land clearing_2.docx
TRANSCRIPT
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 1/20
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar
di asia tenggara. Pada tahun 2007 tercatat hampir 50 perusahaan yang merupakan perkebunan
kelapa sawit. Dengan produktifitas yang terus meningkat terbukti bahwa perkebunan kelapa
sawit turut membantu meningkatkan perekonomian Indonesia.
Membangun perkebunan kelapa sawit tentunya telah memiliki tujuan tertentu yang
hendak dicapai bagi petani. Tujuan tersebut meliputi produktifitas yang tinggi, penggunaan
bibit yang efisien, masa TBM yang singkat dan sedikit mungkin memperbaiki infrastruktur
yang dipergunakan. Hal-hal tersebut tentunya dapat dicapai dengan maksimal apabila proses
awal dan pemeliharaan dilakukan dengan baik.
Dalam pembangunan kebun kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap
pertama merupakan semua kegiatan yang diperlukan dari awal hingga penanaman tanaman di
lapangan. Sedangkan tahap kedua meliputi kegiatan setelah tanaman selesai ditanam yaitu
pemeliharaan hingga tanaman mulai menghasilkan. Kedua tahap ini sangat diperlukan dan
harus maksimal agar dapat memperoleh hasil seefisien mungkin dengan kualitas yang baik.
Pada tahap pertama secara garis besar yang harus dilakukan adalah perencanaan yang
cermat dan inovatif oleh pihak menejemen. Kegiatan ini harus disusun teratur dan terjadwal,
meliputi pengurusan izin pembukaan lahan, pemesanan kecambah dan pembukaan lahan dan
penanaman tanaman sawit.
Secara lebih rinci tahap pertama meliputi persiapan pembibitan, penanaman bibit,
penglolaan atau perawatan bibit, survei, pembuatan jalan dan drainase, persiapan areal,
pemancangan, dan penanaman. Dan tentunya harus ada inisiatif dari pihak menejemen dalam
melakukan kegiatan yang kemungkinan tertunda karena perubahan keadaan yang mungkin
terjadi di lapangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas tahap pertama dalam membangun kebun
kelapa sawit khususnya dalam hal pembukaan lahan. Semoga bermanfaat...
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 2/20
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Survei lapangan
Dalam kegiatan pembukaan lahan yang harus dilakukan pertama kali yaitu melakukan
survei lapangan. Survei lapangan adalah kegiatan dimana dilakukan oleh pihak menejemen
dan dibantu beberapa ahli tanah dan tokoh setempat untuk melihat kondisi lapangan yang
akan menjadi areal perkebunan. Survei lapangan bertujuan untuk mengetahui batas areal,
tanda pancang kepala pada peta dasar dan menandai letak jalan utama dan jalan produksi.
Selain itu survei juga membantu menejer untuk mempersiapkan peta kebun yang akurat, yang
menunjukan batar pertanaman, sistem drainase dan topografi areal meliputi, kondisi tanah,
lahan datar, bukit dan rawa.
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam melakukan survei yaitu;
1. Theodolit atau alat pengukur kemiringan areal, meteran 100 m, dan kompas.
2. Mesin pemotong (chainsaw dan alat pemeliharaannya) atau parang untuk
membersihkan rintisan, pancang, dan palu.
3. GPS dan alat elektronik lainnya.
4. Bahan bakar untuk chainsaw.
5. Persediaan pancang (ukuran 20 mm x 20 mm), cat warna putih dan merah
(pancang titik tanam), cat warna biru (pancang jalan dan saluran drainase).
6. Kertas grafik (2,5 mm persegi) dan kertas isometrik A3 untuk membuat peta.
7. Tinta dan bolpoin khusus untuk membuat peta (RotringTM).
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 3/20
3
Secara garis besar kegiatan survei lapangan pertama adalah peninjauan lapangan
meliputi pemetaan dan menandai batas areal dengan beton permanen. Kemudian melakukan
penjelajahan yaitu tim survei awal membuat jalur rintisan pada areal secara paralel dengan
sistem grid. Selanjutnya adalah survei dasar meliputi melihat dan memetakan kontur lahan.
Dan kemudian penyelesaian dengan memetakan semua hasil survei dan memutuskan letak
pembuatan jalan, drainase untuk daerah rawa atau gambut dan lainnya.
2. Land clearing
Setelah survei dilakukan dan telah mendapatkan peta yang akurat kegiatan berikutnya
adalah pembukaan lahan atau land clearing. Pembukaan lahan adalah pembersihan areal
kebun dari vegetasi-vegetasi pada areal yang dapat mengganggu dan menghambat proses
penanaman tanaman kelapa sawit. Selain itu, pembukaan lahan atau land clearing juga
bertujuan mempermudah pekebun ketika memelihara dan memanen kelapa sawit. Vegetasi
tersebut dapat berupa tumbuhan kayu, atau semak belukar. Dan metode yang digunakan
untuk membuka lahan tergantung dari jenis vegetasi dan kerapatan tumbuhan tersebut.
Metode pembukaan lahan untuk areal perkebunan tidak diperkenankan untuk menggunakan
metode pembakaran walaupun cara ini lebih mudah, cepat dan hemat biayanya. Dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan pada pasal 26 yang berbunyi
”Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara
pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup”.
Kegiatan pembukaan lahan tanpa bakar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu manual
mekanis dan chemis. Cara pembukaan lahan dengan manual yaitu menggunakan tenaga
manusia(pekerja) dengan peralatan sederhana dan membutuhkan banyak pekerja. Sedangkan
cara mekanis yaitu menggunakan alat-alat mekanis seperti traktor, buldozer, dan chainsaw.
Menggunakan alat berat hanya dapat dilakukan pada areal kebun yang memiliki kemiringan
0-8%, namun pekerjaan membuka lahan menjadi lebih cepat dan tidak membutuhkan banyak
tenaga manusia. Dan yang ketiga cara chemis adalah mcara membuka lahan menggunakan
bahan kimaia yang dapat meracuni vegetasi pada areal kebun. Biasanya alat dan bahan yang
digunakan yaitu penyemprot larutan dan herbisida untuk tumbuhan semak belukar.
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 4/20
4
3. Pembukaan lahan tanpa bakar
1. Membabat atau mengimas.
Membabat atau mengimas adalah kegiatan membersihkan lahan dari vegetasi yang
memiliki diameter kurang dari 10 cm. Vegetasi tersebut merupakan pohon kayu yang masih
kecil. Tujuan pengimasan adalah untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan
mekanis areal semak belukar yang tidak perlu diimas. Alat yang digunakan dalam mengimas
adalah parang dan kapak. Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah
mungkin atau dekat dengan tanah. Pekerjaan ini membutuhkan tenaga kerja sebanyak 5
sampai 6 orang per hektar.
2. Menumbang
Menumbang adalah kegiatan menebang pohon yang memiliki diameter lebih dari 10
cm. Alat yang digunakan adalah gergaji rantai (chainsaw) atau kapak, dan tinggi penebangan
diukur dari besar diameter pohon. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menebang pohon:
Menumbang pohon yang berdiameter> 10 cm secara teratur
Tinggi penebangan / sisa tunggul dari permukaan tanah:
Diameter Ditebang dari permukaan tanah maks.
> 10 - 15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
16 - 30 cm 25 cm
31 - 75 cm 50 cm
76 - 150 cm 100 cm
> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan:
Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan
Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang
maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 5/20
5
Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak
perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan
perumpukan (perun mekanis)
Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah
minimum 6 bulan selesai pembuatan outlet dan
main drain serta telah terjadi penurunan permukaan
tanah.
3. Merencek
Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang
dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.
Memotong batang, cabang dan ranting
Pedoman panjang potongan kayu:
Diameter (cm) Panjang Potongan (m)
10 – 30 1.5 to 3
30-75 2 – 4
> 75 4-5
4. Merumpuk
Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata cabang dan ranting
yang telah dipotong dikumpulkan dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang
Utara - Selatan agar dapat diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak antar rumpukan
dibuat 50 - 100 meter tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.
Mekanisme pekerjaan merumpuk sebagai berikut:
o Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada
di gawangan mati
o Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat
oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu
sehingga terdapat 6 - 8 pancang pembantu dalam jaluran
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 6/20
6
o Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma / KKPA) dibuat tanda tidak boleh
dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
o Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau
perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon
sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
o Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi
pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan / atau pisau dipasang gigi.
5. Membersihkan areal
Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di jalur rumpukan secara sistem
mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan / atau excavator merupakan kegiatan
merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman
dengan arah Timur – Barat.
6. Perun mekanis
Perun dengan menggunakan buldozer dan / atau excavator merupakan kegiatan
merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanamandengan arah Timur - Barat
Jenis alat berat untuk perun mekanis:
Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Rumpuk Kerapatan kayu
Buldozer Hutan
sekunder,semak
Gelombang, darat,
datar
4: 1 Sedang – rendah
Buldozer Hutan primer Datar, gelombang 2: 1 Tinggi –
sedang
Buldozer &
Excavator
Hutan primer,
sekunder, semak
Bukit, gelombang Antar teras Tinggi – rendah
Excavator Hutan primer,
sekunder, semak
Rendahan, gambut 2: 1 Tinggi – rendah
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 7/20
7
Pancang jalur rumpukan
Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur
rencana rumpukan batang dan berada di
gawangan mati
Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang
bendera putih supaya mudah dilihat oleh
operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m
diberikan pancang pembantu sehingga
terdapat 6 - 8 pancang pembantu dalam
jaluran
Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma / KKPA) dibuat tanda tidak boleh
dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
Pelaksanaan perun mekanis
Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau
perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon
sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau
diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan / atau pisau dipasang gigi.
7. Cincang jalur
Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu
yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan
harus bebas dari kayu
Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan:
o Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 8/20
8
o Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4
o Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m
Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit
Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang
melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur
rumpukan
Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan
manajemen
8.
Perhitungan waktu
Perkiraan Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 - 5.000 ha:
Survey / mengukur areal: ± 1 bulan
Babat / imas: 2 - 3 bulan
Menumbang: 2 - 3 bulan
Merencek dan merumpuk: 1 - 2 bulan
Membersihkan areal: 2 - 3 bulan
Pemberantasan lalang: 2 - 3 bulan
Jalan + saluran air: 2 - 3 bulan
Penanaman kacangan: 1 - 2 bulan
Memancang: 2 bulan
Teras, benteng: 2 - 3 bulan
Melubang: ± 2 bulan
Menanam: ± 2 bulan
Perencanaan Dibuat Dalam Suatu Barchart . Pembukaan lahan dilakukan saat musim
kering dan penanaman kelapa sawit jatuh pada bulan basah / musim hujan. Perlu diingat
bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu / dapat saling tumpang
tindih untuk mengefisienkan waktu.
9.
Perhitungan waktu penggunaan traktor
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 9/20
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 10/20
10
Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)
Hutan Sekunder
Cara yang digunakan: manual atau mekanis
Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder:
Uraian Manual Mekanis
Alat Keb. HK (HK / ha) Alat Keb. HK / JKT
Babat / Imas Parang 15-20 Parang 15-20 HK
Menumbang Gergaji rantai 25-35 Buldozer 8-12 JKT
Merencek Parang + gergaji 20-30 Gergaji rantai 20-30Merumpuk - 10-12 Buldozer 4-6 JKT
Membersihkan Cangkul 15-20 Buldozer 6 JKT
Jumlah 85 - 117 HK (35-55 HK) + (18-24 JKT)
Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)
Semak Belukar
Cara yang digunakan: manual atau mekanis
Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar:
Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)
Uraian Manual Mekanis
Alat Keb. HK (HK ha) Alat Keb. HK / JKT
Babat / Imas Parang 20-25 Parang 15-20 HK
Merencek Parang + gergaji 15-20 Parang 15-20 HK
Merumpuk - 10-15
Membersihkan Cangkul 20 Buldozer 4-6 JKT
Jumlah 65-80 HK (30-40 HK) + (4-6 JKT)
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 11/20
11
4. Sistem land clearing dengan membakar
Ketentuan pemerintah UU no 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup sesuai pasal
108 berbunyi: Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh ) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000, 00 (tiga miliar
rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000, 00 (sepuluh miliar rupiah).
5. Pengawetan lahan
1. Teras Kontur
Pada umumnya areal penanaman kelapa sawit di Indonesia terletak pada daerah yang
banyak hujannya. dan tidak semuanya datar / flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat
tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim
hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan
yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air
dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah
erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan
pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari
hujan besar pada lahan yang berombak, berbukit.
