refsus skizofrenia tak terinci.docx

Upload: joseph-bennett

Post on 08-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    1/42

    Laboratorium I lmu Kesehatan Jiwa Refl eksi Kasus

    Fakul tas Kedokteran

    Uni versitas Mulawarman

    Skizofrenia Tak Terinci

    Oleh

    Victor Julius

    1310019006

    Pembimbing

    dr. A. Dalidjo, Sp. KJ

    Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

    Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Mulawarman

    2013

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    2/42

    1

    Laboratorium I lmu Kesehatan Jiwa Refl eksi Kasus

    Fakul tas Kedokteran

    Uni versitas Mulawarman

    Skizofrenia Tak Terinci

    Oleh

    Victor Julius / 1310019006

    Dipersentasikan pada tanggal 27 Agustus 2013

    Mengetahui,

    Pembimbing

    dr. A. Dalidjo, Sp. KJ

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    3/42

    2

    REFLEKSI KASUS

    Seorang laki-laki, 27 tahun, tidak bekerja, belum menikah, islam, alamat di Penajam PPU

    datang ke IGD RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda pada tanggal 13 Agustus 2013 pada

    jam 16.00 WITA, dan dipindahkan ke Ruang Intermediet RSJD Atma Husada Mahakam

    Samarinda sejak tanggal 14 Agustus 2013.

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Fadlianur

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Usia : 27 tahun

    Status Perkawinan : Belum Menikah

    Agama : Islam

    Suku : Banjar

    Pendidikan : STM tidak lulus

    Pekerjaan : Tidak Bekerja

    Alamat : PPU

    STATUS PSIKIATRI

    Keluhan Utama

    Pasien mengamuk

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Autoanamnesis

    Ketika dilakukan wawancara pasien lebih banyak melamun dengan pandangan kosong.

    Ketika ditanya nama pasien masih bisa menjawab namanya Fadlianur, pasien mengaku sebagai

    seorang lulusan universitas di Cina. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya Tuhan. Tidak ada

    keinginan bunuh diri. Halusinasi dan ilusi disangkal.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    4/42

    3

    Heteroanamnesis

    Pasien mengamuk sejak bulan puasa, mencekik ibunya sendiri sampai harus berkelahi

    dengan adik tirinya. Pasien dipukul didaerah bibir. Pasien bicara sendiri sejak 3 sampai 4 bulan

    yang lalu, pasien mengaku sebagai Tuhan dan ingin mati saja. Pasien sering keluar malamkeluyuran dijalan sampai harus ditangkap oleh polisi dan dikembalikan kerumah orang tuanya.

    Pasien sering mengurung diri dikamar, mondar-mandir, dan tertawa sendiri. ADL diarahkan.

    Tidak ada riwayat melukai diri sendiri. Tidak memiliki semangat hidup dikarenakan sudah 3

    bulan berhenti bekerja dan tidak bisa bertemu dengan kekasihnya.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien pernah mengalami kejang saat berusia 2 tahun dikarenakan demam. pasien

    memiliki riwayat trauma kepala, dikarenakan jatuh dari motor tanpa menggunakan helm hingga

    harus dilarikan ke rumah sakit untuk dijahit. Pasien tidak meiliki riwayat hipertensi atau diabetes.

    Riwayat malaria disangkal. Riwayat penggunaan NAPZA tidak bisa dipastikan. Saat neneknya

    meninggal ketika pasien berumur 20 tahun, sekitar 7 tahun lalu, pasien sempat menunjukan gejala

    penarikan diri, suka melamun, bicara sendiri dan meletakan es batu dikepalanya karena selalu

    merasa kepanasan. Pasien dibawa ke dokter jiwa dan diberikan 4 macam obat namun keluarga

    lupa apa diagnosis maupun nama obat. Keluarga pasien mengatakan bahwa obat yang diberikan

    sama bentuk dan warnanya dengan yang diberikan saat ini. Obat hanya diminum seminggu, dan

    dikarenakan terjadi perbaikan, pengobatan tidak dilanjutkan.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Sepupu sekali memiliki gejala yang sama dengan diri pasien

    Gambaran Premorbid

    Pasien merupakan orang yang pendiam dan tertutup terhadap keluarga.

    Faktor Pencetus

    Diduga karena masalah asmara dan pekerjaan

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    5/42

    4

    Hubungan Dengan Keluarga Dan Lingkungan

    Pasien bermasalah dengan saudara tiri perempuannya. Pasien tidak terlalu diperdulikan

    ayah tirinya, dan memiliki masalah dengan teman kerjanya.

    Riwayat Keluarga

    Struktur keluarga penderita yang tinggal serumah saat pasien berusia 10 tahun

    No Nama L/P Hubungan Umur Sifat

    1 Dewi P Nenek 60 Tegas, Keras, Pemarah

    2 Ilham L Sepupu 14 Aktif, Ceria

    3 Agus L Sepupu 13 Sabar, Ceria

    4 Fadlianur L Penderita 10 Keras, Pendiam, Tertutup

    5 Lido L Sepupu 6 Aktif, Cerewet

    Struktur keluarga Penderita yang tinggal serumah saat ini

    No Nama L/P Hubungan Umur Sifat

    1 Ahmad L Ayah Tiri 54 Cuek, Tegas, Pendiam

    2 Mursiani P Ibu 49 Pemarah, Cerewet

    3 Fadlianur L Penderita 27 Keras, Pendiam, Tertutup

    4 Ajlin P Adik Tiri 19 Keras, Pemarah, Kasar

    5 Nur Ihsan L Adik Tiri 17 Pemarah, Aktif

    6 Khusnul P Adik Tiri 12 Pemalu, Baik

    Nenek dari Ibu meninggal saat penderita berusia 22 tahun Ayah kandung penderita meninggal saat pasien berusia 19 tahun karena penyakit

    komplikasi

    Ayah dan ibu kandung bercerai saat pasien berusia 3 tahun Penderita dominan diasuh oleh nenek dan ibu Antara ayah dan ibu tidak ada hubungan darah Sepupu dari pasien dari pihak ibu menderita penyakit yang sama Suasana kehidupan dalam keluarga baik

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    6/42

    5

    Status social ekonomi keluarga cukup Status social kultural suku Banjar

    Riwayat Hidup Pasien

    Masa Dikandung & Sekitar Persalinan Usia dalam kandungan 9 bulan, persalinan normal, ditolong dirumah oleh bidan Kesehatan ibu sewaktu hamil, ibu kurang darah Penderita merupakaan anak yang dikehendaki Hubungan antara ayah dan ibu selama hamil biasa-biasa saja

