asuhan keperawatan preeklamsia
TRANSCRIPT
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 1/58
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Preeklampsia
Pengertian Preeklampsia
Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli :
1. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan),
yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan ( Manuaba, 1998 ).
2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. (Mansjoer, 2000)
4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh
hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).
Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia
Adapun penyebab preeklampsia sampai
sekarang belum diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan
tentang penyebab preeklampsia, yaitu :
• Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,hidramnion, dan
mola hidatidosa.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 2/58
• Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
• Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
• Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Faktor Predisposisi Preeklamsia
• Molahidatidosa
• Diabetes melitus
• Kehamilan ganda
• Hidropfetalis
• Obesitas
• Umur yang lebih dari 35 tahun
Klasifikasi Preeklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
Preeklampsia Ringan :
• Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kalipemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
• Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
• Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada
urin kateter atau midstream.
Preeklampsia Berat
• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
• Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
• Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
• Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
• Terdapat edema paru dan sianosis.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 3/58
Patofisiologi Preeklamsia
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Manifestasi Klinik Preeklampsia
Pertambahan berat badan yang berlebihan
Edema
Hipertensi
Proteinuria
Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah
Pemeriksaan Penunjang PreeklampsiaPemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
• Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
• Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
• Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
• Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
• LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
• Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 4/58
• Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45
u/ml )
• Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31
u/l )
o Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
• Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria
• Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium; gangguanvisus; penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah.
• Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
• Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium
Pencegahan Preeklampsia
• Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
• Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 5/58
• Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Komplikasi Preeklampsia
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk
komplikasi antara lain:
Pada Ibu
• Eklampsia
• Solusio plasenta
• Pendarahan subkapsula hepar
• Kelainan pembekuan darah ( DIC )
• Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet
count )
• Ablasio retina
• Gagal jantung hingga syok dan kematian.
Pada Janin
• Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
• Prematur
• Asfiksia neonatorum• Kematian dalam uterus
• Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
Konsep Dasar Askep Preeklampsia
A. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah :
1. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 6/58
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
-
2. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkathingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Masalah Keperawatan
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 7/58
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
C. Perencanaan
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 CNadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi
dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,
jantung dan paru yang mendahului status kejang
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 8/58
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi
uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST :
- Hasil USG ;
Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 9/58
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
-
Intervensi :
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadapnyerinya
2. Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan IV :
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 10/58
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
3. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptif
2. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
3. Beri support system pada ibuR/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
D. Implementasi
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
E. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan
Daftar Pustaka
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 11/58
Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC,
Jakarta
R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.
——(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo. Surabaya
A. Pengertian
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma
yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 mingguatau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi
Kebidanan : 2009).
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau
lebih.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 12/58
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
(Ilmu Kebidanan : 2005)
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang
menyertai penyakit ini yaitu :
- Spasmus arteriola
- Retensi Na dan air
- Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklampsia (Obstetri Patologi : 1984)Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia
ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan
semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia.
Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang
sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).
C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 13/58
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis
Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus
dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan
sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan
hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan
peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatantahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan
anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim
(Michael,2005).
Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan
eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara
nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan
atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 14/58
intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler
terutama paru (Cunningham,2003).
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui
penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas normal (Trijatmo,2005).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh
adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebriatau didalam retina (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan
tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad partus
prematur.
6. Paru2
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 15/58
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).
D. Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :
- Edema
- Hipertensi
- Proteinuria
Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari
tangan dan muka. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik
meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah
pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua
yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklamsia. Proteiuria
bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam
urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2
kali dengan jarak waktu 6 jam.Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.
- Proteinuria + ≥5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
- Oliguria (<400 ml dalam 24 jam). - Sakit kepala hebat atau gangguan
penglihatan. - Nyeri epigastrum dan ikterus. - Trombositopenia. - Pertumbuhan
janin terhambat. - Mual muntah - Nyeri epigastrium - Pusing - Penurunan visus
(Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3)
E. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita
perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 16/58
predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya
preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat
dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan
pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah
lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang
merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
F. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia
berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukanpemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a. Ibu
• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan)
b. Janin
• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
• Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c. Laboratorium
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 17/58
• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia)
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit,
refleks patella setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit
kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4
gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no
21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang
tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu
dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak
melebihi 2-3 hari.3. Syarat-syarat pemberian MgSO4
• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10
cc) diberikan IV dalam 3 menit.
• Refleks patella positif kuat.
• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam) 4.
MgSO4 dihentikan bila :
• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun,
fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum
10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 18/58
menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter dapat terjadi
kelumpuhan otot pernapasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu
3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi
perbaikan (normotensi).
f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih
125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan <
90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-
obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yangdapat dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan
tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai
diberikan secara oral (syakib bakri,1997)
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 19/58
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan
aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja
dimana gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal
gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4
20% 2 gr IV.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan
telah dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita
dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama
perawatan 1-2 minggu).
G. Komplikasi
1. Stroke
2. Hipoxia janin
3. Gagal ginjal
4. Kebutaan
5. Gagal jangtung
6. Kejang
7. Hipertensi permanen
8. Distress fetal
9. Infark plasenta
10. Abruptio plasenta
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 20/58
11. Kematian janin
H. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan
infeksi urin.
2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk
menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah
retina.
4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam
plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen Farier : 1999)
5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan
kardiomegali.
I. Pathways
Terlampir
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT
Kasus
Ny. A 19 tahun datang kerumah sakit bersama suaminya Tn. B 21 tahun pada
tanggal 7 Januari 2011 dengan keadaan hamil, usia kehamilannya 20 minggu.
Ny. A mengatakan sesak nafas dan suaminya Tn. B mengatakan bahwa istrinya
lemas, pusing, matanya berkunang-kunang, nyeri punggung, berat badan
bertambah dengan cepat, dan kakinya membesar. Setelah dilakukan
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD : 160 / 110 mmHg, nadi : 120 x/menit,
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 21/58
RR : 34 x/menit, suhu : 360 C. Dari pemeriksaan Urin didapatkan kadar protein
urin 5 gr.
Hari / tanggal masuk : 7 Januari 2011
Jam :
No. CM :
Ruang :
Diagnosa medis :
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan : perawat H.
Hari / tanggal : 7 Januari 2011
Jam :
1. Biodata
a. Klien
Nama : Ny. A
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : -Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. B
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Status perkawinan : Sudah menikah
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 22/58
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Suami klien
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien merasa sesak nafas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. A 19 tahun datang kerumah sakit bersama suaminya Tn. B 21 tahun pada
tanggal 7 Januari 2011 dengan keadaan hamil, usia kehamilannya 20 minggu.
Ny. A mengatakan sesak nafas dan suaminya Tn. B mengatakan bahwa istrinya
lemas, pusing, matanya berkunang-kunang, nyeri punggung, berat badan
bertambah dengan cepat, dan kakinya membesar. Setelah dilakukan
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD : 160 / 110 mmHg, nadi : 120 x/menit,
RR : 34 x/menit, suhu : 360 C. Dari pemeriksaan Urin didapatkan kadar protein
urin 5 gr.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Ny. A tidak mempunyai penyakit hipertensi sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit hipertensi.e. Riwayat persalinan
Ny. A belum pernah melakukan persalinan.
f. Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali dan telah berangsung 1 tahun
g. Riwayat kontrasepsi
Pasien dan suaminya belum pernah memakai kontrasepsi
C. Pengkajian Primer
a. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Breathing
Pola nafas dalam dengan RR : 34 x/menit
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 23/58
c. Circulation
Nadi : 120 x/menit, kulit pucat, ekstremitas dingin
D. Pengkajian Sekunder
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : apatis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 160 / 110 mmHg
RR : 34 x/ menit
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 360 C
4. Kepala : simetris
5. Mata : anemis, diplopia, ikterik
6. Telinga : terdapat serumen
7. Hidung : simetris
8. Dada :
Paru-paru
I : asimetris cembung, edema
Pa : fremitus meningkatPe : pekak
Au : sesak nafas
Jantung
I : asimetris
Pa : denyut melemah
Pe : pekak
Au : lemah
9. Abdomen
I : membesar sesuai status obstetri
Au : bising usus normal
Pa : nyeri tekan pada kuadran 1
Pe :
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 24/58
10. Ekstremitas : edema
11. Genetalia : normal
E. Pola Kehidupan Sehari-hari
1. Pernafasan
RR : 34 x/menit, takiepnea
2. Sirkulasi
TD : 160 / 110 mmHg, Nadi : 120 x/menit, Suhu : 360 C
3. Nutrisi
Anoreksia, mual muntah
4. Eliminasi
BAB 1 x sehari, proteinuria
5. Mobilitas dan kenyamanan
Klien lemah, pusing, nyeri
6. Tidur dan istirahat
Klien sukar tidur
7. Kebersihan diri
Klien mandi 2 x sehari.
8. KomunikasiKomunikasi klien terbatas karena kelemahan.
9. Ibadah
Pasien masih bisa melaksanakan ibadah sesuai kemampuan.
10. Sosial ekonomi
Kebutuhan sosial ekonomi klien terganggu dan ekonominya.
F. Analisa Data
Tgl / jam Data fokus Etiologi Problem
DS : klien mengatakan sesak nafas.
DO :
TD : 160 / 110 mmHg
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 25/58
RR : 34 x/ menit
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 360 C Peningkatan kebutuhan O2 Pola nafas inefektif.
DS : sesak nafas
DO : TD : 160 / 110 mmHg
RR : 34 x/ menit
Nadi : 120 x/menit COP menurun Gangguan perfusi jaringan
DS : sesak nafas, lemah
DO : - Kelemahan fisik, ketidakseimbangan suplai O2 Intoleransi aktifitas
DS : pusing, nyeri punggung
DO : - Peningkatan tekanan vaskuler otak Gangguan rasa nyaman nyeri
DS : Berat badan bertambah cepat, kakinya membesar.
DS : udema Peningkatan reabsorbsi Na Kelebihan volume cairan
DS : mata berkunang-kunang
DO : - Peningkatan tekanan vaskuler retina Resiko injuri
G. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O22. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak
5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina
H. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit pola nafas
kembali normal
Kriteria hasil : bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt
Intervensi :
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 26/58
a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Rasional : untuk mengetahui pola nafas pasien
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : mengetahui ada tidaknya nafas tambahan
c. Atur posisi pasien semi fowler
Rasional : merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit
diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi.
Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis
Interensi :
a. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : untuk mengetahui kelemahan otot pernapasan.
b. Awasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui tingkat kegawatan klien.
c. Pantau BGARasional : asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada
tingkat sel.
d. Kolaborasi pemberian IV larutan elektrolit
Rasional : meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam aktivitas
pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / di perlukan
Intervensi :
a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional : mengetahui tingkat kelemahan
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 27/58
b. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi
Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri
berkurang /menghilang
Kriteria hasil : wajah tidak menyeringai, tidak pusing
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri
Rasional : mengetahui intensitas nyeri
b. Pertahankan tirah baring
Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi
c. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya, mengejan, batuk panjang
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menambah beratkan
penyakitd. Ajarkan taknik relaksasi dan distraksi
Rasional : membantu menghilangkan rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya lorazepam, diazepam
Rasional : menurunkan nyeri dan menurunkan rengsang system saraf simpatis.
5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam BB stabil
Kriteria hasil : - Tidak ada destensi vena perifer dan edema
- Paru bersih dan BB stabil
Intervensi :
a. Obervasi input dan output
Rasional : Mengetahui pengeluaran dan pemasukan cairan
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 28/58
b. Jelaskan tujuan pembatasan cairan / Na pada pasien
Rasional : Na dapat mengikat air sehingga meningkatkan volume cairan
bertambah
c. Kolaborasi pemberian deuretik , contoh : furosemid (lazix),asam etakrinik
(edecrin) sesuai dengan indikasi.
Rasional : Menghambat reabsorpsi natrium dan menurunkan kelebihan cairan
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : diet pembatasan Na sesuai indikasi
6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak
mengalami trauma
Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami cidera
Intervensi :
a. Hindarkan pasien dari benda-benda yang berbahaya bagi pasien
Rasional : Mencegah terjadinya injuri
b. Pertahankan tirah baring
Rasional : Meminimalkan pergerakan pasien
c. Pertahankan BEL di samping tempat tidur dan pagar tempat tidur tinggiRasional : Mencegah terjadinya injuri
d. Batasi aktivitas pasien
Rasional : Meminimalkan aktivitas yang dapat menimbulkan trauma pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta
Doengoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta.
Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 29/58
Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta Pusat
Obstetri Patologi. 1984. Elstar Offset : Bandung.
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang
timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias :
hipertensi, proteinuri, dan edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi : A. Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan
pembengkakan, dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
B. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak
sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak,
dkk., 2005).
C. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
D. Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan
(Mansjoer dkk, 2000).
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 30/58
E. Pre eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal.
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan.
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia.
Tanda dan gejala timbul hanya selama hamil dan menghilang dengan cepat
setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi
wanita yang akan menderita preeklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di
usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain
adalah :· Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
· Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.
· Kegemukan.
· Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
· Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
· Mengandung lean alirbih dari satu orang bayi.
· Gizi buruk
· Gangguan aliran darah ke rahim.
Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan
perkembangan penyakit: primigravida, grand multigravida, janin besar,
kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 31/58
Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia
terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30%
pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami
hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%.
Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak terpisahkan dari preeklampsia
ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia (Bobak, dkk., 2005).
2.3 Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya
dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk
mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (SinopsisObstetri, Jilid I, Halaman 199).
Patofisiologi pre eklamsi-eklamsi setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi
peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi penurunan resistensi vaskular
sistemik (systemic vascular resistance[SVRI]), peningkatan curah jantung, dan
penurunan tekanan osmotik koloid.
Pada pre eklamsi volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat
organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan
menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal
menurun.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 32/58
Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensifitas terhadap tekanan
peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu
ketidakseimbagan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2.
Selain kerusakan endotelial vasospasme arterial menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut
menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre
eklamsi mudah mengalami edema paru.
Hubungan sistem imun dengan pre eklamsi menunjukkan bahwa faktor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam pre eklamsi. Keberadaan protein
asing, plasenta, atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. Teori
ini didukung oleh peningkatan insiden pre eklamsi pada ibu baru dan ibu hamil
dari pasangan baru (materi genetik yang berbeda).
Predisposisi genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Frekuensi pre
eklamsi dan eklamsi pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklamsi,
yang menunjukkan suatu gen resesif autoso yang mengatur respon imun
maternal.
Patofisiologi preeklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dengan
menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak. Komplikasi meliputi
nyeri kepala, kejang, dan gangguan penglihatan (skotoma) atau perubahankeadaan mental dan tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam jiwa ialah
eklampsia atau timbul kejang (Bobak, dkk., 2005).
2.4 Patologi
Berbagai teori mengenai asal preeklampsia telah diajukan, tetapi baru-baru ini
tidak terdapat penjelasan yang lengkap tentang penyebab gangguan ini.
Respons imun abnormal, gangguan endokrin, predisposisi genetik, kelebihan
atau kekurangan nutrisi, dan gangguan ginjal semua diajukan sebagai berperan
pada terjadinya preeklampsia.
Banyak sumber menyetujui bahwa penyebab preeklampsia adalah multifaktor
antara lain nulipara, usia maternal lebih dari 35 tahun, usia ibu kurang dari 18
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 33/58
tahun, riwayat keluarga hipertensi akibat kehamilan (HAK), dan riwayat HAK
pada kehamilan sebelumnya.
Vasospasme paling mungkin sebagai penyebab proses penyakit. Ketika
vasospasme berlanjut, terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah, yang
mengakibatkan mengalirnya trombosit dan fibrin ke dalam lapisan subendotel
dinding pembuluh darah. Hal ini diketahui bahwa ibu yang mengalami
preeklampsia mempunyai sensivitas pada angiotensin II, yang dianggap menjadi
kontributor utama untuk proses vasospasme. Vasokonstriksi juga berperan pada
kerusakan sel darah merah ketika melewati diameter pembuluh darah yang
bgerkurang ukurannya. Vasospasme akhirnya menimbulkan hipoksia jaringan
lokal pada berbagai sistem organ, termasuk plasenta, hati, paru, otak, dan retina.
Vasospasme serebral berperan pada gejala sakit kepala dan gangguan
penglihatan serta dapat berlanjut menjadi stroke.
Vasospasme pada sistem ginjal berperan pada penurunan aliran darah ginjal.
Sistem ginjal mengalami pembengkakan sel endotel glomerulus, lumen kapiler
glomerulus berkonstriksi, dan filtrasi glomerulus dan selanjutnya menurun.
Karena penurunan filtrasi, nitrogen urea darah serum, kreatinin, dan natrium
meningkat; dan haluaran urin menurun. Retensi natrium selanjutnya sensivitas
terhadap angiotensi II dan peningkatan volume cairan ektra seluler. Pada kasusberat, vasospasme dan pembentukan trombus arterial dapat menimbulkan
nekrosis korteks renal.
Terjadinya edema umum karena kerusakan dinding pembuluh darah dan retensi
cairan sekunder akibat penurunan filtrasi glomerulus. Ketika cairan bergeser dari
ruang intravaskular ke ektravaskular terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi.
Hal ini pada gilirannya menempatkan kebutuhan pada jantung sebagai
presoreseptor pada organ mayor memberi umpan balik untuk meningkatkan
curah jantung. Riset tentang curah jantung pada preeklampsia masih menjadi
konflik.
Beberapa penelitian telah menetapkan penurunan curah jantung yang dikaitkan
dengan peningkatan tahanan vaskular perifer, sedangkan penilitian lain
menemukan bahwa beberapa ibu dengan preeklampsia secara nyata mengalami
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 34/58
peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer sampai penyakit
menjadi berat.
Disfungsi hati pada preeklampsia dapat direntang dari perubahan enzim ringan
sampai edema hepatik, edema subkapsular, atau hemoragi. Perubahan berat
dapat terjadi sebagai nyeri kuadran kanan atas. Bila edema hepatik mewakili
derajat edema umum yang mencakup edema serebral, nyeri kuadran kanan atas
sering dikaitkan dengan derajat edema serebral yang mengakibatkan aktivitas
kejang (eklampsia).
Kerusakan dinding pembuluh darah, dan kebocoran produk darah ke dalam
ruang ektravaskular akhirnya menimbulkan koagulopati konsumtif serupa dengan
koagulasi intravaskular diseminata. Mekanisme trombositopenia yang tampak
pada preeklampsia tidak dipahami dengan baik. Satu teori adalah bahwa
kerusakan endotel dikaitkan dengan agregasi dan destruksi tombosit. Gangguan
mekanisme pembekuan normal dapat menimbulkan hemoragi dan kematian.
Beberapa ibu yang mengalami preeklampsia berlanjut mengalami sindrom
HELLP, yang dikaitkan dengan progresi cepat proses patologis dan
mengakibatkan hasil janin dan maternal sebaliknya. Ibu yang mengalami
sindrom HELLP kemungkinan menunjukkan subset individual yang mengalami
disfungsi endotel lebih berat, dan dianggap bahwa predisposisi ini mungkinbersifat genetik.
Disamping efek tidak langsung penurunan perfusi maternal pada janin, proses
vasospasme juga secara langsung mempengaruhi plasenta. Lesi plasenta yang
adalah akibat infrak selanjutnya menurunkan perfusi ke janin, yang menimbulkan
intrauterine growth restriction (IUGR) dan hipoksia. Komplikasi yang dikaitkan
dengan preeklampsia berat meliputi gangguan plasenta, gagal ginjal akut,
abrupsio retina, gagal jantung, hemoragi serebral, IUGR, dan kematian maternal
dan janin (Walsh, 2008).
2.5 Diagnosis
Diagnosis preeklampsia dilakukan pada setiap kali pemeriksaan prenatal dengan
mengukur tekanan darah ibu dan menguji protein urine. Diagnosis preeklampsia
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 35/58
ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Prawirohardjo, 2008).
§ Hipertensi : sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan
kenaikan diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia.
§ Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik.
§ Edema :edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali
edema pada lengan, muka, dan perut, edema generalisata.
Prawirohardjo (2008) menjelaskan bahwa diagnosis preeklampsia ditegakkan
berdasar kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum dibawah ini.
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat.
j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartate aminotransferase.
k. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
l. Sindrom HELLP (Prawirohardjo, 2008).
Perlu diperhatikan bahwa tingginya tekanan darah bukan merupakan penentu
utama klasifikasi berat atau ringannya PE.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 36/58
Dari : Cunningham FG et al : Hypertensive Disorder In Pregnancy in “ Williams
Obstetrics” , 22nd ed, McGraw-Hill, 2005
2.6 Pencegahan
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah
upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang
berisiko terjadinya preeklampsia (Prawirohardjo, 2008). Oleh karena itu,
pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi angka kejadian dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah,
dan pemeriksaan urin untuk menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian
preeklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan
preeklampsia :
a. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin,
rendah lemak. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.
b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti
bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak dudukatau berbaring kea rah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta
tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peraan dan gerak janin
dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan
perhatian :
1. Uji kemungkinan preeklampsia :
a). Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b). Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c). Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d). Pemeriksaan protein dalam urine
e). Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah umum, dan pemeriksaa retina mata.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 37/58
2. Penilaian kondisi janin dalam rahim
a). Pemeriksaan tinggi fundus uteri
b). Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban
c). Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (Curtis, 1999).
2.7 Penanganan
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital
pada keadaan normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada
ibu dan bayi.
Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 , dalam infuse Dextrosa 5%
dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2 g intravena
dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jam dalam drip infuse sampai tekanan darah
stabil 140-150/90-100 mmHg. Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau
dihentikan 6 jam pasca persalinan ada perbaikan nyata ataupun tampak tanda-
tanda intoksikasi. Sebelum memberikan MgSO4 perhatikan reflek patella,
pernapasan 16 kali/menit. Selama pemberian parhatikan tekanan darah, suhu,
perasaan panas, serta wajah merah. Berikan nefidipine 3-4 x 10 mg oral (dosis
maksimum 80 mg/hari), tujuannya adalah untuk penurunan tekanan darah 20%dalam 6 jam. Periksa tekanan darah, nadi, pernapasan tiap jam. Pasang kateter
kantong urin setiap 6 jam.
PE Berat memerlukan antikonvulsi dan antihipertensi serta dilanjutkan dengan
terminasi kehamilan.
Tujuan terapi pada PE:
1. Mencegah kejang dan mencegah perdarahan intrakranial
2. Mengendalikan tekanan darah
3. Mencegah kerusakan berat pada organ vital
4. Melahirkan janin yang sehat
Terminasi kehamilan adalah terapi defintif pada kehamilan > 36 minggu atau bila
terbukti sudah adanya maturasi paru atau terdapat gawat janin.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 38/58
Penatalaksanaan kasus PEB pada kehamilan preterm merupakan bahan
kontroversi.Pertimbangan untuk melakukan terminasi kehamilan pada PEBerat
pada kehamilan 32 – 34 minggu setelah diberikan glukokortikoid untuk
pematangan paru.
Pada PEBerat yang terjadi antara minggu ke 23 – 32 perlu pertimbangan untuk
menunda persalinan guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
perinatal.
Terapi pada pasien ini adalah :
1. Dirawat di RS rujukan utama (perawatan tersier)
2. MgSO4
3. Antihipertensi
4. Kortiskosteroid
5. Observasi ketat melalui pemeriksaan laboratorium
6. mengakhiri kehamilan bila terdapat indikasi
Terminasi kehamilan sedapat mungkin pervaginam dengan induksi persalinan
yang agresif. Persalinan pervaginam sebaiknya berakhir sebelum 24 jam. Bila
persalinan pervaginam dengan induksi persalinan diperkirakan melebihi 24jam,
kehamilan sebaiknya diakhiri dengan SC
2.8 Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN MASALAH
PREEKLAMSIA BERAT
Tanggal masuk : 9 Mei 2011
Tanggal pengkajian : 11 Mei 2011
Dx medis : PEB
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Ny.R
Umur : 32 tahun
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 39/58
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protesttan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Suku bangsa :
Alamat :
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.s
Umur : 34 th
Jenis kelamin : laki laki
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta
Suku bangsa :
Alamat :
Hub dg klien : suami
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan utama: mengeluh mual muntah
b. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengeluh nyeri kemudian di bawa keRS untuk menjalani perawatan medis
c. Riwayat kesehatan dahulu:
d. Riwayat kesehatan keluarga: ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak
ada yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.
e. Genogram: -
f. Riwayat alergi obat dan makanan: tidak ada alergi obat dan makanan
3. Pola Fungsi Kesehatan
Persepsi terhadap kesehatan: ibu klien melihat tanda dan gejala nyeri pada
anaknya kemudian langsung membawa ke rumah sakit untuk mendapat
perawatan yang optimal.
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 40/58
Pola aktivitas- latihan:
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan x
Minum x
Eliminasi x
Mobilisasi x
Berpakaian x
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dengan alat Bantu
2 : bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan peralatan4 : tergantung total
4. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek
patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Gejala : penurunan oksegen
Tanda :
c. Abdomen
Gejala : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatrik bekas
operasi ( - ) Palpasi :
Ø Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa
besar, lunak, noduler
Ø Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin
di sebelah kanan.
Ø Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Ø Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 41/58
Auskultasi : BJA 142 x/1’ regular
Eliminasi
Gejala : proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
d. Makanan / cairan
Gejala : peningkatan berat badan, muntah-muntah
Tanda : nyeri epigastrium,
e. Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
f. Neurosensori
Gejala : hipertensi
Tanda : kejang atau koma
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda : gelisah,
h. Pernafasan
Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor
Tanda : irama teratur, bising tidak adai. Keamanan
Gejala : jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
Tanda :
j. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah lengkap: trombositopeni
2. Urin : proteinuria, oliguri
3. USG
C. DATA FOKUS
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 42/58
Data subyektif:
· klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah perut
· P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah
perut
· S: skala 8 T: nyeri terasa selama 3menit sekali
· klien mengatakan susah makan karena sering mual muntah
· klien mengatakan sering merasa haus
Data obyektif:
· klien tampak pucat, dehidrasi
· klien tampak kurus, anoreksia, konjungtiva pucat
· klien tampak lemah, bedrest
D ANALISA DATA
NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI
1. DS :
DO :
- Dipsnea
- Napas pendek
- Nyeri dada
- batuk
- hemoptisis
- pembesaran
limpa
- hipoksia
Pola nafas tidak
efektif
Deformitas dinding
dada (adanya edema
pada paru)
2. DS: klien
mengatakan
anaknyamengalami nyeri
hebat pada
daerah perut P:
nyeri berkurang
setelah minum
Nyeri akut Agen cidera biologi
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 43/58
obat Q: nyeri
berat R: nyeri
pada daerah
perut S: skala 8
T: nyeri terasa
selama 3 menit
sekali DO: klien
tampak menahan
nyeri
3. DS: klien
mengatakan
susah makankarena sering
mual muntahDO:
klien tampak
kurus, lemah,
anoreksia,
konjungtiva pucat
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna
makanan karena faktor biologi
4. DS: ibu klien
mengatakan
sering merasa
haus DO: klien
tampak lemah,
bedrest,
dehidrasi, turgor
kulit lambat
Resiko kekurangan
volume cairan
Retensi garam dan air
5. Ds :
Do :
- Pasien selalu
merasa ingin
BAK (anyang-
anyangan)
Gangguan eliminasi
urin
Sindroma nefrotik
(penurunan filtrasi)
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 44/58
- Pasien merasa
nyeri saat awal
setelah BAK
- Dipermukaan
saluran kencing
bawah (orifisium
uretra) merah
(eritematus) dan
membengkak
(oedema)
6. DS :
DO :- Pasien tampak
lemah
- Skala nyeri 8
- Tampak
terpasang kateter
Resiko infeksi Tindakan invasif
Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah
Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru)
Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan retensi garam dan air
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sindroma nefrotik (penurunan
filtrasi)
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 45/58
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 46/58
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN MASALAHPREEKLAMSIA
BERAT
N
o
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Wkt Implementasi Evalua
si
1 Pola nafas
tidak efektif
b/d
Deformitas
dinding
dada (adany
a edema
pada paru)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawa
tan
selama 1
X 24 jam
diharapkan pola
nafas
klien
normal
dengan
kriteria
hasil:
Respirato
rystatus:
Ventilatio
n(0703)
-
Respirasi
dalam
batas
normal
- Mudah
bernafas
- Tidak
- Buka jalan
nafasdengan
tehnik chin lift
- Posisikan klien
untuk
memaksimalkan
ventilasi-
Identifikasi jikapasi
en perlupemasang
an alat jalan nafas
buatan
- Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
nafas tambahan
- Monitor
respirasi dan status
O2
- Observasi TTV
- Agar
memuda
hkan
bernapas
dengan
lancar
- Untuk
memenuhi
kebutuha
n O2
klien
-
Mencega
h
terjadinya
hipoksia
- Untuk
mengeta
hui
adanya
suara
nafas
tambaha
09.0
0
09.1
0
09.1
5
09.2
0
09.3
0
09.3
5
1. Membuka
jalan nafas
dengan tehnik
chin lift
2. memposisik
an klien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. mengidentifi
kasi jika pasien
perlu
pemasangan
alat jalan nafas
buatan
4. mengauskult
asi suara
nafas, catat
adanya suara
nafas
tambahan
5. memonitor
respirasi dan
status O2
6. mengobserv
asi TTV
S : -
O :
Pola
nafas
klien
lancar
A :
Tujuantercapa
i,
masala
h
teratasi
P :
Pertah
ankan
interve
nsi
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 47/58
ada
dipsnea
- TTV
normal
n
- Untuk
mengeta
hui
respirasir
ed dan
kebutuha
b O2
-
Mengeta
hui
keadaan
umum
klien
2 Nyeri akut
berhubunga
n dengan
Agen cidera
biologi
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawa
tan
selama 1
x 24 jam
diharapka
n nyeri
berkuran
g dengan
kriteria
hasil:
Pain
control
(1605)
·
1. Kaji secara
komprehensif
tentang nyeri
meliputi: lokasi,
karakteristik, dan
onset, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-
faktor presipitasi
2. Kaji pengalaman
individu terhadap
nyeri, keluarga,
dengan nyeri
kronis
3. Evaluasi tentang
keefektifitan dari
-
Mengindi
kasikan
terjadinya
komplika
si.
- Dapat
memban
dingkan
nyeri
09.4
0
09.5
0
1. mengkaji
secara
komprehensif
tentang nyeri
meliputi: lokasi,
karakteristik,
dan onset,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas/berat
nya nyeri, dan
faktor-faktor
presipitasi
2. mengkaji
pengalaman
individu
S :
Klien
mengat
akan
nyeri
sudah
berkura
ng
O :
wajah
klien
terlit
tidak
meringi
s
menah
an
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 48/58
Mengenal
i faktor
penyebab
· Menggu
nakan
metode
pencegah
an
· Menggu
nakan
metode
pencegah
an non
analgetik
untuk
mengura
ngi nyeri
· Menggu
nakananalgetik
sesuai
kebutuha
n
· Melapor
kan
gejala
pada
tenaga
kesehata
n
· Mengen
tindakan
mengontrol nyeri
yang telah
digunakan
4. Berikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab, berapa
lama terjadi, dan
tindakan
pencegahan
5. Berikan
analgetik sesuai
anjuran
6. Beritahu dokter
jika tindakan
berhasil atau
terjadi keluhan
yang ada
dari nyeri
sebelumn
ya
-
Penggun
aan
persepsi
diri/
perilaku
untuk
menghila
ngkan
nyeri
dapat
membant
u pasienmengata
sinya
lebih
efektif
4.
Informasi
tentang
nyeri
dapat
membant
u dalam
menurun
09.5
5
10.0
0
10.15
10.2
0
terhadap nyeri,
keluarga,
dengan nyeri
kronis
3.
mengevaluasi
tentang
keefektifitan
dari tindakan
mengontrol
nyeri yang
telah
digunakan
4. memberikan
informasitentang nyeri
seperti
penyebab,
berapa lama
terjadi, dan
tindakan
pencegahan
5. memberikan
analgetik
sesuai anjuran
nyeri
A :
Tujuan
tercapa
i,
Masala
h
teratasi
P :
Pertah
ankan
interve
nsi
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 49/58
ali gejala-
gejala
nyeri
· Mencata
t
pengalam
an
tentang
nyeri
sebelumn
ya
· Melapor
kan nyeri
yang
sudah
terkontrol
Keterang
an
penilaianNOC:
1. Tidak
dilakukan
sama
sekali
2. Jarang
dilakukan
3.
Kadang
dilakukan
4. Sering
dilakukan
kan
persepsi
nyeri
5.Analget
ik
diberikan
untuk
nyeri
ringan
yang
tidak
hilang
dengan
tindakan
kenyama
nan.
6.Untukmelanjutk
an terapi
selanjutn
ya
6. memberitau
kan dokter jika
tindakan
berhasil atau
terjadi keluhan
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 50/58
5. Selalu
dilakukan
3 Ketidakseim
bangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubunga
n dengan
Ketidakmam
puan dalammemasukka
n/mencerna
makanan
karena
faktor
biologi
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawa
tan
selama 3
x 24 jam
diharapka
n nafsu
makanklien
normal
lagi
dengan
kriteria
hasil:
Nutritiona
l status
(1004)
·
Stamina,
Tenaga
·
Kekuatan
menggen
ggam
·
Penyemb
uhan
1. Kaji adanya
alergi makanan
2. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
3. Berikan
substansi gula
4. Berikan
makanan yang
terpilih( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
5. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
1. Untuk
mengeta
hui
apakah
pasien
ada
alergi
makanan
2. intake
fe dapatmeningka
tkan
kekuatan
tulang
3.
substansi
gula
dapat
meningka
tkan
energi
pasien
4. Untuk
memenu
hi status
gizi
pasien
10.3
0
10.3
5
10.4
0
10.4
5
11.0
0
1. mengkaji
adanya alergi
makanan
2.
menganjurkan
pasien untuk
meningkatkan
intake Fe3. memberikan
substansi gula
4. memberikan
makanan yang
terpilih( sudah
dikonsultasika
n dengan ahli
gizi)
5. memberikan
pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan hari
S :
Klien
mengat
akan
sudah
tidak
merasa
mual
O :
Kliensudah
tidak
terlihat
lemas,
konjun
gtiva
normal
A :
Tujuan
tercapa
i,
Masala
h
teratasi
P :
Pertah
ankan
interve
nsi
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 51/58
jaringan
· Daya
tahan
tubuh
· Tidak
ada
penuruna
n BB yg
berlebih
Keterang
an
penilaian
NOC:
1. Tidak
pernah
menunjuk
kan
2. Jarang
menunjukkan
3.
Kadang
menunjuk
kan
4. Sering
menunjuk
kan
5. Selalu
menunjuk
kan
5.
Catatan
harian
makanan
dapat
mengeta
hui
asupan
nutrisi
pasien
4 Resiko Setelah 1. Pertahankan 1. Untuk 11.11.mempertaha S :
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 52/58
kekurangan
volume
cairan
berhubunga
n dengan
retensi
garam dan
air
dilakukan
asuhan
keperawa
tan
selama 3
x 24 jam
diharapka
n klien
dapat
tidak ada
resiko
kekurang
an
volume
cairan
dengan
kriteria
hasil:
·Mempert
ahankan
urin
output
sesuai
dengan
usia dan
BB
· TTV
dalam
batas
normal
catatan intake
output urin yang di
buat
2. Monitor adanya
status dehidrasi
3. Monitor hasil lab.
yang sesuai
dengan retensi
cairan
4. Monitor TTV
5. Kolaborasi
pemberian cairan
atau makanan/infus
6. Monitor status
nutrisi
7. Dorong masukan
oral
mengeta
hui
perubaha
n intake
output
urin klien
2.antisipa
si
terjadinya
dehidrasi
berat
3.untuk
memberi
kan
tindakan
yang
sesuai
dengan
kondisiklien
4.untuk
mengeta
hui
keadaan
umum
klien
5.Untuk
memulihk
an energi
pasien
5
11.2
5
11.3
0
11.3
5
11.4
0
12.0
0
12.1
0
nkancatatan
intake output
urin yang di
buat
2. memonitir
adanya status
dehidrasi
3. memonitor
hasil lab. yang
sesuai dengan
retensi cairan
4. memonitor
TTV
5.
mengkolabora
sikan
pemberian
cairan atau
makanan/ infus
6. memonitorst
atus nutrisi
7. mendorong
Klien
mengat
akan
tidak
merasa
lemah
O
:Tugor
kulit
normal
A :
Tujuan
tercapa
i,
Masala
h
teratasi
P :
Pertahankan
interve
nsi
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 53/58
·
Elastisita
s turgor
kulit
normal
· Tidak
ada
tanda-
tanda
dehidrasi
·
Membran
mukosa
lembab
· Tidak
ada rasa
haus
berlebiha
nKeterang
an
penilaian
NOC:
1. Tidak
dilakukan
sama
sekali
2. Jarang
dilakukan
3.
Kadang
6. Untuk
mengeta
hui intake
nutrisi
pasien
7.
Mengopti
malkan
keadaan
pasien
agar
kembali
normal
masukan oral
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 54/58
dilakukan
4. Sering
dilakukan
5. Selalu
dilakukan
5 Gangguan
eliminasi
urin
berhubunga
n
dengansindr
oma nefrotik(penurunan
filtrasi)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawa
tan
selama 1
x 24 jameliminasi
urin klien
dalam
rentang
normal
dengan u
rinary
eliminatio
n kriteria
hasil :
-
Frekuensi
eliminasi
urin
dalam
rentang
normal
- Monitor
pengeluaran urin
termasuk frekuensi,
warna, volume, dan
senyawa yang
terkandung
didalamnya- Monitor tanda dan
gejala adanya
retensi urin
- Catat waktu
pengeluaran urin
terakhir
- Ajarkan pasien
untuk minum
secara lancar yaitu
8 gelas sehari
- Anjurkan klien
untuk mengenali
adanya ISK yang
berkelanjutan
- Untuk
mengeta
hui
warna,
frekuensi,
volume
dansenyawa
yang
terkandu
ng dalam
urine
yang di
keluarkan
oleh
paisen.
- Untuk
mengeta
hui tanda
dan
gejala
yang
terjadi
pada
pasien
pada
12.2
0
12.3
0
12.3
5
12.4
0
1. memonitorp
engeluaran
urin termasuk
frekuensi,
warna, volume,
dan senyawa
yangterkandung
didalamnya
2. memonitor t
anda dan
gejala adanya
retensi urin
3. mencatat wa
ktu
pengeluaran
urin terakhir
4.
mengajarkan
pasien untuk
minum secara
S : -
O :
Klien
BAK
dengan
normal
A :Tujuan
tercapa
i,
Masala
h
teratasi
P :
Pertah
ankan
interve
nsi
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 55/58
- Tidak
ada
bengkak
dan
memerah
pada
saluran
kemih
- Tidak
ada
sekret/cai
ran
nanah
keluar
dari
saluran
kencing
- Urin
tidak
mengand
ung
protein
glukosa
ataupun
keton
saat
terjadi
retensi
urine.
- Untuk
mengeta
hui
pengelua
ran urin
pasien
- Untuk
membant
u pasien
dalam
memasuk
kan
cairan
secara
optimal.- Untuk
membant
u pasien
mengeta
hui gejala
apbila
ISK
kembali.
12.5
0
lancar yaitu 8
gelas sehari
5. mengajarka
n klien untuk
mengenali
adanya ISK
yang
berkelanjutan
6 Resiko
infeksi
Setelah
dilakukan
- Pertahankan
tehnik isolasi
- Untuk
mencega
14.1
5
1.Mempertaha
nkantehnik
S : -
O :
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 56/58
berhubunga
n
dengantinda
kan invasife
tindakan
keperawa
tan
selama
2x24 jam,
diharapka
n pasien
mampu
mengkont
rol
terjadinya
infeksi
dengan
criteria
hasil:
Risk
Control
(1902)
- faktor resiko
dari
lingkunga
n
terpantau
- strategi
kontrol
resiko
berkemba
ng
dengan
efektif
- Batasi
pengunjung bila
perlu
- Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan
saat berkunjung
dan setelah
berkunjung
- Pertahankan
lingkungan aseptic
selama
pemasangan alat
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Berikan terapi
antibiotic bila perlu
h
terjadinya
infeksi
- Untuk
mengura
ngi resiko
infeksi
dari
pengunju
ng
- Untuk
mencega
h
penyebar
an
pathogen
terhadap
pengunju
ng
- Untuk
mengura
ngi
penyebar
an
pathogen
- Untuk
mempert
ahankan
14.3
0
14.4
0
14.4
5
14.5
5
15.0
0
isolasi
2. membatasip
engunjung bila
perlu
3. mengintruksi
kanpada
pengunjung
untuk mencuci
tangan saat
berkunjung
dan setelah
berkunjung
4.mempertaha
nkanlingkunga
n aseptic
selama
pemasangan
alat
5.
mmeningkatka
nintake nutrisi
6. memberikan
terapi antibiotic
bila perlu
Tidak
terpasa
ng
kateter
A :
Tujuan
tercapa
i,
Masala
h
teratasi
P :
Pertah
ankan
interve
nsi
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 57/58
-
memonito
r
perubaha
n status
kesehata
n
-
melaksan
akan
strategi
kontrol
resiko
yang
terpilih
Skala:
Tidak
pernah
sampaidiperlihat
kan
1.tidak
diperlihat
kan
2.jarang
diperlihat
kan
3.kadang-
kadang
diperlihat
kan
asupan
nutrisi
klien
- Antibioti
c sebagai
pelindun
g tubuh
untuk
menolak
pathogen
yang
merugika
n bagi
tubuh
7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 58/58
4.sering
diperlihat
kan
5.konsist
en
diperlihat
kan