pengaruh kombinasi tomat (solanum lycopersicum l.) …digilib.unila.ac.id/25260/20/3. skripsi tanpa...

63
PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK RADIASI PONSEL (Skripsi) Oleh DEVITA WARDANI UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: duongphuc

Post on 03-Apr-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK

TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague

dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

RADIASI PONSEL

(Skripsi)

Oleh

DEVITA WARDANI

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK

TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague

dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

RADIASI PONSEL

Oleh

DEVITA WARDANI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

ABSTRACT

THE EFFECT OF COMBINATION TOMATO (Solanum lycopersicum L.)

AND ZINC TO THE AMOUNT OF OOCYTE TOWARDS FEMALE RAT

STRAINS Sprague dawley THAT INDUCED HANDPHONE’S

ELECTROMAGNETIC WAVE

BY

DEVITA WARDANI

Background: Menstrual disorders or infertility in female mostly caused by

hormonal disturbance. One of the factors which can disturb hormonal system is

the electromagnetic waves from cell phone that can increase the free radicals..

Tomato and zinc are antioxidants that can inhibit the formation of free radicals.

Objective: To determine the effect of tomato and zinc combinationto the number

of female oocytes from white rats Sprague dawley strain induced by

electromagnetic waves from mobile phone radiation (SAR=1,56 W/kg).

Method: The study uses 25 rats that were divided into 5 groups: no treatment

(K1), only induced by electromagnetic waves (K2), 1,85gr tomato and 0,54mg

zinc treatment (P1), 3,7gr tomato and 0,27mg zinc treatment (P2), 7,4gr tomato

and 0,135mg zinc treatment (P3). The groups were exposed to electromagnetic

waves for 2 hours in 30 days. The data were analyzed by using the Post Hoc test.

Result: The average number of oocytes obtained in K1 is 66.8; K2 is 42,4; P1 is

61.8; P2 is 64,83; and P3 is 63,2.

Conclusion: There is an effect of combination between tomato and zinc to the

number of female oocytes from white rats Sprague dawley strain induced by

electromagnetic waves of mobile phone radiation.

Keywords: Electromagnetic waves, oocytes count, mobile phone, tomato, zinc

ABSTRAK

PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK

TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague

dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

RADIASI PONSEL

Oleh

DEVITA WARDANI

Latarbelakang: Gangguan siklus menstruasi atau infertilitas pada wanita

disebabkan oleh gangguan hormonal. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan

gangguan sistem hormonal adalah gelombang elektromagnetik dari radiasi ponsel.

Penggunaan ponsel dapat meningkatkan radikal bebas dan tomat serta zinc

merupakan antioksidan yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kombinasi tomat dan zinc terhadap jumlah

oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang

elektromagnetik radiasi ponsel (SAR=1,56 W/kg).

Metode: Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok,

yaitu Kontrol 1 (K1) yang tidak diberikan perlakuan, kontrol 2 (K2) hanya

diinduksi gelombang elektromagnetik ponsel, perlakuan 1 (P1) diberi 1,85gr

tomat dan 0,54mg zinc, perlakuan 2 (P2) diberi 3,7gr tomat dan 0,27mg zinc,

perlakuan 3 (P3) diberi 7,4gr tomat dan 0,135mg zinc dan dilakukan paparan

selama 2 jam dalam 30 hari. Data dianalisis menggunakan uji Post hoc.

Hasil: Diperoleh hasil K1 rerata jumlah oosit sebanyak 66,8; K2 sebanyak42,4;

P1 sebanyak 61,8; P2 sebanyak 64,83; dan P3 sebanyak 63,2.

Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian tomat dan zinc terhadap jumlah oosit

tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang

elektromagnetik radiasi ponsel pada P1, P2 dan P3.

Kata kunci: Gelombang elektromagnetik, jumlah oosit, ponsel, tomat, zinc

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 21 Desember 1994, sebagai anak kedua

dari dua bersaudara, dari Bapak Drs. Bejan Santoso dan Ibu Dra. Murti

Siswantini, M.Pd. Penulis memiliki 1 kakak perempuan yaitu Rista Rahmawati

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyiyah Metro tamat pada tahun

2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Swasta Xaverius Metro pada tahun

2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Metro

pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri

2 Bandarlampung pada tahun 2013.

Tahun 2013, penulis mengikuti alur tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. Selama menjadi Mahasiswa, penulis aktif pada berbagai

organisasi, diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Unila,

Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis

Rescue Team dan Lampung University Medical Research (LUNAR)

Sebuah Karya Yang Dipersembahkan Untuk

Ibu, Bapak, Kakak, Saudara Serta Sahabat

Tersayang

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan

kesanggupannya

(Q.S. Al-Baqarah: 286)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucpkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhamad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Kombinasi Zinc dan Tomat Terhadap

Jumlah Oosit Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley yang Diinduksi

Gelombang Elektromagnetik Radiasi Ponsel” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam Kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

- Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung

- Dr. Dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung

- Ibu Soraya Rahmanisa S.Si., M.Sc, selaku Pembimbing Utama atas

kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan masukan serta kritik

dalam proses penyelesaian skripsi ini

- dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG, selaku Pembimbing Kedua atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam

proses penyelesaian skripsi ini

- dr. Ety Apriliana, M.Biomed selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas

masukan, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan

- dr. Ade Yonata, M.MolBiol., Sp.PD selaku Pembimbing Akademik saya

yang telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu selama menjalani

masa perkuliahan

- Ibu Nuriah selaku asisten laboratorium yang telah membantu dalam

pelaksaan penelitian

- Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada

penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai

cita-cita

- Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai

yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini

- Ibu Murti Siswantini dan Bapak Bejan Santoso sebagai orang tua yang

selalu mendukung, mendorong, memberikan motivasi, merawat dan selalu

memberikan yang terbaik untuk hidup saya

- Kakak kandung Rista Rahmawati yang selalu memberikan masukan dan

dukungan dalam menjalankan pendidikan

- Keluarga besar Kakek, Nenek, Pakde, Bude, Om, Tante, Sepupu

semuanya yang sudah mendukung dalam menyelesaikan masa perkuliahan

dan pembuatan skripsi.

- Teman-teman Kelompok Belajar yaitu Azzren Virgita Pasya, Tri Novita

Sari, YuliaCahya Khasanah, Dani Kartika Sari dan Dara Marissa WP atas

dukungan, canda dan tawa selama menjalani masa perkuliahan

- Tim Penelitian saya yaitu Nabila Luhfiana, Neza Ukhalima Hafia, Tara

Aulianova, Diah Ayu Larasati, dan Triola Fitria atas kerja sama, canda,

tawa dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian

skripsi

- M.Marliando Satria PC, Andre Parmonangan, Tarrinni Inastyarikusuma

yang telah memotivasi belajar, mewarnai hari-hari selama perkuliahan dan

menghibur satu sama lain untuk terus survive selama perkuliahan

- Keluarga besar Kost Arbenta yaitu Wulan, Farras, Dara, Natasyah, Ayu,

Dani, Siti Nur Indah, Siti Masruroh, Nidya Tiaz, Hesti Ariyanti, Romana

Julia yang telah menjadi lini satu dari awal perkuliahan hingga akhir-akhir

pre klinik.

