representasi keterpurukan individu korea tahun 1930-an

20
3 Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an dalam Puisi “Geoul” Karya Yi Sang: Sebuah Analisis Tema Irna Noverita, Eva Latifah, Ph.D Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini mengkaji tema utama puisi “Geoul” karya Yi Sang yang mencerminkan keterpurukan individu Korea di bawah modernisasi yang dilakukan oleh Jepang pada masa 1930-an melalui simbol-simbol dan diksi yang terdapat di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan tema utama puisi, latar belakang pembuatan, dan unsur surealisme yang ditampilkan Yi Sang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-induktif. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa harapan yang tidak terwujud dan keterpurukan individu menjadi tema utama puisi ini. Kata Kunci: cermin, “Geoul”; modernisasi; keterpurukan individu; surealisme Representation of Deterioration of Korea Individual in 1930’s in Poetry “Geoul” by Yi Sang: Analysis of Theme Abstract This paper focused on the main theme of Korean poetry “Geoul” by Yi Sang that reflects a deterioration of Korea individual under modernization conducted by Japan in 1930’s through its symbols and dictions. This study is aimed to explain the main theme of poetry, its background, and surrealism that Yi Sang showed in “Geoul”. This study is a qualitative based research using a descriptive-inductive method. The results of this study show a hope that could not be reached and individual deterioration as the main theme of this poetry. Keywords: mirror, “Geoul”; modernization; individual deterioration; surrealism 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Puisi-puisi tahun 1930-an merupakan karya sastra murni yang mengembalikan nilai sastra sebagai sastra seutuhnya tanpa membawa suatu ideologi politik atau misi tertentu. Karya-karya sastra, terutama puisi pada periode ini lebih bersifat subjektif dan melibatkan perasaan pengarang di dalamnya dan berbeda dengan periode Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

3    

Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an dalam Puisi “Geoul” Karya Yi Sang: Sebuah Analisis Tema

Irna Noverita, Eva Latifah, Ph.D

Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini mengkaji tema utama puisi “Geoul” karya Yi Sang yang mencerminkan

keterpurukan individu Korea di bawah modernisasi yang dilakukan oleh Jepang pada masa 1930-an melalui simbol-simbol dan diksi yang terdapat di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan tema utama puisi, latar belakang pembuatan, dan unsur surealisme yang ditampilkan Yi Sang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-induktif. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa harapan yang tidak terwujud dan keterpurukan individu menjadi tema utama puisi ini.

Kata Kunci:

cermin, “Geoul”; modernisasi; keterpurukan individu; surealisme Representation of Deterioration of Korea Individual in 1930’s in Poetry “Geoul”

by Yi Sang: Analysis of Theme

Abstract This paper focused on the main theme of Korean poetry “Geoul” by Yi Sang that reflects a

deterioration of Korea individual under modernization conducted by Japan in 1930’s through its symbols and dictions. This study is aimed to explain the main theme of poetry, its background, and surrealism that Yi Sang showed in “Geoul”. This study is a qualitative based research using a descriptive-inductive method. The results of this study show a hope that could not be reached and individual deterioration as the main theme of this poetry.

Keywords: mirror, “Geoul”; modernization; individual deterioration; surrealism

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Puisi-puisi tahun 1930-an merupakan karya sastra murni yang mengembalikan nilai sastra sebagai sastra seutuhnya tanpa membawa suatu ideologi politik atau misi tertentu. Karya-karya sastra, terutama puisi pada periode ini lebih bersifat subjektif dan melibatkan perasaan pengarang di dalamnya dan berbeda dengan periode

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 2: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

4    

sebelumnya yang lebih bersifat objektif karena periode 1920-an lebih mengarah pada propaganda politik serta tema-tema proletariat (Oh, 1996: 319). Tema-tema yang bersifat individual pun muncul dan diekspresikan dengan bahasa yang bernilai tinggi. Akan tetapi, kesederhanaan dan keunikan puisi yang lahir pada dekade 1930-an tidak seluruhnya merupakan sekadar karya sastra yang dapat ditafsirkan secara tersurat sesuai dengan pilihan kata di dalamnya. Beberapa puisi berisi tentang penolakan sikap Jepang ataupun kebimbangan dalam menghadapi modernisme yang dialami masyarakat Korea dengan menggunakan simbol-simbol tertentu yang sangat berbeda jauh dengan simbol pada umumnya. Salah satu puisi yang memiliki karakter tersebut adalah puisi karya Yi Sang. Yi Sang merupakan penyair puisi periode 1930-an yang menjadi pelopor penyair puisi modern Korea dengan aliran surealisme seperti yang dikatakan oleh Im Jong-Kuk (Jwe, 2007: 188). Salah satu karya puisinya yang berjudul “Geoul”telah menjadi bahan penelitian para sastrawan hingga kini, seperti Im Jong-Kuk dan Jeong Myeong-Han.

Yi Sang lahir di Seoul pada tanggal 20 Agustus 1910 dengan nama asli Kim Hae-Kyung. Ia yang membuat sendiri nama Yi Sang untuk dirinya saat ia bertekad untuk menjadi sastrawan karena ia berpikir bahwa nama Yi Sang akan lebih mudah dan menarik perhatian orang dibanding jika ia menggunakan nama aslinya (Kim, 2012: 393).

Puisi pertama karyanya ditulis dalam bahasa Jepang dengan bentuk yang keluar dari aturan lama puisi Korea. Puisi bahasa Korea pertama yang ditulis Yi Sang adalah “꽃나무” (Kkotnamu/Pohon Bunga) dan “거울” (Geoul/Cermin) yang diterbitkan oleh majalah Catholic Youth pada bulan Juli tahun 1933. Karakter karyanya yang khas membawa puisi Korea ke arah modern dan bebas. Dalam buku yang berjudul Dictionary of Literary and Critical Terms (Yu, 2006: 604), dikatakan bahwa sastra modern merujuk pada segala kecenderungan bentuk sastra yang lebih matang dan rata-rata karya yang dihasilkan merupakan uji coba dan secara radikal menolak aturan yang sudah ada sebelumnya. Ciri-ciri tersebut tercermin pada karya-karya Yi Sang. Meskipun ada ritme-ritme tertentu, tidak berarti ia mengikuti aturan lama melainkan mencari khasnya sendiri.

Salah satu puisi karya Yi Sang berjudul “거울” (Geoul). Meskipun isi puisi tersebut terlihat bermakna sederhana, Yi Sang banyak menggunakan simbol untuk menceritakan tema yang ia bawa dibalik kesederhanaan kata-kata di dalamnya. Selain tema, gaya penulisan puisi “Geoul” sangat berbeda dengan puisi karya penyair lain di Korea pada saat itu. Walaupun ada kritik yang mengatakan bahwa puisi karyanya tidak bernilai sastra pada waktu itu, ketertarikan para peneliti untuk menganalisis puisi “Geoul” pun semakin bertambah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis memilih puisi “Geoul”yang merupakansalah satu representasi modern Korea yang lahir pada dekade 1930-an sebagai korpus penelitian ini.

Puisi ini merupakan salah satu puisi populer berisi teka-teki sehingga membuat para peneliti memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menganalisis puisi ini. Bentuknya yang tidak biasa juga dapat terlihat saat kita baru pertama kali membaca puisi ini. Keunikan inilah yang akan penulis angkat dengan menitikberatkan pada tema utama dalam puisi “Geoul” ini.

