repititive motion injury.docx

Upload: sitimuawanah

Post on 07-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Anatomi dan Fisiologi Menurut Suratun (2008), Sistem musculoskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot, dan struktur pendukung lainnya (tendon, ligament, fasia, dan bursae). Pertumbuhan dan perkembangan struktur ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja.

1.1.1 Tulang

Gambar 1. Anatomi tulangTulang berasal dari embrionic hyaline cartilage melalui prosesOsteogenesis.Tulang manusia terdiri dari :1. Sela. Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium.b. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang padat.c. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diarsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke darah.2. Matriks (bahan organik) : 30 %, 90% kolagen dan 10 % subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun 3. Deposit mineral (bahan anorganik) : 70 % : tdr : Ca, PO4, sedikit Na, kalium karbonat, dan ion magnesium. Tulang terdiri dari tiga lapisan yaitu sebagai berikut:1. Periosteum adalah membran fibrous yang melapisi atau menyelimuti tulang. Fungsi periosteum adalah : a. memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh berkembangb. T-4 perlekatan tendon dan ligamen.c. periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. d. pidalam lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.2. Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. 3. Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).

1.1.2 Otot Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut.Menurut Ethel (2003), jenis- jenis otot yaitu: 1. Otot rangka adalah otot lurik, valunter, dan melekat pada rangka.a. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.b. Setiap serabut memilki banyak inti, yang tersusun dibagian perifer.c. Kontraksinya cepat dan kuat.

Gambar 1.2 Anatomi otot lurik2. Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.a. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang terelongasi.b. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus orang hamil.c. Kontraksinya kuat dan lamban.

Gambar 1.3 Anatomi otot polos

3. Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.a. Serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nukleus sentral.b. Panjangnya berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya sekitar 15 mikron.c. Diskus terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan dengan sel-sel otot tetangga.d. Kontraksi otot jantung kuat dan berirama.

Gambar 1.4Anatomi otot jantung

1.1.3 SendiPergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan kdan fleksibilitas dalam tubuh (Suratun,2008).Menurut Ethel (2003), klasifikasi umum persendian. Suatu arikulasi, atau persendian, terjadi saat permukaan dari dua tulang bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya. Klasifikasi struktur persendian adalah sebagai berikut (Ethel, 2003):1. Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.2. Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago.3. Persendian sinovial memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular yang membungkusnya. Klasifikasi persendian terdiri dari (Ethel, 2003):1. Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara struktural, persendian ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago. Contohnya: sutura tulang tengkorak.2. Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi. Contohnya pelvik, simfisis, dan tibia.3. Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial (berasal dari kata yunani yang berarti dengan telur). Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular. Jenis sendi ini adalah (Smeltzer, 2001):a. Sendi peluru, misal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh.b. Sendi engsel,memungkinkan gerakan hanya pada satu arah misal siku dan lutut.c. Sendi pelana, memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus misal sendi pada dasar ibu jari.d. Sendi pivot, memungkinkan gerakan rotasi misalnya sendi antara radius dan ulna.e. Sendi peluncur, memungkinkan gerakan terbatas ke segala arah misal sendi-sendi tulang karpal pada pergelangan tangan.

1.1.4 LigamenLigamen adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir dari suatu otot dan fungsinya mengikat suatu tulang. (Suratun,2008).

Gambar 1.5. Anatomi ligamen

1.1.5 TendonTendon adalah suatu perpanjangan dari pengikat fibrosa yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synovial yang member lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan otot. (Suratun,2008)

Gambar 1.6 Anatomi tendon

1.1.6 FasiaFasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatka langsung dibawah kulit sebagai fasia superficial (sebagai pembungkus tebal) jaringan penyambung fibrosa yang membungkus otot, saraf, pembuluh darah (Suratun, 2008).

Gambar 1.7 Anatomi fasia pada telapak aki

1.1.7 BursaBursa adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan diatas bagian yang bergerak (mis, antara kulit dan tulang, antara temdon dan tulang/otot). Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak (mis, bursae olekranon yang terletak di antara presesus dan kulit) (Suratun, 2008).

