respon beberapa varietas tanaman tomat lycopersicum ...repository.utu.ac.id/116/1/i-v.pdf ·...
TRANSCRIPT
RESPON BEBERAPA VARIETAS TANAMAN TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill) TERHADAP
KONSENTRASI PUPUK ORGANIK
CAIR GREEN ASRI
SKRIPSI
OLEH
JUANDA
07C10407083
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
1
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman
sayuran yang sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun silam, tetapi belum
diketahui dengan pasti kapan awal penyebarannya. Jika ditinjau dari sejarahnya,
tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan
bagian dari Negara Bolivia, Cili, Kolombia, Ekuador dan Peru (Purwati dan
Khairunisa, 2007).
Tomat tergolong sayuran buah multiguna dan multifungsi yang dapat
dibudidayakan di lahan dataran rendah ataupun lahan dataran tinggi. Tanaman ini
berbentuk perdu, daunnya bercelah menyisip, tersusun pada tangkai dan berwarna
hijau. Bentuk buahnya bulat, bulat pipih, atau bulat lonjong. Warna buahnya
mula-mula berwarna hijau dan sesudah masak akan berwarna merah (Anonymous,
2009).
Buah tomat yang masak banyak digemari orang, karena rasanya segar,
enak, dan sedikit masam. Daging buahnya banyak mengandung air, menyimpan
biji-biji yang banyak jumlahnya, mengandung vitamin A dan C, serta sedikit
vitamin B (Anonymous, 2009).
Berdasarkan data hasil survei produksi tanaman sayuran di Indonesia
tahun 1991 yang dilaporkan Balai Pusat Statistik, untuk luas pertanaman tomat
adalah 93,436 Ha, dengan produksi 235,265 ton atau rata-ratanya 5,24 ton/Ha.
Hasil ini dinilai relatif masih sangat rendah. Rendahnya produksi tanaman tomat
dapat disebabkan oleh penggunaan kultivar yang peka terhadap penyakit, mutu
2
benih yang rendah, teknik bercocok tanam yang kurang tepat dan keadaan
lingkungan yang tidak menunjang pertumbuhan tanaman secara optimal
(Rukmana, 1994).
Agar pertumbuhan dan produksi tanaman tomat dapat optimal, maka
diperlukan berbagai perlakuan, diantaranya adalah dengan penggunaan bibit yang
berasal dari varietas unggul serta pemupukan yang tepat dan seimbang.
Varietas unggul merupakan hasil persilangan antara induk (parental) betina
dengan induk jantan yang telah diseleksi. Dengan demikian, keturunannya
diharapkan mempunyai sifat yang lebih baik daripada kedua induknya. Suatu
varietas tomat dikatakan unggul jika memiliki sifat-sifat yang dapat menunjang
keberhasilan budidaya tomat, diantaranya : produksi tinggi, tahan terhadap hama
dan penyakit, tahan terhadap cekaman lingkungan, serta dapat diterapkan untuk
teknologi budidaya yang efisien (Purwati dan Khairunisa, 2007).
Pemilihan dan penggunaan varietas unggul di dataran rendah terkait erat
dengan usaha perbaikan tanaman dan peningkatan produktivitas. Dengan
menggunakan varietas yang telah diketahui keunggulan sifatnya dan mampu
beradaptasi di dataran rendah, abnormalitas tanaman yang mungkin saja terjadi
bisa dihindari (Purwati dan Khairunisa, 2007).
Selain menggunakan varietas unggul, juga diperlukan pemupukan yang
tepat dan seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman
tomat.
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi tersedianya unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian pupuk organik cair (POC) harus
memperhatikan konsentrasi yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa
3
penelitian menunjukkan bahwa pemberian POC melalui daun memberikan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui
tanah (Hanolo, 1997). Semakin tinggi konsentrasi pupuk yang diberikan maka
kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu
pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan
pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun,
pemberian dengan konsentrasi yang berlebihan justru akan mengakibatkan
timbulnya gejala kelayuan pada tanaman (Suwandi dan Nurtika, 1987).
Apabila diberikan dengan konsentrasi, waktu, dan cara kerja yang tepat
(Sarief, 1985), pemupukan dengan cara disemprotkan ke daun, relatif lebih mudah
diserap oleh tanaman dengan sempurna dan menghindari kerusakan sifat fisik dan
kimia tanah. Pemupukan lewat daun berupa pupuk organik relatif dapat
memperbaiki kulalitas tanah. Salah satu POC (pupuk daun) yang dikenal petani
adalah pupuk organik asri yang terdiri atas POC Green Asri.
POC Green Asri merupakan pupuk yang diproduksi dari bahan-bahan
alam seperti protein hewan, tulang hewan, dan bahan dari tumbuh-tumbuhan,
sehingga menghasilkan suatu campuran nutrisi yang benar-benar mudah diserap
oleh tanaman dan dapat memperbaiki kondisi lahan (Haryati, 2004).
Sampai saat ini, belum diketahui konsentrasi POC Green Asri yang tepat
untuk menghasilkan produksi beberapa varietas tanaman tomat yang tinggi,
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui respon beberapa varietas
tanaman tomat terhadap konsentrasi POC Green Asri.
4
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon beberapa varietas
tanaman tomat terhadap konsentrasi POC Green Asri yang tepat untuk
menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, serta nyata tidaknya
interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
a. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
b. Konsentrasi POC Green Asri berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat.
c. Terdapat interaksi antara varietas dan konsentrasi POC Green Asri
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Tomat
2.1.1. Sistematika
Menurut Wiryanta (2002), tanaman tomat diklasifikasikan ke dalam
golongan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.
Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur
tanaman ini hanya untuk satu periode panen. Setelah berproduksi, kemudian mati.
Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter
(Anonymous, 2008).
