bab iii perancangan sistem - repository.uksw.edu...3.3.1. tipe gerakan omnidirectional (motion 1)...

18
15 BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan yang merupakan realisasi dasar teori yang telah dijelaskan pada bab 2. Bab ini merupakan inti dari tugas akhir ini. Pembahasan perancangan meliputi gambaran sistem, rancang bangun perangkat keras robot, tipe gerakan pada robot, pembacaan kecepatan motor, sistem kontrol PID motor. 3.1. Gambaran Sistem Arduino akan menerima nilai parameter motion, speed, heading dari kontroler utama yang akan digunakan untuk menentukan gerakan yang akan dilakukan oleh robot. Ketiga nilai parameter tersebut akan digunakan untuk menentukan kecepatan, arah putar robot, dan mode gerakan sehingga robot akan bergerak sesuai yang di inginkan. Pada kontrol penggerak utama, digunakan sistem kontrol PID agar kecepatan putar motor sesuai dengan yang diharapkan. Sistem kontrol PID membutuhkan feedback berupa pembacaan sensor encoder dari tiap – tiap motor. Sensor inframerah E18-D80NK memiliki dua fungsi, yang pertama digunakan untuk mendeteksi adanya bola lambung bila terdeteksi adanya bola lambung maka output dari sensor inframerah ini akan digunakan sebagai pemicu untuk meng-aktif-kan relay yang terhubung ke solenoid valve. Solenoid valve berfungsi sebagai penghubung antara kompresor dan cylinder double acting. Kompresor yang dimaksud adalah berupa dua buah botol minuman bersoda yang memiliki ukuran 1,5 L dan 3,1 L. Kedua botol tersebut dihubungkan menggunakan selang khusus pneumatic. Botol yang telah di dihubunngkan dengan selang pneumatic akan diisi angin menggunakan kompresor luar sampai batas yang diharapkan. Dan yang kedua untuk mendeteksi kanan dan kiri dari gawang sehingga robot tidak menabrak bagian kanan dan kiri gawang terlalu keras.

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 15

    BAB III

    PERANCANGAN SISTEM

    Pada bab ini membahas tentang perancangan yang merupakan realisasi

    dasar teori yang telah dijelaskan pada bab 2. Bab ini merupakan inti dari tugas akhir

    ini. Pembahasan perancangan meliputi gambaran sistem, rancang bangun perangkat

    keras robot, tipe gerakan pada robot, pembacaan kecepatan motor, sistem kontrol

    PID motor.

    3.1. Gambaran Sistem

    Arduino akan menerima nilai parameter motion, speed, heading dari

    kontroler utama yang akan digunakan untuk menentukan gerakan yang akan

    dilakukan oleh robot. Ketiga nilai parameter tersebut akan digunakan untuk

    menentukan kecepatan, arah putar robot, dan mode gerakan sehingga robot akan

    bergerak sesuai yang di inginkan. Pada kontrol penggerak utama, digunakan sistem

    kontrol PID agar kecepatan putar motor sesuai dengan yang diharapkan. Sistem

    kontrol PID membutuhkan feedback berupa pembacaan sensor encoder dari tiap –

    tiap motor.

    Sensor inframerah E18-D80NK memiliki dua fungsi, yang pertama

    digunakan untuk mendeteksi adanya bola lambung bila terdeteksi adanya bola

    lambung maka output dari sensor inframerah ini akan digunakan sebagai pemicu

    untuk meng-aktif-kan relay yang terhubung ke solenoid valve. Solenoid valve

    berfungsi sebagai penghubung antara kompresor dan cylinder double acting.

    Kompresor yang dimaksud adalah berupa dua buah botol minuman bersoda yang

    memiliki ukuran 1,5 L dan 3,1 L. Kedua botol tersebut dihubungkan menggunakan

    selang khusus pneumatic. Botol yang telah di dihubunngkan dengan selang

    pneumatic akan diisi angin menggunakan kompresor luar sampai batas yang

    diharapkan. Dan yang kedua untuk mendeteksi kanan dan kiri dari gawang sehingga

    robot tidak menabrak bagian kanan dan kiri gawang terlalu keras.

