rangkuman.docx

24
Konstitusi dan Rule of Law 1. Pengertian Konstitusi a. Konstitusi berasal dari kata constituer (Pransis), constitution (Inggris), constitutle (Belanda) yang berarti membentuk, menyusun dan menyatakan. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi di masukan sebagai pembentukan suatu negara, atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa indonesia, konstitusi dikenal dengan sebutan Undang-undang Dasar (UUD). b. Konstitusi dalam arti sempit Konstitusi dalam arti sempit adalah aturan dasar yang tertuang secara tertulis dalam suatu naskah dokumen tertentu dan diberikan sifat agung serta luhur sebagai landasan konstitusional tertinggi dalam mengatur negara. Konstitusi dalam arti sempit biasa disebut dengan UUD. c. Konstitusi dalam arti luas Konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan tatanan aturan dalam rangka penyelenggaraan negara baik tertulis (written constitusion) maupun tidak tertulis (unwritten constotusion). Dengan demikian, setiap negara pasti mempunyai konstitusi untuk mengatur jalannya kehidupan negara. 2. 5 Unsur Konstitusi a. Pernyataan tentang gagasan politik, moral dan keagamaan. b. Ketentuan tentang struktur organisasi Negara. c. Ketentuan tentang HAM. d. Prosedur mengubah UUD. e. Larangan mengubah sifat tertentu UUD. 3. Klasifikasi Konstitusi a. Konstitusi tertulis adalah aturan- aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara. b. Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul. 4. Nilai Konstitusi

Upload: veronica

Post on 29-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Konstitusi dan Rule of Law1. Pengertian Konstitusia. Konstitusi berasal dari kata constituer (Pransis), constitution (Inggris), constitutle (Belanda) yang berarti membentuk, menyusun dan menyatakan. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi di masukan sebagai pembentukan suatu negara, atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa indonesia, konstitusi dikenal dengan sebutan Undang-undang Dasar (UUD).b. Konstitusi dalam arti sempitKonstitusi dalam arti sempit adalah aturan dasar yang tertuang secara tertulis dalam suatu naskah dokumen tertentu dan diberikan sifat agung serta luhur sebagai landasan konstitusional tertinggi dalam mengatur negara. Konstitusi dalam arti sempit biasa disebut dengan UUD.c. Konstitusi dalam arti luasKonstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan tatanan aturan dalam rangka penyelenggaraan negara baik tertulis (written constitusion) maupun tidak tertulis (unwritten constotusion). Dengan demikian, setiap negara pasti mempunyai konstitusi untuk mengatur jalannya kehidupan negara.2. 5 Unsur Konstitusi a. Pernyataan tentang gagasan politik, moral dan keagamaan.b. Ketentuan tentang struktur organisasi Negara.c. Ketentuan tentang HAM.d. Prosedur mengubah UUD.e. Larangan mengubah sifat tertentu UUD.3. Klasifikasi Konstitusia. Konstitusi tertulis adalah aturan- aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.b. Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.4. Nilai Konstitusi Nilai dalam konstitusi dibagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah sebagai berikut:a. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.b. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetrapi tidak sempurna. Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku/tidsak seluruh pasalpasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.c. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.5. Sifat Konstitusi Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:a. Flexible/luwes apabila konstitusi/undang undang dasar memungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan.b. Rigid/kaku apabila konstitusi/undang undang dasar jika sulit untuk diubah.Jadi bisa disimpulkan Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel dan juga rigid. Menurut James Bryce, konstitusi dikatakan fleksibel bila bercirikan: Elastis karena dapat menyesuaikan dirinya dengan mudah dan memungkinkan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang serta konstitusi tersebut dinamis. Sisi negatif dari konstitusi yang fleksibel adalah membawa akibat kemerosotan pada kewibaawaan konstitusi itu sendiri. Sedangkan dikatakan rigid bila ia sulit diubah.6. Tujuan KonstitusiKonstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi 3 tujuan, yaitu:a. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik.b. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri.c. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.7. Fungsi Konstitusia. Dalam Negara Demokrasi Konstitusional Membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang (absolut). Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan. Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi hukum) yang harus ditaati oleh rakyat dan penguasanya.b. Dalam Negara Komunis Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai dalam perjuangan ke arah masyarakat komunis. Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah dicapai. Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dan dapat diubah setiap kali ada pencapaian kemajuan dalam masyarakat komunis.8. Pentingnya Konstitusi dalam Negaraa. Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal yang sangat krusial (miring), karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara.b. Konstitusi atau undang-undang dasar merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan, sejalan dengan pendapat tersebut. Hakekat konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu pemabatasan terhadap kekuasaan pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk dipihak lain.c. Menurut William G. Andrews, dapat dirumuskan beberapa fungsi konstitusi yang sangat penting baik secara akademis maupun dalam praktek, yaitu; Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai satu fungsi konstitualisme Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan Menjadi instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang kekuasaan asal (baik rakyat dalam sistem demokrasi maupun raja dalam sistem monarki) kepada organ-organ kekuasaan negara.9. Perubahan KonstitusiYang dimaksud dengan perubahan konstitusi adalah segala usaha untuk menambah dan atau mengurangi baik sebagian atau seluruh makna yang terkandung dalam konstitusi tersebut melalui suatu mekanisme perubahan yang ditentukan berdasarkan peraturan ketatanegaraan yang berlaku. Perubahan konstitusi merupakan keharusan dalam sistem ketatanegaraan suatu negara, karena bagaimanpun konstitusi haruslah sesuai dengan realitas kondisi bangsa dan warga negaranya.Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis suatu bangsa terhadap setiap peradaban harus mampu diakomodasi dalam konstitusi negara tersebut. Karena jika tidak, maka bukan tidak mungkin bangsa dan negara tersebut akan tergilas oleh arus perubahan peradaban itu sendiri.Perubahan konstitusi/UUD yaitu: Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang-kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat.Secara evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsurangsur yang dapat menimbulkan suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar atau konstitusi melalui jalan penafsiran, menurut K.C. Wheare ada 4 (empat) macam cara, yaitu melalui: Beberapa kekuatan yang bersifat primer Perubahan yang diatur dalam konstitusi Penafsiran secara hukum Kebiasaan yang terdapat bidang ketatanegaraan10. Perubahan Konstitusi di Indonesia Dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat satu pasal yang berkenaan dengan cara perubahan UUD, yaitu Pasal 37 yang menyebutkan: Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlahanggota MPR harus hadir Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlahanggota yang hadir. Pasal tersebut mengandung tiga norma, yaitu: Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagailembaga tertinggi Negara. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhisekurang-kurangnya adalah 2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.11. Konstitusi dan Demokrasia. Konstitusi mempunyai fungsi Deklarasi pendirian sebuah negara berisi visi dan misi Hukum dasar tertulis sebagai hasil kesepakatan para pendiri negara Membagi kekuasaan negara agar tidak memusat Membatasi kekuasaan negara yang telah terbagi tadi Menjamin hak asasi manusiab. Sehingga dapat dikatakan bahwa konstitusi hampir selalu mengacu pada konsep demokrasi. Sebuah konstitusi yang demokratis, mengacu pada prinsip-prinsip demokratis, yaitu: Kedaulatan di tangan rakyat Hak minoritas dijamin penuh Pembatasan kekuasaan12. Dinamika pelaksanaan UUD 1945 Periode 1945-1949 ( 18 Agustus 1945 27 Desember 1949 )Pada periode ini terdapat penyimpangan dari UUD 1945, penyimpangan tersebut berupa perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer yang diumumkan melalui maklumat pemerintah pada tanggal 14 November 1945. Periode 1949-1950 ( 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 )Penyerahan kedaulatan atas Indonesia dari kerajaan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat terjadi pada tanggal 27 Desember 1949 . Hasil Kepakatan tersebut mengakibatkan UUD 1945 yang berlaku di Indonesia adalah konstitusi RIS. Pada tanggal 15 Februari 1950 DPR RIS melakukan sidang atas sedakan pegerakan rakyat dan parlemen, satu per satu negara bagian bergabung kembali dalam NKRI. Periode 1950-1959 ( 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 )Pada periode ini UUD 1945 tidak berlaku, namun yang berlaku UUDS yang merupakan Konstitusi RIS sebelumnya (bersifat sementara). Tampaknya ada keinginan untuk mengurangi wewenang presiden dan wakil presiden. Namun malah terjadi instabilitas politik karena parlemen yang sering jatuh (kemandekan ekonomi). Piagam Jakarta dikhawatirkan akan menjadikan Indonesia menjadi negara agama Periode 1959-1966 ( 5 Juli 1959 12 Maret 1966)Pada periode ini berlakunya kembali UUD 1945. Pemberlakuan kembali UUD 1945 tidak serta merta amanat dari UUD 1945 yang dijalankan secara maksimal. Namun, pada periode ini justru banyak terjadi penyimpangan. Pada periode ini juga menganut demokrasi terpimpin. Ada 3 penyelewengan kekuasaan dalam lembaga negara Pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS Perangkapan Jabatan eksekutif, legislatif dan eksekutif Pembentukan