rencana strategis (renstra) tahun 2013-2018€¦ · · 2015-09-21tatanan sistem administrasi...
TRANSCRIPT
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2013-2018
(per 27 Oktober 2014)
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K)
2014
i
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ............................................................................... i
Daftar Tabel ........................................................................... iii
Daftar Gambar ....................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ I – 1
1.1. Latar Belakang .................................................. I – 1
1.2. Landasan Hukum .............................................. I – 2
1.3. Maksud dan Tujuan .......................................... I – 6
1.4. Sistematika Penulisan ....................................... I – 6
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN BADAN KETAHANAN
PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K)
KABUPATEN BOGOR ................................................ II – 1
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ............. II – 1
2.2. Sumberdaya ...................................................... II – 11
2.3. Kinerja Pelayanan ............................................. II – 21
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan
Pelayanan ......................................................... II – 27
BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN
PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN
DAN KEHUTANAN (BKP5K) KABUPATEN BOGOR ..... III – 1
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas
dan Fungsi Pelayanan ....................................... III – 1
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Bupati dan
Wakil Bupati Terpilih ........................................ III – 2
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi ...... III – 6
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis ................... III – 10
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis .............................. III – 29
BAB IV. VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI
DAN KEBIJAKAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN
PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN
DAN KEHUTANAN (BKP5K) KABUPATEN BOGOR ..... IV – 1
ii
Halaman
4.1. Visi dan Misi ..................................................... IV – 1
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah............. IV – 3
4.3. Strategi dan Kebijakan ...................................... IV – 14
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR
KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN
INDIKATIF BADAN KETAHANAN PANGAN DAN
PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN
DAN KEHUTANAN (BKP5K) KABUPATEN BOGOR ..... V – 1
BAB VI. INDIKATOR KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN
DAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN,
PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K) KABUPATEN
BOGOR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR VI – 1
BAB VII. PENUTUP ................................................................. VII – 1
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1. Jumlah Aparatur ................................................. II – 11
Tabel II.2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Formasi ................. II – 12
Tabel II.3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan ............... II – 12
Tabel II.4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............ II – 13
Tabel II.5. Jumlah Penyuluh Berdasarkan Pendidikan.......... II – 13
Tabel II.6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Penugasan ............ II – 14
Tabel II.7. Tingkat Kebutuhan Penyelenggara Penyuluhan .... II – 17
Tabel II.8. Sarana Prasarana Penunjang Kinerja ................... II – 17
Tabel II.9. Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan
Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten
Bogor ................................................................... II – 24
Tabel II.10. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BKP5K) Kabupaten Bogor ................................... II – 26
Tabel IV.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BKP5K) Kabupaten Bogor .................................... IV – 12
Tabel IV.2. Strategi dan Kebijakan Badan Ketahanan Pangan
dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor .......... IV – 19
Tabel V.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja,
Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BKP5K) Kabupaten Bogor ................................... V – 11
iv
Halaman
Tabel VI.1. Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor yang
Mengacu pada Tujuan dan Sasaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bogor ................................................ VI – 2
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1. Struktur Organisasi BKP5K Kabupaten Bogor.... II – 10
Gambar III.1. SWOT Analysis BKP5K Kabupaten Bogor .......... III – 31
I - 1
LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL :
RENCANA STRATEGIS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN
PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN
KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang dalam upaya mencapai
keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang baik sesuai
dengan visi dan misi organisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah
melalui perencanaan strategis yang merupakan serangkaian rencana
tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat untuk diimplementasikan
oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menyusun
rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra SKPD. Renstra
SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya,
berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Sementara itu,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Renstra
SKPD merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima)
tahun.
Di dalam ketentuan lainnya yaitu Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dinyatakan bahwa perencanaan strategis merupakan
langkah awal yang harus dilakukan agar mampu menjawab tuntutan
lingkungan strategis lokal, nasional dan global, dan tetap berada dalam
tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dokumen Rencana Strategis dimaksud setidaknya memuat visi, misi,
I - 2
tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran), serta
memuat kebijakan, program dan kegiatan.
Terkait dengan penyusunan Renstra SKPD, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 telah mengatur bahwa RPJMD
yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah harus menjadi
pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD. Visi, misi, tujuan, strategi
dan kebijakan yang tertuang di dalam Renstra SKPD dirumuskan
dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran program yang
ditetapkan dalam RPJMD.
Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013-2018
yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Bogor Tahun 2013-2018. RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahunan
sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K)
Kabupaten Bogor sebagai salah satu SKPD di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bogor menyusun dan menetapkan Renstra BKP5K
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 dengan berpedoman pada RPJMD
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018. Selanjutnya Renstra BKP5K yang
telah ditetapkan harus menjadi pedoman dalam penyusunan Renja
BKP5K yang merupakan dokumen perencanaan tahunan dan
penjabaran dari perencanaan periode 5 (lima) tahunan.
1.2. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Renstra BKP5K Kabupaten Bogor
tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara
Republik Indonesia tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang
Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
I - 3
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
I - 4
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Reublik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2007 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741):
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Tahun 2011 Nomor 310);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Berita Negara Tahun 2010 Nomor 517);
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2008 Nomor 8 Seri E) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25
I - 5
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 25 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 88);
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa
Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 64);
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2013 Nomor 25 Seri E);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 200 Nomor 7);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Nomor 37);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Nomor
12 Tahun 2008);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008
Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 36);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Bogor Tahun 2008 Nomor 27);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran
Daerah Nomor 37);
I - 6
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Ketahanan Pangan
dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BKP5K) Kabupaten Bogor; dan
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 05 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018.
2.3. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Renstra BKP5K Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018
dimaksudkan sebagai dokumen perencanaan jangka menengah yang
menjabarkan RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan kepada BKP5K
Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah.
Sedangkan tujuan penyusunan Renstra BKP5K Kabupaten Bogor
Tahun 2013-2018 adalah untuk dijadikan landasan/pedoman dalam
penyusunan Renja BKP5K, penguatan peran para stakeholders dalam
pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai dasar
evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja tahunan dan lima
tahunan BKP5K Kabupaten Bogor.
2.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Renstra BKP5K Kabupaten Bogor Tahun
2013-2018 adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, landasan
hukum, maksud dan tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN PELAYANAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai Struktur Organisasi,
Tugas Pokok dan Fungsi, Sumberdaya, Kinerja Pelayanan dan
Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD.
I - 7
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
Pada bab ini menjelaskan mengenai Identifikasi
permasalahan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi
Pelayanan SKPD, Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih, Telaahan
Renstra K/L, Telaahan RTRW dan Penentuan Isu-isu
Strategis.
BAB IV VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN
KEBIJAKAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai pernyataan Visi dan Misi,
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah serta Strategi dan
Kebijakan SKPD tahun 2013-2018.
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR
KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN
INDIKATIF
Pada bab ini menjelaskan mengenai program dan kegiatan
lokalitas SKPD, program lintas SKPD dan program
kewilayahan disertai indikator kinerja, kelompok sasaran dan
pendanaan indikatif yang ada di SKPD untuk periode tahun
2013-2018.
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA
TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja SKPD yang
secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai
SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.
BAB VII PENUTUP
Pada bagian ini dikemukakan bahwa Renstra SKPD Tahun
2013-2018 merupakan dokumen perencanaan periode
5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari RPJMD
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 sekaligus sebagai
pelaksanaan tahap ketiga dari RPJPD Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2025, serta menjadi pedoman dalam
penyusunan Renja SKPD yang merupakan dokumen
perencanaan tahunan sebagai penjabaran dari Renstra SKPD.
II - 1
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K)
KABUPATEN BOGOR
2.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Sebelum membahas tentang Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi), serta susunan organisasi BKP5K Kabupaten Bogor,
guna lebih memperjelas sudut pandang sekaligus mensinergikan
kesamaan visi, misi, tujuan, sasaran dan gerak langkah segenap
stakeholders pembinaan ketahanan pangan dan penyelenggaraan
penyuluhan, maka perlu disampaikan agar dapat dipahami
bersama beberapa istilah, sebagai berikut :
1. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau;
2. Revitalisasi penyuluhan pertanian adalah upaya
mendudukkan, memerankan, memfungsikan dan menata
kembali penyuluhan pertanian agar terwujud satu kesatuan
pengertian, korps dan arah serta kebijakan;
3. Sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
yang selanjutnya disebut sistem penyuluhan adalah seluruh
rangkaian pengembangan Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan (PSK) bagi pelaku utama dan pelaku usaha
melalui penyuluhan;
4. Penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang
selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran
bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup;
II - 2
5. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan yang selanjutnya disebut
pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu
usaha tani agroindustri pemasaran dan jasa penunjang
pengelolaan sumberdaya alam hayati dalam agroekosistem
yang sesuai dan berkelanjutan dengan bantuan teknologi,
modal, tenaga kerja dan manajemen untuk mendapatkan
manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat;
6. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari pra
produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran
yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan
(minabisnis);
7. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut
dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan;
8. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) adalah kelembagaan penyuluhan pemerintah pada
tingkat kecamatan;
9. Programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
yang selanjutnya disebut programa penyuluhan adalah
rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk
memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan;
10. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) adalah penjabaran
dari Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan yang merupakan panduan kegiatan yang disusun
oleh penyuluh berdasarkan programa penyuluhan pada
instansi induknya yang dilengkapi dengan hal-hal yang
dianggap perlu dalam proses interaksi dengan pelaku utama
dan pelaku usaha;
11. Pos Penyuluhan Perdesaan (Posluhdes) adalah kelembagaan
penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan yang merupakan
unit kerja non struktural yang dibentuk dan dikelola secara
partisipatif oleh pelaku utama dan pelaku usaha;
II - 3
12. Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) Perikanan adalah
kelembagaan penyuluhan bagi pengembangan perikanan
pada tingkat kecamatan yang merupakan unit kerja non
struktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh
pelaku utama dan pelaku usaha;
13. Kelembagaan petani, peternak, pembudidaya ikan, petani
hutan dan masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar
kawasan hutan serta pengolah adalah lembaga yang
ditumbuhkan dari oleh dan untuk pelaku utama dan pelaku
usaha;
14. Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan dan penyuluh
kehutanan baik PNS, swadaya maupun swasta yang
selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan Warga
Negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan;
15. Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup
pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan;
16. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam
usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan
kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh;
17. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia
usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi
dalam bidang penyuluhan;
18. Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan
yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah petani,
peternak, pembudidaya ikan, masyarakat di dalam dan di
sekitar kawasan hutan, serta pengolah beserta keluarga
intinya;
19. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia
atau koperasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang
mengelola usaha pertanian, perikanan dan kehutanan;
20. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan
lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati
pertanian, perikanan dan kehutanan serta generasi muda
dan tokoh masyarakat;
II - 4
21. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama
untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha;
22. Gabungan kelompok pembudidaya ikan (Gapokdakan)
adalah kumpulan beberapa kelompok pembudidaya ikan
yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha;
23. Kelompok tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah
kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangan usaha;
24. Kelompok pembudidaya ikan yang selanjutnya disebut
Pokdakan adalah kumpulan pembudidaya ikan yang
terorganisir mempunyai pengurus dan aturan-aturan dalam
organisasi kelompok dan dibina oleh lembaga penyuluhan;
25. Kelompok tani hutan adalah kumpulan petani hutan yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan dalam hal
kegiatan produktif di bidang konservasi sebagai upaya untuk
mempertahankan daya dukung alam;
26. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta
keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang
pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran
satwa dan tumbuhan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani,
agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang;
27. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan;
28. Pembudidaya ikan adalah perorangan warga negara
Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha
pembudidaya ikan; dan
29. Petani hutan adalah penduduk yang bermukim di dalam dan
di sekitar kawasan hutan yang memiliki kesatuan komunitas
sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung
pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap
ekosistem hutan.
II - 5
Berdasarkan Perda Kabupaten Bogor Nomor 14 Tahun 2012,
BKP5K Kabupaten Bogor mempunyai tugas pokok membantu
Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dimaksud, BKP5K Kabupaten
Bogor mempunyai fungsi, sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan;
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan
penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan
dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan; dan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
BKP5K Kabupaten Bogor merupakan unsur pelaksana
penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh Kepala
Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati. Adapun susunan organisasinya terdiri dari :
1. Kepala Badan;
2. Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan
c. Sub Bagian Keuangan;
3. Bidang Ketahanan Pangan;
4. Bidang Penyuluhan Pertanian;
5. Bidang Penyuluhan Perikanan dan Kehutanan;
6. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K);
7. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan; dan
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
II - 6
Adapun uraian Tupoksi dari masing-masing unit kerja
berikut dengan gambar struktur organisasi, sebagai berikut :
1. Sekretariat
Secara umum Sekretariat mempunyai tugas membantu
dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan dalam
melaksanakan pengelolaan kesekretariatan Badan. Untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat
mempunyai fungsi :
a. Pengkoordinasian penyusunan program, monitoring, evaluasi
dan pelaporan;
b. Pengelolaan rumah tangga, tata usaha dan kepegawaian;
c. Pengelolaan keuangan; dan
d. Pengelolaan situs web.
Sub Bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas
membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan,
penyusunan program dan pelaporan Badan. Untuk
menyelenggarakan tugas dimaksud, Sub Bagian Program dan
Pelaporan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan pengkoordinasian penyusunan program,
monitoring, evaluasi dan pelaporan;
b. Pelaksanaan pengelolaan hubungan masyarakat;
c. Pengelolaan penyusunan anggaran; dan
d. Pengelolaan situs web.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan rumah
tangga, tata usaha dan kepegawaian Badan. Untuk
menyelenggarakan tugas dimaksud, Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pengelolaan rumah tangga dan tata usaha;
b. Pengelolaan barang/jasa;
c. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan penataan
organisasi; dan
d. Pengelolaan pelayanan administrasi kepegawaian.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu
Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan keuangan Badan.
II - 7
Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Sub Bagian
Keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penatausahaan keuangan; dan
b. Penyusunan pelaporan keuangan.
2. Bidang Ketahanan Pangan
Bidang Ketahanan Pangan mempunyai tugas membantu
Kepala Badan dalam mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan
di bidang ketahanan pangan. Untuk menyelenggarakan tugas
dimaksud, Bidang Ketahanan Pangan mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan;
b. Pengkoordinasian kebijakan teknis di bidang ketahanan
pangan;
c. Pengkoordinasian, pelaksanaan dan pembinaan ketersediaan
dan cadangan pangan, distribusi dan akses pangan,
penganekaragaman dan konsumsi pangan, serta penanganan
kerawanan pangan; dan
d. Pengkoordinasian tenaga fungsional penyuluh pertanian,
peternakan, perikanan dan kehutanan dalam melaksanakan
program ketahanan pangan.
3. Bidang Penyuluhan Pertanian
Bidang Penyuluhan Pertanian mempunyai tugas
membantu Kepala Badan dalam melaksanakan perumusan dan
pengkoordinasian kebijakan penyuluhan pertanian. Untuk
menyelenggarakan tugas dimaksud, Bidang Penyuluhan
Pertanian mempunyai fungsi :
a. Pengkoordinasian penyiapan bahan perumusan penyuluhan
pertanian;
b. Pengkoordinasian penyusunan program penyuluhan
pertanian;
c. Pengkoordinasian pelaksanaan pembinaan tenaga fungsional
penyuluh pertanian dan penyuluh peternakan;
d. Pengkoordinasian pengembangan mekanisme, tata kerja dan
metode penyuluhan serta materi penyuluhan bidang
pertanian;
II - 8
e. Pengkoordinasian pembinaan pengembangan kerja sama,
kemitraan dan kelembagaan, sarana dan prasarana
penyuluhan pertanian; dan
f. Pengkoordinasian penyusunan pelaporan pelaksanaan
penyuluhan pertanian.
4. Bidang Penyuluhan Perikanan dan Kehutanan
Bidang Penyuluhan Perikanan dan Kehutanan
mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam
melaksanakan perumusan dan pengkoordinasian kebijakan
penyuluhan perikanan dan kehutanan. Untuk
menyelenggarakan tugas dimaksud, Bidang Penyuluhan
Perikanan dan Kehutanan mempunyai fungsi :
a. Pengkoordinasian penyiapan bahan perumusan penyuluhan
perikanan dan kehutanan;
b. Pengkoordinasian penyusunan program penyuluhan
perikanan dan kehutanan;
c. Pengkoordinasian pelaksanaan pembinaan tenaga fungsional
penyuluh perikanan dan penyuluh kehutanan;
d. Pengkoordinasian pengembangan mekanisme, tata kerja dan
metode penyuluhan serta materi penyuluhan perikanan dan
kehutanan;
e. Pengkoordinasian pembinaan pengembangan kerja sama,
kemitraan dan kelembagaan, sarana dan prasarana
penyuluhan perikanan dan kehutanan; dan
f. Pengkoordinasian penyusunan pelaporan pelaksanaan
penyuluhan perikanan dan kehutanan.
5. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
BP3K mempunyai tugas untuk melaksanakan program
ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan, yang pembentukannya diatur
dengan Peraturan Bupati (Perbup).
6. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan
Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian,
Peternakan, Perikanan dan Kehutanan mempunyai tugas
melaksanakan penyelenggaraan penyuluhan di wilayah
II - 9
kerjanya. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Kelompok
Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan
dan Kehutanan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan inventarisasi, identifikasi dan pengolahan data
potensi di wilayah kerjanya;
b. Pelaksanaan rencana kerja dan membantu penyusunan
program penyuluhan;
c. Pelaksanaan materi penyuluhan dan penerapan metode
penyuluhan serta pengembangan swadaya dan swakarsa
pelaku utama dan pelaku usaha;
d. Pelaksanaan peningkatan kapasitas dan kompetensi
penyuluh;
e. Pelaksanaan kunjungan ke pelaku utama dan pelaku usaha
untuk memfasilitasi pemecahan masalah usaha tani di
wilayah kerjanya;
f. Penyebarluasan informasi yang dibutuhkan oleh pelaku
utama dan pelaku usaha; dan
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
7. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi atas
berbagai kelompok sesuai bidang keahlian, yang dipimpin oleh
seorang yang ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada di
lingkungan Badan, serta nama dan jumlah jabatan
fungsionalnya ditentukan berdasarkan sifat, jenis, kebutuhan
dan beban kerja yang diatur lebih lanjut dengan Perbup.
