rekonstruksi pendidikan islam dalam peradaban industrial: refleksi beberapa agenda kerja

5/25/2018 Rekonstruksi Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial: Refleksi Beberapa A...

http:///reader/full/rekonstruksi-pendidikan-islam-dalam-peradaban-industrial-re

Rekonstruksi Pendidikan IslamDalam Peradaban IndustrialRetleksi kberal>a Agenda Kerja

Oleh Abdul Munir Mulkhan

epanjang hampir satu abad,struktur kelembagaan tlan kuri-kulum berbagai ragam pendidikan Is-lam di Indonesia tidak mengaiamiperubahan berarti. Rumusan penger-tian dan tujuannya, se-bagaimana yang cli-gambarkan Naisbitt,seperti tak tergoyahkanoleh gegap-gempitazaman industrial, sete-lah serbuan informasike dalam struktur ke-pribadian manusia(Naisbitt, 1993).

Padahal, perilakuguru, murid, danorang-tua, mulai beru-

RekonstruksiPendidikan Islam

ke pusat-pusat penclidikan untukmemilih dan memasuki jenisprogrampendidikan, yang pada tahun 60-ancendertrng dianggap "haram" .

Sepuluh tahun terakhir, partisipasipenclidikan yang ber-label Islam, khususnyarJi tingkat dasar, lebihtinggi dari rata-ratanasional, dan angkatankerja muslim mulaimemasuki sektor mo-deren; seperti dalamjasa industri cian per-dagangan. Namun cie-mikian, dunia muslimmasih merupakan ge-

bah clalam menyikapi pendidikan.Pendiclikan, tidak lagi dipersepsidalam fungsi ideal, tapi lebih dilihatdalam fungsi pragmatis. Generasimuda muslim beramai-ramai datangJPI, Falailtas Tarbiyah llll, l,'l/96

jala pe,Jesaan, denganpendidikan yang rendah dan miskin(BPS, 1984;1,99a).Dalam keadaan demikian, dibeberapa daerah tertentu penclidikanmodel Madrasah, terutama tingkat

85



tara pesantren ramai-rarnai mendiri-kan sekolah atau madrasah, ditengahkehidupan generasi baru (yang lahirpada tahun 70-an) Yang memPunYaipersepsi berbeda jauh dengan orang-tua mereka mengenai eksistensi pen-didikan Islam. Sekolah-sekolah favoritmenjadi rebutan, termasuk juga yangbersimbol keislaman.KeunggulankomPetitifmenjadi menu utamasekolah favorit Yangbelakangan semakindiperebutkan peminat-nya.

Sementara itu, kon-sistensi pendidikan Is-lam tidak bergeser dariposisinya sejak masalampau, sekalipun du-nia kerja telah berubah

konsistensiperulidikan Isluttidak bergeser dari

posisinya seitkm(sa lampnu,

sekalipun duniakeria telah berubshsecflra suhstansial.

merupakan sa a sa upenclidikan tinggi, posisi pendidikanIslam bagaikan wilayah sakral yangbebas dari intervensi analisis ilmiahdalam perubahan. Oleh karena itu,buku-btrku yang terbit tahun 60-anmasih saja rnertrpakan bahan kepus-takaan utama studi penelidikan Islamhingga tingkat Palingkritis, seperti Filsafat

Penclid.ikan lslam (li-hat analisa pengertiandan tujuan pendidikanlslam dalam [lmu Pen'c idikan Islant, ZakiahDaracljat (dkk), I99Z) .Dalam situasi de-mikian, wajar jika Po-sisi pencliclikan Islamdalam struktur keil-muan pendidikan ti-

secara substansial. Bahkan, hal ter-sebut terjadi pada saat posisi pendi-dikan secara Lrmum, dalam strukturkehidupan masyarakatnya telah me-ngalami perubahan Yang berarti"Fakultas Tarbiyah yang secara khususmenempatkan bidang kepenciidikanIslam sebagai tema Pokok, misalnYa,dalam kurun wakht hamPir 20 tahunini seperti tidak menYentuh akar86

dak segera menjadi jelas. Demikianpula penjelasan teoritis mengenaiposisi pendiclikan lslam dalam sistempendidikan nasional, Yang belumbanyak perubahannya sekalip un telahdiberlakukannya UU Nomor 2 tahun1989 tentang SPN (Sistem PendidikanNasional)r f ang menemPatkannYasebagai bagian dari sistem pendidikannasional.

JPI, F'akultas [arbiYah UII, lil/g6



dari; sekolah Islam, madrasah, danmadrasah cliniyah, juga pesantren,seperti bersifat eksklusif sekaliguskontplenten ta tidnamun tidak terletakdalam sebuah sistem yang integral.Bagaimana posisi masing-masingdalam pencapaian tujuan pendidikanIslam, merupakan persoalan yangbelum tersentuh de-ngan baik, yangmungkin dianggapsebagai bukan per-soalan pendidikan Is-lam. Seluruhnya di-arahkan untuk men-capai tujuan idealistis;insan kamil, kepri-badian muslim, ber-iman, dan atau bah-kan ketaqwaan.Rincian operasio-

Posisi rsgsm pendidikanIslam yang secoro

obltektif dapat dibedahandari; sekolah Islum,

madrasah, dun mudrusuhdiniya h, j u ga pesa n t ren,seperti bersifat ekskl u si/'seka lig u s kompl emen tu-tif, namun tidak terlctuk

dulam sebuoh sistent.yong intcgral

uh tanggung jawab hidup.Untukitu, maka evaluasinya dapatmenjadi sempit sesempit bidang studi.Atau sebaliknya, justrtr dapat menjadiluas, seluas wilayah keislaman. Seba-gai akibatnya yar.g kini tampak aela-lah, tingkat pencapaian atau tercapai-tidaknya tujuan pendidikan tidakpernah dapat diukur,

walaupun pengukuranticlak harus dipahamisebagai pembakuan.Secara ideologis,pen,Jidikan Islam ada-lah bersifat eksklusifatas model pendidikanrnanapun seperti yangdikenal dengan pendi-dikan umum. Namunironis ketika konsepclasar teoritis penye-nal tujuan seperti tersebut di atas, sulitditemukan dalam berbagai buku ru-

jukan, sehingga apa hubungan tujuandengan strukturisasi kurikulum yangkurang, atau tidak clijadikan dasarproblematik. Tujuan pendiclikan Islamkemudian diidentikkan dengantujuan hiclup, sehingga beban pendi-dikan yang hanya krlrang dari 25%waktu hidup, itupun jika seseorangJPI, Fakultas Tarbiyah llil, l/I/96

lenggaraan penclitlikan Islam ataupunpendi,Jikan agama Islam, bersumberpada basis teoritis dari apa yang di-sebut dengan pendidikan umum. Per-soalan ini berkaitan dengan strukturilmu dalam kesadaran Islami ataukesadaran ideologis, vang walaupunsulit mencapai penjelasan tuntas,setidaknya harus menjadi pendorongpengembangan pemikiran dan pene-

87



dengan semangat Islam. Sekadarcontoh, mrngkin perlu dikembang-kan teori ilmtr-ilmu humaniora danfisika alam oleh berbagai sarjanamuslim, yang sesunggtrhnya cukupkaya menjelajahi wilayah tersebutdalam tlinamika pemikiran di eraproduktif yaitu abad ke-9 dan 10masehi.

Demikian pula, apayang dikenal denganpendidikan agama Is-lam (PAI) yang hanyaclapat clibeclakan da-lam posisi struktural-nya dengan pendidik-an Islarn (PI), c{an ti-clak pada fungsi siste-matiknya. Keduanyadapat dibedakan dandiperlakukan berbeda,

Taksonomi keduunyamenjudi sulit ketikuhurus menjeluskun

posisi PAI dulum PIsebagoi sistem dan PI

sebagui lenthuguseperti dalnnt kusus

sekolah Islanr

lum ketiga jurusan. Mengapa BahasaArab mesti menjacli' jurusan, semen-tara prodttktifnya hanya berkaitandengan kemampr,ran profesionalGurtt Bahasa Arab di Madrasah.Penjttrttsan PI elan PAI menjaclitidak atau bahkan masih tampak ku-rang jelas kemamptran Peran Yangdapat diharapkan da-rinya. Secara teoritis,hanya lulusan PAI

yang berhak menjacliGuru Agama [slam,apakah itr-r eli sekolahumLrm atau madrasah,tapi penjelasan defi-nitifnya ticlak jelas. Da-sar keilmuan dalampenentuan pilihanbirlang studi dalam

namun sekaligtts dipersepsi sebagaihal yang sama. Taksonomi keduanyamenjacli sulit ketika hartts men-jelaskan posisi PAI dalam PI sebagaisistem dan PI sebagai lembaga sepertidalam kasus sekolah Islam.

