rangkuman buku satu

Upload: mario-yehuda

Post on 05-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Rangkuman Buku Satu mpkt

TRANSCRIPT

Mario Yehuda. 1206261586

KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTERKarakter bukan kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat. Kepribadian yaitu sebagai organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Kepribadian manusia sebagai sesuatu yang dinamis, yakni baik faktor internal diri manusia maupun faktor eksternal (lingkungan) mempengaruhi kepribadian manusia. Beberapa pengertian yang menyangkut kepribadian adalah sebagai berikut, (1) kepribadian dapat dipahami sebagai perpaduan dari sifat-sifat (traits) mayor dan minor yang masing-masing dapat berdiri sendiri dan dikenali, (2) sifat kepribadian (personality trait) merupakan suatu mekanisme paduan antara faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial yang mengarahkan individu kepada kegiatan-kegiatan spesifik dalam suatu keadaan yang spesifik, (3) seorang ahli psikologi dapat mengatakan bahwa dirinya memahami orang lain hanya jika keseluruhan sejarah hidup orang itu telah ditelitinya, hanya jika hidup orang itu telah diamati, dan hanya jika orang itu sendiri ikut berkontribusi dalam proses penilaian terhadapa dirinya sendiri (self evaluation). Tiga level konseptual dari karakter, yaitu keutamaan, kekuatan, dan tema situasional dari karakter. Hubungan antara keutamaan, kekuatan, dan tema situasional karakter bersifat hierarkis. Keutamaan berada di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level bawah. Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter. Berbagai perilaku dapat dinilai berdasarkan keutamaan yang secara umum terdiri dari kebijaksanaan, courage (kesatriaan), kemanusiaan, keadilan, pengendalian atau pengelolaan diri, dan transendensi. Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan karakter. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu. Terdapat 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 kategori keutamaan, yaitu, (1) Kekuatan kognitif: kebijaksanaan dan pengetahuan, terdiri dari kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran, mencintai kegiatan belajar, dan perspektif, (2) kekuatan interpersonal: kemanusiaan, terdiri dari cinta kasih, kebaikan hati, serta memiliki kecerdasan sosial, (3) kekuatan emosional: kesatriaan, terdiri dari keberanian untuk menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, teguh dan keras hati, integritas, serta bersemangat dan antusias, (4) kekuatan kewarganegaraan(civic) : berkeadilan, terdiri dari citizenship, fairness, serta kepemimpinan, (5) kekuatan menghadapi dan mengatasi hal-hal yang tak menyenangkan : pengelolaan diri (Temperance), terdiri dari pemaaf dan pengampun, kerendahatian, hati-hati dan penuh pertimbangan, serta regulasi diri, (6) kekuatan spiritual: transendensi, terdiri dari apresiasi keindahan dan kesempurnaan, penuh rasa terima kasih, harapan, spiritualitas, serta menikmati hidup dan humor.Daya yang memungkinkan manusia untuk membayangkan apa yang mungkin ada di luar situasi yang dialami kini dan di tempat ini disebut spiritualitas. Spiritualitas merujuk kepada sesuatu yang teramat religius, sesuatu yang berkaitan dengan roh (spirit) dan hal-hal yang sakral. Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan. ada tiga jenis kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri sendiri

