perkembangan muhammadiyah di kota binjai (1930 1945

94
PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI KOTA BINJAI (1930 1945) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : RIDHO ABIDIN NIM : 120706044 DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI SARJANA
Yang diajukan oleh:
Nama: Ridho Abidin
Pembimbing Tanggal
NIP. 196705231992032001
Skripsi Sarjana
NIP. 196705231992032001
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk
melengkapi salah satu ujian sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH
DISETUJUI OLEH :
PENGESAHAN :
Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya
Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Pada :
Hari :
Tangggal :
2. Dra. Nurhabsyah, M.Si. (............................................)
4. Dra. Peninna Simanjuntak, M.S. (............................................)
5. Dra. Sri Pangestu Dewi Murni, M.A. (............................................)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
penulis rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman yang penuh dengan kebodohan ke zaman yang
penuh ilmu pengetahuan.
KOTA BINJAI (1930-1945). Penulis sangat bersyukur karena banyaknya dukungan
dari berbagai pihak selama ini, baik berupa dukungan moril dan lainnya. Berkat
motivasi-motivasi yang diberikan dari berbagai pihak kepada penulis menjadi
semangat pendorong untuk menyelesaikan skripsi ini, walaupun banyak proses yang
harus dilewati mulai dari pengumpulan data sampai penulisan, yang mana ini
bukanlah merupakan hal mudah. Namun pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikannya.
Medan,
2016
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama kali penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Budi Agustono, M.S.
selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU dan Drs. Edi Sumarno, M. Hum selaku
Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, kemudian terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, selaku dosen pembimbing
penulis yang dengan sabar memberikan perhatian dan bimbingannya dalam proses
penyelesaian skripsi ini, para dosen penguji dan juga kepada seluruh staf pengajar
Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU.
Ucapan terima kasih yang dalam dan penghargaan sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua penulis, Junindra Martua SH. M.Si. dan Yusnani S.Pd. yang selama
ini telah banyak memberikan dukungan baik moril dan materil, serta doa yang tidak
pernah putus. Semangat yang diberikan kepada penulis selaku anaknya, serta
ketulusannya menjadi pemacu semangat saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kepada kakak dan adik penulis Hidayatna Utami dan Maulidina Jayati terima kasih
atas dukungan dan doanya.
Bapak Sufriadi Hasan Basri dan Perpustakaan Umum Tengku Lukman Sinar.
Tidak lupa juga kepada kawan-kawan seperjuangan di Jurusan Ilmu Sejarah
angkatan 2012. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lewati semasa kuliah,
terkhusus kepada kawan-kawan kumpul dan sahabat dalam keadaan susah maupun
senang Maria Kasuarina, Harapan Simanihuruk, Rio Sitorus, Bang Azhar, Bang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
Candra yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan dalam
perkuliahan serta kepada yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis ucapkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna baik
dalam segi penulisan dan juga isi, ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis.
Oleh karena itu penulis mohon maaf dan dari pada itu berikanlah kritik dan saran
yang sifatnya membangun diri untuk kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 2016
Ridho Abidin
pembaharuan dalam berbagai hal terutama dalam bidang sosial keagamaan.
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tangggal 18 November 1912 oleh
seorang tokoh bernama K.H. Ahmad Dahlan.
Gagasan tentang Muhammadiyah sendiri sudah muncul di Binjai pada tahun
1929 yang berbentuk pengajian-pengajian (dakwah). Diperkenalkan oleh salah
seorang perantau dari tanah Minang yakni almarhum Abbas Abisin. Namun secara
organisasi Muhammadiyah di Binjai berdiri pada tahun 1930.
Gerakan ini melakukan kegiatan dakwahnya secara modern yakni dengan
mendirikan sekolah-sekolah dan sarana sosial keagamaan selain itu juga melalui
bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan rumah yatim dan membantu fakir
miskin. Disamping misi utamanya yakni melakukan pemurnian ajaran Islam sesuai
dengan tuntunan Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
Metode yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode sejarah
yaitu: Heuristik (pengumpulan sumber) dengan metode studi kepustakaan, Kritik
Sumber secara intern dan ekstern, Interpretasi dan terakhir Historiografi. Dalam
Heuristik sumber tentang perkembangan Muhammadiyah di Binjai didapatkan
dengan mengumpulkan sumber tertulis dan didukung pula dengan wawancara dengan
mantan pengurus Muhammadiyah Binjai saat ini. Untuk Kritik Sumber digunakan
agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan
kritik ekstern. Untuk Interpretasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan
membandingkan pada penelitian sebelumnya. Historiografi yakni dilakukan
penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analitis.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang perjalanan
Muhammadiyah di Kota Binjai dari berdirinya hingga masa kemerdekaan. Dan untuk
melihat bagaimana perkembangan Muhammadiyah di Binjai 1930-1945.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1 Latar Belakang Sejarah dan Letak Geografis....................................... 14
2.2 Penduduk.............................................................................................. 16
BAB III BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI BINJAI
3.1 Latar Belakang dan Visi - Misi Berdirinya Muhammadiyah di Binjai. 21
3.1.1 Ajaran Muhammadiyah......................................................... 24
3.2 Berdirinya Muhammadiyah di Binjai................................................... 31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1 Faktor Pendorong Dalam Perkembangan Muhammadiyah di Binjai... 37
4.1.1 Dakwah dan Kepedulian Sosial Muhammadiyah
dalam Mengembangkan Organisasinya di Binjai ................. 38
4.1.2 Pro – Kontra dari Masyarakat................................................ 45
4.2 Muhammadiyah di Binjai Masa Kolonial Belanda............................... 47
4.3 Muhammadiyah di Binjai Masa Jepang................................................ 52
4.4 Muhammadiyah di Binjai Masa Kemerdekaan Indonesia ................... 55
BAB V AKTIVITAS MUHAMMADIYAH DI BINJAI (1930-1945)
5.1 Dalam Bidang Sosial Keagamaan......................................................... 60
Organisasi Islam yang berkembang di Indonesia merupakan sebuah fenomena
yang menarik untuk di teliti. hal ini didasari mengingat representasi umat Islam yang
dapat dikatakan menjadi mayoritas di Indonesia, oleh sebab itu ormas Islam yang ada
di Indonesia dapat dikatakan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam bidang sosial
serta pada pentas politik di Indonesia. Berdasarkan fakta – fakta sejarah kehadiran
organisasi – organisasi Islam di Indonesia, baik yang bergerak dalam bidang sosial
maupun yang bergerak dalam bidang politik hampir seluruhnya membawa
pembaharuan bagi bangsa Indonesia. 1 Seperti lahirnya Sarekat Islam, lahirnya
Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Sarekat Dagang Islam dan masih banyak
lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Kelahiran organisasi – organisasi Islam
tersebut juga turut serta membangkitkan semangat pembaharuan Bangsa Indonesia
pada masa prakemerdekaan.
Muhammadiyah (lihat lampiran 1.1) merupakan salah satu organisasi Islam
tertua yang ada di Indonesia. Didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan (lihat lampiran
1.2), tepatnya tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah juga sering
1Abdul Munir Mulkhan. Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif
Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara,1990,hal 24.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
disebut sebagai gerakan Tajdid 2 , gerakan modernis Islam, dan sebagai gerakan
reformis Islam di Indonesia.3
berarti dapat disimpulkan, bahwa Muhammadiyah merupakan pengikut nabi
Muhammad SAW. Yang terbentuk sebagai gerakan Islam dan Dakwah Amar ma’ruf
nahi munkar4 yang berakidah Islam dan bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah.
Kemudian Muhammadiyah juga merupakan organisasi yang menghembuskan jiwa
pembaharuan Islam di Indonesia dan juga bergerak didalam berbagai bidang
pendidikan dan kesejahteraan umat.5
Muhammadiyah oleh K. H. Ahmad Dahlan, yakni :
Faktor internal, ingin merealisasikan pemahaman KH. Ahmad Dahlan
terhadap Al-Qur’an terutama surah An-Nisa ayat 82, Surah Muhammad
ayat 24 dan Surah Ali-Imran ayat 104, adapun kesimpulan dari ayat-ayat
Al-Qur’an tersebut merupakan seruan untuk menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman hidup serta mengamalkan perbuatan kebajikan yang
diwujudkan Muhammadiyah dalam mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan dan sosial kemasyarakatan.
2 Tajdid adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berkata dasar Jaddada-Yujadiddu-
Tajdiidan yang artinya memperbarui, kemudian kata ini dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan
Islam : https://id.m.wikipedia.org>wiki>Tajdid(diunduh pada 19 Maret 2016). 3Umar hasyim. Muhammadiyah Jalan Lurus. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990, hal. 12. 4 Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar memiliki makna; menyeru atau mengajak manusia
kepada ajaran Islam yang harus melaksanakan kebaikan serta meninggalkan perbuatan keji dan merusak: Djamaluddin Ahmad Al Buny. Pendidikan Kemuhammadiyahan Jilid 2. Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1990, hal. 31. 5Ibid, hal. 62.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dimana kehidupannya tidak lagi berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan
Sunnah, dan lembaga pendidikan yang dimiliki Umat Islam belum
mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku Khalifah
di bumi. Oleh karena itu, Muhammadiyah menitikberatkan gerakannya
pada bidang sosial keagamaan dan pendidikan, serta reaksi K.H. Ahmad
Dahlan terhadap aktivitas missionaris Kristen terutama di sekitar wilayah
Jawa Tengah dan Yogyakarta dimana Muhammadiyah tumbuh dan
berkembang pada awalnya.(Suwarno 2001:22) 6
Dalam perkembangan selanjtnya gerakan dakwah yang dilangsungkan oleh
Muhammadiyah tidak hanya terfokus pada bidang sosial keagamaan saja, melainkan
melalui bidang lainnya juga. Seperti : bidang pendidikan dan bidang sosial
kemasyarakatan.
Muhammadiyah yang didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan pada awal
berdirinya belum mempunyai izin dari pemerintahan kolonial Belanda, yang pada
waktu itu masih berkuasa atas Indonesia. Maka pada tanggal 20 November 1912
Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk
mendapat badan hukum, namun pihak Belanda tidak langsung begitu saja
mewujudkan permohonan tersebut. Permohonan tersebut barulah diwujudkan oleh
Belanda pada 22 Agustus 1914 berdasarkan kutipan Dat het Register der Besluiten
van de Gouverneur General no 81, yang menyatakan bahwa Muhammadiyah hanya
diizinkan bergerak untuk daerah Yogyakarta saja.7
6 Suwarno. Muhammadiyah sebagai Oposisi. Yogyakarta: UII Press, 2001, hal. 22. 7Muhammad Kadri. Muhammadiyah dan Perkembangannya di Sumatera Utara (1927-2015).
Medan: Harapan Cerdas, 2015. hal. 68.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akhir tahun 1921 Muhammadiyah mulai melebarkan sayap organisasinya hingga
keluar Pulau Jawa. Dalam perkembangannya Muhammadiyah didukung pula oleh
organisasi-organisasi kadernya, seperti sapatresna atau yang dikenal sebagai Aisyiyah
saat ini. Dimana didalamnya adalah para wanita-wanita yang tertarik dan mendukung
Muhammadiyah secara organisasi dan ikut membangun amal-amal usaha, diantaranya
Klinik Kesehatan, Sekolah-sekolah, Panti Asuhan. Untuk wilayah Sumatera
Muhammadiyah pertama kali berdiri di daerah Sumatera Barat, yang dibawa oleh
Abdul Karim Amarullah pada tahun 1925. 8
Dari daerah tersebut Muhammadiyah bergerak ke seluruh wilayah Sumatera.
