rencana pengelolaan hutan jangka panjang tahun...
TRANSCRIPT
UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI TENGAH
UPT. KPHL BALI
TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
JANGKA PANJANG TAHUN 2014-2023
Denpasar, Januari 2014 UPT. KPHL BALI TENGAH
Jl. Ratna No.1 Singaraja
Phone / Fax : 0362-216-41
MATRIKS RENCANA
KEGIATAN UPT.KPH BALI
TIMUR 2013-2022
UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI
UPT. KPHL BALI
TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN
HUTAN JANGKA PANJANG
TAHUN 2013-2022
Denpasar, Januari 2014 UPT. KPHL BALI TENGAH
Jl. Ratna No.1 Singaraja
Phone / Fax : 0362-216-41
ii
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH)
JANGKA PANJANG KPHL BALI TENGAH
TAHUN 2013-2022
UPT KPHL BALI TENGAH
DESEMBER 2012
iii
LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG
UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH
Dinilai di
Tanggal :
GUBERNUR
PROVINSI BALI,
Disusun di
Tanggal :
KEPALA
DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI
Disahkan di Jakarta
Tanggal :
a/n MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan II
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kepastian hukum dan keamanan kawasan hutan disadari merupakan prakondisi
yang mutlak diperlukan dalam rencana pengelolaan hutan lestari, terutama pada
penetapan status kawasan, pembagian blok, baik pada blok inti, blok pemanfaatan
dan blok khusus, sehingga rencana kegiatan dalam pengelolaan kawasan hutan dapat
berjalan dengan lancar ada kepastian hukum dan bebas dari konflik pemanfaatan hutan di
lapangan.
Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah bertujuan untuk
menyusun rencana strategis pengelolaan hutan sebagai bahan acuan atau pedoman
pelaksanaan dan standar evaluasi proses pembangunan guna memberikan arah dan bentuk
yang jelas tentang berbagai hal yang terkait dengan penyusunan rencana pengelolaan
hutan yang komprehensif dengan tetap berpedoman pada pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan.
Sasaran penyusunan RPH Bali Tengah adalah terwujudnya rencana pengelolaan
hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang terdapat dalam wilayah UPT KPH Bali
Tengah.
Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali
Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas 14.651,32
ha yang terbagi kedalam 5 Register Tanah Kehutanan (RTK) yaitu: kelompok hutan
Puncak Landep (RTK 1), kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK 2), kelompok hutan
Gunung Silangjana (RTK 3), kelompok hutan Gunung Batukaru (RTK 4) dan kelompok
hutan Munduk Pangajaran (RTK 5). KPH Bali Tengah terdiri dari 7 RPH (RPH Penebel,
RPH Pupuan, RPH Petang, RPH Kubutambahan, RPH Banjar, RPH Sukasada, RPH
Candikuning) dan 1 Pos Pemantau Hasil Hutan.
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini berdasarkan: (a) studi
pustaka/literatur, (b) observasi, dan (c) wawancara dan focus grup discussion (FGD).
Penyajian Analisis dan proyeksi dalam penyusunan Rencana Pengelolaan ini
mencakup : Managemen Pengelolaan Hutan, Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan
Reklamasi hutan, serta Perlindungan dan Konservasi alam.
(1) Pada Managemen pengelolaan hutan ini dilakukan pembahasan menyangkut tentang
organisasi ditingkat lapangan ( Resort Pengelolaan Hutan ) dan bentuk kelembagaan KPH
yang belum mengacu pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa
organisasi KPH dalam bentuk SKPD tersendiri
(2) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Dalam Tata hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan hutan ini, menyangkut
pembahasan tentang pembagian blok dan petak. Pembagian blok dapat dibagi menjadi 3
yaitu : (a) Blok Inti, (b) Blok Pemanfaatan dan (c) Blok Khusus. Disamping itu diusulkan
pula diadakannya rasionalisasi wilayah RPH di KPH Bali Tengah
(3) Pemanfaatan Hutan
Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 jo. PP No. 3 Tahun 2008 menyebutkan bahwa
pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan secara
optimal, adil dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan hutan dapat dikelompokkan menjadi : (1) wilayah kelola (kawasan
hutan yang pengelolaannya dapat melibatkan orang ke tiga) dan (2) wilayah tertentu yang
dikelola oleh KPH. Pemanfaatan kawasan hutan ini menitik beratkan pada penggalian
potensi, yang nantinya dapat dikembangkan untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai
dengan peraturan perundangan yg berlaku ( Core Business ). Saat ini salah satu
pemanfaatan kawasan hutan yg direncanakan adalah berupa hutan desa.
(4) Penggunaan Kawasan Hutan
Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan
hutan produksi dan kawasan hutan lindung,(sesuai dengan PP No. 24 tahun 2010).
Pada kawasan KPH Bali Tengah, terdapat beberapa ijin penggunaan kawasan
yang digunakan oleh: PT Telkom, PT PLN Persero, Dinas PU Kabupaten Buleleng. .
(5). Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan,
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (UU RI No. 41
tahun 1999). Selanjutnya dijelaskan bahwa rehabilitasi hutan dan lahan ini
diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi, penghijauan, pemeliharaan, pengayaan
tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada
lahan kritis dan tidak produktif. Kegiatan rehabilitasi ini dilakukan di semua kawasan
hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional serta dilaksanakan berdasarkan
kondisi spesifik biofisik. Dalam pelaksanaannya rehabilitasi hutan dan lahan ini
dilakukan dengan pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan
pemberdayaan masyarakat.
Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya. Kegiatan ini meliputi : inventarisasi lokasi, penetapan lokasi perencanaan,
dan pelaksanaan reklamasi.
(6) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan untuk menjaga hutan, kawasan
hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi
tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan
usaha untuk : (a) mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil
hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam,
hama, serta penyakit; dan (b) mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat,
dan perorangan atas hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan. Dalam pelaksanaannya untuk menjamin supaya perlindungan
hutan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat harus dilibatkan.
Beberapa permasalahan kerawanan hutan di KPH Bali Tengah adalah berupa
kebakaran hutan, Persertifikatan kawasan hutan, Perambahan hutan, dan pencurian kayu.
Di dalam lampiran disajikan matrik kegiatan yang dirancang untuk pengembangan jasa
lingkungan pada wilayah KPH Bali Tengah selama 10 tahun.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH i
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH
TAHUN 2014 – 2023
Disusun Oleh,
KEPALA UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH
Ir. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA
NIP. 19610327 198903 1 009
Diketahui Oleh,
KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI
Ir. I G N WIRANATHA, MM
NIP. 19580125 198503 1 012
Disahkan oleh,
A.N MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN II
Dr. Ir. JOKO PRIHATNO, MM
NIP. 19600525 198903 1 005
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah bertujuan untuk
menyusun rencana strategis pengelolaan hutan sebagai bahan acuan atau pedoman
pelaksanaan dan standar evaluasi proses pembangunan guna memberikan arah dan
bentuk yang jelas tentang berbagai hal yang terkait dengan penyusunan rencana
pengelolaan hutan yang komprehensif dengan tetap berpedoman pada pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Sasaran penyusunan RPH Bali Tengah adalah terwujudnya rencana
pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang terdapat dalam wilayah
UPT KPH Bali Tengah.
Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
Bali Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas
14.651,32 ha.
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini berdasarkan: (a) studi
pustaka/literatur, (b) observasi, dan (c) wawancara dan focus grup discussion (FGD).
Penyajian Analisis dan proyeksi dalam penyusunan Rencana Pengelolaan ini
mencakup : Managemen Pengelolaan Hutan, Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi
dan Reklamasi hutan, serta Perlindungan dan Konservasi alam.
(1) Managemen Pengelolaan
Pada Managemen pengelolaan hutan ini dilakukan pembahasan menyangkut
tentang organisasi ditingkat lapangan ( Resort Pengelolaan Hutan ) dan bentuk
kelembagaan KPH yang belum mengacu pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2010,
yang menyatakan bahwa organisasi KPH dalam bentuk SKPD tersendiri
(2) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Pada Tata hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan hutan ini, dibahas tentang
pembagian blok dan petak. Pembagian blok dapat dibagi menjadi 3 yaitu : (a) Blok
Inti, (b) Blok Pemanfaatan dan (c) Blok Khusus.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH iii
3) Pemanfaatan Hutan
Pemanfaatan hutan dapat dikelompokkan menjadi : (1) wilayah kelola (kawasan
hutan yang pengelolaannya dapat melibatkan orang ke tiga) dan (2) wilayah tertentu
yang dikelola oleh KPH. Pemanfaatan kawasan hutan ini menitik beratkan pada
penggalian potensi, yang nantinya dapat dikembangkan untuk mendapatkan nilai
ekonomis sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku ( Core Business ).
(4) Penggunaan Kawasan Hutan
Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dan hanya dapat dilakukan di dalam
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung,(sesuai dengan PP No. 24 tahun
2010).
(5). Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
Rehabilitasi hutan dan lahan ini diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi,
penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi
tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif.
Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan
dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya.
(6) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk: (a) mencegah dan
membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit; dan (b)
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas
hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
hutan. Dalam pelaksanaannya untuk menjamin supaya perlindungan hutan dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat harus dilibatkan.
Beberapa permasalahan kerawanan hutan di KPH Bali Tengah adalah berupa
kebakaran hutan, Persertifikatan kawasan hutan, Perambahan hutan, dan pencurian
kayu.
Di dalam lampiran disajikan matrik kegiatan yang dirancang untuk
pengembangan jasa lingkungan pada wilayah KPH Bali Tengah selama 10 tahun.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH iv
KATA PENGANTAR
Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanatkan
pembentukan wilayah pada tingkat unit pengelolaan yang sering dikenal dengan
Tingkat Tapak. Untuk itu maka perlu diatur kembali pengelolaan kawasan hutan
terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara
efisien dan lestari, melalui Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
KPH Bali Tengah merupakan salah satu KPH Model, yang telah ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.620/Menhut-II/2011,
tanggal 1 Nopember 2011. Untuk dapat memberikan acuan bagi pengelola KPH, maka
disusunlah Dokumen Rencana Pengelolaan KPH Bali Tengah.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) Bali Tengah ini disusun berdasarkan Petunjuk Teknis Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012, tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah ini
memuat bagian – bagian Pendahuluan, Deskripsi Kawasan, Visi dan Misi Pengelolaan
Hutan, Analisa dan Proyeksi, Rencana Kegiatan, Pembinaan Pengawasan dan
Pengendalian, Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan serta Penutup.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan
data dan informasi, analisis data, penulisan serta pembahasan draft dokumen
sehingga menjadi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah,
yang nantinya dapat menjadi pedoman dan acuan di dalam Pengelolaan Kawasan
Hutan Lindung di wilayahnya. Semoga dapat memberikan manfaat sesuai dengan
tujuannya.
Denpasar, Januari 2014.
KEPALA UPT KPH BALI TENGAH Ir. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA.
Pembina Tingkat I. NIP. 19610327 198903 1 009.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Lembar Pengesahan ..................................................................................... i
Peta Situasi ...................................................................................................
Ringkasan Eksekutif .................................................................................. ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN PETA ........................................................................... x
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ I-1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ I-1
1.2 Maksud , Tujuan dan sasaran ................................................................. I-4
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................................... I-5
1.4 Batas Pengertian ...................................................................................... I-6
II. DESKRIPSI KAWASAN WILAYAH KPH BALI TENGAH ............................. I-12
2.1 Risalah Wilayah KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) .............. II-12
2.1.1 Letak dan Luas ................................................................................ II-12
2.1.2 Aksesibilitas Kawasan ..................................................................... II-22
2.1.3 Batas-batas Wilayah KPHL Bali Tengah ......................................... II-22
2.1.4 Sejarah Wilayah KPHL .................................................................... II-25
2.1.5 Pembagian Blok .............................................................................. II-31
2.2 Potensi Wilayah KPHL ............................................................................. II-39
2.2.1 Penutupan Vegetasi ........................................................................ II-39
2.2.2 Potensi Kayu/Non Kayu .................................................................. II-40
2.2.3 Keberadaan Flora dan Fauna Langka ............................................. II-41
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH vi
2.2.4 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam .................................... II-43
2.3 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan ............. II-50
2.4 Data Informasi Ijin-ijin Pemanfataan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Dalam Wilayah Kelola ............................................................................. II-55 2.5 Kondisi Posisi KPHL dalam Persepektif Tata Ruang Wilayah
Dan Pembangunan Daerah ..................................................................... II-71
2.6 Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan .............................................. II-72
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN ...................................................... III-75
3.1 Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Bali................................................. III-75
3.2 Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Provinsi Bali .............................. III-76
3.3 Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Bali ............................................ III-76
3.4 Visi dan Misi Pengelolaan KPH Bali Timur .............................................. III-77
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI ........................................................................... IV-79
4.1 Managemen Pengelolaan Hutan .............................................................. II-79
4.2 Tata Hutan dan Penyusunan rencana Pengelolaan Hutan ....................... II-80
4.2.1 Tata Hutan ...................................................................................... II-80
4.2.2 Rencana Pengelolaan Hutan .......................................................... II-84
4.3 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan ...................................... IV-84
4.3.1 Pemanfaatan Hutan ........................................................................ IV-84
4.3.2 Penggunaan Kawasan Hutan ......................................................... IV-94
4.4 Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan ............................................................ IV-97
4.5 Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ............................................... IV-102
V. RENCANA KEGIATAN .................................................................................. V-106
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ................................ VI-114
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN .......................................... VII-116
DAFTAR PUSTAKA
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Letak dan luasan kawasan hutan per RTK pada KPH
Bali Tengah berdasarkan Kabupaten dan RTK ……………..
II-13
Tabel 2.2. Rekapitulasi bengelolaan KPH Bali Tengah ………………… II-14
Tabel 2.3. Proporsi Pengelolaan KPH oleh masing-masing RPH …….. II-15
Tabel 2.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) di KPH Bali Tengah …………… II-16
Tabel 2.5. Keadaan Biofisik Desa Terpilih ……………………………….. II-20
Tabel 2.6. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat
kekritisannya pada KPH Bali Tengah ………………………….
II-21
Tabel 2.7. Tata Batas dan pengukuhan Kawasan Hutan KPH Bali
Tengah…………………………………………………………….
II-22
Tabel 2.8. Batas-batas Wilayah Desa Terpilih …………………………... II-25
Tabel 2.9. Pola pembagian kawasan Hutan ke dalam RPH dan
RTK di KPH Bali Tengah ……………………………………….
II-36
Tabel 2.10a. Jumlah Desa Enclave di Kawasan HutanKPH Bali
Tengah ...................................................................................
II-38
Tabel 2.10b. Perkiraan Jumlah Satwa Liar di Kawasan Hutan KPH
Bali Tengah ...........................................................................
II-42
Tabel 2.11. Pengguna Pinjam Pakai kelompok hutan Gunung
Mungsu (RTK ) …………………………………………………
II-55
Tabel 2.12. Pengguna pinjam pakai kawasan hutan Gunung
Batukaru .................................................................................
II-57
Tabel 4.1. Usulan rasionalisasi Wilayah RPH di KPH Bali Tengah ........ IV-5 IV-84
Tabel 4.2. Penyebaran keberadaan hutan desa pada KPH
Bali Tengah ……………………………………………………...
IV-89
Tabel 4.3. Jasa lingkungan di KPH Bali Tengah ..................................... IV-13 IV-92
Tabel 4.4. RencanaPemanfaatan dan Penggunaan Kawasan
Hutan serta Potensi Pengembangan Jasa Lingkungan
di Wilayah KPH Bali Tengah ................................................
IV-96
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH viii
Tabel 4.5. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat
kekritisan ………………………………………………………….
IV-98
Tabel 4.6. Analisis dan Proyeksi Pengelolaan hutan …………………… IV- 100
Tabel 4.7. Penyelarasan antara rancangan blok pada wilayah
KPHL dengan Arahan Pemanfaatan pada RKTN /
RKTP / RKTK ……………………………………………………
IV-105
Tabel 5.1. Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHL pada KPH Bali
Tengah...................................................................................
V- 106
.
.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sebaran Fungsi Hutan KPH Bali Tengah ……………………….. II-14
Gambar 2.2 Prosentase Luas DAS di KPH Bali Tengah ……………………… II-16
Gambar 2.3 DAS di KPH Bali Tengah …………………………………………... II-17
Gambar 2.4 Jenis Tanah di Prov. Bali ………………………………………….. II-18
Gambar 2.5 Keadaan Topografi KPH Bali Tengah ……………………………. II-19
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH x
DAFTAR LAMPIRAN PETA
1. Peta Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi
Bali Skala 1 : 50.000 ;
2. Peta Penutupan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
3. Peta Pembagian DAS Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
4. Peta Sebaran Potensi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
5. Peta Aksesibilitas Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
6. Peta Blok / Petak Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
7. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
8. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Wilayah
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali
Skala 1 : 50.000
9. Peta Jenis Tanah Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
10. Peta Iklim Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
11. Peta Geologi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 50.000 ;
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH xi
DAFTAR PUSTAKA
Undang- Undang Nomor 41, Tahun 1999, Tentang Kehutanan, Lembaran Negara RI
Tahun 1999. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 62, Tahun 1998, Tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan Di Bidang Kehutanan Kepada Daerah. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008.
Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. : 24 Tahun 2010. Tentang Penggunaan
Kawasan Hutan. Sekretariat Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.
Kementerian Kehutanan
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.49/Menhut-II/2008. Tentang Hutan Desa.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2010
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.55/Menhut-II /2011. Tentang Tata Cara
Permohonan Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman
Rakyat dalam Hutan Tanaman.
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.59/Menhut-II/2011. Tentang Hutan Tanaman
Hasil Rehabilitasi.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor
129, Tahun 1996, Tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan
Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung. Jakarta.
Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 180/03-N/HK/2004, Tentang Penetapan Master
Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) Provinsi Bali.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 2 Tahun 2008, Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Bali
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2007. Data Bali Membangun 2007.
Pemerintah Provinsi Bali.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH xii
Badan Pusat Statisik Provinsi Bali. 2008. Bali Dalam Angka. Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2002. Hutan dan Kehutanan Provinsi Bali. Denpasar,
Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Neraca Sumber Daya Hutan Provinsi Bali. Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Data dan Informasi Kehutanan Provinsi Bali.
Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GN RHL/Gerhan) Provinsi Bali. Kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi
Bali dan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
Departemen Kehutanan.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2008. Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali Tengah
Denpasar.
Dinas Kehutanan provinsi Bali. 2010. Laporan Hasil monitoring dan evaluasi Pinjam
Pakai Kawasan Hutan di provinsi Bali. Denpasar.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2011. Hasil Identifikasi Pemanfaatan Kawasan dan
Jasa Linkungan pada Hutan Lindung Tahun 2010. Bidang Bina Produksi dan
Pemanfaatan Hutan. Denpasar.
KPH Bali Tengah. 2006. Rancangan Pembangunan KPH Bali Tengah Dinas
KehutanProvinsi Bali. Bali.
xx
DAFTAR LAMPIRAN PETA
1. Peta Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali
Skala 1 : 100.000
2. Peta Penutupan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
3. Peta Pembagian DAS Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
4. Peta Sebaran Potensi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
5. Peta Aksesibilitas Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
6. Peta Blok / Petak Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
7. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
8. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Wilayah Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 :
100.000
9. Peta Jenis Tanah Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
10. Peta Iklim Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah
Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
11. Peta Geologi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000
xxv
KATA PENGANTAR
Salah satu upaya mewujudkan pembangunan kehutanan dan pengelolaan hutan yang
lestari dalam pembangunan kehutanan nasional yang berkelanjutan adalah dengan adanya
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yaitu wilayah pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi
pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPHL Bali Tengah
merupakan salah satu KPH yang telah ditetapkan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK.620/Menhut-II/2011 tanggal 1 Nopember 2011. Untuk dapat
memberikan acuan bagi pengelola KPH agar dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan
baik maka disusunlah dokumen Rencana Pengelolaan KPHL Bali Tengah.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali
Tengah ini disusun berdasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) bekerjasama dengan Universitas Udayana dan dibiayai
dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII
Denpasar Tahun Anggaran 2012.
Dokumen Rencana Pengelolaan KPHL Bali Tengah ini memuat bagian-bagian
pendahuluan, deskripsi kawasan, visi dan misi pengelolaan hutan, analisis dan proyeksi,
rencana kegiatan, pembinaan pengawasan dan pengendalian, pemantauan evaluasi dan
pelaporan dan penutup. Hal ini dimaksudkan agar KPHL Bali Tengah dapat menjalankan dan
mengaplikasikan sesuai dengan rencana pengelolaan yang telah disusun dan menjadi
pedoman dalam kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang dan menjadi acuan dalam
penyusunan rencana derivatifnya dan pelaksanaannya.
Disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu baik dalam penyediaan data dan informasi, analisis data, penulisan serta
pembahasan draft dokumen sehingga menjadi Dokumen Rencana Pengelolaan KPHL Bali
Tengah. Semoga bermanfaat sesuai dengan tujuannya.
Denpasar, Desember 2012
Kepala Balai,
Ir. S y a f r i, MM
NIP. 19631231 198903 1 014
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH i
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH
TAHUN 2014 – 2023
Disusun Oleh,
KEPALA UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH
Ir. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA
NIP. 19610327 198903 1 009
Diketahui Oleh,
KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI
Ir. I G N WIRANATHA, MM
NIP. 19580125 198503 1 012
Disahkan oleh,
A.N MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN II
Dr. Ir. JOKO PRIHATNO, MM
NIP. 19600525 198903 1 005
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah bertujuan untuk
menyusun rencana strategis pengelolaan hutan sebagai bahan acuan atau pedoman
pelaksanaan dan standar evaluasi proses pembangunan guna memberikan arah dan
bentuk yang jelas tentang berbagai hal yang terkait dengan penyusunan rencana
pengelolaan hutan yang komprehensif dengan tetap berpedoman pada
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Sasaran penyusunan RPH Bali Tengah adalah terwujudnya rencana
pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang terdapat dalam wilayah
UPT KPH Bali Tengah.
Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) Bali Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung
seluas 14.651,32 ha.
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini berdasarkan: (a) studi
pustaka/literatur, (b) observasi, dan (c) wawancara dan focus grup discussion
(FGD).
Penyajian Analisis dan proyeksi dalam penyusunan Rencana Pengelolaan ini
mencakup : Managemen Pengelolaan Hutan, Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi
dan Reklamasi hutan, serta Perlindungan dan Konservasi alam.
(1) Managemen Pengelolaan
Pada Managemen pengelolaan hutan ini dilakukan pembahasan menyangkut
tentang organisasi ditingkat lapangan ( Resort Pengelolaan Hutan ) dan bentuk
kelembagaan KPH yang belum mengacu pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2010,
yang menyatakan bahwa organisasi KPH dalam bentuk SKPD tersendiri
(2) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Pada Tata hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan hutan ini, dibahas tentang
pembagian blok dan petak. Pembagian blok dapat dibagi menjadi 3 yaitu : (a) Blok
Inti, (b) Blok Pemanfaatan dan (c) Blok Khusus.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH iii
3) Pemanfaatan Hutan
Pemanfaatan hutan dapat dikelompokkan menjadi : (1) wilayah kelola (kawasan
hutan yang pengelolaannya dapat melibatkan orang ke tiga) dan (2) wilayah
tertentu yang dikelola oleh KPH. Pemanfaatan kawasan hutan ini menitik beratkan
pada penggalian potensi, yang nantinya dapat dikembangkan untuk mendapatkan
nilai ekonomis sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku ( Core Business ).
(4) Penggunaan Kawasan Hutan
Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dan hanya dapat dilakukan di dalam
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung,(sesuai dengan PP No. 24
tahun 2010).
(5). Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
Rehabilitasi hutan dan lahan ini diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi,
penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi
tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif.
Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan
dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya.
(6) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk: (a) mencegah dan
membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit; dan
(b) mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan
atas hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan. Dalam pelaksanaannya untuk menjamin supaya perlindungan
hutan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat harus dilibatkan.
Beberapa permasalahan kerawanan hutan di KPH Bali Tengah adalah berupa
kebakaran hutan, Persertifikatan kawasan hutan, Perambahan hutan, dan pencurian
kayu.
Di dalam lampiran disajikan matrik kegiatan yang dirancang untuk
pengembangan jasa lingkungan pada wilayah KPH Bali Tengah selama 10 tahun.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH iv
KATA PENGANTAR
Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
mengamanatkan pembentukan wilayah pada tingkat unit pengelolaan yang sering
dikenal dengan Tingkat Tapak. Untuk itu maka perlu diatur kembali pengelolaan
kawasan hutan terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat
dikelola secara efisien dan lestari, melalui Pembangunan Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH).
KPH Bali Tengah merupakan salah satu KPH Model, yang telah ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.620/Menhut-II/2011,
tanggal 1 Nopember 2011. Untuk dapat memberikan acuan bagi pengelola KPH,
maka disusunlah Dokumen Rencana Pengelolaan KPH Bali Tengah.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) Bali Tengah ini disusun berdasarkan Petunjuk Teknis Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012, tentang Petunjuk Teknis Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah
ini memuat bagian – bagian Pendahuluan, Deskripsi Kawasan, Visi dan Misi
Pengelolaan Hutan, Analisa dan Proyeksi, Rencana Kegiatan, Pembinaan
Pengawasan dan Pengendalian, Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan serta
Penutup.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan
data dan informasi, analisis data, penulisan serta pembahasan draft dokumen
sehingga menjadi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah,
yang nantinya dapat menjadi pedoman dan acuan di dalam Pengelolaan Kawasan
Hutan Lindung di wilayahnya. Semoga dapat memberikan manfaat sesuai dengan
tujuannya.
Denpasar, Januari 2014.
KEPALA UPT KPH BALI TENGAH IR. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA.
Pembina Tingkat I. NIP. 19610327 198903 1 009.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Lembar Pengesahan ..................................................................................... ii
Peta Situasi ................................................................................................... iii
Ringkasan Eksekutif .................................................................................. iv-vi
Kata Pengantar ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii-ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN PETA ........................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ I-1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... I-4
1.3 Sasaran .................................................................................................... I-5
1.4 Ruang Lingkup ......................................................................................... I-5
1.5 Batas Pengertian ..................................................................................... I-5
II. DESKRIPSI KAWASAN WILAYAH KPH BALI TENGAH ............................. I-1
2.1 Risalah Wilayah KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) ............. II-1
2.1.1 Letak dan Luas ............................................................................... II-1
2.1.2 Aksesibilitas Kawasan .................................................................... II-1
2.1.3 Batas-batas Wilayah KPHL Bali Tengah ........................................ II-1
2.1.4 Sejarah Wilayah KPHL ................................................................... II-1
2.1.5 Pembagian Blok .............................................................................. II-1
2.2 Potensi Wilayah KPHL ............................................................................. II-1
2.2.1 Penutupan Vegetasi ....................................................................... II-1
2.2.2 Potensi Kayu/Non Kayu .................................................................. II-1
2.2.3 Keberadaan Flora dan Fauna Langka ............................................ II-1
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH vi
2.2.4 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam .................................... II-1
2.3 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan ............ II-6
2.4 Data Informasi Ijin-ijin Pemanfataan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Dalam Wilayah Kelola ............................................................................. II-12 2.5 Kondisi Posisi KPHL dalam Persepektif Tata Ruang Wilayah
Dan Pembangunan Daerah .................................................................... II-22
2.6 Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan .............................................. II-29
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN ...................................................... III-1
3.1 Visi dan Misi Kementerian Kehutanan ..................................................... III-1
3.2 Visi dan Misi Daerah Provinsi Bali ........................................................... III-2
3.3 Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Bali ............................................ III-2
3.4 Visi dan Misi Pengelolaan KPH Bali Timur .............................................. III-3
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI .......................................................................... IV-1
4.1 Managemen Pengelolaan Hutan .............................................................. II-1
4.2 Tata Hutan dan Penyusunan rencana Pengelolaan Hutan ...................... II-1
4.2.1 Tata Hutan ...................................................................................... II-1
4.2.2 Rencana Pengelolaan Hutan .......................................................... II-1
4.3 Pemanfaatan Hutan ................................................................................. IV-8
4.3.1 Wilayah Kelola ................................................................................ II-1
4.3.2 Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ II-1
4.4 Penggunaan Kawasan ............................................................................ IV-11
4.5 Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan .......................................................... IV-12
4.6 Perlindungan dan Konservasi Alam ........................................................ IV-12
V. RENCANA KEGIATAN ................................................................................. V-1
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ................................ VI-1
6.1 Pembinaan ............................................................................................... VI-1
6.2 Pengawasan ........................................................................................... VI-1
6.3 Pengendalian .......................................................................................... VI-2
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH vii
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ......................................... VII-1
7.1 Pemantauan ............................................................................................. VII-1
7.2 Evaluasi .................................................................................................. VII-1
7.3 Pelaporan ................................................................................................. VII-2
VIII. PENUTUP ..................................................................................................... VIII-1
8.1 Kesimpulan ............................................................................................. VIII-1
8.2 Saran ...................................................................................................... VIII-2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... VIII-1
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH viii
DAFTAR PUSTAKA
Undang- Undang Nomor 41, Tahun 1999, Tentang Kehutanan, Lembaran Negara RI
Tahun 1999. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 62, Tahun 1998, Tentang Penyerahan Sebagian
Urusan Pemerintahan Di Bidang Kehutanan Kepada Daerah. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun
2008. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan,
serta Pemanfaatan Hutan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. : 24 Tahun 2010. Tentang
Penggunaan Kawasan Hutan. Sekretariat Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan. Kementerian Kehutanan
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.49/Menhut-II/2008. Tentang Hutan Desa.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2010
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.55/Menhut-II /2011. Tentang Tata Cara
Permohonan Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman.
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.59/Menhut-II/2011. Tentang Hutan Tanaman
Hasil Rehabilitasi.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor
129, Tahun 1996, Tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan
Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung. Jakarta.
Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 180/03-N/HK/2004, Tentang Penetapan
Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) Provinsi Bali.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 2 Tahun 2008, Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Bali
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2007. Data Bali Membangun 2007.
Pemerintah Provinsi Bali.
Badan Pusat Statisik Provinsi Bali. 2008. Bali Dalam Angka. Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2002. Hutan dan Kehutanan Provinsi Bali. Denpasar,
Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Neraca Sumber Daya Hutan Provinsi Bali.
Bali.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH ix
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Data dan Informasi Kehutanan Provinsi Bali.
Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GN RHL/Gerhan) Provinsi Bali. Kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi
Bali dan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
Departemen Kehutanan.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2008. Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali Tengah
Denpasar.
Dinas Kehutanan provinsi Bali. 2010. Laporan Hasil monitoring dan evaluasi Pinjam
Pakai Kawasan Hutan di provinsi Bali. Denpasar.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2011. Hasil Identifikasi Pemanfaatan Kawasan dan
Jasa Linkungan pada Hutan Lindung Tahun 2010. Bidang Bina Produksi dan
Pemanfaatan Hutan. Denpasar.
KPH Bali Tengah. 2006. Rancangan Pembangunan KPH Bali Tengah Dinas
KehutanProvinsi Bali. Bali.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Letak dan luasan kawasan hutan per RTK pada KPH Bali Tengah
berdasarkan Kabupaten dan RTK …………………………………………. II-2
Tabel 2.2. Rekapitulasi bengelolaan KPH Bali Tengah II-3
Tabel 2.3. Proporsi Pengelolaan KPH oleh masing-masing RPH II-4
Tabel 2.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) di KPH Bali Tengah II-5
Tabel 2.5. Keadaan Biofisik Desa Terpilih II-10
Tabel 2.6. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisannya pada
KPH Bali Tengah .................................................................................. II-11
Tabel 2.7. Tata Batas dan pengukuhan Kawasan Hutan KPH Bali Tengah II-12
Tabel 2.8. Batas-batas Wilayah Desa Terpilih II-14
Tabel 2.9. Pola pembagian kawasan Hutan ke dalam RPH dan RTK di KPH
Bali Tengah II-23
Tabel 2.10a. Jumlah Desa Enclave di Kawasan HutanKPH Bali Tengah II-24
Tabel 2.10b. Perkiraan Jumlah Satwa Liar di Kawasan HutanKPH Bali Tengah II-28
Tabel 2.11. Pengguna Pinjam Pakai kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK )…..II-41
Tabel 2.12. Pengguna pinjam pakai kawasan hutan Gunung Batukaru II-42
Tabel 4.1. Usulan rasionalisasi Wilayah RPH di KPH Bali Tengah...................... IV-5
Tabel 4.2. Penyebaran keberadaan hutan desa pada KPH Bali Tengah ……... IV-10
Tabel 4.3. Jasa lingkungan di KPH Bali Tengah.................................................. IV-13
Tabel 4.4. RencanaPemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan serta
Potensi Pengembangan Jasa Lingkungan di Wilayah KPH Bali
Tengah ............................................................................................... IV-17
Tabel 4.5. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisan ............. IV-20
Tabel 4.6. Analisis dan Proyeksi Pengelolaan hutan…………………………… .. IV- 22
Tabel 4.7. Penyelarasan antara rancangan blok pada wilayah KPHL dg arahan
Pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK ........................................... IV- 25
Tabel 5.1. Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHL pada KPH Bali Tengah ........ V- 1
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sebaran Fungsi Hutan KPH Bali Tengah
………………………….. II-4
Gambar 2.2 Prosentase Luas DAS di KPH Bali Tengah
…………………………… II-6
Gambar 2.3 DAS di KPH Bali Tengah …………………………… II-6
Gambar 2.4 Jenis Tanah di Prov. Bali …………………………… II-8
Gambar 2.5 Keadaan Topografi KPH Bali Tengah
…………………………… II-9
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 -2023 – UPT KPH BALI TENGAH xii
DAFTAR LAMPIRAN PETA
1. Peta Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali
Skala 1 : 100.000 ;
2. Peta Penutupan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
3. Peta Pembagian DAS Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
4. Peta Sebaran Potensi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
5. Peta Aksesibilitas Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
6. Peta Blok / Petak Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
7. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
8. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Wilayah Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 :
100.000
9. Peta Jenis Tanah Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
10. Peta Iklim Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah
Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
11. Peta Geologi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali
Tengah Provinsi Bali Skala 1 : 100.000 ;
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bali merupakan satu kesatuan ekosistem pulau dalam suatu kesatuan wilayah,
ekologi, sosial dan budaya, serta ekonomi, sehingga pembentukan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) pada keseluruhan kawasan hutan di Provinsi Bali
merupakan langkah penting dan bersifat strategis.
