pengaruh kombinasi tomat (solanum lycopersicum l.) …digilib.unila.ac.id/25260/20/3. skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK
TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague
dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
RADIASI PONSEL
(Skripsi)
Oleh
DEVITA WARDANI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK
TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague
dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
RADIASI PONSEL
Oleh
DEVITA WARDANI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE EFFECT OF COMBINATION TOMATO (Solanum lycopersicum L.)
AND ZINC TO THE AMOUNT OF OOCYTE TOWARDS FEMALE RAT
STRAINS Sprague dawley THAT INDUCED HANDPHONE’S
ELECTROMAGNETIC WAVE
BY
DEVITA WARDANI
Background: Menstrual disorders or infertility in female mostly caused by
hormonal disturbance. One of the factors which can disturb hormonal system is
the electromagnetic waves from cell phone that can increase the free radicals..
Tomato and zinc are antioxidants that can inhibit the formation of free radicals.
Objective: To determine the effect of tomato and zinc combinationto the number
of female oocytes from white rats Sprague dawley strain induced by
electromagnetic waves from mobile phone radiation (SAR=1,56 W/kg).
Method: The study uses 25 rats that were divided into 5 groups: no treatment
(K1), only induced by electromagnetic waves (K2), 1,85gr tomato and 0,54mg
zinc treatment (P1), 3,7gr tomato and 0,27mg zinc treatment (P2), 7,4gr tomato
and 0,135mg zinc treatment (P3). The groups were exposed to electromagnetic
waves for 2 hours in 30 days. The data were analyzed by using the Post Hoc test.
Result: The average number of oocytes obtained in K1 is 66.8; K2 is 42,4; P1 is
61.8; P2 is 64,83; and P3 is 63,2.
Conclusion: There is an effect of combination between tomato and zinc to the
number of female oocytes from white rats Sprague dawley strain induced by
electromagnetic waves of mobile phone radiation.
Keywords: Electromagnetic waves, oocytes count, mobile phone, tomato, zinc
ABSTRAK
PENGARUH KOMBINASI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DAN ZINK
TERHADAP JUMLAH OOSIT TIKUS PUTIH BETINA GALUR Sprague
dawley YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
RADIASI PONSEL
Oleh
DEVITA WARDANI
Latarbelakang: Gangguan siklus menstruasi atau infertilitas pada wanita
disebabkan oleh gangguan hormonal. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
gangguan sistem hormonal adalah gelombang elektromagnetik dari radiasi ponsel.
Penggunaan ponsel dapat meningkatkan radikal bebas dan tomat serta zinc
merupakan antioksidan yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kombinasi tomat dan zinc terhadap jumlah
oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang
elektromagnetik radiasi ponsel (SAR=1,56 W/kg).
Metode: Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok,
yaitu Kontrol 1 (K1) yang tidak diberikan perlakuan, kontrol 2 (K2) hanya
diinduksi gelombang elektromagnetik ponsel, perlakuan 1 (P1) diberi 1,85gr
tomat dan 0,54mg zinc, perlakuan 2 (P2) diberi 3,7gr tomat dan 0,27mg zinc,
perlakuan 3 (P3) diberi 7,4gr tomat dan 0,135mg zinc dan dilakukan paparan
selama 2 jam dalam 30 hari. Data dianalisis menggunakan uji Post hoc.
Hasil: Diperoleh hasil K1 rerata jumlah oosit sebanyak 66,8; K2 sebanyak42,4;
P1 sebanyak 61,8; P2 sebanyak 64,83; dan P3 sebanyak 63,2.
Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian tomat dan zinc terhadap jumlah oosit
tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang
elektromagnetik radiasi ponsel pada P1, P2 dan P3.
Kata kunci: Gelombang elektromagnetik, jumlah oosit, ponsel, tomat, zinc
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 21 Desember 1994, sebagai anak kedua
dari dua bersaudara, dari Bapak Drs. Bejan Santoso dan Ibu Dra. Murti
Siswantini, M.Pd. Penulis memiliki 1 kakak perempuan yaitu Rista Rahmawati
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyiyah Metro tamat pada tahun
2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Swasta Xaverius Metro pada tahun
2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Metro
pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri
2 Bandarlampung pada tahun 2013.
Tahun 2013, penulis mengikuti alur tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Selama menjadi Mahasiswa, penulis aktif pada berbagai
organisasi, diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Unila,
Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis
Rescue Team dan Lampung University Medical Research (LUNAR)
Sebuah Karya Yang Dipersembahkan Untuk
Ibu, Bapak, Kakak, Saudara Serta Sahabat
Tersayang
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya
(Q.S. Al-Baqarah: 286)
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucpkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhamad S.A.W.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Kombinasi Zinc dan Tomat Terhadap
Jumlah Oosit Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley yang Diinduksi
Gelombang Elektromagnetik Radiasi Ponsel” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam Kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
- Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung
- Dr. Dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
- Ibu Soraya Rahmanisa S.Si., M.Sc, selaku Pembimbing Utama atas
kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan masukan serta kritik
dalam proses penyelesaian skripsi ini
- dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG, selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi ini
- dr. Ety Apriliana, M.Biomed selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas
masukan, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan
- dr. Ade Yonata, M.MolBiol., Sp.PD selaku Pembimbing Akademik saya
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu selama menjalani
masa perkuliahan
- Ibu Nuriah selaku asisten laboratorium yang telah membantu dalam
pelaksaan penelitian
- Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada
penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai
cita-cita
- Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai
yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini
- Ibu Murti Siswantini dan Bapak Bejan Santoso sebagai orang tua yang
selalu mendukung, mendorong, memberikan motivasi, merawat dan selalu
memberikan yang terbaik untuk hidup saya
- Kakak kandung Rista Rahmawati yang selalu memberikan masukan dan
dukungan dalam menjalankan pendidikan
- Keluarga besar Kakek, Nenek, Pakde, Bude, Om, Tante, Sepupu
semuanya yang sudah mendukung dalam menyelesaikan masa perkuliahan
dan pembuatan skripsi.
- Teman-teman Kelompok Belajar yaitu Azzren Virgita Pasya, Tri Novita
Sari, YuliaCahya Khasanah, Dani Kartika Sari dan Dara Marissa WP atas
dukungan, canda dan tawa selama menjalani masa perkuliahan
- Tim Penelitian saya yaitu Nabila Luhfiana, Neza Ukhalima Hafia, Tara
Aulianova, Diah Ayu Larasati, dan Triola Fitria atas kerja sama, canda,
tawa dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian
skripsi
- M.Marliando Satria PC, Andre Parmonangan, Tarrinni Inastyarikusuma
yang telah memotivasi belajar, mewarnai hari-hari selama perkuliahan dan
menghibur satu sama lain untuk terus survive selama perkuliahan
- Keluarga besar Kost Arbenta yaitu Wulan, Farras, Dara, Natasyah, Ayu,
Dani, Siti Nur Indah, Siti Masruroh, Nidya Tiaz, Hesti Ariyanti, Romana
Julia yang telah menjadi lini satu dari awal perkuliahan hingga akhir-akhir
pre klinik.