II - 10
Gambar II.1. Struktur Organisasi BKP5K Kabupaten Bogor
Keterangan Wilayah Kerja BP3K :
a. BP3K I : Kecamatan Cariu dan Tanjungsari
b. BP3K II : Kecamatan Jonggol, Sukamakmur dan Cileungsi
c. BP3K III : Kecamatan Gunung Putri, Citeureup dan
Klapanunggal
d. BP3K IV : Kecamatan Cibinong, Bojong Gede, Tajurhalang,
Sukaraja dan Babakan Madang
e. BP3K V : Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung
f. BP3K VI : Kecamatan Caringin, Cigombong dan Cijeruk
g. BP3K VII : Kecamatan Dramaga, Ciomas dan Tamansari
h. BP3K VIII : Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan, Ciampea
dan Tenjolaya
i. BP3K IX : Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Nanggung
dan Rumpin
j. BP3K X : Kecamatan Cigudeg, Sukajaya dan Jasinga
k. BP3K XI : Kecamatan Parung Panjang dan Tenjo
l. BP3K XII : Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunung Sindur,
Kemang dan Rancabungur
Keterangan :: Garis Instruktif: Garis Koordinatif
KEPALA BADAN
SUB BAGIAN PROGRAM DAN
PELAPORAN
BIDANG PENYULUHAN
PERIKANAN DAN KEHUTANAN
BIDANG
PENYULUHAN
PERTANIAN
BIDANG
KETAHANAN
PANGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONALPENYULUH PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BP3K
Keterangan :: Garis Instruktif: Garis Koordinatif
KEPALA BADAN
SUB BAGIAN PROGRAM DAN
PELAPORAN
BIDANG PENYULUHAN
PERIKANAN DAN KEHUTANAN
BIDANG
PENYULUHAN
PERTANIAN
BIDANG
KETAHANAN
PANGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONALPENYULUH PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BP3K
II - 11
2.2. SUMBERDAYA
A. Kondisi Umum Pegawai
Berdasarkan kondisi per bulan Desember tahun 2013,
jumlah aparatur pembina ketahanan pangan dan
penyelenggara penyuluhan yang bertugas di BKP5K Kabupaten
Bogor sebanyak 357 orang yang terdiri dari PNS (Pegawai
Negeri Sipil) serta THL – TBPP (Tenaga Harian Lepas – Tenaga
Bantu Penyuluh Pertanian), THL – P2BN (Tenaga Harian Lepas
– Peningkatan Produksi Beras Nasional) dan Outsourcing, yang
merupakan Tenaga Kerja Kontrak (TKK) baik dari pusat,
provinsi maupun kabupaten.
Pada teknis penyelenggaraan penyuluhan di tingkat
pelaku utama dan pelaku usaha dibantu pula oleh 200 orang
PPS (Penyuluh Pertanian Swadaya) yang terdiri dari 128 orang
PPS pertanian, 24 orang PPS perikanan dan 48 orang PPS
kehutanan, yang merupakan hasil dari aplikasi terobosan
program rekruitmen PPS pada TA 2012 dan 2013 bagi tokoh
petani, pembudidaya dan petani hutan pelopor pada masing-
masing wilayah binaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel II.1. Jumlah Aparatur
No Status Jumlah (Orang) %
1 PNS 179 50,14
2 THL-TBPP dan THL-P2BN 143 40,06
3 Outsourcing 35 9,80
Jumlah 357 100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa aparatur belum
seluruhnya berstatus PNS, sehingga uraian selanjutnya
tentang kondisi pegawai difokuskan hanya pada PNS sebanyak
179 orang.
1. Jumlah pegawai berdasarkan formasi
Pengisian formasi struktural terdiri dari eselon II, III,
IV dan non eselon yaitu sebanyak 26 orang, sedangkan
formasi fungsional terdiri dari penyuluh pertanian,
II - 12
perikanan dan kehutanan berjumlah 153 orang.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II.2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Formasi
No Formasi Jumlah (Orang) %
1 Eselon II 1 0,56
2 Eselon III 4 2,23
3 Eselon IV 3 1,68
4 Non Eselon 18 10,06
5 Penyuluh Pertanian 108 60,34
6 Penyuluh Perikanan 21 11,73
7 Penyuluh Kehutanan 24 13,41
Jumlah 179 100,00
2. Jumlah pegawai berdasarkan golongan
Dari 179 orang pegawai BKP5K Kabupaten Bogor
masih didominasi oleh pegawai berstatus golongan III
sebanyak 82,12% yang menandakan bahwa rata-rata latar
belakang pendidikan dan atau pengalaman kerja,
umumnya sudah mencukupi syarat yang dibutuhkan
dalam upaya optimalisasi kinerja. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
No Golongan Jumlah (Orang) %
1 IV 28 15,64
2 III 147 82,12
3 II 4 2,23
Jumlah 179 100,00
3. Jumlah pegawai berdasarkan pendidikan
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan pegawai
BKP5K Kabupaten Bogor, maka status pendidikan dengan
Strata 1 (S1) lebih mendominasi yaitu sebesar 47,49%.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
II - 13
Tabel II.4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (Orang) %
1 Strata 2 (S2) 7 3,91
2 Strata 1 (S1) 85 47,49
3 D IV 18 10,06
4 D III 22 12,29
5 SLTA 47 26,26
Jumlah 179 100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa pegawai BKP5K
Kabupaten Bogor sebanyak 51,40% dengan klasifikasi
pendidikan sarjana dan magister. Hal ini sudah merupakan
kondisi yang baik dengan kondisi sumberdaya manusia
umumnya berada pada tingkat perguruan tinggi, sehingga
proses dan hasil pembinaan ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan seyogyanya semakin
membaik.
Tabel II.5. Jumlah Penyuluh Berdasarkan Pendidikan
No Penyuluh / Pendidikan Jumlah (Orang) %
1 Pertanian
- S 2 - -
- S 1 60 55,56
- D IV 12 11,11
- D III 15 13,89
- SLTA 21 19,44
Sub Total 108 100,00
2 Perikanan
- S 2 2 9,52
- S 1 13 61,90
- D IV 2 9,52
- D III 4 19,05
- SLTA - -
Sub Total 21 100,00
II - 14
No Penyuluh / Pendidikan Jumlah (Orang) %
3 Kehutanan
- S 2 - -
- S 1 2 8,33
- D IV 3 12,50
- D III - -
- SLTA 19 79,17
Sub Total 24 100,00
Total 153
4. Jumlah pegawai berdasarkan penugasan
Mengingat bahwa BKP5K Kabupaten Bogor
merupakan SKPD yang memiliki struktur organisasi kerja
sampai ke tingkat kecamatan, maka dari total PNS
sebanyak 179 orang yang bertugas di kantor BKP5K
sebanyak 59 orang dan sisanya sebanyak 120 orang
bertugas di BP3K, dibantu oleh THL-TBPP, THL-P2BN dan
PPS dalam pembinaan ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan. Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel II.6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Penugasan
No Unit Kerja Uraian Jumlah (Orang)
1 BKP5K Eselon II
Eselon III
Eselon IV
Struktural
Fungsional
1
4
3
17
34
Sub Total 59
2 BP3K I
(Kecamatan
Cariu,
Tanjungsari)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
8
-
1
Sub Total 10
II - 15
No Unit Kerja Uraian Jumlah (Orang)
3 BP3K II
(Kecamatan
Jonggol,
Sukamakmur,
Cileungsi)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
8
-
2
Sub Total 11
4 BP3K III
(Kecamatan
Gunung Putri,
Citeureup,
Klapanunggal)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
3
2
1
Sub Total 7
5 BP3K IV
(Kecamatan
Cibinong,
Bojong Gede,
Tajurhalang,
Sukaraja,
Babakan
Madang)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
10
-
3
Sub Total 14
6 BP3K V
(Kecamatan
Ciawi, Cisarua,
Megamendung)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
5
-
2
Sub Total 8
7 BP3K VI
(Kecamatan
Caringin,
Cigombong,
Cijeruk)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
8
1
1
Sub Total 11
8 BP3K VII
(Kecamatan
Dramaga,
Ciomas,
Tamansari)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
6
2
1
Sub Total 10
II - 16
No Unit Kerja Uraian Jumlah (Orang)
9 BP3K VIII
(Kecamatan
Cibungbulang,
Pamijahan,
Ciampea,
Tenjolaya)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
8
2
2
Sub Total 13
10 BP3K IX
(Kecamatan
Leuwiliang,
Rumpin,
Leuwisadeng,
Nanggung)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
9
1
2
Sub Total 13
11 BP3K X
(Kecamatan
Cigudeg,
Jasinga,
Sukajaya)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
5
-
1
Sub Total 7
12 BP3K XI
(Kecamatan
Parung
Panjang, Tenjo)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
3
1
1
Sub Total 6
13 BP3K XII
(Kecamatan
Ciseeng,
Parung,
Gunung Sindur,
Kemang,
Rancabungur)
Kepala (Fungsional)
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
1
9
2
1
Sub Total 13
Total 179
5. Tingkat kebutuhan penyelenggara penyuluhan
Berdasarkan hasil penelaahan tingkat kebutuhan
penyelenggara penyuluhan baik PNS maupun Non PNS
dikaitkan dengan jumlah dan luas wilayah binaan di
40 kecamatan yang didalamnya terdapat
II - 17
434 desa/kelurahan guna melengkapi sumberdaya yang
ada, terurai pada tabel berikut ini.
Tabel II.7. Tingkat Kebutuhan Penyelenggara Penyuluhan
N
o Penyuluh
Kondisi
Eksisting
(Orang)
Kekurangan
(Orang)
Kondisi Ideal Sesuai
Panduan Kementerian
1
2
3
Pertanian
Perikanan
Kehutanan
379
45
72
55
35
88
1 penyuluh
per desa/kelurahan
2 penyuluh
per kecamatan
4 penyuluh
per kecamatan
Total 496 178
B. Kondisi Umum Sarana Prasarana Penunjang Kinerja
Sarana prasarana penunjang kinerja yang saat ini
tersedia cukup memadai sekalipun belum optimal.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II.8. Sarana Prasarana Penunjang Kinerja
N
o
Dasar
Pencatatan Uraian
Jumlah
(Unit)
Luas
(M2)
1 Kartu
Inventaris
Barang
(KIB) A :
Tanah
1. Jl. Riau No. 3
2. Jl. Letjen. Ibrahim
Adjie Kel. Sindang
Barang Bogor (BKP5K
dan BP3K VII)
3. Komplek Pemkab.
Bogor (depan gedung
Pramuka)
1
2
1
1.360
5.884
1.500
2 Kartu
Inventaris
Barang
(KIB) B :
Peralatan
dan Mesin
A. Mebeulair
1. Meja Kerja Kepala
1 Biro
2. Meja Kerja Esselon
3. Meja Kerja 1/2 Biro
4. Kursi Kerja
5. Kursi Tunggu
6. Kursi Lipat
5
8
114
49
1
295
II - 18
N
o
Dasar
Pencatatan Uraian
Jumlah
(Unit)
Luas
(M2)
7. Lemari Arsip
8. Rak Arsip Besi
9. Rak Buku
Perpustakaan
10. Rak Kayu
11. Kursi Sofa
12. Hanging Cabinet
13. Woden Desk
14. Credenza
15. File Drawer
16. Mobile Drawer
17. Side Table
18. Table Pentagon
19. Top Table
B. Peralatan Kantor
1. Komputer PC
2. Notebook
3. Printer
4. Mesin Tik
5. UPS
6. Stabilizer
C. Perlengkapan Kantor
1. Wireless
2. Camera Digytal
3. Handycam
4. LCD Proyektor
5. Layar LCD
6. Telepon
7. Faximili
8. TV Colour
9. Sound System
10. AC
11. Dispenser
12. White Board
26
1
2
2
14
12
8
23
23
32
83
22
21
29
7
18
13
3
12
16
4
2
5
5
18
14
1
1
18
15
71
II - 19
N
o
Dasar
Pencatatan Uraian
Jumlah
(Unit)
Luas
(M2)
13. Kulkas
14. Tabung Pemadam
15. Mesin Potong Rumput
16. Teralis
17. Brankas
18. Cash Box
19. Filling Kabinet
20. Vacum Cleaner
21. Buku
22. Tenda
23. Sumur Bor
24. Papan Nama
25. PUTS (Perangkat Uji
Tanah Sawah)
26. PUTK (Perangkat Uji
Tanah Kering)
D. Mesin
1. Kendaraan Bermotor
Roda 4
2. Kendaraan Bermotor
Roda 2
2
8
13
3
1
6
17
4
15
5
1
12
22
20
11
243
3 Kartu
Inventaris
Barang
(KIB) C :
Bangunan
dan
Gedung
Kantor
1. Gedung Kantor BKP5K
2. Gedung Kantor
BP3K IV
3. Gedung Kantor
BP3K XI
4. Gedung Kantor
BP3K IX
5. Gedung Kantor BKP5K
(Baru)
6. Gedung Asrama
BKP5K
7. Gedung Mushola
BKP5K
1
1
1
1
1
1
1
650
324,5
324,5
324,5
956
172
82
II - 20
N
o
Dasar
Pencatatan Uraian
Jumlah
(Unit)
Luas
(M2)
8. Gedung Kantor
BP3K XII
9. Gedung Kantor BP3K I
1
1
324,5
324,5
4 Kartu
Inventaris
Barang
(KIB) D :
Jalan,
Irigasi dan
Jaringan
1. Sumur Bor BP3K XI 1
5 Kartu
Inventaris
Barang
(KIB) E :
Aset Tetap
Lainnya
1. Foto Bupati dan Wakil
Bupati Bogor
2. Buku perundang-
undangan
1 Paket
1 Paket
C. Kondisi Umum Anggaran
Anggaran Belanja Daerah BKP5K Kabupaten Bogor
Tahun 2014 telah ditetapkan dalam Perda Kabupaten Bogor
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Tahun 2014 (Lembaran Daerah Nomor
1 Tahun 2014) yang ditetapkan tanggal 8 Januari 2014 dan
Perbup Bogor Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penjabaran APBD
Tahun 2014 (Berita Daerah Nomor 1 Tahun 2014) yang
ditetapkan tanggal 9 Januari 2014, serta dituangkan lebih
lanjut dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun
Anggaran (TA) 2014. Adapun besaran anggaran dimaksud
pada kondisi sebelum Dokumen Pelaksanaan Perubahan
Anggaran (DPPA), sebesar Rp 43.987.929.000,- yang terdiri
dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp 14.368.814.000,- dan
Belanja Langsung sebesar Rp 29.619.115.000,-.
II - 21
2.3. KINERJA PELAYANAN
Perlu disampaikan terlebih dahulu bahwa terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah, uraian dan
teknik perhitungan indikator sasaran periode tahun 2008-2013
dengan periode tahun 2013-2018, sebagai dampak transformasi
kelembagaan beserta Tupoksi yang menyertainya. Adapun
indikator sasaran kinerja pelayanan BKP5K Kabupaten Bogor
periode tahun 2008-2013 berikut dengan definisi, program
pendukung dan rumus perhitungannya, disajikan sebagai
berikut :
1. Cakupan Bina Penguatan Kelembagaan Pelaku Utama dan
Pelaku Usaha (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan penumbuhan
dan perkembangan kelompok pelaku utama yang
digolongkan ke dalam kelas kelompok Pemula, Lanjut,
Madya dan Utama pada masing-masing sektor, sebagai
hasil dari pelayanan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan.
Program utama :
1) Peningkatan kesejahteraan petani
Rumus perhitungan :
Jumlah kelompok per kelas kemampuan x 100
Jumlah kelompok per sektor
Keterangan :
1) Rumus perhitungan diterapkan per sektor per kelas
kemampuan
2. Cakupan Bina Wilayah Penyelenggaraan Penyuluhan Pelaku
Utama dan Pelaku Usaha (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan perbandingan
antara jumlah penyuluh PNS, THL-TBPP, THL-P2BN dan
PPS dengan jumlah wilayah pelayanan penyuluhan dalam
satuan kecamatan dan desa, sesuai dengan masing-masing
kondisi ideal pelayanan penyuluhan pertanian, perikanan
dan kehutanan.
II - 22
Program utama :
1) Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Rumus perhitungan :
Pertanian :
(Jumlah penyuluh pertanian x 1,00) x 100
Jumlah desa/kelurahan
Kehutanan :
(Jumlah penyuluh kehutanan x 0,25) x 100
Jumlah kecamatan
Perikanan :
(Jumlah penyuluh perikanan x 0,50) x 100 Jumlah kecamatan
Keterangan :
1) Kondisi ideal pelayanan penyuluhan per sektor
berdasarkan nomenklatur masing-masing kementerian :
Pertanian : 1 desa/kelurahan 1 penyuluh (1,00)
Kehutanan : 1 kecamatan 4 penyuluh (0,25)
Perikanan : 1 kecamatan 2 penyuluh (0,50)
3. Cakupan Bina Kelompok Pelaku Utama dan Pelaku Usaha (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan perbandingan
antara jumlah kelompok yang mendapatkan pelatihan dan
pendampingan dengan jumlah keseluruhan kelompok yang
ada pada masing-masing sektor, sebagai bentuk proses
diseminasi inovasi teknologi terkini dan pendampingan
pengelolaan berkelanjutan fasilitasi penyediaan sarana
produksi yang akan diterima.
Program utama :
1) Peningkatan Produksi Hasil Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan; dan
2) Peningkatan penerapan teknologi pertanian, perikanan
dan kehutanan.
Rumus perhitungan :
Jumlah kelompok peserta pelatihan x 100 Jumlah kelompok per sektor
II - 23
Keterangan :
1) Rumus perhitungan diterapkan per sektor
4. Cakupan Wilayah Pembinaan Peningkatan Ketahanan
Pangan (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan perbandingan
antara jumlah desa/kelurahan yang mendapatkan
pembinaan peningkatan ketahanan pangan dalam aspek
produksi, distribusi dan konsumsi pangan dengan jumlah
keseluruhan desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Bogor.
Program utama :
1) Peningkatan ketahanan pangan
Rumus perhitungan :
Jumlah desa/kelurahan penerima program x 100 Jumlah desa/kelurahan
Upaya pencapaian kinerja pelayanan BKP5K Kabupaten
Bogor dalam bentuk pembinaan ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan tidak hanya ditempuh melalui
program utama sebagaimana yang telah terurai sebelumnya,
akan tetapi didukung pula melalui beberapa program penunjang,
sebagai berikut :
1) Pelayanan Administrasi Perkantoran;
2) Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur;
3) Peningkatan Disiplin Aparatur;
4) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur; dan
5) Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan.
Penjelasan secara rinci tentang pencapaian kinerja
pelayanan periode tahun 2008-2013 diuraikan pada tabel II.9.,
dan penjelasan rinci tentang anggaran dan realisasi pendanaan
pelayanan periode tahun 2008-2013 diuraikan pada tabel II.10.
berikut ini :
II - 24
II - 25
II - 26
II - 27
Berdasarkan informasi yang diperoleh pada tabel II.9.,
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat peningkatan yang cukup
signifikan di setiap tahunnya pada rata-rata rasio capaian
indikator sasaran dengan rata-rata sebesar 4,13%. Hal ini
menunjukkan upaya pemberdayaan segenap sumberdaya yang
dimiliki dilaksanakan secara optimal dan terarah pada suatu
fokus pencapaian indikator sasaran pelayanan kinerja bagi
pelaku utama dan pelaku usaha khususnya sebagai mitra kerja,
serta masyarakat Kabupaten Bogor pada umumnya.
Sedangkan berdasarkan informasi yang diperoleh pada
tabel II.10., dapat diinterpretasikan bahwa :
1. Dukungan anggaran terhadap implementasi Tupoksi BKP5K
sebagai bagian dari Pemerintah Kabupaten Bogor dalam upaya
pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan,
setiap tahunnya terus mengalami peningkatan dengan rata-
rata pertumbuhan anggaran sebesar Rp 2.751.531.400,-;
2. Upaya untuk mengoptimalkan penyerapan beserta segenap
proses pemanfaatan dukungan anggaran dimaksud, setiap
tahunnya berbanding lurus dengan peningkatan anggarannya
dengan rata-rata pertumbuhan realisasi sebesar
Rp 2.737.243.938,-; dan
3. Rata-rata rasio antara realisasi dan anggaran sebesar 96,27%,
menunjukkan adanya tingkat korelasi yang cukup tinggi
antara proses perencanaan dengan proses aplikasi, yang
didasarkan pada serangkaian proses monitoring dan evaluasi
berprinsip Basic Needs sebuah program dan kegiatan untuk
menghasilkan output dan outcome.
