hasil-hasil pesamuhan agung phdi tahun 2011 | 1tentang peraturan tata tertib pesamuhan agung...
TRANSCRIPT
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 2
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Kita patut menyampaikan parama suksmaning hidep kehadapan Ida
Sanghyang Widhi Wasa atas anugrah-Nya, sehingga Panitia Pesamuhan
Agung, dapat merampungkan tugas yang diamanatkan untuk
melaksanakan salah satu daur kegiatan tahunan Parisada Hindu Dharma
Indonesia, yakni Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia
Tahun 2011, yang telah terselenggara dari tanggal 9-11 Juli 2011 lalu.
Salah satu hal penting yang menjadi kegiatan akhir dalam
penyelenggaraan tersebut adalah pembuatan laporan Pesamuhan Agung.
Kegiatan ini sekaligus menjadi akhir tugas Panitia dalam menjalankan
amanat Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, yang
dituangkan dalam Surat Keputusan Nomor: 81/SK/Parisada
Pusat/III/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang Panitia Penyelenggara dan
Panitia Pelaksana Pesamuhan Agung dalam rangka persiapan Mahasabha
X Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2011.
Laporan ini dapat disajikan sedemikian rupa sesuai dengan proses serta
alur kerja yang logis dan sistematis terjadi pada penyelenggaraan
Pesamuhan Agung Tahun 2011. Proses dan alur kerja, dilampirkan
tersendiri. Selanjutnya secara totalitas, laporan hasil Pesamuhan Agung
Tahun 2011 dapat kami sajikan secara kronologis sebagai berikut:
1. Kata Pengantar Panitia
2. Sambutan Pengurus Harian
3. Daftar Isi, terdiri dari 8 (delapan) keputusan secara berurutan, yaitu:
a. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Tata Tertib Pesamuhan
Agung beserta Lampiran;
b. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Jadual Acara Pesamuhan
Agung beserta Lampiran;
c. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pergantian Antar Waktu
Pengurus Harian beserta Lampiran;
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 3
d. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Komisi
Pesamuhan Agung beserta Lampiran: 1 (Komisi A); 2 (Komisi
B); 3 (Komisi C);
e. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Panitia
Penyelenggara dan Panitia Pelaksana Mahasabha X berikut
Lampiran: 1 tentang Susunan Panitia Penyelenggara dan
Lampiran: 2 tentang Susunan Panitia Pelaksana Daerah;
f. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan Design Utama
Hindu Dharma Indonesia dan Program Kerja Parisada beserta
Lampiran;
g. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan
Penyempumaan AD & ART sebagai materi bahasan Mahasabha
X beserta Lampiran;
h. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rekomendasi Pesamuhan
Agung beserta Lampiran.
4. Lampiran-Lampiran:
a. Laporan Ketua Panitia Pesamuhan Agung Tahun 2011.
b. Sambutan Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Pusat.
c. Sambutan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI.
d. Sambutan Gubemur Bali
e. Susunan Panitia Penyelenggara dan Pelaksana Daerah
Pesamuhan Agung Tahun 2011.
f. Dokumentasi Foto Kegiatan Pesamuhan Agung Tahun 2011.
g. Notulensi Komisi B tentang Rancangan Penyempumaan AD &
ART
Seluruh hasil Pesamuhan Agung ini, juga telah diadaptasikan untuk
kepentingan lembaga dan umat secara lebih luas. Itulah sebabnya maka
dalam berbagai hal keputusan tersebut memuat substansi yang diperlukan
dalam penyelenggaraan Mahasabha X.
Kami berharap laporan yang disajikan ini dapat menjadi dokumen
penting bagi Pengurus Parisada di berbagai tingkat guna melaksanakan
tugas-tugas lembaga dalam pengelolaan organisasi dan pelayanan umat.
Namun, khusus untuk keputusan yang berupa Rancangan Materi
Mahasabha, yaitu Rancangan Penyempumaan AD & ART maupun
Design Utama dan Program Kerja belum dapat dijadikan dasar
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 4
pengambilan keputusan organisasi. Lebih dari sekedar menjadi dokumen
semata, laporan ini juga dimaksudkan sebagai “materi dasar” bagi
Panitia Mahasabha X dalam merumuskan materi yang akan dibahas
dalam forum Mahasabha.
Kami selaku Panitia merasa sangat terbantu atas berbagai masukan
penyempurnaan terhadap rancangan materi yang telah kami rumuskan,
sehingga dapat menjadi keputusan Pesamuhan Agung. Untuk itu, kami
sangat berterimakasih atas segala masukan yang telah disampaikan.
Kami juga menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan kegiatan Pesamuhan Agung Parisada
Tahun 2011 yang dapat berlangsung sesuai dengan rencana.
Selanjutnya, atas nama panitia, kami memohon maaf atas segala
kekurangan dan kelemahan yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2011.
Demikian pengantar ini disampaikan guna memudahkan para pembaca
memahaminya. Semoga Hyang Widhi Wasa asung kerthawara nugraha
kepada kita semua.
Om santih santih santih.
Jakarta, Juli 2011
PANITIA PENYELENGGARA PESAMUHAN AGUNG 2011.
Ketua,
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 5
PROSES DAN ALUR KERJA
PENYUSUNAN MATERI
PESAMUHAN AGUNG PARISADA TAHUN 2011
NO. ALUR KERJA KEGIATAN
1. Penyusunan Rancangan
Awal SC Panitia Pesamuhan Agung mempelajari
AD & ART yang masih berlaku.
SC Panitia Pesamuhan Agung
mengumpulkan referensi.
SC Panitia Pesamuhan Agung membuat
Rancangan Penyempumaan AD & ART.
SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan
pembahasan internal atas Rancangan
Penyempumaan AD & ART.
2. Penyelenggaran Sarasehan SC Panitia Pesamuhan Agung meminta
masukan dari nara sumber (tokoh umat) dan
umat terkait Rancangan Penyempumaan AD
& ART.
3. Finalisasi Rancangan SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan
pembahasan internal dalam membuat
Rancangan Penyempumaan AD & ART,
dengan mempertimbangkan masukan-
masukan dari forum Sarasehan.
4. Penyelenggaraan
Workshop
SC Panitia Pesamuhan Agung meminta
masukan dari nara sumber (tokoh umat) dan
umat terkait dengan penyusunan Grand
Design Hindu Dharma Indonesia dan
Program Kerja.
5. Finalisasi Grand Design
dan Program Kerja
SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan
pembahasan internal dalam membuat Grand
Design Hindu Dharma Indonesia dan
Program Kerja, dengan mempertimbangkan
masukan-masukan dari forum Workshop.
6. Finalisasi Materi
Pesamuhan Agung
SC Panitia Pesamuhan Agung melakukan
pembahasan internal untuk melakukan
finalisasi pembuatan: (1) Rancangan
Penyempumaan AD & ART, (2) Grand
Design Hindu Dharma Indonesia dan
Program Kerja, (3) Rekomendasi-
rekomendasi.
7. Pelaksanaan Pesamuhan
Agung
Semua materi Pesamuhan Agung yaitu: (1)
Rancangan Penyempumaan AD & ART, (2)
Grand Design Hindu Dharma Indonesia dan
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 6
Program Kerja,. (3) Rekomendasi-
rekomendasi dimintakan masukan
penyempumaan dari seluruh Parisada
Daerah untuk dijadikan Rancangan Materi
Mahasabha X.
Rancangan-rancangan materi lainnya
diputuskan menjadi Keputusan-keputusan
Pesamuhan Agung.
8. Finalisasi Hasil Pesamuhan
Agung
Berdasarkan Keputusan Pleno Pesamuhan
Agung, SC Panitia Pesamuhan Agung
melakukan pengeditan atas semua
Rancangan Materi Mahasabha X.
9. Penyerahan Dokumen
Pesamuhan Agung
Semua Keputusan Pesamuhan Agung
diserahkan oleh Panitia Pesamuhan Agung
kepada Pengurus Harian Parisada Pusat
untuk dijadikan dokumen dan
ditindaklanjuti sesuai ketentuan organisasi
Parisada.
Jakarta, Juli 2011
PANITIA PENYELENGGARA PESAMUHAN AGUNG 2011
Ketua,
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 7
Kata Sambutan
Om Swastyastu
Puja dan Puji angayubagia kita panjatkan kehadapan Hyang Widhi
Wasa, atas wara nugrahaNya Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia tahun 2011 dapat terlaksana dengan baik, damai, dan lancar.
Pesamuhan Agung dengan tema “Pesamuhan Agung 2011
Mempersiapkan Langkah Konkrit untuk menyongsong Mahasabha X”
diharapkan dapat memantapkan Persiapan Mahasabha X dengan harapan
terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang bahagia dan
sejahtera/moksartham jagadhita.
Penyusunan Design Utama Hindu Dharma Indonesia bertujuan
menentukan arah, strategi dan program-program umum pengembangan
agama Hindu dan masyarakat Hindu di Indonesia ke depan, dan
menyiapkan rencana induk (master plan) bagi seluruh komponen agama
Hindu di Indonesia.
Dalam mewujudkan masyarakat Hindu yang bahagia dan sejahtera
perlu memelihara dan mengembangkan kerjasama dengan setiap
organisasi, badan, lembaga, dan institusi y.ang bergerak dalam bidang
keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan yang bersekala nasional
dan internasional.
Dengan demikian, kami mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas
partisipasinya baik berupa moril maupun materiil sehingga Pesamuhan
Agung 2011 dapat berlangsung sesuai dengan rencana.
Om Santih, Santih, Santih
Jakarta, 19 September 2011
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum,
Dr. I Made Gde Erata, MA.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 8
DAFTARISI
1. Kata Pengantar
2. Sambutan Ketua Umum Pengurus Harian
3. Daftar Isi, terdiri dari 8 (delapan) keputusan secara berurutan, yaitu:
a. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Tata Tertib Pesamuhan
Agung beserta Lampiran;
b. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Jadual Acara Pesamuhan
Agung beserta Lampiran;
c. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pergantian Antar Waktu
Pengurus Harian Parisada Pusat beserta Lampiran;
d. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Komisi PA
beserta Lampiran: 1 (Komisi A), 2 (Komisi B), (Komisi C);
e. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Pembentukan Panitia
Penyelenggara dan Panitia Pelaksana Mahasabha X berikut
Lampiran: 1 tentang Susunan Panitia Penyelenggara dan
Lampiran: 2 tentang Susunan Panitia Pelaksana Daerah;
f. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan Desain Utama
Hindu Dharma Indonesia dan Program Kerja Parisada beserta
Lampiran;
g. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rancangan
Penyempumaan AD & ART sebagai materi bahasan Mahasabha
X beserta Lampiran;
h. Keputusan Pesamuhan Agung tentang Rekomendasi PA beserta
Lampiran
4. Lampiran-lampiran
a. Laporan Ketua Panitia Pesamuhan Agung Tahun 2011
b. Sambutan Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Pusat
c. Sambutan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI
d. Sambutan Gubemur Bali
e. Susunan Panitia Penyelenggara dan Pelaksana Daerah
Pesamuhan Agung Tahun 2011
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 9
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 01/KEP/P.A. Parisada /VII/2011
t e n t a n g
PERATURAN TATA TERTIB PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia merupakan forum Rapat
Kerja Nasional; dan
b. bahwa sehubungan dengan itu dan untuk
kelancaran pelaksanaan Pesamuhan Agung,
dipandang perlu memutuskan Tata Tertib
Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2011.
Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: I/M.Sabha
IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: II/M. Sabha
IX/2006 tentang Program Kerja Parisada
Hindu Dharma Indonesia.
Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna
I Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia Tahun 2011.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 10
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
TENTANG PERATURAN TATA TERTIB
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU
DHARMA INDONESIA TAHUN 2011.
Pertama : Peraturan Tata Tertib Pesamuhan Agung
Parisada Hindu Dharma Indonesia
sebagaimana tersebut dalam lampiran
keputusan ini merupakan pedoman yang
mengikat dan harus dipatuhi oleh peserta
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia Tahun 2011.
Kedua : Peraturan Tata Tertib Pesamuhan Agung
Parisada Hindu Dharma Indonesia
sebagaimana tersebut dalam diktum pertama
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keputusan ini.
Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam keputusan ini, akan ditinjau sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
Pada Tanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 11
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 12
Lampiran:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 01/KEP/P.A. Parisada/VII/2011
tentang Peraturan Tata Tertib Pesamuhan
Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia
Tahun 2011
TATA TERTIB PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
A. Ketentuan Umum
1. Pesamuhan Agung merupakan forum Rapat Kerja Nasional yang
diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
2. Pesamuhan Agung mempunyai tugas dan wewenang:
a. Menjabarkan keputusan Maha Sabha menjadi Program
Operasional
b. Menyiapkan usulan untuk dibahas oleh Mahasabha dan
Sabha Walaka guna dijadikan keputusan Sabha Pandita.
c. Mengevaluasi pelaksanaan program yang dilakukan oleh
Pengurus Harian Parisada Pusat dan memberikan arahan
program selanjutnya.
d. Menetapkan pengisian kekosongan pergantian antar waktu
(PAW) maupun melakukan reshuffle Pengurus Parisada
Pusat.
B. Pesamuhan Agung dihadiri oleh:
1. Sabha Pandita
2. Sabha Walaka
3. Pengurus Harian
4. Utusan Parisada Provinsi
5. Utusan organisasi, forum, lembaga yang bemafaskan Hindu yang
berskala nasional dan direkomendasikan oleh Pengurus Harian
Parisada Pusat
C. Pimpinan dan jenis rapat Pesamuhan Agung
1. Sidang Pesamuhan Agung dipimpin oleh Presidium, terdiri atas
Dharma Adhyaksa Sabha Pandita, Ketua Sabha Walaka, Ketua
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 13
Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Harian Parisada Pusat
secara kolektif dan kolegial.
2. Jenis-jenis Sidang Pesamuhan Agung:
a. Sidang Paripuma
b. Sidang Komisi/Pleno
c. Sidang Tim Perumus
D. Pembentukan Tim Komisi
Tim Komisi terdiri dari:
- Komisi A: Desain Utama dan Program Kerja
- Komisi B: Rancangan Penyempurnaan AD & ART
- Komisi C: Rekomendasi
1. Masing-masing Parisada Provinsi menyiapkan / menunjuk 2
orang anggotanya.
2. Masing-masing anggota dapat memilih menjadi anggota Komisi
sesuai kapasitasnya.
3. Jika pemilihan Tim Komisi tidak seimbang maka OC akan
melakukan pendekatan untuk penyesuaian keseimbangan jumlah
anggota Tim Komisi.
E. Kewajiban dan Hak Peserta
1. Setiap peserta wajib hadir 30 menit sebelum acara dimulai.
2. Setiap peserta wajib untuk mengikuti setiap sidang dalam
Pesamuhan Agung
3. Setiap peserta dapat menyampaikan pendapat, saran, usul,
tanggapan terhadap berbagai hal sesuai dengan materi yang
dibahas baik lisan maupun tulisan.
4. Apabila terdapat perbedaan pendapat di antara peserta
Pesamuhan Agung terhadap sesuatu hal, diusahakan dicari jalan
keluar dengan prinsip saling asih, asah, dan asuh.
5. Untuk meningkatkan efektifitas pembahasan materi sidang,
Pesamuhan Agung membentuk Komisi-Komisi sesuai dengan
keperluannya.
6. Masing-masing Komisi dipimpin oleh seorang Ketua, seorang
Wakil Ketua, dan seorang Sekretaris yang dipilih oleh dan dari
anggota Komisi.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 14
7. Masing-masing Komisi didampingi oleh Anggota Panitia
Pengarah (SC) atau unsur Pengurus Harian Parisada Pusat.
8. Masing-masing Komisi menyampaikan laporan hasil sidang
Komisi untuk disampaikan dalam sidang untuk mendapat
pengesahan.
9. Hasil Pesamuhan Agung disampaikan kepada Pengurus Harian
Parisada Pusat untuk ditindaklanjuti menjadi usulan bahan
materi Mahasabha X Tahun 2011 melalui Panitia Mahasabha X
Tahun 2011.
F. Hal - hal Lain
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Tata Tertib ini dapat
diputuskan dalam Sidang Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 15
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 16
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 02/KEP/P.A. Parisada /VI1/2011
t e n t a n g
JADUAL ACARA PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia merupakan forum Rapat
Kerja Nasional; dan
b. bahwa sehubungan dengan itu dan untuk
kelancaran pelaksanaan Pesamuhan Agung,
dipandang perlu memutuskan Jadual Acara
Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2011.
Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: I/M.Sabha
IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: II/M.Sabha
IX/2006 tentang Program Kerja Parisada
Hindu Dharma Indonesia.
Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma I
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia Tahun 2011
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 17
TENTANG JADUAL ACARA PESAMUHAN
AGUNG PARISADA HINDU DHARMA
INDONESIA TAHUN 2011
Pertama : Jadual Acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia sebagaimana tersebut dalam
lampiran keputusan ini merupakan pedoman
yang mengikat dan untuk dipatuhi oleh seluruh
peserta Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Tahun 2011.
Kedua : Jadual Acara Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia sebagaimana tersebut dalam
diktum pertama merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 18
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 19
Lampiran:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 02/KEP/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Jadual Acara Pesamuhan
Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia
JADUAL ACARA PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011
HOTEL NIKKI DENPASAR, 9 s/d 11 JULI 2011
NO. HARI/TGL JAM K E G I A T A N PIC
1. SABTU,
09 Juli 2011
14.00-15.30 Penerimaan seluruh peserta
Pesamuhan Agung Parisada,
Registrasi, dan Pembagian
Komisi
OC
PARIPURNA I
16.00-18.00 • Doa pembukaan rapat
• Pimpinan Sidang: Dharma
Adhyaksa, Ketua Sabha
Walaka, Ketua Umum dan
Sekum Pengurus Harian
• Pembacaan Tata Tertib
dan Jadual Acara.
• Pengesahaan Tata Tertib
dan Jadual Acara oleh
Pimpinan Sidang
• Arahan Dharma Adhyaksa
• Laporan Ketua Sabha
Walaka
SC
18.30-19.00 Istirahat, Santap Malam dan
persiapan acara Pembukaan
Pesamuhan Agung
OC
19.00-20.30 Pembukaan Pesamuhan
Agung
• Pembukaan
• Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya
• Laporan Ketua Panitia
• Sambutan Ketua Umum
Dharma
Adhyaksa
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 20
• Sambutan Dirjen Bimas
Hindu Kemag R I.
• Sambutan Dharma
Adyaksa sekaligus
membuka secara resmi
• Doa
• Penutup
20.30-21.30 • Laporan Ketua Umum
Pengurus Harian
• Penjelasan Materi
Pesamuhan Agung
SC
21.30-22.30 • Pesamuhan Sabha Pandita
• Pesamuhan Sabha Walaka
OC
22.30 Istirahat
PARIPURNA II
2. MINGGU,
10 Juli 2011
06.00-08.00
08.00-08.10
08.10-09.00
09.00-10.00
10.00-10.30
10.30-12.00
12.00-13.00
13.00-15.00
Santap Pagi
Puja Tri Sandhya (Pratah
Sewanam)
Pembagian Komisi A, B, dan
C.
Sambutan Gubemur Bali
Istirahat
Sidang Komisi
Puja Trisandya dilanjutkan
Istirahat / Santap Siang
Sidang Komisi (Lanjutan)
OC
OC
SC
OC
OC
OC
OC
OC
15.00-15.30 Istirahat OC
15.30-16.30 Perumusan Hasil Sidang
Komisi
SC
PARIPURNA III
16.30-18.00
Laporan dan Tanggapan
Hasil Sidang Komisi
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 21
18.00-19.00
19.00-21.00
Puja Trisandya dilanjutkan
Isirahat / Santap Malam
Laporan dan Tanggapan
Hasil Sidang Komisi
(Lanjutan)
21.00-21.30
21.30-22.00
22.00
Pengesahan Hasil Sidang
Komisi, dilanjutkan
Penyerahan Hasil-Hasil
Pesamuhan Agung kepada
Pimpinan Sidang dan
selanjutnya diserahkan
kepada Ketua Umum
Pengurus Harian Parisada
Pusat
Penutupan Pesamuhan
Agung oleh Dharma
Adhyaksa Parisada
Istirahat
OC
OC
3. SENIN,
11 Juli 2011
06.00-09.00
09.00-12.00
12.00
Santap Pagi
Abimandana / Simakrama
Check Out
OC
OC
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 22
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 23
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 03/KEP/P.A. Parisada/VII2011
t e n t a n g
PERGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS HARIAN
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT
MASA BHAKTI 2006 - 2011
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan beberapa Pengurus
Harian telah mangajukan permohonan
pengunduran diri, tidak aktif dan atau tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan
dalam AD/ART Parisada, perlu dilakukan
penggantian antar waktu dan atau reshuffle
agar pelaksanaan., fungsi dan tugas Pengurus
Harian terlaksana sebagaimana mestinya;
b. bahwa Pesamuhan Agung mempunyai tugas
dan wewenang antara lain menetapkan
pengisian kekosongan lowongan antar waktu
dan atau reshuffle Pengurus Harian Parisada
Hindu Dharma Indonesia Pusat; dan
c. bahwa untuk hal tersebut, dipandang perlu
mengeluarkan keputusan penggantian antar
waktu dan atau reshuffle personalia Pengurus
Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia masa
bhakti 2006-2011.
Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: I/M.Sabha IX/2006
tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 24
Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.
2. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: VI/TAP/M.SABHA
IX/2006 tentang Pengesahan Susunan
Personalia Sabha Pandita, Sabha Walaka dan
Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma
Indonesia Masa Bhakti 2006-2011.
3. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: II/M.Sabha IX/2006
tentang Program Kerja Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: 1/Kep/P.A.
Parisada/ XII/2011 tentang Peraturan Tata
Tertib Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Tahun 2011.
5. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: /Kep/P.A. Parisada/
XII/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan
Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia
Tahun 2011.
Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma II
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia tanggal 10 Juli 2011.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
TENTANG PERGANTIAN ANTAR WAKTU
DAN ATAU RESHUFLE PENGURUS HARIAN
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
PUSAT MASA BHAKTI 2006 -2011.
Pertama : Memberhentikan dengan hormat disertai ucapan
terima kasih kepada personel yang namanya
tercantum pada kolom 2 (dua) dalam daftar
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 25
lampiran Keputusan ini untuk masa bhakti 2006-
2011.
Kedua : Mengangkat personel yang namanya tercantum
pada kolom 3 (tiga) dalam daftar lampiran
Keputusan ini untuk masa bhakti 2006-2011.
Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam Keputusan ini, akan ditinjau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 26
Lampiran:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 03/Kep/P.A. Parisada/VI 1/2011
Tentang Pergantian Antar Waktu
Pengurus Harian Parisada Hindu
Dharma Indonesia Pusat Masa bhakti
2006 -2011.
PERGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS HARIAN
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT
MASA BHAKTI 2006 - 2011
NO. NAMA YANG
DIGANTI
NAMA PENGGANTI JABATAN
1 2 3 4
1. Ida Ayu Swastika, SE,
MM.
Drs. Nyoman Udayana
Sangging, SH, MM.
Ketua Bidang
Pendidikan dan
Penerangan
2. Drs. Nyoman Udayana
Sangging, SH, MM.
Ir. Ketut Parwata Ketua Badan
Litbang
3. Wayan Sudarma, S.Ag. I Gusti Komang Widana,
S.Ag., M.Fil.H
Sekretaris I
Bidang
Keagamaan
4. Ir. Ketut Parwata A.A. Oka Mantara Sekretaris VI
Bidang Dana
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 27
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 28
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 04/KEP/P.A.Parisada /VII/2011
t e n t a n g
PEMBENTUKAN KOMISI PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
Atas asung kertha wara nugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Pariasada Hindu
Dharma Indonesia merupakan forum Rapat
Kerja Nasional dalam Parisada; dan
b. bahwa untuk membahas dan
memusyawarahkan berbagai keputusan yang
akan diambil oleh Pesamuhan Agung,
dipandang perlu untuk membentuk komisi-
komisi.
Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M.Sabha
IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
2. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: 1/Kep/P.A.
Parisada/XII/2011 tentang Peraturan Tata
Tertib Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: 2/Kep/P.A.
Parisada/XII/2011 tentang Jadual Acara
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 29
Indonesia.
Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripuma
III Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia tanggal 10 Juli 2011.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI-
KOMISI PESAMUHAN AGUNG PARISADA
HINDU DHARMA INDONESIA.
Pertama : Membentuk Komisi Pesamuhan Agung Parisada
Hindu Dharma Indonesia dengan tugas pokok
sebagai berikut:
1. Memusyawarahkan dan mengambil keputusan
mengenai Keputusan Pesamuhan Agung yang
menjadi ruang lingkup tugasnya.
2. Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya
pada Sidang Paripuma Pesamuhan Agung
Parisada sesuai dengan jadual acara yang telah
ditetapkan.
Kedua : Komisi sebagaimana dimaksud pada diktum
pertama terdiri atas 3 (tiga) komisi yaitu :
1. Komisi A: Design Utama dan Program Kerja
2. Komisi B: Rancangan Penyempumaan AD&
ART
3. Komisi C: Rekomendasi
Ketiga : Keanggotaan untuk masing-masing Komisi
sebagaimana dimaksud pada diktum kedua
tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 30
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 31
Lampiran 1:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 04/Kep/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Pembentukan Komisi
Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia
K O M I S I A:
Keetua : Mayjen Pol (Purn) Drs. IGM Putera Astaman
Wakil Ketua : Dr. I Wayan Suarjaya, M.Si.
Sekretaris : KS. Arsana, S.Psi.
Anggota :
NO. NAMA UTUSAN
1. Dr. Nyoman Marpa, SE, MM, MBA Narasumber
2. I Dewa Putu Wirajaya KMHDI
3. Ir. I Made Gede Armana PHDI Prov. Sumsel
4. Letjen TNI (Purn) Putu S. Soeranta Sabha Walaka
5. Ida Pandita Mpu Jaya Wasista Nanda Sabha Pandita
6. Drs. Nengah Dharma PHDI Prov. DKI Jakarta
7. I Wayan Sutapa, S.Si, M.Sc PHDI Prov. Maluku
8. Drs. Ida Bagus Agung, MT PHDI Prov. DI
Yogyakarta
9. I Wayan Gede Santosa PHDI Prov. Sulteng
10. I Wayan Nentra PHDI Prov. Sulsel
11. I Nyoman Pegug Sekretaris Sabha Pandita
12. Drs. I Putu Sukra, MPH PHDI Prov. Kaltim
13. I Ketut Artika PHDI Prov. Kalsel
14. I Wayan Sudianta, SE. PHDI Prov. Sultra
15. Kadek Sumadiarta KMHDI
16. Drs. I Ketut Sudiartha PHDI Jawa Timur
17. I Ketut Lancar, SE, M.Si. Ditjen Bimas Hindu
18. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha Litbang
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 32
19. Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D. Pengurus Harian
Parisada
20. Pedanda Istri Sidemen Sabha Pandita
21. Ir. I Dewa Putu Sukardi, S.Ag,
MBA.
Pengurus Harian
Parisada Pusat
22. Sunarto, S.Ag., M.Si. Sabha Walaka
23. I Putu Suardika PHDI Prov. Kep. Riau
24. Ir. I Made Amir Sabha Walaka
25. Pandita Mpu Ananda Wirakusuma Sabha Pandita
26. Made Suarsana PHDI Prov. Sumsel
27. Ir. Putu Prapanca PHDI Prov. Riau
28. Santhini A Jakarta Timur
29. Ni Nyoman Tjakri Arwati Pengurus Harian
Parisada Pusat
30. Ir. I Made Suwetja PHDI Prov. Lampung
31. Drs. Oka Swastika, SH PHDI Prov. Kalteng
32. Drs. Nyoman Udayana Sangging,
SH. MM
Pengurus Harian
Parisada
33. Yuni Waryani PHDI Prov. NTB
34. Sunarto Ngate, S.Ag Sabha Walaka
35. Drs. I Made Sujana, M.Pd. Ditjen Bimas Hindu
36. Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag. Sabha Walaka
37. Made Sutresna, S.Ag, MA. Panitia
38. BR. Indra Udayana Gandhi Ashram
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 33
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 34
Lampiran 2:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 04/Kep/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Pembentukan Komisi
Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia
K O M I S I B:
Ketua : Drs. I Wayan Catra Yasa
Wakil Ketua : Drg. Nyoman Suarthanu
Sekretaris : Ir. Ketut Parwata
Anggota :
NO. NAMA UTUSAN
1. Wikanthi Yogie, S.Ag. WHDI Pusat
2. Ketut Sugiarta PHDI Prov. Sumsel
3. Pinandita Wayan Rajin Pinandita Sanggraha
Nusantara
4. Drs. Wayan Nyamod SAKKHI
5. Drs. Ketut Pasek Asrama PHDI Prov. Jawa Barat
6. Pandita Mpu Siwa Budha Daksa
Damiita
Sabha Pandita
7. Pandita Dharmika Sandi Kertayasa Sabha Pandita
8. Gede Narayana, SE. PHDI Prov. DKI Jakarta
9. Ir. Ida Bagus Suardika PHDI Prov. Jawa Timur
10. Kol (Purn) I Nyoman Suartha, S.IP Sabha Walaka
11. Pedanda Gede Panji Soegata Sabha Pandita
12. Prof. Ir. I. K. Rika Sabha Walaka
13. Drs. I Wayan Catra Yasa Pengurus Harian PHDI
14. Prof. Dr. 1 Nyoman Sudyana, M.Sc. PHDI Prov. Kalteng
15. Ni Made Susilawati, SH. Sabha Walaka
16. I Ketut Aman PHDI Prov. Kalsel
17. I Ketut Suyadnya Sabha Walaka
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 35
18. I Wayan Sudirta, SH. Sabha Walaka
19. dr. I Ketut Sudiarsa PHDI Prov. Sulbar
20. Ida Pandita Mpu Yoga Sabha Pandita
21. I Made Wadra PHDI Prov. Sultra
22. Dr. Drs. 1 Gusti Ngurah Sudiana,
M.Si
PHDI Prov. Bali
23. GM Sudarmika PHDI Prov. Maluku
24. Acarya Agni Yogananda Pasraman Pandita Raja
Widya
25. Sri Pandita Rsi Agniyoga Mukthi Sabha Pandita
26. Made Artha, BAE Sabha Walaka
27. Putu Wirata Dwikora, SH. Sabha Walaka
28. Ir. Dewa Putu Taman PHDI Prov. Papua
29. I Nyoman Winata PHDI Prov. Kep. Riau
30. Dr. A.A. Ketut Diatmika BPH
31. Drs. I Gde Renjana, MBA. PHDI Prov. NTB
32. Yanto Jaya, SH. Sabha Walaka
33. I Made Waharika, SE. PHDI Prov. Kaltim
34. I Wayan Suparta, SH. PHDI Prov. Lampung
35. Drs. I Wayan Sudiarta PHDI Prov. Gorontalo
36. Drs. I Nyoman Surahatta, SH, MM. PHDI Prov. Jawa
Tengah
37. Naran Sami, SH. PHDI Prov. Sumatera
Utara
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 36
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 37
Lampiran 3:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 04/Kep/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Pembentukan Komisi
Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia
K O M I S I C:
Ketua : Dr. Ir. Ketut Puspa Adnyana, MTP.
Wakil Ketua : Drs. IGN. PutraKusuma, M.Si.
Sekretaris : Made Aripta Wibawa, SH, MH.
Anggota :
NO. NAMA UTUSAN
1. Ida Pandita Mpu Paramayoga Sabha Pandita
2. I Gede Wayan Mulia Sabha Walaka
3. Ida Pedanda Gde Bang Buruan Sabha Pandita
4. Drs. I Ketut Yansen PHDI Prov. Jawa Barat
5. Ida Pandita Dang Guru
Swecadharma
Sabha Pandita
6. Drs. IG Putu Brata PS, MM., M.Sc Pengurus Harian PHDI
Pusat
7. Ida Pandita Jaya Sattwikananda Sabha Pandita
8. Pandita Siwa Sri Satia Silen
Gurukal
Sabha Pandita
9. Pandita Mpu Reka Dharmika
Sandiyasa
Sabha Pandita
10. Ida Pandita Mpu Samyoga Tenaya Sabha Pandita
11. Pandita Mpu Daksa Samyoga Sabha Pandita
12. Ida Pandita Mpu Nabe Dwijawira
Kusuma
Sabha Pandita
13. Ida Pedanda Gde Kertha Arsa Sabha Pandita
14. Sri Mpu Karuna Putra Sabha Pandita
15. Made Mayor Sudharsana Sekretaris Sabha Pandita
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 38
16. Nyoman Wisnawa PHDI Prov. Kaltim
17. Drs. IDG Ngurah Utama, MM. Pengurus Harian
18. Pandita Mpu Jaya Dangka Sutareka Wkl. Dharma Adhyaksa
19. Drs. Putu Wijaya, M.Ag. ISKCON
20. Drs. Putu Witama PHDI Prov. Banten
21. Ir. I Putu Artayasa PHDI Prov. Maluku
Utara
22. Drs. I Ketut Ardana, M.Pd. SAKKHI
23. Drs. Wayan Sutha Yana, SH. PHDI Prov. Jambi
24. Drs. Nengah Pageh Arsana Sabha Walaka
25. I Wayan Diana PHDI Prov. Jambi
26. Drs. Made Metu Dahana, SH, MH. Sabha Walaka
27. Ir. I Ketut Budaraga, M.Si. PHDI Prov. Sumbar
28. Ir. Putu Dupa Bandem, MMA PHDI Prov. Kalbar
29. M. Chandra Bose PHDI Prov. Sumut
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 39
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 40
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 05/KEP/P.A. Parisada /VII/2011
t e n t a n g
PEMBENTUKAN PANITIA PENYELENGGARA
DAN PANITIA PELAKSANA MAHASABHA X
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011
Atas asung kertha waranugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa Mahasabha Parisada Hindu Dharma
Indonesia merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam Parisada yang dilaksanakan
setiap 5 tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha X Parisada Hindu Dharma
Indonesia akan diselenggarakan pada bulan
Oktober tahun 2011 di Denpasar Bali; dan
c. bahwa berhubung dengan itu, perlu dibentuk
Panitia Mahasabha X Parisada Hindu Dharma
Indonesia Tahun 2011 dengan melibatkan
masyarakat, baik perorangan maupun berbagai
unsur institusi dan organisasi kemasyarakatan
Hindu.
Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: I/Tap.
M.Sabha/2006 tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
2. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: II/Tap.
M.Sabha/2006 tentang Program Kerja Parisada
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 41
Hindu Dharma Indonesaia.
3. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 01/P.A
Parisada/2011 tentang Peraturan Tata Tertib
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
4. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 02/P.A
Parisada/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan
Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Memperhatikan : 1. Hasil Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia tanggal 3-5 Desember 2010
di Denpasar, Bali.
2. Surat Keputusan Pengurus Harian Parisada
Pusat Nomor: 83/SK/Parisada Pusat/III/2011
tentang Panitia Penyelenggara dan Panitia
Pelaksana Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Tahun 2011.
3. Hasil Rapat Konsultasi Pimpinan Parisada
Hindu (Dharma Adhyaksa, Ketua Sabha
Walaka, dan Ketua Umum Pengurus Harian
Parisada Pusat) tanggal 25 Juni 2011.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA
PENYELENGGARA DAN PANITIA
PELAKSANA MAHASABHA X PARISADA
HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011
Pertama : Susunan Panitia Mahasabha X Parisada Hindu
Dharma Indonesia yang disempurnakan
sebagaimana tercantum dalam lampiran,
merupakan bagian tak terpisahkan dari Keputusan
ini.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 42
Kedua : Mengesahkan Susunan Panitia Penyelenggara dan
Panitia Pelaksana Mahasabha X Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
Ketiga : Tugas pokok Panitia Mahasabha sebagaimana
dimaksud dalam diktum pertama adalah:
1. Merencanakan, mempersiapkan dan
melaksanakan penyelenggaraan Mahasabha X
Parisada Hindu Dharma Indonesia di Bali
dengan sebaik-baiknya.
2. Mempersiapkan Rancangan Keputusan dan
Rancangan Ketetapan sebagai bahan /materi
bahasan dalam Mahasabha X Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
3. Melakukan koordinasi dengan instansi dan
lembaga-lembaga yang terkait untuk
melaksanakan penyelenggaraan Mahasabha X
Parisada Hindu Dharma Indonesia.
4. Melaporkan penyelenggaraan Mahasabha X
Parisada Hindu Dharma Indonesia kepada
pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia
hasil Mahasabha X Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
Keempat : Apabila terdapat kekeliruan dalam Surat
Keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 9 Juli 2011
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 43
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 44
Lampiran 1:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 05/KEP/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Panitia Penyelenggara dan
Panitia Pelaksana Mahasabha X
Parisada Hindu Dharma Indonesia
Tahun 2011
SUSUNAN NAMA-NAMA PANITIA PENYELENGGARA
MAHASABHA X
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011
I. PENASEHAT:
1. Menteri Agama Republik Indonesia.
2. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
3. Gubernur Bali.
4. Ida Pedanda Gde Puniatmadja Oka.
5. Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa.
6. Ida Pedanda Gede Made Gunung.
7. Ida Pedanda Gede Putra Telabah.
8. Ida Pandita Empu Jaya Dangka Suta Reka.
9. Ida Pedanda Gede Panji Sogata.
10. Ida Pandita Sira Empu Dharma Daksi.
11. Ida Pandita Mpu Dukuh Jaya Prateka.
12. Ida Pandita Bujangga Rsi Esti Guru.
13. Prof. Dr. Ida Bagus Gede Yudha Triguna, MS.
14. Prof. Dr. Tjok. Rai Sudharta, MA.
15. Letjen TNI. (Purn) Putu Soekreta Soeranta.
16. I Nyoman Suwandha.SH.
17. Marsdya TNI (Purn) I Gede Sudana.
18. Mayjen Pol. (Purn) Drs. I Made Sudiartha.
19. Mayjen Pol. (Purn) IGM. Putra Astaman.
20. Mayjen TNI (Purn) Ir. I Wayan Gunawan.
21. Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma.
22. Drs. I Ketut Wiana, M.Ag.
23. I Wayan Surpha, SH.
24. Ny. Ir. Rataya B. Kentjanawathy Suwisma.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 45
25. Dr. I Putu Gede Ary Suta, MBA
26. Drs. I Gede Ardika.
27. Prof. Dr. I Made Widnyana, MH.
28. I Wayan Sudirta, SH.
29. Dr. I Wayan Suarjaya, M.Si.
30. Drs. I Gusti Agung Ketut Suthayasa, M.Si.
31. Prof. Dr. I Gede Pitana.
32. Drs. K. Gowindasamy.
33. Ir. I Gusti Ngurah Suyadnya, S.Ag.
II. PENANGGUNG JAWAB : Ketua Umum Pengurus Harian
Parisada Pusat
III. PENYELENGGARA
A. Ketua Umum : Marsdya TNI (Purn) I Gusti
Made Oka, S.E
B. Wakil Ketua Umum : Kolonel Inf. (Purn) I Nengah
Dana, S.Ag
Ketua I : Erlangga Mantik
Ketua II : Brigjen Pol. Drs. K. Untung
Yoga Ana, SH., MM.
Ketua III : Ir. Ketut Suardana Linggih
C. Sekretaris Umum : Ir. Dewa Putu Sukardi, S.Ag,
MBA
Sekretaris I : Ida Made Sugita, S.Ag,
M.Fil.H
Sekretaris II : Ir. I Ketut Suada, M.Si
Sekretaris III : I Wayan Sudane, SE.
D. Bendahara Umum : Drs. IDG Ngurah Utama, MM
Bendahara I : Letkol. Caj. Drs. I Made
Suharta
Bendahara II : I Nyoman Widia, SE, MH.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 46
E. Ketua Bid. Steering Committee : drg. Nyoman Suarthanu
Wakil Ketua : KS Arsana, S.Psi.
Sekretaris : I Made Sutresna, S.Ag, MA.
Wakil Sekretaris : Drs. JM Astono Chandra
Dana, MM
1. Koord. Bidang : Dr. Ir. Nyoman Oka Trijaya
Organisasi
Wakil Koordinator : Brigjen TNI I Nyoman
Wangsawan
Sekretaris : Ir. I Ketut Parwata
Anggota : a. Agus S. Mantik
b. drh. I Ketut Tastra Sukata,
MBA
c. dr. Ketut Lila Murti, S.Ag,
S.PA
d. Drs. Ketut Sugita, MM.
2. Koord. Bidang : KBP (Purn) Drs. I Putu Gde
Prgram Kerja Brata, MM., MBA.
Wakil Koordinator : I Ketut Lancar, SE., M.Si.
Sekretaris : I Komang Adi Setiawan, ST
Anggota : a. Dewa Putu Suradana, SE.,
MM.
b. I Made Awanita, S.Ag,
M.Pd
c. Kishen Raj, SE.
d. I Made Suma, SH. M.Pd.
3. Koord. Bidang : Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D
Keagamaan
Wakil Koordinator : Drs. I Made Sujana, M.Pd.
Sekretaris : Drs. I Nyoman Udayana
Sangging, SH., MM.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 47
Anggota : a. Dr. I Ketut Arnaya, MM.
b. Drs. JM Sudiada, S.Ag, MM
c. Drs. I Ketut Budiasa, M.Si
d. Kolonel Inf. (Purn) I
Nyoman Sulitra
4. Koord. Bidang : Mayjen TNI (Purn) Dr. IGN.
Khusus Arsana, SE, MM, P.Sc.
Wakil Koordinator : I Gede Jaman, S.Ag, M.Si
Sekretaris : I Nyoman Yoga Segara, S.Ag
M.Hum
Anggota : a. Drs. I Gede Rudia Adiputra
M.Ag
b. Drs. Ida Bgs Putu Supriadi,
M.Si
c. Ir. Dharmasilan
d. IDG Taman Dharmaputra,
SH, M.Sc.
F. Ketua Bid. Organizing : Marsma TNI (Purn) Ida Bagus
Committee Surya Adikara
Wakil Ketua : Dewa Ketut Suratnaya, S.Ag
Sekretaris : AS Kobalen, MBA, M.Fil.H
1. Koord. Bidang : Ir. Ida Bagus Made Jaya
Akomodasi dan Konsumsi Maharta, MM., MPM.
Wakil Koordinator : Ir. I Wayan Maryasa
Sekretaris : Letkol. Caj. Drs. Dewa
Nyoman Japa
Anggota : a. Ny. Luh Budiasih Sudana
b. Ny. Kadek Nuryatiningsih
E. Mantik
c. Ny. Ni Kadek Astarini
Suarsana, S.Ag
2. Koord. Bidang : Ny. Tiwi Susanti, S.Ag, M.Pd
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 48
Fasilitas Persidangan dan
Demokrasi
Wakil Koordinator : I Komang Nova Sewi Putra
SE., M.Kom
Sekretaris : Yanto Jaya, SH
Anggota : a. A.A. Ketut Patera, SE.
b. Drs. I Wayan Catrayasa,
MM
c. D. Sures Kumar, S.Ag.
3. Koord. Bidang : Dr. Drs. I Nyoman Budiarna,
Protokol MH.
Wakil Koordinator : Drs. A.A. Gede Yuniartha
Putra, SH., MM.
Sekretaris : Mayor Kowal (Purn) Ni
Nyoman Tjakri Arwati
Anggota : a. I Gusti Ngurah Sucitra, SH.,
M.Si
b. Agung Putri, S.Ag., M.Fil.H
c. Dewa Nyoman Karyawan,
SE.
4. Koord. Bidang : Brigjen. Pol. (Purn) Drs. I
Keamanan Nyoman Gede Sweta, MH
Wakil Koordinator : Marsma. TNI (Purn) I Wayan
Suwitra
Sekretaris : Kolonel Caj. I Ketut Sukirta
SM.
Anggota : a. Kombes Pol. Ketut
Wiardana, SH.
b. Kolonel Inf. Ida Bagus
Purwalaksana
c. Letkol Caj. I Nyoman Surata
S.Ag., M.Fil.H
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 49
d. AKBP Drs. Pande Made
Cakra, M.Si.
5. Koord. Bidang : dr. Aryawan Wicaksana, MKK
Kesehatan
Wakil Koordinator : Prof. Dr. dr. Wayan Wita,
SPJK.
Sekretaris : dr. Ida Bagus Nyoman Banjar,
MKM.
Anggota : a. drg. Ida I Dewa Ayu Ngurah
Poppy D. Arini
b. dr. Ni Ketut Rani Agung
G. Ketua Bidang Humas/ : Ida Bagus Alit Wiratmaja, SH.
Publikasi dan Dokumentasi
Wakil Ketua : Dr. A.A. Diatmika, MBA.
Sekretaris : I Nyoman Arthayasa, M.Si.
Wakil Sekretaris : A.A.A. Widyasari, SH.
1. Koord. Bidang : Ir. I Putu Suarsana
Dokumentasi
Wakil Koordinator : I Gusti Bagus Sutarta, S.Ag.
Sekretaris : Mayor Inf. Drs. I Ketut Murda
Anggota : a. I Gde Agastya
b. Ruslan
c. Aris Sugiarto
2. Koord. Bidang : Letkol Caj. Drs. Dewa Ketut
Humas/Publikasi Budiana, M.Fil.H.
