repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../123456789/9469/skripsi.docx · web...
TRANSCRIPT
MOTIVASI PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DALAM MENENTUKAN MITRA USAHA DI DESA BENTENG GAJAH KECAMATAN TOMPOBULU
KABUPATEN MAROS
S K R I P S I
R A H A Y U
I 311 09 259
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
i
MOTIVASI PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DALAM MENENTUKAN MITRA USAHA DI DESA BENTENG GAJAH KECAMATAN TOMPOBULU
KABUPATEN MAROS
OLEH :
R A H A Y U
I 311 09 259
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makassar
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rahayu
Nim : I 311 09 259
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
a. Karya skripsi saya adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab
hasil dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia
dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan
seperlunya.
Makassar, November 2013
R A H A Y U
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan Mitra Usaha di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros
Nama : Rahayu
Stambuk : I 311 09 259
Jurusan : Sosial Ekonomi Peternakan
Skripsi ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Dr. Ir. Palmarudi, SU
Pembimbing Utama
Dr. Syahdar Baba , S.Pt, M.Si Pembimbing Anggota
Mengetahui :
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc
Dekan
Dr. Sitti Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si
Ketua Jurusan
Tanggal Lulus :
18 November 2013
iv
ABSTRAK
Rahayu (I311 09 259). Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan Mitra Usaha Di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros. Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Palmarudi, SU sebagai Pembimbing Utama dan Dr. Syahdar Baba, S.Pt, M.Si sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan pada bulan Juli sampai September di Desa Benteng gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuisioner. Anaisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan alat analisis faktor.
Hasil analisis faktor menunjukkan semua variabel memenuhi syarat sehingga menghasilkan 2 (dua) motivasi bentukan. Motivasi bentukan diberi nama motivasi utama dan motivasi pendukung. Motivasi yang mendorong peternak dalam menentukan mitra usaha adalah motivasi utama yang terdiri dari motivasi ekstrinsik berupa variabel lingkungan sosial, kebijakan perusahaan, dan imbalan serta motivasi intrinsik berupa variabel kebutuhan material. Motivasi utama memiliki pengaruh nyata yang menjadi motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usahadi Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. Sementara motivasi pendukung terdiri dari motivasi intrinsik berupa variabel sikap peternak dan kebutuhan non-material. Motivasi pendukung memiliki peranan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan motivasi utama.
Kata Kunci : Ayam Ras Pedaging, Motivasi Peternak.
v
ABSTRACT
Rahayu (I 311 09 259). Breeder Motivation to Determining Business Partner in Benteng Gajah Village, Tompobulu District, Maros Regency. Guided by Dr. Ir. Palmarudi, SU as The First Adviser and Dr. Syahdar Baba, S.Pt, M.Si as The Second Adviser.
The purpose of this research is knowing motivation of breeder of broiler to determining business partner in Benteng Gajah Village, Tompobulu District, Maros Regency. The kind of this research is descriptive quantitative with using quantitative and qualitative data. It is done on July until September. Collecting data is done with interviewing. Data analysis which is used is descriptive statistic with factor analysis.
The result of this research show that all variable fill requirement so that it results two form motivation namely basic and supporting motivation. Basic motivations which support breeder to determine business partner are extrinsic motivations (social environment, company policy and salary) and intrinsic motivation (material necessity). Basic motivations have real influence of breeder to determine business partner. Supporting motivations have smaller function than basic motivation.
Key word : Broiler, Motivation of breeder
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah dan petunjuk bagi umat manusia, demikian juga Shalawat
dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik dan
patut kita contoh dalam kehidupan kita sehari- hari karena limpahan rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga penyusunan Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan
ini dapat diselesaikan meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan
tantangan serta penulis menyadari betul bahwa hanya dengan Doa, keikhlasan
serta usaha Insya Allah akan diberikan kemudahan oleh Allah dalam
penyelesaian skripsi ini. Demikian pula penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah,
hal ini disebabkan oleh faktor keterbatasan penulis sebagai manusia yang masih
berada dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
partisipasi aktif dari semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat
membangun demi penyempurnaan tulisan ini.
Penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga dan sembah sujud
kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kekuasaan-Nya dan
kemurahan-Nya juga kepada kedua orang tua tercinta saya Mustari dan Muftira
yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan mengiringi setiap langkah
penulis dengan doa restu yang tulus serta tak henti-hentinya memberikan
vii
dukungan baik secara moril maupun materi. Kalian adalah orang-orang di balik
kesuksesan penulis menyelesaikan pendidikan di jenjang strata satu (S1).
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
Dr. Ir. Palmarudi, SU selaku pembimbing utama, yang tetap setia
membimbing penulis memberikan pengalaman yang paling berharga yang
telah diberikan selama menjadi mahasiswa di Sosial Ekonomi Peternakan, dan
memberikan banyak nasehat, arahan, petunjuk dan bimbingan serta dengan
sabar dan penuh tanggung jawab meluangkan waktunya mulai dari
penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
Dr. Syahdar Baba, S.Pt, M.Si selaku pembimbing anggota yang tetap setia
membimbing penulis serta memberikan pengalaman yang paling berharga
yang telah diberikan selama menjadi mahasiswa di Sosial Ekonomi
Peternakan.
Dr. St. Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si selaku ketua jurusan sosial ekonomi
peternakan.
Prof. Dr.Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin.
Dosen Pengajar dan seluruh staf Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin yang telah memberi ilmu dan pelayanan yang sangat bernilai
bagi penulis.
Kakanda Ahmad Dahlan (Ndo) yang tidak bosan-bosannya meberikan
masukan dan semangat yang sungguh luar biasa.
viii
Teman-teman ”KAMIKASE 09”. Terkhusus buat Muthe, Nina, Uci, Mimi,
Alfon, Yuni, Jawas, Mila, Dita dan Datci. Kalian adalah teman yang
berharga dalam hidupku, kebersamaan selama ini adalah anugerah dan
kenangan terindah penulis semoga kebersamaan KAMIKASE 09 akan tetap
terjaga selamanya (Loyalitas Tampa Batas).
Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Peternakan Jurusan Sosial Ekonomi kepada
Kakanda Instinc 03, Evolusi 04, Eksistensi 05, Imajinasi 06, Danketsu 07,
Amunisi (08) dan Adinda (010) terima kasih atas kerjasamanya.
Thanks buat keluarga, my sist (K’Anti, K’metha dan K’ekha), sahabatku
(Novi) yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan semangat
penulis selama melakukan penelitian.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua yang penulis telah
sebutkan diatas maupun yang belum sempat ditulis. Akhir kata, meskipun telah
bekerja dengan semaksimal mungkin, skripsi ini tentunya tidak luput dari
kekurangan. Harapan Penulis kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada pembacanya dan diri pribadi penulis. Amin....
Wassalumualaikum Wr.Wb.
Makassar, November 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
ABSTRAK..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vii
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah....................................................................... 5
I.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
I.4 Kegunaan Penelitian.................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Gambaran Umum Tentang Usaha Ayam Ras Pedaging ........... 6
II.2 Gambaran Umum Tentang Kemitraan....................................... 7II.3 Tujuan dan Manfaat Kemitraan................................................. 10II.4 Motivasi Secara Umum.............................................................. 13
II.4.1 Teori Motivasi Herzberg............................................... 14II.4.2 Jenis Motivasi................................................................ 16
II.5 Kerangka Pikir........................................................................... 24
x
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan Tempat...................................................................... 25
III.2 Jenis Penelitian............................................................................ 25
III.3 Populasi dan Sampel................................................................... 25
III.4 Jenis dan Sumber Data................................................................ 26
III.5 Metode Pengumpulan Data......................................................... 27
III.6 Analisa Data ............................................................................... 27
III.7 Konsep Operasional.................................................................... 29
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV.1 Letak Geografis ........................................................................... 31
IV.2 Jumlah Penduduk ........................................................................ 32
IV.3 Mata Pencaharian ........................................................................ 32
IV.4 Pemilikan Ternak......................................................................... 33
BAB V. KEADAAN UMUM RESPONDEN
V.1 Umur ........................................................................................... 35
V.2 Jenis Kelamin .............................................................................. 36
V.3 Pendidikan ................................................................................... 37
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 Deskripsi Variabel Penelitian....................................................... 38
VI.1.1 Motivasi Ekstrinsik ....................................................... 38
VI.1.2 Motivasi Intrinsik........................................................... 41
V1.2 Uji Kelayakan Model................................................................. 44
VI.2.1 Output KMO amd Bartlett’s Test (Langkah Pertama
dalam Pemilihan Variabel)......................................... 44
VI.2.2 Total Variance Explained............................................ 46
VI.2.3 Componen Matrix........................................................ 47
VI.3 Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan
Mitra Usaha................................................................................. 48
xi
BAB VII. PENUTUP
VII.1 Kesimpulan ................................................................................ 55
VII.2 Saran .......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 56
xii
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
1. Data Peternak yang Bermitra dan Nama Perusahaan Mitra di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros................ 3
2. Konsep Operasional pada Penelitian Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan Mitra Usaha di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros......................................... 29
3. Jumlah Penduduk di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros................................................................................ 32
4. Jenis Pekerjaan di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros................................................................................ 33
5. Kepemilikan Ternak di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Maros................................................................................ 34
6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.............................. 36
7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros................ 37............................................................................................................
8. Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkatan Skala Penilaian Terhadap Motivasi Ekstrinsik............................................. 39
9. Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkatan Skala Penilaian Terhadap Motivasi Intrinsik............................................... 41
10. Output Langkah Pertama (Pemilihan Variabel) Berdasarkan Nilai KMO-MSA, Chi-Square dan Signifikansi.......................................... 45
11. Total Variance Explained................................................................... 46
12. Componen Matrix............................................................................... 47
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan Mitra usaha.................................................................. 24
2. Peta Administrasi Kabupaten Maros............................................... 31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Kuesioner Penelitian........................................................................... 59
2. Identitas Responden............................................................................ 62
3. Output Analisis Faktor dengan Menggunakan SPSS 17.................... 64
xv
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ayam pedaging (broiler) sampai saat ini merupakan salah satu ternak
andalan sumber protein hewani. Pemeliharaan ayam pedaging memberikan
kontribusi yang cukup besar dalam penyediaan daging secara nasional. Seiring
makin meningkatnya taraf pendapatan dan pendidikan masyarakat di Indonesia,
permintaan ayam pedaging semakin meningkat. Peluang ayam pedaging sangat
menjanjikan. Lama pemeliharaan yang semakin singkat, sekitar 28 hari, dengan
tingkat pertambahan bobot badan yang realtif cepat dibanding ternak lainnya,
menjadi daya tarik tersendiri.
Usaha peternakan ayam broiler dimulai dengan usaha mandiri agar dapat
memenuhi kebutuhan keluarga yang umumnya diusahakan dalam skala kecil.
Peternak memulai usahanya dengan modal sendiri dan menanggung resiko
sendiri. Seiring tuntutan ekonomi dan perkembangan teknologi, usaha peternakan
ini pun mulai dikembangkan dalam skala menengah dan besar. Keterbatasan
dalam hal permodalan, teknologi, dan sumberdaya manusia membuat
terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan.
Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara
perusahaan inti dengan peternak – peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi juga bertujuan untuk
mewujudkan ketersediaan daging ayam dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu,
1
dan keterjangkauan. Dengan adanya hubungan kemitraan tersebut peternak
mandiri ada yang beralih bergabung dengan kemitraan dengan alasan untuk
menambah skala usaha.
Kerjasama kemitraan dalam bisnis perunggasan bukanlah hal yang baru.
Pola kemitraan antara peternak rakyat ayam ras pedaging dengan perusahaan
peternakan ayam ras pedaging sudah diperkenalkan sejak tahun 1984 yang dikenal
dengan PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Tujuan utama dari kemitraan adalah
membantu peternak kecil agar pendapatannya meningkat dengan cara
meningkatkan skala usahanya, menurunkan biaya produksi dan mengurangi resiko
usaha serta menjaga kesinambungan usahanya (Rahman, 2009).
Kemitraan usaha ayam ras pedaging ini merupakan salah satu alat kerjasama
yang mengacu pada terciptanya suasana keseimbangan dan keselarasan serta
didasari rasa saling mempercayai antara pihak yang bermitra. Melalui kemitraan
diharapkan terwujud sinergi yaitu terwujudnya hubungan yang saling
membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dalam usaha. Oleh
karena itu sangatlah penting jika kemitraan didasari oleh pemahaman tentang
kejujuran, kepercayaan, keadilan, dan komunikasi terbuka yang terangkum dalam
etika bisnis sehingga kemitraan akan kuat dan bertahan lama (Dewi, 2006).
Kabupaten Maros merupakan salah satu daerah sentra produksi ayam ras
pedaging di Sulawesi Selatan, dengan jumlah populasi sebanyak 7.985.518 ekor
yang diusahakan oleh sebanyak 1.774 orang peternak. Di kabupaten ini terdapat
sebanyak 13 perusahaan inti yang melakukan kemitraan dengan peternak plasma
(Badan Pusat Statistik Maros, 2009 dalam Palmarudi dan Kasim, 2012). Data
2
peternak yang bermitra di desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Maros dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Peternak yang bemitra dan nama perusahaan mitra di Desa Benteng Gajah Kec. Tompobulu Kab. Maros
No Nama Perusahaan Jumlah Peternak (Orang)
1 PATRIOT 112 CIOMAS 123 BSB (Bintang Sejahtera Bersama) 84 AMM (Agro Mitra Makmur) 35 SMS (Sumber Makmur Sejahtera) 26 CELEBES 37 SRIKANDI 58 MRA 7
Total 51Sumber : Data Sekunder Kecamatan Tompobulu, 2012
Pada Tabel 1 terlihat bahwa terdapat beberapa perusahaan inti yang
melakukan kerjasama dengan peternak. Makin ketatnya kompetisi dalam bidang
budidaya peternakan ayam ras pedaging di tandai dengan banyaknya bermunculan
perusahaan inti yang menawarkan berbagai macam kontrak kerjasama dengan
berbagai aneka merek sapronak. Hal ini membuat peternak plasma semakin sulit
dalam memilih dan menentukan inti mana yang baik. Dalam menentukan
perusahaan inti tersebut peternak memiliki motivasi tersendiri yang dapat
mempengaruhi proses peternak dalam memilih perusahaan inti.
Motivasi itu sendiri merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang
untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah
3
mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan (Sela,
2011).
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang
bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan
pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau
bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah manakala elemen-elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan
tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status
ataupun kompensasi (Sela, 2011).
Munculnya dorongan peternak untuk bekerjasama degan perusahaan mitra
akan tergantung pada besarnya harapan yang akan terwujud, bila tujuan dari
kegiatan tersebut tercapai. Motivasi yang mendorong peternak akan mengarah
pada pembuatan keputusan peternak untuk menjadi mitra kerja atau memutuskan
untuk tidak bermitra. Karakteristik internal dan eksternal diduga memiliki
hubungan yang menjadi motivasi peternak dalam menentukan mitra usaha.
Apakah peternak itu menentukan mitra karena keinginan dari dalam dirinya
sendiri atau karena peternak menentukan mitra usaha karena faktor dari luar
seperti banyaknya orang memilih mitra A sehingga peternak tersebut ingin juga
bermitra dengan si A. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian
yang berjudul “Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan
Mitra Usaha di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Maros”.
4
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah motivasi apa yang
mendorong peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa
Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa
Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.
I.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain:
1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau input
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan
dengan bidang Kemitraan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
Perusahaan Mitra dan peternak untuk mengetahui motivasi apa yang
mendorong peternak dalam memilih mitra usaha.
3. Pedoman/informasi bagi peternak ayam ras pedaging pola kemitraan
dalam pengembangan usahanya.
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1 Gambaran Umum Tentang Usaha Ayam Ras Pedaging
Ayam broiler mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1960-an. Pada awal
tahun tersebut peternak sudah mulai memelihara ayam broiler namun belum
bersifat komersil. Pada tahun 1980-an ayam ini mulai populer dibudidayakan
untuk kegiatan bisnis karena memiliki berbagai kelebihan yang tidak ada pada
ayam pedaging lain. Pemerintah mencanangkan panggalakan konsumsi daging
ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Pada awal mula ayam
broiler mengalami berbagai hambatan karena kalah bersaing dengan ayam
kampung yang sedang berkembang pesat. Terjadi persaingan produk antara ayam
broiler dan ayam kampung. Namun, dalam perkembangannya ayam broiler dan
ayam kampung memiliki segmen pasar yang berbeda sehingga kedua bisnis
tersebut berkembang baik. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang
bermunculan diberbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 2008 dalam Saputra, 2011).
Permintaan tinggi membuat kepastian pasar yang menjadi salah satu
penyebab bisnis peternakan ayam broiler berkembang pesat mulai dari skala
rumah tangga, menengah sampai besar yang dijalankan perusahaan secara
intensif. Berdasakan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.472/Kpts/TN.330/6/96 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha
Peternakan Ayam Ras, ditetapkan bahwa usaha peternakan dibagi menjadi tiga
kategori yaitu, peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan dan pengusaha
6
peternakan. Peternakan Rakyat adalah usaha peternakan dengan jumlah ternak
yang dimiliki kurang dari 15.000 ekor per siklus. Pengusaha kecil Peternakan
adalah usaha peternakan dengan jumlah ternak yang dimiliki kurang dari 65.000
ekor per siklus, sedangkan Perusahaan Peternakan adalah perusahaan budidaya
ayam pedaging yang memiliki skala usaha lebih besar dari 65.000 ekor per siklus
(Saputra, 2011).
Pada prinsipnya usaha peternakan ayam broiler dibedakan menjadi tiga hal
yaitu manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan.
Ketiga prinsip tersebut mencakup beberapa fungsi yang lebih kecil. Fungsi pada
prinsip manajemen produksi yakni perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan atau evaluasi (Saputra, 2011).
Bisnis ternak ayam broiler atau ayam pedaging merupakan bisnis yang
cukup banyak dilakukan oleh peternak di Indonesia. Namun harga pakan yang
semakin melambung dan harga pasar yang flukt tuatif membuat nasib peternak
tidak kunjung membaik, terlebih lagi peternak bermodal kecil. Belum lagi
hantaman penyebaran penyakit yang kian memperparah keadaan peternak. Salah
satu cara beternak yang dipandang mampu mengatasi hal tersebut adalah dengan
pola kemitraan (Mudhofar, 2012)
II.2 Gambaran Umum Tentang Kemitraan
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun
keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai
kesepakatan yang muncul (Dewi, 2006).
7
Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun1997
terutama dalam Pasal 1 menyatakan bahwa :“Kemitraan adalah kerjasama usaha
antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha
Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan” (Hakim, 2004).
Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Bogor dalam Maulana (2008),
kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan
besar yang disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar
yang disertai prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Pada hakikatnya kerjasama kemitraan berfungsi untuk
memperkokoh struktur ekonomi nasional. Disamping itu, kerjasama kemitraan
antara usaha besar dan usaha menengah dengan usaha kecil dapat mendorong
upaya pemerataan pembangunan.
Kemitraan pertanian dalam Surat Keputusan Menteri pertanian
No.940/Kpts/OT.210/10/1997 dalam Sasmita, Ana, dan Putra (2010),
menerangkan bahwa kemitraan usaha pertanian berdasarkan azas persamaan
kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh
perusahaan mitra melalui perwujudan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang
saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Saling memerlukan dalam
arti perusahaan mitra memerlukan hasil produksi dan kelompok mitra
memerlukan pasokan bahan baku dan bimbingan dari perusahaan. Saling
memperkuat artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama
8
memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis. Saling menguntungkan
yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan
pendapatan, dan kesinambungan usaha. Lebih lanjut dinyatakan dalam Surat
Keputusan Menteri pertanianNo.940/Kpts/OT.210/1997 bahwa pola kemitraan
usaha pertanian terdiri dari lima macam.
1. Pola Inti Plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra
dengan perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan bertindak sebagai
inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Kelebihan pola ini adalah: a)
kepastian sarana produksi, b) pelayanan/bimbingan, dan c) menampung
hasil. Kekurangan pola ini adalah: a) inti plasma menyediakan
operasional, dan b) kegagalan dalam panen menjadi kerugian plasma.
2. Pola Sub Kontrak, adalah hubungan antara kelompok mitra dengan
perusahaan mitra yang didalamnya kelompok mitra memproduksi
komponen yang diperlukan perusahan mitra sebagai bagian dari
produksinya.
3. Pola Dagang Umum, adalah hubungan kemitraan antara kelompok dengan
perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil
produksi kelompok mitra, atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh perusahaan mitra.
4. Pola Agenan, adalah hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok
mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan
mitra.
9
5. Pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis) adalah hubungan
kemitraan yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan sarana
dan tenaga kerja,sedangkan perusahaan mitra menyediakan modal dan
sarana untuk mengusahakan/membudidayakan suatu komoditi pertanian.
II.3 Tujuan dan Manfaat Kemitraan
Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah konsep win-win
solution partnership yang berarti kerjasama yang dilakukan memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak. Arti saling menguntungkan disini bukan
berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan
kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar
yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap
hubungan timbal balik bukan sebagai buruh majikan atau atasan dan bawahan
melainkan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan yang proporsional,
dan inilah kekuatan serta karakter kemitraan usaha (Lestari, 2009).
Dalam kondisi ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan secara lebih konkrit adalah :
1) meningkatkan pendapatan usaha kecildan masyarakat,
2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,
3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil,
4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional,
5) memperluas kesempatan kerja,
6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
10
Menurut Hafsah dalam Lestari (2009), manfaat yang dapat dicapai dari
usaha kemitraan antara lain :
1). Produktivitas
Bagi perusahaan yang lebih besar dengan model kemitraan akan dapat
mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki
lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut
ditanggung oleh petani/peternak. Bagi petani/peternak dengan kemitraan ini,
peningkatan produktivitas biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara
menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu
akan diperoleh output dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. Melalui model
kemitraan petani/peternak dapat memperoleh tambahan input, kredit dan
penyuluhan yang disediakan oleh perusahaan inti.
2). Efisiensi
Perusahaan dapat mencapai efisiensi dengan menghemat tenaga dalam
mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani/peternak.
