bab 1 - 11 ( satu buku )

117
BAB I ARTI DAN TUJUAN DEMOGRAFI A. Pengertian Dasar Demografi Demografi (demography),merupakan istilah yang berasal dari dua kata yunani,yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti menggambar atau menulis.oleh karena itu,demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk.istilah ini pertama kali dikemukakan oleh archille guillard pada tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul “elements de statistique humaine,ou demographie comparree” atau elements of human statistics or comparative demography (dalam iskandar,1994). Secara umum,data kependudukan sangat diperlukan terutama oleh pembuat kebijakan,baik dikalangan pemerintahan maupun nonpemerintah. Data tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk,misalnya digunakan sebagai informasi dasar dalam pengembangan kebijakan penurunan angka kelahiran,peningkatan pelayanan kesehatan,pengarahan persebaran penduduk,persediaan kebutuhan penduduk akan makanan ,pendidikan,perumahan ,dan lapangan pekerjaan.dalam dunia politik ,statistic kependudukan juga sangat dibuthkan ,antara lain untuk mengistimasi jumlah suara pemilihan umum. Pada sector industry dimana perusahaan yang memproduksi kebutuhan anak-anak, seperti pakaian,susu,dan mainan dapat mengguanakan data jumlah penduduk usia muda (0-14) dan karakteristik nya seperti distribusi umur ,persebaran wilayah ,dan komposisi jenis kelamin untuk perencanaan tingkat produksi. Secara singkat ,ilmu demografi sangat bermanfaat untuk : Mempelajari kuantitas,komposisi,dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu serta perubahan-perubahannya. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau dan mengestimasi pertumbbuhan penduduk pada masa dating. Mengembangkan hubungan sebab akibat antaraperkembangan penduduk dan bermacam-macam aspel pembangunan social,ekonomi,budaya,politik,linghkungan ,dan keamanan.

Upload: adrie-gak-yakin

Post on 27-Jun-2015

1.494 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

BAB I ARTI DAN TUJUAN DEMOGRAFI

A. Pengertian Dasar DemografiDemografi (demography),merupakan istilah yang berasal dari dua kata yunani,yaitu

demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti menggambar atau menulis.oleh karena itu,demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk.istilah ini pertama kali dikemukakan oleh archille guillard pada tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul “elements de statistique humaine,ou demographie comparree” atau elements of human statistics or comparative demography (dalam iskandar,1994).

Secara umum,data kependudukan sangat diperlukan terutama oleh pembuat kebijakan,baik dikalangan pemerintahan maupun nonpemerintah. Data tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk,misalnya digunakan sebagai informasi dasar dalam pengembangan kebijakan penurunan angka kelahiran,peningkatan pelayanan kesehatan,pengarahan persebaran penduduk,persediaan kebutuhan penduduk akan makanan ,pendidikan,perumahan ,dan lapangan pekerjaan.dalam dunia politik ,statistic kependudukan juga sangat dibuthkan ,antara lain untuk mengistimasi jumlah suara pemilihan umum.

Pada sector industry dimana perusahaan yang memproduksi kebutuhan anak-anak, seperti pakaian,susu,dan mainan dapat mengguanakan data jumlah penduduk usia muda (0-14) dan karakteristik nya seperti distribusi umur ,persebaran wilayah ,dan komposisi jenis kelamin untuk perencanaan tingkat produksi.

Secara singkat ,ilmu demografi sangat bermanfaat untuk : Mempelajari kuantitas,komposisi,dan distribusi penduduk dalam suatu daerah

tertentu serta perubahan-perubahannya. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau dan mengestimasi pertumbbuhan penduduk

pada masa dating. Mengembangkan hubungan sebab akibat antaraperkembangan penduduk dan

bermacam-macam aspel pembangunan social,ekonomi,budaya,politik,linghkungan ,dan keamanan.

Mempelajari dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi pertumbuhan penduduk pada masa mendatang.

B. Definisi DemografiPengertian tentang demografi berkembang dengan seiring dengan perkembangan keadaan

penduduk serta penggunaan statistic kependudukan pada zamannya. Berikut beberapa contoh tentang perkembangan pengertian demografi.

Johan sussmilch (1762,dalam iskandar ,1994) berpendapat bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari hukum tuhan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pada umat manusia yang terlibat dari jumlah kelahiran,kematian,dan pertumbuhannya.

Achille guillard (1855) memberikan definisi demografi sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur ,yaitu meliputi perubahan secara umum ,fisiknya,peradabannya,intelektualitasnya,dan kondisi moralnya(lihat juga iskandar ,1994).

Page 2: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

David v. Glass(1953) menekankan bahwa demografi terbatas pada studi penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demografi ,yaitu fertilitas,mortalitas,dan migrasi.

United nations(1958) dan international union for the scientific study of population/IUSSP (1982) mendefinisiikan demografi sebagai studi ilmiah masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah,struktur,pertumbuhannya .

Philip m. Hauser dan otis Dudley Duncan(1959) berpendapat bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran territorial,komposisi penduduk, serta perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut.

Donald j. Bougue(1969) mendefinnisikan demografi sebagai ilmu yang mempelajari secara statistic dsan matematik jumlah,komposisi,distribusi penduduk,dan perubahan-perubahannya sebagai akibat bekerjanya komponen-komponen pertumbuhan penduduk,yaitu kelahiran (fertilitas),kematian(mortalitas),perkawinan,migrasi,dan mobilitas social.

George w. Brclay(1970) mendefinisikan demografi sebagai ilmu yang memberikan gambaran secara statistic tentang penduduk.demografi mempelajari perilaku penduduk secara menyeluruh bukan perorangan.

Dengan definisi-definisi diatas ,dapat disimpulkan bahwa ilmu demografi merupakan suatu ilmu untuk mempelajri perubahan-perubahan klependudukan dengan memanfaatkan data dan statistic dari data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah,persebaran pada kommponen-komponen utama pertumbuhan penduduk ,yaitu fertilitas, mortalitas, migrasi, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah,struktur,dan persebaran penduduk.

C. Sejarah Dan Perkembangan DemografiMenurut sejarahnya, upaya-upaya untuk pencatatan statistic kependudukan sudah

dilakukan sejak berabad –abad yang lalu,meskipun masih dilakukan dalam ruang lingkup yang kecil dan digunakan secara terbatas. Jhon graunt (1620-1674),seorang warga Negara inggris,dikenal sebagai pelopor dalam bidang pencatatan statistic penduduk dan merupakan bapak demografi dikarenakan ilmu demografi lahir pada zamannya.

Bukunya yang berjudul natural and political observations mentioned in a following index and made upon the bills of mortality(graun,1662 dalam iskandar,1994) sebagian besar berisi analisis mortalitas dan selebihnya mengenai fertilitas ,migrasi,perumahan,data keluarga,perbedaan antara kota dan Negara,dan jumlah penduduk laki-laki yang berada pada kelompok umur militer.Graunt menyarankan agar penelitian yang menyangkut penduduk lebih menekankan aspek komposisi penduduk menurut jenis keelamin,Negara,umur ,agama,dan sebagainya.keistimewaan dari pendekataan yang dipergunakan oleh graunt adalah kehati-hatiannya dan kekritisannya dalam pengumpulan data. Dalam studinya, Graunt memperoleh banyak dorongan dari William petty ,seorang ahli statistic.setelah era graunt,perhatian public terhadap masalah kependudukan, baik mengenai pencatatan statistic maupun pertumbuhanya tegrus meninngkat.dalam sejarah perkembangan ilmu demografi , timbul masalah mengenai pembagian cabang ilmu ini. Awalnya, para pengamat berpendapat bahwa demografi lebih terfokus memang dapat dimengerti karena pelopor-pelopor demografi , sussmilch dan guillard menganggap demografi sebagai bio-social book-keeping , yang artinya kelahiran sebagai factor pengurang jumlah penduduk .

Page 3: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

kemudian beberapa pengamat membedakan masalah penduduk menjadi 2, yaitu yang bersifat kuantitatif yang membahas jumlah ,persebaran,serta komposisi penduduk,dan yang bersifat kualitatif yang membahas masalah penduduk dari segi genetis dan biologis.

D. Pembagian Ilmu DemografiPada konres masalah kependudukan diparis, adolphe landry(1945) secara matematis

membuktikan adanya hubungan antara unsure-unsur demografi,seperti kelahiuran,kematian,jenis kelamin, dan umur. Landry menyarankan penggunaan istilah demografi murni(pure demography) untuk cabang ilmu demografi yang bersifat analitis-matematis untuk membedakannya dengan analisis kependudukan,yang lebih luas sifatnya.saran ini mendapat tanggapan positif.

Dalam demografi murni atau disebut pula demografi formal ,berbagai teknik penghitungan data kepeendudukan dikembangkan. Dengan menggunakn berbagai metode perhituungan dan estimasi, baik pada waktu sekarang maupun pada masa akan datang. Salah satu usaha yang dilakukan para ahli untuk menjawab atau menjelaskan “mengapa” terjadi perubahan-perubahan dalam variable-variabel demografi adalah dengan menggunakan teori-teoriatau kerangka pikir yang mungkin berasal dari ilmu lain. Para ahli kependudukan menamakan ilmu tersebut dengan berbagai nama,seperti demografi sosiologi(sociological demography) ,studi kependudukan(population studies), dan demografi social(social demography). Shryock dan siegel (1976) membagi pengertian demografi dalam arti sempit dan luas. Pengertian secara sempit,disebut sebagai formal demography , menekankan pada masalah jumlah,distribusi,struktur,dan pertumbuhan penduduk.sementara dalam arti luas, demografi mencakup semua karekteristik penduduk ,termasuk didalamnya budaya,social,dan ekonomi.Selain itu, dari perkembangan aplikasi demografi,terutama dalam peranannya untuk menganalisis fenomana kependudukan , dapat dikatakan bahwa ilmu demografi sangat berguna sebgai intrumen atau alat analitis yang dapat dipakai untuk membedah persoalan-persoalan yang berkaitan dengan permasalahan kependudukan pada umunya. Demografi berperan sebagai alat analisis (tools of analysis) dengan kemampuannya mengembangkan indikato-indikator kependudukan. Indicator kependudukan dapat dijadikan tolok ukur perbandingan keadaan demografi sekelompok penduduk tertentu dengan ke;lompok penduduk yang lain,atau perbandingan antar waktu dalam analisis tren kependudukan . hal ini amat berguna, baik untuk memonitor kemajuan maupun memonitor hasil-hasil pembangunan social dan ekonomi.

E. Dinamika Penduduk: Sebab Dan AkibatPertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan menggurangi jumlah penduduk. Pertumbbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen demografi,yaitu fertilitas,mortalitas,dan migrasi (masuk/inmigration dan keluar/outmigration). Selisih antara fertilitas dan mortalitas disebut perubahan reproduktif(reproductive change) atau pertumbuhan alamiah (natural growth). Selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar disebut migrasi neto(net migration). Jadi pertumbuahan penduduk dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah dan migrasi neto. Berdasarkan komponen tersebut maka suatu metode komponen sederhana yang dapat digunakan untuk mengestimasi jumlah penduduk jika tersedia data sensus penduduk dan data

Page 4: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

registrasi kelahiran,kematian,dan perpindahan penduduk yang memuaskan adalah sebagai berikut.

Pt=Po+(B-D)+(Mi-Mo)Dimana :Pt : jumlah penduduk pada tahun tPo : jumlah penduduk pada tahun dasar(0)B (birth) : jumlah kelahiran selama periode 0-tD(death) : jumlah katian selama periode 0-tMo : jumlah migrasi keluar selama periode 0-tMi : jumlah migrasi masuk selama periode 0-t

Persamaan sederhana ini disebut persamaan keseimbangan (balancing equation) yang juga dapat disajikan dalam bentuk :

Pt-Po=Ra+MnDi mana :Pt-Po : menyatakan pertrumbuhan jumlah penduduk dalam periode waktu o-tRa=B-D : menyatakan pertrumbuhan jumlah penduduk alamiahMn=Mi-Mo : menyatakan pertrumbuhan jumlah penduduk karena migrasi

F. Teori Transisi DemografiIstilah demografi pada dasarnya dipakai untuk menyatakan perubahan yang terjadi terhadap tiga komponen utama pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian(mortalitas), dan perpindahan penduduk (mobilitas/migrasi). Akan tetapi ,konsep demografi yang dikenal secara umum hanyalah factor kelahiran dan kematian(noteinstein,1945).

Transisi demografi dapat dibedakan atas empat tahapan yang didasarkan atas pengalaman perubahan pola fertilitas dan mortalitas yang terjadi diberbagai Negara eropa pada masa lampau.

Tahap I (pre-industrial)Pertumbuhan penduduk sangat rendah yang dihasilkan oleh perbedaan angka kelairan dan kematian yang tinggi,sekitar 40-50 per 1.000 penduduk. Jumlah kelahiran dan kematian yang sangat tinggi ini tidak terkandali setiap tahunnya.selain itu panen yang gagal dan harga-harga yang tinggi telah menyebabkan kelaparan sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit sangat lemah.

Tahap II (early industrial)Angka kematian menurun dengan tajam akibat revolusi industry serta kemajuan teknologi dan juga mulai ditemukannya obat-obatan, terutama antibiotic penisilin. Sementara angka kelhiran menurun amat lambat dan masih tetap tinggi,yang disebabkan karena kepercayaan atau pandangan mengenai jumlah anak banyak lebih menguntungkan .

Tahap III (industrial)Angka kematian terus menurun dengan kecepatan yang melambat. Di pihak lain,angka kelahiran mulai menurun dengan tajam sebagai akibat dari perubahan perilaku melahiirkan dan tersedianya alat/cara kontrsepsi serta adanya peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat.

Page 5: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Tahap IV ( mature industrial )Angka kematian dan kelahiran sudah mencapai angka yang rendah sehingga angka pertumbuhan penduduk juga rendah,yang dihasilkan dalam kondisi social dan ekonomi masyarakat yang maju.

0leh Karena kaitannya dengan variable vital (fertilitas dan mortalitas ),konsep transisi demografi sering pula disebut sebagai transisi vital (transisi fertilitas dan transisi mortalitas). Secara lebih spesifik,coale ((1973) menggambarkan transisi fertilitas dalam bentuk penurunan angka kelahiran total (total fertility rate-TFR),dari tingkat fertilitas yang tinggi sampai kepada tingkat fertilitas rendah,atau mencapai tahap penggantian penduduk (replacement level ),yakni apabila angka reproduksi neto(net reproduction rate –NRR).sementara itu ,transisi mortalitas sering dikaitkan dengan transisi epidemiologi.disebagian besar Negara-negara berkembang,dimana data kematian orang dewasatidak banyak tersedia,angka kematian bayi(infant mortality rate-IMR) menjadi indicator utama dalam menetukan tingkat transisi mortalitas.

G. Kritik Terhadap Teori Transisi DemografiDalam teori transisi demografi diyakinin empat tahapan transisi demografi dialami oleh

setiap Negara yang sedang melaksankan pembanggunan ekonomi yang membawa perubahan pada struktur perekonomian dari sector pertanian ke sector industry.akan tetapi ,temuan di beberapa Negara di eropa tidak selalu mendukung teori tersebut.pada kenyataannya banyak Negara di eropa timur yang struktur ekonominya masih agraris,tetapi telah mengalami transisi demografi .

Kritik lain terhadap teori transisi demografi adalah kenyataannya bahwa pada saat berkembangnya teori transisi ddemografi tersebut,belum tersedia bukti-bukti empiris yang dapat mendukung hipotesis yang diungkapkan dalam teori tersebut. Hal ini berkaitan dengan masalah waktu. Umumnya, Negara-negara barat membutuhkan waktu sampai ratusan tahun juntuk mengalami proses transisi demografi.

Di Indonesia,transisi demografi pada tingkat nasional terjadi pada saat angka kematian bayo turun 140 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menurut hasil sensus penduduk (SP) pada tahun 1971 menjadi 47 menurut hasil SP 2000. Demikian pula angka fertilitas total,yang menunjulkan jumlah anak rata-rata yang akan dipunyai oleh perempuan Indonesia,telah turun dari sekitar 5,61 anak per wanita menurut hasil SP 1971 menjadi 2,34 menurut hasil SP 2000.

Secara ringkas , telah ditunjukkan bahwa teori transisi demografi tidak dapat berlaku umum. Akan tetapi,kenyataan bahwa hamper semua Negara mengalami proses transisi demografi tidak dapat dipungkiri, dimana kondisi masing-masing Negara berbeda.jadi dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat menjadi factor penyebab,namun bukan selalu menjadi factor penentu bagi penurunan angka fertilitas dan mortalitas.transisi demografi dapat terjadi pada setiap wilayah dan Negara,tetapi dengan pola yang berbeda bergantung pada tingkat social ,ekonomi,budaya,dan lingkungan yang membentuk gaya hidup penduduk masing-masing Negara dan daerah tertentu.

Dalam kaitannya dengan konsep transisi demografi, van de kaa(1987)memperkenalkan pula konsep second demographic transisition (transisi demografi kedua). Konsep ini menggambarkan adanya perubahan yang penting (significant) dalam tingkat fertilitas(TFR ssngat rendah), selain itu,tingkat fertilitas rendah dapat terjadi karena adanya perubahan

Page 6: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

dalam kehidupan keluarga seperti perubahan kohabitasi,yakni hidup bersama tanpa ikatan perkawinan,pendewasaan usia perkawinan,masa subur ,dan melahirkan,bertambahnya jumlah wanita tanpa anak,baik secara sukarela maupun terpaksa, serta bertambahnya jumlah orang tua tunggal

H. Sejarah Pertumbuhan Penduduk DuniaPada permulaan tahun masehi, 1 AD, jumlah penduduk dunia diperkirakan masih sekitar

250.000.000 jiwa dengan angka pertumbuhan sekitar 0,04% per tahun.tingkat pertumbuhan penduduk yang amat rendah ini bertahan dalam waktu yang cukup lama , berabad-abad, dan kemudian terjadi suatu ledakan jumlah penduduk yang dimulai sebelum abad ke -18. Pad apermulaan revolusi industry tahun 1750 ,jumlah penduduk dunia meningkat menjadi sekitar 790 juta.

Pada abad berikutnya,kemajuan teknologi di eropa dan di beberapa belahan dunia lain mulai memperlihatkan dampaknya.penemuan obat-obatan (seperti penisilin) dan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan amat mengurangi berbagai penyakit. Selian itu,penemuan alat tranportasi berdampak pada perluasan perdangan yang membuat persediaan bahan pangan lebih mudah didapat dan pada gilirannya memperbaiki nutrisi penduduk.

Transisi demografi terjadi bersamaan dengan perubahan pembangunan dan pertumbuhan modern. Perubahan prilaku masyarakat agraris ke masyrakat modern bersamaan dengan terjadinya industrialisasi dan urbanisasi dianggap mempunyai dampak pada perubahan perilaku demografi.

I. Teori Dan Pemikiran Tentang Penduduk Dan PembangunanSejak kapan masalah kependudukan mulai dibicarakan atau ditulis? Tidak ada jawaban

yang pasti untuk pertanyaan tersebut.akan tetapi, teori-teori tentang hubungan antara manusia atau penduduk dengan masalah-masalah lain telah banyak dibahas oleh beberapa ahli ,seperti oleh ahli ekonomi,agama ,social,politik,pertahanan.sekitar 500 tahun sebelum masehi (SM),konfusius,seorang filsuf cina,membahas hubungan antara jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Menurutnya jumlah penduduk yang terlampau besar akan menekan standard hidup masyarakat,terutama kalau jumlah penduduk dikaitkan dengan luas tanah atau lahan pertanian yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduk.konfusius menganggap ada suatu proporsi yang ideal antara luas tanah dan jumlah penduduk . sebagai pemecahan masalah kelebihan penduduk,ia menganjurkan agar pemerintahan memindahkan penduduk ke daerah yang masih kekurangan penduduk. Golongan terakhir dikemukakan oleh pendapat Thomas Malthus, yang hidup antara tahun 1766 sampai 1834. Salah satu argumentasinya yang paling penting adalahbbahwa dorongan alamiah manusia untuk berkembangh biak selalu dan akan selalu ada,dan dengan kecepatan yang mengikuti deret ukur sehingga jumlah mannusia akan menjadi dua kali lipat dalam waktu yang cukup pendek (sekitar 25 tahun).

Menurut malthhus,ada beberapa hal yang bisa menjadi penghambat laju pertumbuhan penduduk. Ia membedakan antara keladian yang berada diluar kekuasaan manusia (positive check) dan hal yang bisa diusahakan oleh manusia sendiri (preventive check).

Posstive checks: bencana alam,kelaparan,penyakit menular,perang,dan pembunuhan. Preventive checks: menunda perkawinan dan selibat permanen

Page 7: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Malthus tidak menduga bahwa masalah pertumbuhan penduduk dan kesejahteraannya dapat dipecahkan oleh revo.usi industry . tulisan Malthus yang pertama(1799) merupakan contoh suatu pendapat yang bersifat sangat umum tanpa didukung oleh data statistic,namun pada buku edisi selanjutnya,untuk mendukung argumentasinya ia melengkapi dengan data statistic.

Dengan munculnya tulisan Malthus, essay on the principle of population pada akhir abad ke-18, masalah pendudk mempunyai angin baru dalam literature-literatur ekoonomi. Bannyak ahli ekonomi pembanggunan mendasari teori-teorinya pada variable-variabel penduduk ,seperti menytukan teori-teori ekonomi dengan penentuan pimilihan besarnya fertilitas.teori ekonomi fertilitas yang termasuk dalam teori neoklasik berbeda dengan model Malthus . teori ini didasari oleh teori baru ekonomi rumah tangga (new home economic) yang berpendapat bahwa seseorang dalam menetukan fertilitas akan melalui proses yang sama dengan apabila ia memutuskan suatu pilihan untuk mendapatkna barang dan jasa bagi keperluan rumah tangganya.

Ahli ekonomi lainnya yang mengaitkan masalah penduduk dengan ekonomi adalah leibenstein(1954). Didalam bukunya A theory of economic-demographic development; ia mengemukakan konsep the low-level equilibrium trap yang menjelaskan perubahan demografi di Negara-negara sedang berkembang. Suatu kenaikan sedikit dalam pendapatan akan meningkatkan jumlah penduduk dan persediaan tenaga kerja,yang pada gilirannya akan menghapuskan pertumbuhan modal,produktifitas,dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi lainnya.

BAB II

Struktur dan persebaran penduduk

Dalam study demografi ini lebih menekan kan kepada tiga fenomena yang merupakan bagian penting dari perubahan penduduk, diantaranya :

1. Dinamika Kependudukan ( population dinamics )2. Komposisi penduduk ( population composition )3. Jumlah dan distribusi penduduk ( population size and

distribution )

Kalau dilihat dari aspek dan karakteristik, penduduk dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok. Yaitu, kelompok umur, sosial-ekonomi, dan distribusi tempat tinggalnya.

KOMPOSISI PENDUDUK

Kmposisi penduduk menurut karakteristik penduduk

Page 8: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Ciri utama demografi adalah umur dan jenis kelamin. Ciri ini juga sekaligus mengganbarkan perkembangan penduduk dimasa mendatang melelui proses kelahiran dan kematian. Namun demikian, dimugkinkan pula pengelompokan penduduk menurut distribusi umur. Selain distribusi umur penduduk, dalam analisis demografi dikenal pula struktur umur penduduk yang dbedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

1. penduduk usia muda, yaitu penduduk dibawah usia 15 tahun atau kelompok umur 0 – 14 tahun.

2. Penduduk usia produktif, yaitu penduduk usia 15 – 59 tahun.

3. Penduduk usia lanjut, yaitu penduduk usia 60 tahun keatas ( mengikuti ketentuan WHO ).

Komposisi penduduk menurut karakteristik sosial

Dilihat dari karakteristik sosial penduduk, komposisi penduduk dapat dikelompokan menurut tingkat pendidikan dan status perkawinan. Komposisi penduduk menurut pendidikan,diantaranya. Menurut tingkat pendidikan, status sekolah, kemampuan membaca dan menulis, dan tingkat pendidikan itu sendiri. Tingkat penduduk diukur dari jumlah penduduk umur 10 tahun keatas menurut status tamat sekolah. Tamat sekolah didefinisikan sebagai telah selesainya seseorang mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu jenjang sekolah sampai akhir dengan mendapatkan ijazah. Jika seseorang telah lulus SMP danm mengikuti pelajaran kelas 2 SMA lalu putus sekolah maka orang tersebut dicatat memepunyai jenjang pendidikan SMP.

Komposisi penduduk menurut status sekolah

Status sekolah ini dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu belum sekolah, masih sekolah, dan tidak sekolah lagi.

Komposisi penduduk menurut kemampuan membaca dan menulis

Page 9: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Hasil supes 1995 menunjukan bahwa hampir 88% penduduk Indonesia usia 10 tahun keatas dapat membaca dan menulis. Angka melek huruf lebih tinggi diperkotaan. Selain itu terdapat keserataan gender dalam pendidikan dimana AMH lebih tinggi laki-laki dari pada perempuan untuk lebih jelasnya coba lihat di internet berbagai macam jenis tabel komposisi penduduk.

UKURAN-UKURAN, PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI PENDUDUK

Pengantar

Di Sensus Penduduk komprehensif pertama dan Perumahan dilakukan pada tahun 1969 dan diikuti oleh tahun- tahun berikutnya. Antara lain pada tahun 1980. Sejak itu, sensus dilakukan secara berkala setiap sepuluh (10) tahun. Sensus Penduduksudah termasuk pertanyaan tentang kelahiran dan kematian, mengingat status miskin dari sistem registrasi vital.  Sensus dirancang untuk mengumpulkan baik de jure dan de facto jumlah penduduk. Menurut definisi (lihat di bawah) hitung de facto palingberguna dalam memberikan sebuah rekor tersendiri dari berbagai karakteristik untuk semua individu yang disebutkan. Karakteristik dilihat dari ekonomi dan politik aspek sosial suatu populasi seperti pendidikan dan kegiatan ekonomi. Hal ini karenamenyediakan dasar yang kuat untuk melakukan analisis rinci dari karakteristik orang-orang atau kelompok dari suatu populasi berdasarkanpada hitungan de facto.Secara umum, sensus penduduk yang berguna untuk, ekonomi dan politik perencanaan sosial suatu negara. Misalnya,populasi data dianalisis dengan umur sangat penting dalam penyusunan perkiraan jumlah penduduk dan proyeksi rumah tangga,pendaftaran sekolah, angkatan kerja dan proyeksi lebih lanjut dari persyaratan untuk sekolah, guru, pelayanan kesehatan, makanan danperumahan.Bab ini menyajikan analisis kecenderungan ukuran populasi, tingkat pertumbuhan populasi, distribusi penduduk danKomposisi (yaitu demografis, sosial dan ekonomi) dari hasil sensus tahun 1980, 1990 dan 2000. Analisiskomposisi penduduk berdasarkan de facto yang bertentangan dengan populasi de jure Zambia. Dengan demikian, analisishanya mungkin dengan menggunakan jumlah populasi bekas, yang menyediakan karakteristik sosial dan ekonomi individu.

Page 10: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Konsep dan Definisi Digunakan Konsep dan definisi yang diambil selama sensus dan digunakan dalam bab ini dan di seluruh laporan adalah sebagai berikut: De facto Penduduk Ini termasuk anggota rumah tangga biasa dan pengunjung yang menghabiskan malam sensus pada rumah tangga tersebut. Namun initidak termasuk:a) personel diplomatik asing terakreditasi untuk Zambia, danb) warga negara Zambia terakreditasi untuk kedutaan asing dan anggota keluarga mereka yang tinggal bersama mereka di luar negeridan, Zambia pekerja migran dan mahasiswa di negara-negara asing yang tidak di negara tersebut pada saat itudari sensus. De jure PendudukIni mengacu kepada anggota rumah tangga biasa yang hadir dan anggota rumah tangga biasa sementara tidak ada pada saatsensus. Ini termasuk populasi kelembagaan di tempat-tempat seperti rumah sakit / pusat kesehatan, penjara dan akademiklembaga (universitas, akademi, asrama sekolah). Laju Pertumbuhan PendudukMengacu pada perubahan dalam ukuran populasi sebagai proporsi dari total penduduk suatu daerah. Estimasi padasetiap tahun, memberikan kita tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata untuk setiap tahun dalam periode antar-censal.

Komposisi Penduduk Ini didefinisikan sebagai pembagian sifat karakteristik tertentu, atau atribut dari populasi dan bagaimana ini mempengaruhistruktur demografis keseluruhan negara ini. Ada tiga ciri utama komposisi penduduk:Karakteristik demografi seperti umur dan jenis kelamin,Karakteristik sosial seperti etnisitas dan kewarganegaraan, danKarakteristik ekonomi seperti aktivitas ekonomi. UmurUsia individu dalam semua Sensus yang dilakukan pada umumnya didefinisikan dari segi usia orang. Dan dari ulang tahun terakhir sebelum tanggal sensus.

Rumah tanggaSekelompok orang yang biasanya tinggal dan makan bersama. Orang-orang ini mungkin atau mungkin tidak biologis berkaitan dengan masing-masing kelompok keluarga.

