resistensi obat

15
Resistensi Obat Resistensi obat adalah perlawanan yang terjadi ketika bakteri, virus dan parasit lainnya secara bertahap kehilangan kepekaan terhadap obat yang sebelumnya membunuh mereka. Saat obat lebih banyak digunakan, risiko resistensi obat meningkat karena kasus penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau putus obat meningkat. Resistensi obat semakin menjadi tantangan bagi kesehatan global, terutama untuk pengobatan TBC, malaria dan banyak penyakit menular lainnya. Penyakit dapat menjadi resisten terhadap obat lini pertama yang biasanya diresepkan atau bahkan di pengobatan lini kedua, yang diresepkan ketika pasien menjadi resisten terhadap obat lini pertama. Strain TB yang resisten terhadap obat lini kedua telah diketahui sangat resistan terhadap obat (TB-XDR). Resistensi lini kedua mahal dan membahayakan nyawa karena pilihan pengobatan yang lebih terbatas dan mahal. Prinsip-prinsip terapi antibiotika Posted on 6 December 2008 by mangsholeh Asumsi Dasar Pemakaian Antibiotik Sifat toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa merusak sel host. Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh. Seleksi Obat Antimikroba Dasar pertimbangan (ideal) : Identifikasi & sensitivitas organisme, Tempat infeksi, Status pasien (umur, BB, keadaan patologis, kehamilan & laktasi), Keamanan antibiotik, Biaya. Dalam prakteknya : Terapi empirik sebelum identifikasi organisme.

Upload: adit-taufik

Post on 26-Dec-2015

96 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

resistensi obat

TRANSCRIPT

Page 1: Resistensi Obat

Resistensi ObatResistensi obat adalah perlawanan yang terjadi ketika bakteri, virus dan parasit

lainnya secara bertahap kehilangan kepekaan terhadap obat yang sebelumnya

membunuh mereka. Saat obat lebih banyak digunakan, risiko resistensi obat

meningkat karena kasus penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau putus obat

meningkat.

Resistensi obat semakin menjadi tantangan bagi kesehatan global, terutama untuk

pengobatan TBC, malaria dan banyak penyakit menular lainnya. Penyakit dapat

menjadi resisten terhadap obat lini pertama yang biasanya diresepkan atau bahkan

di pengobatan lini kedua, yang diresepkan ketika pasien menjadi resisten terhadap

obat lini pertama. Strain TB yang resisten terhadap obat lini kedua telah diketahui

sangat resistan terhadap obat (TB-XDR). Resistensi lini kedua mahal dan

membahayakan nyawa karena pilihan pengobatan yang lebih terbatas dan mahal.

Prinsip-prinsip terapi antibiotikaPosted on 6 December 2008 by mangsholeh

Asumsi Dasar Pemakaian Antibiotik

Sifat toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa merusak sel

host.

Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi

obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh.

Seleksi Obat Antimikroba

Dasar pertimbangan (ideal) :

Identifikasi & sensitivitas organisme,

Tempat infeksi,

Status pasien (umur, BB, keadaan patologis, kehamilan & laktasi),

Keamanan antibiotik,

Biaya.

Dalam prakteknya :

Terapi empirik sebelum identifikasi organisme.

Berdasar bukti-bukti ilmiah & pengalaman, dengan mempertimbangkan : mengutamakan obat

bakterisid, memilih obat dengan daya penetrasi baik (jaringan tubuh, sistem saraf pusat),

memilih obat dengan frekuensi pemberian rendah (drug compliance), mengutamakan obat

dengan pengikatan protein rendah, tidak merutinkan penggunaan antibiotik mutakhir

Page 2: Resistensi Obat

(misalnya sefalosporin gen-3) agar terjamin ketersediaan antibiotik yang lebih efektif bila

dijumpai resistensi)

Pemberian AB :

Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar

puncak obat dlm darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi

kemudian diteruskan obat oral.

Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka frekuensi

pemberiannya sering.

Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati & menghindari

kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap.

Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja

Bakteriostatika :

Menahan pertumbuhan & replikasi bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai tubuh

pasien.

Membatasi penyebaran infeksi saat sistem imun tubuh bekerja memobilisasi & mengeliminasi

bakteri patogen.

Misalnya : Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolid, Linkomisin.

Bakterisid :

Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan.

Pembagian : a) Bekerja pd fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin, Kuinolon,

Rifampisin, Polipeptida. b) Bekerja pada fase istirahat, misalnya : Aminoglikosid, INH,

Kotrimoksazol, Polipeptida.

Spektrum Antimikroba

Spektrum Sempit : bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal / grup tertentu. Misalnya,

Isoniazid untuk mikobakteria.

Spektrum Sedang : efektif melawan organisme Gram (+) & beberapa bakteri Gram

(-). Misalnya, Ampisilin.

Spektrum Luas : mempengaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya, Kloramfenikol &

Tetrasiklin.

Kombinasi Obat-Obat Antimikroba

Pemberian AB tunggal lebih dianjurkan untuk :

Organisme penyebab infeksi spesifik.

Menurunkan kemungkinan superinfeksi.

Menurunkan resistensi organisme.

Mengurangi toksisitas

Pemberian Antibiotik kombinasi untuk keadaan khusus :

Infeksi campuran.

Ada risiko resistensi organisme, misalnya pada TBC.

Keadaan yang membutuhkan AB dengan dosis besar, misalnya sepsis, dan etiologi infeksi

yang belum diketahui.

Page 3: Resistensi Obat

Keuntungan Pemberian Antibiotik kombinasi :

Efek sinergistik / potensiasi, misalnya : a) Betalaktam + Aminoglikosid; b) Kotrimoksazol

(Sulfametoksazol + Trimetoprim); c) MDT pada AIDS (AZT + Ritonavir + 3TC).

Mengatasi & mengurangi resistensi, misalnya : a) Amoksisilin + Asam klavulanat; b) Obat-

obat TBC & lepra; c) MDT pada AIDS.

Mengurangi toksisitas, misalnya : Trisulfa + sitostatika.

Kerugian Pemberian Antibiotik kombinasi :

Antagonisme pada penggunaan bakteriostatika & bakterisid yang bekerja pada fase tumbuh.

Resistensi Obat

Definisi “resisten” :

Bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh antibiotik pada kadar maksimal yang

dapat ditolerir host.

Penyebab resistensi :

Perubahan genetik,

Mutasi spontan DNA,

Transfer DNA antar organisme (konjugasi, transduksi, transformasi),

Induksi antibiotik.

Perubahan ekspresi protein pada organisme yang resisten :

Modifikasi tempat target,

Menurunnya daya penetrasi obat (adanya lapisan polisakarida, adanya sistem efluks),

Inaktivasi oleh enzim.

Antibiotika Profilaktik

Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi, bukan untuk pengobatan infeksi.

Lama pemberian ditentukan oleh lamanya risiko infeksi.

Dapat timbul resistensi bakteri & superinfeksi.

Komplikasi Terapi AB

Hipersensitivitas, misalnya pada pemberian Penisilin berupa reaksi alergi ringan (gatal-

gatal) hingga syok anafilaktik.

Toksisitas langsung, misalnya pada pemberian Aminoglikosid  berupa ototoksisitas.

Superinfeksi, misalnya pada pemberian antibiotik spektrum luas atau kombinasi akan

menyebabkan perubahan flora normal tubuh sehingga  pertumbuhan organisme lain seperti

jamur menjadi berlebihan dan resistensi bakteri.

Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

Inhibitor metabolisme asam folat (antagonisme kompetisi).

Inhibitor sintesis dinding sel, misalnya betalaktam, vankomisin.

Inhibitor sintesis membran sel.

Inhibitor sintesis protein sel, misalnya tetrasiklin, aminoglikosid, makrolid, klindamisin,

kloramfenikol.

