reproduksi 2,,

53
LAPORAN TUTORIAL BLOK XIII REPRODUKSI SKENARIO 3 BAGAIMANA KEADAAN JANIN/BAYIKU? KELOMPOK 16 1. Sheilla Elfira San P. G0011196 2. Abdullah Al-hazmy G0011002 3. Ahadina Rahma Zulardi G0011008 4. Arifa G0011036 5. Desy Mila Pertiwi G0011068 6. Gabriella Diandra P. G0011098 7. Naila Shofwati Putri G0011146 8. Novian Anindito Santosa G0011154 9. Ristyadita Yuniandry G0011178 10. Sani Widya Firnanda G0011190 Tutor: Drs. Mujo Semedi, M.Sc UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: hapiz-arlanda-sani

Post on 30-Dec-2014

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jjj

TRANSCRIPT

Page 1: Reproduksi 2,,

LAPORAN TUTORIAL

BLOK XIII REPRODUKSI

SKENARIO 3

BAGAIMANA KEADAAN JANIN/BAYIKU?

KELOMPOK 16

1. Sheilla Elfira San P. G0011196

2. Abdullah Al-hazmy G0011002

3. Ahadina Rahma Zulardi G0011008

4. Arifa G0011036

5. Desy Mila Pertiwi G0011068

6. Gabriella Diandra P. G0011098

7. Naila Shofwati Putri G0011146

8. Novian Anindito Santosa G0011154

9. Ristyadita Yuniandry G0011178

10. Sani Widya Firnanda G0011190

Tutor:

Drs. Mujo Semedi, M.Sc

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

2012

Page 2: Reproduksi 2,,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak hanya dokter spesialis Obgyn saja, seorang dokter umum juga harus memiliki

beberapa kompetensi di bidang Obstetri dan Ginekologi. Misalkan pada beberapa kasus

kehamilan dan menjelang persalinan seperti pada skenario berikut ini :

Seorang G4P2A1,39 tahun, hamil 37 minggu, datang ke Klinik Bersalin dengan

keluhan mengeluarkan lendir darah pervaginam disertai perut kenceng-kenceng teratur

sejak 4 jam yang lalu. Suaminya baru terkena PHK. Wanita tersebut tidak pernah

memeriksakan kehamilannya di Puskesmas ataupun bidan.

Dari pemeriksaan luar oleh dokter didapatkan keadaan umum baik. Tekanan darah

140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37°C, RR 20x/menit; terdapat edema pada tungkai

bawah. Janin tunggal, presentasi kepala, punggung kiri, denyut jantung janin

144x/menit.

Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam, hasilnya baik. Pemeriksaan kematangan

serviks (Bishop score) nilai 8. Serviks uteri membuka 3 cm. Hasil pemeriksaan tersebut

ditulis dalam lembar partograf. Setelah 10 jam, persalinan masuk kala II. Setengah jam

dipimpin mengejan, bayi lahir dengan APGAR Score 8-9-10.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana fisiologi persalinan?

2. Bagaimana cara mengukur usia kehamilan?

3. Bagaimana mekanisme dari gejala-gejala yang ada di skenario?

4. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan?

5. Bagaimana hubungan kehamilan dengan usia ibu, stress dan hipertensi?

6. Apa yang dimaksud dengan ANC?

7. Apa saja pemeriksaan obstetric?

8. Bagaimana cara mengisi partograf?

9. Apa penatalaksana dari preeklamsia?

Page 3: Reproduksi 2,,

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui fisiologi persalinan

2. Untuk mengetahui cara mengukur usia kehamilan

3. Untuk mengetahui mekanisme dari gejala-gejala yang ada di skenario

4. Untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan

5. Untuk mengetahui hubungan kehamilan dengan usia ibu, stress dan hipertensi.

6. Untuk mengetahui mengenai ANC

7. Untuk mengetahui pemeriksaan obstetric

8. Untuk mengetahui cara mengisi partograf

9. Untuk mengetahui penatalaksana dari preeklamsia

1. Manfaat

1. Mahasiwa mampu memahami fisiologi persalinan

2. Mahasiswa mampu memahami cara mengukur usia kehamilan

3. Mahasiswa mampu memahami mekanisme dari gejala-gejala yang ada di scenario

4. Mahasiswa mampu memahami interpretasi hasil pemeriksaan

5. Mahasiswa mampu memahami hubungan kehamilan dengan usia ibu, stress dan

hipertensi

6. Mahasiswa mampu memahami mengenai ANC

7. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan obstetric

8. Mahasiswa mampu memahami cara mengisi partograf

9. Mahasiswa mampu memahami penatalaksana dari preeklamsia

Page 4: Reproduksi 2,,

BAB II

PEMBAHASAN

Fisiologi Persalinan

Persalinan berarti kelahiran bayi. Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka

sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan. Penyebab

peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi sedikitnya ada dua kategori

pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi yang berperan dalam

persalinan: (1) perubahan hormonal progresif yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas otot-

otot uterus, dan (2) perubahan mekanik yang progresif.

1. Faktor-faktor hormonal yang menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus

a. Rasio estrogen terhadap progesterone

Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sehingga membantu

mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya, estrogen mempunyai kecenderungan nyata untuk

meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, yang terjadi karena estrogen meningkatkan

jumlah taut celah (gap junction) antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan, namun

juga karena pengaruh lain yang masih belum dimengerti. Baik progesteron maupun

estrogen yang disekresikan dalam jumlah yang secara progresif makin bertambah selama

kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke tujuh dan seterusnya sekresi estrogen terus

meningat sedangkan sekresi progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit menurun.

Oleh karena itu, diduga bahwa rasio estrogen-terhadap-progesteron cukup meningkat

menjelang akhir kehamilan, sehingga paling tidak berperan sebagian dalam peningkatan

kontraktilitas uterus.

b. Pengaruh oksitosin pada uterus

Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis yang secara

khusus menyebabkan kontraksi uterus. Ada empat alasan untuk memercayai bahwa

oksitosin mungkin diperlukan dalam meningkatkan kontraktilitas uterus menjelang

persalinan: (1) Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitosin dan, oleh

karena itu, meningkatkan responsnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan selama

beberapa bulan terakhir kehamilan. (2) Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofisis

Page 5: Reproduksi 2,,

sangat meningkat pada saat persalinan. (3) Walaupun pada hewan yang telah menjalani

hipofisektomi masih dapat melahirkan bayinya pada kehamilan aterm, persalinannya

akan berlangsung lama. (4) Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa iritasi atau

regangan pada serviks uteri, seperti yang terjadi selama persalinan, dapat menyebabkan

sebuah refleks neurogenik melalui nukleus paraventrikular dan supraoptik hipotalamus

yang dapat menyebabkan kelenjar hiposisis posterior (neurohipofisis) meningkatkan

sekresi oksitosinnya.

c. Pengaruh hormon fetus pada uterus

Kelenjar hipofisis uterus menyekresikan oksitosin, yang mungkin berperan dalam

merangsang uterus. Kelenjar adrenal fetus juga menyekresikan sejumalh besar kortisol,

mungkin merupakan suatu stimulan uterus lain. Selain itu, membran fetus  melepaskan

prostaglandin dala konsentrasi tinggi pada saat persalinan. Prostaglandin ini juga dapat

meningkatkan intensitas kontraksi uterus.