2.4. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN
BKP5K Kabupaten Bogor dalam menjalankan Tupoksi nya
di bidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan tentunya tidak terlepas dari
berbagai permasalahan yang dihadapi baik internal maupun
eksternal, akan tetapi permasalahan dimaksud harus dipandang
sebagai suatu tantangan dan peluang dalam rangka
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan kinerja.
II - 28
Tantangan yang paling nyata dihadapi ke depan terkait
dengan pembinaan ketahanan pangan dan penyelenggaraan
penyuluhan adalah makin merambahnya sektor non pertanian
secara umum yang telah mengalihfungsikan lahan produktif
pertanian, perikanan dan lahan konservasi kehutanan, baik
sektor perumahan rakyat sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan
atas perluasan pemukiman bagi masyarakat, maupun sektor
industri barang serta jasa perdagangan dan wisata untuk
mengembangkan skala usaha dalam pemenuhan target produksi
dan jasanya, yang diakibatkan oleh adanya perkembangan global
di berbagai sektor kehidupan masyarakat yang tidak dapat
dihindari.
Sedangkan di sisi lain, sustainibilitas ketersediaan pangan
bersumber pertanian, peternakan dan perikanan serta kelestarian
daya dukung lahan konservasi dan hutan lindung melalui
pemberdayaan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha
masih harus tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan
kesinambungannya.
Seiring dengan perkembangan global tersebut telah
diantisipasi dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah baik pusat maupun provinsi, hal ini tentu
berimplikasi pula terhadap kebijakan yang harus dikeluarkan
oleh Pemerintah Kabupaten Bogor agar teraplikasi sinergitas dan
kesesuaian dalam menyelenggarakan berbagai program dan
kegiatan yang mengedepankan prinsip keselarasan segenap
potensi stakeholders yang terlibat dan berkepentingan
didalamnya.
Berdasarkan analisis terhadap tantangan dan peluang baik
internal maupun eksternal, dalam hal ini dengan menggunakan
metode SWOT Analysis, lingkungan internal meliputi Strengths
(Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan), sedangkan lingkungan
eksternal meliputi Opportunity (Peluang) dan Threaths (Ancaman).
Adapun masing-masing kondisi lingkungan internal dan
eksternal, sebagai berikut :
II - 29
A. Lingkungan Internal
Kekuatan (S) :
1. Perda Kabupaten Bogor Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BKP5K
Kabupaten Bogor;
2. Perbup Bogor Nomor 28 Tahun 2013 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BP3K pada
BKP5K Kabupaten Bogor;
3. Panduan kinerja penyelenggaraan penyuluhan dalam
bentuk Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan tingkat kabupaten dan kecamatan, RKTP
tingkat wilayah binaan, serta rekomendasi Komisi
Penyuluhan Kabupaten (KPK) sebagai bahan
pertimbangan lanjutan bagi Bupati Bogor dan beberapa
kementerian terkait dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan penyuluhan, berikut dengan proses
monitoring dan evaluasinya terdokumentasi dengan baik
setiap tahunnya;
4. Sarana prasarana dalam bentuk bangunan kantor beserta
fasilitas kerjanya dan penunjang mobilitas pembinaan
ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan
sudah mulai tertata dengan baik, melalui pembiayaan
DAK dan Dekonsentrasi pemerintah pusat, Bantuan
Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, maupun
APBD Kabupaten Bogor;
5. Telah dilakukan rekruitmen 200 orang PPS sektor
pertanian, perikanan dan kehutanan yang memiliki peran
dan fungsi yang sama dengan THL-TBPP dan THL-P2BN,
sebagai aplikasi Exit Strategy Pemerintah Kabupaten
Bogor dalam memenuhi kondisi ideal jumlah
penyelenggara penyuluhan per masing-masing satuan
wilayah binaan; dan
6. Percepatan yang cukup signifikan pada perkembangan
kuantitas dan kualitas kelembagaan pelaku utama dan
pelaku usaha mulai dari tingkat kelompok, gabungan
kelompok, pusat penyuluhan dan pelatihan swadaya,
II - 30
beserta beberapa program pengembangan agribisnis dan
minabisnis yang menyertainya.
Kelemahan (W) :
1. Belum tersedianya dukungan anggaran bagi pelaksanaan
Tupoksi Kepala Sub Bagian Tata Usaha di tingkat BP3K
guna lebih mengoptimalkan fokus kinerja aparatur,
sebagai aplikasi Perbup Bogor Nomor 28 Tahun 2013
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BP3K
pada BKP5K Kabupaten Bogor;
2. Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan PNS yang
berusia diatas 50 tahun sebanyak 111 orang (73,51%)
sedangkan yang berusia 50 tahun ke bawah sebanyak
40 orang (26,49%) dari total penyuluh PNS yang ada, hal
ini mengindikasikan akan terjadinya degradasi
sumberdaya penyelenggara penyuluhan beserta
kapabilitas yang melekat didalamnya pada beberapa
tahun ke depan, serta akan berdampak pada
berkurangnya mobilitas dalam aplikasi metodologi
penyuluhan baik secara teknis maupun administrasi
pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja;
3. Belum meratanya kapabilitas penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan, kaitannya dengan tuntutan
terhadap fungsi polyvalensi yang melekat pada lembaga
BP3K, bagi pelayanan pengembangan sektor pertanian,
perikanan dan kehutanan di tingkat kelompok pelaku
utama dan pelaku usaha, dalam mendukung ketahanan
pangan;
4. Sarana penunjang kinerja personal penyuluh dalam
mengaplikasikan metodologi penyuluhan terkini di tingkat
kelompok pelaku utama dan pelaku usaha, belum
terpenuhi secara proporsional dan memadai (Soil Test Kit,
Global Positioning System, Water Test Kit, dll); dan
5. Belum tersusunnya dokumen Grand Design Penguatan
Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor.
II - 31
B. Lingkungan Eksternal
Peluang (O) :
1. UU RI Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K);
2. UU RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
3. PP RI Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan;
4. PP RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,
Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan;
5. Permentan RI Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6. Kepmenakertrans RI Nomor Kep.29/Men/III/2010 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja NasionaI Indonesia
(SKKNI) Sektor Pertanian Bidang Penyuluhan Pertanian;
7. Kepmenakertrans RI Nomor Kep.152/Men/VIII/2010
tentang Penetapan SKKNI Sektor Kelautan dan Perikanan
Bidang Penyuluhan Perikanan;
8. Kepmenakertrans RI Nomor Kep.137/Men/V/2011
tentang Penetapan SKKNI Sektor Kehutanan Bidang
Penyuluhan Kehutanan;
9. Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
10. Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Kemandirian Pangan Daerah;
11. Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Badan Koordinasi
Penyuluhan (Bakorluh) Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Provinsi Jawa Barat;
12. Perbup Bogor Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi
Pertanian dan Pembangunan Perdesaan (RP3);
13. Perbup Bogor Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan
Daya Saing Produk Kabupaten Bogor;
14. Ditetapkannya secara nasional upaya penekanan tingkat
alih fungsi lahan produktif sekaligus penciptaan lahan
sawah baru yang merupakan substitusi alih fungsi lahan
II - 32
dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan tata ruang
wilayah, serta optimalisasi daya dukung Daerah Irigasi
(DI), Jaringan Irigasi (JI) dan aksesibilitas jalan produksi
perdesaan bagi pengembangan sektor pertanian,
perikanan dan kehutanan sebagai tolok ukur
keberhasilan kebinamargaan dan pengairan;
15. Terbitnya berbagai peraturan, keputusan, Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)
sebagai dasar aplikasi metodologi penyuluhan baik di
tingkat pusat, provinsi maupun daerah;
16. Terjalinnya jejaring kerja dalam alih informasi dan inovasi
teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan dengan
berbagai lembaga penelitian, pendidikan dan pelatihan
terkait di tingkat pusat, provinsi maupun daerah, berikut
dengan pihak media komunikasi cetak dan elektronik
dalam proses diseminasinya;
17. Masih terdapat potensi komitmen dan keterlibatan aktif
dunia usaha milik swasta terhadap optimalisasi efektivitas
penyelenggaraan penyuluhan berorientasi pemberdayaan
dan produktifitas sumberdaya lokal, secara langsung di
tingkat kelompok pelaku utama dan pelaku usaha,
melalui program Corporate Social Responcibility (CSR); dan
18. Masih ditugaskannya sebanyak 92 orang THL-TBPP
sebagai penyuluh kontrak Kementerian Pertanian RI dan
51 orang THL-P2BN sebagai penyuluh kontrak Pemerintah
Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bogor, yang berperan
dalam mensubstitusi kekurangan jumlah penyuluh PNS.
Ancaman (T) :
1. Kesepakatan pada tahun 2010 tentang penerapan AFTA
(Asean Free Trade Area / bebas bea masuk impor) di
negara-negara asean pada tahun 2015 yang mengancam
mekanisme pasar produk pertanian, perikanan dan
kehutanan, dengan kondisi umum di Kabupaten Bogor
masih belum memenuhi persyaratan penerapan teknologi
budidaya bebas/minim zat adiktif dan HACCP (Hazard
II - 33
Analysis Critical Control Point) dalam pengolahan dan
pengemasannya;
2. Analisa dan prediksi BMKG (Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika), bahwa seluruh kepulauan di
Indonesia akan dilalui oleh fenomena anomali alam yang
berpengaruh terhadap ketidakpastian waktu dan volume
musim penghujan dan musim kemarau, serta intensitas
badai angin dan hujan pada tiap kawasan;
3. Menurunnya minat dan orientasi usaha angkatan kerja
usia muda terhadap usaha tani dan usaha mina,
khususnya yang berdomisili pada wilayah hinterland
pengembangan sektor non pertanian, perikanan dan
kehutanan; dan
4. Minimnya pelatihan/bimbingan teknis sebagai upaya
peningkatan kesiapan sumberdaya manusia pelaku
utama dan pelaku usaha beserta kelembagaannya,
menuju penerapan agribisnis dan minabisnis yang
proporsional berdasarkan potensi pada setiap satuan
sektor maupun wilayah dalam mendukung ketahanan
pangan.
III - 1
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K)
KABUPATEN BOGOR
3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI PELAYANAN
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BKP5K
Kabupaten Bogor tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang
timbul, antara lain :
1. Belum terpenuhinya tingkat kecukupan cakupan pelayanan
penyuluhan yang diakibatkan minimnya jumlah penyuluh PNS
(jumlah selalu berkurang dikarenakan pensiun dan/atau
meninggal dunia);
2. Belum memadainya sarana dan prasarana di tingkat BKP5K,
BP3K dan penyuluh dalam melaksanakan Tupoksi;
3. Belum optimalnya kerjasama sinergis diantara SKPD terkait
dalam mendukung ketahanan pangan;
4. Masih terdapat alih fungsi lahan produktif usaha sektor
pertanian/peternakan/perikanan/kehutanan menjadi sektor
pembangunan lainnya;
5. Belum optimalnya sinergitas kegiatan dalam mendukung
pembangunan di setiap zona;
6. Belum optimalnya tingkat pembiayaan penyelenggaraan
penyuluhan, khususnya dalam aplikasi metode penyuluhan
bagi pelaku utama dan pelaku usaha; dan
7. Belum optimalnya hubungan kerjasama dalam transfer inovasi
teknologi dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi,
serta koordinasi pembinaan kelembagaan bersama dengan
pemerintahan tingkat kecamatan dan desa.
III - 2
3.2. TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM BUPATI DAN
WAKIL BUPATI TERPILIH
A. Pernyataan Visi
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan
bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya agar tetap
konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif dan produktif.
Visi dapat membantu organisasi untuk mendefinisikan
kemana organisasi akan dibawa dan membantu
mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilaksanakan.
Sedangkan menurut UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Visi adalah
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
Dengan mempertimbangkan arah dan tahapan
pembangunan jangka panjang daerah, hasil-hasil yang sudah
dicapai pada tahap sebelumnya dan permasalahan yang
dihadapi serta isu-isu strategis yang berkembang, maka
pernyataan Visi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun
2013-2018 adalah “KABUPATEN BOGOR MENJADI
KABUPATEN TERMAJU DI INDONESIA”.
Adapun makna pernyataan Visi Pemerintah Kabupaten
Bogor dimaksud adalah :
KABUPATEN BOGOR adalah batas administrasi Kabupaten
Bogor di Provinsi Jawa Barat yang didalamnya berkumpul
sejumlah manusia atau masyarakat dalam arti seluas-
luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka
anggap sama.
TERMAJU adalah bahwa Kabupaten Bogor telah mencapai
atau berada pada tingkat kemajuan yang lebih tinggi atau
masyarakat telah menuju ke arah yang lebih baik maupun
berkembang ke arah yang lebih baik. Termaju juga berarti
bahwa Kabupaten Bogor sebagai suatu wilayah terus
melakukan pengembangan diri untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar.
INDONESIA adalah negara kesatuan yang berdaulat dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
III - 3
Kondisi termaju di Indonesia pencapaiannya dapat
diukur dengan melihat beberapa indikator sebagai berikut :
1. Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM);
2. Indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE);
3. Indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Harga
Berlaku;
4. Indikator Pendapatan Asli Daerah (PAD); dan
5. Indikator Kesalehan Sosial : Zakat, Infak dan Sodakoh
(ZIS), Keamanan dan Ketertiban.
B. Pernyataan Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran
visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi
diharapkan seluruh anggota organisasi dan stakeholders dapat
mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi
pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Misi suatu
instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi.
Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh
instansi pemerintah. Sedangkan menurut UU Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN), Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Dalam rangka pencapaian visi dimaksud di atas dengan
tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada
serta tantangan ke depan serta memperhitungkan peluang
yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi Pemerintah
Kabupaten Bogor berikut dengan penjelasan yang terkandung
didalamnya serta keselarasannya dengan rumusan misi
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut :
1. Meningkatkan Kesalehan Sosial dan Kesejahteraan
Masyarakat
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten
Bogor untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan
sosial dan keagamaan dengan menjamin sepenuhnya hak-
hak dasar masyarakat. Misi ini terkait dengan Misi Kelima
III - 4
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Mengokohkan
Kehidupan Sosial Kemasyarakatan melalui Peningkatan
Peran Pemuda, Olah Raga, Seni, Budaya dan Pariwisata
dalam Bingkai Kearifan Lokal.
2. Meningkatkan Daya Saing Perekonomian Masyarakat dan
Pengembangan Usaha Berbasis Sumberdaya Alam dan
Pariwisata
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten
Bogor dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat
terutama kesejahteraan di bidang ekonomi yang dicapai
melalui pertumbuhan ekonomi yang stabil dan
berkelanjutan serta meningkatkan kemandirian yang
berlandaskan persaingan sehat serta memperhatikan nilai-
nilai keadilan, kepentingan sosial dan berwawasan
lingkungan. Misi ini terkait dengan Misi Kedua Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, yaitu Membangun Perekonomian yang
Kokoh dan Berkeadilan.
3. Meningkatkan Integrasi, Koneksitas dan Kualitas
Infrastruktur Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang Berkelanjutan
Misi ini merupakan upaya Kabupaten Bogor dalam
rangka menyediakan sarana dan prasarana, pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang mantap guna
mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
mendorong peningkatan swadaya masyarakat dalam
memelihara dan membangun kualitas sarana dan
prasarana publik. Misi ini terkait dengan Misi Keempat
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Mewujudkan Jawa
Barat yang Nyaman dengan Pembangunan Infrastruktur
Strategis yang Berkelanjutan.
4. Meningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten
Bogor dalam membangun sumberdaya manusia yang sehat
dan cerdas yang pada gilirannya akan menjadi manusia
yang produktif, kompetitif dan dilandasi akhlak mulia
III - 5
sebagai kunci dari keberhasilan pelaksanaan misi yang
lainnya. Misi ini terkait dengan Misi Pertama Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, yaitu Membangun Masyarakat yang
Berkualitas dan Berdaya Saing.
5. Meningkatkan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan dan
Kerjasama Antar Daerah dalam Kerangka Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten
Bogor dalam terus menjaga cita-cita dalam pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan yang mengedepankan
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas, serta
berorientasi pada penegakan supremasi hukum sebagai
sarana untuk menciptakan keamanan dan ketertiban
masyarakat. Misi ini terkait dengan Misi Ketiga Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, yaitu Meningkatkan Kinerja
Pemerintahan melalui Profesionalisme Tata Kelola dan
Perluasan Partisipasi Publik.
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Pemerintah
Kabupaten Bogor dimaksud, BKP5K sesuai tugas pokoknya yaitu
membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan, memposisikan kontribusinya dengan fungsi yang
menyertainya, sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan;
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan
penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan
pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan; dan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
III - 6
Ditinjau dari sisi tugas pembinaan ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan, secara umum tugas BKP5K terkait
dengan pencapaian visi dan seluruh misi Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah, namun secara khusus tugas dan fungsi
yang menyertainya berkontribusi langsung dalam mendukung
pencapaian misi ke – 2 yaitu “Meningkatkan Daya Saing
Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan Usaha Berbasis
Sumberdaya Alam dan Pariwisata”. Sedangkan dari 25 Penciri
Termaju Kabupaten Bogor, BKP5K berkontribusi secara langsung
dalam mendukung upaya pencapaian :
1. Produksi benih ikan hias dan benih ikan konsumsi air tawar
terbanyak di Indonesia; dan
2. Tercapainya swasembada benih padi unggul bersertifikat.
3.3. TELAAHAN RENSTRA K/L DAN RENSTRA PROVINSI
Pada proses pembinaan ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan yang diselenggarakan oleh BKP5K
Kabupaten Bogor mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, tentunya tidak dapat terlepas dari visi,
misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
yang terdapat pada lembaga koordinatif sinergis horisontal di
tingkat Pemerintah Kabupaten Bogor saja, akan tetapi berkaitan
pula secara vertikal di tingkat pusat seperti Kementerian
Pertanian RI (termasuk didalamnya Badan Ketahanan Pangan
pusat), Kementerian Kelautan dan Perikanan RI serta
Kementerian Kehutanan RI, maupun di tingkat provinsi seperti
Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Barat, Badan
Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi Jawa Barat, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat,
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Jawa Barat serta Dinas Kehutanan Provinsi
Jawa Barat.
Oleh karenanya, perlu diuraikan lebih lanjut tentang
korelasi dan kontribusi peran dan fungsi BKP5K Kabupaten
Bogor terhadap pencapaian kinerja lembaga vertikal sebagaimana
dimaksud, agar keselarasan pelayanan kinerja di tiap tingkatan
III - 7
pemerintahan dapat tercipta sekaligus berlangsung dengan
harmonis dalam upayanya guna memfasilitasi terwujudnya
kondisi ideal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Memperhatikan visi Kementerian Pertanian RI yaitu
“Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang
Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian
Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan
Petani” melalui berbagai misi yang telah ditetapkan, BKP5K
berkontribusi terhadap pencapaian misi ke – 1 yaitu
“Mewujudkan Sistem Pertanian Berkelanjutan yang Efisien,
Berbasis IPTEK dan Sumberdaya Lokal, serta Berwawasan
Lingkungan melalui Pendekatan Sistem Agribisnis”; dan misi
ke – 4 yaitu “Menjadikan Petani yang Kreatif, Inovatif dan Mandiri
serta Mampu Memanfaatkan Iptek dan Sumberdaya Lokal untuk
Menghasilkan Produk Pertanian Berdaya Saing Tinggi”.
