refrat ambliopia new1

46
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ambliopia adalah penurunan tajam penglihatan, walaupun sudah diberi koreksi yang terbaik. Ambliopia dapat terjadi unilateral atau bilateral ( jarang ) yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan posterior 1 . Ambliopia berasal dari bahasa yunani, yang berarti penglihatan tumpul atau pudar (Amblus : pudar, Ops : mata ). Klasifikasi ambliopia dibagi kedalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya yaitu ambliopia strabismik, ambliopia eksentrik, ambliopia anisometropik, ambliopia isometropia, dan ambliopia deprivasi 1 . Ambliopia dikenal juga dengan istilah “ mata malas “ ( lazy eye ), merupakan suatu permsalahan dalam penglihatan yang memang hanya mengenai 2-3% populasi, tetapi bila dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan si penderita. Insidennya tidak dipengaruhi jenis kelamin dan ras. Ambliopia tidak dapat sembuh sendiri nya. Ambliopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang ambliopia,oleh karena itu ambliopia harus ditatalaksana secepat mungkin 2 . 1

Upload: andriana-nggay

Post on 19-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: refrat ambliopia NEW1

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ambliopia adalah penurunan tajam penglihatan, walaupun sudah diberi koreksi yang

terbaik. Ambliopia dapat terjadi unilateral atau bilateral ( jarang ) yang tidak dapat

dihubungkan langsung dengan kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan

posterior 1. Ambliopia berasal dari bahasa yunani, yang berarti penglihatan tumpul atau

pudar (Amblus : pudar, Ops : mata ). Klasifikasi ambliopia dibagi kedalam beberapa

kategori dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya yaitu ambliopia strabismik,

ambliopia eksentrik, ambliopia anisometropik, ambliopia isometropia, dan ambliopia

deprivasi 1.

Ambliopia dikenal juga dengan istilah “ mata malas “ ( lazy eye ), merupakan suatu

permsalahan dalam penglihatan yang memang hanya mengenai 2-3% populasi, tetapi

bila dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan si penderita. Insidennya

tidak dipengaruhi jenis kelamin dan ras. Ambliopia tidak dapat sembuh sendiri nya.

Ambliopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen.

Jika nantinya pada mata yang baik timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka

penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang ambliopia,oleh karena itu

ambliopia harus ditatalaksana secepat mungkin2.

Hampir seluruh kasus ambliopia dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi

dini dan intervensi yang tepat 2,3. umumnya penatalaksanaan ambliopia dilakukan

dengan menghilangkan penyulit, mengkoreksi kelainan refraksi dan memaksakan

penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan yang lebih baik.

Anak dengan ambliopia atau yang beresiko ambliopia hendaknya dapat diidentifikasi

pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik1. Prognosis juga

ditentukan oleh jenis ambliopia dan dalamnya saat terapi dimulai.

1

Page 2: refrat ambliopia NEW1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI

Ambliopia berasal dari bahasa Yunani, yang berarti penglihatan yang tumpul atau

pudar (amblus : pudar, ops : mata ).3

Ambliopia adalah berkurangnya visus atau tajam penglihatan unilateral (satu mata)

bisa juga bilateral (dua mata) walaupun sudah dengan koreksi terbaik tanpa

ditemukannya kelainan struktur pada mata atau lintasan visual bagian belakang.

Hal ini merupakan akibat pengalaman visual yang abnormal paa masa lalu (masa

perkembangan visual) penyebabnya adalah strabismus atau mata juling, anisometropia

atau bilateral ametrop yang tinggi, serta ambliopia exanopsia. Penurunan tajam

penglihatan mungkin sangat ringan sehingga sulit dideteksi atau sedemikian parah

sehingga tidak mampu membedakan bentuk walaupun masih bisa melihat cahaya.13

2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Retina

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran dari pada

serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior

berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan

terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan

penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang

merupakan reflek fovea.2 Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat

daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak

melekuk dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk

kedalam bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah

terminal.2

Retina terdiri atas lapisan:1

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2

Page 3: refrat ambliopia NEW1

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga

lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel

fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller

Lapisini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel

bipolar,sel amakrin dengan sel ganglion

Saraf Optikus

Saraf optikus terutama tersusun atas akson sel-sel ganglion retina. Akson-akson tersebut

bertemu di papil saraf optikus yang berdiameter sekitar 1,5 mm, menembus sklera pada

lamina kribrosa, dan kemudian membentuk berkas-berkas serabut saraf bermyelin yang

dipisahkan oleh sekat jaringan ikat. Setiap saraf optikus dilapisi oleh selaput yang identik

dengan meningen.2

Saraf optikus dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:2,4

1. Bagian intraokular yang terbagi menjadi kepala saraf optikus ( papil saraf optikus

/Optic disc), bagian pre-laminar yang berada di depan lamina kribrosa, bagian

laminar yang berada di dalam lamina kribrosa, dan bagian post-laminar yang berada

di belakang lamina kribrosa

2. Bagian intraorbital yang memiliki panjang sekitar 3 cm, berbentuk huruf S, dan

menjulur dari bola mata sampai ke apeks orbita

3. Bagian kanalis optikus dengan panjang sekitar 5-7 mm

4. Bagian intrakranial yang menjulur dari kanalis optikus ke bagian anterior kiasma

optikum dan traktus optikus (10 mm)

Kepala saraf optikus terdiri dari 4 jenis sel, sebagai berikut: akson sel ganglion,

astrosit, capillary-associated cell dan fibroblas. Serabut saraf optik melewati lamina

cribrosa (struktur seperti saringan dengan 200-300 lubang yang melubangi koroid

dan sklera).