2. Faktor-Faktor Mekanis yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus

a. Regangan otot-otot uterus

Regangan sederhana organ-organ berotot polos biasanya akan meningkatkan

kontraktilitas otot-otot tersebut. Selanjutnya, regangan intermiten, seperti yang terjadi

berulang-ulang pada uterus karena pergerakan fetus juga dapat meningkatkan kontraksi

otot polos. Perhatikan khususnya pada bayi kembar yang rata-rata lahir 19 hari lebih awal

daripada anak tunggal, yang menekankan pentingnya regangan mekanik dalam

menimbulkan kontraksi uterus.

b. Regangan atau iritasi serviks

Terdapat alasan untuk memercayai bahwa meregangkan atau mengiritasi serviks uteri

khususnya penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Sebagai contoh, ahli obstetri

sering menginduksi persalinan dengan memecahkan ketuban sehingga kepala bayi lebih

meregang serviks daripada biasanya atau mengiritasi serviks dengan cara lain.

Mekanisme bagaimana iritasi serviks dapat merangsang korpus uteri tidak diketahui.

Diduga bahwa regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada

korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi miogenik

sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uteri. 

Page 6: Reproduksi 2,,

Mekanisme Persalinan

Kontraksi uterus selama persalinan dimulai terutama dari puncak fundus uteri dan menyebar

ke bawah ke seluruh korpus uteri. Selain itu, intensitas kontraksi sangat besar pada puncak dan

korpus uteri, tetapi lemah pada segmen bawah uterus yang berdekatan dengan serviks. Oleh

karena itu, setiap kontraksi uterus cenderung mendorong bayi ke bawah ke arah serviks.

Pada bagian awal persalinan, kontraksi mungkin hanya terjadi sekali setiap 30 menit. Dengan

majunya persalinan, kontraksi akhirnya timbul lebih sering, sekali setiap 1 sampai 3 menit, dan

intensitas kontraksinya bertambah sangat kuat, dengan periode relaksasi yang singkat di antara

kontraksi. Gabungan kontraksi uterus dan otot-otot abdomen selama kelahiran bayi

menyebabkan bayi terdorong ke bawah kira-kira dengan kekuatan 25 pon setiap kontraksi yang

kuat.

Untungnya, kontraksi persalinan terjadi secara intermiten karena kontraksi yang kuat

menghalangi atau kadang-kadang bahkan menghentikan aliran darah melalui plasenta dan akan

menyebabkan kematian fetus bila kontraksi berlangsung. Memang, pada pemakaian berlebihan

dari berbagai zat perangsang uterus seperti oksitosin, dapat menyebabkan spasme uterus, dan

bukan kontraksi ritmis, yang dapat menyebabkan kematian fetus.

  Pada 95% kelahiran, kepala merupakan bagian pertama yang dikeluarkan dari bayi, da pada

sebagian besar sisanya, bokong dikeluarkan pertama kali. Kepala bertindak sebagai baji untuk

membuka struktur-struktur jalan lahir ketika fetus didorong ke bawah.

Hambatan utama yang pertama dari pengeluaran fetus adalah serviks uteri. Menjelang akhir

kehamilan, serviks menjadi lunak, yang memungkinkan serviks meregang saat kontraksi

persalinan mulai terjadi di dalam uterus. Apa yang disebut kala satu persalinan adalah suatu

periode dilatasi serviks yang progresif, berlangsung sampai pembukaan serviks sebesar kepala

fetus. Stadium ini biasanya berlangsung selama 8 sampai 24 jam pada kehamilan pertama, tetapi

sering hanya berlangsung beberapa menit pada kehamilan yang sudah berkali-kali.

Sekali serviks telah berdilatasi sempurna, ketuban biasanya pecah dan cairan ketuban tiba-

tiba mengalir keluar ke vagina. Kemudian kepala fetus bergerak dengan cepat masuk ke jalan

lahir, dan dengan kekuatan tambahan dari atas, kepala terus turun melalui jalan lahir sampai

akhirnya terjadi kelahiran. Keadaan ini disebut kala dua persalinan, dan kala dua ini dapat

Page 7: Reproduksi 2,,

berlangsung paling cepat 1 menit pada multipara sampai 30 menit atau lebih pada primigravida

(Guyton, Hall, 2007).

Proses kelahiran

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:

1. Kala I: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

2. Kala II: kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan

mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.

3. Kala III: waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.

4. Kala IV: mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam.

1. Kala I (Kala Pembukaan)

In partu (partus mulai) ditandai dengan

keluarnya lendir bercampur darah (bloody

show), karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah

berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler

sekitar kanalis servikalis karena pergeseran

ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala

pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu:

1. Fase laten: di mana pembukaan serviks berlangsung lambat; sampai pembukaan 3 cm

berlangsung dalam 7-8 jam.

2. Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :

a. Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b. Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi

9 cm.

c. Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau

lengkap.

Fase-fase yang dikemukakan di atas dijumpai pada primigravida. Bedanya dengan multigravida

ialah:

Page 8: Reproduksi 2,,

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat,

dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah

turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan

rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa

seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai

kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan

lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 .-2 jam pada multi .-1 jam.

3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus

teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi

plasenta yang menjadi tebal 2 x sebelumnya. Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam

waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam

vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.

Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV (Kala Pengawasan)

Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati

keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada

primi dan multi adalah:

Page 9: Reproduksi 2,,

(Mochtar, 1998)

Cara Mengukur Usia Kehamilan

Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan:

1. Dihitung dari tanggal haid terakhir Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin

hidup “feeling life” (quickening).

2. Menurut Spielberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, maka

diperoleh tabel.

3. Menurut Mac Donald: adalah modifikasi Spielber, yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm

dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.

4. Menurut Ahfeld: “ukuran kepala bokong”=0,5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur

jarak kepala-bokong janin adalah 20cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.

