referat hernia
DESCRIPTION
rTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hernia yang merupakan kasus bedah yang banyak terjadi disamping apendisitis akut
dan sering menimbulkan masalah-masalah penyerta. Hernia dapat terjadi akibat
kelainan kongenital maupun didapat. Dari hasil penelitian pada populasi hernia
ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada
pria. Hernia inguinalis lateralis merupakan hernia yang paling sering ditemukan yaitu
sekitar 50%, sedangkan hernia ingunal medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15%.
Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Simarmata (2003) bahwa insidensi hernia
inguinalis diperkirakan diderita oleh 15% populasi dewasa, 5-8 % pada rentang usia 25-
40 tahun, dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun.
Presipitasi terjadinya hernia dikarenakan oleh kenaikan tekanan intra abdomen,
seperti : kerja berat, batuk kronis, dan konstipasi. Kondisi ini diperparah dengan krisis
ekonomi Indonesia, yang berakibat pada tingginya jumlah penduduk miskin Indonesia
hingga mencapai 35,7%, dimana sebagian besar merupakan pekerja berat. Hal ini
memperbesar kerentanan penduduk miskin menderita hernia.
Pertambahan usia berbanding lurus dengan tingkat kejadian hernia. Hernia
inguinalis lateralis dapat terjadi pada semua umur, namun paling banyak terjadi pada
usia antara 45 sampai 75 tahun.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI HERNIA
Dari segi lughat secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Definisi
yang banyak dianut menyatakan hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk,
viscus atau organ dari tempat yang seharusnya; protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis; 2. Isi
hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia
abdominalis berupa usus; 3. Locus Minoris Resistence (LMR); 4. Cincin hernia:
Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia; 5. Leher
hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
2.2. ETIOLOGI HERNIA
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan
intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen.
2
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital
yang telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai
kelemahan dinding abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan
isi abdomen memasuki kantong tersebut.
2.3. KLASIFIKASI HERNIA
1. Berdasarkan kejadiannya, hernia dibagi atas :
A. Hernia bawaan atau kongenital
Pada hernia kongenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine – paten
prosesus vaginalis adalah salah satu contohnya.
3
B. Hernia dapatan atau akuisita; terdapat dua tipe hernia akuisita yaitu :
B.1. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
- Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah
femoralis yang melalui kanalis femoralis.
- Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal,
seperti pada regio lumbal.
- Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek,
seperti pada umbilikus.
B.2. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada
dinding, seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
2. Berdasarkan sifatnya, hernia dibagi atas :
A. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya
menetap. Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila
disokong gaya gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Gambar 1. Hernia reponibilis, dimana isi kantong hernia tidak terjepit pada pintu hernia
B. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher
yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada
4
keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko
yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
Gambar 2. Hernia irreponibilis
C. Hernia obstruksi
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi
terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya
suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah
’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi
tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi
dapat juga disebut dengan inkarserata.
D. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah
oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan
pembengkakan lebih lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena.
Terjadi perdarahan vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan
pembengkakan akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi
dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis
yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling sering terjadi
dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan
dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke
dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan,
mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen
5
yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritoneal menyebabkan peritonitis.
Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian. Bila strangulasi hanya
menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter. Ileus obstruksi
mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru
terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi
sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis tampak seperti abses di
daerah inguinal.
Gambar 3. Hernia strangulate
E. Hernia Inflamasi
Isi hernia mengalami inflamasi dengan proses apapun sebagai penyebab pada
jaringan atau organ yang secara tidak normal mengalami hernia, misalnya :
1. Apendisitis akut
2. Divertikulum Meckel
3. Salpingitis akut
Hampir tidak mungkin untuk membedakan hernia yang terinflamasi dengan
yang mengalami strangulasi.
3. Berdasarkan Arah Herniasi
A. Hernia Eksterna
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati
defek fascia pada dinding abdominal. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol
6
secara lengkap melalui dinding abdomen dan penonjolannya dapat dilihat dari luar.
Termasuk di dalamnya antara lain :
- Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis
- Hernia Femoralis
- Hernia Umbilicalis
- Hernia Epigastrica
- Hernia Lumbalis
- Hernia Obturatoria
- Hernia Semilunaris
- Hernia Perinealis
B. Hernia Interna
Hernia Interna terjadi bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain
(cavum thorax, cavum abdomen). Definisi lain menyatakan hernia
sebagai penonjolan organ intra abdominal melalui fossa atau lubang
yang ada di dalam rongga abdomen. Misalnya hernia epiploici winslowi
(herniasi viscera abdomen melalui foramen omentale), hernia bursa
omentalis, hernia mesenterica, hernia retroperitonealis, hernia diafragmatica.