lembaga-lembaga negara baru tanpa dasar hukumTerjadi krisis dan resesi ekonomi yang menyebabkan terjadinya peristiwa G30S/PKI. Periode 1966-1998 ( 12 Maret 1966 1999)UUD 1945 memberikan porsi kekuasaan yang besar pada eksekutif. Pada periode ini terjadi saat pemerintahan orde baru dan pemerintah menyatakan untuk menjalankan UUD 1945 dan pancasila secara murni dan konsekuen. Terjadi penyelewengan penafsiran terhadap konstitusi yang diterjemahkan dengan kebijakan-kebijakan yang sifatnya lebih cenderung kapitalistik dan korup. Namun uud 1945 yang menyangkut hal pelembagaan kekuasaan negara ditepati dan dipatuhi dengan cermat oleh Orba Amandemen 1945 (1999 sekarang) tuntutan reformasi 1998 yaitu dilakukannya perubahan atau amandemen terhadap UUD 1945.Periodesasi perubahan UUD 1945 bertujuan untuk menegakan keadilan yang sesuai dengan tujuan utama dibentuknya Negara Republik Indonesia yang berasaskan pancasila. UUD 1945 pasca amandemen bercorak liberal dengan titik berat kosep demokrasi, kecendrungan individualistic dan penerapan ekonomi pasar bebas. System pemerintahan tetap presidential, tetapi presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat. Banyak lembaga negara baru bermunculan (MK,DPD dan Komisi Yudisial)13. Pengertian dan Tujuan Rule of Lawa. PengertianRule of Law adalah sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir dari sebuah bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan yang absolute di sebuah negara. Dalam rangka membatasi kekuasaan yang absolute tersebut maka diperlukanlah pembatasanpembatasn terhadap kekusaan itu, sehingga kekuasaan tersebut ditata agar tidak melanggar kepentingan Asasi dari masyarakat, dengan demikian masyarakt terhindar dari tindaan-tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa. Rule of law pada hakekatnya adalah memposisikan hukum sebagai landasan bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah Negara. Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, khususnya keadilan sosial.b. TujuanKonstitusi secara umum bertujuan untuk : Memisahkan kekuasaan dai penguasa Membatasi kekuasaan Mengontrol penguasa dalam menjalankan kekuasaan tersebut.Konstitusi menjadi dasar legitimasi seorang penguasa untuk berkuasa, karena mereka perlu mendapat pengakuan keabsahan tertulis dari para konstituennya. SIfat kekuasaan disini bukan milik sendiri, melainkan dipinjamkan oleh pemilik asli. Dan tentunya ada batasan bagi penguasa. Selanjutnya konstitusi mengatur cara menjalankan kekuasaan tersebut.c. Dinamika Pelaksanaan Rule of Law di Indonesia Dalam proses penegakan hukum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak hukum yang terdiri dari : Asas (Kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb) dasar KepolisianFungsinya memelihara keamanan dalam negeri. Yang memiliki tugas pokok yaitu : Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat Menegakkan hukum Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakatWewenang Kepolisian adalah sebagai berikut Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan Memberikan bantuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan senjata tajam KejaksaanWewenang dan tugas kejaksaan Melakukan penuntutan Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat, putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat Melakukan penydikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)KPK ditetapkan dengan UU no 20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkn daya guna dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi Tugas KPKa. Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsib. Supervise terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsic. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsid. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsie. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara Wewenang KPK a. Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak korupsib. Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaanc. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsid. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsie. Hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002f. Peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum UU KPK Badan Peradilan Mahkamah AgungMerupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia. MA mempunyai kewenangan :a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh peradilanb. Menguji Peraturan Perundang-Undangan di bawah undang-undang terhadap Undang-Undangc. Kewenangan lain yang ditentukan Undang-Undang Mahkamah KonstitusiMerupakan lembaga peradilan pada tingkat pertama dan terakhira. Menguji undang-undang terhadap UUD 1945b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945c. Memutuskan pembubaran parpold. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum Pengadilan Tinggi dan NegeriMerupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan kabupaten. Fungsi kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik pidana dan perdata di tingkat kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal 57 UU No. 8 tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan prioritas peradilan terhadap tindak korupsi, terorisme, narkotika atau psikotropika, pencucian uang dan selanjutnya tindak pidana.d. Sekilas Rule of LawRule of law berkembang pertama kali di Eropa Kontinental oleh Immanuel dengan menggunakan istilah Jerman yaitu Rechisstaat pada abad ke 19. Konsep Rule of Law dipelopori oleh A.V.Dicey. Rule of law timbul setelah timbul setelah tumbuhnya paham negara yang berdaulat dan berkembangnya teori mengenai terbentuknya negara, serta kesepakatan untuk membatasi kekuasaan negara dengan mengedepankan peranan parlemen sebagai akibat suatu reaksi terhadap kedektatoran negara pada saat itu.A.V.Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap negara hukum yang disebut dengan istilah the rule of law yaitu: Diakui supermasi hukum sebagai sumber hukum tertinggi(supremacy of low) Diterima dan diakuinya kesamaan dihadapan hukum (equality before the low) Adanya perlindungan terhadap HAM (human Rights Protection) Ditambah satu oleh Jimly Asshiddiqie Peradilan bebas dan tidak memihak (Independence And Impartiality of Judicary) Indonesia adalah negara yang mengakui dan menerima Rule of law sebagai dari sistem ketatanegaraannya. Hal itu terlihat dengan jelas pada pasal 1 ayat 3 UUD 1945 setelah diamandemen yang menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara hukum.e. Prinsip Prinsip Rule of Law di Indonesia Prinsip Prinsip Rule of Law Secara Formal di Indonesia Prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan: Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan Kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur Untuk memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskankeadilan sosial Disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Kemanusiaan yang adil dan beradab Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki ( materil ) di IndonesiaPrinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (material) di Indonesia sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa.Hal ini didukung kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula.Karena bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom.Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaanrule of law belum dirasakan dimasyarakat.f. Prinsip Rule of Law Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3). Kekuasan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1). Segenap warga bersamaan bersamaan kedudukanya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27:1). Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap orang berhak aas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 28 D ayat 1). Setiap orang berha untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam berhubungan kerja (Pasal 28 D ayat 2). Substansi Rule of Law Rule of Law dalam pemisahan kekuasaan. Rule of Law dalam hal pemerintah berdasarkan undang-undang. Rule of Law dalam kesamaan negara dan warga negara dihadapan hukum. Rule of Law dalam hal terdapatnya peradilan khusus administrasi negara. Rule of Law dalam pengakuan terhapap HAM. Rule of Law dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak.14. Lembaga Rule of Lawa. Kepolisianb. Kejaksaanc. Komisi Pemberantasan Korupsid. Badan Peradilan15. Hubungan Rule of Law dan Konstitusi di Indonesia = UUD adalah konstitusi dan pancasila sebagai Rule of law.a. Perbedaan utama antara UUD 1945 dengan konstitusi lain yang dianut negara-negara lain terletak pada tiga segi Terdapatnya filsafat negara di dalam konstitusi Terdapatnya visi dan misi didirikannya negara Argumentasi epistomologis dan antropologis yang dipakai dalam UUD 1945b. Penegakan Rule of Law di Indonesia tergantung lima faktor saling terkait yaitu: Faktor Hukumnya Dalam hal ini yang berlaku adalah undang undang dalam arti materiil, yaitu peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun penguasa daerah yang sah. Faktor Penegak HukumRuang penegakan Hukum itu luas karena mencakup keterlibatan pihak-pihak yang langsung dan tidak langsung yang terlibat dalam bidang penegakan rule of law . Faktor Sarana atau FasilitasTanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai, maka tidaklah mungkin penegakkan hukum akan berlangsung dengan baik dan bila tidak memadai fasilitas atau sarana maka mustahil penekan hukum akan mencapai tujuannya. Faktor MasyarakatSeorang penegak hukum harus mengenal stratifkasi sosial atau pelapisan masyarakat yang ada disuatu lingkungan beserta tatanan status atau kedudukan dan peran yang ada. Faktor KebudayaanKebudayaan Hukum mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku maka nilai nilai merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan buruk.16. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law di IndonesiaAgar pelaksanaan Rule of Law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka: Keberhasilan rules of lawharus didasarkan pada corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap bangsa. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang tumbuh dan berkembang pada bangsa. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga memihak pada keadilan.Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif, yang memihak hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hukum progresif bahwa hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan moral yang kuat.Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau back to law and order, kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau kekuatan apapun. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.17. Rule of Law sebagai pilar negara hukumKonstitusi dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun, sesuai dengan dalil government by laws, not by men yang artinya pemerintah berdasarkan hukum bukan, bukan berdasarkan kemauan penguasa. Abad 19 dan permulaan abad 20 gagasan mengenai perlunya pembatasan kekuasaan mendapat landasan yuridis. Sejak ahli hukum Eropa Barat Kontinental seperti Immannuel Khant (1724-1804) dan Fredrich Julius Stahl memakai istilah rechsstaat, sedangkan ahli Anglo Saxon seperti AV Dicey memakai istilah rule of law. Empat pilar demokrasi yang didasarkan rechsstaat dan rule of law dalam arti klasik adalah :a. Penghargaan terhadap hak asasi manusia.b. Pemisahan dan pembagian kekuasaan yang popular dengan trias politica.c. Pemerintah berdasarkan undang-undang.d. Peradilan ( Miriam Budiardjo, 1983:57)Sebagai perbandingan pilar-pilar demokrasi yang didasarkan konsep rule of law menurut AV Dicey adalah :a. Tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang.b. Kedudukan yang sama dalamhukum (dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk pejabat)c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang.Indonesia berdiri sebagai sebuah negara "rechtsstaat"/negara hukum (yang menurut Friedrich Julius Stahl, memiliki empat unsur yaitu: hak-hak dasar manusia, pembagian kekuasaan, pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan, dan peradilan tata usaha negara)Minimal Tiga Hal Untuk dapat mewujudkan rule of law di Indonesia, Indonesia harus melakukan minimal tiga hal, yaitu; Pertama, hukum di Indonesia harus memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat. Maksudnya, sejak dari proses legislasi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) para wakil rakyat harus bisa mengejawantahkan aspirasi keadilan rakyat dalam rancangan undang-undang yang sedang dikerjakannya. Hukum yang diciptakan harus responsif terhadap tuntutan akan rasa keadilan rakyat dan hukum yang diciptakan harus bersih, murni dari intervensi politik, ekonomi, dan kepentingan sekelompok orang. Kedua, Indonesia harus menjalankan suatu sistem peradilan yang jujur, adil, dan bersih dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Sistem peradilan Indonesia saat ini belum dilaksanakan sebagaimana mestinya karena kurangnya pemahaman dan kemampuan atau bahkan kurangnya ketulusan dari mereka yang terlibat dalam sistem peradilan, baik penyidik, penuntut umum, hakim, penasihat hukum, bahkan masyarakat pencari keadilan.Proses peradilan yang berjalan tidak sebagaimana mestinya, padahal Indonesia memiliki asas peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya murah, namun akhirnya semua itu hanya menjadi slogan semata. Disinyalir, sistem peradilan di Indonesia telah terkontaminasi oleh "mafia peradilan". Jika ini semua belum dapat diberantas mustahil rule of law dapat terwujud. Kasus Akbar Tanjung yang akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung, kasus HAM Timor-Timur, dan pembubaran TGTPK oleh judicial review MA merupakan contoh yang sangat melukai rasa keadilan masyarakat.18. Pemerintah dan Keadilan; Otoritas Pemerintah19. Wawasan Dunia Kristen mengenai Rule of Law dari Agustinus, Aquinas, Calvin dan Kuypera. AgustinusAjaran Agustinus bertumpu pada ajaran Injil tentang Tuhan sebagai pencipta alam semesta ( genesis ). Teori ini menjadi landasan teoritis dalam pembentukan stelsel kekuasaan Gereja Katholik dalam kehidupan manusia. Stelsel itulah yang kemudian menjadi sendi kehidupan social, budaya, politik, dan hukum. Doktrin St. Agustiinus bahwa kebenaran hanya ada dalam Gereja, di luar Gereja tidak ada kebenaran. Artinya ajaran yang bersumber pada rasio adalah tidak benar, kebenaran bersumber pada keyakinan atau iman. iman adalah sumber segala-galanya.Kata Agustinus Kepercayaan adalah jalan pengetahuan .Teori Agustinus ini menjadi sumber hukum Canonika= Hukum Gereja Katholik yang berada di tangan Kaum Klerus/Pejabat Gereja. ( ibid, hal. 257 ) Hukum Kanonik ini adalah hukum anggota-anggota Persekutuan kaum Kristiani, lebih khusus lagi Gereja Katholik Roma. ( Emeritus John Gilissen, 2004, hal. 281).Hukum itu tatanan hidup penuh damai Agustinus melihat tatanan hukum sebagai sesuatu yang didominasi oleh tujuan perdamaian. Bahkan res republica dipahami Agustinus sebagai komunitas rasional yang ditentukan dengan nilai-nilai deligere ( yakni di hargai dan dicintai). Sebuah konsep yang berseberangan regnum yang menunjuk pada kerajaa Romawi sebagai segerombolan perampok karena tidak memiliki keadilan. Ditonjolkan pula istilah delicto proximi atau cinta kepada sesama. Semua unsur keadilan itulah yang mesti menjadi dasar hukum. Tanpa itu maka aturan dalam bentuk apapun tidak layak disebut hukum /lex esse von vedatur, quae justa non fueriAgustinus