- Seluruh teman-teman angkatan 2013 CERE13ELLUMS yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan yang terjalin
dan memberi motivasi belajar
- Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akan
tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung,Januari 2017
Penulis
Devita Wardani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6
2.1.1 Tomat dan Zink ................................................................................ 6
2.1.2 Oogenesis ....................................................................................... 10
2.1.3 Stres ................................................................................................ 13
2.1.4 Gelombang Elektromagnetik ......................................................... 15
2.1.5 Tikus Putih ..................................................................................... 17
2.1.6 Hubungan stres pada perkembangan folikel oosit ......................... 20
2.2 Kerangka Teori........................................................................................ 22
2.3 Kerangka Konsep .................................................................................... 23
2.4. Hipotesis ................................................................................................. 23
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 24
3.3 Alat dan Bahan ..................................................................................... 25
3.4 Subyek Penelitian ................................................................................. 26
3.5 Variabel Penelitian ............................................................................... 29
3.6 Diagram Alir ........................................................................................ 31
3.7 Prosedur Penelitian .............................................................................. 32
3.8 Analisis Statistika ................................................................................. 39
ii
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................... 41
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 47
4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 55
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 56
5.2 Saran .................................................................................................... 56
Daftar Pustaka ................................................................................................... 57
Lampiran ........................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Likopen Dalam Beberapa Buah Dan Sayur .............................. 7
2. Perlakuan Hewan Coba .............................................................................. 28
3. Definisi Operasional. ................................................................................. 30
4. Hasil Pengukuran Oosit ............................................................................. 41
5. Hasil Uji Post Hoc LSD ............................................................................. 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Spektrum elektromagnetik ............................................................................ 17
2. Mekanisme stres terhadap sistem reproduksi ................................................ 21
3. Kerangka Teori.............................................................................................. 22
4. Kerangka Konsep .......................................................................................... 23
5. Diagram Alir ................................................................................................. 31
6. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (K1) ............................ 42
7. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (K2) ............................ 42
8. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P1) ............................. 43
9. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P2) ............................. 43
10. Ovarium Tikus Putih Betina Galur Sprague dawley (P3) ........................... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
Lampiran 2. Surat Identifikasi Tanaman buah Tomat
Lampiran 3. Hasil Data Penelitian Jumlah Oosit Tikus Putih Betina dan Analisis
Data
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5. Berat Tikus Setelah Aklimatisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Tahun-tahun awal menstruasi
merupakan periode yang rentan terjadi gangguan, yakni 75% wanita pada
tahap remaja akhir mengalami gangguan menstruasi seperti menstruasi yang
tertunda, tidak teratur, nyeri, dan perdarahan yang banyak pada waktu
menstruasi (Lee, 2006)
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan siklus menstruasi pada
wanita usia reproduktif menjadi ireguler termasuk kehamilan, penyakit
endokrin yakni gangguan pada sentral Gonadotropin-Releasing Hormone
(GnRH), penurunan berat badan yang nyata, aktivitas yang berlebihan,
perubahan pada pola makan dan waktu tidur, dan tingkat stres yang
berlebihan juga kondisi medik. Semua faktor ini berhubungan dengan
pengaturan fungsi endokrin hipotalamik-pituitari (American Academy of
Pediatrics, 2006).
Stres bisa berarti ketegangan, tekanan batin, dan konflik yang berarti
seperti frustasi dan kondisi psikologis yang disebabkan karena adanya
kecemasan dan persepsi ketakutan (Kartono & Gulo, 2003). Pada keadaan
2
stres, hipotalamus menyekresikan CRH yang mempunyai pengaruh negatif
terhadap pengaturan sekresi GnRH, ketidakseimbangan CRH memiliki
pengaruh terhadap penekanan fungsi reproduksi manusia sewaktu stres
(Breen & Karsch, 2004; Sherwood, 2011). Pada keadaan stres, penurunan
kadar GnRH juga akan mempengaruhi kadar FSH dan LH. Penurunan kadar
LH akan mempengaruhi ovulasi dan menghambat korpus luteum untuk
menghasilkan progesteron. Sedangkan penurunan kadar FSH akan
menghambat perbesaran folikel ovarium dan bersama-sama LH akan
menghambat sekresi estrogen dan ovarium (Guyton & Hall, 2007). Di
tingkat ovarium, kortisol yang dipengaruhi CRH secara langsung
menghambat produksi hormon steroid dan menginduksi apoptosis.
Penghambatan kortisol terhadap estradiol akan mempengaruhi fungsi sel
granulosa dan berdampak pada maturasi folikel dan berkurangnya jumlah
oosit yang dapat dipetik (Matthiesen, et al., 2011).
Stres dapat dipicu oleh tingkat paparan gelombang elektromagnetik
dari berbagai frekuensi, peningkatan paparan cahaya pada malam hari,
perubahan suhu lingkungan dan tekanan lainnya baik dari eksternal maupun
internal. Salah satupaparan gelombang elektromagnetik adalah melalui
ponsel. Pengguna ponsel yang semakin tinggi membuat para pengguna
harus lebih mencermati efek samping penggunaan ponsel terhadap
kesehatan manusia. Efek samping yang dikhawatirkan oleh para pengguna
adalah adanya paparan tubuh terhadap radiasi gelombang elektromagnetik
ponsel yang digunakan sebagai media transfer data (Merhi, 2012).
3
Salah satu bentuk stres adalah stres oksidatif, yakni keadaan dimana
terjadi ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Stres oksidatif
terjadi apabila kadar oksidan meningkat pesat atau kadar antioksidan yang
sangat kurang. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan
jika berlangsung secara masif. Oksidan atau radikal bebas merupakan zat
yang sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan protein, asam nukleat, lipid,
dan molekul lain yang menyebabkan kerusakan jaringan (Murray et al.,
2009).
Sebab itu tubuh kita memerlukan antioksidan yang dapat membantu
melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan berfungsi
mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan
pemberian antioksidan mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya
penyakit (Kosasih et al., 2006). Antioksidan dapat berupa alami dan buatan.
Antioksidan alami dapat berupa enzim, vitamin seperti vitamin A, E, C,
Beta-karoten dan senyawa lain seperti flavonoid, karetonoid, fenolik,
alkaloid, bilirubin, albumin (Winarsi, 2007). Antioksidan sintentik seperti
Butylated Hydroxyanisol (BHA) dan Butylated Hydroxytoluene (BHT).
Namun kekahwatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik
menjadikan antioksidan alami sebagai alternatif terpilih (Hartoyo, 2003).
Tomat merupakan salah satu buah yang didalamnya terdapat senyawa
karotenoid yang memiliki manfaat untuk mencegah penyakit
kardiovaskular, osteoporosis, infertilitas dan kanker, termasuk di dalamnya
kanker endometrial, payudara, kolon, paru dan prostat. Di dalam tomat
terdapat likopen yang bereaksi dengan radikal bebas agar berhenti merusak
4
sel-sel, dimana kemampuannya mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih
efisien daripada vitamin E atau 12500 kali dari pada gluthation (Maulida &
Zulkarnaen, 2010). Zink juga merupakan salah satu bentuk kofaktor
antioksidan yang dibutuhkan tubuh. Zink berfungsi menstimulasi hormon
androgen (Tandung et al., 2015).
Maka dari itu peniliti ingin mengetahui bagaimana efek pemberian
kombinasi antioksidan tomat dan zink terhadap jumlah oosit tikus yang
diberi paparan radiasi ponsel
1.2 Rumusan masalah
Apakah ada pengaruh pemberian kombinasi tomat (Solanum lycopersicum
L.) dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley
yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi ponsel?
1.3 Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi antioksidan tomat
(Solanum lycopersicum L.) dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih betina
galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik radiasi
ponsel
1.4. Manfaat penelitian
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah
pengetahuan masyarakat dalam mengkonsumsi antioksidan secara
bijaksana
5
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah
pengalaman dalam menerapkan ilmu yang sudah didapat
3. Bagi Institusi FK Unila
Dapat dijadikan kepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
dan memberikan tambahan pengetahuan bagi pengunjung perpustakaan
yang membacanya
4. Bagi Peneliti lain
Dapat dijadikan sumber acuan dalam penelitian lebih lanjut pada bidang
ilmu terkait
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Tomat dan Zink
2.1.1.1 Tomat
Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari
Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang,
pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1 - 1600
mdpl. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik,
serta menghendaki tanah yang gembur dan subur.
Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi
alkaloid solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam
malat, asam sitrat, biflavonoid, protein, lemak, gula
(fruktosa, glukosa), adenine, trigonelin, kolin, tomatin,
mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin
(B1, B2, B6, C, E, niasin), histamin, dan likopen
(Dalimartha, 2007).
Likopen adalah pigmen merah yang terdapat pada
tomat, merupakan senyawa flavonoid dari kelompok
karetonoid yang berfungsi sebagai antioksidan efektif
7
yang serbaguna. Likopen bekerja pada jaringan dengan
sasaran utamanya plasma pada prostat, testis, perut, kolon
dan dubur. Likopen diyakini ada hubungannya dengan
turunnya risiko kanker prostat, kanker saluran pencernaan
dan masih banyak lagi. Makanan yang kaya likopen
adalah tomat dan produk olahannya berupa saus atau
pasta. Sekitar 85% sumber likopen adalah dari bahan
makanan. Sumber lain seperti minyak sait, stroberi, anggur
dan semangka (Health, 2006). Berikut tabel sumber
likopen dari beberapa bahan makanan (Sulistyowati,
2006).
Tabel 1. Kandungan Likopen Dalam Beberapa Buah Dan Sayur
Bahan Makanan Jumlah (μg/100 g)
Tomat segar
Tomat rebus
Jus Tomat
Saos Tomat
Semangka
Anggur merah
Jambu biji
3000 – 3100
9700
8600 – 9300
9900 – 17000
4100 – 4900
1500 – 3400
5400 Likopen merupakan penetral oksigen singlet yang
paling reaktif dalam sistem biologis. Sifat antioksidan ini
dapat mencegah sidasi LDL kolesterol menjadi bentuk
aterogenik, yang berarti mengurangi risiko Penyakit
Jantung Koroner (PJK). Produk tomat yang diolah dengan
pemanasan seperti saus tomat ternyata menyumbangkan
likopen enam kali dibandingkan dengan tomat yang utuh
dan segar (Silalahi, 2006).
8
Antioksidan seperti vitamin C dan E dan kofaktor
antioksidan seperti selenium, zink, dan tembaga mampu
mengurangi jumlah pembentukan Reactive Oxygen
Species (ROS) yang dapat menyebabkan stres oksidatif.
Antioksidan memiliki peran penting pada sistem
reproduksi wanita. Pada wanita yang mengonsumsi
banyak antioksidan yang terdapat pada buah dan sayur
akan mengurangi dampak dari stres oksidatif (Ruder, et
al., 2009). Likopen sebagai antioksidan memiliki
kemampuan untuk melawan kerusakan sel-sel tubuh akibat
radikal bebas di dalam aliran darah dengan mengurangi
efek toksik dari ROS, sehingga diasosiasikan dengan
penurunan resiko terjadinya berbagai macam penyakit
(Sulistyowati, 2006).
Berdasarkan Acceptable Daily Intake (ADI),
likopen dapat dikonsumsi dengan kadar 0,5 mg/kgBB per
hari dari semua sumber likopen (Bresson et al., 2008).
Tingginya konsumsi buah-buhan dan sayuran terutama
tomat dapat mengakibatkan intake likopen sebesar 20mg
per hari (Journal, 2005)
2.1.1.2 Zink
Zink merupakan zat esensial untuk kehidupan yang
telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu.
9
Penelitan mendalam selama 20 tahun terakhir
menghasilkan pengertian lebih baik tentang peranan secara
biokimia zink di dalam tubuh dan gejala klinik yang
timbul akibat defisiensi zink pada manusia. Tubuh
mengandung 2-2,5 gram zink yang tersebar di hampir
semua sel. Sebagian besar berada di dalam hati, pankreas,
ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung
zink adalah bagian-bagian mata, kelenjar prostat,
spermatozoa, kulit, rambut, dan kuku. Di dalam cairan
tubuh, zink terutama merupakan ion intraseluler. Zink di
dalam plasma hanya 0,1% dari seluruh zink di dalam
tubuh yang mempunyai masa pergantian yang cepat
(Almatsier, 2009).
Zink termasuk mineral esensial yang memiliki efek
antioksidan yang efektif dalam jaringan. Zink dianggap
mempunyai 2 mekanisme antioksidan, yakni kemampuan
mengganti logam transisi (Fe2+
atau Cu2+
) dan
menginduksi terbentuknya protein yang dapat menetralisir
ROS (Ardhie, 2011).
Fungsi zink banyak sekali dalam tubuh, seperti
berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa
dengan cara membantu mengeluarkan karbondioksida dari
jaringan, dalam pencernaan protein, sintesis dan degradasi
kolagen, pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat
10
dan penyembuhan luka serta berperan pula dalam
detoksifikasi alkohol dan metabolisme vitamin A.
Tanda-tanda kekurangan zink adalah gangguan
pertumbuhan, dan kematangan seksual, fungsi pencernaan
terganggu karena gangguan fungsi pankreas, gangguan
pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan
saluran cerna, gangguan fungsi kekebalan, gangguan
metabolisme vitamin A, ganguan nafsu makan, penurunan
ketajaman indra serta memperlambat penyembuhan luka.
Sedangkan kelebihan zink di dalam tubuh dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia
dan gangguan reproduksi. Suplemen zink bisa
menyebabkan keracunan (Almatsier, 2009).
2.1.2 Oogenesis
Fungsi ovarium sebagai organ reproduksi wanita adalah
menghasilkan ovum atau oogenesis dan mengeluarkan hormon
seks wanita, estrogen dan progesteron. Sel germinativum
primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin, membelah
secara mitosis untuk menghasilkan 6 juta sampai 7 juta oogonia
pada bulan kelima gestasi.
Pada akhir-akhir janin di dalam rahim, oogonia melakukan
pembelahan meiotik pertama namun tidak secara sempurna.
Oogonia ini sering disebut sebagai oosit primer. Sebelum lahir,
11
setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan granulosa. Satu
oosit dan sel sel granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer.
Oosit yang tidak membentuk folikel akan mengalami kerusakan
melalui proses apoptosis.
Oosit primer di dalam foliker primer masih merupakan
suatu sel diploid yang mengandung 46 kromosom ganda. Pada saat
pubertas hingga menopause, sebagian dari kumpulan folikel ini
mulai berubah berkembang menjadi folikel sekunder secara siklis.
Pembentukan folikel sekunder ditandai oleh pertumbuhan oosit
primer dan karena adanya diferensiasi lapisan-lapisan sel sekitar.
Oosit membesar sekitar seribu kali lipat, disebabkan karena
penimbunan bahan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh
mudigah. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer menyelesaikan
pembelahan meiotik pertamanya dan menghasilkan dua sel anak
masing-masing mempunyai sel haploid 23 kromosom ganda.
Hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak, yang
sekarang disebut oosit sekunder dan kemudian menjadi ovum,
sedangkan sel lain dengan sedikit sitoplasma membentuk badan
polar. Ovum sekunder itulah yang sebenarnya diovulasi dan
dibuahi.
Ovarium sendiri secara terus menerus mengalami dua fase
secara bergantian, yaitu fase folikular yang didominasi oleh
keberadaan folikel matang dan fase luteal yang ditandai oleh
adanya korpus luteum.