Wakil Koordinator : Drs. I Wayan Budha, M.Pd.
Sekretaris : Ida Bagus Sukarta
Anggota : a. Ida Bagus Putu Parwata, Sos
b. I Putu Kisnu Gupta, SH.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 50
H. Ketua Bidang Dana : Ir. I Kadek Sardjana
Wakil Ketua : Gde Sumarjaya Linggih, SE.
Sekretaris : Dr. Ir. I Wayan Koster, MM
Wakil Sekretaris : I Wayan Suharta, S.Ag., M.Si
Anggota : a. A.A. Ngurah Wirawan, SE
b. Dr. I Ketut Marjana
c. Ir. I Nyoman Gde
Wiryanata, MBA.
d. Ir. I Made Sudarta, MBA.
e. Ir. I Gusti Agung Ngurah
Adnyana, MA.
f. Ir. I Wayan Alit Antara
g. Ir. Ketut Gede Yudantara
h. Agung Jelantik Sanjaya
i. Ir. I Made Mandra, MBA.
j. Ir. I Gusti Ketut Gede Suena
k. Drs. I Wayan Sugiana, MM.
l. Sures G. Vaswani
m. Ir. Ida Bagus Mardawa
n. Drs. I Wayan Gunastra, MM
o. Ir. Nyoman Gde Kusdiana
p. Ir. Ida Bagus Wirajaya
q. Dr. I Nyoman Marpa
1. Koord. Bidang : I Gusti Komang Widana,
Sekretariat S.Ag., M.Fil.H.
Wakil Koordinator : AA. Oka Mantara
Anggota : a. Desak Kutha Agustini
b. Putu Nugata
c. Ketut Rudita Marta
d. Anom A. Wirotama, SE, Ak
e. Awang Darmawang
f. Achmad Syaiful
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 51
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 52
Lampiran 2:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 05/KEP/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Panitia Penyelenggara dan
Panitia Pelaksana Mahasabha X
Parisada Hindu Dharma Indonesia
Tahun 2011
PANITIA PELAKSANA DAERAH MAHASABHA X
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TAHUN 2011
A. PENASEHAT
a. Dharma Uphapathi Parisada Provinsi Bali
b. Korwil Bali Nusra Parisada Hindu Dharma Indonesia
B. PANITIA PELAKSANA DAERAH
Ketua : Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si
Wakil Ketua I : I Made Raka Santeri, S.Ag., M.Ag.
Wakil Ketua II : I Wayan Bagiarta, S.H., M.H.
Sekretaris : I Putu Wirata Dwikora, SH.
Wakil Sekretaris : I Nyoman Sunarta, SH.
Bendahara : Ir. Nyoman Gde Nala
Wakil Bendahara : I Made Suasti Puja, SE
SEKSI-SEKSI
1. KESEKRETARIATAN
Koordinator : I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag, M.Ag
Anggota : 1. I Made Mulya, S.MIP., M.Ag
2. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa,
ST., MT.
3. I Wayan Ariawan, SH
4. I Ketut Suinaya, SE
5. I Gede Budi Artana, SH
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 53
6. I Nengah Artawan
7. I Wayan Suantika
8. Kadek Sumadiarta
9. I Ketut Sumada
10. I Made Hartaka
2. UPAKARA DAN KEROHANIAN
Koordinator : Pinandita Anak Agung Mayun
Anggota : 1. Pinandita Putu Mas Sujana
2. Pinandita Wayan Catur
3. Pinandita Wayan Candra
4. Pinandita I Wayan Sura
5. Dra. Gusti Ayu Kartika, M.Ag
6. 1 Wayan Merta Suteja
3. PROTOKOL dan ACARA
Koordinator : Dra. Ida Ayu Tary, M.Par., M.Ag
Anggota : 1. I Gusti Ngurah Artha, SH
2. I Made Mayor Sudharsana, S.Sos
3. I Made Amir Agastya
4. Poniman, S.Ag., M.Fil.H
5. I Gede Adnyana, S.Sos
6. I Wayan Suarmaja
7. I Ketut Sumarya, SE
8. Drs. I Ketut Nuada
9. I Made Bawak
10.1 Dewa Putu Agus Darmawan
4. PERSIDANGAN
Koordinator : Ni Putu Winanti, S.Ag., M.Ag
Anggota : 1. 1 Nyoman Pegug
2. 1 Gede Sutarya, S.Ag, M.Ag
3. Ida Ayu Adi Armini, S.Ag, M.Ag
4. Dra. Gusti Ayu Mastini, M.Ag
5. 1 Made Arka, S.Pd
6. Putu Lisa Agustin
7. Ni Luh Denny Purwanti
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 54
5. AKOMODASI
Koordinator : I Gusti Ngurah Mendra, S.Sos.
Anggota : 1. Drs. I Wayan Suardika
2. 1 Gede Sudibya, SE
3. 1 Made Indrawan, SH
4. Ni Putu Rita Yani Asri
5. Ni Luh Putu Adnyani
6. 1 Made Gde Juniarta
7. 1 Ketut Juni Artha
6. TRANSPORTASI
Koordinator : Dr. Drs. Anak Agung Ketut
Sudiana, SH., AMA., MH
Anggota : 1. Suryadipraja, S.Ag., M.Phil.H
2. Dra. Luh Dewi Pusparini, M.Ag
3. 1 Ketut Ngastawa, SH
4. Sundariani
5. Ni Wayan Sukmawati
6. 1 Putu Suartika
7. KONSUMSI
Koordinator : I Nyoman Kenak, SH
Anggota : 1. Drs. I Gusti Agung Mangku Adiarta
2. Drs. I Made Mudana
3. Ni Made Suasti, SE
4. 1 Dewa Gede Agus Priana Putra
5. 1 Made Arya Witarta
6. 1 Ketut Pasek Suriyawan
8. KESEHATAN
Koordinator : Prof. Dr. dr. I Ketut Sukardika, Sp.MK
Anggota : 1. Dr. Puspaningrum, M.For
2. dr. I Putu Widiana Pasek
3. dr. Jero Made Maitria, Sp.PD
4. Drs. I Wayan Sukra
5. 1 Nyoman Alit Sukarta
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 55
9. PUBLIKASI, DOKUMENTASI DAN HUMAS
Koordinator : Jero Mangku Subagia, S.Ag, M.Fil.H
Anggota : 1. Ni Kadek Surpi Arya Dharma, S.Pt,
M.Fil.H.
2. Drs. I Ketut Darsana
3. Drs. I Ketut Semaraguna
4. Ni Putu Lia Kartika
5. 1 Made Budiarta
10. PERLENGKAPAN DAN DEKORASI
Koordinator : I Made Gde Hamawa, S.Ag
Anggota : 1. Femandus Nanduq, S.Ag, M.Ag
2. Dra. Relin D.E. M.Ag
3. 1 Made Sugita, SE
4. Drs. I Wayan Tontra
5. 1 Nyoman Sarmidin
11. KEAMANAN
Koordinator : Drs. Dewa Made Ngurah
Anggota : 1. 1 Ketut Narda
2. 1 Putu Wilasa
3. 1 Made Siman Rimbawa
4. 1 Wayan Eko Yanto
5. 1 Ketut Werdinaya
6. Ni Wayan Sukanti
12. KESENIAN
Koordinator : Pinandita Arsa Widjaja, SH
Anggota : 1. 1 Gede Puasa, S.Ag
2. 1 Wayan Sukayasa, ST
3. Ida Anuraga Nirmalayani, SE.,
M.Ag
4. Dewa Made Wisnawa, S.Sn
5. 1 Komang Suarmika, S.Ag
6. 1 Gede Budi Adi Mahardika
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 56
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 57
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 06/KEP/P.A. Parisada/VII/2011
t e n t a n g
RANCANGAN DESAIN UTAMA DAN PROGRAM KERJA
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
SEBAGAI BAHAN MATERI MAHASABHA X
Atas asung kerta waranugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia sebagai forum Rapat Kerja
Nasional dalam Parisada;
b. bahwa Rancangan Desain Utama dan Program
Kerja yang dibahas dalam Pesamuhan Agung
sebagai bahan materi Mahasabha X Parisada;
dan
c. bahwa berhubung dengan itu perlu dikeluarkan
Keputusan Pesamuhan Agung tentang Desain
Utama dan Program Kerja Parisada.
Mengingat : 1. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M.Sabha
IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
2. Ketetapan Maha Sabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: II/TAP/M. Sabha
IX/2006 tentang Program Kerja Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
3. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: 01/KEP/PA
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 58
Parisada/2011 tentang Peraturan Tata Tertib
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
4. Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: 02/KEP/PA
Parisada/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan
Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Memperhatikan : Usul dan Saran peserta dalam Sidang Paripuma III
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia tanggal 10 Juli 2011.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
TENTANG RANCANGAN DESAIN UTAMA
HINDU DHARMA INDONESIA DAN
PROGRAM KERJA SEBAGAI BAHAN
MATERI MAHASABHA X PARISADA HINDU
DHARMA INDONESIA.
Pertama : Mengesahkan Desain Utama dan Program Kerja
Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai bahan
materi Mahasabha X Parisada.
Kedua : Materi lengkap Program Kerja Parisada Hindu
Dharma Indonesia sebagaimana dimaksud pada
diktum pertama terdapat dalam lampiran yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan
ini.
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 59
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 60
Lampiran:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 06/Kep/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Rencana Desain Utama dan
Program Kerja Parisada Hindu Dharma
Indonesia Sebagai Bahan Materi
Mahasabha X
DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA
LATAR BELAKANG
Sejak bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan, dan lebih
tepatnya sejak Parisada didirikan pada 23 Februari 1959, hingga saat
ini umat Hindu di Indonesia belum pemah secara khusus mendesain
keberadaannya ke depan.
Tiadanya desain secara khusus tentang rencana masa depannya
membuat umat Hindu di Indonesia pun tidak jelas kontribusinya bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.
Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai majelis tertinggi Agama
Hindu di Indonesia memiliki tanggung jawab utama dalam
menentukan arah dan kontribusi Agama Hindu dalam kehidupan
bangsa Indonesia ke depan.
Oleh karenanya, dalam forum Pesamuhan Agung Parisada Tahun
2011 ini, Panitia Pesamuhan Agung mengambil inisiatif dan
mengusulkan rancangan “DESAIN UTAMA HINDU DHARMA
INDONESIA” sebagai desain utama arah dan strategi pengembangan
Hindu di Indonesia ke depan.
Rancangan “DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA” ini
hendaknya dibahas secara kritis dan disepakati untuk kemudian
ditetapkan sebagai keputusan Pesamuhan Agung dan dijadikan
sebagai salah satu materi dan Ketetapan dalam Mahasabha X
Parisada Tahun 2011.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 61
TUJUAN
“DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA” ini disusun
dengan tujuan:
1. Menentukan arah, strategi, dan program-program umum
pengembangan Agama Hindu dan masyarakat Hindu di Indonesia ke
depan.
2. Menyiapkan rencana induk (master plan) bagi seluruh komponen
Agama Hindu di Indonesia, baik Parisada sebagai majelis tertinggi
Agama Hindu di Indonesia maupun lembaga dan organisasi yang
bemafaskan Hindu, dalam menyusun program kerjanya.
3. Menentukan Program Umum bagi Parisada sebagai majelis tertinggi
Agama Hindu di Indonesia maupun lembaga dan organisasi yang
bemafaskan Hindu dalam membangun kerjasama lintas agama dan
dengan pemerintah bagi kemajuan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
VISI DAN MISI PARISADA
Visi Parisada
Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang bahagia dan
sejahtera (moksartham jagadhita) bersumber pustaka suci Veda dan
berdasarkan Pancasila.
Misi Parisada
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang
tattva (filsafat), susila (etika), dan acara (ritual) Hindu secara luas
dan merata;
b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang jagadhita dengan etika,
moral, dan spiritual yang tinggi berdasarkan Dharma;
c. Mendorong gerakan dharma dana untuk peningkatkan pendidikan,
ekonomi, sosial dan kesehatan agar terwujudnya kesejahteraan bagi
umat Hindu dan bangsa Indonesia;
d. Menumbuhkembangkan wawasan, solidaritas, dan keharmonisan
internal, antar umat beragama, dan dengan pemerintah; dalam
Imgkup nasional maupun intemasional; dan
e. Mengoptimalisasi peran Parisada.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 62
TEMA UTAMA
1959-2011 2011-2060
TEMA
UTAMA
EKSISTENSI &
INSTITUSIONALISASI
AKTUALISASI &
KONTRIBUSI
PILAR Intemalisasi Nilai-mlai
Revitalisasi Sumber Daya
Profesionalisasi
Organisasi
Kolaborasi Kelembagaan
SASARAN
UTAMA
Keberadaan Agama Hindu
di Indonesia yang
mendapat fasilitas
pelayanan dari negara.
Pembentukan dan
penguatan institusi dan
organisasi bernafaskan
Hindu.
Diakui oleh masyarakat
umum dan lembaga
keagamaan lainnya.
Agama: Diseminasi,
intemalisasi, dan
implementasi nilai-nilai.
Ekonomi: Sejahtera,
mandiri, dan ketahanan.
Pendidikan: Sumber daya
manusia yang unggul baik
karakter maupun
kompetensi.
Kesehatan: Budaya hidup
sehat.
Budaya: Penghargaan dan
penguatan kearifan local.
Kemanusiaan: Kesamaan
hak, peduli dan melayani.
Lingkungan: Penghargaan
dan pelestarian.
Organisasi: Kerjasama
dan sinergi.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 63
MODEL DESAIN UTAMA HINDU DHARMA INDONESIA
ANALISIS SWOT SITUASI SAAT INI - INTERNAL
STRENGTHS (KEKUATAN) WEAKNESSES
(KELEMAHAN)
1. Memiliki nilai-nilai yang universal
dan kuat: Satyam, Rtam, Diksa,
Tapa, Brahma, Yadnya, Tat Twam
Asi, Tri Kaya Parisuda, Tri Hita
Karana, dan Bhakti.
Pendidikan rendah,
pengetahuan agama kurang,
tidak percaya diri, kurang
antisipasi, human relation
kurang, sulit beradaptasi, dan
HINDU DHARMA IDONESIA 2011
RE
VIT
AL
ISA
SI
SU
MB
ER
DA
YA
KO
LA
BO
RA
SI
KE
LE
MB
AG
AA
N
PR
OF
ES
ION
AL
ISA
SI
OR
GA
NIS
AS
I
VISI 2060
Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia
yang moksartham jagadhita bersumber pada pustaka suci
Veda dan berdasarkan Pancacial
AK
TU
AL
ISA
SI
NIL
AI-
NIL
AI
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 64
komitmen berorganisasi
kurang, talenta belum terdata
dan belum diberdayakan.
2. Talenta, karakter dan kapabilitas
sumber daya manusia secara
umum baik.
3. Parisada diakui oleh masyarakat
umum, lembaga keagamaan
lainnya, dan pemerintah.
Parisada tidak profesional
dan kurang berani
menyuarakan interes umat,
kurang cepat menangkap
peluang.
4. Memiliki potensi sumber daya
finansial dan difasilitasi dengan
bhisama untuk penggalangan
dana.
Data tidak valid dan tidak
update.
5. Koordinasi dengan majelis-
majelis tinggi agama lainnya
(MUI, KWI, PGI, WALUBI,
MATAKIN).
Tidak memiliki dana karena
sistem memobilisasi dana
kurang sehingga potensi
sumber dana belum digali.
6. Budaya nusantara yang bernilai
Hindu dan World Heritages.
Kurang koordinasi antara:
Pengurus Parisada, organ-
organ Parisada (Sabha
Pandita, Sabha Walaka,
Pengurus Harian); pengurus
pusat dan daerah; Parisada
dengan organisasi
bernafaskan Hindu; Parisada
dengan Bimas Hindu;
Parisada dengan lembaga
keagamaan bernafaskan
Hindu di luar negeri.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 65
ANALISIS SWOT SITUASI SAAT INI - EKSTERNAL
OPPORTUNITIES
(PELUANG) THREATS (ANCAMAN)
1. 4 Pilar kehidupan, berbangsa, dan
bernegara: Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika.
Ada gerakan yang
menyimpang dari 4 pilar.
2. Peluang untuk inovasi cukup
besar; pertumbuhan ekonomi
nasional cukup baik.
Upaya-upaya menipulatif
atas kekayaan intelektual
Hindu (wayang, yoga,
meditasi, vegetarian),
dominasi pihak-pihak
tertentu pada sumber daya
ekonomi, Perilaku pejabat
yang diskriminatif (KTP,
akta perkawinan, ijazah
kelulusan, sertifikat rumah
ibadah), organisasi
fundamentalis.
3. Banyak penduduk Indonesia yang
beragama secara formasl (KTP);
tingkat kemiskinan yang tinggi.
Keberadaan umat yang
tersebar secara sporadic
dalam kelompok kecil-kecil
sehingga posisi tawar lemah,
kemiskinan dan rendahnya
pendidikan umat Hindu.
4. Undang-Undang No.20 tahun
2003 tentang Sisdiknas, Peraturan
Bersama Menteri tentang
Pendirian Tempat Ibadah,
Undang-Undang tentang Cagar
Budaya, kebijakan pembangunan
infrastruktur, program
Undang-Undang No.1 tahun
1974 tengtang Perkawinan,
Undang-Undang Pornografi,
Perda-Perda Syariah.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 66
transmigrasi.
Permenag RI tentang PP 55 tahun
2007 tentang Penidikan Agama,
dan Keagamaan yang belum
diterbitkan Permenag tentang
Pendidikan Keagamaan.
5. Organisasi internal berbasis
Hindu (Seva Internasional, Visva
Hindu Parisad/World Hindu
Council, World Hindu
Federation, dsb) organisasi
internasional umum (Human
Rights, Religions for Peace, dsb),
organisasi berbasis agama di
Indonesia (ICR-Indonesia, ICRP,
dsb).
Kecenderungan public
terhadap gaya hidup
hedonism (mengutamakan
keduniawiaan), hidup secara
instant. Penyimpangan
terhadap Tri Hita Karana.
6. Kecenderungan masyarakat dunia
beralih dari agama formal ke
spiritualitas, meningkatnya animo
dan pilihan melakukan yoga dan
meditasi, pilihan hidup untuk
makan vegetarian, pilihan hidup
kembali kea lam (back to nature).
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 67
INT
ER
NA
LIS
AS
I
NIL
AI-
NIL
AI
RE
VIT
AL
ISA
SI
SU
MB
ER
DA
YA
INITIATIVE STRATEGY & PROGRAM UMUM
PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM
1. Sosialisasi dan
internalisasi nilai-nilai
universal: Satyam,
Rtam, Diksa, Tapa,
Brahma, Yadnya, Tat
Tvam Asi, Tri Kaya
Parisudha, Tri Hita
Karana, dan Bhakti.
1) Menyiapkan
pedharmawacana yang
handal. 2) Menyiapkan materi
Dharma Wacana. 3) Melaksanakan Dharma
Wacana dan Dharma Tula
terprogram secara rutin. 4) Menerbitkan dan
mendistribusikan materi
publikasi nilai-nilai
universal Hindu.
PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM
1. Mendayagunakan
talenta, karakter dan
kapabilitas sumber daya
manusia secara umum
baik.
1) Menginventarisasi sumber
daya manusia yang
memiliki talenta, karakter,
dan kapabilitas.
2) Mengorganisasikan dan
mendayagunakan sumber
daya manusia yang
memiliki talenta, karakter,
dan kapabilitas.
2. Memobilisasi dan
mendayagunakan
potensi sumber daya
finansial.
1) Menginventarisasikan
sumber-sumber daya
finansial.
2) Merevitalisasi dan
mengembangkan sistem
mobilisasi sumber daya
finansial, baik intensifikasi
maupun ekstensifikasi.
3) Melaksanakan mobilisasi
sumber daya finansial.
4) Mengelola sumber daya
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 68
RE
VIT
AL
ISA
SI
SU
MB
ER
DA
YA
finansial secara
professional dan akuntabel.
3. Mengambil manfaat
dari budaya nusantara
dan world heritages.
1) Menginventarisasi
kekayaan budaya nusantara
dan world heritages.
2) Mengukuhkan identitas
kehinduan pada kekayaan
budaya nusantara dan
world heritages.
3) Melestarikan budaya
nusantara dan world
heritages.
4) Mendayagunakan budaya
nusantara dan world
heritages.
4. Meningkatkan
pendidikan dan
pengembangan SDM.
1) Mengkampanyekan
semangat belajar
2) setinggi-tingginya bagi
umat Hindu.
3) Memfasilitasi umat Hindu
agar bisa belajar setinggi-
tingginya.
4) Membuat desain sistem
pendidikan dengan nilai-
nilai Hindu.
5) Mempersiapkan lembaga,
sarana, prasarana, dan
SDM.
6) Mengoperasionalisasikn
pendidikan dan
pengembangan SDM.
5. Melakukan mapping
keumatan. 1) Mengumpulkan data
jumlah umat dan potensi
keumatan, rumah ibadat,
rohaniwan, penyuluh, guru
agama, dsb.
2) Membuat database dan
mengolah menjadi pusat
informasi keumatan.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 69
PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM
Meningkatkan
profesionalitas Parisada.
1) Mendata calon-calon
Pengurus Parisada yang
memiliki potensi,
kompetensi, dan sikap
professional.
2) Meningkatkan konsolidasi
organisasi Parisada.
3) Meningkatkan
profesionalitas dalam
manajemen organisasi.
PILAR INITIATIVE STRATEGY PROGRAM UMUM
1. Memanfaatkan
pengakuan terhadap
Parisada oleh
masyarakat umum,
lembaga keagamaan
lainnya, dan
pemerintah.
1) Meningkatkan sosialisasi
Bhisama-Bhisama yang
sudah ditetapkan Parisada.
2) Meningkatkan kerjasama
program dengan lembaga
keagamaan lain dan
pemerintah. 3) Proaktif menyampaikan
usulan dan atau
rekomendasi kepada
pemerintah yang terkait
dengan interes umat Hindu.
2. Memanfaatkan
hubungan baik dengan
majelis-majelis agama
dan organisasi
keagamaan lainnya.
1) Meningkatkan secara aktif
peran Parisada dalam
kegiatan lintas agama.
2) Aktif menyuarakan
kepentingan umat dalam
forum-forum lintas agama.
3. Membangun sinergi
antar: pengurus, organ-
organ (Sabha Pandita,
Sabha Walaka,
Pengurus Harian);
pengurus pusat dan
1) Meningkatkan kerjasama
antar pengurus dan organ
Parisada.
