resistensi obat
DESCRIPTION
resistensi obatTRANSCRIPT
Resistensi ObatResistensi obat adalah perlawanan yang terjadi ketika bakteri, virus dan parasit
lainnya secara bertahap kehilangan kepekaan terhadap obat yang sebelumnya
membunuh mereka. Saat obat lebih banyak digunakan, risiko resistensi obat
meningkat karena kasus penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau putus obat
meningkat.
Resistensi obat semakin menjadi tantangan bagi kesehatan global, terutama untuk
pengobatan TBC, malaria dan banyak penyakit menular lainnya. Penyakit dapat
menjadi resisten terhadap obat lini pertama yang biasanya diresepkan atau bahkan
di pengobatan lini kedua, yang diresepkan ketika pasien menjadi resisten terhadap
obat lini pertama. Strain TB yang resisten terhadap obat lini kedua telah diketahui
sangat resistan terhadap obat (TB-XDR). Resistensi lini kedua mahal dan
membahayakan nyawa karena pilihan pengobatan yang lebih terbatas dan mahal.
Prinsip-prinsip terapi antibiotikaPosted on 6 December 2008 by mangsholeh
Asumsi Dasar Pemakaian Antibiotik
Sifat toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa merusak sel
host.
Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi
obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh.
Seleksi Obat Antimikroba
Dasar pertimbangan (ideal) :
Identifikasi & sensitivitas organisme,
Tempat infeksi,
Status pasien (umur, BB, keadaan patologis, kehamilan & laktasi),
Keamanan antibiotik,
Biaya.
Dalam prakteknya :
Terapi empirik sebelum identifikasi organisme.
Berdasar bukti-bukti ilmiah & pengalaman, dengan mempertimbangkan : mengutamakan obat
bakterisid, memilih obat dengan daya penetrasi baik (jaringan tubuh, sistem saraf pusat),
memilih obat dengan frekuensi pemberian rendah (drug compliance), mengutamakan obat
dengan pengikatan protein rendah, tidak merutinkan penggunaan antibiotik mutakhir
(misalnya sefalosporin gen-3) agar terjamin ketersediaan antibiotik yang lebih efektif bila
dijumpai resistensi)
Pemberian AB :
Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar
puncak obat dlm darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi
kemudian diteruskan obat oral.
Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka frekuensi
pemberiannya sering.
Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati & menghindari
kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap.
Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja
Bakteriostatika :
Menahan pertumbuhan & replikasi bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai tubuh
pasien.
Membatasi penyebaran infeksi saat sistem imun tubuh bekerja memobilisasi & mengeliminasi
bakteri patogen.
Misalnya : Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolid, Linkomisin.
Bakterisid :
Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan.
Pembagian : a) Bekerja pd fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin, Kuinolon,
Rifampisin, Polipeptida. b) Bekerja pada fase istirahat, misalnya : Aminoglikosid, INH,
Kotrimoksazol, Polipeptida.
Spektrum Antimikroba
Spektrum Sempit : bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal / grup tertentu. Misalnya,
Isoniazid untuk mikobakteria.
Spektrum Sedang : efektif melawan organisme Gram (+) & beberapa bakteri Gram
(-). Misalnya, Ampisilin.
Spektrum Luas : mempengaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya, Kloramfenikol &
Tetrasiklin.
Kombinasi Obat-Obat Antimikroba
Pemberian AB tunggal lebih dianjurkan untuk :
Organisme penyebab infeksi spesifik.
Menurunkan kemungkinan superinfeksi.
Menurunkan resistensi organisme.
Mengurangi toksisitas
Pemberian Antibiotik kombinasi untuk keadaan khusus :
Infeksi campuran.
Ada risiko resistensi organisme, misalnya pada TBC.
Keadaan yang membutuhkan AB dengan dosis besar, misalnya sepsis, dan etiologi infeksi
yang belum diketahui.
Keuntungan Pemberian Antibiotik kombinasi :
Efek sinergistik / potensiasi, misalnya : a) Betalaktam + Aminoglikosid; b) Kotrimoksazol
(Sulfametoksazol + Trimetoprim); c) MDT pada AIDS (AZT + Ritonavir + 3TC).
Mengatasi & mengurangi resistensi, misalnya : a) Amoksisilin + Asam klavulanat; b) Obat-
obat TBC & lepra; c) MDT pada AIDS.
Mengurangi toksisitas, misalnya : Trisulfa + sitostatika.