Berdasarkan atas kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dengan
memperhatikan aspirasi dan mengingat tipologi karakteristik Bali, telah terbit Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor : 2 Tahun 2008, tanggal 8 Juli 2008, tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Dalam Perda ini telah ditetapkan
antara lain pembentukan institusi pengelola hutan pada 4 (empat) wilayah kelola hutan
dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yaitu:
1. UPT KPH Bali Barat.
2. UPT KPH Bali Tengah.
3. UPT KPH Bali Timur.
4. UPT Tahura Ngurah Rai.
Arah pengelolaan organisasi dari keempat wilayah kelola hutan di atas pada
prinsipnya sama, yakni diarahkan menjadi organisasi yang mampu memperoleh
pendapatan dan membiayai dirinya sendiri dan mampu meminimumkan anggaran
pemerintah melalui pengelolaan potensi sumber daya hutan yang ada dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan hutan.
Khusus untuk UPT KPH Bali Tengah kawasan hutannya berupa hutan lindung
seluas 14.651,32 ha (100%) yang terbagi ke dalam 5 Register Tanah Kehutanan
(RTK) yang luasnya sangat bervariasi, terkecil RTK 3/Gunung Silangjana seluas 415,0
ha dan yang terluas adalah RTK 4 /Gunung Batukaru, seluas 11.899,32 ha. Kelima
RTK tersebut kondisinya tersebar di 4 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Leh
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 2
Balian (650,04 ha), Oten Sungi (5.737,20 ha), Pangi Ayung (1.423,79 ha) dan Sabah
Daya (6.840,29 ha).
Ditinjau dari segi pengelolaan kawasan hutannya, di UPT KPH Bali Tengah
ada 7 Resort Pengelolaan Hutan (RPH) yang luasnya sangat bervariasi, mulai dari
yang terkecil yaitu RPH Petang 1.126,90 Ha dan terluas RPH Penebel seluas
3,124,32 Ha, serta 1 Pos Pemantau Hasil Hutan (PHH) Payangan.
Adanya luasan RPH tidak berimbang menyebabkan beban kerja untuk tiap-tiap
RPH menjadi tidak sama. Sejak semula, pembangunan kehutanan menganut asas
manfaat dan kelestarian secara seimbang, dan kebijaksanaan ini diarahkan untuk
menciptakan kegiatan pengelolaan hutan yang kuat, didukung oleh kehutanan yang
tangguh dengan tetap memperhatikan sumberdaya alam beserta lingkungan hidup
sekitarnya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan didukung dengan data laporan dari
para Kepala Resort Pengelolaan Hutan (Ka RPH), kawasan hutan di UPT KPH Bali
Tengah yang kesemuanya berupa hutan lindung kondisinya masih relatif baik
walaupun sebagian kawasan telah dikerjakan oleh masyarakat menjadi kawasan
budidaya pertanian lahan kering dan sisanya masih berpotensi untuk dikembangkan
menjadi obyek wisata alam bila dilihat dari konfigurasi (landscaping) lahannya yang
indah. Untuk itu dengan terbentuknya unit pengelolaan hutan KPH Bali Tengah
diharapkan dapat mempercepat terciptanya pengelolaan hutan yang lestari.
Dalam rangka mewujudkannya secara nyata di lapangan, perlu mobilisasi
sumber daya pembangunan yang ada, penganggarannya dapat didukung melalui
dana APBN, APBD dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada.
Pembentukan KPH di Provinsi Bali yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali, yang mencakup
beberapa aspek, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengelolaan,
pengendalian dan pengawasan, melelui pengelolaan hutan lestari dengan prinsip
efosien dan efektif.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 3
Makna pengelolaan hutan lestari adalah mewujudkan standing stock tegakan
hutan yang baik, sedangkan prinsip efisien adalah dengan memperhatikan unsur-
unsur penyelenggaraan pengelolaan hutan yang merupakan tugas pokok dan fungsi
KPH dalam melakukan 5 (lima) kegiatan, yakni: managemen pengelolaan, tata hutan
dan rencana pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi/reklamasi serta perlindungan hutan dan konservasi alam. Selain itu, dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, KPH berkewajiban pula untuk menjabarkan
kebijakan kehutanan, melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara utuh,
melaksanakan pemantauan dan evaluasi serta membuka peluang investasi.
Dalam konteks penyelenggaraan pengelolaan hutan di wilayah UPT KPH Bali
Tengah, pada tahap awal perlu dilakukan penyusunan rencana pengelolaan hutan
yang di awali dengan penyusunan dan penetapan tata hutan yaitu kegiatan rancang
bangun unit pengelolaan hutan sesuai dengan juknis yang telah ditentukan, yang
berguna sebagai pedoman pelaksanaan dan standar evaluasi kinerja, sehingga
terbangun wujud nyata KPH sesuai target yang ditetapkan dengan kejelasan posisi
wilayah pengelolaan, organisasi, hak, tugas pokok dan fungsi, jenis aktivitas
pembangunan, struktur implementasi pelimpahan kewenangan pengelolaan,
pembinaan dan pengendalian. Untuk menjamin penyusunan rencana pengelolaan
hutan KPH Bali Tengah agar penataan hutannya selaras dengan kepentingan
pengelolaan dan pemanfaatannya, maka diperlukan pengaturan peruntukan kawasan
hutan berupa pembagian ke dalam blok/petak yang diikuti dengan kegiatan-kegiatan
pada masing-masing petak serta penetapannya didasarkan pada aspek potensi
sumber daya alam, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat serta rencana
pembangunan wilayah.
Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah ini, merupakan
perwujudan komitmen dari para pihak, sehingga di dalam penyusunannya perlu
mempertimbangkan internalisasi rencana pengelolaan yang berwawasan lingkungan
ke dalam konteks perencanaan pembangunan dan pengembangan wilayah
Pemerintah Provinsi Bali. Hal ini mengandung maksud, bahwa Rencana Pengelolaan
Hutan KPH Bali Tengah berfungsi sebagai dasar akuntabilitas kinerja pemerintah
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 4
daerah, yang penyusunannya mengacu pada tata ruang wilayah dengan
mengakomodasikan berbagai kepentingan, terutama dalam kaitannya dengan upaya
pembinaan, pengawasan dan pengendalian .
Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali tengah ini disusun dalam jangka panjang
yaitu berjangka waktu 10 tahun sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan.
1.2. Tujuan
Pada hakekatnya tujuan penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH
Bali Tengah adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan kehutanan dalam wadah
UPT KPH Bali Tengah, agar proses pembangunan kehutanan dapat berjalan secara
sistematis, terarah melalui pengelolaan hutan lindung (HL) yang telah tersusun,
berdasarkan asas kelestarian hutan untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan
hutan yang optimal berdasarkan fungsi dan manfaatnya. Disamping itu, tujuan
pokoknya adalah dalam kerangka menggali potensi kawasan hutan di wilayah UPT
KPH Bali Tengah untuk bisa dikembangkan guna mendapatkan ” core bussines”.
(pengembangan potensi untuk mendapatkan nilai tambah)
1.3. Sasaran
Sasaran penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah adalah
terwujudnya rencana pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang
terdapat dalam wilayah UPT KPH Bali Tengah. Pengelolaan pada tiap-tiap kawasan
hutan tersebut, berdasarkan tipologi wilayah, ekologi, kondisi sosial ekonomi, budaya
masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Sasaran ini secara
keseluruhan akan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan skala prioritas
dalam pemanfaatan setiap ruang atau unit struktur hutan dalam kewenangan
pengelolaan hutan KPH Bali Tengah.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 5
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
Bali Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas
14.651,32 ha yang terbagi kedalam 5 Register Tanah Kehutanan (RTK) yaitu:
kelompok hutan Puncak Landep (RTK 1), kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK 2),
kelompok hutan Gunung Silangjana (RTK 3), kelompok hutan Gunung Batukaru (RTK
4) dan kelompok hutan Munduk Pangajaran (RTK 5). Uraian serta analisis dan arahan
pengelolaan yang mencakup deskripsi lingkungan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya
serta potensi pariwisata, identifikasi dan analisis masalah yang sudah ada dan akan
timbul, penyusunan strategi dan rencana kegiatan pengelolaan teknis, termasuk
analisis SWOT situasi pengelolaan hutan KPH Bali Tengah.
1.5. Batasan Pengertian
Batasan pengertian dari beberapa istilah/terminologi yang terangkum dalam
naskah rencana pengelolaan ini, sebagai berikut:
1. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem hamparan lahan berupa sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (pasal 1, ayat 2, UU No.
41 Tahun 1999).
2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (pasal 1,
ayat 3, UU No. 41 Tahun 1999).
3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak
atas tanah (pasal 1, ayat 4, UU No. 41 Tahun 1999).
4. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan (pasal 1, ayat 7, UU No. 41 Tahun 1999).
5. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 6
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan
tanah (pasal 1, ayat 8, UU No. 41 Tahun 1999).
6. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya (pasal 1, ayat 9, UU No. 41 Tahun 1999).
7. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
secara alami.
8. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
9. Hutan tanaman industri adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang
dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi
kebutuhan bahan baku industri hasil hutan (pasal 1, ayat 18, PP No.6 Tahun
2007).
10. Hutan tanaman rakyat adalah tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh
kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya
hutan (pasal 1, ayat 19, PP No. 6 Tahun 2007).
11. Hutan tanaman hasil rehabilitasi adalah hutan tanaman pada hutan produksi
yang dibangun melalui kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan
produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan
dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktifitas dan
peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan (pasal 1, ayat 20, PP No.6
Tahun 2007).
12. Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya
ditunjukan untuk memberdayakan masyarakat (pasal 1, ayat, PP No. 6 Tahun
2007).
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 7
13. Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak.
14. Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH adalah unit pengelolaan
hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara
efisien dan lestari (pasal 1, ayat 1, PP. No. 6 Tahun 2007).
15. KPH dapat terdiri dari satu fungsi hutan dan penetapan KPH berdasarkan fungsi
yang luasnya dominan (pasal 6, ayat 2, PP No. 6 Tahun 2007).
16. KPH model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan
menuju situasi dan kondisi aktual KPH di tingkat tapak yang diindikasikan oleh
suatu kemampuan menyerap tenaga kerja, investasi, memproduksi barang dan
jasa kehutanan yang melembaga dalam sistem pengelolaan hutan secara efisien
dan lestari (pasal 1, ayat 2, Peraturan Kepala Badan Planalogi Kehutanan, No.
SK. 80/VII-PW/2006).
17. Rancangan pembangunan KPH model adalah suatu bentuk dokumen
perencanaan yang tersusun atas dasar kondisi spesifik tipologi wilayah dan telah
didiskusi publikan serta didukung oleh pemerintah kabupaten dan provinsi yang
memuat visi, misi, tujuan, model, analisis, strategi, program dan kegiatan sebagai
acuan untuk penyusunan dokumen perencanaan berupa action plan (rencana
tindak/rencana aksi).
18. Satuan Lahan (SL) pada unit KPH model adalah merupakan pengelompokan
lahan kawasan hutan yang didasarkan atas kesamaan lereng, penutupan lahan
dan kekompakan luasan.
19. Visi dan misi merupakan proyeksi atau gambaran sosok KPH lestari di masa
depan yang diharapkan dan capaian-capaian utama yang ditetapkan untuk
mewujudkan proyeksi atau gambaran tersebut.
20. Tujuan dan sasaran merupakan pernyataan realistik-terukur sebagai penjabaran
visi-misi selama jangka perencanaan dan obyek atau komponen yang terlibat
pada usaha untuk mewujudkan pernyataan tersebut.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 8
21. Rencana pengelolaan hutan adalah konfigurasi peta situasi, visi-misi, tujuan dan
sasaran yang dijabarkan ke dalam resep atau arah manajemen strategi terpadu
yang menyangkut kelola kawasan, kelola pemanfaatan hutan, kelola pasar,
kelola konservasi dan kelola rehabilitasi-restorasi dalam kerangka pencapaian
fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial yang optimal.
22. Rencana pengelolaan jangka panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada
tingkat strategis berjangka waktu atau selama jangka benah pembangunan KPH.
23. Rencana pengelolaan jangka pendek adalah rencana pengelolaan hutan
berjangka waktu 1 (satu) tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak
dan/atau zona dan/atau blok.
24. Bagian hutan adalah bagian dari areal kerja KPH yang secara geografis bersifat
permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi manajemen, terutama dalam kelola produksi yang menjadikannya
sebagai kesatuan areal produksi lestari.
25. Resort hutan merupakan bagian dari hutan yang secara geografis bersifat
permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan pengendalian
pengawasan teritorial (pada waktu yang lalu disebut Blok RKL dan Blok RKT).
26. Zona merupakan bagian dari KPH yang secara geografis bersifat permanen yang
secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
manajemen, terutama dalam fungsi konservasi, yang menjadikannya sebagai
kesatuan pengelolaan konservasi lestari.
27. Blok pada unit KPH model adalah bagian areal yang secara geografis bersifat
permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi manajemen, terutama dalam fungsi perlindungan hidro-orologi yang
menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan perlindungan hidro-orologi lestari.
28. Petak adalah unit lahan hutan yang lokasi geografisnya bersifat permanen,
sebagai basis pemberian perlakuan pengelolaan dan menjadi satuan administrasi
dari setiap kegiatan pengelolaan (silvikultur) yang sama untuk diterapkan
atasnya.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 9
29. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh sebab
tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang
khusus dan selanjutnya akan ditetapkan oleh pengelola KPH.
30. Jangka benah (bera) adalah rentang waktu perencanaan yang diperlukan untuk
merubah kondisi pengelolaan yang ada saat ini menjadi kondisi yang terstruktur
bagi kegiatan pengelolaan hutan lestari.
31. Perlakuan manajemen adalah merupakan kegiatan silvikultur, bisnis dan/atau
teknis perlindungan dan konservasi yang secara operasional diterapkan pada
anak petak/petak blok.
32. Monitoring adalah mekanisme pemantauan KPH untuk mendapatkan bahan
makanan dari tingkat lapangan.
33. Evaluasi adalah mekanisme umpan balik positif, yang mengharuskan manajemen
KPH melakukan penyesuaian rencana secara periodik ketika ditemukan
kesalahan sistematik pada rencana yang telah disusun.
34. Sistem informasi manajemen merupakan konfigurasi kelembagaan, data dan
informasi, perangkat penerima – pengolah – pembangkit - komunitas yang
ditujukan untuk pengambilan kesimpulan dan keputusan menajerial KPH.
35. Sistem informasi geografis merupakan kumpulan yang terorganisir dari perangkat
keras komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang dirancang
secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi,
menganalisis dan menampilkan semua bentuk yang bereferensi geografi.
36. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan rencana
pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi
dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi hutan (Pasal 1
ayat 3, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
37. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 10
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya (Pasal 1 ayat 4,
Permendagri No. 61 Tahun 2010).
38. Penggunaan kawasan hutan adalah merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan (Pasal 1 ayat 5, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
39. Kesatuan Pengelolaan Hutan, yang selanjutnya disebut KPH, adalah wilayah
pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari (Pasal 1 ayat 6, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
40. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung, yang selanjutnya disebut
KPHL, adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian
besar terdiri atas kawasan hutan lindung, yang dikelola Pemerintah Daerah
(Pasal 1 ayat 7, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
41. Organisasi Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi, yang selanjutnya disebut
KPHP, adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian
besar terdiri atas kawasan hutan produksi, yang dikelola Pemerintah Daerah
(Pasal 1 ayat 8, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
42. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan
potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari (Pasal 1 ayat 9,
Permendagri No. 61 Tahun 2010).
43. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas
dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga
(Pasal 1 ayat 10, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
44. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya (Pasal 1 ayat 11, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 11
45. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan (Pasal 1 ayat 12, Permendagri No. 61 Tahun 2010).
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 12
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN WILAYAH KPH BALI TENGAH
2.1 Risalah Wilayah KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung)
2.1.1 Letak dan Luas
(a) Letak Wilayah KPH Bali Tengah
Wilayah KPH ( Kesatuan Pengelolaan Hutan) Bali Tengah Provinsi Bali
merupakan bentang alam dataran tinggi, dataran perbukitan dan pegunungan dan
daerah kerucut gunung api. Dataran rendah merupakan bentuk lapangan berombak
sampai bergelombang dengan ketinggian 50-300 m di atas permukaan laut (dpl).
Daerah perbukitan berbentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan
ketinggian 100 - 1.000 m di atas permukaan laut (dpl), antara lain di perbukitan
Kintamani sebelah Tengah sampai Kubutambahan, daerah perbukitan dan
pegunungan berbentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan ketinggian
500-1000 m dpl, sedangkan daerah kerucut gunung api adalah bentuk lapangan
bergunung dengan ketinggian 800 - 3.142 m dpl, pada kaki tubuh dan puncak Gunung
Batukaru.
Secara umum pegunungan yang ada di provinsi Bali merupakan pegunungan
berelief halus sampai kasar, batuannya terdiri dari endapan vulkanik dari Gunung
Buyan-Beratan dan Gunung Batur berupa lahar yang bersifat agak kompak dan
batuan vulkanik dari Gunung Agung berupa tufa dan lahar yang bersifat agak lepas.
Struktur geologi KPH Bali Tengah adalah batuan lava bantal dan breksi yang disisipi
oleh batu gamping.
(b) Luas Wilayah KPH Bali Tengah
Luas Kawasan Hutan Provinsi Bali berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No.433/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan
Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Bali adalah 130.686,01ha, dengan rincian
luas yaitu: Kawasan Suaka Alam / Kawasan Pelestarian Alam seluas
± 26.046,10 ha, Hutan Lindung seluas ± 95.766,06 ha, Hutan Produksi Terbatas
± 6.719,26 ha, Hutan Produksi Tetap ± 1.907,10 ha.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 13
Penetapan KPH di Provinsi Bali berdasarkan SK.800/Menhut-VII/2009, tanggal
7 Desember 2009 adalah :
KPHL sebanyak 3 unit dengan luas = 104.392,42 ha
KPHK sebanyak 1 unit dengan luas = 1.373,50 ha +
Total Luas = 105.765,92 ha
UPT KPH Bali Tengah yang memiliki luas wilayah 14.651,32 ha, merupakan
gabungan kelompok kawasan hutan yang meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten
Badung, Bangli, Buleleng dan Tabanan.
KPH Bali Tengah mempunyai kawasan hutan yang tersebar dalam 5 RTK,
sebagian besar berada di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Buleleng dan Tabanan.
Distribusi sebaran keberadaan luasan kawasan hutan per RTK dalam Kabupaten pada
KPH Bali Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Letak dan Luasan Kawasan Hutan per RTK berdasarkan Kabupaten dan RTK
No KELOMPOK HUTAN RTK
KABUPATEN
BADUNG BANGLI BULELENG TABANAN TOTAL
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puncak Landep 1 - - 590,00 - 590,00
2 Gunung Mungsu 2 - - 1.134,00 - 1.134,00
3 Gunung Silangjana 3 - - 415.00 - 415,00
4 Gunung Batukaru 4 1.126.90 - 3.964,21 6.808,21 11.899,12
5 Munduk Pengajaran 5 0.00 613.00 - - 613,00
TOTAL 1.126,90 613,00 6.103,21 6.808,21 14.651,32
Sumber: Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 14
Wilayah pengelolaan kawasan hutan KPH Bali Tengah disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Rekapitulasi Pengelolaan KPH Bali Tengah
1. Kawasan Hutan
a. Puncak Landep (RTK 1)
Panjang batas kawasan hutan 26,60 km (batas alam : 2,50 / km dan batas buatan : 24,10 km), jumlah pal batas 331 buah.
b. Gunung Mungsu (RTK 2)
Panjang batas kawasan hutan 38,96 km (batas alam : 7,66 km dan batas buatan : 31,30 km), jumlah pal batas 422 buah.
c. Gunung Silangjana (RTK 3)
Panjang batas kawasan hutan 19,50 km (batas alam : 4,60 km dan batas buatan : 14,90 km), jumlah pal batas 210 buah.
d. Gunung Batukaru (RTK 4)
Panjang batas kawasan hutan 188,60 km (batas alam : 32,95 km dan batas buatan ; 155,65 km), jumlah pal batas 1.816 buah.
e. Munduk Pengajaran (RTK 5)
Panjang batas kawasan hutan 44,05 km (batas alam : 9,60 km dan batas buatan : 34,45 km), jumlah pal batas 556 buah.
2. Fungsi Hutan Lindung (14.651,32 Ha)
Sumber: Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009
Data sebelum keluarnya SK 800/Menhut-II/200
Sebaran fungsi kawasan KPH Bali Tengah yang tersebar pada RTK disajikan
pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Sebaran Fungsi Kawasan KPH Bali Tengah
Luas kawasan hutan di RPH bervariasi dari yang terendah di RPH Petang
seluas 1.126,90 Ha dan terluas di RPH Kubutambahan seluas 3.606,87 ha. Pada
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 15
Tabel 2.3 menunjukkan sebaran pengelolaan kawasan hutan oleh masing-masing
RPH di KPH Bali Tengah.
Tabel 2.3. Proporsi Pengelolaan KPH oleh masing-masing RPH.
LOKASI KPH / RPH /
PPHH
LUAS
PERSONIL
JUMLAH POLHUT
NON POLHUT
(Ha) (org) (org) (org)
1 2 3 4 5 6 7
Singaraja KPH - 3 22 25
Banjar RPH 1.212,24 3 - 3
Candikuning RPH 1.157,49 1 2 3
Kubutambahan RPH 3.606,87 6 - 6
Penebel RPH 3.124,32 4 1 5
Petang RPH 1.126,90 2 1 3
Pupuan RPH 2.526,40 2 - 2
Sukasada RPH 1.897,10 2 - 2
Payangan Pos PHH - 2 1 3
Total 14.651,32 25 27 52
Sumber : Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009.
Kondisi Biofisik KPH Bali Tengah
Kondisi biofisik Bali Tengah meliputi: (a) DAS (Daerah Aliran Sungai), (b)
morfologi dan geologi, (c) tanah, (d) topografi, dan (e) iklim dan curah hujan, dan (f)
lahan kritis.
a. Daerah Aliran Sungai (DAS)
KPH Bali Tengah berada pada Sub DAS Sabah Daya, Leh Balian, Oten
Sungi dan Pangi Ayung. Sungai-sungai yang melintas di KPH Bali Tengah sangat
banyak karena posisi KPH Bali Tengah yang berada di daerah pegunungan dan
menjadi hulu bagi sungai-sungai tersebut. Sungai yang berhulu di Kelompok Hutan
Puncak Landep (RTK 1) adalah Tukad Mungga, dan anak sungai Tukad (T)
Tuludmadu, T. Juuk, T. Basak dan T. Tiingtali. Kelompok Hutan Gunung Mungsu
(RTK 2) hulu DAS Tukad Banyumala, T. Tiingtali, T. Apit dan T. Bangka.
Kelompok Hutan Gunung Silangjana (RTK 3) merupakan DAS T. Panarukan, yang
mengairi sawah di Sudaji, Kaloncing dan Penarukan, sedangkan di Kelompok
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 16
Hutan Gunung Batukaru (RTK 4) yang mendominasi wilayah KPH Bali Tengah,
sungai yang mengalir ke arah Selatan adalah Tukad Bangka, T. Kaliasam, T.
Lengis, Yeh (Y) Ho, Yeh Otan, T. Made, T, Balian dan Y. Saba, Y. Empas, Y.Sungi,
T. Pangi, dan T. Ayung. Kelompok Hutan Munduk Pangejaran (RTK 5) menjadi
hulu DAS Tukad Daya yang mengalir ke Desa Bungkulan dan Kubutambahan.
Sebaran wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam setiap RTK dapat disajikan
pada Tabel 2.4 dan prosentase luas DAS di KPH Bali Tengah.
Tabel 2.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) di KPH Bali Tengah
No KELOMPOK
HUTAN RTK
DAERAH ALIRAN SUNGAI DALAM HA
LEH BALIAN
OTEN SUNGI
PANGI AYUNG
SABAH DAYA
TOTAL
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puncak Landep 1 - - - 590,00 590,00
2 Gunung Mungsu 2 - - - 1.134,00 1.134,00
3 Gunung Silangjana 3 - - - 415,00 415,00
4 Gunung Batukaru 4 6.808,21 - 1.126,90 3.964,21 1.1899,32
5 Munduk Pengajaran 5 - 613,00 - - 613.00
TOTAL 6.308,21 613,00 1.126,90 5.103,21 14.651,32
Sumber: Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009
Gambar 2.2 Prosentase Luas DAS di KPH Bali Tengah
Posisi DAS yang ada di Provinsi Bali dengan posisi KPH Bali Tengah terdapat
dalam Gambar 2.3.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 17
Gambar 2.3. DAS di KPH Bali Tengah
b. Morfologi dan Geologi
Morfologi pada wilayah KPH Bali Tengah Provinsi Bali tersusun dari bentang
alam seperti dataran tinggi, daerah perbukitan, pegunungan dan daerah kerucut
gunung api. Dataran tinggi (bentuk lapangan berombak sampai bergelombang
dengan ketinggian 50-300 m dpl. Daerah perbukitan berbentuk lapangan berbukit
kecil sampai berbukit dengan ketinggian 100 - 1.000 m dpl, antara lain di
perbukitan Kintamani sebelah Tengah sampai Kubutambahan. Daerah perbukitan
dan pegunungan (bentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan
ketinggian 500-1000 m dpl). Daerah kerucut gunung api (bentuk lapangan
bergunung dengan ketinggian 800-3.142 m dpl) pada Batukaru.
Struktur geologi KPH Bali Tengah dilihat dari struktur regional Bali, dimulai
dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen bawah yang menghasilkan
batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Kegiatan Gunung
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 18
api lebih banyak terjadi di dataran, yang menghasilkan gunung api dari Barat ke
Timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera yaitu mula - mula kaldera
Buyan-Beratan dan kemudian kaldera Batur, P. Bali masih mengalami gerakan
yang menyebabkan pengangkatan di bagian Utara, akibatnya formasi palasari
terangkat ke permukaan laut dan P. Bali pada umumnya mempunyai penampang
Utara-Selatan yang tidak simetris dan bagian Selatan lebih landai dari bagian
Utara.
c. Tanah
KPH Bali Tengah memiliki jenis tanah antara lain: RTK 1, 2 dan 3 memiliki
jenis tanah Latosol dan dan Regosol yang sangat peka terhadap erosi, sedangkan
RTK 4 jenis tanahnya terdiri dari Regosol, Latosol, dan Andosol, sedangkan RTK
5 jenis tanahnya Regosol yang sangat peka terhadap erosi.
Sebaran lokasi jenis tanah di Provinsi Bali disajikan pada Gambar 2.4. yang
bersumber dari Dinas Kehutanan Prov. Bali dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan
Bali dan Nusa Tenggara.
Gambar 2.4. Jenis Tanah di Provinsi Bali
d. Topografi
Secara umum keadaan topografi wilayah Provinsi Bali cukup komplek,
dengan kelas lereng mulai datar (35,08 %), landai (10,93 %), agak curam (18,96 %),
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 19
curam (15,17 %) sampai sangat curam (19,86 %) dan secara topografi terletak pada
ketinggian antara 1 - 3,142 m di atas permukaan laut. Bentuk wilayah
Provinsi Bali yang mendominasi adalah berbukit dan bergunung dengan dataran
memanjang dari Barat ke arah Timur dan puncak tertinggi adalah Gunung Agung
(3.142 m). Pada bagian Selatan berupa dataran yang landai sampai datar dan pada
bagian utara yang sejajar garis pantai terdapat dataran rendah pantai dengan luasan
sempit. Citra SRTM (Shuttle Radar for Topographic Mission) memberikan
kenampakan tiga dimensi dari wilayah KPH Bali Tengah. Kelas kelerengan di KPH
Bali Tengah yang diturunkan dari citra SRTM nampak kelas lereng yang beragam
mulai dari landai dengan kelas lereng landai (0-8%) sampai dengan kelas lereng
amat curam/terjal (> 40%) seperti pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Keadaan Topografi (kelas lereng) KPH Bali Tengah
Kelas kelerengan di KPH Bali Tengah yang diturunkan dari citra SRTM
memberikan kelas lereng yang beragam mulai dari landai dengan kelas lereng landai
(0-8 %) sampai dengan kelas lereng terjal (>40%). Wilayah KPH Bali Tengah secara
umum mempunyai topografi dataran tinggi, berbukit sampai bergunung.
RTK 1 memiliki topografi sangat curam ketinggiannya dari 300 m – 1244 m dpl.
Lerengnya berkisar antara 15 – 25 % dan lebih besar dari 45 %. Pada hutan ini
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 20
terdapat bukit pengalusa (799 m) dan munduk gintungan (1.244 m). Topografi di RTK
2 hampir sama dengan kelompok hutan RTK 1, ketinggiaannya dari 290 m – 1024 m
dpl. Bukit yang terdapat dalam hutan ini adalah Bukit Mungsu dan Bataran.
Topografi RTK 3 juga sangat curam, lereng bagian Selatan sangat curam dan mudah
longsor dan ketinggiaannya 425 m dpl dan tertinggi 1219 m dpl. RTK 4 topografinya
bergunung-gunung, kelerengan landai sampai sangat curam, kelas lereng antara 15 -
>45 % berada pada ketinggian 767 m sampai puncak tertinggi Batukaru (2276 m dpl).
Topografi di RTK 5 bergelombang sampai curam dengan kelerengan lebih dari 45%,
ketinggian dari 1161 m sampai puncak bukit Pengajaran (1206 m dpl). Keadaan
biofisik desa terpilih dapat disajikan pada Tabel 2.5
Tabel 2.5. Keadaan Biofisik Desa Terpilih
No DESA
URAIAN
LUAS KETINGGIAN JENIS TANAH BENTANG ALAM
km2 (M DPL) 1 2 3 4 5 6
1. Sambangan 7,67 ± 500 Lampungan/ pasiran / debuan
Dataran tinggi berbukit
2. Galungan 14,6 550-900 - Dataran tinggi/pegunungan
3. Bangli 1,199 700-850 - Landai dan beberapa
Sumber: Monografi masing-masing Desa
e. Iklim
Curah hujan setahun rata-rata di Provinsi Bali antara 1.000 - 3.200 mm/tahun,
dengan curah hujan tertinggi berada di Baturiti Kabupaten Tabanan dan terendah
berada di Grokgak Kabupaten Buleleng, Kubu dan Seraya Kabupaten Karangasem.
Musim hujan terjadi antara Nopember sampai Maret dan bulan kering berkisar 5-9
bulan. Provinsi Bali mempunyai jumlah nilai curah hujan kurang 85 %, 85-115 % dan
lebih 115 %, maka secara rata-rata termasuk dalam kategori di bawah normal –
normal – lebih dari normal, dengan besaran rendah-sedang (kurang 1.500 lebih 2.500
mm/tahun) dan tipe iklim B-F (Schmidt dan Ferguson)
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 21
Tipe iklim di Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK 1) menurut Schmidt dan
Ferguson adalah di bagian atas (Selatan) D dan dibagian bawah (Utara) E, namun
curah hujan harian tiba-tiba sangat tinggi, sehingga dapat mengakibatkan bahaya
banjir dan longsor. Tipe iklim di Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK 2) tipe
iklimnya tipe D dan E, meskipun musim kering lama, akan tetapi curah hujan harian
tinggi, apabila hutan ini gundul, akan terjadi banjir bandang disekitar desa Panji
sampai merembet ke Kota Singaraja muara Tukad Banyumala. Tipe iklim dominan di
Kelompok Hutan Gunung Silangjana (RTK 3) dan Kelompok Hutan Munduk
Pangajaran (RTK 5) adalah tipe D, dan sebagian kecil E, dan bila bukit ini longsor
dapat mengakibatkan banjir di desa Sudaji dan Panarukan.
f. Lahan Kritis
Lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan/degradasi
sampai pada titik kritis sehingga menyebabkan kehilangan atau berkurangnya fungsi
lahan sampai pada batas yang diharapkan. Penentuan areal lahan kritis ditetapkan
dengan melakukan analisis terhadap parameter biofisik lahan yang diduga/diestimasi
menyebabkan/mempengaruhi kekritisan lahan. Parameter yang digunakan untuk
menilai kekeritisan lahan (BPDAS Unda Anyar (1998) antara lain: tutupan vegetasi,
kemiringan lereng, tingkat bahaya erosi, singkapan lereng, kedalaman tanah, serta
kondisi pengelolaan (manajemen). Metode penetapan lahan kritis dilakukan dengan
metode skoring pada beberapa parameter penyebab lahan kritis seperti tersebut di
atas. Hasil analisis penentuan lahan kritis pada KPH Bali Tengah disajikan pada
Tabel 2.6
Tabel 2.6. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisannya
No RPH RTK
TINGKAT KEKRITISAN LAHAN
JUMLAH SANGAT KRITIS
KRITIS AGAK KRITIS
POTENSIAL KRITIS
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Sukasada 1 - 50 540 - 590
2 - - 745 320 1.065
3 - 11 - - 11
4 - - 150 375 525
2. Banjar 2 - - 68 - 68
3. Kubu Tambahan
4 - - 860 1.730 2.590
3 - 403 - - 403
4 Pupuan 4 - - - 1986 1.986
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 22
No RPH RTK
TINGKAT KEKRITISAN LAHAN
JUMLAH SANGAT KRITIS
KRITIS AGAK KRITIS
POTENSIAL KRITIS
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
5. Penebel 4 - - - 3270 3270
6. Baturiti 4 - 250 - 1.842 2.092
Total - 714 2.363 9.523 12.600
5.66 18.75 75.57
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali Tahun 2004
Berdasarkan data pada Tabel 2.6, menunjukkan bahwa wilayah KPH Bali
Tengah tergolong potensial kritis sebesar 75,57 %; agak kritis 18,75 % dan kritis
seluas 5,66 %. Beberapa penyebab terjadinya lahan kritis adalah kesalahan dalam
pengelolaan lahan (penggunaan lahan tidak sesuai dengan kemampuannya serta
tidak memenuhi kaidah konservasi tanah dan air), rendahnya penutupan vegetasi,
dan besarnya erosi.