    Masa Bayi

    Kesehatan penderita baik Pertumbuhan & perkembangan penderita agak terlambat Baru bisa bicara dan berjalan pada usia 2 tahun Umur 2 tahun mengalami satu kali kejang demam Penderita disusui sampai usia 9 bulan, kemudian disapih karena ibu sakit

    Masa Prasekolah

    Kesehatan penderita baik Pertumbuhan dan perkembangan penderita baik Penderita memiliki sifat yang pendiam Penderita dididik dengan keras oleh ayah yang keras Penderita anak tunggal Penderita lebih dekat dengan ibu Kebersihan diri diajarkan oleh ibu dan bisa mandi sendiri diusia 5 tahun

    Masa Sekolah & Prapubertas

    Kesehatan penderita baik Penderita memiliki sifat pendiam, penyendiri, keras kepala Penderita memiliki daya tangkap yang lambat, dua kali tidak naik kelas pada saat mau

    naik kelas 3 dan kelas 5

    Penderita senang main gitar, mengisi TTS, dan membaca bukuMasa Pubertas

    Kesehatan penderita baik

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    7/42

    6

    Penderita adalah orang yang pendiam hanya memiliki beberapa teman dekat Penderita biasa menghabiskan waktu libur dan waktu senggang dirumah hanya jalan jika

    diajak oleh teman

    Penderita mulai pacaran sejak SMP Penderita taat dalam beribadah Penderita senang main gitar dan mengisi TTS

    Masa Dewasa

    Penderita termasuk orang yang pendiam dan suka menyendiri dan tipe pemikir Penderita tidak menyelesaikan kuliahnya dibidang tekhnik elektro dikarenakan tangannya

    selalu basah

    Selain itu penderita juga tidak bisa konsentrasi berkuliah dikarenakan putus cintaMasa Tua

    Penderita belum memasuki masa tuaRiwayat Pekerjaan

    Penderita sempat bekerja sebagai pekerja dikebun kelapa sawit Saat bekerja pasien pernah jatuh dari motor dan menyebabkan cedera kepala berat sampai

    harus dijahit

    Pasien berhenti kemudian ikut pamannya bekerja sebagai pensurvei dibidang batu bara Pasien berhenti lagi dan bekerja sebagai security Sejak ada masalah dengan teman sekerjanya, dan pasien diusir dari kost tempat tinggal

    bersama teman-teman securitynya pasien berhenti

    Pasien sudah tidak bekerja selama 4 bulanRiwayat Perkawinan

    Pasien belum menikahLain-Lain

    Sebelum menjadi security pasien mengikuti pelatihan yang cukup keras Mulai berurusan dengan polisi saat gejala penyakit mulai parah, beberapa kali ditangkap

    Koramil saat suka keluyuran dimalam hari

    Kepribadian Sebelum Sakit

    Pasien adalah orang yang pendiam, sangat tertutup, dan selalu memikirkan masalahnyasecara berlebihan.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    8/42

    7

    Saat putus cinta, pasien akan menjadi sangat terdepresi dan akan terlalu memikirkanmasalah tersebut

    Untuk bersenag-senang pasien suka main gitar dan main TTSKehidupan Psikoseksual

    Sudah tiga kali pacaran sejak SMP namun belum menikahKehidupan Emosi

    Penderita memiliki sifat pendiam, penyendiri, pemalu, kaku, dan terlalu memikirkanmasalahnya

    Hanya menceritakan masalahnya pada salah satu teman dekatnya, tidak mudah terbukadengan orang lain

    Penderita sering berkelahi dengan adik tiri perempuannya dirumah, walaupun untuk halyang sepele

    Penderita sangat rajin, suka lupa makan saat bekerja, berambisi, kerasHubungan Sosial

    Penderita memiliki beberpa teman namun hanya dekat dan mau terbuka dengan salah satutemannya

    Kebiasaan dan Kesenangan

    Penderita seringkali merokok da nada riwayat menggunakan NAPZA yang diakui pasienkepada pacarnya saat masih remaja

    STATUS PRAESENS

    Status Fisikus

    Tanda Vital- TD : 120/70- Respirasi : 24 kali/menit- Nadi : 78 kali/menit- Suhu : 36,5 C- GCS : E4V5G6 Keadaan Gizi : Cukup Keadaan Fisik Lain : Terdapat Luka pada ujung bibir bekas pukulan

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    9/42

    8

    Kepala :Mata : Konjunctiva tidak anemis Telinga: Tidak ada kelainan

    Sklera tidak ikterik Mulut : Tidak ada kelainan

    Pupil tak ada kelainan Hidung : Sekret -/-

    Thoraks :

    Jantung : Bunyi jantung murni reguler Paru : Dalam Batas Normal

    Ekstremitas : Tidak ada kelainan Kelenjar Getah Bening : Pada Inspeksi & Palpasi tidak ada pembesaran KGB Keadaan Susunan Saraf : Tidak ada kelainan Refleks Fisiologis : +/+

    Refleks Patologis : -/-

    Status Psikikus :

    Roman Muka : Murung Kesadaran : Komposmentis Kontak/Rapport : Visual (+) menurun, Verbal (+) Lambat Orientasi : Waktu : baik

    Tempat : baik

    Orang : baik

    Perhatian : Kurang Persepsi : Halusinasi dengar : Disangkal

    Halusinasi lihat : Disangkal

    Ilusi : Tidak ada

    Ingatan : Baik, kesan tidak terganggu Intelegensia : Baik, kesan tidak terganggu Pikiran : Bentuk : Lambat

    Jalan : Asosiasi longgar

    Isi : Waham Kebesaran (+)

    Emosi : Labil, Afek tumpul

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    10/42

    9

    Dekorum : Baik Tingkah laku : Normoaktif Bicara : Lambat Lain-Lain :

    Genogram

    Pasien merupakan anak tunggal dari ayah dan ibunya.

    Keterangan :

    : Laki-laki

    : Perempuan

    : Laki-laki meninggal

    : Pasien

    Pemeriksaan Urine dengan 5 Parameter dengan hasil:

    i. Morfin : Negatifii. Benzodiazepin : Negatif

    iii. Amphetamin : Negatifiv. Met Amphetamin : Negatifv. Mariyuana : Negatif

    DIAGNOSIS

    FORMULASI DIAGNOSIS

    Penderita seorang laki-laki berusia 27 tahun, suku banjar, menganggur, belum menikah,

    dikandung, lahir spontan ditolong bidan dirumah. Penderita dibesarkan dikeluarga yang

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    11/42

    10

    ekonominya cukup. Sejak kecil penderita tinggal dengan nenek, dan baru dua tahun terakhir

    hidup bersama dengan ibunya. Ayah pasien berwatak keras, ibunya sering mengomel pada

    pasien, dan ayah tiri tidak memperhatikan pasien (F. Predisposisi). Pasien adalah orang yang

    pendiam, tertutup, pekerja keras, dan seorang pemikir yang suka memendam masalahnya sendiri

    (F. Predisposisi).Setelah berhenti kuliah dikarenakan tidak bisa lulus (F. Predisposisi), dan karena tidak bisa

    berkonsentrasi karena putus cinta (F. Predisposisi), pasien bekerja di kebun kelapa sawit,

    kemudian bekerja sebagai surveyor batu bara, dan terakhir bekerja sebagai security. Pasien

    memiliki masalah dengan teman ditempat kerja dan memutuskan berhenti bekerja (F.

