resus 9 penatalaksanaan muntah pada anak
DESCRIPTION
REFLEKSI KASUSTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS
PENATALAKSANAAN MUNTAH PADA ANAK
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan KlinikBagian Kesehatan Ilmu Anak
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:Ari Irawan
20090310219
Diajukan Kepada:dr. Handayani, M.Sc., Sp.A
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKRSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
i
Daftar Isi
REFLEKSI KASUS..................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
PenatalaksanaanMuntahPadaAnak..........................................................................1
A. Definisi......................................................................................................1
B. Patofisiologi...............................................................................................1
C. Diagnosis Banding Muntah.......................................................................2
D. Penegakan Diagnosis Muntah...................................................................3
E. PenatalaksanaanMuntah............................................................................4
F. KomplikasiMuntah........................................................................................4
Daftar Pustaka..........................................................................................................6
ii
PenatalaksanaanMuntahPadaAnak
A. Definisi
Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung dengan kekuatan
bagaikan menyemprot melalui mulut. Hal ini dapat terjadi sebagai reflek
protektif untuk mengeluarkanbahan toksik dari dalam tubuh atau untuk
mengurangi tekanan dalam organ intestinalyang dibawahnya didapatkan
obstruksi, kejadian ini biasanya didahului nausea dan retching.1
B. Patofisiologi
Mutah sebenarnya merupakan perilaku yang komplek,
dimanapadamanusiamutahterdiridari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual),
retching, pengeluaranisilambung.Ada 2 regio anatomi di medulla yang
mengontrolmutah, 1) chemoreceptortrigger zone (CTZ) dan central vomiting
centre (CVC).CTZ yang terletak di areapostremapadadasar ujung caudal
ventrikel IV diluar blood brain barrier (sawarotak).Reseptor didaerah ini
diaktivasi oleh bahan-bahan proemetik didalam sirkulasi darah ataudi cairan
cerebrospinal (CSF). Eferen dari CTZ dikirim ke CVC selanjutnya
terjadiserangkaian kejadian yang dimulai melalui vagal eferen splanchnic.
CVC terletakdinukleus tractus solitarius dan disekitar formatio retikularis
medulla tepat dibawahCTZ.2
CTZ mengandung reseptor reseptor untuk bermacam-macam senya
neuroaktifyang dapat menyebabkan mutah. Reseptor untuk, dopamine ( titik
tangkap kerja dariapomorphine ), acethylcholine, vasopressine, enkephalin,
angiotensin, insulin serotonin,endhorphin, substance P, dan mediator-
mediator yang lain. Mediator adenosine3’,5’cyclic monophosphate (cyclic
AMP) mungkin terlibat dalam respon eksitasi untuk semuapeptide stimulator
oleh karena theophylline dapat menghambat aktivitas proemetik daribahan
neuropeptic tersebut. Emesis sebagai respons terhadap gastrointestinal iritan
misalnya copper, radiasiabdomen, dilatasi gastrointestinal adalah sebagai
1
akibat dari signal aferen vagal ke centralpattern generator yang dipicu oleh
pelepasan lokal mediator inflamasi, dari mukosa yangrusak, dengan
pelepasan sekunder neurotransmitters eksitasi yang paling penting
adalahserotonin dari sel entrochromaffin mukosa. Pada mabuk (motion
sickness), signal aferenke central pattern generator berasal dari organ
vestibular, visual cortex, dan corticalcentre yang lebih tinggi sebagai sensory
input yang terintegrasi lebih penting dari padaaferen dari gastrointestinal.4
Rangsangan mutah berasal dari, gastrointestinal, vestibulo ocular,
aferen corticalyang lebih tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dimulai
nausea, retching, ekpulsi isilambung. Gejala gastrointestinal meliputi
peristaltik, salivasi, takhipnea, tachikardia.4Respons stereotipik vomiting
dimediasi oleh eferen neural pada vagus, phrenic,dan syaraf spinal. Input
untuk syaraf ini berasal dari brain stem “ vomiting centre”.Centre ini
tampaknya bukan merupakan struktur anatomi tunggal, tetapi merupakan
jalurakhir bersama dari reflex yang diprogram secara sentral melalui
interneuron medular dinukleus soliter dan berbagai-macam tempat disekitar
formatio retikularis. Interneurontersebut menerima input dari cortical, vagal,
vestibular, dan input lain terutama dari areapostrema. Area postrema adalah
chemorceptor trigger zone yang terletak didasarventrikel IV diluar sawar otak
dan diidentifikasi sebagai sumber yang crucial untuk inputyang menyebabkan
vomiting, terutama respons terhadap obat atau toksin.3
C. Diagnosis Banding Muntah
Pada dasarnya penyebab mutah sangat banyak. Klasifikasi mutah biasanya
didasarkan pada 1) lokus anatomi, 2) umur penderita, 3) adanya gejala dan
tanda asosiasi yang lain.