2.1.2 Aksesibilitas Kawasan
Sarana dan prasarana pada KPH Bali Tengah menuju ke masing-masing
lokasi RPH bervariasi dari jalan setapak sampai jalan aspal. Jalan menuju RPH
Pupuan melewati jalan aspal dengan lebar jalan 3 - 4 meter kondisi baik yang
sifatnya open akses dan jalan lainnya adalah jalan setapak. Pada RPH Penebel
jalan menuju lokasi jalan aspal dengan lebar 4 meter dalam kondisi baik yang
sifatnya terbuka untuk umum. Untuk RPH Candikuning jalan menuju lokasi aspal
dengan lebar 6 meter kondisi baik dan sifatnya terbuka, dan untuk ke Desa Bangli
menuju Munduk Andong jalannya rusak. Jalan menuju RPH Petang melalui jalan
aspal dengan lebar 4 meter, kondisi sedang dan sifatnya terbuka. RPH Banjar
menuju lokasi melewati jalan aspal dengan lebar 4 meter kondisi sedang dan
sifatnya terbuka. Pada RPH Kubutambahan bisa dilalui jalan aspal dengan lebar 6
metr dalam kondisi baik dan sifatnya terbuka, sedangkan pada RPH Sukasada
dilalui jalan aspal dengan lebar 6-7 meter dalam kondisi baik dan sifatnya terbuka
untuk umum.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 23
2.1.3 Batas-batas Wilayah KPHL Bali Tengah
Seluruh kawasan hutan di Wilayah KPH Bali Tengah telah di tata batas dan
dikukuhkan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Tata Batas dan Pengukuhan Kawasan Hutan
NO RINCIAN TATA
BATAS DAN PENGUKUHAN
KELOMPOK KAWASAN HUTAN / RTK
PUNCAK LANDEP
GUNUNG MUNGSU
GUNUNG SILANGJANA
GUNUNG BATUKARU
MUNDUK PENGAJARAN
1 2 3 4 5 6 7
1 Kabupaten Buleleng Buleleng Buleleng Buleleng, Tabanan dan Badung
Bangli
2 Fungsi Hutan Hutan lindung
Hutan lindung
Hutan lindung
Hutan lindung
Cagar alam
TWA
Hutan lindung
3 Luas (Ha) 590,0 1.134,0 415,0 9.089,32
1.762,80
1.491,1
613,0
4 Panjang Batas Luas Kawasan Hutan (Km)
26,60 38,96 19,50 188,60 44,05
5 Jumlah Pal Batas (Buah)
331 422 210 1.816 556
6 Batas Fungsi (Km)
- - - 37,96 -
7 Tahun Anggaran Batas
a. 1933
Lks : Pm
Luas : 26,60
BL : 26,60 km
BF : Pm
a. Pm a. Pm a.1989/1990
Lks : Pm Perluasan
Luas : 0,32 Ha
BL : Pm
BF : Pm
b.1992/1993
Lks : Pm Perluasan
Luas : 51,00 Ha
BL : 5,10 Km
BF : Pm
c.1978/1979
Lks : Pm
Luas : 1.762.80 Ha
BL : 38,03
a. 1937
Lks : Pm
Luas : 44,05 Ha.
BL : 44,05 km
BF : Pm
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 24
NO RINCIAN TATA
BATAS DAN PENGUKUHAN
KELOMPOK KAWASAN HUTAN / RTK
PUNCAK LANDEP
GUNUNG MUNGSU
GUNUNG SILANGJANA
GUNUNG BATUKARU
MUNDUK PENGAJARAN
1 2 3 4 5 6 7
BF : Pm
8 Tanggal Berita Acara Tata
a. 20-01-33 a. Pm a. Pm a. Pm
b. 13-03-1993
c. 31-07-79
15-7-37
9 Tanggal Pengesahan Tata Batas
a. Pm a. Pm a. Pm a. Pm
b. 22-08-93
c. 03-12-79
a. Pm
10 No. Penetapan Tata Batas
a.821/Kpts/U m/II/82
a. Pm a. Pm a. Pm
b. 355/Kpts- II/94
c. Pm
a.821/Kpts/U m/II/82
11 Tgl. Penetapan tata Batas
a. 10-11-82 a. Pm a. Pm a. Pm
b. 24-08-94
c. Pm
a. 10-11-82
12 Jumlah Buku Tata Batas (Buah)
a. Pm a. Pm a. Pm a. –
b. 1
c.6
a. Pm
13 Jumlah Peta Tata Batas (Lembar)
a. Pm a. Pm a. Pm a.-
b. 7
a. Pm
14 File Tata Batas a. Pm a. Pm a. Pm a. –
b. 142.021
c. 142.026
a. Pm
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2009
Keberadaan pura dan perkiraan luasan dalam kawasan hutan di wilayah KPH
Bali Tengah sebagai berikut :
a). RPH Sukasada sebanyak 6 unit seluas : 2.190 ha
b). RPH Kubutambahan sebanyak 5 unit seluas : 0,6050 ha
c). RPH Banjar sebanyak 10 unit seluas : 0.420 ha
d). RPH Petang sebanyak 1 unit seluas : 0.040 ha
e). RPH Pupuan sebanyak 10 unit seluas : 2.526,40 ha
f). RPH Candikuning sebanyak 9 unit seluas : 0,764 ha
g) RPH Penebel sebanyak 3 unit seluas : 1,04 ha
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 25
Batas-batas wilayah terpilih disajikan pada Tabel 2.8
Tabel 2.8 Batas-batas Wilayah Desa Terpilih
NO DESA URAIAN BATAS
UTARA TIMUR SELATAN BARAT
1 2 3 4 5 6
1. Sambangan Desa Bhaktisegara
Kelurahan Sukasada
Desa Wanagiri
Desa Panji
2. Galungan Desa Sekumpul Desa Pakisan Desa Tambakan
Desa Lemukih
3. Bangli Desa Candi Kuning
Desa Baturiti Desa Apuan Desa Angseri
4. Wongaya Gede Hutan Andong Sungai Pusut Desa Tengkudak
Sungai Tetengis
Sumber: Monografi masing-masing desa
2.1.4 Sejarah Wilayah KPHL
Pada Tahun 1900 berdasarkan laporan ekspedisi Leifrienk dan Kern
menggambarkan bahwa punggung pegunungan antara Jembrana dan Buleleng masih
dipenuhi hutan yang sangat lebat. Pada Tahun 1906 setelah hampir seluruh kerajaan
di Bali jatuh ketangan Kolonial Belanda, terdapat perubahan aspek kehidupan, saat
itu mulai berlangsung perambahan hutan untuk dikonversi menjadi kebun kopi, tegalan
(perkebunan) dan lahan pertanian.
Pada Tahun 1916 Ir. Hoppe kepala Waterstaatdienst di Bali, sangat prihatin
dengan terjadinya konversi hutan alam dijadikan kebun kopi, selanjutnya segera
dilakukan pengamatan terhadap daerah aliran sungai (DAS). Menyadari perubahan
yang mengkhawatirkan lingkungan di Bali, kemudian pada tahun 1924 Cokorda Gede
Raka Sukawati sangat peduli terhadap keamanan dan perlindungan hutan di Bali dan
selanjutnya meminta kepada Pemerintah Belanda untuk segera dilakukan penetapan
hutan tutupan.
Pemerintah kolonial Belanda lima tahun sebelumnya yaitu tepatnya tanggal 21
Pebruari 1919 untuk pertama kalinya menunjuk kelompok hutan yang luasnya 9,8 ha
yaitu kelompok hutan Sangeh sebagai Natuur monument (Cagar Alam). Dalam Cagar
Alam Sangeh ini yang dilindungi adalah vegetasi pohon pala (Dipterocarpus trinervis)
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 26
dan di dalam hutan Sangeh terdapat tempat suci (Pura), dan dihuni banyak kera
(monyet) abu-abu ekor panjang.
Berdasarkan kondisi hutan di Bali saat itu dan adanya usulan dari Cokorda
Gede Raka Sukawati yang mendesak Pemerintah Kolonial Belanda untuk segera
menetapkan kawasan hutan, maka tahun 1926 ditunjuk 14 lokasi kelompok hutan
yang diusulkan dan kemudian ditetapkan menjadi kawasan hutan/hutan negara pada
tanggal 29 Mei 19271 yaitu sebagai berikut (disini akan diuraikan sejarah kehutanan
untuk KPH Bali Tengah ):
1. Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK 1)
Penunjukkan dan penetapan status kelompok hutan ini didahului dengan usul
penunjukan oleh pemerintah kolonial Belanda Nomor 19/90/VaInsp/Bw 6a.Afd,
tanggal 6 Januari 1926, dengan penetapan penunjukan G.B. tanggal 29 Mei 1927,
nomor 28 Sub A.a,4, pengumuman pemancangan sementara tanggal 6 Desember
1932 dan pengesahan penetapan batas hutan pada tanggal 6 Mei 1933. Kemudian
ditetapkan penunjukannya dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor
821/Kpts/Um/11/82 tanggal 10 November 1982, dengan panjang batas luar 26,6 Km,
luas 590 ha dengan fungsi pokok adalah sebagai hutan lindung.
Kelompok hutan Puncak Landep (RTK 1) secara administratif terletak di
Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, secara dministratif pengelolaan
hutan/pemangkuan hutan terletak di Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada. Kelompok
Hutan (RTK 1) ini tidak melintas wilayah administratrif antar kabupaten maupun
Daerah Aliran Sungai (DAS)-nya. Sungai yang berhulu di hutan ini adalah Tukad
Mungga, dan anak sungai Tukad Tulud madu, Tukad Juuk, Tukad Basak dan Tukad
Tiingtali.
Topografi hutan ini sangat berat/curam, dengan ketinggian 300 m sampai
dengan 1.244 m dari permukaan laut (DPL), nilai kelerengan 15 – 25 %, namun ada
yang lebih dari 45 %. Didalam hutan ini terdapat Bukit Pengalusan dengan tinggi 799
m dan Munduk Gintungan tinggi 1.244 m. Jenis tanahnya Lithosol dan Regosol yang
sangat peka terhadap erosi. Tipe iklimnya menurut klasfikasi Schmindt dan Ferguson
1 Made Sulendra, 2002, Hutan dan Kehutann Provinsi Bali, Dinas Kehutanan Provinsi Bali
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 27
(S dan F) adalah di bagian atas (selatan) D dan dibagian bawah (Utara) E, namun
curah hujan tiba-tiba sangat tinggi, sehingga dapat mengakibatkan bahaya banjir dan
longsor.
Vegetasi Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK 1) terdiri dari hutan tropis
yang selalu hijau sepanjang tahun. Hutan ini ditumbuhi dengan jenis tanaman Bayur
(Pterospermum javanicum), Seming (Pometia spec), dan Terep (Arthocarpus
elasticus) , tetapi keadaannya sudah jarang. Dibagian puncak kelompok hutan ini
ditumbuhi oleh Cemara Geseng (Casuarina junghuhniana) dan semak-semak. Satwa
yang ada adalah Babi hutan (sus vitatus), Ayam hutan (Gallusgallius varus), Kera
(Macaca irus) dan Landak (Hystrix brachiurum).
2. Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK 2)
Penunjukan dan penetapan kelompok hutan ini bersamaan dengan RTK 1,
sedangkan pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Januari 1933,
kemudian dilkukan lagi penetapan bersamaan dengan RTK 1, dengan panjang batas
luar temu gelang 38,96 Km, luas 1.134 Ha dengan fungsi pokok adalah hutan lindung.
Kelompok hutan RTK 2 ini secara administratrif terletak di Desa Sukasada,
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, secara pembagian administrasi
pengelolaan hutan/pemangkuan hutan terletak di RPH Sukasada. Aksebilitas hutan ini
cukup tinggi, bisa dicapai dari Desa Panji naik ke Selatan sekitar 500 meter, atau turun
dari Desa Wanasari, turun ke utara sekitar 1 Km. RTK 2 ini tidak melintas wilayah
administrasi antar kabupaten maupun Daerah Aliran Sungai (DAS)-nya. Hutan ini
merupakan hulu DAS Tukad Banyumala, Tukad Tiingtali, Tukad Apit dan Tukad
Bangke., bersekutuan dengan kawasan hutan disebelah utara terhampar sawah,
dimulai dari ketinggian 600 m dari permukaan laut (DPL)
Topografinya hampir sama dengan kelompok hutan Puncak Landep
ketinggian dari 290 m sampai 1.024 m DPL. Bukit yang terdapat dalam hutan ini
adalah Bukit Mungsu dan Bantaran. Jenis tanahnya Lithosol dan Regosol. Tipe
iklimnya D dan E walaupun musim kering lama, akan tetapi curah hujan harian tinggi,
apabila hutan ini gundul maka akan terjadi banjir bandang desa di bawahnya, seperti
Desa Panji, sampai merambat ke Kota Singaraja muara Tukad Banyumala
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 28
Jenis vegetasi di kelompok hutan inii ditumbuhi dengan berbagai jenis pohon
seperti Bayur (Pterospermum javanicum), Dadap (Ehritrina indica),
Gintungan (Bischoffia javanica) dan putat (Planconia valida). Jenis aatwa yang ada
adalah Ayam hutan (Gallusgallius varus), Kera (Macaca irus),Landak (Hystrix
brachiurum), Trenggiling (Manis javanica), Tekukur (Geopelia ariata), Puyuh
(Cantropus lengkusis) dan Elang (Elyaster indusletemidus).
3. Kelompok Hutan Gunung Silangjana (RTK 3)
Penunjukan kelompok hutan ini bersamaan dengan RTK 1 yaitu tanggal 6
Januari 1926, tetapi pengumuman pemancangan sementara tanggal 1 Agustus 1933
dan pengesahan penetapan batas hutan pada tanggal 23 Pebruari 1934, kemudian
dilakukan lagi penetapan penunjukan kembali bersamaan dengan RTK 1 dan RTK 2,
panjang batas luas keliling temu gelang 19,50 Km, luas 415, 00 Ha dan fugsi pokok
hutan lindung.
Kelompok hutan ini, secara administratif terletak di Kecamatan Sukasada dan
sebagian di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, secara dministrasi
kepemangkuan huan terletak di RPH Sukasada dan Kubutambahan. Lokasi di
Kecamatan Sukasada dapat dicapai dari Singaraja ke Desa Silangjana, RTK ini tidak
melintasi wilayah administrasi antar Kabupaten maupun Daerah Aliran Sungai (DAS)-
nya. Hutan ni merupakan DAS sungai Penarukan, yang mengairi sawah di Sudaji,
Keloncing dan Penarukan.
Topografinya juga sangat berat, lereng bagian Selatan sangat curam dan
mudah longsong. Ketinggiannya 425 m DPL dan tertinggi 1.219 m DPL. Jenis
tanahnya Lithosol dan Regosol. Tipe iklim dominan D, dan sebagian kecil E. Bila bukit
ini longsor dapat mengakibatkan banjir di desa Sudaji sasmpai ke Penarukan
Kecamatan Sawan.
Jenis vegetasi adalah Cemara geseng, Juwet (Eugenia spp), Udu (plata
latipolia), Paradah (Garcinia celebica), dan Seming. Di bagian timur ditumbuhi
temblekan (Lantana camara) dan rumput bagas (Tymeda spp). Kondisi umum vegetasi
hutan RTK 3 lebih kritis dari Puncak Landep dan Gunung Mungsu. Satwanya terdiri
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 29
dari jenis Kera , Kijang (Muntiacus muncak), Landak, Babi hutan, Ayam hutan,
Trenggiling, dan Tekukur.
4. Kelompok Hutan Gunung Batukaru (RTK 4)
Penunjukan RTK 4 ini bersamaan dengan RTK 1 tahun 1927, tetapi
pengumuman pemancangan sementara tanggal 15 Agustus 1933 dan pengesahan
penetapan batas hutan pada tanggal 23 Pebruari 1934. Kemudian ditetapkan
bersamaan dengan RTK 1, dengan panjang batas keliling temu gelang 188, 60 km,
luas 15.153,28 Ha dan terdiri dari tiga fungsi pokok hutan yaitu Cagar Alam Batukaru
seluas 1.762,80 Ha), Taman Wisata Alam Danau Beratan, Danau Tamblingan dan
Danau Buyan seluas 1.491,16 Ha dan sisanya sebagai hutan lindung Batukau seluas
11.899,32 Ha.
Kelompok hutan Batukau (RTK 4) terletak dilintas Kabupaten Buleleng,
Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan. Untuk Kabupaten Buleleng melintas di
Kecamatan Banjar, Sukasada, Sawan dan Kubutambahan. Untuk di Kabupaten
Tabanan melintas di wilayah Kecamatan Baturiti, Penebel dan Pupuan dan Kabupaten
Badung di Kecamatan Petang. Pembagian administrasi kepemangkuan hutan terletak
di RPH Banjar, Kubutambahan, Sukasada, Petang, Candikuning, Penebel dan
Pupuan.
Aksebelitas kelompok hutan ini sangat tinggi, hampir dari segala penjuru bisa
dimasuki/dilalui dan atau berbatasan dengan jalan raya, yakni jalan raya Denpasar-
Singaraja, Jalan Singaraja ke Gesing, jalan dari Tabanan ke Munduk
lumbang/Senganan, Tabanan ke Pura Batukaru, dari Buleleng ke Munduk, dari
Candikuning ke Batusesa, dari Baturiti ke Munduk Andong. RTK 4 ini keberadaannya
melintas antar kabupaten maupun DAS-nya.
Sungai yang mengalir kearah Selatan adalah Tukad Bangke, Tukad
Kaliasem, Tukad Lengis, Tukad Yeh He, Tukad Made, Tukad Balian, Tukad Yeh Saba,
Tukad Yeh Empas, Tukad Yeh Sungi, Tukad Pangi dan Tukad Ayung. Sedangkan
yang bermuara ke Utara dan arah Timur, merupakan daerah resapan danau Buyan,
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 30
Tamblingan dan Beratan. Sungai yang mengalir ke Utara adalah sungai Yeh Panes
sampai ke Tukad Saba.
Topografinya bergunung-gunung, dengan kelerangan landau sampai sangat
curam, kelas lereng antara 15 % sampai diatas 45 % berada pada ketinggian 767 m
sampai puncak tertinggi gunung Batukau 2.276 m DPL. Dalam kawasan hutan ini
terdapat banyak gunung, seperti Gunung Pohen, Gunung Tapak dan Gunung Lesung
(ketiganya adalah berstatus sebagai Cagar Alam), Gunung Sengayang, Gunung
Puncak Adeng, Gunung Puncak Manggu, Gunung Pengelengan, Gunung Puncak Bon
dan Gunung Catur. Jenis tanahnya terdiri jenis Regosol, Latosol dan Andosol. Tipe
iklimnya sebagian besar tipe B, sebagian lagi C dan D.
Didalam kelompok hutan ini terdapat 3 (tiga) danau yaitu Beatan luas
permukaan 385 ha, kedalaman 20 meter dan volume air tersimpan 49,22 juta m3,
Danau Buyan luas permukaan 367 ha, kedalaman 69 meter dan menyimpan air
116,25 juta m3 dan danau Tamblingan luas permukaan 115 ha, kedalaman 40,5 meter
dan volume airnya 27,05 juta m3.
Satwa yang dijumpai adalah kera, babi hutan, ayam hutan, terenggiling dan
kijang, sedangkan tumbuhan di lereng utara adalah Salam (Eugenia polyantha),
Bayur, Kepelan (Manglietia glauca), Seming, dibagian Selatan pada beberapa
pouncak adalah terdiri dari hutan hujan basah vegetasinya Cemara pandak
(podocarpus imrbicata), Cemara Geseng , Seming, Tahlan (Dysoxylum spec),
Peradah (Garcinia spec), Belantih (Homalantus gigantius), bangsa bunut dan
beringin (Ficus) dan jenis-jenis Lateng (Laportaceae), Pandan, berjenis-jenis Pakis
(Filices), temu-temuan (Zingeberaceae), liana dan banyak jenis anggrek
(Orchidecae). Tahun 1933 dalam kawasan ini dibuka pertanaman seluas 811,94 ha
terdiri dari tanaman Rasamala (Altingia exelsa), Kepelan, Cempaka, Gintungan
(Bischoffia javanica), Juet manting (Crypteronia paniculata), Damar (Agatis
lorantifolia), dan Tusam (pinus merkusii).
Tahun 1969 kawasan hutan ini dikukuhkan sebagai Cagar Alam Batukaru
seluas 1.569 ha berdasarkan pertimbangan keberadaan pohon asli Cemara Pandak
meruakan jenis kayu industri yang baik akan tetapi pada saat itu keberadannya
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 31
termasuk langka, dan kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan menteri
Kehutanan No. 716/Kpts/Um/II/1974 tanggal 15 Juli 1959, serta didalam keompok
hutan yang berfungsi lindung digunakan untuk kawasan dengan tujuan khusus yaitu
Kebun Raya Ekakarya Bedugul seluas 154,50 ha. Koleksi pohon sebanyak 14.686
spesimen, 2.090 spesies, 955 genera dan 262 Famili.
5. Kelompok Hutan Munduk Pengejaran (RTK 5)
Penunjukan dan penetapam kelompok hutan ini oleh Pemerintah Kolonial
belanda bersamaan dengan RTK 1 tahun 1927, tetapi pengumuman pemancangan
sementara tanggal 31 Januari 1930 dan pengesahan penetapan batas hutan pada
tanggal 29 Oktober 1937, kemudian ditetapkan bersamaan dengan RTK 1, dengan
panjang batas luar temu gelang 44,05 Km, luas 613,00 ha dan fungsi pokok hutan
lindung.
Kelompok hutan RTK 5 ini secara administratif terletak di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli dan tidak melintas antar Kabupaten, akan tetapi Daerah
Aliran Sungai (DAS)-nya sebagai hulu DAS kabupaten Buleleng.
2.1.5 Pembagian Blok
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-
WP3H/2012, bahwa pembagian blok perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
karakteristik biofisik lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi
sumberdaya alam, dan keberadaan hak-hak atau ijin usaha pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan. Disamping itu pembagian blok juga harus
mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi
(RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/ Kota (RKTK), dan fungsi kawasan
hutan di wilayah KPHL dan KPHP yang bersangkutan. Pembagian blok dilakukan
pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasannya berfungsi hutan lindung maupun
hutan produksi.
Pada kawasan yang hutannya berfungsi hutan lindung pembagian blok terdiri
atas satu blok atau lebih, yaitu : (a) blok inti, (b) blok pemanfaatan, dan (c) blok
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 32
khusus. Sedangkan pada kawasan yang kawasan hutannya berfungsi hutan produksi
terdiri dari satu blok atau lebih, yaitu : (a) blok perlindungan; (b) blok pemanfaatan
kawasan, jasa lingkungan, HHBK; (c) blok pemanfaatan HHK-HA; (d) blok
pemanfaatan HHK-HT; (e) blok pemberdayaan masyarakat; dan (f) blok khusus.
Arahan pemanfaatan RKTN/RKTP/RKTK menjadi acuan awal dalam proses
merancang blok. Dalam memperhatikan rancangan pembagian blok dan
keterkaitannya dengan arahan pemanfaatan kawasan hutan menurut
RKTN/RKTP/RKTK, maka deskripsi masing-masing blok diuraikan sebagai berikut:
1. Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi sebagai
Hutan Lindung (HL) :
a. BLOK INTI merupakan blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan
perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan.
Kriteria blok ini antara lain:
- Kurang memiliki potensi jasa lingkungan, wisata alam, potensi hutan non
kayu;
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK termasuk dalam kawasan untuk perlindungan
hutan alam dan lahan gambut untuk kawasan rehabilitasi.
b. BLOK PEMANFAATAN merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang
direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi
HL. Kriteria blok ini antara lain:
- Mempunyai potensi jasa lingkungan, wisata alam, potensi hasil hutan non
kayu;
- Terdapat ijin pemanfaatan kawasan jasa lingkungan, hasil hutan non kayu;
- Arealnya dekat masyarakat sekitar atau dalam kawsan hutan;
- Mempunyai aksesibilitas yng tinggi;
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam kawasan untuk
pelindungan hutan alam dan lahan gambut atau untuk kawasan rehabilitasi.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 33
c. BLOK KHUSUS merupakan blok yang difungsikan sebagai areal untuk
menampung kepentingan-kepentingan khusus yang ada di wilayah KPHL dan
KPHP yang bersangkutan.
Kriteria blok ini antara lain :
- Terdapat pemakaian wilayah kawasan hutan untuk kepentingan antara lain:
religi, kebun raya, kawasan dengan tujuan khusus (KHDTK), wilayah
adat/ulayat;
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam kawasan untuk
perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau untuk kawasan rehabilitasi.
2. Pada setiap blok sebagaimana telah diuraikan di atas tidak tertutup kemungkinan
terdapat beberapa kondisi sebagai berikut:
a. Kawasan atau areal yang memerlukan reboisasi dan rehabilitasi kawasan ;
b. Areal yang telah ada penggunaan kawasan hutan untuk keperluan non
kehutanan dalam bentuk ijin pinjam pakai.
3. Pada setiap blok pemanfaatan baik di wilayah KPHL dan KPHP yang berfungsi HL
atau HP agar dirancang areal-areal yang direncanakan akan dikelola sendiri oleh
KPH dalam bentuk “wilayah tertentu” dimana pemanfaatannya mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
4. Blok-blok tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi “kelas-kelas hutan” sesuai
dengan arahan pengelolaan ke depan ;
5. Jabaran “kelas hutan” tersebut akan dipergunakan sebagai acuan dalam
menentukan “kelas perusahaan” dari suatu KPHL dan KPHP pada saat
penyusunan rencana pengelolaan hutan.
Untuk memudahkan manajemen pengelolaan kawasan hutan, maka blok-blok
dibagi ke dalam petak-petak. Dalam pembuatan petak perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : (a) produktivitas dan potensi areal/lahan; (b) keberadaan kawasan
lindung, yang meliputi kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan
cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan perlindungan plasma nutfah,
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 34
kawasan pengungsian satwa, dan kawasan pantai berhutan bakau; dan (c) rancangan
areal yang akan direncanakan antara lain untuk pemanfaatan hutan, penggunaan
kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan
pemberdayaan masyarakat. Pembuatan petak pada blok yang sudah ada ijin
pemanfaatan hutan dan penggunaan hutan dilakukan oleh pemegang ijin, sedangkan
pada kawasan yang tidak ada ijin, terlebih dulu harus dilakukan identifikasi sebagai
berikut : (1) areal dalam blok yang telah ada pemukiman masyarakat, maka tidak perlu
dilakukan pembagian ke dalam petak, namun perlu mendapatkan identifikasi khusus
untuk memperoleh arahan penanganan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan; (2) selain butir (1) tersebut, pembagian petak sesuai dengan
potensi dan kondisi yang ada serta dengan memperhatikan arahan pengelolaan hutan
jangka panjang yang telah disusun.
Berdasarkan uraian di atas dengan melihat kondisi kawasan hutan saat ini, maka
pembagian blok pada wilayah KPH Bali Tengah dibagi menjadi 3 bagian :
1. Blok inti pada wilayah KPHL yang kawasan hutannya berfungsi HL (Kelompok
Hutan Puncak Landep, Kelompok Hutan Gunung Mungsu, ,Kelompok Hutan
Gunung Batukaru, dan Kelompok Munduk Pangejaran). Pembagian blok dapat
dilakukan menjadi blok inti mempunyai luas 7148,719127 ha., blok pemanfaatan
luasnya 4493,578917 ha, dan blok pemanfaatan kawasan (wilayah tertentu)
luasnya 2655, 418161 ha.
2. Pembagian blok pada wilayah KPHL yang kawasan hutannya berfungsi HL, blok
perlindungan dialokasikan pada kawasan yang memiliki kelerengan > 40%.;
sedangkan untuk blok pemanfaatan kawasan yang diperuntukan sebagai jasa
lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat (wilayah tertentu) dialokasikan pada
kawasan dengan kelerengan di bawah 40% (sebarannya disesuaikan dengan
potensi yang teridentifikasi pada masing-masing kawasan). Pada blok
pemanfaatan ini juga dialokasikan untuk wilayah tertentu. Blok khusus
dialokasikan pada kawasan-kawasan suci (Pura) dan kawasan yang mempunyai
ijin.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 35
Fungsi hutan yang sebagian besar didominasi fungsi lindung, maka selama ini
pengelolaan hutan di KPH Bali Tengah tidak dilakukan secara intensif sebagaimana
pengelolaan hutan produksi, termasuk pembagian ke dalam blok atau zona
pemanfaatan dan perlindungan pada hutan lindung. Pembagian hutan yang
telah dilakukan selama ini baru berupa pembagian berdasarkan Register Tanah
Kehutanan (RTK) dan Resort Pengelolaan Hutan (RPH).
Pembagian dalam unit-unit RTK didasarkan pada kekompakan kawasan hutan
dan kemungkinan diregister berdasarkan sisa hutan yang belum dikonversi menjadi
pemukiman dan kepentingan non-kehutanan lainnya pada waktu pertama kali
penataan dilakukan. Jika dilihat dari fungsinya saat ini, RTK menjadi identitas
penamaan suatu kelompok hutan, namun untuk kepentingan apa identitas tersebut
digunakan dalam pengelolaan hutan masih belum diketahui secara pasti. Di satu sisi,
RTK ini mempunyai kemiripan dengan konsep bagian hutan (boschafdeling) di Jawa,
namun disisi lain belum menunjukkan pola yang jelas sebagai unit perencanaan hutan
yang berfungsi untuk memonitor tingkat kelestarian ekosistem dan sumber daya hutan.
Wilayah suatu RTK biasanya terpisah dari RTK yang lain oleh peruntukkan
bukan kawasan hutan (misalnya karena pemukiman dan areal penggunaan lain),
kecuali pada RTK yang berada di puncak gunung. Selain itu, pembagian ke dalam
RTK ini tidak terlalu memperhatikan perimbangan luasan, sehingga perbedaan luas
pada setiap RTK sangat besar dan tidak mempunyai pola yang jelas. Wilayah hutan
KPH Bali Tengah didominasi oleh RTK 4 Gunung Batukaru yang mempunyai luas
sangat besar (11.899,32 ha atau 51,22 %) dan sisanya terbagi ke dalam empat RTK,
yaitu RTK 1/Puncak Landep 590 ha (4.03 % ), RTK 2/Gunung Mungsu 1.134 ha (7,74
%). RTK 3/Silangjana 415 ha (2,83 %) dan RTK 5/Munduk Pengajaran 613,0 ha (4,18
%)). Jika dianalisis berdasarkan kesesuaiannya dengan batas DAS/Sub DAS dan
wilayah administrasi posisi RTK juga masih belum jelas sistem pengelompokannya.
Namun, nampaknya 4 RTK pertama (RTK 1,2,3 ) berada dalam satu DAS, hanya RTK
4 yang terbagi dalam 4 DAS. Ke depan diharapkan ada kepastian status fungsi RTK
dalam pengelolaan KPH dengan cara mengarahkan RTK atau kelompok RTK yang
berdekatan sebagai satu unit perencanaan hutan yang permanen dan kompak.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 36
Selain adanya pembagian kawasan hutan menurut RTK, KPH Bali Tengah juga
dibagi-bagi menjadi wilayah Resort Pengelolaan Hutan (RPH). RPH berfungsi
sebagai organisasi perlindungan dan pengamanan hutan dengan luas wilayah
tertentu. Wilayah RPH ini juga membagi habis seluruh pulau Bali dan sekitarnya ke
dalam wilayah RPH-RPH yang mengidetifikasikan bahwa pertimbangan aspek sosial
ekonomi dan tata ruang wilayah telah diakomodir dalam konsep organisasi RPH,
dengan demikian fungsi RPH merupakan bagian dari kesatuan pengelolaan hutan
yang bertujuan untuk mengendalikan dan memonitor sumber daya hutan. Pola
pembagian kawasan hutan ke dalam RPH dan RTK di KPH Bali Tengah dapat
disajikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Pola Pembagian Kawasan Hutan ke dalam RPH dan RTK
No. RPH RTK LUAS
KABUPATEN (Ha) (%)
1 2 3 4 5 6
1 Sukasada 1 2 3 4
59,00 1.065,66
11,28 230,16
4,03 7,27 0,08 1,57
Buleleng Buleleng Buleleng Buleleng
Jumlah 1.897,10 -
2 Banjar
2 4
68,34 1.143,90
0,47 7,81
Buleleng Buleleng
Jumlah 1.212,24 -
3 Kubutambahan
403,72 2.590,15
2,76 17,68
Buleleng Buleleng
Jumlah 2.993,87
4 5 6 7
Pupuan Penebel Candikuning Petang
4 4 4 4
2.526,40 3.270,32 1.157,49 1.126,90
17,24 21,32 7,90 7,69
Tabanan Tabanan Tabanan Badung
Jumlah 14.651,32 100,00
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Bali, Tahun 2009
KPH Bali Tengah mempunyai 8 wilayah RPH, terdiri dari 1 Pos PHH, yaitu
Payangan tidak mempunyai wilayah hutan dan 7 RPH yang membagi wilayah hutan
menjadi 5 RTK. Selain itu, penetapan batas wilayah RPH berupa sungai, sebenarnya
kurang tepat apabila dikaitkan dengan konsep wilayah pengelolaan berbasis DAS,
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 37
seharusnya mengacu pada batas punggung bukit sehingga wilayah RPH akan
mencerminkan daerah tangkapan air yang sangat berguna untuk mewujudkan
konsep kelestarian hutan lindung, selain itu juga perlu mempertimbangkan dan
memperhatikan kemampuan operasional pengelolaan hutan dari petugas RPH. Hasil
observasi di lapangan menunjukkan bahwa tapal batas antara RPH yang satu dengan
yang lainnya sudah dipasang.
Pembagian kawasan hutan ke dalam RPH, lebih banyak berfungsi sebagai unit
manajemen, walaupun nampak belum ada keterkaitan dengan kondisi RTK-nya. Satu
RPH dapat mempunyai beberapa wilajah RTK yang berbeda, namun ada juga
beberapa RTK berada pada dua atau lebih wilayah RPH, contoh, RPH Sukasada
mempunyai 4 wilayah RTK (RTK 1 - 4), RPH Banjar berada di 2 RTK ( RTK 2 dan 4),
dan seterusnya. Namun di sisi lain, RTK 4 yang masuk wilayah RPH Sukasada juga
masuk wilayah RPH Banjar, Pupuan, Penebel, Candikuning, Petang, dan
Kubutambahan. Jumlah wilayah RTK 4 yang masuk ke wilayah RPH yang berbeda-
beda tersebut juga sangat bervariasi, dari belasan hektar sampai ribuan hektar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, nampak adanya pola tertentu, yaitu bahwa
beberapa RTK dikelola oleh satu RPH, demikian juga sebaliknya beberapa RPH
berada dalam satu RTK. Tentu saja pola ini agak membingungkan dalam pengelolaan
hutan, apalagi jika bagian RTK yang masuk suatu RPH luasnya sangat kecil, seperti
misalnya RTK 3 di RPH Sukasada yang hanya sebesar 11,28 ha dan RTK 2 di RPH
Banjar seluas 68,34 ha.