5. Rumus Johnson-Tausak: BB= (mD-12)x155; BB=berat badan; mD=jarak simfisis-

fundus uteri.

Yang paling sering di gunakan adalah dihitung dari tanggal haid terakhir (Mochtar, 1998).

Hamil 37 Minggu

Klasifikasi Persalinan berdasar umur :

a. Immatur : 21-27 minggu

b. Prematur : 28-36 minggu

c. Aterm : 37-42 minggu

- (Postdate : 41-42 minggu)

d. Posterm : lebih dari 42 minggu

Page 10: Reproduksi 2,,

Penyebab adanya perbedaan masing-masing umur persalinan belum diketahui. Diduga berkaitan

dengan faktor genetik dan lingkungan (Prawirohardjo, 2008)

Mekanisme gejala

1. Lendir darah pervaginam

Sebab-sebab perdarahan yang penting ialah perdarahan antepartum (plasenta previa dan

solusio plasenta) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta, atonia uteri, trauma

kelahiran); selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik. Frekuensi kematian maternal dalam

hal ini juga turun, terutama dengan penggunaan transfusi darah secara rutin pada kejadian itu.

Selain itu, ada faktor-faktor lain yang ikut membantu, yakni organisasi pelayanan kebidanan

yang lebih baik sehingga pertolongan dapat diberikan dengan lebih cepat, kemajuan dalam

penanganan berbagai kelainan seperti plasenta previa, dan atonia uteri postpartum, paritas

yang rendah pada wanita-wanita, serta keadaan sosial-ekonomis yang lebih baik di negara-

negara maju.

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya

disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran

yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa

ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan

muda dan ukuran pembesaran uterus yang di atas normal, pada umumnya disebabkan oleh

mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan yang tidak jelas,

pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan, dan adanya massa di

adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.

Perdarahan pada kehamilan lanjut di atas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh

plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi

segmen bawah rahim yang menjadi tempat implementasi plasenta tersebut. Pada plasenta

yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan becak

berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan

bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat

membahayakan keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat

menimbulkan perdarahan hebat tanpa didahului perdarahan bercak atau berulang

sebelumnya. Plasenta previa menjadi penyebab dari 25% kasus perdarahan antepartum. Bila

Page 11: Reproduksi 2,,

mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solutio plasenta atau vasa

previa dari keseluruhan kasus perdarahan antepartum.

Pada skenario terjadinya lendir darah pervaginam disebabkan oleh Lendir yang berasal

dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan mendatar,

sedangkan darahnya berasal dari pembuluh kapiler di sekitar kanalis servikalis yang pecah

ketika kanalis serviks membuka. 

2. Perut kenceng-kenceng teratur

Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan

sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi

Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebi

pendek. Cavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amnion kearah

segmen bawah rahim dan serviks.

Sifat-sifat lain dari his adalah: involuntir, intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan

simetris, serta kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan psikis.

Pembagian his dan sifat-sifatnya (Mochtar, 1998):

1. His pendahuluan

His tidak kuat, tidak teratur

Menyebabkan “show”

2. His pembukaan (Kala I)

His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10cm.

Mulai kuat, teratur, dan sakit.

3. His pengeluaran (His mengedan) (Kala II)

Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, dan lama.

His untuk mengeluarkan janin.

Koordinasi bersama antara: his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan

ligament.

4. His pelepasan uri (Kala III)

Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.

5. His pengiring (Kala IV)

Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), pengecilan rahim dalam beberapa

jam atau hari.

(Mochtar, 1998)

Page 12: Reproduksi 2,,

Interpretasi Hasil Pemeriksaan

1. Pemeriksaan luar

a. Vital sign

Pada pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg yang

diinterpretasikan hipertensi ringan, nadi 80x/menit yang diinterpretasikan normal,

suhu 37⁰C yang diinterpretasikan normal, dan RR 20x/menit yang diinterpretasikan

normal.

WHO dan International society oh hypertension working group (ISHWG) telah

mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi, normal, hipertensi ringan,

hipertensi sedang, dan hipertensi berat.

b. Edema pada tungkai

Endotel adalah lapisan sel yang melapisi dinding vaskular yang menghadap ke

lumen dan melekat pada jaringan subendotel yang terdiri atas kolagen dan berbagai

glikosaminoglikan termasuk fibronektin. Dahulu dianggap bahwa fungsi endotel

adalah sebagai barrier struktural antara sirkulasi dengan jaringan di sekitarnya, tetapi

sekarang telah diketahui bahwa endotel berfungsi mengatur tonus vaskular, mencegah

trombosis, mengatur aktivitas sistem fibrinolisis, mencegah perlekatan leukosit dan

mengatur pertumbuhan vaskular. Substansi vasoaktif yang dikeluarkan endotel antara

lain nitric oxide (NO) yang juga disebut endothelial-derived relaxing factor (EDRF),

endothelial-derived hyperpolarizing factor (EDHF), prostasiklin (PGI2), bradikinin,

asetilkolin, serotonin dan histamine. Substansi vasokonstriktor antara lain endothelin,

Page 13: Reproduksi 2,,

platelet activating factor (PAF), angiotensin II, prostaglandin H2, trombin dan

nikotin.

Endotel juga berperan pada hemostasis dengan mempertahankan permukaan yang

bersifat antitrombotik. Melalui ekspresi trombomodulin, endotel membantu trombin

dalam mengaktifkan protein C menjadi protein C aktif. Selain itu endotel juga

mensintesis protein S yang bekerja sebagai kofaktor protein C dalam menginaktivasi

factor Va dan factor VIIIa. Endotel juga mensintesis factor von Willebrand (vWF)

yang berfungsi dalam proses adhesi trombosit dan sebagai pembawa factor VIII.

Faktor von Willerand disimpan di dalam Weibel-Palade bodies. Sekresi vWF dapat

terjadi melalui 2 mekanisme yaitu secara konstitutif dan secara inducible.

Endotel juga berperan dalam sistem fibrinolisis melalui pelepasan tissue

plasminogen activator (tPA) yang akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin.

Namun endotel juga mensintesis plasminogen activator inhibitor-1(PAI-1) yang

berfungsi menghambat tPA. Jika endotel mengalami gangguan oleh berbagai hal

seperti shear stress hemodinamik, stress oksidatif maupun paparan dengan sitokin

inflamasi dan hiperkolesterolemia, maka fungsi pengatur menjadi abnormal dan

disebut disfungsi endotel. Disfungsi endotel menyebabkan permeabilitas vaskular

meningkat sehingga menyebabkan edema (Dharma, et all, 2005).

