hasil penelitian.doc urolithiasis (makalah iv) edit 12 (new1)

50
HUBUNGAN JENIS BATU SALURAN KEMIH TERHADAP pH URIN DAN INDEKS MASSA TUBUH PENDERITA BATU SALURAN KEMIH Mursalim Sewang , Achmad M. Palinrungi, M. Asykar A. Palinrungi, Burhanuddin Bahar BAB I PENDAHULUAN Batu Saluran Kemih (selanjutnya disebut BSK) adalah penyakit pada traktus urinarius terbanyak ketiga setelah infeksi saluran kemih dan kelainan patologis pada prostat. BSK dapat ditemukan pada seluruh bagian traktus urinarius. 1,2 Pada negara berkembang BSK masih merupakan penyakit endemik dan salah satu faktor utama morbiditas. 1 Penemuan pertama BSK didapatkan pada rongga pelvis remaja laki-laki yang hidup sekitar 7000 tahun yang lalu di El- Amara. 3 Sebelum revolusi industri, batu buli-buli 1

Upload: ayuningsih-wahyoening

Post on 21-Oct-2015

172 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

HUBUNGAN JENIS BATU SALURAN KEMIH TERHADAP pH URIN DAN

INDEKS MASSA TUBUH

PENDERITA BATU SALURAN KEMIH

Mursalim Sewang, Achmad M. Palinrungi, M. Asykar A. Palinrungi, Burhanuddin Bahar

BAB I

PENDAHULUAN

Batu Saluran Kemih (selanjutnya disebut BSK) adalah penyakit pada

traktus urinarius terbanyak ketiga setelah infeksi saluran kemih dan kelainan

patologis pada prostat. BSK dapat ditemukan pada seluruh bagian traktus

urinarius.1,2 Pada negara berkembang BSK masih merupakan penyakit

endemik dan salah satu faktor utama morbiditas.1

Penemuan pertama BSK didapatkan pada rongga pelvis remaja laki-

laki yang hidup sekitar 7000 tahun yang lalu di El- Amara.3 Sebelum revolusi

industri, batu buli-buli lebih sering ditemukan.3,4 Setelah itu, pada abad ke-19

insiden BSK bagian atas lebih sering ditemukan.3,4,5,6

Batu Saluran Kemih banyak dijumpai di negara-negara maju seperti

Amerika Serikat, Eropa dan Australia pada BSK bagian atas, sedangkan di

negara-negara berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia, lebih

banyak dijumpai batu kandung kemih. Data di Amerika Serikat, sekitar

250.000 sampai 750.000 penduduknya menderita BSK setiap tahunnya. Data

di Inggris dan Scandinavia adalah 0,2-0,5 per 1000 penduduk. Angka insiden

1

Page 2: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

BSK di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 sampai 12%. Prevalensi BSK

meningkat di Amerika seperti negara-negara lain.1 Data di Indonesia tentang

BSK belum banyak dilaporkan secara lengkap. Angka kejadian BSK di

Makassar pada tahun 1977 sampai 1979 sekitar 269, sedangkan pada tahun

1987- 1992 sekitar 122 dan pada tahun 1997 sampai 1998 sekitar 50 kasus.

Data terakhir pada tahun 2002 sampai 2004 sekitar 199. Sedangkan di

RSCM dilaporkan data yang diperoleh dari RSUPN-CM ditemukan

peningkatan dari 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada

tahun 2002. RS Cikini Jakarta melaporkan sekitar 530 penderita BSK

pertahun.7,8

Insiden BSK lebih tinggi sekitar empat kali pada laki-laki dibandingkan

wanita, kecuali pada batu dengan kandungan struvit lebih sering terjadi pada

wanita dan kejadian ini rata-rata terjadi pada usia 30-50 tahun.7 Insiden BSK

di Inggris dan Scandinavia yang sebelumnya laki-laki lebih sering dari

perempuan, tetapi sekarang terdapat perubahan pola, wanita muda lebih

sering terkena BSK,9,10,11

Beban ekonomi akibat penyakit BSK sangat besar. Tahun 2000, biaya

total untuk pengobatan BSK di Amerika Serikat diperkirakan 2,1 milyar dollar,

yang meliputi 971 juta dollar untuk pasien rawat inap, 607 juta dollar untuk

pasien rawat jalan dan kunjungan praktek dokter, serta 490 juta dollar untuk

pelayanan gawat darurat. Angka-angka tersebut menggambarkan kenaikan

sebesar 50% dari biaya pengobatan BSK sebesar 1,34 milyar dollar pada

2

Page 3: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

tahun 1994. Data mengenai beban biaya kesehatan untuk BSK di Indonesia

belum ada.12

Etiologi BSK adalah multifaktorial dan tidak diketahui secara jelas.1,2,9

Sebagian besar komposisi dari batu (70-80%) adalah kalsium oksalat,6,12 dan

berhubungan dengan faktor-faktor risiko saluran kemih seperti volume urin

yang rendah, pH rendah, hiperkalsiuria, hiperurisemia atau hiperoksaluria.1,12

Kadar pH urin adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan

BSK,1,4,8,9 dan berhubungan terbalik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada

pasien dengan BSK.1 Risiko menderita BSK secara langsung berhubungan

dengan berat badan dan IMT pada laki-laki dan perempuan.1,6 Di Amerika

Serikat, persentase dari kegemukan orang dewasa (digambarkan dengan

IMT di atas 30 kg/m2) meningkat dari 15% tahun 1995 menjadi 24% ditahun

2005, dan lebih dari 5% penduduk dewasa di Amerika Serikat mengalami

kegemukan yang tidak wajar (IMT 40 atau lebih). Lebih dari 300 juta

penduduk di seluruh dunia diperkirakan menderita kegemukan.13

Penelitian yang membicarakan hubungan pH urin dan IMT penderita

BSK, termasuk penelitian di Indonesia belum pernah dilaporkan.