Dilihat dari interaksinya dengan hutan, kondisi desa hutan dapat dikelompokkan
menjadi desa enklave dan desa bukan enklave tetapi berbatasan langsung dengan
hutan Negara. Jumlah desa enclave di KPH Bali Tengah ada 13 buah dengan luas
desa total adalah 141,69 ha. Desa enklave tersebut terletak di tengah-tengah kawasan
hutan dan berbatasan langsung dengan hutan terutama di Kabupaten Buleleng (di
RPH Sukasada, Banjar, dan Kubutambahan), Kabupaten Tabanan (di RPH Penebel
dan Candikuning). Jumlah Desa enklave di KPH Bali Tengah disajikan pada Tabel
2.10.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 38
Tabel 2.10. Jumlah Desa enklave di KPH Bali Tengah disajikan pada.
NO RPH KABUPATEN KECAMATAN JUMLAH LUAS (Ha)
1 2 3 4 5 6
1 Sukasada Buleleng Sukasada 3 33,58
2 Banjar Buleleng Banjar 4 22,30
3 Kubutambahan Buleleng Sawan 4 80,20
4 Penebel Tabanan Penebel 1 2,11
5 Candikuning Tabanan Baturiti 1 3,50
JUMLAH 13 141,69
Sumber : Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Bali, 2010.
2. Analisis situasi pembagian ke dalam Petak
Berdasarkan peta kerja yang ada, sekarang sudah disusun pembagian kawasan
hutan ke dalam petak/anak petak, dan setiap petak mempunyai ukuran-ukuran yang
berbeda, mencerminkan suatu kesatuan manajemen dan kesatuan administrasi
terkecil yang dapat digunakan untuk melakukan perencanaan, monitoring dan evaluasi
potensi sumber daya dan ekosistem hutan secara intensif dan berkelanjutan.
Pencatatan petugas lapangan dalam rangka update kondisi lapangan, hanya
dibedakan berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, baik pemerintahan Desa
maupun Banjar (Dusun).
Formulasi pembagian kawasan hutan yang fungsi utamanya untuk perlindungan
dan konservasi memang sangat berbeda dengan petak pada fungsi hutan produksi.
Formula ini sangat penting dirumuskan mengingat peran hutan lindung dan konservasi
sumber daya alam akan memegang peran penting di masa depan, terutama dalam
negosiasi skema pemanfaatan karbon hutan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.
Sistem monitoring perubahan potensi karbon tersebut memerlukan instrumen
pembagian wilayah yang dapat dikelola (well-managed) oleh organisasi kehutanan
secara efektif dan efisien, baik berupa petak (comparteinent), zona/blok, atau
kesatuan perencanaan dan pengelolaan hutan lainnya.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 39
3. Sistem informasi spasial dan perpetaan
Hasil tata batas dan pembagian ke dalam RTK dan RPH, telah dipetakan pada
peta skala 1 : 250.000, sedangkan peta kerja sebagai pegangan petugas lapangan,
dibuat dengan skala 1 : 50.000 (skala belum standar) dan ditempel di kantor RPH.
Peta tersebut memuat perkembangan keadaan lapangan, antara lain informasi
kerawanan terhadap gangguan terutama perambahan kawasan hutan. Dari hasil
pengamatan di lapangan, peta terbaru yang dibagikan kepada kantor RPH di KPH Bali
Tengah adalah Tahun 2007.
Peta kerja skala 1 : 10.000 yang dapat digunakan sebagai pegangan petugas
lapangan (KRPH, Polhut maupun Mandor) belum ada. Peta kerja ini seharusnya
menggambarkan keadaan lapangan yang memuat alur batas petak/blok/zona/petak
beserta nomor pal batas, sungai / anak sungai, jenis tanaman dan tahun tanam serta
informasi lain berdasarkan hasil inventarisasi terbaru yang disajikan per RPH. Secara
umum, sistem informasi spasial dan perpetaan belum terbangun secara sistematis dan
tingkat kebaruannya masih belum dibangun secara reguler.
2.2 Potensi Wilayah KPHL
2.2.1 Penutupan Vegetasi
Kawasan hutan lindung di wilayah KPH Bali Tengah, sebagian berupa lahan
kritis akibat dari berbagai sebab, antara lain perencekan, pencurian kayu,
perambahan untuk penanaman tanaman kopi, pisang, tanaman semusim dan lainnya.
Keadaan lahan kritis dalam kawasan hutan dapat dilihat di RPH Banjar.
Potensi vegetasi Kelompok Pucak Landep (RTK.1), Gunung Mungsu (RTK.2) dan
Gunung Silangjana (RTK. 3) hampir sama, letaknya berjejer dari Barat ke Timur di
atas kota Singaraja dan sangat penting artinya bagi persawahan. Vegetasinya terdiri
dari hutan hujan tropis yang selalu hijau sepanjang tahun. Hutan ini ditumbuhi dengan
bayur (Pterospermum javanicum), seming (Pometia spec) dan terep (Arthocarpus
elasticus), tetapi keadaannya sudah jarang. Di bagian puncak kelompok hutan ini
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 40
ditumbuhi oleh cemara geseng (Casuarina junghuhniana) dan semak-semak.
Dibagian utara terdapat tanah kosong dengan semak belukar.
Diadakan reboisasi dengan jenis sonokeling, (Dalbergia latifolia), cempaka (Michelia
champaka), johar (Cassia siamea), kemiri (Aleurites meluccana) dan sagawe
(Adenanthera microsperma).
Vegetasi kelompok hutan Gunung Batukaru masih cukup bagus. Kelompok
hutan ini terdiri dari dua bagian sebagian dilereng Utara terdiri dari hutan hujan tropis
dan vegetasinya seperti salam (Eugenia polyantha), bayur, kapalan (Manglietia
glauca) dan seming. Di bagian selatan pada puncak-puncak terdiri dari hutan basah,
vegetasinya cemara pandak (Podocarpus imbricate), cemara geseng, seming, tahlan
(Dysoxylum spec), paradah (Garcinia spec), belantih (Homolantus gigantius), bangsa
bunut dan beringin (Ficus) dan jenis-jenis lateng (Laportaceae), pandan berjenis-jenis
pakis (Filleces), temu-temu (Zingeberaceae), liana dan banyak jenis anggrek
(Orchidaceae). Di kawasan ini telah dibuka pertanaman sejak tahun 1933 seluas
811,94 ha terdiri dari rasamala (Altingia exelsa) murni maupun campuran, tanaman
kepelan (Manglitia glauca), cempaka (Michelia champaka), gintungan, juwet manting
(Crypterenia paniculata), dammar (Aghatis lorantifolia), dan tusan (Pinus mercusii).
Pohon cemara pandak (Podocarpus imbricate) merupakan jenis pohon asli, khas dan
mewakili Bali serta kayunya baik tetapi sudah termasuk langka yang tumbuh didaerah
resapan air di gunung Batukaru yang disucikan, dengan alasan ini maka pada tahun
1969 telah dikukuhkan cagar Alam Batukaru seluas 1.569 ha dan kemudian ditetapkan
dengan SK Menteri Pertanian No. 716/Kpts/Um/II/1974. Di dalam kelompok hutan ini
pada fungsi lindung dibangun kebun Raya Ekakarya dan bedugul pada tanggal 24 Juli
1959, seluas 129,20 ha dengan jumlah koleksi pohon lebih dari 500 spesies.
2.2.2 Potensi Kayu/Non Kayu
Pemungutan hasil kayu dan non kayu pada hutan lindung.
(1) Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c, antara lain : rotan, madu, getah,
buah, sarang burung walet dan jamur.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 41
(2) Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung dilakukan dengan
ketentuan:
a. Hasil hutan bukan kayu yang dipungut merupakan hasil reboisasi dan/atau
tersedia secara alami,
b. Tidak merusak lingkungan ,
c. Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
2.2.3 Keberadaan Flora dan Fauna Langka
(a) Keberadaan Flora :
(1) Potensi jasa lingkungan dan wisata alam terhadap hasil hutan bukan kayu
(HHBK) pada hutan lindung tahun 2011 dilakukan pada 4 (empat)
kabupaten yaitu : Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten
Bangli dan Kabupaten Buleleng (Dinas Kehutanan, 2012).
(2) Kondisi hutan lindung di Kabupaten Tabanan terdiri dari jenis tanaman :
salam (Eugenia polyantha), bayur (Pterspermum javanicum), kepelan
(Manglietia glauca), seming (Pometia spec), cemara pandak (Podocarpus
imbricate), cemara geseng (Eugenia spp.), Tahlan (Dysoxylum Spec),
kejimas (Piscus spp.), teep (piscus), bunut (Calphyllum L), tangi (Lager
stromia speciosa), duren-duren, kemiri (Aleurites moluccana Wild), dan
balang.
(3) Potensi pemanfaatan hutan adalah tanaman hias (seperti anggrek, pakis,
bambu kuning, simbar), jamur, umbi-umbian (seperti bentul, suweg dan
talas).
(4) Potensi jasa lingkungan antara lain jasa karbon, air terjun di Desa
Sekumpul (RTK 3), wisata alam (jogging track), wisata spiritual (Pura
Muncaksari, Pura Tambawaras, Pura Batukaru, Pura Pucak Padangdawa,
Pura Pucak Adeng, Pura Pucak Sarinadi, Pura Besi Kalung, Pura Pura
Taksu Agung)
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 42
(b) Keberadaan Satwa/ Fauna Langka
Salah satu upaya konservasi yang juga penting dilakukan adalah
mengidentifikasi keberadaan satwa langka, tetapi tidak ada satwa langka pada
KPH Bali Tengah. Sedangkan satwa yang ada adalah di kawasan hutan KPH
Bali Tengah adalah satwa liar. Berdasarkan identifikasi dan konfirmasi yang
didapatkan dari petugas lapangan, dan jenis satwa yang sering ditemukan
adalah kijang, kera abu-abu, ayam hutan, kera hitam, burung becicit, elang
bondol, babi hutan, landak, burung tekukur, dan burung madu. Jumlah dan jenis
serta persebaran satwa liar di KPH Bali Tengah disajikan dalam Tabel 2.10.
Beberapa jenis satwa diperkirakan terus menurun populasinya, terutama karena
disebabkan perburuan dan di satu sisi, beberapa jenis satwa juga merusak lahan
masyarakat yang ditanami tanaman pertanian. Untuk penangkaran satwanya
adalah ayam hutan, burung oslo.
Tabel 2.10. Perkiraan jumlah satwa liar di kawasan hutan
No RPH JENIS SATWA PERKIRAAN
TEMPAT HABITAT (ekor)
1 Kubutambahan
Kijang Kera abu-abu Ayam hutan Kera hitam
20 20 6
40
Hutan lindung
2 Banjar
Burung becicit Elang bondol
10 11
Hutan lindung
3 Sukasada
Kera abu-abu Ayam hutan Kera hitam
75 6 6
Hutan lindung
4 Pupuan
Kijang Ayam hutan Kijang Kera abu-abu
4 2 2
Hutan lindung
5 Petang
Ayam hutan Burung tekukur Kera abu-abu Burung madu
4 6
10 6
Hutan lindung
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Bali, 2009
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 43
2.2.4 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Dalam pengelolaannya agar tidak terjadi pelanggaran dalam kawasan suci,
diarahkan sebagai obyek wisata tanpa daerah terbangun yaitu untuk wisata alam
hutan (hiking, pendidikan, berkemah, rekreasi dan sejenisnya). Wisata alam danau
yaitu: memancing, berperahu tanpa mesin dan wisata riset (penelitian hutan
tropika, penelitian ekologi dan lingkungan).
Dalam wilayah KPH Bali Tengah terdapat 3 buah danau yaitu Danau Buyan,
Danau Beratan dan Danau Tamblingan yang oleh masyarakat Hindu di Bali
ditetapkan sebagai kawasan suci. Dalam pengelolaannya agar tidak terjadi
pelanggaran dalam kawasan suci, di arahkan sebagai obyek wisata tanpa daerah
terbangun yaitu untuk wisata alam hutan (hiking, pendidikan, berkemah, rekreasi
dan sejenisnya), wisata alam danau (memancing, berperahu tanpa mesin) dan
wisata riset (penelitian hutan tropika, penelitian ekologi dan lingkungan).
Potensi yang dikembangkan di wilayah KPH Bali Tengah meliputi :
A. RPH Sukasada
RPH Sukasada merupakan bagian operasional pengelolaan KPH Bali Tengah.
Secara administratif terletak di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng
Potensi Pemanfaatan :
(a) Kawasan.
Potensi yang bisa dikembangkan melalui kegiatan usaha : budidaya lebah,
jamur, dan tanaman obat dengan ketentuan :
- Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
- Pengolahan tanah terbatas
- Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi.
- Tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
- Tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 44
(b) Jasa Lingkungan :
- Pemanfaatan air
- Wisata alam, jogging track, panorama hutan lindung yang indah, air
terjun bertingkat 3 tingkatan: 1 buah di desa Selat,air terjun biasa satu
buah di Desa Batu Kasur, klebutan air panas/hangat di Desa Wanagiri,
Dusun Asah. Air terjun Tiying Tali Muara di Desa Sambangan, Air Terjun
Tukad Api dan Air / Tirta Kuning di Desa Wanagiri, Air Terjun Dusun Wita
Jati di Desa Selat, Air Terjun Ambengan di Desa Ambengan.
- Wisata spiritual : Pura Tirta Kuning dengan 3 warna, putih, kuning dan
merah di Desa Wanagiri
- Penyerapan dan penyimpanan karbon.
B. RPH Banjar
RPH Banjar merupakan bagian operasional pengelolaan KPH Bali Tengah.
Secara administratif terletak di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.
Potensi Pemanfaatan :
(a) Kawasan.
Potensi yang bisa dikembangkan melalui kegiatan usaha : budidaya lebah,
jamur, dan tanaman obat dengan ketentuan :
- Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
- Pengolahan tanah terbatas
- Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi.
- Tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
- Tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
(b) Jasa Lingkungan :
- Pemanfaatan jasa aliran air
- Pemanfaatan air
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 45
- Wisata alam, jogging track, panorama hutan lindung yang indah
- Penyerapan dan/penyimpanan karbon
- Wisata spiritual : Pura
C. RPH Kubutambahan
RPH Kubutambahan merupakan bagian operasional pengelolaan KPH Bali
Tengah. Secara administratif terletak di Kecamatan Kubutambahan Kabupaten
Buleleng.
Potensi Pemanfaatan :
(a) Kawasan.
Potensi yang bisa dikembangkan melalui kegiatan usaha : budidaya lebah dan
jamur, dengan ketentuan :
- Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
- Pengolahan tanah terbatas
- Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi.
- Tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
- Tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
(b) Jasa Lingkungan :
- Pemanfaatan jasa aliran air
- Pemanfaatan air
- Wisata alam, jogging track, panorama hutan lindung yang indah, air terjun 3
buah dengan warna pelangi ditengahnya di Desa Lemukih, dimanfaatkan
panoramanya oleh Desa Tambakan.
- Penyerapan dan/penyimpanan karbon
- Wisata spiritual : Pura Jungut Batu
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 46
- Lain-lain : terdapat tanaman spesifik yaitu tanaman Purnajiwa yang
berkasiat untuk mengobati penyakit dalam dan tanaman Peradah untuk
penolak bala.
D. RPH Pupuan
RPH Pupuan merupakan bagian operasional pengelolaan KPH Bali Tengah. Secara
administratif terletak di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Desa yang
berdekatan yang dilalui menuju kawasan hutan adalah Desa/Kelurahan Wanagiri,
Dusun Sari Buana, Desa/Kelurahan Penatahan, Dusun Pucak Sari dan Desa
Belimbing. Selain itu bisa juga melalui Desa/Kelurahan Mundeh/Kebon Jero yang
terdiri dari Dusun Pancoran, Dusun Nyuh Gading, Dusun Bangal, Dusun Pengedan,
Dusun Naga Sari, dan Desa/Kelurahan Mundeh Kangin terdiri dari Dusun Pasut,
Dusun Mundeh Kangin, Dusun Cantel dan Dusun Gelunggang. Juga dapat melalui
Desa/Kelurahan Langlang Linggah terdiri dari Dusun Selabih Pangkung Kuning,
Dusun Selabih Wanasari, Dusun Bukit Tumpeng, Dusun Bangkiyang Jaran, dan
Desa/Kelurahan Mundeng Kawuh yang terdiri dari Dusun Dukuh, Dusun Pucaksari,
dan Dusun Kedewatan.
Potensi Pemanfaatan :
(a) Kawasan.
Potensi yang bisa dikembangkan melalui kegiatan usaha : tanaman hias
(tanaman perdu daun dolaran, anggrek, pakis dan bambu kuning), jamur, lebah,
penangkaran satwa, rehabilitasi satwa dan rumah semut, dengan ketentuan :
- Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
- Pengolahan tanah terbatas
- Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi.
- Tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
- Tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 47
(b) Jasa Lingkungan :
- Panorama yang indah
- Air Terjun satu buah di dekat Desa Belimbing
- Wisata spiritual dengan berjalan kaki menuju Pura Pucaksari
- Jogging track
- Areal semedi
- Jasa karbon yaitu penyerapan dan penyimpanan karbon.
(c) Pemungutan HHBK :
Hasil buah coklat, kopi dari perambahan
(d) Lain-lain :
Spesifik tanaman tegakan hutan di kawasan hutan lindung adalah pohon kesua
dan pohon perada, yang bermanfaat untuk membuat tongkat yang bermanfaat
untuk menolak bala.
E. RPH Penebel
RPH Penebel merupakan bagian operasional pengelolaan KPH Bali
Tengah. Secara administratif terletak di Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan.
Desa yang berdekatan yang dilalui menuju kawasan hutan adalah Desa Wangaya,
Desa Jatiluwih, dan Dusun Soka di Desa Senganan.
Potensi Pemanfaatan :
(a) Kawasan.
Potensi yang bisa dikembangkan melalui kegiatan usaha : tanaman hias
(tanaman perdu, anggrek, dau dolaran, pakis, dan bambu kuning), lebah,
jamur, penangkaran satwa, dan rehabilitasi satwa dan rumah semut dengan
ketentuan :
- Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 48
- Pengolahan tanah terbatas
- Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi.
- Tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
- Tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
(b) Jasa Lingkungan :
- Panorama yang indah
- Wisata spiritual di perbatasan kawasan Pura Taksu Agung
- Penyerapan dan/penyimpanan karbon
F. RPH Candikuning
RPH Candikuning merupakan bagian operasional pengelolaan KPH Bali
Tengah. Secara administratif terletak di Kecamatan Baturiti di Kabupaten Tabanan.
Desa yang berdekatan yang dilalui menuju kawasan hutan, Kawasan Batukaru
adalah Desa/Kelurahan Angsri, dan Dusun Munduk Lumbang. Selain itu Desa yang
berdekatan dengan kawasan hutan Kawasan Batukaru adalah Desa/Kelurahan
Candikuning, Dusun Batusesa, Desa/Kelurahan Baturiti, Dusun Abang, Dusun
Pekarangan, Desa Bangli, Dusun Andong dan Dusun Sandan.
Potensi Pemanfaatan :
(a) Kawasan.
Potensi yang bisa dikembangkan melalui kegiatan usaha : tanaman hias
(anggrek, dan pakis), simbar, penangkaran satwa, rehabilitasi satwa, rumah
semut, umbi-umbian/bentul/talas, dengan ketentuan :
- Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
- Pengolahan tanah terbatas
- Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi.
- Tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 49
- Tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
(b) Jasa Lingkungan :
- Panorama yang indah di luar kawasan.
- Penyerapan dan/penyimpanan karbon
- Wisata spiritual : Pura Ulundanu
- Ada pemanfaatan kawasan untuk tracking (tahun 2011) ada ijin tracking di
kawasan hutan lindung di dekat Desa Batusesa, Desa Desa Pekarangan
untuk lomba tracking, dan selesai lomba dimanfaatkan oleh club-club tracking.
(c) Pemungutan HHBK :
Daun tanaman Rasamala berbau segar (ekstrak daun rasa mala)
(d) Lain-lain :
- Jenis pekerjaan pembuatan hutan rakyat lokasi Banjar Bangli, Dusun Bangli
Kecamatan Baturiti dengan luas 25 hektar, jenis tanamannya adalah mahoni,
gmelina, kejimas, durian dan mejegau (areal di dalam kontrak kopi)
- Dekat jalan menuju Banjar Munduk Andong terdapat longsor pada wilayah
kemiringan hutan lindung.
G. RPH Petang
RPH Petang merupakan bagian operasional pengelolaan KPH Bali Tengah. Secara
administratif terletak di Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Desa yang
berdekatan yang dilalui menuju kawasan hutan, adalah Desa/Plaga yang terdiri dari
Dusun Tryingan, Dusun Semanik, Dusun Tinggan, dan Desa Belok Sidan. Selain
itu Desa yang berdekatan dengan kawasan hutan adalah Desa
Belok Sidan, Dusun Bon dan Dusun Jempana.
Potensi Pemanfaatan :
(a) Kawasan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 50
Potensi yang bisa dikembangkan melalui kegiatan usaha : budidaya tanaman
hias, anggrek, jamur, dan lebah dengan ketentuan :
- Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
- Pengolahan tanah terbatas
- Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi.
- Tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
- Tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
(b) Jasa Lingkungan :
- Wisata spiritual dengan jogging track, menuju Pura Pucak Mangu
- Panorama kawasan hutan lindung yang indah
- Penyerapan dan/penyimpanan karbon
(c) Lain-lain :
Desa Pelaga termasuk daerah pengembangan pariwisata, hutannya berfungsi
lindung dan bersifat primer, keutuhan hutan disebabkan karena keaktifan Desa
Adat untuk melindunginya dan dituangkan dalam awig-awig.
1.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Buleleng dan Tabanan
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Buleleng
1. Penduduk
Berdasarkan Kabupaten Buleleng Dalam Angka tahun 2012 jumlah
penduduk di Kabupaten Buleleng tercatat 675.513 jiwa terdiri dari 337.061 jiwa laki-
laki dan 338.452 jiwa perempuan yang berarti penduduk Laki-laki lebih sedikit dari
pada perempuan dengan sex ratio 99,6. Bila jumlah penduduk dibandingkan dengan
luas wilayah seluas 1.365,88 km2 maka setiap km2 dihuni oleh 495 jiwa ini
memperlihatkan penduduk Kabupaten Buleleng cukup padat.
Dilihat keadaan masing-masing Kecamatan, maka Kecamatan Buleleng
merupakan yang terpadat yaitu dengan kepadatan sebesar 2.573 jiwa per km2 diikuti
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 51
Kecamatan Sawan yakni sebesar 749 per km2, sedangkan yang terendah adalah
kecamatan Kecamatan Busungbiu yang memiliki kepadatan penduduk 235 jiwa per
km2 dan disusul Kecamatan Gerokgak dengan kepadatan penduduk 241 jiwa per
km2. Penduduk paling tinggi juga terdapat di Kecamatan Buleleng 120.774 jiwa atau
17,88 % dan terendah adalah di Kecamatan Busungbiu sebanyak 46.209 jiwa atau
6,84 %. Untuk lebih jelasnya mengenai data keadaan penduduk Kabupaten Buleleng
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Keadaan penduduk Kabupaten Buleleng, dirinci per kecamatan,
menurut jenis kelamin, kepadatan penduduk/km2 dan sex ratio tahun
2011
No
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk
Sex Ratio
Kepadatan
Penduduk Per KM2
Laki-Laki
Perempuan Jumlah
(km2) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) (jiwa)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Gerokgak 356,57 43.259 42.692 85.951 101,3 241
2 Seririt 111.78 40.347 41.074 81.421 98,2 728
3 Busungbiu 196,62 23.109 23.100 46.209 100,0 235
4 Banjar 172,60 33.706 34.322 68.028 98,2 394
5 Sukasada 172,93 35.573 37.724 73.297 94,3 424
6 Buleleng 46,94 60.281 60.493 120.774 99.7 2.573
7 Sawan 92,52 34.854 34.404 69.258 101,3 749
8 Kubutambahan 118,24 30.325 30.627 60.952 99,0 516
9 Tejakula 97,68 35.607 34.016 69.623 104,7 713
Tahun 2011 1.365,88 337.061 338.452 675.513 99,6 495
Tahun 2010 1.365,88 272.239 326.791 662.920 82,3 485
Sumber : Buleleng Dalam Angka tahun 2012
a. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk berdasarkan Buleleng Dalam Angka tahun 2012
sebagian besar bertani dan berkebun, sebagian kecil lainnya pedagang, buruh,
pegawai dan wiraswasta.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 52
Suku asli penduduk Kabupaten Buleleng sebagian besar suku Bali, sedangkan
suku lainnya adalah suku Jawa, suku Sunda, suku sasak, dan suku lain yang
jumlahnya relatif sedikit, dan sebagian besar menganut agama Hindu menyusul
agama Islam, Kristen Protestan, Katolik dan yang paling sedikit menganut agama
Budha (Buleleng Dalam Angka tahun 2012).
b. Pendidikan
Penyebaran fasilitas pendidikan di Kabupaten Buleleng berdasarkan Buleleng
Dalam Angka tahun 2012 sudah cukup merata, hal ini terbukti dari jumlah sarana
pendidikan yang telah terdapat di tiap-tiap desa dan kecamatan. Di Kabupaten
Buleleng jumlah Sekolah Dasar (SD) tercatat sebanyak 494 buah tersebar pada
setiap desa pada 9 kecamatan, Sekolah Lanjutan Pertama (SMP) sebanyak 81 buah
dan Sekolah Menengah Tingkat Atas sebanyak 53 buah. Pada setiap Desa terdapat 1
(satu) atau lebih Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
terdapat di setiap kecamatan, demikian halnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
sudah merata pada 9 kecamatan. Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta telah
tersedia di Kabupaten Buleleng dan saat ini terdapat di kota Singaraja sebanyak 6
buah, dan yang paling faporit adalah perguruan tinggi negeri diantaranya adalah
Universitas Ganesa dan Institut Hindu Darma, sedangkan 4 buah perguruan tinggi
lainnya seperti Universitas Panji Sakti dan lainnya merupakan perguruan tinggi
swasta.
c. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Buleleng berdasarkan
Buleleng Dalam Angka tahun 2012, dengan jumlah puskesmas sebanyak 20 buah
menyebar di 10 kecamatan, puskesmas pembantu sebanyak 75 buah, tersebar
pada setiap desa, dan posyandu dengan tenaga dokter dan para medis lainnya
walaupun masih dirasakan kurang dari kebutuhan minimal namun pelaksanaan
pelayanan kesehatan masyarakat secara umum dapat berjalan dengan baik,
sedangkan rumah sakit terdapat 6 buah dan terdapat di Ibukota Kabupaten Buleleng
yaitu di Singaraja.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 53
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di kabupaten Tabanan
a. Penduduk
Berdasarkan Kabupaten Tabanan dalam angka tahun 2012 jumlah penduduk di
Kabupaten Tabanan tercatat 437.679 jiwa terdiri dari 217.779 jiwa laki-laki dan
205.602 jiwa perempuan yang berarti penduduk Laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan dengan sex ratio 99. Bila jumlah penduduk dibandingkan dengan luas
wilayah seluas 839,99 km2 maka setiap km2 dihuni oleh 521 jiwa ini memperlihatkan
penduduk Kabupaten Buleleng cukup padat.
Dilihat keadaan masing-masing Kecamatan, maka Kecamatan Kediri
merupakan yang terpadat yaitu dengan kepadatan sebesar 1.431 jiwa per km2 diikuti
Kecamatan Tabanan yakni sebesar 1.292 jiwa per km2, sedangkan yang terendah
adalah kecamatan Selemadeg Barat yang memiliki kepadatan penduduk 185 jiwa per
km2 .
Untuk lebih jelasnya mengenai data keadaan penduduk Kabupaten Tabanan
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Keadaan penduduk Kabupaten Tabanan dirinci per kecamatan, menurut jenis kelamin, kepadatan penduduk/km2 dan sex ratio tahun 2011
No
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk Sex
Ratio
Kepadatan Penduduk Per KM2
Laki-Laki
Perempuan Jumlah
(km2) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) (jiwa)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Selemadeg 52,05 10.799 11.118 21.917 97 421
2 Kerambitan 42,39 19.730 20.243 39.973 97 943
3 Tabanan 51,40 33.163 33.239 66.402 98 1.292
4 Kediri 53,60 38.669 38.019 76.688 102 1.431
5 Marga 44,79 21.579 22.300 43.879 97 980
6 Baturiti 99,17 26.037 25.594 51.631 102 521
7 Penebel 141,98 24.502 25.922 50.424 95 355
8 Pupuan 179,02 20.310 20.229 40.539 100 226
9 Slemadeg Barat 120,15 11.065 11.197 22.262 99 185
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 54
No
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk Sex
Ratio
Kepadatan Penduduk Per KM2
Laki-Laki
Perempuan Jumlah
(km2) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) (jiwa)
1 2 3 4 5 6 7 8
10 Selemadeg Timur 54,78 11.925 12.039 23.964 99 437
Tahun 2011 839,33 217.779 205.602 437.679 99 521
Tahun 2010 839,33 214.264 203.604 431.162 99 514
Sumber : Tabanan Dalam Angka tahun 2012
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk berdasarkan Tabanan Dalam Angka tahun 2012
sebagian besar bertani dan berkebun, sebagian kecil lainnya pedagang, buruh,
pegawai dan wiraswasta.
Suku asli penduduk Kabupaten Tabanan sebagian besar suku Bali, sedangkan suku
lainnya adalah suku Jawa, suku Sunda, suku sasak, dan suku lain yang jumlahnya
relatif sedikit, dan sebagian besar menganut agama Hindu menyusul agama Islam,
Kristen Protestan, Katolik dan yang paling sedikit menganut agama Budha (Tabanan
Dalam Angka tahun 2012).
c. Pendidikan
Penyebaran fasilitas pendidikan di Kabupaten Tabanan berdasarkan Tabanan
Dalam Angka tahun 2012 sudah cukup merata, hal ini terbukti dari jumlah sarana
pendidikan yang telah terdapat di tiap-tiap desa dan kecamatan. Di Kabupaten
Tabanan jumlah Sekolah Dasar (SD) tercatat sebanyak 331 buah tersebar pada setiap
desa pada 10 kecamatan, Sekolah Lanjutan Pertama (SMP) sebanyak 42 buah dan
Sekolah Menengah Tingkat Atas sebanyak 34 buah. Pada setiap Desa terdapat 1
(satu) atau lebih Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
terdapat di setiap kecamatan, demikian halnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
baru terdapat pada 9 kecamatan, dari 10 kecamatan yg ada di Kabupaten Tabanan,
yang belum ada di kecamatan Selemadeg Barat, karena merupakan kecamatan
pemekaran. Perguruan Tinggi Swasta telah tersedia di Kabupaten Tabanan sebanyak
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 55
4 buah, diantaranya adalah : Universitas Tabanan, IKIP Saraswati Tabanan , STISIP
Margarana Tabanan, dan PPLP Mapindo Tabanan.
d. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Tabanan berdasarkan Tabanan
Dalam Angka tahun 2012, dengan jumlah puskesmas sebanyak 20 buah menyebar di
10 kecamatan, puskesmas pembantu sebanyak 78 buah, tersebar pada setiap desa,
dan 30 buah puskesmas keliling dengan tenaga dokter dan para medis lainnya
walaupun masih dirasakan kurang dari kebutuhan minimal namun pelaksanaan
pelayanan kesehatan masyarakat secara umum dapat berjalan dengan baik,
sedangkan rumah sakit terdapat 1 buah dan terdapat di Ibukota Kabupaten Tabanan
yaitu Tabanan.
2.4 Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
di Dalam Wilayah Kelola
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pinjam pakai
kawasan hutan di Provinsi Bali Tahun 2010, khususnya di kawasan hutan lindung Bali
Tengah terdapat 5 pengguna pinjam pakai kawasan hutan dengan rincian antara lain :
1. Kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK 2), terdiri 1 pengguna, disajikan pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Pengguna pinjam pakai kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK 2).
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
1.a Pengguna PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Timur, Sub Region Bali/PLN Proyek Induk Jaringan Jawa Timur dan Bali (PIJTB)
b. Peruntukan Tapak Tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV, Kapal - Pemaron
c. Fungsi hutan, lokasi dan luas Hutan lindung, Kabupaten Buleleng dan Kelompok Hutan Batukaru/RTK 4, Kabupaten Tabanan, seluas 19,24 Ha (disatukan)
d. Dokumen yang ada Persetujuan Prinsip Menteri Kehutanan No. 576/Menhut-II/1985, tanggal 18 Desember 1985.
Perjanjian pinjam pakai No. 342I/Kwl-5/1993 dan No. 001.BA/1033/1993/PIJTB, berlaku dari tgl. 23-3-1993 s/d 23-3-1998.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 56
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
e. Kewajiban Menjaga dan memelihara tanda batas di sekitar lahan pinjam pakai. Membina kelestarian lingkungan dan mencegah kelongsoran dan erosi tanah di sekitar lahan pinjam pakai.
Wajib memberikan ganti rugi nilai tegakan hutan dari lokasi pinjam pakai kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali.
Dibebani biaya pengukuran/pemetaan dan biaya lainnya sehubungan proses pinjam pakai kawasan hutan.
Memberikan kompensasi dengan menyediakan areal/lahan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan dan luasnya minimal sama dengan luas kawasan hutan yang dipinjam pakai.
f. Kondisi lahan pinjam pakai Tetap, tanpa ada perubahan.
Beberapa tanda batas fisik tidak jelas, karena tidak ada tanda batas pinjam pakai.
g. Masalah Ijin pinjam pakai telah berakhir tahun 1998.
Pemohon belum mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian pinjam pakai, bahwa 3 bulan sebelum masa perjanjian pinjam pakai berakhir, pemohon diwajibkan mengajukan permohonan pinjam pakai kawasan hutan.
h. Upaya tindak lanjut Telah dilakukan monitoring dan evaluasi tahun 2008 oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali No. 188.46/09/11/2007.
Telah dikoordinasikan dengan pimpinan PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali region Jawa Timur, Sub Region Bali untuk segera mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan.
i. Letak lahan kompensasi dan luas
Kelompok hutan Sangeh/RTK 21 seluas 3,0 Ha.
Kelompok hutan Penulisan Kintamani/RTK 20 seluas 26,60 Ha.
Kelompok hutan Gunung Abang Agung/RTK 8 seluas 176,0 Ha.
j. Kondisi lahan kompensasi Telah direboisasi dan bervegetasi lebat dengan tanaman perdu.
k. Proses Pengukuhan Telah ditetapkan.
Sumber : Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Provinsi Bali, Tahun
2010.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 57
2. Kelompok Hutan Gunung Batukaru (RTK 4), terdiri atas 5 pengguna, disajikan
pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12. Pengguna pinjam pakai kawasan hutan Gunung Batukau (RTK 4).