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 3: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

5    

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apa tema utama puisi “Geoul” karya Yi Sang? b. Apa yang melatarbelakangi Yi Sang dalam pembuatan puisi “Geoul”? c. Bagaimana cara Yi Sang menampilkan unsur surealisme dalam puisi “Geoul”?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan tema utama dalam puisi “Geoul”,

menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi Yi Sang dalam pembuatan puisi “Geoul”, serta menunjukkan cara Yi Sang menampilkan unsur surealisme dalam penulisan puisi “Geoul” yang menjadikannya sebagai pelopor penyair puisi modern Korea.

2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode

deskriptif-induktif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisis data-data dan teori-teori yang berkaitan, lalu akan ditarik kesimpulan melalui analisis yang dihasilkan dari data dan teori-teori tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. 3. Pembahasan

Setiap karya sastra pasti memiliki unsur pembangun untuk menjadikannya kesatuan utuh. Unsur-unsur pembangun ini juga terdapat dalam sebuah puisi. Sebuah puisi biasanya menggunakan kata-kata sederhana namun penuh teka-teki di dalamnya. Teka-teki tersebut dapat dipecahkan apabila kata-kata kunci yang dijadikan simbol dalam puisi tersebut diurai menjadi beberapa bagian dan dianalisis makna simbol tersebut. Penulisan terjemahan kutipan yang penulis sajikan tanpa menggunakan spasi sengaja dilakukan untuk mempertahankan bentuk asli puisi “Geoul”sehingga tidak menghilangkan unsur khas yang ada di puisi ini.

3.1 Kemustahilan Dunia Utopia

Menurut pendapat S. Thompson dalam Lee Jae-Seon (2012: 120), cermin dapat menyimbolkan beberapa hal. Beberapa di antaranya, cermin dimaknai sebagai penglihatan yang tembus pandang, perubahan visual, keinginan, pencapaian dan sebuah jawaban. Hal ini menjadi berhubungan dengan analisis cermin dalam bait pertama puisi Yi Sang. Cermin di sini dapat menjadi penglihatan yang tembus pandang karena cermin menjadi penghubung antara dunia nyata dan dunia imajinasi atau Thompson menyebutnya dunia cermin sebagai dunia supernatural. Dunia di

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 4: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

6    

dalam cermin pada bait pertama puisi Yi Sang menggambarkan dunia lain yang tidak dapat diraih oleh individu. Dunia yang tak dapat dicapai ini merupakan sebuah utopia yang hanya dapat dilihat melalui imajinasi seorang individu karena keterbatasan itu. Aku lirik menjelaskan di dalam larik kedua bait pertama bahwa dunia nyata seorang aku lirik adalah dunia yang penuh dengan keributan dan hiruk-pikuk, sedangkan dunia dalam cermin digambarkan sunyi tanpa suara.

거울속에는소리가없소. 저렇게까지조용한세상은참없을것이오.

Bait 1 Terjemahan: Didalamcermintidakadasuara. Tidakakanadaduniasesunyidisana. Ia menjelaskan bahwa di dalam cermin tersebut ia tak mampu bersuara sehingga

aku lirik di kenyataan sangat penasaran dengan apa yang ada di dalam cermin sana. Pada saat itu, masyarakat Korea berada pada kondisi tidak berdaya dan dalam situasi ketatnya peraturan Jepang. Hal ini membuat sosok aku lirik ingin membebaskan diri untuk menemukan dunia impiannya yang lebih baik yang disimbolkan dengan dunia di dalam cermin.

Larik kedua terlihat lebih menekankan bahwa tidak ada dunia sesunyi di sana. Sunyi dapat menyiratkan berbagai hal, yaitu kehampaan, kekosongan, bahkan kedamaian. Seorang aku lirik merasakan kehampaan ketika melihat bayangannya di dalam cermin yang bisu tanpa ada suara yang keluar dari dalam sana. Penekanan kata ‘tidak ada suara’ dan ‘sunyi’ secara tidak langsung aku lirik menginginkan masuk ke dalam dunia cermin. Biasanya, penekanan sebuah kata di dalam sebuah kalimat memiliki tujuan yang berbeda-beda, misalnya sindiran, keinginan, harapan, atau bahkan kebencian terhadap sesuatu. Penekanan kata di dalam bait ini menunjukkan harapan yang ingin dicapai oleh aku lirik.

Harapan ini dapat dikategorikan ke dalam dunia utopia. Menurut Sir Thomas More dalam J.A. Cuddon (1986: 733), dunia utopia secara sederhana dapat dikatakan sebagai dunia yang diimpikan oleh seseorang namun tak pernah akan terwujud karena dunia tersebut sebenarnya tidak ada, atau dengan kata lain dunia tersebut adalah hanya ada pada angan-angan seorang individu semata. Hal ini berhubungan dengan bait ketiga yang menunjukkan bahwa aku lirik tidak dapat berjabat dengan tangannya sendiri yang ada di dalam cermin menunjukkan bahwa di dalam dirinya ada sosok lain yang selama ini tidak ia ketahui. Meskipun ada dua sosok yang berbeda di dalam dirinya, namun sebenarnya aku lirik adalah satu individu yang sama sehingga dikatakan serupa di dalam bait keenam.

거울속의나는참나와는반대요만 또꽤닮았소. [중략]

bait 6 larik 1 dan 2 Terjemahan: Meskiakuyangadadidalamcerminberbedadenganku

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 5: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

7    

Tapijugasangatlahserupa ... Dunia utopia yang ada dalam imajinasi seorang aku lirik merupakan dunia

imajinasi di alam bawah sadarnya yang menembus ke alam sadarnya. Cermin dalam bait-bait di atas merupakan akses bagi seorang aku lirik untuk menembus pikiran alam bawah sadarnya dan menyatukan ide-ide alam bawah sadar dengan kenyataannya. Aku lirik yang ada dalam dunia cermin adalah wujud imajinasi dan pengharapannya yang berasal dari ide di bawah alam sadarnya. Ide-ide tersebut merupakan wujud dari pemberontakan, kegelisahan dan ketidaknyamanan yang ia rasakan sehingga alam bawah sadarnya menciptakan hal-hal di luar kejadian di dunia nyata yang membawanya ke dalam imajinasi.

Dunia nyata seorang aku lirik merupakan perwujudan dunia yang tidak sempurna. Hal ini menunjukkan ada sesuatu yang tidak lengkap sehingga menimbulkan rasa tidak puas bagi seorang aku lirik. Selain menggambarkan keadaan sosial masyarakat Korea pada waktu itu yang tidak dapat meraih ketenangan dalam kehidupannya, dunia nyata dalam bait pertama puisi ini juga menggambarkan keadaan seorang aku lirik yang mengalami kegalauan dalam batinnya yang membuatnya merasa tidak sanggup menghadapi kenyataannya.

Perang batin di dalam diri seorang aku lirik juga menggambarkan dunia yang penuh kebisingan dan hiruk pikuk namun hanya terjadi di dalam pikirannya sendiri. Perasaan kalut seorang aku lirik membawa ia ke titik ketidakpuasan menghadapi kenyataan hidup yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor eksternal yang saat itu terjadi di negara Korea. Dunia ideal tidak dapat diwujudkan ke dalam kenyataan.