Kerugian Pemberian Antibiotik kombinasi :
Antagonisme pada penggunaan bakteriostatika & bakterisid yang bekerja pada fase tumbuh.
Resistensi Obat
Definisi “resisten” :
Bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh antibiotik pada kadar maksimal yang
dapat ditolerir host.
Penyebab resistensi :
Perubahan genetik,
Mutasi spontan DNA,
Transfer DNA antar organisme (konjugasi, transduksi, transformasi),
Induksi antibiotik.
Perubahan ekspresi protein pada organisme yang resisten :
Modifikasi tempat target,
Menurunnya daya penetrasi obat (adanya lapisan polisakarida, adanya sistem efluks),
Inaktivasi oleh enzim.
Antibiotika Profilaktik
Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi, bukan untuk pengobatan infeksi.
Lama pemberian ditentukan oleh lamanya risiko infeksi.
Dapat timbul resistensi bakteri & superinfeksi.
Komplikasi Terapi AB
Hipersensitivitas, misalnya pada pemberian Penisilin berupa reaksi alergi ringan (gatal-
gatal) hingga syok anafilaktik.
Toksisitas langsung, misalnya pada pemberian Aminoglikosid berupa ototoksisitas.
Superinfeksi, misalnya pada pemberian antibiotik spektrum luas atau kombinasi akan
menyebabkan perubahan flora normal tubuh sehingga pertumbuhan organisme lain seperti
jamur menjadi berlebihan dan resistensi bakteri.
Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor metabolisme asam folat (antagonisme kompetisi).
Inhibitor sintesis dinding sel, misalnya betalaktam, vankomisin.
Inhibitor sintesis membran sel.
Inhibitor sintesis protein sel, misalnya tetrasiklin, aminoglikosid, makrolid, klindamisin,
kloramfenikol.
Inhibitor sintesis / fungsi asam nukleat, misalnya fluorokuinolon, rifampin.http://mangsholeh.wordpress.com/2008/12/06/prinsip-prinsip-terapi-antibiotika/
Laporan Kombinasi Antibiotik Tetrasiklin, Ampisilin, dan Kloramfenikol
Ilmu Farmasi : Laporan, makalah, teori dasar, prosedur, hasil,
pembahasan, praktikum kombinasi antibiotik Tetrasiklin, Ampisilin, dan Kloramfenikol
I. Tujuan
Mendapatkan gambaran tentang efek yang terjadi bila dua antibiotika dikombinasikan secara in vitro.
Menentukan efek kombinasi yang terjadi dengan menggunakan metode “pita”
II. Teori dasar
Akibat-akibat yang disebabkan oleh kombinasi antibiotika dapat merupakan suatu modifikasi efek garmakologi antara lain meliputi sinergis, antagonis, aditif atau efek baru yang tidak terjadi pada pemberian
masing-masing. Kemungkinan kombinasi antibiotika dapat berupa kombinasi yang diperbolehkan atau kombinsi yang tidak dianjurkan.
Percobaan yang dilakukan tidak menggunakan difusi agar atau pengenceran agar. Untuk menguji atau untuk mengetahui efek kombinasi antibakteri dengan menggunakan kedua metode tersebut harus dilakukan pada KHM yang tepat. KHM belum bisa ditentukan dari praktikum periode I. Untuk menentukan KHM yang tepat, maka harus dilakukan pengujian lagi dengan interval konsentrasi yang lebih kecil. Dengan demikian dalam praktikum ini pengamatan kombinasi antibiotika tidak bisa dengan menggunakan metode difusi agar atau pengenceran agar. Sehubungan dengan itu, maka dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah metode “ pita kertas “.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalamorganisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalambioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadapmutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun
seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib" obat yang membidik penyakit
tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur,
atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam
melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram
negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga
bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari target atau sasaran kerjanya:
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnyagentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline,oxytetracycline;
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin.
