referat preeklamsia

19
1 BAB I PENDAHULUAN Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut National Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada 150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan (2003) melaporkan bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang berhubungan dengan kehamilan di Amerika Serikat dari tahun 1991 - 1997 adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamila. Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade, hipertensi yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya. Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan

Upload: dantevermillion

Post on 30-Nov-2015

389 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

REFERAT PREEKLAMSIA

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT PREEKLAMSIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah satu

dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak

memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut

National Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada 150.000

wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan (2003) melaporkan bahwa

hampir 16% dari 3.201 kematian yang berhubungan dengan kehamilan di Amerika Serikat dari

tahun 1991 - 1997 adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan

dengan kehamila.

Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade, hipertensi

yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum

terpecahkan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan

proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20

usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada multigravida

biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih

dari 35 tahun dan sebab lainnya.

Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan berhubungan

secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi uteroplasental, juga

karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan

hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali

dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas

perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan

adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.

Page 2: REFERAT PREEKLAMSIA

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Preeklampsia

Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg

setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal

terjadi.

Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab

kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan

berdampak pada ibu dan bayi.

Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan,

preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum

kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan

gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

B. Etiologi Preeklampsia

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara teoritik urutan

urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuri.

Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan

preeklamsi.

Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling

penting. Namun, penderita serinhkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah

mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka

penyakit ini sudah cukup lanjut.

C. Faktor Risiko Preeklamsia

Kehamilan pertama

Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia

Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

Page 3: REFERAT PREEKLAMSIA

3

Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan

darah tinggi)

Kehamilan kembar

D. Gambaran Klinis Preeklampsia

a. Gejala subjektif

Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,

penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini

sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia

akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah

meningkat.

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik

30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg.

Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai

kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikardia, takipnu, edema paru,

perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak.

E. Patofisiologi Preeklampsia

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada

sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia. Wanita

dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai

substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan

agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat

yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat

menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis

hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi

terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya cardiac output

dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan

Page 4: REFERAT PREEKLAMSIA

4

anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim. Perubahan pada organ-organ:

1) Perubahan kardiovaskuler.

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan

eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload

jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya

secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan

onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang

ektravaskular terutama paru.

2) Metabolisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui

penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia

dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik.

Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang

diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali

tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang

nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam

batas normal

3) Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi

ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk

melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia berat yang

mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan

oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam

retina.

Page 5: REFERAT PREEKLAMSIA

5

4) Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks

serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.

5) Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga

terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada

preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap

rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.

6) Paru-paru

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru

yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau

abses paru.

F. Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan

laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua

golongan yaitu;

1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

• Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan

sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah

normal.

• Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau

midstream.

2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:

• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

• Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.

• Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

Page 6: REFERAT PREEKLAMSIA

6

• Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.

• Terdapat edema paru dan sianosis

• Trombositopeni

• Gangguan fungsi hati

• Pertumbuhan janin terhambat

G. Penatalaksanaan Preeklampsia

Diagnosis dini, supervisi medikal yang ketat, waktu persalinan merupakan persyaratan

yang mutlak dalam penatalaksanaan preeklamsi. Persalinan merupakan pengobatan yang utama.

Setelah diagnosis ditegakkan, penatalaksanaan selanjutnya harus berdasarkan evaluasi awal

terhadap kesejahteraan ibu dan janin. Berdasarkan hal ini, keputusan dalam penatalaksanaan

dapat ditegakkan, yaitu apakah hospitalisasi, ekspektatif atau terminasi kehamilan serta harus

memperhitungkan beratnya penyakit, keadaan ibu dan janin, dan usia kehamilan. Tujuan utama

pengambilan strategi penatalaksanaan adalah keselamatan ibu dan kelahiran janin hidup yang

tidak memerlukan perawatan neonatal lebih lanjut dan lama.

Penatalaksanaa pada preeklamsi dibagi berdasarkan beratnya preeklamsi, yaitu :

1. Preeklamsi ringan

Pada preeklamsi ringan, observasi ketat harus dilakukan untuk mengawasi perjalanan

penyakit karena penyakit ini dapat memburuk sewaktu-waktu. Adanya gejala seperti sakit

kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan dan proteinuri meningkatkan risiko terjadinya

eklamsi dan solusio plasenta. Pasien-pasien dengan gejala seperti ini memerlukan observasi ketat

yang dilakukan di rumah sakit. Pasien harus diobservasi tekanan darahnya setiap 4 jam,

pemeriksaan klirens kreatinin dan protein total seminggu 2 kali, tes fungsi hati, asam urat,

elektrolit, dan serum albumin setiap minggu. Pada pasien preeklamsi berat, pemeriksaan fungsi

pembekuan seperti protrombin time, partial tromboplastin time, fibrinogen, dan hitung trombosit.

Perkiraan berat badan janin diperoleh melalui USG saat masuk rumah sakit dan setiap 2 minggu.

Perawatan jalan dipertimbangkan bila ketaatan pasien baik, hipertensi ringan, dan keadaan janin

baik. Penatalaksanaan terhadap ibu meliputi observasi ketat tekanan darah, berat badan, ekskresi

protein pada urin 24 jam, dan hitung trombosit begitu pula keadaan janin (pemeriksaan denyut

Page 7: REFERAT PREEKLAMSIA

7

jantung janin 2x seminggu). Sebagai tambahan, ibu harus diberitahu mengenai gejala

pemburukan penyakit, seperti nyeri kepala, nyeri epigastrium, dan gangguan penglihatan. Bila

ada tanda-tanda progresi penyakit, hospitalisasi diperlukan. Pasien yang dirawat di rumah sakit

dibuat senyaman mungkin. Ada persetujuan umum tentang induksi persalinan pada preeklamsi

ringan dan keadaan servik yang matang (skor Bishop >6) untuk menghindari komplikasi

maternal dan janin. Akan tetapi ada pula yang tidak menganjurkan penatalaksanaan preeklamsi

ringan pada kehamilan muda. Saat ini tidak ada ketentuan mengenai tirah baring, hospitalisasi

yang lama, penggunaan obat anti hipertensi dan profilaksis anti konvulsan. Tirah baring

umumnya direkomendasikan terhadap preeklamsi ringan. Keuntungan dari tirah baring adalah

mengurangi edema, peningkatan pertumbuhan janin, pencegahan ke arah preeklamsi berat, dan

meningkatkan outcome janin. Medikasi anti hipertensi tidak diperlukan kecuali tekanan darah

melonjak dan usia kehamilan 30 minggu atau kurang. Pemakaian sedatif dahulu digunakan,

tatapi sekarang tidak dipakai lagi karena mempengaruhi denyut jantung istirahat janin dan karena

salah satunya yaitu fenobarbital mengganggu faktor pembekuan yang tergantung vitamin K

dalam janin. Sebanyak 3 penelitian acak menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan tirah baring

baik di rumah maupun di rumah sakit walaupun tirah baring di rumah menurunkan lamanya

waktu di rumah sakit. Sebuah penelitian menyatakan adanya progresi penyakit ke arah eklamsi

dan persalinan prematur pada pasien yang tirah baring di rumah. Namun, tidak ada penelitian

yang mengevaluasi eklamsi, solusio plasenta, dan kematian janin. Pada 10 penelitian acak yang

mengevaluasi pengobatan pada wanita dengan preeklamsi ringan menunjukkan bahwa efek

pengobatan terhadap lamanya kehamilan, pertumbuhan janin, dan insidensi persalinan preterm

bervariasi antar penelitian. Oleh karena itu tidak terdapat keuntungan yang jelas terhadap

pengobatan preeklamsi ringan.

Pengamatan terhadap keadaan janin dilakukan seminggu 2 kali dengan NST dan USG

terhadap volume cairan amnion. Hasil NST non reaktif memerlukan konfirmasi lebih lanjut

dengan profil biofisik dan oksitosin challenge test. Amniosentesis untuk mengetahui rasio

lesitin:sfingomielin (L:S ratio) tidak umum dilakukan karena persalinan awal akibat indikasi ibu,

tetapi dapat berguna untuk mengetahui tingkat kematangan janin. Pemberian kortikosteroid

dilakukan untuk mematangkan paru janin jika persalinan diperkirakan berlangsung 2-7 hari lagi.

Jika terdapat pemburukan penyakit preeklamsi, maka monitor terhadap janin dilakukan secara

berkelanjutan karena adanya bahaya solusio plasenta dan insufisiensi uteroplasenter.

Page 8: REFERAT PREEKLAMSIA

8

2. Preeklamsi berat

Tujuan penatalaksanaan pada preeklamsi berat adalah mencegah konvulsi, mengontrol

tekanan darah maternal, dan menentukan persalinan. Persalinan merupakan terapi definitif jika

preeklamsi berat terjadi di atas 36 minggu atau terdapat tanda paru janin sudah matang atau

terjadi bahaya terhadap janin. Jika terjadi persalinan sebelum usia kehamilan 36 minggu, ibu

dikirim ke rumah sakit besar untuk mendapatkan NICU yang baik.

Pada preeklamsi berat, perjalanan penyakit dapat memburuk dengan progresif sehingga

menyebabkan pemburukan pada ibu dan janin. Oleh karena itu persalinan segera

direkomendasikan tanpa memperhatikan usia kehamilan. Persalinan segera diindikasikan bila

terdapat gejala impending eklamsi, disfungsi multiorgan, atau gawat janin atau ketika preeklamsi

terjadi sesudah usia kehamilan 34 minggu. Pada kehamilan muda, bagaimana pun juga,

penundaan terminasi kehamilan dengan pengawasan ketat dilakukan untuk meningkatkan

keselamatan neonatal dan menurunkan morbiditas neonatal jangka pendek dan jangka panjang.

Pada 3 penelitian klinis baru-baru ini, penatalaksanaan secara konservatif pada wanita

dengan preeklamsi berat yang belum aterm dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas

neonatal. Namun, karena hanya 116 wanita yang menjalani terapi konservatif pada penelitian ini

dan karena terapi seperti itu mengundang risiko bagi ibu dan janin, penatalaksanaan konservatif

hanya dikerjakan pada pusat neonatal kelas 3 dan melaksanakan observasi bagi ibu dan janin.

Semua wanita dengan usia kehamilan 40 minggu yang menderita preeklamsi ringan harus

memulai persalinan. Pada usia kehamilan 38 minggu, wanita dengan preeklamsi ringan dan

keadaan serviks yang sesuai harus diinduksi. Setiap wanita dengan usia kehamilan 32-34 minggu

dengan preeklamsi berat harus dipertimbangkan persalinan dan janin sebaiknya diberi

kortikosteroid. Pada pasien dengan usia kehamilan 23-32 minggu yang menderita preeklamsi

berat, persalinan dapat ditunda dalam usaha untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas

perinatal. Jika usia kehamilan < 23 minggu, pasien harus diinduksi persalinan untuk terminasi

kehamilan.

Tujuan obyektif utama penatalaksanaan wanita dengan preeklamsi berat adalah mencegah

terjadinya komplikasi serebral seperti ensefalopati dan perdarahan. Ibu hamil harus diberikan

magnesium sulfat dalam waktu 24 jam setelah diagnosis dibuat. Tekanan darah dikontrol dengan

medikasi dan pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Batasan terapi biasanya

Page 9: REFERAT PREEKLAMSIA

9

bertumpu pada tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih tinggi. Beberapa ahli menganjurkan

mulai terapi pada tekanan diastolik 105 mmHg , sedangkan yang lainnya menggunakan batasan

tekanan arteri rata-rata > 125 mmHg. Tujuan dari terapi adalah menjaga tekanan arteri rata-rata

dibawah 126 mmHg (tetapi tidak lebih rendah dari 105 mmHg) dan tekanan diastolik < 105

mmHg (tetapi tidak lebih rendah dari 90 mmHg). Terapi inisial pilihan pada wanita dengan

preeklamsi berat selama peripartum adalah hidralazin secara IV dosis 5 mg bolus. Dosis tersebut

dapat diulangi bila perlu setiap 20 menit sampai total 20 mg. Bila dengan dosis tersebut

hidralazin tidak menghasilkan perbaikan yang diinginkan, atau jika ibu mengalami efek samping

seperti takikardi, sakit kepala, atau mual, labetalol (20 mg IV) atau nifedipin (10 mg oral) dapat

diberikan. Akan tetapi adanya efek fetal distres terhadap terapi dengan hidralazin, beberapa

peneliti merekomendasikan penggunaan obat lain dalam terapi preeklamsi berat. Pada 9

penelitian acak yang membandingkan hidralazin dengan obat lain, hanya satu penelitian yang

menyebutkan efek samping dan kegagalan terapi lebih sering didapatkan pada hidralazin.

Bila ditemukan masalah setelah persalinan dalam mengontrol hipertensi berat dan jika

hidralazin intra vena telah diberikan berulang kali pada awal puerperium, maka regimen obat lain

dapat digunakan. Setelah pengukuran tekanan darah mendekati normal, maka pemberian

hidralazin dihentikan. Jika hipertensi kembali muncul pada wanita post partum, labetalol oral

atau diuretik thiazide dapat diberikan selama masih diperlukan.

Pemberian cairan infus dianjurkan ringer laktat sebanyak 60-125 ml perjam kecuali

terdapat kehilangan cairan lewat muntah, diare, diaforesis, atau kehilangan darah selama

persalinan. Oliguri merupakan hal yang biasa terjadi pada preeklamsi dan eklamsi dikarenakan

pembuluh darah maternal mengalami konstriksi (vasospasme) sehingga pemberian cairan dapat

lebih banyak. Pengontrolan perlu dilakukan secara rasional karena pada wanita eklamsi telah ada

cairan ekstraselular yang banyak yang tidak terbagi dengan benar antara cairan intravaskular dan

ekstravaskular. Infus dengan cairan yang banyak dapat menambah hebat maldistribusi cairan

tersebut sehingga meninggikan risiko terjadinya edema pulmonal atau edema otak.

Pada masa lalu, anestesi dengan cara epidural dan spinal dihindarkan pada wanita dengan

preeklamsi dan eklamsi. Pertimbangan utama karena adanya hipotensi yang ditimbulkan akibat

blokade simpatis. Ada juga pertimbangan lain yaitu pada keamanan janin karena blokade

simpatis dapat menimbulkan ipotensi dan menurunkan perfusi plasenta. Ketika teknik analgesi

Page 10: REFERAT PREEKLAMSIA

10

telah mengalami kemajuan beberapa dekade ini, analgesi epidural digunakan untuk memperbaiki

vasospasme dan menurunkan tekanan darah pada wanita penderita preeklamsi berat. Selain itu,

klinisi yang lebih menyenangi anestesi epidural menyatakan bahwa pada anestesi umum dapat

terjadi penigkatan tekanan darah tiba-tiba akibat stimulasi oleh intubasi trakea dan dapat

menyebabkan edema pulmonal, edema serebral dan perdarahan intrakranial. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Wallace dan kawan-kawan menunjukkan bahwa penggunaan anestesi baik

metode anestesi umum maupun regional dapat digunakan pada persalinan dengan cara seksio

sesarea pada wanita preeklamsi berat jika langkah-langkah dilakukan dengan pertimbangan yang

hati-hati. Walaupun anestesi epidural dapat menurunkan tekanan darah, telah dibuktikan bahwa

tidak ada keuntungan signifikan dalam mencegah hipertensi setelah persalinan. Kesimpulan yang

dapat ditarik adalah anestesi epidural aman digunakan selama persalinan pada wanita dengan

hipertensi dalam kehamilan, tetapi bukan merupakan terapi terhadap hipertensi.

Indikasi persalinan pada preeklamsi dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Indikasi ibu

- Usia kehamilan ≥ 38 minggu

- Hitung trombosit < 100.000 sel/mm3

- Kerusakan progresif fungsi hepar

- Kerusakan progresif fungsi ginjal

- Suspek solusio plasenta

- Nyeri kepala hebat persisten atau gangguan penglihatan

- Nyeri epigastrium hebat persisiten, nausea atau muntah

b. Indikasi janin

- IUGR berat

- Hasil tes kesejahteraan janin yang non reassuring

- Oligohidramnion.

Page 11: REFERAT PREEKLAMSIA

11

BAB III

KESIMPULAN

Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor risiko

maternal, faktor risiko medikal maternal, dan faktor risiko plasental atau fetal.

Sebab potensial yang mungkin menjadi penyebab preeklamsi adalah invasi

trofoblastik abnormal pembuluh darah uterus, intoleransi imunologis antara jaringan plasenta ibu

dan janin, maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari kehamilan

normal, faktor nutrisi, dan pengaruh genetik.

Anti hipertensi diberikan bila tekanan diastol mencapai 110 mmHg. Tujuan utama

pemberian obat anti hipertensi adalah menurunkan tekanan diastolik menjadi 90-100 mmHg.

Page 12: REFERAT PREEKLAMSIA

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive

Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-

Hill, 2005 : 761-808

2. Mariam siti, Makalah pre-eklampsia, 14 april 2013, diakses tanggal 27 juni 20013 dari,

http://sitimaryamhsb.makalah-pre-eklamsia.html

3. Gopar adul, pdf.Preeklampsi, 12 mey 2012, diakses tanggal 27 juni 2013 dari,

http://adulgopar.files.wordpress.com/preeklampsia.pdf

4. Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3,

Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301