3.2 Pemberontakan Yi Sang terhadap Keterpurukan Individu

Menurut pendapat S. Thompson di dalam Lee Jae-Seon yang telah dijelaskan sebelumnya, cermin dapat menjadi simbol perubahan visual. Perubahan visual yang terjadi ketika bayangan seorang aku lirik dipantulkan oleh cermin menghasilkan kebalikan dari seorang aku lirik di dunia nyata. Hal ini disimbolkan oleh tangan kidal yang berarti sesuatu yang tidak biasa. Isi bait tersebut merupakan analogi modernisasi yang berjalan cepat namun masyarakat Korea tidak diarahkan untuk mempelajari sesuatu secara bertahap melainkan dipaksa menghapus semua kebiasaan lamanya dan menggantinya sesuai dengan perintah Jepang. Isi bait ketiga puisi “Geoul” ini lebih menunjukkan kepasrahan dan keterpurukan. Kepasrahan ini menunjukkan ketidakberdayaan masyarakat Korea yang pada saat itu sedang berada di bawah kolonialisasi Jepang dengan segala kebijakan yang mengekang mereka.

거울속의나는왼손잡이오. 내악수를받을줄모르는-악수를모르는왼손잡이오.

Bait 3 Terjemahan: Dalamcerminakubertangankidal Tangan kidal yang tak dapat berjabat--- dan tak tahu caranya berjabat

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 6: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

8    

Jika dikaitkan dengan makna di dalam bait tersebut, pada tahun 1930-an, Jepang

memaksa masyarakat Korea untuk “bertangan kidal” (왼손잡이오; dibaca: wensonjabio), yaitu mengubah dirinya menjadi diri yang lain. Hal ini ditunjukkan secara tersirat bahwa aku lirik yang bertangan kanan di dunia nyata tidak biasa menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya. Larik pertama dalam bait ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa cermin menjadi salah satu pengaruh yang membuat seorang aku lirik yang bertangan kanan di dunia nyata menjadi bertangan kidal di dalam dunia cermin. Hal ini terkait dengan pemaksaan Jepang yang menganeksasi Korea pada waktu itu yang secara sengaja menghapuskan identitas asli masyarakat Korea.

Korea, yang pada waktu itu sedang berada di bawah kekuasaan Jepang tidak dapat melakukan perlawanan sehingga mereka tidak dapat melakukan hal sesuai keinginan mereka. Hal ini membawa perubahan pada masyarakat Korea yang membawa keterasingan terhadap diri individu. Ia tidak dapat menggapai dirinya sama sekali karena batas antara dunia nyata dan bayangannya. Hal ini menunjukkan bahwa aku lirik sebenarnya sedang mengalami perang batin yang tidak dapat ia selesaikan sendiri.

Larik kedua di dalam bait ketiga menggambarkan usaha seorang aku lirik yang mempertanyakan tentang dirinya dan mencoba memahami dirinya sendiri namun pada akhirnya ia terpuruk karena tidak mengetahui cara memahami dirinya sendiri. Jabat tangan dapat diartikan sebagai tanda perkenalan, persahabatan dan perdamaian. Makna jabat tangan di dalam larik kedua dalam bait ketiga adalah seseorang yang tidak dapat bersahabat dan berdamai dengan dirinya sendiri sehingga muncul penyesalan. Kedua sisi dirinya merupakan satu individu yang sama namun memiliki karakter yang berbeda sehingga aku lirik tidak dapat menentukan mana dirinya yang sebenarnya.

거울속의나는참나와는반대요만 또꽤닮았소. [중략]

Bait 6 larik 1 dan 2

Terjemahan: Meski aku yang di dalam cermin berbeda denganku, Tapi juga sangatlah serupa ... Perbedaan ini terkait dengan kondisi masyarakat Korea pada masa puisi ini dibuat,

yaitu pada tahun 1930-an. Sosok Individu digambarkan mengalami perubahan di dalam dirinya karena peralihan zaman dari tradisional menuju modernisme sehingga individu tersebut mempertanyakan identitas dirinya yang sebenarnya kepada dirinya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan pendapat ahli yang terangkum di dalam buku yang berjudul문학과지성사한국문학선집 (Munhkagwa Jiseong Hankuk Munhak Seonjib) yang menyatakan bahwa salah satu isi dari puisi ini mengarah kepada pertanyaan kepada diri sendiri siapa dirinya sebenarnya. Karakter diri seseorang yang tidak dapat

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 7: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

9    

diketahui oleh dirinya sendiri inilah yang menjadikan isi di dalam bait kedua dan keenam ini mengarah ke nihilisme, yang menurut Panuti Sudjiman (1990: 55) merupakan falsafah yang mengarah pada sketipsisme yang ekstrem sehingga menolak kebenaran objektif, atau dalam kata lain memandang pesimis terhadap suatu hal. Kehidupan aku lirik dalam puisi ini yang merupakan representasi dari masyarakat Korea pada waktu itu menggambarkan perubahan secara fisik dan non fisik pada aku lirik. Perubahan fisik terjadi dikarenakan ia yang harus mengikuti arus zaman. Perkembangan zaman pada waktu itu ditunjukkan melalui cara berpakaian masyarakat Korea, terutama para pemuda dan pelajar Korea yang terlihat semakin kebarat-baratan.

Makna di dalam bait keenam baris pertama ini menjadi sesuatu yang bertolak belakang ketika aku lirik yang merasa berbeda sekaligus serupa. Kesamaan yang ditunjukkan sosok aku lirik sebenarnya merupakan refleksi yang menggambarkan dirinya seutuhnya. Ia yang ada di dalam cermin bukanlah orang yang berbeda, melainkan dirinya sendiri. Permasalahan terjadi ketika aku lirik yang menemukan perbedaan dirinya di dalam cermin. Perubahan inilah yang menjadi paradoks pada aku lirik karena perbedaan dan kesamaan yang terjadi secara bersamaan. Satu sisi dirinya menemukan persamaan yang menunjukkan tidak adanya perubahan, namun ia juga menemukan perbedaan di dalam sosok dirinya yang membuatnya berubah dari sebelumnya. Bait keenam larik ketiga menunjukkan keterpurukan seorang aku lirik. Aku lirik merasa merana dan sedih (섭섭하오/seobseobhao) ketika ia tidak dapat mengenali dirinya sendiri di dalam cermin. 근심하고 (geunsimhago/kekhawatiran) yang diungkapkan di bait ini juga turut mendukung suasana kesedihan yang menghampiri aku lirik.

[중략] 나는거울속의나를근심하고진찰할수없으니퍽섭섭하오.

bait 6, larik 3 Terjemahan: ... Akusangatmeranakarenatakutdantakmampumemahamidirikuyangadadidalamcermin.

Kata 진찰할수없으니(jinchal halsu eobseuni/tak mampu memahami), secara

harfiah dapat diartikan sebagai ‘tidak dapat menilai’ menunjukkan kerapuhan seseorang yang tidak berdaya atas apa yang ada di dalam dirinya sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Jo Yeon-Hyeon dalam Jwe Dong-Ho pada buku 문학과지성사한국문학선집 (Munhakgwa Jiseongsa Hankuk Munhak Seonjib) bahwa aku lirik tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. Alam bawah sadar yang tidak dapat dikendalikan oleh alam sadar seorang aku lirik merupakan titik perbedaan yang dialami oleh dirinya.

Bait keenam larik ketiga dalam puisi ini juga menggambarkan ketidaktahuan seorang aku lirik bahwa sebenarnya alam bawah sadar yang mengontrol dirinya tanpa ia ketahui. Aku lirik yang masih merasa tidak dapat mengenali dirinya sendiri membawa ia kepada rasa penyesalan dan keterpurukan. Kesedihan yang menggambarkan kondisi aku lirik di dalam puisi ini juga ditunjukkan di dalam bait

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 8: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

10    

pertama yang menyatakan bahwa di dalam cermin tak ada suara (소리가없소/soriga eopso) dan hanya kesunyian yang jelas tampak pada bayangan aku lirik yang terpantul di depan cermin.

