dasar-dasar hindu dharma

217

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DASAR-DASAR

HINDU DHARMADALAM PERSPEKTIF BHAKTI MARGA

Edisi Revisi

��

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta Pasal 1 1. HakCiptaadalahhakeksklusifpenciptayangtimbulsecaraotomatisberdasarkanprinsipdeklaratif

setelahsuatuciptaandiwujudkandalambentuknyatatanpamengurangipembatasansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.

Ketentuan Pidana Pasal 113 1. SetiapOrangyangdengantanpahakmelakukanpelanggaranhakekonomisebagaimanadimaksud

dalamPasal9ayat(1)hurufIuntukPenggunaanSecaraKomersialdipidanadenganpidanapenjarapalinglama1(satu)tahundan/ataupidanadendapalingbanyakRp.100.000.000,00(seratusjutarupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak CiptamelakukanpelanggaranhakekonomiPenciptasebagaimanadimaksuddalamPasal9ayat(1)hurufc,hurufd,huruff,dan/atauhurufhuntukPenggunaanSecaraKomersialdipidanadenganpidanapenjarapalinglama3(tiga)tahundan/ataupidanadendapalingbanyakRp.500.000.000,00(limaratusjutarupiah).

���

UdayanaUnIveRSItyPReSS2019

Wayan Widyantara (VIDURA DAS. AD)

DASAR-DASAR

HINDU DHARMADALAM PERSPEKTIF BHAKTI MARGA

Edisi Revisi

�v

Hak Cipta pada Penulis. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :

dilarangmengutipataumemperbanyaksebagianatauseluruhisibukuinitanpaizintertulisdaripenerbit.

Penulis:WayanWidyantara(vIdURadaS.ad)

Editor:Jiwaatmaja

Cover & Ilustrasi: Repro

Design & Lay Out:IWayanMadita

Diterbitkan oleh:UdayanaUniversityPress

KampusUniversitasUdayanadenpasarJl.P.B.Sudirman,denpasar-Balitelp.(0361)255128

[email protected] http://penerbit.unud.ac.id

Bekerjasama dengan:yayasandarmadutaIndonesia

Cetakan Pertama:2019,xii+204hlm,15x23cm

ISBN: 978-602-294-360-0

DASAR-DASAR

HINDU DHARMADALAM PERSPEKTIF BHAKTI MARGA

Edisi Revisi

v

Guru Spiritualku dan Merekayang Tulus Melaksakan Agama

dengan Rasa Bhakti

Didedikasikan Kepada:

v�

PRAWACANA

“Om namo narayana ya”“Vande’ham sri guroh sri-gita padakamala ya”Hidup sejahtera di dunia material ini, tergantung dari kemurnian

pelaksanaan Agama, yang bersandar pada personalitas Tuhan Yang Maha Esa. Segala sesuatu di dunia material ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa mulai dari planet tertinggi sampai planet yang terrendah. Tuhan memelihara alam material ini melalui perbanyakan paripurnaNya, dan agen-agen materialnya. Kemurnian pelaksaan agama (Agama Hindu) sangat tergantung kepada pengetahuan terhadap kitab suci (kitab suci Veda).

Pada jaman sekarang, jaman Kali Yuga, yang telah dimulai 5000 tahun yang lalu, mayoritas generasi muda Hindu dimanapun ia berada, tidak banyak mengetahui dan belum mengerti inti sari Veda, yang merupakan kitab suci agamanya (Agama Hindu). Mereka melaksanakan agama dominan sesuai dengan budaya setempat (desa), yang merupakan kebiasaan-kebisaan dari para pendahulunya. Oleh karena itu penulis setelah lima tahun mengajar mata kuliah Agama Hindu di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana memandang perlu untuk menyampaikan dasar agama dalam persepektif bhakti marga.

Penulis berusaha menyusun buku ini sebagai jalan pembuka masuk untuk memulai belajar agama sesuai dengan filsafat kitab sucinya. Buku ini disusun berdasarkan uraian yang tercantum dalam kitab suci Veda, khususnya Bhagavadgita dan Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana). Bhagavadgita merupakan sabda Tuhan Yang Maha Esa, dan Srimad Bhagavatam merupakan uraian tentang kegiatan Tuhan Yang Maha Esa.

Tulisan ini juga dilengkapi dengan bukti-bukti otentik berupa sloka-sloka atau ayat-ayat suci yang disesuaikan dengan topik bahasan. Setelah membaca buku ini, diharapkan kepada para pembaca termotivasi

v��

untuk mulai belajar agama sesuai penjelasan Veda, dan penjelasan para Rsi–Acarya. Demikian pula agar para pembaca pemula semakin tumbuh saddhana dan sradhanya terhadap agamanya. Buku ini lebih menekankan kepada filsafat Hindu Dharma (Agama Hindu), dan etika, bukan pada tatanan upacara.

Buku ini, yang merupakan revisi dari buku Pengantar Agama Hindu Untuk Sisya Pemula, menyajikan bahasan pokok dalam perspektif bhakti sebagai bahan pelajaran dasar, untuk memberikan semangat usaha bhakti kepada umat Hindu Dharma agar dapat melaksanakan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kitab Suci Veda membahas permasalah yang sangat-sangat luas dan komplek, meliputi karma kanda (kuwajiban), jnana kanda (pengetahuan) dan upasana kanda (bhakti marga). Kitab Suci Veda menjelaskan pengetahuan rohani–pengetahuan di luar jangkauan indra-indra dan pikiran, dan juga di luar pengetahuan material yaitu pengetahuan untuk memenuhi kepuasan indria, baik yang bersifat satvam, rajas maupun tamas.

Bhakti yang murni mempunyai energi yang sangat kuat untuk dapat mengatasi segala permasalahan hidup secara efektif. Dengan hanya membaca-mempelajari kitab Bhagavadgita, Bhagavata Purana (Srimad bhagavatam), Caitanya Caritamrta, Upadesamrta, dan Lautan Manisnya Rasa Bhakti, diharapkan telah dapat mengerti bhakti yang murni kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kalau dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tujuan beragama (Agama Hindu) yaitu ketidak terikatan (mukti/moksa) dapat segera tercapai dalam hidup ini.

Berdasarkan bahan bacaan yang disajikan, diharapkan para pembaca minimal :1. Mempunyai pengetahuan dan keyakinan yang teguh tentang

Agama Hindu, yang sumbernya Kitab Suci Veda.2. Mengenal bagian-bagian Kitab Suci Veda.3. Dapat mulai belajar membaca sloka-sloka Veda, khususnya

Bhagavadgita4. Dapat memilih alternatif jalan hidup minimal, untuk dapat

melakukan perubahan terhadap karmanya, dan memungkinkan untuk malakukan karma yang lebih baik.

v���

5. Dengan harapan yang lebih tinggi, supaya pembaca mulai melaksanakan penebusan dosa dalam hidup ini, sehingga tujuan hidup sebagai manusia tercapai.

Bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin menjadi penganut/pengikut Veda (agamawan/spiritual), disarankan melanjutkan belajar Veda dengan tekun secara utuh dan lengkap di Pasraman–Pasraman Hindu, agar memperoleh bimbingan dari Guru Kerohanian yang bonafid, dan pergaulan para sadhu.

Om santhi santhi santhi, Hari Om Om tat sat

Denpasar, Juli (Shayani Ekadasi), 2019

Penyusun

�x

DAFTAR ISI

Prawacana ............................................................................... vDaftar Isi ............................................................................... vii

Bab I Pendahuluan .................................................................... 11. Menghormati Kitab Suci Weda ........................................ 12. Tujuan Pembelajaran Hindu Dharma ............................... 4

Bab II Hindu Dharma (Agama Hindu) ..................................... 71. Definisi Agama ................................................................. 72. Tujuan Beragama (Hindu Dharma) .................................. 133. Macam Agama ................................................................. 164. Asal Mula Agama Hindu ................................................. 20

Bab III Veda Pengetahuan Spiritual ......................................... 241. Tujuan Belajar Veda ........................................................ 242. Pembagian Veda ................................................................ 253. Pondasi Hindu Dharma - Agama Hindu .......................... 284. istem Pembelajaran Veda ................................................. 34

Bab IV Keagungan Kitab Suci Bhagavadgita ........................... 391. Maksud Bhagavadgita Disabdakan ................................. 392. Keuntungan Membaca Bhagavadgita .............................. 403. Keagungan Bhagavadgita ................................................. 424. Tujuan Belajar Bhagavadgita ........................................... 455. Syarat Belajar Bhagavadgita ............................................ 45

Bab V Personalitas Tuhan Yang Maha Esa .............................. 471. Definisi Tuhan Yang Maha Esa ........................................ 472. Tuhan Yang Maha Esa Menurut Veda ............................. 48

x

3. Diskripsi Tuhan Yang Maha Esa Berdasarkan Veda ....... 544. Para Deva - Pengendali Unsur Alam Material ................. 585. Avatara Tuhan Yang Maha Esa ...................................... 626. Metoda Mencapai Tuhan ................................................. 65

Bab VI Atma – Sang Jiwa (Roh) .............................................. 691. Diri Kita Bukan Badan Jasmani ....................................... 692. Tanda-tanda Kematian ..................................................... 733 .Nitya Siddha dan Nitya Baddha ...................................... 744. Mujurnya Badan Manusia ................................................ 76

Bab VII Prakrti – Alam Semesta .............................................. 791. Alam Material .................................................................. 792. Tiga Sifat Alam (Tri Guna) yang Mengikat ..................... 813. Cara Mengatasi Tiga Sifat Alam (Tri Guna) .................... 864. Susunan Alam Semesta .................................................... 88

Bab VIII Karma dan Reinkarnasi ............................................. 901. Perinsip Hukum Karma .................................................... 902. Macam Karma .................................................................. 933. Samsara, Reinkarnasi ....................................................... 964. Proses Penghancuran Karma ........................................... 995. Kehidupan Masa Depan Mahluk Hidup ........................... 103

Bab IX Kala – Waktu yang Kekal ............................................ 1071. Sifat Waktu ...................................................................... 1072. Perjalanan Waktu ............................................................. 1093. Kala dan Kegiatan Manusia ............................................. 1124. Interaksi Antar Planet Hari Kelahiran .............................. 115

Bab X I n d r y a – I n d r i a .................................................... 1171. Hawa Nafsu Musuh Besar ................................................ 1172. Macam Indria dan Objek Indria ....................................... 1183. Para Dewa Pengendali Indria ........................................... 1194.Pengendalian Hawa Nafsu-Indria .......................................... 120

x�

Bab XI Warnaasrama Dharma .................................................. 1231. Tertib Sosial Masyarakat Hindu ....................................... 1232. Catur Warna (Tertib Sosial Profesi) ................................. 1243. Catur Asrama (Tertib Sosial Spiritual) ........................... 1274. PerananPasraman ............................................................. 1305. Orang Hindu yang Ideal ................................................... 1316. Wanita Hindu yang Ideal ................................................. 132

XII. Puja – Sembahhyang ......................................................... 1351. Objek Sembahyang .......................................................... 1352. Sri Vigraha – Gala Graha ................................................. 1383. Persembahan (Bhoga Puja) .............................................. 140

Bab XIII Samskara – Samsekara .............................................. 1431. Makna Yajna ................................................................... 1432. Sifat Yajna ........................................................................ 1463. Samskara .......................................................................... 1474. Bahan Yajna dan Samskara .............................................. 1495. Tujuan Yajna .................................................................... 150

Bab XIV Kemujuran dan Kesialan Jaman Kali ........................ 1521. Dewasa ini Jaman Kali (Kali Yuga) ................................. 1522. Bhakti Yoga - Bhakti Marga (Jalan Bhakti) ................... 1553. Yajna Jaman Kali– Penangkal Pengaruh Buruk Kali Yuga 159

Bab XV Guru Spiritual dan Diksa ............................................ 1631. Kebutuhan Dasar Umat Manusia .................................... 1632. Definisi Guru Kerohanian ................................................ 1673. Macam – Macam Guru ..................................................... 1694. Definisi Diksa ................................................................... 1695. Maksud Diksa ................................................................... 1706. Persyaratan Diksa ............................................................ 172

x��

Bab XVI Svarga, Bilva Svarga dan Pitra Loka ......................... 1741 .Planet di Bagian Atas ..................................................... 1752. Planet Pertengahan ........................................................... 1763. Planet Bagian Bawah ...................................................... 1764. Pitra Loka ........................................................................ 177

Bab XVII Naraka – Neraka ....................................................... 1791. Diskripsi Naraka .............................................................. 1792. Macam Naraka dan Hukumannya .................................... 180

Bab XVIII Sapi Hewan Tersuci ................................................ 1891. Asal-Usul Sapi ................................................................. 1892. Sapi dalam Pandangan Kitab Suci Weda ......................... 1893. Manfaat Produk Sapi ....................................................... 1944. Pertanian/Pedesaan dan Lingkungan ................................ 197

Bab XIX Vastu Sastra – Seni Konstuksi .................................. 1981. Elemen Vastu ................................................................... 1982. Tata Letak Tanah Tempat Tinggal ................................... 1993. Dewa Penguasa di Masing-masing Blok .......................... 2004. Tempat Fasilitas Pelengkap Rumah Tangga .................... 2005. Pintu Masuk Gapura dan Pintu Utama ............................. 201

Bab XX Daftar Bacaan ............................................................. 203

BAB IPENDAHULUAN

1. Menghormati Kitab Suci–Veda Dalam Panca Sila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), mengisyaratkan bahwa seluruh warga Negara Indonesia diwajibkan bertaqua kepada Tuhan Yang Mahaesa. Bertaqua kepada Tuhan Yang Maha Esa (TYM) merupakan kewajiban utama bagi semua warga Negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Dengan penuh taqua, artinya bhakti kepada TYM, kita akan dapat menghormati dan menghargai semua warga negara dunia, semua suku bangsa, ras, agama, dan mahluk lainnya sehingga kita bisa hidup tentram, rukun, damai aman, sentosa, hidup dengan cinta kasih di bumi nusantara ini antar sesama. Bertaqua kepada Tuhan hanya dapat dilakukan oleh warga negara yang beragama dengan baik. Beragama artinya, utamanya berbhakti kepada TYM, yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang memahami agamanya dengan baik.

ajnas ca asraddadhana ca, samsayatma vinasyatinayam loko’sti na paro, na sukham samsayatmanah

“Orang yang bodoh dan tidak percaya, dan yang ragu-ragu tentang kitab-kitab suci yang diwahyukan, tidak akan mencapai kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melainkan mereka jatuh. Tidak ada kebahagiaan bagi orang yang ragu-ragu, baik di dunia ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang” (Bhagavadgita .4.40).

Beragama dengan baik dapat dilakukan jika mengikuti aturan dan peraturan kitab suci, dalam hal ini adalah kitab suci Veda. Sebaliknya jika kita tidak mengikuti aturan kitab suci, tidak akan ada makna beragama

Hindu. Veda adalah sumber pengetahuan bagi umat manusia. Ketika orang iri kepada para Dewa, Veda, Sapi, para Brahmana, Vaisnawa dan prinsip-prinsip keagamaan dan terutama kepadaKU (TYM), dia dan peradabannya akan dimusnahkan tanpa ditunda (Srimad Bhagavatam). Kitab suci harus mendapat apresiasi, penghormatan, penghargaan yang tinggi, dan seminimal mungkin mesti dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai budaya spiritual. Jika kita berpaling dari kitab suci, hidup kita akan bagaikan dibawah hukum rimba, siapa kuat dia menang, yang kuat menghabisi yang lemah, sehingga hidup di alam ini tidak harmonis, hidup di dunia tidak akan nyaman. Masyarakat akan terserap kepada paham: Ini milikku, itu milikmu bagaikan kucing dengan anjing. Sehingga tujuan hidup yang dinasehatkan dalam agama sulit tercapai.

Menurut kitab suci Veda, bumi ini diciptakan oleh TYM bukan untuk satu golongan orang, suku, atau suku bangsa, tetapi bumi diciptakan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia dan termasuk penduduk yang lainnya seperti binatang, tanaman, dan lainnya. Bagaimana sikap dan prilaku manusia hidup di dunia ini dijelaskan dengan detail di dalam kitab suci. Pengetahuan tentang TYM diperoleh dengan mempelajari kitab-kitab suci, dari petunjuk kitab suci kita akan mempunyai kesempatan untuk dapat memahami Tuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya memungkinkan kita dapat berbhakti–melakukan pelayanan suci kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Buku Dasar-Dasar Hindu Dharma Dalam Perspektif Bhakti Marga (bisa dibaca Bhakti saja) ini, akan membahas Hindu Dharma berdasarkan filosofi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Kitab Suci Veda, khususnya kitab-kitab Vaisnava, sebagaimana mestinya, tidak ditafsirkan. Sudah umum diketahui bahwa Kitab Suci agama Hindu adalah Veda, yang merupakan sumber pengetahuan agama Hindu. Oleh karena itu orang Hindu tidak baik, jika berpaling dari ajaran Veda. Veda disusun oleh Rsi Vyasa yang merupakan Nabi Besar umat Hindu.

Melaksanakan agama Hindu harus berdasarkan kitab Veda, bukan kitab yang lain atau beragama berdasarkan pendapat para sarjana sekolahan atau berdasarkan kesepakatan-kesepakatan (Manu

smrti.12.94-96). Dengan bahan-bahan yang ada dalam buku ini, generasi muda atau para pemula, diharapkan mampu memahami secara bertahap agamanya, dan dapat memahami hakekat dirinya sebagai orang Hindu, serta akhirnya mengambil keputusan untuk berbhakti kepada TYM, sesuai petunjuk ketentuan dalam sastra Veda. Selanjutnya bagi para pemula dapat beragama Hindu berdasarkan filsafat Veda. Memulai memahami Veda mesti dimulai dari cara mendengar sabdha para Rsi, sabdha Tuhan yang telah tercatum dalam Kitab suci.

Ada hal penting yang disarankan untuk dilakukan oleh sisya pemula sebelum membuka kitab suci, atau sebelum pembelajaran dimulai, yaitu sebaiknya berdoa dulu dengan maksud agar lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa dan para penguasa Veda, dengan mengucapkan mantra berikut. Semoga Tuhan dan para Rsi memberikan kemudahan-kemudahan kepada para pembaca.

Om namo bhagavate vasudeva ya (3x) narayanam namaskrtya naram caiva narottamam

devim sarasvatim vyasam tatho jayam udyrayet

“Dengan mengucapkan mantra ini, kita mohon ijin kepada para kepribadian suci agar dikaruniai oleh Tuhan Vasudeva, Sri Narayana, Rsi Nara Narayana, Dewi Saraswati (Dewi ilmu pengetahuan dan kebudayaan), serta nasihat, tuntunan dan bimbingan dari Rsi Vyasa–penyusun Veda”. (Srimadbhagavatam Purana).

Om apavitrah pavitrova sarvavastham gato’pi vayah smaret pundarikaksam sa bahyaabhyantara suci

“Dalam keadaan suci atau tidak suci, atau keadaan apapun yang dialami dalam kehidupan material, jika seseorang dapat mengingat Tuhan Pundarikaksa (Sri Visnu), dia menjadi bersih luar dan dalam”. (Garuda Purana).

2. Tujuan Pembelajaran Hindu DharmaAda perbedaan yang mendasar antara masyarakat manusia dan

binatang, dimana manusia mempunyai kewajiban untuk insaf akan dirinya, sedangkan binatang tidak, karena binatang masih dalam evolusi menuju manusia. Manusia sudah diberikan kecerdasan untuk berpikir, memilih jalan hidup sebagai kewajibannya. Badan manusia merupakan badan yang diibaratkan sebagai perahu yang sangat baik untuk dapat menyeberangkan jiwa dari dunia material menuju dunia rohani yang kekal. Katha Upanisad 1.3.14 mengatakan,

uttistha jagrata prapya varan nibodhatksurasya dhara nisita duratyaya

durgam pathas tatakavayo vadanti

“Bangkitlah dan berusahalah untuk mengerti anugrah yang sekarang engkau miliki dalam bentuk kehidupan sebagai manusia ini. Jalan keinsafan spiritual sangatlah sulit, jalan tersebut tajam seperti silet. Demikianlah pendapat para cendikiawan rohani yang terpelajar”.

Begitu memperoleh badan manusia, kitab sucilah menuntun kita untuk beragama dengan baik, sehingga insaf akan dharma kita sebagai manusia. Sedangkan binatang tidak diwajibkan untuk keinsafan diri, karena belum mampu untuk keinsafan diri–masih dalam proses evolusi. Inilah tanggung jawab yang harus dipikul sebagai manusia. Sloka Sb. 7.6.1 lebih jelas mengatakan,

kaumara acaret prajno dharman bhagavatan ihadurlabham manusam janma tad api adhruvam arthadam

“Seorang yang cukup cerdas hendaknya memanfaatkan bentuk kehidupannya sebagai manusia dari sejak awal hidupnya (sejak masa kanak-kanak) untuk mempraktekkan kegiatan bhakti, dan meninggalkan segala kegiatan lain. Badan manusia sangatlah jarang diperoleh, dan meskipun bersifat sementara seperti badan-badan yang lain, ia sangat berarti karena dalam kehidupan sebagai manusia seseorang dapat

melakukan bhakti. Bahkan sedikit saja pelaksanaan bhakti yang tulus mampu mengantarkan seseorang untuk meraih kesempurnaan yang lengkap”.

Tujuan agama jelas telah diuraikan dalam kitab suci, kitab suci sebagai otorita. Kita tidak diperbolehkan membuat tujuan tersendiri, karena agama itu merupakan uraian dharma (tugas kewajiban yang telah ditapkan), yang ditetapkan oleh Tuhan (Tuhan sebagai otoritas tertinggi). Didalam kitab suci khususnya Srimad Bhagavatam (Sb.) dijelaskan tujuan agama yang dianut oleh manusia, seperti apa yang disampaikan oleh Suta Gosvami kepada para Rsi, di Naimisaranya, Sb. 1.2,9-10.

dharmasya hy apavargyasya, nartho ‘rthayopakalpatenarthasya dharmaikantasya, kamo labhaya hi smrtah

“Segala jenis dharma dimaksudkan untuk mencapai pembebasan (mukti) tertinggi. Pelaksanaan dharma bukan dimaksudkan untuk keutungan material. Orang yang melakukan pelayanan tertinggi hendaknya tetap teguh mengabaikan keuntungan material yang memungkinkan dapat berkembangnya keinginan untuk memuaskan indria”. Kemudian Sb. 1.2.10 menyatakan bagaimana mengendalikan indria dari hal yang bersifat material ke hal yang rohani,

kamasya nendriya-pritir, labho jiveta yavatajivasya tattva jijnasa, narthoyas ceha karmabih

“Keinginan-keinginan dalam hidup ini hendaknya tidak diarahkan kepada kesenangan-kesenangan badani. Sebaiknya hanya kepada kehidupan sehat dan perlindungan sang diri yang dicari seseorang, sebab pencarian manusia dimaksudkan untuk mengarah kepada kebenaran mutlak (Tuhan Yang Maha Esa). Seharusnya tiada hal lain yang menjadi tujuan keinginan kita”. Jadi dari sloka-sloka diatas dapat dipahami bahwa dharma adalah kewajiban bagi umat Hindu untuk melaksanakan kewajiban, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam kitab suci, yaitu berbhakti. Hindu Dharma berarti orang

Hindu yang melaksanakan tugas kewajiban untuk berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apa yang diuraikan dalam Catur Purusharta (dharma, arta, kama dan moksa) ditolak oleh dua sloka ini. Kama yang diartikan sebagai pengembangan indria material tidak dibenarkan oleh sloka ini. Secara tegas dikatakan tujuan dharma adalah moksa–mukti (tidak terikat secara material), bukan yang lain.

Catur Purusharta atau Tri Vargika ini disenangi oleh orang-orang yang berspekulasi bahwa dengan mengembangkan nafsu, moksa akan dicapai. Hal ini dibantah oleh para Rsi. Para Rsi telah mengalami bagaimana mukti yang hanya dapat dicapai dengan tidak mengembangkan keinginan-keinginan material (nafsu).

Adapun tujuan pembelajaran Hindu Dharma, adalah :a. Setelah membaca buku ini, sisya (pembaca yang tulus) dapat

memahami agamanya sesuai dengan kitab suci Veda.b. Sisya mampu mengenal dirinya, sebagai abdi–bagian dari

personalitas TYM, yang bersifat kekal.c. Sisya mengetahui dengan benar hukum-hukum Tuhan.d. Sisya dapat mengembangkan cinta kasih (etika) kepada sesama

dan seisi alam lingkungan melalui proses bhakti marga.e. Atas karunia TYM, sisya diharapakan: dapat bertemu dengan

guru kerohanian yang bonafid, mempunyai ahlak mulya, berbudi pekerti yang luhur, dan mampu melaksanakan dharmanya dalam pergaulan sehari-hari.

BAB IIHINDU DHARMA (AGAMA HINDU)

1. Definisi AgamaBanyak para ahli agama telah memberikan batasan atau definisi

tentang agama sesuai dengan keahliannya. Definisi agama tidak begitu penting, yang lebih penting adalah bagaimana pemeluknya mampu melaksanakan agamanya sesuai petunjuk kitab sucinya, bukan sebaliknya. Banyak definisi yang dikemukan oleh para ahli, tetapi disini akan disajikan tiga definisi saja, yaitu : (1) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa agama didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (TYM), serta kaedah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia lainnya. (2) menurut Drikarya, agama didefinisikan sebagai keyakinan manusia, adanya suatu kekuatan supernatural yang mengatur dan menciptakan alam dan isinya. Dan (3) menurut Encyclopedia Britannica (dalam Suryanto,2007), agama adalah fenomena mental atau spiritual yang didalamnya ajaran-ajaran suci atau bersifat gaib memainkan peranan penting.

Telah diketahui secara umum bahwa kitab suci agama Hindu adalah Veda. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip Veda, berarti sudah menganut Hindu. Agama dibuat/disusun oleh TYM. Agama yang sejati (sanatana dharma) bersumber dari TYM atau utusan dari TYM. Kata dharma dalam bahasa Sansekerta diterjemahkan menjadi agama dalam bahasa Indonesia, dan disebut religion dalam bahasa Ingris. Sri Ramakrisna Paramahamsa, mengemukan arti dharma yang diambil dari Sruti : dharma vishvasya jagataha pratistha–dharma adalah fondasi seluruh alam semesta. Sruti juga menyatakan : dharma melindungi mereka yang melindungi dharma. Dari Atarvaveda : pritivimdharmana dhritam–stabilitas alam semesta dilestarikan oleh dharma.

Asal kata dharma adalah dhr yang berarti tugas kewajiban (tertinggi). Akar kata dari dharma adalah “yang memelihara kehidupan seseorang” atau sifat yang melekat pada dirinya (AC Bhaktivedanta Swami Prabhupada,1998). Dharma juga berarti: memelihara, mengasuh, memegang, hukum, etika. Misalnya tebu dharmanya manis, demikian juga api dharmanya panas, lebah menghasikan madu, sapi menghasilkan susu, matahari mengeluarkan radiasi sinar matahari, sungai mengalirkan air, cabai dharmanya pedas, dan manusia dharmanya apa?, yaitu, melakukan pelayanan dalam budaya cinta kasih kepada Tuhan sebagai dharma tertinggi bagi mahluk hidup. Mahluk hidup bisa hidup nyaman adalah dengan mengkoordinasikan aktivitasnya dalam hubungan kekal dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Kata dharma dalam kitab suci mempunyai banyak arti, antara lain: religi yang mengatur prilaku manusia, hukum alam, moral, kewajiban religi, cara hidup yang benar, etika, agama, jalan kejujuran. Sedangkan Adharma yang merupakan lawan dari dharma, antara lain berarti: tidak bermoral, tidak beretika, menentang hukum alam, kesalahan, tidak sesuai dengan hukum, menyanggah kitab suci.

Menurut kitab suci Srimad-bhagavatam (Sb) 1.2.6. agama didefisikan sebagai berukut :

sa vai pumsam parodharmo, yato bhaktir adhoksajeahaituky apratihata, yayatma suprasidati

“Kuwajiban tertinggi (dharma) bagi seluruh umat manusia, adalah dharma yang memungkinkan manusia dapat mencapai pelayanan suci (bhakti) kepada TYM. Bhakti seperti itu tanpa motif, bebas dari tujuan material, dan langgeng guna memuaskan sang diri secara sempurna”. Disebut Sanatana dharma karena kewajiban manusia bersifat kekal, tidak terputus yang diturunkan atau digariskan oleh TYM.

Kemudian Prema Rasa dasa dan Sandipani Muni dasa dalam bukunya The Book of Samskara (1977) mengatakan Agama berarti tradisi, yaitu tradisi yang disabdakan oleh TYM sebagai pemegang

otoritas tertinggi, untuk terus menerus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh para pengikutnya.Yamaraja (dewa kematian) mengatakan dalam Veda “dharma tu saksad bhagavat-pranitam”–prinsip-prinsip dharma terdiri atas aturan-aturan dan hukum-hukum pemberian Tuhan (the Low of God).

Bhaktivedanta Swami Prabhupada, mengatakan dharma artinya “yang menopang kehidupan seseorang” (the foundation of life) atau juga disebut the way of life. Dia juga mengatakan bahwa, agama adalah hukum Tuhan, yang datangnya dari Tuhan, bukan buatan atau hasil karangan seorang atau sekelompok manusia. Bagi agamawan atau rohaniwan, hukum itu mengikat hidupnya, sedangkan bagi atheis hukum itu menghukum dirinya. Selanjutnya, dalam Kitab Pauskara-samhita dikatakan agama adalah sastra yang merekomendasikan agar para brahmana bersembahyang (arcanam) kepada personalitas TYM yang berlengan empat (Sri Narayana atau Laksmi Narayana).

Jadi Agama dapat didefinisakan sebagai pengatahuan rohani (datang dari dunia rohani) yang menjelaskan tentang Tuhan, dan menjelaskan hubungan kekal diri manusia dengan personalitas TYM, serta cara melakukan pelayanan (sebagai tugas kewajiban) kepada Beliau. Pengetahuan tentang Tuhan artinya pengetahuan mengenai wujud/rupa Tuhan, nama-nama Tuhan, sifat rohani Tuhan, Avatara Tuhan, atau hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan (bhagavata), kegiatan rohani Tuhan, pengikut/penyembah Tuhan, dan lainnya.

Kalau ada pengetahuan yang tidak dapat menjembatani diri kita dengan Tuhan, dan orang tidak bisa melakukan pelayanan suci kepada Tuhan, itu bukan agama. Pengetahuan itu tidak dapat menyebabkan orang berketuhanan. Pengetahuan yang demikian adalah pengetahuan material. Tanpa pengetahuan tentang Tuhan, sistem keagamaan tidak ada artinya.

Agama juga berarti mencari Tuhan, mengerti tentang Tuhan dan melakukan hubungan–berbakti kepada Tuhan. Kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak menguraikan tentang keagungan Tuhan, satu-satunya personalitas yang menyucikan suasana seluruh alam

�0

semesta, dikatakan sebagai tempat persinggahan burung gagak oleh orang suci. Oleh karena insan-insan yang sudah sempurna (orang suci=Rsi) itu bertempat tinggal di tempat rohani, mereka tidak menemukan kesenangan apapun di tempat persinggahan buruk gagak (Sb.1-.5.10). Sebaliknya sastra-sastra yang penuh dengan uraian mengenai keagungan rohani, menyangkut nama, kemasyuran, wujud, kegiatan, dsb. Tuhan Yang Maha Esa yang tanpa batas, yang dipenuhi oleh kata-kata suci yang bertujuan membuat perubahan dalam kehidupan dari yang tidak saleh/suci menjadi saleh/suci. Walaupun susunan kata-katannya kurang sempurna, didengar, diterima dan dinyanyikan oleh orang suci yang jujur sepenuhnya (Sb.1.5.11).

Sekalipun yang namanya pengetahuan dengan kata-kata, kalimat yang sempurna, tetap tidak bermanfaat jika tidak mengandung pengertian tetang Yang Maha Kuasa, dan tidak berpijak pada pelayanan bhakti kepada Tuhan. Sastra yang demikian bukan sastra tetapi asat sastra atau sastra yang tidak ada manfaat rohaninya. Pengetahuan yang demikian tidak akan dapat menyelamatkan diri kita.

Tuhan Yang Maha Kuasa disebutkan didalam Srimad Bhagavatam sebagai : janmady asya yato’nvayad itaratas ca (sumber segala sesuatu adalah Brahman Yang Paling Utama). Hal-hal yang harus diketahui tentang Tuhan agar dapat melakukan hubungan sebagai mestinya, dijelaskan oleh sloka berukut,

sambhutin ca vinasam ca, yas tad vedobhayam sahavinasena mrtyum tirtva, sambhutyamrtam asnute

“Hendaknya seseorang mengetahui secara sempurna tentang Personalitas Tuhan Yang Maha Esa dan Nama rohani, wujud-rupa, sifat dan kegiatan-kegiatanNya, demikian pula ciptaan material yang besifat sementara, beserta dewa–dewa, manusia, dan binatang yang bersifat sementara. Apabila seseorang tersebut mengetahui tentang hal-hal tersebut, maka dia mengatasi kematian dan manifestasi alam semesta yang bersifat sementara ini, dan dia menikmati kehidupan

��

kekal penuh kebahagiaan, dan pengetahuan di kerajaan kekal Tuhan” (Isopanisad. Mantra 14). Menurut sloka ini, kita harus mempunyai pengetahuan yang mendalam-lengkap tentang Tuhan. Bukan hanya mengetahui kata Tuhan, tetapi mempunyai pengetahuan yang lebih luas: yaitu mengetahui namaNya, sifatNya, wujud rohaniNya, kegiatanNya (lilaNya), hukumNya, dan macam-macam ciptaanNYa. Kita dapat mengetahui semua ini kalau mempelajari kitab suci dengan tekun. Pelaksanaan agama tanpa didasari kitab suci, itu bukan agama. Agama semacam ini tidak lebih dari sejenis moralitas-kebudayaan.

Menurut Jayarama, agama merupakan kewajiban suci yang merupakan pondasi kehidupan. Jayarama juga mengatakan ada empat tipe agama (dari sudut pandang yang berbeda), yaitu :1. Agama adalah hukum Universal (rta), regulasi energi alam yang

muncul dalam bentuk sebagai hukum phisika. Hindu percaya bahwa manusia merupakan bahagian dari alam, dan berusaha agar hidupnya selaras–harmoni bersama alam (dharma).

2. Dharma sosial (varna dharma), yaitu berbagai kewajiban, pekerjaan, dan tanggungjawab orang untuk memenuhi keperluan keluarga, masyakat, negara, dan komunitas. Hal ini merupakan aspek penting religi dan moral.

3. Dharma sebagai hukum manusia (asrama dharma), adalah ekpresi alami dan evolusi badan, pikiran, perasaan, dan jiwa melalui tingkatan hidup spiritual yang meliputi: kejujuran, kekayaan, kebahagiaan, dan pembebasan.

4. Svadharma, yaitu dharma pada diri sendiri, yang terakumulasi dalam wujud “karma” didalam kehidupan seseorang, misalnya: tendensi personal, keinginan, pengalaman, representasi dari perjalanan seseorang, perjalanan hidup seseorang berbeda dengan perjalan hidup orang lain.

5. Cakra dharma, yaitu simbul/lambang Dharma (Paul Horsh)6. Hindu dharma, adalah kewajiban religius/moralitas/kewajiban

setiap orang untuk hidup harmonis di dunia (Paul Horsh).

��

Tugas kuwajiban yang dijelaskan dalam sastra, adalah kuwajiban yang tidak bisa ditolak. Seperti sewa yang harus dibayar untuk bisa tinggal dan hidup di dunia milik Tuhan ini. Hidup di dunia ini mempunyai dua pilihan. Pertama, dibayar sebagai kewajiban dalam bentuk “karma”. Dan kedua, semua kegiatan dipersembahkan kepada Tuhan dan tidak meminta kompensasi apapun dariNya. Pilihan pertama akan menyebabkan masuk kedalam siklus kelahiran kematian berulang kali (punarbhava). Pilihan kedua di jelaskan dalam Upanisada-upanisada dan Bhagavadgita (Bg) sebagai jalan keluar dari kelahiran kematian atau pembebasan.

Dalam Dharma Sastra (Manu Smrti) disebutkan ada dua kewajiban bagi mahluk hidup, pravrttimarga jalan kenikmatan indria, dan nivrttimarga jalan pembebasan. Hal ini banyak dibahas dalam bagian-bagian dari Purushartha (dharma, artha, kama, moksa) dalam Kitab Dharma Sastra (The laws of Manu). Dengan melaksanakan nivrtimarga hasil dari paravrtrimarga juga akan didapatkan.

Dalam agama Hindu yang bersumber pada Veda, terdapat sepuluh keyakinan (sradha) yang mesti dimiliki oleh pemeluknya. Sepuluh keyakinan itu adalah :1. Yakin kepada Tuhan (Sri Narayana, sesuai Dharma Sastra)2. Yakin bahwa Tuhan sumber segala sesuatu (sumber Prakrti =

ciptaan)3. Yakin kepada Dewa dan Dewi, sebagai pengelola alam semesta

(ada 330 juta dewa, 33 dewa utama, 3 dewa tertinggi)4. Yakin kepada para Dewa yang mempunyai fungsi tugas masing-

masing5. Yakin kepada kelahiran kembali (reinkarnasi)6. Yakin kepada hukum karma (perbuatan)7. Yakin adanya maya (energi material)8. Yakin adanya mukti (pembebasan = tidak diikat oleh karma)9. Yakin bahwa yoga sebagai sarana mencapai pembebasan10. Yakin bahwa ketidakterikatan, keinsafan diri, dan brahmacari

sebagai jalan menuju pembebasan. Kitab Bhagavadgita mengajarkan bahwa pembebasan hanya dapat dicapai dengan jalan bhakti.

��

Umat Hindu di Indonesia, telah diajarkan lima (5) keyakinan, yang disebut Panca sradha yaitu percaya dengan : (1) Brahman (Tuhan), (2) Atman (Sanghyang Atma), (3) Karma (Karma pala), (4) Samsara (kelahiran kembali), dan (5) Moksa (bersatu dengan Tuhan).Tidak ada penjelasan yang berkelanjutan yang jelas, tentang kelima bagian ini. Tatapi di dalam Bhagavadgita dan Srimad bhagavatam kelima bagian-bagian itu sangat mudah ditemui dengan penjelasannya yang sangat gambelang (clear).

2. Tujuan Ber-Agama (HINDU DHARMA)Pendalaman tentang ajaran agama berdasarkan kitab suci amatlah

penting, karena kemurnian pelaksanaan agama khususnya bagi umatnya akan membawa kedamaian, ketenteraman bagi dirinya dan keluarganya. Sebelum pembicaraan dilanjutkan mengenai tujuan beragama, sebaiknya diketahui dulu fungsi agama dan semua fungsi itu perlu mendapat perenungan. Menurut Anon (2016), agama mempunyai fungsi sebagai berikut :1. Sebagai sumber pedoman hidup bagi individu dan klompok.2. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia

dengan mahluk hidup lainnya.3. Merupakan prinsip-prinsip benar dan salah.4. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan.5. Pedoman keyakinan.6. Pedoman keberadaan.7. Pengungkapan keindahan.8. Pedoman rekreasi dan keindahan.9. Memberikan identitas kepada manusia sebagi umat dari suatu

agama. Kesembilan fungsi ini merupakan pandangan lahiriah, buka pandangan spiritual.Suatu agama, akan mempunyai unsur-unsur pokok. Menurut

Leight, dkk, (dalam Anon, 2016), agama mempunyai unsur pokok yaitu:1. Kepercayaan agama sesuai kitab sucinya.2. Simbul agama, yaitu identitas agama yang dianutnya.

��

3. Praktek keagamaan.4. Pengalaman keagamaan.5. Ada umat/penganutnya.

Praktek keagamaan, dilakukan dengan bagaimana cara beragama. Cara beragama dapat dilakukan dengan :1. Tradisional, dilakukan berdasarkan tradisi yang turun temurun.2. Formal, cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di

lingkungannya. Cara ini biasanya mengikuti cara-cara beragama orang-orang yang berkedudukan tinggi atau orang yang berpengaruh.

3. Rasional, beragama dengan menggunakan rasio sebisanya, sesuai dengan refrensi yang dia alami atau dimilikinya.

4. Metode Pendahulu, beragama berdasarkan penggunaan akal dan perasaan dibawah wahyu. Mereka selalu berusaha memahami dan menghayati agamanya dengan ilmu, pengalaman, penyebaran. Mereka selalu mencari orang yang dianggap ahli agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh UtusanNya, misalnya Nabi, Rsi, Rasul, dan lain lain.Menurut Kitab Srimad bagavatam.1.2.9 dinyatakan, tujuan agama

adalah :

dharmasya hi apavargyasya, nartho ’rthayopakalpatenarthasya dharmaikantasya, kamo labhaya hi smrtah

“Semua dharma (agama) dimaksudkan untuk mencapai pembebasan tertinggi, Beragama itu hendaknya tidak pernah dilakukan demi keuntungan duniawi. Lagi pula para Rsi, orang yang sibuk dalam pekerjaan tertinggi hendaknya tidak pernah memakai keuntungan duniawi untuk mengembangkan kepuasan indria/nafsu”.

Dari sloka ini ada dua hal penting yang diungkapkan, yaitu :1. Tujuan beragama sebenarnya agar orang mencapai pembebasan

dari kelahiran kematian (mukti), atau mengetahui bahwa dirinya adalah abdi Tuhan, dan mengabdikan dirinya kepada Tuhan. Bukan kepada yang lain. Kalau tidak mengabdi kepada Tuhan, berarti kita mengabdi kepada maya.

��

2. Agama sebagai sarana untuk memperoleh kedamaian hidup dan kasih sayang (welas asih). Hidup harmonis di dunia ini.

3. Para agamawan dianjurkan agar jangan sekali-kali menggunakan dharma (mengatasnamakan agama) untuk keuntungan duniawi atau untuk mengembangkan kepuasan indria. Indria mesti dapat dikendalikan.Duniawi artinya bekerja keras untuk memenuhi nafsu-indria,

frustrasi karena pekerjaan terlalu berat, kemudian diikuti oleh bhaya (takut) akan apa yang akan terjadi, lalu kematian–karena bekerja keras siang dan malam kemudian segera badan menjadi lemah dan selanjutnya mengalami kematian. Ingin memuaskan keinginan indria kita disebut kama (nafsu), dan keinginan untuk memuaskan indria Sri Krsna disebut prema (cinta bhakti yang murni). Kama menyebabkan kita terikat di dunia ini, sedangkan prema menyebabkan kita pergi ke dunia rohani-Vaikunthaloka tempat TYM, bebas dari ikatan dunia material. Orang yang mengembangkan nafsu akan semakin terikat di dunia ini, dengan kata lain mengalami punarbawa. Dengan demikian kendalikan indria untuk melaksanakan bhakti.

Maya terdiri dari kata Ma = tidak, dan Ya = itu. Maya berarti bukan itu, Maya juga berarti illusi atau hayalan-bukan yang sebenarnya-yang bersifat sementara. Atau hal-hal yang bersifat material. Maya juga berarti pengaruh duniawi. Melayanai nenek maya atau terikat dalam kehidupan material akan membahayakan diri kita. Maya penyebab degradasi–penderitaan, merosot ke kehidupan yang lebih rendah. Oleh karena itu lepaskanlah atau jauhkan diri kita dari ikatan paham duniawi.

3. Macam AgamaSetiap orang atau klompok bebas melakukan pengelompokan

agama sesuai dengan pemahaman dan kepentingannya. Dulu, pada jaman prasejarah, agama di muka bumi ini hanya ada satu agama yaitu agama Hindu, sehingga agama Hindu disebut sebagai agama tertua. Kemudian dengan berjalannya waktu dimana kualitas manusia semakin merosot, TYM menurunkan paham paham ‘agama baru’ di belah bumi

��

lain, yang disesuaikan dengan kualitas dan kemampuan manusia untuk menerima dan melaksanakannya.

Ada beberapa contoh pengelompokkan agama, (Suryanto, 2007) yaitu :1. Agama Langit dan Agama Bumi. Yaitu agama yang diwahyukan

Tuhan dan agama hasil dari renungan (buatan) manusia. Agama langit termasuk agama Abrahamik (Islam, Kriten, Yahudi). Kemudian kelompok yang kedua adalah : Hindu, Buddha, Thao, Confucius, Sintho, Sikh, Jain, Druse, dll)

2. Agama Hukum dan Agama Pelepasan. Kelompok pertama adalah Islam dan Yahudi, dan klompok kedua adalah Hindu, Buddha dan Kristen.

3. Agama rumpun Yahudi : Kristen, Islam , Yahudi, Sering disebut agama Barat dan Agama agama timur : Hindhu, Buddha, Kongfuchu, Thao dan Shinto.Menurut Manu Samhita, ada dua macam jalan dharma, yaitu:

1. Dharma yang digunakan untuk memuaskan hawa nafsu/indria (dharma, artha, kama). Jalan ini disebut pravrti marga. Orang yang berada dijalan ini disebut sebagai orang karmi, yaitu bekerja demi kepuasan indria.

Dalam Bg. 2.42-44 diuraikan sbb:“Orang yang kurang pengetahuan sangat terikat pada kata-

kata kiasan dari veda, yang menganjurkan berbagai kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan pahala, agar dapat naik tingkat sampai planet-planet surga, kelahiran yang baik sebagai hasilnya, kekuatan, dan sebagainya. Mereka menginginkan kepuasan indria-indria dan kehidupan yang mewah, sehingga mereka mengatakan bahwa tiada sesuatupun yang lebih tinggi dari pemuasan nafsu. Ketetapan hati yang mantap untuk berbhakti kepada TYM tidak pernah timbul di dalam pikiran orang yang terlalu terikat pada kenikmatan indria dan kekayaan material”.

Juga didalam Pustaka Suci Srimad-bhagavatam (Sb) skanda 7, bab. 15, sloka 46 dikatakan :

��

Pravrttam ca nivrttam ca dvi-vidham karma vaidikamAvartate pravrttena nivrttenasnute mrtam

“Menurut veda ada dua jenis kegiatan–pravrttti dan nivrtti. Kegiatan pravrtti meliputi upaya untuk mengangkat diri seseorang dari kondisi kehidupan materialistik yang lebih rendah menuju kondisi matrialistik yang lebih tinggi atau lebih baik, sedangkan nivrtti berarti terhentinya keinginan material. Kegiatan pravrtti terlibat dalam belenggu material, sedangkan kegiatan nivrtti menyucikan seseorang dan masuk ke tataran spirirtual, menjadikannya pantas untuk menikmati kehidupan kekal yang penuh kebahagiaan”. Pravrti dan niverti juga disampaikan oleh Manu dalam Manu Smrti.12.89 (the law of manu).

Secara umum orang lebih tertarik dan terikat kepada kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Kegiatan untuk memuaskan indria dianjurkan didalam bagian Veda-karma kanda. Dalam karma kanda banyak korban suci diajurkan untuk naik tingkat ke planet-planet surga, khususnya korban jyotistoma.

Orang yang di jalan karma kanda ini, sangat sulit untuk melakukan bhakti kepada TYM. Dia lebih tertarik untuk naik ke surga untuk mendapatkan minuman soma rasa yang berlimpah ruah dan menyehatkan dan membuat badan menjadi kuat. Ingin menikmati hubungan suami istri dengan para wanita sorga yang sangat cantik seperti : bidadari, gandarva, setelah itu dia kembali kebumi menjadi tumbuhan merambat, menjadi palawija, sayuran dimakan oleh berbagai jenis mahluk hidup dan berubah menjadi air mani. Air mani itu kemudian masuk kedalam badan-badan perempuan, untuk mengalami kelahiran berulang kali (punar-bhava). (Sb.7.15.47). 2. Dharma yang digunakan untuk mencapai mukti/pembebasan (dharma, artha, moksa dan bhakti). Jalan ini disebut nivrti marga. Melaksanakan tugas kewajiban sesuai prinsip kitab suci dalam hidup ini, sambil mengendalikan indria, dan berbhakti kepada Tuhan untuk mencapai mukti. Dharma yang kedua merupakan tujuan tertinggi. Manu Samhita mengatakan,

��

Pravrtir esa buthanam nivrttis tu maha-pala

“Setiap orang dalam kehidupan material, terpikat untuk terus melanjutkan jalan ikatan (pravrtti marga), namun harta karun terbesar juga dapat diraih dengan mengikuti jalan pelepasan ikatan (nivrtti marga)”.

Sejak sebelum sejarah setiap mahluk hidup mengumpulkan berbagai reaksi dosa, sebagai akibat dari kebodohannya, tidak mengerti tentang kedudukan dasarnya yang sejati. Kebodohan seseorang dapat dihilangkan dengan belajar Veda khususnya Bhagavadgita (Bg). Kitab Bg. mengajarkan orang untuk berbhakti kepada Tuhan-Krsna dalam segala hal, dan dengan demikian mencapai pembebasan dari dosa-dosa masa lampau, dan akan bebas dari dosa dalam banyak penjelmaan yang akan datang. Bagi mereka yang berada dijalan nivrtti hasil akhirnya adalah mencapai kedudukan yang transedental (Sb.7.15.54). Tanpa sentuhan pelayanan atau sikap bhakti–pelayanan yang bersifat suci, maka tidak ada prinsip-prinsip yang layak disebut dharma. Prinsip prinsip dharma haruslah terfokus kepada Tuhan. Dewasa ini prinsip- prinsip yang bergulir di dunia ini, yang mengatas namakan agama/dharma hampir tidak ada yang mengandung unsur semangat bhakti. Jadi mempelajari veda menjadi sangat penting dan urgen, agar kita dapat melakukan dharma kita yaitu berbhakti kepada Tuhan. Jikalau kita tidak berada di jalan bhakti, atau dharma marga. Kita tentu berada di jalan adharma, sehingga sangat sulit untuk keluar dari penderitaan.

Srimad bhagavatam 7.11.8-12 mencantumkan 30 prinsip-prinsip yang umum, harus dilakukan oleh umat manusia, untuk cukup memuaskan Tuhan Yang Maha Esa (disampaikan oleh Sukadeva goswami kepada Raja Pariksit), yang mana prinsip ini merupakan prinsip agama pada jaman kali, yaitu : kejujuran, karunia (cinta kasih), pertapaan (melakukan puasa pada hari hari tertentu setiap bulannya), mandi dua kali sehari, toleransi, tegas membedakan benar dan salah, mengendalikan pikiran, mengendalikan indria-indria, anti kekerasan, selebasi, kedermawanan, membaca kitab suci, sederhana, berpuas hati, melayani misi-misi orang suci, berangsur-angsur meninggalkan kesibukan-kesibukan yang tidak perlu, mengamati

��

kesia-siaan kegiatan yang tidak perlu dilakukan oleh masya-rakat manusia, tenang dan serius serta menghindari pembicaraan yang tak perlu, mempertimbangkan apakah jati dirinya adalah badan atau roh/jiwa, adil dalam hal pembagian makanan kepada setiap mahluk hidup (manusia maupun binatang) sebagai bagian dari Tuhan, mendengarkan kegiatan-kegiatan dan ajaran ajaran yang di berikan oleh Personalitas TYM (yang merupakan naungan orang orang suci), mengucapkan/mengagungkan kegiatan dan ajaran tersebut, selalu mengingat kegiatan dan ajaran-ajaran tersebut, berusaha untuk aktif melayani kegiatan persembahyangan, memuja, bersujud, bersikap sebagai pelayan/abdi, berkawan, lalu sepenuhnya berserah diri.

Kemudian Bg. 18.66 menguraikan tingkatan tertinggi dalam pemahaman terhadap prinsip-prinsip keagamaan-sarva dharman parityajya mam ekam sa-ranam vraja- menjadi sadar dan menyerahkan diri kepada Sri Krisna–Personalitas Tuhan Yang Mahaesa.

Pada sisi lain, ada lima hal yang bertentangan dengan dharma, yang kemudian dikenal dengan: (1) ketidak beragamaan (vidharma), (2) prinsip prinsip keagamaan yang tidak layak bagi seseorang (para dharma), (3) keagamaan yang kepura-puraan (abhasa), (4) mirip dengan keagamaan (upadharma), kemudian (5) keagamaan yang menipu (chala dharma) (baca Srimad bhagavatam.7.15.12-13). 3.Vidharma adalah prinsip prinsip keagamaan yang menghalangi orang untuk menjalani agamanya sendiri. Prinsip keagamaan yang diperkenalkan oleh orang lain disebut para-dharma. Jenis agama baru yang diciptakan oleh orang yang menyombongkan dirinya secara palsu dan menentang prinsip-prinsip Veda, disebut upadharma. Kemudian penafsiran seseorang melalui permainan kata-kata adalah chala dharma.

4. Asal Mula Agama HinduAda tiga cara yang lazim digunakan untuk mengetahui sesuatu

kebenaran yaitu :a. Praktyaksa pramana : melalui pengalaman langsung/empirisb. Anumana pramana : melalui perenungan, spekulasi, imajinasi,

dan

�0

c. Agama pramana : melalui sabda (penjelasan) dari para Rsi.Ilmu pengetahuan biasa, lebih menekankan kepada cara pertama

dan kedua, sedangkan pengetahuan agama lebih menekankan pada cara yang ke tiga yaitu mendengar dari para Rsi secara turun temurun (sabda pramana).

Dalam kazanah veda, tidak ditemukan istilah Hindu. Istilah Hindu dikemukan oleh orang Barat ketika masuk ke India melihat orang Indus memperaktekkan Veda didalam hidupnya sehari hari. Orang India yang hidup disekitar sungai Indus memperaktekkan sistem Veda–varna asrama dharma dalam masyarakatnya. Orang India dikatakan beragama Hindu, karena hidup disekitar sungai Sindhu. Manurut Bahktivedanta Swami Prabhupada kata Hindu berasal dari bahasa Persia (Arab).