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
1.a Pengguna PT. PLN (Persero)P3B Jawa Bali Region Jawa Timur, Sub Region Bali/PLN Proyek Induk Jaringan Jawa Timur dan Bali (PIJTB)
b. Peruntukan Tapak Tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV, Kapal – Pemaron
c. Fungsi hutan, lokasi dan luas Hutan lindung, Kabupaten Tabanan dan disatukan dengan Kelompok Hutan Gunung Mungsu/RTK 2, seluas 19,24 Ha (disatukan).
d. Dokumen yang ada Persetujuan Prinsip Menteri Kehutanan No. 576/Menhut-II/1985, tanggal 18 Desember 1985. Perjanjian pinjam pakai No. 342.I/Kwl-5/1993 dan No. 001.BA/1033/1993/PIJTB, berlaku dari tgl. 23-3-1993 s/d 23-3-1998.
e. Kewajiban Menjaga dan memelihara tanda batas di sekitar lahan pinjam pakai. Membina kelestarian lingkungan dan mencegah kelongsoran dan erosi tanah di sekitar lahan pinjam pakai. Wajib memberikan ganti rugi nilai tegakan hutan dari lokasi pinjam pakai kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Dibebani biaya pengukuran/pemetaan dan biaya lainnya sehubungan proses pinjam pakai kawasan hutan. Memberikan kompensasi dengan menyediakan areal/lahan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan dan luasnya minimal sama dengan luas kawasan hutan yang dipinjam pakai.
f. Kondisi lahan pinjam pakai Tetap, tanpa ada perubahan. Beberapa tanda batas di sekitar lahan pinjam pakai hilang. Tanda batas fisik tidak jelas, karena tidak ada tanda batas pinjam pakai.
g. Masalah Ijin pinjam pakai kawasan hutan telah berakhir tahun 1998.
Pemohon belum mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian pinjam pakai, bahwa 3 bulan sebelum masa perjanjian
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 58
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
pinjam pakai berakhir, pemohon diwajibkan mengajukan permohonan pinjam pakai kawasan hutan.
h. Upaya tindak lanjut Telah dilakukan monitoring dan evaluasi tahun 2008 oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali No. 188.46/09/11/2007.
Telah dikoordinasikan dengan pimpinan PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali region Jawa Timur, Sub Region Bali untuk segera mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan.
i. Letak lahan kompensasi dan luas
Disatukan dengan kompensasi untuk Kelompok hutan Gunung Mungsu di atas
j. Kondisi lahan kompensasi Telah direboisasi dan bervegetasi lebat dengan tanaman perdu.
k. Proses Pengukuhan Telah ditetapkan.
2.a Pengguna PT. PLN Wilayah XI di Denpasar
b. Peruntukan Saluran kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 KV.
c. Fungsi hutan, lokasi dan luas Hutan Taman Wisata Alam, Kabupaten Tabanan, seluas 0,337 Ha.
d. Dokumen yang ada Persetujuan Prinsip Menteri Kehutanan No. 382/Menhut-VI/1991, tanggal 14 Maret 1991.
Perjanjian pinjam pakai No. 702/Kwl-5/1992 dan No. 091.PJ/449/1992/M, dan berlaku dari tgl. 19-3-1993 s/d 19-3-2003.
Dokumen perjanjian pinjam pakai tidak ditemukan.
e. Kewajiban Menjaga dan memelihara tanda batas di sekitar lahan pinjam pakai. Membina kelestarian lingkungan dan mencegah kelongsoran dan erosi tanah di sekitar lahan pinjam pakai. Wajib memberikan ganti rugi nilai tegakan hutan dari lokasi pinjam pakai kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Dibebani biaya pengukuran/pemetaan dan biaya lainnya sehubungan proses pinjam pakai kawasan hutan.
f. Kondisi lahan pinjam pakai Tetap, tanpa ada perubahan. Tanda batas fisik tidak jelas, karena tidak ada tanda batas pinjam pakai.
g. Masalah Ijin pinjam pakai telah berakhir tahun 2003. Pemohon belum mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 59
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian pinjam pakai, bahwa 3 bulan sebelum masa perjanjian pinjam pakai berakhir, pemohon diwajibkan mengajukan permohonan pinjam pakai kawasan hutan.
h. Upaya tindak lanjut Telah dilakukan monitoring dan evaluasi tahun 2008 oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali No. 188.46/09/11/2007. Telah dikoordinasikan dengan pimpinan PT. PLN Wilayah XI di Denpasar untuk segera mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan.
i. Letak lahan kompensasi dan luas
Tidak diperjanjikan
j. Kondisi lahan kompensasi -
k. Proses Pengukuhan -
3.a Pengguna PT. Telkom (Kantor Telekomonikasi Bali di Denpasar)
b. Peruntukan Rurel Areal Phase Bedugul
c. Fungsi hutan, lokasi dan luas Hutan Taman Wisata Alam Bedugul, Kabupaten Tabanan, seluas 0,030 Ha.
d. Dokumen yang ada Persetujuan Prinsip Menteri Kehutanan No. 587/Menhut-II/1989, tanggal 3 Mei 1989. Perjanjian pinjam pakai No. 260/II/Kwl.Bl-5/1990 dan No. 58/06/HK010/N.08-430/1990, dan berlaku dari tgl. 1-3-1990 s/d 1-3-2000. Dokumen perjanjian pinjam pakai tidak ditemukan.
e. Kewajiban Menjaga dan memelihara tanda batas di sekitar lahan pinjam pakai. Membina kelestarian lingkungan dan mencegah kelongsoran dan erosi tanah di sekitar lahan pinjam pakai. Wajib memberikan ganti rugi nilai tegakan hutan dari lokasi pinjam pakai kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Dibebani biaya pengukuran/pemetaan dan biaya lainnya sehubungan proses pinjam pakai kawasan hutan. Diwajibkan melakukan reboisasi terhadap lahan pinjam pakai setelah keadaan fisik lokasi memungkinkan untuk ditanami kembali.
f. Kondisi lahan pinjam pakai Tetap, tanpa ada perubahan. Telah dipasang pagar permanen. Berdasarkan tanda batas di peta, tanda batas di lapangan hilang dan masih tersisa 1 buah.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 60
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
g. Masalah Ijin pinjam pakai telah berakhir tahun 2000. Pemohon terlambat dalam mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian pinjam pakai, bahwa 3 bulan sebelum masa perjanjian pinjam pakai berakhir, pemohon diwajibkan mengajukan permohonan pinjam pakai kawasan hutan.
h. Upaya tindak lanjut Telah dilakukan monitoring dan evaluasi tahun 2008 oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali No. 188.46/09/11/2007. Telah dikoordinasikan dengan pimpinan PT. PLN Wilayah XI di Denpasar untuk segera mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan. Pengajuan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan, dengan surat No. 46/LG.000/RE.7-BAL-90/2005, tanggal 25 Juli 2005 dan surat No.46 /LG.000/RE.7-BAL-90/2005, tanggal 6 September 2005. Tidak ditemukan surat persetujuan dari instansi Kehutanan sebagai tindak lanjut surat dari PT. Telkom (Kantor Daerah Telekomonikasi Bali di Denpasar)
i. Letak lahan kompensasi dan luas
Tidak diperjanjikan
j. Kondisi lahan kompensasi -
k. Proses Pengukuhan -
4.a Pengguna Bupati Buleleng
b. Peruntukan Jalan dari Desa Sekumpul ke Banjar Bingin
c. Fungsi hutan, lokasi dan luas Hutan Lindung, Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng seluas 0,910 Ha.
d. Dokumen yang ada Permohonan Kepala Desa Galungan No. Pemb-87/GI/6/1987, tanggal 17 Juni 1987. Persetujuan Prinsip Menteri Kehutanan No. 079/Menhut-II/1988, tanggal 15 Pebruari 1988. Perjanjian pinjam pakai No. 375/Kw.Bl-5/1988 dan No. 590/684/Pem/1988, dan berlaku dari tgl. 1-3-1988 s/d 1-3-2008.
e. Kewajiban Menjaga dan memelihara tanda batas di sekitar lahan pinjam pakai. Membina kelestarian lingkungan dan mencegah kelongsoran dan erosi tanah di sekitar lahan pinjam pakai. Wajib memberikan ganti rugi nilai tegakan hutan dari lokasi pinjam pakai kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 61
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
Dibebani biaya pengukuran/pemetaan dan biaya lainnya sehubungan proses pinjam pakai kawasan hutan.
f. Kondisi lahan pinjam pakai Tetap, tanpa ada perubahan. Semakin intensif.
g. Masalah Ijin pinjam pakai kawasan hutan telah berakhir tahun 2008. Pemohon belum mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian pinjam pakai, bahwa 3 bulan sebelum masa perjanjian pinjam pakai berakhir, pemohon diwajibkan mengajukan permohonan pinjam pakai kawasan hutan.
h. Upaya tindak lanjut Telah dilakukan monitoring dan evaluasi tahun 2008 oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali No. 188.46/09/11/2007. Telah dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dan Kepala Desa Galungan untuk segera mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan.
i. Letak lahan kompensasi dan luas
Tidak diperjanjikan
j. Kondisi lahan kompensasi -
k. Proses Pengukuhan -
5.a Pengguna LIPI
b. Peruntukan Kebun Eka Karya Bedugul
c. Fungsi hutan, lokasi dan luas Hutan Taman Wisata Alam, Candikuning Bedugul, Kabupaten Tabanan dan Buleleng, seluas 157,49 Ha (disatukan).
d. Dokumen yang ada Surat Keputusan Gubernur Bali No. 19/53/2/4, tanggal 5 juli 1959, tentang penggunaan kawasan hutan di Bedugul oleh LIPI seluas 45,0 Ha.
Keputusan Menteri Pertanian No. 145/Kpts/DJ/I/1975, tanggal 21 Agustus 1975, tentang pemberian ijin untuk menggunakan kawasan hutan Pertanaman Candi Kuning, seluas ± 129,20 Ha, terletak di Bedugul, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali untuk perluasan Kebun raya Cabang “Eka Karya”Bali
Keputusan Menteri Kehutanan No. 411Kpts-II/1995, tanggal 8 Agustus 1995, tentang penggunaan kawasan hutan seluas 179,20 Ha, di Desa Candi Kuning untuk Kebun Eka Karya oleh LIPI, dengan cara pinjam pakai selama 20 tahun.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 62
NO. IDENTIFIKASI URAIAN
1 2 3
Surat Menteri Kehutanan No. 251/Menhut-VII/2001, tentang pemberian ijin dengan KDTK.
e. Kewajiban Menjaga dan memelihara tanda batas di sekitar lahan pinjam pakai.
Membina kelestarian lingkungan dan mencegah kelongsoran dan erosi tanah di sekitar lahan pinjam pakai.
Wajib memberikan ganti rugi nilai tegakan hutan dari lokasi pinjam pakai kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali.
Dibebani biaya pengukuran/pemetaan dan biaya lainnya sehubungan proses pinjam pakai kawasan hutan.
f. Kondisi lahan pinjam pakai Tetap, tanpa ada perubahan.
Tanda batas jelas.
Telah dipasang pagar permanen.
g. Masalah Belum membuat kesepakatan/perjanjian pinjam pakai.
h. Upaya tindak lanjut Telah dilakukan monitoring dan evaluasi tahun 2008 oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali No. 188.46/09/11/2007. Telah dikoordinasikan dengan Pimpinan Kebun Raya Eka Karya Bedugul untuk segera membuat kesepakatan/perjanjian pinjam pakai kawasan hutan.
i. Letak lahan kompensasi dan luas
-
j. Kondisi lahan kompensasi -
k. Proses Pengukuhan -
Sumber : Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Provinsi Bali, Tahun
2010.
3. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTP) Bedugul
Proses panjang birokrasi sampai keluarnya SKB (surat Keputusan Bersama) tiga
menteri yaitu Pertambangan, Pertanian dan kehutanan No. 986/Kps/M.PE/1989 yang
prematur cacat proses. Selanjutnya SK Direktur Geologi dan Sumberdaya Mineral No.
068/1011/DDJG/1996 jelas-jelas menyebutkan hanya untuk pemberian ijin
pengeboran air bawah tanah dengan batas kedalaman 250 meter dengan penyadapan
aquifer mulai kedalaman 160-240 meter dengan ukuran jamban sumur 9 5/8 inci. Jadi
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 63
jelas bukan untuk pengeboran air bawah tanah dengan diameter dan kedalaman yang
jauh melampaui dan membabat hutan lindung yang disakralkan. Tanpa melalui Dinas
Kehutanan Bali, telah dikeluarkannya Rekomendasi Dirjen Kehutanan No. 892/A/VII-
4/1996 tanggal 30 September 1996 dan rekomendasi inipun hanya sebatas eksplorasi
geothermal sebagaimana yang telah dilakukan. Konsekuensinya muncullah Keppres
No. 39/1997 status proyek dan kontrak kerjasama JOC (Joint Operation Contract) dan
ESC (Energy Sales Contract) ditunda. Total proyek tertanggal 17/11/1995 dibekukan
karena terjadi pelanggaran. Tiba-tiba muncul Keppres No. 15/2002 perihal pencabutan
Keppres No. 39/1997, maka mulailah babak baru pembabatan hutan lindung yang
disakralkan sebagai kawasan suci cagar alam Watukaru, kawasan hulu sumber air,
kesuburan, kesegaran udara paru-paru Bali yang seharusnya tidak terjual semahal
berapa pun.
Proses panjang birokrasi sampai keluarnya SKB (surat keputusan bersama)
tiga menteri: Pertambangan, Pertanian dan Kehutanan No. 986/K/05/M.PE/1989 yang
prematur cacat proses. Selanjutnya SK Direktur Geologi dan Sumber Daya Mineral No.
068/1011/DDJG/1996 jelas-jelas menyebutkan Pemberian Izin Pengeboran Air Bawah
Tanah. Batas kedalaman 250 meter dengan penyadapan aquifer mulai kedalaman
160-240 meter, jambang sumur 9 5/8 inci.
Jelas bukan untuk pengeboran geothermal dengan diameter dan kedalaman
yang jauh melampaui dan membabat hutan lindung yang disakralkan. Tanpa melalui
Dinas Kehutanan Bali, dikeluarkan Rekomendasi Dirjen Kehutanan No. 892/A/VII-
4/1996 tanggal 30 September 1996 hanya sebatas eksplorasi geothermal
sebagaimana yang telah dilakukan.
Konsekuensinya telah dikeluarkan Keppres No. 39/1997 Status Proyek Ditunda
dan Kontrak Kerja Sama JOC/ESC. Total proyek 17/11/1995 dibekukan karena terjadi
pelanggaran. Tiba-tiba muncul apa yang disebut sebagai Keppres No. 15/2002 perihal
Pencabutan Keppres No. 39/1997, namun perlu disadari, bukan berarti pelanggaran
bisa dilanjutkan. Mulailah babak baru pembabatan hutan lindung yang disakralkan
kawasan suci CA Batukaru, kawasan hulu sumber air, kesuburan, kesegaran udara
paru-paru Bali yang seharusnya tidak di jual semahal berapa pun.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 64
Seluruh perizinan survai dan eksplorasi geothermal di Bedugul, mulai tahun
1982 sampai tahun 1998, sudah habis masa berlakunya pada tanggal 24 November
1998. setelah terbengkalai hampir enam tahun (1999-2004), Kepala Badan Planologi
Kehutanan, Agustus 2004 memberikan izin kegiatan pengeboran eksplorasi panas
bumi dan sarana penunjangnya seluas 53,88 ha, yang terdiri atas perpanjangan izin
seluas 25,28 ha, dan tambahan izin baru 28,60 ha.
Izin eksplorasi panas bumi di hutan lindung oleh Ka. Badan Planologi perlu di uji
keabsahannya dan dampak teknisnya, karena menurut pasal 39 ayat (3) Undang-
undang No. 41/1999 tentang Kehutanan seharusnya izin untuk pertambangan yang
diberikan adalah izin pinjam pakai oleh Menteri Kehutanan. Pada ayat (5)
disebutkan pemberian izin pinjam pakai yang berdampak penting dan cakupan
yang luas serta
bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas persetujuan DPR. Sesuai ketentuan
dalam proses izin pinjam pakai oleh menteri seharusnya berdasarkan rekomendasi
Gubernur.
Sesuai Undang-undang 27/2003 tentang Panas Bumi, pemberian izin dan
pengawasan pertambangan panas bumi diwilayah lintas kabupaten/kota adalah
kewenangan Gubernur. Namun, seakan kebijakan di era otda dikesampingkan,
investor mengacu pasal 41 Undang-undang 27/2003 yang menyebutkan “Pada saat
Undang-undang ini berlaku, semua kontrak kerja sama pengusahaan sumber panas
bumi yang telah ada sebelum berlakunya Undang-undang ini, dinyatakan tetap berlaku
sampai berakhirnya masa kontrak”. Menurut investor mereka telah melakukan kontrak
kerja sama, sebelum Undang-undang 27/2003 ditetapkan. Apakah Joint Operation
Contract (JOC) Pertamina dan Bali Energy Ltd. serta Energy Sales Contract (ESC)
dengan PLN ini dimaksudkan sebagai kontrak pengusahaan panas bumi ? Bila dikaji
kronologinya Pertamina selalu melakukan kontrak kerja (JOC dan ESC) sebelum ada
kepastian izin pertambangan dalam kawasan hutan.
Menteri Kehutanan dan atau pemda Bali belum pernah memberikan izin
pengusahaan panas bumi (eksplorasi, studi kelayakan dan eksploitasi) di dalam
kawasan hutan. Selama ini hanyalah izin penggunaan hutan untuk kegiatan eksplorasi
oleh Ka. Badan Palnologi Kehutanan yang dasar hukumnya lemah dan tidak
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 65
memperhatikan dampak ekologi dan sosialnya. Izin eksplorasi tidak menjamin adanya
keberlanjutan eksploitasi. Bila izin eksplorasi diberikan untuk pengusahaan
pertambangan panas bumi, kegiatannya akan membabat hutan untuk koridor jalan,
tapak bor dan sarana penunjang lainnya. Seandainya setelah eksplorasi dilakukan
studi kelayakan dan ternyata tak layak untuk dieksploitasi (membangun PLTP), lalu
siapa yang bertanggung jawab mereklamasi atas hutan-hutan yang dibabat dan sudah
diaspal tersebut ?
Kondisi izin seluas 25,28 ha yang sudah dieksplorasi tahun 1997/1998,
hutannya sudah ditebang, sekarang berupa jalan aspal, tampak sumur bor dan tanah
lapang yang direncanakan untuk sarana penunjang. Sedangkan tambahan izin baru
seluas 28,60 ha kondisi sampai saat ini di lapangan masih merupakan hutan alam
yang sangat lebat (virgin forest), belum ada kegiatan apa-apa, namun bila izin kepala
Planologi dianggap sah, maka akan terjadi penebangan hutan seluas 28,60 ha untuk
sarana jalan masuk, tampak bor, dan untuk pembangunan tiga unit turbin PLTP di
dalam hutan lindung yang merupakan perekat/pemersatu dan sekaligus buffer zone
tiga Cagar Alam (CA) Batukaru, Yaitu CA Gunung Tapak, CA Gunung Pohen dan CA
Gunung Lesung.
Berkaitan dengan hal tersebut sesuai surat Gubernur kepada Menteri
Kehutanan 1 September 2004 meminta mencabut/membatalkan izin tambahan
(perluasan 28,60 ha) atas surat Kepala Badan Planologi Kehutanan Agustus 2004.
pernyataan Bupati/Wali kota se Bali pada tanggal 22 November 2004 bahwa Proyek
Panas Bumi, dengan catatan tidak ada penebangan pohon. Hal ini sebenarnya sesuai
dan searah dengan maksud surat Gubernur September 2004 yang pada intinya yang
hanya mempermasalahkan adanya izin perluasan eksplorasi. (Bali Post, Sabtu, 30 Juli
2005).
4. Kebun Raya Ekakarya-Bedugul
Kebun Raya yang tidak ada duanya di Provinsi Bali ini, pada awal mulanya
adalah merupakan hasil karya para rimbawan dalam kegiatan reboisasi dengan sistem
tumpangsari. Sebagai tanaman pokok kehutanan, ditanam beberapa jenis, antara lain;
Kepelan (Manglitia lauca), Gintungan (Bishcoffa-javanica), Salam (Eugenia polyanta),
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 66
Puspa (Schima noronhae), Rasamala (Altingia exelsa), Damar (Agathis sp.), dan lain-
lain dengan lus mencapai 45 ha. Dalam perjalanan selanjutnya, sekitar tahun
1969/1970, areal tanaman yang tumbuh bagus ini, hak pengelolaannya dilimpahkan
kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berdasarkan Hak Pinjam Pakai.
Pengayaan jenis tanaman dilakukan dengan mengisi beberapa jenis tanaman koleksi
dari seluruh wilayah Nusantara, serta upaya-upaya pengembangan hingga mencapai
luas keseluruhan saat ini 126 ha.
Rasa, cipta, karsa dan karya manusia-manusia terampil dan professional
dibidangnya, telah mampu mempaduserasikan karya arsitektur dengan alam
sekitarnya, seperti “Gapura” yang berdiri megah, demikian pula dengan prasarana dan
sarana penunjang lainnya dengan tidak mengurangi pesona alam yang artistic,
sehingga sulit memberi batasan terhadap pengertian antara wisata alam dan wisata
budaya, karena sifatnya yang menyatu dengan alam.
Dari hasil wawancara dengan pihak pengelola Kebun Raya Eka Karya Bedugul,
diperoleh gambaran bahwa kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan, baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara.
Dari data kunjungan wisatawan tersebut di atas, mencerminkan bahwa setiap
insani mendambakan suasana lingkungan yang bersih, asri, lestari, indah, tenang,
nyaman (Bali teman) dan memberikan kedamaian sebagai wahana penyegaran
jasmani dan penyadaran rohani, setelah berhari-hari berkutat dengan kompetisi
kehidupan yang semakin kompetitif.
5. Kawasan Hutan Munduk Andong
Kawasan hutan Munduk Andong merupakan kawasan Pemukiman yang
terletak di kawasan hutan lindung KPH Bali Tengah. Kawasan ini secara faktual
memendam permasalahan dengan bermukimnya sejumlah 75 KK pada awalnya
sebagai penghuni dan penggarap lahan secara turun-temurun, sejak awal ditetapkan
sebagai kawasan hutan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tangal 27 Mei 1927
hingga saat ini tanpa pernah ada penyelesaian secara tuntas.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 67
a. Latar Belakang
1) Masyarakat yang bermukin di kawasan hutan Munduk Andong adalah warga
penduduk Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, sejak zaman
penjajahan Hindia Belanda bermukin dan bercocok tanam dilereng gunung
sekitar Bukit Adeng dan Bukit Pohen.
2) Pada tahun 1927, pemerintah Hindia Belanda menujuk dan menetapkan
kawasan tempat mereka bermukin dan bercocok tanam, dan daerah-daerah di
sekitarnya, sebagai kawasan hutan tetap berdasarkan Gouverment Besluit
tanggal 27 Mei 1927, Nomor 28, nomor Regester Tanah Kehutanan (RTK) No.
4, dengan nama Komplek Gunung Batukaru.
3) Berdasarkan penetapan tersebut, dibentuklah Komisi Penetapan Batas yang
bertugas mengukur dan memancangkan pal batas hutan berupa Gegumuk dan
telah dibuat proses verbaal Pemancangan Tata Batas tanggal 15 Mei 1933.
4) Hasil kerja dari Komisi Penetapan Batas, dikukuhkan oleh Komisi Pengaturan
Tata Batas pada tanggal 15 Desember 1933.
5) Atas dasar hasil kerja Komisi Penetapan Batas yang telah mendapat
pengukuhan dari Komisi Pengaturan Tata Batas, maka dimintakan persetujuan
kepada De Hoofdinspecteur, Hoofd van de Dients van het Boswezen dan telah
mendapat persetujuan oleh de Opperhoutvester atas nama Hoofd van de
Dients van het Boswezen dan telah mendapat persetujuan oleh De
Opperhoutvester atas nama Hoofd van de Dients van het Boswezen, tanggal 23
Pebruari 1934, Nomor 6, regester H.dB.J. 1934.
6) Dengan ditetapkannya Kawasan Hutan Komplek Gunung Batukaru, areal
kawasan Munduk Andong seluas 118,10 ha termasuk didalamnya, maka
masyarakat yang bermukin dan bercocok-tanam disana mengajukan keberatan
dan bersikukuh tidak mau keluar sekalipun mereka sempat diadili dan
dipenjarakan.
7) Karena masyarakat tetap bertahan dan bersikukuh tidak mau keluar dari dalam
kawasan hutan yang telah ditetapkan tersebut, maka De Opperhoutvester yang
dalam hal ini diwakili oleh Kepala Kehutanan Bali dan Lombok, membuat “Surat
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 68
Perjanjian Pinjam Pakai” Kawasan hutan tersebut kepada para “pengontrak”,
masing-masing:
a. Kontrak Banjar Munduk Andong, sejumlah 19 orang, pada tanggal 18
Agustus 1934
b. Kontrak Banjar Bangli, sejumlah 21 orang, pada tanggal 1 Nopember 1934
c. Kontrak Banjar Gunung kangin, sejumlah 21 orang, pada tanggal 20
Nopember 1934. Jumlah keseluruhannya 61 orang.
8) Tahun 1955, tepatnya pada tanggal 28 Jauari 1955, diadakan peninjauan ke
lokasi oleh Kepala Dinas Kehutanan Bali, untuk melihat pelaksanaan perjanjian
tersebut, ternyata dijumpai adanya pertambahan jumlah penggarap
sebanyak 5 orang, masing-masing di Banjar Munduk Andong 3 orang, Banjar
Bangli sebanyak 1 orang, dan Banjar Gunung Kangin sebanyak 1 orang,
sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 66 orang.
9) Tahun 1958 dan tahun 1960, pada saat diadakan evaluasi pelaksanaan
perjanjian oleh Dewan Perancang Tata Bumi, dijumpai adanya pelanggaran
berupa penggantian tanaman Kopi dengan jenis tanaman semusim, seperti
jagung, padi gogo, dan sayur-sayuran, serta terdapat pula adanya tambahan
penduduk di masing-masing kontrakkan sehingga keseluruhannya berjumlah
75 orang, namun tidak dijelaskan pertambahan penggarap di masing-masing
kontrakkan, akan tetapi tidak diketemukan adanya pertambahan luas lahan
garapan.
10) Surat Perjanjian Pinjam Pakai kawasan hutan dimaksud mengandung
kelemahan yang sangat fatal karena tidak mencantumkan sanksi terhadap
pelaku pelanggaran dan tidak pula dicantumkan batas waktu berakhirnya
perjanjian, bahkan dicantumkan sampai kepada keturunannya.
11) Dengan adanya Surat Perjanjian Pinjam Pakai kawasan hutan tersebut, sejak
dikeluarkannya hingga saat ini, dari pihak Dinas Kehutanan tidak dapat
berbuat banyak bahkan usaha untuk mentransmigrasikan mereka pada tahun
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 69
1985/1986 mengalami kegagalan, karena mereka tetap bertahan tidak mau
ditransmigrasikan.
12) Hingga saat ini, jumlah penggarap atau lazim disebut “pengontrak” di masing-
masing kontrakkan adalah sebagai berikut:
a. Kontrakkan Banjar Munduk Andong sejumlah 22 orang
b. Kontrakkan Banjar Bangli sejumlah 22 orang
c. Kontrakkan Banjar Gunung Kangin berjumlah 31 orang
Jadi jumlah keseluruhannya menjadi 75 orang.
b. Kebijaksanaan Dinas Kehutanan
1) Mempertahankan Kawasan Hutan Munduk Andong berfungsi sebagai Kawasan
Hutan Lindung, dengan meninjau kembali Surat Perjanjian yang telah ada serta
menetapkan dan menerapkan sanksi hukum secara tegas kepada pelaku
pelanggaran.
2) Mengukur dan menata kembali tempat pemukiman penduduk maupun batas
lahan garapan masing-masing serta pengaturan pola tanam sesuai dengan
kondisi geomorphologi wilayah.
3) Memberdayakan masyarakat sebagai mitra kerja melalui peningkatan peran
serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan Kawasan Hutan Lindung sebagai
upaya pelestarian hutan dan ekosistemnya.
4) Melakukan kajian terhadap pengembangan potensi dan manfaat kawasan bagi
kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bentuk produk-produk non kayu
dan jasa obyek wisata alam.
5) Mengadakan koordinasi serta melibatkan pihak-pihak yang terkait dalam rangka
upaya Pengelolaan Kawasan Terpadu yang ramah lingkungan sebagai
antisipasi dampak negatif akibat semakin pesatnya pembangunan dimasa-
masa yang akan datang.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 70
c. Langkah-langkah
1) Membentuk Tim Khusus guna mengkaji ulang materi perjanjian yang telah ada
ditinjau dari aspek hukum maupun aspek teknis dan sosial.
2) Mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan, Pemerintah
Provinsi Bali, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, serta pihak-pihak yang
terkait dalam rangka menetapkan Pola Pengelolaan Kawasan Terpadu.
3) Mempertahankan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung bagi kelestarian
tata air, flora dan fauna, keunikan alamnya, kesuburan tanah dan iklim mikro.
4) Melaksanakan pengawasan secara ketat terhadap pemanfaatan kawasan serta
menerapkan sanksi hokum bagi pelaku pelanggaran.
5) Memberdayakan masyarakay pengontrak sebagai mitra kerja dan pelaku
pembangunan melalui program pemberdayaan masyarakat desa hutan (PMDH),
pemberian bimbingan teknis, pelatihan pengelolaan kawasan konservasi,
pengelolaan obyek-obyek wisata alam serta penerapan teknologi
tepat guna.
Dari beberapa kebijaksanaan dan langkah-langkah yang diprogramkan oleh
pimpinan Dinas Kehutanan Provinsi Bali, mencerminkan adanya itikad baik
Pemerintah Daerah untuk melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
upaya memberdayakannya sebagai mitra kerja.
Namun sejauh mana efektivitas dan implementasinya di lapangan, sama sekali
belum menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan, bahkan belum pernah tersentuh
pembangunan dibidang kehutanan.
2.5 Kondisi Posisi KPHL dalam Persepektif Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah
Kedudukan kawasan hutan di Provinsi Bali dalam tinjauan RTRWP Bali
berdasarkan Perda No. 3/2005 tentang RTRWP Bali, Bab V, pasal 17-22, bahwa
hutan lindung dibagi empat fungsi utama yaitu:
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, meliputi :
kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 71
(2) Kawasan perlindungan setempat, meliputi : kawasan suci (pegunungan ,laut,
danau, campuhan, pantai, dan mata air), kawasan tempat suci, kawasan
sempadan pantai, kawasan sempadan sungai,kawasan sempadan jurang,
kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air.
(3) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar alam, meliputi : kawasan
suaka alam, kawasan pantai hutan bakau, kawasan taman nasional, kawasan
konservasi laut daerah, kawasan taman hutan raya, kawasan taman wisata alam,
dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(4) Kawasan rawan bencana, meliputi : gunung berapi, erosi pantai, tanah longsor,
intrusi air laut dan kawasan banjir.
Dalam UU No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, secara tegas disebutkan
bahwa:
a. Pasal 5 ayat (2) UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, mengatur
berdasarkan fungsi utama kawasan lindung dan kawasan budidaya.
b. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan.
c. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, dan sumberdaya buatan.
Dalam RTRWP Provinsi Bali tahun 2009-2029 khusus pada penjelasan
kedudukan hutan di Provinsi Bali untuk isu lingkungan, disebutkan bahwa proporsi
luas hutan tahun 2008 hanya 23% (kurang dari target keseimbangan 30% dari luas
wilayah), sehingga berpotensi mengganggu keseimbangan iklim mikro dan
ketersediaan sumberdaya air yang berkelanjutan. Dalam pasal 17 UU tersebut
secara tegas disebutkan bahwa dalam pelestarian lingkungan dalam perencanaan
tata ruang ditetapkan proporsi luas hutan paling sedikit 30% dari luas wilayah.
Demikian pula pentingnya fungsi dan keberadaan hutan dalam kajian daya dukung
lahan di Provinsi Bali, merekomendasikan untuk mengembalikan fungsi kawasan
hutan sebagaimana mestinya yaitu secara fungsi hidrologi.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 72
Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan
(a) Isu-isu Strategis
Isu – isu strategis di UPT KPH Bali Tengah khususnya yang terkait dengan
permasalahan pembangunan wilayah KPH, berdasarkan tugas pokok dan fungsi
secara umum merupakan isu isu yang terjadi di Dinas Kehutanan Provinsi Bali,
menguraikan analisis faktor lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan dan
kelemahan serta faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari peluang dan
tantangan.
Pendudukan kawasan hutan di wilayah KPH Bali Tengah terjadi pada
kawasan hutan lindung di Munduk Andong, wilayah RPH Candikuning, pada
Kelompok Kawasan Hutan Gunung Batukaru (RTK. 4), terjadi sejak lama dan
berlangsung sampai saat ini seluas lebih dari ± 200 ha, untuk penanaman tanaman
buah - buahan, kopi, dapdap dan tanaman lain. Selain itu secara sporadis masih
terjadi perencekan, pencurian kayu, perambahan untuk penanaman tanaman kopi,
pisang, tanaman semusim, rumput gajah, galian C dan lainnya di RPH Banjar.
Berdasarkan fakta sebagaimana tersebut di atas, maka dalam rangka
perlindungan hutan lebih difokuskan terhadap pengamanan hutan berupa patroli.
penyuluhan, sosialisasi peraturan perundang - undangan di bidang kehutanan.
penegakan hukum terhadap pencuri kayu hutan dan perambah hutan serta upaya
percepatan penyelesaian masalah pensertifikatan tanah dan pendudukan kawasan
hutan.
(b) Kendala
Adapun kendala-kendala yang terdapat di wilayah KPH Bali Tengah
adalah :
a. Rendahnya pendidikan, luas pemilikan lahan dan kesejahteraan masyarakjat
sekitar hutan.
b. Besarnya ketergantungan masyarakat terhadap hutan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 73
Ketergantungan penduduk di sekitar kawasan hutan terhadap hutan cukup
tinggi, termasuk keperluan pembangunan untuk sektor di luar kehutanan.
c. Tingginya kebutuhan akan bahan baku kayu.
