restoran es , okta prahastomo, fib ui, 2016

22
Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

RESTORAN ES KRIM RAGUSA TAHUN 1932-1942:

GAYA HIDUP MASYARAKAT ELIT BATAVIA

MAKALAH NON SEMINAR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

OKTA PRAHASTOMO

1006690462

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI ARKEOLOGI

JANUARI 2016

DEPOK

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

RESTORAN ES KRIM RAGUSA TAHUN 1932-1942:

GAYA HIDUP MASYARAKAT ELIT BATAVIA

Okta Prahastomo dan Irmawati M. Johan

Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Archaeology Department, Faculty of Humanities, University of Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Arkeologi Industri merupakan sebuah kajian dalam ilmu arkeologi yang berusaha

memahami mengenai perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi sejak periode

industrialisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang gaya hidup

masyarakat elit Batavia pada tahun 1932-1942 yang ada di restoran es krim Ragusa melalui

data berupa foto-foto masa lalu yang menggambarkan aktifitas masyarakat, aktifitas di

dalam restoran es krim Ragusa, iklan-iklan dari majalah, dan wawancara dari pemilik

restoran es krim Ragusa. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa restoran es krim

Ragusa merupakan sebuah symbol dari gaya hidup orang kulit putih atau Eropa.

Kata kunci:

Foto, iklan, es krim, Ragusa, restoran, gaya hidup, kelas sosial, pesta.

Ragusa’s Ice Cream Restaurant at 1932-1942: Lifestyle Communities Elite Batavia

Abstract

Industrial archeology is a study in the science of archeology which seeks to understand the

social, economic, and technology since the period of industrialization. This study aimed to

describe the lifestyle of elite Batavia in 1932-1942 in the restaurant ice cream Ragusa

through the data in the form of photographs depicting past community activities, activity in

the ice cream restaurant Ragusa, advertisements from magazines, and an interview of the

owner of the restaurant ice cream Ragusa. Based on the results of analysis show that the ice

cream restaurant Ragusa is a symbol of the lifestyle of European.

Keywords:

Photographs, advertisements, ice cream, Ragusa, restaurant, lifestyle, social class, party.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Pendahuluan

Pada awalnya arkeologi memang hanya membahas mengenai industri itu sendiri,

seperti bagaimana proses industrialisasi, proses produksi dan distribusi dan bagaimana

hubungan dengan lanskap atau bentang alam yang ada. Namun, seiring berjalannya waktu

arkeologi industri juga membahas mengenai aspek sosial dari industri tersebut (Palmer

1998: 3-4). Sejak 1990-an, arkeologi industri telah mengembangkan objek-objek penelitian

baru dengan teori sosial, sejak saat itu arkeologi industri tidak semata-mata hanya berfokus

pada pabrik yang erat kaitannya terhadap industri, melainkan pola tingkah laku dan gaya

hidup masyarakat di dalam sebuah industri tersebut (Cassela & Symonds, 2005: 3).  

Material culture atau peninggalan budaya materi dapat merupakan sebuah simbol

atau sebuah objek yang memiliki nilai tertentu di dalam kebudayaan manusia yang sifatnya

fleksibel dan bisa disentuh secara fisik komponennya. Budaya materi pun dapat berupa

objek maupun pemikiran-pemikiran, dalam hal ini juga dapat menjadikannya sebuah data

objek dalam penelitian yang setara dengan artefak dan benda-benda sejenisnya. (Woodward

2007: 14-15).

Yang menjadi topik pembahasan dalam arkeologi industri yaitu bangunan-bangunan

atau monumen masa lalu yang masih bertahan secara fisiknya dan dikaitkan dengan aktifitas

manusia yang ada didalamnya pada masa lalu, bangunan arkeologi dan arsip tertulis belum

cukup untuk menjelaskan kejadian masa lalu, dengan demikian dibutuhkan sub-disiplin

lainnya untuk membantu menjelaskan sebuah aktifitas tersebut (Cassela & Symonds, 2005:

60).

Arkeologi industri tidak hanya selalu membahas mengenai sebuah objek industri

besar seperti pabrik, namun juga industri kecil seperti industri rumahan atau biasa disebut

home industry. Yang membedakan industri besar dengan industri rumahan terdapat dari

skala industri tersebut, struktur industri, dan jumlah pekerja yang ada didalamnya, biasanya

sebuah industri rumahan hanya memiliki jumlah pegawai dalam skala kecil, industri

rumahan juga tidak menjalankan produksinya seperti industri besar yang selalu menjalankan

produksinya setiap tahun tanpa henti tapi hanya dalam periode tertentu saja, begitu juga

tempat tinggal para karyawan dalam industri rumahan yang tinggal di sekitar tempat mereka

bekerja (Ford, 2011: 725, 736-737).

