputi:

1. Transparansi, yaitu transparan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi mengenai lembaga.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 81

2. Kemandirian, yaitu pengelolaan dilakukan secara professional tanpa

ada benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak

manapun, kecuali semata-mata untuk kepentingan lembaga.

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan tugas pokok, fungsi, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban seluruh unit, sehingga pengelolaan lembaga

dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

4. Bertanggungjawab, yaitu kesesuaian pengelolaan lembaga dengan

peraturan yang berlaku, dan etika, serta prinsip-prinsip kelembagaan

yang sehat.

5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-

hak semua pihak yang timbul berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB VI

SUSUNAN PARISADA

Pasal 12

(1) Susunan Parisada disesuaikan dengan susunan wilayah administrasi

pemerintahan.

(2) Susunan Parisada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

Parisada tingkat pusat dan Parisada tingkat daerah.

(3) Parisada Tingkat Daerah terdiri atas:

a. Parisada Provinsi yang kedudukannya berada di bawah Parisada

Pusat;

b. Parisada Kabupaten/Kota yang kedudukannya berada di bawah

Parisada Provinsi;

c. Parisada Kecamatan yang kedudukannya berada di bawah

Parisada Kabupaten/Kota;

d. Parisada Desa/Kelurahan yang kedudukannya berada di bawah

Parisada Kecamatan.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 82

BAB VII

STRUKTUR PARISADA PUSAT

Pasal 13

Organ Parisada Pusat terdiri atas:

a. Sabha Pandita merupakan organ tertinggi Parisada;

b. Sabha Walaka merupakan organ Dewan Pakar;

c. Pengurus Harian merupakan organ Pelaksana.

Pasal 14

(1) Fungsi Sabha Pandita adalah menetapkan Bhisama.

(2) Tugas dan wewenang Sabha Pandita adalah:

a. Menetapkan dan mendiseminasikan Bhisama;

b. Mengambil keputusan dalam hal terdapat perbedaan ajaran dan

penafsiran dalam pustaka suci Veda;

c. Membuat keputusan di bidang keagamaan terkait dengan

masalah-masalah aktual;

d. Menghadiri acara resmi kenegaraan dan keagamaan yang bersifat

nasional, regional, dan intemasional;

e. Memberi arahan kepada Sabha Walaka dan Pengurus Harian;

f. Meminta laporan dari Pengurus Harian dan Pengurus Parisada

Daerah ten tang diseminasi dan pelaksanaan Bhisama;

g. Memberikan sanksi kepada anggota Sabha Pandita, Sabha

Walaka, Pengurus Harian, dan Pengurus Parisada Daerah, yang

terbukti melakukan penyimpangan dan/atau pelanggaran

terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Parisada.

(3) Wewenang sebagaimana dimaksud pada huruf g diputuskan dalam

forum Sabha Pandita dan disahkan dalam Pesamuhan Agung.

Pasal 15

Dalam melaksanakan wewenangnya, Sabha Pandita senantiasa

menggunakan Agama Pramana, Anumana Pramana dan Pratyaksa

Pramana serta berpegang teguh kepada sumber hukum Hindu, yaitu:

a. Sruti (Veda);

b. Smerti (Dharmasastra);

c. Sila (suri tauladan orang suci);

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 83

d. Acara (tradisi yang baik);

e. Atmanastusti (kesepahaman dan keheningan hati).

Pasal 16

(1) Fungsi Sabha Walaka adalah mendampingi Sabha Pandita dan

memberi pertimbangan kepada Pengurus Harian.

(2) Tugas dan wewenang Sabha Walaka adalah:

a. Melakukan kajian dan mempersiapkan bahan-bahan Pesamuhan

Sabha Pandita;

b. Menyampaikan perkembangan aktual di bidang keagamaan dan

kemasyarakatan kepada Sabha Pandita;

c. Memberi pendapat, pandangan, dan pertimbangan kepada

Pengurus Harian;

d. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Bhisama serta

ketetapan/keputusan lainnya.

e. Melaksanakan Ketetapan/Keputusan Mahasabha dan Pesamuhan

Agung yang terkait dengan tugas dan wewenangnya.

Pasal 17

(1) Fungsi Pengurus Harian adalah menindaklanjuti Ketetapan/

Keputusan Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, dan Keputusan

Sabha Pandita lainnya.

(2) Tugas dan wewenang Pengurus Harian adalah:

a. Memimpin dan mengelola Parisada di tingkat pusat;

b. Mempersiapkan dan menyelenggarakan Sabha Parisada tingkat

Pusat;

c. Memfasilitasi kegiatan Sabha Pandita dan Sabha Walaka;

d. Menghadiri Lokasabha Parisada Provinsi;

e. Mengesahkan Kepengurusan Parisada Provinsi yang dihasilkan

dalam Lokasabha sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada;

f. Mengambil keputusan yang bersifat operasional dalam

melaksanakan kebijakan Parisada.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 84

BAB VIII

STRUKTUR PARISADA DAERAH

Pasal 18

Organ Parisada Daerah terdiri atas:

a. Paruman Pandita;

b. Paruman Walaka;

c. Pengurus Harian Tingkat Daerah.

Pasal 19

(1) Fungsi Paruman Pandita adalah sebagai pengambil kebijakan dalam

bidang keagamaan di daerah.

(2) Tugas dan wewenang Paruman Pandita adalah:

a. Memberi pertimbangan, saran, dan nasehat kepada Paruman

Walaka dan Pengurus Harian Tingkat Daerah;

b. Mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan

Ketetapan/Keputusan Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama,

dan Keputusan Sabha Pandita lainnya, dalam hal terjadi

perbedaan pemahaman terhadap ajaran suci Veda di daerah yang

bersangkutan;

c. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Ketetapan/Keputusan:

Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,

Lokasabha, dan Pesamuhan Madya.

(3) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurufb, diputuskan

dalam rapat Paruman Pandita, dan Pesamuhan Madya.

Pasal 20

(1) Fungsi Paruman Walaka adalah sebagai pendamping Paruman

Pandita dan memberi pertimbangan kepada Pengurus Harian Tingkat

Daerah.

(2) Tugas dan wewenang Paruman Walaka adalah:

a. Memberi informasi dan saran masukan kepada Paruman Pandita

dalam menjalankan tugasnya;

b. Memberi pendapat, pandangan, dan saran masukan kepada

Pengurus Harian Tingkat Daerah.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 85

c. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Ketetapan/Keputusan:

Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,

Lokasabha, dan Pesamuhan Madya.

Pasal 21

(1) Fungsi Pengurus Harian Tingkat Daerah adalah sebagai pelaksana

program-program Parisada di daerah.

(2) Tugas dan wewenang Pengurus Harian Tingkat Daerah adalah:

a. Memimpin dan mengelola Parisada di daerahnya;

b. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Ketetapan/Keputusan:

Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,

Lokasabha, dan Pesamuhan Madya;

c. Melaksanakan dan menindaklanjuti Ketetapan/Keputusan:

Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,

Lokasabha, dan Pesamuhan Madya;

d. Mempersiapkan dan menyelenggarakan Sabha Parisada tingkat

Daerah;

e. Menghadiri Lokasabha Parisada Daerah yang berkedudukan 1

(satu) tingkat di bawahnya;

f. Mengesahkan Kepengurusan Parisada Daerah yang

berkedudukan 1 (satu) tingkat di bawahnya, yang dihasilkan

dalam Lokasabha sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Parisada;

g. Mengambil Keputusan yang bersifat sosial kemasyarakatan,

setelah mempertimbangkan arahan Paruman Pandita dan saran

Paruman Walaka;

h. Memberikan dukungan dan memfasilitasi bagi pengembangan

kchidupan sosial masyarakat;

i. Menyampaikan laporan berkala kepada pengurus Parisada 1

(satu) tingkat di atasnya, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan

sekali.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 86

BAB IX

RANGKAP JABATAN DAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU

Pasal 22

(1) Pengurus Parisada dilarang menjabat lebih dari 1 (satu) jabatan di

dalam Struktur Parisada pada semua tingkatan.

(2) Pengurus Parisada tidak dilarang menjadi Pengurus Organisasi lain

sepanjang tidak bertentangan dengan Asas Parisada dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(3) Pengurus Parisada dilarang menjadi Pengurus Partai Politik.

Pasal 23

(1) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Sabha Pandita, maka

selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan Sabha Pandita

melaksanakan Pesamuhan dan menetapkan penggantinya untuk

dilaporkan/disahkan dalam Pesamuhan Agung.

(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Sabha Walaka, maka

selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan Sabha Walaka

melaksanakan Pesamuhan dan menetapkan penggantinya untuk

dilaporkan/disahkan dalam Pesamuhan Agung.

(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua Umum dan atau

Sekretaris Umum Pengurus Harian, maka selambat-lambatnya dalam

waktu 3 (tiga) bulan Pengurus Harian melaksanakan rapat konsultasi

dengan Dharma Adhyaksa dan Ketua Sabha Walaka untuk

menetapkan pejabat sementara (Pjs) untuk dikukuhkan dalam

Pesamuhan Agung, sampai dengan pelaksanaan Mahasabha Luar

Biasa.

(4) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Pengurus Harian selain

Ketua Umum dan Sekretaris umum, maka selambat-lambatnya

dalam waktu 3 (tiga) bulan Pengurus Harian melaksanakan rapat dan

menetapkan penggantinya untuk dilaporkan/disahkan dalam

Pesamuhan Agung.

(5) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dan atau Sekretaris

Pengurus Harian Tingkat Daerah, maka selambat-lambatnya dalam

waktu 3 (tiga) bulan Pengums Harian Tingkat Daerah melaksanakan

rapat konsultasi dengan Dharma Upapathi dan Ketua Paruman

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 87

Walaka untuk menetapkan pejabat sementara (Pjs) sampai dengan

pelaksanaan Lokasabha Luar Biasa.

(6) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Pengurus Parisada

Daerah selain Ketua dan Sekretaris Pengurus Harian Tingkat Daerah,

maka selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan Pengurus

Parisada Daerah yang bersangkutan melaksanakan rapat dan

menetapkan penggantinya serta dilaporkan kepada Parisada 1 (satu)

tingkat di atasnya untuk mendapat pengesahan.

BAB X

SABHA

Pasal 24 (1) Sabha Parisada tingkat Pusat terdiri atas:

a. Mahasabha;

b. Pesamuhan Agung;

c. Pesamuhan Sabha Pandita;

d. Pesamuhan Sabha Walaka;

e. Rapat Pengurus Harian.

(2) Sabha Parisada tingkat Daerah terdiri atas:

a. Lokasabha;

b. Pesamuhan Madya untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota

disebut Pesamuhan Madya;

c. Pesamuhan Paruman Pandita;

d. Rapat Pengurus Harian Tingkat Daerah untuk tingkat provinsi

dan kabupaten/kota; Walaka;

e. Pesamuhan Paruman Walaka;

f. Pesamuhan Madya untuk tingkat kecamatan dan desa/kelurahan

disebut Pesamuhan Alit;

g. Rapat Pengurus untuk tingkat kecamatan dan desa/kelurahan.

Pasal 25

(1) Mahasabha adalah pemegang kekuasaan tertinggi Parisada,

diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (Lima) tahun.

(2) Wewenang Mahasabha adalah:

a. Menyempumakan dan menetapkan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga;

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 88

b. Meminta dan menerima/menolak Laporan Pertanggungjawaban

Pengurus Parisada Pusat;

c. Memilih dan menetapkan Pengurus Parisada Pusat;

d. Merumuskan dan menetapkan Program Umum Parisada;

e. Menetapkan keputusan lainnya.

(3) Ketetapan dan Keputusan Mahasabha mengikat seluruh umat Hindu.

(4) Dalam keadaan mendesak dan demi keutuhan Parisada, dapat

diadakan Mahasabha Luar Biasa atas usul 2/3 (dua per tiga) Parisada

Provinsi yang ada.

Pasal 26

(1) Pesamuhan Agung adalah forum Rapat Kerja Nasional, diadakan

sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Wewenang Pesamuhan Agung adalah:

a. Menjabarkan Ketetapan/Keputusan Mahasabha dan Bhisama

menjadi Program Kerja;

b. Mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja Pengurus Parisada

Pusat;

c. Menetapkan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar

waktu Pengurus Parisada Pusat;

d. Menyiapkan usulan untuk dijadikan materi bahasan dalam

Mahasabha;

e. Menetapkan keputusan lainnya.

Pasal 27

(1) Pesamuhan Sabha Pandita adalah Rapat Sabha Pandita, diadakan

sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

(2) Wewenang Pesamuhan Sabha Pandita adalah:

a. Menetapkan Bhisama;

b. Melakukan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar

waktu Anggota Sabha Pandita;

c. Menetapkan Keputusan lainnya.

Pasal 28

(1) Pesamuhan Sabha Walaka adalah Rapat Sabha Walaka, diadakan

sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

(2) Wewenang Pesamuhan Sabha Walaka adalah:

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 89

a. Menyusun dan menyiapkan bahan-bahan yang akan dibahas oleh

Sabha Pandita;

b. Melakukan pengisisan kekosongan jabatan dan pergantian antai

waktu Anggota Sabha Walaka;

c. Merumuskan hal-hal penting untuk menjadi pertimbangan

Pengurus Harian.

