kawasan coyudan surakarta tahun 1985-1995/dinamika... · logam mulia antam aneka ... peta kota...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
DINAMIKA KOMUNITAS CINA PEDAGANG EMAS
KAWASAN COYUDAN SURAKARTA
TAHUN 1985-1995
SKRIPSI
Digunakan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
NOVITA WISMA SAPUTRI
C0508038
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
(NIP.196003281986011 001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Novita Wisma Saputri
NIM : C0508038
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Dinamika Komunitas
Cina Pedagang Emas Kawasan Coyudan Surakarta tahun 1985-1995 adalah
benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal
yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, 10 Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Novita Wisma Saputri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
When haters were busy talking, I was busy making it happen
When they were busy mocking, I was busy walking
When they were busy laughing, I was busy running
And they’re STILL wondering, Why they’re left behind........
Dream, Believe, and Make it happen
( AGNES MONICA )
Seorang Pemimpin adalah mereka yang berani bermimpi,
bekerja keras, dan bijak dalam mengambil suatu langkah
untuk masa depan yang lebih baik
( PENULIS )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada mereka
yang banyak berjasa dalam penulisan ini:
Mama dan (Alm) Papaku tercinta
Kakak dan adikku tersayang
Teman-teman seperjuangan Sejarah ‘08
Mas Aditku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke-Hadirat Allah
SWT, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan limpahan karunia-Nya
kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas Kawasan Coyudan
Surakarta tahun 1985-1995.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung, baik
moral, material maupun spiritual, hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat
berjalan dengan baik dan selesai sesuai yang penulis harapkan, yaitu kepada :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, juga
sebagi Ketua Tim Penguji yang berkenan memberikan waktunya untuk
menguji.
3. Drs. Soedarmono, SU, selaku Pembimbing skripsi, yang memberikan
banyak dorongan, masukan, dan kritikan yang membangun dalam proses
penulisan skripsi ini.
4. Drs. Sri Agus, M.Pd, selaku Penguji dua yang berkenan memberikan
waktunya untuk menguji
5. Drs. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Ibu Insiwi Febriary S, S S.MA, selaku dosen yang selalu memberikan
inspirasi dan pengarahan terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal
ilmu dan wacana pengetahuan.
8. Segenap staf dan karyawan UPT Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Jurusan, dan
Perpustakaan Monumen Pers.
9. Koh Sie Tyun Tai dan Koh Andy Ong , selaku pemilik toko emas
Menjangan dan Gajah yang telah banyak memberikan informasi kepada
penulis.
10. Bapak Abdul Somad, selaku pemilik Box dasaran emas yang berkenan
memberikan waktu untuk penulis wawancarai.
11. K.G.P.H Puger, selaku Kepala Museum Keraton Kasunanan Surakarta
yang juga banyak memberikan informasi kepada penulis.
12. Orang Tua yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat dengan
tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis.
13. Teman-temanku angkatan 2008 yang selalu memotivasi untuk cepat lulus.
14. Aditya Wahyu Prabowo, yang telah banyak memberikan semangat dan
selalu setia menemani penulis dalam penulisan skripsi ini.
15. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya
penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis berharap akan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar skripsi ini menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 10 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.…………………………. ii
HALAMAN PENGESAHANPENGUJI…………………………………. iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………….. . iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………... .. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………..... vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. .. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xii
DAFTAR ISTILAH……………………………………………………..... xiii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………..... xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN………..………………………………………..... xvii
ABSTRAK…………………………………………………………….…. xviii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar BelakangMasalah………………………………………........ 1
B. Perumusah Masalah………………………………………….......... 7
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian………………………………………………… 7
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………….. 8
F. Metode Penelitian………………………………………………… 12
G. Sistematika Skripsi………………………………………………... 16
BAB II SURAKARTA SEBAGAI KOTA DAGANG…………………… 18
A. Pembagian Wilayah di Surakarta…………………………………. 18
B. Aktivitas Perdagangan di Surakarta………………………………. 23
1. Perdagangan Surakarta Masa Kerajaan Majapahit……………. 24
2. Perdagangan Surakarta Masa Kini (1985-1995)………………. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Komoditas Perdagangan dan Budaya Surakarta dengan
dominasi Orang Cina…………………………………………. 34
C. Wilayah Hunian Orang Cina di Surakarta……………………….. 38
1. Kampung Ketandan…………………………………………... 40
2. Kampung Coyudan…………………………………………… 42
D. Dominasi etnis China dalam perekonomian di Surakarta………… 44
BAB III DINAMIKA KOMUNITAS CINA PEDAGANG EMAS
KAWASAN COYUDAN SURAKARTA……………………….. 51
A. Sistem Marga dan Kekerabatan Cina Pedagang emas
di Coyudan Surakarta…………………………………………….. 52
1. Kekerabatan Cina Pemilik Toko Emas di Coyudan…………. 53
2. Sistem Marga Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan……… 64
3. Peraturan Pergantian Nama Cina ……………………………. 67
B. Etos Kerja Cina Pedagang Emas di Coyudan……………….…… 68
C. Sistem Kaderisasi Pemilik Toko Emas di Coyudan……………… 76
D. Pengaruh Fluktuasi Harga Emas terhadap Perdagangan Emas
di Coyudan………………………..………………………………. 78
1. PT Antam Sebagai distributor emas di Coyudan………. ……. 83
2. Harga emas, Kontrak berjangka emas, Pembelian
dan Penjualan emas………………………………..…………. 85
3. Sistem distribusi atau kulaan emas dari PT Antam
oleh pedagang Cina di Coyudan…………………………..….. 88
BAB IV HUBUNGAN SOSIAL ANTARA KOMUNITAS PEDAGANG
EMAS DAN MASYARAKATSEKITAR TOKO EMAS
COYUDAN……… ……………………………………………….. 90
A. Struktur Sosial Masyarakat Cina
Pedagang Emas di Coyudan……………………………………….. 91
B. Interaksi Sosial etnis Cina Pedagang Emas dengan etnis
Jawa di Coyudan………………………….……………………….. 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Interaksi Sosial Pedagang Emas Coyudan dengan
Masyarakat Sekitar……………………………………………. 100
2. Perkawinan Campur etnis Cina-Jawa di Coyudan….………… 104
3. Hubungan bisnis etnis Cina Pedagang Emas dengan nilai
Budaya Cina di Coyudan…………………………………….. 107
C. Kepercayaan dan Jaringan Pribadi Etnis Cina Pedagang Emas di
Coyudan………………………………………………………….. 111
D. Bisnis Keluarga Cina Pedagang Emas di Coyudan………………. 114
BAB V PENUTUP………………………………………………………… 118
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 123
DAFTAR NARASUMBER……………………………………………….. 128
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Luas Wilayah Kota Surakarta Tahun 1995……………………… 21
Tabel. 2 Nama Hokkian Komunitas Cina Pedagang Emas Coyudan…….. 66
Tabel. 3 Klasifikasi Penduduk Cina Peranakan dan Totok di
Karesidenan Surakarta tahun 1930………………………………………… 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISTILAH
Genocide kultural Pembunuhan Peradaban
Totok Orang yang mempunyai garis keturunan
Tionghoa murni
Petty borjuasi Kelas menengah kebawah
Matrilineal. Sistem kekerabatan menurut garis ibu
Confucius Seorang filosof dunia yang mengajarkan
nilai-nilai kebajikan dan moralitas
Unprofitability Kemapuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan, total
aktiva, maupun modal sendiri.
Bearish Menurun
Ali Baba Persekutuan antara pengusaha Cina dan
warga pribumi pemegang izin.
Residentie Soerakarta Karesidenan Surakarta
De Overvaartplaatsen Pemindahan tempat pada sungai Solo Abad
aan de Solo river in middleleeuwen Pertengahan
Gate Gerbang
Tosan Aji Istilah bahasa dalam Jawa untuk yang
menyangkut segala senjata tradisional yang
terbuat dari besi yang dianggap sebagai
pusaka.
Wijkenstelsel Wilayah tempat tinggal
Passenstelsel Surat jalan
Abadtoar Lembaga pemerintah tentang pengawasan
daging
Balong Gombal Tukang Nyolong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Matroos-matroos Kelompok nelayan
Hoakiau/ Hokkian Cina Perantauan
Interest dan pressure groups Kelompok penekan dan yang
berkepentingan
Indonesian sounding Bercirikan Indonesia
Maskulin Tindakan yang lebih rasional
Vreemde Oosterlingen Orang asing
local genius Lokal Jenius
Fang Cabang
Cukong Tuan ( pemilik modal )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR SINGKATAN
BUMN Badan Usaha Milik Negara
PMDN Perusahaan Modal Dalam Negeri
OJO Oud-Javaansche Oorkonde
PKL Pedagang Kaki Lima
BTA Bawarasa Tosan Aji
PMA Perusahaan Modal Asing
PDBI Pusat Data Bisnis Indonesia
BAPERKI Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan
Indonesia
SBKRI Surat Bukti Kewarganegaraan Republik
Indonesia
NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak
ONH Ongkos Naik Haji
LM Logam Mulia
Antam Aneka Tambang
PT Perseroan Terbatas
VOC Vereeniging Oost-Indische
Compagnie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Potret Wilayah Ketandan……………………………………. 41
Gambar. 2 Potret Wilayah Coyudan tahun 1937………………………… 43
Gambar. 3 Foto Perhiasan Emas Putih Milik Toko Emas Gajah…………. 55
Gambar. 4 Foto Toko Emas Menjangan dan Pemilik Toko………………. 58
Gambar. 5 Foto Box Dasaran Emas Milik Pak Abdul Somad……………. 62
Gambar. 6 Foto Etnis Cina Marga Hokkian tahun 1930………………….. 65
Gambar. 7 Perhiasan Emas Kuning di Toko Emas Coyudan……………... 80
Gambar. 8 Foto PT. Aneka Tambang Tbk………………………………… 84
Gambar. 9 Foto Perkawinan Campur Etnis Jawa-Cina di Coyudan………. 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Koran Kompas 28 November 1985 tentang Pasar Uang- Efek-
Emas…………………………………………………………………. 131
2. Koran Kompas November 1985 tentang Gejolak Pasaran Uang
Dunia…………………………………………………………………. 132
3. Koran Berita Nasional 2 November 1985 tentang Harga Emas tahun
1985…………………………………………………………………… 133
4. Koran Kompas 29 Januari 1993 tentang Valuta Asing- Emas tahun
1993………………………………………………………………….. 134
5. Koran Wawasan 2 April 1986 tentang Perkawinan Campuran di
Indonesia…………………………………………………………….. 135
6. Koran Dharma Nyata September 1987 tentang Mozaik Suku-Suku di
Sala…………………………………………………………………… 136
7. Koran Wawasan April 1986 tentang kawin Campur orang
Cina………………………………………………………………….... 137
8. Peranturan Perundang-undangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada Masa Orde Baru………………………………………………… 138
9. Keputusan Presidium Kabinet Nomor 127 Tahun 1966……………… 141
10. Peta Kota Surakarta tahun 1945……………………………………… 144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRAK
Novita Wisma Saputri. C0508038. 2012. Dinamika Komunitas Cina Pedagang
Emas Kawasan Coyudan Surakarta tahun 1985-1995.Skripsi Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana
kondisi umum perdagangan di Surakarta? (2) Bagaimana dinamika kehidupan
pemilik toko emas di Coyudan Surakarta tahun 1985-1995 ? (3) Bagaimana
interaksi dan hubungan komunitas Cina pedagang emas dengan masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian historie, sehingga langkah-langkah
yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik, kritik sumber baik intern
maupun ekstern, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi dokumen, studi pustaka dan wawancara. Dari
pengumpulan data, kemudian data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan
kronologinya. Untuk menganalisa data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang
lain sebagai ilmu bantu ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan sosial, ekonomi dan budaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi
masyarakat Cina di Coyudan masa itu mengalami kejayaan karena perdagangan
emas yang dijalaninya. Karena pada masa itulah emas menjadi salah satu transaksi
yang paling menguntungkan untuk aset bagi masyarakat di Surakarta. Interaksi
sosial yang terjalin antara etnis Cina dan etnis Jawa di Coyudan terjalin cukup
baik, sehingga terjadi pembaruan antar kedua etnis tersebut. Adanya etnis Cina
yang datang ke Surakarta sejak awalnya adalah untuk membina hubungan yang
saling menguntungkan. Setelah mereka hidup di Surakarta dari generasi ke
generasi dan berinteraksi dengan masyarakat Surakarta, terjalin hubungan dengan
masyarakat lingkungan sekitarnya.
Pada tahun 1930-an Coyudan merupakan satu-satunya pusat perdagangan
emas di kota Solo dengan kompleks bangunan yang cukup panjang. Perdagangan
emas oleh etnis Cina di Coyudan ini mayoritas merupakan warisan turun temurun
dari generasi sebelumnya. Keberhasilan bisnis etnis Cina khususnya pada awal
tahun 1985 dalam perdagangan emas di Coyudan memberikan gambaran atas
perkembangan budaya mereka. Gambaran tentang ketekunana, keuletan, dan
tahan menderita merupakan cerminan dari masyarakat etnis Cina perantauan di
Coyudan. Masyarakat Cina di Coyudan dijumpai etnis Cina dan pribumi yang
telah berasimilasi melalui kawin campur dan akulturasi budaya sejak masa silam.
Interaksi sosial Jawa-Cina di kampung Coyudan berbeda dengan wilayah lain
dikota Surakarta yang cenderung menampakkan fenomena yang tidak menentu.
Artinya, diluar kampung Coyudan terkadang interaksi itu menunjukkan adanya
hubungan harmonis diantara etnis Jawa-Cina. Bahwa hubungan Jawa-Cina
mewujud nyata dalam interaksi yang integratif di Coyudan, sesungguhnya dapat
ditelusuri melalui upaya dari kedua etnis tersebut untuk saling menjaga kerukunan
dan kesatuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ke-
7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan
dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha telah tumbuh
pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta
berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan
rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah sekitar 350
tahun penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir
Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat tantangan dari bencana alam,
korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang
pesat.1
Struktur ekonomi di Jawa masa lampau ( khususnya sejak Majapahit Abad
XIV-XV ) terdiri dari sistem ekonomi sawah dan perdagangan. Pada masa itu
aktivitas ekonomi dibedakan menurut wilayah. Ekonomi sawah banyak dilakukan
didaerah pedalaman, sementara perdagangan terjadi di daerah pantai. Pada
pertengahan XVII Jawa dipandang memiliki kekayaaan alam yang luar biasa.
Pada tahun 1648 Batavia telah mengimpor 9600 metrik ton beras dari Pesisir
1 http://www.niamz.com/2012/01/indonesia.html (diakses pada tanggal 1
Januari 2012)
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Jawa. Rijcklof van Goens adalah utusan kompeni belanda pertama secara resmi ke
Kraton Mataram. Dia mengadakan perjalanan menuju Kraton antara tahun 1648
dan 1654. Dapat dikatakan bahwa Van Goens adalah utusan resmi Belanda yang
datang setelah peperangan VOC versus Mataram dan yang mengunjungi Mataram
secara resmi pasca Sultan Agung. Kunjungan Van Goens memiliki misi penting
yakni mencairkan hubungan tegang yang tidak pernah diperbaiki kembali antara
Mataram dan VOC serta untuk menjalin hubungan lebih lanjut antara kedua
pihak. Dari laporan yang ditulis oleh Van Goens dapat ditemukan informasi
penting mengenai kondisi Mataram pada pertengahan abad XVII ini. 2
Perkembangan ekonomi di Surakarta telah menampakkan pola bervariasi
dari bentuk perdagangan tepi sungai, terutama Bengawan Solo ke pusat kota
dengan pusat aktivitas ekonomi di pasar. Sejak dominasi Belanda semakin kuat
sistem perkebunan menjadi aktivitas bisnis yang menonjol. Dinamika kota
Surakarta juga mendorong tumbuhnya ekonomi yang cukup penting melalui
perdagangan batik maupun emas. Surakarta sebagai kota dagang terkonsep dari
kota pra industri. Kota pra industri sekilas tidak banyak menampakkan warna
modern tetapi sebaliknya lebih kental dengan ciri ke “desaan”nya. Sekalipun ciri
khas ini terkesan sederhana seperti halnya masyarakat feodal yang
mengutamakan kesakralan dan lamban dalam hal perubahan, tetapi masyarakat
semacam ini justru menampakkan organisasi sosial yang sangat kompleks dan
cenderung rumit. Dalam organisasi ekologi kota pra industri yang
2 Ricklefs, M.C, War,Culture and Economy in Java 1677-1726: Asian and
EuropanImperalism in the Early Kartasura Period, 1993, Sydney: Allen and
Unwin. hlm 50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menggantungkan keberadaanya pada makanan dan bahan mentah ( hasil pertanian
), maka fungsi kota semacam ini biasanya merupakan pusat pemasaran, politik
maupun agama.3 Struktur ekonomi kota Surakarta pada banyak hal juga masih
menampakkan nasionalitas yang kecil. Dalam banyak hal kota pra industri
menunjukkan eratnya hubungan antara faktor ekonomi dan sosial. Selain itu
ketatnya segregasi sosial mewarnai situasi tempat tinggal dan wilayah kota. Di
Surakarta nama kampung Arab, Pecinan, Kebalen, Sampangan, menunjukkan ciri
khas itu. Suasana tempat tinggal penduduk juga menggambarkan tajamnya
pembagian sosial tersebut. Hal ini seperti ditunjukkan oleh nama-nama wilayah
Keraton, Baluwarti, Serengan, Patehan, dan sebagainya.
Aktivitas perdagangan di Surakarta telah dibangun sejak lama, tepatnya
sejak Majapahit. Sistem ekonomi liberal yang dimulai tepat setelah diumumkan
Undang-Undang Agraria tahun 1870 oleh pemerintah Hindia Belanda telah
mendorong pula pertumbuhan industri dan perusahaan di berbagai wilayah. Di
Surakarta iklim liberalisme ekonomi ternyata dapat dimanfaatkan dengan baik
terutama oleh penguasa Istana Mangkunegaran. Dalam kaitan ini Mangkunegaran
IV mampu mengembangkan beberapa pabrik dan perusahaan perkebunan. 4Dalam
kaitan penerapan Sistem Ekonomi Liberal oleh Pemerintah Belanda, di Surakarta
telah berkembang tidak hanya perusahaan perkebunan dan pabrik-pabrik, tetapi
juga perdagangan emas. Perdagangan emas di Surakarta sudah ada sejak tahun
3 Sjoberg, Gideon, Pre Industrial City, George M. Foster(ed)Peasant
SocietyA Reader, Boston: Little, Brown and Company ,1967, hlm. 13. 4 Manfeld : t.t, 54: Verslag van het Suiker Ondernemingen Tasikmadoe.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1930 ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia. Dapat dikatakan yang cukup
berkuasa dalam perdagangan emas adalah orang-orang Cina.
Pada tahun 1930 etnis Cina di Indonesia secara ekonomis kuat termasuk
di wilayah Surakarta, walaupun adalah berlebihan untuk mengatakan mereka
menguasai ekonomi negara. Status orang Cina yang kuat dalam bidang ekonomi
dapat dijelaskan dari sudut perkembangan sejarah dan kebijakan kolonial Belanda.
Etnis Cina secara khusus kuat dalam bisnis dan berbagai sektor finansial
disamping dalam perdagangan distributif negara tersebut. Setelah Indonesia
mencapai kemerdekaan politik, pemerintah mempribumikan segalanya dalam
sektor ekonomi dengan tujuan membantu pengusaha pribumi. Sistem Banteng
yang tersohor pada tahun 1950-an dan larangan perdagangan eceran tahun 1959
merupakan contoh mencolok tentang upaya pemribumian itu. Tetapi perlindungan
terhadap pengusaha pribumi dan pengusiran terhadap para pedagang Cina dari
kawasan pedesaan akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an tidak berhasil
dalam membatasi partisipasi ekonomi orang Cina di Indonesia. Hal ini
menimbulkan fenomena baru yang dikenal dengan sebutan perusahaan “Ali
Baba”, yaitu persekutuan antara pengusaha Cina dan warga pribumi pemegang
izin. 5 Etnis Cina mengoperasikan bisnisnya dan membagi keuntungannya dengan
pribumi pemegang izin. Kerja sama seperti ini kemudian berkembang menjadi
persekongkolan baru yang disebut “Sistem Cukong”. Cukong adalah istilah Cina
yang berarti “Tuan”, tetapi dalam konteks Indonesia kata ini digunakan untuk
5 Suryadinata, Bumiputra and Pribumi: Economic Nationalism (
Indigenism ) in malaysia and Indonesia, Pasific Affairfs. Vol. 54, No. 4 (Musim
dingin 1981-1982), hlm. 662-687.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pengusaha etnis Cina yang berkolaborasi dengan elite kekuasaan ( termasuk yang
berdiam di Istana ) dalam berbagai usaha patungan. Mitra pribumi yang
menyediakan fasilitas dan perlindungan sedangkan orang Tionghoa mengelola
bisnis. Sistem ini dinilai para pengusaha munculnya kecaman dan konflik dalam
era Orde Baru. Mereka menganggap sistem ini berbahaya karena tidak
menyebarkan keterampilan bisnis apapun kepada pribumi Indonesia. Tetapi ada
juga yang mengatakan bahwa ini merupakan langkah pertama bagi penduduk
pribumi untuk belajar lebih banyak tentang bisnis.
Di Surakarta orang-orang Cina banyak memainkan peranan ekonomi yang
sangat penting dalam berbagai bidang seperti industri batik, pemborong candu,
pengelola rumah candu, serta banyak diantara mereka yang bekerja di Pabrik
Gula. Termasuk dalam perdagangan emas di wilayah Coyudan. Mereka memiliki
kemampuan yang cukup handal dalam memainkan perekonomian di Surakarta.
Hampir di seluruh wilayah kampung Coyudan penuh ditempati oleh orang Cina
untuk melakukan aktivitas ekonomi dalam perdagangan emas baik yang emas
muda, berlian, emas tua, mutiara bahkan permata. Dari sejak munculnya toko
emas di Coyudan sekitar tahun 1930, ada beberapa toko emas yang berdomisili
cukup lama sampai sekarang sejak perdagangan emas di Surakarta di mulai,
antara lain Toko Emas Gajah, Toko Emas Doro, dan Toko Emas Menjangan. 6
Proses perdagangan emas yang dilakukan oleh para pemilik Toko emas tersebut
adalah turun temurun dari orang tua terdahulu yang kemudian diteruskan oleh
generasi penerus sampai saat ini. Komunitas pedagang emas di Coyudan ini
6 Wawancara pemilik toko emas Gajah : Andy Ong. 20 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
didominasi oleh mayoritas kaum Cina, dengan pegawai orang-orang pribumi
dibawahnya. Pada tahun 1987- 1996 merupakan masa keemasan bisnis etnis Cina
di Indonesia, termasuk diwilayah Coyudan yang mayoritas berdagang emas dan
perak. Pada tahun 1987-1996 banyak masyarakat kota Surakarta yang membeli
dan menjual emas mereka untuk asset berharga di toko-toko emas milik orang
Cina tersebut. Karena itu dapat dikatakan, Etnis Cina di Coyudan mengokohkan
diri sebagai salah satu pilar penyangga pertumbuhan ekonomi di Surakarta.
Tema mengenai Dinamika Komunitas Cina Pedagang Emas di Coyudan
tahun 1985-1995 dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, wilayah Coyudan
merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah orang-orang Cina yang
berdagang emas, perak, dan berlian. Coyudan juga merupakan pusat perdagangan
emas pertama di Surakarta. Kedua, dalam kurun waktu 1985-1995 merupakan
tahun dimana penjualan emas sedang ramainya dipasaran termasuk diwilayah
Coyudan dibawah pemerintahan Orde Baru. Oleh karena itu dalam kurun waktu
tersebut dapat dijadikan tolak ukur seberapa besar kontribusi etnis Cina dalam
perdagangan Emas di Coyudan Surakarta. Berdasarkan latarbelakang yang telah
diuraikan diatas, maka penulis memilih tema “ Dinamika Komunitas Cina
Pedagang Emas di Coyudan Solo tahun 1985-1995”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
permasalahannya, adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi perekonomian khususnya perdagangan di
Surakarta?
2. Bagaimana dinamika kehidupan pemilik toko emas di Coyudan
Surakarta tahun 1985-1995 ?
3. Bagaimana interaksi dan hubungan komunitas Cina pedagang emas
dengan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi perekonomian khususnya perdagangan di
Surakarta.
2. Untuk mengetahui dinamika kehidupan pemilik toko emas di Coyudan
Surakarta tahun 1985-1995.
3. Untuk mengetahui interaksi dan hubungan komunitas Cina pedagang
emas dengan masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam
penulisan sejarah, dengan inti pokok permasalahan mengenai tema Dinamika
Komunitas Cina Pedagang Emas di Coyudan Solo pada tahun 1985-1995.
Penulisan ini merupakan formulasi dari tiga aspek yaitu aspek sosial, aspek
ekonomi dan aspek budaya. Aspek sosial terlihat pada interaksi dan komunitas
kaum Cina terhadap buruh, pedagang emas eceran, pembeli atau pelanggan
maupun sesama pedagang (pemilik) toko emas di Coyudan Solo. Aspek ekonomi
terlihat pada pengaruh orang-orang Cina dalam menjalankan perekonomian yg
banyak didominasi oleh orang Cina sebagai pemilik modal usaha. Sedangkan
aspek budaya terlihat pada perkawinan campur yang terjadi pada etnis Cina
pedagang emas serta proses managemen turun-temurun dari generasi ke generasi.
Dengan demikian dapatlah kiranya memahami kedudukan orang Cina diatas orang
pribumi dalam bidang perekonomian.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini,penulis menggunakan beberapa literatur dan referensi
yang relevan untuk menunjang pengkajian tema. Literatur tersebut akan penulis
gunakan sebagai bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap
pokok permasalahan. Beberapa literatur tersebut diantaranya Buku karangan Leo
Suryadinata yang berjudul Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia (2010) .
Buku ini berisi tentang Pembangunan bangsa Indonesia yang merupakan proses
panjang, kompleks, dan melibatkan kelompok-kelompok etnis lain, tidak terbatas
pada etnis Tionghoa saja. Kaum minoritas penduduk asli juga terlibat dalam
proses tersebut. Multikulturalisme dapat bertentangan dengan konsep kebangsaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Indonesia yang berdasarkan model penduduk asli. Secara konseptual, bangsa
merupakan konsep yang relatif baru dan berbeda dengan negara. Bangsa bersifat
sosial-budaya-politik, sementara negara pada umumnya bersifat hukum. Konsep
bangsa tersebut untuk pertama kalinya muncul di dunia Barat pada akhir abad ke-
18, akan tetapi di Asia Tenggara konsep ini merupakan fenomena abad ke-20.
