refleksi kasus 1

7
REFLEKSI KASUS I. Identitas Pasien Nama : Tn. M Umur : 43 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Alamat : Pasangkayu Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Agama : Islam Status Perkawinan : Sudah Menikah Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2014 II. Deskripsi Kasus Pasien laki-laki berusia 43 tahun datang ke Poli Jiwa RSUD Undata Tondo dengan keluhan cemas dan panik secara tiba-tiba yang penyebabnya tidak diketahui. Perasaan cemas dan panik awalnya dirasakan sejak 3 tahun yang lalu ketika melihat temannya meninggal di lapangan bulutangkis. Sejak saat itu pasien tidak pernah lagi bermain bulutangkis karena takut nasibnya akan sama seperti nasib temannya yang meninggal dilapangan. Ketika serangan datang pasien merasa cemas, panik, takut, keringat dingin, jantung berdebar dan leher mulai tegang. Biasanya serangan berlangsung paling lama 1 jam jika tidak mengkonsumsi obat. 1

Upload: anggun-puspita

Post on 17-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bbbbb

TRANSCRIPT

Page 1: REFLEKSI KASUS 1

REFLEKSI KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Umur : 43 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Pasangkayu

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2014

II. Deskripsi Kasus

Pasien laki-laki berusia 43 tahun datang ke Poli Jiwa RSUD Undata

Tondo dengan keluhan cemas dan panik secara tiba-tiba yang penyebabnya

tidak diketahui. Perasaan cemas dan panik awalnya dirasakan sejak 3 tahun

yang lalu ketika melihat temannya meninggal di lapangan bulutangkis.

Sejak saat itu pasien tidak pernah lagi bermain bulutangkis karena takut

nasibnya akan sama seperti nasib temannya yang meninggal dilapangan.

Ketika serangan datang pasien merasa cemas, panik, takut, keringat dingin,

jantung berdebar dan leher mulai tegang. Biasanya serangan berlangsung

paling lama 1 jam jika tidak mengkonsumsi obat.

Seusai diwawancara, pasien dilakukan pemeriksaan internikus. Pada

saat pemeriksaan tekanan darah, pasien mulai merasa cemas dan jantung

berdebar. Setelah diperiksa tekanan darah pasien 160/80 mmHg setelah

beberapa menit pasien mulai merasa serangannya datang dan segera minum

obat.

III. Emosi yang Terlibat

Kasus ini menarik untuk dibahas karena ketika pasien akan dilakukan

pemeriksaan internikus, dengan tiba-tiba pasien merasakan adanya gejala

1

Page 2: REFLEKSI KASUS 1

serangan yang didahului dengan jantung berdebar-debar. Setelah dilakukan

pemeriksaan pasien pun merasakan serangannya datang dengan gejala

cemas, jantung berdebar, lemas dan dengan seketika pasien langsung

meminum obatnya. Padahal sebelum diperiksa pasien tidak menunjukkan

sikap seperti saat serangan.

IV. Evaluasi

Pengalaman Baik

Pengalaman baik yang didapatkan pasien sangat kooperatif dan

sangat komunikatif saat diwawancarai. Tidak ada penolakan untuk

dilakukan wawancara kepada pasien. Pasien sangat terbuka dan bersikap

jujur dalam memberikan informasi mengenai keluhan dan riwayat

pribadinya. Selain itu pengalaman yang didapatkan setelah wawancara

adalah dapat melihat kondisi pasien ketika tidak serangan dan tiba-tiba

serangan.

Pengalaman Buruk

Tidak ada pengalaman buruk yang dialami selama wawancara.

V. Analisis

Pasien ini dapat didiagnosis sebagai gangguan panik (F 41.0).

Berdasarkan manifestasi klinis seperti:

- Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak

ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F 40,-)

- Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan

anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-

kira 1 bulan:

a) Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif

tidak ada bahaya

b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang

dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations)

2

Page 3: REFLEKSI KASUS 1

c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas

pada periode di antara serangan-serangan panik (meskipun

demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik

yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu

yang mengkhawatirkan akan terjadi).

Pasien ini menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut:

- Cemas dan panik

- Selalu negative thinking terhadap berita apapun itu

- Cemas ketika menonton tv dengan siaran olahraga

- Takut berolahraga

- Lebih banyak tinggal di rumah baca buku, buka internet mengenai

penyakitnya

VI. Penatalaksanaan

a. Farmakoterapi

Manajemen gangguan panik dapat diberikan SSRI (Serotonin

selective reuptake inhibitors) terdiri atas beberapa macam, dapat dipilih

salah satu dari sertalin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dll. Obat

diberikan dalam 3-6 bulan atau lebih, tergantung kondisi indivisu, agar

kadarnya stabil dalam darah sehiingga dapat mencegah kekambuhan. Dapat

pula diberikan alprazolam yang awitan kerjanya cepat, dikonsumsi

biasanya antara 4-6 minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan

dosisnya sampai akhirnya dihentikan. Jadi setelah itu dan seterusnya

pasien hanya minum golongan SSRI.

b. Psikoterapi

1. Terapi Relaksasi

Diberikan pada hampir semua individu yang mengalami gangguan

panik, kecuali pasien menolak. Terapi ini bermanfaat meredakan secara

3

Page 4: REFLEKSI KASUS 1

relative cepat serangan panik dan menenangkan individu, namun itu

dapat dicapai bagi yang telah terlatih setiap hari. Prinsipnya adalah

melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat lalu

mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot

tubuh yang mensugesti pikiran kea rah konstruktif atau yang diinginkan

akan dicapai. Dalam proses relaksasi biasanya berlangsung 20-30 menit

atau lebih lama lagi, setelah itu pasien diminta untuk melakukannya

sendiri dirumah setiap hari sehingga bila serangan panik muncul

kembali, tubuh sudah siap untuk relaksasi

2. Terapi kognitif perilaku

Pasien diajak untuk bersama-sama melakukan restrukturisasi

kognitif yaitu membentuk kembali pola perilaku dan pikiran irasional

dan menggantinya dengan pikiran yang rasional. Terapi biasanya

berlangsung selama 30-45 menit. Pasien kemudian diberi pekerjaan

rumah yang harus dibuat setiap hari, seperti membuat daftar

pengalaman harian dalam menyikapi peristiwa yang dialami pasien

kemudian ketika kunjungan konsultasi selanjutnya, dokter membahas

pekerjaan rumah psien tersebut. Terapi ini memerlukan 10-15 kali

pertemuan tergantung pada kondisi individu yang mengalaminya.

3. Psikodinamik

Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya,

bukan sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini,

biasanya pasien lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak

mendengar, kecuali pada pasien yang benar-benar pendiam, maka

dokter yang harus lebih aktif. Terapi ini memerlukan waktu panjang,

dapat berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Hal ini tentu

memerlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter serta

kesabaran dari keduanya.

4

Page 5: REFLEKSI KASUS 1

VII. Prognosis

Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun

penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan yang

singkat bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.

VIII. Kesimpulan

Pada pasien ini sebaiknya selain mengkonsumsi obat, lebih melatih

diri untuk melawan rasa cemas dan panik yang dirasakannya. Dianjurkan

untuk terapi relaksasi untuk meredakan rasa cemas dan panik ketika

serangan.

5