Agama Hindu yang kitab sucinya Veda. Ketika membicarakan perkembangan agama Hindu, tidak bisa lepas dari sejarah turunnya Kitab Suci Veda ke Bumi ini. Oleh karena itu agama Hindu disebut agama yang paling tua di dunia, karena bersumber dari Veda (pengetahuan rohani) dan veda keluar dari sabda TYM–dharmam tu saksad bhagavat pranitam-Prisnip prinsip riil agama dibuat oleh Sri Bhagavan-TYM (Sb. 6.3.19). Veda lahir dan berkembang sejak dunia material ini diciptakan oleh TYM, melalui sang pencipta kedua–Dewa Brahma, pencipta berbagai alam semesta.

Perkembangan Veda di beberapa belahan bumi ini mendapat sentuhan budaya setempat (desa, kala, patra), sehingga nampaknya ada perbedaan Hindu di daerah tertentu dengan Hindu di daerah lainnya. Seperti Hindu di Jawa mendapat pengaruh budaya Jawa menjadi Hindu Jawa, di Kalimantan mendapat budaya Kalimantan menjadi Hindu Kaharingan. Demikian pula di Bali, mendapat budaya Bali menjadi Hindu Bali, filosfisnya sama, sumbernya juga sama. Namun belakangan karena umatnya malas, kurang perhatian (tidak melakukan kewajibannya), kurang belajar Veda, sumber aslinya, lalu agama asli disimpangkan, disesuaikan dengan adat-kebudayaan setempat. Akibat selanjutnya adalah ketika generasi berikutnya mendiskusikan agama, diskusinya tidak berdasarkan Veda, sehingga diskusinya menghasilkan keputusan bersama yang kerap kali menyimpang dari penjelasan Veda.

��

Sanatana dharma (agama Hindu yang kekal), disampaikan melalui proses berikut: Veda pertama kali disampaikan oleh TYM (Sri Narayana) kepada Dewa Brahma mahluk pertama di alam semesta material. Dewa Brahma yang lahir dari bunga padma yang muncul dari pusarNya Garbhodakasayi Visnhu. Brahma pertama kali tidak melihat apapun di sekelilingnya, kemudian dia mendengar suara tapa, tapa, tapa, dari angkasa. Kemudian Dewa Brahma bertapa, dan dalam pertapaan atas bantuan Dewi Mahasaraswati (Laksmi) Dewa Brahma dapat menerima/memahami wahyu dari TYM. Lalu Dewa Brahma menciptakan 14 susunan planit alam semesta, disertai dengan 8.400.000 jenis mahluk hidup untuk menempati ke 14 susunan planit itu.

Ke 14 susunan palanit, antara lain :1. Satyaloka/Brahmaloka : tempat Dewa Brahma melakukan

aktivitas2. Tapaloka : Vaybhrajas, Rsi vairagis yang selama hidupnya

melalukan vairagya (pelepasan ikatan), berbadan rohani3. Jannaloka : tempat 4 kumara (anaknya Brahma), Bhrigu, badan

rohani4. Mahaloka : tempat para Rsi Agung, Agamawan seperti Markandya

rsi5. Svahloka (Surga) : Indra deva, para mahluk surgawi (dewa,

dewi, vidyadara, gandarava, kimpurusa, kinara, Yaksa, dll)6. Bhuahloka : tempat para hantu, jin, setan, raksasa, dll7. Bhurhloka (bumi) : tempat para manusia hidup beraktivitas.8. Sapta patala (7 patala): terdapat 7 planit dibawah Bumi. Mulai

dari Attala sampai ke Pitraloka dan Naraka ( Naraka sebagai tempat penyucian mahluk yang berdosa).Semua penduduk di masing-masing planet itu diberikan pelajaran

Veda melalui sistem parampara (garis perguruan) oleh Rsi Narada (putra dewa Brahma), kemudian disebarkan kepada penduduk di planet-planet yang lain. Disamping proses ini, TYM sendiri bisa langsung mengajarkan agama kepada umat manusia melalui expansi paripurnaNya yaitu dalam wujud Avatara pada setiap zaman, untuk memelihara keutuhan dari ajaran suci tersebut.

��

Peroses pengembangannya melalui sistem parampara–garis perguruan :A. Melalui sitem parampara (garis perguruan). Garis perguruan

artinya prinsip-prinsip agama (pengetahuan Veda) ditransfer dari guru ke murid,- ke murid,- ke murid dan seterusnya. Hal ini dimakasudkan agar pengetahuan itu utuh dapat diterima oleh para murid (sisya). Dalam kazanah Veda terdapat 4 (empat macam parampara/sampradaya), yaitu:

1. Brahma samparadaya, mulai dari Personalitas Tuhan Krisna Veda disampaikan kepada Dewa Brahma, ke Rsi Narada, ke Rsi Vyasa, ke Madhva sampai ke Bhakti Vedanta Swami Prabhupada. Sampai sekarang sampradaya ini yang masih utuh, yang menekankan pada bhakti marga.

2. Ludra sampradaya, menekankan pada aspek siddhi 3. Kumara sampradaya, menekankan pada aspek yoga-

meditasi 4. Lakmi sampardaya, menekan pada aspek kemak-

muran.B. Secara Langsung/lewat Avatara TYM. Ketika pada suatu

saat terjadi degradasi kualitas pelaksanaan agama, maka TYM turun menyampaikan ulang lagi prinsip prinsip agama. TYM menyampaikan agama mulai kepada Vivaswan (Dewa Matahari), lalu dewa Matahari menyampaikan ke Manu (leluhur manusia), dan selanjutnya disampaikan kepada Iksvaku. Untuk selanjutnya disampaikan kepada umat manusia lainnya. Hal ini dinyatakan secara tegas di dalam Bhagavadgita (Bg) sebagai Veda ke lima (Pancama Veda).

Bg. 4.7-8.

yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharataabhyutthanam adharmasya tadatmanam srjamy aham

paritranaya sadhunam vinasaya ca duskrtamdharma-samsthapanarthaya sambhavami yuge-yuge

��

“Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela – pada waktu itulah Aku Sendiri menjelma, wahai putra keluarga Bharata. Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku Sendiri muncul pada setiap jaman”. Pada umumnya orang menganggap bahwa Tuhan hanya berada di surga saja, tetapi sloka ini mengatakan Tuhan sewaktu-waktu bisa turun ke Bumi untuk menyelamatkan umat manusia. Jika Tuhan menganggap di Bumi ini terjadi gangguan bagi orang sadhu, beliau sendiri datang turun ke Bumi ini untuk melindungi orang sadhu dan menghancurkan orang jahat. Jika orang sadhu hidup nyaman maka agama akan berjalan dengan sempurna, berkembang dengan baik. Ketika Tuhan turun ke dunia material, Tuhan disebut ber-avatara, dengan mengambil berbagai macam rupa.

��

BAB IIIVEDA – PENGETAHUAN SPIRITUAL

1. Tujuan Belajar VedaKarena sumber agama Hindu adalah Veda, maka tujuan belajar

agama Hindu, dijelaskan dalam Veda. Artinya secara filosofis, tujuan belajar agama Hindu sama dengan tujuan belajar Veda. Swami Prakashananda Saraswati (2014), dalam bukunya The True History and The Religion of India, menyatakan bahwa Veda diturunkan oleh TYM pada 155,52 triliun tahun yang lalu. Beliau mengatakan, Veda mempunyai 3 makna, yaitu : (a) Veda ada secara abadi, (b) Veda adalah pengetahuan tentang Tuhan dan kita mengetahui

Tuhan melalui Veda, dan(c) Veda memberikan hal-hal utama yaitu kebahagian rohani

bagi kita semua.Veda merupakan pengetahuan rohani yang abadi diajarkan oleh

Tuhan pertama kali kepada Dewa Brahma dan Brahma mengajarkan kepada Guru Kerohanian di planet Universal (brahmananda), kemudian mengajarkan kepada manusia pada umumnya di planet bumi ini. Milenium tahun berjalan kemudian Rsi Vyasa (avatara Tuhan) menulis ulang Veda ini sebelum th 3.102 SM. Rsi Vyasa lahir th. 3309 bce.

Di dalam Pustaka Suci Bhagavadgita (Bg.15.15) disebutkan bahwa tujuan belajar Veda, adalah untuk mengerti tentang TYM – Krishna. Ini pernyataan Bg.15.15.

sarvasya caham hrdi sannivisto, mattah smrtir jnanam apohanam cavedais ca sarvair aham eva ca, vedanta-krd veda-vid eva caham

��

“Aku bersemayam di dalam hati setiap mahluk. Ingatan, pengetahuan dan pelupaan bersasal dari-KU. Akulah yang harus diketahui dari segala veda; memang Akulah yang menyusun Veda, dan Akulah yang mengetahui Veda”. Srimad bagavatam mengatakan Vasudeva para Veda–tujuan belajar Veda adalah mengenal Vaasudeva (Krishna).

Dalam sloka diatas sangat jelas dapat dipahami bahwa, mahluk hidup menjadi pintar dan bodoh disebabkan oleh karunia TYM. Veda disusun dan berasal dari TYM–Personalitas Tuhan Yang Maha Esa–Sri Krishna. Demikian pula tujuan belajar agama Hindu yang pada puncaknya, harus dapat mengetahui Tuhan Yang Maha Esa. Veda sendiri mengatakan bahwa DIRINYA bersifat kekal abadi. Telah diterima secara terbuka, bahwa Rsi Vyasa (avatara Krishna) menulis kembali pustaka suci ini dalam periode kemunculan Sri Krishna di bumi ini.

2. Pembagian Kitab Suci VedaVeda berasal dari kata Vid yang artinya pengetahuan. Arti lain

dari Veda adalah “buku ilmu pengetahuan”. Veda dibagi menjadi tiga bahasan umum, yaitu karma kanda, jnana kanda, dan upasana kanda. Ada banyak buku ilmu pengetahuan. Di India kitab-kitab pengetahuan disebut Veda. Di Negara Barat kitab pengetahuan disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Umat Islam mengakui Al Qur’an sebagai kitab suci. Maksud dari kitab-kitab tersebut adalah melatih kita manusia, agar kita mengerti kedudukan asli (yang sebenarnya/sesungguhnya), kita sebagai roh-roh suci, sebagai abdi Tuhan.

Dalam Veda, pengetahuan didefinisikan sebagai: ksetra-ksetrajnayor jna-nam–pengetahuan berarti mengerti badan ini, dan dia yang mengetahui badan ini (BG.13.3). Dalam memahami badan ini dan dia yang mengetahui badan, kita menemukan tiga kata kunci yaitu : (a). Tuhan Yang Maha Esa (yang mengetahui semua badan)(b). Mahluk hidup, dan(c). Alam (tempat kegiatan makhluk hidup).

��

Ada dua roh dalam setiap lapangan kegiatan/dalam setiap badan yaitu roh individual dan Roh Yang Utama (RYU). RYU adalah penjelmaan yang berkuasa penuh dari TYM yang berada dalam setiap badan mahluk hidup. RYU ini disebut juga Paramatma (yang mengetahyui semua badan). Sedangkan alam (prakrti) adalah tempat kegiatan mahluk hidup. Roh individual mengetahui badannya sendiri, dan tidak mengetahui badan individu yang lain. Tetapi Paramatma yang bersemayam didalam setiap badan mengetahui segala sesuatu pada semua badan mahluk hidup, pada semua macam kehidupan. Roh individual dan Paramatma adalah bersifat kekal, sedangkan alam tidak kekal atau sementara. Jadi veda merupakan kitab suci yang cakupannya sangat luas, menjelaskan situasi dan kondisi alam rohani (alam kekal abadi) dan alam material (yang sifatnya sementara) beserta berbagai kegiatan Tuhan dan mahluk hidup di kedua alam itu.

Aturan mungkin berbeda antar satu negara dengan negara lainnya, atau diantara salah satu kitab suci dengan kitab suci lainnya, itu tidak menjadi soal, sebab peraturan–peraturan itu dibuat sesuai dengan jaman, keadaan, dan mental–kesadaran rakyat di suatu daerah (desa, kala, patra). Tetapi prinsipnya sama yaitu pengendalian diri secara teratur.

Tidak mungkin ada kemajuan dalam pemerintahan atau dalam peradaban tanpa ada peraturan–peraturan. Di dalam Veda, Sri Krshna memberitahukan kepada Arjuna bahwa aturan-aturan didalam Veda adalah dimaksudkan untuk mengendalikan tiga sifat alam (sattva, rajas dan tamas). Sampai saat ini belum ada kitab suci yang menguraikan alam rohani Vaikuntha. Secara umum uraiannya hanya sebatas Surga dan Naraka saja.

��

Jumlah sloka (ayat) yang terkandung dalam setiap bagian pustaka suci Veda dapat dilihat seperti dibawah ini.

No. Bagian VedaJumlah

sloka/ayatKeterangan:

1

Catur veda :

Reg veda

Yayur veda

Sama veda

Atharva veda

10.552

1.925

1.875

5.982

Menjelaskan pemujaan kpd

para dewa, guna memper- oleh

kesejahtraan di dunia.

Total 20.334 sloka/ayat

2

Itiasa :

Ramayana

Mahabratha

24.000

100.000

Menjelaskan lilla / kegiatan TYM di

Bumi.

Jumlah 124.000 sloka

3

Purana :

Bhagavata purana

Visnu purana

Naradiya purana

Padma purana

Garuda purana

Varaha purana

Brahmanda purana

Brahma vaivarta purana

Markandeya purana

Vaman purana

Brahma purana

Bhavisya purana

Matsya purana

Kurma purana

Linga purana

Siva purana

Skanda purana

Agni purana

18.000

23.000

25.000

55.000

25.000

24.000

12.000

18.000

9.000

10.000

10.000

14.500

14.000

17.000

10.000

24.000

81.000

15.400

Menjelaskan kegiatan TYM di Alam

Semesta

Total 404.500.000 sloka

��

4.

5.

8

9

Bhagavad gita

Upanisad :

108 Upanisad

Manava Dharma Sastra

Upaveda* :

Arthaveda, Dhanurveda,

Gandharvaveda,

Ayurveda

Vedangga*:Nirukta,

Vyaka r ana ,Sh i kcha ,

Chandha, Jyotisha,

KalpaSutra.

700Menguraikan sabda Tuhan

Menguraikan tentang Brah-man

Menguraikan tata tertib / etika

manusia

Tentang perkembangan eko

nomi, ilmu perang, seni/ budaya,

pengobatan herbal.

Sumber: Halladara Das Ad. 2014. * Swami Prakashananda Saraswati,2014)

3. Pondasi Hindu Dharma-Agama HinduSupaya agama Hindu tetap eksis/ajeg sebagai mana yang

tercamtum dalam Veda, jika empat (4) tiang penyangganya masih kokoh utuh. Jika kaki agama itu tidak utuh, maka penganut Hindu akan terdegradasi–dimana moralnya akan merosot. Oleh karena itulah umat Hindu mesti mampu menjaga empat tiang ini. Di dalam Srimad Bhagavatam.1.17.24. tercantum empat tiang penyangga kesejahtraan (kerta) itu adalah:

tapah saucam daya satyam iti padah krte krtah

a. tapa = kesederhanaan/disiplin, dimana tapa ini dapat dilakukan dengan tidak makan berlebihan (hanya makan sesuai dengan kebutuhan minimal), dan tidak mabuk terhadap kekayaan maupun makanan dan minuman yang memabukkan. Aturan makan menurut Veda adalah mengkonsumsi makanan yang bersifat satvam dan makan makanan yang telah dipersembahkan kepada Tuhan terlebih dahulu. Lambung hanya setengahnya (0,50) diisi

��

dengan makanan padat, 0,25 nya air dan 0,25 nya lagi udara. Pagi hari makanan lembut, siang hari makanan padat dan sore hari kembali makanan lembut. Juga dibarengi dengan tidak minum minuman yang memabukkan.

b. saucam = kesucian/kebersihan. Kebersihan berarti berhubungan dengan badan. Ada tiga pangkal kesucian yaitu : badan (kaya), perkataan (vak), dan pikiran (manah). Tiga hal ini dikenal dengan Tri Kaya Parisudha. Untuk membersihkan badan orang disarankan mandi tiga kali sehari pakai sabun, sedangkan kesucian menyangkut kebersihan pikiran. Pikiran dapat disucikan dengan mantra. Mantra terdiri dari dua kata yaitu : manah-pikiran dan tra–pembebasan. Artinya membebaskan pikiran dari hal-hal yang bersifat material. Mantra juga sebagai alat sarana berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Kesucian lahir batin dilakukan dengan tidak melakukan hubungan suami istri yang tidak sah atau berselingkuh. Menyucikan perkataan atau lidah dilakukan dengan mendiskusikan kitab suci, atau berjapa (memuji nama Tuhan berulan-ulang). Dapat juga dilakukan dengan tidak/pantang memakan makanan yang tidak atau belum dipersembahakan kepada Tuhan.

c. daya=berkarunia/cinta kasih/welas asih. Sifat ini dapat dimunculkan dengan menjadi teman bagi semua mahluk (suhridam sarva bhutanam) atau tidak bermusuhan kepada makhluk apapun, atau lebih tegas lagi tidak menyakiti atau melakukan pembunuhan terhadap makhluk lain (ahimsa). Khususnya kepada hewan sapi, Weda memberi nasehat agar tidak menyakiti atau membunuh sapi, dan juga jangan makan daging sapi. Budha mengatakan ahimsa paro dharma (tidak membunuh/menyakiti merupakan dharma tertinggi umat manusia). Dalam Manu Smrti (hukum Manu.5.51), Manu sebagai leluhur manusia mengajarkan kepada keturunannya tidak menyakiti makhluk lain. Ada delapan orang/kelompok yang bertanggung jawab dalam pembunuhan binatang, yaitu : 1. Orang yang membunuh, 2. Orang yang mengijinkan/memerintahkan untuk membunuh, 3. Orang yang memasak, 4.

�0

Orang yang mendistribusikan (membagi-bagikan), 5. membeli dan menjual (pedagang), 6. Orang yang memakan, 7. Orang yang menghidangkan, dan 8. Orang yang mempersembahkan.Kedelapan orang/kelompok ini akan dihukum oleh Ibu Durga

ditempatkan di neraka, lewat Penguasa Neraka, Dewa Yama. Selama kurun waktu (tahun) sama dengan jumlah bulu binatang yang dibunuh. Berkaitan dengan pembunuhan, bagaimana nasib si pembunuh, dijelaskan dalam Upanisad mantra 2, sebagai berikut.

asurya nama te loka andhena tamasarvrtahtams te pretyabhigacchanti ye ke catma-hano janah

“Siapapun yang menjadi pembunuh jiwa, setelah meninggal harus masuk planet-planet yang disebut dunia orang tidak beriman, penuh kegelapan dan kebodohan”.

Paling tidak terdapat tiga macam hukum yang disediakan atau menanti di naraka (baca neraka). (Baca Veda-Manu Smrti dan Parasara Smrti tentang hukum memotong hewan). Dalam Kitab Srimad Bhagavatam 1.2.37-38, membunuh bintang tidak diperkenankan. Demikian pula pada bagian lain dari Kitab Srimad Bhagavatam yaitu tentang naraka. Naraka letaknya di sebelah selatan planet bumi, sedikit di bawah Pitraloka (tempat para leluhur), di atas lautan Garbho, kurang lebih berjarak 600.000 yojana dari bumi kita ini.

Orang yang berdosa, termasuk yang mempersembahkan daging akan dihukum di naraka. Di naraka ada 28 provinsi dengan berbagai macam hukuman (Visnu Purana dan Sb. jilid 8). Perjalanan sang roh dari bumi menuju naraka kurang lebih ditempuh selama 100 hari perjalanan sang roh. Bagian naraka tempat menghukum orang yang mempersembahkan daging sebagai bahan upacara disebut Visashana. Dalam tatanan yang lebih halus kegiatan membunuh termasuk mengumpat, berkata-kata kasar, memfitnah, irihati terhadap makhluk lain.

Dalam peradaban Veda usaha pemotongan hewan sangat dibatasi. Usaha mengembangkan memotongan hewan akan mengakibatkan:

��

bahaya kelaparan, suasana akan perang, merajalelanya penyakit menular, banyak musibah dan malapetaka lainnya yang tidak diinginkan (Penjelasan Srila Prabhupada, SB. 1.7.37). Sifat daya (cinta kasih) dapat terealisasi dengan baik, bila pola makan mengkonsumsi makanan yang satwik (vegetarian). Menurut Veda Smrti,5.18-21, menyebutkan, orang yang hidupnya tidak bisa tanpa makan daging, dia harus berpuasa selama satu bulan tujuh hari (42 hari), dalam setahun agar reaksi dari makan daging ternetralisir. Jika tidak, maka reaksi dari kegiatan pemotongan hewan harus dipertanggung jawabkan di neraka Raurava.

Manu menesahati keturunannya dalam penggunaan daging sangat terbatas. Hanya diperkenankan makan daging sebulan sekali. Pemotongan dilakukan pada hari tilem, malam hari, sekali tebas langsung mati, agar hewan tidak merasa sakit. Binatang yang boleh dipotong untuk dikonsumsi sangat terbatas, antara lain : kelinci, terenggiling, landak, biawak, badak, dan kura-kura. Ketika memotongpun ada perjanjian yang harus diucapkan dengan mantra, yang artinya : sekarang saya bunuh kamu, kemudian pada masa kehidupan yang akan datang kamu boleh membunuh saya (Manu Samhita 5.55). Utang pati dibayar pati. Reaksi dari pembunuhan hewan dapat dinetralisir dengan melakukan puasa selama 1 bulan 7 hari. Selanjutnya Hukum Manu 5.48. menyebutkan daging tidak akan bisa didapat tanpa menyakiti mahluk lain, dan penganiayaan terhadap mahluk hidup adalah suatu halangan/pantangan dalam mencapai kebahagian suci, oleh karena itu seseorang hendaknya menghindari mengkonsumsi daging. Pada jaman dahulu (jaman Veda), masyarakat dibolehkan makan daging, tetapi daging yang sudah diperciki air suci oleh Brahmana yang bonafid. Sekarang, dewasa ini tidak ada Brahmana yang berkualifisai bonafid karena pengaruh jaman kali (Kali Yuga). Pada Kali Yuga dinyatakan oleh sastra semua penduduk adalah sudra (kali sudra sambhawaha), penduduk yang tidak mengikuti aturan kitab suci dalam hidupnya.d. satyam=jujur atau setia dengan kebenaran. Kejujuran dapat

dipupuk dengan tidak melakukan spekulasi/tafsir, dan tidak berjudi (no gambling). Jujur berarti mengatakan kebenaran apa adanya, tidak menambahkan atau tidak mengurangi. Dalam penyusunan

��

karya ilmiah orang/sarjana yang tidak jujur adalah mereka yang melakukan plagiat. Satyam dapat ajeg jika tidak berspekulasi atau tidak main judi. Dalam kazanah Veda disebutkan bahwa lambang dari empat tiang ini adalah sapi Brahman, dimana setiap kakinya melambangkan satu tiang kesejahteraan.

Dharma juga mempunyai empat tiang penyangga, yaitu :1. Vidya : berpengetahuan kitab suci Veda. Pengetahuan dalam

Veda adalah pengetahuan mengenai badan jasmani, sang roh, dan Roh yang Utama. Badan jasmani tidak kekal, sedangkan roh dan Roh Yang Utama adalah kekal–ada selamanya. Jadi pengetahuan tentang diri kita yang sebenarnya dan hubungannya dengan Tuhan. Visnu Purana mengatakan jika tidak mempunyai pengetahuan Veda atau spiritual akan dikirim ke naraka.

2. Danam: dermawan, suka memberi atau membantu makhluk lain. Para-upakara bertindak untuk kesejahteraan makhluk lain, termasuk persembahan kepada Tuhan. Dana punia dapat dilakukan dengan uang atau bahan-bahan lainnya, dilakukan pada hari baik, kepada orang baik, dan ditempat baik/suci. Aturan kitab suci, yang wajib melakukan dana punia adalah mereka yang telah berkeluarga (grhasta). Jumlah danam berkisar 20 % - 50 % dari penghasilan. Atau senilai satu ekor sapi. Apa yang didermakan sebagai sumbangan semestinya ditujukan kepada Tuhan. Kita sebenarnya tidak memiliki apapun di dunia ini, segala sesuatu adalah milik Tuhan. Tuhanlah yang menciptakannya–‘aham sarvasya prabhavo’ kata Tuhan.

3. Tapasah : kesederhanaan, hidup sederhana berpikiran tinggi. Tapasa ini dilakoni dengan hidup vegetarian, dan sering berpuasa. Puasa yang paling mudah dilakukan adalah puasa ekadasi. Tidak makan biji-bijian serta hasil olahannya, pada 4-5 hari sebelum bulan mati (tilem) dan empat hari sebelum purnama. Tidak minum minuman yang memabukkan, termasuk narkoba. Narkoba adalah jenis minuman herbal para penduduk di Sapta Patala (Bilva Svarga). Dengan tapasya saddhana dan sradha akan semakin mantap.

��

4. Satya : kejujuran dapat dipupuk dengan tidak melakukan spekulasi atau tidak berjudi. Naraka merupakan tempat penyucian orang yang suka berbohong. Ibu pertiwi menanggung beban sangat berat, jika di dunia ini ada orang yang berbohong. Jadi sifat jujur merupakan sifat yang dapat membatalkan pergi ke naraka.Pada jaman Satya Yuga empat tiang ini masih kokoh-utuh, tetapi

sejalan dengan pergantian jaman maka tiang-tiang itu satu demi satu rapuh, dan sekarang pada jaman kali yuga/jaman besi/jaman kemerosotan masih tinggal satu tiang, yaitu satyam walaupun sedang digrogoti oleh ketidakjujuran-kebohongan (penipuan), kemunafikan. Para orang suci mengatakan pada jaman kali ini hampir 99 % orang tidak bertumpu pada keempat tiang penyangga agama ini. Sementara itu tiang adharma dalam bentuk : judi, mabuk-mabukan, selingkuh (jinah), menyakiti makhluk lain (himsa) (Sb 1.17.38). Gejala ini sudah umum terjadi di masyarakat yang katanya sekarang jaman modern. Akibat selanjutnya adalah muncul kesombongan, nafsu birahi, penipuan merajalela. Sangat jarang ada orang yang dapat memelihara empat tiang ini. Main judi merupakan sikap perlawanan dari sifat jujur. Siapapun yang terlibat dalam salah satu atau beberapa kegiatan diatas, sebetulnya mereka sedang dalam keadaan melaksanakan adharma, bukan agama.

Orang yang dapat menjaga tiang dharma, disebut orang sadhu (orang yang memang menerapkan prinsip veda–dharma/agama dalam hidupnya). Untuk menjadi orang sadhu pada dasarnya diawali ada keinginan, dengan merubah pola makan, dari makanan yang bersifat rajas, tamas menjadi makanan yang bersifat satvam. Orang sadhu, yaitu orang yang dalam hidupnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

Sb.3.25.21

titiksavah karunikan suhrdah sarva-dehinamajata-sastravah santah sadhavah sadhu bhusanah

titiksavah=toleran, karunikah=cinta kasih, suhrdah=berteman, sarva dehinam=semua mahluk, ajatah sastravah=tidak bermusuhan kepada semua mahluk, santah=santi=damai, sadhavah=hidupnya

��

diikat oleh sastra/kitab suci, sadhu busanah=sifat orang sadhu. Orang sadhu dalam hidupnya sehari hari, dia mempunyai sifat toleransi, mengembangkan cinta kasih kepada semua mahluk, damai, tidak melanggar aturan satra Veda, pergaulan satsangga (bergaul dengan orang-orang yang mengembangkan kesucian–spiritual).

Didalam Bhagavadgita, Sanjaya berkata :

yatra yogesvarah krsno yatra partho dhanur-dharahtatra srir vijayo bhutir dhruva nitir matir mama

“Dimanapun ada Krsna, penguasa kesaktian yoga, dan dimanapun ada Arjuna, sang pemanah terbaik, di sana pasti ada pula kekayaan, kejayaan, kekuatan luar biasa, dan moralitas. Inilah pendapatku.” Jadi dimanapun ada, atau muncul keperibadian TYM pasti di situ agama (moralitas) akan tegak berdiri. Karena dengan kehadiran TYM para atheis (adharma) tidak muncul. Tuhan bagaikan cahaya, dimana ada cahaya tidak akan ada kegelapan. Artinya, jika kita mengharapkan kekayaan, kejayaan, kekuatan, dan beragama yang sempurna pujalah–bersembahyang kepada Krishna sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Krishna telah berjanji “kini Ku nyatakan bahwa pengikut-penyembahKU tidak akan pernah binasa’’

4. Sistem Pembelajaran VedaAgama Hindu yang diajarkan kepada umat sesuai dengan Veda

disebut agama yang asli, kekal yang diintruksikan oleh TYM (sanatana dharma). Pengetahuan Veda merupakan pengetahuam rohani spiritual, yaitu pengetahuan yang menyangkut kegiatan rohani-kegiatan yang menuju dunia rohani. Menurut Dewa Brahma, belajar Veda sangat sulit “vedesu durlabhan, dan adurlabhan atma bhaktau” tetapi sangat mudah bagi penyembah Tuhan-Govinda (Brahma samhita, sloka 5). Pengetahuan ini sangat sulit bagi orang yang berpikiran rumit-rumit, tetapi mudah bagi orang yang berpikiran sederhana (simpel), tunduk hati, bersifat terbuka. Belajar agama (Hindu) sebenarnya belajar kitab suci Weda, karena filsafat dan pelaksanaan agama Hindu berdasarkan pada ajaran kitab suci Weda. Weda telah memberikan secara rinci

��

pelaksanaan agama, sayang kita malas mempelajarinya. Agama tanpa kitab suci adalah bukan agama.

Menurut Bhagavadgita, ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :1. Dengan cara induksi seseorang naik tingkat dengan pengetahuan

yang diperoleh oleh dirinya sendiri. Dalam cara ini seseorang berfikir, saya tidak akan peduli akan kekuasaan atau buku-buku. Saya akan mendapatkan pengetahuan sendiri dengan cara semadi, filsafat dan lain lain. Dengan cara ini saya akan mengerti tentang Tuhan. Dengan cara induksi orang pasti akan gagal.

2. Cara yang lain, yaitu deduksi berarti menerima pengetahuan dari sumber-sumber yang lebih tinggi yang dapat dipercaya. Dalam Brahmasamhita dikatakan bahwa orang yang menempuh cara induksi akan gagal untuk menginsafi Tuhan. Tetapi dengan cara deduksi seperti yang disampaikan oleh Sri Krsna di dalam bhagavadgita : Evam parampara praptam (Bg.4.2), yaitu melalui otoritas parampara (garis perguruan) guru-guru kerohanian, dan berpedoman kepada Guru, Sadhu dan Sastra, orang akan mudah menginsafi TYM. Sastra–guru–sadhu berada dalam satu garis lurus.

• Guru spiritual. Guru artinya berat, yaitu mempunyai tugas berat dalam memberi teladan, bimbingan dan mengajarkan dharma kepada masyarakat sesuai dengan kitab suci. Teladan yang diberikan tidak menyimpang dari guru parampara dan sastra, mengikuti petunjuk dan nasihat, serta pengalaman para guru sebelumnya dijadikan pedoman utama. Guru juga mempunyai kemampuan untuk menyampaikan prinsip-prinsip dharma kepada masyarakat. Siapapun yang mempunyai pengetahuan tentang Tuhan, dan berada dalam jalur garis parampara, dia berhak disebut guru atau menjadi guru (Caitanya Caritamrta, Madya 8.126). Seorang murid harus bernaung dibawah guru parampara. Manfaat mempunyai guru atau berguru adalah dapat dengan mudah memahami pengetahuan rohani, seperti yang disampaikan oleh Sanjaya murid Rsi Vyasa. Bacalah Bg 18.75 !

��

vyasa – prasadac chrutavan, etad guhyam aham paramyogam yogesvarat krsnat, saksat kathayatah svayam

“Atas karunia Vyasa, hamba telah mendengar perbincangan yang sangat rahasia ini langsung dari penguasa segala kesaktian yoga-Krsna, yang bersabda secara pribadi kepada Arjuna”. Rsi Vyasa adalah gurunya Sanjaya. Sanjaya adalah ajudan Raja Drstarata, ayah Duryodana. Atas karunia guru, orang/murid dapat melihat TYM. Dengan kata lain jika orang tidak memiliki guru parampara, ia tidak dapat menyadari TYM. Guru merupakan sosok yang sangat esensial keberadaannya dalam masyarakat. Tanpa guru seseorang tidak bisa maju dalam pelayanan bhakti. Dalam Srimad Bhagavatam 7.15.26 kedudukan guru uraikan:

yasya saksad bhagavati, jnana-dipa-prade guraumartyasad dhih srutam tasya, Sarvam kunjara-saucavat

“Guru spiritual hendaknya dipandang sebagai Tuhan secara langsung, sebab beliau memberikan pengetahuan rohani untuk tercapainya pencerahan. Karena itu, siapapun yang terus berpegang pada konsep material bahwa guru spiritual adalah manusia biasa, ia tidak akan sukses dalam segala hal. Pencerahan, pembelajaran dan pengetahuannya tentang Veda ibarat gajah mandi”. Demikian, jika belajar agama tanpa guru spritual tidak akan bermanfaat, atau sekalipun belajar dengan guru spiritual, jika sosok guru itu dianggap sosok biasa (tidak tunduk hati), pengetahuan yang diajarkannya akan hilang dengan sendirinya. Contoh, Raja Avangga Karna, ilmunya hilang saat bertempur melawan Arjuna.

Inilah pentingnya guru spiritual dalam hidup ini. Guru spiritual sangat membantu dalam memahami pengetahuan keinsafan diri. Itulah proses dalam memahami Veda yang dianjurkan oleh kitab suci. Itulah petunjuk kitab suci. Tidak benar belajar Veda bisa dengan belajar sendiri, cara itu adalah non sen. Tanpa karunia dari Guru dan Krishna, semua aktivitas kita akan gagal.• Sadhu (orang suci), yaitu orang yang telah bertindak sesuai dengan

kitab suci (sastra). Kegiatan sang sadhu diikat oleh ketentuan-

��

ketentuan sastra, dia tidak melanggar aturan sastra. Pendapat atau ajaran, atau perilaku para sadhu harus menjadi suritauladan bagi sisya atau masyarakat umum.

titiksavah karunikan, suhrdah sarva-dehinamajata-sastravah santah, sadhavah sadhu bhusanah

Jika dalam masyarakat tidak ada orang sadhu maka masyarakat itu akan salah arah, bagaikan tubuh yang tidak mempunyai kepala. Segera akan terjadi kekacauan, mana yang benar dan mana yang salah, tidak jelas. Karena tidak ada panutan, tidak ada penasehat, hukum tidak tegak.• Sastra, digunakan sebagai otoritas acuan atau sumber referensi

untuk mencocokkan pernyataan-pernyataan guru spiritual dan orang orang suci. Untuk mengetahui sabda TYM dan aktivitas Tuhan beserta para penyembahnya Yang Agung. Pernyaataan dan aktivitas Tuhan ada di dalam sastra Veda. Kita dapat mengetahui tugas kewajiban sebagai manusia. Bagaimana berinteraksi dengan sesama atau dengan mahluk lainnya. Dapat menggunakan sesuatu ciptaan Tuhan dengan benar. Sastra artinya senjata yang sangat ampuh untuk membimbing–meniti jalan kehidupan kita di dunia ini. Pengetahuan yang menyesatkan, yang menyebabkan orang merosot disebut asat sastra. Asat satra tidak kita perlukan dalam hidup ini. Dengan sastra kita bisa maju dalam kehidupan spiritrual.Juga Chandogya Upanisad 6.14.2 menganjurkan, dalam belajar

Veda harus menerima guru yang mempunyai atau berada dalam garis perguruan (parampara).

Acaryavan puruso veda

“Siapaun yang mengikuti garis perguruan (parampara) dari para acarya mengetahui segala sesuatu sebagaimana adanya”. Belajar Veda melalui parampara dimaksudkan agar murid memperoleh pengetahuan

��

yang benar–utuh dari TYM, tidak ditafsirkan, tidak dipelesetkan, tidak diselewengkan, tidak disimpangkan. Guru yang berada dalam garis parampara tidak akan melakukan penyimpangan sastra, karena belaiau juga menerima pengetahuan dari guru-dari guru-dari guru sebelumnya. Jika garis perguruan itu mengalami gangguan maka TYM turun beravatara dalam garis perguruan itu agar ajaran dharma itu utuh kembali. Contohnya, Sri Caitanya Mahaprabhu (avatara pada jaman kaliyuga) muncul dalam Brahma Sampradaya. Garis perguruan dimana didalamnya ada avatara Tuhan, garis perguruan itulah yang utuh.

��

BAB IVKEAGUNGAN KITAB SUCI

BHAGAVAD GITA (GITOPANISAD)

1. Maksud Bhagavad-gita DisabdakanPara acarya mengatakan bahwa Bhagavad-gita yang juga

disebut Gitopani-sada adalah intisari dari semua veda. Bhagavadgita adalah saint tentang Tuhan. Maksud Bhagavad-gita (Bg) adalah untuk menyelamatkan manusia dari kebodohan kehidupan material (maya) untuk dapat berbakti kepada Tuhan. Setiap orang mengalami kesulitan dalam banyak hal, seperti halnya Arjuna berada dalam kesulitan karena harus bertempur dalam Perang Kuruksetra. Arjuna berserah diri kepada Sri Krsna karena itulah Bhagavad-gita disabdakan. Kenapa Bg. disabdakan kepada Arjuna?, karena Arjuna mempunyai kualifikasi untuk bisa menerima Bhagavadgita. Bhagavadgita juga disebut gita saja (sabda Tuhan).

Bukan saja Arjuna, tetapi kita semua penuh dengan kecemasan disebabkan oleh keberadaan di dunia material ini. Keberadaan kita sendiri sesungguhnya ada dalam suasana ketiadaan. Tidak dimaksudkan bahwa kita diancam ketiadaan. Eksistensi kita adalah kekal. Tetapi bagaimanapun juga, kita ditempatkan dalam asat –berada pada sesuatu yang tidak kekal, sehingga sangat keras dipengaruhi oleh sifat alam yang tidak kekal.

Bhagavad-gita adalah bacaan yang sangat penting, yang bersifat spiritual, yang merupakan sabda Tuhan yang disampaikan secara ilmiah, terlepas dari doktrin-doktrin keagamaan yang terkadang tidak mampu memuaskan hasrat keingintahuan tentang fenomena ciptaan. Bhagavadgita menjawab segala pertanyaan yang mungkin muncul didalam benak kita sehubungan dengan identitas sejati kita, fenomena alam semesta ini, dan yang terpenting adalah kedudukan dan identias sejati Tuhan Yang Maha Esa (TYM).

�0

Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, seorang sarjana dan guru pengajar dibidang sastra Veda, dan wakil dari rangkaian perguruan guru-guru spiritual yang tanpa terputus (dalam garis Brahma sampradaya), yang berawal dari Sri Krshna, telah mengajarkan buku suci ini ke seluruh dunia. Krshna sendiri mengatakan : Bhagavadgita adalah kesusastraan rohani yang harus dibaca dengan teliti sekali.

Gita sastram idam punyam yah phatet prayatah puman

Kalau seseorang mengikuti ajaran Bhagavad-gita (Bg), sebagaimana mestinya, ia dapat dibebaskan dari segala reaksi karma dan kecemasan dalam hidup ini. Bhagavad-gita mengajarkan bagaimana umat manusia dapat lepas dari jeratan tali ikatan karma.

Visnoh padam avapnoti bhaya-sokadi-virarjitah

Ia akan dibebaskan dari rasa takut dalam hidup ini dan dalam penjelmaan yang akan datang akan bersifat rohani.

2. Keuntungan Membaca Bhagavad-gita:Manfaat material dan spiritual dari membaca Bhagavad-gita,

antara lain :1. Dia yang dikuasai oleh prarabdha-karma dapat menjadi mukta

(bebas) dan ia bahagia di muka bumi ini, bila ia mengabdikan diri pada pelaksanaan Gita secara terus menerus. Tidak ada karma baru yang akan menodainya.

2. Dosa-dosa betapapun berat dan menjijikkan, tidak akan pernah menodai dia yang senantiasa bermeditasi dan memusatkan pikiran kepada Gita.

3. Dimanapun kitab suci Bhagavad-gita disimpan atau dimanapun Gita dipelajari, semua tempat perjiarahan suci seperti Prayag akanada disana. Semua Dewa, Rsi, Yogi, Naga Surgawi,para Gopa, para Gopi, Narada, Uddhava dan segenap rekan mereka pastilah akan datang untuk menetap disitu.

��

4. Di manapun Gita dibacakan, ditanyajawabkan, didengarkan, diajarkan, atau dinarasikan, disanalah Aku (Sri Krsna) bertahta. Pertolongan apapun yang dibutuhkan di tempat itu akan segera diberikan.

5. Di antara semua tempat yang KU hadiri, Gita adalah kediaman terbaikKU. Itu adalah tempat persemayaman tertinggiKU dan AKU melindungi ke tiga dunia (bhur, bhuah, swah) ini dengan pengetahuan Gita.

6. Sipapun yang mengucapkan sepertiga dari Gita akan memperoleh jasa kebaikan yang diperoleh dari mandi di sungai Gangga. Dia yang mengucapkan seperenamnya akan mendapatkan pahala satu soma yadnya.

7. Dia yang membaca satu bab setiap hari dengan penuh rasa bhakti akan mencapai Rudraloka dan hidup disana selama masa yang sangat panjang, menjadi rekan Dewa Siva.

8. Siapapun yang membaca seperempat bab atau hanya seperempat sloka setiap hari, dipastikan akan lahir sebagai manusia selama satu manvantara (masa pemerintahan satu Manu)

9. Orang yang mengucapkan sepuluh, tujuh, lima, empat, tiga atau dua sloka atau bahkan setengah sloka Gita pastilah akan mencapai Candraloka selama sepuluh ribu tahun.

10. Dia yang meninggalkan badannya saat pembacaan Gita pasti akan mencapai kelahiran sebagai manusia.

11. Ia yang melaksanakan/mengamalkan Gita dalam hidupnya akan mencapai pembebasan. Orang yang menjelang ajal mengucapkan hanya kata Gita saja akan mencapai pembebasan.

12. Dia yang mengembangkan minat untuk mendengar Gita, walaupun telah berbuat banyak dosa, akan pergi ke Vaikuntha dan hidup bersama Sri Visnhu.

13. Dia dianggap jiva mukta, yang senatiasa bermeditasi pada makna Gita sembari melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Pada saat kematian, dia pasti mencapai dunia rohani (Vaikunthaloka)

14. Dengan berlindung kepada Gita orang menjadi suci sepenuhnya dan mencapai tujuan tertinggi. Seperti yang dilakukan Raja Janaka (ayah dari Dewi Sitha, istri Rama Chandra)

��

15. Pembacaannya tidak berguna dan segala usahanya sia-sia, bila seseorang tidak mengucapkan mahatmyam ini setelah menyelesaikan pembacaan Gita.

16. Dia yang mempelajari Gita, berikut uraiannya tetang keagungannya ini akan mendapatkan manfaat-manfaat sebagaimana disebutkan didalamnya, dan mencapai tujuan yang paling tinggi dan paling langka.

17. Dia yang mengucapkan mahatmyam yang Aku (Suta Gosvani) kumandang-kan ini setelah mempelajari Gita, akan mendapatkan phahala yang telah disebutkan di sini. (diambil dari Visnhu Purana).

3. Keagungan Bhagavad-gita (Gita-mahatmya).Bhagavad-gita adalah kesusastraan rohani yang harus dibaca

dengan teliti sekali. Gita sastram idam punyam yah phatet prayatah puman. Kalau seseorang mengikuti ajaran bhagavadgita sebagaimana mestinya, ia dapat dibebaskan dari segala kesengsaraan dan kecemasan dalam kehidupan ini.

Visnoh padam avapnoti bhaya-sokadi-virarjitah.

Ia akan dibebaskan dari rasa takut dalam hidup ini dan dalam penjelmaan yang akan datang akan bersifat rohani. (Gita-mahatmya 1)

gitadhyayana- silasya pranayama-parasya canaiva santi hi papani purva-janma- krtani ca

“Kalau seseorang membaca bhagavad-gita dengan tulus dan serius, maka atas karunia Tuhan segala reaksi perbuatannya yang salah dari dahulu tidak akan berreaksi lagi terhadap dirinya.” (Gita-mahatmya 2).

Tuhan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang yang berserah diri kepada-Nya, dan Tuhan meluputkan mereka dari segala reaksi dosa.

��

mala-nirmocanam pumsam jala-snanam dine dinesakrd gitamrta-snanam samsara-mala-nasanam

“Orang dapat membersihkan badannya setiap hari dengan cara mandi di dalam air, tetapi kalau seseorang mandi sekali saja dalam air suci Gangga Bhagavad-gita, maka hal hal yang kotor dari kehidupan materialnya dimusnahkan seluruhnya”. (Gita-mahatmya 3).

gita su-sugita kartavya kim anyaih sastra-vistaraihya svayam padmanabhasya mukta-padmad vinihsrta

“Oleh karena Bhagavad –gita adalah sabda Tuhan Yang Mahaesa - Krsna, orang tidak harus membaca kesusastraan Veda lainnya. Orang hanya perlu membaca dan mendengar Bhagavad-gita dengan penuh perhatian secara teratur. Pada jaman ini manusia begitu sibuk dengan kegiatan duniawi sehingga tidak mungkin membaca semua kesusastraan Veda. Tetapi ini tidak diharuskan. Buku yang satu ini, yakni Bhagavad-gita sudah cukup, sebab Bhagavad-gita adalah sabda Perso-nalitas Tuhan Yang Mahaesa - Krsna.(Gita-mahatmya 4.)

bharatamrta-sarvasvam visnu-vaktrad vinihsrtamgita-ganggodakam pitva punar janma na vidyate

“Orang yang minum air Gangga pasti akan mencapai pembebasan, apalagi orang yang meminum air Bhagavad-gita. Bhagavad gita adalah intisari Mahabharata dan sabda Sri Krsna sendiri, Visnu yang asli. (Gita-mahatmya 5).

Bhagavad-gita adalah sabda dari bibir Personalitas Tuhan Yang Mahaesa, dan dikatakan bahwa sungai Gangga berasal dari kaki padma Tuhan Yang Mahaesa. Tentu saja tidak ada perbedaan antara bibir dan kaki Tuhan, tetapi setelah mempelajari hal ini tanpa berat sebelah, kita akan menghargai bahwa Bhagvad-gita lebih penting lagi dari pada air suci sungai Gangga.

��

sarvopanisado gavo, dogdha gopala-nandanahpartho vatsah du-dehir bhokta, dugdham gitamrtam mahat

“Gitopanisad ini, Bhagavad-gita, hahekat segala Upanisad, adalah seperti seekor sapi, dan Sri Krsna yang terkenal sebagai seorang anak gembala sapi, sedang memerah susu dari sapi ini. Arjuna bagaikan anak sapi. Orang bijaksana, rsi-rsi yang mulya dan para penyembah murni Tuhan harus meminum susu abadi Bahagavad-gita. (Gita mahatmya 6).

Bhagavad-gita adalah esensi pengetahuan Veda karena disabdakan oleh Personalitas Tuhan Ynag Maha Esa. Bhagvad-gita (Bg) ditujukan untuk semua orang yang sedikit mempunyai waktu, dalam mendalami literature Veda yang sangat luas itu, seperti Upanisad-upanisad, Purana-purana,dan Vedantasutra. Tuhan yang penuh karunia telah mewariskan ajaran suci Bahagavad-gita, sehingga orang biasa mendapatkan instruksi dari Tuhan, sekalipun Tuhan tidak nampak bagi pandangan mata material. Indria indria material tidak dapat membuat perkiraan-perkiraan tentang Tuhan, tetapi dengan kekuatanNYa yang tidak bisa dipahami, Tuhan dapat menginkarnasikan diriNya sesuai dengan persepsi indria roh terikat dalam cara yang cocok melalui agen materi, yang juga merupakan bentuk lain dari energi Tuhan yang termanifestasikan.

Bagavad-gita adalah kitab suci otentik representasi suara Tuhan sendiri (song of god) adalah juga inkarnasi Tuhan.Tidak ada perbedaan antara representasi sabda Tuhan dengan Tuhan sendiri. Ada lima faktor penting yang dibahas di dalam Bahagavad-gita, yaitu : TYM (isvara), mahluk hidup, alam, waktu dan ruang, aktivitas. Di dalam Bahagavad-gita Tuhan dan mahluk hidup, kedua-duanya diuraikan sebagai sanatana atau kekal, dan tempat tinggal Tuhan jauh berada di luar angkasa material yang juga diuraikan sebagai sanatana (kekal). Mahluk hidup diajak hidup dalam eksistensi sanatana melalui proses sanatana-dharma. Bahagavad-gita memberikan cara kepada kita untuk mencapai tingkat kesempurnaan melalui proses pelayanan bhakti. Karena itu Bahagavad-gita dimaksudkan untuk menghapus segala jenis penderitaan (dosa).

��

4. Tujuan Belajar BhagavadgitaKitab suci Veda yang terdiri dari : empat Veda (Catur Veda),

Bhagavadgita, Purana, Itiasa, Upanisad, dan bahagian Veda lainnya, terdiri dari ratusan ribu sloka. Semua sloka itu tidak mungkin bisa habis dipelajari dalam hidup ini. Misalnya saja 18 Purana tersusun dari 400.000 lebih sloka. Jika kita bisa membaca 1 sloka setiap hari, dalam kurun waktu 100 tahunpun tidak akan bisa habis terbaca. Ada bagian bagian penting dari Veda yang bisa dibaca tanpa memerlukan waktu lama.

Dari sekian Veda yang memuat sabdha Tuhan Yang Mahaesa adalah Bhagavad-gita, yang teridiri dari 700 sloka. Kitab suci ini relative mudah diperoleh, dan terjangkau. Bhagavad-gita adalah ilmu pengetahuan kesadaran Krshna (Penjelasan Bhaktivedanta Swami Prabhupada terhadap Bhagavad-gita 6.8). Jika belajar Bhagavad-gita orang akan mengerti, mengetahui Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu Yayasan Darma Duta Indonesia, dan Yayasan Hindu lainnya telah mencetak Bg secara besar-besaran. Dan Yayasan-yayasan ini telah menyebar luaskan dan mengajarkan Bahagavad-gita kepada generasi muda Hindu dan masyarakat umum lainnya, agar menyadari eksistensi Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan tekun dan serius mempelajari Bhagavad-gita kita akan dapat memahami 6 pengetahuan penting, yaitu pengetahuan tentang :1. Ishan (Isavara = Personalitas Tuhan Yang Maha Esa)2. Atma (roh = diri kita yang sebenarnya)3. Karma (hukum perbuatan)4. Indrya (pengendalian indrya)5. Prakrti (alam semesta)6. Kala (waktu yang kekal)

5. Syarat Belajar Bhagavad-gitaAgar memperoleh hasil yang maksimal, hendaknya belajar

Bhagavadgitadilakukan dengan cara, berikut :1. Belajar dengan tekun,serius, dan tunduk hati2. Belajar di bawah sat sangga (jika perlu pendamping)

��

3. Mulai dengan membaca 1-3 sloka setiap hari bahasa Sansekrtanya, kemudian diikuti terjemahannya.

4. Kembangkan penghormatan kepada Bhagavadgita atau Sri Krisnha.

5. Rekamlah Bhagavadgita lalu taruh di HP sehingga setiap saat dapat bersama Krishna.

��

BAB VPERSONALITAS TUHAN

YANG MAHAESA (ISHAN)

1. Definisi Tuhan Yang Maha Esa Untuk dapat menjawab siapa itu Tuhan, tentu kita harus mengetahui

definsi Tuhan, bagaimana atributnya, bagaimana aktivitasnya, siapa saja nama namaNya, dan lain sebagainya. Veda mengajarkan bahwa Tuhan tidak terbatas. Tuhan Yang Mahaesa adalah satu untuk semua orang, tetapi orang-orang kebanyakan menganggap bahwa Tuhan itu banyak. Karena kemahakuasaannya beliau dapat melakukan ekspansi paripurna dengan berbagai macam wujud, sehingga nampak banyak Tuhan dan bisa nampak hanya satu. Tuhan bisa banyak atau sedikit, itulah sifat kemahakuasaan.

Om purnam adah purnam idam purnat purnam udacyatePurnasya purnam adaya purnam evavasisyate

“Personalitas Tuhan Yang Maha Esa adalah sempurna dan lengkap, dan oleh karena Beliau adalah sempurna dengan sepenuhnya, segala sesuatu yang berasal dari Beliau, seperti misalnya dunia ini yang dapat dilihat, dilengkapi secara sempurna sebagai kesatuan-kesatuan yang lengkap. Apapun yang dihasilkan dari keseluruhan yang lengkap, juga lengkap dengan sendirinya. Oleh karena Tuhan adalah keseluruhan yang lengkap yang berasal dari Beliau, Beliau tetap sebagai keseimbangan yang lengkap” (Sri Isopanisad).

Bagi umat Hindu hendaknya mencari nama Tuhan didalam kitab suci. Kitab suci bagaikan seorang ibu tempat bertanya siapa sang ayah. Dalam filsafat Veda, terdapat 1000 nama Tuhan. Tuhan bersifat acynthia abedabeda tatwa (dalam saat yang sama, berbeda dan sama). Dalam

��

saat yang sama dapat melakukan berbagai macam kegiatan, termasuk mampu memasukkan gajah ke lubang jarum, mampu membuat pohon beringin yang besar berada dalam sebuah biji kecil. Dalam kitab suci Tuhan disebut Bhagavan. Kitab suci Pancama Veda, 7.7. ditemukan mattah parataram nayat–penguasa yang paling tinggi (Parames-vara), tidak ada yang lebih tinggi dariNya. Sedangkan Bhagavata purana me-ngatakan janmady asya yato’nvayad itarasca atau sumber segala sesuatu adalah Brahman Yang Paling Utama.