Termasuk ke wilayah Sumatera Timur, yang mana salah satu cabang Muhammadiyah
di Sumatera Timur adalah topik kajian pada skripsi ini. Yaitu Muhammadiyah
Cabang Binjai.
Di Binjai sendiri Muhammadiyah di perkenalkan pada tahun 1929 melalui
pengajian-pengajian, yang dibawa oleh orang-orang Minang yang merantau ke
Binjai. 9 Adapun perantau yang memperkenalkan Muhammadiyah ke Kota Binjai
adalah bapak Abbas Abisin. 10 Muhammadiyah di Binjai sendiri berdiri pada 20
November 1930 dengan catatan belum terbit SK (Surat Keterangan) dari Pimpinan
Pusat Muhammadiyah dengan 12 anggota tetap tidak termasuk simpatisan.
8Ibid, hal. 69. 9Fuad Afsar. Sejarah Singkat Muhammadiyah Binjai, Makalah Seminar Milad
Muhammadiyah ke 79. Binjai: Pengurus Daerah Muhammadiyah Binjai. 2011. 10Ibid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Usman Jamil.11
Dan secara resmi Muhammadiyah di Binjai berdiri pada tanggal 28 Oktober
1936 dengan SK (Surat Keterangan) dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah no.
596/B.12
Muhammadiyah di Binjai tidak hanya terfokus pada pembaharuan dalam bidang
sosial keagamaan saja tetapi juga bidang-bidang lainnya yakni pendidikan dan sosial
kemasyarakatan. Ini tercermin dari didirikanya sekolah-sekolah dan panti asuhan
yang berlandaskan Muhammadiyah pada tahun 1930-an seperti sekolah Woestho
Muhammadiyah, beberapa tahun setelah Muhammadiyah Binjai berdiri.
Kehadiran Muhammadiyah di Binjai tentu tidak langsung diterima begitu saja.
Hal ini tentu menjadi sebuah kewajaran, karena gerakan yang dilangsungkan
Muhammadiyah ingin memberantas Khufarat (yang tidak sesuai dengan anjuran Al
11Fuad Afsar, Op.cit. 12 Muhammad Kadri, Op.cit. hal 205.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
Quraan dan Sunnah) serta Bid’ah (perbuatan yang sia-sia). Yang mana perbuatan-
perbuatan ini telah ada jauh sebelum masuknya Muhammadiyah di Kota Binjai,
seperti bermacam kegiatan kenduri/wirit, permohonan doa pada orang yang telah
meninggal dan lainnya. Ini menjadi objek kritikan dari Muhammadiyah. Mengenai
jumlah anggota Muhammadiyah Binjai hingga tahun 1945 penulis tidak memperoleh
data yang konkrit dan akurat. Namun anggota tetap Muhammadiyah diperkirakan
berjumlah lebih dari 100 orang, setidaknya ini berdasarkan nama – nama yang
tercantum pada skripsi ini yang di anggap berperan penting pada perkembangan
Muhammadiyah terkait tahun penulisan skripsi ini.13
Selayaknya sebuah organisasi tidaklah langsung berkembang dan langsung
diterima oleh masyarakat, seperti yang dialami oleh Muhammadiyah di Binjai yang
sempat mengalami pasang surut pada masa pra-kemerdekaan secara organisasi dan
aktivitas-aktivitas yang dilangsungkan. Maka dari itu, tulisan ini mencoba
mengungkapkan bagaimana perjuangan Muhammadiyah dalam mengenalkan
Muhammadiyah di masyarakat Binjai serta bagaimana perkembangannya.
Tulisan ini diawali pada tahun 1930 yang merupakan awal berdirinya
Organisasi Muhammadiyah di Binjai. Tulisan ini diakhiri pada tahun 1945 dimana
pada tahun ini dapat dikatakan sebagai awal perkembangan pesat pada organisasi
Muhammadiyah di Binjai, yang berkaitan dengan prosesi kemerdekaan di Binjai,
yang mana para anggota Muhammadiyah Binjailah yang pertama kali menerima
13Fuad Afsar, Op.cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
kabar kemerdekaan Indonesia dari wilayah Padang, yang diterima oleh Abd. Rahim
Haetamy, Malin Kayo dan Yahya Nata. Serta para anggota Muhammadiyah pulalah
yang pertama kali melakukan pengibaran bendera merah putih di Binjai tepatnya di
jalan kebun lada yang dikenal sebagai jalan perintis kemerdekaan saat ini., dan dari
peristiwa ini pulalah Muhammadiyah Binjai pada tahun 1945 mulai mengembangkan
beberapa ranting di wilayah Binjai.14
Selama berdirinya Muhammadiyah di Binjai tentu saja banyak dinamika
pasang surut yang terjadi, namun tidak pula dapat dipungkiri bahwa Muhammadiyah
juga memiliki peran dalam perkembangan sarana-sarana di Binjai dalam bidang
pendidikan dan sosial kemasyarakatan dan tentunya sosial keagamaan pada awal abad
ke-20.
Rumusan masalah merupakan suatu landasan yang digunakan untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang akan di bahas dan menjadi akar permasalahan
dalam sebuah penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas untuk mempermudah
menghasilkan penelitian yang objektif, maka perlu diberikan batasan masalah
terhadap penelitian tentang “Perkembangan Muhammadiyah di Kota Binjai 1930-
1945” untuk itu dibuatlah pokok permasalahan yang kemudian dirangkum dalam
beberapa pertanyaan, yakni sebagai berikut:
14Ibid.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setelah dijabarkannya poin – poin yang akan menjadi acuan dalam mengkaji
permasalahan mengenai topik tersebut maka berikutnya penulis akan memaparkan
tujuan penulis melakukan penelitian ini serta apa manfaat yang diperoleh dari
dilakukannya penelitian ini. Pada dasarnya peristiwa –peristiwa masa lampau tidak
dapat ditampilkan dalam rekonstruksi secara konkrit, namun rekonstruksi tersebut
perlu dipelajari agar rekonstruksi mengenai peristiwa – peristiwa masa lampau
tersebut berguna dalam memeberikan pelajaran bagi manusia di masa kini maupun
masa yang akan datang
1. Menjelaskan sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah Binjai.
2. Menjelaskan dinamika Muhammadiyah di Binjai 1930-1945.
3. Menjelaskan aktivitas organisasi Muhammadiyah di Binjai 1930-1945
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
1. Menambah pengetahuan mengenai perjalanan organisasi Muhammadiyah di
kota Binjai, serta memberikan literatur yang berguna pada dunia akademis
khususnya, terutama dalam studi sejarah untuk membuka ruang penulisan
sejarah berikutnya.
simpatisan Muhammadiyah kota Binjai mengenai sejarah awal perjuangan
dan perjalanan Organisasi Muhammadiyah kota Binjai.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk mengetahui
sejarah Muhammadiyah kota Binjai.
Tinjauan pustaka sangatlah penting dalam suatu penelitian dan penulisan sebuah
karya ilmiah dimana tinjauan pustaka di sini berfungsi sebagai sumber pendukung
penelitian sehingga nantinya hasil penulisan dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu relevansi literatur yang digunakan menjadi sebuah tuntutan dalam
sebuah penelitian. Kemudian daripada itu. Beberapa referensi yang digunakan penulis
adalah :
Muhammadiyah Dalam Prespektif Perubahan Sosial (1990). Menjelaskan tentang
bagaimana telaah Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah dalam membangun
dan memperjuangankan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern yang
kemudian menjadi kerangka dasar aktifitas Muhammadiyah hingga saat ini. Dimana
berdasarkan hasil pemikiranya Muhammadiyah turut menyokong perkembangan
hampir di seluruh wilayah Indonesia dalam berbagai aspek yakni; pendidikan, sosial
kemasyarakatan hingga politik. Buku ini membantu penulis dalam pengumpulan data
mengenai sejarah awal pendirian Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menguraikan tentang bagimana tanggapan masyarakat terhadap Organisasi
Muhammadiyah. Setelah banyak label yang disematkan pada Muhammadiyah
diantaranya sebagai gerakan islam modernis, gerakan pendidikan, gerakan sosial
keagamaan, gerakan pembaharuan serta gerakan politik namun seiring dengan
perkembangan itu banyak pula kritik yang dilontarkan oleh masyarakat dimana kritik
tersebut ditekankan pada dimensi sosial – keagamaan, politik dan sosial – budaya.
Buku ini berguna sebagai sumber penelitian untuk menggambarkan pro-kontra
masyarakat mengenai gerakan pembaharuan yang dilangsungkan Muhammadiyah di
Binjai.
Muhammad Kadri dalam Muhammadiyah dan Perkembanganya di Sumatera
Utara (1927-2015). (2015) menjelaskan tentang bagaimana Muhammadiyah dapat
berkembang di Sumatera Timur atau Sumatera Utara sekarang, dan juga menjelaskan
pembentukan Muhammadiyah cabang Binjai juga menjadi pembahasan dalam buku
ini. Buku ini menjadi sumber data dan bahan pembanding dengan sumber lainnya
dalam menyelesaikan tulisan ini mengenai Muhammadiyah cabang Binjai.
Umar Hasyim dalam Muhammadiyah Jalan Lurus. (1990) menjelaskan
tentang gerakan dan langkah langkah Muhammadiyah pada tahun 40-an. Dalam buku
ini terdapat berbagai kritik dari masyarakat dalam berbagai aspek serta terapi yang
dilakukan Muhammadiyah dalam menghadpi kritik kritik tersebut. Buku ini dapat
dijadikan sumber penelitian mengenai Muhammadiyah dan ini bermanfaat bagi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penelitian ini sebagai sumber mengenai hal-hal yang di lakukan Muhammadiyah
yang terkait dengan tahun penelitian yang akan dilakukan.
Panitia Penyusunan Data-data Historis Kotamadya Binjai dalam Hari jadi
Kota Binjai. (1985), naskah ini berisi tentang latar belakang historis Kota Binjai dan
gambaran umum tentang Kota Binjai pada awal abad ke-20. Dimana naskah ini
berguna pada penulisan ini sebagai sumber informasi mengenai keadaan masyarakat
dan kondisi Kota Binjai pada awal abad ke-20.
Lebih lanjut buku yang ditulis oleh Abuddin Nata dalam Metodologi Studi
Islam (2013). Buku ini membantu penulis dalam penggunaan teori dan pendekatan
mengenai studi Islam. Ini berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang penulis
lakukan yakni mengenai organisasi Muhammadiyah.
Alfian dalam Perkembangan Muhammadiyah di Banda Aceh (1923 – 1943).
(2014). Skripsi ini membahas perkembangan Muhammadiyah di Banda Aceh.
Dimana skripsi ini berguna bagi penelitian ini sebagai bahan acuan dalam metode dan
konsep tentang penulisan skripsi yang membahas perkembangan Muhammadiyah,
dan membantu penulis membandingkan sejarah dan perkembangan ditempat yang
berbeda. Namun kajian penelitian berbeda, penelitian Alfian mengenai pengaruh
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan di Banda Aceh, sedangkan penelitian
ini mengkaji perkembangan dan aktivitas Muhammadiyah di Binjai.