Pasal 29

(1) Rapat Pengurus Harian adalah Rapat Pleno, diadakan sekurang-

kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

(2) Wewenang Rapat Pengurus Harian adalah:

a. Melakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap

pelaksanaan Program Kerja Parisada;

b. Melakukan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar

waktu Pengurus Harian Tingkat Pusat;

c. Merumuskan keputusan yang bersifat operasional guna

menindaklanjuti kebijakan Parisada.

Pasal 30

(1) Lokasabha merupakan sabha tingkat provinsi dan kabupaten/kota,

diselenggarakan 1 (satu) kali dalam (5) Lima tahun, sedangkan

Parisada tingkat kecamatan dan desa/kelurahan hanya melaksanakan

Pesamuhan.

(2) Wewenang Lokasabha/Pesamuhan adalah:

a. Meminta dan menerima/menolak Laporan Pertanggungjawaban

Pengurus Parisada Daerah;

b. Memilih dan menetapkan Pengurus Parisada Daerah;

c. Menetapkan Program Kerja Parisada Daerah;

d. Menetapkan Keputusan lainnya.

(3) Dalam keadaan mendesak demi keutuhan Parisada Daerah, dapat

diadakan Lokasabha/Pesamuhan Luar Biasa atas usul lebih dari l/2

(setengah) jumlah Parisada 1 (satu) tingkat dibawahnya, kecuali

Parisada desa/kelurahan.

Pasal 31

(1) Pesamuhan Madya adalah Rapat Kerja Parisada Daerah, diadakan

sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 5 (lima) tahun.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 90

(2) Wewenang Pesamuhan Madya adalah:

a. Menjabarkan Ketetapan/Keputusan Lokasabha menjadi Program

Kerja operasional;

b. Melakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap

pelaksanaan Program Kerja Parisada Daerah;

c. Menetapkan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar

waktu Pengurus Parisada Daerah;

d. Mempersiapkan bahan masukan untuk disampaikan dalam

Pesamuhan Agung dan atau Mahasabha;

e. Menetapkan keputusan lainnya.

BAB XI

HUBUNGAN ANTAR ORGANISASI

Pasal 32

(1) Parisada berkewajiban mengayomi setiap Sampradaya dan

Organisasi, Forum, Lembaga/Badan-badan, Yayasan yang

bemafaskan Hindu.

(2) Pengayoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Parisada

mengadakan pertemuan berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6

(enam) bulan.

Pasal 33

Parisada dapat mengembangkan hubungan secara bebas dan aktif dengan

organisasi/institusi Hindu dan non-Hindu, baik di tingkat nasional,

regional maupun internasional.

BAB XII

ATR1BUT

Pasal 34

Parisada memiliki atribut, yaitu:

a. Lambang;

b. Pataka;

c. Hymne.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 91

Pasal 35

(1) Lambang Parisada dalam visualisasinya menggambarkan nilai

estetika yang merupakan perpaduan serasi antara unsur kepribadian

nasional dan nilai-nilai ajaran suci Veda.

(2) Lambang Parisada dipergunakan sebagai identitas resmi, baik dalam

bentuk Pataka, kepala surat, stempel, maupun dalam hal-hal lain

yang mempunyai relevansi dengan kegiatan Parisada.

Pasal 36

(1) Pataka wajib ditempatkan berdampingan dengan Bendera Merah

Putih di setiap Kantor Parisada.

(2) Bentuk dan ukuran Pataka diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 37

Hymne Parisada wajib dinyanyikan dalam setiap upacara resmi Parisada.

BAB XIII

HARTA

Pasal 38 (1) Harta Parisada dapat berupa:

a. Dana;

b. Barang bergerak;

c. Barang tak bergerak.

(2) Harta Parisada diperoleh dari:

a. Dana Punia Umat;

b. Bantuan atau sumbangan dari perseorangan, instansi pemerintah,

dan atau lembaga/badan-badan swasta yang tidak mengikat;

c. Usaha lain yang tidak bertentangan dengan Dharma dan

peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam upaya menghimpun dana, dapat dibentuk lembaga sosial

ekonomi yang bertanggungjawab kepada Parisada.

(4) Harta Parisada diadministrasikan dengan baik dan tertib, secara

berkala diaudit oleh Akuntan Publik.

(5) Hasil audit sebagaimanadimaksud pada ayat (4), untuk Parisada

Pusat dilaporkan dalam Pesamuhan Agung, dan

dipertanggungjawabkan dalam Mahasabha; sedangkan untuk

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 92

Parisada Daerah dilaporkan dalam Pesamuhan Madya, dan

dipertanggungjawabkan dalam Lokasabha.

BAB XIV

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 39

(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah/disempumakan melalui

Mahasabha.

(2) Keputusan untuk mengubah Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), hanya dapat diambil apabila Mahasabha dihadiri oleh

sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta

Mahasabha yang ditetapkan oleh Parisada Pusat.

(3) Keputusan atas perubahan Anggaran Dasar adalah sah apabila

disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah

peserta yang hadir dalam Mahasabha.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, diatur lebih lanjut

dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 41

Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 93

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 94

ANGGARAN RUMAH TANGGA

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

BAB I

ATRIBUT

Pasal 1

(1) Lambang Parisada memiliki nilai simbolik yang mengacu kepada

visi dan misi Parisada. Nilai simbolik tersebut mengandung

arti/makna yang mencerminkan jiwa dan semangat keagamaan

Hindu.

(2) Arti/makna Lambang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tiga bulatan: Merah-Putih-Hitam merupakan lambang Tri Kona

sebagai simbol Utpathi, Sthiti, Pralina (penciptaan,

pemeliharaan, peleburan) dalam konteks kehidupan umat Hindu.

2. Swastika Putih yang muncul dari bulatan Merah: melambangkan

penciptaan dan pemutaran roda kehidupan sesuai hukum suci

(Rta).

3. Teratai Putih dan Biru sejumlah 33 (tiga puluh tiga) kelopak

bunga: melambangkan 33 (tiga puluh tiga) Dewa penjaga Tri

Bhuwana (kosmos):

a. Teratai Putih pada bulatan Merah dengan 11 (sebelas)

kelopak bunga: melambangkan 11 (sebelas) Dewa Swah

Loka yang menjaga alam surga dengan kesucian;

b. Teratai Biru pada bulatan Putih dengan 22 (dua puluh dua)

kelopak bunga: melambangkan 22 (dua puluh dua) Dewa

Bhuwah Loka dan Bhur Loka yang menjaga alam kehidupan

di dunia.

c. Bulatan Hitam di luar lingkaran Putih (teratai) berisi tulisan

“PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA” yang

bermakna bahwa berdasarkan kekuatan spiritual, moral dan

etik, Parisada melaksanakan swadharma mengayomi seluruh

umat Hindu Indonesia.

4. Pancaran Sinar Kuning Emas berbentuk Padma Astadala:

melambangkan wujud pencapaian kesadaran umat dalam sradha

dan bhakti yang merupakan tujuan utama sesuai visi Parisada

Hindu Dharma Indonesia.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 95

BAB II

KEGIATAN

Pasal 2

Untuk mencapai sasaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Anggaran

Dasar, Parisada melakukan kegiatan-kegiatan:

1. Dharma Wacana, Dharma Tula, Dharma Santi, Dharma Gita,

Dharma Yatra, dan Dharma Sadhana;

2. Pemberdayaan ekonomi umat menuju Lokasamgraha (kesejahteraan

bersama dan ketertiban sosial);

3. Peningkatan peran lembaga keagamaan dalam memperjuangkan

kesetaraan dan keadilan;

4. Peningkatan kepedulian sosial dan aksi bersama dalam mewujudkan

kualitas sumber daya manusia;

5. Peningkatan kerjasama lintas agama untuk memelihara kerukunan

nasional.

BAB III

SYARAT-SYARAT PENGURUS PARISADA

Pasal 3

Syarat-syarat untuk menjadi anggota Sabha Pandita dan Paruman

Pandita:

1. Warga Negara Indonesia.

2. Sudah dwijati.

3. Sehat jasmani dan rohani.

4. Memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran suci Veda.

5. Memiliki kapasitas, kompetensi, integritas, dan moralitas.

6. Memiliki jiwa dan semangat pengabdian.

Pasal 4

Syarat-syarat untuk menjadi anggota Sabha Walaka dan Paruman

Walaka:

1. Warga Negara Indonesia.

2. Suami dan istri beragama Hindu.

3. Sehat jasmani dan rohani.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 96

4. Memiliki pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran suci

Veda.

5. Memiliki intelektualitas, kapasitas, profesionalitas, integritas, dan

moralitas.

6. Memiliki jiwa dan semangat pengabdian.

Pasal 5

Syarat-syarat untuk menjadi Pengurus Harian dan Pengurus Harian

Tingkat Daerah:

1. Warga Negara Indonesia.

2. Suami dan istri beragama Hindu.

3. Sehat jasmani dan rohani.

4. Memiliki pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran suci

Veda.

5. Memiliki intelektualitas, kapasitas, kompetensi, profesionalitas,

integritas, dan moralitas.

6. Memiliki jiwa dan semangat pengabdian.

7. Pengurus Harian berdomisili di Jakarta dan sekitamya.

8. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Harian, Ketua dan

Sekretaris Pengurus Harian Tingkat Daerah bekerja penuh waktu.

BAB IV

MASA BHAKTI PENGURUS PARISADA

Pasal 6

Sabha Pandita diangkat dan ditetapkan dalam Mahasabha untuk masa

bhakti 5 (lima) tahun.

Pasal 7

(1) Anggota Sabha Pandita berjumlah 33 (tiga puluh tiga) orang dengan

memperhatikan kebhinnekaan.

(2) Sabha Pandita dipimpin oleh seorang Dharma Adhyaksa dan

beberapa orang Wakil Dharma Adhyaksa, dipilih oleh dan dari

Anggota Sabha Pandita.

(3) Tata Kerja Sabha Pandita dijabarkan dan diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Organisasi.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 97

(4) Sabha Pandita dalam melaksanakan tugas dibantu oleh staf

sekretariat.

Pasal 8

(1) Pemilihan anggota Sabha Pandita dilakukan oleh para Pandita

peserta Mahasabha.

(2) Pemilihan DharmaAdhyaksadan Wakil DharmaAdhyaksa dilakukan

oleh anggota Sabha Pandita dalam Mahasabha.

Pasal 9

Sabha Walaka diangkat dan ditetapkan dalam Mahasabha untuk masa

bhakti 5 (lima) tahun.

Pasal 10

(1) Anggota Sabha Walaka berjumlah 55 (lima puluh lima) orang yang

memiliki keahlian pada bidang tertentu.

(2) Sabha Walaka dipimpin oleh seorang Ketua dan beberapa orang

Wakil Ketua serta seorang Sekretaris.

(3) Sabha Walaka dibagi ke dalam beberapa Komisi yang dipimpin oleh

seorang Ketua Komisi merangkap Anggota, dan seorang Sekretaris

Komisi merangkap Anggota.

(4) Komisi-komisi dalam Sabha Walaka terdiri atas:

a. Komisi Keagamaan;

b. Komisi Ekonomi dan Kesejahteraan;

c. Komisi Pendidikan dan Kebudayaan;

d. Komisi Kerukunan dan Lingkungan Hidup;

e. Komisi Sosial Kemanusiaan;

f. Komisi Kesehatan, Wanita, dan Anak;

g. Komisi Ideologi, Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia

(HAM);

h. Komisi Sains, Pengkajian, dan Pengembangan.

(5) Tata Kerja Sabha Walaka dijabarkan dan diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Organisasi.

Pasal 11

(1) Pemilihan Pimpinan dan anggota Sabha Walaka dilakukan oleh

Formatur Mahasabha.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 98

(2) Pemilihan Komisi-komisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat

(1) dipilih dari dan oleh Sabha Walaka.

Pasal 12

Pengurus Harian diangkat dan ditetapkan dalam Mahasabha untuk masa

lilmkti 5 (lima) tahun.

Pasal 13

(1) Pengurus Harian dipimpin oleh seorang Ketua Umum.

(2) Ketua Umum dibantu oleh seorang Sekretaris Umum, seorang

Bendahara Umum, 9 (sembilan) orang Ketua Bidang, 5 (lima) orang

Sekretaris dan 2 (dua) orang Bendahara.

(3) Bidang-bidang pada Pengurus Harian adalah sebagai berikut:

a. Bidang Organisasi dan Hubungan Luar Negeri;

b. Bidang Keagamaan;

c. Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan;

d. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan;

e. Bidang Kerukunan dan Lingkungan Hidup;

f. Bidang Sosial Kemanusiaan;

g. Bidang Kesehatan, Wanita, dan Anak;

h. Bidang Ideologi, Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia

(HAM);

i. Bidang Sains, Pengkajian, dan Pengembangan.

(4) Tata Kerja Pengurus Harian dijabarkan dan diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Organisasi.