Page 11: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

dan membuat ketentuan umum untuk makanan dan kebutuhan lainnya untuk hidup. Kepala Rumah Tangga Hal ini mengacu pada orang yang membuat-hari hari keputusan tentang menjalankan rumah tangga dan juga dianggap tanggung jawab bersama dalam suatu keluarga.seperti itulah yang dilakukan oleh semua anggota rumah tangga.

Komposisi Penduduk Bagian ini menyediakan beberapa informasi mengenai komposisi penduduk dalam hal usia, jenis kelamin, usiaketergantungan, rumah tangga kepemimpinan, status perkawinan, etnis, kewarganegaraan dan karakteristik ekonomi. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Analisis fenomena penduduk yang paling sulit dipahami tanpa memperhatikan usia danseks struktur dari masyarakat tertentu. Umumnya, 'tabulasi pada usia dan jenis kelamin sangat penting dalam perhitungan dasarlangkah-langkah berkaitan dengan faktor perubahan populasi dan dalam studi ketergantungan ekonomi. penting untuk identifikasi dan pemeriksaan berbagai kelompok populasi fungsional, seperti bayi, anak-anak,pemuda, orang tua, ibu dan perempuan di usia melahirkan anak, serta untuk analisis demografis dan aktuaria lain.(PBB: 1995:1). Selanjutnya, struktur umur penduduk adalah penting mengingat bahwa hubungan sosial dalammasyarakat sangat dipengaruhi oleh jumlah relatif pada usia masing-masing.Dan jenis kelamin struktur umur penduduk diilustrasikan secara proporsional dengan cara piramida penduduk tahun 1990dan 2000 pada Gambar 3.3a dan 3.3b Penduduk piramida yang berguna dalam menggambarkan populasi berdasarkan usia dan jenis kelaminpictorially. Fitur penting lainnya piramida populasi kekuatan mereka dalam menggambarkan apakah suatu populasi'Muda' atau 'Old'. Populasi terus disebut sebagai Young mengingat bahwa terus menanggung tinggiproporsi orang di bawah usia 15 tahun. Dasar yang luas dari piramida adalah ilustrasi dari fitur ini. Dalamistilah perbandingan, piramida penduduk tahun 2000 memiliki gambaran smoothened sepanjang usia 10-14 danpertengahan tahun 20-an, yang dinyatakan memiliki penampilan bergelombang pada tahun 1990. Sebagai perbandingan, ini menandakan populasikesenjangan dari usia 8 sampai 23. Kesenjangan ini populasi dapat dikaitkan dengan kematian meningkat, mengingat

Page 12: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

melanda dampak HIV / AIDS digabungkan dengan kemungkinan situasi ekonomi menurun dalam negeri,khususnya dalam dekade terakhir. Mendukung kemungkinan peristiwa ini juga adalah bukti bahwa kesuburan telah di samaperiode menurun (bab lihat di Fertilitas).

Kepemimpinan Rumah Tangga Rumah Tangga kepemimpinan dengan berbagai karakteristik menunjukkan bahwa pada tingkat nasional, salah satudi lima rumah tangga yang dikepalai perempuan. Dengan jumlah penduduk pedesaan dominan di, tidak mengherankan bahwa adahampir dua kali lebih banyak kepala rumah tangga di pedesaan (1.241.534) dibandingkan daerah perkotaan (643.207). Perbedaankepala rumah tangga berdasarkan jenis kelamin sangat penting karena sering dikaitkan dengan aspek kesejahteraan rumah tangga. Misalnya,-Rumah tangga yang dikepalai perempuan biasanya lebih miskin dari kepala rumah tangga laki-laki (CSO, 1998). Kedudukan perkawinan Pengelompokan status perkawinan pada 2000 Sensus termasuk menikah, berpisah, bercerai, janda, tidak pernah menikahdan co-habiting yang tidak tersedia pada tahun 1990 Sensus.  Usiamuda kelompok umur 15-19 tahun tidak pernah menikah. Namun, seperempat dari perempuan (24,9 persen) dibandingkan dengan 3persen laki-laki sudah menikah.

Karakteristik Ekonomi Data karakteristik ekonomi dari jumlah penduduk dikumpulkan selama 2000 Sensus. Ekonomikarakteristik status yang berkaitan dengan partisipasi angkatan kerja, kerja dan pengangguran kerja,,pekerjaan, industri dan pencapaian pendidikan yang dibahas secara rinci dalam Bab Enam laporan ini. Bagian ini terutamamenyajikan ringkasan karakteristik ekonomi .

Umur Median ( Median Age ) Ini adalah umur yang memebagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, yaitu bagian pertama lebih mudah dan bagian kedua lebih tua ari pada umur median. Kegunaan dari umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok –kelompok umur tertentu.

Piramida Penduduk

Page 13: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Piramida penduduk adalah dua buah diagram batang, pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan dalam kelompok interval usia penduduk lima tahunan. Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri dan penduduk wanita di sebelah kanan. Grafik dapat menunjukkan jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk total.

Dengan mengamati bentuk piramida penduduk (serta bentuk piramida penduduk dari waktu ke waktu), banyak informasi yang didapat mengenai struktur kependudukan sebuah wilayah.

Distribusi piramida penduduk yang berbentuk segitiga (dengan alas di bawah dan lancip di atas) dapat disebut distribusi eksponensial. Distribusi ini menunjukkan banyaknya penduduk anak-anak, namun kemiringan yang tajam juga menunjukkan banyaknya penduduk yang mati antara kelas interval usia. Piramida tersebut menunjukkan tingginya angka kelahiran, tingginya angka kematian, serta angka harapan hidup yang rendah. Piramida penduduk dengan distribusi seperti ini umumnya dijumpai di negara miskin karena kurangnya akses dan insentif untuk mengendalikan jumlah penduduk (keluarga berencana), faktor-faktor lingkungan yang rendah (seperti ketiadaan air bersih) serta sulitnya akses terhadap layanan kesehatan.

Contoh

Gambar  Piramida Penduduk Indonesia, SP 2000 (data dirapikan)

Page 14: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Interpretasi 

Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sebagaimana tertera di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur dibawah 9 tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran selama 10 tahun yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah penduduk diatas 9 tahun menunjukkan jumlah yang membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan besarnya penduduk yang mencapai usia kerja.

Konsep  Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.

Kegunaan

Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu.

Page 15: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. 

 

Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum, yaitu:

<!--[if !supportLists]-->1.    Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu. <!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->2.    Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedkit. <!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->3.    Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya. <!--[endif]-->

Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lanjut usia usia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan.

Page 16: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Faktor yang mempengaruhi bentuk piramida penduduk

Pada dasarnya, piramida penduduk adalah refleksi struktur umur penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Fertilitas Faktor fertilitas tercermin pada jumlah kelahiran, jika jumlah kelahiran meningkat, maka dasar piramida penduduk meningkat menjadi lebih lebar dibandingkan dasar piramida tahun-tahun sebelumnya.Sdebaliknya, akan terjadi dasar piramida yang lebih pendek jika jumlah kelahiuran menurun.

Mortalitas Fartor ini tercer min dari perubahan angka kematian menurut umur atau perubahan tingkat kematian bayi. Jika pada waktu yang lalu jumlah kematian maka akan terjadi penciutan angka piramida diatas kelompok umur 0-4 tahun dan kemiringan piramida akan semakin curam dibandingkan dengan kemiringanPiramida tahun-tahun sebelumnya.

Migrasi

Migrasi penduduk meliputi migrasi masuk dan keluar.

Ciri penduduk menurut bentuk piramida penduduk

Exspensif Constriktive Stationary

Untuk lebih jelasnya liat di internet , berbagai mcam bentuk piramida di Indonesia.

DISTRIBUSI PENDUDUK Persebaran penduduk secara geografis

Page 17: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Secara global, persebaran penduduk di dunia menurut geografisnya tiak merata. Di Indonesia persebaran penduduk menurut geografis juga tidak merata.Dalam waktu tiga dekade terahir, terlihat adanya gejala pengurangan persentase Penduduk yang bertempat tinggal dipulau Jawa.

Distribusipopulasi  Penduduk distribusi berarti pola di mana orang hidup.penyebaran penduduk tidak merata Dunia. Tempat yangjarang penduduknya berisi beberapa orang. Tempat yangpadat penduduknya berisi banyak orang. jarang dihuni tempat cenderung tempat sulit untuk hidup. Ini biasanya tempat dengan lingkungan yang bermusuhan misalnya Antartika. Tempat yang padat penduduk yang dihuni lingkungan misalnya Eropa.

KepadatanPenduduk  Kepadatan penduduk adalah pengukuran jumlah orang di suatu daerah. Ini adalah jumlah rata-rata. Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk berdasarkan wilayah. Kepadatan Penduduk biasanya ditunjukkan sebagai jumlah orang per kilometer persegi. Peta di bawah ini adalah peta (shading) choropleth dan menggambarkan kepadatan penduduk. Lebih gelap warna semakin besar kepadatan penduduk.

Sumber: Pusat Universitas Columbia untuk Jaringan Informasi Ilmu Bumi Internasional Page URL: http://sedac.ciesin.columbia.edu/plue/gpw/index.html?main.html&2 

Page 18: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Peta di atas menunjukkan bahwa dunia penyebaran penduduk tidak merata. Beberapa daerah memiliki kepadatan penduduk tinggi sementara yang lain memiliki kepadatan populasi rendah. Daerah kepadatan penduduk yang tinggi cenderung terletak antara 20 ° dan 60 ° N. Kawasan ini berisi luas tanah yang besar dan iklim iklim yang relatif.

Persebaran penduduk berdasarkan administrasi pemerintahan Di Indonesia, negara adalah jenjang administrasi pemerintah yang tertinggiMenurut UU No.22 tahun 1999, bab 111 pasal 2, tentang pembagain daerah. Yaitu daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang bersifat otonom. Berbeda dengan provinsi laenya, DKI jakarta meliputi lima wilayah administratif setingkat kota, yaitu Jakarta Serlatan, Jakara Timur, Jakarta pusat, Jakarta Barat, Dan jakarta Utara. Persebaran penduduk dapat dikategori menurut tempat tinggal yaitu perkotaan, dan pedesan. Di Indonesia, menurut UU No, 22 tahun 1999, tentang pemerintahan daerah,Bab I pasal 1, dijelaskan hal-hal berkut :

1. Kawawsan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa perintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

2. Kawasan perkkotaan adalah kawwasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian,dengan susunan fungsi kawwasan sebagai tempat pemukinan perkotaan pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi.

PERSEBARAN PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN

Perintah sudah menetapkan kebijakan pemerintah tntang pengarahan mobilitas atau penyebaran untuk mencapai persebaran penduduk yang optimal, didasarkan pada keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung adalah kemamapuan lingkungan.alam beserta segenap unsur dan sumbernya untuk menjunjung prikehidupan manusia serta mahkluk lain secara berkelanjutan. Konsep daya dukung alam dan daya tampung lingkungan buatan pada dasarnya mengacu pada kemamapuan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Keduanya ini sifatnya sangat mutlak dan kompleks dsan sangat bergantung pada kegiatan serta sifat fisik dan biologis. Dari ruang yang bersangkutan sebagai inplikasinya ditentuan stndar umum antara lain :

Page 19: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

1. Kepadatan bangunan. Standar ini ditentukan untuk mengatur daya dukung dan daya tampung untuk permukinan.

2. Pelayanan prasarana dan pemanfaatan ruang yang dilakuakan secara terencana untuk efesiensi pemanfaatan ruang.

Dalam penyusunan rencana tata ruang digunakan prinsip kemanfaatn, keseimbangan, dan daya btmpung lingkungan. Prinsip ini dituangkan dalam kriteria dan pola pengelolaan untuk kawasan lingkungan dalalm bentuk-bentuk kawasan lindung meliputi :

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya.2. Kawasan perlindungan setempat.3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, serta cagar alam.4. Kawasan rawan bencana.

BAB 3SUMBER – SUMBER DAN EVALUASI

A. PendahuluanPada tulisan ini akan diauraikan secara singkat berbagai sumber data kependudukan.

Pembahasan akan dipusatkan pada tiga sumber utama, yaitu sensus, registrasi dan sampel survey. Kemudian ketiga sumber data ini dibandingkan satu dengan yang lainnya, dan akan dilihat kelebihan dan kekurangan masing-masing sumber data tersebut. Selanjutnya juga akan dibahas faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengumpulan data dalam arti, data yang dikumpulkan mempunyai kesalahan kecil mungkin. Jadi akan dilihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sensus, registrasi dan survey. Kemudian akan dibahas secara ringkas bagaimana sensus, registrasi da survey di Indonesia.

Setelah membahas sumber-sumber data tersebut, akan dibahas keadaan data itu sendiri, apakan data itu baik atau tidak. Dengan kata lain dilakukan evaluasi atau penilaian atas data.

Dengan mengetahui sumber-sumber data beserta segala persoalan disekitar pengumpulan data itu, serta mengetahui bagaimana cara menilai tingkat ketelitian data, maka pemakai data akan lebih mengenal dengan baik kualitas data yang digunakan sehingga dimana perlu pemakai data dapat melakukan penyesuaian, baik penyesuaian atas data itu sendiri ataupun penyesuaian atas kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan. Hal ini tidak saja penting bagi para ahli yang melakukan analisis ilmiah, tapi juga berguna bagi para pembuat keputusan dan para pejabat pemerintah ataupun swasta yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan masalah penduduk.

Sudah barang tentu tulisan yang singkat ini hanya memuat garis-garis besarnya saja, tapi diusahakan selengkap mungkin mencakup segi-segi yang perlu diketahui lebih dalam, tentunya dapat mengikutinya pada buku-buku teks dibidang kependudukan dan demografi yang ada.

B. Sumber Data PendudukSecara umum, segala terbitan resmi oleh badan-badan resmi, baik berbentuk angka, grafik

maupun gambar, adalah sumber data. Disamping itu, catatan-catatan badan-badan pemerintah maupun nonpemerintah yang tidak diterbitkan, dapat pula disebut sebagai sumber data.

Page 20: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Data tersebut bisa tersedia dalam bentuk catatan asli (seperti laporan sensus, survey, catatan di kantor-kantor pemerintah, dan lain-lain serta bisa pula terbitan resmi yang telah diolah dan disajikan secara sistematik. Sehubungan dengan ini, dikenal pula istilah sumber primer dan sumber sekunder. Yang dimaksud dengan sumber primer adalah segala catatan-catatan asli sebagaimana disebut diatas. Dalam hal ini, table-tabel penduduk yang diterbitkan oleh biro pusat statistic ( seperti seri C, E, dan sebagainya ), termasuk sumber primer. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah data yang telah diolah dan disajikan baik dalam buku teks, laporan penelitian, karya tulis, terbitan-terbitan berkala atau buku tahunan. Antara lain bisa disebutkan disini ‘statistical pocketbook’ (BPS), Demographic Yearbook (UN), Statistical Yearbook (UN) dan lain sebagainya.