    Predisposisi). Pasien merasa dibenci dan selalu mencurigai temannya membicarakannya

    dibelakang dirinya (F. Predisposisi).

    Setelah berhenti dan berpisah dari pacarnya pasien merasa sangat kehilangan (F. Predisposisi)

    penderita merasa sangat tertekan, menjadi sering melamun, bicara sendiri, keluyuran dijalan

    tengah malam, mengamuk, menyerang orang dirumah. Keluarga membawanya ke IGD RSJD

    Atma Husada Mahakam Samarinda pada tanggal 13 Agustus 2013 pada jam 16.00 WITA.

    DIAGNOSA MULTIAKSIAL

    Aksis I : Depresi berat dengan gejala psikotik

    Aksis II : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

    Aksis III : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

    Aksis IV : Masalah Pekerjaan

    Aksis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,

    secara umum masih baik

    PENATALAKSANAAN

    Psikoterapi

    1. Dukungan keluarga yang baik untuk pasien sehinggadapat memberikan perhatianyang lebih pada pasien.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    12/42

    11

    2. Teman-teman pasien alangkah baiknya jika bisa menjenguk pasien dan mengajakbercerita jika ada permasalahan, sehingga dapat memberi dukungan yang baik ke

    depannya untuk penyembuhannya.

    3. Melatih keterampilan berbicara, keterampilan mengelola gejala, keterampilankerja

    Psikofarmaka

    Haldol 2 x 2,5 mg Clozapine 25 mg 0-0-1 THD 2 x 2 mg

    PROGNOSA

    Dubia ad bonam jika: Jika rutin dalam pemberian terapi dan adanya perhatian keluarga kepada pasien.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    13/42

    12

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiSkizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronik atau kambuhan ditandai

    dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena.

    Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik,

    yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi.

    Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autism, dan ambivalensi. Sedangkan gejala

    sekundernya adalah waham dan halusinasi (Kaplan & Saddock, 2004). Gangguan yang terjadi

    dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau lebih) yang

    diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir, dan adanya perilaku

    yang katatonik serta adanya gejala negative (APA, 2000).

    B. Etiologi (Kaplan, 2010)A.Faktor Biologis

    1) NeuropatologiDaerah otak utama yang terlibat adalah struktur limbik, lobus frontalis, ganglia basalis,

    otah tengah, talamus, dan batang otak.

    a. Sistem limbikSistem limbik yang berperan dalam pengendalian emosi. Pada sampel otak skizofrenia

    postmortem telah ditemukan suatu penurunan ukuran daerah termasuk amigdala,

    hipokampus, dan girus para hipokampus. Karena penurunan ukuran tersebut, emosi yang

    timbul sulit untuk di kendalikan.

    b. Ganglia basalisGanglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan. Pasien skizofrenia mempunyai

    pergerakan yang aneh (gaya berjalan kaku, menyeringaikan wajah dan sterotipik) bahkan

    tanpa adanya gangguan pergerakan akibat medikasi. Hal ini dapat terjadi karena

    sedikitnya neuron-neuron akibat berkurangnya volume otak terutama didaerah globus

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    14/42

    13

    pallidus dan substansia nigra. Selain itu, reseptor dopamine tipe 2 (D2) meningkat

    jumlahnya di daerah caudatus, putamen, dan nucleus accumbens.

    c. Lobus frontalisGanglia basalis berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis, dengan demikian

    meningkatkan kemungkinan bahwa kelainan pada fungsi lobus frontalis yang terlihat pada

    beberapa pemeriksaan pencitraan otak mungkin disebabkan oleh patologi di dalam

    ganglia basalis, bukan di dalam lobus frontalis itu sendiri. Peningkatan aliran darah yang

    lebih kecil ke korteks frontalis dorsolateral saat melakukan prosedur aktivasi psikologis.

    Penurunan metabolisme glukosa di lobus frontal. Atropi lobus frontalis, berhubungan

    dengan gejala negatif skizofrenia. Penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral,

    sehingga menyebabkan deficit fungsi yang menimbulkan gejala mimik.

    d.

    Atropi lobus temporal medial bilateral, yaitu girus parahipokampus, girus hipokampus,dan amigdala

    e. Pelebaran ventrikel ketiga dan ventrikel lateral yang stabil dan kadang terlihat sebelumonset penyakit, sehingga mengurangi volume otak.

    f. Gangguan transmisi neuronal (sirkuit) akibat aliran darah yang sedikit atau disfungsitraktus thalamocortical, dan penurunan ukuran corpus callosum yang menimbukan gejala

    positif dan negatif, serta gangguan kognitif.

    2) HerediterSeseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga

    menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah

    berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut. Beberapa gen yang

    dijumpai pada penderita skizofrenia, antara lain 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan

    22q. Adanya mutasi gen dystrobrevin DTNBP 1 dan Neureglin 1 berhubungan dengan

    munculnya gejala negatif pada penderita skizofrenia. Selain itu, kepribadian schizoid,

    skizotipal, dan paranoid memiliki kemungkinan besar dalam timbulnya skizofrenia.

    3) Gangguan anatomikDicurigai ada beberapa bangunan anatomis di otak berperan terhadap kejadian skizofren

    yaitu lobus temporal, sistem limbik dan reticular activating sistem. Ventrikel penderita

    skizofrenia juga lebih besar daripada populasi normal.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    15/42

    14

    4) Teori Biokimiaa. Hipotesis dopamin

    Rumusan paling sederhana dari hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia

    disebabkan dari terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik, sehingga menimbulkan gejala

    positif. Teori ini timbul dari pengamatan:

    1) Aktivitas antipsikotik dari obat-obat neuroleptik misalnya fenotiazin bekerja denganmemblokade reseptor dopamin pasca sinaps (tipe D2).

    2) Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik misalnya amfetamin akanmemperburuk skizofrenia karena amfetamin melepaskan dopamin sentral.

    Namun teori ini tidak memperinci apakah hiperaktivitas dopaminergik disebabkan oleh

    terlalu banyak pelepasan dopamine, terlalu banyak reseptor dopamine atau kombinasi

    kedua hal di atas. Keterlibatan jalur dopamin di otak yaitu jalur mesokortikal, jalurtubuloinfundibular, jalur mesolimbik.

    b. Hipotesis serotoninSerotonin telah mendapat banyak perhatian dalam penelitian skizofrenia sejak

    pengamatan bahwa antipsikotik atipikal mempunyai aktifitas berhubungan dengan

    serotonin yang kuat (misalnya clozapine, risperidone, ritanserin). Secara spesifik,

    antagonis pada reseptor serotonin (5-HT2) telah disadari penting untuk menurunkan gejala

    psikotik dalam menurunkan perkembangan gangguan pergerakan berhubungan dengan

    antagonisme-D2. Seperti yang telah dinyatakan dalam penelitian mengenai gangguan

    mood, aktifitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan impulsif yang juga

    dapat ditemukan pada pasien skizofrenia.

    c. Hipotesis norepinefrinBeberapa peneliti telah melaporkan bahwa pemberian antipsikotik jangka panjang

    menurunkan aktifitas neuron noradrenergik di lokus cereleus dan bahwa efek terapeutik

    dari beberapa antipsikotik mungkin melibatkan aktifitas pada reseptor adrenergik-1 dan

    adrenergik-2. Walaupun hubungan antara aktifitas dopaminergik dan noradrenergik masih

    belum jelas, semakin banyak data yang menyatakan bahwa sistem noradrenergik

    memodulasi sistem dopaminergik dalam cara tertentu sehingga kelainan sistem

    noradrenegik mempredisposisikan pasien untuk sering relaps.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    16/42

    15

    d. Hipotesis asam aminoNeurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutyric acid (GABA) juga telah

    terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang tersedia adalah konsisten dengan

    hipotesis bahwa beberapa pasien dengan skizofrenia mengalami kehilangan neuron

    GABA-ergik di dalam hipokampus. Hilangnya neuron inhibitor GABA-ergik secarateoritik dapat menyebabkan hiperaktifitas neuron dopaminergik dan noradrenergik.

    Neurotransmiter asam amino eksitasi glutamat telah juga dilaporkan terlibat dalam dasar

    biologis untuk skizofrenia.

    e. Teori NeuropeptideDua zat neuropeptide, cholecystokinin dan neurotensin ditemukan di berbagai daerah otak

    penderita skizofrenia. Konsentrasi zat ini berubah pada keadaan psikosis.

    f. Teori GlutamatPada pasien skizofrenia terdapat inhibisi pelepasan neurotransmitter glutamate, hal ini

    penting perannya dalam menimbulkan gejala akut skizofrenia.

    g. Asetilkolin dan NikotinPenurunan jumlah reseptor muskarinik dan nikotinik di daerah caudatus-putamen,

    hipokampus, korteks prefrontal menyebabkan kekacauan regulasi sistem neurotransmitter,

    sehingga timbul disfungsi kognitif pada pasien skizofrenia.

    5) PsikoneuroendokrinologiBeberapa data menunjukkan penurunan konsentrasi luteinizing hormone-follicle

    stimulating hormone (LH/ FSH), kemungkinan dihubungkan dengan onset usia dan

    lamanya penyakit. Dua kelainan tambahan yang dilaporkan adalah penumpulan pelepasan

    prolaktin dan hormon pertumbuhan terhadap stimulasi gonadotropin releasing hormone

    (GnRH) atau thyrotropin-releasing hormone (TRH) dan suatu penumpulan pelepasan

    hormon pertumbuhan terhadap stimulasi apomorphine yang mungkin dikorelasikan

    dengan adanya gejala negatif.

    B.Faktor Psikososial1. Teori Psikoanalitik

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    17/42

    16

    Skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam perkembangan yang terjadi lebih awal yang

    menyebabkan perkembangan neurosis. Freud mendalilkan bahwa adanya defek ego juga

    berperan dalam gejala skizofrenia. Jadi, konflik intrapsikis yang disebabkan dari fiksasi

    awal dan defek ego, yang mungkin disebabkan oleh hubungan objek awal yang buruk,

    merupakan awal mula timbulnya gejala psikotik.

    2. Teori PsikodinamikaPenelitian pada kembar monozigotik secara berulang menunjukkan bahwa faktor

    lingkungan dan psikologis mempunyai kepentingan dalam perkembangan skizofrenia.

    3. Teori BelajarMenurut ahli teori belajar, anak-anak yang kemudian menderita skizofrenia mempelajari

    reaksi dan cara berpikir yang irasional dengan meniru orangtuanya yang mungkin

    memiliki masalah emosionalnya sendiri yang bermakna. Hubungan interpersonal yang

    buruk dari orang skizofrenia, menurut teori belajar, juga berkembang karena dipelajarinya

    model yang buruk selama masa anak-anak.

    C. Faktor Risiko (Kaplan, 2010)1. Faktor genetik2. Faktor psikososial

    a. Teori tentang pasien individual : adanya defek ego dan regresi dalam responterhadap frustasi dan konflik dengan orang lain menyebabkan seseorang rentan

    terhadap stres (teori psikoanalisis).

    b. Teori Psikodinamika : defek stimulus lingkungan mempengaruhi hubunganinterpersonal sehingga menimbulkan stres.

    c. Teori Belajar : Reaksi dan cara berfikir irasional orang tua yang mempunyaimasalah emosional bermakna juga dapat ditiru oleh anak-anak mereka

    d. Teori tentang keluarga : keluarga patologis memberikan stres emosional sehinggarentan menderita skizofrenia. Kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih

    sayang di tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya

    identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan

    sosial pada penderita skizofrenia.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    18/42

    17

    e. Teori-teori sosial : Pengaruh industrialisasi dan urbanisasi menyebabkan stres.3. Status sosial ekonomi4. Stress

    D. Penegakan Diagnosa (Kaplan, 2010)a. Menurut PPDGJ III

    1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejalaatau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

    (a) gangguan isi pikir:

    Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergemadalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

    sama, namun kulitasnya berbeda; atau

    Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masukkedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

    sesuatu dari luar (withdrawal); dan

    Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lainatau umum mengetahuinya;

    (b) Delusi

    delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatukekuatan tertentu dati luar; atau

    delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatukekuatan tertentu dari luar; atau

    delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrahterhadap suatu kekuatan dari luar;(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke

    pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan

    khusus);

    delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yangbermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

    (c) Halusinasi auditorik :

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    19/42

    18

    Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilakupasien, atau

    Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagaisuara yang berbicara), ataau

    Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

    tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik

    tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu

    mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

    2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

    waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

    afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)

    yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

    berbulan-bulan terus menerus;

    b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation),yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

    neologisme;

    c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuhtertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

    d) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, danrespons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

    mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja

    social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi

    atau medikasi neuroleptika;

    3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satubulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

    4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),

    bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap

    larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    20/42

    19

    b. Menurut DSM IV Gejala karakteristik: Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian

    waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):

    1. waham

    2. halusinasi

    3. bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)

    4. perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

    5. gejala negatif, yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)

    Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau

    halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiranpasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.

    Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguansatu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan

    diri, adalah jelas dibawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa

    anak-anak ata remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal,

    akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

    Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (kurang jika diobati dengan berhasil)

    yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala

    prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan

    mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang

    dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang

    aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

    Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: gangguan skizoaefktif dangangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: 1. Tidak ada episode

    depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase

    aktif; 2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah

    relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    21/42

    20

    Penyingkiran zat/kondisi medis umum: gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologislangsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu

    kondisi medis umum

    Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanyagangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahanskizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk

    sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).

    E. Patogenesis dan Patofisiologi SkizofreniaMakna patofisologis khusus dikaitkan dengan dopamin. Availabilitas dopamin atau agonis

    dopamin yang berlebihan dapat menimbulkan gejala skizofrenia. Penghambatan pada reseptor

    dopamin-D2telak sukses digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia.. Di sisi lain, penurunan

    reseptor D2 yang ditemukan pada korteks prefrontalis dan penurunan reseptor D1 dan D2

    berkaitan dengan gejala negatif skizofrenia., seperti kurangnya emosi. Penurunan reseptor

    dopamin mungkin terjadi akibat pelepasan dopamin mungkin terjadi akibat pelepasan dopamin

    yang meningkat dan ini tidak memiliki efek patogenetik. Dopamin berperan sebagai transmiter

    melalui beberapa jalur (Silbernagl , 2007):

    a. Jalur dopaminergik ke sistem limbik (mesolimbik)b. Jalur dopaminergik ke korteks (sistem mesokorteks) mungkin penting dalam perkembangan

    skizofrenia

    c. Pada sistem tubuloinfundibular, dopamin mengatur pelepasan hormon hipofisis (terutamapelepasan prolaktin)

    d. Dopamin mengatur aktivitas motorik pada sitem nigrostriatumSerotonin mungkin juga berperan dalam menimbulkan gejala skizofrenia. Kerja serotonis yang

    berlebihan dapat menimbulkan halusinasi dan banyak obat antipsikotik akan menghambat

    reseptor 5-HT2.

    F. Tipetipe skizofrenia berdasarkan PPDGJ III (Kaplan, 2010)Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam

    PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi

    masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    22/42

    21

    Skizofrenia Paranoid

    Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

    (a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi

    auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.

    (b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan

    tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

    (c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of

    control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity),

    dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

    Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara

    relatif tidak nyata / menonjol. Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripadapasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama

    penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai

    kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego

    paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik

    paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan

    perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

    Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah.

    Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang

    dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak

    terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

    Skizofrenia Hebefrenik

    Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda

    (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

    Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun

    tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

    Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama

    2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar

    bertahan :

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    23/42

    22

    a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; adakecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa

    tujuan dan hampa perasaan;

    b. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai olehcekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai

    (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial,

    dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

    c. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) sertainkoheren.

    d. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnyamenonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting

    and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang

    bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita

    memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty

    of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap

    agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan

    pikiran pasien.

    Skizofrenia Katatonik

    Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

    (a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta

    aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

    (b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi

    oleh stimuli eksternal)

    (c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan

    posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

    (d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau

    upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    24/42

    23

    (e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan

    dirinya);

    (f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam

    posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

    (g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap

    perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

    Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik,

    diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang

    adanya gejala-gejala lain.

    Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk

    skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau

    alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

    Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang

    ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis

    mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang

    disebabkan oleh dirinya sendiri.

    Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated)Seringkali pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam

    salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria

    diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

    Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

    Depresi Pasca-Skizofrenia

    Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

    a. Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizofrenia)selama 12 bulan terakhir ini;

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    25/42

    24

    b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaranklinisnya); dan

    c. Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untukepisode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

    Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif.Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari

    subtipe skizofrenia yang sesuai.

    Skizofrenia Residual

    Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :

    a. Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik,aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan

    dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam

    ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja

    sosial yang buruk;

    b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhikriteria untuk diagnosis skizofenia;

    c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensigejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan

    telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;

    d. Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atauinstitusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

    Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya

    gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk

    memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik,

    pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe

    residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak

    disertai afek yang kuat.

    Skizofrenia Simpleks

    Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada

    pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    26/42

    25

    - gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi,waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan

    - disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasisebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan

    penarikan diri secara sosial.Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.

    Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis

    simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir

    biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya

    perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan

    keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam

    pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang

    menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

    G. Komplikasi (Kaplan, 2010)1. Pikiran dan perilaku bunuh diri2. Perilaku yang merusak diri3. Malnutrisi4. Kebersihan yang buruk5. Depresi6. Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan atau resep obat7. Kemiskinan8. Gelandangan9. Penahanan10. Konflik keluarga11. Ketidakmampuan untuk bekerja atau bersekolah12. Menjadi korban atau pelaku kejahatan kekerasan

    H. PenatalaksanaanNon farmakologis

    1. Terapi Psikososial

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    27/42

    26

    Terapi psikososial pada umumnya lebih efektif diberikan pada saat penderita

    berada dalam fase perbaikan dibandingkan pada fase akut. Terapi ini meliputi

    terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, dan psikoterapi

    individual (Kaplan, 2010).

    a. Terapi perilakuTeknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk

    meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan

    komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat

    ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa di rumah sakit, dengan demikian

    frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian

    di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan (Kaplan, 2010). Terapi perilaku

    memiliki tiga model pelatihan keterampilan sosial pada penderita skizofrenia, yaitu :

    1) Model keterampilan dasarModel keterampilan dasar sering juga disebut dengan istilah keterampilan motorik,

    merupakan model pendekatan yang mengidentifikasi disfungsi perilaku sosial,

    kemudian dipilah menjadi tugas-tugas yang lebih sederhana, dipelajari melalui

    pengulangan, dan elemen-elemen terasebut dikombinasikan menjadi perbendaharaan

    fungsional yang lebih lengkap.

    2) Model pemecahan masalah sosialModel pemecahan masalah sosial dilaksanakan melalui modul-modul pembelajaran

    seperti manajemen medikasi, manajemen gejala, rekreasi, percakapan dasar, dan

    pemeliharaan diri.

    3) CognitiveremediationPenatalaksaanaan gangguan kognitif pada penderita skizofrenia bertujuan meningkatkan

    kapasitas individu untuk mempelajari berbagai variasi dari keterampilan sosial dan

    dapat hidup mandiri. Strategi penatalaksanaan meliputi langsung pada defisit kognitif

    yang mendasari dan terapi kognitif perilaku terhadap gejala psikotik. Penatalaksanaan

    langsung terhadap defisit kognitif yang mendasari meliputi pengulangan latihan,

    modifikasi instruksi berupa instruksi lengkap dengan isyarat dan umpan balik segera

    selama latihan. Sedangkan terapi kognitif perilaku terhadap gejala psikotik bertujuan

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    28/42

    27

    mengidentifikasikan gejala spesifik dan menggunakan strategi coping kognitif untuk

    mengatasinya. Contohnya seperti strategi distraksi, reframing, self reinforcement, test

    realita, atau tantangan secara verbal. Penderita skizofrenia menggunakan strategi ini

    untuk menemukan dan menguji kualitas disfungsi dari keyakinan yang irasional.

    b. Terapi berorintasi keluargaTerapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan

    remisi parsial. Keluarga tempat pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat

    dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan

    segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan,

    khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga mendorong sanak

    saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana

    yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan daripenyangkalan tentang keparahan penyakitnya (Kaplan, 2010).

    Terapi keluarga bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai skizofrenia. Materi yang

    diberikan berupa pengenalan tanda-tanda kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan,

    dan antisipasi dari efek samping pengobatan, dan peran keluarga terhadap penderita

    skizofrenia.

    Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu

    mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah

    efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps

    adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5-10 %

    dengan terapi keluarga (Kaplan, 2010).

    c. Terapi kelompokTerapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan perhatian pada rencana, masalah,

    dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,

    terorientasi secara psikodinamika, tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam

    menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi

    pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara

    interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia (Kaplan, 2010).

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    29/42

    28

    Terapi kelompok meliputi terapi suportif, terstruktur, dan anggotanya terbatas, umumnya 3-

    15 orang. Kelebihan terapi kelompok adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan balik

    segera dari teman kelompok, dan dapat mengamati respon psikologis, emosional, dan

    perilaku penderita skizofrenia terhadap berbagai sifat orang dan masalah yang timbul.

    d. Psikoterapi individualPsikoterapi individual yang diberikan pada penderita skizofrenia bertujuan sebagai promosi

    terhadap kesembuhan penderita atau mengurangi penderitaan pasien. Psikoterapi ini terdiri

    dari fase awal yang difokuskan pada hubungan antara stres dengan gejala, fase menengah

    difokuskan pada relaksasi dan kesadaran untuk mengatasi stres kemudian fase lanjut

    difokuskan pada inisiatif umum dan keterampilan di masyarakat dengan mempraktekkan apa

    yang telah dipelajari

    Farmakologis

    Antipsikosis atau neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut dan kronik. Kegunaannya

    pada psikoneuresis dan penyakit psikosomatik belum jelas.

    Prinsip-prinsip Terapetik

    Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada pengobatan adalah sebagai berikut (Kaplan, Sadock,

    dan Grebb, 2010):

    1) Klinisi menentukan gejala sasaran yang akan diobati2) Antipsikotik yang telah bekerja dengan baik (pada pengobatan sebelumnya) harus

    digunakan lagi

    3) Lama percobaan 4-6 minggu pada dosis yang adekuat4) Antipsikotik lebih dari 1 dalam satu waktu jarang dilakukan5) Pasien diberikan dosis efektif serendah mungkinObat antipsikotik yang paling lama penggunaannya disebut antipsikotik konvensional.

    Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang

    serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain:

    1. Haldol (Haloperidol)2. Mellaril (Thioridazine)3. Navane (Thiothixene)

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    30/42

    29

    4. Prolixin (Fluphenazine)5. Stelazine (Trifluoperazine)6. Thorazine (Chlorpromazine)7. Trilafon (Perphenazine)

    I. PrognosisGambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam skizofrenia (Kaplan dan

    Saddock, 2010) digambarkan di bawah ini.

    a. Skizofrenia prognosis baikBerkaitan dengan onset lambat, faktor pencetus yang jelas, onset akut, riwayat sosial,

    seksual dan pekerjaan pramorbid yang baik, gejala gangguan mood (terutama

    gangguan depresif), menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukungyang baik dan gejala positif.

    b. Skizofrenia prognosis burukBerkaitan dengan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat

    sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid yang buruk, perilaku menarik diri, austistik,

    tidak menikah, bercerai, atau janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem

    pendukung yang buruk, gejala negatif, tanda dan gejala neurologist, riwayat trauma

    prenatal, tidak ada remisi dalam tiga tahun, sering relaps dan riwayat penyerangan.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    31/42

    30

    PEMBAHASAN

    Pedoman Diagnosis Depresi berat dengan gejala psikotik

    Pedoman Diagnostik Gejala Pada Pasien KriteriaMemenuhi semua kriteria

    gejala utama:

    - Afek Depresif- Kehilangan minat &

    kegembiraan

    - Berkurangnya energy yangmenuju meningkatnya

    keadaan mudah lelah (rasa

    lelah yang nyata sesudah

    kerja sedikit saja) dan

    menurunnya aktivitas

    Pasien memiliki afek datar,

    mondar mandir, tidak merasa

    cepat lelah

    Tidak memenuhi

    Sekurang-kurangnya 4 gejala

    penyerta:

    - Konsentrasi dan perhatianberkurang

    - Harga diri dan kepercayaandiri berkurang

    - Gagasan tentang perasaanbersalah dan tidak berguna

    (bahkan pada episode tipe

    ringan sekalipun)

    -Pandangan masa depanyang suram dan pesimistik

    - Gagasan atau perbuatanmembahayakan diri atau

    bunuh diri

    Tidak ada perasaan bersalah

    atau pandangan masa depan

    suram karena masih berpikir

    ia seorang lulusan

    universitas. Pasien masih

    makan teratur. Pasien masih

    kuat keluyuran tengah malam

    Pasien menarik diri yang bisa

    mengindikasikan harga diri

    dan kepercayaan diriberkurang. Pasien susah

    konsentrasi. Pasien pernah

    berkata ingin mati saja.

    Tidak memenuhi

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    32/42

    31

    - Tidur terganggu-Nafsu makan berkurangBila ada gejala penting

    (misalnya agitasi atau

    retardasi psikomotor) yang

    mencolok, maka pasien

    mungkin tidak mau atau tidak

    bisa melaporkan banyak

    gejalanya secara rinci

    Pasien lebih banyak diam dan

    melamun

    Memenuhi

    Episode depresif biasanya

    harus berlangsung

    sekurangnya 2 minggu akan

    tetapi jika gejala amat berat

    dan beronset sangat cepat

    maka masih dibenarkan

    untuk menegakkan diagnosis

    dalam kurun waktu kurang

    dari 2 minggu

    Pasien mulai mengalami

    perubahan sikap sejak 3

    bulan terakhir

    Memenuhi

    Sangat tidak mungkin pasienakan mempu meneruskan

    kegiatan social, pekerjaan

    atau urusan rumah tangga,

    kecuali pada taraf yang

    sangat terbatas

    Pasien lebih seringmengurung diri dikamar dan

    berhenti bekerja

    Memenuhi

    Disertai waham, halusinasi

    atau stupor depresif. Waham

    biasanya melibatkan ide

    tentang dosa, kemiskinan,

    atau malapetaka yang

    mengancam, dan pasien

    merasa bertanggung jawab

    Pasien mengatakan pasien

    seorang lulusan tekhnik

    elektro dari Cina dan

    mengatakan pada keluarga

    bahwa ia adalah Tuhan

    Tidak memenuhi

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    33/42

    32

    atas hal itu. Halusinasi

    auditorik atau olfaktori

    biasanya berupa suara yang

    menghina atau menuduh,

    atau bau kotoran atau daging

    yang membusuk. Retardasi

    yang berat dapat menuju

    pada stupor.

    Jika diperlukan waham atau

    halusinasi dapat ditentukan

    sebagai serasi atau tidak

    serasi dengan afek (mood-

    congruent)

    KESAN : Pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis

    Pedoman Diagnosis Skizofrenia

    Pedoman Diagnostik Gejala Pada Pasien Kriteria

    Kriteria Mayor1. Harus ada sedikitnya

    satu gejala yang amat jelas

    :

    a. Thought echo, thougt

    insertion or

    withdrawal, thought

    broadcasting.

    b. Delution of control,

    delution of

    influence, passivity, delution

    of perception

    c. Halusinasi auditorik, suara

    Waham kebesaran

    Waham kendali pikir (-)

    Halusinasi auditorik

    Memenuhi

    Tidak Memenuhi

    Tidak Memenuhi

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    34/42

    33

    yang

    berkomentar terus- menerus

    terhadap

    perilaku pasien diantara

    mereka sendiri,

    jenis suara halusinasi lain

    berasal dari

    salah satu bagian tubuh

    d. Waham- waham menetap

    lainnya yang

    menurut budaya setempat

    dianggap tidak

    wajar atau mustahil

    2. Atau paling sedikit dua

    dari gejala dibawah ini

    harus ada secara jelas:

    a. Halusinasi menetap dari

    panca inderasaja apabila disertai waham

    yang

    mengembang maupun

    setengah berbentuk

    tanpa kandungan afektif yang

    jelas,

    ataupun disertai oleh ide-ide

    berlebihan

    yang menetap apabila setiap

    hari selama

    berbulan-bulan secara terus

    menerus

    disangkal

    Waham mistik (+)

    Halusinasi auditori,

    halusinasi visual disangkal

    Neologisme (-)

    Memenuhi

    Tidak Memenuhi

    Tidak memenuhi

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    35/42

    34

    b. Arus pikiran yang terputus

    atau

    mengalami sisipan yang

    bersifat

    inkoherensi atau pembicaraan

    yang tidak

    relevan atau neologisme

    Neologisme (-) Tidak

    memenuhi

    c. Perilaku katatonik seperti

    keadaan gaduh

    gelisah, posisi tubuh tertentu

    atau

    fleksibilitas serea,

    negativisme, mutisme

    dan stupor

    d. Gejala-gejala negatif,

    seperti sikap yang

    sangat apatis, bicara yangjarang serta

    respon emosional yang

    menumpul atau

    yang tidak wajar biasanya

    mengakibatkan

    penarikan diri dari pergaulan

    sosial tetapi

    harus jelas hal tersebut tidak

    disebabkan

    oleh depresi atau neuroleptik.

    KRITERIA MINOR

    Perilaku negativisme (+)

    Bicara yang jarang serta

    respon emosional yang

    menumpul atau

    yang tidak wajar biasanyamengakibatkan

    penarikan diri dari pergaulan

    sosial (+)

    Memenuhi

    Memenuhi

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    36/42

    35

    Suatu perubahan yang

    konsisten dan

    bermakna dalam mutu

    keseluruhan dari

    beberapa aspek perilaku

    perorangan,

    bermanifestasi sebagai

    hilangnya minat,

    tak bertujuan, sikap berdiam

    diri (self

    absorbed attitude) dan

    penarikan secara sosial

    WAKTU

    Adanya gejala-gejala tersebut

    diatas telah

    berlangsung selama kurun

    waktu satu

    bulan atau lebih (tidak

    berlaku untuk setiapfase non psikotik prodromal)

    Ada sikap berdiam

    diri dan penarikan

    sosial (+)

    Gejala tersebut

    sudah berlangsung

    3 minggu (kurun waktu 1

    bulan)

    Memenuhi

    Memenuhi

    KESAN: Pasien memenuhi kriteria diagnosis F.20.-

    Dalam PPDGJ III, terdapat beberapa jenis skizofrenia (F20), di antaranya adalah skizofrenia tak

    terinci (F 20.3) yang pedoman diagnostiknya terdapat pada tabel di bawah.

    Tabel Pedoman Diagnostik : Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3)

    Pedoman diagnostik Gejala pada Pasien Kriteria

    Memenuhi kriteria umum Pada tabel 1 pasien memenuhi Memenuhi

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    37/42

    36

    diagnosis skizofrenia

    Tidak memenuhi Kriteria

    untuk diagnosis skizofreniaparanoid, hebefrenik, atau

    katatonik

    Tidak memenuhi criteria untukskizofrenia residual atau

    depresi pasca skizofrenia

    kriteria skizofrenia

    Pasien tidak memenuhi kriteria

    diagnosis skizofrenia paranoid,hebefrenik atau katatonik

    Pasien tidak memenuhi kriteria

    diagnosis skizofrenia residualatau depresi pasca skizofren

    Memenuhi

    Memenuhi

    Kesimpulan : Pasien memenuhi kriteria Diagnosa F20.3

    Dari tabel di atas, maka pasien didiagnosis sebagai skizofrenia tak terinci.