2) Meningkatkan komunikasi,
koordinasi, dan kerjasama
Parisada dengan
PR
OF
ES
ION
AL
OR
GA
NIS
AS
I K
OL
AB
OR
AS
I
KE
LE
MB
AG
AA
N
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 70
daerah; parisada dengan
organisasi bernafaskan
Hindu; Parisada dengan
Bimas Hindu; Parisada
dengan lembaga
keagamaan bernafaskan
Hindu di luar negeri.
organisasi-organisasi
bernafaskan Hindu baik di
dalam negeri maupun di
luar negeri.
3) Meningkatkan komunikasi,
koordinasi, singkronisasi
dan kerjasama antara
Parisada dan Bimas Hindu,
baik di pusat maupun di
daerah.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 71
STRUKTUR ORGANISASI PARISADA
SABHA PANDITA
MAHASABHA
SABHA PANDITA
PENGURUS HARIAN
PENGURUS HARIAN
TINGKAT DAERAH
SABHA WALAKA
BADAN/LEMBAGA
YAYASAN PARUMAN
PANDITA
PARUMAN
WALAKA
DHARMA ADHYAKSA
WAKIL DHARMA ADHYAKSA
ANGGOTA SABHA PANDITA
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 72
SABHA WALAKA
KOMISI
EKONOMI &
KESEJAHTERAAN
KOMISI
KESEHATAN,
WANITA & ANAK
KOMISI
LINGKUNGAN
HIDUP
KOMISI
SAINS, PENGKAJIA &
PENGEMBANGAN
KOMISI
PENDIDIKAN &
KEBUDAYAAN
KETUA SABHA
WALAKA
SEKRETARIS
SABHA WALAKA
WAKIL KETUA
SABHA WALAKA
WAKIL KETUA
SABHA WALAKA
WAKIL KETUA
SABHA WALAKA
KOMISI
SOSIAL
KEMANUSIAAN
KOMISI
KEAGAMAAN
KOMISI
IDEOLOGI, POLITIK,
HUKUM DAN HAM
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 73
PENGURUS HARIAN
KETUA UMUM
SEKRETARIS UMUM BENDAHARA UMUM
WKL. BEND. UMUM WKL. SEK. UMUM
KETU
A B
IDA
NG
O
RG
AN
ISASI &
HU
BU
NG
AN
LN
KETU
A B
IDA
NG
K
EAG
AM
AA
N
KETU
A B
IDA
NG
P
END
IDIK
AN
&
KEB
UD
AYA
AN
KETU
A B
IDA
NG
EKO
NO
MI &
KESEJA
HTER
AA
N
KETU
A B
IDA
NG
LING
KU
NG
AN
HID
UP
KETU
A B
IDA
NG
KESEH
ATA
N,
WA
NITA
& A
NA
K
KETU
A B
IDA
NG
SOSIA
L K
EMA
NU
SIAA
N
KETU
A B
IDA
NG
ID
EOLO
GI, P
OLITIK
,
HU
KU
M &
HA
M
KETU
A B
IDA
NG
SA
INS, P
ENG
KA
JIAN
& P
ENG
EMB
AN
GA
N
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 74
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 07/KEP/P.A.Parisada/VII/2011
t e n t a n g
RANCANGAN PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR
DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
SEBAGAI MATERI BAHASAN MAHASABHA X
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
Atas asung kertha Waranugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia merupakan forum Rapat
Kerja Nasional antara lain untuk menyiapkan
bahan/materi Mahasabha Parisada; dan
b. bahwa untuk mendukung terwujudnya visi,
misi dan fungsi Parisada Hindu Dharma
Indonesia sebagai suatu Majelis Tertinggi
Umat Hindu Indonesia, dipandang perlu
membuat rancangan penyempumaan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Parisada
Hindu Dharma Indonesia.
Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: I/TAP/M.Sabha
IX/2006 tentang Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu
Dharma Indonesia.
2. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 01/P.A
Parisada/2011 tentang Peraturan Tata Tertib
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 75
3. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 02/P.A
Parisada/2011 tentang Jadual Acara Pesamuhan
Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia tanggal 10 Juli 2011.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA TENTANG RANCANGAN
PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR
DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
SEBAGAI MATERI BAHASANMAHASABHA
X
Pertama : Menetapkan dan mengesahkan Penyempurnaan
Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Kedua : Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia
sebagaimana dimaksud diktum pertama
selengkapnya tercantum dalam lampiran, yang
merupakan kesatuan tak terpisahkan dengan
Keputusan ini.
Kegita : Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai
materi bahasan pada Mahasabha X Parisada
Tahun 2011
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 76
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 77
Lampiran:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 07/Kep/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang Penyempumaan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Sebagai Materi Bahasan Mahasabha X
Parisada Hindu Dharma Indonesia
ANGGARAN DASAR
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
MURDHA CITTA
Bahwa Hyang Widhi Wasa telah mewahyukan Veda guna
menuntun dan membimbing umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
lahir dan batin (jagadhita) dalam rangka mewujudkan puncak jati dirinya
serta mencapai kebahagiaan yang kekal abadi (moksa).
Bahwa pustaka suci Veda adalah sumber Dharma yang menuntun
umat manusia menempuh hidup guna mencapai jagadhita sampai ke
tingkat pembebasan menuju moksa, melalui pengamalan sraddha dan
mewujudkan bhakti.
Bahwa alam semesta adalah wujud kemahakuasaan-Nya dan umat
manusia adalah bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan, maka
Dharma dalam segala aspek kehidupan adalah wujud bhakti yang
memupuk rasa cinta kasih kepada sesama manusia dan alam lingkungan
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Bahwa atas asung kerta waranugraha Hyang Widhi Wasa,
didorong oleh keinginan luhur dan tulus serta tanggung jawab untuk
melayani umat dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, damai,
dan harmonis yang dilandasi oleh kesadaran spiritual, maka dengan ini
umat Hindu berketetapan hati membentuk Majelis Tertinggi Agama
Hindu di Indonesia sebagai wahana pengabdian; dengan suatu Anggaran
Dasar yang merupakan Marga Citta.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 78
BAB I
NAMA, SIFAT DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Majelis ini bemama Parisada Hindu Dharma Indonesia, selanjutnya
disebut Parisada, didirikan di Denpasar, Bali, pada hari Soma Wage
Julungwangi, Pumama Palguna Masa, Saka Warsa seribu delapan ratus
delapan puluh (Saka 1880) yang bertepatan dengan hari Senin tanggal
dua puluh tiga bulan Februari tahun seribu sembilan ratus lima puluh
sembilan (23 Februari 1959), untuk waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 2
Parisada adalah Majelis Tertinggi Agama Hindu di Indonesia, bersifat
keagamaan dan independen.
Pasal 3
Parisada Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
BAB II
ASAS
Pasal 4
(1) Parisada berasaskan Dharma yang bersumber pada pustaka suci
Veda.
(2) Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, Parisada
berasaskan Pancasila.
BAB III
VISI, MISI, DAN SASARAN
Pasal 5
Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang moksartham
jagadhita bersumber pustaka suci Veda dan berdasarkan Pancasila.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 79
Pasal 6
Parisada mengemban Misi sebagai berikut:
a. Menyebarluaskan/mendiseminasikan pengetahuan dan pemahaman
yang benar tentang tattva, susila, dan acara Hindu secara luas dan
merata;
b. Mewujudkan kehidupan bermasyarakat dengan etika, moral, dan
spiritual yang tinggi dalam mendukung tercapainya tujuan hidup
hmlasarkan Dharma;
c. Menumbuhkembangkan wawasan, solidaritas, dan keharmonisan
internal serta antar umat beragama dalam lingkup nasional maupun
internasional;
d. Mendorong gerakan peningkatan kesejahteraan sosial bagi umat
Hindu dan bangsa Indonesia.
Pasal 7
Sasaran yang ingin dicapai adalah:
1. Terwujudnya masyarakat Hindu yang memiliki sraddha dan bhakti,
etika, moral, kecerdasan, integritas, komitmen, serta ketahanan
ekonomi;
2. Terwujudnya masyarakat Hindu yang setara dengan masyarakat lain
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara;
3. Terwujudnya masyarakat yang peduli, harmonis, sejahtera dan
bahagia.
BAB IV
FUNGSI DAN TUGAS POKOK
Pasal 8
Fungsi Parisada adalah:
a. Menetapkan dan menyebarluaskan/mendiseminasikan Bhisama;
b. Mengambil keputusan dalam hal terdapat perbedaan ajaran dan
penafsiran dalam pustaka suci Veda.
c. Menjadi inspirator, inisiator, dinamisator, regulator, mediator, dan
stabilisator yang berkaitan dengan eksistensi umat.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 80
Pasal 9
Tugas Pokok Parisada adalah:
a. Melayani umat Hindu dalam meningkatkan pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran suci Veda;
b. Meningkatkan pengabdian dan peran umat Hindu dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
c. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang bertanggungjawab,
peduli, rukun, dan harmonis di lingkungan intern, antar umat
beragama, dan dengan pemerintah;
d. Memelihara dan mengembangkan kerjasama dengan setiap
organisasi, badan, lembaga, dan institusi yang bergerak dalam bidang
keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan; yang berlingkup
nasional dan intemasional.
BAB V
NILAI-NILAI
Pasal 10
Nilai-nilai luhur yang menjadi dasar pengabdian Parisada adalah:
1. Satyam, yaitu kesetiaan terhadap ajaran suci Veda yang diwujudkan
dalam kesatuan pikiran, perkataan, dan perbuatan;
2. Rtam, yaitu kesetiaan terhadap Dharma yang diwujudkan dalam
ketaatan pada hukum agama dan hukum Negara;
3. Tapah, yaitu ketekunan dalam upaya pengendalian diri yang
diwujudkan dalam kesederhanaan, kejujuran, dan kedisiplinan;
4. Bhakti, yaitu ketulusan melakukan pengabdian sebagai bentuk yajna;
5. Tat Tvam Asi, yaitu pikiran, sikap, dan perilaku yang mengutamakan
kebersamaan, kesetaraan, dan keadilan.
Pasal 11
Pengurus Parisada menerapkan sistem manajemen yang mengedepankan
tata kelola organisasi yang baik, meliputi:
1. Transparansi, yaitu transparan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi mengenai lembaga.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 81
2. Kemandirian, yaitu pengelolaan dilakukan secara professional tanpa
ada benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak
manapun, kecuali semata-mata untuk kepentingan lembaga.
3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan tugas pokok, fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban seluruh unit, sehingga pengelolaan lembaga
dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
4. Bertanggungjawab, yaitu kesesuaian pengelolaan lembaga dengan
peraturan yang berlaku, dan etika, serta prinsip-prinsip kelembagaan
yang sehat.
5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak semua pihak yang timbul berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VI
SUSUNAN PARISADA
Pasal 12
(1) Susunan Parisada disesuaikan dengan susunan wilayah administrasi
pemerintahan.
(2) Susunan Parisada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Parisada tingkat pusat dan Parisada tingkat daerah.
(3) Parisada Tingkat Daerah terdiri atas:
a. Parisada Provinsi yang kedudukannya berada di bawah Parisada
Pusat;
b. Parisada Kabupaten/Kota yang kedudukannya berada di bawah
Parisada Provinsi;
c. Parisada Kecamatan yang kedudukannya berada di bawah
Parisada Kabupaten/Kota;
d. Parisada Desa/Kelurahan yang kedudukannya berada di bawah
Parisada Kecamatan.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 82
BAB VII
STRUKTUR PARISADA PUSAT
Pasal 13
Organ Parisada Pusat terdiri atas:
a. Sabha Pandita merupakan organ tertinggi Parisada;
b. Sabha Walaka merupakan organ Dewan Pakar;
c. Pengurus Harian merupakan organ Pelaksana.
Pasal 14
(1) Fungsi Sabha Pandita adalah menetapkan Bhisama.
(2) Tugas dan wewenang Sabha Pandita adalah:
a. Menetapkan dan mendiseminasikan Bhisama;
b. Mengambil keputusan dalam hal terdapat perbedaan ajaran dan
penafsiran dalam pustaka suci Veda;
c. Membuat keputusan di bidang keagamaan terkait dengan
masalah-masalah aktual;
d. Menghadiri acara resmi kenegaraan dan keagamaan yang bersifat
nasional, regional, dan intemasional;
e. Memberi arahan kepada Sabha Walaka dan Pengurus Harian;
f. Meminta laporan dari Pengurus Harian dan Pengurus Parisada
Daerah ten tang diseminasi dan pelaksanaan Bhisama;
g. Memberikan sanksi kepada anggota Sabha Pandita, Sabha
Walaka, Pengurus Harian, dan Pengurus Parisada Daerah, yang
terbukti melakukan penyimpangan dan/atau pelanggaran
terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Parisada.
(3) Wewenang sebagaimana dimaksud pada huruf g diputuskan dalam
forum Sabha Pandita dan disahkan dalam Pesamuhan Agung.
Pasal 15
Dalam melaksanakan wewenangnya, Sabha Pandita senantiasa
menggunakan Agama Pramana, Anumana Pramana dan Pratyaksa
Pramana serta berpegang teguh kepada sumber hukum Hindu, yaitu:
a. Sruti (Veda);
b. Smerti (Dharmasastra);
c. Sila (suri tauladan orang suci);
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 83
d. Acara (tradisi yang baik);
e. Atmanastusti (kesepahaman dan keheningan hati).
Pasal 16
(1) Fungsi Sabha Walaka adalah mendampingi Sabha Pandita dan
memberi pertimbangan kepada Pengurus Harian.
(2) Tugas dan wewenang Sabha Walaka adalah:
a. Melakukan kajian dan mempersiapkan bahan-bahan Pesamuhan
Sabha Pandita;
b. Menyampaikan perkembangan aktual di bidang keagamaan dan
kemasyarakatan kepada Sabha Pandita;
c. Memberi pendapat, pandangan, dan pertimbangan kepada
Pengurus Harian;
d. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Bhisama serta
ketetapan/keputusan lainnya.
e. Melaksanakan Ketetapan/Keputusan Mahasabha dan Pesamuhan
Agung yang terkait dengan tugas dan wewenangnya.
Pasal 17
(1) Fungsi Pengurus Harian adalah menindaklanjuti Ketetapan/
Keputusan Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, dan Keputusan
Sabha Pandita lainnya.
(2) Tugas dan wewenang Pengurus Harian adalah:
a. Memimpin dan mengelola Parisada di tingkat pusat;
b. Mempersiapkan dan menyelenggarakan Sabha Parisada tingkat
Pusat;
c. Memfasilitasi kegiatan Sabha Pandita dan Sabha Walaka;
d. Menghadiri Lokasabha Parisada Provinsi;
e. Mengesahkan Kepengurusan Parisada Provinsi yang dihasilkan
dalam Lokasabha sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada;
f. Mengambil keputusan yang bersifat operasional dalam
melaksanakan kebijakan Parisada.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 84
BAB VIII
STRUKTUR PARISADA DAERAH
Pasal 18
Organ Parisada Daerah terdiri atas:
a. Paruman Pandita;
b. Paruman Walaka;
c. Pengurus Harian Tingkat Daerah.
Pasal 19
(1) Fungsi Paruman Pandita adalah sebagai pengambil kebijakan dalam
bidang keagamaan di daerah.
(2) Tugas dan wewenang Paruman Pandita adalah:
a. Memberi pertimbangan, saran, dan nasehat kepada Paruman
Walaka dan Pengurus Harian Tingkat Daerah;
b. Mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan
Ketetapan/Keputusan Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama,
dan Keputusan Sabha Pandita lainnya, dalam hal terjadi
perbedaan pemahaman terhadap ajaran suci Veda di daerah yang
bersangkutan;
c. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Ketetapan/Keputusan:
Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,
Lokasabha, dan Pesamuhan Madya.
(3) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurufb, diputuskan
dalam rapat Paruman Pandita, dan Pesamuhan Madya.
Pasal 20
(1) Fungsi Paruman Walaka adalah sebagai pendamping Paruman
Pandita dan memberi pertimbangan kepada Pengurus Harian Tingkat
Daerah.
(2) Tugas dan wewenang Paruman Walaka adalah:
a. Memberi informasi dan saran masukan kepada Paruman Pandita
dalam menjalankan tugasnya;
b. Memberi pendapat, pandangan, dan saran masukan kepada
Pengurus Harian Tingkat Daerah.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 85
c. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Ketetapan/Keputusan:
Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,
Lokasabha, dan Pesamuhan Madya.
Pasal 21
(1) Fungsi Pengurus Harian Tingkat Daerah adalah sebagai pelaksana
program-program Parisada di daerah.
(2) Tugas dan wewenang Pengurus Harian Tingkat Daerah adalah:
a. Memimpin dan mengelola Parisada di daerahnya;
b. Memasyarakatkan dan mendiseminasikan Ketetapan/Keputusan:
Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,
Lokasabha, dan Pesamuhan Madya;
c. Melaksanakan dan menindaklanjuti Ketetapan/Keputusan:
Mahasabha, Pesamuhan Agung, Bhisama, Sabha Pandita,
Lokasabha, dan Pesamuhan Madya;
d. Mempersiapkan dan menyelenggarakan Sabha Parisada tingkat
Daerah;
e. Menghadiri Lokasabha Parisada Daerah yang berkedudukan 1
(satu) tingkat di bawahnya;
f. Mengesahkan Kepengurusan Parisada Daerah yang
berkedudukan 1 (satu) tingkat di bawahnya, yang dihasilkan
dalam Lokasabha sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Parisada;
g. Mengambil Keputusan yang bersifat sosial kemasyarakatan,
setelah mempertimbangkan arahan Paruman Pandita dan saran
Paruman Walaka;
h. Memberikan dukungan dan memfasilitasi bagi pengembangan
kchidupan sosial masyarakat;
i. Menyampaikan laporan berkala kepada pengurus Parisada 1
(satu) tingkat di atasnya, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sekali.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 86
BAB IX
RANGKAP JABATAN DAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU
Pasal 22
(1) Pengurus Parisada dilarang menjabat lebih dari 1 (satu) jabatan di
dalam Struktur Parisada pada semua tingkatan.
(2) Pengurus Parisada tidak dilarang menjadi Pengurus Organisasi lain
sepanjang tidak bertentangan dengan Asas Parisada dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(3) Pengurus Parisada dilarang menjadi Pengurus Partai Politik.
Pasal 23
(1) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Sabha Pandita, maka
selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan Sabha Pandita
melaksanakan Pesamuhan dan menetapkan penggantinya untuk
dilaporkan/disahkan dalam Pesamuhan Agung.
(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Sabha Walaka, maka
selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan Sabha Walaka
melaksanakan Pesamuhan dan menetapkan penggantinya untuk
dilaporkan/disahkan dalam Pesamuhan Agung.
(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua Umum dan atau
Sekretaris Umum Pengurus Harian, maka selambat-lambatnya dalam
waktu 3 (tiga) bulan Pengurus Harian melaksanakan rapat konsultasi
dengan Dharma Adhyaksa dan Ketua Sabha Walaka untuk
menetapkan pejabat sementara (Pjs) untuk dikukuhkan dalam
Pesamuhan Agung, sampai dengan pelaksanaan Mahasabha Luar
Biasa.
(4) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Pengurus Harian selain
Ketua Umum dan Sekretaris umum, maka selambat-lambatnya
dalam waktu 3 (tiga) bulan Pengurus Harian melaksanakan rapat dan
menetapkan penggantinya untuk dilaporkan/disahkan dalam
Pesamuhan Agung.
(5) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dan atau Sekretaris
Pengurus Harian Tingkat Daerah, maka selambat-lambatnya dalam
waktu 3 (tiga) bulan Pengums Harian Tingkat Daerah melaksanakan
rapat konsultasi dengan Dharma Upapathi dan Ketua Paruman
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 87
Walaka untuk menetapkan pejabat sementara (Pjs) sampai dengan
pelaksanaan Lokasabha Luar Biasa.
(6) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan pada Pengurus Parisada
Daerah selain Ketua dan Sekretaris Pengurus Harian Tingkat Daerah,
maka selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan Pengurus
Parisada Daerah yang bersangkutan melaksanakan rapat dan
menetapkan penggantinya serta dilaporkan kepada Parisada 1 (satu)
tingkat di atasnya untuk mendapat pengesahan.
BAB X
SABHA
Pasal 24 (1) Sabha Parisada tingkat Pusat terdiri atas:
a. Mahasabha;
b. Pesamuhan Agung;
c. Pesamuhan Sabha Pandita;
d. Pesamuhan Sabha Walaka;
e. Rapat Pengurus Harian.
(2) Sabha Parisada tingkat Daerah terdiri atas:
a. Lokasabha;
b. Pesamuhan Madya untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota
disebut Pesamuhan Madya;
c. Pesamuhan Paruman Pandita;
d. Rapat Pengurus Harian Tingkat Daerah untuk tingkat provinsi
dan kabupaten/kota; Walaka;
e. Pesamuhan Paruman Walaka;
f. Pesamuhan Madya untuk tingkat kecamatan dan desa/kelurahan
disebut Pesamuhan Alit;
g. Rapat Pengurus untuk tingkat kecamatan dan desa/kelurahan.
Pasal 25
(1) Mahasabha adalah pemegang kekuasaan tertinggi Parisada,
diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (Lima) tahun.
(2) Wewenang Mahasabha adalah:
a. Menyempumakan dan menetapkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga;
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 88
b. Meminta dan menerima/menolak Laporan Pertanggungjawaban
Pengurus Parisada Pusat;
c. Memilih dan menetapkan Pengurus Parisada Pusat;
d. Merumuskan dan menetapkan Program Umum Parisada;
e. Menetapkan keputusan lainnya.
(3) Ketetapan dan Keputusan Mahasabha mengikat seluruh umat Hindu.
(4) Dalam keadaan mendesak dan demi keutuhan Parisada, dapat
diadakan Mahasabha Luar Biasa atas usul 2/3 (dua per tiga) Parisada
Provinsi yang ada.
Pasal 26
(1) Pesamuhan Agung adalah forum Rapat Kerja Nasional, diadakan
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Wewenang Pesamuhan Agung adalah:
a. Menjabarkan Ketetapan/Keputusan Mahasabha dan Bhisama
menjadi Program Kerja;
b. Mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja Pengurus Parisada
Pusat;
c. Menetapkan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar
waktu Pengurus Parisada Pusat;
d. Menyiapkan usulan untuk dijadikan materi bahasan dalam
Mahasabha;
e. Menetapkan keputusan lainnya.
Pasal 27
(1) Pesamuhan Sabha Pandita adalah Rapat Sabha Pandita, diadakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
(2) Wewenang Pesamuhan Sabha Pandita adalah:
a. Menetapkan Bhisama;
b. Melakukan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar
waktu Anggota Sabha Pandita;
c. Menetapkan Keputusan lainnya.