12
1. Fase folikular
Satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi
membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel
granulosa mengeluarkan cairan kental mirip gel yang membungkus
oosit dan memisahkan dari sel granulosa. Membran ini dikenal
sebagai zona pelusida. Pada saat yang sama, ketika oosit sedang
membesar dan sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat
ovarium yang berkontak dengan sel granulosa membentuk satu
lapisan luar bernama sel teka. Sel granulosa dan sel teka ini
dinamai sel folikel dan berfungsi untuk mengeluarkan estrogen.
Selama tahap perkembangan folikel, terbentuk suatu rongga berisi
cairan atau antrum dibagian tengah sel granulosa. Cairan folikel
sebagian berasal dari transudasi plasma dan sebagian lagi dari
sekresi sel folikel. Folikel tumbuh lebih cepat daripada yang lain,
berkembang menjadi folikel matang. Folikel matang yang telah
membesar ini menonjol dari permukaan ovarium, membentuk
daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat
ovulasi.
2. Fase luteal
Folikel yang pecah yang tertinggal di ovarium setelah
mengeluarkan ovum mengalami perubahan. Sel granulosa dan sel
teka mula-mula kolaps ke dalam ruang antrum yang kosong dan
sebagian telah terisi oleh bekuan darah. Sel ini membentuk korpus
luteum. Sel ini menjadi jaringan aktif menghasilkan hormon
13
steroid. Fungsi korpus luteum berfungsi mengeluarkan banyak
progesteron dan sedikit estrogen ke dalam darah. Hormon ini
penting untuk menyiapkan uterus dalam implantasi apabila ovum
telah dibuahi. Jika ovum tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi,
korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albikans. Satu siklus
ovarium telah selesai (Sherwood, 2011).
2.1.3 Stres
2.1.3.1 Pengertian stres
Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh
terhadap setiap faktor yang mengalahkan, atau
mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi
tubuh untuk mempertahankan homeostatis. Agen
penginduksi respons secara tepat disebut sebagai stresor,
sementara stres merujuk pada keadaan yang ditimbulkan
oleh stresor. Jenis jenis rangsangan yang menganggu
berikut ini menggambarkan ragam faktor yang dapat
menginduksi respon stres: fisik (trauma, pembedahan,
panas, atau dingin hebat), kimia (penurunan pasokan O2,
ketidakseimbangan asam-basa), fisiologik (olahraga berat,
syok hemoragik, nyeri), infeksi (invasi bakteri), psikologis
atau emosional (rasa cemas, takut, kesedihan) dan sosial
(konflik perseroangan, perubahan gaya hidup).
14
Baum et al (1984) menyatakan bahwa, ”Stres sudah
menjadi konsep yang populer untuk menjelaskan variasi
luas dari hasil akhir, yang kebanyakan negatif, yang
sebenarnya tidak membutuhkan penjelasan.” Mereka
mengatakan bahwa stres digunakan sebagai label untuk
gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi
ansietas, ketidaknyamanan dan banyak keadaan lain.
2.1.3.2 Stres Oksidatif
Stres oksidatif adalah stres yang timbul akibat
reaksi metabolik yang menggunakan oksigen. Stres ini
mengakibatkan gangguan pada keseimbangan antara
oksidan dan antioksidan sel. Menurut Halliwell (2006)
stres oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan
antara radikal bebas dengan antioksidan, saat jumlah
radikal bebas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
antioksidan.
Jika jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan yang dihasilkan intrasel maka kelebihan
radikal bebas tersebut sangat potensial dalam
menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan ini yang sering
disebut sebagai kerusakan oksidatif. Kerusakan oksidatif
adalah kerusakan biomolekul penyusun sel yang
disebabkan karena reaksi oksidan dan radikal bebas.
15
Peningkatan stres oksidatif berdampak negatif pada
komponen penyusun membran sel, yaitu kerusakan pada
lipid membran untuk membentuk malonaldehid (MDA),
kerusakan protein, karbohidrat dan DNA (Kevin et al,
2006). Kerusakan oksidatif yang diakibatkan oleh radikal
bebas juga berimplikasi pada berbagai kondisi patologis,
seperti kerusakan sel, jaringan, dan organ seperti hati,
ginjal, jantung baik pada manusia maupun hewan.
Kerusakan ini dapat berakhir pada kematian sel sehingga
terjadi percepatan timbulnya berbagai penyakit degeneratif
(Valko et al., 2007; Kevin et al. 2006)
2.1.4 Gelombang elektromagnetik
Radiasi sangat mungkin diasumsikan sebagai akibat dari
paparan elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik meliputi
gelombang mikro, inframerah, sinar yang tampak dan laser, sinar
ultraviolet (UV-A, UV-B dan UV-C), sinar X, sinar gamma.
Urutan ini merupakan urutan panjang gelombang yang makin
menurun. Kerusakan sel akibat radiasi elektromagentik bergantung
pada panjang gelombang, intensitas, dan lama pajanan (Jeyaratnam
& Koh, 2009).
Spesific Absorption Rate (SAR) adalah satuan ukuran yang
digunakan untuk menyatakan banyaknya gelombang
elektromagnetik yang diserap tubuh dan dinyatakan dalam watt
16
perkilogram (W/kg) atau miliwatt persentimeter kuadrat
(mW/cm2). International Commision on Non-Ionizing Radiation
Protection (ICNIRP) menyatakan bahwa nilai maksimal SAR
adalah 2 W/kg, sedangkan menurut Federal Communication
Commision (FCC) nilai maksimal untuk SAR adalah 1,6 W/kg.
Kedua nilai inidigunakan pada daerah yang berbeda. Negara-
negara Eropa dan juga Indonesia menggunakan batasan nilai yang
ditetapkan oleh ICNIRP (Swamardika, 2009).
Radiasi elektromagnetik gelombang radio yang paling
terkenal adalah penggunaan telepon seluler atau ponsel. Efek yang
timbul umumnya terjadi akibat panas yang timbul saat interaksi
antara energi gelombang mikro dengan materi biologik yang
dikenal sebagai efek thermal. Efek ini berbahaya terutama pada
mata dan testis yang sangat sensitif terhadap kenaikan suhu
jaringan tubuh (Anies, 2006).
Akhir-akhir ini muncul kontroversi tentang efek dari
pemakaian ponsel terhadap kesehatan seperti emisi telepon seluler
saat antena berada di dekat kepala selama beberapa menit dapat
menaikkan suhu sel-sel di dekat otak sekitar 0,1oC. Ada dua
penyebab yang sudah dibuktikan dari penggunaan ponsel terhadap
kesehatan yaitu, electromagnetic compatibility (EMC) dan
electromagnetic radiation (EMR) yang dapat menimbulkan kanker
(Anies, 2009).
17
Spektrum elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan
panjang gelombang, frekuensi serta efeknya seperti dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 1. Spektrum elektromagnetik
Radiasi ponsel termasuk radiasi non pengion, frekuensi berkisar
antara 900-1900 Mhz (Moulder, 2004)
2.1.5 Tikus putih (Rattus norvegicus)
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tikus putih (Rattus norvegicus), karena tikus ini memiliki
yaitu mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan
ukurannya yang lebih besar dari mencit. Tikus putih juga mewakili
kelas mamalia, karena kelengkapan organ, metabolisme kimia,
kebutuhan nutrisi, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah
dan ekskresi menyerupai dengan manusia. Biasanya untuk umur 4
minggu, berat tikus 35-40gram dan berat badan dewasa rata-rata
200-250gram (Fakultas Kedokteran Hewan UGM, 2006). Untuk
galur dari tikus Rattus norvegicus yang digunakan dalam penelitian
18
ini adalah galur Sprague dawley. Alasan dalam pemilihan galur ini
adalah karena tikus ini lebih tenang dan lebih mudah untuk
ditangani. Berikut adalah taksonomi spesies Rattus norvegicus
(Suckow et al., 2006)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
Family : Muridae
Genus : Rattus
Species : Rattus norvegicus
Siklus ovarium
Selama berlangsungnya siklus ovarium, terjadi perubahan
terutama pada folikel ovarium, yaitu perubahan pada folikel
primordia menjadi folikel sekunder kemudian berubah menjadi
folikel tersier dan terakhir menjadi folikel de Graaf. Setelah terjadi
ovulasi, folikel de Graaf akan berubah menjadi korpus luteum.
