resusitasi pada syok hipovolemik

Upload: amel015

Post on 03-Apr-2018

259 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    1/29

    RESUSITASI CAIRAN PADA SYOK HIPOVOLEMIK AKIBAT

    PERDARAHAN

    Pendahuluan

    Syok merupakan gejala dan tanda yang timbul akibat dari perfusi organ dan

    oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Setelah mengetahui gejala dan tanda dari syok,

    Langkah selanjutnya adalah mencari penyebab dari syok. Sebagian besar penderita trauma

    akan mengalami syok hipovolemik dan sebagian kecil mengalami syok kardiogenik,

    neurogenik dan bahkan kadang-kadang syok septik. Perdarahan merupakan penyebab syok

    yang paling sering ditemukan pada penderita trauma.1

    Tindakan utama dari syok hemoragik adalah mengontrol sumber perdarahan secepat

    mungkin dan pengganti cairan. Pada syok hemoragik terkontrol dimana sumber perdarahan

    telah dihentikan, maka penggantian cairan bertujuan untuk menormalkan parameter

    hemodinamik. Pada syok hemoragik tak terkendali di mana perdarahan itu berhenti sementara

    karena hipotensi, vasokonstriksi, dan pembentukan pembekuan, terapi cairan bertujuan untuk

    pemulihan denyut nadi radial, atau pemulihan kesadaran.2

    Kompartemen Cairan Tubuh

    Semua cairan tubuh didistribusikan terutama antara dua kompatemen: cairan intrasel

    dan ekstrasel. Cairan ekstrasel dibagi menjadi cairan interstisial dan cairan intravaskuler. Ada

    pula kompartemen cairan lainnya yang kecil yang disebut sebagai cairan intraseluler.

    Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga sinovial, peritoneum, perikardium dan

    intraokuler serta cairan serebrospinal; cairan-cairan tersebut biasanya dianggap sebagai jeniscairan ekstrasel khusus, walaupun dalam beberapa kasus, komposisi dapat sangat berbeda

    dengan komposisi plasma atau cairan interstisial. Cairan transeluler seluruhnya berjumlah

    sekitar 1-2 liter.3

    Rata-rata orang dengan berat 70 kg, memiliki total cairan tubuh sebesar 60 persen

    berat badan, atau sekitar 42 liter. Presentase ini dapat berubah, tergantung pada umur, jenis

    kelamin dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, presentase total cairan

    tubuh terhadap berat badan berangsur-angsur turun. Hal tersebut sebagai akibat dari penuaan

    yang biasanya berhubungan dengan peningkatan presentase lemak tubuh, sehingga

    1

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    2/29

    mengurangi cairan dalam tubuh. Karena wanita pada normalnya memiliki lemak tubuh lebih

    banyak dari pria, wanita mempunyai lebih sedikit cairan daripada pria dengan berat badan

    yang sebanding. Jadi bila kita membahas kompartemen cairan tubuh rata-rata, kita harus

    menyadari adanya variasi umur, jenis kelamin, dan presentasi lemak tubuh.3

    CAIRAN TUBUH(60%)

    INTRASELULER(40%)

    EKSTRASELULER(20%)

    INTERSTISIAL(15%)

    INTRAVASKULER(5%)

    Gambar 1. Distribusi Cairan Tubuh

    Cairan intraselular

    Sekitar 28 dari 42 liter cairan tubuh ada dalam 75 triliun sel dan secara

    keseluruhan disebut cairan intrasel. Jadi cairan intrasel merupakan 40% dari berat

    badan total pada orang rata-rata. Cairan masing-masing sel mengandung campurannya

    tersendiri dengan berbagai zat, namun konsentrasi zat-zat mirip antara satu sel dengan

    sel lainnya. Sebenarnya, komposisi cairan sel sangat mirip. Oleh sebab itu cairan

    intrasel dari seluruh sel yang berbeda-beda dianggap sebagai satu kompartemen

    cairan yang besar.3

    Cairan ekstraselular

    Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan ekstrasel. Cairan

    ini merupakan 20 persen dari berat badan, atau sekitar 14 liter pada orang dewasa

    normal dengan berat badan 70kg. Dua kompartemen terbesar dari dari cairan ekstrasel

    adalah cairan interstisial, yang berjumlah lebih dari tiga perempat bagian cairanekstrasel, dan plasma, yang berjumlah hampir seperempat cairan ekstrasel, atau

    2

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    3/29

    sekitar 3 liter. Plasma adalah bagian darah yang tak mengandung sel; plasma terus-

    menerus menukar zat dengan cairan interstisial melalui pori-pori kapiler. Pori-pori ini

    bersifat sangat permeabel untuk hampir semua zat terlarut dalam cairan ekstrasel

    kecuali protein. Oleh karen itu, cairan ekstrasel secara konstan terus becampur,

    sehingga plasma dan cairan interstisial mempunyai komposisi yang hampir sama

    kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebih tinggi di dalam plasma.3

    Gambar 2. Anatomi cairan tubuh4

    Volume kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh Natrium dan protein plasma.

    Natrium paling banyak terdapat di cairan ekstraselular, di cairan intravaskular (plasma) dan

    interstisial kadarnya sekitar 140 mEq/L.3,5

    Pergerakan cairan antar kompartemen terjadi secara osmosis melalui membran

    selektif permeabel, yang terjadi apabila kadar total cairandi kedua sisi membran berbeda. Air

    akan berdifusi melalui membran untuk menyamakan osmolalitas. Pergerakan air ini dilawan

    oleh tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik koloid atau tekanan onkotik sangat

    dipengaruhi oleh albumin. Apabila kadar albumin rendah, maka tekanan onkotik rendah

    sehingga tekanan hidrostatik dominan mengakibatkan ekstravasasi dan terjadi edema. 3,5

    Cairan ekstraselular adalah tempat distribusi Na+, sedangkan cairan intravaskular

    adalah tempat distribusi protein plasma dan koloid; juga tempat distribusi K+, PO4 .

