referat abdomen 3 posisi

37
BAB I PENDAHULUAN Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengan pesat terutama dengan perkembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah. Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen. Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Pada keadaan penyakit yang berhubungan dengan abdomen (traktus gastrointestinal maupun traktus urinarius), pemeriksaan fisik saja tidak cukup dalam Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 Posisi Page 1

Upload: alexandra-niken-larasati

Post on 04-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Abdomen 3 Posisi

BAB I

PENDAHULUAN

Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengan pesat terutama dengan

perkembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi

turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular

atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang

radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg,

Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu

melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Kemudian ditemukanlah sinar yang

disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan

sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad

Roentgen. Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia

kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-

bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-

cara konvensional.

Pada keadaan penyakit yang berhubungan dengan abdomen (traktus

gastrointestinal maupun traktus urinarius), pemeriksaan fisik saja tidak cukup

dalam menunjang diagnosa, dan untuk memastikannya dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis. Pada pemeriksaan

radiologis untuk pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dengan berbagai teknik

pengambilan foto, antara lain foto polos abdomen, foto abdomen 3 posisi, USG

abdomen, tomografi komputerisasi, maupun dengan menggunakan media kontras

seperti colon in loop maupun IVP. Hal pemeriksaan radiologis abdomen yang

paling mendasar dan paling mudah adalah teknik pemeriksaan foto polos

abdomen.

Pemeriksaan abdomen dikelompokkan menjadi dua yaitu pemeriksaan

abdomen dengan persiapan dan pemeriksaan abdomen tanpa persiapan.

Pemeriksaan abdomen dengan persiapan dilakukan setelah pasien melakukan

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 1

Page 2: Referat Abdomen 3 Posisi

persiapan khusus sebelum pemeriksaan, oleh karena diharapkan dengan persiapan

tersebut rongga dari pada abdomen dapat terhindar dari bayangan feses dan udara.

Sehingga dapat memberikan gambaran foto abdomen yang lebih informatif sesuai

dengan diagnosa klinis. Namun pada keadaan – keadaan tertentu seperti telah

terjadinya akut pada abdomen, foto abdomen polos tidak dapat ditunda dengan

dilakukannya persiapan kepada pasien terlebih dahulu. Oleh karena pada pasien

dalam keadaan tersebut memerlukan tindakan diagnosa dan penanganan dengan

segera.

Untuk beberapa kasus akut abdomen, pemeriksaan foto abdomen 3 posisi

(supine, erect, left lateral decubitus) sangat dianjurkan untuk melihat ada

tidaknya perforasi, gangguan pasase usus (ileus) secara mekanik maupun

paralitik, cairan didalam rongga peritoneum, batu radioopak dan sebagainya.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 2

Page 3: Referat Abdomen 3 Posisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Traktus Gastrointestinal & Traktus Urinarius

Anatomi dan mekanisme sistem pencernaan mulai dari makanan masuk ke

rongga mulut (cavum oris) yang dicerna secara mekanik serta kimiawi. Kemudian

melewati faring, lalu esofagus. Esofagus merupakan saluran muskuler dengan

panjang ±25cm dibagi menjadi 2 bagian (pars torakalis & pars abdominalis),

menembus diafragma (hiatus esofagus) pada vertebrae torakal 10. Kemudian

melewati gaster untuk mencerna bolus secara mekanik dan kimiawi. Terdapat 3

bagian yaitu pars cardiac, corpus dan pylorica. Setelah itu menuju ke usus halus

(intestinum tenue) yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (pars

descendens, transversum, ascendens) dengan panjang ±24cm dan memiliki

papilla duodeni mayor / ampulla vateri yang merupakan muara duktus koledokus

& duktus pankreatikus. Kemudian dibatasi ligamentum treitz menuju jejunum

(dinding tebal, banyak vaskularisasi) lalu ileum (dinding tipis, sedikit

vaskularisasi). Setelah melewati ileum terminalis, terdapat usus besar (intestinum

crassum) dengan panjang ±1,5m dan memiliki bagian khas yaitu taenia coli,

haustrae dan appendices epiploica. Sekum merupakan muara ileum (orifisium

ileosekalis) dan appediks vermiformis. Usus besar terdiri dari 4 bagian yaitu

colon ascendens (12-20cm, memiliki valva ileocaecalis & fleksura coli dextra /

fleksura hepatica), colon transversum (40-50cm, memiliki fleksura coli sinistra /

fleksura hepatica dan fleksura coli dextra / fleksura lienalis, dengan penggantung

mesocolon transversum), colon descendens (fleksura coli sinistra / fleksura

lienalis), dan colon sigmoid (berbentuk huruf “S” memiliki panjang 15-80cm

dengan penggantung mesocolon sigmoideum). Rektum dan kanalis analis,

panjang ±12cm, tidak mempunyai penggantung usus (mesenterium), terdapat

ampulla recti (bagian yang melebar), pada rektum terdapat pleksus

hemorhoidalis, berakhir sebagai anus pada perineum (m. sfingter ani internus dan

eksternus).

