protap pelayanan (dx & th) smf paru

50
1. Diagnosis : BRONKITIS AKUT ( ICD J 20 ) Bronkitis akut adalah proses radang akut yang pada umumnya disebabkan oleh virus. Akhir – akhir ini ternyata banyak juga disebabkan oleh Mycoplasma dan Chlamydia. 2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk-batuk, biasanya dahak jernih, sakit tenggorok, nyeri dada, biasa disertai tanda bronkospasme. Demam tidak terlalu tinggi. 3. Diagnosis Banding : Pneumonia. ● Tuberkulosis. 4. Pemeriksaan Penunjang : Foto rontgen toraks, untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia atau tuberculosis. Pada bronchitis akut tidak terlihat kelainan. ● Pemeriksaan serologi untuk melihat infeksi Mycoplasma atau chlamydia.

Upload: linda-rusliana-sari

Post on 26-Jul-2015

151 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : BRONKITIS AKUT ( ICD J 20 )

Bronkitis akut adalah proses radang akut yang pada umumnya disebabkan oleh virus.Akhir – akhir ini ternyata banyak juga disebabkan oleh Mycoplasma dan Chlamydia.

2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk-batuk, biasanya dahak jernih, sakit tenggorok, nyeri dada, biasa disertai tanda bronkospasme.

● Demam tidak terlalu tinggi.

3. Diagnosis Banding : ● Pneumonia.● Tuberkulosis.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto rontgen toraks, untuk menyingkirkankemungkinan pneumonia atau tuberculosis.Pada bronchitis akut tidak terlihat kelainan.

● Pemeriksaan serologi untuk melihat infeksi Mycoplasma atau chlamydia.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Rawat jalan.

7. Terapi : ● Simtomatis bila disebabkan virus.● Bila infeksi karena Mycoplasma atau

Chlamydia dapat diberi :- Tetrasiklin 4 x 500 mg atau- Doksisiklin 2 x 100 mg atau- Eritromisin 4 x 500 mg

● Lama pengobatan 2 minggu.

Page 2: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

8. Standar RS : Tipe D atau Puskesmas

9. Penyulit : ● Pneumonia

10. Informed Consent : ● Tidak perlu tertulis

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum

12. Lama Perawatan : ● Tidak perlu.

13. Masa Pemulihan : -

14. PA : -

15. Autopsi/risalah rapat : -

Page 3: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : TUBERKULOSIS PARU( ICD A.15.0 )

Tuberkulosis paru adalah penderita dengan gejala penyakit paru yang disebabkan infeksi kuman Mycobacterium complex (M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis).

2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk lebih dari 4 minggu, batuk darah, nyeri dada.

● Demam tinggi (subfebris), malaise. Kadang-kadang terdapat gejala flu.- TB Paru tersangka.- TB Paru.- Bekas TB Paru.

● TB Paru tersangka :- Gejala klinis sesuai TB Paru, gambaran rontgen toraks sesuai dengan TB Paru, Sputum BTA negatif.

● TB Paru :- Gx. Klinis sesuai TB Paru, gambaran rontgen toraks sesuai Tb Paru, Sputum BTA 2 x berturut-turut positif atau biakan positif. Penderita TB Paru tersangka yang membaik dengan pengobatan (OAT).

● Bekas TB Paru :- Sputum BTA/biakan negative.- Gambar rontgen toraks menunjukkan lesi

sisa (fibrosis, kalsifikasi, penebalan pleura).- Gejala klinis mungkin masih ada akibat lesi sisa.

3. Diagnosis Banding : ● Pneumonia.● Bronkopneumonia.● Infeksi jamur.● Keganasan.

Page 4: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto rontgen toraks PA, bila mungkin disertai foto lateral.

● Pemeriksaan sputum BTA 3 X, bila mungkindilakukan biakan.

● LED meninggi, hitung jenis limfosit meninggi.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Umumnya pengobatan jalan kecuali bila adapenyulit.

7. Terapi :● Perbaikan gizi.● Penyuluhan kesehatan● Obat antituberkulosis (OAT)

- Kategori I ( 2 HRZE/4H3R3 atau 2 HRZE/4HR atau 2 HRZE/6HE )~ Penderita baru TBC Paru BTA (+)

~ Penderita TBC Paru BTA (-) Rontgen (+) yang “sakit berat” dan ~ Penderita TBC Ekstra Paru berat- Kategori II ( 2 HRZES/HRZE/5H3R3E3 atau 2 HRZES/HRZE/5HRE) ~ Penderita kambuh (relaps) ~ Penderita gagal ( failure ) ~ Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)- Kategori III ( 2HRZ/4 H3R3 atau 2HRZ/4HR atau 2HRZ/6HE ) ~ Penderita baru BTA (-) dan Rontgen (+) sakit ringan

~ Penderita Ekstra Paru ringan - Kategori IV ( Sesuai Uji Resistensi atau INH seumur hidup )

~ Penderita TB Paru kasus kronikKETERANGAN

● R = Rifampisin, Z = Pirazinamid, H = INH, E = Etambutol S = Streptomisin.