Memperhatikan pula visi BKP pusat Kementerian Pertanian
RI yaitu “Menjadi Institusi yang Handal, Aspiratif dan Inovatif
dalam Pemantapan Ketahanan Pangan” melalui berbagai misi
yang telah ditetapkan, BKP5K berkontribusi terhadap pencapaian
seluruh misi nya yaitu :
1. Peningkatan Kualitas Pengkajian dan Perumusan Kebijakan
Pembangunan Ketahanan Pangan;
2. Pengembangan dan Pemantapan Ketahanan Pangan
Masyarakat, Daerah dan Nasional;
3. Pengembangan Kemampuan Kelembagaan Ketahanan Pangan
Daerah; dan
4. Peningkatan Koordinasi dalam Perumusan Kebijakan,
Pengembangan Ketahanan Pangan, Serta Pemantauan dan
Evaluasi Pelaksanaannya.
Memperhatikan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan
RI yaitu “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan
Terbesar” melalui misi yang telah ditetapkan, yaitu
“Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan
Perikanan”, BKP5K berkontribusi terhadap pencapaian tujuan /
Grand Strategy (The Blue Revolution Policies) ke – 1 yaitu
“Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi”.
III - 8
Memperhatikan visi Kementerian Kehutanan RI yaitu
“Hutan Lestari untuk Kesejahteraan Masyarakat yang
Berkeadilan” melalui berbagai misi yang telah ditetapkan, BKP5K
berkontribusi terhadap pencapaian misi ke – 6 yaitu
“Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan”; dan misi ke – 8
yaitu “Penguatan Kelembagaan Kehutanan”.
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, masih terdapat
berbagai masalah penting yang harus segera diatasi.
Permasalahan mendasar tersebut adalah penduduk miskin dan
pengangguran yang jumlahnya masih cukup banyak, serta masih
rendahnya daya beli masyarakat. Untuk itu, dalam kurun waktu
lima tahun ke depan, tidak hanya berorientasi pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi tetapi didukung dengan pemerataan
pembangunan yang diiringi dengan penanggulangan kemiskinan
dan penciptaan lapangan kerja, dengan mempertimbangkan
pendekatan sektoral dan kewilayahan.
Dalam pembagian wilayah kerja koordinasi, Kabupaten
Bogor masuk dalam wilayah 4 yaitu : Wilayah Bogor, dengan
lingkup kerja Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten
Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kota Depok.
Dengan kategori permasalahan yang dihadapi sebagai berikut :
1. Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah,
seperti infrastruktur jalan dan jembatan, persampahan serta
air bersih;
2. Pemantapan kawasan lindung;
3. Penataan daerah otonom sesuai dengan aspirasi dari bawah
serta mengikuti mekanisme yang telah ditentukan;
4. Belum optimalnya pelayanan pemerintah terhadap wilayah
bagian selatan;
5. Belum dimilikinya kelembagaan ekspor produk perikanan
Jawa Barat;
6. Perlunya peningkatan penanggulangan dan pemberantasan
penyakit menular;
7. Belum adanya kebijakan yang jelas tentang mitigasi dan
penanggulangan bencana;
III - 9
8. Perlunya pemekaran pemerintahan daerah yang sesuai
dengan aspirasi dari bawah serta mengikuti mekanisme yang
telah ditentukan;
9. Belum optimalnya pengembangan agribisnis; dan
10. Perlunya peningkatan sanitasi dasar dan kesehatan
lingkungan.
Memperhatikan visi BKP Provinsi Jawa Barat yaitu
“Tercapainya Kemantapan Ketahanan Pangan di Jawa Barat”
melalui berbagai misi yang telah ditetapkan, BKP5K berkontribusi
terhadap pencapaian seluruh misi nya yaitu :
1. Meningkatkan Ketersediaan dan Penguatan Cadangan Pangan;
2. Meningkatkan Distribusi dan Akses Pangan secara
Berkelanjutan;
3. Meningkatkan Penanganan Daerah Rawan Pangan melalui
Pemberdayaan Masyarakat;
4. Meningkatkan Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
Berbasis Potensi Lokal; dan
5. Meningkatkan Dukungan Manajemen dan Teknis Bidang
Ketahanan Pangan.
Memperhatikan visi Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat yaitu “Mewujudkan Petani Jawa Barat yang
Mandiri, Dinamis dan Sejahtera” melalui berbagai misi yang telah
ditetapkan, BKP5K Kabupaten Bogor berkontribusi terhadap
pencapaian misi ke – 1 yaitu “Meningkatkan Kualitas dan
Produktivitas Sumberdaya Manusia Pertanian”.
Memperhatikan visi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat
yaitu “Tercapainya Masyarakat Agribisnis Perkebunan yang
Mandiri, Dinamis dan Sejahtera” melalui berbagai misi yang telah
ditetapkan, BKP5K Kabupaten Bogor berkontribusi terhadap
pencapaian misi ke – 3 yaitu “Meningkatkan Pemberdayaan
Sumberdaya Perkebunan”.
Memperhatikan visi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Jawa Barat yaitu “Prima dalam Pelayanan Menuju Perikanan
Jawa Barat yang Tangguh, Dinamis dan Mandiri” dengan
berbagai misi yang telah ditetapkan, BKP5K Kabupaten Bogor
berkontribusi terhadap pencapaian misi ke – 1 yaitu
III - 10
“Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Sumberdaya Manusia
Perikanan dan Kelautan yang Berdaya Saing”.
Memperhatikan visi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat
yaitu “Terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari bagi Kesejahteraan
Masyarakat” dengan berbagai misi yang telah ditetapkan, BKP5K
Kabupaten Bogor berkontribusi terhadap pencapaian misi ke – 3
“Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan dan
Kawasan Lindung”.
Sejalan dengan arah pembangunan lembaga pusat dan
provinsi dimaksud, dalam RPJMD Pemerintah Kabupaten Bogor
Tahun 2013-2018, dimana BKP5K turut berperan terhadap
proses pencapaian prioritas pembangunan ke – 2, maka prioritas
pembangunan Kabupaten Bogor diarahkan pada :
1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama
pendidikan dan kesehatan maupun aspek lainnya yang
mengutamakan manusia dalam pembangunan;
2. Revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan melalui
pembangunan maupun pengembangan agribisnis, agroindustri
serta koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah;
3. Peningkatan investasi dan penciptaan peluang kerja;
4. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur serta
pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk
mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah;
5. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dan
pemerintahan yang bersih; dan
6. Peningkatan kesalehan sosial masyarakat dan/atau
pembangunan sosial keagamaan untuk mencapai harkat dan
martabat kemanusiaan yang tinggi atau tingkat peradaban
masyarakat yang tinggi.
3.4. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Cakupan pelayanan umum penataan ruang secara detail
disusun dan dilaksanakan oleh Kabupaten Bogor. Proporsi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di daerah perkotaan sebesar 30% yang
terdiri dari 20% RTH Publik, dimana pemerintah yang harus
III - 11
mengadakan baik pembebasan lahannya maupun komponen
penunjangnya. Kemudian yang 10% dilaksanakan oleh privat
yaitu lahan RTH yang ada di kawasan pemukiman atau lahan
pekarangan rumah. Pemerintah daerah juga diarahkan untuk
mempunyai inisiasi membuat RTH di pemukiman padat dengan
perhitungan tertentu, karena selain berfungsi sebagai paru-paru
kota juga untuk menjaga estetika dan tempat bersosialisasi
masyarakat sekitar.
Pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor sepenuhnya
mengacu pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bogor sesuai dengan Perda Kabupaten Bogor Nomor
17 Tahun 2000, sebagaimana telah diubah dengan Perda Nomor
19 Tahun 2008 tentang RTRW Tahun 2005-2025. Sebagai upaya
pengendalian terhadap perijinan pemanfaatan ruang, disusun
Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang yang
menetapkan secara rinci aturan teknis berdasarkan jenis
kegiatan dan peruntukan ruang di lokasi yang akan
dimanfaatkan.
Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor mencakup
pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya. Sebagian besar
wilayah di sebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten
Bogor menjadi kawasan lindung karena memiliki hutan yang
cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi.
Sedangkan kawasan budidaya tersebar di beberapa kecamatan di
Kabupaten Bogor.
Keseluruhan penataan ruang telah mengacu pada :
(1) PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur
(Jabodetabekpunjur) dimana Kabupaten Bogor sebagai Kawasan
Strategis Nasional (KSN); (2) Perpres Nomor 54 Tahun 2008
tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) dimana
pengembangan permukiman Kabupaten Bogor diarahkan untuk
mendorong pengembangan Pusat Kegiatan Nasional Kawasan
Perkotaan Jakarta; dan (3) Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 25
Tahun 2010 tentang Perubahan Perda Nomor 2 Tahun 2009
III - 12
tentang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 dimana
Kabupaten Bogor sebagai bagian pengembangan Kawasan
Andalan Bodebekpunjur dalam sektor agribisnis, industri dan
pariwisata (wisata agro dan alam), simpul pendukung
pengembangan wilayah Bodebekpunjur dan sebagai wilayah
konservasi.
Rasio RTH per satuan luas wilayah ber HPL/HGB hingga
pada tahun 2012 mencapai sebesar 29,15%. Ini merupakan
kinerja yang baik urusan penataan ruang, sementara dari
indikator ruang publik yang berubah peruntukannya juga cukup
menggembirakan, karena sampai pada tahun 2012 hanya pada
tingkat 0,05%. Ini mengindikasikan kesadaran bagi seluruh
stakeholders dalam rangka pemanfaatan ruang dan wilayah yang
tidak terlepas dari RTRW Kabupaten Bogor sebagai bahan acuan
pengembangan daerah kabupaten Bogor ke depan.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan wilayah yang
aman, nyaman produktif dan berkelanjutan sesuai dengan
amanat UU Nomor 26 Tahun 2007, diperlukan sebuah instrumen
kebijakan yang komprehensif dan multi-sektor yang mampu
mengarahkan perkembangan wilayah dengan tetap
memperhatikan daya dukung dan daya tampung sesuai dengan
karakteristik masing-masing wilayah.
Pemerintah Kabupaten Bogor telah menyusun dokumen
RTRW melalui Perda Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008
tentang RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, dimana
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten/kota yang
lebih awal menetapkan Perda tentang RTRW pasca
diberlakukannya UU Nomor 26 Tahun 2007.
Tujuan penataan ruang Kabupaten Bogor adalah
“Terwujudnya Kabupaten Bogor sebagai wilayah penyangga
Ibukota Negara yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup yang selektif, efektif dan efisien serta
mendorong perkembangan wilayah dan perekonomian
masyarakat”.
III - 13
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan
kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas
konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah
kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi
masyarakat di wilayah kabupaten. Sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi,
energi, telekomunikasi dan sumberdaya air yang
mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi
kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Berdasarkan
pertimbangan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025,
rencana struktur ruang Kabupaten Bogor meliputi rencana sistem
pusat kegiatan dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah.
Dalam rangka mengoptimalkan skenario pengembangan
wilayah Kabupaten Bogor kedepannya serta memberikan arahan
dalam penyusunan struktur ruang wilayah kabupaten, maka
dilakukan penetapan pusat-pusat pelayanan yang juga
didasarkan kepada kebijakan struktur ruang di atasnya serta
hasil analisis pengembangan wilayah kedepannya. Adapun pusat-
pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Bogor berikut fungsi
pelayanan yang diembannya selama 20 tahun kedepan dapat
dilihat pada uraian berikut :
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu Kawasan Perkotaan
Bodebek
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Perkotaan Cibinong, meliputi
Kecamatan Bojonggede, Tajurhalang, Sukaraja, Babakan
Madang dan Citeureup
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi :
a. PPK Perkotaan Cileungsi yang melayani Kecamatan
Cileungsi, Gunung Putri dan Klapanunggal;
III - 14
b. PPK Perkotaan Cariu yang melayani Kecamatan
Tanjungsari, Cariu, Sukamakmur dan Jonggol;
c. PPK Perkotaan Parung; (Kecamatan Gunung Sindur,
Kemang, Ciseeng dan Rancabungur);
d. PPK Perkotaan Parung Panjang (Kecamatan Tenjo dan
Rumpin);
e. PPK Perkotaan Leuwiliang (Kecamatan Cibungbulang,
Pamijahan dan Tenjolaya);
f. PPK Perkotaan Jasinga (Kecamatan Jasinga dan Sukajaya);
g. PPK Perkotaan Cigudeg (Kecamatan Nanggung,
Leuwisadeng dan Cigudeg);
h. PPK Perkotaan Cigombong (Kecamatan Caringin dan
Cijeruk);
i. PPK Perkotaan Ciawi (Kecamatan Cisarua dan
Megamendung); dan
j. PPK Perkotaan Ciomas (Kecamatan Ciomas, Tamansari,
Dramaga dan Ciampea).
4. Pusat Pelayanan Lokal kota (PPLk), meliputi :
a. PPLk Karadenan, Nanggewer dan Cirimekar di Kecamatan
Cibinong;
b. PPLk Susukan di Kecamatan Bojonggede;
c. PPLk Tajurhalang di Kecamatan Tajurhalang;
d. PPLk Gununggeulis dan Cijujung di Kecamatan Sukaraja;
e. PPLk Citaringgul dan Babakan Madang di Kecamatan
Babakan Madang;
f. PPLk Puspanagara di Kecamatan Citeureup;
g. PPLk Limusnunggal dan Mekarsari di Kecamatan Cileungsi;
h. PPLk Kembangkuning di Kecamatan Klapanunggal;
i. PPLk Wanaherang di Kecamatan Gunung Putri;
j. PPLk Bantarkuning di Kecamatan Cariu;
k. PPLk Jonggol di Kecamatan Jonggol;
l. PPLk Gunung Sindur di Kecamatan Gunung Sindur;
m. PPLk Jampang di Kecamatan Kemang;
n. PPLk Sukamulya di Kecamatan Rumpin;
o. PPLk Singabangsa dan Tenjo di Kecamatan Tenjo;
p. PPLk Cimande Hilir di Kecamatan Caringin;
III - 15
q. PPLk Cisarua di Kecamatan Cisarua;
r. PPLk Cipayung Girang di Kecamatan Megamendung;
s. PPLk Ciomas Rahayu di Kecamatan Ciomas;
t. PPLk Ciampea di Kecamatan Ciampea;
u. PPLk Dramaga di Kecamatan Dramaga; dan
v. PPLk Sukamakmur dan Wargajaya di Kecamatan
Sukamakmur.
Sistem pusat permukiman perdesaan dilakukan dengan
membentuk pusat pelayanan desa secara hirarkis. Selain itu
sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk Pusat Pelayanan
Lokal desa (PPLd) yang dihubungkan dengan sistem jaringan
jalan dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan
perdesaan, meliputi :
1. PPLd Desa Batok dan Tapos di Kecamatan Tenjo;
2. PPLd Desa Sukamulih di Kecamatan Sukajaya;
3. PPLd Desa Banyuasih, Cintamanik dan Bangunjaya di
Kecamatan Cigudeg;
4. PPLd Desa Cikuda di Kecamatan Parung Panjang;
5. PPLd Desa Cijujung di Kecamatan Cibungbulang;
6. PPLd Desa Pabangbon dan Karacak di Kecamatan
Leuwiliang;
7. PPLd Desa Ciasmara dan Gunung Picung di Kecamatan
Pamijahan;
8. PPLd Desa Ciampea Udik di Kecamatan Ciampea;
9. PPLd Desa Sirnagalih di Kecamatan Tamansari;
10. PPLd Desa Cidokom dan Kampung Sawah di Kecamatan
Rumpin;
11. PPLd Desa Cibitung Tengah dan Gunung Malang di
Kecamatan Tenjolaya;
12. PPLd Desa Parakanmuncang dan Cisarua di Kecamatan
Nanggung;
13. PPLd Desa Parigimekar di Kecamatan Ciseeng;
14. PPLd Desa Pasir Gaok di Kecamatan Rancabungur;
15. PPLd Desa Setu, Koleang dan Pangradin di Kecamatan
Jasinga;
16. PPLd Desa Cipelang di Kecamatan Cijeruk;
III - 16
17. PPLd Desa Ciderum dan Lemah Duhur di Kecamatan
Caringin;
18. PPLd Desa Cibedug di Kecamatan Ciawi;
19. PPLd Desa Sukamaju di Kecamatan Megamendung;
20. PPLd Desa Sukadamai di Kecamatan Sukamakmur;
21. PPLd Desa Sirnagalih dan Singasari di Kecamatan Jonggol;
22. PPLd Desa Cikutamahi di Kecamatan Cariu; dan
23. PPLd Desa Buana Jaya, Selawangi, Tanjungrasa, Sirnarasa
dan Pasirtanjung di Kecamatan Tanjungsari.
Pengembangan sumberdaya air di Kabupaten Bogor
merupakan salah satu hal yang paling penting dilakukan
mengingat masih banyak terdapat lahan sawah yang masih
belum optimal terjangkau oleh sistem pengairan yang ada, selain
itu juga pola penanganan jaringan sumberdaya air ini sangat
berpengaruh terhadap wilayah lainnya. Sistem jaringan
sumberdaya air terdiri atas :
1. Wilayah Sungai (WS)
a. WS strategis nasional yaitu WS Citarum mencakup DAS
Citarum; dan
b. WS lintas provinsi, meliputi : WS Cidanau – Ciujung –
Cidurian mencakup DAS Cidurian dan Ciujung,
WS Ciliwung – Cisadane mencakup DAS Cimanceuri,
Cisadane, Angke, Ciliwung dan Bekasi, serta WS Citarum
mencakup DAS Citarum.
2. Daerah Irigasi (DI)
a. DI kewenangan Pemerintah, terdiri atas : DI Lintas
Kabupaten/Kota yaitu DI Cipamingkis seluas 1.371 Ha dan
DI Utuh Kabupaten yaitu DI Cihea seluas 5.506 Ha.
b. DI kewenangan Pemerintah Provinsi, terdiri atas :
1) DI Lintas Kabupaten/Kota meliputi : DI Angke I seluas
40 Ha, DI Cisadane Empang seluas 789 Ha,
DI Parakanjati seluas 49 Ha, DI Ciliwung/Katulampa
seluas 122 Ha, DI Cibanon seluas 473 Ha,
DI Bantarjati seluas 20 Ha, DI Karanji seluas 53 Ha dan
DI Cibalok seluas 63 Ha.