Pasal 14

(1) Pemilihan Ketua Umum dan Sekretaris Umum dalam 1 (satu) paket,

dilakukan secara langsung oleh peserta Mahasabha.

(2) Pemilihan Pengurus Harian lainnya dilakukan oleh formatur dalam

Mahasabha.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 99

BAB V

MASA BHAKTI PENGURUS PARISADA DAERAH

Pasal 15

Pengurus Parisada Daerah terdiri atas Paruman Pandita, Paruman

Walaka, dan Pengurus Harian Tingkat Daerah, diangkat dan ditetapkan

dalam Lokasabha untuk masa bhakti 5 (lima) tahun.

Pasal 16

(1) Anggota Paruman Pandita berjumlah 11 (sebelas) orang atau

sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, dipimpin oleh seorang Dharma

Upapathi.

(2) Anggota Paruman Walaka berjumlah 22 (dua puluh dua orang) atau

sekurang-kurangnya 5 (lima) orang, dipimpin oleh seorang Ketua,

seorang Wakil Ketua, dan seorang Sekretaris.

(3) Pengurus Harian Tingkat Daerah dipimpin oleh seorang Ketua

dibantu oleh seorang Sekretaris, seorang Bendahara, sebanyak-

banyaknya 7 (tujuh) orang Wakil Ketua, 2 (dua) orang Wakil

Sekretaris dan 1 (satu) orang Wakil Bendahara, serta beberapa

bidang sesuai kebutuhan daerah.

Pasal 17

(1) Ketua dan Sekretaris Pengurus Harian Tingkat Daerah dalam 1 (satu)

paket, dipilih secara langsung oleh Peserta Lokasabha.

(2) Paruman Pandita, Paruman Walaka, dan Pengurus Harian Tingkat

Daerah lainnya dipilih oleh Formatur dalam Lokasabha.

BAB VI

HILANGNYA KEANGGOTAAN PENGURUS PARISADA

Pasal 18

Hilangnya keanggotaan Sabha Pandita, Paruman Pandita, Sabha Walaka,

Paruman Walaka, Pengurus Harian, dan Pengurus Harian Tingkat Daerah

disebabkan karena:

1. Meninggal dunia.

2. Berhalangan tetap.

3. Mengundurkan diri.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 100

4. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam

Bab III Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII

MAHASABHA

Pasal 19

(1) Mahasabha dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-

kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta yang ditetapkan

oleh Parisada Pusat.

(2) Ketetapan/Keputusan Mahasabha dinyatakan sah apabila Sidang

Mahasabha dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)

peserta yang hadir dalam Mahasabha.

Pasal 20

(1) Mahasabha dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.

(2) Peserta Mahasabha terdiri atas:

a. Anggota Sabha Pandita;

b. Anggota Sabha Walaka;

c. Pengurus Harian Parisada Pusat;

d. Utusan Parisada Provinsi;

e. Utusan Parisada Kabupaten/Kota;

f. Utusan Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan Yayasan

bemafaskan Hindu berskala nasional dan direkomendasikan oleh

Parisada Pusat;

g. Utusan Instansi tingkat Pusat terkait, yang berhubungan dengan

pelayanan dan pembinaan Umat Hindu.

(3) Peninjau Mahasabha terdiri atas :

1. Utusan dari instansi-instansi terkait yang ada hubungannya

dengan pelayanan dan pembinaan umat Hindu.

2. Pemuka-pemuka umat yang ditetapkan oleh Pengurus Harian

bersama Panitia Mahasabha setelah mempertimbangkan usul

usul dari Pengurus Daerah.

3. Utusan organisasi, forum, yayasan, badan-badan atau lembaga-

lembaga, sampradaya, dan komunitas umat yang bemafaskan

Hindu.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 101

(4) Jumlah utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, e, f, g

dan ayat (3), ditentukan oleh Pengurus Harian Parisada Pusat atas

usulan Panitia Mahasabha.

Pasal 21

(1) Hak Peserta Mahasabha adalah:

a. Hak suara;

b. Hak bicara;

c. Hak memilih;

d. Hak dipilih.

(2) Hak Peninjau Mahasabha adalah:

a. Hak bicara;

b. Hak dipilih.

BAB VIII

PESAMUHAN AGUNG

Pasal 22

(1) Pesamuhan Agung dihadiri oleh:

a. Anggota Sabha Pandita;

b. Anggota Sabha Walaka;

c. Pengurus Harian;

d. Utusan Parisada Provinsi;

e. Utusan Sampradaya, Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan

Yayasan bemafaskan Hindu berskala nasional dan

direkomendasikan oleh Parisada Pusat;

f. Utusan Instansi terkait yang berhubungan dengan pelayanan dan

pembinaan Umat Hindu.

(2) Jumlah Utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) humf d, e, dan

f, ditentukan oleh Parisada Pusat.

BAB IX

LOKASABHA DAN PESAMUHAN MADYA

Pasal 23

(1) Lokasabha dihadiri oleh Peserta dan Peninjau

(2) Peserta Lokasabha terdiri atas:

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 102

a. Pengurus Parisada Daerah yang bersangkutan;

b. Utusan Pengurus Parisada Daerah 1 (satu) tingkat di bawahnya;

c. Utusan Pengurus Parisada setingkat di atasnya.

d. Utusan Sampradaya, Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan

Yayasan bemafaskan Hindu berskala daerah dan

direkomendasikan oleh Parisada Daerah;

e. Utusan Instansi terkait yang berhubungan dengan pelayanan dan

pembinaan Umat Hindu di daerah.

(3) Peninjau Lokasabha adalah Pemuka/tokoh masyarakat daerah dan

undangan yang direkomendasikan oleh Pengurus Parisada Daerah.

(4) Jumlah utusan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, c, d, e dan

ayat (3) ditentukan oleh Pengurus Parisada Daerah.

Pasal 24

(1) Hak Peserta Lokasabha adalah:

a. Hak suara;

b. Hak bicara;

c. Hak memilih;

d. Hak dipilih.

(2) Hak Peninjau Lokasabha adalah:

a. Hak bicara;

b. Hak dipilih.

Pasal 25

(1) Pesamuhan Madya dihadiri oleh:

a. Pengurus Parisada Daerah bersangkutan;

b. Utusan Pengurus Parisada Daerah 1 (satu) tingkat di bawahnya;

c. Utusan Sampradaya, Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan

Yayasan bemafaskan Hindu berskala daerah dan

direkomendasikan oleh Parisada Daerah;

d. Utusan Instansi terkait yang berhubungan dengan pelayanan dan

pembinaan Umat Hindu di daerah.

(2) Jumlah utusan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, c, dan d

ditentukan oleh Parisada Daerah.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 103

BAB X

TATA URUTAN PERATURAN

Pasal 26

Tata Urutan Peraturan Parisada:

1. Ketetapan/Keputusan Mahasabha dan Bhisama

2. Keputusan Pesamuhan Agung.

3. Keputusan Sabha Pandita.

4. Peraturan Organisasi.

5. Keputusan Pengurus Harian tingkat Pusat.

6. Keputusan Lokasabha.

7. Keputusan Pesamuhan Madya.

8. Keputusan Paruman Pandita.

9. Keputusan Pengurus Harian tingkat Daerah.

10. Keputusan Pesamuhan Alit

BAB XI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 27

(1) Setiap Keputusan yang diambil dalam Sabha (Mahasabha,

Pesamuhan Agung, Pesamuhan Sabha Pandita, Pesamuhan Sabha

Walaka, Rapat Pengurus Harian, Lokasabha, Pesamuhan Madya dan

Rapat Pengurus Parisada Daerah dan Pesamuhan Parisada

Kecamatan, Desa/Kelurahan) diupayakan dicapai dengan cara

musyawarah untuk mufakat.

(2) Dalam hal cara yang dimaksud pada ayat (1) tidak dapat terlaksana,

maka dimungkinkan dilakukan dengan pemungutan suara.

BAB XII

LEMBAGA/BADAN/YAYASAN

Pasal 28

(1) Dalam melaksanaan Tugas Pokoknya, Parisada dapat membentuk

Lembaga/Badan/Yayasan sesuai dengan kebutuhan.

(2) Pengangkatan dan pemberhentian serta Tata Kerja Pengurus

Lembaga/Badan/Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 104

ditetapkan dengan Keputusan Pengurus Harian/Pengurus Harian

Tingkat Daerah sesuai tingkatannya.

(3) Lembaga/Badan/Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertanggung jawab kepada Pengurus Harian/Pengurus Harian

Tingkat Daerah sesuai tingkatannya.

(4) Pembentukan, pelaksanaan, dan manfaat dari kegiatan Lembaga/

Badan/Yayasan di tingkat Pusat dilaporkan oleh Pengurus Harian

dalam Pesamuhan Agung dan dipertanggungjawabkan dalam

Mahasabha.

(5) Pembentukan, pelaksanaan, dan manfaat dari kegiatan Lembaga/

Badan/Yayasan di daerah dilaporkan oleh Pengurus Harian Tingkat

Daerah dalam Pesamuhan Madya dan dipertanggungjawabkan dalam

Lokasabha.

(6) Lembaga/Badan/Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah Lembaga Pendidikan, Lembaga Dharma Duta, Lambaga

Artha, Lembaga Dharma Gita, Lembaga Konseling Perkawinan,

Badan Penelitian dan Pengembangan, Badan Penyiaran Hindu,

Badan Dharma Dana Nasional, Badan Kesehatan dan Pemberdayaan

Umat, Yayasan Widya Kerti, Yayasan Adikara Dharma Parisad, dan

Lembaga/Badan/Yayasan lain yang dipandang perlu.

BAB XIII

SEKRETARIAT PARISADA PUSAT

Pasal 29

(1) Sekretariat Parisada Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik

Indonesia.

(2) Sekretaris Umum dalam melaksanakan tugas kesekretariatan dibantu

oleh Staf yang diangkat dan diberhentikan oleh Sekretaris Umum,

dan dilaporkan secara berkala kepada Pengurus Harian.

(3) Susunan Organisasi Sekretariat Parisada Pusat ditetapkan dengan

Keputusan Pengurus Harian.

(4) Pengurus Harian menyiapkan sekretaris dan staf untuk Sabha

Pandita.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 105

BAB XIV

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 30

(1) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah dalam Mahasabha.

(2) Keputusan untuk mengubah Anggaran Rumah Tangga hanya dapat

diambil apabila Mahasabha dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3

(dua per tiga) dari jumlah peserta Mahasabha.

(3) Keputusan atas perubahan Anggaran Rumah Tangga adalah sah

apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari

jumlah Peserta Mahasabha yang hadir.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga, diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.

Pasal 32

Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 106

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 107

KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 08/KEP/P.A. Parisada /VII/2011

t e n t a n g

REKOMENDASI

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa

PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TAHUN 2011

Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia merupakan forum tertinggi

setelah Mahasabha, yang salah satu fungsinya

adalah mengevaluasi program dan pelaksanaan

program Parisada pada periode kepengurusan

berjalan;

b. bahwa sehubungan dengan perkembangan dan

dinamika perubahan yang terjadi dalam

kehidupan umat Hindu dengan berbagai

permasalahan baru maupun lama, perlu

mendapat perhatian dan penyelesaian oleh

umat Hindu; dan

c. bahwa untuk itu perlu mengeluarkan

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia tentang Rekomendasi

Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu

Indonesia Nomor: I/M. Sabha IX/2006 tentang

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Parisada Hindu Dharma Indonesia.

2. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu

Dharma Indonesia Nomor: II/M.Sabha IX/2006

tentang Program Kerja Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 108

3. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 01/P.A

Parisada/VII/2011 tentang Tata Tertib

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonesia.

4. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 02/P.A

Parisada/VII/2011 tentang Jadual Acara

Pesamuhan Agung.

Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma

Indonedia tanggal 10 Juli 2011

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

TENTANG REKOMENDASI

Pertama : Rekomendasi dan Memorandum bagi kegiatan

operasional Parisada pada semua jajaran

kepengurusan, baik Parisada Pusat dan Parisada

Daerah.

Kedua : Memberi mandate kepada Parisada Hindu Dharma

Indonesia Pusat untuk menindaklanjuti

Rekomendasi ini.

Ketiga : Bila dikemudian hari terdapat kesalahan dalam

Keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 109

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 110

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 08/KEP/P.A. Parisada/VII/2011

Tentang: Rekomendasi

REKOMENDASI

Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia merupakan forum

rapat kerja nasional, dilaksanakan di Denpasar, Bali dari tanggal 9-11 luli

2011 dengan tema: “Pasamuhan Agung 2011 Mempersiapkan Langkah

Konkrit Untuk Menyongsong Mahasabha”.

Pesamuhan Agung yang dihadiri oleh organ Parisada Pusat antara lain

(Sabha Pandita, Sabha Walaka, dan Pengurus Harian), Utusan Parisada

Provinsi, utusan organisasi, Badan, Lembaga, Yayasan yang bernafaskan

Hindu di Indonesia yang direkomendasikan oleh Parisada Pusat.