- Seluruh teman-teman angkatan 2013 CERE13ELLUMS yang tidak bisa

saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan yang terjalin

dan memberi motivasi belajar

- Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa

disebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akan

tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung,Januari 2017

Penulis

Devita Wardani

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6

2.1.1 Tomat dan Zink ................................................................................ 6

2.1.2 Oogenesis ....................................................................................... 10

2.1.3 Stres ................................................................................................ 13

2.1.4 Gelombang Elektromagnetik ......................................................... 15

2.1.5 Tikus Putih ..................................................................................... 17

2.1.6 Hubungan stres pada perkembangan folikel oosit ......................... 20

2.2 Kerangka Teori........................................................................................ 22

2.3 Kerangka Konsep .................................................................................... 23

2.4. Hipotesis ................................................................................................. 23

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 24

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 24

3.3 Alat dan Bahan ..................................................................................... 25

3.4 Subyek Penelitian ................................................................................. 26

3.5 Variabel Penelitian ............................................................................... 29

3.6 Diagram Alir ........................................................................................ 31

3.7 Prosedur Penelitian .............................................................................. 32

3.8 Analisis Statistika ................................................................................. 39

ii

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil .................................................................................................... 41

4.2 Pembahasan .......................................................................................... 47

4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 55

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 56

5.2 Saran .................................................................................................... 56

Daftar Pustaka ................................................................................................... 57

Lampiran ........................................................................................................... 61

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Likopen Dalam Beberapa Buah Dan Sayur .............................. 7

2. Perlakuan Hewan Coba .............................................................................. 28

3. Definisi Operasional. ................................................................................. 30

4. Hasil Pengukuran Oosit ............................................................................. 41

5. Hasil Uji Post Hoc LSD ............................................................................. 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Spektrum elektromagnetik ............................................................................ 17

2. Mekanisme stres terhadap sistem reproduksi ................................................ 21

3. Kerangka Teori.............................................................................................. 22

4. Kerangka Konsep .......................................................................................... 23

5. Diagram Alir ................................................................................................. 31

6. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (K1) ............................ 42

7. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (K2) ............................ 42

8. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P1) ............................. 43

9. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P2) ............................. 43

10. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P3) ........................... 44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

Lampiran 2. Surat Identifikasi Tanaman buah Tomat

Lampiran 3. Hasil Data Penelitian Jumlah Oosit Tikus Putih Betina dan Analisis

Data

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 5. Berat Tikus Setelah Aklimatisasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering

ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Tahun-tahun awal menstruasi

merupakan periode yang rentan terjadi gangguan, yakni 75% wanita pada

tahap remaja akhir mengalami gangguan menstruasi seperti menstruasi yang

tertunda, tidak teratur, nyeri, dan perdarahan yang banyak pada waktu

menstruasi (Lee, 2006)

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan siklus menstruasi pada

wanita usia reproduktif menjadi ireguler termasuk kehamilan, penyakit

endokrin yakni gangguan pada sentral Gonadotropin-Releasing Hormone

(GnRH), penurunan berat badan yang nyata, aktivitas yang berlebihan,

perubahan pada pola makan dan waktu tidur, dan tingkat stres yang

berlebihan juga kondisi medik. Semua faktor ini berhubungan dengan

pengaturan fungsi endokrin hipotalamik-pituitari (American Academy of

Pediatrics, 2006).

Stres bisa berarti ketegangan, tekanan batin, dan konflik yang berarti

seperti frustasi dan kondisi psikologis yang disebabkan karena adanya

kecemasan dan persepsi ketakutan (Kartono & Gulo, 2003). Pada keadaan

2

stres, hipotalamus menyekresikan CRH yang mempunyai pengaruh negatif

terhadap pengaturan sekresi GnRH, ketidakseimbangan CRH memiliki

pengaruh terhadap penekanan fungsi reproduksi manusia sewaktu stres

(Breen & Karsch, 2004; Sherwood, 2011). Pada keadaan stres, penurunan

kadar GnRH juga akan mempengaruhi kadar FSH dan LH. Penurunan kadar

LH akan mempengaruhi ovulasi dan menghambat korpus luteum untuk

menghasilkan progesteron. Sedangkan penurunan kadar FSH akan

menghambat perbesaran folikel ovarium dan bersama-sama LH akan

menghambat sekresi estrogen dan ovarium (Guyton & Hall, 2007). Di

tingkat ovarium, kortisol yang dipengaruhi CRH secara langsung

menghambat produksi hormon steroid dan menginduksi apoptosis.

Penghambatan kortisol terhadap estradiol akan mempengaruhi fungsi sel

granulosa dan berdampak pada maturasi folikel dan berkurangnya jumlah

oosit yang dapat dipetik (Matthiesen, et al., 2011).

Stres dapat dipicu oleh tingkat paparan gelombang elektromagnetik

dari berbagai frekuensi, peningkatan paparan cahaya pada malam hari,

perubahan suhu lingkungan dan tekanan lainnya baik dari eksternal maupun

internal. Salah satupaparan gelombang elektromagnetik adalah melalui

ponsel. Pengguna ponsel yang semakin tinggi membuat para pengguna

harus lebih mencermati efek samping penggunaan ponsel terhadap

kesehatan manusia. Efek samping yang dikhawatirkan oleh para pengguna

adalah adanya paparan tubuh terhadap radiasi gelombang elektromagnetik

ponsel yang digunakan sebagai media transfer data (Merhi, 2012).

3

Salah satu bentuk stres adalah stres oksidatif, yakni keadaan dimana

terjadi ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Stres oksidatif

terjadi apabila kadar oksidan meningkat pesat atau kadar antioksidan yang

sangat kurang. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan

jika berlangsung secara masif. Oksidan atau radikal bebas merupakan zat

yang sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan protein, asam nukleat, lipid,

dan molekul lain yang menyebabkan kerusakan jaringan (Murray et al.,

2009).

Sebab itu tubuh kita memerlukan antioksidan yang dapat membantu

melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan berfungsi

mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan

pemberian antioksidan mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya

penyakit (Kosasih et al., 2006). Antioksidan dapat berupa alami dan buatan.

Antioksidan alami dapat berupa enzim, vitamin seperti vitamin A, E, C,

Beta-karoten dan senyawa lain seperti flavonoid, karetonoid, fenolik,

alkaloid, bilirubin, albumin (Winarsi, 2007). Antioksidan sintentik seperti

Butylated Hydroxyanisol (BHA) dan Butylated Hydroxytoluene (BHT).

Namun kekahwatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik

menjadikan antioksidan alami sebagai alternatif terpilih (Hartoyo, 2003).

Tomat merupakan salah satu buah yang didalamnya terdapat senyawa

karotenoid yang memiliki manfaat untuk mencegah penyakit

kardiovaskular, osteoporosis, infertilitas dan kanker, termasuk di dalamnya

kanker endometrial, payudara, kolon, paru dan prostat. Di dalam tomat

terdapat likopen yang bereaksi dengan radikal bebas agar berhenti merusak

4

sel-sel, dimana kemampuannya mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih

efisien daripada vitamin E atau 12500 kali dari pada gluthation (Maulida &

Zulkarnaen, 2010). Zink juga merupakan salah satu bentuk kofaktor

antioksidan yang dibutuhkan tubuh. Zink berfungsi menstimulasi hormon

androgen (Tandung et al., 2015).

Maka dari itu peniliti ingin mengetahui bagaimana efek pemberian

kombinasi antioksidan tomat dan zink terhadap jumlah oosit tikus yang

diberi paparan radiasi ponsel

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada pengaruh pemberian kombinasi tomat (Solanum lycopersicum

L.) dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley

yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi ponsel?

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi antioksidan tomat

(Solanum lycopersicum L.) dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih betina

galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi

ponsel

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah

pengetahuan masyarakat dalam mengkonsumsi antioksidan secara

bijaksana

5

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah

pengalaman dalam menerapkan ilmu yang sudah didapat

3. Bagi Institusi FK Unila

Dapat dijadikan kepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

dan memberikan tambahan pengetahuan bagi pengunjung perpustakaan

yang membacanya

4. Bagi Peneliti lain

Dapat dijadikan sumber acuan dalam penelitian lebih lanjut pada bidang

ilmu terkait

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan pustaka

2.1.1 Tomat dan Zink

2.1.1.1 Tomat

Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari

Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang,

pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1 - 1600

mdpl. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik,

serta menghendaki tanah yang gembur dan subur.

Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi

alkaloid solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam

malat, asam sitrat, biflavonoid, protein, lemak, gula

(fruktosa, glukosa), adenine, trigonelin, kolin, tomatin,

mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin

(B1, B2, B6, C, E, niasin), histamin, dan likopen

(Dalimartha, 2007).

Likopen adalah pigmen merah yang terdapat pada

tomat, merupakan senyawa flavonoid dari kelompok

karetonoid yang berfungsi sebagai antioksidan efektif

7

yang serbaguna. Likopen bekerja pada jaringan dengan

sasaran utamanya plasma pada prostat, testis, perut, kolon

dan dubur. Likopen diyakini ada hubungannya dengan

turunnya risiko kanker prostat, kanker saluran pencernaan

dan masih banyak lagi. Makanan yang kaya likopen

adalah tomat dan produk olahannya berupa saus atau

pasta. Sekitar 85% sumber likopen adalah dari bahan

makanan. Sumber lain seperti minyak sait, stroberi, anggur

dan semangka (Health, 2006). Berikut tabel sumber

likopen dari beberapa bahan makanan (Sulistyowati,

2006).

Tabel 1. Kandungan Likopen Dalam Beberapa Buah Dan Sayur

Bahan Makanan Jumlah (μg/100 g)

Tomat segar

Tomat rebus

Jus Tomat

Saos Tomat

Semangka

Anggur merah

Jambu biji

3000 – 3100

9700

8600 – 9300

9900 – 17000

4100 – 4900

1500 – 3400

5400 Likopen merupakan penetral oksigen singlet yang

paling reaktif dalam sistem biologis. Sifat antioksidan ini

dapat mencegah sidasi LDL kolesterol menjadi bentuk

aterogenik, yang berarti mengurangi risiko Penyakit

Jantung Koroner (PJK). Produk tomat yang diolah dengan

pemanasan seperti saus tomat ternyata menyumbangkan

likopen enam kali dibandingkan dengan tomat yang utuh

dan segar (Silalahi, 2006).

8

Antioksidan seperti vitamin C dan E dan kofaktor

antioksidan seperti selenium, zink, dan tembaga mampu

mengurangi jumlah pembentukan Reactive Oxygen

Species (ROS) yang dapat menyebabkan stres oksidatif.

Antioksidan memiliki peran penting pada sistem

reproduksi wanita. Pada wanita yang mengonsumsi

banyak antioksidan yang terdapat pada buah dan sayur

akan mengurangi dampak dari stres oksidatif (Ruder, et

al., 2009). Likopen sebagai antioksidan memiliki

kemampuan untuk melawan kerusakan sel-sel tubuh akibat

radikal bebas di dalam aliran darah dengan mengurangi

efek toksik dari ROS, sehingga diasosiasikan dengan

penurunan resiko terjadinya berbagai macam penyakit

(Sulistyowati, 2006).

Berdasarkan Acceptable Daily Intake (ADI),

likopen dapat dikonsumsi dengan kadar 0,5 mg/kgBB per

hari dari semua sumber likopen (Bresson et al., 2008).

Tingginya konsumsi buah-buhan dan sayuran terutama

tomat dapat mengakibatkan intake likopen sebesar 20mg

per hari (Journal, 2005)

2.1.1.2 Zink

Zink merupakan zat esensial untuk kehidupan yang

telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu.

9

Penelitan mendalam selama 20 tahun terakhir

menghasilkan pengertian lebih baik tentang peranan secara

biokimia zink di dalam tubuh dan gejala klinik yang

timbul akibat defisiensi zink pada manusia. Tubuh

mengandung 2-2,5 gram zink yang tersebar di hampir

semua sel. Sebagian besar berada di dalam hati, pankreas,

ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung

zink adalah bagian-bagian mata, kelenjar prostat,

spermatozoa, kulit, rambut, dan kuku. Di dalam cairan

tubuh, zink terutama merupakan ion intraseluler. Zink di

dalam plasma hanya 0,1% dari seluruh zink di dalam

tubuh yang mempunyai masa pergantian yang cepat

(Almatsier, 2009).

Zink termasuk mineral esensial yang memiliki efek

antioksidan yang efektif dalam jaringan. Zink dianggap

mempunyai 2 mekanisme antioksidan, yakni kemampuan

mengganti logam transisi (Fe2+

atau Cu2+

) dan

menginduksi terbentuknya protein yang dapat menetralisir

ROS (Ardhie, 2011).

Fungsi zink banyak sekali dalam tubuh, seperti

berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa

dengan cara membantu mengeluarkan karbondioksida dari

jaringan, dalam pencernaan protein, sintesis dan degradasi

kolagen, pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat

10

dan penyembuhan luka serta berperan pula dalam

detoksifikasi alkohol dan metabolisme vitamin A.

Tanda-tanda kekurangan zink adalah gangguan

pertumbuhan, dan kematangan seksual, fungsi pencernaan

terganggu karena gangguan fungsi pankreas, gangguan

pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan

saluran cerna, gangguan fungsi kekebalan, gangguan

metabolisme vitamin A, ganguan nafsu makan, penurunan

ketajaman indra serta memperlambat penyembuhan luka.

Sedangkan kelebihan zink di dalam tubuh dapat

menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia

dan gangguan reproduksi. Suplemen zink bisa

menyebabkan keracunan (Almatsier, 2009).

2.1.2 Oogenesis

Fungsi ovarium sebagai organ reproduksi wanita adalah

menghasilkan ovum atau oogenesis dan mengeluarkan hormon

seks wanita, estrogen dan progesteron. Sel germinativum

primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin, membelah

secara mitosis untuk menghasilkan 6 juta sampai 7 juta oogonia

pada bulan kelima gestasi.

Pada akhir-akhir janin di dalam rahim, oogonia melakukan

pembelahan meiotik pertama namun tidak secara sempurna.

Oogonia ini sering disebut sebagai oosit primer. Sebelum lahir,

11

setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan granulosa. Satu

oosit dan sel sel granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer.

Oosit yang tidak membentuk folikel akan mengalami kerusakan

melalui proses apoptosis.

Oosit primer di dalam foliker primer masih merupakan

suatu sel diploid yang mengandung 46 kromosom ganda. Pada saat

pubertas hingga menopause, sebagian dari kumpulan folikel ini

mulai berubah berkembang menjadi folikel sekunder secara siklis.

Pembentukan folikel sekunder ditandai oleh pertumbuhan oosit

primer dan karena adanya diferensiasi lapisan-lapisan sel sekitar.

Oosit membesar sekitar seribu kali lipat, disebabkan karena

penimbunan bahan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh

mudigah. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer menyelesaikan

pembelahan meiotik pertamanya dan menghasilkan dua sel anak

masing-masing mempunyai sel haploid 23 kromosom ganda.

Hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak, yang

sekarang disebut oosit sekunder dan kemudian menjadi ovum,

sedangkan sel lain dengan sedikit sitoplasma membentuk badan

polar. Ovum sekunder itulah yang sebenarnya diovulasi dan

dibuahi.

Ovarium sendiri secara terus menerus mengalami dua fase

secara bergantian, yaitu fase folikular yang didominasi oleh

keberadaan folikel matang dan fase luteal yang ditandai oleh

adanya korpus luteum.