III - 17
2) DI Utuh Kabupaten meliputi : DI Kranji seluas
1.153 Ha, DI Sasak seluas 1.088 Ha, DI Cihoe
Cikumpeni seluas 1.086/1.486 Ha dan
DI Pasanggrahan seluas 1.065 Ha.
c. DI kewenangan Pemerintah Kabupaten, terdiri atas :
DI Cidurian Sodong seluas 771 Ha, DI Cidurian Sendung
seluas 610 Ha, DI Cibarengkok seluas 398 Ha,
DI Cibeuteung I seluas 228 Ha, DI Cibeuteung II seluas
294 Ha, DI Cibarengkok Cilalay seluas 954 Ha,
DI Cisodong Citeumpuan seluas 518 Ha, DI Situ Rawa
Jejed seluas 42 Ha, DI Situ Gunung Putri seluas 28 Ha,
DI Situ Babakan seluas 100 Ha, DI Cipamingkis Leungsir
seluas 703 Ha, DI Cibeet Cikumpeuni seluas 790 Ha,
DI Ciomas Tonjong seluas 410 Ha, DI Leuwibolang seluas
54 Ha, DI Cibongas seluas 27 Ha, DI Cibeber seluas 35 Ha,
DI Situ Bala seluas 484 Ha, DI Cisaah Kiri seluas 55 Ha,
DI Cisaah Kanan seluas 167 Ha dan DI Cikahuripan seluas
501 Ha.
d. Pengembangan sistem jaringan irigasi dilakukan melalui :
1) Optimalisasi penggunaan air irigasi untuk
meningkatkan produktivitas pertanian;
2) Perbaikan saluran irigasi;
3) Perbaikan bangunan air;
4) Peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum
terjangkau sesuai dengan kebutuhan peningkatan
sawah irigasi teknis dan nonteknis serta wilayah sungai
yang potensial dikembangkan; dan
5) Peningkatan saluran dari sistem irigasi setengah teknis
dan sederhana menjadi irigasi teknis dilakukan untuk
mempertahankan luas lahan sawah beririgasi teknis
yang sudah beralih fungsi.
3. Cekungan Air Tanah (CAT)
a. CAT Lintas Provinsi yaitu CAT Serang – Tangerang;
b. CAT Lintas Provinsi yaitu CAT Jakarta;
c. CAT Lintas Kabupaten/Kota yaitu CAT Bogor; dan
d. CAT Lintas Kabupaten/Kota yaitu CAT Bekasi Karawang.
III - 18
4. Prasarana air baku untuk air minum
a. Pemanfaatan air permukaan Waduk Cijurey di Kecamatan
Sukamakmur;
b. Pemanfaatan air permukaan Waduk Cidurian di
Kecamatan Nanggung;
c. Pemanfaatan air permukaan Waduk Pongkor dan Situ
Kemang;
d. Pemanfaatan air permukaan Waduk Situ Gede, Lido,
Cikaret, Ciawi, Narogong, Genteng, Sodong, Tanjung dan
Parung Badak;
e. Embung di Kecamatan Cisarua, Cariu, Jonggol dan
Megamendung; dan
f. Pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan air tanah
dangkal.
5. Sistem pengendalian banjir dan erosi/longsor
a. Normalisasi sungai;
b. Pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah
(tanggul);
c. Pembangunan dan pengembangan pintu air;
d. Pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman;
e. Penyediaan embung atau pond pengendali banjir di setiap
kawasan permukiman mandiri; dan
f. Penanaman pohon di sempadan sungai, rawa dan lahan-
lahan kritis.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan fungsi budidaya. Telaahan terhadap rencana pola
ruang, meliputi :
1. Rencana kawasan lindung; dan
2. Rencana kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis.
Rencana kawasan lindung seluas kurang lebih
133.548,41 Ha atau 44,69% dari luas Kabupaten Bogor,
meliputi :
III - 19
1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya adalah kawasan resapan air yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan
sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang
berguna sebagai sumber air. Kawasan ini dikategorikan
sebagai wilayah limitasi bagi pembangunan fisik dan
diperuntukkan bagi pelestarian lingkungan. Dengan semakin
minimnya penyangga air limpasan pada wilayah hulu
menyebabkan erosi pada wilayah hilirnya. Hal ini diakibatkan
karena semakin berkurangnya luas kawasan resapan air.
Sehingga untuk mencegah terjadinya kondisi tersebut, maka
diperlukan penguasaan lahan oleh pemerintah pada kawasan
peruntukan resapan air, meliputi : Kecamatan Nanggung,
Jasinga, Cigudeg, Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan,
Tenjolaya, Tamansari, Klapanunggal, Cisarua, Ciawi,
Megamendung, Caringin, Cijeruk, Cigombong, Babakan
Madang, Cariu, Jonggol, Sukamakmur dan Tanjungsari.
2. Kawasan perlindungan setempat
Adapun kawasan perlindungan setempat yang terdapat
di wilayah Kabupaten Bogor, meliputi
a. Kawasan sempadan sungai;
b. Kawasan sekitar waduk/situ; dan
c. Kawasan sekitar mata air.
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di
sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria
kawasan sekitar mata air, yaitu sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
Dalam rangka terjaganya keseimbangan ekosistem
kawasan sekitar mata air, maka diperlukan pengelolaan
yang meliputi kegiatan penguasaan lahan oleh pemerintah
dan pengawasan serta pengendalian pada kawasan sekitar
mata air. Berdasarkan permasalahan tersebut pengelolaan
kawasan sempadan mata air dilakukan dengan cara :
III - 20
1) Kawasan sekitar mata air beserta mata airnya yang
bersifat publik dan menguasai hajat hidup orang
banyak, dipertegas batas-batasnya, segera dikuasai
pemerintah dan diperkuat statusnya; dan
2) Perwujudan lahan-lahan kawasan sekitar mata air
dilakukan dengan cara partisipatif masyarakat atau
penertiban terutama di sekitar mata air yang
membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di
kawasan sekitarnya.
Adapun kawasan sekitar mata air yang terdapat di
wilayah Kabupaten Bogor meliputi mata air yang ada di :
Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung, Caringin,
Cijeruk, Cigombong, Tamansari, Ciomas, Dramaga,
Pamijahan, Tenjolaya, Cibungbulang, Leuwiliang, Sukajaya,
Parung Panjang, Cigudeg, Rumpin, Tenjo, Cileungsi,
Klapanunggal, Jonggol dan Sukamakmur.
3. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya
4. Kawasan rawan bencana alam
5. Kawasan lindung geologi
6. Kawasan lindung lainnya
Kawasan budidaya yang terdapat di wilayah Kabupaten
Bogor, secara umum terdiri atas :
1. Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan hutan produksi yaitu kawasan hutan yang
telah ditetapkan sebagai kawasan budidaya, diarahkan
untuk :
a. Meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor,
serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
b. Meningkatkan fungsi lindung;
c. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya
hutan;
d. Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah
setempat; dan
e. Mendorong perkembangan usaha dan peranserta
masyarakat setempat.
III - 21
Kawasan hutan produksi merupakan kawasan budidaya
terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas dan kawasan
hutan produksi tetap, yaitu :
a. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dengan luasan
kurang lebih 10,480.12 Ha meliputi : Kecamatan Cigudeg,
Citeureup, Babakan Madang, Klapanunggal, Jonggol,
Leuwisadeng, Sukamakmur dan Tanjungsari.
b. Kawasan hutan produksi tetap dengan luasan kurang lebih
26,757.43 Ha, meliputi : Kecamatan Tenjo, Parung
Panjang, Rumpin, Cigudeg, Jasinga, Leuwisadeng,
Leuwiliang, Cibungbulang, Ciampea, Klapanunggal,
Citeureup, Babakan Madang, Megamendung, Cisarua,
Cariu, Jonggol, Tanjungsari dan Sukamakmur.
2. Kawasan peruntukan pertanian
Pemanfaatan ruang kawasan pertanian dikembangkan
dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut :
a. Tetap terjaganya kualitas lingkungan;
b. Terciptanya pertumbuhan perekonomian wilayah yang
berbasiskan perekonomian lokal; dan
c. Pengembangan kualitas dan kuantitas produksi pertanian
agar dapat mencapai optimal.
Adapun kawasan peruntukan pertanian yang terdapat
di wilayah Kabupaten Bogor, terdiri dari:
a. Kawasan peruntukan tanaman pangan
Wilayah potensial untuk pengembangan pertanian
tanaman pangan dengan pertimbangan bahwa pada
wiiayah ini jenis tanah, kemiringan lahan dan sumber air
mencukupi. Konsep agribisnis/agroindustri diterapkan
pada lahan-lahan atau ladang dan kemudian hasilnya
dikumpulkan di pusat kecamatan sebagai pusat agro
industrinya, meliputi : Kecamatan Tenjo, Jasinga, Parung
Panjang, Sukajaya, Cigudeg, Nanggung, Rumpin,
Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan,
Tenjolaya, Ciampea, Rancabungur, Kemang, Parung,
Ciseeng, Gunung Sindur, Dramaga, Ciomas, Tamansari,
III - 22
Caringin, Cijeruk, Cigombong, Ciawi, Klapanunggal,
Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan Tanjungsari.
Pengelolaan kawasan pertanian tanaman pangan
yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor, yaitu :
1) Pengembangan infrastruktur yang mendukung seperti
jaringan jalan, irigasi dan agroindustri dengan fungsi
yang didasarkan pada potensi pertanian lahan basah;
2) Pengembangan perusahaan pengumpul dan distribusi
(dapat berbentuk koperasi, pasar khusus, dan lain-lain)
bagi pertanian lahan basah dengan memperhatikan
jarak minimum (mudah dijangkau);
3) Pemberian penguatan modal bagi petani lahan basah
dalam rangka menunjang kesinambungan usaha
pertaniannya;
4) Menciptakan prasarana irigasi sehingga pengembangan
pertanian lahan basah agar tidak tergantung pada
musim dengan memperhatikan kemampuan alam dalam
pembangunan irigasi;
5) Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang
didasarkan pada potensi pertanian wilayah pinggiran
(lahan basah) dan pengembangan pusat pengumpul dan
distribusi bagi pertanian lahan basah dengan
memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau);
6) Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan dan bibit;
dan
7) Membangun balai penyuluhan dan pelatihan usaha tani.
b. Kawasan peruntukan hortikultura
Pola ruang kawasan peruntukan pertanian
hortikultura bertujuan untuk mendukung perekonomian
lokal di kawasan sekitarnya dan pengembangan
perekonomian wilayah Kabupaten Bogor. Pengembangan
kawasan pertanian hortikultura berdasarkan pada
pertimbangan kondisi eksisting (berupa kebun campuran,
tegalan, padang rumput, ilalang dan semak belukar) dan
potensi wilayahnya dengan merujuk pada ketentuan
Keppres Nomor 57/89 tentang Pengelolaan Kawasan
III - 23
Budidaya, meliputi : Kecamatan Babakan Madang,
Caringin, Cijeruk, Cisarua, Ciawi, Cigudeg, Citeureup,
Cariu, Ciseeng, Gunung Sindur, Jonggol, Jasinga,
Klapanunggal, Leuwiliang, Leuwisadeng, Megamendung,
Parung Panjang, Pamijahan, Rumpin, Rancabungur,
Sukaraja, Sukajaya, Sukamakmur, Tenjo dan Tanjungsari.
Pengelolaan kawasan peruntukan pertanian
hortikultura yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Pemberian penguatan modal bagi petani lahan kering
dalam rangka menunjang kesinambungan usaha
pertaniannya;
2) Membudidayakan komoditi tanaman hortikultura yang
prospektif dan ekonomis, intensifikasi pemanafaatan
lahan, penanganan panen dan pasca panen dan
menggalakkan program penggunaan bibit unggul;
3) Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang
didasarkan pada potensi pertanian wilayah pinggiran
dan pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi
pertanian lahan basah dengan memperhatikan jarak
minimum (mudah dijangkau);
4) Memperluas wilayah pemasaran produksi pertanian
lahan kering, baik lokal maupun pasar ekspor;
5) Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan dan bibit;
dan
6) Membangun balai penyuluhan dan pelatihan usaha tani.
c. Kawasan peruntukan perkebunan
Kawasan perkebunan atau berupa kebun campuran
yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan atau
perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan
maupun bahan baku industri. Sebaran lokasi rencana
pengembangan perkebunan di wilayah Kabupaten Bogor,
meliputi : Kecamatan Citeureup, Caringin, Ciawi, Cisarua,
Cigudeg, Cariu, Cigombong, Jasinga, Kemang, Leuwiliang,
Megamendung, Nanggung, Pamijahan, Rumpin,
III - 24
Rancabungur, Sukajaya, Sukamakmur, Tanjungsari dan
Tamansari.
Pengelolaan kawasan peruntukan
perkebunan/tanaman tahunan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Bogor adalah :
1) Memperluas wilayah pemasaran produksi
perkebunan/tanaman tahunan, baik lokal maupun
pasar ekspor;
2) Pemberian penguatan modal bagi petani tanaman
tahunan/perkebunan dalam rangka menunjang
kesinambungan usaha tanaman tahunan/perkebunan;
3) Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang
didasarkan pada potensi (basis komoditas) perkebunan
dan pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi
perkebunan dengan memperhatikan jarak minimum
(mudah dijangkau); dan
4) Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit
tanaman tahunan/perkebunan.
d. Kawasan peruntukan peternakan
Kawasan peruntukan peternakan yang terdapat di
wilayah Kabupaten Bogor, meliputi :
1) Ternak kecil dan aneka ternak, terletak di sebagian :
Kecamatan Bojonggede, Caringin, Cigudeg, Ciampea,
Cariu, Cijeruk, Ciawi, Cibungbulang, Cigombong,
Ciomas, Cisarua, Ciseeng, Citeuruep, Cileungsi,
Dramaga, Gunung Putri, Gunung Sindur, Kemang,
Klapanunggal, Leuwiliang, Leuwisadeng, Megamendung,
Nanggung, Jasinga, Pamijahan, Parung, Parung Panjang,
Rancabungur, Rumpin, Sukajaya, Sukamakmur,
Tanjungsari, Tamansari, Tenjolaya dan Tenjo.
2) Ternak besar, terletak di sebagian : Kecamatan Babakan
Madang, Cariu, Ciawi, Cisarua, Cibungbulang, Ciampea,
Cijeruk, Caringin, Cigudeg, Ciseeng, Citeureup,
Cileungsi, Cigombong, Gunung Sindur, Jasinga, Jonggol,
Kemang, Leuwiliang, Megamendung, Nanggung,
Pamijahan, Parung, Parung Panjang, Rancabungur,
III - 25
Rumpin, Sukajaya, Sukamakmur, Tajurhalang,
Tanjungsari dan Tenjo.
3) Ternak unggas, terletak di sebagian : Kecamatan
Cibinong, Cariu, Ciawi, Cibungbulang, Cijeruk,
Cileungsi, Cigudeg, Ciomas, Cisarua, Citeureup,
Ciseeng, Gunung Sindur, Jasinga, Jonggol, Leuwiliang,
Leuwisadeng, Megamendung, Nanggung, Parung,
Pamijahan, Parung Panjang, Rumpin, Sukajaya,
Sukamakmur, Tajurhalang, Tanjungsari, Tenjo dan
Tamansari.
Pengelolaan kawasan peruntukan peternakan yang
terdapat di wilayah Kabupaten Bogor, meliputi :
1) Menggalakan program penggunaan bibit unggul;
2) Memperluas wilayah pemasaran produksi peternakan;
3) Pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi
usaha peternakan dengan memperhatikan jarak
minimum (mudah dijangkau);
4) Membangun balai penyuluhan dan pelatihan;
5) Kawasan peternakan mencakup penetapan lokasi yang
digunakan untuk kepentingan pengembangan
peternakan termasuk penyediaan rumah potong hewan,
berupa penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan
teknis peternakan dan kesehatan hewan.;
6) Pengembangan kawasan peternakan diselenggarakan
dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan, barang
dan jasa asal hewan secara mandiri, berdaya saing dan
berkelanjutan, bagi peningkatan kesejahteraan peternak
dan masyarakat sekitarnya;
7) Pengembangan kawasan peternakan dapat dilaksanakan
secara tersendiri dan/atau terintegrasi dengan budidaya
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan,
kehutanan, dan bidang lainnya yang terkait; dan
8) Rumah potong hewan/unggas, pembibitan ternak,
penetasan dan rumah kesehatan hewan, dapat
dikembangkan pada sentra produksi peternakan dan
wilayah pengembangan industri.
III - 26
3. Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan peruntukan perikanan yang terdapat di
wilayah Kabupaten Bogor, terdiri atas :
a. Pengembangan kawasan budidaya air tawar;
b. Pengembangan kawasan industri pengolahan perikanan;
c. Pengembangan pasar pengumpul dan pelelangan ikan air
tawar; dan
d. Pengembangan kawasan minapolitan.
Pengembangan kawasan perikanan budidaya air tawar
terletak di sebagian : Kecamatan Babakan Madang, Caringin,
Cigudeg, Ciampea, Cariu, Cijeruk, Ciawi, Cibungbulang,
Cigombong, Ciomas, Cisarua, Ciseeng, Cileungsi, Cibinong,
Citeureup, Dramaga, Gunung Putri, Gunung Sindur, Jasinga,
Kemang, Klapanunggal, Leuwiliang, Leuwisadeng,
Megamendung, Nanggung, Pamijahan, Parung, Rancabungur,
Rumpin, Sukajaya, Sukaraja, Sukamakmur, Tajurhalang,
Tenjolaya dan Tamansari.
Terdapat beberapa catatan penting dalam rangka
pengembangan kawasan peruntukan perikanan, meliputi :
a. Pengembangan kawasan industri pengolahan perikanan
dapat dikembangkan pada sentra-sentra produksi
perikanan dan pengembangan industri
b. Pengembangan pasar pengumpul, dapat dikembangkan
pada sentra-sentra produksi perikanan
c. Pengembangan kawasan minapolitan terletak di sebagian :
1) Kecamatan Ciseeng (Desa Babakan, Parigi Mekar, Putat
Nutug, Ciseeng, Cibentang, Cibeuteung Udik,
Cibeuteung Muara dan Cihoe);
2) Kecamatan Parung (Desa Bojong Indah, Cogreg, Bojong
Sempu, Waru Jaya, Waru, Pamegarsari dan Iwul);
3) Kecamatan Gunung Sindur (Desa Pengasinan, Cibinong,
Gunung Sindur, Curug, Cidokom dan Pabuaran); dan
4) Kecamatan Kemang (Desa Pabuaran, Kemang, Tegal,
Pondok Udik, Bojong dan Jampang).
Pengelolaan kawasan peruntukan perikanan yang
terdapat di wilayah Kabupaten Bogor, meliputi :
III - 27
a. Pemberian penguatan modal bagi usaha perikanan dalam
rangka menunjang kesinambungan usaha perikanan;
b. Menggalakan program penggunaan bibit unggul;
c. Memperluas wilayah pemasaran produksi perikanan, baik
lokal maupun pasar ekspor;
d. Pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi usaha
perikanan dengan memperhatikan jarak minimum (mudah
dijangkau); dan
e. Membangun balai penyuluhan dan pelatihan.
4. Kawasan peruntukan pertambangan;
5. Kawasan peruntukan industri;
6. Kawasan peruntukan pariwisata;
7. Kawasan peruntukan permukiman; dan
8. Kawasan peruntukan lainnya.
RTRW ini diharapkan menjadi pedoman bagi semua
pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di
berbagai sektor/bidang, serta mengakomodasikan pembagian
peran dengan kabupaten/kota dan bersifat saling melengkapi dan
selaras, serta sebagai matra spasial bagi RPJMD, RPJPD serta
rencana pembangunan lainnya.