Diungkapkan bahwa terdapat hubungan terbalik antara pH urin dengan IMT

pada penderita BSK, tetapi banyak etiologi dan faktor-faktor lain yang

merupakan faktor risiko munculnya BSK. Hal ini menjadi perhatian peneliti

untuk membuktikan hubungan pH urin dengan IMT pasien yang menderita

BSK.

3

Page 4: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

1.1 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara pH urin dengan IMT pada pasien yang

menderita BSK ?

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Menentukan hubungan pH urin dengan IMT pada penderita

BSK.

1.2.2. Tujuan Khusus

Menentukan hubungan pH urin dengan IMT yang underweight,

normal, overweight dan obese.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan adalah :

1. Diperoleh informasi tentang korelasi antara IMT yang tinggi dengan

peningkatan terjadinya BSK.

2. Dapat dijadikan sebagai langkah preventif agar dilakukan upaya

pengendalian berat badan untuk mencegah terbentuknya BSK.

4

Page 5: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Batu saluran kemih timbul akibat kristalisasi urin, yang

disebabkan oleh supersaturasi urin. Supersaturasi sendiri tidak dapat

menjelaskan proses pembentukan batu. Urin adalah suatu cairan yang

kompleks dengan banyaknya perubahan berulang pada pH. Adanya

beberapa unsur anorganik dan organik dan interaksi antara promotor dan

inhibitor, keduanya telah mengatur patogenesis yang rumit pada

pembentukan batu.,9,10

Urin merupakan cairan kompleks yang sering mengalami

perubahan pH, terdiri atas unsur anorganik dan organik. Batu saluran kemih

timbul akibat proses kristalisasi yang disebabkan oleh supersaturasi urin,

akibat :

1. Peningkatan ekskresi substansi pembentukan batu

2. Defisiensi substansi inhibitor presipitasi kalsium.

3. Diminished fibrinolytic in urin.

4. Crystalline inhibitor.9,10

Pembentukan batu

Komponen Kristal

Pembentukan batu biasanya terjadi ketika unsur-unsur terlarut dalam

urin membentuk kristal yang kemudian terjadi agregasi. Pembentukan batu

5

Page 6: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

dapat bersifat homogen (apabila inti batu di sekitar kristal yang terjadi

agregasi mempunyai bahan yang sama dari kristal tersebut) atau heterogen

(bahan kristal yang berbeda). Pembentukan berbagai kristal dari larutan

penting dalam keadaan jenuh.

Keadaan jenuh dari larutan tergantung pada pH dan kekuatan ion dari

cairan yang diberikan, serta adanya beberapa cairan terlarut lebih kompleks.

Apabila suatu cairan tidak jenuh dengan zat terlarut tertentu, maka tidak ada

kristal akan terbentuk atau tumbuh. Dengan peningkatan konsentrasi zat

terlarut, larutan akan sepenuhnya menjadi jenuh dengan yang terlarut

(saturasi produk KFP). Jika konsentrasi terlarut meningkat bahkan lebih,

maka pembentukan produk (KFP) dapat dicapai.14

Larutan, kristal belum terbentuk, terdapat kristal-kristal terlarut

Produk terlarut

Terbentuk nukleasi heterogen, terjadi pembentukan agregasi kristal, terdapat peran inhibitor

Proses ;pembentukan produk

Kerja penghambat tidak efektif, terjadi nukleasi homogen

Gambar 1. Teori kristalisasi pembentukan batu (dikutip dari kepustakaan 14)

6

Page 7: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Antara konsentrasi dan hasil yang terbentuk, kristal yang terlarut tidak

dapat terjadi secara spontan, tetapi dapat saling melekat sebelum

membentuk kristal (kristalisasi homogen), atau melekat pada bentuk kristal-

kristal yang lain dan benda asing (disebut kristalisasi heterogen).

Begitu konsentrasi zat terlarut lebih besar daripada pembentukan

produk (KFP), larutan menjadi tidak stabil dan secara spontan terjadi

pembentukan kristal. Kristalisasi dapat dihambat oleh konstituen lain

(misalnya magnesium dan sitrat yang terbukti sebagai penghambat

pembentukan batu saluran kemih). Adanya pengendapan memberikan

peranan dalam pembentukan batu dan cenderung mengakibatkan sumbatan

pada saluran kemih. 14 Tahapan pembentukan batu yaitu nukleasi,

perkembangan, dan agregasi melibatkan komponen kristal. Pembentukan

inti atau nukleasi mengawali proses pembentukan batu dan mungkin

dirangsang oleh berbagai zat termasuk matriks protein, kristal, benda asing,

dan partikel jaringan lainya.15 Nukleasi heterogen (epitaxy), yang

memerlukan energi yang lebih sedikit dan terjadi pada saturasi urin yang

rendah, dan berperan da;am proses pembentukan batu. Kristal dari satu tipe

dapat sebagai nidus atau nukleasi dari tipe lain. Ini sering terlihat pada kristal