1) Lokus anatomik untuk stimulus
Stimulus untuk pusat mutah datang dari kortek, nucleus vestibularis,
ataucerebellum, chemoeceptor triger zone di brain stem, semua organ
perifer dapatmenyebabkan respons stereotipik mutah. Perlu dimengerti
2
bahwa gejala gastrointestinaldapat disebabkan oleh penyakit
nongastrointestinal.3
2) Faktor umur
Dokter dalam mengobati mutah dapat mempertimbangkan faktor umur
sebagaidiagnosa banding. Kelainan kongenital yang berat atau penyakit
metabolik terjadi padaperiode neonatus. Kelainan pertumbuhan atau
kelainan bawaan yang tidak terlalu beratmenjadi manifest pada periode
akhir bayi. Intoleransi makanan yang tampak pada periodebayi timbul
setelah bayi diperkenalkan dengan makanan (offending food), hal ini dapat
terjadi oleh karena imaturitas mukosa usus (temporarily damage) dimana
usus lebihpermiable terhadap antigen yang intak dibandingkan pada anak
yang lebih besar. Padabayi dapat juga muncul nonpathogenic regurgitant
reflux. Selama periode anak dan akhilbaliq, bermacam-macam kelainan
termasuk malformasi bawaan menjadi manifest.3
3) Faktor gejala dan tanda asosiasi
Gejala dan tanda asosoiasi yang menyertai mutah dapat
membantumengarahkanpenyebab mutah.3
D. Penegakan Diagnosis Muntah
Mengingat bahwa mutah adalah gejala dari berbagai macam penyakit,
makaevaluasi diagnosis mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang
dibuat berdasarkanfaktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal
yang lain.3Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit metabolik
lebih seringrerlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagaipenyebab mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya
umur. Intoleransi makanan,perilaku menolak makanan dengan atau tanpa
mutah sering merupakan gejala daripenyakit jantung, ginjal, paru, metabolik,
genetik, kelainan neuromotor.4
Seorang dokter harus sadar adanya deferensial diagnosis mutah yang
banyak dantidak semua mutah adalah GER. Penyakit yang serius pada bayi
akan luput dari diagnosisbila pendekatan hanya pada GER.Evaluasi
3
laboratorium pada bayi dan anak dengan mutah berulang atauberkepanjangan
meliputi, darah lengkap, serum elektrolit, BUN, serum creatinin,
urinelengkap, urine kultur, feses lengkap, darah samar, parasite. Adanya
indikasi khusus yangdapat ditangkap dari anamnesa dan pemeriksaan fisik
misalnya, upper GI series, USG,CT scan dan MRI kepala, LFT, serum
amylase, test kehamilan, serum amonia, organicacid urine, cathecolamine
urine, EEG. Endoskopi dan manometri esofagus, lambung,duodenum kadang
perlu dilakukan untuk melihat kelainan motorik intestinal.3
E. PenatalaksanaanMuntah
Pengobatan mutah ditujukan pada penyebab spesifik mutah yang
dapatdiidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa
mengetahui penyebabyang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada
bayi dan anak dengangastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis
gastrointestinal tract yang merupakankasus bedah misalnya, hiperthrophic
pyoric stenosis (HPS), appendiciyis, batu ginjal,obstruksi usus, tekanan
intrakranial yang meningkat. Hanya pada keadaan tertentuantiemetik dapat
digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk (motionsickness),
nausea dan mutah pasca operasi, khemoterapi kanker, cyclic
vomiting,gastroparesis, dan gangguan motilitas gastrointestinal.4
Obatan-obatan antiemetik termasuk prokinetik, metoklopramide,
domperidome,cisapride, dan bethanechol. Metoklopramide cukup efektif,
cisapride sebagai prokinetikmemberikan hasil yang baik, sebenarnya
komplikasi jarang terjadi.3
F. KomplikasiMuntah
1. Komplikasi metabolik : dehidrasi, alkalosis, kekacauan elektrolit, deplesi
kalium,natrium.Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan
lewat mutah atau masukanyang kurang oleh karena selalu mutah.Alkalosis
sebagai akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini diperberat
olehmasuknya ion hydrogen kedalam sel karena defisiensi kalium dan
berkurangnya natriumekstraseluler.Kalium dapat hilang bersama bahan
4
mutahan dan keluarnya lewat ginjal. Karenaalkalosis kalium bersama-
sama bikarbonat keluar lewat ginjal. Demikian juga natriumdapat hilang
lewat mutah dan urine. Dalamkeadaan alkalosis yang berat PH urine dapat
7atau 8 kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi
Natrium danKalium.2
2. Komplikasi nutrisi : Penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan
sebagai akibat dari mutahkronik, hal ini perlu diperhatikan pada
saatmelakukan terapi.2
3. Mallory Weiss syndrome
Adalah laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan lambung. Hal
inibiasanya terjadi mutah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan
endoskopi akanditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian
bawah daerah LES. Dalam waktusingkat akan sembuh. Bila anemiaterjadi
oleh karena perdarahan yang hebat perludilakukan transfusi darah.2
4. Peptic esophagitis
Akibat refluk yang berkepanjangan pada mutah kronik menyebabkan
iritasimukosa esofagus oleh asam lambung, antasida atau histamin receptor
blocker dapatmenyembuhkan.2
5
Daftar Pustaka
1. Fitzgerald JF, Clark JH, 1988; Manual of pediatric gastroenterology.
Churchilllivingstones p 25-32.
2. Dodge JA,1991; Vomiting and regurgitation. In Pediatric gastrointestinal
Disease.Pathophysiology, Diagnosis, Management. Ed by Durie,
Hamilton, Walker smith,Watkins. Black and Decker Inc. p 32-41.
3. Orensteins SR,1993; Dysphagia and vomiting. In Pediatric
GastrointestinalDisease . Pathophysiology, Diagnosis, Management.
Edited by Willy R, HyamsJS. WB Saunders Comp. 135-150.
4. Sondheimer JM, 2003; Vomiting. In Pediatric Gastrointestinal Disease 3rd
ed.Edited by Walter, Durie, Hamilton, Walkersmith, Watkins. Black and
Decker Inc.p 97-115.
6