referat radio akut abdomen
DESCRIPTION
akut abdomenTRANSCRIPT
Akut abdomen
Definisi
• Akut abdomen merupakan suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah serta terjadi secara tiba-tiba.
• Secara definisi pasien dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam.
Epidemiologi
• Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi Gawat Darurat setiap tahunnya di seluruh dunia.
• Dimana, 25-41% merupakan kasus akut abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik.
• Sebagian besar merupakan kasus ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa kasus mengancam jiwa dapat berujung kepada kematian akibat misdiagnosis, termasuk diantaranya ruptur aorta, aneurisma, appendicitis, kehamilan ektopik, dan infark miokard (Medina,2011)
Anatomi abdomen
Anatomi abdomen
Berdasarkan 9 regio :
1.Regio hipokondriak kanan2.Regio epigastrik3.Regio hipokondriak kiri4.Regio lumbal kanan5.Regio umbilikus6.Regio lumbal kiri7.Regio iliaka kanan8.Regio hipogastrica9.Regio iliaka kiri
Berdasarkan 4 kuadran :
1.Kuadran kanan atas2.Kuadran kiri atas3.Kuadran kanan
bawah4.Kuadran kiri bawah
Etiologi
• Kegawatan non bedah antara lain– pankreatitis akut,– ileus paralitik,– kolik abdomen.
• Kegawatan yang disebabkan bedah antara lain– peritonitis umum
• Proses dari luar : trauma
• proses dari dalam : appendicitis perforasi
• Penyebab tersering akut abdomen antara lain :– appendicitis– kolik bilier– kolesistitis– divertikulitis– obstruksi usus– perforasi viskus– pankreatitis– peritonitis– salpingitis– adenitis mesenterika– kolik renal.
Teknik Pemeriksaan Radiologi
• Pemeriksaan 3 Posisi
• Barium Enema
• Barium Follow Through
• Pemeriksaan Colon In Loop
• CT Scan Abdomen
Teknik Pemeriksaan Radiologi
• Pemeriksaan 3 Posisi– Supine: proyeksi antero-
posterior (AP).– Duduk atau setengah duduk
atau berdiri (erect), sinar horizontal proyeksi AP
– Left lateral decubitus dengan arah horizontal, proyeksi AP.
Teknik Pemeriksaan Radiologi
Barium enema • Pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan kontras positif barium sulfat (BaSO4).
• Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma pada pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).
• Setelah pasien meminum suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto – foto dalam posisi yang di perlukan.
Teknik Pemeriksaan Radiologi
• Barium Follow ThroughProsedur Pemeriksaan, Metode
Oral– Dibuat foto pendahuluan
Abdomen posisi AP.– Pasien minum BaSO₄ kira-kira
400 mL.– Pasien diposisikan supine, foto-
foto radiografi dibuat dengan interval waktu 15 menit dengan dikontrol fluoroscopy sebelum pembuatan foto.
Teknik Pemeriksaan Radiologi
• Barium Follow Through
15 menit 30 menit 60 menit
Teknik Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Colon In Loop• Pemeriksaan radiografi dari usus
besar dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan per anal.
• Tujuan pemeriksaan adalah untuk menggambarkan usus besar yang berisi media kontras sehingga dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada mukosanya maupun yang tedapat pada lumen usus.
Teknik Pemeriksaan Radiologi
• CT Scan Abdomen– CT–Scan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum.
– CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke dalam pembuluh darah.
– Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
DD• kuadran kanan atas
– cholecystitis akut– pancreatitis akut– hepatitis akut– akut kongestif
hepatomegali– abses hepar
• kuadran kiri atas– ruptur lienalis– perforasi tukak lambung– infark miokard akut
• kuadran kanan bawah– appendicitis– batu ureter (kolik)
• kuadran kiri bawah– sigmoid diverculitis– perforasi colon descenden– batu ureter (kolik)
DD• Paraumbilical
– ileus obstruktif– appendicitis– pancreatitis akut– aneurisma aorta
Peritonitis
Definisi• Peradangan yg disebabkan oleh infeksi pada selaput
organ perut (peritoneum).• Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
• Peritoneum, yang merupakan lingkungan steril, bereaksi terhadap berbagai rangsangan patologis dengan respon inflamasi.
• Peritonitis merupakan suatu kegawatdaruratan yg biasanya disertai dengan bakteremia atau sepsis.
• Sepsis intra-abdominal adalah peradangan pada peritoneum disebabkan mikroorganisme patogenik.