12

1. Fase folikular

Satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi

membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel

granulosa mengeluarkan cairan kental mirip gel yang membungkus

oosit dan memisahkan dari sel granulosa. Membran ini dikenal

sebagai zona pelusida. Pada saat yang sama, ketika oosit sedang

membesar dan sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat

ovarium yang berkontak dengan sel granulosa membentuk satu

lapisan luar bernama sel teka. Sel granulosa dan sel teka ini

dinamai sel folikel dan berfungsi untuk mengeluarkan estrogen.

Selama tahap perkembangan folikel, terbentuk suatu rongga berisi

cairan atau antrum dibagian tengah sel granulosa. Cairan folikel

sebagian berasal dari transudasi plasma dan sebagian lagi dari

sekresi sel folikel. Folikel tumbuh lebih cepat daripada yang lain,

berkembang menjadi folikel matang. Folikel matang yang telah

membesar ini menonjol dari permukaan ovarium, membentuk

daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat

ovulasi.

2. Fase luteal

Folikel yang pecah yang tertinggal di ovarium setelah

mengeluarkan ovum mengalami perubahan. Sel granulosa dan sel

teka mula-mula kolaps ke dalam ruang antrum yang kosong dan

sebagian telah terisi oleh bekuan darah. Sel ini membentuk korpus

luteum. Sel ini menjadi jaringan aktif menghasilkan hormon

13

steroid. Fungsi korpus luteum berfungsi mengeluarkan banyak

progesteron dan sedikit estrogen ke dalam darah. Hormon ini

penting untuk menyiapkan uterus dalam implantasi apabila ovum

telah dibuahi. Jika ovum tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi,

korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albikans. Satu siklus

ovarium telah selesai (Sherwood, 2011).

2.1.3 Stres

2.1.3.1 Pengertian stres

Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh

terhadap setiap faktor yang mengalahkan, atau

mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi

tubuh untuk mempertahankan homeostatis. Agen

penginduksi respons secara tepat disebut sebagai stresor,

sementara stres merujuk pada keadaan yang ditimbulkan

oleh stresor. Jenis jenis rangsangan yang menganggu

berikut ini menggambarkan ragam faktor yang dapat

menginduksi respon stres: fisik (trauma, pembedahan,

panas, atau dingin hebat), kimia (penurunan pasokan O2,

ketidakseimbangan asam-basa), fisiologik (olahraga berat,

syok hemoragik, nyeri), infeksi (invasi bakteri), psikologis

atau emosional (rasa cemas, takut, kesedihan) dan sosial

(konflik perseroangan, perubahan gaya hidup).

14

Baum et al (1984) menyatakan bahwa, ”Stres sudah

menjadi konsep yang populer untuk menjelaskan variasi

luas dari hasil akhir, yang kebanyakan negatif, yang

sebenarnya tidak membutuhkan penjelasan.” Mereka

mengatakan bahwa stres digunakan sebagai label untuk

gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi

ansietas, ketidaknyamanan dan banyak keadaan lain.

2.1.3.2 Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah stres yang timbul akibat

reaksi metabolik yang menggunakan oksigen. Stres ini

mengakibatkan gangguan pada keseimbangan antara

oksidan dan antioksidan sel. Menurut Halliwell (2006)

stres oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan

antara radikal bebas dengan antioksidan, saat jumlah

radikal bebas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

antioksidan.

Jika jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan yang dihasilkan intrasel maka kelebihan

radikal bebas tersebut sangat potensial dalam

menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan ini yang sering

disebut sebagai kerusakan oksidatif. Kerusakan oksidatif

adalah kerusakan biomolekul penyusun sel yang

disebabkan karena reaksi oksidan dan radikal bebas.

15

Peningkatan stres oksidatif berdampak negatif pada

komponen penyusun membran sel, yaitu kerusakan pada

lipid membran untuk membentuk malonaldehid (MDA),

kerusakan protein, karbohidrat dan DNA (Kevin et al,

2006). Kerusakan oksidatif yang diakibatkan oleh radikal

bebas juga berimplikasi pada berbagai kondisi patologis,

seperti kerusakan sel, jaringan, dan organ seperti hati,

ginjal, jantung baik pada manusia maupun hewan.

Kerusakan ini dapat berakhir pada kematian sel sehingga

terjadi percepatan timbulnya berbagai penyakit degeneratif

(Valko et al., 2007; Kevin et al. 2006)

2.1.4 Gelombang elektromagnetik

Radiasi sangat mungkin diasumsikan sebagai akibat dari

paparan elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik meliputi

gelombang mikro, inframerah, sinar yang tampak dan laser, sinar

ultraviolet (UV-A, UV-B dan UV-C), sinar X, sinar gamma.

Urutan ini merupakan urutan panjang gelombang yang makin

menurun. Kerusakan sel akibat radiasi elektromagentik bergantung

pada panjang gelombang, intensitas, dan lama pajanan (Jeyaratnam

& Koh, 2009).

Spesific Absorption Rate (SAR) adalah satuan ukuran yang

digunakan untuk menyatakan banyaknya gelombang

elektromagnetik yang diserap tubuh dan dinyatakan dalam watt

16

perkilogram (W/kg) atau miliwatt persentimeter kuadrat

(mW/cm2). International Commision on Non-Ionizing Radiation

Protection (ICNIRP) menyatakan bahwa nilai maksimal SAR

adalah 2 W/kg, sedangkan menurut Federal Communication

Commision (FCC) nilai maksimal untuk SAR adalah 1,6 W/kg.

Kedua nilai inidigunakan pada daerah yang berbeda. Negara-

negara Eropa dan juga Indonesia menggunakan batasan nilai yang

ditetapkan oleh ICNIRP (Swamardika, 2009).

Radiasi elektromagnetik gelombang radio yang paling

terkenal adalah penggunaan telepon seluler atau ponsel. Efek yang

timbul umumnya terjadi akibat panas yang timbul saat interaksi

antara energi gelombang mikro dengan materi biologik yang

dikenal sebagai efek thermal. Efek ini berbahaya terutama pada

mata dan testis yang sangat sensitif terhadap kenaikan suhu

jaringan tubuh (Anies, 2006).

Akhir-akhir ini muncul kontroversi tentang efek dari

pemakaian ponsel terhadap kesehatan seperti emisi telepon seluler

saat antena berada di dekat kepala selama beberapa menit dapat

menaikkan suhu sel-sel di dekat otak sekitar 0,1oC. Ada dua

penyebab yang sudah dibuktikan dari penggunaan ponsel terhadap

kesehatan yaitu, electromagnetic compatibility (EMC) dan

electromagnetic radiation (EMR) yang dapat menimbulkan kanker

(Anies, 2009).

17

Spektrum elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan

panjang gelombang, frekuensi serta efeknya seperti dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 1. Spektrum elektromagnetik

Radiasi ponsel termasuk radiasi non pengion, frekuensi berkisar

antara 900-1900 Mhz (Moulder, 2004)

2.1.5 Tikus putih (Rattus norvegicus)

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tikus putih (Rattus norvegicus), karena tikus ini memiliki

yaitu mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan

ukurannya yang lebih besar dari mencit. Tikus putih juga mewakili

kelas mamalia, karena kelengkapan organ, metabolisme kimia,

kebutuhan nutrisi, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah

dan ekskresi menyerupai dengan manusia. Biasanya untuk umur 4

minggu, berat tikus 35-40gram dan berat badan dewasa rata-rata

200-250gram (Fakultas Kedokteran Hewan UGM, 2006). Untuk

galur dari tikus Rattus norvegicus yang digunakan dalam penelitian

18

ini adalah galur Sprague dawley. Alasan dalam pemilihan galur ini

adalah karena tikus ini lebih tenang dan lebih mudah untuk

ditangani. Berikut adalah taksonomi spesies Rattus norvegicus

(Suckow et al., 2006)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Myomorpha

Family : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

Siklus ovarium

Selama berlangsungnya siklus ovarium, terjadi perubahan

terutama pada folikel ovarium, yaitu perubahan pada folikel

primordia menjadi folikel sekunder kemudian berubah menjadi

folikel tersier dan terakhir menjadi folikel de Graaf. Setelah terjadi

ovulasi, folikel de Graaf akan berubah menjadi korpus luteum.