[중략] 내말을못알아듣는딱한귀가두개나있소.

Bait 2 larik 2 Terjemahan: ... Duabuahtelingayangtakdapatmemahamiperkataanku. Penelusuran aku lirik untuk berusaha memahami dirinya yang lain merupakan

salah satu wujud proses pencarian jati diri yang melibatkan masuknya pikiran sadar seorang aku lirik untuk menemukan sisi lainnya di alam bawah sadar yang selama ini tidak dapat ia raih. Kesadarannya pada perubahan pada dirinya terjadi setelah ia berefleksi pada cermin sehingga ia menemukan sosok dirinya yang lain. Kerapuhan terjadi ketika seorang aku lirik menjadi seseorang yang inderanya tidak berfungsi dengan sempurna karena meskipun ia memiliki telinga, ia tidak dapat mendengar keluh kesah dirinya sendiri. Ketidaksempurnaan di dalam diri aku lirik tidak terlihat secara fisik, melainkan terjadi di dalam batin aku lirik ketika menelusuri alam bawah sadarnya.

Keterkaitan antar-isi juga dapat dilihat antara bait kedua dengan bait keenam. Keterkaitan ini menunjukkan bahwa keterpurukan yang dialami oleh seorang aku lirik yang ditunjukkan pada bait keenam dikarenakan dirinya yang tidak dapat mendengar suara dari sosok dirinya yang lain yang berada di dalam cermin. Hal ini yang menjadi titik keterpurukan seorang aku lirik akan keadaan dirinya sendiri yang mempertanyakan identitas aslinya.

3.3 Antara Tradisional dan Modern

Peralihan zaman di Korea pada masa 1930-an dapat dikatakan perubahan zaman yang cukup signifikan dan bukanlah perubahan bertahap, melainkan perubahan yang tiba-tiba terjadi dan harus dilanjutkan tanpa melihat kesiapan dan keadaan masyarakat Korea pada waktu itu. Jepang mulai membangun beberapa gedung betingkat, pusat-pusat perbelanjaan dan penanaman nilai-nilai modern yang diperoleh dari bangsa Barat kemudian disampaikan kepada masyarakat Korea. Masyarakat Korea yang pada waktu itu harus tunduk di bawah pemerintahan kolonialisasi Jepang mau tidak mau dan siap tidak siap harus menghadapi perubahan menuju masyarakat modern. Gambaran perubahan zaman dan ketidaksiapan masyarakat Korea pada masa itu terlihat pada seorang aku lirik di bait kedua puisi “Geoul” berikut ini.

거울속에도내귀가있소. 내말을못알아듣는딱한귀가두개나있소.

bait 2 Terjemahan: Dalamcerminpuntelingakuada Duabuah telingayangtakmemahamiperkataanku.

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 9: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

11    

Hal yang terjadi pada masyarakat Korea tahun 1930-an sangat berbeda jika dikaitkan dengan isi di dalam puisi ini. Penghapusan nilai-nilai tradisi untuk menggantinya dengan nilai-nilai yang baru diterapkan Jepang memang untuk mengubah masyarakat Korea ke arah modern. Akan tetapi pada kenyataannya peralihan yang terjadi membuat masyarakat Korea kehilangan identitas dirinya karena pemaksaan perubahan yang tidak biasa secara menyeluruh. Selain itu, keketatan Jepang diterapkan pada siaran radio tahun 1933 sampai 1944 (Shin, 1999: 53). Siaran berbahasa Korea dikurangi dan musik-musik Barat seperti klasik dan jazz disebarluaskan. Hal ini membuat masyarakat Korea berada di antara dua budaya yang berbeda, yaitu tradisional dan modern.

Kekejaman Jepang atas kekuasaannya di Korea yang ditunjukkan antara lain pengurangan jam siaran radio bilingual Jepang-Korea dan menggantinya dengan siaran berbahasa Jepang pada tahun 1931 (1999: 57). Penyiaran juga dikelola sepenuhnya oleh Jepang dan tidak ada satupun orang Korea yang terlibat hingga pada Juli 1927 pihak Jepang mencari penyiar orang Korea untuk mengisi acara berbahasa Korea. Itu pun hanya satu orang dan siaran harus dilakukan secara bilingual, yaitu bahasa Jepang dan Korea (1999: 56). Kondisi-kondisi seperti inilah yang ditangkap oleh seorang Yi Sang untuk menggambarkan kondisi peralihan di dalam masyarakat Korea yang diwujudkan dalam kebimbangan aku lirik dalam menghadapi perubahan.

Hal inilah yang menjadi sebuah masalah sosial yang ditunjukkan aku lirik bahwa ia memiliki telinga namun tidak dapat mendengar. Meskipun kedua telinganya utuh tetapi sebenarnya ada kekurangan yang tersirat di dalam bait kedua, yaitu kerapuhan dan ketidakmampuan aku lirik untuk mendengar kata hatinya sendiri karena ia dipaksa mendengar paksaan dan desakan yang terjadi di sekitarnya. Paksaan dan desakan ini yang membawa Korea pada perubahan ke arah modern namun tidak pada masyarakatnya.

Analisis ini didukung oleh pendapat Jeong Myeong-Han dalam Jwe Dong-Ho yang mengatakan bahwa salah satu isi puisi ini adalah tentang pertanyaan terhadap identitas diri seorang. Isi dalam bait ini mencerminkan pencarian jati diri seorang aku lirik yang berada di antara tradisional dan modern. Pada satu sisi, perubahan yang ia alami di dalam dirinya sangat ia sesalkan karena aku lirik merasa itu bukan dirinya yang ia lihat di dalam cermin. Akan tetapi semakin ia lihat, sosok dirinya semakin terlihat nyata dan sama namun ada perbedaan yang tidak dapat ia mengerti mengapa bisa terjadi. Hal ini dikarenakan alam tidak sadarnya yang mendesak ia terus berubah yang didukung dengan desakan dari lingkungan sekitar pada zaman tersebut yang membuat ia berubah. Pada akhirnya, ia menyadari perbedaan di dalam dirinya dan ada lebih dari satu sosok dirinya.

Cermin di dalam bait keempat merupakan media refleksi yang membuat aku lirik dapat menyadari ada sosok lain di dalam dirinya yang selama ini belum ia lihat dan ia sadari. Akan tetapi, meskipun ia tidak melihat melalui cermin, suatu saat ia akan menyadari bahwa dirinya telah berubah dan akan bertemu dengan sosok dirinya yang lain. Walaupun tanpa melihat ke dalam cermin, mau tidak mau dirinya akan terus berubah mengikuti zaman yang ada.

거울때문에나는거울속의나를만져보지를못하는구려만.

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 10: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

12    

거울아니었던들내가어찌거울속의나를만나보기만이라도했겠소. bait 4

Terjemahan: Tetapimeskigara-garacerminakutakdapatmenyentuhdirikudidalamcermin, Jikabukankarenacerminpula,bagaimanabisaakubertemudirikuyangdidalamcermin. Pada bait keempat secara tersirat menunjukkan pertemuan dirinya yang

tradisional dengan dirinya yang sedang dan telah berubah mengikuti perkembangan zaman. Walaupun perubahan zaman dari tradisional ke modern di Korea merupakan salah satu bentuk paksaan Jepang yang membuat masyarakat Korea terpuruk, secara tidak sadar masyarakat Korea telah bergerak dan meninggalkan dirinya yang lama. Selain sebagai media refleksi, cermin di sini melambangkan sebuah media perubahan. Cermin merupakan alat yang mempertemukan antara sosok dirinya yang satu dengan dirinya yang lain.