Pasokan darah untuk saraf optikus di anterior lamina kribosa berasal dari arteri

siliaris. Bagian orbital mendapatkan darah dari arteri oftalmikus beserta cabang-

3

Page 4: refrat ambliopia NEW1

cabangnya termasuk arteri retina sentralis. Saraf optikus yang berada di kanalis

optikus mendapat darah dari arterioftalmikus. Sedangkan bagian intrakranial

mendapatkan darah secara sentripetal dari pembuluh darah pial. Drainase vena dari

bagian okular dan orbital saraf optikus akan mengalir ke vena sentralis retina.2,4

Papil saraf Optikus

Permulaan saraf optikus di retina inilah yang disebut sebagai papil saraf optikus

(Optic disc). Karena ketiadaan fotoreseptor di papil saraf optikus, maka bagian retina

ini tidak dapat berespon terhadap stimulus cahaya. Karenanya bagian ini disebut juga

sebagai blind spot ,dan memiliki diameter sekitar 1,5 mm.3

Papil saraf optikus merupakan tanda oftalmoskopik penting pada pemeriksaan

funduskopi. Yang perlu diperhatikan dari papil saraf optikus adalah warna, batas,cup

disc ratio dan lingkaran neuroretinal. Papil yang normal akan berwarna merah

kekuningan,dengan batas yang jelas, non-elevated,dan memilki cup-disc ratio kurang

dari 0,3.4

4

Page 5: refrat ambliopia NEW1

Gambar . Gambaran papil saraf optikus (bawah) dan cup-disc ratio(atas)

2.3. FISIOLOGI PERKEMBANGAN PENGLIHATAN

Untuk memahami ambliopia, kita perlu memahami tentang :

1. Perkembangan Penglihatan Monokular (Menggunakan Satu Mata)

Pada saat lahir, tajam penglihatan berkisar antara gerakan tangan sampai hitung

jari. Hal ini karena pusat penglihatan di otak yang meliputi nukleus genikulatum

lateral dan korteks striata belum matang. Setelah umur 4-6 minggu, fiksasi bintik

kuning atau fovea sentral timbul dengan pursuit halus yang akurat. Pada umur 6

bulan respon terhadap stimulus optokinetik timbul. Perkembangan penglihatan

yang cepat terjadi pada 2-3 bulan pertama yang dikenal sebagai periode kritis

perkembangan penglihatan. Tajam penglihatan meningkat lebih lambat setelah

periode kritis dan pada saat berumur 3 tahun mencapai 20/3016

2. Perkembangan Penglihatan Binokular (Penglihatan dengan Dua Mata

Bersamaan)

5

Page 6: refrat ambliopia NEW1

Perkembangan penglihatan binokular terjadi bersamaan dengan meningkatnya

penglihatan monokular. Kedua saraf dari mata kanan kiri akan bergabung

memberikan penglihatan binokular (penglihatan tunggal dua mata). Di korteks

striata jalur aferen kanan dan kiri berhubungan dengan sel-sel korteks binokular

yang mempunyai respon terhadap stimuli kedua mata, dan sel-sel korteks

monokular yang bereaksi terhadap rangsangan hanya satu mata. Kira-kira 70% sel

sel di korteks striata adalah sel-sel binokular. Sel-sel tersebut berhubungan dengan

saraf di otak yang menghasilkan penglihatan tunggal binokular dan stereopsis

(penglihatan tiga dimensi). Fusi penglihatan binokular berkembang pada usia 1,5

hingga 2 bulan, sementara stereopsis berkembang kemudian pada usia 3 hingga 6

bulan.16

3. Penglihatan binokular tunggal dan stereopsis

Penglihatan binokular normal adalah proses penyatuan bayangan

di retina dari dua mata ke dalam persepsi penglihatan tunggal

tiga dimensi. Syarat penglihatan binokular tunggal adalah

memiliki sumbu mata yang tepat sehingga bayangan yang sama

dari masing-masing mata jatuh pada titik di retina yang sefaal,

yang akan diteruskan ke sel-sel binokular korteks yang sama.

Obyek di depan atau belakang horopter akan merangsang titik

retina nonkorespondensi. Titik di belakang horopter empiris

merangsang retina binasal, dan titik di depan horopter

merangsang retina bitemporal. Ada daerah yang terbatas di

depan dan di belakang garis horopter tempat obyek merangsang

titik-titik retina non korespondensi sehingga masih dapat terjadi

fusi menjadi bayangan binokular tunggal. Area ini disebut area

fusi Panum. Obyek dalam area ini akan menghasilkan penglihatan

binokular tunggal dengan penglihatan stereopsis atau tiga

dimensi. Fovea atau bintik kuning mempunyai resolusi atau daya

pisah ruang yang tinggi, sehingga perpindahan kecil pada garis

horopter pada lapang pandang sentral dapat terdeteksi,

menghasilkan stereopsis derajat tinggi.16

6

Page 7: refrat ambliopia NEW1

4. Adaptasi sensoris pada gangguan rangsangan penglihatan

Hal ini terjadi karena kedua mata kita terpisah dan masingmasing

mata mempunyai perbedaan penglihatan saat melihat obyek.

