rencana kelola sosial dalam rangka pembinaan … · permanent agriculture, land cooperation with...

78
RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH) PADA KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. NITYASA IDOLA DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT DEDEN KUSWANDA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: trinhdien

Post on 21-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA

PEMBINAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH) PADA

KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

PT. NITYASA IDOLA DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT

DEDEN KUSWANDA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA

PEMBINAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH) PADA

KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

PT. NITYASA IDOLA DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DEDEN KUSWANDA

E14062150

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 3: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

RINGKASAN

DEDEN KUSWANDA. Rencana Kelola Sosial dalam Rangka Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada Kawasan Hutan Tanaman Industri

PT. Nityasa Idola di Propinsi Kalimantan Barat. Dibimbing oleh Handian

Purwawangsa, S.Hut, M.Si

Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) terutama di luar Pulau Jawa

seringkali berhadapan dengan permasalahan-permasalahan kompleks.

Permasalahan tersebut muncul akibat terjadinya tumpang tindih kawasan antara

daerah konsesi perusahaan dengan kawasan yang dikuasai oleh masyarakat. Hal

tersebut terjadi pada areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan

Tanaman (IUPHHK HT) PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Sehingga,

perusahaan dalam upaya melakukan kegiatan tanam untuk pembangunan HTI

perlu melakukan negosiasi kepada masyarakat, diantaranya adalah setiap satu

hektar lahan yang dikerjasamakan akan diberikan pengganti sebesar Rp.

60.000/hektar, memperoleh hasil penjarangan pohon yang dilakukan pada

setengah daur (4 tahun) sebesar Rp. 2.500/m3, memperoleh hasil penebangan saat

pemanenan (8 tahun) sebesar Rp. 5.000/ m3, dan pemberian bibit karet gratis

sebanyak 21 batang/hektar. Namun penawaran perusahaan tersebut masih kurang

menarik perhatian masyarakat, hal ini dikarenakan lahan masyarakat masih

ditanamai pohon karet dan pertanian ladang berpindah, nilai ganti rugi yang

dinilai kecil, dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keberadaan HTI.

Hubungan sosial antara masyarakat desa sekitar dengan Perusahaan

pengelola IUPHHK HT PT. Nityasa Idola sudah berjalan melalui program

kegiatan PMDH. Program yang telah dijalankan perusahaan tersebut, misalnya

program pelatihan dan pembuatan pertanian menetap, kerjasama lahan dengan

perjanjian ganti rugi lahan, bantuan pendidikan untuk guru honor, dan pemberian

bantuan sosial lainnya. Program tersebut belum berjalan dengan baik sehingga

perlu di evaluasi, seperti belum adanya tindak lanjut pendampingan program

pelatihan, belum optimalnya kegiatan pertanian menetap, karena kurang

sosialisasi dan pendampingan, perlu adanya optimalisasi bantuan yang mengarah

pada peningkatan sarana ibadah, pendidikan, dan kesehatan, meningkatkan

kerjasama dan peran serta tokoh masyarakat, evaluasi isi perjanjian ganti rugi

lahan, termasuk pelaksanaan pembayaran, kegiatan tanam dan pemeliharaan,

kurangnya kemampuan karyawan, seperti pengetahuan tentang hutan tanaman

industri dan teknik komunikasi.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program

PMDH diantaranya adalah banyaknya desa binaan, terbatasnya tenaga pelaksana

PMDH, belum adanya kerjasama yang baik antara perusahaan dan pemerintah

daerah, kurangnya pelaksanaan sosialisasi kegiatan PMDH, pelaksanaan kegiatan

PMDH tidak berkala. Namun disadari pula faktor masyarakat pun berpengaruh

besar, seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat, yakni perladangan berpindah

dan kegiatan bakar lahan sebaai kegiatan ekonomi, belum sepenuhnya dapat

menerima perubahan dan inovasi dari luar secara positif, kegiatan usaha masih

dipengaruhi adat atau tradisi.

Kata kunci : Pendapatan Rata-rata, Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

Page 4: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

SUMMARY

DEDEN KUSWANDA. Social Management Plan in the Framework of Forest

Village Community Development (PMDH) at Forest Area Industrial Plant

PT. Nityasa Idola, Province of Kalimantan Barat. Supervised by Handian

Purwawangsa, S.Hut, M.Si

Development of Industrial Forests (HTI), particularly outside Java often

faced with complex problems. These problems arise due to the overlapping area

between the concession companies to the area controlled by the community. This

occurred in the area of Business License Utilization of Forest Plantation Timber

(IUPHHK HT) PT. Nityasa Idol in West Kalimantan. Thus, firms in an effort to

conduct activities for the development of timber planting need to reconcile with

the community, such as every hectare of land that cooperation will be given a

replacement of Rp. 60.000/hektar, tree spacing results conducted on the half-cycle

(4 years) of Rp. 2.500/m3, obtained from logging during harvest (8 years) of Rp.

5,000 / m3, and the provision of free rubber seedlings were 21 stems / ha. But the

company still offers less public attention, this is caused the land still be planted of

rubber trees and agricultural shifting cultivation, which assessed the value of a

small compensation, and lack of public understanding of the existence of HTI.

Social relations among villages surrounding the management company

IUPHHK HT PT. Nityasa Idol has been running through a program of activities

PMDH. Programs that have run companies, such as training programs and making

permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation,

educational assistance for teacher salaries, and other social assistance. The

program has not been going well so necessary in the evaluation, such as the lack

of follow-up assistance training program, not optimal settled agricultural

activities, because of lack of socialization and mentoring, the need for

optimization of assistance that leads to an increase of places of worship,

education, and health, increase cooperation and participation of community

leaders, evaluating the content of the land compensation agreement, including the

implementation of payment, planting and maintenance activities, lack of employee

skills, such as knowledge of the forest industry plants and communication

techniques.

The problems faced in the implementation of such programs is the number

of villages PMDH partner, limited executive power PMDH, lack of good

cooperation between companies and local governments, the lack of

implementation of activities PMDH, not PMDH activities periodically. But we

realize people were also influential factors, such as socio-economic conditions of

society, namely shifting cultivation and land activities sebaai fuel economic

activity, has not been fully able to accept the changes and innovations from the

outside in a positive, business activities are still influenced by customary or

traditional.

Keywords: Average Income,Forest Village Community Development (PMDH)

Page 5: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Judul : Rencana Kelola Sosial dalam Rangka Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada kawasan Hutan

Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat

Nama Mahasiswa : Deden Kuswanda

NRP : E14062150

Jurusan/Fakultas : Manajemen Hutan/Kehutanan

Menyetujui:

Dosen Pembimbing

Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si

NIP. 19790101 200501 1 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suhardjito, MS

NIP. 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus :

Page 6: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Kelola

Sosial dalam Rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada Kawasan

Hutan Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Propinsi Kalimantan Barat adalah

benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum

pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Deden Kuswanda

NRP. E14062150

Page 7: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyampaikan

ucapan terima kasih atas terlaksanannya tugas akhir ini kepada:

1. Ayahanda Oman A. Rachman dan Ibunda Sumiati atas dorongan, kasih

sayang, dan doa tiada henti untuk penulis.

2. Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Karyawan PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat, khususnya Bu Angel,

Pak Edi Rianto, Pak Emil, Pak Ahem yang telah meluangkan waktu

mengantarkan peneliti ke lokasi penelitian serta memberikan arahan dan

bimbingan.

4. Kakak-kakak (Kak Rahma, Kak Yudi, dan saudara kembar saya Dadang)

yang selalu memberikan semangat dan nasihat.

5. Ibu Megawati di Kemahasiswaan IPB, yang senantiasa memberikan

dorongan dan semangat.

6. Teman-teman seperjuangan di Departemen Manajemen Hutan angkatan

`43 Fahutan IPB khususnya Hania, Elisda, Suci, Linda, Kris, Andre,

Bayu, Hasan, dan teman-teman MNH`43 lainnya

7. Teman-teman seperjuangan di BEM KM IPB Kabinet Generasi Inspirasi

(Wahyu, Rico, Satrio, Evi, Widia) dan teman tim 5 (Kamal, Izan, Ziza,

Tika). Semoga kebersamaan kita tetap terjalin erat sampai kapanpun.

8. Adik-adik di Pramuka Winaya Lokatmala yang selalu memberikan

keceriaan.

9. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Page 8: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarakan (Kalimantan Timur),

pada tanggal 31 Maret 1988. Penulis merupakan anak ke

empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Oman A.

Rachman dan Ibu Sumiati. Saat ini penulis tinggal di Jalan

Sindang Barang RT 4/3 kelurahan Loji, Bogor. Pendidikan

penulis dimulai dari TK Bayangkari, Tarakan Tahun 1993-

1994, SDN 002 Tarakan dan SDN Gunung Batu 01 Bogor

Tahun 1994-2000, SMPN 4 Bogor Tahun 2000-2003, SMAN 5 Bogor Tahun

2003-2006. Tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di jurusan

Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di kegiatan

kemahasiswaan yaitu departemen politik dan advokasi BEM TPB 2006-2007,

Ketua Departemen PSDM BEM Fakultas Kehutanan IPB 2007-2008, Ketua

departemen Informasi dan Komunikasi BEM Fakultas Kehutanan IPB

2008Anggota Staf Departemen Kemahasiswaaan, Kesejahteraan Sosial, dan

Lingkungan tahun 2008-2009, Menteri Lingkungan Hidup BEM KM IPB kabinet

Generasi Inspirasi 2009-2010. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem

Hutan (PPEH) di Jawa Tengah, tepatnya Cilacap dan Baturaden pada tahun 2008,

Praktek Pengelolaan hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (TNGW)

Sukabumi pada Tahun 2009, serta mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) dan

dilanjutkan dengan penelitian di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Nityasa Idola,

Kalimantan Barat pada tahun 2010.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis

selanjutnya menyelesaikan karya ilmiah (skripsi) yang berjudul Rencana Kelola

Sosial dalam Rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) PT. Nitysa

Idola di Kalimantan Barat dibimbing oleh Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si.

Page 9: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan

limpahan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Rencana Kelola Sosial dalam Rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

(PMDH) pada Kawasan Hutan Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Propinsi

Kalimantan Barat. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli s.d September

2010. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan sosial yang dilakukan

perusahaan terhadap masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar kawasan

Hutan Tanaman Industri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Nityasa Idola atas sarana

prasarana yang disediakan dan dana penelitian yang diberikan sehingga penelitian

ini dapat terlaksana dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si atas bimbingan dan arahan serta saran yang

telah diberikan selama ini, Bapak Edi Riyanto dari manajemen PT. Nityasa Idola

yang telah membimbing di lapangan dan Bapak Emil serta seluruh Karyawan PT.

Nityasa Idola yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak-kakak tercinta serta

seluruh keluarga atas segala do‟a dan kasih sayangnya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi berbagai pihak terutama PT. Nityasa Idola. Penulis menyadari bahwa skripsi

ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan untuk kebaikan skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Penulis

Page 10: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN................................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................vii

RIWAYAT HIDUP..............................................................................................viii

KATA PENGANTAR......................................................................................... ix

DAFTAR ISI........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv

BAB I.PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2. Tujuan.................................................................................................... 2

1.3. Ruang Lingkup......................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3

2.1. Pembinaan Masyarakat Desa Hutan.......................................................3

2.1.1 Pengertian...................................................................................3

2.1.2 Tujuan dan Sasaran.....................................................................3

2.1.3 Pola Pembinaan Masyarakat Desa Hutan...................................4

2.2 Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa......................7

2.3 Pendapatan rumah tangga.....................................................................10

2.4 Kemiskinan.......................................................... ............................. 11

2.5 Persepsi masyarakat.......................................................................... 12

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 14

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................14

3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................14

3.2.1. Bahan..................................................................................... 14

3.2.2. Alat......................................................................................... 14

3.3. Kerangka Pemikiran ............................................................................14

3.4. Metode Analisis……......................................................................... 16

3.4.1. Upaya-upaya Pengembangan Perspektif PMDH………........ 16

3.4.2. Teknik Sampling......................................................................16

Page 11: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

3.4.3. Pengumpulan Data...................................................................17

3.4.4. Analisis dan Sintesis data....................................................... 20

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI............................................................... 21

4.1. Sejarah Perusahaan............................................................................ 21

4.2. Data Pemegang Izin…........................................................................ 22

4.3. Letak Areal Kerja dan Luas................................................................ 23

4.4. Kondisi Hutan..................................................................................... 24

4.5. Kondisi Sosial Ekonomi...................................................................... 25

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 27

5.1. Karakteristik Responden..................................................................... 27

5.1.1 Umur Responden.................................................................... 27

5.1.2 Pendidikan Responden........................................................... 27

5.1.3 Mata Pencaharian Responden................................................. 29

5.2. Kesejahteraan Desa Binaan PT. Nityasa Idola................................... 29

5.3. Analisis Penyelenggaraan Kegiatan PMDH...................................... 35

5.4. Analisis Masalah dan Konflik.......................................................... 35

5.4.1. Identifikasi Masalah Pada Peserta PMDH (masyarakat)....... 42

5.4.2. Identifikasi Masalah Pada Pelaksana PMDH

(PT. Nityasa Idola)…............................................................. 46

5.5. Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Kegiatan PMDH.................. 47

5.6. Potensi Desa....................................................................................... 50

5.7. Usulan Rencana Kelola Sosial............................................................ 51

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 57

6.1. Kesimpulan........................................................................................ 57

6.2. Saran................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 59

LAMPIRAN....................................................................................................... 61

Page 12: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Daftar data sekunder .................................................................................. 17

2. Keadaan hutan pada areal kerja IUPHHK HT PT. Nityasa Idola

berdasarkan peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan provinsi

kalimantan barat.. .................................................................................. 24

3. Keadaan penutupan lahan berdasarkan peta hasil penafsiran citra

satelit....................................................................................................... 25

4. Jumlah penduduk, agama, mata pencaharian dan fasilitas umu................. 26

5. Distribusi responden menurut kelompok umur .......................................... 27

6. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ................................ 28

7. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian.................................. 29

8. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan................................... 30

9. Pendapatan masyarakat............................................................................... 30

10. Tingkat pengeluaran masyarakat................................................................. 31

11. Kondisi pendapatan dan pengeluaran per bulan.......................................... 32

12. Bentuk bangunan rumah.............................................................................. 33

13. Asal kepemilikan lahan responden ............................................................. 33

14. Tingkat kepuasan ganti rugi lahan. ............................................................. 35

15. Rencana kegiatan perusahan dalam rencana kerja tahunan (RKT) 2010

dan evaluasi kegiatan ............................................................................. 36

16. Analisis permasalahan dan konflik yang pernah terjadi.............................. 41

17. Bentuk interkasi masyarakat terhadap perusahaan ..................................... 44

18. Konflik dengan perusahaan ........................................................................ 45

19. Konflik yang pernah terjadi sepanjang tahun 2009-2010............................ 45

20. Kegiatan yang pernah dilakukan oleh perusahaan....................................... 47

21. Bentuk manfaat kegiatan PMDH.................................................................. 49

22. Hasil pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan

PMDH .................................................................................................... 49

23. Usulan rencana kelola sosia......................................................................... 52

Page 13: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka dan pendekatan kajian................................................................ 15

2. Pemilihan Responden dengan Snowball Method...................................... 19

3. Grafik Perbandingan antara rataan pendapatan ruamh tangga dengan

UMR.... ................................................................................................... 31

Page 14: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta areal kerja IUPHHK HT PT Nityasa Idola di Kabupaten

Landak..................................................................................................... 61

2. Foto–foto kegiatan selama penelitian.... .................................................... 62

Page 15: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) terutama di luar Pulau Jawa

seringkali berhadapan dengan permasalahan-permasalahan kompleks.

Permasalahan tersebut muncul akibat terjadinya tumpang tindih kawasan antara

daerah konsesi perusahaan dengan kawasan yang dikuasai oleh masyarakat. Hal

tersebut terjadi pada areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan

Tanaman (IUPHHK HT) PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Sehingga,

perusahaan dalam upaya melakukan kegiatan tanam untuk pembangunan HTI

perlu melakukan negosiasi kepada masyarakat, di antaranya adalah setiap satu

hektar lahan yang dikerjasamakan akan diberikan pengganti sebesar Rp.

