refrat kromomikosis venny fix

17
KROMOMIKOSIS Venny Melinda, S.Ked Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin FK UNSRI/RSMH Palembang 2011 PENDAHULUAN Kromomikosis atau dengan nama lain kromoblastomikosis merupakan infeksi jamur kronik pada kulit dan jaringan subkutan yang disebabkan jamur berpigmen yang menginvasi kedalam dermis yang berasal dari lingkungan. Jamur – jamur berpigmen yang dapat menyebabkan kromomikosis antara lain Phialophora verucosa, Fonsecaea pedrosoi, F. compactum, Wangiella dermatitidis, dan Cladophialophora carrionii. 1 Infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Phialophora verrucosa dan Cladosporium carionii. Jamur ini terdapat di tanah, kayu dan tumbuhan yang busuk. Infeksi terjadi karena spora masuk melalui luka/ lesi pada kulit. Penyebaran melalui pembuluh limfe dan secara hematogen ke seluruh organ dan menjadi sistemik. 2 1

Upload: kcipit

Post on 05-Dec-2014

494 views

Category:

Documents


71 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Kromomikosis Venny Fix

KROMOMIKOSIS

Venny Melinda, S.Ked

Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin

FK UNSRI/RSMH Palembang

2011

PENDAHULUAN

Kromomikosis atau dengan nama lain kromoblastomikosis merupakan infeksi

jamur kronik pada kulit dan jaringan subkutan yang disebabkan jamur berpigmen

yang menginvasi kedalam dermis yang berasal dari lingkungan. Jamur – jamur

berpigmen yang dapat menyebabkan kromomikosis antara lain Phialophora

verucosa, Fonsecaea pedrosoi, F. compactum, Wangiella dermatitidis, dan

Cladophialophora carrionii.1

Infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Phialophora verrucosa dan

Cladosporium carionii. Jamur ini terdapat di tanah, kayu dan tumbuhan yang busuk.

Infeksi terjadi karena spora masuk melalui luka/ lesi pada kulit. Penyebaran melalui

pembuluh limfe dan secara hematogen ke seluruh organ dan menjadi sistemik.2

Infeksi jamur ini ditemukan secara sporadic di Amerika Selatan dan Amerika

Tengah sedikit jarang di Amerika utara. Infeksi terjadi pada area caribean,Afrika,

Australia, dan jepang. Infeksi ini sering terjai terutama pada pekerja laki – laki di

pedesaan.1

Refrat ini dibuat sebagai bahan bacaan bagi para tenaga kesehatan agar dapat

melakukan tindakan pencegahan, diagnosis, dan penatalaksanaan dengan tepat. Selain

itu dapat dijadikan informasi mengenai pengertian dari kromomikosis ini.

1

Page 2: Refrat Kromomikosis Venny Fix

DEFINISI

Kromomikosis atau dengan nama lain kromoblastomikosis merupakan infeksi

jamur kronik pada kulit dan jaringan subkutan yang disebabkan jamur berpigmen

yang mengunvasi kedalam dermis yang berasal dari lingkungan. Jamur – jamur

berpigmen yang dapat menyebabkan kromomikosis antara lain Phialophora

verucosa, Fonsecaea pedrosoi, F. compactum, Wangiella dermatitidis,

danCladophialophora carrionii.1

Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah

penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).

Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-

lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan

ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki atau tungkai, namun

lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, telinga

leher, dada, dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di Indonesia. Sumber

penyakit biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.3

Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa merupakan

suatu infeksi jamur kronik pada kulit dan jaringan subkutan yang disebabkan jamur

berpigmen yang membentuk suatu dinding tunggal yang tebal atau komplek lapisan –

lapisan pada jaringan, dan yang ditandai dengan pembentukan lesi eksopitik secara

lambat biasanya pada kaki dan lutut.

EPIDEMIOLOGI

Infeksi jamur ini ditemukan secara sporadic di Amerika Selatan dan Amerika

Tengah sedikit jarang di Amerika utara. Infeksi terjadi pada area caribean,Afrika,

Australia, dan jepang. Infeksi ini sering terjai terutama pada pekerja laki – laki di

pedesaan.1

2

Page 3: Refrat Kromomikosis Venny Fix

Kromoblastomikosis pertama kali ditemukan di Brazil oleh Pedroso pada

tahun 1911. Sejak saat itu penyakit ini ditemukan pada tempat lain dari Amerika

selatan dan Karibia, Madagaskar, Asia selatan, Asia timur, US, Rusia dan negara –

negara lainnya. Para petani memiliki resiko paling besar untuk terkena infeksi ini.

Trauma dari kayu dan pajanan dari tanah menyebabkan masuknya organisme

kedalam kulit.6

Kasus kromomikosis atau kromoblastomikosis telah banyak dilaporkan di

Amerika tengah, selatan dan utara, Kuba, Jamaica, Martinique, dan juga dari banyak

negara lainnya seperti India, Afrika, Madagaskar, Australia, dan Eropa utara.4

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Kromobalstomikosis disebabkan oleh beberapa jamur yang paling sering yaitu

Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi, F. Compacta dan Cladophialophora

carrionii. Penyebab lain yang jarang yaitu Rhinocladiella aquaspersa. Nomenklatur

dari jamue – jamur ini telah dijelaskan oleh McGinnis.4

Jamur – jamur penyebab dapat ditemukan pada kayu dan tanah dan infeksi

diawali oleh suatu trauma seperti terkena potongan kayu. Infeksi ini biasanya

ditemukan pada komunitas pedesaan. Laki – laki dewasa yang bekerja sebagai petani

lenih sering terkena, namun infeksi ini juga pernah dilaporkan terkena pada anak –

anak.4

Penyakit ini dapat disebabkan oleh salah satu dari ke empat jamur ini, yakni

Phialophora pedrosoi, P. verrucosa, P. compacta, dan Cladosporium carionii.

Biasanya penyakit ini menyerang orang dewasa dengan frekeunsinya sama pada pria

dan wanita. Dan lebih banyak terjadi pada daerah tropis dan subtropics dengan iklim

3

Page 4: Refrat Kromomikosis Venny Fix

panas. Higienitas yang kurang dapat mempermudah terjadinya infeksi ini, terutama

pada lingkungan pertanian dan peternakan dimana dapat mempermudah

perkembangan penyakit.5

Perjalanan penyakit ini dapat diawali dengan masuknya jamur dari tanah

melalui abrasi kulit, berkembang membentuk nodula-nodula yang selanjutnya

menjadi lesi verukosa yang menyerupai kembang kol. Infeksi ini sering menyerang

tungkai bawah terutama telapak kaki, punggung kaki, dan bokong dengan gambaran

effloresensi berupa nodula-nodula lentikular sampai nummular dengan permukaan

yang kasar menyerupai kembang kol dan berbatas tegas.

Lesi awal dari infeksi biasanya ditemukan pada kaki, lutut, tangan dan tungkai

atas. Gambaran klinik bervariasi, lesi awal berupa papul yang menyebar secara

lambat selama beberapa bulan sampai tahun. Kemudian lesi ini akan membentuk

suatu plak dengan bagian tengah yang atropi. Bentuk yang agak sering berupa

verrucous menyebar secara lambat dan lokal. 1

GEJALA KLINIS

Lesi biasanya ditemukan pada daerah tubuh yang yang terekspose, biasanya

pada kaki, lutut, tangan, muka dan leher. Sebuah papul yang membesar secara

perlahan yang kemudian akan membentuk suatu plak hiperkeratosis. Pada beberapa

lesi plak ini datar dan menyebar secara lambat dengan scar disentral lesi. Lesi awal

dapat menjadi ulkus. Kemudian, setelah beberapa bulan atau tahun , terbentuklah

massa hiperkeratosis yang besar dan biasanya memiliki ketebalan kira-kira 3cm.

Ulkus sekunder dapat terjadi. Lesi ini biasanya memberikan rasa nyeri kecuali jika

terjadi infeksi bakteri sekunder dapat menyebabkan gatal dan nyeri. Lesi satelit

terbentuk akibat garukan, dan mungkin dapat menyebar melalui jaringan limfatik

ketempat yang jauh. Penyebaran secara hematogen dapat terjadi namun jarang, dan

4

Page 5: Refrat Kromomikosis Venny Fix

abses pada otak pernah ditemukan. Infeksi sekunder akhirnya dapat menyebakan

stasis limfatik yang akhirnya menjadi elefantisiasis. Beberapa bentuk dari lesi dapat