Perkembangan sistem penglihatan menyesuaikan dengan

kekacauan bayangan retina yang tidak sama dengan menghambat

aktivitas korteks dari satu mata. Hambatan korteks ini biasanya

melibatkan bagian sentral lapang pandang dan disebut supresi

kortikal. Bayangan yang jatuh dalam lapang supresi kortikal tidak

akan dirasakan dan area ini disebut skotoma supresi. Supresi

tergantung pada adanya penglihatan binokular,dengan satu mata

berfiksasi sedang mata satunya supresi. Ketika mata fiksasi

ditutup, skotoma supresi hilang. Supresi korteks mengganggu

perkembangan sel-sel kortikal bilateral dan akan menghasilkan

penglihatan binokular abnormal tanpa stereopsis atau stereopsis

yang buruk. Jika supresi bergantian antara kedua mata, tajam

penglihatan akan berkembang sama meskipun terpisah tanpa

fungsi binokular normal sehingga terjadi penglihatan bergantian

atau alternating. Supresi terus menerus terhadap aktivitas korteks

pada satu mata akan mengakibatkan gangguan perkembangan

penglihatan binokularitas dan tajam penglihatan yang buruk.16

2. 4. GANGGUAN PADA TAHAP PERKEMBANGAN PENGLIHATAN YANG

BERHUBUNGAN DENGAN AMBLIOPIA

A. STRABISMUS

7

Page 8: refrat ambliopia NEW1

Strabismus adalah gangguan visual di mana mata tidak sinkron dan titik fokus

menuju ke arah yang berbeda17.

Jenis Klasifikasi strabismus dibagi menjadi 417:

Esotropia. Keadaan strabismus, yakni juling ke dalam atau strabismus

konvergen manifest di mana sumbu penglihatan mengarah ke arah nasal.

Eksotropia. Keadaan strabismus, yakni juling ke luar atau strabismus divergen

manifest di mana sumbu penglihatan kea rah temporal.

Hipertropia. Keadan strabismus, dimana salah satu bola mata normal,

sedangkan bola mata yang lain bergulir kearah atas, atau seakan akan salah

satu mata melihat kearah alis atau rambut.

Hipotropia. Keadan strabismus, dimana salah satu bola mata normal,

sedangkan bola mata yang lain bergulir ke arah bawah atau seakan akan

melihat kearah mulut.

B. GANGGUAN REFRAKSI

Dalam keadaan normal, cahaya sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan

istirahat atau tidak berakomodasi akan difokuskan pada satu titik di retina.

Kondisi ini disebut emetropia. Ketika mata dalam keadaan tidak berakomodasi

dengan baik, mata tidak dapat memfokuskan cahaya ke retina. Keadaan ini

disebut ametropia. Namun, ada suatu keadaan dimana mata mempunyai kelainan

refraksi yang tidak sama pada mata kanan dan mata mata kiri. Ada tiga keadaan

yang dapat menyebabkan ametropia, yaitu18:

Miopia

Hipermetropia (disebut juga hiperopia)

Astigmat

8

Page 9: refrat ambliopia NEW1

Miopia disebut sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk

melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik18.

Hipermetropia dikenal juga dengan istilah hiperopia atau rabun dekat. Pasien

denga hipermetrop mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya

berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang

diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya

kekenyalan lensa18.

Pada astigmat atau silinder, sinar-sinar yang masuk ke mata tidak dapat

difokuskan pada satu titik di retina akibat perbedaan kelengkungan kornea atau

lensa18. Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia,

dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan-lahan

berkurang. Pada usia di atas 40 tahun umumnya seseorang akan membutuhkan

kacamata baca. Keadaan ini akibat telah terjadinya presbiopia18. Pada keadaan

tidak terfokusnya sinar pada retina, hal yang dapat dilakukan adalah

memperlemah pembiasaan sinar seperti pada myopia dipergunakan lensa negatif

untuk memindahkan focus sinar ke belakang. Bila sinar dibiaskan di belakang

retina seperti pada hipermetropia maka diperlukan lensa positif untuk menggeser

sinar ke depan sehingga melihat jelas. Lensa positif atau lensa negatif dapat

dipergunakan dalam bentuk kacamata ataupun dalam bentuk lensa kontak.

Penggeseran bayangan sinar dapat pula dilakukan denan tindakan bedah yang

dinamakan bedah refraktif18.

C. GANGGUAN PENGLIHATAN FUNGSIONAL

Penurunan ketajaman visual bilateral pada anak yang disebabkan karena anak

mengalami stres, seperti kelahiran saudara baru, perceraian,atau kehilangan orang

yang dicintai. Seorang anak dengan gangguan penglihatan fungsional tidak akan

menunjukkan factor risiko amblyogenic seperti strabismus, kesalahan bias yang

signifikan, dan kekeruhan media.

9

Page 10: refrat ambliopia NEW1

2.5 EPIDEMIOLOGI

Studi mengenai insidens dan prevalensi secara khusus jarang dilakukan. Insidens

dan prevalensi ambliopia pada anak-anak di Amerika berkisar 1% hingga 5%,

tergantung pada populasi yang diteliti dan kriteria definisi ambliopia yang dipakai.

India yang memiliki banyak masalah kesehatan mata, memperkirakan bahwa

prevalensi ambliopia adalah sebesar 4,3%2.

Di Indonesia, prevalensi ambliopia pada murid-murid kelas I SD di Kotamadya

Bandung pada tahun1989 adalah sebesar 1,56% (Sastraprawira, 1989). Pada tahun

2002, hasil penelitian mengenai ambliopia di Yogyakarta, didapatkan insidensi

ambliopia pada anak-anak SD di perkotaan adalah sebesar 0,25%, sedagkan di daerah

pedesaan sebesar 0,20% (Suhardjo et al, 2002). Penyebab ambliopia terbanyak pada

studi tersebut adalah anisometropia yaiut sebesar 44,4%. Sedangkan penelitian

tentang ambilopia pada 54.260 anak SD di 13 kecamatan di DIY pada tahun 2005

dengan kriteria ambliopia yaitu visus dengan koreksi terbaik ≤ 20/30, dan terdapat

paling sedikit perbedaan 2 baris Optotipe Snellen antara mata kanan dan kiri,

menggunakan teknik crowding phenomenon, neutral density filter, dan tidak

ditemukannya kelainan organik ternyata hanya menemukan prevalensi ambliopia

sebesar 0,35% (Triyanto, 2006)2. Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada

perbedaan. Usia terjadinya ambliopia yaitu pada periode kritis dari perkembangan

mata. Resiko meningkat pada anak yang perkembangannya terlambat, prematur

dan/atau dijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia7.

2.6. KLASIFIKASI AMBLIOPIA

Klasifikasi ambliopia secara klinis adalah sebagai berikut:

A. Ambliopia Strabismus

B. Ambliopia Anisometropia

C. Ambliopia Ametropia

D. Ambliopia Deprivasi

10

Page 11: refrat ambliopia NEW1

A. Ambliopia strabismus (Ambliopia mata juling)

Ambliopia strabismus merupakan bentuk ambliopia yang paling sering dan

menyebabkan hilangnya penglihatan binokuler. Tropia atau mata juling yang konstan,

non alternan atau tidak bergantian kanan dan kiri merupakan penyebab ambliopia

strabismus yang paling signifikan. Dengan satu mata yang lurus dan mata lain

berdeviasi dapat menimbulkan dua fenomena penglihatan yang berbeda yaitu konfusi

atau kekacauan dan diplopia atau melihat dobel. Konfusi penglihatan merupakan

persepsi yang bersamaan dari dua buah obyek yang berbeda yang diproyeksikan ke

area retina koresponden. Secara fisiologis kedua fovea tidak dapat mempersepsikan

obyek-obyek yang berbeda secara bersamaan. Hal ini menyebabkan supresi terhadap

obyek dari mata yang deviasi agar penglihatan tetap tunggal. Sedangkan diplopia

adalah penglihatan ganda yang disebabkan oleh jatuhnya bayangan di fovea pada satu

mata sedangkan pada mata yang lain berada di luar fovea. Konfusi dan diplopia

dihilangkan dengan melakukan supresi.

B. Ambliopia Anisometropia

Ambliopia anisometrik terjadi bila ada kelainan refraksi yang tidak seimbang

antara kedua mata sehingga bayangan yang jatuh pada salah satu mata tidak fokus.

Kaburnya bayangan retina asimetris atau unilateral dapat mengakibatkan ambliopia

pola distorsi monokular dan hilangnya binokularitas. Anisometropia miopia ringan

biasanya tidak menimbulkan ambliopia, tetapi miopia unilateral (-6D) sering

mengakibatkan ambliopia berat. Anisometropia miopia yang bermakna bila terdapat

perbedaan kelainan refraksi lebih dari 5D. Anisometropia hipermetropia atau

astigmatisme anisometropia +1,50D dapat menyebabkan ambliopia, sedangkan

anisometropia hipermetropik sedang (+3,00 D) dapat menimbulkan ambliopia berat.

Anisometropia dan astigmatisme oblik merupakan faktor risiko ambliopia.

Astigmatisme oblik lebih sering menyebabkan ambliopia Biasanya sikap tubuh dan

mata anak tersebut dari luar tampak normal, sehingga deteksi dini dan penanganan

sering terlambat. Sedangkan kalau diperhatikan betul, seringkali anak tersebut

memicingkan satu matanya agar sinar yang masuk mata yang paling mendekati aksis

dan terhindar dari sinar hambur sehingga tampak lebih jelas.16

C. Ambliopia Ametropia11

Page 12: refrat ambliopia NEW1

Timbul pada pematangan visual yang berlanjut di bawah pengaruh kedua

bayangan retina yang kabur. Keadaan ini disebut juga ambliopia dengan pola distorsi

binokular. Secara klinis terlihat pada hipermetrop tinggi bilateral + 5D atau lebih dan

myopia tinggi 10 D astigmatisme bilateral simetris. Pola distorsi bilateral

menyebabkan buruknya penglihatan bilateral tetapi tidak menghalangi perkembangan

penglihatan binokular dengan stereopsis kasar. Kaburnya bayangan tersebut

menimbulkan ambliopia bilateral dan nistagmus. Anak-anak dengan kelainan tersebut,

biasanya akan bergerak maju mendekati obyek yang dilihat untuk mendapatkan

penglihatan yang lebih baik. Anak-anak dengan kelainan refraksi kalau melihat harus

maju mendekati objek. Ambliopia meridional bilateral merupakan pola distorsi

sekunder dan bilateral dengan astigmatisme +3,00 atau lebih. Astigmatisme dengan

aksis oblik akan menyebabkan ambliopia lebih sering daripada astigmatisme dengan

aksis ± 15 derajat dari sumbu tegak atau mendatar 20

D. Ambliopia Deprivasi

Ambliopia deprivasi disebut juga ambliopia ex anopsia atau disuse amblyopia.

Ambliopia ini disebabkan oleh karena kelainan kongenital (bawaan) pada mata atau

terdapatnya kekeruhan media refraksi sejak awal. Bila terjadi hanya pada satu mata

maka ambliopia yang diderita memiliki pola distorsi monokular, sedangkan bila kedua

mata menderita kelainan, maka akan timbul ambliopia dengan pola distorsi binokular.

Bentuk ambliopia deprivasi ini paling jarang, tetapi paling merusak dan sulit

ditangani. Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa bisa unilateral atau

bilateral, dan merupakan penyebab hilangnya penglihatan pada 10% anak. Katarak

kongenital dapat disebabkan oleh faktor keturunan dan kelainan metabolik, infeksi

saat ibu hamil misalnya akibat rubella, sitomegalovirus, varisela, sifilis,

toksoplasmosis, dan trauma, namun penyebab utama katarak kongenital ini adalah

idiopatik artinya yang tidak diketahui penyebabnya. Kekeruhan lensa pada satu mata

menyebabkan hilangnya penglihatan permanen lebih banyak dibandingkan dengan

kekeruhan lensa pada kedua mata. Hal ini karena kompetisi penglihatan di antara dua

mata yang dapat menimbulkan ambliopia. Pada anak-anak usia di bawah 6 tahun

dengan katarak kongenital berdiameter 3 mm atau lebih yang padat dan berada di

tengah-tengah lensa, dapat mengakibatkan ambliopia yang berat. Tetapi bila anak

tersebut sudah berusia di atas 6 tahun dan baru menderita katarak seperti tersebut

diatas, tidak akan lebih berbahaya. Hal ini disebabkan karena perkembangan visual 12

Page 13: refrat ambliopia NEW1

terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Ambliopia oklusi merupakan salah satu penyebab

ambliopia deprivasi akibat terapi oklusi atau patching yang berlebihan, yang pada

umumnya untuk terapi ambliopia pada strabismus. Hal ini dapat dihindari dengan

melakukan pemeriksaan rutin 20. Beberapa kelainan binokular lain yang dapat

menimbulkan ambliopia adalah: ptosis kongenital, sindrom blefarofimosis, disgenesis

kornea, distrofi kornea, kelainan metabolik yang menyebabkan kekeruhan kornea,

hemangioma dan glaukoma kongenital. Kelainan disgenesis kornea yang sering

ditemukan adalah anomali Peter dan limbal dermoid. Kekeruhan media akibat

perdarahan vitreus dapat mengakibatkan berkembangnya ambliopia pada anak-anak,

khususnya anak-anak yang sering mengalami trauma21

2.7. PATOFISIOLOGI

Ambliopia terjadi karena kurangnya rangsangan untuk meningkatkan perkembangan

penglihatan. Penyebab-penyebab ekstraneural seperti katarak, astigmatisme, strabismus,

atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, merupakan pemicu yang dapat mengakibatkan

penurunan fungsi visual pada orang yang sensitif. Derajat ringan beratnya ambliopia

ditentukan oleh lamanya penderita mengalami kurangnya rangsang untuk penglihatan

makula. Ambliopia yang ditemukan pada usia dibawah 6 tahun masih dapat dilakukan

latihan untuk perbaikan fungsi penglihatan. Oleh karena itu, sangat penting pemeriksaan

kesehatan mata anak sejak dini. 1

Pada patofisiologi ambliopia, terdapat dua mekanisme penyebab yaitu nirpakai dan

supresi. Ambliopia nirpakai terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino-

kortikal pada saat masa kritis perkembangan penglihatan, yaitu sebelum usia 9 tahun.

Ambliopia supresi terjadi pada tingkat kortikal dimana terdapat skotoma absolut pada

penglihatan binokular untuk mencegah diplopia pada mata yang juling, atau hambatan

binokular pada bayangan retina yang tidak jelas. Supresi tidak berhubungan dengan masa

perkembangan penglihatan.1

Pada amblyopia terdapat kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan

perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta studi

klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang peka

dalam berkembangnya kondisi amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan

perkembangan sistem penglihatan anak yang sensitif terhadap masukan abnormal yang

diakibatkan oleh rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.2

13

Page 14: refrat ambliopia NEW1

Secara umum, periode kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding

strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya

amblyopia ketika periode kritis lebih singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan

strabismus atau anisometropia.2

2.8. MANIFESTASI KLINIS

Ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali terdapat

abnormalitas pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh penglihatan satu

mata baik sedangkan mata lainnya buruk. Oleh karena itu peran orang tua sangat

dibutuhkan. Beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, seperti :

Berkurangnya penglihatan satu mata.

Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding.

Hilangnya sensitivitas kontras.

Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik. 8

Adanya anisokoria.

Tidak mempengaruhi penglihatan warna.

Biasanya daya akomodasi menurun.

Sering menutup satu mata bila membaca atau melihat papan tulis

Pada ERG dan EEG penderita ambliopia dapat normal yang berarti tidak terdapat

kelainan organik pada retina maupun korteks serebri.

2.9. DIAGNOSIS

Amblyopia didiagnosis bila ada penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat

dijelaskan, dimana hal tersebut terkait dengan riwayat atau kondisi yang dapat

menyebabkan amblyopia.2

Anamnesis

14

Page 15: refrat ambliopia NEW1

Kapan menemukan pasien amblyopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita

tanyakan dan harus dijawab dengan lengkap, yaitu:7

1. Kapan pertama kali ditemukan kelainan amblyogenik? (Seperti strabismus,

anisometropia, dll)

2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan?

3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu?

4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?

Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita

strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi

seorang anak menderita amblyopia.4 Strabismus ditemukan sekitar 4% dari

keseluruhan populasi. Frekuensi strabismus yang "diwariskan" berkisar antara 22% -