Semua proses tersebut di atas dikenal dengan nama

folikulogenesis.

Semenjak mamalia betina lahir, terdapat banyak folikel

primer di dalam korteks ovarium. Masing-masing terdiri dari

sebuah oosit primer yang dibungkus oleh selapis sel folikel.

19

Sebuah lamina basal terdapat di bawah sel folikel dan merupakan

pembatas antara folikel avaskular dengan stroma ovarium.

Perkembangan selanjutnya dari folikel primer adalah

membentuk folikel sekunder. Pada fase ini untuk pertama kalinya

folikel mengalami perbanyakan sel dan terdapat lapisan kedua di

sekitar oosit. Selanjutnya sel-sel folikel tersebut bersatu

membentuk lapisan granulosa. Oosit primer mulai tumbuh dan

memperbesar ukurannya. Pada perkembangan akhir, folikel

sekunder terlihat dikelilingi oleh ruangan yang tidak teratur dan

merupakan hasil diferensiasi sel-sel epitel dari stroma ovarium.

Sel-sel epitel tersebut kemudian secara bersama-sama membentuk

teka folikuli. Folikel sekunder dengan teka folikuli ini disebut juga

sebagai folikel preantral. Pada perkembangan akhir, folikel

sekunder terjadi pemisahan teka folikuli menjadi teka interna dan

teka eksterna.

Folikel tersier disebut juga folikel antral, dicirikan dengan

adanya antrum dan diferensiasi teka folikuli menjadi teka interna

dan teka eksterna. Pertumbuhan folikel tersier terutama disebabkan

pembelahan yang sangat cepat dari sel-sel folikel. Folikel matang

(De Graaf) tampak sebagai vesikel transparan yang menonjolkan

permukaan ovarium. Ketika folikel benar-benar matang dan

membesar, maka folikel akan pecah dan ovum dilepaskan ke dalam

rongga abdomen. Peristiwa ini disebut sebagai ovulasi (Karlina,

2003).

20

2.1.6 Hubungan stres pada perkembangan folikel oosit

Respon saraf utama terhadap rangsangan stres adalah

pengaktifan sistem saraf simpatis generalisata. Secara bersamaan,

sistem simpatis mengatifkan penguatan hormon dalam bentuk

pengeluaran besaran-besaran epinefrin dari medula adrenal.Selain

epinefrin, hormon lain berperan dalam stres (Sherwood, 2011).

Stres menyebabkan peningkatan ACTH di hipofisis anterior

dan menyebabkan kenaikan hormon kortisol di adrenal.

Peningkatan kadar ACTH ini menyebabkan penurunan kadar

GnRH, yang berakibat pada pengurangan pelepasan hormon

gonadotropin. Penurunan hormon gonadotropin dapat menunda

pematangan folikel, mencegah ovulasi dan mengurangi fungsi

korpus luteal. Oleh karena itu terjadi penurunan produksi hormon

steroid dan mengurangi kemungkinan implantasi (Nepomnaschy,

et al., 2004)

21

Gambar 2. Mekanisme stres terhadap sistem reproduksi (Prasad, et al., 2016)

22

2.2 Kerangka Teori

Yang masuk dalam penelitian

Gambar 3. Kerangka Teori (Nepomnaschy et al., 2004; Ruder et al., 2009)

Gangguan siklus menstruasi

Paparan elektromagnetik

Stres Oksidatif

↓ Antioksidan

↑ Radikal bebas

(oksidan)

↑ Sekresi hormon ACTH

↑ Kortisol ↓ FSH dan LH

↓ Sekresi hormon GnRH

- Menunda pematangan folikel

- Mencegah ovulasi dan

- Mengurangi fungsi korpus luteal

↓ Sekresi hormon

gonadotropin

Jumlah oosit primer dan sekunder

Likopen dan Zink

untuk

meningkatkan

antioksidan

Gangguan siklus menstruasi

23

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 4. Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah

H0 : Tidak adapengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap

jumlah oosit pada tikus yang diinduksi radiasi ponsel

H1 : Adapengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap jumlah

oosit pada tikus yang diinduksi radiasi ponsel

Paparan Gelombang

Elektromagnetik

Pemberian Kombinasi Zink

dan Likopen

Perubahan jumlah oosit

pada ovarium

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post

Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada

saat akhir penelitian setelah dilakukannya perlakuan dengan

membandingkan hasil pada kelompok yang diberi perlakuan dengan

kelompok yang tidak diberi perlakuan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini mencakup pemeliharaan yang dilakukan di Animal House

FK Unila.Hewan coba dipelihara di Animal House FK Unila dari masa

adaptasi, perlakuan hingga terminasi. Pembedahan di Laboratorium

Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, pembuatan

preparat di BPPV Lampung serta pembacaan hasil preparat di

Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung. Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih selama 4 bulan

(September-Desember 2016).

25

3.3 Alat dan bahan

3.3.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya:

a. Neraca elektronik untuk menimbang tikus

b. Kandang tikus

c. Botol minum tikus

d. Tempat makan tikus

e. Sonde lambung

f. Ponsel dengan SAR=1,56 W/kg

g. Spuit

h. Object glass

i. Cover glass

j. Slicer preparat

k. Mikroskop cahaya berkamera

3.3.2 Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya:

a. Tikus putih betina galur Sprague dawley

b. Tomat

c. Zink

d. Pakan tikus

e. Air minum tikus

f. Air mineral

g. Hematoksilin eosin

h. Alkohol

26

3.4 Subyek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)

dewasa betina galur Sprague dawley berumur 2,5-3,5 bulan dengan

berat badan antara 200-300 gram yang diperoleh dari Palembang

Tikus Center

3.4.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah tikus putih galur Sprague dawley yang

telah diberi paparan radiasi ponsel dengan nilai SAR 1,56W/kg

selama 2 jam dalam 30 hari. Besar sampel dihitung dengan metode

rancangan acak lengkap dapat menggunakan rumus Frederer yaitu

(t-1)(n-1)>15, t adalah jumlah kelompok percobaan dan n

merupakan jumlah sampel tiap kelompok.

(t-1)(n-1)≥15

(5-1)(n-1)≥15

4(n-1)≥15

4n-4≥15

4n≥19

n≥5

Besar sampel (n) = t x n

= 5 x 5

= 25 ekor tikus

27

Jadi dalam penelitian ini, dibutuhkan 25 ekor tikus putih (Rattus

norvegicus) betina galur Sprague dawley. Untuk menghindari drop

out, ditambahkan tikus menggunakan rumus sebagai berikut:

N= f𝑛

1−𝑓

Keterangan :

N = besar sampel koreksi

n = jumlah sampel berdasarkan estimasi

f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (Sastroasmoro dan

Ismael, 2010)

N= 5

1−𝑓

N= 5

1−10%

N= 5

0,9

N = 5,55

N= 5 (Pembulatan)

Jadi jumlah sampel yang diperlukan untuk menghindari terjadinya

drop out adalah 30 ekor tikus betina. Banyak total tikus 30 ekor

yang terbagi dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri

dari 6 tikus, yaitu:

28

Tabel 2. Perlakuan Hewan Coba

No Kelompok Perlakuan

1. Kelompok 1 (A) Kelompok tikus yang tidak diberikan

paparan radiasi elektromagnetik ponsel

maupun kombinasi antioksidan tomat dan

zink. Hanya diberikan pakan biasa dengan

ukuran sama seperti 4 kelompok lainnya.