Semua proses tersebut di atas dikenal dengan nama
folikulogenesis.
Semenjak mamalia betina lahir, terdapat banyak folikel
primer di dalam korteks ovarium. Masing-masing terdiri dari
sebuah oosit primer yang dibungkus oleh selapis sel folikel.
19
Sebuah lamina basal terdapat di bawah sel folikel dan merupakan
pembatas antara folikel avaskular dengan stroma ovarium.
Perkembangan selanjutnya dari folikel primer adalah
membentuk folikel sekunder. Pada fase ini untuk pertama kalinya
folikel mengalami perbanyakan sel dan terdapat lapisan kedua di
sekitar oosit. Selanjutnya sel-sel folikel tersebut bersatu
membentuk lapisan granulosa. Oosit primer mulai tumbuh dan
memperbesar ukurannya. Pada perkembangan akhir, folikel
sekunder terlihat dikelilingi oleh ruangan yang tidak teratur dan
merupakan hasil diferensiasi sel-sel epitel dari stroma ovarium.
Sel-sel epitel tersebut kemudian secara bersama-sama membentuk
teka folikuli. Folikel sekunder dengan teka folikuli ini disebut juga
sebagai folikel preantral. Pada perkembangan akhir, folikel
sekunder terjadi pemisahan teka folikuli menjadi teka interna dan
teka eksterna.
Folikel tersier disebut juga folikel antral, dicirikan dengan
adanya antrum dan diferensiasi teka folikuli menjadi teka interna
dan teka eksterna. Pertumbuhan folikel tersier terutama disebabkan
pembelahan yang sangat cepat dari sel-sel folikel. Folikel matang
(De Graaf) tampak sebagai vesikel transparan yang menonjolkan
permukaan ovarium. Ketika folikel benar-benar matang dan
membesar, maka folikel akan pecah dan ovum dilepaskan ke dalam
rongga abdomen. Peristiwa ini disebut sebagai ovulasi (Karlina,
2003).
20
2.1.6 Hubungan stres pada perkembangan folikel oosit
Respon saraf utama terhadap rangsangan stres adalah
pengaktifan sistem saraf simpatis generalisata. Secara bersamaan,
sistem simpatis mengatifkan penguatan hormon dalam bentuk
pengeluaran besaran-besaran epinefrin dari medula adrenal.Selain
epinefrin, hormon lain berperan dalam stres (Sherwood, 2011).
Stres menyebabkan peningkatan ACTH di hipofisis anterior
dan menyebabkan kenaikan hormon kortisol di adrenal.
Peningkatan kadar ACTH ini menyebabkan penurunan kadar
GnRH, yang berakibat pada pengurangan pelepasan hormon
gonadotropin. Penurunan hormon gonadotropin dapat menunda
pematangan folikel, mencegah ovulasi dan mengurangi fungsi
korpus luteal. Oleh karena itu terjadi penurunan produksi hormon
steroid dan mengurangi kemungkinan implantasi (Nepomnaschy,
et al., 2004)
22
2.2 Kerangka Teori
Yang masuk dalam penelitian
Gambar 3. Kerangka Teori (Nepomnaschy et al., 2004; Ruder et al., 2009)
Gangguan siklus menstruasi
Paparan elektromagnetik
Stres Oksidatif
↓ Antioksidan
↑ Radikal bebas
(oksidan)
↑ Sekresi hormon ACTH
↑ Kortisol ↓ FSH dan LH
↓ Sekresi hormon GnRH
- Menunda pematangan folikel
- Mencegah ovulasi dan
- Mengurangi fungsi korpus luteal
↓ Sekresi hormon
gonadotropin
Jumlah oosit primer dan sekunder
Likopen dan Zink
untuk
meningkatkan
antioksidan
Gangguan siklus menstruasi
23
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 4. Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
H0 : Tidak adapengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap
jumlah oosit pada tikus yang diinduksi radiasi ponsel
H1 : Adapengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap jumlah
oosit pada tikus yang diinduksi radiasi ponsel
Paparan Gelombang
Elektromagnetik
Pemberian Kombinasi Zink
dan Likopen
Perubahan jumlah oosit
pada ovarium
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post
Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada
saat akhir penelitian setelah dilakukannya perlakuan dengan
membandingkan hasil pada kelompok yang diberi perlakuan dengan
kelompok yang tidak diberi perlakuan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mencakup pemeliharaan yang dilakukan di Animal House
FK Unila.Hewan coba dipelihara di Animal House FK Unila dari masa
adaptasi, perlakuan hingga terminasi. Pembedahan di Laboratorium
Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, pembuatan
preparat di BPPV Lampung serta pembacaan hasil preparat di
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih selama 4 bulan
(September-Desember 2016).
25
3.3 Alat dan bahan
3.3.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya:
a. Neraca elektronik untuk menimbang tikus
b. Kandang tikus
c. Botol minum tikus
d. Tempat makan tikus
e. Sonde lambung
f. Ponsel dengan SAR=1,56 W/kg
g. Spuit
h. Object glass
i. Cover glass
j. Slicer preparat
k. Mikroskop cahaya berkamera
3.3.2 Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya:
a. Tikus putih betina galur Sprague dawley
b. Tomat
c. Zink
d. Pakan tikus
e. Air minum tikus
f. Air mineral
g. Hematoksilin eosin
h. Alkohol
26
3.4 Subyek Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
dewasa betina galur Sprague dawley berumur 2,5-3,5 bulan dengan
berat badan antara 200-300 gram yang diperoleh dari Palembang
Tikus Center
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah tikus putih galur Sprague dawley yang
telah diberi paparan radiasi ponsel dengan nilai SAR 1,56W/kg
selama 2 jam dalam 30 hari. Besar sampel dihitung dengan metode
rancangan acak lengkap dapat menggunakan rumus Frederer yaitu
(t-1)(n-1)>15, t adalah jumlah kelompok percobaan dan n
merupakan jumlah sampel tiap kelompok.
(t-1)(n-1)≥15
(5-1)(n-1)≥15
4(n-1)≥15
4n-4≥15
4n≥19
n≥5
Besar sampel (n) = t x n
= 5 x 5
= 25 ekor tikus
27
Jadi dalam penelitian ini, dibutuhkan 25 ekor tikus putih (Rattus
norvegicus) betina galur Sprague dawley. Untuk menghindari drop
out, ditambahkan tikus menggunakan rumus sebagai berikut:
N= f𝑛
1−𝑓
Keterangan :
N = besar sampel koreksi
n = jumlah sampel berdasarkan estimasi
f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (Sastroasmoro dan
Ismael, 2010)
N= 5
1−𝑓
N= 5
1−10%
N= 5
0,9
N = 5,55
N= 5 (Pembulatan)
Jadi jumlah sampel yang diperlukan untuk menghindari terjadinya
drop out adalah 30 ekor tikus betina. Banyak total tikus 30 ekor
yang terbagi dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri
dari 6 tikus, yaitu:
28
Tabel 2. Perlakuan Hewan Coba
No Kelompok Perlakuan
1. Kelompok 1 (A) Kelompok tikus yang tidak diberikan
paparan radiasi elektromagnetik ponsel
maupun kombinasi antioksidan tomat dan
zink. Hanya diberikan pakan biasa dengan
ukuran sama seperti 4 kelompok lainnya.