60.000/hektar, memperoleh hasil penjarangan pohon yang dilakukan pada

setengah daur (4 tahun) sebesar Rp. 2.500/m3, memperoleh hasil penebangan saat

pemanenan (8 tahun) sebesar Rp. 5.000/ m3, dan pemberian bibit karet gratis

sebanyak 21 batang/hektar. Namun penawaran perusahaan tersebut masih kurang

menarik perhatian masyarakat, hal ini dikarenakan lahan masyarakat masih

ditanamai pohon karet dan pertanian ladang berpindah, nilai ganti rugi yang

dinilai kecil, dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keberadaan HTI.

Memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat yang tinggal

di dalam dan sekitar areal IUPHHK HT PT. Nityasa Idola, dan kemampuan yang

dimiliki pemegang IUPHHK HT, pemerintah melalui peraturan Menteri

Kehutanan No. P.11/Menhut-II/2004 menjelaskan bahwa pelaksanaan Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan (PMDH) oleh pemegang IUPHHK HT menjadi satu

kesatuan dalam Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) sesuai dengan

keputusan Menteri Kehutanan No. 177/kpts-II/2003 tentang Kriteria dan Indikator

Pengelolaan Hutan Secara Lestari pada Unit Menajemen Usaha Pemanfaatan

Hutan Tanaman. Upaya-upaya pembinaan masyarakat tradisional yang berada di

dalam dan sekitar areal kerja IUPHHK HT dalam rangka meningkatkan

Page 16: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

kesejahteraan masyarakat, kebijaksanaan ini dikenal dengan Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan (PMDH).

Sampai saat ini, pemegang IUPHHK HT PT. Nityasa Idola telah

melakukan upaya PMDH dalam jangka pendek melalui kerjasama lahan dan

pemberian ganti rugi lahan. Namun kegiatan pembinaan masyarakat tersebut

masih belum optimal sehingga target tanam HTI tidak tercapai. Untuk itu perlu

dilakukan Rencana Kelola Sosial sebagai program PMDH dalam jangka panjang.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menganalisis penyelenggaraan PMDH di PT. Nityasa Idola

b. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam penyelenggaraan

PMDH di PT. Nityasa Idola

c. Merumuskan upaya-upaya pengembangan PMDH di PT. Nityasa Idola

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah analisis aspek-aspek yang

mempengaruhi kondisi sosial masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Aspek-

aspek tersebut meliputi :

1. Analisis permasalahan dan konflik yang mungkin pernah terjadi antara

perusahaan dengan masyarakat (land tenure, hubungan kerja, kesehatan,

pendidikan, prasarana dan sarana, dan sebagainya), serta upaya penyelesaian

yang pernah dilakukan.

2. Analisis pelaksanaan kegiatan sosial yang telah dilakukan perusahaan dan

hasil yang telah dicapai.

3. Analisis persepsi masyarakat terhadap perusahaan, harapan dan keinginan

masyarakat terhadap perusahaan, serta mekanisme pemenuhannya.

4. Analisis potensi pembangunan usaha pada masyarakat di desa sekitar

perusahaan

5. Rencana kelola sosial

Page 17: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

2.6.1 Pengertian

Pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan adalah upaya untuk

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam atau

sekitar areal hutan dan usaha meningkatkan kualitas sumber daya hutan

(Abdulbari 1993). Menurut Departemen Kehutanan (2000), Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan (PMDH) adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan

oleh pemegang IUPHHK-HA/IUPHHK-HT dengan tujuan untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat, melalui terbukanya lapangan kerja dan kesempatan

berusaha serta tumbuhnya ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan,

tersedianya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai, serta terciptanya

kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya PMDH, diantaranya sebagai

berikut:

1. PMDH sebagai upaya untuk mengendalikan ladang berpindah.

2. PMDH sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan dan tekanan

masyarakat internasional, khususnya negara-negara maju importer

kayu tropis.

3. PMDH sebagai upaya menciptakan mekanisme distribusi sebagai

keuntungan, dimana pihak perusahaan dipertimbangkan telah

memperoleh keuntungan dari sumberdaya hutan, oleh karena itu

dipertimbangkan sangat wajar apabila pihak perusahaan mengucurkan

sebagian keuntungannya untuk kepentingan masyarakat.

2.6.2 Tujuan dan Sasaran

Menurut Departemen Kehutanan dalam Sitanggang (2009) tujuan PMDH

adalah membantu mewujudkan terciptanya masyarakat Desa Hutan yang mandiri,

Page 18: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

sejahtera, dan sadar lingkungan, terutama masyarakat yang berada di dalam hutan

dan sekitarnya meliputi kegiatan :

1. Meningkatkan pendapatan, membuka kesempatan kerja serta

menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan

2. Menyediakan sarana dan prasarana sosial, ekonomi yang memadai.

3. Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam

pelestarian sumberdaya hutan guna meningkatkan pengamanan hutan.

Sasaran PMDH adalah masyarakat desa hutan yaitu sekelompok

masyarakat setempat, terutama masyarakat tradisional baik yang berada di dalam

hutan maupun di pedesaan sekitar hutan. Adapun prioritas kelompok sasaran

PMDH masyarakat tradisional dengan urutan sebagai berikut:

1. Kelompok yang berada di areal IUPHHK HA/IUPHHK HT

2. Kelompok yang berada di perbatasan areal IUPHHK HA/IUPHHK

HT

3. Desa-desa terdekat yang berada di sekitar areal IUPHHK

HA/IUPHHK HT

2.6.3 Pola Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

Menurut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan (1991), rencana

pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal kerja IUPHHK-HT

disusun dengan memperhatikan hal-hal seperti: potensi, kondisi, dan aspirasi

masyarakat setempat, bersifat saling menguntungkan (meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mendukung kelestarian hutan), merangsang dan

menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, serta

menimbulkan kemandirian masyarakat tersebut. Selanjutnya dalam SK Dirjen PH

No. 210/Kpts-BPH/1995 dinyatakan tahap-tahap dalam penyelenggaraan kegiatan

PMDH yaitu:

a. Tahap Perencanaan Kegiatan PMDH

Kegiatan terpenting dalam tahap ini adalah studi diagnostik dan konsultasi

dengan instansi yang terkait. Setiap kegiatan memerlukan rencana untuk

Page 19: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

mempermudah pelaksanaan dan monitoring kegiatan di lapangan. Menurut

Departemen Kehutanan dalam Sitanggang (2009) tahap perencanaan dalam

kegiatan PMDH meliputi beberapa tahapan, yaitu studi diagnostik, rencana umum

(20 tahun) rencana menengah (5 tahun), rencana jangka pendek (1 tahun) serta

rencana operasional. Pada tahapan rencana di atas memiliki keterkaitan antara satu

sama lainnya, sehingga mempermudah dalam pelaksanaan dan monitoring

kegiatan di lapangan.

Rencana umum merupakan penjabaran dari studi diagnostik yang telah

dilaksanakan. Rencana umum tersebut memuat rencana kegiatan yang global yang

digunakan sebagai acuan untuk menyusun Rencana Lima Tahun dan Rencana

Tahunan PMDH. Rencana Lima Tahun adalah rencana kegiatan PMDH selama

jangka waktu lima tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Umum yang

dijadikan sebagai acuan dari Rencana Tahunan PMDH. Rencana Tahunan

merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan selama jangka waktu satu

tahun. Rencana Operasional (RO) adalah penjabaran dari Rencana Tahunan secara

teknis dan administratif. Studi diagnostik merupakan kegiatan identifikasi yang

mencakup seluruh potensi, aspirasi, tata nilai masyarakat serta potensi sumber

daya alam. Studi diagnostik ini merupakan kegiatan pra perencanaan yang

berfungsi menyediakan informasi dasar untuk keadaan fisik, sosial, ekonomi dan

budaya di wilayah kerja IUPHHK HA/IUPHHK HT yang digunakan sebagai

bahan penyusun PMDH (Departemen Kehutanan 2000)

b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan PMDH

Tahap pelaksanaan meliputi penentuan lokasi dan kelompok masyarakat

binaan, dan penentuan bentuk-bentuk pembinaan. Kegiatan pembinaan

masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal IUPHHK HT diprioritaskan dengan

urutan, yaitu kelompok masyarakat di dalam areal kerja IUPHHK HT, kelompok

masyarakat yang berbatasan dengan areal IUPHHK HT, kelompok masyarakat

dan atau masyarakat pedesaan terdekat dari areal kerja IUPHHK HT.

Adapun bentuk-bentuk pelaksanaan pembinaan masyarakat desa hutan ini

meliputi :

Page 20: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

1. Peningkatan pendapatan, membuka kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha. Bentuk kegiatan yang dilakukan dapat berupa pendidikan

dan latihan (diklat) keterampilan bidang budaya dan intensifikasi

tanaman pangan, tanaman holtikultura dan tanaman kehutanan serta

usaha peternakan, pertukangan, seni ukir dan perpatungan, sebagai

bapak angkat dalam pemasaran hasil usahatani/wanatani, kerajinan

serta bantuan modal kerja/usaha

2. Menyediakan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dengan bentuk

kegiatannya berupa sarana bangunan atau fisik, antara lain:

a. Sarana dan prasarana ekonomi pedesaan, yaitu jalan, jembatan,

pengairan dan pasar

b. Sarana dan prasaran sosial masyarakat, yaitu sekolah, kesehatan,

olahraga, keagamaan (mesjid, gereja dan lain-lain)

3. Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dengan bentuk

kegiatan pembinaannya, antara lain :

a. Penyuluhan konservasi tentang sumberdaya alam dan hutan

b. Pengembangan hutan rakyat melalui penyediaan bibit, penyiapan

lahan dan penanaman

Lingkup kegiatan pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan

berdasarkan SK. Menhut No. 691/KPTS-II/1991 terdiri dari lima aspek meliputi

aspek pertanian menetap, aspek peningkatan ekonomi, aspek pengembangan

sarana dan prasarana umum, aspek sosial budaya, serta aspek pelestarian

sumberdaya hutan dan lingkungan.

c. Tahap Pengendalian dan Penilaian

Evaluasi pengawasan kegiatan PMDH di lapangan menurut SK. Dirjen PH

No. 210/Kpts-BPH/1995, dilakukan oleh Kepala Dinas Kehutanan Daerah

Tingkat I. Bimbingan dan pengendalian kegiatan pembinaan dilakukan oleh

Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan. Secara priodik (bulanan,

triwulan, dan tahunan) IUPHHK-HT wajib menyampaikan laporan pelaksanaan

PMDH kepada kakanwil Departemen Kehutanan dengan tembusan dirjen PH,

Dirjen RRL, dan Kepala Dinas Kehutanan Tingkat I setempat.

Page 21: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Penilaian keberhasilan PMDH dilakukan oleh Kakanwil Departemen

Kehutanan dengan mempertimbangkan masukan dari Kepala Dinas Kehutanan

Daerah Tingkat I. Rujukan bagi penilaian tersebut adalah SK. Dirjen PH No.

288/IV-PHH/1992, tentang kriteria dan tolak ukur penilaian keberhasilan

pelaksanaan HPH Bina Desa Hutan yang sekarang disebut dengan PMDH.

2.7 Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa

Struktur sosial merupakan pola hubungan sosial yang terpola secara

permanen dalam ruang dan waktu, dengan segenap atribut sosial budaya yang

menyatu dalam masyarakat itu. Proses pembangunan pedesaan yang ditujukan

untuk masyarakat lokal, sangat tergantung pada kesiapan sosial budaya dari

masyarakat itu dalam mendukung proses tersebut. Konteks kesiapan sosial budaya

itu membuat struktur sosial dari masyarakat menjadi faktor penting untuk

mewujudkan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan desa

(Soetrisno 1990).

Masyarakat lokal yang hidup di hutan-hutan di luar Pulau Jawa sebagian

besar merupakan masyarakat peladang dan juga pekebun atau pengumpul hasil

hutan. Sistem pertanian yang digunakan adalah sistem ladang atau sistem tebas

dan bakar, dimana pohon-pohon ditebang dan dibakar sehingga tanah bisa

ditanami tanpa pembajakan disebut pertanian ladang (shifting cultivation). Corak

bercocok tanam tersebut muncul di lokasi yang ditutupi hutan. Di daerah tropis,

kesuburan tanah biasanya merosot dengan cepat sesudah ditanami. Tanah yang

dibuka tersebut setelah ditanami beberapa musim, dan sesudah kesuburan

tanahnya menurun dan rumput merajalela, kemudian bidang-bidang tanah

ditinggalkan untuk mencari tanah baru. Hak atas tanah didasarkan atas adat suku

atau masyarakat setempat. Tanah itu menjadi miliknya karena ia telah

membukanya atau karena ia telah mengusahakannya terus-menerus, dan akan

menjadi miliknya selama ia masih menggunakannya (Mosher 1987).

Berdasarkan kondisi sosial ekonomi budaya tersebut, rekayasa kegiatan

pembangunan atau kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan hendaknya dapat

memenuhi kriteria sebagai berikut:

Page 22: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

1. Ada atau sudah dikenal masyarakat, sehingga segera dapat berjalan

dengan lancar, karena sejalan secara dinamika sosial ekonomi budaya

setempat.

2. Mempunyai potensi sumber-sumber produksi yang memadai atau

kalaupun belum memadai sumber-sumber tersebut masih dapat

dikembangkan.

3. Mempunyai potensi pasar yang memadai atau dapat dikembangkan

4. Sejalan dengan pelestarian sumberdaya, khususnya sumberdaya hutan

dan pelestarian lingkungan hidup setempat, sejalan dengan

kebijaksanaan pembangunan nasional dan berbagai kepentingan

hubungan internasional.

Pengembangan kegiatan pembangunan desa meliputi kegiatan-kegiatan

penyuluhan, pembinaan, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, peningkatan

pendidikan dalam arti luas, kesehatan, peningkatan keterampilan teknis

manajemen, leadership dan pengembangan teknologi tepat guna. Dalam

pengembangan kegiatan tersebut di samping perlu ditunjang dengan penyediaan

sarana dan prasaran produksi, permodalan, fasilitas kelembagaan ekonomi (seperti

pasar), juga diperlukan penciptaan ilmu atau tatanan politik, ekonomi dan sosial

budaya yang mendukung (Soehoed 1992)

Mosher (1987) menyatakan bahwa dalam pembangunan masyarakat

pedesaan, diperlukan lima macam tindakan pemerintah yang dapat menjamin

petani menguasai tanah mereka secara efektif dan memungkinkan bertani efisien.

Kelima tindakan tersebut, yaitu pemetaan tanah dan pendaftaran hak milik,

pemagaran tanah untuk menghindarkan penggembala sewenang-wenang,

penyatuan pemilik tanah yang terpencar-pencar, redistribusi tanah untuk

membentuk satuan-satuan manajemen yang efisien dan pengubah syarat-syarat

penyakapan.

Selanjutnya dalam rangka mempercepat pembangunan pedesaan perlu

memperhatikan syarat-syarat pokok dan faktor-faktor pelancar pembangunan

pertanian (Mosher 1987), syarat-syarat pokok pembangunan pertanian meliputi :

Page 23: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

1. Pasar untuk hasil-hasil pertanian

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil-

hasil usaha tani. Untuk menampung hasil-hasil tersebut harus tersedia pasar serta

harga yang menguntungkan untuk membayar kembali pengorbanan dan daya

upaya yang telah dikeluarkan oleh petani sewaktu memproduksinya. Tanpa

adanya pasar dan harga yang kompetitif ini maka petani akan sulit untuk

menerima atau mengembangkan inovasi/perubahan-perubahan dalam berusaha

tani sehingga proses pembangunan pun akan tersendat-sendat.

2. Teknologi yang selalu berubah

Untuk dapat meningkatkan produksi pertanian harus tersedia teknologi

atau cara-cara yang baik, seperti cara-cara penebaran benih, pemeliharaan

tanaman, pemungutan hasil, pemeliharaan ternak dan sebagainya. Termasuk

didalamnya benih unggul, pupuk, obat-obatan hama/penyakit, obat-obatan ternak

dan lain-lain, termasuk juga diversifikasi dalam pengelolaan usahataninya.

Teknologi yang berubah-ubah ini sangat diperlukan untuk menjamin

keberlangsungan proses pembangunan.

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi

Dalam penerapan suatu inovasi/teknologi diperlukan penggunaan bahan-

bahan dan alat-alat produksi yang khusus untuk petani. Alat-alat dan bahan-bahan

produksi tersebut harus tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai

tempat serta dengan harga yang terjangkau oleh kemampuan petani. Dengan

demikian para petani tersebut dapat memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan

produksi pertanian.