  • 16

    Gambar 3.1. Diagram blok perangkat keras robot

    3.2. Rancang Bangun Perangkat Keras Robot

    Gambar 3.2. Rancangan bangun dimensi

    pneumatic off

    Gambar 3.3. Rancangan bangun dimensi

    pneumatic on

  • 17

    Gambar 3.4. Rancang bangun robot tampak atas

    Gambar 3.5. Realisasi perangkat keras

    Robot yang telah direalisasikan memiliki dimensi 51 Γ— 51 π‘π‘š, tinggi

    80 π‘π‘š saat pneumatic tidak diaktifkan dan 90 π‘π‘š saat pneumatic diaktifkan

    dengan berat Β±19 𝐾𝑔. Konstruksi robot menggunakan bahan alumunium dengan

    tebal 2 mm untuk rangka dan aluminium dengan tebal 3 mm untuk bagian dasar.

    Kemudian menggunakan motor PG 36 dengan roda mecanum berdiameter 100 mm

    digunakan sebagai penggerak utama robot, serta menggunakan cylinder double

    acting berdimensi 20 Γ— 300 π‘šπ‘š untuk digunakan sebagai penghalang bola

  • 18

    lambung. Kontroler utama robot kiper menggunakan INTEL NUC, sedangkan

    subkontrolernya menggunakan Arduino Mega 2560.

    Untuk peletakan komponen – komponen yang digunakan pada robot kiper

    terdapat pada (Gambar 3.6) sampai (Gambar 3.12)

    Gambar 3.6. Peletakan komponen bagian 1

    Keterangan :

    1. INTEL NUC yang berfungsi sebagai otak dari robot kiper.

    2. Arduino Mega 2560 yang berfungsi untuk memproses sensor – sensor

    yang digunakan.

    3. IR untuk pendekteksi bagian kanan gawang.

    4. IR untuk pendekteksi bagian kiri gawang.

    5. Motor A.

    6. Motor C.

    7. Roda mecanum A.

    8. Roda mecanum C.

    9. Tempat battre.

  • 19

    Gambar 3.7. Peletakan komponen bagian 2

    Keterangan :

    10. Solenoid valve digunakan untuk menggerakan cylinder double acting.

    11. SRF belakang digunakan untuk mendeteksi bagian belakang gawang.

    12. Arduino nano digunakan untuk memproses data SRF.

    13. SRF samping digunakan untuk mendeteksi bagian samping gawang.

  • 20

    Gambar 3.8. Peletakan komponen bagian 3

    Keterangan :

    14. Power management digunakan sebagai pelindung bila terjadi short circuit

    pada rangkaian elektrik.

    15. Motor D.

    16. Motor B.

    17. Roda mecanum D.

    18. Roda mecanum B.

    19. Driver motor untuk mengendalikan motor yang digunakan.

  • 21

    Gambar 3.9. Peletakan komponen bagian 4

    Keterangan :

    20. Cylinder double acting digunakan sebagai bagian sistem penangkap bola

    lambung.

    Gambar 3.10. Peletakan komponen bagian 5

    Keterangan :

    21. IR pendeteksi bola lambung

    22. Kamera C930

  • 22

    Gambar 3.11. Peletakan komponen bagian 6

    Keterangan :

    23. Keypad 5Γ—4

    Gambar 3.12. Peletakan komponen bagian 7

    Keterangan :

    24. Kompas CMPS 11.

  • 23

    3.3. Tipe Gerakan pada Robot

    Untuk membuat robot bergerak, kontroler utama akan mengirimkan nilai

    parameter motion, heading, speed. Parameter motion digunakan untuk

    menentukan jenis gerakan yang diinginkan. Untuk parameter heading, pada

    motion 1 digunakan untuk menentukan sudut gerak yang diinginkan. Kemudian

    untuk motion 2, parameter heading digunakan untuk menentukan arah putar

    robot.

