land clearing_2.docx

20
1 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar di asia tenggara. Pada ta hun 2007 tercatat hampir 50 perusahaan yang merupakan perkebunan kelapa sawit. Dengan produktifitas yang terus meningkat terbukti bahwa perkebunan kelapa sawit turut membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Membangun perkebunan kelapa sawit tentunya telah memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai bagi petani. Tujuan tersebut meliputi produktifitas yang tinggi, penggunaan  bibit yang e fisien, masa TBM yang singkat dan sedikit mungkin memperbaiki infrastruktur yang dipergunakan. Hal-hal tersebut tentunya dapat dicapai dengan maksimal apabila proses awal dan pemeliharaan dilakukan dengan baik. Dalam pembangunan kebun kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap  pertama merupakan semua kegiatan yang diperlukan dari awal hingga penanaman tanaman di lapangan. Sedangkan tahap kedua meliputi kegiatan setelah tanaman selesai ditanam yaitu  pemeliharaan hingga tanaman mulai menghasilkan. Kedua tahap ini sangat diperlukan dan harus maksimal agar dapat memperoleh hasil seefisien mungkin dengan kualitas yang baik. Pada tahap pertama secara garis besar yang harus dilakukan adalah perencanaan yang cermat dan inovatif oleh pihak menejemen. Kegiatan ini harus disusun teratur dan terjadwal, meliputi pengurusan izin pembukaan lahan, pemesanan kecambah dan pembukaan lahan dan  penanaman tanaman sawit. Secara lebih rinci tahap pertama meliputi persiapan pembibitan, penanaman bibit,  penglolaan atau perawatan bibit, survei, pembuatan jalan dan drainase, persiapan areal,  pemancangan, dan penanaman. Dan te ntunya harus ada inis iatif dari pihak menejemen dalam melakukan kegiatan yang kemungkinan tertunda karena perubahan keadaan yang mungkin terjadi di lapangan. Dalam makalah ini kami akan membahas tahap pertama dalam membangun kebun kelapa sawit khususnya dalam hal pembukaan lahan. Semoga bermanfaat...

Upload: prd-dighizqi

Post on 04-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 1/20

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar

di asia tenggara. Pada tahun 2007 tercatat hampir 50 perusahaan yang merupakan perkebunan

kelapa sawit. Dengan produktifitas yang terus meningkat terbukti bahwa perkebunan kelapa

sawit turut membantu meningkatkan perekonomian Indonesia.

Membangun perkebunan kelapa sawit tentunya telah memiliki tujuan tertentu yang

hendak dicapai bagi petani. Tujuan tersebut meliputi produktifitas yang tinggi, penggunaan

 bibit yang efisien, masa TBM yang singkat dan sedikit mungkin memperbaiki infrastruktur

yang dipergunakan. Hal-hal tersebut tentunya dapat dicapai dengan maksimal apabila proses

awal dan pemeliharaan dilakukan dengan baik.

Dalam pembangunan kebun kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap

 pertama merupakan semua kegiatan yang diperlukan dari awal hingga penanaman tanaman di

lapangan. Sedangkan tahap kedua meliputi kegiatan setelah tanaman selesai ditanam yaitu

 pemeliharaan hingga tanaman mulai menghasilkan. Kedua tahap ini sangat diperlukan dan

harus maksimal agar dapat memperoleh hasil seefisien mungkin dengan kualitas yang baik.

Pada tahap pertama secara garis besar yang harus dilakukan adalah perencanaan yang

cermat dan inovatif oleh pihak menejemen. Kegiatan ini harus disusun teratur dan terjadwal,

meliputi pengurusan izin pembukaan lahan, pemesanan kecambah dan pembukaan lahan dan

 penanaman tanaman sawit.

Secara lebih rinci tahap pertama meliputi persiapan pembibitan, penanaman bibit,

 penglolaan atau perawatan bibit, survei, pembuatan jalan dan drainase, persiapan areal,

 pemancangan, dan penanaman. Dan tentunya harus ada inisiatif dari pihak menejemen dalam

melakukan kegiatan yang kemungkinan tertunda karena perubahan keadaan yang mungkin

terjadi di lapangan.

