referat bab neuro semarang yita gayatri willyani 03010281

42
BAB I PENDAHULUAN Retardasi mental merupakan suatu fenomena psikososial dan juga merupakan suatu fenomena biomedis. 1 Retardasi mental bukanlah suatu penyakit; melainkan akibat suatu proses patologis di otak yang ditandai dengan adanya keterbatasan fungsi adaptif dan intelektual. Penyebab retardasi mental sering kali tidak teridentifikasi, dan akibat-akibatnya terlihat jelas pada seseorang dalam bentuk kesulitan secara intelektual dan keterampilan hidup. 2-3 Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa yang ada. Namun demikian, penyandang retardasi mental bisa mengalami semua gangguan jiwa yang ada, dan prevalensi dari gangguan jiwa lainnya sekurang-kurangnya tiga sampai empat kali lipat pada populasi ini daripada populasi umum. Selain itu, penyandang retardasi mental mempunyai resiko lebih besar untuk dieksploitasi dan diperlakukan salah secara fisik/seksual. Selalu ada hendaya perilaku adaptif, tetapi dalam lingkungan sosial terlindungi di mana sarana pendukung cukup tersedia, 1

Upload: aya

Post on 06-Feb-2016

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

BAB I

PENDAHULUAN

Retardasi mental merupakan suatu fenomena psikososial dan juga merupakan suatu

fenomena biomedis.1

Retardasi mental bukanlah suatu penyakit; melainkan akibat suatu proses patologis di

otak yang ditandai dengan adanya keterbatasan fungsi adaptif dan intelektual. Penyebab

retardasi mental sering kali tidak teridentifikasi, dan akibat-akibatnya terlihat jelas pada

seseorang dalam bentuk kesulitan secara intelektual dan keterampilan hidup.2-3

Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak

lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya hendaya keterampilan selama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan

kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa

gangguan jiwa yang ada. Namun demikian, penyandang retardasi mental bisa mengalami

semua gangguan jiwa yang ada, dan prevalensi dari gangguan jiwa lainnya sekurang-

kurangnya tiga sampai empat kali lipat pada populasi ini daripada populasi umum. Selain itu,

penyandang retardasi mental mempunyai resiko lebih besar untuk dieksploitasi dan

diperlakukan salah secara fisik/seksual. Selalu ada hendaya perilaku adaptif, tetapi dalam

lingkungan sosial terlindungi di mana sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin

tidak tampak sama sekali pada penyandang retardasi mental ringan.3

1

Page 2: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Banyak para ahli yang mengemukakan batasan atau definisi dari retardasi mental. Di

antara banyak pendapat tersebut, terdapat 4 macam definisi yang sering di pergunakan.

Definisi menurut NOYES

Definisi retardasi mental merupakan individu yang mempunyai keterbatasan

kepribadian, sehingga mengakibatkan kegagalan untuk mengembangkan kapasistas

intelektualnya, yang dipelukan untuk memenuhi tuntutan lingkungannya, menjadi seorang

yang mandiri.4

Keterbatasan intelektual ini dapat terjadi oleh karena gangguan perkembangan otak

akibat pengaruh genetik, malnutrisi, penyakit-penyakit tertentu, trauma pada otak baik

sebelum lahir, pada waktu proses kelahiran, atau segera setelah lahir. Keterbatasan intelektual

dapat juga terjadiu oleh karena konsekuensi diri gangguan perkembangan akibat kurangnya

stimulasi lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan

sosialnya (familial deprivation and social deprivation).4

Definisi menurut ROAN

Yang disebut dengan retardasi mental adalah kondisi dimana individu dengan keadaan

keterbatasan kemampuan atau terhentinya proses perkembangan otak, yang berakibat

terhentinya proses maturasi, sehingga individu tersebut tidak dapat menyesuaikan dirinya

terdapat lingkungannya atau terhadap harapan dari masyarakatnya, supaya dapat

mempertahankan hidupnya tnapa dukungan dan bantuan dari luar. Terhentinya

perkembangan fungsi intelektual seseorang pada masa tumbuhnya yang ditandai oleh

gangguan kemampuan belajar, penyesuaian sosial dan atau maturasi.4

Definisi menurut MARAMIS

Individu dengan keadaan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa

perkembangannya (sejak masa lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan

2

Page 3: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga pada demensia), tetapi gejala utama

(yang menonjol) ialah intelegensi yang terbelakang.4

Definisi menurut PPDGJ-III

Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak

lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya hendaya keterampilan selama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan

kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa

gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Namun demikian, penyandang retardasi mental

bisa mengalami semua gangguan jiwa yang ada. Selain itu, penyandang retardasi mental

mempunyai risiko lebih besar untuk diekspoitasi dan diperlakukan salah secara fisik atau

seksual (physical/sexual abuse). Selalu ada hendaya perilaku adaptif, tetapi dalam lingkungan

sosial terlindung dengan sarana pendukung yang baik, hendaya ini mungkin tidak tampak

sama sekali pada penyandang retardasi metal ringan.3

2.2 Klasifikasi

Menurut DSM-IV-TR

Menurut revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder (DSM-IV-TR), retardasi mental didefinisikan sebagai fungsi intelektual umum yang

sangat di bawah rata-rata sehingga menyebabkan atau disertai dengan gangguan perilaku

adaptif, yang bermanifestasi selama periode perkembangan, sebelum usia 18 tahun.

Diagnosis ini ditegakkan tanpa memandang apakah orang tersebut memiliki juga gangguan

fisis atau gangguan jiwa lainnya.5

3

Page 4: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Tabel 1. Ciri Perkembangan Orang dengan Retardasi Mental6

Fungsi intelektual umum ditentukan dengan penggunaan uji baku intelegensi, dan

istilah “di bawah rata-rata” secara bermakna didefinisikan sebagai intelligence quotient (IQ)

70 atau lebih rendah atau dua standar deviasi di bawah rata-rata untuk uji yang khas tersebut.