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Berdasarkan penuturan pemilik toko es krim Ragusa, Hj. Sias Mawarni, SS. MM.

yang bersumber dari pemilik awal yaitu Vincenzo Ragusa, pada tanggal 23 Oktober 2014:

“ toko es krim Ragusa merupakan tempat berkumpulnya banyak masyarakat kota Jakarta pada masa itu, baik orang-orang Eropa maupun dari orang-orang Indonesia. Toko es krim Ragusa memiliki keunggulan diantara tempat lainnya karena, Ragusa memakai susu murni yang langsung di impor dari Italia pada rentang tahun 1932-1942, mesin pembuatnya pun didatangkan langsung dari Italia sehingga memberikan ciri khas yang khusus jika dibandingkan dengan industri es krim lainnya. Mayoritas konsumen yang datang pada saat itu memang didominasi oleh orang Eropa yang ada di Jakarta tapi juga ada orang Indonesia yang datang ke toko es krim Ragusa dengan berbagai alasan, namun memasuki tahun 1942 banyak orang Eropa yang mulai meninggalkan Indonesia dikarenakan datangnya bangsa Jepang”.  

Kecenderungan gaya hidup merupakan suatu pola perilaku individu atau masyarakat

atau sebuah kelompok tertentu yang mengikuti perkembangan jaman seiring berjalannya

waktu di sebuah negara atau wilayah tertentu. Pada umumnya sebuah gaya hidup juga

diikuti oleh kondisi ekonomi, politik, kebudayaan ataupun kepercayaan individu atau

masyarakat tertentu sehingga dapat mengindikasikan dari mana individu atau kelompok

masyarakat itu berasal dengan gaya hidupnya di tahun 1932 sampai 1942 yang mana pada

saat itu gaya hidup yang ada terbatas hanya di kalangan tertentu (Kuhn 2009: 49-51), dalam

hal ini es krim menjadi sebuah gaya mutakhir yang ada di masa itu.  

Penelitian ini memilih lokasi di daerah Batavia, karena daerah Batavia merupakan

salah satu daerah yang memiliki perilaku hidup masyarakat yang cukup berbeda jika

dibandingkan dengan daerah lainnya seperti Surabaya dan Semarang, hal tersebut

disebabkan perekonomian yang cukup maju dan mengakibatkan perilaku masyarakatnya

menjadi lebih menonjol jika dibandingkan dengan daerah lain (Soekiman 2011: 69-70).  

Dalam rentang waktu 1932-1942 Batavia memiliki pasar malam yang menjadi

sebuah pusat hiburan yang sangat menjadi ciri khas budaya bangsa Eropa yang tidak bisa

jauh dari pesta, yaitu dikenal dengan Pasar Gambir yang berisi dengan berbagai festival dan

hiburan-hiburan jalanan yang hanya dapat dinikmati oleh kaum Eropa dan orang-orang

pribumi yang memiliki kekayaan berlebih (Blackburn 2011: 129-131).  

Permasalahan Penelitian

Penelitian mengenai industri es krim di Batavia ini berangkat dari adanya tinggalan

arkeologi yang berupa restoran es krim Ragusa yang berada di Jl. Veteran Jakarta Pusat.

Maka masalah yang akan diteliti dalam tulisan ini adalah bagaimanakah gaya hidup

masyarakat khususnya konsumen pada tahun 1932 sampai tahun 1942 yang dikaji melalui

industri es krim Ragusa ?

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan keadaan masyarakat dengan

perilaku sosial dan gaya hidup yang ada didalam sebuah restoran es krim Ragusa pada masa

tersebut yang tentunya memiliki perbedaan dengan yang ada di masa sekarang. Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai gambaran, penjelasan, informasi,

keterangan dan pemahaman mengenai dunia industri khususnya industri kuliner yang

terdapat didalam restoran es krim Ragusa khususnya pada rentang tahun 1932 sampai 1942,

serta dapat bermanfaat juga dalam ilmu arkeologi, khususnya dalam upaya menggambarkan

situasi perilaku sosial masyarakat, gaya hidup, dan selera masyarakat yang ada di restoran es

krim Ragusa pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu berupa industri es krim Ragusa

sebagai temuan arkeologis berupa fitur yang kemudian dilakukan tahap pengumpulan data

berupa informasi-informasi mengenai temuan arkeologis tersebut dari benda berupa fitur

menjadi data, kamudian hubungan data dengan konteks (evidence) dan dilanjutkan dengan

interpretasi data. Data dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder, data

primer berupa fitur yaitu restoran es krim Ragusa beserta peralatan makan, minum dan

lainnya, sedangkan data sekunder berupa foto-foto masa lalu yang berkaitan dengan industri

es krim Ragusa (Dark, 1995: 36).

Data dalam tulisan ini berupa benda-benda tinggalan arkeologis yang berkaitan di

dalam restoran es krim Ragusa seperti peralatan makan dan minum, kursi, meja, mesin

pembuat es krim, letak ruangan yang ada di dalam restoran es krim, iklan-iklan yang ada di

majalah pada masa lalu, foto-foto masa lalu dan lainnya.  