Kebutuhan bahan baku kayu / bukan kayu dan hasil hutan lainnya terus
meningkat, di sisi lain pemenuhan bahan baku terbatas.
d. Tingginya degradasi dan alih fungsi kawasan hutan.
e. Lemahnya pemahaman masyarakat dan aparat tentang arti penting fungsi
hidroorologis hutan.
f. Tingginya tingkat kerawanan / gangguan terhadap hutan.
g. Penyerapan tenaga kerja belum maksimalnya
h. Kontribusi yang diberikan belum maksimal atas keberadaan kawasan hutan
terhadap pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat
(5) Permasalahan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan kajian beberapa data
sekunder, berkembang beberapa permasalahan dan isu-isu strategis pada kawasan
KPH Bali Tengah, yaitu :
1. Pensertifikatan kawasan hutan di wilayah KPH Bali Tengah, sebagai berikut:
a) RPH Candikuning sebanyak 3 pelanggaran seluas 202,0 ha, untuk
pensertifikatan tanah seluas 0,50 ha.
b) RPH Sukasada sebanyak 7 pelanggaran seluas 118,80 ha , untuk
pensertifikatan tanah seluas 7,90 ha.
c) Perambahan hutan dan pendudukan kawasan hutan di wilayah KPH Bali
Tengah terjadi pada kawasan hutan lindung di Munduk Andong, wilayah RPH
Candikuning, pada Kelompok Kawasan Hutan Gunung Batukaru (RTK. 4),
terjadi sejak lama dan berlangsung sampai saat ini seluas lebih dari ± 200 ha,
untuk penanaman tanaman buah - buahan, kopi, dapdap dan tanaman lain.
PEMERINTAH PROVINSI BALI
D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 74
d) Selain itu secara sporadis masih terjadi perencekan, pencurian kayu,
perambahan untuk penanaman tanaman kopi, pisang, tanaman semusim,
rumput gajah, dan lainnya di RPH Banjar.
Berdasarkan fakta sebagaimana tersebut di atas, maka dalam rangka
perlindungan hutan lebih difokuskan terhadap pengamanan hutan berupa patroli.
penyuluhan, sosialisasi peraturan perundang - undangan di bidang kehutanan.
penegakan hukum terhadap pencuri kayu hutan dan perambah hutan serta upaya
percepatan penyelesaian masalah pensertifikatan tanah dan pendudukan kawasan
hutan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2013 - 2022 – UPT KPH BALI TENGAH BAB III - 75
BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN KPH BALI TENGAH
1. Visi dan Misi Pembanguan Provinsi Bali
Visi yang akan dicapai dalam periode Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Bali adalah Bali Mandara yaitu “ Terwujudnya Bali
yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera” Agar Bali tetap eksis di mata masyarakat
dan di masa yang akan datang, maka visi dan perubahan paradigma perlu
mendapat perhatian sehubungan dengan menghadapi pengaruh global sebagai
akibat dari perkembangan pariwisata di Bali.
Di samping itu falsafah hidup masyarakat Bali tidak terlepas dari ajaran Tri
Hita Karana. Tri Hita Karana adalah konsepsi filsafat masyarakat di Bali yang
merupakan filosofi tiga unsur penyebab adanya kebahagian, yaitu keharmonisan
antara manusia dengan Tuhannya (Parhyangan), hubungan antara manusia
dengan sesamanya (Pawongan) dan antara manusia dengan lingkungannya
(Palemahan). Berdasarkan visi tersebut, diharapkan dapat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat Bali dan kejayaan Pulau Bali.
Salah satu cara untuk mewujudkan visi Bali Mandara adalah melalui
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang merumuskan program utama yaitu :
a. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup merupakan keselarasan tatanan kehidupan modern,
pelestarian panorama, nuansa ruang dan lingkungan alam, pengembangan
sistem budaya yang berorientasi kepada tatanan lingkungan hidup,
pengendalian pemanfaatan pantai dan laut.
b. Kehutanan
Meningkatkan rehabilitasi dan reklamasi hutan dan lahan kritis, pengelolaan
hutan bersama masyarakat, pengembangan produksi hasil hutan,
perlindungan dan pengamanan serta pengendalian peredaran hasil hutan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2013 - 2022 – UPT KPH BALI TENGAH BAB III - 76
2. Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Provinsi Bali
Arah pembangunan Kehutanan Provinsi Bali masa mendatang sebagai
berikut:
1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional
2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan/ekologi,social
budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari/berkelanjutan.
3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS)
4. Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan
pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan dan berwawasan
lingkungan/ekologi, sosial budaya, dan ekonomi serta ketahanan terhadap
perubahan eksternal.
5. Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan
3. Visi Dinas Kehutanan Provinsi Bali :
“Terwujudnya Luas dan Fungsi Hutan yang Optimal, Aman dan Lestari,
Didukung oleh Masyarakat dan Sumber Daya Manusia Professional dalam
Pembangunan Bali Berkelanjutan”.
4. Misi Pembangunan Kehutanan di Provinsi Bali adalah :
1. Meningkatkan efektivitas tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan
hutan, pemanfaatan hutan, dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, perlindungan dan konservasi alam, sumberdaya manusia dan
kelembagaan serta pemberdayaan masyarakat ;
2. Mengembangkan aneka produksi dan hasil hutan bersama masyarakat ;
3. Meningkatkan profesionalisme dan pelayanan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2013 - 2022 – UPT KPH BALI TENGAH BAB III - 77
5. Visi dan Misi Pengelolaan KPH Bali Tengah
Pemantapan kawasan hutan secara permanen dapat dilaksanakan
dengan baik dan mengacu pada visi pembangunan daerah Bali dan visi
Pemerintah Provinsi Bali yang diterjemahkan dalam program lingkungan hidup
dan kehutanan tersebut, maka visi KPH Bali Tengah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
“Menjadi Pengelola hutan di KPH Bali Tengah yang profesional,
sehingga terwujud kawasan hutan yang optimal, aman, dan lestari
mendukung wisata alam dan spiritual, serta konservasi sumberdaya hutan,
melalui pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan”.
Visi tersebut didasarkan pada rasionalitas bahwa kawasan hutan di KPH
Bali Tengah seluruhnya berfungsi sebagai hutan lindung, dan dikelilingi oleh
hutan konservasi yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA
Bali). Disamping itu, hutan di KPH Bali Tengah juga dikelilingi oleh Desa di sekitar
hutan, baik desa dinas maupun desa pekraman yang merupakan khas budaya
Bali. Visi tersebut juga mengandung pengejewantahan dari filsafat masyarakat
Bali, yaitu Tri Hita Karana.
Untuk mencapai visi tersebut, KPH Bali Tengah perlu merumuskan misi yang
tidak sederhana tetapi dapat dilaksanakan dalam oprasional di lapangan. Misi
yang dikembangkan untuk mewujudkan visi pengelolaan KPH Bali Tengah
dirumuskan sebagai berikut :
1. Memantapkan penataan kawasan hutan KPH Bali Tengah menjadi wilayah
hutan yang dapat dikelola secara rasional, efektif dan efisien.
2. Menyusun Perencanaan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan sumberdaya
hutan dengan paradigma kehutanan sosial (social Forestry).
3. Melaksanakan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yang mencakup
pemanfaatan, perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan, dan
pengamanan hutan berdasarkan peraturan yang berlaku, keadilan dan
kesejahteraan bagi semua pihak.
4. Melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan secara kolaboratif
dengan tujuan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM)
masyarakat setempat.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2013 - 2022 – UPT KPH BALI TENGAH BAB III - 78
Tujuan dari Pengelolaan hutan di KPH Bali Tengah dengan visi dan misi
tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan rasionalitas, efektifitas dan efisiensi pengelolaan hutan di KPH
Bali Tengah.
2. Mengendalikan kelestarian pengelolaan hutan dari aspek ekologi, sosial dan
ekonomi.
3. Meningkatkan akuntabilitas dan pelayanan publik untuk pengelolaan hutan.
4. Memaksimalkan hasil hutan bukan kayu (HHBK), terutama jasa wisata,
spirirual,dan konsevasi sumberdaya hutan
5. Meningkatkan kondisi hutan melalui pengkayaan tanaman menjadi fullstock
(terisi penuh)
6. Meningkatkan indek pembangunan manusia (IPM) masyarakat desa hutan
7. Meningkatkan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan lindung.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 79
BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI
Analisis dan proyeksi yang dimaksud dalam bab ini adalah penjelasan hasil
analisis situasi pengelolaan hutan di wilayah KPH Bali Tengah yang mencakup aspek
organisasi KPH Bali Tengah, penataan kawasan hutan, pemanfaatan hutan,
rehabilitasi hutan, pengamanan dan konservasi SDH, sosial ekonomi dan budaya,
anggaran biaya pengelolaan KPH, serta sarana dan prasarana. Pada setiap aspek
disajikan penjabaran informasi terkini tentang pengelolaan hutan dan ulasan
rasionalitas kondisi pengelolaan KPH Bali Tengah tersebut. Pada akhir bab ini
disajikan agregasi analisis SWOT sehingga dapat dirumuskan masalah-masalah
utama dan langkah-langkah strategi yang dapat diusulkan untuk perencanaan
pengelolaan hutan yang akan datang.
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini berdasarkan: (a) studi
pustaka/literatur, (b) observasi, dan (c) wawancara dan focus grup discussion (FGD).
Studi literatur dilakukan untuk menunjang dan memperluas wawasan dalam membuat
analisis data lapangan, sedangkan observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran
nyata tentang kondisi biofisik, pemanfaatan sumberdaya hutan, kodisi sosial ekonomi
masyarakat, dan kondisi infrastruktur yang ada di lapangan. Untuk mendukung metode
observasi, dilengkapi dengan dokumentasi melalui kegiatan pengambilan gambar di
lapangan. Metode wawancara dilakukan baik di kantor KPH, masing-masing kepala
RPH dan tokoh-tokoh masyarakat/petani di sekitar kawasan untuk memperoleh
gambaran tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan dan
kegiatan yang sudah dilakukan. Analisis data menggunakan metode deskriptif
kualitatif, dan fokus grup discussion dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah
yang ada dilapangan untuk melengkapi laporan rencana penyusunan pengelolaan
KPH Bali Tengah.
4.1 Managemen Pengelolaan Hutan
KPH merupakan institusi pengelola hutan yang terorganisir dengan kejelasan
tujuan dan wilayah kelola untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, wewenang dan
tanggungjawab dalam rangka pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 80
peruntukan hutan. Pembentukan KPH ini diharapkan dapat mewujudkan
penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak dapat berjalan secara efisien dan
lestari/berkelanjutan.
Kawasan hutan yang menjadi kewenangan pengelolaan UPT KPH Bali Tengah
adalah berupa kawasan Hutan Lindung, yang tersebar mulai dari RTK 1 sampai
dengan RTK 5, dengan wilayah administrasi kabupaten seperti Kab. Buleleng,
Tabanan, Badung dan Bangli.
Mengacu pada Permendagri Nomor 61 tahun 2010, KPH diarahkan untuk
menjadi organisasi di tingkat tapak yang mengelola kawasan hutan dalam bentuk
SKPD. Namun saat ini masih berada di bawah Dinas Kehutanan Propinsi Bali dalam
bentuk UPT. Kondisi ini mencerminkan belum adanya pemisahan antara pengurusan
dan pengelolaan, sebab di Dinas Kehutanan melekat fungsi pengurusan. Saat ini di
UPT KPH Bali Tengah, sumberdaya manusia sebagai pengelola kawasan hutan,
sangat kekurangan tenaga teknis di bidang kehutanan. Oleh karena itu ke depan
sangat diperlukan adanya diklat-diklat teknis. Demikian halnya tentang sarana dan
prasarananya masih sangat minim. KPH Bali Tengah (sebagai KPH Model), terbentuk
1 November 2011 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor
SK.620/Menhut-II/2011.
Proyeksi ke depan apabila pemanfaatan kawasan hutan sudah berjalan secara
optimal, maka perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan sesuai dengan Permendagri
No. 61 tahun 2010, bahwa KPH berada di bawah Gubernur, tetapi pada saat ini akan
berbenturan dengan PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
yang terkait dengan jumlah SKPD di Provinsi, oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
pengkajian.
4.2 Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
4.2.1 Tata Hutan
Penataan batasan kawasan hutan merupakan hal utama dalam pengelolaan
hutan, pada kegiatan ini perlu ditetapkan kawasan hutan yang relatif tetap/permanen
dan tidak mudah berubah selama masa pengelolaan hutan, sehingga kawasan hutan
negara yang telah ditetapkan sebagai areal KPH perlu ditetapkan misalnya dalam
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 81
RTRW (Kementerian Kehutanan, 2011). Kawasan hutan di KPH Bali Tengah sesuai
dengan fungsi pokok hutan, merupakan hutan lindung. Kawasan ini sudah
mempunyai batas yang jelas dan sudah ditetapkan tapal batasnya sesuai dengan pal
– pal batas yang sudah dipasang di lapangan. Kawasan hutan KPH Bali Tengah dibagi
menjadi 7 RPH (Resort Pengelolaan Hutan), yaitu RPH Sukasada, RPH Banjar, RPH
Kubutambahan, RPH Pupuan, RPH Penebel, RPH Candikuning, RPH Petang), dan
Pos Pemeriksaan hasil hutan (PHH) di Payangan. Pembagian kawasan hutan dari
segi pengelolaan pada KPH Bali Tengah, dilakukan berdasarkan RTK (Register Tanah
Kehutanan) yang terdiri dari 5 RTK yaitu : RTK 1 Kelompok hutan Puncak Landep,
RTK 2 kelompok hutan Gunung Mungsu, RTK 3 kelompok hutan Silangjana, RTK 4
kelompok hutan Gunung Batukaru dan RTK 5 kelompok hutan Munduk Pengejaran.
Pengembangan/proyeksi ke depannya perlu dibuat pembagian ke dalam blok dan/atau
petak, agar lebih memudahkan dalam manajemen/pengelolaannya.
Blok merupakan bagian dari wilayah KPH yang dibuat permanen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan. Pengertian tersebut dekat dengan
istilah Bos Afdeling ketika Belanda melakukan penataan hutan di Pulau Jawa setelah
menetapkan hutan tetap yang merupakan upaya untuk pengorganisasian kawasan
hutan (Warsito, 2010 dalam Anon, 2011).
Blok atau bagian wilayah KPH dapat dijadikan dasar untuk pengaturan unit
kelestarian, artinya dalam satu blok/bagian hutan akan terdapat satu unit kelestarian.
Dalam satu unit KPH dapat terdiri dari satu atau lebih unit kelestarian sesuai dengan
karakteristik biofisik, aksesibilitas lokasi, arah transportasi produk/komoditas dan kelas
perusahaan yang dikembangkan. Pembagian blok perlu memperhatikan: (1)
karakteristik biofisik lapangan, (2) kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, (3)
potensi sumberdaya alam, dan (4) keberadaan hak-hak atau ijin usaha pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan di wilayah KPH Bali Tengah.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan No : P.5/VII-
WP3H/2012, pembagian ke dalam blok/petak pada wilayah KPH Bali Tengah dapat
dilakukan:
Pembagian blok pada wilayah KPH yang kawasan hutannya berfungsi hutan lindung
adalah : RPH Sukasada, RPH Banjar, RPH Kubutambahan, RPH Pupuan, RPH
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 82
Penebel, RPH Candikuning, RPH Petang, Pembagian blok hutan lindung dapat
dibagi menjadi 3 yaitu: (a) blok inti , (b) blok pemanfaatan , (c) dan blok khusus. Blok
inti meliputi kawasan dengan kelas lereng 40-65 % (sangat curam); blok pemanfaatan
meliputi kawasan dengan kelas lereng 0-8% (datar), 8-15% (landai), 15-25% (agak
curam), dan kelas lereng 25-40% (curam); blok khusus meliputi kawasan-kawasan
suci (Pura), Kebun Raya Eka Karya Bedugul dan kawasan lainnya yang ditetapkan
sebagai blok khusus.
Pada blok inti hanya dimanfaatkan sebagai hutan lindung atau hutan virgin
dan tidak diperkenankan terdapat kegiatan dalam bentuk apapun, kecuali hanya
merupakan kawasan rehabilitasi dan perlindungan tata air. Sedangkan untuk blok
pemanfaatan pada hutan lindung tetap bersifat terbatas, yaitu sebagai
pengembangan jasa lingkungan, wisata alam, dan potensi hasil hutan non kayu
(budidaya lebah madu, tanaman obat/biofarmaca), pemungutan hasil hutan non kayu
(madu, buah, jamur dan tanaman obat-obatan).
Dalam pengelolaan/manajemen kawasan hutan, maka blok lebih lanjut dibagi
ke dalam petak-petak yang lebih kecil (unit pengelolaan). Petak merupakan bagian
dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang
memiliki karakteristik/sifat-sifat yang sama dan memerlukan pengelolaan atau
silvikultur yang sama. Ukuran petak dapat berkisar antara 25-30 Ha. Adapun dasar
pembuatan petak adalah berdasarkan kesamaan/kelompok lereng, jenis tanah
(kedalaman dan kepekaan terhadap erosi), penutupan lahan/jenis vegetasi, dan iklim
(terutama suhu dan curah hujan). Petak-petak yang memiliki karakteristik dan faktor
pembatas yang sama akan memerlukan pengelolaan yang sama, dikelompokkan
dalam unit pengelolaan yang sama.
Jumlah petak yang terdapat di KPH Bali Tengah ada 60 petak,(seperti dalam
peta terlampir), dan masing-masing petak mempunyai luasan tertentu dengan fungsi
yang berbeda. Pembagian petak seperti ini akan sangat memudahkan dalam alih
teknologi. Peta sebaran pembagian blok/petak agar bersifat lebih aplikatif dan
sekaligus dapat dipergunakan sebagai peta kerja di lapangan maka peta sebaran
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 83
blok/petak sebaiknya dibuat pada skala yang lebih besar yaitu pada skala semi detil
(1: 25.000 – 1: 50.000) atau bila memungkinkan dibuat pada skala detil (1: 5.000 – 1:
10.000).
Dalam pembagian petak perlu memperhatikan : (1) produktivitas dan potensi
areal/lahan; (2) keberadaan kawasan lindung yang meliputi kawasan bergambut,
kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar
danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan cagar budaya, kawasan rawan
bencana alam, kawasan perlindungan plasma nuftah, kawasan pengungsian satwa,
dan kawasan pantai berhutan bakau; (3) rancangan areal yang akan direncanakan
antara lain untuk pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal wilayah yang
bersangkutan telah ada ijin atau hak, pembagian petak menyesuaikan dengan petak
yang telah dibuat oleh pemegang ijin atau hak. Selain itu pembagian petak diarahkan
sesuai dengan peruntukan berdasarkan identifikasi lokasi dan potensi wilayah tertentu,
seperti wilayah yang akan diberikan ijin, dan wilayah untuk pemberdayaan
masyarakat.
Pengeloaan hutan lestari menegaskan perlunya organisasi unit pengelolaan
hutan yang rasional, efektif dan efesien. Arah dari rasioanalisasi organisasi KPH dan
RPH ini dalam kerangka memenuhi kriteria unit manajemen hutan yg berfungsi untuk
mengendalikan kelestarian finansial, sehingga KPH dapat dikelola menuju
kemandirian. Disamping itu, organisasi KPH dan RPH ini bersifat teritarial yang
pembentukannya didasarkan pad pertimbangan :
a. Jenjang pengawasan atasan dan bawahan
b. Wilayah administrasi pemerintahan (kabupaten, kecamatan, dan desa)
c. Daerah aliran sungai (DAS/Sub das)
d. Kekompakan kawasan hutan.
Tabel berikut merupakan usulan rasionalisasi RPH di KPH Bali Tengah
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 84
Tabel 4.1. Usulan Rasionalisasi wilayah RPH di KPH Bali Tengah
No BH RPH RTK LUAS BARU LUAS LAMA
(Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6
1 BH Sabah Daya
Sukasada
1 2 3
590,00 1.134,00
415,00
Jumlah 2.139,00 1.897,10
Kubutambahan 4a –1
5 2.487,67
613,00
Jumlah 3.100,66 2.993,87
Banjar 4a –2 1.600,62 1.212,24
2 BH Oten Sungi
Petang 4b
4c –1 1.423,79
172,00
Jumlah 1.595,79 1.126,90
Candikuning 4c -2 1.527,84 1.157,49
Penebel 4c- 3 3.135,13 3.124,32
Pupuan 4c- 4
4d 902,24 650,04
Jumlah 1.552,28 2.526,40
Jumlah Total 14.651,32 14.651,32
Sumber : Hasil pengolahan peta DAS dan sumber lain.
4.2.2 Rencana Pengelolaan Hutan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan di wilayah ini masih bersifat umum,
sehingga untuk proyeksi ke depan, perlu disusun suatu rencana pengelolaan secara
lebih rinci/detail berdasarkan hasil tata hutan dan mengacu kepada Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota (RKTN/RKTP/RKTK), serta
memperhatikan aspirasi budaya masyarakat setempat dan kondisi lingkungan
terutama mengenai pemanfaatan kawasan. Untuk itu dalam penyusunan buku ini lebih
dititik beratkan pada pemanfaatan kawasan atau core business yang dapat
dikembangkan.
4.3 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan
4.3.1 Pemanfaatan Hutan
Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 jo. PP No. 3 Tahun 2008 menyebutkan
bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan
secara optimal, adil dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan hutan
tersebut dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan yaitu : (a) pada kawasan
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 85
konservasi, kecuali pada cagar alam, zona rimba, dan zona inti dalam taman nasional,
(b) pada hutan lindung, dan (c) pada hutan produksi.
Secara umum pemanfaatan hutan dapat diselenggarakan melalui kegiatan: (1)
pemanfaatan kawasan; (2) pemanfaatan jasa lingkungan; (3) pemanfaatan hasil hutan
kayu dan bukan kayu; dan/atau (4) pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.
Pada hutan lindung, pemanfaatan tersebut dibatasi pada jenis (1) pemanfaatan
kawasan, (2) pemanfaatan jasa lingkungan, dan (3) pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu. Untuk itu perlu ditegaskan bahwa, kegiatan pemanfaatan hutan tersebut memiliki
keabsahan legalitas ijin pemanfaatan hutan.
Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan usaha : (a) budidaya tanaman obat, (b) budidaya tanaman hias, (c) budidaya
jamur, (d) budidaya lebah madu, (e) penangkaran satwa liar, dan (f) rehabilitasi satwa.
Adapun ketentuan dalam usaha pemanfaatan tersebut adalah: (a) tidak mengurangi,
mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya, (b) pengolahan tanah terbatas, (c)
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi, (d) tidak
menggunakan peralatan mekanis dan alat berat, dan/atau (e) tidak membangun
sarana dan prasarana yang mengubah bentang lahan. Di samping kegiatan seperti
tersebut di atas, pada hutan lindung juga dapat dilakukan pemungutan hasil bukan
kayu antara lain berupa : rotan, madu, getah, buah, jamur atau sarang burung wallet
dengan ketentuan : (a) hasil hutan bukan kayu yang dipungut merupakan hasil
reboisasi dan/ atau tersedia secara alami, (b) tidak merusak lingkungan, dan (c) tidak
mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya.
Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung yang ada di KPH Bali Tengah berupa
budidaya lebah madu. Budidaya lebah madu telah dikembangkan di RPH
Kubutambahan, Pupuan dan Sukasada. Untuk kedepan usaha lebah madu juga
sangat memungkinkan untuk dikembangkan di kawasan lain yang mempunyai potensi
sumber pakan yang cukup banyak, seperti RPH Candikuning, dan RPH Penebel.
Selain lebah madu di kawasan hutan lindung juga berpotensi untuk dikembangkan
tanaman obat/empon-empon, dan budidaya jamur. Budidaya tanaman obat-obatan
untuk kedepannya sangat memungkinkan dikembangkan pada RPH Candikuning,
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 86
RPH Penebel, dan RPH Pupuan, RPH Kubutambahan, Sukasada dan Petang, karena
RPH ini mempunyai potensi biofisik dan iklim sangat memungkinkan.
Khusus untuk hutan lindung di Desa Bangli dibawah RPH Candikuning, yang
ditanami bambu seluas 65 ha, sangat dikwatirkan akan terjadinya pemanfaatan
kawasan hutan yang tidak sesuai peruntukannya, yang nantinya dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan hutan seperti longsor dan erosi. Penanaman bambu di hutan
lindung ini akan menjadi kendala oleh karena tak akan bisa ditebang. Namun
demikian, rebungnya yang dipanen. Hal ini sangat perlu dilakukan kajian yang bersifat
win – win agar tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan/pemungutan hasil hutan
pada hutan lindung.
Pemanfaatan hutan dapat dikelompokkan menjadi : (1) wilayah kelola
(kawasan hutan yang sudah dibebani ijin pemanfaatan) dan (2) wilayah tertentu yang
dikelola oleh KPH yang merupakan wilayah hutan yang belum dibebani ijin baik
pemanfaatan maupun penggunaan. Wilayah kelola terdiri dari pemanfaatan hutan
pada hutan lindung, pemanfaatan hutan pada hutan produksi, dan pemberdayaan
masyarakat. Proyeksi ke depannya perlu dilakukan penataan pemanfaatan
kawasan hutan sesuai dengan kondisi wilayahnya.
Pemanfaatan kawasan hutan di wilayah KPH Bali Tengah dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Wilayah Kelola
Wilayah kelola adalah wilayah hutan yang sudah dibebani ijin pemanfaatan. Di
wilayah KPH Bali Tengah sampai saat ini belum ada pemanfaatan kawasan hutan
yang berijin namun demikian, ada pemanfaatan wilayah kelola yang ijin
pengelolaannya masih dalam proses seperti : Hutan desa (pemberdayaan masyarakat
setempat) pada hutan lindung.
(1) Hutan Desa (Pemberdayaan Masyarakat)
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan pada wilayah KPH Bali Tengah
dilakukan melalui Hutan Desa. Berdasarkan PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3 tahun
2008, bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan hutan adalah untuk
mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 87
pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan
kesejahteraan.
Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani ijin/hak. Pemanfaatan hutan desa
dapat dilakukan baik pada hutan lindung maupun hutan produksi. Pada hutan lindung
dapat dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. Kawasan hutan yang dapat
ditetapkan sebagai areal hutan desa adalah kawasan yang belum dibebani hak
pengelolaan atau izin pemanfaatan, dan berada dalam wilayah administrasi desa yang
bersangkutan. Penetapan areal kerja hutan desa dilakukan oleh Menteri berdasarkan
usulan Bupati/Walikota, meneruskan permohonan Kepala desa yang ditembuskan
kepada Gubernur setempat, dengan dilampiri : peta dengan skala minimal 1 :
50.000 dan kondisi kawasan hutan antara lain fungsi hutan, topografi, dan potensi
yang ada. Sedangkan permohonan hak pengelolaan hutan desa diajukan oleh
lembaga desa kepada Gubernur melalui Bupati/Walikota dengan melampirkan : (a)
peraturan desa tentang penetapan lembaga desa, (b) surat pernyataan dari kepala
desa yang menyatakan wilayah administrasi desa yang bersangkutan dan diketahui
oleh Camat, (c) luas areal kerja yang dimohon, dan (d) rencana kegiatan dan bidang
usaha lembaga desa. Dalam pengusulannya Bupati/Walikota meneruskan kepada
Gubernur dengan melampirkan surat rekomendasi yang menerangkan bahwa
lembaga desa telah mendapatkan fasilitasi, siap mengelola hutan desa, dan
ditetapkan areal kerja oleh Menteri. Fasilitas yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas lembaga desa dalam pengelolaan hutan, yang meliputi :
pendidikan dan latihan, pengembangan kelembagaan, bimbingan penyusunan
rencana kerja hutan desa, bimbingan teknologi, pemberian informasi pasar dan modal,
dan pengembangan usaha. Fasilitasi tersebut dapat diberikan melalui bantuan :
pergurun tinggi/lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), lembaga keuangan, koperasi, atau BUMN/BUMD/BUMS.
Dalam Permenhut No: P.49/Menhut-II/2008 dijelaskan bahwa hak pengelolaan
hutan desa bukan merupakan hak kepemilikan atas kawasan hutan, dan tidak
diperkenankan mengalihkan kepemilikan atau sebagai jaminan, serta mengubah
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 88
status dan fungsi kawasan hutan. Selain itu juga tidak boleh digunakan untuk
kepentingan lain di luar rencana pengelolaan hutan dan harus dikelola berdasarkan
kaidah-kaidah pengelolaan hutan lestari. Jangka waktu hak pengelolaan hutan desa
diberikan paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi yang
dilakukan paling lama setiap 5 tahun sekali oleh pemberi hak. Sedangkan kewajiban
yang harus dilakukan oleh pemegang hak adalah : (a) melaksanakan penataan batas
hak pengelolaan hutan desa, (b) menyusun rencana kerja hak pengelolaan hutan desa
selama jangka waktu berlakunya hak pengelolaan hutan desa, (c) melakukan
perlindungan hutan, (d) melaksanakan rehabilitasi areal kerja hutan desa, dan (e)
melaksanakan pengkayaan tanaman areal kerja hutan desa. Dalam pelaksanaan
pengelolaan hutan desa, pemegang hak membuat suatu rencana kerja hutan desa
(RKHD) yang meliputi aspek-aspek kelola kawasan, kelola kelembagaan, kelola
usaha, dan kelola sumberdaya manusia.
Pembentukan hutan desa pada blok pemanfaatan di KPH Bali Tengah seluas
3.200 ha tersebar pada: (1) RPH Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng meliputi : Desa Galungan seluas 712 ha (tahun 2010) pada
petak HL 5, Desa Lemukih seluas 988 ha (tahun 2010) pada petak HL 39, Desa Sudaji
seluas 90 ha (tahun 2010) pada petak HL 29, (2). Pada RPH Sukasada Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng meliputi Desa Selat seluas 552 ha (tahun 2010) pada
petak HL 14, Desa Ambengan seluas 100 ha (tahun 2011) pada petak HL 21, Desa
Sambangan seluas 120 ha (tahun 2011) pada petak HL 18, Desa Silangjana seluas
115 ha (tahun 2011) pada petak HL 29 dan Desa Wanagiri seluas 150 ha (tahun 2010)
pada petak HL 20. Selain di wilayah KPH Bali Tengah, hutan desa juga terdapat di
Kabupaten Bangli pada RPH Kubutambahan, Kecamatan Kintamani, Desa Pengejaran
seluas 353 ha (tahun2012) pada petak HL 42. Penyebaran keberadaan Hutan Desa
secara lengkap disajikan pada Tabel 4.2.
Khusus Hutan Desa di Desa Selat, Desa Galungan, Desa Lemukih dan Desa
Sudaji sudah mendapat ijin dengan SK Menteri Kehutanan (Menhut) RI No.
629/Menhut-II/2010, tetapi sampai saat ini ijin pengelolaan hutan desa dari Gubernur
Provinsi Bali masih dalam proses.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 89
Tabel 4.2. Penyebaran keberadaan Hutan Desa pada KPH Bali Tengah.
KAB.
KEC.
DESA
RPH
RENCANA TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Buleleng
Sawan Galungan
Kubutambahan
712 - - - - 712
Lemukih 988 - - - - 988
Sudaji 90 - - - - 90
Sukasada Selat
Sukasada
552 - - - - 552
Ambengan - 100 - - - 100
Sambangan - 120 - - - 120
Silangjana - 115 - - - 115
Wanagiri 250 - - - - 250
Bangli Kintamani Pengejaran Kubutambahan - - 353 - - 353
JUMLAH 2.592 335 353 - - 3.200
Sumber : Laporan KPH Bali Tengah, 2011
Memperhatikan kondisi biofisik di wilayah KPH Bali Tengah dengan kondisi
setempat didominasi oleh lereng curam-sangat curam, iklim basah - kering dan
besarnya tekanan masyarakat berupa perambahan, illegall logging, pengambilan kayu
bakar dan kebakaran hutan, maka dalam pengelolaan hutan desa pada kawasan
hutan lindung, selalu memperhatikan konservasi/pelestarian. Oleh karena itu kegiatan
pemanfaatan hanya diperkenankan pada blok pemanfaatan, kecuali ada tujuan
khusus. Untuk lebih memudahkan dalam pengelolaannya perlu dibuat unit-unit yang
lebih detil berdasarkan kelas lereng, kedalaman tanah, dan tutupan vegetasi. Kegiatan
detilnya menyelaraskan dengan karakteristik biofisik masing-masing petak, misalnya
pada petak-petak yang relatif miring (25 - 40 %), jenis tanah Regosol yang peka
terhadap erosi, iklim basah - kering, dan tutupan lahan yang rendah, diarahkan untuk
areal rehabilitasi, seperti pada sebagian wilayah RPH Kubutambahan. Pada wilayah
ini pemanfaatan yang mungkin dapat dilakukan adalah pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu yang berupa budidaya lebah madu dan pemungutan hasil hutan bukan
kayu yang berupa pemungutan madu, jamur, dan tanaman obat-obatan. Rehabilitasi
dilakukan dengan pengkayaan tanaman dan diutamakan dengan tanaman pioner
seperti mahoni, intaran, bunut, beringin (tanaman yang memiliki akar hawa), dan
sebagainya.
Pengembangan hutan desa di RPH Kubutambahan dan Sukasada karena
masyarakat di sekitar hutan merambah ke dalam hutan dengan menanam tanaman
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 90
bunga-bungaan (pecah seribu), kopi, cengkeh, pisang, jeruk, dan sebagainya, maka
dalam pengelolaannya dilakukan rehabilitasi dengan tanaman kehutanan (mahoni,
intaran, bunut, beringin,dll). Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan
pemanfaatan kawasan, pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan kawasan
dengan memanfaatkan ruang di bawah tegakan dengan tanaman obat-obatan dan
budidaya lebah madu, sedangkan pemungutan hasil bukan kayu berupa pemungutan
buah, jamur, dan pemungutan madu. Guna dapat memberikan hasil tambahan kepada
masyarakat maka dapat dilakukan penanaman tanaman MPTS yang berupa pohon
secara terbatas.
Di beberapa wilayah KPH Bali Tengah masih terdapat penggunaan kawasan
untuk ditanami dengan tanaman semusim seperti bunga-bungaan, tanaman jeruk,
wortel, dll. Wilayah tersebut antara lain, Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK 1),
Kelompok Hutan Gunung Batukaru (RTK 4). Untuk mengatasi permasalahan pada
petak ini perlu dilakukan konservasi tanah, rehabilitasi dengan tanaman kayu - kayuan
sebagai pionir antara lain tanaman intaran, bunut, mahoni, dan beringin, dll.
Proyeksi ke depan perlu dilakukan penataan dan dengan cara pembinaan dan
pendampingan serta dilakukan evaluasi, untuk mengembalikan fungsinya menjadi
hutan lindung. Salah satu kebijakan dalam rangka mengelola terjadinya
perambahan/pengerjaan kawasan hutan oleh masyarakat adalah melalui hutan desa.