Sebaliknya bagi petani/peternak yang pada umumnya relatif lemah dalam hal
kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra akan dapat
menghemat waktu produksi melalui teknologi produksi yang disediakan oleh
perusahaan.
3). Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas
Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan
efisiensidan produktivitas di pihak petani/peternak yang menentukan terjaminnya
pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan. Ketiganya
11
merupakan perekat kemitraan. Apabila berhasil, maka dapat menjaga
keberlangsungan kemitraan ke arah yang lebih sempurna.
4). Resiko
Kemitraan dilakukan untuk mengurangi resiko yang dihadapi oleh kedua
belah pihak. Kontrak akan mengurangi resiko yang dihadapi oleh pihak inti jika
harus mengandalkan pengadaan bahan baku sepenuhnya dari pasar terbuka.
Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain karena mereka tidak harus
menanamkan investasi atas tanah dan mengelolanya.
5). Sosial
Kemitraan dapat memberikan dampak sosial (social benefit) yang cukup
tinggi (Hafsah dalam Lestari, 2009). Melalui kemitraan dapat pula menghasilkan
persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status.
6). Ketahanan Ekonomi Nasional
Usaha kemitraan berarti suatu upaya pemberdayaan yang lemah
(petani/usaha kecil). Dengan peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat
kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik, otomatis
akan mengurangi biaya timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat
dalam kemitraan yang pada gilirannya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi
secara nasional.
Menurut PT Charoen Pokphand dalam Novian (2006) tujuan pelaksanaan
kemitraan yaitu : 1) membantu menciptakan keadilan dan pemerataan pendapatan
bagi peternak (plasma), 2) menciptakan lapangan pekerjaan. 3) menciptakan harga
12
jual ayam yang ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein
hewani, dan 4) alih teknologi dibidang peternakan bagi para peternak (plasma).
II.4 Motivasi Secara Umum
Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive, berasal dari
kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif
erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau
disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku
(Angeline, 2011).
Motif merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai
motif termasuk tingkah laku secara reflek dan yang berlangsung secara otomatis
mempunyai maksud tertentu, walaupun maksud itu tidak senantiasa disadari
manusia (Swanburg dalam Subekti, 2010).
Motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menuju pada seluruh
proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam
diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari
gerakan atau perbuatan (Sobur dalam Angeline, 2011)
Sobur dalam Angeline (2011) juga mengatakan bahwa motivasi itu berarti
membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang
atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan
atau tujuan. Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah, dan
13
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah, dan bertahan lama.
Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor dari
dalam diri sesorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor diluar diri yang
disebut ekstrinsik. Faktor dalam diri sesorang dapat berupa kepribadian, sikap,
pengalaman, pendidikan, dan harapan.Sedangkan faktor luar dapat ditimbulkan
oleh berbagai sumber lingkungan, kegiatan penyuluhan atau faktor-faktor lain
yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor instrinsik maupun faktor luar motivasi
timbul karena adanya rangsangan (Wahjosumidjo dalam Rahman, 2009).
II.4.1 Teori Motivasi Herzberg
Frederick Herzberg (1923-2000) dalam Jatmiko (2011), adalah seorang ahli
psikolog klinis dan dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang
manajemen dan teori motivasi. Frederick Herzberg adalah seorang professor dari
Case western Reserve University dan Utah university, kelahiran Lynn-
Massachusetts dan menyelesaikan Master dan Phd di University of Pittsburg.
Frederick Herzberg dalam Jatmiko (2011), mengemukakan
teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan
motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian
yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan
kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta
mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu
adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya.
14
Menurut Hezberg dalam Jatmiko (2011), faktor-faktor seperti
kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji yang memadai
dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila
faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan
terpuaskan.
Menurut hasil penelitian Herzberg dalam Jatmiko (2011), ada
tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi
bawahan yaitu :
a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan
yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi,
bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati
pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua
itu.
b. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama
pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam
pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat
dan lain-lain sejenisnya.
c. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi
terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada
lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan
pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan
kebutuhan, yaitu :
15
a. Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan
dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman
badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang
berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali
pada titik nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan
psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan
pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan
terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.
Menurut Herzberg dalam Ali (2012), menyatakan bahwa ada dua jenis
faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan
menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene
(faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
1. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi
lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
2. Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
II.4.2 Jenis Motivasi
16
Menurut Ali (2012), menyatakan bahwa jenis motivasi terbagi menjadi 2
yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh konkrit,
seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat
pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara
konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang
dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas.
Abraham Maslow (1943;1970) dalam Ali (2012), mengemukakan bahwa
pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya
dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari
tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki
Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks, yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
17
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting :
- Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
- Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
- Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang
lain, diterima, memiliki)
- Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)
- Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami,
dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan
keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan
menyadari potensinya).
Faktor motivasi yang dijadikan sebagai acuan adalah teori dua faktor
Herzberg. Menurut Herzberg, terdapat dua motivasi yaitu faktor ekstinsik (terkait
dengan lingkungan kerja) dan faktor intrinsik (terkait dengan pekerjaan itu
sendiri). Faktor ekstrinsik terdiri dari variabel administrasi dan kebijakan,
supervise, kondisi kerja, hubungan interpersonal, gaji/imbalan dan status. Faktor
intrinsik terdiri dari variabel prestasi, pengakuan, pekerjaan dan tanggung jawab.
Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong
karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong
yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor
ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri
18
seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja
(Wisnuwardana, 2001).
Menurut Wisnuwardana (2001), motivasi kerja dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan dalam diri. Motivasi ekstrinsik
diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan
individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada
individu itu sendiri. Yang termasuk kedalam motivasi ekstrinsik dapat berupa
gaji/imbalan, lingkungan kerja, kebijakan atau prosedur perusahaan, hubungan
antar manusia, supervisi.
Kebijakan Perusahaan
Kebijakan perusahaan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh Direksisebagai pegangan manajemen dalam melaksanakan kegiatan
usaha. Aspek ini merupakan derajat kesesuaian yang dirasakan oleh
peternak dengan perusahaan mitra. Menurut Lestari, P (2009), faktor
ekstrinsik meliputi faktor kebijakan dan administrasi perusahaan
(company policies and administration) merupakan derajat kesesuain yang
dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku
dalam perusahaan.
Kebutuhan untuk bergabung bersama perusahan
kemitraan menjadi sangat tinggi terkait dengan jaminan
pasokan sarana produksi peternakan yang membutuhkan
biaya besar dan jaminan harga hasil panen di kemudian
19
hari. Bagi peternak, kualitas sapronak, jaminan pasokan
sapronak dan jaminan pemasaran, serta turut berperan
dalam mengembangkan usaha peternakan menjadi hal
terpenting dalam melakukan kerjasama (Lestari, 2009).
Lingkungan sosial
Aspek ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk
melakukan sesuatu. Menurut Sudrajat (2010), bahwa orang lain dalam hal
ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh atau cara orang lain
(terutama orang dekat) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit
banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya
juga berpengaruh pada perilaku individu dalam mengambil keputusan.
Seperti seorang melakukan kerjasama dengan perusahaan didorong oleh
lingkungan sekitar tempat dia bekerja, ditambahkan oleh Jami (2012),
bahwa lingkungan sosial juga dipengaruhi oleh kebudayaan, opini publik
dan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Menurut Subekti (2010), bahwa pengambilan keputusan dalam
keluarga seperti orang tua dan saudara. Orang Tua yang dianggap sudah
pengalaman dalam banyak hal, sehingga apapun nasihat atau saran dari
orang tua akan dilaksanakan, saudara dimana saudara merupakan orang
terdekat yang akan secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh pada motivasi untuk berperilaku. Secara umum dapat
dikatakan bahwa, pengambil keputusan dalam keluargaa peternak adalah
ayah atau suami yang menjadi kepala keluarga itu. Status seseorang di
20
dalam keluarganya sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan ekonomi
yang dapat diberikan dalam keluarganya. Dengan demikian, pengambilan
keputusan dalam keluarga peternak, juga tidak selalu berada sepenuhnya
di tangan ayah/suami yang menjadi kepala keluarga itu. Karena itu, tidak
mengherankan jika pengambilan keputusan untuk usaha sering lebih
ditentukan oleh istri atau justru oleh anak-anak yang menjadi tulang
punggung ekonomi keluarganya.
Imbalan
Imbalan atau biasa disebut dengan kompensasi adalah besarnya bonus
yang diberikan oleh perusahaan. Imbalan ini berupa bonus pasar dan bonus
fcr. Bonus akan diberikan perusahaan, jika hasil panen peternak baik,
dimana peternak dapat menghasilkan ayam dengan bobot yang tinggi,
namun dengan penggunaan pakan yang lebih hemat. Lestari (2009),
menyatakan bahwa bonus merupakan insentif yang dapat merangsang
peternak dalam menentukan perusahaan inti untuk bekerjasama. Peternak
menganggap bahwa kompensasi adalah hal yang penting dalam penentuan
mitra.
Sikap
Fishben dan Ajzen (1975), mendefinisikan sikap sebagai
predisposisi yang dipelajari individu untuk memberikan respon suka
atau tidak suka secara konsisten terhadap objek sikap. Respon suka
21
atau tidak suka itu adalah hasil proses evaluasi terhadap keyakinan-
keyakinan (beliefs) individu terhadap objek sikap.
Aspek-aspek Sikap
Menurut Fishben dan Ajzen (1975), terdapat dua aspek pokok dalam
hubungan antara sikap dengan perilaku, yaitu:
a. Aspek keyakinan terhadap perilaku. Keyakinan terhadap perilaku
merupakan keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau
hasil-hasil tertentu. Aspek ini merupakan aspek pengetahuan individu
tentang objek sikap. Pengetahuan individu tentang objek sikap dapat
pula berupa opini individu tentang hal yang belum tentu sesuai dengan
kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu
objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap
objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya.
b. Aspek evaluasi akan akibat perilaku. Evaluasi akan akibat perilaku
merupakan penilaian yang diberikan oleh individu terhadap tiap akibat
atau hasil yang dapat diperoleh apabila menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku tertentu. Evaluasi atau penilaian ini dapat
bersifat menguntungkan dapat juga merugikan, berharga atau tidak
berharga, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Semakin positif
evaluasi individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan
semakin positif pula sikap terhadap objek tersebut, demikian pula
sebaliknya.
22
Kebutuhan Material
Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi.
Banyaknya kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh setiap manusia
mendorong manusia tersebut untuk melakukan pekerjaan. Kebutuhan yang
bersifat material yang dimaksud adalah besar upah dan penerimaan-
penerimaan lain yang dapat dinilai dengan uang seperti sandang, pangan,
dan papan (Efrizal, 2011). Ditambahkan oleh Lestari (2009), bahwa
keuntungan yang didapatkan peternak merupakan faktor yang dapat
menetukan peternak memilih perusahaan mitra. Masing-masing badan
usaha (inti) berkeinginan dapat merekrut peternak (plasma) sebanyak-
banyaknya dengan memberikan insentif pendapatan yang tinggi ditambah
variasi bonus pemeliharaan dan manajemen. Hal ini bagi peternak akan
menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan pilihan inti.