Diagnosis ditegakkan dengan roentgen foto.
.
7
4. Berdasarkan Letaknya :
1. Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan, sering
mengangkat benda berat, atau mengedan.
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu :
1.1. Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum
melalui locus minoris resistence anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis
dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan
kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui
segitiga Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk.
Ada dua macam hernia inguinalis indirek, yaitu yang kongenitalis dan akuisita
(didapat). Perbedaannya secara anatomis terletak pada apakah prosesus vaginalis
8
telah atau belum menutup. Pada yang kongenitalis processus vaginalis belum
menutup sehingga isi abdomen (usus) dapat mengisi sampai pada cavum scroti. Pada
yang akuisita (didapat) kantong hernia tidak berhubungan dengan cavum scroti
karena processus vaginalis telah menutup. Hernia inguinalis kongenitalis yang sudah
terjadi sejak lahir sering tidak diketahui sampai usia anak, atau bahkan usia dewasa.
Kantong hernianya berupa peritoneum, sisa processus vaginalis yang telah
menutup (ligamentum vaginale), lapisan-lapisan fascia spermatica interna,
m.ncremaster, dan fascia spermatica externa serta bagi yang congenitalis processus
vaginalis tetap terbuka. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses penurunan testis ke skrotum.
Kantung hernia inguinal indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis
yang berdilatasi secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis
profunda dan mengikuti selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantung
mengisi sisi lateral dari korda. Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan
kantung indirek dan dikenal sebagai lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut
bukan tumor. Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum,
dan ureter dapat tergelincir ke dalam kantung indirek. Dalam kantung itu, organ-
organ tersebut menjadi bagian dari dinding kantung dan rentan terhadap cedera
selama perbaikan.
1.2. Hernia inguinalis direk (medialis)
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui
segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian
medial. asar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh
serat aponeurosis m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna
sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak
keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar. Hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis
indirek.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direk karena langsung menuju anulus
9
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.
Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh
karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia
ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu
segitiga Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak
mengandung aponeurosis otot obliqus ekstemus. Hanya pada keadaan yang jarang,
hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus super-
fisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi komponen
sliding dari kantung hernia direk.
Tabel 1. Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia
inguinalis direk
Indirek Direk
Usia pasienUsia berapapun,
terutama mudaLebih tua
Penyebab Dapat kongenital Didapat
Bilateral 20 % 50 %
Penonjolan saat batuk Oblik Lurus
Muncul saat berdiri
Tidak segera
mencapai ukuran
terbesarnya
Mencapai ukuran
terbesar dengan
segera
Reduksi saat berbaringDapat tidak
tereduksi segeraTereduksi segera
Penurunan ke skrotum Sering Jarang
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi Tidak jarang Tidak biasa
Hubungan dengan
pembuluh darah
epigastric inferior
Lateral Medial
10
Gambar 4. Hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis indirek
2. Hernia Femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada
perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus
femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk
corong sejajar dengan v. Femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada
fosa ovalis di lipat paha.
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek
pada sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau
dua kelenjar limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak
keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali
membentuk massa yang dapat dipalpasi.
Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap embrionik,
melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas ligamentum inguinalis
dan merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis indirek dan direk. Pada
wanita, diameter pelvis sejati yang membesar, bila dibandingkan dengan pria, secara
proporsional memperbesar kanalis femoralis dan mungkin merupakan predisposisi
dari hernia femoralis.
Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak
preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas,
dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat
terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinallis, terutama yang
memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan
ligamentum inguinale tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih
luas.
11
3. Hernia Umbilikalis
Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum
dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20 % bayi dan angka ini lebih tinggi lagi
pada bayi prematur.
Hernia umbilikalis terjadi lebih sering pada wanita. Hernia umbilikalis pada
orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan
karena kehamilan, obesitas, atau asites merupakan faktor predisposisi. Asites selalu
mengeksaserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi.
4. Hernia Epigastrik
Hernia epigastrika atau hernia alba adalah hernia yang keluar melalui defek di
linea alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Isi hernia terdiri atas
penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.
Hernia ini biasanya kecil dan kebanyakan terjadi pada bagian paling lebar dari linea
12
alba antara processus xiphoideus dan umbilicus. Hernia ini kebanyakan terjadi pada
pekerja manual usia pertengahan.