Bangsa Indonesia baru muncul melalui tumbuhnya gerakan nasionalis
Indonesia pada abad lalu. Gerakan tersebut bertujuan untuk menghapuskan
kekuasaan penjajah Belanda dan untuk mendirikan negara-bangsa Indonesia yang
modern. Meskipun demikian, mengingat bahwa nasionalisme Tionghoa muncul
sebelum nasionalisme Indonesia, selama penjajahan orang-orang Tionghoa di
Indonesia cenderung tidak dilibatkan dalam gerakan nasionalis penduduk asli
Indonesia. Para nasionalis penduduk asli Indonesia cenderung memandang etnis
Tionghoa sebagai bangsa lain. Sebagian besar etnis Tionghoa di Indonesia pun
sependapat dengan itu. oleh karena itu, sebelum kemerdekaan Indonesia, konsep
bangsa Indonesia cenderung mengecualikan orang-orang Tionghoa. Meskipun
demikian, beberapa perorangan Tionghoa tertentu mencoba untuk
mengidentifikasikan diri mereka dengan para nasionalis Indonesia.
Dalam buku karangan Rustopo, yang berjudul Menjadi Jawa (Orang-
orang Tionghoa dan kebudayaan Jawa di Surakarta, 1889-1998). Buku ini pada
dasarnya bercerita tentang interaksi sosial dan kultural antara orang-orang
Tionghoa dan Jawa. Interaksi sosial berkenaan dengan hubungan orang-orang
Tionghoa dan masyarakat etnis Jawa di Surakarta dalam kehidupan yang
kompleks dan dinamis. Interaksi kultural berkenaan dengan hubungan orang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
orang Tionghoa dengan nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan Jawa. Dalam
kenyataannya, kedua jenis interaksi ini tidak bertemu.
Buku ini membahas mengenai keinginan komunitas Tionghoa yang tidak
hanya sekedar untuk menjadi Jawa agar dapat diterima masyarakat Jawa,
malinkan mereka sebenarnya adalah orang Jawa itu sendiri, terlepas dari ada atau
tidaknya warisan biologis Jawa pada diri mereka sebagai individu. Buku ini
menjelaskan bagaimana interaksi sosial budaya antara orang-orang Tionghoa dan
Jawa. Dalam interaksi timbul masalah kesenjangan yang bersifat laten dan
kadang-kadang menjadi penyulut timbulnya kerusuhan.
Peristiwa kerusuhan Mei 1998 menjadi momok yang sangat menakutkan
bagi masyarakat etnis Tionghoa di Kota Surakarta, yang rumahnya, tokonya,
tempat usahanya dirusak, dijarah dan dibakar oleh para perusuh. Nilai kerugian
fisik yang sebagian besar disandang oleh orang-orang Tionghoa mencapai
milyaran rupiah. Itu belum termasuk trauma jiwa yang diderita oleh orang-orang
Tionghoa korban kerusuhan itu hingga kini. Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta
merupakan ekspresi ketidaksenangan masyarakat pribumi terhadap masyarakat
Tionghoa. Citra orang-orang Tionghoa dalam pandangan masyarakat pribumi
adalah negatif.
Buku Charles A Coppel yang berjudul Tionghoa Indonesia dalam Krisis
(1994) , karangan buku ini berisi mengenai orang China di Indonesia secara
historis merupakan suatu minoritas etnis yang jelas dan berpengaruh sekalipun
jumlah mereka sedikit diantara penduduk pribumi keseluruhan. Kemerdekaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Nasional yang diproklamasikan oleh elite Indonesia melahirkan krisis identitas
berkepanjangan bagi orang China Indonesia. Dalam buku ini penulis mengkaji
latar belakang historis “Masalah China” yang berusaha mengakomodasikan diri
dengan pasang surut politik nasional.
Skripsi Cahyo Adi Utomo, berjudul Peran Etnis Cina dalam Perdagangan
di Surakarta tahun 1959-1998 berisi tentang Perdagangan Etnis Cina di Surakarta
yang pada awalnya hanya mendominasi di suatu tempat pada masa kolonial yaitu
daerah Balong dan Pasar Gede, namun kini telah menyebar hampir dibeberapa
daerah diwilayah Surakarta. Pada masa tersebut, pemerintah Belanda membuat
suatu sistem untuk etnis Cina yaitu sistem wijkstelsel dan passtelsel guna
mengawasi gerak etnis Cina tersebut. Hal itu merupakan kelanjutan dari politik
etis. Sehingga ruang bagi etnis Cina hanya di daerah Pecinan.
Skripsi Dwi Ari Wibowo, berjudul Akulturasi Budaya Sebagai Upaya
Rekonsiliasi Etnis Jawa-Cina di Kampung Balong Sudiroprajan Surakarta (2011)
berisi tentang interaksi dan akulturasi budaya yang terjadi di kampung Balong
yang merupakan ruang publik di mana masyarakat Cina dan Jawa dapat
mewujudkan interaksi secara general tanpa harus ada pemilahan latar belakang
ke-etnis-an. Melalui interaksi sosial yang dekat ini timbul suatu perkawinan silang
antara orang Cina dan Jawa. Perkawinan silang ini merupakan bentuk
keberhasilan pembauran dan asimilasi secara alamiah di kampung Balong. Selain
perkawinan fisik Cina-Jawa, di kampung Balong juga terjadi perkawinan budaya
yang dikemas dalam ritual seremoni perayaan hari raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Buku yang ditulis oleh Tri Wahyuning M. Irsyam Golongan etnis Cina
sebagai pedagang perantara di Indonesia (1870-1930). Buku ini menjelaskan
mengenai peranan etnis Cina sebagai pedagang perantara antara pedagang Eropa
dengan pedagang Pribumi atau pedagang lain. Golongan etnis Cina seringkali
diidentikan sebagai golongan yang memiliki peran penting dalam perekonomian
Indonesia. Hal ini tidak terpisah dari bawah mereka merintis usaha-usaha dibidang
perekonomian sejak dulu dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka
sendiri, pihak pemerintah Hindia Belanda maupun pihak pribumi Indonesia.
Keberhasilan pedagang Cina sebagai pedagang perantara di Indonesia tidak hanya
disebabkan oleh keuletan mereka dalam berusaha saja, melainkan ditunjang oleh
berbagai hal antara lain; adanya kesempatan yang dapat mereka manfaatkan
dengan sebaik-baiknya dan kesempatan tersebut dapat mereka miliki dengan
adanya modal yang cukup.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah
proses mengumpulkan, menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman-rekaman
peninggalan pada masa lampau dan usaha-usaha melakukan sintesa dari data-data
masa lampau yang menandai kajian yang dapat dipercaya. Teknik penelitian ini
adalah penelitian sejarah yang meliputi 4 tahapan, antara lain7:
7 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,
, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm. 60-62.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1. Heuristik
Adalah proses mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sebagai data
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Pencarian dan pengumpulan sumber-
sumber yang dilakukan yaitu sumber primer yang berupa dokumen-dokumen arsip
baik itu arsip lokal atau surat kabar yang sejaman. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan , antara lain :
a. Studi Dokumen
Data dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen berupa
sumber tertulis dan sejaman. Dokumen mempunyai nilai otentik dan dapat
dipercaya. 8 Untuk memantapkan nilai suatu dokumen terhadap penggunaanya
dalam ilmu sejarah perlu diadakan langkah-langkah sebagai berikut :
pengumpulan objek yang berasal dari jaman itu, pengumpulan bahan-bahan
tercetak, tertulis misalnya surat kabar terbitan sejaman (Koran Kompas,
Wawasan, Berita Nasional, Dharma Nyata), peraturan-peraturan, surat keputusan,
laporan-laporan pemerintah, arsip pribadi yang belum diterbitkan, surat-surat
keluarga dan catatan perjalanan.
b. Studi Wawancara
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen berupa
wawancara mendalam dilakukan secara bebas dan terbuka terhadap sejumlah
informan yang dipilih secara representatif, yaitu para narasumber yang dianggap
8 Louis Gotschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta:Universitas Indonesia Press,
1983, hlm. 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mampu memberikan penjelasan mengenai dinamika komunitas cina pedagang
emas di Coyudan tahun 1985 dengan pemilik toko emas Menjangan, Toko emas
Gajah, Toko emas Anoman, Toko emas Doro, Toko emas Rajawali, Toko emas
Keris, Toko emas Macan, buruh, dan pembeli emas.
c. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan di Perpusatakaan Pusat UNS, Perpustakaan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Jurusan, Perpustakaan Daerah,
BPS, Perpustakaan Mangkuneraan, dan Perpustakaan Nasional. Dalam studi
pustaka ini berhasil dihimpun buku-buku, artikel-artikel serta terbitan-terbitan lain
yang secara langsung menulis tentang masalah yang sesuai dengan topik
permasalahan.
2. Kritik Sumber, terdiri dari kritik Intern dan ekstern
Kritik Intern merupakan kritik yang meliputi tulisan, kata-kata, bahasa, dan
analisa verbal serta tentang kalimat yang berguna sebagai validitas sumber atau
untuk membuktikan bahwa sumber tersebut dapat dipercaya. Sedangkan kritik
ekstern meliputi material yang digunakan guna mencapai kredibilitas sumber atau
keaslian sumber tersebut.
3. Interpretasi/ Penafsiran
Menafsirkan keterangan-keterangan yang saling berhubungan dengan fakta-
fakta yang diperoleh. Setelah melakukan kritik baik itu kritik intern maupun
ekstern, maka usaha yang dilakukan adalah menjelaskan apa yang telah diperoleh
dari data dokumen itu dengan pemikiran dan analisa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. Historigrafi
Historigrafi atau penulisan sejarah, yaitu menyampaikan sumber yang
diperoleh dalam bentuk kisah sejarah atau penulisan sejarah. Kemudian
menceritakan apa yang telah ditafsirkan dalam penyusunan kisah sehingga
menarik untuk dibaca. Penulisan dan penyusunan kisah dengan kata-kata dan gaya
bahasa yang baik bertujuan supaya pembaca mudah memahami maksudnya dan
tidak membosankan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis.
Deskriptif analitis artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-cirinya
yang terdapat dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang tersedia.
Setelah itu dari sumber bahan dokumen dan studi kepustakaan, tahap selanjutnya
adalah diadakan analitis, diinterpretasikan, dan ditafsirkan isinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
G. Sistematika Skripsi
Skripsi ini disusun bab demi bab untuk memberikan gambaran yang
terperinci. Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan
gambaran yang menunjukkan suatu kontinuitas perkembangan kejadian yang
berurutan.
Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan
sistematika skripsi.
Bab II berisi tentang Surakarta sebagai kota Dagang yang meliputi
komplek-komplek perdagangan di Surakarta dimana perdagangan yang
didominasi orang-orang Cina berada di wilayah Balong dan Coyudan sebelum
tahun 1985. Perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Cina tidak hanya
batik, pemborong candu, tetapi juga dalam bidang jual beli emas. Kepandaian
orang Cina dalam mengelola perekonomian di Jawa sudah ada sejak abad XIV
khususnya pada masa Kerajaan Majapahit.
Bab III membahas mengenai kondisi dinamika perdagangan emas di
Coyudan Surakarta tahun 1985-1995. Bisnis perdagangan emas yang dijalankan
secara turun-temurun oleh mayoritas pemilik toko emas di Coyudan Surakarta
memiliki pasang surut yang cukup dominan. Pemilik toko emas di Coyudan
mayoritas pemiliknya adalah etnis Cina, dengan buruh kaum pribumi. Hubungan
serta komunikasi antara pemilik toko dengan para buruh atau pegawai juga terjaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dengan baik karena setiap harinya mereka harus saling mengetahui harga, jenis
emas, pembelian, dan penjualan. Hitungan harga jual-beli emas tergantung pada
nilai dolar yang berlaku, dimana pemilik toko emas menggunakan nilai dolar
Amerika. Fluktuasi harga emas pada tahun 1985-1995 memiliki harga lonjakan
tertentu jika dolar sedang naik ataupun turun. Jika dolar naik maka harga emas
juga ikut naik, begitu pula sebaliknya. Pada tahun 1980-an kerusuhan anti-Cina
terjadi di Surakarta yang dipicu oleh faktor ketimpangan ekonomi masyarakat dan
hubungan antaretnis yang kurang harmonis antara kaum pribumi dengan etnis
Cina.
Bab IV akan menguraikan tentang hubungan sosial antara pemilik toko
emas dengan masyarakat sekitarnya. Sikap saling menghargai antara pemilik toko
dengan pembeli emas ditunjukkan oleh etnis Cina pedagang emas di Coyudan,
dengan cara tidak dipungut pajak kepada pembeli emas ketika mereka berjualan
didepan emperan pemilik toko emas. Hal ini juga diperkuat dengan adanya kawin
campur antara etnis Cina dengan orang Jawa pada masa silam. Pemilik toko emas
satu dengan lainnya sangat menjaga tradisi turun-temurun mereka hingga
sekarang. Hubungan antara pemilik toko emas dan bisnis antarteman dan keluarga
juga akan dibahas dalam bab ini.
Bab V merupakan kesimpulan dari semua isi dan penjelasan dalam
penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB II
SURAKARTA SEBAGAI KOTA DAGANG
A. Pembagian Wilayah di Surakarta
Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15”
110º45’35” BT dan 7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas wilayah 44,04 Km² dengan
batas-batas sebagai berikut :
Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan 44,040 km2.
Kecamatan yang mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari
(14,81 km2) sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu
Kecamatan Serengan.1 Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2) dan terendah
terdapat pada Kecamatan Laweyan (10.127 jiwa/km2). Dalam periode 10 tahun 1987
dan tahun 1997, pertambahan penduduk Surakarta baik tingkat kelahiran maupun
karena jumlah migrasi sebesar 6,1%. Pertumbuhan ini yaitu dari 110.986 KK atau
508.138 jiwa menjadi 120.872 KK atau 539.387 jiwa telah memekarkan atau
1BPS Surakarta, Monografi Kota Surakarta, ( Surakarta: Badan Pusat
Statistik, 2010).
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mengecilkan jumlah RT dan RW di setiap kecamatan. Secara umum kota Surakarta
merupakan dataran rendah dan berada antara pertemuan kali/sungai-sungai Pepe,
Jenes dengan Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian ±92 dari permukaan air
laut.2
Kota Surakarta berdiri tahun 1745 yang dahulu pernah menjadi pusat
pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram,
Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta dan Praja
Mangkunagaran. Kejadian yang memicu pendirian kota ini adalah berkobarnya
pemberontakan Sunan Kuning (Geger Pacinan) pada masa pemerintahan Sunan
Pakubuwono II tahun 1742. Pemberontakan dapat ditumpas dengan bantuan VOC
dan keraton Kartasura dapat direbut kembali, namun dengan pengorbanan hilangnya
beberapa wilayah warisan Mataram sebagai imbalan untuk bantuan yang diberikan
VOC. Bangunan keraton sudah hancur dan dianggap "tercemar".3
Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan
Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda, J.A.B. van Hohendorff,
untuk mencari lokasi ibu kota/keraton yang baru. Untuk itu dibangunlah keraton baru
20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, tepatnya di Desa Sala di tepi
Bengawan Solo. Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat
pemerintahan baru ini. Pembangunan keraton ini menurut catatanmenggunakan bahan
2Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik, Kota Surakarta 3Ann Kumar, Javanese court society and politics in the late eighteenth
century: the record of a lady soldier, Part I: The religious, social, and economic life
of the court, Indonesia ,1980, hlm. 1-46.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri Kota dan kayunya
dihanyutkan melalui Bengawan Solo. Setelah itu pada tanggal 17 Februari1745
Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta dan Praja
Mangkunegaran.
Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa
di masyarakat dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya
Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang
membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan luas daerah 5.677
km². Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten
Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni
diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern. 4
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta
menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU
Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan
daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.5
Pertumbuhan penduduk di Surakarta dari tahun ke tahun jelas bahwa tingkat
pertumbuhannya tidaklah besar, antara 1.733 ( 0,3%) sampai 9.272 jiwa atau 1,9%.
4 Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939,
Yogyakarta: Taman Siswa, 1989, hlm. 30. 5Imam Samroni, dkk, Daerah Istimewa Surakarta, Yogyakarta: Pura Pustaka,
2010, hlm. 38.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Perubahan masyarakat selama beberapa dekade ini cukup besar, terutama bila dilihat
dari kemunculan dan menjamurnya berbagai institusi modern, seperti telah
disebutkan di atas, di setiap pelosok kota. Selain itu, hampir habisnya tanah tegalan
dan sawah di daerah pinggiran kota Solo, seperti Banyuanyar, Sumber, Karangasem
dan jajar yang dulu dipenuhi oleh sawah dan kebun tebu, menyebabkan Surakarta
sekarang harus memasok beras dari Delanggu di selatan Kartosuro, begitu pula
dengan sayur-sayuran dan buah-buahan, khususnya pisang, harus didatangkan dari
Tawangmangu yang terletak sekitar 35 km dari Surakarta. 6
Tabel. 1 Luas Wilayah Kota Surakarta
(Sumber : Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta,
1995)
6 Ibid, hlm. 198-199.
NO KECAMATAN LUAS (Km²)
1 Laweyan 8,64
Serengan 3,19
3 Pasar Kliwon 4,82
4 Jebres 12,58
5 Banjarsari 14,81
TOTAL 44,04
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Hunian untuk penduduk pribumi Jawa terpencar hampir di seluruh kota.
Nama-nama kampung hunian penduduk suku Jawa, ada yang didasarkan atas nama-
nama bangsawan yang bertempat tinggal disana, seperti : Ngadijayan tempat tinggal
Hadiwijaya, Mangkubumen tempat tinggal Mangkubumi, Jayasuman tempat tinggal
Jayakusuma, Suryabratan tempat tinggal Suryabrata, Kusumabratan tempat tinggal
Kusumabrata, Sumadiningrat tempat tinggal Sumadiningrat, Cakranegaran tempat
tinggal Cakranegara, Kalitan tempat tinggal Kanjeng Ratu Alit, Kusumayudan tempat
tinggal Kusumayuda, Purwadiningratan tempat tinggal Purwadiningrat. Adapula
kampung-kampung yang namanya diambil dari nama abdi dalem , seperti Coyudan
tempat tinggal Secoyuda, Derpoyudan tempat tinggal Derpoyuda, Mangkuyudan
tempat tinggal Mangkuyuda, dan Kerten tempat tinggal Wirakerti. Ada juga
kampung-kampung yang namanya diambil dari kesatuan prajurit Keraton, seperti:
Kasatriyan, Tamtaman, Sorogenen; dan berdasarkan jenis pekerjaan penduduk,
seperti : Sayangan, Gemblengan, Gapyukan, Serengan, Slembaran, Kundhen,
Telukan, (un) Dhagen , Kepunton, dan Jayengan. Ada juga kampung-kampung yang
namnya diambil dari jabatan Keraton, seperti : Carikan, Jagalan, Gandhekan, Sraten,
Kalangan, Punggawan, Pondhokan, dan Gadhing. Ada juga kampung yang namanya
diambil dari folklore, seperti: Sangkrah, Bathangan, Kedung Lembu, Laweyan, dan
yang mengikuti nama-nama orang Belanda atau jabatannya, seperti: Petoran,
Jurnasan, Jageran, Beskalan, dan Ngebrusan. 7Selain itu juga kampung-kampung
7 Nurhadiantomo, Konflik-Konflik Sosial Pri-Nonpri dan Hukum Keadilan
Sosial,Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2004, hlm.61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
yang namanya diambil dari komunitas kesenian seperti: Wirengan, Gambuhan, dan
Kemlayan.
Orang-orang Cina dan Arab masing-masing dipimpin oleh orang yang
ditunjuk oleh pemerintah kolonial dan diberi pangkat Mayor, Kapten atau Letnan.
Hunian orang-orang pribumi bercampur, baik penghuni lama maupun pendatang,
kelas menengah maupun bawah. Semuanya tinggal diperkampungan, dirumah-rumah
dengan kebun dan halaman yang ditumbuhi pohon atau tanaman rindang.
Diskriminasi ras dan etnik masih sangat ketat, sehingga kontak sosial melalui
jaringan sosial kota hanya terbatas pada golongan pribumi. 8
B. Aktivitas Perdagangan di Surakarta
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki kegiatan industri yang
beragam, diantaranya berupa kegiatan produksi batik, keris gamelan, dan busana jawa
serta aktivitas lainnya yang telah ada sejak dulu. Perjalanan sejarah kegiatan
perekonomian tersebut dipengaruhi oleh budaya dari Kerajaan Mataram Islam dan
pemerintahan Belanda serta budaya sebagai kota dagang. Dengan demikian,aktivitas
kegiatan ekonomi masyarakat tersebut tentunya menjadi salah satu bagian
peninggalan sejarah tersendiri, baik dalam bentuk tangible yang berupa sarana
8 Sartono Kartodirdjo, Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional,
dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Jakarta: PT Gramedia, 1990, hlm. 73-74
dan 111.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pewadahan aktivitasnya maupun yang berbentuk intangible yang berupa aktivitas itu
sendiri beserta instrumen dan produknya.9 Pusaka budaya tersebut atau dapat disebut
dengan pusaka industri mampu memberikan bagian alur cerita sejarah perkembangan
kotadari sisi perekonomian dan menjadi bagian dari nilai sosial catatan kehidupan
keseharian masyarakat, dan memberikan sense of identity yang penting. Oleh karena
itu, pusaka industri yang dimiliki perlu dilestarikan dalam rangka mampu
mempertahankan eksistensi aktivitas ekonomi masyarakat yang telah ada sejak dulu
serta mampu mempertahankan bangunan-bangunan sejarah perkembangan ekonomi
bagi Kota Surakarta.
1. Perdagangan Surakarta Masa Kerajaan Majapahit (Abad XIV-XV)
Artikel Van Naerssen berjudul De Overvaartplaatsen aan de Solo river in
middleleeuwen ( pemindahan tempat pada sungai Solo Abad Pertengahan )
menjelaskan tentang arti penting sungai Bengawan Solo pada abad 14 sebagai jalan
lalu lintas perdagangan sungai yang menghubungkan antara pedalaman Jawa dan
Pantai utara Jawa Timur. Naerssen menjelaskan lokasi-lokasi Bandar sungai solo,
terutama mengoreksi enam pelabuhan yang ditulis oleh J Noordyun. Keenam
pelabuhan itu yakni; Rasi, Rewun, Wangkalang, Penah, Wulung, dan Wulayu. Sungai
Bengawan Solo di masa lalu berfungsi sebagai urat nadi kehidupan masyarakat.
9Reni Nurhayati, “Pusaka Industri Kota Surakarta Sebagai Salah Satu
Karakteristik Identitas Kota”,SkripsiUniversitas DiponegoroSemarang, 2009, hlm. I-
II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Terutama berkaitan dengan perdagangan sungai yang meliputi industri masyarakat,
pelayaran sungai, dan transportasi. Transportasi sungai menjadi salah satu pilihan
utama disamping modal transportasi darat seperti gerobak dan pedati. Transportasi di
Jawa abad XIX sebelum pembuatan kereta api masih dilakukan secara primitif atau
sederhana, sehingga pengangkutan hasil pedalaman banyak mengalami kesulitan.
10hampir semua arus barang dan berbagai komoditi pertanian dari pedalaman Jawa
hingga pantai utara Gresik dilakukan melalui lalu lintas sungai Bengawan Solo.
Pada tahun 1916 R.Adipati Arya Reksakusuma menulis tentang aliran
Bengawan Solo yang dijelaskan mulai dari mata air ( tuk : mata air ) dari residen
Surakarta mengalir sampai di utara Madura. Dari mata air mengalir ke barat daya
terus ke barat, setelah di Kakap belok ke barat daya, bertemu Kali Dengkeng (
berhulu di Lereng Merapi ), berlanjut ke timur hingga perbatasan Ngawi dan bertemu
dengan Kali Kedhungbanteng (berhulu di lereng Gunung Lawu). Lurus ke timur, di
Ngawi bertemu Kali Madiun atau Kali Genthong berasal dari Panaraga, Magetan, dan
Ngawi. Aliran membesar, belok ke utara dan agak ke Timur di Cepu bertemu Kali
Bathokan ( berhulu di lereng Gunung Gamping ). Selanjutnya berkelok ke timur,
masuk kota Bojonegara dan ke timur Pandhangan bertemu Kali Gandhongan (
berhulu di lereng gunung Pandhan ). Ke timur lagi bertemu dengan Kali Tudhu yang
berkelok-kelok tajam. Sampai di Bojanegara bertemu Kali Kening (berhulu di
pegunungan Gamping). Aliran terus menuju timur masuk perbatasan Tuban. Di utara
10Waskito Widi W, “Perdagangan Sungai Bengawan Solo Tempo Doeloe”,
Diakronik. Vol 3,2008, hlm. 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Kapas bertemu dengan Kali Pacal (berhulu di gunung Pandhan). Sampai di
utaraPalem, belok ke utara, di Rengel belok ke timur sampai Babat, ke timur laut
hingga Gresik, berkelok-kelok ke arah timur, di selatan kota Sedayu masuk ke laut.
Mengenai hulu sungai Bengawan Solo, di dalam serat Centhini disebutkan
berasal dari tebing tenggara Pegunungan Sewu, yakni sekitar dataran tinggi Dalepih
(Kahyangan, Tirtomoyo, Wonogiri) yang kakinya dikelilingi hutan Pilangputih.
Secara mitos lokasi ini dipercaya sebagai petilasan pertapaan Sutawijaya sekaligus
tempat bertemu Sutawijaya dan Kanjeng Ratu Kidul. Dalepih ini dikelilingi oleh
Gunung Anak, Gajah, Kuning, Tundha, Rujak, Babal, Putri, Kekep, Brit, Dhandang,
dan Gelung. Sumber mata air Bengawan Solo dipercaya oleh masyarakat sekitar
lokasi Dalepih dijaga oleh Ratu Widanangga di gua Jatha. Widanangga adalah nama
lain dari Andarawati yang dikenal sebagai Nyai Rara Kidul.