Bukti merupakan hubungan antara data dengan konteks dan data dengan data, dalam

hal ini konteks dapat berupa waktu, budaya, sejarah, ruang, selera, gaya hidup dan sebagai

macamnya, sehingga dari data tersebut akan mendapatkan informasi yang diinginkan dalam

penelitian ini sehingga dapat memberikan sebuah kesimpulan atau interpretasi.  

Interpretasi dilakukan setelah mendapatkan hasil dari bukti sebelumnya untuk

mendapatkan kesimpulan dari permasalahan penelitian dalam tulisan ini berupa perilaku

masyarakat apa saja yang ada di restoran es krim Ragusa.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Hasil Penelitian

Industri tidak selalu berkaitan dengan pabrik-pabrik yang besar dengan jumlah

karyawan yang berjumlah ratusan, namun dalam tulisan ini yang akan dibahas adalah

industri kecil, disebut demikian karena hanya memperkerjakan sekitar 5-19 orang karyawan

disetiap kantor atau pabriknya (Thee, 1994: 90). Industri yang dibahas dalam tulisan ini

merupakan industri skala kecil, bisa pula disebut sebagai wirausaha, dalam sebuah

wirausaha apapun itu bidangnya tentunya yang terpenting adalah tidak takut untuk gagal

dan berani mencoba, karena jika hal tersebut tidak dijalankan maka akan berimbas terhadap

produksi yang dilakukan dan tidak akan berjalan dengan lancar (Wiyono, 2004: 19-21).

Foto 1 Industri Es Krim di Luar Indonesia Tahun 1940-an

(Sumber: ice-cream.org)

Dalam foto ini merupakan contoh restoran es krim yang ada di luar Indonesia, terlihat

suasana dalam restoran tersebut ada pengunjung yang menikmati es krim dengan busana

yang terlihat santai. Tidak hanya es krim, namun juga menikmati menu lainnya seperti kopi

dan kudapan lainnya.

Sejarah awal mula es krim berasal dari jaman kaisar Romawi, sedangkan sumber

lain menyebutkan bahwa es krim berasal dari daratan Cina dan dibawa ke daratan Eropa

melalui jalur perdagangan pada masa lalu (Samat, 1987). Datangnya es krim juga membawa

dampak lain di dalam perindustrian, seperti proses penemuan, inovasi dan pengembangan

dunia industri (Cranstone, 2001:183 dalam Casella & Symonds, 2005). Namun es krim yang

ada di Indonesia kemuungkinan berasal dari Eropa berdasarkan jenis yang ada diperjual-

belikan.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Penemuan berupa mesin pembuat es krim di dalam dunia perindustrian Indonesia

pada masa itu sangat berpengaruh besar dalam dunia industri terutama dalam bidang industri

kuliner yang dapat mempermudah pembuatan es krim di jaman modern. Inovasi dalam hal

aneka macam produk es krim beserta peralatan pendukungnya seperti mesin pendingin juga

beberapa diantara inovasi yang sangat berpengaruh di dunia industri kuliner, dan

pengembangan pemasaran industri es krim di masa kolonial pada masa itu dapat menarik

minat konsumen yang datang dari berbagai kalangan mulai dari orang Eropa dan pribumi,

meski masih dibedakan oleh kelas-kelas sosial.

Gambar 2 Alat Pembuat Es Krim Tradisional

(Sumber: icecreamnation.org)

Gambar ini merupakan alat pembuat es krim yang masih tradisional dan cara

pengoperasiannya masih secara manual belum memakai tenaga listrik, cara pembuatan es

krim dengan alat ini dengan cara memutar tuas yang ada disamping sampai susu didalamnya

berubah bentuk menjadi es krim. Alat ini biasa ditemukan di daerah Eropa dan Amerika,

karena di sebagian daerah tersebut terdapat banyak penikmat es krim.

Selera pribumi dalam memilih makanan juga tidak kalah jika dibandingkan dengan

orang Eropa seperti banyaknya makanan ringan yang dijual di Batavia dengan cita rasa yang

lebih mudah diterima oleh lidah orang Indonesia seperti kue pepe, kue talam, kue apem, kue

bugis, kue pisang, ongol-ongol, buras, lontong, gemblong, kue cincin, kue unti, serta kue

lainnya seperti combro dan misro, biasanya makanan tersebut dijual keliling atau di pinggir

jalan menggunakan nampah atau pun pikulan, sedangkan untuk minuman ada pula es cendol

dan es selendang mayang yang juga merupakan salah satu jajanan khas Nusantara (Alkatiri

2010: 112-113). Jika selera orang Eropa dalam menyantap roti dengan didampingi es krim,

maka orang pribumi juga memiliki seleranya sendiri dengan contohnya menyantap kue

cincin yang didampingi es cendol atau es selendang mayang.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Foto 3 Es Cendol, Es Selendang Mayang, Es Lilin, dan Es Goyang.