Anatomi
• Rongga perut (cavitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa.
• Lapisan membran yang membatasi dinding abdomen dinamakan peritoneum parietal.
• Bagian yang meliputi organ dinamakan peritoneum viceral.
• Di sekitar dan sekeliling organ ada lapisan ganda peritoneum yg membatasi dan menyangga organ, menjaganya agar tetap berada di tempatnya, serta membawa pembuluh darah, limfe dan saraf.
• Peritoneum merupakan membran yg terdiri dari satu lapis sel mesothel yg dipisah dari jaringan ikat vaskuler dibawahnya oleh membran basalis
• Pada rongga peritoneum dewasa sehat terdapat ± 100cc yang mengandung protein 3g/dl. Sebagian besar berupa albumin.
• Dalam keadaan normal, 1/3 cairan dalam peritoneum di drainase melalui limfe diafragma sedang sisanya melalui peritoneum parietalis.
• Relaksasi diafragma menimbulkan tekanan negatif sehingga cairan dan partikel termasuk bakteri akan tersedot ke stomata yang berhubungan dengan lacuna limfe untuk bergerak ke limfe substernal.
• Kontraksi diafragma menutup stomata dan mendorong limfe ke mediastinum.
• Oleh karena itu, sangat penting menjamin berlangsungnya pernapasan spontan yg baik agar clearance bakteri peritoneum dapat berlangsung.
Etiologi
1.Peritonitis primer (spontaneous)– Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ
peritoneal yg langsung dari rongga peritoneum.– Penyebab paling sering adalah spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis.– Kira2 10-30% pasien dengan sirosis hepatis dengan
ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.
2.Peritonitis sekunder– Penyebab paling sering adalah perforasi
appendicitis, perforasi gaster, dan penyakit ulkus duodenum, perforasi kolon akibat diverkulitis, kanker, serta strangulasi usus halus.
3.Peritonitis tertier– Peritonitis yang mendapat terapi tidak
adekuat, superinfeksi kuman, dan akibat tindakan operasi sebelumnya.
• Sedangkan infeksi intraabdomen biasanya dibagi menjadi :– 1.Generalized (peritonitis)– 2.Localized (abses intra abdomen)
Patfis• invasi bakteri → eksudat fibrosa → terbentuk abses →
peradangan → kebocoran kapiler → terjadi akumulasi cairan → hipovolemia
• organ2 cavum peritoneum oedem →akumulasi cairan → hipovolemia
• hipovolemia → dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, oliguria bahkan kematian
Patofisiologi
• Reaksi peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrosa.
• Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrosa, yang menempel dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.
• Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa yg tidak mengakibatkan obstruksi usus.
• Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami kebocoran.
• Tubuh mencoba kompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal.
• Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal bergitu terjadi hipovolemia.
• Kenaikan suhu, masukan tidak ada dan terjadi muntah memperparah hipovolemia
• hipovolemia → dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oligouria.
• Permeabilitas PD kapiler pada organ dalam cavum peritoneum meninggi sehingga menyebabkan oedem → terkumpulnya cairan dalam cavum peritoneum dan lumen usus → meningkatnya tekanan intra abdominal → usaha napas sulit dan penurunan perfusi
• infeksi luas pada peritoneum → peritonitis umum → peristaltik menurun sampai ileus paralitik → usus atoni dan meregang
Gejala• Nyeri abdomen
– Selalu ada. Biasanya onset tiba2, hebat dan pada penderita dengan perforasi, nyerinya didapatkan pada seluruh abdomen.
– Nyeri biasanya lebih dirasakan pada daerah dimana terjadi peradangan peritoneum.
– Ketika intensitas bertambah meningkat disertai dengan perluasan daerah nyeri, menandakan penyebaran peritonitis.
• Anoreksia, mual, muntah dan demam– Meningkatnya suhu tubuh biasanya sekitar 38-40 °C.
• Syok– Terjadi pada beberapa kasus berat. Terjadi karena 2 faktor :
• Akibat perpindahan cairan intravaskular ke cavum peritoneum atau ke lumen dari intestinal.
• Terjadinya sepsis generalisata
Tanda• Tanda vital
– Berguna untuk melihat derajat keparahan atau komplikasi yang timbul pada peritonitis. Takikardi dan hipotensi dapat menandakan adanya syok hipovolemik.
• Inspeksi– Tanda paling penting adalah distensi dari abdomen.
Akan tetapi, tanpa adanya distensi abdomen tidak menyingkirkan diagnosis peritonitis.