Sungai Bengawan Solo merupakan sungai yang bisa digunakan untuk
pelayaran dan tambangan. Seperti tertuang dalam prasasti Panambangan tahun 903 M
yang dikeluarkan oleh Dyah Balitung, memperlihatkan adanya kebebasan orang
melintasi sungai dengan perahu tambang. Hal ini menunjukkan adanya kekuasaan
penguasa Mataram terhadap Bengawan Solo. De Graaf menduga jalan perdagangan
lama dekat yang memotong sungai itu adalah salah satu jalan penghubung antara
Jawa bagian selatan dan daerah sebelah timur yang berbatasan, yaitu yang terletak di
daerah Madiun sekarang. Jalan-jalan penghubung antara daerah sepanjang pantai
selatan Jawa, yang melewati lereng-lereng selatan gunung besar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
terletakditengah, seperti Gunung Lawu, Wilis, dan Semeru, memiliki arti penting
dalam sejarah politik-ekonomi di Jawa. 11
Sejarawan Belanda itu memperkirakan bahwa sejak abad ke-11, sudah
tumbuh jalur lalu lintas perdagangan di aliran bengawan solo. Walaupun tidak banyak
diketahui asal muasal bengawan mengingat langkanya bukti-bukti tertulis atau artefak
dan peninggalan lain. Sumber-sumber tradisional menginformasikan mengenai
pertumbuhan pusat-pusat masyarakat di bantaran sungai, seperti Bojanagara atau
Mulwapati dengan menggunakan tokoh seperti Anglingdarma, ketika sang
penguasanya menggunakan jalur sungai guna berlayar menuju arah laut. Darsiti
Soeratman, mengutip Oud-Javaansche Oorkonde (OJO) No XLIII dari zaman Mpu
Sendok (930 M) menyebut nama tempat Kahyunan yang diduga oleh Poerbatjaraka
bahwa nama Cala dalam OJO adalah daerah Solo karena terdapat Prahunan (Praon)
yang berada didekat aliran muara sungai Pepe.12
Transportasi menumbuhkembangkan berbagai kelompok sosial baru dengan
modal bergerak sebagai pendorong perdagangan, seperti dicacat oleh prasasti Biluluk
yang berisi keterlibatan orang-orang luar Jawa dalam perdagangan. Perkiraan terakhir
yang menyebut nama Bengawan ditemukan pada piagam Suradakan tahun 1447M.
Yasadipura menyebut bengawannya orang Semanggi.13
Noordyun memperkirakan
11H.J. De Graaf, TH.Pigeud,Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa;Peralihan dari
Majapahit ke Mataram, Jakarta: Grafiti Pers, 1985, hlm.256-260. 12Darsiti Soeratman, loc.cit. 13
Darsiti Soeratman, op.cit, hlm. 21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengenai lokasi Semanggi ini diperkuat oleh kesaksian catatan perjalanan Bujangga
Manik pada masa Majapahit pada abad ke-15. Dalam perjalanan dari Sunda ke
wilayah timur lewat pesisir utara, belok ke timur menuju Gegelang. Dalam perjalanan
tersebut, bujangga Manik menemukan Wuluyu di Bobodho untuk Semanggi diantara
dataran rendah gunung Lawu dan Merapi. 14
Aktivitas ekonomi di Surakarta juga didominasi oleh orang Eropa pada tahun
1821.Aktivitas itu adalah ekonomi perkebunan seperti kopi, tebu, tembakau, dan nila
yang menggunakan tanah sewaan.Aktivitas ekonomi perkebunan ini menjadikan
betapa pentingnya faktor pengangkutan, mengingatkan bahwa komoditas mereka itu
merupakan komoditas ekspor.Satu faktor biaya penting yang dihadapi oleh para
pengusaha adalah biaya pengangkutan menuju pelabuhan di panti utara Jawa dan
pengapalan Eropa.Pada prinsipnya ada dua jalan yang bisa dilalui dari dua kerajaan
ke pantai utara Jawa.Pertama, dengan kereta angkut (melalui jalur pos) dari
Surakarta, Boyolali, Ampel, Salatiga ke Semarang.Perjalanan memakan waktu 24
jam.Mengenai biaya angkut per pikul f2 hingga f3 per pikul pada periode 1859-
1860.Rute kedua ke pantai utara Jawa adalah melalui Bengawan Solo, di mana orang
dapat berlayar sampai ke Surabaya. Oleh karena itu proses pendangkalan yang terjadi
di Bengawan Solo selama abad ke-19, pengangkutan barang-barang berat hanya
mungkin dilakukan pada musim penghujan.
14
Noordyun, J, Bujangga Manik’s Journeys Through Java: Topographical
data from an Old Sundanese Source,dalam BKI 138, 1982, hlm.413-442.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pada abad ke-19 aktivitas ekonomi rakyat terpusat pada pasar. Pasar-pasar
yang memadahi di kota Surakarta untuk ekonomi tradisional adalah pasar Gedhe,
pasar Legi, dan pasar Totogan. Kehidupan ekonomi pasar tradisional menjadi ramai
ketika dibangun jembatan di Bacem dan Jurug. Kedua jembatan ini sangat vital
melancarkan arus ekonomi pedesaan ke kota, sehingga para pedagang dari desa tidak
perlu lagi menyeberang sungai dengan perahu lagi. Demikian juga ketika jembatan
Kalianyar dibangun, banyak para pedagang dari utara yaitu dari Simo, Kaliyoso
menuju pasar Legi menjadi sangat mudah dan cepat.Pasar Gedhe dulunya merupakan
pasar sederhana, banyak pedagang yang belum teratur dengan tenda-tenda saja.Akan
tetapi pasar ini akhirnya dibangun oleh pemerintah Karesidenan.Selama perbaikan
banyak pedagang yang dipindah ke Gladhag dan Alun-alun Lor. Setelah selesai
dibangun, pasar ini diberi nama pasar Harjonegoro. Namun demikian nama pasar
Gedhe lebih dikenal di kalangan rakyat. Wilayah pasar Gedhe adalah milik penguasa
komunitas Cina yang bernama Babah Mayor.Nama itu berasal dari jabatan pimpinan
komunitas Cina yang berpangkat Mayor.15
Aktivitas pasar yang lebih dikenal ramai kemudian beralih ke pasar
Klewer.Lokasi pasar Klewer dahulunya bernama kampung Nglorengan. Nama
kampung ini berasal dari nama orang pemilik tanah itu yaitu Tuan Lourens. Ketika
pemilik tanah itu meninggal, tempat itu dijadikan pasar yang bernama pasar
Slompretan.Pedagang yang ada di pasar ini umumnya berjualan minuman, dan juga
15Susanto, “Tipologi Kota Dagang”, Diakronik Vol 2 No.6,Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2005, hlm. 13-14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berbagai jenis burung/ akhirnya para pedagang yang menjajakan secara berdiri sambil
membawa dagangan berupa tali kain atau dagangan yang dilingkarkan dipundak atau
dijinjing.Menurut istilah jawa pemandangan itu seperti berjumbal (pating
klewer).Oleh karena itu pasar itu akhirnya dikenal dengan sebutan Pasar Klewer.
2. Perdagangan Surakarta Masa Kini ( 1985-1995 )
Salah satu prasarana ekonomi penting adalah adanya pasar. Pada tahun 1960-
an, wajah kota Surakarta masih diwarnai pasar-pasar tradisional seperti: Pasar Gedhe,
pasar Klewer, Pasar kliwon, Pasar Tanggul, Pasar Ledoksari, Pasar Jebres, Pasar
Legi, Pasar Singosaren, Pasar kembang, Pasar Kadipolo, Pasar Nangka, Pasar
Harjodaksino, Pasar Kleco, Pasar Kabangan dan Pasar Laweyan. Pada awal tahun
1970 Pasar Klewer dibangun menjadi bangunan dua lantai yang terdiri atas 1.516
kios dan 345 kapling untuk Pedagang Kaki Lima ( PKL). Pada tahun 1980-an
dibangun lagi puluhan pusat pertokoan, beberapa super-market, puluhan hotel,
ratusan Bank, puluhan Bioskop, ratusan warung telekomunikasi, dan lain-lain. Ada
empat pabrik tekstil raksasa yang dibangun di sekitar wilayah Surakarta, yaitu PT
Sritex, PT Batik Keris atau Dan Liris, PT Tyfountex, PT Danarhadi atau
Kusumahadi, dan satu perusahaan obat-obatan yang cukup besar, yaitu PT. Konimex,
serta perusahaan jamu yang terkenal, PT Air Mancur. 16
16
Nurhadiantomo., op.cit., hlm 130.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pada tahun 1985 pembangunan jalan dan sarana transportasi, selain untuk
memberikan fasilitas umum yang nyaman juga untuk mendukung perkembangan
sektor industri, ekonomi, dan pariwisata, khususnya untuk distribusi barang dan jasa.
Pembangunan jalan dalam kota Surakarta disesuaikan dengan suatu pola yang
menempatkan Jalan Slamet Riyadi sebagai poros utama kota. Pembangunan jalan ke
luar kota disesuaikan atau dihubungkan dengan pusat-pusat ekonomi baru yang
merupakan bagian dari perkembangan zona ekonomi Surakarta dan pintu masuk ke
dan keluar dari Surakarta, seperti Palur, Solo Baru, Colomadu, dan Kartasura.
Berkembangnya pembangunan jalan dan perekonomian di Kota Surakarta itu
seiring dengan perkembangan transportasi perkotaan. Kebutuhan akan transportasi
perkotaan bagi masyarakat semakin meningkat, ditandai dengan semakin banyaknya
armada-armada angkutan perkotaan dengan berbagai rute yang menjelajahi seluruh
sudut kota dan antarkota kecamatan/ kabupaten yang tidak pernah sepi dari
penumpang. Oleh karena itu dibutuhkan terminal-terminal bus yang memadai. Selain
pembangunan terminal bus Tirtonadi untuk angkutan antarkota dan antarpropinsi,
juga dibangun terminal-terminal bus yang lebih kecil di Palur, Kartasura, dan
mestinya juga di Solo baru dan Mojosongo. Sedangkan, angkutan kereta api masih
digunakan prasarana peninggalan kolonial, seperti stasiun Balapan, stasiun Jebres,
stasiun Purwosari, dan stasiun Sangkrah ( Kota ). Angkutan udara, Bandara Adi
Sumarmo di panasan ditingkatkan kapasitasnya sebagai bandara internasional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sekaligus sebagai pelabuhan embarkasi haji untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Meskipun prasarana jalan sudah dilebarkan sedemikian rupa, tetapi setiap kali
masih terjadi kemacetan pada simpul-simpul jalan tertentu, terutama pada waktu-
waktu berangkat sekolah, berangkat kerja, pulang sekolah, dan pulang bekerja.
Kemacetan atau kesemrautan juga terjadi di pusat-pusat kegiatan ekonomi, terutami
di jalan-jalan yang melewati Pasar Klewer, Pasar Gedhe, Pasar Legi, Pasar Kadipolo,
kompleks pertokoan Coyudan, dan Singosaren. Selain kesibukan orang yang mondar-
mandir, juga tempat parker kendaraan yang memenuhi hamper setengah jalan, dan
pedagang-pedagang kaki lima yang memenuhi trotoar, bahu jalan dan lain-lainnya.
Pedagang Kaki Lima ( PKL ) hampir memenuhi semua tempat ekonomi
strategis secara liar. Ini menjadi masalah bagi kota karena menutup bangunan-
bangunan komersial, membuat wajah kota menjadi semrawut , kotor dan tidak
nyaman dipandang. Pemerintah kota Surakarta sudah berusaha menata dengan
fasilitas untuk PKL yang dapat digunakan dengan cara membayar pajak ( retribusi )
kepada Pemda. Lokasinya dipilih ditempat-tempat yang strategis di pusat kota atau
dipinngir jalan-jalan utama. Lokasi-lokasi PKL itu antara laindi Kedung Lumbung (
untuk pedagang kacamata ), di Purwosari ( untuk pedagang buah ), di Jurug ( untuk
pedagang buah ), di Tipes ( untuk warung makan ), di Pasar Legi ( untuk pedagang
barang bekas ), di Depok ( untuk pedagang burung ), dan di Terminal Gilingan (
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
untuk warung dang pedagang batu nisan ). 17
Akan tetapi PKL-PKL liar tetap ada
dimana-mana, karena jumlah fasilitas yang disediakan pemerintah kota tidak
sebanding dengan jumlah PKL yang tampaknya bertambah terus.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki kegiatan industri
yang beragam. Kegiatan industri yang ada di Kota Surakarta ini misalnya berupa
kegiatan produksi batik, keris, gamelan, busana jawa serta aktivitas lainnya yang
telah ada sejak dulu. Perjalanan sejarah Kota Surakarta dipengaruhi oleh budaya dari
Kerajaan Mataram Islam dan pemerintahan Belanda serta budaya sebagai kota
dagang. 18
Dengan demikian, aktivitas ekonomi masyarakat Kota Surakarta tentunya
sangat bervariasi dan beragam, baik yang berlangsung sejak dulu karena keberadaan
kerajaan itu sendiri maupun aktivitas yang keberadaannya seiring perkembangan
zaman. Pusaka industri yang dimiliki Kota Surakarta perlu dilestarikan dalam rangka
mampu mempertahankan eksistensi aktivitas ekonomi masyarakat yang telah ada
sejak dulu serta mampu mempertahankan bangunan-bangunan sejarah perkembangan
ekonomi bagi Kota Surakarta. Hal ini mengingat bahwa pusaka industri yang dimiliki
tentunya berperan penting dalam sejarah perkembangan perekonomian kota sehingga
nilai secara keseluruhan yang dikandungnya mampu memberikan simbol identitas
bagi skala lokal maupun skala kota. Selain itu, pusaka industri yang dimiliki Kota
Surakarta tentunya memiliki keistimewaan terkait dengan pengaruh dari adanya
17Sudarmono, et.al.,“ Solo Pada Masa orde Baru”,Laporan Penelitian,
Surakarta: belum diterbitkan, 2010, hlm. 20. 18Renni Nur Hayati.,op.cit.,hlm .18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
budaya kerajaan dan kolonial yang pernah ada. Jika pusaka industri yang ada tersebut
tetap dipertahankan dan dilestarikan maka tidak hanya mampu menjaga simbol
identitas yang terbentuk tetapi juga mampu menjaga sejarah perkembangan
perekonomian kota dan menjaga keutuhan urban fabric ( perkotaan yang lain)yang
dimiliki.
3. Komoditas Perdagangan dan Budaya Surakarta dengan Dominasi Orang
Cina
Keberadaan kampung-kampung dagang yang didukung oleh pasar dengan
berbagai komoditi, menempatkan kota Surakarta sebagai kota pusat bisnis dan
perdagangan pada tahun 1985. Adanya kantong-kantong kegiatan kesenian ditambah
berbagai ritual upacara yang dilaksanakan Keraton Kasunanan maupun
Mangkunegaran, menjadikan kota Surakarta menyandang predikat sebagai kota
budaya sekaligus daerah tujuan wisata. Warisan budaya lokal yang meliputi
kemegahan budaya dan sejarah kerajaan-pun membuat wisatawan baik domestik
maupun mancanegara mengunjungi kota ini. 19
Batik sebagai identitas kota Surakarta
Batik Surakata atau sering dikenal batik Solo merupakan sebuah perlambang
atau ikon dari kota itu sendiri, Surakarta. Sebagai kota yang terkenal dengan sebutan
kota batik, Surakarta memiliki banyak tempat atau pasar tradisional yang khusus
menjual batik dari berbagai macam jenis dan beragam harga. Inilah yang kemudian
19Shabrina O. Rahajeng, “Solo: The Spirit of Java”, Makalah, Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007, hlm.III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
membuat batik solo terkenal; kemudahan mendapatkannya, baik dari segi harga,
kuantitas dan juga kualitas.
Batik pada abad 18-19 digunakan oleh para pedagang lokal untuk melawan
perekonomian Belanda pada saat itu. Ini dimaksudkan sebagai salah satu perjuangan
ekonomi melawan Belanda. Batik sendiri sudah ada sejak zaman Majapahit.
Sebenarnya membatik dianggap sebagai salah satu kesenian menggambar diatas
sehelai kain dengan menggunakan kain khusus. Di zaman tersebut, batik hanya
dikhususkan untuk kalangan kraton saja; untuk raja dan keluarganya. Meluasnya
batik dimulai pada akhir abad 18 dan awal abad 19. Setelah kerajaan Majapahit, batik
disebarluaskan oleh kerajaan-kerajaan berikutnya, sampai di kerajaan Mataram, yang
kemudian oleh Belanda dibagi dua menjadi kerajaan Solo dan Yogyakarta. Dari
situlah kemudian terkenal sebutan batik Solo dan batik Yogyakarta.20
Sejarah batik erat kaitannya dengan perkembangan sistem monarki atau
kerajaan di Indonesia pada jaman dahulu, yakni pada jaman kerajaan Majapahit.
Selain itu, perkembangan batik juga disebut-sebut memiliki keterkaitan pula dengan
perkembangan agama Islam khususnya di Pulau Jawa. Pada masa kerajaan Mataram,
baik di Surakarta maupun di Yogyakarta, sejarah batik Indonesia pun mengalami
perkembangan yang sangat pesat baik corak maupun warna. Pada masa itu pun batik
mulai dikenal turun temurun oleh raja-raja berikutnya pada suatu kerajaan. Setelah
20Artikel “Sejarah Batik Indonesia Sebagai Nuansa Budaya Anak
Negeri”Januari 2012 : WordPress (diakses pada :
http://search.gipoco.com/cached/218507/)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
itu, pada akhir abad ke-18 hingga akhir abad ke-19, batik mulai menjadi kebanggaan
untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jawa khususnya.
Sebagai akibat meluasnya kekuasaan kerajaan Mataram baik Mataram
Surakarta maupun Yogyakarta di Pulau Jawa maka, berdasarkan sejarah batik
Indonesia, pusat perbatikan di Indonesia banyak bertempat di pulau ini. Sehingga
kemudian batik mulai menjadi tiang penyangga kehidupan ekonomi masyarakat
Pulau Jawa terutama Jogja dan Solo. Pada masa penjajahan Belanda dimana
perekonomian Indonesia dibawah kendali Belanda, rakyat bahu membahu
menjadikan batik sebagai alat untuk berjuang melawan Belanda di bidang ekonomi.
Untuk itulah, sejarah batik Indonesia menunjukkan bahwa batik tidak sekedar nilai
seni yang sangat tinggi melainkan wujud dan bentuk nasionalisme sejati dari
masyarakat Indonesia secara turun temurun. Dengan kata lain, selain sebagai warisan
leluhur, batik juga merupakan bentuk rasa cinta dan perjuangan yang harus dipupuk
dan dilestarikan oleh para generasi penerus. Itulah cara sigap membekali generasi
penerus untuk bertahan di tengah gempuran global.
Dalam perkembangannya, batik dikembangkan oleh Go Tik Swan sebagai
salah satu pembatik Surakarta yang cukup terkenal. Sejak kecil Go Tik Swan ikut
neneknya, Tjan Khay Sing, raja batik Kota Surakarta yang memiliki tiga pusat
pembatikan. Ada 1.000 orang yang bekerja di perusahaan batik Tjan Khay Sing. Go
Tik Swan sejak kecil sudah tertarik dengan para pembatik yang menorehkan
canthing-nya di atas mori/ kain dengan melantunkan tembang-tembang Jawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
macapat. Hal ini berbeda dengan orang tuanya yang sangat sibuk dengan aneka
macam usaha.21
Go Tik Swan adalah putra sulung dari empat bersaudara, putra kandung dari
pasangan Go Dhian Ik dan Tjan Ging Nio ( keduanya sudah meninggal dunia ). Go
Dhiam Ik ( 1904-1989 ) adalah putra keempat dari pasangan Go Pik Thay dan Gan
Tioe Nio. Go Pik Thay adalah putra dari Pasangan Go Kiem Liong dan ( Sie ) Oeyek
Nio. Inu yang melahirkan ( Sie ) Oeyek Nio , juga ibu yang melahirkan Go Kiem
Liong adalah perempuan Jawa. Go Kiem Liong adalah seorang Luitenant der
Chinizen van Boyolali pada zaman Pakubuwana IX dan Pakubuwana X, pemegang
lisensi perdagangan opium ( candu ) dan garam di Boyolali. 22
Tja Ging Nio ( 1916-1996 ), ibu kandung Go Tik Swan adalah salah satu
putra dari Tjan Khay Sing, seorang etnis Cina totok (peranakan), pengusaha ( raja )
batik Kota Surakarta tahun 1920-1940an. Nyonya Tjan Khay Sing adalah salah satu
putrid dari Tjan Sie Ing. Ibu yan melahirkan Nyonya Tjan Khay Sing ( salah satu istri
Tjan Sie Ing ) adalah perempuan Jawa yang berprofesi sebagai pembatik. Tjan Sie
Ing adalah seorang Luitenant der Chinezen van Surakarta pada zaman pemerintahan
Pakubuwana IX dan Pakubuwana X, orang pertama yang mendapat pacht ( sewa )
dari sebuah pasar terbesar di Kota Surakarta pada waktu itu. Nama pasar itu adalah
Hardjonagoro, yang sekarang lebih dikenal sebagai Pasar Ghede ( Pasar Besar ). Jadi
21Rustopo, Menjadi Jawa:Orang-orang Tionghoa dan kebudayaan Jawa di
Surakarta1895-1998, Yogyakarta: Ombak, 2007, hlm. 102. 22
Ibid.,hlm. 104.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
orang-orang yang menurunkan Go Tik Swan adalah orang-orang Cina yang
terhormat dan kaya.
Dalam Kiprah Go Tik Swan berkenaan dengan upayanya membangun citra
dan identitas kejawaanya, berdasarkan pengamatan langsung ataupun informasi dari
berbagai tulisan dan media masa lalu, hampir semua simbol kebudayaan Jawa
diadopsi sebagai bagian dari hidupnya, dn sebagian diproduksi kembali. Dari itu Go
Tik Swan muncul sebagai pelestari dan pengembang budaya Jawa, terutama dalam
seni batik, keris, dan benda-benda purbakala.
C. Wilayah Hunian Orang Cina di Surakarta
Orang-orang Cina diperkirakan sudah ada di Surakarta pada tahun 1746, tidak
lama setelah kota itu dijadikan Ibu Kota Kerajaan Mataram oleh Pakubuwana II.
Dalam perkembangannya, masyarakat Cina di Kota Surakarta harus tunduk kepada
peraturan-peraturan pemerintah kolonial yang bersifat diskriminatif. Keberadaan
orang-orang Cina dan Arab digolongkan sebagai orang Timur Asing yang kelasnya
berada di atas masyarakat pribumi dan dibawah orang-orang Eropa. Wilayah tempat
tinggal mereka juga ditentukan ( wijkenstelsel ), yaitu terpisah dari kelompok
masyarakat yang lain, dan ruang geraknya dibatasi dengan sistem surat jalan (
passenstelsel ). Mereka juga, sesuai dengan UU Agraria 1870, dilarang memiliki
tanah. 23
23
Benny Juwono, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927 : Tinjauan Sosial
Ekonomi”, dalam Lembaran Sejarah Volume 2, No. 1, 1999, hlm. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Sebagai akibat dari pertumbuhan dalam bidang ekonomi, infrastruktur,
komunikasi, transportasi, edukasi, dan birokrasi sejak akhir abad ke-19, telah
merangsang terjadinya urbanisasi. Semakin bertambahnya jumlah pendatang baru di
Surakarta, termasuk orang-orang Cina,24
mengakibatkan terjadinya pemekaran lokasi
hunian. Orang-orang Cina yang semula dilokasikan hanya di kampung Balong, mulai
menyebar ke lokasi-lokasi lain di Kota Surakarta terutama sejak penghapusan
wijkenstelsel dan passenstelsel pada tahun 1910. Diantaranya menyebar ke Coyudan
(wilayah Kasunanan) dan Tambak Segaran, Kepatihan, Timuran, Ketelan, Gilingan
(wilayah Mangkunegaran) walau begitu mereka masih tetap hidup secara
berkelompok. Mereka kebanyakan memilih tinggal di daerah-daerah strategis yaitu
daerah-daerah pusat perdagangan. Masa-masa setelah itu hingga berakhirnya masa
kolonial, tampaknya pemekaran hunian orang-orang Cina di Surakarta terus berjalan.
Tempat tinggal etnis Cina di Surakarta dilokalisasi di Kampung Balong, dan
Coyudan, suatu kampung ( pecinan ) yang dibangun sejak zaman Kompeni dan
berlanjut pada masa kolonial. Antara tahun 1904 hingga 1910, atas desakan
organisasi atau gerakan nasionalis di kalangan etnis Cina di Indonesia, maka pada
tahun 1911 pemerintah kolonial mengabulkan tuntutan untuk menghapuskan
wijkenstelsel dan passenstelsel, sehingga pemukiman etnis Cina tidak lagi
mengelompok pada suatu tempat atau lokasi tertentu, tetapi menyebar ke tempat atau
lokasi lain.
24
Darsiti Soeratman, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pada tahun 1985-1990 kota Surakarta sudah penuh sesak, orang-orang Cina
memilih tinggal di daerah-daerah pinggir jalan karena kebanyakan dari mereka
berprofesi sebagai pedagang. Perebutan lahan usaha diperkotaan terutama jalan-jalan
strategis, kurang lebih sama halnya dengan suatu daerah yang sedang berkembang
industrinya. Kondisi jaringan perdagangan di Surakarta tidak jauh berbeda bila
dibandingkan dengan kota-kota lain yang terdapat di Indonesia. Jalan strategis yang
melintas di kota Surakarta dan merupakan lokasi strategis untuk usaha dan kegiatan
perdagangan. Maka deskripsi peta kekuatan jaringan perdagangan antar etnis di
Surakarta dapat diambil beberapa kondisi. Jalur protokol jalan Slamet Riyadi menjadi
Barometer akselerasi bisnis modern. Jalan-jalan yang menjadi penyalur dari jalan
protocol, jalur itu adalah jalan Ir. Sutami, Kol. Sutarto, Dr. Radjiman, Urip
Sumoharjo, Jenderal Sudirman, Kapten Mulyadi, Yosodipuro, Diponegoro,
Honggowongso, dan masih banyak lagi. 25
1. Kampung Ketandan
Kampung ketandan muncul akhir abad ke 19 hingga awal - 20 sebagai
permukiman etnis Cina di Surakarta. Pada masa itu, pemerintah belanda sedang
menerapkan aturan yang membatasi pergerakan (passentelsel) serta membatasi
wilayah tinggal mereka ( wijkertelsel). Sejak peraturan yang membatasi ruang gerak
etnis Cina dihapuskan, dan bersamaan dengan makin bertambahnya jumlah etnis Cina
pendatang baru. Setelah mendapatkan kebebasan bertempat tinggal, para pendatang
25Lasiyo, Konfusianisme di Indonesia Pergulatan Mencari Jati Diri,
Yogyakarta: Interfidci, 1995, hlm.259
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Cina pun tidak lagi terlokalisir di Balong. Mereka tersebar sampai ke sekitar Pasar
Gede, Warung Pelem, Ketandan, Limolasan, Kepanjen. Kemudian kawasan ini pun
berkembang menjadi daerah pertokoan karena para pendatang Cina umumnya
memiliki keahlian hebat dalam berdagang.26
Arsitektur bangunan berbentuk ruko
(rumah toko atau shop house) sering menjadi ciri rumah di kampung pecinan, karena
orang cina rata-rata berkerja sebagai pedagang yang melibatkan rumah pribadi
sebagai tempat usaha, sehingga rumah bagi mereka mempunyai dua fungsi sebagai
tempat usaha dan bertempat tinggal.Untuk memenuhi kedua fungsi tersebut biasanya
rumah-rumah di daerah kampung pecinan terdiri dari dua lantai atau lebih
(bertingkat).Pada umumnya bagian lantai dasar digunakan sebagai toko atau tempat
berdagang, sedangkan pada lantai di atasnya digunakan untuk tempat tinggal.