Dalam proses pengumpulan data, maka sumber data penduduk dapat dikelompokkan atas tiga pengelompokan besar yaitu :

Sensus Survey (Sampel) RegistrasiDisamping tiga sumber ini, ada pula sumber-sumber lain yang tak dapat dimasukkan pada

salah satu macam sumber di atas karena data yang ada bukanlah ditujukan untuk mengumpulkan data penduduk, melainkan untuk kepantingan lain. Dapat disebutkan misalnya catatan mengenai anak-anak sekolah, catatan pemilik kendaraan di kantor polisi, catatan jumlah pemilih pada lembaga pemilihan umum, dan lain sebagainya.

C. SensusPada dasarnya sensus penduduk bertujuan menghitung jumlah orang atau penduduk suatu

Negara. Berbagai definisi dan batasan diberikan pada apa yang dimaksud dengan sensus, sejak sensus itu dikenal pada zaman dulu sampai sekarang ini. Sensus sebagai yang dikenal sekarang ini, yakni dalam zaman modern ini, agaknya dapat digambarkan melalui definisi yang digunakan oleh PBB dalam dokumennya yang berjudul Principles and recomandation for national population census – statistical papers, series M, No. 7, 1958 dimana disebutkan :

“ Sensus penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan (collecting), menghimpun dan menyususn (compiling) dan menerbitkan data-data demografi, ekonomi dan sosial yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu disuatu Negara atau suatu daerah tertentu “

Melihat definisi di atas, ada beberapa ketentuan yang membedakan sensus dari kegiatan pengumpulan data yang lain. Ada karakteristik tertentu yang harus dipenuhi.

Pertama, semua orang. Artinya semua orang atau penduduk (yang hidup) dalam wilayah yang tercaach haruslah tercakup.

Kedua, waktu tertentu. Artinya, sensus haruslah dilaksanakan pada saat tertentu yang telah ditentkan dan harus dilaksanakan secara serentak.

Ketiga, suatu wilayah tertentu. Artinya ruang lingkup sensus haruslah meliputi batas wilayah tertentu. Misalnya, Sensus Penduduk Indonesia artinya harus mencakup seluruh wilayah Indonesia yang batas-batasnya adalah batas Negara Indonesia.

Disamping ketiga hal tersebut diatas, perlu pula ditambahkan bahwa unit cacah pada sensus adalah perorangan dan bukan keluarga atau rumah tangga, sensus dilaksanakan secara berkala, dan akhirnya, sensus barulah dikatakan selesai bila keterangan-keterangan yang dikumpulkan sudah diterbitkan.

Page 21: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Hal yang perlu diperhatikan kemudian adalah apa saja keterangan-keterangan yang dikumpulkan. Dalam definisi disebutkan bahwa keterangan yang dikumpulkan adalah mengenai demografi, ekonomi dan sosial. Secara lebih terinci keterangan-keterangan apa yang dikumpulkan tergantung pada kebutuhan dan kepentingan Negara, keadaan keuangan dan kemampuan teknis pelaksanaannya, serta kesepakatan internasional yang bertujuan supaya mudah membandingkan hasil sensus antara Negara yang satu dengan Negara yang lain.

D. Survei Dimaksudkan dengan survey disini adalah survey yang cakupannya nasional (seperti

halnya sensus). Dalam hal tahapan kerja dan keterangan apa yang dikumpulkan, pada dasarnya survey tidak berbeda dengan sensus. Hal yang membedakan survey dengan sensus yang terpenting adalah cakupan penduduk yang dicacah. Bila sensus mencacah seluruh penduduk, maka survey hanya mencacah sebagian penduduk saja. Jadi hanya diambil sampel.

Hal lain yang membedakan survey dengan sensus adalah fleksibilitas. Survey bisa diadakan kapan saja. Tidak hanya memenuhi persyaratan periodik seperti halnya sensus. Dalam hal materi yang dikumpulkan, survey bisa berganti-ganti topik atau dapat diberi penekanan pada aspek-aspek tertentu sesusai dengan kebutuhan.

Disamping perbedaan-perbedaan tersebut diatas, survey dan sensus sesungguhnya merupakan kegiatan yang paling mengisi atau lebih tepat bila dikatakan bahwa survey bisa berfungsi sebagai pelengkap sensus. Misalnya, sesudah sensus bisa diadakan survey untuk memeriksa atau mencetak hasil sensus itu sendiri. Atau survey bisa diadakan sebelum sensus dan hasil survei tersebut bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan (input) bagi sensus yang akan dilaksanakan.

Kita tahu bahwa sensus biasanya diadakan sepuluh tahun sekali. Dengan demikian sensus hanya dapat menggambarkan perubahan yang terjadi selama sepuluh tahun. Bila ingin melihat perubahan yang terjadi dalam waktu yang lebih singkat, misalnya 4 atau 5 tahun, maka dengan survey hal ini bisa diperoleh. Untuk inilah mengapa antara lain diadakan intercensal survey (survey antar sensus) dalam hal ini perlu diingat bahwa memang agaknya lebih menguntungkan mengadakan survey antara dua sensus yang dilaksanakan sepuluh tahun sekali daripada melaksanakan sensus lima tahun sekali, mengingat biaya sensus jauh lebih besar daripada biaya survey.

Akhirnya, perlu diingat bahwa survey bisa terjadi kesalahan karena mengambil sampel (sampling error).

E. Registrasi PencatatanRegistrasi merupakan kumpulan keterangan mengenai terjadinya peristiwa-peristiwa lahir

dan mati serta segala kejadian penting yang merubah status sipil seseorang sejak dia lahir sampai mati. Kejadian-kejadian yang diaksud adalah perkawinan, perceraian, pengangkatan anak (adopsi) dan perpindahan (migrasi). Karena mencatat peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan kehidupan, maka disebut juga registrasi vital dan hasilnya disebut statistic vital.

Karena yang dicatat adalah kejadian (lahir, mati, kawin, dan sebagainya), maka registrasi berlangsung terus menerus mengikuti kejadian. Karena itu statistic vital sesungguhnya memberikan gambaran mengenai perubahan yang terus-menerus. Jadi berlainan dengan sensus atau servei yang menggambarkan karakteristik penduduk pada suatu saat (moment) saja.

Page 22: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Registrasi ini, karena mencatat-macam peristiwa, dilakukan oleh badan-badan yang berbeda-beda. Di Indonesia, kelahiran dicatat oleh kantor pencatat sipil dan kantor kelurahan. Perkawinan dan perceraian dicatat oleh Departemen Agama dan kantor pencatatan sipil. Migrasi dicatat oleh Departemen Kehakiman. Kematian dicatat oleh departemen kesehatan.

Hal yang agaknya perlu dicatat mengenai registrasi ini adalah bahwa disini penduduklah yang melaporkan kepada badan yang berwenang mencatat. Jadi berlainan dengan sensus atau survey dimana pada sensus atau survey ini justru penduduk didatangi untuk diminta keterangan.

F. Sensus Di IndonesiaSampai saat ini telah dilaksanakan empat kali sensus penduduk. Yang pertama kali

diadakan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1930 (Volkstelling 1930). Sensus berikutnya baru diadakan kembali sesudah Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1961, tahun 1971 dan terakhir pada tahun 1980. Semuanya dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik, suatu badan pemerintah nondepartemen.

Sesuai dengan perkembangan keadaan dan kemampuan, maka sensus 1961 memang masih terasa sekali kekurangannya. Hal ini mudah terlihat bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk 1971.

G. Suvey Di IndonesiaBerbagai survey telah diadakan sejak Indonesia merdeka. Yang terpenting adalah survey

yang diadakan setelah sensus penduduk 1961 yaitu apa yang dinamakan Survei Sosial Ekonomi (Susenas) yang dilaksanakan secara bertahap (3 tahap) mulai tahun 1963 sampai 1967. Susenas ini dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik.

Survey berikutnya yang penting adalah Survei Penduduk Antar Sensus 1976 (Supas) yang terbagi atas Supas I, Supas II, dan Supas III. Masing-masing mempunyai cakupan dan topic yang berbeda. Misalnya, Supas III adalah survey fertilitas yang merupakan bagian dari World Fertility Survei dan hanya dilaksanakan di Jawa, dan Bali. Supas ini juga dilaksanakan oleh BPS.

Survey lain yang juga penting adalah Survei Fertilitas – Mortalitas 1972 (FM survey) yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bekerja sama dengan berbagai universitas diseluruh Indonesia.

H. Registrasi Di IndonesiaRegistrasi mulai dikenal ketika Reffles menjadi Gubernur Jenderal dan ia menerapkan apa yang disebut registrasi desa di Jawa dan Madura. Kemudan dilanjutkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada waktu itu, dilakukan rasialisme, yaitu diadakan perbedaan peraturan untuk bangsa Eropa, pribumi dan bangsa timur asing lainnya (Arab, Cina, dan lain-lain).

Sampai saat ini masalah registrasi yang utama adalah cakupan dan ketelitian. Masih banyak kejadian-kejadian vital yang tak tercatat, sedangkan yang tercatat, diperkirakan banyak yang tercatat dengan tidak tepat.

I. Mengapa Data Perlu Dievaluasi Yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan melakukan penilaian atas data. Adapun

yang dinilai adalah samapai seberapa jauh suatu data dapat dipercaya (tingkat realibilitasnya) kebenarannya.

Mengapa perlu mengevaluasi data? Karena diduga bahwa bagaimanapun juga data itu tak terlepas dari kesalahan-kesalahan apa yang terdapat dan sampai berapa jauh data itu

Page 23: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

menyimpang dari yang seharusnya adalah hal yang penting bagi pemakai data. Pemakai data tentunya menuntut suatu ketelitian tertentu pada data yang akan digunakan dan untuk itu, sebelum menggunakan data ia perlu menilai lebih dulu untuk kemudian bisa menetapkan sampai seberapa jauh ia bisa memberikan kepercayaan atas data tersebut.

Misalnya data akan digunakan untuk membuat proyeksi penduduk. Bila telah diketahui adanya penyimpangan atau eror pada data yang digunakan, pemakai kemudian dapat mempertimbangkan sejauh mana hasil proyeksi yang dibuatnya masih dapat dipercaya, berdasarkan pada tingkat kesalahan data yang sudah diketahui tersebut. Atau kalau pemakai merasa bahwa terlalu banyak kesalahan yang terdapat pada data, ia bisa memutuskan untuk mengadakan penyesuaian data terlebih dulu. Sebagai contoh, ia dapat menghaluskan atau melicinkan (smoothing) data tersebut lebih dulu dan baru kemudian menggunakannya.

J. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ketelitian DataPada dasarnya ketelitian data ditentukan oleh factor yang berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

Partisipasi dan kerja sama masyarakat.Partisipasi dan kerja sama yang dimaksud adalah kesediaan masyarakat member keterangan dan jawaban yang benar kepada petugas-petugas sensus, survey atau registrasi dan tidak mempersulitnya.

Masalah GeografiApakah ada tempat-tempat yang sulit dicapai sehingga ada kemungkinan suatu daerah tidak tercakup, padahal seharusnya daerah itu tercakup.

Apakah tenaga pencacah baik atau tidak. Apakah pelaksanaan di lapangan bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana dan

ketentuan-ketentuan yang telah dibuat, dan apakah peralatan-peralatan yang diperlukan tersedia dengan baik.

K. Kesalahan Umum Data PendudukKesalahan data yang akan dibahas disini hanyalah kesalahan yang berkaitan dengan

kepentingan analisis demografi, yaitu kesalahan data umur, dan juga kesalahan data jenis kelamin.

Untuk menemukan apakah terdapat kesalahan pelaporan jenis kelamin, maka digunakan peralatan sex ratio. Caranya adalah dengan membandingkan sex ratio berbagai kelompok umur yang berbeda atau membandingkan sex ratio berbagai daerah berbeda-beda. Kemudian, dilihat konsistensi sex ratio kelompok umur yang satu dengan kelompok umur yang lainnya, atau konsistensi antara sex ratio daerah satu dengan daerah lainnya. Dikatakan konsisten apabila tidak terdapat perbedaan-perbedaan mencolok.

Untuk dapat melihat apakah terdapat kesalahan pelaporan umur, amatlah mudah. Cara termudah adalah dengan mengamati grafik penduduk yang disebut piramidapenduduk yang disusun atas dasar umur tunggal. Bila umur dilaporkan dengan baik, maka pyramid akan berbentuk halus dan licin dalam arti tidak terdapat penonjolan-penonjolan pada tubuh pyramid tersebut (heaping). Disamping itu jumlah penduduk pada usia yang lebih muda selalu lebih banyak dari pada jumlah penduduk pada usia yang lebih tua, dan ini bisa diketahui dari panjangnya grafik atau “balok-balok” yang membentuk piramida penduduk tersebut, makin keatas makin pendek.

Page 24: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Kemudian samapai sejauh mana pelaporan itu kurang baik, dapat diukur dengan menggunakan indeks-indeks. Antara lain indeks umur tunggal, indeks Whipple, indeks meyer. Indeks-indeks ini untuk mengukur ketelitian data penduduk yang disusun dengan umur tunggal. Bila data tersaji dalam bentuk yang telah dikelompokkan (misalnya lima tahun), maka ketelitian dapat diukur dengan indeks UN.

Bila data penduduk telah diukur dengan indeks-indeks diatas, maka mudah pula bagi pemakai untuk membandingkan ketelitian data yang satu dengan ketelitian data yang lainnya. Misalnya, antara Provinsi A dan Provinsi B.

Kesalahan data umur ini penyebabnya secara umum dapat dibagi dua. Pertama, terjadi perbedaan kelengkapan pencatatan penduduk antara kelompok umur yang berbeda, dan kedua, karena adanya mis-ststment dari pada mereka yang tercacah. Yang dimaksud dengan yang pertama, misalnya penduduk umur 15 tercatat dengan lengkap, sedangkan penduduk umur 14 atau 16 tidak tercatat lengkap. Yang dimaksud dengan yang kedua adalah kesalahan pencatat yang bisa disebabkan oleh ketidak tahuan responden akan umurnya sendiri, atau pencatatan yang salah oleh petugas, atau karena tidak dimengertinya pertanyaan pada kousioner.