• Auskultasi– Suara usus dapat bervariasi dari yang bernada
tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai hampir tidak terdengar suara bising usus pada peritonitis berat.
• Perkusi– Hilangnya pekak hepar merupakan tanda dari adanya perforasi
intestinal, menandakan adanya udara bebas dalam cavum peritoneum. Biasanya ini merupakan tanda awal dari peritonitis.
– Jika terjadi pneumoperitoneum, udara akan menumpuk di bagian kanan abdomen di bawah diafragma, sehingga ditemukan pekak hepar yang menghilang.
• Palpasi– Adanya nyeri tekan yang menetap lebih dari satu titik. Pada stadium
lanjut nyeri tekan akan menjadi lebih luas dan biasanya didapatkan spasme otot abdomen secara involunter.
– Nyeri lepas timbul akibat iritasi dari peritoneum oleh suatu proses inflamasi. Proses ini dapat terlokalisir pada apendisitis dengan perforasi lokal, atau dapat menjadi menyebar seperti pada pancreatitis berat.
– Pada peradangan di peritoneum parietalis, otot dinding perut melakukan spasme secara involunter sebagai mekanisme pertahanan. Pada peritonitis, reflek spasme otot menjadi sangat berat seperti papan.
Radiologi
1.FOTO POLOS
• Foto polos abdomen 2/3 posisi (supine, upright, dan LLD) biasanya dilakukan pertama pada pasien peritonitis.
• Terlihat adanya free air. Free air tidak selalu menunjukan adanya perforasi viseral dan free air yg sedikit mudah sekali terlewatkan.
USG• Bermanfaat untuk mengevaluasi patologi pada
kuadran kanan atas (kolesistitis, pancreatitis), kuadran kanan bawah, dan pelvis (appendicitis).
• USG dapat mendeteksi adanya peningkatan cairan peritoneal (ascites).
• Keuntungan USG adalah murah, ketersediaannya, dan
• Kelemahannya adalah dibutuhkan dokter atau operator yg berpengalaman, dan adanya penurunan visual bila ada udara dalam usus
Tatalaksana• Penanganan preoperatif
– Resusitasi cairan– Antibiotik– Oksigen, ventilator– Intubasi, Pemasangan Kateter Urin dan
Monitoring Hemodinamik• Penanganan operatif
– Peritoneal Lavage– Peritoneal Drainage
• Penanganan post operatif– monitor secara intensif
Cholelithiasis
Definisi
• Atau batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yg dapat ditemukan dalam kandung empedu (cholelithiasis) atau didalam saluran empedu (choledocholithiasis) atau pada kedua-duanya.
Anatomi
• Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yg terletak tepat dibawah lobus kanan hati.
• Kandung empedu mempunyai fundus, corpus, infudibulum dan collum.
• Empedu disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati.
• Saluran empedu yg kecil bersatu membentuk dua saluran yg lebih besar yg keluar dari permukaan hati sebagai ductus hepaticus communis.
• Ductus hepaticus bergabung dengan ductus cysticus membentuk ductus choledocus.
Fisiologi• Salah satu fungsi hati adalah mengeluarkan empedu,
normalnya 600-1200 ml/hari.• Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml
empedu.• Di luar waktu makan, empedu disimpan sementara waktu
di dalam KE, disini mengalami pemekatan 50%.• Fungsi primer KE adalah memekatkan empedu dengan
absorpsi air dan natrium.• Empedu mempunyai 2 fungsi penting :
– Peran penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena asam empedu yg melakukan :
• Membantu mengemulsikan partikel2 lemak yg besar menjadi partikel lebih kecil dengan bantuan lipase dari getah pankreas.
• Empedu sebagai alat untuk mengeluarkan bilirubin, produk akhir dari penghancuran hemoglobin dan kelebihan kolestrol yg dibentuk oleh sel2 hati.
• Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon cholecystokinin, terjadi ketika makanan berlemak masuk ke duodenum.
• Selain cholecystokinin, kandung empedu juga dirangsang kuat oleh serat-serat saraf yang mensekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik.
• Kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum terutama sebagai respon terhadap perangsangan cholecystokinin.
• Saat lemak tidak terdapat dalam makanan, pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak yang adekuat dalam makanan, normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam.
• komponen dalam cairan empedu :– garam empedu– lecitin– kolesterol
Sisanya adalah :– bilirubin– asam lemak, dan – garam anorganik.