Gambar.1
Potret wilayah Ketandan
Sumber :http://i.ytimg.com/vi/tnscTUuuFy0/0.jpg
26http://oktavianiheni.blogspot.com/2010_07_01_archive.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Perubahan kampung ketandan terlihat dari perubahan fisik, ekonomi, dan
sosial. bila dilihat dari perubahan fisik kampung ketandan dikarena tutuntan
perkembangan zaman daerah sekitarnya yang terus terdorong oleh arus modernisasi,
bentuk bangunan dengan arsitektural modern mudah ditemukan karena tuntutan
eksistensi masing-masing pemilik bangunan dan sudah rapuh bangunan lama
sehingga perlu direnovasi namun yang di sayangkan tidak mengunakan konsep
reservasi kawasan sejarah sehingga bentuk bangunan dan fasad bangunan tidak sama
dengan bangunan lama.
2. Kampung Coyudan
Coyudan, sekarang terkenal sebagai pusat bisnis Kota Surakarta. Dulu,
tepatnya masa pemerintahan Paku Buwana X atau sekitar 1900-an, Kampung
Coyudan merupakan tempat bermukimnya para prajurit. Prajurit-prajurit tersebut
tergabung dalam kesatuan tempur keraton. Di sana juga diduduki oleh Ngabehi
Secoyudan, nama yang berkaitan dengan prajurit. Winarsa Kalingga, Kepala Museum
Radya Pustaka mengungkapkan, yuda, kata yang diambil dari kata Secoyudan itu
berarti perang. Dari situlah Kampung Coyudan berasal. Di sana dulu pernah tinggal
seorang Ngabehi yang bernama Ngabehi Secoyudan. Nama itu ada kaitannya dengan
prajurit Keraton Kasunanan. Kawasan Kraton diberikan nama dari para prajurit atau
abdi dalem dikarenakan untuk dimudahkan tempat itu dikunjungi oleh orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar.2
Potret wilayah Coyudan tahun 1937
Sumber : http://andarastuti.blogspot.com/2010/11/solo-tempo-dulu.html
Konon Secoyudo ini adalah prajurit Surakarta yang pada waktu perang
Mangkubumi, dia adalah manggalaningyudha dan dia terbunuh ketika menahan
serangan Mangkubumi yang sampai ke Alun-alun Kraton Kasunanan. Cerita perang
Mangkubumi, merupakan satu moment penting untuk daya ingat bahwa dulu ada
perang yang pernah terjadi di depan Kraton Kasunanan yang mana Secoyudo ini
adalah sebagai pemimpin kelompok perang yang turut andil dalam perang
Mangkubumi tersebut. Menurut K.G.PH Puger pertemuan antara pihak Kasunanan
dan Mangkubumi mengenai penarikan bengkok oleh kerajaan pada waktu Mataram di
Surakarta yang berada di tanah-tanah Pangeran dan petinggi Kerajaan secara umum,
tanah bengkok dikurangi karena perubahan managemen untuk diusahakan menjadi
usaha Negara yang tidak mati. Dalam management perusahaan perlu ada semacam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perubahan yang signifikan, yang mana perubahan ini sebagian ditarik. Namun dalam
proses penarikan tersebut, pemerintahan pada masa itu di pimpin oleh Patih atau
perdana Menteri yang konsultannya adalah orang Belanda (Hogendorf) dan patih
Pringgalaya memecahkan masalah bagaimana mengatur Negara ini dan memanage
perekonomian. 27
D. Dominasi Etnis Cina dalam perekonomian di Surakarta
Penegasahan bahwa lebih dari 80% perekonomian Indonesia didominasi oleh
etnis China merupakan angka yang berlebihan dan sering digambar-gemborkan.
Membiarkan angka ini bergulir dan dikutip terus-terusan oleh media tanpa adanya
kualifikasi ataupun cek ulang dapat berdampak buruk. Ketika kaum fasis berkuasa,
Menteri Penerangan Jerman Goebbels menuai sentimen-sentimen rasialis dan
membiarkannya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dengan mengutip angka-
angka yang salah. Ini tidak berarti bahwa tidak ada angka pasti bisa mencerminkan
situasi ekonomi saat itu. Secara umum diketahui bahwa pada tahun 1970-an, lebih
dari 50% sampai 70% pendapatan Negara berasal dari minyak dan sektor terkait.
Jelas ini semua tidak dikendalikan oleh etnis minoritas Cina, melainkan oleh Badan
Usaha Milik Negara ( BUMN ) seperti Pertamina atau perusahaan swasta yang
dimiliki keluarga Soeharto.
27
Wawancara denganK.G.PH Puger(Kepala Museum dan Pariwisata Keraton
Kasunanan) tanggal 29 Maret 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pada tahun 1970-an masalah ini menimbulkan kontroversi yang dahsyat.
Christianto Wibisono ( 1981 ) member sumbangan yang sangat berarti dalam
studinya. Ia menemukan bahwa antara tahun 1969 sampai dengan tahun 1980,
perusahaan etnis Cina hanya memiliki saham 9% pada Perusahaan Modal Asing (
PMA ) dan 26% pada Perusahaan Modal Dalam Negeri ( PMDN ). Pada tahun 1997,
melalui Pusat Data Bisnis Indonesia ( PDBI ), Wibisono juga menyatakan bahwa
sektor swasta ( yang hanya sebagian terdiri dari pengusaha etnis Cina ) hanya
mencakup sekitar 45 sampai 49% dari perekonomian Indonesia, sedang sektor
pemerintah dengan anggarannya ( APBN ) , BUMN serta BUMD meliputi lebih dari
50% perekonomian Indonesia. Jadi, angka yang mendukung teori ekonomi mengenai
pendominasian ekonomi oleh etnis Cina sepenuhnya merupakan mitos belaka.
Premis ini juga didukung oleh studi-studi kecenderungan dominasi etnis Cina
dalam perekonomian pada tahun 1978, ketika topik ini menjadi sorotan. Dari
penelitian di Kota Medan, Jasin dan Smith menemukan bahwa etnis minoritas Cina
tidak hanya diwakili 50% dari perusahaan grosir besar, tetapi juga 30% adri
perusahaan-perusahaan impor besar. Presentase ini pun menurun bahkan pada
pedagang eceran. 28
Hal ini menjadi pengesahan teori perkembangan ekonomi yang
menyatakan kemampuan wirausaha tidak dapat ditawar-tawar. Dalam prakteknya,
proses ini berpuncak pada peluncuran berbagai perusahaan Cina sebelum Perang
Dunia Kedua. Yang paling terkenal adalah Oei Tiong-Ham, yang tidak hanya
28Dr. Yusui Liem, Prasangka Terhadap Etnis Cina; Evaluasi 33 tahun di
bawah rejim Soeharto,Jakarta: Pena Klasik, Jambatan, 2000, hlm. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menguasai sektor perdagangan beras dan karet dalam ekonomi kolonial Belanda,
tetapi juga memasok 60% kebutuhan gula untuk pasar dunia. Dalam produksi
industrial, perusahaan ini terhitung sebagai perusahaan multinasional. 29
Menurut penelitian Benny Juwono ada 320 etnis Cina totok yang melakukan
perdagangan kain tekstil. Jumlah tersebut jauh lebih banyak daripada jumlah orang
Cina peranakan yang melakukan perdagangan yang sama, yaitu hanya 144 orang.
Kalangan etnis Cina totok tersebut menguasai perdagangan tekstil untuk seluruh
wilayah Karesidenan Surakarta, disamping berbagai macam perdagangan eceran
seperti toko kelontong dan penjaja keliling serta perkreditan. Pada tahun 1930, 103
(80%) orang Cina totok bergerak dibidang perkreditan, sedangkan Cina peranakan
hanya 22 orang. Dalam bidang penerbitan sejak tahun 1905 orang Cina mulai
bergerak dalam perusahaan penerbitan surat kabar. Pada tahun 1907 sudah terdapat 5
29Pada awal abad ke-20 orang-orang Cina di Surakarta membentuk perkumpulan
dagang yang diberi nama karta membentuk perkumpulan dagang yang diberi nama
Kong Sing. Perkumpulan ini mula-mula hanya beranggotakan kalangan pedagang
kecil Cina yang miskin, dan tujuannya untuk membantu mereka dalam urusan
kematian, pesta, dan perdagangan. Sejak ditemukan metode batik cap dan bahan
pewarna kimiawi, pedagang-pedagang Cina di Surakarta mengalami kemajuan.
Dengan kata lain, orang Cina menguasai sektor perdagangan ini terutama dalam hal
impor bahan baku batik. Mereka memonopoli dan menjadi pedagang perantara dalam
menyuplai berbagai bahan baku batik impor. Beberapa diantaranya memiliki industri
batik sekaligus menjadi supplier bahan baku, sehingga dapat memproduksi kain batik
dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga kain batik produksi orang
Jawa. Orang Jawa menjual batik dengan harga lebih tinggi karena seluruh ongkos
produksi yang dikeluarkan lebih besar dari orang Cina. Hal tersebut terjadi karena
bahan baku yang diperoleh dari orang Cina dan orang Arab harganya sangat mahal.
Selain itu, aktivitas perdagangan mereka yang tidak kalah penting adalah bidang
opium dan pegadaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
perusahaan penerbitan, dan menjadi 15 pada tahun 1911. Pada tahun 1909 di
Surakarta terbit 4 surat kabar, 3 diantaranya adalah milik orang Cina.30
Pada masa pasca kemerdekaan kedudukan ekonomi orang-orang Cina tetap
kuat. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan kebijaksanaan pribumisme
melalui program Benteng ( 1951-1957 ) dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 ( PP 10
). Tujuannya adalah untuk melemahkan kedudukan ekonomi orang-orang Cina dan
membantu pedagang pribumi. Oleh Karena program tersebut tidak berhasil, bahkan
memungkinkan terjadinya kehancuran ekonomi dan ketidakstabilan politik, maka
program Benteng dan PP 10/1959 dibekukan. 31
Berlakunya pasar bebas pada pemerintahan Orde Baru (1966-1998) yang
menganut sistem ekonomi terbuka, sekaligus mengakhiri perlindungan terhadap
pengusaha pribumi. Masuknya bahan dan bumbu batik impor secara bebas, juga
tekstil dan produk tekstil, mesin printing, industri substitusi impor pertekstilan yang
tanpa kendali telah menghancurkan industri batik tradisional yang menjadi andalan
pengusaha (kecil dan menengah) pribumi. Implikasinya, koperasi-koperasi batik
primer juga ambruk. Sebaliknya, posisi ekonomi orang-orang Cina di Surakarta pada
30
Ibid., hlm. 73-75. 31
Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa Kasus Indonesia, Jakarta: LP3ES
dan Centre for Political Studies, 2002, hlm. 124.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
masa Orde Baru semakin kuat. Keadaan ini bagaimanapun berpengaruh terhadap
hubungan sosial antara orang Cina dan pribumi. 32
Menurut penelitian Hari Mulyadi dan Sudarmono serta Nurhadiantomo, pada
tahun 1996/1997 terdapat 204 industri pabrikan skala menengah dan besar di Kota
Surakarta dan sekitarnya yang terdiri atas:65 pabrik tekstil, 42 pabrik batik tradisional
dan printing, 28 pabrik makanan ( tahu, bihun, gula, kecap, sirup, MSG, Saccarin,
mete, minyak goring, roti, dll ), 19 pabrik plastic, 14 pabrik rokok, 12
perbengkelan/mesin, 9 pabrik kimia, alcohol, dan cata, 5 pabrik jamu tradisional, 4
perusahaan real-estate, 3 agen kayu gelondongan, 2 pabrik logam dan kaca, dan 1
pabrik penyamakan kulit. Diantara pabrik tekstil yang ada, 38 perusahaan (58,5%)
adalah milik orang-orang Cina, 13 perusahaan (20%) milik orang Jawa, 9 perusahaan
(13,8%) milik PMA (diantaranya Hongkong dan Taiwan), 5 buah perusahaan
(7,7%)milik patungan Arab-Cina. Dari 42 perusahaan batik dan printing, 20
perusahaan (47,7%)milik orang Jawa, 17 perusahaan (40,5%) milik orang Cina, dan 5
perusahaan (11,9%)milik orang Arab.
Surakarta merupakan salah satu pusat industri sandang di Indonesia. Industri
tekstil raksasa milik orang Cina adalah PT Sritex dan PT Batik Keris atau PT Dan
Liris. Industri besar milik orang Cina lainnya adalah pabrik obat-obatan PT Konimex
dan Pabrik Jamu Air Mancur. Selebihnya, PT Tyfontex milik PMA, dan PT Danar
32
Sudarmono, dkk, Runtuhnya Keraton Alit: Studi Radikalisasi Wong Solo
dan Kerusuhan Mei 1998, Surakarta: LPTP, 1999, hlm. 257.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Hadi atau PT Kusuma Hadi milik orang Jawa. Perusahaan pribumi lain yang
tergolong besar adalah PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang bergerak dibidang
penerbitan dan percetakan, yang memiliki toko-toko buku dan swalayan pusat grosir
Goro Assalam. Adapun dominasi perdagangan oleh orang Cina di Surakarta dapat
dilihat dari penguasaan tempat-tempat strategis bagi usahanya, yaitu di jalan utama
dan jalan-jalan penyangganya. Jalan utama di Kota Surakarta adalah Jalan Slamet
Riyadi, sedangkan jalan-jalan penyangganya meliputi jalan-jalan: Honggowongso,
Gatot Subroto, Yos Sudarso, dr.Radjiman, Veteran, Brigjen Sudiarto, Kapten
Mulyadi, Yosodipuro, Gajah Mada, Diponegoro, S.Parman, MT Martadinata, Kol
Sutarto, Juanda, Urip Sumohardjo, Ir.Sutami,dan A.Yani. dari 18 jalan tersebut
terdapat 1.794 tempat usaha yang terdiri atas: 1,125 (62,7%) tempat usaha milik
orang Cina, 623 (34,2%) milik orang Jawa, 38 (2,2%)milik orang Arab, 10 (0,6%)
milik orang Madura, 5 (0,3%) milik orang Minangkabau, 3 (0,2%) masing-masing
milik orang Sunda, India, dan Pakistan.
Selain itu diwilayah Surakarta khususnya Coyudan merupakan salah satu
wilayah perdagangan yang didominasi oleh orang-orang Cina sebagai pengusaha atau
pemilik modal. Di Coyudan banyak terdapat toko-toko milik orang Cina dengan
buruh orang pribumi, toko-toko tersebut terdiri dari; toko batik, toko pakaian anak,
toko pakaian dewasa, toko patung plastik dan toko emas. Toko emas inilah yang
banyak dimilik pedagang Cina di Coyudan Surakarta untuk transaksi jual beli emas
sejak tahun 1930-an. Surakarta selama masa Orde Baru diintegrasikan sebagai puncak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
keemasan etnis Cina dalam berbisnis perdagangan. Dengan adanya deskripsi ini,
maka menempatkan orang Cina sebagai pemimpin perekonomian di Surakarta bahkan
di Indonesia.
Secara geografis Kawasan Coyudan terletak di timur Kota Surakarta.
Kawasan ini menghubungkan bagian timur dan bagian barat Kota Surakarta dengan
kota Yogyakarta dan Sukoharjo. Kawasan yang terletak antara Keraton Kasunanan
dan Pura Mangkunegaran ini juga merupakan penghubung daerah komersial di
sekitarnya, yaitu antara Pasar Klewer dengan Pasar Singosaren, serta Kawasan
Nonongan dengan Kawasan Singosaren. Kawasan Coyudan merupakan kawasan
yang padat, baik oleh bangunan maupun aktivitas kawasan. Padatnya aktivitas fomal
kawasan memicu tumbuhnya sektor informal, yaitu PKL. Selain itu, padatnya
bangunan mengakibatkan penggunaan jalan untuk parkir pengunjung kawasan.
Kepadatan ini ditambah dengan aktivitas lalu lintas di kawasan ini, dimana jalur ini
merupakan jalur utama menuju kawasan perdagangan Singosaren, serta merupakan
jalur penghubung antara kota solo dengan kota sekitarnya. 33
33Fitri Wulandari, “Arahan penataan ruang jalan di Jalan DR. Rajiman
Coyudan Solo ditinjau dari setting fisik dan aktivitas pengguna ruang
kawasan”,TesisUniversitas Gajah Mada Yogyakarta, 2009, hlm. 3. diunduh
melaluihttp://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=( diakses pada
tanggal 8 Juli 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB III
DINAMIKA KOMUNITAS CINA PEDAGANG EMAS
KAWASAN COYUDAN SURAKARTA TAHUN 1985-1995
Kedatangan etnis Cina di Surakarta sebagai teman dalam berbisnis dan saling
menjaga satu sama lain. Terjadinya hubungan yang resmi pada abad ke-13 yaitu
adanya hubungan diplomatik dengan negara Tiongkok. Setelah itu banyak
kedatangan etnis Cina di Surakarta sebagai pedagang karena mayoritas etnis Cina
senang berdagang dan merantau. 1Kehadiran etnis Cina sebagai saudagar yang
membeli barang-barang hasil rempah seperti pinang dan hasil rempah lainnya. Oleh
karena itu orang Cina yang hidup dengan budaya dagang bagi masyarakat Surakarta
tidak menjadi persoalan, jika tidak mengganggu ketentraman lingkungan dan agama.2
Adanya etnis Cina yang datang ke Surakarta sejak awalnya adalah untuk
membina hubungan yang saling menguntungkan. Semula kedatangan etnis Cina ke
Surakarta khususnya dan ke Nusantara lainnya hanya bersifat individu dan tidak
terkoordinasi. Akan tetapi setelah kedatangan Belanda, etnis Cina didatangkan secara
terorganisir untuk mendukung pemerintah Kolonialis. Demikian halnya di Negara
Tiongkok terjadi kemiskinan, kelaparan, ketidakamanan, dan kekacauan politik
1A. Rani Usman, Etnis Cina perantauan di Aceh, Jakarta: Obor Indonesia,
2009, hlm. 145-146. 2 Ibid, hlm. 247
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sehingga banyak etnis Cina yang memilihhijrah ke Asia Tenggara, dan salah satu
tujuannya adalah Kota Surakarta. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda,
etnis Cina didatangkan dari daratan Tiongkok dikoordinir oleh seorang Kapten Cina.
Akan tetapi setelah mereka hidup di Surakarta dari generasi ke generasi dan
berinteraksi dengan masyarakat Surakarta, terjalin hubungan dengan masyarakat
lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan masyarakat lingkungan tempat mereka
tinggal terjadi dengan sendirinya melalui pola pemukiman, pola pendidikan, bisnis
atau dagang, kegiatan sosial maupun kontrak kerja antara karyawan dan pimpinan.
Masyarakat Cina sebagian di Surakarta terkonsentrasi di Balong dan Coyudan. 3
A. Sistem Marga dan Kekerabatan Cina Pedagang Emas di Coyudan
Emas sebagai alat investasi yang bertujuan untuk perlindungan nilai aset juga
mirip dengan properti.Keunggulan emas adalah lebih mudah dan lebih cepat untuk
diuangkan, dan nilai investasinya relatif lebih kecil.Namun, baik emasmaupun
properti sama-sama efektif sebagai penakluk inflasi.Emas sebagai alat hedging, tentu
saja berinvestasi di emas tidak menjanjikan return besar dalam jangka pendek seperti
saham. Tapi return dalam emas relatif stabil, hanya saja kalah mengairahkan bila
dibandingkan dengan saham. Emas cenderung lebih tepat untuk hedging dari pada
investasi, walaupun bisa juga berfungsi sebagai keduanya sekaligus.
3A Charles Coppel, Tionghoa Indonesia dalam Krisis, Jakarta: Sinar Harapan,
1994, hlm. 27-28.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga
digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang
moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri
terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa
komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Emas
telah digunakan sebagai simbol ketulenan, nilai tinggi, kedaulatan, dan lebih-lebih
lagi peranan yang mengaitkan sifat-sifat tersebut. 4
1. Kekerabatan Cina Pemilik Toko Emas di Coyudan
Di wilayah Coyudan ada sekitar 10 toko emas yang menjual berbagai
perhiasan emas, perak, berlian bahkan permata. Toko emas tersebut antara lain: toko
emas Menjangan, Anoman, Gajah, Semar, Doro, Rajawali, Kunci, Macan, dan
Kumala. 5Mayoritas pemilik toko emas tersebut adalah etnis Cina yang sejak tahun
1930an menetap dan mulai berbisnis emas diwilayah ini. Seperti contohnya: Toko
emas Gajah berdiri tahun 1934 ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia,
khususnya di kota Surakarta. Toko emas Gajah pada awalnya dimiliki oleh seorang
pedagang emas Cina yang bernama Ian Kiem Tjiang. Pada mulanya toko ini hanya
sekedar tempat untuk pengrajin emas, saat itu di Indonesia sudah terjadi jual beli
emas, Ian Kiem Tjiang sebagai salah satu pemilik toko emas Gajah tahun 30-an
adalah seorang pengrajin emas yang memiliki bakat untuk membuat emas. Bakat
4 Outletdinar.com/grafik-harga-emas-Indonesia/searchkatalog.pdf (diakses
pada tanggal 20 Maret 2012). 5 Wawancara dengan Supardi, (penjaga parkir), pada tanggal 4 februari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang Iam miliki diperoleh dari orang tuanya ketika masih remaja. Sejak tahun 1934
Kiem menjalankan usaha perdagangan emas di Coyudan Surakarta bersama
keluarganya hingga saat ini. Saat itu hanya ada beberapa pengrajin emas di wilayah
Coyudan, tetapi semakin lama bisnis perdagangan emas yang dijalankan oleh Ian
Kiem Tjiang semakin meluas dan semakin banyak para pedagangan emas lainnya
yang juga berjualan emas. Mayoritas pedagang emas di Coyudan ini adalah orang-
orang keturunan Cina, usaha ini dilakukan secara turun temurun sampai sekarang ini.
Kiem menjalankan usaha berbisnis emas ini dengan modal dan keterampilan dia yang
cukup menonjol dalam bidang pembuatan desain atau ukiran emas. 6Desain yang
dibuat dalam perhiasan emas yang dimiliki oleh toko emas Gajah ini mengambil
sample dari bentuk ukiran baik dari luar negri maupun dalam negri.
Pada masa tahun 1980-1995, ketika Surakarta mengalami perekonomian yang
cukup pesat dibawah pemerintahan Orde Baru mempengaruh dalam pembuatan
ukiran emas. Hampir 90% emas mengalami metalogi yang cukup maju, yang pada
intinya ukiran-ukiran emas mengalami kemajuan cukup pesat. Ada beberapa ukiran
emas yang diambil contoh ukirannya dari batik, ada juga beberapa emas yang ukiran-
ukirannya hampir sama dengan ukiran emas dari India, Pakistan, Arab, Dubai, dan
Negara lainnya.
6 Wawancara dengan cik Leny, (pemilik toko emas Gajah), pada tanggal 4
April 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar. 3
Foto perhiasan emas putih yang dijual oleh toko emas Gajah
Sumber : Koleksi Pribadi
Sejak tahun 1985 nilai penjualan dalam perdagangan emas di toko emas
khususnya wilayah Coyudan ini, menggunakan nilai US dolar America.7Nilai dolar
America sangat berpengaruh terhadap nilai harga emas di Indonesia. Jika nilai dolar
naik, maka harga emas juga akan melambung tinggi demikian juga sebaliknya. Toko
emas Gajah menjual dan membeli berbagai macam jenis emas disetiap harinya
dengan kualitas yang baik. Toko ini menjual banyak jenis emas, permata, logam
mulia, dan berlian, tetapi perak tidak termasuk didalamnya. Mayoritas pembelinya
adalah masyarakat menengah kebawah, seperti petani, guru, ibu rumah tangga, dan
7Kompas, “Pasar Uang- Efek- Emas tahun 1985”, 28 November 1985 hlm.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
masyarakat tradisional lainnya. Toko Gajah dengan pendiriannya yang cukup lama
(sejak tahun 1934) sudah sangat banyak dikenal masyarakat di Surakarta karena
kualitasnya yang bagus, sehingga menjadikan toko gajah ini menjadi toko langganan
mereka.
Di Indonesia beberapa kali terjadi krisis ekonomi besar-besaran, dan ini
sangat mempengaruhi dalam perdagangan emas pada saat itu. Ketika Indonesia
dilanda krisis besar-besaran, harga emas di Coyudan Surakarta melonjak tinggi dan
banyak orang-orang tidak bertransaksi untuk membeli emas. Dengan adanya hal ini
membuat kerugian toko emas Gajah yang berkepanjangan. 8
Toko emas Rajawali berdiri tahun 1960-an ketika masa Orde Baru yang
memiliki banyak peningkatan dalam perekonomian. Toko ini dimiliki oleh salah
seorang keturunan etnis Cina yang bernama Leumiek Tchiang (Santoso). Ia adalah
generasi turun temurun dari kakeknya yang juga pedagang emas di Coyudan,
bernama Tan Khoo Liat (pemilik toko emas “Buaya” yang sekarang sudah ditutup).
Sebelum menjadi pedagang emas di Coyudan, Tan Khoo Liat sempat merantau di
Jakarta dengan berbisnis jual-beli emas. Awalnya ia hanya sebagai pengrajin emas
yang memiliki kios kecil, tapi karena keinginannya untuk berbisnis emas diwilayah
pedalaman, maka ia memutuskan untuk membuat kios atau pertokoan emas di
8 Wawancara dengan Andy Ong, (pemilik toko emas Gajah), pada tanggal 5
Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
wilayah Surakarta. 9Tempat yang dipilihnya adalah wilayah Coyudan karena wilayah
tersebut merupakan suatu kompleks perdagangan yang strategis. Pertama, karena
dekat dengan Keraton Kasunanan dan yang kedua karena dekat dengan pasar klewer
sebagai salah pusat perdagangan di Surakarta. Bisnis dagang emas yang dikerjakan
Tan Khoo Liat berjalan cukup lancar, kemudian setelah mendirikan toko emas
“Buaya” ia menikahi seorang wanita pribumi dan menghasilkan keturunan. Sejak
masa remaja anak-anaknya selalu dididik untuk berbisnis, sehingga ketika mulai
dewasa dapat mewarisi bisnis dagangnya kepada anak keturunannya.