1.5. Metode Penelitian
dilakukan tahapan demi tahapan. Tahap pertama Heuristik (pengumpulan sumber)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
yang tentu saja sesuai dan dapat mendukung objek yang diteliti. Dalam hal ini dengan
menggunakan penelitian kepustakaan (library research) serta didukung pula dengan
wawancara. Dalam penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan
berbagai buku, majalah, artikel – artikel terkait, skripsi dan karya tulis yang berkaitan
dengan topik yang dikaji, dalam wawancara penulis akan mewawancarai mantan
pengurus dan pengurus Muhammadiyah sekarang mengenai sejarah dan
perkembangan Muhammadiyah di Binjai.
Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik penulis
lakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari keabsahan sumber
tersebut baik dari segi isi yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis
misalnya buku – buku yang berkaitan dengan topik. Adapaun kritik ini disebut kritik
intern. Selanjutnya penulis mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui
keaslian sumber agar diperoleh keautentikannya . adapun kritik ini disebut kritik
ekstern.
Tahapan ketiga adalah interpretasi, dalam tahap ini sumber – sumber data
yang telah penulis peroleh kemudian dianalisis sehingga melahirkan analisis yang
baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh ke
belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi
sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan
fakta yang objektif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tahap keempat yang merupakan tahap terakhir adalah historiografi. Yakni
penyusunan data – data yang sudah dilikuidasi dan dapat dipercaya menjadi sebuah
kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek
kronologisnya. Adapun metode yang penulis pakai ialah deskriptif analitis. Yakni
dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan
sejarah yang kritis, obektif dan ilmiah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN UMUM KOTA BINJAI AWAL ABAD KE-20
2.1. Latar Belakang Sejarah dan Letak Geografis
Binjai merupakan salah satu kota yang terletak di Sumatera Utara yang
dikelilingi oleh kota Medan, Langkat dan Deli Serdang. Berdasarkan catatan sejarah
yang dirangkum oleh panitia penyusunan data-data historis kota Binjai, dikatakan
bahwa embrio kota Binjai telah ada pada tahun 1823 berdasarkan catatan John
Anderson. Secara oral history (sejarah lisan) yang berkembang di masyarakat Binjai,
dikatakan bahwa perkampungan BA BINDJEI (Binjai) yang terletak di tepi Sungai
Bingai dibuka oleh seorang cendikiawan bernama Pande Dingin yang berasal dari
Sukanalu, sebuah kampung yang terletak beberapa kilometer dari Kabanjahe-Tanah
Karo dan beliau merupakan pemeluk Agama Islam. Maka tidak mengherankan jika
pada wilyah Binjai yang berbatasan langsung dengan Sungai Bingai, didominasi oleh
Etnis Karo bahkan hingga saat ini. Upacara adat dalam membuka perkampungan
tersebut diadakan di bawah sebatang pohon binjai sejenis embacang (lihat lampiran
1.3) yang amat besar, rindang dan segar. Pohon ini tumbuh kokoh ditepi Sungai
Bingai yang muaranya bertemu dengan Sungai Wampu.15 Nama pohon inilah yang
kemudian dijadikan nama daerah yang terletak antara Punggai – Selesai dan Bingai
yaitu Binjai.
1985.
Secara geografis Binjai terletak pada 4o-32o Lintang Utara dengan batas-batas
wilayah:
b. Sebelah Selatan dengan Sungai Bingai atau Bingai
c. Sebelah Timur dengan Buluh Cina
d. Sebelah Barat dengan Selesai – Bahorok
Pada akhir abad ke-19 tepatnya tahun 1881 Binjai menjadi bagian dari
Kerajaan Langkat yaitu Langkat Hulu yang pusat pemerintahannya terletak di Binjai
dan dipimpin oleh Tengku Pangeran Adil. Kemudian pada tahun 1917 berdasarkan
Ordonansi 27 Juni 1917 pemukiman Binjai resmi menjadi GEMEENTE (kotapraja
menurut pengertian Hukum Barat) dengan luas wilayah 267 HA kemudian menjadi
1.710 HA setelah otonomi Kota Binjai sebagai Kotapraja berdasarkan UU Darurat
No. 9 tahun 1956. 16
Letak wilayah Binjai yang sangat strategis menjadikan Binjai cepat
berkembang dan dapat dikatakan sebagai ujung tombak transportasi perairan dengan
daratan pada wilayah Langkat Hulu, bahkan Binjai pernah menjadi tempat pelabuhan
kapal-kapal melalui Sungai Bingai ke Sungai Wampu dan seterusnya kelaut lepas
Selat Malaka. Terbukanya wilayah Binjai sebagai pelabuhan menyebabkan datangnya
para perantau dari orang-orang Jawa, Cina, Keling/Tamil, Karo, Mandailing dan
Padang diantaranya ada yang menetap, menjadi kuli dan hanya sekedar untuk
16Ibid
didalamnya wilayah Binjai yang sangat dikenal melalui perkebunan ladanya.
Berdasarkan latar belakang sejarah Kota Binjai diatas maka tidak mengherankan jika
Binjai dapat berkembang menjadi kota yang maju. Hal ini didasari letak geografis
Kota Binjai sendiri yang mana Binjai menjadi tempat persinggahan juga pintu
gerbang penghubung antara Aceh dan Langkat serta Deli.
Berdasarkan indikasi tersebut maka Binjai merupakan wilayah yang terbuka
dalam menerima pemahaman-pemahaman baru baik agama maupun lainnya.
2.2. Penduduk
Mengenai data penduduk Kota Binjai pada tahun terkait penulisan ini tidak
ditemukan data yang konkrit, dikarenakan Binjai hanya merupakan bagian kecil dari
Onderafdeling Langkat Hulu.
Namun berdasarkan catatan John Anderson, BA BINDJEI pada pertengahan
abad ke-19 telah dihuni 50 rumah tangga yang umumnya merupakan etnis Melayu
dan terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya.18
Kemudian berdasarkan data Onderneming Langkat Hulu yang tertera pada
buku karangan Karl J. Pelzer dalam Toean Keboen Dan Petani ( Politik Kolonial dan
Perjuangan Agraria), dimana Binjai merupakan salah satu wilayahnya. Pada tahun
1930 penduduknya berjumlah 46.079 orang yang di bagi atas:
17Panitia penyusunan data-data historis Kotamadya Binjai. Op.cit. 18Ibid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pria : 24.774 orang
Wanita : 21.305 orang.19
Seperti yang tertulis pada paragraf di atas, Binjai pernah menjadi tempat
persinggahan para pedagang-pedagang melalui Sungai Bingai yang pada akhirnya
menjadikan Binjai sebagai daerah yang multi etnis.
Adapun etnis yang dapat diklasifikasikan terdapat di Binjai pada awal abad
ke-20 adalah:
Etnis Tionghoa
Etnis Jawa
Etnis Minang
Etnis Karo
Etnis Melayu
Etnis Mandailing
Adapun etnis yang dominan adalah Etnis Jawa, Etnis Karo, Etnis Tionghoa,
Etnis Melayu dan Etnis Minang.
Kemudian berdasarkan catatan Karl J. Pelzer mengenai susunan etnis tahun
1930 pada distrik Binjai yakni:
Melayu (termasuk Karo dan Simalungun Islam) : 1000 orang
Jawa : 2000 orang
19Karl J. Pelzer. Toean Kebun Dan Petani (Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan, 1985, hal 87.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Cina : 4000 orang.20
Kebanyakan penduduk yang tinggal di Binjai pada awal abad ke-20 berprofesi
sebagai buruh-buruh di perkebunan dan pedagang(lihat lampiran 1.4)21
2.3. Kehidupan Religius
Keberagaman etnis yang menetap di wilayah Binjai terkait dengan tahun
penulisan ini yakni pada awal abad ke – 20 sangatlah beragam. Binjai pada saat itu
memang merupakan wilayah yang majemuk, dengan keberagaman etnis yang
terdapat di dalamnya. Dimana masing-masing etnis membawa adat dan
kebudayaannya masing-masing, serta masing-masing etnis yang ada di wilayah Binjai
pada awal abad ke-20 dapat ditentukan identitasnya dalam kehidupan beragama.
Misalnya; etnis Tionghoa dan Tamil yang menganut agama Hindhu dan Budha,
kemudian etnis Karo yang diidentikan dengan agama Kristen/Nasrani dan etnis Jawa,
Melayu, Minang dan Mandailing identik dengan penganut Agama Islam.22 terkait
dengan topik penulisan ini yang membahas tentang Organisasi Masyarakat Islam,
maka penulis akan menggambarkan tentang kehidupan religius masyarakat Islam di
Binjai pada awal abad ke – 20.
Masyarakat Binjai adalah masyarakat yang patuh dan taat pada ajaran
agamanya, pada penganut agama Islam di Binjai yang dimaksud patuh dan taat yaitu
20Ibid. hal 86. 21Panitia penyusunan data-data historis Kotamadya Binjai. Op.cit. 22Ibid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
menjalankan kegiatan beragama yang telah ada secara turun temurun meskipun tidak
ada anjuran wajib ataupun sunnah dari agama Islam itu sendiri. Ini yang nantinya
menjadi objek kritikan dari Muhammadiyah. Jika ditinjau dari segi kebudayaan, maka
penduduk daerah ini cenderung kepada kebuadayaan Arab, hal ini disebabkan
besarnya pengaruh agama yang tertanam dalam jiwa masyarakat, sehingga dapat
dilihat pengaruh lagu-lagu Mesir dan Arab yang digemari betul di kalangan
penduduk, dalam setiap perhelatan seperti perkawinan atau khitan, kurang lengkap
rasanya jika tidak disertai nyanyian qasidah dan bacaan barzanji. Demikian juga
dalam penggunaan alat musik, maka alat musik gambus adalah alat musik utama yang
mereka pergunakan karena alat tersebut didatangkan dari Arab. Biola, gitar dan alat
lainnya yang didatangkan dari Barat adalah haram menurut mereka.Kitab-kitab
agama Islam, mulai dari hukum fiqih, tassawuf, ushuluddin dan sebagainya semuanya
ditulis dalam tulisan Arab yang disebut dengan tulisan “Melayu” dan kitabnya
disebut kitab“Jawi”.23
pemeluknya yang penting sekali adalah untuk tuntunan akhirat, terutama tuntunan
sewaktu mati dan sesudahnya. Sedikit sekali yang memahami dan mengerti, selain
untuk tuntunan akhirat, juga tuntunan untuk mencapai kehidupan dunia, apalagi
sampai kepada memahami bahwa Islam sanggup menuntun umatnya dalam
23Fuad Afsar. Op. cit
menyelesaikan urusan kenegaraan dan politik, karena fungsi sosial dalam Islam
mereka artikan sangat terbatas sekali.24
Mengutip ungkapan ustaz H.A. Halim Hasan yang merupakan salah satu
ulama yang berasal dari Binjai Sumatera Utara pada abad 20 – an menjelasakan:
“Bahwa suasana kehidupan awal tahun 1900-an ditandai ummat Islam
berdagang sambil menunjukkan sikap fanatisme Islam yang kuat ibadah
menggunakan sarana masjid, Mesjid didirikan oleh Sultan Raja-raja,
semua beragama Islam. Fanatisme terasa pada khutbah Jum'at,
mendoakan raja-raja tetap sehat dalam pemerintahannya. Sampai kini
sisa-sisanya masih ada, seperti Masjid Raya Medan dan Tanjung Pura,
dan masih banyak lainnya. Suasana keagamaan (Islam) juga terasa pada
acara peresmian perkawinan, akikah kelahiran anak, pembagian harta
warisan, penguburan jenazah.Karya besar ulama bidang, fikih,
tasawuf,Ushuluddin, dan kitab lainnya ditulis dengan kaligrafi/khat arab
atau tulisan melayu, akhirnya populer dengan sebutan kitab jawi. Dan
orang tua dalam mendidik anak -anaknya, belum merasa lepas tanggung
jawabnya, bila anaknya belum pandai menulis arab melayu tersebut,
khususnya pandai membaca Al-Qur'an.”25
Sebelum berdirinya Muhammadiyah kehidupan dalam beragama (Islam)
sudah sangat terasa di Binjai, hanya saja masih banyak kegiatan beragama yang tidak
sesuai dengan Al – Qur’an dan Al – Hadist menurut Muhammadiyah, seperti wirit,
kenduri dan melakukan sesajian, yang dikenal sebagai Bid’ah dalam Muhammadiyah
dan inilah yang coba diperbaharui Muhammadiyah.