66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada orang tua tidak

ditemukan kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang tuanya esotropia,

frekuensi meningkat sampai 40%. (Informasi ini tidak mempengaruhi prognosis, tapi

penting untuk keturunannya). 7

Pemeriksaan fisik

a. Tajam Penglihatan

Penderita amblyopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan

mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan

yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar pada kedua fungsi tadi, selalu

subnormal. 5 Menentukan tajam penglihatan mata amblyopia pada anak adalah

pemeriksaan yangpaling penting.2 Meskipun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan

yang dapat dipercaya sulit pada pasien anak - anak, tapi untungnya penatalaksanaan

amblyopia sangat efektif dan efisien pada anak - anak.5

Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan karta Snellen

standar. Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes "E" dan tes

"HOTV". Tes lain adalah dengan simbol LEA. (Gambar 2) Bentuk ini mudah untuk

anak usia ± 1 tahun (todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya

sama dengan tes HOTV.5

15

Page 16: refrat ambliopia NEW1

Gambar 1 . Balok interaktif yang mengelilingi huruf Snellen

b. Netral density (nd) filter test

Tes ini digunakan untuk membedakan amblyopia fungsional dan organik. Filter

densitas netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup untuk

menurunkan tajam penglihatan mata normal dari 20/20 (6 / 6) menjadi 20/40 (6 /12)

ditempatkan di depan mata yang amblyopik. 5,6 Kapan pasien menderita amblyopia,

tajam penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus kembali atau sedikit

membaik.9 Jika ada amblyopia organik, tajam penglihatan menurun dengan nyata bila

digunakan filter,7,11 misalnya 20/100 (6 / 30) menjadi hitung jari atau lambaian

tangan.9 Keuntungan tes ini bisa, digunakan untuk screening secara cepat sebelum,

dikerjakan terapi oklusi, saat penyebab amblyopia tidak jelas. 6

c. Menentukan sifat fiksasi

Pada pasien amblyopia, sifat fiksasi harus ditentukan. Penglihatan sentral terletak

pada foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat adalah daerah

retina parafoveal .Hal ini sering ditemukan pada pasien dengan strabismik amblyopia

dari anisometropik amblyopia. 8 Fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan

20/200 (6 / 60) atau lebih buruk lagi. 2,8 Tidak cukup kiranya menentukan sifat fiksasi

hanya pada posisi refleks cahaya korneal. Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan

visuskop dan dapat terdokumentasi dengan kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat

dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral.6

16

Page 17: refrat ambliopia NEW1

Visuskop

Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target

fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target

fiksasi ke dekat makula, dan pasien mengarahkan pandagannya ke tanda bintik hitam

(tanda bintang / *). 7,11

Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali

untuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. 7 Pada fiksasi sentral, tanda

asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk

bergerak ke daerah ekstrafoveal dari fiksasi retina. Tes visuskop akan menunjukkan

adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah mata.11

Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk fiksasi Eksentrik Bilateral

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang ditemukan dan terjadi

pada pasien - pasien dengan amblyopia kongenital kedua belah mata dan dalam hal ini

pada penyakit makula bilateral dalam jangka lama.6 Misalnya bila kedua mata

ekstropia atau esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap

pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi bayangan. 8

17

Page 18: refrat ambliopia NEW1

Gambar 5. Cover - Uncover test

Gambar 6. Indirect cover test

d. Uji Worth’s Four Dot (untuk fusi dan penglihatan stereosis)

18

Page 19: refrat ambliopia NEW1

Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina

abnormal, supresi pada satu mata dan juling.

Penderita memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan filter hijau

pada mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, dan 1

putih. Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh mata

kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat

dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan lampu putih terlihat

sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata juling

tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila terdapat supresi maka

akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan atau 3 hijau bila mata kiri yang

dominan. Bila terlihat 5 titik yaitu 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan berarti mata

dalam kedudukan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti mata berkedudukan

esotropia.4

Gambar 7. Peralatan pada Uji Worth’s Four Dot

a. Test Hirschbergh (Corneal Light Reflex)

Pemeriksaan dilakukan dengan menyinari (dengan senter) mata penderita pada

jarak 33 cm. Diperhatikan pantulan sinar pada kornea.

- Normal/tak ada deviasi Pantulan sinar ditengah pupil kedua mata

- Deviasi 15 derajat Pantulan sinar dipinggir pupil mata deviasi

dan ditengah pupil mata yang fiksasi

19

Page 20: refrat ambliopia NEW1

- Deviasi 30 derajat Pantulan sinar pertengahan pupil dan limbus

pada mata deviasi dan ditengah pupil mata yang

fiksasi.

- Deviasi 45 derajat Pantulan sinar dipinggir limbus mata yang deviasi dan

ditengah pupil mata yang fiksasi.

Gambar 8. Tes Hirschbergh (Corneal Light Reflex)

b. Test Prisma Cover

Syaratnya fovea kedua mata masih berfungsi baik, pemeriksaan ini bisa untuk

menentukan besar foria dan tropia.Prisma diletakkan pada salah satu mata sesuai

20

Page 21: refrat ambliopia NEW1

dengan arah deviasi (base in untuk eksotropia/ eksoforia dan base out untuk

esotropia/esoforia), kemudian dilakukan penutupan mata secara bergantian. Kekuatan

prisma dinaikkan sampai tidak ada lagi pergerakan mata dengan penutupan secara

bergantian tersebut. Besar kekuatan prisma tersebut merupakan besar deviasi mata.

Gambar 9. Test Prisma Cover

2.10. PENATALAKSANAAN

Amblyopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu

dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar

pula peluang keberhasilannya. Kapan pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak

menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap

waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan sampai penglihatan

"matang" (sekitar umur 10 tahun). 5

Penatalaksanaan amblyopia meliputi langkah - langkah berikut: 2

Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang pandangan seperti katarak 21

Page 22: refrat ambliopia NEW1

Koreksi kelainan refraksi

Paksakan petunjuk mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata

yang lebih baik

Pengangkatan Katarak

Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi, tidak perlu

ditunda - tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama

kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal.

Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang pertama dan kedua

sebaiknya tidak lebih dari 1 - 2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat dan

akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah

kejadian trauma, bila memungkinkan.2 Yang mana katarak traumatika itu sangat

bersifat amblyopiogenik. Kegagalan dalam "menjernihkan" media, memperbaiki

optik, dan penggunaan regular mata yang terluka, akan mengakibatkan amblyopia

berat dalam beberapa bulan, selambat - Lambatnya pada usia 6 sampai 8 tahun. 5

Koreksi Refraksi

Kapan amblyopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat

diterapi dengan kacamata atau lensa kontak.3 Ukuran kacamata untuk mata amblyopia

diberi dengan koreksi penuh dengan petunjuk sikloplegia.2 Kapan ditemukan myopia

tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila memakai kacamata akan

terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. 5

Karena kemampuan mata amblyopia untuk mengatur akomodasi cenderung

menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti

pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk

menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit

optik berat. Amblyopia anisometropik dan amblyopia isometropik akan sangat

membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan. 3

22

Page 23: refrat ambliopia NEW1

Gambar 10. Koreksi ambliopia dengan kacamata

Gambar 11. Pasien dengan Refraktif-Akomodatif Esotropia tanpa menggunakan kaca

mata (A). Pasien tersebut menjadi ortotropia dengan menggunakan kacamata koreksi

(C)

Oklusi dan Degradasi optik

1. Oklusi

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 5dan merupakan terapi pilihan,11

yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full

time) atau paruh waktu (part-time). 13

Oklusi Full Time

Pengertian oklusi full-time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk

semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga. (Occlusion for all or all but

onewaking hour),3,11 arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan amblyopia

dengan cara penggunaan mata yang "rusak".3 Biasanya penutup mata yang

digunakan adalah penutup adesif (adhesive patch) yang tersedia secara komersial. 3

23

Page 24: refrat ambliopia NEW1

Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu

tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak opak 3 ,

Atau Annisa 's Fun patches 4 dapat juga menjadi alternatif full-time patching bila

terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket.3Full-time patching baru

dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan binokular,

karena full-time patching memiliki sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal

penglihatan binokular. 3

Ada suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi selama 1

minggu untuk setiap tahun usia 5,11,13 , Misalnya penderita amblyopia pada mata

kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu

dievaluasi kembali.13 Hal ini untuk menghindarkan terjadinya amblyopia pada mata

yang baik.5

Gambar 12. Penutup (patch) mata digunakan pada mata yang sehat

24

Page 25: refrat ambliopia NEW1

Gambar 13. Pasien anak yang menggunakan penutup mata dan kaca mata untuk terapi ambliopia

Oklusi Part-time

Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil

sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung

dari derajat amblyopia.3

Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peran

full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan, pasien usia 3 -

7 tahun dengan amblyopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 = 6 / 30 dan

20/400 = 6 / 120), full-time patching memberi efek sama dengan penutupan selama

6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam / hari menunjukkan kemajuan

tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6 jam/hari pada amblyopia sedang

/ moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 – 7 tahun.

Dalam studi ini, patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam

/ hari. 5

Idealnya, terapi amblyopia diteruskan sampai terjadi fiksasi alternat atau tajam

penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6 / 6) pada masing - masing mata. Hasil

ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka

penatalaksanaan harus tetap dilanjutkan.

2. Degradasi optik

25

Page 26: refrat ambliopia NEW1

Metode lain untuk penatalaksanaan amblyopia adalah dengan menurunkan

kualitas bayangan (degradasi optik) pada mata yang lebih baik sampai menjadi

lebih buruk dari mata yang amblyopia, sering juga disebut penalisasi

(penalization). Sikloplegik (Biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes

5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat

melakukan akomodasi dan kabur bila melihat dekat dekat. 2

ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan

patching untuk amblyopia sedang (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100). ATS

tersebut dilakukan pada anak usia 3 - 7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa

pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan tajam

penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada

kelompok anak usia 3 – 7 tahun dengan amblyopia sedang. 4 Ada juga studi terbaru

yang membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7

tahun, menunjukkan atropine merupakan pilihan efektif. Sehingga, anggota mata

yang tadinya masih ragu - ragu, memilih atropine sebagai pilihan pertama dari

patching. 2 * hasil studi telah dipublikasikan di Ophthalmology, Agustus 2003

Pendekatan ini memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak

mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi,

anak sulit untuk "menggagalkan" metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering

oklusi. 5

Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa

positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya

efek samping farmakologik atropine.2

Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien

dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama,

jadi memungkinkan penglihatan binokular.5

26

Page 27: refrat ambliopia NEW1

2.11. KOMPLIKASI

Komplikasi utama dari ambliopia yang tidak ditangani adalah kehilangan

penglihatan ireversibel. Kebanyakan kasus ambliopia reversibel bila dideteksi dan

ditangani dini.

Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya

ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan

harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah

pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia

pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan

degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi follow-up reguler

tetap penting.1 Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi

alternat,tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara

kedua mata.Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :

− Derajat ambliopia

− Pilihan terapeutik yang digunakan

− Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih

− Usia pasien Semakin berat ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan

penatalaksanaan yang lebih lama.

Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik

berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai

penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun

ataulebih untuk dapat berhasil.12

2.12. PENCEGAHAN

Ambliopia dapat dicegah dan diobati terutama apabila penyakit ini dapat dideteksi

secara dini. Skrining untuk mencari penyebab ambliopia harus dilakukan oleh dokter pada

bayi pada 4-6 minggu setelah lahir, dan anak-anak yang mempunyi risiko untuk ambliopia

harus di skrining setiap tahun selama periode perkembangan sistem penglihatan anak yaitu

mulai lahir sampai umur 6-8 tahun.2 Skrining untuk kelainan refraksi dan strabismus juga

harus dimulai selama tahun pertama kehidupan. Pada anak-anak yang berisiko berisiko

perlu dilakukan monitoring setiap tahun karena sejak lahir sampai usia 4 tahun

27

Page 28: refrat ambliopia NEW1

memungkinkan untuk terjadinya anomali refraksi, terutama astigmatisma dan

anisometropia. Skrining ini juga ditujukan untuk anak-anak yang mempunyai riwayat

keluarga yang menderita strabismus atau ambliopia. Adanya program skrining untuk

mendeteksi dan mengobati ambliopia pada usia 4 tahun telah sukses dilakukan diberbagai

negara.

