refleksi kasus praktek belajar lapangan

Upload: ayu-siti-hanif

Post on 06-Jul-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    1/12

    REFLEKSI KASUS PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

    BLOK 276

    PUSKESMAS NELAYAN

    FAIZ TEGAR PRATITA

    110170020

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER 

    UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

    CIREBON

    2014

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    2/12

    ASMA BRONKIAL

    (REFLEKSI

    A. Deskripsi Pengalaman

    Pada refleksi kasus saya yang pertama pada minggu pertama ini saya mengambil

    kasus Asma bronkial, saya mengambil kasus ini karena menurut saya kasus ini

    menarik, saya juga diarahkan dan dibimbing dokter yangada di puskesmas untuk 

    menjadikan kasus ini sebagai refleksi kasus.

    Pasien yang saya dapat adalah seorang anak umur 3 tahun diantar oleh

    ibunya datang ke puskesmas dengan keluhan sesak napas. Sesak 

    dirasakan sejak semalam yang menyebabkan anak tidak bisa tidur.

    Sesak hanya dirasakan saat cuaca dingin dan pada saat beraktivitas

    atau saat anak kecapean. Keluhan juga disertai batuk berdahak dengan

    arna bening tetapi tidak dirasakan pilek. Sebelumnya pasien

    mengeluhkan demam. Konsumsi air hangat bisa meredakan keluhan

     pasien. Pasien tidak merasakan keringat malam. !amun mengeluhkan

    kaki terasa dingin. Pasien menderita penyakit asma sejak umur " tahun

    dan dikeluarga pasien ada juga yang menderita asma yaitu ayahnya.

    #injauan sistem tubuh lainya dalam batas normal.

    Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien komposmentis dan tampak 

    kesulitan bernafas. Pengukuran tanda$tanda vital frekuensi napas %&

    kali'menit, frekuensi nadi (&& kali'menit, suhu 3%,)&*. #erlihat tarikan

    dinding dada. Suara wheezing  pada paru kanan atas ditemukan. Akral

    teraba dingin. Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.

    Pemberian antibiotik dan obat bronkodilator diberikan oleh dokter 

     puskesmas sebagai tatalaksana pada pasien ini.

    Asma didefinisikan menurut ciri$ciri klinis, fisiologis dan patologis. *iri$

    ciri klinis yang dominan adalah riayat episode sesak, terutama pada malam hari

    yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan

    adalah mengi. *iri$ciri utama fisiologis adalah episode obstruksi saluran napas,

    yang ditandai oleh keterbatasan arus udara pada ekspirasi. Sedangkan ciri$ciri

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    3/12

     patologis yang dominan adalah inflamasi saluran napas yang kadang disertai

    dengan perubahan struktur saluran napas.

    Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain

    alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma

    dapat terjadi melalui " jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. +alur 

    imunologis didominasi oleh antibodi g-, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe

    tipe alergi/, terdiri dari fase cepat dan fase lambat. 0eaksi alergi timbul pada

    orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi g- abnormal

    dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi, antibodi g-

    terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang

     berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. 1ila seseorang

    menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi g- orang tersebut meningkat.

    Alergen kemudian berikatan dengan antibodi g- yang melekat pada sel mast dan

    menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator.

    1eberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor 

    kemotaktik eosinofil dan bradikinin. 2al itu akan menimbulkan efek edema lokal

     pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen

     bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi

    saluran napas. Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera

    yaitu (&$( menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi

    merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja

    langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah %$) jam

     pajanan alergen dan bertahan selama (%$ "4 jam, bahkan kadang$kadang sampai

     beberapa minggu. Sel$sel inflamasi seperti eosinofil, sel #, sel mast dan  Antigen

     Presenting Cell AP*/ merupakan sel$sel kunci dalam patogenesis asma.

    Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast

    intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran

    napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator 

    inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan

    napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa,

    sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    4/12

    mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa

    melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap,

    kabut dan S5". Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf.

    6jung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya

    neuropeptid sensorik senyaa P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related 

     Peptide *70P/. !europeptida itulah yang menyebabkan terjadinya

     bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan

    aktivasi sel$sel inflamasi. 2ipereaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma,

     besarnya hipereaktivitas bronkus tersebut dapat diukur secara tidak langsung,

    yang merupakan parameter objektifberatnya hipereaktivitas bronkus. 1erbagai

    cara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus tersebut, antara lain

    dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen, maupun

    inhalasi 8at nonspesifik.