Hepar terletak pada regio hipokondria dextra dan epigastrium. Terdiri atas 2

lobus (dextra & sinistra). Memiliki penggantung yaitu ligamentum falsiforme

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 3

Page 4: Referat Abdomen 3 Posisi

hepatis, ligamentum teres hepatis, ligamentum triangulare dextra & sinistra, serta

ligamentum hepatorenal. Memiliki kantong empedu (vesica fellea) yang

berfungsi memekatkan empedu dengan daya tampung 30-60ml dan terbagi atas

fundus, corpus dan collum yang kemudian akan menuju duktus sistikus dan

duktus koledokus.

Pankreas terletak pada regio epigastrium dan hipokondria sinistra dengan

panjang 12-15cm dan terbagi atas caput, collum, corpus, cauda.

Sedangkan traktus urinarius terdiri dari ginjal (ren / kidney) terletak di

abdomen posterior. Tepi atas ginjal kiri berada setinggi columna vertebrathorakal

11-12, tepi bawah ginjal kanan berada setinggi columna vertebra lumbal 3.

Panjang ginjal 10-12cm, lebar 5-7cm dan tebal ±5cm.

Ureter merupakan 2 saluran yang membawa urine dari ginjal ke vesika

urinaria, dengan panjang 25-30cm. Terdapat 3 penyempitan ureter yaitu: pelvic-

ureteric junction, saat ureter menyilang arteri iliaca komunis (saat melewati

pinggir panggul) dan uretero-vesico junction.

Vesika urinaria pada laki-laki terletak antara simfisis pubis dan rektum,

sedangkan pada perempuan terletak agak dibawah uterus dan di depan vagina.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 4

Gambar 1. Traktus Gastrointestinal Gambar 2. Regio Abdomen

Page 5: Referat Abdomen 3 Posisi

Uretra merupakan saluran akhir traktus urinarius. Pada laki-laki dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu untuk uretra posterior (pars prostatika dan pars

membranasea) dan uretra anterior (pars bulbosa, pars pendulare dan fosa

navikulare) dengan panjang ±20cm. Pada wanita, panjang uretra ±3,5cm.

II. Definisi foto abdomen 3 posisi

Foto abdomen 3 posisi merupakan prosedur pemeriksaan radiografi tanpa

kontras pada daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang

terjadi pada traktus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi

pemotretan yaitu posisi supine, posisi erect dan posisi left lateral decubitus.

III. Indikasi foto abdomen 3 posisi

Suatu foto abdomen diperuntukkan bagi penderita-penderita yang secara klinis

mencurigakan adanya keadaan-keadaan sebagai berikut:

Obstruksi usus (ileus) atau ileus paralitik

Perforasi organ intra-abdominal

Nyeri renal atau bilier dengan kolik yang khas

Perdarahan Intra-abdominal

IV. Teknik pemeriksaan

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 5

Gambar 3. Traktus Urinarius

Page 6: Referat Abdomen 3 Posisi

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat

mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan

film ukuran 35 x 43 cm.

Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :

1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi

anteroposterior (AP).

Tujuan proyeksi ini adalah, untuk menampakkan adanya gambaran

distribusi udara dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus

(pelebaran usus).

Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan perhiasan untuk

menghindari terjadinya artefak pada film dan memakai

perlindungan untuk daerah gonad, terutama untuk pria

Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkkan di samping

tubuh, garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah

pemeriksaan, kedua tungkai ekstensi.

Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan

batas tepi bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan

bahu. Pusat sinar pada bagian tengah film dengan jarak minimal

102 cm.

Gambar 4. Posisi Supine, proyeksi AP

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 6

Page 7: Referat Abdomen 3 Posisi

Gambar 5. Gambaran radiografi normal posisi supine proyeksi AP

Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :

Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis

Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis

dan panggul baik.

Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletak

simetris

Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya

batas gambar costae dan gas usus

Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral

muskulus psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.

Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat

pemeriksaan.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 7

Page 8: Referat Abdomen 3 Posisi

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan

sinar horizontal proyeksi AP.

Tujuan proyeksi ini adalah, untuk memperlihatkan adanya udara

bebas di dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan

menampakkan adanya cairan di abdomen bagian bawah.

Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau

memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi AP 90o dari film.

Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan bagian belakang

tegak. Pastikan punggung tidak rotasi. Letakan lengan dan tangan

dalam posisi anatomi. Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral

terletak pada garis tengah tubuh dengan garis tengah film.

Gambar 6. Posisi Erect, Posisi AP

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 8

Page 9: Referat Abdomen 3 Posisi

Gambar 7. Gambaran radiografi normal posisi erect, proyeksi AP

Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh gravitasi,

sehingga yang paling utama nampak adalah: udara bebas, fluid

sinks, kidneys drop, transverse colon drops, small bowel drops,

breasts drop, lower abdomen bulges dan penambahan densitas

pada X-ray dan diaphragm descends.

Posisi erect ditandai dengan T11

Berdasarkan posisis dari payudara, menyebabkan penambahan

densitas pada kuadran kanan dan kiri.

Gas di fundus gaster- khas pada posisi erect dan kuantitas yang

kecil pada gas yang terjebak di perut

Letak film di tengah atas akan menunjukan dasar paru tetapi tidak

dapat melihat bagian dari pelvis.

Posisi kolon akan jatuh mengikuti gravitasi dan memenuhi

abdomen bagian bawah anterior, menyebabkan penambahan

densitas pada abdomen bagian bawah.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 9

Page 10: Referat Abdomen 3 Posisi

3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar

horizontal, proyeksi AP.

Tujuan proyeksi untuk menampakkan adanya udara bebas pada

sisi kanan atas abdomen. Miller merekomendasikan bahwa posisi

penderita tetap pada posisi miring (LLD) selama 10-20 menit

sebelum dilakukan eksposi untuk memberikan kesempatan udara

bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.

Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Film

diletakan di depan atau belakang perut pasien. Mengikuti area

simphisis pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis tengah

film.

Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk

melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi organ intra-

abdominal (udara bebas subdiafragma).

Gambar 8. Posisi LLD, Proyeksi AP

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 10

Page 11: Referat Abdomen 3 Posisi

Gambar 9. Gambaran radiografi normal posisi LLD, proyeksi AP

V. Interpretasi pemeriksaan

Densitas pada x-ray:

Gas Hitam

Lemak Abu-abu gelap (dark grey)

Cairan / Soft tissue Abu-abu terang (light grey)

Tulang / Kalsifikasi Putih

Logam Intense white

Pola pengamatan:

Memeriksa semua tulang, terutama vertebra lumbalis dan pelvis. Apakah

terdapat perubahan densitas tulang baik peningkatan maupun

pengurangan. Apakah ada vertebra yang kolaps atau alignment yang

abnormal. Kemudian memeriksa sendi sakro-iliaka apakah berselubung

atau tidak.

Bila terdapat trauma baru, mencari apakah ada fraktur pada iga-iga dan

prosesus transversus vertebra lumbalis. Pastikan bahwa tidak ada fraktur

pada pelvis, terutama pada simfisis pubis dan sekitar sendi panggul.

Melihat apakah ada udara bebas di bawah diafragma dan membedakannya

dengan udara pada gaster / colon. Bila ada foto thoraks, konfirmasi

dengan foto thoraks.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 11

Page 12: Referat Abdomen 3 Posisi

Mencari garis musculus psoas. Bila terlihat, garis psoas harus lurus,

simetris dengan tepi lateral sedikit konkaf. Penonjolan yang asimetris atau

adanya tambahan garis lain bisa merupakan suatu petunjuk adanya

perdarahan, abses atau tumor (limfoma) retroperitoneal.

Mengidentifikasi bayangan hepar. Tepi inferior hepar berbatas tegas,

khususnya bagian lateral.

Mencari apakah ada batu radioopak dan kalsifikasi abnormal, terutama di

daerah kandung empedu, pankreas dan sepanjang daerah traktus urinarius.

Hati-hati dengan phlebolith vena pelvis yang dapat menyerupai batu.

Phlebolith berbentuk oval, terdapat bayangan lusen kecil didalamnya.