Cermin sebagai media perubahan tergambar jelas pada larik kedua. Kata-kata tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa berkat cermin itulah seorang aku lirik dapat melihat dirinya yang lain. Refleksi yang dilakukan oleh aku lirik juga merupakan gambaran bergeraknya alam sadar seorang aku lirik untuk memasuki alam bawah sadarnya yang selama ini menuntunnya ke arah perubahan. Perubahan yang terjadi di sekitarnya secara tidak langsung membuat dirinya ikut berubah namun ia tidak menyadarinya karena ia belum mengetahui ada perbedaan di dalam dirinya. Keterasingan yang semakin lama dirasakan seorang aku lirik membawanya kepada kesadaran diri atas apa yang terjadi di dalam dirinya dan membuat dirinya menjadi berbeda. Alam bawah sadarnya memaksanya untuk terus maju dan mengikuti arus zaman namun dirinya yang lain belum menerima perubahan tersebut dan masih ingin hidup dalam masa lalunya, dalam konteks ini adalah masyarakat Korea sebelum era modernisasi. Aku lirik juga mengalami dilema atas identitas dirinya yang berada di ambang pintu antara modern dan tradisional.

Menurut Jwe Dong-Ho, Shin Beom-Sun, Jeong Gwa-Ri dan Lee Gwang-Ho (2007: 108) di dalam buku 문학사직성사한국문학선집 (Munhaksa Jikseongsa Hankuk Munhak Seonjib) mengatakan bahwa cermin bersifat berhubungan namun berbatas. Cermin di dalam larik pertama bait keempat ini juga bersifat berbatas, ia tidak dapat ditembus oleh sosok aku lirik yang ingin menggapai dirinya yang lain di dalam dunia cermin. Pada bait pertama tergambar jelas suasana kemarahan yang ditunjukkan oleh aku lirik. Kemarahan ini ditunjukkan oleh kata 거울때문에 (Geoul taemune/gara-gara cermin) yang cenderung menyalahkan cermin. Kata ‘gara-gara’ memiliki nilai rasa yang kasar dibandingkan dengan ‘karena’. Kata ‘gara-gara’ ini lebih mengarah pada menyalahkan keadaan yang disebabkan oleh sesuatu yang buruk. Aku lirik yang menyalahkan cermin ini karena ia tidak dapat menggapai dirinya yang lain sehingga ia tidak dapat memahami secara pasti seperti apakah sosok dirinya tersebut.

Aku lirik dalam larik pertama juga menggambarkan peralihan antara dirinya yang sekarang dan dirinya yang lalu. Dua sosok ini tentu berbeda karena peralihan yang diakibatkan cermin sebagai pengubah sekaligus peralihan mengubah dirinya dan

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 11: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

13    

membuatnya tidak memahami identitas asli dirinya. Pada larik kedua, aku lirik merasa bersyukur karena dapat bertemu dengan dirinya yang lain melalui cermin.

Cermin sebagai refleksi dalam larik ini sangat terlihat jelas karena penggambaran pengakuan dan penerimaan aku lirik terhadap perubahan yang terjadi. Aku lirik secara secara tidak langsung mengatakan bahwa ia tidak akan bertemu dengan perubahan jika ia tidak melakukan refleksi terhadap diri sendiri juga dunia di sekitarnya. Jika bukan karena perubahan tersebut, ia tidak akan menemui dirinya yang lain dari sebelumnya, masa sebelum adanya perubahan tersebut.

Larik kedua pada bait keempat ini juga menggambarkan seorang individu yang hidup di peralihan antara dua zaman. Walaupun di satu sisi ia melihat perubahan negatif di dalam dirinya dan membawanya pada kebimbangan atas jati dirinya, di satu sisi ia mengakui bahwa modernisasi juga membawa dampak positif bagi dirinya dan dunia sekitarnya karena membawa kemajuan zaman di bidang pengetahuan dan teknologi. Pada bait keempat menunjukkan bahwa perubahan akan terus terjadi di luar rencana dan kehendak kita. Perubahan sosial masyarakat yang terjadi dan mempengaruhi sosok seorang aku lirik membawanya pada transisi dirinya.

Kesadaran akan perubahan yang ada di dalam dirinya juga ditunjukkan pada bait selanjutnya, yaitu bait kelima terutama larik pertama. Pada larik pertama, aku lirik mengatakan bahwa bayangan dirinya yang lain akan tetap ada di dalam cermin meskipun ia tidak membawa cermin tersebut. Hal tesebut dikarenakan ada maupun tidak adanya cermin dua sisi seorang aku lirik selalu melekat di dalam dirinya. Perbedaannya adalah ia tidak dapat melihat secara langsung sosok dirinya yang lain, namun dapat merasakan bahwa ada dua jiwa yang melekat, yaitu tradisional dan modern.

나는지금거울을안가졌소만거울속에는늘거울속의내가있소. 잘은모르지만외로된사업에골몰할게요.

bait 5 Terjemahan: Meskikiniakutakmembawacerminitu,didalamcerminselaluadadiriku Meskitakbegitutahu,akuakanterpurukdalamkesendirianku Akan tetapi, dua sisi yang ada di dalam diri seorang aku lirik membuatnya

terpuruk karena ia tidak dapat menyatukan keduanya. Dirinya yang ada di dunia tradisional dan di dunia modern membuat dirinya semakin bimbang karena ada di ambang pintu zaman. Ia terpuruk dalam dirinya sendiri yang tidak dapat mengerti akan sosok dirinya yang lain. Aku lirik hanya dapat mengetahui bahwa ia memiliki sisi lain di dalam hidupnya tanpa ia pahami dan tidak dapat akrab.

[중략] 나는거울속의나를근심하고진찰할수없으니퍽섭섭하오.

bait 6, larik 3 Terjemahan: … Akusangatmeranakarenatakutdantakmampuakrabdengandirikuyangadadidalamcerminitu.

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 12: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

14    

Bait kelima berhubungan erat dengan bait keenam, terutama larik ketiga. Aku lirik yang terpuruk dalam kesendiriannya diakibatkan karena ia merasa takut akan adanya perubahan. Ketakutannya adalah ia tidak dapat menggapai dirinya sendiri yang ia lihat di dalam cermin dan tidak dapat memahami dirinya sendiri karena perubahan zaman. Kekhawatiran inilah yang membuatnya bimbang dan terombang-ambing tanpa tahu apa yang harus ia lakukan terhadap adanya perubahan.

Pada bait kelima dan bait keenam larik ketiga, sosok aku lirik sudah menyadari adanya perbedaan antara dirinya di dunia nyata dan di dalam cermin. Ia juga menyadari bahwa meskipun ia tidak mau berubah, alam bawah sadarnya akan mendorongnya untuk terus berubah. Kepasrahan di dalam bait ini bukan merupakan kepasrahan yang ditunjukkan pada bait-bait sebelumnya yang menunjukkan sebuah keterpurukan diri. Kepasrahan tersebut mengarah pada aku lirik yang mulai menerima perubahan yang terjadi di sekitarnya dan akan hidup dalam perubahan tersebut. 3.4 Surealisme dalam Puisi “Geoul”

Menurut Harry Sulistianto dalam tulisannya yang berjudul “Surealisme: Dunia Khayal dan Otomatisme”, surealisme bukan merupakan hal yang dapat dipecahkan secara logika, melainkan sebuah asosiasi dan daya imajinasi alam bawah sadar yang mengontrol alam sadar manusia. Oleh karena itu, Surealisme menekankan adanya kesan bebas dan menembus suatu ruang logika karena semakin abstrak sebuah karya, semakin kuat nilai surealismenya.