Hal ini terjadi karena pengaruh kegiatan ekonomi seperti
kegiatan investasi industri, jasa maupun pemukiman,
perkembangan penduduk maupun kondisi sosial budaya. Alih
fungsi lahan di Kabupaten Bogor terutama terjadi pada
berubahnya fungsi hutan baik primer maupun sekunder menjadi
fungsi perkebunan bahkan semak belukar, berubahnya fungsi
sawah menjadi fungsi permukiman dan budidaya lainnya. Alih
fungsi yang terjadi umumnya mengabaikan rencana tata ruang
yang telah direncanakan sebelumnya. Sebagai akibatnya produksi
dan produktivitas pertanian semakin menurun dan kondisi
lingkungan juga menurun.
Mengingat sektor pertanian dan lingkungan alam masih
menjadi keunggulan Kabupaten Bogor khususnya dalam lingkup
wilayah Jabodetabek, maka kondisinya yang semakin menurun
akan mengancam ketahanan pangan di Kabupaten Bogor. Kondisi
ini menuntut BKP5K untuk semakin kreatif dalam merancang
III - 28
berbagai upaya perlindungan dan pengamanan terhadap lahan
pertanian produktif agar tidak dialihfungsikan untuk kepentingan
lain yang merugikan pembangunan pertanian.
Terlebih lagi BKP5K memiliki unit kerja yang ada di tingkat
kecamatan sekaligus sumberdaya aparatur pembina ketahanan
pangan dan penyelenggara penyuluhan sampai ke tingkat
desa/kelurahan, yang bersentuhan langsung dengan dinamika
yang terjadi di tengah masyarakat pertanian, perikanan dan
kehutanan.
Peningkatan pembangunan aksesibilitas jalan secara
berlebihan akan mempengaruhi aktivitas pertanian di Kabupaten
Bogor. Semakin banyak jaringan jalan yang ada, maka kegiatan
pertanian akan semakin terdesak akibat berkurangnya lahan
pertanian, oleh karenanya BKP5K turut memberikan masukan
tentang wilayah mana saja yang disarankan untuk dilakukan
pembangunan jalan, khususnya mengedepankan pembangunan
jalan produksi yang didasarkan pada potensi produksi yang ada
didalamnya. Pemanfaatan air bersih secara berlebihan juga dapat
mengakibatkan menurunnya kuantitas dan kualitas sumber air
khususnya air tanah.
Sebagai respon atas berbagai isu lingkungan hidup
tersebut, maka BKP5K perlu merancang berbagai rencana
pembangunan yang tentunya ramah lingkungan. Sebagai
implikasinya maka peningkatan kompetensi SDM di BKP5K
tentang lingkungan hidup perlu ditingkatkan. Selanjutnya
perumusan rencana pembangunan berwawasan lingkungan perlu
melibatkan berbagai sektor, sehingga kuantitas dan kualitas
koordinasi juga perlu ditingkatkan. Elemen penting lainnya dalam
perencanaan berwawasan lingkungan adalah ketersediaan data
dan informasi yang lengkap dan akurat tentang kondisi degradasi
lingkungan, sehingga ke depan perancangan sistem data dan
informasi lingkungan hidup semakin penting.
Disinilah manfaat penyusunan Programa Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang terkini dan akurat di
setiap tingkatan, dapat dijadikan sebagai salah satu database
proses perencanaan pembangunan di 8 zona pembangunan
III - 29
Kabupaten Bogor yang terdiri dari : Zona Agrosilpopastoral, Zona
Agrowisata, Zona Pengembangan Industri Non Farm, Zona
Industri Pedesaan dan Pengembangan UKM, Zona Diversifikasi
Pertanian & Agrowisata, Zona Ekowisata, Zona Pertanian Kota &
Industri, dan Zona Pertanian Lumbung Pangan.
3.5. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS
Perumusan isu-isu strategis didasarkan pada analisis
terhadap lingkungan internal dan eksternal yaitu peluang dan
ancaman serta memperhatikan kekuatan dan kelemahan pada
BKP5K Kabupaten Bogor dalam melaksanakan tugas pokoknya
untuk membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan. Maka isu-isu strategis yang menjadi acuan dalam
menentukan program dan kegiatan prioritas selama lima tahun
ke depan (2013-2018) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yaitu :
Strategi S – O (Pemantapan) :
1. Meningkatkan kualitas regulasi ketahanan pangan sebagai
landasan hukum pencapaian rencana aksi dan evaluasi
penguatan ketahanan pangan yang aplikatif;
2. Meningkatkan aplikasi, evaluasi serta kaji tindak sistem
agribisnis dan minabisnis; dan
3. Meningkatkan akurasi dan koneksivitas data/informasi
serta pemantauan distribusi dan akses pangan.
Strategi W – O (Pengembangan) :
1. Meningkatkan pola pengawasan keamanan pangan dan
pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam penyediaan
pangan secara mandiri; dan
2. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan penyuluhan
swadaya sebagai Technology Agent Unit.
Strategi S – T (Perluasan) :
1. Meningkatkan kapabilitas dan aksesibilitas sumberdaya
manusia penyelenggara penyuluhan; dan
III - 30
2. Meningkatkan jejaring kerja dalam proses transfer hasil
pemuliaan dengan kebutuhan informasi dan inovasi
teknologi pangan utama terapan.
Strategi W – T (Perombakan) :
1. Meningkatkan peran dan fungsi pemangku kepentingan
beserta kelembagaannya dalam penanganan daerah rawan
pangan dan transien pada berbagai tingkatan wilayah; dan
2. Meningkatkan penerapan pola usaha Integrated Farming
and Tourism System.
Ke sembilan strategi dimaksud, diperoleh berdasarkan
analisa yang dilakukan dengan menggunakan SWOT Analysis
pada masing-masing kuadran, sebagaimana terurai pada gambar
III.1. berikut ini.
III - 31
Gambar III.1. SWOT Analysis BKP5K Kabupaten Bogor
Eksternal
Internal
Peluang (O)
1. UU RI Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(SP3K);
2. UU RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
3. PP RI Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan;
4. PP RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,
Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan;
5. Permentan RI Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6. Kepmenakertrans RI Nomor Kep.29/Men/III/2010
tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja NasionaI
Indonesia (SKKNI) Sektor Pertanian Bidang Penyuluhan
Pertanian;
7. Kepmenakertrans RI Nomor Kep.152/Men/VIII/2010
tentang Penetapan SKKNI Sektor Kelautan dan
Perikanan Bidang Penyuluhan Perikanan;
8. Kepmenakertrans RI Nomor Kep.137/Men/V/2011
tentang Penetapan SKKNI Sektor Kehutanan Bidang
Penyuluhan Kehutanan;
Ancaman (T)
1. Kesepakatan pada tahun 2010
tentang penerapan AFTA (Asean
Free Trade Area / bebas bea
masuk impor) di negara-negara
asean pada tahun 2015 yang
mengancam mekanisme pasar
produk pertanian, perikanan dan
kehutanan, dengan kondisi
umum di Kabupaten Bogor
masih belum memenuhi
persyaratan penerapan teknologi
budidaya bebas/minim zat
adiktif dan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point)
dalam pengolahan dan
pengemasannya;
III - 32
Eksternal
Internal
Peluang (O)
9. Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
10. Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Kemandirian Pangan Daerah;
11. Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Badan Koordinasi
Penyuluhan (Bakorluh) Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Provinsi Jawa Barat;
12. Perbup Bogor Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi
Pertanian dan Pembangunan Perdesaan (RP3);
13. Perbup Bogor Nomor 62 Tahun 2010 tentang
Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor;
14. Ditetapkannya secara nasional upaya penekanan tingkat
alih fungsi lahan produktif sekaligus penciptaan lahan
sawah baru yang merupakan substitusi alih fungsi lahan
dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan tata ruang
wilayah, serta optimalisasi daya dukung Daerah Irigasi
(DI), Jaringan Irigasi (JI) dan aksesibilitas jalan produksi
perdesaan bagi pengembangan sektor pertanian,
perikanan dan kehutanan sebagai tolok ukur
keberhasilan kebinamargaan dan pengairan;
Ancaman (T)
2. Analisa dan prediksi BMKG
(Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika), bahwa seluruh
kepulauan di Indonesia akan
dilalui oleh fenomena anomali
alam yang berpengaruh terhadap
ketidakpastian waktu dan
volume musim penghujan dan
musim kemarau, serta intensitas
badai angin dan hujan pada tiap
kawasan;
3. Menurunnya minat dan orientasi
usaha angkatan kerja usia muda
terhadap usaha tani dan usaha
mina, khususnya yang
berdomisili pada wilayah
hinterland pengembangan sektor
non pertanian, perikanan dan
kehutanan; dan
III - 33
Eksternal
Internal
Peluang (O)
15. Terbitnya berbagai peraturan, keputusan, Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)
sebagai dasar aplikasi metodologi penyuluhan baik di
tingkat pusat, provinsi maupun daerah;
16. Terjalinnya jejaring kerja dalam alih informasi dan
inovasi teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan
dengan berbagai lembaga penelitian, pendidikan dan
pelatihan terkait di tingkat pusat, provinsi maupun
daerah, berikut dengan pihak media komunikasi cetak
dan elektronik dalam proses diseminasinya;
17. Masih terdapat potensi komitmen dan keterlibatan aktif
dunia usaha milik swasta terhadap optimalisasi
efektivitas penyelenggaraan penyuluhan berorientasi
pemberdayaan dan produktifitas sumberdaya lokal,
secara langsung di tingkat kelompok pelaku utama dan
pelaku usaha, melalui program Corporate Social
Responcibility (CSR); dan
18. Masih ditugaskannya sebanyak 92 orang THL-TBPP
sebagai penyuluh kontrak Kementerian Pertanian RI dan
51 orang THL-P2BN sebagai penyuluh kontrak
Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bogor,
yang berperan dalam mensubstitusi kekurangan jumlah
penyuluh PNS.
Ancaman (T)
4. Minimnya pelatihan/bimbingan
teknis sebagai upaya
peningkatan kesiapan
sumberdaya manusia pelaku
utama dan pelaku usaha beserta
kelembagaannya, menuju
penerapan agribisnis dan
minabisnis yang proporsional
berdasarkan potensi pada setiap
satuan sektor maupun wilayah
dalam mendukung ketahanan
pangan.
III - 34
Kekuatan (S)
1. Perda Kabupaten Bogor Nomor 14 Tahun 2012
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja BKP5K Kabupaten Bogor;
2. Perbup Bogor Nomor 28 Tahun 2013 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BP3K
pada BKP5K Kabupaten Bogor;
3. Panduan kinerja penyelenggaraan penyuluhan
dalam bentuk Programa Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan tingkat kabupaten
dan kecamatan, RKTP tingkat wilayah binaan,
serta rekomendasi Komisi Penyuluhan
Kabupaten (KPK) sebagai bahan pertimbangan
lanjutan bagi Bupati Bogor dan beberapa
kementerian terkait dalam pengambilan
kebijakan penyelenggaraan penyuluhan,
berikut dengan proses monitoring dan
evaluasinya terdokumentasi dengan baik setiap
tahunnya;
Strategi S – O (Pemantapan) :
1. Meningkatkan kualitas regulasi ketahanan pangan sebagai
landasan hukum pencapaian rencana aksi dan evaluasi
penguatan ketahanan pangan yang aplikatif;
2. Meningkatkan aplikasi, evaluasi serta kaji tindak sistem
agribisnis dan minabisnis; dan
3. Meningkatkan akurasi dan koneksivitas data/informasi
serta pemantauan distribusi dan akses pangan.
Strategi S – T (Perluasan) :
1. Meningkatkan kapabilitas dan
aksesibilitas sumberdaya
manusia penyelenggara
penyuluhan; dan
2. Meningkatkan jejaring kerja
dalam proses transfer hasil
pemuliaan dengan kebutuhan
informasi dan inovasi teknologi
pangan utama terapan.
III - 35
Kekuatan (S)
4. Sarana prasarana dalam bentuk bangunan
kantor beserta fasilitas kerjanya dan penunjang
mobilitas pembinaan ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan sudah mulai
tertata dengan baik, melalui pembiayaan DAK
dan Dekonsentrasi pemerintah pusat, Bantuan
Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
maupun APBD Kabupaten Bogor;
5. Telah dilakukan rekruitmen 200 orang PPS
sektor pertanian, perikanan dan kehutanan
yang memiliki peran dan fungsi yang sama
dengan THL-TBPP dan THL-P2BN, sebagai
aplikasi Exit Strategy Pemerintah Kabupaten
Bogor dalam memenuhi kondisi ideal jumlah
penyelenggara penyuluhan per masing-masing
satuan wilayah binaan; dan
III - 36
Kekuatan (S)
6. Percepatan yang cukup signifikan pada
perkembangan kuantitas dan kualitas
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha
mulai dari tingkat kelompok, gabungan
kelompok, pusat penyuluhan dan pelatihan
swadaya, beserta beberapa program
pengembangan agribisnis dan minabisnis yang
menyertainya.
Kelemahan (W)
1. Belum tersedianya dukungan anggaran bagi
pelaksanaan Tupoksi Kepala Sub Bagian Tata
Usaha di tingkat BP3K guna lebih
mengoptimalkan fokus kinerja aparatur,
sebagai aplikasi Perbup Bogor Nomor 28 Tahun
2013 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja BP3K pada BKP5K Kabupaten Bogor;
Strategi W – O (Pengembangan) :
1. Meningkatkan pola pengawasan keamanan pangan dan
pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam
penyediaan pangan secara mandiri; dan
2. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan penyuluhan
swadaya sebagai Technology Agent Unit.
Strategi W – T (Perombakan) :
1. Meningkatkan peran dan fungsi
pemangku kepentingan beserta
kelembagaannya dalam
penanganan daerah rawan
pangan dan transien pada
berbagai tingkatan wilayah; dan
2. Meningkatkan penerapan pola
usaha Integrated Farming and
Tourism System.
III - 37
Kelemahan (W)
2. Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
PNS yang berusia diatas 50 tahun sebanyak
111 orang (73,51%) sedangkan yang berusia
50 tahun ke bawah sebanyak 40 orang
(26,49%) dari total penyuluh PNS yang ada, hal
ini mengindikasikan akan terjadinya degradasi
sumberdaya penyelenggara penyuluhan beserta
kapabilitas yang melekat didalamnya pada
beberapa tahun ke depan, serta akan
berdampak pada berkurangnya mobilitas dalam
aplikasi metodologi penyuluhan baik secara
teknis maupun administrasi
pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja;
3. Belum meratanya kapabilitas penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan, kaitannya
dengan tuntutan terhadap fungsi polyvalensi
yang melekat pada lembaga BP3K, bagi
pelayanan pengembangan sektor pertanian,
perikanan dan kehutanan di tingkat kelompok
pelaku utama dan pelaku usaha, dalam
mendukung ketahanan pangan;
III - 38
Kelemahan (W)
4. Sarana penunjang kinerja personal penyuluh
dalam mengaplikasikan metodologi penyuluhan
terkini di tingkat kelompok pelaku utama dan
pelaku usaha, belum terpenuhi secara
proporsional dan memadai (Soil Test Kit, Global
Positioning System, Water Test Kit, dll); dan
5. Belum tersusunnya dokumen Grand Design
Penguatan Ketahanan Pangan Kabupaten
Bogor.
IV - 1
BAB IV
VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN
KEBIJAKAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA
PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K)
KABUPATEN BOGOR
4.1. VISI DAN MISI
A. Pernyataan Visi
Dalam rangka mendukung pencapaian Visi Pemerintah
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 yaitu “KABUPATEN
BOGOR MENJADI KABUPATEN TERMAJU DI INDONESIA”,
sekaligus sebagai bentuk tindak lanjut dari tugas pokok dan
fungsi yang telah diamanatkan dengan mempertimbangkan
berbagai masukan dari stakeholders, maka BKP5K Kabupaten
Bogor menetapkan Visi nya yaitu :
“TERWUJUDNYA PELAKU UTAMA DAN PELAKU USAHA YANG
TANGGUH, MANDIRI DAN BERDAYA SAING”
Pernyataan Visi di atas bermakna, yaitu :
TANGGUH bermakna, dengan segenap proses yang
mengandung berbagai metode serta pendekatan pembinaan
ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan bagi
pelaku utama dan pelaku usaha, diharapkan mampu
menciptakan perubahan Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan (PSK) agar peningkatan kualitas sumberdaya
manusia beserta kelembagaannya dapat tercapai hingga
tahap mumpuni dan unggul dalam penguasaan hal teknis
dan administratif;
MANDIRI bermakna, dengan tercapainya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia beserta kelembagaannya
yang tangguh, diharapkan akan berdampak kepada
kemandirian baik personal pelaku utama dan pelaku usaha
maupun kelembagannya dalam ber-interaksi dengan
stakeholders lainnya pada segala bidang jejaring kerjasama,
hingga mampu menciptakan suasana kondusif prospektif
bagi pengembangan diri dan bidang usahanya secara
mandiri tanpa harus selalu mengharapkan pendampingan
IV - 2
pembinaan ketahanan pangan dan penyelenggaraan
penyuluhan yang berpotensi menimbulkan sikap
ketergantungan;
BERDAYA SAING bermakna, tentunya merupakan hasil
akhir dari kemandirian, kedinamisan dan kesejahteraan
yang telah terbentuk di tingkat pelaku utama dan pelaku
usaha beserta kelembagaannya maupun unsur masyarakat
lainnya, dengan harapan besar mampu menciptakan
keberhasilan proses keberdayaan sekaligus produk
pertanian, perikanan dan kehutanan yang bernilai
kepatutan Bargaining Position, agar pada perkembangannya
mampu menciptakan tidak hanya tingginya kemampuan
dan daya saing semata, akan tetapi mampu
mengkondisikan sekaligus menempatkan personal dan
kelembagaannya sebagai sumber aktif partisipatif
pergerakan perekonomian masyarakat Kabupaten Bogor
secara menyeluruh.
B. Pernyataan Misi
Memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten
Bogor Tahun 2013-2018 serta Visi BKP5K, tugas pokok dan
fungsi yang telah diamanatkan dengan mempertimbangkan
berbagai masukan dari stakeholders, BKP5K Kabupaten Bogor
secara langsung berkontribusi terhadap pencapaian
Misi ke – 2 Pemerintah Kabupaten Bogor yaitu “Meningkatkan
Daya Saing Perekonomian Masyarakat dan Pengembangan
Usaha Berbasis Sumberdaya Alam dan Pariwisata”. Oleh
karenanya ditetapkan Misi BKP5K Kabupaten Bogor, sebagai
berikut :
1. Meningkatkan Kapabilitas Sumberdaya Manusia dan
Kelembagaan Penyuluhan
Misi ini mengandung makna, dalam upaya
pencapaian visi dilakukan salah satunya dengan
membentuk sekaligus memberdayakan kelembagaan
penyuluhan baik tingkat kabupaten maupun kecamatan
dan desa/kelurahan sebagai pelaksana kebijakan hingga
tahap ideal, membina sumberdaya manusia baik aparatur
IV - 3
maupun kelompok utama melalui pendidikan, pelatihan,
penyuluhan dan pendampingan yang berkesinambungan.