Toko emas Rajawali dan Toko Emas Anoman adalah bukti warisan yang
diberikan oleh Tan Koo Liat kepada anak-anaknya. Toko emas Rajawali dengan toko
emas Anoman didirikan dengan tahun yang hampir bersamaan yaitu sekitar tahun
1960-an. Setiap generasi turun-temurun ada sebuah nama marga yang diberikan oleh
seorang ayah kepada anak-anaknya. Nama marga yang menjadi pemilik toko emas
Rajawali yaitu Lang un. Secara garis besar nama ini diberikan oleh orang tua sesepuh
mereka yang menjadi pemilik utama toko emas Buaya, dan nama marga toko emas
Anoman adalah Lang cin. Ada beberapa nama marga pemilik toko emas di Coyudan
seperti Lang un, Lang cin, Lang hay, Lang bo, mereka adalah masih satu saudara. 10
9 Wawancara Leumiek Tchiang (Santoso), Pemilik toko emas Rajawali, pada
tanggal 13 Januari 2012 10
Wawancara dengan Abdul Somad, (pemilik kios emas dasaran), pada
tanggal 14 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Toko emas Menjangan adalah salah satu toko emas paling tua di Coyudan
dengan pendiriannya tahun 1930, hampir seluruh keluarga secara turun temurun
menjual emas. Pemilik toko emas Menjangan bernama Sie Tjun Tay, mengatakan
ketika emas masih menjadi barang berharga untuk semua kalangan, penjualan emas
sangat ramai di pasaran tetapi sekarang penjualan emas sangatlah sepi dikarenakan
banyaknya toko emas yang tersebar luas di wilayah Solo. Pada tahun 1930-an
Coyudan merupakan satu-satunya pusat perdagangan emas di kota Solo dengan
kompleks bangunan yang cukup panjang. Selain itu banyaknya investasi lain selain
emas untuk tetap bisa menginvestasikan uang mereka, seperti investasi jual beli
rumah dan investasi barang lainnya, dengan begini menjadikan emas menjadi tergeser
nilai gunanya dimata masyarakat.
Gambar. 4
Foto Toko emas Menjangan dan Pemilik Toko
Sumber : Koleksi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Toko emas Menjangan menyediakan penjualan emas kuning, model perhiasan
diperjualkan adalah model emas yang relatif lama. Tahun 1985 adalah masa
keemasan bagi toko emas Menjangan ini karena masa itu masih banyak masyarakat
yang sangat tertarik dengan pehiasan emas dikarenakan emas menjadi salah satu alat
berinvestasi masa depan . Pada tahun 1985-1995 toko emas Menjangan masih ramai
dengan pembeli yang notabennya adalah pegawai kantor, guru, petani, dll. 11
Tahun 1963 pemilik kios atau box ( kotak atau etalase kecil ) dasaran emas
merantau ke pulau Jawa tepatnya di Surakarta. Pekerjaan ini dilakukan sejak 40 tahun
silam sampai sekarang. Pekerjaan pokok yang dilakukan hanyalah membeli emas
baik emas yang sudah tua maupun emas yang muda ( dalam jenis kadar emas ).
Pembeli emas ini berasal dari daerah Banjarmasin yang sebenarnya hanyalah orang-
orang Banjarmasin yang mampu menggosok emas. Pak Abdul memilih profesi untuk
menjual emas karena hanya itu satu-satunya pekerjaan dan kemampuannya dalam
bidang jual beli emas untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap harinya ia hanya
mengandalkan penghasilan dari membeli emas. Emas ini sudah ada sejak jaman dulu
belanda menjajah, tetapi ukuran kadar emas yang dulu dengan sekarang sudah
berbeda. Dulu hanya ada emas tua, seperti emas yang memiliki ukuran kadar diatas
25gram. Sekarang banyak emas yang kadarnya lebih rendah dari 25gram yang
disebut emas muda. Pekerjaan Pak Abdul setiap harinya hanya membeli emas, lalu
11
Wawancara dengan Sie Tjun Tay, (pemilik toko emas Menjangan), pada
tanggal 6 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
emas tersebut dilebur dan dijual kepada tukang masak emas. Disitu tukang masak
akan mengolah emas kembali menjadi berbagai bentuk emas seperti cincin, kalung,
gelang, anting, lalu dijual kepada cukong. Perdagangan emas pada masa reformasi
belum sebuming sekarang, yang pada dizaman itu hanya orang-orang besar saja yang
membeli emas. Selain itu emas pada masa Soekarno hanya dijual di pusat kota dan
hanya beberapa penjual saja yang menjual seperti di Surakarta hanya ada di Coyudan.
Kemungkinan pada masa perang ada beberapa tujuan pemerintah untuk membeli
emas dalam pembiayaan perang pemerintahan Indonesia melawan pemerintah
Belanda, tetapi banyak juga emas yang diselewengkan untuk kepentingan pribadi
oleh para pejabat Negara.
Selain itu emas untuk para bangsawan kerajaan Keraton Kasunanan dan
Mangkunegaran, dipesan khusus kepada pengrajin emas handal, karna bentuk ukiran
dan bahannya benar-benar diperuntukkan untuk kerajaan yang melambangkan tradisi
kerajaan di Surakarta. Pengrajin emas yang dipesan khusus oleh Keraton adalah
pengrajin yang memiliki keahlian dalam ukiran emas kejawen (pandai emas Jawa
kuno). Tetapi semua emas-emas yang dahulu pernah dipakai oleh para bangsawan
sekarang sudah banyak yang hilang, dijual oleh pihak-pihak kraton yang tidak
bertanggung jawab dan hanya mementingkan keuntungan pribadi. Seperti kereta
Kraton yang dulu ada yang menggunakan emas, sekarang kemurnian emas itu sudah
hilang dan diganti keasliannya. Jadi pihak Keraton sama sekali tidak memesan
kepada para etnis Cina pedagang emas di Coyudan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pada tahun 1930-an hanya ada sedikit pengrajin emas yang ada di Coyudan,
mereka adalah etnis Cina dan orang Banjar (Banjarmasin). Etnis Cina perantauan dan
orang Banjar inilah yang telah memiliki bakat dari warisan nenek moyang mereka,
dengan dibekali ilmu mengukir emas dan berbisnis. Sebagai contoh: Pemilik kios
dasaran emas adalah orang Banjarmasin yang telah diberikan bekal dari ayahnya
untuk mengukir serta jual beli emas. Pemilik kios ini bernama Abdul Somad.
Pembelian emas dikios pak Abdul jika dihitung keuntungannya hanya sedikit, setiap
harinya terkadang ada yang menjual emas dan juga berlian. Pemilik kios dasaran
emas ini dapat dikatakan mahir dalam mengukir dan menilai kadar emas yang
terdapat dalam emas. Seperti yang telah dikatakan pak Abdul Somad bahwa dalam
sejarahnya, hanya orang-orang Banjar saja yang pandai membuat emas. 12
Alasan
yang pertama, karena orang Banjar dari sejak kecil sudah dididik untuk membuat
emas beserta ukirannya, setelah itu mereka diajarkan menilai kadar emas yang
terkandung dalam emas, perak, maupun logam. Jadi tidak heran jika pemilik toko
Cina pedagang emas di Coyudan mendatangkan orang Banjarmasin untuk menjadi
pegawai di toko mereka sebagai pengrajin emas.
12
Wawancara dengan Pak Abdul Somad, (pemilik kios emas dasaran), pada
tanggal 8 Februari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar. 5
Foto Box Dasaran Emas milik Pak Abdul Somad
Sumber : Koleksi Pribadi
Pak Abdul merasa cukup meskipun pekerjaannya hanya membeli emas saja. Menurut
pernyataan pak Abdul dalam perdagangan emas di Indonesia penjualannya diukur
dalam nilai US dolar Amerika.
Setiap harinya para pedagang emas selalu melihat informasi (update)
mengenai perdagangan emas dalam nilai US dolar. Karena jika dolar naik, maka
harga emas juga akan naik mengikuti nilai dolar America. Dan jika dolar turun, maka
harga emas juga akan turun. Berbeda halnya dengan pada masa Orde Baru nilai dolar
yang turun drastis menjadikan krisis ekonomi besar-besaran di Indonesia termasuk
dalam perdagangan emas. Nilai dolar yang menurun drastis menjadikan harga emas
melambung tinggi hingga beberapa pedagang mengalami kerugian karena hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
sedikit orang yang mau membeli emas. 13
Kondisi ini sangat memprihatinkan
ditambah lagi adanya peristiwa pembakaran pada bulan Mei 1998 ketika krisis
ekonomi mulai memuncak dan para demonstran membakar hampir seluruh toko-toko
besar. Coyudan hampir tidak terkena serangan pembakaran pada saat itu. Sesuai
dengan perkembangan jaman, rumah-rumah orang Cina di Coyudan pun berubah
banyak dari warga Cina yang mulai membangun rumah dengan gaya modern maupun
tradisional. Bahkan pasangan-pasangan muda keturunan Cina dan para pedagang
banyak yang memilih tinggal di lokasi-lokasi pemukiman baru. Seperti daerah-daerah
pemukiman dan kegiatan ekonomi atau berdagang berkembang kepinggiran kota atau
keluar wilayah Surakarta sebagai kota satelit. 14
Kota satelit di Surakarta adalah Ke timur sampai ke Palur, ke selatan sampai
dengan Solo Baru, ke utara sampai dengan Colomadu, Kartasura dan Bandara Adi
Sumarmo. Meskipun Palur, Solo Baru, Colomadu, Kartosuro, dan Bandara Adi
Sumarmo, secara administratif bukan wilayah pemerintahan kota Surakarta, tetapi
secara psikologis dan ekonomi menjadi bagian dari kota Surakarta. 15
13Kompas, 29 Januari 1993
14Kota satelit adalah kota kecil atau wilayah kecil di tepi sebuah kota atau
wilayah yang besar, meskipun merupakan komunitas mandiri yang sebagian besar
penduduknya tergantung dengan kehidupan di kota besar. Kota satelit merupakan
jembatan masuk/ akses untuk menuju ke kota yang besar, karena kota satelit juga
berfungsi sebagai penunjang kota besar. 15
Didin Soemarsoga, “Integrasi Sosial Perkumpulan Masyarakat
Surakarta1959-1982”, SkripsiFakultas Sastra dan Seni Rupa UNSSurakarta, 1989,
hlm. 43.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Sistem Marga Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan
Marga adalah nama pertanda dari keluarga dimana seseorang berasal. Marga
lazim ada di banyak kebudayaan di dunia. 16
Nama marga dalam kebudayaan Barat
dan kebudayaan yang terpengaruh oleh budaya Barat umumnya terletak di belakang,
sehingga sering disebut dengan nama belakang.Kebalikannya, budaya Cina dan Asia
Timur lainnya menaruh nama marga di depan. Ada juga kebudayaan yang dulunya
tidak menggunakan marga. Sejarah marga di dalam kebudayaan Cina bermula dari
5.000 sampai 8.000 tahun yang lalu sewaktu masyarakat Cina masih
bersifat matrilineal. Pada masa itu, marga diwariskan dari garis ibu, itu yang
menyebabkan marga-marga pertama dalam kebudayaan Cina banyak yang
mempunyai radikal perempuan. Pada masa sebelum Orde Baru, etnis Cina memiliki
nama Cina sebagai nama yang resmi, formal, dan tercantum dalam akta, tetapi
sekarang sudah jarang ditemukan. Hal ini bermula pada masa Orde Baru, di mana
pada tahun 1966 ketika Soeharto berkuasa, dikeluarkan berbagai undang-undang
yang banyak merugikan etnis Cina. Salah satunya adalah undang- undang nomor
127/U/Kep/12/1966 yang mengharuskan orang Cina untuk mengadopsi nama yang
bercirikan Indonesia (Indonesian sounding), dibanding nama yang terdiri dari dua
atau tiga kata khas Cina. Kebijakan ini juga sudah membuktikan adanya diskriminasi
terhadap etnis Cina di Indonesia pada saat itu. Oleh karena undang-undang tersebut,
16
W. Hutagalung, Adat Taringot Tu Ruhut-ruhut ni Pardongan Saripeon di
Halak Batak, Jakarta: N.V Pusaka, 1963, hlm.17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
etnis Cina mengadopsi nama Cina mereka ke dalam bahasa lain seperti Jawa atau
Sunda. Contohnya Handoko, seorang pemilik toko emas Doro, menerjemahkan nama
marganya, Han , menjadi "Handoko". Seiring bergantinya zaman ke reformasi, dan
aturan tersebut tidak berlaku lagi, beberapa beralih kembali ke nama Cina asli, dan
sebagian lagi memakai nama hasil adopsi sebagai nama belakang atau nama
keluarganya. Oleh karena itu, sering kita jumpai sekarang orang Cina yang memiliki
marga dengan pelafalan Indonesia, yang sesungguhnya berasal dari nama depan atau
nama keluarganya dalam bahasa Cina (Hokkian, Teochew, Mandarin).17
Gambar.6
Etnis Cina Marga Hokkian tahun 1930
Sumber : Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran
17
Dr. Oesman Arif, M.Pd. “Mewujudkan Tatanan Masyarakat Multicultural:
Sebuah Tantangan di era Global”,Seminar Nasional, Februari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Komunitas Cina pedagang emas di Coyudan memiliki beberapa adopsi nama
Hokkian. Hal ini adalah sebuah tradisi yang diturunkan kepada generasi yang
dilahirkannya untuk tetap mengadopsi nama Hokkian dari etnis Cina.
Tabel 2. Nama Hokkian Komunitas Cina pedagang emas di Coyudan
Nama Marga
Cina Hokkian
Dialek
Cina Adopsi ke Dalam Bahasa Indonesia
郭 (Guo) Kwee, Kwik
Kusumawidjaja ( pemilik toko emas
Macan)18
韓 (Han) Han
Handoko19
(pemilik toko emas Doro)
洪 (Hong) Ang
Angela, Andy20
( pemilik toko emas
Gajah )
李 (Li) Li, Lie, Lee Li, Lie,
Lee
Han Leumiek 21
( Pemilik toko emas
Anoman )
梁 (Liang) Nio
Neonardi, Antonio
林 (Lin) Liem, Lim Liem,
Lim
Leumiek Tchiang ( pemilik Toko
emas Rajawali )
劉 (Liu) Lau, Lauw Liu Leo ( toko emas Menjangan )
( Sumber : Wawancara pemilik toko emas di Coyudan )
18
Wawancara dengan Wijaya (pemilik toko emas Macan) pada tanggal 5
April 2012 19
Wawancara dengan koh Han (pemilik toko emas Doro) pada tanggal 5
April 2012 20
Wawancara dengan Andy Ong (pemilik toko emas Gajah) pada tanggal 5
Desember 2012 21
Wawancara dengan Han Li (pemilik toko emas Anoman) pada tanggal 5
April 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3. Peraturan Pergantian Nama Cina
Kebijakan dan ketetapan Presiden baru-baru setelah rezim Soeharto berkuasa
menyangkut etnis Cina juga memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi
masyarakat etnis Cina. Berdasarkan keputusan Presidium Kabinet No.127/U/12/1966
mengenai pergantian nama bagi warga Negara Indonesia yang memakai nama Cina.
Orang-orang Cina yang masih menggunakan nama Cina-nya dianjurkan untuk
mengganti nama Cina mereka dengan nama yang berbau Indonesia.22
Pergantian
nama Cina bagi warga Negara keturunan Cina ini tidaklah wajib, akan tetapi apabila
semua dapat dilakukan bersama secara total maka pemerintah Orde Baru berpendapat
bahwa proses pembauran akan berjalan dengan lebih cepat. Apabila berhubungan
dengan masyarakat luar, orang-orang Cina sebagian besar telah mengganti nama
mereka menjadi nama Indonesia tetapi dalam kehidupan sehari-hari dalam
lingkungan keluarga dan interaksi sesama etnisnya mereka tetap menggunakan nama
Cinanya. Seperti halnya pada keluarga Andy Ong sebagai salah satu pemilik toko
emas Gajah dimana ayah mertua beliau mengganti nama seluruh keluarganya menjadi
nama Indonesia yaitu Tjik Tjwan Lan menjadi Gunawan. 23
22
Dwi Ari Wibowo, “Akulturasi Budaya Sebagai Upaya Rekonsiliasi Etnis
Jawa-Cina di Kampung Balong Sudiroprajan Surakarta”,Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011, hlm.34. 23
Wawancara dengan Tjik Tjwan Lan, (pemilik toko emas Gajah), pada 3
Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
B. Etos Kerja Dagang Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan
Etos Kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau
masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan
yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau
kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari
sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat.
24Menurut sistem nilai moral Cina, seorang karyawan diharap sebagai pengikut,
penurut dan acapkali sebagai seorang yang tidak perlu melakukan banyak pertanyaan.
Seorang pemimpin dianggap segalanya, paling pandai dari suatu kelompok.
Pertanyaan dan pendapat berbeda dianggap sebagai suatu sikap mengganggu harga
diri pimpinannya. Perilaku yang otoriter diharapkan datang dari superior sedangkan
bawahannya hanya bersifat pasif saja. Chan dan Moore menjelaskan sikap
masyarakat Cina terhadap lingkungan cenderung menerima daripada berusaha
mengubahnya. Mereka mencari kecocokan dirinya kesamaan bagi suatu tindakan
yang bisa membuat keharmonisan lingkungan. Hendry dan fye menyimpulkan, bagi
masyarakat Cina, pembuatan keputusan secara perlahan-lahan dan setahap demi
setahap. Masyarakat Cina bukan masyarakat yang terpancing cepat untuk mengambil
keputusan. 25
Hal ini searah dengan hasil penelitian Hana dimana menurutnya,
24
Djoenadi Joesoef, dkk, Etika Bisnis Cina: Suatu kajian terhadap
perekonomian diIndonesia, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 121. 25
Hana Tjandradiredja, Budaya dan Strategi Berkarakteristik dalam Mencapai
Keunggulan Pemasaran, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2002,hlm. 137-138.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pedagang keturunan Cina mayoritas di Jawa tidak menyukai konsultasi dengan
superior ( pimpinan, atasan ), tetapi lebih suka menggunakan kemampuannya sendiri.
Hal itu wajar mengingat pedagang keturunan Cina sebagai minoritas dan sering kali
mendapat perlakuan yang berbeda menjadikan mereka dalam bertindak lebih
mempercayai kemampuan pribadinya.
Landasan utama akan sikap tersebut nampaknya berkaitan erat dengan
pandangan atas harga diri dari kehidupan masyarakat Cina seperti tersebut dimuka.
Masyarakat Cina, menurut Chan akan merasa terhina jika disentuh kehormatannya
atau prestisenya. Norma kehidupan yang dianut mereka adalah berdasarkan
kekeluargaan dan hubungan antarpribadi yang saling ketergantungan satu sama lain.
Eksistensi individu dalam masyarakat Cina harus dihargai atau dihormati. Kondisi
tersebut member konsekuensi bahwa jenjang hierarki sebagai lambing kehormatan
menentukan tanggungjawab seseorang.
Acuan norma dalam sikap tersebut berdampak pada strategi penggunaan
sumber daya terutama bagi pengendalian lingkungan dan penggunaan informasi.
Pedagang keturunan Cina cenderung bersikap mencari dan mengendalikan
lingkungan seperti budaya Barat. Keadaan yang sebenarnya tidak ada masalah,
kecenderungan melakukan reorganisasi dan tawar-menawar dalam memecahkan
permasalahan penggunaan sumber daya untuk mengendalikan lingkungan yang lebih
besar. Sikapnya tersebut berdampak dalam hal menghadapi persaingan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
disebabkan adanya pertukaran antara berbagai pihak lain yang terlibat dalam
perdagangan. 26
Bagi budaya Barat, pertukaran didasarkan pada prinsip keseimbangan dan
hubungan khusus, sedang dalam budaya Cina, hal itu didasarkan pada keterkaitan
moral jangka panjang dalam hal ini utang budi merupakan suatu bentuk pertukaran
jangka panjang yang tidak pernah dilupakan. Karenanya, hubungan kerja sama selalu
didasarkan pada kekeluargaan, perdagangan yang dibangun oleh keluarga-keluarga
Cina berdasarkan kepercayaan diri pribadi yang berarti ikatan manusia bersifat
pribadi, khas, dan non-ideologis, tetapi berdasarkan pada kesamaan identitas.
Kesamaan tersebut akan lebih diprioritaskan di lingkungan keluarga, marga, dan atau
keturunan dalam Cinanya baru kemudian kea rah kesamaan yang lain misalnya
agama atau daerah. Sikap-sikap tersebut telah menjadi spontanitas etos kerjanya,
termasuk dalam dagangnya melekat secara turun-temurun. Sikap-sikap tersebut,
terkait erat pada etika dalam menghadapi masalah.
Bagi masyarakat Cina di Coyudan dengan prinsip dari konfusianisme, etika
dalam melihat permasalahan demi keberhasilan lebih mengutamakan pada idealism
moral dan menempatkan hukum sosial di atas pertimbangan kegunaanya. Pandangan
demikian digolongkan pada etika utilitrianisme ideal yaitu suatu bentuk etika yang
menekankan pada konsekuensi atas suatu tindakan yang dapat dinilai dengan
26
Ibid.,hlm.140.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
mempertimbangkan aspek yang lebih luas, seperti nilai internal manusia serta
hubungan teman serta pengetahuan.
Sebagai bagian dari etnis Cina yang tersebar di wilayah Coyudan, maka etnis
Cina Pedagang emas ini memiliki kecenderungan menjaga tradisi seperti yang
dilakukan oleh mayoritas etnis Cina di seluruh Nusantara, yaitu konsep yang
mewarisi turun-temurun yang telah diupayakan dan diputuskan secara kolektif dari
sejak zaman leluhur mereka yakni harmonitas atau keselarasan.27
Konsep menjaga
harmoni dalam hidup itu mereka petik turun-temurun dari nenek moyang yang
menggalinya dari ajaran klasik atau guru-guru kebijaksanaan seperti paparan berikut.
Pertama adalah Confucius (Konfusius) atau K’ung Tzu (nama latin), yang
hidup antara 552 dan 479 S.M. Konfusius dibesarkan dalam kondisi kemiskinan di
negara bagian Lu yang terletak disebelah selatan provinsi Shantung. Terdorong oleh
keprihatinannya terhadap kekacauan yang terjadi sebagai akibat dari perebutan
kekuasaan antara raja-raja pada waktu itu, Konfusius terpanggil untuk menyiarkan
ajaran tentang harmoni antara manusia dengan alam maupun antara manusia dengan
manusia.28
Harmoni terjadi apabila manusia itu tidak buta oleh kekuasaan dan
serakah terhadap materi dan masing-masing menyadari keberadaan, tugas atau
kedudukan sesuai dengan kodratnya, maka perselisihan dan perebutan kekuasaan
dapat dicegah. Dengan demikian tercapai zaman yang ideal ditandai dengan
27
Yohanes Setiawan, Agamaning Wong Balong, Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana, 2011, hlm. 173. 28
Ibid., hlm. 174.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
masyarakat yang sempurna yang mencapai keselarasan baik dalam hubungan
penguasa dan rakyat, bangsawan, dan orang kebanyakan, orang tua dan anak, maupun
suami dan istri. Lebih jauh, ajaran Konfusius tentang harmoni ini dapat lebih
didalami melalui 5 karya klasiknya seperti : (1) Kitab Syair (Clacsic of Songs), (2)
Kitab Sejarah ( Classic of Document), (3) Kitab Perubahan (Classic of Changes), (4)
Catatan-catatan musim bunga dan musim rontok (Ch’un ch’iu), dan (5) Kitab Tata
Tertib ( Record of Rituals). Bersumber pada kelima karya klasik tersebut, maka
ajaran Konfusius tentang harmoni dapat diringkas atau dikarakteristikan sebagai
“Etika Humanisme,” yang memberikan tuntunan etis dalam hubungan antar manusia
dalam komunitas yang menyeluruh. Sebagai humanisme praktis, Konfusianisme
memfokuskan perhatiannya pada manusia dan apa yang dilakukannya.29
Untuk itu ada lima konsep mendasar yang harus dipedomani berdasarkan
Kitab Lunyu (The Analect) seperti yang diringkas oleh Lee Tan. Pertama adalah Jen
yang mengajarkan tentang hubungan ideal termasuk menjaga harmoni melalui cinta,
kebajikan, kepedulian, dan apresiasi terhadap orang lain. Kedua adalah Lie yang
berarti ritus, kode moral atau tata krama, dan kesopanan. Lie adalah sumber bagi
terbentuknya dunia yang tentram, tertib, dan damai. Ketiga adalah Chun Tyu yang
dapat diterjemahkan dengan kemanusiaan yang benar, yang memiliki keseluruhan
29
Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah
Bunga Rampai 1965-2008, Jakarta: Kompas, 2010, hlm, 50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sifat manusia unggulan.30
Keempat adalah Te yaitu kekuasaan yang harus diwaspadai
agar tersalah gunakan. Kelima adalah Wen yang merupakan seni perdamaian.
Penjelasan tersebut dihubungkan dengan pedagang keturunan Cina di
Coyudan, mereka memiliki kecenderungan etika utilitarianisme yang tinggi. Para
pedagang keturunan Cina menilai lembaga, hukum, konsistensi dalam prinsip, serta
kebiasaan dianggap cukup penting demi menentukan suatu konsekuensi dalam
dagangnya terhadap masyarakat. Mereka cenderung bersifat maskulin , artinya
tindakan-tindakannya lebih rasional dan atau lebih diperhitungkan untung rugi dalam
menilai suatu konsekuensi dari tindakannya tersebut. 31
Hubungan manajemen sub-variabel baik budaya dagang keturunan Cina
maupun Jawa memiliki pandangan yang cenderung sama, yaitu keduanya adalah cara
untuk berusaha menjaga hubungan baik dengan para pelanggan, konsumen, pemasok,
pemerintah (superior) dan lingkungannya. Cara bersikap itu merupakan manifestasi
norma kehidupan berdasarkan pada kehormatan dan keharmonisan. Namun,
hubungannya dengan situasi keputusan pemasaran yang penuh resiko karena
persaingan dagang yaitu masuknya pendatang baru ancaman produk pengganti,
kekuatan tawar-menawar antar pembeli dan pemasok, persaingan diantara pesaing
yang sudah ada. Kasus situasi pemasaran sehingga diketahui apakah perlu melakukan
30
Ibid., hlm 175. 31
A Rani Usman., loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kerja sama sebagai bagian usaha menjaga hubungan baik, atau tidak sama sekali, atau
kombinasi keduanya.
Pemasaran para pedagang pribumi asli cenderung bersikap mengajak para
pendatang baru untuk bekerja sama, sedang para pedagang keturunan Cina cenderung
untuk melakukan kemampuannya secara optimal tanpa melakukan kerja sama.