2.1.2. Morfologi
Secara morfologis, organ yang menunjang pertumbuhan tomat adalah
sebagai berikut:
a. Akar
Tanaman tomat mempunyai sistem perakaran tungang yang tumbuh secara
horizontal. Pada kondisi lingkungan yang optimal, akar tanaman tomat dapat
mencapai kedalaman 0,5 m (Purwati dan Khairunisa, 2007). Secara morfologi
6
(struktur luar), akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan
tudung akar. Adapun secara anatomi (struktur dalam), akar tersusun atas
epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat. Ujung akar merupakan titik
tumbuh akar. Ujung akar terdiri atas jaringan meristem yang sel-selnya berdinding
tipis dan aktif membelah diri (Anonymous, 2009).
b. Batang
Batang pada tanaman tomat berbentuk silinder dengan diameter bisa
mencapai 4 cm. Permukaan batang ditutupi oleh bulu-bulu halus. Batang tanaman
tomat banyak memiliki cabang. Ujung batang merupakan bagian yang paling aktif
membentuk daun dan bunga karena terdapat meristem apikal (Purwati dan
Khairunisa, 2007).
Menurut Anonymous (2009), batang pada tanaman tomat memiliki fungsi
sebagai organ lintasan air dan mineral dari akar ke daun dan lintasan zat makanan
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tanaman dan organ pembentuk dan
penyangga daun.
c. Daun
Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat
fotosintesis, transpirasi, dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa
gula (glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil-hasil fotosintesis akan diangkut oleh
pembuluh tapis dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan
melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel di daun
(Anonymous, 2009). Tanaman tomat berdaun majemuk dan berbentuk menyirip.
Daun-daun tersebut letaknya tersusun di setiap sisi. Jumlah daun biasanya ganjil,
yakni berjumlah 5 atau 7 helai (Purwati dan Khairunisa, 2007).
7
d. Bunga
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan
dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya.
Kuntum bunganya terdiri dari 5 helai daun kelopak dan 5 helai mahkota. Pada
serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk
bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan
penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meski demikian tidak
menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silangan (Silvy dan Rian, 2008).
Bunganya kecil mungil berwarna kuning cerah, biasanya berdiameter sekitar 2
cm. Di bagian bawah terdapat 5 buah kelopak bunga yang berwarna hijau.
Bunganya mempunyai 6 buah benang sari dengan kepala benang sari yang juga
berwarna kuning cerah (Anonymous, 2008).
e. Buah
Tanaman tomat memiliki bentuk buah yang bervariasi sesuai dengan
varietasnya. Ada buah yang berbentuk bulat, lonjong dan oval (bulat telur).
Ukuran buahnya juga sangat bervariasi, yang paling kecil memiliki berat sekitar 9
gram/buah dan yang berukuran besar sekitar 180 gram/buah (Anonymous, 2009).
Sementara itu, berdasarkan bentuknya, buah tomat dibedakan menjadi lima
jenis.
1. Tomat Biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. commune Bailey).
Berbentuk bulat pipih tidak teratur, sedikit beralur terutama didekat tangkai.
2. Tomat Apel atau Pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. pyriforme Alef.).
Berbentuk bulat seperti buah apel atau buah pir.
8
3. Tomat Kentang atu Tomat Daun Lebar (Lycopersicum esculentum Mill, var.
grandifolium Bailey). Berbentuk bulat besar, padat, dan kompak. Ukurannya
lebih besar dibandingkan dengan tomat apel.
4. Tomat Tegak (Lycopersicum esculentum Mill, var. validum bailey). Buahnya
berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras. Sementara itu, daunnya rimbun,
bentuknya kriting, dan berwarna kelam. Pertumbuhan tanaman tegak dengan
percabangan mengarah ke atas.
5. Tomat Cherry (Lycopersicum esculentum Mill, var. cerasiforme (Dun) Alef.).
Buahnya yang berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat memanjang.
Warnanya merah atau kuning (Wiryanta, 2002).
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1. Iklim
Tanaman tomat dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang beragam.
Namun, untuk memperoleh hasil yang optimum, tomat membutuhkan lingkungan
yang memiliki sistem pengairan dan sinar matahari yang cukup. Pengairan yang
berlebihan dapat menyebabkan kelembapan tanah menjadi tinggi sehingga timbul
berbagai macam penyakit (Purwati dan Khairunisa, 2007).
Tanaman tomat memerlukan intensitas cahaya matahri sekurang-
kurangnya 10-12 jam setiap hari. Cahaya matahari tersebut dipergunakan untuk
proses fotosintsis, pembentukan bunga, pembentukan buah, dan pemasakan buah
(Wiryanta, 2002).
9
Menurut Rismunandar (1995), untuk pertumbuhan tomat yang memuaskan
dalam bentuk vegetatif maupun generatif (bunga dan buah) diperlukan hal-hal
berikut:
- Curah hujan yang cukup, tidak deras, dalam masa pertumbuhan bunga dan
buah.
- Suhu udara rata-rata 20-300C pada siang hari, dan 10-20
0C pada malam hari.
- Angin yang tidak kering dan kecepata yang sedang.
2.2.2. Tanah
Pertumbuhan dan produksi tanaman tomat dalam banyak hal tergantung
pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman tomat itu dibudidayakan. Jenis
tanah yang baik untuk bertanam tanaman tomat adalah tanah liat yang
mengandung pasir, keadan tanah gembur, banyak mengandung bahan organik
(humus), sirkulasi udara dan tata air dalam tanah baik (Anonymous, 2009). Untuk
mendapatkan hasil yang baik, tomat memerlukan tanah dengan derajat keasaman
(pH tanah) 5,5-6,5. Untuk tanah yang ber-pH rendah (asam), perlu ditambahkan
kapur dolamit (CaCO3). Kapur tersebut diberikan pada saat 3-4 minggu sebelum
tanam dengan cara disebar merata diatas media tanam (Purwati dan Khairunisa,
2007).