2.13. PROGNOSIS

Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi

pertama.4 Kapan penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat

tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya

kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun. 11

Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut: 4

Jenis Amblyopia: Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan

organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik

prognosisnya paling baik.

Usia dimana penatalaksanaan dimulai: Semakin muda pasien maka prognosis

semakin baik.

Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai: Semakin bagus tajam penglihatan

awal di mata amblyopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

BAB III

28

Page 29: refrat ambliopia NEW1

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

a. Ambliopia (berasal dari Yunani) yaitu amblys adalah kabur, dan ops adalah

penglihatan.

b. Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai

optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan

refraksinya.

c. Anak-anak rentan menderita ambliopia hingga usia 7 tahun, biasanya unilateral,

namun dapat juga bilateral.

d. Kurangnya tajam penglihatan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata.

e. Penyebab pastinya belum diketahui. Pertimbangkan adanya gangguan nervus

optikus atau retina pada anak ambliopia yang tidak respon dengan terapi.

f. Ambliopia didiagnosis saat penurunan ketajaman penglihatan tidak dapat dijelaskan

berdasarkan abnormalitas pemeriksaan fisik yang ditemukan.

g. Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung saat mulai

dan lamanya.

h. Penatalaksanaan ambliopia meliputi :

i. menghilangkan yang menghalangi penglihatan seperti katarak

ii. koreksi kelainan refraksi yang signifikan

iii. memaksa menggunakan mata yang lemah dengan membatasi penggunaan

mata yang sehat

i. Prognosa ambliopia tergantung pada usia pasien, derajat, dan tipe ambliopia.

Semakin awal ambliopia terjadi dan semakin lambat terapinya, prognosisnya lebih

buruk.

29

Page 30: refrat ambliopia NEW1

3.2 Saran

Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan, terutama dokter keluarga yang akan

menjadi lini pertama pelayanan kesehatan, memiliki pengetahuan, kemampuan, dan

kesadaran yang maksimal untuk mendiagnosis dan melakukan terapi pendahuluan

ambliopia dengan bekerjasama dengan sejawat dan mitra kerja untuk penanganan

optimal bagi pasien sebelum melakukan perujukan ke spesialis.

30

Page 31: refrat ambliopia NEW1

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta.

2. Press L, Coats D. 2004. Amblyopia. Harley Pediatric Ophtalmology fifth. Edition.

Philadelphia, Pennsylvania.

3. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5:

Amblyopia; Section 6; Basic dan Clinical Science Course; 2004 - 2005; p.63 – 70

4. Greenwald, MJ; Parks, MM; di Duane 's Clinical Ophthalmology; Volume 1; Revised

Edition; Lippincott Williams & Wilkins; 2004; Chapter 10 – p.1-19; Chapter 11 p1-8

5. Noorden,GKV; Atlas Strabismus; Edisi 4; EGC; Jakarta; 1988; p78-93

6. Henkind, P; Priest, RS; Schiller, G; Compendium of Ophthalmolgy; JBLippincott

Company; Philadelphia and Toronto; 1983; p 78-93 Nurchaliza Hazaria Siregar :

Amblyopia, 2009

7. Ciufrfreda, KJ; Levi, DM; Selenow, A; Amblyopia Basic dan Clinical Aspects, Jakarta

Heinemann; 199

8. Langston, DP; Manual of Ocular Diagnosis and Therapy; 5th Edition; Lippincott

Wlliams & Wilkins; Philadelphia; p 344-346

9. American Academy of Ophthalmology; International Ophthalmology; Chapter 10:

Amblyopia; Section 13; Basic dan Clinical Science Course; 2004 - 2005; p111-11

10. Ilyas, Sidarta. Strabismus. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Cetakan 5. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI. 2008, 245-258.4.

31

Page 32: refrat ambliopia NEW1

11. American Academy of Ophthalmology. Clinical Optics. Chapter 4: Clinical

Refraction.Section 3. Basic and Clinical Science Course. 2008 – 2009, 118, 147.5

12. Vaughan, Daniel.Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. 2000, 243-

244.

13. Harley RD, 1983, Treatment of Amblyopia, Pediatric Ophthalmology, vol II: XI;325-

343

14. DR. Med. Dr. Jannes Fritz Tan Sp.M; Dr. Elisabet Surjani Widjaja; Modul Skill Lab

Bagian IP. Mata FK UKI. 2005. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia.

15. Riordan Eva, Paul; Whitcher, John PVaighan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17.

2009. Jakarta: EGC.

16. Wright KW, 1995. Visual development, amblyopia, and sensory adaptations. In:

Pediatric Ophthalmology and Strabismus. Pp.119-138. St. Louis: Mosby-Year Book,

Inc.

17. Streopsis. Available at: www.strabismus.org/all_about_strabismus.html

18. Ilyas S. Kelainan refraksi dan kacamata. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006.

1-14, 35-48

19. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M; Strabismus. Ilmu Penyakit Mata. 2005. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

20. Abrahammson M, Sjöstrand J. 2003. Astigmatic Axis and Amblyopia in Childhood.

Acta Ophthalmol. Scand.;81:33-37

21. Americans Academy of Ophthalmology 2004-2005. Basic and Clinical Science Course

Section 12: Retina and Vitreous, The Eye MD Association

32