2. Kelompok 2 (B) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi

elektromagnetik ponsel selama 2 jam

dalam 30 hari

3. Kelompok 3 (C) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi

elektromagnetik ponsel selama 2 jam

dalam 30 hari dan diikuti dengan

pemberian kombinasi tomat dan zink

dengan dosis tomat yaitu 1,85gr dan zink

0,54mg yang dilarutkan akuades per 1 ml

4. Kelompok 4 (D) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi

elektromagnetik ponsel selama 2 jam

dalam 30 hari dan diikuti dengan

pemberian kombinasi tomat dan zink

dengan dosis tomat yaitu 3,7gr dan zink

0,27mg yang dilarutkan akuades per 1 ml

5. Kelompok 5 (E) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi

elektromagnetik ponsel selama 2 jam

dalam 30 hari dan diikuti dengan

pemberian kombinasi tomat dan zink

dengan dosis tomat yaitu 7,4gr dan zink

0,135mg yang dilarutkan akuades per 1

ml

3.4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.3.1 Kriteria Inkulsi :

a. Sehat (tikus dengan bulu yang tidak kusam, bergerak

aktif, konsumsi pakan dalam jumlah normal)

b. Memiliki berat badan sekitar 200-300 gram

3.4.3.2 Kriteria Ekslusi

a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah

masa adaptasi di laboratorium

29

b. Sakit (tampak tikus dengan rambut kusam, rontok, dan

aktivitas kurang atau tidak aktif, keluar eksudat yang

abnormal dari mata, mulut, anus, genital)

c. Tikus mati

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kombinasi dosis

antioksidan tomat dan zink

3.5.2 Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah oosit tikus putih

betina galur Sprague dawley yang diinduksi radiasi ponsel

30

3.5.3 Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Puree tomat

Pemberian puree

tomat dibuat dari

perebusan buah

tomat yang

kemudian dibuat

dilumatkan

Hitung

manual

1=1,85gr

2=3,7gr

3=7,4gr Kategorik

Zink

Zink diberikan

dalam bentuk

serbukan yang

dilarutkan dengan

akuades

Hitung

manual

1=0,54mg,

2=0,27mg

3=0,135mg Kategorik

Jumlah oosit

pada ovarium

Sediaan histologi

dilihat

menggunakan

mikroskop cahaya

dengan

perbesaran 40x

Mikroskop

cahaya

Banyaknya

jumlah oosit

Numerik

31

3.6 Diagram Alir

Gambar 5. Diagram Alir

Terminasi tikus

Pembedahan

Pengambilan organ ovarium

Pembuatan preparat dan

pengamatan di mikroskop

Interpretasi hasil

Tidak

diinduksi

radiasi

ponsel

Diinduksi

radiasi

ponsel

selama 2

jam per hari

dalam 30

hari

Diinduksi

radiasi

ponsel

selama 2

jam per hari

dalam 30

hari dan

diberi

kombinasi

tomat dan

zink dalam

dosis 1

Diinduksi

radiasi

ponsel

selama 2

jam per hari

dalam 30

hari dan

diberi

kombinasi

tomat dan

zink dalam

dosis 2

Diinduksi

radiasi

ponsel

selama 2

jam per hari

dalam 30

hari dan

diberi

kombinasi

tomat dan

zink dalam

dosis 3

A B C D E

Menimbang Hewan Coba

Perlakuan Hewan Coba

Persiapan Hewan Coba

Aklimatisasi Hewan Coba

32

3.7 Prosedur Penelitian

3.6.1 Ethical Clearance

Penelitian ini mendapatkan Ethical Clearence dari Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor

096/UN26.8/DL/2017 untuk melakukan penelitian menggunakan

30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina dengan galur

Sprague dawley

3.6.2 Pengadaan Hewan Coba

Pada penelitian hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus)

betina dengan galur Sprague dawley sebanyak 30 ekor yang

diperoleh dari Palembang Tikus Centre (PTC)

3.6.3 Aklimatisasi Hewan Coba

Aklimatisasi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) betina

dengan galur Sprague dawley yang berusia 2,5-3,5 bulan dengan

berat antara 200-300gr yang akan menjalani masa adaptasi selama

1 minggu di tempat pemeliharaan untuk menyeragamkan cara

hidup dan makanannya sebelum diberikan perlakuan. Tikus

ditempatkan dalam kandang dengan tutup terbuat dari kawat dialasi

sekam, makanan tikus berupa pelet.

Pemberian makanan dan minuman diberikan ad libitum.

Lingkungan kandang dibuat agar tidak lembab, suhu kandang

dijaga sekitar 25oC dan diberikan pencahayaan yang cukup.

Masing-masing kelompok tikus diletakkan dalam kandang

33

tersendiri dan disekat sehingga tidak saling berinteraksi. (Febrianti

et al, 2013)

3.6.4 Pembuatan puree tomat

Puree merupakan produk yang hampir sama dengan bubur dengan

viskositas atau kekentalan sedang. Puree dibuat dengan memasak

daging buah tomat hingga diperoleh kekentalan yang diinginkan.

Kandungan likopen tidak rusak dan jumlahnya tidak jauh berubah

selama pemanasan. Bahkan kandungan likopen akan meningkat 10

kali lipat ketika tomat dimasak menjadi saus atau pasta tomat.

Pengolahan tomat dilakukan dengan cara direbus.

Cara membuat:

a. Buah tomat dicuci dengan air mengalir

b. Buah tomat dibelah menjadi dua bagian, biji dan air di bagian

tengah buah dibuang

c. Daging buah tomat direbus atau dikukus pada suhu 100oC

selama kurang lebih 3 menit

d. Setelah itu, ditiriskan, kulit buah tomat dibuang

e. Daging buah tomat dihancurkan dengan blender hingga

menjadi bubur tomat

f. Puree tomat yang telah jadi dan dingin siap dikemas atau

dibekukan untuk memperpanjang daya simpan (Dewanti, T. et

al., 2010)

Konversi dosis manusia menjadi dosis tikus, yakni dosis

tikus=0,018 dosis manusia (Donatuset al., 1992). Dosis likopen

34

yang biasa diberikan adalah 20 mg/hari. Sehingga didapatkan

konversi dosis menjadi 0,36 mg/kgBB, (Sulistyowati, 2006)

Di dalam 100 gram tomat rebus mengandung 9700µg. Maka dari

itu, dilakukan perhitungan dosis tomat rebus agar mendapatkan

0,36 mg/kgBB. Berikut perhitungan dosis tomat untuk tikus

100𝑔𝑟

𝑥=

9700µ𝑔

360µ𝑔

𝑥 = 360000𝑔𝑟

9700

𝑥 = 3,71 𝑔𝑟

Pemberian dosis likopen pada tikus menggunakan tiga dosis

perlakuan. Dosis pertama 3,71 gr akan diturunkan menjadi 1,85 gr

dan dinaikan dua kali lipat menjadi 7,4 gr.

3.6.5 Pemberian Zink

Zink yang digunakan dalam penelitian ini adalah zink serbuk.

Dosis yang biasa digunakan pada manusia yaitu 15 mg (Prasad,

2014). Kemudian dikonversi ke dalam dosis tikus dengan

perbandingan berat badan tikus 200 gram dengan berat badan

manusia 70 kg.

𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 = 0,018𝑥

Dengan x adalah dosis yang digunakan pada manusia. Sehingga

didapatkan dosis pada tikus yaitu 0,27 mg. Dosis tersebut

diturunkan setegahnya menjadi 0,135 mg dan dinaikan dua kali

lipat menjadi 0,54 mg yang dilarutkan dalam akuades. Pemberian

35

kombinasi likopen dan zink dilakukan 30 menit sebelum diinduksi

dengan gelombang elektromagnetik ponsel.