Sedangkan batu tampak padat dengan tepi irreguler. Kalsifikasi pankreas

berbentuk titik-titik dan aksis oblik. Kalsifikasi vaskular sering ditemukan

di aorta pada pasien usia lanjut.

Periksa bayangan ginjal, seharusnya memiliki panjang normal 10-12cm

atau panjang longitudinal sepanjang 3,5 verterbra.

Melihat pola gas usus. Bila mengalami distensi, lihat adakah fluid-level

yang mendatar akibat transudasi cairan didalam usus yang mengalami

distensi (step ladder appearance). Identifikasi antara gaster, usus halus

(plika sirkularis) dan kolon (haustrae yang saling mengunci / interdigitasi

dan tidak menyilang diameter kolon). Melihat apakah terdapat herring

bone appearance akibat penebalan dinding usus halus yang saling

menempel membentuk gambaran vertebra dari ikan dan muskulus yang

sirkuler menyerupai kostanya. Pastikan terdapat gas di dalam rektum. Air

fluid level juga dapat dijumpai pada lumen usus besar, dan tiga sampai

lima fluid levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas

normal serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air

fluid level atau lebih dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau

kaliber merupakan kondisi abnormal dan selalu dihubungkan dengan

pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik. Coilling appearance

terjadi pada kondisi intusepsi / invaginasi yang menggambarkan

masuknya segmen proksimal usus (intusiseptum) ke dalam lumen usus

distal (intususepiens) namun hanya dapat dilihat dengan menggunakan

kontras.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 12

Page 13: Referat Abdomen 3 Posisi

Usus halus yang normal, diameternya jarang yang lebih dari 3 cm. Kolon

yang normal, diameternya ±4cm. Diameter sekum <8cm.

Melihat ada tidaknya pengumpulan cairan bebas intraperitoneum. Garis

lemak (peritoneal fat line) akan bergeser ke arah lateral oleh cairan bebas.

Gambar 10. Keadaan patologis menurut regio abdomen

VI. Gambaran patologis

1. Ileus obstruktif & Ileus paralitik

Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalan

makanan) di usus.

Berdasarkan penyebab:

1) Ileus karena obstruksi mekanik berupa sumbatan

a) Letak tinggi: duodenum, jejunum, ileum.

Dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps

usus bagian distal sumbatan.

Herring bone appearance (+)

Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+)

yang pendek.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 13

Page 14: Referat Abdomen 3 Posisi

Gambar 11. Gambaran distensi usus dan herring bone

appearance pada ileus obstruktif letak tinggi

Gambar 12. Gambaran step ladder appearance pada ileus

obstruktif letak tinggi

b) Letak rendah: kolon dan rektum

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 14

Page 15: Referat Abdomen 3 Posisi

Dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps

usus bagian distal sumbatan.

Herring bone appearance (+)

Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+)

yang panjang.

Gambar 13. Gambaran distensi usus pada ileus obstruktif letak

rendah

Gambar 14. Gambaran step ladder appearence pada ileus

obstruktif letak rendah

2) Ileus karena sebab neurogenik

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 15

Page 16: Referat Abdomen 3 Posisi

Ileus paralitik/adinamik (kelumpuhan saraf yang

menyebabkan otot tidak dapat kontraksi)

Dilatasi usus menyeluruh

Herring bone appearance (+)

Air fluid level (+) atau step ladder appearance (+)

Gambar 15. Gambaran step ladder appearance pada ileus paralitik

Gambar 16. Gambaran distensi seluruh usus pada ileus paralitik

2. Udara bebas di dalam cavum peritoneal (pneumoperitoneum)

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 16

Page 17: Referat Abdomen 3 Posisi

Penyebab tersering gambaran ini adalah perforasi usus akibat ulkus

peptikum, trauma, karsinoma gaster atau kolon. Dapat juga terjadi karena

infeksi (tifoid, divertikulitis atau amebiasis).

Bila curiga perforasi, penderita harus di foto dengan berdiri / duduk.

Bila tidak bisa berdiri/duduk, buatlah foto lateral dengan penderita

berbaring / LLD.

Pada foto toraks tegak, udara berbentuk bulan sabit tampak dibawah

diafragma. Udara subdiafragmatik harus dibedakan dengan pneumotoraks

subpulmonal. Bila tidak yakin apakah terdapat udara bebas

intraperitoneum atau tidak, foto dekubitus kiri pada abdomen bagian atas

akan menunjukkan udara bebas dalam bentuk bulan sabit dengan densitas

rendah disebelah lateral dari tepi lateral lobus kanan hati. Pada foto

terlentang abdomen, udara bebas sulit dideteksi. Ada dua tanda yang dapat

membantu: tanda Rigler, yaitu adanya gas di dinding usus sisi manapun,

dan tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di kuadran

kanan atas oleh udara bebas.

Gambar 17. Riggler’s sign pada pneumoperitoneum

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 17

Page 18: Referat Abdomen 3 Posisi

Gambar 18. Tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di

kuadran kanan atas oleh udara bebas.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 18

Page 19: Referat Abdomen 3 Posisi

Gambar 19. Gambaran udara bebas subdiafragma pada

pneumoperitoneum

3. Batu radioopak

Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu

radioopak. Penilaian batu ginjal pada foto polos abdomen yang penting

diperhatikan adalah: jumlah, densitas, bayangan batu, lokasi, komplikasi

(obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur), terjadinya anomali,

dan nefrokalsinosis.

Batu pada traktus urinarius biasanya bersifat multilayer dan

permukaannya dapat kasar atau halus. Batu pada vesica urinaria lebih

bulat dengan permukaan regular sedangkan batu pada ureter atau uretra

biasanya berbentuk irregular. Kadang-kadang dijumpai batu yang mengisi

dan menyerupai pelvicalices ginjal yang disebut staghorn stone. Batu

kecil dan halus yang dijumpai pada calices minores kedua ginjal dijumpai

pada kelainan yang disebut nephrocalcinosis.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 19

Gambar 20. Gambaran radioopak pada pelvicalices ginjal (Staghorn stone)

Page 20: Referat Abdomen 3 Posisi

Batu pada kandung empedu dan salurannya biasa dijumpai pada

kuadran kanan atas dan biasanya berbentuk poligonal. Foto polos

abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya

sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang

kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium

tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan

kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 20

Gambar 21. Gambaran radioopak pada ureter (batu ureter)

Gambar 22. Gambaran radioopak pada vesica urinaria (batu buli-buli)

Page 21: Referat Abdomen 3 Posisi

terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan

gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.

Kalsifikasi lain yang bisa dikelirukan dengan batu empedu:

a) Kalsifikasi pada pankreas biasanya multiple dan menyilang

vertebrae lumbalis kiri.

Gambar 24. Gambaran kalsifikasi pankreas

b) Kalsifikasi kelenjar limfe mesenterika sering terdapat di

sisi kanan bawah.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 21

Gambar 23. Gambaran radioopak pada kandung empedu (batu empedu)

Page 22: Referat Abdomen 3 Posisi

Gambar 25. Gambaran kalsifikasi kelenjar limfe

mesenterika

c) Kalsifikasi vertebrae biasanya bilateral dan meluas

melewati daerah kandung empedu. Tidak berubah dengan

perubahan posisi.

4. Cairan bebas di dalam cavum peritoneal

Akumulasi dari cairan bebas intraperitoneal di abdomen merupakan

tanda adanya suatu ascites. Penyebab ascites antara lain : hipoproteinemia,

sirosis hepatik, CHF, pankreatitis, keganasan dengan metastase peritoneal,

limfoma, dan sumbatan vena cava inferior.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 22

Page 23: Referat Abdomen 3 Posisi

Pada foto polos abdomen dalam posisi supine akan tampak gambaran usus

yang tampak melayang di dalam cairan ascites, abdomen berbentuk

bulging, gambaran abu-abu (ground-glass appearance) karena kontras

berkurang dan warna abu-abu yang disebabkan hamburan sinar radiasi

dari cairan di dalam abdomen dan bayangan hepar, garis psoas, ginjal

tampak kabur karena adanya cairan di sekitar organ tersebut, serta

peningkatan hemidiafragma kanan dan kiri.

5. Psoas line asimetris

Bayangan garis otot psoas yang asimetris menunjukkan adanya suatu

abses iliopsoas. Abses iliopsoas biasanya berasal dari penyebaran

hematogen dari infeksi lokal pada tulang, seperti tulang-tulang columna

vertebralis, ileum, dan sendi sakroiliaka. Otot psoas kaya akan pembuluh

darah, sehingga sangat mudah terjadi infeksi akibat penyebaran

hematogen dari organ lain.