2. Kelompok 2 (B) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi
elektromagnetik ponsel selama 2 jam
dalam 30 hari
3. Kelompok 3 (C) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi
elektromagnetik ponsel selama 2 jam
dalam 30 hari dan diikuti dengan
pemberian kombinasi tomat dan zink
dengan dosis tomat yaitu 1,85gr dan zink
0,54mg yang dilarutkan akuades per 1 ml
4. Kelompok 4 (D) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi
elektromagnetik ponsel selama 2 jam
dalam 30 hari dan diikuti dengan
pemberian kombinasi tomat dan zink
dengan dosis tomat yaitu 3,7gr dan zink
0,27mg yang dilarutkan akuades per 1 ml
5. Kelompok 5 (E) Kelompok tikus yang diinduksi radiasi
elektromagnetik ponsel selama 2 jam
dalam 30 hari dan diikuti dengan
pemberian kombinasi tomat dan zink
dengan dosis tomat yaitu 7,4gr dan zink
0,135mg yang dilarutkan akuades per 1
ml
3.4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.3.1 Kriteria Inkulsi :
a. Sehat (tikus dengan bulu yang tidak kusam, bergerak
aktif, konsumsi pakan dalam jumlah normal)
b. Memiliki berat badan sekitar 200-300 gram
3.4.3.2 Kriteria Ekslusi
a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah
masa adaptasi di laboratorium
29
b. Sakit (tampak tikus dengan rambut kusam, rontok, dan
aktivitas kurang atau tidak aktif, keluar eksudat yang
abnormal dari mata, mulut, anus, genital)
c. Tikus mati
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kombinasi dosis
antioksidan tomat dan zink
3.5.2 Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah oosit tikus putih
betina galur Sprague dawley yang diinduksi radiasi ponsel
30
3.5.3 Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Puree tomat
Pemberian puree
tomat dibuat dari
perebusan buah
tomat yang
kemudian dibuat
dilumatkan
Hitung
manual
1=1,85gr
2=3,7gr
3=7,4gr Kategorik
Zink
Zink diberikan
dalam bentuk
serbukan yang
dilarutkan dengan
akuades
Hitung
manual
1=0,54mg,
2=0,27mg
3=0,135mg Kategorik
Jumlah oosit
pada ovarium
Sediaan histologi
dilihat
menggunakan
mikroskop cahaya
dengan
perbesaran 40x
Mikroskop
cahaya
Banyaknya
jumlah oosit
Numerik
31
3.6 Diagram Alir
Gambar 5. Diagram Alir
Terminasi tikus
Pembedahan
Pengambilan organ ovarium
Pembuatan preparat dan
pengamatan di mikroskop
Interpretasi hasil
Tidak
diinduksi
radiasi
ponsel
Diinduksi
radiasi
ponsel
selama 2
jam per hari
dalam 30
hari
Diinduksi
radiasi
ponsel
selama 2
jam per hari
dalam 30
hari dan
diberi
kombinasi
tomat dan
zink dalam
dosis 1
Diinduksi
radiasi
ponsel
selama 2
jam per hari
dalam 30
hari dan
diberi
kombinasi
tomat dan
zink dalam
dosis 2
Diinduksi
radiasi
ponsel
selama 2
jam per hari
dalam 30
hari dan
diberi
kombinasi
tomat dan
zink dalam
dosis 3
A B C D E
Menimbang Hewan Coba
Perlakuan Hewan Coba
Persiapan Hewan Coba
Aklimatisasi Hewan Coba
32
3.7 Prosedur Penelitian
3.6.1 Ethical Clearance
Penelitian ini mendapatkan Ethical Clearence dari Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor
096/UN26.8/DL/2017 untuk melakukan penelitian menggunakan
30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina dengan galur
Sprague dawley
3.6.2 Pengadaan Hewan Coba
Pada penelitian hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus)
betina dengan galur Sprague dawley sebanyak 30 ekor yang
diperoleh dari Palembang Tikus Centre (PTC)
3.6.3 Aklimatisasi Hewan Coba
Aklimatisasi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) betina
dengan galur Sprague dawley yang berusia 2,5-3,5 bulan dengan
berat antara 200-300gr yang akan menjalani masa adaptasi selama
1 minggu di tempat pemeliharaan untuk menyeragamkan cara
hidup dan makanannya sebelum diberikan perlakuan. Tikus
ditempatkan dalam kandang dengan tutup terbuat dari kawat dialasi
sekam, makanan tikus berupa pelet.
Pemberian makanan dan minuman diberikan ad libitum.
Lingkungan kandang dibuat agar tidak lembab, suhu kandang
dijaga sekitar 25oC dan diberikan pencahayaan yang cukup.
Masing-masing kelompok tikus diletakkan dalam kandang
33
tersendiri dan disekat sehingga tidak saling berinteraksi. (Febrianti
et al, 2013)
3.6.4 Pembuatan puree tomat
Puree merupakan produk yang hampir sama dengan bubur dengan
viskositas atau kekentalan sedang. Puree dibuat dengan memasak
daging buah tomat hingga diperoleh kekentalan yang diinginkan.
Kandungan likopen tidak rusak dan jumlahnya tidak jauh berubah
selama pemanasan. Bahkan kandungan likopen akan meningkat 10
kali lipat ketika tomat dimasak menjadi saus atau pasta tomat.
Pengolahan tomat dilakukan dengan cara direbus.
Cara membuat:
a. Buah tomat dicuci dengan air mengalir
b. Buah tomat dibelah menjadi dua bagian, biji dan air di bagian
tengah buah dibuang
c. Daging buah tomat direbus atau dikukus pada suhu 100oC
selama kurang lebih 3 menit
d. Setelah itu, ditiriskan, kulit buah tomat dibuang
e. Daging buah tomat dihancurkan dengan blender hingga
menjadi bubur tomat
f. Puree tomat yang telah jadi dan dingin siap dikemas atau
dibekukan untuk memperpanjang daya simpan (Dewanti, T. et
al., 2010)
Konversi dosis manusia menjadi dosis tikus, yakni dosis
tikus=0,018 dosis manusia (Donatuset al., 1992). Dosis likopen
34
yang biasa diberikan adalah 20 mg/hari. Sehingga didapatkan
konversi dosis menjadi 0,36 mg/kgBB, (Sulistyowati, 2006)
Di dalam 100 gram tomat rebus mengandung 9700µg. Maka dari
itu, dilakukan perhitungan dosis tomat rebus agar mendapatkan
0,36 mg/kgBB. Berikut perhitungan dosis tomat untuk tikus
100𝑔𝑟
𝑥=
9700µ𝑔
360µ𝑔
𝑥 = 360000𝑔𝑟
9700
𝑥 = 3,71 𝑔𝑟
Pemberian dosis likopen pada tikus menggunakan tiga dosis
perlakuan. Dosis pertama 3,71 gr akan diturunkan menjadi 1,85 gr
dan dinaikan dua kali lipat menjadi 7,4 gr.
3.6.5 Pemberian Zink
Zink yang digunakan dalam penelitian ini adalah zink serbuk.
Dosis yang biasa digunakan pada manusia yaitu 15 mg (Prasad,
2014). Kemudian dikonversi ke dalam dosis tikus dengan
perbandingan berat badan tikus 200 gram dengan berat badan
manusia 70 kg.
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 = 0,018𝑥
Dengan x adalah dosis yang digunakan pada manusia. Sehingga
didapatkan dosis pada tikus yaitu 0,27 mg. Dosis tersebut
diturunkan setegahnya menjadi 0,135 mg dan dinaikan dua kali
lipat menjadi 0,54 mg yang dilarutkan dalam akuades. Pemberian
35
kombinasi likopen dan zink dilakukan 30 menit sebelum diinduksi
dengan gelombang elektromagnetik ponsel.