Kebutuhan Non-Material
Yang dimaksud dengan kebutuhan yang bersifat non material adalah
kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan yang bilamana dipenuhi akan
dapat juga menimbulkan kepuasan, tapi kebutuhan-kebutuhan ini tidak
bersifat material, misalnya: perasaan harga diri, rasa kebanggaan,
dipenuhinya keinginan berpartisipasi dan sebagainya (Efrizal, 2011).
23
Kebijakan Perusahaan (X1)
Lingkungan Sosial (X2)
Imbalan (X3)
Sikap(X4)
Kebutuhan Non–Material (X6)
Kebutuhan Material (X5)
Mitra Usaha
II.5 Kerangka Pikir
Motivasi kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari
rangsangan dalam diri peternak. Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk
rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan
suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Berdasarkan
pokok-pokok pikiran tersebut, maka motivasi peternak dalam menentukan mitra
usaha dapat dilihat pada skematis kerangka pikir penelitian dalam Gambar 1.
24
Gambar 1. Kerangka Pikir Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan Mitra Usaha
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2013 sampai 03
September 2013 di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten
Maros. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena dari data yang diperoleh cukup
banyak peternak yang melakukan mitra usaha yaitu sebanyak 51 orang.
III.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif deskrektif yang hanya bersifat
mendeskripsikan/ menggambarkan variabel-variabel penelitian secara independen
tanpa melibatkan independen lain, dalam penelitian ini melihat motivasi peternak
secara intrinsik dan ekstrinsik dalam menentukan mitra usaha.
III.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak yang bermitra di
Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros yang berjumlah
51 orang. Menurut Putra (2001), dalam penentuan sampel menggunakan alat
analisis faktor dengan ketentuan jumlah sampel yaitu lima kali jumlah variabel
yang akan diteliti. Dimana jumlah variabel pada penelitian ini sebanyak 6 (enam)
variabel sehingga jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 peternak. Untuk
mempermudah peneliti maka ditarik sampel dengan cara Random Sederhana.
25
III.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kualitatif adalah jenis data yang berbentuk kata, kalimat dan
tanggapan. Data tersebut merupakan data kualitatif yang dikuantitatifkan
dengan bantuan skala ordinal mengenai motivasi dalam menentukan
perusahaan inti meliputi motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
2. Data kuantitatif yaitu jenis data yang berupa bilangan atau angka-angka
yang berhubungan dengan penelitian, seperti jumlah peternak secara
keseluruhan.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara
langsung dengan peternak ayam ras pedaging di Desa Benteng Gajah,
Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros mengenai motivasi peternak
dalam menentukan mitra usaha.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi – instansi terkait
(Dinas Peternakan Maros, kantor desa Benteng Gajah dan Badan Pusat
Statistik Kota Makassar) yang meliputi dokumen dan laporan tertulis
tentang jumlah peternak ayam ras pedaging yang melakukan kerjasama
dengan perusahaan inti dan jumlah perusahaan mitra yang ada di
Kabupaten Maros.
26
III.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap
situasi dan kondisi Peternak di Desa Benteng Gajah, Kecamatan
Tompobulu, Kabupaten Maros.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab kepada peternak secara terstruktur yang bermitra di Desa Benteng
Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros dengan menggunakan
daftar pertanyaan (quesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya, yang
berisi daftar pertanyaan yang dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup
(multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question).
III.6 Analisa Data
Untuk mengetahui motivasi peternak ayam pedaging dalam menentukan
mitra usaha digunakan model analisis faktor, yang menjelaskan tentang
keterkaitan antara variabel - variabel independen (bebas) tanpa melibatkan
variabel dependen (terikat). Tujuan utama analisis faktor adalah untuk
menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor
atau variabel laten atau variabel bentukan. Faktor yang terbentuk merupakan
besaran acak (random quantities) yang sebelumnya tidak dapat diamati atau
diukur atau ditentukan secara langsung (Mastuti, 2011).
Menurut Fruchter (1954) dalam Mastuti (2011), bahwa analisa faktor
adalah suatu metode untuk menganalisis sejumlah observasi, dipandang dari sisi
27
interkorelasinya untuk mendapatkan apakah variasi-variasi yang nampak dalam
observasi itu mungkin berdasarkan atas sejumlah kategori dasar yang jumlahnya
lebih sedikit dari yang nampak. Jadi analisis faktor bermanfaat untuk mengurangi
pengukuran-pengukuran dan tes-tes yang beragam supaya menjadi sederhana.
Agar terjadi kesamaan persepsi, untuk selanjutnya faktor digunakan untuk
menyebut faktor bersama. Faktor ini merupakan variabel baru, yang bersifat
unobservable atau variabel latent atau variabel konstruks. Sedangkan variabel X,
merupakan variabel yang dapat diukur atau dapat diamati, sehingga sering disebut
sebagai observable variable atau variabel manifest atau indikator (Munir, 2011).
Langkah penggunaan alat analisis faktor sebagai berikut:
1. Formulasi problem dan menyusun matriks korelasi
2. Penentuan prosedur analisis (Principal component analysist)
3. Mengekstraksi faktor (Extracting Factors)
4. Merotasi faktor (Rotating Factors)
5. Interpretasi (melihat loading faktor dan pemberian nama faktor serta
menghitung faktor skornya).
Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal merupakan merupakan skala
yang paling sederhana, disusun menurut jenis (kategori)nya, sementara fungsi
bilangan pada skala nominal hanyalah sekedar simbol untuk membedakan satu
karakter terhadap karakter lainnya (Juhrodin, 2013).
28
III.7 Konsep operasional
Konsep operasional variabel, yang digunakan pada penelitian motivasi
peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa Benteng
Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsep operasional pada penelitian motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.
Variabel Definisi Indikator Skala Pengukuran
Instrumen
Kebijakan
perusahaan
Ketentuan perusahaan
inti dalam penyediaan
sapronak, kemudahan
dalam memasarkan
hasil produksi dan
kesesuaian kontrak
kerja
-Tingkat baik buruknya
sapronak
-Kemudahan peternak
dalam memasarkan hasil
produksi
-Kesesuaian kontrak kerja
Skala
Ordinal
1 = STS
2 = TS
3 = CS
4 = S
5 = SS
Kuisioner
Tertutup
Lingkungan
sosial
Hubungan peternak
dengan orang-orang
sekitarnya
-Pengaruh Peternak lain
-Pengaruh keluarga
-Pengaruh PPL
Skala Ordinal1 = STS2 = TS3 = CS4 = S5 = SS
Kuisioner
Tertutup
Imbalan Besarnya hadiah yang
diberikan perusahaan
jika harga pasaran
ayam ras pedaging
perkilo melebihi harga
kontrak dan tingginya
keuntungan yang
diperoleh.
-Bonus Pasar (Rupiah)
-Tingginya keuntungan
yang diperoleh
Skala
Ordinal
1 = STS
2 = TS
3 = CS
4 = S
5 = SS
Kuisioner
Tertutup
29
Sikap
Peternak
Respon suka atau tidak
suka peternak terhadap
perusahaan inti
-Tingkat kesukaan dengan
perusahan
-Besarnya nama
perusahaan
Skala
Ordinal
1 = STS2 = TS3 = CS4 = S5 = SS
Kuisioner
Tertutup
Kebutuhan
Material
Keinginan peternak
untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-
hari
-Pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan
papan
Skala
Ordinal
1 = STS
2 = TS
3 = CS
4 = S
5 = SS
Kuisioner
Tertutup
Kebutuhan
Non-Material
Keinginan peternak
untuk mendapatkan
penghargaan
- Kebutuhan dihargai
oleh perusahaan
- Kebutuhan dihargai
oleh PPL
- Perhatian Perusahaan
Skala
Ordinal
1 = STS
2 = TS
3 = CS
4 = S
5 = SS
Kuisioner
Tertutup
30
BAB IVKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV.1 Letak Geografis
Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Maros
Desa Beteng Gajah merupakan salah satu dari 8 Desa Wilayah Kecamatan
Tompobulu yang terletak 1 km kearah timur dari pusat Kecamatan Tompobulu.
Desa Benteng Gajah mempunyai luas wilayah seluas ± 11 km2.
Batas wilayah
Sebelah barat : Desa Purnakaya Kecamatan Tanralili
Sebelah selatan : Kabupaten Gowa
Sebelah timur : Desa Pucak
Sebelah utara : Desa Pucak
31
Iklim Desa Benteng Gajah, sebagaimana desa-desa lain di wilayah
Indonesia mempunyai Iklim Kemarau, Penghujan dan Pancaroba. Hal ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam dan keadaan masyarakat di
Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu.
IV.2 Jumlah Penduduk
Desa Benteng Gajah mempunyai Penduduk 2084 Jiwa (1037 laki-laki dan
1047 perempuan), terdiri dari 529 kepala keluarga. Penduduk ini tersebar dalam 3
wilayah dusun dengan rincian sebagaimana Table 3 :
Tabel 3. Jumlah pendudukNo Keterangan Dusun
HarapanDusun
PolewaliDusun Sakean
g
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1 Laki-laki 492 229 316 1.037 49,76
2 Perempuan 507 240 300 1.047 50,24Jumlah 999 469 616 2.084 100
Sumber : Data Sekunder Desa Benteng Gajah, 2013.
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dibanding dengan jumlah penduduk laki-laki, yaitu untuk perempuan
sebanyak 1.047 jiwa (50,24%) sedangkan penduduk laki-laki sebanyak jiwa 1.037
(49,76%). Selisih antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan yang tidak
terlalu banyak menyebabkan tidak adanya dominasi jenis kelamin di Desa
Benteng Gajah Kecamtan Tompobulu Kabupaten Maros.
IV.1 Mata Pencaharian
Dalam mempertahankan kelangsungan hidup penduduk butuh makan dan
minum, ini semua dipenuhi dengan cara bekerja. Demikian halnya dengan
masyarakat yang ada di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten
32
Maros, mereka bekerja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
keluarganya. Ada beberapa jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang ditekuni
penduduk di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros. Mata
pencaharian penduduk di Desa Benteng Gajah dapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Pekerjaan
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Petani 1.981 95,05
2 Pedagang 20 0,96
3 PNS 82 3,94
4 TNI 1 0,05
Jumlah 2.084 100
Sumber : Data Sekunder Desa Benteng Gajah, 2013.
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar penduduk di Desa
Benteng Gajah bermata pencaharian sebagai petani sekaligus sebagai peternak.
Hal ini dikarenakan Desa Benteng Gajah merupakan Desa yang memiliki lahan
yang bagus untuk melakukan usaha pertanian dan peternakan.
IV.4 Pemilikan Ternak
Usaha peternakan merupakan jenis usaha yang cukup diminati di Desa
Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros. Hal ini terlihat dengan
cukup banyaknya masyarakat yang mengelola usaha peternakan baik itu sebagai
usaha pokok maupun sampingan. Adapun Jumlah kepemilikan ternak di Desa
Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, dapat dilihat pada
Tabel 5.