Factor ketidaktahuan menyebabkan seseorang ‘mengarang’ umurnya sendiri, atau membuat kira-kira. Dalam membuat kira-kira ini, terdapat kecendrungan mengadakan pembulatan umur kebilangan yang mudah. Yang dimaksud dengan bilangan yang mudah adalah angka 0 dan angka 5, karena itu ada kecendrungan membulatkan umur kebialangan-bilangan yang berakhir dengan angka 0 dan 5 seperti 25, 30, 35, 40, 45, 59, dan seterusnya, karena adanya gejala seperti ini, dikatakan ada digit preference (kesukaan pada digit atau angka tertentu).

Factor kesengajaan agak sulit diterangkan. Seseorang yang tahu dengan tepat umurnya yang sebenarnya, bisa saja sengaja melaporkan dengan salah. Alasannya tentu bermacam-macam. Kearah atau keangka mana ia akan melaporkan umurnya tidak bisa diduga. Namun demikian, melihat kenyataan betapa umur-umur yang berangka akhir 0 dan 5 selalu memiliki jumlah yang besar, ada kemungkinan bahwa mereka yang sengaja melaporkan umurnya dengan salah ini melapor keangka-angka yang berakhiran dengan 0 atau 5.

L. Penghalusan (Smoothing) Data Umur Setelah diketahui adanya penyimpangan- penyimpangan pada data umur yang tampak

dalam bentuk piramida penduduk yang tidak halus (penuh dengan tonjolan-tonjolan), tentunya pemakai data memakai data tersebut dengan demikian saja akan menghasilkan sesuatu yang juga akan menyimpang dari yang seharusnya. Oleh sebab itu sebelum dipakai sebaiknya data itu dihaluskan lebih dulu. Ada berbagai cara menghaluskan (smoothing) data umur ini. Tapi hal ini tidak akan dibahas disini.

BAB 4FERTILITAS (KELAHIRAN)

A. PendahuluanFertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari

seorang wanita aau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.

Page 25: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang linkupnya. Fertilitas mencakup pernan kelahiran pada perubaha penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia

B. Konsep-konsep Lahir hidup (live birht); menurut UN dan WHO, adalah seuatu kelahiran bayi tanpa

memperhitungkan lamanya didalam kandungan, dimana si-bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut jantungnya atau denyut tali pusar atau gerakan-gerakan otot.

Lahir Mati (still Birhtt); kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan

Abortus; kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu. ada 2 macam abortus, disengaja (induced) dan tidak di sengaja (spontaneos). Induced Abrtion dapat:

o berdasarkan alasan medis, misalnya; karena mempunyai penyakit jantung

yang berat sehingga membahayakan jiwa si ibu. o Tidak berdasarkan alasan medis

Masa Reproduksi (Childbearing age)Masa dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun)

C. Sumber Data1) RegistrasiData yang tersedia : statistik kelahiran (Birth statistic)Kelemahan-kelemahannya: Ketepatan definisi yang dipakai dan aplikasinya Kelengkapan ( Completeness) registrasi Ketepatan alokasi tempat Ketepatan alokasi waktuKetepatan pengelompokan kelahiran berdasarkan karakteristik ekonomi /demografi

Untuk negara maju, kelemahan-kelemahan a, b dan d sebagian besar sudah teratasi. Sedangkan dinegara yang sedang berkembang ke-5 macam kelemahan tersebut masih terasa. Yang paling menonjol adalah kelemahan b. yaitu kelemahan registrasi.

Hal ini disebabkan: Penduduk (baik yang mempunyai anak maupun petugas registrasi) tidak menyadari

pentingnya registrasi kelahiran Penduduk tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:

tanggal kelahiran anaknya, umur ibunya dan sebagainya2) SensusData yang tersedia :a. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelaminb. Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidupc. Jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu periode yang lalu (misal: 1 thun yang lalu)d. Data penduduk yang berhubungan dengan variabel fertilitas ( misalnnya penduduk

usia kawin)Kelemahan-kelemahannya:

Page 26: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

a. Keterangan jumlah anak yang pernah dilahirkan sangat tergantung pada daya ingat dari si ibu. Semakin tua umur ibu semakin besar kemungkinan melupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Hal ini disebabkan anaknya mungkin sudah menikah meninggal atau tinggal bersama dengan salah satu keluarganya di tempat yang lain.

b. Keterangan mengenai banyaknya yang lahir setahun yang lalu tergantung pada ketepatan dalam memperkirakan jangka waktu satu tahun sebelum sensus. Perkiraan jangka waktu ini bisa terlalu panjang atau sebaliknya terlalu pendek

c. Keterangan keterangan penduduk yang dikaitkan dengan variabel fertilitas juga menganggung kesalahan pelaporan umur oleh penduduk dan biasanya sering terjadi oleh negara yang sedang berkembang

3) SurveiData yang tersedia:Sama dengan data yang tersedia dari sensus, dari a sampai dengan d.e. keterangan tambahan mengenai fertilitas yang terinci misal:

Riwayat kelhairan (birth hsitory/pregnancy history) mulai dari anak pertama hingga anak terakhir

Status kehamilan (pragnancy status) Kelemahan-kelemahan yang di temui sensus juga berlaku didalam survei karena

kedua jenis sumber data tersebut berdasarkan informasi mengenai kejadian kelahiran (bird event) yang sudah lampau

Data fertilitas yang bersifat nasional: Sensus penduduk 1961, BPS Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahap III, 1967, BP Sensus penduduk 1971, BPS Survey fertilitas dan mortalitas indonesia 1973, LD FEUI Supas (Survey Penduduk antar sensus) tahap II dan III 1976, BPS Susenas 1979, BPS Sensus penduduk 1980, BPS

Persoalan-persoalan dalam pengukuran fertilitas :Seperti halnya angka mortalitas, anggka fertilitas pun diukur berdasarkan pembagian

jumlah kejadian (events) dengan penduduk yang menanggung resiko melahirkan (esposed to risk) walaupun demikian ada beberapa persoalan yang di hadapi dalam hal pengukuran fertilitas yang tidak dijumpai dalam pengukuran mortalitas.

a. Suatu angka (rate) menunjukkan ukuran untuk suatu jangka waktu. Angaka fertilitas menunjukkan dua pilihan jangka waktu. Pertama untuk jangka waktu pendek, biasanya 1 tahun. Sendangkan pilihan kedua adalah jumlah kelahiran selama masa reproduksi

b. Suatu kelahiran melibatkan kedua orang tuanya, sehingga memungkinkan timbulnya keinginan untuk mengatur fertilitas berdasarkan sifat-sifat itu ayah atau kedua orang tuanya. Namun informasi yang dikumpulkan , biasanya hanya yang berhubungan dengan si ibu, sehingga dengan sendirinya pengukuran fertilitas hanya berdasarkan sifat-sifat ibu saja. Walaupun demikian cara yang dipakai untuk pengukuran fertilitas

Page 27: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

terhadap wanita seperti yang telah disebutkan, sebenarnya dapat juga dipakai untuk mengukur fertilitas dari pria.

c. Penentuan penduduk yang exposed to risk didalam pengukuran fertilitas sangat sukar. Tidak setiap orang mempunya resiko melahirkan, walaupun yang masih kanak-kanak dan yang tua bisa dengan udah dipisahkan, akan tetapi tidak semua wanita yang berumur diantara kedua kelompok tersebut menanggung resiko melahirkan.

d. Sangat sukar membedakan live birth (lahir hidup) dan still birth ( lahir mati)e. Melahirkan lebih dari 1 kali adalah hal yang bisa terjadi pada seorang istri. Ada unsur

pilihan antara melahirkan lagi atau tidak. Pilihan ini tergantung pada beberapa hal seperti pendidikan, jumlah anak yang telah mereka miliki dan lain-lain.

D. Ukuran DasarAda dua macam pendekatan:

a) Yearly Performanceb) Reproduktiv History

Ad. 1. Yearly Performance (Current Fertility) Mencerminkan fertilitas dari suau kelompok penduduk sebagai kelompok penduduk

untuk jangka waktu satu tahun . ini yang disebut current fertility.a. Crude Birth Rate ( CBR) atau anggka kelahiran kasar

Rumus: CBRBP

. k

Dimana :B = Jumlah kelahiran sama dengan satu tahunP = Jumlah penduduk pada pertengahan tahunK = Bilangan Konstan, Biasanya 1.000Misal :

Banyaknya kelahiran di jakarta pada tahun 1970 adalah 182.880 bayiBanyaknya penduduk pada pertengahan tahun 1970 sebesar 4.546.942 orang.

Maka: CBR182.880

4.546 .942 x 1.000=40,2 perseribu penduduk

Kebaikannya :Perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang

jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahunKelemahannya:

Tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak kanak dan 50 tahun keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar

b. General Fertility Rate (GFR) atau Angka Kelahiran UmumGFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tau

15-44 tahun

Rumus : GFR= B

P15−49f

. k atauGFR= B

p15−44f

. k

Dimana :B = jumlah kelahiran 1 tahun

P15−49f = jumlah penduduk wanita yang berumur 14-49 tahun pada pertengahan tahun

Page 28: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

P15−44f = Jumlah penduduk wanita yang berumur 14-44 tahun pada pertengahan tahun

k = bilangan konstan, biasanya 1.000Misal ;

Dari contoh pada (1), apabila diketahui banyaknya penduduk wanita berumur 15-49 tahun pada pertengahan tahun sebesar 1.165.680 orang

Maka : CBR= 182.8801.165680

x 1.000

= 156,9 perseribu penduduk wanita usia 15-49 tahunKebaikannya:

Ukuran ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yg berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk.Kelemahannya adalah:

Ukuran ini tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.

c. Age Specific Fertility Rate ( ASFR) atau Angka Kelahiran menurut kelompok umur

ASFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu.

Rumus: ASFRi

b i

p if . k (I = 1 s/d 7)

Dimana: b i = jumlah kelahiran di dalam kelompok umur i selama 1 tahun

Pif = jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun

k = bilangan konstan, biasanya 1.000

Umur wanitaPenduduk Wanita

KelahiranASFRTiap 1000 wanita(4)=[(3):(2)]x1000

15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-49

264.960208.080200.880163.440151160110.16066.960

15.84041.04050.40049.68018.0007.0200720

601972513041196511

Kebaikannya: Ukuran lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk

ke dalam berbagai kelompok umur Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (curret fertility)

menurut berbagai karakteristik wanita Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan uuran fertilitas dan repreduksi

selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR)Kelemahannya:

Page 29: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Ukuran ini membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR.

Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.d. Total Fertinity (TFR) atau angkaKelahiran TotalTFR adalah jumlah dari ASFR dengan catatan bahwa umur dinyatakan dalam satu

tahunan

Rumus : TFR=5∑i=1

7

ASFRi (i=1,2 …..)

Dimana:ASFR = angka kelahiran menurut kelompok umur.i = kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19Misal:

Dari tabel 1, TFR=5∑i=1

7

ASFRi

TFR = 5(60+197+251+304+119+65+11)= 5x1007= 5035 per 1.000 wanita usia 15-49 tahunAtauTFR = 5.035 untuk tiap wanita usia 15-19 tahun

Ad. 2. Reproductive History (commulative fertility)e. Jumlah anak yang pernah dilahirkan

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama reproduksinya, dan disebut juga paritas

Rumus: rata-rata jumlah anak dilahirkan = CEBi

P if

Dimana:CEB i : jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh sekelompok umur i

Pif : jumlah wanita pada kelompok umur i

Umur WanitaCEBAnak yang dilahirkan

Rata-rataCEB/wanita

15-1920-2425-2940-4445-49

2.143.7353.681.9304.702.1533.001.1992.200.035

1.231.5566.106.51014.344.62914.972.47910.777.259

0,574 (P j)1,691 (P2)3,051 (P3)4,989 (P6)4,899 (P7)

Catatan:Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan untuk kelompok wanita berumur 45-49 disebut completed family size.

Kebaikannya:

Page 30: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Mudah didapatkan informasinya Tidak ada referensi waktu

Kelemahannya: Angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan

pelaporan umur penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang Ada kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah

anak yang dilahirkan Fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan wanita yang masih

hidup Disamping ukuran-ukuran tersebut ada ukuran lain:f. CHild Women Ratio (CWR)CWR adalah hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan

jumlah penduduk wanita usia reproduksi.

Rumus: CWR=P0−4

P15−44f .k atau

CWR=P0−4

P15−44f

Dimana:P0−4 = jumlah penduduk umur 0-4 tahun

P15−49f = jumlah wanita umur 15-49 tahun

P15−44f = jumlah wanita umur 15-44 tahun

k =bikangan konstan, biasanya 1.000Misal:Banyaknya penduduk umur 0-4 tahun : 3.193.185 orangBanyaknya wanita umur 15-49 tahun : 5.117.015 orang

Maka:

CWR=P0−4

P15−49f . k

¿ 3.193.1855.117.015

x 1.000 = 624

CWRdisebut indikator dari general fertility Rate. Oleh beberapa buku CWR disebut general fertility Ratio. Mengapa untuk CWR cenderung dipakai jumlah anak usia 0-4 tahun, bukan 0-1 tahun?

Hal ini disebabkan oleh: Data dari sensus di publikasikan dalam 5 tahunan, bukan 1 tahun. Kekurangan pelaporan (under enumeration) lebih banyak terjadi pada usia 0-1 tahun

dibandingkan pada usia 0-5 tahun

Dalam perhitungan rasio, semakin besar jumlah pembilang semakin stabil Kebaikannya: Untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus Berguna untuk indikasi fertilitas didaerah kecil sebab dinegara yang registrasinya

cukup baik pun statistik kelahiran tidak di tabulasikan untuk daerah kecil-kecil

Page 31: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Kelemahannya: Langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sedang terjadi

di negara berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.

Dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak, khususnya dibawah 1 tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya.

