hasil penelitian.doc urolithiasis (makalah iv) edit 12 (new1)
TRANSCRIPT
HUBUNGAN JENIS BATU SALURAN KEMIH TERHADAP pH URIN DAN
INDEKS MASSA TUBUH
PENDERITA BATU SALURAN KEMIH
Mursalim Sewang, Achmad M. Palinrungi, M. Asykar A. Palinrungi, Burhanuddin Bahar
BAB I
PENDAHULUAN
Batu Saluran Kemih (selanjutnya disebut BSK) adalah penyakit pada
traktus urinarius terbanyak ketiga setelah infeksi saluran kemih dan kelainan
patologis pada prostat. BSK dapat ditemukan pada seluruh bagian traktus
urinarius.1,2 Pada negara berkembang BSK masih merupakan penyakit
endemik dan salah satu faktor utama morbiditas.1
Penemuan pertama BSK didapatkan pada rongga pelvis remaja laki-
laki yang hidup sekitar 7000 tahun yang lalu di El- Amara.3 Sebelum revolusi
industri, batu buli-buli lebih sering ditemukan.3,4 Setelah itu, pada abad ke-19
insiden BSK bagian atas lebih sering ditemukan.3,4,5,6
Batu Saluran Kemih banyak dijumpai di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Eropa dan Australia pada BSK bagian atas, sedangkan di
negara-negara berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia, lebih
banyak dijumpai batu kandung kemih. Data di Amerika Serikat, sekitar
250.000 sampai 750.000 penduduknya menderita BSK setiap tahunnya. Data
di Inggris dan Scandinavia adalah 0,2-0,5 per 1000 penduduk. Angka insiden
1
BSK di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 sampai 12%. Prevalensi BSK
meningkat di Amerika seperti negara-negara lain.1 Data di Indonesia tentang
BSK belum banyak dilaporkan secara lengkap. Angka kejadian BSK di
Makassar pada tahun 1977 sampai 1979 sekitar 269, sedangkan pada tahun
1987- 1992 sekitar 122 dan pada tahun 1997 sampai 1998 sekitar 50 kasus.
Data terakhir pada tahun 2002 sampai 2004 sekitar 199. Sedangkan di
RSCM dilaporkan data yang diperoleh dari RSUPN-CM ditemukan
peningkatan dari 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada
tahun 2002. RS Cikini Jakarta melaporkan sekitar 530 penderita BSK
pertahun.7,8
Insiden BSK lebih tinggi sekitar empat kali pada laki-laki dibandingkan
wanita, kecuali pada batu dengan kandungan struvit lebih sering terjadi pada
wanita dan kejadian ini rata-rata terjadi pada usia 30-50 tahun.7 Insiden BSK
di Inggris dan Scandinavia yang sebelumnya laki-laki lebih sering dari
perempuan, tetapi sekarang terdapat perubahan pola, wanita muda lebih
sering terkena BSK,9,10,11
Beban ekonomi akibat penyakit BSK sangat besar. Tahun 2000, biaya
total untuk pengobatan BSK di Amerika Serikat diperkirakan 2,1 milyar dollar,
yang meliputi 971 juta dollar untuk pasien rawat inap, 607 juta dollar untuk
pasien rawat jalan dan kunjungan praktek dokter, serta 490 juta dollar untuk
pelayanan gawat darurat. Angka-angka tersebut menggambarkan kenaikan
sebesar 50% dari biaya pengobatan BSK sebesar 1,34 milyar dollar pada
2
tahun 1994. Data mengenai beban biaya kesehatan untuk BSK di Indonesia
belum ada.12
Etiologi BSK adalah multifaktorial dan tidak diketahui secara jelas.1,2,9
Sebagian besar komposisi dari batu (70-80%) adalah kalsium oksalat,6,12 dan
berhubungan dengan faktor-faktor risiko saluran kemih seperti volume urin
yang rendah, pH rendah, hiperkalsiuria, hiperurisemia atau hiperoksaluria.1,12
Kadar pH urin adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan
BSK,1,4,8,9 dan berhubungan terbalik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada
pasien dengan BSK.1 Risiko menderita BSK secara langsung berhubungan
dengan berat badan dan IMT pada laki-laki dan perempuan.1,6 Di Amerika
Serikat, persentase dari kegemukan orang dewasa (digambarkan dengan
IMT di atas 30 kg/m2) meningkat dari 15% tahun 1995 menjadi 24% ditahun
2005, dan lebih dari 5% penduduk dewasa di Amerika Serikat mengalami
kegemukan yang tidak wajar (IMT 40 atau lebih). Lebih dari 300 juta
penduduk di seluruh dunia diperkirakan menderita kegemukan.13
Penelitian yang membicarakan hubungan pH urin dan IMT penderita
BSK, termasuk penelitian di Indonesia belum pernah dilaporkan.
Diungkapkan bahwa terdapat hubungan terbalik antara pH urin dengan IMT
pada penderita BSK, tetapi banyak etiologi dan faktor-faktor lain yang
merupakan faktor risiko munculnya BSK. Hal ini menjadi perhatian peneliti
untuk membuktikan hubungan pH urin dengan IMT pasien yang menderita
BSK.