Persoalan tersebut, merambah da-lam pembidangan keilmuan Tarbiyahsebagaimana tercermin dalam pen-jurusannya; PAI, PI, dan BA (bahasa

88

kurikulttm ketigajurtrsan tersebttt, juga memuat sisikekaburan yang jelas. Filsafat Ilmtt,filsafat Islam, filsafat Pencliclikan,filsafat' Pendidikan Islam, Tafsir danHadits Tarbawi, menjadi tidak jelasposisinya clalam struktur jurusan.]urusan BA, bahkan hampir tid.akmengenal pendirlikan Islam dan ilmukependidikan lainnya. Sedangkanhubungan ketiganya dengan dunia

JPI. Fakulras Tarbiyah UII, l/I/96



Dalam konteks yang lebih makro,hubungan fungsional IAIN dan kon-sep dasar penciidikan Islam atau lebihkongkrit hubungan IAIN dengankelembagaan pendidikan tinggi Islam,semakin menjadi tidak jelas. Demikianpula pembidangan ilmu di ling-kungan IAIN seperti tercermin dalarnstrukturisasi kefakul-tasan; Adab, Dakwah,Syari'ah, dan Tarbi-yah.Memperhatikanpersoalan teoritis yangdemikian, maka ga-gasan restrukturisasipendidikan Islammungkin perlu di-cermati dengan baik.Demikian pula per-soalan pragmatis re-

Perun sosial dunketgamaan apa yang

dapat dimuinkunlulusan nwdrasalt

pesuntren, jugasekolah Islam dan PAI.Peran demikian perludikaitkun dengan.fitngsi ekonomi dunsosial buduya

jurusan Tarbiyah dikaitkan denganrealitas keragaman penclidikan Islam;pesantren, madrasah, sekolah (Islam),dan PAI. Dengan demikian maka da-pat diharapkan lahirnya sarjana aga-rna ahli; pesantren, madrasah, sekolah,dan tenaga pentliclik atau guru agamadi sekolah umum. Sudah tentu, kom-petensi peran ekonomi

dan sosial perlu diper-timbangkan. Namun,kalau hanya mengait-kan peran sosial de-ngan jabatan dalamIingkungan Departe-men Agama, makaakan menempatkansarjana Tarbiyah se-makin eksklusif danatau akan "tersingkir"

levansi pendidikan Islam dengandinamika masyaraka t, khususnya du-nia kerja dan kaderisasi. Peran sosialclan keagamaan apa yang dapat dima-inkan lulusan madrasah, pesantren,juga sekolah Islam dan PAI. Perandemikian perlu dikaitkan denganfungsi ekonomi dan sosial budaya,seperti juru dakwah, khatib, mubal-ligh, ataupun peran-peran politik danJPI, Fakultas Tarbiyah UII, 1A/96

dari dinamika masya-rakat. Hal ini kiranya juga akan diala-mi oleh out-put Fakultas-fakultas laindi lingkungan IAIN.Lebih jauh clari persoalan prag-matis, restrukturisasi pendidikan Is-lam berkaitan persoalan keilmuanseperti perumusan konsep clasar dantujuan penditlikan Islam. Selanjutnyaberkaitan dengan pandangan dasarmengenai realitas dan manusia serta

89



lam dalam sistem realitas dan ilmudalam kesadaran ilmiah moderenyartg pagan. Tetapi sama gegabahnyauntuk menempatkan kesadaran il-miah muslim cli luar dinamika moder-nitas itu sencliri.

Kesadaran ilmiah mttslim a,lalahkesadaran universal, sehingga pe-ngembangan ilmu cli

rekonstruksi .filo-soJis yangselidaknya

ntenyangkut tigtttemu besur,

metafisiku (iduksekedur ontologi),epistentobgi clun

untropologi

Demikian pula posisi kreatif manusiadengan dan dalam wilayah ke-Tuhan-an. Sattr di antara LtPava ,lemikianmungkin clapat clikaji dari perkem-bangan teori fisika moderen. Teorihtrktrm fisik demikian, kini mulaimenempatk an kehdak tenrk wan tmqgul(lihat misalnya dalam stephen Hawk-

ing, Sing ul a ri ta s Ke ter-hinggaan, atau BlackHoles and Baby Uni-verses,1995. Atau, Rl-wayat Sang Kala; Darikntunatt BesarhinggaLubang Hitam, 1994),dalam menjelaskan se-jarah alam semesta.Terclapat kesaciaranbaru mengenai jalinanhr"rb ungan realitas me-