4. Perangsang produksi bagi petani

Petani mau menerapkan suatu inovasi teknologi baru apabila ada harapan

akan diperolehnya keuntungan bagi dirinya dan keluarganya. Perangsang yang

dapat secara efektif mendorong petani tersebut terutama hal-hal yang bersifat

ekonomis antara lain relasi harga yang menguntungkan, pembagian hasil yang

Page 24: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

wajar (untuk petani penyakap) dan tersedianya barang dan jasa yang diperlukan

oleh petani dan keluarganya.

5. Pengangkutan

Pengangkutan merupakan faktor kunci dalam proses pembangunan

pertanian. Pengangkutan ini diperlukan untuk membawa alat-alat dan bahan-

bahan produksi usahatani serta membawa hasil-hasil pertanian ke konsumen di

pusat-pusat pemasaran lokal maupun kota. Tanpa adanya sarana dan jaringan

pengangkutan yang efisien dan murah, ke tempat syarat mutlak di atas tidak

mungkin dapat diadakan secara efektif.

2.8 Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan Rumah Tangga adalah kumpulan dari pendapatan anggota-

anggota rumah tangga dari masing-masing kegiatan. Pendapatan rumah tangga

umumnya tidak berasal dari satu sumber, tetapi dapat berasal dari dua atau lebih

sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan itu sendiri. Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan

anggota rumah tangga untuk bekerja/berusaha lebih giat untuk memenuhi

kebutuhan. Bagi sebagian rumah tangga, upaya-upaya tersebut tidak hanya

menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada, tetapi juga melakukan

kegiatan-kegiatan lain (Nurmanaf 1988, dalam Suharni 2010)

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), untuk mengetahui pendapatan

petani dikenal bebera ukuran pendapatan usaha tani :

a. Pendapatan kerja petani diperoleh dengan menghitung semua

penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan

kenaikan inventarisnya.

b. Penghasilan kerja petani diperoleh dari menambah pendapatan kerja

petani dengan penerimaan tidak tunai.

c. Pendapatan kerja keluarga diperoleh dari menambah penghasilan kerja

petani dengan nilai kerja keluarga.

Page 25: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

d. Pendapatan keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari

sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarganya,

disamping kegiatan pokok.

2.9 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang ditandai dengan

ketidakmampuan seseorang atau sekelompok dalam memenuhi standar kebutuhan

dasar sehari-hari. Standar kebutuhan dasar untuk masing-masing Negara berbeda-

beda, PBB menetapkan bahwa batas kemiskinan dihitung dari pendapatan

hariannya, yaitu $2/orang/hari. Sementara BPS menentukan batas kemiskinan dari

jumlah rupiah yang dibelanjakan per-kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan

minimum makanan dan bukan makanan yang dibutuhkan, yaitu 2.100

kalori/orang/hari (Kuncoro 2003). Dengan demikian kemiskinan itu sangat

fenomenalogis, karena menunjuk pada berbagai konsep itu didefinisikan.

Kemiskinan memiliki banyak dimensi, antara lain terbatasnya kesempatan,

kapasitas diri yang rendah, tingkat keamanan yang rendah, dan ketidakberdayaan.

Hal tersebut seperti diungkapakan oleh Bank Dunia (2003), “poverty is

multidimentional, extending beyond low levels of income;

Lack of opportunity : Low levels of consumption/income, ussualy relative

to a national poverty line. This is generally associated with the level and

distributionof physical assets, such land, human capital and sosial assets;

and markets opportunities which determine the returns to these assets

Low capabilities : Little or no improvements in helath and education

indicator among a particular socio-economic group;

Low level of security : Exposure to risk and income shocks, which may

arise at the national, local, household or individual level.

Empowerment : The capacity of poor people to acces and influence state

institutions and sosial processes that shape resource allocations and

public policy choises.

Supriatna (1997) mengungkapkan bahwa suatu keadaan disebut miskin

ditandai dengan kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan dasar

Page 26: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

yang mencakup aspek primer dan sekunder. Aspek primer berupa miskinnya aset

pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sekunder berupa miskinnya

jaringan sosial, sumber-sumber keuangan; dan informal seperti kekurangan gizi,

air, perumahan, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan pendidikan yang

relatif rendah. Sedangkan kemiskinan dalam dimensi ekonomi dipandang sebagai

ketidakmampuan untuk mempertahankan standar hidup minimal yang diukur

berdasarkan kebutuhan konsumsi atau pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

dasar. Kemiskinan dalam dimensi ini bersifat sangat mendasar.

Menurut Sen seperti yang dikutip Sari (2003) mengatakan bahwa

kemiskinan itu didorong oleh suatu kondisi keadaan dimana individunya

mengalami keterbatasan pilihan dan kemampuan atau „lack of choice and

capability‟. Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan suatu keadaan atau

kondisi hilangnya hak serta peluang seseorang atau sekelompok orang terhadap

penguasaan, pemilikan, dan pengaturan atau kontrol terhadap sumber daya yang

diperlukan bagi terjaminnya kehidupan seseorang.

2.10 Persepsi masyarakat

Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimulus dari lingkungan

dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Menurut Leavitt (1997),

persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau

pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Surya (2004) mengatakan pengamatan atau perception merupakan salah

satu bentuk perilaku kognitif yaitu suatu proses mengenal lingkungan dengan

menggunakan alat indera. Proses pengamatan terjadi karena adanya rangsangan

dari lingkungan yang diterima oleh individu melalui alat indera. Rangsangan itu

kemudian diteruskan ke pusat kesadaran yaitu otak untuk diberi makna atau

tafsiran. Dengan demikian, proses pengamatan berlangsung dalam tiga tahapan

yaitu: (1) penerimaan rangsangan oleh alat indera, (2) pengiriman informasi ke

pusat keadaran atau otak, dan (3) pemberian tafsiran terhadap rangsangan yang

diterima. Persepsi yang benar terhadap suatu objek diperlukan, sebab persepsi

merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku.

Page 27: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Perbedaan persepsi antar satu orang dengan orang lainnya menurut Fauzi

(2004) disebabkan oleh 5 faktor, yaitu : (1) Perhatian; rangsangan yang ada di

sekitar kita tidak kita tangkap secara sekaligus tapi kita hanya memfokuskan pada

satu atau dua objek saja. Perbedaaan fokus antara satu orang dengan yang lainnya

akan menyebabkan perbedaan persepsi, (2) Set; adalah sebuah harapan seseorang

akan rangsangan yang akan timbul, misalnya seorang pelari siap digaris start

terdapat set akan terdengar pistol disaat dia harus berlari, (3) Kebutuhan;

kebutuhan–kebutuhan sesaat maupun yang menetap akan mempengaruhi persepsi

orang tersebut, (4) Sistem nilai seperti adat istiadat; kepercayaan yang berlaku

dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi, (5) ciri kepribadian,

misalnya : watak, karakter, kebiasaan, akan mempengaruhi persepsi.

Page 28: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (Juli - September) tahun 2010,

bertempat di areal kerja PT. Nityasa Idola, Kecamatan Meranti, Kabupaten

Landak, Propinsi Kalimantan Barat.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam kajian ini adalah alat tulis, komputer, printer

dan software excel untuk pengolahan data, kamera digital, GPS, dan tape

recorder.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalah laporan yang terkait studi

aspek sosial, kuisioner/daftar pertanyaan untuk wawancara terstruktur, alat tulis,

peta kerja dan peta administrasi desa/kecamatan.

3.3 Kerangka Pemikiran

Secara umum dasar pemikiran dari kajian ini adalah kelestarian usaha PT.

Nityasa Idola bisa tercapai hanya jika kelestarian sosial di dalam dan di sekitar

areal bisa tercapai. Dengan demikian, kerangka pendekatan yang dipakai dalam

menganalisa penyelenggaraan PMDH adalah dengan cara mengetahui kondisi saat

ini (existing condition) di PT. Nityasa Idola terutama yang berkenaan dengan

kondisi sosial ekonomi (sosek), dampak sosek terhadap masyarakat sekitar dan

persepsi masyarakat. Berdasarkan existing condition yang terjadi, akan disusun

upaya-upaya pengembangan kelestarian sosial yang berisi kegiatan-kegiatan sosial

yang seharusnya dilakukan untuk menciptakan kondisi ideal (kondisi yang

diharapkan). Dengan tercapainya kondisi ideal, diharapkan kelestarian/

keberlanjutan usaha PT. Nityasa Idola bisa tercapai.

Page 29: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Lingkungan sosial perusahaan pada hakekatnya terdiri dari tiga faktor,

yaitu pemerintah, masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Komitmen dan

kepedulian dunia usaha terhadap pembangunan sangat diharapkan karena mereka

mempunyai tanggungjawab moral dan sosial terhadap lingkungannya. Dunia

usaha tidak mungkin dapat mempertahankan eksistensinya tanpa dukungan

masyarakat dan lingkungan sosialnya. Keberlanjutan dapat dimaknai dalam

kaitannya dengan keberadaaan manfaat dan keuntungan bagi perusahaan,

masyarakat dan pemerintah yang juga mencakup berbagai aspek pertumbuhan,

sosial dan lingkungan. Salah satu bentuk komitmen dan tanggungjawab

perusahaan terhadap lingkungannya yang berkembang saat ini adalah Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Dengan adanya permasalahan-permasalahan

tersebut maka perlu dilakukan strategi pengembangan untuk mencari solusi, saran,

dan rekomendasi sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan baru yang

lebih baik dan bisa dijalankan sepenuhnya serta dapat mencapai tujuan yakni

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Semua hal yang telah

dijelaskan sebelumnya terangkum dalam kerangka pemikiran yang terdapat pada

Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka dan pendekatan kajian.

Sumber Daya

Lahan PT. Nityasa Idola

Masyarakat

Aturan dan rencana Kegiatan PMDH

HTI

Kegiatan PMDH yang sesuai

dengan tujuan

Gap Antara Aturan

dan Realisasi

Rencana Kelola

Sosial

Evaluasi kegiatan dan

Identifikasi Masalah

Mitra

Page 30: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

3.4 Metode Analisis

3.4.1 Upaya-upaya Pengembangan Perspektif PMDH

Berkenaan dengan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH),

identifikasi dan analisis aspek sosial dalam rangka menyusun upaya-upaya

pengembangan adalah langkah awal dalam melaksanakan program PMDH, agar

program PMDH yang dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, sehingga tepat tujuan dan tepat sasaran. Program PMDH tanpa

melakukan identifikasi dan analisis sosial terlebih dahulu tidak akan memberikan

dampak yang optimal terhadap pembangunan sosial masyarakat di sekitarnya.

Dengan demikian peran PMDH terhadap eksistensi perusahaan tidak akan

optimal.

3.4.2 Teknik Sampling

Desa binaan di areal IUPHHK HT PT Nityasa Idola adalah sebanyak 52

desa yang terbagi kedalam 2 wilayah kerja, yakni wilayah utara dan wilayah

selatan. Dalam menentukan sebaran responden, peneliti memilih desa-desa di

wilayah utara sebagai wilayah sampel dengan alasan bahwa wilayah tersebut

sedang dalam upaya memperbesar pencapaian target tanam. Sehingga perusahaan

perlu meningkatkan negosiasi dan pedekatan kepada masyarakat dengan berbagai

masalah sosial yang ada. Berdasarkan pertimbangan dari manajemen perusahaan

desa sampel yang dipilih sebanyak dua sampel desa, yakni Desa Selange dan Desa

Ampadi dengan alasan bahwa kedua desa tersebut sedang dalam pendekatan

untuk meningkatkan kerjasama dengan perusahaan. Responden yang dipilih pun

didasarkan pada beberapa kriteria/karakteristik yang digunakan seperti :

1. Penduduk setempat yang bekerja pada perusahaan

2. Penduduk lokal (suku dayak)/pendatang

3. Kepemilikan lahan/kebun

4. Masyarakat yang berada di sekitar perusahaan

5. Lokasi/sebaran pemukiman, HTI dan lokasi desa.

Page 31: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

3.4.3 Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini adalah data primer dan

data sekunder yang dikumpulkan dari level perusahan dan level instansi terkait,

yang didukung dengan data hasil verifikasi lapangan.

a. Pengumpulan Data Sekunder

Tabel 1 Daftar data sekunder

No. Jenis Data Sumber Data

1.

2.

3.

4.

Gambaran Umum Perusahaan

Monografi Kecamatan Meranti

Peta Kawasan Hutan Tanaman

Industri

Kegiatan-kegiatan Sosial Perusahaan

Perusahaan

Kecamatan Meranti

Perusahaan

Perusahaan

b. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei dengan dasar

keterwakilan aspek sosial ekonomi, wilayah kerja, maupun pola hubungan

interaksi dengan perusahaan.

b.1 Observasi Lapang

Observasi lapang sangat penting dilakukan untuk mengamati kondisi riil di

lapangan dalam rangka:

1) Memastikan bahwa data yang diperoleh sama atau setidaknya tidak

terlalu jauh berbeda dengan realitas di lapangan.

2) Menggali informasi lebih dalam melalui pengamatan langsung di

lapangan tentang berbagai hal yang menyangkut kondisi sosial

ekonomi di dalam dan sekitar PT. Nityasa Idola

Observasi yang dilakukan diantaranya adalah di lokasi :

1. Hutan Tanaman Perusahaan

2. Kelembagaan masyarakat

Page 32: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

3. Masyarakat sekitar

4. Desa di sekitar kawasan PT. Nityasa Idola

b.2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan sebagai

berikut:

1) Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan person kunci (key person

interviews). Untuk melakukan wawancara semi terstruktur hanya diperlukan

panduan wawancara (interview guidances), kuesioner yang detil tidak diperlukan.

Wawancara dengan person kunci dilakukan untuk mengetahui secara lebih

mendalam suatu permasalahan sesuai dengan bidang keahlian atau kewenangan

dari masing-masing responden (person kunci). Oleh karena itu, pemilihan

responden untuk wawancara dengan person kunci (key person interviews) lebih

tepat dilakukan dengan menggunakan pendekatan non-probability melalui metode

purposif sampling, yaitu: pengambilan sampel dilakukan berdasarkan

pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti (Sudjana 2002).

Pemilihan responden untuk menilai kegiatan PMDH dilakukan secara

accidental sampling (Kumar 1999) dengan pendekatan non-probability sampling,

yaitu masyarakat yag dijadikan responden dengan usia 17 tahun ke atas. Hal ini

diasumsikan orang tersebut telah mengerti pertanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner dan telah memiliki kemampuan menganalisis pertanyaan maupun

informasi. Ukuran sampel yang digunakan adalah 60 orang (30 orang dari desa

Selange dan 30 orang dari desa Ampadi), didasarkan pada acuan minimal 30

sampel untuk penelitian deskriptif (Umar 2002). Jumlah responden di setiap

tingkatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Adapun tahapan dalam penentuan

responden untuk key person interviews adalah sebagai berikut:

a) Menentukan person kunci yang paling berpengaruh atau paling

relevan dengan topik kajian.

b) Masukan atau rekomendasi dari person kunci sebelumnya dijadikan

pertimbangan dalam menentukan person kunci yang akan dipilih

Page 33: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

menjadi responden selanjutnya. Metode penentuan responden seperti

ini dikenal dengan sebutan metode “bola salju” (snowball method)

yang bisaanya sangat sesuai digunakan untuk menentukan responden

dalam key person interviews.

c) Untuk menjaga keseimbangan jumlah responden berdasarkan aspek

keahlian atau kewenangan yang dimiliki, key person interviews

dilakukan dengan teknik purposive sampling menggunakan metode

penentuan responden “bola salju” (snowball method ) yang

dikombinasikan dengan sistem kontrol kuota (quota control). Quota

control diperlukan agar tidak terjadi penumpukan responden dengan

bidang keahlian atau kewenangan tertentu tetapi kekurangan

responden untuk bidang keahlian atau kewenangan yang lain.

Gambar 2 memberikan ilustrasi bagaimana cara melakukan pemilihan

responden untuk key person interviews dengan snowball method.

Gambar 2 Pemilihan responden dengan snowball method.

2) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai

bahan panduan wawancara. Pemilihan responden dalam wawancara dilakukan

dengan teknik pengambilan contoh acak terstratifikasi (stratified random

sampling).