24Ibid 25Binjai-Kota.Muhammadiyah.or.id/(di unduh pada 26 Mei 2016)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.Latar Belakang dan Visi - Misi Berdirinya Muhammadiyah di Binjai
Keberadaan Muhammadiyah tidak lepas dari berbagai faktor yang melatar-
belakanginya. Baik dari faktor diri pribadi pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan juga
dipengaruhi oleh faktor dari luar KH. Ahmad Dahlan. Setidaknya ada beberapa latar
belakang yang membuat berdirinya Muhammadiyah ;
Latar Belakang Internal :
1. Aspirasi keagamaan KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan yang terinspirasi dari QS. Ali Imran : 104. Bahwa perlu
“diadakan” suatu golongan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Dan bentuk golongan tersebut direalisasikan dengan ORGANISASI
sebagai sarana untuk menyejahterakan umat Islam.
2. Keadaan Umat Islam
Umat Islam saat itu (tahun 1900 an) berada dalam kondisi yang
memprihatinkan. Miskin, bodoh, terpinggirkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
musuh-musuh Islam untuk menghancurkan, maka dari itu Muhammadiyah mencoba
kembali membangkitkan semangat beragama dengan cara berorganisasi
Muhammadiyah, sekiranya ini yang dilihat oleh Abbas Abisin selaku pelopor
berdirinya Muhammadiyah di Binja, dimana Abbas Abisin ingin membangkitkan
kembali semangat keislaman di Binjai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penyebaran ajaran agama Islam pada masa awal di nusantara menggunakan
sistem asimilasi yang tidak menimbulkan pertentangan dari masyarakat nusantara
yang masih beragama Hindu, Budha maupun kepercayaan lainya. Asimilasi yang
dilakukan oleh wali songo sangat berhasil memasukkan Islam dalam kehidupan
masyarakat kala itu. Namun ketika para wali sudah tiada, tarbiyah yang dilakukan
belum berhasil, ajaran Islam masih bercampur dengan ajaran yang lain, dan hal itu
terjadi sampai sekarang dan dianggap sebagai ajaran Islam. Sebagai contoh adalah
ritual Peringatan kematian 40 hari dan sebagainya. Hal inilah yang coba diluruskan
oleh Muhammadiyah.
Penjajah Belanda dengan metodenya sendiri telah melakukan misi Gospel,
yaitu meng-injilkan daerah jajahannya termasuk Indonesia. Kristenisasi dapat
berjalan karena rakyat Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam dalam keadaan
miskin, dan rendah dalam memahami agamanya, sehingga Muhammadiyah
mengambil langkah untuk mencegahnya dengan berdakwah.26
Secara garis besar faktor di atas melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah
hampir di seluruh wilayah Indonesia tidak terkecuali di Binjai, namun yang menjadi
faktor utama yakni, Muhammadiyah yang pada awalnya masuk di Sumatera Timur
melalui Medan ingin terus mengembangkan organisasi Muhammadiyah keseluruh
26 Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013. hal 380
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
wilayah Sumatera Timur serta menegakkan paham – paham agama yang selama ini
salah dan tidak sesuai dengan sumber pokok ajaran Islam yakni Al – Qur’an dan Al -
Hadist menurut Muhammadiyah. 27
1.Visi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif
dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua
bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil’alamin menuju
terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2.Misi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar
memiliki misi :
a. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT
yang dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad
saw.
b. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
c. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai
kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
d. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.28
Muhammadiyah sebagai Organisasi Sosial Keagamaan yang berlandaskan
Islam membawa cita – cita murni, yaitu untuk memperbaiki kondisi umat Islam yang
saat itu tidak sesuai dengan dasar – dasar pedoman hidup umat Islam yakni Al –
Qur’an dan Al – Hadist (As – Sunah). Pemahaman mengenai Muhammadiyah
terkandung dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar Rumah Tangga Organisasi
Muhammadiyah, yang dikenal sebagai Kepribadian Muhammadiyah.
Adapun muatan yang terkandung dalam Kepribadian Muhammadiyah itu
adalah sebagai berikut :
Muhammadiyah adalah Persyarikatan yang merupakan gerakan Islam.
Maksudnya ialah dakwah Islam, dan amar ma’ruf nahi munkar yang
ditujukan kepada dua bidang yakni perseorangan dan masyarakat.Pada bidang
pertama dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar Muhammadiyah terbagi untuk
dua golongan; yakni, yang pertama kepada yang telah Islam bersifat
pemurnian (Tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam yang
28Ibid. hal 217.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
asli/murni. Yang kedua, kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan
untuk memeluk Islam. Adapun dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar kedua
ditujukan kepada masyarakat yang bersifat perbaikan dan bimbingan
peringatan, yang kesemuanya dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah
atas dasar taqwa dan keridhaan Allah SWT.
2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat
Islam yang sejahtera, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal
usahanya atas prinsip – prinsip yang tersimpul dalam Mukaddimah Anggaran
Dasar, yaitu:
Allah.
Mematuhi ajaran – ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam
itu satu – satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagiaan dunia akhirat.
adlah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada
sesama manusia.
Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Melihat prinsip dasar di atas, maka apapun yang diusahakan serta
bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah harus berpedoman. Dengan
kata lain berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasulnya, bergerak
membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta
menempuh jalan yang diridhai Allah.
4. Sifat Muhammadiyah
wajib memelihara sifat – sifat sebagai berikut :
Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
Memperbanyak pergaulan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.
Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
falsafah negara yang sah.
Amar ma’ruf dan nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi
contoh teladan, sesuai dengan ajaran Islam.
Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan
pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.
Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adil dan makmur yang diridhai Allah.
Bersifat adil dan korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.29
3.1.2.Identitas Gerakan Muhammadiyah
pada tubuh organisasi itu sendiri. Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi sosial
keagamaan menentukan dan meneruskan identitasnya sendiri demi mencapai tujuan
dari organisasinya. Adapun identitas yang tersematkan pada Muhammadiyah
diantaranya :
Muhammadiyah yakni menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam.
Menggerakkan Islam berarti mengamalkan ajaran islam, dan cara yang
dilakukan Muhammadiyah dalam menggerakan Islam adalah menempatkan
Al – Qur’an dan As – Sunnah Nabi Muhammad S.A.W. sebagai sumber amal
dan ibadah.30 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah
adalah suatu gerakan Islam yang berpedoman pada Al – Qur’an dan Al –
29 Djamaluddin Ahmad Al Buny. Pendidikan Kemuhammadiyahan Jilid 3. Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1991, hal 3 – 5. 30Djamaluddin Ahmad Al Buny. Pendidikan Kemuhammadiyahan Jilid 2. Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1990, hal 29.
28
Hadist yang shahih, untuk beramal dan beribadah kepada Allah S.W.T. dalam
mencapai cita – citanya. Berikutnya, adapun cara yang
dilakukan Muhammadiyah dalam melakukan gerakan Islam yakni dengan
cara berorganisasi, atau yang dikenal persyarikatan oleh orang
Muhammadiyah.
Muhammadiyah yang sejak awal didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan ialah
untuk mendakwahkan Agama Islam kepada masyarakat. Menyampaikan
kepada masyarakat tentang kebaikan dan keindahan Agama Islam, melalui
amar ma’ruf nahi munkar. Dengan tugas pokok;
- Dakwah Islam yang artinya menyeru, mengajak manusia kepada ajaran
Islam, dengan cara memberi pengertian dan kesadaran akan kebenaran
ajaran Islam.
- Amar ma’ruf yaitu menyerukan kepada setiap manusia untuk berbuat
ma’ruf (kebaikan) sesuai dengan ajaran Islam di segala aspek kehidupan.
- Nahi munkar yaitu mencegah manusia untuk berbuat keji dan munkar di
dalam semua aspek kehidupan.31
Amar ma’ruf nahi munkar adalah realitas dari Dakwah Islam.
31Ibid, hal 30.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Muhammadiyah sebagai gerakan yang berusaha untuk memperbaruai cara
berpikir, memahami dan menginterpretasi ajaran Islam. Dengan kata lain
Muhammadiyah ingin mengembalikan ajaran Islam yang sudah bercampur
aduk dengan paham -paham agama dan tradisi yang bukan berasal dari ajaran
Islam yang menjurus ke arah Syirik, Khurafat dan Bid’ah.32 Sifat Tajdid yang
digagas dan digunakan dalam gerakan organisasi Muhammadiyah sebenarnya
tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai
perbuatan yang tertera di atas, akan tetapi juga termasuk dengan upaya –
upaya Muhammadiyah dalam melakukan berbagai pembaharuan di dalam
cara – cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan
bersosialisasi, diantaranya :
- Cara pengelolaan rumah sakit.
Dan sebagainya,33
32Djamaluddin Ahmad Al Buny. Op.cit. hal 33. 33Muhammad Kadri, Op.cit. hal 137 – 138.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
otomatis menjadi sebuah gerakan nasional, hal ini tercermin dari kegiatan
Muhammadiyah selain mensyiarkan Islam, Muhammadiyah juga ikut
membangkitkan semangat nasional di bidang kesejahteraan umat melalui
bidang pendidikan, dengan penyiaran – penyiaran, Tabligh dan Pengajian.
Sejak berdirinya, Muhammadiyah sudah menunjukan bagaimana ia
membangkitkan semangat nasional melalui penyebaran Islam.
Dalam tujuan Muhammadiyah di awal berdirinya disebut bahwasanya salah
satu tujuan Muhammadiyah adalah memajukan dan menggembirakan
pengajaran dan pelajaran Agama Islam di Hindia Nederland.34 Dapat
dilihat jelas berdasarkan kalimat tersebut di atas mengandung semangat juang
dan keinginan yang menyala – nyala dari Organisasi Muhammadiyah ini
untuk terus memajukan umat Islam dan Bangsa Indonesia.
Gerakan – gerakan di atas yang melekat pada Muhammadiyah dan secara
serta merta melekat pula pada setiap Organisasi Muhammadiyah yang ada dimanapun
berdiri. Termasuk juga di wilayah Binjai yang merupakan topik pembahasan skripsi
ini.