Gambar 1.8. Anatomi Bursa

1.2 DefinisiCedera gerakan berulang atau repititive motion injury adalah cedera jaringan yang terjadi sebagai akibat adanya gerakan yang berulang-ulang yang disebabkan oleh strain dan kelelahan dari otot, sendi, dan tendon (EDM Services, 2009). Gerakan yang berulang-ulang seperti gerakan jari dan bahu pada pengunaan keyboard komputer setiap hari akan menyebabkan terjadinya strain pada otot dan tendon, nyeri, dan inflamasi. Inflamasi yang biasanya muncul adalah sebagai berikut:1. Tendisitis Tendinitis adalah radang pada tendon yang biasanya disebabkan gerakan otot yang berlebih, tapi kadang-kadang merupakan akibat infeksi. Salah satu bagian tubuh yang paling sering diserang adalah tendon Achilles di balik tumit. Radang di bagian ini biasanya akibat cedera olahraga, pelari lintas alam rentan terhadap masalah tendon Achilles atau akibat pemakaian sepatu yang sempit dan menekan tumit. Tendon pada pergelangan tangan juga sering terserang tendinitis. Hal itu berakibat pada keadaan yang dikenal dengan cedera keseleo yang berulang. Beberapa tendon, seperti yang terdapat pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki, dikelilingi oleh sarung pelindung yang mengeluarkan cairan sinovial untuk mengurangi gesekan. Sarung pelindung ini bisa meradang, keadaan yang dikenal dengan tenosinovitis. Tenosinovitis sering timbul bersamaan dengan tendinitis. Biasanya tenosinovitis merupakan akibat cedera, tapi dapat juga menyerang penderita radang sendi rematik. Apabila tenosinovitis menyerang jari tangan, tendon bisa kaku jika ditekuk. Keadaan kaku ini dapat dihilangkan dengan gerakan menyentak yang tiba-tiba, keadaan ini dikenal dengan trigger finger.Gejala dari tendinitis maupun tenosinovitis meliputi bengkak, sakit, dan terbatasnya gerakan pada area yang diserang. Mungkin akan muncul bengkak lunak diatas tendon dan kadang-kadang kulit terasa panas.Penanganan tendisitis dan tenosinovitis sama dengan penanganan untuk tegang otot: istirahat dan obat antiradang yang tidak mengandung steroid. Antibiotik akan diberi jika penyebabnya adalah infeksi. 2. Bursitis (radang kandung lendir)Bursa merupakan kantong yang dipenuhi cairan yang berada di sekitar sendi. Fungsi bursa adalah mengurangi pergesekan ketika ligamen atau otot bergeser di atas tulang. Bursa dapat meradang jika mengalami tekanan berlebih atau berulang. Bursa akan kemudian membengkak dan terasa sakit, serta mungkin terasa panas ketika disentuh. Pembengkakan dapat menghambat gerak dan gangguan tersebut memerlukan beberapa hari sampai beberapa bulan untuk pulih.Bursitis paling sering menyerang lutut, tapi dapat juga terjadi pada siku atau persendian lain. Bursitis dapat timbul akibat cedera atau penggunaan sendi terlalu berlebihan, misalnya berlutut terlalu lama. Keadaan ini bisa berkaitan dengan masalah sendi lainnya seperti radang sendi rematik.Perawatan yang umum diberikan adalah dengan mengistirahatkan sendi dan mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit antiradang. Mengompres dengan kantong es pada area yang sakit juga dapat membantu meredakan radang.Apabila bengkak tidak hilang-hilang, akan menggunakan jarum untuk menguras cairan; area yang sakit mungkin disuntik dengan kortikosteroid untuk mencegah bengkak timbul lagi. Terkadang bursa harus diangkat melalui operasi, dan antibiotik akan diberikan jika terjadi infeksi. 3. Carpal Tunnel Syndrome(CTS) Carpal tunnel syndrome(CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianusGejala klinis CTS adalah sebagai berikut: 1. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan. 2. Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah, khususnya selama penggunaan. 3. Penurunan cengkeraman kekuatan. 4. Kelemahan dalam ibu jari 5. Sensasi jari bengkak, ( ada atau tidak terlihat bengkak) 6. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.