Fungsi adaptif dapat diukur dengan menggunakan skala baku, seperti Vineland Adaptive

Behavior Scale. Pada skala ini, komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi, dan

keterampilan motorik (hingga 4 tahun, 11 bulan) diberi angka dan menghasilkan kumpulan

perilaku adaptif yang terkait dengan keterampilan yang diharapkan pada usia tertentu.5

DSM-IV-TR telah mencantumkan di dalam teks retardasi mentalnya informasi

tambahan tetang faktor etiologis dan kaitannya dengan sindrom retardasi mental (contoh,

fragile X syndrome).5

Menurut PPDGJ III

Intelegensia bukan merupakan karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus

dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan khusus yang berbeda. Meskipun ada

kecenderungan umum bahwa semua keterampilan ini akan berkembang ke tingkat yang

serupa pada setiap individu, tetapi ada diskrepansi luas, terutama pada penyandang retardasi

mental. Orang yang demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang

tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area keterampilan tertentu yang

4

Page 5: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

lebih tinggi (misanya tugas visuospasial sederhana) pada retardasi mental berat. Hal ini akan

menimbulkan kesulitan dalam menentukan kategori diagnostik di mana seseorang

penyandang retardasi mental harus diklasifikasikan. Penilaian dari tingkat intelektual harus

berdasarkan informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai

berdasarkan budaya orang tersebut) dan hasil tes psikometrik.3

Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat fungsi intelektual yang

mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial

normal sehari-hari. Gangguan fisik atau jiwa yang menyertainya mempunyai pengaruh besar

pada gambaran klinis dan penggunaan dari setiap keterampilannya. Oleh karena itu kategori

diagnostik yang dipilih harus berdasarkan penilaian kemampuan global dan bukan atas suatu

hendaya atau keterampilan khusus. Tingkat IQ yang ditetapkan hanya merupakan petunjuk

dan seharusnya tidak diterapkan secara kaku dalam memandang keabsahan permasalahan

lintas budaya.7

IQ harus ditentukan berdasarkan tes intelegensia baku yang telah memperhitungkan

norma kebudayaan setempat. Pemeriksaan IQ yang dipilih harus sesuai dengan tingkat fungsi

individu dan keadaan kecacatan spesifik yang ada, misalnya masalah pengungkapan bahasa,

hendaya pendengaran, keterlibatan fisik. Skala maturitas dan adaptasi sosial juga yang telah

dibakukan setempat, harus dilengkapi apabila memungkinkan dengan melakukan wawancara

orang tua atau pengasuh yang memahami keterampilan individu dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa penggunaan prosedur baku ini, diagnosis tersebut harus dianggap sebagai perkiraan

sementara saja.3,7

Menurut AAMR

Menurut American Association Mental Retardation (AAMR) 2002 retardasi mental

adalah suatu keadaan dengan cii-ciri sebagai beikut: Retardasi mental adalah suatu disabilitas

yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi

intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan konseptual,

sosial dan praktis. Keadaan ini terjadi sebelum usia 18 tahun.2

AAMR menggunakan suatu pendekatan multi-dimensional atau biopsikososial yang

mencakup 5 dimensi yaitu:2,8

1. Kemampuan intelektual

2. Perilaku adaptif

5

Page 6: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

3. Partisipasi, interaksi dan peran sosial

4. Kesehatan fisik dan mental

5. Konteks: termasuk budaya dan lingkungan

Definisi retardasi mental ini menekankan komorbiditas dari gangguan ini dengan

gangguan jiwa lain yang menentukan fungsi individu. Definisi baru ini tidak hanya

mengandalkan kekurangan dan abnormalitas individu dengan diagnosis retardasi mental.

Fungsi dari individu dengan retardasi mental merupakan hasil interaksi dari kemampuannya,

lingkungan dan sarana pendukung. Derajat retardasi mental dipengaruhi berbagai faktor

seperti misalnya terdapatnya berbagai disabilitas (misalnya gangguan panca indera),

terseduanya sarana pendidikan, sikap dari pengasuh dan stimulasi yang diberikan.2

2.3 Derajat Retardasi Mental

Retardasi Mental Ringan

Penyandang retardasi mental ringan biasanya agak terlambat dalam belaja bahasa

tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari,

mengadakan percakapan dan dapat diwawancarai. Kebanyakan dari mereka juga dapat

mandiri penuh dalam merawat diri sendiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar dan

kecil) dan mencapai keterampilan rumah tangga, walaupun perkembangannya agak lambat

dibandingkan anak normal.2

Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademik.

Banyak diantara mereka yang mempunyai masalah khusus dalam membaca dan menulis.

Namun demikian penyandang retardasi mental ringan bisa sangat tertolong dengan

pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan mereka dan

mengkompensasi kecacatan mereka. Kebanyakan penyandang retardasi mental ringan yang

tingkat intelegensia lebih tinggi mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang lebih

membutuhkan kemampuan paktis daripada kemampuan akademik, termasuk pekerjaan

tangan yang tidak memerlukan keterampilan atau hanya memerlukan sedikit keterampilan

saja.2,8

Dalam konteks sosio-kultural yang memerlukan sedikit prestasi akademik, sampai

tingkat tertentu penyandang retardasi mental ringan tidak mengalami masalah. Namun, bila

6

Page 7: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

juga terdapat imaturitas emosional dan sosial yang nyata, maka tampak akibat kecacatannya,

misalnya ketidakmampuan mengatasi pernikahan, pengasuhan anak atau kesulitan

menyesuaikan diri dengan harapan dan tradisi budaya. Pada umumnya kesulitan perilaku,

emosional dan sosial dari penyandang retardasi mental ingan dan kebutuhan untuk terapi dan

dukungan untuk hal tersebut, timbul dari mereka sendiri. Mereka lebih mirip dengan mereka

yang normal intelegensinya daripada masalah spesifik dari penyandang retardasi mental

sedang dan berat. Etiologi organik sudah lebih banyak diidentifikasi di antara pasien,

meskipun belum merupakan mayoritas.2,8

Retardasi Mental Sedang

Penyandang retardasi mental kategori ini lambat dalam mengembangkan pemahaman

dan penggunaan bahasa, prestasi akhir yang dapat dicapai dalam bidang ini terbatas.

Keterampilan merawat diri dan keteampilan motorik juga terlambat. Sebagian dari mereka

memerlukan pengawasan seumur hidup. Kemajuan dalam pendidikan sekolah terbatas tetapi

sebagian dari mereka ini dapat belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk membaca,

menulis, dan berhitung. Program pendidikan khusus dapat memberikan kesempatan bagi

mereka yang terbatas dan memperoleb beberapa keterampilan dasar.2

Ketika dewasa penyandang retardasi mental sedang biasanya mampu melakukan

pekerjaan praktis yang sederhana, bila tugas-tugasnya disusun rapi dan diawasi oleh

pengawas yang terampil. Jarang ada yang dapat hidup mandiri sepenuhnya pada masa

dewasa. Namun demikian, pada umumnya mereka dapat bergerak bebas dan aktif secara fisik

dan mayoritas menunjukkan perkembangan sosial dalam kemampuan mengadakan kontak,

berkomunikasi dengan orang lain dan terlibat dalam aktivitas sosial yang sederhana.8

Retardasi Mental Berat

Kategori ini pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaan

klinis, terdapatnya suatu etiologi organik dan kondisi yang menyertainya. Prestasi yang lebih

rendah juga paling lazim pada kelompok ini. Kebanyakan penyandang retardasi mental

kategori ini menderita hendaya motorik yang mencolok dan defisit lain yang menyertainya.

Hal ini menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna

secara klinis dari susunan saraf pusat.2

Retardasi Mental Sangat Berat

7

Page 8: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Secara praktis penyandang yang bersangkutan sangat terbatas kemampuannya untuk

memahai atau mematuhi permintaan atau instruksi. Sebagian besar dari mereka tidak dapat

bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya, mungkin juga terdapat inkontinensia, dan

hanya mampu mengadakan komunikasi non-verbal yang belum sempurna. Mereka tidak atau

hanya mempunyai sedikit sekali kemampuan untuk mengurus sendiri kebutuhan dasar

mereka sendiri, dan senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan.2

2.4 Epidemiologi

Prevalensi retardasi mental pada satu waktu diperkirakan sekitar 1 persen dari

populasi. Insiden retardasi mental ringan kadang-kadang tidak dikenali hingga masa kanak-

kanak pertengahan. Pada beberapa kasus, meskipun fungsi intelektual terbatas, keterampilan

adaptif yang baik tidak terganggu sampai masa kanak-kanak akhir atau masa remaja awal,

dan diagnosis tidak ditegakkan sebelum masa tersebut. Insiden tertinggi pada anak usia

sekolah, dengan usia puncak 10 hingga 14 tahun. Retadasi mental kira-kira lebih sering pada

laki-laki sekitas 1.5 kali dibandingkan perempuan. Pada lansia, prevalensinya lebih rendah;

orang dengan retardasi mental berat memiliki angka mortalitas tinggi akibat komplikasi

gangguan fisik yang terkait.5

2.5 Komorbiditas

Prevalensi

Survei epidemiologis menunjukkan bahwa hingga dua pertiga anak dan orang dewasa

dengan retardasi mental memiliki gangguan mental komorbid; angka ini beberapa kali lebih

tinggi dibandingkan pada sampel komunitas yang tidak mengalami retardasi mental.

Prevalensi psikopatologi tampaknya terkait dengan derajat retardasi mental. Studi

epidemiologis terkini menemukan bahwa 40.7 persen anak berusia 4 dan 18 tahun yang

memiliki disabilitas intelektual memenuhi kriteria sedikitnya satu gangguan psikiatri.

Keparahan retardasi berdampak kepada jenis gangguan psikiatri. Mereka yang mengalami

retardasi mental berat lebih kemungkinannya untuk menujukkan gejala psikiatri.5

Gangguan Neurologis

8

Page 9: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Di dalam tinjauan mengenai gangguan psikiatri pada anak dan remaja dengan

retardasi mental dan epilepsi, kira-kira sepertiganya juga memiliki gangguan autistik atau

keadaan mirip autistik. Kombinasi retardasi mental, epilepsi aktif, dan autisme atau keadaan

mirip autistik tejadi 0.07 persen di dalam populasi umum.5,8

Sindrom Genetik

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa sindrom berdasar genetik seperti fragile X

syndrome, sindrom Prader-Willi, dan sindrom Down terkait dengan manifestasi perilaku

spesifik yang komorbid. Orang dengan fragile X syndrome diketahui memiliki angka

gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas (attention deficit/hiperactivity disorder-ADHD)

yang sangat tinggi (hingga tiga perempat dari pasien yang diteliti). Tingginya perilaku

interpersonal dan fungsi bahasa yang menyimpang sering memenuhi kriteria gangguan

autistik dan gangguan keperibadian menghindar. Sindrom Prader-Willi hampir selalu disertai

gangguan makan kompulsif, hiperfagia, dan obesitas.5,9,10

Sindrom Psikososial

Kesulitas komunikasi meningkatkan kerentanan orang dengan retardasi mental

terhadap perasaan frustasi dan canggung. Perilaku yang tidak sesuai, seperti penarikan diri,

lazim ditemukan. Perasaan terasing dan tidak mampu yang terus-menerus, telah dikaitkan

dengan perasaan ansietas, marah, disforia, dan depresi.5,10

2.6 Etiologi

Faktor etiologis retardasi mental terutama dapat berupa genetik, perkembangan,

didapat, atau kombinasi berbagai faktor. Penyebab genetik meliputi kondisi kromosomal dan

diwariskan; faktor perkembangan mencakup perubahan kromosom seperti trisomi atau

pajanan pranatal terhadap infeksi dan toksin; dan sindrom yang didapat mencakup trauma

perinatal (seperti prematuritas) dan faktor sosiokultural. Di antara gangguan metabolik dan

kromosom, sindrom Down, fragile X syndrome, dan fenilketonuria (PKU) adalah gangguan

tersering yang biasanya menghasilkan sedikitnya retardasi mental sedang. Orang dengan

retardasi mental ringan kadang-kadang memiliki pola familial yang tampak pada orang tua

dan saudara kandungnya. Kurangnya gizi, pengasuhan, dan stimulasi sosial turut berperan

9

Page 10: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

dalam perkembangan retardasi mental. Pengetahuan terkini mengesankan bahwa faktor

genetik, lingkungan, biologis, dan psikososial turut bekerja di dalam retardasi mental.5

Faktor Genetik

Kelainan kromosom autosomal menyebabkan retardasi mental, meskipun

penyimpangan kromosom seks tidak selalu menyebabkan retardasi mental (seperti sindrom

Turner dengan XO dan sindrom Klinefelter dengan variasi XXY, XXXY, dan XXYY).9

Sindrom Down

Meskipun teori dan hipotesis yang dikembangkan di dalam 100 tahun belakangan ini

melimpah-auh, penyebab sindrom Down masih belom diketahui. Masalah penyebab bahkan

semakin rumit sejak dikenalinya baru-baru ini tiga jenis penyimpangan kromosom di dalam

sindrom Down:5

1. Pasien dengn trisomi 21 (tiga kromosom 21, yang seharusnya dua) menunjukkan

mayoritas yang berlebihan; pasien tersebut memiliki 47 kromosom, dengan ekstra

kromosom 21.5

2. Gagal berpisah pada pembelahan sel setelah fertilisasi menyebabkan mosaikisme,

keadaan adanya sel normal dan trisomi di dalam berbagai jaringan.5

3. Di dalam translokasi, terdapat penyatuan dua kromosom, sebagian besar yaitu

kromosom 21 dan 15, sehingga tetap menghasilkan 46 kromosom, meskipun ada

tambahan kromosom 21. Gangguan ini, tidak seperti trisomi 21, biasanya diwariskan.5

Retardasi mental merupakan gambaran yang menumpang tindih sindrom Down.

Sebagian besar orang dengan sindrom ini mengalami retardasi sedang atau berat, hanya

sebagian kecil yang memiliki IQ di atas 50. Perkembangan mental tampak normal dari lahir

hingga usia 6 bulan; nilai IQ secara bertahap menurun dari hampir normal pada usia 1 tahun

hingga sekitar 30 pada usia yang lebih tua. Penurunan intelegensi dapat nyata atau jelas: uji

infantil mungkin tidak mengungkapkan tingkat defek sepenuhnya, yang mungkin terungkap

ketika uji yang lebih canggih digunakan pada masa kanak-kanak awal. Menurut banyak

sumber, anak dengan sindrom Down terlihat tenang, ceria, dan kooperatif, serta mudah

beradaptasi di rumah. Pada remaja, gambaran berubah: anak remaja dapat mengalami

berbagai kesulitan emosional, gangguan perilaku, dan (terkadang) gangguan psikotik.8

10

Page 11: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Diagnosis sindrom Down ditegakkan dengan relatif mudah pada anak berusia lebih

tua tetapi sering sulit pada bayi yang baru lahir. Tanda yang paling penting pada neonatus

mencakup hipotonia menyeluruh, fisura palpebra miring, kulit leher berlebih, tengkorak datar

dan kecil, tulang pipi tinggi, dan lidah menonjol. Tangan lebar dan tebal, dengan garis

transversal tunggal pada telapak tangan serta jari kelingking pendek dan melengkung ke

dalam. Efleks moro lemah atau tidak ada. Lebih dari 100 tanda atau stigmata telah

digambarkan di dalam sindrom Down tetapi jarang ditemukan semuanya pada satu orang.

Harapan hidup dulunya kira-kira 12 tahun; dengan ditemukannya antibiotik, hanya sedikit

pasien muda yang tidak dapat melawan infeksi, tetapi banyak yang tidak dapat hidup di atas

usia 40 tahun. Meskipun demikian, harapan hidup mereka meningkat.5

Orang dengan sindroma Down cenderung menunjukkan kemunduran nyata di dalam

bahasa, memori, keterampilan merawat diri, dan memecahkan masalah pada usia 30-an. Studi

pascakematian pada pasien dengan sindroma Down di atas usia 40 tahun menunjukkan

tingginya insidensi plak senilis dan kekusutan neurofibril, seperti yang ditemukan pada

penyakit Alzheimer dan sindrom Down. Karena itu, patofisiologi kedua gangguan ini

memiliki kesamaan dalam beberapa hal.5,10

Fragile X Syndrome

Fragile X Syndrome merupakan penyebab tunggal retardasi mental yang terbanyak

kedua. Sindrom ini terjadi akibat mutasi kromosom X pada tempat yang dikenal sebagai

fragile site (Xq27.3). Profil perilaku orang dengan sindrom ini mencakup tingginya angka

ADHD, gangguan belaja, dan gangguan perkembangan pervasif, seperti autisme.5

Sindrom Prader-Willi

Sindrom Prader-Willi didalikan terjadi akibat delesi kecil yang mengenai komosom

15, biasanya terjadi secara sporadis. Prevalensinya kurang dari 1 dalam 10.000. Orang

dengan sindrom Down ini menunjukkan perilaku makan kompulsif dan sering obesitas,

retardasi mental, hipogonadisme, perawakan kecil, hipotonia, dan kaki serta tangan yang

kecil. Anak dengan sindrom ini sering memiliki perilaku menantang dan menyimpang.5,9

Fenilketonuria

PKU diturunkan sebagai ciri mendelian autosomal resesif sederhana. Sebagian besar

pasien dengan PKU mengalami retardasi mental berat, tetapi beberapa di antaranya

11

Page 12: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

dilaporkan memiliki intelengensi dalam batas ambang atau normal. Meskipun gambaran

klinisnya beragam, anak dengan PKU biasanya hiperaktif; mereka menunjukkan perilaku

yang aneh dan tidak dapat diduga serta sulit diatur. Perilakunya kadang-kadang menyerupai

anak dengan autisme atau skizofrenia.5,10

Gangguan Rett

Gangguan Rett dihipotesiskan sebagai sindrom retardasi mental dominan terkait-X,

bersifat degeneratif, dan hanya mengenai perempuan. Kemunduran keterampilan komunikasi,

perilaku motorik, dan fungsi sosial dimulai pada kira-kira usia 1 tahun. Gejala mirip-autistik

lazim ditemukan, demikian juga ataksia, seringai wajah, menggeretakkan gigi, dan hilangnya

pembicaraan.5

Sindrom Lesch-Nyhan

Sindrom Lesch-Nyhan adalah gangguan langka yang disebabkan oleh defisiensi

enzim yang terlibat di dalam metabolisme purin. Gangguan ini terkait-X; pasien mengalami

retardasi mental, mikrosefali, kejang, koreoatetosis, dan spastisitas. Sindrom ini juga disertai

mutilasi diri kompulsif berat dengan menggigit mulut serta jari. Sindrom Lesch-Nyhan

merupakan contoh lain sindrom yang ditentukan secara genetik dengan pola perilaku yang

spesifik dan dapat diduga.5

12

Page 13: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

2.7 Gangguan Defisiensi Enzim Lain

Tabel 2. Tiga Puluh Gangguan Hendaya dengan Kelainan Metabolisme Bawaan.11

13

Page 14: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Faktor Perkembangan dan Faktor yang Didapat

Periode Pranatal

Infeksi maternal selama kehamilan, terutama infeksi virus, diketahui menimbulkan

kerusakan janin dan retardasi mental. Derajat kerusakan janin bergantung pada berbagai

variabel seperti jenis infeksi vius, usia gestasional janin, dan keparahan penyakit.5

Rubella (Campak Jerman)

Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab utama malformasi kongenital

dan retardasi mental yang disebabkan oleh infeksi maternal. Anak dari ibu dengan infeksi ini

dapat menunjukkan beberapa kelainan, termasuk penyakit jantung kongenital, retardasi

mental, katarak, tuli, mikrosefali, dan mikroftalmia. Penentuan waktu sangatlah penting,

karena derajat dan frekuensi komplikasi berbanding terbalik dengan usia kehamilan pada

waktu infeksi maternal. Rubella maternal dapat dicegah dengan imunisasi.5

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah mencapai usia cukup bulan karena

aborsi spontan atau lahir mati. Pada mereka yang dilahirkan dan terkena human

immunodeficiency virus (HIV), hingga setengahnya mengalami ensefalopati progresif,

retardasi mental, dan kejang dalam tahun-tahun pertama kehidupan. Anak yang dilahirkan

terinfeksi HIV seringkali hanya dapat hidup beberapa tahun; meskipun demikian, sebagian

besar bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV, tidak terinfeksi virus tersebut.5

Sindrom Alkohol Janin

Sindrom alkohol janin mengakibatkan retardasi mental dan gambaran fenotipik yang

khas berupa dismorfisme wajah yang mencakup hipertelorisme, mikrosefali, fisura palpeba

yang pendek, lipatan epikantus yang dalam, serta hidung yang pesek dan terdongak ke atas.

Anak yang memiliki sindrom ini sering mengalami gangguan belajar, ADHD, dan retardasi

mental tanpa dismorfisme wajah.5

Pajanan Obat Pranatal

Pajanan pranatal terhadap opiat, seperti heroin, sering menghasilkan bayi yang kecil

untuk usia kehamilan, dengan lingkar kepala di bawah presentil ke-10 dan gejala putus zat

yang nyata dalam 2 hai pertama kehidupannya. Gejala putus zat pada saat bayi mencakup

14

Page 15: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

iritabilitas, hipertonia, tremor, muntah, menangis dengan nada tinggi, serta pola tidur

abnormal. Kejak tidak lazim terjadi, tetapi sindrom putus zat dapat mengancam jiwa bayi jika

tidak diobati. Diazepam (Valium), phenobarbital (Luminal), chlorpromazine (Thoazine), dan

paregoric telah digunakan untuk menerapi putus zat opiat pada neonatus.5

Komplikasi Kehamilan

Toksemia kehamilan dan diabetes maternal yang tidak terkontrol membahayakan bagi

janin dan kadang-kadang menimbulkan retardasi mental. Malnutrisi maternal selama

kehamilan sering menimbulkan prematuritas dan komplikasi obstetris lain. Perdarahan

vagina, plasenta previa, pelepasan plasenta yang prematur, dan prolaps tali pusat dapat

merusak otak janin karena menimbulkan anoksia. Potensi efek teratogenik agen farmakologis

yang diberikan selama hamil telah dipublikasikan secara luas setelah tragedi thalidomide

(obat yang menyebabkan tingginya persentase bayi cacat ketika diberikan kepada perempuan

hamil). Penggunaan lithium (Eskalith) selama kehamilan baru-baru ini dikaitkan dengan

beberapa malformasi kongenital, terutama sistem kardiovaskular (contoh, anomali Ebstein).5

Periode Perinatal

Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi prematu dan bayi dengan berat lahir rendah

memiliki ririko tinggi mengalami gangguan neurologis dan intelektual yang nyata selama

masa sekolah. Sejumlah studi baru-baru ini mendokumentasikan bahwa di antara anak-anak

dengan berat lahir sangat rendah (kurang dari 1.000 gram), 20 persennya ditemukan

mengalami cacat bermakna, termasuk palsi serebral, retardasi mental, autisme, dan

intelegensi endah dengan masalah belajar yang berat.5

Gangguan Masa Kanak-Kanak yang Didapat

Kadang-kadang, status perkembangan anak berubah secara dramatis sebagai akibat

penyakit spesifik atau trauma fisik. Dahulu, kadang-kadang sulit untuk memastikan gambaran

lengkap kemajuan perkembangan anak sebelum adanya penyakit atau trauma, tetapi efek

merugikan pada perkembangan atau keterampilan anak terjadi setelahnya.8

Infeksi

Infeksi yang paling serius dan memengaruhi integritas otak adalah ensefalitis dan

meningitis. Sebagian besar episode ensefalitis disebabkan oleh virus. Meningitis yang

15

Page 16: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

terlambat didiagnosis, bahkan jika kemudian diikuti terapi antibiotik, dapat memengaruhi

perkembangan kognitif anak secara serius.5

Trauma Kepala

Penyebab cedera kepala yang paling sering dikenal baik dan menimbulkan kecacatan

perkembangan, termasuk kejang, adalah kecelakaan kendaraan bermotor, tetapi lebih banyak

lagi cedera kepala yang disebabkan oleh kecelakaan rumah tangga, seperti jatuh dari meja,

dari jendela yang terbuka, dan dari tangga. Penganiayaan anak jega merupakan penyebab

cedera kepala.5

Masalah Lain

Salah satu penyebab kerusakan otak parsial adalah asfiksia akibat hampir tenggelam.

Pajanan jangka panjang terhadap timbal adalah penebab gangguan intelegensi dan

keterampilan belajar yang telah ditetapkan. Tumor intrakranial dengan berbagai jenis dan

asalnya, pembedahan, dan kemoterapi juga dapat merugikan fungsi otak.5

Faktor Lingkungan dan Sosiokultural

Retardasi ringan dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, pangasuhan, serta

stimulasi yang tepat secara bermakna. Anak yang mengalami keadaan ini dapat mengalami

kerusakan jangka panjang pada perkembangan fisik dan emosinya. Lingkungan pranatal yang

diganggu oleh perawatan medis yang buruk dan gizi maternal yang buruk dapat merupakan

faktor resiko dan disertai komplikasi obstetri, prematuritas, serta berat lahir rendah.