Membahas tentang berdirinya Muhammadiyah di Binjai tidak terlepas dari
pembahasan Muhammadiyah Sumatera Timur, hal ini dikarenakan Binjai merupakan
wilayah bagian dari keresidenan Sumatera Timur terkait dengan tahun penulisan
skripsi ini. Seperti yang tertera pada latar belakang masalah skripsi ini, bahwa Untuk
wilayah Sumatera, Muhammadiyah pertama kali berdiri di daerah Sumatera Barat,
yang dibawa oleh Abdul Karim Amarullah pada tahun 1925. Pada awalnya para
perantau – perantau Minang ini berkumpul dan mengadakan pengajian yang rutin
yang diselenggarakan hampir setiap minggu. Dari pengajian – pengajian ini mereka
sering berdiskusi tentang masalah – masalah agama dan politik Indonesia pada saat
itu, tidak terlepas dari pembahasan mengenai Muhammadiyah yang telah berkembang
di kampung halaman mereka. Dari pengajian rutin inilah kemudian cikal bakal
Muhammadiyah mulai terbentuk di wilayah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli
atau Medan saat ini, pada 25 November 1927 Muhammadiyah berdiri di Deli
(Medan) diketuai oleh H.R. Muhammad Said yang merupakan anggota pengurus
Sarekat Islam di Pematang Siantar yang cerdas dan seorang pemimpin redaksi
Pewarta Deli, maka dari itu beliau diminta mengetuai Muhammadiyah Sumatera
Timur pada waktu itu.35 Dan dari daerah inilah Muhammadiyah bergerak ke seluruh
wilayah SumateraTimur, yang mana Binjai juga menjadi salah satu bagian
wilayahnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Di Binjai sendiri Muhammadiyah telah mulai di perkenalkan pada tahun 1929
melalui pengajian-pengajian, yang dibawa oleh orang-orang Minang yang merantau
ke Binjai. Adalah seorang guru agama yang datang dari Batu Sangkar Minangkabau
bernama Abbas Abisin yang mempelopori terbentuknya Muhammadiyah di Binjai,
yang sebelumnya beliau menggabungkan diri dengan Muhammadiyah Medan.
Pernyataan ini didukung pula dengan wawancara yang penulis lakukan dengan bapak
Sufriadi Hasan Basri selaku mantan pengurus Muhammadiyah Binjai periode 1990 –
1995 yang dipercaya oleh anggota Muhammadiyah Binjai mengetahui seluk beluk
sejarah kemuhammadiyahan di Binjai. Beliau mengungkapkan Bahwa memang
Muhammadiyah di Binjai dipelopori oleh orang Minang yang bernama Abbas Abisin,
bahkan dapat dikatakan di Binjai sendiri pada waktu itu para anggotanya kebanyakan
adalah orang Minang bahkan hingga saat ini pun demikian.36
Berikutnya Abbas Abisin menarik 11 temanya dari Binjai untuk menjadi
anggota Muhammadiyah Medan, adapun mereka adalah; M. Sabirin, Saidi Ibrahim,
St. Rajo Ameh , Ahmad Adam, Daridin st. Batuah, Muhammad Isa, Malin Kayo
Jamil, A. Manan Gadang , A. Manan Uban, Rabaini, Usman Jamil, namun mereka
enggan untuk diberitahukan tentang keanggotaanya karena takut akan diusir oleh
Sultan yaitu Sultan Mahmud Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmadsyah.37
36 Wawancara: Sufriadi Hasan Basri. 24 Mei 2016. Kuala Madu, Langkat. 37Muhammad Kadri. Op.cit. hal 205
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selanjutnya, Abbas Abisin dan 11 orang temannya meminta kepada H.R.
Muhammad Said selaku Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumatera Timur untuk
mendirikan Muhammadiyah di Binjai, dan beliau menanggapinya dengan mengutus
para mubaligh Muhammadiyah namun tidak berhasil, sebanyak dua kali para utusan
mubaligh meminta izin kepada sultan namun tetap tidak mendapat titik terang, hingga
H.R Muhammad Said sendiri datang ke Binjai untuk meminta izin mendirikan
Organisasi Muhammadiyah kepada Sultan yang berkuasa di Binjai, selanjutnya
barulah pada 20 November 1930 Muhammadiyah Binjai dapat Berdiri dengan catatan
belum keluar SK (Surat Keterangan) dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah di
Yogyakarta.38
berjumlah 12 orang tidak termasuk simpatisan Muhammadiyah yang mana di
dominasi oleh etnis Minang, dengan struktur kepengurusannya :
Ketua : Abbas Abisin
Sekretaris : M. Sabirin
Bendahara : Saidi Ibrahim
Muhammadiyah Binjai pada awal berdirinya bertepatan dengan kekuasaan
bangsa Kolonial Belanda, wilayah kerjanya mencakup Binjai-Langkat karena
memang Binjai pada tahun terkait menjadi bagian dari wilayah Langkat, bahkan
menjadi Ibukota dari pemerintahan Kesultanan Langkat atau dikenal sebagai
Kotapraja (Gemente).40
Seperti yang tersebut di atas bahwa berdirinya Muhammadiyah di Binjai
tanggal 20 November 1930, belum keluar Surat Keterangan (SK) dari pimpinan
Muhammadiyah di Yogyakarta, namun walaupun demikian Muhammadiyah telah
aktif menjalankan organisasinya dan telah rutin menjalankan beberapa kegiatan –
kegiatan seperti pengajian – pengajian yang mendengungkan bahwa hidup harus
berpedoman pada sumber pokok ajaran Islam yang berlandaskan Al – Qur’an dan
Hadist, serta memberantas perbuatan – perbuatan yang tidak tersurat pada sumber
pokok ajaran Islam yakni Bid’ah, Khufarat dan Syirik, juga berbagai kegiatan sosial
keagamaan lainnya seperti menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Kemudian
barulah pada 28 Oktober 1936 terbit Surat Keterangan (SK) dari Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dengan no. 596/B, Muhammadiyah semakin memantapkan kegiatan
berorganisasinya di Binjai.41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dipengaruhi dengan masyarakat Binjai yang heterogen, dimana tidak ada orientasi
khusus yang diterapkan oleh pemerintahan yang berkuasa di Binjai saat itu.
Tidak adanya pembatasan mengenai orientasi – orientasi yang dilakukan oleh
berbagai lembaga – lembaga masyarakat dan organisasi – organisasi yang masuk di
Binjai, maka secara otomatis Muhammadiyah dapat masuk dan berkembang di
wilayah Binjai.
Setelah Muhammadiyah diperbolehkan melebarkan sayap organisasinya
keluar pulau Jawa tahun 1921, Muhammadiyah menetapkan program kerjanya yang
didukung dengan pengurus organisasi disetiap daerah secara struktural (lihat lampiran
1.5).
Selama tahun 1930 hingga tahun 1945 Muhammadiyah di Binjai mengalami
beberapa pergantian pengurus sebanyak tiga kali, yaitu;
Kepengurusan pertama yang bertepatan dengan masa pemerintahan kolonial
Belanda dan bertahan sampai tahun 1942, dan berganti.
Ketua : Abbas Abisin
Sekretaris : M. Sabirin
Bendahara : Saidi Ibrahim
namun hanya bertahan sebentar sampai tahun 1944 dan berganti lagi.
Ketua : Rustam Thaib
Sekertaris : Izuddin Qadir
Indonesia di Binjai pada tahun 1945 sebagai penerima kabar kemerdekaan
melalui telegram yang berasal dari wilayah Padang yaitu :
Ketua : Abd Rahim Haetamy
Sekertaris : Malin Kayo Jamil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.Faktor – faktor yang Mendorong Perkembangan Muhammadiyah di Binjai
Sebagi sebuah pemahaman yang baru tentu saja Muhammadiyah tidak
langsung diterima begitu saa oleh masyarakat Binjai, apalagi Muhammadiyah
mencoba memberantas segala bentuk tindak tanduk yang dianggap tidak sesuai
dengan sumber pokok ajaran Islam yaitu Al – Qur’an dan Hadist yang mana kegiatan
– kegiatan itu telah mendarah daging dilakukan secara turun – temurun. Seperti
kenduri kematian 40 hari, wirit dan permohonan kepada mayat.
Alasan diatas menjadi salah satu faktor didirikanya Muhammadiyah di Binjai
disamping memang Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi ingin
mengembangkan organisasinya.
Terdapat beberapa kegiatan yang membuat Muhammadiyah dapat
berkembang dan diterima masyarakat, yaitu dengan cara dakwah yang terus menerus
dilakukan serta yang terpenting adalah bentuk nyata yang terealisasi melalui kegiatan
dan kepedulian sosial terhadap sesama seperti memberi bantuan kepada fakir miskin
dan menyantuni anak – anak yatim.45
Sekiranya hal ini adalah analisa penulis, beberapa faktor itu membawa
dampak positif dari masyarakat Binjai sehingga Muhammadiyah dapat diterima dan
45 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 Jakarta: LP3S, 1991. hal 124.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
berkembang di Binjai. Pernyataan ini sejalan pula dengan wawancara yang penulis
lakukan dengan mantan ketua Pimpinan Daerah Binjai. yang menyebutkan bahwa
dapat berkembangnya Muhammadiyah di Binjai maupun didaerah lain memang
didasari bentuk tindakan nyata yang dilakukan Muhammadiyah, seperti
kepeduliannya terhadap pendidikan Islam dan sosial kemasyarakatan, sekiranya
Muhammadiyah hanya berdakwah kemungkinan Muhammadiyah tidak sebesar saat
ini.46
perkembangan Muhammadiyah di Binjai.
Mengembangkan Organisasinya di Binjai
Sejak awal di dirikannya oleh K.H. Ahmad Dahlan Muhammadiyah memang
bertujuan sebagai Dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Seperti yang tertera pada
bab sebelumnya dakwah yang dilancarkan oleh Muhammadiyah bersifat Tajdid
(pemurnian). Dalam arti yang luas Tajdid disini semata – mata bukan hanya
memurnikan atau memperbaharui segala perbuatan yang menyimpang dari ajaran
Islam yang sesungguhnya, melainkan ikut berperan dalam pembaharuan dalam
berbagai bidang seperti pendidikan dan sosial kemasyarakatan.47
46 Wawancara: As Adinata, 1 Juni 2016. Kebun Lada, Binjai. 47Abdul Munir Mulkhan. Op.cit. hal 27.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sejak kelahiran Muhammadiyah, konsep dakwah mengalamai perluasan
makna dan cakupan. Dakwah tidak lagi sebatas dan identik dengan berceramah.
Aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit, pendidikan, panti sosial
dan tentu saja aktivitas penyelenggaraan pengajian dan pengkajian serta berceramah
adalah dakwah. Semua aktivitas yang dilakukan oleh Muhammadiyah untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, adalah dakwah. Aktivitas
dakwah kemudian dilembagakan dan diorganisir secara permanen oleh
Muhammadiyah.48
persyarikatan yang merupakan gerakan Islam, yang maksud gerakannya ialah
Dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dalam segala aspek kehidupan manusia,
baik sebagai perorangan maupun kepada kelompok manusia secara kolektif, untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar – benarnya. Kepribadian
Muhammadiyah menetapkan bahwa Muhammadiyah berjuang dalam segala bidang
tanpa mengorbankan prinsip, dengan landasan dan pedomannya kembali kepada
sumber pokok Agama Islam yakni Al – Qur’an dan As – Sunnah (Al – Hadist).49
Sebagai gerakan dakwah yang multidimensi, muhammadiyah senantiasa
melakukan terus menerus langkah-langkah dakwah, baik secara kualitif maupun
kuantitatif menuju terwujudnya cita-cita dan tujuan Muhammadiyah, yaitu
48Alwi Shihab. Membendung Arus : Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi
Misi Kristen di Indonesia. Bandung : Penerbit Mizan, 1998. hal 105. 49Umar hasyim.Op.cit. hal 47.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dakwah memiliki pengertian yang luas, yakni dengan tujuan untuk mengajak
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan
ajaran islam kedalam kehidupan nyata.50
Dalam muatan kepribadian Muhammadiyah dinyatakan bahwa maksud
Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua
bidang yaitu Perseorangan dan masyarakat.