Pasal 28
(1) Pesamuhan Sabha Walaka adalah Rapat Sabha Walaka, diadakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(2) Wewenang Pesamuhan Sabha Walaka adalah:
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 89
a. Menyusun dan menyiapkan bahan-bahan yang akan dibahas oleh
Sabha Pandita;
b. Melakukan pengisisan kekosongan jabatan dan pergantian antai
waktu Anggota Sabha Walaka;
c. Merumuskan hal-hal penting untuk menjadi pertimbangan
Pengurus Harian.
Pasal 29
(1) Rapat Pengurus Harian adalah Rapat Pleno, diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
(2) Wewenang Rapat Pengurus Harian adalah:
a. Melakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap
pelaksanaan Program Kerja Parisada;
b. Melakukan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar
waktu Pengurus Harian Tingkat Pusat;
c. Merumuskan keputusan yang bersifat operasional guna
menindaklanjuti kebijakan Parisada.
Pasal 30
(1) Lokasabha merupakan sabha tingkat provinsi dan kabupaten/kota,
diselenggarakan 1 (satu) kali dalam (5) Lima tahun, sedangkan
Parisada tingkat kecamatan dan desa/kelurahan hanya melaksanakan
Pesamuhan.
(2) Wewenang Lokasabha/Pesamuhan adalah:
a. Meminta dan menerima/menolak Laporan Pertanggungjawaban
Pengurus Parisada Daerah;
b. Memilih dan menetapkan Pengurus Parisada Daerah;
c. Menetapkan Program Kerja Parisada Daerah;
d. Menetapkan Keputusan lainnya.
(3) Dalam keadaan mendesak demi keutuhan Parisada Daerah, dapat
diadakan Lokasabha/Pesamuhan Luar Biasa atas usul lebih dari l/2
(setengah) jumlah Parisada 1 (satu) tingkat dibawahnya, kecuali
Parisada desa/kelurahan.
Pasal 31
(1) Pesamuhan Madya adalah Rapat Kerja Parisada Daerah, diadakan
sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 5 (lima) tahun.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 90
(2) Wewenang Pesamuhan Madya adalah:
a. Menjabarkan Ketetapan/Keputusan Lokasabha menjadi Program
Kerja operasional;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap
pelaksanaan Program Kerja Parisada Daerah;
c. Menetapkan pengisian kekosongan jabatan dan pergantian antar
waktu Pengurus Parisada Daerah;
d. Mempersiapkan bahan masukan untuk disampaikan dalam
Pesamuhan Agung dan atau Mahasabha;
e. Menetapkan keputusan lainnya.
BAB XI
HUBUNGAN ANTAR ORGANISASI
Pasal 32
(1) Parisada berkewajiban mengayomi setiap Sampradaya dan
Organisasi, Forum, Lembaga/Badan-badan, Yayasan yang
bemafaskan Hindu.
(2) Pengayoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Parisada
mengadakan pertemuan berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6
(enam) bulan.
Pasal 33
Parisada dapat mengembangkan hubungan secara bebas dan aktif dengan
organisasi/institusi Hindu dan non-Hindu, baik di tingkat nasional,
regional maupun internasional.
BAB XII
ATR1BUT
Pasal 34
Parisada memiliki atribut, yaitu:
a. Lambang;
b. Pataka;
c. Hymne.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 91
Pasal 35
(1) Lambang Parisada dalam visualisasinya menggambarkan nilai
estetika yang merupakan perpaduan serasi antara unsur kepribadian
nasional dan nilai-nilai ajaran suci Veda.
(2) Lambang Parisada dipergunakan sebagai identitas resmi, baik dalam
bentuk Pataka, kepala surat, stempel, maupun dalam hal-hal lain
yang mempunyai relevansi dengan kegiatan Parisada.
Pasal 36
(1) Pataka wajib ditempatkan berdampingan dengan Bendera Merah
Putih di setiap Kantor Parisada.
(2) Bentuk dan ukuran Pataka diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 37
Hymne Parisada wajib dinyanyikan dalam setiap upacara resmi Parisada.
BAB XIII
HARTA
Pasal 38 (1) Harta Parisada dapat berupa:
a. Dana;
b. Barang bergerak;
c. Barang tak bergerak.
(2) Harta Parisada diperoleh dari:
a. Dana Punia Umat;
b. Bantuan atau sumbangan dari perseorangan, instansi pemerintah,
dan atau lembaga/badan-badan swasta yang tidak mengikat;
c. Usaha lain yang tidak bertentangan dengan Dharma dan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam upaya menghimpun dana, dapat dibentuk lembaga sosial
ekonomi yang bertanggungjawab kepada Parisada.
(4) Harta Parisada diadministrasikan dengan baik dan tertib, secara
berkala diaudit oleh Akuntan Publik.
(5) Hasil audit sebagaimanadimaksud pada ayat (4), untuk Parisada
Pusat dilaporkan dalam Pesamuhan Agung, dan
dipertanggungjawabkan dalam Mahasabha; sedangkan untuk
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 92
Parisada Daerah dilaporkan dalam Pesamuhan Madya, dan
dipertanggungjawabkan dalam Lokasabha.
BAB XIV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 39
(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah/disempumakan melalui
Mahasabha.
(2) Keputusan untuk mengubah Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), hanya dapat diambil apabila Mahasabha dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta
Mahasabha yang ditetapkan oleh Parisada Pusat.
(3) Keputusan atas perubahan Anggaran Dasar adalah sah apabila
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
peserta yang hadir dalam Mahasabha.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 41
Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 93
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 94
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
BAB I
ATRIBUT
Pasal 1
(1) Lambang Parisada memiliki nilai simbolik yang mengacu kepada
visi dan misi Parisada. Nilai simbolik tersebut mengandung
arti/makna yang mencerminkan jiwa dan semangat keagamaan
Hindu.
(2) Arti/makna Lambang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tiga bulatan: Merah-Putih-Hitam merupakan lambang Tri Kona
sebagai simbol Utpathi, Sthiti, Pralina (penciptaan,
pemeliharaan, peleburan) dalam konteks kehidupan umat Hindu.
2. Swastika Putih yang muncul dari bulatan Merah: melambangkan
penciptaan dan pemutaran roda kehidupan sesuai hukum suci
(Rta).
3. Teratai Putih dan Biru sejumlah 33 (tiga puluh tiga) kelopak
bunga: melambangkan 33 (tiga puluh tiga) Dewa penjaga Tri
Bhuwana (kosmos):
a. Teratai Putih pada bulatan Merah dengan 11 (sebelas)
kelopak bunga: melambangkan 11 (sebelas) Dewa Swah
Loka yang menjaga alam surga dengan kesucian;
b. Teratai Biru pada bulatan Putih dengan 22 (dua puluh dua)
kelopak bunga: melambangkan 22 (dua puluh dua) Dewa
Bhuwah Loka dan Bhur Loka yang menjaga alam kehidupan
di dunia.
c. Bulatan Hitam di luar lingkaran Putih (teratai) berisi tulisan
“PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA” yang
bermakna bahwa berdasarkan kekuatan spiritual, moral dan
etik, Parisada melaksanakan swadharma mengayomi seluruh
umat Hindu Indonesia.
4. Pancaran Sinar Kuning Emas berbentuk Padma Astadala:
melambangkan wujud pencapaian kesadaran umat dalam sradha
dan bhakti yang merupakan tujuan utama sesuai visi Parisada
Hindu Dharma Indonesia.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 95
BAB II
KEGIATAN
Pasal 2
Untuk mencapai sasaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Anggaran
Dasar, Parisada melakukan kegiatan-kegiatan:
1. Dharma Wacana, Dharma Tula, Dharma Santi, Dharma Gita,
Dharma Yatra, dan Dharma Sadhana;
2. Pemberdayaan ekonomi umat menuju Lokasamgraha (kesejahteraan
bersama dan ketertiban sosial);
3. Peningkatan peran lembaga keagamaan dalam memperjuangkan
kesetaraan dan keadilan;
4. Peningkatan kepedulian sosial dan aksi bersama dalam mewujudkan
kualitas sumber daya manusia;
5. Peningkatan kerjasama lintas agama untuk memelihara kerukunan
nasional.
BAB III
SYARAT-SYARAT PENGURUS PARISADA
Pasal 3
Syarat-syarat untuk menjadi anggota Sabha Pandita dan Paruman
Pandita:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Sudah dwijati.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran suci Veda.
5. Memiliki kapasitas, kompetensi, integritas, dan moralitas.
6. Memiliki jiwa dan semangat pengabdian.
Pasal 4
Syarat-syarat untuk menjadi anggota Sabha Walaka dan Paruman
Walaka:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Suami dan istri beragama Hindu.
3. Sehat jasmani dan rohani.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 96
4. Memiliki pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran suci
Veda.
5. Memiliki intelektualitas, kapasitas, profesionalitas, integritas, dan
moralitas.
6. Memiliki jiwa dan semangat pengabdian.
Pasal 5
Syarat-syarat untuk menjadi Pengurus Harian dan Pengurus Harian
Tingkat Daerah:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Suami dan istri beragama Hindu.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Memiliki pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran suci
Veda.
5. Memiliki intelektualitas, kapasitas, kompetensi, profesionalitas,
integritas, dan moralitas.
6. Memiliki jiwa dan semangat pengabdian.
7. Pengurus Harian berdomisili di Jakarta dan sekitamya.
8. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Harian, Ketua dan
Sekretaris Pengurus Harian Tingkat Daerah bekerja penuh waktu.
BAB IV
MASA BHAKTI PENGURUS PARISADA
Pasal 6
Sabha Pandita diangkat dan ditetapkan dalam Mahasabha untuk masa
bhakti 5 (lima) tahun.
Pasal 7
(1) Anggota Sabha Pandita berjumlah 33 (tiga puluh tiga) orang dengan
memperhatikan kebhinnekaan.
(2) Sabha Pandita dipimpin oleh seorang Dharma Adhyaksa dan
beberapa orang Wakil Dharma Adhyaksa, dipilih oleh dan dari
Anggota Sabha Pandita.
(3) Tata Kerja Sabha Pandita dijabarkan dan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 97
(4) Sabha Pandita dalam melaksanakan tugas dibantu oleh staf
sekretariat.
Pasal 8
(1) Pemilihan anggota Sabha Pandita dilakukan oleh para Pandita
peserta Mahasabha.
(2) Pemilihan DharmaAdhyaksadan Wakil DharmaAdhyaksa dilakukan
oleh anggota Sabha Pandita dalam Mahasabha.
Pasal 9
Sabha Walaka diangkat dan ditetapkan dalam Mahasabha untuk masa
bhakti 5 (lima) tahun.
Pasal 10
(1) Anggota Sabha Walaka berjumlah 55 (lima puluh lima) orang yang
memiliki keahlian pada bidang tertentu.
(2) Sabha Walaka dipimpin oleh seorang Ketua dan beberapa orang
Wakil Ketua serta seorang Sekretaris.
(3) Sabha Walaka dibagi ke dalam beberapa Komisi yang dipimpin oleh
seorang Ketua Komisi merangkap Anggota, dan seorang Sekretaris
Komisi merangkap Anggota.
(4) Komisi-komisi dalam Sabha Walaka terdiri atas:
a. Komisi Keagamaan;
b. Komisi Ekonomi dan Kesejahteraan;
c. Komisi Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Komisi Kerukunan dan Lingkungan Hidup;
e. Komisi Sosial Kemanusiaan;
f. Komisi Kesehatan, Wanita, dan Anak;
g. Komisi Ideologi, Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM);
h. Komisi Sains, Pengkajian, dan Pengembangan.
(5) Tata Kerja Sabha Walaka dijabarkan dan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 11
(1) Pemilihan Pimpinan dan anggota Sabha Walaka dilakukan oleh
Formatur Mahasabha.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 98
(2) Pemilihan Komisi-komisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat
(1) dipilih dari dan oleh Sabha Walaka.
Pasal 12
Pengurus Harian diangkat dan ditetapkan dalam Mahasabha untuk masa
lilmkti 5 (lima) tahun.
Pasal 13
(1) Pengurus Harian dipimpin oleh seorang Ketua Umum.
(2) Ketua Umum dibantu oleh seorang Sekretaris Umum, seorang
Bendahara Umum, 9 (sembilan) orang Ketua Bidang, 5 (lima) orang
Sekretaris dan 2 (dua) orang Bendahara.
(3) Bidang-bidang pada Pengurus Harian adalah sebagai berikut:
a. Bidang Organisasi dan Hubungan Luar Negeri;
b. Bidang Keagamaan;
c. Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan;
d. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan;
e. Bidang Kerukunan dan Lingkungan Hidup;
f. Bidang Sosial Kemanusiaan;
g. Bidang Kesehatan, Wanita, dan Anak;
h. Bidang Ideologi, Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia
(HAM);
i. Bidang Sains, Pengkajian, dan Pengembangan.
(4) Tata Kerja Pengurus Harian dijabarkan dan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 14
(1) Pemilihan Ketua Umum dan Sekretaris Umum dalam 1 (satu) paket,
dilakukan secara langsung oleh peserta Mahasabha.
(2) Pemilihan Pengurus Harian lainnya dilakukan oleh formatur dalam
Mahasabha.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 99
BAB V
MASA BHAKTI PENGURUS PARISADA DAERAH
Pasal 15
Pengurus Parisada Daerah terdiri atas Paruman Pandita, Paruman
Walaka, dan Pengurus Harian Tingkat Daerah, diangkat dan ditetapkan
dalam Lokasabha untuk masa bhakti 5 (lima) tahun.
Pasal 16
(1) Anggota Paruman Pandita berjumlah 11 (sebelas) orang atau
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, dipimpin oleh seorang Dharma
Upapathi.
(2) Anggota Paruman Walaka berjumlah 22 (dua puluh dua orang) atau
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang, dipimpin oleh seorang Ketua,
seorang Wakil Ketua, dan seorang Sekretaris.
(3) Pengurus Harian Tingkat Daerah dipimpin oleh seorang Ketua
dibantu oleh seorang Sekretaris, seorang Bendahara, sebanyak-
banyaknya 7 (tujuh) orang Wakil Ketua, 2 (dua) orang Wakil
Sekretaris dan 1 (satu) orang Wakil Bendahara, serta beberapa
bidang sesuai kebutuhan daerah.
Pasal 17
(1) Ketua dan Sekretaris Pengurus Harian Tingkat Daerah dalam 1 (satu)
paket, dipilih secara langsung oleh Peserta Lokasabha.
(2) Paruman Pandita, Paruman Walaka, dan Pengurus Harian Tingkat
Daerah lainnya dipilih oleh Formatur dalam Lokasabha.
BAB VI
HILANGNYA KEANGGOTAAN PENGURUS PARISADA
Pasal 18
Hilangnya keanggotaan Sabha Pandita, Paruman Pandita, Sabha Walaka,
Paruman Walaka, Pengurus Harian, dan Pengurus Harian Tingkat Daerah
disebabkan karena:
1. Meninggal dunia.
2. Berhalangan tetap.
3. Mengundurkan diri.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 100
4. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam
Bab III Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
MAHASABHA
Pasal 19
(1) Mahasabha dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta yang ditetapkan
oleh Parisada Pusat.
(2) Ketetapan/Keputusan Mahasabha dinyatakan sah apabila Sidang
Mahasabha dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
peserta yang hadir dalam Mahasabha.
Pasal 20
(1) Mahasabha dihadiri oleh Peserta dan Peninjau.
(2) Peserta Mahasabha terdiri atas:
a. Anggota Sabha Pandita;
b. Anggota Sabha Walaka;
c. Pengurus Harian Parisada Pusat;
d. Utusan Parisada Provinsi;
e. Utusan Parisada Kabupaten/Kota;
f. Utusan Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan Yayasan
bemafaskan Hindu berskala nasional dan direkomendasikan oleh
Parisada Pusat;
g. Utusan Instansi tingkat Pusat terkait, yang berhubungan dengan
pelayanan dan pembinaan Umat Hindu.
(3) Peninjau Mahasabha terdiri atas :
1. Utusan dari instansi-instansi terkait yang ada hubungannya
dengan pelayanan dan pembinaan umat Hindu.
2. Pemuka-pemuka umat yang ditetapkan oleh Pengurus Harian
bersama Panitia Mahasabha setelah mempertimbangkan usul
usul dari Pengurus Daerah.
3. Utusan organisasi, forum, yayasan, badan-badan atau lembaga-
lembaga, sampradaya, dan komunitas umat yang bemafaskan
Hindu.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 101
(4) Jumlah utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, e, f, g
dan ayat (3), ditentukan oleh Pengurus Harian Parisada Pusat atas
usulan Panitia Mahasabha.
Pasal 21
(1) Hak Peserta Mahasabha adalah:
a. Hak suara;
b. Hak bicara;
c. Hak memilih;
d. Hak dipilih.
(2) Hak Peninjau Mahasabha adalah:
a. Hak bicara;
b. Hak dipilih.
BAB VIII
PESAMUHAN AGUNG
Pasal 22
(1) Pesamuhan Agung dihadiri oleh:
a. Anggota Sabha Pandita;
b. Anggota Sabha Walaka;
c. Pengurus Harian;
d. Utusan Parisada Provinsi;
e. Utusan Sampradaya, Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan
Yayasan bemafaskan Hindu berskala nasional dan
direkomendasikan oleh Parisada Pusat;
f. Utusan Instansi terkait yang berhubungan dengan pelayanan dan
pembinaan Umat Hindu.
(2) Jumlah Utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) humf d, e, dan
f, ditentukan oleh Parisada Pusat.
BAB IX
LOKASABHA DAN PESAMUHAN MADYA
Pasal 23
(1) Lokasabha dihadiri oleh Peserta dan Peninjau
(2) Peserta Lokasabha terdiri atas:
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 102
a. Pengurus Parisada Daerah yang bersangkutan;
b. Utusan Pengurus Parisada Daerah 1 (satu) tingkat di bawahnya;
c. Utusan Pengurus Parisada setingkat di atasnya.
d. Utusan Sampradaya, Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan
Yayasan bemafaskan Hindu berskala daerah dan
direkomendasikan oleh Parisada Daerah;
e. Utusan Instansi terkait yang berhubungan dengan pelayanan dan
pembinaan Umat Hindu di daerah.
(3) Peninjau Lokasabha adalah Pemuka/tokoh masyarakat daerah dan
undangan yang direkomendasikan oleh Pengurus Parisada Daerah.
(4) Jumlah utusan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, c, d, e dan
ayat (3) ditentukan oleh Pengurus Parisada Daerah.
Pasal 24
(1) Hak Peserta Lokasabha adalah:
a. Hak suara;
b. Hak bicara;
c. Hak memilih;
d. Hak dipilih.
(2) Hak Peninjau Lokasabha adalah:
a. Hak bicara;
b. Hak dipilih.
Pasal 25
(1) Pesamuhan Madya dihadiri oleh:
a. Pengurus Parisada Daerah bersangkutan;
b. Utusan Pengurus Parisada Daerah 1 (satu) tingkat di bawahnya;
c. Utusan Sampradaya, Organisasi, Forum, Lembaga/Badan, dan
Yayasan bemafaskan Hindu berskala daerah dan
direkomendasikan oleh Parisada Daerah;
d. Utusan Instansi terkait yang berhubungan dengan pelayanan dan
pembinaan Umat Hindu di daerah.
(2) Jumlah utusan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, c, dan d
ditentukan oleh Parisada Daerah.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 103
BAB X
TATA URUTAN PERATURAN
Pasal 26
Tata Urutan Peraturan Parisada:
1. Ketetapan/Keputusan Mahasabha dan Bhisama
2. Keputusan Pesamuhan Agung.
3. Keputusan Sabha Pandita.
4. Peraturan Organisasi.
5. Keputusan Pengurus Harian tingkat Pusat.
6. Keputusan Lokasabha.
7. Keputusan Pesamuhan Madya.
8. Keputusan Paruman Pandita.
9. Keputusan Pengurus Harian tingkat Daerah.
10. Keputusan Pesamuhan Alit
BAB XI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 27
(1) Setiap Keputusan yang diambil dalam Sabha (Mahasabha,
Pesamuhan Agung, Pesamuhan Sabha Pandita, Pesamuhan Sabha
Walaka, Rapat Pengurus Harian, Lokasabha, Pesamuhan Madya dan
Rapat Pengurus Parisada Daerah dan Pesamuhan Parisada
Kecamatan, Desa/Kelurahan) diupayakan dicapai dengan cara
musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal cara yang dimaksud pada ayat (1) tidak dapat terlaksana,
maka dimungkinkan dilakukan dengan pemungutan suara.
BAB XII
LEMBAGA/BADAN/YAYASAN
Pasal 28
(1) Dalam melaksanaan Tugas Pokoknya, Parisada dapat membentuk
Lembaga/Badan/Yayasan sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian serta Tata Kerja Pengurus
Lembaga/Badan/Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 104
ditetapkan dengan Keputusan Pengurus Harian/Pengurus Harian
Tingkat Daerah sesuai tingkatannya.
(3) Lembaga/Badan/Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab kepada Pengurus Harian/Pengurus Harian
Tingkat Daerah sesuai tingkatannya.
(4) Pembentukan, pelaksanaan, dan manfaat dari kegiatan Lembaga/
Badan/Yayasan di tingkat Pusat dilaporkan oleh Pengurus Harian
dalam Pesamuhan Agung dan dipertanggungjawabkan dalam
Mahasabha.
(5) Pembentukan, pelaksanaan, dan manfaat dari kegiatan Lembaga/
Badan/Yayasan di daerah dilaporkan oleh Pengurus Harian Tingkat
Daerah dalam Pesamuhan Madya dan dipertanggungjawabkan dalam
Lokasabha.
(6) Lembaga/Badan/Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Lembaga Pendidikan, Lembaga Dharma Duta, Lambaga
Artha, Lembaga Dharma Gita, Lembaga Konseling Perkawinan,
Badan Penelitian dan Pengembangan, Badan Penyiaran Hindu,
Badan Dharma Dana Nasional, Badan Kesehatan dan Pemberdayaan
Umat, Yayasan Widya Kerti, Yayasan Adikara Dharma Parisad, dan
Lembaga/Badan/Yayasan lain yang dipandang perlu.
BAB XIII
SEKRETARIAT PARISADA PUSAT
Pasal 29
(1) Sekretariat Parisada Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia.
(2) Sekretaris Umum dalam melaksanakan tugas kesekretariatan dibantu
oleh Staf yang diangkat dan diberhentikan oleh Sekretaris Umum,
dan dilaporkan secara berkala kepada Pengurus Harian.
(3) Susunan Organisasi Sekretariat Parisada Pusat ditetapkan dengan
Keputusan Pengurus Harian.