Sehingga kombinasi likopen dan zink yang dimaksud di atas dibagi
menjadi dosis 1= tomat 1,85 gr dan zink 0,54 mg, dosis 2= tomat
3,7 gr dan zink 0,27 mg, dosis 3= tomat 7,4 gr dan zink 0,135 mg
3.6.6 Induksi Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Radiasi gelombang elektromagnetik ponselmenggunakan ponsel
dengan SAR=1,56 W/kg dilakukan dengan menggunakan kandang
yang memiliki tempat khusus untuk menaruh ponsel selama proses
pemaparan. Ponsel diletakkan dalam keadaan hidup berada di
tengah-tengah kandang, lalu dilakukan panggilan telepon dengan
menggunakan ponsel lainnya. Tikus dimasukkan ke dalam kandang
tanpa dibatasi gerakan dan diberikan paparan sesuai dengan
kelompok perlakuan.
3.6.7 Terminasi Hewan Coba
Terminasi tikus dilakukan setelah perlakuan terakhir. Tikus
diterminasi dengan cara cervical dislocation. Cara melakukan
cervical dislocation terhadap tikus yaitu dengan meletakkan ibu
jari dan jari telunjuk di setiap sisi leher pada dasar tengkorak untuk
memberi tekanan ke bagian posterior dasar tulang tengkorak dan
sumsum tulang belakang, sementara tangan lainnya pada bagian
ekor lalu ditarik dengan cepat sehingga terjadi pemisahan vertebra
servikal dari tengkorak dan terjadi pemisahan sumsum tulang
36
belakang dari otak. Setelah itu dilakukan pembedahan pada tikus
untuk mengambil bagian ovariumnya (Ridwan, 2013).
Dilanjutkan dengan memasukkan jaringan ovarium ke dalam
tabung penyimpanan organ dan dimasukkan dalam lemari es
dengan suhu sebesar -4oC selama 1 hari. Setelah itu, dimasukkan
ke dalam upright freezer pada suhu -80oC (Atmaja, 2008)
3.6.8 Prosedur pembuatan slide
a. Fixation
1. Memfiksasi spesimen berupa potongan organ ovarium yang
dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10%
2. Mencuci dengan air mengalir
b. Trimming
1. Mengecilkan organ menjadi 3 mm
2. Memasukkan potongan organ ovarium ke dalam embeding
cassette
c. Dehidrasi
1. Mengurangi kadar air dengan meletakkan embeding cassete
pada kertas tisu
2. Berturut-turut melakukan perendaman organ ovarium
dalam alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing
selama 1 jam
d. Clearing
Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan
xylol I, II, III masing-masing selama 1 jam
37
e. Impregnasi
Impregnasi dengan menggunakan parafin I, II, III masing-
masing selama 2 jam
f. Embeding
1. Membersihkan sisa parafin yang ada dengan memanaskan
beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas
2. Menyiapkan parafin cari dengan memasukkan parafin ke
dalam cangkir logam dan memasukkan ke dalam oven
dengan suhu di atas 58oC
3. Menuangkan parafin ke dalam cairan pan
4. Memindahkan satu per satu dari embeding cassete ke dasar
pan dengan mengatur jarak satu dengan lainnya
5. Memasukkan pan ke dalam air
6. Melepaskan parafin yang berisi potongan ovarium dari pan
dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6oC beberapa saat
7. Memotong parafin sesuai dengan letak jaringan yang ada
menggunakan scapel hangat
8. Meletakkan pada blok kayu, ratakan pinggirnya dan buat
sedikit meruncing
9. Memblok parafin siap dipotong dengan mikrotom
g. Cutting
1. Melakukan pemotongan pada ruangan dingin
2. Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu
38
3. Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan
pemotongan halus dengan ketebalan 4-5m
4. Memilih lembaran potongan yang paling baik,
mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya
dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan
tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik
menggunakan kuas runcing
5. Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath
selama beberapa detik sampai mengembang sempurna
6. Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan
tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengah
atau sepertiga bawah ata atas, jangan sampai ada
gelembung udara di bawah jaringan
7. Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubator
suhu 37oC selama 24 jam sampai jaringan melekat
sempurna (Wibhisono et al, 2014)
3.6.9 Prosedur Pewarnaan
a. Larutan hematoksilin
Timbang ekstrak hematoksilin 1 gram, potasium alumunium
sulfat sebanyak 50 mg dan sodium iodida 0,2 gram dilarutkan
dalam 1 liter akuades menggunakan alat pengaduk dengan
sedikit dipanaskan, kemudian disimpan satu malam dalam
temperatur ruangan. Keesokan harinya larutan tersebut
39
ditambahkan asam sitrat sebanyak 50 gram dan chloral hydrate
50 gram
b. Larutan eosin
Timbang serbuk eosin Y 7,5 gram, erythrosin 7,5 gram dan
calcium chloride 2,5 gram dilarutkan dalam 1 liter akuades
kemudian disaring
c. Proses pewarnaan
Preparat yang akan diwarnai diletakkan pada rak khusus dan
dicelupkan secara berurutan ke dalam larutan. Preparat
diangkat satu persatu dari larutan dalam keadaan basah diberi
satu tetes cairan perekat dan selanjutnya ditutup dengan kaca
penutup .
3.8 Analisis Statistika
Analisis statistika yang digunakan untuk mengolah data adalah
analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan
menggunakan uji statistik.
Analisis hasil penelitian diawali dengan uji normalitas untuk
melihat apakah sampel terdistribusi normal atau tidak menggunakan uji
Shapiro-Wilk karena sampel ≤50. Kemudian dilakukan uji One Way
ANOVA jika data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal
atau non parametrik, maka menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hipotesis
40
dianggap bermakna apabila p<0,05. Jika pada uji One Way ANOVA atau
Kruskal-Wallis menghasil p<0,05 dilanjutkan dengan analisis data Post-
hoc LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu terdapat pengaruh
bermakna pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap jumlah oosit tikus
putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang
elektromagnetik radiasi ponsel
5.2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini
menggunakan antoksidan sebagai penghambat stres oksidatif dengan
dengan dosis efektif pemberian tomat dan zink
2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat lebih bijaksana dalam menggunakan
telepon seluler baik sebagai alat komunikasi, alat berinteraksi sosial,
bermain games dll.
3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat mengkonsumsi buah-buahan yang
kaya akan likopen, vit C untuk menangkal radikal bebas yang terpapar
dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal S, Rao AV. 2000. Tomato lycopene and itsrole in human health and
chronic diseases.CMAJ.163:739-744.
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
American Academy of Pediatrics, 2006. Menstruation in Girls and Adolescents:
Using the Menstrual Cycle as a Vital Sign, Official Journal of The
American Academy of Pediatrics.118(5)
Anies. 2006. SUTET, Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi
Elektromagnetik SUTET. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Anies MKP. 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi? Pengaruh Radiasi elektromagnetik
dan Berbagai Peralatan Elektronik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Ardhie AM. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah
Penuaan. Medicinus. 24(1):4-9
Atmaja DA.2008. Pengaruh ekstrak kunyit terhadap gambaran mikroskopik
mukosa lambung mencit balb/c yang diberi parasetamol. Artikel ilmiah.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Breen KM, Karsch FJ. 2004. Does Cortisol Inhibit Pulsatile Luteinizing Hormone
Secretion at the Hypothalamic or Pituitary Level? Endocrinology. 145(2):
692–698.