Dalam makalah ini kami akan membahas tahap pertama dalam membangun kebun

kelapa sawit khususnya dalam hal pembukaan lahan. Semoga bermanfaat...

Page 2: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 2/20

2

BAB II

PEMBAHASAN

1. Survei lapangan

Dalam kegiatan pembukaan lahan yang harus dilakukan pertama kali yaitu melakukan

survei lapangan. Survei lapangan adalah kegiatan dimana dilakukan oleh pihak menejemen

dan dibantu beberapa ahli tanah dan tokoh setempat untuk melihat kondisi lapangan yang

akan menjadi areal perkebunan. Survei lapangan bertujuan untuk mengetahui batas areal,

tanda pancang kepala pada peta dasar dan menandai letak jalan utama dan jalan produksi.

Selain itu survei juga membantu menejer untuk mempersiapkan peta kebun yang akurat, yang

menunjukan batar pertanaman, sistem drainase dan topografi areal meliputi, kondisi tanah,

lahan datar, bukit dan rawa.

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam melakukan survei yaitu;

1.  Theodolit atau alat pengukur kemiringan areal, meteran 100 m, dan kompas.

2.  Mesin pemotong (chainsaw dan alat pemeliharaannya) atau parang untuk

membersihkan rintisan, pancang, dan palu.

3.  GPS dan alat elektronik lainnya.

4.  Bahan bakar untuk chainsaw.

5.  Persediaan pancang (ukuran 20 mm x 20 mm), cat warna putih dan merah

(pancang titik tanam), cat warna biru (pancang jalan dan saluran drainase).

6.  Kertas grafik (2,5 mm persegi) dan kertas isometrik A3 untuk membuat peta.

7.  Tinta dan bolpoin khusus untuk membuat peta (RotringTM).

Page 3: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 3/20

3

Secara garis besar kegiatan survei lapangan pertama adalah peninjauan lapangan

meliputi pemetaan dan menandai batas areal dengan beton permanen. Kemudian melakukan

 penjelajahan yaitu tim survei awal membuat jalur rintisan pada areal secara paralel dengan

sistem grid. Selanjutnya adalah survei dasar meliputi melihat dan memetakan kontur lahan.

Dan kemudian penyelesaian dengan memetakan semua hasil survei dan memutuskan letak

 pembuatan jalan, drainase untuk daerah rawa atau gambut dan lainnya.

2. Land clearing

Setelah survei dilakukan dan telah mendapatkan peta yang akurat kegiatan berikutnya

adalah pembukaan lahan atau land clearing. Pembukaan lahan adalah pembersihan areal

kebun dari vegetasi-vegetasi pada areal yang dapat mengganggu dan menghambat proses

 penanaman tanaman kelapa sawit. Selain itu, pembukaan lahan atau land clearing juga

 bertujuan mempermudah pekebun ketika memelihara dan memanen kelapa sawit. Vegetasi

tersebut dapat berupa tumbuhan kayu, atau semak belukar. Dan metode yang digunakan

untuk membuka lahan tergantung dari jenis vegetasi dan kerapatan tumbuhan tersebut.

Metode pembukaan lahan untuk areal perkebunan tidak diperkenankan untuk menggunakan

metode pembakaran walaupun cara ini lebih mudah, cepat dan hemat biayanya. Dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan pada pasal 26 yang berbunyi

”Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara

 pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan

hidup”. 

Kegiatan pembukaan lahan tanpa bakar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu manual

mekanis dan chemis. Cara pembukaan lahan dengan manual yaitu menggunakan tenaga

manusia(pekerja) dengan peralatan sederhana dan membutuhkan banyak pekerja. Sedangkan

cara mekanis yaitu menggunakan alat-alat mekanis seperti traktor, buldozer, dan chainsaw.