clalamnya harus ter-letak clalam dinamikamasyarakatnya yangmonclial. Oleh karenaitu, rekonstrtrksi pencli-dikan Islam memer-Iukan rekonstruksi filo-sofis yang setidaknyamenyangkut tiga temabesar, me tafisika (tidaksekedar ontologi), eprs-temologi dan antro-pologi. Usaha ciemikian clapat dila-kukan dengan studi kritis terhadapkhasanah pengetahttan, baik yang cla-pat clibedakan dari khasanah penge-tahuan moderen ftarat) dan khasanahpengetahuan Islam (filsafat dan in-telektual muslim).Namttn demikian, hartts segeradisadari bahwa penyelesaian peker-jaan di atas, akan sulit jika pemaha-90

tafisis dengan feno-mena alam kehi,lLtpan.

Penemuan teori di atas, bukan ti-dak mengundang persoalan ketikatradisi pemikiran lslam masih apolo'getis. Pacla saat yang sama, spekulasiilmiah teori ledakitn supernova yar.gmenjelaskan asal-muasal alam tempatmanusia hiclup, mr.rlai merancangteknologi mesin waktu yang mampumenggerakkan manusia keluar ciari

JPI, Fakultas Tarbryah UII, l/l/96



e er as an e no og transpor-tasi waktu, akan membuat manusiaclapat bertancian g ke zaman Adamdan minta pertanggungjawaban' Adam dan Hawa atas tindakannya.Muncul pertanyaan teologis mengenaisisa rahasia Tuhan yang mungkindianggap melanggar doktrin ke-agamaan yang takmungkin dihindari,tapi yang pasti me-merlukan penjelasanyar.g dapat diterimaoieh manusia mode-ren.Di sisi lain, duniapemikiran Islam ma-sih memandang per-kembangan dinamiskehidupan duniawisebagai degradasihis-toris di masa lalu, dan seluruh isi didalamnya clipandang lebih unggul,lebih berkualitas, dan lebih Islami.Menjacli muslim yang berkualitastinggi berarti menjadi tradisional,pembaharuan berarti purifikasihistoris. Sebaliknya, semakin menjaclimoderen diartikan sebagai semakinjauh dari kualifikasi keislaman.Dilema historis di atas berbeda

JPI, Fakultas Thrbiyah UI|, 1/I/96

Tingkat kelengkapanwilayah studi tersebutmerupakan ukurun

kelengkupan imun dunketundukun kepuda

Allah itu sendiri, dun.iiku sebaliknyu, ntakaakan herarti reduksiinmn dun ketundukun

tersebut

ciptaan a yang diperuntukkanbagi manrrsia, dan dengan demikianmaka studi kritis terhadap seluruhrealitas tidak hanya sebagai realisasiiman, tapi juga ftahkan) sebagai sya-rat pengembangan kesadaran iman.Jika demikian, maka stucli fisika ke-alaman dan humaniora arlalah pa-sangan sistematis danintegral tafsir danhadits. Tingkat keleng-

kapan wilayah studi ter-sebut merupakan ukur-an kelengkapan imandan ketundukan kepa-cla Allah itu sen,liri, danjika sebaliknya, makaakan berarti reduksiiman dan ketundukantersebut.Selanjutnya, jikailmu adalah konsep mengenai realitas,maka ilmu keislaman adalah kon-

septualisasi realitas alarn, humaniora,dan Strrnah, serta firman-Nya dalamKitab. Menjadi muslim berarti ber-hubungan dengan pemahaman ter-hadap firman-Nya, dan seluruh clina-mika realitas merupakan ciptaan-Nyasentliri.Konferensi Internasional Pendi-

97



pendidikan Islarn ideal adalah bentuk[-lniversitas. Hal ini didasarkan padakonsep ilmtt yang berakar pada kon-sep metafisis dari kesadaran Islami.Tanpa dasar metafisis yang demikian,maka menjacli mustahil membangununiversi ta s Islam. Dengan demikian,maka prinsip dasar kepencli,Jikan ada-lah fungsi ilmu Yangtujuannya bukan seka-dar mampu memPer-oleh ilmtt, tetapi jr-tgayang disinari nilai-nilailuhur. Pengetahttan [s-lam kemutlian menjarJimeliputi; sains kealam-an, teknik dan sosial-budaya (Bilgrami &Ashraf, 1989).