    Dalam kasus ini pasien merupakan penderita asma sejak usia " tahun.

    Sehingga, perjalanan penyakit asma yang diderita pasien sudah cukup lama.

    Dengan kontrol rutin ke Puskesmas, pasien bisa mengatasi gejala$gejala yang

    timbul. Pemberian antibiotik untuk mengaasi infeksi yang ada, antiinfamasi untuk 

    mencegah terjadinya anda$tanda inflamasi dan pemberian bronkodilator untuk 

    mengatasi penyempitan bronkus karena suatu reaksi erhadap antigen antibodi

    yaitu untuk meregangkan dan merelaksasikan otot bronkus sehingga pasien bisa

     bernafas normal dan tidak terasa berat saat bernafas. +adi sejauh ini perkembanan

     penyakit masih bisa diatasi dan tidak terlalu berdampak yang serius pada pasien.

    Secara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas faktor genetik dan faktor 

    lingkungan. 9aktor resiko genetik diantaranya yaitu atopi'alergi. 2al yang

    diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara

     penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga

    dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah

    terkena penyakit asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus. 9aktor 

    resiko genetik yang berikutnya adalah hipereaktivitas bronkus. Saluran napas

    sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun iritan. +enis kelaminm juga

    merupakan faktor resiko genetik. Pria merupakan risiko untuk asma pada anak.

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    5/12

    Sebelum usia (4 tahun, prevalensi asma pada anak laki$laki adalah (,$" kali

    dibanding anak perempuan. #etapi menjelang deasa perbandingan tersebut lebih

    kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak. 0as'etnik,

    obesitas juga ermasuk salah satu faktor resiko genetik. 5besitas atau peningkatan

     Body Mass Index 1:/, merupakan faktor risiko asma. :ediator tertentu seperti

    leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran napas dan meningkatkan kemungkinan

    terjadinya asma. :eskipun mekanismenya belum jelas, penurunan berat badan

     penderita obesitas dengan asma, dapat memperbaiki gejala fungsi paru, morbiditas

    dan status kesehatan.

    Selain faktor resiko genetik ada juga faktor resiko dari lingkungan. Alergen dalam

    rumah tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan kulit binatang seperti

    anjing, kucing, dan lain$lain/, alergen luar rumah serbuk sari, dan spora jamur/.

    Kemudian faktor lainnya seperti alergen makanan contoh; susu, telur, udang,

    kepiting, ikan laut, kacang tanah, coklat, kii, jeruk, bahan penyedap pengaet,

    dan pearna makanan/, alergen obat$obatan tertentu contoh; penisilin,

    sefalosporin, golongan beta laktam lainnya, eritrosin, tetrasiklin, analgesik,

    antipiretik/, bahan yang mengiritasi contoh; parfum, household spray/, ekspresi

    emosi berlebih stres'gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,

    selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Di samping

    gejala asma yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami

    stres'gangguan emosi perlu diberi nasihat untuk menyelesaikan masalah

     pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi, maka gejala asmanya lebih sulit

    diobati/, asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif asap rokok berhubungan

    dengan penurunan fungsi paru. Pajanan asap rokok, sebelum dan sesudah

    kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti

    meningkatkan risiko terjadinya gejala serupa asma pada usia dini/, polusi udara

    dari luar dan dalam ruangan,  exercise-induced asthma pada penderita yang

    kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas'olahraga tertentu. Sebagian besar 

     penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau

    olahraga yang berat.

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    6/12

    tersebut/, perubahan cuaca cuaca lembab dan haa pegunungan yang dingin

    sering mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor 

     pemicu terjadinya serangan asma! Serangan kadang$kadang berhubungan dengan

    musim, seperti; musim hujan, musim kemarau, musim bunga/, dan status

    ekonomi.