Setelah menyerap aspirasi yang berkembang dengan ini memutuskan

Rekomendasi dan Memorandum sebagai berikut:

1. Merekomendasikan kepada Parisada Pusat untuk melaksanakan

secara sungguh-sungguh keputusan Pasamuhan Agung PHDI No.

9/Kep/P.A. Parisada/XII/ 2010 tentang Rekomendasi.

2. Merekomendasikan kepada Parisada Pusat selain point A sebagai

berikut:

1) Mahasabha Parisada berikutnya ditetapkan di Bali, mengenai

waktunya diserahkan kepada Sabha Pandita, Sabha Walaka, dan

Pengurus Harian untuk menentukannya.

2) Merekomendasikan seluruh Parisada Daerah (Propinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan), untuk

mengupayakan memiliki Setra/krematorium Hindu yang dikelola

oleh Parisada dan/atau lembaga lain yang bemafaskan Hindu,

untuk membantu umat Hindu dalam melaksanakan upacara

Pitrayajnya. Dalam pelaksanaanya agar PHDI Daerah

berkordinasi dengan Pemerintah Daerah.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 111

3. Merekomendasikan agar Parisada memberikan penghargaan kepada

Pemerintah Daerah yang memberikan perhatian dalam pembinaan

umat Hindu sesuai jenjangnya.

4. Merekomendasikan kepada Parisada Pusat agar menyampaikan

kepada Pemerintah tentang hari-hari besar Hindu selain han raya

Nyepi masih ada hari raya besar Hindu seperti; Galungan, Kuningan,

Sivaratri, Sarasvati, Pagerwesi, Dipavali, Taipusham, Vijaydarsani,

dan Gurupumima.

5. Merekomendasikan kepada Parisada pusat agar ada keharmonisan

pelaksanaan dengan Majelis Desa Pakraman.

6. Merekomendasikan agar Parisada Pusat bekerjasama dengan

Kementerian Agama RI c.q. Ditjen Bimas Hindu Kementerian

Agama RI lebih memperhatikan dan memberikan bantuan pada umat

Hindu di daerah-daerah terpencil (terbelakang dalam kehidupan

keagamaan), contoh Maluku Utara, dan Maluku.

7. Merekomendasikan Parisada Propinsi Bali untuk dapat menjalin

kerjasama dan koordinasi yang baik dengan Lembaga Majelis Utama

Desa Pakraman Provinsi Bali dalam pembinaan Umat Hindu.

8. Merekomendasikan agar Parisada Pusat menyusun prosedur tetap

untuk penyumpahan TNI, POLRI dan PNS serta pejabat lainnya.

9. Merekomendasikan agar Parisada Pusat untuk mengagendakan

pelaksanaan Festival Ritual Air Suci (Gangga Pratistha) secara

kontinyu yang melibatkan 108 Pandhita pada waktu dan tempat yang

akan ditentukan kemudian.

10. Merekomendasikan agar Sabha Pandhita menugaskan salah satu

anggotanya (Pandita) untuk bertugas di daerah yang belum memiliki

Pandita atau minim keberadaan Panditanya dikaitkan dengan

tuntutan pelayanan.

11. Merekomendasikan agar Parisada Pusat segera menindak lanjuti PP

No. 18 Tahun 2009 tentang bantuan atau sumbangan termasuk zakat

atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan

dari objek PPH. Bantuan atau sumbangan dalam bentuk uang atau

barang kepada OP atau badan termasuk zakat dan sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 112

Indonesia (sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat 3 huruf a angka 1

UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan).

12. Merekomendasikan agar Parisada Pusat untuk mengoptimalkan

Sabha Pandhita dalam pembinaan umat dan pemantapan calon

Diksita di daerah-daerah terutama daerah yang belum ada

Panditanya.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 113

Lampiran:

Keputusan Pesamuhan Agung Parisada

Nomor: 08/KEP/P.A Parisada/VII/2011

Tentang: Materi Bahasan Rekomendasi

Pesamuhan Agung Parisada Hindu

Dharma Indonesia Tahun 2011

MATERI BAHASAN REKOMENDASI

PESAMUHAN AGUNG TAHUN 2011

1. Tattwa, Etika/Susila dan Acara

Mengingat bahwa jumlah terbesar umat Hindu selain etnis

Bali adalah Jawa, maka baik dari perspektif historis, budaya, politik

dan strategi; maka umat Hindu etnis Jawa menjadi prioritas utama

untuk dibina dan dikembangkan. Untuk mendukung percepatan ini,

maka Parisada Pusat/Daerah secepatnya mengumpulkan sastra-sastra

Veda lokal yang selama ini telah menjadi tuntunan dan sangat

dibutuhkan oleh umat Hindu etnis Jawa, baik yang berada di pulau

Jawa, maupun di luar pulau Jawa; sebagai sumber-sumber sastra

untuk pengetahuan Tattwa, Etika/Susila dan Acara (ritual). Dan ini

memerlukan kejelian dan ketelitian, karena banyak beredar buku-

buku di masyarakat yang sudah dimanipulasi untuk kepentingan

politik tertentu. Setelah terkumpul lalu dicetak dan disebarluaskan.

Oleh karena itu, harus dicari langsung kepada sumbernya,

yaitu Keraton Kasunanan Surakarta, yang masih menyimpan sastra-

sastra Hindu Kuno dalam bahasa Jawa Kuno. Untuk itu diperlukan

pakar yang mampu menterjemahkan dan menulis kembali dalam

tulisan latin baik bahasa Jawa maupun Indonesia. Keraton

Kasunanan Surakarta yang masih kental dengan budaya Hindu, kini

telah membuka diri dan memberikan kesempatan untuk

mereproduksi sastra-sastra kuno tersebut.

Dalam waktu dekat ini, tokoh-tokoh Hindu Jawa Timur akan

bertemu dan membuat peta jumlah dan kekuatan serta permasalahan

umat Hindu yang belum muncul ke permukaan (kelompok umat

Hindu Jawa yang selama ini tidak hadir di Pura karena berbagai

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 114

alasan). Pertemuan ini tidak melibatkan Parisada dan juga

Pembimas, tetapi mumi tokoh-tokoh Hindu Jawa. Setelah itu, mereka

akan ke Keraton untuk berdialog dan menegaskan serta

menyampaikan keinginan mereka terhadap keraton terkait dengan

sastra-sastra Hindu yang dibutuhkan.

2. Pemberdayaan Ekonomi Umat

a. Koperasi Milik Bersama

Tata niaga dalam skala kecil di pedesaan sangat

membutuhkan kehadiran sebuah koperasi, karena dengan modal

kecil dan rasa kebersamaan; koperasi ini akan menjadi besar dan

sangat sesuai dengan iklim pedesaan yang kental dengan nuansa

kekerabatan. Untuk itu, pada awalnya, Parisada Pusat/Daerah

perlu menstimulir umat Hindu untuk memberikan dana sebagai

modal awal. Seterusnya, umat harus menjadi anggota koperasi

dan membayar iuran setiap bulan (misalnya seribu rupiah).

Koperasi hanya melayani warga dua jam sehari, yaitu jam 16.00-

18.00 (jadwalnya jelas); untuk melayani kebutuhan sehari-hari

umat.

Jadwal ini dibuat, karena waktu-waktu lainnya diisi

dengan kesibukan bertani di ladang atau mencari pakan ternak.

Karena waktunya hanya dua jam sehari, maka pengurusnya juga

tidak merasa berat, karena koperasi belum mampu membayar

honor, sebelum aset koperasi mencapai jumlah tertentu.

Misalnya Koperasi Cempaka Mulya di lereng Lawu, setelah tiga

tahun, sudah bisa memberikan bantuan modal untuk bakul sayur

dan pengecer bensin; walaupun koperasi ini hanya melayani 54

KK di Dukuh Demping, Desa Anggrasmanis, Kecamatan

Jenawi.

b. Usaha Tani Mandiri

Dari realitas di lapangan, hampir seluruh umat Hindu yang

berada di kantong-kantong yang jauh dari kota, seperti di

pegunungan yang profesinya petani jarang hidupnya

berkecukupan. Jangankan untuk menyekolahkan anak, untuk

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 115

makan saja seringkali tidak cukup. Hal ini disebabkan oleh

banyak faktor, antara lain; lahan pertanian yang terbatas, tadah

hujan (lahannya berbukit-bukit), anomali musim (dalam satu

tahun hanya beberapa bulan saja bisa ditanami); ketinggian dari

permukaan laut, menyebabkan tidak banyak tanaman yang bisa

ditanam dengan hasil yang baik (cengkeh di Gunung Lawu

hanya bisa di panen dua tahun sekali), tanaman yang sudah

terlalu tua (perlu peremajaan). Belum lagi panen yang rusak

karena cuaca (hujan) yang tidak bisa diprediksi (tanaman

tembakau).

Akibatnya, seringkali petani terjebak para pemberi modal

yang memberikan modal untuk membeli bibit, pupuk, dan

pestisida. Setelah panen, pemberi modal akan membeli hasil

panen dengan harga yang ditentukannya, sementara petani hanya

pasrah dan menerima. Dari pengalaman lapangan, petani bisa

kehilangan pendapatannya ± 30 %. Untuk itu, diperlukan upaya

terobosan untuk melepaskan petani dari perangkap pemilik

modal, yaitu dengan membentuk kelompok usaha tani mandiri.

Kegiatan ini terpisah dari koperasi, supaya ada kontrol.

Usaha tani ini memerlukan modal awal, yang nantinya

akan dipinjamkan kepada petani untuk keperluan membeli bibit,

pupuk, dan pestisida. Setelah panen, pinjaman dikembalikan

utuh dan ada tambahan sejumlah uang tunai. Misalnya, setiap

petani membutuhkan 500 ribu rupiah. Setelah tiga bulan,

sejumlah 500 ribu dikembalikan dan ditambah misalnya 150

ribu, dengan perincian 100 ribu untuk menambah modal usaha

tani, 50 ribu dikumpulkan untuk biaya piodalan Pura.

c. Usaha Ternak Mandiri

Usaha tani mutlak membutuhkan usaha ternak untuk

mendukung usaha tani. Pupuk kandang ternak dimanfaatkan

untuk mengurangi biaya operasional usaha tani, dan mengurangi

sedikit demi sedikit pupuk kimia yang semakin mahal. Usaha

ternak ini merupakan usaha mandiri masing-masing umat,

mereka diberikan ternak dengan nilai uang sejumlah tertentu

menjadi pinjaman tanpa bunga yang dikembalikan setelah dua

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 116

tahun. Dana ini nantinya akan bergulir hingga seluruh warga

memiliki ternak. Pemilihan ternak juga harus hati-hati,

disesuaikan dengan kondisi alam setempat dan tersedianya pakan

dari lingkungan.

Misalnya saja ternak kambing, yang diawali dengan tiga

ekor kambing betina, dalam jangka waktu tujuh bulan akan

menjadi enam ekor dan seterusnya. Dengan memiliki ternak

kambing, kebutuhan uang tunai yang sifatnya mendadak, tidak

menjadi masalah; tidak perlu mencari pinjaman. Karena kambing

bisa langsung dijual tunai. Dengan memiliki 10 ekor kambing,

setiap keluarga sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Kalau misalnya ada lagi yang memelihara sapi, maka ini mereka

jadikan sebagai tabungan jangka panjang.

Dari usaha ternak ini akan bisa dikembangkan lagi menjadi

usaha perikanan, khusus yang pakannya berasal dari alam,

seperti daun alas; sehingga tidak tergantung dari pakan buatan

(pelet) yang harganya seringkali berfluktuasi dan sangat

merugikan petani.

Khusus bagi peternak sapi perah, kotorannya bisa

dikembangkan untuk membuat pupuk organik dengan media

cacing, seperti yang sudah dilakukan oleh petemak sapi di Dusun

Purwodadi, Desa Jemowo, Kecamatan Musuk, Kabupaten

Boyolali, Jawa Tengah. Wilayah ini termasuk kawasan lereng

Merapi sebelah Timur (Media Indonesia, Selasa 7 Juni 2011).

3. Pendidikan Generasi Muda Hindu

a. Bea Siswa SMP/SMA/SMK

Gambaran riil di banyak wilayah atau kantong-kantong

Hindu adalah masyarakat yang miskin. Seolah-olah, agama

Hindu hanya untuk orang miskin ataukah Hindu memang harus

miskin? Meskipun miskin, masih banyak yang berat

meninggalkan agama leluhurnya, walaupun diiming-imingi

kehidupan yang lebih baik. Di banyak wilayah, misalnya di

Jawa, anak-anak yang tinggal jauh di pelosok-pelosok harus

bermimpi untuk meneruskan sekolah, baik SMP maupun

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 117

SMA/SMK. Apalagi, lokasi sekolah yang cukup jauh dan tidak

tersedia transportasi umum; sehingga membutuhkan biaya yang

lebih tinggi.

Tidak ada pilihan, mereka (pria dan wanita) harus rela

menjadi petani yang terisolir dari dunia luar; meneruskan profesi

orang tuanya. Berada di wilayah seperti ini, setiap pagi kita akan

disuguhi pemandangan yang memprihatinkan. Tampak warga,

tua, muda, pria, wanita termasuk remaja putri, berangkat ke

ladang menyabit rumput, dan menggendong atau mengusungnya

pulang untuk makanan ternak.