Selain itu, Edema, terutama pada tungkai, tanpa hipertensi, merupakan suatu

adaptasi fisiologik normal terhadap kehamilan. Penyebabnya adalah air disimpan di

dalam bahan dasar jaringan penyambung. Sekresi estrogen yang meningkat pada

kehamilan mengubah bahan dasar dalam matriks yang kaya koloid dan kurang air

menjadi matriks yang kurang koloid dan kaya air. Selain itu, pada kehamilan,

bertambahnya obstruksi mekanik terhadap aliran balik vena tungkai akan

memperberat edema tungkai.

Meningkatanya tekanan vena, seperti ketika darah terbendung di vena,

menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena.

Peningkatan tekanan keluar kapiler ini bereperan besar menyebabkan edema pada

Page 14: Reproduksi 2,,

gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi akibat restriski local aliran

balik vena.Contohnya adalah pembengkakan yang sering terjadi di tungkai dan kaki

selamakehamilan. Uterus yang membesar menekan vena-vena besar yang

menyalurkan darahdari ekstremitas bawah sewaktu pembuluh-pembuluh tersebut

masuk ke rongga abdomen. Bendungan darah di vena ini meningkatkan tekanan darah

di kapiler tungkai dan kaki, mendorong edema regional ekstremitas bawah

(Llewellyn-Jones, 2001).

c. Denyut Jantung Janin (DJJ)

Normal: 120-160 denyut/ menit

Fetal Bradikardi: <120

Fetal Takikardi: >160

Pada skenario denyut jantung janin 144 denyut/menit yang berarti DJJ dalam batas

normal.

2. Pemeriksaan dalam

a. Bishop score

Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan

induksi persalinan. Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif

dengan “BISHOP SCORE”. Nilai > dari 9 menunjukkan derajat kematangan servik

yang paling baik dengan angka keberhasilan induksi persalinan yang tinggi.

Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm,

pendataran servik 80% , kondisi servik lunak dengan posisi tengah dan derajat

desensus -1 akan berhasil dengan baik. Akan tetapi sebagian besar kasus

menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki servik yang tidak

“favourable” ( Skoring Bishop)

System scoring Bishop yang digunakan untuk menilai derajat kematangan serviks:

Score

Faktor

Dilatasi

(cm)

Pendataran

(%)

Stasi

on -3

samp

ai +3

Konsist

ensi

serviks

Posisi

serviks

0 Tertutup 0-30 -3 Kaku Posterior

1 1-2 40- -2 Medi Pertengahan

Page 15: Reproduksi 2,,

50 um

2 3-4 60-

70

-1 Luna

k

Anterior

3 ≥5 >80 +1, +2 - -

(Widjanarko, 2009)

b. APGAR score

Metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir

sesaat setelah kelahiran. Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru

lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua.

Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol

hingga 10. Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan

dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung,

respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah

menghafal.

Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna kulit seluruhnya biru

warna kulit tubuh

normal merah muda,

tetapi tangan dan kaki

kebiruan (akrosianosis)

warna kulit tubuh, tangan,

dan kaki

normal merah muda, tidak

ada sianosis

Appearance

Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

Respons refleks

tidak ada

respons

terhadap

stimulasi

meringis/menangis

lemah ketika

distimulasi

meringis/bersin/batuk saat

stimulasi saluran napasGrimace

Tonus otot lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif Activity

Pernapasan tidak ada lemah atau tidak teratur

menangis kuat,

pernapasan baik dan

teratur

Respiration

Page 16: Reproduksi 2,,

Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan

dapat diulangi jika skor masih rendah.

Jumlah skor Interpretasi Catatan[3]

7-10 Bayi normal

4-6 Agak rendah

Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan

lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian

oksigen untuk membantu bernapas.

0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

(Achadiat, ____)

Hubungan Kehamilan dengan Usia Ibu

1. Segi negatif kehamilan di usia tua (Sulistyawati, 2009, hlm. 99)

a. Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan proses

kelahirannya. Hal ini pun turut mempengaruhi kondisi janin.

b. Pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika dibandingkan

dengan sel telur pada wanita dengan usia reproduksi sehat (25-30 tahun). Jika pada proses

pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga menyebabkan terjadinya gangguan

pertumbuhan dan perkembangan buah kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan

terjadinya Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) yang berakibat Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

c. Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu, jika ibu mengalami

penurunan kondisi, terlebih pada primitua (wanita hamil pertama dengan usia ibu lebih dari

40 tahun) maka keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.

2. Segi positif hamil diusia tua

a. Kepuasan peran sebagai ibu

b. Merasa lebih siap

c. Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik

d. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan

Page 17: Reproduksi 2,,

e. Mampu mengambil keputusan

f. Karier baik dan status ekonomi lebih baik

g. Perkembangan intelektual anak lebih tinggi

h. Periode menyusui lebih lama

i. Toleransi pada kelahiran lebih besar.

3. Kehamilan beresiko tinggi (Sinsin, 2008, hal. 61)

Bayi meninggal atau cacat, bahkan ibu meninggal saat persalinan sering terjadi pada

kehamilan usia 35 tahun keatas. Tetapi jangan cemas, dengan pemeriksaan perinatal yang

teratur, resiko tersebut dapat dicegah dan diperkecil. Sebaiknya perempuan waspada tentang

resiko kehamilan.

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi

menjadi sakit dan meninggal, sebelum persalinan berlangsung. Banyak faktor resiko ibu hamil

dan salah satu faktor yang penting adalah usia. Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih

beresiko tinggi untuk hamil dibandingkan bila hamil pada usia normal, yang biasanya terjadi

sekitar 21-30 tahun. Saat ini, kita melihat banyak perempuan cenderung untuk hamil pada usia

tua karena usia pernikahan juga terlambat.

Faktor usia tua menyebabkan resiko timbulnya penyakit-penyakit yang menyertai umur

jadi semakin meningkat. Terjadinya penyakit jantung dan kanker menjadi lebih besar.

Kombinasi antara penyakit usia tua dan kehamilan tersebut yang menyebabkan resiko

meninggal atau cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi.

Bagi seorang perempuan, usia tua juga dapat menyebabkan kemampuan untuk

melahirkan (fertilitas) menurun. Kemungkinan bayi lahir kembar juga sangat tinggi terjadi

pada kehamilan pertama yang terlambat, khususnya pada usia 35-39 tahun. Selanjutnya,

setelah usia 39 tahun, frekuensi bayi lahir kembar menjadi menurun. Hamil terlambat juga

menyebabkan resiko terhadap diabetes, tumbuhnya jaringan ikat di dalam rahim (fibroid) dan

berisiko tinggi untuk mendapatkan kelainan kromosom, seperti Down Syndrome.