● Pada kasus dengan resistensi kuman, pilihan obat ditentukan sesuai hasil uji resistensi.Dosis obat berdasarkan berat badan :

Jenis obat BB < 30 kg BB 30 – 50 kg BB > 50 kg

RHZSE

300 mg300 mg750 mg500 mg500 mg

450 mg300 mg1000 mg750 mg750 mg

600 mg400 mg1500 mg750 mg1000 mg

Page 5: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

● Operatif :- Sputum persisten positif.- Hemoptisis massif atau berulang- Empiema yang tak mau sembuh

- Destroyed lung/lobe dengan gejala infeksi atau hemoptisis berulang.

8. Standar RS : ● Tipe D atau Puskesmas● Tipe B atau A untuk pembedahan paru.

9. Penyulit : ● Hemoptisis massif.● Penyebaran milier.● Efusi pleura atau empiema.● Pneumotoraks.

10. Informed Consent : ● Tidak perlu tertulis, kecuali bila akan operasi.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum

12. Lama Perawatan : ● Bergantung penyulitnya.

13. Masa Pemulihan : ● Bila penderita tidak ada penyulit, dapat bekerja seperti biasa.

● Bila BTA positif sebaiknya diberi istirahat 2 minggu sambil terus minum obat.

14. Luaran : ● Sembuh total.● Sembuh dengan banyak lesi sisa.● Komplikasi.● Meninggal.

15. PA : -

16. Autopsi/risalah rapat : -

Page 6: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : PLEURITIS EKSUDATIVA( ICD A. 15.6 )

adalah peradangan pleura disertai terbentuknya cairan eksudat yang disebabkan infeksi kuman tuberkulosis.

2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk-batuk, demam, nyeri dada sisi yangsakit, sesak napas.

● Hemitoraks sisi yang sakit lebih cembung, pergerakan tertinggal, perkusi pekak/redup,mediastinum terdorong kesisi yang sehat, suara napas melemah.

● Demam

3. Diagnosis Banding : ● Empiema.● Abses.● Tumor.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Rontgen toraks.● Pungsi pleura.● Pemeriksaan cairan pleura : tes Rivalta +,

pada hitung jenis didapatkan sel mononuclear dominant, BTA, Kadar glukosarendah.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Umumnya bisa berobat jalan.● Rawat inap bila penderita sesak napas.

Page 7: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

7. Terapi : ● Sama dengan terapi tuberculosis paru, ditambah dengan prednisone, dimulai dengan3 x 15 mg per hari. Selanjutnya diturunkan bertahap tiap 5 – 7 hari.

● Pungsi pleura bila pasien sesak napas.

8. Standar RS : ● Tipe C.

9. Penyulit : ● Infeksi berlanjut menjadi empiema.● Fistula bronkopleural.

10. Informed Consent : ● Bila akan melakukan tindakan.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum● Dokter Spesialis Paru.

12. Lama Perawatan : ● Sampai gejala toksis pada pasien hilang.

13. Masa Pemulihan : ● 2 – 4 minggu.

14. Luaran : ● Biasanya sembuh baik, asal berobat dngan teratur.

15. PA : Umumnya tidak perlu.

16. Autopsi/risalah rapat : -

Page 8: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : PNEUMONIA( ICD J.12 – J.18 )

Adalah infeksi akut pada parenkim paru yang dapat disebabkan bakteri, virus maupun parasit.

2. Kriteria Diagnosis : ● Demam tinggi disertai menggigil. Batuk- batuk, berdahak, sesak napas, nyeri dada.

3. Diagnosis Banding : ● Tuberkulosis.● Infeksi jamur.● Tumor.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Rontgen toraks.● Leukositosis, sel polimorfonuklear (PMN)

meninggi.● Sputum : pewarnaan gram.● Pemeriksaan khusus untuk menentukan

kuman penyebab : aspirasi transtorakal, ataubronkoskopi dengan sikat khusus.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Rawat inap bila pasien sakit berat, sianosis,Dehidrasi, syok.

7. Terapi : ● Oksigen.● Hidrasi yang cukup.● Pengisapan lendir, bila perlu dengan

bronkoskopi.● Ventilator bila terjadi gagal napas.

Page 9: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

● Pengobatan empiris dengan ampisilin atauamoksisilin atau kotrimoksazol. Bila tidakmembaik antibiotika sesuai hasil tes resistensi. Lama pengobatan sampai 3 – 5hari bebas panas atau gambaran rontgen toraks baik.

● Antibiotika pilihan lain adalah golongan Quinolon

8. Standar RS : ● Tipe D.● Tipe C/B dengan Dokter Spesialis Paru,

khusus untuk penderita yang mengalami komplikasi.

9. Penyulit : ● Karena penyakit :- Abses - Empiema- Gagal napas

● Karena tindakan :- Perdarahan - Pneumotoraks- Empiema- Sepsis

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis, bila dilakukan tindakan.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum● Dokter Spesialis Paru, bila terdapat penyulit.

12. Lama Perawatan : ● 1-2 minggu.

13. Masa Pemulihan : ● 1 minggu.

14. Luaran : ● Sembuh total.● Komplikasi.● Meninggal

15. PA : -.

16. Autopsi/risalah rapat : -

Page 10: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : BRONKIEKTASIS( ICD J.47 )

Adalah kelainan berupa pelebaran bronkus yang menetap. Kelainan ini dapat disebabkan kelainan kongenital, infeksi kronik, faktor mekanis.

2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk-batuk dengan banyak sputum, sputumSering berbau busuk. Batuk terutama timbul Pada perubahan posisi. Bisa didapatkanbatuk darah berulang.

3. Diagnosis Banding : ● Bronkitis kronis.● Fibrosis kistik.● Tuberkulosis.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto rontgen toraks PA = honeycomb appearance.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Bila ada komplikasi, hemoptisis atau keadaan umum lemah.

7. Terapi : ● Konservatif :- Antibiotik.- Mukolitik (asetil sistein), vitamin A, vitamin E, dan vitamin C.- Fisioterapi postural drainage, bila tak menolong lakukan bronkoskopi.

● Pembedahan :- berulang atau massif.- Batuk dengan sputum yang terus mengganggu.

Page 11: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

8. Standar RS : ● Tipe D atau Puskesmas.

9. Penyulit : ● Hemoptisis.● Sepsis● Gagal napas.

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis, bila akan melakukan tindakanInvasif (bronkoskopi).

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum

12. Lama Perawatan : ● 1-2 minggu.

13. Masa Pemulihan : ● 5 – 7 hari.

14. Luaran : ● Gejala sering berulang.● Dapat sembuh total dengan operasi, tapi

mungkin timbul lagi di tempat lain.

15. PA : -

16. Autopsi/risalah rapat : -

Page 12: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : ASMA BRONKIAL( ICD J.45 )

Adalah penyakit saluran napas dengan karakteristik berupa peningkatan reaktivitas Trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi penyempitan Umum saluran napas, yang dapat menghilang dengan obat atau secara spontan.

2. Kriteria Diagnosis : ● Riwayat batuk berulang disertai sesak napasakibat faktor pencetus yang dapat hilangdengan atau tanpa pengobatan.

● Napas berbunyi.● Adanya wheezing (mengi).

3. Diagnosis Banding : ● PPOK.● Pneumotoraks.● Asma kardiale.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Laboratorium : eosinofil meninggi, IgE.● Foto thoraks, Spirometri, uji bronkodilator,

uji provokasi bronkus, uji tusuk kulit, analisis gas darah.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Rawat inap pada serangan asma berat.

7. Terapi : ● Oksigen.● Bronkodilator.

- Adrenalin atau golongan beta 2 agonis, dapat dikombinasi dengan golongan xantin (aminofilin).- Golongan antikolinergik (untuk asma kronik).- Kortikosteroid injeksi untuk serangan akut, tablet atau inhalasi untuk asma kronik.

Page 13: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

- Sodium kromoglikat (jika pencetus diketahui), untuk pencegahan serangan.

● Antibiotik, mukolitik, ekspektoran atas indikasi.

● Pendidikan kesehatan.● Fisioterapi.● Catatan

- B2 agonis dan kortikosteroid inhalasi merupakan pilihan utama.- Obat oral digunakan bila obat inhalasi tidak dapat dipakai pada hal-hal tertentu.- Adrenalin sebaiknya tidak diberikan pada orang tua atau kelainan jantung.

8. Standar RS : ● Tipe D atau Puskesmas dengan fasilitasperawatan.

9. Penyulit : ● Pneumotoraks.● Gagal napas.

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis, pada gagal napas yang memerlukan ventilator.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum

12. Lama Perawatan : ● Beberapa hari – 1 minggu (pada asma akut berat).

13. Masa Pemulihan : ● Dapat langsung bekerja

14. Luaran : ● Serangan teratasi /terkontrol.● Kronik.● Meninggal.

15. PA : -

16. Autopsi/risalah rapat : -

Page 14: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS/ PPOK.

2. Kriteria Diagnosis : Bronkitis kronis ( ICD J.42 )● Batuk-batuk produktif sekurangnya 3 bulan

dalam setahun, minimal 2 tahun berturut-turut.

● Pada pemeriksaan mungkin tidak adakelainan atau ada ronki basah di kedua paru.

EMFISEMA ( ICD J.43 )● Sesak napas menetap dan progresif.● Pemeriksaan fisik dada cembung,

hipersonor, suara napas melemah, mungkinada wheezing.

3. Diagnosis Banding : ● Asma bronkial.● Bronkiektasis.● Sindrom obstruksi pasca tuberculosis

(SOPT).

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto toraks PA dan lateral, dalam fase inspirasi dan ekspirasi.

● Spirometri.● Uji bronkodilator.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Rawat inap pada eksaserbasi akut.

7. Terapi : ● Bronkodilator :- Aminofilin atau teofilin, beta 2 agonis antikolinergik.- Kortikosteroid pada eksaserbasi akut atas indikasi.

Page 15: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

● Mukolitik dan ekspektoran.● Antibiotik bila ada infeksi.● Oksigen.● Fisioterapi.● Pendidikan kesehatan bagi penderita dan

keluarganya.● Nasihat berhenti merokok.

8. Standar RS : ● Tipe D.

9. Penyulit : ● Intoksikasi oksigen.● Kor pulmonale.● Gagal napas.

10. Informed Consent : ● Tidak perlu.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum

12. Lama Perawatan : ● 2 – 4 minggu.

13. Masa Pemulihan : ● 2 minggu.

14. Luaran : ● Sembuh parsial, aktif bekerja.● Invalid, tidak bisa bekerja.● Meninggal.

15. PA : -

16. Autopsi/risalah rapat : -

Page 16: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : PNEUMOTORAKS( ICD J. 93.8 )

2. Kriteria Diagnosis : ● Nyeri dada disertai sesak napas. Bila sesak napas makin lama makin hebat perlu dipikirkan pneumotoraks ventil.

● Pneumotoraks pada wanita yang terjadibersamaan dengan menstruasi dapatdisebabkan karena endometriosis.

● Frekuensi napas meningkat.● Hemitoraks yang terkena fremitus menurun,

Suara napas melemah.● Bila berat, terlihat gelisah dan sianotik.

3. Diagnosis Banding : ● Emfisema paru.● Asma bronkial.● Infark miokard akut.● Emboli paru.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto rontgen toraks. Pada kecurigaanpneumotoraks ventil, tidak perlu menungguhasil rontgen toraks.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.● Dokter Spesialis Kebidanan bila diduga ada

endometriosis.● Dokter Bedah Toraks, bila akan dilakukan

operasi.

6. Perawatan RS : ● Sebaiknya semua pasien pneumotoraksdirawat.

Page 17: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

7. Terapi : ● Bila pneumotoraks sedikit dan pasien tidaksesak cukup diobservasi.

● Bila pasien sesak harus dipasang WSD atauWSD mini.

● Pada pneumotoraks berulang dapat dilakukan Pleurodesis dengan tetrasiklin, intrapleural Atau dengan talk steril.

● Terapi terhadap penyebab pneumotoraks. Pada endometriosis diberikan terapihormonal.

● Dilakukan operasi bila paru-paru tidak mau mengembang. Biasanya dilakukan bulektomiatau penutupan fistula dengan “staples”melalui torakoskopi.

8. Standar RS : ● Tipe D, tipe C/B dengan Dokter SpesialisParu.

9. Penyulit : ● Karena penyakit :- Hematotoraks.- Empiema.- Meninggal karena pneumotoraks ventil.

● Karena tindakan :- Emfisema subkutis.- Hematotoraks.- Edema paru.- Empiema.

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis, pada tindakan khusus.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum dalam keadaan akut sampaipemasangan WSD mini.

● Dokter Spesialis Paru bila perlu WSD atautorakoskopi.

● Dokter Spesialis Bedah Toraks bila perluoperasi.

12. Lama Perawatan : ● Sampai 3 hari setelah WSD dicabut.

13. Masa Pemulihan : ● 5-7 hari

14. Luaran : ● Sembuh bila tindakan tepat.● Komplikasi.● Meninggal.

15. PA : Untuk endometriosis.

Page 18: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : ACUTE RESPIRATORY DISTRESSSYNDROME (ARDS).

( ICD J. 80 )

ARDS adalah gagal napas akut yang manifestasinya berupa edem paru nonkardiogenik. ARDS sering dihubungkan dengan sepsis oleh kuman gram negatif (juga oleh penyebab lain seperti pneumonia bakteri atau virus, pneumonia pneumocystic carinii, legionella dan TB milier), aspirasi isi lambung (sindrom Mendelson), terhirup etilen glikol atau hidrokarbon, neardrowning, renjatan traumatic atau hemoragik, emboli lemak atau cairan amnion, kontusio paru, trauma nontoraks, cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, pankreatitis, kelebihan dosis heroin, metadon, propoksifen atau barbiturate atau terhirup parakuat.

Banyak lagi keadaan lain yang dianggap sebagai penyebab seperti terhirup asap, penggunaan oksigen berkonsentrasi tinggi pada bantuan ventilasi lama, uremia, operasi pintas kardiopulmoner, DIC, tranfusi darah massif, sindrom Goodpasture,dll.

2. Kriteria Diagnosis : ● Adanya faktor penyebab (telah diuraikandiatas).

● PaO2 50 mmHg / kurang dengan penggunaanoksigen fraksi 60%.

● Gejala klinis tidak khas seperti batuk, sesak.

3. Diagnosis Banding : ● Edema paru kardiogenik.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto rontgen toraks : infiltrat merata dikedua lapangan paru.

● AGDA (Analisa Gas Darah Arteri)/ Astrup.

5. Pemeriksaan Fisik : ● Takikardi.● Takipnea.● Ronki di kedua lapang paru.

6. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

7. Perawatan RS : ● Rawat inap.

8. Terapi : ● Terapi oksigen dan jika perlu menggunakan Ventilator mekanis ( dengan PEEP )

● Vasopresor jika dibutuhkan.● Mengobati faktor penyebab.

9. Standar RS : ● Tipe B.

10. Penyulit : ● Angka kematian tinggi (50 – 70 %) akibatgagal multiorgan dan akibat infeksi yangtidak teratasi atau berulang.

11. Informed Consent : ● Perlu tertulis, terutama karena sewaktu –waktu diperlukan bantuan ventilator mekanis.

12. Standar Tenaga : ● Dokter Spesialis Paru

13. Lama Perawatan : ● Sampai keadaan klinis, AGDA dan rontgen Toraks mengalami perbaikan.

14. Masa Pemulihan : ● 2 – 4 minggu.

15. Luaran : ● Meragukan.

16. PA : Umumnya tidak diperlukan.

17. Autopsi / risalah rapat : -

Page 19: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru
Page 20: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA( ICD J.64 )

Meliputi antara lain :- Pneumokoniosis pekerja tambang batu bara.- Asbestosis.- Silikosis.- Pneumokoniosis lain.- Bisinosis.

2. Kriteria Diagnosis : ● Riwayat pekerjaan/paparan.● Keluhan bergantung berat ringannya

penyakit, mulai dari batuk, sesak napas, penurunan berat badan sampai pada kecepatan yang menetap.

3. Diagnosis Banding : ● Bronkitis kronis.● Asma bronkial.● Penyakit paru interstisial lain.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Tes faal paru : pemeriksaan faal paru bergantung berat ringannya penyakit mulaidari ringan reversible sampai pada yang beratireversibel.

● Foto rontgen toraks : gambaran radiologi bergantung berat ringannya penyakit, dinilaiberdasarkan klasifikasi ILO tentang gambaran radiologist pneumokoniosis.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Penanganan keluhan paru sesuai dengankelainan yang ada, termasuk penanganan kardiopulmoner dan komplikasi lainnya.

Page 21: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

● Pemeriksaan kesehatan berkala termasuk Pemeriksaan fungsi paru memegang peran Utama untuk deteksi sedini mungkin dan Mencegah kecacatan tetap. Prinsip kesehatankerja perlu selalu ditaati.

7. Standar RS : ● Tipe B dan C.

8. Penyulit : ● Kor pulmonale.● Gangguan paru dan pernapasan yang

menetap.● Mesotelioma dan kanker pada paparan debu

abses.● Tuberkulosis paru pada paparan debu silika.

9. Informed Consent : ● Perlu tertulis pada tindakan khusus.

10. Standar Tenaga : ● Dokter Spesialis Paru, untuk penanganankhusus di bidang masalah paru.

● Dokter Kesehatan Kerja untuk penangananumum dan lingkungan kerja.

11. Lama Perawatan : ● Bergantung pada berat penyakit dan respon Terhadap pengobatan.

12. Masa Pemulihan : ● Bergantung pada berat penyakit dan respon Terhadap pengobatan.

13. Luaran : ● Sembuh.● Kelainan yang menetap.● Pada keadaan yang berat atau dengan

komplikasi berat dapat terjadi kematian.

14. PA : -

15. Autopsi / risalah rapat : -

Page 22: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : PNEUMONITIS HIPERSENSITIF( ICD J.69 )

Meliputi antara lain :- Farmer’s lung, Bagassosis- Bird fancier’s lung- Suberosis- Maltworker’s lung dll.

2. Kriteria Diagnosis : ● Riwayat pekerjaan/paparan.● Keluhan bergantung berat ringannya

penyakit,mulai dari demam, nyeri otot, malaise,sampai pada batuk, sesak napas, sampai pada cacat yang menetap.

3. Diagnosis Banding : ● Bronkitis.● Asma bronkial.● Sarkoidosis.● Penyakit paru intersititial lain.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Tes faal paru : pemeriksaan faal paru bergantung berat ringannya penyakit, mulaidari ringan reversible sampai pada yang beratireversibel.

● Foto rontgen toraks : gambaran radiologi Bervariasi, dari mekanis minimal sampai

pada Gambaran yang difus menyeluruh. 5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.

6. Perawatan RS : ● Pada kasus berat atau dengan komplikasikardiopulmoner dan komplikasi lain.

Page 23: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

7. Terapi : ● Penanganan keluhan paru sesuai dengan kelainan yang ada, termaksud penanganan kecacatan paru yang menetap,kardiopulmoner dan komplikasi lainya.

● Pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan fungsi paru memegang peranutama untuk deteksi sedini mungkin dan mencegah kecacatan tetap.

● Prinsip kesehatan kerja perlu selalu ditaati.

8. Standar RS : ● Tipe B dan C.

9. Penyulit : ● Gangguan pernapasan yang menetap.● Infeksi.● Korpulmonale.

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis pada tindakan khusus.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Spesialis Paru, untuk penanganankhusus di bidang masalah paru.

● Dokter Kesehatan Kerja untuk penangananumum dan lingkungan kerja.

12. Lama Perawatan : ● Bergantung pada berat penyakit dan respon terhadap pengobatan.

13. Masa Pemulihan : ● Bergantung berat penyakit dan respon terhadap pengobatan.

13. Luaran : ● Sembuh.● Kelainan yang menetap.● Pada keadaan yang berat atau dengan

komplikasi berat dapat terjadi kematian.

14. PA : -

15. Autopsi / risalah rapat : -

Page 24: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : EMPIEMA

Adalah infeksi yang disertai penggumpalan nanah di dalam rongga pleura.

2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk-batuk, demam, sesak napas.

3. Diagnosis Banding : ● Pleuritis eksudativa● Abses● Tumor

4. Pemeriksaan Fisik : ● Sisi yang sakit lebih cembung, tertinggalpada pernapasan, perkusi pekak,mediastinum terdorong ke sisi yang sehat,suara napas melemah.

● Pada empiema yang kronis hemitoraks yangsakit mungkin sudah mengecil karena terbentuknya schwarte.

5. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto toraks

● Pungsi pleura● Pemeriksaan cairan pleura untuk menentukan

Penyebabnya, apakah kuman, parasit ataujamur.

6. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.● Dokter Spesialis Bedah Toraks, bila perlu

tindakan bedah.

7. Perawatan RS : ● Rawat inap.

Page 25: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

8. Terapi : ● Drainase nanah dengan WSD yang cukup Besar agar nanah keluar dengan lancar.Bila nanah kental dilakukan pencucian rongga pleura dengan larutan NaCL 0.9 % 500 ml ditambah dengan 25 ml larutan povidon iodine (betadine solution) setiap harisampai rongga pleura bersih.

● Antibiotik sesuai kuman penyebabnya.● Bila dalam 2 minggu tidak membaik perlu

dilakukan tindakan operasi.

9. Standar RS : ● Tipe C.● Tipe B/A bila perlu bedah toraks.

10. Penyulit : ● Fistula bronkopleural.● Sepsis.

11. Informed Consent : ● Perlu tertulis pada tindakan khusus.

12. Standar Tenaga : ● Dokter Umum.● Dokter Spesialis Paru.● Dokter Spesialis Bedah Toraks.

13. Lama Perawatan : ● Bergantung perjalanan penyakit.● Bila paru bisa mengembang baik maka akan

Cepat sembuh.● Umumnya perlu waktu beberapa bulan.

14. Masa Pemulihan : ● Bergantung perjalanan penyakit.

15. Luaran : ● Sembuh sempurna.● Sembuh dengan perlekatan pleura.● Penyakit menjadi kronis.

Page 26: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : PENYAKIT JAMUR PARU( ICD A.42 )

Ialah infeksi paru yang disebabkan oleh jamur baik infeksi primer maupun infeksisekunder.

2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk-batuk, batuk darah berulang, demam, Mungkin timbul sesak.

● Tidak ada gejala yang khas.● Faktor predisposisi antara lain diabetes

mellitus, pemberian antibiotik atau steroid untuk jangka waktu lama, pemberian imunosupresif atau sitostatik, dan defisiensi imunologis.

3. Diagnosis Banding : ● Pneumonia karena sebab lain.● Tuberkulosis.● Tumor

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto rontgen toraks● Mikroskopik dan biakan jamur dari dahak,

Bilasan bronkus, biopsy paru.● Serologi jamur.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.● Dokter Ahli Mikologi.

6. Perawatan RS : ● Rawat inap untuk pasien batuk darah, atau Keadaan umum jelek.

Page 27: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

7. Terapi : ● Bergantung jenis penyakit.● Umumnya dipakai obat golongan

Ketokonazol, itrakonazol, atau flukonazol.Kadang-kadang perlu amfoterisin B.

● Bila ada fungus ball disertai batuk darah Biasanya diperlukan tindakan bedah (reseksiparu).

8. Standar RS : ● Tipe C.● Tipe B/A bila perlu operasi.

9. Penyulit : ● Batuk darah.● Sepsis.

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis pada tindakan khusus.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum.● Dokter Spesialis Paru.

12. Lama Perawatan : ● Bergantung macam penyakit.

13. Masa Pemulihan : ● Bergantung perjalanan penyakit.

14. Luaran : ● Sembuh.● Masih ada batuk darah berulang.

15. Autopsi/risalah rapat : ● Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan.

Page 28: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : AMEBIASIS PARU DAN PLEURA

Adalah peradangan paru dan pleura disebabkan oleh amuba yang biasanya berasal dari abses amuba di hati yang menembus diafragma.

2. Kriteria Diagnosis : ● Batuk-batuk dengan berwarna coklat,demam, nyeri dada kanan dan abdomenkanan atas.

3. Diagnosis Banding : ● Pneumonia.● Empiema.● Tumor.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto toraks.● USG.● Serologi amuba.● Pemeriksaan mikroskopis dahak atau cairan

Pleura untuk amuba.● Pungsi pleura.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.● Dokter Ahli Parasitologi.● Dokter Spesialis Penyakit Dalam.

6. Perawatan RS : ● Rawat inap.

7. Terapi : ● Bila ada nanah di rongga pleura dipasangWSD yang besar untuk mengeluarkan nanah.

● Metronidazol 3 x 500 mg sampai gambaranFoto toraks baik.

● Antibiotik bila ada infeksi sekunder olehkuman.

Page 29: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

8. Standar RS : ● Tipe C.● Tipe B/A bila perlu operasi.

9. Penyulit : ● Hemoptisis.

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis pada tindakan khusus.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum.● Dokter Spesialis Paru bila perlu WSD.

12. Lama Perawatan : ● Bergantung perjalanan penyakit.

13. Luaran : ● Sembuh.● Perlekatan pleura.

14. Autopsi/risalah rapat : -

Page 30: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : ABSES PARU( ICD J. 85 )

Adalah peradangan di jaringan paru yang disertai pembentukan rongga yang berisinanah.

2. Kriteria Diagnosis : ● Demam tinggi.● Batuk mula-mula sedikit dahaknya, suatu

Saat dahak dapat banyak sekali karena rongga abses berhubungan dengan bronkus yang agak besar dan isi abses dibatukkan keluar. Seringkali dahak berbau busuk atau bercampur darah.

● Nyeri dada, sesak napas.● Biasanya dijumpai ronki basah.

3. Diagnosis Banding : ● Empiema.● Bulla yang terinfeksi.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto rontgen toraks PA dan lateral.● Laboratorium : leukositosis, LED meninggi..● Pemeriksaan sputum , pewarnaan Gram,

Kultur dan pemeriksaan resistensi terhadap antibiotik.

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.● Dokter Bedah Toraks bila perlu tindakan

pembedahan.

6. Perawatan RS : ● Rawat inap.

Page 31: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

7. Terapi : ● Penisillin 2 x 1.2 juta sampai rongga absesmenutup.Kloramfenikol 4 x 500 mg selama 2 minggu.Bila dahak berbau busuk yang umumnya disebabkan infeksi kuman anaerob ditambahkan metronidazol 3 x 500 mg.

● Obat pilihan lain amoksillin + asam klavulanat 3 x 1 g selama 3-5 hari, dilanjutkan 3 x 500 mg sampai rongga absesmenutup.