Menggunakan alat berat hanya dapat dilakukan pada areal kebun yang memiliki kemiringan

0-8%, namun pekerjaan membuka lahan menjadi lebih cepat dan tidak membutuhkan banyak

tenaga manusia. Dan yang ketiga cara chemis adalah mcara membuka lahan menggunakan

 bahan kimaia yang dapat meracuni vegetasi pada areal kebun. Biasanya alat dan bahan yang

digunakan yaitu penyemprot larutan dan herbisida untuk tumbuhan semak belukar.

Page 4: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 4/20

4

3. Pembukaan lahan tanpa bakar

1.  Membabat atau mengimas.

Membabat atau mengimas adalah kegiatan membersihkan lahan dari vegetasi yang

memiliki diameter kurang dari 10 cm. Vegetasi tersebut merupakan pohon kayu yang masih

kecil. Tujuan pengimasan adalah untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan

mekanis areal semak belukar yang tidak perlu diimas. Alat yang digunakan dalam mengimas

adalah parang dan kapak. Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah

mungkin atau dekat dengan tanah. Pekerjaan ini membutuhkan tenaga kerja sebanyak 5

sampai 6 orang per hektar.

2.  Menumbang

Menumbang adalah kegiatan menebang pohon yang memiliki diameter lebih dari 10

cm. Alat yang digunakan adalah gergaji rantai (chainsaw) atau kapak, dan tinggi penebangan

diukur dari besar diameter pohon. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menebang pohon:

  Menumbang pohon yang berdiameter> 10 cm secara teratur

  Tinggi penebangan / sisa tunggul dari permukaan tanah:

Diameter Ditebang dari permukaan tanah maks.

> 10 - 15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)

16 - 30 cm 25 cm

31 - 75 cm 50 cm

76 - 150 cm 100 cm

> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan:

  Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan

  Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang

maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar

Page 5: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 5/20

5

  Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak

 perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan

 perumpukan (perun mekanis)

  Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah

minimum 6 bulan selesai pembuatan outlet dan

main drain serta telah terjadi penurunan permukaan

tanah.

3.  Merencek

Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang

dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.

  Memotong batang, cabang dan ranting

  Pedoman panjang potongan kayu:

Diameter (cm) Panjang Potongan (m)

10 –  30 1.5 to 3

30-75 2  –  4

> 75 4-5

4.  Merumpuk  

Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata cabang dan ranting

yang telah dipotong dikumpulkan dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang

Utara - Selatan agar dapat diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak antar rumpukan

dibuat 50 - 100 meter tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.

Mekanisme pekerjaan merumpuk sebagai berikut:

o  Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada

di gawangan mati

o  Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat

oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu

sehingga terdapat 6 - 8 pancang pembantu dalam jaluran

Page 6: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 6/20

6

o  Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma / KKPA) dibuat tanda tidak boleh

dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.

o  Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau

 perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon

sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

o  Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi

 pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan / atau pisau dipasang gigi.

5.  Membersihkan areal

Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di jalur rumpukan secara sistem

mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan / atau excavator merupakan kegiatan

merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman

dengan arah Timur  –  Barat.

6.  Perun mekanis

Perun dengan menggunakan buldozer dan / atau excavator merupakan kegiatan

merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanamandengan arah Timur - Barat

Jenis alat berat untuk perun mekanis:

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Rumpuk Kerapatan kayu

Buldozer Hutan

sekunder,semak

Gelombang, darat,

datar

4: 1 Sedang –  rendah

Buldozer Hutan primer Datar, gelombang 2: 1 Tinggi – 

 sedang

Buldozer &

Excavator

Hutan primer,

sekunder, semak

Bukit, gelombang Antar teras Tinggi –  rendah

Excavator Hutan primer,

sekunder, semak

Rendahan, gambut 2: 1 Tinggi –  rendah

Page 7: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 7/20

7

Pancang jalur rumpukan

  Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur

rencana rumpukan batang dan berada di

gawangan mati

  Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang

 bendera putih supaya mudah dilihat oleh

operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m

diberikan pancang pembantu sehingga

terdapat 6 - 8 pancang pembantu dalam

 jaluran

  Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma / KKPA) dibuat tanda tidak boleh

dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.