Bresson J, Flynn A, Heinonen M, Hulshof K, Korhonen H, Løvik M, Verhagen H.
2008. Safety of ‘ Lycopene Cold Water Dispersible Products from Blakeslea
Scientific Opinion of the Panel on Dietetic Products , Nutrition and
Allergies.The EFSA Journal. 893:1–15.
Dalimartha S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Dewanti T, Rukmi DW, Nurcholis M, Maligan JM. 2010. Buku Aneka Produk
Olahan Tomat dan Cabe. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya
58
Donatus IA, Suhardjono D, Nurlaila, Sugiyanto, Hakim L, Wahyono D, et
al.1992. Petunjuk Praktikum Toksikologi, Edisi ke-1.
Yogyakarta:Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada
Fakultas Kedokteran Hewan UGM. 2006. Tikus Laboratorium. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada
Febrianti RV, Wahyuningsih, I. 2013 . Ibuprofen−polivinilpirolidon (pvp) pada
tikus putih jantan ulcerogenic effect of ibuprofen solid dispersion in rats
male. Journal of Pharmaciana.3(2):29–36
Guyton AC, Hall J. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Ke 9
(Terjemahan). Jakarta: EGC.
Hartoyo A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.
Halliwell B. 2006. Reactive spesies and antioxidants: Redox biology is a
fundamental theme of aerobic life. Plant Physiol. 141:312-322
Halliwell B, Whiteman M. 2004. Measuring reactive species and oxidative
damage in vivo and in cell culture: how should you do it and what do the
results mean? Br J Pharmacol. 142(2): 231–255.
Health V. 2006. Seluk Beluk Food Suplemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jeyaratnam J, Koh D. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. (R. N. E.
Sihombing & P. Widyastuti, Eds.). Jakarta: EGC.
Journal TE. 2005. Opinion of the Scientific Panel on Food Additives, Flavourings,
Processing Aids and Materials in Contact with Food on a request from the
Commission related to an application on the use of α -tocopherol containing
oil suspensions and cold water dispersib. 1–17.
Karlina Y. 2003. Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam. [skripsi]. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Kartono K, Gulo D. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Kevin C, Kregel, Hannah J, Zhang. 2006. An integrated view of oxidative stress
in aging: basic mechanisms, functional effects, and pathological
considerations. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 292(1):18-36
Kosasih E, Tony S, Hendro H. 2006. Peran Antioksidan pada Lanjut Usia.
Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.
59
Kusumo MG. 2014. Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan Zinc Terhadap Jumlah
Sperma Mencit Balb/C Yang Terpapar Asap Rokok [skripsi]. Surakarta:
Univeritas Muhammadiyah Surakarta
Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. 2006. Menstruation among adolescent girls
in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore Med J. 47(10):869-
874
Matthiesen SMS, Frederiksen Y, Ingerslev HJ, Zachariae R. 2011. Stress, distress
and outcome of assisted reproductive technology (ART): A meta-analysis.
Human Reproduction, 26(10):2763–2776.
Maulida D, Zulkarnaen N. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari Buah
Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran n-Heksana, Aseton dan
Etanol.[Skripsi]. Semarang: Universitas Dipenogoro
Maysara R, Yuliani S. 2011. Efek Likopen Terhadap Tikus Putih Galur SD
(Sprague dawley) yang diinduksi Parasetamol dengan Melihat Aktivitas
SGPT Dalam Darah. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 1: 23 – 33.
Merhi ZO. 2012. Challenging cell phone impact on reproduction: A Review.
Journal of Assisted Reproduction and Genetics, 29(4):293–297.
Moulder JE. 2004. Power lines and cancer. Diakses pada 20 April 2016. Tersedia
dari: http://www.mcw.edu/gcrc/cop/powerlines-cancer-FAQ/toc.html
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper. (27th
Ed.).
Jakarta: EGC.
Nepomnaschy PA, Welch K, McConnell D, Strassmann BI, England BG. 2004.
Stress and female reproductive function: A study of daily variations in
cortisol, gonadotrophins, and gonadal steroids in a rural Mayan population.
Am J of Hum Biology. 16(5):523–532.
Paik IK. 2001. Application of chelated minerals in animal production. Asian-Aust.
J. Anim. Sci. 14:191 – 198
Prasad AS. 2014. Zink is an antioxidant and anti-inflammatory agent: its role in
human health. Frontiers in Nutrition. (1):1-10
Prasad S, Tiwari M, Pandey AN, Shrivastav TG, Chaube SK. 2016. Impact of
stress on oocyte quality and reproductive outcome. J Biomed Sci. 23:36.
Porrini M, Riso P. 2000. Lymphocyte lycopene concentration and DNA
protection from oxidative damage is increased in women after a short period
of tomato consumption. J Nutr.130:189-192.
60
Powers SK, Jackson MJ. 2008. Exercise-Induced Oxidative Stress: Cellular
Mechanisms and Impact on Muscle Force Production. Physiol Rev.
88:1243-1276
Ridwan E. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan.
Jurnal Ikatan Dokter Indonesia. 63(3):112–116.
Ruder EH, Hartman TJ, Goldman MB. 2009. Impact of oxidative stress on female
fertility. Current Opinion in Obstetrics & Gynecology. 21(3):219–222.
Sastroasmoro S, Ismael S. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (3rd
ed). Jakarta: Sagung Seto
Sherwood L. 2011. Sistem Reproduksi. Dalam: Fisiologi Reproduksi Wanita Edisi
Ke-6 (Terjemahan). Jakarta: EGC.
Silalahi J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius.
Suckow M, Weisbroth S, Franklin C. 2006. The laboratory rat. Edisi ke-2.
Burlington: Elseveir Academic Press
Sunarmani, Tanti K.2008. Parameter Likopen Dalam Standarisasi Konsentrat
Buah Tomat.Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian.
Sulistyowati Y. 2006. Pengaruh Pemberian Likopen terhadap status antioksidan
(vitamin C, vitamin E dan gluthathion peroksidase) tikus putih (Rattus
norvegicus galur Sprague dawley) hiperkolesterolemik. [tesis]. Semarang:
Universitas Diponegoro
Susilo J. 2000. Pengaruh Vitamin C Terhadap Absorbsi Zinc Secara In Vitro. PhD
Thesis.
Swamardika IBA. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap
Kesehatan Manusia. Teknologi Elektro. 8(1):106–109.
Tandung KK, Satiawati L, Wantow B. 2015. Pengaruh Pemberian Zink (Zn)
Terhadap Kualitas Spermatozoa Wistar Jantan Dewasa (Rattus norvegicus)
yang Diberikan Monosodium Glutamat (MSG). Jurnal E-Biomedik (eBM).
3(1):285–290.
Tremallen K. 2008. Oxidative Stress and Male Infertility – A Clinical Perspective.
Human Reproduction Update. 14(3):243-258
Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mazur M, Telser J. 2007. Review:
Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and human
disease. Inter J Biochem Cell Biol. 39:44-84
61
Winarsi H, Muchtadi D, Zakaria FR, Purwanto A. 2005. Efek suplementasi Zn
terhadap status imun wanita premenopause yang diintervensi dengan
minuman isoflavon. 82-86
Winarsi HMS. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta:
Kanisius.
Wibhisono H, Busman H, Susantiningsih T. 2014. Efek protektif ekstrak etanol
daun binahong (Anredera cordifolia) terhadap gambaran histopatologi
lambung tikus putih galur Sprague dawley yang diinduksi etanol. Majority
Journal, 3(6): 170−178.
Widhyari SD. 2012. Peran Dan Dampak Defisiensi Zink (Zn) Terhadap Sistem
Tanggap Kebal. Wartazoa. 22(3): 141-148