Antimetabolit, misalnya azaserine
Contoh lainnya adalah kombinasi Klavulanat dengan Amoksisilin. Efek sinergis terjadi bila campuran obat atau obat-obatan yang diberikan bersama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien atau menghasilkan efek yang lebih besar dari sekedar efek aditif saja terhadap kuman tertentu. Kombinasi ini bermanfaat untuk infeksiPseudomonas pada pasien neutropenia. Secara in vitro, kombinasi karbenisilin atau tikarsilin dengan aminoglikosid menghasilkan efek sinergisme. Dengan aminogliksid saja misalnya gentamisin, infeksi seringkali tidak teratasi. penambahan karbenisilin sangat mempertinggi
Kombinasi yang tepat dapat memberi manfaat klinik yang besar. Terapi kombinasi yang tidak terarah dapat meningktakan efek samping dan biaya. Meskipun data secara in vitro memperlihatkan efek sinergis, secara klinis manfaat ini hanya terlihat pada pengobatan endokarditis bacterial dan pada infeksi yang dialami pasien dengan neutropenia.
Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi
yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strainbakteri yang 'kebal'
terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam
dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak
panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya
membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'.
Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas
karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk
menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini
dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan
munculnya hama yang tahan antibiotika.
Antagonis adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah sama sekali efek agonis. Antagonis Kompetitif, seperti halnya agonis, berkaitan dengan reseptor tertentu.
Senyawa ini memiliki afinitas terhadap reseptor. Akan tetapi berbeda dengan agonis, senyawa ini tidak mampu menimbulkan efek senyawa ini tidak menunjukkan aktivitas intrinsik. Karena agonis dan antagonis kompetitif bersaing pada reseptor yang sama yang disebut bersaing pada tempat kerja, maka menurut hukum kerja massa, masing-masing dapat mengusir yang lain dari reseptor akibat kenaikan konsentrasi dari salah satu senyawa.
III. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan bahan :
Alat Bahan
Bakteri Medium Antibiotik
Vortex
Pipet Eppendorf
Inkubator
Autoklaf
Aluminium foil
Cakram kertas
S. aureus
E. coli
Nutrien agar
Nutrien broth
Ampisilin NA
Tetrasiklin HCl
Kloramfenikol
IV. Prosedur
Disiapkan oleh laboran
Sterilisasi alat (termasuk pita kertas) dan medium menggunakan autoklaf pada suhu 1100-1150c selama 20 menit
Buat inokulum dalam bakteri dalam air kaldu, inkubasi pada 370c selama 18-24 jam (satu hari sebelum praktikum).
Ukur transmitan bakteri dengan alat spektrofotometer pada 530 nm, atut T 25% dengan penambahan medium air kaldu.
Disiapkan : Tetrasiklin HCl, kloramfenikol, ampisilin Na masing-masing pada konsentrasi 200 µg/ml.
Dilakukan oleh praktikan
Ambil 2 (dua) buah pita kertas yang telah disterilkan.
Ke-2 pita dicelupkan kedalam antibiotika yang berbeda selanjutnya ditanamkan dengan posisi tertentu pada media agar yang kedalamnya telah ditanamkan bakteri (perhatikan contoh dari asisten)
Biarkan selama 1 jam. Lalu inkubasi selama 18-24 jam.
Amati adanya hambatan pertumbuha.
Pola / bentuk hambatan dapat menunjukan efek dari kombinasi antibakteri tersebut (perhatikan penjelasan asisten)
V. Data pengamatan
Tabel 5.1 Data pengamatan :
kelompok Kombinasi antibiotika Jenis bakteri Efek
I Tetrasiklin HCL + Kloramfenikol S. Aureus Aditif
II Ampisilin Na + Kloramfenikol S. Aureus Antagonis
III Ampisilin Na + Tetrasiklin HCL S. Aureus Antagonis
IV Tetrasiklin HCL + Kloramfenikol E. Coli Antagonis
V Ampisilin Na + Kloramfenikol E. Coli Aditif
VI Ampisilin Na + tetrasiklin HCL E. Coli Sinergis
VI. Pembahasan
Didalam percobaan ini digunakan tiga jenis antibiotika yang berbeda yang akan dikombinasikan yaitu :
Ampisilin NaAmpisilin merupakan penisilin semisintetik yang stabil terhadap asam/amidase tetapi tidak
tahan terhadap enzim β-laktamase. Ampisilin mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif danmerupakan antibiotika spectrum luas dan merupakan golongan bakterisid .
Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap Gram positif kurang daripada penisilin G. semua penisilin golongan ini dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi oleh kuman Gram positif maupun Gram negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. Monocytogenes sensitif terhadap obat ini. Selain itu H.influenzae, E.colidan Proteus mirabilis merupakan kuman Gram negatif yang juga sensitif tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten diantara kuman yang semula sangat sensitif tersebut.
TetrasiklinTetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentangTetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Antibiotika golongantetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan olehStreptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dariStreptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dariKlortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
Mekanisme kerja antibiotika ini yang bersifat bakteriostatik dan bekerjadengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklinmenghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gramnegatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialahsistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosombakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s danmenghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino,sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.
KloramfenikolKloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomycesvenezuelae.
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein pada bakteri. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein bakteri.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum antibakteri meliputi D.pneumoniae, S.Pyogenes, S.viridans, Neisseria, Haemophillus,Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Brucella, P.Multocida, C.diphteria, Chlamidya, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.
Pada Percobaan diatas dapat dilihat dari ketiga kombinasi antibiotika yang diujikan memiliki berbagai efek yang dihasilkan. Pada kombinasi antibiotikatetrasiklin dan kloramfenikol yang masing- masing termasuk golonganbakteriostatik maka dihasilkan efek aditif (tidak saling mempengaruhi) sama-sama menghambat pertumbuhan bakeri. Namun pada percobaan kelompok IV hasil pengamatan adalah antagonis, hal ini ditandai dengan pertumbuhan mikrobatidak dihambat disekitar pita. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan litelatur yangmenyebutkan bahwa umumnya kombinasi antibiotika bakteriostatik danbakteriostatik menghasilkan efek sinergis dan aditif.
Pada kombinasi Ampisilin dan kloramfenikol dihasilkan efek antagonis pada pengamatan kelompok 2 dan aditif pada pengamatan kelompok 5.Hal ini sesuai seperti disebutkan diatas bahwa kombinasi ampisilin yang bersifat bakterisid dan kloramfenikol yang bersifat bakteriostatik akan menghasiklan efeh antagonis karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akan mem perlemah efek bakterisidnya. Namun pada pengamatan kelompok 5 hal ini tidak sesuai dengan litelatur.
Sedangkan pada kombinasi antibiotika Ampisilin Na dan Tetrasiklindihasilkan pengamatan pada kelompok 3 dihasilkan efek antagonis yang sesuaidengan litelatur yaitu karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yangsedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akanmemperlemah efek bakterisidnya, sedangkan data pengamatan kelompok 6 dihasilkan efek sinergis yang tidak sesuai dengan litelatur.
VII. Kesimpulan
Kombinasi antibiotika bertujuan untuk memperluas spektrum anti Bakteri serta untuk mengatasi adanya bakteri yang resisten
Efek yang terjadi apabila antibiotika dikombinasikan antara lain meliputi sinergis (saling menguatkan), antagonis (merugikan), dan aditif (tidak saling mempengaruhi).
VIII. Daftar pustaka
Anief, Moh., 2005, Farmasetika Cetakan III, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hoan Tjay, Tan & Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting edisi Kelima.
Jakarta : Gramedia.
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung.
[Disusun Mahasiswa Farmasi Unisba] http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/02/laporan-kombinasi-antibiotik.html
Kombinasi Antimikroba/Antibiotik
Antimikroba adalah substansi kimia yang dihasilkan oleh bermacam-macam spesies dari mikroorganisme (bakteri, jamur, aktinomisetes) yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Sampai saat ini sudah lebih sereatus macam antimikroba yang ditemukan terutama setelah para ahli menemukan cara pembuatan antimikroba sintetis.
Oleh Weinstein, berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi menjadi :
1. Obat yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Seperti : penisilin, sefalosporin, siklosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin.
2. Obat yang mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Seperti : polimiksin, kolistin dan obat-obat anti jamur misalnya nstatin dan amfoterisin.
3. Obat yang terutama menghambat sintesis protein bakteri dengan efeknya pada ribosom. Seperti : tetrasiklin, streptomisin, eritrommisin, linkomisin, dan klindamisin.
4. Obat yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat. Seperti : rifampisin, dan asam nalidiksat.
5. Obat anti metabolit. Seperti : sulfonamid, trimetropin, asam aminosalisilat dan senyawa sulfon.
Beberapa kombinasi ternyata bermanfaat untuk indikasi klinik tertentu, tetapi banyak pula yang akhirnya hanya menimbulkan missues klinik serta kerugian yang dapat timbul akibat penggunaan kombinasi antimikroba yang tidak terarah.
Kombinasi Antimikroba Yang Rasional
Penggunaan antimikroba yang bersamaan masih merupakan hal yang rasional dan dianjurkan pada keadaan tertentu. Permasalahannya adalah memilih kombinasi dan indikasi yang tepat. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai adanya interaksi obat-obat tersebut.