Sementara itu seiring berjalannya waktu banyak berbagai jenis es krim yang mulai

hilang dari peredaran akibat mulai berdatangannya es krim modern dari Eropa seperti es

lilin yang keberadaannya sudah sangat jarang. Di kota-kota besar Hindia Belanda tidak

hanya terdapat restoran-restoran yang menyajikan berbagai macam menu masakan, namun

telah banyak pula berdiri pabrik-pabrik yang mengolah berbagai makanan dan minuman,

seperti pabrik susu dan pabrik air mineral. Selain itu adapula toko roti dan kue sebagai

tempat yang menyediakan makanan kudapan bangsa Eropa, di samping pabrik es yang

sebenarnya sudah ada di Hindia Belanda sejak abad 19. Awal mulanya pabrik es dimiliki

oleh pengusaha Tionghoa dan Eropa, selain pabrik es Petojo adapula pabrik es tua lainnya

yang terdapat di daerah Rawa Bangke (Rawa Bening) pada tahun 1928 yang dimiliki oleh

seorang bernama Kwa Wan Hong (Sunjayadi, 2007: 110-111).

Restoran es krim Ragusa merupakan sebuah industri kecil atau bisa juga disebut

home industry yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang berasal dari

Eropa seperti es krim, pizza, spaghetti, bir dan sebagainya. Vincenzo Ragusa adalah seorang

pengusaha restoran berkebangsaan Italia yang sudah memiliki restoran di Italia. Awal mula

restoran es krim Ragusa berlokasi di Bandung tepatnya di sekitar Jalan Pos atau yang

sekarang dikenal dengan Jalan Asia-Afrika. Sementara itu Restoran es krim Ragusa

sekarang berpusat di Jl. Veteran. Setelah dibukanya restoran es krim tersebut, sang pemilik

mengantongi keuntungan yang berlimpah jika dibandingkan dengan hanya ternak sapi.

Beberapa waktu kemudian mereka memindahkan restoran es krim tersebut ke Batavia

tepatnya di daerah Weltevreden pada saat diadakan acara Pasar Gambir. Dahulu restoran es

krim Ragusa merupakan sebuah restoran yang menjual berbagai macam makanan dan

minuman khas Eropa, segala jenis menu banyak di tawarkan di restoran ini namun es krim

menjadi menu andalannya.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Selain makanan-makanan tersebut, di toko ini juga disediakan minuman bir yang

merupakan minuman kesukaan para orang Eropa, yaitu minuman yang berasal dari

fermentasi gandum. Hidangan utama di restoran es krim Ragusa tentunya adalah es krim,

beberapa macam varian es krim ditawarkan di restoran ini, yang beberapa diantaranya

adalah tuttifrutty (es krim yang ini termasuk ke dalam jenis ice cake atau sejenis es krim

yang berbentuk seperti kue dengan berbagai rasa yang dicampur dengan buah-buahan kering

sebagai penambah rasa dalam es krim tersebut).

Peralatan makan dan minum restoran ini juga banyak yang berasal dari luar negeri

atau impor seperti mangkuk yang digunakan untuk menyajikan es krim terbuat dari bahan

stainless steel anti karat dan dapat mengurangi kemungkinan es krim tersebut lebih cepat

cair. Mangkuk tersebut diimpor langsung dari Singapura, mesin pembuat es krim pun

diimpor langsung dari negara asalnya Italia dengan nama Carpriciani.

Restoran es krim Ragusa berpindah lokasi di Jl. Veteran pada tahun 1960-an.

Restoran tersebut menempati sebuah bangunan berbentuk ruko yang masih berdiri sampai

sekarang. Pada masa itu menu yang ditawarkan tidak sama seperti pada saat masih berlokasi

di perayaan Pasar Gambir, restoran es krim Ragusa lebih banyak menawarkan menu-menu

es krimnya. Sementara itu pedagang-pedagang kaki lima yang menjual makanan seperti sate

ayam, asinan, dan sebagainya mulai berdatangan menjajakan dagangannya didepan restoran.

Restoran es krim Ragusa yang terletak di Jl. Veteran menjadi pusat dari seluruh cabang

restoran es krim Ragusa lainnya yang sampai pada tahun 1998 terhitung ada hampir 22

cabang yang berdiri di Jakarta. Setelah adanya peristiwa kerusuhan 1998 silam, cabang

rstoran es krim Ragusa yang tersisa sampai sekarang hanya 3 cabang saja, yaitu yang

terletak di Jl. Veteran, Duta Merlin Plaza, dan Pasar Gambir Kemayoran yang letaknya

bersamaan dengan Pekan Raya Jakarta.

Foto 4 Beberapa Majalah Yang Menuliskan Mengenai Pasar Gambir

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Dalam konteks Ruang, restoran es krim Ragusa berada di acara tahunan Pasar

Gambir yang terletak di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Acara yang awal mulanya

diadakan untuk memperingati hari ulang tahun ratu Belanda tersebut akhirnya menjadi

sebuah perayaan tahunan oleh masyarakat Jakarta yang dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta

atau Jakarta Fair di masa sekarang yang diadakan setahun sekali. Di Pasar Gambir terdapat

banyak kios-kios atau bangunan yang menjual dan memamerkan berbagai macam produk

dari otomotif sampai sajian kuliner berbagai daerah baik dalam maupun luar negeri.