33
Tabel 5. Kepemilikan Ternak
No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)1 Ayam Broiler 244.1502 Kambing 1153 Sapi 6274 Kerbau -5 Kuda 407 Ayam Buras 461
Jumlah 245.393Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa jenis ternak yang populasinya terbesar
berupa ayam ras pedaging/broiler yaitu sebanyak 244.150 ekor. Besarnya jumlah
populasi ayam broiler dibanding dengan jenis ternak lainnya di Desa Benteng
Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros disebabkan karena banyaknya
perusahaan mitra yang menawarkan kerjasama kepada peternak dalam usaha
peternakan ayam ras pedaging tanpa perlu memiliki modal yang besar, sehingga
masyarakat memilih beternak ayam ras pedaging.
34
BAB VKEADAAN UMUM RESPONDEN
V.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dalam
melakukan atau mengambil keputusan dan dapat bekerja secara optimal serta
produktif. Seiring dengan perkembangan waktu, umur manusia akan mengalami
perubahan dalam hal ini penambahan usia yang dapat mengakibatkan turunnya
tingkat produktifitas seseorang dalam bekerja. Menurut Badan Pusat Statistika
(BPS), berdasarkan komposisi penduduk, usia penduduk dikelompokkan menjadi
3 yaitu :
Usia ≤ 14 th : dinamakan usia muda / usia belum produktif
Usia 15 – 64 th: dinamakan usia dewasa / usia kerja / usia produktif
Usia ≥ 65 th : dinamakan usia tua / usia tidak produktif / usia jompo
Klasifikasi responden berdasarkan tingkat umur menunjukkan bahwa
100% responden tergolong usia produkrif di Desa Benteng Gajah Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Maros yang memiliki kisaran usia antara 15-64 tahun.
Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa peternak ayam ras pedaging
tergolong produktif dalam arti memiliki keamampuan fisik yang baik sehingga
dapat membantu dalam menjalankan usahanya. Peternak yang berumur relatif
muda biasanya lebih cekatan dan cepat dalam bertindak, tetapi peternak yang
lebih tua biasanya mempunyai pengalaman. Pedagang lebih tua pun biasanya
menjadi pedagang besar karena semakin tua seseorang akan semakin matang
dalam mengambil keputusan usahanya dan akan mempunyai banyak jaringan.
35
Sesuai dengan pendapat Swastha (1997) dalam Karmila (2013) bahwa tingkat
produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan
pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali menjelang usia tua.
V.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang dapat berdampak pada jenis pekerjaan yang
digelutinya. Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap produktifitas kerja
seseorang. Perbedaan fisik antara laki-laki dengan perempuan tentunya akan
berdampak pada hasil kerjanya. Klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin
di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros dapat dilihat
pada Table 6.
Tabel 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.
No Jenis KelaminJumlah(orang)
Persentase (%)
12
Laki – lakiPerempuan
264
86,713,3
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013.
Tabel 6, menunjukan bahwa sebagian besar peternak ayam ras pedaging di
Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros berjenis kelamin
laki-laki. Sementara perempuan. Hal ini menandakan bahwa laki-laki memiliki
peran penting dalam menjalankan usaha peternakan ayam ras pedaging. Hal ini
didukung oleh Kusumah (2008), bahwa laki-laki (suami) lebih berperan sebagai
tulang punggung keluarga. Adapun perempuan yang beternak ayam ras pedaging
hanya untuk membantu suami dalam mencari penghasilan tambahan bagi
kebutuhan keluarganya.
36
V.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan responden di Desa Benteng Gajah Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Maros dapat dilihat pada Table 7.
Tabel 7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Sekolah Dasar (SD) 16 53,332 SMP/Sederajat 4 13,333 SMA/Sederajat 8 26,674 Sarjana (S1) 2 6,67
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013.
Pada Tabel 7, terlihat bahwa tingginya jumlah responden yang hanya
mengenyam pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas
membuktikan bahwa untuk menjadi peternak ayam ras pedaging tidak
membutuhkan pendidikan dan keterampilan formal, dalam meraih keinginan yang
dibutuhkan hanya bekerja dan ketekunan. Hal ini didukung oleh Puspitasari,
(2012), yang menyatakan bahwa untuk menjadi peternak ayam ras pedaging tidak
membutuhkan pendidikan dan keterampilan formal, yang dibutuhkan hanya
bekerja dan ketekunan.
37
BAB VIHASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian mengenai Motivasi peternak ayam ras pedaging dalam
menentukan perusahaan mitra di Desa Benteng Gajah Kec. Tompobulu Kab.
Maros dilakukan dengan menggunakan analisis faktor yang dibagi menjadi 2
motivasi yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dari motivasi ekstrinsik
terbagi menjadi 3 variabel berupa kebijakan perusahaan, lingkungan sosial dan
imbalan sedangkan motivasi instrinsik terbagi menjadi 3 variabel meliputi sikap
peternak, kebutuhan material dan kebutuhan non-material. Data mengenai
motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa
Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros dapat dilihat pada Tabel
8 dan Tabel 9.
VI.1.1 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan rangsangan atau dorongan dari luar diri
peternak dalam mengambil keputusan untuk menentukan mitra usaha yang tepat,
yang terdiri dari variabel kebijakan perusahaan, lingkungan sosial dan imbalan.
Motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa
Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros dapat dilihat
berdasarkan motivasi ekstrinsik pada Tabel 8.
38
Tabel 8. Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkatan Skala Penilaian Terhadap Motivasi Ekstrinsik
No Variabel Skala Pengukuran Frekuensi Persentase
1. Kebijakan Perusahaan (X1) Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju
-
1
3
18
8
-
3,33 %
10 %
60 %
26,67 %
2. Lingkungan Sosial (X2) Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju
-
1
5
20
4
-
3,33 %
16,67 %
66,67 %
13,33 %
3. Imbalan (X3) Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju
-
2
3
19
6
-
6,67 %
10 %
63,33 %
20 %
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2013.
- Kebijakan Perusahaan
Aspek ini melihat bagaimana kesesuaian yang dirasakan oleh peternak
dalam hal penyediaan sapronak yang baik, kemudahan peternak dalam
memasarkan hasil produksi dan kesesuaian kontrak kerja yang ditawarkan oleh
perusahaan inti. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak, sebagian besar
atau sebanyak 60 % responden dari 30 orang peternak menyatakan setuju terhadap
kebijakan perusahaan, sebanyak 3 orang peternak atau 10 % menyatakan cukup
setuju, sebanyak 1 peternak atau 3,33 % menyatakan tidak setuju, dan sisanya
sebanyak 26,67 % menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukan bahwa motivasi
39
peternak dalam menentukan mitra adalah melihat kebijakan perusahaan inti
berupa kesesuaian yang dirasakan peternak dalam hal penyediaan sapronak,
kemudahan dalam memasarkan hasil produksi dan kesesuaian dalam hal kontrak
kerjasama.
- Lingkungan Sosial
Aspek ini melihat dorongan lingkungan sekitar peternak ayam ras
pedaging berupa peternak lain, keluarga yang meliputi istri atau suami, anak,
orang tua dan saudara, serta PPL dalam pengambilan keputusan untuk
bekerjasama dengan perusahaan inti. Sebanyak 5 peternak atau 16,67 %
menyatakan cukup setuju bahwa yang menjadi motivasi peternak ayam ras
pedaging adalah lingkungan sosial, sebanyak 1 peternak atau 3,33 % menyatakan
tidak setuju, sebanyak 4 responden atau 13,33 % menyatakan sangat setuju dan
sebagian besar peternak yaitu 20 peternak dari 30 responden atau 66,67 %
menyatakan setuju. Hal ini menunjukan bahwa motivasi ekstrinsik berupa
lingkungan sosial menjadi motivasi peternak ayam ras pedaging dalam
menentukan mitra usaha.
- Imbalan
Imbalan yaitu sesuatu yang meningkatkan frekuensi kegiatan seorang
karyawan yaitu peternak. Dalam hal ini imbalan berupa bonus yang diberikan
perusahaan kepada peternak atas kinerja peternak melebihi harapan perusahaan
atau penghargaan perusahaan terhadap peternak. Pada penelitian ini dilakukan
wawancara dengan 30 orang responden mengenai variabel imbalan sebagai
motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan perusahaan inti (mitra).
40
Berdasarkan hasil wawancara sebagaiamana terlihat pada Tabel 8, diketahui
bahwa sebanyak 2 peternak atau 6,67 % menyatakan tidak setuju atas imbalan
sebagai motivasi peternak dalam menentukan perusahaan inti, 3 peternak atau 10
% menyatakan cukup setuju, 6 peternak atau 20 % menyatakan sangat setuju, dan
sebanyak 19 peternak atau 63,33 % menyatakan setuju bahwa motivasi peternak
ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha adalah imbalan. Hal ini
menunjukkan bahwa imbalan atau bonus dari perusahaan menjadi motivasi
peternak dalam menentukan perusahaan inti.
VI.1.2 Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan atau rangsangan dari dalam
diri peternak dalam menentukan mitra usaha yang terdiri dari variabel sikap
peternak, kebutuhan material dan kebutuhan non-material. Motivasi peternak
ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha di Desa Benteng Gajah
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros dapat dilihat berdasarkan motivasi
intrinsik pada Tabel 9.
Tabel 9. Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkatan Skala Penilaian Terhadap Motivasi Intrinsik.
No Variabel Skala Pengukuran Frekuensi Persentase
1. Sikap Peternak (X4) Sangat Tidak SetujuTidak SetujuCukup SetujuSetujuSangat Setuju
156162
3,33 %16,67 %
20 %53,33 %6,67 %
2. Kebutuhan Material (X5) Sangat Tidak SetujuTidak SetujuCukup SetujuSetujuSangat Setuju
-34194
-10 %
13,33 %63,34 %13,33 %
41
3. Kebutuhan Non-Material (X6)
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuCukup SetujuSetujuSangat Setuju
723---
23,33 %76,67 %
---
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013.
- Sikap Peternak
Aspek ini merupakan respon suka atau tidak suka peternak ayam ras
pedaging terhadap perusahaan inti. Didalamnya melihat tingkat kesukaan peternak
ayam ras pedaging dengan perusahaan inti dan sikap suka peternak ayam ras
pedaging karena perusahaan yang menawarkan kontrak kerjasama telah memiliki
nama yang besar atau telah terkenal. Pada Tabel 9, menunjukan bahwa sebagian
besar peternak yaitu sebanyak 16 peternak dari 30 jumlah responden atau sebesar
53,33 % menyatakan setuju bahwa yang menjadi motivasi peternak ayam ras
pedaging yaitu sikap peternak itu sendiri, sebanyak 1 peternak atau 3,33 %
menyatakan sangat tidak setuju, sebanyak 5 peternak atau 16,67 % menyatakan
tidak setuju, sebanyak 6 peternak atau 20 % menyatakan cukup setuju, dan 2
peternak atau 6,67 % menyatakan sangat setuju. Hal ini berarti bahwa variabel
sikap peternak menjadi motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan
mitra usaha atau perusahaan inti.
- Kebutuhan Material
Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi. Banyaknya
kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh peternak mendorong manusia tersebut untuk
melakukan pekerjaan. Kebutuhan tersebut berupa pemenuhan kebutuhan sehari-
hari seperti sandang, pakan dan papan. Pada penelitian ini menunjukan bahwa
42
sebanyak 3 peternak dari 30 responden atau 10 % menyatakan tidak setuju bahwa
kebutuhan material menjadi motivasi peternak ayam ras pedaging dalam
menentukan mitra usaha, sebanyak 4 peternak atau 13,33 % menyatakan cukup
setuju, begitu pula dengan halnya sangat setuju dan sebagian besar responden
yaitu 19 peternak atau 63,34 % menyatakan setuju bahwa kebutuhan material
menjadi motivasi peternak ayam ras pedaging dalam menentukan perusahaan inti.