asam urat yang mengawali pembentukan batu kalsium oksalat.11

Kondisi metastasis dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid

dalam urin, konsentrasi solute dalam urin, laju aliran urin dalam saluran

kemih, atau adanya korpus alineum di saluran kemih yang bertindak sebagai

7

Page 8: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

inti batu. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan

oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor,

yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Beberapa kasus

dengan batu saluran kemih yang berulang, ini disebabkan karena

ketidakcukupan zat-zat inhibitor ini seperti sitrat, pyrofosfat, magnesium,

seng, nephrocalcin, tammac horsfall glikoprotein, uropontin, dan

makromolekul lainnya ini diyakini bahwa tidak adekuatnya zat-zat inhibitor

khususnya sitrat di dalam urin, ini memainkan peran besar dalam proses

terbentuknya batu saluran kemih 11.16

Komponen Matrix

Komponen matriks ini merupakan bahan nonkristalisasi dan memiliki

komposisi yang terutama terdiri dari protein dengan mengandung sejumlah

kecil hexose dan hexosamine yang disebut matrix calculus, bervariasi sesuai

tipe batu, secara umum dengan kisaran 2-10% dari berat batu. Matrix calculi

ditemukan pada sebagian besar individu dengan infeksi yang berkaitan

dengan organisme yang menghasilkan urease (bakteri pemecah urea),

khususnya golongan proteus. matrix calculi ini sering tersusun dari mucoid

yang mengental dengan sangat sedikit komponen kristal. Komponen matrix

ini memiliki tekstur gelatinous (seperti gel) dan pada gambaran radiologik

komponen ini memberikan gambaran radiolusen, sehingga bila telah

terbentuk komponen ini pada pelvis renalis, maka komponen matrix yang

8

Page 9: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

memiliki tekstur seperti gel ini dapat mengisi seluruh pelvis bahkan dapat

masuk sampai ke kaliks sehingga dapat memenuhi kaliks mulai dari pole atas

hingga pole bawah.

Suasana urin dapat menjadi basa, hal ini disebabkan oleh infeksi

bakteri pemecah urea contohnya proteus dimana bakteri tersebut

menghasilkan enzim urease serta membantu hidrolisis urea menjadi

amoniak. Maka keadaan ini dapat memudahkan garam-garam magnesium,

ammonium, fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium

fosfat (MAP) sehingga komponen matrix yang telah memenuhi seluruh kaliks

dalam bentuk gel akan mengeras dan membentuk batu seperti gambaran

tanduk rusa.11,17

Faktor Risiko Pembentukan Batu

Faktor-faktor risiko yang khas yang dapat ditemukan pada seorang

yang dapat menyebabkan peningkatan dalam pembentukan jenis batu

(Tabel). Beberapa jenis batu yang dirangkum dalam Tabel.

Faktor-Faktor risiko pembentukan batu

Keberadaan pemicu timbulnya batu

Tidak adanya (atau berkurangnya level) dari penghambat pembentuk batu

Infeksi

Stasis urin

Konsentrasi kristal (kurangnya intake cairan)

Diet yang terlalu tinggi atau terlalu rendah kalsium

Pekerjaan disertai duduk yang lama

Kelainan anatomi dari saluran kemih

Tabel 1. Faktor-faktor risiko pembentukan batu

9

Page 10: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Jenis-Jenis Batu secara umum

Kalsium oksalat dan Phosfat 38%

Kalsium oksalat 26%

Kalsium Phosfat 7%

Amonium Magnesium Phosfat (struvit) 21%

Asam Urat 5%

Sistin 3%

Tabel 2. Jenis batu yang dijumpai pada saluran kemih

Batu asam urat terbentuk dalam urin yang asam. Batu sistin, yang

sebanyak 1% dari batu lain, biasanya terbentuk secara sekunder akibat

gangguan reabsorpsi di ginjal. 18

pH urin

pH urin yang normal pada setiap individu bervariasi, mulai dari pH 5

sampai pH 7. Sesudah makan, pH biasanya asam karena produksi dari

metabolisme purin (asam-asam nukleat, sebagai contoh : daging). Ini

dilanjutkan perubahan pH basa yang naik turun, pH mencapai diatas 6,5. pH

urin bisa membantu menegakkan diagnosis jenis batu yang diderita pasien

(jika jenis batu tidak memungkinkan untuk pemeriksaan analisis), dan dapat

membantu dokter urologi dan pasien menentukan apakah tindakan-tindakan

pencegahan telah efektif atau tidak.

10

Page 11: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

- pH dibawah 6 pada pasien dengan gambaran radiolusen menandakan

batu asam urat

- pH yang menetap diatas 5,5 menandakan asidosis renal tubuler distal

type 1 (kurang lebih 70% pasien dengan batu kalsium phosphat). 19

pH urin akan menjadi asam pada kondisi : asidosis, diabetes yang

tidak terkontrol, diare, kelaparan dan dehidrasi, penyakit paru yang

menyebabkan asidosis dan retensi karbon dioksida (Emfisema).

Sedangkan pH urin akan menjadi basa (alkali); obstruksi saluran

kemih, obstruksi pilorik, intoksikasi salisilat, renal tubular asidosis,

gagal ginjal kronik dan gangguan pernapasan yang menyebabkan

hiperventilasi. 20

Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT adalah perhitungan dengan menggunakan rumus berat dalam

kilogram/tinggi dalam meter2. Berdasarkan IMT, WHO mengklasifikasikan

overweight dan obesitas pada orang dewasa (tabel 1), dan ini adalah ukuran

dari suatu obesitas, meskipun terdapat berbagai batasan-batasan: 21,22

1. IMT dapat menggambarkan perbedaan tingkat ketebalan lemak pada

kelompok etnis yang berbeda, sebagai contoh amerika kulit hitam

mempunyai IMT yang lebih tinggi dari kulit putih, secara kontras, orang

cina dan kelompok asia lainnya mempunyai IMT yang lebih rendah

dari kulit putih

11

Page 12: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

2. IMT dapat juga meningkat pada orang yang berotot karena kelebihan

berat dipengaruhi oleh otot bukan lemak

3. Ada beberapa masalah secara jelas batasan IMT pada anak dalam

pertumbuhan dan dewasa muda.

4. Yang paling penting, IMT tidak menentukan gambaran tentang bentuk

distribusi lemak pada tubuh, seperti kegemukan yang terfokus

didaerah abdomen.21,23

Tabel 1. Klasifikasi WHO pada overweight dan obesitas

IMT dan pH Urin

Telah terbukti bahwa IMT yang lebih besar, berat badan yang lebih

besar, lingkaran pinggang yang besar dan penambahan berat badan yang

besar secara independen dikaitkan dengan peningkatan resiko pembentukan

12

Page 13: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

batu ginjal. Obesitas abdomen (sentral) dalam konteksnya dikaitkan dengan

sindrom metabolik predisposisi terjadinya resistensi insulin.24,25

Insulin bekerja pada tubulus proksimal :

- Insulin merangsang produksi ammoniak ginjal dari substrak L-glutamin

- Insulin merangsang Na+-/ H+ - antiporter- gangguan transport NH+4

(substitutes H+) ke dalam tubulus.

Konsekwensi resistensi insulin di ginjal :

Penurunan ammoniagenesis penurunan transport amonia ke

dalam lumen tubulus pH urin menjadi rendah 13

Gambaran diatas memperlihatkan bahwa insulin adalah sangat

penting untuk ammoniagenesis maupun sekresi ammonia pada tubulus

proksimal. Berdasarkan pada pengetahuan ini, seperti digambarkan

abate.dkk (The Metabolic Syndrome and Uric acid Nephrolithiasis Novel

Features of Renal Manifestation of Insulin Resistance ,Kidney Int.2004;65:

386-392)13 menunjukkan bahwa pH urin yang rendah akibat dari penurunan

ekskresi ammonium urin dapat menjadi suatu gambaran manifestasi ginjal

dari resistensi insulin dalam konteks sindrom metabolik pada obesitas

sentral. Akibat dari gangguan metabolik ini pada tingkat ginjal menyebabkan

terbentuknya batu asam urat.13,26,27,28,29,30

Berdasarkan pengamatan ini, dibuat hipotesa bahwa pH urin

berhubungan dengan berat badan pada penderita batu saluran kemih

terutama di ginjal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pH urin

13

Page 14: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

berbanding terbalik dengan berat badan pada pasien-pasien yang menderita

batu saluran kemih

14

Page 15: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

IMT dan Weight Gain Primary Gout Myeloproliperatif DisordersUricosuric MedicationCongenital Disorders

pH Urin

Diare States

Volume Urin

Batu Saluran kemih

Hyperuricosuria

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Teoritis

15

Page 16: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Diabetes MellitusGoutHipertensi

Jenis KelaminUmur

Komposisi batu

IMT

pH Urin

V. dependent

V. independent

Diteliti

V. perancu

B. Kerangka Konseptual

16

Page 17: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Terdapat hubungan antara pH urin yang rendah dengan peningkatan

IMT dalam pembentukan BSK.

17

Page 18: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian retrospektif analitik dengan metode

cross sectional yang selanjutnya ditelusuri dan dianalisa hubungan pH

urin dengan IMT pada penderita BSK.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dikerjakan sejak bulan April 2011 dengan mengumpulkan

seluruh data pasien BSK yang menjalani operasi, pengangkatan batu

saluran kemih di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dalam kurun

waktu 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2010.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua penderita batu saluran kemih yang

dirawat di bangsal Bedah Urologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,

Makassar.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria sampel :

1. Populasi Penelitian :

1.1.Populasi target :

Semua penderita penyakit batu saluran kemih

18

Page 19: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

1.2.Populasi terjangkau :

Semua penderita penyakit batu saluran kemih yang menjalani

pemeriksaan pH urin dan IMT di bagian urologi khusus RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

2. Sampel penelitian dan besar sampel :

2.1. Sampel

Sampel penelitian adalah semua penderita batu saluran kemih yang

memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria inklusi :

- Penderita yang didiagnosis batu saluran kemih dan dilakukan

pengangkatan batu saluran kemih

- Telah dilakukan pemeriksaan pH urin dan IMT saat diagnostik

Kriteria eksklusi :

- Penderita yang mengidap Diabetes Mellitus .

- Penderita menderita penyakit Gout

D. Bahan dan Cara Penelitian

a. Bahan :

1. Umur penderita batu saluran kemih, berdasarkan umur yang

tercantum dalam kartu tanda penduduk (KTP)

2. Timbangan BB dan skala untuk TB

19

Page 20: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

3. pH urin diukur dengan urine analyzer : Uriscan pro TM operators

manual, type : Reflectance photometer, YD Electronic, Co, Ltd,

Seoul Korea.

b. Cara Kerja

1. Dilakukan pemeriksaan urinalisis untuk menilai pH urin saat

diagnostik batu ditegakkan

2. Penderita yang dirawat dengan batu saluran kemih di bangsal

urologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dilakukan penimbangan

BB dan mengukur tinggi badan. Untuk menghitung IMT dengan

formulasi

Berat (kg)

IMT = ------------------.

Tinggi (meter)2

3. Penderita yang dirawat dengan batu saluran kemih dilakukan

tindakan operasi.

4. Sampel kemudian dilakukan pemeriksaan analisa batu untuk

menilai jenis batu dengan pemeriksaan : KIT ecoline (manual)

1.11003.001 dengan calculation scala for urinary calculy analysis.

Dialisys Diagnostic Systems GmbH, Germany.

20

Page 21: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

E. Definisi Operasional

a. IMT (Indeks massa tubuh) adalah suatu perhitungan dengan

menggunakan formula berat badan dalam kilogram/Tinggi badan

dalam meter2

b. pH urin adalah parameter untuk membedakan sifat asam dan basa

urin, pH yang normal berkisar 7,40 (7,35-7,45), viable range = 6,80-

7,80

c. Batu saluran kemih adalah adanya batu pada saluran kemih yaitu

ginjal, ureter dan buli-buli yang terdiri dari ; yang membentuk kristal;

kalsium, oksalat, fosfat; kalsium urat, asam urat dan magnesium

d. Umur adalah jumlah tahun lamanya hidup sampai ulang tahun terakhir

sesuai dengan kartu tanda penduduk atau berdasarkan pengakuan

dari sampel pada saat pemeriksaan.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang di peroleh dari penelitian ini akan dilakukan dengan uji

korelasi dan uji lainnya yang sesuai. Di gunakan standar nilai kemaknaan

dengan p ≤ 0,05. Data penelitian akan di cantumkan dalam bentuk tabel dan

grafik dengan narasi.

21

Page 22: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

ALUR PENELITIAN

Batu Saluran Kemih

pH urin IMT

Operasi

Analisa DataHubungan IMT dengan pH urin, jenis batu terhadap

Batu Saluran Kemih

22

Page 23: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN

Penelitian secara retrospektif dari data penderita batu saluran kemih

dari Januari 2006 sampai Desember 2010. Data yang diambil termasuk jenis

kelamin pasien, umur, Indeks massa tubuh, pH urin dan komposisi batu.

Indeks massa tubuh di kalkulasi berat badan dalam kilogram dibagi kwadrat

tinggi badan dalam meter.

1.1. Distribusi Kelompok Jenis Kelamin Sampel Penelitian

Data dari 73 penderita, 51 laki-laki (69,9%) dan 22 perempuan (30,1%) (Tabel

1). Persentase tertinggi dari 73 sampel penderita batu saluran kemih

ditemukan pada penderita laki-laki sebanyak 69,9%, sedangkan pada

perempuan sebanyak 30,1%.

Tabel 1. Distribusi kelompok jenis kelamin penderita Batu Saluran Kemih

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 51 69,9

Perempuan 22 30,1

Total 73 100

Sumber : Data Primer

1.2. Distribusi Kelompok Umur Sampel Penelitian

23

Page 24: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Data sampel penelitian dibagi menurut kelompok umur seperti yang tertera

pada Tabel 2, dikelompokkan menjadi 5 kelompok umur. Persentase tertinggi

dari 73 sampel penderita batu saluran kemih ditemukan pada kelompok umur

46 – 60 tahun sebanyak 38,4%. Persentase terendah ditemukan pada

kelompok umur < 15 tahun sebanyak 5,5%.

Tabel 2. Distribusi Kelompok Umur pada Penderita Batu Saluran Kemih

Kelompok Umur Frekuensi Persentase

< 15 tahun 4 5,5

16 – 30 tahun 5 6,8

31 – 45 tahun 24 32,9

46 – 60 tahun 28 38,4

60 tahun 12 16,4

Total 73 100

Sumber : Data Primer

1.3. Distribusi Kelompok Indeks Massa Tubuh (IMT) Sampel Penelitian

Data sampel penelitian menurut kelompok Indeks Massa Tubuh

seperti yang diuraikan dalam Tabel 3, dikelompokkan menjadi 5 kelompok

IMT. Persentase tertinggi dari 73 sampel penelitian batu saluran kemih

ditemukan pada kelompok IMT Normalweight sebanyak 45,2%, persentase

terendah pada kelompok IMT Obeis yaitu 9,6%.

Tabel 3. Distribusi Kelompok IMT pada penderita batu saluran kemih

24

Page 25: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Indeks Massa Tubuh (IMT) Frekuensi Persentase

Underweight ( < 18,5 ) 13 17,8

Normalweight ( 18,5 – 24,9 ) 33 45,2

Overweight ( 25,0 – 29,9 ) 20 27,4

Obeis ( ≥ 30 ) 7 9,6

Total 73 100

Sumber : Data Primer

1.4. Distribusi Kelompok pH Urin Sampel Penelitian

Data sampel penelitian menurut pH Urin seperti yang diuraikan dalam

Tabel 4, persentase tertinggi dari 73 sampel penelitian batu saluran kemih

ditemukan pada pH 5 sebanyak 35,6%. Persentase terendah pada pH 6,4

sebanyak 1,4%.