Perawatan medis pascalahir yang buruk, malnutrisi, pajanan zat toksik seperti timbal, dan

trauma fisik adalah faktor risiko retardasi mental ringan. Ketidakstabilan keluarga, sering

berpindah-pindah, dan jumlah pengasuh yang banyak tetapi tidak memadai dapat mengurangi

hubungan emosional yang penting pada bayi, menyebabkan gagal tumbuh serta potensi risiko

terhadap otak yang sedang berkembang.5

2.8 Diagnosis

Diangnosis retardasi mental dapat ditegakkan setelah anamnesis, penilaian intelektual

standar, dan pengukuran fungsi adaptif menunjukkan bahwa perilaku anak saat ini secara

signifikan berada di bawah tingkat yang diharapkan.

16

Page 17: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Tabel 3. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Retardasi Mental.7

Diagnosis ini sendiri tidak merinci penyebab atau prognosis. Uji laboratorium dapat

digunakan untuk mengetahui penyebab serta prognosis.

Anamnesis

Anamnesis paling sering diambil dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian

khusus terhadap kehamilan ibu, dan persalinan; adanya riwayat keluarga dengan retardasi

mental; orang tua dengan perkawinan sedarah; dan gangguan herediter. Sebagi bagian dari

anamnesis, klinisi menilai keseluruhan tingkat fungsi dan kapasistas intelektual orang tua

serta iklim emosional di dalam rumah.7

Wawancara Psikiatrik

Dua faktor yang sangat penting ketika mewawancarai pasien: sikap pewawancara dan

cara berkomunikasi dengan pasien. Pewawancara tidak boleh teraahkan oleh usia mental

pasien, karena tidak dapat secara utuh mencirikan orang tersebut.7

Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa resetif dan ekspresif, harus dinilai

sesegera mungkin, dengan mengamati komunkasi verbal dan nonverbal antara pemberi

17

Page 18: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

perawatan dan pasien serta dengan melakukan anamnesis. Pertanyaan yang mengarahkan

harus dihindaei karena orang dengan retardasi dapat mudah tersugesti dan ingin

menyenangkan orang lain. Pengarahan dan struktur yang samar-samar, serta penguatan

mungkin perlu untuk membuat mereka tetap berada di dalam topik atau tugasnya.7

Secara umum, pemeriksaan psikiatri pada pasien dengan retardasi harus

mengungkapkan bagaimana pasien menghadapi tahapan-tahapan perkembangan.7

Pemeriksaan Fisik

Bagian tubuh yang berbeda-beda mungkin memiliki ciri khas tertentu yang dihasilkan

penyebab prenatal dan lazim ditemukan pada orang dengan retardasi mental.7

18

Page 19: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

19

Page 20: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Tabel 4. Contoh yang Mewakili Sindrom Retardasi Mental serta Fenotipe Perilaku.5

Selama pemeriksaan, klinisi harus mengingat bahwa anak dengan retardasi mental,

terutama mereka dengan masalah perilaku terkait, memiliki peningkatan risiko mengalami

penganiayaan anak.

Pemeriksaan Neurologis

Rontgen tengkorak biasanya dilakukan secara rutin tetapi hanya memberikan

kejelasan pada relatif sedikit keadaan, seperti kraniosinostosis, hidrosefalus, dan gangguan

lain yang mengakibatkan kalsifikasi intrakranial (contoh, toksoplasmosis, sklerosis tuberosa,

angiomatosis serebral, dan hipopaatiroidisme). Pemindaian computed tomography (CT) dan

magnetic resonance imaging (MRI) telah menjadi alat yang penting untuk mengungkap

20

Page 21: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

patologi sistem saraf pusat (SSP) yang terkait retardasi mental. Temuan berupa hidrosefalus

internal, atrofi korteks, atau porensefali yang kadang-kadang ditemukan pada anak dengan

retardasi mental berat dengan kerusakan otak tidak dianggap pentiung untuk gambaran

umum.5,7

2.9 Gambaran Klinis

Survei telah mengidentifikasi beberapa gambaran klinis yang terdapat dalam

frekuensi yang lebih besar pada orang dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum.

Gambaran ini, yang dapat terjadi sendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental, termasuk

hiperaktivitas, toleransi yang rendah terhadap frustasi, agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku

motorik stereotipik berulang, dan berbagai perilaku mencederai diri sendiri. Perilaku

mencederai diri sendiri tampak lebih sering dan lebih intens pada retardasi mental yang

semakin berat. Penentuan apakah gambaran klinis ini merupakan gangguan mental komorbid

atau gejala sisa langsung keterbatasan perkembangan yang terkait dengan retardasi mental

sering sulit dilakukan.2,5

2.10 Pemeriksaan Laboratorium

Uji laboratorium yang digunakan untuk menjelaskan penyebab retardasi mental

mencakup analisis kromosom, tes urin dan darah untuk gangguan metabolik, serta pencitraan

saraf. Kelainan kromosom merupakan satu-satunya penyebab retardasi mental yang paling

lazim ditemukan pada orang yang penyebab retardasinya dapat diidentifikasi.5

Studi Kromosom

Penentuan kariotipe di dalam laboratorium genetik dipertimbangkan setiap kali

kecurigaan adanya gangguan kromosom atau ketika penyebab retardasi mental tidak

teridentifikasi.5,8

Amniosentesis, yaitu sejumlah kecil cairan amnion diambil dari rongga amnion

transabdominal pada kia-kira usia kehamilan 15 minggu, berguna di dalam mendiagnosis

kelainan kromosom pranatal. Amniosentesis sering dipertimbangkan jika terdapat risiko janin

yang meningkan untuk sindrom Down, seperti meningkatnya usia maternal. Banyak

21

Page 22: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

gangguan herediter serius dapat diperkirakan dengan amniosintesis, dan harus

dipertimbangkan pada perempuan hamil berusia di atas 35 tahun.5,8

Chronic villi sampling (CVS) adalah teknik penapisan untuk menentukan kelainan

kromosom janin. Jika hasilnya abnormal, keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat

diambil dalam trimester pertama.5,8

Analisis Darah dan Urine

Sindom Lesch-Nyhan, galaktosemia, PKU, sindrom Hurler, dan sindrom Hunter

merupakan contoh gangguan yang mencakup retardasi mental dan dapat diidentifikasi

melalui analisis enzim yang sesuai atau asam amino maupun organik. Kelainan enzim di

dalam gangguan kromosom, terutama sindrom Down, menjanjikan untuk menjadi alat

diagnostik yang berguna, kelainan pertumbuhan yang tidak dapat dijelaskan, gangguan

kejang, tonus otot yang buruk, ataksia, kelainan tulang dan kulit, dan kelainan mata adalah

beberapa indikasi untuk dilakukannya uji fungsi metabolik.5,8

Penilaian Psikologis

Uji psikologis, yang dilakukan oleh psikolog berpengalaman, merupakan bagian dai

evaluasi standar untuk retardasi mental. Skala Gesell dan Bayley serta Catell Infant