mengadopsi Zwei Zwarden Theory ( Teori Dua Pedang ) dari Paus Gelasius , yakni Pedang Kerohanian dan Pedang Keduniawian. Pemilahan tersebut ternyata membawa dampak dalam pembentukan hukum yaitu, hukum yang mengatur soal keduniawian ( kenegaraan ) dan hukum yang mengatur soal keagamaan ( kerohanian ). Sebagai tokoh agama, Agustinus menempatkan hukum Ilahi ( Lex Aeterna) sebagai cita hukum positif. Hukum Ilahi yang abadi menempatkan batas pada semua hukum positif yang tidak boleh dilampaui. Jika hukum positif ( Lex Temporalis ) melanggar aturan Ilahi itu, maka ia telah kehilangan kualitas hukumnya. Konsep Agustinus tentang deligere dan delicto proximi yang dapat berfungsi mengkondisikan lahirnya kedamaian dan keadilan, seolah mengingatkan kita tentang pentingnya modal social ( social capital ) dalam kehidupan hukum. disini berkesempatan melakukan kajian tentang interelasi antara suasana penyelenggaraan hukum dengan kondisi modal social yang dimiliki sebuah komunitas. b. Aquinas. Hukum itu Bagian Tatanan Ilahi ( Thomas Aquinas, 1225-1274 )Thomas Aquinas merupakan imam Gereja abad pertengahan. Tidak jauh beda dengan Agustinus, Aquinas pun mendasarkan teorinya tentang hukum dalam konteks moral agama Kristen. Hukum diperlukan untuk menegakkan kehidupan moral di dunia. Karena jaman ini merupakan era dominasi agama ( yang di awali oleh agama Kristen),maka kehidupan moral dimaksud menujuk pada ukuran agama tersebut. Misalnya mengejar kenbaikan dan menjauhi kejahatan. Hal kebaikan dimaksud antara lain menunjang hak alamiah manusia untuk mempertahankan hidup, cinta dan hidup berkeluarga, kerinduan mengenal Tuhan dan hidup bersahabat. ( ibid, hal.58 )Imperatif-imperatif moral tersebut berpengaruh pula terhadap hukum. Tata hukum harus di bangun dalam struktur yang berpuncak pada kehendak Tuhan. Karena itu, sebagaimana tercerminkan dalam doktrin Thomas Aquinas, konfigurasi tata hukum di mulai dari ;a) Lex Aeterna; Hukum dan kehendak Tuhanb) Lex Natulais; Prinsip umum ( hukum alam )c) Lex Divina; Hukum Tuhan yang terdapat dalam Kitab Sucid) Lex Humane; Hukum buatan manusia yang sesuai dengan hukum alam.Jika hukum ( Lex Humane ) menjadi tidak benar karena :1) Mengabaikan kebaikan masyarakat2) Mengabdi pada nafsu dan kesombongan pembuatnya3) Berasal dari keuasaan yang sewenang-wenang4) Diskriminatif terhadap rakyat, maka hukum itu tidak sah karena bertentangan dengan moral hukum alam dan Tuhan. ( ibid ).Dalam hukum alam ( Lex Naturalis ) itu terdapat dua prinsip antara lain : Prinsipa prima, yang merupakan norma-norma kehidupan yang berlaku secara fundamental, universal, dan mutlak, serta kekal ( berlaku bagi segala bangsa dan masa ). Prinsipa secundaria, yang merupakan norma-norma kehiduoan yang fundamental, tidak universal, tidak mutlak, melainkan relatif, tergantung pada manusianya, meskipun prinsipa secundaria ini pada dasarnya dapt dikatakan merupakan aktualisasi dari prinsipa prima. ( Ridwan Halim, 2005, hal.185 ).Hukum pada dasarnya merupakan cerminan tatanan Ilahi. Legislasi hanya memiliki fungsi untuk mengklarifikasi dan menjelaskan tatanan Ilahi itu. Tuga hakim adalah menegakkan keadiloan melalui fungsinya, menerapka hukum dalam kaitan dengan pemberlakuan undang-undang. Pemikiran Aquinas ini hanya bisa di pahami dalam konteks kosmologi dan ontology skolastik. Kosmologi di maksud adalah mengijinkan penalaran rasional selama batas-batas yang ditetapkan oleh wahyu Ilahi tidak di alnggar. Penerapan hukum positif pada kasus riil, harus dibaca sebagai implementasi hukum Ilahi.Dalam konteks itulah Aquinas membedakan antara hukum yang berasal dari wahyu, dengan hukum yang di jangkau oleh akal manusia. Hukum yang berasal dari wahyu disebut Ius Divinum Positivum ( hukum Ilahi positif ). Sedangkan hukum yang ditemui lewat kegiatan akal, terdiri dari beberapa jenis, yakni Ius Naturale ( hukum alam ),Ius Gentium ( hukum bangsa-bangsa ), Ius Positivum Humanum ( hukum positif buatan manusia ). ( Satjipto Rahardjo, op.cit, hal, 59 ).Dalam system Aquinas akal berada diatas kehendak. Bagi Aquinas akal itu mencerahkan, sedangkan kehendak cenderung naluriah. Itulah sebabnya hukum yang berinitikan Iustum ( keadilan ), mutlak merupakan produk akal. Tentang keadilan Aquinas membedakan tiga kategoriIustitia Distributiva, ( keadilan distributif ), yang menunjuk kepada prinsip kepada yang sama diberikan sama, kepada yang tidak sama diberikan tidak sama pula. Ini disebut kesederajatan geometris Iustitia Comutativa, ( keadilan komutatif atau tukar-menukar ), menunjuk pada keadilan berdasarkan prinsip Aritmetis, yaitu penyesuaian yang harus dilakukan apabila terjadi perbuatan yang sesuai dengan hukum. Iustitia Legalis, ( keadilan hukum ), yang menunjuk pada ketaatan terhadap hukum.Bagi Aquinas menaati hukum bermakna sama dengan bersikap baik dalam segala hal ( dan di asumsikan hukum itu berisi kepentingan umum ), maka keadilan hukum di sebut juga sebagai keadilan umum ( Iustitia Generalis ),Beberapa poin penting teori Aquinas tentang hukum antara lain :Hukum dan peundang-undangan harus rasional dan masuk akal, karena ia merupakan aturan dan ukuran tindakan manusia.Hukum ditujukan bagi kebaikan umum. Karena hukum merupakan aturan bagi perilaku, dan karena tujuan dari segala perilaku itu adalah kebahagiaan, maka hukum mesti di tujukan bagi kebaikan bersama.Karena hukum ditujukan bagi kesejahteraan umum, maka ia hanya dapat di buat oleh nalar dari semua orang lewat badan legislasi.Hukum perlu dipublikasikan karena ia mengandung aturan yang memandu hidup manusia, maka aturan itu mesti mereka ketahui agar memiliki nilai kewajiban.Melalui teorinya tentang keadilan hukum, Aquinas menyisipkan pesan luhur tentang betapa pentingnya mutu dari isi suatu aturan hukum. Aquinas menempatkan keadilan hukum sebagai keadilan umum, justru karena hukum di andaikan berakar pada hukum alam ( yang tidak lain mencerminkan keluhuran Ilahi ), dan lagi pula hukum itu diasumsikan mengatur kepentingan umum. ( ibid, hal.62 ).Thomas aquinas dengan bukunya yang terkenal antara lain Tsumma Theologiae ( Teologi yang utama ) dan De Regime Principium Ad Regem Cipri ( Tentang Hukum Tata Negara dan Pemerintahan ). Thomas Aquinas adalah pelopor Skolastik, yaitu penganut hukum alam yang melibatkan ajaran Aristoteles kedalam ajaran gereja Katholik, sehingga sering disebut Aristotelisme Kristen. ( Dominikus Rato, op.cit. hal.264 ).c. CalvinBagi Johannes Calvin menurut uraiannya dalam bukunya yang berjudul Institutio pemerintahan Negara ialah pemerintahan yang hanya bermaksud untuk mentapkan tata kehidupan yang benar dari segi sipil serta lahiriah.[31] Menurut Calvin, tugas pemerintah sipil itu ialah mendukung dan melindungi penyembahan kepada Allah dari sudut lahiriah, mempertahankan ajaran yang sehat tentang agama dan membela kedudukan gereja, mengatur kehidupan dengan berpedoman pada pergaulan masyarakat, membina kesusilaan sesuai dengan keadilan seperti yang ditetapkan oleh undang-undang negara, menumbuhkan dan memupuk perdamaian serta ketentraman umum.[32] Selain daripada itu, Calvin juga membrikan penghargaan terhadap pemerintah negara[33] dengan menjelaskan bahwa kekuasaan politis itu suatu panggilan, yang tidak hanya suci dan sah di hadapan Allah, tetapi yang paling kudus dan yang paling terhormat di antara semua panggilan dalam seluruh lingkungan hidup orang-orang fana.[34] Hal ini disebabkan oleh karena peran negara sebagai pelindung bagi Gereja dan abdi Allah yang memperjuangkan keadilan.[35] Lebih lagi Calvin menambahkan bahwa bahwa bentuk pemerintahan negara yang lebih baik menurutnya ialah pemerintahan yang aristokrasi, ataupun bentuk pemerintahan yang terdiri dari campuran tepat pemerintah aristokrasi dengan pemerintah oleh para warga seluruhnya.[36]Dan dalam hal ini Calvin memberikan alasan mengapa ia lebih memilih pemerintahan yang bersifat aristokrasi, yaitu bukan disebabkan oleh karena bentuknya, melainkan karena jarang sekali terjadi bahwa raja-raja menahan diri sedemikian rupa, hingga kemauan mereka tidak pernah menyimpang dari yang yang adil dan lurus, dan jarang sekali terjadi bahwa mereka diperlengkapi dengan kecerdasan serta kebijaksanaan yang begitu besar sehingga mereka sendiri sudah tahu batas-batas untuk bertindakJadi, bagi Calvin pemerintahan Kristen menyatakan ketaatannya kepada Allah terutama dalam kesetiannya dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Allah kepadanya, bukan dalam upaya untuk mengkristenakan masyarakat. Karena tugas menjadikan warga masyarakat orang Kristen yang baik adalah tugas Gereja, yang harus didukung oleh pemerintah tetapi tidak boleh diambil alih.[38]Dari uraian di atas jelas bahwa Calvin menganggap pemerintah sipil sebagai suatu karunia besar yang diberi Allah kepada manusia, termasuk orang Kristen, untuk memelihara keadilan, damai dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, IA menekankan bahwa bahwa semua orang, apa lagi orang Kristen, harus taat kepada pemerintah, bahkan harus menghormatinya sebagai hamba Allah (Rm.13; 1 Ptr. 2:17).[39]Menurut Calvin pemerintah dunia tidak berhak dalam urusan perkara-perkara yang semata-mata mengenai hidup Gereja sendiri berdasarkan pada uraian latar-belakang di atas.Namun meskipun demikian, Calvin juga tidak menyetujui pendapat para reformasi radikal yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen tidak memerlukan lagi negara, yang adalah bagian dari dunia.[41] Karena dunia lama belum berlalu, pemerintah perlu, bahkan merupakan anugerah Allah untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Sehingga menurut Calvin, orang yang meniadakan pemerintah dan negara tidak memahami keadaan dunia, yang masih dikuasai oleh dosa. Mereka juga tidak menghargai apa yang dibuat Allah untuk melindungi orang baik terhadap yang jahat.[42]Walaupun Calvin menganggap negara perlu selama gereja masih berada di dunia ini, itu tidak berarti bahwa ia menyerahkan segala-galanya kepada pemerintah. dengan tegas ia menetapkan batas antara gereja dan negara atau, untyuk memakai peristilahan yang lazim dipergunakan pada waktu itu, antara pemerintahan rohani dan duniawi atau politik (dalam arti yang menyangkut polis, yaitu kota atau lebih umum masyarakat). Berkaitan dengan itu, Calvin menekankan bahwa gereja dan negara menerima dari Allah tugas yang berbeda. Biarapun kemajuan agama adalah kepentingan negara, kepada negara tidak diberi tugas untuk mengatur apa yang terjadi di dalam gereja. Hak bahkan kewajiban pemerintah untuk menentukan undang-undangn terbatas pada bidang kehidupan lahiriah.