DASAR-DASAR FILSAFAT1. Pendahuluan dan Pengertian Filsafat Filsafat dan ilmu pengetahuan saling membutuhkan. Ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjadi dasar bagi aktivitas-aktivitasnya mencari pengetahuan. Pertama ialah etika, tanpa dasar etis, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan kerugian dan kerusakan di dunia. Yang kedua ialah epistemologi, epistemologi diperlukan oleh ilmu pengetahuan untuk memberi dasar bagi perolehan pengetahuan, ilmu pengetahuan membutuhkan jawaban, setidaknya pendekatan kerja yang akan digunakan dalam penelitian, yang biasanya tampil dalam bentuk paradigma ilmiah. Dan yang ketiga adalah logika, tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan yang benar.Karakter dan filsafat memiliki hubungan yang saling menguatkan. Filsafat mengandalkan pikiran namun juga melibatkan keseluruhan diri untuk terlibat dalam pencarian kebenaran. Maka dari itu berfilsafat membutuhkan kekuatan dan keutamaan karakter. Filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah proses, bukan hanya produk.Berpikir filosofis berarti merenung. Merenung yang dimaksudkan adalah berkontemplasi, yaitu berpikir mendalam, kritis, dan universal dengan konsentrasi tinggi yang terfokus atau menitikberatkan pada segi usaha mengetahui sesuatu. Filsafat merupakan pemikiran yang sistematis. Perenungan filosofis ialah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. Hasrat filosofis ialah berpikir secara ketat. Kegiatan filosofis sesungguhnya merupakan perenungan atau pemikiran yang sifatnya kritis, tidak begitu saja menerima sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya. Dalam filsafat tidak boleh ada misteri. Objek filsafat haruslah menyangkut sesuatu yang nyata dan jelas.

2.Cabang dan Aliran Filsafat

2.1 OntologiOntologi secara umum didefinisikan sebagai studi filosofis tentang hakikat ada (being), eksistensi, atau realitas, serta kategori dasar keberadaan dan hubungan mereka. Ontologi secara tradisional dianggap sebagai cabang utama filsafat. 2.2 EpistemologiEpistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji teori-teori tentang sumber-sumber, hakikat, dan batas-batas pengetahuan. Epistemologi dalam arti sempit merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan yang ditelusuri melalui 4 pokok, yaitu 1) sumber pengetahuan, 2) struktur pengetahuan, 3) keabsahan pengetahuan, dan 4) batas-batas pengetahuan..2.3 AxiologiAxiologi adalah bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan Apa yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia? Di sini yang dibicarakan adalah nilai. 2.4 Aliran FilsafatAda beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan filsafat, yaitu 1) rasionalisme, 2) empirisme, 3) kritisisme, 4) idealisme, 5) vitalisme dan 6) fenomenologi.

DASAR-DASAR LOGIKALogika diartikan sebagai cabang dari filsafat yang mengkaji prinsip, hukum dan metode berpikir yang benar, tepat dan lurus. Logika juga merupakan cabang matematika yang mengkaji seluk-beluk perumusan pernyataan atau persamaan yang benar. Logika merupakan alat yang dibutuhkan dalam kajian berbagai ilmu pengetahuan dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Secara filosofis, logika adalah kajian tentang berpikir atau penalaran yang benar. Penalaran adalah proses penarikan kesimpulan berdasarkan alasan yang relevan. Logika menggunakan pemahaman tentang standar kebenaran yang diperoleh dari epistemologi yang merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan. logika juga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang dikaji oleh epistemologi, yang mencakup segi-segi sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan, dan keabsahan pengetahuan. Sebuah sistem logika didasari oleh asumsi tentang sumber pengetahuan, apakah pengetahuan itu dianggap bersumber dari pikiran, pengalaman atau dari hal-hal lain. Logika merupakan dasar filosofis dari matematika. Ini disebabkan oleh asas epistemologis matematika yang berakar pada filsafat2. KategoriPara filsuf membantu kita untuk mengenali benda-benda secara lebih sistematis dan koheren dengan mengajukan kategori-kategori dasar dari semua yang ada dan mungkin ada di dunia. Kita dapat menggunakan kategori yang kita anggap sesuai dengan kebutuhan kita dalam mencari pengetahuan, tetapi kita harus konsisten dan koheren dalam menggunakannya.3. Term, Definisi dan DivisiTerm merupakan tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diinderai (sensible) sesuai dengan pakat (conventional). Definisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal. Ada dua jenis definisi, yakni definisi nominal (definisi sinonim) dan definisi real (definisi analitik). Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu4. Kalimat, Pernyataan, dan ProposisiKalimat adalah serangkaian kata yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dalam suatu bahasa, dan dapat digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau memerintahkan sesuatu hal. Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau salah. Ada dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan sederhana dan pernyataan kompleks. Pernyataan sederhana adalah pernyataan yang hanya mengandung satu proposisi. Pernyataan kompleks adalah pernyaataan yang mengandung lebih dari satu proposisi. Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain arti atau interpretasi dari suatu pernyataan