    3.3.1. Tipe Gerakan Omnidirectional (Motion 1)

    Gambar 3.13. Ilustrasi gerakan omnidirectional (motion 1)

    Motion 1 merupakan tipe gerakan dimana robot dapat melakukan

    pergerakan ke segala arah dengan tetap mempertahankan arah hadapnya.

    Tipe gerakan ini digunakan untuk memposisikan robot kiper di lapangan

    saat awal permainan (positioning).

    Untuk mengaktifkan gerakan ini, parameter motion bernilai 1. Lalu

    parameter heading bernilai 0Β° βˆ’ 360Β° dalam hal ini robot kiper hanya

    menggunakan heading 0Β°, 90Β°, 180Β°, dan 270Β° yang digunakan untuk

    menentukan arah gerakan. Dan parameter speed, digunakan untuk

    mengatur kecepatan gerak robot dengan nilai skala kecepatan antara 0 βˆ’

  • 24

    200. Agar dapat melakukan gerakan ini, robot memanfaatkan kecepatan

    masing – masing motor. Persamaan yang digunakan untuk menentukan

    setpoint kecepatan tiap – tiap motor yaitu Persamaan (1) untuk nilai

    kecepatan motor A, Persamaan (2) untuk nilai kecepatan motor B,

    Persamaan (3) untuk nilai kecepatan motor C, dan Persamaan (4) untuk nilai

    kecepatan motor D. Namun pada motion 1 nilai πœ” diberi nilai 0 karena pada

    pada motion ini robot tidak melakukan gerakan berputar.

    Pada keempat persamaan tersebut terdapat variabel berupa 𝑉π‘₯ dan

    𝑉𝑦 . Untuk mengisi nilai variabel 𝑉π‘₯ dan 𝑉𝑦 membutuhkan rumus matematika

    berupa rumus polar ke kartesian pada Persamaan (5) dan Persamaan (6).

    Pada Persamaan (5) dan Persamaan (6) nilai π‘Ÿ adalah parameter dari nilai

    kecepatan sedangkan nilai πœƒ adalah parameter dari nilai heading yang akan

    digunakan. Hasil dari perhitungan ini adalah nilai setpoint kecepatan dari

    masing – masing motor untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan. Nilai

    setpoint positif berarti motor berputar CW dan nilai setpoint negatif berarti

    motor berputar CCW. Kemudian sistem kontrol PID motor akan bekerja

    untuk membuat masing – masing motor berputar dengan kecepatan sesuai

    setpoint yang sudah ditentukan. Satuan kecepatan motor yang digunakan

    dalam sistem ini adalah RPM (Rotasi per menit).

  • 25

    3.3.2. Tipe Gerakan Rotasi (Motion 2)

    Gambar 3.14. Ilustrasi gerakan rotasi (motion 2)

    Motion 2 merupakan tipe gerakan dimana robot bergerak secara

    rotasi dengan titik pusat bodi robot, diilustrasikan pada Gambar 3.14.

    gerakan ini digunakan saat robot memperbaiki arah hadap jika terjadi

    kemiringan. Untuk mengaktifkan gerakan ini parameter motion bernilai 2.

    Sedangkan parameter speed digunakan untuk mengatur kecepatan gerak

    rotasi. Nilai dari parameter heading digunakan untuk menentukan robot

    berputar kekanan atau kekiri, jika nilai heading bernilai positif maka robot

    akan berputar kekanan dan jika heading bernilai negatif maka robot akan

    berputar kekiri.

    Gambar 3.15. Rotasi kanan

    Gambar 3.16. Rotasi kiri

    Agar robot bergerak rotasi, semua motor harus bergerak ke arah

    yang sama dengan kecepatan yang sama sehingga robot berputar dengan

    titik pusat bodi robot sebagai porosnya. Pada (Gambar 3.15) menunjukan

    arah putar motor agar menghasilkan gerak rotasi ke kanan dan (Gambar

    3.16) menunjukkan arah putar motor agar menghasilkan gerak rotasi ke kiri.