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 12/20
12
Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan, sedangkan
teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off)
dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna
untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur
dan akan mempermudah pengmbilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dbuat teras
tunggal (individual / tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang
telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar
menurut kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang.
Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat
rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar
menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan, jarak antar
kontur diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh
jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa
diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter
didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 13/20
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 14/20
14
kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya
penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang
kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jikatitik tanam
terakhir telah selesai dalam 1 kontur.Pancang dapat digesr 1-2 meter untuk menyesuaikan
letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak segaris atau sejajar.
2. Benteng dan Rorak
Dibuat pada tanah agak miring: 10 - 15 m / HK
Ukuran: lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi 30 cm
Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng:
Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng / Rorak
Kemiringan Jarak (m)
1%
2%
3%
4%
5%
6%
(0 º 34 ')
(1 º 9 ')
(1 º 44 ')
(2 º 18 ')
(2 º 52 ')
(3 º 26 ')
60
40
30
25
20
18
Cara pembuatan benteng
Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya
Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran
Parit (rorak): lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.
3. Teras Individu (Tapak Kuda)
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 15/20
15
Dibuat pada tanah agak miring
Ukuran lebar = 4 meter
Prestasi kerja 2 - 3 st / HK
Cara pembuatan
o Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam
o Tapak kuda tepat pada pancang tanaman
o Tanah bagian atas pancang digali
o Kemiringan tapak kuda 10-15 º ke arah bukit
o Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan
6. Pembuatan jalan
1. Pembuatan jalan pada Areal Datar / Darat
Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok
Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6
Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR
maupun CR
Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus
cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan
jalan
Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling
(zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan
Pemadatan badan jalan menggunakan road roller / vibrating compactor 6 ton
2. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut / Rawa
Dibuat sistem Tanggulan dengan Membuat parit pada satu sisi jalan. Tahap
pembuatannya:
Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 16/20
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 17/20
17
Waktu Pelaksanaan
Perencanaan penimbunan / pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun
dengan memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan
pada musim hujan
Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah
selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus
dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun / dikeraskan, disertai data
panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan
digunakan
Sarana Pekerjaan
Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan dalam kondisi baik
Jenis sarana pekerjaan: grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader,
dump truk, roller / vibrating compactor 6 ton dan lainnya
Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan
Pengadaan Bahan
Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi kebun dan sekitarnya
dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan /
pengerasan jalan.
Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.
7. Jembatan dan Gorong-gorong
Pembuatan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit agar kalau harus
dibuat jembatan cukup yang kecil saja.
Sungai kecil dan dangkal cukup dengan gorong-gorong (bus air).
Untuk 1 tempat gorong-gorong 7 bh, batu 1-2 m3; tenaga 6-10 HK.
Ukuran gorong-gorong besar: panjang 1 m, diameter 1 m kecil: panjang 1 m,
diameter 0,6 m.
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 18/20
18
Timbunan minimum setebal diameter gorong-gorong, misalnya gorong-gorong
dengan ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm.
Jalan dan tanah diatas gorong-gorong harus waterpass.
8. Parit Drainase
Berfungsi untuk pembuangan air dari dalam ke luar kebun
Berupa alur-alur alam (sungai-sungai kecil) maupun parit yang dibuat
Cara membuat parit
Membuat pancang dari hulu ke hilir
Manual: tanah digali dengan cangkul atau sekop
Mekanis: dengan excavator
Arah penggalian dari hilir ke hulu
Tanah galian dibuang ke kiri dan kanan parit untuk kaki lima
Tempat pertemuan parit / Junction harus membelok ke arah aliran air
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 19/20
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembukaan lahan untuk sebuah perkebunan kelapa sawit sebaiknya dilakukan dengan
sistem tanpa bakar karena apabila dilakukan dengan membakar sisa-sisa vegetasi yang tidak
diinginkan dapat menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan.
Pembukaan lahan juga harus dilakukan sesuai prosedur dan optimal, agar hasilnya
sesuai dengan harapan petani dan mempermudah kita dalam menanam, memelihara dan
memanen tanaman sawit.
8/14/2019 Land clearing_2.docx
http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 20/20
20
DAFTAR PUSTAKA
file:///F:/Teknik%20Pembukaan%20Lahan%20Tanpa%20Bakar%20Pada%20Areal%2
0Semak%20Belukar%20I.htm .8 oktober 2013