ref. fracture

12
I. PENDAHULUAN Angka kecelakaan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun merupakan tantangan terendiri bagi kalangan tenaga medis dalam rangka mencegah dan mengobati fraktur sebagai akibat dari trauma. Oleh sebab itu pemahaman batasan dan beberapa deskripsi fraktur perlu diperhatikan agar terjadi kelancaran komunikasi yang baik antara dokter dan dokter ahli. Penyebab, diagnosis yang tepat dan penyembuhan fraktur merupakan dasar pemikiran untuk menentukan penatalaksanaan fraktur bahkan dapat menentukan prognosis/komplikasi penderita sehingga tujuan intruksional dalam peningkatan pelayanan pada masyarakat secara efisien dan efektif dengan melakukan tindakan sederhana/sementara pada penderita. II. DEFINISI Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis dan tulang rawan sendi. III. DESKRIPSI FRAKTUR Fraktur dengan pemutusan seluruh lingkaran penampang struktur tulang menjadi dua fragmen atau lebih disebut fraktur komplit dan fraktur pada umumnya bergeser akibat gaya trauma, gaya tarikan otot atau akibat gravitasi bumi. 1

Upload: shaina-putri

Post on 06-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fraktur

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

Angka kecelakaan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun merupakan tantangan terendiri bagi kalangan tenaga medis dalam rangka mencegah dan mengobati fraktur sebagai akibat dari trauma. Oleh sebab itu pemahaman batasan dan beberapa deskripsi fraktur perlu diperhatikan agar terjadi kelancaran komunikasi yang baik antara dokter dan dokter ahli. Penyebab, diagnosis yang tepat dan penyembuhan fraktur merupakan dasar pemikiran untuk menentukan penatalaksanaan fraktur bahkan dapat menentukan prognosis/komplikasi penderita sehingga tujuan intruksional dalam peningkatan pelayanan pada masyarakat secara efisien dan efektif dengan melakukan tindakan sederhana/sementara pada penderita.

II. DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis dan tulang rawan sendi.

III. DESKRIPSI FRAKTUR

Fraktur dengan pemutusan seluruh lingkaran penampang struktur tulang menjadi dua fragmen atau lebih disebut fraktur komplit dan fraktur pada umumnya bergeser akibat gaya trauma, gaya tarikan otot atau akibat gravitasi bumi. Pergeseran fragmen dapat berupa aposisi, angulasi atau rotasi. Sedangkan bila garis fraktur tidak melalui seluruh lingkaran penampang struktur tulang disebut dengan fraktur inkomplit. Fraktur berdasarkan garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme traumanya dibagi menjadi fraktur spiral pada truma puntiran, fraktur oblique pada trauma kompresi, fraktur butterfly pada trauma bending ( pembengkokan ) dan fraktur tranversal pada trauma akibat tarikan ( tension ). Fraktur berdasarkan jumlah garis frakturnya dibagi menjadi fraktur kominutif ( garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan ), fraktur segmental ( garis fraktur lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan ) dan fraktur multiple ( garis fraktur lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempat ). Berdasarkan bergesser tidaknya fragmen, fraktur dibagi menjadi undissplaced fracture yaitu fraktur komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan displaced fracture yaitu terjadi bila fragmen-fragmen fraktur bergeser dan disebut juga dislokasi fragmen. Sedangkan pembagian fraktur berdasarkan ada tidaknya hubungan langsung antara fraktur dengan dunia luar, fraktur dibagi menjadi fraktur tertutup bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit dan fraktur terbuka bila terdapat luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.IV. ETIOLOGI

Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi daya lentur tersebut maka terjadi fraktur. Penyebab terjadinya fraktur adalah sebagai berikut :1. Trauma. Ada dua trauma/tenaga yang dapat mengakibatkan fraktur.

a. Trauma langsung. Fraktur terjadi paada titik tubrukan dan jaringan lunak.

b. Trauma tidak langsung. Fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan di sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat.

2. Stress kronis berulang (repetitive). Trauma kronis berulang dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan fraktur yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula atau metatarsal pada atlet, militer maupun penari balet.3. Patologis. Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti keganasan, osteoporosis, dan penyakit paget maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur sedang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.V. PENYEMBUHAN FRAKTURMerupakan suatu harapan bahwa setaip penyembuhan fraktur harus dengan imobilisasi. Pada kenyataanya, penyambungan fragmen-fragmen fraktur dapat terjadi tanpa pemasangan bidai. Alam dapat melakukannya dengan pembentukan tulang baru yang disebut callus sebagai akibat dari gerakan fragmen fraktur bukan karena pembidaian. Oleh karena itu, pembiudaian tersebujt hanya bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri, mempertahankan fragmen-fragmen fraktur dalam posisi anatomis dan mengharapkan mobilisasi dan fungsi kembali lebih dini. Proses penyembuahan fraktur sangat tergantung dari tipe tulang itu sendiri dan gerakan tempat fraktur. Ada lima stadium penyembuhan fraktur pada fraktur tulang tertutup tulang panjang tubular tanpa fiksasi kaku (rigid).1. stadium destruksi dan hematom. Kerusakan jaringan lunak disekitar fraktur itu sendiri akan berakibat kerusakan vaskulerisasi di daerah tersebut sehingga terjadi perdarahan dan hematom. Ujung-ujung fragmen fraktur akan kehilangan vaskularisasinya dan kemudian mati sepanjang 1-2 mm ke proksimal dan distal.

2. stadium inflamasi dan proliferasi. Reaksi inflamasi akan terjadi 8 jam setelah fraktur dan vaskularisasi datang dari jaringan lunak disekitar fraktur dengan disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan sampai ke kanalis medularis tulang tersebut. Ujung-ujung fragmen fraktur dikelilingi oleh jaringan seluler yang menjembati fraktur dan hematom secara perlahan-perlahan diabsorbsi serta kapiler baru terbentuk di daerah tersebut.3. stadium pembentukan kalus. Sel-sel yang berproliferasi tersebut berpotensi sebagai khondrogenik dan osteogenik serta mereka memulai membentuk tulang dan juga tulang rawan. Bersama sel-sel tersebut juga terdapat sel osteoklas yang membersihkan ujung-ujung fragmen fraktur yang mati. Pembentukasn kalus ini menjembatani fragmen fraktur yang masih bersifat woven bone (immature bone) yang merupakan bidai fraktur itu sendiri.

4. stadium konsolidasi. Terjadi poerubahan dari woven bone mernjadi lamellar bone akibat aktivitas sel osteoblas dan sel osteoklas. Sehingga fraktur menjadi kaku. Garis fraktur atau gap terisi oleh sel osteoblas untuk menjadi tulang baru. Proses ini terjadi secara perlahan-perlahan sampai beberapa bulan agar tulang tersebut menjadi normal dan kuat untuk menahan beban.

5. stadium remodelling. Dalam beberapa bulan bahkan sampai setahun proses resorbsi dan formasi terus berjalan. Pembentuka tulang terus bertambah di daerah yang mendapat tekan (hukum wolf) dan pembentukan canalis medullaris mulai terlihat sehingga bentuk normal tulang tersebut menjadi jelas terutama pada fraktur anak-anak.

VI. DIAGNOSIS1. Anamnesa. Perlu ditanyakan hal-hal berikut :

a. umur dan jenis kelamin untuk menetukan jenis frktur patologis

b. riwayat trauma : jenis, berat-ringan trauma, arah trauma dan posisi penderita (mekanisme trauma)

c. lokalisasi nyeri

d. ganguan fungsi

e. riwayat penyakit dahulu ( mis. Penyakit kelenjar paratiroid)

2. Pemeriksaan umum. Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya syok pada fraktur multiple, fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka.3. Pemeriksaan status lokalis. Tanda-tanda fraktur klasik meliputi :a. look

deformitas : udem, hematom, luka, perdarahan, penonjolan abnormal, angulasi, pemendekan, dan rotasi.

fungsiolesa : hilangnya fungsi missal pada fraktur kruris tidak dapat berjalan dan pada fraktur antebrchii tidak dapat menggunakan lengan.

b. Feel : terdapat nyeri tekan atau nyeri sumbu

c. Move : adanya krepitasi, nyeri baik pada gerakan aktif maupun pasif, dan gerakan abnormal4. Pemeriksaan radiologis. Untuk fraktur dengan tandatanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis sedangkan pemeriksaan radiologist tetap diperlukan untuj melengkapi diskripsi frakturdari dasar untuk tindakan selanjutnya. Prinsip pemeriksaan radiologia dengan foto rongent menurut Apley adalah dengan formulasi yang dinamakan dengan hukum dua ( rule of two) yaitu : 1) dua proyeksi ( AP dan Lateral)

2) dua sendi ( two joints)

3) dua anggota gerak ( two limbs)

4) dua trauma ( two injuries)

5) dua peristiwa ( two occation)

VII. KESIMPULAN DIAGNOSISKesimpulan diagnosis fraktur harus mencakup tertutup atau terbuka, tulang dengan lokasinya, sendi (bila terjadi lesi) dan bentuk pemutusan kontinuitas tulang tersebut. Gambaran pergeseran fragmen fraktur dapat berupa anterior, posterior, kesamping atau tumpang tindih maupun saling tancap. Adapun angulasi fragmen fraktur dapat berupa angulasi kesamping, anterior atau posterior dan rotasi fragmen (dapat segala arah).