Inhibitor sintesis / fungsi asam nukleat, misalnya fluorokuinolon, rifampin.http://mangsholeh.wordpress.com/2008/12/06/prinsip-prinsip-terapi-antibiotika/

Page 4: Resistensi Obat

Laporan Kombinasi Antibiotik Tetrasiklin, Ampisilin, dan Kloramfenikol

Ilmu Farmasi : Laporan, makalah, teori dasar, prosedur, hasil,

pembahasan, praktikum kombinasi antibiotik Tetrasiklin, Ampisilin, dan Kloramfenikol

I.          Tujuan

         Mendapatkan gambaran tentang efek yang terjadi  bila  dua antibiotika dikombinasikan secara  in vitro.

         Menentukan efek kombinasi yang terjadi dengan menggunakan metode “pita”

II.        Teori dasar

           Akibat-akibat yang disebabkan oleh kombinasi antibiotika dapat merupakan suatu modifikasi efek garmakologi antara lain meliputi sinergis,  antagonis,  aditif atau efek baru yang tidak terjadi pada pemberian

masing-masing. Kemungkinan kombinasi antibiotika dapat berupa kombinasi yang diperbolehkan atau kombinsi yang tidak dianjurkan.

             Percobaan  yang  dilakukan  tidak  menggunakan  difusi   agar  atau  pengenceran  agar.  Untuk menguji  atau untuk mengetahui efek kombinasi antibakteri  dengan menggunakan kedua metode tersebut harus dilakukan pada KHM yang tepat. KHM belum bisa ditentukan dari praktikum periode I.   Untuk   menentukan   KHM   yang   tepat,   maka   harus   dilakukan   pengujian   lagi   dengan   interval konsentrasi   yang   lebih   kecil.   Dengan   demikian   dalam   praktikum   ini   pengamatan   kombinasi antibiotika tidak bisa dengan menggunakan metode difusi agar atau pengenceran agar. Sehubungan dengan itu, maka dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah metode “ pita kertas “.

             Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan   atau   menghentikan   suatu   proses biokimia di   dalamorganisme,   khususnya   dalam proses infeksi oleh bakteri.   Penggunaan   antibiotika   khususnya   berkaitan   dengan   pengobatan penyakit  infeksi,  meskipun dalambioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadapmutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena   cara   kerjanya.   Desifektan   membunuh kuman dengan   menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun

seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib" obat yang membidik penyakit

tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur,

Page 5: Resistensi Obat

atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam

melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram

negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga

bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotika  dapat  digolongkan berdasarkan sasaran kerja   senyawa tersebut  dan  susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika  dilihat dari target atau sasaran kerjanya:

  Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;

     Inhibitor transkripsi dan replikasi,  mencakup   golongan  Quinolone,  misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;

         Inhibitor sintesis   protein,  mencakup  banyak   jenis   antibiotik,   terutama  dari   golongan  Macrolide, Aminoglycoside,   dan   Tetracycline, misalnyagentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline,oxytetracycline;

         Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

         Inhibitor   fungsi   sel   lainnya,   seperti   golongan   sulfa   atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin.

         Antimetabolit, misalnya azaserine

Contoh   lainnya  adalah   kombinasi   Klavulanat  dengan  Amoksisilin.   Efek   sinergis   terjadi  bila campuran   obat   atau   obat-obatan   yang   diberikan   bersama  menimbulkan   efek   yang  merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien atau menghasilkan efek yang lebih besar   dari   sekedar   efek   aditif   saja   terhadap   kuman   tertentu.   Kombinasi   ini   bermanfaat   untuk infeksiPseudomonas pada pasien neutropenia. Secara in vitro, kombinasi karbenisilin atau tikarsilin dengan aminoglikosid menghasilkan efek sinergisme. Dengan aminogliksid saja misalnya gentamisin, infeksi seringkali tidak teratasi. penambahan karbenisilin sangat mempertinggi

Kombinasi yang tepat dapat memberi manfaat klinik yang besar. Terapi kombinasi yang tidak terarah dapat meningktakan efek samping dan biaya. Meskipun data secara in vitro memperlihatkan efek sinergis, secara klinis manfaat ini hanya terlihat pada pengobatan endokarditis bacterial dan pada infeksi yang dialami pasien dengan neutropenia.

            Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi

yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strainbakteri yang 'kebal'

terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam

dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak

panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya

membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas

karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk

menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini

dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan

munculnya hama yang tahan antibiotika.

Antagonis   adalah   senyawa   yang   menurunkan   atau   mencegah   sama   sekali   efek agonis. Antagonis   Kompetitif,   seperti   halnya   agonis,   berkaitan   dengan   reseptor   tertentu. 

Page 6: Resistensi Obat

Senyawa ini memiliki afinitas terhadap reseptor. Akan tetapi berbeda dengan agonis, senyawa ini tidak   mampu   menimbulkan   efek   senyawa   ini   tidak   menunjukkan   aktivitas   intrinsik.   Karena agonis  dan  antagonis  kompetitif  bersaing  pada   reseptor  yang  sama yang  disebut  bersaing  pada tempat  kerja,  maka  menurut  hukum kerja  massa,  masing-masing  dapat  mengusir   yang   lain  dari reseptor akibat kenaikan konsentrasi dari salah satu senyawa.

III.       Alat dan Bahan

Tabel 3.1 Alat dan bahan :

Alat Bahan

Bakteri Medium Antibiotik

Vortex

Pipet Eppendorf

Inkubator

Autoklaf

Aluminium foil

Cakram kertas

S. aureus

E. coli

Nutrien agar

Nutrien broth

Ampisilin NA

Tetrasiklin HCl

Kloramfenikol

IV.       Prosedur

  Disiapkan oleh laboran

      Sterilisasi   alat   (termasuk  pita   kertas)   dan  medium  menggunakan   autoklaf   pada   suhu  1100-1150c selama 20 menit

    Buat inokulum dalam bakteri dalam air kaldu, inkubasi pada 370c selama 18-24 jam (satu hari sebelum praktikum).

   Ukur transmitan bakteri dengan alat spektrofotometer pada  530 nm, atut T 25% dengan penambahan medium air kaldu.

         Disiapkan : Tetrasiklin HCl, kloramfenikol, ampisilin Na masing-masing pada konsentrasi 200 µg/ml.

  Dilakukan oleh praktikan

         Ambil 2 (dua) buah pita kertas yang telah disterilkan.

         Ke-2   pita   dicelupkan   kedalam   antibiotika   yang   berbeda   selanjutnya   ditanamkan   dengan   posisi tertentu   pada  media   agar   yang   kedalamnya   telah   ditanamkan   bakteri   (perhatikan   contoh   dari asisten)

         Biarkan selama 1 jam. Lalu inkubasi selama 18-24 jam.

         Amati adanya hambatan pertumbuha.

         Pola / bentuk hambatan dapat menunjukan efek dari  kombinasi  antibakteri  tersebut (perhatikan penjelasan asisten)

Page 7: Resistensi Obat

V.        Data pengamatan

Tabel 5.1 Data pengamatan :

kelompok Kombinasi antibiotika Jenis bakteri Efek

I Tetrasiklin HCL + Kloramfenikol S. Aureus Aditif

II Ampisilin Na + Kloramfenikol S. Aureus Antagonis

III Ampisilin Na + Tetrasiklin HCL S. Aureus Antagonis

IV Tetrasiklin HCL + Kloramfenikol E. Coli Antagonis

V Ampisilin Na + Kloramfenikol E. Coli Aditif

VI Ampisilin Na + tetrasiklin HCL E. Coli Sinergis

VI.       Pembahasan

Didalam percobaan ini digunakan tiga jenis antibiotika yang berbeda yang akan dikombinasikan yaitu :

Ampisilin NaAmpisilin merupakan penisilin semisintetik yang stabil terhadap asam/amidase tetapi tidak 

tahan terhadap enzim β-laktamase. Ampisilin mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan   bakteri   Gram   negatif   danmerupakan   antibiotika   spectrum   luas   dan   merupakan   golongan bakterisid .

Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap Gram positif  kurang daripada penisilin  G.  semua penisilin  golongan  ini  dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi oleh kuman Gram positif maupun Gram negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. Monocytogenes sensitif terhadap obat ini. Selain itu H.influenzae, E.colidan Proteus mirabilis merupakan kuman Gram negatif yang juga sensitif tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten diantara kuman yang semula sangat sensitif tersebut.

TetrasiklinTetrasiklin   pertama   kali   ditemukan   oleh   Lloyd   Conover.   Berita   tentangTetrasiklin   yang 

dipatenkan   pertama   kali   tahun   1955.   Antibiotika   golongantetrasiklin   yang   pertama   ditemukan adalah   Klortetrasiklin   yang   dihasilkan   olehStreptomyces   aureofaciens.   Kemudian   ditemukan Oksitetrasiklin   dariStreptomyces   rimosus.   Tetrasiklin   sendiri   dibuat   secara   semisintetik dariKlortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.

Page 8: Resistensi Obat

Mekanisme   kerja   antibiotika   ini   yang   bersifat   bakteriostatik   dan   bekerjadengan   jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklinmenghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri  gramnegatif;  pertama yang disebut difusi  pasif  melalui  kanal hidrofilik,  kedua ialahsistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosombakteri, maka antibiotika Tetrasiklin  berikatan dengan ribosom 30s danmenghalangi  masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino,sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.

KloramfenikolKloramfenikol   diisolasi   pertama   kali   pada   tahun   1947   dari   Streptomycesvenezuelae. 

Kloramfenikol   bekerja   dengan   jalan  menghambat   sintesis   protein pada   bakteri.   Yang   dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein bakteri.

Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum antibakteri meliputi D.pneumoniae, S.Pyogenes, S.viridans, Neisseria,   Haemophillus,Bacillus   spp,   Listeria,   Bartonella,   Brucella, P.Multocida,  C.diphteria,  Chlamidya, Mycoplasma, Rickettsia,  Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.

Pada Percobaan diatas dapat dilihat dari ketiga kombinasi antibiotika yang diujikan memiliki berbagai efek yang dihasilkan. Pada kombinasi antibiotikatetrasiklin dan kloramfenikol yang masing- masing termasuk golonganbakteriostatik maka dihasilkan efek aditif  (tidak saling mempengaruhi) sama-sama   menghambat   pertumbuhan   bakeri.   Namun   pada   percobaan   kelompok   IV   hasil pengamatan   adalah   antagonis,   hal   ini   ditandai   dengan   pertumbuhan   mikrobatidak   dihambat disekitar  pita.  Hal   ini   tentunya tidak sesuai  dengan  litelatur  yangmenyebutkan bahwa umumnya kombinasi antibiotika bakteriostatik danbakteriostatik menghasilkan efek sinergis dan aditif.

Pada  kombinasi  Ampisilin  dan  kloramfenikol  dihasilkan  efek  antagonis  pada pengamatan kelompok 2 dan aditif pada pengamatan kelompok 5.Hal ini sesuai seperti disebutkan diatas bahwa kombinasi   ampisilin   yang bersifat   bakterisid   dan   kloramfenikol   yang   bersifat   bakteriostatik akan menghasiklan  efeh  antagonis  karena antibiotik  bakterisid  bekerja  pada kuman yang  sedang tumbuh,  sehingga kombinasi  dengan  jenis  bakteriostatik akan mem perlemah efek bakterisidnya. Namun pada pengamatan kelompok 5 hal ini tidak sesuai dengan litelatur.

