refaratq

29

Click here to load reader

Upload: ratih

Post on 07-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):

TRANSCRIPT

Page 1: REFARATq

I. PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk

melakukan sesuatu. Sering suatu pikiran obsesif mangakibatkan suatu tindakan

kompulsif.(1)

Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.

Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan

mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah

desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak

nyaman akibat obsesi.(2)

Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder OCD) adalah

gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan

disertai tindakan kompulsif.(2)

Penderita mengetahui bahwa perbuatan dan pikirannya itu tidak masuk akal,

tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi ia tidak dapat

menghilangkannya dan juga ia tidak mengerti mengapa ia mempunyai dorongan yang

begitu kuat untuk berbuat dan berpikir demikian. Bila tidak menurutinya, maka akan

timbul kecemasan yang hebat.(1)

1

Page 2: REFARATq

II. TINJUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD)

adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-

pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan

mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya

tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-

kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu

didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan

perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.

(3)

B. EPIDEMIOLOGI

Setelah diyakini langka, gangguan Obsesif-kompulsif memiliki prevalensi

seumur hidup sebesar 2,5% dalam studi ECA (Epidemiological Catchment

Area). Perkiraan terbaru tentang prevalensi seumur hidup umumnya berada

pada kisaran 1,7-4%.(4)

Penelitian ECA menemukan bahwa gangguan Obsesif-kompulsif adalah

gangguan kejiwaan yang tersering keempat (setelah fobia, gangguan penggunaan narkoba

dan gangguan depresif mayor).(5)

Diperkirakan bahwa sekitar 1 dari 100 orang dewasa atau antara 2 hingga

3 juta orang dewasa di Amerika Serikat saat ini menderita gangguan Obsesif 

Kompulsif. Ini kira-kira adalah jumlah yang sama orang yang tinggal di kota

2

Page 3: REFARATq

Houston, Texas. Ada juga setidaknya 1 dari 200.000 atau 500.000 - anak-anak

dan remaja yang menderita gangguan Obsesif-kompulsif. Ini adalah jumlah

yang sama anak-anak yang menderita diabetes. Itu berarti ada empat atau lima

anak dengan gangguan Obsesif-kompulsif kemungkinan terdaftar di setiap

sekolah dasar. Mulai dari sekolah menengah sedang sampai besar, mungkin ada 20 siswa

yang sedang berjuang dengan tantangan yang disebabkan oleh gangguan Obsesif-

kompulsif. Gangguan Obsesif-kompulsif menyerang laki-laki, perempuan dan

anak-anak dari semua ras dan latar belakang yang sama.(6)

Umur rata-rata onset dari gangguan Obsesif-kompulsif berkisar 22

sampai 36 tahun, dengan hanya sekitar 15% dari pasien yang menderita

berumur lebih dari 35 tahun.(7)

Dalam studi ECA, tingkat prevalensi gangguan obsesif-kompulsif

menunjukkan angka kejadian lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan

pria.(7)

Pasien juga mungkin merasa malu untuk mengunjungi seorang dokter,

atau mungkin tidak menyadari bahwa bantuan tersedia, dalam satu survei,

sehingga jeda waktu dari onset gejala menuju ke diagnosis yang benar adalah

17 tahun.(7)

C. ETIOLOGI

Penyebabnya tidak diketahui. Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada

kaitan dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang

memiliki kepribadian obsesif-kompulsif cenderung untuk bangga dengan

3

Page 4: REFARATq

ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada

gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan

perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-

perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan

pekerjaan yang secara berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk

menghilangkan kebiasaan tersebut.

1. Aspek Biologis

Neurotransmitter :

Sistem serotoninergik

Banyak percobaan yang dilakukan untuk mendukung hipotesis tentang

terlibatnya disregulasi serotonin terhadap munculnya gejala obsesif dan

kompulsif pada penyakit ini. Banyak data yang menunjukkan bahwa obat

serotonergik lebih efektif dibandingkan dengan obat lain yang juga

mempengaruhi sistem neurotransmitter, tetapi apakah serotonin terlibat

sebagai penyebab terjadinya gangguan Obsesif-kompulsif masih belum

jelas. Fungsi serotonin di otak ditentukanoleh lokasi system proyeksinya.

Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood,

proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi

kompulsi.(8)

Sistem Noradrenergik

4

Page 5: REFARATq

Bukti saat ini masih kurang tentang adanya disfungsi sistem

noradrenergik dalam terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Namun, ada

laporan dari peningkatandalam OCD gejala dengan clonidine oral.(8)

Sistem Neuroimunologi

Beberapa pakar berpendapat bahwa ada hubungan positif antara

infeksi streptokokus dan gangguan obsesif kompulsif. Infeksi

Streptokokus β-Hemolitikusgrup A dapat menyebabkan demam rematik,

dan sekitar 10-30% pasien juga mengalami Syndenham’s chorea dan

Gangguan Obsesif Kompulsif .(8)

Genetik juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan

Obsesif-kompulsif dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara

kembar monozigotdan dizigot.(9)

2. Psikologis

Gangguan Obsesif-kompulsif menyetarakan pikiran dengan

tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut.

Ini disebut “thought-action fusion ” (fusi pikiran dan tindakan). Fusi

antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap

tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa

bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana

pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat.(10)

3. Faktor Psikososial

5

Page 6: REFARATq

Mekanisme pertahanan psikososial mungkin memegang peranan

pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi

perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya

pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut. (9,10)

D. DIAGNOSA

Diagnosis gangguan Obsesif-kompulsif didasarkan pada gambaran

klinisnya.Tidak seperti pasien psikotik, pasien dengan gangguan Obsesif-

kompulsif biasanya menunjukkan wawasan dan menyadari bahwa perilaku

mereka tidak normal atau tidak logis.(7)

Sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk Gangguan Obsesif

Kompulsif, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth

Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) memberikan kemudahan bagi para klinisi

untuk mendiagnosisgangguan Obsesif-kompulsif pada pasien yang umumnya

tidak sadar akan obsessi berlebihan dan kompulsinya.(8)

Kriteria obsesi menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders,Fourth Edition, Text Revision(DSM-IV-TR) harus memenuhi 4

criteria dibawah ini

- Pikiran berulang dan terus-menerus, impuls, atau gambaran yang

dialami dibeberapa waktu selama gangguan yang bersifat

mengganggu dan tidak sesuai dan menyebabkan kecemasan dan

penderitaan. Orang dengan gangguan ini menyadari kualitas patologis dari

6

Page 7: REFARATq

pikiran-pikiran yang tidak diinginkan ini(seperti ketakutan untuk

menyakiti anak-anak mereka) dan tidak akan terjadi pada mereka,

tetapi pikiran ini sangat mengganggu dan sulit untuk berdiskusi

dengan orang lain.

- Pikiran, impuls, atau gambar tidak hanya kekhawatiran yang

berlebihantentang masalah kehidupan nyata.

- Pasien mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran seperti itu

atau untuk menetralisirnya dengan beberapa pemikiran lain atau

tindakan.

- Orang tersebut mengakui bahwa pikiran obsesional, impuls, atau

gambaran adalah produk dari pikiran sendiri (tidak dipaksakan dari

luar, seperti dalam penyisipan pikiran).

Kriteria Kompulsif menurut Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus

memenuhi 2 kriteria dibawah ini.

- Individu melakukan perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan,

pemesanan,memeriksa) atau tindakan mental (misalnya, berdoa,

menghitung, mengulang kata-kata diam-diam) dalam menanggapi

sebuah obsesi atau menurut aturan yang harus diterapkan secara

kaku. Perilaku tersebut bukan akibat efek fisiologis langsung dari

suatu zat atau kondisi medis umum.

7

Page 8: REFARATq

- Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau

mengurangi gangguan atau mencegah suatu peristiwa atau situasi

yang dicemaskan.Namun, perilaku atau tindakan mental yang

dilakukan baik tidak terhubungpada cara yang realistis dengan apa

yang mereka buat untuk mentralisir atau cegah atau jelas berlebihan. 

- Pada beberapa poin selama gangguan, pasien mengakui bahwa obsesi

atau kompulsi itu berlebihan atau tidak masuk akal (walaupun ini

tidak berlaku untuk anak-anak).

- Obsesi atau kompulsi itu menimbulkan penderitaan, yang memakan

waktu(berlangsung >1 jam/hari), atau secara signifikan mengganggu

rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan atau akademis, atau

kegiatan sosial biasanya atau hubungan dengan orang lain.

- Jika gangguan Axis I lainnya muncul, isi dari obsesi atau kompulsi

tersebut tidak terbatas pada itu saja.

- Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat psikotik

atau kondisi medis tertentu.

- Spesifikasi tambahan "dengan tilikan rendah" dibuat bagi seorang

dengan gangguan Obsesif-kompulsif jika, untuk dalam suatu jangka

waktu episode,orang tersebut tidak mengenali bahwa gejala itu

berlebihan atau tidak masuk akal..(8)

8

Page 9: REFARATq

Menurut PPDGJ-III untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala

obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap

hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.Hal tersebut merupakan

sumber penderitaan(distress) atau mengganggu aktivitas penderita. Gejala-

gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut (11)

a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri

b. Setidaknya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil

dilawan,meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita

c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal

yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega

dariketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti

dimaksud diatas.

d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenangkan.