Penyelenggaraan pembentukan hutan desa pada daerah yang sudah terlanjur
dirambah masyarakat, dimaksudkan untuk memberikan akses kepada masyarakat
setempat melalui lembaga desa dalam memanfaatkan hutan secara lestari dan
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara
berkelanjutan (Permenhut No: P.49/Menhut-II/2008). Pemberdayaan masyarakat
melalui hutan desa dilakukan dengan memberikan hak pengelolaan kepada lembaga
desa yang meliputi kegiatan tata areal, pemanfaatan hutan serta rehabilitasi dan
perlindungan hutan. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui hutan desa
ini sangat diharapkan agar seluruh kawasan hutan yang telah dirambah oleh
masyarakat dapat dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung, termasuk pula
kawasan hutan yang masih utuh ( tidak dirambah ), agar mendapat prioritas untuk
dipertahankan fungsinya sebagai hutan lindung.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 91
(2) Pemanfaatan Jasa Lingkungan.
Potensi pengembangan jasa lingkungan pada hutan lindung di wilayah KPH Bali
Tengah untuk waktu yang akan datang cukup strategis. Pemanfaatan jasa lingkungan
yang dapat dikembangkan antara lain adalah wisata alam, wisata religi, dan wisata
pendidikan. Selain itu secara umum hutan juga berfungsi sebagai enhancement of
carbon stock (penyerap karbon). Pemanfaatan air digunakan sebagai sumber air
minum dan untuk pengairan/irigasi. Wisata alam yang dapat dikembangkan di wilayah
KPH Bali Tengah berupa : air terjun (1 buah air terjun di Desa Selat, 1 buah air
terjun di Desa Batukasur, di RPHSukasada), air terjun 3 buah dengan warna pelangi
di tengahnya terdapat di Desa Sekumpul (RPH Kubutambahan), air tejun 1 buah
terdapat di Desa Belimbing (RPH Pupuan), air kelebutan panas di Dusun Asah, Desa
Wanagiri di RPH Sukasada, panorama indah dari tempat ketinggian (di RPH
Sukasada, Petang, Penebel, Candikuning, Kubutambahan, dan Pupuan). Selain
wisata tersebut di atas hampir disetiap RPH mempunyai Jogging Track.
Pengembangan jasa lingkungan yang berupa wisata religi dapat dilakukan karena di
wilayah ini terdapat banyak kawasan suci yang berupa Pura, yaitu : Pura
Tambawaras, Pura Muncaksari, Pura Kedaton, Pura Batukaru, Pura Pujangga, Pura
Taksu Agung (RPH Penebel), Pura Pucak Adeng, Pura Pucak Padangdawa, Pura
Ulundanu Beratan, Ulundanu Tamblingan, Ulundanu Buyan, Pura Tamblingan (RPH
Candikuning), pura Tirta Kuning dengan 3 warna putih kuning merah (RPH
Sukasada), dan Pura Puncak Mangu (RPH Petang),
Saat ini sudah terbit Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P. 22/Menhut – II/ 2012 tentang Penyediaan jasa lingkungan sarana wisata alam pada
Hutan Lindung. Dalam peraturan tersebut mengatur tentang pemanfaatan areal dan
jasa lingkungan. Proyeksi ke depannya perlu dibuatkan aturan yang mengatur secara
detail berupa Peraturan Menteri Kehutanan, yang bersifat khusus untuk pengaturan
pembagian pendapatan serta pengenaan iurannya. Pengembangan jasa lingkungan
secara rinci disajikan pada Tabel 4.3.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 92
Tabel 4.3 Jasa lingkungan di KPH Bali Tengah
RPH (RESORT POLISI HUTAN)
JASA LINGKUNGAN
WISATA AIR WISATA
KESEHATAN/ USADA
WISATA ALAM WISATA SPIRITUAL
1 2 3 4 5
Sukasada Air terjun bertingkat 3 (1Dusun Wita Jati di Desa Selat, 1 di Desa Batu Kasur) 1 air terjun Tiying Tali muara di Desa Sambangan), air terjun Tukad Api di Desa Wanagiri
Kelebutan air panas (Dusun Asah, Desa Wanagiri)
Jogging track, panorama hutan lindung yg indah
Pura Tirta Kuning dg 3 warna : putih, kuning dan merah di Desa Wanagiri
Banjar - - Jogging track, panorama hutan lindung yg indah
-
Kubutambahan Air terjun 3 buah dg warna pelangi di tengahnya di Desa Lemukih
- Tanaman purnajiwa yg berkasiat mengobati penyakit dalam
- Tanaman paradah penolak bala
Jogging track, panorama hutan lindung yg indah
-
Pupuan Air terjun di dekat Desa Balimbing
Tanaman Kesua dan pohon perada untuk menolak bala
Jogging track, panorama hutan lindung yg indah
Areal semedi, berjalan kaki menuju Puncak Sari
Penebel - Jogging track, panorama hutan lindung yg indah
- Wisata pendakian gunung Batukaru
Pura Tambawaras, Pura Muncak Sari, Pura Alas Kedaton, Pura Batukaru, Pura Taksu Agung, Pura Pucak Adeng dll
Candikuning Danau Beratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan
- Panorama indah di luar kawasan, jogging track dekat Desa Wisesa, dan Desa Pekarangan
Pura Ulundanu Beratan dan Pura Ulundanu Tamblingan
Petang - - Panorama kawasan hutan lindung yang indah
Jogging track menuju Puncak Mangu
Sumber : Dinas Kehutanan Prov. Bali. 2012. Kegiatan Identifikasi Pemanfaatan Kawasan dan Jasa Lingkungan Pada Hutan Lindung Tahun 2011
Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pemungutan hasil hutan bukan kayu yang dapat dilakukan di KPH Bali Tengah
adalah madu, jamur, buah-buahan, tanaman obat- obatan (brotowali, purnajiwa,
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 93
samiroto), rebung bambu, rasamala dan sebagainya. Pemungutan Hasil Hutan Bukan
Kayu pada hutan lindung ini tertuang secara rinci pada pasal 26 ayat (1), s/d (5) dari
Peraturan Pemerintah R I Nomor 3 Tahun 2008 tentang perubahan atas PP Nomor 6
Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatannya.
(3). Pemanfaatan Wilayah Tertentu
Pemanfaatan (wilayah tertentu) adalah suatu wilayah belum mempunyai ijin
yang pengelolaannya diberikan kepada KPH. Berdasarkan Peta Blok Petak Wilayah
KPH Bali Tengah Provinsi Bali (2012), penyebaran pemanfaatan wilayah tertentu
terdapat pada petak HL 19 (Kelompok Hutan Gunung Mungsu), HL 10 dan HL 37
pada Kelompok Hutan Gunung Silangjana, HL 27, HL 28, HL 49, HL 56, HL 33, HL
59, dan HL 58 pada Kelompok Hutan Gunung Batukaru
Program pemanfaatan (wilayah tertentu) dapat dikembangkan jasa lingkungan
karena mempunyai wilayah dekat dengan pura (blok khusus), dan topografinya terjal
serta pemandangan alam indah, seperti wisata tracking, wisata spiritual. Kondisi
seperti ini cocok dikembangkan pada petak HL 19, 10, 37, 27, 28, 49, 56, 33, 59.
Selain itu juga dikembangkan jasa lingkungan pada Kelompok Gunung Batukaru
pada petak HL 56, 58, 59 dan 33, yang mempunyai panorama indah, jasa pendakian
gunung, terdapat juga pura Batukaru, Pucak Kedaton, Pura Tambawaras, Taksu
Agung dll. Sedangkan pada pemanfaatan (wilayah tertentu)
pada petak HL 27, 28, 44, dan 49, dapat dikembangkan jasa lingkungan wisata
tracking, wisata air (Danau Beratan). Pada petak Hl 37 dan 10, jasa lingkungan yang
dapat dikembangkan adalah wisata alam dan wisata tracking karena memiliki
panorama indah. Pada Petak HL 19, pemanfaatan (wilayah tertentu) untuk jasa
lingkungan yang dapat dikembangkan adalah wisata spiritual karena disekitar wilayah
ini memiliki banyak pura.
Pada wilayah kelola juga dikembangkan pembibitan pada RPH Kubutambahan
yaitu pembibitan mahoni dan di wilayah Bedugul yang termasuk RPH Candikuning
dikembangkan pembibitan rasamala.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 94
4.3.2 Penggunaan Kawasan Hutan
Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dan hanya dapat dilakukan di dalam
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Sesuai dengan PP No. 24 tahun
2010 penggunaan kawasan hutan tersebut hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang
mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan, yang meliputi kegiatan: (a)
religi, (b) pertambangan, (c) instalasi pembangkit transmisi, dan distribusi listrik, serta
teknologi energi baru dan terbarukan, (d) pembangunan jaringan telekomunikasi,
stasiun pemancar radio, dan stasiun relay televisi, (e) jalan umum, jalan tol, dan jalur
kereta api, (f) sarana transportasi yang tidak dikatagorikan sebagai sarana transportasi
umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi, (g) sarana dan prasarana
sumberdaya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau
air limbah, (h) fasilitas umum, (i) industri terkait kehutanan, (j) pertahanan dan
keamanan, (k) prasarana penunjang keselamatan umum, atau (l) penampungan
sementara korban bencana alam.
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan No. P.5/VII-
WP3H/2012, ini dijelaskan bahwa penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan
izin pinjam pakai kawasan hutan dan dapat dilakukan dengan : (a) izin pinjam pakai
kawasan hutan dengan kompensasi lahan, untuk kawasan hutan pada provinsi yang
luas kawasan hutannya < 30% dari luas DAS, pulau, dan/atau provinsi, dengan
ketentuan kompensasi lahan dengan rasio minimal 1 : 1 untuk non komersial dan 1 : 2
untuk komersial; (b) izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi membayar
penerimaan negara bukan pajak, penggunaan kawasan hutan dan melakukan
penanaman dalam rangka rehabilitasi Daerah Aliran Sungai,. Untuk kawasan hutan
pada provinsi yang luas kawasan hutannya di atas 30% dari dari luas DAS, pulau,
dan/atau provinsi, dengan ketentuan : penggunaan untuk non komersial dikenakan
kompensasi membayar penerimaan negara bukan pajak, penggunaan kawasan hutan
dan melakukan penanaman dalam rangka rehabiltasi DAS dengan rasio 1 : 1,
sedangkan penggunaan untuk komersial dikenakan kompensasi membayar
penerimaan negara bukan pajak(PNBP) penggunaan kawasan hutan dan melakukan
penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS paling sedikit dengan
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 95
ratio 1 : 1; (c) izin pinjam pakai tanpa kompensasi lahan atau tanpa kompensasi
membayar PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) kawasan hutan dan tanpa
melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi dalam DAS dengan ketentuan hanya
untuk : kegiatan pertahanan negara, sarana keselamatan lalu lintas laut atau udara,
checkdam, embung, sabo, dan sarana meteorologi, klimatologi dan geofisika; kegiatan
survey dan eksplorasi
Izin pinjam pakai kawasan hutan diberikan oleh Menteri berdasarkan
permohonan. Untuk kepentingan pembangunan fasilitas umum yang bersifat non
komersial menteri dapat melimpahkan wewenang pemberian izin pinjam pakai
kawasan hutan dengan luasan tertentu kepada Gubernur. Selanjutnya tata cara dan
persyaratan permohonan penggunaan kawasan hutan tercantum dalam PP No. 24
tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
Pada kawasan KPH Bali Tengah, terdapat beberapa ijin penggunaan kawasan
yang digunakan oleh: PT Telkom, PT PLN Persero, Dinas PU Kabupaten Buleleng dan
LIPI. Untuk mengantisipasi berkembangnya penggunaan kawasan oleh pihak-pihak di
luar kehutanan maka proyeksi ke depan perlu dilakukan : (a) penggunaan kawasan
yang sudah disertai dengan ijin penggunaan kawasan harus dilakukan pengawasan
untuk menghindari kemungkinan terjadinya pelanggaran sesuai dengan ketentuan
yang sudah disepakati, (b) penggunaan kawasan yang belum mempunyai ijin
penggunaan, harus melengkapi ijin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain
itu sedapat mungkin perlu dilakukan pembatasan terhadap
penggunaan lain (perlu kajian yang mendalam dengan melampirkan dokumen Amdal,
sehingga luasan hutan tidak terus mengalami penurunan. Rencana Pemanfaatan dan
Penggunaan Kawasan hutan serta potensi pengembangan jasa lingkungan di Wilayah
KPH Bali Tengah disajikan pada Tabel 4.4.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 96
Tabel 4.4 Rencana Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan serta Potensi
Pengembangan Jasa Lingkungan di Wilayah KPH Bali Tengah.
NO. PEMANFAATAN/
CORE BISNIS/ PENGGUNAAN
KABUPATEN/ RPH
LUAS (HA)/LETAK
1 2 3 4
A Pemanfaatan/core bisnis
1 Hutan Desa (wilayah kelola dengan pemberdayaan masyarakat setempat)
Kabupaten Buleleng
RPH Kubutambahan, - 1790 ha (Ds. Galungan 712 ha, Ds Lemukih
988 ha, Desa Sudaji 90 ha)
RPH Sukasada
- 1.237 ha (Ds. Selat 522 ha, Ds. Ambengan 100 ha, Ds. Sambangan 120 ha, Ds. Silangjana 115 ha, Ds. Wanagiri 250 ha,)
Kabupaten Bangli
RPH Kubutambahan,
- 353 ha (Desa Pengejaran )
2 Jasa Lingkungan (wilayah kelola/wilayah tertentu)
Kabupaten Buleleng
Kubutambahan
a. Air terjun 3 buah dg warna pelangi di tengahnya di Desa Lemukih
b. Wisata alam : jogging track dan panorama hutan lindung yang indah.
Banjar Wisata alam : jogging track dan panorama hutan lindung yang indah
Sukasada
a. Wisata air : Air terjun bertingkat 3 (1Dusun Wita Jati di Desa Selat, 1 di Desa Batu Kasur) 1 air terjun Tiying Tali muara di Desa Sambangan), air terjun Tukad Api di Desa Wanagiri
b. Wisata alam : Jogging track, panorama hutan lindung yg indah Jogging track, panorama hutan lindung yg indah
c. Wisata spiritual : Pura Tirta Kuning dg 3 warna : putih, kuning dan merah di Desa Wanagiri.
Pura Tambawaras, Pura Muncak Sari, Pura Alas
Kedaton, Pura Batukaru, Pura Taksu Agung, Pura Pucak Adeng dll
Kabupaten Tabanan
Pupuan a. Wisata air : Air terjun di dekat Desa Balimbing b. Wisata kesehatan : Tanaman Kesua dan
pohon perada untuk menolak bala c. Wisata alam : jogging track dan panorama
hutan lindung yang indah d. Wisata spiritual : Areal semedi, berjalan kaki
menuju Puncak Sari
Penebel a. Wisata alam : Jogging track, panorama hutan lindung yg indah, Wisata pendakian gunung Batukaru, Pura Alas Kedaton, Pura Batukaru, Pura Taksu Agung dan Pura Pucak Adeng.
b. Wisata alam: Jogging track, panorama hutan lindung yg indah, Wisata pendakian gunung Batukaru
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 97
NO. PEMANFAATAN/
CORE BISNIS/ PENGGUNAAN
KABUPATEN/ RPH
LUAS (HA)/LETAK
1 2 3 4
Candikuning a. Pemanfaatan air (Danau Buyan, Tamblingan dan Beratan)
b. Wisata alam, jogging track dekat Desa Wisesa dan Desa Pekarangan
c. Wisata Spiritual (Pura Ulun Danu Beratan, Pura Ulun Danu Tamblingan, dll).
Kabupaten Badung
Petang a. Wisata alam, jogging track menuju Pura Pucak Mangu
b. Wisata Spiritual (Pura Pucak Mangu)
3 Wilayah Tertentu (Kebun Benih)
Kabupaten Buleleng
Kubutambahan Areal kebun benih mahoni
Kabupaten Tabanan
Bedugul (RPH
Candikuning) Areal kebun benih rasamala
B Penggunaan Kawasan
Kabupaten Buleleng dan Tabanan
Kubutambahan
Penebel
Candikuning
a. Yang berijin :
- PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Timur, Sub Region Bali/PLN Proyek Induk Jaringan Jawa Timur dan Bali (PIJTB), seluas 19,24 ha.
- Jalan dari Desa Sekumpul ke Banjar Bingin, seluas 0,910 ha
- PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Timur, Sub Region Bali/PLN Proyek Induk Jaringan Jawa Timur dan Bali (PIJTB), seluas 19,24 ha.
- PT PLN Wilayah XI di Denpasar, seluas 0,337 ha
- PT. Telkom (Kantor Telekomonikasi Bali di Denpasar, seluas 0,030 ha
- Kebun Eka Karya Bedugul, seluas 157,49 ha.
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Bali (2011), analisis data, dan pengamatan lapang
4.4. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,
produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap
terjaga (UU RI No. 41 tahun 1999). Selanjutnya dijelaskan bahwa rehabilitasi hutan
dan lahan ini diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi, penghijauan,
pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah secara
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 98
vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif. Kegiatan rehabilitasi ini
dilakukan di semua kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional
serta dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik. Dalam pelaksanaannya
rehabilitasi hutan dan lahan ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif dalam rangka
mengembangkan potensi dan pemberdayaan masyarakat.
Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya. Kegiatan ini meliputi : inventarisasi lokasi, penetapan lokasi
perencanaan, dan pelaksanaan reklamasi.
Dalam pemanfaatan kawasan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan
penanaman (dalam kegiatan rehabilitasi dan reklamasi), sangat perlu dipertimbangkan
kondisi biofisik wilayah terutama iklim (curah hujan), kelerengan, jenis tanah
(kepekaan tanah terhadap erosi, dan kedalaman tanahnya), dan pemilihan jenis
tanaman yang tepat sesuai spesifik biofisiknya, sehingga tanaman yang
dikembangkan tidak hanya sekedar tumbuh, tapi tumbuh subur dan dapat berfungsi
sebagaimana yang diharapkan.
Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisan pada KPH Bali
Tengah disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisan pada KPH
Bali Tengah
No RPH NO. RTK
TINGKAT KEKRITISAN LAHAN
JUMLAH SANGAT KRITIS
KRITIS AGAK KRITIS
POTENSIAL KRITIS
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Sukasada 1 - 50 540 - 590
2 - - 745 320 1.065
3 - 11 - - 11
4 - - 150 375 525
2. Banjar 2 - - 68 - 68
3. Kubutambahan 4 - - 860 1.730 2.590
3 - 403 - - 403
4. Pupuan 4 - - - 1986 1.986
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 99
No RPH NO. RTK
TINGKAT KEKRITISAN LAHAN
JUMLAH SANGAT KRITIS
KRITIS AGAK KRITIS
POTENSIAL KRITIS
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
5. Penebel 4 - - - 3270 3270
6. Candikuning 4 - 250 - 1.842 2.092
Total - 714 2.363 9.523 12.600
5.66 18.75 75.57
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali Tahun 2004
Berdasarkan data pada Tabel 4.5, menunjukkan bahwa wilayah KPH Bali
Tengah tergolong potensial kritis sebesar 75,57 %; agak kritis 18,75 % dan kritis
seluas 5,66 %. Beberapa penyebab terjadinya lahan kritis adalah kesalahan dalam
pengelolaan lahan (penggunaan lahan tidak sesuai dengan kemampuannya serta
tidak memenuhi kaidah konservasi tanah dan air), rendahnya penutupan vegetasi,
dan besarnya erosi.
Proyeksi kedepan rehabilitasi dan reklamasi lahan khususnya melalui reboisasi
dilakukan secara berkelanjutan tidak hanya pada lahan kritis saja, tetapi juga pada
lahan potensial kritis maupun setengah kritis, sehingga berkembangnya lahan kritis
dapat ditekan. Agar penanganan lahan kritis dapat dilakukan dengan lebih cepat dan
tepat sasaran, data tentang luas dan sebaran lahan lahan kritis di wilayah KPH Bali
Tengah perlu diperbaharui dengan kondisi yang terkini, karena berdasarkan laporan,
pendataan terakhir tentang lahan kritis ini dilakukan pada tahun 2004, namun masih
termuat dalam laporan 2008.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara ringkas analisis dan proyeksi
pengelolaan hutan di wilayah KPH Bali Tengah disajikan pada Tabel 4.6.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 100
Tabel 4.6 Analisis dan Proyeksi Pengelolaan Hutan di Wilayah KPH Bali Tengah
NO URAIAN ANALISIS PERMASALAHAN PROYEKSI
1 2 3 4
1 Managemen Pengelolaan Hutan
a. Belum mengikuti Permendagri No 61 Tahun 2010
b. Masih berada di Dinas Kehutanan Propinsi Bali sesuai Peraturan Daerah No. 2 tahun 2008 dan Peraturan Gubernur No. 102 tahun 2011
Penataan pemanfaatan kawasan, maka tugas KPH menjadi lebih kompleks, sehingga perlu dilakukan kajian untuk lebih memberikan ruang gerak pengembangan KPH ke depan
2 Tata Hutan dan Penyusunan rencana Pengelolaan Hutan
a. Tata Hutan a.Tata hutan sesuai fungsinya (hutan lindung) sudah mempunyai batas yang tegas (sudah ditetapkan batasnya)
b. Pembagian kawasan baru berdasarkan RTK dan RPH serta Blok (Blok inti, pemanfaatan, blok khusus) perlu lebih dirinci sehingga memudahkan untuk mengatur kesatuan managemen dan kesatuan administrasi.
a. Perlu dilakukan pengawasan secara terus menerus mengenai tapal batas
b. Pembagian kawasan ke dalam blok/petak yang lebih rinci sesuai dengan fungsi kawasan.
c. Perlu adanya penyelarasan antara arahan pemanfaatan dengan rancangan pembagian blok
b. Rencana Pengelolaan hutan
Rencana yang dibuat masih bersifat umum, dengan prioritas pada peruntukan kawasan (core business)
Perlu dibuat rencana tentang pemanfaatan kawasan secara lebih detil sesuai dengan potensi wilayah.
3 Pemanfaatan Hutan:
a. Pemanfaatan Hutan
a. Belum dilakukan penataan tentang pemanfaatan hutan
b. Di lapangan masih terjadi perambahan oleh masyarakat.
c. Masih ada potensi jasa lingkungan yang belum termanfaatkan.
a. Penataan perlu dilakukan b. Pemanfaatan hutan dengan
memberdayakan masyarakat sekitar hutan (pembentukan hutan desa).
c. Perlu dikembangkan pemanfaatan jasa lingkungan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 101
NO URAIAN ANALISIS PERMASALAHAN PROYEKSI
1 2 3 4
b. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui hutan desa.
b. Perlu dikembalikan fungsi hutan sebagai hutan lindung.
c. Mensejahterakan masyarakat disekitar hutan
a. Pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan, pendampingan, meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya lokal (kearifan lokal) dan teknologi tepat guna serta ramah lingkungan.
b. Dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan perlu bekerja sama dengan instasi terkait/stake holder/kemitraan.
c. Pemanfaatan (wilayah tertentu)
a. Pengelolaan hutan dilakukan oleh KPH karena belum mempunyai ijin
b. Mensejahterakan masyarakat disekitar hutan melalui jasa lingkungan seperti wisata alam, tracking, wisata air dan wisata spiritual.
a.Penataan pemanfaatan kawasan, maka tugas KPH menjadi lebih kompleks.
4 Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan
a. Keberhasilan Rehabilitasi dan Reklamasi belum maksimal
b. Masih adanya siasa lahan kritis yang perlu untuk di rehabilitasi
c. Guna menunjang keberhasilan perlu dilakukan pilot proyek dengan luasan tertentu.
a. Inventarisasi galian C dan lahan kritis (pemutakhiran data) dan inventarisasi lokasi penanaman
b. Melakukan reboisasi terus menerus terutama pada kawasan-kawasan yang tergolong kritis maupun semi kritis
c. Menggalakkan kebun bibit rakyat (KBR) di sekitar hutan dengan meningkatkan jumlah dan kualitas bibit
d. Pelaksanaannya dilakukan dengan memberdayakan masyarakat dan bekerja sama dengan stake holder
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 102
NO URAIAN ANALISIS PERMASALAHAN PROYEKSI
1 2 3 4
5 Perlindungan
Hutan dan
Konservasi Alam
a. Perlindungan dan konservasi alam belum berjalan dengan optimal
b. Masih ada pelanggaran, seperti perambahan, pencurian kayu, kebakaran, dan persertifikatan tanah hutan
a. Perlindungan hutan dan kawasan hutan perlu ditingkatkan
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas personil polisi hutan
c. Memberdayakan masyarakat dengan membentuk pecalang-pecalang swakarsa untuk pengamanan hutan dan kawasan hutan, membentuk kelompok-kelompok pemerhati kelestarian hutan di sekitar hutan.
d. Memasukkan pelestarian hutan dalam awig-awig desa adat sekitar hutan
e. Memasukkan ke dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal.
4.5 Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk : (a)
mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta
penyakit; dan (b) mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan
perorangan atas hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan. Dalam pelaksanaannya untuk menjamin supaya
perlindungan hutan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat harus
dilibatkan.
Keamanan hutan dan kawasan hutan perlu dijaga, maka setiap orang dilarang
untuk : (a) menduduki dan atau menggunakan kawasan hutan secara tidak sah; (b)
merambah kawasan hutan; (c) melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan
dengan radius atau jarak : 500 m dari tepi waduk atau danau, 200 m dari tepi mata
air dan kiri kanan sungai di daerah rawa, 100 m dari kiri kanan tepi sungai, 50 m dari
kiri kanan tepi anak sungai, 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang, 130 kali selisih
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 103
pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai; (d) membakar hutan; (e)
menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa
memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang; (f) menerima, membeli atau
menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan
yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau
dipungut secara tidak sah; (g) melakukan kegiatan penyelidikan umum atau
eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin
menteri; (h) mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi
bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan; (i) menggembalakan
ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud
tersebut oleh pejabat yang berwenang; (j) membawa alat-alat berat dan atau alat-alat
lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan
di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; (k) membawa alat-alat
yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam
kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; (l) membuang benda-benda yang
dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan
dan kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan (m) mengeluarkan,
membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi
undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang
berwenang. Di lapangan petugas yang berwenang untuk melakukan perlindungan
hutan dan kawasan hutan adalah polisi khusus yang dalam hal ini adalah polisi hutan
(Polhut).
Wilayah KPH Bali Tengah khususnya di wilayah RPH Sukasada (RTK 4,
Kelompok Gunung Batukaru), merupakan kawasan yang sangat rawan terhadap
bahaya kebakaran, hal ini disebabkan kesadaran masyarakat masih rendah dan
dekat jalan besar (pembuangan puntung rokok secara sengaja/tidak disengaja), serta
kecerobohan masyarakat dalam mencari madu di hutan.
Persertifikatan kawasan hutan di wilayah KPH Bali Tengah juga merupakan
masalah yang cukup rawan. Berdasarkan data persertifikatan kawasan hutan di
Provinsi Bali, bahwa di wilayah KPH Bali Tengah persertifikatan tersebut terjadi
pada 2 Kabupaten, yaitu: Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan (Gunung
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 104
Silangjana/RTK 3 sebanyak 6 unit seluas 2,6610 ha, Gunung Batukaru/RTK 4
sebanyak 12 unit seluas 1,51180 ha, RPH Candikuning sebanyak 3 pelanggaran
seluas 202,0 ha, dan RPH Sukasada terjadi 7 pelanggaran seluas 118,80 ha untuk
pensertifikatan tanah seluas 7,90 ha.
Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi antara lain disebabkan oleh tingkat
kesadaran masyarakat terhadap kelestarian hutan yang masih rendah meskipun
pengetahuan tentang pentingnya kelestarian hutan telah disampaikan melalui berbagai
penyuluhan. Penyebab lain terjadinya pelanggaran juga disebabkan oleh belum
optimalnya pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dalam perlindungan hutan dan
kawasan hutan. Selain itu juga disebabkan oleh penegakan hukum tidak tegas dan
minimnya personil polisi hutan.
Proyeksi ke depannya usaha perlindungan hutan harus terus ditingkatkan
dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan melalui: pembentukan kelompok-
kelompok pemerhati kelestarian hutan, dan perlu mengakomodir aturan tentang
kelestarian hutan ke dalam awig-awig desa adat/Pekraman yang berbatasan dengan
hutan, meningkatkan jumlah dan kualitas polisi hutan sesuai dengan luas dan
kerawanan kawasan (meningkatkan rasionalisasi antara polisi hutan dengan luas dan
kerawanan hutan). Perlindungan hutan juga perlu dilakukan dengan mengadakan
koordinasi dengan instansi terkait, seperti polisi dan TNI.
Penyelarasan antara rancangan Blok pada wilayah KPHL dengan arahan
pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK.
Penyelarasan antara rancangan Blok pada wilayah KPHL dengan Arahan
Pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK disajikan pada Tabel 4.7.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB IV - 105
Tabel 4.7 Penyelarasan antara rancangan Blok pada wilayah KPHL dengan Arahan Pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK
ARAHAN PEMANFAATAN PADA KAWASAN HUTAN MENURUT RKTN/RKTP /
RKTK
PEMBAGIAN BLOK PADA WILAYAH KPHL
KETERANGAN
1 2 3
BLOK PADA WILAYAH KPHL YANG BERFUNGSI HUTAN LINDUNG
Kawasan untuk Rehabilitasi BLOK INTI :
Pada blok inti hanya dimanfaatkan sebagai hutan lindung atau hutan virgin dan tidak diperkenankan terdapat kegiatan dalam bentuk apapun, kecuali hanya merupakan kawasan rehabilitasi dan perlindungan tata air.
Kawasan Rehabilitasi (dalam RKTN/RKTP/RKTK)menjadi acuan awal dalam merancang blok yang dapat berupa blok inti, blok Pemanfaatan dan blok khusus pada hutan lindung sesuai dengan potensi yang ada.
BLOK PEMANFAATAN :
Untuk blok pemanfaatan pada hutan lindung tetap bersifat terbatas, yaitu sebagai pengembangan jasa lingkungan, wisata alam, dan potensi hasil hutan non kayu (budidaya lebah madu, tanaman obat/biofarmaca, pemungutan hasil hutan non kayu (madu, buah).
BLOK KHUSUS :
Blok khusus meliputi kawasan-kawasan suci (Pura), Kebun Raya Eka Karya Bedugul dan kawasan lainnya yang ditetapkan sebagai blok khusus.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 106
BAB V. RENCANA KEGIATAN
Rencana kegiatan ini disusun dalam rencana pengelolaan jangka panjang
(10 tahun yaitu dari tahun 2014 -2023). Rencana kegiatan yang disusun adalah dalam
kerangka untuk dapat mencari/ dapat digunakan untuk menentukan core bussines,
terutama dalam pengembangan pemanfaatan kawasan hutan, dan jasa lingkungan.
Di wilayah KPH Bali Tengah pemanfaatan hutan pada Hutan Lindung, dapat
dilakukan melalui kegiatan : dikembangkan adalah : (a) pemanfaatan wilayah kelola,
yang meliputi : (a) pemanfaatan kawasan, (b) pemanfaatan jasa lingkungan atau,
(c) pemungutan hasil hutan bukan kayu.
Berdasarkan deskripsi wilayah baik bio fisik dan social ekonomi dan budaya
yang mengacu pada analisis maka disusunlah Rencana Pengelolaan Hutan ini.
Rencana kegiatan ini merupakan rencana strategis pengelolaan hutan yang
antara lain memuat : inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya,
pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, pemberdayan masyarakat, pembinaan dan
pemantauan, penyelenggaraan rehabilitasi dan reklamasi, penyelenggaraan
perlindungan hutan, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang
ijin, koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stake holder terkait, penyediaan dan
peningkatan kapasitas SDM, penyediaan pendanaan, pengembangan data base,
rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan, dan pengembangan
investasi. Terinci, rencana kegiatan Strategis selama jangka waktu Rencana
Pengelolaan Hutan
1. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya.
Inventarisasi sangat penting dilakukan untuk dapat mengetahui potensi kawasan
hutannya, yang meliputi jenis flora dan fauna, inventarisasi tegakan, jenis dan jumlah
pohon per hektar, dsb yang akan sangat menunjang pengembangan KPH ke depan.
Sedangkan penataan kawasan hutan adalah merupakan salah satu factor penting
dalam hal kepastian kawasan dari sisi hukum.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 107
Rencana kegiatan strategisnya meliputi:
a. Inventarisasi kawasan hutan dan potensi pengenbangannya.
b. Pengurusan ijin ( SK kerjasama )
c. Pendampingan (Penyuluhan dan unit percontohan/demplot)
d. Rekonstruksi batas kawasan hutan
e. Pemeliharaan batas kawasan hutan
f. Pembagian Blok dan Petak
g. Penataan batas pada wilayah pemanfaatan ( hutan Desa )
2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu.
Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik
bagi pihak ketiga, untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya. Oleh karena belum
menarik bagi pihak ketiga, maka wilayah tertentu ini menjadi kewenangan bagi KPH
untuk mengelolanya. Adapun jenis kegiatan strategis yang dapat dikembangkan pada
wilayah kelola ini adalah :
a. Pengembangan budi daya tanaman obat
b. Pengembangan tanaman di bawah tegakan
c. Pengembangan lebah madu
d. Penangkaran satwa
e. Pengembangan wisata relegi
f. Pengembangan wisata air
g. Pengembangan wisata Pendakian / traking
h. Pemungutan hasil hutan bukan kayu
3. Pemberdayaan masyarakat
Untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil, dilakukan
pemberdayaan msyarakat setempat, melalui pengembangan kapasitas dan pemberian
akses dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Kegiatan strategis dalam
pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui :
a. Hutan Desa
b. Pelibatan masyarakat dalam pemanfaatan kawasan (bawah tegakan)
c. Pelibatan masyarakat dalam perlindungan dan pengamanan hutan
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 108
d. Pembentukan pengamanan hutan swadaya masyarakat (pecalang wana)
e. Membentu kelompok – kelompok konservasi dan pelestarian hutan
f. Mencantumkan aturan-aturan pelestarian alam dan lingkungan khususnya
kawasan hutan dalam aturan adat dalam bentuk perarem atau awig – awig, pada
desa-desa yang berbatasan dg kawasan hutan.
4. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan
pada areal yang berijin ; dan Rencana pembinaan dan pemnatauan pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan pada areal KPH.
Pembinaan dan pemantauan dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya
pengelolaan hutan yang efektif sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk itu
kegiatan yang dilakukan dalam bentuk pembinaan dan pemantauan tersebut adalah :
a. Melakukan pembinaan dan pemantauan secara berkesinambungan tentang
rehabilitasi
b. Memberikan pedoman, bimbingan, pelatihan , arahan, dalam pemanfaatan
kawasan hutan
c. Melakukan pendampingan dalam pelaksanaan Rehabilitasi
d. Melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi maupun LSM terkait
e. Melakukan monitoring secara berkala untuk memperoleh data dan informasi
tentang pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
f. Melakukan evaluasi secara periodic, berdasarkan hasil pe,binaan dan
pemantauan.