Untuk perlu perhatian Parisada Pusat/Daerah untuk berani

membuat program terobosan dengan mengajak umat Hindu yang

ekonominya sudah mapan untuk menyisihkan sedikit dana, untuk

membantu mereka memberikan bea siswa, semacam program

lokasamgraha; sesuai yang disebutkan dalam Bhagavadgita

III.25.

b. Bea Siswa Perguruan Tinggi Hindu

Bagi anak-anak Hindu dari berbagai daerah yang berasal

dari keluarga ekonomi lemah; namun memiliki semangat tinggi

untuk meneruskan pendidikannya di Perguruan Tinggi,

khususnya untuk memperdalam agama Hindu; hendaknya

mendapat kesempatan melalui program bea siswa dari Perguruan

Tinggi Hindu yang ada. Memang program ini sudah berjalan dan

sudah menjadi kebijakan beberapa perguruan tinggi. Tetapi di

luar itu masih ada potensi yang jauh lebih menjanjikan, apabila

masyarakat Hindu juga terlibat.

Parisada Pusat bisa lebih memberdayakan program

pemberian bea siswa melalui BDDN (Badan Dharma Dana

Nasional) untuk lebih menyentuh anak-anak SMP/SMA/SMK,

tidak hanya perguruan tinggi. Sementara Parisada Daerah bisa

saja menggali potensi di daerahnya untuk menggerakkan

masyarakat Hindu, dengan membuat program bea siswa bagi

anak-anak dari keluarga ekonomi lemah di wilayahnya masing-

masing. Di daerah-daerah tertentu di Jawa masih banyak umat

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 118

Hindu yang profesinya tukang becak, atau petani yang tidak

punya tanah, dan juga tidak bisa menjadi penggarap; yang

hidupnya menjadi pencari kayu bakar di hutan-hutan di sekitar

tempat tinggalnya.

4. Pemberdayaan Pinandita di Luar Bali

a. Tatanan Pinandita

Di Bali sendiri lebih dikenal dan lebih popular sebutan Jro

Mangku atau pemangku daripada pinandita. Menurut seorang

narasumber (?) sebutan pinandita mulai muncul karena

pemangku yang melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan

oleh pandita. Kalau di Bali kita mendengar ada sebutan Jro

Mangku Alit (yunior) dan Jro Mangku Gede (senior); maka di

luar Bali lebih dikenal istilah umum pinandita, tanpa ada embel-

embel yunior maupun senior.

Tidak demikian halnya dengan masyarakat Hindu di

beberapa wilayah berikut. Di Kawasan Tengger misalnya,

sekarang ini pemimpin upacara Hindu terdiri dari pemangku atau

pinandita; selain itu pemimpin upacara yang sekaligus juga

menjadi pemimpin adat yang disebut dukun. Kalau proses

menjadi seorang pemangku atau pinandita melalui pewintenan,

maka proses menjadi dukun juga melalui acara yang disebut

dengan mulunen (ujian dihadapan umat Hindu Tengger, baik dari

Brang Kulon -Pasuruan/Lumajang/Malang - maupun dari Brang

Wetan-Probolinggo), setelah sebelumnya melakukan proses

sadhana yang disebut diksa widhi. Mulunen ini dilaksanakan di

Pura Luhur Poten tengah malam menjelang Yajna Kasada di

pagi hari. Walaupun di Kawasan Tengger ada Ketua Paruman

Dukun se Kawasan Tengger, dan juga ada seorang dukun sepuh

yaitu Romo Pandita Dukun Asta Brata; sejauh ini belum ada

penataan “ranking” dukun, seperti misalnya dukun muda, dukun

madya, dan dukun sepuh. Sehingga walaupun masih pemula baik

dalam pengetahuan dan pengalaman dalam melayani umat

(lokapalasraya); statusnya setara, sama-sama dukun.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 119

Demikian juga para pemangku atau pinandita yang

tergabung dalam Pinandita Sanggraha Nusantara, belum ada

tanda-tanda bahwa diantara mereka ada “ranking” berdasarkan

senioritas dan pengalaman melayani umat. Tampaknya, sepintas

semua anggota memiliki status yang sama, artinya seolah-seolah

hak dan kuajibannya sudah sama. Demikian juga di Jawa Tengah

(misalnya Klaten), ada istilah pemangku, ada pinandita, dan ada

wasi. Semuanya memimpin upacara, ini juga tidak jelas

“ranking” nya.

Sementara, kalau tidak salah di Kaharingan ada

tingkatannya (mungkin ada balian dan basir). Juga di masyarakat

Hindu etnis Dayak Meratus di Kalimantan Selatan, ada tingkatan

pemimpin upacara, yaitu Balian Muda, Balian Tangah, Balian

Tua dan Guru Jaya (didampingi Padati). Guru Jaya dianggap

sebuah posisi tertinggi dalam tatanan pemimpin upacara, dan

dianggap mampu berkomunikasi dengan Tuhan.

Menyikapi beragamnya kondisi tadi, Parisada

Pusat/Daerah seyogyanya meneliti dan menata beberapa kondisi

yang mungkin bisa ditata, agar ada kejelasan tentang “posisi”

spiritual mereka; mengingat figur-figur ini adalah ujung tombak

yang langsung berhadapan dengan umat.

b. Pinandita yang Mandita dan Pandita Yang Spiritualis

Keberadaan Pandita yang jumlahnya terbatas dan

terkonsentrasi di Bali, menyebabkan situasi yang tak

terhindarkan di mana, Pinandita harus memimpin upacara dari

awal hingga akhir; sementara ada bagian upacara tersebut yang

biasanya dipimpin oleh seorang Pandita. Jadi, seorang Pinandita

yang berada di wilayah-wilayah yang sulit dicapai, seperti di

pegunungan atau di kepulauan; maka ia akan melakukan

kegiatan yang biasanya dilakukan seorang Pandita. Oleh karena

itu menjadi seorang Pandita harus benar-benar dari hati yang

paling dalam, sebagai sebuah swadharma untuk pengabdian,

bukan karena pelarian dari suatu masalah; dan juga bukan

sambilan. Karena kalau bukan untuk pengabdian, maka akan

muncul Pinandita yang tidak pernah menyadari

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 120

kepinanditaannya. Hanya bangga dengan busana khas yang

berwama putih, selalu ingin duduk di depan, miskin pengabdian

karena tidak pernah ingin terus belajar; nantinya Pinandita

seperti ini justru hanya menjadi simbol keangkuhan.

Dalam Munas I Pinandita Sanggraha Nusantara, Sekum

Parisada Pusat (I Nengah Dana) menegaskan bahwa bukan

sesuatu yang salah apabila seorang Pinandita melaksanakan

tugas seorang Pandita sesuai kewenangan yang diberikan oleh

Nabenya. Pinandita tersebut dikatakan Pinandita yang Mandita.

Apalagi, seorang pemimpin upacara yang memimpin seluruh

rangkaian upacara karena merupakan tradisi masyarakat dan

dipercaya untuk melakukan itu, seperti halnya masyarakat Hindu

Tengger, Kaharingan, Meratus, Toraja, Sidrap/Tolotang dan

lainnya; maka tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa itu

tidak benar. Itu sah-sah saja.

Oleh karena itu, Sabha Pandita Parisada Pusat seyogyanya

mengeluarkan bhisama bahwa seorang Pinandita tidak dibatasi

kewenangannya, dengan alasan tertentu; sepanjang Pinandita itu

memiliki kapabilitas dan kualitas yang memadai, dan umat tidak

keberatan dipimpin seorang Pinandita dalam melaksanakan

Panca Yajna. Tentu, cara-cara, mekanisme, rangkaian prosesi

serta peralatan yang digunakan seorang Pinandita mungkin saja

berbeda dengan seorang Pandita. Pinandita yang sudah seperti

itu, harus berani mempertanggungjawabkan pekerjaannya

kepada umat yang dilayaninya. Misalnya, seorang Pinandita atau

Pemangku yang kesehariannya bertugas di Pura Dalem, maka ia

berhak memimpin upacara ngaben sejak awal hingga tuntas,

sepanjang umat yakin dan memintanya untuk itu, serta tidak

bertentangan dengan kearifan lokal.

Sulinggih atau Pandita sebagai sebuah lembaga patut

dihormati dan disucikan; oleh karena itu figur-figur yang duduk

di dalam lembaga ini patut selalu menjaga serta meningkatkan

kesucian diri, melalui proses pembelajaran untuk melangkah

menjadi spiritualis sejati. Ini merupakan harapan dan

kebanggaan umat Hindu terhadap kelompok orang-orang

sucinya. Menurut pustaka suci Hindu (Manawa Dharmasastra),

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 121

seorang Sulinggih atau Pandita adalah figur yang sudah suci

karena sudah melalui proses dwijati (kelahiran yang kedua kali),

yaitu pertama lahir dari rahim seorang ibu, dan yang kedua lahir

dari rahim Tuhan sendiri, yaitu kelahiran spiritual.

Seseorang dikatakan dwijati bukan karena sekolahnya

tinggi (sujana), bukan karena hafal mantram-mantram Weda,

bukan karena upacara besar; tetapi karena perilakunya. Ini

menjadi penting, karena dengan gejolaknya jaman yang semakin

tidak terkendali, manusia mulai menjadi liar dalam perilaku;

walaupun mengaku beragama dan paling dekat dengan Tuhan.

Demikian pula seperti yang sudah diingatkan dalam Nitisastra

bahwa pada jaman Kali ini bermunculan pandita-pandita palsu.

Tentu kita tidak ingin kalau di antara figur-figur Sulinggih atau

Pandita atau Dwijati sebagai orang suci terkontaminasi dan

termasuk kelompok Pandita palsu.

Oleh karena itu, ada baiknya apabila Parisada Pusat terus

melaksanakan pendidikan spiritual melalui Pasraman Pinandita

dan Pandita; tidak hanya untuk para walaka dan Pinandita tetapi

juga para Pandita. Tentu untuk para Pandita itu model dan

materinya sangat berbeda. Ini sangat penting. Sehingga, kita

tidak akan pemah mendengar kata-kata nyinyir yang menyindit

seorang Pandita yang terperangkap oleh uang melalui berbagai

perilaku yang tidak terpuji. Lalu ketika diingatkan, malahan

marah dan mengancam umat, sehingga akhirnya umat akan

menilai buruk terhadap Pandita yang bersangkutan. Bahkan umat

akan merasa lebih nyaman dengan melaksanakan upacara yang

dipimpin oleh seorang Pemangku. Dan ini terjadi.

5. Usulan Rekomendasi

(1) Dengan mengacu kepada sumber seperti acara (tradisi yang

baik), atmanastuti (keheningan hati); kebiasaan turun temurun,

seperti sastra dresta, desa dresta, loka dresta, kuna/purwa

dresta dan kula dresta; konsep naturalisasi, yaitu desa, kala,

patra, serta berdasarkan kondisi riil di lapangan, dan juga

sebagai penghargaan terhadap budaya lokal; bahwa kearifan

lokal belum sepenuhnya diapresiasi; maka Parisada Pusat/Daerah

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 122

wajib memotivasi umat Hindu di luar Bali untuk mewujudkan

kearifan lokal dalam bentuk tradisi/budaya Hindu yang dikemas

dalam berbagai aspek, termasuk di dalamnya, (1) busana, (2)

sesaji, (3) ritual/upacara, (4) hari raya, (5) tempat ibadah.

(2) Dengan mengacu kepada konsep tat twam asi (kesetaraan) dan

kebhinekaan tradisi/budaya Hindu Nusantara, maka Parisada

Pusat/Daerah perlu mengumpulkan data tentang jenis-jenis

(nama-nama) busana lokal (di luar Bali) yang menjadi ciri khas

busana umat Hindu lokal, untuk memperkaya budaya Hindu

daerah di Nusantara ini. Misalnya, busana khas Jawa Tengah

(Solo), Yogyakarta, Jawa Timur (Banyuwangi, Tengger,

Madura), Jawa Barat (Pasundan/Galuh, Banten, Kanekes/Badui,

Sagandu), Kalimantan (Kaharingan, Meratus), Sulawesi Selatan

(Sidrap/ Tolotang, Bugis, Mandar), Sulawesi Tengah (Toraja),

Sulawesi Tenggara (Buton, Selayar), Maluku (Tual, Burn), serta

Sumatra Utara (Karo, India Tamil). Busana-busana ini harus

diteliti dan digali makna serta filosofis dan historisnya. Bagi

mereka, dengan mengenakan busana-busana yang khas sebagai

warisan leluhurnya, akan menjadi kenangan dan penghormatan

kepada para leluhur; dan ini akan semakin memperlihatkan

kepribadian serta jati dirinya. Alangkah indahnya Hindu, apabila

di areal suci seperti Pura terlihat warna-warni indah dari

beragam busana yang dikenakan.