Dalam memperjelaspersoalan lebih lanjut,

Hirarkhi reulitos tidukbersiJirt analisis yungterpilah antara yung

salu dengan yung lain,tetapi merupukansebuah kontinunrsusunan sintetis

ligus hirarkhi kemusiiman seseorang.Hirarkhi realitas tidak bersifatanalisis yang terpilah antara yang satudengan yang lain, tetaPi meruPakansebuah kontinunt susunan sintetis.Dalam realitas emPiris misalnYa,terkandung potensi realitas di atasnva,dan secara potensiaf manusia memi-liki kemampuan me-mahami sekaligus

mencapai posisi selu-ruh tataran realitas.Sesuai metodologi se-tiap hirarkhi realitas,maka strategi dan me-tode pendidikan, disu-sun dengan mengacupada kerangka meto-dologis tersebut. Olehkarena itu, maka isikttrikulttm hingga

mungkin dapat dikaji clalam pemi- pembidangan ilmu clan jurusan sertakiranlrnamAlGhazaliyangmembagi Program studi, ciapat menja'Jikanrealitas secara hirarkhis dalam realitas hirarkhi ilrnu tersebut sebagai para-emPiris, ra siona I, fi osofis,'Jan me ta fisis' di gma'Masing-masing, sesuai elengan ting- Dalam konteks tersebut, makakatan realitas memiliki kerangka me- pen,Jidikan [slam kontemporer dapattodologis yang juga bersifat hirarkhis. dikembangkan berdasarkan kesa-selanjuhrya, jika manusia dipandang rlaran keagamaan moderen, yangsebagai mikro-kosmos, maka merr.tpakan konsep kemanusiaankonseptualisasi keempat realitas akan sebagai sintesis non-historis realitas

JPI, Fakultas Tarbiyah UII, I/Y9692



butkan hal tersebut sebagai sintetisclengan tiga kesadaran; iman, kema-nusiaan, dan tanggungjawab kema-syarakatan (1986 : 794-795). Se-dangkan Izutsu (1993), merumus-kannya sebagai refleksi hubtrnganamal shaleh dengan keyakinan atassifat-sifat Tuhan dalam realitasperilaku obyektif.Sementara itu,Ziaudclin Sardarmelihat hal tersebutsebagai kemajuanmetafisis kesadarandiri, usaha "kese-lamatan pribadi",yang clalam refleksikehidupan sosial jtrgaberarti keselamatanorang lain dan kese-lamatan masyarakat(1989 :36-39).Atau, menurut Ilyas Ba-Yunus dan Farid Ahmad, (7993:60-63), menyebutnya sebagai jalantengah. Dalam konteks yang demi-kian, maka ditemukan realita bahwakeagamaan merupakan pergumulansejarah manusia menafsir dua sisiwahyu dengan dunia obyektif yanghistoris (M.8. Nabi, 7995; Rahman,1e84).

JPI. Fatultas Tarbiyah Illl, 1/l/96

manusia bukunsekadar sehagai

manusifl personul.iusmaniah sepertidulam kesudurun

moderen, tapisekaligttstrunsendental, .fisissekaligns metaJisis

diproyeksikan akan menciptakanambiguitas sosial budaya komunitasagama. Untuk itu, keterbukaan padalogika moderen dan sekaligus his-torisitas keagamaan, meru.pakan pra-syarat basis kemanusiaan dalamstrategi pendiclikan dan atau dakwah(tinjauan kritis terhadap modernitas,lihat misalnya clalam

Schurnacher, Kecil ituIndah, 1 985, atau Keluardari Kentel u t; kb u ah Pe taPentikiran Baru, i981).Sebab, manusia bukansekadar sebagai manu-sia personal jasmaniahseperti dalam kesadaranmoderen, tapi sekaligustransendental, fisissekaligus metafisis.Dalam konteks ter-

sebut, maka pendiclikan Islam dapatsaja dikembangkan sesuai sintesisrealitas sekaligus kepentingan dunia-wi dan ukhrawi. Dimensi spiritualyang dihidupkan di dalamnya, me-wujud dalam dimensi fisis-jasmaniah,dan sebaliknya yang kedua akanmemperoleh basis kekuatan dari yangpertama (Kuntowijoyo, 7995 : 45-54).Penempatan manusia br.rkan sekadar

