referat tbc dicha.doc

36
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Definisi Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. 2 Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 5

Upload: dicha-manies

Post on 13-Sep-2015

238 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

29

BAB I1TINJAUAN PUSTAKA

2.1DefinisiTuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.2Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit infeksi paru tersebut disebabkan oleh MikobakteriumTuberkulosis Ada3 varian M. Tuberkulosis:1. Var. Humanus

2. Var. Bovinum

3. Var. Avium

Yang paling banyak ditemukan pada manusia adalah M. Tuberkulosis Humanus.

2.2 Gejala Penyakit TBCGejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.2Gejala sistemik atau umum:

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan

Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus:

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.22.3 Penularan TB

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

juga mengenai organ tubuh lainnya.1 Cara penularan

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam

waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.3 Risiko penularan

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1 3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif. Risiko menjadi sakit TB

Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.12.4 Patofisiologi

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.1

2.5 DiagnosaApabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu

dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

* Pemeriksaan fisik.

* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

* Rontgen dada (thorax photo).

* Uji tuberkulin.

Diagnosis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak.4Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

S(sewaktu):

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

P(Pagi):

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

S(sewaktu):

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).4 Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru pada lampiran.4Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. (lihat bagan alur di lampiran 2)

Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).

Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).

Diagnosis TB Ekstra Paru

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.

Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.

Uji Tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam Screening TBC. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 2 4 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:

1. Pembengkakan (Indurasi) : 04mm, uji mantoux negatif. Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.

2. Pembengkakan (Indurasi) : 59mm, uji mantoux meragukan. Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif. Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.52.6 Pengobatan Tuberkulosis

Tujuan Pengobatan menurut (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis).5Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegahterjadinya kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis diIndonesia:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket Kombipak.

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan. KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.

3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.Paduan OAT dan peruntukannya.

1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

Pasien baru TB paru BTA positif.

Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif. Pasien TB ekstra paru.

2. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

Pasien kambuh.

Pasien gagal.

Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

3. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Di samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.pencegahan terhadap TB terdiri atas :

a. Promotif

1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko

3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.

b. Preventif

1. Vaksinasi BCG

2. Menggunakan isoniazid (INH)

3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.

4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.

2.7 MDR TB ( Multi Drag Resistant) Adalah resistensi terhadap sekurang-kurangnya isoniazid dan rifampisin.

2.7. 1 Faktor Klinis Yang Mempengaruhi Resistensi Obat

1. Terlambatnya diagnosis dan isolasi.

2. Penggunaan paduan obat yang tidak tepat.

3. pengobatan awal yang tidak adekwat

4. pengobatan yang tidak lengkap

5. modifikasi obat yang tidak tepat.

6. penambahan satu obat pada kegagalan pengobatan

7. penggunaan kemoprofilaksis yang tidak tepat

8. Kurang patuh dan pengobatan tidak lengkap

9. Gagal mengisolasi penderita MDR TB

10. Pelaksanaan DOTS yang kurang baik

11. Kurangnya pengetahuan tentang TB

12. Obat kurang berkualitas

Selain itu meningkatnya kasus HIV dan coinfeksi menyebabkan meningkaynya angka TB. Kategori resistensi obat anti tuberculosis( OAT) Berdasarkan guidelines for the programmatic management of drug resistant tuberculosis emergency update oleh WHO(2008 )resistan terhadap obat dinyatakan bila hasil pemeriksaan terhadap laboratorium menunjukkan adanya pertumbuhan M.tuberculosis in vitro saat terdapat satu atau lebih OAT.Macam-macam resitansi berdasarkan jenis kategori resistensi obat adalah:

1.mono resisten : resisten terhadap satu OAT lini pertama

2. poli resisten : resisten terhadap lebih dari satu OAT lini pertama setelah kombinasi isoniazid dan rifampisin.

3. MDR : resistensi terhadap sekurang-kurangnya isoniazid dan rifampisin

4. Extensively drug resintant( XDR) : MDR TB ditambah kekebalan terhadap salah satu obat golongan floroquinolon dan sedikitnya salah satu dari obat injeksi lini ke dua ( kapreomisisn,kanamisin, dan amikasin).

Penatalaksanaan TB Resisten Obat

a. Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat(khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduanobat khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua.

b. Paling tidak harus digunakan empat obat yg masih efektifdan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan.

c. Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkanuntuk memastikan kepatuhan pasien terhadappengobatan.

d. Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yangberpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDRTB harus dilakukan.Prinsip Penatalaksanaan MDR/XDRMemulai pengobatan MDR-TB denganpengawasan yang ketat dengan penyuluhan,pemantauan dan mengobati toksisisiti obat:1. Sesuaikan pemantauan efek samping dengan obat yang digunakan.