Pelaksanaan perun mekanis

  Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau

 perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon

sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

  Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau

diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan / atau pisau dipasang gigi.

7.  Cincang jalur

Kegiatan yang dilakukan pada areal datar

  Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu

yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan

  Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan

harus bebas dari kayu

  Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan:

o Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2

Page 8: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 8/20

8

o Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4

o Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m

Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

  Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang

melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur

rumpukan

  Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan

manajemen

8. 

Perhitungan waktu

Perkiraan Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 - 5.000 ha:

 Survey / mengukur areal: ± 1 bulan

 Babat / imas: 2 - 3 bulan

 Menumbang: 2 - 3 bulan

 Merencek dan merumpuk: 1 - 2 bulan

 Membersihkan areal: 2 - 3 bulan

 Pemberantasan lalang: 2 - 3 bulan

 Jalan + saluran air: 2 - 3 bulan

 Penanaman kacangan: 1 - 2 bulan

 Memancang: 2 bulan

 Teras, benteng: 2 - 3 bulan

 Melubang: ± 2 bulan

 Menanam: ± 2 bulan

Perencanaan Dibuat Dalam Suatu Barchart   . Pembukaan lahan dilakukan saat musim

kering dan penanaman kelapa sawit jatuh pada bulan basah / musim hujan. Perlu diingat

 bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu / dapat saling tumpang

tindih untuk mengefisienkan waktu.

9. 

Perhitungan waktu penggunaan traktor

Page 9: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 9/20

Page 10: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 10/20

10

Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)

Hutan Sekunder

 Cara yang digunakan: manual atau mekanis

 Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder:

Uraian Manual Mekanis

Alat Keb. HK (HK / ha) Alat Keb. HK / JKT

Babat / Imas Parang 15-20 Parang 15-20 HK

Menumbang Gergaji rantai 25-35 Buldozer 8-12 JKT

Merencek Parang + gergaji 20-30 Gergaji rantai 20-30Merumpuk - 10-12 Buldozer 4-6 JKT

Membersihkan Cangkul 15-20 Buldozer 6 JKT

Jumlah 85 - 117 HK (35-55 HK) + (18-24 JKT)

Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)

Semak Belukar 

 Cara yang digunakan: manual atau mekanis

 Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar:

Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)

Uraian Manual Mekanis

Alat Keb. HK (HK ha) Alat Keb. HK / JKT

Babat / Imas Parang 20-25 Parang 15-20 HK

Merencek Parang + gergaji 15-20 Parang 15-20 HK

Merumpuk - 10-15

Membersihkan Cangkul 20 Buldozer 4-6 JKT

Jumlah 65-80 HK (30-40 HK) + (4-6 JKT)

Page 11: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 11/20

11

4. Sistem land clearing dengan membakar

Ketentuan pemerintah UU no 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup sesuai pasal

108 berbunyi: Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan

 paling lama 10 (sepuluh ) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000, 00 (tiga miliar

rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000, 00 (sepuluh miliar rupiah).

5. Pengawetan lahan 

1. Teras Kontur 

Pada umumnya areal penanaman kelapa sawit di Indonesia terletak pada daerah yang

 banyak hujannya. dan tidak semuanya datar / flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat

tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim

hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan

yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air

dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah

erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan

 pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari

hujan besar pada lahan yang berombak, berbukit.

Page 12: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 12/20

12

Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan, sedangkan

teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off)

dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna

untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur

dan akan mempermudah pengmbilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dbuat teras

tunggal (individual / tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang

telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar

menurut kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang.

Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat

rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar

menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan, jarak antar

kontur diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh

 jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa

diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter

didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras

Page 13: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 13/20

Page 14: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 14/20

14

kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya

 penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang

kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jikatitik tanam

terakhir telah selesai dalam 1 kontur.Pancang dapat digesr 1-2 meter untuk menyesuaikan

letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak segaris atau sejajar.