Pada perkembangannya, menurut Breton dalam Dictionaire abrégé du Surréalisme (1938) yang dikutip oleh Harry Sulistianto, terdapat dua kecenderungan besar dalam aliran Surealisme. Pertama, Surealisme ekspresif, yaitu surealisme yang menghadirkan aneka simbol abstrak dengan pertimbangan emosional dalam wujud yang umumnya tidak berasosiasi dengan apapun setelah memasuki kondisi di bawah sadar. Kedua, surealisme fotografis, yang menekankan penggunaan teknik akademis yang rasional untuk menggambarkan ide tentang ilusi yang absurd dan imaji mimpi yang ganjil dan mengandung halusinasi sehingga disebut juga sebagai magic-realism atau hallucinatory realism. Jika dilihat dari ciri-ciri dua kecenderungan surealisme tersebut, puisi Yi Sang yang berjudul “Geoul” ini masuk ke dalam kategori kedua.

Puisi “Geoul” merupakan salah satu representasi puisi Surealisme di Korea karya Yi Sang selain 오감도 (Ogamdo) yang selanjutnya menjadikannya salah satu tokoh puisi modern dan surealis pertama di negaranya. Puisi ini mengandung aliran surealisme yang kuat dan memiliki kecenderungan pada surealisme fotografis. Walaupun keabstrakan dalam puisi “Geoul” ini, Yi Sang menghadirkan makna yang dalam. Selain itu disebutkan juga bahwa surealisme fotografis disebut hallucinotary realism atau realisme halusinasi. Hal ini terlihat dalam puisi Yi Sang yang membuat sebuah halusinasi dari kehidupan sehari-hari. 3.4.1 Gaya Penulisan

Puisi Yi Sang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh puisi-puisi karya penyair lain di Korea. Unsur yang paling terlihat dari keunikan ini adalah bentuknya. Semua bentuk puisi yang ia tulis tidak memiliki spasi sehingga kata satu dengan yang

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 13: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

15    

lainnya bersatu. Bentuk tanpa spasi ini tidak mudah dimengerti alasannya terlebih pada tahun 1933 pada saat puisi Cermin ini ditulis.

[중략] 거울때문에나는거울속의나를만져보지를못하는구려만. 거울아니었던들내가어찌거울속의나를만나보기만이라도했겠소. 나는지금거울을안가졌소만거울속에는늘거울속의내가있소. 잘은모르지만외로된사업에골몰할게요. [중략]

bait 4 dan 5 Bentuk puisi tanpa spasi ini hanya dimiliki Yi Sang di Korea. Setiap puisi

karyanya selalu ditulis tanpa spasi dan memiliki makna yang tidak mudah dimengerti oleh masyarakat pada saat itu. Bentuk puisi seperti ini menjadi aneh pada masa 1930-an karena kecenderungan puisi pada saat itu lebih mengarah pada 순순시 (sunsusi/puisi murni), yaitu mengembalikan nilai-nilai sastra pada puisi setelah masa puisi propaganda pada masa sebelumnya (Oh, 1996: 319).

Kecenderungan Yi Sang untuk membuat bentuk yang berbeda dengan berinovasi dengan menemukan khasnya sendiri memang diapresiasi oleh para kritikus sastra. Akan tetapi, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai latar belakangnya menulis seluruh puisinya dengan bentuk tanpa spasi tersebut. Menurut penuturan adik perempuannya, Kim Ok-Hee dalam buku 이상전집 2 (Yi Sang Jeonjib 2), mengatakan bahwa hal ini terkait dengan latar belakangnya sebagai seorang arsitek. Kim Ok-Hee juga melanjutkan bahwa meskipun kakaknya sudah memasuki dunia sastra, ia belum sepenuhnya meninggalkan jiwanya sebagai arsitek.

Bentuk seperti ini juga merupakan bukan bentuk puisi yang beredar pada puisi-puisi angkatan 1930-an. Puisi-puisi karya Jeong Ji-Young dan Kim Young-Rang memiliki bentuk puisi yang sama dengan bentuk-bentuk puisi pada angkatan sebelumnya. Yi Sang, melalui bentuk puisi yang tidak terikat dengan aturan baku secara langsung memperlihatkan sisi surealisnya karena berbeda dengan penyair-penyair seangkatannya. Bentuk puisi yang tidak biasa tidak hanya diperlihatkan oleh Yi Sang saja. Penyair Im Hwa juga menampilkan puisinya dalam bentuk lain, yaitu bentuk narasi. Yi Sang masih menggunakan bentuk berbait-bait, dengan kesamaan rima hampir di setiap barisnya, namun cara penulisan yang berbeda sehingga menghasilkan bentuk yang unik dengan tanpa spasi. Bentuk seperti ini juga didukung dengan simbol, diksi dan rima yang menjadikan puisi ini salah satu puisi surealisme pada masa itu.

3.4.2 Pengulangan Kata Cermin

Cermin di dalam puisi “Geoul” ini merupakan unsur terpenting karena judul puisi ini pun memiliki arti cermin. Cermin merupakan simbol universal yang memiliki banyak makna dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, cermin juga merupakan salah satu simbol yang berasosiasi pada ruang yang menembus batas sehingga dapat dikaitkan dengan surealisme. Surealisme yang memiliki sifat menembus batas alam

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 14: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

16    

sadar manusia dan menyatukannya dengan alam bawah sadar juga dimiliki oleh sebuah cermin. Oleh karena itu, cermin di sini dapat dikatakan menembus ruang antara dunia nyata dan dunia ideal.

Keterkaitan cermin dengan surealisme juga terlihat jelas di dalam puisi ini. Jika diperhatikan, kata 거울 (geoul/cermin) selalu diulang-ulang hampir di setiap larik dan baitnya. Hal ini menunjukkan bahwa puisi ini memang menitikberatkan cermin sebagai simbol utama dan simbol lain sebagai simbol pendukung yang membangun makna sebuah cermin tersebut.

거울속에는소리가없소. [중략]

Bait 1 larik 1 Terjemahan: Didalamcermintidakadasuara. ... 거울속에도내귀가있소. [중략]

Bait 2 larik 1 Terjemahan: Dalamcerminpuntelingakuada. … 거울속의나는왼손잡이오. [중략]

Bait 3 larik 1 Terjemahan: Dalamcerminakubertangankidal. ... 거울때문에나는거울속의나를만져보지를못하는구려만. 거울아니었던들내가어찌거울속의나를만나보기만이라도했겠소.