Sedangkan pada kombinasi  antibiotika Ampisilin Na dan Tetrasiklindihasilkan pengamatan pada   kelompok   3   dihasilkan   efek   antagonis   yang   sesuaidengan   litelatur   yaitu   karena   antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yangsedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akanmemperlemah efek  bakterisidnya,   sedangkan data  pengamatan kelompok 6  dihasilkan  efek sinergis yang tidak sesuai dengan litelatur.

VII.     Kesimpulan

         Kombinasi  antibiotika bertujuan untuk memperluas spektrum anti Bakteri  serta untuk mengatasi adanya bakteri yang resisten

         Efek   yang   terjadi   apabila   antibiotika   dikombinasikan   antara   lain   meliputi   sinergis   (saling menguatkan), antagonis (merugikan), dan aditif (tidak saling mempengaruhi).

Page 9: Resistensi Obat

VIII.    Daftar pustaka

Anief, Moh., 2005, Farmasetika Cetakan III, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Hoan Tjay, Tan & Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting edisi Kelima.

Jakarta : Gramedia.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung.

[Disusun Mahasiswa Farmasi Unisba] http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/02/laporan-kombinasi-antibiotik.html

Kombinasi Antimikroba/Antibiotik 

Antimikroba adalah substansi kimia yang dihasilkan oleh bermacam-macam spesies dari mikroorganisme (bakteri, jamur, aktinomisetes) yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Sampai saat ini sudah lebih sereatus macam antimikroba yang ditemukan terutama setelah para ahli menemukan cara pembuatan antimikroba sintetis.

Oleh Weinstein, berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi menjadi :

1.       Obat yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Seperti : penisilin, sefalosporin, siklosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin.

2.       Obat yang mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Seperti : polimiksin, kolistin dan obat-obat anti jamur misalnya nstatin dan amfoterisin.

3.       Obat yang terutama menghambat sintesis protein bakteri dengan efeknya pada ribosom. Seperti : tetrasiklin, streptomisin, eritrommisin, linkomisin, dan klindamisin.

4.       Obat yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat. Seperti : rifampisin, dan asam nalidiksat.

5.       Obat anti metabolit. Seperti : sulfonamid, trimetropin, asam aminosalisilat dan senyawa sulfon.

Beberapa kombinasi ternyata bermanfaat untuk indikasi klinik tertentu, tetapi banyak pula yang akhirnya hanya menimbulkan missues klinik serta kerugian yang dapat timbul akibat penggunaan kombinasi antimikroba yang tidak terarah.

Kombinasi Antimikroba Yang Rasional

Penggunaan antimikroba yang bersamaan masih merupakan hal yang rasional dan dianjurkan pada keadaan tertentu. Permasalahannya adalah memilih kombinasi dan indikasi yang tepat. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai adanya interaksi obat-obat tersebut.

Dua acam antimikroba yang dikombinasikan pemakaiannya terhadap mikroorganisme dapat menimbulkan efek :

         Sinergistik, apabila kombinasi antimikroba menghasilkan efek antibakteri yang lebih besar, dibandingkan jumlah efek masing-masing antimikroba.

         Antagonistik, apabila kombinasi antimikroba menimbulkan efek antibakteri yang kurang, dibandingkan dengan jumlah efek masing-masing antimikroba.

Page 10: Resistensi Obat

         Indiferen, ababila kombinasi antimikroba tersebut menunjukkan efek antibakteri yang kurang lebih sama dengan jumlah efek masing-masing antimikroba.

Untuk menduga efek yang mungkin terjadi dari kombinasi obat-oabt tersebut dari Jawetz dan Gunnison. Mereka menyatakan bahwa jenis antimikroba bakteriostatik, seringkali bersifat antagonistik dengan antibakteri bakterisid, dan bahwa dua obat bakterisid sering menunjukkan sifat sinergik bila dikombinasikan.