Demikian bisa terjadi karena dalam suatu pertukaran kerja sama dibutuhkan ikatan
sosial jangka panjang, hal ini dinilai relatif dianggap lebih berat oleh pedagang
keturunan Cina yang mendasarkan kepada hutang budi secara moral sulit dibayar dan
dilupakan. Dikaitkan hal itu dengan resiko, bagi pedagang pribumi asli nampak
memiliki penilaian bahwa resiko dapat disesuaikan atau dikurangi melalui kerja sama,
sebaliknya bagi pedagang keturunan Cina menilai hal itu tanpa harus kerja sama,
dalam arti kata lebih berani menanggung resiko sendiri tanpa melibatkan pihak lain
atau dengan menggunakan cara lain, misalnya dengan mengendalikan sendiri dan
efisien dalam hal waktu dan dana atau sumber daya lainnya.
Motivasi dan maksud dalam dagang mereka memang lebih cenderung tidak ke
dalam etika kemalasan atau lebih sesuai bagi semangat rame ing gawe , pandangan
dunia dan hidup Jawa. Etos dagang Cina cenderung mudah menimbulkan spiral
kekerasan daripada bersikap berjuang tanpa kekerasan sebagai sisi lain. Masalah
terpenting pada kecenderungan etos dagangnya etnis Cina itu kaitannya ke dalam dua
hal yang berkurang. Pertama, kurang realistis dan rasional dan yang kedua kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
sesuai dengan identitas budaya dan pengalaman keagamaan (Islam) Jawa yang dalam
masyarakat pasca-tradisional. 32
Dalam sejarahnya, etnis Cina dipercaya mampu mengembangkan
perekonomian di suatu negara dengan ilmu bisnis yang mereka punya. Begitu pula
dengan para pedagang Cina emas Coyudan bisa begitu berhasil dalam usaha
perdagangan emasnya sebenarnya karena mereka manganut pada ajaran Confucius
(Konfusius). Dalam hal ini Confucius tidak mengajari mukjijat atau sesuatu yang
melebihi kemampuan orang biasa. Menjadi seorang Chun Tzu-Gentlemen-Insan
Berbudi Mulia adalah cita-cita tertinggi seorang Konfusian, atau bagi mereka yang
terus berupa dengan tekun dan telaten, seperti halnya yang dilakukan oleh pedagang
emas Cina di Coyudan ini, mereka sangat tekun dan teliti dan menjalankan bisnisnya
dibidang perdagangan. Contohnya: Sebagi salah satu pemilik toko emas Gajah, Andy
Ong setiap hari selalu memantau perkembangan bisnis dagangnya meskipun sudah
ada pegawai pribumi yang dipekerjakannya. Ia selalu memperhintungkan keutungan
yang didapat setiap harinya. Selain itu ketelitian dalam menjalan usaha bisnis dagang
emasnya adalah salah satu prinsip yang harus ia jalani ketika melakukan sebuah
bisnis, baik bisnis dengan skala besar maupun kecil. 33
Karena bagi mereka
keberhasilan dalam bisnis sebagian besar ditentukan oleh sikap tersebut. 34
32
Ibid., hlm. 72 33
Wawancara Andy Ong: Pemilik toko emas Gajah 14 Juni 2012 34
Djoenaedi Joesoef. loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Kelenturan peradaban Cina yang dibentuk oleh Confucius telah diuji dengan
pergantian berbagai dinasti. Pada dasarnya telah dibuktikan bahwa melampai
berbagai peristiwa sejarah perkembangan peradaban di China maka Konfusianime,
Taoisme, dan Budhisme sebagai agama besar dan agam kecil merupakan lokal genius
bagi kepentingan rakyat.
C. Sistem Kaderisasi Pemilik Toko Emas di Coyudan
Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkannilai-
nilai tertentu kepada seorang kader. Kader adalah anggota, penerus organisasi.Nilai-
nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter
organisasi.35
Sistem kaderisasi yang dijalankan oleh mayoritas pemilik toko emas di
Coyudan menggunakan proses secara turun-temurun. Dari generasi ke generasi
diajarkan tentang managemen pengolahan dalam berdagang emas.Tjik Tjwan Lan
sebagai generasi ke-4 dari toko emas Gajah mengajarkan managemen perdagangan
emas kepada Andy Ong generasi ke-5 untuk mewarisi perdagangan emas di toko
emas Gajah.Sistem managemen atau mengendalikan keuangan dalam perusahaan
diajarkan sebelum Andy Ong dijadikan generasi berikutnya. Proses kulaan dari
distributor emas, managemen pemasaran, penjualan dan pembelian diajarkan untuk
35http://www. anaksebatik.blogspot.com/2007/10/kaderisasi-organisasi-
sebuah-proses.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menjaga tradisi turun-temurun dan supaya bisnis toko emas agar dapat berkembang
dari tahun ke tahun.
Refleksi moral adalah urusan setiap manusia dan bahkan di kalangan
masyarakat berbudaya mana pun termasuk keturunan Cina di Coyudan, sejak kecil
didik untuk memiliki kepatuhan moral, perlunya mencari consensus, mengendalikan
diri, memiliki rasa tanggang jawab, berterima kasih pada orang tua, serta
menghormati yang lebih senior. Cara dan kebiasaan para pelaku bisnis di Coyudan
menyelenggarakan bisnis mereka telah tumbuh sejak lama, bahkan dapat dikatakan
dapat dipolakan berdasarkan sejumlah prinsip dasar berbisnis.
Enam Belas Prinsip Bisnis Pedagang Cina di Coyudan
1. Rajin dan tekun berusaha
2. Hemat dalam pengeluaran
3. Ramah kepada setiap orang
4. Jangan menyia-nyiakan kesempatan
5. Lugas dalam transaksi
6. Berhati-hati dalam memberikan kredit
7. Periksa semua account dengan cermat
8. Bedakan yang baik dari yang jahat
9. Kendalikan sediaan dengan sistematis
10. Adil dan tidak pilih kasih terhadap karyawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
11. Periksa dengan cermat semua nota pengeluaran dan pemasukan
12. Periksa dagangan sebelum diterima
13. Kaji dengan teliti setiap perjanjian
14. Bijaksana dan jujur dalam usaha
15. Tunjukkan rasa tanggung jawab
16. Bersikap tenang dan penuh percaya diri 36
D. Pengaruh Fluktuasi Harga Emas terhadap Perdagangan Emas di Coyudan
Fluktuasi merupakan Lonjakan atau ketidaktetapan segala sesuatu yang bisa
digambarkan dalam sebuah grafik. Sebagai aturan harga emas bergantung pada
kondisi ekonomi dunia. Selebihnya harga emas selalu menjadi indikator yang efektif
atau alternatif instrumen investasi yang unprofitability. Emas didepresiasikan dalam
periode perputaran dana dan penggunaan yang ekstensif instrumen yang berbeda
dalam menghimpun modal. Sebaliknya dalam kasus stagnansi ekonomi, akan terjadi
resesi, sepertinya emas adalah instrumen yang paling stabil dan likuid dalam fiksasi
modal dan tabungan masa depan. Berikut ini analogi yang bisa digambarkan dalam
pasar mata uang dan emas yang dapat dibandingkan dengan SwissFrank yang
dianggap sebagai penyangga dimana volatilitas bisa ditunggu berakhir.
Ketika diawal tahun 80-an Presiden Amerika Ronald Reagan berhasil
menurunkan inflasi di negaranya tinggal kurang dari ¼-nya dalam tiga tahun awal
36Djoenaedi Joesoef., op.cit., hlm. 79-80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pemerintahannya (dari 13.56% ke 3.22 % !), harga emas dunia dalam US$ serta merta
mengikuti trend menurun dari angka US$ 615/Oz ke titik terendah US$ 271/Oz dua
puluh tahun kemudian (2001). Sejak diturunkan oleh Reagan tersebutlah rezim inflasi
Rendah di Amerika relatif bisa dipertahankan atau setidaknya tidak kembali ke
double digit seperti pada pemerintahan sebelum Reagan hingga sekarang.
Ketika harga emas dunia bearish (menurun) selama dua puluh tahun; harga
emas di Indonesia khususnya di wilayah Coyudan hanya turun dua tahun saja yaitu
dari kisaran Rp 11,500/gram (1980), turun ke angka Rp 7,000/gram (1982) dan
kembali naik melebihi angka tertinggi sebelumnya Rp 12,000/gram (1983) terus
sampai puncaknya 15 tahun kemudian pada krisis moneter 1998 ketika emas berada
pada kisaran angka Rp 149,000/gram. Pasca krisis moneter memang emas sempat
turun lagi selama dua tahun sampai titik terendah Rp 58,000/gram tahun 2000, tetapi
setelah itu dari tahun ketahun harga emas naik sampai ke angka sekarang di kisaran
harga Rp 350,000/gram. Karena uang yang di pakai sehari-hari Rupiah sedangkan
harga emas dunia dalam US$; tidak serta merta apabila harga emas dunia mengalami
penurunan – kita yang di Indonesia dengan uang Rupiah kita bisa ikut menikmati
penurunan tersebut. 37
Ketika nilai US$ naik, harga emas dunia juga naik sampai sekitar 30% selama
setahun terakhir – tidak serta merta pula harga emas kita dalam Rupiah mengikuti
kenaikan tersebut. Rupiah yang lagi perkasa mampu menahan kenaikan harga emas
37
Amir Kiat, “Fluktuasi harga emas, Lain Dollar lain Rupiah”,Artikel,
diunduh padahttp//www.outletdinar.com/grafik-harga-emas-antam, 5 Maret 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
setahun terakhir sehingga hanya mengalami kenaikan kurang lebih separuh dari
kenaikan harga internasionalnya.
Ketika tahun 1987-1996 merupakan tahun-tahun keemasan bisnis
perdagangan emas di Coyudan, karena pada masa kurun waktu tersebut harga emas
masih sangat rendah dan dapat dijadikan untuk alat investasi dalam jangka kurun
waktu yang cukup lama. Jadi masyarakat Surakarta memilih untuk berbisnis emas
dan membeli emas pada tahun tersebut, sehingga perdagangan emas mengalami masa
kejayaan dengan banyaknya pembeli emas di toko-toko emas di Coyudan Surakarta.
Untuk 40 tahun terakhir, perhatikan di awal tahun 80-an dimana Rupiah tidak
mengikuti trend penurunan harga emas dunia – bahkan mengalami kenaikan yang
sangat significant di tahun 1998.
Gambar. 7
Perhiasan emas kuning yang ditawar di toko-toko emas Coyudan
Sumber :http://v-images2.antarafoto.com/gec/1334987101/harga-perhiasan-
emas-01.jpg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Jenis emas tersedia dalam beberapa pilihan, mulai dari emas perhiasan, emas
batangan, serta koin emas.
1. Emas perhiasan , merupakan jenis emas yang paling sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bentuk kalung, gelang, cincin, anting,
liontin, tiara, dan lain-lain. Untuk setiap pembelian emas perhiasan, selain
dikenakan harga emas yang dihitung berdasarkan berat dan karatnya, pembeli
juga akan dibebani biaya pengolahan emas menjadi perhiasan.
2. Emas Batangan ,adalah emas dalam bentuk batangan (emas lantakan). Di
Indonesia, emas batangan yang cukup terkenal adalah emas bermerek Logam
Mulia yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang (Antam) dengan kadar emas
99,99 persen. Sebagai tanda keaslian, Anda akan mendapatkan sertifikat emas
yang dibubuhi nomor seri, sesuai dengan nomor seri yang terukir pada emas
batangan. Beberapa jenis Emas batangan yang umum dijual di toko emas di
Indonesia:
a. Emas Antam atau Emas LM (Logam Mulia) , Emas ini bersertifikat
dari PT Aneka Tambang , harga emas batangan Antam / LM ini lebih mahal
dari emas batangan lainnya karena bersertifikat. Emas jenis ini juga terdapat
cap LM pada batangnya, dan tersedia dalam ukuran gram hingga kilo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b. Emas London , yaitu emas batangan dari luar negeri , dan pecahan
umumnya adalah per 1 kg. Ciri emas london ini terdapat cap perusahaan pada
batangnya.38
c. Emas Lokal , yaitu emas batangan yang tidak terdapat cap perusahaan
ataupun sertifikat, dan biasanya ada yang bentuknya lonjong sedikit penyok.
Emas lokal tersedia dalam ukuran gram hingga kilo.
3. Koin Emas ,adalah jenis emas yang berbentuk koin. Di Indonesia, ada dua
jenis koin emas yang paling dikenal masyarakat, yaitu koin emas ONH
(Ongkos Naik Haji) dan koin dinar emas. Koin emas ONH dimaksudkan
sebagai alternatif bagi mereka yang ingin menabung sebagai persiapan untuk
naik haji. Koin emas ONH bisa menjadi semacam garansi bagi orang-orang
agar selamat dari inflasi, karena harga emas dipastikan ikut naik.39
4. Emas Granule, adalah emas yang berbentuk butiran-butiran. Emas ini jarang
ditemui karena emas granule hanya dimiliki oleh toko-toko emas atau para
pengrajin emas. 40
Karena sifat emas yang dapat dilebur tanpa mengubah
nilainya, emas granule dapat dilebur dan dijadikan berbagai macam jenis
perhiasan emas.
38
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.referensi-
pengetahuan/macam-jenis-emas.html (diunduh tanggal 4 Maret 2012) 39
http://keuntunganinvestasiemas.blogspot.com/2012/02/macam-macam-
investasi-emas.html (diunduh tanggal 4 Maret 2012) 40
Kangmoes, “Macam Jenis Emas”, artikel, di http//www.kangmoes.com
(diunduh tanggal 7 April 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kadar Emas
24 karat (99.99%) , atau ada pula Emas Lokal (99.7%)
22 karat (91.6% emas) , emas dicampur logam lain 8.3% (biasanya perak)
21 karat (87.5% emas)
20 karat (83.3% emas)
18 karat ( 75.0% emas) , biasanya untuk cincin
14 karat ( 58.5% emas)41
10 karat ( 41.7% emas)
9 karat (37.5% emas)
1. PT Antam Sebagai Distributor Emas di Coyudan
PT Aneka Tambang Tbk adalah perusahaan pertambangan emas di Bukit
Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.adalah unit usaha PT.Aneka
Tambang Tbk yang bergerak dibidang jual beli emas. PT.Aneka Tambang Tbk
sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah go public
(sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia).Emas adalah salah satu produk
perusahaan ini.42
Membeli atau menjual emas di Logam Mulia (LM) sedikit lebih
lama prosesnya dibandingkan dengan bertransaksi di toko-toko emas biasa. Sebelum
memasuki tempat transaksi, petugas akan meminta tanda pengenal pembeli, lantas
41
http://harga-emas.com/ (diunduh tanggal 4 Maret). 42
Emas Batangan, Investasi Emasemas 24 karat · Emas Batangan · Investasi
Emas · logam mulia · perhiasan 22 karat”artikel”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
mencatat data-data pribadi kita. Selain nama, nomor KTP, alamat dan nomor telepon,
mereka juga meminta NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
Gambar. 8
Foto PT.Aneka Tambang Tbk
Sumber :http://www.google.co.id/imgres?q=pt+antam&hl
Setelah prosedur itu, kita mendapatkan tanda pengenal untuk masuk ke tempat
perdagangan. Di Perusahaan tersebut, pembeli satu gram pun akan dilayani. Makin
berat emas yang dibeli, harga emas per gram menjadi lebih murah dikarenakan faktor
biaya pembuatan.Jika kita membeli dalam jumlah banyak, ada suatu ketentuan yang
berlaku, penjual menyediakan fasilitas pengantaran dengan menggunakan jasa pihak
ketiga.Fasilitas ini ditujukan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan bagi
pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2. Harga Emas, Kontrak berjangka emas, Pembelian dan Penjualan Emas
Melemahnya kurs dollar AS biasanya mendorong kenaikan harga emas dunia.
Hal ini karena jatuhnya nilai mata uang dollar membuat harga emas menjadi lebih
murah dalam mata uang lain sehingga umumnya mendorong adanya kenaikan
permintaan emas, terutama dari sektor industri perhiasan. Kontrak Berjangka Emas
merupakan salah satu jenis transaksi derivatif. Kontrak Berjangka didefinisikan
sebagai perjanjian standar antarpihak yang tidak perlu saling kenal untuk membeli
dan menjual produk tertentu pada harga tertentu dengan serah terima produk pada
waktu yang diperjanjikan. Seperti transaksi derivatif lainnya yang high risk high
return, untuk memperoleh profit yang optimal dan meminimalkan risiko kerugian,
sebelum berinvestasi perlu dipahami dan dianalisis pergerakan harga transaksi
dasarnya (underlying transaction).
Prinsipnya tidak sulit, tetap memegang pakem investasi: beli saat harga rendah
dan jual saat harga tinggi (buy low sell high atau sell high buy low). Dengan
memanfaatkan pasar berjangka dan pasar fisik emas, pedagang emas bisa
memperoleh keuntungan dengan cara: jika harga kontrak berjangka emas lebih
murah, beli kontrak berjangka emas dan jual pada pasar fisiknya atau sebaliknya.43
Dalam hal berinvestasi kontrak berjangka emas, yang harus dianalisis secara
mendalam adalah pergerakan harga emas di pasar fisik.Harga kontrak berjangka emas
43
http://titoley.com/2011/03/09/investasi-cara-membeli-emas-murni-di-pt-
antam/ (diunduh tanggal 4 Maret 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
sangat ditentukan harga di pasar fisiknya.Harus dipahami, baik pergerakan harga
emas dunia yang umumnya mengacu ke pasar fisik emas di London maupun
pergerakan harga emas di Indonesia.Dengan memahami pergerakan harga emas di
pasar fisiknya, dapat ditentukan harga emas di kemudian hari dengan menghitung
ongkos suku bunga pinjam-meminjam, ongkos simpan, dan transportasi.
Kesempatan memperoleh keuntungan juga tidak tertutup bagi investor yang
tidak mempunyai fisik emas. Bermodalkan sekitar 10 persen dari nilai total investasi,
investor dapat memperoleh keuntungan melalui posisi beli jika harga emas cenderung
naik atau posisi jual jika harga emas cenderung turun.Salah satu contoh hal yang
dapat mempengaruhi suplai dan permintaan (supply and demand) dari emas adalah
seperti kejadian pada pertengahan tahun 1980. Pada saat itu, penjualan forward oleh
perusahaan pertambangan selalu dipersalahkan atas terjadinya kenaikan pada harga
emas. Pada dasarnya dalam kerangka bisnis, sebenarnya perilaku perusahaan
pertambangan tersebut masukakal. Dengan melakukan penjualan forward ketika
harga emas menguat, mereka dapat mengamankan harga output tambang pada harga
yang cukup menarik.44
Sekitar 80 persen dari total suplai emas digunakan industri perhiasan.
Konsumsi perhiasan merupakan pengaruh yang besar pada sisi permintaan.
Ketika kondisi ekonomi meningkat, kebutuhan akan perhiasan cenderung naik.
44
Wiryo, “Analisa Harga Emas” , artikel,dipublikasikan di
http//www.financeroll.co.id. (diunduh tanggal 4 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Namun, dari data statistik terlihat kebutuhan akan perhiasan lebih sensitif terhadap
naik turunnya harga emas dibanding kan meningkatnya kondisi ekonomi.
Jatuhnya tingkat kebutuhan perhiasan pada masa resesi di tahun 1982-1983 terutama
akibat naiknya harga emas secara simultan. Jatuhnya tingkat kebutuhan perhiasan di
masa resesi awal 1990-an lebih selaras dengan hal di atas, pada saat itu harga emas
menjadi turun.Situasi ekonomi yang tidak menentu dapat mengakibatkan inflasi
tinggi.Emas biasa digunakan sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi.Manfaat ini
sudah dirasakan investor sejak lama.Dengan emas, investor mendapat perlindungan
sempurna terhadap merosotnya daya beli. Ketika tahun 1978-1980 harga emas sedang
booming. Ketika tingkat suku bunga naik, ada usaha yang besar untuk tetap
menyimpan uang pada deposito ketimbang emas yang tidak menghasilkan bunga
(non interest-bearing). Ini akan menimbulkan tekanan pada harga emas. Sebaliknya,
ketika suku bunga turun, harga emas akan cenderung naik. Secara teori, jika suku
bunga jangka pendek naik, harga emas turun.Di Indonesia teori ini tidak selalu
berjalan.45
Harga emas secara luas dipahami terbalik dari dolar.Ketika dolar jatuh harga
emas cenderung naik.Tapi ada banyak kasus ketika harga emas tidak mengikuti
perubahan nilai dolar, atau bahkan berlawanan dengan itu.Misalnya, ketika emas
mencapai puncaknya pada tahun 1980, itu mencerminkan ketakutan umum inflasi di
45
Finanseroll.co.id/expert.comment/40807/ analisa-fundamental-harian-
komoditi-123 (diunduh tanggal 6 Juni 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
bangun dari krisis minyak 1979 dan kebijakan moneter AS yang tidak memiliki
kredibilitas.
3. Sistem distribusi atau kulaan emas dari PT Antam oleh pedagang Cina
Coyudan
PT Antam didirikan dan didedikasikan agar mampu memberikan fasilitas dan
kemudahan kepada masyarakat khususnya dalam bertransaksi emas logam mulia
Antam.Perusahaan ini berdiri dengan ketentuan legalitas pendirian usaha yang jelas
dan transparan.Emas yang diperjual-belikan hanya emas logam mulia Antam
(bersertifikat asli) yang didistribusi melalui jaringan pemasaran PT Antam.
Perusahaan ini memiliki alamat serta tempat usaha yang jelas dan transparan.
Mayoritas pemilik toko emas di Coyudan memilih distributor emas mereka dari PT
Aneka Tambang. Selain memiliki sertifikat yang disahkan oleh Perusahaan Negara,
PT Antamdapat dijamin kualitasnya dengan tanda yang sedemikian detail dan
keabsahannya diakui. Dalam harga, logam mulia Antam ditentukan oleh PT. Antam
Tbk tetap berdasarkan acuan harga emas International yang diseimbangkan dengan
penawaran danpermintaan, Sedangkan logam mulia lokal ditentukan langsung
berdasarkan harga pasaran emas lokal dan berbanding dengan harga emas
international, serta juga pertimbangan dari penawaran dan permintaan pasar.
Sistem kulaan emas dari PT Aneka Tambang ke pedagang emas di Coyudan
adalah melalui jaringan internet maupun telefon. PT Antam memberikan alamat web
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang lengkap dengan produk ditawarkan kepada para pedagang, dan menyarankan
untuk secara langsung menghubungi pihak pemasaran dari perusahaan Antam supaya
tidak terjadi penipuan. 46
Setelah menghubungi pihak yang bertanggungjawab, emas
yang akan dibeli dipesan terlebih dahulu kepada pihak pemasaran. Pemesanan emas
berkisar antara 3-5 hari, kemudian pihak pedagang emas baru akan dihubungi
kembali setelah barangnya tersedia. Cara pendistribusian emas yang telah dipesan
oleh pedagang emas Coyudan adalah dengan pengiriman paket dari pihak PT Antam
ke alamat pedagang emas Coyudan. 47
Emas yang dikirim kepada para pedagang emas
Coyudan adalah emas batangan, karena PT Antam hanya menyediakan produk emas
dalam bentuk emas batangan. Setelah itu emas batangan dibuat oleh para pengrajin
emas untuk dijadikan perhiasan baik berupa kalung, gelang, anting, dan cincin.
46
PT Aneka Tambang. co.id/ informasi/ harga-emas-internasional-US-dolar-
dalam perkembangan. pdf (diunduh tanggal 5 April 2012) 47
Wawancara dengan Sie Tyun Tai, Andy Ong, Han Leumiek pada tanggal 5
April 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB IV
HUBUNGAN SOSIAL ANTARA KOMUNITAS
PEDAGANG EMAS DAN MASYARAKAT
SEKITAR TOKO EMAS COYUDAN
Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, dasar Negara Pancasila dengan
motto Bhineka Tunggal Ika secara teoritis menjamin persamaan hak setiap kelompok
etnis untuk hidup berdampingan dalam sebuah Negara kesatuan. Hal ini sebenarnya
mencerminkan penerusan nilai-nilai tradisional di kawasan Nusantara seperti
toleransi dan harmoni sebagai dasar utama untuk hidup berdampingan secara damai.
Ada kenyataan penting yang tidak diragukan dalam konteks ini yang luput dari
pernyataan atau dokumen resmi pemerintah bahwa orang Indonesia keturunan Cina,
sebagai sebuah kelompok etnis, memiliki hak yang sama seperti kelompok etnis
Indonesia lainnya seperti Maluku, orang Jawa dan sebagainya. 1Keyakinan bahwa
minoritas Cina pedagang emas di Surakarta sekarang merupakan entitas etnis yang
memiliki kesamaan karakter dengan kelompok-kelompok etnis Indonesia lainnya.
2Struktur sosiologis atau etnologis internalnya maupun hubungannya dengan etnis-
1 Dr. Yusiu Liem, Prasangka Terhadap Etnis Cina; Sebuah Intisari,
Djambatan: Jakarta, 2000, hlm.1. 2 Harian Dharma Nyata, September 1987.
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
etnis lain, yang banyak menunjukkan ciri-ciri sama dengan kelompok etnis Indonesia
yang lainnya. 3
Sejak terbitnya undang-undang Kewarganegaraan tahun 1946 dan 1948,
banyak orang-orang Cina yang memilih menjadi warga Negara Indonesia ( WNI ).
Pasca perang kemerdekaan mereka tetap memilih menjadi WNI, meskipun menurut
PP Nomor 1 Tahun 1950 dan perjanjian dwi kewarganegaraan antara pemerintah RI
dan RRC ada kesepakatan untuk menjadi warga Negara RRC. 4Setelah perjanjian dwi
kewarganegaraan RI-RRC yang berlaku mulai 15 Desember 1960, orang-orang Cina
yang semula berstatus warga Negara asing (WNA) ada yang memilih menjadi WNI,
tetapi ada juga yang menolak atau ditolak sebagai WNI. Status hukum WNI
berdasarkan perjanjian dwi kewarganegaraan RI-RRC itu dinyatakan tidak berlaku
setelah keluar Inpres Nomor 2 Tahun 1980 dan Kepres Nomor 13 Tahun 1980.
Orang-orang Cina WNI kemudian menerima SBKRI dari camat setempat atas nama
Ketua Pengadilan Negeri. 5
A. Struktur Sosial Masyarakat Cina Pedagang Emas di Coyudan
Struktur sosial masyarakat Cina di Surakarta, juga seperti yang tinggal di
kota-kota lain, dibedakan antara peranakan dan totok. Peranakan adalah yang sudah
3 Amen Budiman, Masyarakat Tionghoa Indonesia, Semarang: Tangjung
Sari, 1979, hlm. 56. 4 Ibid, hlm. 2.