1.3 PenyebabAda beberapa faktor penyebab dari Repititive motion injury yaitu sebagai berikut:1. Repititive motion, yaitu ketika gerakan terjadi secara berulang-ulang. Hal ini akan menyebabkan strain dan kelelahan dari otot, sendi, dan tendon. Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregngan berlebihan, atau stress yang berlebihan (Smeltzer, 2001). Strain adalah robekan mikroskopis yang tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan. Pasien biasana mengalami ras sakit atau nyeri mendadak dengan nyeri tekan lokal pada pemakaian otot dan kontraksi isometris. 2. Forceful exertion, gerakan yang membutuhkan kekuatan yang melebihi batas beban maksimum dari otot, tendon, dan sendi.3. Duration, gerakan yang menggunakan otot yang sama pada jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan kelelahan dari otot tersebut sehingga menyebabkan terjadinya suatu cedera.4. Compression, penekanan bagian tubuh pada permukaan yang kasar atau keras akan menyebabkan penurunan aliran darah ke otot, tendon, dan saraf yang akan menyebabkan terjadinya mati rasa, kesemutan, dan perubahan dari sensasi atau rasa, dan kerusakan jaringan pada area tersebut.5. Vibration, aktivitas yang melibatkan getaran yang memberikan tekanan pada bagian-bagian tubuh atau ke seluruh tubuh contohnya aktivitas olahraga seperti jogging.6. Poor physical health, kondisi seperti penyakit diabetes, [enyakkit kardiovaskular, arthitis, merokok, alkoholik, hipertensi, kekurangan nutrisi, imobiliti, dan stress akan menyebabkan peningkatan perkembangan dari repititive motion injury.7. Penggunaan lengan dan tangan pada posisi yang salah akan menyebabkan strain atau peregangan otot pada saraf, otot, dan tendon. Contohnya seperti posisi tangan dan lengan tau posisi duduk saat mengetik, bermain alat musik seperti drum, aktivitas olahraga seperti tenis, golf, dan lain-lain.

1.4 Manifestasi KlinisRepititive motion injury memiliki beberapa gejala atau manifestasi klinik yang bisa timbul adalah sebagai berikut:1. Kelelahan pada otot-otot dan sendi2. Rasa sakit dan nyeri3. Inflamasi yang kadang-kadang disertai kulit terasa panas.4. Penebalan/kekakuan pada area sendi yang cedera5. Kelemahan.6. Terbatasnya gerakan pada area yang diserang7. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan.

1.5 Penatalaksanaan Medis1. Pemeriksaan lab: CT-scan2. Istirahat dan pemberian obat antiradang yang tidak mengandung steroid.3. Pemberian antibiotik diberi jika penyebabnya adalah infeksi.4. Mengompres dengan kantong es pada area yang sakit dapat membantu meredakan radang.5. Pemberian kortikosteroid untuk mencegah inflamasi.6. Operasi: pengangkatan bursa pada bursitis.

1.6 PatofisiologiCedera gerakan berulang atau repititive motion injury adalah cedera jaringan yang terjadi sebagai akibat adanya gerakan yang berulang-ulang yang disebabkan oleh strain dan kelelahan dari otot, sendi, dan tendon. Kegiatan seperti mengetik di komputer, olahraga yang berlebihan, dan lain-lain yang terjadi setiap hari dan tanpa istirahat yang cukup menyebabkan terjadinya spasme otot. Hal tersebut nantinya akan menyebabkan terjadinya penebalan pada tendon dan sarung pembungkus cairan sinovial. Penebalan yang terjadi mengakibatkan terjepitnya syaraf dan peningkatan intravaskuler. Peningkatan intravaskuler menyebabkan penurunan aliran darah sehingga terjadi anoksia, edema, dan pada akhirnya terjadi kelemahan dan kekakuan otot dan sendi. Pada penderita biasanya akan merasakan keluhan nyeri, rasa terbakar pada kulit, kelemahan atau kekakuan otot, dan mati rasa.