Hal ini menunjukan bahwa peternak menentukan perusahaan inti sebagai mitra
karena termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidup-nya sehari-hari.
- Kebutuhan Non Material
Yang dimaksud dengan kebutuhan yang bersifat non-material adalah
kebutuhan yang diperlukan peternak bilamana dipenuhi akan dapat menimbulkan
kepuasan, tapi kebutuhan ini tidak bersifat material, misalnya: perasaan harga diri,
rasa kebanggaan, dan dipenuhinya keinginan berpartisipasi. Pada Tabel 9,
menunjukan bahwa 7 peternak atau 23,33 % menyatakan sangat tidak setuju dan
sebagian besar peternak atau 76,67 % menyatakan tidak setuju atas variabel
kebutuhan non material sebagai motivasi peternak dalam menentukan perusahaan
inti. Hal ini berarti bahwa variabel kebutuhan non-material bukan menjadi hal
terpenting dalam memotivasi peternak ayam ras pedaging menentukan mitra
usaha.
43
VI.2 Uji Kelayakan Model
VI.2.1 Output KMO and Bartlett’s Test (Langkah Pertama dalam Pemilihan Variabel)
Langkah pertama dalam menentukan variabel yang akan di ekstraksi lebih
lanjut dapat dilihat dari nilai besaran KMO MSA, Chi-Square dan Signifikansi.
Menurut Basri (2011), Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of Sampling
Adequacy digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara
membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisein
korelasi parsialnya. Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) digunakan
untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat diprediksi oleh variabel lainnya
dan layak untuk dimasukkan dalam proses factoring. Angka KMO-MSA (Kaiser-
Meyer-Olkin and Measure of Sampling Adequacy) berkisar antara 0 sampai
dengan 1, yang menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut atau tidak,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang
lain.
2. MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
3. MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
Apabila nilai KMO-MSA sama dan lebih besar dari setengah dan dengan
nilai signifikan (sig) atau peluang (p) lebih kecil dari setengah, maka dikatakan
bahwa item-item yang dianalisis dalam analisis faktor sudah layak untuk
difaktorkan. Syarat atau ketentuan besarnya nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada
Tabel 10.
44
Tabel 10. Output Langkah Pertama (Pemilihan Variabel) berdasarkan nilai KMO MSA, Chi-Square dan Signifikansi
No Output Langkah Pertama Nilai Perolehan Syarat/Ketentuan
1. KMO MSA 0,701 ≥ 0,5
2. Chi-Square 53,076 ≥ 50
3. Signifikansi 0,000 ≤ 0,01
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013.
Pada Tabel 10, terlihat angka K-M-O Measure of sampling Adequacy
(MSA) adalah 0,701 karena angka MSA di atas 0,5. Kumpulan variabel tersebut
dapat diproses lebih lanjut. Tiap variabel dianalisis untuk mengetahui mana yang
dapat diproses lebih lanjut dan mana yang harus dikeluarkan. Kesimpulan yang
sama dapat dilihat pula pada angka KMO and Bartleet’s test (yang ditampakkan
dengan angka Chi-Square) sebesar 53,076 dengan signifikansi 0,000.
Proses seleksi variabel yang akan diekstraksi lebih lanjut dapat dilihat dari
nilai Anti Image Matrices (Lampiran 3). Setelah dilakukan proses seleksi nilai
Anti Image Matices, yang tidak memenuhi syarat untuk di ekstraksi lebih lanjut
dikeluarkan, khususnya pada bagian (Anti Image Corelation). Terlihat sejumlah
angka yang membentuk diagonal, yang bertanda ”a”, yang menandakan besaran
MSA sebuah variabel dengan standar nilai MSA ≥ 0,5 (Purwaningsih, 2009).
Seperti yang terlihat pada variabel Kebijakan Perusahaan (X1) mempunyai nilai
MSA 0,677, variabel Lingkungan sosial (X2) mempunyai nilai MSA 0,748,
variabel Imbalan (X3) mempuyai nilai MSA 0,790, variabel sikap peternak (X4)
bernilai 0,574, variabel kebutuhan material (X5) 0,748, dan variabel kebutuhan
non-material (X6) mempunyai nilai MSA 0,663. Karena nilai MSA seluruh
45
variabel yang ada telah memenuhi standar yang telah ditentukan, maka proses
ekstraksi selanjutnya dapat dilakukan.
VI.2.2 Total Variance Explained
Semua variabel yang ada telah memenuhi standar untuk dimasukkan
didalam analisis faktor. Menurut Basri (2011), total variance explained digunakan
untuk menentukan seberapa banyak faktor yang mungkin terbentuk. Nilai Total
Variance Explained dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Total Variance Explained
Component
Initial EigenvaluesExtraction Sums of Squared
Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total% of
VarianceCumulative
%
1 2.854 47.565 47.565 2.854 47.565 47.5652 1.066 17.769 65.334 1.066 17.769 65.3343 .914 15.233 80.5684 .600 10.003 90.5715 .318 5.293 95.8646 .248 4.136 100.000
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013.
Pada Table 11, terlihat bahwa component berkisar antara 1 hingga 6 yang
mewakili jumlah variabel independen. Perhatikan kolom Initial Eigenvalues,
hanya eigenvalue > 1 yang dimasukkan dalam model. Varians bisa diterangkan
oleh faktor 1 yaitu 2,854/6 x 100% = 47,656. Sementara oleh faktor 2 sebesar
1,066/6 x 100% = 17,769. Total kedua faktor akan mampu menjelaskan variabel
sebesar 47,656 % + 17,769 % = 65,334 %. Dengan demikian, karena nilai
Eigenvalues yang ditetapkan 1, maka nilai total yang akan diambil adalah yang >
1 yaitu component 1 dan 2.
46
Eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam
menghitung varians keenam variabel yang dianalisis. Hal yang perlu diperhatikan
bahwa:
- Jumlah nilai eigenvalues sama dengan total varians keenam variabel atau
( 2,854 + 1,066 + 0,914 + 0,600 + 0,318 + 0,248 = 6 ).
- Susunan eigenvalues selalu diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil,
dengan kriteria bahwa angka eigenvalues di bawah 1 tidak digunakan dalam
menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Dari keenam komponen yang ada
dengan dasar angka eigenvalues, hanya komponen 1 dan komponen 2 yang
memenuhi syarat untuk menghitung jumlah faktor .
VI.2.3 Componen Matrix
Menurut Basri (2011), component matrix digunakan dalam penentuan
masing-masing variabel independen yang akan masuk ke dalam faktor 1 atau
faktor 2. Setelah diketahui bahwa ada dua faktor yang merupakan jumlah paling
optimal, maka tabel componen matrikx ini menunjukkan distribusi keenam
variabel pada dua faktor yang terbentuk. Angka yang ada pada Tabel 12 adalah
faktor loading, atau besar korelasi antara suatu variabel.
Tabel 12. Componen Matrix
Component1 2
Lingkungan Sosial .863* .189Kebijakan Perusahaan .834* -.364Kebutuhan Material .745* .291Imbalan .585* .178Sikap Peternak .576 -.708**Kebutuhan Non-Material .428 .530**
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013.
47
Dari Tabel 12, terlihat bahwa nilai korelasi antara variabel Lingkungan
sosial dengan component 1 yaitu 0,863 (kuat) sedangkan nilai korelasi variabel
lingkungan sosial dengan component 2 yaitu 0,189 (lemah) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel lingkungan sosial dimasukkan ke dalam faktor 1. Hal
yang sama pada kebijakan perusahaan, kebutuhan material, dan imbalan bahwa
pada component 1 kuat sementara component 2 lemah, sehingga dimasukkan pada
faktor 1. Berbeda pada variabel sikap peternak dan kebutuhan non-material,
variabel ini memiliki nilai component 2 yang kuat sementara component 1 lemah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap peternak dan kebutuhan non-material
dimasukkan dalam faktor 2.
VI.3 Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan Mitra
Usaha
Variabel yang termasuk ke dalam Motivasi 1 (satu) yaitu motivasi
ekstrinsik berupa variabel lingkungan sosial (X2), kebijakan perusahaan (X1),
imbalan (X3) dan motivasi intrinsik berupa variabel kebutuhan material (X5).
Keempat variabel tersebut memiliki pengaruh nyata yang menjadi motivasi
peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra usaha/perusahaan inti di
Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.
Variabel lingkungan sosial mengambil peran sangat penting dalam
memotivasi peternak dalam menentukan perusahaan inti sebagai mitra. Dalam hal
ini peternak menentukan mitra karena mendengar peternak lain yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas yang baik. Peternak juga mendengar
saran dari keluarga dan PPL dalam menentukan mitra usaha. Walaupun pengaruh
48
peternak lain memiliki peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan oleh
peternak ayam ras pedaging. Hal ini berarti bahwa peternak mendengarkan
peternak lain, keluarga dan juga PPL dalam menentukan mitra usaha. Hal ini
didukung oleh Sudrajat (2010) bahwa orang lain dalam hal ini menunjuk pada
bagaimana individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat)
dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain
dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilaku
individu dalam mengambil keputusan. Seperti seorang melakukan kerjasama
dengan perusahaan didorong oleh lingkungan sekitar tempat dia bekerja,
ditambahkan oleh Jami (2012), bahwa lingkungan sosial juga dipengaruhi oleh
kebudayaan, opini publik dan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Kebijakan perusahaan merupakan salah satu faktor yang memotivasi
peternak dalam memilih perusahaan inti sebagai mitra. Hal ini berupa kesesuaian
harga kontrak, baik itu harga kontrak DOC dan harga kontrak pakan. Ketika harga
DOC atau harga pakan lebih besar, maka biaya operasional yang akan dikeluarkan
oleh peternak akan lebih besar juga, sehingga untuk bekerja sama dengan
perusahaan inti peternak harus merasa sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Peternak juga melihat kemudahan dalam memasarkan hasil produksi dan
ketepatan waktu panen yang telah disepakati oleh perusahaan mitra, sehingga
tidak terjadi kerugian. Hal ini berarti bahwa kebijakan perusahaan memiliki peran
yang sangat penting dalam memotivasi peternak menentukan mitra usaha. Hal ini
didukung oleh Lestari (2009), yang menyatakan bahwa kebutuhan untuk
bergabung bersama perusahan kemitraan menjadi sangat tinggi terkait dengan
49
jaminan pasokan sarana produksi peternakan yang membutuhkan biaya besar dan
jaminan harga hasil panen di kemudian hari. Bagi peternak, kualitas sapronak,
jaminan pasokan sapronak dan jaminan pemasaran, serta turut berperan dalam
mengembangkan usaha peternakan menjadi hal terpenting dalam melakukan
kerjasama.