Hubungan Kehamilan dengan Stress

Page 18: Reproduksi 2,,

Stres dalam kehamilan seringkali terjadi. Terjadinya stres bisa ditandai dengan peningkatan

detak jantung dan peningkatan hormon pemicu stres. Perlu diketahui bahwa setiap detak jantung

ibu tentu dapat dirasakan pula oleh janin. Oleh karena itu, bila ibu sering mengalami stres, maka

detak jantung semakin meningkat. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi

gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak di dalam rahim. Selain

detak jantung meningkat, hormon pemicu stres pun ikut meningkat. Peningkatan itu dapat

mempengaruhi kondisi dari si ibu, seperti ibu kurang tidur, nafsu makan terganggu, cemas dan

lain-lain.

Ibu hamil yang kurang waktu tidurnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebugaran

tubuh. Karena waktu untuk beristirahat pun berkurang. Dan apabila stres yang muncul

mempengaruhi nafsu makan ibu yang berkurang, akibatnya bisa berbahaya. Pasokan makanan

bergizi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin tentu berkurang pula. Karena pasokan makanan

bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin akan terganggu (Aprilia, 2011).

Hubungan Kehamilan dengan Hipertensi

1. Perubahan Kardiovaskuler selama Kehamilan

Kehamilan memiliki efek yang mendalam pada sistem sirkulasi. Kebanyakan dari

perubahan hemodinamik dimulai sejak kehamilan trisemester pertama, memuncak saat

trisemester kedua, dan stabil selama trisemester ketiga. Tekanan darah menurun sebanyak

10-15 mmHg. Selain itu, denyut jantung meningkat sebanyak 10-15 kali per menit. Kadar

hematokrit menurun akibat peningkatan yang tidak proporsional dari volume plasma yang

melebihi peningkatakan jumlah sel darah merah.

Proses persalinan berhubungan dengan perubahan yang mendalam dan cepat pada sistem

sirkulasi. Selama persalinan, cardiac output, denyut jantung, tekanan darah, dan tahanan

vascular sistemik meningkat setiap adanya kontraksi uterus. Rasa nyeri saat persalinan dan

kegelisahan memperburuk peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Secara singkat, perubahan kardiovaskular yang terjadi selama kehamilan adalah sebagai

berikut:

Anemia.

Page 19: Reproduksi 2,,

Selama kehamilan, volume darah meningkat sebanyak 40-50% tetapi jumlah sel darah

merah hanya meningkat sebanyak 20-30%, menyebabkan apa yang disebut dengan

anemia kehamilan. Hal ini tidak dianggap abnormal, kecuali kadar sel darah merah

menurun terlalu jauh.

Tekanan darah.

Pada kehamilan normal, tekanan darah tidak pernah meningkat, justru malah sedikit

menurun. Progesterone menyebabkan relaksasi pembuluh darah, menyebabkan

peningkatan elastisitas dan sirkulasi. Saat di tengah-tengah kehamilan, tekanan diastolic

menurun, kemudian kembali seperti semula saat usia kehamilan 36 minggu.

Preeclampsia.

Penyebab preeclampsia; komplikasi serius yang juga dinamakan hipertensi yang

diinduksi oleh kehamilan, tidak diketahui. Preeclampsia terjadi hanya pada saat

kehamilan dan periode postpartum dan merugikan baik ibu ataupun bayi yang belum

lahir. Tekanan darah ibu meningkat, muncul protein dalam urin, dan mungkin ada

retensi cairan. Gejala ini mungkin disebabkan karena kerusakan pembuluh darah ibu,

liver, dan ginjal, atau mungkin substansi dari plasenta. Secara umum, preeclampsia

menyebabkan penyakit dan kematian dari maternal maupun infant.

Perubahan jantung

Jantung membesar, bekerja lebih kuat, dan berdetak lebih cepat. Hal ini terjadi untuk

mengkompensasi peningkatan volume darah, dan juga tekanan yang terjadi di lower

aorta (berada di abdomen) dan vena cafa inferior.

2. Klasifikasi Hipertensi selama Kehamilan

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu

atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur 20 minggu dan hipertensi

menetap sampai 12 minggu pesalinan.

b. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan

proteinuria.

c. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/ atau koma.

d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi kronik disertai

tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.

Page 20: Reproduksi 2,,

e. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension) adalah hipertensi yang

timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3

bulan pasca kehamilan atau persalinan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi tanpa

proteinuria.

3. Faktor Resiko Hipertensi dalam Kehamilan

Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam factor resiko sebagai berikut:

a. Primigravida, primipaternitas.

b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple, DM, hidrops fetalis,

bayi besar.

c. Umur yang ekstrim.

d. Riwayat keluarga pernah preeklamsia / eklamsia.

e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

f. Obesitas

(Prawirohardjo, 2010)

4. Hipertensi yang diinduksi Kehamilan

Setelah anemia, hipertensi adalah komplikasi medis yang paling sering dalam masa

hamil. Hipertensi yang diinduksi kehamilan lebih sering daripada hipertensi menahun dalam

masa hamil dan mempengaruhi sampai 10% dari seluruh kehamilan. Hipertensi dalam

kehamilan didefinisikan sebagai sembarang peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau

lebih, atau sembarang kenaikan tekanan darah sistolik/ diastolik lebih dari 30/15 mmHg

pada dua pengukuran yang berjarak waktu 6 jam. (Virgi, 2001)

Hipertensi yang disebabkan kehamilan sering bersifat fluktuasi dan dimulai setelah 20

minggu pertama usia kehamilan. Membedakan hipertensi yang disebabkan kehamilan

dengan preeclampsia ringan tidak mudah, terapi perminggu atau proteinuria melebihi 300

mg tetapi kurang dari 5 gr/ 24 jam yang bersifat persisten. Pada kedua keadaan itu,

kerusakan organ akhir biasanya tidak cukup berat untuk menyebabkan kerusakan fungsi

liver, keterlibatan susunan saraf pusat, koagullopati atau edema paru-paru. Pengawasan pada

ibu hamil dengan hipertensi perlu dilakukan guna memantau keadaan ibu dan janin selama

dalam kehamilan trimester ketiga. Jika tekanan tetap tinggi, perlu dirawat di rumahsakit

(Virgi, 2001).

Page 21: Reproduksi 2,,

5. Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu penyakit yang merupakan akibat

langsung dari kehamilan. Pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting untuk

mengobati preeklapmsia agar tidak berkembang menjadi eklampsia. Preeklampsia

merupakan kumpulan trias gejala yaitu hipertensi, proteinuria dan edema dan disebut dengan

eklampsia jika disertai konvulsi (kejang) sampai koma. Manifestasi ini biasanya terjadi pada

ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas. Etiologi dari komplikasi ini belum dapat diketahui

(Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005).

Patofisiologi dari kelainan ini diduga merupakan akibat dari spasme pembuluh darah

disertai retensi garam dan air sehingga menyebabkan tekanan perifer naik dan tekanan darah

naik sebagai kompensasi untuk menjaga oksigenasi jaringan yang mencukupi. Akibat

adanya retensi garam dan air akan menyebabkan penimbunan air berlebihan dalam ruangan

interstisiil dan menyebabkan kenaikan berat badan > 1 kg/ minggu dan edema. Selain itu,

spasme arteriola akan menyebabkan perubahan pada gromerulus dan mengakibatkan

proteinuria (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005).

Pre eklampsiadiklasifikasikanmenjadi:

1) Pre-eklampsia ringan, dengan manifestasi klinis:

a. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau sistol: kenaikan > 30 mmHg dari normal,

diastole: kenaikan > 15 mmHg dari normal. Pemeriksaan minimal 2 kali dengan

jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

b. Edema umum: jari tangan, kaki, muka.

c. Kenaikan berat badan > 1 Kg/ minggu

d. Proteinuria: kuantitatif: > 0,3 kg/L, kualitatif: +1 atau +2 pada urin kateter atau

midstream.

2) Pre-eklampsiaberat, dengan manifestasi klinis berupa:

a. Tekanan darah > 160/ 110 mmHg

b. Proteinuria > 5 gr/L

c. Oliguria, urin<>

d. Adanya gangguan cereral (oyong, refleks meningkat, tidak tenang), gangguan

penglihatan (penglihatan kabur, skotoma, diplopia) dan rasa nyeri di epigastrium.

e. Terdapat edema paru dan sianosis.

Page 22: Reproduksi 2,,

(Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005)

Sedangkan manifestasi dari pre-eklampsia di atas yang disertai dengan konvulsi

termasuk dalam eklampsia. Eklampsia terdiri dari tiga jenis, yaitu eklampsia gravidarum

(50%), eklampsia parturien (40%) dan eklampsia puerperium (10%). Sedangkan untuk

tingkatannya eklampsia digolongkan menjadi empat golongan yaitu stadium invasi, stadium

kejang tonik, stadium kejang klonik dan stadium koma (Mochtar, 1998; Wiknjosastro,

2005).

ANC

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi

sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem

penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama

kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk

memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan

normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin

semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

Tujuan asuhan antenatal

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal

Page 23: Reproduksi 2,,

Kebijakan program

Kunjungan antenatal sebaikr.ya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan

Satu kali pada triwulan pertama

Satu kali pada triwulan kedua

Dua kali pada triwulan ketiga

Pelayanan asuhan standar minimal termasuk "7T"

(Timbang) berat badan

Ukur (Tekanan) darah

Ukur (Tinggi) fundus uteri

Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap

Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

Tes terhadap Penyakit Menular Seksual

Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Kebijakan teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya

mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil

secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut:

Mengupayakan kehamilan yang sehat

Melakukan deteksi dini kompikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila

diperlukan

Persiapan persalinan yang bersih dan aman

Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi

Page 24: Reproduksi 2,,

(Desmiwarti, et all, 2011)

Page 25: Reproduksi 2,,

Kehamilan Risiko Tinggi

Sebuah kehamilan risiko tinggi dapat diidentifikasi dengan menggunakan sistem

penilaian seperti sistem yang dikembangkan oleh Hobel et al. Skor 10 atau lebih

mengindikasikan kehamilan risiko tinggi yang harus menerima lebih dari pemeriksaan kehamilan

rutin. Tabel di bawah ini merupakan modifikasi dari sistem penilaian Hobel et al.

OB History Risk Factor Points

Previous stillbirth 10

Previous neonatal death 10

Previous premature infant 10

Post-term > 42 weeks 10

Fetal blood transfusion for hemolytic disease 10

Repeated miscarriages 5

Previous infant > 10 pounds 5

Six or more completed pregnancies 5

History of eclampsia 5

Previous cesarean section 5

History of preeclampsia 1

History of fetus with anomalies 1

Medical History Risk Factor Points

Abnormal PAP test 10

Chronic hypertension 10

Heart disease  NYHA Class II-IV (symptomatic) 10

Insulin dependent  diabetes (> A2) 10

Moderate to severe renal disease 10

Previous endocrine ablation 10

Page 26: Reproduksi 2,,

Sickle cell disease 10

Epilepsy 5

Heart disease  NYHA  Class I  (no symptoms) 5

History of TB or PPD >= 10 mm 5

Positive serology (for syphilis) 5

Pulmonary disease 5

Thyroid disease 5

Family History Points

Family history of diabetes 1

Physical Risk Factor Risk Factor Points

Incompetent cervix 10

Uterine malformations 10

Maternal age 35 and over or 15 and under 5

Maternal weight < 100 pounds or > 200 pounds 5

Small pelvis 5

Current Pregnancy Risk Factor Points

Abnormal fetal position 10

Moderate to severe preeclampsia 10

Multiple pregnancy 10

Placenta abruptio 10

Placenta previa 10

Polyhydramnios or oligohydramnios 10

Excessive use of drugs/alcohol 5

Gestational diabetes (A1) 5

Page 27: Reproduksi 2,,

Kidney infection 5

Mild preeclampsia 5

Rh sensitization only 5

Severe anemia < 9 g/dL hemoglobin 5

Severe flu syndrome or viral disease 5

Vaginal spotting 5

Bladder infection 1

Emotional problems 1

Mild anemia 9 g/dL hemoglobin 1

Moderate alcohol use 1

Smoking >= 1 pack per day 1

(Hobel, et all, 1973)

Pemeriksaan Obstetrik

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum

Tipe badan

Tinggi badan dan Berat badan

Warna Konjungtiva, Ikterus

THT

Tanda Vital

Kondisi jantung, paru, hati dan limfa

Pemeriksaan Obstetri Khusus

Inspeksi : tinggi fundus uteri, hiperpigmentasi

Palpasi : tinggi fundus uteri, keadaan dinding perut, massa, cairan bebas, nyeri

tekan

Page 28: Reproduksi 2,,

Bunyi jantung janin dapat didengar dengan

Laenec : usia kehamilan 16-20 minggu

Fetoskop doppler : usia kehamilan 12 minggu

Pemeriksaan Status Lokalis

Inspeksi : Labium, muara uretra, F Albus

Inspekulo : dinding vagina, forniks, warna dan besar portio, F Albus

Periksa Dalam : vagina, portio, uterus, adneksa

Pemeriksaan Khusus Obstetri

Inspeksi : tinggi fundus uteri, hiperpigmentasi, parut bekas operasi

Palpasi : Leopold 1-4, janin normal, ertumbuhan janin terlambat, gemelli, tunggal

dan makrosomia,

Auskultasi : mendengarkan

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium rutin atau khusus

Pelvimetri (kehamilan >36mgg)

Ultrasonography (USG)

Cardiotocography (CTG)

(Santana, 2011)

Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari

penggunaan partograf adalah untuk:

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks

melalui pemeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat

melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).