Foto 5 Beberapa Bangunan Yang Ada di Pasar Gambir dan Bangunan Restoran Es

Krim Ragusa di Pasar Gambir

Dalam konteks bangunan, restoran es krim Ragusa memiliki kesamaan dengan

bangunan-bangun lainnya yang terdapat di Pasar Gambir. Perpaduan budaya yang terdapat

dalam arsitektur bangunan di Pasar Gambir menjadi sebuah ciri khas tersendiri. Jika diamati

mayoritas bangunan di Pasar Gambir ini merupakan perpaduan budaya antara budaya

Tionghoa, Indonesia dan budaya Eropa. Hal tersebut bisa dilihat dari arsitektur

bangunannya yang berbentuk seperti arsitektur bangunan nusantara sedangkan hiasan-hiasan

yang menempel di bangunan banyak terdapat hiasan budaya Tionghoa. Atap bangunan pun

masih berasal dari tumbuhan atau daun yang dikeringkan atau biasa disebut dengan rumbia.

Bangunan-bangunan ini terdiri dari berbagai paduan budaya yang ada di nusantara yang

memungkinkan dapat menarik minat orang-orang pribumi untuk datang meski produk-

produk yang dijual mayoritas berasal dari luar. Gaya hidup orang Eropa atau yang biasa

dikenal dengan gaya hidup kebudayaan Hindis terlihat sangat mencolok jika dibandingkan

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

dengan kebudayaan lokal atau pribumi terlihat dengan hal-hal keseharian yang mereka

lakukan (Soekiman 2011: 69), hal tersebut juga bias terlihat dari bangunan yang ada. Nama

arsitek yang membangun bangunan di Pasar Gambir bernama Antonisse.

Foto 6 Mesin Pembuat Es Krim di Restoran Es Krim Ragusa

Mesin pembuat es krim yang digunakan oleh restoran es krim Ragusa merupakan

asli buatan Italia dengan merk “Carpriciani”, bentuk dan cara penggunaannya masih sama

dengan mesin pada tahun 1932-1942 namun hanya ukurannya yang lebih besar. Cara

penggunaan mesin pembuatan es krim ini pun tidak terlalu sulit karena hanya tinggal

menekan tombol yang ada untuk menyalakan mesin agar mesin tersebut bekerja dan juga

dapat mengendalikan tuas yang terdapat di mesin untuk menggerakan bagian pemutar yang

berguna untuk mengaduk susu menjadi es krim. Secara umum cara pengoperasian mesin

pembuat es krim ini tidak jauh berbeda dengan pengoperasian alat mixer atau yang biasa

digunakan sehari-hari dalam membuat kue dan roti, namun ada beberapa fungsi saja yang

berbeda dari keduanya.

Foto 7 Mesin Kasir di Restoran Es Krim Ragusa

Mesin kasir dalam foto ini merupakan mesin kasir yang sudah digunakan oleh toko

es krim Ragusa sejak awal pertama berdiri, mesin kasir merk “SWEDA” ini merupakan

mesin kasir yang bisa dibilang sudah cukup canggih pada masanya kala itu. Jika

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

dibandingkan dengan masa sekarang mungkin mesin ini sudah terlihat tua dan ketinggalan

jaman, namun pada masanya dahulu mesin ini menunjukkan esksistensi dan melihatkan

kelasnya dan bisa dikategorikan sebagai modern. Walaupun sudah ada mesin baru sebagai

penggantinya, mesin ini masih dapat berfungsi dengan baik.

Foto 8 Beberapa Peralatan Furnitur Yang Ada di Restoran Es Krim Ragusa

Peralatan makanan dan minuman restoran es krim Ragusa seperti mangkuk yang

terbuat dari stainless, gelas, dan peralatan lainnya semua dibeli langsung dari Singapura

yang sudah dikenal sebagai salah satu pasar internasional terkemuka, sedangkan mesin

pembuat es krim yang digunakan oleh restoran es krim Ragusa dibeli langsung dari Italia.

Pada awal mulanya restoran es krim ini dibuka, mereka menggunakan kursi berbahan kayu

seperti yang terlihat di gambar. Kursi-kursi kayu tersebut di dapat dari pengrajin lokal yang

ada di Indonesia, tidak seperti peralatan makan dan minum yang didapatkan melalui impor.