Inteligence Scale adalah yang paling sering digunakan pada bayi. Untuk anak, Standford

Binet Intelegence Scale dan Wechsler Intelegence Scale for Children edisi ketiga (WISC-III)

adalah yang paling luas digunakan di Amerika Serikat.5,8

2.11 Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Pada sebagian besar kasus retardasi mental, hendaya intelektual yang mendasari tidak

membaik, tetapi tingkat adaptasi orang yang mengalaminya secara positif dapat dipengaruhi

oleh lingkungan yang mendukung dan berkualitas baik. Pada umumnya, orang dengan

retardasi mental ringan dan sedang memiliki fleksibilitas tertinggi dalam beradaptasi terhadap

berbagai keadaan lingkungan.5

Diagnosis Banding

Menurut definisi, retardasi mental harus dimulai sebelum usia 18 tahun. Beberapa

hendaya sensoik, terutama tuli dan buta, dapat dikelirukan dengan retardasi mental jika

22

Page 23: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

selama uji tidak digunakan alat bantu. Defisit pembicaraan dan palsi serebral sering membuat

anak tampak mengalami retardasi mental, bahkan saat intelegensinya berada dalam batas

amabang atau normal. Jenis penyakit kronis dan melemahkan apapun dapat menurunkan

fungsi anak pada semua area. Gangguan konfulsif dapat memberikan kesan adanya retardasi

mental, terutama saat adanya kejang yang tidak terkontrol. Sindrom otak kronis dapat

mengakibatkan cacat tertentu—tidak dapat membaca (aleksia), tidak dapat menulis (agrafia),

tidak dapat berkomunikasi (afasia), dan beberapa cacat lain—yang mungkin terdapat pada

orang dengan intelegensi normal atau bahkan superior. Anak dengan gangguan belajar, ang

dapat terjadi bersamaan dengan retardasi mental, mengalami keterlambatan atau kegagalan

perkembangan pada area khusus seperti membaca atau matematika, tetapi anak tersebut

berkembang normal pada area lain. Sebaliknya, anak dengan retardasi mental menunjukkan

keterlambatan umum pada sebagian besar area perkembangan.5

Retardasi mental dan gangguan perkembangan pervasif sering terdapat bersamaan.

Karena tingkat fungsi mereka yang biasa saja, anak dengan gangguan perkembangan pevasid

memiliki lebih banyaj masalah dengan hubungan sosial dan mengalami penyimpangan

bahasa yang lebih dibandingkan anak yang mengalami retardasi mental.2

Anak di bawah usia 18 tahun yang memenuhi kriteria diagnostik demensia dan

menunjukkan IQ kurang dari 70 diberikan diagnosis demensia dan retardasi mental. Mereka

yang IQ-nya turun hingga kurang dari 70 setelah usia 18 tahun dan yang memiliki onset baru

gangguan kognitif tidak diberikan diagnosis retardasi mental tetapi hanya diagnosis

demensia.2,5

2.12 Terapi

Retardasi mental dikaitkan dengan berbagai gangguan psikiatri komorbid dan paling

sering membutuhkan berbagai dukungan psikososial. Tetapi orang dengan retardasi mental

didasari pada penilaian akan kebutuhan sosial dan lingkungan serta perhatian terhadap

keadaan komorbidnya. Terapi optimal untuk keadaan yang dapat menyebabkan retardasi

mental adalah pencegahan primer, sekunder, dan tersier.5

Pencegahan Primer

23

Page 24: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Pencegahan primer meliputi tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau

mengurangi keadaan yang menimbulkan terjadinya gangguan yang terkait dengan retardasi

mental. Cara-caranya mencakup edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat umum

dan kesadaran akan retardasi mental; upaya profesional kesehatan yang berkelanjutan untuk

menyediakan perawatan kesehatan anak dan ibu yang optimal; dan eradikasi gangguan yang

diketahui diakibatkan oleh kerusakan SSP.5

Pencegahan Sekunder dan Tersier

Ketika suatu gangguan yang dikaitkan dengan etardasi mental telah diidentifikasi,

gangguan ini harus diterapi untuk memperpendek perjalanan penyakit (pencegahan sekunder)

dan untuk meminimalkan gejala sisa atau hendaya selanjutnya (pencegahan tersier).

Gangguan endokrin dan metabolik herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat diterapi

dengan efektif pada tahap awal dengan pengendalian diet atau terapi sulih hormon. Anak

dengan retardasi mental sering memiliki kesulitan emosi dan perilaku yang memerlukan

terapi psikiatrik. Kemampuan sosial dan kognitifnya yang terbatas memerlukan modalitas

terapi psikiatrik yang dimodifikasi dan didasari pada tingkat intelegensi anak tersebut.5

Edukasi untuk Anak

Tatanan edukasi untuk anak yang mengalami retardasi mental harus mencakup

program komprehensif yang memberikan pelatihan keterampilan adaptif, pelatihan

keterampilan sosial, dan pelatihan kejuruan. Perhatian khusus harus difokuskan pada

komunikasi dan upaya untuk memperbaiki kualitas kehidupan. Terapi kelompok sering

menjadi format yang berhasil asalkan anak dengan retardasi mental dapat belajar dan

mempaktikkan situasi kehidupan nyata yang dihipoteisiskan dan mendapatkan umpan balik

yang mendukung.5

Terapi Perilaku, Kognitif, dan Psikodinamik

Terapi perilaku telah digunakanselama beberapa tahun untuk membentuk dan

meningkatkan perilaku sosial serta untuk mengendalikan dan meminimalkan perilaku agresif

dan destruktif orang tersebut. Terapi kognitif, seperti menghilangkan keyakinan yang salah

serta latihan relaksasi dengan instruksi diri sendiri, telah direkomendasikan untuk pasien

retardasi mental yang dapat mengikuti perintah. Terapi psikodinamik digunakan pada pasien

dan keluarganya untuk mengurangi konflik mengenai pengharapan yang menimbulkan

ansietas, kemarahan, dan depresi yang menetap.5

24

Page 25: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

Edukasi Keluarga

Salah satu area yang paling penting yang dapat dilakukan klinisi adalah memberikan

edukasi kepada keluarga pasien dengan retardasi mental mengenai cara untuk meningkatkan

kompetensi dan harga diri sambil mempertahankan pengharapan yang realistik untuk pasien.