Perseorangan yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
1. Orang yang sudah islam
-Sifat Dakwah kepada orang yang sudah Islam
Sifat dakwah yang ditujukan kepada orang yang sudah islam bukan lagi
bersifat ajakan untuk menerima islam sebagai keyakinan, akan tetapi bersifat Tajdid
dalam arti pemurnian. Artinya bahwa tajdid yang dikenakan pada golongan ini adalah
bersifat menata kembali amal keagamaan mereka sedemikian bersih dan murninya.
Sebagaiman yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-rasul-Nya. Tajdid terhadap amal
keberagamaan umat Ijamah meliputi beberapa bidang, yaitu :
a. Akidah
Akidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan keyakinan hidup.
Pada bidang ini tekanan Tajdid yang perlu mendapat perhatian cukup serius adalah
dalam bidang ajaran tauhid, seperti 3 bentuk penyakit yang ditegaskan oleh
50Maryadi, Abdullah Aly (Ed). Muhammadiyah dalam Kritik. Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2001. hal 23.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dinamisme (khurafat).
b. Akhlaq
Tajdid dalam bidang Akhlaq adalah berupa mendidik dan mendayakan sikap
hidup yang mulia dan terpuji dan bersamaan dengan hal tersebut menuntun untuk
melepaskan diri dari sikap dan kebiasaan hidup yang tercela dan menjijikan.Dalam
matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah dinyatakan bahwa
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai
ciptaan manusia.
c. Ibadah
Tajdid dalam bidang ibadah terhadap orang yang sudah islam adalah
menuntunkan ibadah sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW tanpa
tambahan/perubahan dari manusia (bid’ah).
d. Muamalat Duniawiyat
membimbingkan, menuntunkan kepada mereka agar dalam berkiprah ditengah-tengah
masyarakat dengan berbagai kegiatannya mereka selalu berpedoman kepada qaidah-
qaidah yang telah digariskan oleh ajaran agama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
-Sifat dakwah kepada orang yang belum islam
Dakwah kepada orang yang belum islam adalah merupakan ajakan, seruan
dan panggilan yang bersifat menggembirakan, menyenangkan atau tabsyir. Adapun
tujuan utamanya adalahagar mereka bisa mengerti, memahami ajaran Islam, dan
kemudian mau menerima Islam sebagai agamanya, dilakukan dengan menunjukkan
Mahasinul-Islam (keindahan islam) dengan keterangan-keterangan dan tingkah
laku (contoh teladan) serta tanpa paksaan.Dakwah terhadap orang yang belum islam
hendaknya lebih dikedepankan Islam dari sisi yang menggembirakan, yang ringan-
ringan, yang dapat menimbulkan kesan bahwa sesungguhnya beragama islam itu
ternyata mudah dan menggembirakan, bukan menambah beban dan tidak akan
menimbulkan kesusahan dan kesulitan.51
Pada kategori ini sifat dakwah yang digerakkan muhammadiyah berbeda-beda
disesuaikan dengan karakter, situasi dan kondisi masing-masing. Langakah – langkah
Muhammadiyah dalam berdakwah terkesan modern pada zamannya, seperti yang
tertulis di atas bahwa dakwah yang dilancarkan Muhammadiyah tidak semata – mata
hanya ceramah dan kegiatan pengkajian – pengkajian melainkan mencakup bidang –
bidang seperti pendidikan, sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan dengan kata
lain seluruh aktivitas dan amal usahanya merupakan manifestasi dakwah belaka.
51Djamaluddin Ahmad Al Buny. Op.cit. hal 75 - 76.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan caranya yang khas, Muhammadiyah melaksanakan Dakwah amar
ma’ruf nahi munkar di seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik kepada
perseorangan maupun kepada kelompok masyarakat.52
Gerakan Dakwah yang dilangsungkan oleh Muhammadiyah didukung pula
oleh Organisasi pendukung yang dinaungi oleh Muhammadiyah seperti; Aisyiyah
(gerakan perempuan Muhammadiyah yang tentunya tetap berasaskan Islam), Nasyitul
Aisyiyah (perkumpulan para kaum muda putri yang tertarik dengan Dakwah amar
ma’ruf nahi munkar yang dilakukan Muhammadiyah), IPM (Ikatan Pemuda
Muhammadiyah, yang merupakan wadah pengkaderan bagi pemuda – pemuda
anggota keluarga Muhammadiyah ataupun yang tertarik dengan Muhammadiyah),
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (perkumpulan para pelajar Muhammadiyah), Tapak
Suci Muhammadiyah (perguruan pencak silat Muhammadiyah) dan Hizbul Wathan
(organisasi kepanduan, seperti pramuka saat ini) atau yang dikenal sebagai organisasi
otonom Muhammadiyah, yang tentunya ikut berperan penting dalam pengkaderan
Muhammadiyah dan pengembangan usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan,
keagamaan dan kemasyarakatan.53
Hal ini tergambar pula pada Organisasi Muhammadiyah yang berdiri di Binjai
pada tahun 1930, kegiatan Dakwah yang dilangsungkan Muhammadiyah di Binjai
terus berjalan dimulai dari awal berdirinya baik secara perorangan maupun organisasi
52Umar hasyim.Op.cit. hal 58. 53Mukhaer Pakkana & Nur Ahmad. Muhammadiyah Menjemput Perubahan. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas, 2005. Hal 47.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang tentunya sesuai dengan kepribadian yang telah ditetapkan oleh Muhammadiyah.
Namun kegiatan Dakwah Muhammadiyah di Binjai tidak semata – mata hanya
berbentuk kegiatan tabligh dan ceramah pengajian saja. Terbukti setelah beberapa
tahun Muhammadiyah Binjai berdiri, Muhammadiyah mulai mendirikan sekolah –
sekolah agama seperti sekolah Woestho Muhammadiyah dan Madrasah Mualimin /
Mualimat yang tujuan dan harapannya juga tidak terlepas dari kegiatan dakwah
Muhammadiyah.
Aisyiyah yang berdiri sekitar tahun 1933, yang bergerak pada lingkungan masyarakat
khususnya wanita dalam bentuk kegiatan pengajian – pengajian dan juga kegiatan –
kegiatan sosial seperti menyantuni fakir miskin dan anak –anak yatim, di Binjai
pertama kali anggota Aisyiyah adalah para Istri – istri dari anggota Muhammadiyah
Binjai.54
berbagai tanggapan baik positif maupun negatif. Dakwah yang dilangsungkan
Muhammadiyah di Binjai tidak serta – merta langsung diterima oleh masyarakat
Binjai, bahkan pernah sekali terjadi kasus pembunuhan terhadap anggota
Muhammadiyah di Binjai.
54 Wawancara: Sufriadi Hasan Basri. Kuala Madu, Langkat. 24 Mei 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memurnikan ajaran Islam dan menentang segala perbuatan yang menyimpang dari
sumber pokok ajaran Islam yakni Al – Qur’an dan Al – Hadist, benar – benar
memberantas perbuatan seperti; Khufarat dan Bid’ah, misalnya; bermacam kegiatan
kenduri/wirit, permohonan doa pada orang yang telah meninggal, pembacaan qunut
pada Shalat Shubuh dan sebagainya, yang pada dasarnya telah membudaya pada
masyarakat Islam di Indonesia sejak lama jauh sebelum berdirinya Muhammadiyah.
Namun tidak pula dapat dipungkiri, Muhammadiyah sedikit banyaknya ikut berperan
dalam pengembangan sarana – pra sarana pendidikan, karena Muhammadiyah
berpandangan bahwa kunci kemajuan dan kemakmuran kaum Muslim salah satunya
adalah perbaikan pendidikan.55
Segala tindak tanduk Muhammadiyah tentunya tidak senantiasa mendapat
komentar positif dari masyarakat, menjadi hal yang wajar terjadi pro – kontra
mengenai gerakan yang dilangsungkan Muhammadiyah. Di Binjai sendiri
Muhammadiyah yang berdiri tahun 1930 tidak langsung diterima, apalagi seperti
yang tertulis pada pembahasan sebelumnya, pada usaha awal untuk mendirikan
Muhammadiyah di Binjai tidak langsung diterima oleh sultan yang berkuasa di
Binjai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Namun dengan niat yang sungguh – sungguh Muhammadiyah di Binjai dapat
berdiri. Pada perkembangan selanjutnya Muhammadiyah di Binjai mulai melakukan
pengajian – pengajian dan kegiatan tabligh yang tentunya menuai berbagai tanggapan
dari masyarakat Binjai, bahkan pada tahun 1936 sempat terjadi peristiwa yang
mengerikan pada Muhammadiyah di Binjai, dimana terjadinya kasus pembunuhan
terhadap salah satu anggota Muhammadiyah Binjai waktu itu, tepatnya di Senembah
Binjai sepulangnya dari melaksanakan pengajian rutin Muhammadiyah, dan di duga
pembunuhnya adalah orang yang sangat anti dengan gerakan yang dilangsungkan
Muhammadiyah, sebab dengan pemberantasan segala macam Bid’ah, Khurafat dan
Tahyul sebagai suatu yang telah membudaya benar – benar dikritisi oleh
Muhammadiyah, bahkan pada waktu itu Muhammadiyah dianggap sebagai aliran
sesat.56
Namun peristiwa tersebut dianggap sebagai suatu teguran dan tamparan pada
Muhammadiyah di Binjai untuk semakin memperjuangkan Muhammadiyah sebagai
gerakan Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam segala aspek dengan tindakan –
tindakan yang konkrit dan sesuai dengan pedoman dalam Islam yaitu Al – Qur’an dan
Al – Hadist (As – Sunnah).
Walaupun pada tahun – tahun awal didirikannya Muhammadiyah di Binjai
mendapat berbagai tindakan kontra dari masyarakat, adapula yang simpatik dan pro
terhadap gerakan Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah dianggap sebagai sarana
56Fuad Afsar. Op.cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam mengembangkan masyarakat Islam adil dan makmur yang memang memegang
teguh sumber – sumber pokok ajaran Islam Al – Qur’an dan Al – Hadist serta
merealisasikan dakwah secara modern melalui berbagai bidang.57 Terbukti bahkan
hingga saat ini Muhammadiyah masih tetap bertahan di Binjai dengan usahanya yang
menyebar hampir di seluruh wilayah Binjai.