Page 34: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

3.4.4 Analisis dan Sintesis data

Data sekunder maupun data primer yang dikumpulkan dianalisa dengan

perpaduan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif lebih

menekankan pada deskripsi atau gambaran berbagai fakta dan hubungan antar

variabel yang ditemukan dalam proses di lapangan. Berdasarkan pendeskripsian

dan hubungan antar variabel yang ada dilapangan, dilakukan analisis terhadap 1)

Kondisi sosial ekonomi petani dan masyarakat secara umum di kawasan dan

sekitar kawasan perusahaan, 2) Analisis persepsi petani dan masyarakat umum

terhadap perusahaan, 3) Analisis dampak keberadaan perusahaan terhadap

lingkungan, dan sosial ekonomi masyarakat, dan 4) analisis rencana kelola sosial

yang harus dilakukan

Page 35: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI

4.1 Sejarah Perusahaan

Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No 329/Kpts-II/1998

tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

kepada PT Nityasa Idola seluas 113.196 ha. Sejarah perkembangan Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (UPHHK-HTI) PT

Nityasa Idola dari sisi perijinan hingga saat ini adalah sebagai berikut :

Berdasarkan Surat Ditjen Pengusahaan Hutan No. 1936/IV-PPH/1994

mulai tahun 1995 PT Nityasa Idola melaksanakan uji tanaman seluas 200 hektar

di Kecamatan Ledo Kabupaten Sambas, namun mengalami hambatan dari

masyarakat. Pada tahun 1997 PT Nityasa Idola melakukan pengulangan kegiatan

uji tanaman areal seluas 200 hektar yang terletak di Kampung Malosa dan

Sukamulya, Kecamatan Bengkayang yang sudah mencapai tahap penanaman.

Penanaman berdasarkan RKT, dilakukan untuk RKT 1998/1999 mencapai

sekitar 600 hektar ditambah percobaan penanaman seluas 200 hektar. Selain

penanaman, selama pelaksanaan RKT tersebut dibangun persemaian permanen

yang mampu memproduksi bibit 2 juta bibit/tahun. Sedangkan bibit yang sudah

diproduksi 1.686.315 bibit yang terdiri dari jenis Acacia mangium, Gmelina

arborea dan Eucalyptus spp.

Bina desa hutan yang telah dilakukan oleh PT Nityasa Idola sampai

dengan tahun 1999 adalah pembangunan sarana dan prasarana peribadatan 1 buah

seluas 60 m2, bangunan serba guna 1 buah seluas 60 m

2, pengembangan karet

rakyat seluas 10 hektar, demplot pertanian tumpang sari seluas 1,6 hektar serta

mengadakan sarasehan/penyuluhan sebulan sekali. Kegiatan ini terus berlangsung

hingga pecahnya kerusuhan besar di Kalimantan Barat pada tahun 1997 yang

terulang dengan skala yang lebih luas pada tahun 1999.

Kondisi keamanan dan perkembangan sosial kemasyarakatan di Provinsi

Kalimantan Barat pasca kerusuhan 1997 dan 1999 membuat situasi menjadi

Page 36: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

sangat tidak kondusif untuk pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan hutan

tanaman dan investasi pada umumnya antara lain dengan terjadinya penguasaan

dan penggunaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang

mengakibatkan luas areal yang dapat ditanami tidak lagi sesuai dengan Rencana

Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKPHTI) yang telah disetujui oleh

Dirjen Pengusahaan Hutan dengan Surat Keputusan Nomor 251/Kpts/VI/1999

tanggal 27 Desember 1999 dimana direncanakan bahwa luas efektif tanaman

adalah 64.000 hektar, dengan daur tanaman 8 tahun dengan jenis tanaman Acacia

mangium, Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria.

Mempertimbangkan perubahan yang terjadi, PT Nityasa Idola pada akhir

tahun 2006 memohon persetujuan untuk perubahan (revisi) RKUPHHK-HTI nya.

Pada tanggal 4 Oktober 2007, PT Nityasa Idola memperoleh pengesahan atas

revisi Rencana Kerja UPHHK HTI dalam Hutan Tanaman periode 1998 s/d 2041

dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan No.

248/VI-BPHT/2007 tentang Persetujuan dan pengesahan Revisi Keputusan

Direktur Jendral Pengusahaan Hutan Produksi Nomor 351/Kpts-VI/1999 tentang

pengesahan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman (RKPHT) yang

meliputi seluruh jangka waktu pengusahaan hutan atas nama PT Nityasa Idola di

Provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan revisi rencana kerja inilah mulai tahun 2007 PT Nityasa

Idola melakukan kegiatan pembuatan tanaman dan sampai akhir tanam 2008 telah

menyelesaikan penanaman seluas 280 hektar dengan jenis tanaman sengon serta

membangun 3 buah persemaian yang dikelola bersama masyarakat masing-

masing dengan kapasitas produksi 1.200.000 batang bibit per tahun.

4.2 Data Pemegang Izin

Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman

(IUPHHK HT) di areal yang ditunjuk dalam surat Menteri Kehutanan No.

329/Kpts-II/1988 tertanggal 27 Februari 1998 akan dilakukan oleh PT. Nityasa

Idola sebagai pemegang izin. Secara ringkas data pemegang ijin adalah sebagai

berikut :

Page 37: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

1. Nama Pemegang IUPHHK HTI dalam Hutan Tanaman : PT. NITYASA

IDOLA

2. Alamat dan Nomor Telepon :

a. Kantor Pusat : Sapta Mulia Centre

Jl. Rw Gelam V- KI Pulogadung Jakarta

Telp. 021 – 4618135

b. Kantor Cabang : Jalan Pangeran Cinata, Dusun Raja, Desa

Raja, Kecamatan Ngabang, Kabupaten

Landak, Telp. 0562 – 22462

3. Keputusan IUPHHK HTI

a. Nomor : 329/Kpts-II/1998

b. Tanggal : 27 Februari 1998

c. Luas Areal : 113.196 ha

4. Kelas Perusahaan : Pertukangan

5. Status Permodalan : Swasta Nasional Murni

6. Kepemilikan Saham IUPHHK HTI

- Direktur : Iwan Djanuarsyah

- Direktur : Julianto Koesnandar

7. Kepemilikan Industri :

a. Terkait dengan industri : PT. Dharma Satya Nusantara

b. Kepemilikan saham dengan industri

4.3 Letak Areal Kerja dan Luas

Areal IUPHHK HTI yang akan dikelola oleh PT Nityasa Idola terletak di

dua administrasi pemerintahan otonom, yaitu Kabupaten Bengkayang dan

Kabupaten Landak. Keduanya terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Secara fisik,

areal IUPHHK HTI PT Nityasa Idola dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentang

lahan yaitu satu bentang di Kabupaten Bengkayang dan dua bentang lahan di

Kabupaten Landak. Keadaan fisik lapangan areal IUPHHK HTI PT Nityasa Idola

secara singkat adalah sebagai berikut :

Page 38: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Areal kerja IUUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola secara geografis terletak

pada garis lintang 0°22‟48” - 01°04‟18” LU dan garis bujur 109°22‟ - 109°54‟

BT. Secara administrasi terletak di Provinsi Kalimantan Barat yaitu pada dua

kabupaten yaitu Kabupaten Landak dan Kabupaten Bengkayang. Untuk di

Kabupaten bengkayang wilayah mencakup Kecamatan Samalantan, Bengkayang,

Ledo, Sanggau Ledo, Seluas, Sungai Raya, Capkala, Monterado, Teriak, Sungai

Betung, Suti Semarang, Lumar, Jagoi Babang dan Siding. Sedangkan untuk di

Kabupaten Landak, terletak di wilayah Kecamatan Kuala Behe, Air Besar,

Sebangki, Ngabang, Meranti, Menyuke, Mempawah Hulu, Menjalin, Mandor dan

Sengah Temila. IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola memiliki luas total areal konsesi

sebesar 113.196 ha.

4.4 Kondisi Hutan

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukkan Kawasan

Hutan dan Perairan untuk Provinsi Kalimantan Barat yang dituangkan dalam

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 259/Kpts-II/2000 tanggal 20 Agustus

tahun 2000 areal HTI PT Nityasa Idola berada di kawasan hutan produksi, dengan

beberapa bagian dari areal tersebut juga terdapat areal dengan fungsi konservasi,

yaitu hutan lindung serta penggunaan lain dalam hal ini transmigrasi. Keadaan

hutan berdasarkan peta kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat

disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Keadaan hutan pada areal kerja IUPHHK HT PT Nityasa Idola

berdasarkan peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan Provinsi

Kalimantan Barat

No

.

Perkembangan

Areal pada

IUPHHK HT pada

Hutan Tanaman

Fungsi Hutan

HP HPT HL Hutan

Konservasi

APL

1 Posisi Awal

(Keputusan

IUPHHK HT)

109.926 3.270

2 Penambahan (Surat

Menhut)

5.511 5.134 1.701

Posisi Sekarang 100.850 5.551 5.134 1.701

Total 113.196 Sumber : Rencana Kerja Umum PT. Nityasa Idola

Page 39: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Sementara itu dengan menggunakan Citra Landsat 7 ETM+Band 542,

Path/Row 121/59 dan 121/60 liputan 31 Oktober 2008 diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 3. Keadaan penutupan lahan berdasarkan peta hasil penafsiran citra satelit

No Fungsi hutan Areal Berhutan Areal Tak

Berhutan

(Ha)

Tertutup

Awan (Ha) VF (Ha) LOA

(Ha)

1 Hutan Produksi

Tetap

0 6.997 90.831 3.002

2 Hutan Produksi

Terbatas

0 0 0 0

3 Hutan Produksi

yang dapat

dikonversi

0 0 0 0

4 Hutan Lindung 0 131 3.424 1.956

5 Hutan Konservasi 0 472 4662 0

6 APL 0 95 653 953

Jumlah 0 7.695 99.570 5.931 Sumber : Rencana Kerja Umum PT. Nityasa Idola

4.5 Kondisi Sosial Ekonomi

Areal IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola berada pada dua wilayah

Kabupaten, yaitu Bengkayang dan Landak. Secara potensi, keadaan sosial dan

ekonomi kedua kabupaten tersebut akan mempengaruhi perkembangan PT

Nityasa Idola terutama dari segi penyediaan tenaga kerja dan penilaian terhadap

besarnya kontribusi PT Nityasa Idola kepada pengembangan ekonomi regional.

Potensi sosial dan ekonomi di kedua kabupaten tercermin pada kondisi demografi

dan fasilitas sebagaimana disajikan pada Tabel 7.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang (Bengkayang dalam Angka

2007) memproyeksikan untuk dua kecamatan yang terletak dan atau berdekatan

dengan areal IUPHHK HT PT. Nityasa Idola, jumlah penduduk tahun 2006 adalah

32.791 jiwa, dengan tingkat kepadatan 51 jiwa per km2. Dengan menggunakan

angka rata-rata Kabupaten Bengkayang di kedua kecamatan ini penduduk usia

produktif diperkirakan berjumlah 19.361 orang dengan sekitar 21 persennya

termasuk dalam usia sekolah.

Page 40: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Sementara untuk Kabupaten Landak, enam kecamatan yang terletak dan

atau berada di Kabupaten Landak, luasnya 6.884 km2 atau 69% dari luas

kabupaten dengan jumlah penduduk menurut proyeksi Badan Pusat Statistik

Kabupaten Landak (Kabupaten Landak dalam angka 2007) sebanyak 238.062

jiwa atau 73% dari jumlah penduduk Kabupaten Landak, dengan kepadatan 35

jiwa per km2. Dengan menggunakan rata-rata angka Kabupaten, penduduk usia

produktif berjumlah 154 ribuan.

Tabel 4 Jumlah penduduk, agama, mata pencaharian dan fasilitas umum

No. Uraian Satuan Jumlah

Bangkayang* Landak* Total

1 Jumlah Penduduk

- Total Orang 211.883 323.075 234.958

Anak-anak (<17 tahun)

- Laki-laki Orang 125.992 162.300 268.272

- Perempuan Orang 100.172 120.351 250.723

Angkatan Tidak Produktif

(<55 tahun)

- Laki-laki Orang 3.117 5.675 8.792

- Perempuan Orang 2.602 4.749 7.351

2 Agama dan Aliran Kepercayaan

- Islam Orang 67.569 50.268 117.837

- Katolik/Protestan Orang 139.864 269.679 409.543

- Lain-lain Orang 4.450 3.128 7.587 Sumber : Rencana Kerja Umum PT. Nityasa Idola

Page 41: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Umur Responden

Responden adalah masyarakat peserta kegiatan Pembinaan Masyarakat

Desa Hutan (PMDH) yang berasal dari desa binaan IUPHHK-HTI PT. Nityasa

Idola. Usia responden yang diambil antara 25-64 tahun. Distribusi responden

menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Distribusi responden menurut kelompok umur

Kelompok

umur (tahun)

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

20-29 4 13,33 4 13,33 8 13,33

30-39 8 26,67 11 36,67 19 31,67

40-49 11 36,67 7 23.33 18 30,00

50-59 3 10,00 7 23,33 10 16,67

60-69 4 13,33 1 3,33 5 8,33

>70 0 0,00 0 0,00 0 0.00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada umumnya jumlah responden

berada pada kelompok 30-39 tahun (31,67%). Menurut Suyono (1991) usia

produktif adalah usia yang berada diatas 17 tahun dan kurang dari 50 tahun,

sehingga responden pada umumnya masih produktif untuk bekerja. Hal ini sangat

sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa responden pada umumnya masih

produktif untuk bekerja

5.2.2 Pendidikan Responden

Responden pada umumnya sudah memiliki kemampuan baca tulis

walaupun masih ada yang berpendidikan SD atau bahkan tidak tamat. Untuk lebih

jelasnya tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tabel

Page 42: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya (48,33%) responden tidak

bersekolah.

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat

Pendidikan

Selange Ampadi Total Responden

N % N % N %

Tidak

Sekolah 16 53,33 13 43,33 29 48,33

SD 8 26,67 11 36,67 19 31,67

SMP 0 0,00 3 10,00 3 5,00

SMA 5 16,67 3 10,00 8 13,33

Diploma 1 3,33 0 0,00 1 1,67

Sarjana 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Total 30 100,00 30 100.00 60 100,00

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada

umumnya (48,33%) tidak bersekolah dan (31,67%) hanya tamat SD, artinya

pendidikan masyarakat di desa sampel masih termasuk rendah. Rendahnya tingkat

pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat di dalam dan sekitar hutan

sangat dipengaruhi oleh tata nilai dan tradisi nenek moyangnya yang cenderung

primitif dan tradisional, sehingga kesadaran masyarakat akan pendidikan masih

rendah. Hal ini terlihat dari sebagian besar masyarakat hanya berpendidikan SD

bahkan lebih besar tidak bersekolah, sehingga sumberdaya yang sesungguhnya

produktif yang dimilikinya belum bisa dikelola dan dimanfaatkan secara optimal

untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga disebabkan oleh sarana

pendidikan yang kurang memadai, hal ini terlihat dari minimnya sarana

pendidikan, lokasi desa yang menyebar dengan konsentrasi penduduk yang kecil,

jumlah sekolah yang terbatas, jumlah guru yang terbatas, dan sekolah-sekolah

lanjutan yang hanya berada di pusat kecamatan dengan jumlah yang terbatas. Di

Desa Selange dan Ampadi masing-masing memiliki satu sekolah SD, sedang SMP

berada di kecamatan dan hanya terdapat 1 SMP dan belum terdapat SMA. Saat ini

SMA berada di kecamatan lain. Disamping keterbatasan sarana pendidikan

tersebut, akses yang jauh ke sekolah juga menjadi penghambat bagi masyarakat

untuk bersekolah. Kesejahteraan masyarakat desa binaan PT. Nityasa Idola bila

Page 43: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

dilihat dari tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan yang masih rendah maka

dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat desa binaan PT.

Nityasa Idola juga masih rendah.

5.2.3 Mata Pencaharian Responden

Mata pencaharian responden dapat dikategorikan menjadi dua kelompok,

yaitu dari usahatani dan non usahatani. Mata pencaharian dari usaha tani adalah

hasil pertanian seperti perladangan dan perkebunan, sedangkan contoh non

usahatani adalah berdagang, PNS, guru honor, karyawan perusahaan, tukang

kayu, tukang urut, wiraswastawan lainnya. Sumber pendapatan utama sebagian

besar responden adalah dari usahatani. Distribusi mata pencaharian/sumber

pendapatan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian

Mata

Pencaharian

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Usahatani 23 76,67 29 96,67 52 86,67

Nonusahatani 7 23,33 1 3,33 8 13,33

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Pada Tabel 7 terlihat bahwa sumber pendapatan responden pada umumnya

berasal dari usahatani (86,67%). Usaha di sektor pertanian pada umumnya juga

dilakukan oleh responden yang memiliki mata pencaharian di sektor non

pertanian, namun sifatnya hanya sekedar sampingan yang berfungsi sebagai

tambahan penghasilan rumah tangga.