4.4.2 Konsistensi dan InkonsistensiDua pernyataan disebut inkonsisten jika, dan hanya jika keduanya tidak mungkin benar pada saat yang bersamaan. Pada kondisi yang sebaliknya, dua pernyataan itu disebut konsisten; artinya, kedua pernyataan itu mungkin sama-sama benar pada saat bersamaan

4.4.3 Implikasi, Ekuivalensi, dan Independensi LogisImplikasiPernyataan P mengimplikasikan pernyataan Q ketika secara logis tidak mungkin P benar dan Q salah pada waktu yang bersamaan. EkuivalensiDua pernyataan secara logis ekuivalen bila keduanya saling mengimplikasikan. Jadi dua pernyataan yang secara logis ekuivalen memiliki makna yang sama. Independensi LogisDua pernyataan disebut secara logis independen jika secara logis tidak berhubungan; jadi, kedua pernyataan maupun negasinya tidak saling mengimplikasikan.

5. PenalaranPenalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan. Fungsi akal manusia adalah mencapai kebenaran. Proses pencapaian kebenaran dimulai dari pengenalan terhadap gejala dan pembentukan ide itu sendiri. Tetapi kebenaran tidak terdapat dalam Ide. Deduksi adalah proses penalaran yang dengannya kita membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu. Kesalahan formal ialah kesalahan yang berasal dari urutan penyimpulan yang tidak konsisten. 6. Argumen Deduktif6.1 Definisi Penalaran Deduktif (Deduksi) Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya niscaya mengikuti premis-premisnya. Lazimnya deduksi juga dipahami sebagai pembuatan pernyataan khusus berdasarkan pernyataan-pernyataan yang lebih umum. Pernyataan khusus itu disebut kesimpulan dan pernyataan-pernyataan yang lebih umum disebut premis. Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin validitasnya jika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untuk menghasilkan kesimpulan tepat. Silogisme adalah jenis argumen logis yang kesimpulannya diturunkan dari dua proposisi umum (premis) yang berbentuk prosisi kategoris.

7. Argumen Induktif7.1. Definisi InduksiIstilah argumen induktif atau induksi biasanya mencakup proses-proses inferensial dalam mendukung atau memperluas keyakinan kita pada kondisi yang mengandung risiko atau ketidakpastianKarakteristik semua argumen induktif adalah bahwa dalam kondisi ketidakpastian atau kurangnya informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa kita mengambil kesimpulan yang salah. Penalaran induktif yang baik berusaha meminimalkan risiko sehingga kita lebih sering mengambil kesimpulan yang benar daripada yang salah, dan berusaha memperhitungkan risiko itu dengan akuratKarena argumen induktif mempunyai karakteristik ketidakpastian, kesimpulan dari suatu argumen induktif sering disebut hipotesis. Suatu hipotesis adalah suatu proposisi yang diterima secara tentatif untuk menjelaskan fakta-fakta atau bukti-bukti tertentu. Silogisme statistikal merupakan argumen yang menggunakan generalisasi statistik tentang suatu kelompok untuk mengambil kesimpulan mengenai suatu sub-kelompok atau anggota individual dari kelompok itu. Argumen induktif eliminatif atau diagnostik mempunyai premis-premis yang menggambarkan suatu konfigurasi fakta atau data yang berbeda-beda, yang merupakan bukti dari kesimpulannya. Kesimpulan ini didukung oleh bukti-bukti diagnostik yang ada.Tidak seperti pada penyimpulan deduktif, kemampuan membuat kesimpulan induktif yang merupakan penjelasan terbaik biasanya tergantung pada keahlian dan pengetahuan si pembicara mengenai topik yang dibahas, dan bukan pada pengetahuan mengenai bahasa dan aturan pengambilan kesimpulan. Hipotesis bantuan dalam suatu argumen adalah hipotesis yang membantu menunjukkan bagaimana bukti, dalam kondisi pembatas, dapat diyakini mengarah pada kesimpulan.

8. Sesat PikirSesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah.

8.3. Sesat Pikir Nonformal1. Perbincangan dengan ancaman2. Salah guna (Abusive)3. Argumentasi berdasarkan kepentingan (circumstantial)4. dll. 9. Kesalahan Umum Dalam Penalaran InduktifKesalahan-kesalahan yang dibahas di pasal ini merupakan ringkasan dari jenis-jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam pengambilan kesimpulan secara induktif. Kesalahan-kesalahan itu sering disebut dengan nama yang cukup umum dalam percakapan sehari-hari mengenai argumen induktif dan statistik.

9.1 Menilai Penalaran Induktif dengan Standar DeduktifDeduksi memungkinkan kita memastikan kebenaran pengetahuan kita hanya jika kita yakin akan kebenaran premis-premisnya. Informasi yang terdapat dalam kesimpulan deduksi tidak melampaui informasi yang terdapat dalam premis-premis asal kesimpulan itu. Pada akhirnya, agar dapat mendukung premis-premis dalam argumen deduktif dan untuk menambah informasi empiris kita, kita harus mengandalkan induksi. Kita tidak perlu menolak suatu kesimpulan induktif semata-mata karena bukti-buktinya tidak dapat menjamin kebenaran kesimpulan itu. Jaminan memang bukan karakteristik induksi, dan kita jangan menilai argumen induktif dengan standar deduktif. Kita jangan terlalu skeptis dalam menghadapi suatu argumen induktif, cukup kalau kita menerapkan keraguan yang masuk akal (reasonable doubt). Batasan suatu keraguan yang masuk akal tergantung pada konteks argumen, dan terutama pada konseksuensi dari diterima atau ditolaknya kesimpulan dari argumen itu.

9.2 Kesalahan Generalisasi9.2.1 Generalisasi yang Terburu-buru (Kebalikan dari Kesalahan Kecelakaan)9.2.2 Kesalahan Kecelakaan9.3 Kesalahan Penggunaan Bukti Secara SalahKesimpulan Yang Tidak Relevan.Kesalahan Bukti yang Ditahan.9.4 Kesalahan Statistikal Kesalahan ini lebih umum dibuat dalam penelitian yang dilakukan oleh para amatiran atau mereka yang kekurangan dana sehingga tidak dapat melakukan penelitian secara mendetil. 9.5 Kesalahan KausalJika terdapat hubungan kausal di antara dua kejadian X dan Y, ada tiga kasus yang mungkin, yaitu (1) X menyebabkan Y; (2) Y menyebabkan X; dan (3) X dan Y sama-sama disebabkan oleh Z.

9.7 Kesalahan AnalogiKesalahan analogi terjadi ketika orang menggunakan analogi yang tidak tepat atau yang menyesatkan dalam argumennya. Dari sudut pandang logika, argumen analogi bukanlah argumen yang paling baik ETIKA

1. Perbedaan Etika dan MoralitasSecara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "thikos" yang bearti "adat", "kebiasaan", atau "watak". Dalam perkembangannya, etika mengacu kepada seperangkat aturan-aturan, prinsip-prinsip atau cara berpikir yang menuntun tindakan dari suatu kelompok tertentu. Akan tetapi, kata etika spesifik mengacu kepada studi sistematis dan filosofis tentang bagaimana kita seharusnya bertindak (Borchert, 2006, 279 ).Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek kajiannya. Etika adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral dengan melakukan refleksi atasnya. Sedang moralitas tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau buruk.