Kursi kayu ini di cat berwarna putih yang menurut pandangan orang barat bahwa putih

berarti memiliki kesucian atau suatu hal dari kalangan atas. Mangkok dan wadah saji untuk

es krimnya, meski sudah banyak yang diperbaharui namun gaya dan bentuknya masih tetap

menyerupai awal mula toko ini berdiri. Pada masa sekarang toko es krim Ragusa hanya

berguna sebagai restoran es krim saja tidak seperti dahulu yang dapat digunakan sebagai

tempat pesta atau acara pertemuan tertantu, seperti pesta dansa orang Eropa.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Foto 9 Peternakan Sapi Sebagai Bahan Baku Susu

Sebuah restoran atau rumah makan dan sebagainya pasti memiliki produsen untuk

memasok bahan baku mereka. Dalam hal ini restoran es krim Ragusa memiliki produsen

sebagai pemasok bahan bahu es krim dan menu lainnya dari berbagai daerah. Untuk

pemasok buah-buahan seperti buah strawberry, persik (peach), kacang pistachio dan buah-

buahan lainnya semuanya didapatkan dari perkebunan yang ada di Eropa, namun di impor

melalui Singapura. Begitu juga untuk cokelat dan vanila yang menjadi salah satu bahan

baku utama di restoran es krim Ragusa juga didapatkan dari hasil impor. Bahan baku susu,

sempat berganti-ganti produsen, berawal dari peternakan sapi yang terdapat di Lembang,

lalu beralih ke susu Italia namun karena jarak tempuh yang terlalu jauh akhirnya Ragusa

memakai susu lokal yang terdapat dari sebuah peternakan di Pasar Minggu, kemudian

berganti lagi memakai susu hasil impor dari negara Australia sampai detik ini.

Pembahasan

Gaya hidup merupakan suatu pola tindakan dan perilaku manusia terhadap kegiatan

sehari-hari yang membedakan antara satu sama lainnya di dalam sebuah tindakan, sehingga

memiliki ciri-ciri khusus terhadap suatu pola interaksinya tanpa harus mengetahui apa yang

dimaksud individu tersebut. Gaya hidup juga menjadi indikator sebuah masyarakat yang

hidup di lingkungan modern karena gaya hidup merupakan bagian dari sebuah kehidupan

sosial yang hanya bisa dipahami oleh masyarakat yang hidup di dalam lingkungan yang

modern, gaya hidup merupakan sebuah perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari (Chaney

1996: 40-41). Dalam penelitian ini juga bisa terlihat bagaimana gaya hidup masyarakat jika

dilihat dari kegiatan orang-orang yang ada di restoran es krim Ragusa, karena hanya orang-

orang tertentu saja yang tentunya memiliki gaya hidup layaknya orang Eropa.

Gaya hidup dapat menghasilkan suatu tatanan di dalam diri masyarakat atau pun

suatu prinsip tertentu pada setiap pilihan-pilihan yang dilakukan oleh setiap individu untuk

menjalani kehidupannya (Chaney 1996: 23). Gaya hidup pun dapat tercerminkan dari

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

sebuah stratifikasi sosial tertentu, gaya hidup juga merupakan sebuah simbol dari kelompok

status tertentu, sedangkan gaya hidup juga dapat melahirkan sebuah kebudayaan baru

(Setiadi 2012: 102-103).

Sementara itu gaya hidup menyangkut beberapa dimensi kehidupan yang dapat

dibagi dalam lima kelompok: (Setiadi 2012 105-106)

a. Dimensi Morfologis : hal ini berkaitan dengan lingkungan dan aspek geografis

suatu lingkungan.

b. Hubungan Sosial dan Jaringan Kerja: hal ini berkaitan antara hubungan sosial

sesama manusia dengan lingkungan sekitarnya.

c. Penekanan Bidang Kehidupan : hal ini berkaitan prioritas orang yang

bersangkutan.

d. Makna Gaya Hidup : penilaian seseorang terhadap kehidupan yang dilakukannya.

e. Dimensi Simbolik : gaya hidup dilakukan untuk menjalin hubungan sosial antara

satu sama lain.

Iklan bisa juga menjadi sebuah penampakan luar yang menyesatkan, dalam artian

dapat membuat subjeknya berkilau atau sesuatu yang dapat menarik perhatian banyak orang

sehingga mudah terpengaruh terhadap iklan tersebut. Suatu benda atau produk mulai

berkembang pada abad ke-20 dengan beberapa cara, idolatry (produk-produk disajikan

dalam nilai guna murni) yang berarti produk tersebut disajikan dengan keadaan yang apa

adanya sesuai bentuk dan keadaan yang ada. Iconology (produk-produk diberi atribut-atribut

simbolik) yaitu produk diberikan sebuah simbol yang dapat memudahkan konsumen

mengingat produk tersebut, narsisme (produk-produk dipersonalisasi dan dinilai secara

interpersonal). Suatu iklan juga digunakan sebagai media untuk menonjolkan atau

memamerkan produk dengan cara yang agak berlebihan agar mudah menjadi sebuah daya

tarik terhadap konsumen, dan yang terakhir adalah totemisme yaitu merupakan sebuah

keperyaan dalam suatu komunitas tertentu (Chaney 1996: 175-177).