Dua acam antimikroba yang dikombinasikan pemakaiannya terhadap mikroorganisme dapat menimbulkan efek :
Sinergistik, apabila kombinasi antimikroba menghasilkan efek antibakteri yang lebih besar, dibandingkan jumlah efek masing-masing antimikroba.
Antagonistik, apabila kombinasi antimikroba menimbulkan efek antibakteri yang kurang, dibandingkan dengan jumlah efek masing-masing antimikroba.
Indiferen, ababila kombinasi antimikroba tersebut menunjukkan efek antibakteri yang kurang lebih sama dengan jumlah efek masing-masing antimikroba.
Untuk menduga efek yang mungkin terjadi dari kombinasi obat-oabt tersebut dari Jawetz dan Gunnison. Mereka menyatakan bahwa jenis antimikroba bakteriostatik, seringkali bersifat antagonistik dengan antibakteri bakterisid, dan bahwa dua obat bakterisid sering menunjukkan sifat sinergik bila dikombinasikan.
Oleh Rahal, antimikroba dibagi menjadi dua golongan :
Golongan I : yang terutama bersifat bakterisid, termasuk penisilin, sefalosporin, amminoglikosida, polimiksin, basitrasin, dan kombinasi trimetropin dan sufametoxazol. Yang terakhir bahkan dalam kombinasi yang tetap.
Goongan dua : yang terutama bersifat bakteriostatik termasuk tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, dan linkomisin
Harus juga dipikirkan bahwa kombinasi antimikroba yang mungkin rasional untuk mengatasi infeksi, di lain pihak toksisitasnya dapat bersifat afditif dan supra aditif. Misalnya vankomisin, bila dipakai sendiri mempunyai nefrotoksisitas yang minimal. Demikian halnya juga dengan tobramisin; tetapi apabila obat ini gunakan secara bersamaan dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal yang lebih berat.
Moto pengobatan secara rasional, efektif dan aman sesungguhnya harus berlaku untuk semua tindakan pengobatan oleh profesi kedokteran dan hendaknya tidak hanya terbatas pada penggunaan antibiotika saja. Pengertian rasional adalah diagnosis penyakti harus ditegakkan dengan tepat, sehingga pemilihan obat dapat delakukkan dengan tepat dan akan kena pada sasarannya dneganmenimbulkan efek samping yang seminimal mungkin. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, dierlukan :
1. Diagnosis dan sebab penyakit secara tepat2. Pilihan antibiotika yang pelin tepat3. Dosis dasn cara pemberian yang tepat4. Jangka waktu terapi yang tepat5. Penyesuaian dengan keadaan patofisiologi pasien secara keseluruhan dengan tepat
Penggunaan antimikroba dirumah sakit dinilai tidak rasional, misalnya dalam keadaan-keadaan sebagai berikut :
Ada kontra indikasi terhadap penggunaan antimikroba Indikasi pengobatan yang tepat Dosis yang tidak benar Cara pemberian dan waktu pemberian yang tidak tepat Jangka waktu pemberian yang tidsak adekuat Telah dibuat diagnosis laboratorium mengenai kuman patogen, tetapi tidak dilanjutkan
dengan pembuatan antibiogram (kultur dan uji sensitivitas) Antibiogram dibuat tetapi tidak diperhatikan adanya resistensi selang, waktu mengganti
dengan memberikan animikroba yang lain. Lain-lain hal :
Penyakit atau keadaan yang self limiting Hasil kultur menunjukkan bahwa sama sekali tidak diperlukan pemngobatan
antimikroba Tidak ada tanda-tanda infeksi yang jelas secara klinis
Obat Kombinasi Antimikroba Dosis Tetap Yang Rasional
Beberapa penulis berpendapat bahwa kombinasi dosis tetap yang rasional pada saat ini hanya kombinasi trimetropin-sulfametoxazole. Kombinasi ini bersifat sinergistik karena mekanisme kerjanya saling menunjang.
Obat kombinasi tetap yang tidak rasional
Contoh kombinasi obat tetap yang tidak raional adalah kombinasi penisillin G-Stretomisinyang terdapat dalam 1 vial. Kombinasi kedua obat ini sebenarnya hanya bersifat sinergistik pada enerokokus (streptosossus facialis) yang sering menyebabkan endokarditis bakterialis dan kadang juga bersifat sinergistik pada infeksi E. Coli, S. Aureus, Str. Viridans, tetapi kenyataannya kombinasi ini sudah tersebar luas dan dipergunakan untuk segala macam infeksi padahal sebenarnya dengan obat tunggal saja sudah cukup efektif.