3
1.1 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara pH urin dengan IMT pada pasien yang
menderita BSK ?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Menentukan hubungan pH urin dengan IMT pada penderita
BSK.
1.2.2. Tujuan Khusus
Menentukan hubungan pH urin dengan IMT yang underweight,
normal, overweight dan obese.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan adalah :
1. Diperoleh informasi tentang korelasi antara IMT yang tinggi dengan
peningkatan terjadinya BSK.
2. Dapat dijadikan sebagai langkah preventif agar dilakukan upaya
pengendalian berat badan untuk mencegah terbentuknya BSK.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batu saluran kemih timbul akibat kristalisasi urin, yang
disebabkan oleh supersaturasi urin. Supersaturasi sendiri tidak dapat
menjelaskan proses pembentukan batu. Urin adalah suatu cairan yang
kompleks dengan banyaknya perubahan berulang pada pH. Adanya
beberapa unsur anorganik dan organik dan interaksi antara promotor dan
inhibitor, keduanya telah mengatur patogenesis yang rumit pada
pembentukan batu.,9,10
Urin merupakan cairan kompleks yang sering mengalami
perubahan pH, terdiri atas unsur anorganik dan organik. Batu saluran kemih
timbul akibat proses kristalisasi yang disebabkan oleh supersaturasi urin,
akibat :
1. Peningkatan ekskresi substansi pembentukan batu
2. Defisiensi substansi inhibitor presipitasi kalsium.
3. Diminished fibrinolytic in urin.
4. Crystalline inhibitor.9,10
Pembentukan batu
Komponen Kristal
Pembentukan batu biasanya terjadi ketika unsur-unsur terlarut dalam
urin membentuk kristal yang kemudian terjadi agregasi. Pembentukan batu
5
dapat bersifat homogen (apabila inti batu di sekitar kristal yang terjadi
agregasi mempunyai bahan yang sama dari kristal tersebut) atau heterogen
(bahan kristal yang berbeda). Pembentukan berbagai kristal dari larutan
penting dalam keadaan jenuh.
Keadaan jenuh dari larutan tergantung pada pH dan kekuatan ion dari
cairan yang diberikan, serta adanya beberapa cairan terlarut lebih kompleks.
Apabila suatu cairan tidak jenuh dengan zat terlarut tertentu, maka tidak ada
kristal akan terbentuk atau tumbuh. Dengan peningkatan konsentrasi zat
terlarut, larutan akan sepenuhnya menjadi jenuh dengan yang terlarut
(saturasi produk KFP). Jika konsentrasi terlarut meningkat bahkan lebih,
maka pembentukan produk (KFP) dapat dicapai.14
Larutan, kristal belum terbentuk, terdapat kristal-kristal terlarut
Produk terlarut
Terbentuk nukleasi heterogen, terjadi pembentukan agregasi kristal, terdapat peran inhibitor
Proses ;pembentukan produk
Kerja penghambat tidak efektif, terjadi nukleasi homogen
Gambar 1. Teori kristalisasi pembentukan batu (dikutip dari kepustakaan 14)
6
Antara konsentrasi dan hasil yang terbentuk, kristal yang terlarut tidak
dapat terjadi secara spontan, tetapi dapat saling melekat sebelum
membentuk kristal (kristalisasi homogen), atau melekat pada bentuk kristal-
kristal yang lain dan benda asing (disebut kristalisasi heterogen).
Begitu konsentrasi zat terlarut lebih besar daripada pembentukan
produk (KFP), larutan menjadi tidak stabil dan secara spontan terjadi
pembentukan kristal. Kristalisasi dapat dihambat oleh konstituen lain
(misalnya magnesium dan sitrat yang terbukti sebagai penghambat
pembentukan batu saluran kemih). Adanya pengendapan memberikan
peranan dalam pembentukan batu dan cenderung mengakibatkan sumbatan
pada saluran kemih. 14 Tahapan pembentukan batu yaitu nukleasi,
perkembangan, dan agregasi melibatkan komponen kristal. Pembentukan
inti atau nukleasi mengawali proses pembentukan batu dan mungkin
dirangsang oleh berbagai zat termasuk matriks protein, kristal, benda asing,
dan partikel jaringan lainya.15 Nukleasi heterogen (epitaxy), yang
memerlukan energi yang lebih sedikit dan terjadi pada saturasi urin yang
rendah, dan berperan da;am proses pembentukan batu. Kristal dari satu tipe
dapat sebagai nidus atau nukleasi dari tipe lain. Ini sering terlihat pada kristal
asam urat yang mengawali pembentukan batu kalsium oksalat.11
Kondisi metastasis dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid
dalam urin, konsentrasi solute dalam urin, laju aliran urin dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alineum di saluran kemih yang bertindak sebagai
7
inti batu. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan
oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor,
yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Beberapa kasus
dengan batu saluran kemih yang berulang, ini disebabkan karena
ketidakcukupan zat-zat inhibitor ini seperti sitrat, pyrofosfat, magnesium,
seng, nephrocalcin, tammac horsfall glikoprotein, uropontin, dan
makromolekul lainnya ini diyakini bahwa tidak adekuatnya zat-zat inhibitor
khususnya sitrat di dalam urin, ini memainkan peran besar dalam proses
terbentuknya batu saluran kemih 11.16
Komponen Matrix
Komponen matriks ini merupakan bahan nonkristalisasi dan memiliki
komposisi yang terutama terdiri dari protein dengan mengandung sejumlah
kecil hexose dan hexosamine yang disebut matrix calculus, bervariasi sesuai
tipe batu, secara umum dengan kisaran 2-10% dari berat batu. Matrix calculi
ditemukan pada sebagian besar individu dengan infeksi yang berkaitan
dengan organisme yang menghasilkan urease (bakteri pemecah urea),
khususnya golongan proteus. matrix calculi ini sering tersusun dari mucoid
yang mengental dengan sangat sedikit komponen kristal. Komponen matrix
ini memiliki tekstur gelatinous (seperti gel) dan pada gambaran radiologik
komponen ini memberikan gambaran radiolusen, sehingga bila telah
terbentuk komponen ini pada pelvis renalis, maka komponen matrix yang
8
memiliki tekstur seperti gel ini dapat mengisi seluruh pelvis bahkan dapat
masuk sampai ke kaliks sehingga dapat memenuhi kaliks mulai dari pole atas
hingga pole bawah.
Suasana urin dapat menjadi basa, hal ini disebabkan oleh infeksi
bakteri pemecah urea contohnya proteus dimana bakteri tersebut
menghasilkan enzim urease serta membantu hidrolisis urea menjadi
amoniak. Maka keadaan ini dapat memudahkan garam-garam magnesium,
ammonium, fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium
fosfat (MAP) sehingga komponen matrix yang telah memenuhi seluruh kaliks
dalam bentuk gel akan mengeras dan membentuk batu seperti gambaran
tanduk rusa.11,17
Faktor Risiko Pembentukan Batu
Faktor-faktor risiko yang khas yang dapat ditemukan pada seorang
yang dapat menyebabkan peningkatan dalam pembentukan jenis batu
(Tabel). Beberapa jenis batu yang dirangkum dalam Tabel.
Faktor-Faktor risiko pembentukan batu
Keberadaan pemicu timbulnya batu
Tidak adanya (atau berkurangnya level) dari penghambat pembentuk batu
Infeksi
Stasis urin
Konsentrasi kristal (kurangnya intake cairan)
Diet yang terlalu tinggi atau terlalu rendah kalsium
Pekerjaan disertai duduk yang lama
Kelainan anatomi dari saluran kemih
Tabel 1. Faktor-faktor risiko pembentukan batu
9
Jenis-Jenis Batu secara umum
Kalsium oksalat dan Phosfat 38%
Kalsium oksalat 26%
Kalsium Phosfat 7%
Amonium Magnesium Phosfat (struvit) 21%
Asam Urat 5%
Sistin 3%
Tabel 2. Jenis batu yang dijumpai pada saluran kemih
Batu asam urat terbentuk dalam urin yang asam. Batu sistin, yang
sebanyak 1% dari batu lain, biasanya terbentuk secara sekunder akibat
gangguan reabsorpsi di ginjal. 18
pH urin
pH urin yang normal pada setiap individu bervariasi, mulai dari pH 5
sampai pH 7. Sesudah makan, pH biasanya asam karena produksi dari
metabolisme purin (asam-asam nukleat, sebagai contoh : daging). Ini
dilanjutkan perubahan pH basa yang naik turun, pH mencapai diatas 6,5. pH
urin bisa membantu menegakkan diagnosis jenis batu yang diderita pasien
(jika jenis batu tidak memungkinkan untuk pemeriksaan analisis), dan dapat
membantu dokter urologi dan pasien menentukan apakah tindakan-tindakan
pencegahan telah efektif atau tidak.
10
- pH dibawah 6 pada pasien dengan gambaran radiolusen menandakan
batu asam urat
- pH yang menetap diatas 5,5 menandakan asidosis renal tubuler distal
type 1 (kurang lebih 70% pasien dengan batu kalsium phosphat). 19
pH urin akan menjadi asam pada kondisi : asidosis, diabetes yang
tidak terkontrol, diare, kelaparan dan dehidrasi, penyakit paru yang
menyebabkan asidosis dan retensi karbon dioksida (Emfisema).
Sedangkan pH urin akan menjadi basa (alkali); obstruksi saluran
kemih, obstruksi pilorik, intoksikasi salisilat, renal tubular asidosis,
gagal ginjal kronik dan gangguan pernapasan yang menyebabkan
hiperventilasi. 20
Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT adalah perhitungan dengan menggunakan rumus berat dalam
kilogram/tinggi dalam meter2. Berdasarkan IMT, WHO mengklasifikasikan
overweight dan obesitas pada orang dewasa (tabel 1), dan ini adalah ukuran
dari suatu obesitas, meskipun terdapat berbagai batasan-batasan: 21,22
1. IMT dapat menggambarkan perbedaan tingkat ketebalan lemak pada
kelompok etnis yang berbeda, sebagai contoh amerika kulit hitam
mempunyai IMT yang lebih tinggi dari kulit putih, secara kontras, orang
cina dan kelompok asia lainnya mempunyai IMT yang lebih rendah
dari kulit putih
11
2. IMT dapat juga meningkat pada orang yang berotot karena kelebihan
berat dipengaruhi oleh otot bukan lemak
3. Ada beberapa masalah secara jelas batasan IMT pada anak dalam
pertumbuhan dan dewasa muda.