Otot psoas berawal dari prosesus transversus vertebra torakalis ke-12

sampai vertebra lumbalis kemudian meluas ke bawah dan bergabung

dengan otot iliaka pada level L5-S2, membentuk otot iliopsoas. Otot

iliopsoas berjalan melewati ligamen inguinal yang kemudian berinsersi di

trokanter minor dari tulang femur.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 23

Page 24: Referat Abdomen 3 Posisi

6. Apendisitis

Merupakan peradangan pada apendiks yang umumnya disebabkan oleh

agen obstruktif seperti fekalit / corpus alienum atau agen obstruktif ekstra

lumenar seperti hipertrofi folikel limfoid tela submukosa, apendiks

tertekuk.

Apendisitis akut Foto polos jarang bermanfaat kecuali terlihatnya

felkalith opaque (5% pasien) didapatkan pada kuadran kanan bawah

(terutama pada anak-anak).

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 24

Gambar 27. Gambaran psoas line kanan yang menghilang

Gambar 28. Gambaran appendicolith yang mengalami kalsifikasi pada apendisitis

Page 25: Referat Abdomen 3 Posisi

BAB III

KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologis foto abdomen 3 posisi merupakan prosedur

pemeriksaan radiografi tanpa kontras pada daerah abdomen khususnya untuk

memperlihatkan kelainan yang terjadi pada traktus digestivus / gastrointestinal

yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan yaitu posisi supine, posisi erect dan

posisi left lateral decubitus.

Tujuan proyeksi supine adalah untuk menampakkan adanya gambaran

distribusi udara dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus (pelebaran

usus). Tujuan proyeksi erect adalah untuk memperlihatkan adanya udara bebas di

dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 25

Page 26: Referat Abdomen 3 Posisi

abdomen bagian bawah. Sedangkan tujuan proyeksi left lateral decubitus adalah

untuk menampakkan adanya udara bebas pada sisi kanan atas abdomen. Miller

merekomendasikan bahwa posisi penderita tetap pada posisi miring (LLD)

selama 10-20 menit sebelum dilakukan eksposi untuk memberikan kesempatan

udara bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.

Indikasi pemeriksaan foto abdomen 3 posisi yaitu obstruksi usus (ileus) atau

ileus paralitik, perforasi organ intra-abdominal, nyeri renal atau bilier dengan

kolik yang khas dan perdarahan intra-abdominal.

Gas/udara akan memberikan gambaran hitam (radiolusen). Lemak akan

memberikan gambaran abu-abu gelap (dark grey). Cairan/soft tissue akan

memberikan gambaran abu-abu terang (light grey). Tulang/kalsifikasi akan

memberikan gambaran putih. Dan logam akan memberikan gambaran intense

white.

Interpretasi foto abdomen 3 posisi Menilai densitas/fraktur/kelainan lain pada

vertebrae dan pelvis, menilai ada tidaknya udara subdiafragma, menilai

kesimetrisan garis muskulus psoas, menidentifikasi bayangan hepar, menilai ada

tidaknya batu radioopak, menilai bayangan/kontur ginjal, menilai pola gas usus

apakah mengalami distensi atau tidak, menilai ada tidaknya pengumpulan cairan

bebas intraperitoneum dan garis lemak peritoneal.

Gambaran patologis yang dapat ditemukan pada foto abdomen 3 posisi antara

lain distensi usus, herring bone appearance, air fluid level / step ladder

appearance, udara bebas subdiafragma, rigler's sign, garis ligamentum falsiform

hepatis, batu radioopak (Staghorn stone), gambaran kalsifikasi, cairan bebas di

dalam cavum peritoneal (ground-glass apearence), psoas line asimetris,

terkadang dapat terlihat apendikolit.

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 26

Page 27: Referat Abdomen 3 Posisi

DAFTAR PUSTAKA

1. Palmer P.E. S, dkk. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. 1990.

Cetakan IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Sudarno P, Irdam A.I. Pemeriksaan Radiografi Polos Abdomen pada Kasus

Gawat Darurat. 2008. Vol 58. No 12. Hal 537-541. Jakarta: Majalah Kedokteran

Indonesia

3. Rasad, S. Radiologi Diagnostik. 2009. Ed 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

4. Skucas J. Advance Imaging of The Abdomen. 2006. London: Springer-Verlag

5. Holmes E.J, Misra R.R. A-Z of Emergency Radiology. 2004. New York:

Greenwich Medical Media

6. Jong, W.D, Samsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC

Pemeriksaan Radiologi Foto Abdomen 3 PosisiPage 27