Tuhan didefinisikan sebagi Personal yang tidak pernah gagal, selalu sukses, tidak bisa gagal, selalu berhasil, tidak pernah merosot atau kekal (Bg. 15.18). Jika ditemukan personal yang mempunyai ciri seperti itu, dialah Tuhan. Sekarang banyak orang di dunia ini mengakui nama Tuhan sesuai keinginannya, malah ingin dilayani sebagai Tuhan. Kenyataannya mereka selalu mengalami kegagalan. TYM dapat menunjukkan wujud kemahakuasaan, wujud universal (Virat-rupa), sedangkan yang lain/Tuhan palsu, tidak mampu.

2. Tuhan Yang Maha Esa (TYM) Menurut VedaVeda merupakan ibu kita, tempat kita bertanya siapa ayah kita.

Hanya ibu yang mengetahui ayah sejati kita. Ibu Veda menyebutkan, ada 12 mahajana, yang telah mengetahui tentang siapa Tuhan itu. Kalau kita mengikuti jejak dari 12 mahajana ini, pasti kita menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya, yang meru-pakan ayah dari semua mahluk. Kita tidak diperkenankan membuat atau me-nunjuk Tuhan sendiri, atau ditunjuk sesuai hasil rapat/pemilihan tanpa merujuk Kitab suci. Oh Tuhan itu ini, Oh dia itu Tuhan. Oh Tuhan benama ini, dll.

Wujud dan nama Tuhan sudah ada di dalam kitab veda, sudah ada sejak jaman purba sekali, disampaikan atau ditulis oleh Beliau sendiri ( Rsi Vyasa) dan dinyatakan oleh para Rsi yang mulya lainnya. Tidak ada seorang manusiapun ada sebelum Tuhan, maka Tuhan disebut Govinda (mahluk paling purba). Tidak ada suatu organisasi manapun dapat menciptakan Tuhan.

Tuhan itu mahluk purba (Govinda), beliau bersifat rohani ada selamanya (kekal), tidak merosot. Tidak ada yang lebih dulu/awal atau

��

yang lebih tinggi (supreme) dari Tuhan. Para rohaniwan mengenal TYM sebagai Brahman, Paramatma dan Bhagavan (Sb.1.2.11). Tuhan itu bukan Deva, para Deva adalah abdi Beliau. Dewa sebagai pribadi pengendali unsur-unsur alam semesta, yang unsurnya diciptakan/disediakan oleh Tuhan.

Duabelas mahajana tempat kita bertanya tentang Tuhan, yaitu : Brahma, Siwa, Rsi Narada, Catur Kumara, Yama (dewa Kematian), Sukadeva Goswami (anaknya Rsi Vyasa), Maharaja Janaka, Kapila, Pralada Maharaja, Bali Maharaja, Bhisma, Manu (Manusia pertama). Apa kata beliau tentang Tuhan. Beliau beliau itu, mengatakan Personalitas Tuhan Yang Mahaesa adalah Sri Bhagavan Krisnha (Sb.6.3.20). Tuhan bisa berwujud banyak dengan nama tersendiri. Nama atau wujud lain (perbanyakan paripurna) dari Tuhan antara lain : Narayana, Vasudeva, Sangkarsana, Mahavisnu, Balarama, Balabadra, Aniruda, Prajumna, Govinda, Gopala, Giridari, Rama, Narasinga, Madava, Tri-vikrama, Kesava, Madusudana, Hari, Mukunda, Rskesa, Paramesvara, Purusotama, Syamasundara, Yadhunan-dana, Yasodanandana, Devakinandana, Paramesthi,Yogesvara, Janardana, dan lain lain.

Dari sekian nama-nama itu para orang suci mengelompokkan menjadi dua, yaitu nama Utama primer dan nama kedua (skunder). Nama-nama Tuhan mempunyai potensi yang sama, nama satu dengan nama lainnya. Nama-namaNYa disesuaikan dengan fungsinya. Kalau kita menyebut nama Tuhan diluar dari nama yang tercamtum dalam kitab suci, maka Tuhan tidak akan respek, dimana nama yang kita sebut tidak mempunyai potensi ilahi. Salah kita menyebut nama beliau, kita telah melakukan kesalahan (nama aparada). Supaya tidak melakukan kesalahan, lebih baik kita mengikuti para orang suci khususnya nama yang telah ditulis oleh beliau sendiri (Rsi Vyasa).

Brahma sendiri mengatakan : isvarah parama krsna, sat cid ananda vigraha, anadi-adir govinda, sarva karana karanam. Kemudian Narada Muni dan Rsi Vyasa mengatakan : Krsna to bhagavan swayam. Juga Sukadeva Gosvami, ahli Veda, mengatakan vasudeva bhagavaty – Vasudeva-Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Padma

�0

Purana, Siva juga mengatakan - visnor aradhanam param, Sri Krishna–Visnhu itulah Tuhan. Para pengikut Siva, menyembah Siva sebagai Tuhan, mereka tidak mengikuti apa kata Siva (Mahadeva). Dewa–dewa yang agung mengatakan Visnhu–Krishna adalah Persolitas Tuhan Yang Maha Esa, apalagi Dewa–dewa biasa. Semua dewa bersujud dikaki padma Krishna. Kalau Brahma, kakek moyang kita, mahluk pertama di alam semesta ini mengatakan Krishna–Vasudeva-Govinda itu Tuhan, maka dengan lapang dada, pikiran terbuka kita semestinya mengikuti apa kata Brahma maupun Siva, jangan membuat nama sendiri sesuai kehendak kita. Dewa tertinggi Brahma, Siva, dan Rsi Vyasa, Narada Muni mengatakan kepada muridnya Druva Maharaja, Om namo Bha-gavate vasudeva ya, Krishna Tuhan Yang Maha Esa, apa alasan kita tidak mau mengikutinya? Secara etrika tidak ada alasan yang masuk diakal tidak mengakui Sri Krishna itu Personalitas Tuhan atau Sri Narayana.

Dalam Bhagavad-gita (Bg) Tuhan disebut Bhagavan Sri Krishna. Dalam Bg banyak sekali sloka-sloka yang mengatakan bahwa Sri Krsna adalah TYM sendiri, misalnya dalam Bg. 10.8.

aham sarvasya prabhavo, mattah sarvam pravartateiti matva bhajante mam, budha bhava samanvitah

“Aku adalah sumber seluruh dunia rohani dan seluruh alam ini. Segala sesuatu berasal dari Aku. Orang-orang bijaksana yang mengenal hal ini dengan sempurna menjadi sibuk berbhakti kepadaKU dan memuja Aku dengan sepenuh hati”.

ajo ‘pi sann avyayatma bhutanama isvaro ‘pi sanprakrtim swam adhisthaya sambhavamy atma-mayaya

(Bg.4.6)

“Walaupun Aku tidak dilahirkan, dan badan rohaniKu tidak pernah merosot, dan walaupun Aku Penguasa semua mahluk hidup. Aku masih muncul pada setiap jaman dalam bentuk rohaniKu yang asli”. Krishna

��

mengatakan bahwa Dirinya tidak dilahirkan dan bersifat rohani yang tidak pernah merosot. Walaupun Dia muncul setiap jaman tidak pernah merosot (tetap kekal). Jadi Krishna itu besifat kekal dan Beliau ingat dengan kelahiranNya terdahulu. Sangat berbeda dengan manusia, tidak kekal dan tidak ingat dengan kelahirannya terdahulu. Badan manusia berubah-ubah.

janma karma ca me divyam, evam yo vetti tattvatahtyaktva deham punar janma, naiti mam eti so arjuna

(Bg.4.9)

“Seseorang yang mengenal sifat rohani dari penjelmaan dan kegiatanKU, ia tidak akan lahir lagi di dunia ini setelah meninggalkan badannya, tetapi ia akan mencapai tempat tinggalKU yang kekal.”

na tad bhasayate suryo, na sasanko na pavakahyad gatva na nivartante, tad dhama paramam mama

(Bg.15.6)

“Tempat tinggalKu tidak diterangi oleh matahari, atau bulan, maupun dengan api atau listrik. Seseorang yang mencapai tempat tinggal itu tidak pernah kembali lagi ke dunia ini”. Tempat inilah disebut sebagai dunia rohani. Tempat ini terletak diatas Surga (tempat tinggal para dewa/malaikat). Dunia rohani bersifat kekal, sedangkan surga tidak kekal. Pada akhir kehidupan Brahma, surga akan di lebur, begitu pula planit bumi ini.

Kemudian Bg.9.11.

avajanati mam mudha, manusim tanumasritamparam bhavam ajananto, mama bhuta –mahesvaram

“Orang bodoh mengejek DiriKU bila Aku turun dalam bentuk seperti manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohaniKU sebagai TYM yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada”. Secara tidak langsung

��

Krishna mengatakan bahwa mereka yang tidak percaya bahwa Krishna adalah TYM, adalah orang yang kurang pengetahuan tidak menerima otoritas kitab suci veda.

Bg. 9.13-14 menyatakan :

mahatmanas tu mam partha, daivim prakrtim asritahbhajanty ananya-manaso, jnatva bhutadim avyayamsatatam kirtayanto mam, yatantas ca drdha-vratahnamasyantas ca mam bhaktya, nitya yukta upasate

“Wahai putra Prtha, orang yang tidak dihayalkan, roh-roh yang mulia, dibawah perlindungan alam rohani. Mereka tekun sepenuhnya dalam bhakti, karena mereka mengenal Diri-Ku sebagai Personalitas Tuhan Yang Mahaesa, asal mula dan tidak dapat dimusnahkan. Roh-roh yang mulia ini selalu memuji kebesaran-Ku, berusaha dengan ketabahan hati yang mantap, bersujud dihadapan-Ku dan senantiasa sembahyang kepada-Ku dengan bhakti”

Juga pada Bg. 18.55. dinyatakan :

bhaktya mam abhijanati, yavan yas casmi tattvatahtato mam tattvato jnatva, visate tad-anantaram

“Seseorang dapat mengerti tentangKU menurut kedudukanKU yang sebenarnya, sebagai Keperibadian Tuhan Yang Mahaesa, hanya dengan cara bhakti. Apa bila ia sudah sadar akan DiriKU sepenuhnya melalui bhakti seperti itu, ia dapat masuk ke kerajaan TYM”.

Sri Krisna sendiri mengatakan bahwa diriNYa lah TYM dan juga orang lain: 12 Mahajana, Rsi Narada, Rsi Vyasa, Rsi Asitha, Rsi Devala dan Arjuna sendiri telah mengatakan bahwa Krishna itu TYM. Sewajarnya kita mesti mengikuti pernyataan beliau-beliau itu. Tidak membuat sendiri Tuhan melalui pemilihan umum atau dengan jajak pendapat, atau melakukan sidang (rapat besar) untuk menentukan siapa itu Tuhan. Sederhana, hanya cukup mengikuti langkah para Acarya Agung saja.

��

Kemudian Bhagavata Purana mengatakan,(Sb.1.2.28-29)

vasudeva-para veda, vasudeva para makhahvasudeva para yoga, vasudeva-parah kriyah

vasudeva-param jnanam, vasudeva param tapahvasudeva-paro dharmo, vasudeva-para gatih

“Vasudeva (Sri Krishna) merupakan ojek, tujuan tertinggi pengetahuan-veda, tujuan melakukan yadnya (korban suci) adalah memuaskan Dia. Tujuan melakukan yoga adalah untuk menginsafi Vasudeva, semua pahala yang diperoleh sebagai akibat dari perbuatan (kryah) hanya diberkahi (karunia) oleh Dia. Dialah pengetahuan tertinggi, segala pertapaan yang dilakukan hanya untuk mengenal Beliau. Dharma (agama) adalah melakukan pelayanan cinta kasih rohani (sembahyang) kepada Dia, Dialah tujuan tertinggi kehidupan”.

Kita tidak boleh berpaling, harus menerima penjelasan Veda. Kalau kita sudah dapat menerima pernyataan Veda bahwa TYM itu adalah Krishna (Vaasu-deva). Sri Krishna sendiri, pada Dewa, para Rsi menyatakan bahwa Tuhan itu adalah Sri Bhagavan Krishna, marilah kita ramai-ramai berbhakti/bersembahyang kepada Beliau dengan semangat pelayanan (ngayah) bhakti yang murni.Tidak baik membuat Tuhan sendiri atau keluar dari penjelasan kitab suci.

Rsi Vyasa telah menulis nama-nama Tuhan di dalam Veda. Kalau kita mengakui bahwa Rsi Vyasa penulis Veda, kita harus mengikuti apa kata Beliau, akan tidak baik jika melakukan penyangkalan. Mahadeva mengatakan Visnu itu Tuhan, merupakan obyek tertinggi persembahyangan, tapi para pengikutnya mengatakan Siwa itu Tuhan, berarti pengikut yang demikian tidak menuruti perkataan Dewa Siva pujaannya. Etika yang benar bagi penyembah Siwa atau pengikut Siva (Sivais), semestinya menerima apa yang dikatakan oleh Sivaji. Siapapun yang menyatakan dirinya penyembah Siva, semestinya menuruti apa kata Dewa Siva.

Demikian juga etika penyembah Dewa Brahma dan penyembah Dewa lainnya. Kalau pengikut tidak menuruti perkataan atasan-

��

pemimpinnya, apa itu namanya pengikut atau pemuja? Itu namanya orang sedang melakukan kesalahan ( perlawan - aparada), kagiatan yang berdosa. Oleh karenanya mereka yang bersangkutan tidak mengetahui Tuhan selamanya. Kitab suci Bhagavad-gita mengatakan, orang yang berdosa tidak akan pernah damai, tidak sejahtera baik pada kehidupan sekarang, maupun dalam kehidupan yang akan datang.

3. Diskripsi Tuhan Menurut VedaTelah dikemukakan diatas, bahwa Tuhan itu adalah personal

yang maha kuasa, tidak ada personal yang lebih berkuasa atau lebih tinggi dari Tuhan. Tuhan mempunyai sifat acyntia (tidak dapat dipikirkan/dibayangkan) dan abeda beda (dalam waktu yang sama: sama dan berbeda). Walaupun begitu, karena Beliau murah hati kepada para penyembahnya, beliau berkarunia kepada penyembah-Nya untuk memperlihatkan wujud beliau (Visnhu murti) yang mungkin dapat diba-yangkan atau dapat dilihat dengan jelas oleh para abdi-penyembahnya.

Wujud Tuhan yang hebat, luar biasa disebut dengan Virat rupa (universal), dimana seluruh alam semesta berada didalam badan Beliau dalam wujud Maha-visnhu, dengan materi ciptaanNYa disebut Mahatatva. Sedangkan wujud yang diperlihatkan kepada penyembahnya atau kepada manusia, adalah wujud yang disesuaikan dengan kemampuan manusia, sesuai dengan kualitas manusia untuk memahamiNya. Ketika Beliau turun ke alam material dalam berbagai wujud (Visnhu tatva), tidak semua orang dapat memahaminya. Hanya penyembahlah yang dengan mudah dapat melihat dan memahaminya.

Tetapi tidak demikian bagi para atheis (asura). Para asura, walaupun Tuhan turun dan berdiri dihadapannya, mereka tidak dapat melihat bahwa yang dilihatnya itu adalah TYM. Seperti yang dialami oleh Duryodana, Raja Hastinapura, demikian pula oleh Kamsa, dan oleh Sisupala yang ingin membunuh Krishna.

atah sri-krsna namadi na bhaved grahyam indriyaihsevonmuke hi jihvadau svayam eva sphuraty adah

��

“Tiada seorangpun yang dapat mengerti sifat rohani, nama, bentuk, rupa, dan kegiatan Sri Krishna melalui indria-indria yang dicemari secara material. Hanya kalau seseorang kenyang secara rohani melalui pengabdian rohani kepada Tuhan, maka nama, bentuk, rupa, sifat dan kegiatan rohani Krsna diungkapkan kepadanya”. (Bhakti rasamrta sindhu.1.2.234). Bagi orang biasa, tidak akan mungkin dapat memahami Tuhan Krishna, bagaimanapun tingginya status material, tetapi bagi orang yang sudah melaksanakan pengabdian suci segera dengan mudah dapat mengerti, merasakan dan bahkan dapat melihat langsung rupa Tuhan.

Dalama pustaka suci Srimad-bhagavatam (skanda 1 bab 2 sloka 11) dikatakan bahwa :

vadanti tat tattva-vidas, tattvam yaj jnanam advayambrahmeti paramatmeti,bhagavan iti sabdyate

“Para rohanian yang berpengetahuan mengenal kebenaran mutlak menyebut substansi tunggal tersebut sebagai Brahman, Paramatma, atau Bhagavan”. Tuhan disebut Brahman ketika Tuhan tidak berwujud, tanpa rupa, ketika tidak menampakkan diriNya.* Brahman juga disebut sebagai Brahmajyoti, adalah sinar suci

Tuhan yang keluar dari badan rohani Beliau. Sinar ini merupakan tabir penghalang yang sangat kuat, yang tidak bisa ditembus oleh mata atau alat apapun. Dibalik sinar inilah personal Beliau berada. Brahman ini biasa dipuja oleh rohaniwan yang tidak mengakui Tuhan berwujud Personal (impersonalis). Di dunia material ini wujud personal Tuhan dalam bentuk Murthi (arca vigraha) baik dibuat dari tanah, kayu, logam, atau gambar (baca Padma Purana)

* Paramatma adalah aspek paripurna Tuhan yang berada setempat (local), merupakan tujuan dari para Yogi. Personalitas ini berada pada setiap atom, baikpada benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Paramatma mendampingi sang jiwa didalam badan material, sehingga dikatakan bahwa Beliau sebagai teman setia

��

makhluk hidup. Kemanapun sang roh pergi akan selalu didampingi oleh Paramatma. Kitab suci mengatakan besarnya Paramatma di dalam tubuh manusia adalah sebesar jempol jari tangan, kurang lebih satu inci. Ketika yadnya atau upacara dilakukan, Tuhan dalam wujud Peramatma inilah yang menerimanya.Bhagavan, adalah aspek Tuhan yang berwujud Personal/Pribadi

kekal–Tuhan yang asli, yang purba-Govinda. Merupakan obyek pelayanan bhakti bagi para penyembah atau bhakta(devotee). Dalam pustaka suci veda ditemukan bahwa hanya Sri Krsna yang disebut bhagavan–Sri Bhagavan Krsna (baca Bhagavad-gita). Bhagavan berarti yang Maha kuasa, Maha kaya, Maha sakti, Maha menarik dan Maha bebas, tidak terikat serta Maha besar (6 M).

Dalam pustaka suci Srimad-bhagavatam.3.28.13-14, dikatakan bahwa bagi para rohaniwan yang telah berhasil bebas dari hutan lebat hayalan, terbebas dari ikatan tiga sifat material, dapat melihat Tuhan dengan tanda-tanda sbb:

prasanna-vadanambhojam, padma-garbharuneksanamnilotpala-dala-syamam, sanka-cakra-gada-dharam

lasat-pankaja-kinjalka, pita-kauseya-vasasamsrivatsa-vaksasam bhrajat, kaustubhamuka-kandharam

“Personalitas Tuhan Yang Mahaesa memiliki raut wajah yang riang dan seperti bunga padma, dengan mata kemerah-merahan laksana bagian dalam bunga padma dan memiliki badan berwarna kehitam-hitaman laksana kelopak bunga padma biru. Dia membawa sangka, cakra, dan gada di tiga tanganNya. PinggangNya dibalut oleh kain yang berkilauan, berwarna kekuning–kuningan seperti tangkai sari bunga padma. Di dadaNya terdapat tanda Srivasta, yakni deretan rambut putih ikal. Permata kaustubha yang cemerlang menggantung di leherNya.

Selanjutnya Sb 3.28.15-16 mengatakan :

matta-dvirepha-kalaya, paritam vana-malayaparardhya-hara-valaya, kiritangada-nurupam

��

kanci-gunollasac-chronim, hrdayambhoja-vistaramdarsaniyatamam santam, mano-nayana-vardhanam

“Tuhan juga memakai seuntai garlan terbuat dari bunga padma hutan yang menawan di leherNya, dan sekerumunan lebah, yang mabuk karena aroma wanginya, mendengung di sekitar garlan tersebut. Lebih lanjut lagi Tuhan terhias sangat indah dengan kalung mutiara, sebuah mahkota dan sepasang gelang lengan, gelang tangan serta gelang kaki. Pinggang dan pingulNya dibalut ikat pinggang. Tuhan berdiri diatas bunga padma hati penyembahNYa. Dia sangat menawan untuk dipandang, dan wajahNya yang damai, menyejukkan mata dan jiwa para penyembah yang memandang Dia.”

Demikian pula pada Sb 3.28.15-16 memberikan ciri lanjutan yaitu :

apicya-darsanam sasvat, sarva-loka-namaskrtamsantam vayasi kaisore, bhrtyagnugraha-kataram

“Secara kekal Tuhan sangatlah rupawan, dan Dia pantas dipuja oleh seluruh penghuni setiap planet. Dia senantiasa muda dan segar, dan selalu ingin memberi berkat kepada para penyembahNya.”

Selanjutnya dijelaskan juga bahwa telapak kakiNya berwarna merah delima, yang terhias dengan tanda tanda petir, tongkat penghalau gajah (pecut), bendera, dan bunga padma. Dari jempol kakiNya mengalir air suci sungai Gangga.

Dalam Svetasvatara Upanisad 3.19, menyatakan

apani-pada janavo grahita, pasyaty acaksuh sa srnoty akarnahsa vetti vedyam na ca tasyati vetta, tam ahur agryam

purusam mahantam

“TYM tidak memiliki tangan dan kaki material, tetapi dapat menerima apapun yang dipersembahkan kepada Beliau, dan dapat berpindah sangat cepat. TYM tidak mempunyai telinga dan mata

��

material, tetapi dapat melihat dan mendengar segala sesuatu. DIA yang mengetahui segala sesuatu, dan DIAlah yang harus diketahui oleh semua mahluk. Dikatakan bahwa Beliau yang paling baik, dan paling besar dari semua personal” TYM bersifat rohani kekal tidak pernah gagal, tidak dapat merosot, paling agung, paling berkuasa, paling besar dan paling sakti/kuat.

4. Para Dewa-Pengendali Unsur Alam MaterialMenurut Purana, dewa berarti sinar (div) atau juga berarti bermain.

Dewa diartikan sebagai mahluk yang beraktivitas sangat kuat, berwajah ganteng, dan cantik. Agama yang lain seperti Kristen dan Islam, juga mempunyai dewa seperti Serafi, Sherubhi, Dominion, Angel. Dalam Islam dikenal Gabriel, Mikhayel, Asriyal, Israfin.

Di alam semesta ini ada dua jenis mahluk yang mengendalikan alam semesta ini. Yaitu Tuhan (god) sebagai sumbernya dan para deva (demi god) sebagai mahluk perkasa setengah Tuhan, yang dikuasakan oleh Tuhan untuk memelihara dan mengawasi segala fungsi material. Dewa merupakan perpanjangan tangan atau pembantu, menteri Tuhan dalam menjalankan fungsi material alam semesta ini, seperti memanaskan, menyirami, atau menerangi alam semesta. Dalam melaksanakan tugasnya para Dewa dipimpin oleh Indra Dewa yang berstana di surga (swahloka).

Misalnya tersedianya angin dikendalikan oleh Dewa Vayu atau Marut, tersedia air oleh dewa Varuna, tersedianya sinar/panas oleh dewa Surya, Hujan oleh Dewa Indra, penerangan bulan dan malam oleh dewa Candra, kematian oleh dewa Yama, karma/hukuman dikendalikan oleh Shanni, pengetahuan dan kebudayaan oleh Saraswati, seni oleh Chitragada, kekayaan oleh Sri Laksmi, Api oleh Agni. Keuangan Kubera (bendahara surga), dan raja para Yhaksa dan Ganas, Angkasa oleh Dyaus, Bumi/tanah oleh Prtivi. Dan air oleh Varuna, energy negative oleh Dhurga. Penciptaan oleh Brahma, penghancuran oleh Siwa, dan pengobatan oleh Asvini. Yadnya oleh Prajapati Dhaksa, yoga oleh Catur Kumara. Pertanian oleh Balarama, Hewan oleh Siva, malam dan hutan oleh Candra. Yama pengendali agama dan kematian serta Naraka, pergerakan/pemeliharaan oleh Visnu, dan lain lain.

��

Jumlah dewa terkemuka sebanyak 33 orang, yang memimpin 330 juta dewa lainnya. Dewa utama terdiri dari 12 Aditya, 8 vasu, 11 Rudra, 2 Asvini (dokternya para dewa). Ada yang mengatakan 2 itu adalah Prajapathi dan Indra. Pedoman pemujaan kepada para Dewa diatur dalam Catur Veda. Dibawah para dewa atau yang disebut semi deva, yaitu: Yakhsa, Gandarva, Kinara dan Kim-purusa. Jadi secara rata-rata setiap Deva mempunyai komunitas 10 juta dewa.

Daftar 33 dewa utama, sebagai berikut :12 Aditya (12 anak Aditi) 11 Rudra (eka dasa rudra) 8 Vasu:

1. Dhata2. Aryama3. Mitra4. Sakra5. Varuna6. Anila7. Bhaga8. Vivasvan/Surya9. Pusa10. Savita11. Tvasta12. Visnu/Vamana

1. Ajaikapat2. Ahirbudhnya3. Virupaksa4. Suresvara5. Jayanta6. Bahurupa7. Aparajita8. Savitra9. Tryambaka10. Vaivasvata11. Hara/Siva

1. Dhara2. Dhruva3. Soma/Candra4. Ahas5. Anila6. Pratyusa7. Prabhasa8. Anala

Ditambah : 32. Indra dan 33. Prajapati. (ada 23 Prajapati)

Sumber : Puranic Encyclopaedia, 1993.

Para dewa tergantung dari TYM. Berkat-berkat yang diberikan oleh para Deva kepada penyembahnya tergantung dari TYM. Para dewa mengikuti aturan main yang telah ditetapkan oleh TYM–tad visnoh paramam padam sada (kaki padma Sri Visnhu merupakan tujuan tertinggi bagi semua deva). Regulator kegiatan dari para Dewa adalah Brahma, sehingga Brahma disebut Vidhi (regulator). Brahma adalah dewa pertama yang lahir di alam semesta ini. Dari Brahma menyusul Dewa–dewa lainnya termasuk raksasa dan manusia, sehingga ia juga disebut sebagai moyang mahluk hidup. Para dewa berfungsi untuk mengendalikan unsur-unsur alam semesta ini, agar berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karenanya mereka sering di puja oleh mahluk manusia untuk mendapatkan sesuatu. Status para dewa dijelaskan dalam Bg. 10.2.

�0

na me viduh sura-ganah, prabhavam na maharsayahaham adir hi devanam, maharsinam ca sarvasah

“Baik para dewa maupun rsi-rsi yang mulya tidak mengenal asal mula maupun kehebatan-KU, sebab dalam segala hal, Aku adalah sumber dewa-dewa dan rsi-rsi.’

Pada umumnya orang menyamakan TYM dengan para dewa, tetapi sloka ini tegas mengatakan bahwa TYM merupakan sumber semua dewa. TYM berbeda dengan dewa, dewa berasal dari TYM, dan dewa adalah para menteri TYM dalam urusan alam semesta. Oleh karena itu janganlah menuhankan para Dewa. Lagi pula diuraikan di dalam Sri Isopanisad.

narayanad brahma jayate, narayanad prajapatih prajayate,narayanad indro jayate, narayanad astau vasavo jayante

narayanad ekadase rudra jayante, narayanad dvadasadityah

Semua kesustraan veda setuju bahwa Krsna-Narayana adalah sumber Brahma, Siwa dan semua dewa lainnya. Juga Upanisad mengatakan bahwa pada awal ciptaan, yang ada hanyalah Narayana, belum ada Brahma, belum ada Siva, api, bulan, bintang-bintang, maupun matahari, bulan. Dari Narayana Dewa Brahma lahir, dari Narayana Prajapati (leluhur para mahluk hidup), dari Narayana Dewa Indra lahir, dari Narayana delapan Vasu lahir, dari Narayana sebelas Rudra (termasuk Dewa Siwa) lahir, dan dari Narayana dua belas para Dewa lahir. Tiga puluh tiga dewa penguasa alam semesta ini lahir dari Narayana Tuhan Yang Mahaesa. Dengan me-mahami sloka ini, jelas menerangkan bahwapara Dewa tidak sama dengan TYM. TYM adalah penyebab utama dan pertama atau awal.

Pemujaan terhadap para dewa dan yang lainnya, Krisna bersabda dalam Bg. 9.25 sebagai berikut :

yanti deva-vrata devan, pitrn yanti pitr-vrtahbhutany yanthi bhutejya, yanti mad-yajino ‘pi mam

��

“Orang yang menyembah dewa akan dilahirkan di tengah-tengah masyarakat dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang me-nyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk mahluk seperti itu, dan orang yang menyembahKU akan hidup bersama KU.”

Pendapat yang mengatakan siapapun yang dipuja akan memperoleh hasil yang sama, atau akan mendapat tempat yang sama, tidak dibenarkan oleh sloka ini. Setiap macam pemujaan atau sembahyang akan memperoleh hasilnya sendiri, seperti yang diuraikan oleh sloka diatas. Pada sloka yang lain dikatakan bahwa orang yang menyembah para dewa adalah dimaksudkan untuk menyembah TYM, tetapi dilakukan dengan cara yang keliru (Bg.9.23).

Ketika Arjuna memohon kepada Krsna untuk memperlihatkan wujud universalNya, Krsna memperlihatkan wujud yang diminta itu, dan Arjuna dapat melihat perwujudan seperti pernyataan berikut :

Bg.11.21 – 22.

ami hi tvam sura-sangha visanti, kecid bhitah pranjalayo grnantisvastity uktva maharsi-siddha-sanghah, stuvanti tvam

stutibhih puskalabhihRudraditya vasavo ye ca sadhya, visve svinau marutas

cosmapas cagandharva-yaksasura-siddha –sangha, viksante tvam

vismitas caiva sarve

“Semua kelompok dewa menyerahkan diri dihadapan Anda, dan masuk kedalam diri Anda. Beberapa diantaranya sangat ketakutan, dan mereka mempersembahkan doa pujian sambil mencakupkan tangannya. Banyak rsi yang mulia dan mahluk-mahluk yang sempurna yang sedang berseru, “Semoga ada segala kedamaian” sedang berdoa kepada Anda, dengan menyanyikan mantra-mantra veda. Segala manifestasi dari Dewa Siva, para Aditya, para Vasu, para Saddhya, para Visvadeva, dua Asvin, para Marut, para Leluhur, para Gandharva, para Yaksa, para Asura dan dewa-dewa yang sempurna memandang Anda dengan rasa kagum”.

��

Dalam dua sloka ini, apa yang disampaikan oleh Arjuna, atas apa yang telah disaksikannya, bahwa para dewa dan yang lainnya sibuk memuja Tuhan Krsna, berdoa dengan mengucapkan mantra-mantra veda. Pada akhirnya Arjuna berkata : tvam adi-devam purusah puranas tvam asya vivasya–Andalah (Krisnha) Personalitas Tuhan Yang Mahaesa, pelindung utama alam semesta. Dewa saja menempati kedudukan yang lebih rendah dari TYM, apalagi manusia jauh lebih rendah lagi. Agar lebih gamblang berketuhanan, pembaca dipersilahkan membaca Kitab Bhagavadgita bab.11, dan yang senang yoga baca Bhagavadgita bab 6.

5. Avatara Tuhan Yang MahaesaJika terjadi goncangan atau ketidak beresan pelaksanaan agama

di Alam semesta, orang-orang sadhu terganggu, maka Tuhan Yang Mahaesa turun memperbaiki keposisi semula, mengembalikan lewat proses AVATARA. Avatara artinya TYM turun dari dunia rohani ke dunia material, untuk melakukan misi tertentu, baik di planet-planet atas maupun di planet-planet bawah. Di dalam kitab Caitanya-caritamrta Madya. 20.263-264 definisi tentang avatara dijelaskan.

Avatara didefinisikan sebagai :

srti-hetu yei murti prapance avatare, sei isvara-murti avatara nama dare

mayatita paravyome sabara avasthana, visve avatari dhare avatara nama

“Avatara, atau penjelmaan TYM, turun dari kerajaan Tuhan untuk perwujudan material. Bentuk khusus keperibadian TYM yang turun seperti itu disebut penjelmaan atau avatara. Penjelmaan penjelmaan seperti itu berada di dunia rohani, kerajaan TYM. Apabila mereka turun ke dalam ciptaan material, mereka diberi nama avatara”.

��

Jadwal turunnya avatara diuraikan dalam Bg.4.7- 8.:

yada yada hi dharmasya, glanir bhavati bharataabhyutthanam adharmasya, tadatmanam srjamy aham

paritranaya sadhunam, vinasaya can duskrtamdharma-samsthapanarthaya, sambavami yuge yuge

“Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan dharma merosot dan hal hal yang bertentangan dengan dharma (adharma) merajalela–pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, wahai putra keluarga Bharata. “Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman.” Kapan terjadi kemerosotan dharma, sementara semakin berkembangnya adharma (hal-hal yang bertentangan dengan dharma) ketika itu Tuhan turun beravatara. Krishna beravatara sekali dalam satu hari Brahma. Dewasa ini kita berada dalam siang harinya Brahma.

Ada banyak macam avatara, misalnya Purusa avatara, Guna avatara, Lila avatara, Saktyavesa avatara, Manvantara avatara, dan Yuga avatara. Semuanya muncul tepat pada jadwal di alam semesta. Sri Krisna adalah TYM, yang merupakan sumber semua avatara (avatari). Krisna turun pada setiap jaman, termasuk jaman kali sekarang ini. Penjelmaan Krisna jaman kali adalah Sri Caitanya Mahaprabhu, personalitas yang mengajarkan sembahyang dengan cara sankirtan yadnya. Pada puncaknya jaman kali akan turun Kalki avatara. Secara umum jumlah avatara yang di kenal oleh umat Hindu di Indonesia adalah 10 personal. Dalam Srimad-bhagavatam Canto 1. disebutkan lebih dari 10 avatara. Jumlah avatara yang disebutkan dalam kitab suci itu adalah :1. Brahma, 2. Kumara (4 kumara), 3. Rsi Narada (gurunya

Vyasadeva), 4. Rsi Nara Narayana, 5. Kapila Deva, 6. Dattatreya, 7. Rayagriva, 8. Hamsa, 9. Prsnigarbha, 10. Yajna, 11. Rsabha Deva, 12. Prthu, 13. Matsya, 14. Varaha, 15. Kurma, 16. Dhanvantari, 17. Mohini, 13. Nrsimha deva, 14. Vamanadeva, 15. Parasurama, 16. Vyasadeva (penulis veda), 17. Rama Candra, 18. Balarama, 19. Sri Krsna (sumber avatara = avatari), 20. Buddha, 21. Kalky, 22. Gaurangga.

��

Avatara dapat dibedakan lagi menjadi beberapa bagian, misalnya:a. Avatara Utama (primer), disebut svarupavatara dalam wujud sat

cid ananda, seperti : Rama, Narasinga dan Krisna.b. Avatara skunder, merupakan bagian atau perbanyakan paripurna

Tuhan, seperti Parasurama,Vyasa, disebut juga sebagai satyavesa avatara.

c. Manvantara avatara, yaitu avatara yang muncul pada setiap jaman (yuga) sbb :

No. Yuga : Nama Avatara yang muncul:1. Satya yuga Matsya, Kurma, Varaha, Narasingha2. Trita yuga Vamana, Parasurama, Rama Candra

3. Dvapara yuga Sri Krisna

4. Kali yuga Buddha, Sri Caitanya Mahaprabhu / Gau rangga (1478)5. Akhir Kali yuga Kalky avatara

Svarupavatara dapat dibagi lagi menjadi Amsa rupavatara, dan purnavatara.

Dalam wujud amsa rupavatara, Tuhan tidak sepenuhnya berwujud manusia, misalnya : matsya, varaha, vamana. Sedangkan dalam wujud purna avatara kualitas dan kekuatanNya penuh, seperti Narasingha, Rama. Narasinga dan Rama disebut pula Lila avatara.

Pada jaman kali ini TYM juga turun beravatara dalam wujud Nama Suci, dengan mengucapkan nama Suci TYM, sebenarnya kita sudah dapat berhubungan dengan TYM. Karena Beliau bersifat rohani/absolute/kekal, maka di dalam nama suci wujud Beliau juga ada. Kehebatan atau kemuliaan nama Suci sama dengan kehebatan Personal TYM atau kemulyaan Beliau. Seperti misalnya Hanuman–abdi dari Rama Candra, ketika diuji oleh Rama dengan panah. Hanuman sakti terus mengucapkan nama suci Rama:

Jay Rama Sri Rama Jay Jay Rama

Panah Sri Rama tidak bisa mengenai Hanuman, panah itu berputar putar me-ngelilingi Hanuman sakti. Demikian pula ketika

��

Idrajit (anaknya Rahwana) bertempur dengan Laksmana. Sementara pertempuran berlangsung, istri Indrajita selalu tekun memuja Sri Rama dengan mengucapkan mantra Jay rama sri rama jay jay rama, Indrajit tidak bisa dikalahkan oleh Laksmana. Jadi didalam nama suci Tuhan, terdapat wujud Beliau disana. Rsi Narada memberikan mantra ampuh untuk diucapkan agar dapat bertemu dengan Tuhan, kepada muridnya Druva Maharaja, Om namo bhagavate vasudeva ya.

Mantra-mantra itu disabdakan oleh Tuhan ataupun oleh utusan Tuhan, atau oleh para Rsi yang mulya. Tidak ada mantra yang tidak menyebut nama suci Tuhan. Dalam Narayana upanisad, disebutkan Om namo narayana ya

Dalam mengucapkan nama Suci TYM, orang melakukan nama aparada (kesalahan) pada awal-awal pengucapannya, kemudian berangsur angsur menjadi benar suddha nama. Jika terjadi nama aparada, dengan terus menerus dilatih maka akan ada perubahan secara perlahan menjadi suddha nama (bebas dari kesalahan). Ketika sudah mencapai suddha nama, maka sekali saja mengucapkan nama Beliau, maka TYM akan muncul secara personal. Pada kondisi seperti ini, tujuan pembelajaran Veda/agama telah tercapai. Secara umum orang masih banyak melakukan kesalahan.

6. Metode Mencapai TYM – Sri Krshna.Orang yang telah mencapai TYM disebut mukti/moksa, karena

ia tidak akan kembali ke dunia matrial ini. Tempat TYM disebut Vaikunthaloka, dimana pusatnya disebut Goloka. Planet rohani yang berada di Vaikuntha adalah kekal, sehingga disana tidak ada kematian, usia tua, selalu damai, tidak ada penyakit, semua mahluk disana sadar, pohon yang tumbuh disana disebut kalpataru, sedangkan sapinya disebut sapi surabi. Tetapi Tuhan juga berada dimana-mana dalam wujud aspek lokalnya.

Pohon kalpataru adalah pohon yang dapat memenuhi segala keinginan, akarnya di atas dan daun, bunga buahnya berada di bawah. Sehingga orang dengan mudah dapat memetiknya, tidak perlu naik ke

��

pohonnya. Demikian pula sapinya, dapat menghasilkan susu sebanyak yang diperlukan. Para penduduk disana tidak memerlukan kendaraan, dia dapat terbang sesuka hatinya. Para penduduk disana mirip/hampir sama dengan TYM. Sulit membedakan TYM dengan pelayannya. Jadi tempat ini merupakan tujuan yang paling utama/tinggi.

Hukum waktu yang mengatur kemana tempat yang dituju setelah sese-orang meninggal, diuraikan didalam Bg. bab. 8. Seperti yang dikutip dibawah ini.

Bg. 8.6. menyatakan,

yam yam vapi smaram bhavam, tyajaty ante kalevaramtam tam evaiti kaunteya, sada tad-bhava-bhavitah.

“Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan dicapainya, wahai putra Kunti.”

Bg.8.5. menyatakan, “Siapapun yang meninggalkan badannya pada saat ajalnya, sambil

ingat kepada-KU, segera mencapai sifatKU. Kenyataan ini tidak dapat diragukan”.

Agar dapat mencapai Tuhan Yang Mahaesa Bg .8.7 memberi nasihat,

tasmat sarvesu kalesu, mam anusmara yudhya camayy arpita-mano-bhuddir, mama evaisyasy asamsayah

“Karena itu, hendaknya engkau selalu berpikir tentangKU dalam bentuk Krishna dan pada waktu yang sama melaksanakan tugas kewajibanmu. Dengan kegiatanmu dipersembahkan kepadaKu, pikiran dan kecerdasanmu dipusatkan kepadaKU, tidak dapat diragukan bahwa engkau akan mencapai kepadaKU”.

Bg. 8.14. menyatakan,

ananya-cetah satatam, yo mam smarati nityasahtasyaham sulabhah partha, nitya-yuktasya yoginah

��

“Aku mudah sekali dicapai oleh orang yang selalu ingat kepadaKU tanpa menyimpang sebab dia senantiasa tekun dalam bhakti”

Bg.8.15. menyatakan,

mam upetya punar janma, duhkhalayam asasvatamnapnuvanti mahatmanah, samsiddhim paramam gatah

“Sesudah mencapai kepadaKU, roh roh yang mulya, yogi yogi dalam bhakti, tidak pernah kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan (lahir mati tua penyakit berulang kali), sebab mereka sudah mencapai kesempurnaan tertinggi”. Di dalam Bhagavadgita, dunia fana ini disebut nityam asukham lokam.

Keyakinan merupakan hal yang paling penting dalam menginsafi existensi TYM. Ini ditekankan dalam Bhagavad-gita. Keyakinan berarti mempunyai kepercayaan (sradha) yang sangat kuat terhadap sesuatu yang baik. Dalam hal ini yakin terhadap; Guru, sadhu, sastra dan vakya. Kita harus mepunyai keyakinan terhadap apa kata-kata guru, apa kata orang sadhu/orang suci, yakin terhadap apa yang tercantum dalam sastra veda, dan percaya terhadap apa yang disabdakan oleh Tuhan Krsna dalam Kitab Bhagavad-gita dan Srimad-bhagavatam.

Setelah yakin, kita harus mempunyai komitmen untuk melaksanakannya dalam bentuk pelayanan suci bhakti. Kita siap tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan dharma dan siap pula untuk melakukan dan memperjuangkan prinsip-prinsip dharma, termasuk mendorong melakukan kegiatan yang dapat mendorong kemajuan sipiritual.

Kemudian Bg 9.34 menjelaskan bagaimana kita bersembahyang kepada Tuhan Krisnha

Bg. 9.34.

man-mana bhavo mad-bhakto mad-yayi mam namaskurumama evaisyasi yuktvaivam atmanam mat-parayanah

��

“Berpikirlah tentangKu senantiasa, jadilah penyembahKu, bersujud kepadaKu dan menyembahKu sepenuhnya secara khusuk, pasti engkau akan datang kepadaKu” Tuhan Yang Maha Esa-Krishna memberikan arahan kepada setiap orang, agar mereka khusuk bersembahyang kepadaNya. Itulah cara sembahyang yang sempurna. Dengan cara ini jaminannya adalah dapat bertemu dengan Tuhan.

Rupa Goswami mengatakan di dalam buku Bhakti-rasamrta-sindhu.1.4.15-16. bahwa segalanya mulai dari sraddha (keyakinan) yang selanjutnya langkah demi langkah maju menuju cinta bhakti rohani – prema:

adau sraddha tatah sadhu-sango ‘tha bhajana-kryatato nartha-nivrttih syat tato nistha rucis tatahathasaktis tato bhavas tatah premabhyudancati

sadhakanam ayam premnah pradurbhave bhavet kramah

Pertama tama harus ada sraddha–keyakinan; berikut sadhu sangga–bergaul dengan orang suci; setelah itu bhajana-krya–peraktik rohani, lalu anartha-nivrtti–hilangnya semua kesalahan-kesalahan atau halangan. Berikutnya nistha–keyakinan teguh; Lalu ruci–rasa; lalu dikuti dengan asakti–keterikatan, lalu bhava–kegiatan suci, kemudian prema–cinta kasih rohani. Kata kunci dari sloka-sloka diatas adalah selalu ingat dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan untuk dapat ingat dianjurkan melaksanakan bhakti yoga. Atau selalu berada di jalan bhakti.

��

BAB VIATMA – SANG JIVA (ROH)

1. Diri Kita Bukan Badan JasmaniPelajaran tentang sang roh merupakan pelajaran tahap permulaan

belajar spiritual atau agama (sanatana dharma). Orang yang spiritual artinya mereka yang mengerti bahwa dirinya bukan badan, tetapi adalah sang jiwatma atau spirit, yang merupakan bahagian kecil-percikan dari TYM, yang bersifat kekal. Dia–orang yang spiritual telah dapat memahami badan yang masih hidup dan badan yang telah mati (jasad). Badan yang masih hidup, sang roh masih didalamnya, tetapi pada badan yang telah mati, sang roh sudah pergi keluar. Selang beberapa saat badan itu (jasad) itu akan membusuk dan terurai ke unsur-unsur asalnya. Badan yang masih hidup. dapat berkembang, berjalan, makan, bicara, dan lainnya, tapi badan yang sudah mati tidak bisa apa-apa.

Pada umumnya orang menganggap bahwa setelah meninggal semuanya habis, hilang, hancur. Tetapi sangat berbeda dengan keterangan yang tercamtum dalam pustaka suci Bhagavad-gita dalam bab. 2, mulai dari sloka 13–sloka 30, yang menguraikan secara panjang lebar tentang diri kita. Disitu dijelaskan bahwa diri kita bukan badan, tetapi adalah sang roh/atma yang kekal seperti sifat TYM. Secara kualitas roh sama dengan TYM, tetapi secara kuantitas, roh merupakan percikan yang sangat kecil dari TYM.

Dinyatakan dalam Bg.15.7–mamaivamso jiva-loke jiva bhutah sanatanah–para mahluk hidup di dunia yang terikat ini, adalah bagian-bagian percikan yang kekal dari DIRIKU. Setiap mahluk hidup adalah roh yang individu, dan ia mempunyai individualitas pribadi dalam bentuk kemerdekaan yang kecil. Sang roh tidak pernah lebur kedalam badan rohani Tuhan. Karena masing masing mempunyai individualitas, personal. Dengan menyalahgunakan kemerdekaan itu ia menjadi terikat

�0

berbadan jasmani, tetapi jika menggunakan kebebasan itu dengan sebenarnya, ia selalu terbebaskan/tidak diikat oleh sifat alam material, sehingga berbadan rohani.

Baik dalam keadaan bebas atau terikat mahluk hidup tetap bersifat per-sonal kekal, seperti TYM yang kekal. Dalam keadaan pembebasan ia dibebaskan dari pencemaran alam material ini, dan ia tekun dalam pengabdian rohani kepada TYM. Sebaliknya dalam kehidupan terikat, ia dikuasai oleh sifat-sifat alam material (diikat oleh sifat alam–tri guna: satvam, rajas, dan tamas), dan akibatnya ia melupakan cinta bhakti rohani kepada Tuhan. Sebagai akibat selanjutnya, ia harus berjuang keras untuk memelihara kehidupan di dunia material. Hubungan sang roh dengan Tuhan bagaikan matahari dengan sinarnya, bola matahari adalah TYM, sedangkan sinarnya adalah sang roh/jiva.

Bahagian Veda yang lain, memberikan ungkapan-ungkapan tentang sang roh, seperti berikut : ** Aham brahmasmi–aku adalah roh kekal abadi (Brhad Aranyaka

Upanisad 1.4.10). ** Tat twam asi–kamuadalah jiwa rohani yang kekal (Chandagya

Upanisad 6.8.7). ** So’ham asmi–aku adalah jiwa spiritual kekal abadi (Isa Upanisad,

matra 6) Tubuh mahluk hidup (manusia ?) terdiri dari 5 unsur kasar (Panca

maha bhuta: tanah, air, api, udara, eter), 3 unsur halus (pikiran, budhi, ego palsu), dan roh dibungkus oleh 5 jenis udara (prana. apana, vyana, samana, dan udana). Dalam Katha Upanisad 1.3.3-4, dijelaskan hubungan sang roh dengan badan.

atmanam rathinam viddhi, sariram ratham eva cabuddhim tu sarathim viddhi, manah pragrahameva ca

indriyani ayan ahur, visayams tesu go-caranatmendriya-mano-yuktam, bhoktety ahur manisinah

“Roh yang individual adalah penumpang di dalam kereta badan jasmani, dan kecerdasan adalah kusir. Pikiran adalah tali kekang untuk

��

mengendalikan, dan indria-indria adalah kuda. Seperti itulah sang roh menikmati atau menderita sehubungan dengan pikiran dan indria-indria” Dari semua unsur ini yang terpenting adalah sang jiwa/roh/sukma seperti dinyatakan dalam Chandogya Upanisad (5. 1.15). “Di dalam badan makhluk hidup, unsur yang paling penting bukan daya bicara, daya melihat, daya mendengar, maupun daya pikir; yang paling penting ialah nyawa, pusat segala kegiatan”.

Nyawa atau sang roh tidak akan pernah mati, tetapi badan pada suatu waktu akan mengalami kematian, kerusakan, kehancuran. Badan akan berubah tumbuh dan berkembang dari kecil menjadi gede, tua kemudian mati, rusak. Sedangkan sang jiwa mulai dari badan kecil sampai tua, dan numitis kembali tetap tidak pernah berubah (kekal)

Dalam Svetasvatara Upanisad 5.9 dan Mundaka Upanisada 3.1.9, ukuran sang roh disebutkan sepersepuluh ribu (1:10.000) ujung rambut, terletak di dalam/disekitar jantung, di dampingi oleh aspek lokal TYM–Paramatma. Kemanapun sang roh pergi tetap didampingi dengan setia oleh Paramatam. Kitab suci mengatakan Paramatma adalah teman sejati sang roh mahluk hidup.

Paramatma memberikan bimbingan dan mendampingi sang roh kemana mereka pergi, baik dalam perbuatan buruk ataupun dalam perbuatan baik. Setelah kematian, sang roh mendapat badan baru lagi. Sang roh tidak dapat dimusnahkan, besifat kekal, tidak dilahirkan dan tidak pernah berubah, tidak dapat dipotong potong menjadi bagian-bagian dengan senjata apapun, tidak terbakar oleh api, tidak basah oleh air, atau terkeringkan oleh angin. Ia hidup untuk selamanya. Ketika roh meninggalkan badan, proses itulah disebut kematian.

Kematian berlaku bagi badan, tetapi tidak ada kematian bagi sang roh. Walaupun badan berubah, tumbuh kembang dari badan bayi, anak anak, anak, dewasa, dan tua, sang roh tetap saja tidak berubah, dia kekal dan tidak pernah dilahirkan, tidak laki dan juga tidak perempuan.

Perpindahan sang roh dari badan ke badan lain, dijelaskan dalam Bg.2.13. sbb:

��

dehino ‘smin yatha dehe, kaumaram yauvanam jaratatha dehantara-praptir, dhiras tatra na muhyati

“Seperti halnya sang roh terkurung di dalam badan terus menerus mengalami perpindahan, di dalam badan ini, dari masa kanak kanak sampai masa remaja sampai tua, begitu juga sang roh masuk kedalam badan lain pada waktu meninggal. Orang yang tenang, tidak bingung karena pergantian itu”. Kalau kita belum dapat memahami diri kita yang sejati adalah sang roh, atau masih melihat mahluk lain dengan pandangan material, berarti masih diikat oleh sifat-sifat alam. Belum dapat melihat yang sebenarnya.

Pandangan ini dapat membuat kita iri terhadap mahluk lainnya. Usaha untuk mencapai kedamaian belum berada pada jalan yang benar. Jika sudah dapat melihat sang roh di dalam setiap badan, maka jalan menuju kedamaian sudah hampir dekat. Tidak akan ada rasa iri terhadap mahluk lain, karena sudah dapat memandang mahluk lain adalah saudara, ayah kita satu yaitu TYM. Sifat iri akan berubah menjadi sifat persaudaraan. Kita sebenarnya berkeluarga besar dengan mahluk lainnya.

Perpindahan sang roh dari badan yang satu ke badan yang lain (misalnya dari badan manusia ke badan babi) disebut samsara atau biasa juga disebut dengan reinkarnasi. Secara normal, setelah kematian sang roh pergi ke Pitra loka diterima oleh Aryama penguasa Pitraloka, kemudian ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya dengan mengikuti berbagai macam hukuman.

Hukuman diatur oleh Deva Yama (Dharma Raja) sesuai dengan karmanya di bumi. Roh yang saleh akan dikirim ke svarga oleh Dharma Raja. Yama raja dibantu oleh pengikut-nya yang bernama Chitragupta. Chitragupta bertugas mencatat karma sang roh dan mencatat waktu kematian. Perjalan sang roh setelah meninggal, diuraikan secara detail dalam Garuda Purana.

��

2. Tanda Tanda Kematian (Sang roh akan keluar dari Badan) Kematian hanya berlaku bagi sang badan (badan jasmani), tetapi

sang roh tidak mengalami kematian (kekal). Mati berarti sang roh keluar dari badan jasmani, mati juga berarti pelupaan–lupa dengan badan yang lalu, karena telah memperoleh badan baru. Setelah kematian, sang roh berpindah ke badan yang lain. Tanda kematian tercantum di dalam Siva Purana, dimana Dewa Siva me-nyampaikan tanda-tanda kematian yang sudah dekat, kepada Dewi Parvati, antara lain :1. Seseorang tidak melihat bayangan, jika dia berhadapan dengan

sinar matahari, tapi orang lain dapat melihat bayangannya.2. Gigi-gigi lepas, dan lidah kaku (dekat waktunya).3. Warna yang dilihat hanya warna hitam, tidak ada warna lain yang

dilihatnya (dekat waktunya).4. Melihat matahari, bulan dan langit berwarna merah (meninggal 6

bulan lagi).5. Mimpi melihat atau ditangani burung hantu.6. Dikerubuti oleh lalat-lalat (dekat waktunya).7. Mimpi burung gagak/merpati/burung pemakan bangkai hinggap

diatas kepalanya.8. Tidak dapat melihat bintang Druva (bintang timur). Umur tidak

lebih dari 6 bulan.9. Bayangannya tidak ada, baik di kaca, air, ataupun minyak (waktu

6 bulan).10. Badan pucat, berwarna kuning, merah, putih.11. Mimpi dicari kucing hitam.12. Mulut, lidah, mata, dan telinga kaku, seperti batu (waktunya

dekat).13. Tidak mempunyai bayangan kepala atau tubuh terlihat hanya

sebagian/sebagian hilang (waktunya dekat).14. Tangan kiri berbunyi seminggu (masih hidup kurang lebih 1 bulan

lagi).

��

3. Nitya Siddha (Roh Bebas) dan Nitya Baddha (Roh Terikat)Di dunia ini ada dua macam keberadaan sang roh, yaitu yang satu

roh terikat. Artinya sang roh diikat oleh triguna (satvam, rajas tamas) tidak bisa lepas selamanya. Yang satu lagi adalah roh yang bebas, ia tidak diikat oleh triguna. Ia bebas, karena ia telah melaksanakan tugas kewajibannya dengan benar. Sedang roh yang terikat tidak melakukan tugas kewajibannya, alias malas.

Tugas kewajiban yang hakiki dari manusia adalah mengabdi, tugas ini tidak terbantahkan. Setiap orang di dunia ini pasti sebagai abdi atau pelayan. Kitab suci mengatakan bahwa kewajiban yang telah ditetapkan bagi sang roh adalah melibatkan diri dalam kegiatan (lila) TYM, atau kegiatan penyembahnya, karena roh adalah abdi TYM maka harus ikut serta dalam kegaiatan majikannya. Sebagai abdi Tuhan Yang Mahaesa itulah dharma manusia yang sesungguhnya.

Secara tegas kewajiban itu diuraikan dalam system varna asrama. Manusia yang mengikuti atau melaksanakan tugas kewajibannya dengan benar, ia akan menjadi roh yang nitya siddha, yaitu bebas dari pengaruh maya, tidak terikat dengan hal-hal material, Jadi ia telah berada pada kedudukan yang benar (kris-nera nitya dasa–pelayan Tuhan yang kekal). Dalam pengertian yang lebih luas adalah pelayan dari pelayan Tuhan (dasa dasa anu dasa).

Sedangkan yang lain, yang tidak melakukan tugas kewajiban yang telah ditetapkan, ia akan diikat selamanya di dunia material ini, berusaha keras untuk hidup, tidak dapat mencapai pembebasan. Pergi naik ke alam yang lebih tinggi-surga, habis menikmati disana, turun lagi ke bawah sampai ke naraka. Pergi naik turun dengan mendapatkan berbagai macam badan. Badan ikan, badan burung, badan hewan, badan manusia, raksasa, deva dan lainnya. Begitu terus silih berganti dalam 8.400.000 jenis badan. Roh semacam ini disebut nitya baddha, mengalami berkali kali reinkanasi/samsara/pergantian badan (baca Bg. bab 9, sloka: 20-21). Tidak bisa terhindar dari: Janma (lahir), mrtyu (mati), tua (jara) dan penyakit (vyadhi). Bagi roh hanya ada dua pilihan, melayani Tuhan atau tidak melayani Tuhan (melayani maya). Tidak ada melayani maya dan juga melayani Tuhan. Atau mencari moksa dengan mengembangkan nafsu–kama. Tidak ada keterangan dalam kamus Weda.

��

Secara umum umat Hidu di Indonesia mengenal evolusi badan secara terbatas, dengan istilah Ingkel yaitu : wong (manusia), sato (binatang), mina (ikan), manuk (aves), taru (pohon), buku (tanaman berbuku). Padahal penderitaan di alam material ini mulai dari indra sampai gopha. Filsuf Barat-Darwin mengatakan manusia berasal dari moyet. Badan sebetulnya juga berevolusi, dari badan binatang air meningkat sampai badan Dewa.

Sang jiwa memendam icca–keinginan menikmati sendiri, dan dvesa–keengganan melayai TYM. Icca dvesa samutthena sarge yanti parantapa–ingin menikmati sendiri (seperti Tuhan) dan enggan melayani Tuhan (ingin menjadi Tuhan) maka sang mahluk hidup jatuh ke alam material (Bg. 7.27). Sifat seperti ini harus dihilangkan dari dalam pikiran, dan dari hati yang paling dalam, dengan cara belajar banyak mendengar Kitab suci Veda, seperti telah dinyatakan dalam Sb. 1.7.7 sebagai berikut,

yasyam vai sruyamanayam krsne parama-purusebhaktir utpadyate pumsah soka-maha- bhayapaha

“Hanya dengan menerima literatur Veda ini, melalui cara mendengar, perasaan untuk melakukan pelayanan bhakti dengan cinta kasih kepada Sri Krishna Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, segera terwujud, untuk memadamkan api penyesalan, illusi dan rasa takut”. Dasar bhakti itu adalah mendengar kitab Veda, yang dapat dilakukan dengan menggunakan pantat kita untuk duduk mendengarkan kitab suci atau membaca kitab suci. Pelayanan dalam cinta kasih kepada Tuhan dimulai dari mendengar tentang DIA. Cara ini merupakan cara yang sangat sederhana tapi efektif. Belajarlah untuk mendengar dengan baik, kemudian akan memperoleh perkembangan cinta murni kepada Tuhan. Kemudian dilanjutkan dengan pelayanan kepada bhagavata dengan tunduk hati.

��

4. Mujurnya Badan ManusiaAlam menyediakan 8.400.000 jenis badan (Padma Purana). Dari

8.400.000 jenis badan, 400.000 jenis manusia (termasuk dewa dan raksasa). Badan manusia merupakan jenis badan yang sangat sulit untuk diproleh. Kitab suci mengatakan durlabham manusam janma. Kita harus berevolusi melalui 8 juta jenis badan, baru kemudian mendapat kesempatan mendapat badan manusia sekali saja. Berevolusi dalam 8 juta jenis badan memerlukan waktu berjuta-juta tahun, sangat lama.

Sb. 7.6.1 mengatakan :

sri-prahrada uvaca,kaumara acaret parjno, dharman bhagavatan iha

durlabham manusam janma, tad apy adhruvam arthadam

“Prahlada Maharaja berkata : Orang yang cukup cerdas, hendaknya menggunakan kelahiran sebagai manusia sejak dari kecil mempraktekkan pelayan bhakti, meninggalkan kesibukan lainnya. Badan manusia sangat jarang diperoleh, walaupun besifat sementara seperti badan mahluk lainnya, tetapi sangat berarti karena dalam kehidupan sebagai manusia, orang bisa melakukan pelayanan bhakti. Walaupun sebentar saja, pelayan bhakti dapat memberikan kesempurnaan”.

Sloka ini menunjukkan kemurah hatian Tuhan untuk memberikan badan manusia bagi sang roh, dan menganjurkan agar menggunakan kesempatan kelahiran sebagai manusia untuk melakukan pelayanan bhakti kepada TYM. Karena dengan badan manusialah bhakti mulai tumbuh. Badan manusia bagaikan kapal yang sangat andal untuk menyeberangi lautan kelahiran dan kematian yang berulang-ulang. Sementara mahamantra (japa mantra) sebagai angin yang mendorong lajunya perjalan kapal, sedangkan sang guru kerohanian sebagai nahoda kapal tersebut agar kapal terarah dalam menyeberangi glombang lautan kelahiran dan kematian untuk mencapai tempat yang dituju yaitu alamat Tuhan.

��

Dalam Sb. 1.2.10 dicamtumkan tujuan hidup manusia;

kamasya nendriya pritir, labho jiveta yavatajivasya tattvajijnasa, nartho yas ceha karmabhih

“Tujuan hidup hendaknya tidak pernah diarahkan menuju kepuasan indera material/indrawi. Sebaiknya orang hanya menginginkan pembebasan diri, sebab manusia dimaksudkan untuk dapat bertanya tentang Kebenaran Mutlak. Inilah, tidak ada hal lain yang menjadi tujuan pekerjaan seseorang.”

Kedudukan dasar sang roh/jiwa adalah sebagai abdi dari TYM–Krshna, seperti dinyatakan dalam Cc Madya 20.108, Jivera svarupa haya krsna nitya dasa–kedudukan sejati (svarupa) sang jiwa (mahluk hidup) adalah sebagai pelayan kekal Tuhan Krshna. Ekale isvara krsna ara saba bhrtya- penguasa/pengendali hanya satu yakni TYM–Krshna, semua mahluk lain adalah pelayanNYA (Cc Adi 5.142)

Ada ayat yang sangat baik sekali sehubungan dengan hal ini :

tyaktva sva-dharmam caranambujam harer, bhajann apakvo ‘tha patet tato yadi

yatra kva vabhadram abhud amusya kim, ko varta apto ‘bhajatam sva-dharma-tah

“Kalau seseorang meninggalkan tugas-tugas kewajibannya dan bekerja dalam bhakti kemudian jatuh karena belum menyelesaikan pekerjaannya, apa kerugiannya? Sedangkan apa keuntungan kalau seseorang melakukan kegiatan materialnya secara sempurna?” (Sb.1.5.17).

Kegiatan material hasilnya berakhir pada saat badan meninggal. Tetapi kegiatan dalam bhakti membawa seseorang sampai pada kesadaran Tuhan (melanjutkan bhakti), bahkan setelah dia kehilangan badannya. Sekurang-kurangnya seseorang pasti mendapatkan kesempatan untuk dilahirkan lagi sebagai manusia dalam penjelmaan berikutnya, baik lahir dalam keluarga brahmana yang mempunyai kebudayaan tinggi,

��

atau lahir dalam keluarga bangsawan kaya raya yang memberikan kesempatan kepadanya untuk maju lagi dalam melanjutkan bhakti. Itulah sifat istimewa pekerjaan yang di lakukan dalam bhakti. Pekerjaan dalam bhakti juga disebut bhakti yoga atau bhkati marga.

Selanjutnya keuntungan dalam bhakti yang murni yaitu sudah sampai pada penyerahan diri kepada Tuhan, diuraikan dalam sloka berikut :

devarsi-bhutapta-nrnam pitrnam, na kinkaro nayam rni ca rajansarvatmana yah saranam saranyam, gato mukundam

parihrta kartam

“Orang yang sudah menyerahkan diri kepada Tuhan Mukunda, dengan menyerahkan tugas kewajiban lainnya, tidak berhutang lagi, dan dia juga tidak mempunyai kewajiban terhadap seseorang–baik kepada para dewa, kepada rsi-rsi, rakyat umum, sanak saudara, manusia maupun leluhur” (Sb. 11.5.41). Bhakti itu sangat tangguh, sedangkan kegiatan lainnya tidak berarti apa apa. Dalam Caitanya Carita-mrta Madya (CC madya) 24.93, dikatakan,

aja-gala-stana-nyaya

“Terkecuali bhakti, segala jenis metode keinsafan diri adalah ibarat puting susu di leher seekor kambing. Orang yang cerdas hanya akan menjalani bhakti, meninggalkan segala proses keinsafan diri lainnya”. Putting susu dileher kambing artinya usaha yang tidak akan menghasilkan apapun. Lewat pelaksaan bhakti marga seseorang bisa menyadari Tuhan dalam hidupnya. Ramakrisna Paramahamsa mengatakan mereka yang lahir dalam keluarga manusia yang sangat sulit diperoleh, tidak menyadari Tuhan dalam hidupnya, adalah mereka lahir dalam ke sia-siaan, mengalami kegagalan dalam hidup ini. Tidak menggunakan kesempatannya mendapat badan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup, malahan merosot. Ingat kelahiran sebagai manusia sangat sulit, dengan perjuangan yang keras dalam waktu yang begitu lama, terbuang begitu saja.

��

BAB VIIPRAKRTI – ALAM SEMESTA

1. Alam MaterialDalam kosmologi veda, ada dua macam alam, yaitu alam rohani

(daivi prakrti) dan alam material (mohini prakrti). Alam material (prakrti) berada di dalam alam rohani, sebagai tempat kegiatan mahluk hidup, bagaikan segumpal mendung mengambang diangkasa rohani, yang pada suatu saat akan pralaya (hilang atau hancur). Sedangkan alam rohani yang juga disebut Vaikuntha adalah kerajaan TYM beserta perbanyakan paripurnanya dan para abdi setianya, dengan didampingi oleh ribuan Dewi Keberuntungan (Laksmi). Alam rohani ini bersifat kekal (ada untuk selamanya). Jika diperbandingkan secara keseluruhan, maka 0,25 bagian alam material, dan 0,75 bagian alam rohani.

Alam material tempat penderitaan, kebahagian sementara, sedangkan alam rohani tempat kebahagian sejati. Di Alam material termasuk yang didalamnya terdapat alam semesta–alam semesta, hidup berbagai macam mahluk hidup seperti Manusia, Hewan, Dewa, Raksasa, Yaksha, Gandarva, Vidyadara/I, Kimpurusa, Kin-nara, Rsi rsi, Rudra, Vasu, Prajapathi, Siddha, Ular, Naga, tumbuhan, jenis ikan, se-rangga, burung, dan lainnya, semuanya mengalami suka duka, disebabkan oleh sifat-sifat alam (tri guna).

Manusia (jiva), didalam veda disebut sebagai para-prakrti-tenaga TYM yang lebih tinggi dari materi, sedangkan materi adalah apara prakrti-tenaga TYM yang lebih rendah dari jiwa. Mayadhyaksena prakrtih–prakrti (para-prakrti/manusia dan apara-prakrti/materi) ini dibawah pengendalianKU (Bg. 9.10). Jadi status prakrti tidak bebas–dikendalikan oleh TYM. Tetapi manusia yang mempunyai badan material, terletak dibagian pinggir (marginal) sehingga manusia mudah

�0

sekali ditarik kedalam dan keluar. Keluar ditarik oleh pengaruh materi yang sifatnya rendahan, dan kedalam ditarik oleh tenaga rohani Tuhan.

Kalau manusia ditarik oleh apara prakrti maka manusia akan terpikat dengan Maya (tanaga luar TYM) yang menghayalkan. Maya terdiri dari Ma–bukan/tidak dan Ya–itu. Maya berarti bukan itu. Maya bersifat menyesatkan. Misalnya manusia yang dipengaruhi oleh maya menganggap bahwa dirinya adalah badan jasmani, bukan spirit. Kalau manusia ditarik oleh tenaga rohani TYM, maka manusia terpikat untuk melaksanakan bhakti, dia mengerti bahwa dirinya bukan badan jasmani tetapi sang roh, yang merupakan bagian kecil (percikan) atau bunga api rohani dari Tuhan.

Dalam Bg. 10.8 Sri Krsna bersabda :

aham sarvasya prabhavo mattah sarvam pravartateIti matva bhajante mam budha bhava- samanvitah

“Aku adalah sumber dunia rohani dan seluruh alam ini. Segala sesuatu berasal dari Aku. Orang orang bijaksana yang mengenal hal ini dengan sempurna menjadi sibuk dalam berbhakti kapadaKU dan memujaKU dengan hati sanubari”

Benda-benda di alam material seperti yang dapat kita lihat, yang kita dengar, yang kita rasakan, kita sentuh, kita makan, yang kita cium semuanya atas karunia Krisna-Narayana, tiada satupun eksistensinya di luar sebab dari Krisna.

Selanjutnya :

isavasyam idam sarvam, yat kinca jagatyam jagattena tyaktena bhunjitha, ma grdhah kasya svid dhanam

“TYM memiliki dan mengendalikan segala sesuatu di alam semesta, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Karena itu seseorang sebaiknya menerima benda-benda yang diperlukan sebagai jatah, dan dia harus tidak menerima benda-benda yang lain, karena dia mengetahui semua benda itu milik Tuhan”. (Sri Isopanisad, mantra. 1).

��

Orang yang menerima lebih dari jatahnya disebut koruptor atau pencuri, kegitan berdosa, dan patut untuk dihukum.

Di dalam Kitab Brahma samhita (Bs.5.40) dikatakan bahwa di alam material ini terdapat berjuta-juta alam semesta, dan di dalam alam semesta ada planet yang jumlahnya tidak bisa dihitung. Semua planet itu terletak di satu sudut dalam brahmajyoti. Brahmajyoti adalah cahaya pribadi dari TYM, yang sering disebut Brahman. Setiap alam semesta dikendalikan oleh seorang Brahma. Alam semesta, dimana bumi ini berada didalamnya, dikendalikan oleh Brahma yang berkepala empat (Catur Mukha).

Etika manusia menurut Veda adalah mesti memposisikan diri sebagai pelayan/abdi TYM. Seluruh hidupnya tergantung dari karunia TYM. Tuhan Yang Maha Kuasa berhak memperlakukan apa saja kepada pelayannya, sementara pelayan menerima dengan senang hati perlakuan Tuhan itu, tanpa ada masalah tanpa ada komplin. Itulah sikap tunduk hati (bertaqua kepada TYM). Bagi manusia yang ingin menikmati ala Tuhan, maka Tuhan menciptakan prakrti agar manusia dapat memenuhi keinginannya, selanjutnya manusia yang demikian diikat oleh triguna atau nenek maya. Ikatan itu berupa nasib baik buruk, sakit sehat, hidup mati, suka duka, dan lainnya. Orang yang tidak bertaqua kepada Tuhan disebut Naradama.

2. Tiga Sifat Alam (Tri Guna) yang Mengikat Kita hidup di alam semesta material ini tidak dapat bebas atau

berada dalam keadaan terikat. Sifat alam yang mempengaruhi kita sangat halus dan sangat sulit diatasi. Apa yang disebut kebahagian sebenarnya bukan kebahagian, kelap-kelip kebahagian terlihat mirip fatamorgana. Jika kita tidak dapat bebas/mengatasi sifat alam itu kita diikat oleh alam dengan cara yang sangat halus, sehingga selamanya berada di alam semesta ini, untuk menerima 4 (empat) macam penyakit yaitu : lahir (janma), mati (mrtyu), tua (jara) dan penyakit (vyadi).

Dalam Kitab suci Bhagavata purana (Sb. 2.23), disebutkan bahwa tiga sifat alam (tri guna : satvam, rajas dan tamas), diciptakan oleh Tuhan hanya untuk ciptaan, pemeliharaan, dan peleburan). Visnu

��

penguasa sifat kebaikan, Brahma sifat nafsu dan Siva sifat tamas. Bagi mereka yang duniawi menyembah Bhrahma dan mereka yang kurang pengetahuan menyembah Siva. Tiga keperibadian ini dimaksudkan untuk menjadi penguasa, tetapi manusia terperangkap oleh tiga sifat itu, yang mneyebakan penderitaan. Manu leluhur manusia memberikan tanda-tanda orang yang berada dalam tiga macam sifat itu (Manu smrti. 12.31-33)

Pertama, sifat satvam adalah mereka yang mempunyai sifat: mempelajari Veda, bertapa, belajar segala macam ilmu pengetahuan, suci, mengendalikan indria, melakukan perbuatan bijak, bersemadi tentang jiwa.

Kedua, sifat rajas adalah mereka yang mempunyai sifat : sangat aktif/bergairan melakukan tugas pekerjaan, kurang tekun, melakukan perbuatan berdosa, selalu terikat akan kesenangan-kesenangan jasmani.

Ketiga, sifat tamas adalah mereka yang mempunyai sifat : loba, pemalsu, kecil hati, kejam, atheis, berusaha pada hal-hal yang tidak baik, kebiasaan hidup atas belas kasihan orang lain, dan tidak perhatian.

Semua mahluk manusia diikat oleh tiga sifat ini, serta mengalami empat penyakit, sehingga tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan tidak akan pernah tercapai. Karena alam semesta material ini diciptakan sebagai penyebabkan penderitaan atau tempat penderitaan. Oleh karena itu Veda menganjurkan: jangan kembali lagi ke dunia material ini (dunia fana ini). Selain neraka, alam ini juga sebetulnya tempat hukuman, meng hukum orang-orang yang tidak mengendalikan nafsu. Alam akan mengikat nafsu dengan menyediakan objek–objek indria.

Bekerjanya hukum alam dinyatakan oleh Rsi Narada, sbb. Mahluk hidup yang tidak bertangan adalah mangsa bagi yang bertangan; yang tidak berkaki merupakan mangsa dari yang berkaki; Yang lemah adalah mangsa bagi yang kuat, dan aturan umum mempertahankan bahwa mahluk hidup adalah makanan bagi mahluk hidup lainnya (Sb.1.13.47 dan Manu smrti.5.29). Inilah keberadaan hukum alam material (prakrti). Masyarakat binatang tidak diajarkan hukum ini, tetapi manusia harus mengetahui dan mempunyai pengetahuan lebih, yaitu bagaimana caranya keluar dari hukum ini.

��

Ajaran agamalah yang menuntunnya, bagaimana cara keluar dari prakrti ini.

Cara keluar dari ikatan alam, diuraikan dalam Sb. 1.2.18, Sb.1.8.36, dan Sb.2.1.5-6 sbb:

“Mereka yang terus menerus mendengarkan, memuji, dan membacakan kegiatan rohani Tuhan Krishna, atau berbahagia apabila orang lain melakukan demikian, mereka itu pasti melihat kaki padma Tuhan Krishna, satu satunya yang bisa menghentikan kelahiran dan kematian yang dialami berulang kali”.

“Orang yang ingin bebas dari segala penderitaan harus mendengar, mengagungkan, dan juga mengingat Persoinalitas Tuhan, Roh Yang Utama pengendali dan penyelamat dari segala penderitaan”.

“Kesempurnaan tertinggi kehidupan manusia ialah dapat mengingat Personalitas Tuhan Yang Maha Esa pada akhir kehidupannya”.

Dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan Tuhanlah yang dapat membebaskan diri kita dari ikatan triguna, tanpa kegiatan seperti itu kita akan tetap diikat oleh tri guna.

Sebaliknya, bagaimana sifat Alam Rohani-tempat tinggal Tuhan, dijelaskan dalam Bg. 8.16, berikut,

Bg. 8.16. menyatakan,

a-brahma bhuanal lokah, punar avartino ‘rjunamam upetya tu kaunteya, punar janma na vidyate

“Dari planit tertinggi di dunia material ini sampai dengan planet terendah, semuanya tempat-tempat kesengsaraan, tempat kelahiran dan kematian dialami berulangkali. Tetapi orang yang mencapai tempat tinggal-KU tidak akan pernah dilahirkan lagi, wahai putra Kunti”.

Ada alam lain yaitu alam rohani, dimana alam ini memberikan kebahagiaan sejati, kenyamanan, ketenteraman, selalu berbahagia. Tidak ada istilah haus, kelaparan, kemiskinan, tidak ada usia tua, tidak

��

ada penyakit, tidak mengalami kematian. Di Alam yang kekal inilah dianjurkan untuk hidup selamanya (kekal) dan memang kita sebetulnya berasal dari alam ini. Karena sesuatu hal (icca duesa) kita dijebloskan kedalam penjara alam material untuk mengalami illusi.

Kalau kita ingin pergi kesuatu negara atau ke planet tempat Tuhan berada, kita terlebih dahulu harus mempunyai keterangan tentang tempat tersebut. Kita tidak dapat membuat percobaan langsung ke sana. Ada banyak uraian tentang planet yang paling utama didalam pustaka suci Veda. Misalnya dalam pustaka suci Brahma-samhita 5.29 planet rohani diuraikan sbb :

cintamani-prakara-sadmasu kalpa-vrksa,laksavrtesu susurabhir abhipalayantam

laksmi-sahasra-sata-sambhrama–sevyamanan, govindam adi pususam tam aham bhajami

“Aku menyembah Govinda, Tuhan Yang Mahaesa, asal keturunan, yang memelihara sapi-sapi, memenuhi segala keinginan, di tempat tinggal yang didirikan dengan permata-permata rohani, dikelilingi dengan berjuta-juta pohon yang memenuhi keinginan, selalu dilayani dengan penghormatan dan cinta kasih yang berlimpah-limpah oleh beratus-ratus ribu lakmi atau gopi”. Masih banyak uraian lagi dalam Brahma-samhita tentang dunia rohani-Goloka Vrndavana.

Tiga sifat alam yang dimaksud adalah: satvam (kebaikan), rajas (nafsu), dan tamas (kebodohan) yang terkenal dengan sebutan TRI GUNA. GUNA artinya tali pengikat, tri guna berarti tiga tali pengikat, yaitu satvam, rajas dan tamas. Harus dimengerti bahwa roh yang terikat, diikat ketat oleh tali-tali hayalan. Tiga sifat ini dimiliki oleh planet-planet di alam semesta, yang mengikat/mempengaruhi para mahluk hidup yang sangat terikat dengan alam sebagai tempat kegiatannya. Tiga energi ini merupakan energi rohani Tuhan, sangat sulit di-atasi.

��

sattvam rajas tama iti, gunah prakrti-sambhavahnibadhnanti maha baho, dehe dehinam avyayam

“Alam material terdiri dari tiga sifat–kebaikan, nafsu dan kebodohan. Bila makhluk hidup yang kekal berhubungan dengan alam, ia diikat oleh sifat-sifat tersebut, wahai yang berlengan perkasa.” (Bg.14.5)

Mahluk hidup seperti manusia yang dihayalkan oleh tiga sifat ini (maya) menyebabkan mereka tidak mengenal sifat rohani TYM. Planet diatas bumi dikatakan mempunyai sifat satvam, Planet Bumi bersifat rajas dan planit Planet dibawah bumi bersifat tamas. Para Deva bersifat satvam, raskasa bersifat tamas, dan manusia bersifat rajas. Demikian pula binatang : sapi, gajah, dan lainnya yang makan dedaunan bersifat satvam, sedangkan harimau, macan, singa bersifat rajas, sementara anjing dan sejenisnya bersifat tamas. Tanaman mangga, pisang, kelapa bersifat satvam, sedangkan durian, salak, peer, bawang merah/putih bersifat rajas, tanaman yang hanya bisa digunakan untuk kayu bakar dan reboisasi bersifat tamas. (Untuk lengkapnya baca Kitab Srimad-bhagavatam).

Orang yang didominir oleh sifat satvam, dikenal sebagai orang saleh/dermawan, suka belajar kitab suci, bajik, berpengetahuan, bangun pagi, pembersih, rajin. Orang yang didominir oleh sifta rajas, jika dia sibuk bekerja mencari uang/binismen, mengumpulkan kekayaan, pelit, pamerih dan serakah/loba. Sementara orang yang didominir oleh sifat tamas, adalah orang yang pemalas, bangun siang/suka tidur, senang melakukan kekerasan, suka mabuk, berpesta ria, tidak cerdas/bodoh, suka melanggar peraturan/tata tertib.

Mahluk hidup sesungguhnya rohani, namun karena ia diikat oleh dunia material (maya), maka ia bertindak dibawah pesona tiga sifat alam material. Akibatnya, mahluk hidup menerima berbagai jenis badan, menurut berbagai sifat alam, mereka didorong supaya bertindak menurut sifat alam itu. Sesungguhnya hidup berdomisili di planet-planet material tetap mengalami penderitaan, apakah tinggal di planet yang lebih tinggi, apalagi di planet yang lebih rendah. Hidup di planet material

��

ini sangat berrisiko. Oleh karena itulah disarankan oleh kitab suci untuk meninggalkan dunia material ini. Ikatan inilah yang menyebabkan berbagai suka dan duka. Bekerjanya sifat-sifat alam dijelaskan panjang lebar dalam Bg. bab 14. yang antara lain mengatakan :

Bila seseorang meninggal dalam sifat satvam, ia mencapai planet yang lebih tinggi tempat para Deva dan Rsi yang mulya. Bila seseorang meninggal dalam sifat nafsu, dilahirkan ditengah-tengah mereka yang sibuk didalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Bila seseorang meninggal dalam sifat rajas/ kebodohan ia dilahirkan dalam masyarakat binatang (Bg 14.14-15).

Jadi, tidak benar bahwa manusia hanya akan lahir di keluarga manusia, dia bisa saja lahir di kaluarga para dewa, ia bisa lahir di keluarga para hantu, atau lahir di keluarga binatang, atau di keluarga jenis ikan atau ungas. Tergantung dari kualitas kesadaran seseorang, bagaimana ia hidup untuk mempersiapkan masa depannya.

3. Cara Mudah Mengatasi Tiga Sifat Alam (Tri Guna)Dunia material termasuk bumi ini, di dalam Veda dikatakan nityam

asukam lokam–dunia ini bersifat sementara dan penuh penderitaan, tidak cocok dihuni oleh orang yang santun dan waras. Sementara tujuan asli sang jiwa adalah ingin mukti atau bebas. Para jiwa sangat sulit untuk lepas dari ikatan tri guna, karena tri guna ini adalah tenaga TYM, tenaga yang sangat kuat. Tanpa karunia dari TYM, jiva tidak akan bisa lepas dari guna ini, yang berarti akan selamanya hidup menderita. Sloka berikut menjelaskan bagaimana cara kita bisa keluar dari ikatan jeratan alam material

Sb.1.2.18

nasta – prayesu abhadresu nityam bhagavata sevayabhagavaty uttama sloke bhaktir bhavati naisthiki

“Dengan menghadiri pelajaran-pelajaran Bhagavatam secara terarur, terus melakukan pelayanan kepada penyembah-penyembah

��

murni, segala sesuatu yang mengganggu didalam hati dibinasakan secara tuntas, pengabdian suci bhakti terwujud dan tidak dapat dibatalkan”. Jadi dengan dimulai dari mempelajari Bhagavata Purana, dan melakukan pelayanan kepada bhagavata (penyembah murni) bhakti itu akan tumbuh didalam hati seseorang.

Bg. 7.14,

daivi hy esa gunamayi, mama maya duratyayamama eva ye prapadyante, mayam etam taranti te

“Tenaga-KU yang rohani ini terdiri dari tiga sifat alam, amat sulit untuk diatasi. Tetapi orang yang sudah menyerahkan diri kapadaKU, dengan mudah sekali dapat menyeberangi melampaui tenaga itu”.

Selanjutnya Bg.14.26.

mam ca yo vyabhicarena, bhakti yogena sevatesa gunan samatityaitan, brahma –bhuyaya kalpate

“Orang yang menekuni bhakti sepenuhnya, dan tidak gagal dalam segala keadaan, segera melampaui sifat-sifat alam material, dan dengan demikian mencapai tingkat brahman.”

Kedua sloka ini, memberikan jalan pemecahan agar kita tidak diikat oleh sifat alam, dengan kata lain dapat keluar dari ikatan sifat alam, yaitu dengan melak- sanakan-menekuni bhakti. Bhakti yang ditekuni hendaknya mendapat bimbingan dari Guru-guru kerohanian, agar tidak menyimpang dari jalan bhakti yang sebenarnya. Bhakti sangat perkasa, dapat membalikan arah indria dari objek indria kearah Tuhan Yang maha Esa yang RupaNya sangat menarik, menawan, menyenangkan hati.

Sb.7.15.27.

Rajas tamas ca sattvena sattvam copasamena caEtat sarvam gurau bhaktya purusa hy anjasa jayet

��

“Nafsu dan kegelapan hendaknya ditaklukkan dengan cara mengembangkan sifat kebaikan (satvam), kemudian harus membebaskan diri dari satvam dengan cara menaikkan diri ke suddha-satvam. Semua ini dapat terlaksana jika seseorang tekun dalam pelayanan guru spiritual dengan penuh keyakinan dan bhakti. Dengan cara demikian akan dapat menaklukkan pengaruh sifat-sifat alam”. Untuk bisa lepas dari sifat-sifat alam, seseorang harus mempunyai Guru Spiritual dan melayaninya setiap saat. Itulah cara yang ditunjukkan oleh sloka diatas.

4. Susunan Alam Semesta

⃝Kailasa (Siva,Parwati, Ganesha, Kartikeya) ⃝Satyaloka (stana Brahma, Siddha,Narada) ⃝ Tapaloka (stana Vaibhraja) ⃝ Janaloka (stana anak Brahma) ⃝ Mahaloka (stana para Rsi : Markandya ) ⃝ Druva Mahaja (kekal), dan Bintang 7 ⃝ Shanni (Dewa Saniscara) ⃝ Sukra (Rsi Sukra/guru para Raksasa) ⃝ Buddha ( para Buddha/bijaksana) ⃝ Brihaspati (Brhaspati/guru para Dewa) ⃝ Anggrak (Manggala) ⃝ Soma (Dewa Candra)

Alam rohani Vaikuntahloka

Di pusatnya Golokavrndavan

Alammaterial

Alammaterial

��

⃝ Surya (Dewa Surya) ⃝ Yakhsa, Gandarva, Kinara, Kim Purusa, Apsara, dll ⃝ Rahu (Rhau) ⃝ Para hantu,setan, jin, dedemit, dll ⃝ Bumi (Manusia/Prtivi) ⃝ 7 Patala (Naga, ular, burung, gajah, dll) 1. Attala 2. Vittala 3. Sutala 4. Maha tala 5. Rasa tala 6. Tala tala, dan 7. Petala

⃝ Pitraloka (Roh para Leluhur/Aryama) ⃝Naraka (28 provinsi/Yama raja)

Lautan Garbhodakasayi visnhu.

�0

BAB VIIIKARMA DAN REINKARNASI

1. Prinsip Hukum KarmaKarma yang juga sering disebut karma pala, artinya perbuatan atau

aksi atau kegiatan yang membuahkan hasil. Hukum karma merupakan hukum yang tertinggi yang tidak dapat ditolak. Hukum karma juga disebut hukum sebab akibat, tidak satupun yang ada di dunia ini ada secara kebetulan. Semua keberadaannya disebabkan (diakibatkan) oleh sebab. Penyebab utamanya (sebab dari segala sebab) adalah Tuhan Yang Maha Esa (the lows of god).

Definisi tentang karma, menurut kitab suci khususnya Bhagavad gita (8.3) sebagai visargah karma samjnitah–kegiatan atau pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Karma disebabkan oleh karena kita berhubungan sangat dekat dengan alam (prakrti). Hukum karma diartikan sebagai hukum akibat dari suatu perbuatan. Dalam Mahabharata 13.6.10-19 disebutkan bahwa, “kebahagian datang dari perbuatan baik, kesengsaraan datang dari perbuatan yang buruk. Dengan berbuat, segala sesuatu diperoleh, dan tanpa berbuat tidak ada hasil yang dinikmati”.

Dalam perspektif yang lebih dalam dan luas, jika Tuhan tidak berkegiatan atau tidak beraktivitas maka tidak ada ciptaan alam material, tempat para mahluk hidup berkegiatan, sebagai tempat tinggal, sebagai sumber kesejahtraan yang menyebabkan mahluk hidup terikat, sebagai akibat dari perbuatan yang tertarik dengan hasil. Karma merupakan perbuatan yang mengikat seseorang untuk selamanya berada di alam material. Sebaliknya bhakti adalah perbuatan pelayanan kepada Tuhan yang membawa atau menyebabkan pembebasan. Di Indonesia, khususnya orang Bali, hukum karma merupakan filosofi

��

hukum yang sangat ditakuti. Hukum ini sangat melekat dihati umat Hindu di Bali. Orang Bali menyebutnya karma pala (baca karme pale)

Para Ilmuwan mengatakan karma adalah hukum aksi dan reaksi. Karma ini sebagai akibat dari pengaruh tiga sifat alam (tri guna) terhadap manusia. Keras lunaknya hukum karma tergantung sejauhmana keeratan hubungan kita dengan alam material ini. Makin terikat dengan alam atau semakin terikat dengan hasil, semakin keras hukum karmanya dan sebaliknya. Hukumannya bisa dinikmati dalam hidup ini, atau bisa juga baru dinikmati dalam kehidupan yang akan datang. Bedanya dengan hukum material (negara) adalah, hukum material kasat mata, dan dialami dalam hidup ini, diatur oleh negara, sedangkan hukum karma tidak seluruhnya kasat mata, berlaku di seluruh alam semesta, diatur oleh Tuhan. Hukum material hanya berlaku di satu Negara dan menjangkut dua kesalahan, tetapi hukum karma merupakan reaksi dari berbagai macam kegiatan yang diatur–ditentukan dalam kitab suci (Veda). Berlaku untuk seluruh umat manusia, apakah percaya atau tidak, hukum tetap berjalan. Jika saat meninggalkan badan ini masih mengandung dosa, maka akan dihukum di neraka. (Baca bab buku ini mengenai Neraka, disitu jelas perbuatan dan mendapat hukuman apa).

Untuk dapat lepas dari ikatan hukum karma, kitab suci Bg. 3.9 memberikan petunjuk, sbb :

yajnarthat karmano nyatra, loko ‘yam karma bandhanahtad artham karma kaunteya, mukta-sangah samacara

“Pekerjaan yang dilakukan sebagai korban suci untuk Visnu harus dilakukan, Kalau tidak, pekerjaan mengakibatkan ikatan di dunia material ini. Karena itu, lakukanlah tugas kwajibanmu yang telah ditetapkan guna memuaskan Beliau, wahai putra Kunti. Dengan cara demikian, engkau akan selalu tetap bebas dari ikatan”.

Demikian pula dinyatakan dalam Bg.18.5 berikut :

yajna-danam-tapah-karma, na tyajyam karyam eva tatyajno danam tapas caiva, pavanani manisinam

��

“Perbuatan perbuatan korban suci, kedermawanan, dan pengendalian diri tidak boleh ditinggalkan, perbuatan-perbuatan tersebut harus dilakukan. Kenyataannya insan-insan agung sekalipun, disucikan oleh korban suci, kedermawanan, dan pengendalian diri”. Ada perbuatan yang mesti dilakukan dan ada perbuatan yang tidak mesti dilakukan. Kita dapat memilih perbuatan mana yang lebih mudah, perbuatan itulah lebih dulu dilaksanakan. Kalau perbuatan itu, hasilnya dipersembah-kan kepada Tuhan, perbuiatan itu tidak akan mengikat, tetapi bila hasil perbuatan itu dinikmati, kegiatan itulah yang mengikat. Sekarang kita tinggal pilih, yang mana? Orang yang satvam tidak akan terikat dengan hasil, orang yang rajas tamas, hasil perbuatannya pasti dinikamati.

Yadnya artinya Pesembahan kepada Tuhan NarayanaUmat Hindu, pada saat melakukan upacara hendaknya ada bagian

persembahan kepada Sri Narayana. Yadnya juga berfungsi untuk memperbaiki kinerja alam semesta. Jika tidak ada persembahan kepada Tuhan Narayana atau Krishna, maka hasil dari yadnya itu akan membawa malapetaka, yaitu menyebakan terikat di dunia fana.

Hasil atau pahala dari karma yang dipengaruhi oleh tri guna akan berupa nasib baik atau nasib buruk, seperti dijelaskan dalam sloka berikut :

Bg. 14.16. menyatakan,

karmanah sukrtasyahuh, satvikam nirmalam phalamrajas as tu phalam duhkam, ajnanam tamasah phalam

“Hasil perbuatan saleh bersifat murni (satvam) dan dikatakan bersifat kebaikan. Tetapi perbuatan yang dilakukan dalam sifat nafsu (rajas) mengakibatkan kesengsaraan, dan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebodohan (tamas) mengakibatkan hah-hal yang tidak-tidak.”

Kemudian sloka Bg. 14.18. mengatakan,

urdhvam gacchanti sattva-stha, madhye tisthanti rajasahjaghanya-guna-vrtti-stha, adho gacchanti tamasah

��

“Orang yang berada dalam sifat kebaikan berangsur-angsur naik sampai planet-planet yang lebih tinggi; orang yang berada dalam sifat nafsu hidup di planet planet seperti bumi; orang yang berada dalam sifat kebodohan (tamas) yang menjijikkan turun memasuki dunia neraka.” Pengetahuan sejati adalah pengetahuan tentang Tuhan, berkembang dari sifat kebaikan (satvam); loba berkembang dari sifat nafsu (rajas) dan kegiatan yang malas, sifat gila dan hayalan berkembang dari sifat kebodohan (tamas)(Bg. 14.17).

Kitab Sb. 3.31.32. mengatakan bahwa mahluk hidup yang hidup bergaul di jalan adharma, dipengaruhi oleh orang-orang yang memuaskan indria, sibuk dalam perburuan kenikmatan sex dan kepuasan lidah ia akan kembali dikirim ke neraka seperti sebelumnya. Pergaulan juga dapat mempengaruhi karma baik atau buruk. Oleh karena itu hati-hatilah dalam pergaulan. Dari pergaulan juga dapat diperkirakan kemana orang akan pergi setelah meninggalkan badannya.

Hukum karma itu mengikat kita berada di dunia ini, dengan kekuatan ikatan yang berbanding lurus dengan kualitas perbuatan (baik maupun buruk). Makin berat kesalahan yang dilakukan akan menyebabkan karma kita makin buruk, yang berarti semakin lama diperlukan waktu untuk menghancurkannya atau melakukan penebusan dosa. Menurut Veda, dosa yang paling berat adalah dosa akibat membunuh Brahmana (Vaisnava), dan membunuh sapi atau makan daging sapi. Dalam Manu Smrti dikatakan membunuh binatang akan dihukum di Naraka selama sebanyak bulu binatang yang dibunuh di kalikan 1 tahun.

2. Macam Karma Perbuatan manusia di bumi ini dipengaruhi oleh tiga sifat alam

seperti dijelaskan dalam Bg. 18.24-24 – 28. Sehingga kesadaran orang yang melakukan perbuatan berbeda-beda. Menurut Veda, karma dibedakan menjadi :1. Akarma, adalah perbuatan yang tidak menimbulkan reaksi atau

perbuatan yang tidak reaksinya. Disebut pula dengan Naiskarma.

��

Perbuatan seseorang yang dibawah hukum, perbuatannya tidak menyimpang dari hukum alam. Misalnya membunuh musuh di medan perang tidak melanggar hukum/dibenarkan. Tetapi kalau membunuh dalam situasi aman tenteram akan disalahkan melawan hukum. Akibatnya mendapat hukuman. Akarma hanya dapat dilakukan dengan bhakti, kegiatan yang sesuai dengan petunjuk kitab suci. Baca Bhagavad-gita 4.18.

karmany akarma yah pasyed, akarmani ca karma yahsa buddhiman manusyesu, sa yuktah krtsna-karma-krt

“Orang yang melihat keadaan tidak melakukan perbuatan dalam perbuatan, dan perbuatan dalam keadaan tidak melakukan perbuatan, adalah orang cerdas dalam masyarakat manusia. Dia berada dalam kedudukan rohani, walaupun ia sibuk dalam segala jenis kegiatan”.2. Karma, perbuatan yang menimbulkan hasil baik. Atau perbuatan

yang menyebabkan ikatan di dunia ini. Baik artinya akan memperolah keadaan yang lebih baik, misalnya lebih kaya, lebih tampan, lebih cantik, lebih sehat. Atau dilahirkan di planet-planet yang lebih tinggi, misalnya di surga. Habis karma baiknya akan kembali lagi lahir di bumi.

3. Vikarma perbuatan terlarang/jahat, perbuatan yang dilarang oleh prinsip-prinsip sastra agama, Kegiatan ini menyebabkan orang dilahirkan di dalam keluarga orang-orang jahat atau keluarga binatang. Misalnya lahir di negara yang mengalami konflik peperangan yang berkepanjangan, lahir di negara yang miskin kekurangan pangan, lahir dari kandungan seorang ibu tuna susila, mengalami berbagai macam kecelakaan. Setelah berjuang melalui 8.000.000 jenis badan, baru mendapat kesempatan menjadi manusia. Sebelum mendapat badan manusia terlebih dahulu mendapat

badan yang berkaki 4, seperti : monyet, harimau/singa, dan atau sapi. Hal ini barangkali menyebabkan mengapa umat Hindu di Bali menggunakan rekayasa sapi atau macan/singa dalam upacara Ngaben, sebagai simbul

��

agar roh yang diaben diharapakan segera memperoleh badan manusia (numitis lagi kedalam keluarganya). Tidak berevolusi kedalam badan-badan mahluk yang lebih rendah, yang jumlahnya 8 juta jenis. Baca Bg.18.25-28.

Dalam Padma Purana, disebutkan ada 900.000 spesies mahluk di dalam air, ada 2.000.000 jenis mahluk yang tidak bergerak seperti tanaman/pohon-pohonan. Ada 1.100.000 spesies reptil dan serangga, 1.000.000 jenis burung, ada 3.000.000 hewan berkaki empat dan 400.000 jenis manusia (temasuk Deva dan Raksasa). Totalnya menjadi 8.400.000 jenis badan. Dalam usaha roh berevolusi, maka jenis-jenis badan inilah yang akan diterimanya agar dapat menikmati isi alam material (berprilaku seperti Tuhan) penikmat. Inilah bagian lain dari sifat Tuhan dalam menyayangi semua mahluk.

Hasil atau reaksi dari perbuatan: (1) bisa segera dinikmati, (2) dinikmati beberapa tahun lagi, atau (3) dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Para Rsi menyimpulkan bahwa keadaan apapun yang dialami dalam hidup ini merupakan hasil reaksi perbuatan pada masa-masa kehidupan yang lalu, baik pada masa hidup ini maupun pada masa penjelmaan sebelumnya. Ini berarti bahwa kalau kita ingin kehidupan kita mujur, memperoleh keadaan baik pada masa yang akan datang, mulai dari sekarang semestinya kita berbuat baik : mencintai sesama, mecintai alam, mencintai/berbakti kepada TYM.

Efek dari perbuatan, secara umum dapat diklompokkan menjadi: efek kegiatan yang belum matang, dan efek perbuatan yang sudah matang. Secara rinci efek dari perbuatan dibedakan menjadi :1. Efek yang masih dormant (seperti biji)2. Efek yang berbuah (sedang berkembang)3. Efek yang sudah matang (siap untuk dinikmati), dan 4. Efek yang terlalu matang (misalnya penderitaan sedang dialami

secara terus menerus, tidak pernah berhenti).

3. Samsara - ReinkarnasiSamsara artinya sang roh/jiwa mendapat badan baru yang silih

berganti, hidup berkeliling naik turun di alam semesta ini, mengalami

��

4 macam penyakit (lahir, mati, tua, berpenyakitan). Samsara terjadi karena hubungan kita terlalu erat dengan alam (prakrti), mendapat badan material/badan kasar, sehingga kita diikat oleh tiga sifat alam (triguna). Walaupun sang roh telah mencapai surga tetapi harus kembali lagi ke dunia ini, seperti dinyatakan oleh sloka berikut :

Bg. 8.26. menyatakan,

sukla-krsne gati hy ete, jagatah sasvate mateekaya yati anavrttim, anyayavartate punah

“Menurut pendapat veda, ada dua cara untuk meninggalkan dunia ini–yang satu meninggal dalam cahaya dan yang lain meninggal dalam kegelapan. Jika seseorang meninggal dunia dalan cahaya, ia tidak akan kembali lagi; tetapi kalau ia meninggal dalam kegelapan, ia akan kembali lagi”.

Kemudian Bg. 9.21 lebih jelas menyebutkan, “ bila mereka sudah menikmati kesenangan indria-indria di surga dan hasil kegiatan salehnya sudah habis, mereka kembali lagi ke planet ini, tempat kematian. Jadi orang yang mencari kenikmatan indria-indria dengan mengikuti prinsip prinsip tiga Veda (Rg, Sama dan Yayur Veda) hanya akan mencapai kelahiran dan kematian berulang kali.”Hidup di Surga itu tidak kekal, hal itu diperoleh akibat perbuatan baik di dunia ini. Habis reaksi dari perbuatan baik, akan kembali lagi lahir di dunia ini.

Kemudian sloka diatas juga menolak Filsafat Catur Purusartha, yaitu urut-urutan melaksanakan dharma–artha, kama, dan moksa. Tidak ada dalam sejarah Veda, orang yang memuaskan indria (kama) dapat mencapai moksa. Moksa itu adalah dharma yang lain. Moksa artinya tidak terikat–bebas dari kepuasan kepuasan indria, yaitu bebas dari kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil (phahala), dengan kata lain tidak terikat dengan hasil perbuatan. Bekerja sebagai kewajiban saja. Sederhananya, seperti kewajiban warga negara membayar pajak.

Kembali artinya, kembali lahir di dunia ini. Sebelum kembali ke bumi ini dia dapat hidup di Surga selama 10.000 tahun para deva, setelah itu mereka kembali ke bumi, hidup di bumi.

��

Sloka Bg. 15.8. menyatakan

sariram yad avapnoti, yac capy utkramatisvarahgrhitvaitani samyati , vayur gandhan ivasayat

“Mahluk hidup di dunia material membawa berbagai paham hidupnya dari satu badan ke badan yang lain seperti udara membawa berbagai bau. Dengan cara demikian ia menerima jenis badan tertentu, lalu sekali lagi meninggalkan badan itu untuk menerima badan lain”. Di sini dijelaskan, selama mahluk hidup berada di dunia material akan selalu mengalami pergantian badan. Pergantian badan ini di-sebut meninggal atau tilar dunio (bahasa jawa), tetapi sang roh tetap saja hidup-/tidak bisa mati. Mati juga berarti lupa dengan masa lalu.

Lahir di bumi dengan mendapat salah satu dari 8.400.000 jenis badan, se-suai dengan karmanya. Kalau ia suka makan banyak/rakus akan memperoleh ba-dan babi, kalau ia suka telanjang di depan orang bukan suami/istri ia akan lahir menjadi pepohonan, dan lain sebagainya. Inilah contoh reaksi karma.Kemudian lebih jelas lagi dinyatakan dalam Kitab Manu smrti bab 12. Banyak contoh contoh roh manusia mendapat badan bukan manusia dalam kehidupan mentang. Misalnya, orang yang suka menimbulkan kesusahan mahluk lain akan menjadi binatang carnifora, mereka yang memakan makanan yang dilarang mejelma menjadi cacing, pencuri akan menjelma menjadi binatang yang memakan bangsanya sendiri, mereka yang berhubungan badan dengan wanita hina akan menjadi preta (hantu). Orang yang mencuri biji-bijian akan menjadai tikus, orang yang mencuri logan kuningan akan menjadi anggsa, dan yang mencuri air menjadi Plawa, dan lin sebagainya.

Acarya Baladeva Vidyabhusana mengatakan bahwa orang yang bekerja dengan tujuan memperoleh hasil atau pahala untuk dinikmati (memuaskan indria) dan para filosof yang berangan-angan sejak sebelum awal sejarah, senantiasa da-tang dan pergi. Dalam veda disebutkan bahwa Surga tempat para deva, terdiri dari 7 planet yaitu : ravi, soma, anggrak, buddha, bhrihaspati, shukra dan shanni, dengan ukuran waktu 1 hari di Surga sama dengan waktu 1 tahun di Bumi.

��

Setelah mahluk hidup dilahirkan di Bumi ini, dia berjuang untuk dapat hidup dengan fasilitas yang disediakan oleh mahluk lain atas perintah Tuhan, seperti :1. Deva: menyediakan air, sinar matahari, hujan, udara, ruang, api,

dll.2. Rsi Guru: mengajarkan pengetahuan suci3. Leluhur: tiga generasi, menyediakan berbagai fisilitas, rumah,

kebun, dll.4. Butha: menyediakan tempat berpijak, menyediakan bahan

bangunan, menyediakan tempat berteduh, menyediakan sayuran, buah, sarana upacara, dll.

5. Teman/manusia, mendapat bantuan dari teman, baik berupa materi, nasihat atau tenaga. Bantuan bantuan tersebut harus kita lunasi, jika tidak, kita masih

punya utang yang harus dibayar dalam kehidupan yang akan datang.Semua fasilitas yang diberikan atau disediakan oleh mahluk diatas harus lunas kita bayar (Rta) dalam hidup ini, jika tidak lunas/utang (Rna), kita masih berhutang kepada mahluk itu, sehingga kita masih dijerat oleh utang-utang itu. Hukumannya kita harus melanjutkan hidup kita untuk melunasi utang-utang itu sampai lunas. Dalam proses melunasi utang-utang itu, sang roh mendapatkan bebagai badan. Peroses pergantian badan untuk mendapat badan baru, inilah disebut reinkarnasi. (untuk jelasnya baca Pustaka suci Srimad-bhagavatam).

Rna dan samsara dapat dihentikan hanya dengan jalan bhakti, tidak ada cara lain. Hal ini dijelaskan oleh sloka berikut :

Sb.11.5.41. menyatakan,

devarsi-bhutapta-nrnam pitram, na kinkaro nayam rni ca rajansarvatmana yah saranam saranyam, gato mukundam

parihrtya kartam

“Orang yang sudah meninggalkan semua kuwajiban material dan berlindung sepenuhnya pada kaki padma Mukunda (TYM), tidak mempunyai hutang kepada para Deva, para Rsi, mahluk hidup, keluarga,

��

teman teman, dan yang lainnya dan bahkan kepada leluhur yang telah meninggal dunia”. Semua jenis personal itu adalah bagian dari TYM. Orang yang telah menyerahkan diri dan berada dalam pelayanan kepada TYM, tidak perlu melakukan pelayanan kepada bagian-bagian itu secara terpisah”. Dewa Siva juga mengatakan kepada Parvati “hanya Sri Visnulah yang dapat menghentikan samsara”.

4. Peroses Penghancuran KarmaDi atas telah diuraikan keadaan jaman Kali ini, dimana hampir

semua orang berdosa, karena mereka tidak mengikuti petunjuk kitab sucinya. Jangankan mengikutinya, barang kali mengetahui nama kitab sucinya pun tidak atau melaksanakan petunjuk Kitab Suci disesuaikan dengan selera hatinya, mana yang disukai itu yang dilaksanakan, dan bahagian yang tidak disukai tidak dilaksanakannya/dilanggar. Dikatakan, kali sudra sambhavah–orang di jaman kali yuga semua sudra. Oleh karena itu diperlukan penyucian lahir batin.