Tidak memperhitungkan distribusi umurdari penduduk wanita.E. Menghitung GFR berdasarkan CWRAsumsi yang dipakai tidak ada migrasi.Langkah-langkah:1. a. Hitung jumlah anak dibawah 5 tahun (P0−4) misal: 431.658

b. Hitung jumlah wanita umur 15-44 tahun (P15−44f

❑) Misal: 537.670

c. hitung jumlah wanita umur 20-49 tahun (P20−49f ). Misal: 458.851

2. Hitunglah jumlah wanita umur 1712−47

12

P17

12−47

12

f =12(P15−44

f +P15−49f )

¿ 12

(537.670+458.851 )=498.261

3. Hitung rasio masih hidup (survival ratio)

SR0−4=L0−4

SL0

Misal : SR0−4=0,90961 **) angka ini merupakan SR untuk angka ke 2 jenis kelamin

4. Hitunglah jumlah kelahiran 5 tahun ( sebelum sensus/survei)

Misal: B=P0−4

SR0−4

= 431.6580.90961

=474.553

5. Mencari SR dari wanita, L

17 12−47 1

2

L15−44

Dimana:

L17

12−47

12

=12¿)

Misal:

L

17 12−47 1

2

L15−44

= 0.98860

6. Perkirakan jumlah wanita usia 15-44 pada pertengahan 5 tahun sebelum sensus /survei (mid five year population)Misal:

Page 32: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

P15−44f =

P17

12−47

12

f

SR=498.261

0.98860=504007

7. GFR perkiraan anak yang dilahirkan

perkiraan wanita usia15−44. k

GFR474.553504.007

x 1000 = 941,6 per 1.000 wanita

F. Ukuran-ukuran ReproduksiUkuran reproduksi direprentasikan dengan angka reproduksi, yaitu ukuran yang

berkenaan dengan kemampuan suatu penduduk untuk menggantikan dirinya. Oleh karenanya yang dihitung hanyalah bayi wanita saja

1. Gross Repriduction Rate (GRR)Yaitu banyaknya perempuan yang dilahirkan oleh suatu kohor wanita. Ada dua cara menghitung GRR, yaitu:

a) Jika diasumsikan bahwa rasio jenis kelamin pada saat dilahirkan dari bayi yang dilahirkan oleh tiap kelompok usia sama (misal: 103). Maka:

Rumus:

Dimana: ASFRi = jumlah kelahiran pada tiap kelompok umurI = kelompok umur

b) Apabila diketahui banyaknya bayi wanita untuk kelompok usia ibu I maka:

Rumus :

Dimana: ASFRFi=¿ jumlah bayi wanita dari kelompok umur iKelemahannya: Tidak memperhitungkan kemungkinan mati bayi wanita tersebut sebelum masa reproduksinyaMisal:

Perhitungan angka fertilitas total untuk DKI jakarta menunjukkan angka sebesar 5.035 dari 1.000 wanita jika diketahui rasio jenis kelamin pada waktu lahir sebesar 103.

Maka:GRR=100203

. TFR

= 100203

x 5035 = 2480,3 per 1000 wanita usia 15-49

Perhitungan GRR jepang, 1965

UmurPendudukWanita

KelahiranBayi Wanita

ASFR Per 1000 Wanita Hanya Untuk Bayi Wanita

(1) (2) (3) (4)15-1922-2425-29

5.3735004.572.4004.206.800

8.624250.389416.112

1,6054,7698,91

GRR100203

x 5.∑i=1

7

ASFRi

GRR=5.∑i=1

7

ASFR Fi

Page 33: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

30-3435-3940-4445-49

4.110.1003.751.0003.231.7002.697.200

172.79335.3804.805228

42,049,431,490,08

2. Net Reproduction Rate ( NRR)Angka ini memperhitungkan kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai masa reproduksi.Asumsi yang dipakai adalah bayi perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas dan mortalitas ibunya.

Misal:

UmurPenduduk wanita

Kelahiran bayi wanita

ASFR per 1000 wanita

Rasio masih hidup hingga usia ibunya

Bayi yang diharapkan tetap hidup per 1000 wanita

(1) (2) (3) (4) (5) (6)15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-49

5.373.5004.572.4004.206.8004.110.1003.751.0003.231.7002.697.200

8.624250.389416.112172.79335.3804.805228

1,6054,7698,9142,049,431,490,08

0,97360,97100,96740,95960,95520,94420,9304

1,55853,19295,68640,3429,0081,4000,074

NRR = 5x201.246 = 1006,23 per 1000 wanita , atau= 1,00623 per wanita

Ini berarti:Rata-rata banyaknya anak perempuan yang dimiliki oleh suatu kohor wanita yang

akan tetap hidup hingga masa reproduksinya adalah 1,00623 orang.Period TFR & Generasi (kohor) TFR

Tahun Observasi

ASFR per 1000 wanita15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

1901-19051906-19101911-19151916-19201921-19251926-19301931-19351936-19401941-19451946-19501951-19551956-19601961-19651966-1970

2727241426283025182422222527

13513511972131130126126108158156159174162

16114712993142132123123126184168174182165

119111927510293858192130113107110100

7869615259544845567563585548

3327232222201715202621191815

53222221222211

Hasil perhitungan Dr. s Thaper, untuk perancisTFR untuk generasi 1881-1890 = 5 x (27 + 135 + 129 + 75 + 59 + 20 + 2)

Page 34: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

= 5 x 447= 2.235 per 1000 wanita

TFR pada periode 1931-1935 = 5 x ( 30 + 126 + 123 + 85 + 48 + 7 + 2 )= 5 x 431 = 2.155 per 1000 wanita

H. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Fertilitas 1. Menurut Kingsley Davis & Judit BlakeTiga tahap penting dalam reproduksi:

Tahap hubungan kelamin (intercourse) Tahap konsepsi (conception) Tahap kehamilan (gestation)

Faktor-faktor sosial. Ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya dengan ketiga tahap reproduksi di atas faktor-faktor yang langsung mempunyai kaitan dengan ketiga tahap disebut”VARIABLE ANTARA” Variable antara terdiri atas:

a) Enam (6)intercourse variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kelamin ( intercourse), yaitu:

Umur memulai hubungan kelamin Selibat permanen: proporsi wanita yang tak pernah mengadakan hubungan kelamin Lamanya berstatus kawin Abstinensi sukarela Abstinensi terpaksa ( misal: sait, berpisah sementara) Frekuensi senggamab) Tiga (3) conseption variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan

terjadinya konsepsi (conseption) Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja Pemakaian kontrasepsi Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang disengaja ( misal:

sterilisasi)c) Dua (2) Gestation variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan Mortalitas janin karena hal-hal yang tidak disengaja Mortalitas janin karena hal-hal yang disengaja2. Menurut Ronald FreedmanIntermediate variable sangat erat hubungannya dengan norma-norma sosial /masyarakat.

Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada .3. Menurut H.LeibensteinAnak dilihat dari 2 segi kegunaannya dan biaya. Keguanaanya ialah memberikan

kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua dimasa depan. Sendangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunya anak tersebut.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik ini berarti biayanya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetap balas jasa

Page 35: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tak bergantung dari sumbangannya anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.

4. Menurut Gary BeckerIa mengangap anak sebagai barang konsumsi tahan lama (durable goods) orang tua

mempunyai pilihan antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas diartikan pengeluaran (biaya) rata-rata untuk anak oleh suatu keluarga yang didasarkan atas 2 asumsi:

Selera orang tua tidak berubah Harga anak dan barang-barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi keputusan rumah

tangga untuk berkonsumsi.Jika seandainya harga anak (H)= Rp.3000, dan harga Televisi (HIV) = Rp.2000

sedangkan pendapatan orang tua (Yang)= Rp60.000. I. Studi Perbedaan Fertilitas di IndonesiaDari hasil studi yang pernah dilakukan ternyata pengaruh beberapa faktor penentu

fertilitas tidak seperti yang ditemukan dalam generalisasi yang telah ada. Beberapa faktor penentu tersebut antara lain:

a) Tempat Tinggal Wanita Pada Saat PencecahanPengamatan terhadap perbedaan fertilitas menurut tempat tinggal (kota - pedesaan),

menunjukkan bahwa fertilitas di daerah kota sedikit lebih tinggi daripada pedesaan, hal ini tidak sama dengan yang diharapakan para peneliti bahwa penduduk kota akan mempunyai tingkat fertilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tingat fertilitas yang bertempat tinggal di desa

Gavin Jones et. Al., memberikan ulasan mengenai tingginya tingak fertilitas di kota mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat memory lapse wanita pedesaan dibandingkan wanita yang tinggal di daerah kota.

Herijati Hatmadji et. Al., sebaliknya mempunyai pendapat bahwa fertilitas di jawa-pedesaan memang sedikit lebih tinggi daripada yang tinggal di daerah tersebut

b) Tingkat PendidikanPengaruh pendidikan terhadap fertilitas tidak tepat seperti yang diperkirakan, yaitu makin

rendah fertilitasnya. Studi berdasarkan sensus penduduk 1971 menunjukkan gejala hubungan antara fertilitas dan pendidikan yang ditamatkan yang berbentukU terbalik dimana pada tingkat pendidikan rendah hinggal SLP hubungannya positif kemudian sesuah itu hubungannya menjadi negatif. Hull menambahkan bahwa tingkat pendidikan dimana fertilitas muali menunjukkan penurunan berada diantara desa dan kota. Pola yang sama dilaporkan juga oleh Harijati Hatmaji et, al., dalam studinya dengan menggunakan data hasil survei penduduk antar sensus tahap kedua. Dalam studinya ia menggolongkan tingkat pendidikan menjadi 9 kategori, mulai dari tidak sekolah hingga tamat akademi/univeristas.

Kesimpulan yang ditark kasto agak berbeda dimana dilaporkan adanya hubungan negatif antara variable pendidikan dan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan . Bondan Supratilah et, la., dengan menggunakan data surveif mortalitas indonesia melaporkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dan fertilitas berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain. misalnya

c) Umur perkawinan pertamaSejalan dengan pemikiran bahwa makin muda seseorang melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya maka dapat diharapkan makin muda seseorang melakukan

Page 36: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan, jadi hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas negatif. Hipotesis ini mendapatkan dukungan peneliti-peneliti dalam penemuan atas studi-studinya.

d) Pengalaman bekerja Ukuran yang diapakai untuk factor pengalaman bekerja berbeda-beda. Missal; jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dll.

BAB 5MORTALITAS ( Kematian )

A. Pengertian mortalitas :Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik)

pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.

Lahir hidup : peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memndang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, detak tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali puat sudah dipotong atau belum (LIVE BIRTH)

Mati : keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (DEATH)Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin)1. Abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu.2. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada umur kandungan 28 minggu.3. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu lahir.Kematian bayi di luar rahim (extra uterin)

Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan.Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan.Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun.Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun.

B. Sumber Data Kematian1) Sistem Registrasi VitalDisini kejadian kematian dilaporkan dan cicatat segera setelah kematian tersebut terjadi.

Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya registrasi vital yang bersifat lokal. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.

Page 37: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

2) Sensus atau Survei PendudukPada sensus atau survei, kejadian kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa itu

terjadi. Data kematian yang diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi 2 bentuk:

Bentuk Langsung (Direct Mortality Data)Data kematian berbentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada

responden tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Bentuk Tidak Langsung (Indireck Mortality Data)

Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang Survivorship golongan penduduk tertentu, misalnya : anak, ibu,ayah, dan lain sebagainya.

Selain sumber data diatas, data kematian penduduk untuk golongan tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari Rumah Sakit, Dinas Pemakaman, kantor Polisi Lalu Lintas, dan lain sebagainya. Tingkat kematian saling berbeda antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lainnya. Tingkat kematian dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: faktor sosial-ekonomi, faktor pekerjaan, faktor tempat tinggal, faktor umur, faktor jenis kelamin, faktor pendidikan, faktor umur, dan lain sebagainya.

C. Ukuran Kematian Ukuran kematian menunjukkan susatu atau indeks yang dipakai sebagai dasar untuk

menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu satuan penduduk.

Crude Death Rate (CDR = Angka Kematian Kasar)Angka Kematian Kasar adalah jumlah kematian pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut. Secara konvensional angka kematian untuk 1.000 orang da[at dinyatakan sebagai berikut:

Di mana : D = jumlah kematianP = jumlah penduduk pada pertengahan tahunK = 1.000

Di negara-negara yang sudah maju, CDR sudah bisa ditekan sampai dibawah 10 per 1.000 penduduk. Sebaliknya di negara-negara yang masih terbelakang, CDR masih di atas 20 per 1.000 penduduk.

Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)

Page 38: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Resiko kematian menurut umur berbeda antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lainnya. Dalam hal ini resiko kematian menurut umur relatif tinggi pada kelompok umur sangat mudan dan umur tua.

Di mana : Di = jumlah kematian pada kelompok umur iPi = jumlah penduduk pada kelompok umur i pada pertengahan tahunHubungan antara CDR dan ASDRi :Perbedaan resiko kematian menurut umur tersebut nantinya akan dikenal dengan angka

kematian bayi, angka kematian anak, dan angka kematian dewasa. Ada juga perbedaan resiko kematian menurut umur berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya, tergantung pada tujuan aplikasinya.

Infant Mortality Rate (IMR = Angka Kematian Bayi)

Di mana : D<1 = jumlah kematian bayi kurang dari 1 tahunB = jumlah kelahiran hidupV

DefinisiAngka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.Cara Menghitung

 Dimana:AKB      = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) D 0-<1th     =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu  di daerah tertentu. ∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di  daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup). K = 1000

Kegunaan Angka Kematian Bayi dan BalitaAngka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana

angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan

Page 39: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.4.Konsep “person Years Lived”

Person Years lived (PYL) diterjemahkan sebagai “tahun orang hidup” . satuan PYL hanya dapat dihitung apabila setiap orang pada pada kota atau penduduk yang bersangkutan diketahui kapan tepatnya lahir di kota atau masuk ke kota tersebut dan mati di kota atau keluar dari kota tersebut selama periode yang dimaksud. Jika menyangkut suatu penduduk yang sangat besar maka jumlah orang yang exposed to risk dengan satuan PYL tidak pernah dihitung, tetapi hanya diterapkan.

BAB 6MIGRASI

A. Pendahuluan Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan

penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiaran dan kematian. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk dipelajariuntyuk mengingat adanya densitas (kepadatan )dan distribusi penduduk yang tidak merata.

Faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang- orang untuk melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan,di pihak lain komunikasi dan transportasi semakin lancar. Migrasi antarbangsa (migrasi internasional )tidak begitu berpengaruh dalam menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu Negara kecuali di beberapa Negara tertentu yang berkenaan dengan pengungsian, akibat dari bencana, baik alam maupun perang.

Defenisi:Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke

tempat lain melampaui batas politik/ Negara ataupun batas administratif/ batas bagian dalam suatu Negara. Adanya dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaan migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah.

Untuk dimensi waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena sulit menentukan beberapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migrasi, tetapi biasanya digunakan defenisi yang ditentukan dalam sensus penduduk. Untuk dimensi daerah secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar Negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut migrasi internasional.

Sedangkan perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarprovinsi, kota atau kesatuan administratif lainnya yang dikenal dengan Migrasi Intern. Perpindahan local, yaitu perpindahan satu alamat ke alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara misalnya dalm satu provinsi. Migrasi merupakan aktivitas pindahannya seseorang sedangkan orangnya yang pindah tempat tinggal disebut Migran.

Defenisi Migran menurut PBB adalah A migrant is a person who changes his place of residence from one political or administrative area to another. Jika jangka waktunya lebih

Page 40: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

pendek lagi misalnya dalam satu hari, yaitu pagi berangkat dan sore kembali yang dilakukan terus-menerus setiap harinya dikenal sebagai migrasi pulang pergi atau Commuting atau ‘nglaju’ menurut istilah I.B. Mantera.