5.3 Kesejahteraan Desa Binaan PT. Nityasa Idola

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 69/Kpts-II/1995,

salah satu tujuan dari kegiatan PMDH adalah untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan

masyarakat. Sumber pendapatan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

pendapatan dari dalam hutan dan dari luar hutan. Sumber pendapatan dari dalam

hutan yaitu, pemanfaatan kayu, karet, dan buruh tanam. Sumber pendapatan dari

luar hutan terdiri dari sawit, berdagang, karyawan perusahaan, PNS, dan swasta.

Page 44: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Namun sumber kebutuhan masyarakat di dalam hutan lebih besar, hal ini

berdasarkan hasil persepsi masyarakat yang tertuang pada Tabel 8.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan masyarakat akan hutan

berdasarkan persepsi masyarakat adalah sebesar 53,33% terpenuhi dan 46,67%

terkadang terpenuhi.

Tabel 8 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan

kebutuhan di

hutan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

terpenuhi 18 60,00 14 46,67 32 53,33

kadang-kadang 12 40,00 16 53,33 28 46,67

tidak terpenuhi 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dengan demikian, pendapatan masyarakat terbesar berada di dalam hutan.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Dari data tersebut diketahui bahwa tingkat

pendapatan masyarakat rata-rata terbesar berasal dari PNS yakni sebesar Rp.

1.450.000,00, namun dengan tingkat pendidikan rendah, hanya sebagaian kecil

saja yang pekerjaannya sebagai PNS. Tingkat perolehan pendapatan rata-rata pada

masing-masing Desa adalah sebesar Rp. 779.940,48 untuk Desa Selange dan Rp.

460.535,71 untuk Desa Ampadi. Hal ini menunjukkan tingkat pendapatan

masyarakat Desa Selange lebih besar dari Desa Ampadi.

Tabel 9 Pendapatan masyarakat

Pendapatan Masyarakat nilai Rp/bulan

Selange Ampadi

a. Dari dalam hutan

1. Kayu Rp 500.000,00 Rp 475.000,00

2. Karet Rp 407.142,86 Rp 360.000,00

sub total dari dalam hutan Rp 907.142,86 Rp 835.000,00

b. Dari luar hutan

1. Berdagang Rp 675.000,00 Rp 507.142,86

2. Karyawan perusahaan Rp 797.500,00 Rp -

3. PNS Rp 1.450.000,00 Rp -

4. Pegawai swasta Rp 850.000,00 Rp 500.000,00

sub total dari luar hutan Rp 3.772.500,00 Rp 1.007.142,86

Total Rp 4.679.642,86 Rp 1.842.142,86

rata-rata pendapatan Rp 779.940,48 Rp 460.535,71

Page 45: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Jika dibandingkan dengan tingkat Upah Minimum Regional Kabupaten

Landak sebesar Rp. 945.000, maka pendapatan masyarakat Desa Selange maupun

Desa Ampadi masih terbilang miskin. Perbandingan tingkat pendapatan dan UMR

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Perbandingan antara rataan pendapatan rumah tangga dengan UMR.

Pada gambar 3S terlihat bahwa rataan pendapatan rumah tangga dari total

responden berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR), artinya bahwa

pendapatan masyarakat desa binaan PMDH PT. Nityasa Idola memiliki

pendapatan yang masih rendah. Dari Gambar 3 terlihat bahwa responden Desa

Selange memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan

responden Desa Ampadi

Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat pengeluaran masyarakat di masing-

masing desa yang cenderung masih di atas penghasilan mereka, yakni 71,67%

berada pada tingkat pengeluaran Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000. Tingkat

pengeluaran masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Tingkat pengeluaran masyarakat

Pengeluaran per

bulan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

< 1000000 1 3,33 3 10,00 4 6,67

1000000-2000000 23 76,67 20 66,67 43 71,67

>2000000 6 20,00 7 23,33 13 21,67

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Page 46: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa kondisi pemenuhan kebutuhan

hidup masyarakat dilihat dari tingkat pendapatannya dan jika membandingkan

dengan tingkat pengeluaran yang cenderung relatif, maka masyarakat

beranggapan bahwa 43,33% terkadang kurang, 23,22% selalu kekurangan, dan

31,67% berimbang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketercukupan pemenuhan

kebutuhan masyarakat masih kurang, sehingga perlu adanya pembinaan dan

pemberdayaan dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Kondisi

pendapatan dan pengeluaran per bulan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Kondisi pendapatan dan pengeluaran per bulan

Kondisi Pendapatan

dan Pengeluaran

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Selalu kekurangan 1 3,33 13 43,33 14 23,33

Terkadang

kekurangan 10 33,33 16 53,33 26 43,33

Seimbang 18 60,00 1 3,33 19 31,67

Berlebih 1 3,33 0 0,00 1 1,67

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dari kekurangan pendapatan masyarakat ini biasanya akan tertutupi

dengan penjualan tanah milik atau meminjam uang pada koperasi (credit union).

Kondisi kesejahteraan masyarakat ini pula dapat dilihat berdasarkan bentuk

bangunan tempat tinggal masyarakat. Mayoritas masyarakat tinggal pada lahan

atau rumah milik sendiri. Biasanya rumah tempat tinggal mereka sudah turun

temurun atau warisan namun ada juga yang baru membangun kembali.

Berdasarkan data dari responden, sebanyak 53,33% masyarakat memiliki rumah

sederhana yang terbuat dari kayu atau bambu. Rumah tersebut berbentuk rumah

panggung yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Sedangkan masyarakat

memiliki bangunan semi permanen, yakni terbuat dari kayu dan semen sebesar

46,67%. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat kesejahteraan

masyarakat di daerah tersebut masih rendah dan perlu adanya peningkatan

perekonomian masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Analisis bentuk bangunan dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 47: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Tabel 12 Bentuk bangunan rumah

Bentuk Bangunan

Rumah

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n % Sederhana

(bangunan rumah

berasal dari

bamboo/kayu) 9 30,00 23 76,67 32 53,33 Semi permanent

(bamboo/kayu dan

semen) 21 70,00 7 23,33 28 46,67

Permanent

(bangunan rumah

sudah permanent) 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Masyarakat di daerah penelitian adalah penduduk asli setempat (suku

dayak) yang sudah tinggal semenjak mereka lahir. Hal ini memunculkan

keterikatan akan daerah yang dihuninya dan terhadap pemanfaatan sumberdaya

lahan di sekitarnya. Sebagian besar penduduk hidup dari mata pencaharian bertani

sehingga kesejahteraan responden tergantung pada luas kepemilikan lahan yang

dimilikinya. Status kepemilikan lahan responden merupakan lahan milik sendiri.

Lahan-lahan milik tersebut pada umumnya berasal dari buka lahan sendiri/garap

lahan sendiri. Asal kepemilikan lahan responden dapat dilihat dalam Tabel 13.

Tabel 13 Asal kepemilikan lahan responden

Asal

Kepemilikan

Lahan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Membuka hutan 7 23,33 9 30,00 16 26,67

Membeli 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Warisan 23 76,67 21 70,00 44 73,33

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada umumnya asal kepemilikan

lahan responden berasal dari warisan (73,33%). Kepemilikan lahan dari warisan di

desa selange (76,67%), sedangkan di desa Ampadi (70%).

Sebagian besar masyarakat di daerah tersebut masing-masing telah

memiliki lahan, baik untuk tempat tinggal, berladang, karet, dan lainnya yang

Page 48: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

belum dimanfaatkan lahan tersebut diperoleh turun-temurun berdasarkan warisan

dari orang tua atau membeli lahan milik warga lainnya. Namun lahan tersebut

tidak dalam aturan yang jelas dan memiliki kekuatan hukum, seperti adanya

sertifikat hak milik atau surat keterangan kepemilikan lahan lainnya. Warga

mengandalkan saling kepercayaan antar warga yang berbatasan langsung dengan

lahannya. Dengan tidak adanya kekuatan hukum dalam kepemilikan lahan dan

hanya mengandalkan kepercayaan antar warga mengenai batas lahan, maka sering

menimbulkan konflik tata batas. Konflik ini biasa terjadi antar warga atau antara

warga dengan perusahaan. Permasalahan konflik tata batas ini biasanya akan

diselesaikan secara kekeluargaan melalui hukum adat.

Perusahaan telah berupaya membantu masyarakat untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat dengan membuka peluang kerja dan membangun

kerjasama dalam pemanfaatan lahan masyarakat untuk ditanam pohon sengon.

Hal ini disambut positif oleh masyarakat, namun masih ada pula masyarakat yang

belum mau mengkerjasamakan lahan mereka untuk ditanam sengon. Masyarakat

yang mengkerjasamakan lahannya ini dipengaruhi oleh keinginan memperoleh

ganti rugi lahan dan memang masih banyak lahan kosong yang tidak digunakan.

Sedangkan warga yang tidak mengkerjasamakan lahannya beralasan, lahan yang

dimilikinya kecil dan masih ditumbuhi oleh tanaman karet, dan menurutnya karet

masih lebih menguntungkan dan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu,

masyarakat merasa dengan melihat beberapa kasus, lahan yang sudah ditanami

sengon tidak dilakukan perawatan, sehingga tanaman tidak tumbuh optimal.

Tanaman yang tidak tumbuh optimal ini nantinya justru tidak menguntungkan

masyarakat pada saat dilakukan pemanenan. Berdasarkan data dari perusahaan,

sampai saat ini target tanam perusahaan per tahunnya sebesar 5700 hektar, namun

pencapaian pada tahun 2008 sebesar 284 hektar, tahun 2009 sebesar 1467 hektar,

dan sampai bulan april 2010 sebesar 237 hektar. Hal ini berbeda dengan keinginan

kerjasama lahan oleh masyarakat, dan hampir seluruh areal kerja yang diizinkan

berada di atas lahan yang di klaim milik masyarakat.

Adapun keuntungan yang dijanjikan perusahaan yang akan didapatkan

oleh masyarakat tertuang dalam mata beliung atau surat perjanjian kerjasama

lahan, diantaranya adalah setiap satu hektar lahan akan diberikan pengganti

Page 49: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

sebesar Rp. 60.000, penjarangan tanaman yang dilakukan setengah daur (4 tahun)

sebesar Rp. 2.500/m3, penebangan saat pemanenan (8 tahun) sebesar Rp. 5.000/

meter kubik, dan pemberian bibit karet gratis sebanyak 21 batang/ha. Keuntungan

lain adalah lahan itu tetap milik masyarakat dan perjanjian akan berlaku setiap

satu daur (8 tahun), disamping ada pemasukan lain masyarakat yang didapat dari

perusahaan, yakni jika mengerjakan lahannya sendiri untuk kegiatan pembinaan

hutan. Namun penawaran perusahaan tersebut masih dirasakan tidak puas oleh

masyarakat 61,67% dan hanya 35% yang menyatakan puas. Ketidakpuasan ini

dipengaruhi oleh hasil upah ganti rugi lahan yang kecil dan proses pembayaran

yang lama, dan hasil panen yang juga lama. Tingkat kepuasan ganti rugi lahan

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Tingkat kepuasan ganti rugi lahan.

Kepuasan Ganti

rugi lahan

Selange Ampadi Total Responden

N % N % N %

Puas 7 23,33 14 46,67 21 35,00

tidak puas 21 70,00 16 53,33 37 61,67

tidak tahu 2 6,67 0 0,00 2 3,33

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

5.4 Analisis Penyelenggaraan Kegiatan PMDH

Perusahaan telah melakukan berbagai kegiatan Pembinaan Masyarakat

Desa Hutan (PMDH) yang sesuai dengan rencana perusahan dalam Rencana Kerja

Tahunan (RKT) 2010. Namun kegiatan tersebut belum berjalan efektif dan

optimal sehingga perlu dilakukan evaluasi kegiatan, baik yang sudah berjalan

maupun yang belum berjalan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15.

5.5 Analisis Masalah dan Konflik

Permasalahan-permasalahan penyelenggaraan PMDH berasal dari pihak

masyarakat sebagai peserta PMDH dan perusahaan pemegang IUPHHK-HT

sebagai pelaksana kegiatan PMDH. Jika tidak diatasi akan menghambat kegiatan

perusahaan lainnya. Analisis terhadap permasalahan tersebut dijelaskan pada

Tabel 16.

Page 50: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Tabel 15 Rencana kegiatan perusahan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2010 dan evaluasi kegiatan

No. Judul Program Uraian Evaluasi

1 Meningkatkan kapasitas karyawan

perusahaan dalam pengembangan

masyarakat

- Pelatihan Pengembangan masyarakat

- Training for trainer

- Pelatihan konsep pemberdayaan masyarakat

- Pelatihan konsep dan program kelompok swadaya

masyarakat

- Belum optimalisasi program karena orang-orang

yang terpilih belum mampu mentransfer informasi

yang didapat dari pelatihan tersebut

- Tidak adanya tindak lanjut dan pendampingan dari

program tersebut

2 Tersediannya sistem operasi bisnis

- Merancang prosedur pembuatan sistem operasi bisnis

secara partisipatif

- Membuat aturan kerjasama bersama petani

- Membuat standar kerja dan mekanisme kerja bersama

petani

- Sistem operasi yang dibangun adalah dalam bentuk

kerjasama lahan (tertuang dalam perjanjian mata

beliung), aturan kerja dan pembayaran upah pegawai

lepas (pembukaan lahan dan pemeliharaan)

- Upah kerja pegawai lepas yang masih rendah

- Kegiatan pemeliharaan yang belum berjalan optimal,

hal ini yang menyebabkan masyarakat tidak mau

mengkerjasamakan lahannya untuk ditanam sengon.

- Bahwa aturan dari pemerintah dalam kegiatan

pembukaan lahan tidak diboleh dilakukan dengan

cara dibakar, namun berbeda dengan masyarakat

yang lebih sering membuka lahan untuk ditanam

dengan dibakar. Alasannya adalah jika lahan dibakar,

maka lebih meningkatkan kesuburan tanah.

- Mekanisme pembayaran upah atau ganti rugi lahan

relatif lebih lama,

- Perlu adanya pemahaman dan sosialisasi epada

masyarakat

3 Tersediannya rencana program

pengembangan pertanian berkelanjutan

- Melakukan pemetaan kebun sengon, padi, karet dan

palawija

- Merumuskan masalah, kebutuhan dan sumberdaya

kebun petani

- Menyusun rencana kegiatan kebun tahunan

- Kegiatan pemetaan sudah dilakukan, untuk

membagi kawasan yang dimungkinkan untuk

ditanam sengon, namun masih belum terealisasi

karena masih ada lahan yang tumpang tindih,

misalnya pada tanaman karet. Kemudian masih

sedikit keinginan warga untuk mengkerjasamakan

lahannya ditanam sengon

- Rencana kegiatan kebun tahunan tidak berjalan

secara optimal, saat ini perusahaan sedang membuat

berbagai demplot pertanian sebagai contoh kepada

masyarakat. Namun persepsi masyarakat saat ini

36

Page 51: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No. Judul Program Uraian Evaluasi

adalah kegiatan pertanian dengan sistem berladang

berpindah tidak hanya dilihat dari sisi ekonominya

saja, namun dari segi budaya yang menjadi tradisi,

bahkan dirayakan setiap tahunnya.

4 Tersediannya lahan pertanian yang

produktif

- Mempersiapkan bibit jagung (400 kg)

- Mempersiapkan bibit kacang tanah

- Membeli bibit padi

- Membuka lahan

- Mempersiapkan pupuk organik dan biopestisida

- Memelihara kebun

- Menanam kebun

- Memanen kebun

- Mengelola hasil kebun (pasca panen)

- Memasarkan produk

- Kegiatan ini belum berjalan, namun bantuan ini

sudah pernah dilakukan oleh pemerintah daerah

setempat. Bantuan ini dinilai masyarakat tidak

efektif, karena pada saat itu, bibit hanya diberikan,

namun tidak ada pendampingan dan pelatihan,

sehingga bibit tidak termanfaatkan dengan baik.

- Sampai saat ini bantuan bibit dari perusahaan

diberikan pada masyarakat yang ingin membuat

demplot pertanian menetap.

5 Pengembangan pertanian berkelanjutan

- Peningkatan kompetensi petani dalam pengembangan

teknologi budidaya

- Merancang pelatihan budidaya padi, palawija, sengon,

dan karet

- Pelatihan budidaya tumpang sari

- Mendirikan pondok pertemuan di setiap dusun

- Pendampingan petani dalam pengembangan budidaya

- Peningkatan kompetensi petani dalam pengembangan

manajemen usaha tani dan konservasi lahan

- Peningkatan kompetensi petani dalam pengembangan

kepemimpinan dan kewirausahaan

- Terbangunnya kelompok swadaya masyarakat

- Kebisaaan pertanian masyarakat di daerah tersebut

dilakukan dengan sistem pertanian berladang

berpindah.