5 Rustopo, Menjadi Jawa :Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di
Surakarta 1895-1998, Yogyakarta: Ombak, 2007, hlm. 67-68.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
lama tinggal di Indonesia, sudah terbaur dengan masyarakat pribumi, berbahasa
Indonesia dan bahasa daerah setempat dan berperilaku seperti pribumi. Adapun totok
adalah orang- orang Tionghoa pendatang baru, baru sekitar satu-dua generasi dan
berbahasa Cina. 6Akan tetapi dengan berhentinya imigrasi dari daratan Tiongkok,
jumlah orang Cina totok semakin menurun, dan keturunan totok sudah mengalami
peranakanisasi. Menurut hukum kolonial, hak orang-orang Cina peranakan sebagai
warga Negara lebih besar daripada orang-orang totok. 7
Pada tahun 1930 jumlah orang-orang Cina peranakan di Karesidenan
Surakarta 17.474 jiwa yang berarti lebih banyak daripada jumlah totok-nya, yaitu
3.615 jiwa. Jumlah kaum perempuan Cina peranakan 9.255 orang berarti lebih
banyak daripada jumlah kaum lelakinya yang hanya 8.219 orang, jumlah kaum
perempuan Cina totok hanya 595 orang yang berarti lebih sedikit daripada jumlah
kaum lelakinya, yaitu 3.020 orang. Dengan melihat data tersebut, besar kemungkinan
banyak laki-laki totok kawin dengan perempuan Cina peranakan atau pribumi (Jawa).
Misalnya pemilik toko emas Buaya yang bernama Tan Khoo Liat menikah dengan
perempuan pribumi yang kemudian menghasilkan keturunan. 8
6 Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, Depok: Komunitas
Bambu, 2005, hlm. 23. 7 Benny Juwono, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927 : Tinjauan Sosial
Ekonomi”, dalam Lembaran Sejarah Volume 2, No. 1, 1999, hlm. 68. 8 Aimee Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010, hlm. 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 3. Klasifikasi Penduduk Cina Peranakan dan Totok di Karesidenan
Surakarta 1930.
Surakarta
Laki-laki Perempuan
Peranakan Totok Total (1) Peranakan totok Total (2)
Jumlah 8.219 3.020 11.299 9.255 595 9.928
Total 17.474 3.615 21.227
(Sumber : Indisch Verslag 1939:40) seperti yang dicatat Rustopo. 9
Pada tahun 1950 pemilahan antara totok dan peranakan tidak begitu penting,
diganti dengan pemilahan menurut kewarganegaraan, yaitu WNI dan WNA. Jumlah
penduduk Cina di Coyudan Surakarta pada tahun 1950-an hingga 1970-an mengalami
kenaikan, tetapi pada tahun 1996 mengalami penurunan. Penurunan jumlah ini
sebagai akibat dari tingginya mobilitas orang-orang Cina. Diantara mereka
kebanyakan pindah ke kota kecil terdekat yang menyediakan tempat-tempat strategis
untuk berdagang.
Kebijakan yang dianut pada masa Orde Baru yaitu kebijakan asimilasi, yang
ditandai dengan penghapusan pilar-pilar kebudayaan masyarakat Cina (termasuk
dalam penutupan sekolah Cina, pembubaran organisasi etnis Cina dan pemberedelan
media massa Cina ) serta simbol-simbol dan adat-istiadat etnis Cina lainnya.
Sejumlah orang Cina di wilayah Coyudan telah terbaur, sehingga tidaklah
mengherankan jika mereka tidak mengaku dirinya sebagai etnis Cina lagi karena
9 Rustopo., op.cit., hlm. 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
mereka merasa dirinya sudah terbaur ke dalam masyarakat pribumi, 10
dan mereka
menganggap bahwa dirinya termasuk orang pribumi.
Makalah Charles Coppel membahas susahnya etnis Cina diterima oleh kaum
nasionalis Indonesia sebagai bagian dari nasion Indonesia. Ia meninjaunya dari
perspektif sejarah, yaitu sejak zaman kolonial hingga sekarang. Menurut
argumentasinya, masyarakat kolonial membeda-bedakan penduduk Indonesia
berdasarkan rasa tau suku bangsa dan pemikiran kaum nasionalis Indonesia telah
banyak dipengaruhi oleh cara berfikir kolonialis Belanda itu sehingga mengakibatkan
terpisahnya peranakan Cina dari pergerakan nasional Indonesia. Di samping itu,
nasionalisme Cina timbul lebih awal daripada nasionalisme Indonesia. Nasionalisme
Cina inilah yang menjauhkan etnis Cina, termasuk peranakan dari arus nasionalisme
Indonesia yang dipimpin oleh pribumi. Tidaklah mengherankan apabila dalam
gagasan nasionalisme Indonesia yang didasarkan pada konsep penduduk pribumi,
etnis Cina dianggap sebagai orang asing atau Vreemde Oosterlingen (Foreign
Oriental) dan tidak merupakan bagian dari bangsa Indonesia.
Mengikuti prasangka adalah Stereotipe, yang artinya keyakinan yang terlalu
digeneralisasi, disederhanakan atau dilebih-lebihkan terhadap kelompok etnis
tertentu. 11
prasangka dan stereotipe saling mendukung dalam kaitannya dengan
10
Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia; Sebuah
Bunga Rampai 1965-2008, Jakarta: Kompas, 2010, hlm. 209-210. 11
Turnomo Rahardjo, Menghargai Perbedaan Kultural, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005, hlm.57.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kerusuhan Surakarta dapat ditelusuri sebagai berikut : (1) Stereotipe dan prasangka
menjadi penyebab terbatasnya ruang kontak dan interaksi dari kedua etnis ini. Bila
stereotipe dan prasangka negatif lestari diantara kedua etnis ini, arena sosial diantara
etnis Cina dan Jawa akan menyempit. Etnis Cina sebagai “out group” yang dikenai
prasangka dan stereotipe itu pasti memilih lingkungan bertempat tinggal dan bekerja
dalam latar (setting) yang meminimalkan kesempatan berinteraksi dengan etnis Jawa
sebagai “in group” yang dicurigai sebagai ancaman; (2) Prasangka dan stereotipe
cenderung menciptakan perilaku dan komunikasi yang defensif. Komunikasi
semacam ini akan mengurangi kesempatan untuk terbangunnya suatu kesadaran
kolektif yang membentuk solidaritas sosial; (3) Prasangka dan stereotipe dapat
menjurus pada radikalisme. Pada ranah ini orang yang berprasangka akan terlibat
dalam berbagai tindakan yang represif dan diskriminatif terhadap kelompok yang
tidak disukai. Dapat diperkirakan kondisi ini akan mudah mengarah pada konfrontasi
dan konflik terbuka; (4) Prasangka dan stereotipe diantara etnis Cina dan Jawa
potensial menimbulkan hambatan bagi terjadinya akulturasi budaya sehingga
mengakibatkan pengkotak-kotakan budaya. 12
Selanjutnya, bilamana terjadi pembiaran terhadap prasangka dan stereotipe
dalam hubungan Cina-Jawa, maka implikasinya adalah mengemukanya
pengelompokan atau pemilahan atas mayoritas-minoritas. Orang Jawa akan
12
Priyanto Wibowo, “Kronstruksi Sosial, Identitas dan Multikulturalisme
etnis Cina: Hambatan dan Tantangan”, Seminar Nasional Universitas Indonesia,
Februari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
menganggap atau dianggap sebagai bagian dari kelompok mayoritas dan orang Cina
akan menganggap atau dianggap sebagai bagian dari kelompok minoritas. Kemudian
ekor dari masalah ini akan terlihat bahwa kelompok mayoritas atau kelompok
dominan menjadi kelompok yang merasa memiliki kontrol atau kekuasaan untuk
mengontrol.13
Di Indonesia persoalan dan percakapan mengenai minoritas selalu tereduksi
ke dalam proses minoritas Cina Indonesia. Menyebut etnis Cina sebagai minoritas
saja sesungguhnya sudah merupakan upaya meminggirkan etnis ini. Padahal, etnis
lain semisal etnis Batak, atau etnis Sunda yang tinggal di Surakarta, tidak pernah
dianggap sebagai minoritas. Mereka lebih diterima sebagai pribumi, karena etnis Cina
telah terbiasa menerima perlakuan-perlakuan yang diskriminatif dan selalu berada
pada posisi tertekan terutama bila kerusuhan rasial terjadi. Soetomo mengutip Wagley
dan Julian mengupas adanya lima karakteritik kelompok minoritas seperti terlihat
berikut ini. 14
(1) Minoritas adalah merupakan subordinasi dari masyarakat yang
kompleks; (2) Minoritas cenderung mempunyai ciri fisik atau penampilan budaya
khusus yang tidak disukai oleh kelompok yang dominan dalam masyarakat; (3)
Minoritas cenderung mengembangkan kesadaran berkelompok dan rasa kebersamaan
diantara mereka; (4) Anggota-anggota kelompok minoritas diwarnai aturan dan nilai
turun-temurun dari kelompok mereka, untuk mempertahankan karakteristik kelompok
13
Ibid, hlm.102. 14
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008, hlm. 109.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
pada generasi berikutnya; (5) Anggota kelompok minoritas cenderung melakukan
endogami atau perkawinan diantara sesama anggota kelompok sendiri.
Surakarta adalah kota “pluralis” atau “multikultural” yang memiliki
kemajemukan atau keberagaman budaya. Keberagaman dan kemajemukan tersebut
dapat dilihat dari berbagai perspektif seperti: agama, etnis, bahasa, dan budaya. Potret
Surakarta yang multikultural itu tampak dari heterogenitas penduduknya, yang
diruang publik seringkali menampakkan pergesekan. Dalam hubungannya dengan
pergesekan antara etnis Cina dan Jawa, banyak faktor ikut terlibat. Faktor-faktor
tersebut adalah warisan sejarah konflik masa lalu, kesenjangan sosial-ekonomi, dan
gagalnya komunikasi antar budaya merupakan faktor yang dominan. 15
Pada satu sisi, Surakarta memperlihatkan interaksi Cina-Jawa yang konfliktif
dan sangat rentan terhadap kerusuhan rasial, disisi lain Surakarta adalah kota yang
sudah terbiasa dengan interaksi antar etnis. Sejauh ini telah terjadi tujuh kali konflik
sosial antara etnis Cina-Jawa, 16
karena itu cukup beralasan apabila Surakarta
dipandang oleh peneliti sebagai “laboratorium” atau “barometer sosial” dengan
sumber yang sangat memadai untuk diteliti. Tambahan pula konflik Jawa-Cina di
Surakarta tidak hanya kerap terjadi namun cenderung “ber-siklus” dan merupakan
fenomena yang bersifat “local genius”. 17
Sedangkan untuk interaksi Cina-Jawa telah
15
Abdurahman Wahid, Beri Jalan Orang Cina, dalam Nonpri Di Mata
Pribumi, Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1990, hlm. 9. 16
Soetomo.,op.cit., hlm. 79. 17
Ibid, hlm. 84.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
terjadi sejak kedatangan orang-orang Cina pada tahun 1745 bersamaan dengan
pindahnya Kraton Surakarta dari Kartasura ke Kampung Sala.18
Pada tahun-tahun
awal perpindahan itu, hubungan Cina-Jawa berlangsung harmonis tanpa prasangka
dan kebencian.
Pada masa sekarang interaksi sosial Cina-Jawa yang integratif masih
berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Di Coyudan dijumpai Cina-Jawa yang
telah berasimilasi melalui kawin campur dan akulturasi budaya sejak masa silam.
Interaksi sosial Cina-Jawa di kampung Coyudan berbeda dengan wilayah lain dikota
Surakarta yang cenderung menampakkan fenomena yang tidak menentu. Artinya,
diluar kampung Coyudan terkadang interaksi itu menunjukkan adanya hubungan
harmonis diantara etnis Cina dan Jawa. Namun tidak jarang muncul interaksi bersifat
konfliktif yang puncaknya tercetus pada Mei 1998. 19
B. Interaksi Sosial etnis Cina Pedagang Emas dengan etnis Jawa di Coyudan
Hubungan etnis Cina-Jawa mewujud nyata dalam interaksi yang integratif di
Coyudan, sesungguhnya dapat ditelusuri melalui upaya dari kedua etnis tersebut
untuk saling menjaga kerukunan dan kesatuan. Sebagai contoh adalah perkawinan
18
Ibid.,hlm. 86. 19
Yohanes Setiawan, Agamaning wong Balong; Suatu Analisis Sosiologi
Agama berdasarkan Pendekatan Teori Durkheim terhadap Agama Masyarakat yang
dimunculkan oleh integrasi Jawa-Cina di kampung Balong, Surakarta, Surakarta:
Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2011, hlm. 17-21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
campur antara pemilik toko emas Buaya (etnis Cina) yang bernama Tan Koo Liat
menikahi wanita pribumi yang bernama Sri Lestari sehingga menghasilkan dua orang
anak yang sekarang menjadi pemilik toko emas Anoman dan Rajawali. Bukan
sekedar slogan, persatuan itu memang dioperasionalkan dalam kehidupan nyata.
Pembauran yang berbentuk memudahkan jalan bagi perkawinan campur dan hal ini
terjadi karena melalui pembauran terdapat kesan, seperti yang sering diucapkan oleh
para pelaku perkawinan campur yaitu : “Jawa apa Cina pada wae”( Jawa atau Cina
sama saja). 20
Etnis Cina pedagang emas di Coyudan sebagian besar dalam
berkomunikasi terhadap masyarakat sekitarnya menggunakan bahasa Jawa, tetapi
berkomunikasi dengan keluarga mereka sendiri menggunakan bahasa Indonesia. 21
Etnis Cina pedagang emas di Coyudan memiliki upaya dan keselarasan yang
sering kali diperlihatkan oleh etnis Cina di Coyudan, sebagai bagian dari etnis Cina
yang tersebar di mana saja di penjuru dunia ini, maka etnis Cina di Coyudan juga
memiliki kecenderungan menjaga tradisi maupun konsep yang mereka warisi secara
turun-temurun yang telah diupayakan dan diputuskan secara kolektif dari sejak zaman
leluhur mereka, yakni harmonitas dan keselarasan. 22
Harmonitas dan keselarasan
tersebut seperti etnis Cina yang membebaskan para pembeli emas (box dasaran emas)
menempatkan box-nya didepan toko-toko emas tanpa membayar pajak sewa kepada
pemilik toko emas. Selain itu, keselarasan terlihat ketika pemilik toko emas tidak
20
Ibid., hlm. 169 21
Ibid., hlm. 170 22
Ibid., hlm. 173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
merasa tersaingi oleh toko-toko emas lain yang berada disekitarnya. 23
Interaksi
terhadap para pegawai pribumi juga dijalani dengan sangat baik. Meskipun ada
jurang pemisah antara pemilik toko dengan para pegawai pribumi karena status
sosial, interaksi sosial mereka berjalan cukup baik. Seperti contohnya: Lastri (seorang
pegawai toko emas Gajah) setiap harinya selalu berkomunikasi dengan pemilik toko
emas Gajah, Andy Ong dan Ayahnya. Dia mengatakan bahwa koh Andy selalu ramah
dengan para pegawai dan pelanggannya, meskipun ia memiliki status sosial yang
lebih tinggi. 24
Disetiap harinya koh Andy selalu menggunakan bahasa jawa dalam
berinteraksi kepada para pegawai dan pelanggannya. Hal itu membuktikan adanya
rasa menghormati antara etnis Cina di Coyudan dengan masyarakat pribumi
disekitarnya.
1. Interaksi Sosial Pedagang Emas Coyudan dengan Masyarakat
Sekitar
Kerukunan dan keselarasan menurut salah satu pemilik toko emas di Coyudan
adalah ketika pemilik toko satu dengan yang lain tidak merasa saling tersaingi dan
tidak saling memendam curiga ataupun prasangka buruk, meskipun mereka jarang
sekali berkomunikasi karena kesibukan masing-masing untuk melayani pelanggan
toko emas. Toko emas satu dengan toko emas lainnya saling menjaga kerukunan dan
23
Wawancara dengan Pak Mahmud (pemilik Box dasaran emas) pada tanggal
14 februari 2012 24
Wawancara dengan Lastri (pegawai toko emas Gajah) pada tanggal 25
Februari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
tidak saling bersaing dalam berdagang. Contoh halnya: Toko emas Menjangan yang
merupakan toko emas tertua di wilayah Coyudan adalah salah satu toko emas yang
paling banyak diminati masyarakat kota Surakarta karena kualitasnya yang baik.
Tahun 1985-1995 adalah masa kejayaan toko emas Menjangan. Tetapi karena makin
lama banyak bermunculan toko emas baru di Coyudan, maka nilai minat daya beli
masyarakat berpindah haluan ke toko emas yang baru. 25
Hal ini disebabkan model
dan gaya ukirannya lebih modern dibandingkan toko emas Menjangan yang gaya dan
modelnya lebih ke arah tradisional (jadul). Sekarang hampir tidak ada pembeli di toko
emas Menjangan, karena stok yang sudah lama. Pemilik toko emas Menjangan tidak
memungkiri hal ini, menurutnya ini sudah hal yang wajar. Persaingan sangat tidak
terlihat di antara toko emas Menjangan, Gajah, Doro dan toko emas lainnya. 26
Konsep menjaga harmoni dalam hidup itu mereka petik turun-temurun dari
nenek moyang yang menggalinya dari ajaran klasik atau guru-guru kebijaksanaan
seperti yang dapat dilihat dalam paparan berikut ini. Pertama adalah ajaran Konfusius
atau K‟ung Tzu ( nama latin ), yang hidup antara 552 dan 479 S.M. Konfusius
dibesarkan dalam kondisi kemiskinan di negara bagian Lu yang terletak di sebelah
selatan provinsi Shantung. 27
Terdorong oleh keprihatinannya terhadap kekacauan
yang terjadi sebagai akibat dari perebutan kekuasaan antara raja-raja pada waktu itu,
25
Wawancara Sie Tjun Tay (pemilik toko emas Menjangan) pada tanggal 6
Januari 2012. 26
Wawancara dengan Handoko (pemilik toko emas Semar) pada tanggal 14
Februari 2012. 27
Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philoshophy, New York: A
Division of Macmillan, 1966, hlm. 38.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Konfusius terpanggil untuk menyiarkan ajaran tentang harmoni antara manusia
dengan alam maupun antara manusia dengan manusia. Harmoni terjadi apabila
manusia itu tidak buta oleh kekuasaan dan serakah terhadap materi masing-masing-
masing menyadari keberadaan, tugas atau kedudukan sesuai dengan kodratnya maka
perselisihan dan perebutan kekuasaan dapat dicegah. Dengan demikian tercapai
zaman yang ideal ditandai dengan masyarakat yang sempurna yang mencapai
keselarasan baik dalam hubungan penguasa dan rakyat, bangsawan dan orang
kebanyakan, orang tua dan anak-anak, maupun suami dan istri. 28
Ajaran Konfusius tentang harmoni ini dapat lebih didalami melalui lima karya
klasiknya, seperti : (1) Kitab Syair (Classic of Songs), (2) Kitab Sejarah (Classic of
Documents), (3) Kitab Perubahan (Classic of Change), (4) Catatan-catatan Musim
Bunga dan Musim Rontok (Ch’un Ch’iu), dan (5) Kitab Tata Tertib (Record of
Rituals). Bersumber pada kelima karya klasik tersebut, maka ajaran konfusius tentang
harmoni dapat diringkas atau dikarakteristikan sebagai “etika humanisme”, yang
memberikan tuntunan etis dalam hubungan antar manusia dalam komunitas yang
menyeluruh. 29
Konfusius merupakan ajaran paling banyak dianut oleh etnis Cina di
Indonesia termasuk etnis Cina di Coyudan. Kenyataan ini tercermin dalam kehidupan
28
Tan Ta Sen, Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara, Jakarta:
Kompas, 2010, hlm. 40. 29
Andreas Lee Tan, Rahasia Kekayaan Orang-Orang Cina, Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran, 2008, hlm. 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
masyarakat Cina. Pengalaman ajaran Kong Hu Cu pada etnis Cina yang hidup di
masyarakat Indonesia, misalnya tercermin dalam motivasi kerja dan menjaga
kewajiban serta sangat menghargai intelektual sehingga hampir semua etnis Cina
mempunyai pendidikan yang tinggi. Nilai komunitas dan humanis juga sangat
dihargai sehingga keharmonisan sangat dihargai terutama sesama etnisnya. Dengan
kata lain, ajaran Kong Hu Cu atau Konfusius menanamkan pada prinsip kemanusiaan.
Prinsip kemanusiaanlah yang menciptakan manusia sejahteraan lahir dan batin.
Demikian juga ajaran moral Konfusius ini menjaga keharmonisan antara sesama
manusia terutama anak dengan orang tua. Kesetiaan dan jati diri merupakan suatu hal
yang tidak dapat dielakkan oleh seorang anak. Artinya jati diri seorang anak
diperlihatkan melalui kepatuhan terhadap orang tua. Hal ini diterapkan pada salah
satu keluarga pemilik toko emas di Coyudan yaitu toko emas Menjangan. Sie Tyun
Tai adalah keturunan etnis Cina yang sangat menjunjung tinggi ajaran Konfusius atau
agama Kong Hu Cu pada keluarga besar mereka. Maka dari itu Sie Tyun Tai
mengikuti tradisi turun temurun dengan beragama Kong Hu Cu sebagai wujud rasa
hormat dan patuh terhadap budaya atau tradisi keluarga besarnya serta sebagai bukti
kepatuhannya terhadap orang tuanya. Sie Tyun Tai mengatakan dalam
pembicaraannya, 30
30
Wawancara dengan Sie Tyun Tai (pemilik toko emas Menjangan) pada
tanggal 6 Februari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
“Semua keluarga besar saya beragama Kong Hu Cu, dari kakek nenek saya sudah
menjadi tradisi turun temurun sejak dulu. Papah saya juga beragama Kong Hu Cu itu
karena mengikuti orang tua, begitupun dengan saya juga beragama Kong Hu Cu
karena ikut dengan papah saya. Saya dan keluarga saya yang lain dari kecil sudah
dididik tentang ajaran agama Kong Hu Cu, dan itu sudah menjadi hal yang biasa
dikeluarga kami”.
Dalam ajaran Kong Hu Cu juga mengatur hubungan seorang atasan dan
bawahan misalnya seorang Raja hendaknya mennjadi seorang Raja yang adil dan
jujur sekaligus memperlakukan bawahannya sebaik mungkin demi tercapainya
keharmonisan. Banyak etnis Cina datang ke Nusantara juga sedikitnya membawa
suatu nuansa baru bagi kebudayaan di Indonesia seperti makanan, tempat ibadah,
teknologi, dan perhiasan. Etnis Cina sebenarnya juga berperan dalam mempersiapkan
kemerdekaan dan dalam pembangunan Orde Lama, Orde Baru maupun masa
reformasi. Etnis Cina dikenal dengan minat dagang yang tinggi sehingga dengan
menguasai ekonomi mereka dapat menguasai segala aspek dalam perdagangan, maka
nampaknya hubungan keberhasilan dagang dengan suatu agama sangat sedikit. Akan
tetapi lebih erat kaitannya dengan motivasi dan kemampuan dalam menyesuaikan diri
yang akhirnya menguasai ekonomi dan politik. 31
2. Perkawinan Campur etnis Cina-Jawa di Coyudan
Etnis Cina telah tinggal di pulau Jawa sejak berabad-abad yang lalu
melalui jalur perdagangan dan agama . Banyak etnis Tionghoa di pulau Jawa berasal
dari Provinsi Hokkian (Fujian di Cina Selatan). Orang „pribumi‟ melihat mereka
31
A. Rani Usman, Etnis Cina Perantauan di Aceh, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2009, hlm. 93.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
sebagai orang asing dalam arti bahwa mereka adalah pendatang baru dan tergolong
dalam kelompok ras yang lain, dan memeluk agama yang berlainan. Mereka terdiri
dari pedagang dan pengrajin atau tukang, dan sejumlah kecil petani. Di zaman dinasti
Mancu (Qing), orang Tionghoa yang bermukim di Jawa tidak diizinkan untuk
kembali ke Cina.
Lama-kelamaan etnis Cina ini membentuk komunitas tersendiri yang dikenal
sebagai kelompok peranakan . Saat itu jumlah mereka tidak terlalu banyak, sehingga
kaum lelakinya ada yang kawin dengan perempuan pribumi. Keturunan kawin-
campur inilah yang menghasilkan masyarakat peranakan . Kadar kawin-campur ini
mulai menurun secara perlahan-lahan, karena mereka kawin dengan orang peranakan
Cina sendiri. Kelompok terakhir ini tidak lagi menguasai bahasa Cina dan hanya
bicara bahasa daerah. Masyarakat Cina yang berimigrasi ke pulau Jawa tersebut telah
melahirkan suatu tradisi dan budaya „baru‟ yaitu budaya Cina-Jawa sebagai hasil
perkawinan antara budaya Cina dan budaya Jawa. Akulturasi dan asimilasi budaya itu
tercermin dalam berbagai produk budaya yang dikenal oleh masyarakat,
seperti barongsai, motif batik Pekalongan, pakaian kebaya encim, karya sastra,
bahasa dan dialek Cina-Jawa di beberapa kota di Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Gambar. 9
Foto perkawinan Campur etnis Jawa-Cina di Coyudan
Sumber : Perpustakaan Rekso Pustoko
Menurut keterangan dari informan, data-data resmi tentang perkawinan
campur sulit dicari dan diperoleh sebab kakek atau nenek mereka yang melakukan
perkawinan campur tersebut tidak pernah mendaftarkan atau mencatatkan perkawinan
mereka pada lembaga yang berwenang. Alasan pertama mungkin terkait dengan
rendahnya tingkat pendidikan atau begitu sederhananya pola pikir para leluhur
tersebut sehingga tidak menganggap penting pencatatan perkawinan campur mereka.
32Alasan kedua lebih bersifat politis, yaitu dengan sengaja mereka menyembunyikan
perkawinan campur tersebut sebab pada zaman itu model perkawinan campur
32
Rustopo.,loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
tergolong “rawan” sehingga demi keamanan dan kelanggengan perkawinan itu, maka
perkawinan campur Jawa-Cina telah terjadi sejak empat generasi yang lalu.33
Cerita yang sama juga dialami oleh beberapa narasumber, yang ayah atau
kakeknya menikahi wanita Jawa. Hal ini terjadi pada pemilik toko emas Anoman
yang kakek moyangnya telah menikah dengan perempuan Jawa dan akhirnya
memiliki anak keturunan Cina. Pada konteks ini dapat disimpulkan bahwa sumber-
sumber tentang perkawinan campur adalah tradisi lisan yang berbentuk kesaksian
atau cerita yang diteruskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang
lain. 34
3. Hubungan bisnis etnis Cina Pedagang Emas dengan nilai Budaya
Cina di Coyudan
Keberhasilan bisnis etnis Cina dalam perdagangan emas di Coyudan
memberikan gambaran atas perkembangan budaya mereka. Keberhasilan bisnis Cina
Perantauan sering dikaitkan dengan nilai-nilai budaya dari ajaran konfusianisme.