(4) Pengurus Harian menyiapkan sekretaris dan staf untuk Sabha
Pandita.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 105
BAB XIV
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 30
(1) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah dalam Mahasabha.
(2) Keputusan untuk mengubah Anggaran Rumah Tangga hanya dapat
diambil apabila Mahasabha dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) dari jumlah peserta Mahasabha.
(3) Keputusan atas perubahan Anggaran Rumah Tangga adalah sah
apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah Peserta Mahasabha yang hadir.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga, diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.
Pasal 32
Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 106
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 107
KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU PHARMA INDONESIA Nomor: 08/KEP/P.A. Parisada /VII/2011
t e n t a n g
REKOMENDASI
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa
PESAMUHAN AGUNG PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TAHUN 2011
Menimbang : a. bahwa Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia merupakan forum tertinggi
setelah Mahasabha, yang salah satu fungsinya
adalah mengevaluasi program dan pelaksanaan
program Parisada pada periode kepengurusan
berjalan;
b. bahwa sehubungan dengan perkembangan dan
dinamika perubahan yang terjadi dalam
kehidupan umat Hindu dengan berbagai
permasalahan baru maupun lama, perlu
mendapat perhatian dan penyelesaian oleh
umat Hindu; dan
c. bahwa untuk itu perlu mengeluarkan
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia tentang Rekomendasi
Mengingat : 1. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu
Indonesia Nomor: I/M. Sabha IX/2006 tentang
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Parisada Hindu Dharma Indonesia.
2. Ketetapan Mahasabha IX Parisada Hindu
Dharma Indonesia Nomor: II/M.Sabha IX/2006
tentang Program Kerja Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 108
3. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 01/P.A
Parisada/VII/2011 tentang Tata Tertib
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia.
4. Keputusan Pesamuhan Agung Nomor: 02/P.A
Parisada/VII/2011 tentang Jadual Acara
Pesamuhan Agung.
Memperhatikan : Usul dan saran peserta dalam Sidang Paripurna III
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma
Indonedia tanggal 10 Juli 2011
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PESAMUHAN AGUNG
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
TENTANG REKOMENDASI
Pertama : Rekomendasi dan Memorandum bagi kegiatan
operasional Parisada pada semua jajaran
kepengurusan, baik Parisada Pusat dan Parisada
Daerah.
Kedua : Memberi mandate kepada Parisada Hindu Dharma
Indonesia Pusat untuk menindaklanjuti
Rekomendasi ini.
Ketiga : Bila dikemudian hari terdapat kesalahan dalam
Keputusan ini akan ditinjau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 109
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 110
Lampiran:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 08/KEP/P.A. Parisada/VII/2011
Tentang: Rekomendasi
REKOMENDASI
Pesamuhan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia merupakan forum
rapat kerja nasional, dilaksanakan di Denpasar, Bali dari tanggal 9-11 luli
2011 dengan tema: “Pasamuhan Agung 2011 Mempersiapkan Langkah
Konkrit Untuk Menyongsong Mahasabha”.
Pesamuhan Agung yang dihadiri oleh organ Parisada Pusat antara lain
(Sabha Pandita, Sabha Walaka, dan Pengurus Harian), Utusan Parisada
Provinsi, utusan organisasi, Badan, Lembaga, Yayasan yang bernafaskan
Hindu di Indonesia yang direkomendasikan oleh Parisada Pusat.
Setelah menyerap aspirasi yang berkembang dengan ini memutuskan
Rekomendasi dan Memorandum sebagai berikut:
1. Merekomendasikan kepada Parisada Pusat untuk melaksanakan
secara sungguh-sungguh keputusan Pasamuhan Agung PHDI No.
9/Kep/P.A. Parisada/XII/ 2010 tentang Rekomendasi.
2. Merekomendasikan kepada Parisada Pusat selain point A sebagai
berikut:
1) Mahasabha Parisada berikutnya ditetapkan di Bali, mengenai
waktunya diserahkan kepada Sabha Pandita, Sabha Walaka, dan
Pengurus Harian untuk menentukannya.
2) Merekomendasikan seluruh Parisada Daerah (Propinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan), untuk
mengupayakan memiliki Setra/krematorium Hindu yang dikelola
oleh Parisada dan/atau lembaga lain yang bemafaskan Hindu,
untuk membantu umat Hindu dalam melaksanakan upacara
Pitrayajnya. Dalam pelaksanaanya agar PHDI Daerah
berkordinasi dengan Pemerintah Daerah.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 111
3. Merekomendasikan agar Parisada memberikan penghargaan kepada
Pemerintah Daerah yang memberikan perhatian dalam pembinaan
umat Hindu sesuai jenjangnya.
4. Merekomendasikan kepada Parisada Pusat agar menyampaikan
kepada Pemerintah tentang hari-hari besar Hindu selain han raya
Nyepi masih ada hari raya besar Hindu seperti; Galungan, Kuningan,
Sivaratri, Sarasvati, Pagerwesi, Dipavali, Taipusham, Vijaydarsani,
dan Gurupumima.
5. Merekomendasikan kepada Parisada pusat agar ada keharmonisan
pelaksanaan dengan Majelis Desa Pakraman.
6. Merekomendasikan agar Parisada Pusat bekerjasama dengan
Kementerian Agama RI c.q. Ditjen Bimas Hindu Kementerian
Agama RI lebih memperhatikan dan memberikan bantuan pada umat
Hindu di daerah-daerah terpencil (terbelakang dalam kehidupan
keagamaan), contoh Maluku Utara, dan Maluku.
7. Merekomendasikan Parisada Propinsi Bali untuk dapat menjalin
kerjasama dan koordinasi yang baik dengan Lembaga Majelis Utama
Desa Pakraman Provinsi Bali dalam pembinaan Umat Hindu.
8. Merekomendasikan agar Parisada Pusat menyusun prosedur tetap
untuk penyumpahan TNI, POLRI dan PNS serta pejabat lainnya.
9. Merekomendasikan agar Parisada Pusat untuk mengagendakan
pelaksanaan Festival Ritual Air Suci (Gangga Pratistha) secara
kontinyu yang melibatkan 108 Pandhita pada waktu dan tempat yang
akan ditentukan kemudian.
10. Merekomendasikan agar Sabha Pandhita menugaskan salah satu
anggotanya (Pandita) untuk bertugas di daerah yang belum memiliki
Pandita atau minim keberadaan Panditanya dikaitkan dengan
tuntutan pelayanan.
11. Merekomendasikan agar Parisada Pusat segera menindak lanjuti PP
No. 18 Tahun 2009 tentang bantuan atau sumbangan termasuk zakat
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan
dari objek PPH. Bantuan atau sumbangan dalam bentuk uang atau
barang kepada OP atau badan termasuk zakat dan sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 112
Indonesia (sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat 3 huruf a angka 1
UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan).
12. Merekomendasikan agar Parisada Pusat untuk mengoptimalkan
Sabha Pandhita dalam pembinaan umat dan pemantapan calon
Diksita di daerah-daerah terutama daerah yang belum ada
Panditanya.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 113
Lampiran:
Keputusan Pesamuhan Agung Parisada
Nomor: 08/KEP/P.A Parisada/VII/2011
Tentang: Materi Bahasan Rekomendasi
Pesamuhan Agung Parisada Hindu
Dharma Indonesia Tahun 2011
MATERI BAHASAN REKOMENDASI
PESAMUHAN AGUNG TAHUN 2011
1. Tattwa, Etika/Susila dan Acara
Mengingat bahwa jumlah terbesar umat Hindu selain etnis
Bali adalah Jawa, maka baik dari perspektif historis, budaya, politik
dan strategi; maka umat Hindu etnis Jawa menjadi prioritas utama
untuk dibina dan dikembangkan. Untuk mendukung percepatan ini,
maka Parisada Pusat/Daerah secepatnya mengumpulkan sastra-sastra
Veda lokal yang selama ini telah menjadi tuntunan dan sangat
dibutuhkan oleh umat Hindu etnis Jawa, baik yang berada di pulau
Jawa, maupun di luar pulau Jawa; sebagai sumber-sumber sastra
untuk pengetahuan Tattwa, Etika/Susila dan Acara (ritual). Dan ini
memerlukan kejelian dan ketelitian, karena banyak beredar buku-
buku di masyarakat yang sudah dimanipulasi untuk kepentingan
politik tertentu. Setelah terkumpul lalu dicetak dan disebarluaskan.
Oleh karena itu, harus dicari langsung kepada sumbernya,
yaitu Keraton Kasunanan Surakarta, yang masih menyimpan sastra-
sastra Hindu Kuno dalam bahasa Jawa Kuno. Untuk itu diperlukan
pakar yang mampu menterjemahkan dan menulis kembali dalam
tulisan latin baik bahasa Jawa maupun Indonesia. Keraton
Kasunanan Surakarta yang masih kental dengan budaya Hindu, kini
telah membuka diri dan memberikan kesempatan untuk
mereproduksi sastra-sastra kuno tersebut.
Dalam waktu dekat ini, tokoh-tokoh Hindu Jawa Timur akan
bertemu dan membuat peta jumlah dan kekuatan serta permasalahan
umat Hindu yang belum muncul ke permukaan (kelompok umat
Hindu Jawa yang selama ini tidak hadir di Pura karena berbagai
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 114
alasan). Pertemuan ini tidak melibatkan Parisada dan juga
Pembimas, tetapi mumi tokoh-tokoh Hindu Jawa. Setelah itu, mereka
akan ke Keraton untuk berdialog dan menegaskan serta
menyampaikan keinginan mereka terhadap keraton terkait dengan
sastra-sastra Hindu yang dibutuhkan.
2. Pemberdayaan Ekonomi Umat
a. Koperasi Milik Bersama
Tata niaga dalam skala kecil di pedesaan sangat
membutuhkan kehadiran sebuah koperasi, karena dengan modal
kecil dan rasa kebersamaan; koperasi ini akan menjadi besar dan
sangat sesuai dengan iklim pedesaan yang kental dengan nuansa
kekerabatan. Untuk itu, pada awalnya, Parisada Pusat/Daerah
perlu menstimulir umat Hindu untuk memberikan dana sebagai
modal awal. Seterusnya, umat harus menjadi anggota koperasi
dan membayar iuran setiap bulan (misalnya seribu rupiah).
Koperasi hanya melayani warga dua jam sehari, yaitu jam 16.00-
18.00 (jadwalnya jelas); untuk melayani kebutuhan sehari-hari
umat.
Jadwal ini dibuat, karena waktu-waktu lainnya diisi
dengan kesibukan bertani di ladang atau mencari pakan ternak.
Karena waktunya hanya dua jam sehari, maka pengurusnya juga
tidak merasa berat, karena koperasi belum mampu membayar
honor, sebelum aset koperasi mencapai jumlah tertentu.
Misalnya Koperasi Cempaka Mulya di lereng Lawu, setelah tiga
tahun, sudah bisa memberikan bantuan modal untuk bakul sayur
dan pengecer bensin; walaupun koperasi ini hanya melayani 54
KK di Dukuh Demping, Desa Anggrasmanis, Kecamatan
Jenawi.
b. Usaha Tani Mandiri
Dari realitas di lapangan, hampir seluruh umat Hindu yang
berada di kantong-kantong yang jauh dari kota, seperti di
pegunungan yang profesinya petani jarang hidupnya
berkecukupan. Jangankan untuk menyekolahkan anak, untuk
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 115
makan saja seringkali tidak cukup. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor, antara lain; lahan pertanian yang terbatas, tadah
hujan (lahannya berbukit-bukit), anomali musim (dalam satu
tahun hanya beberapa bulan saja bisa ditanami); ketinggian dari
permukaan laut, menyebabkan tidak banyak tanaman yang bisa
ditanam dengan hasil yang baik (cengkeh di Gunung Lawu
hanya bisa di panen dua tahun sekali), tanaman yang sudah
terlalu tua (perlu peremajaan). Belum lagi panen yang rusak
karena cuaca (hujan) yang tidak bisa diprediksi (tanaman
tembakau).
Akibatnya, seringkali petani terjebak para pemberi modal
yang memberikan modal untuk membeli bibit, pupuk, dan
pestisida. Setelah panen, pemberi modal akan membeli hasil
panen dengan harga yang ditentukannya, sementara petani hanya
pasrah dan menerima. Dari pengalaman lapangan, petani bisa
kehilangan pendapatannya ± 30 %. Untuk itu, diperlukan upaya
terobosan untuk melepaskan petani dari perangkap pemilik
modal, yaitu dengan membentuk kelompok usaha tani mandiri.
Kegiatan ini terpisah dari koperasi, supaya ada kontrol.
Usaha tani ini memerlukan modal awal, yang nantinya
akan dipinjamkan kepada petani untuk keperluan membeli bibit,
pupuk, dan pestisida. Setelah panen, pinjaman dikembalikan
utuh dan ada tambahan sejumlah uang tunai. Misalnya, setiap
petani membutuhkan 500 ribu rupiah. Setelah tiga bulan,
sejumlah 500 ribu dikembalikan dan ditambah misalnya 150
ribu, dengan perincian 100 ribu untuk menambah modal usaha
tani, 50 ribu dikumpulkan untuk biaya piodalan Pura.
c. Usaha Ternak Mandiri
Usaha tani mutlak membutuhkan usaha ternak untuk
mendukung usaha tani. Pupuk kandang ternak dimanfaatkan
untuk mengurangi biaya operasional usaha tani, dan mengurangi
sedikit demi sedikit pupuk kimia yang semakin mahal. Usaha
ternak ini merupakan usaha mandiri masing-masing umat,
mereka diberikan ternak dengan nilai uang sejumlah tertentu
menjadi pinjaman tanpa bunga yang dikembalikan setelah dua
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 116
tahun. Dana ini nantinya akan bergulir hingga seluruh warga
memiliki ternak. Pemilihan ternak juga harus hati-hati,
disesuaikan dengan kondisi alam setempat dan tersedianya pakan
dari lingkungan.
Misalnya saja ternak kambing, yang diawali dengan tiga
ekor kambing betina, dalam jangka waktu tujuh bulan akan
menjadi enam ekor dan seterusnya. Dengan memiliki ternak
kambing, kebutuhan uang tunai yang sifatnya mendadak, tidak
menjadi masalah; tidak perlu mencari pinjaman. Karena kambing
bisa langsung dijual tunai. Dengan memiliki 10 ekor kambing,
setiap keluarga sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Kalau misalnya ada lagi yang memelihara sapi, maka ini mereka
jadikan sebagai tabungan jangka panjang.
Dari usaha ternak ini akan bisa dikembangkan lagi menjadi
usaha perikanan, khusus yang pakannya berasal dari alam,
seperti daun alas; sehingga tidak tergantung dari pakan buatan
(pelet) yang harganya seringkali berfluktuasi dan sangat
merugikan petani.
Khusus bagi peternak sapi perah, kotorannya bisa
dikembangkan untuk membuat pupuk organik dengan media
cacing, seperti yang sudah dilakukan oleh petemak sapi di Dusun
Purwodadi, Desa Jemowo, Kecamatan Musuk, Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah. Wilayah ini termasuk kawasan lereng
Merapi sebelah Timur (Media Indonesia, Selasa 7 Juni 2011).
3. Pendidikan Generasi Muda Hindu
a. Bea Siswa SMP/SMA/SMK
Gambaran riil di banyak wilayah atau kantong-kantong
Hindu adalah masyarakat yang miskin. Seolah-olah, agama
Hindu hanya untuk orang miskin ataukah Hindu memang harus
miskin? Meskipun miskin, masih banyak yang berat
meninggalkan agama leluhurnya, walaupun diiming-imingi
kehidupan yang lebih baik. Di banyak wilayah, misalnya di
Jawa, anak-anak yang tinggal jauh di pelosok-pelosok harus
bermimpi untuk meneruskan sekolah, baik SMP maupun
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 117
SMA/SMK. Apalagi, lokasi sekolah yang cukup jauh dan tidak
tersedia transportasi umum; sehingga membutuhkan biaya yang
lebih tinggi.
Tidak ada pilihan, mereka (pria dan wanita) harus rela
menjadi petani yang terisolir dari dunia luar; meneruskan profesi
orang tuanya. Berada di wilayah seperti ini, setiap pagi kita akan
disuguhi pemandangan yang memprihatinkan. Tampak warga,
tua, muda, pria, wanita termasuk remaja putri, berangkat ke
ladang menyabit rumput, dan menggendong atau mengusungnya
pulang untuk makanan ternak.
Untuk perlu perhatian Parisada Pusat/Daerah untuk berani
membuat program terobosan dengan mengajak umat Hindu yang
ekonominya sudah mapan untuk menyisihkan sedikit dana, untuk
membantu mereka memberikan bea siswa, semacam program
lokasamgraha; sesuai yang disebutkan dalam Bhagavadgita
III.25.
b. Bea Siswa Perguruan Tinggi Hindu
Bagi anak-anak Hindu dari berbagai daerah yang berasal
dari keluarga ekonomi lemah; namun memiliki semangat tinggi
untuk meneruskan pendidikannya di Perguruan Tinggi,
khususnya untuk memperdalam agama Hindu; hendaknya
mendapat kesempatan melalui program bea siswa dari Perguruan
Tinggi Hindu yang ada. Memang program ini sudah berjalan dan
sudah menjadi kebijakan beberapa perguruan tinggi. Tetapi di
luar itu masih ada potensi yang jauh lebih menjanjikan, apabila
masyarakat Hindu juga terlibat.
Parisada Pusat bisa lebih memberdayakan program
pemberian bea siswa melalui BDDN (Badan Dharma Dana
Nasional) untuk lebih menyentuh anak-anak SMP/SMA/SMK,
tidak hanya perguruan tinggi. Sementara Parisada Daerah bisa
saja menggali potensi di daerahnya untuk menggerakkan
masyarakat Hindu, dengan membuat program bea siswa bagi
anak-anak dari keluarga ekonomi lemah di wilayahnya masing-
masing. Di daerah-daerah tertentu di Jawa masih banyak umat
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 118
Hindu yang profesinya tukang becak, atau petani yang tidak
punya tanah, dan juga tidak bisa menjadi penggarap; yang
hidupnya menjadi pencari kayu bakar di hutan-hutan di sekitar
tempat tinggalnya.
4. Pemberdayaan Pinandita di Luar Bali
a. Tatanan Pinandita
Di Bali sendiri lebih dikenal dan lebih popular sebutan Jro
Mangku atau pemangku daripada pinandita. Menurut seorang
narasumber (?) sebutan pinandita mulai muncul karena
pemangku yang melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan
oleh pandita. Kalau di Bali kita mendengar ada sebutan Jro
Mangku Alit (yunior) dan Jro Mangku Gede (senior); maka di
luar Bali lebih dikenal istilah umum pinandita, tanpa ada embel-
embel yunior maupun senior.
Tidak demikian halnya dengan masyarakat Hindu di
beberapa wilayah berikut. Di Kawasan Tengger misalnya,
sekarang ini pemimpin upacara Hindu terdiri dari pemangku atau
pinandita; selain itu pemimpin upacara yang sekaligus juga
menjadi pemimpin adat yang disebut dukun. Kalau proses
menjadi seorang pemangku atau pinandita melalui pewintenan,
maka proses menjadi dukun juga melalui acara yang disebut
dengan mulunen (ujian dihadapan umat Hindu Tengger, baik dari
Brang Kulon -Pasuruan/Lumajang/Malang - maupun dari Brang
Wetan-Probolinggo), setelah sebelumnya melakukan proses
sadhana yang disebut diksa widhi. Mulunen ini dilaksanakan di
Pura Luhur Poten tengah malam menjelang Yajna Kasada di
pagi hari. Walaupun di Kawasan Tengger ada Ketua Paruman
Dukun se Kawasan Tengger, dan juga ada seorang dukun sepuh
yaitu Romo Pandita Dukun Asta Brata; sejauh ini belum ada
penataan “ranking” dukun, seperti misalnya dukun muda, dukun
madya, dan dukun sepuh. Sehingga walaupun masih pemula baik
dalam pengetahuan dan pengalaman dalam melayani umat
(lokapalasraya); statusnya setara, sama-sama dukun.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 119
Demikian juga para pemangku atau pinandita yang
tergabung dalam Pinandita Sanggraha Nusantara, belum ada
tanda-tanda bahwa diantara mereka ada “ranking” berdasarkan
senioritas dan pengalaman melayani umat. Tampaknya, sepintas
semua anggota memiliki status yang sama, artinya seolah-seolah
hak dan kuajibannya sudah sama. Demikian juga di Jawa Tengah
(misalnya Klaten), ada istilah pemangku, ada pinandita, dan ada
wasi. Semuanya memimpin upacara, ini juga tidak jelas
“ranking” nya.
Sementara, kalau tidak salah di Kaharingan ada
tingkatannya (mungkin ada balian dan basir). Juga di masyarakat
Hindu etnis Dayak Meratus di Kalimantan Selatan, ada tingkatan
pemimpin upacara, yaitu Balian Muda, Balian Tangah, Balian
Tua dan Guru Jaya (didampingi Padati). Guru Jaya dianggap
sebuah posisi tertinggi dalam tatanan pemimpin upacara, dan
dianggap mampu berkomunikasi dengan Tuhan.
Menyikapi beragamnya kondisi tadi, Parisada
Pusat/Daerah seyogyanya meneliti dan menata beberapa kondisi
yang mungkin bisa ditata, agar ada kejelasan tentang “posisi”
spiritual mereka; mengingat figur-figur ini adalah ujung tombak
yang langsung berhadapan dengan umat.
b. Pinandita yang Mandita dan Pandita Yang Spiritualis
Keberadaan Pandita yang jumlahnya terbatas dan
terkonsentrasi di Bali, menyebabkan situasi yang tak
terhindarkan di mana, Pinandita harus memimpin upacara dari
awal hingga akhir; sementara ada bagian upacara tersebut yang
biasanya dipimpin oleh seorang Pandita. Jadi, seorang Pinandita
yang berada di wilayah-wilayah yang sulit dicapai, seperti di
pegunungan atau di kepulauan; maka ia akan melakukan
kegiatan yang biasanya dilakukan seorang Pandita. Oleh karena
itu menjadi seorang Pandita harus benar-benar dari hati yang
paling dalam, sebagai sebuah swadharma untuk pengabdian,
bukan karena pelarian dari suatu masalah; dan juga bukan
sambilan. Karena kalau bukan untuk pengabdian, maka akan
muncul Pinandita yang tidak pernah menyadari
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 120
kepinanditaannya. Hanya bangga dengan busana khas yang
berwama putih, selalu ingin duduk di depan, miskin pengabdian
karena tidak pernah ingin terus belajar; nantinya Pinandita
seperti ini justru hanya menjadi simbol keangkuhan.