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikuran obsesif

dengandepresi.Penderita gangguan Obsesif-kompulsif sering kali juga

menunjukan gejaladepresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang

dapat menunjukkanpikiran-pikiran obsesif selama episode depresinya.Dalam

berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala

depresi umumnya diikuti secaraparalel dengan perubahan gejala obsesif.(11)

Diagnosis gangguan Obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada

gangguan depresi pada saat gejala Obsesif-kompulsif tersebut timbul. Bila dari

9

Page 10: REFARATq

keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis

yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala

yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.(11)

E. GEJALA KLINIS

Gejala dari Obsesif-kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan

tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung

selama1 sampai 2 minggu selanjutnya. Gejala utama obsesi-kompulsif harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:(8,10)

1. Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh

individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga

menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan

untuk mengurangi kecemasan . (.12)

2. Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh individu dan berusaha

melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat

tenaga,namun tidak berhasil

3. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas

atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara

berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya.

4. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara

terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya.

Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah;(12)

10

Page 11: REFARATq

Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari

brokenhome,kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih

dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan)

Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia

basalis dan singulum

Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi

Riwayat gangguan kecemasan

Depresi

Individu yang mengalami gangguan seksual

F. DIAGNOSA BANDING

Untuk membedakan gangguan obsesif kompulsif dengan

gangguan depresif mungkin sulit, karena gejala-gejala dari

kedua jenis tersebut sering kali terjadi bersamaan. Dalam

suatu episode akut dari gangguan, maka harus diutamakan

gejala-gejala yang timbul lebih dahulu : apabila kedua jenis ada

tetapi tidak ada yang menonjol, maka biasanya yang terbaik

adalah untuk menganggap depresi sebagai diagnosis primer.

Pada gangguan yang kronis, maka prioritas diberikan pada

gejala yang paling sering bertahan saat gejala yang lain

menghilang. (1,8)

11

Page 12: REFARATq

Persyaratan diagnostik DSM-IV tentang ketegangan personal dan

gangguan personal membedakan gangguan obsesif-kompulsif dari pikiran dan

kebiasaan berlebihan yang umumnya atau ringan. Gangguan neurologis utama

yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah gangguan Tourette dan

gangguan tik lainnya(10)

1. Gangguan Tourette.

Gejala karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal

yang sering dan hamper setiap hari terjadi. Gangguan Tourette dangangguan

obsesif-kompulsif memiliki onset usia yang sama dan gejala yang

mirip.Kira-kira 90 persen pasien dengan gangguan Tourette memiliki gejala

kompulsif, dansebanyak dua-pertiganya memenuhi kriteria diagnostic untuk

gangguan obsesif-kompulsif.(10)

2. Gangguan tik lainnya

Ciri khas terpenting yang membedakan “tik” dari gangguan motorik lainnya

ialah gerakan yang mendadak, cepat, sekejab, dan terbatasnya gerakan,

tanpa bukti gangguan neurologis yang mendasari; sifatnya yang berulang-

ulang; (biasanya) berhenti saat tidur; dan mudahnya gejala itu ditimbulkan

kembali atau ditekan dengan kemauan.(11)

G. PENANGANAN

1. Psikoterapi

12

Page 13: REFARATq

Penanganan psikoterapi untuk gangguan Obsesif-kompulsif umumnya

diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Psikoterapi

suportif  jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan

obsesif kompulsif yang walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat

keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian

sosial. (8,10)

Tujuan Psikoterapi Suportif adalah(9)

Menguatkan daya tahan mental yang ada

Mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik

untuk mempertahankan kontrol diri

Mengembalikan keseimbangan adaptif

Ada beberapa faktor gangguan Obsesif-kompulsif sangat sulit

untuk disembuhkan, penderita gangguan Obsesif-kompulsif kesulitan

mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi

tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal.

Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun

perilakunya itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya,perilaku

kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi bertujuan untuk

memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Faktor lain

adalah kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang

dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat membuat

individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.(8)

13

Page 14: REFARATq

2. PsikoFarmakologi

Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor  (SSRI) bekerja

terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan

kembali serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan

oleh ikatan obat (misalnya:fluoxetine) pada transporter ambilan kembali

yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang

dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan menyebabkan

serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective

Serotonin Reuptake Inhibitor  (SSRI) terutama ditujukan untuk

memperbaiki perilaku stereotipik, perilaku melukai diri sendiri, resisten

terhadap perubahan hal-hal rutin,dan ritual obsesif dengan ansietas yang

tinggi. Salah satu alasan utama pemilihan obat-obat penghambat reuptake

serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi. Efek samping yang

dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfungsi

seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative

baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak

berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awal

dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakan

terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif,dan dimulai

dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling

nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas.(13)

14

Page 15: REFARATq

Trisiklik (Tricyclics)

Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan

obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan

SSRIs. Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah. Beberapa efek

pemberian jenis obat ini adalah peningkatan berat badan, mulut kering,

pusing dan perasaan mengantuk.(13)

Monoamine oxidase inhibitors(MAOIs). Jenis obat ini adalah  phenelzine

(Nardil), tranylcypromine (Parnate) dan isocarboxazid  (Marplan).

Pemberian MAOIs harus diikuti pantangan makanan yang berkeju atau

anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa sakit

(seperti Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen.

Kontradiksi dengan MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.(13)

H. PROGNOSIS

Prognosis pasien gangguan Obsesif-kompulsif dapat baik dan buruk. Prognosis

buruk bila terjadi pada usia anak-anak, terdapat depresi berat serta adanya

kepercayaan waham. Sedangkan baik bila penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik,

adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. (8)

III. KESIMPULAN

Gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiranseseorang

dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan iadipaksa

untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkanstress dan

15

Page 16: REFARATq

mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi penderitagangguan

ini adalah sekitar 2-3% dari populasi, dengan jumlah penderita perempuanlebih

banyak daripada laki-laki. Penyebab gangguan Obsesif-kompulsif antara

laindipengaruhi oleh aspek biologis, psikologis, dan aspek sosial.(1)

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan

kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua

minggu berturut-turut. Diagnosis gangguan Obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila

tidak ada gangguan depresi pada saat gejala Obsesif-kompulsif tersebut timbul. Bila

dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai

diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala

yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.(8)

Gejala dari Obsesif-kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan

tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama1

sampai 2 minggu selanjutnya. Penanganan pasien dengan gangguan Obsesif-

kompulsif dapat berupa psikoterapi dan psikofarmakologi. Prognosis pasien

gangguan Obsesif-kompulsif dapat baik dan buruk. Prognosis buruk bila terjadi pada

usia anak-anak, terdapat depresi berat serta adanya kepercayaan waham. Sedangkan

baik bila penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala

yang episodik.(10)

16

Page 17: REFARATq

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: AirlanggaUniversity

Press.2009

2. Davison, dkk. 2006. Psikologi Abnormal, Edisi 9. Jakarta : Raja Grafindo

Persada

3. Ko Soo Meng. Obsessive Compulsive Disorder. 2006. Available

from:www.med.nus.edu.sg/pcm/book/14.pdf

4. William M Greenberg.Obsessive Compulsive Disorder. [updated

2011December 29; cited 2012 July 29]. Available

from:http://emedicine.medscape.com/article/1934139-overview  

5. Jerald Kay,Allan Tasman. Obsessive Compulsive Disorder.WileyEssentialOf

Psychiatry.British Library Cataloguing. 2006.

6. S. Wilhelm, G. S. Steketee’s.“Cognitive Therapy for Obsessive-Compulsive

Disorder: A Guide for Professionals”.2006. Available

from: www.newharbinger.com  

7. Michael AJ. Obsessive Compulsive Disorder. The new england journal

of medicine. Inggris : Department of Psychiatry, Massa- chusetts

GeneralHospital. 2004.

17

Page 18: REFARATq

8. Sadock VA. Kaplan dan Sadock Synopsis Sciences/ Clinical. TenthEdition. New York:

Lippincott Williams dan Wilkins. 2007.

9. Sa’adi Y.PSIKOLOGI ABNORMAL Obsesif Kompulsif. Madiun :Fakultas

Ilmu Pendidikan IKIP PGRI. 2010.

10. Kaplan, Harold I MD,dkk. Gangguan Obsesif Kompulsif. Ilmupengetahuan

perilaku psikiatri klinis, Jilid 2, edisi Ketujuh,

11. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya;2001.p.76-77.

12. Novedica. Obsessive Compulsive Disorder. 2010.

Availablefrom: http://noel4.student.umm.ac.id/2010/09/23/obsessive

compulsive- disorder-ocd/  

13. Maslim Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. EdisiKetiga.

Jakarta: PT Nuh Jaya ; 2000. P.47-51

18