Tabel 4. Distribusi kelompok pH urin pada penderita batu saluran kemih

pH Urin Frekuensi Persentase

5 26 35,6

5,5 8 11,0

6 23 31,5

6,4 1 1,4

6,5 6 8,2

7 3 4,1

7,5 3 4,1

8 3 4,1

Total 73 100

Sumber : Data Primer

1.5. Distribusi Kelompok Komposisi Batu Sampel Penelitian

25

Page 26: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Data sampel penelitian menurut komposisi batu seperti yang diuraikan

dalam Tabel 5. Persentase tertinggi dari 73 sampel penelitian batu saluran

kemih ditemukan komposisi batu kalsium Oxalat sebanyak 71,2%. Persentase

terendah dari komposisi batu brushit; kombinasi batu oxalat, asam urat,

magnesium; kombinasi oxalat, cystin, fosfat; dan kombinasi oxalat, asam urat,

cystin yaitu sebanyak 1,4%

Tabel 5. Distribusi Kelompok Komposisi Batu pada Penderita Batu Saluran Kemih

Jenis Batu Frekuensi Persentase

Calsium Oxalat 52 71,2

Asam Urat 2 2,7

Brushit 1 1,4

Oxalat + Brushit 2 2,7

Oxalat + Asam Urat 5 6,8

Oxalat + Asam Urat + Fosfat 2 2,7

Oxalat + Asam Urat + Brushit 2 2,7

Oxalat + Brushit + Magnesium 2 2,7

Oxalat + Asam Urat + Magnesium 1 1,4

Oxalat + Cystin + Fosfat 1 1,4

Oxalat + Asam Urat + Cystin 1 1,4

Oxalat + Fosfat + Magnesium 2 2,7

Total 73 100

Sumber : Data Primer

2. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan pH Urin

26

Page 27: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Seluruh sampel penderita BSK yang mengambarkan karateristik

sampel berdarakan IMT dengan pH urin, didapatkan bahwa pada sampel

dengan IMT underweight pH urin 5 sebanyak 4 penderita dan terendah pada

pH 6,4 dan 7,5. Berdasarkan IMT normal terbanyak pH urin 6 sebanyak 11

penderita dan terendah pH 8. Berdasarkan IMT overweight terbanyak pH urin

5 dan 6 masing-masing 8 penderita. Terendah pH 6,4, pH 7 dan pH 7,5.

Berdarakan IMT obeis terbanyak pH urin 5 sebanyak 4 penderita. Terendah

pada pH 5,5, pH 6,4, pH 7, pH 7, pH 7,5 dan pH 8.

Dari hasil karateristik sebaran sampel ada kecenderungan semakin

meningkat IMT semakin rendah pH urin. Korelasi antara IMT dan pH urin

didapatkan nilai kemaknaannya (p) menggunakan uji statistik Pearson-

correlation. Hasil yang diperoleh adalah p= 0,037 menunjukkan suatu nilai

kemaknaan

Tabel 6 Distribusi Karatestik Sampel Berdasarkan IMT terhadap pH urin

27

Page 28: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Kelompok IMTpH Urin

Total5 5,5 6 6,4 6,5 7 7,5 8

Underweight (<18,5)

4 2 1 0 2 2 0 2 13

Normalweight (18,5 - 24,9)

10 4 11 1 3 1 3 0 33

Overweight (25,0 – 29,9)

8 2 8 0 1 0 0 1 20

Obeis (≥ 30) 4 0 3 0 0 0 0 0 7

Total 26 8 23 1 6 3 3 3 73

Sumber : Data Primer

Gambar 1. Hubungan antara IMT dan pH urin pada penderita BSK

3. Hubungan antara pH urin dan Komposisi Batu

28

Page 29: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan uji Pearson-correlation

untuk mengetahui korelasi pH urin dan komposisi batu. Didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan yang sangat bermakna antara pH urin dengan komposisi batu

dengan nilai p = 0,028 ( p < 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa pH urin yang rendah

cenderung terjadi batu kalsium oksalat

Tabel 7. Perlakuan Uji Statistik Hubungan antara pH Urin dan Komposisi Batu

pH Urin Komposisi Batu

pH Urin

Pearson Correlation 1 .257*

Sig. (2-tailed) .028

N 73 73

Komposisi Batu

Pearson Correlation .0257* 1

Sig. (2-tailed) .028

N 73 73

*: correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh W.M.Li-Y H

Chou dkk pada tahun 2009 di Taiwan yang menyimpulkan hubugan terbalik antara

IMT dengan pH urin pada penderita batu saluran kemih. Penderita dengan IMT yang

besar didapatkan pH urin ynag rendah. Pada penelitian ini diperoleh 73 sampel yang

memenuhi kriteria inklusi.

Distribusi jenis kelamin

29

Page 30: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

Prevalensi terjadinya batu saluran kemih bervariasi sesuai umur, jenis

kelamin, ras dan letak geografis. Di Amerika Serikat, risiko batu saluran kemih

kurang lebih 12% pada laki-laki dan 6% pada perempuan. W. M. Li dkk mendapatkan

248 laki-laki (72,5%) dan 94 wanita (27,5%) dari 342 pasien penderita batu saluran

kemih.