    3

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    4/29

    Elektrolit terpenting di dalam cairan intraselular: K+ dan PO4- dan di cairan ekstraselular:

    Na+ dan Cl.3,5

    Osmolaritas adalah konsentrasi osmolar suatu larutan bila dinyatakan sebagai osmol

    per liter larutan (osm/L). Osmolalitas adalah konsentrasi osmolar suatu larutan bila

    dinyatakan sebagai osmol per kilogram air (osm/kg). Tonisitas merupakan osmolalitas relatif

    suatu larutan. Osmolaritas total setiap kompartemen adalah 280 300 mOsm/L. Larutan

    dikatakan isotonik, jika tonisitasnya sama dengan tonisitas serum darah yaitu 275 295

    mOsm/kg. 3,5

    Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran selektif

    permeabel dari larutan dengan kadar rendah menuju larutan dengan kadar tinggi sampai

    kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan

    osmotik cairan tubuh di seluruh kompartemen sama. Membran semipermeabel dapat dilalui

    air (pelarut), tetapi tidak dapat dilalui zat terlarut. 3,5

    Difusi adalah peristiwa bergeraknya molekul melalui pori-pori. Larutan akan bergerak

    dari yang berkonsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah.Tekanan hidrostatik di dalam

    pembuluh darah akan mendorong air secara difusi masuk melalui pori-pori. Difusi tergantung

    kepada tekanan hidrostatik dan perbedaan konsentrasi.

    3,5

    Perpindahan air dan zat terlarut di bagian tubuh menggunakan mekanisme transpor

    pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi; mekanisme transpor

    aktif membutuhkan energi berkaitan dengan Na-K Pump yang membutuhkan energi ATP. 3,5

    Pompa Natrium-Kalium adalah pompa yang memompa ion natrium keluar melalui

    membran sel dan pada saat yang bersamaan memompa ion kalium ke dalam sel. Bekerja

    untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel. 3,5

    4

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    5/29

    Tabel 1. Perubahan cairan tubuh total sesuai usia4

    Definisi Syok Hipovolemik Akibat Perdarahan (Hemoragik)

    Syok hemoragik adalah kondisi dari berkurangnya perfusi ke jaringan, yang

    menyebabkan ketidakmampuan pengangkutan oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk sel

    akibat perdarahan. Saat kebutuhan oksigen sel lebihi suplainya, maka sel maupun organ akan

    berada pada level syok.6

    Syok hipovolemik disebabkan oleh perdarahan yang tampak maupun yang tidak

    tampak. Perdarahan yang terlihat misalnya perdarahan dari luka dan hematemesis dari tukak

    lambung. Perdarahan yang tidak tampak misalnya perdarahan dari saluran cerna seperti

    perdarahan perdarahan pada tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan di luar uterus, patah

    tulang pelvis, dan patah tulang besar atau majemuk.7

    Patofisiologi Syok Hemoragik

    Telah diketahui dengan baik respons tubuh saat kehilangan volum sirkulasi. Tubuh

    secara logis akan segera memindahkan volum sirkulasinya dari organ non vital dan dengan

    demikian fungsi organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi

    perdarahan akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun akibat rangsang baroreseptor di

    aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi turun, yang mengakibatkan teraktivasinya saraf

    simpatis di jantung dan organ lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi

    vasokonstriksi dan redistribusi darah dari organ-organ nonvital, seperti di kulit, saluran cerna,

    dan ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan akut ini,

    dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan merangsang pelepasan

    glukokortikoid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitary posterior akan melepas vasopressin,

    5

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    6/29

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    7/29

    tidak memadai makan membran sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya dan

    gradient elektrik normal hilang. Pembengkakan reticulum endoplasma merupakan tanda

    structural pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan diikuti oleh cedera

    mitokondria. Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intraseluler

    lainnya. Natrium dan air memasuki sel dan terjadi pembengkakan sel. Juga terjadi

    pemumpukan kalsium intraseluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera seluler

    yang progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini memperberat

    dampak kehilangan darah dan hipoperfusi. 1,6-8

    Gejala Klinis Syok Hemoragik

    Gejala klinis tunggal jarang saat diagnosa syok ditegakkan. Pasien bisa mengeluh

    lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya aneurisma aorta

    abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah dan lama pendarahan, karena

    pengambilan keputusan untuk tes diagnostik dan tatalaksana selanjutnya tergantung jumlah

    darah yang hilang dan lamanya pendarahan. Bila pendarahan terjadi di rumah atau di

    lapangan, maka harus ditaksir jumlah darah yang hilang. 1,6-8

    Untuk pendarahan pada saluran cerna sangatlah penting dicari asal darah dari rektum

    atau dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang hilang dari saluran cerna

    bagian bawah. Semua darah segar yang keluar dari rektum harus diduga adanya perdarahan

    hebat, sampai dibuktikan sebaliknya. 1,6-8

    Pendarahan saat trauma kadang sulit ditaksir jumlahnya. Karena rongga pleura,

    kavum abdominalis, mediastinum dan retroperitoneum bisa menampung darah dalam jumlah

    yang sangat besar dan bisa menjadi penyebab kematian. Perdarahan trauma eksternal bisa

    ditaksir secara baik, tapi bisa juga kurang diawasi oleh petugas emergensi medis. Laserasi

    kulit kepala bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar. Fraktur multipel

    terbuka, juga bisa mengakibatkan kehilangan darah yang cukup besar. 1,6-8

    7

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    8/29

    Tabel 2. Lokasi & Estimasi Perdarahan Internal9

    Lokasi Estimasi Perdarahan

    Regio Brachium 0,5 L

    Regio Antebrachi 250 mL

    Regio thorax 2-3 L

    Regio Pelvis 1,5-2 L

    Regio Femoris 1,5-2 L

    Regio cruris 1 L

    Pemeriksaan klinis pasien syok hemoragik dapat segera langsung berhubungan

    dengan penyebabnya. Asal sumber perdarahan dan perkiraan berat ringannya darah yang

    hilang bisa terlihat langsung. Bisa dibedakan perdarahan pada pasien penyakit dalam dan

    pasien trauma. Dimana kedua tipe perdarahan ini biasanya ditegakkan dan ditangani secara

    bersamaan. 1,6-8

    Syok umumnya memberi gejala klinis ke arah turunnya tanda vital tubuh, seperti:

    hipotensi, takikardia, penurunan urin output dan penurunan kesadaran. Kumpulan gejala

    tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya gejala sekunder dari gagalnya sirkulasi tubuh.

    Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme kompensasi tubuh, berkorelasi dengan usia

    dan penggunaan obat tertentu, kadang dijumpai pasien syok yang tekanan darah dan nadinya

    dalam batas normal. Oleh karena itu pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien dengan

    dilepas pakaiannya harus tetap dilakukan. 1,6-8

    Gejala umum yang timbul saat syok bisa sangat dramatis. Kulit kering, pucat dandengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi dan tidak sadar. Pada fase awal nadi

    cepat dan dalam dibandingkan denyutnya. Tekanan darah sistolik bisa saja masih dalam batas

    normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat pada anemia kronik.

    Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat kemungkinan adanya darah.

    Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat gejala

    hematothoraks, dimana suara nafas akan turun, serta suara perkusi redup di area dekat

    perdarahan. 1,6-8

    8

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    9/29

    Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung kaki, yang

    dapat mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka. Periksa adakah perdarahan di

    kulit kepala, apabila dijumpai perdarahan aktif harus segera diatasi bahkan sebelum

    pemeriksaan lainnya. Periksa juga apakah ada darah pada mulut dan faring. 1,6-8

    Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal, misal: distensi, nyeri

    palpitasi, dan perkusi redup. Periksa panggul apakah ada memar/ekimosis yang mengarah ke

    perdarahan retroperitoneal. Adanya distensi, nyeri saat palpasi dan ekimosis mengindikasikan

    adanya perdarahan intra-abdominal. Palpasi pula kestabilan tulang pelvis, bila ada krepitasi

    atau instabilitas mengindikasikan terjadinya fraktus pelvis dan ini dapat mengancam jiwa

    karena perdarahan terjadi pada rongga retroperitoneum. Kejadian yang sering dalam klinis

    adalah pecahnya aneurisma aorta yang bisa menyebabkan syok tak terdeteksi. Tanda klinis

    yang bisa mengarahkan kita adalah terabanya masa abdomen yang berdenyut, pembesaran

    skrotum karena terperangkapnya darah retroperitoneal, kelumpuhan ekstremitas bawah dan

    lemahnya nadi femoralis. 1,6-8

    Fraktur pada tulang panjang ditandai nyeri dan krepitasi saat palpasi di dekat fraktur.

    Semua fraktur tulang panjang harus segera direposisi dan digips untuk mencegah perdarahan di

    sisi fraktur. Yang perlu diperhatikan terutama fraktur femur, karena dapat mengakibatkan

    hilangnya darah dalam jumlah banyak, sehingga harus segera diimobilisasi dan ditraksi

    secepatnya. Tes diagnostik lebih jauh perlu dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan yang

    mungkin terjadi di intratorakal, intra-abdominal,atau retroperitoneal. 1,6-8

    Jangan lupa pula untuk melakukan pemeriksaan rektum / rectal toucher. Bila ada

    darah segar curiga hemoroid interna atau externa. Pada kondisi yang sangat jarang curigai

    perdarahan yang signifikan terutama pada pasien dengan hipertensi portal. Pasien dengan

    riwayat perdarahan vagina lakukan pemeriksaan pelvis lengkap, dan lakukan tes kehamilan

    untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik. 1,6-8

    Lakukan pemeriksaan sistematik pada pasien trauma termasuk pemeriksaan

    penunjang primer dan sekunder. Luka multipel bisa terjadi dan harus mendapat perhatian

    khusus, hati-hati perdarahan bisa menjadi pencetus syok lainnya, seperti syok neurogenik. 1,6-8

    9

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    10/29

    Tabel 3. Perdarahan & tanda-tandanya

    KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV

    Perdarahan < 750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml

    Kehilangan

    darah

    Sampai 15% 15-30% 30-40% >40%

    Nadi < 100 > 100 > 120 > 140

    Tek. sistolik Normal Normal Menurun Menurun

    Nafas 14-20 20-30 x/m > 30-40 x/m >35 x/m

    Kesadaran Sedikit cemas Agak cemas Cemas, bingung Bingung, lesu

    Penderita yang mengalami perdarahan, menghadapi dua masalah yaitu berapakah sisa

    volume darah yang beredar dan berapakah sisa eritrosit yang tersedia untuk mengangkut

    oksigen ke jaringan. Bila volume darah hilang 1/3, penderita akan meninggal dalam waktu

    beberapa jam. Penyebab kematian adalah syok progresif yang menyebabkan hipoksia

    jaringan. Hipovolemia menyebabkan beberapa perubahan : 1,6-8

    a. Vasokonstriksi organ sekunder (viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan organ

    primer (otak, jantung) dengan aliran darah yang tersisa.