Sehingga kombinasi likopen dan zink yang dimaksud di atas dibagi

menjadi dosis 1= tomat 1,85 gr dan zink 0,54 mg, dosis 2= tomat

3,7 gr dan zink 0,27 mg, dosis 3= tomat 7,4 gr dan zink 0,135 mg

3.6.6 Induksi Radiasi Gelombang Elektromagnetik

Radiasi gelombang elektromagnetik ponselmenggunakan ponsel

dengan SAR=1,56 W/kg dilakukan dengan menggunakan kandang

yang memiliki tempat khusus untuk menaruh ponsel selama proses

pemaparan. Ponsel diletakkan dalam keadaan hidup berada di

tengah-tengah kandang, lalu dilakukan panggilan telepon dengan

menggunakan ponsel lainnya. Tikus dimasukkan ke dalam kandang

tanpa dibatasi gerakan dan diberikan paparan sesuai dengan

kelompok perlakuan.

3.6.7 Terminasi Hewan Coba

Terminasi tikus dilakukan setelah perlakuan terakhir. Tikus

diterminasi dengan cara cervical dislocation. Cara melakukan

cervical dislocation terhadap tikus yaitu dengan meletakkan ibu

jari dan jari telunjuk di setiap sisi leher pada dasar tengkorak untuk

memberi tekanan ke bagian posterior dasar tulang tengkorak dan

sumsum tulang belakang, sementara tangan lainnya pada bagian

ekor lalu ditarik dengan cepat sehingga terjadi pemisahan vertebra

servikal dari tengkorak dan terjadi pemisahan sumsum tulang

36

belakang dari otak. Setelah itu dilakukan pembedahan pada tikus

untuk mengambil bagian ovariumnya (Ridwan, 2013).

Dilanjutkan dengan memasukkan jaringan ovarium ke dalam

tabung penyimpanan organ dan dimasukkan dalam lemari es

dengan suhu sebesar -4oC selama 1 hari. Setelah itu, dimasukkan

ke dalam upright freezer pada suhu -80oC (Atmaja, 2008)

3.6.8 Prosedur pembuatan slide

a. Fixation

1. Memfiksasi spesimen berupa potongan organ ovarium yang

dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10%

2. Mencuci dengan air mengalir

b. Trimming

1. Mengecilkan organ menjadi 3 mm

2. Memasukkan potongan organ ovarium ke dalam embeding

cassette

c. Dehidrasi

1. Mengurangi kadar air dengan meletakkan embeding cassete

pada kertas tisu

2. Berturut-turut melakukan perendaman organ ovarium

dalam alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing

selama 1 jam

d. Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan

xylol I, II, III masing-masing selama 1 jam

37

e. Impregnasi

Impregnasi dengan menggunakan parafin I, II, III masing-

masing selama 2 jam

f. Embeding

1. Membersihkan sisa parafin yang ada dengan memanaskan

beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas

2. Menyiapkan parafin cari dengan memasukkan parafin ke

dalam cangkir logam dan memasukkan ke dalam oven

dengan suhu di atas 58oC

3. Menuangkan parafin ke dalam cairan pan

4. Memindahkan satu per satu dari embeding cassete ke dasar

pan dengan mengatur jarak satu dengan lainnya

5. Memasukkan pan ke dalam air

6. Melepaskan parafin yang berisi potongan ovarium dari pan

dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6oC beberapa saat

7. Memotong parafin sesuai dengan letak jaringan yang ada

menggunakan scapel hangat

8. Meletakkan pada blok kayu, ratakan pinggirnya dan buat

sedikit meruncing

9. Memblok parafin siap dipotong dengan mikrotom

g. Cutting

1. Melakukan pemotongan pada ruangan dingin

2. Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu

38

3. Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan

pemotongan halus dengan ketebalan 4-5m

4. Memilih lembaran potongan yang paling baik,

mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya

dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan

tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik

menggunakan kuas runcing

5. Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath

selama beberapa detik sampai mengembang sempurna

6. Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan

tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengah

atau sepertiga bawah ata atas, jangan sampai ada

gelembung udara di bawah jaringan

7. Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubator

suhu 37oC selama 24 jam sampai jaringan melekat

sempurna (Wibhisono et al, 2014)

3.6.9 Prosedur Pewarnaan

a. Larutan hematoksilin

Timbang ekstrak hematoksilin 1 gram, potasium alumunium

sulfat sebanyak 50 mg dan sodium iodida 0,2 gram dilarutkan

dalam 1 liter akuades menggunakan alat pengaduk dengan

sedikit dipanaskan, kemudian disimpan satu malam dalam

temperatur ruangan. Keesokan harinya larutan tersebut

39

ditambahkan asam sitrat sebanyak 50 gram dan chloral hydrate

50 gram

b. Larutan eosin

Timbang serbuk eosin Y 7,5 gram, erythrosin 7,5 gram dan

calcium chloride 2,5 gram dilarutkan dalam 1 liter akuades

kemudian disaring

c. Proses pewarnaan

Preparat yang akan diwarnai diletakkan pada rak khusus dan

dicelupkan secara berurutan ke dalam larutan. Preparat

diangkat satu persatu dari larutan dalam keadaan basah diberi

satu tetes cairan perekat dan selanjutnya ditutup dengan kaca

penutup .

3.8 Analisis Statistika

Analisis statistika yang digunakan untuk mengolah data adalah

analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan

menggunakan uji statistik.

Analisis hasil penelitian diawali dengan uji normalitas untuk

melihat apakah sampel terdistribusi normal atau tidak menggunakan uji

Shapiro-Wilk karena sampel ≤50. Kemudian dilakukan uji One Way

ANOVA jika data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal

atau non parametrik, maka menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hipotesis

40

dianggap bermakna apabila p<0,05. Jika pada uji One Way ANOVA atau

Kruskal-Wallis menghasil p<0,05 dilanjutkan dengan analisis data Post-

hoc LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu terdapat pengaruh

bermakna pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap jumlah oosit tikus

putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang

elektromagnetik radiasi ponsel

5.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini

menggunakan antoksidan sebagai penghambat stres oksidatif dengan

dengan dosis efektif pemberian tomat dan zink

2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat lebih bijaksana dalam menggunakan

telepon seluler baik sebagai alat komunikasi, alat berinteraksi sosial,

bermain games dll.

3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat mengkonsumsi buah-buahan yang

kaya akan likopen, vit C untuk menangkal radikal bebas yang terpapar

dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal S, Rao AV. 2000. Tomato lycopene and itsrole in human health and

chronic diseases.CMAJ.163:739-744.

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

American Academy of Pediatrics, 2006. Menstruation in Girls and Adolescents:

Using the Menstrual Cycle as a Vital Sign, Official Journal of The

American Academy of Pediatrics.118(5)

Anies. 2006. SUTET, Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi

Elektromagnetik SUTET. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Anies MKP. 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi? Pengaruh Radiasi elektromagnetik

dan Berbagai Peralatan Elektronik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Ardhie AM. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah

Penuaan. Medicinus. 24(1):4-9

Atmaja DA.2008. Pengaruh ekstrak kunyit terhadap gambaran mikroskopik

mukosa lambung mencit balb/c yang diberi parasetamol. Artikel ilmiah.

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Breen KM, Karsch FJ. 2004. Does Cortisol Inhibit Pulsatile Luteinizing Hormone

Secretion at the Hypothalamic or Pituitary Level? Endocrinology. 145(2):

692–698.

