resensi novel hafalan shalat delisa by widya nugraha
TRANSCRIPT
Resensi Novel
I. Latar Belakang Novel
1.1 Judul Novel : Hafalan Shalat Delisa
1.2 Penulis : Tere Liye
1.3 Penerbit : Republika
1.4 Diterbitkan : 2005
1.5 Tebal Novel : 248 Halaman
1.6 Tema : Ketegaran dibalik perjuangan
1.7 Gambar kulit cerita : Seorang anak dengan ayahnya berjalan
menuju kehidupan baru
I.8 Sinopsis
Novel ini menceritakan seorang gadis kecil bernama Delisa yang
begitu lugu, polos, dan kritis suka bertanya. Delisa kecil baru berusia 6
tahun, anak bungsu dari ummi Salamah dan abi Usman. Delisa
mendapat tugas untuk menghafal bacaan-bacaan sholat, untuk
selanjutnya akan di setor ke ibu guru Nur pada hari minggu 26
Desember 2004. Delisa ingin sekali bacaan sholatnya sempurna, tidak
lupa-lupa dan terbolak-balik seperti waktu sebelumnya.
Delisa ingin hafal untuk kesempurnaan sholatnya, untuk sujud
kepadaMu. Delisa ingin hafal, karena Ummi telah menyiapkan hadiah
kalung emas 2 gram berliontin D untuk Delisa, karean Abi akan
membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Delisa ingin
ya Allah.
Sampai pagi itu saatnya Delisa menyetor bacaan sholatnya, ketika
bumi terguncang, tanah merekah, gempa bumi 8,9 SR. Air laut
teraduk, Tsunami menyusul menyapu daratan, menjadi tangan
malaikat pencabut nyawa. Tapi Delisa ingin khusu’, terus melafadzkan
hafalan sholatnya. Namun, air itu telah menghanyutkan semua yang
ada, menghempaskan Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa
yang kehilangan Ummi dan kakak-kakaknya.
Delisa masih bernafas, didalam pingsannya delisa melihat Ummi,
kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah yang pergi tidak mengajaknya
serta. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidaknya. Ketika
tubuhnya di ketemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi
mu’alaf dan berganti nama jadi prajurit Salam. Bahkan pancaran
cahaya Delisa telah mampu memberikan hidayah pada Smith untuk
bermu’alaf.
Dalam perawatannya, Beberapa waktu lamanya Delisa tidak
sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak
sebaliknya. sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya
melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan
shalat delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. kaki
delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. luka
jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa.
Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya.
Pertemuan yang mengharukan.
Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. susah, tampak lebih
rumit dari sebelumnya. lupa dan benar-benar lupa, tidak bisa
mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa
akan sepeda yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal
bacaan sholatnya. “orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan
itu, mungkin karena hatinya Delisa… Hatinya tidak ikhlas! Hatinya
jauh dari ketulusan…”
Bukan karena Allah, tapi karena sebatang coklat, sebuah kalung
berliontin D untuk Delisa, dan untuk sepeda.Dan malam itu Delisa
bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu
dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan
sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan
menhafalnya. Delisan mampu melakukan Sholat Asharnya dengan
sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik.
hafalan sholat karena Allah. dan hadiah itu datang pada Delisa, Delisa
menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman jasad
Umminya. Sesudah 3 bulan lebih.
Delisa tetap teringat dengan orang-orang terdekatnya. Kakak-
kakak Delisa, Ummi Delisa, Ummi Tiur sahabat Delisa, Ibu Guru Nur.
Walaupun dengan kesendirian itu, ia berhasil mendapatkan hafalan
shalatnya dan mengetahui arti sebuah keikhlasan.
II. Jenis Novel : Kisah Nyata (Non-Fiksi)
III. Nilai Novel
3.1 Kelebihan :
a. Novel ini mampu memainkan emosi pembacanya.
b. Kisah hidup Delisa, mampu membuat pembaca meneteskan
airmatanya.
c. Kepolosan Delisa mampu membuat pembaca tersenyum sendiri.
d. Penulis menggunakan bahasa yang sederhana namun mampu
menyentuh hati pembaca.
e. Penulis mampu membuat pembaca berimajinasi mengenai
segala alur dan setting cerita tersebut.
f. Isi cerinta penuh dengan perenungan bagi siapa saja yang
khusyuk menghayati alur cerita tersebut.
g. Isi cerita dibalut dalam suasana tegang, haru, namun tetap
bermakna dan dapat berguna bagi orang lain.
3.2 Kekurangan :
a. Novel ini tersusun seperti film dokumenter, sehingga sering
muncul perasaan bosan ketika membaca novel ini.
b. Penulis terlalu tinggi menggambarkan sifat tokoh seorang anak
berumur 6 tahun.
c. Kata-kata penulis yang kadang membuat pembaca berimajinasi
lain dalam menafsirkan kata-kata kiasan penulis.
RESENSI NON FIKSI