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian1. Biodata klienMeliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,pekerjaan (pekerjaan yang banyak menggunakan tangan dalam waktu yang lama), agama, sukubangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medis.2. Keluhan utama Nyeri berupa kesemutan, rasa terbakar di pergelangan tangan, telapak tangan, dan jari.3. Riwayat Penyakit TerdahuluAdanya riwayat diabetes melitus, obesitas 4. Riwayat penyakit sekaranga. AktivitasMengalami kesulitan dalam beraktivitas terutama yang berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan tangan.b. Integritas EgoMengalami kecemasan karena sulit beraktivitas akibat kelemahan pada tangannya.c. Nyeri dan kenyamananNyeri berupa kesemutan, rasa terbakar di pergelangan tangan, telapak tangan, dan jari-jari. Pada keadaan berat rasa nyeri bisa menjalar ke lengan atas dan atrofi otot.5. Pemeriksaan fisika. Inspeksi dan PalpasiMengevaluasi integritas tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, kemampuan pasien melakukan aktivitas.b. Perkusi, mengevaluasi reflek dari tulang dan sendi.6. Pemeriksaan penunjang a. Sinar X: menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang, menunjukkan adanya cairan iregularitas penyempitan dan perubahan struktur sendi.b. MRI (Magnetic Resonance Imaging) c. Angiografi

7. Gangguan perawatan diriKekakuan dan kelemahan ototGangguan mobilitas fisikPathway

Disfungsi

Iskemia: syaraf, otot

Gangguan perfusi jaringanNyeriEdema

Anoksia

Penurunan aliran darah

Peningkatan Intravaskuler

Penjepitan saraf medianus

Penebalan/tenosinovitis

Spasme otot

Faktor penyebab: gerakan yang terus-menerus

3.2 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan edema jaringan.2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.4. Gangguan perawatan diri berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.

3.3 Intervensi dan ImplementasiNoDiagnosa KeperawatanTujuan danKriteria HasilIntervensi

1Nyeri berhubungan dengan edema jaringan.

Tujuan:Menunjukkan penurunan nyeri Kriteria Hasil:Pasien tidak lagi mengalami nyeri 1. Kaji tingkat nyeri pasien2. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada mereka yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara verbal 4. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan dan tawarkan saran koping5. Bantu pasien untuk menghilangkan nyeri dengan pengalihan melalui tv, atau musik6. Berikan terapi kompres hangat/dingin 20-30 menit7. Berikan terapi obat analgesik8. Kaji respon pasien

2Gangguan perfusi jaringan.

Tujuan: Perfusi jaringan kembali normal.Kriteria Hasil:Teraba nadi normal, kulit hangat, sensasi normal, tanda vital stabil

1. Kaji nadi perifer2. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan3. Lakukan pengkajian neuromuskuler. Minta pasien untuk melokalisasi nyeri atau ketidaknyamanan 4. Kaji tanda iskemi ekstremitas. 5. Berikan kompres dingin.

3.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot Tujuan:Mobilitas fisik meningkat dan dapat dipertahankan.

Kriteria Hasil:Kekuatan atau fungsi meningkat1. Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau peningkatan mobilitas sendi dan otot2. Gunakan ahli terapi fisik/okupsi sebagai sumber dalam perencanaan aktivitas perawatan pasien3. Berikan analgesik sebelum memulai aktivitas. Dukung latihan ROM aktif.

3.4 Evaluasi1. Mengalami hilangnya nyeri a. Mengontrol ketidaknyamanan dengan obat oral yang biasab. Dapat bergerak dengan ketidaknyaman minimalc. Mengubah posisi untukmeningkatkan kenyamanan2. Memelihara perfusi jaringan adekuata. Mengontrol pembengkakanb. Memperlihatkan pengisian kapiler normalc. Melaporkan penginderaan yang normald. Memperlihatkan fungsi motoris3. Memperlihatkan peningkatan mobilitas fisika. Dapat beraktivitas atau bergerakb. Berpartisipasi dalam aktivitas

3.5

DAFTAR PUSTAKA

EDM Services. 2009. Safety Meeting Repetitive Motion Injuries. http://edmsvc.com/assets/files/Safety%2020Repetitive%20Motion%20Injuries.pdf

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Suratun. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC