refarat depresi jiwa

20
ASPEK PSIKOBIOLOGIK DEPRESI A. PENDAHULUAN Gangguan depresi, dalam buku Synopsis of Psikiatri dibawah naungan gangguan mood. Sebelum membahas lebih lanjut tentang gangguan depresi,lebih dahulu dipahami apa maksud dengan emosi dan mood dan mengapa kedua tanda (sign) tersebut harus dipahami. Dalam pembahasan emosi tercakup antara lain afek, mood, emosi yang lain, dan gangguan psikologis yang berhubungan dengan mood. Oleh karena bagian ini membahas gangguan depresi, maka pembahasan dibatasi pada emosi dan mood. (1) Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. (1) Depresi adalah penyakit medis yang menyebabkan perasaan sedih yang berkelanjutan dan kehilangan 1

Upload: syahfa

Post on 25-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

depresi

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Depresi Jiwa

ASPEK PSIKOBIOLOGIK DEPRESI

A. PENDAHULUAN

Gangguan depresi, dalam buku Synopsis of Psikiatri dibawah naungan

gangguan mood. Sebelum membahas lebih lanjut tentang gangguan

depresi,lebih dahulu dipahami apa maksud dengan emosi dan mood dan

mengapa kedua tanda (sign) tersebut harus dipahami. Dalam pembahasan

emosi tercakup antara lain afek, mood, emosi yang lain, dan gangguan

psikologis yang berhubungan dengan mood. Oleh karena bagian ini membahas

gangguan depresi, maka pembahasan dibatasi pada emosi dan mood.(1)

Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi

dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan,

berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan

dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif

(termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini

hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi

pekerjaan.(1)

Depresi adalah penyakit medis yang menyebabkan perasaan sedih yang

berkelanjutan dan kehilangan minat. Depresi dapat menyebabkan gejala fisik

juga.(6)

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang dimana afek pasien dan

tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari

peningkatan afek disertai penambahan energy dan aktivitas (mania atau

hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan

energi dan aktivitas (depresi).(5)

Depresi bukan kelemahan, juga bukan sesuatu yang Anda hanya bisa

hilangkan dari pikiran. Depresi adalah penyakit kronis yang biasanya

membutuhkan pengobatan jangka panjang, seperti diabetes atau tekanan darah

tinggi. Kebanyakan orang dengan depresi merasa lebih baik dengan obat-

obatan, konseling psikologis atau perawatan lainnya.(6)

1

Page 2: Refarat Depresi Jiwa

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti dari depresi tidak diketahui tapi factor keturunan dan

lingkungan dapat menajdi faktor predisposisi. Faktor keturunan terhitung

sekitar setengah dari etiologi. Faktor keturunan juga memungkinkan

memengaruhi perkembangan dari respon depresi ke arah yang lebih

merugikan.(2)

Teori lain fokus dalam tingkat perubahan neurotransmiter, termasuk

regulasi abnormal dari kolinergik, katekolaminergik (nonadrenergik atau

dopamine), dan serotoninergic (5-hidroksitriptamin). Disregulasi

neuroendokrin mungkin bisa menjadi faktor dengan particular empaksis pada

tiga aksis: hipotalamus-pituitari-adrenal, hipotalamus-pituitari-tiroid, dan

hormone pertumbuhan.(2)

C. EPIDEMIOLOGI

Insiden dan Prevalensi. Gangguan depresi berat, paling sering terjadi,

dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15%. Perempuan dapat mencapai

25%. Sekitar 10% diperawatan primer dan 15% dirawat dirumah sakit. Pada

anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2%. Pada usia remaja didapatkan

prevalensi 5% dari komunitas memiliki gangguan depresi berat.(1)

Jenis Kelamin. Perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki-laki.

Diduga adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor

psikososial antar laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang dipelajari

tentang ketidak berdayaan.