2.3. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Tomat
Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pengusahaan penanaman
tomat di dataran rendah, diantaranya suhu yang tinggi, kesuburan tanah yang
rendah, tingkat kemasaman tanah yang tinggi, dan serangan hama penyakit,
terutama layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Agar pemanfaatan lahan dataran
10
rendah optimal, perlu adanya perbaikan budidaya, seperti pemupukan yang baik
dan penggunaan varietas tomat yang telah direkomendasikan untuk dataran
rendah.
Penggunaan varietas unggul di dataran rendah terkait erat denga usaha
perbaikan tanaman dan peningkatan produktivitas. Dengan menggunakan varietas
yang telah diketahui keunggulan sifatnya dan mampu beradaptasi di dataran
rendah, Abnormalitas tanaman yang mungkin saja terjadi bisa dihindari (Purwati
dan Khairunisa, 2007).
Adapun karakteristik dari masing-masing varietas unggul yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. NIKI F1. Bentuk buah lonjong, daging buah tebal dan padat, warna buah
merah menyala, umur panen 68-70 hst, produksi 4-5 kg per tanaman, tahan
transportasi jarak jauh, tanaman vigor, kuat, tipe tumbuh semi determinate,
toleran layu bakteri, cocok di dataran rendah – tinggi.
2. G- SAKINA F1. Bentuk buah lonjong, daging buah tebal dan padat, warna
buah merah menyala, umur panen 68-70 hst, produksi 4-5 kg per tanaman,
tahan transportasi jarak jauh, tanaman vigor dan determinate, toleran layu
bakteri, cocok di dataran rendah-menengah (Anonymous, 2010).
2.4. Deskripsi POC Green Asri
POC dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas, pupuk cair
limbah organik, pupuk cair limbah kotoran manusia dan mikro organisme efektif
(Parnata, 2005).
POC Green Asri merupakan pupuk yang diproduksi dari bahan-bahan
alam seperti protein hewan, tulang hewan, dan bahan dari tumbuh-tumbuhan,
11
sehingga menghasilkan suatu campuran nutrisi yang benar-benar mudah diserap
oleh tanaman dan dapat memperbaiki kondisi lahan (Anonymous, 1999). POC
Green Asri mengandung unsur N 6%, P2O5 4%, K 8%, Fe, Mn, Cu, Mg, Ca, B,
Co, serta zat perangsang tumbuh auxin, cytokinin, dan giberallin (Haryati, 2004).
POC Green Asri bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit, memperbanyak bunga,
meningkatkan kualitas bunga dan buah, serta meningkatkan jumlah bunga dan
buah. Menurut Rizqiani at al. (2007), POC mempunyai beberapa manfaat
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat
meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan
serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi,
serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi
gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
Unsur nitrogen berperan besar untuk menyusun zat hijau daun, protein,
lemak, dan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Phosphor berperan untuk
merangsang pertumbuhan akar, bunga, dan pemasakan buah. Kalium adalah salah
satu unsur hara makro yang berfungsi sebagai penyusun protein dan karbohidrat
pada tanaman. Dalam pertumbuhan tanaman, kalium berperan untuk memperkuat
bagian kayu tanaman, meningkatkan kualitas buah, meningkatkan ketahanan
terhadap hama, penyakit, dan kekeringan (Wiryanta, 2002).
12
POC Green Asri diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada bagian
tanaman, seperti : bagian bawah permukaan daun, ranting, dan cabang hingga
cukup basah (merata). Dengan konsentrasi anjuran 1-2 ml/l air.
2.5. Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Melalui Daun
Unsur hara yang masuk ke dalam tanaman kerena adanya proses difusi dan
osmosis melalui lubang stomata. Proses membuka dan menutupnya stomata di
atur oleh tekanan turgor dan mekanisme absorbsi unsur hara dimulai dengan
proses difusi melalui stomata dengan bantuan kultikula. Sedangkan protoplasma
akan membantu transportasi secara pasif kesemua tubuh tanaman (Dwijosapoetro
1995 dalam Mukman, 2009).
Salah satu yang mempengaruhi tekanan turgor adalah banyaknya air yang
menguap oleh panas dan angin yang mengakibatkan stomata dapat terbuka dan
unsur-unsur yang terlarut didalamnya akan masuk ke jaringan tanaman, maka
unsur-unsur hara akan berfungsi didalam lubang stomata bersama dengan air
( Lingga, 1986 dalam Mukman, 2009).
13
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ranto Panyang Timur Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat, sejak tanggal 01 Februari sampai dengan 16
Mei 2012.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Benih Tomat
Benih tomat yang dipakai dalam penelitian ini adalah varietas NIKI F1, dan G-
SAKINA F1, yang diproduksi oleh PT. Benih Citra Asia. Masing-masing 1
sachet (5 gram).
b. POC Green Asri
POC Green Asri yanag digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk yang
diproduksi oleh CV. Alam Asri.
c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran sapi
d. Pupuk Buatan
Pupuk buatan yang digunakan adalah ZA, Urea, SP-18, dan KCl.
e. Pestisida
Pestisida yang akan digunakan adalah insektisida Victory, Furadan 3G,
fungisida Dithane M-45, dan bakterisida Agrypt.
14
f. Babybag
Babybag yang digunakan berukuran lebar 6 cm dan tinggi 10 cm.
g. Mulsa
Mulsa yang digunakan adalah mulsa plastik hitam perak (MPHP)
3.2.2. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, parang,
garu, sprayer, tali, ajir, jangka sorong (sketmat), saringan, meteran, ember,
gembor, kaleng susu, gunting, timbangan analitik, dan alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 4 dengan 3 kali ulangan, dimana ada dua
faktor yang akan diteliti,
a. Faktor varietas (V) yang terdiri atas 2 taraf, yaitu :
V1 : NIKI F1
V2 : G- SAKINA F1
b. Faktor konsentrasi POC Green Asri (G) yang terdiri atas 4 taraf yaitu:
G0 : 0 ml / l air
G1 : 1 ml / l air
G2 : 2 ml / l air
G3 : 3 ml / l air
Dengan demikian terdapat 2 x 4 = 8 kombinasi perlakuan dengan 3 kali
ulangan yang masing-masing terdiri atas 4 tanaman, sehingga secara keseluruhan
15
dalam penelitian ini 96 tanaman. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas Tanaman Tomat dan
Konsentrasi POC Green Asri.