Jika jangka mengenal beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas): Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja

( recurrent movement ) Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara, seperti perpindahan tinggal bagi para

pekerja musiman Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke tempat semula

(non-recurrent movement).Mengenai mobilitas ini dalam sosiologi menurut sifatnya dibedakan menjadi mobilitas

vertikal dan mobilitas horizontal. Yang termasuk dalam mobilitas horizontal adalah perpindahan penduduk secara teritorial, spasial atau geografis, sedangkan mobilitas vertical dikaitkan dengan perubahan status social dengan melihat kedudukan generasi misalnya melihat status kedudukan ayah.

B. Jenis-Jenis MigrasiAda beberapa jenis migrasi yang perlu diketahui, yaitu :a) Migrasi Masuk (In Migration)

Masuknya peduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination)b) Migration Keluar (Out Migration )

Perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal (area of origin).c) Migration Neto ( Net Migration)

Merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.Apabila migrasi yang masuk lebih besar dari pada migrasi keluar maka disebut

migrasi neto positif sedangkan jika migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk

d) Migration Bruto (Gross Migration)Jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar

e) Migrasi Total (Total migration)Adalah seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi mencakup migrasi semasa

hidup (life time migration) dan migrasi pulang (return migration ) Migran Total adalah semua orang yang pernah pindah.

f) Migrasi InternasionalMigrasi yang merupakan masuknya penduduk ke suatu Negara disebut Imigrasi

(Immigration) sedangkan sebaliknya jika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk dari suatu Negara disebut Emigrasi (Emigration).

g) Migrasi semasa hidup (Life Time Migration)Migrasi yang berdasarkan tempat kelahiran, mereka yang pada waktu pencacahan

sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan daerah tempat kelahirannya.h) Migrasi parsial (partial Migration)

Adalah jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu daerah asal, atau dari asal ke satu daerah tujuan. Migrasi ini merupakan ukuran dari arus migrasi antara dua daerah asal dan tujuan.

i) Arus Migrasi (migration stream)

Page 41: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Merupakan jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.

j) Urbanisasi (urbanization)Bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan

oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan daerah kota. Defenisi urban berbeda-beda antara satu Negara dengan Negara lainnya tetapi biasanya pengertiannya berhubungan dengan kota-kota atau daerah- daerah pemukiman lain yang padat.

Klasifikasi yang dipergunakan untuk menentukan daerah kota biasanya dipengaruhi oleh indicator mengenai penduduk, indicator mengenai kegiatan ekonomi indicator jumlah fasilitas urban atau status adnimistrasi suatu pemusatan penduduk.

k) Transmigrasi (Transmigration)Transmigration adalah salah atu bagian dari migrasi. Istilah ini memilikiarti yang

sama dengan ressettelement atau settlement dalam literatur. Transmigrasi adalah pemindahan dan/kepindahan penduduk dari suatu daerah tertentu untuk menetap ke daerah lain yang di tetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.Transmigrasi diatur dengan undang-undang no.3 Tahun 1972.

Transmigrasi yang diselenggarakan dan diatur pemerintah disebut transmigrasi umum sedangkan transmigrasi yang biaya perjalanan dibiayai sendiri tetapi ditampung oleh pemerintah disebut transmigrasi Spontan atau transmigrasi Swakarsa.

C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi MigrasiPada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan

seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.Faktor-faktor pendorong migrasi : Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya pemerintahan atas

barang-barang tertentuyang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.

Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal ( misalnya di pedesaan) akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive).

Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal. Tidak cocok lagi dengan adat/ budaya /kepercayaan di tempat asal. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan

karir pribadi. Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau

adanya wbah penyakit.Faktor-faktor penarik migrasi: Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki

lapangan pekerjaan yang cocok. Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim,

perumahan, sekolah dan fasilitas-fsilitas kemasyarakatan lainnya.

Page 42: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Tarik dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung. Adanya aktifivas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil. Menurut Everett S. Lee ada 4 faktor yang menyebabkan orang mengambil

keputusan untuk melakukan migrasi yaitu: Faktor-fakto yang trdapat di daerah asal Faktor-fakto yang terdapat di tempat tujuan Rintangan-rintangan yang menghambat Faktor-faktor pribadi.

Faktor tempat asal, tempat tujuan serta faktor penghambat dalam proses migrasi:

Tempat asal Tempat tujuan

Disetiap tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor positif yang menahan orang untuk tetap tinggal disitu, dan menarik orang luar untuk pindah ke tempat tersebut; ada sejumlah faktor negative yang mendorong orang untuk pindah dari tempat tersebut; dan sejumlah faktor netral yang tidak menjadi masalah dalam keputusan untuk migrasi.

Selalu terdapat sejumlah rintangan yang dalam keadaan-keadaan tertentutidak seberapa beratnya, tetapi dalam keadaan lain, tidak dapt diatasi.Rintangan-rintangan itu antara lain mengenai jarak ( jarak antara daerahasal dan daerah tujuan). Rintangan “jarak” ini meskipun selalu ada, bukan merupakan faktor terpenting.

Contoh-contoh penghalang lain atau rintngan seperti:Tembok berlin Undang-undang ImigrasiBiaya pengangkutan alat rumah tangga dari tempat asal ke tempat tujuan.

Sedangkan faktor pribadi mempunyai peranan penting karena faktor-faktor nyata yang terdapat di tempat asal atau tempat tujuan belum merupakan faktor utama, karena pad akhirnya kembali pada tanggapan seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan kecerdasannya.

Kesadaran tentang kondisi di lain tempat memengaruhi evaluasinya tentang keadaan di tempat asal. Pengetahuan tentang keadaan di tempat tujuantergantung kepada hubungan

Page 43: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

seseorang. Ada tujuh teori migrasi (The law of Migration)yang di kembangkan oleh E.G. Revenstein pada tahun 1885. Ketujuh teori migrasi yang merupakan peng “generelisasi”an dari migrasi ini ialah:

Migrasi dan jarak Banyak migran pada jarak yang dekat Migran jarak jauh lebih tertuju ke pusat-pusat perdagangan dan industry yang penting. Migrasi Bertahap Adanya arus migrasi yang terarah Adanya migrasi dari desa –kotakecil – kota benar. Arus dan Arus Balik Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya. Perbedaan antara desa dan kota mengenai kecenderungan melakukan migrasi Di desa lebih besar dari pada kota Wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat dibandingkan pria Teknologi dan migrasi Teknologi menyebabkan migrasi meningkat Motif ekonomi merupakan dorongan utama orang melakukan migrasi.D. Ukuran –ukuran Migrasi1. Angka Mobilitas

Adalah rasio dari banyaknya penduduk yang pindah secara local (mover) dalam suatu jangka waktu tertentu dengan banyaknya penduduk:

m = MP

.K

Di mana :m = angka mobilitasM = jumlah moverP = pendudukk = 1.000

Dalam kenyataan sulit untuk mengetahui jumlah penduduk yang pindah secara local ini.2. Angka Migrasi Masuk

Angka yang menunjukan banyaknya migrant yang masuk per 1.000 orang penduduk daerah tujuan dalam satu tahun.

m¡ = lp

. k

di mana :m¡ = angka migrasi masukl = jumlah migrasi masuk ( In migration)P = penduduk pertengahan tahun

3. Angka Migrasi Keluar Angka yang menunjukan banyaknya migran yang keluar per 1.000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun.

mo = op

. k

di mana :

Page 44: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

mo = angka migrasi keluar0 = jumlah migrasi keluar ( out migration)P = penduduk pertengahan tahun

4. Angka Migrasi NetoSelisih banyaknya migran masuk dan keluar ke dan suatu daerah per 1.000 penduduk dalam satu tahun.

mn = angka migrasi neto0 = jumlah migrasi keluarl = jumlah migrasi masukp = penduduk pertengahan tahun

5. Angka Migrasi BrutoAngka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan, yaitu jumlah migrasi masuk dan keluar di bagi jumlah penduduk tempat asal dan jumlah penduduk tempat tujuan.

mg = l−0

p 1−p 2. k

di mana:mg = angka migrasi netop1 = jumlah migrasi keluarP2 = jumlah migrasi masukk = penduduk pertengahan tahun

Contoh perhitungan: migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi neto, migrasi bruto dan migrasi semasa hidup.

Migrasi antara dua tempat misalnya Jakarta dan Jawa Barat*), Migrasi keluar dari Jakarta ke Jawa Barat tahun 1970, sebesar = 26124 jiwa. Migrasi masuk dari Jawa Barat ke Jakarta tahun 1970, adalah = 49133 jiwa. Penduduk Jakarta tahun 1970 adalah =4.350.710 jiwa. Penduduk Jawa Barat tahun 1970 adalah= 21.176.248 jiwa.

Angka migrasi masuk di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970:

mi = 49.133

4.350 .710x 1000=11,3per seribu

Angka migrasi ke luar di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970:

mo = 26.124

4.350 .710x 1000=6,0per seribu

Angka migrasi neto di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970

mn = 49.133−26.124

4.350 .710x 1000=5,3per seribu

Angka migrasi bruto di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970

mg = 49.133+26.124

4.350 .710+21.176 .248x 1000=11,3per seribu

Page 45: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Untuk melihat migra masuk semasa hidup ke Jakarta, yaitu jumlah pendudub Jakarta kelahiran luar Jakarta menurut provinsi tahun 1971. Untuk keperluan analisis lebih lanjut ada beberapa metode yang dapat digunakan, yang akan dibahas pada bagian berikut ini antara lain:

a. Belancing EquationPerkiraan mengenai migrasi neto dapat dilakukan dengan menggunakan datajumlah penduduk yang di peroleh dari sensus.Rumus yang digunakan:

l- E = (P1 – P0) – (B-D) di mana :

l- E = migrasi netoB-D = pertambahan alamiah dari penduduk P1 – P0 = pertumbuhan jumlah penduduk antara dua sensus

Tabel Migran Semasa Hidup ke Jakarta

ProvinsiMigran Semasa Hidupke Jakarta dari

Distribusi persentaseMigran Semasa Hidup

D.I. AcehSumatra UtaraSumatra Riau Jambi Sumatra SelatanBegkulu Lampung Jawa BaratJawa Tengah D.I. YogyakartaJawa TimurBali Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara TimurKalimantan BaratKalimantan TengahKalimantan SelatanKalimantan TimurSulawesi UtaraSulawesi Tengah Sulawesi SelatanSulawesi TenggaraMaluku Irian Jaya

10.40864.96880.6128.8004.39546.8264.6408.678767.413500.68958.717119.7093.8993.1276.35421.4961. 0258.3554.28318.5904.24830.6623.1109.1421.487

0,63,64,50,50,22,60,30,542,827,93,36,70,20,20,41,20,10,50,21,00,21,70,20,50,1

Jumlah 1.791.635 100,0Sumber : Sensus Penduduk 1971, DKI Jakarta, seri E No. 09 Biro Pusat Statistik, Jakarta, 1974 hal.97-98Contoh : Perkiraan migrasi neto Australia (30 Juni 1954-1961)Penduduk pada sensus 1961 (P1) = 10.508.000

Page 46: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Penduduk pada sensus 1954 (P0) = 8.987.000 (P1 – P0 ) = 1.521.000Kelahiran (B) = 1.544.000Kematian (D) = 601.000 B-D = 943.000l- E = (P1 – P0) – (B-D) = 578.000

b. Intercensal Survival Ratio MethodMemperkirakan migrasi neto menurut umur dengan metode rasio masih hidup Antarsensus bisa ditempuh dengan dua cara:

a. Forward Ratio;b. Reverse Ratio.

Forward Census Survival Ratio (FCRS) merupakan suatu pecahan yang pembilangnya adalah jumlah orang dalam suatu kelompok umur dari penduduk pada suatu sensus, sedang penyebut adalah jumlah orang dalam kelompok umur yang 10 tahun (jika sensus interval 10 tahun) lebih mud dari penduduk pad sensus sebelumnya.

FCSR atau SR = penduduk Umur 10−14 tahun Indonesia 71

penduduk Umur 0−4 tahunindonesia61

Maka, perkiraan migrasi neto umur 10-14 tahun pada 1971 untuk suatu daerah adalah:

N5M 101971 = P(10−14)

1971 – SR.P0−41961

Reverse Census Survival Ratio (RCSR) merupakan suatu pecahan yang pengambilangnya adalah jumlah orang dalam suatu kelompok umur pada suatu sensus, sedang penyebut adalah jumlah orang dalam kelompok umur 10 tahun lebih tua pada sensus sesudahnya.

RCSR atau 1

S . R =

penduduk Umur 0−4 tahun Indonesia 61penduduk Umur 10−14 tahunindonesia 71

Maka perkiran migrasi neto umur 0-4 tahun pada sensus 1961 untuk suatu daerah adalah :

N5M 01961 =

1S . R

. P( 10−14 )1971

– P0−41961

E. UrbanisasiUrbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah

masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak

Page 47: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap. Ada dua indeks yang di pakai untuk mengukur derajat urbanisasi yaitu:

a) Persentase Penduduk Kota

PU = UP

.1 .000

Di mana:Pu = persentase penduduk kota U = penduduk daerah kotaP = penduduk total

b) Rasio penduduk kota –desa (ratio of Urban- Rural Population)

UR = UR

. k

Di mana:Pu = persentase penduduk kota U = penduduk daerah kota

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik.

Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi

Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap Banyak lapangan pekerjaan di kota Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng Pengaruh buruk sinetron Indonesia Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas

Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi Lahan pertanian yang semakin sempit Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa Terbatasnya sarana dan prasarana di desa

Page 48: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Diusir dari desa asal Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

Keuntungan Urbanisasi Memoderenisasikan warga desa Menambah pengetahuan warga kota Menjalin kerja sama yang baik antar warga suatu daerah Menyeimbangkan masyarakat kota dengan masyarakat desa

Latar belakang masalah: “Pullfactor” yang demikian besar dari kota-kota dibandingkan pedesaan ditambah

persentase penduduk terbesar ada di daerah pedesaan. Tekanan penduduk dan menyempitnya lapangan kerja di pedesaan. Anggapan kota yang memungkinkan pengembang diri.

Masalah- masalah Urbanisasi, antara lain: Sehubungan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang cepat maka kota-kota

besar pun mempunyai penduduk yang besar pula. Pendatang yang mempunyai keahlian yang sama sekali lain daripada yang dibutuhkan

di kota. Walaupun pendatang mempunyai motivasi yang kuat untuk mengembangkan dirinya

di kota tetapi kenyataannya kota sendiri belum siap untuk menerimanya.Kebijaksanaan:

Ada yang menjalankan kebijaksanaan pintu tertutup bagi pendatang.Tanpa pengembangan pembangunan secara desentralisasi, kebijaksanaan semacam ini barangkali perlu ditinjau. Apabila dengan kecepatan pertumbuhan penduduk di pedesaan yang juga tinggi.