Bresson J, Flynn A, Heinonen M, Hulshof K, Korhonen H, Løvik M, Verhagen H.

2008. Safety of ‘ Lycopene Cold Water Dispersible Products from Blakeslea

Scientific Opinion of the Panel on Dietetic Products , Nutrition and

Allergies.The EFSA Journal. 893:1–15.

Dalimartha S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Dewanti T, Rukmi DW, Nurcholis M, Maligan JM. 2010. Buku Aneka Produk

Olahan Tomat dan Cabe. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Brawijaya

58

Donatus IA, Suhardjono D, Nurlaila, Sugiyanto, Hakim L, Wahyono D, et

al.1992. Petunjuk Praktikum Toksikologi, Edisi ke-1.

Yogyakarta:Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi

Universitas Gajah Mada

Fakultas Kedokteran Hewan UGM. 2006. Tikus Laboratorium. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada

Febrianti RV, Wahyuningsih, I. 2013 . Ibuprofen−polivinilpirolidon (pvp) pada

tikus putih jantan ulcerogenic effect of ibuprofen solid dispersion in rats

male. Journal of Pharmaciana.3(2):29–36

Guyton AC, Hall J. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Ke 9

(Terjemahan). Jakarta: EGC.

Hartoyo A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Halliwell B. 2006. Reactive spesies and antioxidants: Redox biology is a

fundamental theme of aerobic life. Plant Physiol. 141:312-322

Halliwell B, Whiteman M. 2004. Measuring reactive species and oxidative

damage in vivo and in cell culture: how should you do it and what do the

results mean? Br J Pharmacol. 142(2): 231–255.

Health V. 2006. Seluk Beluk Food Suplemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jeyaratnam J, Koh D. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. (R. N. E.

Sihombing & P. Widyastuti, Eds.). Jakarta: EGC.

Journal TE. 2005. Opinion of the Scientific Panel on Food Additives, Flavourings,

Processing Aids and Materials in Contact with Food on a request from the

Commission related to an application on the use of α -tocopherol containing

oil suspensions and cold water dispersib. 1–17.

Karlina Y. 2003. Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam. [skripsi]. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret

Kartono K, Gulo D. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.

Kevin C, Kregel, Hannah J, Zhang. 2006. An integrated view of oxidative stress

in aging: basic mechanisms, functional effects, and pathological

considerations. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 292(1):18-36

Kosasih E, Tony S, Hendro H. 2006. Peran Antioksidan pada Lanjut Usia.

Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.

59

Kusumo MG. 2014. Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan Zinc Terhadap Jumlah

Sperma Mencit Balb/C Yang Terpapar Asap Rokok [skripsi]. Surakarta:

Univeritas Muhammadiyah Surakarta

Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. 2006. Menstruation among adolescent girls

in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore Med J. 47(10):869-

874

Matthiesen SMS, Frederiksen Y, Ingerslev HJ, Zachariae R. 2011. Stress, distress

and outcome of assisted reproductive technology (ART): A meta-analysis.

Human Reproduction, 26(10):2763–2776.

Maulida D, Zulkarnaen N. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari Buah

Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran n-Heksana, Aseton dan

Etanol.[Skripsi]. Semarang: Universitas Dipenogoro

Maysara R, Yuliani S. 2011. Efek Likopen Terhadap Tikus Putih Galur SD

(Sprague dawley) yang diinduksi Parasetamol dengan Melihat Aktivitas

SGPT Dalam Darah. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 1: 23 – 33.

Merhi ZO. 2012. Challenging cell phone impact on reproduction: A Review.

Journal of Assisted Reproduction and Genetics, 29(4):293–297.

Moulder JE. 2004. Power lines and cancer. Diakses pada 20 April 2016. Tersedia

dari: http://www.mcw.edu/gcrc/cop/powerlines-cancer-FAQ/toc.html

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper. (27th

Ed.).

Jakarta: EGC.

Nepomnaschy PA, Welch K, McConnell D, Strassmann BI, England BG. 2004.

Stress and female reproductive function: A study of daily variations in

cortisol, gonadotrophins, and gonadal steroids in a rural Mayan population.

Am J of Hum Biology. 16(5):523–532.

Paik IK. 2001. Application of chelated minerals in animal production. Asian-Aust.

J. Anim. Sci. 14:191 – 198

Prasad AS. 2014. Zink is an antioxidant and anti-inflammatory agent: its role in

human health. Frontiers in Nutrition. (1):1-10

Prasad S, Tiwari M, Pandey AN, Shrivastav TG, Chaube SK. 2016. Impact of

stress on oocyte quality and reproductive outcome. J Biomed Sci. 23:36.

Porrini M, Riso P. 2000. Lymphocyte lycopene concentration and DNA

protection from oxidative damage is increased in women after a short period

of tomato consumption. J Nutr.130:189-192.

60

Powers SK, Jackson MJ. 2008. Exercise-Induced Oxidative Stress: Cellular

Mechanisms and Impact on Muscle Force Production. Physiol Rev.

88:1243-1276

Ridwan E. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan.

Jurnal Ikatan Dokter Indonesia. 63(3):112–116.

Ruder EH, Hartman TJ, Goldman MB. 2009. Impact of oxidative stress on female

fertility. Current Opinion in Obstetrics & Gynecology. 21(3):219–222.

Sastroasmoro S, Ismael S. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (3rd

ed). Jakarta: Sagung Seto

Sherwood L. 2011. Sistem Reproduksi. Dalam: Fisiologi Reproduksi Wanita Edisi

Ke-6 (Terjemahan). Jakarta: EGC.

Silalahi J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius.

Suckow M, Weisbroth S, Franklin C. 2006. The laboratory rat. Edisi ke-2.

Burlington: Elseveir Academic Press

Sunarmani, Tanti K.2008. Parameter Likopen Dalam Standarisasi Konsentrat

Buah Tomat.Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian.

Sulistyowati Y. 2006. Pengaruh Pemberian Likopen terhadap status antioksidan

(vitamin C, vitamin E dan gluthathion peroksidase) tikus putih (Rattus

norvegicus galur Sprague dawley) hiperkolesterolemik. [tesis]. Semarang:

Universitas Diponegoro

Susilo J. 2000. Pengaruh Vitamin C Terhadap Absorbsi Zinc Secara In Vitro. PhD

Thesis.

Swamardika IBA. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap

Kesehatan Manusia. Teknologi Elektro. 8(1):106–109.

Tandung KK, Satiawati L, Wantow B. 2015. Pengaruh Pemberian Zink (Zn)

Terhadap Kualitas Spermatozoa Wistar Jantan Dewasa (Rattus norvegicus)

yang Diberikan Monosodium Glutamat (MSG). Jurnal E-Biomedik (eBM).

3(1):285–290.

Tremallen K. 2008. Oxidative Stress and Male Infertility – A Clinical Perspective.

Human Reproduction Update. 14(3):243-258

Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mazur M, Telser J. 2007. Review:

Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and human

disease. Inter J Biochem Cell Biol. 39:44-84

61

Winarsi H, Muchtadi D, Zakaria FR, Purwanto A. 2005. Efek suplementasi Zn

terhadap status imun wanita premenopause yang diintervensi dengan

minuman isoflavon. 82-86

Winarsi HMS. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta:

Kanisius.

Wibhisono H, Busman H, Susantiningsih T. 2014. Efek protektif ekstrak etanol

daun binahong (Anredera cordifolia) terhadap gambaran histopatologi

lambung tikus putih galur Sprague dawley yang diinduksi etanol. Majority

Journal, 3(6): 170−178.

Widhyari SD. 2012. Peran Dan Dampak Defisiensi Zink (Zn) Terhadap Sistem

Tanggap Kebal. Wartazoa. 22(3): 141-148