  • 26

    3.4. Pembacaan Kecepatan Motor

    Pembacaan kecepatan motor menggunakan sensor encoder yang sudah

    terpasang pada masing – masing motor PG36 dengan resolusi 7 ppr (pulses per

    revolution). Hasil interrupt dari sensor encoder tersebut akan diproses Arduino

    untuk mendapatkan kecepatan motor dengan satuan RPM (Rotasi Per Menit).

    Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kecepatan motor yaitu:

    𝑉𝑅𝑃𝑀 =(𝐼𝑛 Γ— 20 Γ— 60)

    96 (12)

    Dimana,

    𝑉𝑅𝑃𝑀 = Kecepatan Motor (RPM)

    𝐼𝑛 = Jumlah interrupt yang diterima

    Pada persamaan (12) jumlah interrupt dikali dengan 20 lalu dikali lagi

    dengan 60 karena satuan waktu yang digunakan adalah menit, sedangkan delay

    yang digunakan dalam program hanya selama 50 ms. Kemudian hasil perkalian

    tersebut dibagi dengan 96 yang merupakan jumlah interrupt dalam melakukan 1

    kali putaran. Nilai interrupt sebanyak 96 tersebut didapat dari percobaan secara

    langsung pada motor. Nilai kecepatan ini akan menjadi feedback pada sistem PID

    motor.

  • 27

    3.5. Sistem Kontrol PID Motor

    Sistem kontrol PID digunakan untuk mengatur nilai PWM tiap motor agar

    kecepatan putarnya sesuai dengan setpoint yang telah ditentukan. Proses ini

    dilakukan oleh Arduino dengan nilai setpoint yang didapat dari hasil perhitungan

    masing-masing tipe motion dengan feedback berupa nilai kecepatan masing-masing

    motor dengan satuan RPM. Berdasarkan Persamaan (11), maka program sistem

    kontrol PID untuk tiap – tiap motor dapat ditulis sebagai berikut:

    error = setpoint - rpm;

    P = error;

    I = error + previous_error;

    D = error - previous_error;

    PID_value = (Kp * P) + (Ki * I) + (Kd * D);

    PWM = PWM + PID_value;

    previous_error = error;

    Pseudocode 3.1. Pseudocode sistem kontrol PID motor

    Untuk menentukan konstanta 𝐾𝑝, 𝐾𝑖 , 𝐾𝑑 dilakukan trial & error. Respon

    sistem yang diharapkan tidak berupa under damped response, yaitu tanggapan

    sistem kecepatan motor saat menuju setpoint tidak terjadi overshoot. Apabila

    respon sistem yang terjadi under damped response, maka motor akan langsung

    berputar cepat dan kecepatannya melebihi nilai setpoint (terjadi overshoot). Putaran

    roda secara cepat saat awal pergerakan akan menyebabkan roda mengalami slip

    yang berakibat terhadap kesalahan gerakan yang dihasilkan.

  • 28

    3.6. Perangkat Lunak

    Perangkat lunak dari sistem gerak robot kiper R2C-WARRIOR terdiri atas

    dua bagian yaitu:

    3.6.1. Perangkat Lunak pada Motor Penggerak

    Gambar 3.17. Diagram alir perangkat lunak pada motor

    Saat saklar on maka Arduino akan menerima nilai parameter

    motion, speed, heading dari kontroler utama. Setelah menerima

    parameter tersebut, maka parameter digunakan untuk menentukan nilai

    setpoint yang diinginkan. Setelah nilai setpoint didapat, kontrol PID akan

  • 29

    mengatur nilai PWM dari setiap motor sehingga kecepatan motor sesuai

    dengan setpoint. Feedback untuk kontrol PID adalah pembacaan kecepatan

    motor menggunakan sensor encoder yang berada di masing – masing motor.