Page 29: Reproduksi 2,,

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:

1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam

3. Nadi: setiap 1/2 jam

4. Pembukaan serviks setiap 4 jam

5. Penurunan: setiap 4 jam

6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Lembar partograf, ada 2 bagian:

1. Lembar depan (bagin untuk mencatat informasi tentang identitas/kondisi ibu dan janin serta

kemajuan persalinan)

2. Lembar belakang/catatan persalinan: bagian untuk mencatat hal2 yang terjadi selama proses

persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan2 yang dilakukan sejak kali I hingga kala IV dan

bayi baru lahir)

Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,

masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.

Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah

penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.

Kala III

Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,

pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri,

jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat

yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

Page 30: Reproduksi 2,,

Bayi baru lahir

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian

kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan

hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban

yang sesuai.

Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung

kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai

apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV

dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada

satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan

mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).

Penatalaksanaan Preeklamsia

1. Preeklampsia ringan

Pada pasien rawat jalan, dianjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur lebihdari 8

jam malam hari. Bila sulit tidur dapat diberikan fenobarbital 1 – 2 X 30 mg. Ataudapat

diberikan Asetosal 1 X 80 mg. Kunjungan ulang dilakukan seminggu kemudianuntuk menilai

perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin, apakah ada keluhansubjektif yang

bertambah buruk, peningkatan berat badan secara berlebihan, kenaikantekanan darah,

melakukan pemeriksaan penunjang lain sesuai kebutuhan terutama proteinurin.Rawat pasien

bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan, berat badan meningkat

berlebihan (lebih dari 1 Kg perminggunya, selama 2 kali berturut – turut) atau tampak tanda

– tanda Preeklampsia Berat berikan obat anti hipertensi berupa :

a. Metildopa 3 X 125 mg (dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 1500mg)

b. Nifedipin 3 – 8 X 5 – 10 mgc.

c. Adalat Retard 2 – 3 X 20 mg

d. Pindolol 1 – 3 X 5 mg (atau dapat ditingkatkan mencapai dosis maksimal30 mg)

e. Jangan diberi diuretik dan tidak perlu diberikan diet rendah garam

Page 31: Reproduksi 2,,

Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140–150 / 90–

100mmHg, tumbuh persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan

anjurkanuntuk memeriksa keadaannya setiap minggu. Secara perlahan kurangi dosis obat.

Bilatekanan darah sulit dikendalikan berikan kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh

lebihdari 120 / 80 mmHg.Tunggu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu (bayi aterm),

kecuali terdapattanda – tanda pertumbuhan janin yang terhambat, kelainan fungsi hepar atau

ginjal, dan peningkatan proteinuria (+ 3). Tetapi bila pada kehamilan 37 minggu atau lebih

diketahuiserviks telah matang maka dapat dilakukan induksi persalinan, tetapi pada

umumnya ibuyang menderita Preeklampsia Ringan dapat melahirkan secara spontan

melaluitransvaginal.

2. Preeklampsia berat

Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vitalmenjadi

keadaan normal dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil – kecilnya pada ibudan

bayi.Segera rawat pasien di rumah sakit bila terdapat tanda atau gejala Preeklampsia

Berat.Berikan MgSO4 dalam infus dekstrosa 5% dengan kecepatan 15 – 20 tetes per

menit.Dosis awal MgSO4 sebanyak 2 gram intravena dalam 10 menit, selanjutnya 2 gram per

jam dalam drip inpus sampai tekanan darah stabil (140 – 150 / 90 – 100 mmHg).Diberikan

sampai 24 jam pasca persalinan atau hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada perbaikan

nyata. Syarat pemberian MgSO4 adalah :

a. Refleks patela kuat

b. Frekwensi pernafasan lebih dari 16 X per menit.

c. Diuresis lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/Kg berat badan per jam)

d. Perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah dari pasien

e. Harus tersedia antidot MgSO4 yaitu Kalsium Glukonas 10%, diberikansecara intravena

dalam 3 menit.

Berikan Nifedipin 3 – 4 X 10 mg oral, bila pada jam keempat tekanan diastolik

belumturun sampai 20% berikan tambahan lagi 10 mg oral (atau sampai dosis maksimum

80mg per hari). Bila tekanan diastolik meningkat > 110 mmHg berikan tambahansublingual.

Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam, kemudiandiharapkan menjadi

stabil (140 – 150 / 90 – 100 mmHg). Bila sulit dikendalikan atauditurunkan dapat

Page 32: Reproduksi 2,,

dikombinasi dengan pindolol.Periksa tekanan darah, nadi, dan pernafasan tiap jam. Pasang

kateter dan kantongurine dan ukur urine setiap 6 jam bila kurang dari 100 ml per 4 jam,

kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 gram / jam. Lakukan USG dan Kardiotokografi (KTG)

diulangi sekurang – kurangnya 2 X 24 jam. Dilakukan : Penanganan konservatif bila

kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda – tanda Impending Eklampsia dan

keadaan janin baik. Prinsip terapi sama dengan penanganan yang aktif, hanya tidak dilakukan

terminasi kehamilan. Pemberian MgSO4 2mg intravena dilanjutkan 2 gram / jam dalam drip

infus dektrosa 5% 500 ml / 6 jamdapat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda – tanda

preeklampsia ringan selambat – lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak ada perbaikan

atau bila dalam 6 jam selama pengobatan terdapat peningkatan tekanan darah, terapi

dianggap gagal dan lakukanterminasi kehamilan.