Usia. Rata-rata usia sekitar 40 tahun-an. Hampir 50% wanita diantara usia

20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut

usia. Data terkini menunjukkan, gangguan depresi berat diusia kurang dari 20

tahun. Mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengguna alcohol dan

penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut.(1)

Status Perkawinan. Paling sering terjadi pada orang yang tidak

mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai

atau berpisah. Wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih

2

Page 3: Refarat Depresi Jiwa

rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan yang menikah namun

hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.(1)

Faktor Sosioekonomi dan Budaya. Tidak ditemukan korelasi antara

status sosioekonomi dan gangguan depresi berat. Depresi lebih sering terjadi

didaerah pedesaan dibanding daerah perkotaan.(1)

D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi yang mendasari penyakit depresi belum jelas. Saat ini bukti

menunjuk ke sebuah interaksi yang kompleks antara ketersediaan

neurotransmitter dan regulasi reseptor dan sensitivitas yang mendasari gejala

afektif.(4)

Uji klinis dan praklinis menunjukkan adanya gangguan pada aktivitas

sistem saraf pusat serotonin (5-HT) sebagai faktor penting. Neurotransmiter

lain yang terlibat termasuk norepinefrin (NE), dopamin (DA), glutamat, dan

diturunkan dari faktor neurotropik otak (BDNF). Namun, obat yang hanya

menghasilkan peningkatan ketersediaan neurotransmitter, seperti kokain atau

amfetamin, tidak memiliki khasiat dari waktu ke waktu bahwa antidepresan

lakukan.(4)

Peran SSP 5-HT dalam aktivitas patofisiologi gangguan depresi ditentukan

oleh kemanjuran terapi serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Selain itu,

penelitian telah menunjukkan bahwa sementara gejala akut depresi dapat

diproduksi dalam remisi menggunakan deplesi triptofan, yang menyebabkan

penurunan sementara dalam SSP 5-HT. Namun, efek SSRI pada 5HT reuptake

adalah segera, tetapi efek antidepresan memerlukan paparan durasi beberapa

minggu. Beberapa antidepresan tidak berpengaruh pada 5HT (misalnya,

desipramine), dan tianeptine antidepresan meningkatkan serapan 5HT. Semua

ini, ditemukan dalam penelitian praklinis secara bersamaan, menyiratkan

peran regulasi reseptor saraf, sinyal intraseluler, dan ekspresi gen dari waktu

ke waktu, di samping ketersediaan neurotransmitter ditingkatkan.(4)

3

Page 4: Refarat Depresi Jiwa

E. GAMBARAN KLINIS

Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang, berat):

1. Afek Depresif,

2. Kehilanagan minat dan kegembiraan, dan

3. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas.(5)

Gejala Lainnya:

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang,

2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang,

3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tak berguna,

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,

5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,

6. Tidur terganggu,

7. Nafsu makan berkurang.(5)

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan

masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi

periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan

berlangsung cepat.(5)

Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang, dan berat hanya

digunakan untuk episode depresif tunggal (pertama). Episode depresif

berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis gangguan

depresif berulang.(5)

Episode Depresif Ringan

Pada episode depresif ringan sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala

utama depresi lalu ditambah dengan sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.

Tidak boleh ada gejala berat diantaranya dan lama dari seluruh episode

berlangsung kurang dari 2 minggu. Ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan

4

Page 5: Refarat Depresi Jiwa

kegiatan sosial. Jika tidak terdapat gejala somatik maka digolongkan dalam

episode depresif ringan tanpa gejala somatik dan begitu pula sebaliknya jika

disertai dengan gejala somatic maka digolongkan dalam episode depresif

ringan dengan gejala somatik.(5)

Episode Depresif Sedang

Pada episode depresif sedang sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3

gejala utama depresi lalu ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari

gejala lainnya. Lama dari seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu.

Ada sedikit kesulitan menghadapi urusan rumah tangga, dan kegiatan sosial.

Jika tidak terdapat gejala somatik maka digolongkan dalam episode depresif

sedang tanpa gejala somatik dan begitu pula sebaliknya jika disertai dengan

gejala somatik maka digolongkan dalam episode depresif sedang dengan

gejala somatik.(5)

Episode Depresif Berat

Pada episode depresif berat semua gejala utama depresi harus ada dan

ditambah dengan sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa

diantaranya berintensitas berat. Lama dari seluruh episode berlangsung

sekurang-kurangnya 2 minggu. Sangat tidak mungkin pasien menghadapi

urusan rumah tangga, pekerjaan, dan kegiatan sosial. Jika tidak terdapat

waham, halusinasi atau stupor depresif maka digolongkan dalam episode

depresif berat tanpa gejala psikotik dan begitu pula sebaliknya jika disertai

dengan waham, halusinasi atau stupor depresif maka digolongkan dalam

episode depresif berat dengan gejala psikotik.(5)

F. PENYEBAB

1. Faktor Psikobiologik

Kebanyakan obat antidepresan meningkatkan satu atau lebih dari

monoamina neurotransmitter serotonin, norepinefrin, dan dopamine dalam

celah sinaptik antara neuron di otak. Beberapa obat mempengaruhi

reseptor monoamine secara langsung.(3)

5

Page 6: Refarat Depresi Jiwa

Serotonin dihipotesiskan untuk mengatur sistem neurotransmitter

lainnya. Aktivitas serotonin yang menurun memungkinkan sistem ini

untuk bertindak dengan cara yang tidak biasa dan tidak menentu. Menurut

"hipotesis permisif", depresi muncul ketika kadar serotonin yang rendah

mempromosikan rendahnya tingkat norepinefrin, neurotransmiter

monoamina lain. Beberapa antidepresan meningkatkan tingkat

norepinefrin secara langsung, sedangkan yang lain meningkatkan kadar

dopamin, sebuah neurotransmitter monoamine ketiga. Observasi ini

memunculkan hipotesis monoamina depresi. Dalam formulasi

kontemporer, hipotesis monoamina mendalilkan bahwa kekurangan

neurotransmiter tertentu bertanggung jawab untuk fitur yang sesuai

depresi: "Norepinefrin berhubungan dengan kewaspadaan dan energi serta

kecemasan, perhatian, dan minat dalam hidup; kurangnya serotonin

menyebabkan kecemasan, obsesi, dan dorongan, dan dopamin

menyebabkan perhatian, kesenangan motivasi, dan penghargaan, serta

minat dalam hidup". Para pendukung teori ini merekomendasikan pilihan

antidepresan dengan mekanisme kerja yang berdampak pada gejala yang

menonjol. Pasien cemas dan mudah tersinggung harus ditangani

dengan SSRI atau norepinefrin reuptake inhibitor , dan mereka mengalami

kehilangan energi dan kenikmatan hidup dengan norepinefrin dan

dopamin-meningkatkan-obat.(3)

Dilaporkan terdapat kelainan di metabolit amin biogenic, seperti

asam 5-hydroxyndoleacetic (5-HIAA), asam homovanilic (HVA) dan 3-

methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol (MHPG) didalam darah, urin dan cairan

serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood. Paling konsisten

adalah hipotesis gangguan mood berhubungan dengan disregulasi

heterogen pada amin biogenik.(3)

Amin Biogenik. Norepinephrine dan serotonin adalah dua

transmitter yang paling terlibat dalam patofisiologi dalam gangguan mood.(1)

6

Page 7: Refarat Depresi Jiwa

Norepinefrin. Penurunan regulasi reseptor beta adregenik dan

respon klinik anti depresan mungkin merupakan perang langsung system

noradrenergik dalam depresi. Bukti lain yang juga melibatkan reseptor β2-

presipnatik pada depresi, telah mengaktifkan reseptor yang mengakibatkan

pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin. Reseptor β2-presinaptik juga

terletak pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan

serotonin.(1)

Dopamine. Aktivitas dopamine mungkin berkurang pada depresi.

Penemuan subtype baru pada reseptor dopamine dan meningkatnya

pengertian fungsi regulasi presipnatik dan pascasipnatik dopamine

memperkaya hubungan antara dopamine dan gangguan mood. Dua teori

terbaru tentang dopamine dan depresi adalah jalur dopamine mesolimbik

mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamine D1

mungkin hipoaktif pada depresi.(1)

Serotonin. Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin

bertanggung jawab untuk control regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu

makan. Pada beberapa penelitian ditemukan jumlah serotonin yang

berkurang di celah sinap dikatakan bertanggung jawab untuk terjadinya

depresi.(1)

Serotonin adalah hormon/senyawa kimia yang berfungsi sebagai

penghantar pesan (neurotransmitter) dari satu bagian otak kebagian otak

yang lain. Serotonin yang memiliki nama kimia 5-hidroksitriptamina ini

diduga turut berperan aktif dalam pengiriman pesan emosi, hasrat dan

keinginan yang diwujudkan dalam beberapa sikap sosial.(7)

Serotonin dibentuk di dalam otak melalui proses biokimia yang

unik. Serotonin terbentuk dari tryptopthan yang berkombinasi dengan

trytopthan hidroxylase sebagai reaktor kimia. Meski proses pembentukan

serotonin terjadi di otak dan otak merupakan pengguna terbesar hormone

ini, 90% suplai serotonin ditemukan didalam saluran pencernaan dan

dalam sel darah. Berdasarkan riset yang digagas Crocket hal tersebut

7

Page 8: Refarat Depresi Jiwa

terjadi berkaitan dengan produksi asam amino yang terjadi didalam

lambung. Asam amino merupakan senyawa kimia yang diperlukan tubuh

untuk membentuk serotonin.(7)

Peran penting serotonin dalam kehidupan manusia

Sebagai neurotransmitter, lebih dari 40 juta aktivitas sel otak baik

secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh serotonin. Serotonin

didistribusikan secara luas, sehingga mempengaruhi keadaan psikologis

dan mempengaruhi beberapa fungsi tubuh seseorang.(7)

Fungsi serotonin di dalam otak adalah mempengaruhi

mood/perasaan seseorang, mempengaruhi keinginan/hasrat seseorang

terhadap seksualitas, memunculkan rangsang lapar, mengantuk, mengatur

suhu tubuh dan berperan penting dalam aktivitas memory dan proses

pembelajaran. Serotonin juga mempengaruhi fungsi system

kardiovaskuler/jantung dan system endokrin. Peneliti juga menemukan

korelasi antara serotonin dan jumlah produksi air susu ibu. Menurut

penelitian tersebut dalam keadaan stress/penuh tekanan/depresi produksi

air susu ibu cenderung sedikit atau bahkan kelenjar air susu ibu tidak

berproduksi sama sekali. Fakta lain menyebutkan dampak kekurangan

serotonin juga menjadi penyebab kematian janin tiba-tiba.(7)

Serotonin dan stress

Jika beberapa hari ini, perasaan anda sering tidak nyaman/bad

mood atau amarah anda mudah tersulut, kemungkinan kadar serotonin

dalam otak anda berkurang. Rasa marah dan rasa tidak nyaman tersebut

biasanya akan bertambah parah jika perut anda berada dalam kondisi

kosong/lapar. Hal tersebut terjadi berkaitan dengan produksi asam amino

didalam lambung. Asupan makanan yang kurang akan menurunkan

produksi asam amino, produksi asam amino yang sedikit inilah yang

mempengaruhi persediaan serotonin di dalam otak.(7)

8

Page 9: Refarat Depresi Jiwa

Rasa tidak nyaman ini jika dibiarkan terus menerus akan

berdampak buruk terhadap kesehatan mental. Seseorang akan menjadi

lebih mudah depresi, kondisi mental yang depresi meningkatkan angka

keinginan untuk bunuh diri. Menurut Barry Jacob PHD, tekanan dan stress

merupakan faktor pemicu utama timbulnya depresi.(7)

Sayangnya belum ditemukan secara pasti hubungan kausatif antara

serotonin dan depresi. Para peneliti masih sulit membuktikan apakah

ketidakseimbangan serotonin menjadi penyebab depresi atau keadaan

depresilah yang menyebabkan ketidakseimbangan serotonin di dalam otak.(7)

Untuk itu, masih menurut Barry Jacob PHD, diperlukan obat-obat

antidepresan seperti celexa, paxil, Zoloft, lexapro dan Prozac untuk

membantu meningkatkan produksi serotonin yang pada akhirnya efek

obat-obatan ini diharapkan dapat menurunkan/menghilangkan keluhan

depresi seseorang.(7)

Jika jumlah Serotonin yang terlalu sedikit dapat menyebabkan

depresi, jumlah serotonin yang terlalu banyak ternyata juga dapat

membahayakan kesehatan. Kelebihan jumlah serotonin ini sering disebut

sindrom serotonin. Penyebab paling banyak terjadinya sindrom ini adalah

akibat over dosis obat antidepresan. Berikut adalah tanda dan gejala

sindrom serotonin: pingsan, pupil mata melebar, agitasi, sakit kepala,

peningkatan/penurunan suhu tubuh dan tekanan darah, muntah-muntah,

diare, denyut nadi cepat, lemas dan tubuh mengigil. Pada kondisi yang

parah penderita sindrom serotonin dapat jatuh pada keadaan koma atau

mengalami penurunan kesadaran.(7)

Jika terjadi keadaan di atas, maka hentikan pengunaan obat-obatan

antidepresan untuk sementara, Hentikan obat-obatan yang berefek

antagonis dan segera bawa penderita kerumah sakit untuk memperoleh

pertolongan pertama.(8)

2. Faktor Genetik9

Page 10: Refarat Depresi Jiwa

Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan

mood,tetapi jalur penurunan sangat kompleks. Tidak hanya sulit untuk

mengabaikan efek psikososial,tetapi juga faktor non genetik kemungkinan

juga berperan sebagai penyebab berkembangnya gangguan mood setidak-

tidaknya pada beberapa orang.(1)

3. Faktor Psikososial

Faktor Kepribadian. Semua orang,apapun pola kepribadiannya,

dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya. Orang dengan

gangguan kepribadian obsesi-kompulsi, histrionic dan ambang, beresiko

tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan gangguan

kepribadian paranoid atau antisosial. Pasien dengan gangguan distimik dan

siklotimik beresiko menjadi gangguan depresi berat.(1)

Peristiwa stressful merupakan prediktor terkuat untuk kejadian

episode depresi. Riset menunjukkan bahwa pasien yang mengalami

stressor akibat tidak adanya kepercayaan diri lebih sering mengalami

depresi.(1)

Faktor Psikodinamik pada depresi. Pemahaman psikodinamik

depresi yang ditemukan oleh Sigmon Freud dan dilanjutkan dengan Karl

Abraham dikenal sebagai pandangan klasik dari depresi. Teori tersebut

termasuk empat hal utama: (1) Gangguan hubungan ibu-anak selama fase

oral (10-18 bulan) menjadi factor predisposisi untuk rentan terhadap

episode depresi berulang. (2) depresi dapat dihubungkan dengan

kenyataan atau bayangan kehilangan objek. (3) introjeksi merupakan

terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatasi penderitaan yang

berkaitan dengan kehilangan objek. (4) Akibat kehilangan objek cinta,

diperlihatkan dalam bentuk campuran antara benci dan cinta, perasaan

marah yang dirahkan pada diri sendiri.(1)

G. PROGNOSIS

10

Page 11: Refarat Depresi Jiwa

Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan.

Biasanya cenderung menjadi kronik dan kambuh. Episode pertama gangguan

depresi berat yang dirawat di rumah sakit sekitar 50% angka kesembuhan

pada tahun pertama. Persentasi pasian untuk sembuh setelah perawatan

berulang-ulang berkurang seiring berjalannya waktu. Banyak pasien yang

tidak pulih akan menderita gangguan distimik.(1)

Kambuhan depresi depresi berat juga sering terjadi. Sekitar 25% pada 6

bulan setelah keluar dari rumah sakit, sekitar 30% sampai 50% dalam 2 tahun

pertama, dan sekitar 50 persen sampai 75% dalam periode 5 tahun. Insiden

relaps berkurang pada pasien yang melanjutkan terapi psikofarma profilaksis

dan pasien yang hanya mempunyai satu atau dua episode depresi. Secara

umum, semakin sering pasien mengalami episode depresi, semakin

memperburuk keadaannya.(1)

Indikator prognosis. Identifikasi indicator prognosis baik dan buruk pada

kemungkinan prognosis baik: episode ringan, tidak ada gejala

psikotik,singkatnya waktu rawat inap, indicator psikososial meliputi

mempunyai teman akrab selama masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima

tahun sebelum sakit secara umum fungsi social baik. Sebagai tambahan, tidak

ada komorbiditas dengan gangguan psikiatri lain, tidak lebih dari sekali rawat

inap dengan depresi berat, onsetnya awal pada usia lanjut.(1)

Kemungkinan prognosis buruk : depresi berat bersamaan dengan distimik,

penyalahgunaan alcohol dan zat lain, ditemukan gejala gangguan cemas, ada

riwayat lebih dari sekali episode depresi sebelumnya.(1)

H. KESIMPULAN

Pengaruh depresi seseorang dapat sangat bergantung pada kadar

neurotransmitter seperti norepinefrin, dopamin, dan serotonin.

11

Page 12: Refarat Depresi Jiwa

Norepinefrin. Penurunan regulasi reseptor beta adregenik dan respon klinik

anti depresan mungkin merupakan perang langsung system noradrenergik

dalam depresi. Bukti lain yang juga melibatkan reseptor β2-presipnatik pada

depresi, telah mengaktifkan reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah

pelepasan norepinefrin. Reseptor β2-presinaptik juga terletak pada neuron

serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan serotonin.(1)

Dopamine. Aktivitas dopamine mungkin berkurang pada depresi. Penemuan

subtype baru pada reseptor dopamine dan meningkatnya pengertian fungsi

regulasi presipnatik dan pascasipnatik dopamine memperkaya hubungan

antara dopamine dan gangguan mood. Dua teori terbaru tentang dopamine dan

depresi adalah jalur dopamine mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada

depresi dan reseptor dopamine D1 mungkin hipoaktif pada depresi.(1)

Serotonin. Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin bertanggung

jawab untuk control regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu makan. Pada

beberapa penelitian ditemukan jumlah serotonin yang berkurang di celah sinap

dikatakan bertanggung jawab untuk terjadinya depresi.(1)

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Refarat Depresi Jiwa

1. D. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Balai Penerbit FKUI

Jakarta, 2010

2. Porter RS, Kaplan JL. The Merck Manual of Diagnostic and Therapy.

Merck Sharp and Dohme Corp. 2011

3. Dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Major_depressive_disorder

4. Dikutip dari http://emedicine.medscape.com/article/286759-

overview#aw2aab6b2b3

5. Maslim R. Diagnosis gangguan Jiwa PPDGJ-III. PT.Nuh Jaya Jakarta,

2003

6. Dikutip dari http://www.mayoclinic.com/health/depression/DS00175

7. Dikutip dari http://informasitips.com/peranan-penting-serotonin-dan-

kaitannya-dengan-stress

13