No Kombinasi Perlakuan Varietas Konsentrasi POC
Green Asri (ml/l air)
1
2
3
4
5
6
7
8
V1 G0
V1 G1
V1 G2
V1 G3
V2 G0
V2 G1
V2 G2
V2 G3
NIKI F1
NIKI F1
NIKI F1
NIKI F1
G- SAKINA F1
G- SAKINA F1
G- SAKINA F1
G- SAKINA F1
0
1
2
3
0
1
2
3
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = +β i + Vj + Gk + (VG)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor varietas taraf ke-j, faktor
konsentrasi pupuk taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
βi = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)
Vj = Pengaruh faktor varietas ke-j ( j = 1, dan 2)
Gk = Pengaruh faktor konsentrasi POC Green Asri ke-k ( k = 1, 2, 3 dan 4)
(VG)jk = Interaksi varietas dan konsentrasi pupuk pada taraf varietas ke-j, taraf
konsentrasi pupuk ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor varietas taraf ke-j, faktor
konsentrasi pupuk taraf ke-k.
16
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjutan yaitu Uji Beda Nyata jujur pada taraf 5%. Dengan persamaan
Sebagai berikut:
BNJ0,05 = q0,05 ( p;dbg ) r
gKT
Dimana :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan
derajat bebas galat )
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pengolahan Tanah
Tanah yang digunakan untuk penelitian diolah dengan cangkul sedalam
25 cm. Tujuan pengolahan tanah adalah mengubah struktur tanah menjadi gembur
sehingga akar tanaman dapat dengan mudah menembus tanah untuk mengambil
zat makanan.
3.4.2. Pembuatan Plot
Setelah dilakukan pengolahan tanah hingga gembur, kemudian dibuat plot-
plot percobaan dengan ukuran panjang 100 cm dan lebar 120 cm, tinggi plot 25
cm, jarak antar blok 50 cm yang berfungsi sebagai saluran drainase dan jarak
antar plot 40 cm.
17
3.4.3. Pemupukan
Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang,
pupuk kimia. Aplikasi pupuk kandang dilakukan satu minggu sebelum
pemasangan mulsa dengan cara disebar secara merata diatas bedengan dengan
takaran 3,6 kg per plot. Setelah penebaran pupuk selesai, tanah dicangkul lagi
supaya pupuk tersebar merata di dalam tanah. Sedangkan aplikasi pupuk kimia
dilakukan satu hari sebelum pemasangan mulsa plastik. Dosis dan jenis pupuk
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemberian Pupuk Dasar untuk Penanaman Tomat Sistem Mulsa Plastik
dengan Pupuk Tunggal
No Jenis Pupuk Dosis per Tanaman (gram)
1
2
3
4
ZA
Urea
SP18
KCl
36
14
32
22
Sumber : Wiryanta, 2002
3.4.4. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa plastik hitam perak dilakukan setelah bedengan
dipupuk dengan pupuk dasar. Pemasangan mulsa plastik dilakukan pada saat terik
matahari sehingga mulsa plastik dapat ditarik dan mengembang secara maksimal
dan mampu menutup seluruh bedengan dengan baik. Pemasangan dilakukan
dengan cara menarik perlahan-lahan setiap ujung mulsa plastik secara bersamaan,
selanjutnya pasak kedua ujungnya dengan memakai pasak bambu. Setelah
pemasangan selesai, lubang tanam dibuat dengan melubangi mulsa plastik dengan
kaleng susu bekas.
18
3.4.5. Persemaian Benih
Sebelum pembibitan semua benih terlebih dahulu direndam dalam air yang
telah dihangatkan selama satu malam, guna untuk menghentikan masa dormansi
benih. Setelah itu benih ditiriskan dengan saringan dan dibungkus dengan
menggunakan kain lembap. Persemaian dilakukan dalam babybag dengan
memasukkan satu persatu benih benih tomat ke dalam masing-masing babaybag
yang telah diisi dengan media semai. Media semai tersebut berupa tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan satu ember tanah, satu ember pupuk
kandang, dan satu ember arang sekam.
3.4.6. Penanaman
Pemindahan bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 21 hari
setelah semai. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara melepaskan babybag dari
media bibit dengan menggunting babybag, pelaksanaannya dilakukan secara hati-
hati agar bibit tidak rusak. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 50 x 60 cm
pada plot percobaan yang sudah disiapkan. Tiap-tiap plot ditanami 4 bibit
tanaman tomat. Setelah bibit ditanam lalu disiram hingga media cukup basah.
3.4.7. Pemeliharaan Tanaman
a. Pemasangan ajir.
Pemasangan ajir dilakukan sekitar 1 minggu setelah tanaman dipindahkan ke
plot percobaan. Pemasangan ajir harus cukup kuat untuk mencegah robohnya
tanaman yang bisa berdampak pada putusnya akar tanaman. Ajir ditancapkan
disetiap sisi tanaman tomat dengan kedalaman sekitar 25 cm dan jarak 15 cm dari
tanaman tomat. Selanjutnya, tanaman tomat diikat pada ajir secara berkala
mengikuti pertumbuhan tanaman.
19
b. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan hati-hati diusahakan agar air tidak mengenai
batang dan daun tanaman. Air disiram sekitar tanaman saja.
c. Pembuangan / wiwilan
Pewiwilan dilakukan terhadap tunas muda yang tumbuh pada ketiak daun.
Pada setiap batang cukup ditinggalkan 2 cabang utama.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Untuk mencegah serangan hama dan penyakkit digunakan fungisida Dithene
M 45 dan bakterisida Agrypt dengan konsentrasi 0,5 gram/l air, yang diberikan
pada saat setelah tanam, 1 minggu setelah tanam (MST), dan 2 MST dengan cara
disiram disekeliling tanaman, insektisida Furadan ditabur secukupnya disekeliling
tanaman setelah dilakukan penanaman. Sedangkan untuk mengendalikan hama
digunakan insektisida Victory dengan konsenttrasi 0,5 gram/l air yang
diaplikasikan pada umur tanaman 20 hari setelah tanam (HST).