5. Hernia Lumbalis
Hernia ini dapat terjadi secara kongenital, didapat primer maupun didapat
sekunder dari insisi bedah. Hernia didapat melalui insisi pada pendekatan lumbal
menuju ginjal adalah hal yang tidak jarang terjadi; bagaimanapun juga, dengan
penurunan bedah ginjal terbuka, hal ini menjadi berkurang. Hernia lumbalis yang
terjadi melalui titik anatomis yang lemah pada regio lumbalis (segitiga lumbal
superior dan inferior) adalah jarang.
Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia
sikatriks pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit,
dan trigonum lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang
ditemukan.
6. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia hernia melalui foramen obturatorium. Kanalis
obturatorium merupakan saluran yang berjalan miring ke kaudal yang dibatasi di
kranial dan lateral oleh sulkus obturatorius os pubis, di kaudal oleh tepi bebas
membran obturatoria, m.obturatorius internus dan eksternus. Di dalam kanalis
obturatorius berjalan saraf, arteri, dan vena obturatoria. Pada kondisi ini, herniasi
terjadi sepanjang kanalis obturatorium, yang membawa Nervus obturatorium dan
pembuluh darah keluar dari pelvis. Ini paling sering terjadi pada perempuan tua yang
frail. Hernia bermula sebagai sumbat pre-peritonium dan secara bertahap
memebesar, membawa serta sakus peritonium bersamanya. Loop usus dapat masuk
ke dalam sakus peritoneum bersamanya.
Hernia obturatoria dapat berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan
lemak retroperitoneal masuk ke dalam kanalis obturatorius (tahap 1), disusul oleh
tonjolan peritoneum parietale (tahap 2). Kantong hernia ini mungkin dibatasi oleh
lekuk usus (tahap 3) yang dapat mengalami inkarserasi parsial atau total.
13
7. Hernia Semilunaris/ Spieghel
Hernia spigelian adalah hernia ventralis yang terjadi sepanjang bagian
subumbilikal dari garis semilunaris Spieghel dan melalui fasia Spieghel. Hernia
Spieghel yang muncul melalui tempat lemah di antara tepi lateral m. rektus
abdominis dengan linea semisirkularis. Hernia Spieghel ialah hernia interstitial
dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel. Ini adalah hernia interparietal pada
garis linea semilunaris (batas lateral dari pembungkus rektus, berjalan dari tip
kartilago kosta ke-9 menuju krista pubikum). Hernia biasanya setinggi garis arkuata,
dibawah dimana semua lapisan aponeurotik berefleksi di anterior terhadap otot
rektus. Penyebabnya berkaitan dengan susunan aponeurotic, yang menghasilkan area
yang lemah dimana serat dari aponeurosis transversus berfusi dengan serat dari
oblikus eksternus.
Hernia spigelian paling umum di daerah antara umbilikus dan garis yang
menghubungkan spina iliaka superior anterior di bawah linea arkuata dan di arc
pembuluh epigastrika inferior. Hernia ini menonjol melalui aponeuresis m.
transversus abdominis tepat di lateral dari pinggir lateral vagina m. recti abdominis.
Letaknya biasanya tepat di bawah umbilicus. Biasanya dijumpai pada usia 40-70
tahun, tanpa perbedaan antara lelaki dan perempuan, biasanya terjadi di kanan, dan
jarang bilateral. Tidak ada faktor patogenesis yang spesisfik.
8. Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek
dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau
sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi rektum
secara abdominoperineal. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas
14
m.levator anus dan m.sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua
daerah dasar panggul. Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia anterior dan
hernia posterior. Hernia labialis yang bukan merupakan hernia inguinalis lateralis,
hernia pudendalis, dan hernia vaginolabialis, termasuk hernia perinealis anterior,
sedangkan hernia isiorektalis dan hernia retrorektalis termasuk hernia perinealis
posterior.
2.4. DIAGNOSIS HERNIA
1. Hernia Inguinalis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinis hernia ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Perhatikan tanda yang berkaitan dengan
adanya komplikasi :
- Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri.
- Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi
abdomen, dan gejala lain dari obstruksi usus.
- Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin
nyata. Kulit diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi.
15
Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan
cepat oleh nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari
hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus
yang diperkirakan mengalami gangrenosa.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berbentuk lonjong
sedangkan hernia inguinalis medial berbentuk tonjolan bulat. Pada hernia
labialis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan
mengedan, dan hilang pada waktu berbaring. Hernia yang telah terjadi
incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan terlihat eritema dan
udema.
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari
hernia adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi
hernia omentum tidak akan terdengar apa-apa. Hiperperistaltis didapatkan
pada auskultasi abdomen pada hernia yangmengalami obstruksi usus (hernia
inkarserata).
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata.
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal
tergantung dari isi hernia tersebut. Untuk membedakan hernia inguinalis
lateralis dan medialis dapat digunakan 3 cara:
1. Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak
dapat teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti
karet). Dari skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum
pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis
internus. Dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam
16
hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Bila hernia menyentuh ujung jari berarti
hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia menyentuh samping ujung jari
berarti hernia inguinalis medialis.
2. Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan
tuberculum pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk
bagian medialis dilakukan dengan jari telunjuk melalui skrotum. Kemudian
pasien diminta mengejan dan dilihat benjolan timbal di annulus inguinalis
lateralis atau annulus inguinalis medialis dan annulus inguinalis femoralis.
3. Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus
inguinalis lateralis, annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis
femoralis adalah ibu jari. Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka
akan teraba corda yang menebal, saat mengejan, yang mudah dilakukan
dengan menggelitik anak. Maka akan teraba seperti benang sutra yang
dikumpulkan (silk sign).
17
2. Hernia Femoralis
a. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha (dibawah ligamentum
inguinal) yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang
menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau batuk.
Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah
ligamentum inguinale di medial v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan
di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya, atau karena penderita gemuk.
3. Hernia Umbilikalis
a. Anamnesis
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan
intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak
menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi.
4. Hernia Epigastrica
a. Anamnesis
Penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan
pada kelainan kandung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus.
Keluhan yang samar ini terutama terjadi bila hernia kecil dan sukar diraba. ¾
18
nya asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan fisik.
Saat adanya gejala, terjadi dua tipe :
nyeri lokal – sering dicetuskan oleh aktivitas fisik yang berlebihan
rasa sakit yang dapat didefinisikan berlokasi di epigastrium, sering
memburuk setelah makan (tegangan pada perut dapat menstrangulasi
isinya), dan gambaran klinis dapat menyerupai ulkus peptikum.
b. Pemeriksaan Fisik
Hernia dapat dilihat jika pasien diletakkan dalam posisi sedikit oblik.
Teraba pembengkakan pada daerah garis tengah dan biasanya lunak dan
ireponibel. Pasien yang datang dengan gejala pada abdomen atas dan pada
pasien yang ditemukan hernia epigastrik harus diteliti untuk kemungkinannya
menderita ulkus peptikum, penyakit kandung empedu atau penyakit pankreas
sebelum gejalanya ditetapkan pada hernia.
5. Hernia Lumbalis
a. Anamnesis
Kebanyakan datang dengan pembengkakan atau gumpalan di daerah
lumbal, yang berhubungan dengan rasa sakit yang tidak nyaman. Biasanya ada
rangasangan dari batuk dan massa yang reponibel. Isinya, yang paling sering
adalah usus besar dan usus kecil – sangat jarang sekali ginjal.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang dan tepi
bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Hernia lumbalis
menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia sikatriks pada bekas
luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum
lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan.
6. Hernia Obturatoria
a. Anamnesis
Hernia ini kebanyakan asimptomatik sampai terjadi komplikasi karena
obstruksi intestinal atau strangulasi. Seringkali terdapat riwayat gejala
19
obstruksi yang intermiten. Sekitar 50 % mungkin terdapat keluhan sakit
sepanjang sisi medial atas dari paha yang menjalar ke bawah menuju lutut,
yang disebabkan oleh tekanan pada nervus obturatorium. Dengan adanya
tekanan pada nervus obturator, pasien memegang kaki dalam posisi fleksi agar
dapat mengurangi nyeri.
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha
akibat penekanan pada n.obturatorius (tanda Howship-Romberg) yang
patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan
tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship-Romberg.
7. Hernia Perinealis
a. Anamnesis
Biasanya ada pembengkakan perineum dan rasa tidak nyaman saat
duduk. Massa yang lunak ditemukan pada perineum, yang biasanya reponibel.
b. Pemeriksaan fisik
Tampak dan teraba benjolan di perineum yang mudah keluar masuk dan
jarang mengalami inkarserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual
dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi.