Etiologi
1. Batu kolesterol• Faktor resiko : obesitas, kehamilan, stasis kandung
empedu, obat2am, dan keturunan. • Kejadian utama dalam pembentukan batu kolesterol
adalah supersaturasi dari empedu dengan kolesterol.
2. Batu pigmen• Mengandung kurang dari 20% kolesterol dan berwarna
gelap karena mengandung kalsium bilirubinat.• Sering terbentuk pada kelainan hemolitik seperti penyakit
sickle cell, dan pada mereka yg mengalami sirosis.
Faktor Resiko
• Genetik
• umur
• jenis kelamin
• faktor lain :– obesitas– makanan,– riwayat keluarga,– aktifitas fisik.
Patofisiologi
• Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu.
• Pada kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu.
• Kondisi yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah :– terlalu banyak absorbsi air dari empedu,– terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari
empedu,– terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu,
• Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam tubuh.
• Untuk itulah orang yg diet tinggi lemak dalam waktu beberapa tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu empedu.
Tanda dan gejala
• Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas.
• Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian.
• Kolik biliaris, nyeri kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak, terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris.
• Mual dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.
Komplikasi
• Cholecystitis akut– nyeri perut kanan atas yang tajam dan
konstan– dapat disertai mual, muntah dan penurunan
nafsu makan, yang dapat berlangsung berhari-hari.
Radiologi
• USG– Keuntungan : pemeriksaan yang sensitif, nonivasif dan murah
untuk mendeteksi adanya batu empedu. Mudah, cepat, dan aman bagi ibu hamil.
– Sangat sensitif dan spesifik untuk batu empedu >2 mm– USG berperan dalam melihat adanya penebalan dinding KE,
cairan pericholecystic, dan distensi KE.– Choledocolithiasis sering terlewat pada USG oleh karena
adanya udara pada duodenum, dan posisi duktus.– Dilain pihak, dilatasi duktus choledocus dapat terlihat jelas
pada USG. Sebagai indikator tidak langsung adanya batu pada ductus choledocus.
Cholecystitis with small stones in the gallbladder neck. Classic acoustic shadowing is seen beneath the gallstones.
The gallbladder wall is greater than 4 mm.
An ultrasound study showing a distended gallbladder containing a single large stone (arrow) which casts an
acoustic shadow.
Endoscopic retrograde cholangiopancreatogram (ERCP) showing normal biliary tract anatomy. In addition to the endoscope and large vertical gallbladder filled with contrast dye, the common hepatic duct (chd), common bile duct (cbd), and
pancreatic duct (pd) are shown. The arrow points to the ampulla of Vater
Endoscopic retrograde cholangiogram (ERC) showing choledocholithiasis. The biliary tract is dilatated and contains multiple
radiolucent calculi.
Tatalaksana
• Open cholecystectomi
• Cholecystectomy laparoscopy
ILEUS
• Suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya makanan) di usus yang memerlukan pertolongan atau tindakan segera.
BERDASARKAN PENYEBABNYA :
• ILEUS OBSTRUKTIF
• ILEUS PARALITIK
ILEUS OBSTRUKTIF
DEFINISI
• Merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus.
sumbatan
Peristaltik usus meningkatSebagai usaha untuk mengatasi hambatan
KLASIFIKASIBerdasarkan lokasi obstruksinya :Letak tinggi: duodenum sampai jejunumLetak rendah: kolon – sigmoid – rectum
Berdasarkan stadiumnya:Parsial : menyumbat sebagian lumen Simple/komplit : menyumbat seluruh lumenStrangulasi : simple dengan jepitan vasa
Dibatasi oleh
iliocecal junction
ETIOLOGI
• Adhesi• Hernia • Askariasis• Invaginasi• Volvulus• Kelainan kongenital• Radang kronik• Tumor• Tumpukan sisa makanan
ILEUS PARALITIK
ILEUS PARALITIK
• Keadaan dimana usus tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isi nya
• Ileus paralitik disebut juga ileus adinamik atau non mekanik.
• Bukan merupakan suatu penyakit primer usus, melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin, obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus, dan ileus obstruktif yang lama.
ILEUS PARALITIK
Dilatasi usus keseluran
ETIOLOGI
• Trauma abdomen • Pembedahan perut (laparatomy)• Serum elektrolit abnormalitas • Hipermagensemia • Infeksi, inflamasi atau iritasi• Iskemia usus• Cedera tulang• Pengobatan
Patogenesis
• Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan setelah terjadinya obstruksi
• Bila ileus tersebut disebabkan oleh penyebab non mekanik maka peristaltik usus dihambat dari permulaan
• Sedangkan pada ileus karena penyebab mekanik maka peristaltik mula-mula kuat kemudian bertambah pelan sampai akhirnya hilang.