Oleh Rahal, antimikroba dibagi menjadi dua golongan :

         Golongan I : yang terutama bersifat bakterisid, termasuk penisilin, sefalosporin, amminoglikosida, polimiksin, basitrasin, dan kombinasi trimetropin dan sufametoxazol. Yang terakhir bahkan dalam kombinasi yang tetap.

         Goongan dua : yang terutama bersifat bakteriostatik termasuk tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin,  dan linkomisin

Harus juga dipikirkan bahwa kombinasi antimikroba yang mungkin rasional untuk mengatasi infeksi, di lain pihak toksisitasnya dapat bersifat afditif dan supra aditif. Misalnya vankomisin, bila dipakai sendiri mempunyai nefrotoksisitas yang minimal. Demikian halnya juga dengan tobramisin; tetapi apabila obat ini gunakan secara bersamaan dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal yang lebih berat.

Moto pengobatan secara rasional, efektif dan aman sesungguhnya harus berlaku untuk semua tindakan pengobatan oleh profesi kedokteran  dan hendaknya tidak hanya terbatas pada penggunaan antibiotika saja. Pengertian rasional adalah diagnosis penyakti harus ditegakkan dengan tepat, sehingga pemilihan obat dapat delakukkan dengan tepat dan akan kena pada sasarannya dneganmenimbulkan efek samping yang seminimal mungkin. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, dierlukan :

1.                 Diagnosis dan sebab penyakit secara tepat2.                 Pilihan antibiotika yang pelin tepat3.                 Dosis dasn cara pemberian yang tepat4.                 Jangka waktu terapi yang tepat5.                 Penyesuaian dengan keadaan patofisiologi pasien secara keseluruhan dengan tepat

Penggunaan antimikroba dirumah sakit dinilai tidak rasional, misalnya dalam keadaan-keadaan sebagai berikut :

         Ada kontra indikasi terhadap penggunaan antimikroba         Indikasi pengobatan yang tepat         Dosis yang tidak benar         Cara pemberian dan waktu pemberian yang tidak tepat         Jangka waktu pemberian yang tidsak adekuat         Telah dibuat diagnosis laboratorium mengenai kuman patogen, tetapi tidak dilanjutkan

dengan pembuatan antibiogram (kultur dan uji sensitivitas)         Antibiogram dibuat tetapi tidak diperhatikan adanya resistensi selang, waktu mengganti

dengan memberikan animikroba yang lain.         Lain-lain hal :

  Penyakit atau keadaan yang self limiting  Hasil kultur menunjukkan bahwa sama sekali tidak diperlukan pemngobatan

antimikroba  Tidak ada tanda-tanda infeksi yang jelas secara klinis

Obat Kombinasi Antimikroba Dosis Tetap Yang Rasional

Page 11: Resistensi Obat

Beberapa penulis berpendapat bahwa kombinasi dosis tetap yang rasional pada saat ini hanya kombinasi trimetropin-sulfametoxazole. Kombinasi ini bersifat sinergistik karena mekanisme kerjanya saling menunjang.

Obat kombinasi tetap yang tidak rasional

Contoh kombinasi obat tetap yang tidak raional adalah kombinasi penisillin G-Stretomisinyang terdapat dalam 1 vial. Kombinasi kedua obat ini sebenarnya hanya bersifat sinergistik pada enerokokus (streptosossus facialis) yang sering menyebabkan endokarditis bakterialis dan kadang juga bersifat sinergistik pada infeksi E. Coli, S. Aureus, Str. Viridans,  tetapi kenyataannya kombinasi ini sudah tersebar luas dan dipergunakan untuk segala macam infeksi padahal sebenarnya dengan obat tunggal saja sudah cukup efektif.