Kombinasi Antimikroba Dosis Tetap
Setiawan menjelaskan syarat-syarat untuk obat kombinasi dosis tetap seperti yang ditetapkan dalam The Second Symposium On The Klinical Pharmacological Evaluation In Drug Control WHO, Copenhagen 1974 :
1. Setiap obat tunggal yang dikombinasikan, harus telah terbukti keamanannya dan efektifitasnya
2. Setiap obat tunggal tesebut harus sifat-sifat kimia fisik dan farmakokinetika nya. Stabilitas masing-masing obat tersendiri dalam bentuk campurannya harus diketahui
3. Interaksi masing-masing komponen obat satu terhadap yang lain dalam bidang farmakokinetika dan farmakodinamika harus diketahui
4. Bilamana masing-masing obat harus menunjukkan efek sinergistik atau aditif, maka waktu paruh (half time) dan lamanya bekerja obat-obat tesebut harus hampir sama besarnya
5. Kombinasi obat harus jelas menunjukkan lebuh banyak keuntungan dari pada kerugian. Efektivitasnya bertambah, efek toksik berkurang atau spektrum aktivitas yang meluas.
6. Masing-masing komponen obat tidak boleh menunjukkan variasi dosis yang besar untuk menimbulkan efek terapeutiknya.
Tujuan untuk mengkombinasikan obat dalam dosis tetap ialah :
1. Meningkattkan efektifitasnya oleh karena adanya efek sinergistik adau aditif2. Memperluas spektrum aktivitas obat3. Mencegah terjadinya resistensi4. Mempermudah cara pemberian obat pada pasien5. Meringankan biaya
Kombinasi Antimikroba Dosis Tidak Tetap
Indikasi tujuan penggunaan kombinasi antimikroba yang tepat adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan efek sinergistik pada pengobatan infeksi tertentu2. Pengobatan pada infeksi campuran oleh dua atau lebih jenis bakteri3. Mencegah atau menghambat timbulnya resistensi
Pengobatan pendahuluan pada infeksi berat yang letal, dimana identifikasi kuman penyebab belum dapat segera didapatkan, dan dimaksudkan untuk mendapatkan broad spectrum coverage
Tabel penggunaan kombinasi antimikroba
NODasar penggunaan
indikasiPenyakit/mikroorganisme Obat kombinasi
1. Sinergistik Endokarditis oleh enterokokus
Pseudomonas Kleibsela Berbagai
mikroorganisme.
Penisilin+streptomisin/Gentamisin
Karbenisilin+Gentamisin
Sefalotin+gentamisin
Trimetoprim+Sulfametoxazol
2. Infeksi campuran Infeksi intra abdominal Penisilin/Klindamisin+Gentamisin Ampisilin+klorampheniko Karbenisilin+Gentamisin
3. Mencegah resistensi Tuberkulosis INH+Etambutol
4. Pengobatan pendahuluan pada infeksi berat, dimana kuman penyebab belum diketahui
Renjatan septik septikemia Gentamisin/Tobramisin+sefalosporin, atau
Penisilin yang resisten terhadap penisillinase segeera diganti denganobat spesifik, bila identifikasi kuman sudah ada.
http://aandy-reasond.blogspot.com/2013/10/kombinasi-antimikrobaantibiotik.html
Konsentrasi minimun penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah dari antibiotika atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Nilai MIC adalah spesifik untuk tiap-tiap kombinasi dari antibiotika dan mikroba. MIC dari sebuah antibiotika terhadap mikroba digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika. Nilai MIC berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai MIC dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar. MIC dari sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata MIC terhadap seluruh strain dari spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba adalah sangat berbeda dalam hal sensitivitasnya. Metode uji antimikrobial yang sering digunakan adalah metode Difusi Lempeng Agar. Uji ini dilakukan pada permukaan medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring yang berbentuk cakram yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona penghambatan diukur. Diameter zona pengambatan merupakan pengukuran MIC secara tidak langsung dari antibiotika terhadap mikroba. Sensitivitas klinik dari mikroba kemudian ditentukan dari tabel klasifikasi (Jawetz et al.,1996).