resume jurnal ims

8
Asimptomatik Infeksi gonore dan chlamydial yang di deteksi dengan tes amplifikasi asam nukleat di daerah Boston pada pria yang melakukan hubungan seks dengan pria. Latar belakang: tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi penyakit menular seksual gonore dan clamidia yang asimptomatik pada pria yang berhubungan seks dengan pria dan aktif melakukan hubungan seksual baik secara oral ataupun secara anal di daerah Boston. Metode: Selama 1 bulan( maret 2007 ), dilakukan Screening infeksi klamidia dan gonorhe Asimptomatik dengan menggunakan BD ProbeTec (Nucleat Acid Amplification Test) pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki di Pusat Kesehatan Masyarakat Boston (n=114). Data rekam medis juga dianalisis untuk pemantauan hasil prevalensi. Hasil: 11% dari sample ini dinyatakan positif mengalami salah satu dari dua Infeksi menular seksual (gonore atau clamidia) dan sedikitnya mengenai satu mucosal. Individu yang mengalami infeksi menular seksual, lebih besar kemungkinan terjadinya pada individu yang memiliki riwayat satu atau lebih IMS sebelumnya dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat terkena IMS sebelumnya, (OR = 3.69 ; P <0.02). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara faktor psychosocial dan perilaku lainnya yang menjadi faktor resiko diantara pasien dengan IMS atau pasien tanpa sebuah IMS. Kesimpulan: Screening pada laki-laki seks laki-laki (LSL) yang asymptomatic dengan menggunakan asam nukleat amplifikasi tes ( NAATs ) menunjukan bahwa, besarnya kejadian IMS yang mungkin tidak dapat didiagnosis menggunakan pemeriksaan tradisional yang biasanya dipakai. Data ini penting untuk keberhasilan penanganan kesehatan masyarakat pada populasi men seks men (MSM). PENDAHULUAN Pria yang melakukan hubungan seks dengan pria (Men Seks Men) selalu berada dalam posisi yang beresiko tinggi untuk

Upload: irna-meliya-wati

Post on 27-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: resume jurnal ims

Asimptomatik Infeksi gonore dan chlamydial yang di deteksi dengan tes amplifikasi asam nukleat di daerah Boston pada pria yang melakukan hubungan seks dengan pria.

Latar belakang: tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi penyakit menular seksual gonore dan clamidia yang asimptomatik pada pria yang berhubungan seks dengan pria dan aktif melakukan hubungan seksual baik secara oral ataupun secara anal di daerah Boston.

Metode: Selama 1 bulan( maret 2007 ), dilakukan Screening infeksi klamidia dan gonorhe Asimptomatik dengan menggunakan BD ProbeTec (Nucleat Acid Amplification Test) pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki di Pusat Kesehatan Masyarakat Boston (n=114). Data rekam medis juga dianalisis untuk pemantauan hasil prevalensi.

Hasil: 11% dari sample ini dinyatakan positif mengalami salah satu dari dua Infeksi menular seksual (gonore atau clamidia) dan sedikitnya mengenai satu mucosal. Individu yang mengalami infeksi menular seksual, lebih besar kemungkinan terjadinya pada individu yang memiliki riwayat satu atau lebih IMS sebelumnya dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat terkena IMS sebelumnya, (OR = 3.69 ; P <0.02). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara faktor psychosocial dan perilaku lainnya yang menjadi faktor resiko diantara pasien dengan IMS atau pasien tanpa sebuah IMS.

Kesimpulan: Screening pada laki-laki seks laki-laki (LSL) yang asymptomatic dengan menggunakan asam nukleat amplifikasi tes ( NAATs ) menunjukan bahwa, besarnya kejadian IMS yang mungkin tidak dapat didiagnosis menggunakan pemeriksaan tradisional yang biasanya dipakai. Data ini penting untuk keberhasilan penanganan kesehatan masyarakat pada populasi men seks men (MSM).