93


http:///reader/full/rekonstruksi-pendidikan-islam-dalam-peradaban-industrial-ref

1981), merupaka n pesan kenabian in-dustrial, sehingga dapat bebas darikonflik kepentingan.Hal tersebut dapat c{iartikan, bah-wa penclidikan Islam bertugas me-nyiapkan anak cliclik untuk dapat me-mahami dan menyadari realitas, dantuncluk pada hukum aktual, potensial,yang clitemukan mela-lui daya kreatif manu-sia. Kesadaran keaga-maanberarti kesadaranhidup sesuai potensiobyektif rnanusia. lmukeislaman berarti cli-namika hubungankon-sep seluruh realitas,baik realitas verbal(firman dalam kitab),maupun realitas alamaktual dan realitas po-

pendidikun Islambertugas menyiupkun

anuk didik untukrlapat memuhumidan ntenyadari

realitns, dun tundukpada hukunt uktuul,potensiul, yungditemukun nrelulrti

dnyu kreutiJ'munusitt

dalam n vers tas, erar integrasipencerahan nalar dan kesadaran [sla-mi dalam seluruh bidang studi. Fa-kultas Ekonomi tersusun clalam ke-rangka hr.rbtrngan dengan FakttltasTarbiyah, IAIN dalam kerangka hu-bungan Universitas dan institusi keil-muan lainnya. Seluruhnya hanya

bisa menjacli mungkinjika dibangun di atasbasis metafisika kesa-daran lslam. Peng-ajaran berbagai biciangilrnu, tlikembangkanrnelalui kritik huma-nitas terhaclap teori se-tiap bidang ilmu seba-gai pencerminan basismetafisis tersebut. JikaIslam a'Jalah agama

tensial.Demikian pula insan kanil, dalampandangan penciidikan berarti kecer-dasan dan profesionalitas serta komit-men moral kemanusiaan. Ragam danjenjang pendidikan berarti spesialisasi,dan tahapan ciari tujuan serta lingkupuniversalitas yang secara konsistentercermin dalam tujuan kelembagaandan kurikulum. Dalam hal ini, Mad-

94

bagi manlrsia karena kesesuaiannyadengan strbstansi humanitas (fitrah),maka kejujuran fitrah meruPakanakar tqmbuhnya kesadaran iman, Is-lam, dan ihsan. Amal shaleh berartikemampuan mengolah alam danmengatur kehiclupan bagi kesejah-teraan hidup untuk semua yang lebihberkeadilan.Akhirnya, seluruh Pemikiran

JI'|, f"akultas Thrbiyah UI], l/l/96


http:///reader/full/rekonstruksi-pendidikan-islam-dalam-peradaban-industrial-ref

, u angsecara kritis. Bersamaan dengan studikritis sejarah kenabian, dicoba cariesensi penclidikan Islam sebagai dasar'penyusunan kembali definisi dantujuan serta kurikulum yang tidak sajamencakup berbagai mociel dan ragampendidikan Islam. Melainkan, jrgomampu memberi panduan bagi kehi-dupan manusia dalam peradabanmoderen yang lebih memberi peluangtumbuhnya kesadaran iman dan amalshaleh.

Drs. Abdul Muni r Mulkhan, SU.,hsen Fak ultas Tarbi;611 ll 11115*wt KalijagaYogalctrtt

KEPUSTAKAANBa-Yurrus, I, & Farid Ahrnad, 1993,fus iolryi klatn clan Masyara ka t Kon tent porer,Mizan, Bandung.Bilgrami, H.H. & Syed AliAshraf, 1989,Konsep Universitas IsJnnt, Tiara Waczura,Yogyakarta.Bre, 1994, Prcyeksi Pettdueluk Indonesia

Per-I{a b upa tet t/Kotam a clya I 99G2 W, I ^lr;1tt;:..-,

79U, kbrapa Ciri Peneluk Agamadi Indonesia 1 98Q I akarta.-,

"1991, Bebnpa Ciri Penel uk Agamadi Indonesia 1 9Q Jakarta.DaradjaL, Z. (dkk), 1 992, Ilnt u PendidikanIslam, Bumi Aksara, Jaka rta.Ditjen Binbaga Depag RI, I995, Topik IntiKwikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyalt,Proyek Pengernbangan PTAI, Jakarta.

JPI. Fakultas Tarbiyah Uil. lil/96

1995, Black Holes nc Babvverres; Lultutg lfiLun Da.tt/agat &tyi clan Exi-esei Lain, Gramedia, Jakarta.Husaini, S.W.A., 1993, Sistetn PentbhnanMa sya ra ka t^/s/anr, Pustakr, Bandung.Izutstr, T., 1993, Konsep-Kottsep EtikaReliS;itts

rekonstruksi pendidikan islam dalam peradaban industrial: refleksi beberapa agenda kerja

Documents