Pada dasarnya setiap manusia melakukan pekerjaan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yaitu kebutuhan material. Kebutuhan
material merupakan kebutuhan manusia yang sifatnya ekonomis seperti kebutuhan
manusia akan sandang, pangan dan papan. Dalam menentukan perusahaan inti
sebagai mitra dalam beternak, peternak termotivasi pada perusahaan yang mampu
memberikan keuntungan yang lebih besar, sehingga kebutuhan peternak terhadap
kebutuhan material dapat terpenuhi dengan baik. Ketika kebutuhan material telah
terpenuhi maka peternak juga memiliki keinginan untuk meningkatkan taraf hidup
mereka. Hal ini berarti bahwa kebutuhan material memiliki peran yang sangat
penting dalam memotivasi peternak menentukan mitra usaha. Hal ini didukung
oleh Lestari (2009), yang menyatakan bahwa keuntungan yang didapatkan
peternak juga merupakan faktor yang dapat menetukan peternak memilih
perusahaan mitra. Masing-masing badan usaha (inti) berkeinginan dapat merekrut
peternak (plasma) sebanyak-banyaknya dengan memberikan insentif pendapatan
yang tinggi ditambah variasi bonus pemeliharaan dan manajemen. Hal ini bagi
peternak akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan pilihan inti.
Ditambahkan oleh Novian (2006) dalam penelitiannya, bahwa alasan yang
50
menyebabkan peternak plasma termotivasi untuk ikut kemitraan karena adanya
tambahan pendapatan dan jaminan pemasaran.
Imbalan atau biasa disebut dengan kompensasi dimaksud adalah besarnya
bonus yang diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk penghargaan perusahaan
atas kinerja lebih dari peternak. Imbalan ini berupa bonus pasar dan bonus fcr.
Bonus pasar diberikan ketika harga ayam dipasaran melebih harga kontrak, dalam
hal ini peternak yang memiliki performa yang baik dalam pemeliharaan ayam ras
pedaging. Bonus juga akan diberikan perusahaan, jika hasil panen peternak baik,
dimana peternak dapat menghasilkan ayam dengan bobot yang tinggi, namun
dengan penggunaan pakan yang lebih hemat. Dalam hal ini peternak juga melihat
perusahaan yang mampu memberikan bonus atau imbalan atas performa peternak
yang baik dalam memelihara ayam ras pedaging. Dalam menentukan perusahaan
inti, peternak berkeingin mendapatkan bonus atau imbalan dari perusahaan untuk
menambah pendapatan peternak, sehingga peternak harus mengetahui perusahaan
inti yang dapat memberikan imbalan pada peternak. Hal ini berarti peternak
menganggap bahwa bonus atau imbalan yang diberikan perusahaan menjadi salah
satu motivasi mereka dalam menentukan mitra. Hal ini didukung dengan pendapat
Lestari (2009), bahwa bonus merupakan insentif yang dapat merangsang peternak
dalam menentukan perusahaan inti untuk bekerjasama. Peternak menganggap
bahwa kompensasi adalah hal yang penting dalam penentuan mitra.
Variabel yang termasuk ke dalam Motivasi 2 (dua) yaitu motivasi intrinsik
berupa variabel sikap peternak (X4) dan kebutuhan non-material (X6). Motivasi
ini juga memiliki peranan yang menjadi motivasi peternak ayam ras pedaging
51
dalam menentukan mitra usaha di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Maros.
Sikap peternak yang dimaksud adalah perasaan suka atau tidak suka
peternak terhadap perusahaan. Sikap ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti pengetahuan peternak terhadap perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian, peternak menentukan perusahaan inti dalam melakukan usaha
peternakan ayam ras pedaging, karena peternak termotivasi oleh perasaan suka
dan tidak suka peternak terhadap perusahaan tersebut. Perasaan suka dan tidak
suka peternak merupakan sikap peternak yang ditunjukan dalam menentukan
perusahaan inti. Hal ini berarti bahwa dalam penentuan mitra usaha, peternak
perlu mengetahui mitra yang akan diajak bekerjasama. Ketika peternak
mengetahui mitra usahanya, maka akan timbul perasaan suka atau tidak suka
terhadap perusahaan inti tersebut. Dalam hal ini peternak melihat besarnya nama
perusahaan, baiknya pelayanan yang diberikan dan telah lamanya perusahaan
tersebut bermitra di lingkungan peternak, sehingga timbul perasaan suka dari
dalam diri peternak. Hal ini ddidukung oleh Subekti (2010), bahwa sikap
merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu objek, dimana
seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung terhadap obyek
tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak
mendukung.
Kebutuhan non-material yang dimaksud adalah kebutuhan peternak akan
rasa puas atau ingin dihargai oleh perusahaan, kebutuhan non-material juga bisa
disebut dengan kebutuhan psikologis peternak. Kebutuhan non-material juga
52
merupakan faktor pendukung untuk memotivasi peternak dalam menentukan
perusahaan inti, karena pada dasarnya setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi manusia, tapi pekerjaan
juga dapat memenuhi kebutuhan non-material manusia. Dalam hal ini bahwa
kebutuhan yang bersifat psikologis peternak adalah kebutuhan yang timbul dari
keadaan tertentu seperti kebutuhan untuk diakui dan dihargai oleh perusahaan dan
lingkungan sekitar. Hal ini berarti bahwa kebutuhan non-material menjadi faktor
pendukung yang mendorong peternak dalam menentukan mitra usaha. Peternak
melihat pengakuan yang diberikan oleh perusahaan berupa perhatian dan rasa
dihargai sebagai mitranya. Hal ini didukung oleh Wirasati (2011) yang
menyatakan bahwa yang memotivasi sesorang untuk melakukan kerjasama adalah
kebutuhan yang bersifat psikologis sesorang yaitu kebutuhan yang timbul dari
keadaan tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk
diterima dilingkungan sekitarnya.
Pada penelitian mengenai Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam
Menentukan Mitra Usaha di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompo Bulu
Kabupaten Maros diketahui ada 2 motivasi yang mendorong peternak dalam
menentukan perusahaan inti, motivasi tersebut dibagi dalam dua kategori yaitu
motivasi utama yang dianggap paling penting oleh peternak berdasarkan hasil
wawancara dengan peternak, motivasi tersebut yang menjadi pendorong utama
bagi peternak dalam menentukan mitra usaha yang terdiri dari motivasi ekstrinsik
berupa variabel lingkungan sosial, kebijakan perusahaan, imbalan dan motivasi
intrinsik berupa variabel kebutuhan material. Selain motivasi utama yang
53
mendorong peternak dalam menentukan perusahaan inti, ada beberapa motivasi
yang menjadi pendukung atau motivasi yang menjadi pertimbangan peternak
dalam menentukan perusahaan inti. Hal ini dikarenakan motivasi tersebut
dianggap cukup penting bagi peternak, artinya jika motivasi tersebut tidak ada,
motivasi tersebut bukan menjadi penghalang bagi peternak dalam menentukan
perusahaan inti. Motivasi pendukung tersebut yaitu motivasi intrinsik berupa
variabel sikap peternak dan kebutuhan non-material.
54
BAB VIIPENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan yang telah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Motivasi yang mendorong peternak ayam ras pedaging dalam menentukan mitra
usaha di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros yaitu
motivasi utama yang terdiri dari motivasi ekstrinsik berupa variabel lingkungan
sosial, kebijakan perusahaan, imbalan dan motivasi intrinsik berupa variabel
kebutuhan material sementara untuk motivasi pendukung terdiri dari motivasi
intrinsik berupa variabel sikap peternak dan variabel kebutuhan non-material.
VII.2 Saran
1. Sebaiknya perusahaan mitra mampu meningkatkan kebijakan perusahaan
agar peternak dapat terus bertahan dalam bekerjasama dengan perusahaan
inti.
2. Sebaiknya peternak dalam menentukan mitra usaha termotivasi dari
dorongan dalam diri sendiri, bukan karena lingkungan yang ada
disekitarnya agar hasil yang diperoleh pun sesuai yang diharapkan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hamdani. 2012. Teori Motivasi Psikologi Pendidikan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Agama Islam. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Angeline, Irina. 2011. Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Motivasi pada Gamers Ragnarok Komunitas Evolution. Fakultas Psikologi – Jurusan Psikologi. Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
Basri, Seta. 2011. Analisis Faktor dengan SPSS. http://setabasri01.blogspot.com/ 2012/04/analisis-faktor-dengan-spss.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.
Dewi, Intani. 2006. Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan Ayam Ras Pdaging (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Efrizal, Musfi. 2011. Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan di Yayasan Rumah Sakit Universitas Islam Malang. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Fishbein dan Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behavior: an introduction to theory and research. California: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Hakim, Ari Rahmat. 2004. Pola Hubungan Hukum pada Program Kemitraan Usaha Tani Tembakau di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Jami, Asyree, E. 2012. Materi Kuliah 8 Pengantar Ilmu Penyuluhan. http://edisetjami80blogspot.com/2012_11_01_archive.html. Diakses pada tanggal 02 Mei 2013.
Juhrodin, Udin. 2013. Jenis-Jenis Skala Pengukuran dalam Penelitian. http://www.atcontent.com/Publication/869679939048999g6.text/-/Jenis-jenis-Skala-Pengukuran-dalam-Penelitian. Diakses pada tanggal 08 Juni 2013.
Karmila, 2013. Faktor Faktor Yang Menentukan Pengambilan Keputusan Peternak Dalam Memulai Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Di Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
56
Kusumah, Mantera. 2008. Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Tunas Mekar Farm Di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Lestari, Meylani. 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus : Kemitraan PT X di Yogyakarta). Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
______, Puji. 2009. Analisis Interaksi Motivasi. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Mastuti, E. 2011. Analisis Faktor. Universitas Airlangga. Jakarta.
Maulana, Muhamad Lucky. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamtan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Program Studi Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Mudhofar, Ahmad. 2012. Pola Kemitraan Ayam Broiler. http://petokku.blogspot. com/p/pola-kemitraan-ayam-broiler.html. Diakses pada tanggal 20 April 2013.
Munir, Abdul Razak. 2011. Aplikasi Analisis Faktor Untuk Persamaan Simultan. Laboratorium Kompetensi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Makassar.
Novian. 2006. Strategi Pengembangan Peteernakan Ayam Ras Pedaging dengan Meningkatkan Pendapatan Peternak melalui Kemitraan di Kota Pekanbaru. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Palmarudi dan Kasim, Kasmiyati. 2012. Analisis Tingkat Kepuasan Peternak dalam Pelaksanaan Kemitraan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Sulawesi Selatan : Studi Kasus di Kabupaten Maros. Jurnal JITP Vol. 2 No.1. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Purwaningsih, A. 2009. Penentuan Rotasi yang Sesuai dalan Analisis Faktor. Bidang Komputasi P2TIK-BATAN.
Puspitasari, Hesti. 2012. Analisis Rantai Pemasaran Ayam Ras Pedaging Ke Pasar Induk Kabupaten Cianjur. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Yogyakarta.
57
Putra, Yanuar Surya. 2011. Analisis Faktor Untuk Mengetahui Efektivitas Strategi Me Too Sebagai Strategi Bersaing Perusahaan (Studi Kasus Pada Produk SM Vit C 1000 PT. Sido Muncul). Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Vol 4.No.7. Jurusan Akuntansi dan Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Salatiga. Jakarta.