(3) Dengan mengacu kepada Bhagavadgita IX.26 tentang inti/pokok

dari wujud persembahan, yang hanya terdiri dari unsur-unsur

daun, bunga, buah dan air (patram, puspam, phalam, toyam),

yang dikemas dan ditata indah; maka Parisada Pusat/Daerah

perlu mengumpulkan data tentang:

a. Sesaji lokal non Bali yang sudah mentradisi di setiap

wilayah, seperti di Banyuwangi, Gresik, Malang, Kediri,

Blitar, Tengger (Brang Wetan dan Brang Kulori), Klaten,

Karanganyar, Solo, Yogyakarta, Sidrap/Tolotang, Toraja,

Meratus, Kaharingan dan lainnya. Di Jawa Timur, sudah ada

referensi tentang sesaji lokal yang dikenal dengan Sesaji

Sangkan Paran. Sesaji ini kemudian harus diteliti untuk

digali makna dan filosofisnya dalam ajaran Hindu, walaupun

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 123

sepintas tampak berbeda, umumnya berbagai sesaji warisan

leluhur Nusantara tetap memiliki kesamaan, seperti misalnya

penggunaan daun sirih, kapur sirih, tembakau dan buah

jambe atau berbagai jenis bumbu dapur. Walaupun, sejauh

ini sesaji di luar Bali tidak memiliki referensi seperti halnya

di Bali, namun bukan berarti itu tidak valid; karena itu sudah

mentradisi/membudaya dan turun temurun. Dan, bukan

berarti sumber sastranya tidak ada; nyatanya semua sastra itu

tersimpan di Keraton Kasunanan Surakarta masih dalam

tulisan Jawa Kuno; yang setiap saat bisa direproduksi untuk

kemudian diterjemahkan ke dalam tulisan latin, baik bahasa

Jawa atau bahasa Indonesia.

b. Sesaji model Bali yang sudah berkembang luar biasa di Bali,

bahkan sudah menyebar di luar Bali, juga perlu dikaji

kembali, khususnya untuk wilayah di luar Bali yang

terbentur karena lemahnya ekonomi, yang seringkali tidak

mampu mengikuti gebyar upacara seperti di Bali (baca: yang

umumnya dilakukan oleh umat Hindu etnis Bali). Karena

nyatanya, cukup banyak umat Hindu etnis Bali sendiri, baik

yang berdomisili di Bali maupun di luar Bali, tidak mampu

atau enggan mengikuti ritual-ritual yang tidak pernah

dimengerti, karena sesaji yang beragam dan jumlahnya luar

biasa banyak. Sementara, seringkali dikemukakan bahwa

Hindu tidak mempersulit penganutnya dengan sesaji-sesaji

yang tidak dikenalnya, yang nantinya hanya dianggap

sampah belaka. Tentu, tidak semua umat Hindu beranggapan

demikian, arti nya yang merasa mampu; tidak akan

merasakan hal itu sebagai sebuah tekanan yang membebani.

Mengkaji kembali bukan berarti merubah, lalu

menghilangkannya; juga bukan berarti menyederhanakan

tetapi justru membuat pilihan yang baru sebagai terobosan

dan pola yang lebih mudah untuk menyampaikan makna

filosofis yang lebih menarik dan sangal logic. Caranya, tidak

sulit, yaitu dengan membedakan beberapa jenis sesaji.

(i) Kembalikan wujud sesaji yang penuh keindahan dan

keunikan itu kepada unsur-unsur atau elemen inti atau

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 124

pokok. Untuk itu akan ada misalnya, jenis sesaji inti

(pokok) dan sesaji harapan. Sesaji inti atau pokok ini

harus hadir dalam setiap upacara, tentu bisa lengkap atau

sesuai situasi. Contohnya, byakala, durmanggala, dan

prayascitta. Sementara sesaji harapan, sesuai dengan

acara; contohnya berbagai jenis sesayut (sesuai dengan

kasus, misalnya pawiwahan memerlukan sesayut

penganten).

(ii) Lalu ada sesaji untuk menembus alam atas (sapta loka)

seperti misalnya daksina atau daksina pejati; dan yang

menembus alam bawah serta menjinakkan penghuni

dimensi alam bawah (sapta patala); misalnya segehan

atau caru.

(iii) Jenis sesaji yang lain, misalnya ada sesaji sebagai

persembahan, seperti misalnya sesayut amerta dewa,

tumpeng pitu, dan ada sesaji saksi upacara (pesaksi),

seperti daksina pejati (saksi Siwa Raditya atau Surya)

atau sesayut tri murti (saksi leluhur dengan api linting).

(iv) Lalu ada lagi sesaji pembersihan/penyucian diri

(mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos), terdiri

dari sesaji pokok tadi, yaitu byakala, durmanggala, dan

prayascitta.

Paling tidak terobosan baru ini akan bisa menjadi acuan bagi

setiap keluarga dan memberikan pemahaman bahwa ritual

Hindu itu tidak harus njlimet, ruwet, dan menakutkan,

terutama bagi generasi muda dan umat Hindu yang baru

bergabung. Kesimpulannya, sesaji setiap upacara (panca

yajna) apapun itu akan selalu berisikan sesaji inti/pokok

yaitu byakala, durmanggala, dan prayascitta pembersihan/

penyucian diri dan alam sekitar); lalu ditambah dengan sesaji

larapan, yaitu sesayut yang jumlahnya sesuai dengan kasus,

dan banten pesaksi, yaitu daksina pejati (sekaligus

menembus alam atas) dan segehan (menembus alam bawah

dan menjinakkan penghuni dimensi alam bawah), dan sesaji

persembahan.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 125

(4) Mengingat bahwa menebarnya dharma dalam wujud ritual di

setiap jaman, di setiap wilayah di permukaan bumi ini tidak

sama karena berbagai faktor seperti geografis, iklim, sejarah

peradaban, dan daya serap serta lainnya; maka kita tidak

mungkin menolak ketika di berbagai wilayah, seperti di

Nusantara ini pelaksanaan ritual akan berbeda. Mesir Kuno,

misalnya, memuja Dewa Ra (Raditya - Dewa Matahari), Jepang

memuja Amaterasu (Dewa Matahari), suku bangsa Maya

memuja Agni (api) dan lainnya. Namun, semuanya itu adalah

ritual Hindu; walaupun sumber sastranya tidak sejelas di Bali.

Walaupun demikian, tidak berbeda dengan sumber sastra untuk

sesaji Jawa misalnya, untuk ritual Jawa juga tersimpan rapi di

Keraton. Untuk itu, Parisada Pusat/ Daerah harus sudah memulai

untuk meneliti ke daerah-daerah, mengumpulkan data tentang

berbagai jenis ritual/upacara yang nantinya dibagi-bagi, sesuai

dengan Panca Yajna. Misalnya di Tengger ada Yajna Kasada,

Unan-Unan, Karo serta ritual- ritual lain yang khas lokal. Lalu di

Prambanan, setiap tahun ada ritual Tawur Agung, di Candi

Cetho ada ritual Mondosio, dan ini akan memperkaya dan

semakin menunjukkan bahwa Hindu memang pernah besar di

Nusantara. Upacara-upacara khas yang bernuansa nasional

bahkan global, seperti Kasodo dan Mondosio bisa disetarakan

dan didukung agar menjadi ritual berskala nasional seperti

Tawur di Prambanan. Ini adalah cara mudah untuk

membangkitkan semangat umat; khususnya umat Hindu di Jawa

untuk kembali ke rumahnya sendiri (kembali menjadi umat

Hindu). Contoh lainnya adalah ritual-ritual yang dilakukan oleh

umat Hindu etnis India Tamil dan Tionghoa harus diapresiasi

dan dicatat dengan jelas oleh lembaga, termasuk ritual-ritual

Hindu Nusantara. Setiap tahun umat Hindu Tionghoa di Jakarta

melaksanakan ngaben masal (ngentas) bagi roh-roh

gentanyangan yang tidak terurus dan tidak dikenal, ritual ini

namanya Poo Too; dilaksanakan di Pura Chikung Bio.

(5) Perkembangan budaya Hindu karena berbagai faktor termasuk

historis, yang diwujudkan dengan memilih hari-hari tertentu

yang disucikan, menjadi sebuah hari raya. Sehingga berbagai

etnis di permukaan bumi yang pernah tersentuh oleh getar-getar

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 126

kehinduan akan mempunyai hari raya yang beragam; demikian

pula masyarakat Hindu masa silam di Nusantara ini. Dan ini tak

terhindarkan. Oleh karena itu, Parisada Pusat/Daerah seyogyanya

juga mendata semua hari-hari raya yang diperingati oleh umat

Hindu dari berbagai etnis di Nusantara ini, termasuk misalnya

Dipavali, Nawaratri, Wijayadasami, Guru Purrnima dan

lainnya, yang selama ini hanya dirayakan oleh umat Hindu

India/Tamil; sehingga umat Hindu paham bahwa hari raya Hindu

di Nusantara ini tidak hanya Nyepi, Galungan & Kuningan,

Siwaratri, Saraswati, dan Pagerwesi saja. Dengan demikian

seluruh umat Hindu dari berbagai etnis di Nusantara ini mengerti

bahwa hari raya Hindu tidak hanya yang dirayakan oleh umat

Hindu etnis Bali saja. Sehingga tidak ada lagi, pernyataan dari

umat Hindu yang tidak merasakan bahwa Nyepi adalah hari raya

Hindu di Nusantara. Bukan hanya “milik” orang Bali saja,

karena sudah menjadi libur nasional. Perihal ada umat Hindu

yang tidak melakukan Catur Brata Penyepian saat Nyepi, itu

pilihan masing-masing; tidak ada paksaan.

(6) Untuk tempat ibadah, maka Parisada Pusat/Daerah harus

memberikan kebebasan sesuai dengan tradisi masing-masing

wilayah untuk mendirikan tempat ibadah. Untuk umat Hindu

etnis Bali atau sebagian etnis Jawa di wilayah Timur memilih

untuk membangun Pura model Bali. Ya, tidak apa-apa. Tetapi

kalau umat Hindu etnis Jawa di Jawa Timur, Tengah atau Jawa

Barat, kemudian ingin membangun Sanggar Pamujan, Pura atau

Candi atau kombinasi keduanya, tetap harus didukung. Umat

Hindu India/Tamil, sudah memiliki Mandir yang tertutup, umat

Hindu Sikh sudah memiliki tempat ibadah model India yang

tertutup, umat Hindu Kaharingan memiliki Bale Basarah untuk

sembahyang, umat Hindu di Meratus sudah memiliki Bale Adat

dan lainnya, tetap juga tetap harus didukung. Satu hal lagi,

terkait dengan tempat ibadah ini, Parisada Pusat/Daerah harus

mensosialisasikan kepada seluruh umat Hindu, khususnya umat

Hindu etnis Bali, apabila diundang untuk menghadiri ritual oleh

umat Hindu non Bali, hendaknya tidak menghindar. Kalau kita

menginginkan mereka hadir di Pura, maka kita juga harus hadir

apabila diundang. Khusus, misalnya untuk umat yang merasa

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 127

sangat asing, seperti umat Hindu Kaharingan di Kalimantan

Tengah, ke depan nanti, apabila membangun tempat ibadah,

idealnya di areal itu dibangun dua jenis tempat ibadah, yaitu

Pura model Bali dan Bale Basarah. Sehingga, apabila ada acara

di Bale Basarah, umat Hindu etnis Bali akan hadir, dan apabila

ada acara di Pura, umat Hindu Kaharingan juga akan hadir, tanpa

rasa sungkan.

(7) Parisada Pusat/Daerah seyogyanya mensosialisasikan bahwa

idealnya tempat ibadah secara alami maupun spiritual harus

menyatu dengan alam setempat. Untuk itu, umat harus

memahami bahwa setiap wilayah memiliki karakter alam serta

budaya dan tradisi masa lalu yang berbeda dengan wilayah lain.

Ibarat menanam biji, yang harus disesuaikan dengan kondisi

tanah, dan iklim setempat; barulah tanaman itu akan subur dan

hasilnya sesuai harapan. Demikian juga, apabila di sebuah

wilayah sudah terdapat peninggalan atau warisan masa silam

berupa situs seperti candi misalnya, maka wilayah itu akan tepat

apabila dibangun tempat ibadah sesuai dengan situs yang

menjadi ikon di wilayah itu. Misalnya, di wilayah Blitar ada

Candi Penataran, maka idealnya Pura yang dibangun di wilayah

Blitar seharusnya menggunakan Candi Penataran sebagai acuan.

Atau di wilayah lereng Lawu misalnya, idealnya pembangunan

tempat ibadah Hindu mengacu kepada Candi Cetho. Untuk

wilayah Jawa Barat, yang memposisikan gunung sebagai tempat

suci leluhur atau kabuyutan, maka tempat ibadah di bangun di

pegunungan, dengan bangunan utama sebuah candi, meniru

Candi Cangkuang. Pola-pola ini secara tidak disadari akan

mengingat kembali budaya/tradisi leluhur sebagai penganut

Hindu di masa lalu. Ini merupakan sentuhan yang sangat berarti

dan bermakna; sehingga dengan mudah mereka yang leluhurnya

Hindu, akan kembali dengan sendirinya. Ini sudah terbukti.