Bait 4 Terjemahan: Tetapimeskigara-garacerminakutakdapatmenyentuhdirikudidalamcermin, Jikabukankarenacerminpula,bagaimanabisaakubertemudirikuyangdidalamcermin. 나는지금거울을안가졌소만거울속에는늘거울속의내가있소. [중략]

bait 5, larik 1 Terjemahan: Meskikiniakutakmembawacerminitu,didalamcerminselaluadadiriku. … 거울속의나는참나와는반대요만 또꽤닮았소. 나는거울속의나를근심하고진찰할수없으니퍽섭섭하오.

bait 6 Terjemahan: Meskiakuyangadadidalamcerminsangatlahberbeda

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 15: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

17    

Tapijugasangatlahserupa. Akusangatmeranakarenatakutdantakmampuakrabdengandirikuyangadadidalamcerminitu. Pengulangan kata 거울 (“Geoul”, cermin) di dalam puisi ini dapat terlihat jelas

dengan munculnya kata “cermin” di setiap baitnya. Ada 12 kata “cermin” yang selalu diulang di setiap baitnya dan 7 diantaranya terletak di awal bait. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya simbol cermin di dalam puisi ini. Pengulangan kata “cermin” ini juga menunjukkan bahwa Yi Sang ingin lebih menekankan sebuah cermin yang sangat penting terkait dengan kehidupan seorang aku lirik. Pengulangan kata “cermin” juga berkaitan erat dengan surealisme yang Yi Sang usung di dalam puisi ini. Selain melalui bentuk puisi baru, Yi Sang menunjukkan unsur surealismenya melalui pengulangan kata “cermin” sebagai simbol utama puisi ini.

Hal ini terlihat dari kata “cermin” yang berdampingan dengan simbol-simbol yang mengarah pada tidak terbatasnya hubungan antara dunia nyata dan dunia cermin. Pembaca seakan-akan dibawa ke luar dunia nyata dan membuat imajinasinya sendiri ketika membaca puisi ini. Unsur inilah yang membentuk suatu karya dapat dikatakan surealisme atau bukan. Yi Sang mencoba membuat para pembaca memasuki alam bawah sadarnya, dalam hal ini adalah imajinasinya dan menggabungkan pemikirannya dengan alam sadarnya. Melalui analisis inilah puisi ini dapat dikategorikan ke dalam surealisme fotografis.

Surealisme fotografis menekankan kerasionalan yang menggambaran suatu imajinasi sehingga terbentuk realita yang berdasar pada imajinasi. Hubungan antara pengulangan kata cermin dengan realita yang berdasarkan imajinasi adalah cermin yang merupakan alat yang ada di kehidupan sehari-hari dan memiliki simbol universal dijadikan sebuah media berimajinasi. Oleh karena itu, penekanan cermin sebagai media imajinasi terus menerus diulang di setiap bait dan di awal bait. Ketika membaca setiap bait, pembaca otomatis akan membaca kata “cermin” pertama kali sehingga menimbulkan imajinasi kuat akan keberadaan dan pengaruh cermin di dalam puisi ini yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seorang aku lirik atau dengan kata lain hasil imajinasi dari sebuah cermin adalah suatu realita, yaitu kehidupan aku lirik.

Sifat cermin yang bersifat menembus tetapi berbatas juga menyiratkan hubungan sekaligus batas antara dunia nyata dan dunia ideal yang tidak teraih. Oleh karena itu, pengulangan kata cermin di dalam puisi ini sebagian besar memisahkan aku lirik di dunia nyata dan aku lirik di dunia cermin ,yaitu 거울속의나 (geoul sok-eui na/aku yang di dalam cermin) sekaligus menjadi media penghubung yang menembus ruang. Cermin di dalam puisi ini juga seolah-olah dapat membuat seorang aku lirik menembus ruang sehingga dapat bertemu dengan sosok dirinya yang lain. Hal ini juga berhubungan dengan alam sadar dan alam bawah sadar manusia yang memiliki batas antara keduanya namun dapat ditembus melalui imajinasi. Oleh karena itu pemilihan cermin dan pengulangan kata geoul di dalamnya sudah menunjukkan adanya keterkaitan antara Yi Sang dengan surealisme yang tersirat pada setiap bait yang mendukung makna puisi tersebut.

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 16: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

18    

4. Kesimpulan Cermin di dalam puisi ini terbagi menjadi empat makna, yaitu pengubah visual,

refleksi, dan batas serta penghubung. Pertama, sebagai pengubah visual, cermin menunjukkan perubahan aku lirik yang ada di dunia nyata dan aku lirik di dunia cermin sehingga cermin dapat dikatakan juga media perubahan. Perubahan inilah yang membuat jiwa aku lirik mempunyai dua sisi dalam satu raga. Selain itu, cermin sebagai pengubah visual juga ditunjukkan pada bait ke enam lirik pertama. Perbedaan yang dimaksudkan disebabkan karena adanya perubahan di sekitar aku lirik yang membuat dirinya menjadi sosok yang berbeda.

Kedua, cermin di dalam puisi ini juga menyimbolkan refleksi seorang individu terhadap dirinya sendiri. Hal ini ditunjukkan secara jelas di dalam bait keempat larik kedua. Jika ia tidak melihat ke dalam cermin, maka ia tidak akan menyadari perubahan yang akan terjadi di dalam dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Ketiga, cermin disimbolkan sebagai batas yang memisahkan aku lirik di dunia nyata dan aku lirik di dunia cermin. Aku lirik telah melihat sisi lain di dalam dirinya, namun ia tidak dapat memahami dan bersahabat dengan dirinya yang lain karena adanya penghalang tersebut. Penghalang ini dapat dimaksudkan sebagai pemisahan alam sadar dan alam bawah sadar di dalam seorang individu yang tidak dapat bersatu, namun ada di dalam satu raga.

Keempat, cermin disimbolkan sebagai penghubung antara aku di dunia nyata dan aku di dunia cermin. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun cermin menjadi penghalang bersatunya kedua sisi diri seorang aku lirik, namun berkat sebuah cermin, ia menyadari bahwa ia memiliki sisi lain di dalam dirinya yang selama ini tidak ia sadari karena dirinya yang ada di alam bawah sadarnya yang terus berubah seiring zaman.

Tokoh sastra seperti Jo Yeon-Hyeon, Choi Dong-Ho, Si Beom-Sun, Jeong Gwa-Ri, dan Lee Gwang-Ho berpendapat bahwa puisi ini lebih mengarah pada nihilisme, atau kekosongan dan keterpurukan individu, sedangkan Jeong Myeong-Han dan Kim Gi-Rim berpendapat bahwa puisi ini lebih mengarah pada pemberontakan seorang individu yang berusaha mencari jati dirinya dan terus melakukan refleksi diri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-induktif, dapat ditarik kesimpulan bahwa tema utama puisi tersebut mengarah pada dua hal, yaitu harapan yang tidak terwujud dan keterpurukan individu. Kedua hal ini merupakan wujud dari pemberontakan seorang Yi-Sang sebagai penggambaran keadaan masyarakat di negaranya saat itu.Yi Sang merepresentasikan keadaan seorang individu Korea tersebut melalui aku lirik di dalam puisi ini.

Pertama, aku lirik tidak dapat mencapai dunia utopianya. Hal ini ditunjukkan di dalam bait pertama puisi ini yang secara tidak langsung menunjukkan secara kontras bahwa dunia yang aku lirik tinggali penuh keributan dan kekacauan sehingga ia tidak dapat hidup dengan damai. Harapannya tidak terwujud karena dunia impiannya itu hanya imajinasi alam bawah sadarnya yang tidak terwujud di dalam kenyataan. Aku lirik juga tidak mampu mendengar perkataannya sendiri. Kegagalannya untuk memahami dirinya sendiri disebabkan oleh perubahan yang terus terjadi.