    Pada pasien ini jelas dikeluhakan oleh pasien faktor resiko yang jelas

    dirasakan. Suhu dingin dan aktivitas berat yang mendominasi keluahan asma

    timbul. 2al ini saya ketahui dari anamnesis mengenai faktor yang mempengaruhi

    faktor yang memeperberat dan memperingannya/. Selain itu faktor resiko yang

    lainnya adalah genetik yaitu turunan dari ibu pasien. Kemungkinan penyakit asma

    diturunkan dari ibu ke pasien.

    Aspek utama yang menjadi fokus refleksi pada minggu pertama kali ini

    yaitu bagaimana mengatasi penyakit dan mengedukasi kepada pasien supaya

    keluhan$keluhan yang timbul tidak bertambah berat, mengingat asma merupakan

    salah satu penyakit yang sulit untuk hiilang bilamana bahan alergen tidak 

    dihindari. :aka dari itu penting sekali edukasi kepada pasien penderita asma

    sehingga keluhan bisa ditekan dan bisa dicegah.

    Dengan edukasi yang baik kepada pasien penderita asma, gejala bisa

    ditekan dan tujuan dari edukasi bisa tercapai dengan baik. #ujuan yang ingin

    dicapai pada refleksi kali ini adalah cara mengedukasi yang baik kepada pasien

     penderita asma. 6paya promotif dan preventif jelas merupakan hal yang paling

    utama dalam pencegahan suatu penyakit.

    1anyak penderita asma tidak diobati menurut pedoman mutakhir,

    menimbulkan asma tidak terkontrol dan merupakan beban bagi penderita,

    keluarga serta seluruh sistem peraatan kesehatan. Pemantauan dan penilaian

    secara terus menerus penting untuk keberhasilan penanganan klinis. :enurut

    konsep baru, penanganan asma dibuat dalam 3 golongan umur yaitu &$4 tahun, 4$

    (" tahun dan diatas (" tahun, serta menggunakan " domain dalam evaluasi derajat

     berat dan kontrol asma, yaitu gangguan dan risiko. 1ila diagnosis asma sudah

    ditegakkan, setiap penderita dilakukan penilaian derajat berat asma, Derajat berat

    adalah intensitas intrinsik proses penyakit yang diukur praterapi, dan dapat

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    7/12

    memberikan informasi kepada dokter untuk mengembangkan rencana pengobatan

    aal. Pengobatan aal diberikan sesuai dengan regimen tahap/ pengobatan.

    -valuasi kontrol dalam "$% minggu tergantung derajat berat aal atau

    kontrol/. P9: digunakan pada penderita % tahun. 1ila hasil spirometri

    menunjukkan kontrol buruk dibanding tanda kontrol lainnya, pertimbangkan

    obstruksi yang menetap dan nilai ukuran lainnya. 1ila obstruksi yang menetap

    tidak menerangkan kontrol yang kurang, lakukan  step up, karena 9-=( yang

     buruk merupakan prediktor eksaserbasi. 1ila riayat eksaserbasi menunjukkan

    kontrol buruk, nilai derajat gangguan paru dan pertimbangkan stepup, penanganan

    eksaserbasi dan menggunakan kortikosteroid' KS oral terutama untuk penderita

    dengan riayat eksaserbasi berat. 1ila kontrol asma tidak didapat dengan cara

    tersebut, evaluasi kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat, teknik inhalasi,

    kontrol lingkungan pajanan baru/ dan penanganan komorbid. 1ila asma sudah

    terkontrol, pemantauan seterusnya adalah penting agar kontrol asma dapat

    dipertahankan serta menentukan tahap dan dosis obat terendah. Pendekatan

     bertahap  stepping up dan  stepping down/ dianjurkan untuk memperoleh dan

    mempertahankan kontrol asma. Pendekatan pengobatan bertahap menggabungkan

    kelima komponen yang diperlukan dalam penanganan asma. +enis, jumlah dan

     jadal obat ditentukan oleh ambang berat asma atau kontrol asma. Pengobatan

    ditingkatkan  stepping up/ bila diperlukan, dan diturunkan  stepping down/ bila

    mungkin. 5leh karena asma adalah penyakit kronis, asma persisten dapat

    dikontrol terbaik dengan pemberian obat pengontrol jangka lama untuk menekan

    inflamasi setiap hari. Kortikosteroid inhalasi merupakan obat anti$inflamasi yang

    efektif untuk semua usia pada semua tahap peraatan asma persisten. Seleksi

    terapi alternatif berdasarkan atas pertimbangan pengobatan yang efektif untuk 

     penderita gangguan, risiko atau keduanya/ dan riayat penderita mengenai

    respons sebelumnya sensitivitas dan respons terhadap berbagai obat asma dapat

     berbeda di antara penderita/ serta kesediaan dan kemampuan penderita ataupun

    keluarga untuk menggunakan obat$obatan. 1ila asma sudah terkontrol,

     pemantauan adalah esensial, oleh karena asma dapat berbeda dengan aktu.

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    8/12

    tepping up mungkin diperlukan, atau bila mungkin  stepping down, identifikasi

    obat minimal diperlukan dalam mempertahankan kontrol asma.

    Penilaian derajat berat dan kontrol dilakukan menurut " domain yang sama

    yaitu gangguan gejala, tidur, dan aktivitas/ dan risiko eksaserbasi yang

    memerlukan steroid oral. Derajat berat asma ditentukan oleh domain gangguan

    dan risiko terberat. Pendekatan  stepwise adalah untuk menolong, bukan untuk 

    menggantikan. Ambang derajat berat ditentukan oleh domain gangguan terberat

    nilai dari "$4 minggu yang akhir, dapat menggunakan P9:/ dan risiko.

    Keputusan berdasarkan data klinis untuk memenuhi kebutuhan penderita. Deasa

    ini tidak cukup bukti hubungan antara frekuensi eksaserbasi dengan berbagai

    ambang derajat berat asma. 1ila perbaikan tidak dicapai dalam 4$% minggu

    alaupun teknik pengobatan dan ketaatan cukup baik, pertimbangkan terapi

     penyesuaian atau alternatif. Penderita dengan dua atau lebih eksaserbasi,

    memerlukan steroid oral dalam % bulan akhir atau empat episode mengi dalam

    satu tahun terakhir, dianggap sebagai penderita asma persisten, meskipun tidak 

    disertai ambang gangguan yang konsisten dengan asma persisten. Sebelum step

    up, perlu dievaluasi kepatuhan penderita minum obat, teknik penggunaan inhaler ,

    kontrol lingkungan dan komorbiditas. 1ila diberikan pengobatan alternatif,

    hentikan penggunaannya sebelum step up!

    1erdasarkan teori dan sharing dengan doker puskesmas pengobatan

    terhadap penderita asma pada pasien ini cukup dengan pemeberian antibioik untuk 

    infeksi, antiinflamasi untuk inflamasinya dan pemberian bronkodilator untuk 

    melegakan nafas yang tadinya ada pengecilan saluran pernafasan karena

    konstriksi dari bronkus. Selain tatalksana jangan melupakan edukasi kepada

     pasien. 2al itu sangat penting untuk mencegah kekambuhan asma.

    Diharapkan dengan tatalaksana dan edukasi yang tepat bisa memeperbaiki

    keadaan pasien menjadi lebih baik dan sehat. Konsekuensi dari tindakan dan

    tatalaksana yang diberikan bagi saya sendiri mungkin dilihat dari umur pasien

    yang sudah menginjak deasa tua dikhaatirkan efek samping obat terhadap

    tubuh akan semakin terasa. Di usia tua penurunan fungsi tubuh juga terjadi,

    sehingga kemungkinan terjadi akumulasi obat di hati bisa berakibat fatal.

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    9/12

    Pemberian kortikosteroid sangat baik untuk inflamasi akan tetapi efek 

    sampingnya terhadap organ tubuh sangat berbahaya. 6ntuk itu kepatuhan pasien

    menuruti edukasi dari dokter sangat penting dalam mengurangi asupan obat yang

     berdampak kurang baik bagi tubuh. :ungkin konsekuensi tindakan yang saya

     berikan kepada pasien yang dirasakan keluargannya, dikhaatirkan yang

    dirasakan keluarga pasien yaitu rasa tidak percaya akan diberikan saya karena

    mungkin suatu saat efek samping dari obat akan terasa dan dikeluhkan oleh

    keluarga pasien. 0ekam kerja mungkin berpikiran hal yang sama dengan saya

    mengenai efek jangka panjang yang diimbulkan obat tersebut. Perasaan saya

    ketika menghadapi kasus ini sangat senang, karena saya bisa bertemu langsung

    dengan pasien sebenarnya yang benar$benar sakit asma. 1isa melakukan

    anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosa dan melihat tatalaksana merupakan hal

    yang paling menyenangkan dan merupakan kesempatan yang langka. Akan tetapi

    meskipun baik bagi saya ketika saya melihat pasien asma saya merasa kasihan

    dengan kondidi yang dialami pasien tersebut yang selalu merasakan kesulitan

     bernafas dan rasa berat saat bernafas. :eminum obat juga harus rutin setiap gejala

    asma timbul. +adi secara keseluruhan ada rasa senang dan sedihnya ketika

    mendapatkan pasien asma di puskesmas. Perasaan pasien saat itu terlihat seperti

     biasa saja mungkin karena hal ini dianggap sudah biasa terjadi. Dilihat dari

    ekspresi ajah juga terlihat dan cara menjaab pertanyaan yang saya ajukan

     baha pasien merasa gelisah akan tetapi tetap dijalani pasien dan sudah menjadi

    hal yang biasa baha selalu terjadi gejala asma yang timbul.

    9aktor yang menjadi keputusan saya memberikan tatalaksana seperti yang

    telah ditulisakan diatas ada dari faktor internal dan eksternal. 6ntuk faktor internal

    saya berdasarkan pengetahuan yang saya pelajari ketika saya kuliah sedangkan

    faktor eksternal saya dari masukan dokter puskesmas dan berdasarkan referensi$

    refensi yang terkait penyakit asma bronkial.

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    10/12

    dengan asap rokok, baik in utero atau setelah lahir, tidak ada bukti intervensi yang

    dapat mencegah perkembangan asma. 2ipotesis higiene untuk mengarahkan

    sistem imun bayi kearah #h(, respons nonalergi atau modulasi sel # regulator 

    masih merupakan hipotesis.

    -ksaserbasi asma dapat ditimbulkan berbagai faktor trigger / seperti

    alergen indoor seperti tungau debu rumah, hean berbulu, kecoa, dan jamur,

    alergen outdoor seperti polen, jamur, infeksi virus, polutan dan obat. :engurangi

     pajanan penderita dengan beberapa faktor seperti menghentikan merokok,

    menghindari asap rokok, lingkungan kerja, makanan, aditif, obat yang

    menimbulkan gejala dapat memperbaiki kontrol asma serta keperluan obat. #etapi

     biasanya penderita bereaksi terhadap banyak faktor lingkungan sehingga usaha

    menghindari alergen sulit untuk dilakukan. 2al$hal lain yang harus pula dihindari

    adalah polutan indoor dan outdoor , makanan dan aditif, obesitas, emosi$stres dan

     berbagai faktor lainnya. Penatalaksanaan asma bertujuan untuk menghilangkan

    dan mengendalikan gejala asma, agar kualitas hidup meningkat, mencegah

    eksaserbasi akut, meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal

    mungkin, mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan jasmani dan

    aktivitas lainnya, menghindari efek samping obat, mencegah terjadinya

    keterbatasan aliran udara ireversibel, meminimalkan kunjungan ke gaat darurat

    Komunikasi yang baik dan terbuka antara dokter dan pasien adalah hal

    yang penting sebagai dasar penatalaksanaan. Diharapkan agar dokter selalu

     bersedia mendengarkan keluhan pasien, itu merupakan kunci keberhasilan

     pengobatan. Komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu

    mengembangkan hubungan dokter pasien, identifikasi dan menurunkan pajanan

    terhadap faktor risiko, penilaian, pengobatan dan monitor asma serta

     penatalaksanaan asma eksaserbasi akut.

    Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi "

    golongan; Akut dan kronis. Serangan akut adalah keadaan darurat dan

    membutuhkan bantuan medis segera, Penanganan harus cepat dan sebaiknya

    dilakukan di rumah sakit'gaat darurat. Kemampuan pasien untuk mendeteksi

    dini perburukan asmanya adalah penting, agar pasien dapat mengobati dirinya

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    11/12

    sendiri saat serangan di rumah sebelum ke dokter. Dilakukan penilaian berat

    serangan berdasarkan riayat serangan, gejala, pemeriksaan fisis dan bila

    memungkinkan pemeriksaan faal paru, agar dapat diberikan pengobatan yang

    tepat. Pada prinsipnya tidak diperkenankan pemeriksaan faal paru dan

    laboratorium yang dapat menyebabkan keter$lambatan dalam

     pengobatan'tindakan. Pasien asma kronik diupayakan untuk dapat memahami

    sistem penanganan asma secara mandiri, sehingga dapatmengetahui kondisi

    kronik dan variasi keadaan asma. Anti inflamasi merupakan pengobatan rutin

    yang yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal

    sebagai pengontrol, 1ronkodilator merupakan pengobatan saat serangan untuk 

    mengatasi eksaserbasi'serangan, dikenal pelega.

    *iri$ciri asma terkontrol tanpa gejala harian atau ">'minggu, tanpa

    keterbatasan aktivitas harian, tanpa gejala asma malam, tanpa pengobatan pelega

    atau ">'minggu, fungsi paru normal atau hampir normal, tanpa eksaserbasi. *iri$

    ciri asma tidak terkontrol asma malam terbangun malam hari karena gejala

    asma/, kunjungan ke gaat darurat, karena serangan akut, kebutuhan obat pelega

    meningkat. Pengendalian asma bertujuan, meningkatkan kemandirian pasien

    dalam upaya pencegahan asma, menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang

    terpajan faktor risiko asma, terlaksananya deteksi dini pada kelompok masyarakat

     berisiko asma, terlaksananya penegakan diagnosis dan tatalaksana pasien asma

    sesuai standar'kriteria, menurunnya angka kesakitan akibat asma, menurunnya

    angka kematian akibat asma. 6ntuk melaksanakan tujuan tersebut, salah satu cara

    dapat dilakukan dengan Komunikasi, nformasi dan -dukasi diantaranya

     penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanggulangan

    asma, meningkatkan pengetahuan, motivasi dan partisipasi pasien dalam

     pengendalian asma, untuk merubah sikap dan perilaku pasien dalam pengendalian

    asma. meningkatkan kemandirian pasien dalam ketrampilan penggunaan obat'alat

    inhalasi. Pelaksanaan K- tentang asma dan faktor risikonya dapat dilakukan

    melalui berbagai media penyuluhan, seperti penyuluhan tatap muka, radio, televisi

    dan media elektronik lainnya, poster, lea"let, pam"let , surat kabar, majalah dan

    media cetak lainnya.

  • 8/17/2019 Refleksi Kasus Praktek Belajar Lapangan

    12/12

    Ketika menghadapai pasien ini belum terfikir alternatif lain sebagai

    attalksana pada pasien ini, hanya terbatas pada tatalaksana pengobatan antibiotik,

    antiinflamasi dan bronkodilator. Selain tatalaksana diatas juga ada edukasi sebagai

     pencegahan kambuhan penyakitnya.

    KESIMPULAN

    Perasaan saya mengenai kasus ini saya merasa insyaallah apabia

    mendapatkan kasus yang serupa bisa mengatasinya dengan ilmu dan teori yang

    saya dapat dari bangku kuliah dan praktek di puskesmas. Dengan mengetahui

     penyebab sampai dengan pencegahan dari asma saya bisa belajar banyak hal

    untuk dipelajari dan menjadikan acuan kedepannya apabila menemukan kasus

    yang serupa. Dengan pengalaman ini pola pikir saya mengenai menajemen

     penyakit mulai meluar. 1erfikir tidak hanya obantnya saja tetapi kita juga harus

    memikirkan benar$benar dari penyebab, perjalanan penyakit, gejala dan tanda,

     pemeriksaan penunjang, dignosis, tatalksana, komplikasi dan juga

     pencegahannya. Selain itu aspek$aspek yang lain seperti kesigapan diri meraat

     pasien dan menanggapi maslah$masalah atau keluahan$keluahan yang dirasakan

    oleh keluarga pasien, rekan sejaat dan rekan kerja. Kasus ini mengajarkan saya

     bagaimana berpola pikir yang luas tentang suatu penyakit dan mengajarkan saya

     betapa tidak enaknya itu rasa sakit. Sehat itu penting dan sangat mahal harganya.