membentuk lesi psoriasiform. Karsinoma sel skuamosa dapat terjadi pada lesi

kronik.4

Lesi awal dari infeksi biasanya ditemukan pada kaki, lutut, tangan dan tungkai

atas. Gambaran klinik bervariasi, lesi awal berupa papul yang menyebar secara

lambat selama beberapa bulan sampai tahun. Kemudian lesi ini akan membentuk

suatu plak dengan bagian tengah yang atropi. Bentuk yang agak sering berupa

verrucous menyebar secara lambat dan lokal. 1

Gambar 1: lesi awal berupa papul pada kromoblastomikosis4

Gambar 2 : Plak dari kromoblastomikosis4

5

Page 6: Refrat Kromomikosis Venny Fix

Gambar 3 : Plak verrucous soliter dikelilingi eritem halo1

GAMBARAN HISTOPATOLOGI

Gambaran histologi dari penyakit ini berupa foreign-body granuloma, dengan

area tertutup dari suatu gabungan abses-abses kecil. Pada granuloma ini dapat

ditemukan sel giant yang didalamnya terdapat kumpulan-kumpulan dari sel jamur.

Karena sel nya berwarna coklat keemasan sehingga dapat dibedakan secara jelas di

dalam infiltrat. Sel ini dipisahkan oleh septa yang tebal dan membentuk sel yang

sklerotik. Dapat juga dilihat adanya pseudoepiteliomatus hiperplasia pada lapisan

epidermis, dan pada tempat yg lain terlihat eliminasi transepidermal dari sel sel

jamur, yang dapat ditemukan pada stratum korneum. Jaringan yang terletak diantara

nodul-nodul granulomatus menunjukkan suatu fibrosis kronik. Jika terjadi ulkus

maka mungkin dapat terjadi infeksi bakteri sekunder.4

Lesi ditandai dengan hiperplasia pseudoepiteliomatus dengan abses

intraepidermal, reaksi granulomatus dermis, dan ditemukan adanya bentukan jamur

sklerotik bodies. Jamur sering tampak seperti lapisan yang bersepta lebih banyak

dibandingkan dengan tunas. Adanya sklerotik bodies lebih banyak dibandingkan hifa

membedakan dengan invasif phaeohyphomikosis.6

6

Page 7: Refrat Kromomikosis Venny Fix

Gambaran histopatologi infeksi ini didapatkan dengan preparat pewarnaan HE

dan Giemsa dimana pada epidermis ditemukan hiperkeatosis, akantosis, dan abses-

abses kecil dikelilingi sel-sel datia. Di dalam abses dapat ditemukan elemen jamur

yang berbentuk bundar, berdinding tebal dan berwarna coklat.

Gambar 4 : Sela jamur berpigmen coklat 4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tipe dari jamur sklerotik atau muriform dapat dilihat pada kulit dengan

mengerok pada permukaan lesi , terutama pada area yang memiliki bintik gelap kecil

pada permukaan kulit dengan menggunakan KOH 10%. Lesi ini juga dapat dibiopsi

karena perubahan patologis dan adanya bentukan sel muriform yang khas.

Pada kultur, jamur ini sangat mirip dengan gambaran makroskopis,

membentuk suatu koloni hitam dengan permukaan yang halus. Diferensiasi yang

akurat dari jamur-jamur penyebab ini sulit. Pada tingkatan ini, pengobatan yang

dipilih tidak tergantung pada diferensiasi yang tepat dari jamur penyebabnya

7

Page 8: Refrat Kromomikosis Venny Fix

walaupun respon jamur – jamur penyebab ini berbeda terhadap obat-obat golongan

azol.

Untuk pemeriksaan penunjang pada kromomikosis dapat dilakukan dengan

preparat langsung dari kerokan kulit dengan KOH 10% dengan hasil ditemukannya

elemen jamur berupa hifa(+), selain itu dapat pula dilakukannya biakan jaringan kulit

pada agar Sabouroud dengan hasil adanya pertumbuhan koloni jamur setelah 2-3

minggu.