Kitab suci kalau dipelajari di bawah garis perguruan (parampara), maka kitab suci akan memberikan cara penebusan dosa yang efektif pada setiap jaman. Dengan mengikuti cara atau peroses itu, mereka yang lahir pada jaman itu dapat melakukan pembakaran dosa/penghapusan dosa, sehingga mereka dapat kembali pulang kepada TYM. Jalan ini kita terima dari sang guru.

Veda membahas tiga bagian penting, yaitu : (a). karma kanda–bagian yang menjelaskan bagaimana melaksanakan agama dengan tujuan pemuasan indria (kama). Orang melakukan bagian ini disebut karmi. (b).jnana kanda–bahagian yang menjelaskan melaksanakan agama dengan berangan-angan fisafat. Orang yang melakukan ini disebut Jnani, sedangkan (c).upasana kanda–bahagian veda yang menjelaskan pelaksanaan agama yang bertujuan memuaskan Personalitas TYM. Orang yang melaksanakan bahagian ini disebut bhakta.

Didalam Bg.3.9 dikatakan yajnarthat karmano ‘nyatra loko ‘yam karma bandha-nah–pekerjaan sebagai korban suci untuk Visnu harus dilakukan . Kalau tidak, pekerjaan akan menyebabkan ikatan di dunia ini.

�00

Demikian pula Bg. 3.19 mengatakan :

tasmad asaktah satatam, karyam karma samacaraasakto hy acaran karma, param apnoti purusah

“Hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat

terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil, seseorang sampai kepada Tuhan Yang Mahakuasa.”

Bg 9.27 dan 28 menyebutkan :

yat karosi yad asnasi, yaj yuhosi dadasi yatyat tapasyasi kaunteya, tat kurusva mad-arpanam

“Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan dan apapun yang engkau lakukan–lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepadaKu, wahai putra Kunti”. Dengan cara seperti ini engkau akan dibebaskan dari ikatan pekerjaan yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan. Engkau akan mencapai pembebasan dan datang kepadaKu.”

Kemudian Brhad Visnu Purana, mengatakan

namno hi yavati saktih, papa-nirharane harehtavat kartum na saknoty, patakam Pataki narah

“Hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Hari, orang berdosa dapat menghancurkan reaksi dosa-dosanya lebih dari dosa yang dia mampu perbuat”

Dalam Garuda Purana juga disebutkan, bahwa apapun keadaan orang, apakah suci atau berdosa di dunia ini, jika ia dapat mengingat mata padma TYM Krsna, dia menjadi bersih luar dalam. Seperti dinyatakan pada sloka berikut :

�0�

Om apavitrah pavitro va, sarvavastam gato ‘pi vayah smaret pundarikaksam, sa bahyabhyantarah sucih

sri Visnhu sri Visnhu sri Visnhu

“Apakah suci atau tidak suci, atau bagaimanapun keadaan hidup di dunia material, jika orang dapat mengingat mata padma Pundarikaksa, dia menjadi bersih luar dan dalam”.

Kitab suci Srimadbhagavatam 1.2.15. mengatakan :

yad-anudhyasina yukta, karma granthi-nibandhanamchindanti kovidas tasya, ko na kuryat katha-ratim

“Dengan pedang ditangan, orang cerdas memutuskan simpul-simpul pekerjaan yang membawa reaksi yang mengikat (karma) dengan cara ingat kepada Personalitas Tuhan Yang Mahaesa. Karena itu siapakah yang tidak memperhatikan amanatnya”. Rsi Vyasa menyampaikan cara yang mudah untuk memutus samsara atau tidak mengalami reinkarnasi, yaitu dengan hanya mengingat Tuhan–Krsna. Mengingat apakah: namaNya, wujudNya, kegiatanNya, sabdaNya, penyembah-Nya, sahabatNya, dll. Bagaimana caranya agar setiap saat kita bisa ingat dengan Tuhan Krisna. Prahlada Maharaja menganjurkan lakukan : sravanam kirtanam visnhoh-mendengar dan memuji nama nama Visnhu atau Krishna, bukan dengan cara-cara yang lain. Inilah cara yang ampuh, sangat efektif untuk membebaskan diri dari dosa atau belenggu material (tri guna), menghentikan samsara punarbava, ikatan maya, tidak ada cara lain, cara lainnya.

Kalau ada yang membuat cara lain tanpa tercantum dalam kitab suci, hendaknya jangan dipercaya atau jangan diikuti. Efektivitas cara-cara diatas kalau diterima dari Guru yang berada dalam garis perguruan yang bonafid, dimana dalam garis perguruan itu muncul avarata TYM, maka cara itu akan sangat efektif. Tetapi bila mantra itu diterima dari Guru yang tidak bonafid, tidak mempunyai parampara, pengucapan mantra itu tidak berguna/tidak efektif (Padma Purana). Kemudian Isopanisad dalam mantra 14, menganjurkan agar manusia memiliki pengetahuan Ketuhanan, sbb:

�0�

“Hendaknya seseorang mengetahui secara sempurna tentang Personalitas TYM dan nama rohani, wujud, sifat dan kegiatan-kegitanNya, demikian pula ciptaan material yang bersifat sementara beserta dewa-dewa, manusia dan binatang yang bersifat sementara. Apabila seseorang mengetahui hal-hal tersebut, maka dia mengatasi kematian dan manifestasi alam semesta yang bersifat sementara ini, dan ia menikmati kehidupan kekal penuh kebahagiaan dan pengetahuan di kerajaan kekal Tuhan”.

Dengan cara yang lebih mudah untuk lepas dari hukum karma, dinyatakan dalam Sb. 1.1.14, sbb :

apannah samsrtim ghoram, ya- nama vivaso grnamtatah sadyo vimucyeta, yad bibheti svayam bhayam

“Mahluk hidup yang terjerat dalam jaringan kelahiran dan kematian yang rumit, langsung dapat dibebaskan bahkan hanya dengan mengucapkan nama suci Krsna secara tidak sadar sekalipun, yang mana kepribadian rasa takutpun takut kepada nama suci Krsna”. Nama suci sangat sakti, sesakti pemiliknya.

Di Bali cara menghancurkan dosa atau menghancurkan reaksi karma dila-kukan dengan melakukan upacara Siwaratri. Malam Siwaratri dikenal dengan nama malam penebusan dosa (Siva Purana). Di Indonesia, ceritera ini diambil dari ceritra Lubdaka, ceritra Hindu di tanah Jawa (karya Empu Tan Akung). Prosesi Siwaratri ini dilakukan dengan melakukan puasa semalam suntuk tanpa makan dan minum. Menurut Encyclopedia Purana, Siwaratri itu adalah munculnya Siva-lingga, yang merupakan murti lain dari Dewa Siwa. Pemujaan kepada Dewa Siwa, disamping melakukan pemujaan kepada murtinya, dapat pula dilakukan dengan memuja lingganya.

Ada 10 macam alasan utama mengapa memuja Dewa Siwa, yaitu:1. Siwa mudah dipuaskan2. Siwa sangat tidak konvensional

�0�

3. Siwa adalah dewa dari badan jasmani4. Siwa gampang dipuja, tanpa memerlukan pendeta5. Siwa bersifat cepat marah, tetapi cepat toleran6. Siwa merupakan suami yang baik7. Siwa mencintai keluarga8. Memiliki kekuatan yang hebat/sakti untuk menghancurkan

penderitaan9. Merupakan dewa dari hewan10. Memberikan pengetahuan dan kebijaksaan.

Dari sepuluh jenis diatas, tidak ada disebutkan Siwa dapat memberikan pembebasan atau mukti, malah Siwa sendiri mengatakan bahwa hanyalah Sri Visnhulah satu satunya pemberi pembebasan (Padma Purana). Ini artinya, kalau melaksanakan Siwaratri dengan mengharapkan mukti, tentu tidak akan pernah terjadi.

5. Kehidupan Masa Depan Mahluk HidupKehidupan manusia dan binatang sangat berbeda. Manusia

harus bertanggungjawab terhadap perbuatannya, tetapi binatang tidak ada kuwajiban untuk bertanggungjawab atas perbuatannya. Manusia dituntut untuk bertanggungjawab atas perbuatannya sekarang (Hukum manu). Kehidupan manusia dimana mendatang ditentukan oleh kualitas hidup sekarang. Tidak benar sesudah meninggal, semuanya habis.

Jika kita pelajari dengan baik kitab Bhagavad-gita, maka kita akan mene-mukan apa itu reinkarnasi (kembali lagi=numitis). Pengetahuan ini sangat penting bagi manusia (roh yang telah mendapat badan manusia). Jika tidak mengerti masalah reinkarnasi, masa depannya akan sangat berbahaya. Hukum kala/waktu akan memaksa roh/jiwa kita untuk memakai badan yang menjijikkan. Tidak lagi diberi kesempatan berbadan manusia.

Sloka Bg. 14.18 mengatakan

urdhvam gacchanti sattva-stha, madhye tisthanti rajasahjaghanya-guna-vrtti-stha, adho gacchanti tamasah

�0�

“Orang yang berada dalam sifat kebaikan berangsur angsur naik sampai planet-planet yang lebih tinggi; orang yang berada dalam sifat nafsu hidup di planet- planet seperti bumi; orang yang berada dalam sifat kebodohan (tamas) yang menjijikkan turun memasuki dunia neraka.”

Kitab Manu Smrti.12.40. juga mengatakan bahwa “mereka yang memiliki sifat satvam akan mencapai alam para Dewa, yang mempunyai sifat rajas akan dilahirkan di alam manusia (bumi ini), dan bersifat tamas akan terbenam pada sifat alam binatang”. Pendapat yang mengatakan bahwa manusia akan lahir lagi kekeluarganya disangkal oleh Manu leluhur kita. Sekarang dalam hidup ini mendapat badan manusia, pada kehidupan mendatang belum tentu menjadi manusia. Bisa saja menjadi binatang atau lahir di alam para Dewa (surga), tempat yang dituju itu tergantung dari sifat-sifat sekarang.

Sloka Bg. 9.21. mengatakan,

te tam bhuktva svaga-lokam visalam, ksine punyemartya-lokam visanti

evam trayi-dhjarmam anuprapanna, gatagatam kama-kama labhante

“Bila mereka sudah menikmati kesenangan indria-indria yang luas di Surga dan hasil kegiatan yang saleh sudah habis, mereka kembali lagi keplanet ini, tempat kematian. Jadi orang yang mencari kenikmatan indria-indria dengan mengikuti prinsip-prinsip dari tiga veda hanya mencapai kelahiran dan kematian berulang-kali”.

Dalam pelajaran yang sudah kita lalui dapat dipahami bahwa, sejak jaman purba mahluk hidup berjalan dalam beraneka jenis kehidupan di berbagai aneka planet. Diakibatkan oleh kekuatan pesona maya, semua orang mengembara di seluruh alam semesta, naik kereta berbagai jenis badan jasmani yang diberikan oleh tenaga material Tuhan.

Kehidupan material menyangkut rangkaian perbuatan dan reaksi. Aneka badan yang didapatkan itu sesuai dengan selera kita sendiri. Seperti misalnya harimau yang ingin makan daging atau darah binatang lain, atas karunia Tuhan, tenaga material menyediakan badan yang cocok untuk memakan daging atau darah. Demikian juga orang yang

�0�

suka tidur, diberikan badan Beruang. Badan yang cocok untuk tidur lama. Orang yang suka dengan berbagai sifat makanan diberikan badan babi, badan yang cocok makan segala. Dan lainnya.

Pada awalnya kita mendapat badan manusia, kemudian karena ingin menikmati dunia material ini, kita berangsur-angsur merosot jatuh kedalam kehidupan yang lebih rendah : binatang, tumbuhan, ikan dan lain lain, salah satu dari 8.400.000 jenis badan jasmani, menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.

Srimad-bhagavatam 7.7.47. mengatakan,

“Mahluk hidup yang telah menerima badan yang dimilikinya sekarang, karena kegiatan yang membuahkan hasil (karma phala) pada masa lampau, dapat mengakhiri hasil perbuatannya dalam hidup ini, tetapi ini tidak berarti bahwa ia dibebaskan dari ikatan badan-badan jasmani. Mahluk hidup menerima satu jenis badan dan dengan melakukan perbuatan dengan badan itu ia menciptakan badan lain lagi. Demikian ia berpindah-pindah dari satu badan ke badan yang lain, dan mengalami kelahiran dan kematian berulangkali, karena kebodohannya”.

Dalam penjelmaan yang akan datang, orang yang sekarang terlalu terikat dengan kenikmatan keluarga pada umumnya, diberikan jenis kehidupan yang lebih rendah, karena perbuatan yang berdosa yang dilakukan selama usia mereka yang panjang. Artinya jika kita berada dalam sifat adharma atau mengembangkan sifat-sifat ini maka kehidupan yang akan datang sudah pasti berada dalan jenis kehi-dupan yang lebih rendah. Oleh karena itu sangat berbahaya bagi orang yang tidak atau belum mengetahui prinsip-prinsip reinkarnasi.

Menurut Veda, tanda-tanda peringatan kematian sudah muncul ketika orang sudah berumur 50 tahun. Tanda-tanda itu berupa rambut uban, penglihatan buram, tuli, kulit keriput, badan berpenyakitan, dll. Penyakit degeratif bermunculan. Dengan demikian kita harus mempersiapkan diri pada setiap tingkat kehidupan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dalam penjelamaan yang akan datang. Jika pengetahuan ini diabaikan maka hidup kita akan berbahaya, jatuh

�0�

kedalam kehidupan yang lebih rendah, dan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk dapat mencapai kehidupan manusia, melewati 8.000.000 jenis badan, baru mendapat kesempatan memperoleh badan manusia. Sesunguhnya kehidupan yang lebih baik di alam material ini tidak ada manfaatnya, karena di seluruh alam material ini, penuh dengan penderitaan-nityam asu-kham lokam. Lebih baik hentikan saja reinkarnasi itu, berinkarnasi sangat berrisiko. Bagaimana caranya?

Cara untuk menghentikan inkarnasi ditunjuk di dalam sloka berikut.

Sb.1.8.36.

srnvanti gayanti grnanty abhiksnasah, smaranti nandanti tavehitam janah

ta eva pasyanty acirena tavakam, bhava-pravahoparamam padambujam

“Oh Krshna, mereka yang terus menerus mendengar, memuji dan membacakan kegiatan rohaniMU, atau berbahagia apabila orang lain melakukan demikian, pasti melihat kaki padmaMU, satu satunya yang bisa menghentikan kelahiran dan kematian yang dialami berulang kali.” Sloka ini menolak cara untuk menghentikan reinkarnasi dengan melakukan upacara besar-besaran. Upacara semacam ini hanya akan memperoleh tempat yang lebih baik di planet-planet yang lebih tinggi, dan masih tetap diikuti oleh penderitaan, diikat oleh tri guna.Tetapi hanya dengan mendengar dan memuji atau membacakan kegiatan Tuhan Krshna reinkarnasi atau punarbawa dapat dihentikan, tidak dengan cara lain. Kegiatan ini tidak dapat diragukan.

�0�

BAB IXKALA – WAKTU YANG KEKAL

1. Sifat WaktuKala merupakan waktu yang berjalan terus menerus, tidak pernah

berhenti dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Hasil akhir dari semua kinerja alam semesta ditentukan oleh Kala. Kala (waktu yang kekal) adalah energi TYM Krshna yang menghancurkan (Bg. 10.30) - kalah kalayatam aham. Dalam kitab Visnhu Purana, dinyatakan bahwa kala atau waktu merupakan salah satu aspek dari empat aspek Sri Visnhu di dalam cikal bakal alam material (brahmanda). Empat aspek itu adalah:1. Pradana (unsur materi kasar)2. Vyakta (unsur halus)3. Jiwa/atma (spirit), dan4. Kala (waktu)

Keempat unsur ini dipengaruhi oleh tri guna sehingga terbentuklah alam semesta alam semesta yang tidak terhitung jumlahnya, keluar dari badan Mahavisnhu (Karanadakasyayi visnhu).

Waktu diciptakan oleh TYM, sebagaimana dinyatakan dalam sloka berikut :

kalam carantam srjatisa asrayam, pradhana-pumbhyam nara-deva satya-krt

“Personalitas TYM, sang pengendali energi material dan energi spiritual, sang pencipta seluruh alam semesta, menciptakan unsur waktu, agar energi material dan mahluk hidup dapat bertindak di dalam batas-batas waktu. Demikianlah keberadaan Tuhan tidak pernah dibawah pengaruh waktu ataupun energi material”. (Sb. 7.1.11).

�0�

Waktu dikendalikan oleh TYM, bukan TYM dikendalikan oleh waktu seperti anggapan orang kebayakan. Aktivitas roh yang terikat dan alam material berada dalam lingkup unsur waktu, sedangkan TYM tidak terpengaruh oleh aksi dan reaksi waktu. DIAlah yang menciptakan waktu. Walaupun Tuhan bertindak dalam lingkup waktu, tetapi harus dipahami bahwa tindakan DIA tidak dibawah kendali waktu, segala sesuatu sepenuhnya dibawah kendali BELIAU termasuk waktu.

Waktu mengkikis benda-benda alam semesta. Karena sang waktu adalah energi TYM yang maha dahsyat, tidak ada yang dapat menghentikannya, atau dengan cara apapun waktu yang kekal itu tidak bisa distop (Srimad Bhagavatam.1.13.19-20). Semua penduduk dialam semesta ini setelah lahir, akan mengalami kematian, yang disebabkan oleh sang waktu yang kekal. Usia tua menunjukkan pertanda akan tiba kematian yang diberikan oleh sang waktu yang kejam. Sang waktu bergerak memperpendek umur mahluk hidup. Atau mempercepat kehancuran alam semesta beserta isinya.

Perjalanan kala berbeda diantara semua planet, planet yang lebih tinggi mempunyai waktu yang lebih panjang, sedang planet yang lebih rendah mem-punyai waktu yang lebih pendek. Ini berarti bahwa serangan waktu di alam yang lebih tinggi kurang kejam, dibandingkan serangan waktu di alam yang lebih rendah. Di Bumi ini waktu bagi manusia dan binatang rendah berbeda. Umur manusia lebih panjang dari umur kupu-kupu. Serangan waktu terhadap kupu-kupu relatif lebih kejam, dibanding terhadap manusia. Demikian pula umur alam semesta ini dibatasi oleh waktu.

Alam semesta akan berumur selama 100 tahun Dewa Brahma, yang dibatasi oleh waktu siang dan malam hari brahma. Pada pagi hari adalah waktu sat-vam (jam 03.00–09.00), kemudian rajas mulai pukul 09.00 sampai 18.00. sedangkan jam 18.00 keatas dipengaruhi oleh sifat tamas. Ketika Dewa Brahma sudah berumur 100 tahun brahma, maka alam semesta ini akan dilebur/hancur (pralaya). Semua unsur ciptaannya termasuk para jiwa (mahluk hidup) akan masuk ke dalam badan Mahavisnhu. Kemudian jika dewa Brahma dilahirkan kembali, maka alam semesta dan para jiwa akan muncul lagi. Peroses ini terus

�0�

berjalan berulang-ulang di alam universal, sedangkan di alam rohani hal semacam ini tidak pernah terjadi. Dewasa ini Dewa Brahma sudah berumur lebih dari 50 tahun brahma, sudah menginjak usia tua.

Sang waktu tidak dapat dilihat/kasat mata, hanya ada bekas/akibatnya saja. Orang di dunia ini memberi ukuran kala dengan ukuran detik, menit, jam, pagi, siang, malam, hari, bulan, tahun dan seterusnya. Kala terus berjalan sambil menghancurkan, tanpa ada yang dapat menghindarinya atau menghentikan, kecuali TYM.

2. Perjalanan Kala (Sang Waktu)Sifat perjalan waktu (kala) ada dua macam, yaitu :

(1). Berjalan secara siklikal, pergerakan kala kembali lagi keawal. Misalnya senen – selasa – rabu – dst. kembali lagi ke senen. Dalam peradaban Veda, ukuran yang sangat panjang (millennium), kala dikukur dengan satuan kalpa.1 kalpa = 4 yuga (satya yuga, treta yuga, dvapara yuga dan kali

yuga)Satya yuga = 1.728.000 tahun Treta yuga = 1.296.000 tahunDvapara yuga = 864.000 tahunKali yuga = 432.000 tahun (di mulai 5000 tahun yang lalu) 1000 kalpa = 1 siang Brahma1000 kalpa = 1 malam Brahma2000 kalpa = 1 hari Brahma. Brahma berumur 100 tahun Brahma.

Dalam 1 hari Brahma teridiri dari 14 manu. Sekarang manu ke 7, dalam yuga ke 28. Setiap pergantian Manu, Indra-raja para dewa juga berganti. Pada masa manu ke 8, Raja Bali, keturunan raksasa Hiranyakasipu yang akan menjadi Indra memimpin para dewa di Surga. Satu periode Manu disebut Manvantara. Dalam setiap pergantian Manu terjadi pralaya pada sebahagian alam semesta.

��0

Jumlah Manvantara dan Manu beserta Sapta Rsinya.

Man van tara Nama para Manu Avatara Vishnu Sapta Rsi (tujuh Rsi = pensehat para deva).

1 Swayambhu Manu YajnaMarici, Atri, Angira, Pulaha, Kratu, Pulastya, Vasistha

2 Swarochita Manu VibhuUrjasthambha, Agni, Prana, Danti, Rishabha ,Nischara, Charvariva

3 Uttama Manu SatyasenaKaukundihi, Kurundi, Dalaya, Sanka, Pravahita, Mita, Sammita

4 Tamas Manu HariJyotirdama, Prithu, Kavya, Chaitra, Agni, Vanaha, Pivara.

5 Raivata Manu Vaikun thaHirannyaroma, Vedasri, Urddhabahu, Vedabha hu, Sudhaman, Parjanya, Mahamuni

6 Chakshusha Manu AjitaSumedhas, Virajas, Havishmat, Uttama, Madhu, Abhinaman, Sashisnnu.

7 Vaisvata Manu VamanaKasyapa, Atri, Vashista, Angira, Gau tama, Agastya, Bharadvaja. (sekarang)

8 Savarni Manu Sarvabhau maDiptimat, Galava, Parasurama, Kripa, Drauni (Asvattama), Vyasa, Rishya sringa.

9 Daksa Savarni Manu RishabhaSavana, Dyutimat, Bhaviya, Vasu, Medhatithi, Jyothisman, Satya.

10 Brahma Savarni Manu VishvaksenaHavishman, Sukriti, Satya, Apammurtti, Nabhaga, Apratimanjas, Satyaket.

11 Dharma Savarni Manu Dharma sethuNischara, Agnitejas, Vapushman, Visnhu, Sruni, Havishman, Anagha.

12 Rudra Savarni Manu SudamaTapaswi, Sutapas, Tapomurtti, Taporati, Tapo-dhirti,Tapodyuti,Tapodhan.

13 Dewa Savarni Manu YogesvaraNirmoha,Tatvadersin,Nishprakampa, Nirutsuka,Dhritimayt, Avyaya, Sutapa.

14 Indra Savarni Manu Brihad bhanuAgnibhahu, Suchi, Shukro, Maghada, Gridhra, Yukta, Ajita.

Sumber: Encyclopaedia Puranic dan Srimadbhagavatam.

���

Para Dewa lainnya berumur 100 tahun dewa.1 hari para dewa = 1 tahun manusia (siang hari ketika mata hari

berjalan ke utara (utarayana), dan malam hari ketika matahari ke selatan (daksinayana)

1 hari para leluhur = 1 bulan manusia (siang ketika gaura paksa, malam ketika krsna paksa). Waktu sebulan ini dibagi lagi menjadi Naksatra. Dalam satu bulan, 30 hari terdiri dari 28 Naksatra, dan 28 Yoga. Setiap Naksatar dan Yoga mempengaruhi sifat yang watak manusia. Naksatra akan mempengaruhi nilai-nilai pada diri seseorang, yang akan nampak pada sikap dan prilaku, sedangkan Yoga mempengaruhi kekuatan, pengaruh seseorang. Dalam acara pemberian nama bayi, namanya mesti disesuaikan dengan Naksatra pada hari kelahirannya.

(2). Waktu berjalan linier (jangka pendek), misalnya: Januari – Desember.Didalam ukuran millennium (yuga) itu terdapat pergerakan waktu

yang lininer dan siklikal. Hubungan yuga dengan perkembangan dharma dan adharma, dapat digambarkan sebagai berikut.

Tiang dharma Tiang adharma

Satya yuga Kali Yuga

Sesuai hukum alam, dharma akan semakin merosot dengan berkembangnya jaman dari Satyayuga ke Kaliyuga, Sebaliknya adharma akan semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya jaman dari Satyayuga ke Kaliyuga. Itulah sebabnya pada jaman Kaliyuga hampir tidak ada dharma, yang banyak ada adalah adharma. Dalam Manu Smrti, dinyatakan bahwa, umur manusia pada jaman Satyayuga berumur 400

���

tahun, pada Tretayuga berumur 300 tahun, pada jaman Dvapara berumur 200 tahun, dan pada jaman Kaliyuga berumur 100 tahun.

3. Kala dan Kegiatan ManusiaSemua kegiatan mahluk di alam semesta, mulai dari planit paling

rendah sampai planit tertinggi dikendalikan oleh kala/waktu, oleh karena itu agar pengaruh waktu, berpengaruh mujur (baik) terhadap setiap kegiatan manusia, maka Veda mengatur hari yang mujur untuk melakukan aktivitas. Tidak semua hari dapat memberikan pengaruh mujur atau sukses dalam beraktivitas. Topik ini merupakan topik yang sangat besar untuk dibicarakan.

Pengaruh hari terhadap mujur tidaknya hari tergantung dari konstalasi planet-planet atau bintang-bintang di ruang angkasa. Dalam astrologi Veda konstalasi bintang-bintang diangkasa disebut Naksatra. Ada 28 Naksatra, mulai dari Naksatra Aswini sampai pada naksatra Abhijita. Setiap naksatra mempunyai pengaruh yang berbeda beda terhadap sifat,aktivitas manusia.

Veda menganjurkan agar melakukan kegiatan pada hari-hari dan jam-jam yang mujur. Rsi-rsi yang agung dapat mengetahui nasib orang dikemudian hari dengan mengetahui naksatra kelahiran seseorang. Demikian pula nama seseorang harus disesuaikan dengan naksatranya. Roh-roh yang agung lahir pada nakstra yang memberikan kemujuran, seperti Raja Pariksit sebagai ahli waris dari Raja Pandu, lahir ketika zodiac bertanda mujur muncul (Sb. 1.12.12).

Demikian pula di dalam satu hari, tidak semua waktu memberikan kemujuran. Ada saat waktu yang dapat memberikan hasil yang tidak baik, terhadap setiap kegiatan termasuk melakukan upacara. Mengetahui pengaruh naksatra sangat baik bila digunakan untuk mengelola sumberdaya manusia (SDM). Karena pengaruh naksatra, orang bisa cocok berteman satu sama lainnya, atau bermusuhan satu sama lainnya (tidak cocok).

Untuk menetralisir pengaruh Navagraha, dapat dilakukan dengan memakai Navaratna. Atau untuk melakukan upacara tertentu agar hasilnya baik, hanya boleh dilakukan pada jam-jam tertentu, tidak

���

sepanjang hari atau sepanjang minggu boleh melakukan upacara dapat menghasilkan hasil yang baik atau mujur. Di dalam satu hari, pada jam-jam tertentu baik untuk melakukan upacara atau yadnya, dan jam yang lain tidak baik. Sampai saat ini masih banyak umat yang masih percaya kepada padewasaan (hari baik dan buruk).

Dibawah ini disajikan daftar waktu yang baik untuk melakukan aktivitas atau upacara:a. Hora, adalah jam-jam yang mujur untuk melakukan upacara.

Daftar HoraJam Minggu Senen Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

6-7 Ravi Soma Ankara Budha Guru** Shukra* Shani

7-8 Shukra* Shani Ravi Soma Ankara Budha Guru**8-9 Budha Guru** Shukra* Shani Ravi Soma Ankara9-10 Soma Ankara Budha Guru** Shukra* Shani Ravi

10-11 Shani Ravi Soma Ankara Budha Guru** Shukra*

11-12 Guru** Shukra* Shani Ravi Soma Ankara Budha12-13 Ankara Budha Guru** Shukra* Shani Ravi Soma

13-14 Ravi Soma Ankara Budha Guru** Shukra* Shani

14-15 Shukra* Shani Ravi Soma Ankara Budha Guru**

15-16 Budha Guru** Shukra* Shani Ravi Soma Ankara

16-17 Soma Ankara Budha Guru** Shukra* Shani Ravi17-18 Shani Ravi Soma Ankara Budha Guru** Shukra*18-19 Guru** Shukra* Shani Ravi Soma Ankara Budha19-20 Ankara Budha Guru** Shukra* Shani Ravi Soma20-21 Ravi Soma Ankara Budha Guru** Shukra* Shani21-22 Shukra* Shani Ravi Soma Ankara Budha Guru**22-23 Budha Guru** Shukra* Shani Ravi Soma Ankara23-24 Soma Ankara Budha Guru Shukra* Shani Ravi

** sangat baik. * baik. dan Bold (shani) hindari sekali.

Hora yang paling bagus adalah Guru dan Shukra hora. Budha juga bisa dipakai. Sedangkan hora Shani dan Angkara harus dihindari. Misalnya melakukan upacara pada minggu, saat yang baik adalah jam 7 – 8, 11 – 12, 14 – 15, 18-19 dan 21-22.

���

b. Gulika, saat baik/mujur untuk melakukan berbagai kegiatan

v tanda jam mujur melaukan aktivitas, misalnya membangun rumah. Membeli asset, kendaraan. Tapi tidak baik melakukan kremasi/ngaben, perkawinan. Misalnya pada Senen waktu yang baik adalah pada jam 13.30 – 15.00.

c. Yamagandam (Upacara kematian)Baik untuk melakukan kegiatan upacara kematian atau ngaben.

Juga baik untuk transaksi (keuangan) dan perjalanan.

Misalnya kremasi hari Selasa sebaiknya dilaksanakan pada 9.00 – 10.30.

d. Rahu Kalam (untuk tidak bepergian dekat maupun jauh)Pada jam-jam ini harus hindari untuk bepergian, jika dilanggar

akan menemui kegagalan, tidak berhasil, atau terjadi penundaan. Tidak baik melakukan transaksi, pertemuan atau rapat. Meeting dapat dilakukan sebelum atau sesudahnya.

J A M / H A R I 6.00–7.30 7.30–9.00 9.00–10.30 10.30–12.00 12.00-13.30 13.30-15.00 15.00-16.30 16.30–18.00Minggu VSenen VSelasa VRabu VKamis VJumat VSabtu V

J A M / H A R I 6.00–7.30 7.30–9.00 9.00–10.30 10.3–12.00 12.00-13.30 13.30-15.00 15.00-16.30 16.30–18.00Minggu VSenen VSelasa VRabu VKamis VJumat VSabtu V

J A M / H A R I 6.00–7.30 7.30–9.00 9.00–10.30 10.30–12.00 12.00-13.30 13.30-15.00 15.00-16.30 16.30–18.00Minggu VSenen VSelasa VRabu VKamis VJumat VSabtu V

���

Menurut Astrologi Veda (Vasthu), tidak baik melakukan upacara pada hari Sabtu atau pada naksatra barani. Tidak baik mempersatukan orang misalnya, yang lahir Minggu atau Selasa dengan yang lahir Sabtu. Hari baik untuk melakukan kegiatan, di Bali dikenal dengan Dewasa ayu. Demikian pula naksatra berlaku pula untuk kegiatan di bidang pertanian.

4. Interaksi antar Planet Hari KelahiranMenurut Vedic astrology bahwa planet (terutama yang relatif

dekat dengan bumi mempengaruhi sifat watak manusia. Setiap hari dalam satu minggu dipengaruhi oleh planet yang berbeda. Minggu (ravi) dipengaruhi oleh Surya (matahari), Senen oleh Soma (bulan), Selasa oleh Angrak (Mars), Rabu oleh Merkuri (Buda), Kamis oleh Jupiter (Brihaspati), Jumat oleh Venus (Shukra) dan Sabtu oleh Saturnus. Kecocokan antar hari disajikan dalam tabel dibawah ini.

*Planet yang ke : 2, 3, 4,11, 10, dan 12 dari planet waktu/hari kelahiran bisa menjadi teman yang sifatnya sementara.

Tabel diatas dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mencari teman baik atau calon istri atau suami. Atau dapat juga digunakan untuk membagi bagikan pekerjaan agar cocok satu dengan yang lainnya. Usahakan jangan menggabungkan antar planet/hari yang bermusuhan. Misalnya menggabungkan orang yang lahir hari minggu dengan orang yang lahir hari Sabu, akan rawan percekcokan baik di rumah tangga maupun di kantor atau tempat kerja.

Kelompok tani atau Para Ketua Subak atau Ketua PPA (Petani Pemakai Air) mestinya mengetahui kapan sebaiknya turun ke sawah atau

Planet/hari lahir: Temannya (sangat cocok) Netral (moderat) Lawan (bermu-suhan)Minggu/Matahari (Ravi/Surya) Bulan,Mars,Jupiter Merkuri Venus,SaturnusSenen/Bulan (Soma/Candra) Matahari,Merkuri Mars,Jupiter,Venus,Sa-turnus. Tidak adaSelasa/Mars (Manggala) Matahari, Bulan,Jupiter, Venus,Saturnus MerkuriRabu/Merkuri (Buda) Matahari,Venus Mars,Jupiter,Saturnus BulanKamis/Jupiter (Brihaspati) Matahari,Bulan,-Mars Saturnus Markuri,VenusJumat/Venus (Sukra Acarya) Merkuri,Saturnus Mars,Jupiter Matahari,BulanSabtu/Saturnus (Sanni) Merkuri,Venus Jupiter Matahari,Bulan,-Mars

���

untuk menanam jenis tanaman tertentu. Personal pengendali pertanian adalah Balarama, dengan demikian sebaiknya pertanian dimulai pada bulan lahirnya Balarama, yaitu dimulai ketika munculnya bintang bajak langit. Dibawah ini akan di sajikan hari-hari sebaiknya menanam berbagai jenis tanaman.

Uraian : Minggu Senen Selasa Rabu Kamis Jumat SabtuTebu,bambu VUmbi2 - an VSayuran VBunga VPalawija VBuah2- an VPagar V

Tabel ini juga harus dikombinasikan dengan jam pada Gulika. Misalnya menanam tebu pada hari Minggu, hendaknya dilakukan pada pk. 15 – 16.30.

Kemudian dari sisi yang menanam (petani atau yang lainnya), juga harus disesuaikan dengan hari kapan boleh menanam, dan kapan tidak boleh. Perhatikan tabel di bawah ini.

Hari lahir: Hari baik menanam : Hari tidak baik menanam:

Minggu Kamis, Jumat Senen, Selasa, Rabu, dan SabtuSenen Selasa, Kamis, dan Jumat Minggu, Rabu, dan Sabtu

Selasa Senen,Rabu, dan Sabtu Minggu, Kamis, dan Jumat

Rabu Senen, Selasa, dan Kamis Minggu, Jumat, dan Sabtu

Kamis Minggu, Senen, Rabu, Jumat, Sabtu SelasaJumat Minggu, Senen, dan Kamis Selasa, Rabu, dan SabtuSabtu Selasa, Rabu, dan Kamis Minggu, Senen, dan Jumat

Hari yang dibolehkan, mesti disesuaikan juga dengan jam-jam pada Gulika diatas. Misalnya petani yang lahir hari minggu atau otonnya pada hari Minggu (budaya Bali ), ia bisa menanam pada hari Kamis, jam 9.00–10.30. Kalau lahannya luas, pakailah hari dan jam itu sebagai awal/permulaan tanam (nuasanin). Selanjutnya boleh dilanjutkan pada hari berikutnya.

���

BAB XINDRYA – INDRIA

1. Hawa Nafsu – Musuh BesarHawa nafsu muncul sebagai dampak dari hubungan kita dengan

alam material. Begitu dilahirkan di dunia material dalam karma tertentu, segera berhubungan dengan alam material. Mahluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat hawa nafsu menutupi dan bisa berubah menjadi musuh besar dunia, karena hawa nafsu tidak pernah puas, membakar bagaikan api unggun.

Bg.3.40, mengatakan

indriyani mano buddhir asyadhisthanam ucyateetair vimohayati esa jnanam avrtya dehinan

“Indria indria (indera), pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduknya hawa nafsu. Melalui indria–indria, pikiran dan kecerdasan, hawa nafsu menutupi pengetahuan sejati mahluk hidup dan membingungkannya”. Diantara kita, menganut nilai-nilai yang berbeda-beda karena pikiran dan kecerdasan kita ditutupi oleh hawa nafsu. Hawa nafsu yang tidak terpenuhi menyebabkan amarah. Nilai-nilai akan mempengaruhi sikap, dan sikap selanjutnya mempengaruhi prilaku. Jika nilai-nilainya baik, sikap juga akan baik, selanjutnya tingkah laku akan juga baik.

Kalau diurutkan antara indria, pikiran dan kecerdasan, maka berkerja indria lebih halus dari bekerjanya alam material. Kemudian lebih halus dari indria adalah pikiran, dan lebih halus dari pikiran adalah kecerdasan, dan dia sang roh lebih halus lagi dari kecerdasan. Pikiran itu tempat duduknya indria. Indria merupakan representasi dari pikiran. Pikiran merupakan kumpulan dari indria-indria (Swami Sivananda,…).

���

Pikiran mempunyai tiga fungsi, yakni : menyimak, merasakan dan mengeksekusi. Siapapun pikirannya tidak terkendali gejolak pikirannya akan me-nyeret dirinya untuk mulai mencari objek-objek indria material. Entah disadari atau tidak, indria-indria akan memilih objek-objek kenikmatan indria. (Premanjana das,…). Keinginan untuk menikmati inilah merupakan awal dari segala masalah dan penderitaan. Itulah sebabnya hawa nafsu merupakan musuh yang paling besar dan paling berbahaya yang tidak pernah terpuaskan. Indria-indria berada didalam badan jasmani. Indria merupakan sensor terhadap kegiatan alam, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Misalnya, Laki-laki tertarik dalam pergaulan dengan wanita, sedangkan wanita tertarik dalam pergaulan dengan para pria.

2. Macam Indria dan Objek IndriaNafsu sangat halus, tidak dapat dideteksi dengan mikroskope,

tetapi mem-punyai bermacam-macam keinginan. Interaksi antara alam dengan indria timbulah nafsu. Dalam Pustaka Suci Srimadbhagavatam (baca Sb. jilid 1), dijelaskan Tuhanlah yang menciptakan Alam Material beserta isinya, baik yang sifat halus maupun kasar. Keseluruhan unsur materi yang diciptakanNya berjumlah 24 unsur, yaitu :a. Tiga (3) unsur materi halus–badan halus (pikiran, kecerdasan,

ego). Ego ada dua macam : ego murni dan ego palsu. Ego palsu yang menyebabkan kita menganggap diri kita adalah badan jasmani. Sedangkan ego murni memberikan informasi bahwa diri kita adalah roh/jiwa yang kekal.

b. Lima (5) unsur materi kasar-Panca Mahabhuta (akasa, udara, api, air, tanah)

c. Lima (5) indria persepsi (mata, telinga, hidung, kulit, lidah). Panca indria ini dipakai untuk menikmati sifat alam. Indria lidah paling lengket terhadap objek indria.

d. Lima (5) objek indria (wujud/bentuk/rupa, suara, aroma, sentuhan, rasa)

e. Lima (5) indria pekerja (tangan, kaki, mulut, kemaluan, anus). Setelah lidah, indria kemaluan juga sangat rekat dengan objek indria.

���

f. Satu (1) unsur maktu, mengatur terjadinya interaksi antara indria dan objek indria.Pikiran ketika melakukan eksekusi terhadap objek indria, melalui

indria penggerak (dinamis) dan indria persepsi (statis) munculah apa yang disebut hawa nafsu.

3. Para Dewa Pengendali IndriaDalam Kitab suci telah disebutkan bahwa Dewa merupakan abdi

Tuhan, yang ditugaskan untuk mengendalikan unsur alam semesta (unsur materi maupun indria), sehingga unsur itu bisa berfungsi dan bermanfaat. Misalnya matahari memiliki panas (radiasi) sehingga bermanfaat atau bisa digunakan. Bermanfaat untuk menguapkan air sehingga menjadi mendung kemudia turun hujan. Radiasinya dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesa, atau dibutuhkan oleh manusia untuk menghangatkan badan. Panas matahari juga bisa digunakan untuk memanaskan/menghangatkan air yang dingin, dan lain sebagainya

Para Dewa juga bertugas untuk menyelaraskan kinerja alam material sehingga kinerja alam dapat berjalan dengan tertib dan teratur. Tuhan Sri Krishna pencipta asli, dalam Bg 7.6. Krishna berkata “Akulah sumber penciptaan dan peleburan”. Para Dewa mulai Brahma Dewa -dewa dibawahnya mempunyai energi atas karunia dari Tuhan. Dibawah ini disajikan Dewa pengendali indria dan unsur alam material.

WAKTU/KALA

PIKIRAN

Badan Halus

Budi,Ego palsu

INDRIA:PersepsiPengge-ak

Badan Kasar

Hawa Nafsu

OBJEK INDRIARupa, suara, aroma, rasa, sentuhan

��0

No Indria Objek Indria Unsur Materi Dewa Pengendali1 Telinga Suara Akasa Dig-dewata2 Kulit Sentuhan Udara Vayu3 Mata Wujud/rupa Api/panas Surya4 Lidah Rasa Air Varuna5 Hidung Aroma/bau Tanah Asvini Kumara6 - - Pikiran Soma7 - - Kecerdasan Brahma8 - - Ego Siva/Rudra9 Tangan - - Indra10 Kaki - - Visnu

11 Mulut - - Agni

12 Kemaluan - - Prajapati Daksa13 Anus - - Mitra

Sumber: Haladara das.2014.

4. Pengendalian Hawa Nafsu - IndriaDiatas telah dikemukakan, bahwa pikiran merupakan tempat

duduknya hawa nafsu. Indria merupakan refleksi dari pikiran. Pikiran menangkap objek indria dari Indria persepsi, lalu pikiran mengeksekusinya dengan indria persepsi dan indria penggerak. Masing-masing indria hanya dapat mengeksekusi satu ojek indria. Misalnya mata hanya mampu mengeksekusi rupa, teliga hanya dapat mengeksekusi suara, dan seterusnya. Tapi pikiran dapat mengeksekusi seluruh objek indria lewat latihan yoga.

Kegiatan Pikiran tidak bisa dihentikan, tidak seorangpun mampu meng-hentikan pikiran. Pikiran hanya bisa dikendalikan. Dengan demikian nafsupun tidak bisa dihentikan, karena tempat duduknya tidak bisa distop. Jadi nafsu hanya bisa dikendalikan, jika pikiran terkendalikan. Bila nafsu tidak dikendalikan maka dunia ini akan hancur. Indria yang paling sulit dikendalikan adalah lidah dan kemaluan. Dalam kitab Bg, Tuhan menasihatkan agar nafsu dikendalikan.

Bg, 2.62

dhyayato viyayan pumsah sangas tesupajayatesangat sanjayate kamah kamat krodo bhijayate

���

“Selama seseorang merenungkan objek-objek indria, ikatan terhadap objek-objek indria itu berkembang. Dari mikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu, dan dari hawa nafsu timbulah amarah”. Selanjutnya dari amarah timbulah hayalan, dari hayalan timbulah kebinggungan. Dan setelah binggung jatuhlah ke lautan material (Bg.2.63).

Keterikatan di dunia ini, pangkal permasalahnya terletak pada ego palsu. Sang roh yang dibingungkan oleh ego palsu, menganggap dirinya adalah pelaku kegiatan, tetapi sebenarnya dilakukan oleh tiga sifat alam material. Itulah ilusi (hayalan). Karena bodoh dibingungkan oleh sifat-sifat alam material (ilusi), maka mereka sepenuhnya menekuni kegiatan material hingga menjadi terikat. Tetapi orang yang mempunyai pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak tidak sibuk dalam kepuasan indria–indria. Dinyatakan dalam Bg.3.28.

attva-vit tu maha baho guna-arma-vybhagayohguna gunesu vartanta iti matva na sajjate

“Orang yang memiliki pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak tidak menjadi sibuk dalam indria-indria dan kepuasan indria-indria, sebab ia mengetahui dengan baik perbedaan pekerjaan dalam bhakti dan pekerjaaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, wahai yang berlengan perkasa”. Kemudian Bg. 3.31 menyatakan

ye me matam idam nityam anutisthanti manavahsraddhavanto ‘nasuyanto mucyante te ‘pi karmabhih

“Orang yang melakukan tugas kuwajiban menurut perintah-perintah Tuhan, dan mengikuti ajaran ini dengan setia, bebas dari rasa iri, dibebaskan dari ikatan perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil”. Nafsu indria akan terkendali jika nafsu itu diarahkan ke nafsu yang lebih tinggi, Nafsu yang tertinggi adalah nafsu yang diarahkan untuk pelayanan bhakti. Bhakti bisa lakukan jika mempunyai pengetahuan tentang ketuhanan. Pengetahuan itu akan dapat melepaskan, menjauhkan

���

indria dari keinginan–keinginan material, menjadi keinginan rohani, sehingga indria bekerja dalam bhakti. Bekerja dalam bhakti artinya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dianjurkan oleh kitab suci. Pekerjaan semacam itulah yang akan membersihkan-menyucikan pikiran atau mengendalikan pikiran. Kalau pikiran sudah terkendali tidak ada masalah dengan indria, dengan nafsu, dengan objek-objek indria.

Dalam sejarah Veda ada ceritera pengendalian indria yang dilakukan oleh Raja Ambrisa. Beliau mengendalikan indria lidah dengan hanya makan persadam, dan mencicipi caranamrta, hidung dikendalikan dengan hanya mecium bunga yang telah dipesembahkan kepada Tuhan, telinga dikendalikan dengan hanya mendengar doa-doa pujian atau lagu-lagu rohani yang mengagungkan Tuhan, mata digunakan untuk melihat orang sadhu dan arca Tuhan di tempat suci. Kemu-dian Kaki dan tangan untuk melakukan pelayanan kepada Tuhan ditempat suci, mulut dikendalikan dengan mengucapkan mantra-mantra suci, kemaluan hanya digunakan untuk mendapatkan keturunan atas ijin guru spiritualnya.

Swami Sivananda memberikan 6 (enam) cara mengendalian indria yakni : 1.Pengekangan bicara (vichara), 2.Pengekangan keinginan (pantangan), 3. Pengaturan nafas (pranayama), 4. Penumpulan (dama), 5. Abstain, dan 6. Vairagya dan Tapasa (pelepasan ikatan).

Sedangkan Bhaktivedanta Swami Prabhupada, pengendalian indria dengan mudah dilakukan bila: (1). pantang makan daging, ikan dan telor, (2). pantang berserlingkuh, (3). pantang berjudi, (4) pantang mabuk-mabukan, dan (5) tekun berbakti kepada Tuhan. Kemudian Sri Rupa Gosvami, untuk mengontrol indria di uraikan dalam Upadesamrta ayat 1, yaitu dilakukan dengan : menahan dorongan berbicara (vaco vegam), menahan permintaan pikiran (manasa vegam), menahan amarah (krodha vegam), menahan dorongan lidah (jihva vegam), menahan dorongan perut dan kemaluan (udara-upastha vegam).

���

BAB XIWARNAASRAMA DHARMA

1. Tertib Sosial Masyarakat Hindu Warnasrama dharma merupakan institusi/system masyarakat

Veda yang mengatur masyarakat menjadi empat golongan menurut mata pencaharian dan empat golongan rohani (varna dan asrama). Lembaga ini disusun agar kita manusia dapat hidup sejahtera, harmoni di dunia ini, dan kembali pulang ke pada TYM, setelah meninggalkan dunia ini. Unsur-unsur warna asrama dharma ini ada didalam lima bahasan utama ajaran agama Hindu, yang tercantum dalam kitab Dharma sastra, sebagai kitab hukum agama Hindu.

Menurut kitab Dharma sastra, ada lima bahasan utama dalam ajaran agama Hindu, terdiri dari:1. Murti (pemujaan kepada arca Tuhan)2. Dharma (etika dan kewajiban)3. Samsara/punarbawa (lahir kembali)4. Karma (kegiatan/pekerjaan/aktifitas), dan5. Moksa (pembebasan/ketidak terikatan)

Lembaga warna dan asrama ini adalah lembaga ilmiah yang tercantum dalam Kitab Dharma sastra maupun dalam kitab Srimad-bhagavatam (Sb) 1.2.13.

atah pumbhir dvija-srestha, varnasrama-vibhagasahsvanusthitasya dharmasya, samsiddhir hari-tosanam

“Karena itu disimpulkan bahwa kesempurnaan tertinggi yang dapat dicapai seseorang yaitu dengan melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan untuk pekerjaannya menurut pembagian golongan dan tahap-tahapan hidup, adalah untuk menyenangkan Hari- Personalitas TYM.”

���

Dalam sloka ini terdapat dua macam golongan masyarakat Hindu, dan semua golongan itu mempunyai tujuan-tugas kewajiban (dharma) memuaskan TYM. Jika Warnasrama dharma itu diselewengkan yaitu tidak untuk memuja atau memuaskan Tuhan, maka tujuan dari lembaga itu tidak tercapai. Lalu bagaimana kalau institusi ini tidak sempurna atau malah tidak ada? Tujuan hidup tidak tercapai dengan kata lain hidup ini gagal mencapai sukses.

Warna-asrama dharma terdiri dari dua golongan, yaitu :

2. Catur Warna (Empat Tertib Profesi) (baca Bg.4.13 dan bab 18.41-44)Tiga sifat alam (tri guna) membagi masyarakat (Hindu) menjadi

empat profesi. Agar masyarakat sempurna, maka empat tertib ini harus dibangun di dalam masyarakat. Maksud dari pembagian masyarakat ini adalah untuk mengangkat manusia dari tingkat mental hewan/binatang, untuk selanjutnya dapat sadar dengan keberadaan TYM. Kalau salah satu warna tidak ada, maka masyarakat itu tidak sempurna.

Maksud dari lembaga warnasrama itu adalah untuk mendidik masyarakat manusia untuk melakukan pemujaan yang benar kepada Sri Visnu, sehingga semua orang bisa pulang ke dunia rohani tepat pada waktunya.

Empat profesi tercantum dalam Bg. 18.41.

bramana-ksatrya-visam sudranam ca parantapakarmani pravibhaktani svabhava-prabhavair gunaih

“Para brahmana, para ksatrya, para vaisya, dan para sudra, dibedakan oleh ciri-ciri yang dilahirkan dari watak-watak mereka sendiri menurut sifat-sifat material, wahai penakluk musuh”.1. Brahmana (rohaniwan, guru dari golongan lainnya)=kepala.

Sifatnya : damai, pengendalian diri, pertapaan, suci, toleransi, berpengetahuan veda (mengetahui Brahman-Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama), bijaksana, agamawan (Bg. ) Golongan ini dipengaruhi oleh sifat satvam. Status Brahmana diperoleh

���

jika sudah medwijati (inisiasi dua kali). Dalam Manu samhita dikatakan kuwajiban pokok para brahmana adalah : mempelajari kitab suci Veda, memuja Arca Tuhan, dan berderma (danam). Mengajar masyarakat tentang prinsip-prinsip agama berdasarkan kitab suci. Jika dalam keadaan tertentu, seorang brahmana tidak bisa me-langsungkan kehidupannya, ia boleh beralih profesi menjadi Vaisya atau Ksatrya. Tidak boleh berprofesi sudra. Brahmin mempunyai tanggung jawab besar terhadap kemajuan rohani atau agama warga masyarakat.

2. Ksatrya (administrasi pemerintahan, tentara, pemimpin) = badan/tangan: kepahlawanan, kekuatan, tekad, tangkas, berani di medan tempur, dermawan, dan leadership. Melindungi wanita, orang tua, anak-anak, brahmana dan sapi. Bela Negara dan mempertahankan, membela kebenaran dan keadilan. Golongan ini dipengaruhi oleh sifat rajas. Kuwajiban pokoknya adalah : memungut pajak, melaksanakan denda, melindungi warga Negara (termasuk hewan), berderma, dan tidak boleh menerima sumbangan. Jika klas ini tidak bisa menyambung hidupnya karena sesuatu hal, ia boleh mengambil profesi sebagai Vaisya. Jangan sesekali mengenakan denda kepada para Brahmin. Brahmin tidak boleh mende-rita hukuman pisik.

3. Vaisya (wirausahawan/bisnismen/pedagang, petani,peternak) = perut. Dengan sifat : bercocok tanam (pertanian), melindungi sapi (peternakan), pedagang. Golongan ini dipengaruhi oleh sifat rajas dan tamas. Golongan ini berfungsi memajukan perekonomian masyarakat, negara. Dia harus taat untuk membayar pajak, membayar denda. Pada prinsipnya mengikuti kebijakan brahmana dan ksatrya, bercocok tanam, berdagang, memelihara sapi.

4. Sudra (buruh/karyawan)=kaki, dengan sifat : sebagai pelayan bagi yang lain. Golongan ini dipengaruhi oleh sifat tamas. Golongan ini setia melayani tiga warna lainnya. Prinsipnya mendukung kegiatan para brahmana, ksatrya, vesya, dan sebagai penyedia tenaga kerja (pelayan). Menjaga kebersihan, jujur, tidak munafik,

���

melakukan korban suci tanpa mengucapkan mantra-mantra, pantang mencuri, mengurusi segala keperluan bagi perlindungan sapi, dan para brahmana.Setiap golongan ini mempunyai tugas kewajiban (job description)

yang telah ditetapkan (sesuai swadharmanya). Tiap golongan tidak boleh mendominasi golongan lainnya. Semua berjalan bersama-sama. (untuk jalasnya baca BG.18.41-44). Brahmana mempunyai tugas pokok sebagai guru/penasihat bagi 3 golongan lainnya. Peroses menjadi seorang brahmana harus melalui diksa/inisiasi. Tanpa inisiasi orang termasuk keluarga brahmana tidak bisa berstatus pendeta/brahmana.