Foto 10 Beberapa Contoh Iklan Yang Ada di Beberapa Majalah Pada Masa Lalu

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Produk susu Friesche Vlag merupakan cikal bakal susu kental manis yang sekarang

biasa disebut dengan merk susu bendera. Nama susu ini diambil dari sebuah daerah di

negeri Belanda sana. Petodjo merupakan salah satu pabrik es tertua yang ada di Batavia

pada masa kolonial. Seiring berjalannya waktu pabrik es Petodjo melakukan inovasi tidak

hanya memproduksi es namun juga memproduksi minuman ringan yang berasal dari jeruk.

Produk minuman bir juga menjadi minuman orang Eropa yang mulai banyak di produksi

dan di konsumsi orang-orang yang ada di Batavia. Dari iklan ini juga dapat terlihat bahwa

minuman bir sudah mulai memasuki berbagai kalangan. Begitu pula dengan iklan-iklan

yang terpasang di restoran es krim Ragusa yang banyak menampilkan produk minuman bird

an menu-menu yang disajikan didalamnya.

Penelitian ini juga dapat menggunakan ilmu sosial lainnya seperti yang ada di dalam

kelompok-kelompok sosial, dalam hal ini terdapat tiga jenis kelompok sosial yang terdapat

di toko es krim Ragusa: (Soedjono, 1982: 84-86)

a. Kelompok sosieta, kelompok ini ada karena adanya sebuah persamaan antar-

individu satu dengan individu lainnya dan sadar jika mereka memiliki pemikiran yang

sejenis secara visual seperti warna kulit, umur, dan jenis kelamin. Biasanya kelompok ini

didominasi oleh umur yang sama dan jenis kelamin yang sama seperti perkumpulan ibu

arisan atau pertemuan suatu kelompok tertentu.

b. Kelompok sosial, ini merupakan suatu kelompok yang mengadakan sebuah

interaksi antar-anggotanya, baik antar-teman, antar kenalan, antar rekan bisnis dan

sebagainya. Interaksi ini tidak dilakukan terlalu formal.

c. Kelompok asosiasi, kelompok ini terjadi atas dasar persamaan keinginan dan

bekerjasama dalam menggapai suatu tujuan yang sama. Hal yang dimaksud di dalam

penelitian ini adalah kerjasama si pemilik toko es krim Ragusa dengan kelompok pedagang

lain dalam menjalankan usaha tersebut, tujuannya adalah memiliki pelanggan yang banyak

dan mendapatkan keuntungan yang banyak pula.

Foto 11 Beberapa Contoh Busana Yang Ada di Restoran Es Krim Ragusa

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Di Nusantara sudah sangat tidak asing dalam hal pakaian yang sudah terpengaruh

oleh budaya Eropa terutama bagi kaum lelaki yang mengenakan celana panjang, kemeja,

dasi dan jas di dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keadaan formal maupun non formal.

Namun pakaian tersebut biasa dipakai kaum lelaki pada saat mereka ada urusan di luar

rumah saja, biasanya mereka mengenakan celana pendek dan sarung pada saat hanya di

dalam rumah seperti kebanyakan warga yang berada di daerah pelosok (Lombard 1990:

156-157). Pakaian tidak hanya menjadi penanda status sosial seseorang, namun juga

menjadi sebuah kekuatan tersendiri dari seseorang tersebut. Pakaian juga tidak hanya

sekedar digunakan untuk menutupi tubuh, namun juga menunjukkan bagaimana keadaan,

identitas, dan karakter orang tersebut (Nordholt 1997: 9-10). Pakaian yang dipakai oleh

pegawai restoran es krim Ragusa ini bernama tikim yang diambil dari istilah Cina, model

baju tersebut berkentuk kemeja namun tidak memiliki kerah, pada masa sekarang baju tikim

biasa dikenal dengan sebutan baju koko, selain itu penutup kepala seperti blangkon juga

tidak dapat sembarangan dipakai karena memiliki arti filosofis tersendiri layaknya peci

ataupun kopiah bagi orang Islam (Alkatiri 2010: 164).

Foto 12 Kendaraan Yang Terparkir di Depan Restoran

Kendaraan merupakan suatu simbol dari masyarakat modern kelas atas, karena

dengan memiliki kendaraan berarti orang tersebut telah memiliki kemampuan diatas rata-

rata dari masyarakat lainnya. Dalam hal ini perilaku tersebut bisa dikaitkan dengan budaya

konsumsi, hal tersebut tidak terlepas dari adanya keinginan seseorang untuk mengikuti gaya

hidup orang Eropa dengan budaya konsumerismenya dan semua hal tersebut tidak terlepas

dari adanya pertumbuhan yang pesat dari iklan dan industri-industri lainnya demi sebuah

kemewahan semata (Chaney 1996: 54-56). Di restoran es krim Ragusa juga dapat terlihat

dari foto yang ada bahwa mayoritas pengunjung yang datang berasal dari kalangan atas

dengan adanya mobil yang terparkir di depan restoran.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Foto 13 Foto Keadaan Tampak Dalam Dari Restoran Es Krim Ragusa Yang Ramai Tahun