2. Meningkatkan Jejaring Kerja dalam Alih Inovasi Teknologi
dalam Mendukung Ketahanan Pangan
Misi ini mengandung makna, dalam upaya
pencapaian visi dilakukan salah satunya dengan
memfasilitasi terbentuknya suatu hubungan mutualisme
diantara stakeholders berdasarkan masing-masing keahlian
dan proses kaji terapnya, pelaku agribisnis dan minabisnis
lainnya dengan proses ekonominya, serta pelaku utama
dan pelaku usaha sebagai mitra pembinaan dengan proses
budidayanya, melalui pembinaan kewirausahaan yang
diarahkan kepada terjalinnya sebuah kemitraan yang
menguntungkan secara proporsional dan berkelanjutan,
demi terwujudnya ketahanan pangan baik dari sisi
produksi, distribusi maupun konsumsi.
4.2. TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan
dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun mendatang.
Tujuan Strategis ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan
visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis
lingkungan strategis, sehingga dapat mengarahkan perumusan
sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi dan pada akhirnya visi. Berdasarkan tujuan
yang ditetapkan, maka BKP5K Kabupaten Bogor akan dapat
mengetahui hal-hal yang harus dicapai dalam kurun waktu satu
sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan
sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki, serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu
yang akan dicapai atau dihasilkan oleh lembaga dalam jangka
waktu tertentu. Sasaran adalah salah satu dasar di dalam
penilaian dan pemantauan kinerja sehingga merupakan alat
pemicu bagi organisasi terhadap sesuatu yang harus dicapai.
IV - 4
Perumusan tujuan dan sasaran BKP5K Kabupaten Bogor
Tahun 2013-2018 berikut indikator kinerja pelayanan dengan
penjelasan tentang definisi, program pendukung dan rumus
perhitungannya, yang telah dirumuskan dalam RPJMD
Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018, disajikan
sebagai berikut :
Tujuan :
Terjaminnya ketahanan pangan masyarakat
Sasaran :
1. Berkembangnya agribisnis pertanian dan minabisnis
perikanan; dan
2. Meningkatnya produksi, produktifitas, distribusi dan
konsumsi pangan daerah.
Indikator Sasaran :
1. Cakupan Bina Penguatan Kelembagaan Pelaku Utama dan
Pelaku Usaha (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan
perbandingan antara perkembangan jumlah kelompok
pelaku utama per sektor per kelas kemampuan Pemula,
Lanjut, Madya dan Utama pada tahun n dengan jumlah
pada tahun dasar.
Program Utama :
1) Peningkatan Kesejahteraan Petani
Rumus perhitungan :
Jumlah kelompok tahun n – Jumlah kelompok tahun dasar x 100 Jumlah kelompok tahun dasar
Keterangan :
1) Tahun dasar perhitungan yaitu tahun 2013;
2) Rumus perhitungan diterapkan per sektor per kelas
kemampuan; dan
3) Tidak terdapat kelas kemampuan Lanjut pada sektor
perikanan berdasarkan nomenklatur Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI.
IV - 5
2. Cakupan Bina Wilayah Penyelenggaraan Penyuluhan
Pelaku Utama dan Pelaku Usaha (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan
perbandingan antara jumlah penyuluh PNS dan Non
PNS dengan jumlah wilayah pelayanan penyuluhan
dalam satuan kecamatan dan desa/kelurahan, sesuai
kondisi ideal pelayanan penyuluhan per sektor
Program utama :
1) Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Rumus perhitungan :
Pertanian :
(Jumlah penyuluh pertanian x 1,00) x 100
Jumlah desa/kelurahan
Kehutanan :
(Jumlah penyuluh kehutanan x 0,25) x 100
Jumlah kecamatan
Perikanan :
(Jumlah penyuluh perikanan x 0,50) x 100
Jumlah kecamatan
Keterangan :
1) Kondisi ideal pelayanan penyuluhan per sektor
berdasarkan nomenklatur masing-masing
kementerian :
Pertanian : 1 desa/kelurahan 1 penyuluh (1,00)
Kehutanan : 1 kecamatan 4 penyuluh (0,25)
Perikanan : 1 kecamatan 2 penyuluh (0,50)
3. Cakupan Bina Kelompok Pelaku Utama dan Pelaku
Usaha (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan
perbandingan antara jumlah kelompok peserta
bimbingan teknis dengan jumlah kelompok per sektor,
sebagai bentuk proses diseminasi inovasi teknologi
terkini dan pendampingan pengelolaan berkelanjutan
fasilitasi penyediaan sarana produksi
IV - 6
Program utama :
1) Peningkatan Produksi Hasil Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Rumus perhitungan :
Jumlah kelompok peserta bimbingan teknis x 100
Jumlah kelompok per sektor
Keterangan :
1) Rumus perhitungan diterapkan per sektor
4. Cakupan Aplikasi Teknologi Lahan Pangan Utama (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan
perbandingan antara jumlah luas lahan pangan utama
yang telah menerapkan teknologi terkini dengan luas
lahan produktif pangan utama
Program utama :
1) Penerapan Teknologi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Rumus perhitungan :
Jumlah luas lahan SLPTT x 100
Jumlah luas lahan produktif pangan utama
5. Indikator sasaran :
a. Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita (%)
b. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian
tingkat ketersediaan energi dan protein per kapita, serta
ketersediaan cadangan pangan Kabupaten Bogor yang
berhasil dicapai
Program utama :
1) Pengembangan Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Rumus perhitungan :
Tingkat Ketersediaan Energi (%) =
Ketersediaan Energi x 100
Tingkat Ketersediaan Energi
Ketersediaan Energi (Kkal/Kapita/Hari) =
Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari x Kandungan Kalori x BDD
100
IV - 7
Tingkat Ketersediaan Protein (%) =
Ketersediaan Protein x 100
Tingkat Ketersediaan Protein
Ketersediaan Protein =
Ketersediaan Pangan (Gram/Kapita/Hr) x Kandungan (Gram/Kapita/Hr) Protein x BDD 100
Nilai Capaian Cadangan Pangan Pemerintah Daerah =
Jumlah Cadangan Pangan Beras x 100
100 ton
Keterangan :
1) BDD = Bagian yang Dapat Dimakan (Buku Daftar
Komposisi Bahan Makanan/DKBM);
2) Tingkat Ketersediaan Energi rekomendasi Forum
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG ke VIII
tahun 2004 menetapkan tingkat ketersediaan energi
sebesar 2.400 Kkal/Kapita/Hari dan protein
58 Gram/Kapita/Hari; dan
3) Ketersediaan Energi dan Protein didapat dari
Software Neraca Bahan Makanan (NBM) dari MWA
Training & Consulting Lembaga Tata Kelola
Ketahanan Pangan.
6. Indikator Sasaran :
a. Ketersediaan/Informasi Pasokan, Harga dan Akses
Pangan (%)
b. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian
tingkat ketersediaan/informasi pasokan, harga dan
akses pangan, serta stabilitas harga dan pasokan
pangan yang berhasil dicapai
Program utama :
1) Pengembangan Distribusi dan Akses Pangan
Rumus perhitungan :
Nilai Capaian Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga
dan Akses Pangan (K) =
n 3
K = ∑ Ki ; Ki = ∑ Realisasi (j) x 100
i=1 j=1 Target (j)
3 3
IV - 8
Stabilitas Harga (SH) dan Stabilitas Pasokan
Pangan (SP) =
n
SK = ∑ SKi
i=1
n
Stabilitas Harga dan Pasokan komoditas ke i (SKi) =
2 – CVKRi x 100
CVKTi
CVKRi = SDKRi x 100 ; CVKTi = SDKTi x 100
KRi KTi
n n SDKRi = √ ∑ (KRi – KRi)2 ; KRi = ∑ KRi
i=1 i=1
n – 1 n
n n
SDKTi = √ ∑ (KTi – KTi)2 ; KTi = ∑ KTi i=1 i=1
n – 1 n
Keterangan :
1) Ki = Ketersediaan informasi menurut i; dimana
i=1=Harga, i=2=Pasokan, i=3=Akses;
2) Realisasi (j) = Banyaknya informasi yang terealisasi
pengumpulannya menurut j; dimana
j=1=Komoditas, j=2=Lokasi, j=3=Waktu;
3) Target (j) = Sasaran banyaknya informasi yang akan
dikumpulkan menurut j; dimana j=1=Komoditas,
j=2=Lokasi, j=3=Waktu;
4) Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan
di suatu wilayah kurang dari 25% dari kondisi
normal;
5) Pasokan pangan dinyatakan stabil jika penurunan
pasokan pangan di suatu wilayah berkisar antara
5% - 40%;
H untuk Harga
6) K =
P untuk Pasokan
7) SHi = Stabilitas harga komoditas ke i; SPi =
Stabilitas Pasokan komoditas ke i; i = 1,2,3,…….n;
n = Jumlah komoditas;
8) SHi dan SPi digambarkan dengan koefisien
keragaman (CV);
IV - 9
9) CVKRi = Koefisien keragaman realisasi untuk harga
dan pasokan komoditas ke-i; CVKTi = Koefisien
keragaman target untuk harga dan pasokan
komoditas ke-i;
10) SDKRi = Standar deviasi realisasi untuk harga dan
pasokan komoditas ke i; KRi = Rata-rata realisasi
untuk harga dan pasokan komoditas ke i;
11) SDKTi = Standar deviasi target untuk harga dan
pasokan komoditas ke i; KTi = Rata-rata target
untuk harga dan pasokan komoditas ke i;
Realisasi harga komoditas ke i (HRi)
12) KRi =
Realisasi pasokan komoditas ke i (PRi)
Rata-rata realisasi harga komoditas ke i (HRi)
13) KRi =
Rata-rata realisasi pasokan komoditas ke i (PRi)
7. Indikator Sasaran :
a. Skor Pola Pangan Harapan (%)
b. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan pencapaian
tingkat skor pola pangan harapan serta pengawasan dan
pembinaan ketahanan pangan yang berhasil dicapai
Program utama :
1) Pengembangan Penganekaragaman dan Keamanan
Pangan
Rumus perhitungan :
Skor PPH/Prosentase (%) AKG =
Energi masing-masing komoditas x 100
AKG
Pangan Aman =
Jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi x 100 Jumlah total sampel yang diperdagangkan
Keterangan :
1) AKG = Angka Kecukupan Gizi; dan
2) Skor Pola Pangan Harapan (PPH) didapat dari
Software Neraca Bahan Makanan (NBM) dari
IV - 10
MWA Training & Consulting Lembaga Tata Kelola
Ketahanan Pangan.
8. Pengkoordinasian Penanganan Daerah Rawan Pangan (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan perhitungan
perbandingan antara daerah rawan pangan yang
ditangani dengan jumlah daerah rawan pangan yang
masih ada, yang terdiri dari beberapa kategori yaitu :
Rawan Ketersediaan Pangan, Rawan Rumah Tangga
Miskin, Rawan Akses Jalan, Rawan Akses Listrik, Rawan
Gizi Kurang, Rawan Akses Air Bersih dan Rawan Akses
Fasilitas Kesehatan
Program utama :
1) Penanganan Kerawanan Pangan
Rumus perhitungan :
Capaian Pengkoordinasian Penanganan Daerah Rawan
Pangan =
Realisasi Penanganan Daerah Rawan Pangan x 100
Target Penanganan Daerah Rawan Pangan
Keterangan :
1) Rumus perhitungan diterapkan per kategori rawan
9. Indikator Sasaran :
a. Regulasi Ketahanan Pangan (Dokumen)
b. Ketersediaan Pangan Utama (%)
Definisi :
Indikator ini berkaitan dengan jumlah regulasi
ketahanan pangan yang diterbitkan sebagai landasan
hukum pencapaian rencana aksi dan evaluasi
penguatan ketahanan pangan yang aplikatif, guna
menjamin khususnya ketersediaan pangan utama serta
unsur ketahanan pangan lainnya
Program utama :
1) Koordinasi Ketahanan Pangan
Rumus perhitungan :
Capaian Ketersediaan Pangan Utama =
Rata-rata Jumlah Ketersediaan Pangan Utama per Tahun (Kg) x 100
Jumlah Penduduk
IV - 11
Rata-rata Jumlah Ketersediaan Pangan Utama per
Tahun (Kg) =
63,20% x (Produksi Padi Sawah + Padi Gogo) x 100
(105,86 x Jumlah Penduduk) / 1.000
Keterangan :
1) 63,20% = prosentase net production / beras yang
diperoleh (36,80% = rendemen); 105,86 = tingkat
konsumsi beras per kapita per tahun; dan 1.000 =
konversi antara satuan Ton dan Kg
Upaya pencapaian kinerja pelayanan BKP5K dalam bentuk
pembinaan ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan
tidak hanya ditempuh melalui program utama sebagaimana yang
telah terurai sebelumnya, akan tetapi didukung pula melalui
beberapa program penunjang, sebagai berikut :
1) Pelayanan Administrasi Perkantoran;
2) Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur;
3) Peningkatan Disiplin Aparatur;
4) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur; dan
5) Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan.
Untuk lebih lengkapnya, tujuan dan sasaran jangka
menengah BKP5K sebagaimana yang tersaji pada tabel IV.1.
berikut ini.
IV - 12
IV - 13
IV - 14
4.3. STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Merujuk pada tujuan dan sasaran jangka menengah
dimaksud, khususnya dalam mendukung pencapaian 9 indikator
sasaran BKP5K dan 2 Penciri Termaju Kabupaten Bogor yaitu :
1) Produksi benih ikan hias dan benih ikan konsumsi air tawar
terbanyak di Indonesia; dan 2) Tercapainya swasembada benih
padi unggul bersertifikat, maka rumusan strategi dan kebijakan
berdasarkan hasil SWOT Analysis BKP5K yang digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam kesesuaian penetapan program dan
kegiatan, dijabarkan berdasarkan misi BKP5K sebagai berikut :
1. Misi Pertama : Meningkatkan Kapabilitas Sumberdaya
Manusia dan Kelembagaan Penyuluhan
Tujuan :
Terjaminnya ketahanan pangan masyarakat
Sasaran :
Berkembangnya agribisnis pertanian dan minabisnis
perikanan
Indikator Sasaran :
1. Cakupan Bina Penguatan Kelembagaan Pelaku Utama
dan Pelaku Usaha (%)
Kelompok Pemula
- Pertanian
- Kehutanan
- Perikanan
Kelompok Lanjut
- Pertanian
- Kehutanan
Kelompok Madya
- Pertanian
- Kehutanan
- Perikanan
Kelompok Utama
- Pertanian
- Kehutanan
- Perikanan
IV - 15
2. Cakupan Bina Wilayah Penyelenggaraan Penyuluhan
Pelaku Utama dan Pelaku Usaha (%)
- Pertanian
- Kehutanan
- Perikanan
3. Cakupan Bina Kelompok Pelaku Utama dan Pelaku
Usaha (%)
- Pertanian
- Kehutanan
- Perikanan
4. Cakupan Aplikasi Teknologi Lahan Pangan Utama (%)
Strategi :
1. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan
penyuluhan swadaya sebagai Technology Agent Unit;
2. Meningkatkan kapabilitas dan aksesibilitas sumberdaya
manusia penyelenggara penyuluhan;
3. Meningkatkan penerapan pola usaha Integrated Farming
and Tourism System; dan
4. Meningkatkan jejaring kerja dalam proses transfer hasil
pemuliaan dengan kebutuhan informasi dan inovasi
teknologi pangan utama terapan.
Kebijakan :
1. Fasilitasi pemenuhan kelengkapan yuridis formal dan
administratif kelembagaan swadaya, serta sarana dan
media diseminasi informasi dan inovasi teknologi;
2. Pengayaan kapabilitas teknis dan manajemen, serta
pemenuhan sarana pendukung kinerja penyelenggara
penyuluhan, guna meng-akses informasi dan inovasi
teknologi On Farm hingga Off Farm;
3. Pendampingan integrasi pola usaha yang berorientasi
pada kualitas produk beserta potensi wisata yang
responsif Market Demand secara simultan dan ramah
lingkungan; dan
4. Optimalisasi tingkat partisipasi petani pangan utama
beserta kelembagaannya dalam diseminasi informasi
IV - 16
dan inovasi teknologi terkini secara bertahap dan
berkelanjutan.
Program Utama :
1. Peningkatan Kesejahteraan Petani;
2. Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan;
3. Peningkatan Produksi Hasil Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan; dan
4. Penerapan Teknologi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan.
2. Misi Kedua : Meningkatkan Jejaring Kerja dalam Alih Inovasi
Teknologi dalam Mendukung Ketahanan
Pangan
Tujuan :
Terjaminnya ketahanan pangan masyarakat
Sasaran :
Meningkatnya produksi, produktifitas, distribusi dan
konsumsi pangan daerah
Indikator Sasaran :
1. a. Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita (%)
- Energi
- Protein
b. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (%)
2. a. Ketersediaan/Informasi Pasokan, Harga dan Akses
Pangan (%)
b. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (%)
3. a. Skor Pola Pangan Harapan (%)
b. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%)
4. Pengkoordinasian Penanganan Daerah Rawan
Pangan (%)
a. Rawan Ketersediaan Pangan
b. Rawan Rumah Tangga Miskin
c. Rawan Akses Jalan
d. Rawan Akses Listrik
e. Rawan Gizi Kurang
f. Rawan Akses Air Bersih
IV - 17
g. Rawan Akses Fasilitas Kesehatan
5. a. Regulasi Ketahanan Pangan (Dokumen)
b. Ketersediaan Pangan Utama (%)
Strategi :
1. Meningkatkan aplikasi, evaluasi serta kaji tindak sistem
agribisnis dan minabisnis;
2. Meningkatkan akurasi dan koneksivitas data/informasi
serta pemantauan distribusi dan akses pangan;
3. Meningkatkan pola pengawasan keamanan pangan dan
pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam
penyediaan pangan secara mandiri;
4. Meningkatkan peran dan fungsi pemangku kepentingan
beserta kelembagaannya dalam penanganan daerah
rawan pangan dan transien pada berbagai tingkatan
wilayah; dan
5. Meningkatkan kualitas regulasi ketahanan pangan
sebagai landasan hukum pencapaian rencana aksi dan
evaluasi penguatan ketahanan pangan yang aplikatif.
Kebijakan :
1. Pemberian pola insentif dalam rangka pengembangan
agribisnis dan minabisnis;
2. Optimalisasi koordinasi lintas sektor dan jenjang
kewenangan guna menjamin kemudahan aksesibilitas
kebutuhan pangan;
3. Fasilitasi sarana prasarana pemanfaatan lahan
pekarangan dan pengolahan pangan berbasis teknologi
bernilai ekonomis dan layak konsumsi;
4. Optimalisasi keberlanjutan sinergitas penyebarluasan
informasi serta kontribusi kinerja cepat tanggap rawan
pangan dengan prinsip tepat sasaran, tepat waktu dan
tepat jumlah; dan
5. Fasilitasi kompilasi, pengolahan dan analisis data dalam
perumusan regulasi, agar dapat bersifat pro-aktif dalam
ber-sinergis dengan penyelenggaraan penyuluhan guna
menyikapi dinamika ketahanan pangan terkini.
IV - 18
Program Utama :
1. Pengembangan Ketersediaan dan Cadangan Pangan;
2. Pengembangan Distribusi dan Akses Pangan;
3. Pengembangan Penganekaragaman dan Keamanan
Pangan;
4. Penanganan Kerawanan Pangan; dan
5. Koordinasi Ketahanan Pangan.
Untuk lebih lengkapnya tentang rumusan strategi dan
kebijakan BKP5K dapat dicermati pada tabel IV.2. berikut ini.
V - 1
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K)
KABUPATEN BOGOR
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk
mencapai tujuan dan sasaran serta memperoleh alokasi anggaran, atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
Berikut disajikan program dan kegiatan BKP5K Kabupaten Bogor
sepanjang periode Renstra Tahun 2013-2018, sebagai berikut :
A. Program dan Kegiatan Lokalitas SKPD
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Program ini dimaksudkan untuk : Memfasilitasi
pencapaian optimalisasi pelayanan administrasi perkantoran
yang terpadu dan berkualitas.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Penyediaan jasa surat menyurat;
2) Penyediaan jasa komunikasi, sumberdaya air dan listrik;
3) Penyediaan jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan
dinas / operasional;
4) Penyediaan jasa kebersihan kantor;
5) Penyediaan alat tulis kantor;
6) Penyediaan barang cetakan dan penggandaan;
7) Penyediaan komponen instalasi listrik / penerangan
bangunan kantor;
8) Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
undangan;
9) Penyediaan bahan logistik Kantor;
10) Penyediaan makanan dan minuman;
11) Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam dan keluar
daerah;
V - 2
12) Penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi / teknis
perkantoran;
13) Penyediaan pelayanan administrasi kepegawaian;
14) Penyediaan sewa tempat; dan
15) Penyediaan pelayanan keamanan.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program ini dimaksudkan untuk : Memfasilitasi
penyediaan sarana prasarana perkantoran yang mendukung
kelancaran, kenyamanan dan peningkatan kinerja aparatur
SKPD.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pembangunan gedung kantor;
2) Pengadaan kendaraan dinas / operasional;
3) Pengadaan mebeleur;
4) Penyusunan Detail Engineering Design (DED) gedung kantor;
5) Pengadaan peralatan kantor;
6) Pengadaan perlengkapan kantor;
7) Pemeliharaan rutin / berkala gedung kantor;
8) Pemeliharaan rutin / berkala kendaraan dinas /
operasional;
9) Pemeliharaan rutin / berkala perlengkapan gedung kantor;
10) Pemeliharaan rutin / berkala peralatan gedung kantor;
11) Pemeliharaan rutin / berkala taman halaman kantor;
12) Pemasangan jaringan air; dan
13) Pengadaan lahan perkantoran.
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Program ini dimaksudkan untuk : Memfasilitasi upaya
peningkatan disiplin aparatur dalam berkontribusi terhadap
peningkatan kinerja SKPD sebagai hasil akhir.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya.
V - 3
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
Program ini dimaksudkan untuk : Memfasilitasi upaya
peningkatan kapasitas aparatur guna menyikapi secara pro aktif
perkembangan kebijakan dan mekanisme pelaksanaan program
dan kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan, sekaligus
pembinaan terhadap jasmani dan rohaninya.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pembinaan mental dan rohani bagi aparatur; dan
2) Pendidikan dan pelatihan non formal.
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
Program ini dimaksudkan untuk : Memfasilitasi
tercapainya penilaian dan evaluasi pelaporan capaian kinerja
dan keuangan SKPD serta peningkatan kinerja aparatur SKPD
pada tahun mendatang.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi
kinerja SKPD;
2) Penyusunan pelaporan keuangan semesteran;
3) Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun;
4) Penyusunan perencanaan anggaran;
5) Penatausahaan keuangan SKPD;
6) Monitoring, evaluasi dan pelaporan SKPD;
7) Publikasi kinerja;
8) Penyusunan Renstra SKPD;
9) Penyusunan Renja SKPD;
10) Penyusunan monografi Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan; dan
11) Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan dan
Penyelenggaraan Penyuluhan.
V - 4
6. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program ini dimaksudkan untuk : Memfasilitasi
terjalinnya hubungan erat antara pelaku utama dan pelaku
usaha dengan penyuluh sebagai salah satu sumber informasi
dalam mengakses informasi, teknologi terapan dan sumberdaya
lainnya, sekaligus memperkuat dan meningkatkan hubungan
yang baik antara pelaku utama dan pelaku usaha dengan
sumber informasi dan teknologi lainnya, sehingga terjadi
sinergitas dalam pengembangan proses adopsi inovasi.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Peningkatan kemampuan lembaga petani;
2) Penguatan kelembagaan penyuluhan;
3) Pemberdayaan lembaga penyuluhan swadaya; dan
4) Penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok
(RDKK).
7. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Program ini dimaksudkan untuk : Lebih meningkatkan
kuantitas dan kualitas penyuluh beserta kelembagaannya baik
dari sisi pemenuhan sarana pendukung kinerja maupun
pengaturan pola kinerja, sehingga mampu memberikan
kontribusi terhadap proses dan hasil penyelenggaraan
penyuluhan secara optimal.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Peningkatan kinerja aparatur penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan;
2) Pelatihan PPS (Penyuluh Pertanian Swadaya); dan
3) Pelatihan pertanian terpadu.
8. Program Penerapan Teknologi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Program ini dimaksudkan untuk : Meningkatkan tingkat
adopsi teknologi tepat guna sekaligus mensosialisasikan kondisi
dan potensi sektor pertanian, perikanan dan kehutanan kepada
stakeholders, agar masing-masing pihak yang terlibat dan
V - 5
berkepentingan didalamnya dapat menganalisa peranan dan
kontribusi yang dapat diberikan bagi pengembangan yang
berkelanjutan.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pembuatan media penyuluhan cetak dan elektronik;
2) Penyelenggaraan demplot dan kursus tani pertanian,
perikanan dan kehutanan; dan
3) Penataan Lanskap Agro Farming System Park (AFSP).
B. Program dan Kegiatan Lintas SKPD
1. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-
undangan; dan
2) Bimbingan teknis Perpres 70.
2. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Penyusunan programa dan rencana kerja penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan.
3. Program Peningkatan Produksi Hasil Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Program ini dimaksudkan untuk : Turut mengakselerasi
peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perikanan
dan kehutanan yang ada di masyarakat melalui bimbingan
teknis dan pendampingan pelaksanaan adopsi teknologi tepat
guna, yang akan mendorong tingkat partisipasi masyarakat
dalam penumbuhan usaha produktif yang ekonomis.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pendukung program Gerakan Peningkatan Produksi Padi
Berbasis Masyarakat (GP3M);
2) Pendukung Peningkatan Produksi Benih Padi Unggul
Bersertifikat; dan
V - 6
3) Pendukung Peningkatan Produksi Benih Ikan Unggul.
C. Program dan Kegiatan Kewilayahan
1. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pembangunan gedung kantor BP3K VII (DAK Tahun 2014);
2) Pembangunan gedung kantor BP3K X (DAK Tahun 2014);
3) Pembangunan gedung kantor BP3K II (DAK Tahun 2014);
4) Pembangunan gedung kantor BP3K VI (DAK Tahun 2014);
5) Pembangunan gedung kantor BP3K VIII (DAK Tahun 2014);
6) Pengadaan kendaraan dinas / operasional (DAK
Tahun 2014);
7) Pengadaan meubeleur (DAK Tahun 2014);
8) Pengadaan peralatan kantor (DAK Tahun 2014);
9) Pengadaan perlengkapan kantor (DAK Tahun 2014);
10) Pembangunan gedung kantor BP3K III (DAK Tahun 2015);
11) Pengadaan perlengkapan kantor (DAK Tahun 2015);
12) Pembangunan gedung kantor BP3K V (DAK Tahun 2016);
13) Pembangunan gudang kantor BP3K (DAK Tahun 2016);
14) Pengadaan kendaraan dinas / operasional (DAK
Tahun 2016);
15) Pengadaan peralatan kantor (DAK Tahun 2016);
16) Pengadaan perlengkapan kantor (DAK Tahun 2016);
17) Pembangunan gudang kantor BP3K (DAK Tahun 2017);
18) Pengadaan perlengkapan kantor (DAK Tahun 2017);
19) Pembangunan gedung kantor pengembangan BP3K VIII /
Pamijahan (DAK Tahun 2018);
20) Pembangunan gudang kantor BP3K (DAK Tahun 2018);
21) Pengadaan kendaraan dinas / operasional (DAK
Tahun 2018);
22) Pengadaan peralatan kantor (DAK Tahun 2018); dan
23) Pengadaan perlengkapan kantor (DAK Tahun 2018).
2. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Sosialisasi SKKNI Kementerian.
V - 7
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pendukung manajemen usaha tani;
2) Pendukung Minapolitan;
3) Lomba kelompok pertanian dan peternakan;
4) Lomba kelompok perikanan dan kehutanan; dan
5) Pendampingan dan pembinaan Posdaya.
4. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan di tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten;
2) Penyediaan jasa penyuluh non PNS;
3) Penunjang kegiatan penyuluhan pertanian (bantuan
keuangan Provinsi Jawa Barat);
4) Penunjang kegiatan penyuluhan perikanan (bantuan
keuangan Provinsi Jawa Barat); dan
5) Penunjang kegiatan penyuluhan kehutanan (bantuan
keuangan Provinsi Jawa Barat).
5. Program Peningkatan Produksi Hasil Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pendukung pengembangan agribisnis pertanian;
2) Pendukung peningkatan produksi peternakan;
3) Pendukung peningkatan produksi perikanan; dan
4) Pendukung pengembangan hutan kemasyarakatan.
6. Program Penerapan Teknologi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Penyebarluasan informasi penyuluhan dan promosi
produk; dan
2) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).
V - 8
7. Program Pengembangan Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Program ini dimaksudkan untuk : Mengkoordinasikan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi tentang
pengembangan ketersediaan dan cadangan pangan, agar
peningkatan ketahanan pangan dapat tercapai sesuai harapan.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Penyusunan peta ketersediaan dan cadangan pangan;
2) Penyusunan dan analisis Neraca Bahan Makanan (NBM);
3) Pembinaan dan pengembangan cadangan pangan
pemerintah;
4) Pengembangan, pelatihan dan pendampingan Desa Mandiri
Pangan (DEMAPAN);
5) Model pengembangan kawasan ketahanan pangan di
kecamatan;
6) Penyediaan Lumbung Pangan Masyarakat (DAK
Tahun 2014);
7) Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) ketahanan
pangan;
8) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Bantuan Keuangan
Provinsi Jawa Barat);
9) Penyusunan peta kerawanan pangan (FSVA);
10) Penyediaan Lumbung Pangan Masyarakat (DAK
Tahun 2015);
11) Penyediaan Lumbung Pangan Masyarakat (DAK
Tahun 2016);
12) Penyediaan Lumbung Pangan Masyarakat (DAK
Tahun 2017); dan
13) Penyediaan Lumbung Pangan Masyarakat (DAK
Tahun 2018);
8. Program Pengembangan Distribusi dan Akses Pangan
Program ini dimaksudkan untuk : Mengkoordinasikan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi tentang
pengembangan distribusi dan akses pangan, agar peningkatan
ketahanan pangan dapat tercapai sesuai harapan.
V - 9
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pelatihan SDM untuk pengumpulan data dan analisis
harga, distribusi dan akses pangan;
2) Pengumpulan dan penyediaan data informasi serta
pemantauan ketersediaan, distribusi, harga dan
pasokan; dan
3) Penyusunan statistik ketahanan pangan.
9. Program Pengembangan Penganekaragaman dan Keamanan
Pangan
Program ini dimaksudkan untuk : Mengkoordinasikan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi tentang
pengembangan penganekaragaman dan keamanan pangan, agar
peningkatan ketahanan pangan dapat tercapai sesuai harapan.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pembinaan dan pengembangan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP);
2) Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL-Optimalisasi Pekarangan);
3) Pembinaan dan pengawasan keamanan pangan;
4) Lomba cipta menu Bergizi, Beragam, Seimbang dan Aman
(B2SA); dan
5) Promosi pangan lokal pada Hari Pangan Sedunia (HPS).
10. Program Penanganan Kerawanan Pangan
Program ini dimaksudkan untuk : Mengkoordinasikan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi tentang
penanganan kerawanan pangan, agar peningkatan ketahanan
pangan dapat tercapai sesuai harapan.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Penyediaan dan pengembangan Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG) tingkat
desa/kecamatan/kabupaten; dan
2) Penanggulangan kerawanan pangan di daerah rawan
bencana (Transien) / pemberian bantuan sembako.
V - 10
11. Program Koordinasi Ketahanan Pangan
Program ini dimaksudkan untuk : Mengkoordinasikan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi tentang
perwujudan ketahanan pangan, agar peningkatan ketahanan
pangan dapat tercapai sesuai harapan.
Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai
berikut :
1) Pengkoordinasian penguatan dan kemandirian pangan; dan
2) Penyusunan analisis capaian SPM ketahanan pangan.
Adapun rencana program dan kegiatan, indikator kinerja,
kelompok sasaran dan pendanaan indikatif pada Renstra BKP5K
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018, tersaji secara rinci pada tabel V.1.
berikut ini.
VI - 1
BAB VI
INDIKATOR KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN
PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN
KEHUTANAN (BKP5K) KABUPATEN BOGOR YANG MENGACU PADA
TUJUAN DAN SASARAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BOGOR
Kontribusi peran pembinaan ketahanan pangan dan
penyelenggaraan penyuluhan tidak kalah penting kedudukannya pada
salah satu rangkaian pembangunan di Kabupaten Bogor, untuk itu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya BKP5K harus berkontribusi
secara langsung dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran RPJMD Kabupaten Bogor, yang ditunjukkan dengan indikator
kinerja pada tabel VI.1. berikut ini.
VII - 1
BAB VII
PENUTUP
Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun
2013-2018 merupakan dokumen perencanaan periode 5 (lima) tahunan
yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan sesuai tugas pokok dan fungsi Badan
Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan serta disusun dengan memperhitungkan seluruh
potensi dan kebutuhan (kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan).
Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor tahun
2013-2018 merupakan penjabaran dari RPJMD Kabupaten Bogor
Tahun 2013-2018 dan menjadi pedoman dalam penyusunan Renja
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan yang menjadi dokumen perencanaan
tahunan sebagai penjabaran dari Renstra Badan Ketahanan Pangan
dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Pelaksanaan Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ini sangat
memerlukan partisipasi, semangat, dan komitmen dari seluruh
aparatur BKP5K, karena akan menentukan keberhasilan pencapaian
kinerja program dan kegiatan yang telah disusun. Dengan demikian,
Renstra ini tidak hanya menjadi dokumen administrasi saja, karena
secara substansial merupakan pencerminan aspirasi pembangunan
yang memang dibutuhkan oleh stakeholders sesuai dengan visi dan
misi yang ingin dicapai.
BUPATI BOGOR
WAKIL,
Hj. NURHAYANTI
2014 2015 2016 2017 2018
1 3 4 5 6 7 8 9
1 Cakupan Bina Penguatan
Kelembagaan Pelaku Utama dan
Pelaku Usaha (%)
Kelompok Pemula
- Pertanian 1,70 1,82 3,77 5,87 8,10 10,47 10,47
- Kehutanan 14,52 15,49 33,80 56,34 83,10 115,49 115,49
- Perikanan 8,33 8,72 18,46 29,23 41,03 54,36 54,36
Kelompok Lanjut
- Pertanian 0,96 1,04 2,18 3,41 4,74 6,16 6,16
- Kehutanan 19,23 - 0,81 2,42 4,84 8,06 8,06
Kelompok Madya
- Pertanian 1,50 1,85 4,07 6,67 9,63 12,96 12,96
- Kehutanan - - 3,13 9,38 18,75 31,25 31,25
- Perikanan 5,26 10,00 25,00 45,00 70,00 95,00 95,00
Kelompok Utama
- Pertanian - - 4,00 12,00 24,00 40,00 40,00
- Kehutanan 50,00 - - - 33,33 100,00 100,00
- Perikanan 33,33 - - - 25,00 75,00 75,00
2 Cakupan Bina Wilayah
Penyelenggaraan Penyuluhan
Pelaku Utama dan Pelaku
Usaha (%)
- Pertanian 87,33 85,48 89,86 91,24 92,40 92,86 92,86
- Kehutanan 45,00 45,63 45,63 46,25 47,50 48,75 48,75
- Perikanan 57,50 56,25 58,75 62,50 63,75 66,25 66,25
3 Cakupan Bina Kelompok Pelaku
Utama dan Pelaku Usaha (%)
- Pertanian 2,23 2,24 2,40 2,54 2,67 2,80 12,22
- Kehutanan 10,43 4,98 5,47 5,80 5,96 5,97 23,88
- Perikanan 20,09 10,50 10,77 10,88 11,15 11,24 45,53
4 Cakupan Aplikasi Teknologi 3,85 15,77 18,22 19,09 20,78 22,47 97,12
Lahan Pangan Utama (%)
5 a Ketersediaan Energi dan
Protein Per Kapita (%)
- Energi 112,91 106,76 110,12 113,59 117,17 120,86 120,86
- Protein 136,84 141,15 145,60 150,19 154,92 159,80 159,80
b Penguatan Cadangan Pangan 50,00 60,00 80,00 85,00 90,00 100,00 100,00
Pemerintah Daerah (%)
6 a Ketersediaan / Informasi - 80,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
Pasokan, Harga dan Akses
Pangan (%)
b Stabilitas Harga dan Pasokan - 80,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
Pangan (%)
2
Tabel VI.1. Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor
No Indikator
Kondisi
Awal
(2013)
Target Capaian Setiap TahunKondisi
Kinerja
pada
Akhir
Periode
RPJMD
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor yang Mengacu pada
VI - 2
2014 2015 2016 2017 2018
1 3 4 5 6 7 8 92
No Indikator
Kondisi
Awal
(2013)
Target Capaian Setiap TahunKondisi
Kinerja
pada
Akhir
Periode
RPJMD
7 a Skor Pola Pangan Harapan (%) 74,70 78,30 90,00 93,00 96,00 100,00 100,00
b Pengawasan dan Pembinaan - 70,00 80,00 80,00 90,00 90,00 90,00
Keamanan Pangan (%)
8 Pengkoordinasian Penanganan
Daerah Rawan Pangan (%)
a Rawan Ketersediaan Pangan 5,00 10,00 20,00 30,00 40,00 52,50 52,50
b Rawan Rumah Tangga Miskin 5,00 10,00 22,50 27,50 32,50 35,00 35,00
c Rawan Akses Jalan - 10,00 22,50 30,00 35,00 37,50 37,50
d Rawan Akses Listrik - 2,50 5,00 7,50 7,50 7,50 7,50
e Rawan Gizi Kurang 5,00 10,00 25,00 32,50 37,50 42,50 42,50
f Rawan Akses Air Bersih - 17,50 42,50 50,00 60,00 72,50 72,50
g Rawan Akses Fasilitas - 2,50 7,50 10,00 12,50 12,50 12,50
Kesehatan
9 a Regulasi Ketahanan Pangan 1 - 1 1 1 1 4
(Dokumen)
b Ketersediaan Pangan 69,69 69,43 69,22 69,06 68,94 68,85 68,85
Utama (%)
VI - 3