3.4.8. Penggunaan POC Green Asri
POC Green Asri dilarutkan dalam air sesuai dengan perlakuan yaitu
(kontrol), 1 ml/l air, 2 ml/l air, dan 3 ml/l air. Penyemprotan dilakukan pada umur
7, 14, 21, 28, 35, dan 42 HST. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul
7.30 Wib.
3.4.9. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan 75% yaitu ketika buah
berwarna kuning kemerahan. Pemanenan dilakukan 3 kali yaitu pada umur 61, 66,
dan 71 HST.
20
3.4.10. Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah:
a. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur pada umur 21, 35, dan 49 HST. Pengukuran dilakukan
mulai dari pangkal batang tanaman sampai titik tumbuh atau pucuk tanaman
tertinggi.
b. Diameter pangkal batang (mm)
Diameter pangkal batang diukur pada umur 21, 35, dan 49 HST, dengan
menggunakan jangka sorong.
c. Jumlah buah pertanaman (buah)
Jumlah buah dihitung pada panen I, II, dan III.
d. Berat buah pertanaman (gr)
Berat buah ditimbang pada panen I, II, dan III dengan menggunakan timbangan
analitik.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Varietas
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 2, 4 dan 6)
menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman umur
49 HST, berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 35 HST, serta berpengaruh
tidak nyata pada tinggi tanaman umur 21 HST.
Rata-rata tinggi beberapa varietas tanaman tomat umur 21, 35, 49 HST
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Beberapa Varietas Tanaman Tomat umur 21, 35, 49
HST
Varietas Tinggi Tanaman (cm)
21 HST 35 HST 49 HST
NIKI F1 (V1) 58,29 87,50 b 104,94 b
G-SAKINA F1 (V2) 56,19 77,44 a 89,98 a
BNJ0,05 8,78 9,19
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0,05)
Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi pada umur 21, 35 dan 49
HST dijumpai pada varietas NIKI F1 (V1). Pada umur 21 HST tanaman tomat
varietas NIKI F1 (V1) berbeda tidak nyata dengan varietas G-SAKINA F1 (V2),
sedangkan pada umur 35 dan 49 HST menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda
nyata.
Adapun hubungan tinggi tanaman tomat umur 21,35, dan 49 HST pada
beberapa varietas dapat dilihat pada Gambar 1.
22
1.
Gambar 1. Tinggi Beberapa Varietas Tanaman Tomat umur 21, 35 dan 49 HST
Varietas tanaman tomat menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda nyata
antar masing – masing varietas. Varietas NIKI F1 (V1) memberikan hasil yang
lebih baik pada tinggi tanaman dibandingkan dengan varietas G-SAKINA F1
(V2). Perbedaan penampilan tinggi tanaman dari berbagai varietas diduga akibat
perbedaan sifat genetik dari masing-masing varietas dan lingkungan, sehingga
akan memberi pengaruh yang berbeda pada tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Riani at al, dalam Adrianus (2012), setiap individu menunjukkan
pertumbuhan dan hasil yang beragam sebagai akibat dari pengaruh genetik dan
lingkungan, di mana pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang
dimiliki oleh setiap varietas sedangkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh
yang ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan.
4.1.2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 8, 10 dan 12)
menunjukkan bahwa varietas berpengaruh tidak nyata pada diameter pangkal
batang umur 21, 35, dan 49 HST.
58.29 56.19
87.577.44
104.94
89.98
0
20
40
60
80
100
120
NIKI F1 G-SAKINA F1
Tin
ggi T
an
am
an
(cm
)
Varietas
21 HST
35 HST
49 HST
23
Rata-rata diameter pangkal batang beberapa varietas tanaman tomat umur
21, 35, 49 HST dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Beberapa Varietas Tanaman Tomat
umur 21, 35, 49 HST.
Varietas Diameter Pangkal Batang (mm)
21 HST 35 HST 49 HST
NIKI F1 (V1) 7,12 9,82 11,98
G-SAKINA F1 (V2) 7,13 9,96 12,09
Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tanaman tomat
terbesar pada umur 21, 35 dan 49 HST dijumpai pada varietas G-SAKINA F1
(V2) namun berbeda tidak nyata dengan varietas NIKI F1 (V1).
Varietas tanaman tomat menunjukkan diameter tanaman yang berbeda
tidak nyata antar masing – masing varietas. Varietas G-SAKINA F1 (V2)
memberikan hasil yang lebih baik pada diameter tanaman dibandingkan dengan
varietas NIKI F1 (V1) . Penampilan karakter setiap varietas ditentukan oleh faktor
genetik dari varietas. Perbedaan genetik tersebut meyebabkan penampilan fenotif
tanaman dengan penampilan ciri dan sifat yang khusus yang berbeda antara satu
sama lain dengan pengaruh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dachlan
(2008), yang menyatakan bahwa perbedaan yang dapat terjadi pada setiap varietas
diakibatkan oleh adanya variasi genetik yang dapat berbeda dari masing-masing
varietas tersebut. Gen-gen yang beragam dari masing – masing varietas
divisualisasikan dalam karakter-karakter yang beragam. Keragaman akibat faktor
lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi satu sama lain dalam
mempengaruhi penampilan fenotipe tanaman. Faktor genetik tidak akan
memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan adanya faktor lingkungan
yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
24
4.1.3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 14) menunjukkan
bahwa varietas berpengaruh tidak nyata pada jumlah buah per tanaman.
Rata-rata jumlah buah beberapa varietas tanaman tomat per tanaman dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Buah Beberapa Varietas Tanaman Tomat Per Tanaman.