Distribusi kelompok umur

Insiden terjadinya batu saluran kemih pada laki-laki mulai muncul setelah

berusia 20 tahun, puncak insiden antara umur 40 dan 60 tahun dengan kejadian 3 :

1000/tahun sedangkan perempuan mempunyai insiden kejadian 2,5 : 1000/ tahun

pada tabel 2 sampel penelitian yang dikelompokan dalam 5 kelompok umur,

persentasi tertinggi penderita batu saluran kemih ditemukan pada kelompok umur 46-

60 tahun (38,4%) sedangkan persentasi terendah didapatkan pada kelompok umur

dibawa <15 tahun.

Beberapa keadaan umum lainnya termasuk kegemukan, gout dan diabetes

melitus berhubungan dengan batu saluran kemih. Peningkatan ukuran tubuh, yang

dinilai dengan berat badan, indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang

meningkatkan resiko pembentukan batu yang tidak berhubungan dengan faktor resiko

lainnya termasuk diet, untuk alasan yang tidak dapat dijelaskan, resiko lebih besar

pada perempuan daripada laki-laki. Sebagai contoh, resiko pembentukan batu bagi

seseorang dengan BMI > 30kg/m2 dibandingkan dengan yang memiliki IMT 21-23,

30% lebih tinggi pada laki-laki tetapi hampir dua kali lipat lebih tinggi pada

30

Page 31: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

perempuan. Komposisi urin berdasarkan ukuran tubuh, sebagai contoh yang memiliki

IMT yang lebih tinggi, berhubungan dengan kadar oksalat dalam urin yang lebih

tinggi dan pH urin yang lebih rendah, perubahan dapat meningkatkan resiko untuk

pembentukan batu kalsium oksalat atau batu asam urat.13

Penyebab terjadinya penurunan progresif pH urin dengan peningkatan IMT

pada pasien batu saluran kemih tidak jelas. Hiperinsulinemia atau resistensi insulin

adalah salah satu penyebab yang mungkin.

Pasien overweight atau obeis memiliki insidens diabetes melitus berhubungan

dengan hiperinsulinemia atau resisteni insulin. Insulin diketahui dapat menstimulasi

pembentukan ammonia dan perubahan Natrium-Hydrogen (Na+-H+) dalam tubulus

renalis yang memediasi ekskresi ammonium dalam urin.1

Resistensi insulin dapat bermanifestsi di ginjal sebagai kelainan dalam

produksi ammonium dan kemampuan untuk mengekskresi asam yang dapat

mempengaruhi pH urin. Data terbaru mengkonfirmasi bahwa resistensi insulin pada

manusia berhubungan dengan rendahnya pH urin. Hiperinsulinemia juga

menyebabkan menurunnya sitrat dalam urin dan meningkatnya ekskresi kalsium,

asam urat dan oksalat dalam urin yang merupakan faktor resiko penting untuk

pembentukan batu saluran kemih.1

Sebagai kesimpulan, penelitian kami menunjukan bahwa pH urin berbanding

terbalik dengan IMT pada semua penderita batu saluran kemih (gambar 1). Sehingga,

penderita dengan IMT yang lebih besar akan memiliki pH urin yang lebih rendah. Hal

ini dapat menjelaskan mengapa obesitas berhubungan dengan peningkatan resiko

31

Page 32: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

terjadinya batu saluran kemih. Penurunan berat badan harus diteliti sebagai suatu

terapi yang potensial dalam pencegahan pembentukan batu saluran kemih.

Pencegahan penyakit batu saluran batu kemih memberi klinisi suatu alasan untuk

mendorong pasien menurunkan berat badan dengan diet.

BAB VI

32

Page 33: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

a. Terdapat hubungan terbalik antara IMT dan pH urin pada penderita batu

saluran kemih, semakin besar IMT, semakin rendah pH urin.

b. Terdapat hubungan antara pH urin dan komposisi batu, semakin rendah pH

urin pembentukan batu kalsium oksalat dapat terjadi

c. Peningkatan IMT dan obesitas pada seseorang berhubungan dengan

peningkatan resiko terjadinya batu saluran kemih.

2. SARAN

a. Hasil penelitian ini merekomendasikan para klinisi sebagai alasan lain untuk

mendorong penderita menurunkan berat badan dengan diet

b. Perlunya penelitian lanjutan yang menguji faktor resiko lain terhadap

munculnya batu saluran kemih, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran

yang saling berhubungan.