    b. Vasokonstriksi menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi metabolisme anaerob dengan

    produk asam laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat.

    c. Asidosis asam laktat menyebabkan perubahan-perubahan sekunder pada organ-organ

    primer dan organ-organ sekunder sehingga terjadi kerusakan merata,

    d. Pergeseran kompartemen cairan. Kehilangan darah dari intravaskular sampai 10%

    EBV tidak mengganggu volume sebesar yang hilang. Tetapi kehilangan yang lebih

    dari 25% atau bila terjadi syok/hipotensi maka sekaligus kompartemen interstitial dan

    intrasel ikut terganggu. Bila dalam terapi hanya diberikan sejumlah kehilangan

    plasma volume (intravaskular), penderita masih mengalami defisit yang menyebabkan

    syoknya irreversibel dan berakhir kematian. 1,6-8

    Dalam keadaan normal, jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan adalah:

    (cardiac outputx saturasi O2 x kadar Hb x 1,34) + (cardiac outputx pO2 x 0,003)

    10

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    11/29

    Unsur cardiac output x pO2 x 0,003 karena hasilnya kecil dapat diabaikan, maka

    tampak bahwa persediaan oksigen untuk jaringan tergantung pada curah jantung / cardiac

    output, saturasi O2 dan kadar Hb. Karena kebutuhan oksigen tubuh tidak dapat dikurangi

    kecuali dengan hipotermia atau anestesi dalam, maka jika eritrosit hilang, total Hb berkurang,

    curah jantung harus naik agar penyediaan oksigen jaringan tidak terganggu. Pada orang

    normal dapat menaikkan curah jantung hingga 3 x normal dengan cepat, asalkan volume

    sirkulasi cukup (normovolemia). Faktor Hb dan saturasi O2 jelas tidak dapat naik.

    Hipovolemia yang terjadi akan mematahkan kompensasi dari curah jantung. Dengan

    mengembalikan volume darah yang telah hilang dengan apa saja asal segera normovolemia,

    maka curah jantung akan mampu berkompensasi. Jika Hb turun sampai tinggal 1/3, tetapi

    curah jantung dapat naik sampai 3 x, maka penyediaan oksigen ke jaringan masih tetap

    normal. Pengembalian volume mutlak diprioritaskan daripada pengembalian eritrosit. 6-8

    Pengaruh Usia Pada Syok Hemoragik

    Tubuh akan mentoleransi syok hemoragik secara berbeda sesuai derajatnya dan pada

    keadaan tertentu sesuai dengan usia pasien. Pasien bayi dan usia lanjut akan sangat rentan

    terjadi gagal kompensasi saat tubuh kehilangan volume sirkulasi.6

    Pasien anak yang memiliki volume darah yang lebih sedikit dibandingkan orang dewasa

    sehingga secara proporsional persentase kehilangan darah dan volum sirkulasi juga akan

    jauh lebih besar. Anak dibawah 2 tahun pun fungsi ginjalnya belum sempurna, sehingga

    produksi konsentrat urin belum baik. Anak usia muda dalam mempertahankan volume

    sirkulasinya belum seefektif anak besar. berhati-hatilah akan bahaya koagulopati karena

    proporsi luas permukaan tubuh akan meningkat sesuai berat badannya dan membuat

    mudah kehilangan air lewat panas serta terjadinya hipotermia dini. 6

    Usia lanjut memiliki penurunan kondisi fisik dan kesehatan dalam mempertahankan

    kehilangan volum sirkulasi. Penyakit arterosklerosis dan penurunan elastin menyebabkan

    fungsi dinding arteri menurun, yang akan menurunkan kemampuan kompensasi

    kehilangan volume sirkulasi. Menurunnya aliran arteriolar pada jantung karena

    vasodilatasi dan penyakit angina atau infark akan membutuhkan oksigenasi tinggi otot

    jantung. Pada usia lanjut mekanisme takikardi untuk respons peningkatan curah jantung

    melemah karena turunnya rangsang beta-adrenergik dalam memacu sel miosit di nodulsinoatrial. Penggunaan obat-obat jantung juga akan mengurangi respons normal tubuh

    11

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    12/29

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    13/29

    recordings) penting untuk memantau respons penderita terhadap terapi. Yang harus

    diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan

    penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.1

    1) Airway danBreathing

    Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya

    pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk

    mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.1

    2) Circulation (Sirkulasi Kontrol Perdarahan)

    Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat

    terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.

    Perdarahan dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan

    dengan tekanan langsung pada tempat perdarahan. Cukupnya perfusi jaringan

    menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin diperlukan operasi

    untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.1

    3) Disability (Pemeriksaan neurologis)

    Dilakukan pemeriksaan neurologis singkat untuk menentukan tingkat

    kesadaran, pergerakan mata dan respons pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasiini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan

    neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak

    selalu disebabkan cedera intrakranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang

    kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan

    tersebut dapat dianggap berasal dari cedera intrakranial.1

    4) Exposure (Pemeriksaan Tubuh Lengkap)

    Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita

    harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian

    dari mencari cedera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting dilakukan tindakan

    untuk mencegah hipotermia. Pemakaian penghangat cairan, maupun cara-cara

    penghangatan internal maupun eksternal sangat bermanfaat dalam mencegah

    hipotermia.1

    5) Dilatasi lambung Dekompresi

    13

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    14/29

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    15/29

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    16/29

    Pada bayi dan anak yang dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan darah

    sebanyak 10-15% volume darah, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup

    diberi cairan kristaloid atau koloid, sedangkan di atas 15% perlu transfusi darah karena ada

    gangguan pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar hemoglobin

    normal angka patokannya ialah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan faktor

    pembekuan. Cairan kristaloid untuk mengisi ruang intravaskular diberikan sebanyak 3 kali

    lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah sama.1,10

    Transfusi darah umumnya 50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan untuk

    menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular. Kalau hanya

    menaikkan volume intravaskular saja cukup dengan koloid atau kristaloid. Indikasi transfusi

    darah antara lain:

    1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dL atau Ht < 25%. Pada orang tua, kelainan paru,

    kelainan jantung Hb < 10 gr/dL atau Ht 20% volume darah.10

    Tabel 4. Traumatic status dari Giesecke

    Tanda TS I TS II TS III

    Sesak nafas - Ringan ++

    Tekanan darah N Turun Tak teratur

    Nadi Cepat Sangat cepat Tak teraba

    Urin N Oliguria Anuria

    Kesadaran N Disorientasi / Koma

    Gas darah N pO2 / pCO2 pO2 / pCO2

    CVP N Rendah Sangat rendah

    Blood loss % EBV Sampai 10% Sampai 30% Lebih 50%

    16

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    17/29

    Tabel 5. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah

    Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

    Kehilangan darah (ml) Sampai 750 750 - 1500 1500 - 2000 >2000

    Kehilangan darah (% volume

    darah)

    Sampai 15% 15% - 30% 30% - 40% >40%

    Denyut nadi 100 >120 >140

    Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun

    Tekanan nadi Normal /

    Frekuensi pernapasan 14-20 20 -30 30-40 >35

    Produksi urin (ml/jam) >30 20-30 5-15

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    18/29

    Gejala klinis termasuk takikardi, takipnoe, dan penurunan tekanan nadi.

    Penurunan tekanan nadi ini terutama berhubungan dengan peningkatan dalam

    komponen diastolik karena bertambahnya katekolamin yang beredar. Zat inotropik ini

    menghasilkan peningkatan tonus dan resistensi pembuluh darah perifer. Tekanan

    sistolik hanya berubah sedikit pada syok yang dini karena itu penting untuk lebih

    mengandalkan evaluasi tekanan nadi daripada tekanan sistolik. Penemuan klinis yang

    lain yang akan ditemukan pada tingkat kehilangan darah ini meliputi perubahan

    sistem syaraf sentral yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan atau sikap permusuhan.

    Walau kehilangan darah dan perubahan kardiovaskular besar, namun produksi urin

    hanya sedikit terpengaruh. Aliran air kencing biasanya 20-30 ml/jam untuk orang

    dewasa. Kehilangan cairan tambahan dapat memperberat manifestasi klinis dari

    jumlah kehilangan darah ini.

    3. Perdarahan Kelas III (Kehilangan volume darah 30% - 40%)

    Akibat kehilangan darah sebanyak ini dapat sangat parah. Penderita hampir

    selalu menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat, termasuk takikardi dan

    takipnue yang jelas, perubahan penting dalam status mental, dan penurunan tekanan

    darah sistolik. Dalam keadaan yang tidak berkomplikasi, inilah jumlah kehilangan

    darah paling kecil yang selalu menyebabkan tekanan sistolik menurun. Penderita

    dengan kehilangan darah tingkat ini hampir selalu memerlukan tranfusi darah.

    Keputusan untuk memberi tranfusi darah didasarkan atas respons penderita terhadap

    resusitasi cairan semula dan perfusi dan oksigenisasi organ yang adekuat.

    4. Perdarahan Kelas IV (Kehilangan volume darah lebih dari 40%)

    Dengan kehilangan darah sebanyak ini, jiwa penderita terancam. Gejala-

    gejalanya meliputi takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistoluk yang cukup

    besar, dan tekanan nadi yang sangat sempit. Produksi urin hampir tidak ada, dan

    kesadaran jelas menurun. Pada kulit terlihat pucat dan teraba dingin. Penderita ini

    sering kali memerlukan tranfusi cepat dan intervensi pembedahan segera. Kehilangan

    lebih dari 50% volume darah penderita mengakibatkan ketidaksadaran, kehilangan

    denyut nadi dan tekanan darah.1

    18

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    19/29

    Evaluasi Resusitasi Cairan dan Perfusi Organ

    Tanda-tanda dan gejala-gejala perfusi yang tidak memadai, yang digunakan untuk

    diagnosis syok, dapat juga digunakan untuk menentukan respons penderita. Pulihnya tekanan

    darah ke normal, tekanan nadi dan denyut nadi merupakan tanda positif yang menandakan

    bahwa perfusi sedang kembali ke normal. Walaupun begitu, pengamatan tersebut tidak

    memberikan informasi tentang perfusi organ. Perbaikan pada status sistem saraf sentral dan

    peredaran kulit adalah bukti penting mengenai peningkatan perfusi, tetapi kualitasnya sukar

    ditentukan.1

    Tabel 6. Jenis Respons Penderita terhadap Resusitasi Cairan Awal

    RESPONS

    CEPAT

    RESPONS

    SEMENTARA

    TANPA

    RESPONS

    Tanda vital Kembali ke normal Perbaikan sementara,

    tensi dan nadi kembali

    turun

    Tetap abnormal

    Dugaan kehilangan

    darah

    Minimal

    (10 - 20%)

    Sedang, masih ada

    (20 - 40%)

    Berat

    (> 40%)

    Kebutuhankristaloid

    Sedikit Banyak Banyak

    Kebutuhan darah Sedikit Sedang-banyak Segera

    Persiapan darah Specific type dan

    crossmatch

    Specific type Emergensi

    Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti

    Kehadiran dini ahli

    bedah

    Perlu Perlu Perlu

    Jumlah produksi urin merupakan indikator yang cukup sensitif untuk perfusi ginjal.

    Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran darah ginjal yang cukup, bila

    tidak dimodifikasi oleh pemberian obat diuretik. Sebab itu, keluaran urin merupakan salah

    satu dari pemantauan utama resusitasi dan respons penderita. 1,6-8

    Dalam batas tertentu, produksi urin dapat digunakan sebagai pemantau aliran darah

    ginjal. Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran urin sekitar 0,5

    19

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    20/29

    ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam untuk

    bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila kurang, atau makin turunnya produksi urin dengan berat

    jenis yang naik, maka ini menandakan resusitasi yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut

    ditambahnya penggantian volume dan usaha diagnostik. 1,6-8

    Respons penderita kepada resusitasi cairan awal merupakan kunci untuk menentukan

    terapi berikutnya. Setelah membuat diagnosis dan rencana sementara berdasarkan evaluasi

    awal dari penderita, dokter sekarang dapat mengubah pengelolaannya berdasarkan respons

    penderita pada resusitasi cairan awal. Dengan melakukan observasi terhadap respons

    penderita pada resusitasi awal dapat diketahui penderita yang kehilangan darahnya lebih

    besar dari yang diperkirakan, dan perdarahan yang berlanjut dan memerlukan pengendalian

    perdarahan internal melalui operasi. Dengan resusitasi di ruang operasi dapat dilakukan

    kontrol langsung terhadap perdarahan oleh ahli bedah dan dilakukan pemulihan volume

    intravaskular secara simultan. Resusitasi di ruang operasi juga membatasi kemungkinan

    transfusi berlebihan pada orang yang status awalnya tidak seimbang jumlah kehilangan darah.

    Adalah penting untuk membedakan penderita dengan hemodinamik stabil dengan

    hemodinamik normal. Penderita yang hemodinamik stabil mungkin tetap ada takikardi,

    takipneu, dan oliguri, dan jelas masih tetap kurang diresusitasi dan masih syok. Sebaliknya,

    penderita yang hemodinamik normal adalah yang tidak menunjukkan tanda perfusi jaringanyang kurang memadai. Pola respons yang potensial dapat dibahas dalam tiga kelompok:

    respons cepat, respons sementara, respons minimum atau tidak ada pada pemberian cairan. 1,6-

    8

    a. Respons cepat

    Penderita kelompok ini cepat memberi respons kepada bolus cairan awal dan tetap

    hemodinamik normal setelah bolus cairan awal selesai dan cairan kemudian diperlambat

    sampai kecepatan rumatan/maintenance. Penderita seperti ini biasanya kehilangan volume

    darah minimum. Untuk kelompok ini tidak ada indikasi bolus cairan tambahan atau

    pemberian darah lebih lanjut. Jenis darahnya dan crossmatch nya tetap dikerjakan.

    Konsultasi dan evaluasi pembedahan diperlukan selama penilaian dan terapi awal, karena

    intervensi operatif mungkin masih diperlukan.1

    20

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    21/29

    b. Respons sementara

    Kelompok yang kedua adalah penderita yang berespons terhadap pemberian cairan,

    namun bila tetesan diperlambat hemodinamik penderita menurun kembali karena

    kehilangan darah yang masih berlangsung, atau resusitasi yang tidak cukup. Jumlah

    kehilangan darah pada kelompok ini adalah antara 20 - 40% volume darah. Pemberian

    cairan pada kelompok ini harus diteruskan, demikian pula pemberian darah. Respons

    terhadap pemberian darah menentukan penderita mana yang memerlukan operasi segera.1

    c. Respons minimal atau tanpa respons

    Walaupun sudah diberikan cairan dan darah cukup, kondisi hemodinamik pasien tetap

    buruk dengan respons minimal atau tanpa respons, ini menandakan perlunya operasi

    segera. Walaupun sangat jarang, namun harus tetap diwaspadai kemungkinan syok non-

    hemoragik seperti tamponade jantung atau kontusio miokard. Kemungkinan adanya syok

    non-hemoragik harus selalu diingat pada kelompok ini.1

    Jenis Cairan Intravena

    Ada 4 pilihan pokok yang selama bertahun tahun menjadi perbantahan sengit, yaitu: 1,6-8

    a. Transfusi darah

    Ini adalah pilihan pokok apabila terdapat donor yang cocok. Hemodilusi dengan

    cairan tidak bertujuan meniadakan transfusi, tetapi mempertahankan hemodinamik dan

    perfusi yang baik sementara darah donor tetap perlu ditransfusikan dalam memberikan

    koreksi defisit cairan ekstraselular (ECF). Bila darah golongan yang sesuai tidak tersedia,

    dapat digunakan universal donor yaitu golongan O dengan titer anti A rendah (Rh negatif)

    atau Packed Red Cell-O. Sebaiknya darah universal ini selalu tersedia di UGD.

    b.Plasma Expander

    Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran, gelatin, hydroxy-

    ethyl starch) sehingga mempunyai volume effect lebih baik dan tinggal lebih lama di

    intravaskular. Namun, sayangnya defisit ECF tidak dapat dikoreksi olehplasma expander.