5. Rehabilitasi pada areal kerja di luar izin.
Untuk wilayah kawasan hutan di KPH Bali Tengah, belum ada dikeluarkan izin yang
resmi / legal. Pada saat ini yang masih dalam proses menunggu keluarnya izin adalah
pengelolaan hutan desa dalam bentuk HPHD (Hak Pengelolaan Hutan Desa). Oleh
karena itu maka pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan oleh KPH pada seluruh
wilayah Hutan Lindung yang dimiliki. Adapun kegiatan yang dilakukan terkait dengan
Rehabilitasi ini adalah berupa :
a. Reboisasi
b. Penghijauan (dalam penyediaan bibit bagi masyarakat)
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 109
c. Pengkayaan Tanaman.
6. Pembinaan dan pemantauan Rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal yang
berijin.
Sampai saat ini belum ada wilayah di KPH Bali Tengah yang telah mengantongi izin
secara resmi. Oleh karena itu kegiatan ini belum dapat dilakukan secara penuh.
Namun demikian jika sudah ada yang memiliki ijin, maka kegiatan yang dilakukan :
a. Melakukan koordinasi dengan pemegang ijin
b. Memberikan pedoman, bimbingan, arahan dalam rehabilitasi
c. Melakukan monitoring secara berkala baik terhadap administrasi maupun
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi di lapangan
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan secara berkesinambungan tentang
rehabilitasi
e. Melakukan evaluasi secara periodic berdasarkan monitoring dan pemantauan
yang dilakukan.
7. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan hutan dan konservasi alam
Perlindungan hutan adalah upaya untuk membatasi kerusakan hutan yang disebabkan
oleh manusi, hewan, ternak, hama dan penyakit serta daya- daya alam lainnya.
Dalam kerangka mencegah dan membatasi kerusakan hutan ini, ada beberapa
kegiatan strategis yang dapat dilakukan antara lain :
a. Melakukan tindakan pencegahan melalui penyuluhan, koordinasi maupun patrol.
b. Membentuk pengamanan hutan swakarsa dg pelibatan masyarakat adat
(pecalang wana)
c. Membentuk pos-pos pemantau
d. Melakukan patrol secara berkelanjutan
e. Membuat bak-bak penampungan air, guna mengantisipasi kebakaran hutan
f. Melengkapi sarana dan prasarana pengamanan hutan
g. Melindungi flora dan fauna langka yang ada dalam kawasan hutan
h. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber air, kawasan suci / pura
i. Bantuan dana pengamanan hutan bagi Desa Adat / Pakraman yang berbatasan
dengan kawasan hutan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 110
j. Memasukkan aturan pengamanan hutan dalam awig-awig / perarem di Desa
Adat/Pakraman yang berbatasan dengan kawasan hutan.
k. Bekerjasama dengan masyarakat adat guna melindungi kawasan hutan yang
masih lestari untuk memperoleh hasil non kayu berupa Oksigen dan air, dalam
rangka meningkatkan nilai tambah kawasan hutan.
8. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin
Koordinasi dan sinkronisasi sangat penting dilakukan guna menghindari terjadinya
konflik kepentingan dalam sebuah wilayah. Koordinasi dan sinkronisasi ini dapat
dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti :
a. Mengadakan pertemuan – pertemuan baik formal maupun informal
b. Melakukan kerjasama di berbagai hal yang dibutuhkan
c. Melakukan koordinasi dan sinkrtonisasi terhadap program dan kegiatan yang akan
dilakukan.
d. Melakukan koordnasi dan sinkronisasi untuk mengindari terjadinya tumpang tindih
batas kawasan
9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.
Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang aktivitas ini adalah berupa :
a. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Dinas Kehutanan Propinsi / KPH
Bali Tengah tentang program-program yang dilakukan ( selalu mengikuti program
kehutanan )
b. Melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait, misalnya dengan Perguruan
Tinggi dan LSM dalam rangka pendampingan
c. Melakukan kegiatan rehabilitasi bersama masyarakat maupun LSM
d. Memberikan bantuan bibit tanaman untuk mencegah terjadinya erosi dan
memperluas daerah tutupan tanah
e. Melakukan pertemuan formal maupun informal untuk menyamakan persepsi
10. Rencana Penyediaan dan Peningkatan kapasitas SDM
Sumber daya manusia adalah salah satu factor penting dalam sebuah organisasi.
Namun demikian jika dilihat organisasi KPH Bali Tengah sampai saat ini tidak memiliki
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 111
satu pun sarjana Kehutanan yang dapat menjadi andalan dalam hal teknis. Tenaga
yang ada adalah dari disiplin ilmu lain yang menimba pengalaman bekerja di
kehutanan. Namun saat ini, sudah dibantu oleh Kementrian Kehutanan dengan
menempatkan tenaga dari tamatan SMK Kehutanan sebanyak 4 (empat) orang dan
tenaga Basarhut sebanyak 3 (tiga ) orang. Hal ini merupakan tenaga andalan
terutama menyangkut teknis Kehutanan. Namun demikian kesiapan tenaga pegawai
di KPH Bali Tengah memang terus dipacu melalui kegiatan :
a. In house training, melalui diskusi dan pemberian tugas-tugas lapangan
b. Kursus-kursus / pelatihan formal melaui Diklat
c. Diskusi-diskusi melalui rapat-rapat
d. Mencari dan mengunduh pedoman-pedoman / peraturan perundangan
e. Melakukan studi banding
f. Melakukan koordinasi dengan kementrian guna bias menambah tenaga fungsional
tertentu yang saat ini sudah semakin berkurang, seperti tenaga Polhut dan
Penyuluh Kehutanan.
11. Penyediaan Pendanaan.
Sumber pendanaan bagi KPH Bali Tengah adalah murni dari APBD Propinsi Bali, yang
sudah digulirkan sejak tahun 2008 sampai saat ini. Bahkan Kepala UPT KPH Bali
Tengah sudah menjadi Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ). Sejak 2014 ini dana
APBD (dari Dana Alokasi Khusus) sdh langsung dikelola oleh KPH di Bali.
Selengkapnya jumlah pendanaan yang dikelola KPH Bali Tengah dari tahun
2008 – 2014 adalah Sbb ;
a. Tahun 2008 jumlah anggaran yang dikelola sebesar Rp. 193.008.000,-
b. Tahun 2009 jumlah anggaran yang dikelola sebesar Rp 204 333.000,-
c. Tahun 2010 jumlah anggaran yang dikelola sebesar Rp 243.284.000,-
d. Tahun 2011 jumlah anggaran yang dikelola sebesar Rp. 254 148,750,-
e. Tahun 2012 jumlah anggaran yang dikelola sebesar Rp 488 169.000,-
f. Tahun 2013 jumlah anggaran yang dikelola sebesar Rp 576 327.000,-
g. Tahun 2014 jumlah anggaran yang dikelola sebesar Rp. 1.412 547.000,-
Pendanaan dana itu adalah murni dari APBD, padahal menurut pasal 10 PP Nomor
6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan dan
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 112
Pemanfaatan hutan, dinyatakan bahwa dana bagi pembangunan KPH bersumber
dari : APBN , APBD, dan /atau Dana-dana lain yg tidak mengikat, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
12. Pengembangan data base
Kegiatan yang strategis untuk mendukung pengembangan database ini dapat berupa :
a. Perlu pengembangan data inventarisasi pemanfaatan jasa lingkungan, untuk
memudahkan melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian yang
meliputi lokasi pengembangan, jenis jasa lingkungan, stakesholder yang
mengelola dan sistem pembagian hasilnya.
b. Dalam rangka menggali potensi untuk mendapatkan core business, sangat perlu
dilakukan langkah lebih lanjut untuk bias menentukan jenis usaha dan kelayakan
usaha yang dilakukan dengan menyusun FS( Feasibility Study).
13. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola
Konsep pengelolaan hutan lestari menegaskan perlunya organisasi unit pengelolaan
hutan yang rasional, efektif dan efisien. Pada saat ini organisasi KPH mengikuti
struktur seorang KKPH menbawahi seorang Tata Usaha dan dua orang Kepala Seksi ,
yang ketiganya tidak mempunyai hubungan heirarkhi organisasi territorial tetapi hanya
bertugas secara fungsional. Sifat pembantuan ini tetap dapat dipertahankan dalam
tupoksi yang baru. Dalam rasionalisasi organisasi dan wilayah KPH, seorang kepala
seksi dapat membantu tugas Kepala KPH dalam mengawasi pekerjaan para kepala
RPH. Saat ini jenjang pengawasan seorang kepala KPH terhadap RPH adalah
1 : 8 orang, yang dari kaidah organisasi terlalu berat. Dengan menggunakan jenjang
pengawasan atasan kepada bawahan 1 : 4 – 6 orang, maka seorang kepala seksi di
KPH Bali Tengah dapat berfungsi sebagai koordinator di 4 RPH..
14. Review Rencana Pengelolaan
Melakukan review rencana pengelolaan yang dilakukan setiap 5 (lima) tahun atau
dilakukan berdasarkan evaluasi terhadap rencana pengelolaan hutan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB V - 113
15. Pengembangan investasi
Pengembangan investasi dapat dilakukan pada daerah –daerah yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan. Namun demikian dalam pengembangan investasi ini
sangat diperlukan adanya kajian dari sisi ekonomis apakah layak melakukan usaha di
tempat tersebu maupun jenis usahanya. Penyajian potensi disini hanyalah melihat
dari struktur fisik wilayah yang dikaitkan dengan pengalaman di tempat lain. Adapun
jenis usaha yang dipandang cocok untuk dikembangkan adalah :
a. Pemanfaatan kawasan ( HL ) berupa pengembangan budi daya tanaman obat,
pengembangan tanaman di bawah tegakan, dapat dikembangkan di wilayah RPH
Petang, Kubutambahan, Sukasada, Pupuan , Candikuning
b. Pemanfaatan jasa Lingkungan, berupa wisata air, wisata relegi, Pendakian
gunung/trecking, Penangkaran satwa, dapat dikembangkan di wilayah RPH
Sukasada, Kubutambahan, Penebel, Petang, Pupuan
c. Pemungutan hasil hutan bukan kayu, berupa pengembangan budidaya lebah
madu, bambu,
d. Pengembangan Hutan Pendidikan, bekerja sama dengan Universitas dalam
rangka membantu proses pembelajaran tentang hutan dan kehutanan di Bali,
dapat dilakukan di wilayah RPH Candikuning, Sukasada
e. Pembuatan kebun benih, dapat dilakukan di wilayah RPH Candikuning
f. Pengembangan hutan Desa, dapat dikembangkan di wilayah RPH Sukasada,
Kubutambahan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VI - 114
BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian dimaksudkan untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan hutan yang efektif sesuai tujuan yang ditetapkan
dan sesuai PP No. 6 Tahun 2007, dan sistem pengelolaan hutan yang sudah baik
hendaknya terus dibina sehingga hutan lestari dan masyarakat sejahtera tercapai.
Adapun isi PP No. 6 tahun 2007 bahwa :
1. Untuk tertibnya tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, serta
pemanfaatan hutan :
a. Menteri berwenang membina dan mengendalikan kebijakan hutan desa
yang dilaksanakan oleh Gubernur dan/atau Bupati/Walikota
b. Gubernur berwenang membina dan mengendalikan/mengawasi kebijakan
hutan desa yang dilaksanakan oleh Bupati/Walikota.
2. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya melakukan
pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan yang dilaksanakan oleh
kepala KPH, pemanfaatan hutan, dan/atau pengelolaan hasil hutan
3. Pembinaan yang dilakukan meliputi : (a) pedoman, (b) bimbingan, (c) pelatihan,
(d) arahan, dan/atau (e) supervisi.
4. Pedoman ditujukan terhadap pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan.
5. Bimbingan ditujukan terhadap penyusunan prosedur dan tata kerja.
6. Pelatihan ditujukan terhadap sumberdaya manusia dan aparatur.
7. Arahan mencakup kegiatan penyusunan rencana dan program.
8. Supervisi ditujukan terhadap pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan.
Pembinaan yang sudah baik perlu juga pengawasan agar tetap terjaga
kelestarian hutan diwilayah KPH tersebut. Pengawasan dapat dilakukan
berjenjang sesuai dengan tugas dan fungsi hierarki keorganisasian yang sudah
ada.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VI - 115
Pengendalian perlu dilakukan dan dicarikan solusi, dengan mengetahui
akar permasalahan. Pengendalian yang diberikan meliputi kegiatan : monitoring
dan/atau evaluasi. Monitoring merupakan kegiatan untuk memperoleh data dan
informasi, kebijakan, dan pelaksanaan pengelolaan hutan. Evaluasi merupakan
kegiatan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pengelolaan hutan lestari, yaitu:
tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan
yang dilakukan secara periodik disesuaikan dengan jenis perijinannya.
Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dokumen
rencana pengelolaan UPT KPH Bali Tengah, maka diperlukan upaya pembinaan,
pengawasan dan pengendalian secara berjenjang sesuai dengan norma, standar,
prosedur dan kriteria pengelolaan hutan KPH, sebagai berikut :
1. Menteri Kehutanan melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan
teknis atas penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan
hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan dan perlindungan hutan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL).
2. Menteri dapat menugaskan Gubernur untuk melakukan pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan teknis.
3. Gubernur menugaskan Kepala Dinas Kehutanan untuk melakukan pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan baik teknis maupun operasional.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VII - 116
BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pemantauan adalah proses pengamatan data dan fakta yang
pelaksanaannya dilakukan secara periodik dan terus menerus terhadap berbagai
masalah yang ada, baik faktor luar dan kendala yang dihadapi. Pemantauan
adalah bagian dari pengendalian/pengawasan, hal tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan terhadap
keberhasilan rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan bertujuan untuk
memantapkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Evaluasi adalah proses pengamatan dan analisis data dan fakta yang
pelaksanaannya dilakukan menurut kepentingannya dalam proses pengelolaan
mulai dari penyusunan rencana program, pelaksanaan program dan
pengembangan program pengelolaan. Evaluasi bertujuan untuk memperbaiki
sistem perangkat pengelolaan yang belum baik yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian hutan. Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan pengelolaan hutan lestari, yaitu tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan serta pemanfaatan secara periodik disesuaikan dengan jenis
perijinannya.
Pelaporan untuk melaporkan segala kegiatan yang terkait dengan rencana
pengelolaan hutan, dengan tujuan segala permasalahan atau kendala yang ada
dapat diketahui oleh yang berwenang. Adapun jenjang pelaporan adalah:
1. Menteri Kehutanan melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan
tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan
hutan yang dilakukan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) ;
2. Menteri dapat menugaskan Gubernur untuk melakukan pemantauan dan
evaluasi
3. Gubernur menugaskan Kepala Dinas Kehutanan untuk melakukan pemantauan
dan evaluasi.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VII - 117
4. Pelaporan dibuat oleh KPH dan disampaikan kepada Kepala Dinas, yang
selanjutnya kepala Dinas melaporkan kepada Gubernur dan Menteri, terhadap
hal-hal yang memang dipandang perlu untuk dilaporkan.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VIII - 118
BAB VIII. PENUTUP
8.1. Simpulan
Berdasarkan hasil kajian maka, beberapa kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
1. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan di KPH Bali Tengah memuat tentang
pemanfaatan hutan yaitu : pemanfaatan wilayah kelola dan pemanfaatan
wilayah tertentu.
2. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa pemanfaatan wilayah kelola
terdiri dari hutan desa, pengembangan jasa lingkungan.
3. Hutan Desa yang akan dikembangkan di KPH Bali Tengah adalah seluas 2.592
ha, yang tersebar di 2 RPH, yaitu RPH Kubutambahan seluas 1.790 ha, RPH
Sukasada seluas 802 ha.
4. Pemanfaatan jasa lingkungan yang dapat dikembangkan adalah adanya
panorama yang indah di RPH Penebel, RPH Banjar, RPH Kubutambahan, RPH
Candikuning, RPH Pupuan, dan RPH Sukasada. Wisata alam, jogging track,
wisata spiritual antara lain : Pura Tambawaras, Muncaksari, Pucak Kedaton,
Pura Batukaru, Pura Taksu Agung (RPH Penebel), Pura Pucak Adeng, Pura
Pucak Padangdawa, Pura Ulundanu Beratan, Pura Ulundanu Tamblingan, Pura
Ulundanu Buyan (RPH Candikuning), Pura Pucak Mangu (RPH Petang), Pura
Tirta Kuning di RPH Sukasada, dan Pura Pucaksari di RPH Pupuan.
5. Penggunaan kawasan di wilayah KPH Bali Tengah terdiri dari : PT PLN
(Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Timur, Sub Region Bali/PLN Proyek
Induk Jaringan Jawa Timur dan Bali (PIJTB) seluas 19,24 ha pada hutan
lindung kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK 2) dan kelompok Gunung
Batukaru (RTK4), PT PLN Wilayah XI Denpasar seluas 0,337 ha pada
kawasan Hutan Taman Wisata Alam (TWA) Kabupaten Tabanan, PT Telkom
(Kantor Telekomunikasi Bali di Denpasar) seluas 0,030 ha pada hutan Taman
Wisata Alam Bedugul, Kabupaten Tabanan, pembuatan jalan dari Desa
Sekumpul ke Br. Bingin seluas 0,910 ha pada hutan lindung Desa Galungan
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VIII - 119
Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Selain itu digunakan juga sebagai
Kebun Raya Eka Karya Bedugul seluas 157,49 ha pada hutan Taman Wisata
Alam, Candikuning Bedugul Kabupaten Tabanan dan Buleleng, penggunaan
pembangkit listrik tenaga panas (PLTP) Bedugul seluas 28,60 ha pada
kawasan hutan lindung dan hutan konservasi yaitu: Cagar Alam Batukaru,
Cagar Alam Gunung Tapak, Cagar Alam Gunung Pohen dan Cagar Alam
Gunung Lesung.
6. Pembentukan hutan desa pada blok pemanfaatan di KPH Bali Tengah seluas
3.200 ha tersebar pada: (1) RPH Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng meliputi : Desa Galungan seluas 712 ha (tahun 2010)
pada petak HL 5, Desa Lemukih seluas 988 ha (tahun 2010) pada petak HL 39,
Desa Sudaji seluas 90 ha (tahun 2010) pada petak HL 29, (2). Pada RPH
Sukasada Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng meliputi Desa Selat
seluas 552 ha (tahun 2010) pada petak HL 14, Desa Ambengan seluas 100 ha
(tahun 2011) pada petak HL 21, Desa Sambangan seluas 120 ha (tahun 2011)
pada petak HL 18, Desa Silangjana seluas 115 ha (tahun 2011) pada petak HL
29 dan Desa Wanagiri seluas 150 ha (tahun 2010) pada petak HL 20. Di
Kabupaten Bangli juga terdapat hutan desa pada RPH Kubutambahan,
Kecamatan Kintamani, Desa Pengejaran seluas 353 ha (tahun2012) pada petak
HL 42.
8.2. Saran-Saran :
1. Untuk wilayah RTK 1 ( Puncak Landep ) perlu dilakukan reboisasi secara
intensip sehingga dapat memenuhi fungsinya sebagai kawasan hutan lindung..
2. Hutan bambu yang berada di kawasan Hutan Lindung KPH Bali Tengah seluas
65 hektar perlu dipertahankan status fungsinya sebagai kesatuan ekosistem
Hutan Lindung agar fungsi pokoknya sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan dapat dipertahankan dan tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku, dengan cara memperkaya tanaman yang berfungsi konservasi.
3. Untuk daerah pemukiman yang berada disekitar kawasan hutan lindung
terutama di kawasan hutan Munduk Andong perlu penguatan/revitalisasi aturan
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VIII - 120
perundang-undangan yang berlaku dan mempertegas batas hutan lindung
dengan membuat pal batas permanent sebagai blok penyangga.
Disarankan agar dalam blok penyangga dikelola oleh Universitas Udayana
bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi/ UPT KPH Bali Tengah, (dalam
bentuk Hutan Pendidikan), agar kawasan hutan lindung tetap lestari dan
masyarakat sejahtera. Masyarakat pemukiman dapat diberdayakan agar
mereka lebih sejahtera sesuai dengan himbauan Kemenhut Ajak Perguruan
Tinggi Kembangkan Hutan Pendidikan (Bali Post Selasa Paing, 8 Pebruari
2011).
4. Untuk rencana kegiatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan panas bumi (PLTP Geothermal) di kawasan hutan lindung harus
memiliki komitmen bersama untuk menolak karena sangat menyengsarakan
masyarakat yang bermukim di Bali dikemudian hari.
5. Untuk kawasan Kebun Raya Raya Ekakarya Candikuning masih tetap didukung
karena merupakan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Ekakarya
Bali-LIPI.
6. Untuk pengembangan obyek wisata TWA Bedugul yang meliputi kawasan
danau Beratan, Buyan dan Tamblingan perlu didukung dibawah pengawasan
BKSDA untuk memfasilitasi kegiatan pariwisata sebagai wisata alam asalkan
tidak merusak bentang alam disekitar kegiatan TWA sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Untuk wisata alam yang berada di kawasan Batukaru (RTK 4) seperti tracking,
hiking, air terjun perlu dikembangkan dengan memperhatikan dan
mempertahankan kawasan-kawasan suci seperti kawasan hutan lindung
sendiri, sumber-sumber air (Beji) danau, pura, dan perlu dilakukan rehabilitasi
dan restorasi dan pengamanan DAS bagian hulu agar potensi air masih tetap
dapat dilestarikan.
8. Untuk menunjang kegiatan pariwisata perlu dikembangkan Desa Wisata
dengan aturan desa adat atau awig-awig desa yang telah disusun secara akurat
agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.
PEMERINTAH PROVINSI BALI D I N A S K E H U T A N A N UPT KPH B A L I TENGAH
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB VIII - 121
9. Masalah pemberian ijin seperti ijin-ijin pemanfaatan kawasan hutan lindung baik
yang berada di wilayah kelola, wilayah tertentu dan wilayah lainnya perlu
mempertimbangkan kelestarian sumberdaya hutan dan sumber daya alamnya
(tanah, air dan udara) seperti yang termuat dalam UU No. 41/1999 tentang
Kehutanan dan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungannya.
RPH RTK BLOK
1 2 5 6 7 8 9
I 1
Rasionalisasi luas dan Organisasi
RPH
Seluruh RPH 7 RPH 2015-2020 APBD
Rasionalisasi Personil RPH Seluruh RPH 8 RPH 2014-2016 APBD
Peningkatan prasarana dan sarana Seluruh RPH/KPH 9 unit 2014 - 2023 APBD dan APBN
Peningkatan Kualitas SDM Seluruh RPH/KPH 9 paket 2014 - 2023 APBD dan APBN
1
RPH. Banjar RTK 2 Gn Mungsu, RTK 4
Gn Batukaru
Seluruh Blok 11.37 Km 2015 APBD dan APBN
RPH Kubutambahan RTK. 3 Gn Silangjana,
RTK 4 Gn Batukaru
dan,RTK 5 Mdk
Pengejaran
Seluruh Blok 96.89 Km 2015 APBD dan APBN
RPH. Sukasada RTK. 1 Puncak Landep,
RTK 2 Gn Mungsu, RTK 3
Gn Silangjana dan RTK 4
Gn Batukaru
Seluruh Blok 79.54 Km 2017-2018 APBD dan APBN
RPH. Candikuning RTK. 4 Gn Batukaru Seluruh Blok 54.36 Km 2016-2019 APBD dan APBN
RPH. Petang
RPH Penebel
RPH Pupuan
RTK. 4 Gn Batukaru
Seluruh Blok 48.94 Km 2016-2018 APBD dan APBN
2 PENYUSUNAN RENCANA
PENGELOLAAN TAHUNAN
KPH Bali Tengah 10 JUDUL 2014-2023 APBD dan APBN
III PEMANFAATAN 1
RPH Petang RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 30 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Kubutambahan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 20 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Sukasada RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 50 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Pupuan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 10 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Candikuning RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola n tertentu) 50 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Sukasada RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 100 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Banjar RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 30 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Kubutambahan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 50 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Petang RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 20 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
RPH Pupuan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 30 Ha 2015-2023 APBD dan APBN
2
RPH Sukasada RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 2 Obyek Wisata 2015 APBD dan sumber lain
RPH Kubutambahan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2015 APBD dan sumber lain
RPH Sukasada RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2016 APBD dan sumber lain
RPH Penebel RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 6 KHDTK 2018 APBD dan sumber lain
RPH Sukasada RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2017 APBD dan sumber lain
RPH Banjar RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2017 APBD dan sumber lain
RPH Pupuan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2016 APBD dan sumber lain
RPH Kubutambahan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2016 APBD dan sumber lain
RPH Penebel RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2017 APBD dan sumber lain
RPH Candi kuning RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2017 APBD dan sumber lain
RPH Petang RTK 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2015 APBD dan sumber lain
RPH Sukasada RTK.4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2015 APBD dan sumber lain
RPH Kubutambahan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Obyek Wisata 2015 APBD dan sumber lain
MATRIKS RENCANA KEGIATAN UPT.KPH BALI TENGAH 2014-2023
II
NO
TATA HUTAN DAN
PENYUSUNAN
RENCANA
PENGELOLAAN
HUTAN
PROGRAM KETERANGANSUMBER DANAWAKTU
PELAKSANAANSATUANVOL
LOKASIKEGIATAN
4
Rekontruksi batas luar (Tata batas
blok dan petak) serta Pemeliharaan
batas
3
REKONTRUKSI BATAS
MANAJEMEN
PENGELOLAAN
HUTAN
RASIONALISASI ORGANISASI KPH
Pendakian/ Tracking
Pengobatan/Usada
PEMANFAATAN KAWASAN (HL)
Pengembangan Budidaya Tanaman
Obat
Pengembangan Tanaman bawah
tegakan
PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN (HL)
Wisata Air
Wisata Religi
RPH RTK BLOK
1 2 5 6 7 8 9
NO PROGRAM KETERANGANSUMBER DANAWAKTU
PELAKSANAANSATUANVOL
LOKASIKEGIATAN
43
3
Pemungutan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HL) berupa tanaman bambu
RPH Candi kuning RTK 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 1 Unit 2016 APBD dan sumber lain tan bambu ± 40
ha
RPH Kubutambahan RTK.4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 10 Unit 2015-2023 APBD
RPH Pupuan RTK.4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 5 Unit 2015-2023 APBD
RPH Sukasada RTK.4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 10 Unit 2015-2023 APBD
4
RPH Sukasada RTK.4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 250 Ha 2016-2023 APBD dan APBN
RPH Kubutambahan Rtk 4. Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 200 Ha 2016-2023 APBD dan APBN
RPH Penebel RTK.4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 100 Ha 2016-2023 APBD dan APBN
RPH Pupuan RTK.4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 100 Ha 2016-2023 APBD dan APBN
1
RPH Candikuning RTK 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil tertentu) 150 Ha 2016 APBD
1
Pembuatan Kebun Benih RPH Candikuning RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 1 KB 2016-2023 APBD dan APBN Kerjasama
Kebun Raya Eka
Karya
2
RPH Sukasada RTK. 1 Puncak Landep Seluruh Blok 59 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RTK. 2 Gn Mungsu Seluruh Blok 1,065.66 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
Rtk. 3 Gn Silangjana Seluruh Blok 11.38 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RTK. 4 Gn Batukaru Seluruh Blok 230.16 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RPH Banjar RTK. 2 Gn Mungsu, Seluruh Blok 68.34 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RTK. 4 Gn Batukaru Seluruh Blok 1,143.90 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RPH Kubutambahan RTK. 4 Gn Batukaru,
Rtk 5 Mdk Pengejaran
Seluruh Blok 3,606.87 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RPH Pupuan RTK. 4 Gn Batukaru Seluruh Blok 2,526.40 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RPH Penebel RTK. 4 Gn Batukaru Seluruh Blok 3,270.32 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RPH Candikuning RTK.4 Gn Batukaru Seluruh Blok 1,157.49 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
RPH Petang RTK. 4 Gn Batukaru Seluruh Blok 1,126.90 Ha 2014-2023 APBD dan APBN
1
Operasi Pamhut (Penanggulangan
Pencurian kayu, Penyerobotan
Lahan, perladangan
Liar/pembibirikan dan Pengembalaan
Liar)
Setiap RPH RTK 1 Puncak Landep,
RTK 2 Gn Mungsu, RTK 3
Gn Silangjana, RTK 4 Gn
Batukaru dan RTK 5 Mdk
Pengejaran
Seluruh Blok 10 paket 2014-2023 APBD dan APBN
Penanggulangan dan Pengendalian
Kebakaran Hutan
Setiap RPH RTK 1 s/d 5 Seluruh Blok 5 paket 2014-2023 APBD dan APBN
7 Unit 2014 - 2023 APBD dan APBN Peta kerja
50 unit 2014-2023 APBD dan APBN HT 10 unit/Thn
1 unit 2014 - 2023 APBD dan APBN Mobil Patroli
44 unit 2014-2003 APBD dan APBN Spd Mtr Patroli 4
unit/Thn
9 paket 2014-2023 APBD dan APBN Alat2 Karhut
14 unit 2014-2023 APBD dan APBN GPS
Bantuan Dana Pamhut ke Desa
Pakraman
Setiap RPH 40 Desa 2014-2023 APBD dan APBN
Penyuluhan kehutanan Setiap RPH 40 Desa/dusun 2014-2023 APBD dan APBN
V
VI
Setiap RPH
PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
Peningkatan Sarana dan prasarana
Pamhut ( termasuk pakaian dan
sarana mobilitas )
REBOISASI DAN REHABILITASI HUTAN
PEMBUATAN KEBUN BENIH DAN PERSEMAIAN
IV PENGGUNAAN
KAWASAN
PENGEMBANGAN HUTAN PENDIDIKAN
Pengembangan Hutan utk
Pendidikan
PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HL)
Pengembangan Budidaya Lebah
PEMANFAATAN KAWASAN (HPT)
Budidaya Tanaman Obat, Budidaya
Lebah, dan Penangkaran Satwa
5 desa/RPH/th
Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan
PERLINDUNGAN DAN
KONSERVASI ALAM
REHABILITASI DAN
REKLAMASI HUTAN
RPH RTK BLOK
1 2 5 6 7 8 9
NO PROGRAM KETERANGANSUMBER DANAWAKTU
PELAKSANAANSATUANVOL
LOKASIKEGIATAN
43
VII 1 RPH. Kubutambahan Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 1500 Ha 2014-2023 APBD
Desa Galungan RTK 4 Gn. Batukaru Pemanfaatan (wil kelola &tertentu) 712 Ha 2014-2023 APBD
Desa Lemukih RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 988 Ha 2014-2023 APBD
Desa Sudaji RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 90 Ha 2014-2023 APBD
RPH. Sukasada Pemanfaatan (wil kelola & tertentu) 1137 Ha 2014-2023 APBD
Desa Selat RTK 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola& tertentu) 552 Ha 2014-2023 APBD
Desa Ambengan RTK 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wilkelola & tertentu) 100 Ha 2014-2023 APBD
Desa Sambangan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wilKelola & tertentu) 120 Ha 2014-2023 APBD
Desa Silangjana Rtk. 3 Gn Silangjana Pemanfaatan (Wil kelola &Tertentu) 115 ha 2014 - 2023 APBD
Desa Wanagiri Rtk 4. Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola &tertentu) 250 ha 2014 - 2023 APBD
RPH. Kubutambahan RTK. 4 Gn Batukaru Pemanfaatan (wil kelola &tertentu) 353 ha 2014 - 2023 APBD
Denpasar, Januari 2014.
Kepala UPT KPH Bali Tengah,
Ir. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA
Pembina Tk. I
NIP. 19610327 198903 1 009
Pembangunan Hutan DesaPEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
44.20
223.73
64.01
322.42
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 1 1
100 100 100 100 100 100 100
80 80 80 80 80 80 80
30 30 30 30 30 30 30
130 130 130 130 130 130 130
250 250 250 250 250 250 250
220 220 220 220 220 220 220
80 80 80 80 80 80 80
100 100 100 100 100 100 100
90 90 90 90 90 90 90
50 50 50 50 50 50 50
+ + + + + + +
+
11 11
+
4 4 4 4 4 4
4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3
10 10 10 10 10 10 10
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2020 2021 2022
112.74
2020 2021 2022
1
100 100 100
80 80 80
30 30 30
130 130 130
250 250 250
220 220 220
80 80 80
100 100 100
90 90 90
50 50 50
+ + +
3 3 3
10 10 10
2020 2021 2022
DAFTAR PUSTAKA
Undang- Undang Nomor 41, Tahun 1999, Tentang Kehutanan, Lembaran Negara RI
Tahun 1999. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 62, Tahun 1998, Tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan Di Bidang Kehutanan Kepada Daerah. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008.
Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. : 24 Tahun 2010. Tentang Penggunaan
Kawasan Hutan. Sekretariat Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kementerian
Kehutanan
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.49/Menhut-II/2008. Tentang Hutan Desa.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2010
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.55/Menhut-II /2011. Tentang Tata Cara
Permohonan Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman
Rakyat dalam Hutan Tanaman.
Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.59/Menhut-II/2011. Tentang Hutan Tanaman Hasil
Rehabilitasi.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 129,
Tahun 1996, Tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan
Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung. Jakarta.
Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 180/03-N/HK/2004, Tentang Penetapan Master
Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) Provinsi Bali.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 2 Tahun 2008, Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Bali
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2007. Data Bali Membangun 2007.
Pemerintah Provinsi Bali.
Badan Pusat Statisik Provinsi Bali. 2008. Bali Dalam Angka. Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2002. Hutan dan Kehutanan Provinsi Bali. Denpasar,
Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Neraca Sumber Daya Hutan Provinsi Bali. Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Data dan Informasi Kehutanan Provinsi Bali. Bali.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2004. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GN RHL/Gerhan) Provinsi Bali. Kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi
Bali dan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
Departemen Kehutanan.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2008. Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali Tengah
Denpasar.
Dinas Kehutanan provinsi Bali. 2010. Laporan Hasil monitoring dan evaluasi Pinjam
Pakai Kawasan Hutan di provinsi Bali. Denpasar.
Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2011. Hasil Identifikasi Pemanfaatan Kawasan dan Jasa
Linkungan pada Hutan Lindung Tahun 2010. Bidang Bina Produksi dan
Pemanfaatan Hutan. Denpasar.
KPH Bali Tengah. 2006. Rancangan Pembangunan KPH Bali Tengah Dinas
KehutanProvinsi Bali. Bali.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN 2013-2022
UPT. KPHL BALI TENGAH