PENDAHULUAN

Pria yang melakukan hubungan seks dengan pria (Men Seks Men) selalu berada dalam posisi yang beresiko tinggi untuk terjadinya infeksi HIV dan infeksi menular seksual lainnya. Di Massachusetts, MSM menyumbang sekitar 40% dari semua kasus baru yang di diagnosa terkena infeksi HIV/AIDS. Insiden HIV pada MSM di Massachusetts meningkat dari 292 pada 2004 menjadi 315 di 2005. Beberapa kota di Amerika Serikat dimana termasuk di Boston, Telah dilaporkan terjadi peningkatan infeksi klamidia, gonore, dan sifilis terutama pada laki-laki homoseksual yang terinfeksi HIV. Infeksi Klamidia yang terjadi pada pria AS meningkat sebesar 43.5 % (dari 112.3 menjadi 161.1 kasus per 100.000 pria ) dari tahun 2001 hingga 2005. Peningkatan infeksi tersebut dapat dikaitkan dengan peningkatan pergantian pasangan atau tukar pasangan di antara para laki-laki pada beberapa tahun terakhir ini. Antara tahun 2001 dan tahun 2005. Lebih dari 3 kali lipat peningkatan kasus infeksi sifilis di Massachusetts pada laki-laki homoseksual dan 33 kali lipat peningkatan kasus gonore yang di diagnosis resisten terhadap quinolone

Page 2: resume jurnal ims

pada golongan laki-laki homoseksual ( 2 kasus pada 2001 dan meningkat menjadi 66 kasus pada tahun 2005 ) . Penelitian ini juga mengeksplor hambatan fasilitas kesehatan untuk mendeteksi IMS pada laki-laki homoseksual yang berganti-ganti pasangan dengan homoseksual yang lainnya di daerah Boston dan menunjukan bahwa Laki-laki homoseksual lebih banyak melakukan sreening jika mereka telah mengalami gejala atau mengetahui bahwa partner seks nya mengalami infeksi. Sedangkan sangat sedikit yang melakukan screening jika mereka tidak mengalami gejala dan mereka mengganggap dirinya tidak beresiko untuk terjadinya IMS. Sehingga kesimpulannya, laki-laki homoseksual cenderung melakukan screening IMS setelah mereka telah aktif mengalami gejala dan dalam keadaan yang asimptomatik tidak melakukan pemeriksaan sehingga tidak mendapat pengobatan dan infeksi tetap aktif dalam tubuhnya dimana dapat menularkan ke partner seksnya. Keadaan tersebut sangat menimbulkan kekhawatiran pada kesehatan masyarakat.

Saat ini muncul teknologi baru dan sangat sensitif untuk pengujian IMS yaitu Nukleat Acid Amplification Test ( NAATs ). NAATs adalah sebuah pengujian berdasarkan bio molecular dimana dapat dilakukan dengan sampel yang minimal untuk mendeteksi asam nukleat pada penderita IMS. Pemeriksaan klinis NAATs memiliki beberapa keuntungan dan keunikan unik yang diantaranya adalah tingginya tingkat sensitivitasnya untuk mendeteksi IMS yang asimptomatik seperti gonore dan klamidia jika dibandingkan dengan spesimen yang dikultur. Sebelumnya pemeriksaan dengan kultur dan isolasi secara tradisional digunakan untuk mengidentifikasi penyebab IMS, dimana spesifisitasnya 100% adalah std tradisional pengujian menghasilkan spesifisitas 100 %. NAATs sensitivitas lebih tinggi dibandingkan spesifisitasnya ( > 99,0 % ) sehingga dalam pengujiannya masih dapat menghasilkan positive palsu. Spesifisitas dapat ditingkatkan dengan tambahan pengujian alternatif atau dengan pengujian spesimen kedua. Dan itu direkomendasikan dalam pemeriksaan NAATs.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi infeksi menular seksual yang asimptomatik pada laki-laki homoseksual yang ada di daerah Boston dan telah aktif melakukan hubungan seksual baik secara oral ataupun anal seks dalam waktu satu tahun terakhir. Penelitian ini juga ingin menunjukan apakah ada hubungan yang kuat antara faktor psikososial dengan terjadinya infeksi menular seksual pada laki-laki homoseksual. Tujuan lainnya (Secondary purpose) adalah menilai hubungan antara faktor psikososial dengan riwayat terjadinya IMS dan diagnosis. penelitian ini juga berusaha untuk mengevaluasi keefektivitas tes amplifikasi nukleat yang digunakan sebagai screening awal untuk mengidentifikasi kejadian IMS di suatu populasi. Sehingga memfasilitasi masyarakat untuk peduli terhadap kesehatannya, karna terjadinya infeksi menular seksual (gonore dan klamidia) akan memfasilitasi terjadinya HIV akuisisi (didapat) dan dapat menular dari satu individu ke individu lain. Data prevalensi lokal mengenai penyakit menular seksual yang asimptomatik dapat membantu memberikan informasi yang kritis untuk