2. Pertimbangkan masalah kontrol infeksi

3. Cari konsultasi dengan pakar segera setelah resistensi obat diketahui.

4. Gunakan DOT dengan cara yang berpihak kepada pasien selama masa pengobatan.

5. Catat obat yang diberikan, hasil bakteriologis,gambar foto toraks, dan kejadian efek samping obat.

6. Optimalkan penatalaksanaan penyakit yang mendasari dan status nutrisi. Pertimbangan Pengobatan MDR TB1. Gunakan DOT utk semua dosis

2. Gunakan pemberian harian, tidak intermitten

3. Lama pengobatan minimum 18-24 bulan

4. Bila mungkin, teruskan obat suntik paling tidak 6 bulan setelah konversi biakan

5. Teruskan paling tidak tiga obat oral guna lama pengobatan yang sempurnaMerancang Pengobatan MDR/XDR

Prinsip Umum dari WHO

1. Penggunaan paling tidak 4 obat-obatan sangat mungkin akan efektif.

2. Jangan menggunakan obat yang mempunyai resistensi silang (cross-resistance).

3. Singkirkan obat yg tidak aman untuk pasien.

4. Gunakan obat dari grup 1-5 dgn urutan yg berdasarkan kekuatannya.

5. Harus siap mencegah,memantau danmenanggulangi efek samping obat yg dipilih.Kategori OAT menurut WHO :1. Grup 1 - OAT lini pertama: isoniasid, rifampisin, etambutol,pirasinamid

2. Grup 2 - Obat suntik: streptomisin, kanamisin, amikasin,kapreomisin, (viomisin)

3. Grup 3 - Fluoroquinolon: ciprofloxasin, ofloxasin, levofloxasin,moxifloxasin,(gatifloxasin)

4. Grup 4 - Obat bakteriostatis oral: etionamid, cicloserin, paraaminosalicylic

5. acid (prothionamid, thioacetazon, terisadon)

6. Grup 5 - Obat belum terbukti: clofasamin, amoxicillin/klavulanat,claritromisin, linezolidObat dalam kurung = kesediaannya terbatas

Memulai Pengobatan mnurut WHO :1. Pastikan tersedianya layanan jasa laboratorium untuk hematologi, biokimia dan audiometri.

2. Dapatkan data dasar klinis dan laboratorium sebelum memulai pengobatan.

3. Memulai pengobatan secara bertahap jika menggunakan obat yg mengakibatkan

4. intoleransi gastrointestinal

5. Menjamin ketersediaan obat-obatan lain yg diperlukan utk menanggulangi efek samping.DOSIS OAT MDROATBerat BadanBerat BadanBerat BadanBerat Badan

Pirazinamid

(Tablet, 500 mg)< 33 kg

30-40

mg/kg/hari33-50 kg 1000-1750 mg51-70 kg 1750-2000 mg>70 kg 2000-2500 mg

Etambutol

(Tablet, 400 mg)25 mg/kg/hari800-1200 mg1200-1600 mg1600-2000 mg

Kanamisin

(Vial, 1000 mg)15-20

mg/kg/hari500-750 mg1000 mg1000 mg

Kapreomisin

(Vial, 1000 mg)

15-20mg/kg/hari- 500-750 mg1000 mg1000 mg

Levofloksasin

(Kaplet, 250 mg)

750 mg per hari750 mg750 mg750-1000 mg

Sikloserin

(Kapsul, 250 mg)

15-20

mg/kg/hari

500 mg750 mg750-1000 mg

Etionamid

(Tablet, 250 mg)

PAS

(Granula, 4 gr)

15-20

mg/kg/hari

150 mg/kg/hari500 mg

8 g 750 mg8 g

750-1000 mg

8 g

PEMANTAUAN PENGOBATAN

1. Gejala klinis

2. Konversi dahak dan biakan

3. Pemeriksaan tiap bulan (tahap awal) dan setiap 2 bulan (tahap lanjutan)Efek samping tersering

a. Keluhan saluran cerna

1. Ethionamide

2. Cycloserine

3. PAS

4. Fluoroquinolones

5. Clofazimine

6. Rifabutinb. Hepatotoksik(gejala awal anoreksia dan malaise, nyeri abdomen,muntah,ikterik)1. INH

2. Rifampicin/rifabutin

3. Ethionamide

4. PZA

5. PAS

6. Fluoroquinolones

BAB IVSIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan

Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) 1 . Robert Koch pertama kali menemukan MTB pada tahun 1882 2. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

4.2 Saran

Agar pengobatan pasien penderita TBC mendapatkan kesembuhan maka seharusnya pasien dan keluarga menjalin kerja sama dengan tenaga medis dalam pengobatan mengingat TBC merupakan infeksi yang menular dan membutuhkan waktu dan ketaatan mengkonsumsi obat yang lama.DAFTAR PUSTAKA

1. Price. A,Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004 : 852-64.

2. Roebiono PS. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Merupakan Masalah Dalam Masyarakat. 12 Maret 2015. Available from http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani6.pdf3. Djohan PA. Epidemiologi TBC di Indonesia. 22 Juli 2009. Available from http://www.tbci ndonesia_Or_Id.htm l

4. Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I ,

Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006: 998-1005, 1045-9.

5. NN. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 12 Maret 2015. Available from http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf5