refarat koma hiperosmolar non ketotik smf penyakit dalam rsud jayapura
DESCRIPTION
ATRANSCRIPT
KOMA HIPEROSMOLER
Koma diabetik nonketotik hiperosmolar biasanya merupakan penyulit diabetes tidak
tergantung insulin. Merupakan sindroma dehidrasi berat karena diuresis hiperglikemik
berkepanjangan pada keadaan pasien tidak dapat minum cukup air untuk mengatasi
kehilangan cairan melalui urin. Biasanya pasien diabetes lanjut usia – seringkali hidup sendiri
atau di rumah jompo – mengalami stroke atau infeksi yang memperburuk hiperglikemik dan
mengahalangi asupan air yang cukup. Sindroma lengkap mungkin tidak terjadi sampai
pengurangan volume cukup berat untuk menurunkan pengeluaran urin. Koma hiperosmolar
juga dipicu oleh tindakan terapeutik seperti dialisis peritoneal atau hemodialisis, pemberian
makanan tinggi protein melalui sonde, infus tinggi karbohidrat dan penggunaan agen osmotik
seperti manitol dan urea. Fenitoin, steroid, obat imunosupresif dan diuretik juga pernah
dilaporkan mengawali kelainan ini.
Tidak adanya ketoasidosis penting pada patofisiologi. Jika terjadi ketoasidosis, mual,
muntah dan kelaparan membawa pasien ke dokter sebelum terjadi dehidrasi hebat.
Mekanisme pelindung ini tidak terjadi pada diabetes dengan awitan dewasa, resisten
ketoasidosis. Yang menarik, koma hiperosmolar dapat terjadi pada pasien diabetes tergantung
insulin yang mendapat cukup insulin untuk mencegah ketosis tetapi tidak cukup untuk
mengendalikan hiperglikemia. Meskipun jarang, individu yang sama dapat mengalami
ketoasidosis pada satu saat dan koma ihiperosmolar pada saat lain.
Alasan tidak adanya ketoasidosis pada diabetes dengan awitan dewasa tidak
diketahui. Mesin ketogenik hati tidak terganggu karena pasien sering mempunyai konsentrasi
keton dalam rentang kelaparan (2-4 mmol/L). Kadar asam lemak bebas lebih rendah pada
koma hiperosmolar dibanding pada ketoasidosis dan defisiensi substrat dapat membatasi
pembentukan keton. Tampaknya hal ini bukan mekanisme satu-satunya karena sebagian
pasien dengan koma hiperosmolar mempunyai kadar asam lemak bebas tinggi dalam plasma.
Penjelasan yang lebih mungkin adalah konsentrasi insulin dalam vena portal penderita
NIDDM lebih tinggi dibanding penderita tergantung insulin dan mencegah aktivasi penuh
sistem karnitin palmitoil transferase hati. Kemungkinan lain meliputi resistensi glukagon,
yang sudah disebutkan sebelumnya dan pemeliharaan kadar malonil-CoA yag tinggi melalui
peningkatan aktivitas siklus Cori.
Petunjuk berbagai penyulit pada ketoasidosis diabetik
Komplikasi Petunjuk
Dilatasi lambung akut atau gastritis erosif
Edema otak
Hiperkalemia
Hipoglikemia
Hipokalemia
Infeksi
Resistensi insulin
Infark miokard
Mukormikosis
Sindroma gangguan pernapasan
Trombosis vaskuler
Muntah darah atau bahan berwarna kopi
Penurunan kesadaran atau koma dengan atau
tanpa tanda neurologis, terutama jika terjadi
setelah perbaikan awal.
Henti jantung
Tanda adrenergik atau neurologik; rebound
ketosis
Aritmia jantung
Demam
Asidosis tidak teratasi setelah 4 sampai 6 jam
terapi memadai
Nyeri dada, gambaran gagal jantung;
hipotensi meskipun cukup cairan
Nyeri wajah, sekret nasal berdarah, turbin
hidung menghitam, pandangan kabur,
proptosis
Hipoksemia tanpa pneumonia, penyakit paru
kronik atau gagal jantung
Gambaran menyerupai stroke atau tanda
iskemia pada jaringan tidak bersaraf
Siklus Cori menunjukkan perubahan glukosa sirkulasi menjadi laktat dalam jaringan
perifer dengan kembalinya laktat ke hati untuk glukoneogenesis. Laktat merupakan substrat
terbaik untuk sintesis malonil-CoA.
Secara klinis, pasien datang dengan hiperglikemia berat, hiperosmolalitas dan
penguranagn volume disertai tanda sistem saraf pusat mulai dari kesadaran berkabut hingga
koma. Aktivitas kejang—kadang-kadang tipe Jackson—tidak jarang, dan dapat terlihat
hemiplegia sesaat. Infeksi, terutama pneumonia dan sepsis gram negatif umum dan
menunjukkan prognosis buruk. Pneumonia sering disebabkan oleh kuman gram negatif.
Kecurigaan tinggi terhadap infeksi harus dipertahankan dan biakan darah rutin dan cairan
spinal merupakan indikasi. Karena dehidrasi hebat, kekentalan plasma tinggi dan trombosis
in situ yang menyebar luas pernah ditemukan setelah meninggal. Perdarahan, mungkin akibat
koagulasi intravaskuler diseminata dan pankreatitis akut dapat menyertai penyakit ini.
Penemuan laboratorium awal pada koma hiperosmolar
Seri: Brooklyn* Washington**
Umur, tahun 60 57
Glukosa, mmol/L (mg/dL)
Natrium, mmol/L
Kalium, mmol/L
Klorida, mmol/L
Bikarbonat, mmol/L
BUN, mmol/L (mg/dL)
Kreatinin, mmol/L (mg/dL)
Asam lemak bebas, mmol/L
Osmolaritas, mosmol/Liter
65 (1166)
144
5
99
17
31 (87)
490 (5,5)
0,73
384
54 (976)
142
5
98
22
23 (65)
----
0,96
374
* Data rata-rata dari 33 kejadian koma hiperosmolar (AA Arieff, HJ Carroll, Medicine 51:73,
1972)
** Data rata-rata dari 20 kejadian koma hiperosmolar (JE Gerich et al, Diabetes 20:228,
1971)
Angka kematian pada koma hiperosmolar tinggi (>50%). Akibatnya terapi segera
sangat mendesak. Tindakan yang paling penting adalah pemberian cairan intravena dalam
jumlah besar untuk memulihkan sirkulasi dan aliran urin. Defisist cairan rata-rata adalah 10
sampai 11 liter. Terapi awal harus berupa larutan garam isotonik, 2 sampai 3 liter harus
diberikan dalam 1 sampai 2 jam pertama. Kemudian salin separuh kekuatan dapat digunakan.
Begitu kadar glukosa mencapai normal, dapat dberikan dekstrose 5% sebagai pembawa air
tawar. Jika koma hiperosmolar dapat dipulihkan dengan cairan saja, insulin harus diberikan
lebih cepat untuk mengendalikan hiperglikemia. Banyak penulis menganjurkan dosis kecil
insulin tetapi mungkin diperlukan jumlah yang lebih besar terutama pada pasien obesitas.
Garam kalium biasanya diperlukan lebih awal dalam terapi koma hiperosmolar dibanding
pada ketoasidosis karena pergeseran K+ plasma intraseluler selama peningkatan terapi tanpa
asidosis. Jika terdapat asidosis laktat, natrium bikarbonat harus diberikan sampai perfusi
jaringan dapat dipulihkan. Antibiotika diperlukan jika infeksi merupakan penyulit.