refleksi kasus asma bronkial

7
REFLEKSI KASUS ASMA BRONKIAL I. PENGALAMAN Pasien Nn. N, 22 tahun, masuk RS dengan gejala sesak nafas dan batuk sejak 2 hari yang lalu, sesak dirasakan terutama pada saat hawa dingin, kelelahan, saat batuk dan terkena debu. Sesak bertambah berat pada saat malam hari. Terdapat bunyi mengi pada saat sesak, sesak dirasa berkurang pada posisi duduk dibandingkan tidur, pasien menderita sakit serupa sejak kecil dan pernah mondok 3 kali karena sakit serupa. Riwayat sakit serupa pada keluarga disangkal. Dari pemeriksaan fisik, pasien tampak sesak, ditemukan respirasi rate 32 x/mnt, dari pemeriksaan auskultasi paru didapatkan bunyi Wheezing dan ronchi di kedua lapang paru, dan ekspirasi terdengar memanjang. Bila dilihat dari keadaan pasien maka didaptkan kesimpulan pasien menderita asma bronkhiale. Terapi yang diberikan adalah oksigen : 2-4 lt/menit, Infus Glukosa 5% + aminophilin 16 tpm, nebulizer ventolin, salbutamol 4mg 3x1, methyl prednisolone 2x1, ambroxol 3x1. II. MASALAH YANG DIKAJI Bagaimana Pendekatan diagnosis pada asma bronkial? III. ANALISA MASALAH 1

Upload: kle-mbiyiing

Post on 05-Dec-2014

124 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

asma

TRANSCRIPT

Page 1: Refleksi Kasus Asma Bronkial

REFLEKSI KASUS ASMA BRONKIAL

I. PENGALAMAN

Pasien Nn. N, 22 tahun, masuk RS dengan gejala sesak nafas dan batuk

sejak 2 hari yang lalu, sesak dirasakan terutama pada saat hawa dingin, kelelahan,

saat batuk dan terkena debu. Sesak bertambah berat pada saat malam hari.

Terdapat bunyi mengi pada saat sesak, sesak dirasa berkurang pada posisi duduk

dibandingkan tidur, pasien menderita sakit serupa sejak kecil dan pernah mondok

3 kali karena sakit serupa. Riwayat sakit serupa pada keluarga disangkal. Dari

pemeriksaan fisik, pasien tampak sesak, ditemukan respirasi rate 32 x/mnt, dari

pemeriksaan auskultasi paru didapatkan bunyi Wheezing dan ronchi di kedua

lapang paru, dan ekspirasi terdengar memanjang. Bila dilihat dari keadaan pasien

maka didaptkan kesimpulan pasien menderita asma bronkhiale. Terapi yang

diberikan adalah oksigen : 2-4 lt/menit, Infus Glukosa 5% + aminophilin 16 tpm,

nebulizer ventolin, salbutamol 4mg 3x1, methyl prednisolone 2x1, ambroxol 3x1.

II. MASALAH YANG DIKAJI

Bagaimana Pendekatan diagnosis pada asma bronkial?

III. ANALISA MASALAH

Diagnosa Asma Bronkial ditegakkan dengan :

1. Anamnesa :

- Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak

yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.

- Semua keluhan biasanya bersifat variasi diurnal.

- Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit

alergi yang lain.

1

Page 2: Refleksi Kasus Asma Bronkial

2. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih

nyamandalam posisi duduk.

Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi 

Paru :

Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke

bawah.

Palpasi : vokal fremitus kanan=kiri

Perkusi : Hipersonor

Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.

Pada serangan berat :

• tampak sianosis

• N > 120 X/menit

• “Silent Chest” : suara mengi melemah

PEMERIKSAAN PENUNJANG SPIROMETRI

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling

cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan

bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah

pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis

asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting

untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa

keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

UJI PROVOKASI BRONKUS

Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan adanya

hiperaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi bronkus. Ada beberapa cara

untuk melakukan uji provokasi bronkus seperti uji provokasi dengan histamin,

metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam hipertonik, dan 2

Page 3: Refleksi Kasus Asma Bronkial

bahkan dengan aqua destilata. Penurunan VEP1 sebesar 20% atau lebih

diangggap bermakna. Uji dengan kegiatan jasmani, dilakukan dengan

menyuruh pasien berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut

jantung 80-90% dari maksimum. Dianggap bermakna bila menunjukkan

penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi) paling sedikit 10%. Akan halnya

uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan dengan pasien yangalergi

terhadap alergen yang diuji.

PEMERIKSAAN SPUTUM

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

ANALISIS GAS DARAH

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma berat. Pada fase awal serangan,

terjadihipoksemia dan hipokapnia (PaCO₂< 35 mmHg) kemudian pada

stadium yang lebih berat PaCO₂ justru mendekati normal sampai normo-

kapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat terjadinya hiperkapnia

(PaCO₂ ≥ 45 mmHg), hipoksemia dan asidosis respiratorik.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang

bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

3

Page 4: Refleksi Kasus Asma Bronkial

Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah

sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akan semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada

paru-paru.

IV. DOKUMENTASI

Nama Nn. N

Umur 22 th

Pekerjaan mahasiswi

Agama Islam

Suku/Bangsa Jawa / Indonesia

Alamat Pinggir Rejo Rt 5 Rw 7 Wates Magelang

PEMERIKSAAN DARAH RUTIN

Parameter Nilai Satuan Nilai normal

WBC 9,3 [10^3/ul] M:4.8-10.8 F:4.8-10.8

RBC 5.89 [10^3/ul] M:4.7-6.1 F:4.2-5.4

HGB 13.4 [g/dl] M:14-18 F:12-16

4

Page 5: Refleksi Kasus Asma Bronkial

HCT 43.5 [%] M:42-52 F:37-47

MCV 86.4 [fL] 79.0-99.0

MCH 27.8 [pg] 27.0-31.0

MCHC 32.2 [g/dL] 33.0-37.0

PLT 362 [10^3/ul] 150-450

RDW-CV 14.2 [%] 11.5-14.5

RDW-SD 44.3 [fL] 35-47

PDW 12.2 [fL] 9.0-13.0

MPV 10.1 [fL] 7.2-11.1

V. REFERENSI

1. Sudoyo,Aru W.Setiyohadi,Bambang.Alwi,Idrus.dkk.BUKU AJAR ILMU

PENYAKIT DALAM.Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.Jakarta,Juni 2006

2. dr.farida sp.PD.(2008).Asma Bronkiale.Bagian Ilmu Penyakit dalam

FKUWKS

3. Medicafarma.(2008).AsmaBronkiale.http://medicafarma.blogspot.com/

2008/05/asma-bronkiale.htlm

4. Medicastore.com.(2008).AsmaBronkiale.http://medicastore.com/

neo_napacin/asma_bronkial.htm

5