Varietas Jumlah Buah per Tanaman (buah)
NIKI F1 (V1) 12.00
G-SAKINA F1 (V2) 10.92
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah buah tomat per tanaman terbanyak
dijumpai pada varietas NIKI F1 (V1), namun berbeda tidak nyata dengan varietas
G-SAKINA F1 (V2).
Pada pengamatan jumlah buah, varietas tanaman tomat memberikan hasil
yang berbeda, dimana varietas NIKI F1 (V1) memberikan hasil yang lebih baik,
namun berbeda tidak nyata dengan varietas G-SAKINA F1 (V2). Meningkatnya
jumlah buah dari masing – masing varietas akibat respon fisiologis yang berbeda
dari genetik serta lingkungan. Jika pertumbuhan tanaman baik, maka diduga laju
fotosintesis juga akan berjalan dengan baik sehingga laju asimilasi akan
meningkat, dengan demikian hasil asimilasi yang disalurkan ketempat produksi
akan banyak yang berakibat pada peningkatan produksi tanaman tomat. Amsar at
al, (2011) mengemukakan bahwa jumlah daun yang lebih banyak dapat
menigkatkan jumlah kloroplas (sebagai tempat difusi CO2 ke dalam daun) yang
sangat menentukan dalam peningkatan laju fotosintesis. Fotosintat yang
dihasilkan dari hasil proses fotosintesis ini digunakan tanaman untuk proses
25
pertumbuhan dan pada masa generatif akan dialokasikan untuk pembentukan buah
serta menigkatkan berat buah.
4.2. Pengaruh Konsentrasi POC Green Asri
4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 2, 4 dan 6)
menunjukkan bahwa konsentrasi POC Green Asri berpengaruh tidak nyata pada
tinggi tanaman umur 21, 35, dan 49 HST.
Rata-rata tinggi tanaman tomat umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai
konsentrasi POC Green Asri dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat umur 21, 35 dan 49 HST pada
Berbagai Konsentrasi POC Green Asri.
Konsentrasi POC
Green Asri (ml/l. Air)
Tinggi Tanaman (cm)
21 HST 35 HST 49 HST
Control (G0) 54,46 79,63 94,38
1 (G1) 55,08 80,21 97,13
2 (G2) 59,92 84,25 98,08
3 (G3) 59,50 85, 79 100,25
Tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi pada umur 21 HST
dijumpai pada konsentrasi pupuk 2 ml/l air (G2), sedangkan pada umur 35 dan 49
HST tanamann tertinggi dijumpai pada konsentrasi pupuk 3 ml/l air (G3), namun
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Selain faktor genetik dan lingkungan, kecukupan unsur hara juga
merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan pada tanaman. Rata-rata
tinggi tanaman tomat seperti yang tercantum pada tabel 6 menunjukkan bahwa
pemberian konsentrasi POC Green Asri dengan konsentrasi 0 ml/l air, 1 ml/l air, 2
ml/l air dan 3 ml/l air memberikan hasil yang berbeda tidak nyata. Hal ini berarti
26
pemberian POC Green Asri dari masing – masing konsentrasi perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman tomat. Hal ini dikarenakan pengaruh
sifat genetik tanaman, walaupun konsentrasi yang diberikan berbeda namun sifat
genetik tanaman lebih dominan. Haryati (2004) menyatakan bahwa pemupukan
melalui daun tidak dimaksudkan untuk memenuhi keperluan unsur hara untuk
seluruh pertumbuhan tanaman, tetapi hanya sebagai pelengkap dari pemupukan
biasa.
4.2.2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 8, 10 dan 12)
menunjukkan bahwa konsentrasi POC Green Asri berpengaruh nyata pada
diameter pangkal batang umur 35 HST, serta berpengaruh tidak nyata pada
diameter pangkal batang umur 21 dan 49 HST.
Rata - rata diameter pangkal batang tanaman tomat umur 21, 35 dan 49
HST pada berbagai konsentrasi POC Green Asri dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Tanaman Tomat umur 21, 35 dan 49
HST pada Berbagai Konsentrasi POC Green Asri
Konsentrasi POC
Green Asri (ml/l. Air)
Diameter Pangkal Batang (mm)
21 HST 35 HST 49 HST
Control (G0) 6,70 8,81 a 10,76
1 (G1) 6.98 9,83 ab 12,32
2 (G2) 7,38 10,55 b 12,38
3 (G3) 7,44 10,37 ab 12,69
BNJ0,05 1,58
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0,05)
Tabel 7 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tanaman yang
paling besar pada umur 21 dan 49 HST dijumpai pada perlakuan 3 ml/l air (G3),
namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan yang lainnya, sedangkan pada umur
27
35 HST dijumpai pada perlakuan 2 ml/l air (G2), yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan 3 ml/l air (G3) dan 1 ml/l air (G1), namun berbeda nyata dengan
perlakuan control (G0).
Adapun hubungan diameter pangkal batang tanaman tomat umur 21, 35,
dan 49 HST pada berbagai konsentrasi POC Green Asri dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Diameter Pangkal Batang Tanaman Tomat umur 21, 35 dan 49 HST
pada Berbagai Konsentrasi POC Green Asri
Konsentrasi POC Green Asri 2 ml/l air (G2) memberikan hasil yang
terbaik pada parameter diameter pangkal batang umur 35 HST. Hal ini karena
pada konsentrasi tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia pada
keadaan yang seimbang, sehingga dapat memacu pertumbuhan yang lebih baik
dan didukung juga oleh kondisi lingkungan yang sesuai. Prawiranata at al, (1989)
dalam Laude (2007), menyatakan bahwa pemakaian pupuk paling baik apabila
tanaman pada tahap pertumbuhannya hingga daur hidupnya memperoleh
pemberian unsur hara yang cukup. Persediaan unsur hara pada setiap fase
6.7 6.98 7.38 7.44
8.819.83
10.55 10.37
10.7612.32 12.38 12.69
0
3
6
9
12
15
0 1 2 3Dia
met
er P
an
gk
al
Bata
ng (
mm
)
Konsentrasi POC Green Asri (ml/l air)
21 HST
35 HST
49 HST
28
pertumbuhan dimana kondisi perakaran yang cukup hara akan menguntungkan
pertumbuhan karena dapat meningkatkan proses fotosintesis sehingga
mempengaruhi fase pertumbuhan, yang selanjutnya dapat merangsang
pembentukan komponen hasil.