[43]Hubungan gereja dan Negara menurut Johannes Calvin ialah bersifat sejajar, maksudnya gereja bukan sebagai subordinasi (di bawah) Negara, atau dengan subordinasi gereja, tetapi iuxtaposisi (kesetaraan yang berdampingan) dan kooperatif (mitra kerjasama).d. Kuyper Kuyper memandang eksistensi pemerintahan sebagai order of preservation, bentuk pemeliharaan Tuhan akibat manusia sudah jatuh dalam dosa. Baginya, tanpa negara, hukum dan pemerintahan, serta otoritas yang berkuasa, maka akan terjadi neraka di bumi.Kuyper menyebut institusi pemerintahan sebagai hamba-Nya untuk melindungi manusia dari kehancuran total. Itu sebabnya, warga negara harus menaati pemerintahan bukan karena ketakutan kepada hukuman, tetapi karena kesadaran nurani.Ia sendiri mendorong warga negara untuk menjalankan fungsi pengawasan justru karena menyadari bahwa pejabat pemerintahan juga adalah manusia berdosa yang tidak luput dari ambisi despotisme.Pemahaman ini setidaknya menghasilkan dua implikasi. Pertama, dengan menyebut pemerintah sebagai hamba-Nya berarti Kuyper melakukan sakralisasi. Sakralisasi ini tidak boleh dibaca sebagai dasar legitimasi pemerintah melakukan eksploitasi terhadap rakyat.Sebaliknya, sakralisasi harus didorong berperan positif dalam dua sisi. Pada satu sisi mengingatkan pejabat pemerintah agar tidak mempelacurkan jabatan itu secara reduktif, semata-mata untuk profit finansial. Pejabat pemerintah perlu senantiasa menyadari bahwa jabatan tersebut adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan saja kepada konstituen, tetapi kepada Tuhan, sumber segala berkah.Pemerintah adalah hamba Allah bagi kebaikan masyarakat, ia harus mendedikasikan hidupnya bagi kemaslahatan rakyat dengan mementingkan tanggung jawab bukan fasilitas dan tunjangan. Kedua, realitas permasalahan kekinian, pascareformasi 1998, pemerintah seperti kehilangan kekuatan untuk mengendalikan gejala-gejala kepentingan dan kekuasaan lokal yang tidak bias dipungkiri, kerap menggunakan kekerasan secara tidak terukur.Artinya, pemerintah harus dikerangka dan dibingkai oleh publik agar menggunakan kekuasaannya secara terukur, tetapi sebaliknya, pemerintah juga harus berperan efektif-efisien dalam membingkai penggunaan kekuasaan dan kekerasan di masyarakat secara terukur sehingga menghasilkan masyarakat yang equilibrium.Dalam menggambarkan peran pemerintahan sebagai hamba Tuhan, Kuyper menggunakan analogi penguasa menyandang pedang. Pemerintah dituntut menjalankan tiga pedang yakni sword of justice, sword of war dan sword of order. Pedang pertama berfungsi untuk menjatuhkan hukuman terhadap pelaku kejahatan/ kriminalisme.Pedang kedua berfungsi untuk membela kehormatan dan hak serta kepentingan negara terhadap musuh-musuhnya. Pedang ketiga untuk menghalau pemberontakan. Ketiga pedang ini dibingkai dalam kewajiban-kewajiban tertinggi pemerintah, yakni untuk mengusahakan keadilan dan integrasi bangsa.Hal ini membawa kepada sejumlah langkah praktis. Pertama, perlunya kembali kepada prinsipruled by law sehingga law enforcement harus terus menerus diupayakan guna mencapai keadilan secara substantif, bukan keadilan prosedural administratif semata.Kedua, keadilan dan integrasi sebagai visi menuntut pemerintah untuk melakukan perlindungan maksimum terhadap minoritas. Eksistensi minoritas tidak boleh diparadigma sebagai beban dan penyakit yang harus disingkirkan melainkan sebagai batu ujian bagi pemerintah dalam menjalankan hukum dan keadilan.Ketiga, keadilan dan integrasi harus diparadigma sebagai satu kesatuan. Tanpa keadilan tidak mungkin integrasi berjalan mulus. Integrasi adalah buah dari keadilan substantif yang dialami.Abraham Kuyper menyimpulkannya demikian:Dalam satu pemikiran ini tersembunyi baik sisi terang maupun sisi gelap dari kehidupan negara. Sisi gelap dari begitu banyaknya negara seharusnya tidak perlu ada; seharusnya hanya ada satu kerajaan dunia. Penguasa-penguasa ini memerintah secara mekanis dan tidak harmonis dengan natur kita. Dan otoritas pemerintah ini dijalankan oleh orang-orang berdosa, dan sebab itu, cenderung dalam segala hal menuju kepada ambisi-ambisi despotis. Tetapi juga ada sisi terangnya, yaitu umat manusia yang berdosa, tanpa pembagian negara-negara, tanpa hukum dan pemerintahan, dan tanpa otoritas yang berkuasa, akan sungguh-sungguh menjadi neraka di bumi; atau setidaknya merupakan sebuah pengulangan dari apa yang pernah ada di bumi ketika Allah menegggelamkannya dengan air bah, ras pertama manusia yang bobrok.Otoritas untuk memerintah manusia tidak mungkin berasal dari manusia kecuali kuasa tersebut diberikan atasnya oleh anugerah Allah. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada Pilatus, penguasa pada saat itu Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. (Yoh 19:11). Dengan demikian kita harus menghormati pemerintah semata-mata karena itu berarti menghormati Allah.