2. Klasifikasi EtikaEtika bisa dibagi menjadi berberapa bidang sebagai berikut:

2.1 Etika Normatif Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis. 2. 2. Etika TerapanEtika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik.

2.3. Etika DeskriptifEtika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh individu atau masyarakat.

2. 4. MetaetikaMetaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adala arti atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika.

3. Realisme Etis dan Non-Realisme EtisAda satu persoalan penting di dalam etika, yaitu pernyataan etika itu objektif atau hal itu bergantung kepada subjek etika itu sendiri. Persoalan ini menghasilkan dua aliran besar terkait dengan cara melihat pernyataan etika atau kualitas etis tersebut, yaitu realisme etis dan nonrealisme etis (Callcut, 2009, 46).

3.1. Realisme EtisGagasan realisme etis berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis yang memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Konsekuensinya, realisme etis ini mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak ada secara independen dari manusia dan pernyataan etis memberikan pengetahuan tentang dunia objektif.

3.2. Nonrealisme EtisKeberatan terhadap realisme etis di atas menimbulkan cara melihat persoalan etis yang disebut dengan nonrealisme etis. Gagasan utama dari nonrealisme etis adalah manusia yang menciptakan kebenaran etis (Callcut, 2009, 46). Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan relativisme etis Akan tetapi, ada persoalan juga di dalam relativisme etis. Diantaranya adalah kita merasa bahwa aturan etis memiliki nilai kualitas yang lebih tinggi daripada sekedar kesepekatan umum dari sekelompok orang.

5. Kegunaan EtikaEtika sebenarnya tidak secara langsung mengharuskan orang mengikuti hasil analisisnya. Hal ini dikarenakan etika sebagai bagian dari filsafat menekankan jika seseorang menyadari bahwa secara etis lebih baik untuk melakukan sesuatu, maka akan menjadi tidak rasional untuk orang tidak melakukannya. Artinya tidak ada intensi dari etika untuk menekan orang untuk melakukan suatu tindakan atau keputusan etis sesuai dengan pedoman-pedoman tertentu. Etika menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral. 6.Etika dan AgamaAda sejumlah masalah dalam bidang agama yang sulit dipecahkan tanpa menggunakan metode-metode etika. Dua diantaranya sebagai berikut. Pertama, dalam menginterprestasikan wahyu Tuhan, para ahli agama sering berbeda pendapat. Kedua, dalam kehidupan modern banyak ditemukan masalah baru yang tak kita temukan di dalam kitab suci. 7.KebebasandanTanggung JawabKebebasan pada dasarnya adalah keleluasaan untuk memiliki daripada alternatif yang ada.Kebebasan yang dimiliki manusia searah tergolong menjadi dua, yaitu kebebasan eksistensial.8.Bisikan Hati Nurani dan MengembangkannyaBisiakan hati nurani merupakan kejujuran yang timbul dalam diri setiap orang. Ada pula bisikan hati sanubari yaitu kejujuran dan kebaikan yang tidak dapat disembunyikan sendiri. Untuk dapat mengembangkan hati nurani, terdapat beberapa poin yang berhubungan dengannya, yaitu: bersikap dengan moral, mendidik hatinurani, pesan moral dan tradisi.

9.Kepribadian moral yang kuatKepribadian moral yang kuat terletak pada lima hal yaitu, kejujuran yang merupakan dasar setiap usaha untuk menjadi orang yang kuatsecara moral. Kemudian nilai-nilai otentik sangat erat kaitannya dengan kejujuran dan merupakan nilai yang sangat penting bagi .Setiap orang yang memegang teguh kejujuran pasti memiliki kesediaan untuk bertanggung jawab. Bertanggung jawab berarti kita melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada kita dengan tanpa pamrih.Keberanian moral adalah sikap berani menunjuk kan diri dengan tekad tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban.Dan yang terakhir adalah sikap realistis yang merupakan wujud dari hal yang terpuji dari orang-orang yang mengembangkan etika dan moral