    Selain itu, dari segi harga,plasma expanderjauh lebih mahal daripada Ringer Laktat (kira-

    kira 10x lipat lebih mahal). Reaksi anaphylactoid dapat terjadi, baik karena dextran

    maupun gelatin (0,03 - 0,08% pemberian). Reaksi ini dapat terjadi disertai dengan syok,

    21

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    22/29

    yang memerlukan adrenalin untuk mengatasinya. Apabila tidak segera ditangani dengan

    baik dan tepat, reaksi ini dapat berakhir fatal. Dextran juga menyebabkan gangguan pada

    crossmatch darah dan pada dosis lebih dari 10 - 15 ml/kgBB akan menyebabkan gangguan

    pembekuan darah.

    c. Albumin

    Albumin 5% ataupunPlasma Protein Fraction adalah alternatif yang baik dari segi

    volume effect. Tetapi harganya sangat mahal, sekitar 70x lipat dari harga Ringer Laktat

    untuk mendapatkan volume effectyang sama.

    d. Ringer Laktat atau NaCl 0,9%

    Cairan ini paling mirip komposisinya dengan cairan ECF. Meskipun pemberian infus

    IVF diikuti perembesan, namun akhirnya tercapai keseimbangan juga setelah cairan

    interstitial/ISF jenuh. Cairan lain seperti Dextrose dan NaCl 0,45% tidak dapat digunakan.7

    Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak

    mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar

    dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari

    volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskular 20-30 menit.Ekspansi cairan dari ruang intravaskular ke interstisial berlangsung selama 30-60 menit

    sesudah infus dan akan keluar dalam 24 - 48 jam sebagai urin. Secara umum kristaloid

    digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume

    intrasel.10

    Tabel 7. Berbagai Cairan Kristaloid

    Cairan Na+

    (mEq/L)

    K+

    (mEq/L)

    Cl-

    (mEq/L)

    Ca++

    (mEq/L)

    HCO3

    (mEq/L)

    Tekanan

    Osmotik

    (mOsm/L)

    Ringer

    Laktat

    130 4 190 3 28* 273

    Ringer

    As

    et

    at

    130 4 109 3 28# 273

    NaCl 154 0 0 0 0 308

    22

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    23/29

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    24/29

    Bersifat hipertonis: konsentrasi partikel terlarut > ICF; menyebabkan air keluar

    dari sel, menuju daerah dengan konsentrasi lebih tinggi. Tonisitas > 295 mOsm/kg;

    misal: NaCl 3 %, Manitol, Natrium-bikarbonat, Natrium laktat hipertonik.

    Penyulit

    Penyulit akibat pemberian cairan dapat terjadi pada jantungnya sendiri, pada proses

    metabolisme atau pada paru. 6-8

    Dekompensasi jantung

    Dekompensasi ditandai oleh kenaikan Pulmonary Capillary Wedge Pressure

    (PCWP). Bahaya terjadinya dekompensasi jantung sangat kecil, kecuali pada jantung

    yang sudah sakit sebelumnya. Pada pemberian koloid dapat mengalami kenaikan

    PCWP 50% yang potensial akan mengalami dekompensasi jantung.

    Edema paru

    Adanya edema paru dapat dinilai antara lain dengan meningkatnya rasio

    Qs/Qt. Pemberian koloid yang diharapkan tidak merembes keluar IVF ternyata

    mengalami kenaikkan Qs/Qt yang sama yaitu 16 + 1%. Akibat pengenceran darah,

    terjadi transient hypoalbuminemia 2,5 0,1 mg% dari sebelumnya sebesar 3,5 0,1

    mg%. Penurunan albumin ini diikuti penurunan tekanan onkotik plasma dari 21 + 0,4

    menjadi 13 + 1,0. Penurunan selisih tekanan COP PCWP tidak selalu menyebabkan

    edema. Giesecke memberi batasan bahwa kadar albumin terendah yang masih aman

    adalah 2,5 mg%. Kalau albumin perlu dinaikkan, pemberian infus albumin 20 25%

    dapat diberikan dengan tetesan lambat 2 jam/100 ml. Dosis ini akan menaikkan kadar

    0,25 -0,50 mg%.

    Jika masih terjadi edema paru, berikan furosemid, 1 - 2mg/kg. Gejala sesak

    nafas akan berkurang setelah urin keluar 1000 - 2000 ml. Lakukan digitalisasi atau

    berikan dopamin drip 5 10 microgram/kgBB/menit. Sebagai terapi simptomatik

    berikan oksigen, atau bila diperlukan mendesak lakukan nafas buatan + PEEP. Insiden

    daripulmonary insufficiency post resusitasi cairan adalah 2,1%.

    Asidosis asam laktat

    24

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    25/29

    Pemberian Ringer Laktat tidak dapat menambah buruk asidosis asam laktat

    karena syok. Asam laktat dirubah hepar menjadi bikarbonat yang menetralisir asidosis

    metabolik pada syok. Perbaikan sirkulasi akibat pemberian volume justru menurunkan

    laktat darah karena perbaikan transport oksigen ke jaringan, metabolisme aerobik

    bertambah.7

    Gangguan hemostasis

    Gangguan karena pengenceran ini mungkin terjadi jika hemodilusi sudah

    mencapai 1,5 x EBV. Faktor pembekuan yang terganggu adalah trombosit. Pemberian

    Fresh Frozen Plasma tidak berguna karena tidak mengandung trombosit, sedangkan

    faktor V dan VIII dibutuhkan dalam jumlah sedikit (5 - 30 % normal). Trombosit

    dapat diberikan sebagai fresh blood, platelet rich plasma atau thrombocyte

    concentrate dengan masa simpan kurang dari 6 jam pada suhu 40C. Untuk hemostasis

    yang baik diperlukan kadar trombosit 100.000 per mm3. Dextran juga dapat

    menimbulkan gangguan jika dosis melebihi 10 ml/kgBB.