Bisnis etnis Cina perantauan dihubungkan dengan perusahaan legendaris, bekerja
keras, hemat, rajin, solidaritas terhadap keluarga dan teman serta dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan mereka berbisnis. Lebih penting lagi, nilai Konfusianis turut
berperan dalam keberhasilan bisnis etnis Cina. Budaya bisnis etnis Cina di Coyudan
33
Koleksi foto lama Mangkunegaran tahun 1930 mengenai perkawinan
campur etnis Cina-Jawa, diambil pada tanggal 14 Juni 2012. 34
Wawancara keluarga Liem Khok Thay, keluarga Hong Beng Sun, keluarga
Lie Soen Bie dan keluarga Hong Wing Hie pada bulan Maret 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
jika dikaji secara mendalam memang telah membudaya dari generasi ke generasi
sehingga saat ini orang Cina perantauan identik dengan bisnis. 35
Realitas ini di
Indonesia banyak etnis Cina yang merantau untuk mencari nafkah, mereka
sebelumnya sebagai tenaga dibidang pertanian, pertambangan, karena mereka sangat
rajin dan ahli serta mempunyai teknologi yang tinggi ukuran waktu itu. Budaya
merantau dan ketekunan atau bekerja keras dan ulet telah ditanamkan sejak dari
negara leluhur mereka sehingga mereka sangat berhasil.36
Rafles mencatat dari penambang emas di Pulau Bangka pada tahun 1815 dan
belakangan ada yang menggambarkan mereka tidak hanya tekun dan hemat tetapi
juga tahan menderita, percaya akan kemampuan diri dan berani mengambil risiko,
kualifikasi yang seluruhnya baik untuk menjadi pengusaha modern dari masyarakat
kecil yang sedang berkembang dengan pasar yang tidak sempurna dan biaya transaksi
yang tinggi.
Gambaran tentang ketekunan, ulet, dan tahan menderita merupakan cerminan
dari masyarakat etnis Cina Perantauan. Realitas tersebut menandakan bahwa banyak
etnis Cina yang menunjukkan keberhasilan dalam bidang ekonomi karena jika tidak
ulet mereka tidak dapat hidup di negeri orang. Dengan adanya kepercayaan
kemampuan dirinya serta berani mengambil risiko dapat menunjukkan hasil yang
sangat memuaskan. Buktinya sejak dulu banyak dari etnis Cina yang berhasil di
35
Wawancara Sie Tyun Tay (pemilik toko emas Menjangan) pada tanggal 25
Februari 2012 36
A. Rani Usman.,op. cit., hlm 95.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Indonesia sekaligus menguasai ekonomi di dalam masyarakat. Kenyataan tersebut
tidak dapat dipungkiri selain mempunyai hubungan dengan kebudayaan sekaligus
mereka mau bekerja keras dan kemampuan dari mereka sehingga banyak dari etnis
Cina yang sangat senang tinggal di Indonesia. 37
Keunggulan etnis Cina dalam berbisnis lebih disebabkan mereka ulet dan
tekun serta tahan menderita sekaligus sangat pandai menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka hidup. Keberhasilan etnis Cina dalam berdagang memang telah
mewariskan secara turun-temurun, yang merupakan budaya mereka untuk berbisnis.
38Etnis Cina dalam berbisnis cenderung mengamalkan dan mempraktikkan nilai-nilai
budaya Cina yang telah mereka miliki. Nilai-nilai budaya nenek moyang Tiongkok
merupakan landasan serta menjadi inspirasi dalam menjalankan bisnis bagi etnis Cina
Perantauan. 39
Unsur-unsur budaya Tiongkok cenderung memperkokoh kegiatan bisnis etnis
Cina Perantauan. Disamping itu Konfusianisme menawarkan banyak kemungkinan;
beberapa komentator membedakan paham-paham Konfusius. Yu Yingshi, misalnya
menunjukkan bahwa Konfusianisme berorientasi pada pedagang yang berkembang di
masa dinasti Ming dan Qing. Yang lainnya membedakan paham-paham Konfusius
37
A. Rani Usman., op.cit., hlm. 96. 38
Ong Hok Ham, Pertumbuhan Kapitalisme Cina-Perantauan di Indonesia,
Jakarta: LP3ES dan Sinar Harapan, 1993, hlm. 50. 39
Djoenaedi Joesoef, dkk, Etika Bisnis Cina: Suatu Kajian Terhadap
perekonomian di Indonesia, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 90-91.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
imperalis dan Konfusianisme yang lebih tua dan demokratis. 40
Budaya bisnis Cina
juga dipengaruhi oleh nilai-nilai Konfusianisme yang telah disesuaikan dengan sistem
sosial-budaya setempat. Konfusianisme yang dipahami masyarakat etnis Cina
Coyudan menjadi sangat bermakna dalam kehidupan mereka, karena mengajarkan
pada sistem pergaulan dan persahabatan termasuk dalam strategi bisnis. Identitas
budaya mencerminkan hubungan antara keberhasilan bisnis dengan budaya nenek
moyang mereka dari dunia Tiongkok. Dengan adanya semangat kebudayaan, etnis
Cina menguasai perekonomian di negara Asia terutama Asia Tenggara.
Konteks budaya masyarakat etnis Cina pedagang emas di Coyudan selain
mengambil strategi ekonomi dari nenek moyang mereka sekaligus mengadopsi sistem
ekonomi yang berlaku di dunia modern. Pola penyesuaian dengan lingkungan budaya
mereka tinggal merupakan ciri dari budaya bisnis yang diturunkan dari peradaban
Cina. Demikian juga sumber daya manusia yang memadai menjadikan mereka sangat
unggul. Dengan semangat dan sumber daya Cina yang handal, pengusaha etnis Cina
mampu menjalankan bisnisnya sehingga hampir 80% perekonomian Indonesia di
tangan etnis Cina. Pengusaha-pengusaha terkenal etnis Cina antara lain, Liem Sioe
Liong, Lie Mo-Tie atau Muchtar Riady. Akan tetapi mereka selain menjalankan
praktik-praktik budaya sendiri sekaligus bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha
atau elite pribumi yang berkuasa.
40
Robert Hefner, Budaya Pasar, Masyarakat dan Moralitas dalam
kapitalisme Asia Baru, Jakarta: LP3ES, 1999, hlm. 116.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
C. Kepercayaan dan Jaringan Pribadi Etnis Cina Pedagang Emas di Coyudan
Mata Pencaharian etnis cina pada umumnya adalah berbisnis ataupun
berdagang. Bakat dagang pemilik toko emas (etnis cina) diturunkan dari ayahnya atau
keluarganya. Keberhasilan bisnis perdagangan emas para pemilik toko tersebut tidak
lepas dari peran pribadi dalam menjalankan perusahaan. Pribadi yang meyakinkan
serta kepercayaan merupakan kunci sukses perusahaan etnis Cina pedagang emas di
Coyudan. Hubungan pribadi sesama teman menjadi perhatian para peneliti dan
pengamat bisnis Cina perantauan. Perusahaan atau perdagangan yang dijalankan
saling berhubungan antara ayah dengan anak, sesama teman atau sahabat dekat
berdasarkan kepercayaan dan jaringan perusahaan atau yang disebut Guanxigiye.
Numazaki menyebutkan :
“Guanxigiye berasal dari kata Guanxi yang artinya relasi, koneksi. Giye artinya
perusahaan. Guanxi dapat didefinisikan sebagai ikatan-ikatan antara manusia yang
bersifat pribadi, khas, dan nonideologis, yang didasarkan pada kesamaan identifikasi.
Kesamaan identifikasi didasarkan pada kekerabatan, kesamaan daerah asal usul,
tahun kelahiran, pendidikan, dan sebagainya. Dengan demikian Guanxigiye mengacu
pada sebuah kelompok perusahaan yang memiliki sesuatu yang sama. Sesuatu ini
biasanya berupa kelompok kecil pemilik, manajer yang terikat oleh hubungan
kekerabatan, perkawinan, dan ikatan-ikatan sosial lainnya. Guanxigiye merupakan
sekelompok perusahaan yang dimiliki dan dikontrol oleh sekelompok orang yang
diikat oleh jaringan Guanxi.” 41
Relasi dan koneksi merupakan ikatan yang sangat khas di kalangan etnis Cina
perantauan. Oleh karena itu jaringan pribadi dalam menjalankan bisnis, etnis Cina
sangat jelas pada perusahaan-perusahaan besar. Untuk membuat jaringan pribadi,
41
Garry Hamilton, Menguak Jaringan Bisnis Cina di Asia Timur dan
Tenggara, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
masyarakat etnis Cina ditentukan oleh kesamaan daerah asal, dialek, dan marga.
Demikian halnya perusahaan-perusahaan besar diikat oleh hubungan kekerabatan,
hubungan perkawinan yang kemudian hubungan tersebut diikat oleh sebuah jaringan
bisnis. Hubungan pribadi merupakan warisan peradaban Cina yang masih dijalankan
oleh etnis Cina di Coyudan terutama dalam bidang bisnis. Jaringan pribadi atau
hubungan pribadi yang disebut Guanxigiye merupakan ciri khas masyarakat Cina
perantauan. Jaringan tersebut tetap menjadi model dalam bisnis Cina di mana pun dan
kapan pun.
Etnis Cina di di Coyudan memelihara struktur sosial yang terjalin erat dan
memungkinkan hubungan ekstensif dan informal di antara anggota-anggotanya.
Dalam Ch‟ng disebutkan bahwa hubungan-hubungan sosial dimulai pada tingkat
keluarga dan meluas pada hubungan kekerabatan nonkeluarga serta terkait oleh nama
keluarga yang sama, daerah asal yang sama atau kelompok dialek yang sama.
Jaringan-jaringan nonkeluarga ini berupa dengan sebuah keluarga besar. 42
Hubungan yang dibina oleh masyarakat Cina tersebut adalah sebagai simbol
dari struktur sosial masyarakat yang masih berjalan sampai saat ini. Hubungan sosial
dimulai dari tingkat keluarga yang kemudian diperluas dengan daerah asal, daerah
asal akhirnya membentuk suatu jaringan untuk mengembangkan suatu jaringan bisnis
yang memadai. Sistem sosial tersebut menjadi landasan serta suatu keharusan
42
David Cl Ch‟ng, Sukses Bisnis Cina Perantauan, Jakarta: Grafiti Press,
1995, hlm. 45.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
terutama pada tahap perkembangan bisnis. Dengan adanya hubungan tersebut banyak
keuntungan yang diperoleh, misalnya, modal, informasi, serta rahasia-rahasia
perdagangan. Strategi bisnis tersebut menjadi model jaringan yang dipertahankan
oleh masyarakat Cina. 43
Jaringan yang dibina para pemilik toko emas di Coyudan
adalah dengan saudara sesama pedagang emas, maupun teman diluar bisnis
perdagangan. Sebagai contoh nyatanya adalah toko emas Anoman dan toko emas
Rajawali. Mereka adalah satu keluarga dari keturunan etnis Cina-Jawa yang latar
belakangnya juga sebagai pedagang emas di Coyudan. Toko emas Rajawali dengan
Anoman sejak pendirian pertamanya yaitu tahun 60-an sampai sekarang masih
bekerja sama. Pemilik toko emas keduanya ini sangat menjunjung tinggi nilai
kekeluargaan dan kerjasama keluarga sejak masih kecil. Jika salah satu dari toko
mereka mengalami kerugian, maka yang satunya akan membantu baik dari bantuan
moril maupun materil. 44
Hubungan antarpribadi dan jaringan antarteman atau keluarga merupakan
kunci sukses bagi pedagang etnis Cina pedagang emas di Coyudan. Jaringan kerja ini
dapat dijalin dengan siapa saja asalkan identitasnya jelas. Dengan kata lain, hubungan
pribadi dibina atas saling kerjasama dan saling percaya demi berkembangnya suatu
bisnis. Hubungan-hubungan bisnis yang dibina oleh masyarakat etnis Cina
perantauan adalah untuk mempersatukan kelompok-kelompok etnis mereka. Dengan
43
A Rani Usman., op.cit., hlm. 99-100. 44
Wawancara dengan Leumiek Tchiang (pemilik toko emas Rajawali) pada
tanggal 12 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
adanya suatu jaringan tersebut mereka dapat saling membantu guna mengembangkan
bisnis mereka hubungan pribadi antarsesama manajer atau pengusaha merupakan
modal utama bagi etnis Cina yang mengembangkan bisnisnya.
D. Bisnis Keluarga Cina Pedagang emas di Coyudan
Bisnis etnis Cina pedagang emas Coyudan dibina berdasarkan ikatan
keluarga, yang merupakan jaringan bisnis yang telah mentradisi bagi etnis China
pedagang emas. Perdagangan emas etnis Cina Coyudan berkembang karena memiliki
jaringan antarkeluarga. Dalam sistem kekerabatan etnis Cina, Bapak dan Ayah adalah
orang yang sangat berperan dalam melanjutkan estafet kepemimpinan perusahaan
maupun dalam politik. Keluarga adalah segala-galanya dari struktur masyarakat etnis
Cina pemilik toko emas. 45
Keluarga sangat menentukan keberlangsungan bisnis
mereka. Perusahaan keluarga adalah salah satu bentuk perusahaan berciri khas
masyarakat etnis Cina perantauan. Dengan adanya jaringan keluarga dalam berbisnis
membentuk perusahaan maupun perdagangan mereka menjadi kuat dan bertahan di
mana saja dan kapan saja. Jaringan keluarga etnis Cina pada umumnya didasarkan
pada ikatan darah.
Tradisi Cina dalam memahami kekerabatan terutama dalam bisnis
menggunakan konsep Fang. Fang ( cabang ) adalah unit dasar keluarga Cina. Fang
45 Djoenaedi Joesoef, dkk,. loc. cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
mendefinisikan hubungan antara anak dan bapak. Hubungan tersebut didasarkan pada
enam prinsip:46
1. Hanya anggota keluarga laki-laki yang dapat membentuk sebuah Fang. Para
anggota keluarga wanita tidak masuk hitungan.
2. Hanya hubungan fang; hubungan tersebut tidak dijalin antara kakek dan cucu
3. Pembedaan antara saudara-saudara lelaki mengatur bahwa setiap anak laki-
laki dalam keluarga membentuk satu fang.
4. Berbagai fang yang dibentuk oleh para anak laki-laki tunduk kepada Jiazu.
5. Sistem fang dapat diperluas dan bersifat kontinu dan bagi anak lelaki dari
keluarga inti istri.
6. Setiap kelompok dari garis bapak dalam satu generasi dapat membentuk fang.
Dalam tradisi Tiongkok, sistem kekerabatan didasarkan pada ikatan darah,
sistem perkawinan dan adopsi. Dalam sistem kekerabatan tersebut ayah sebagai
pemimpin rumah tangga adalah segala-galanya. Dengan kata lain ayah adalah
pemegang, pengatur, dan penentu terhadap keluarga dibidang ekonomi, politik
maupun agama. 47
Disamping itu dalam bidang bisnis selama era globalisasi
perdagangan peran ayah sudah agak berkurang dibandingkan sebelumnya. Akan
tetapi dalam pengumpulan harta dalam keluarga semua berfungsi sama. Artinya,
46
Andreas Tan Lee, Rahasia Kekayaan Orang-orang Cina, Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran, 2008, hlm. 39. 47
HG. Creel, Alam Pikiran Cina, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990,
hlm. 103.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
semua anggota keluarga berusaha sedemikian rupa agar mencari rizki walaupun kecil
guna mengumpulkan hartanya. Realitas tersebut dapat dilihat bahwa semua anggota
keluarga Cina berusaha sedemikian rupa membantu keluarganya dalam menjalankan
bisnis.
Menurut tradisi dan budaya Cina peran ayah sangat dominan dan penting.
Dalam hal ini peran ayah merupakan komando yang berkaitan dengan ekonomi,
hukum, dan agama. Ayah adalah segalanya bagi etnis Cina, kepatuhan seorang anak
kepada ayah sangatlah mutlak. Disamping juga dalam suatu keluarga dipimpin oleh
seorang ayah, boleh jadi merangkap sebagai pimpinan perusahaan. 48
Orang Cina sejak dulu senang berbisnis, terutama Cina perantauan. Bisnis
etnis Cina sangat berhasil dibandingkan dengan bisnis orang pribumi. Jika sebuah
perusahaan berhasil dalam bidang nonkeuangan, biasanya mengembangkan bisnisnya
di bidang keuangan. Sehingga banyak etnis Cina menguasai pasar secara nasional
maupun internasional, terutama di Asia. Demikian halnya sebagian besar etnis Cina
di Coyudan bergerak dalam bidang bisnis perdagangan emas.
Han Leumiek, merupakan anak pedagang emas Anoman di Coyudan.
Leumiek setiap hari berinteraksi dengan orang Cina dan Jawa ( para pelanggan)
sehingga sangat akrab dengan mereka. Di Surakarta sejak dulu sudah ada orang Cina
yang bekerja dan berbisnis. Karena orang Cina banyak yang berbisnis dan berhasil
48
A Rani usman.,op.cit., hlm.102-103.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
oleh karena itu agar berhasil dalam bisnis, Leumiek harus menguasai bahasa Jawa
dan Indonesia. Saat itu Leumiek menjabat sebagai Asosiasi Pedagang Emas di
Surakarta. Menurutnya etnis Cina di Surakarta banyak yang berbisnis, termasuk
berbisnis atau berdagang emas. Namun dalam bidang perdagangan emas etnis Cina di
Coyudan juga berkembang dan tidak kalah bersaing dengan pedagang emas lainnya.
Hubungan antara etnis Cina dan Coyudan berjalan cukup baik dan saling menghargai
atas dasar prinsip perdagangan emas berjalan dengan harmonis. Walaupun etnis Cina
banyak yang berkecimpung dibidang bisnis, namun di bidang emas di Surakarta
masih berimbang, sehingga kejanggalan dalam pergaulan tidak begitu nyata. 49
49
Wawancara dengan Ketua Asosiasi Perdagangan Emas, Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Orang-orang Cina diperkirakan sudah ada di Surakarta pada tahun 1746, tidak
lama setelah kota Surakarta dijadikan Ibu Kota Kerajaan Mataram oleh Pakubuwana
II.Sebagai akibat dari pertumbuhan dalam bidang ekonomi, infrastruktur, komunikasi,
transportasi, edukasi, dan birokrasi sejak akhir abad ke-19, telah merangsang
terjadinya urbanisasi. Semakin bertambahnya jumlah pendatang baru di Surakarta,
termasuk orang-orang Cina, mengakibatkan terjadinya pemekaran lokasi hunian.
Orang-orang Cina yang semula dilokasikan hanya di kampung Balong, mulai
menyebar ke lokasi-lokasi lain di Kota Surakarta terutama sejak penghapusan
wijkenstelsel dan passenstelsel pada tahun 1910. Diantaranya menyebar ke Coyudan
(wilayah Kasunanan) dan Tambak Segaran, Kepatihan, Timuran, Ketelan, Gilingan
(wilayah Mangkunegaran) walau begitu mereka masih tetap hidup secara
berkelompok.
Adanya etnis Cina yang datang ke Surakarta sejak awalnya adalah untuk
membina hubungan yang saling menguntungkan. Etnis Cina berdatangan ke
Surakarta hanya untuk berdagang, sebagaimana di kota lainnya. Setelah mereka hidup
di Surakarta dari generasi ke generasi dan berinteraksi dengan masyarakat Surakarta,
terjalin hubungan dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
masyarakat lingkungan tempat mereka tinggal terjadi dengan sendirinya melalui pola
pemukiman, pola pendidikan, bisnis atau dagang, kegiatan sosial maupun kontrak
kerja antara karyawan dan pimpinan. Pada awalnya perdagangan etnis Cina hanya
berpusat diwilayah Balong (Pecinan), tetapi kemudian menjalar ke berbagai tempat
yang salah satunya adalah wilayah Coyudan. Di wilayah Coyudan inilah banyak etnis
Cina yang berbisnis dagang, diantaranya adalah penjual baju batik, patung plastik,
baju anak balita sampai dewasa, dan jual beli emas. Di kawasan ini yang sangat
menonjol adalah bisnis perdagangan emas milik orang-orang Cina sejak tahun
1930an. Hampir semua toko emas yang ada di Coyudan dimiliki oleh etnis Cina. Di
wilayah Coyudan ada sekitar 10 toko emas yang menjual berbagai perhiasan emas,
perak, berlian bahkan permata. Toko emas tersebut antara lain: toko emas
Menjangan, Anoman, Gajah, Semar, Doro, Rajawali, Kunci, Macan, Kumala dll.
Pada tahun 1930-an Coyudan merupakan satu-satunya pusat perdagangan
emas di kota Solo dengan kompleks bangunan yang cukup panjang. Perdagangan
emas oleh etnis Cina di Coyudan ini mayoritas merupakan warisan turun temurun
dari generasi sebelumnya. Mayoritas pemilik toko emas yang ada di Coyudan
merupakan orang-orang keturunan Cina, usaha ini dilakukan secara turun-temurun
sampai sekarang. Ian Kiem Tjiang sebagai salah satu pemilik toko emas Gajah
awalnya adalah seorang pengrajin emas yang memiliki bakat untuk membuat emas.
Kiem menjalankan usaha perdagangan emas di Coyudan Surakarta bersama
keluarganya hingga saat ini. Tahun 1987 bisnis perdagangan emas di Karesidenan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Surakarta semakin merajalela. Banyak bermunculan toko-toko emas di wilayah
Karanganyar, Palur, Colomadu, Pasar Legi, dan banyak tempat lain yang dekat
dengan pasar.
Pada tahun 1985 nilai penjualan dalam perdagangan emas di toko emas
khususnya wilayah Coyudan ini, menggunakan nilai US dolar America. Nilai dolar
America sangat berpengaruh terhadap nilai harga emas di Indonesia. Jika nilai dolar
naik, maka harga emas juga akan melambung tinggi demikian juga sebaliknya. Toko
emas Gajah menjual dan membeli berbagai macam jenis emas disetiap harinya
dengan kualitas yang baik. Toko ini menjual banyak jenis emas, permata, logam
mulia, dan belian, tetapi perak tidak termasuk didalamnya. Toko ini mayoritas
pembelinya adalah masyarakat menengah ke bawah, seperti petani, guru, ibu rumah
tangga, dan masyarakat tradisional lainnya. Pada tahun 1987-1995 harga emas di
Coyudan sedang booming karena pada saat itu perkembangan perekonomian di
Indonesia sangat meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Interaksi sosial antara etnis Cina dengan pribumi yang integratif masih
berlangsung dalam kehidupan masyarakat di Coyudan. Masyarakat Cina di Coyudan
dijumpai etnis Cina dan pribumi yang telah berasimilasi melalui kawin campur dan
akulturasi budaya sejak masa silam. Interaksi sosial Cina-Jawa di kampung Coyudan
berbeda dengan wilayah lain dikota Surakarta yang cenderung menampakkan
fenomena yang tidak menentu. Artinya, diluar kampung Coyudan terkadang interaksi
itu menunjukkan adanya hubungan harmonis diantara etnis Jawa-Cina. Bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
hubungan Cina-Jawa mewujud nyata dalam interaksi yang integratif di Coyudan,
sesungguhnya dapat ditelusuri melalui upaya dari kedua etnis tersebut untuk saling
menjaga kerukunan dan kesatuan.
Etnis Cina pedagang emas di Coyudan sebagian besar dalam berkomunikasi
terhadap masyarakat sekitarnya menggunakan bahasa Jawa, tetapi berkomunikasi
dengan keluarga mereka sendiri menggunakan bahasa Indonesia. Etnis Cina
pedagang emas di Coyudan memiliki upaya dan keselarasan yang sering kali
diperlihatkan oleh etnis Cina di Coyudan, sebagai bagian dari etnis Cina yang
tersebar di mana saja di penjuru dunia, maka etnis Cina di Coyudan juga memiliki
kecenderungan menjaga tradisi maupun konsep yang mereka warisi secara turun-
temurun yang telah diupayakan dan diputuskan secara kolektif dari sejak zaman
leluhur mereka, yakni harmonitas dan keselarasan.
Keberhasilan bisnis etnis Cina dalam perdagangan emas di Coyudan
memberikan gambaran atas perkembangan budaya mereka. Keberhasilan bisnis Cina
perantauan sering dikaitkan dengan nilai-nilai budaya dari ajaran konfusianisme.
Realitas ini di Indonesia banyak etnis Cina yang merantau untuk mencari nafkah,
mereka sebelumnya sebagai tenaga kerja di bidang pertanian, pertambangan, karena
mereka sangat rajin dan ahli serta memiliki teknologi yang tinggi ukuran waktu itu.
Budaya merantau dan ketekunan atau bekerja keras dan ulet telah ditanamkan sejak
dari Negara leluhur mereka sehingga mereka sangat berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Gambaran tentang ketekunana, keuletan, dan tahan menderita merupakan
cerminan dari masyarakat etnis Cina perantauan di Coyudan. Realitas tersebut
menandakan bahwa banyak etnis Cina yang menunjukkan keberhasilan dalam bidang
ekonomi, karena jika tidak ulet mereka tidak dapat hidup di negeri orang. Dengan
adanya kepercayaan kemampuan dirinya serta berani mengambil risiko dapat
menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Buktinya sejak dulu banyak dari etnis
Cina yang berhasil di Indonesia sekaligus menguasai ekonomi di dalam masyarakat.
Keunggulan etnis Cina dalam berbisnis lebih disebabkan mereka ulet dan tekun serta
tahan menderita sekaligus sangat pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan
mereka hidup. Keberhasilan etnis Cia dalam berdagang memang telah diwariskan
secara turun-temurun, yang merupakan budaya mereka untuk berbisnis.
Mata pencaharian etnis Cina pada umunya adalah berbisnis ataupun
berdagang. Bakat dagang etnis Cina pemilik toko emas diturunkan dari ayahnya atau
keluarganya. Keberhasilan bisnis perdagangan emas para pemilik toko tersebut tidak
lepas dari peran pribadi dalam menjalankan perusahaan. Pribadi yang meyakinkan
serta kepercayaan merupakan kunci sukses perusahaan etnis Cina pedagang emas di
Coyudan. Hubungan antarpribadi dan jaringan antarteman atau keluarga merupakan
kunci sukses bagi etnis Cina pedagang emas di Coyudan. Jaringan kerja ini dapat
dijalin dengan siapa saja asalkan identitasnya jelas. Dengan kata lain, hubungan
pribadi dibina atas saling kerjasama dan saling percaya demi berkembangnya suatu
bisnis.