DAFTAR PUSTAKA

33

Page 34: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

1. W M. Li, Y H Chou, Association of Body Mass Index and Urine pH in Patients With Urolithiasis, Urological Research Volume 37, Number 4, August 2009 Copyright Springer-Verlag 2009

2. Thye W K, Chapter 12: Kidney Stones in : Clinical Nephrology, Copyright 1998, World Scientific Publishing Co, Pte, Ltd and Singapore University Press, National University of Singapore, page 163

3. Pearle Margareth S, Chapter 42: Urinary Lithiasis in : Wein Campbell-Walsh Urology, 9th ed. Copyright 2007 Saunders Elsevier

4. Lieske J C, Seguna J w Evaluation and Medical Management of Kidney Stones in : Essentia Urology A Guide To Clinical Practice, © 2004 Humana Press Inc. page : 118

5. Stimoes Adrian , Urinary Calculi in : Key Topic in General Surgery, Second Edition, © BIOS Scientific Publishers Limited, 2002, page : 392-3

6. Doherty G M, Chapter 38; Urology in : CURRENT Diagnosis & Treatment: Surgery, 13e , Copyright © 2006 by The McGraw-Hill Companies, Inc

7. Rasmika Dewi et all. In : The Profile of Urinary Stones Analysis at The Clinical Laboratory Installation in Sanglah Hospital Denpasar, Bag. Patologi Klinik FK-UNUD/ RS. Sanglah, Denpasar 2007

8. Guide Line Batu Saluran Kemih di Indonesia

9. Chung H J, Abrahams H M, Theories of Stone Formation in : Urinary Stone Disease, a Practical Guide to Medical and Surgical Management, © 2007 Humana Press Inc, page: 64

10.Tiselius H G, Aetiological Factors in Stone Formation in : Oxford Textbook of Clinical Nephrology, 3rd Edition, Copyright 2005 Oxford University Press

11.Stoller Marshall L, Urinary Stone Disease in : Smith`s General Urology, Seventeenth Edition, Copyright © 2008, 2004, 2001, 2000 by The McGraw-Hill Companies, Inc, page : 246

12.Lotun. Y. Pearle MS . Economic of The Stone Management, EAU update Series 2005; 3(1) page : 51-60

34

Page 35: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

13.Hess, Bernhard , Obesity, Metabolic Syndrome and Stones in : Urinary tract Stone Disease, Springer-Verlag 2011 pages 125

14.Airumahayagam N, Stone Disease of The Urinary Tract in : An Atlas of Investigation and Diagnosis Urology, Copyright Atlas Medical Publishing Ltd, 2009, page: 49-58

15.Coe L Fredic, Parks H Joan, Aspin R John : The Pathogenesis and Treatment of Kidney Sones, The New England Journal of Medicine vol 327. 1992, page : 1141-1152

16.Purnomo, Basuki B : In: Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. CV Agung Seto. Jakarta 2003. Page:57-67

17.Drach, GW : Urinary Lithiasis Etiology, Diagnosis, and Medical Management. In Patrick, C. Walsh : Alan B. Retik : Thomas A. Stamey and E. Darraott Vaughan. Jr : Campbells Urology, Vol III, Sixth Edition. W. B, Saunders Company, Pennsylvania. 1992. Page : 2092-2137

18.Burkitt H G, Quick Clive R G, Chapter 37 Urinary Tract, in: Essential Surgery, Problems, Diagnosis and Management, Fourth Edition, Churchill Livingstone

19.Reynard J, Brewster, Chapter 9: Stone Disease in : Oxford Handbook of Urology, 1st Edition, Copyright 2006 Oxford University Press

20.Strasinger S K, Urinalysis and Body Fluids, Fifth Edition Copyright © 2008 by F. A. Davis Company, page 56-7

21.Sakher J, McTernan P G, Obesity in : Mechanisms of Disease, An Introduction to Clinical Science, © Cambridge University Press 2008, page : 69-70

22.Flegal M Katherine, Carrol D Margaret Ogden L Cynthia et all. : Prevalence and Trends in Obesity Among US adults, 1999-2000. JAMA Vol. 288 No. 14 2002. Page : 1723-37

23.McGee, Steven R, Obesity in: Evidence Based Physical Diagnosis, Copyright 2007, Saunders Elsevier, page : 60, 103-4

35

Page 36: Hasil Penelitian.doc Urolithiasis (Makalah IV) Edit 12 (NEW1)

24.Taylor N Eric, Stampfer j Meir, curhan C Gary : Obesity, Weight Gain, And The Risk of Kidney Stones. JAMA Vol. 293 No. 4 2005 page : 455-61

25.Bobulescu Alexandro I, Dubree Michelle et all. Effect of Renal Lipid Accumulation on Proximal Tubule Na +/ H + Exchange and Ammonium Secretion. Am J. Physiol. Renal 294. 2008. Page : 1315-22

26.Sakhaee Khashayar, Huet A B, Moe W, Orson et all, Pathophysiologic Basis for Normouricosuric Uric Acid Nephrolihiasis. Kidney International journal. Vol. 62, 2002 page ; 971-9

27.Maalouf M N. Cameron Mary, Moe et all : Low urine pH, A Novel Feature of The Metabolic Syndrome. Clinical research and Department of Internal Medicine and Clinical Sciences, University of Texas SouthWestern Medical center, Dallas Texas. Clin J Am Soc. Nehrology 2. 2007 page : 883-888

28.Kamel S, Kamel Surinder, Halperin L, Mitchell. Studies on The Pathophysiology of The Low Urine in patients with Uric Acid Stones. Renal Division. St Mitchel`s Hospital, university of Toronto, Canada. Kidney International. Vol. 61.2002. page : 988-994

29.Maalouf M Naim, Sakhaee K, Assosiation of Urinary pH with Body weight in Nephrolithiasis, Kidney International, Vol 65 (2004), pp.1422-5

30.Siener Roswitha, Glatz S, The Role of Overweight and Obesity in Calcium Oxalate Stone Formation, Obesity research Vol. 12 No, 1 January 2004

36