Orang tua bisa mendapatkan keuntungan dari konseling yang berkelanjutan atau terapi

keluarga dan harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus

asa, sedih, penyesalan berulang, dan kemarahan terhadap gangguan serta masa depan

anaknya. Psikiater harus siap untuk memberikan orang tua semua dasar dan informasi medis

terkini mengenai penyebab, terapi, dan area terkait lainnya (seperti pelatihan khusus dan

perbaik defek sensorik).5

Interversi Sosial

Olimpiade Khusus Internasional adalah program olah raga rekreasional yang dibuat

untuk populasi ini. Di samping menyediakan forum untuk mengembangkan kebugaran fisik,

Olimpiade Khusus juga meningkatkan interaksi sosial, persahabatan, dan diharapkan, harga

diri umum.5

Farmakologi

Pendekatan farmakologis untuk terapi gangguan mental komorbid pada pasien dengan

retardasi mental komorbid pada pasien dengan retardasi mental sama untuk pasien tanpa

retardasi mental. Semakin banyak data yang menyokong penggunaan berbagai obat

psikotropik untuk pasien dengan gangguan jiwa dan juga retardasi mental.5

25

Page 26: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

BAB III

KESIMPULAN

Terdapat empat derajat reterdasi mental, retardasi mental ringan, sedang, berat, dan

sangat berat, serta retardasi mental dengan keparahan tidak dirinci karena ketika terdapat

anggapan kuat adanya retardasi mental tetapi intelegensi orang tersebut tidak dapat diuji

dengan uji standar.

Pada retardasi mental ringan pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung

terlambat pada berbagai tingkat dan masalah kemampuan bicara resmi akan mengganggu

perkembangan kemandiriannya yang mungkin menetap hingga usia dewasa. Etiologi organik

hanya dapat diidentifikasi pada sebagian pasien. Keadaan lain yang menyertainya seperti

autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik

dapat ditemukan dalam berbagai proporsi.

Pada retardasi mental sedang biasanya mereka menunjukkan penampilang

kemampuan yang tidak sesuai, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam

ketrampilan visuo-spatial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang

lainnya sangat canggung tetapi dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana.

Tingkat perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana,

sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.

Ada yang tidak pernah belajar menggunakan bahasa, meskipun mereka mungkin dapat

mengerti instruksi sederhana dan belajar menggunakan isyarat tangan untuk kompensasi

disabilitas berbicara mereka. Etiologi organik dapat diidentifikasi pada mayoritas penyandang

retardasi mental sedang. Autisme masa anak atau gangguan perkembangan pervasif terdapat

pada sebagaian kecil kasus yang mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe

penatalaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsi, disabilitas neurologis dan fisik juga lazim

ditemukan meskipun kebanyakan reterdasi mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan.

Karena tingkat perkembangan bahasanya yang terbatas sulit untuk menegakkan kondisi

psikiatrik lain yang menyertainya tanpa informasi yang diperoleh dari orang lain yang

menyertainya.

Pada retardasi mental berat dan sangat berat penggunaan dan pemahaman bahasa

terbatas, kemampuan tertinggi hanyalah mengerti perintah dasar dan mengajukan

26

Page 27: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

permohonan sederhana. Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang

memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk

yang tepat. Penyandang mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas rumah tangga yang

praktis. Etiologi organik dapat diidentifikasikan pada sebagian besar kasus. Biasanya ada

disabilitas neurologis dan fisik lain yang berat yang memengaruhi mobilitas, seperti epilepsi

dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan pervasif dalam

bentuk sangat berat khususnya autisme yang tidak khas (atypical) terutama pada penyandang

yang dapat bergerak.

27

Page 28: Referat BAB Neuro Semarang Yita Gayatri Willyani 03010281

DAFTAR PUSTAKA

1. Prasetyo J. Pengantar Psikiatri Anak. Buku Ajar Psikiatri. Elvira SD, Hadisukanto G,

editors. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. h.

389-410.

2. Humris WE, Pleyte. Retardasi Mental. Buku Ajar Psikiatri. Elvira SD, Hadisukanto

G, editors. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.

h. 411-9.

3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1993.

4. Yususf I. Retardasi Mental. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 1991.

5. Sadock BJ, Sadock VA. Retardasi Mental. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri

Klinis. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2013. h. 561-71.

6. Mental Retarded Activities of the U.S. Department of Health, Education, and Welfare.

Washington DC: US Goverment Printing Office. 1989: 2.

7. American Psychiatric Association. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. Ed 4th. Text rev. Washington DC: American Psychiatic Association. 2000.

8. Bauman ML. Autism: Clinical Features and Neurobiological Observations. Clinical

Practice Guidelines, Refinding the Standarts of Care for Infants, Children, and

Families with Special Needs. Bethesda: ICDL Press & The Unicorn Children’s

Foundation. 2000.

9. Szymanski LS, Kaplan LC. Mental Retardation. Textbook of Child and Adolescent

Psychiatry. Ed 3rd. Arlington: American Psychiatry Publishing. 2004.

10. Wiener JM, Dulcan MK. Textbook of Child and Adolescent Psychiatry, Vol II. Ed

3rd. American Psychiatry Publishing, Inc. 2004.

11. Leroy JC. Hereditary, Development, and Behavior. Levine MD, Carey WB, Crocker

WB, editors. Developmental Behavioral Pediatrics. Philadelphia: WB Saundres. 1983.

h. 315.

28