Dachlan (2008) menyatakan bahwa nitrogen merupakan salah satu unsur
yang sangat esensial bagi makhluk hidup dan dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak sebagai komponen utama dari asam amino, asam nukleat, nukleotida,
klorofil dan komponen selular lainnya pada tanaman. Dalam jumlah yang cukup,
nitrogen mendorong terjadinya pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel-sel
dengan pesat pada daerah meristem apikal, sehingga tanaman tumbuh lebih baik.
Selanjutnya Tripama (2008), menjelaskan bahwa N merupakan unsur hara makro
yang mutlak diperlukan oleh tanaman, yang berperan dalam pembentukan
klorofil, protein, koenzim serta mendorong terbentuknya bagian vegetatif
tanaman.
4.2.3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 14) menunjukkan
bahwa konsentrasi POC Green Asri berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
buah tomat per tanaman.
Rata - rata jumlah buah tanaman tomat per tanaman pada berbagai
konsentrasi POC Green Asri dapat dilihat pada Tabel 8
29
Tabel 8. Rata - rata Jumlah Buah Tomat Per Tanaman pada Berbagai Konsentrasi
POC Green Asri
Konsentrasi POC
Green Asri (ml/l. Air) Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Control (G0) 9.50 a
1 (G1) 11.54 ab
2 (G2) 13.33 b
3 (G3) 11.46 ab
BNJ0,05 2.19
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0,05)
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah buah tomat per tanaman terbanyak
dijumpai pada konsentrasi pupuk 2 ml/l air (G2), yang berbeda nyata dengan
control (G0), namun berbeda tidak nyata dengan konsentrasi pupuk 1 ml/l air (G1),
dan 3 ml/lair (G3).
Adapun hubungan jumlah buah tomat per tanaman pada berbagai
konsentrasi POC Green Asri dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah Buah Tomat Per Tanaman pada Berbagai Konsentrasi POC
Green Asri.
Konsentrasi POC Green Asri menghasilkan jumlah buah tomat yang
berbeda, dimana jumlah buah tomat terbanyak dijumpai pada konsentrasi pupuk
9.50
11.54
13.33
11.46
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
0 1 2 3
Ju
mla
h B
uah
Per
Tan
am
an
(bu
ah
)
Konsentrasi POC Green Asri (ml/l air)
30
2 ml/l air (G2). Hal ini karena pada konsentrasi tersebut unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman tomat cukup tersedia. Unsur hara P yang terkandung
dalam POC Green Asri selain berfungsi untuk mempercepat pemasakan buah,
juga berfungsi dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem.
Unsur hara P merupakan bagian baru inti sel, yang penting dalam pembelahan sel,
perkembangan jaringan meristem serta merangsang pertumbuhan akar dan
tanaman muda, mempercepat pembungaan dan juga sebagai penyusun lemak dan
protein (Tripama, 2008).
4.3. Pengaruh Interaksi
4.3.1. Berat buah per tanaman (gram)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 16) menunjukkan
bahwa terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan POC Green Asri terhadap
berat buah per tanaman. Rata-rata berat buah tomat per tanaman pada beberapa
varietas dan konsentrasi POC Green Asri dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Interaksi antara Varietas dan Konsentrasi POC Green Asri terhadap Berat
Buah Tomat Per Tanaman.
Kombinasi Perlakuan antara
Varietas dan POC Green Asri Berat Buah Per Tanaman (gram)
V1G0 182.02 a
V1G1 281.72 bc
V1G2 386.55 d
V1G3 304.48 bcd
V2G0 236.08 ab
V2G1 269.08 bc
V2G2 324.51 cd
V2G3 324.24 cd
BNJ0,05 85,86
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0,05)
31
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata- rata berat buah tertinggi dijumpai pada
kombinasi perlakuan V1G2, yaitu tanaman tomat yang ditanam dengan varietas
NIKI F1 dan pemberian konsentrasi 2 ml/l air yang berbeda nyata dengan
perlakuan V1G0, V1G1, V2G0 dan V2G1 namun berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya. Adapun rata-rata berat buah terendah dijumpai pada kombinasi
perlakuan V1G0, yaitu tanaman tomat yang ditanam dengan varietas NIKI F1 dan
tanpa pemberian konsentrasi POC Green Asri yang berbeda nyata dengan
perlakuan V1G1, V1G2, V1G3, V2G1, V2G2 dan V2G3, namun berbeda tidak nyata
dengan perlakuan V2G0.
Adapun hubungan berat buah beberapa varietas tanaman tomat pada
berbagai konsentrasi POC Green Asri dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Berat Buah Beberapa Varietas Tanaman Tomat pada Berbagai
Konsentrasi POC Green Asri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara
perlakuan varietas dan POC Green Asri terhadap berat buah per tanaman. Dimana
berat buah tertinggi dijumpai pada kombinasi perlakuan V1G2, sedangkan berat
182.02
281.72
386.55
304.48236.08
269.08
324.51 324.24
0
100
200
300
400
0 1 2 3
Ber
at
Bu
ah
Per
Tan
am
an
(gra
m)
Konsentrasi POC Green Asri (ml/l air)
V1
V2
32
buah terendah dijumpai pada kombinasi perlakuan V1G0. Hal ini berarti
meningkatnya berat buah beberapa varietas tanaman tomat tergantung pada
konsentrasi POC Green Asri yang diaplikasikan.
Pemberian POC Green Asri menghasilkan berat buah tomat lebih tinggi
dibandingkan tanpa pemberian POC Green Asri pada beberapa varietas tomat.