Rahman, Saiful. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Kerjasama Peternak Plasma Ayam Broiler di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Saputra, Evin Eka. 2011. Analisis Kelayakan Investasi Peternakan Ayam Broiler pada Kondisi Risiko (Studi Kasus : Peternakan Rakyat Milik Bapak Marhaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Sasmita, Arya, Ana, Agus, W dan Putra, Agus, Wawan, A. 2010. Rancang Bangun Sistem Informasi Kemitraan Ayam Broiler pada Perusahaan Sentral Unggas Bali Berbasis Web. Lontar Komputer Vol. 1 No. 1 ISSN : 2088-1541. Jurusan Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Jembrana.
Sela, B. A. 2011. Pengantar Manajemen dan Bisnis. Pusat Pengembangan Bahan Ajar. Universitas Merco Buana. Jakarta.
Subekti, Eli. 2010. “Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Terhadap Motivasi Menjalani Pengobatan Kemoterapi Anak Pada Orang Tua Pasien di Ruang Komenterapi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang”. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah. Semarang.
Sudrajat, Akhmad. 2010. Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Pendidikan. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/25/konsep-pengambilan-keputusan-dalam-manajemen-pendidikan/. Diakses pada tanggal 02 Mei 2013.
Wirasati, Wiwien. 2011. Hubungan Kredibilitas Sumber Informasi Keluarga Berencana Dengan Sikap Dan Keputusan Mengadopsi Program Keluarga Berencana (Kasus Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Wisnuwardana, Agung. 2001. Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Dengan Kualitas Kerja Penyuluhan Kehutanan Lapangan (Studi Kasus di Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah Kabupaten Bogor). Jurusan Manajemen Hutan. Fakulas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
58
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIANMOTIVASI PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DALAM
MENENTUKAN MITRA USAHA DI DESA BENTENG GAJAH KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN MAROS
A. UMUM
Dengan rasa hormat, penulis memohon kesediannya untuk mengisi daftar
kuesioner yang diberikan kepada anda. Jawaban yang anda berikan adalah
informasi bagi penulis sebagai data penelitian dalam rangka penyususnan skripsi
dengan judul ”Motivasi Peternak Ayam Ras Pedaging dalam Menentukan
Mitra Usaha di Desa Benteng Gajah, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten
Maros”. Penulis mengharapkan kesediaan anda untuk menjawabnya dengan baik.
Terima kasih atas kerjasamanya.
B. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Pendapatan/Periode :
Lama Bermitra :
C. PETUNJUK PENGISIAN
Beri tanda centang (√) pada salah satu kolom (1-3) berdasarkan pernyataan
yang diajukan :
Kriteria: Angka 1 = Sangat Tidak SetujuAngka 2 = Tidak SetujuAngka 3 = Cukup SetujuAngka 4 = SetujuAngka 5 = Sangat Setuju
59
Pernyataan yang Berkitan dengan Kebijakan Perusahaan (X1)
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Saya menentukan perusahaan inti dengan
melihat kualitas sapronak
2. Saya menentukan perusahaan inti yang
memberikan kemudahan dalam pemasaran
hasil produksi
3. Saya menentukan perusahaan inti karena
merasa sesuai dengan kontrak yang
ditawarkan perusahaan inti
Pernyataan yang Berkitan dengan Lingkungan Sosial (X2)
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Saya mendengarkan nasehat peternak lain
dalam menentukan perusahaan inti
2. Saya mendengarkan saran dari keluarga dalam
menentukan perusahaan inti
3. Saya mendengarkan PPL dalam menentukan
perusahaan inti
Pernyataan yang Berkitan dengan Imbalan (X3)
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Saya menentukan perusahaan inti dengan
melihat bonus pasar yang diberikan
2 Saya menentukan perusahaan inti dengan
melihat besarnya keuntungan yang diberikan
Pernyataan yang Berkitan dengan Sikap Peternak (X4)
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Saya menentukan perusahaan inti karena
menyukai perusahaan tersebut
60
2. Saya menentukan perusahaan inti karena
perusahaan tersebut terkenal atau telah
memiliki nama yang besar
Pernyataan yang Berkitan dengan Kebutuhan Material (X5)
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Saya menentukan perusahaan inti yang
mampu memenuhi kebutuhan hidup saya
sehari-hari berupa sandang, pangan dan papan
2. Saya menentukan perusahaan inti yang
mampu meningkatkan pendapatan atau taraf
hidup
Pernyataan yang Berkitan dengan Kebutuhan Non-Material (X6)
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Saya memilih perusahaan inti yang
menghargai peternak sebagai mitra
2. Saya menentukan perusahaan inti karena
dihargai oleh PPL
3. Saya menentukan perusahaan inti dengan
melihat perhatian yang diberikan
TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN BAPAK DALAM MEMBERIKAN INFORMASI
Maros, Agustus 2013
Responden
_________________
61
Lampiran 2. Identitas Responden
No Nama RespondenUsia
(Tahun) Jenis KelaminPendidikan Terakhir
Pendapatan/periode (Rp) Nama mitra
Lama bermitra
1 M. darwis 38 Laki-Laki SMA 3 jt Ciomas 6 Periode2 Baharuddin Ambo 52 Laki-Laki SD 4 jt BSB 5 periode3 Samsuddin 45 Laki-Laki S1 5 jt MRA 4 periode4 Sudirman 43 Laki-Laki SMA 3 jt Ciomas 4 periode5 Nurman 50 Laki-Laki SD 3 jt Srikandi 3 Periode6 Hasanuddin 51 Laki-Laki SD 7 jt BSB 1 Periode7 Tajuddin 49 Laki-Laki SMP 4 jt MRA 4 Periode8 Asri Agung 34 Laki-Laki SMP 5 jt Ciomas ex PKP 2 periode9 Hamsir 48 Laki-Laki SD 5 jt BSB 2 periode
10 Hartati 45 Perempuan SD 3 jt Srikandi 3 Periode11 Ni'matulasa 47 Laki-Laki SD 3,5 jt Ciomas ex PKP 2 Periode12 Ahmad Jufri 43 Laki-Laki SD 6 jt Patriot 5 Periode13 Hj. Mariana 41 Perempuan SMP 6 jt BSB 4 Periode14 Sumardi 42 Laki-Laki SD 5 J Patriot 6 Periode15 Surya 37 Laki-Laki SMA 7 jt AMM 5 Periode16 Warno Waskito 45 Laki-Laki SMA 6 jt Patriot 4 periode17 Basri 45 Laki-Laki SD 7 Jt BSB 4 periode18 Ibu Sadra 45 Perempuan SMA 4 jt Srikandi 3 Periode19 Muh. Yumri 40 Laki-Laki S1 8 jt Suma 1 periode20 Toni 35 Laki-Laki SMA 5 jt Ciomas ex PKP 3 Periode
62
21 Jumadi 42 Laki-Laki SD 4 jt MRA 7 Periode22 Abdul Gani 43 Laki-Laki SD 3 jt Patriot 2 periode23 Kadir 42 Laki-Laki SMA 6 jt Patriot 3 Periode24 Ruslam 40 Laki-Laki SD 5 jt MRA 5 Periode25 Murniaty 39 Perempuan SMA 4 jt BSB 2 periode26 Anwar 37 Laki-Laki SD 3,5 jt Celebes 4 periode27 Arifuddin 36 Laki-Laki SD 4 jt Patriot 5 Periode28 Aris 34 Laki-Laki SMP 5 jt MRA 4 periode29 Dg Tarrang 48 Laki-Laki SD 4 jt Ciomas ex PKP 2 periode30 Multassam 49 Laki-Laki SD 4 jt Patriot 5 Periode
63
Lampiran 3. Output Analisis Faktor dengan menggunakan spss 17
Correlation Matrix
Kebijakan
Perusahaan
Lingkungan
Sosial Imbalan Sikap Peternak
Kebutuhan
Material
Kebutuhan Non-
Material
Correlation Kebijakan Perusahaan 1.000 .607 .323 .633 .517 .191
Lingkungan Sosial .607 1.000 .470 .338 .608 .400
Imbalan .323 .470 1.000 .159 .381 .080
Sikap Peternak .633 .338 .159 1.000 .159 .085
Kebutuhan Material .517 .608 .381 .159 1.000 .259
Kebutuhan Non-Material .191 .400 .080 .085 .259 1.000
Sig. (1-tailed) Kebijakan Perusahaan .000 .041 .000 .002 .155
Lingkungan Sosial .000 .004 .034 .000 .014
Imbalan .041 .004 .200 .019 .336
Sikap Peternak .000 .034 .200 .201 .327
Kebutuhan Material .002 .000 .019 .201 .084
Kebutuhan Non-Material .155 .014 .336 .327 .084
64
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .701
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 53.076
Df 15
Sig. .000
Anti-image Matrices
Kebijakan
Perusahaan
Lingkungan
Sosial Imbalan Sikap Peternak
Kebutuhan
Material
Kebutuhan Non-
Material
Anti-image Covariance Kebijakan Perusahaan .377 -.118 -.007 -.277 -.149 .029
Lingkungan Sosial -.118 .415 -.175 -.020 -.158 -.199
Imbalan -.007 -.175 .750 .005 -.082 .107
Sikap Peternak -.277 -.020 .005 .559 .135 .009
Kebutuhan Material -.149 -.158 -.082 .135 .549 -.035
Kebutuhan Non-Material .029 -.199 .107 .009 -.035 .819
65
Anti-image Correlation Kebijakan Perusahaan .677a -.299 -.014 -.604 -.327 .053
Lingkungan Sosial -.299 .748a -.314 -.041 -.332 -.342
Imbalan -.014 -.314 .790a .007 -.127 .136
Sikap Peternak -.604 -.041 .007 .574a .243 .013
Kebutuhan Material -.327 -.332 -.127 .243 .748a -.052
Kebutuhan Non-Material .053 -.342 .136 .013 -.052 .663a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial Extraction
Kebijakan Perusahaan 1.000 .828
Lingkungan Sosial 1.000 .781
Imbalan 1.000 .374
Sikap Peternak 1.000 .833
Kebutuhan Material 1.000 .640
66
Kebutuhan Non-Material 1.000 .464
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Compo
nent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.854 47.565 47.565 2.854 47.565 47.565
2 1.066 17.769 65.334 1.066 17.769 65.334
3 .914 15.233 80.568
4 .600 10.003 90.571
5 .318 5.293 95.864
6 .248 4.136 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
67
Component Matrixa
Component
1 2
Lingkungan Sosial .863 .189
Kebijakan Perusahaan .834 -.364
Kebutuhan Material .745 .291
Imbalan .585 .178
Sikap Peternak .576 -.708
Kebutuhan Non-Material .428 .530
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 2 components extracted.
68
Dokumentasi
RIWAYAT HIDUP
Rahayu (I 311 09 259) lahir di Ujung Pandang pada
tanggal 06 Februari 1991, sebagai anak terakhir dari empat
bersaudara dari pasangan bapak Mustari dan Ibu Muftira.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah
SD Negeri Pai Makassar lulus tahun 2003.
Kemudian setelah lulus di SD penulis melanjutkan pendidikan lanjutan
pertama pada SMP Negeri 9 Makassar dan lulus pada tahun 2006, kemudian
melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas pada SMA Negeri 6 Makassar dan
lulus pada tahun 2009.
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama 2009 dan
diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar dan lulus pada tahun 2013.