• Usus yang tersumbat awalnya berperistaltik lebih keras sebagai usaha alamiah dan akhirnya pasase usus jadi melemah dan hilang.
• Usus yang berdilatasi menampung cairan dan gas yang merupakan hasil akumulasi cairan dan gas yang menyebabkan distensi usus
• Distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi.
• Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan nyeri kolik abdomen dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah.
• Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur sedangkan dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi.
PATOFISIOLOGI
Tanda dan Gejala
Ileus paralitik Ileus obstruktif
Nyeri kontinu KolikDarm contour + +
Darm steifung - +
Bunyi bising usus
menghilang Meningkat
Rectal toucher terowongan Kolaps
DIAGNOSIS
• Anamnesis• Pemeriksaan fisik• Pemeriksaan radiologi • Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi– tanda-tanda generalisata dehidrasi– Distensi, parut abdomen, hernia dan massa
abdomen. – Gerakan peristaltik usus yang bisa bekorelasi
dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
– Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik
Pemeriksaan fisik
• Palpasi – Tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri
tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
• Auskultasi– Rush– Peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa
tidak ada atau menurun parah.
Pemeriksaan fisik
Rectal Toucher– Isi rektum menyemprot: Hirschprung
disease – Adanya darah dapat menyokong adanya
strangulasi, neoplasma – Feses negatif: obstruksi usus letak tinggi – Ampula rekti kolaps: curiga obstruksi – Nyeri tekan: lokal atau general
peritonitis
Pemeriksaan laboratoriumPada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium
yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik
atau strangulasi, Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
Pemeriksaan RadiologiUntuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa
hal :1.Posisi terlentang (supine). Gambaran yang
diperoleh yaitu– pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi,– penebalan dinding usus,– gambaran seperti duri ikan (Herring Bone Appearance).– Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam lumen
usus yang melebar.
2.Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan– adanya air fluid level dan– step ladder appearance.
3.Posisi LLD, untuk melihat– air fluid level dan– kemungkinan perforasi usus.
• Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.
• Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
Gambaran Radiologis Ileus Obstruktif
• ILEUS LETAK TINGGI
Gambaran Radiologis Ileus Obstruktif
• ILEUS LETAK RENDAH
• Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif tampak– dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan
– kolaps usus dibagian distal sumbatan.– Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance.
– Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang mengalami distensi.
Gambaran Radiologi Ileus paralitik
• Gambaran radiologi menunjukkan dilatasi usus-usus terutama usus besar disertai penebalan dinding usus.
• Dapat dilihat fluid level yang umumnya letaknya sejajar.
• Dengan USG dengan mudah dapat ditentukan adanya ileus paralitik ini dengan tidak adanya peristaltik usus.
TatalaksanaIleus obstruksiPengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:• Pemasangan sonde lambung• Penderita dipuasakan• Perbaikan kadar elektrolit• Tindakan bedah diperlukan bila terjadi:
– Strangulasi– Obstruksi totalis– Hernia inkarserata– Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif
Ileus paralitik• Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya berupa
– dekompresi dengan pipa nasogastrik, – menjaga cairan dan elektrolit, – mengobati kausa atau penyakit primer dan – pemberian nutrisi yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA1.Sjahriar Rasad. Radiologi diagnostik. Edisi kedua. Jakarta : FK UI. 20052.David A lisle. Imagining for student : Gastrointestinal System. 2nd edition, New York : Oxford
University press inc. 2005.3.Davin Sutton. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2. Churcill Livingston 1992.4.Djumhana, Ali. Buku Ajaran Penyakit Dalam, jilid II. Edisi III. Depaertemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UKI. Jakarta 20015.Fred. Amttler Jr. Essential of Radology: gastrointestinal system. 2nd. Edition. Departermen of
Radiology, New Mexic Federal Regional center. 2005.6.Meschan, M.D Isodare, synopsis of Analystis of roetgan sign in general radiology, international
Eddition: sign in general radiologi: International Eddition7.Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 20048.http://medscape.com9.Fauci et al, 2008, Harrison’s Principal Of Internal 17th edition.10.Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3. Jakarta:Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2000.380-4.11.Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC, 1997. 1028-1029.