resin1

24
1. Perbedaan restorasi komposit dan amalgam? Dental Amalgam Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang se-ideal amalgam. Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam- logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi. Kelemahan utama amalgam memang terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan tumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l, perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti retention and resistence form, dan undercut tidak dapat melekat secara kimia. Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention groove) pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat jaringan karies juga mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO (Mesial Oklusal), DO (Distal -, Oklusal), maupun MOD (Mesial - Oklusal - Distal). Kelebihan Amalgam : - Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga

Upload: rusmanshiddiq

Post on 14-Feb-2015

56 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: resin1

1. Perbedaan restorasi komposit dan amalgam?

Dental AmalgamMerupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk

tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang se-ideal amalgam. Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi.

Kelemahan utama amalgam memang terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan tumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l, perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti retention and resistence form, dan undercut tidak dapat melekat secara kimia.

Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention groove) pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat jaringan karies juga mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO (Mesial Oklusal), DO (Distal -, Oklusal), maupun MOD (Mesial - Oklusal - Distal).

Kelebihan Amalgam :- Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat

dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga

amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada

beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan

kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

- Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada

umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang

saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

- Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu

“technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit

kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan

kekuatan bahan tambal resin komposit.

- Biayanya relatif lebih rendah

Kekurangan Amalgam :

Page 2: resin1

- Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga

tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat

diutamakan.

- Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang

berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi

sehingga tampak membayang kehitaman

- Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang

terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah

penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap

rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama

dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

- Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang

dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah

memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat

digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.

KompositGenerasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam puluhan. Sejak

itu, bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannya gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan formulasi kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi. Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email perifer.

Page 3: resin1

Indikasi restorasi kompositResin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum, resin komposit digunakan untuk : Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI, Fondasi atau core buildups, Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif), Prosedur estetis tambahan (Partial veneers, Full veneers, modifikasi kontur gigi, penutupan/perapatan diastema), Semen (untuk restorasi tidak langsung), Restorasi sementara serta Periodontal splinting

Kenapa pada resin komposit tidak diperlukan extension for prevention, undercut dan isthmus?\

Karena Resin komposit merupakan bahan restorasi adhesif yang dapat berikatan dengan

jaringan keras gigi melalui dua sistem bonding (ikatan), yaitu ikatan email dan ikatan dentin.

Kekuatan ikatan resin komposit terhadap email dengan system etsa asam seperti yang

diperkenalkan oleh Buonocore sejak tahun 1955 sudah terbukti dapat bertahan untuk jangka

waktu yang lama. Etsa asam pada email akan membentuk mikroporositas pada permukaan

email yang dapat diisi dengan bondingagent, sehingga terbentuk ikatan mikromekanis antara

resin komposit dengan email (resin tag). Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan

kedalam permukaan dan komponen-komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau

kovalen. Ikatan adhesive yang kuat sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan

kimia, dan dapat merupakan ikatan kovalen atau ion.

Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis atau retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut. Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.

2.4.1. Teknik etsa asam

Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal diolesi

etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut berpengaruh

terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan bentuk yang

tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada

permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas.

Page 4: resin1

Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara permukaan

email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan terhadap email

teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam meninggalkan

permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan

lebih baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang

secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak

pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak

teratur tersebut. Resin “tag” kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi.

Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 µm.

Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50% adalah tepat,

konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada

permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk

cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah dikendalikan. Asam

diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email minimal selama 15-20

detik. Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan

baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju

menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai

resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan

energi permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana.

2.4.2. Bahan bonding

Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga membasahi

permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di dalam dentin dan akhirnya

Page 5: resin1

bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik,

bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus

bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus

berikatan dengan restorasi resin.

A. Bahan bonding email

Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia. Email terdiri

atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun dari jutaan kristal

hydroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Dimana tersusun secara rapat

sehingga membentuk perisma email secara bersamaan berikatan dengan matriks organik.

Pada perisma yang panjang bentuknya seperti batang dengan diameter sekitar 5 µm. Krital

hidroksiapatit bentuknya heksagonal yang tipis, karena strukrur seperti itu tidak

memungkinkan mendapatkan susunan yang sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air

dan material organik.

Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi

atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email dikembangkan untuk

meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa.

Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan

monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi.

Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cenderung meningkatkan ikatan

mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa tahun terakhir

bahan bonding tersebut telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang digunakan

pada dentin. Peralihan ini terjadi karena manfaat dari bonding simultan pada enamel dan

dentin dibandingkan karena kekuatan bonding. Sistem ini juga menggunakan etsa asam untuk

membuka tubuli dentin dan dipopulerkan pertama kalinya oleh Fusayama pada tahun 1979

Page 6: resin1

dengan istilah total-etch. Pada saat itu, Fusayama berkeyakinan bahwa ikatan dentin dengan

resin komposit terjadi secara kimiawi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Misu (1981),

terbukti bahwa ikatan dentin dengan resin komposit lebih merupakan ikatan mikromekanis.

Ikatan dentin merupakan retensi tambahan bagi bahan restorasi adhesif, karena kekuatannya

di bawah ikatan email, yang merupakan retensi utama. Sampai saat ini, kekuatan retensi resin

komposit dengan jaringan keras gigi masih mengandalkan kedua system tersebut.

B. Bahan bonding dentin

Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir diseluruh panjang gigi

dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan matriks dentin. Tersusun dari

75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 % materi air. Didalam matriks dentin

terdapat tubuli berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian dentino enamel junction dan 2-3 mm

diujung yang berhubungan dengan pulpa.

Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm didekat dentino enamel junction dan

sekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa. Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi

terbentuknya microleakage atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin

dipermukaan enamel. Microleakage adalah celah mikro diantara permukaan bahan restorative dan

dinding kavitas (email atau dentin). Penyebab terjadinya microleakage yaitu perbedaan struktur

enamel dan dentin, perbedaan tipe resin komposit, bonding yang inadekuat, dan pengaruh

penyinaran. Microleakage dapat menyebabkan munculnya karies skunder, iritasi pulpa dan lepasnya

bahan tambalan. Pengaplikasian bahan adhesive yang sempurna, intesitas cahaya yang soft

start sewaktu penyinaran, dan penambalan dengan menggunakan teknik incremental dapat

Page 7: resin1

mencegah terbentuknya microleakage pada restorasi resin komposit. Lamanya waktu

penyinaran tidak berpengaruh terhadap pencegahan terbentuknya microleakage.

Kehilangan jaringan email dapat terjadi akibat karies, trauma, atau intervensi operatif

yang menyebabkan tubuli dentin terbuka. Aplikasi etsa asam akan menyebabkan diameter

tubuli dentin membesar, resistensi cairan didalam tubuli dentin menjadi kecil. Hal ini

berakibat cairan dentin dapat bergerak lebih mudah di dalam tubuli dentin, baik ke arah pulpa

maupun keluar ke permukaan dentin. Permukaan dentin yang lembab tidak dapat

dihindarkan. Keadaan ini dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi ikatan dentin.

Cairan dentin yang membasahi permukaan dentin dapat memudahkan bonding-agent

berpenetrasi ke dalam tubuli dan serat-serat kolagen. Namun di lain pihak, kelembaban dentin

justru dapat melemahkan resin komposit di atasnya karena resin komposit adalah suatu bahan

yang bersifat anhidrous. Sifat fisiologis dentin dan sifat fisis resin komposit menyebabkan

ikatan dentin ini sulit untuk bertahan untuk jangka waktu yang panjang. Peneliti lain

membuktikan bahwa ikatan dentin dapat bertahan bila pada dindingnya masih terdapat email.

Diameter, orientasi dan jumlah tubuli dentin per satuan luas permukaan bervariasi, tergantung

dari lokasi dentin. Makin mendekati pulpa, diameter tubuli dentin makin membesar,

sedangkan jumlah tubuli dentin per satuan luas permukaanpun semakin banyak. Orientasi

tubuli dentin pada daerah oklusal adalah vertical terhadap dasar kavitas, sedangkan pada

daerah gingival orientasi tubuli dentin adalah horisontal. Variasi dentin ini menyebabkan di

setiap lokasi berbeda dentin mempunyai karakter permeabilitas yang berbeda juga. Perbedaan

permeabilitas dentin ini tentunya juga akan mempengaruhi kekuatan ikatan resin komposit

dengan dentin.

Page 8: resin1

Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan asam pada

dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri dari :

• Dentin Conditioner

Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada

dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin conditioner antara lain asam

maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric. Pengaplikasian bahan asam

kepermukaan dentin akan menghasilkan reaksi asam basa dengan hidroksiapatit, hal ini akan

mengakibatkan larutnya hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta

terbentuknya permukaan demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin

kuat asam yang digunakan semakin kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin

conditioner mengandung glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk

penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin yang

lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.

• Primer

Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan antara

komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat hidrofilik.

Oleh karena itu primer berfungsi sebagai perantara, dan terdiri dari monomer bifungsional

yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat

yang memungkinkan penggabungan antara dua material yang berbeda. Secara umum bahan

pengikat pada dentin primer diformulakan Methacrylategroup-Spacer group-Reactive group.

M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan komposit

resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat celah yang biasanya

Page 9: resin1

meningkatkan fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalah reactive group yang merupakan

gugus polar atau gugus terakhir (membentuk perlekatan dengan jaringan gigi). Ikatan polar

ini terbentuk akibat distribusi elektron yang asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat

ini dapat berkombinasi dengan molekul polar lain di dalam dentin, seperti gugus hidroksi

dalam apatit dan gugus amino dalam kolagen. Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik

tetapi bisa juga dalam beberapa kasus terjadi ikatan kimiawi.

Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling banyak digunakan.

HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam permukaan dentin yang mengalami

demineralisasi dan kemudian berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino

yang terdapat pada kolagen. Aksi dari bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk

membuat hubungan ataupun ikatan molekular antara poli (HEMA) dan kolagen.

• Sealer (Bahan pengisi)

Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.

2. Polimerase resin komposit?

Polimerisasi adalah reaksi intermolekuler yang berantai yang secara fungsional mampu berlangsung secara tidak terbatas. Polimerisasi terjadi melalui serangkaian reaksi kimia di mana polimerisasi dibentuk oleh sejumlah monomer individual. Unit monomer tersebut berhubungan satu dengan yang lain sepanjang rantai polimer oleh ikatan kovalen.

Resin komposit adalah monomer dimetakrilat di mana bahan ini mengeras melalui mekanisme

tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas ini dapat diperoleh melalui aktivasi

kimia atau energi dari luar (panas, penyinaran).2

Camphorquinone adalah photoinitiator yang terkandung dalam resin komposit. Ketika

camphorquinone terkena sinar, maka akan terbentuk radikal bebas yang menginisiasi terjadinya

polimerisasi. Camphorquinone mengabsorbsi sinar biru dengan panjang gelombang 470 nm.39,43

Spektrum cahaya ini berhubungan erat terhadap keefektifan light curing unit. Intensitas sinar

yang memadai merupakan persyaratan dasar untuk mendapatkan sifat bahan yang optimal

Page 10: resin1

untuk penggunaan intraoral baik pada kavitas yang menerima tekanan maupun untuk

mencegah diskolorisasi dan degradasi prematur.

Alat polimerisasi berupa light curing unit diperlukan untuk mempolimerisasi sebagian besar resin komposit. Dalam penelitian ini akan dibahas dua jenis alat polimerisasi, yaitu: a. Quartz-tungsten halogen light curing unit Di dalam suatu quartz-tungsten halogen (QTH) light curing unit atau yang lebih kita kenal dengan halogen light curing unit terdapat power supply yang dapat memanaskan sebuah filamen tungsten dalam suatu bola lampu quartz yang mengandung gas halogen. Di dalam light curing unit, cahaya yang dihasilkan oleh bola lampu dipantulkan dari sebuah cermin reflektor yang berada di belakang bola lampu ke depan dan dikumpulkan kemudian diteruskan ke suatu rantai fiber-optic hingga ke ujung light curing unit. Dari cahaya yang dihasilkan, kurang dari 0,5% yang dapat digunakan untuk polimerisasi, dan selebihnya diubah menjadi panas. Untuk mengurangi panas berlebih yang dapat muncul selama proses polimerisasi, diletakkan dua buah filter tepat sebelum sistem fiber-optic. Filter ultraviolet dan infra merah ini menghilangkan sejumlah cahaya yang tidak diperlukan dan mengubahnya menjadi panas di dalam unit. Suatu kipas kecil digunakan untuk mengurangi panas yang dihasilkan dari filter dan reflektor.3

Bola lampu halogen menghasilkan panjang gelombang dengan range yang cukup besar, sehingga diperlukan adanya filter untuk membatasi agar panjang gelombang yang dihasilkan berada di antara 370-550 nm agar dapat disesuaikan dengan absorbsi camphorquinone.18

Kelemahan halogen light curing unit yaitu bahwa bola lampu, reflektor, dan filter nya dapat

berkurang kemampuannya seiring dengan waktu pemakaian. Bola lampu halogen memiliki lama

hidup sekitar 100 jam dan kemampuannya dapat berkurang seiring dengan waktu pemakaian

sehubungan dengan temperatur operasi yang tinggi. Daya pantul reflektor dapat berkurang

karena hilangnya kandungan bahan reflektif ataupun karena permukaannya yang menjadi kotor.

Sedangkan filter dapat pecah dan rusak. Hilangnya kemampuan dari bahan-bahan ini dapat

mengurangi efektivitas cahaya yang dihasilkan.

Page 11: resin1

Gambar Skema suatu halogen light curing unit

b. Light-emitting diode light curing unit Light-emitting diode (LED) adalah suatu semikonduktor yang menghasilkan cahaya ketika dihubungkan dengan suatu sirkuit (Gambar 7).14 Warna cahaya yang dihasilkan oleh suatu LED tergantung dari kandungan kimia kombinasi semikonduktornya (katoda-anoda junction). Ketika elektron dalam kedua semikonduktor bergerak dari tingkat energi yang tinggi ke yang rendah, perbedaan energi pada gap dilepaskan dalam bentuk suatu photon cahaya. Suatu LED light curing unit tidak memerlukan filter, memiliki lama nyala yang lebih lama, dan tidak memancarkan panas yang terlalu tinggi.31 LED light curing unit menghasilkan sekitar 15% cahaya dan 85% panas.18

Suatu LED mempunyai lama nyala lebih dari 10.000 jam dan hanya mengalami sedikit degradasi

pada pemakaiannya.16,17 LED light curing unit menghasilkan sinar dengan range panjang

gelombang antara 460-480 nm sehingga sangat hemat energi dan dapat dioperasikan dengan

tenaga baterai. Akan tetapi, bandwidth yang sempit tersebut dapat berpengaruh terhadap

polimerisasi beberapa jenis resin komposit yang tidak mengandung camphorquinone sehingga

kondisi optimum light curing yang seharusnya berada di luar bandwidth tersebut tidak dapat

tercapai.19

Jarak Penyinaran

Page 12: resin1

Faktor yang mempengaruhi kualitas polimerisasi resin komposit yaitu intensitas cahaya, lama

penyinaran, panjang gelombang cahaya, ketebalan resin komposit, jarak ujung light curing unit

dengan permukaan restorasi, warna resin komposit, dan komposisi bahan resin komposit itu

sendiri.23 Intensitas cahaya suatu light curing unit dipengaruhi oleh jarak ujung light curing unit

dengan permukaan resin komposit.26 Semakin besar jarak penyinaran, maka dispersi cahaya

light curing unit akan meningkat sehingga akan sulit untuk memperoleh polimerisasi yang

efektif.24

Gambar . Diagram suatu lampu LED

Untuk memperoleh hasil polimerisasi yang maksimal, lapisan restorasi resin komposit yang

dimasukkan ke dalam suatu kavitas tidak boleh melebihi ketebalan 2 mm dengan jarak yang

ideal antara ujung light curing unit dengan resin komposit adalah 1 mm, dan sumber cahaya

diposisikan 90o (tegak lurus) dengan permukaan resin komposit.14,26,39 Akan tetapi, menurut

penelitian Radzi et al., jarak penyinaran distandarisasi 5 mm.26 Jika sudut penyinaran

menyimpang dari 90o terhadap permukaan restorasi, energi cahaya akan menjadi bias dan

kemampuan penetrasinya akan berkurang.14,26

Page 13: resin1

Gambar Semakin besar jarak ujung light curing unit dengan permukaan restorasi maka

intensitas cahaya yang mencapai permukaan restorasi akan semakin kecil

Diameter ujung light curing unit juga dapat mempengaruhi kualitas polimerisasi serta intensitas

cahaya yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nitta, ditemukan bahwa

cahaya yang dihasilkan dari ujung light curing unit yang berdiameter 8 mm dan 10 mm adalah

45% dan 32% dari ujung yang berdiameter 4 mm. Akan tetapi, resin komposit yang disinari baik

dengan ujung yang berdiameter 4 mm, 8 mm, maupun 10 mm tidak menunjukkan nilai knoop

hardness dengan perbedaan yang signifikan pada waktu penyinaran yang lebih dari 10 detik.

Selain itu, tidak boleh digunakan light curing unit dengan ujung yang berdiameter yang lebih

kecil daripada diameter kavitas dengan daerah penyinaran yang terisolasi pada daerah tertentu.

Untuk memastikan polimerisasi resin komposit yang adekuat, diperlukan penyinaran yang

overlap jika menggunakan ujung light curing unit yang berdiameter kecil.4

Polimerisasi resin komposit

Berdasarkan mekanisme polimerisasi resin komposit dibagi menjadi 3 jenis.17

1. Polimerisasi secara kimia

Page 14: resin1

Bahan aktivator yang dipakai adalah tertier aromatik amina, seperti N-dimetil-p-toluidin yang

apabila bereaksi dengan benzoil peroksida akan membentuk radikal bebas sehingga terjadi

proses polimerisasi.

2. Polimerisasi dengan sinar ultra violet

Resin komposit jenis ini mengandung bahan benzoil metil eter. Apabila diradiasi dengan sinar

ultra violet dengan panjang gelombang tertentu, energi sinar tersebut akan diserap

sehingga terbentuk radikal bebas, makan akan terjadi polimerisasi.

3. Polimerisasi dengan sinar tampak

Resin komposit jenis ini mengandung -diketon dan amina. Apabila dikenai sinar, maka -

diketon akan menyerap sinar biru (460-485 nm) dan membentuk radikal bebas sehingga

terbentuk polimerisasi. Komposisi resin komposit yang aktivitasnya menggunakan sinar tidak

berbeda dengan resin komposit yang diaktivasi secara kimia, kecuali mekanisme

polimerisasinya. Supaya penyebarannya merata, maka pada waktu menumpat alat sinar

tampak diarahkan keseluruh permukaan tumpatan resin komposit. Dalam efektif penyinaran

tergantung dari warna restorasi namun umumnya efektif hingga ketebalan 2,5mm.

Pengaruh sinar terhadap polimerization shringkage?

Kelemahan bahan restorasi resin komposit yaitu terjadinya pengerutan selama

polimerisasi yang menyebabkan timbulnya celah (gap) antara dinding kavitas dan bahan

restorasi. Penyusutan yang terjadi selama polimerisasi bervariasi antara 1-5% volume.

Page 15: resin1

Pengerutan polimerisasi berhubungan dengan faktor konfigurasi (c-factor). C-factor

merupakan perbandingan antara permukaan yang berikatan dengan permukaan yang

bebas. Semakin tinggi c-factor maka semakin tinggi potensi terjadinya stress pengerutan

polimerisasi (Gambar 2).

Page 16: resin1

3. Jenis-jenis matriks untuk restorasi kelas II resin komposit?

a. Resin komposit makrofil

Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-10 μm.14 Resin komposit tipe ini

mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur. Kejelekan klinis yang utama dari

resin komposit makrofil adalah terjadinya permukaan yang kasar setelah dipolish dan

adanya tendensi berubah warna karena kerentanan permukaan yang teksturnya kasar

terhadap warna-warna makanan/minuman.2,14 Bahan ini diindikasikan untuk restorasi

kavitas klas IV dan klas II.

b. Resin komposit hibrit

Resin komposit hybrid merupakan gabungan makrofil dan mikrofil sehingga mempunyai

ukuran filler yang beraneka ragam. Resin komposit ini mempunyai karakteristik

gabungan dari resin komposit makrofil dan mikrofil.14 Resin komposit tipe ini

mempunyai kehalusan permukan dan kekuatan yang baik. Bahan ini diindikasikan baik

untuk restorasi gigi anterior, termasuk restorasi klas IV, maupun restorasi gigi posterior.

c. Resin komposit packabel

Page 17: resin1

Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable.32 Resin komposit

packable dikenal juga sebagai resin komposit condensable.3 Resin komposit packable

mempunyai muatan filler berkisar antara 66-70% volume. Komposisi filler yang tinggi

dapat menyebabkan kekentalan atau viskositas menjadi meningkat sehingga sulit untuk

mengisi celah kavitas yang kecil. Akan tetapi, dengan semakin besarnya komposisi filler

juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi dan

adanya perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal.14 Resin komposit packable

diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II dan klas VI (MOD).

d. Resin komposit flowable

Resin komposit flowable pertama kali diperkenalkan pada pertengahan tahun 1990.10,33

Dan pada akhir tahun 1996, resin komposit flowable digunakan sebagai bahan restorasi

alternatif untuk restorasi klas V.34 Resin komposit flowable mempunyai muatan filler

berkisar antara 42-53% volume.31 Komposisi filler yang rendah dan kemampuan flow

yang lebih tinggi menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki viskositas yang lebih

rendah sehingga dapat dengan mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang

kecil.31,34 Selain itu, bahan restorasi ini dapat membentuk suatu lapisan elastis yang

dapat mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi. Indikasi resin komposit flowable

ditujukan untuk restorasi kavitas klas V, restorasi kavitas klas I dan klas II dengan

tekanan oklusal yang minimal, kavitas enamel, dan juga dapat digunakan sebagai pit dan

fisur sealant serta sebagai liner.