    Menilai Kembali Repson Penderita dan Menghindari Komplikasi

    Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian volume

    yang tidak adekuat. Terapi yang segera, tepat dan agresif untuk memulihkan perfusi organ

    akan memperkecil kejadian yang tidak dikehendaki ini sekecil mungkin.1

    a. Perdarahan yang Berlanjut

    Perdarahan yang tidak kelihatan adalah penyebab yang paling umum dari

    respon buruk penderita terhadap terapi cairan. Penderita ini pada umumnya termasuk

    dalam kategori respon sementara seperti diuraikan di atas. Mungkin diperlukan

    intervensi pembedahan segera. 1

    b. Kebanyakan Cairan dan Pemantauan CVP

    Memantau respon terhadap resusitasi untuk beberapa penderita sebaiknya

    dilakukan di senter dimana teknik-teknik pemantauan canggih dapat dilakukan. Perludiingat, tujuan resusitasi adalah pemulihan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang

    25

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    26/29

    adekuat, yang dikonfirmasi oleh produksi urin yang tepat, fungsi sistem saraf sentral

    yang baik, warna kulit dan pemulihan tekanan nadi an tekanan darah normal.

    Pemantauan Central Venous Pressure (CVP) merupakan prosedur yang relative

    sederhana dan digunakan sebagai pedoman standar untuk menilai kemampuan standar

    untuk menilai kemampuan sisi kana jantung menerima beban cairan. Kalau dilakukan

    dengan benar, respon CVP pada pemberian cairan membantu mengevaluasi

    penggantian volume. 1

    c. Mengenali Masalah Lain

    Kalau penderita tidak memberikan respon kepada terapi, perlu

    dipertimbangkan tamponade jantung, tension pneumothorax, masalah ventilator,

    kehilangan cairan yang tidak diketahui, infark miokard, asidosis diabetikum, dan syok

    neurogenik. Kunci untuk mengenal masalah sedini mungkin adalah evaluasi ulang

    yang terus-menerus, khsususnya kalau penderitanya menyimpang dari pola yang

    diharapkan. 1

    26

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    27/29

    KESIMPULAN

    Syok merupakan gejala dan tanda yang timbul akibat dari perfusi organ dan

    oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Sebagian besar penderita trauma akan mengalami

    syok hipovolemik.

    Syok hipovolemik disebabkan oleh perdarahan yang tampak maupun yang tidak

    tampak. Perdarahan yang terlihat misalnya perdarahan dari luka dan hematemesis dari tukak

    lambung. Perdarahan yang tidak tampak misalnya perdarahan dari saluran cerna seperti

    perdarahan perdarahan pada tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan di luar uterus, patah

    tulang pelvis, dan patah tulang besar atau majemuk.

    Tindakan utama dari syok hemoragik adalah mengontrol sumber perdarahan secepat

    mungkin dan pengganti cairan. Pada syok hemoragik terkontrol dimana sumber perdarahan

    telah dihentikan, maka penggantian cairan bertujuan untuk menormalkan parameter

    hemodinamik. Pada syok hemoragik tak terkendali di mana perdarahan itu berhenti sementara

    karena hipotensi, vasokonstriksi, dan pembentukan pembekuan, terapi cairan bertujuan untuk

    pemulihan denyut nadi radial, atau pemulihan kesadaran

    Tabel Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah

    Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

    Kehilangan Darah (ml) Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000

    Kehilangan Darah (%volume

    darah)

    Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%

    Denyut nadi 100 >120 >140

    Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun

    Tekanan Nadi Normal/

    Frekuensi pernapasan 14-20 20 -30 30-40 >35

    Produksi Urin (ml/jam) >30 20-30 5-15

  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    28/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. American College of Surgeons, editor. Advanced Trauma Life Support. Diterjemahkan

    oleh Komisi Trauma Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Edisi Ketujuh. 2004. hal 73-92

    2. Krausz, Michael M; 2006; Initial Resuscitation of Hemorrhagic Shock; Israel:

    Department of Surgery A, Rambam Medical Center, and the Technion-Israel

    Institute of Technology, P.O.B 9602, Haifa 31096; Diunduh dari:

    http://www.wjes.org/content/1/1/14

    3. Guyton, Arthur, editor. Kompartemen Cairan Tubuh: cairan ekstrasel dan intrasel; cairan

    interstisial dan edema. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran. 2007. Hal 307-23

    4. Tanner George, The regulation of Fluid and Electrolyte Balance. Tanner Geoge, editor.

    Medical Physiology. Indiana University School of Medicine. p. 403-25

    5. Leksana, Ery; 2010; Terapi Cairan dan Darah; Semarang; SMF/Bagian Anestesiologi

    dan Terapi Intensif, RSUP Dr. Kariadi / Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;

    Diunduh dari :

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicai

    randandarah.pdf

    6. Undeani John, Hemorrhagic Shock.[online] feb 3, 2011, [cited Des 30 2011]. Available

    from URL: http://emedicine.medscape.com/article/432650-overview

    7. Sjamsuhidajat R. Syok. Dalam: Sjamsuhidajat R., Jong Wim de, editor. Buku Ajar Ilmu

    Bedah. Edis 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 118-29

    8. Andrew Pope, Geoffrey French, and David E. Longnecker, Editors. Pathophysiology of

    Acute Hemorrhagic Shock. Fluid Resuscitation: State of the Science for Treating Combat

    Casualties and Civilian Injuries. US: National Academy Press. 1999. Page 19-43

    9. Ahmadsyah Ibrahim. Trauma dan Bencana. Dalam: Sjamsuhidajat R., Jong Wim de,

    editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h.

    90-129

    10. Latief, Said A, dkk; 2002; Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua: Dikutip dari:

    Transfusi Darah pada Pembedahan; Jakarta, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    28

    http://www.wjes.org/content/1/1/14http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/432650-overviewhttp://www.wjes.org/content/1/1/14http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicairandandarah.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/432650-overview
  • 7/28/2019 Resusitasi Pada Syok Hipovolemik

    29/29