Klas/warna brahmana ini sangat penting dalam masyarakat, klas ini merupakan golongan yang mengetahui prinsip-prinsip kitab suci, sebagai sumber pengetahuan suci. Jika golongan ini tidak ada, masyarakat menjadi chaos, tidak mempunyai arah tujuan. Kehidupan sosial masyarakat tidak lebih baik dari sekerumunan hewan. Masyarakat tidak mempunyai pemimpin spiritual, pemuka agama yang benar.

Menurut Kitab Manu samhita, kuwajiban–tugas pokok dari masing-masing profesi itu dijelaskan, yakni:a. Brahmana berkuwajiban dalam bidang : belajar Veda, melakukan/

memimpin upacara, menerima dan memberi sumbangan (dana punia)

b. Kesatrya berkuwajiban dalam bidang : melindungi warga masyarakat, memberikan sumbangan, melaksanakan upacara, belajar Veda, absen dalam aktivitas pemuasan indria.

c. Vaisya berkuwajiban dalam bidang : beternak sapi, memberi sumbangan, melaksanakan upacara, belajar Veda, berdagang, bankir, dan mengolah tanah (pertanian)

d. Sudra, hanya mempunyai satu kuwajiban yang diperintahkan oleh Tuhan yaitu siap melayani dengan baik tiga klas lainnya (Brahmin, Ksatrya, Vaisya).Simaklah lebih dalam sloka Sb,7.11.35

yasya yal laksanam proktam pumso varnabhivyanjakanyad anyatrapi drsyeta tat tenaiva vinisdiset

���

“Barang siapa yang nampak memiliki cirri-ciri brahmana,ksatrya, vaisya atau sudra, sebagaimana uraian yang telah disampaikan sebelumnya, maka kedudukannya harus diakui berdasarkan ciri-ciri golongan tersebut, walaupun jika ia terlahir dalam golongan lain”. Petunjuk ini disampaikan oleh Rsi Narada kepada Yudistira, Raja Hasitapura. Golongan/warna/klas masyarakat Hindu didasarkan atas ciri-ciri sifat dan kegiatan.

Walaupun seorang lahir dari golongan Sudra, jika ia mempunyai ciri-ciri sifat dan pekerjaan brahmana, ia harus diakui sebagai brahmana. Sebalikya, walaupun lahir dari golongan brahmana, jika ia tidak memiliki sifat, ciri dan pekerjaan kebrahmanaan, tidak tepat bila disebut brahmana. Orang lahir seperti ini disebut dvija-bandhu atau brahmana–bandhu. Hal ini juga telah tercamtum dalam Bg.4.13.–catur-varnyam maya srstam guna karma vibhagasah.

3. Catur Asrama (4 Tertib Spiritual)Orang tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan baik/

sempurna jika ia tidak mengikuti tahapan spiritual, sehingga dirinya tidak mengerti bahwa dirinya merupakan abdi TYM, yang merupakan tujuan hidup manusia. Jika orang tidak menempatkan dirinya dalam asrama, veda mengatakan ia tidak lebih baik dari seekor hewan. Jaman dahulu varnasrama ini diikuti dengan tegas, tetapi belakangan varnasrama mengalami pembauran. Menurut Bhaktivedanta swami (penjelasan terhadap Sb.bab. 11 dan 12), baurnya varnasrama disebabkan oleh berkem-bangnya populasi varna-sankara (baca warna sangkara), yaitu orang yang kelahirnya tidak dikehendaki. Pada populasi varna-sankara yang cukup banyak, akan sulit untuk menegakkan aturan-praturan, karena masyarakat cenderung libral. Lahirnya varna-sankara disebabkan oleh para wanita tidak masih setia dan suci. Jadi kesetiaan dan kesucian wanita pada setiap jaman sangat penting untuk diperhatikan.

Empat tahap kemajuan spiritual (Sb. bab.12,13) yang dimaksud adalah :

���

(1). Brahmacari (masa belajar lajang/tidak melakukan hubungan suami istri). Tugas pokoknya adalah khusuk belajar mantra-mantra Veda. Mengemdalikan indria, patuh pada Guru, khusuk berpikir tentang Guru spiritual, api, deva Mata-hari dan Sri Visnu. Mengucapkan mantra Gayatri, badannya terhias dengan benang suci (benang pavitram), sedekah yang ia terima diperuntukkan untuk Gurunya, tidak boleh mengumpulkan sesuatu dan makan lebih dari yang dibutuhkannya. Bergaul dengan wanita hanya seperlunya saja (tidak boleh berbaur dengan wanita), semua wanita dipandang sebagai ibu. Dalam sastra disebutkan ada tujuh ibu.

atma-mata guroh patni brahmani raja patnikadhenur dhatri tatha-prthvi saptaita matarah smrtah

“Tujuh ibu tersebut adalah : ibu kandung, istri guru, istri brahmana, istri raja, sapi, pengasuh dan bumi”. Dengan tegas dilarang bergaul secara tidak perlu dengan wanita, termasuk ibu kandung, saudara perempuan, atau putri sendiri (Manu samhita.2.215). Peradaban yang membiarkan pria berbaur tanpa batas dengan wanita adalah peradaban hewani.(2). Grhasta (masa berumah tangga, bermatapencaharian, melakukan

yadnya, berdana punia, sesuai arahan kitab suci). Hidupnya mesti berdasarkan aturan kitab suci seperti pada aturan brahmacari. Grihasta diijinkan untuk melakukan hubunga sex yang sangat terbatas, hanya untuk mendapatkan keturunan, hubungan sex harus sesuai dengan aturan dharma (Bg.7.12). Kalau mengikuti aturan kitab suci dengan ketat, maka hubungan sex hanya boleh dilakukan jika diperintahkan atau diijinkan oleh Guru spiritual. Grihasta tidak boleh makan daging, minum minuman keras, bersolek berlebihan, memakai perhiasan di badan harus dia tinggalkan.

(3). Wanaprasta (masa pensiun dari kehidupan rumah tangga/fokus belajar kitab suci). Pada jaman dahulu Wanaprasta tinggal menyendiri di tempat sunyi atau hutan setidaknya selama 1 tahun.

���

Jaman sekarang para Wanaprasta tinggal di Pasraman atau dekat Pasraman, agar dia dapat lebih intens belajar kitab suci. Juga dapat mengajarkan kitab suci kepada para brahmacari. Orang yang mengikuti ketentuan wanaprasta secara ketat, dapat dengan mudah pergi ke Maharloka. Jika kena penyakit degeneratif, sehingga sulit untuk melayani dirinya, dianjurkan untuk puasa tidak mengkonsumsi makanan apapun. Jaman dahulu grihasta yang meningal mampu membakar badannya sendiri.

(4). Sanyasi (tahap pembebasan/pelepasan ikatan material, fokus mengajarkan bhakti kepada semua asrama dan varna lainnya). Membimbing golongan lainnya agar dapat maju dalam kerohanian. Datang berkeliling ke rumah Grihasta untuk memberikan pencerahan, agar grihasta tidak melakukan kegiatan yang dilarang oleh kitab suci. Sanyasi membawa dandha, hidup dengan derma dari para Grhasta dan Brahmacari. Berkawan kepada setiap mahluk hidup tanpa mengharapkan balasan. Bersikap adil. Menghindarkan diri dari perdebatan dan argumentasi.Visnu Purana 3.8.9 mengatakan :

varnasramacaravata, purusena parah pumanvisnur aradhyate pantha, nanyat tat-tosa-karanam

“Personalitas TYM Visnu, dipuja dengan melaksanakan tugas kewajiban yang diuraikan dalam lembaga varna dan asrama. Tidak ada cara lain untuk memuaskan Personalitas TYM. Orang harus berada dalam lembaga empat warna dan empat asrama”. Jika orang tidak berada dalam institusi ini atau karena institusi ini tidak ada, maka orang-orang (masyarakat) tidak mungkin dapat memuaskan TYM, sehingga untuk bisa pulang kepada Tuhan adalah sesuatu hal yang tidak mungkin. Jika lembaga ini tidak atau belum ada, maka para pemuka agama, pemuka masyarakat, pemimpin pemerintahan, secara bersama-sama berusahalah membentuknya, karena lembaga ini merupakan lembaga yang sangat penting keberadaannya didalam masyarakat hindu.

��0

4. Peranan PasramanMereka yang tidak mengikuti warnasrama ini, mereka berada

diluar system, yang sering disebut dengan dwi pasupadam, dan tidak akan pernah memperoleh kebahagian dan tidak dapat kembali berbhakti kepada TYM, sehingga ia menjadi roh nitya baddha. Akibatnya adalah samsara - datang dan pergi berulang kali, akan hidup di alam yang lebih rendah.

Agar masyarakat dapat mengikuti perinsip-prinsip warnasrama, semetara ini lembaga ini tidak masih utuh. Oleh karenanya masyarakat harus dididik lewat asrama (Pasraman). Pasraman yang merupakan tempat belajar kitab suci, diambil dari kata asrama. Asrama terdiri dari dua kata : a dan srama (baca sram). Srama berarti hal yang melelahkan, pikiran kalut, kotor, sedih, cemas, dan lainnya. Jadi asrama berarti tempat menghilangkan hal yang negatif tadi. Supaya orang setelah masuk asrama berubah menjadi gembira, semangat, tenang, bersih dan lainnya.

Di Pasraman hendaknya diistanakan arca Tuhan yang terhias dengan indah, sehingga orang, bagaimanapun sifatnya, dan apapun pekerjaanya, dapat masuk pasraman, sadar atau tidak dapat melihat Tuhan. Demikian pula kurikulum di pasraman itu haruslah mempunyai kompetensi untuk menjadikan para sisya mampu dan mau untuk melakukan tugas kewajiban sehari hari berdasarkan prinsip-prinsip bhakti (pelayanan kepada TYM). Mereka akan pelan-pelan akan menjadi, bersifat brahmana-menjadi orang sadhu.

Didalam Pasraman harus ada : brahmacari, harus ada grhasta, harus ada wanaprasta, harus ada sanyasi, harus ada brahmana, harus ada ksatrya, ada waisya dan sudra. Sanyasi sebagai guru–pengajar, pembimbing, sedangkan yang lainnya berstatus sebagai murid (sisya). Kegiatan Pasraman harus sepenuhnya spiritual, dimana para sisya harus diajarkan spiritual, sehingga proses inisiasi dapat berlangsung dengan benar.

Dengan proses inisiasi yang benar orang akan menjadi satvam (kebaikan), mempunyai sifat ke brahmanaan-sadhu. Sifat dengan kualitas brahmana sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Jika tidak ada

���

sifat berahmana, masyarakat akan keluar dari prinsip prinsip warna dan asrama, tidak bisa melaksanakan bhakti, sehingga tidak bisa pulang kembali kepada TYM. Artinya, jika salah satu dari warna dan asrama itu tidak kompeten, maka mereka akan me-ngalami degradasi. Hal ini jelas disampaikan oleh sloka 11.5.3 Srimad bhagava-tam, sbb:

ya esam purusam saksad, atma prabhavam isvaramna bhajanty avajananty, sthnad bhrastah patanty adhah

“Jika salah satu anggota dari keempat warna dan keempat asrama melakukan kesalahan dalam pemujaan atau dengan sengaja tidak menghormati TYM, yang merupakan sumber yang menciptakan mereka, maka mereka akan jatuh dari kedudukan mereka, jatuh kedalam keadaan hidup bagaikan di neraka”. Brahmana artinya mengenal Brahman atau Tuhan. Pada jaman sekarang, jaman kali semua unsur warnasrama itu merosot, sehingga orang tidak mengenal atau tidak mempunyai pengetahuan tentang Tuhan-Narayana, menyamakan dewa atau mahluk lain dengan Narayana. Mereka tidak tahu siapa itu Tuhan Yang Maha Esa-Narayana, mereka berramai-ramai menjauhi Weda, menjauhi jalan dharma, mengembangkan hawa nafsu sehingga menimbulkan lobha dan amarah. Akibatnya, pintu-pintu menuju neraka terbuka lebar. Mereka mengatakan dirinya beragama, tapi sikap-perilaku hidupnya menjauhi dharma agama. Pasraman itu merupakan tempat merekontruksi–menyusun kembali warna asrama yang tercerai berai.

5. Orang Hindu yang IdealAgar menjadi orang Hindu yang ideal, seseorang harus berada

dalam empat pondasi dharma, dan melaksanakan warnasrama dharma dengan sempurna, sehinga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Bangun pagi-pagi jam 05.00 atau sebelum matahari terbit2. Mandi pagi (buang air, sikat gigi, madi) pakai sabun3. Memuja arca keluarga (arca ista dewata)4. Sediakan waktu 10–15 membaca kitab suci, khususnya bhagavad

gita dan Srimad bhagavatam atau meditasi

���

5. Siapkan makanan (bhoga) untuk persembahan, lalu makan pagi dengan makanan yang sudah dipersembahkan (lungsuran/prasadam)

6. Bekerja pada jenis pekerjaan yang dianjurkan oleh kitab suci secara jujur dan damai, tidak melakukan pekerjaan yang dilarang oleh kitab suci.

7. Sore hari sembahyang–bajan bersama keluarga di depan arca.8. Sujud kepada arca sebelum tidur9. Mengunjungi (darsana) kepada arca di Kuil yang terdekat10. Melakukan atau ikut festival dan tirta yatra setiap tahun11. Melakukan punia, dan menghormati orang yang sudah tua/yang

lebih tua12. Perhatian, cinta kasih, simpati dan tidak melakukan kekerasan

(welas asih)13. Tidak melakukan kegiatan yang berdosa, tidak iri hati, tidak

bangga, tidak tamak/loba, tidak rakus, tidak sedih atau duka.14. Arca (memuja arca) keluarga dihias indah, bersih, wangi15. Berkeyakinan teguh kepada Tuhan.

Kalau tidak belajar kitab suci, akan sulit menjadi orang Hindu yang ideal. Dewasa ini merupakan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar kitab suci Weda, jangan hanya fokus pada pelajaran sekolahan. Sedikit demi sedikit mulai belajar, lama-lama menjadi gunung.

6. Wanita Hindu yang Ideal Dalam buku Niti Sastra, Canakya Pandit mengatakan,

murkha yatra na pujyante dhanyam yatra susancitamdampatyoh kalaho nasti tatva srih svayam agatah

“Dewi keberuntungan (Laksmi) datang ke tempat dimana orang bodoh tidak dipuja, tempat biji-bijian disimpan dengan baik, dimana tidak ada pertengakaran antara suami dengan istri”. Keluarga yang damai, tenteram merupakan tempat yang disukai oleh Dewi Laksmi. Keluarga yang damai jika para istri atau wanita melakukan kewajibannya dengan baik. Sifat alami seorang wanita adalah menarik para pria, oleh

���

karena itu wanita harus dilindungi (Manu samhita.2.214). Seorang wanita tidak boleh bebas (independen). Ketika masih kecil dijaga oleh orang tuanya, setelah kawin dijaga oleh suaminya, dan setelah tua dijaga oleh anak-anaknya. Dari sudut pandang kerohanian, emansipasi wanita kurang tepat.

Kewajiban utama seorang wanita adalah setia dan menjaga kesuciannya. Tanda-tanda wanita setia dan suci dinyatakan dalam Sb.7.11.12-28. yaitu istri yang taat melayani suami, selaku bersikap baik dan mendukung keputusan suami, bersikap baik terhadap keluarga dan teman-teman suami, dan ikut menjalani sumpah-sumpah yang dijalani suami. Disamping itu menurut Manu samhita 2.240, istri/wanita yang baik adalah terpelajar, mengetahui aturan, suci, penasihat yang baik, dan seni.

Jika istri tidak setia dan suci, maka yang akan lahir adalah varna-sankara, yakni mereka yang tidak mengikuti aturan apapun. Ketika populasi varna-sankara ini banyak maka akan terjadi kekacauan, karena hukum atau peraturan akan sulit ditegakkan. Tanggung jawab-peran wanita dalam mewujudkan masyarakat tentram dan damai mempunyai arti sangat besar.

Suci–bersih artinya, istri berbusana rapi, bersih, berhias dengan perhiasan dan pakaian yang pantas, demi menyejukkan hati suaminya. Membersihkan rumah agar bebas dari kuman, memercikkan wewangian merupakan kewajiban istri. Selain itu wajib merawat prabotan rumah tangga, selalu siap untuk memenuhi kebutuhan suami sesuai keadaan dan waktu, bersikap rendah hati, jujur, mengendalikan indria, bicara lembut dengan tutur kata yang manis. Seorang istri tidak bolek tamak, bersyukur terhadap segala keadaan, ahli dalam menangani urusan rumah tangga, menguasai sepenuhnya prinsip-prinsip dharma.

Agar seorang istri tetap terjaga kesuciannya, ia dianjurkan untuk mejauhi suaminya yang keluar dari standar prilaku. Suami yang melanggar kesusilaan adalah suami yang kecanduan terhadap empat prinsip kegiatan berdosa (adharma), yakni: berselingkuh, makan daging, berjudi, dan mabuk mabukkan. Setiap istri wajib melayani suami yang berhak untuk dilayani, namun jika suaminya adalah orang yang jatuh dari

���

standar prilaku, ia tidak perlu melayani suaminya, agar ke-suciannya terjaga. Seorang istri bersuamikan orang yang jatuh dari standar prilaku, ia disarankan untuk menjauhi pergaulan suaminya. Bukan berarti boleh mencari pria pengganti sehingga jatuh ke lembah pelacuran. Demikian pula seorang suami berhak untuk memisahkan diri dari istri yang tidak suci, dan tidak setia. Demikianlah penjelasan sastra. (Pejelasan Bhaktivedanta Swami terhadap Sb.7.11.26-28).

Apa pernyataan Sb.7.11.29

ya patim hari-bhavena bhajet srir iva tat parahary-atmana haree loke patya srir iva modate

“Istri yang tekun melayani suaminya, setia mengikuti jejak langkah Dewi Keberuntungan (Laksmi), pasti pulang kembali kepada Tuhan bersama suaminya, sang penyembah Tuhan, lalu hidup bahagia di planet-planet Vaikuntha”. Mereka yang sudah sampai ke planet rohani Vaikuntha, tidak akan turun lagi ke bumi ini. Disana, bersama suaminya tekun melayani sang Pencipta, tidak kekurangan sesuatu apapun.

Menurut Kitab Manu smti (9.13), ada 6 (enam) penyebab wanita jatuh, yakni :a. Minum minuma keras, b. bergaul dengan orang-orang jahat, c.

berpisah dari suami (cerai), d. mengembara keluar daerah, e. tidur pada jam-jam yang tidak layak, dan f. diam dirumah laki-laki lain. Hal-hal ini mesti mendapat perhatian khusus bagi seorang wanita, karena ini sangat berbahaya dapat menimbulkan hal yang bukan-bukan.

���

BAB XIIPUJA – SEMBAHYANG

1. Objek SembahyangMasyarakat Hindu di Indonesia mempunyai banyak objek

persembahyang an, sembahyang kepada Tuhan, sembahyang kepada Dewa, sembahyang kepada Leluhur, dan lainnya. Kadang-kadang sembahyang kepada Dewa disamakan dengan sembahyang kepada Tuhan. Atau Tuhan disamakan dengan para Dewa. Di dalam kitab suci, Tuhan dinyatakan berbeda dengan Dewa atau Leluhur. Umat Hindu Indonesia, Tuhan diberinama Ida Sanghyang Widhi, yang agak berbeda dengan nama para Dewa lainnya, yang memakai nama dalam bahasa Sansekrta.

Siapa sebaiknya dipuja atau bersembahyang kepada siapa?Veda memberikan pilihan personalitas yang ingin dipuja.

Tergantung sifat kita sebagai umat Hindu. Penulis akan menyajikan pilihan-pilihan sesuai petunjuk kitab suci. Kemudian masing-masing umatlah yang menentukan mana yang dipilih, sesuai dengan: desa (tempat), kala (kondisi), patra (sifat kesadaran seseorang), dan iksa (tujuannya). Perhatikan sloka-sloka dibawah ini!

Bg. 5.29

bhoktaram yajna tapasam, sarva loka mahesvaramsuhrdam sarva-buthanam, jnatva mam santim rechati

“Orang yang sadar kepadaKu sepenuhnya, karena ia mengenal Aku (Krishna) sebagai penerima utama segala korban suci (yadnya) dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan para dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahtraan semua mahkluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan kesengsaraan material”. Kata

���

AKU disini menunjukan Sri Krishna. Jadi orang yang sadar sepenuhnya kepada Sri Krishna. Sadar artinya ingat kepada Krishna.

Bg.9.22.

ananyas cintayanto mam, ye janah paryupasatetesam nityabhyuktanam, yoga-ksemam vahamy aham

“Orang yang selalu menyembahKu dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohaniKu–Aku bawakan apa yang dibutuhkannya, dan aku memelihara apa yang dimiliknya”. Bentuk rohani artinya Tuhan mempunyai rupa–wujud, bukan tidak berwujud. Tuhan selamanya berwujud, rupa. Tentu saja bagi mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, Tuhan atas kemahakuasaanNya, Beliau tidak menampakkan diriNya.

Bg. 9.25

yanti deva - vrata devan, pitra yanti pitr-vratahbhutany yanti bhutejya, yanti mad-yajino ‘pi mam

‘’Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan diantara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus, akan dilahirkan ditengah-tengah makhluk-makhluk yang seperti itu, dan orang yang menyembahKu akan hidup bersamaKu”. Sebenarnya Tuhan selalu bersama semua mahluk hidup termasuk umat manusia, dekat dengan kita. Tetapi oleh karena kita kurang menyadarinya, maka Tuhan nampaknya jauh dari diri kita. Satu langkah kedepan mendekati Tuhan, Tuhan 1000 langkah mencari kita. Itulah kasih sayang Tuhan kepada pengikutnya.

Bg.9.34.

man-mana bhava mad-bhakto, mad-yayi mam namaskurumam avaisyasi yuktvaivam, atmanam mat-parayanah

“Berpikirlah tentangKu senantiasa, jadilah penyembahKu, bersujud kepadaKu, dan menyembahKu. Dengan berpikir tentangKu sepenuhnya secara khusuk, pasti engkau akan datang kepadaKu”. Ini perintah Sri Krisna kepada Ajuna di medan perang Kuruksetra. Arjuna

���

sebagai wakil umat manusia diperintahkan oleh Sri Krisna. Sloka ini mengarahkan kepada siapa semestinya kita bersembahyang. Kemudian didalam Padma Purana, Dewa Siwa berkata kepada istrinya Parvati sebagai berikut : bersembahyang kepada para dewa dihormati, tetapi bersembahyang kepada Narayana dianjurkan, hanya Narayanalah penerima yadnya (korban suci) dan pemberi pembebasan. Walaupun Dewa tertinggi Siwa (Mahadewa) memberi nasehat agar bersembahyang kepada Narayana. Tidak semua orang bisa langsung bersembahyang kepada Narayana atau Krishna, tergantung dari sifat-guna karmanya.

Orang yang sudah bersifat satvam atau sudah pada tataran visudha satvam dapat langsung fokus memuja Narayana. Tetapi orang yang masih bersifat rajas dan tamas, akan susah bersembahyang kepada Tuhan Narayana. Dalam Bg. juga dijelaskan korban suci untuk Visnhu harus dilakukan, jika tidak akan mengikat diri kita di alam material ini, alias tidak bisa mukti, sehingga tujuan hidup yang dianjurkan oleh agama tidak bisa tercapai.

Dewa Brahma berkata : Aku menyembah Govinda (Nama lain Krisnha). Juga dewa Brahma berkata: Aku tidak mengetahui apapun tentang Tuhan Krishna, yang dapat Aku lakukan hanya bersujud kepada Krishna. Dewa Brahma yang berkepala empat (empat kepala) saja, tidak tahu tentang Tuhan, bagaimanakah kita manusia yang punya kepala hanya satu buah? Tentu saja sangat-sangat sulit untuk mengetahui Tuhan. Agar lebih aman dan pasti berhasil, ikutilah apa kata atau nasehat Dewa-dewa yang agung itu.

Dalam sloka diatas juga telah tersirat Personalitas Tuhan Yang Maha Esa. Nama lain TYM adalah yadnya. Yadnya artinya upacara persembahan (arcanam) kepada Tuhan. Apa yang diminta oleh Tuhan itulah yang mesti dipesembahkan, agar Beliau senang, puas. Swayembhumanu menyampaikan kepada keturunannya di dalam Kitab Dharma Sastra, bahwa Tuhan adalah Narayana. Jika kalian dapat memuaskan Sri Narayana dalam hidup ini, kalian pasti bebas.

Narayana mempunyai banyak nama, kurang lebih 1000 nama, dengan wujud yang berbeda-beda. Dari 1000 nama itu, ada dua nama yang tercantum dalam lontar–lontar dan telah dikenal oleh umat Hindu

���

Indonesia, yaitu nama KAVI (yang dapat melihat segala sesuatu) dan PARAMESTHI (kepribadian agung yang tinggal di angkasa hati). Istri dari Narayan adalah Dewi Keberuntungan Laksmi Dewi (Dewi Sri), penguasa kekayaan dan biji-bijian, yang biasa dipuja oleh keluarga para petani di pedesaan. Kalau kita memuja Narayana, dianjurkan memuja Laksmi–Narayana.

2. Sri Vigraha–Gala GrahaAvatara Tuhan pada jaman kali yuga Sri Caitanya Mahaprabhu,

didalam buku Sri Caitanya Caritamrta, beliau mengatakan untuk dapat maju dalam jalan spiritual–jalan dharma atau yuga dharma, hendaknya : (1) bergaul dengan orang suci (sadhu sangga), (2) berjapa maha mantra, (3) mempelajari Srimadbhagavatam purana (bhagavata sevaya), (4) memuja Arca (arcanam), dan (5) Tinggal di asrama/tinggal dekat dengan asrama (muthira vasa). Juga Acarya besar Srila Visvanatha Cakravarti Thakura yang lahir pada abad ke 17, adalah seorang guru kerohanian pada garis perguruan Brahma (Brahma Sampradaya) mengatakan jika mengucapkan mantra ini, pada pagi hari sebelum matahari terbit akan memperoleh kesempatan mengabdikan diri secara lansung kepada Tuhan Krisna sesudah meninggal dunia.

sri-vigraharadhana-nitya-nana srngara-tan-mandira-marjanadauyuktasya bhaktams ca niyunjato’pi yande guroh

sri-caranaravindam

Sri-vigraharadhana-nitya, artinya memuja arca vigraha setiap hari. Memandikan, merias arca dengan pakaian dan perhiasan yang indah, membersihkan tempat sembahyang. Kegiatan semacam ini hendaknya terus dilakukan setiap hari.

Ada dua cara yang umum untuk dapat berhubungan atau dekat dengan Tuhan, yaitu (1) melalui pengucapan mantra–mantra suci (berjapa), dan (2) dengan melakukan pemujaan kepada arca. Bagi orang biasa tidak bisa langsung memuja Tuhan atau berhubungan dengan Tuhan, berbeda dengan orang yang spiritualnya telah maju atau para Rsi Agung, mereka telah dapat langsung berinteraksi dengan Tuhan. Para

���

spiritual yang telah maju sudah dapat melihat Tuhan di dalam arca, dan dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Wujud atau bentuk Tuhan atau Dewa yang dipuja oleh umat Hindu berwujud murti (arca) sebagai wakil atau perwujudan Tuhan ataupun dewa.

Pemujaan kepada arca (arcanam) dianjurkan oleh Tuhan dalam kitab suci dan para acarya telah melakukannya. Pemujaan kepada arca berarti memusatkan pikiran pada kaki padma Tuhan Krishna. Arcana didefinisikan sebagai persembahan benda-benda pemujaan (upacara) dengan mantra (Rama Rupa das, 2019). Arca bisa dibuat dari logam, kayu, tanah, marmer, atau lukisan–gambar, yang telah disesuikan dengan diskripsi didalam kitab suci Veda.

Arca yang sesuai dengan penjelasan Veda disebut Sri Vigraha, dan arca yang tidak sesuai dengan ketentuan Veda disebut Gala graha (boneka-berhala). Sesuai dengan kitab suci artinya, rupa, wajah, warna, dan ukuran arca sesuai dengan petunjuk kitab suci. Bersembahyang kepada gala graha tidak akan dapat berhubungan dengan Tuhan.

Bersembahyang kepada Tuhan akan lebih mudah melalui pemujaan kepada arca. Arcanam merupakan salah satu pelaksanaan bhakti dari sembilan macam bhakti. Indria dapat langsung melihat wajah Tuhan, memikirkan, dan ingat kepada Tuhan. Karena itulah para penyembah murni terlibat sangat intensif di Pasraman atau di Pura/Mandir/Puri dalam pelayanan kepada Tuhan dalam wujud Arca Vigraha (representasi fisik), yang tidak berbeda dengan wujud rohaninya yang asli. Dengan demikian penyembah mendapat manfaat untuk mencapai tujuan akhir dari hidupnya yaitu senantiasa larut dalam memikirkan, mengingat Tuhan.

Dalam sejarah weda, ada juga pemujaan kepada pohon suci seperti pohon tulasi (basil plant), atau pemujaan kepada Sandal dari awatara Tuhan. Seperti yang dilakukan oleh Bharata adik Sri Rama Candra. Atau terhdap Sandal Sri Gaurangga di Mayapura. Umat Hindu juga biasa melakukan pemujaan terhadap Sapi atau Hanoman dan benda lainnya seperti pelaksanaan Govardhana pooja-pemujaan kepada Giri Govardhana. Hal ini dilakukan untuk melaksanakan bhagavata sevaya, yaitu melakukan pelayanan kepada hal-hal yang berhubungan dengan

��0

Tuhan. Umat Hindu di Bali melakukan pemujaan terhadap hewan pada hari Saniscara Uye (tumpek kandang), sedang pemujaan kepada tanaman pada Saniscara Wariga (tumpek bubuh). Dan pemujaan kepada padi di sawah atau di lumbung padi (tempat menyimpan padi setelah panen).

3. Persembahan (Bhoga Puja)Bhoga artinya bahan-bahan yang akan dipersembahkan kepada

kepribadian yang dipuja. Bhoga ini dapat dibagi tiga sifat yaitu : yang bersifat satvam, yang bersifat rajas, dan yang bersifat tamas. Mana yang terbaik dari ketiga itu, adalah bhoga yang bersifat satvam. Didalam Bg. diberikan contoh persembahan yang bersifat satvam–patram, puspam, phalam, toyam (dari daun, bunga, buah, biji, air termasuk susu sapi dan hasil olahannya). Bahan yang lembut, manis, segar, dan bergisi. Misalnya : pisang, mangga masak, nasi, sayur, susu dan hasil olahanya seperti yogurt, ghee, butter, dan harus bersih, dll. Dari semua ini pesembahan susu sapi yang paling bagus.

Persembahan yang bersifat rajas, adalah persembahan yang bahannya rajas, antara lain : biji-bijian yang keras, masakan pedas, asin, kurang gisi, bumbu bawang merah, bawang putih, dll. Pesembahan yang bersifat tamas, adalah persembahan yang mengandung darah, daging, dan yang sudah basi, dll. Bhagavadgita melarang memakan makan yang belum dipersembahkan kepada Tuhan. Jika makan makanan yang belum dipersembahkan kepada Tuhan dikatakan sebagai pencuri. Jenis masakan yang patut dipersembahkan, dijelaskan pada sloka berikut.

catur-vida-sri-bhagavat-prasada svadv-anna-triptan hari-bhakta-sanghan

krtvaiva trptim bhajatah sadaiva vande guroh sri-caranaravindam

“Guru kerohanian selalu mempersembahkan empat jenis makanan lezat kepada Tuhan (makanan yang dijilat, dikunyah, diminum, dan diisap). Apabila guru kerohanian melihat bahwa para bhakta puas dengan makanan bhagavatprasada, dia puas”.

���

Persembahan kepada Tuhan relatif lebih sederhana dari pada persembahan kepada yang lainnya, disamping ribet, hasilnya sementara. Dibawan ini diberikan contoh bahan-bahan yang dipersembahkan kepada para dewa, antara lain :

Nama dewa pe-nguasa hari Warna Macam persembahan

Dewa Surya (mi-nggu=Ravi) merahBahan yang berwarna merah, buah, daun, bunga. Dengan Surya namaskara setiap pagi, siang dan sore.

Dewa Cadra (Se-nen=Soma) putih Bahan yang berwarna putih, bunga,buah, biji putih)Dewa Manggala(Selasa=Anggrak) merah Bahan yang berwarna merah, buah, daun, bunga.

Dewa Buddha (Rabu = Buddha) hijau Bahan berwarna hijau

Brihaspati (Kamis = Wraspati) kuning Bahan yang berwarna kuning, bahan bisa diwarnai kunyit

Shukra (Jumat = Sukra) putih Sda. dengan candra/soma

Shanni (Sabtu-= Saniscara) hitam Bahan berwarna hitam, beras hitam, kue ketan hitam, minyak sawi, minyak wijen, dll

Rhau (Raksasa) hitam Sesuai dengan yang hitam

Kettu (Raksasa) hitam Sesuai dengan yang hitam

Kalau pemujaan kepada Dewa harus semua dewa diundang, oleh karena biasanya di puja Visvadeva, cukup (Manu smrti). Kemudian persembahan kepada Ibu Parwati atau Ibu Durgha, khususnya pada waktu hari Navaratri. Bahan utamanya adalah persadam, dan garlan lemon.

H a r i ke Bahan DampaknyaPertama Ghee Kesehatan yang baikKedua Gula tebu Umur panjang

Ketiga Susu sapi Bebas dari penyakitKe empat Malpuwa Menghancurkan halangan atau hambatanKelima Pisang Meningkatkan intlektualitas

Ke enam Madu Meningkatkan kecantikan atau sejenisnya.Ketujuh Gula merah Bebas dari kedukaanKedelapan Kelapa Bebas dari ketakutanKesembilan Beras Kebahagiaan

Prasadam adalah bhoga yang telah dipersembahkan kepada Sri Narayana/Krishna.

���

Persembahan kepada Hanoman, sebagai perbanyakan Siwaji, dilakukan pada hari Selasa, dengan berbagai macam buah-buahan, nasi manis (sweet rice) atau nasi kuning. Dalam kitab Bhagavata Purana jilid 7 bab 15, Rsi Narada menganjurkan persembahan kepada para Dewa, Leluhur dan lainnya hendaknya Prasadam. Prasadam (lungsuran Sri Visnu) ini disenangi oleh para Dewa, termasuk Dewa-dewa tertinggi, dan dapat menyelamatkan Leluhur, begitu pula dapat menyelamatkan entitas lainnya.

���

BAB XIIISAMSKARA - SAMSEKARA

1. Makna YajnaYajna (baca Yadnya) didefinisikan sebagai persembahan kepada

Yadnya (nama lain dari Narayana-Krshna). Yadnya diperuntukan kepada TYM karena segala sesuatu di dunia ini adalah milik TYM, kita sebagai manusia sebenarnya tidak memiliki apapun. Sb.7.15.27 menyatakan,

esa vai bhagavan saksat pradana purusesvarahyogesvarair vimregyanghrir loko yam manyate naram

“Sri Bhagavan Krsna adalah penguasa semua mahluk hidup dan penguasa alam material. Kaki padmaNya dicari dan dipuja oleh insan-insan agung seperti Vyasa. Namun demikian ada orang-orang bodoh yang menganggap Sri Krsna adalah manusia biasa”.

Kita mengatakan memiliki ini, memiliki itu, adalah kepemilikan palsu. Pemilik yang sebenarnya, pemilik asli adalah TYM. Kita sebagai abdi Beliau, wajib mengaturkan mempersembahkan segala sesuatu kepada pemilik asli. Kita boleh mengatakan ini milikku hanya sebatas jumlah yang dibutuhkan untuk hidup, selebihnya adalah milik Tuhan.

aham hi sarva-yajnanam bhokta ca prabhur eva cana tu mam abhgujananti tattvenatas cyavanti te

“Satu-satunya Aku yang menikmati dan menguasai semua korban suci. Karena itu orang yang tidak mengakui sifat rohaniKu yang sejati, jatuh”. Orang yang tidak mengakui Krishna bersifat rohani, dan tidak melakukan yadnya kepadaNya telah melakukan kesalahan.

yajna-sistasinah santo, mucyante sarva-kilbisaihbhunjate te tv agham papa, ye pacanty atma-karanat

(Bg.3.13)

���

“Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa, karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja”. Orang yang tidak pernah melakukan Yadnya sangat berdosa, karena tidak pernah melakukan persembahan. orang yang penuh dosa tidak akan berbahagia di dunia maupun dalam kehidupan mendatang. Orang yang mengkonsumsi makanan yang telah dipersembah kepada Sri Vishnu, mejadi kuat, umur panjang (Manu smrti bab.2).

annad bhavanti bhutani parjanyad anna-sambhavahyajnad bhavati parjanyo yajnah karma-samudbhavah

(Bg 3.14)

“Semua badan yang bernyawa hidup dengan cara makan biji-bijian yang dihasilkan dari hujan. Hujan turun karena pelaksanaan yadnya (korban suci), dan yadnya dilahirkan dari tugas kewajiban yang sudah ditetapkan”. Fungsi lain dari melakukan yadnya adalah memperbaiki kinerja alam semesta, misalnya hujan turun pada musimnya, tidak terjadi kemarau yang berkepanjangan, tanah menjadi subur.

nayam loko sty ayajnasya kuto ‘nyah kuru-sattama (Bg.4.31)

“Tanpa korban suci seseorang tidak pernah dapat hidup dengan bahagia baik di planet ini, maupun dalam hidup ini. Kalau demikian bagaimana tentang penjelmaannya yang akan datang”. Oleh karena itu melaksanakan yadnya sangat penting. Bhaktivedanta Swami Prabhupada mengatakan orang mengkonsumsi makanan tanpa melakukan persembahan kepada Tuhan sebelumnya, sedang memenuhi kebutuhan indrianya. Hal ini juga dinyatakan oleh sloka berikut.

yajna-dana-tapah-karma na tyajyam karyam eva tatayajno danam tapas caiva pavanani manisinam

(Bg 18.5)

“Pelaksaan korban suci, kedermawanan,dan pertapaan tidak boleh ditinggalkan, kegiatan itu harus dilakukan. Roh-roh yang mulya

���

sekalipun disucikan oleh korban suci, kedermanwanan, dan pertapaan”. Inilah cara yang dianjurkan oleh Tuhan Krishna kalau ingin mendapatkan kesucian, atau ingin menghacurkan karma buruk. Pertapaan artinya hidup sederhana, tidak menghumbar hawa nafsu.

Dalam kitab suci kita, yadnya merupakan unsur yang sangat penting untuk dilaksanakan, karena yadnya merupakan dharma utama manusia untuk memuaskan Tuhan, membuat orang mendapatkan kebahagiaan, dan yadnya menyebabkan kinerja alam semesta berjalan dengan baik, sebagaimana mestinya. Jika yadnya berjalan dengan baik, bahan makanan akan berlimpah, tanah menjadi subur, tanaman berproduksi dengan baik sehingga hasilnya berlimpah, susu akan berlimpah, hujan turun merata sesuai dengan musimnya. Hutan dan lautan penuh dengan mineral–mineral.

Sebaliknya jika yadnya tidak pernah dilaksanakan, bumi ini akan kering kerontang, kekurangan air, kekurangan bahan makan, yang berakibat kelaparan dimana-mana. Jadi bagaimana semestinya kita hidup di dunia ini, telah diatur di dalam kitab suci. Tapi sayangnya kita amat jarang membuka-buka kitab suci. Mungkin juga sebagian besar umat Hindu tidak memiliki kitab suci, atau malas membacanya. Siwa (dalam kitab Padma Purana) mengatakan : sembahyang kepada para Dewa diapersiasi, tetapi objek persembahyangan tertinggi adalah Narayana–Krishna–Visnu.

Dalam Kitab Manu smrti bab 2, disebutkan macam-macam yadnya, yaitu Panca Yadnya, Sapta Soma Yadnya, dan Sapta Havir Yadnya.(a) Panca Yadnya : terdiri dari : Brahma Yadnya, Dewa Yadnya,

Pitra Yadnya, Manusa Yadnya dan Buta Yadnya * Brahma Yadnya: pesembahan kepada Brahma dengan

mengutip Rg. Veda * Dewa Yadnya: persembahan kepada Dewa melaui homa

dengan mengucapkan swaha. Semua dewa diwakili oleh Visvadewa.

* Pitra Yadnya: persembahan kepada leluhur, dengan mengucapkan swaha.

���

* Manusa Yadnya: memberikan makanan kepada tamu, khusunya brahmana

* Butha Yadnya: memberikan makanan kepada hewan/binatang dan tanaman

(b) Sapta soma yadnya : Agnihoma, Atyagnistoma, Uktyam, Shodashi, Vajapeya, Aptoryamam, Ativattram

(c) Sapta havir yadnya: Agnyadhana, Agnihotra, Darshapurnamasa, Agrahayana, Nirudapashubanda, Caturmasya, Saultramanis.

2. Sifat YajnaDalam Kitab Suci, ada tiga sifat yajna, yaitu :

1. Yajna yang besifat satvam (kebaikan); yadnya dilakukan menurut kitab suci, karena kewajiban, oleh orang yang tidak mengharapkan hasil, sepenuhnya yadnya dipersembahkan kepada Tuhan. Bahannya adalah : patram (daun/sayuran)–puspam (bunga yang harum)–palam (yang manis, lembut, segar) –toyam (termasuk susu sapi dan hasil olahannya). Kemudian ketika memasak alat-alat masaknya harus bersih, tukang masak juga bersih dengan mandi dulu sebelum memasak (lebih baik jika tukang masaknya laki laki). Lalu segera dipersembahkan, jangan liwat dari tujuh jam. Masakan sisa sebaiknya jangan dipersembahkan. Jika pesembahan itu tidak memenuhi persyaratan diatas, maka persembahan itu tidak bersifat satvam.

2. Yajna yang bersifat rajas (nafsu); korban suci dilakukan demi keuntungan material, demi rasa bangga, demi mendapatkan tempat hidup di planet-planet yang lebih tinggi. Ciri persembahannya adalah: keras, pedas, kering, asin, mentah, bumbunya banyak, mengadung bawang merah, bawang putih, penyedap, agak lama (lebih dari tujuh jam)

3. Yajna yang bersifat tamas (kebodohan); korban suci tanpa memperdulikan petunjuk kitab suci, tanpa membagikan prasadam, tanpa mengucapkan mantr-mantra Weda, tanpa memberi sumbangan kepada para pendeta, dan tanpa kepercayaan. Cirinya antara lain : mengandung darah, daging, ikan, lama, basi,

���

gosong, mengandung alkohol (arak berem), tidak bersih, banyak penyedap, aroma menyengat, berbau terasi.Umat Hindu di Bali (baca Hindu Bali) mengenal juga tiga sifat

yadnya, yaitu : nista, madya dan utama. Juga dikenal Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra yadnya, Manusa Yadnya, dan Butha Yadnya). Yadnya kepada Tuhan belum ada. Jikalau menyamakan Dewa dengan Tuhan, kitab suci mengatakan hal itu merupakan seva aparada (melakukan kekeliruan dalam persembahan) dan atau nama aparada (menyamakan nama para Deva dengan nama suci Vishnu) . Para Dewa, Leluhur, dan yang lainnya hanya boleh disuguhi prasadam (Sb. bab 13–15).

Siva juga mengatakan tentang maksud yadnya, dimana dia berkata kepada istrinya Parvati (dalam Padma Purana) sebagai berikut :

aradhananam sarvesam, visnor aradhanam paramtasmat parataram dev,i tadiyanam samarcanam

“Sayangku Dewi (Siva berkata) walaupun Veda menghormati persembahyangan kepada para Dewa, sembahyang kepada Visnu paling tinggi dan yang dianjurkan. Lebih tinggi dari sembahyang kepada Visnu adalah melakukan pelayanan kepada Vaisnava, dan yang terhubung dengan Visnu (bhagavata)”. Jadi Mahadewa, dewa terkemuka berkata bahwa yadnya itu hanya diperuntukkan kepada Visnhu–Krisna–Narayana.

3. Samskara (baca Samsekara)Samskara berasal dari bahasa Sansekerta, sam-skara yang berarti

pekerjaan sempurna. Samskara berarti upacara penyucian bagi manusia. Upacara ini dilakukan dengan harapan untuk memperoleh kemujuran, kebersihan dan kesucian. Tanpa samskara aktivitas kehidupan menjadi duniawi/materialis.

Pada umumnya samskara dilakukan untuk memperoleh kekayaan, tetapi maksud samskara sebenarnya adalah menyucikan hubungan antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, antara Guru dengan murid, antara sesama manusia di bumi, antara manusia dengan

���

laluhurnya, antara manusia dengan dewa, Rsi dan Tuhan. Samskara dapat menjauhkan/menghilangkan pengaruh jahat roh halus, dan untuk memperoleh karunia dari para Rsi, para Dewa, dan Tuhan sendiri.

Orang yang menempuh pravrti marga akan lebih tertarik melakukan samskara untuk memenuhi indria-indrianya berupa memperoleh kemasyuran, kekayaan, kakuatan, hidup di planet-planet surga, minum soma rasa. Sedangkan orang yang menempuh nivrti marga lebih tertarik kepada penyucian diri, dan secara perlahan melakukan bhakti yang murni kepada TYM.

Dalam Manu smrti dikatakan ada 40 macam Samskara (Sri Ramakrina Paramahamsa). Macam-macam Samskara (diambil dari buku Samskara ditulis oleh Prema Rasa das dan Sandipani Muni das 1977), ada 10 macam samskara, yang pelaksanaannya upacara hendaknya disesuikan dengan waktu hora dan Guli-kanya, kecuali Antyesti krya. Ketika melaksanakan samskara, yadnya kepada Tuhan sebagai penikmat utama yadnya juga dilaksanakan. Adapun sepuluh samskara yang umum dilakukan adalah :1. vivaha=perkawinan, perkawinan dianggap syah resmi jika diikuti

dengan upacara perkawinan. Jika mempelai belum melakukan upacara perkawinan, tidak dibolehkan kumpul sebagai suami istri.

2. garbhadhana=untuk mendapatkan keturunan yang suputra, termasuk didalamnya pumsavana = upacara untuk kesehatan bayi. Suputra (su= baik, pu=neraka dan tra=bebas) artinya anak baik yang mampu menyelamatkan keluarganya dari hukuman siksaan di neraka.

3. simantonnayana = upacara kesehatan ibu bayi, termasuk upacara sossyanti=agar lebih mudah melahirkan.

4. jata karma=upacara lahirnya bayi, termasuk sukramana=bayi kaluar rumah pertama kali.

5. nama karana=pemberian nama, diberi nama yang baik membawa kemujuran. Pemberian nama kepada bayi dapat dilakukan oleh : orang tuanya, Guru kerohanian, sesuai dengan bintang kelahirannya (naksatra). Setiap Naksatra mempunyai empat macam kata, yang dipakai sebagai kata awal dari sebuah nama. Diusahakan nama

���

yang berarti, dapat membawa kemujuran/berkah atau ketika nama diucapkan akan dapat menyelamatkan. Biasanya dicari nama-nama yang tercatum dalam kitab suci. Misalnya Surya, Laksmi dan lainnya. Upacara pemberian nama ini biasanya dilakukan ketika bayi berumur 12 hari.

6. anna prasana=pemberian makanan biji-bijian pertama, disertai dengan test bakat dari seorang anak.

7. cuda karana=potong rambut pertama8. vidyarambha=mulai mengenal huruf atau pendidikan/sekolah9. upanayana=diksa/inisiasi (lahir ke dua) oleh guru kerohanian.10. antyesti kriya=pembakaran jasad, termasuk sradha

krya=persembahan kepada almarhumah (dilakukan duabelas hari setelah meninggal, dan menghindari hari ekadasi. Upacara ini hendaknya disesuaikan dengan waktu Yamagandam. Baca pada bab Kala Waktu Yang Kekal, khususnya pada sub bab Kala dan kegiatan manusia. Sradha krya dapat dilakukan berturut-turut duabelas kali dalam setahun. Setiap pada urutan ke enam kali, persembahannya agak lebih, dengan mengundang para devijati, disertai pemberian daksina.

4. Bahan Yajna dan SamskaraBahan yajna dan samskara yang disebut bhoga, terdiri dari :

Patram puspam phalam toyam. Bhoga yang sudah dipersembahkan kepada Sri Visnhu disebut prasada. Prasada dapat membebaskan semua jiwa dari pengaruh material. Dalam tadisi Veda, baik yajna maupun samskara dilakukan dalam api suci yang disebut agri hotra atau homa. Mempersembahkan biji-bijian kedalam api sambil mengucapkan mantra swaha. Api merupakan lidahNya TYM. Dalam salah satu bagian Veda, Tuhan mengatakan bahwa Beliau akan lebih puas bila persembahan dilakukan dengan cara memberikan makan kepada para Brahmana/ Vaisnava. Jadi menurut tradisi Veda setiap kegaiatan yadnya apapun, mesti mengundang para Brahmana/Vaisnava, agar yadnya dapat sempurna dan sukses. Pada jaman Raja Yudistira Rsi Narada (anaknya Brahma) menasehati Yudustira agar negara tentram. Rsi Narada berkata,

��0

Sb.7.15.7.na dadyad amisam sraddhe na cadyad dharma tattvavitmuny-annaih syat para pritir yatha na pasu-himsaya

“Barang siapa yang menyadari prinsip-prinsip dharma sepenuhnya, hendaknya jangan pernah mempersembahkan sesuatu seperti daging, telur, atau ikan dalam upacara sraddha, bahkan jika seseorang termasuk golongan ksatrya, ia sendiri hendaknya tidak memakan hal-hal tersebut. Apabila makanan berkualitas yang dimasak dengan gee disuguhkan kepada orang-orang suci, acara tersebut memuaskan para Leluhur serta Tuhan Yang Maha Esa, yakni dia yang (Tuhan) tidak pernah merasa terpuaskan apabila binatang dibunuh atas nama korban suci”. Narada menyampaikan dalam upacara apapun, tidak dibenarkan menggunakan sarana daging, ikan dan telor, dan orang yang benar-benar beragama sesuai dengan prinsip-prinsip dharma tidak dibenarkan makan daging, ikan dan telor. Itu sabda Rsi Agung Narada Muni. Membunuh binatang yang tidak bersalah adalah dosa. Binatang yang dipersiapkan untuk upacara sangat ketakutan melihat temannya dibunuh (Sb.7.15.8). Yesuspun dalam Perjajian Lama, berkata Thou should no kill – janganlah engkau membunuh. Dengan tidak melakukan pembunuhan, berkata-kata keras dan iri hari kepada binatang dalam semua tindakan, telah mengembangkan sikap berteman kepada semua mahluk-suhridam sarva buta-nam, salah satu sikap orang beragama.

5. Tujuan YajnaKalau kita pelajari kitab suci dengan baik, tujuan yadnya sangat

banyak, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam Sb.7.15 28, dikatakan

sad varga samyamaikantah sarva nyama codanahtad-anta yadi na yogan avaheyuh sramavahah

“Upacara-upacara ritual, prinsi-prinsip aturan, pertapaan dan praktik yoga semuanya bertujuan untuk mengendalikan indria dan

���

pikiran, tetapi bahkan setelah seseorang mampu mengendalikan indria dan pikirannya, ketika ia tidak mencapai titik dimana pikirannya terpusat kepada Tuhan Yang Maha Esa, semua kegiatan tersebut hanyalah upaya yang sia-sia”.

Dalam tulisan ini akan disampaikan tujuan pokok yadnya, antara lain,1. Memuaskan TYM (perbanyakan paripurnanya)2. Menghindari kesialan/hidup harmonis3. Melakukan penyucian diri,4. Membantu menormalkan kinerja alam semesta.5. Mengendalikan indria dan pikiran.

���

BAB XIVKEMUJURAN DAN KESIALAN

KALI YUGA

1. Dewasa ini-Jaman Kali (Kali Yuga)Seperti telah diutarakan sebelumnya bahwa sekarang ini kita

berada pada kali yuga, jaman kemerosotan dharma, dimana tiang dharma/agama hanya tinggal satu (satyam), dan tiang inipun sedang digerogoti oleh ketidak jujuran-kesombongan, keangkuhan. Sebaliknya jaman ini adhrama yang tumbuh subur. Semakin tua jaman kali, adharma akan semakin berkembang, kualitas manusia akan semakin rendah, umur juga akan semakin pendek.

Jaman Kali ini telah dimulai sejak 5000 tahun yang lalu, kurang lebih tahun 3.102 sebelum masehi, dimana Tuhan Krishna sudah kembali pulang ke kerajaannya Goloka Vrdavan di Vaikuntha. Umur jaman kali ini selama 432.000 tahun. Jika dihitung sejak 5000 tahun yang lalu, maka mulai sekarang jaman kali akan berakhir 427.000 tahun lagi. Puncaknya kali juga ditandai dengan manusia makan manusia, dimana di bumi akan kekurangan pangan, masyarakat tidak lagi melakukan yadnya. Avatara Kalky akan muncul untuk mengembalikan kembali kejaman satya, jaman keemasan. Dikatakan jaman ini mulai ketika itu Abimanyu dikroyok oleh empat perwira perang Duryodana didalam medan perang Kuruksetra (ingat perang Bharatayuda). Srimad-bhagavatam, jilid 12, dan Kitab Ramayana, menguraikan panjang lebar situasi kondisi jaman kali. Dibawah ini akan diutarakan tanda-tanda penting jaman kali.