4. Yang paling penting, IMT tidak menentukan gambaran tentang bentuk
distribusi lemak pada tubuh, seperti kegemukan yang terfokus
didaerah abdomen.21,23
Tabel 1. Klasifikasi WHO pada overweight dan obesitas
IMT dan pH Urin
Telah terbukti bahwa IMT yang lebih besar, berat badan yang lebih
besar, lingkaran pinggang yang besar dan penambahan berat badan yang
besar secara independen dikaitkan dengan peningkatan resiko pembentukan
12
batu ginjal. Obesitas abdomen (sentral) dalam konteksnya dikaitkan dengan
sindrom metabolik predisposisi terjadinya resistensi insulin.24,25
Insulin bekerja pada tubulus proksimal :
- Insulin merangsang produksi ammoniak ginjal dari substrak L-glutamin
- Insulin merangsang Na+-/ H+ - antiporter- gangguan transport NH+4
(substitutes H+) ke dalam tubulus.
Konsekwensi resistensi insulin di ginjal :
Penurunan ammoniagenesis penurunan transport amonia ke
dalam lumen tubulus pH urin menjadi rendah 13
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa insulin adalah sangat
penting untuk ammoniagenesis maupun sekresi ammonia pada tubulus
proksimal. Berdasarkan pada pengetahuan ini, seperti digambarkan
abate.dkk (The Metabolic Syndrome and Uric acid Nephrolithiasis Novel
Features of Renal Manifestation of Insulin Resistance ,Kidney Int.2004;65:
386-392)13 menunjukkan bahwa pH urin yang rendah akibat dari penurunan
ekskresi ammonium urin dapat menjadi suatu gambaran manifestasi ginjal
dari resistensi insulin dalam konteks sindrom metabolik pada obesitas
sentral. Akibat dari gangguan metabolik ini pada tingkat ginjal menyebabkan
terbentuknya batu asam urat.13,26,27,28,29,30
Berdasarkan pengamatan ini, dibuat hipotesa bahwa pH urin
berhubungan dengan berat badan pada penderita batu saluran kemih
terutama di ginjal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pH urin
13
berbanding terbalik dengan berat badan pada pasien-pasien yang menderita
batu saluran kemih
14
IMT dan Weight Gain Primary Gout Myeloproliperatif DisordersUricosuric MedicationCongenital Disorders
pH Urin
Diare States
Volume Urin
Batu Saluran kemih
Hyperuricosuria
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teoritis
15
Diabetes MellitusGoutHipertensi
Jenis KelaminUmur
Komposisi batu
IMT
pH Urin
V. dependent
V. independent
Diteliti
V. perancu
B. Kerangka Konseptual
16
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Terdapat hubungan antara pH urin yang rendah dengan peningkatan
IMT dalam pembentukan BSK.
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian retrospektif analitik dengan metode
cross sectional yang selanjutnya ditelusuri dan dianalisa hubungan pH
urin dengan IMT pada penderita BSK.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dikerjakan sejak bulan April 2011 dengan mengumpulkan
seluruh data pasien BSK yang menjalani operasi, pengangkatan batu
saluran kemih di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dalam kurun
waktu 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2010.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua penderita batu saluran kemih yang
dirawat di bangsal Bedah Urologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Makassar.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria sampel :
1. Populasi Penelitian :
1.1.Populasi target :
Semua penderita penyakit batu saluran kemih
18
1.2.Populasi terjangkau :
Semua penderita penyakit batu saluran kemih yang menjalani
pemeriksaan pH urin dan IMT di bagian urologi khusus RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
2. Sampel penelitian dan besar sampel :
2.1. Sampel
Sampel penelitian adalah semua penderita batu saluran kemih yang
memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi :
- Penderita yang didiagnosis batu saluran kemih dan dilakukan
pengangkatan batu saluran kemih
- Telah dilakukan pemeriksaan pH urin dan IMT saat diagnostik
Kriteria eksklusi :
- Penderita yang mengidap Diabetes Mellitus .
- Penderita menderita penyakit Gout
D. Bahan dan Cara Penelitian
a. Bahan :
1. Umur penderita batu saluran kemih, berdasarkan umur yang
tercantum dalam kartu tanda penduduk (KTP)
2. Timbangan BB dan skala untuk TB
19
3. pH urin diukur dengan urine analyzer : Uriscan pro TM operators
manual, type : Reflectance photometer, YD Electronic, Co, Ltd,
Seoul Korea.
b. Cara Kerja
1. Dilakukan pemeriksaan urinalisis untuk menilai pH urin saat
diagnostik batu ditegakkan
2. Penderita yang dirawat dengan batu saluran kemih di bangsal
urologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dilakukan penimbangan
BB dan mengukur tinggi badan. Untuk menghitung IMT dengan
formulasi
Berat (kg)
IMT = ------------------.
Tinggi (meter)2
3. Penderita yang dirawat dengan batu saluran kemih dilakukan
tindakan operasi.
4. Sampel kemudian dilakukan pemeriksaan analisa batu untuk
menilai jenis batu dengan pemeriksaan : KIT ecoline (manual)
1.11003.001 dengan calculation scala for urinary calculy analysis.
Dialisys Diagnostic Systems GmbH, Germany.
20
E. Definisi Operasional
a. IMT (Indeks massa tubuh) adalah suatu perhitungan dengan
menggunakan formula berat badan dalam kilogram/Tinggi badan
dalam meter2
b. pH urin adalah parameter untuk membedakan sifat asam dan basa
urin, pH yang normal berkisar 7,40 (7,35-7,45), viable range = 6,80-
7,80
c. Batu saluran kemih adalah adanya batu pada saluran kemih yaitu
ginjal, ureter dan buli-buli yang terdiri dari ; yang membentuk kristal;
kalsium, oksalat, fosfat; kalsium urat, asam urat dan magnesium
d. Umur adalah jumlah tahun lamanya hidup sampai ulang tahun terakhir
sesuai dengan kartu tanda penduduk atau berdasarkan pengakuan
dari sampel pada saat pemeriksaan.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang di peroleh dari penelitian ini akan dilakukan dengan uji
korelasi dan uji lainnya yang sesuai. Di gunakan standar nilai kemaknaan
dengan p ≤ 0,05. Data penelitian akan di cantumkan dalam bentuk tabel dan
grafik dengan narasi.
21
ALUR PENELITIAN
Batu Saluran Kemih
pH urin IMT
Operasi
Analisa DataHubungan IMT dengan pH urin, jenis batu terhadap
Batu Saluran Kemih
22
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
Penelitian secara retrospektif dari data penderita batu saluran kemih
dari Januari 2006 sampai Desember 2010. Data yang diambil termasuk jenis
kelamin pasien, umur, Indeks massa tubuh, pH urin dan komposisi batu.
Indeks massa tubuh di kalkulasi berat badan dalam kilogram dibagi kwadrat
tinggi badan dalam meter.
1.1. Distribusi Kelompok Jenis Kelamin Sampel Penelitian
Data dari 73 penderita, 51 laki-laki (69,9%) dan 22 perempuan (30,1%) (Tabel
1). Persentase tertinggi dari 73 sampel penderita batu saluran kemih
ditemukan pada penderita laki-laki sebanyak 69,9%, sedangkan pada
perempuan sebanyak 30,1%.
Tabel 1. Distribusi kelompok jenis kelamin penderita Batu Saluran Kemih
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 51 69,9
Perempuan 22 30,1
Total 73 100
Sumber : Data Primer
1.2. Distribusi Kelompok Umur Sampel Penelitian
23
Data sampel penelitian dibagi menurut kelompok umur seperti yang tertera
pada Tabel 2, dikelompokkan menjadi 5 kelompok umur. Persentase tertinggi
dari 73 sampel penderita batu saluran kemih ditemukan pada kelompok umur
46 – 60 tahun sebanyak 38,4%. Persentase terendah ditemukan pada
kelompok umur < 15 tahun sebanyak 5,5%.
Tabel 2. Distribusi Kelompok Umur pada Penderita Batu Saluran Kemih
Kelompok Umur Frekuensi Persentase
< 15 tahun 4 5,5
16 – 30 tahun 5 6,8
31 – 45 tahun 24 32,9
46 – 60 tahun 28 38,4
60 tahun 12 16,4
Total 73 100
Sumber : Data Primer
1.3. Distribusi Kelompok Indeks Massa Tubuh (IMT) Sampel Penelitian
Data sampel penelitian menurut kelompok Indeks Massa Tubuh
seperti yang diuraikan dalam Tabel 3, dikelompokkan menjadi 5 kelompok
IMT. Persentase tertinggi dari 73 sampel penelitian batu saluran kemih
ditemukan pada kelompok IMT Normalweight sebanyak 45,2%, persentase
terendah pada kelompok IMT Obeis yaitu 9,6%.
Tabel 3. Distribusi Kelompok IMT pada penderita batu saluran kemih
24
Indeks Massa Tubuh (IMT) Frekuensi Persentase
Underweight ( < 18,5 ) 13 17,8
Normalweight ( 18,5 – 24,9 ) 33 45,2
Overweight ( 25,0 – 29,9 ) 20 27,4
Obeis ( ≥ 30 ) 7 9,6
Total 73 100
Sumber : Data Primer
1.4. Distribusi Kelompok pH Urin Sampel Penelitian
Data sampel penelitian menurut pH Urin seperti yang diuraikan dalam
Tabel 4, persentase tertinggi dari 73 sampel penelitian batu saluran kemih
ditemukan pada pH 5 sebanyak 35,6%. Persentase terendah pada pH 6,4
sebanyak 1,4%.