(8) Di beberapa wilayah pegunungan, khususnya di pulau Jawa,

masih bertebaran situs-situs Hindu yang merupakan bukti bahwa

di masa lalu Hindu memang pernah besar. Situs-situs ini tidak

terurus, yang bahkan semakin lama semakin hancur dan hilang.

Secara spiritual, situs-situs ini memiliki energi spirit yang masih

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 128

dimanfaatkan oleh sekelompok umat Hindu dalam melakukan

sadhana (latihan spiritual). Tempat-tempat itu misalnya berada

di Jawa Timur (Gunung Raung, Gunung Penanggungan,

pegunungan Tengger/ Bromo/ Semeru, Gunung Arjuna, Gunung

Wilis), Jawa Tengah (Gunung Lawu, Gunung Merbabu) dan

Yogyakarta, serta Kalimantan Selatan. Untuk itu, Parisada Pusat/

Daerah harus memotivasi dan mendukung agar umat-umat di

wilayah tersebut melakukan ritual lokal untuk “menghidupkan”

atau membangkitkan kembali serta menjaga kesakralan situs

situs itu sebagai sumber energi yang memberikan kenyamanan

dan kedamaian jiwa. Jangan kemudian kegiatan ini sebagai

sebuah penyimpangan dari ajaran Hindu. Ini benar-benar logic

dan masuk akal, serta bisa dijelaskan. Ini juga merupakan salah

satu cara untuk menyadarkan warga di sekitarnya untuk kembali

kepada ajaran leluhurnya.

(9) Pemerintah sangat berkepentingan dengan keberadaan situs-situs

yang menggambarkan kebesaran Hindu di masa lalu, yang sudah

dikelola oleh Kemenbudpar, seperti Candi Prambanan, Candi

Dieng (Jawa Tengah), Candi Sambisari, Candi Ijo (Yogyakarta),

Candi Penataran, Candi Jolotundo, Candi-candi di Trowulan

(Jawa Timur); kerena situs-situs ini berpotensi menjadi tujuan

wisata spiritual umat Hindu. Untuk itu, Parisada Pusat/Daerah

perlu membuka akses dengan Pemerintah Daerah dan Dinas

Pariwisata Daerah untuk meminta ijin tertulis agar umat Hindu

diberikan keleluasaan untuk melakukan persembahyangan, tanpa

haras “dikejar-kejar” oleh petugas keamanan. Tentu, umat Hindu

tidak keberatan untuk membayar tiket masuk sesuai aturan,

untuk kepentingan pemeliharaan situs-situs tersebut. Khusus

untuk Candi Prambanan yang setiap tahun digunakan untuk

ritual Tawur Agung Nasional, saat Tawur Agung tahun 2010,

Gubernur Jawa Tengah dalam sambutannya telah mengukuhkan

Candi Prambanan sebagai sentral peribadatan umat Hindu, tidak

hanya dalam skala nasional tetapi juga internasional. Ia juga

menyampaikan bahwa candi-candi lainnya akan diperlakukan

sama. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban Parisada

Pusat/Daerah untuk menindaklanjuti perhatian yang diberikan

oleh Gubernur Jawa Tengah. Seperti halnya, yang dilakukan oleh

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 129

Gubernur DKI Jakarta, bahwa sejak tahun 2010, umat Hindu

diijinkan untuk melaksanakan ritual terkait Nyepi di kawasan

Monas, Jakarta.

(10) Terkait dengan sejarah Agama Hindu di Indonesia, yang selama

ini diakui secara resmi bahwa kerajaan Hindu pertama adalah

Kutei; maka kini ada indikasi bahwa sebelum masa Kutei

Kartanegara, di Jawa Barat telah berdiri kerajaan Hindu tahun

130 Masehi, yaitu kerajaan Salakanagara. Bahkan di kawasan

Tanah Karo, pada abad ke satu sudah ada kerajaan Hindu Haru.

Walaupun temuan ini mungkin tidak bisa diterima oleh para

arkeolog Indonesia, dan dianggap bahwa sumbernya tidak

benar; namun kenyataannya secara fisik ada peninggalan itu ada

di wilayah Jawa Barat dan juga di Tanah Karo. Barangkali,

Parisada Pusat/Daerah perlu mengingatkan umat Hindu di

wilayah Jawa Barat dan Sumatra Utara, bahwa ada isu penting

tentang kerajaan Hindu yang sangat tua di Jawa Barat dan

Tanah Karo ini, jauh sebelum kerajaan Kutei.

(11) Sangat dipahami bahwa perjalanan sejarah dan peradaban

bangsa ini telah menimbulkan berbagai gejolak dan berdampak

juga terhadap kelompok-kelompok sosial, seperti keberadaan

kelompok masyarakat adat yang dianggap tidak beragama atau

yang di kategorikan sebagai kelompok kepercayaan. Kelompok-

kelompok yang “tidak beragama” ini tersebar luas di Nusantara

ini. Hidup mereka termarjinalkan dan dianggap rendah oleh

kelompok yang teorganisasi dalam kelompok orang-orang

“beragama”. Kelompok masyarakat adat atau kepercayaan ini

seringkali tidak mendapat pelayanan Negara melalui

departemen-departemen. Tetapi lucunya, suara mereka akan

sangat berharga untuk Pemilu maupun Pemilukada. Tetapi tidak

berharga, bagi kelompok masyarakat adat yang tidak memiliki

kartu tanda penduduk. Masyarakat adat di berbagai daerah

(yang dimanfaatkan oleh Kemenbudpar sebagai obyek

pariwisata) secara rutin melaksanakan ritual-ritual yang terkait

dengan alam seperti misalnya, masyarakat adat di Cigugur,

Kabupaten Kuningan, Dayak Hindu Budha (Bumi Sagandu) di

Indramayu, masyarakat sekitar Gunung Penanggungan.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 130

Parisada Pusat/Daerah sepatutnya menaruh perhatian dan selalu

berusaha untuk hadir mewakili umat Hindu untuk memberikan

apresiasi terhadap kegiatan mereka, yang bertujuan memelihara

alam, seperti Saren Taun (pemujaan Dewi Sri) di Cigugur,

Ruwat Bumi di Bumi Sagandu, Ruwat Sumber Banyu di

Penanggungan.

(12) Struktur organisasi Kementrian Agama agak berbeda dengan

kementrian lain, sehingga berpengarah terhadap kebijakan-

kebijakan. Maksudnya, mungkin hanya di Kementrian Agama

saja jabatan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama

(KaKanWil Kemenag) di provinsi yang tidak berada di bawah

Direktur Jenderal Bimbingan (Dirjen Bimas) Hindu, Islam,

Kristen, Katolik, dan Buddha. Secara struktural Kakanwil

berada di bawah Sekretaris Jenderal Kementrian Agama

(Sekjen Kemenag). Kondisi ini sering dianggap bahwa

Pembimas tidak ada hubungan dengan Dirjen, karena atasannya

adalah KaKanWil, bukan Dirjen. Khususnya ini terjadi di

lingkungan Hindu, maka tidaklah aneh kemudian apabila

seorang Pembima akan tidak loyal, dan berani berkata,

“Silahkan saja saya dipindahkan atau diganti, asal Dirjen bisa

melewati KaKanWil”. Dan bahkan seorang Pembimas berani

berkata, “Aku siap diadili di lapangan. Aku memang korupsi,

tetapi atasanku juga korupsi”. Entah apa yang dimaksud. Dan

kedekatan atau hubungan yang akrab antara seorang Pembimas

dengan KaKanWil, akan lebih membuat Pembimas lupa akan

tanggung jawabnya terhadap umat. Walaupun dalam kenyataan,

hubungan ini terlihat jelas apabila umat mengajukan proposal

untuk kegiatan tertentu, proposal tersebut harus

diketahui/disetuji oleh Pembimas, sebelum dikirim ke Dirjen.

Mungkin perlu dipertimbangkan untuk menunjuk jabatan

seorang Pembimas atau penyuluh diperlukan kontrak loyalitas

dan janji kepedulian terhadap tugas dalam melayani umat.

Mungkin perlu dipertimbangkan di masa depan, pemilihan

seorang pejabat Pembimas harus hati-hati, tidak hanya karena

senioritas atau karena pertimbangan-pertimbangan tanpa

landasan yang kuat. Perlu, misalnya seorang Pembimas, yang

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 131

loyal, berani, pekerja keras dan cerdas serta cerdik, jujur, dan

sensitif serta tidak sektarian. Jangan sampai terlihat seorang

Dirjen tidak punya gigi terhadap perilaku seorang Pembimas,

karena seolah-olah Dirjen tidak berkutik. Dan tentunya ini

merupakan masalah internal Pemerintah, terkait dengan

kebijakan yang tidak mungkin dicampuri oleh siapapun.

Oleh karena itu, seyogyanya pejabat Pembimas harus benar-

benar orang yang memiliki moral dan loyalitas serta kepedulian

terhadap agamanya. Pembimas, sebagai wakil pemerintah

berperan besar sebagai fasilitator yang memiliki program dan

merupakan sumber pendanaan bagi lembaga umat dalam

membina umatnya. Pemerintah tidak harus mengurusi umat

hingga sedalam-dalamnya; karena ini akan membuat

Pemerintah tidak lagi sebagai fasilitator, tetapi sudah

mengambil fungsi lembaga keumatan. Dan kita harus berani

jujur dan membuka mata, bahwa seringkali terjadi

ketidakcocokan antara Pembimas dengan Ketua Parisada

Daerah. Dan jelas ini sangat merugikan umat.

Dengan demikian, seperti yang sering disampaikan oleh

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu (Dirjen Bimas

Hindu), maka dalam menyelenggarakan program-programnya,

Pembimas harus berkoordinasi dengan lembaga umat (Hindu)

seperti Parisada Daerah. Terkait dengan fungsi ini, Parisada

Daerah bisa ikut berpartisipasi sebagai berikut.

(a) Parisada bisa berpartisipasi untuk menjalankan fungsi

kontrol dalam menguatkan serta mengingatkan dan ikut

mengontrol dan menilai agar pelaksanaan program-program

itu benar-benar menyentuh dan bermanfaat bagi umat

Hindu. Sehingga, pelaksanaan program-program ini benar-

benar efektif, termasuk jadwal yang akurat; dan tidak

menimbulkan kesan hanya untuk menghabis-habiskan

anggaran saja. Kalau dalam melaksanakan fungsi ini,

Parisada menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

tujuan, maka Parisada harus membahasnya langsung

dengan Pembimas. Seandainya terjadi perbedaan pendapat

yang tidak bisa diselesaikan secara musyawarah, maka

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 132

sebaiknya Parisada Daerah menyampaikan hal ini kepada

Dirjen secara tertulis dengan bukti-bukti yang valid, tidak

dengan publikasi atas penyampaian lisan di forum-forum

resmi. Karena seperti yang ditegaskan oleh Dirjen Bimas

Hindu di berbagai kesempatan, hanya dengan penyampaian

tertulis kepada Dirjen Bimas Hindu dengan tembusan ke

Parisada Pusat, barulah akan cukup kuat untuk

ditindaklanjuti. Tanpa bukti-bukti yang valid, maka Dirjen

tidak akan bisa menentukan kebijakan setelah melalui lobi

dengan KaKanWil. Ini sudah pernah dilaksanakan

sebelumnya, dan hasilnya sesuai harapan. Walaupun,

sebenarnya pihak Dirjen juga mestinya “jemput bola” tidak

hanya menunggu, seperti yang sering didengungkan bahwa

perannya adalah pelayan umat, bukan majikan umat. Entah

mengapa, para pejabat kita kok masih malu-malu

melakukan ini.

(b) Parisada juga wajib mengontrol penyaluran dana bantuan

Pemerintah Daerah untuk program pembinaan umat Hindu,

yang pendistribusiannya lewat jalur Pembimas; yang

diwujudkan dengan pelatihan-pelatihan, orientasi-orientasi,

kegiatan keagamaan atau bantuan untuk lembaga-lembaga

keagamaan Hindu. Seharusnya ada keterbukaan dan

kerjasama yang baik antara Pembimas sebagai fasilitator

dan penyandang dana dengan Parisada sebagai lembaga

penggerak dan motivator bagi umat Hindu. Di masyarakat

Hindu, yang lebih kental dan dekat serta memiliki otoritas

untuk mengarahkan umat adalah Parisada. Mudahnya,

Parisada adalah otoritas yang diakui keberadaannya oleh

Pemerintah sebagai majelis tertinggi Agama Hindu; yang

memiliki umat.

(c) Parisada juga harus memonitor gerak langkah Pembimas

dan penyuluh yang seringkali dibutuhkan oleh umat untuk

memberikan pencerahan melalui acara-acara tertentu. Fakta

di lapangan membuktikan ada petugas-petugas yang

seringkali dengan berbagai alasan enggan hadir ketika

diundang oleh umat. Apabila ditemukan petugas-petugas

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 133

yang terbukti berperilaku seperti ini, dengan bukti-bukti

yang valid, selanjutnya harus dilaporkan kepada Dirjen

Bimas Hindu.