    3.6.2. Perangkat Lunak Pembacaan Nilai Kecepatan Motor

    Gambar 3.18. Diagram alir kontrol PID

    Pertama program akan delay selama 50 ms. Kemudian akan

    dilakukan perhitungan kecepatan tiap motor dari nilai variabel

    encoderValue_A, encoderValue_B, encoderValue_C,

    encoderValue_D. setelah didapatkan nilai kecepatan tiap motor, nilai tersebut

    digunakan sebagai feedback kontrol PID. Lalu nilai variabel encoderValue_A,

    encoderValue_B, encoderValue_C, encoderValue_D akan dinolkan

    kembali

  • 30

    3.7. Metode Perhitungan PID

    Metode perhitungan PID menggunakan metode Ziegler Nichols metode ini

    digunakan untuk menentukan nilai 𝐾𝑝, 𝐾𝑖, 𝐾𝑑.

    Gambar 3.19. Tanggapan kurva S

    Kurva berbentuk-S menghasilkan dua konstanta yaitu waktu tunda L dan

    konstanta waktu T, yang ditentukan dengan menggambar garis singgung pada titik

    infleksi kurva dan menemukan perpotongan garis singgung dengan sumbu waktu

    dan garis steady-state, K merupakan gain dari input yang dimasukan. Aturan tuning

    Ziegler Nichols yang digunakan sebagai berikut :

    Tabel 3.1. Aturan Ziegler Nichols open loop

    Tipe Kendali 𝐾𝑝 𝑇𝑖 𝑇𝑑

    P 1

    𝐾×

    𝑇

    𝐿 ∞ 0

    PI 0.9

    𝐾×

    𝑇

    𝐿

    𝐿

    0.3 0

    PID 1.2

    𝐾×

    𝑇

    𝐿 2𝐿 0.5𝐿

    Dari tabel 3.1 nilai 𝑇𝑖 dan 𝑇𝑑 harus di konversikan untuk mendapatkan

    nilai 𝐾𝑖 dan 𝐾𝑑 dengan menggunakan rumus :

    𝐾𝑖 = 𝐾𝑝 𝑇𝑖⁄ (13)

    𝐾𝑑 = 𝐾𝑝 Γ— 𝑇𝑑 (14)

  • 31

    3.8. Sistem Penangkap Bola Lambung

    Sistem penangkap bola lambung adalah sistem yang digunakan untuk

    menghalau bola apabila bola ditendang secara melambung bukan secara mendatar.

    Sistem penangkap bola ini menggunakan sistem pneumatic. Dengan menggunakan

    cylinder double acting yang dihubungkan dengan solenoid valve 5/2 maka ketika

    solenoid valve diaktifkan, tekanan udara yang berada dikompresor mini akan

    mengalir ke cylinder double acting dan akan mendorong ekstensi dari penangkap

    bola lambung.

    Gambar 3.20. Cylinder double acting

    keadaan off

    Gambar 3.21. Cylinder double acting

    keadaan on

    Gambar 3.22. Sistem penangkap bola off

    Gambar 3.23. Sistem penangkap bola on

  • 32

    Cara kerja dari sistem penangkap bola lambung yaitu sensor IR akan

    mendeteksi ada tidaknya benda yang berada di depan sensor IR, benda yang

    dimaksud adalah bola futsal yang memiliki diameter Β±20 cm. ketika sensor IR

    mendeteksi adanya bola, maka output dari sensor IR akan menjadi input dari

    Arduino Mega. Output dari Arduino Mega akan mengaktifkan rangkaian relay.

    Relay digunakan sebagai penghubung antara battre 24V dengan solenoid valve.

    Ketika solenoid valve diaktifkan maka akan mengalirkan tekanan udara dari

    kompresor mini menuju cylinder double acting. Bagian dalam dari cylinder double

    acting akan terdorong karena tekanan udara sehingga akan menggerakkan ekstensi

    dari penangkap bola, karena ekstensi penangkap bola terhubung langsung dengan

    cylinder double acting.