Tabel 4. Distribusi kelompok pH urin pada penderita batu saluran kemih
pH Urin Frekuensi Persentase
5 26 35,6
5,5 8 11,0
6 23 31,5
6,4 1 1,4
6,5 6 8,2
7 3 4,1
7,5 3 4,1
8 3 4,1
Total 73 100
Sumber : Data Primer
1.5. Distribusi Kelompok Komposisi Batu Sampel Penelitian
25
Data sampel penelitian menurut komposisi batu seperti yang diuraikan
dalam Tabel 5. Persentase tertinggi dari 73 sampel penelitian batu saluran
kemih ditemukan komposisi batu kalsium Oxalat sebanyak 71,2%. Persentase
terendah dari komposisi batu brushit; kombinasi batu oxalat, asam urat,
magnesium; kombinasi oxalat, cystin, fosfat; dan kombinasi oxalat, asam urat,
cystin yaitu sebanyak 1,4%
Tabel 5. Distribusi Kelompok Komposisi Batu pada Penderita Batu Saluran Kemih
Jenis Batu Frekuensi Persentase
Calsium Oxalat 52 71,2
Asam Urat 2 2,7
Brushit 1 1,4
Oxalat + Brushit 2 2,7
Oxalat + Asam Urat 5 6,8
Oxalat + Asam Urat + Fosfat 2 2,7
Oxalat + Asam Urat + Brushit 2 2,7
Oxalat + Brushit + Magnesium 2 2,7
Oxalat + Asam Urat + Magnesium 1 1,4
Oxalat + Cystin + Fosfat 1 1,4
Oxalat + Asam Urat + Cystin 1 1,4
Oxalat + Fosfat + Magnesium 2 2,7
Total 73 100
Sumber : Data Primer
2. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan pH Urin
26
Seluruh sampel penderita BSK yang mengambarkan karateristik
sampel berdarakan IMT dengan pH urin, didapatkan bahwa pada sampel
dengan IMT underweight pH urin 5 sebanyak 4 penderita dan terendah pada
pH 6,4 dan 7,5. Berdasarkan IMT normal terbanyak pH urin 6 sebanyak 11
penderita dan terendah pH 8. Berdasarkan IMT overweight terbanyak pH urin
5 dan 6 masing-masing 8 penderita. Terendah pH 6,4, pH 7 dan pH 7,5.
Berdarakan IMT obeis terbanyak pH urin 5 sebanyak 4 penderita. Terendah
pada pH 5,5, pH 6,4, pH 7, pH 7, pH 7,5 dan pH 8.
Dari hasil karateristik sebaran sampel ada kecenderungan semakin
meningkat IMT semakin rendah pH urin. Korelasi antara IMT dan pH urin
didapatkan nilai kemaknaannya (p) menggunakan uji statistik Pearson-
correlation. Hasil yang diperoleh adalah p= 0,037 menunjukkan suatu nilai
kemaknaan
Tabel 6 Distribusi Karatestik Sampel Berdasarkan IMT terhadap pH urin
27
Kelompok IMTpH Urin
Total5 5,5 6 6,4 6,5 7 7,5 8
Underweight (<18,5)
4 2 1 0 2 2 0 2 13
Normalweight (18,5 - 24,9)
10 4 11 1 3 1 3 0 33
Overweight (25,0 – 29,9)
8 2 8 0 1 0 0 1 20
Obeis (≥ 30) 4 0 3 0 0 0 0 0 7
Total 26 8 23 1 6 3 3 3 73
Sumber : Data Primer
Gambar 1. Hubungan antara IMT dan pH urin pada penderita BSK
3. Hubungan antara pH urin dan Komposisi Batu
28
Selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan uji Pearson-correlation
untuk mengetahui korelasi pH urin dan komposisi batu. Didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang sangat bermakna antara pH urin dengan komposisi batu
dengan nilai p = 0,028 ( p < 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa pH urin yang rendah
cenderung terjadi batu kalsium oksalat
Tabel 7. Perlakuan Uji Statistik Hubungan antara pH Urin dan Komposisi Batu
pH Urin Komposisi Batu
pH Urin
Pearson Correlation 1 .257*
Sig. (2-tailed) .028
N 73 73
Komposisi Batu
Pearson Correlation .0257* 1
Sig. (2-tailed) .028
N 73 73
*: correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)
B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh W.M.Li-Y H
Chou dkk pada tahun 2009 di Taiwan yang menyimpulkan hubugan terbalik antara
IMT dengan pH urin pada penderita batu saluran kemih. Penderita dengan IMT yang
besar didapatkan pH urin ynag rendah. Pada penelitian ini diperoleh 73 sampel yang
memenuhi kriteria inklusi.
Distribusi jenis kelamin
29
Prevalensi terjadinya batu saluran kemih bervariasi sesuai umur, jenis
kelamin, ras dan letak geografis. Di Amerika Serikat, risiko batu saluran kemih
kurang lebih 12% pada laki-laki dan 6% pada perempuan. W. M. Li dkk mendapatkan
248 laki-laki (72,5%) dan 94 wanita (27,5%) dari 342 pasien penderita batu saluran
kemih.
Distribusi kelompok umur
Insiden terjadinya batu saluran kemih pada laki-laki mulai muncul setelah
berusia 20 tahun, puncak insiden antara umur 40 dan 60 tahun dengan kejadian 3 :
1000/tahun sedangkan perempuan mempunyai insiden kejadian 2,5 : 1000/ tahun
pada tabel 2 sampel penelitian yang dikelompokan dalam 5 kelompok umur,
persentasi tertinggi penderita batu saluran kemih ditemukan pada kelompok umur 46-
60 tahun (38,4%) sedangkan persentasi terendah didapatkan pada kelompok umur
dibawa <15 tahun.
Beberapa keadaan umum lainnya termasuk kegemukan, gout dan diabetes
melitus berhubungan dengan batu saluran kemih. Peningkatan ukuran tubuh, yang
dinilai dengan berat badan, indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang
meningkatkan resiko pembentukan batu yang tidak berhubungan dengan faktor resiko
lainnya termasuk diet, untuk alasan yang tidak dapat dijelaskan, resiko lebih besar
pada perempuan daripada laki-laki. Sebagai contoh, resiko pembentukan batu bagi
seseorang dengan BMI > 30kg/m2 dibandingkan dengan yang memiliki IMT 21-23,
30% lebih tinggi pada laki-laki tetapi hampir dua kali lipat lebih tinggi pada
30
perempuan. Komposisi urin berdasarkan ukuran tubuh, sebagai contoh yang memiliki
IMT yang lebih tinggi, berhubungan dengan kadar oksalat dalam urin yang lebih
tinggi dan pH urin yang lebih rendah, perubahan dapat meningkatkan resiko untuk
pembentukan batu kalsium oksalat atau batu asam urat.13
Penyebab terjadinya penurunan progresif pH urin dengan peningkatan IMT
pada pasien batu saluran kemih tidak jelas. Hiperinsulinemia atau resistensi insulin
adalah salah satu penyebab yang mungkin.
Pasien overweight atau obeis memiliki insidens diabetes melitus berhubungan
dengan hiperinsulinemia atau resisteni insulin. Insulin diketahui dapat menstimulasi
pembentukan ammonia dan perubahan Natrium-Hydrogen (Na+-H+) dalam tubulus
renalis yang memediasi ekskresi ammonium dalam urin.1
Resistensi insulin dapat bermanifestsi di ginjal sebagai kelainan dalam
produksi ammonium dan kemampuan untuk mengekskresi asam yang dapat
mempengaruhi pH urin. Data terbaru mengkonfirmasi bahwa resistensi insulin pada
manusia berhubungan dengan rendahnya pH urin. Hiperinsulinemia juga
menyebabkan menurunnya sitrat dalam urin dan meningkatnya ekskresi kalsium,
asam urat dan oksalat dalam urin yang merupakan faktor resiko penting untuk
pembentukan batu saluran kemih.1
Sebagai kesimpulan, penelitian kami menunjukan bahwa pH urin berbanding
terbalik dengan IMT pada semua penderita batu saluran kemih (gambar 1). Sehingga,
penderita dengan IMT yang lebih besar akan memiliki pH urin yang lebih rendah. Hal
ini dapat menjelaskan mengapa obesitas berhubungan dengan peningkatan resiko
31
terjadinya batu saluran kemih. Penurunan berat badan harus diteliti sebagai suatu
terapi yang potensial dalam pencegahan pembentukan batu saluran kemih.
Pencegahan penyakit batu saluran batu kemih memberi klinisi suatu alasan untuk
mendorong pasien menurunkan berat badan dengan diet.
BAB VI
32
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
a. Terdapat hubungan terbalik antara IMT dan pH urin pada penderita batu
saluran kemih, semakin besar IMT, semakin rendah pH urin.
b. Terdapat hubungan antara pH urin dan komposisi batu, semakin rendah pH
urin pembentukan batu kalsium oksalat dapat terjadi
c. Peningkatan IMT dan obesitas pada seseorang berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya batu saluran kemih.
2. SARAN
a. Hasil penelitian ini merekomendasikan para klinisi sebagai alasan lain untuk
mendorong penderita menurunkan berat badan dengan diet
b. Perlunya penelitian lanjutan yang menguji faktor resiko lain terhadap
munculnya batu saluran kemih, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran
yang saling berhubungan.