Tanda-tanda kali yuga, yang dijelaskan dalam Srimad-bhagavatam, sebagai berikut :

Sb.1.1.10. menyatakan,

prayenalpayusah sabhya, kalav asmin yuge janahmandah sumandah-matayo, manda-bhagya hy upadrutah

���

“Pada jaman kaliyuga yang keras ini, manusia memiliki usia yang pendek. Mereka suka bertengkar, malas, tersesat, bernasib sial, dan diatas semua itu, mereka selalu merasa gelisah”.

Usia pendek bukan karena kurang makan, tetapi karena mereka biasa hidup tidak teratur. Makan berlebihan, terlalu banyak memuaskan indria, terlalu tergantung kepada kemurahan hati orang lain, dan tarap hidup yang tidak wajar menyedot vitalitas tenaga manusia. Dewasa ini keadaan diperparah lagi dengan pencemaran lingkungan. Karena itulah usia hidup semakin pendek.

Orang-orang pada jaman ini juga malas, malas bukan hanya pada urusan material, tetapi juga malas dalam hal keinsafan diri. Malas artinya tidak melaksanakan tugas kewajiban sebagaimana mestinya. Tujuan hidup manusia dimaksudkan untuk keinsafan diri, yang berarti harus mempunyai pengetahuan tentang siapa dirinya, bagaimana sifat dunia ini, dan siapa kebenaran yang paling utama.

Kita mendapat badan manusia dimaksudkan untuk memungkinkan dapat peluang untuk mengakhiri segala macam kesengsaraan, perjuangan hidup yang keras dalam kehidupan duniawi, dan kembali kepada TYM, di tempat tinggal yang kekal. Walaupun ada yang ingin mengetahui keinsafat diri. Tetapi mereka malang, mereka menjadi korban guru-guru yang sesat, palsu, di samping tidak sempurnanya institusi varna asrama. Tentu saja kalau peluang hidup sebagai manusia tidak dimanfaatkan dengan baik, tidak mengikuti warna asrama, maka kesempatan untuk bebas (mukti) itu tidak akan pernah diperoleh, sebaliknya berinkarnasi (lahir kembali) dalam berbagai macam spesies.

Pada jaman ini, lingkungan hidup sangat menyesatkan, disesatkan oleh ber-bagai jenis kepuasan indria, pendidikan-pemdidikan menganjurkan kepuasan indria, perjudian, pergaulan buruk, merokok, candu, minuman keras, penipuan, pencurian dan sebagainya. Hal ini mempengauhi pergaulan dan pikiran mereka sehingga mereka menjadi hidup dalam was-was, pikirannya menjadi tercemar–terradiasi oleh energi negatif. Dalam Sb. 1.17.38. disebutkan pada jaman ini adharma tumbuh subur.

Orang selalu merasa gelisah akibat tidak terkendalinya hawa nafsu. Hawa nafsu menggebu-gebu, orang melakukan yoga bukan

���

untuk mengendalikan nafsu, tetapi untuk memperkuat vitalitas sex. Orang merasa takut akan ketidak tersediaan pangan, karena volume makan yang sangat luar biasa, tidak melakukan puasa. Tiang adharma ada empat macam, yaitu : dyutam (judi), panam (mabuk-mabukan), stryah (perselingkuhan, jina) dan suna (pembunuhan hewan besar-besaran). Manu smrti terutama dalam bab 5, mejelaskan konsumsi daging sangat terbatas. Daging akan berurusan dengan minuman keras, lalu berurusan dengan wanita. Tiang adharma yang paling besat pengaruhnya adalah stryah. Kitab suci mengatakan kecantikan wanita bagaikan petir/kilat menyambar-nyambar kesemua arah, godaannya sangat kuat.

Pada jaman ini banyak orang yang tidak bermoral, menciptakan keyakinan keagama sendiri, yang tidak berdasarkan Kitab-Kitab Suci. Pada jaman ini orang tidak tertarik lagi nilai-nilai spiritual, moral mengalami degradasi. Kapuasan kepuasan indria kini merupakan standar peradaban. Para brahmacari, grhasta, vanaprasta dan sanyasi tidak lagi berada pada jalur yang sebenarnya. Mereka tidak merasa aman lagi, terjadi pertengkaran, perang disana sini, terjadi perang panas dan dingin. (Penjelasan Srila Prabhupada tentang sloka diatas, dan Sb.1. 15.37). Kemudian di dalam Sb.12. bab 2, ciri-ciri jaman kali yuga di uraikan lebih rinci, anatar lain :

Ciri-ciri : Ciri-ciri :

1. Agama,kejujuran,kesucian,toleransi,cinta kasih, umur, kekuatan fisik, dan ingatan akan merosot sejalan dengan bertambah nya umur kali yuga.2. Kekayaan dianggap sebagai tanda-tanda kelahiran yang baik bagi seseorang, prilaku yang baik, kualitas yang bagus.3. Hukum dan kebijakan tergantung dari kekuatan seseorang.4. Laki dan perempuan hidup bersama tanpa ikatan perkawinan.5. Kesuksesan bisnis didasarkan atas kecu rangan.6. Seseorang dianggap brahmana hanya dengan memakai tali suci saja.7. Orang dianggap spiritual/agamawan hanya dengan tanda-tanda luar saja.8. Orang dikatakan terpelajar jika orang itu pintar memutar balik kata-kata, menipu.9. Orang dianggap tidak suci jika ia tidak memiliki uang/miskin.10.Kemunafikan dianggap sebagai kebai-kan11.Orang beranggapan tepat tampil di depan umum jika ia tidak mandi/kotor.12.Tempat dianggap suci, jika di tempat itu ada sumber air.13.Kecantikan wanita tergantung dari style rambutnya. Asal ke salon sudah cantik.14.Tujuan hidup tercapai, bila perutnya sudah penuh (kenyang).15.Orang yang pemberani disebut orang jujur

16.Orang yang dapat memenuhi ke-butuhan kelaurganya disebut orang ahli (expert).17. Pelaksaan agama dilakukan hanya untuk tujuan memperoleh reputasi.18.Banyak perampokan dan pencuri an, sehingga warga Negara lari ke hutan - hutan dan pegunungan.19. Pajak sangat tinggi.20. Umur manusia pendek (50 th.), dan ukuran badan kecil/kerdil.21. Sapi akan sebesar kambing.22. Warga Negara akan sangat men-derita akibat kedinginan, angin, suhu panas, hujan, dan salju.23. Diganggu oleh pertengkaran, ke-laparan, haus, penyakit, dan kedu-kacitaan lainnya.24. Paham atheis akan dinggap seba-gai agama (adhrma dharma ya).25. Keluarga menolak orang - orang saleh26. Tanaman akan kurus kering, pen-dek tidak berproduksi.27. Awan-awan penuh dengan caha-ya, bukannya uap air.28. Manusia bagaikan binatang Unta.29. Asrama/Pasraman tidak berbeda dengan rumah tangga.30. Masyarakat berada dibawah klas Sudra (buruh/pelayan).

���

Status keagamaan seseorang sangat merosot, tidak ada yang percaya kepada Tuhan dan Kitab sucinya, demikian pula keadaan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Pemimpin tidak berkualitas, pajak tinggi, korup, munafik. Hukum berlaku seperti hukum rimba, siapa kuat dia menang. Tidak ada keadilan. Banyak perampokan dan pencurian dimana-mana. Kondisi bumi panas dan kering, tersedianya air semakin berkurang.

2. Bhakti Yoga–Bhakti Marga (Jalan Bhakti)Yoga, bagi umat hindu merupakan satu keyakinan untuk

memperoleh pembebasan. Menurut Rsi Patanjali, guru yoga mengatakan ada persyaratan dasar yang harus dipenuhi kalau melakukan yoga, yang dikenal dengan istilah yama niyama (larangan dan yang mesti dilakukan)a. Lima larangan (yama) yaitu : tidak menyakiti/membunuh mahluk

lain (ahimsa), tidak melakukan kecurangan, tidak mencuri, tidak berselingkuh, dan tidak mengharapkan hadiah dari orang lain, tidak cemburu.

b. Lima hal yang mesti dilakukan (niyama) yaitu : suci/bersih (makan makanan yang bersih, menolak yang tidak bersih), meditasi, belajar Veda, mengikuti perintah guru, mengejar pengetahuan bersejarah.Dalam Bg. dijumpai pembagian yoga menjadi tiga : karma

yoga, jnana yoga dan bhakti yoga, tapi ada juga yang menyelipkan raja yoga atau astanga yoga. Yoga berarti disiplin rohani untuk menghubungkan diri dengan TYM. Menghubungkan sang roh dengan Roh Yang Agung-Tuhan Yang Maha Esa.

Pelaksanaan yoga berbeda-beda pada setiap jaman. Pada jaman satya menghubungkan diri dengan TYM dilakukan dengan meditasi/samadi, pada jaman tritya dilakukan dengan melakukan yadnya besar, pada jaman dvapara dilakukan dengan pemujaan Arca/muthi/pretime TYM, dan pada jaman kali dilakukan dengan sankirtana yadnya, yaitu mengucapkan nama suci TYM secara berulang-ulang dengan beramai-ramai. Hal ini dinyatakan dalam sloka berikut (Sb.12. 3.525).

���

krte yad dhyayato visnum, tretayam yajato makhaihdvapare paricaryayam, kalau tad hari-kirtanat

“Apapun hasil yang diproleh pada jaman Satyayuga dengan meditasi kepada Visnhu, pada Tretayuga dengan melakukan yadnya, dan dalam jaman Dvaparayuga dengan melakukan pemujaan arca, dapat diperoleh pada jaman Kaliyuga hanya dengan berjapa mahamantra Hare Krsna”. Yadnya yang berorientasi kepada ritual-ritual (upacara) tidak dianjurkan untuk dilakukan pada setiap jaman, khususnya pada jaman dewasa ini (kali yuga). Menurut sloka diatas Veda menganjurkan ritual yadnya, hanya dianjurkan pada jaman treta yuga. Swami Prakashananda Saraswati (2014), juga mengatakan ritual tidak cocok dilakukan pada jaman ini, tetapi ritual hanya cocok pada jaman satya, treta dan dvapara. Selanjutnya Beliau, dan juga Kitab Suci menganjurkan untuk pemujaan kepada Tuhan pada jaman ini dilakukan dengan bhakti.

Bhakti berarti berpartisipasi dan melibatkan diri dalam misi TYM, yang merupakan cara hidup (way of life) dan juga tujuan hidup manusia (goal of life). Dalam Sb. 10.82.44 Krisna bersabda : melakukan pelayanan bhakti kepada-KU (Krishna) merupakan syarat bagi semua mahluk untuk mencapai kehidupan yang abadi.

Berbagai macam bhakti diuraikan dalam Sb.7.5.23-24.

Sri prahrada uvaca sravanam kirtanam visnoh,smaranam pada-sevanam

arcanam vandanam dasyam,sakyam atma-nivedana iti pumsarvita visnau, bahktis cen nava-laksana

kriyeta bhagavaty addha, tan manye ‘dhitam uttamam

“Prahlada Maharaja berkata : mendengar (1) dan mengucapkan nama suci, bentuk, kualitas, milik dan kegiatan Tuhan Visnu (2), mengingat Nya (3), melayani kaki padma Nya(4), bersembahyang kepada Nya (5), mengucapkan doa-doa kepadaNYa (6), menjadi pelayanNya (7), menganggap Beliau sebagai teman ter-baik (8), dan menyerahkan diri kepada Beliau (9). Itulah Sembilan cara diterima sebagai bhakti yang murni. Orang yang mendedikasikan hidupnya untuk melakukan pelayanan kepada Krsna melalui sembilan cara itu,

���

harus diterima sebagai orang yang paling terpelajar, dia telah menerima pengetahuan yang lengkap dari kitab suci”. Jaman sekarang tidak bisa melakukan pelayanan langsung kepada Tuhan, pelayanan dapat dilakukan dengan melakukan pelayanan kepada Arca (Arcanam) di tempat suci. Arca merupakan manifestasi rupa rohani dari Tuhan Yang Maha Esa- Sri Visnu atau Laksmi Narayana. Melakukan pemujaan kepada Arca adalah melakukan pemujaan kepada Laksmi Narayana.

Seseorang yang dapat melaksanakan satu atau lebih dari sembilan cara bhakti itu tentu akan memperoleh pembebasan, baik di dunia ini maupun dalam kehidupan yang akan datang. Sembilan (9) cara itu dapat dilaksanakan dengan baik jika tidak melakukan kesalahan (aparada). Secara umum aparada dapat digolongkan menjadi :

A. Nama aparada, yaitu kesalahan terhadap nama suci Tuhan, antara lain :a. Mengucapakan nama suci Tuhan sambil berbuat salah atau

negatif dengan maksud diampuni. Misalanya sambil mencuri mengucapkan nama suci Tuhan atau mantra.

b. Melanggar perintah guru kerohanian. Misalnya Rsi Vyasa sudah menyampai kan atau menulis nama nama Tuhan di dalam Veda. Kita membuat buat nama Tuhan sendiri, atau dengan melakukan pemilihan menyepakati nama untuk Tuhan. Tidak mau menerima nama yang disampaikan oleh Rsi Vyasa. Ada 1000 nama Visnhu (sri visnhu sahasranama).

c. Menyamakan nama dewata dengan nama suci Visnhu, misalnya menyamakan nama dewa Brahma atau Dewa Siwa dengan nama Sri Visnhu. Nama para dewa tergantung nama suci Visnhu.

B. Dama aparada, yaitu melakukan kesalahan di tempat suci–tempat/kuil sri Visnhu di puja. Misalnya tidak fokus dalam persembahyangan atau mencuri di kuil, mempersembahkan bahan-bahan yang tidak bersih (tidak layak), mempersiapkan bhoga dengan tidak bersih. Altar dan lingkungan dibiarkan kotor/tidak rapi.

C. Seva aparada, yaitu melakukan kesalahan dalam pelayanan kepada murti Tuhan atau guru kerohanian. Menyiapkan bhoga yang tidak

���

dianjurkan. Misalnya mempersembahkan kopi atau makanan yang sudah basi kepada Tuhan atau guru kerohanian, mempersembahkan bahan-bahan yang tidak bersih, mempersiapkan bhoga dengan tidak bersih. Bertengkar, berpolitik di tempat suci, korupsi, dll.

D. Vaisnava aparada, yaitu kesalahan terhadap penyembah Tuhan (vaisnava adalah penyembah Visnhu). Kesalahan ini tidak bisa ditebus/netralisir, kecuali dengan melakukan sujud kepada vaisnava itu, dan kesalahannya itu dimaafkannya. Aparadha ini misalnya : menganggap bhakta lain adalah bawahan, tidak hormat kepada senior, suka mengkritisi (kurang tunduk hati), melarang atau menghambat bhakta lain melakukan pelayanan (arogan), dll. Sifat seorang vaisnava harus mempunyai sifat pemaaf, lemah lembut, bersih, rambut pendek, kuku-kuku bersih-pendek, sederhana, minimal mandi 2 x sehari, vegetarian (makanan satvam), memuja Arca Visnhu, melakukan puasa minimal 2 x sebulan, bhagavata sevaya, jujur, mengajarkan orang agar menjadi bhakta Sri Visnhu, dan lain lain.Secara terperinci, agar dapat melaksanakan bhakti dengan baik,

ada 6 (enam) hal yang harus dihindari, seperti yang diutarakan dalam Updesamrta ayat 2, sbb:

atyaharah prayasasa ca, prajalpo niyama grahahjana-sangas ca laulyam ca, sadbhir bhaktir vinasyati

“Bhakti yang dilakukan oleh seseorang rusak, apabila dia menjadi terlalu terlibat dalam enam kegitan berikut :

(1) makan lebih dari kebutuhan atau mengumpulkan dana lebih dari pada yang dibutuhkan, (2) berusaha terlalu keras untuk benda-benda duniawi yang sangat sulit sekali diperoleh, (3) berbicara tentang hal-hal duniawi dimana pembicaraan tidak diperlukan, (4) memperaktekan aturan dan peraturan dari kitab suci hanya untuk mengikutinya saja, dan bukan demi kemajuan rohani, atau menolak aturan dan peraturan dari kitab suci dan bekerja sendirian atau bekerja sesuai dengan kehendak sendiri, (5) bergaul dengan orang yang jahat dan tidak tertarik pada kerohanian, dan (6) menjadi loba untuk mencapai sesuatu yang bersifat duniawi.

���

Ada juga 6 (enam) perinsip yang menguntungkan dalam pelaksanaan bhakti, yang tercatum dalam Updesamrta ayat 3. Keenam prinsip ini menjamin pasti sukses dalam melaksanakan bhakti yang murni.

utsaha niscayad dhairyat, tat-tat-karma-pravartanatsanga-tyagat sato vrtteh, sabhir bhaktih prasidhyati

“Ada enam prinsip yang menguntungkan untuk pelaksanaan bhakti yang murni : (1) semangat, (2) berusaha dengan keyakinan, (3) sabar, (4) bertindak sesuai dengan prinsi-prinsip yang mengatur (seperti mendengar, memuji dan ingat kepada Krsna), (5) meninggalkan pergaulan dengan orang-orang jahat duniawi, dan (6) mengikuti (bukan meniru) langkah-langkah para acarya dari dahulu kala”.

3. Yadnya pada Jaman Kali–Penangkal Pengaruh Buruk Kali Yuga.Pada zaman kaliyuga manusia sangat merosot, serta planet bumi

ini sudah tercemar dan kotor. Dalam kasanah Veda disebutkan bahwa dulu para dewa sering kali bulak-balik turun ke bumi ini, manusia berhubungan akrab dengan para Dewa, tetapi sekarang karena bumi sudah kotor, keinsafat diri kurang, kencingpun para Dewa tidak mau, apa lagi datang bergaul ke bumi ini. Demikian pula, keinsafan diri manusia dan pengetahuan kitab suci sudah merosot, sehingga tidak mempunyai kwalifikasi untuk melaksanakan yadnya seperti jaman-jaman sebelumnya. Untuk menghidari keruntuhan spiritual pada jaman ini, Kitab suci menganjurkan agar orang melakukan yadnya dengan sankirtana yajnya. Kenapa demikian? Simaklah sloka-sloka berikut

Sb.12.3.51

kaler dosa-nidhe rajann, asti hy eko mahan gunahkirtanad eva krsnasya, mukta-sangah param vrajet

“Walaupun kali yuga adalah lautan dosa, masih ada kemujuran pada jaman ini, yaitu dengan mengucapakan Hare Krsna maha-mantra, seseorang menjadi bebas dari ikatan material dan dapat pergi ke dunia rohani”

��0

Cc Adi 7.74.nama visnu kali-kale, na hi ara dharma

sarva-mantra-sara nama, ei satra-marma

“Dalam jaman kali ini tidak ada prisip agama, selain dari pengucapan nama suci Tuhan Visnu-Narayana, yang merupakan esensi dari semua ayat-ayat Veda. Inilah maksud dari semua sastra”

Cc Adi 17.22

kali-kale nama-rupe krsna-avataranama haite haya sarva-jagat-nistara

“Dalam jaman Kali ini, nama suci TYM Hare Krsna maha mantra, adalah inkarnasi dari Tuhan Krsna. Hanya dengan mengucapkan nama suci itu orang dapat bergaul dengan Tuhan secara langsung. Setiap orang yang melakukan itu tentu saja dibebaskan.”

Kemudian puncaknya, dalam Kali Santarana Upanisad 5.6 yang merupakan intruksi Dewa Brahma kepada Rsi Narada, dimana Dewa Brahma mengatakan :

hare krsna hare krsna krsna krsna hare harehare rama hare rama rama rama hare hare

iti sodasakam namnam kali- kalmasa nasanamnatah parataropayah sarva vedesu drsyate

“Enam belas kata dari Hare krsna mantra khusus dimaksudkan untuk melawan-menghancurkan dosa-dosa jaman kali. Untuk melindungi seseorang dari pence-maran jaman ini, tidak ada alternative lain selain mengucapkan Hare Krsna mantra. Setelah mencari di semua literatur veda, orang tidak menemukan pelak-sanaan agama pada jaman ini selain chanting Hare Krsna”. Inilah nasihat Dewa Brahma, kakek moyang kita. Maha mantra ini untuk semua orang, bukan hanya untuk golongan tertentu, tidak.

Siapapun yang mengakui dan percaya kepada Dewa Brahma arsitek alam semesta, mahluk hidup pertama di alam material, hendaknya mengikuti nasihat Dewa Brahma kakek moyang kita. Kalau kita ingin selamat, tidak kena pengaruh jaman kaliyuga, hendaknya

���

ikuti nasihatnya. Tetapi jika tidak percaya dan tidak mau mengikuti nasehatnya, tentu akan menderita, terjangkit pengaruh kali yuga. Jika demikian, untuk apa memuja Dewa Brahma setiap enam bulan sekali? tentu yang mengembangkan sifat tidak percaya adalah bersembahyang secara palsu. Ingat jaman kali yuga masih panjang 400 ribu tahun lebih.

Dari garis keturunan, leluhur kita adalah Manu, sedangkan Manu adalah salah satu anaknya Brahma. Jadi Brahma adalah kakek moyang kita. Apakah etika kita benar jika tidak menghormati leluhur kakek moyang Brahmaji. Jika kita tidak menghormati Brahma leluhur kita, Manu (Hukum Manu) akan memberikan hukuman di salah satu Provinsi Naraka yaitu yang bernama KALASUTRA (baca pada bab, Naraka). Setelah meninggal sang roh almarhumah akan diseret oleh Yama duta dibawa kesana, dengan melintasi jalan berpasir panas, disebelah kiri kanan ditumbuhi hutan api yang panas sekali. Dari belakang dibuntuti oleh anjing besar yang menyeramkan, siap menerkam kakinya bila berhenti ditangah jalan.

Dalam Brhan-naradiya Purana 3.8.126 juga disebutkan :

harer nama harer nama harer namaiva kevalamkalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyatha.

“Dalam jaman kali ini tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak cara lain untuk keisafan diri selain chanting the holy name, chanting the holy name, chanting the holy name of Lord Hari”.

Kita semua dianjurkan untuk mengucapkan nama suci Tuhan berulang-ulang (berjapa) pada setiap kesempatan. Baru bangun ucapkan nama suci Tuhan, mau mandi ucapkan nama suci Tuhan, mau makan ucapkan nama suci Tuhan, pergi ucapkan nama suci Tuhan, di perjalanan ucapkan nama suci Tuhan, mau tidur ucapkan nama suci Tuhan. Makin sering bisa mengucapkan nama suci Tuhan semakin bagus. Pokoknya, jika bisa, setiap saat mengucapkan nama suci Tuhan. Tuhan ada di dalam hati dibawa kemana-mana, sebagai teman yang setia.

���

Kitab Purana memberi petunjuk, ada lima aktivitas yang tidak boleh dilakukan pada jaman kali yuga ini (Brahma Vaivarta Purana. 185.180), yaitu seperti tercantum dalam sloka di bawah ini.

asvamedham gavalambham, sannyasam pala-paitrkamdevarena sutotpattim, kalau panca vivarjayet

“Di jaman kali (kali yuga) ini, lima kegiatan dilarang : 1. mempersembahkan kuda atau sapi dalam upacara, 2. menerima tingkatan sanyasi, 3. mempersembahkan darah kepada leluhur, dan 4. memperoleh anak dari “sang ipar”.

Ada juga lima hal yang dianjurkan sebagai kegiatan bhakti pada jaman kali ini (Cc Madya.22.128), yaitu :

sadhu-sanga, nama-kirtana, bhagavata-sravanamathura-vasa, sri murtira sraddhaya sevana

(1) sadhu-sanga (bergaul dengan para guru, sadhu atau orang suci),

(2) nama-kirtana (mengucapkan nama-nama suci Tuhan, baik sendiri maupun ramai-ramai),

(3) bhagavata-sravana (membacakan atau mendengar kitab suci Srimad bhagavatam atau melayani Guru Kerohanian-seorang bhagavata (bhagavata adalah hal hal yang berhubungan dengan Bhagavan-Tuhan).

(4) mathura-vasa (tinggal dekat dengan tempat suci atau pasraman Sri Visnhu), dan

(5) sri murtira sraddhaya sevana, memuja arca dengan keyakinan dan penghormatan (sradha dan saddhana).Dengan bertempat tinggal dekat dengan atau di Pasraman Sri

Visnhu, empat kegiatan lainnya dapat dengan mudah terlaksana.

���

BAB XVGURU SPIRITUAL (ACARYA) DAN DIKSA

1. Kebutuhan Dasar Umat ManusiaBegitu kita lahir di alam semesta ini, karena pengaruh alam

semesta, kita menjadi tidak berpengetahuan/lupa alias bodoh, sehingga kita memerlukan guru untuk mengatahui sesuatu kebenaran. Belajar ilmu pengetahuan material saja memerlukan guru, apa lagi belajar ilmu spiritual, seorang guru sangat mutlak diperlukan. Dalam Bg.4.34 dinyatakan :

tad viddhi paranipatena, pariprasnena sevayaupadeksyanti te jnanam, jnaninas tattva darsinah

“Berusahalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru spiritual. Bertanya kepadanya dengan sikap tunduk hati dan melayaninya. Insan yang telah menginsafi jati dirinya dapat menyampaikan pengetahuan kepada dirimu, sebab ia sudah melihat kebenaran itu”. Pertama tama kita disarankan untuk mencari dan menerima guru spiritual, untuk bertanya dan memperoleh bimbingan agar kita dapat memahami ilmu pengetahuan spiritual/agama.

Kemudian Mundaka Upanisad 1.2.12 mengatakan :

tad vijnanartham sa gurum evabhigacchetsamit-panih srotriyam brahma-nistham

“Untuk mempelajari pengetahuan spiritual, orang harus mendekati guru spiritual yang bonafid dalam rangkaian garis perguruan yang mantap dan utuh dalam Kebenaran Mutlak”

Veda menganjurkan belajar Veda/agama tanpa guru tidak dianjurkan, karena agama membahas masalah keinsafan diri/kebenaran mutlak–pengetahuan yang berada di luar jangkauan indera-indera dan pikiran. Orang harus mendengar dari seorang guru sipiritual.

���

Sb 11.3.21tasmad gurun prapadyeta, jijnasuh sreya uttamam

sabde pare ca nisnatam, brahmany upasamasrayam

“Setiap orang yang serius ingin kebahagian sejati harus mencari seorang guru spiritual yang bonafid dan berlindung kepada beliau dengan cara menerima diksa. Kualifikasi guru spiritual itu adalah beliau harus sudah menginsafi kesimpulan kitab suci melalui pertimbangan matang, dan mampu meyakinkan orang lain mengenai kesimpulan kesimpulan tersebut. Insan-insan agung tersebut, yang sudah berlindung kepada TYM, yang sudah meninggalkan segala pertimbangan material, hendaknya dimengerti sebagai guru spiritual yang bonafid”.Guru yang belum memiliki tattva darsinah, tidak akan bisa memberikan keinsafan diri atau membimbing maju dalam jalanspiritual.

Selanjutnya Sb.5.5.18

gurur na sa syat sva-jano na sa syat, pita na sa syaj janani na sa syat

daivam na tat syan na patis ca sa syan, na mocayed yah samupeta-mrtyum

“Orang yang tidak mampu menjelamatkan orang-orang yang menjadi tanggungannya (yang bergantung kepadanya), dari kelahiran dan kematian yang dialami berulangkali, hendaknya jangan pernah menjadi guru spiritual, menjadi ayah, suami, ibu atau deva yang patut dipuja”.

Seseorang yang dapat bergaul atau bertemu dengan seorang guru spiritual adalah atas karunia Tuhan Krsna, seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut :

brahmanda bhramite kona bhagyavan jiva, guru-krsna-prasade paya bhakti-lata-bija

���

“Menurut karma mereka, semua mahluk mengembara di seluruh alam semesta. Beberapa diantara mereka naik ke planet-planet atas, dan beberapa lagi turun ke sistem planet bawah. Diantara jutaan mahluk hidup yang mengembara tersebut, satu insan yang sangat beruntung memperoleh kesempatan untuk bergaul dengan seorang guru spiritual yang bonafid (acarya) atas karunia Krsna. Atas karunia Krsna dan Guru Spiritual, orang tesebut menerima benih tumbuhan bhakti” (Cc Madya.19.151). Seseorang yang maju dalam kerohanian karena atas karunia dari Tuhan–Paramatma dari dalam, dan dari luar adalah atas karunia Guru Kerohanian. Kemajuan itu dicapai bukan atas usahanya sendiri. Kemajuan itu atas karunia Guru dan Tuhan.

Kesempatan yang sangat langka, yang diberikan oleh TYM lewat sang guru janganlah disia-siakan. Menerima seorang guru, mesti hati-hati, hendaknya jangan menerima guru berdasrkan kata-katanya atau hanya berdasarkan pakaiannya. Guru yang bonafid adalah guru yang sesuai dengan ketentuan : sastra, sadhu, dan garis perguruan (parampara). Garis perguruan yang bonafid turun dari Tuhan, dan diadalam sederertan garis guru-guru itu pernah muncul Avatara Tuhan. Dan atas karunia seorang guru spiritual bonafid, sang murid hendaknya sangat menghormati gurunya, karena guru itu adalah wakil Tuhan atau Wakil para Dewa, seperti dianjurkan oleh sloka beirkut :

Sb. 11.17.27.

acaryam mam vijaniyan, navamanyeta karhicitna martya-buddhyasuyeta, sarva-devamayo guruh

“Orang hendaknya mengetahui bahwa acarya (guru sipritual) itu sama dengan Diri-Ku dan jangan pernah tidak menghormatinya. Orang hendaknya tidak iri kepadanya, menganggapnya manusia biasa, sebab dia adalah perwujudan semua deva”.

Manusia biasa tidak dapat merhubungan melayani Tuhan secara langsung, Tuhan dapat dilayani melalui sang guru. Kitab suci menganjurkan, langkah pertama dalam usaha mencari pembebasan adalah mencari guru kerohanian. Guru kerohanian akan membimbing

���

memberi pengetahuan dan membimbing seorang murid di jalan bhakti, agar sang murid dapat mengenal Tuhan Yang Mahaesa - Narayana. Guru kerohanian itu harus berada dalam garis perguruan langsung dari Tuhan. Jika tidak maka pengetahuan tentang ke Tuhanan tidak akan dimiliki oleh sang murid.

Guru yang bonafid tidak boleh ditinggalkan. Meninggalkan guru berarti kita menjauhi Tuhan, menjauhi kitab suci. Tindakan semacam ini adalah kesalahan. Tapi dalam suatu hal, misalnya gurunya mandeg, atau meninggal dunia, dapat dilakukan dengan memilih atau menambah guru baru yang lain agar selalu dapat behubungan dengan Tuhan. Tuhan bersabda dalam sastra, bahwa orang yang langsung menyembah Tuhan adalah bukan penyembah Tuhan, tetapi orang yang menyembah/pengikut penyembah Tuhan (bhagavata) itulah penyembah Tuhan yang sebenarnya. Inilah prinsif-prinsif parampara.

Menurut aturan kitab suci, orang yang menyembah dewa harus menyembah semua dewa. Sementara itu dewa jumlahnya 330 juta. Jadi tidak mungkin menyembah dewa sekalian sebanyak itu. Pemujaan kepada para dewa kurang sempurna, dibanding pemujaan kepada Tuhan. Pemujaan kepada Tuhan dan Guru berarti sudah melakukan pemujaan kepada para dewa. Sloka diatas juga memberi petunjuk, untuk dapat memuja semua dewa, pujalah guru kerohanian saja, lebih sederhana. Karena guru adalah wakil Tuhan, dan perwujudan para Dewa.

Objek sembahyang yang lebih tinggi dari Sri Visnu adalah sembahyang kepada penyembahNya (kata Siwa kepada Parwati). Dewa Siva memberi nasehat walaupun sudah menyembeh Dewa, menyembah Tuhan merupakan keharusan. Dalam pemujaan kepada Dewa, harus disertai dengan pemujaan kepada Tuhan sebagai sumber dari para Dewa, agar pemujaan itu menjadi lengkap sempurna.

Pemujaan kepada guru/rsi disebut Guru Puja atau Rsi Yadnya. Karena guru juga merupakan wakil TYM, maka memuja guru juga memuja TYM. Panca Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Indonesia, akan lebih sempurna jikalau pemujaan itu diberengi dengan Rsi Yadnya. Tapi sayang, umat Hindu jarang atau hampir tidak pernah melakukan Rsi Yadnya dalam hidupnya. Karena mereka jarang yang mempunyai guru spiritual.

���

2. Definisi Guru KerohanianGuru (baca guru spiritual) di definisikan sebagai :

yanha haite krsna-bhakti sei guru haya

“Orang yang membangkitkan rasa bhakti terhadap Tuhan Krsna atau Rama, pasti adalah seorang guru spiritual”. (Cc, Madya 16.65). Kata guru mengacu kepada orang yang memberikan petunjuk yang benar dibawah otoritas ajaran Veda dan sesuai dengan teladan kehidupan keperibadian–keperibadian agung (para sadhu).

kiba vipra, kiba nyasi, sudra keke nayayei krsna-tatva-vetta, sei guru haya

“Siapapun dia, apakah ia seorang brahmana, atau sudra atau yang lainnya, ia bisa menjadi guru kerohanian jika ia mengetahui ilmu tentang Tuhan Krsna” (CC Madya 8128). Setiap orang boleh menjadi guru sepanjang ia mempunyai pengetahuan tentang Krsna. Jika tidak punya pengetahuan itu, walaupun sudah dvijati, sebaiknya jangan mencoba menjadi guru agama atau guru spiritual. Kalau keadaan ini dikembangkan, masyarakat tidak akan bisa mengembangkan, meningkatkan kualitas bhaktinya untuk bisa pulang kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tugas penting dan utama bagi manusia untuk menyelamatkan dirinya, adalah mencari dan melakukan hubungan dengan Guru Spiritual (wakil Krsna–TYM), seperti dinyatakan dalam Sb. 6.16.6

janame janame sabe pita-mata-payakrsna guru nahi mile bhaja hari ei

“Dalam proses perpindahan sang roh melalui berbagai badan yang berbeda-beda, setiap orang dalam segala jenis kehidupan–baik itu manusia, binatang, pohon atau dewa–mendapatkan seorang ayah atau ibu. Ini tidaklah sulit. Yang sulit adalah mendapatkan seorang Guru Spiritual yang bonafid dan Krsna”. Tanpa mempunyai guru kerohanian orang tidak mendapat karunia untuk bisa berhubungan dekat dengan Tuhan. Karunia Tuhan akan turun kepada seseorang lewat seorang Guru. Guru kerohanian merupakan media untuk bisa menerima ajaran suci dan bertemu dengan Tuhan. Dari dalam diajari oleh Paramatma, dari luar diajar oleh Sang Guru Kerohaniuan.

���

Krisna adalah guru yang pertama dan paling utama (parama guru), yang disebut jagat guru-guru bagi alam semesta. Krishna adalah pemegang otoritas Veda khususnya Bhagavadgita. Siapapun yang menyampaikan Bhagavad gita se-suai dengan otoritasnya-Krisna dialah Guru (guru yang bonafide). Mereka berada didalam garis perguruan Krishna–wakil Krishna. Karena itu tugas seorang manusia adalah mampu menangkap kesempatan untuk berhubungan dengan wakil Krsna, yakni Guru Spiritual yang bonafid. Dibawah bimbingan sang guru spiritual–ayah spiritual, seseorang dapat pulang kembali kepada Tuhan.”

Kesempatan untuk bertemu dengan guru atau acarya tergantung karunia Krisna-Tuhan Yang Mahaesa. Krishna bersabda di dalam Katha Upanisad 1.2.23 sebagai berikut :

nayam atma pravacanena labhyo, na medhaya na bahuna srutenayam evaisa vrnute tena labhyas, tasyaisa atma vivrnute

tanum svam

“Personalitas TYM tidak dicapai oleh ahli bicara, tidak dicapai oleh orang cerdas, dan juga bukan karena banyak mendengar. Beliau hanya dapat dicapai oleh orang yang dipilih oleh Beliau Sendiri. Kepada orang tersebut Beliau mewujudkan personal diriNya”. TYM bebas memunculkan atau menampakan diriNYa. Tidak sembarang orang dapat melihat TYM. Biasanya TYM memberikan karunia khusus untuk dapat melihat diriNya kepada seorang sura atau penyembah murni Tuhan. Contohnya, di medan Perang Kuruksetra, Arjuna baru dapat melihat wujud universal Tuhan Krishna setelah diberikan karunia oleh Krishna. Tetapi bagi asura, Tuhan tidak pernah terlihat atau nampak baginya, sekalipun Tuhan berdiri didepannya. Contohnya para Kurawa atau Raja Kamsa tidak dapat melihat Krsna sebagai Purusottama, tetapi mereka melihat Krisna sebagai manusia biasa. Demikian pula bagi para Raksasa, Tuhan tidak pernah menampakkan diriNya.

3. Macam-macam GuruMenurut Kitab Suci Veda, ada enam macam guru yaitu :

a. Caitya guru, yaitu Paramatma-exspansi TYM/Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati seseorang, yang memberikan

���

arahan, bimbingan dari dalam, dan juga sebagai saksi dari semua karma yang diperbuat.

b. VartmaPradarsaka guru, yaitu orang yang pertama kali memberikan informasi tentang belajar spiritual/agama/keinsafan diri.

c. Patha Pradarsaka guru, yaitu orang yang menunjukkan jalan belajar spiritual

d. Siksa guru, yaitu guru yang memberi pelajaran dan pergaulan untuk maju dalam spiritual. Seseorang boleh mempunyai banyak guru siksa.

e. Diksa guru, yaitu guru yang menginisiasi/diksa seorang murid agar berada didalam jalur parampara/garis perguruan, juga memberi pelajaran, bimbingan, nasihat untuk maju dalam spiritual, sehingga murid dapat sukses untuk kembali pulang ke Kerajaan TYM–Krsna. Seseorang hanya boleh mempunyai satu guru diksa.

f. Jagad guru, adalah Guru bagi seluruh dunia/alam semesta, yaitu Tuhan-Krisna.Kedudukan guru/acarya didalam pustaka suci, yang dinyatakan

sebagai berikut :

acaryam mam vijaniyam, navamanyeta karhicitna martya-buddhyasuyeta, sarva devamayo guruh

“Orang hendaknya mengetahui bahwa acarya itu sama dengan DiriKU, dan jangan pernah tidak menghormatinya. Orang hendaknya tidak iri kepadanya, menganggap manusia biasa, sebab dia adalah perwujudan semua Dewa”.

4. Definisi Diksa - InisiasiKata DIKSA terbentuk dari dua suku kata Dii dan Ksaa. Dii

berasal dari kata DAN, yang berarti memberi pengetahuan spiritual (divya jnana). Kata KSAA berasal dari akar kata KSAYA yang berarti menghacurkan kegiatan yang berdosa. Dalam buku Visnuyamala, diksa didefinisikan sebagai :

��0

divyam jnanam yato dadyat kuryat papasya sanksayamtasmat dikseti sa prokta desikais tatva-kovidaih

“Diksa adalah proses dengan mana seseorang dapat membangun pengetahuan rohaninya, dan menghancurkan semua reaksi yang disebabkan oleh kegiatan berdosa. Orang yang ahli dalam pengetahuan Veda mengenal proses ini sebagai DIKSA” (Cc Madya. 15.108).

Diksa juga berarti menerima pengetahuan spiritual murni (Cc madya.9.61). Diksa ini diartikan sebagai sifat hubungan guru krohanian dengan murid. Dalam kehidupan sebagai manusia, kebutuhan akan guru krohanian merupakan hal yang mutlak. Karena tanpa seseorang mempunyai guru krohanian yang berada dalam garis perguruan yang bonafid, hidupnya akan sis sia.

Tanpa guru, seseorang tidak bisa berada dalam varnasrama dharma, dan jika tidak berada dalam varnasrama ia tidak bisa melakukan pelayanan bhakti kepada TYM, sehingga akhirnya ia tidak bisa pulang kembali ke TYM (mukti). Proses untuk dapat mengerti ilmu pengetahuan rohani pertama-tama harus melalui diksa/inisiasi. Segala sesuatu yang diajarkan oleh seorang guru, tidak akan bermanfaat jika tidak melalui diksa. Di dalam proses diksalah seorang murid memperoleh karunia dari Tuhan.

Tuhan Yang Maha Esa Guru Murid-murid.

5. Maksud Diksa - InisiasiMaksud dari diksa, adalah membangunkan/membangkitkan

pengetahuan rohani atau memberikan pengetahuan rohani kepada seseorang/seorang murid dengan mana ia menjadi bebas dari pencemaran material (Cc madya 4.111). Pengetahunan rohani sebenarnya telah ada didalam hati setiap orang, tetapi pengetahuan itu masih tidur lelap akibat pengaruh maya (tri guna). Atas karunia dari seorang guru krohanian, pengetahuan rohani itu bangkit, sehingga seorang murid menjadi sadar. Dengan kata lain orang yang bersangkutan telah lahir lagi dalam hidupnya.

���

Dwijati artinya lahir dua kali (brahmana). Pertama, lahir dari orang tua, dan kedua, lahir dari sang guru kerohanian. Setelah di dwijati, sang murid boleh mengucapkan gayatri mantra (ber Tri sandya) dengan memakai benang sucinya (pavitram). Kalau tidak mempunyai benang pavitram, belum bisa mengucapkan gayatri mantra. Benang pavitram merupakan karunia dari Guru spiritual. Jadi orang yang tidak memiliki benang pavitram, tidak bisa atau tidak boleh mengucapkan mantra gayatri.

Dalam buku Hari-bhakti vilasa (baca Cc Adi lila 7.47)

yatha kancanatam yati, kamsyam rasa-vidhanatahtatha diksa-vidhanena, dvijatvam jayate nrnam

“Seperti halnya besi berubah menjadi emas apabila dilarutkan dalam air raksa melalui sebuah proses kimia, demikain pula orang yang dilatih dan di diksa secara benar oleh seorang guru spiritual yang bonafid segera menjadi seorang brah-mana”.

Di dalam Sb.3.5.7. dikatakan karunia TYM hanya diperuntukan bagi orang yang telah lahir dua kali (dwijati), sapi, dan para sura. Tanpa mempunyai pengetahuan rohani, kita pasti kembali lagi ke dunia ini. Oleh karena itu pengetahuan rohani merupakan hal yang sangat penting dan urgen untuk dimiliki oleh seseorang dalam hidup ini. Syarat pokok untuk memperoleh pengetahuan rohani adalah menerima seorang Guru Spiritual dan mengambil diksa (inisiasi) darinya. Kitab Visnu Yamala juga menguraikan bahwa : orang tanpa didiksa oleh guru yang bonafid, semua pelayan bhaktinya tidak berguna (tidak sampai kepada TYM)

Jika orang tidak di diksa secara benar, ia dapat merosot lagi kedalam berbagai spesies binatang. Orang yang di diksa secara tidak benar saja merosot, bagaimana nasib orang yang tidak mempunyai Guru Spiritual dan tidak pernah di diksa, tidak perlu dipertanyakan lagi, kemana dia?

Akan melanglang buana–pergi naik turun ke berbagai planet material, mengalami kelahiran dan kematian berulang ulang kali, selamanya akan menderita–hilang dari kehidupan manusia.

���

Orang bercita-cita ingin mencapai pembebasan di dunia ini dan kembali pulang kepada TYM, harus bersedia dengan suksrela untuk mengikuti aturan-aturan dibawah bimbingan Guru Diksa dan Guru Siksanya. Hanya kepada mereka yang mulya, yang percaya kepada TYM, dan Guru Kerohanian, segala arti pengetahuan Veda akan diperlihatkan dengan sendirinya (Svetavatara Upanisad.6.2, dalam Widyantara, 2010).

Acarya agung Srila Jiva Goswami, mengatakan meskipun berpikir lahir di keluarga brahmana, orang tidak dapat terlibat dalam kegiatan ritual yadnya tanpa diksa dan mempunyai benang suci (Widyantara, 2010). Itulah sebabnya wangsa brahmana di diksa terlebih dahulu agar bisa terlibat dalam kegiatan ritual yadnya (menjadi sulinggih)

6. Persyaratan DiksaDiksa yang merupakan ritual penting yang semestinya dialami

dalam hidup ini, memerlukan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon diksa.

CC Antya 4.192.

diksa-kale bhakta kare atma-samarpanasei-kale krsna tare kere atma-sama

“Seseorang diterima sebagai murid, bila ia menyerahkan diri sepenuhnya dalam bhakti kepada Tuhan, Krishna mengakui bahwa orang/penyembah itu adalah sebaik diriNya Sendiri”. Diksa dapat dilakukan jika seseorang telah menyatakan untuk berbhakti kepada Tuhan sepanjang hidupnya. Ketika proses dilakukan dengan benar, diksa akan dapat merubah prilaku orang, dari prilaku yang terikat dengan kegiatan material, berangsur-angsur meninggalkan kegiatan itu, maju ke kegiatan yang bersifat rohani. Ada perubahan prilaku dari sebelum dan setelah diksa. Jika proses diksa tidak benar, maka tidak perubahan prilaku antara sebelum di diksa dengan setelah di diksa. Ketika orang sasudah di diksa, perhatian Tuhan–Krishna berbeda dengan orang pada umumnya. Sesudah di diksa, orang akan memperoleh perhatian khusus

���

dari Guru dan Tuhan. Ketika telah mencapai kualitas tertentu penyembah diberikan perlindungan khusus oleh Krishna.

Dalam buku The Science of Self Realization, Guru Besar Kerohanian yang berada dalam garis perguruan Brahma Sampradaya, Bhaktivedanta Swami Prabhupada memberikan syarat untuk dapat didiksa sebagai murid kerohanian, yaitu :1. tidak berselingkuh (illicit sex life)2. tidak mabuk-mabukan (intoxication)3. tidak makan daging, ikan dan telor (no meat)4. tidak berjudi (no gambling)5. berjapa (chant maha mantra)6. meninggalkan kebiasaan buruk (no bad habit)

Semua syarat diatas telah dijalani selama 1-2 tahun oleh calon diksa dengan suka rela, baru memenuhi persyaratan untuk diinisiasi oleh sang guru kerohanian. Persyaratan ini merupakan syarat yang ditetap pada jaman sekarang. Kalau seseorang di diksa dengan tanpa mengikuti persyaratan diatas, makna diksa tidak berarti, tidak akan ada perubahan secara spiritual.

���

BAB XVISVARGA LOKA, BILVA SVARGA DAN

PITRA LOKA

Bab ini merupakan bab yang sangat penting yang harus dipahami oleh umat Hindu dharma. Karena swarga loka (surga) dan naraka loka (neraka) merupakan tempat yang akan dicapai sang roh sesuai karmanya setelah meninggal dunia. Svarga loka adalah tempat yang akan dicapai jika mempunyai karma baik, bersifat satvam, berperilaku saleh, sedangkan Naraka loka merupakan tempat sang roh mengalami pembersihan atau penyucian akibat karma buruk (tindakan yang dilarang oleh kitab suci).

Setelah karma baik dan atau karma buruknya selesai dinikmati, maka sang roh akan kembali lagi lahir di bumi ini, sesuai hukum karma. Apakah ia lahir mendapatkan badan manusia atau yang lain. Atau dia akan lahir di Indonesia atau di negara lain, tergantung karmanya.

Di salah satu pojok alam rohani, terdapat alam material. Di dalam alam material terdiri dari alam semesta–alam semesta. Dewa Brahma menciptakan empatbelas susunan alam semesta, yang dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : bagian atas, bagian menengah, bagian bawah. Semua mahluk di 14 alam semesta ini dipengaruhi oleh tri guna (satvam, rajas, tamas). Tri guna inilah yang mempengaruhi sifat aktivitas para mahluk hidup di planet masing-masing, dan ketika meninggal planet yang mana akan dituju, sastra menyatakan, Bg 14.18,

ardhvam gachanti sattva-stha madhye tisthanti rajasahjaghanya-guna-vrtti-stha adho gachanti tamasah

“Orang yang berada dalam sifat kebaikan (satvam) berangsur-angsur naik sampai planet-planet yang lebih tinggi, orang yang berada dalam sifat nafsu (rajas) hidup di planet-planet seperti bumi, orang yang berada dalam sifat kebodohan yang menjijikkan (tamas), turun

���

memasuki dunia-dunia neraka”. Sifat kegiatan mahluk hiduplah yang menetukan daerah mana yang akan dituju. Daerah tujuan ditentukan oleh sifat-kesadaran kita di dunia ini.

1. Planet di Bagian AtasPlanet bagian atas terdiri dari :

(1). Satya loka : Tempat tinggal Dewa Brahma dan Dewi Saraswati (istri Brahma) dan mahluk abadi lainnya, yaitu para Siddha. Bangunannya tersusun dari permata-permata. Penduduk disini sudah bebas dari 8.400.000 jenis badan (lahir mati) dalam berbagai ras.

(2). Tapa loka : Letaknya dibawah Satya loka. Penduduknya adalah mahluk yang immortal, mahluk yang sempurna ahli yoga yaitu Catur (4) kumara anak Dewa Brahma: Sanata, Sanaka, Sananda, dan Sanatana.

(3). Jana loka : Letaknya dibawah Tapa loka. Penduduknya adalah Sapta Rsi anaknya Brahma. Atri, Angira, Pulaha, Pulastya, Brigu, Marici, Vasista, dan Kratu. Ber-sama para istrinya. Rsi-rsi ini sudah insaf diri, tidak terikat lagi dengan hal-hal ma-terial. Dia dapat pergi keberbagai tempat dengan kecepatan pikiran. Di tempat ini juga berdomisili : Catur kumara, Rsi Narada, Prajapathi Daksa, Kardama Muni.

(4). Maha loka : Tempat ini berada dibawah Jana loka. Para penduduknya adalah mereka yang telah berhasil melakukan pertapaan dalam jangka waktu yang lama. Mereka lebih tinggi dari para Dewa. Rsi Kanva, Richika, Markandeya, Vyasa. Markandeya umurnya sangat panjang berkalpa-kalpa (14 siklus manvantara). Dia telah menyaksikan beberapa situasi penghancuran (pralaya). Rsi Vyasa lahir di Bumi tahun 3309 b c e (sebelum masehi).

(5). Svarga loka,disebut juga Svah loka : Letaknya dibawah Maha loka. Svarga loka terdiri dari 7 graha (planet). Penduduknya utamanya adalah para dewa (12 anak Aditi, 11 Rudra, 8 Vasu dan 2 Asvini kumara=33 dewa), 7 Apsara (Urvasi, Ram-bha, Menaka, Chitraleka, Alam Usha, Manjusha, Tilotatma), Gandarva

���

(Chitra-ratha dan Malayketu), Rishi. Chitraratha adalah raja para Gandarva. Juga ada Sid-dha, Sadya, Marut dll. Graha di surga adalah :

a.Shanni, b. Brihaspathi, c. Manggala, d. Shukra, e. Buddha, f. Soma, g. Surya. Varuna, Aruna, Rahu (di bawah Surya) , dan Kettu. Yama. Letak garaha ini dalam ruang yang mempunyai kiblat arah mata angin. Varuna di arah Barat, Yama di Selatan (penguasa Neraka), Agni di Tenggara, Indra di Timur, Ishan/Visnu di Timur laut. Di Utara Kubera, Barat Laut Vayu. Dewa Nirrti di Barat daya. Dewa Indra merupakan pemimpin dari para dewa, dengan Ibu kota pemerintahannya Amarawati.

(6). Bhuvar loka : Letaknya di bawah Surga, ditempati oleh mahluk seperti manusia tetapi mempunyai mistik power yang lebih kuat. Disebut juga dengan nama mahluk setengah dewa. Seperti Yaksa, Kinara, Kimpurusa, mahluk setegah manusia setengah binatang, dan mahluk lebih rendah lainnya. Yaksa dipimpin oleh Kubera (bendahara para dewa/surga).

2. Planet PertengahanBhumi (bhur loka) kita ini adalah planet pertengahan. Bumi

juga disebut Mrityu Loka (tempat kematian). Dewanya adalah Prtivi. Penduduknya manusia dan binatang, mengalami kematian setelah beberapa hari. Bhur Bhuvar Svah disebutkan dalam Gayatri mantra bait pertama.

3. Planet Bagian BawahDisebut juga sebagai Bilwa Svarga. Penduduknya para naga,

ular, danava, dan raksasa. Ada tujuh planet patala, yang disebut Sapta Patala, yaitu :(1). Atala : Berada di bawah bumi. Penduduknya para Danava yang

dipimpin oleh Bala (anak dari Raksasa Mayadanava). Disini wanitanya sangat cantik, bangunan rumahnya sangat mewah (lux). Danava adalah anak Kasyapa dengan Dewi Danu.

���

(2). Vitala : terletah dibawah Atala, berjarak kurang lebih 70 ribu yojana. Pekerjaan penduduknya melakukan penambangan emas. Sangat terikat dengan hal-hal material. Penduduknya bernama Bhutagana yang dipimpin oleh Bhava.

(3). Sutala: terletak dibawah Vitala: Tempat Raksasa Bali, ditempatkan oleh Vamana dewa, avatara Visnu. Penduduk Sutala adalah para Asura.

(4). Tala tala : Terletak di bawah Sutala, ditempati oleh Mayadanava, Maya adalah arsitek yang mempunyai Kota Tri Purari yang dihancurkan oleh Siwaji. Maya mempunyai anak perempuna bernama Mandodari yang menjadi istri Rahvana. Siwa memerintahkan Maya untuk hidup di sini.

(5). Maha tala :penduduknya para naga, ular, naga taksaka. Hidupnya diancam oleh garuda. Garuda adalah kendaraan Sri Visnu, yang merupakan anak dari Kasyapa dengan Vinata. Garuda suka makan ular.

(6). Rasa tala : penduduknya para Danava dan Daitya, mereka ini musuh para Dewa.

(7). Patala : tempat hidup para Naga yang mempunyai permata dikepalanya (mustika ular). Permata inilah yang menerangi Patala loka. Para Naga ini dipimpin oleh Naga Vasuki. Naga Vasuki adalah naga yang paling sakti, dan merupakan salah satu Vibhuti Krishna.

4. Pitra loka (Tempat Laluhur)Pitra loka ditempati oleh manusia setengah dewa, para leluhur

manusia yang saleh. Loka ini letaknya di atas neraka, di sebelah selatan Bumi. Pitra loka termasuk dalam lingkup Svarga loka. Tempat ini dicapai oleh roh orang yang baik tapi masih bersifat rajas. Penguasa di sini adalah Aryama (anak Rsi Kasyapa dengan Adity). Para leluhur di Pitra loka berdoa kepada Tuhan, untuk kesejahteraan anggota keluarganya yang ditinggalkan. Setelah manusia meninggal, rohnya dibawa oleh Yama duta ke tempat ini. Lama perjalan dari Bumi ke Pitra loka seratus hari dalam kecepatan sang roh. Para leluhur ini diberikan pesembahan

���

oleh keluarganya yang ditinggalkan (di bumi). Rentang waktu di Pitra loka satu hari (24 Jam pitra) sama dengan satu bulan di bumi. Di sini ada sebuah gedung yang luas dan fleksibel untuk tempat istirahat sang roh yang bernama Sudharma (Yama sabha). Pada jaman kali yuga tidak diperkenankan mempersembahkan darah dan daging, ikan dan telor kepada para leluhur (Sb.1.-15.7 dan Brahmavaivarta Purana, 185.180).

Menurut tradisi Veda, persembahan kepada para leluhur dilakukan dengan upacara Sradhakrya (upacara pesembahan kepada leluhur agar leluhur berbahagia). Jika para keluarganya tidak mempersembahkan Tarpana kepada leluhur, leluhurnya akan menderita. Agar supaya leluhur dapat sejahtera di Pitra loka, dapat dilakukan cara sederhana yaitu dengan mempersembahkan maha pradam Sri Visnu kepada leluhur.

Umat Hindu percaya bahwa, jika leluhurnya menderita, dia akan mengganggu keluarganya di bumi. Oleh karena itulah umat Hindu melakukan Pitra puja berupa Pitra yadnya. Dalam Manu smrti persembahan kepada leluhur diwajibkan, jika kelurganya tidak melakukan pitra puja, keluarga itu akan dihukum di neraka.

Maha prasadam merupakan unsur yang sangat penting dalam pemujaan kepada leluhur. Kitab suci mengatakan jika dalam duabelas hari setelah kematian, roh leluhur belum mendapat tarpana, maka ia tidak diijinkan untuk masuk ke Pitra loka, dia akan masih berwujud Pretha atau Antha Pretha (hanya berbadan halus). Setelah hukuman diputuskan oleh Yamaraja, apakah akan di neraka lebih dahulu atau di surga, tergantung dari kualitas dosanya. Akibat dosa yang lebih sedikit hukuman akan lebih dahulu dialami. Kalau dia sedikit melakukan kesalahan, dosa hukumanya juga lebih ringan dan lebih singkat. Misalnya Yudistira, kesalahannya hanya dalam mengatakan Asvatama mati (dalam perang Bharatayuda), hukumannya lebih dahulu ke neraka, dan tidak lama di neraka.

���

BAB XVIINARAKA - NERAKA

1. Diskripsi Naraka Pengetahuan mengenai naraka (dibaca neraka) sangatlah perlu,

karena kita akan mendapat gambaran perilaku hidup di dunia ini yang bagaimana akan membawa ke neraka setelah meninggal. Sehingga kita dapat dengan lebih mudah dan ingat untuk menghindari atau tidak melakukan kegiatan yang menyebabkan roh kita disinggahkan di neraka oleh utusan Dewa Kematian Yama, setelah berpulang. Bagi orang yang hidup di dunia ini penuh dengan kegiatan berdosa, roh-nya setelah meninggal pasti akan dipaksa diseret untuk dibawa ke neraka oleh Hulubalangnya Yama.

Naraka juga disebut Chandra loka, letaknya di selatan Bumi, dekat dengan Pitraloka, tempat roh para Leluhur, diatas lautan Garbhodaka. Penguasa naraka adalah Dewa Yama (anak Dewa Surya dengan dewi Samijna). Ibu kotanya Samyamani dibangun oleh Visvakarma (kakeknya Yama). Chitragupta adalah hulu-balang Dewa Yama. Chitragupta ditugaskan untuk mencatat sifat baik atau buruk setiap mahluk hidup. Chitragupta juga yang mengetahui mahluk yang akan meninggal. Yamaduta mempunyai tugas untuk menetapkan dan melaksanakan berbagai hukuman yang cocok bagi para pendosa di berbagai Provinsi Neraka.

Yama akan mengutus utusannya (Yamaduta atau Yama purusha) untuk membawa sang roh semua mahluk setelah meninggal untuk diadili. Menurut Srimad bhagavatam (Bagavata Purana), ada 28 neraka, sedangkan menurut Visnu purana, ada 21 neraka. Menurut Manu Smrti menyebut juga ada 21 neraka. Neraka juga dijelaskan dalam Dewi Bhagavata purana sebanyak 28 buah.

��0

Bagi mereka yang berbudi luhur, setelah meninggal rohnya akan langsung dikirim ke svarga diberikan hadiah, khususnya makanan dan minuman, demikian pula pembicara kebenaran dibebaskan dari pengadilan Yama. Para pahlawan perang, dan mereka yang meninggal di tempat suci, seperti Kuruksetra akan dibebaskan dari hukuman. Mereka yang tidak terikat oleh hal-hal duniawi juga bebas dari pengadilan Yama. Mereka yang murah hati (berdana punia) mendapat perlakukan istimewa ketika masuk neraka. Mereka yang mempersembahkan lampu akan diberi jalan yang terang, mereka yang sering melaksanakan puasa dibawa oleh burung merak dan angsa.

Yama sebagai Dewa Keadilan disebut Dharma raja. Dharma raja merupakan salah satu dari duabelas Mahajana (ingat Mahajana adalah tempat kita bertanya tentang Tuhan). Dia akan memberikan hukuman yang adil bagi setiap pendosa sesuai dengan berat ringannya dosa yang dilakukan. Manusia tidak bebas dari samsara, habis menikmati di Svarga ataupun setelah hukumannya selesai di neraka, akan lahir lagi ke Bumi.

2. Macam Naraka dan HukumannyaMenurut Purana-purana, seperti Bhagavata purana, Visnu

purana, Garuda purana dan Devi Bhagavata purana, jumlah neraka sangat banyak ratusan. Mungkin seperti pelanggaran yang dilakukan oleh manusia yang sangat banyak macamnya, tetapi penjaranya tidak sebanyak jenis pelanggaran. Demikian pula neraka, tidak sebanyak macam dosa yang patut dihukum secara terpisah. Ada pendosa yang Nerakanya digabungkan walaupun kesalahannya berbeda.

Dibawah ini akan diuraikan secara singkat jenis neraka dan hukumannya sesuai dengan Bhagavata purana dan Dewi Bhagavata purana, sebagai berikut :1. TAMISRA (kegelapan) : Tempat ini disediakan bagi mereka

yang merebut atau merampok kekayaan, istri, anak orang lain. Dia diikat dengan tali, tidak diberi makan dan minum. Dicambuk sampai pingsan oleh Yamaduta sampai waktu hukumannya habis.

���

2. ANDHATAMISRA ( gelap gulita) : bagi mereka yang menipu orang lain, dan menikmati istri dan anaknya. Mereka disiksa sampai hilang kesadaran dan pemahamannya. Hukumannya memotong pohon dari akarnya. Juga bagi mereka yang melayani suami atau istri ketika ingin memperoleh keuntungan dan kesenangan. Mereka yang meninggalkan suami atau istri tanpa alasan yang jelas. Hukumannya mirip hukuman di neraka Tamisra.

3. RAURAVA (neraka Ruru) : diperuntukkan bagi mereka yang mempertahankan kebaikan dirinya dan keluarganya, dengan melakukan kekerasan terhadap mahluk lain, dan selalu iri hati kepada mahluk lain. Juga bagi mereka yang bersaksi palsu (hoak) dan lalai. Mereka yang merebut property dan sumber daya orang lain. Akan di hukum di sini, digigit oleh ular Ruru yang gigitannya sangat menyakitkan.

4. MAHARAURAVA (sangat menakutkan) : bagi orang yang hidup dengan mengorbankan mahluk lain. Mereka yang menolak ahli waris yang sah, merebut warisan dan menikmati property orang lain. Mereka yang mencuri istri orang lain dan mencintainya. Dia akan dicabik- cabik oleh ular Ruru dan meminum darahnya.

5. KUMBHIPAKA (dimasak dalam periuk) : mereka yang memasak daging hewan dan burung. Atau mereka yang membunuh binatang untuk kesenangan. Mereka di ebus oleh Yamaduta selama tahun jumlah bulu/rambut yang tumbuh pada badan binatang/burung yang dibunuh itu.

6. KALASUTRA (Neraka yang panas) : bagi mereka yang membunuh Brahmana, tidak menghormati Brahmana, tidak menghormati orang tua, kakak (ketika sang kakak mempunyai pekerjaan), leluhur. Dihukum dengan berdiri diatas lempengan baja yang dibawahnya dipanasi dengan api yang sangat panas. Disini pendosa dibakar dalam keadaan lapar dan haus, sedangkan di luar dengan situasi yang panas. Pendosa disuruh tidur, duduk, berdiri atau lari sampai waktu hukumannya selesai.

���

7. ASIPATRAVANA/ASIPATRAKANAN (hutan berdaun pedang): Nerakan ini diperuntukan bagi mereka yang tidak respek-tertarik kepada pelajaran spiritual (Agama) dari Veda, dan menentang Veda. Mereka yang meninggalkan kewajibannya Yamaduta menghukum mereka dengan cambuk, sambil berlari dalam hutan yang pohonya berdaun pedang yang bebatuan dan duri yang tajam. Mendapat hukuman cambuk dan pedang, mereka menangis minta tolong dalam kesakitan.

8. SHUKARAMUKHA (mulut babi) : Raja atau pejabat pemerintah yang meng-hukum Brahmana yg tidak bersalah atau memberikan hukuman fisik. Pejabat yang melalaikan tugasnya, atau mereka yang menghukum orang dengan praturan yang salah. Yamaduta memberikan hukuman seperti gula tebu, diulek sampai menjadi ektrak jus. Dia akan berteriak dan menjerit-jerit kesakitan

9. ANDAKHUPA (diserang oleh binatang) : bagi orang yang menyakiti orang lain dengan kebencian dan mereka yang menindas orang yang baik-baik, orang yang tidak mau membantu meskipun memiki kemampuan. Dia diserang oleh burung, binatang, reptil, nyamuk, cacing, kutu, dan lalat atau binatang berbisa seperti ular, kalajengking. Binatang ini menganggu istirahatnya, sehingga mereka berlari kesana kemari tidak bisa istirahat.

10. KRIMIBHOJANA/KRIMIBHAKSHA (makanan cacing) : bagi mereka yang tidak menyuguhkan makanan kepada tamu, orang tua, anak-anak, atau kepada para Dewa, dan memperkerjakan laki atau wanita hanya untuk keuntungan dirinya. Atau mereka makan tanpa melakukan Panca Yadnya terlebih dahulu. Orang yang membenci ayahnya, menghancurkan permata dihukum disini. Neraka ini berupa danau yang luasnya 100.000 yojana terisi penuh dengan cacing. Pendosa direduksi menjadi cacing, memakan cacing lainnya, dan akhirnya melahap badanya sendiri selama 100.000 tahun.

11. SANDANSA/SANDAMSA (neraka penjepit) : Neraka ini bagi mereka yang merampok brahmana, mencuri permata, mencuri emas milik seseorang, dan tidak dikembalikan. Juga bagi yang

���

ingkar janji dan ingkar peraturan/melanggar peraturan. Mereka di siksa ditindih atau digilas dengan bola besi atau tong besi yang panas.

12. TAPTASURMI/TAPTAMURTI (patung besi panas) : Untuk mereka yang suka berselingkuh (pria ataupun wanita) dihukum dengan cambuk dan dipaksa memeluk boneka besi panas. Laki memeluk boneka wanita, sementara wanita memeluk boneka pria. Dalam Visnu purana Neraka ini disebut Salmali.

13. VAJRAKANTAKA–SALMALI (pohon sutra/kapas berduri seperti halilintar): Bagi mereka yang berhubungan sex dengan binatang atau orang yang hipersex sampai tidur. Dipaksa oleh Yamaduta, sementara badannya di jatuhi/ditusuk duri-duri atau dengan jarum berlian tajam.

14. VAITARNI/VAITARNA (harus disebarangi) : Sungai yang dipercaya terletak antara neraka dan bumi. Sungai ini berupakan batas neraka, yang penuh dengan kotoran, kencing, nanah, darah, rambut, kuku, tulang, sumsum, daging dan lemak, dan juga binatang air pemakan darah manusia. Diperuntukan bagi keluarga terhormat seperti ksatrya, pemimpin pemerintahan, pegawai pemerintah yang bangga akan kekuasaannya dan berselingkuh. Dilempar ke sungai ini. Juga bagi mereka penghancur sarang lebah atau merusak/menghacurkan kota, dan menghancurkan Yadnya.

15. PUYODA (air nanah) : Para buruh (sudra), suami atau patner sex wanita rendahan, pelacur–orang yang hidupnya seperti binatang, menolak kebersihan/kesucian, menolak berprilaku baik. Jatuh ke lautan nanah, kotoran, kencing, lendir, liur, dan hal yang kotor lainnya. Di sini mereka dipaksa makan makanan yang menjijikkan itu.

16. PRANARODHA (penghalang hidup) : Banyak brahmana, ksatrya, Waisya terlibat dalam berburu dengan menyertakan anjingnya dan zebra ke dalam hutan, dalam rangka membunuh binatang untuk dimakan. Mereka ini dihukum dengan memakai mereka sebagai sasaran atau objek oleh Yamaduta.

���

17. VISASHANA (pembunuhan) : Yamaduta menghukum orang-orang yang bangga akan pangkatnya, kekayaanya, dan penggunakan binatang sebagai sarana upacara sebagai simbul status, dan akhirnya binatang dibunuh.

18. LALABHAKSA (air liur sebagai makanan) : Suami–suami para brahmana, ksatrya, waisya, yang memaksa istrinya meminum air maninya, dilempar ke sungai mani dan dipaksa untuk minum. Juga bagi mereka yang memakan makanan belum dipersembahkan (sukle) kepada Tuhan, leluhur dan tamu, dibawa ke neraka ini untuk dihukum.

19. SARAMEYADANA (neraka dari anak-anak Sarama) : Mereka yang membakar rumah, meracun makanan, membuat rumah potong. Raja dan para pegawai pemerintahan yang mengambil uang para pedagang (korup), pembunuh masal, menghancurkan bangsa (negara) diadili disini. Dihukum dengan meminum darah anjing. 720 ekor anjing galak, anak-anak Sarama (ajing surga) dengan gigi-gigi yang tajam memangsa mereka, atas perintah Yamaduta.

20. AVICI/AVICIMAT (tanpa air) : Orang yang berbohong dalam sumpah atau dalam bisnis, sebagai saksi palsu, dan melakukan sumpah palsu, akan didorong dari puncak gunung yang tingginya 100 yojana yang disampingnya batu bergelombang, dan tanpa air. Badannya remuk redam menjadi abu, pasti sekarat, tetapi tidak mati.

21. AYAHPANA (minum cairan besi panas) : siapapun atau brahmana yang minum alkohol (minumam keras memabukkan) di hukum di sini. Kerongkongan mereka dipaksa untuk dimasukkan cairan besi panas oleh Yamaduta. Wanita dipaksa minum cairan besi panas, sedang yang laki minum cairan lava gunung berapi, dengan frekuensi sama dengan berapa kali ia minum alkohol/minuman keras semasa hidupnya di bumi.

22. KSARAKARDAMA (lumpur asin) : orang yang sombong tidak menghormati orang yang lebih tinggi kelahirannya, pertapaannya, pengetahuannya, prilakunya lebih baik, spiritualnya lebih tinggi, di hukum di sini, disiksa dengan memukul-mukul kepalanya.

���

23. RAKSOGANA–BHOJANA (makanan raksasa) : mereka yang melaksanakan korban (upacara) manusia, binatang, dan makan darah setelah upacara (kanibalisme). Dia dikorbankan untuk makanan para Raksasa, dipotong-potong dengan pisau tajam atau pedang. Raksasa berpesta dengan darah mereka sambil menari dan menyanyi dengan riangnya. Semua mahluk yang pernah dibunuh, secara ber-sama-sama menyerang mereka dan menggigitnya.

24. SHULAPROTA (ditusuk dengan panah tajam) : Banyak orang berlindung kepada burung atau binatang gembalaannya dengan menjadi penyelamat mereka, tetapi melecehkannya dengan mengikat dengan benang/tali atau menggunakan mereka seperti mainan. Juga banyak orang dengan cara yang sama memperlakukan ke-pada manusia, memenangkan keyakinannya lalu dibunuh dengan tombak. Badan dari pendosa dilelahkan oleh lapar dan haus, dan ditusuk dengan tombak tajam, dan burung-burung pemakan bangkai meminum darahnya.

25. DANDASUKA (ular) : Penuh dengan menganiaya mahluk lain, seperti binatang, banyak mahluk membahayakan mahluk lain seperti ular. Ketika sampai di tempat ini, mereka dilahap oleh lima atau tujuh ekor ular ganas.

26. AVATA-NIRODHANA (terkurung di dalam lubang) : Orang yang menculik/memenjarakan orang lain di dalam sumur gelap atau di celah atau gua gunung, dia masuk ke neraka ini. Sebuah sumur gelap yang dipenuhi asap beracun dan asap yang tebal menyebabkan mati lemas.

27. PARIYAWARTANA (kembali) : Rumah tangga yang menerima tamu dengan pandangan kejam dan menyalahkan mereka, diistirahatkan di sini. Burung nasar, gagak, kuntul, dan sejenisnya menatap mereka, dan segera terbang mematuk mata mereka.

28. SUCIMUKA (wajah jarum) : Pencuri atau pernah mencoba mengambil harta kekayaan. Bangga atas uangnya, di hukum di sini. Yamaduta menghukum dengan mengikat seluruh tubuhnya atau menusuk-nusuk seluruh tubuhnya dengan benang emas.

���

Menurut Visnu purana, neraka letaknya di bawah bumi. Ada banyak neraka yang disebutkan dalam Visnu Purana, tetapi tidak dijelaskan hukumannya. Beberapa jumlah neraka yang dimaksud, adalah :1. RODA (hambatan) : Menyebabkan arborsi, membunuh sapi,

penjarah atau mencekik orang, dihukum di sini.2. SUKARA (babi) : Tempat hukuman orang yang membunuh

Brahmin, mencuri emas atau minuman keras, dan bergaul dengan para kriminal.

3. TALA (gembok) : membunuh brahmana, ksatrya, waisya, atau berjinah/selingkuh dengan istri pemimpin agama.

4. TAPTAKUMBHA (priuk panas) : kawin dengan saudara, dan membunuh utusan dihukum di neraka ini.

5. TAPTALOHA (besi panas) : penjual istri, dan orang yang mengabaikan pengikutnya/pendukungnya. Orang yang mencuri kuda.

6. MAHAJWALA(api besar) : Kawin dengan anak perempuan atau dengan menantu.

7. LAVANA (garam/asin) : orang mempitnah gurunya, atau orang yang lebih tinggi (super) dari dirinya, atau memfinah Veda (kitab suci yang sesuai ajaran Veda).

8. VIMOHANA (tempat membingungkan) : pencuri atau mereka yang melakukan penghinaan. Mereka disiksa di sini.

9. KRIMISHA(neraka nyamuk) : Orang yang menggunakan magic (ilmu hitam) untuk membahayakan/menggangu orang lain.

10. VEDHAKA (tajam) : bagi mereka sebagai pembuat panah atau benda tajam.

11. ADHOMUKA (kepala terbalik) : Mereka yang menyuap astrolog (peramal) dan mereka yang memuja objek yang tidak sempurna (tidak dianjurkan=berhala).

12. PUYAVAHA(tempat materi jatuh) : Brahmin yang menjual lac, daging, alkohol, garam, dan orang yang melakukan kekerasan, orang yang makan manisan tanpa membagikan kepada orang lain. Menganiaya kucing, memasak daging kambing, anjing, babi, burung.

���

13. RUDHIRANDHA (sumur darah) : Pegulat atau petinju yang melakukan kekerasan dalam pertujukan, brahmana sebagai artis, berprofesi sebagai nelayan/pemancing, pengikut bajingan, pembakar, peracun, pemberi kabar palsu, penafsir, penghianat, berselingkuh, hidup dari hasil pelacuran istri.

14. KRISHNA(hitam/gelap) : penipu, pelanggar aturan, otak dari pelanggaran, dihukum di neraka ini.

15. VAHNIJWALA(api yang menyala) : pemburu rusa, penggembala domba di hukum di sini.

16. SHWABHOJANA (makanan anjing) : Murid spiritual yang tidur di siang hari, dan orang yang tidak mempunyai pengetahuan spiritual, dan belajar spiritual dari anak-anaknya, dihukum di sini.

17. KRIMIBHOSHA : tidak hormat kepada ayah, brahmana, dewa, leluhur.

18. LALABHOKSHA : mereka yang memakan makanan yang belum dipersembahkan kepada Tuhan (makanan sukle) , kepada tamu, kepada dewa, kepada leluhur.

19. VIDHAKA : pembuat panah atau benda tajam.20. VISHASANA: orang yang membuat pedang, tombak, dan senjata

lainnya.21. ViTARANI : orang yang merusak rumah lebah, merusak desa,

merusak kota, merusak/menghancurkan Yadnya.22. ASIPATRAVANA : orang yang menebang kayu yang tak

bermanfaat.23. SANDASANA : orang yang membatalkan sumpahnya,

membatalkan peraturan yang mengenai kewajiban dirinya.

Tetapi Visnu purana mengatakan, siapapun meditasi kepada Visnu siang dan malam, tidak akan pergi ke neraka setelah meninggal.

Menurut Garuda Purana, ada beberapa neraka , antara lain :1. Tamisra, 2. Andatamisra, 3.Raurava, 4.Maha Raurava.5. KUMBIPAKAM (dimasak dengan minyak) : pembunuh binatang

untuk kenikmatan, mereka dimasukan ke wajan berisi minyak panas.

���

6. KALA SUTRAM (neraka panas): tidak hormat kepada yang lebih tua. Dihukum dengan berjalan pada batu yang tajam, berduri, dicambuk dan dikelilingi api unggun.

7. ANDA KUPAM (diserang binatang buas) : orang yang tidak menolong orang saleh. Diserang oleh singa, macan, elang dan binatang berbisa: ular dan kalajengking.

8. KRIMI BHOJANA (makanan cacing) : orang yang tidak menghormati tamu, mempekerjakan orang laki/perempuan untuk keuntungan sendiri. Cacing, ular, serangga memakan mereka.

9. SALMALI (memeluk boneka panas) : mereka yang berselingkuh. Dihukum dengan memeluk boneka besi panas.

10. VAJRA KANTA KASALI (memeluk boneka tajam) : mereka yang berhubungan sex dengan binatang. Mereka disuruh memeluk boneka besi yang bergrigi permata tajam. Badannya akan tercabik-cabik.

11. VITARANI (sungai kotor) : mereka yang berselingkuh, mencuri wanita tanpa dikawini. Digigit oleh binatang yang ganas mengerikan.

12. PRANARODHAM : memelihara anjing dan binatang lainnya untuk berburu dan membunuh binatang untuk dimakan. Tubuhnya akan dipotong-potong.

13. TAPTA MURTHI : bagi pencuri emas, dan permata lainnya, tidak dikembalikan. Dihukum dengan asap tebal panas (fogging)

14. VISHASANA : orang kaya yang menggunakan orang miskin untuk menambah kekayaannya. Dihukum dengan memikul gada berat terus menerus.

���

BAB XVIIISAPI HEWAN TERSUCI

1. Asal Usul SapiSapi merupakan salah satu hewan piaraan atau ternak yang umum

dipelihara oleh masyarakat pedesaan, baik dimanfaatkan sebagai alat angkut ataupun sebagai pengolah tanah pertanian. Tetapi belakangan ini tenaga sapi ini sudah banyak digantikan dengan mesin-mesin. Negara India yang sebahagian Hindu masih menghormati dan memuja sapi seperti yang di nasehatkan dalam Kitab Suci Veda. Sementara penduduk negara-negara lain, menganggap daging sapi merupakan bahan makanan yang paling baik. Walaupun di Bali, dominan masyarakat Hindu, sapi masih sering digunakan sebagai sarana upacara atau dikirim kerumah potong diolah kedalam berbagai bentuk makanan seperti sate, soto, dendeng, atau bakso sapi.

Menurut penjelasan Weda, tidak semua tanaman dan bintang ataupun manusia muncul atau lahir di muka bumi ini, tetapi datang dari dunia lain. Sapi muncul ketika dahulu para dewa dan raksasa mengaduk lautan susu. Sapi yang pertama kali muncul itu merupakan turunan dari sapi surabhi. Bersamaan dengan itu pula muncul pohon parijata (serigading atau trijata), dan kuda putih (ucisrava), gajah, dllnya. Didalam Weda, sapi mendapat tempat khusus, hampir pada semua bagian Weda diagungkan. Baik dalam Catur Weda, Purana, Ithiasa, Upanisad dan lainnya

2. Sapi dalam Pandangan Kitab Suci WedaRsi Vyasa, sebagai avatar Visnu dan juga sebagai penyusun Kitab

Suci Veda menulis dalam Purana, bahwa Kitab suci Veda dan Korban suci merupakan dua cara yang terbai untuk memelihara, melindungi

��0

dunia ini. Kedua cara ini didukung oleh benda-benda yang dihasilkan oleh sapi seperti susu dan gee. Sesungguhnya brahmana dan sapi adalah satu dan sama (Bhumipati das, dalam bukunya The Secret Cow). Kemudian golongan masyarakat yang berkuwajiban memelihara sapi adalah golongan Vaisya-petani, seperti dinyatakan dalam sloka berikut.

Sb.10.23.21.

krsi-vanijya-go-raksa kusidam-turyam ucyatevarta catur-vida tatra vayamgo-vritayo ‘nisam

“Pekerjaan para Vaisya dibagi menjadi empat bagian : bertani, berdagang, melin-dungi sapi dan meminjamkan uang. Dari empat ini kita sebagai sebuah masya-rakat selalu sibuk dalam melindungi sapi”. Menurut perintah kitab suci, masya-rakat semestinya salah satu tugasnya adalah melindungi sapi. Artinya sapi meru-pakan ternak yang sangat penting kedudukannya di masyarakat Hindu untuk men-dapat perlindungan.

Memang dalam Veda, banyak binatang yang dihormati seperti : gajah, kuda, kerbau, singa, harimau, dan sapi atau lembu mendapat tempat yang paling utama. Burung burung seperti garuda, merak, angsa juga dihormati. Gajah meru-pakan kendaraan Dewa Indra, Kuda penarik keretanya Surya, Kerbau kendaraan Yama, harimau kendaraan Ibu Dhurga, lembu kendaraanya Siwa. Kuda kendara-anya Vayu, Garuda kendaraannya Wisnu, merak kendaraannya Kartikeya, Angsa kendaraannya Brahma dan Sarasvati. Bahkan ular mendapat tempat terhormat sebagai kalung Dewa Siwa.

a. Dalam Kitab Rg Weda, dikatakan :“Sapi adalah ibu para Rudra (11 Rudra) dan putri para Vasu (8

Vasu). Dia adalah saudara perempuan para Aditya (12 Aditya = Dewa) dan sumber amrta dalam bentuk ghee. Kepada semua orang bijaksana Aku (Rsi Vyasa) berikan nasehat : Ma gamanagama ditumvadista jangan pernah membunuh sapi yang tidak berdosa”.

���

b. Dalam Kitab Srimad-bhagavatam (Bhagavata purana), diuraikan sbb:

(1). Sapi adalah lambang/simbul kesejahteraan (dharma), dimana 4 kakinya itu merupakan tiang dharma (tapha, saucam, daya, satyam). Dharma akan berdiri tegak jika 4 tiang itu utuh. Pada jaman sekarang – jaman kali yuga, tiang dharma masih hanya satu yaitu satyam dan itupun sedang digerogoti oleh sifat-sifat ketidakjujuran/kebohongan. Dengan keterangan ini, kita dapat memahami bahwa dharma akan terlindungi jika sapi terlindungi dengan baik.

(2). Sapi adalah orang tua kita. Kita dapat minum susu sapi dari kecil sampai tua, sedangkan ibu kandung hanya menyediakan susu sampai kita kurang lebih berumur dua th. Sapi jantan (lembu) dapat digunakan untuk menghasilkan bahan makanan biji-bijian. Dalam Bg. dikatakan bahwa mahluk hidup, hidup dengan makan biji-bijian. Biji-bijian dihasilkan oleh hujan, dan hujan dihasilkan oleh pelak-sanaan yadnya, dan yadnya sebagai kewajiban umat manusia. Jadi sapi itu yang menolong kita. Secara etika tidak dibenarkan membunuh orang yang telah me-nolong.

(3). Para Rsi–brahmana sangat menghormati sapi. Produk sapi (susu, yogurt, ghee, kencing dan tahi sapi) merupakan sarana upacara yadnya (Veda). Para Brahmana melakukan persembahan dengan mengucapkan mantra-mantra suci dan sapi menyediakan bahannya. Para dewa khususnya Ibu Dhurga, dan Tuhan Yang Mahaesa sangat senang mendapat persembahan susu, ghee yogurt. Sapi merupakan sumber bahan yadnya yang sangat penting, Tidak ada produk sapi, yadnya akan tidak bisa diselenggarakan.

(4). Pancagavya (terdiri dari produk sapi) dipakai oleh para brahmana untuk memandikan murthi (arca Tuhan) setiap pagi dan hari-hari besar. Siapapun yang dapat minum pancagavya (caranamrta), dosa dosanya akan dihancurkan. Tapi umat hindu di Bali sampai saat ini belum biasa

���

memandikan arca dengan carana-mrta. Hanya di asrama-asrama besar saja arca dimandikan dengan pancagavya.

(5). Ketika orang iri kepada para Dewa, Weda, sapi, para brahmana, Vaisnawa dan prinsip prinsip keagamaan dan terutama kepada KU (TYM), dia dan peradabannya akan dimusnahkan tanpa ditunda. Peradaban Hindu akan segera hancur jika umatnya tidak respek terhadap Veda dan sapi/lembu. Oleh karena itu semestinya harus mempunyai penghormatan yang tinggi terhadap sapi, jangan sekali-kali meremehkan sapi. Sapi tidak pernah berdosa, dan dilarang membunuh orang atau hewan yang tidak berdosa.

(6). Tugas utama seorang ksatrya adalah melindungi: brahmana (orang suci), sapi, orang sudah tua, wanita, anak-anak dan bela negara. Dan tugas pokok waisya adalah: bertani, melindungi sapi, berdagang dan meminjamkan uang. Dua golongan ini yang harus bertanggung jawab akan kelestarian hewan sapi. Program SIMANTRI di Bali adalah program yang sangat baik untuk pelestarian sapi.

c. Dalam Yayur Weda :Ada perintah : gam ma hinsih (Janganlah menyembelih sapi!)

d. Dalam Gavopanisada :Pernyataan Rsi Vasistha, sbb :

a. Mereka yang memberikan susu sapi sebagai sumbangan, bebas dari segala jenis bahaya dan juga bebas dari semua reaksi dosa. Artinya jika kita ingin bebas dari rekasi karma, salah satu aktivitas yang bisa dilakukan adalah gunakan susu sebagai sumbangan.

b. Jangan membenci kencing sapi dan tahi sapi. Selalu hindari memukul sapi.

c. Jangan pernah makan daging sapi. Jika kita tidak bisa makan tanpa daging, makanlah daging kambing atau domba, lalu lakukan puasa sebulan dan tujuh hari setiap tahunnya. Agar dosa akibat makan daging dinetralisir.

e. Visnu-dharmottaraSri Parasurama bersabda, dengan menyampaikan sembah sujud

���

kepada sapi, seseorang mencapai empat tujuan hidup (dharma, artha, kama, dan moksa), oleh karena itu semua orang hendaknya bersujud kepada sapi. Hal ini dapat dilakukan oleh umat Hindu di Bali pada hari Saniscara Uye (tumpek kandang).f. Dalam Ithiasa Mahabharata :

“Sapi, tanah, dan pengetahuan adalah objek-objek yang sangat penting. Seseorang hendaknya memelihara seekor sapi. Seseorang harus bersikap hormat dan memuja sapi”. Sapi dan tanah sangat penting bagi pertanian. Tanah dan sapi merupakan unsur pokok dalam mempertahankan kesuburan tanah pertanian.g. Dalam Bhavisya purana : a. Susu, yogurt, ghee, tahi sapi, air kencing sapi dan goracana

yang dihasilkan dari sapi adalah sangat suci, yang juga menyucikan yang lain.

b. Dengan hanya melihat sapi seseorang disucikan. Gugula sapi sangat di senangi oleh para dewa, khususnya dewa Siwa.

c. Sapi adalah tempat tinggal para dewa. Semua Weda dan kesusasteraan yang berdasarkan Weda ada pada sapi.

h. Dalam Agni purana :“Orang yang mengusap, memandikan, mengelilingi sapi akan

bebas dari segala reaksi dosa. Orang yang memberi pakan sapi akan pergi ke surga, tetapi orang yang di rumahnya sapi hidup dengan menyedihkan pasti akan pergi ke neraka”. Oleh karena itu Parasara Muni (ayahnya Rsi Vyasa) menasehati kita agar memelihara sapi dengan santun. Jadi tidak boleh melakukan kekerasan terhadap sapi.i. Dalam Brhat Parasara Smrti : a. Seseorang hendaknya memberi pakan kepada sapi dan

melayaninya. b. Orang yang memukul sapi atau menghukum sapi pergi ke

Neraka. Apalagi mencuri atau membunuhnya.j. Dalam Visnhu purana :

“Seseorang mengumpulkan kegiatan saleh yang sangat banyak dengan memberi pakan kepada sapi”.

���

k. Dalam Padma purana : a. Sapi adalah objek yang paling penting dan paling

menguntungkan. b. Dewa Siwa selalu tinggal bersama sapi, dan kendaraannya

sapi jantan (lembu) c. Dewa Siva mempunyai nama lain Pasupati (pasu-

binatang, dan pati adalah tuan/ pengendali). Dewa Siwa sebagai dewanya para binatang, terutama sapi (goraknatha). Beberapa buku Agama Hindu yang terbit di Bali, Pasupati dikatakan sebagai salah satu senjata Dewa Siwa, sedangkan dima syarakat umum pengertian pasupati adalah proses mensakralkan sesuatu agar pendapat kesaktian mistik. Pemujaan Dewa Siwa sebagai dewanya hewan dapat dilakukan pada hari Tumpek Uye.

3. Manfaat Produk dari SapiBanyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan memeli hara sapi.

Baik dari sudut pandang agama/spiritual, dari sudut kesehatan dan juga dari sudut pertanian-lingkungan. Manfaat yang dimaksud adalah manfaat dari produk sapi (susu, ghee, yogurt, mentega/butter, kencing sapi, tahi sapi, goracan, gugula dan sejenisnya).

Supaya badan kita sehat (di luar pengaruh karma), di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, tapi menurut Ayur weda, makanan yang kita makan bukan saja bergizi, namun harus dapat juga mengembangkan kemajuan spiritual (kerohanian) kita.

Kenapa kemajuan spiritual penting ?Agar kehidupan kita dikemudian hari tidak merosot (mengalami

degradasi). Kehidupan di masa depan hendaknya memperoleh kondisi situasi yang lebih baik dari sekarang. Oleh karena itu dianjurkan makanlah makanan yang bersifat satwam (kebaikan), jangan makan makanan yang berisifat rajas tamas. Salah satu jenis makan yang bersifat satwan adalah produk yang dihasilkan oleh sapi : susu, yogurt, ghee, butter/ mentega sapi, beserta hasil olahnya. Misalnya, dari susu kita bisa buat berbagai jenis makanan.

���

a. Susu sapi.Tidak ada makanan/minuman yang lebih bergizi dan bersifat

satvam dari pada susu sapi. Susu tidak dilarang untuk diminum pada usia berapapun, mulai dalam kandungan sampai usia tua. Susu dapat meningkatkan kekuatan pisik, mental/kecerdasan, dan dapat meningkat kan kualitas kesucian pikiran manusia/spiritual.

Dalam Susrute-samhita dan Caraka-samhita, susu dikatakan dapat meme-lihara semua mahluk hidup dan sebagai pemelihara kehidupan. Susu dapat menghilangkan rasa lapar, kelelahan, menyembuhkan deman, hae matemesis, dapat mengatur dan memperpanjang usia.b. Yogurt (susu asam)

Yogurt sangat bagus untuk memelihara kekuatan tubuh. Yogurt dapat menyeimbangkan lendir, empedu dan udara dalam tubuh (Ayur Veda). Baik untuk meningkatkan kecerdasan, menyembuhkan penyakit saluran pencernaan, bawasir, dan penyakit perut. c. Butter/mentega.

Metega sapi dapat membuat wajah menjadi cerah bercahaya. Dapat menyucikan udara, membersihkan empedu, membersihkan darah. Menyembuhkan penyakit TBC, ambaien, batuk batuk. Yogurt sangat baik untuk pertumbuhan anak-anak. d. Ghee (minyak susu).

Ghee merupakan hasil olahan dari susu, sama seperti mentega sapi. Sapi dikatakan sebagai satu satunya hewan yang dapat membersikan udara karena sapi dapat menghasilkan ghee. Satu sendok ghee dituangkan dalam apihoma (agni hotra) dibakar bersamaan dengan tahi sapi (yang kering) dapat menghasilkan 1 ton udara bersih. Disamping itu homa yang memakai minyak ghee dapat menstimulir hujan, karena gas (propylen oksida) yang dihasilkan bisa dipakai untuk membuat hujan buatan. Sehingga dikatakan, sapi merupakan satu-satunya hewan yang dapat menjauhkan polusi udara.e. Air Kencing Sapi

Rasanya hangat, pahit, mempunyai rasa yang kuat. Menurut Ayur Veda, kencing sapi dapat menyembuhkan penyakit perut, menyembuhkan lepra, dan penyakit kulit. Di AS telah dilakukan patenisasi obat-obat yang berbahan kencing sapi untuk penyakit diabet, kanker dan lain lain.

���

f. Tahi Sapi.Umumnya tahi sapi hanya digunakan sebagai pupuk organik.

Di Bali ada pantangan para pemangku atau yang sudah diksa dua kali (dwijati) tidak boleh kena tahi sapi. Sebaliknya dalam Weda tahi sapi dipakai dalam yadnya-yadnya (bersifat suci). Mereka yang sudah didiksa dua kali (dwijati) harus sering mandi dengan sabun tahi sapi. Dapat digunakan sebagai bahan pembersih. Tahi sapi yang dilumurkan di tembok luar atau lantai dapat menjaga rumah tetap suci. Bisa juga digunakan sebagai festisida. Tahi sapi yang kering dibakar (menjadi abu) dapat digunakan sebagai pasta gigi. Tahi sapi juga dapat digunakan untuk memasak (dibakar/dijadikan gas). Untuk dibakar, asapnya dapat menghalau nyamuk, dan untuk menetralisir racun.g. Goracan

Goracan adalah zat resin berwarna putih abu abu yang terdapat pada tanduk sapi. Goracan merupakan bahan yang sangat baik sebagai bahan yadnya (upacara untuk Sri Wisnu). Zat ini dapat menetralisir polusi udara (membersihkan udara kotor).h. Gugula.

Gugula terdapat pada kencing sapi, gugula mempunyai bau yang khas. Para dewa, khususnya Mahadewa sangat senang dengan gugula.i. Sebaiknya Anda tahu : * Hewan sapi dapat menyimpan racun dari makananya,

sehingga racun tidak berpengaruh kepada produk-produknya. Hal ini, di India sudah dibuktikan dalam penelitian Ilmiah.

* Hanya sapi yang menghirup O2 dan mengeluarkan O2 juga.

* Susu sapi dapat menetralkan racun. * Ada berapa penyakit yang belum mampu dipahami oleh

ilmu kedokteran medis; urine (kencing sapi) memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit penyakit tersebut.

* Urine sapi merupakan pembunuh bakteri terbaik di dunia. * Kita dapat menyelamatkan diri dari glombang radio aktif

���

dengan melapisi lantai rumah serta melapisi tembok luar dengan tahi sapi.

4. Pedesaan dan LingkunganPedesaan merupakan sentra domisili masyarakat, dimana ternak

yang dominan adalah sapi. Pedesaan juga merupakan pusat pertanian sebagai penghasil utama bahan makanan. Sehingga kesuburan tanah di pedesaan perlu dijaga, dilestarikan. Tahi sapi sangat baik sebagai bahan pupuk organik, dapat menyuburkan tanah, dapat melestarikan bahan organik tanah. Tanah lebih lama dapat mengandung air. Dapat meningkatkan kualitas biji-bijian, sayuran dan buah buahan. Limbah sapi juga dipakai sebagai bahan untuk menstimulir hujan ber-sama dengan ghee dalam api yadnya (homa). Sapi dapat menghilangkan polusi udara (udara menjadi sehat).

Hasil penelitian di Eropah menunjukkan ada korelasi antara meningkatnya konsumsi daging dengan meningkatnya polusi udara. Sehingga pemerintah Jerman melarang peternakan dan diajurkan untuk hidup vegetarian. Kita hidup perlu udara segar, bersih, tapi perilaku kita justru mengotori udara.

Di pedesaan India, kehidupan masyarakat sangat bergantung kepada sapi. Karena mereka percaya sapi satu-satunya hewan yang dapat memenuhi kebutuhan sehari harinya, sebagai bahan makanan (susu, ghee, yogurt, mentega), sebagai bahan yadnya (ghee, mentega), sebagai sumber gas untuk memasak, sebagai obat antiseptik/pembersih (tahi, kencing), untuk kesuburan pertumbuhan tanaman (tahinya ditaburkan sebelum tanam).

���

BAB XIXVASTU SASTRA – SENI KONSRUKSI

1. Elemen VastuGrihasta, tahap berumah tangga tentu memerlukan tempat

tinggal, memerlukan matapencaharian agar bisa makan dan memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk tempat tinggal atau rumah, ada sastra khusus yang mengaturnya agar bangunan/rumah yang ditempati bersifat harmonis dengan alam. Penghuninya mendapat pengaruh positif ketika tinggal dan bekerja di dalam bangunan/rumah.

Vastu adalah seni kontruksi agar sesuai dengan energy alam semesta (makrokosmos). Vastu adalah membangun sinergitas antara manusia dan s energy puranic alam semesta. Vastu menciptakan hubungan positif anatar mikrokosmos yang berada dalam tubuh manusia dengan makrokosmos yang dipresentasi oleh alam semesta. Vastu mempunyai kemampuan untuk merubah kosmik manusia menuju kesetabilan dan kesuksesan/mujur (stability and success).

Menurut sastra yang tertua di dunia yaitu Veda, mengatakan rumah atau kantor yang dibangun tanpa mempertimbangkan hukum–hukum alam berpengaruh kearah tidak menyenangkan, kegagalan, dan kekecewaan. Tetapi banguan yang dibangun sesuai hukum Vastu akan menarik kebahagiaan, kekayaan, kesehatan, dan kedamaian. Untuk keuntungan umat manusia semua rumah, perkampungan, dan kota hendaknya dibangun dalam keharmonisan dengan Alam (Schmieke, 2002).

Alam mempunyai aspek dualitas, dalam hidup kita, menyebabkan sukses vs gagal, kaya atau miskin, beruntung atau rugi, teman atau bermusuhan, berbahagia atau sedih, terkenal atau terasing, dan lainnya. Oleh karena itu disarankan bahwa rumah tempat tinggal hendaknya

���

memenuhi persyaratan Vastu. Tujuan agar rumah sesuai dengan Vastu adalah agar penghuninya hidup harmoni, nyaman, damai, sukses, beraktivitas di alam material, tidak diganggu oleh unsur-unsur lainnya, misalnya pencurian, perampokan, atau gangguan mistik. Penggunaan Vastu yang tepat dapat menghilangkan kerusakan/cacat (defects) sampai 98 persen.

Dalam Vastu menyangkut pembagian pisik, energetic, karma dan spiritual. Pisik menyangkut tanah atau bumi. Energetik adalah Panca Maha Butha (tanah, air, api, angin, eter). Karma meliputi kostalasi planet, dan Spiritual adalah penga-ruh para Dewa. Para Dewa (Kubera, Ishan, Indra, Agni, Yama, Nirrti (Nirutva), Varuna, Vayu. Susunan planet-planet ( matahari, bulan, mars, merkuri, yupiter, Venus, Saturnus, Rahu, Ketu). Perhatikan baik-baik dalam masing-masing blok di-bawah ini.

Keseluruhan bangunan, dikendalikan oleh Vastupati (Vastupurusha). Terbaring dari arah timur laut ke Barat daya. Kepala di Timur laut dan pantat/kaki di barat daya. Vastu ini bisa juga dipakai sebagai dasar perencanaan pembangunan kota, untuk menetukan daerah perumahan, daerah pendidikan, lapangan hijau, istalasi listrik, daerah industri, kantor pemerintahan, perbankan, dan lainnya. Penjelasan disini, disarikan dari buku Vastu The Origin of Feng Shui oleh Marcus Schmieke–Ajamila das.(2002).

Diagram elemen metapisik dan kualitas astrologi dari 8 penjuruBarat laut,

Vayu, Angin, bulan, (Relasi)

Utara,Kubera, Merkuri

air,udara,(Kekayaan)

Timur laut Visnu,Ketu, Yupiter,Air, eter, (Spiritual)

Barat,Varuna,Saturnus,tanah,udara,air

(Pendidikan)

TengahElemen Ether,Brahmasthana

TimurIndra, matahari,

eter,api (Kesehatan)

Barat dayaNirrti, Putana,

Rahu, tanah (Pengaruh)

SelatanYama, Mars,

tanah, api (Kemakmuran)

TenggaraAgni, Api, Venus.

(Energy),Sexualitas.

2. Tata Letak Tanah Tempat TinggalLuas lahan yang yang mujur dianjurkan mempunyai size dengan

perbandingan lebar x panjang 1 : 1,25, maksimum 1 : 1,50. Luasan tanah

�00

yang diperlukan agar persyaratan Vastu terpenuhi minimal luasnya 2,0 are. Letak tanah lokasi bangunan, berada di Sebelah atau di sebelah Barat jalan atau gang, agar rumah bisa menghadap ke Utara atau ke Timur. Rumah tempat tinggal yang menghadap ke Selatan dan ke Barat kurang mujur.

Usahakan bangunan berada pada bagian Barat atau Selatan (Barat daya) dalam lahan itu, supaya rumah punya halaman di bagian Utara dan Timur. Kemudian pada batas tanah lokasi itu, lebar dan panjangnya, masing-masing dibagi tiga (3), sehingga tanah lokasi terbagi menjadi sembilan blok. Tentukan arah mata angin di tiap blok itu. Pembagian ini berlaku untuk dimensi pekarangan dan juga dimensi bangunan.

3. Dewa Penguasa di Masing-masing BlokDi blok utara tempat tinggal Kubera (kekayaan), di blok Timur laut

letaknya Dewa Ishana (spiritual), di Timur Indra (kesehatan),Tenggara Agni (energy), di Selatan Yama (kemakmuran), di Barat daya Nirrti (pengaruh), Barat Varuna (pendidikan), dan di barat laut adalah Vayu (relasi). Di Tengah adalah Brahma-stana. Di tengah ruang kosong, tidak boleh ada kamar tidur, biasanya digunakan untuk ruang tamu keluarga.

Letakkanlah kemanfaat kamar itu sesuai dengan sifat dewanya. Misalnya tempat kegiatan sembahhyang diletakkan di blok Timur laut. Dapur letakkan di Tenggara, gudang di Selatan, kamar mandi/WC di Barat daya. Kamar tidur di barat dan timur, utara. Barat laut kamar tamu atau garase. Ketepatan penempatan kamar mandi/wc, dapur, dan sumur merupakan hal yang paling penting dalam bangunan rumah.

4. Tempat Fasilitas Pelengkap Rumah TanggaOrang yang berumah tangga tidak cukup hanya punya rumah,

mereka memerlukan fasilitas lainnya, seperti kendaraan, air minum/sumur dan lainnya. Garase letaknya di Barat, sumur atau PDAM letaknya Timur laut. Kebun (pohon tinggi), kandang letaknya di Barat. Pintu utama di Utara dan Timur. Sebaiknya jangan membuat pintu utama dari Selatan. Gudang di Barat daya dan Selatan. Bangunlah tembok tinggi di bagian Barat daya. Halaman hijau disebelah Utara dan Timur, dan lain sebagainya.

�0�

5. Pintu Masuk Gapura dan Pintu UtamaPintu Gapura, tekanya berbeda-beda tergantung kemana rumah

meng-hadap jalan umum. Sisi pekarangan dimana gapura itu dibangun dibagi 9 (tiap ruas dikuasi oleh dewa Ketu, Rawi, Soma, Manggala, Budha, Brihaspati, Shukra, Sanni dan Rahu. Jika rumah menghadap ke timur, Gapura boleh dibangun di ruas ke 3, 4, dan 5, dihitung dari Utara. Jika rumah menghadap ke Utara, gapuranya pada ruas ke 5, 6, dan 7, dihitung mulai dari timur. Rumah menghadap ke Selatan ruas 4, dihitung dari Timur dan menghadap ke Barat ruas ke 5 dan 6. dihitung dari Utara. Ruas yang lainnya tidak dianjurkan.

Hal-hal yang dilarang di depan gapura/pintu utama, antara lain :1. Tidak boleh ada pohon tinggi, 2.Tidak boleh ada lubang,3.Tidak

boleh ada sumur terbuka, 4.Tidak boleh ada air terjun, 5.Tidak boleh ada tiang atau, 6.Tidak boleh ada tembok

a. Letak Pintu Utama (diukur pada pondasi tembok bangunan/rumah)

Utara, warna bangunan/rumah : berbagai warna hijau. -2 / 0 4 V 3 V 2 V 1 1 1 / 0-1

Barat Timur(warna biru) (warna putih)

4 V 0 4 V 1 3 V 2 V 1-1 0

-3 / -3 -3 -2 -1 2 V 0 -2 / -1

Selatan (merah/pink)

Keterangan : angka dengan huruf V, ruas yang diajurkan, sedangkan angka nilai kemujuran. Semakin besar angka, semakin besar kemujurannya/baik.Di Utara : 2 V, Kekayaan dengan pertaruhan/spekulasi. 3.V, Kekayaan, 4.V, Good childrentDi Timur : 3 V, Sukses dengan kekhawatiran, 4.V, Sukses, kekayaan.Di Selatan : 2 V, Sukses, kekayaanDi Barat : 2 V, Kekayaan dengan hambatan.

�0�

b. Letak Pintu Masuk/Gapura ( diukur pada pondasi tembok pekarangan)

Utara 1 / 9 8 7 V 6 V 5 V 4 3 2 1 / 12

23 3 V4 4 V5 V 56 V 67 78 89 / 9 8 7 6 5 4 V 3 2 1 / 9

Selatan

Keterangan : angka dengan huruf V adalah ruas yang diajurkan, sedangkan angka menunjukkan nomer ruas. Dua (2) Gapura di Utara dan Timur : kekayaan, kemasyuran/popularitas,Dua (2) gapura di Barat dan Timur : membantu kekayaan, kemakmuran.Dua (2) gapura di Utara dan Barat : memperbanyak kekayaan, spiritualitas.Satu gapura di Utara atau Timur : kekayaan.Satu gapura di Barat : menolong perkembangan bisnis, tapi beberapa tahun kemudian bisnis stagnan (tidak berkembang/jalan ditempat)Gapura di Selatan : hendaknya jangan ada gapura, akan menarik kerugian, dan berbagai macam kesulitan.

Barat Timur

�0�

DAFTAR BACAAN

1. Anonimus, 2016. Pengertian Agama dan Definisi Agama Menurut Para Ahkli di Bidangnya.

2. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1977. The Science of Self Realization.

3. Bhagavad gita As it is.4. Bhgavad gita Menurut Aslinya.5. Brahma samhita.6. Bhakti Rasa Mrta Sindu.7. Caitanya Caritamrta Madya Lila.8. Caitanya Caritamrta Adi lila.9. Manu Smrti/Dharma sastra10. Mahabharata.11. Marcus Schmieke (Ajamila das). 2002. Vastu, The Origin of Feng

Shui. Energize Your Home and Office with Nature’s Heavenly Influences.

12. Halladara Das Ad.2014.Merekontruksi Hindu.13. Kali Santarana Upanisada. 14. Parasara Smrti.15. Dr. Premanjana das. PhD. Mind Control.16. Puranic Encyclopaedia.1999.17. Rama Rupa das. 2019. Arcana Paddhati. Modul Pemujaan Arca.18. Ramayana19. Sandipani Muni Das dan Prema Rasa Das. 1977. Samskara20. Srimad bhagavatam, Skanda 121. Srimad bhagavatam, Skanda 322. Srimad bhagavatam, Skanda 523. Srimad bhagavatam, Skanda 6

�0�

24. Srimad bhagavatam, Skanda 725. Srimad bhagavatam, Skanda 1126. Srimad bhagavatam, Skanda 1227. Swami Prakashananda Saraswati.2014. The True History and

Rerigion of India. Diterjemahkan oleh Kt Donder.28. Swami Sivananda….. Control of Indryas.29. Sri Isopanisada30. Sri Ramakrisna Paramahamsa. Samskara. Practice & Presowe for

Posterity.31. Suryanto. 2007. Hindu Agama Bumi ?.32. Sloka sloka Veda Pilihan.33. Upadesamrta.34. Widyantara, Wayan. 2010. Diksa.35. Widyantara,Wayan. 2018.Pengantar Agama Hindu. Untuk Sisya

Pemula.