4.3.Muhammadiyah di Binjai Masa Kolonial Belanda
Berdirinya Muhammadiyah di Binjai masih bertepatan dengan kekuasaan
bangsa Kolonial Belanda di daerah tersebut. Menyikapi pendirian Muhammadiyah di
Binjai pihak Belanda tidak serta merta menerimanya begitu saja, hal ini disebabkan
karena pihak Belanda sangat anti dengan perkumpulan – perkumpulan dan organisasi
– organisasi yang didirikan oleh masyarakat pribumi, karena takut akan menjadi
ancaman terhadap pemerintahan Kolonial Belanda. Setidaknya ada 3 alasan yang
membuat Kolonial Belanda terhadap gerakan yang dilangsungkan oleh
Muhammadiyah dimanapun organisasi ini berdiri, termasuk di Binjai. alasan tersebut
yaitu:
gerakan yang memiliki jiwa dan semangat perjuangan dalam menegakkan
ajaran Islam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Belanda.
dikobarkan oleh ulama – ulama Minangkabau yang berasal dari ulama –
ulama pembaharu Islam yang sejalan dengan pergerakan Muhammadiyah
itu sendiri.58
Maka untuk membubarkan Muhammadiyah pihak Kolonial mulai melakukan
cara - cara licik yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah Kolonial Belanda yaitu
politik devide at impera, atau dikenal sebagai politik adu domba antara masyarakat
pribumi, dalam hal ini mengadu domba Muhammadiyah dengan sultan yang berkuasa
agar membenci Muhammadiyah karena akan mengancam pemerintahan sultan, hal
inilah akhirnya menyebabkan banyak yang membenci Muhammadiyah bukan hanya
organisasinya saja tetapi juga perorangan yang aktif dalam Muhammadiyah.59
Pada awal – awal berdirinya Muhammadiyah di Binjai para anggota
Muhammadiyah enggan untuk diberitahukan identitasnya sebagai anggota
Muhammadiyah karena takut akan diusir oleh sultan / raja yang berkuasa dan takut
pada bangsa Kolonial Belanda, namun pada tahun 1933 setelah Binjai menjadi tuan
58Muhammad Kadri, Op.cit. hal 194. 59Ibid. hal 196.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Muhammadiyah di Binjai mulai berani berterang – terangan bahwa dirinya adalah
anggota Muhammadiyah, hal ini di karenakan dengan adanya konferensi tersebut
maka secara otomatis pergerakannya telah diketahui.60
Adapun garis besar perjuangan (Khittah) Muhammadiyah masa kekuasaan
bangsa Kolonial Belanda dikenal sebagai “Langkah Dua Belas” yang dikeluarkan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Hoffbestur Moehammadiyah) saat itu yakni K.H.
Mas Mansyur sebagai ketua Pimpinan Muhammadiyah yang ke – 4 pada tahun 1938,
dan Khittah ini adalah buah pemikiran dari K.H. Mas Mansyur dan merupakan
khittah yang pertama kali lahir di dalam Organisasi Muhammadiyah.
Adapun isinya yaitu :
1. Memperdalam Iman
mendarah daging di hati sanubari para anggota Muhammadiyah.
2. Memperluas Faham Agama
luasnya, diujikan dan diperbandingkan, sehingga para anggota
Muhammadiyah mengerti dan meyakini bahwa Agama Islam yang paling
60Fuad Afsar. Op.cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keagamaan itu.
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang budi pekerti (akhlak) yang terpuji
(mahmudah) dan sifat yang tercela (mazmumah), sehingga amalan para
anggota Muhammadiyah berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
4. Menuntun amalan Intiqad
untuk mendatangkan kemaslahatan dan menjauhkan mudarat.
5. Menguatkan Persatuan
mengkokohkan pergaulan persaudaraan, mempersamakan hak dan
memerdekakan lahirnya pikiran – pikiran baru.
6. Menegakkan Keadilan
7. Melakukan Kebijaksanaan
menyalahi kedua pegangan itu harus dibuang, karena itu bukan kebijaksanaan
sesungguhnya.
merupakan soalan penting dan memiliki pengaruh besar pada kalangan
Organisasi Muhammadiyah.
khusus dan penting seperti Usaha Dakwah Islam di seluruh Indonesia.
10. Memsuyawaratkan Putusan
dimusyawarahkan dengan pihak yang bersangkutan, sehingga dapat
mentanfizkannya untuk mendapatkan hasilnya segera.
11. Mengawasi gerakan ke dalam
Hendaklah mempertajam pandangan, guna mengawasi gerak kita dalam
bermuhammadiyah, baik mengenai yang sudah lalu, yang masih berlangsung
maupun yang akan dihadapi.
12. Memperhubungkan gerakan luar
silaturrahim, tolong – menolong dan segala kebaikan, dengan tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
persyarikatan dan pemimpin Islam.61
Sekiranya beberapa poin diatas merupakan garis besar perjuangan (Khittah)
ataupun panduan dalam berorganisasi Muhammadiyah pada masa Kolonial Belanda
hingga tahun 1947. Dan Khittah ini berlaku pada setiap Organisasi Muhammadiyah
dimanapun ia berada. Dengan diberlakukannya khittah ini pada organisasi
Muhammadiyah di Binjai maka Muhammadiyah di Binjai mengalami perkembangan
anggota maupun simpatisan Muhammadiyah serta usaha – usaha yang didirikan
Muhammadiyah.
Pada masa kekuasaan Kolonial Belanda di Binjai dapat penulis katakan,
semangat bermuhammadiyah mulai tumbuh pada diri anggota dan simpatisan
Muhammadiyah di Binjai.
Pada masa kependudukan Jepang, Muhammadiyah sebagai organisasi agama
di Indonesia mendapatkan dukungan dari pemerintah Jepang. Muhammadiyah dan
Nahdatul Ulama’ diberi izin untuk mengelola pendidikan Muslim di atas tingkat
pendidikan dasar. Agar mendapat simpati dari umat Islam, maka Jepang berlaku
lunak kepada Muhammadiyah. Gerakan dakwah Islam yang dilakukan
Mughammadiyah berjalan biasa. Organisasi Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah,
61Umar hasyim.Op.cit. hal 168 – 169.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menghilangkan kesan bahwa kehadiran mereka tidaklah untuk menjajah, melanikan
sebagai pelindung Asia atau saudara Tua Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 1942
Jepang mengeluarkan UU Nomor 3 dan 4 yang melarang organisasi pergerakan
rakyat Indonesia aktif. Sebagai penggantinya Jepang membentuk Putera yang
dipimpin empat serangkai. Salah satu empat serangkai tersebut adalah Mas Mansur
yaitu pimpinan pusat Muhammadiyah, sehingga jabatan pimpinan pusat
Muhammadiyah diserahkan kepada wakil ketua, yaitu Ki Bagus Hadikusumo.62
Di Binjai sendiri pada masa kekuasaan Jepang terjadi perubahan susunan
kepengurusan yaitu :
Sempat terjadi kegemparan di kalangan umat beragama di masa pemerintahan
Jepang, khususnya di Binjai dimana saat umat Islam dan umat lainnya terkekang
dalam beragama, ketika balatentara Jepang mengeluarkan Maklumat memerintahkan
62Abdul Munir Mulkhan. Op.cit. hal 66 63Fuad Afsar. Op.cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
sekalian penduduk pada 29 April 1942 berkumpul ke tanah lapang Binjai dan
sembahyang menundukkan kepala menghadap ke Timur Laut matahari terbit di mana
tempat Istana Kaisar (Tenno Heika dan Seikeirei). 64 Peristiwa ini tentu menjadi
pembicaraan kaum pergerakan, politisi, cendikiawan dan terutama sekali para
pemuka agama, menjadi masalah dan beban mental yang sangat berat khususnya
ummat Islam dan umat beragama umumnya.Dengan peristiwa tersebut menjadi daya
pendorong menyadarkan pada semua kalangan masyarakat,apakah kalangan
pergerakan, apakah kalangan politisi, apakah kalangan cendikiawan, terutama sekali
para ulama dan kalanganpara pemuka agama bersatu padu untuk menghadapi
tindakan Jepang untuk saling membantu dan memberikan perlindungan
sesamanya.Tentunya Muhammadiyah juga melakukan perlawananya terhadap
maklumat tersebut yang di gaungkan oleh Ki Bagus Hadikusumo.65
Dalam situasi politik yang tidak menentu pada masa Kekuasaan Jepang
Muhammadiyah Binjai menjadi kurang terurus hal ini disebabkan banyak para
pengurus Muhammadiyah yang secara sengaja maupun tidak, melupakan tanggung
jawabnya dalam melakukan gerakan Muhammadiyah misalnya;
Baharuddin Ali dan Syahbuddin mempelopori pembentukan Lasykar
Hizbullah.
64Ibid. 65Mukhaer Pakkana & Nur Ahmad. Op.cit. hal 55.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kemudian, kemunduran Muhammadiyah pada masa Jepang juga disebabkan
oleh karena seluruh harta benda Muhammadiyah (dijalan KH. Ahmad Dahlan, Binjai
sekarang) dirusakan oleh Poh An Tui (tentera bentukan sekutu), sedangkan salah satu
pengurus Muhammadiyah ada yang ditawan yaitu A.Yusuf Husein.66
4.5.Muhammadiyah di Binjai Masa Kemerdekaan Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan yang diumumkan Soekarno Hatta pada
tanggal 17Agustus1945 hari jumat, jam 10:00 pagi di Pegangsaan Timur no. 56
Jakarta, dikota Binjai baru menerima berita proklamasi itu pada tanggal 1syawal 1365
H / 6 September 1945 setelah menerima 2 telegram dari Bukit Tinggi yang bersamaan
datangnya,Telegram I dari Jamaluddin Adi Negoro ditujukan kepada al ustadz Abdul
Halim Hasan.Telegram II dari Buya AR Sutan Mansur pimpinan Muhammadiyah
Sumatera yang berkedudukan di Bukit Tinggi ditujukan kepada Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Binjai, yang diterima oleh Abd. Rahim Haetamy, Malin Kayo dan
Yahya Nata.67
Ketua : Abd Rahim Haetamy
Sekertaris : Malin Kayo Jamil
Mereka menerima telegram dari AR Sutan Mansur PP Muhammadiyah
Sumatera berkedudukan di Bukit Tinggi. Isi kedua buah telegram tersebut bunyinya
sama, yang memberitahukan bahwa Indonesia sudah merdeka diumumkan oleh
Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia pada tangal 17 Agustus 1945 di Jakarta
dan pemerintahan RI sudah terbentuk. Ir. Sorkarno sebagai Presiden dan Dr. Moh.
Hatta sebagai Wapresnya, di Sumatera Mr. T. M. Hassan telah diangkat dan
ditetapkan oleh Presiden sebagai Gubernur Provinsi Sumatera dan Dr. M Amir
sebagai wakil gubernurnya, diharapkan agar di kota Binjai dan Langkat untuk
menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dikibarkan
bendera merah putih dan mempersiapkan pembentukan pemerintah RI di kota Binjai
dan Langkat.68
Persiapan pengibaran bendera merah putih pertama di Binjai oleh al ustadz
H.Abd. Halim Hasan sebagai pimpinan politik ketua majelis islam tinggi (MIT)
Binjai, memanggil anggota MIT di binjai yang terdiri;
1. Al ustadz abd. Rahim haitamy
2. Al ustadz Sainal Arifin Abbas
3. H. Abd. Wahab Lubis
4. Malin Kayo M. Jamil
5. A. Yusuf Husin
Setelah diadakan diskusi secara mendalam, mengambil keputusan bahwa pada
hari itu juga tanggal 6 September 1945 Bendera Merah Putih harus dikibarkan secara
rasmi, lokasi atau tempat pengibaran bendera harus disiapkan. Yang melaksanakan
pengibaran bendera merah putih, diinstruksikan kepada Muhammadiyah, yang isinya
adalah :
a. Menginstruksikan kepada Muhammadiyah Binjai untuk mempersiapkan dan
melaksanakan pengibaran bendera merah putih pada hari ini juga tanggal 6 september
1945 pukul 14.30 wib.
b. Lokasi tempat pengibaran bendera merah putih tersebut pertama di Binjai di jalan
kebun lada simpang empat sebelah kiri yang sekarang dikenal sebagai jalan Perintis
Kemerdekaan.69(lihat lampiran 1.7)
dengan secepatnya menghimpun para pemuda dan masyarakat di kampung Kebun
Lada dan sekitarnya yang terdiri dari :
1. M.Yahya Nata 16. Abd. Latief
2. Sulaiman Saleh 17. M. Sami
3. M. Saad Amin 18. Udin S.
4. M. Thaib Jamil 19. Ahmad Sayuti
5. H. Ibrahim 20. Sukirno
6. Abd. Jalil 21. Hasan Usman
7. Ibrahim 22. Samiun Idris
8. M. Salim 23. Abd. Malik
9. M. Mabil Lubis 24. Imong
10. Radiman 25. Bachtiar
69Ibid.