Penanganan aktif bila kehamilan > 35 minggu, ada tanda – tanda InpendingEklampsia,

kegagalan terapi konservatif, ada tanda gawat janin, atau pertumbuhan janinterhambat¸ dan

sindrom HELLP.Bila hasil KTG fungsi dinamik janin plasenta baik (reaktif, cairan amnion

cukup,gerak nafas baik, tidak ada deselerasi lambat, tidak ada pertumbuhan janin terhambat,

danskor AVGAR lebih dari 5), rencanakan partus per vaginal. Bila kurang baik,

sebaiknyalahirkan secara seksio.Induksi dapat dilakukan dengan kateter Folley, amniotomi,

prostaglandin E2, atauinfus oksitosin. Berikan infus oksitosin 5 IU dalam 500 ml glukosa 5%

dimulai dengan 4tetes, dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his 2 – 3 kali / 10 menit,

maksimum 20tetes / menit maksudnya agar cairan tidak terlalu banyak sehingga mengurangi

terjadinyaOedema paru – paru.Pada kala 2 pasien dapat partus spontan bila tidak perlu

mengejan terlalu kuat dantekanan darah terkendali. Periksa tekanan darah setiap 10 menit.

Lakukan tindakan Forsetatau vakum bila persalinan tidak lancar, janin tidak dapat lahir

dalam 15 menit pasienterpaksa mengejan kuat, atau terdapat indikasi gawat janin.Berikan

oksitosin 10 IU secara intra muskular saat bayi lahir agar perdarahanminimal. Lahirkan

plasenta bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda – tanda lepasnya plasenta. Bila

perdarahan lebih dari 400 ml, segera lakukan kompresi bimanual dan berikan Ergometrin 0,1

mg intra muskular.Setelah persalinan, pemberian infus tidak boleh lebih dari 60 ml / jam

karena pasiendapat makan dan minum serta ada bahaya oedema paru – paru. Untuk makanan,

berikan protein 1 – 1,5 gram / Kg BB. Bila terdapat urenia, protein yang diberikan hanya

0,6gram / Kg BB / hari.Berikan diuretif bila ada oedema paru – paru, payah jantung

Page 33: Reproduksi 2,,

kongestif, atau oedemaanasarka, berupa furosemid 40 mg. Lakukan oksigenisasi 4 – 6 X per

menit. Periksa gasdarah secara berkala untuk koreksi asidosis. Dengan pemberian nifedipin,

oksigen, posisisetengah duduk, dan furosemid bolus, diharapkan tekanan darah dan beban

jantung berkurang, tapi bila ada tanda payah jantung dapat diberikan digitalis. Berikan

ventilasimekanik bila tidak ada perbaikan dalam 6 jam, pCO2 > 70 mmHg dan pO2 < 60

mmHg.Berikan obat antipiretik bila suhu rektal diatas 38,5oC dan dibantu kompres

dinginatau alkohol. Antibiotik diberikan atas indikasi. Antinyeri seperti petidin HCl sebanyak

50 – 70 mg diberikan satu kali selambat – lambatnya 2 jam sebelum janin lahir bila pasien

gelisah atau kesakitan karena kontraksi rahim.Lakukan terminasi kehamilan secara seksio

memakai anestesi umum N2O mengingatkeuntungan relaksasi sedasi pada ibu dan

dampaknya relatif kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan lab tidak ada tanda KID, dapat

dilakukan anestesi epidural atau spinal.Anestesi lokal diperlukan pada indikasi terminal

segera dengan keadaan ibu kurang baik (Mansjoer dkk, 2007).

Page 34: Reproduksi 2,,

BAB IIIPENUTUP

A. Simpulan

1. Pasien adalah seorang G4P2A1 hamil tua yang akan segera melahirkan

2. Gejala-gejala mengeluarkan lendir darah pervaginam disertai perut kenceng-kenceng

teratur sejak 4 jam yang lalu adalah tanda-tanda fisiologis menjelang kelahiran

3. Dari pemeriksaan luar didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu

37°C, RR 20x/menit, terdapat edema pada tungkai bawah. Ini meninjukkan status

pemeriksaan tanda-tanda vital baik. Hipertensi yang dialami pasien adalah akibat dari

preeklampsia yang dialami pasien. Edema yang dialami pasien juga merupakan hal

fisiologis yang sering terjadi pada ibu hamil akibat retensi cairan.

4. Janin tunggal, presentasi kepala, punggung kiri, denyut jantung janin 144x/menit. Ini

menunjukkan hasil pemeriksaan janin juga baik, denyut jantung janin juga tergolong

normal.

5. Setelah kelahiran hasil APGAR Score 8-9-10 mengindikasikan bahwa neonatus dalam

kedaan normal.

B. Saran

1. Untuk pasien kami sarankan supaya memeriksakan kehamilannya di Puskesmas ataupun

bidan secara rutin, tujuannya adalah :

menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta

mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.

memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan

penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.

menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.

Page 35: Reproduksi 2,,

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M. ____. Obstetri&Ginekologi. http://books.google.co.id/books?

id=PVJ6pCnlsSEC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false (diakses pada 7 maret

2013)

Aprilia, Yesie. 2011. Stress Saat Hamil. http://www.bidankita.com/component/content/article/36-

home/102-stres-saat-hamil (diakses pada 7 maret 2013)

Desmiwarti, et all. 2011. Keterampilan Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetri. Padang: Tim

Pelaksana Skills Lab FK Andalas

Dharma, R., Wibowo, N., Hessyani. (2005). Disfungsi Endotel pada Preeklampsia. Makara

Kesehatan Depart. Obs. dan Ginekologi FK UI, vol. 9, no.2, pp.63-69.

Guyton A.C. & Hall J.E.. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hobel CJ, Hyvarinen MA et al. Prenatal and intrapartum high-risk screening. Am J Obstet

Gynecol. 1973; 117: 1-9. PMID: 4722373

Llewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W., 2007. Kapita Selekta

Kedokteran Jilid Satu Edisi Kedelapan. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Editor : Delfi Lutan. Jakarta : EGC

Page 36: Reproduksi 2,,

Mohamad, Tamam N. 2012. Cardiovascular Disease and Pregnancy. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/162004-overview#aw2aab6b3. (Diakses tanggal 7

Maret 2013)

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pusaka Sarwono

Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Saswono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rayburn, William F; alih bahasa: Chalik, TMA; editor bahasa Indonesia: Saputra, Virgi. 2001.

OBSTETRI DAN GINEKOLOGI. Jakarta: Penerbit Widya Medika

Santana, Sanny. 2011. Pemeriksaan Obstetri. Jakarta : Departemen Obstetri dan Ginekologi Divisi

Fetomaternal RSIA Hermina.

Widjanarko, Bambang. 2009. Induksi Persalinan. Akses 21 Mei 2010 di

http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/12/induksi-persalinan.html

___________. 2012. Pregnancy & Cardiovascular Changes. Available from:

http://www.thevisualmd.com/health_centers/cardiovascular_health/women_and_cardiovas

cular_health/pregnancy_cardiovascular_changes. (Diakses tanggal 7 Maret 2013).