DIAGNOSIS BANDING

1. Tuberkulosis kutis verukosa

Terjadi melalui inokulasi eksogen dari bakteri M. Tuberculosis pada

kulit dari orang – orang yang sudah tersensitisasi sebelumnya oleh

mikroorganisme ini

Tes tuberkulin +

Lesi berupa papul yang dengan menjadi hiperkeratosis. Lesi membesar

melalui perifer ekspansion dengan atau tanpa central clearing, kadang-

kadang diameter sampai beberapa senti meter

Dapat terbentuk fissura mengeluarkan eksudat purulen. Lesi lebih

banyak soliter dan pembesaran kelenjar limfe regional dapat terjadi

begitu juga dengan infeksi bakteri sekunde

8

Page 9: Refrat Kromomikosis Venny Fix

2. Karsinoma epidermoid

Etiologi berupa sinar matahari, herediter, faktor genetic, arsen

inorganik, radiasi ionik, faktor hidrokarbon, osteomielitis,

immunosupresif, HPV.

Jarang terjadi pada orang yang memiliki pigmen melanin yang tinggi,

sering terjadi pada orang yang menggunakan terapi PUVA

Sering terjadi pada usia 40-50 tahun dengan lokalisasi yang tersering

adalah tungkai bawah dan secara umum ditemukan lebih banyak pada

laki-laki daripada wanita.

Predileksinya adalah daerah yang terpapar sinar matahari seperti

kepala, leher, dan tungkai bawah.

Lesi berupa plaq, multiple, dengan daerah sekitar yang eritem, diskret

yang akan menjadi hyperkeratosis. Kadang-kadang bisa juga

berpigmen.

Gambaran histopatologi berupa penebalan dari lapisan epidermis

dengan sel-sel yang atipik termasuk struktur adneksanya.

Gambar 6 : plaq dari karsinoma epidermoid pada kaki1

9

Page 10: Refrat Kromomikosis Venny Fix

PENATALAKSANAAN

Pengobatan utama dari kromomikosis mencakup penggunaan anti jamur

kemoterapi. Itrakonazol dengan atau tanpa flusitosin lebih sering berhasil, meskipun

respon terhadap itrakonazol sendiri lebih baik terhadap spesies C. Carrionii.

Flusitosin digunakan sendiri atau kombinasi dengan amfoterisin B dapat lebih efektif,

namun resisten terhadap flusitosine meningkat jika digunakan secara sendiri. Ada

juga evidence lain yang menerangkan penggunaan terbinafine 250 mg lebih efektif.

Thiabendazol merupakan alternatif lainnya namun obat ini tidak dapat ditoleransi

oleh pasien karena efek samping pada traktus gastrointestinal. Pengobatan lain yang

dianjurkan termasuk penggunaan krioterapi atau terapi panas. Penatalaksanaan secara

pembedahan dapat dilakukan pada lesi yang sangat kecil, namun harus

dikombinasikan dengan kemoterapi anti jamur.4

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian itrakonazol 200mg/hari

sampai perbaikan (3bulan – 1 tahun), Flusitosin 150-200mg/kgBB/hari dibagi

menjadi 4 dosis, Terbinafin 250mg/hari dilaporkan memberi manfaat pada beberapa

kasus. Kombinasi dengan pemanasan topikal dapat membantu, demikian juga

kombinasi dengan bedah beku.7

PROGNOSIS

Prognosis baik apabila diberikan pengobatan yang tepat.5

10

Page 11: Refrat Kromomikosis Venny Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Flekman philip, Digiovanna J John. Fitzpatricks Dermatology in general

medicine. 7rd edition. In : Wolff K, A Lowwel, Goldsmith A Stephen,

Gilchrest Barbara, Paller S, Leffel J. Chromoblastomycosis. New York: Mc

Graw-Hill Inc, 2008.

2. Mikosis Subkutan. Access on 24 Mei 2011. Available from URL :

http://www.sodiycxacun.web.id/2010/05/mikosis-subcutan.html

3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed.

Kelima. Jakarta : Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI; 2007: 91.

4. Atherton D.J, Gennery A.R., Cant A.J. Rook’s Textbook Of Dermatology.

7th,edition. In : Burns Tony, Breathnach Stephen, Cox Neil, Grittittis

Christopher. Chromoblastomycosis. USA : Blackwell, 2004.

5. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed Kedua. Jakarta : EGC; 2004:

38-40.

6. James WD, Berger TG, Elston DM. Diaper (napkin). Andrew’s diseases of the skin

clinical dermatology. 10th ed. Chromoblastomycosis. Philadelphia: Elsevier

Saunders; 2006. p. 80, 309.

7. Sjamsoe ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesi

Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta : PT Medical Multimedia Indonesia. available

from URL : http://yumizone.files.wordpress.com/2008/12/atlas-kuli.pdf

11