Kombinasi Antimikroba Dosis Tetap

Setiawan menjelaskan syarat-syarat untuk obat kombinasi dosis tetap seperti yang ditetapkan dalam The Second Symposium On The Klinical Pharmacological Evaluation In Drug Control WHO, Copenhagen 1974 :

1.       Setiap obat tunggal yang dikombinasikan, harus telah terbukti keamanannya dan efektifitasnya

2.       Setiap obat tunggal tesebut harus sifat-sifat kimia fisik dan farmakokinetika nya. Stabilitas masing-masing obat tersendiri dalam bentuk campurannya harus diketahui

3.       Interaksi masing-masing komponen obat satu terhadap yang lain dalam bidang farmakokinetika dan farmakodinamika harus diketahui

4.       Bilamana masing-masing obat harus menunjukkan efek sinergistik atau aditif, maka waktu paruh (half time) dan lamanya bekerja obat-obat tesebut harus hampir sama besarnya

5.       Kombinasi obat harus jelas menunjukkan lebuh banyak keuntungan dari pada kerugian. Efektivitasnya bertambah, efek toksik berkurang atau spektrum aktivitas yang meluas.

6.       Masing-masing komponen obat tidak boleh menunjukkan variasi dosis yang besar untuk menimbulkan efek terapeutiknya.

Tujuan untuk mengkombinasikan obat dalam dosis tetap ialah :

1.       Meningkattkan efektifitasnya oleh karena adanya efek sinergistik adau aditif2.       Memperluas spektrum aktivitas obat3.       Mencegah terjadinya resistensi4.       Mempermudah cara pemberian obat pada pasien5.       Meringankan biaya

Kombinasi Antimikroba Dosis Tidak Tetap

Indikasi tujuan penggunaan kombinasi antimikroba yang tepat adalah sebagai berikut :

1.       Mendapatkan efek sinergistik pada pengobatan infeksi tertentu2.       Pengobatan pada infeksi campuran oleh dua atau lebih jenis bakteri3.       Mencegah atau menghambat timbulnya resistensi

Pengobatan pendahuluan pada infeksi berat yang letal, dimana identifikasi kuman penyebab belum dapat segera didapatkan, dan dimaksudkan untuk mendapatkan broad spectrum coverage

Tabel penggunaan kombinasi antimikroba

Page 12: Resistensi Obat

NODasar penggunaan 

indikasiPenyakit/mikroorganisme Obat kombinasi

1. Sinergistik       Endokarditis oleh enterokokus

      Pseudomonas      Kleibsela      Berbagai

mikroorganisme.

Penisilin+streptomisin/Gentamisin

 

Karbenisilin+Gentamisin

Sefalotin+gentamisin

Trimetoprim+Sulfametoxazol

 

2. Infeksi campuran Infeksi intra abdominal       Penisilin/Klindamisin+Gentamisin      Ampisilin+klorampheniko      Karbenisilin+Gentamisin

3. Mencegah resistensi Tuberkulosis INH+Etambutol

4. Pengobatan pendahuluan pada infeksi berat, dimana kuman penyebab belum diketahui

Renjatan septik septikemia Gentamisin/Tobramisin+sefalosporin, atau

Penisilin yang resisten terhadap penisillinase segeera diganti denganobat spesifik, bila identifikasi kuman sudah ada.

http://aandy-reasond.blogspot.com/2013/10/kombinasi-antimikrobaantibiotik.html

Konsentrasi minimun penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah dari antibiotika atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Nilai MIC adalah spesifik untuk tiap-tiap kombinasi dari antibiotika dan mikroba. MIC dari sebuah antibiotika terhadap mikroba digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika. Nilai MIC berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai MIC dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar. MIC dari sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata MIC terhadap seluruh strain dari spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba adalah sangat berbeda dalam hal sensitivitasnya. Metode uji antimikrobial yang sering digunakan adalah metode Difusi Lempeng Agar. Uji ini dilakukan pada permukaan medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring yang berbentuk cakram yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona penghambatan diukur. Diameter zona pengambatan merupakan pengukuran MIC secara tidak langsung dari antibiotika terhadap mikroba. Sensitivitas klinik dari mikroba kemudian ditentukan dari tabel klasifikasi (Jawetz et al.,1996).