Page 3: resume jurnal ims

mengetahui epidemiologi lokal dari kejadian infeksi HIV. dan memberikan informasi bagi bidang kesehatan masyarakat mengenai potensi teknologi baru dalam melakukan screening untuk kasus IMS khususnya kasus yang asimptomatik.

MATERIAL DAN METODE

Desain,Rekrutmen, dan Prosedur Penelitian

dalam waktu 1 bulan( maret 2007 ) di Fenway Community Health (FHC). FHC adalah komunitas pelayanan kesehatan dan fasilitas riset kesehatan terbesar yang telah berdiri di Boston yang dikhususkan dalam perawatan kasus HIV/AIDS dan melayani kebutuhan pelayanan kesehatan pada komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender di daerah Boston daerah dan melakukan sebuah proyek pengawasan dan kemitraan bersama dengan Massachusetts Departemen of Public dan Divisi Infeksi Menular Seksual untuk memantau prevalensi infeksi menular seksual yang asimptomatik pada laki-laki homoseksual di pusat kesehatan pasien (n=114).

Semua pasien laki-laki yang datang ke FHC untuk kunjungan medis dan telah aktif secara seksual ( oral dan / atau anal seks ) dengan laki-laki lain lain dalam beberapa tahun terakhir ditawarkan untuk melakukan screening IMS menggunakan BD ProbeTec ET klamidia trachomatis dan neisseria gonorrhoeae Amplified DNA Assays ( BD ProbeTec ). Untuk menilai kinerja dari NAATs maka dalam penelitian ini dilakukan pula tambahan pengujian untuk gonore dengan menggunakan teknik kultur konvensional. di samping itu, dilakukan validasi terhadap alat penguji NAATs yang dilakukan di laboratorium untuk menilai kinerja ProbeTec tes dalam mengidentifikasi kasus IMS nonurethral. Dalam penelitian ini, seluruh pasien yang ikut serta dilakukan usap dubur (Anal Swab), yang diuji oleh menggunakan BD ProbeTec untuk gonore dan chlamydia dan dilakukan juga kultur dengan media Thayer Martin dari anal swab. Selain anal Swab dilakukan juga faringeal swab dan pengujian urin, dimana hasil anal swab akan yang dikultur dimedia Thayer Martin dan urin tersebut akan diuji menggunakan BD ProbeTec untuk gonore dan chlamydia. Sebelum dilakukan tindakan, pasien telah dimintai persetujuannya untuk berpartisipasi dan melakukan semua tes yang dianjurkan oleh peneliti.

Sampel yang disimpan pada suhu kamar dan setiap hari ditransport ke laboratorium negara di Massachusetts untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil dari pemeriksaan laboratorium didapatkan setelah 2-3 hari untuk kultur dan 3 – 10 hari untuk NAATs. Hasil yang positif akan dilaporkan melalui telepon dan untuk pengobatan, peneliti bekerjaama dengan FCH dan staf kesehatannya. Retrospektif data untuk menentukan prevalensi diambil dari catatan medis pasien homoseksual di FHC termasuk juga pasien yang memiliki HIV/AIDS dan memiliki riwayat IMS sebelumnya. Faktor Risiko psikososial diperiksa menggunakan DSM-IV-TR axis I yang didiagnosis untuk depresi, kecemasan, PTSD, gangguan penyesuaian, dan penyalahgunaan zat (pemakai narkoba).

Page 4: resume jurnal ims

Analisa data

Analisi data dilakukan dengan menganalisis rekam medis dimana hasilnya akan digunakan untuk pemantauan prevalensi. Data yang diambil dari rekam medis pasien akan dimasukan ke dalam MS Exel data base dan dianalisis dengan menggunakan SPSS statistical sofware dengan menggunakan P < 0.05. Distribusi secara univariate diaman setiap variabel dianalisis termasuk serostatus HIV, usia, status asuransi, ras / etnis, seksual dan sejarah penggunaan obat-obatan. Untuk memeriksa adanya hubungan atau tidak, data dianalisis memeriksa chi-square test. Odds Ratio( ORs ) dihitung untuk menilai besarnya resiko dari tiap variabel dan menghubungkan hasilnya untuk menilai sejauh mana skor di dua variabel menempati posisi relatif sama atau malah lebih besar.

HASIL

Demografi

Demografi dari sampel kenyamanan (n 114?) Dijelaskan pada Tabel 1. Usia rata-rata peserta adalah 40,68 (kisaran 19-68;? SD 10,33?). Mayoritas LSL berkulit putih(68%), 11% adalah ras / etnis minoritas, 22% adalah tidak diketahu ras / etnis. Sebagian besar peserta adalah pribadi diasuransikan (78%); 13% di depan umum diasuransikan, 4% tidak diasuransikan, dan 5% adalah diri membayar. Secara keseluruhan, 22% dari sampel adalah terinfeksi HIV. Sana ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara demografi yang terinfeksi PMS dan orang-orang yang tidak terinfeksi.

STD Diagnosis dari the 114 MSM yang diputar untuk gonore dan chlamydia selama periode proyek 1 bulan, 11% diuji positif untuk PMS (tabel 2). Positif terdeteksi NAAT klamidia uretra adalah 2,6% dan gonore uretra adalah 1,0%. Terdeteksi NAAT klamidia dubur positif 6,1% dan terdeteksi NAAT dubur gonore 1,7%. Ada tidak ada kasus dubur gonore (budaya) terdeteksi atau faring gonore (budaya) yang terdeteksi. Ada satu tak tentu NAAT dubur gonore hasil, yang tidak dikonfirmasi oleh budaya. Mereka yang terinfeksi PMS itu jauh lebih mungkin untuk memiliki sejarah seumur hidup sebelumnya infeksi STD 1 atau lebih bila dibandingkan dengan individu yang tidak terinfeksi (OR?3,69, P 0,02) (Tabel 1)?. Hampir setengah dari laki-laki disaring memiliki sebelumnya riwayat satu atau lebih PMS. Peserta yang terinfeksi HIV lebih mungkin untuk memiliki sejarah PMS dibandingkan yang tidak terinfeksi HIV peserta (OR 4,36;? P 0,001?).

Psikososial faktor risiko ada tidak ada perbedaan yang signifikan yang diamati dalam faktor-faktor risiko psikososial antara peserta terinfeksi STD dan STD-uninfected. Namun, depresi (38%), kecemasan (15%), dan diagnosa kesehatan mental lainnya (misalnya, PTSD dan penyesuaian gangguan) (11%) adalah umum pada populasi ini pasien. Selain itu, 19% dari MSM telah didiagnosa dengan zat menggunakan gangguan (SUD) dan SUD dikaitkan dengan memiliki depresi (p < 0,01).Penggunaan tembakau adalah umum (18% dari sampel) dan peserta dengan

Page 5: resume jurnal ims

sebelum sejarah PMS yang lebih mungkin untuk saat ini menggunakan tembakau atau memiliki sejarah pemakaian tembakau dibandingkan dengan MSM tanpa sejarah PMS. Sehubungan denganyang tidak terinfeksi HIV peserta,Terinfeksi HIV lebih cenderung memiliki SUD(? OR 3,29;? P 0,01) dan lebih mungkin untuk saat ini menggunakan tembakau atau memiliki riwayat penggunaan tembakau (OR 2,27?; P 0,000)?. Sekitar 4% dari sampel telah seksual disalahgunakan sebagai anak-anak. Childhood pelecehan seksual juga terkait dengan memiliki depresi (P 0,01?) dan SUD (P 0,01?).