    Diagnosis diferensialnya terdapat pada tabel berikut:

    F20.5 (Skizofrenia Residual)

    Kriteria Diagnosis Kriteria pada Pasien

    Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan

    berikut ini harus dipenuhi semua:

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    38/42

    37

    a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol,misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas

    menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

    ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas

    atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang

    buruk, seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,

    modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri

    dan kinerja sosial yang buruk

    b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yangjelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk

    diagnosis skizofrenia

    c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satutahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang

    nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat

    berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom

    negatif dari skizofrenia

    d) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguanotak organik lain, depresi kronis atau institusional

    yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut

    Memenuhi

    Tidak Memenuhi

    Tidak Memenuhi

    Memenuhi

    KESAN: Pasien tidak mememenuhi kriteria diagnosis F. 20.5

    Berdasarkan anamnesa yang diperoleh secara autoanamnesa dan heteroanamnesa, gejala

    yang dialami pasien mencakup sebagian besar gejala-gejala skizofrenia. Hal ini sesuai dengan

    literature yang menyatakan bahwa gejala utama dari skizofrenia yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat waham atau perilaku

    kacau/aneh. Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu kebingungan atau disorientasi, dan

    perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, bicara dan tertawa serta

    marah-marah atau menyerang orang tanpa alasan.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    39/42

    38

    Pasien masuk kedalam diagnosis skizofrenia tidak terinci dikarenakan dari jenis skizofrenia yang

    lain, tidak ada yang gejalanya benar-benar sama dengan apa yang dialami oleh pasien. Pasien

    tidak memiliki perasaan curiga terhadap orang lain. Pasien juga tidak masuk kedalam kriteria

    diagnosis skizofrenia herbefrenik, dikarenakan pasien lebih banyak diam dan melamun. Pasien

    juga tidak dapat dimasukkan dalam tipe skizofrenia katatonik karena pada keadaan tersebut,

    harus ada satu atau lebih perilaku yaitu stupor, gaduh gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu

    yang aneh, negativisme, rigiditas, fleksibilitas cerea, pengulangan kata-kata serta kalimat-

    kalimat. Sedangkan pada pasien ini, perilaku tersebut tidak ditemukan.

    Diagnose paling mendekati adalah Skizofrenia residual. Dikarenakan pada skizofrenia

    residual masih ditemukan bukti adanya gangguan skizofrenia tanpa adanya kumpulan lengkap

    gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi kriteria tipe lain skizofrenia. Gejalautamanya adalah gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan

    spsikomotor, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,

    kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti

    ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja social

    yang buruk. Bisa saja masih ditemukan waham dan halusinasi, namun bukan merupakan gejala

    utama yang menonjol.

    Melihat riwayat penyakit dahulu pasien yang pernah diterapi oleh seorang dokter jiwa,dan obat-obatan yang diminum juga sama dengan yang diminum saat ini, menimbulkan

    kecurigaan bahwa pasien pernah terdiagnosa skizofrenia. Namun tidak ada keterangan pasti dari

    pihak keluarga. Selain itu pasien pada saat datang ke IGD, memiliki keluhan utama mengamuk

    dan memiliki waham kebesaran yang sangat kuat. Hal ini tidak bisa dikategorikan sebagai

    skizofrenia residual. Oleh karenanya, pasien dimasukan kedalam diagnosa skizofrenia yang tidak

    terinci.

    DIAGNOSIS PSIKIATRI

    AKSIS I : F 20.3 (skizofrenia tak terinci)

    DD : F 20.5 (skizofrenia residual)

    AKSIS II : Tidak ada diagnosa pada axis ini

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    40/42

    39

    AKSIS III : tidak ada diagnosis

    AKSIS IV : Masalah pekerjaan

    AKSIS V : GAF 70-61

    Pengobatan yang diberikan pada pasien skizofrenia pada dasarnya sama terlepas dari

    jenis skizofrenianya. Pada pasien ini diberikan Haldol 2 x 2,5 mg untuk mengatasi gejala positif

    yang masih dialaminya seperti waham kebesaran dan halusinasi. Kemudian diberikan Clozapine

    25 mg 0-0-1 agar pasien dapat istrirahat pada malam hari, mengingat pasien memiliki kesulitan

    tidur pada malam hari. Karena pasien lebih banyak keluyuran pada malam hari. Selain itu

    clozapine memiliki efek ekstrapiramidal yang lebih kecil dibandingkan obat tipikal biasa. Selain

    itu dikarenakan efek sedasinya yang sangat besar, yang memungkinkan pasien untuk beristirahat.

    THD diberikan jika gejala ekstrapiramidal muncul, yang dikarenakan penggunaan dari

    haloperidol. Dosis THD yang diberikan adalah 2 x 2 mg.

    Tujuan psikoterapi adalah untuk menguatkan daya tahan mental yang ada,

    mempertahankan kontrol diri, mengembalikan keseimbangan adaptif supaya dapat menyesuaikan

    diri. Psikoterapi suportif antara lain psikoventilasi dimana pasien dibimbing untuk menceritakan

    segala permasalahan, apa yang terjadi kekhawatiran pasien kepada terapis, sehingga terapis dapat

    memberikanproblem solving yang baik dan mengetahui cara antisipasi pasien dari faktor-faktor

    pencetus. Persuasi dengan membujuk pasien agar kooperatif dalam terapi-terapi lainnya.

    Mensugesti atau membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat sembuh (penyakit

    terkontrol) apabila kontrol secara rutin dan rajin minum obat. Dilakukan desensitisasi dimana

    pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada didalam lingkungan kerja untuk meningkatkan

    kepercayaan diri, memperbaiki mekanisme pembelaan diri terhadap dunia kerja

    Edukasi dan Modifikasi Keluarga dengan mengarahkan kepada keluarga untuk berusaha

    menggali lebih dalam dan mengamati masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien dan

    membantu menyelesaikannya dengan jalan diskusi. Terapi spiritual dapat dilakukan dengan

    mengikut sertakan pasien pada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah atau

    mendengarkan ceramah. Terapi ini dimaksudkan agar pasien tetap mengingat dan menjalankan

    perintah dari ajaran/kepercayaannya sehingga dapat membuatnya lebih merasa tenang, aman dan

    nyaman dalam hati dan batin. Terapi rehabilitative dilakukan untuk mempersiapkan pasien dapat

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    41/42

    40

    kembali pada masyarakat dengan fungsi pekerjaan dan sosial. Latihan kerja dilakukan untuk

    memberikan bekal keterampilan yang disesuaikan dengan kemampuan pasien. Terapi sosial

    dapat berupa permainan atau latihan bersama misalnya bermain badminton, senam bersama dan

    sebagainya. Sedangkan apabila pasien sudah kembali berada di lingkungan rumahnya dapat

    berupa mengikuti pengajian, kerja bakti di kampung dan lain-lain.

  • 7/22/2019 Refsus skizofrenia tak terinci.docx

    42/42

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

    Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta.

    Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis Edisi 10. Alih

    bahasa: Widjaja Kusuma. Jawa Barat: Binarupa Aksara.

    Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Bagian Ilmu

    Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya: Jakarta. 2003.

    Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Bagian ilmu

    Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.2007.