2.5. DIAGNOSA BANDING
Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen, antara
lain :
Jaringan Benjolan
Kulit Kista sebasea atau epidermoid
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
20
OtotTumor yang mengalami hernia melalui
pembungkusnya
Arteri Aneurisma
Vena Varikosa
Limfe Pembesaran KGB
Gonad Ektopik testis / ovarium
2.6. PENATALAKSANAAN HERNIA
1. Hernia Inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang utnuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan
secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Bila usaha
reposisi ini berhasil, pasien disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan
operasi segera.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional
hernia inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
21
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik,
seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan
m.transversus internus abdominis dan m.obliqus obliqus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia
transversa, m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke
ligamentum Cooper pada metode McVay.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama
dipublikasi tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan
rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus
obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia transversalis
dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat
diterapkan, baik pada hernia direk maupun indirek.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot
yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun delapan puluhan
dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu
digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke
inguinal.
Hernia bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi
dalam satu tahap,kecuali jika ada kontraindikasi. Kadang ditemukan
insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia inguinalis
medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan
hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun
teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Yang
penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan
kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutuhkan plastik dengan bahan
prostesis mesh misalnya.
22
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi
dibandingkan dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis
penyebab residif yang paling sering ialah penutupan anulus inguinalis
internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi kantong yang
kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak
ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya
karena tegangan yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain
dalam teknik.
2. Hernia Femoralis
Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan
tujuan menjepit anulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari
krural, inguinal, atau kombinasi keduanya. Pendekatan krural tanpa
membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan inguinal
dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding
posteriornya biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada
lelaki lebih sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan
kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkarserata, hernia residif,
atau kombinasi dengan hernia inguinalis.
Pada pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan
menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum Cooper. Pada teknik
Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke
ligamentum lakunare Gimbernati.
3. Hernia Umbilikus
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm, umumnya regresi spontan akan
terjadi sebelum bayi berumur 6 bulan, kadang cincin baru tertutup setelah
satu tahun. Usaha untuk mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan
mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian memancangnya dengan pita
perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula digunakan uang logam
yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga
perut. Bila sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol,
umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2
23
cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh pentupan
dengan tindakan konservatif.
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan
tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang.
Perbaikan diindikasikan dalam bayi dengan defek hernia yang diameternya
lebih besar dari 2,0 cm, dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis
yang masih tetap ada pada usia 3 atau 4 tahun.
Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo.
Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis
superior dan inferior. Hernia umbilikalis besar, lebih suka ditangani
dengan prostesis yang mirip dengan perbaikan prostesis untuk hernia
insisional.
4. Hernia Epigastrica
Pasien dengan hernia yang simptomatis ditawarkan untuk diperbaiki.
Lemak yang mengalami hernia dieksisi. Jika terdapat kantung, isinya
direduksi dan sakusnya di eksisi. Defek dari fasianya ditutup dengan
jahitan. Terapi bedah merupakan reposisi isi hernia dan penutupan defek di
linea alba.
5. Hernia Lumbalis
Hernia primer ditangani dengan penutupan langsung dari defek yang
ada. Hernia insisional yang besar membutuhkan mesh buatan.
6. Hernia Obturatoria
Pengelolaan bedah dilakukan dengan pendekatan transperitoneal dan
preperitoneal. Jika ditemukan saat laparatomi, usus halusnya di reduksi,
sakusnya withdrawn dan defeknya ditutup. Jika diagnosis dibuat secara
klinis, prosedur elektif dengan pendekatan retropubis, pre-peritonium
dapat dilakukan.
7. Hernia Semilunaris/Spigelian
Perbaikan hernia yaitu dengan mengeksisi sakus dan menutup
defeknya. Hernia spigelian kecil dapat ditutup secara sederhana, tetapi
24
hernia spigelian besar dalam otot, membutuhkan suatu prostesis.
Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup
defek pada m.transversus abdominis dan m. abdominis internus abdominis.
8. Hernia Perinealis
Biasanya pengelolaan operatif dianjurkan dengan pendekatan
transperitoneal, perineal, atau kombinasi abdominal dan perineal.
Perbaikan merupakan kombinasi dari pendekatan abdominal dan pelvis.
Melalui pendekatan hernia dari bawah, kantungnya dibebaskan dan
direduksi ke dalam rongga abdomen. Dilakukan laparatomi dan dasar
pelvis diperbaiki dari bawah.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Anatomy of hernia. http//www.aurohealthcare.org. [diakses tanggal 26 Februari 2012]
2. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 [diakses tanggal 26 februari 2012]
3. Sjamsuhidayat R, de Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC: Jakarta.
4. Swartz MH. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany
R.F, Tambajong J. EGC : Jakarta.
5. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders
.
26