Diskusi

penelitian ini dimanfaatkan NAAT teknologi untuk STD pengujian untuk menentukan prevalensi asimtomatik PMS antara MSM yang telah aktif secara seksual (oral dan/atau anal seks) dengan laki-laki lain dalam satu tahun terakhir. Pasien Pusat Kesehatan MSM asimtomatik disaring untuk klamidia, gonore dan menggunakan ProbeTec BD sangat sensitif. Secara keseluruhan, 11% dari MSM diuji positif. Ada tingkat positif yang lebih tinggi untuk asimtomatik dubur gonore oleh NAAT pengujian (1,7%) dibandingkan dengan pengujian oleh budaya. Klamidia dubur terdeteksi antara 6,1% laki-laki asimtomatik. Secara keseluruhan, kita akan melewatkan 7,8% infeksi (CG atau CT) telah kita hanya disaring untuk urin. Temuan ini menunjukkan bahwa skrining asimtomatik MSM menggunakan NAAT memungkinkan untuk mendeteksi PMS yang tidak dapat didiagnosis menggunakan Asai tradisional lainnya dan konsisten dengan studies.18,19 MSM lain selain itu, fokus sebelumnya pada populasi gejala klinik mungkin kehilangan lebih luas pada populasi risiko yang mungkin pelabuhan tidak diterapi, sebagian besar tanpa gejala infeksi.

Individu yang telah terinfeksi dengan sebuah std itu jauh lebih mungkin untuk memiliki sebuah sebelum sejarah satu atau lebih stds relatif terhadap orang-orang yang tidak terinfeksi. Namun, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik psychosocial faktor risiko di antara peserta terinfeksi dengan stds dan mereka tanpa, karena banyak praktek-praktek, seksual potentiators dari berisiko misalnya, depresi, zat menggunakan, dan kesehatan mental lainnya comorbidities adalah umum di antara msm dengan dan tanpa sebuah std. Meskipun penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa sejarah sebelumnya stds dapat yang terbaik dari prediksi asymptomatic std infeksi sebagai lawan psychosocial faktor risiko seperti depresi, kecemasan, atau penyalahgunaan obat, tambahan penelitian ini dijamin untuk mengeksplorasi hubungan seksual dan perilaku psychosocial risiko dan faktor resiko.

Meski tidak ada perbedaan signifikan yang diamati antara std terinfeksi dan std yang tidak terinfeksi msm oleh serostatus, ada banyak perbedaan signifikan diamati antara yang terinfeksi hiv dan hiv-uninfected peserta secara keseluruhan. Yang terinfeksi hiv peserta lebih mungkin untuk memiliki banyak faktor resiko, termasuk sejarah stds, zat menggunakan gangguan, dan tembakau menggunakan bila

Page 6: resume jurnal ims

dibandingkan dengan hiv-uninfected peserta. Pembatasan untuk studi saat ini berhubungan dengan spesifisitas naat teknologi. Bd probetec memiliki yang lebih tinggi tingkat false-positive hasil tes relatif terhadap budaya tradisional assays.8 di sana juga telah keprihatinan bahwa urutan variasi dapat terjadi di antara beberapa gonococcal popuiations dan penggunaan naats dapat mengakibatkan palsu penghambatan negatif karena zat-zat yang mungkin menekan deteksi dalam untai perpindahan uji dimanfaatkan oleh bd probectec

Penentuan asymptomatic std prevalensi di antara msm di daerah boston merupakan langkah penting dalam menyimpan data epidemiologic yang tren di masyarakat untuk melakukan intervensi dan mencegah meningkatnya kasus STD dari tiap suku yang melakukan msm dan untuk memantau perilaku yang dapat menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam daerah epidemi hiv. Apalagi prevalensi data std lokal bisa membantu memberi informasi penyedia perawatan kesehatan std skrining pedoman msm, memastikan budaya kompeten dan berkualitas tinggi yang peduli. Meskipun terkenal keterbatasan, rutin naat skrining untuk gonore dan chlamydia tampaknya sangat dijamin dalam hal ini pengaturan.