Pemberian POC Green Asri dengan konsentrasi 2 ml/l air menghasilkan berat
buah yang paling tinggi, dan berbeda nyata dengan tanpa pemberian POC Green
Asri, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian POC Green Asri
pada konsentrasi 1 ml/l air dan 3 ml/l air. Meningkatnya berat buah tanaman
tomat pada konsentrasi 2 ml/l air menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut
merupakan konsentrasi yang optimal bagi tanaman tomat, baik unsur hara makro
maupun unsur hara mikro, seperti N , P2O5, K , Fe, Mn, Cu, Mg, Ca, B, Co, serta
zat perangsang tumbuh auxin, cytokinin, dan giberallin. Hal ini karena unsur –
unsur tersebut dapat membantu proses metabolisme sel, pembentukan enzim dan
proses fisiologi tanaman sehingga dapat penunjang pertumbuhan dan produksi
pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarief (1985) menyatakan bahwa
tersedianya unsur hara yang cukup pada saat pertumbuhan menyebabkan aktivitas
metabolisme tanaman akan lebih aktif sehingga proses pemanjangan dan
diferensiasi sel akan lebih baik yang akhirnya dapat mendorong peningkatan
bobot buah.
Salah satu unsur hara utama yang terkandung dalam POC Green Asri
adalah K. Parman (2007) menyatakan bahwa unsur hara makro dan unsur hara
mikro yang terkandung dalam POC menghasilkan pengaruh yang komplek
terhadap pembentukan dan produksi karbohidrat. Kalium terlibat dalam
33
mengaktifkan ensim yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Pembukaan stomata akan meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi ion K dalam sel sel penjaga dan ini berarti akan meningkatkan
absorpsi karbondioksida oleh daun yang akan diubah menjadi karbohidrat.
35
DAFTAR PUSTAKA
Adrianus. 2012. Pertumbuhan dan hasil tiga varietas ubi jalar (Ipomoea batatas
L.) pada tinggi petakan yang berbeda, dalam J. Agricola. 2012. No 1. Hal
49 – 69.
Amsar, A. Sarawa. Tresjia C. Rakian. 2011. Pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat(Lycopersicum esculentum Mill) yang diberi pupuk guano dan air kelapa,
dalam Jurnal Penelitian. 12 hal.
Anonymous. 2008. Tomat. Pembudidaya secara komersial. Penebar Swadaya.
Jakarta.123 Hal.
----------------. 2009. Pedoman bertanam tomat, Yrama Widya. Bandung. 134 Hal.
----------------. 2010. Deskripsi Tanaman. Brosur Benih Citra Asia. Jawa Timur.
Dachlan, A. Elkawakib Syam'un, dan A. Unga Singkerru. 2008. Pertumbuhan dan
produksi tiga varietas padi pada berbagai paket pemupukan N sintetik-
bakteri Azotobacter, dalam J. Agrivigor. 2008 7(3). Hal 230-24.
Hanolo, W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara
pemberian pupuk cair stimulan. Dalam Agrotropika 1(1). Hal. 25-29.
Haryati, Y. I. N. 2004. Efektivitas Pupuk Organik Green Asri dan N-Balancer
pada Tanaman Padi Varietas Widas. Dalam Jurnal Agrivigor 3 (2). Hal.
183-189.
Laude, S dan Abd. Hadid. 2007. Respon tanaman bawang merah terhadap
pemberian pupuk organik cair lengkap, dalam J. Agrisains. 2007. 8(3).
Hal. 140 – 146.
Mariono, Endang Suprapti, Tyas. 2006. Pengaruh macam varietas dan dosis
pupuk organik padat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah
(Capsicum annum l.). Skripsi. Jurusan Budidaya Tanaman. Fakultas
Pertanian. UTP Surakarta. 17 Hal.
Mukman, A. 2009. Pengaruh pemberian pupuk kompos dan zat pengatur tumbuh
atonik terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah (Capsicum annum L).
Skripsi. Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. UTU Meulaboh. 51 Hal.
Parman, S. (2007). Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan produksi kentang (Solanum tuberosum L.), dalam
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 2007. Vol. XV, No. 2. Hal. 21 – 31.
Parnata, A.S. 2005. Pupuk organik cair aplikasi dan manfaatnya. Agro Media
Pustaka. Jakarta.102 Hal.
36
Purwati, E dan Khairunisa. 2007. Budidaya tomat dataran rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta. 68 Hal.
Rismunandar. 1995. Tanaman tomat. Sinar Baru Algesindo. Bandung. 60 Hal.
Rizqiani, N, F. Erlina Ambarwati, Nasih Widya Yuwono. 2007. Pengaruh dosis
dan frekuensi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan
hasil buncis (Phaseolus vulgaris L.) dataran rendah, dalam Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007). Hal. 43-53.
Rukmana, R. 1994. Tomat dan cherry. Kanisius. 84 Hal.
Sarief, S. 1985. Kesuburan dan pemupukan tanah pertanian. Pustaka Buana.
Bandung, 182 Hal.
Silvy dan Rian. 2008. Meraup rizki dengan bertanam tomat. Pringgadani,
Bandung. 85 Hal.
Supriati, Y dan Firmansyah, D. S. 2009. Bertanaman tomat dalam pot dan
polibag, Penerbar Swadaya. Jakarta. 76 Hal.
Suwandi dan N, Nurtika, 1987. Pengaruh pupuk biokimia “Sari humus” pada
tanaman kubis. Dalam Buletin Penelitian Hortikultura 15(20). Hal. 213-
218.
Tripama, B. Muhammad Chabib Ichsan, dan Elfien Herianto. 2008.
Responsibilitas varietas akibat penggunaan dosis pupuk guano
terhadapproduksi tomat (Licopersicum esculentum Mill). Agritrop jurnal
ilmu pertanian. Hal. 44 – 54.
Wiryanta, B. T. W. 2002. Kiat megatasi permasalahan praktis. Bertanam tomat.
Agro Media Pustaka. Jakarta. 102 Hal.