VIII. PENATALAKSANAAN

fraktur tertutup. Prinsip penanganan fraktur pada umumnya adalah secara hati-hati tanpa menimbulkan komplikasi iatrogenic, berdasarkan diagnosis dan prognosis yang tepat dokter harus memilih terapi dengan tujuan spesifik, bekerja sama dengan hukum alam, realistic dan praktis. Pemilihan terapi pada pasien sangat individual seperti pertimbangan pekerjaan penderita sebelumnya dan lain-lain. Tujuan utama terapi fraktur adalah mencapai union sedini mungkin tanpa deformitas dan kembalinya fungsi anggota gerak tersebut seperti semula tanpa adanya komplikasi. Kadangkala fraktur sering juga disertai trauma di organ lain, oleh sebab itu pertolongan kehidupan penderita ( life saving) merupakan prioritas utama sedangkan fraktur itu sendiri di tempatkan pada urutan kedua. Tindakan-tindakan pada fraktur dapat berupa :

1. Fraktur tertutup :a. KONSERVATIF

a. proteksi, missal pemasangan mitella pada fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.

b. Immobilisasi tanpa reposisi, misalnya pemasangan bidai atau gips pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.

c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

d. Traksi, dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah tidak sakit lagi.b. OPERATIVE

a. Terapi operative dengan reposisi tertutup dengan bimbingan radiologist

b. Reposisi tertutup dengan fiksasi eksterna. Setelah reposisi baik berdasar control radiologist intraoperative maka dipasang alat fiksasi eksterna.c. Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti fiksasi interna.

2. Fraktur terbuka. Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit, yaitu berupa pembidaian, menghentikan perdarahan dengan perban tekan dan menghentikan perdarahan besar dengan klem. Prinsip penanganan fraktur terbuka adalah :1) Mengatasi keadaan-keadaan yang mengancam jiwa, yaitu atasi ABC (Airway, Breathing, Circulation). 2) Identifikasi/kenali adanya cedera di tempat lain

3) Pemberian antibiotik. 70% fraktur terbuka adalah terkontaminasi. Antibiotic yang dapat diberikan : tipe I : Cephalosporin generasi pertama, tipe II : cephalosporin generasi pertama + aminoglycoside, dan tipe III : tipe I dan II + penisilin pada trauma kotor (farm injuries)

4) Penderita diberi toksoid anti tetanus (ATS) atau tetanus human globin.

5) Debridement dan irigasi luka. Ingat prinsip : SOLUTION FOR POLLUTION IS DILLUTION,

6) Stabilisasi fraktur

IX. TERMINOLOGI PENYEMBUHAN FRAKTUR

1. Union adalah istilah penyatuan fragmen-fragmen fraktur oleh tulang baru. Ada dua, yaitu :b. Union klinis (incomplete union), yaitu teraba massa kalus yang lunak dan pada gerakan angulasi penderita masih mengeluh nyeri pada radiografi masih terlihat garis fraktur.c. Union radiologist, yaitu telah terjadi konsolidasi, daerah fraktur tidak lunak lagi, sewaktu nmwlakukan angulasi penderita tidak merasa nyeri dan tidak ada gerakan dan pada radiografi telah terjadi pengerasan kalus yang menjembatani fragmen-fragmen fraktur walaupun sebagian garis fraktur tersebut tidak hilang.

2. Non union adalah istilah kegagalan penyatuan fragmen-fragmen fraktur.3. Delayed union adalah fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal.

4. Malunion adalah union fraktur yang terjadi tidak dalam posisi anatomis karena malreduction sehingga terlihat angulasi atau rotasi.

X. KOMPLIKASI

1. komplikasi dini :

b. lokal : syndrome kompartmen dan kerusakan vaskuler

c. sistemik : emboli lemak

2. komplikasi lanjut :

kontraktur

atrofi otot-otot

malunion

nonunion

gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

osteoporosis post traumaDAFTAR PUSTAKA

Armis . Principle of the Fracture Care. MEDIKA Faculty of Medicine Gadjah Mada University, 2002.

PAGE 1