Dalam Munas I Pinandita Sanggraha Nusantara, Sekum
Parisada Pusat (I Nengah Dana) menegaskan bahwa bukan
sesuatu yang salah apabila seorang Pinandita melaksanakan
tugas seorang Pandita sesuai kewenangan yang diberikan oleh
Nabenya. Pinandita tersebut dikatakan Pinandita yang Mandita.
Apalagi, seorang pemimpin upacara yang memimpin seluruh
rangkaian upacara karena merupakan tradisi masyarakat dan
dipercaya untuk melakukan itu, seperti halnya masyarakat Hindu
Tengger, Kaharingan, Meratus, Toraja, Sidrap/Tolotang dan
lainnya; maka tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa itu
tidak benar. Itu sah-sah saja.
Oleh karena itu, Sabha Pandita Parisada Pusat seyogyanya
mengeluarkan bhisama bahwa seorang Pinandita tidak dibatasi
kewenangannya, dengan alasan tertentu; sepanjang Pinandita itu
memiliki kapabilitas dan kualitas yang memadai, dan umat tidak
keberatan dipimpin seorang Pinandita dalam melaksanakan
Panca Yajna. Tentu, cara-cara, mekanisme, rangkaian prosesi
serta peralatan yang digunakan seorang Pinandita mungkin saja
berbeda dengan seorang Pandita. Pinandita yang sudah seperti
itu, harus berani mempertanggungjawabkan pekerjaannya
kepada umat yang dilayaninya. Misalnya, seorang Pinandita atau
Pemangku yang kesehariannya bertugas di Pura Dalem, maka ia
berhak memimpin upacara ngaben sejak awal hingga tuntas,
sepanjang umat yakin dan memintanya untuk itu, serta tidak
bertentangan dengan kearifan lokal.
Sulinggih atau Pandita sebagai sebuah lembaga patut
dihormati dan disucikan; oleh karena itu figur-figur yang duduk
di dalam lembaga ini patut selalu menjaga serta meningkatkan
kesucian diri, melalui proses pembelajaran untuk melangkah
menjadi spiritualis sejati. Ini merupakan harapan dan
kebanggaan umat Hindu terhadap kelompok orang-orang
sucinya. Menurut pustaka suci Hindu (Manawa Dharmasastra),
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 121
seorang Sulinggih atau Pandita adalah figur yang sudah suci
karena sudah melalui proses dwijati (kelahiran yang kedua kali),
yaitu pertama lahir dari rahim seorang ibu, dan yang kedua lahir
dari rahim Tuhan sendiri, yaitu kelahiran spiritual.
Seseorang dikatakan dwijati bukan karena sekolahnya
tinggi (sujana), bukan karena hafal mantram-mantram Weda,
bukan karena upacara besar; tetapi karena perilakunya. Ini
menjadi penting, karena dengan gejolaknya jaman yang semakin
tidak terkendali, manusia mulai menjadi liar dalam perilaku;
walaupun mengaku beragama dan paling dekat dengan Tuhan.
Demikian pula seperti yang sudah diingatkan dalam Nitisastra
bahwa pada jaman Kali ini bermunculan pandita-pandita palsu.
Tentu kita tidak ingin kalau di antara figur-figur Sulinggih atau
Pandita atau Dwijati sebagai orang suci terkontaminasi dan
termasuk kelompok Pandita palsu.
Oleh karena itu, ada baiknya apabila Parisada Pusat terus
melaksanakan pendidikan spiritual melalui Pasraman Pinandita
dan Pandita; tidak hanya untuk para walaka dan Pinandita tetapi
juga para Pandita. Tentu untuk para Pandita itu model dan
materinya sangat berbeda. Ini sangat penting. Sehingga, kita
tidak akan pemah mendengar kata-kata nyinyir yang menyindit
seorang Pandita yang terperangkap oleh uang melalui berbagai
perilaku yang tidak terpuji. Lalu ketika diingatkan, malahan
marah dan mengancam umat, sehingga akhirnya umat akan
menilai buruk terhadap Pandita yang bersangkutan. Bahkan umat
akan merasa lebih nyaman dengan melaksanakan upacara yang
dipimpin oleh seorang Pemangku. Dan ini terjadi.
5. Usulan Rekomendasi
(1) Dengan mengacu kepada sumber seperti acara (tradisi yang
baik), atmanastuti (keheningan hati); kebiasaan turun temurun,
seperti sastra dresta, desa dresta, loka dresta, kuna/purwa
dresta dan kula dresta; konsep naturalisasi, yaitu desa, kala,
patra, serta berdasarkan kondisi riil di lapangan, dan juga
sebagai penghargaan terhadap budaya lokal; bahwa kearifan
lokal belum sepenuhnya diapresiasi; maka Parisada Pusat/Daerah
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 122
wajib memotivasi umat Hindu di luar Bali untuk mewujudkan
kearifan lokal dalam bentuk tradisi/budaya Hindu yang dikemas
dalam berbagai aspek, termasuk di dalamnya, (1) busana, (2)
sesaji, (3) ritual/upacara, (4) hari raya, (5) tempat ibadah.
(2) Dengan mengacu kepada konsep tat twam asi (kesetaraan) dan
kebhinekaan tradisi/budaya Hindu Nusantara, maka Parisada
Pusat/Daerah perlu mengumpulkan data tentang jenis-jenis
(nama-nama) busana lokal (di luar Bali) yang menjadi ciri khas
busana umat Hindu lokal, untuk memperkaya budaya Hindu
daerah di Nusantara ini. Misalnya, busana khas Jawa Tengah
(Solo), Yogyakarta, Jawa Timur (Banyuwangi, Tengger,
Madura), Jawa Barat (Pasundan/Galuh, Banten, Kanekes/Badui,
Sagandu), Kalimantan (Kaharingan, Meratus), Sulawesi Selatan
(Sidrap/ Tolotang, Bugis, Mandar), Sulawesi Tengah (Toraja),
Sulawesi Tenggara (Buton, Selayar), Maluku (Tual, Burn), serta
Sumatra Utara (Karo, India Tamil). Busana-busana ini harus
diteliti dan digali makna serta filosofis dan historisnya. Bagi
mereka, dengan mengenakan busana-busana yang khas sebagai
warisan leluhurnya, akan menjadi kenangan dan penghormatan
kepada para leluhur; dan ini akan semakin memperlihatkan
kepribadian serta jati dirinya. Alangkah indahnya Hindu, apabila
di areal suci seperti Pura terlihat warna-warni indah dari
beragam busana yang dikenakan.
(3) Dengan mengacu kepada Bhagavadgita IX.26 tentang inti/pokok
dari wujud persembahan, yang hanya terdiri dari unsur-unsur
daun, bunga, buah dan air (patram, puspam, phalam, toyam),
yang dikemas dan ditata indah; maka Parisada Pusat/Daerah
perlu mengumpulkan data tentang:
a. Sesaji lokal non Bali yang sudah mentradisi di setiap
wilayah, seperti di Banyuwangi, Gresik, Malang, Kediri,
Blitar, Tengger (Brang Wetan dan Brang Kulori), Klaten,
Karanganyar, Solo, Yogyakarta, Sidrap/Tolotang, Toraja,
Meratus, Kaharingan dan lainnya. Di Jawa Timur, sudah ada
referensi tentang sesaji lokal yang dikenal dengan Sesaji
Sangkan Paran. Sesaji ini kemudian harus diteliti untuk
digali makna dan filosofisnya dalam ajaran Hindu, walaupun
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 123
sepintas tampak berbeda, umumnya berbagai sesaji warisan
leluhur Nusantara tetap memiliki kesamaan, seperti misalnya
penggunaan daun sirih, kapur sirih, tembakau dan buah
jambe atau berbagai jenis bumbu dapur. Walaupun, sejauh
ini sesaji di luar Bali tidak memiliki referensi seperti halnya
di Bali, namun bukan berarti itu tidak valid; karena itu sudah
mentradisi/membudaya dan turun temurun. Dan, bukan
berarti sumber sastranya tidak ada; nyatanya semua sastra itu
tersimpan di Keraton Kasunanan Surakarta masih dalam
tulisan Jawa Kuno; yang setiap saat bisa direproduksi untuk
kemudian diterjemahkan ke dalam tulisan latin, baik bahasa
Jawa atau bahasa Indonesia.
b. Sesaji model Bali yang sudah berkembang luar biasa di Bali,
bahkan sudah menyebar di luar Bali, juga perlu dikaji
kembali, khususnya untuk wilayah di luar Bali yang
terbentur karena lemahnya ekonomi, yang seringkali tidak
mampu mengikuti gebyar upacara seperti di Bali (baca: yang
umumnya dilakukan oleh umat Hindu etnis Bali). Karena
nyatanya, cukup banyak umat Hindu etnis Bali sendiri, baik
yang berdomisili di Bali maupun di luar Bali, tidak mampu
atau enggan mengikuti ritual-ritual yang tidak pernah
dimengerti, karena sesaji yang beragam dan jumlahnya luar
biasa banyak. Sementara, seringkali dikemukakan bahwa
Hindu tidak mempersulit penganutnya dengan sesaji-sesaji
yang tidak dikenalnya, yang nantinya hanya dianggap
sampah belaka. Tentu, tidak semua umat Hindu beranggapan
demikian, arti nya yang merasa mampu; tidak akan
merasakan hal itu sebagai sebuah tekanan yang membebani.
Mengkaji kembali bukan berarti merubah, lalu
menghilangkannya; juga bukan berarti menyederhanakan
tetapi justru membuat pilihan yang baru sebagai terobosan
dan pola yang lebih mudah untuk menyampaikan makna
filosofis yang lebih menarik dan sangal logic. Caranya, tidak
sulit, yaitu dengan membedakan beberapa jenis sesaji.
(i) Kembalikan wujud sesaji yang penuh keindahan dan
keunikan itu kepada unsur-unsur atau elemen inti atau
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 124
pokok. Untuk itu akan ada misalnya, jenis sesaji inti
(pokok) dan sesaji harapan. Sesaji inti atau pokok ini
harus hadir dalam setiap upacara, tentu bisa lengkap atau
sesuai situasi. Contohnya, byakala, durmanggala, dan
prayascitta. Sementara sesaji harapan, sesuai dengan
acara; contohnya berbagai jenis sesayut (sesuai dengan
kasus, misalnya pawiwahan memerlukan sesayut
penganten).
(ii) Lalu ada sesaji untuk menembus alam atas (sapta loka)
seperti misalnya daksina atau daksina pejati; dan yang
menembus alam bawah serta menjinakkan penghuni
dimensi alam bawah (sapta patala); misalnya segehan
atau caru.
(iii) Jenis sesaji yang lain, misalnya ada sesaji sebagai
persembahan, seperti misalnya sesayut amerta dewa,
tumpeng pitu, dan ada sesaji saksi upacara (pesaksi),
seperti daksina pejati (saksi Siwa Raditya atau Surya)
atau sesayut tri murti (saksi leluhur dengan api linting).
(iv) Lalu ada lagi sesaji pembersihan/penyucian diri
(mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos), terdiri
dari sesaji pokok tadi, yaitu byakala, durmanggala, dan
prayascitta.
Paling tidak terobosan baru ini akan bisa menjadi acuan bagi
setiap keluarga dan memberikan pemahaman bahwa ritual
Hindu itu tidak harus njlimet, ruwet, dan menakutkan,
terutama bagi generasi muda dan umat Hindu yang baru
bergabung. Kesimpulannya, sesaji setiap upacara (panca
yajna) apapun itu akan selalu berisikan sesaji inti/pokok
yaitu byakala, durmanggala, dan prayascitta pembersihan/
penyucian diri dan alam sekitar); lalu ditambah dengan sesaji
larapan, yaitu sesayut yang jumlahnya sesuai dengan kasus,
dan banten pesaksi, yaitu daksina pejati (sekaligus
menembus alam atas) dan segehan (menembus alam bawah
dan menjinakkan penghuni dimensi alam bawah), dan sesaji
persembahan.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 125
(4) Mengingat bahwa menebarnya dharma dalam wujud ritual di
setiap jaman, di setiap wilayah di permukaan bumi ini tidak
sama karena berbagai faktor seperti geografis, iklim, sejarah
peradaban, dan daya serap serta lainnya; maka kita tidak
mungkin menolak ketika di berbagai wilayah, seperti di
Nusantara ini pelaksanaan ritual akan berbeda. Mesir Kuno,
misalnya, memuja Dewa Ra (Raditya - Dewa Matahari), Jepang
memuja Amaterasu (Dewa Matahari), suku bangsa Maya
memuja Agni (api) dan lainnya. Namun, semuanya itu adalah
ritual Hindu; walaupun sumber sastranya tidak sejelas di Bali.
Walaupun demikian, tidak berbeda dengan sumber sastra untuk
sesaji Jawa misalnya, untuk ritual Jawa juga tersimpan rapi di
Keraton. Untuk itu, Parisada Pusat/ Daerah harus sudah memulai
untuk meneliti ke daerah-daerah, mengumpulkan data tentang
berbagai jenis ritual/upacara yang nantinya dibagi-bagi, sesuai
dengan Panca Yajna. Misalnya di Tengger ada Yajna Kasada,
Unan-Unan, Karo serta ritual- ritual lain yang khas lokal. Lalu di
Prambanan, setiap tahun ada ritual Tawur Agung, di Candi
Cetho ada ritual Mondosio, dan ini akan memperkaya dan
semakin menunjukkan bahwa Hindu memang pernah besar di
Nusantara. Upacara-upacara khas yang bernuansa nasional
bahkan global, seperti Kasodo dan Mondosio bisa disetarakan
dan didukung agar menjadi ritual berskala nasional seperti
Tawur di Prambanan. Ini adalah cara mudah untuk
membangkitkan semangat umat; khususnya umat Hindu di Jawa
untuk kembali ke rumahnya sendiri (kembali menjadi umat
Hindu). Contoh lainnya adalah ritual-ritual yang dilakukan oleh
umat Hindu etnis India Tamil dan Tionghoa harus diapresiasi
dan dicatat dengan jelas oleh lembaga, termasuk ritual-ritual
Hindu Nusantara. Setiap tahun umat Hindu Tionghoa di Jakarta
melaksanakan ngaben masal (ngentas) bagi roh-roh
gentanyangan yang tidak terurus dan tidak dikenal, ritual ini
namanya Poo Too; dilaksanakan di Pura Chikung Bio.
(5) Perkembangan budaya Hindu karena berbagai faktor termasuk
historis, yang diwujudkan dengan memilih hari-hari tertentu
yang disucikan, menjadi sebuah hari raya. Sehingga berbagai
etnis di permukaan bumi yang pernah tersentuh oleh getar-getar
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 126
kehinduan akan mempunyai hari raya yang beragam; demikian
pula masyarakat Hindu masa silam di Nusantara ini. Dan ini tak
terhindarkan. Oleh karena itu, Parisada Pusat/Daerah seyogyanya
juga mendata semua hari-hari raya yang diperingati oleh umat
Hindu dari berbagai etnis di Nusantara ini, termasuk misalnya
Dipavali, Nawaratri, Wijayadasami, Guru Purrnima dan
lainnya, yang selama ini hanya dirayakan oleh umat Hindu
India/Tamil; sehingga umat Hindu paham bahwa hari raya Hindu
di Nusantara ini tidak hanya Nyepi, Galungan & Kuningan,
Siwaratri, Saraswati, dan Pagerwesi saja. Dengan demikian
seluruh umat Hindu dari berbagai etnis di Nusantara ini mengerti
bahwa hari raya Hindu tidak hanya yang dirayakan oleh umat
Hindu etnis Bali saja. Sehingga tidak ada lagi, pernyataan dari
umat Hindu yang tidak merasakan bahwa Nyepi adalah hari raya
Hindu di Nusantara. Bukan hanya “milik” orang Bali saja,
karena sudah menjadi libur nasional. Perihal ada umat Hindu
yang tidak melakukan Catur Brata Penyepian saat Nyepi, itu
pilihan masing-masing; tidak ada paksaan.
(6) Untuk tempat ibadah, maka Parisada Pusat/Daerah harus
memberikan kebebasan sesuai dengan tradisi masing-masing
wilayah untuk mendirikan tempat ibadah. Untuk umat Hindu
etnis Bali atau sebagian etnis Jawa di wilayah Timur memilih
untuk membangun Pura model Bali. Ya, tidak apa-apa. Tetapi
kalau umat Hindu etnis Jawa di Jawa Timur, Tengah atau Jawa
Barat, kemudian ingin membangun Sanggar Pamujan, Pura atau
Candi atau kombinasi keduanya, tetap harus didukung. Umat
Hindu India/Tamil, sudah memiliki Mandir yang tertutup, umat
Hindu Sikh sudah memiliki tempat ibadah model India yang
tertutup, umat Hindu Kaharingan memiliki Bale Basarah untuk
sembahyang, umat Hindu di Meratus sudah memiliki Bale Adat
dan lainnya, tetap juga tetap harus didukung. Satu hal lagi,
terkait dengan tempat ibadah ini, Parisada Pusat/Daerah harus
mensosialisasikan kepada seluruh umat Hindu, khususnya umat
Hindu etnis Bali, apabila diundang untuk menghadiri ritual oleh
umat Hindu non Bali, hendaknya tidak menghindar. Kalau kita
menginginkan mereka hadir di Pura, maka kita juga harus hadir
apabila diundang. Khusus, misalnya untuk umat yang merasa
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 127
sangat asing, seperti umat Hindu Kaharingan di Kalimantan
Tengah, ke depan nanti, apabila membangun tempat ibadah,
idealnya di areal itu dibangun dua jenis tempat ibadah, yaitu
Pura model Bali dan Bale Basarah. Sehingga, apabila ada acara
di Bale Basarah, umat Hindu etnis Bali akan hadir, dan apabila
ada acara di Pura, umat Hindu Kaharingan juga akan hadir, tanpa
rasa sungkan.
(7) Parisada Pusat/Daerah seyogyanya mensosialisasikan bahwa
idealnya tempat ibadah secara alami maupun spiritual harus
menyatu dengan alam setempat. Untuk itu, umat harus
memahami bahwa setiap wilayah memiliki karakter alam serta
budaya dan tradisi masa lalu yang berbeda dengan wilayah lain.
Ibarat menanam biji, yang harus disesuaikan dengan kondisi
tanah, dan iklim setempat; barulah tanaman itu akan subur dan
hasilnya sesuai harapan. Demikian juga, apabila di sebuah
wilayah sudah terdapat peninggalan atau warisan masa silam
berupa situs seperti candi misalnya, maka wilayah itu akan tepat
apabila dibangun tempat ibadah sesuai dengan situs yang
menjadi ikon di wilayah itu. Misalnya, di wilayah Blitar ada
Candi Penataran, maka idealnya Pura yang dibangun di wilayah
Blitar seharusnya menggunakan Candi Penataran sebagai acuan.
Atau di wilayah lereng Lawu misalnya, idealnya pembangunan
tempat ibadah Hindu mengacu kepada Candi Cetho. Untuk
wilayah Jawa Barat, yang memposisikan gunung sebagai tempat
suci leluhur atau kabuyutan, maka tempat ibadah di bangun di
pegunungan, dengan bangunan utama sebuah candi, meniru
Candi Cangkuang. Pola-pola ini secara tidak disadari akan
mengingat kembali budaya/tradisi leluhur sebagai penganut
Hindu di masa lalu. Ini merupakan sentuhan yang sangat berarti
dan bermakna; sehingga dengan mudah mereka yang leluhurnya
Hindu, akan kembali dengan sendirinya. Ini sudah terbukti.
(8) Di beberapa wilayah pegunungan, khususnya di pulau Jawa,
masih bertebaran situs-situs Hindu yang merupakan bukti bahwa
di masa lalu Hindu memang pernah besar. Situs-situs ini tidak
terurus, yang bahkan semakin lama semakin hancur dan hilang.
Secara spiritual, situs-situs ini memiliki energi spirit yang masih
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 128
dimanfaatkan oleh sekelompok umat Hindu dalam melakukan
sadhana (latihan spiritual). Tempat-tempat itu misalnya berada
di Jawa Timur (Gunung Raung, Gunung Penanggungan,
pegunungan Tengger/ Bromo/ Semeru, Gunung Arjuna, Gunung
Wilis), Jawa Tengah (Gunung Lawu, Gunung Merbabu) dan
Yogyakarta, serta Kalimantan Selatan. Untuk itu, Parisada Pusat/
Daerah harus memotivasi dan mendukung agar umat-umat di
wilayah tersebut melakukan ritual lokal untuk “menghidupkan”
atau membangkitkan kembali serta menjaga kesakralan situs
situs itu sebagai sumber energi yang memberikan kenyamanan
dan kedamaian jiwa. Jangan kemudian kegiatan ini sebagai
sebuah penyimpangan dari ajaran Hindu. Ini benar-benar logic
dan masuk akal, serta bisa dijelaskan. Ini juga merupakan salah
satu cara untuk menyadarkan warga di sekitarnya untuk kembali
kepada ajaran leluhurnya.
(9) Pemerintah sangat berkepentingan dengan keberadaan situs-situs
yang menggambarkan kebesaran Hindu di masa lalu, yang sudah
dikelola oleh Kemenbudpar, seperti Candi Prambanan, Candi
Dieng (Jawa Tengah), Candi Sambisari, Candi Ijo (Yogyakarta),
Candi Penataran, Candi Jolotundo, Candi-candi di Trowulan
(Jawa Timur); kerena situs-situs ini berpotensi menjadi tujuan
wisata spiritual umat Hindu. Untuk itu, Parisada Pusat/Daerah
perlu membuka akses dengan Pemerintah Daerah dan Dinas
Pariwisata Daerah untuk meminta ijin tertulis agar umat Hindu
diberikan keleluasaan untuk melakukan persembahyangan, tanpa
haras “dikejar-kejar” oleh petugas keamanan. Tentu, umat Hindu
tidak keberatan untuk membayar tiket masuk sesuai aturan,
untuk kepentingan pemeliharaan situs-situs tersebut. Khusus
untuk Candi Prambanan yang setiap tahun digunakan untuk
ritual Tawur Agung Nasional, saat Tawur Agung tahun 2010,
Gubernur Jawa Tengah dalam sambutannya telah mengukuhkan
Candi Prambanan sebagai sentral peribadatan umat Hindu, tidak
hanya dalam skala nasional tetapi juga internasional. Ia juga
menyampaikan bahwa candi-candi lainnya akan diperlakukan
sama. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban Parisada
Pusat/Daerah untuk menindaklanjuti perhatian yang diberikan
oleh Gubernur Jawa Tengah. Seperti halnya, yang dilakukan oleh
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 129
Gubernur DKI Jakarta, bahwa sejak tahun 2010, umat Hindu
diijinkan untuk melaksanakan ritual terkait Nyepi di kawasan
Monas, Jakarta.