- Saat ini perusahaan telah memperkenalkan sistem

pertanian menetap, namun masyarakat belum tertarik

dengan sistem yang baru ini jika belum ada bukti.

- Kegiatan pertanian dengan sistem berladang

berpindah, bagi masyarakat bukan hanya dinilai dari

sisi ekonomi saja, namun juga dari sisi budaya,

karena sudah menjadintradisi yang turun temurun,

bahkan dirayakan setiap tahunnya dengan hari raya

padi.

- Pembuatan demplot pertanian dengan sistem

pertanian menetap ini dilakukan dengan membentuk

kelompok masyarakat. Dengan banyaknya desa

binaan, dan kurangnya personil bidang CSR, maka

pendampingan tidak berjalan optimal, sehingga

kelompok yang terbentuk pun masih sedikit.

6 Mendorong kesadaran dan arti penting

pendidikan

- Beasiswa anak sekolah (SMP)

- Beasiswa anak sekolah (SMK)

- Honor guru bantu

- Pemutaran film pendidikan

- Beasiswa hanya diberikan kepada pelajar berprestasi.

- Honor guru bantu sudah diberikan bagi guru SD

honorer di setiap sekolah. Pemberian honor ini tidak

diketahui secara umum oleh masyarakat, sehingga

Tabel 15 (lanjutan)

37

Page 52: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No. Judul Program Uraian Evaluasi

citra positif yang terbangun kecil.

- Pemutaran film pendidikan belum dilakukan,

dikarenakan kondisi waktu.

7 Mendukung perkembangan kegiatan

keagamaan

- Pembangunan tempat ibadah

- Peringatan hari besar keagamaan

- Perusahaan belum memberikan bantuan bagi

pembangunan tempat ibadah, dengan alasan tidak

adanya pengajuan anggaran ke mereka. Sedangkan

masyarakat hanya menunggu bantuan yang

diberikan. Namun dalam pelaksanaan peringatan hari

besar agama, perusahaan memberikan bantuan untuk

kegiatan keagamaan tersebut sesuai dengan

pengajuan masyarakat.

8 Seminar penguatan hukum adat

- Honor pembicara

- Uang saku peserta

- Konsumsi peserta

- Penginapan

- Belum pernah dilakukan karena kondisi waktu,

berbagai masalah lain yang harus diselesaikan

terlebih dahulu. Sehingga program ini tidak menjadi

prioritas.

9 Meningkatakan derajat kesehatan

masyarakat

- Tindakan medis

- Pembuatan mck

- Kesehatan ibu dan anak/kegiatan posyandu

- Bantuan medis yang diberikan perusahaan hanya

pada pengadaan transportasi dari rumah warga yang

cukup jauh dari puskesmas setempat atau rumah

sakit

- Untuk pembuatan mck belum dilakukan perusahaan

dengan alasan tidak adanya pengajuan dari

masyarakat. Sedangkan untuk bantuan kesehatan

dalam kegiatan posyandu belum berjalan. Pernah ada

komunikasi dan janji dari perusahaan akan

memberikan bantuan, namun belum terealisasi.

10 Membantu peningkatan sarana umum

- Perbaikan jalan kampung

- Pengadaan air bersih

- Bantuan yang paling besar yang diberikan

perusahaan adalah pembukaan akses jalan. Akses

selain dilakukan untuk mempermudah transportasi

kegiatan perusahaan, namun juga mempermudah

akses bagi masyarakat. Namun yang dikeluhkan

masyarakat saat ini adalah tidak adanya perbaikan

dan perawatan jalan atau jembatan yang rusak.

Sedangkan keinginan perusahaan adalah jalan

tersebut dirawat bersama oleh masyarakat tanpa

menuntut kepada perusahaan.

Tabel 15 (lanjutan)

38

Page 53: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No. Judul Program Uraian Evaluasi

11 Membangun komunikasi masa di radio

kumunitas “banua cordis” - Talkshow kemitraan di radio komunitas “banua cordis”

- Pembuatan film documenter NI

- Kerjasama ini belum berjalan, karena keterbatasan

personil yang ada.

12 Pelatihan pengurus koperasi

(Pembentukan koperasi mitra perusahaan)

- Pemilihan calon pengurus koperasi dari masyarakat

- Pengajuan legalitas/badan hukum ke notaris

- Pengajuan legalitas koperasi ke desperindagkop

- Bantuan modal awal koperasi

- Masyarakat masih belum paham dan yakin dengan

sistem koperasi yang diperkenalkan.

- Sulitnya mengumpulkan masyarakat dalam suatu

kelompok dan menjalankan sistem koperasi. Mereka

cenderung menjalankan sistem ekonomi mereka

sendiri secara kekeluargaan

13 Pelatihan manajemen dan kepemimpinan

koperasi

- Honor trainer

- Uang transport peserta

- Material pelatihan dan fotocopy handout

- Uang saku peserta

- Sampai saat ini koperasi belum terbentuk sehingga

program ini belum berjalan.

14 Pelatihan teknis dan pengembangan

kapasitas petani

(Pelatihan kapasitas pertanian di KPPT)

- Biaya training 3 bulan di kppt

- Tiket Pontianak jogja pp travel jogja-salatiga pp

- Uang saku peserta

- Kegiatan ini sudah berjalan dengan mengirimkan

peserta ke salatiga. Namun saat ini tidak ada tindak

lanjut dan pendampingan program. Mereka belum

melakukan pemberdayaan masyarakat untuk

pertanian sistem menetap dikarenakan tidak

difasilitasi dan tidak ada modal dari perusahaan.

Sedangkan harapan perusahaan adalah mereka bisa

lebih mandiri setelah mengikuti program tersebut.

15 Pelatihan teknis corporate forum for

comummunitydevelopment (CFCD)

- Pelatihan teknis CFCD Di Bogor

- Visitasi tokoh masyarakat/agama (relationship)

- Studi banding tokoh masyarakat untuk pengenalan

industri di Surabaya

- Pelatihan MQ di Bandung

- Perusahaan telah melakukan kegiatan kunjungan dan

pelatihan manajemen diri bagi masyarakat.

Tujuannya adalah memberikan pemahaman kepada

tokoh masyarakat kegiatan perusahaan yang mampu

memberikan dampak dan keuntungan yang positif

bagi masyarakat. Sehingga tokoh masyarakat ini

dapat mengajak warganya untuk mengkerjasamakan

lahan dengan perusahan untuk ditanam sengon.

Namun hal ini belum berjalan optimal, tokoh

masyarakat tersebut ternyata belum mampu

mengarahkan warganya, karena keinginan

masyarakat yang besar dan kebiasaan tradisi

mereka.

16 Pertemuan untuk persiapan kajian sosial

- Penyebaran quisioner

- Pembuatan peta situasi

- Pendataan potensi lahan

- Belum terlaksana. Hal ini dikarenakan kurangnya

personil dan tenaga ahli untuk menganalisa tersebut.

Sehingga program PMDH yang berjalan dilihat

Tabel 15 (lanjutan)

39

Page 54: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No. Judul Program Uraian Evaluasi

- Pembuatan kelompok kerja

berdasarkan aturan yang ada dan diskusi dengan

tokoh masyarakat.

17 Pemantapan akhir dan Pembayaran-

pembayaran

- Pembayaran mata beliung

- Materai

- Pengadaan dan distribusi karet unggul

- Resolusi konflik lahan

- Mata beliung, adalah surat perjanjian kerjasama

antara masyarakat dan perusahaan.

- Pembayaran mata beliung masih relatif lebih lama

- Pengadaan karet diberikan pada warga yang telah

mengkerjasamakan lahannya untuk ditanam sengon,

yakni 21 batang per hektar. Namun dalam

distribusinya belum optimal, masih banyak warga

yang belum memperoleh bibit karet setelah satu

tahun perjanjian kerjasama.

18 Operasional tenaga lapangan

- Upacara bunuh adat

- Naik dango

- Sosialisasi rutin dengan masyarakat

- Kontribusi ritual adat musiman

- Perusahaan juga memberikan bantuan untuk

masyarakat, baik itu pada kegiatan adat atau pada

kegiatan keagamaan.

- Sosialisasi rutin ke masyarakat tidak berjalan secara

optimal, bahkan terkadang informasi yang diberikan

karyawan lapangan pun terbatas dan cenderung

negatif. Hal ini disebabkan karyawan khusus

dibidang CSR sedikit dan tidak bisa menjangkau

seluruh desa.

Tabel 15 (lanjutan)

40

Page 55: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Tabel 16 Analisis permasalahan dan konflik yang pernah terjadi

No Lahan Hubungan Kerja Kesehatan Pendidikan Organisasi dan regulasi Ekonomi, Sosial

Budaya

1 Areal kerja perusahaan

sebagian besar berada

pada lahan yang

diklaim milik

masyarakat

Sedikit masyarakat

yang mengelola

lahannya sendiri untuk

tanaman sengon karena

upah kerja pengelolaan

lahan yang rendah

Kebiasaan masyarakat

mengkonsumsi obat

(puyer/tablet) setiap hari dan

minum arak

Motivasi belajar

masyarakat rendah

Kurangnya karyawan

bidang sosial jika

dibandingkan banyaknya

desa binaan

Pengangguran yang

tinggi, dengan basis

ekonomi pada

pertanian

2 Belum adanya

legalisasi lahan milik

masyarakat

Keterlambatan

pembayaran mata

beliung sebagai ganti

rugi lahan

Lokasi sarana kesehatan

yang jauh dari desa

Sarana pendidikan yang

kurang memadai dengan

lokasi yang jauh

Produktivitas dan

kemampuan kerja

karyawan perusahaan

(terutama yang berasal dari

masyarakat setempat) di

lapangan masih kurang

Pendapatan

masyarakat yang

masih rendah

3 Ganti rugi lahan yang

dinilai masyarakat

masih rendah

Pemeliharaan tanaman

yang tidak dilakukan

Kebiasaan masyarakat

memelihara hewan (babi dan

anjing) tanpa kandang

Tingkat pendidikan yang

rendah

Kurangnya koordinasi

antara perusahaan,

pemerintah daerah, dan

aparat desa dalam

pelaksanaan program

PMDH

Pola pikir masyarakat

yang tradisional

dengan gaya hidup

modern

4 Lahan yang ingin

dikerjasamakan masih

banyak ditanami

pohon karet

Demplot pertanian

sebagai upaya

penyelesaian masalah

perladangan berpindah

yang belum optimal

Bantuan kesehatan

(misalnya posyandu) yang

belum diberikan oleh

perusahaan

Kurangnya media

informasi bagi

masyarakat

belum optimalnya peran

serta tokoh masyarakat

dalam pengembangan HTI

dan PMDH

Kurangnya sosialisasi

program PMDH

sehingga masyarakat

tidak tahu kegiatan

PMDH

5 Pembukaan lahan yang

dilakukan masyarakat

untuk berladang

dengan cara dibakar

Transportasi untuk

kesehatan harus setiap saat

tersedia oleh perusahaan,

karena pernah terjadi konflik

terkait masalah tersebut

Bantuan pendidikan yang

belum menyeluruh pada

siswa, hanya berupa

bantuan untuk guru

honor

41

Page 56: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

5.5.1 Identifikasi Masalah Pada Peserta PMDH (masyarakat)

Salah satu bentuk kegiatan PMDH PT. Nityasa Idola adalah pembinaan

pertanian menetap. Pada saat ini telah dilakukan pembuatan demplot pertanian

menetap sebagai contoh bagi masyarakat. Namun kegiatan tersebut belum

berjalan dengan optimal, karena partisipasi masyarakat yang masih kurang karena

menilai pertanian menetap sulit untuk dilakukan. Selain itu masyarakat belum

percaya jika belum melihat hasilnya secara langsung. Hal ini disebabkan adanya

anggapan dari masyarakat bahwa pola perladangan berpindah yang selama ini

dilakukan sudah menjadi tradisi yang turun-temurun dan lebih menguntungkan

dengan alasan sebagai berikut:

a. Pola perladangan berpindah lebih mudah dan praktis karena dengan perlakuan

minim mampu berproduksi tinggi

b. Hama dan penyakit tanaman pada pola perladangan berpindah lebih kecil

c. Pengelolaan lahan yang intensif memerlukan teknologi yang sulit dan biaya

yang besar

Asumsi masyarakat tersebut sangat wajar karena rendahnya pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki serta pengaruh budaya yang melekat secara turun-

temurun. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat belum dapat sepenuhnya

menerima perubahan dan inovasi dari luar secara positif dan cepat. Dilihat dari

kultur pengelolaan usaha, masyarakat desa di dalam areal hutan dalam

mengusahakan usahanya masih mengikuti adat atau tradisi nenek moyang secara

turun-temurun, masih sulit menerima perubahan-perubahan dari luar. Pola

usahatani yang diterapkan oleh masyarakat tersebut pada umumnya bersifat

ekstensif dan tanpa perlakuan-perlakuan intensif. Tahap pengerjaan lahan sangat

tidak efisien, misalnya dalam pembukaan lahan sampai dengan penanaman

memerlukan waktu sampai empat bulan, dalam pemanenan diperlukan waktu

sampai dua bulan. Frekuensi panen pun hanya satu tahun sekali dengan

produktivitas yang rendah. Pengeluaran biaya relatif besar karena mengikuti

tradisi dan ritual yang harus dilakukan. Hal-hal tersebut sebenarnya sudah disadari

masyarakat, dengan kerugian masyarakat karena pengeluaran biaya yang besar

tapi hasil panen yang lebih rendah dari pengeluaran. Karena permasalahan

Page 57: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

tersebut, maka pada awal tahun 2010 dilakukan pelatihan pertanian bagi beberapa

warga masyarakat di Salatiga, Jawa Tengah, dengan harapan dapat memberikan

contoh kepada warga masyarakat lain di desanya. Namun hal ini masih belum

berjalan dengan baik, karena menurut para peserta pelatihan, mereka tidak

difasilitasi baik dari dana maupun kebutuhan alat pertanian.

Luasnya areal yang dimiliki setiap masyarakat, tidak hanya dimanfaatkan

untuk lahan pertanian tapi juga lahan dikerjasamakan untuk ditanam pohon

sengon sebagai mitra perusahaan dan sebagai penambah pendapatan, sebagian

lahan ditanam pohon karet. Desa-desa binaan PT. Nitysa Idola umumnya

mempunyai aksesibilitas yang cukup baik. Pembukaan jalan ini dilakukan oleh

perusahaan sebagai tanggungjawab sosial kepada masyarakat. Aksesibilitas ini

sangat penting berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan PMDH di desa-desa binaan

serta berkaitan dengan pengangkutan yang diperlukan untuk sarana produksi

usaha tani, mengangkut hasil-hasil pertanian, dan mempermudah menuju lokasi

penanaman sengon.

Pembangunan hutan tanaman dengan jenis kayu sengon oleh PT. Nityasa

Idola berupaya membangun bersama masyarakat, dengan ini peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui kerjasama dan kegiatan pembinaan masyarakat

dapat tercapai. Kegiatan sosial adalah kegiatan penting yang harus dijalankan oleh

perusahaan di bidang kehutanan, salah satunya hutan tanaman. Perusahaan harus

mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Upaya mengetahui

keinginan masyarakat sebagai tanggungjawab sosial akan tertuang dalam program

Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), maka perlu diadakan pertemuan

dan diskusi dengan masyarakat. Pertemuan ini biasanya dilakukan di setiap dusun

sebelum dusun tersebut melakukan kerjasama pengelolaan lahan untuk tanaman

sengon. Namun intensitas pertemuan antara masyarakat dan perusahaan dirasakan

belum maksimal dan berkala, sehingga keinginan dan keluhan masyarakat tidak

sepenuhnya tersampaikan kepada perusahaan. Dengan intensitas pertemuan yang

kurang ini, perusahaan belum mengetahui keinginan masyarakat sepenuhnya

sehingga penyusunan dan pelaksanaan program PMDH belum tepat sasaran. Hal

ini memunculkan pendapat bahwa perusahaan belum mengayomi masyarakat.

Page 58: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Penyebaran informasi yang cepat antar masyarakat baik informasi negatif

atau positif, menyebabkan pengaruh yang besar terhadap perusahaan. Lebih besar

lagi apabila informasi tersebut disampaikan oleh karyawan perusahaan sendiri.