Kedua, puisi ini bertemakan tentang keterpurukan individu karena situasi yang ada di sekitarnya yang membawanya kepada keputusasaan sehingga merasa tidak

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 17: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

19    

dapat bangkit. Keterpurukan ini ditunjukkan pada penggalan larik kedua bait kelima. Keterpurukan ini juga dipengaruhi oleh tekanan Jepang yang membuat individu Korea tidak dapat melakukan yang mereka inginkan sehingga hanya dapat pasrah atas apa yang terjadi di dalam dirinya.

Gaya penulisan puisi ini dapat dikategorikan ke dalam puisi modern karena sudah keluar dari aturan lama puisi dengan berbentuk berbait-bait dan berima sama. Meskipun puisi Yi Sang masih berbentuk bait dan memiliki rima tertentu, ia tidak menggunakan spasi untuk memisahkan antarkata di setiap lariknya. Selain itu, pengulangan 12 kali kata “cermin” di puisi yang memiliki enam bait ini menunjukkan bahwa titik berat makna dari puisi ini terdapat pada kata “cermin” yang memiliki asosiasi dengan surealisme. Cermin diibaratkan sebagai penghubung antara alam bawah sadar dengan alam sadar manusia sehingga imajinasi yang diciptakan dapat menembus logika dan menjadikan suatu makna tertentu seperti yang dijelaskan di atas. Semakin banyak pengulangan kata “geoul”, semakin kuat imajinasi pembaca menembus alam bawah sadarnya untuk menemukan makna cermin tersebut. 5. Daftar Referensi 권영민. 2002. 한국현대문학사 I (1896-1945).서울: 민음사. (Kwon, Yeong-Min.

2002. Hankuk Hyeondae Munhaksa I (1896-1945). Seoul: Mineumsa.) 김윤식. 1997. 고경생과함께하는: 김윤식교수의시특강.서울: 한국문화사. (Kim,

Yun-Sik. 1997. Gogyeongsaengkwa Hamkehaneun: Kim Yun-Sik Gyosu-eui Si Teukkang. Seoul: Hankuk Munhwasa.)

김종년. 2012. 이상전집 2 시, 수필, 서간. 서울: 도서출판가람기획. (Kim, Jong-Nyeon. 2012. Yi Sang Jeonjib 2 Si, Supil, Seogan. Seoul: Doseoculpangaram Gihwek.)

김종회. 2007. 문학과예술혼. 서울: 문학의숲. (Kim, Jong-Hwe. 2007. Munhakkwa Yesulhon. Seoul: Munhak-eui Sup.)

오세용. 1996. 한국근대문학론과근대시. 서울: 민음사. (Oh,Se-Yong. 1996. Hankuk Geundae Munhaknonkwa Geundae Si. Seoul: Mineumsa.)

이선이, 엮음. 2012. 외국인을위한한국문학사, A History of Korean Literature. 서울: 한국문화사. (Lee, Seon-I, yeokeum. 2012. Wegukineul Wihan Hankuk Munhaksa, A History of Korean Literature. Seoul: Hankuk Munhwasa.)

이재선.2012.한국 문학 주제론 우리 문학은 어디에서 왔는가. 서울: 서강대학교 출판부. (Lee, Jae-Seon. 2012. Hankuk Munhak Jujeron Uri Munhakeun Eodieseo Wanneunga. Seoul: Seogang Daehakkyo.)

유종호, 엮음. 2006. Dictionary of Literary and Critical Terms, 문학비평용어사전 (상). 사울: 국학자료원. (Yu, Jong-Ho, yeokeum. 2006. Dictionary of Literary and Critical Terms, Munhak Bipyeong Yeongeo Sajeon (Sang). Seoul: Gukhak Jaryuwon.)

장덕순. 2001. 이야기국문학사. 서울: 새문사. (Jang, Deok-Sun. 2001. Iyagi Gungmunhaksa. Seoul: Saemunsa.)

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 18: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

20    

조동일. 2005. 한국문학통사 5. 서울: 직산업사. (Jo, Dong-Il. Hankuk Munhak Tongsa 5. Seoul: Jiksan Eopsa.)

조명제. 2002. 한국현대정신논리. 서울: 아세아문화사. (Jo, Myeong-Je. 2002. Hankuk Hyeondae Jeongsin Nolli. Seoul: Asea Munhwasa.)

죄동호,엮음. 2007. 문학과지성사한국선집 (1900-2000) 시. 서울: 문학과지성사. (Jwe, Dong-Ho, yeokeum. 2007. Munhakkwa Jiseongsa Hankuk Seonjib (1900-2000) Si. Seoul: Munhakkwa Jiseongsa.)

Cuddon, J.A. 1986. A Dictionary of Literary Terms. New York: Penguin Reference

Kennedy, X.J. 1991. Literature: An Introduction to Fiction, Poetry, Drama Fifth Edition. New York: Harper Collins.

Lee, Nam-Ho,et.al. 2005. Twentieth Century Korean Literature. Terj. Youngju Ryu. USA: East Bridge.

Lee, Peter H. 2003. A History of Korean Literature. Singapore: Cambridge University Press.

Lennard, John. 2005. The Poetry Handbook (Second Edition). Kingston : Oxford University Press

Shin, Gi-Wook, Robinson. 1999. Colonial Modernity in Korea. Cambridge: Harvard University Asia Center

Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press Sumber Internet: http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196605251992021-

HARRY_SULASTIANTO/ARTIKEL/SUREALISME_(STILASI).pdf (Diunduh pada Rabu, 30 Oktober 2013 pukul 13.34 WIB

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 19: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

21    

6. Lampiran

Lampiran 1. Puisi“거울”Karya이상 거울 거울속에는소리가없소. 저렇게까지조용한세상은참없을것이오. 거울속에도내귀가있소. 내말을못알아듣는딱한귀가두개나있소. 거울속의나는왼손잡이오. 내악수를받을줄모르는-악수를모르는왼손잡이오. 거울때문에나는거울속의나를만져보지를못하는구려만. 거울아니었던들내가어찌거울속의나를만나보기만이라도했겠소 나는지금거울을안가졌소만거울속에는늘거울속의내가있소. 잘은모르지만외로된사업에골몰할게요. 거울속의나는참나와는반대요만 또꽤닮았소. 나는거울속의나를근심하고진찰할수없으니퍽섭섭하오. Dikutipdari: 이상전집 2

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014

Page 20: Representasi Keterpurukan Individu Korea Tahun 1930-an

22    

Lampiran 2. Terjemahan Puisi “Geoul” Karya Yi Sang Cermin Di dalam cermin tidak ada suara. Tidak akan ada dunia sesunyi di sana. Dalam cermin pun telingaku ada Dua buah telinga yang tak memahami perkataanku. Dalam cermin aku bertangan kidal Tangan kidal yang tak dapat berjabat--- dan tak tahu caranya berjabat Tetapi meski gara-gara cermin aku tak dapat menyentuh diriku di dalam cermin, Jika bukan karena cermin pula, bagaimana bisa aku bertemu diriku yang di dalam cermin. Meski kini aku tak membawa cermin itu, di dalam cermin selalu ada diriku Meski tak begitu tahu, aku akan terpuruk dalam kesendirianku Meski aku yang ada di dalam cermin berbeda denganku Tapi juga sangatlah serupa Aku sangat merana karena takut dan tak mampu akrab dengan diriku yang ada di dalam cermin itu. Dikutip dari: Yi Sang Jeonjib 2

Representasi keterpurukan …, Irna Noverita, FIB UI, 2014