2. Benteng dan Rorak  

  Dibuat pada tanah agak miring: 10 - 15 m / HK

  Ukuran: lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi 30 cm

  Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng:

Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng / Rorak

Kemiringan Jarak (m)

1%

2%

3%

4%

5%

6%

(0 º 34 ')

(1 º 9 ')

(1 º 44 ')

(2 º 18 ')

(2 º 52 ')

(3 º 26 ')

60

40

30

25

20

18

Cara pembuatan benteng  

  Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya

  Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran

  Parit (rorak): lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.

3. Teras Individu (Tapak Kuda) 

Page 15: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 15/20

15

  Dibuat pada tanah agak miring

  Ukuran lebar = 4 meter

  Prestasi kerja 2 - 3 st / HK

Cara pembuatan 

o Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam

o Tapak kuda tepat pada pancang tanaman

o Tanah bagian atas pancang digali

o Kemiringan tapak kuda 10-15 º ke arah bukit

o Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan

6. Pembuatan jalan 

1. Pembuatan jalan pada Areal Datar / Darat

  Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok

  Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6

  Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR

maupun CR

  Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus

cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan

 jalan

  Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling

(zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan

  Pemadatan badan jalan menggunakan road roller / vibrating compactor 6 ton

2. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut / Rawa 

Dibuat sistem Tanggulan dengan Membuat parit pada satu sisi jalan. Tahap

 pembuatannya:

  Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok

Page 16: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 16/20

Page 17: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 17/20

17

Waktu Pelaksanaan 

  Perencanaan penimbunan / pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun

dengan memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan

 pada musim hujan

  Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah

selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus

dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun / dikeraskan, disertai data

 panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan

digunakan

Sarana Pekerjaan 

  Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan dalam kondisi baik

  Jenis sarana pekerjaan: grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader,

dump truk, roller / vibrating compactor 6 ton dan lainnya

  Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan

 Pengadaan Bahan 

  Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi kebun dan sekitarnya

dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan /

 pengerasan jalan.

  Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.

7. Jembatan dan Gorong-gorong 

  Pembuatan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit agar kalau harus

dibuat jembatan cukup yang kecil saja.

  Sungai kecil dan dangkal cukup dengan gorong-gorong (bus air).

  Untuk 1 tempat gorong-gorong 7 bh, batu 1-2 m3; tenaga 6-10 HK.

  Ukuran gorong-gorong besar: panjang 1 m, diameter 1 m kecil: panjang 1 m,

diameter 0,6 m.

Page 18: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 18/20

18

  Timbunan minimum setebal diameter gorong-gorong, misalnya gorong-gorong

dengan ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm.

  Jalan dan tanah diatas gorong-gorong harus waterpass.

8. Parit Drainase 

  Berfungsi untuk pembuangan air dari dalam ke luar kebun

  Berupa alur-alur alam (sungai-sungai kecil) maupun parit yang dibuat

Cara membuat parit  

  Membuat pancang dari hulu ke hilir

  Manual: tanah digali dengan cangkul atau sekop

  Mekanis: dengan excavator

  Arah penggalian dari hilir ke hulu

  Tanah galian dibuang ke kiri dan kanan parit untuk kaki lima

  Tempat pertemuan parit / Junction harus membelok ke arah aliran air

Page 19: Land clearing_2.docx

8/14/2019 Land clearing_2.docx

http://slidepdf.com/reader/full/land-clearing2docx 19/20

19

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembukaan lahan untuk sebuah perkebunan kelapa sawit sebaiknya dilakukan dengan

sistem tanpa bakar karena apabila dilakukan dengan membakar sisa-sisa vegetasi yang tidak

diinginkan dapat menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan.

Pembukaan lahan juga harus dilakukan sesuai prosedur dan optimal, agar hasilnya

sesuai dengan harapan petani dan mempermudah kita dalam menanam, memelihara dan

memanen tanaman sawit.