Melihat informasi di lapangan, isu yang berkembang lebih besar mengarah kepada

hal negatif. Terkadang masalah perusahaan yang tidak seharusnya dibicarakan

secara terbuka menjadi bahan pembicaraan umum. Informasi negatif ini dapat

mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Intensitas penyebaran

informasi ini dapat dipengaruhi dari bentuk interaksi masyarakat terhadap

perusahaan. Bentuk interaksi ini dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Bentuk interaksi masyarakat terhadap perusahaan

Bentuk interaksi

dengan perusahaan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Karyawan tetap 3 10,00 0 0,00 3 5,00

Pegawai harian lepas 1 3,33 0 0,00 1 1,67

Penyedia barang/jasa 1 3,33 0 0,00 1 1,67

Diundang rapat

untuk membicarakan

berbagai

permasalahan 1 3,33 2 6,67 3 5,00

Diundang untuk

sosialisasi program, 24 80,00 28 93,33 52 86,67

Tidak pernah

berinteraksi 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Berdasarkan data diatas bahwa bentuk interaksi terbesar adalah pada saat

diundang untuk sosialisasi program sebesar 86,67%, sebagian kecil lainnya

sebagai pegawai harian lepas dan penyedia barang dan jasa masing-masing

1,67%. Dengan bentuk interaksi terbesar pada saat diundang sosialisasi dan

dengan intensitas yang rendah dan tidak dilakukan secara berkala, maka

penyampaian informasi ke masyarakat belum optimal sehingga rawan terjadinya

salah paham dan konflik. Konflik yang muncul sebagai akibat dari keinginan

masyarakat yang tidak ditanggapi atau dipenuhi oleh perusahaan. Masyarakat

cenderung menginginkan sesuatu secara instan, sedangkan perusahaan memiliki

Page 59: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

aturan yang harus diikuti. Biasanya mereka melakukan protes ke kantor baik

secara sendiri atau berkelompok, dan terkadang memberikan ancaman. Di

beberapa kasus mereka terkadang melakukan pemukulan, penahananan

inventarisasi atau pengrusakan. Masalah-masalah yang timbul itu diatasi secara

kekeluargaan, atau secara adat, atau jika tidak terselesaikan dan termasuk dalam

tindakan kriminal akan diselesaikan melalui hukum formal. Berdasarkan data dari

responden, 78,33% mengatakan pernah ada konflik dan 21,67% mengatakan tidak

pernah ada konflik. Konflik yang terjadi tidak hanya pada diri mereka namun bisa

juga yang terjadi pada tetangga mereka. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data

pada Tabel 18. Konflik-konflik yang pernah terjadi antara masyarakat dengan

perusahaan dapar dilihat pada Tabel 19.

Tabel 18 Konflik dengan Perusahaan

Konflik dengan

Perusahaan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Ada 25 83,33 22 73,33 47 78,33

Tidak 5 16,67 8 26,67 13 21,67

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Tabel 19 Konflik yang pernah terjadi sepanjang tahun 2009-2010

No Deskripsi Konflik No Deskripsi Konflik

1 Penahananan kunci alat berat oleh masyarakat

Angkabang karena permohonan rehabilitasi

tanaman di desa tersebut belum dilakukan

oleh bagian produksi tanam

10 Pemilik lahan pada petak 28 melakukan

pemagaran di petak tersebut karena tidak

dilakukan penyulaman tanaman

2 Terjadi overlap lahan milik Maradan dan

Lyus di petak 21A B

11 Kesalahan pembukaan lahan pada petak 05/5

mengakibatkan kerugian 50 batang karet

3 Penahananan kunci alat berat oleh Suar

karena bagian perencanaan salah membuat

trase jalan

12 Pemilik lahan melakukan pemagaran di petak

81 dan 96 karena pembayaran upah kerja

pemeliharaan tidak tepat waktu

4 Karena tidak ada komunikasi dari produksi

tanam bahwa alat berat brig down , maka

masyarakat harus menunggu di lokasi yang

akan di kerjakan. Atas kejadian tersebut,

masyarakat akan minta ganti rugi lahan

13 Pemilik lahan pada petak 91 akan menuntut

ganti jika tidak dibuatkan gorong-gorong

untuk mengatasi genangan air pada ruas jalan

dari Desa Anggam ke Desa Bati. Karena

dikhawatirkan air akan masuk ke petak

tersebut

5 Karena tidak dilakukannya pemeliharaan oleh

perusahaan, pemilik lahan melakukan protes

14 Tumis melakukan pemukulan kepada Sabian

karena salah paham dalam pemakaian motor

Page 60: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No Deskripsi Konflik No Deskripsi Konflik

dengan menahan motor perusahaan

6 Pemilik lahan akan mencabut bibit sengon di

lahannya jika tidak ada penjelasan dari

perusahaan terkait ganti rugi lahan miliknya.

15 Soeharto melakukan perusakan pintu dan solo

karena pembayaran upah kerja pembuatan

pondok tidak tepat waktu

7 Pemilik lahan petak 5 melakuakn penahanan

kunci alat berat karena tidak diberitahukan

pada saat pembuatan jalan di petak tersebut

16 Sukses malakukan penahanan mobil ekstrada

karena karyawan perusahaan terlambat

mengantar Jonggan

8 Pemilik lahan pada petak 29B/2 melakukan

penebangan pohon sengon karena janji

pembayaran upah kerja pemeliharaan tidak

tepat waktu

17 Kimlin melakukan pemukulan kepada Pak

Jufri (karyawan PT. NI) karena pembayaran

ganti rugi lahan tidak tepat waktu

9 Protes warga Ampadi karena jalan menuju

desa tersebut rusak dan belum ada bantuan

dari perusahaan

18 Masyarakat Ampadi melakukan demonstrasi

karena pembayaran penyiapan lahan dan

penanaman tidak tepat waktu

5.5.2 Identifikasi Masalah Pada Pelaksana PMDH (PT. Nityasa Idola)

Permasalahan utama pelaksanaan PMDH di PT. Nityasa Idola adalah

banyaknya desa binaan yang berada di dalam dan sekitar areal hutan tanaman

industri PT. Nityasa Idola, dan keterbatasannya tenaga kerja pelaksanaan PMDH.

Penyebab lainnya adalah tidak adanya kerjasama yang baik antara perusahaan

dengan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

dan pembenahan pola perladangan berpindah menjadi pertanian menetap.

Keterbatasan tenaga pelaksana PMDH ini juga sangat berpengaruh pada

pendekatan dengan masyarakat desa binaan. Pendekatan-pendekatan yang

dilakukan oleh perusahaan terhadap desa binaan dirasakan masih sangat kurang.

Hal ini terlihat masih banyak masyarakat peserta PMDH yang tidak memiliki

pengetahuan tentang kegiatan itu sendiri. Sosialisasi tentang perencanaan PMDH

juga masih sangat kurang sehingga banyak peserta PMDH yang tidak terlibat

dalam pengajuan usul/pendapat, penentuan prioritas tentang jenis bantuan atau

pembinaan yang dibutuhkan serta tidak adanya pemberitahuan kepada seluruh

peserta PMDH terkait pertemuan untuk membahas kegiatan PMDH yang akan

dilaksanakan. Peserta hanya diikutsertakan menyepakati bantuan/pembinaan yang

terpilih.

Tabel 19 (lanjutan)

Page 61: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Masalah pelaksanaan teknis kegiatan perusahaan banyak di keluhkan oleh

masyarakat. Misalnya masalah penanaman yang tidak dirawat, masalah upah yang

terlambat. Mereka berpendapat bahwa perusahaan hanya mementingkan target

tanam tanpa adanya perawatan yang dilakukan, sehingga ketika panen tiba,

masyarakat pula yang akan dirugikan. Masyarakat belum merasakan adanya

kegiatan dan bantuan yang diberikan perusahaan. Masyarakat masih menganggap

perusahaan sebagai ladang bantuan yang bisa di minta kapan saja dan harus

memberikan segala sesuatu keinginan masyarakat.

Perusahaan telah berupaya melakukan kegiatan pembinaan masyarakat,

diantaranya kegiatan yang pernah dilakukan oleh perusahaan berdasarkan

pendapat masyarakat adalah 45% responden mengatakan kegiatan yang dilakukan

berupa pembangunan sarana dan prasarana, 30% kegiatan pendidikan, yakni

pemberian bantuan dana untuk guru honorer, 21,67% kegiatan pelayanan

kesehatan, dan 3,3% kegiatan pelatihan, yakni kegiatan pelatihan pertanian

menetap dan pelatihan manajemen diri. hal ini dapat dilihat berdasarkan data pada

Tabel 20.

Tabel 20 Kegiatan yang pernah dilakukan oleh perusahaan

Kegiatan yang

pernah dilakukan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Pelayanan

kesehatan 0 0,00 13 43,33 13 21,67

Pelatihan 2 6,67 0 0,00 2 3,33

Pendidikan 1 3,33 17 56,67 18 30,00

Pembanguanan

sarana prasarana 27 90,00 0 0,00 27 45,00

Lainnya 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Namun kegiatan-kegiatan yang pernah berjalan tersebut belum dirasa

optimal dan perlu adanya evaluasi dan pengkajian ulang agar kegiatan dapat

berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat

yang sudah berjalan dan sedang berjalan lainnya yang diketahui masyarakat

adalah pemberian bibit karet unggul, pengiriman tokoh masyarakat ke pelatihan

manajemen qolbu dan pelatihan pertanian, pemberian bantuan pada guru honor

Page 62: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

dan pemberdayaan pertanian menetap. Namun demikian, kegiatan sosial

perusahaan belum dirasakan secara merata oleh masyarakat, hanya sebagian kecil

masyarakat yang telah merasakannya. Oleh karena itu, masyarakat tetap

beranggapan perusahaan belum melakukan kegiatan yang mampu

memberdayakan mereka.

Pelaksanaan kegiatan yang tidak berkala (lebih dari 3 bulan) dengan

intensitas kegiatan yang dilaksanakan perusahaan masih kurang, maka masyarakat

merasakan perusahan tidak banyak memberikan perubahan terhadap mereka.

Namun masyarakat tetap menyadari keuntungan yang mereka peroleh dengan

adanya PT. NI ini, seperti pembangunan jalan yang menjadikan terbukanya akses,

masyarakat mendapatkan kompensasi atas tanah yang dikerjasamakan dengan

perusahaan, menyerap tenaga kerja, mendapatkan bantuan-bantuan yang bersifat

operasional bagi desa.

Masih kurangnya peran serta karyawan bidang sosial untuk lebih dekat ke

masyarakat dan fokus kerja bidang sosial yang tidak hanya memberdayakan

masyarakat namun juga berperan penting dalam pencarian lahan yang siap

dikerjasamakan. Dengan personil yang terbatas dan banyaknya desa binaan dan

fokus kerja yang bercabang antara pembukaan lahan dan kegiatan pemberdayaan

masyarakat. Selain itu kesiapan dan kemampuan pelaksana teknis terutama bidang

sosial perlu ditingkatkan dan adanya penyamaan persepsi. Artinya peran serta

karyawan terutama bidang sosial sangat penting untuk memberikan persepsi

positif masyarakat terhadap perusahaan. Kurangnya tenaga terampil bidang

PMDH dan kurangnya dukungan pelaksanaan program dari berbagai pihak,

menyebabkan program PMDH belum berjalan optimal. Kemudian belum adanya

sosialisasi rutin untuk menggali kebutuhan masyarakat, apa yang diinginkan,

konflik yang terjadi, sehingga kegiatan tidak tepat sasaran.

5.6 Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Kegiatan PMDH

Persepsi responden terhadap manfaat kegiatan PMDH dilihat dari

pendapatan masyarakat tentang kegiatan PMDH yang berjalan selama ini, apakah

bermanfaat atau tidak, apakah kegiatan IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola

Page 63: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

bermanfaat bagi masyarakat, dan dengan adanya kegiatan PMDH apakah

kebutuhan masyarakat akan hasil hutan terpenuhi. Dari hasil wawancara tersebut

diperoleh bahwa bentuk manfaat yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah

aksesbilitas menjadi lebih mudah (58,33%), adanya pembangunan sarana dan

prasarana terutama jalan (16,67%), dan yang kurang dirasakan adalah peluang

kerja bagi masyarakat (20%). Hal ini disebabkan oleh kemampuan ide usaha

masyarakat yang masih kurang, sehingga perlu adanya kegiatan yang mengarah

kepada peningkatan kemampuan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Bentuk manfaat kegiatan PMDH dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 22 Bentuk Manfaat Kegiatan PMDH

Bentuk Manfaat Selange Ampadi Total Responden

N % N % N % Peluang kerja 4 13,33 8 26,67 12 20,00 Peluang berusaha 2 6,67 1 3,33 3 5,00 Desa menjadi ramai 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Aksesibilitas

menjadi lebih

mudah (desa lebih

mudah dijangkau) 20 66,67 15 50,00 35 58,33

Dibangunnya

sarana dan

prasarana 4 13,33 6 20,00 10 16,67

Total 30 100,00 33 100,00 60 100,00

Dari bentuk kegiatan manfaat tersebut, sebagian besar responden

menyatakan adanya manfaat dari kegiatan PMDH. Persepsi masyarakat terhadap

manfaat kegiatan PMDH dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Hasil Pengukuran Persepsi Masyarakat terhadap manfaat Kegiatan

PMDH

Persepsi

Masyarakat

Selange Ampadi Total Responden

N % N % N %

Tidak Bermanfaat 1 3,33 1 3,33 2 3,33

Bermanfaat 27 90,00 26 86,67 53 88,33

Sangat

Bermanfaat 2 6,67 3 10,00 5 8,33

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Page 64: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa pada umumnya (88,33%) responden

menyatakan kegiatan PMDH bermanfaat bagi mereka. Adapun alasan responden

menyatakan bahwa PMDH bermanfaat karena:

1. Adanya pembangunan sarana dan prasarana, seperti pembangunan dan

perbaikan jalan sebagai jalur transportasi.

2. Adanya kerjasama lahan masyarakat untuk ditanam sengon dengan

perjanjian keuntungan tertentu.

3. Peserta PMDH yang melakukan kerjasama lahan dengan perusahaan

diberikan bibit karet sebanyak 21 bibit per hektar

4. Peserta PMDH mendapatkan bantuan berupa bantuan sosial seperti,

bantuan keagamaan, bantuan kesehatan, serta bantuan hari raya

Alasan responden yang menyatakan bahwa kegiatan PMDH tidak

bermanfaat (3,3%) adalah kegiatan PMDH belum berjalan dengan baik, tidak ada

pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, tidak ada bantuan personal, dan ada

juga karena alasan tidak ikut terlibat dalam kerjasama lahan dengan perusahaan,

sehingga tidak tahu tentang kegiatan PMDH.

5.7 Potensi Desa

Peningkatan perekonomian masyarakat menjadi sorotan terpenting dalam

upaya meningkatan kesejahteraan hidup, untuk itu perlu dilakukan analisis

mendalam terkait potensi lain yang bisa dikembangkan. Misalnya seperti getah

karet, kerajinan dari bambu dan rotan, potensi usaha kecil seperti makanan yang

terbuat dari singkong (banyak lahan kosong dan tumbuhan singkong yang belum

terolah), dan sahang. Potensi ini bisa menjadi acuan program pengembangan

usaha msayarakat. Sebagaian besar masyarakat bergantung perekonomiannya

pada getah karet, dan masih banyak lahan kosong yang bisa ditanam pohon karet

tersebut. Harga karet dipasaran untuk daerah tersebut sampai saat ini berkisar

antara Rp. 10.000,00 – Rp. 12.000,00 per kg dan rata-rata getah karet yang

diperoleh tiap minggunya adalah 15-20 kg. Potensi ini bisa dikembangkan dengan

program yang lebih tepat dan berguna untuk masyarakat. Potensi kerajinan tangan

dari rotan atau bambu memang belum banyak dipasarkan, namun potensi ini bisa

Page 65: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

dikembangkan sebagai oleh-oleh desa, seiring banyaknya bahan dasar yang

tersedia. Masyarakat setiap tahunnya menanam berbagai sayuran dipertanian

lading berpindahnya. Sayuran ini bisa dikembangkan sebagai salah satu

penghasilan daerah, dengan meningkatkan sistem pengelolaan pertanian melalui

pertanian menetap. Sampai saat ini hasil pertanian yang ada hanya cukup

digunakan untuk kehidupan sehari-hari keluarga. Tidak semua lahan yang mereka

miliki digunakan untuk pertanian, karet, atau hutan tanaman. Ada lahan yang

termanfaatkan untuk tanaman singkong, yang belum mampu di olah dengan baik.

Dengan adanya bahan dasar ini bisa saja dikembangkan UKM yang berbahan

dasar singkong, seperti keripik. Potensi ini bisa dikembangkan dengan program

yang lebih tepat dan berguna untuk masyarakat.

5.8 Usulan Rencana Kelola Sosial

Sebagai tindak lanjut berbagai data dan informasi yang didapat di

lapangan, diusulkan rencana kelola sosial pada Hutan Tanaman Industri dalam

rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Nityasa Idola,

Kalimantan Barat. Usulan tersebut tercantum pada Tabel 24.

Page 66: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Tabel 24 Usulan rencana kelola sosial

No Program Identifikasi masalah Kegiatan Waktu Tujuan Sasaran Aktifitas

1 Pendidikan Tingkat pendidikan yang rendah di

daerah tersebut

Kurangnya motivasi untuk belajar dan

membaca

Tidak adanya fasilitas informasi yang

memadai

Pengadaan

fasillitas

Perpustakaan

PT. NI

1 tahun Menumbuhkan citra positif

perusahaan

Membantu meningkatkan

minat baca dan membuka

wawasan warga

Memberikan informasi lebih

luas.

Seluruh

masyarakat

Membangun perpustakaan

perusahaan

Penyediaan buku-buku

pengetahuan untuk anak-anak

hingga orang tua

Mengadakan perpustakaan keliling

kampung

2

Pendidikan Kurangnya motivasi belajar bagi bagi

anak-anak

Kurangnya kegiatan sekolah dalam

upaya peningkatan motivasi belajar

Kurangnya dukungan dan peran orang

tua dalam memotivasi belajar anak

Lomba Cerdas

Cermat SD

Rutin, 1

tahun

Membangun citra positif

perusahaan

Peningkatan kemampuan,

kapasitas belajar dan motivasi

belajar siswa

Murid SD

dan orang

tua

Kegiatan perlombaan cerdas

cermat pendidikan antar SD se

kecamatan. Bisa dilakukan pada

saat peringatan hari pendidikan

3 Hubungan

Kerja

Sebagian besar karyawan lapangan

berasal dari penduduk setempat.

Tingkat pendidikan dan pemahaman

karyawan lokal masih rendah

Komunikasi antara pekerja lapangan

dengan masyarakat belum optimal

Masih kurangnya produktivitas kerja

karyawan lapangan, sehingga tidak

tercapainya target perusahaan

Pelatihan

peningkatan

teknik

komunikasi

Rutin,

Setiap 6

bulan

meningkatkan kemampuan

karyawan di lapangan, baik di

bidang teknis ataupun bidang

sosial masyarakat

peningkatan pola pikir dan

pemahaman terhadap

perusahaan, sehingga mampu

menjaga informasi penting

Karyawan

Perusahaan,

terutama

Karyawan

Lokal

Pelatihan dilakukan baik materi di

kelas maupun praktek di lapangan.

Materi pelatihan dapat berupa

materi teknis pekerjaan, motivasi,

dan materi penyamaan pola pikir

dan pemahaman terhadap

perusahaan

52

Page 67: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No Program Identifikasi masalah Kegiatan Waktu Tujuan Sasaran Aktifitas

4 Sosial Tingkat pendidikan rendah

Pengangguran tinggi

Sosilisasi tentang kegiatan perusahaan

rendah

Program Sosial 1 tahun membangun citra positif

perusahaan, pemberian

pengetahuan dalam upaya

pemberdayaan masyarakat

melalui arahan dan ceramah

dari pastur/pendeta/ustadz

pemberdayaan dan pelatihan

yang diisyaratkan atas

pengaruh pemuka agama

masyarakat

pengikut

agama

pemberdayaan kegiatan, misalnya

pengelolaan pertanian, masalah

kesehatan, pentingnya pendidikan,

tujuan dan program perusahaan

untuk kemajuan masyarakat dan

lain sebagainya yang disampaikan

melalui kegiatan keagamaan atau

dalam ceramah agama dan dapat

berbentuk praktek

penyampaian dapat berupa

selebaran atau kertas pengetahuan

yang dilakukan oleh pengurus

agama

5 Ekonomi Belum adanya kegiatan PMDH dalam

pembangunan usaha ekonomi rumah

tangga

usaha yang sudah ada belum

tersalurkan

Pendampingan dan konsultasi usaha

belum ada

Pemberdayaan

Usaha Rumah

Tangga

(pemanfaatan

bahan dasar

tanaman desa

dan kerajinan)

1 tahun

Peningkatan perekonomian

rumah tangga

Membuka potensi bidang

usaha baru yang belum

berkembang

masyarakat

Pembentukan kelompok usaha

rumah tangga, berdasarakan

kelompok pangari.

Penentuan usaha yang akan

dibangun melihat dari potensi alam

yang ada, seperti usaha makanan

dengan bahan dasar singkong dan

lainnya

Pelatihan dan Pendampingan

pelaksanaan usaha

Membantu dalam legalisasi dan

Tabel 24 (lanjutan)

53

Page 68: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No Program Identifikasi masalah Kegiatan Waktu Tujuan Sasaran Aktifitas

pemasaran usaha

6 Ekonomi Kegiatan Pertanian Menetap belum

berjalan

Optimalisasi

penyuluhan dan

pendampingan

pertanian

menetap secara

berkelanjutan

di setiap desa

binaan

6 bulan Memberikan pemahaman

akan penting dan

bermanfaatnya pertanian

menetap

Menggerakkan kembali

peserta pelatihan pertanian

untuk mengembangkan

kegiatan pertanian menetap di

desanya

Ibu-Ibu,

bapak-

bapak

Diskusi dan pelatihan pertanian

Optimalisasi demplot pertanian

Pemberian sarana dan fasilitas

pertanian

7 Organisasi

perusahaan

Kinerja bagian sosial belum optimal

Desa binaan di areal kerja perusahaan

cukup banyak

Pendekatan kepada msyarakat belum

intensif

Penambahan

Staf bidang

Sosial

6 bulan Agar dapat lebih fokus

terhadap kegiatan PMDH

Menjalankan dan mengawasi

program PMDH agar lebih

optimal

Perusahaan Recruitment dapat dilakukan

berasal dari masyarakat setempat

dan tenaga ahli bidang sosial

adanya pembagian fokus kerja

bidang sosial yang lebih jelas dan

terarah

8 Organisasi

Perusahaan

Program belum disusun secara

partisipatif

Kegiatan PMDH belum berjalan

secara optimal

Perencanaan

Pertisipatif

program

PMDH

3 bulan mengetahui program PMDH

yang diinginkan masyarakat

membangun program yang

tetap sasaran dan tepat guna

Ibu-Ibu,

bapak-

bapak

melakukan sosialisasi intensif

kepada pemerintah desa, tokoh

masyarakat, dan masyarakat

melakukan pengambilan data dan

penilaian

9 Kesehatan Bantuan kesehatan bagi anak-anak

belum ada

Kondisi lingkungan rumah yang

Sosialisasi

kesehatan ke

sekolah, dan

6 bulan

Membangun citra positif

perusahaan

Peningkatan pemahaman

Murid SD

dan orang

tua

Kegiatan pelatihan kesehatan,

sosialisasi pentingnya menjaga

kesehatan tubuh dan gigi, dan

Tabel 24 (lanjutan)

54

Page 69: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No Program Identifikasi masalah Kegiatan Waktu Tujuan Sasaran Aktifitas

kurang sehat

Kebiasaan-kebiasaan masyarakat

yang tidak memprioritaskan masalah

kesehatan

pemberian

makanan

tambahan

bergizi

pentingnya kesehatan mengatur pola makan

10 Regulasi Kurangnya kerjasama antara

pemerintah daerah, pemerintah desa

dan perusahaan

Masih ada program yang tumpang

tindih dari stakeholder tersebut

Peningkatan

kerjasama

antara

perusahaan,

Pemerintah

daerah, dan

aparat desa

dalam rangka

pembinaan

masyarakat

1 tahun Messinergikan kegiatan

PMDH antara perusahaan dan

pemerintah

Mencegah tumpang tindih

program

Mengetahui lebih jauh

program yang diinginkan oleh

masyrakat

Perusahaan,

pemerintah

daerah,

aparat desa

Komunikasi program yang

dijalankan

Evaluasi program yang sudah

berjalan

11 Regulasi Peran tokoh masyarakat belum

optimal dalam mendukung kegiatan

PMDH

Kurangnya sosialisasi dan

pemahaman kegiatan yang

dilaksanakan

Masih ada tanggapan dan persepsi

masyarakat bahwa belum ada

kegiatan atau bantuan yang diberikan

oleh perusahaan

Optimalisasi

dan tindak

lanjut

pendekatan

khusus bagi

pimpinan desa

dan tokoh

masyarakat

6 bulan Membangun citra positif

tokoh masyarakat terhadap

keberadaan perusahaan

Membangun hubungan baik

dengan tokoh masyarakat

Memberikan pemahaman

terkait keberadaan perusahaan

dan manfaatnya terhadap

masyarakat

Tokoh

masyarakat

Sosialisasi program

Pertemuan rutin

Tabel 24 (lanjutan)

55

Page 70: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

No Program Identifikasi masalah Kegiatan Waktu Tujuan Sasaran Aktifitas

12 Lahan Areal kerja perusahaan sebagian

besar berada pada lahan yang diklaim

milik masyarakat

Ganti rugi lahan yang dinilai

masyarakat masih rendah

Lahan yang ingin dikerjasamakan

masih banyak ditanam pohon karet

Mengevaluasi

prosedur

operasional

standar

perusahaan,

terkait dengan

isi perjanjian

mata beliung,

proses

pembayaran,

dan

peningkatan

potensi karet

6 bulan membangun citra positif

perusahaan

meningkatkan jumlah

masyarakat yang akan

bekerjasama dengan

perusahaan

membangun kegiatan kerja

yang lebih optimal dan efektif

Perusahaan Focus group discussion

Kajian intensif dalam manajemen

perusahaan

Meningkatkan ganti rugi lahan

Tabel 24 (lanjutan)

56

Page 71: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hubungan sosial antara masyarakat desa sekitar dengan Perusahaan

pengelola IUPHHK HT PT. Nityasa Idola sudah berjalan melalui program

kegiatan PMDH. Program yang telah dijalankan perusahaan tersebut, misalnya

program pelatihan dan pembuatan pertanian menetap, kerjasama lahan dengan

perjanjian mata beliung, bantuan pendidikan untuk guru honor, dan pemberian

bantuan sosial lainnya. Program tersebut belum berjalan dengan baik sehingga

perlu di evaluasi, seperti belum adanya tindaklanjut pendampingan program

pelatihan, belum optimalnya kegiatan pertanian menetap, karena kurang

sosialisasi dan pendampingan, perlu adanya optimalisasi bantuan yang mengarah

pada peningkatan sarana ibadah, pendidikan, dan kesehatan, meningkatkan

kerjasama dan peran serta tokoh masyarakat, evaluasi isi perjanjian mata beliung,

termasuk pelaksanaan pembayaran, kegiatan tanam dan pemeliharaan, kurangnya

kemampuan karyawan, seperti pengetahuan tentang hutan tanaman industri dan

teknik komunikasi.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program

PMDH diantaranya adalah banyaknya desa binaan, terbatasnya tenaga pelaksana

PMDH, belum adanya kerjasama yang baik antara perusahaan dan pemerintah

daerah, kurangnya pelaksanaan sosialisasi kegiatan PMDH, pelaksanaan kegiatan

PMDH tidak berkala. Namun disadari pula faktor masyarakat pun berpengaruh

besar, seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat, yakni perladangan berpindah

dan kegiatan bakar lahan sebaai kegiatan ekonomi, belum sepenuhnya dapat

menerima perubahan dan inovasi dari luar secara positif, kegiatan usaha masih

dipengaruhi adat atau tradisi.

Untuk itu perlu dilakukan pengembangan kegiatan PMDH dalam Rencana

Kelola Sosial sebagai program jangka panjang di antaranya adalah Pengadaan

fasillitas perpustakaan, lomba pelatihan peningkatan teknik komunikasi,

pelaksanaan program sosial, pemberdayaan usaha rumah tangga, optimalisasi

Page 72: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

penyuluhan dan pendampingan pertanian menetap, penambahan staf bidang

sosial, perencanaan pertisipatif program PMDH, sosialisasi kesehatan ke sekolah,

dan pemberian makanan tambahan bergizi, peningkatan kerjasama antara

perusahaan, pemerintah daerah, dan aparat desa dalam rangka pembinaan

masyarakat, optimalisasi dan tindak lanjut pendekatan khusus bagi pimpinan desa

dan tokoh masyarakat, mengevaluasi prosedur operasional standar perusahaan,

terkait dengan isi perjanjian mata beliung, proses pembayaran, dan peningkatan

potensi karet sehingga program PMDH yang dilaksanakan tepat sasaran dan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

6.2 Saran

Disarankan agar manajemen Pengusahaan Hutan Tanaman PT. Nityasa

Idola melakukan perbaikan dan peningkatan pada:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM karyawan PT. Nityasa Idola

khususnya di bidang sosial

2. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan program PMDH secara partisipatif

3. Menerapkan dan menegaskan SOP (Standard Operating Procedures)

pengelolaan IUPHHK HTI PT Nityasa Idola

4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara perusahaan, pemerintah

daerah dan aparat desa dalam rangka PMDH

Tabel 24 (lanjutan)

Page 73: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

DAFTAR PUSTAKA

Abdulbari. 1993. Hak Pengusahaan Hutan Mengusahakan Hutan dan Membina

Desa. Pusat pendidikan dan Latihan Kehutanan. Bogor

Bank Dunia. 2003. Sosial analysis Sourcebook : Incorporating Sosial Dimensions

Into-Supported Projects. Soc. Department The World bank,

Washington DC.

Departemen Kehutanan. 2000. Pedoman Praktis Pengelolaan Kegiatan

Pembinaan Hutan Bersama Masyarakat Desa Hutan. Jakarta

Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1991. Surat Keputusan Menteri

Kehutanan No. 691/Kpts-II/1991 tentang Peranan Pemegang HPH

dalam pembinaan Masyarakat Di Dalam dna Di Sekitar Hutan

Fauzi A. 2004. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.

Kumar R. (1999). Research methodology: A step-by-step guide for beginners.

London: Sage Publications.

Kuncoro M. 2003. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan. AMP

YKPN. Yogyakarta

Leavit HJ. 1997. Psikologi Manajemen. Zarkasi M, penerjemah. Jakarta:

Erlangga. Terjemahan dari: Management Psychology

Mosher AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-syarat

Pokok Pembangunan dan Modernisasi. CV. Yasaguna. Jakarta

Nurmanaf A. 1988. Struktur dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan

Di Lampung. Prosiding Petanasi Perkembangan Struktur Produksi

Ketenagakerjaan dan Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan. Bogor.

Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

Sitranggang HA. 2009. Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa

Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur. Departemen

Manajemen Hutan, Fakultas Kehuatanan, Institut Pertanian Bogor.

[Skripsi]

Soehardjo A, Patong D. 1973 Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Bogor.

Depertemen Ilmu Sosial Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Page 74: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Sohehoed WP. 1992. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembangunan Pedesaan.

Makalah Semiloka Nasional Pembangunan Masyarakat yang

Berkesinambungan. 28-29 Juli 1992. Departemen Sosial RI. Jakarta

Soetrisno L. 1990. Struktur Sosial dan Nilai Budaya dalam Industrialisasi.

PS.PLP-IPB. Bogor

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Jakarta: Penerbit Tarsito

Suharni Z. 2010. Studi Sosial ekonomi dan Persepsi Masyarakat terhadap

Rencana Pembangunan Hutan Tanaman Pola Kemitraan (HTPK) PT

Arara Abadi Provinsi Riau. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi]

Surya M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.. Bandung : Pustaka

Bani Quraisy

Supriatna T. 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan.

Humaniora Utama Press. Bandung

Sari YI. 2003. Perempuan dan Pengambilan Keputusan dalam Good Governance

Project. Jurnal Analisis Sosial, vol.8 No. 2 oktober 2003

Umar H. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

Page 75: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta areal kerja IUPHHK HT PT Nityasa Idola di Kabupaten Landak

Page 76: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social

Lampiran 2 Foto – foto kegiatan selama penelitian

Page 77: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social
Page 78: RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA PEMBINAAN … · permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social