Jadi kesimpulannya, kalau memang masih peduli kepada

kemajuan umat Hindu, Pembimas/Penyuluh dan Parisada

Daerah harus sejalan dan terbuka, tidak saling

menyembunyikan sesuatu. Dan kedua pihak ini harus sadar

bahwa keberadaan mereka untuk melayani umat tanpa

muatan-muatan pribadi atau kelompok, tidak harus dilayani

serta tidak pernah berpikir untuk mengkhianati harapan

umat.

(13) Usai menyelesaikan pendidikan usia dini putranya di sebuah TK

umum yang bernuansa Hindu di Jakarta (siswanya ada yang

beragama non Hindu), yang kebetulan sudah terakreditasi A;

orang tuanya menginginkan agar putranya meneruskan

pendidikan dasar tingkat SD di sekolah yang berpredikat RSBI

(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Yayasan yang

mengelola TK umum bemuansa Hindu tersebut juga mengelola

pendidikan dasar tingkat SD yang baru menginjak tahun ke tiga

(baru sampai SD kelas tiga). Putranya tersebut menolak untuk

mengikuti tes di SD RSBI karena mau meneruskan di SD yang

dikelola yayasan tersebut. Orang tuanya berusaha membujuk

putranya dengan berkata, “Apapun yang kamu minta, pasti ibu

belikan, asal kamu mau tes di SD RSBI”. Sang putra menolak

dan malahan berbalik berkata, “Apapun yang mama minta, pasti

aku berikan, asal aku boleh sekolah di sini”. Kalau aku nanti

sekolah disana, nanti kan pelajaran agamanya bukan Hindu.

Sang ibu pun habis akal, dan menyerah.

Dari contoh nyata tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

lembaga pendidikan bernuansa Hindu berpeluang besar untuk

membentuk landasan jiwa-jiwa yang militan (positif) bagi anak-

anak Hindu. Dengan demikian, keberadaan lembaga-lembaga

pendidikan usia dini yang bernuansa Hindu sangat diperlukan

(khususnya di luar Bali). Tentu, lembaga seperti ini diarahkan

sebagai sekolah umum namun tetap bernuansa Hindu. Siswa

yang beragama non Hindu tetap diterima untuk menerima

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 134

pembelajaran yang sama, namun sesuai dengan UU Sisdiknas

No.20 tahun 2003, maka lembaga wajib menyediakan guru

yang juga beragama sama dengan siswa bersangkutan. Untuk

menopang kualitas agar lembaga memiliki daya saing dengan

lembaga-lembaga sejenis, dibutuhkan tenaga-tenaga yang

benar-benar kompeten dengan kurikulum terpadu dan

penyelenggaraan pendidikan terpadu yang mengacu pada

konsep-konsep Total Quality Management in Education

(Manajemen Terpadu dalam Pendidikan). Di samping itu,

lembaga pendidikan seperti ini akan memiliki dua induk

penopang operasional, yaitu Kementrian Agama dan

Kementrian Pendidikan Nasional; keduanya merupakan sumber

dana untuk pengelolaannya.

Pada akhirnya dengan latar belakang ini, maka Parisada

Pusat/Daerah memiliki tugas untuk lebih giat dan serius untuk

terus menerus mensosialisasikan bahkan kalau perlu

mengeluarkan bhisama agar umat Hindu mendirikan lembaga-

lembaga pendidikan untuk mewujudkan pendidikan usia dini

yang ke depan akan membentuk jiwa-jiwa Hindu yang

berwawasan luas dan militan. Di sisi lain, Parisada

Pusat/Daerah berkoordinasi dengan Dirjen Bimas Hindu untuk

meningkatkan kualitas guru-guru Agama Hindu untuk

pendidikan usia dini dan pendidikan dasar.

(14) Mengacu pada UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, maka di

sekolah-sekolah umum negeri dari tingkat dasar hingga

menengah yang terdapat siswa Hindu, telah merekrut guru-guru

Agama Hindu untuk memberikan pelajaran Agama Hindu.

Keberadaan seorang guru Agama Hindu di lingkungan non

Hindu seringkali mendapat tekanan dengan berbagai cara;

sehingga tidak jarang guru Agama Hindu yang bersangkutan

menjadi tidak percaya diri; dan menjadi goyah terhadap

keyakinan Hindunya. Bahkan di beberapa daerah telah terbukti

terdapat guru-guru Agama Hindu yang walaupun tetap

mengajar Agama Hindu, karena tuntutan hidup, namun

keluarganya (anak-anak dan istri) telah beralih kepada

keyakinan lain (tidak lagi beragama Hindu). Sedihnya lagi, guru

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 135

Agama Hindu yang bersangkutan secara perlahan-lahan tidak

pemah lagi muncul dalam kegiatan-kegiatan keagamaan Hindu,

khususnya di Pura. Untuk itu, Parisada Pusat/Daerah sepatutnya

berkoordinasi dengan Dirjen Bimas Hindu untuk meningkatkan

kualitas dan mental serta moral para guru tersebut melalui

pelatihan-pelatihan khusus, sehingga benar-benar tegar dan

mampu melaksanakan tugas, tanpa rasa takut karena tekanan-

tekanan lingkungan. Untuk itu diperlukan “shock theraphy”

bagi guru-guru seperti ini. Sementara itu, Parisada Pusat/Daerah

perlu memonitor perilaku guru-guru Agama Hindu yang hanya

mencari makan di ranah Hindu, tetapi tidak memiliki loyalitas;

dan melaporkannya ke Dirjen Bimas Hindu. Kalau tidak salah,

sertifikasi guru-guru Agama Hindu sudah hampir selesai;

sehingga sudah semestinya terjadi peningkatan kualitas yang

dirasakan langsung oleh umat. Kalau masih jauh panggang dari

api, maka sertifikasi ini perlu dipertanyakan.

(15) Dalam berbagai pertemuan di beberapa daerah, terdapat keluhan

dari orang tua, betapa sulitnya mengajak anak-anaknya untuk

mengikuti pembelajaran Agama Hindu di Pasraman (di luar

Bali). Seorang anak terus terang mengatakan bahwa pelajaran

yang paling tidak disukainya adalah Agama Hindu dan bahasa

daerah. Ada juga orang yang sulit menjawab argumentasi

anaknya, bahwa Agama Hindu adalah agama wayang, karena

gurunya di Pasraman dalam mengajarkan Agama Hindu selalu

bercerita tentang wayang. Artinya, ada siswa-siswa Pasraman

yang sulit memahami pelajaran yang disampaikan gurunya,

padahal guru sudah mengikuti kurikulum. Tentu hal ini tidak

bisa dibiarkan. Lagi-lagi menyangkut kualitas guru Agama

Hindu, mungkin pola mengajarnya memerlukan strategi baru.

Tampaknya perlu kerja keras dari Parisada Pusat/Daerah dan

Dirjen Bimas Hindu untuk mencari strategi yang tepat untuk

menyiasati kondisi ini. Guru perlu diberikan pelatihan-pelatihan

agar lebih kreatif dan inovatif serta tidak sepenuhnya harus

mengikuti kurikulum dengan membuta, asalkan sasarannya

mengena dan target tercapai; bukan output tetapi outcome yang

menjadi tujuan akhir. Tetapi, ada satu hal terabaikan, bahwa

tanggung jawab untuk menggiring anak-anak agar mencintai

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 136

dan membuat mereka tertarik belajar Agama Hindu bukan

hanya pada guru Pasraman, tetapi lebih pada orang tua. Artinya,

orang tua yang menginginkan anaknya tetap beragama Hindu,

dan kalau orang tua ini punya kepedulian terhadap eksistensi

Agama Hindu, maka mereka juga harus belajar Agama Hindu.

Kalau perlu, ikut kuliah Agama Hindu di PERTI Hindu, tidak

perlu malu; dan jangan pernah merasa puas dengan pengetahuan

Hindu yang dimiliki. Ada kisah menarik, ketika seorang anak

bertanya tentang Agama Hindu kepada ayahnya. Sang ayah

dengan tanpa merasa bersalah menjawab, “Kamu tanya saja

kepada guru Agama Hindu di Pasraman”. Ini memang sepele,

tetapi bagi anak itu pengaruhnya besar. Mungkin saja dalam

hatinya berkata, “Ayah saja tidak merasa perlu tahu, lalu untuk

apa aku harus tahu? Malahan ada umat Hindu yang

menganggap bahwa yang harus tahu tentang Agama Hindu

adalah para brahmana saja.

(16) Agar PERTI (Perguruan Tinggi) Hindu memiliki nilai lebih

(value added) maka idealnya PERTI Hindu harus mampu

menciptakan nilai (create value) itu sendiri dengan cara

meningkatkan kualitas dan peran dengan memanfaatkan

keberadaan umat di lingkungannya (kabupaten/provinsi); di

mana lembaga tersebut berada. Selain berperan besar dalam

kegiatan-kegiatan pembinaan rutin melalui media Pura, maka

PERTI Hindu harus memiliki umat binaan di wilayahnya, dan

yang dibina bukan hanya masalah keagamaan atau kegiatan

keagamaan, tetapi juga berupaya untuk mewujudkan program

yang terkait dengan pendidikan umat dan pemberdayaan

ekonomi. Ini menjadi penting terutama kelak bagi para

alumninya. Jangan pernah terjadi, ketika ada umat Hindu yang

mengungsi, PERTI Hindu yang ada di wilayah itu hanya

menjadi penonton, atau saat pembagian sembako untuk korban

gunung meletus, pimpinan PERTI Hindu hanya lewat dengan

mobil barunya. Alumni, disamping memiliki kompetensi yang

didapat dari pendidikan keagamaannya (hard skill), tetapi ia

juga memiliki kompetensi lain untuk menjalani kehidupannya

(soft skill); tidak semata-mata mengandalkan pengetahuan

agama (menjadi guru atau PNS), tetapi juga bisa hidup dari

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 137

sektor-sektor lain. Pengalaman ini semua didapatnya ketika

membina umat, memberdayakan ekonomi dan mengembangkan

pendidikan umat, dengan mempertimbangkan sumber daya

alam yang ada di sekitarnya. Untuk itu, Parisada Pusat/Daerah

harus berupaya mendorong agar umat mau memanfaatkan

PERTI Hindu untuk mengembangkan diri. Sementara, Dirjen

Bimas Hindu idealnya mempunyai program jangka panjang,

dengan misalnya memberikan “block grant” kepada PERTI

Hindu membuat program yang riil tidak hanya dalam

pembangunan sarana prasarana, tetapi termasuk pembinaan

umat di wilayah masing-masing, pemberdayaan ekonomi dan

pendidikan umat. Tentunya, Dirjen Bimas Hindu harus

memiliki power of control yang kuat untuk program ini, untuk

menunjang keberhasilannya. Dan Parisada Pusat/Daerah tetap

memonitor pelaksanaan program ini.

(17) Parisada Pusat/Daerah perlu mencanangkan gerakan punia

dengan memanfaatkan sesari canang/daksina di rumah masing-

masing umat Hindu. Umumnya, setiap bulan (Pumama/hari

raya) umat Hindu akan menghaturkan daksina dan mengganti

daksina yang sebelumnya. Sesari (uang) daksina ini sebaiknya

tidak dibelanjakan lagi, tetapi dikumpulkan dan disimpan untuk

di puniakan ke BDDN (Badan Dharma Dana Nasional).

Sehingga dana punia setiap keluarga terus menerus berjalan

tanpa perlu secara khusus menyisihkan uang untuk dana punia.

Pola ini juga sangat bermanfaat sebagai media latihan bagi

anak-anak, untuk menghayati konsep dana punia. Di beberapa

Tempek di Jakarta sudah cukup lama dilaksanakan, dan

hasilnya cukup bagus.

(18) Yang tak kalah penting, karena hal ini banyak “menghabiskan”

umat, karena terpaksa berpindah keyakinan adalah ketiadaan

PPPS (Petugas Pencatatan Perkawinan Sipil) di daerah-daerah

tertentu. Kalau tidak salah petugas honorer ini harus

domohonkan oleh Parisada kepada Pemerintah Daerah

setempat. Aturan yang mengacu kepada UU No.1 tahun 1974

tentang Undang-Undang Perkawinan dengan pelaksanaan yang

diatur dalam PP No.70 tahun 1975 ini seringkali diabaikan oleh

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 138

Parisada Daerah. Dan dampakanya luar biasa, seringkali

pemikahan umat secara Agama Hindu tidak diterima sehingga

mempelai Hindu harus dinikahkan, ketika mereka memerlukan

surat-surat untuk mengurus akta kelahiran anaknya. Jadi, jangan

kaget ketika di sebuah wilayah pemah terjadi puluhan pasang

umat Hindu yang dengan mudahnya berpindah keyakinan

karena terpaksa.

Ditetapkan di : Denpasar

PadaTanggal : 10 Juli 2011

PIMPINAN SIDANG

Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia

Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ketua

Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat

Drs. I Ketut Wiana, M.Ag

Anggota

Pengurus Harian Parisada Pusat

Ketua Umum, Sekretaris Umum

Dr. I Made Gde Erata, M.A

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag

Anggota Anggota

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 139