Obat pilihan lain adalah Clindamycin 2 x 500 mg

8. Standar RS : ● Tipe C.● Tipe B/A bila perlu tindakan operasi.

9. Penyulit : ● Hemoptisis masif.● Sepsis.

10. Informed Consent : ● Perlu pada tindakan khusus.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Umum.● Dokter Spesialis Paru.

12. Masa Perawatan : ● Bergantung perjalanan penyakit.

13. Masa Pemulihan : ● Bergantung perjalanan penyakit.

14. Luaran : ● Sembuh sempurna.● Rongga abses tersisa.

15. Autopsi/risalah rapat : -

Page 32: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

1. Diagnosis : KANKER PARU( ICD D.14.3 )

2. Kriteria Diagnosis : ● Ditemukan sel atau jaringan tumor ganas Berasal dari bronkus/paru.

● Pada stadium dini sering kali tanpa gejala.● Pada stadium lebih lanjut mungkin didapat

gejala batuk/batuk darah, nyeri dada, sesaknapas, sindrom vena kava superior, sindrompleksus brakial, anoreksia, penurunan beratbadan.

3. Diagnosis Banding : ● Tumor mediastinum.● Tuberkulosis.● Abses.● Tuberkuloma.● Pneumonia.

4. Pemeriksaan Penunjang : ● Foto toraks PA dan lateral (sesuai letak lesi)● Sitologi sputum dan secret bronkopulmoner.● Bronkoskopi, biopsy bronkus, transbronchial

lung biopsy (TBLB).● Biopsi aspirasi transtorakal (BATT) dengan

jarum halus (fine needle aspiration biopsy).● Pungsi pleura+biopsy pleura, dan

pemeriksaan sitologi/hispatologi (bila ada efusi pleura).

● Torakoskopi/video assisted thoracoscopy surgery (VATS).

● Biopsi aspirasi/ekstirpasi kelenjar getahbening supraklavikula.

● Torakotomi eksplorasi.

Page 33: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

5. Konsultasi : ● Dokter Spesialis Paru.● Dokter Bedah Toraks bila dilakukan operasi.

6. Perawatan RS : ● Rawat inap biasa untuk mempercepat diagnosis.

● Rawat inap segera bila didapatkan penyulit.

7. Terapi : ● Bergantung jenis histologis, derajat dan tampilan.

● Kanker paru jenis bukan karsinoma sel kecil (KPKBSK)- Derajat IA & IB

Reseksi paru (lobektomi)- Derajat IIA & IIB

Reseksi (lobektomi/pneumonektomi),diseksi kelenjar getah bening toraks,dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi bila perlu.

- Derajat IIIAReseksi paru, diseksi kelenjar getahbening yang mungkin dan radioterapi, dilanjutkan kemoterapiradioterapi/kemoterapi/kombinasi /kemoradioterapi.

- Derajat III BNeoadjuvan, diikuti reseksi bila mungkin.

- Derajat IVUmumnya simptomatis perawatan paliatif bebas nyeri, kemoterapi bila mungkin.

Catatan :- Termaksud KPKBSK ialah karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan karsinoma sel besar.- Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK).- Pengobatan primer ialah kemoterapi, dapat dikombinasi dengan radioterapi.

8. Standar RS : ● Tipe B dengan Dokter Spesialis Paru untukdiagnosa dan terapi definitif.

● Semua tipe untuk perawatan paliatif & bebasnyeri.

Page 34: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

- Infeksi sekunder.- Nyeri akibat metastasis.- Hiperkalsemia.- Berbagai gangguan hormonal.

● Karena tindakan :- Bergantung tindakan yang dilakukan.

10. Informed Consent : ● Perlu tertulis pada tindakan khusus.

11. Standar Tenaga : ● Dokter Spesialis Radioterapi untuk diagnosisdan pengobatan definitif.

● Dokter Spesialis Bedah Toraks bila diperlukan pembedahan.

● Dokter Umum untuk perawatan paliatif dan bebas nyeri.

12. Masa Perawatan : ● Bergantung perjalanan penyakit.

13. Masa Pemulihan : ● Bergantung perjalanan penyakit.

14. Luaran : ● Tahap hidup 2 – 5 tahun dengan/tanpa gejalapenyakit.

● Sembuh parsial.● Komplikasi.● Meninggal.

15. PA : Mutlak perlu untuk pengobatan yang tepat.

15. Autopsi/risalah rapat : Sangat dianjurkan.

Page 35: Protap Pelayanan (Dx & Th) SMF Paru

SMF PARURSUD ULIN

BANJARMASIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULINBANJARMASIN

TAHUN 2004