1930-an

Adanya nilai-nilai simbolik membuat masyarakat melakukan bermacam hal, itu

dikarenakan adanya suatu cita rasa dan penghargaan yang mereka dapatkan saat mereka

melakukan hal tersebut atas status sosial yang mereka anut dengan mengeluarkan sesuatu

yang lebih maka akan didapatkan pula sesuatu yang lebih untuk dirinya sendiri (Chaney

1996: 110-111). kegiatan-kegiatan yang dilakukan orang-orang di restoran es krim Ragusa

menjadi suatu simbol tertentu untuk beberapa kelompok masyarakat, seperti gaya hidup

orang Eropa yang suka berpesta dan berdansa serta budaya memakan es krim.

Kesimpulan

Gaya hidup masyarakat Jakarta juga dapat terlihat dari perilaku para pelanggan yang

ada di restoran es krim Ragusa. Gaya hidup yang kental dengan gaya hidup bangsa Eropa

seperti pesta dan budaya konsumsi, gaya hidup tersebut terlihat jelas dengan adanya orang-

orang yang berpesta dansa dengan pakaian khas orang Eropa berupa setelan kemeja, celana

panjang dan jas. Gaya hidup yang terdapat di restoran es krim Ragusa sangat banyak

mendapat pengaruh dari orang Eropa. Sementara itu bagi masyarakat pribumi secara tidak

langsung harus mengikuti gaya hidup orang Eropa ketika datang ke restoran es krim Ragusa

baik secara penampilan maupun perilakunya.  

Restoran es krim Ragusa merupakan suatu simbol gaya hidup orang kulit putih atau

orang Eropa di Jakarta pada tahun 1932 sampai 1942, gaya hidup makan es krim, minum

bir, berpesta, berpakaian dan berdansa. Restoran es krim Ragusa juga menjadi salah satu

pelopor restoran es krim yang ada di Jakarta dengan menawarkan produk-produk luar yang

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat lokal tanpa harus menghilangkan

kebudayaan lokal secara menyeluruh. Budaya konsumsi seperti itu sudah menjadi sebuah

gaya hidup masyarakat saat restoran es krim Ragusa muncul.

Daftar Referensi

Alkatiri, Zeffry. 2010. Pasar Gambir, Komik Cina, & Es Shanghai: Sisik Melik Jakarta

1970-an. Depok: Masup Jakarta.

Blackburn, Susan. 2011. Jakarta Sejarah 400 Tahun. Jakarta: Masup Jakarta.

Casella, Eleanor Conlin & Symonds, James. 2005. Industrial Archaeology Future Direction.

NY: Springer.

Chaney, David. 1996. Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta. Jalasutra

______. 1932. Majalah D’Orient. Batavia.

Dark, K. R. 1995. Theoretical Archaeology. New York: Cornell University Press.

______. 1934. Majalah DeHuisvrow. Batavia.

Ford, Ben. 2011. Worker Housing in the Vermont Copper Belt: Improving Life and Industry

Through Paternalism and Resistance. Indiana. Springer.

Kuhn, K. 2009. Consumerist Lifestyle in the Context of Globalization: Investigating

Scenarios of Homogenization, Diversification and Hybridization. In: Lange, H. and

Meier, L: The New Middle Classes. Globalizing Lifestyle, Consumerism and

Environtmental Concern.New York: Springer.

Lombard, Denys. 1990. Nusa Jawa: Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan. Jakarta.

GramediaPustakaUtama.

Nordholt, Henk Schulte. 1997. Outward Appearances: Dressing State & Society in

Indonesia. Leiden. KITLV Press.

Palmer, Marilyn & Neaverson, Peter. 1998. Industrial Archaeology Principles and Practice.

NY: Routledge.

_______. 1939. Majalah Pembangoenan. Batavia

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016

 Universitas Indonesia

Pickering, Michael. 2008. Research Methods for Cultural Studies. Edinburg: University

Press.

Samat, Maguelonne Toussaint. 2009. History of Food. Wiley-Blackwell

Setiadi, Elly M, dll. 2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta. Prenada Media Grup.

Soedjono.1982. Sosiologi Pengantar Untuk Masyarakat Indonesia. Bandung: Alumni.

Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. Depok:

Komunitas Bambu.

Sunjayadi, Achmad. 2007. Vereeniging Toeristen Verkeer Batavia (1908-1942): Awal

Turisme Modern di Hindia Belanda. Depok.Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

(FIB) UI.

Thee, Kian Wee. 1994. Industrialisasi di Indonesia: Beberapa Kajian. Jakarta. LP3ES.

Wiyono, Untung. 2004. Menyiasati Hidup Dengan Wirausaha. Sragen. Perusda Percetakan

dan Penerbitan Pemerintah Kabupaten Sragen.

Woodward, Ian. 2007. Understanding Material Culture. London: SAGE Publications Ltd.

Restoran Es ..., Okta Prahastomo, FIB UI, 2016