(10) Terkait dengan sejarah Agama Hindu di Indonesia, yang selama
ini diakui secara resmi bahwa kerajaan Hindu pertama adalah
Kutei; maka kini ada indikasi bahwa sebelum masa Kutei
Kartanegara, di Jawa Barat telah berdiri kerajaan Hindu tahun
130 Masehi, yaitu kerajaan Salakanagara. Bahkan di kawasan
Tanah Karo, pada abad ke satu sudah ada kerajaan Hindu Haru.
Walaupun temuan ini mungkin tidak bisa diterima oleh para
arkeolog Indonesia, dan dianggap bahwa sumbernya tidak
benar; namun kenyataannya secara fisik ada peninggalan itu ada
di wilayah Jawa Barat dan juga di Tanah Karo. Barangkali,
Parisada Pusat/Daerah perlu mengingatkan umat Hindu di
wilayah Jawa Barat dan Sumatra Utara, bahwa ada isu penting
tentang kerajaan Hindu yang sangat tua di Jawa Barat dan
Tanah Karo ini, jauh sebelum kerajaan Kutei.
(11) Sangat dipahami bahwa perjalanan sejarah dan peradaban
bangsa ini telah menimbulkan berbagai gejolak dan berdampak
juga terhadap kelompok-kelompok sosial, seperti keberadaan
kelompok masyarakat adat yang dianggap tidak beragama atau
yang di kategorikan sebagai kelompok kepercayaan. Kelompok-
kelompok yang “tidak beragama” ini tersebar luas di Nusantara
ini. Hidup mereka termarjinalkan dan dianggap rendah oleh
kelompok yang teorganisasi dalam kelompok orang-orang
“beragama”. Kelompok masyarakat adat atau kepercayaan ini
seringkali tidak mendapat pelayanan Negara melalui
departemen-departemen. Tetapi lucunya, suara mereka akan
sangat berharga untuk Pemilu maupun Pemilukada. Tetapi tidak
berharga, bagi kelompok masyarakat adat yang tidak memiliki
kartu tanda penduduk. Masyarakat adat di berbagai daerah
(yang dimanfaatkan oleh Kemenbudpar sebagai obyek
pariwisata) secara rutin melaksanakan ritual-ritual yang terkait
dengan alam seperti misalnya, masyarakat adat di Cigugur,
Kabupaten Kuningan, Dayak Hindu Budha (Bumi Sagandu) di
Indramayu, masyarakat sekitar Gunung Penanggungan.
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 130
Parisada Pusat/Daerah sepatutnya menaruh perhatian dan selalu
berusaha untuk hadir mewakili umat Hindu untuk memberikan
apresiasi terhadap kegiatan mereka, yang bertujuan memelihara
alam, seperti Saren Taun (pemujaan Dewi Sri) di Cigugur,
Ruwat Bumi di Bumi Sagandu, Ruwat Sumber Banyu di
Penanggungan.
(12) Struktur organisasi Kementrian Agama agak berbeda dengan
kementrian lain, sehingga berpengarah terhadap kebijakan-
kebijakan. Maksudnya, mungkin hanya di Kementrian Agama
saja jabatan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama
(KaKanWil Kemenag) di provinsi yang tidak berada di bawah
Direktur Jenderal Bimbingan (Dirjen Bimas) Hindu, Islam,
Kristen, Katolik, dan Buddha. Secara struktural Kakanwil
berada di bawah Sekretaris Jenderal Kementrian Agama
(Sekjen Kemenag). Kondisi ini sering dianggap bahwa
Pembimas tidak ada hubungan dengan Dirjen, karena atasannya
adalah KaKanWil, bukan Dirjen. Khususnya ini terjadi di
lingkungan Hindu, maka tidaklah aneh kemudian apabila
seorang Pembima akan tidak loyal, dan berani berkata,
“Silahkan saja saya dipindahkan atau diganti, asal Dirjen bisa
melewati KaKanWil”. Dan bahkan seorang Pembimas berani
berkata, “Aku siap diadili di lapangan. Aku memang korupsi,
tetapi atasanku juga korupsi”. Entah apa yang dimaksud. Dan
kedekatan atau hubungan yang akrab antara seorang Pembimas
dengan KaKanWil, akan lebih membuat Pembimas lupa akan
tanggung jawabnya terhadap umat. Walaupun dalam kenyataan,
hubungan ini terlihat jelas apabila umat mengajukan proposal
untuk kegiatan tertentu, proposal tersebut harus
diketahui/disetuji oleh Pembimas, sebelum dikirim ke Dirjen.
Mungkin perlu dipertimbangkan untuk menunjuk jabatan
seorang Pembimas atau penyuluh diperlukan kontrak loyalitas
dan janji kepedulian terhadap tugas dalam melayani umat.
Mungkin perlu dipertimbangkan di masa depan, pemilihan
seorang pejabat Pembimas harus hati-hati, tidak hanya karena
senioritas atau karena pertimbangan-pertimbangan tanpa
landasan yang kuat. Perlu, misalnya seorang Pembimas, yang
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 131
loyal, berani, pekerja keras dan cerdas serta cerdik, jujur, dan
sensitif serta tidak sektarian. Jangan sampai terlihat seorang
Dirjen tidak punya gigi terhadap perilaku seorang Pembimas,
karena seolah-olah Dirjen tidak berkutik. Dan tentunya ini
merupakan masalah internal Pemerintah, terkait dengan
kebijakan yang tidak mungkin dicampuri oleh siapapun.
Oleh karena itu, seyogyanya pejabat Pembimas harus benar-
benar orang yang memiliki moral dan loyalitas serta kepedulian
terhadap agamanya. Pembimas, sebagai wakil pemerintah
berperan besar sebagai fasilitator yang memiliki program dan
merupakan sumber pendanaan bagi lembaga umat dalam
membina umatnya. Pemerintah tidak harus mengurusi umat
hingga sedalam-dalamnya; karena ini akan membuat
Pemerintah tidak lagi sebagai fasilitator, tetapi sudah
mengambil fungsi lembaga keumatan. Dan kita harus berani
jujur dan membuka mata, bahwa seringkali terjadi
ketidakcocokan antara Pembimas dengan Ketua Parisada
Daerah. Dan jelas ini sangat merugikan umat.
Dengan demikian, seperti yang sering disampaikan oleh
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu (Dirjen Bimas
Hindu), maka dalam menyelenggarakan program-programnya,
Pembimas harus berkoordinasi dengan lembaga umat (Hindu)
seperti Parisada Daerah. Terkait dengan fungsi ini, Parisada
Daerah bisa ikut berpartisipasi sebagai berikut.
(a) Parisada bisa berpartisipasi untuk menjalankan fungsi
kontrol dalam menguatkan serta mengingatkan dan ikut
mengontrol dan menilai agar pelaksanaan program-program
itu benar-benar menyentuh dan bermanfaat bagi umat
Hindu. Sehingga, pelaksanaan program-program ini benar-
benar efektif, termasuk jadwal yang akurat; dan tidak
menimbulkan kesan hanya untuk menghabis-habiskan
anggaran saja. Kalau dalam melaksanakan fungsi ini,
Parisada menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
tujuan, maka Parisada harus membahasnya langsung
dengan Pembimas. Seandainya terjadi perbedaan pendapat
yang tidak bisa diselesaikan secara musyawarah, maka
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 132
sebaiknya Parisada Daerah menyampaikan hal ini kepada
Dirjen secara tertulis dengan bukti-bukti yang valid, tidak
dengan publikasi atas penyampaian lisan di forum-forum
resmi. Karena seperti yang ditegaskan oleh Dirjen Bimas
Hindu di berbagai kesempatan, hanya dengan penyampaian
tertulis kepada Dirjen Bimas Hindu dengan tembusan ke
Parisada Pusat, barulah akan cukup kuat untuk
ditindaklanjuti. Tanpa bukti-bukti yang valid, maka Dirjen
tidak akan bisa menentukan kebijakan setelah melalui lobi
dengan KaKanWil. Ini sudah pernah dilaksanakan
sebelumnya, dan hasilnya sesuai harapan. Walaupun,
sebenarnya pihak Dirjen juga mestinya “jemput bola” tidak
hanya menunggu, seperti yang sering didengungkan bahwa
perannya adalah pelayan umat, bukan majikan umat. Entah
mengapa, para pejabat kita kok masih malu-malu
melakukan ini.
(b) Parisada juga wajib mengontrol penyaluran dana bantuan
Pemerintah Daerah untuk program pembinaan umat Hindu,
yang pendistribusiannya lewat jalur Pembimas; yang
diwujudkan dengan pelatihan-pelatihan, orientasi-orientasi,
kegiatan keagamaan atau bantuan untuk lembaga-lembaga
keagamaan Hindu. Seharusnya ada keterbukaan dan
kerjasama yang baik antara Pembimas sebagai fasilitator
dan penyandang dana dengan Parisada sebagai lembaga
penggerak dan motivator bagi umat Hindu. Di masyarakat
Hindu, yang lebih kental dan dekat serta memiliki otoritas
untuk mengarahkan umat adalah Parisada. Mudahnya,
Parisada adalah otoritas yang diakui keberadaannya oleh
Pemerintah sebagai majelis tertinggi Agama Hindu; yang
memiliki umat.
(c) Parisada juga harus memonitor gerak langkah Pembimas
dan penyuluh yang seringkali dibutuhkan oleh umat untuk
memberikan pencerahan melalui acara-acara tertentu. Fakta
di lapangan membuktikan ada petugas-petugas yang
seringkali dengan berbagai alasan enggan hadir ketika
diundang oleh umat. Apabila ditemukan petugas-petugas
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 133
yang terbukti berperilaku seperti ini, dengan bukti-bukti
yang valid, selanjutnya harus dilaporkan kepada Dirjen
Bimas Hindu.
Jadi kesimpulannya, kalau memang masih peduli kepada
kemajuan umat Hindu, Pembimas/Penyuluh dan Parisada
Daerah harus sejalan dan terbuka, tidak saling
menyembunyikan sesuatu. Dan kedua pihak ini harus sadar
bahwa keberadaan mereka untuk melayani umat tanpa
muatan-muatan pribadi atau kelompok, tidak harus dilayani
serta tidak pernah berpikir untuk mengkhianati harapan
umat.
(13) Usai menyelesaikan pendidikan usia dini putranya di sebuah TK
umum yang bernuansa Hindu di Jakarta (siswanya ada yang
beragama non Hindu), yang kebetulan sudah terakreditasi A;
orang tuanya menginginkan agar putranya meneruskan
pendidikan dasar tingkat SD di sekolah yang berpredikat RSBI
(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Yayasan yang
mengelola TK umum bemuansa Hindu tersebut juga mengelola
pendidikan dasar tingkat SD yang baru menginjak tahun ke tiga
(baru sampai SD kelas tiga). Putranya tersebut menolak untuk
mengikuti tes di SD RSBI karena mau meneruskan di SD yang
dikelola yayasan tersebut. Orang tuanya berusaha membujuk
putranya dengan berkata, “Apapun yang kamu minta, pasti ibu
belikan, asal kamu mau tes di SD RSBI”. Sang putra menolak
dan malahan berbalik berkata, “Apapun yang mama minta, pasti
aku berikan, asal aku boleh sekolah di sini”. Kalau aku nanti
sekolah disana, nanti kan pelajaran agamanya bukan Hindu.
Sang ibu pun habis akal, dan menyerah.
Dari contoh nyata tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
lembaga pendidikan bernuansa Hindu berpeluang besar untuk
membentuk landasan jiwa-jiwa yang militan (positif) bagi anak-
anak Hindu. Dengan demikian, keberadaan lembaga-lembaga
pendidikan usia dini yang bernuansa Hindu sangat diperlukan
(khususnya di luar Bali). Tentu, lembaga seperti ini diarahkan
sebagai sekolah umum namun tetap bernuansa Hindu. Siswa
yang beragama non Hindu tetap diterima untuk menerima
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 134
pembelajaran yang sama, namun sesuai dengan UU Sisdiknas
No.20 tahun 2003, maka lembaga wajib menyediakan guru
yang juga beragama sama dengan siswa bersangkutan. Untuk
menopang kualitas agar lembaga memiliki daya saing dengan
lembaga-lembaga sejenis, dibutuhkan tenaga-tenaga yang
benar-benar kompeten dengan kurikulum terpadu dan
penyelenggaraan pendidikan terpadu yang mengacu pada
konsep-konsep Total Quality Management in Education
(Manajemen Terpadu dalam Pendidikan). Di samping itu,
lembaga pendidikan seperti ini akan memiliki dua induk
penopang operasional, yaitu Kementrian Agama dan
Kementrian Pendidikan Nasional; keduanya merupakan sumber
dana untuk pengelolaannya.
Pada akhirnya dengan latar belakang ini, maka Parisada
Pusat/Daerah memiliki tugas untuk lebih giat dan serius untuk
terus menerus mensosialisasikan bahkan kalau perlu
mengeluarkan bhisama agar umat Hindu mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan untuk mewujudkan pendidikan usia dini
yang ke depan akan membentuk jiwa-jiwa Hindu yang
berwawasan luas dan militan. Di sisi lain, Parisada
Pusat/Daerah berkoordinasi dengan Dirjen Bimas Hindu untuk
meningkatkan kualitas guru-guru Agama Hindu untuk
pendidikan usia dini dan pendidikan dasar.
(14) Mengacu pada UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, maka di
sekolah-sekolah umum negeri dari tingkat dasar hingga
menengah yang terdapat siswa Hindu, telah merekrut guru-guru
Agama Hindu untuk memberikan pelajaran Agama Hindu.
Keberadaan seorang guru Agama Hindu di lingkungan non
Hindu seringkali mendapat tekanan dengan berbagai cara;
sehingga tidak jarang guru Agama Hindu yang bersangkutan
menjadi tidak percaya diri; dan menjadi goyah terhadap
keyakinan Hindunya. Bahkan di beberapa daerah telah terbukti
terdapat guru-guru Agama Hindu yang walaupun tetap
mengajar Agama Hindu, karena tuntutan hidup, namun
keluarganya (anak-anak dan istri) telah beralih kepada
keyakinan lain (tidak lagi beragama Hindu). Sedihnya lagi, guru
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 135
Agama Hindu yang bersangkutan secara perlahan-lahan tidak
pemah lagi muncul dalam kegiatan-kegiatan keagamaan Hindu,
khususnya di Pura. Untuk itu, Parisada Pusat/Daerah sepatutnya
berkoordinasi dengan Dirjen Bimas Hindu untuk meningkatkan
kualitas dan mental serta moral para guru tersebut melalui
pelatihan-pelatihan khusus, sehingga benar-benar tegar dan
mampu melaksanakan tugas, tanpa rasa takut karena tekanan-
tekanan lingkungan. Untuk itu diperlukan “shock theraphy”
bagi guru-guru seperti ini. Sementara itu, Parisada Pusat/Daerah
perlu memonitor perilaku guru-guru Agama Hindu yang hanya
mencari makan di ranah Hindu, tetapi tidak memiliki loyalitas;
dan melaporkannya ke Dirjen Bimas Hindu. Kalau tidak salah,
sertifikasi guru-guru Agama Hindu sudah hampir selesai;
sehingga sudah semestinya terjadi peningkatan kualitas yang
dirasakan langsung oleh umat. Kalau masih jauh panggang dari
api, maka sertifikasi ini perlu dipertanyakan.
(15) Dalam berbagai pertemuan di beberapa daerah, terdapat keluhan
dari orang tua, betapa sulitnya mengajak anak-anaknya untuk
mengikuti pembelajaran Agama Hindu di Pasraman (di luar
Bali). Seorang anak terus terang mengatakan bahwa pelajaran
yang paling tidak disukainya adalah Agama Hindu dan bahasa
daerah. Ada juga orang yang sulit menjawab argumentasi
anaknya, bahwa Agama Hindu adalah agama wayang, karena
gurunya di Pasraman dalam mengajarkan Agama Hindu selalu
bercerita tentang wayang. Artinya, ada siswa-siswa Pasraman
yang sulit memahami pelajaran yang disampaikan gurunya,
padahal guru sudah mengikuti kurikulum. Tentu hal ini tidak
bisa dibiarkan. Lagi-lagi menyangkut kualitas guru Agama
Hindu, mungkin pola mengajarnya memerlukan strategi baru.
Tampaknya perlu kerja keras dari Parisada Pusat/Daerah dan
Dirjen Bimas Hindu untuk mencari strategi yang tepat untuk
menyiasati kondisi ini. Guru perlu diberikan pelatihan-pelatihan
agar lebih kreatif dan inovatif serta tidak sepenuhnya harus
mengikuti kurikulum dengan membuta, asalkan sasarannya
mengena dan target tercapai; bukan output tetapi outcome yang
menjadi tujuan akhir. Tetapi, ada satu hal terabaikan, bahwa
tanggung jawab untuk menggiring anak-anak agar mencintai
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 136
dan membuat mereka tertarik belajar Agama Hindu bukan
hanya pada guru Pasraman, tetapi lebih pada orang tua. Artinya,
orang tua yang menginginkan anaknya tetap beragama Hindu,
dan kalau orang tua ini punya kepedulian terhadap eksistensi
Agama Hindu, maka mereka juga harus belajar Agama Hindu.
Kalau perlu, ikut kuliah Agama Hindu di PERTI Hindu, tidak
perlu malu; dan jangan pernah merasa puas dengan pengetahuan
Hindu yang dimiliki. Ada kisah menarik, ketika seorang anak
bertanya tentang Agama Hindu kepada ayahnya. Sang ayah
dengan tanpa merasa bersalah menjawab, “Kamu tanya saja
kepada guru Agama Hindu di Pasraman”. Ini memang sepele,
tetapi bagi anak itu pengaruhnya besar. Mungkin saja dalam
hatinya berkata, “Ayah saja tidak merasa perlu tahu, lalu untuk
apa aku harus tahu? Malahan ada umat Hindu yang
menganggap bahwa yang harus tahu tentang Agama Hindu
adalah para brahmana saja.
(16) Agar PERTI (Perguruan Tinggi) Hindu memiliki nilai lebih
(value added) maka idealnya PERTI Hindu harus mampu
menciptakan nilai (create value) itu sendiri dengan cara
meningkatkan kualitas dan peran dengan memanfaatkan
keberadaan umat di lingkungannya (kabupaten/provinsi); di
mana lembaga tersebut berada. Selain berperan besar dalam
kegiatan-kegiatan pembinaan rutin melalui media Pura, maka
PERTI Hindu harus memiliki umat binaan di wilayahnya, dan
yang dibina bukan hanya masalah keagamaan atau kegiatan
keagamaan, tetapi juga berupaya untuk mewujudkan program
yang terkait dengan pendidikan umat dan pemberdayaan
ekonomi. Ini menjadi penting terutama kelak bagi para
alumninya. Jangan pernah terjadi, ketika ada umat Hindu yang
mengungsi, PERTI Hindu yang ada di wilayah itu hanya
menjadi penonton, atau saat pembagian sembako untuk korban
gunung meletus, pimpinan PERTI Hindu hanya lewat dengan
mobil barunya. Alumni, disamping memiliki kompetensi yang
didapat dari pendidikan keagamaannya (hard skill), tetapi ia
juga memiliki kompetensi lain untuk menjalani kehidupannya
(soft skill); tidak semata-mata mengandalkan pengetahuan
agama (menjadi guru atau PNS), tetapi juga bisa hidup dari
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 137
sektor-sektor lain. Pengalaman ini semua didapatnya ketika
membina umat, memberdayakan ekonomi dan mengembangkan
pendidikan umat, dengan mempertimbangkan sumber daya
alam yang ada di sekitarnya. Untuk itu, Parisada Pusat/Daerah
harus berupaya mendorong agar umat mau memanfaatkan
PERTI Hindu untuk mengembangkan diri. Sementara, Dirjen
Bimas Hindu idealnya mempunyai program jangka panjang,
dengan misalnya memberikan “block grant” kepada PERTI
Hindu membuat program yang riil tidak hanya dalam
pembangunan sarana prasarana, tetapi termasuk pembinaan
umat di wilayah masing-masing, pemberdayaan ekonomi dan
pendidikan umat. Tentunya, Dirjen Bimas Hindu harus
memiliki power of control yang kuat untuk program ini, untuk
menunjang keberhasilannya. Dan Parisada Pusat/Daerah tetap
memonitor pelaksanaan program ini.
(17) Parisada Pusat/Daerah perlu mencanangkan gerakan punia
dengan memanfaatkan sesari canang/daksina di rumah masing-
masing umat Hindu. Umumnya, setiap bulan (Pumama/hari
raya) umat Hindu akan menghaturkan daksina dan mengganti
daksina yang sebelumnya. Sesari (uang) daksina ini sebaiknya
tidak dibelanjakan lagi, tetapi dikumpulkan dan disimpan untuk
di puniakan ke BDDN (Badan Dharma Dana Nasional).
Sehingga dana punia setiap keluarga terus menerus berjalan
tanpa perlu secara khusus menyisihkan uang untuk dana punia.
Pola ini juga sangat bermanfaat sebagai media latihan bagi
anak-anak, untuk menghayati konsep dana punia. Di beberapa
Tempek di Jakarta sudah cukup lama dilaksanakan, dan
hasilnya cukup bagus.
(18) Yang tak kalah penting, karena hal ini banyak “menghabiskan”
umat, karena terpaksa berpindah keyakinan adalah ketiadaan
PPPS (Petugas Pencatatan Perkawinan Sipil) di daerah-daerah
tertentu. Kalau tidak salah petugas honorer ini harus
domohonkan oleh Parisada kepada Pemerintah Daerah
setempat. Aturan yang mengacu kepada UU No.1 tahun 1974
tentang Undang-Undang Perkawinan dengan pelaksanaan yang
diatur dalam PP No.70 tahun 1975 ini seringkali diabaikan oleh
Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2011 | 138
Parisada Daerah. Dan dampakanya luar biasa, seringkali
pemikahan umat secara Agama Hindu tidak diterima sehingga
mempelai Hindu harus dinikahkan, ketika mereka memerlukan
surat-surat untuk mengurus akta kelahiran anaknya. Jadi, jangan
kaget ketika di sebuah wilayah pemah terjadi puluhan pasang
umat Hindu yang dengan mudahnya berpindah keyakinan
karena terpaksa.
Ditetapkan di : Denpasar
PadaTanggal : 10 Juli 2011
PIMPINAN SIDANG
Dharma Adhyaksa Parisada Hindu Dharma Indonesia
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ketua
Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
Anggota
Pengurus Harian Parisada Pusat
Ketua Umum, Sekretaris Umum
Dr. I Made Gde Erata, M.A
Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag
Anggota Anggota