13. M. Abbas 28. Paino
14. M. Husin 29. Khairuddin
15. M. Husin Aceh 30. M. Idris (lihat lampiran 1.8)
Pimpinan upacara pengibaran bendera merah putih pertama di Binjai dipimpin
langsung oleh Abd. Rahim Haetamy. Berkibarlah bendera merah putih pertama kali
di Kebun Lada, karena sulitnya kain pada waktu itu diambillah kain sarung bantal
kepunyaan Sulaiman Saleh dan dijahitkan oleh ibu Ugik kebetulan berwarna merah
putih meskipun kurang sempurna warnanya, berkibarlah bendera merah putih di
Simpang Empat Kebun Lada. 30 0rang di atas, kemudian mengarak bendera merah
putih ini ke kota Binjai dan ditegakkanlah di tiang gol lapangan kota Binjai
sekarang.70 (lihat lampiran 1.9.)
Berita pengibaran bendera merah putih yang pertama di kota Binjai, akhrinya
tersebar luas ke tengah tengah masyrakat kota Binjai, disambut dengan rasa sangat
gembira sehingga membakar semangat masyarakatnya.
Masyarakat kota binjai dan sekitarnya yang dipelopori dan dikordinir oleh M
Husin Nasution seorang politikus dan guru HIS, Joko Sungkono guru Tamsis dan raja
Anwar Johan pegawai Gun Sei Bu yaitu sebuah organisasi pemerintahan militer
Angkatan Darat di Indonesia pada masa pendudukan Jepang, yang mempersiapkan
pengibaran bendera merah putih. Pada esok harinya 7 september 1945 di tanah lapang
Binjaiatas dorongan saudara M. Nasib bersama sama dengan guru taman siswa dan
70Fuad Afsar. Op.cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
tokoh tokoh masyarakat Binjai dikibarkan pula bendera merah putih di tanah lapang
Binjai, Lokasi atau tempat pengibarannya di sudut tanah lapang Binjai yaitu sekarang
di samping sudut kiri markas kantor Kondim 0203 Langkat Binjai.71 (lihat lampiran
1.10.)
Pada tahun ini 1945 adalah awal mula perkembangan pesat Muhammadiyah
di Binjai. Setelah penyerahan kedaulatan negara RI maka gerak Muhammadiyah yang
telah mandeg itu dipulihkan kembali dibawah pimpinan A. Rahman Yakub selaku
ketua dan Baharuddin Syarif selaku sekertaris. Perluasan ranting digerakan sehingga
Muhammadiyah telah mempunyai ranting 4 buah yaitu : ranting bahorok, ranting
Kebun Lada, ranting Tanjung Selamat dan ranting Selayang dengan lebih dari 100
anggota tidak termasuk simpatisan.72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1.Dalam Bidang Sosial Keagamaan
Sejak pertama kali didirikan 1912 oleh pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan
Muhammadiyah memang dimaksudkan sebagai organisasi atau persyarikatan yang
fokusnya terhadap permasalahan sosial keagamaan pada waktu itu. Adapun caranya
yaitu dengan mengadakan kegiatan – kegiatan tabligh dan pengajian – pengajian
tentang Agama Islam yang dikenal sebagai Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar oleh
persyarikatan Muhammadiyah, Dalam praktik beragama, misalnya, Ahmad Dahlan
memelopori pelurusan arah kiblat berdasarkan ilmu falak (astronomi),
pengorganisasian zakat, haji, serta shalat Idul Fitri dan Idul Adha di lapangan.
Pendirian masjid dan mushala di tempat umum dan perkantoran juga adalah salah
satu buah pemikiran Ahmad Dahlan. Aktivitas dakwah dan sosial keagamaan ini
melekat pada tubuh persyarikatan Muhammadiyah dimanapun ia berada sebagai
gerakan dakwah yang mencoba memurnikan ajaran Islam yang telah dekat dengan
Khufarat, Bid’ah dan Tahayul dan tidak sesuai dengan sumber pokok ajaran Islam
yaitu Al – Qur’an dan Al – Hadist. 73
Seperti yang tertulis di atas, bahwa sudah sangat jelas fokus utama dari
gerakan Muhammadiyah adalah Dakwah Islam yang dapat dikategorikan sebagai
73Umar hasyim.Op.cit. hal 58.
61
kegiatan dalam masalah sosial keagamaan. Hal ini tercermin pula pada aktivitas
Muhammadiyah di Binjai terkait tahun penulisan skripsi ini, dapat dikatakan bahwa
pertama kali berdirinya Muhammadiyah dimanapun, kegiatan pertama adalah
Dakwah Islam yang bersumber pada sumber pokok ajaran Islam.
Di Binjai sendiri Muhammadiyah terbentuk melalui aktivitas sosial kegamaan
yang rutin dilakukan setiap minggu oleh para perantau dari Minang seperti yang
tertulis pada bab – bab sebelumnya, yaitu dengan cara mengadakan pengajian dan
kegiatan tabligh serta mendirikan sarana peribadatan umat Islam tentunya. Aktivitas
ini menjadi kegiatan yang utama dalam bermuhammadiyah.
Menurut makalah yang disusun oleh pengurus Muhammadiyah Binjai pada
tahun 2011 untuk memperingati milad Muhammadiyah, yang dikuatkan dengan
wawancara yang penulis lakukan dengan mantan pengurus tahun 1990 bahwa pada
awal pemerintahan Jepang di Binjai, Muhammadiyah Binjai telah menorehkan kesan
positif dikarenakan toleransi antar umat beragama, yaitu; saat umat Kristen yang
tergabung dalam HKBP Binjai mendapat kesukaran untuk beribadah menurut
agamanya, karena pada waktu itu belum mempunyai tempat peribadatannya (Gereja)
sendiri. Kesukaran yang sedang dialami oleh umat Kristen Binjai dikarenakan tidak
adanya sarana peribadatan, menjadi perhatian tokoh tokoh ulama umat Islam dan
organisasi Muhammadiyah Cabang Binjai. Muhammadiyah cabang Binjai salah satu
organisasi pada tahun 30-an yang telah mampu membangun dan mendirikan sebuah
gedung sekolah dengan swadaya para anggotanya yang terletak di jalan KH. A.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dahlan Binjai, (lihat lampiran 1.11) dengan tulus ikhlas Muhammadiyah cabang
Binjai membenarkan sekolahnya dipakai untuk peribadatan bagi umat HKBP tiap-
tiap Minggu sampai tahun 1954 saat gereja HKBP Binjai bisa berdiri.74 Kemudian
tahun 1937 Organisasi otonom Muhammadiyah Binjai yaitu Aisyiyah dan Nasyitul
Aisyiyah membangun sebuah mushalla, yang sekarang telah menjadi Mesjid Taqwa
Muhammadiyah di Kelurahan Kartini Binjai Kota.75 (lihat lampiran 1.11)
5.2.Dalam Bidang Pendidikan
Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Dakwah Islam tidak hanya
merealisasikan dakwahnya melalui kegiatan – kegiatan pengajian dan tabligh, tetapi
juga melalui bidang – bidang lainya, seperti bidang pendidikan. Pendidikan dianggap
penting sebagai pemberantas kebodohan dan tentunya meredam kemiskinan yang
terjadi sepanjang masa kekuasaan bangsa asing di Indonesia, yang tentunya tetap
menyusupkan tentang pengajaran – pengajaran mengenai Muhammadiyah.
Perbaikan mutu pendidikan adalah langkah merubah pola pemikiran, cara
berbuat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kondisi umat Islam yang
selslu berada dalam kemiskinan dan keterbelakangan tampaknya telah menempatkan
Islam sebagai agama yang belum dapat mengaktualisasikan dirinya sebagaimana
74Wawancara dengan bapak Sufriadi Hasan Basri selaku mantan pengurus Muhammadiyah
Binjai, periode 1990 – 1995. Pada tanggal 24 Mei 2016. 75Fuad Afsar. Op.cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
yang diingikan.76 Untuk itu kiranya pendidikan menjadi soalan yang penting dalam
gerakan yang dilangsungkan Muhammadiyah.
pendidikan di Binjai dari tahun 1930 - 1945 diantaranya;
Pada awal tahun berikutnya 1931 setelah Muhammadiyah di Binjai berdiri
pada 1930, Muhammadiyah mendirikan sebuah sekolah yang bernama
Woestho Moehammadiyah, namun hanya bertahan sebentar karena pada
tanggal 9 Maret 1931 Jaksa kerapatan beserta oppas Belanda yang
berkedudukan di Binjai menutup sekolah tersebut dengan dalih belum ada izin
dari Sultan yang berkuasa di Binjai dan pada tahun 1940 sekolah ini kembali
dibuka dan berganti nama dengan Madrasah Woestho Moehammadiyah atau
seperti Madrasah Tsanawiyah yang dikenal sekarang ini .77
Selanjutnya, Pada tahun 1933 dibuka pula H.I.S. Met De Quran
Moehammadiyah yang dipimpin saudara Sunedi. Sekolah ini merupakan
sekolah agama yang mempelajari Al – Quran dan As – Sunnah (Al –
Hadist).78
Pada tahun 1943 didirikanlah Madrasah Muallimin/Muallimat yang dipimpin
oleh al ustadz A. Halim Hasan, Zainal Arifin Abbas, H.M. Salim Fachry,T.
76Alfian.Sejarah Perkembangan Muhammadiyah Banda Aceh 1923 – 1942. Skripsi Jurusan
Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara 2014. hal 4. 77Muhammad Kadri, Op.cit. hal 197. 78Fuad Afsar. Op.cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Usman Husin, A. Rahim Haitamy, Rustam Thaib dan M. Ridwan dengan
murid lebih kurang 200 orang, namunsekolah tersebut hanya berjalan selama
3 tahun dikarenakan belum mendapat pengakuan dari pemerintahan Binjai
saat itu.79
Dengan begitu jelaslah dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah turut andil
dalam mendukung pendidikan pada masa kekuasaan bangsa asing di Binjai, bahkan
jika ditijau pada saat ini Muhammadiyah Binjai telah memiliki beberapa sekolah
mulai dari TK hingga SMA dan Pondok Pesantren.
5.3.Dalam Bidang Sosial Kemasyarakatan
Tidak hanya berdakwah dalam usaha di bidang pendidikan dan sosial
keagamaan Muhammadiyah juga berpartisipasi pada bidang sosial kemasyarakatan
yang dikordinir oleh suatu badan dalam Muhammadiyah yaitu Majelis PKU
(Pembina Kesejahteraan Umat) yang dibentuk pada tahun 1924.80
Majelis PKU adalah suatu badan yang bertugas melaksanakan amal usaha
Muhammadiyah di bidang pertolongan dan kesejahteraan masyarakat, yang tercantum
pada pasal 4 anggaran dasar Muhammadiyah yakni : “Menggerakan dan menghidup
suburkan amal tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa dalam bidang kesehatan,
79Ibid. 80Abdul Munir Mulkhan.Op.cit.
sosial, pengembangan masyarakat da