DAFTAR PUSTAKA
33
1. W M. Li, Y H Chou, Association of Body Mass Index and Urine pH in Patients With Urolithiasis, Urological Research Volume 37, Number 4, August 2009 Copyright Springer-Verlag 2009
2. Thye W K, Chapter 12: Kidney Stones in : Clinical Nephrology, Copyright 1998, World Scientific Publishing Co, Pte, Ltd and Singapore University Press, National University of Singapore, page 163
3. Pearle Margareth S, Chapter 42: Urinary Lithiasis in : Wein Campbell-Walsh Urology, 9th ed. Copyright 2007 Saunders Elsevier
4. Lieske J C, Seguna J w Evaluation and Medical Management of Kidney Stones in : Essentia Urology A Guide To Clinical Practice, © 2004 Humana Press Inc. page : 118
5. Stimoes Adrian , Urinary Calculi in : Key Topic in General Surgery, Second Edition, © BIOS Scientific Publishers Limited, 2002, page : 392-3
6. Doherty G M, Chapter 38; Urology in : CURRENT Diagnosis & Treatment: Surgery, 13e , Copyright © 2006 by The McGraw-Hill Companies, Inc
7. Rasmika Dewi et all. In : The Profile of Urinary Stones Analysis at The Clinical Laboratory Installation in Sanglah Hospital Denpasar, Bag. Patologi Klinik FK-UNUD/ RS. Sanglah, Denpasar 2007
8. Guide Line Batu Saluran Kemih di Indonesia
9. Chung H J, Abrahams H M, Theories of Stone Formation in : Urinary Stone Disease, a Practical Guide to Medical and Surgical Management, © 2007 Humana Press Inc, page: 64
10.Tiselius H G, Aetiological Factors in Stone Formation in : Oxford Textbook of Clinical Nephrology, 3rd Edition, Copyright 2005 Oxford University Press
11.Stoller Marshall L, Urinary Stone Disease in : Smith`s General Urology, Seventeenth Edition, Copyright © 2008, 2004, 2001, 2000 by The McGraw-Hill Companies, Inc, page : 246
12.Lotun. Y. Pearle MS . Economic of The Stone Management, EAU update Series 2005; 3(1) page : 51-60
34
13.Hess, Bernhard , Obesity, Metabolic Syndrome and Stones in : Urinary tract Stone Disease, Springer-Verlag 2011 pages 125
14.Airumahayagam N, Stone Disease of The Urinary Tract in : An Atlas of Investigation and Diagnosis Urology, Copyright Atlas Medical Publishing Ltd, 2009, page: 49-58
15.Coe L Fredic, Parks H Joan, Aspin R John : The Pathogenesis and Treatment of Kidney Sones, The New England Journal of Medicine vol 327. 1992, page : 1141-1152
16.Purnomo, Basuki B : In: Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. CV Agung Seto. Jakarta 2003. Page:57-67
17.Drach, GW : Urinary Lithiasis Etiology, Diagnosis, and Medical Management. In Patrick, C. Walsh : Alan B. Retik : Thomas A. Stamey and E. Darraott Vaughan. Jr : Campbells Urology, Vol III, Sixth Edition. W. B, Saunders Company, Pennsylvania. 1992. Page : 2092-2137
18.Burkitt H G, Quick Clive R G, Chapter 37 Urinary Tract, in: Essential Surgery, Problems, Diagnosis and Management, Fourth Edition, Churchill Livingstone
19.Reynard J, Brewster, Chapter 9: Stone Disease in : Oxford Handbook of Urology, 1st Edition, Copyright 2006 Oxford University Press
20.Strasinger S K, Urinalysis and Body Fluids, Fifth Edition Copyright © 2008 by F. A. Davis Company, page 56-7
21.Sakher J, McTernan P G, Obesity in : Mechanisms of Disease, An Introduction to Clinical Science, © Cambridge University Press 2008, page : 69-70
22.Flegal M Katherine, Carrol D Margaret Ogden L Cynthia et all. : Prevalence and Trends in Obesity Among US adults, 1999-2000. JAMA Vol. 288 No. 14 2002. Page : 1723-37
23.McGee, Steven R, Obesity in: Evidence Based Physical Diagnosis, Copyright 2007, Saunders Elsevier, page : 60, 103-4
35
24.Taylor N Eric, Stampfer j Meir, curhan C Gary : Obesity, Weight Gain, And The Risk of Kidney Stones. JAMA Vol. 293 No. 4 2005 page : 455-61
25.Bobulescu Alexandro I, Dubree Michelle et all. Effect of Renal Lipid Accumulation on Proximal Tubule Na +/ H + Exchange and Ammonium Secretion. Am J. Physiol. Renal 294. 2008. Page : 1315-22
26.Sakhaee Khashayar, Huet A B, Moe W, Orson et all, Pathophysiologic Basis for Normouricosuric Uric Acid Nephrolihiasis. Kidney International journal. Vol. 62, 2002 page ; 971-9
27.Maalouf M N. Cameron Mary, Moe et all : Low urine pH, A Novel Feature of The Metabolic Syndrome. Clinical research and Department of Internal Medicine and Clinical Sciences, University of Texas SouthWestern Medical center, Dallas Texas. Clin J Am Soc. Nehrology 2. 2007 page : 883-888
28.Kamel S, Kamel Surinder, Halperin L, Mitchell. Studies on The Pathophysiology of The Low Urine in patients with Uric Acid Stones. Renal Division. St Mitchel`s Hospital, university of Toronto, Canada. Kidney International. Vol. 61.2002. page : 988-994
29.Maalouf M Naim, Sakhaee K, Assosiation of Urinary pH with Body weight in Nephrolithiasis, Kidney International, Vol 65 (2004), pp.1422-5
30.Siener Roswitha, Glatz S, The Role of Overweight and Obesity in Calcium Oxalate Stone Formation, Obesity research Vol. 12 No, 1 January 2004
36