Perlu adanya perencanaan kota yang baik yang mempertimbangkan tidak saja rate of growth secara alami dan pendudukna tetapi juga faktor migrasi terutama urbanisasi.

Usaha –usaha yang sifatnya merupakan strategi utama : Menurunkan tingkat fertilitas Transmigrasi Usaha menigkatkan kesempatan kerja dan pendapatan di kota sebanyak mungkin

sehingga menyerap pendatang yang ke kota. Usaha menaikkan kesempatan kerja di pedesaan.

F. TransmigrasiSejarah transmigrasi dimulai dengan nama kolonisasi sejak tahun 1905oleh

pemerintah belanda dengan membuka daerah-daerah kolonisai di lampung, Palembang, Bengkulu, Jambi, Kalimantan dan Sulawesi. Daerah gedong tataan dilampung merupakan daerah kolonisasi pertama dimana155 keluarga dari Jawa dikirim kesana. Pemerintah Belanda berhasil memindahkan penduduk Jawa ke luar Jawa sampai dengan tahun 1941 sebesar 258 ribu jiwa.

Dibalik tujuan untuk memindahakan penduduk yang padat di jawa terutama petani, tujuan lain kolonisasi adalah untuk keperluan tenaga kerja di perkebunan dan pertambangan Belanda di luar Jawa, sehingga bisa menjamin pasaran industri.

Page 49: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Semasa pemerintahan jepang di Indonesia uhasa transmigrasi tetap dijalankan dengan memindahkan hampir 2 ribu keluarga dari Jawa ke luar Jawa.

Kemudian transmigrasi ini terhenti akibat perang kemerdekaan dan baru tahun 1950 oleh pemerintah Indonesia dilakukan usaha transmigrasi pertama dengan memindahkan pembangunan 77 jiwa dari jawa ke Lampung.

Tekanan usaha transmigrasi setelah kemerdekaan dari 1950-1969 atau sebelum Repelita terutama pada aspek demografis, yaitu mengurangi penduduk pulau jawa. Kemudian sejak Repelita sampai sekarang tekanan tidak lagi pada aspek demografis, tetapi lebih luas karena meliputi aspek-aspek ketenagakerjaan, pembangunan daerah, dan sebagainya.

Tujuan Diadakan Transmigrasi Untuk meratakan persebaran penduduk di seluruh wilayah nusantara Untuk pertahanan dan keamanan / hankam lokal nasional Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan

kesempatan merubah nasib.1) Jenis-jenis / Macam-macam Transmigrasi Transmigrasi Umum

Transmigrasi umum adalah program transmigrasi yang disponsoridan dibaiayai secara keseluruhan oleh pihak pemerintah melalui depnakertrans (departemen tenaga kerja dan transmigrasi).

Transmigrasi Spontan / SwakarsaTransmigrasi ini adalah perpindahan penduduk dari daerah padat ke pulau baru sepi penduduk yang didorong oleh keinginan diri sendiri namun masih mendapatkan bimbingan serta fasilitas penunjang dari pemerintah.

Transmigrasi Bedol DesaTransmigrasi bedol desa adalah transmigrasi yang dilakukan secara masal dan kolektif terhadap satu atau beberapa desa beserta aparatur desanya pindah ke pulau yang jarang penduduk. Biasanya transmigrasi bedol desa terjadi karena bencana alam yang merusak desa tempat asalnya.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam permasalahan transmigrasi: Penyiapan tanah / pemukiman harus disiapkan dengan “baik” sebelum

transmigrasi tiba. Selektivitas dalam pembengrakatan transmigran supaya lebih baik. Penyiapan prasarana sejak di tempat asal maupun di tempat tujuan. Koordinasi yang baik antara pihak yang mengelolah transmigrasi.

MENTERITENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIAPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIANOMOR PER.03/MEN/III/2008.

Page 50: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

TENTANGPERAN SERTA BADAN USAHA DALAM PELAKSANAAN TRANSMIGRASI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIAMenimbang :

a. Bahwa sejalan dengan perkembangan lingkungan stratejik yang menuntut layanan publik yang efektif dan efisien, perlu memberikan peluang yang lebih besar kepada badan usaha dalam penyelenggaraan transmigrasi;

b. Bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.216/MEN/2003 tentang Tata Cara Kemitraan Badan Usaha Dengan Transmigran Dalam Pelaksanaan Transmigrasi, sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan saat ini, sehingga perlu dicabut;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara

Repubklik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611);

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

BAB 7PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

A. PendahuluanDalam membahas perkawinan dan perceraian ada dua hal yang perlu dibedakan,

yaitu status perkawinan dan perkawinan itu sendiri. Perkawinan menurut Perserikatan Bangsa Bangsa dibagi menjadi 5 kategori yaitu belum kawin (single), kawin, janda, dan berpisah. Di Indonesia status ke lima tidak pernah ada.

Yang dimaksud dengan perkawinana adalah merupakan suatu perubahan dari status perkawinan lain menjadi status “kawin”. Sdenagkan perceraian merupakan perubahan dari status kawin menjadi status cerai, sedangkan janda merupakan perubahan dari status kawin karena salah satu pasangan meninggal.

Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung mempengaruhi pertambahan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap fertilitas yang merupakan salah satu unsure pertumbuhan penduduk.

B. Defenisi dan Ruang Lingkup

Page 51: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Ada 4 jenis status perkawinan yang erat hubungannya dengan tingkah laku manusia dalam hokum, agama dan kebudayaan, yaitu: belum kawin, kawin, janda, dan cerai.

Di luar jenis tersebut diatas merupakan kelainan yang terjadi di negraa tertentu, misalnya di Amerika Latin status consensual, atau convience, yaitu kumpul tanpa mempunyai predikat legal dalam hokum ataupun agama dianggap berstatus kawin.

Perkawinan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis kelamin. Sahnya hubungan tersebut berdasarkan atas hukum perdata yang berlaku, agama atau peraturan-peraturan lain yang dianggap sah dalam Negara bersangkutan.

Di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada dasarnya ada 2 macam perkawinan, yaitu perkawinan pertama yang menunjukkan perubahan dari status belum kawin kedalam status perkawinan; dan yang kedua adalah kawin kembali, yaitu perubahan dari status janda, atau cerai menjadi status ‘kawin’ kembali.

C. Sumber Data dari Perkawinan dan PerceraianPencatatan, apabila data dari hasil pencatatan tidak tersedia maka cara lain untuk

mengumpulkan keterangan ini adalah dengan cara survey atau pencacahan secara umum yang disebut sensus.

Pada umumnya analisis perkawinan perceraian banyak dilaksanakan berdasarkan atas hasil sensus dan survey.

D. Perkawinan, Perceraian dan FertilitasHubungan antara perkawinan dan fertilitas seperti disebutkan oleh Malinowaki

dalam hubungannya dengan principle of legitimacy yaitu no child should be brought into the world without a man dengan demikian maka perkawinan merupakan factor utama yang mempengaruhi fertilitas. Sebaliknya perceraian adalah merupakan penghambat tingkat fertilitas, akan tetapi di Negara kita ini perceraian kadang-kadang terjadi karena salah satu tidak subur.

E. Ukuran-ukuran Perkawinan dan Perceraian Pertama yang menjadi ukuran adalah angka Perkawinan Kasar dengan rumus

sebagai berikut.

M = MP

.1000

Dimana :M = angka Perkawinan KasarM = jumlah perkawinan dalam satu tahun P = jumlah penduduk pertengahan tahun

Angka perkawinan umum dengan rumus :Mu = M .1000

P15

Dimana :Mu = angka perkawinan umumM = jumlah perkawinan dalam satu tahun

Page 52: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

P15= jumlah penduduk umur 15 tahun ke atasBanyak orang melaksanakan perkawinan lebih dari satu kali, dengan demikian maka perlu dilakukan perhitungan perkawinan berdasarkan atas perkawinan pertama dan seterusnya. Dalam perhitungan angka perkawinan, yaitu perkawinan pertama, kedua, dan seterusnya dipakai rumus sebagai berikut :mp = M1 . 1000

PB .K15

Di mana : mp = angka perkawinan pertamaM1 = jumlah perkawinan pertama

PB .K15 = penduduk yang belum kawin umur 15 tahun ke atas

Sedangkan yang dimaksud dengan perkawinan ulang adalah perkawinan yang kedua atau lebih.Rumusnya: Mp.u. = M2+ .1000

Pj+cDimana :Mp.u. = angka perkawinan ulangM2+ = jumlah perkawinan kedua atau lebuh dalam satu tahunPj+c = jumlah janda cerai

F. Umur PerkawinanUkuran yang sering dipergunakan untuk menghitung umur perkawinan, modus umur

perkawinan dan median umur perkawinan. Oleh karena data yang bersangkutan masih belum tersedia untuk menghitung umur perkawinan pertama maka yang biasa dipakai adalah data-data hasil survey dengan cara interpolasi linier:

Mengetahui jumlah mereka yang kawin pada usia 45-49, missal 95%.Separuhnya adalah 47,5%; kemudian 100 – 47,5% merupakan proporsi single.Kemudian dilihat dari proporsi single yang sesuai dengan proporsi tersebut dan interpolasi untuk mendapat median umur perkawinan.

Dari hasil pengurangan 100% oleh 47,5% tadi, yaitu 52,5% proporsi yang belum pernah kawin kita lihat pada table berikut (table 7-1) terletak pada umur 20 dan 21 tahun, kemidian diinterpolasi sebagai berikut :56,5 – 52,5 = 4

56,5 – 42,0 = 14,5; Hasilnya 4

14,5 = 0,275

Berarti median umur perkawinan pertama = 20,275 tahun.Yang dimaksud modus perkawinan adalah proporsi tertinggi yang kawin dalam distribusi

umur, di sini ialah pada umur 22 tahun. Umur perkawinan yang paling banyak dipakai dalam analisis fertilitas adalah umur perkawinan pertama.

G. PerceraianBerakhirnya suatu perkawinan merupakan implikasai demografi dan sosiologi,

sedangkan akibatnya terhadap fertilitas merupakan kebalikannya, yaitu menurunkan

Page 53: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

angka fertilitas sehingga akan mengurangi angka pertumbuhan penduduk dan hal ini akan mengurangi pula status perkawinan dan ‘kawin’ menjadi status ‘cerai’.

Seperti dalam perkawinan, perceraian, sumber-sumber datanya adalah dari hasil pencatatan, survey, dan sensus.

Dari hasil pencatatan bisa dihitung angka perceraian kasar dengan notasi :

d = DP

. 1.000

di mana:D = Jumlah perceraian selama 1 (satu) tahunP = Jumlah penduduk pertengahan tahun

Seperti halnya perkawinan maka perceraian untuk tiap Negara bisa dilihat dalam buku Demographik Years Books dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Perhitungan angka perceraian kasar ini tidak cukup mewakili dengan baik, karena yang menjadi penyebutnya adalah semua penduduk yang terkena maupun tidak atas resiko perceraian berdasarkan umur. Dengan demikian dapat dihitung Angka Perceraian Umum dimana yang menjadi penyebutnya adalah penduduk berumur 15 tahun keatas atau disebut orang yang berumur divor-ceable dengan rumusnya sebagai berikut: d = D . 1.000

P15Di mana

d = angka perceraian umumD = perceraian dalam satu tahunP15 = jumlah penduduk 15tahun keatas

Dalam bidang demografi PBB menggunakan istilah Modifield Crude Divorce Rate, yang menunjukkan angka perceraian atas dasar jumlah pasangan yang kawin. Hal ini menimbulkan kesukaran karena biasanya antara laki-laki dan wanita yang dilaporkan kawin adalah tidak sama. Dengan adanya hal tersebut maka yang umum dipakai adalah salah satu cara saja atau dicari keseimbangannya. Amerika serikat menggunakan jumlah wanita yang kawin. Untuk angka perceraian tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Dk = D . 1000

P1 / p

kawin

Di mana :D = jumlah perceraian dalam satu tahun

P1 / p

kawin = jumlah laki-laki atau wanita yang kawin

Faktor perkawinan dan perceraian yang penting dalam analisisBermacam-macam factor yang penting dalam analisis perkawinan juga sangat penting

untuk analisis perceraian bahkan hokum yang berlaku serta adat kebiasaan banyak

Page 54: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

mempengaruhi umur perkawinan terutama mempengaruhi umur perkawinan muda dan perkawinan kembali.

Perceraian seperti halnya perkawinan, banyak dipengaruhi oleh factor demografi lainnya seperti umur, kelompok etnik, asal daerah, kota, desa, dan sebagainya. Faktor yang menjadi penunjang dari perkawinan dan perceraian antara lain kondisi ekonomi, pendidikan, dan factor legal atau tidaknya perkawinan dan perceraian. Faktor lamanya perkawinan sangat penting dalam menghitung potensi seseorang dan stabilitas perkawinanya. Pada umumnya dengan meningkatnya jangka waktu perkawinan, meningkat pula proporsi yang bercerai.

H. Perkembangan Hukum Perkawinan di Indonesia Sebelum di undangkannya Undang-undang No. 1 tahun 1974 yaitu Undang- undang perkawinan di Indonesia, berlaku bermacam-macam perkawinan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hukum perkawinan bagi orang beragama islam di Indonesia resmi dikeluarkan pada tahun 1882 dengan statsblaad No. 152. Sedangkan untuk mereka yang beragama Kristen dikeluarkan tahun 1861 dengan statsblaad No. 38 yang berlaku buat perkawinan orang Maluku dengan orang Maluku asli atau dengan orang Eropa atau keturunan Eropa.Kemudian ada berbagai macam perubahan setelah kemerdekaan ada 7 macam hukum yang berlaku:

Untuk orang Islam, berlaku hokum islam yang telah disesuaikan dengan hokum adat. Hukum adat berlaku bagi penduduk asli seperti orang Bali. Statsblaad No. 74 tahun 1933 berlaku untuk orang Indonesia yang beragama Kristen. Hukum Perdata Sipil dengan berbagai penyesuaian berlaku bagi orang Timur Cina

warga Negara Indonesia. Untuk timur asing lainnya warga Negara Indonesia berlaku adat masing-masing

asalnya. Untuk grup Eropa dan keturunannya berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang berasal dari terjemahan Burgerlijk Wetboek. Untuk perkawinan campuran maka berlaku hukum suaminya.Usaha untuk menyatukan atau menjadikan satu hukum perkawinan di Indonesia ini sudah

dimulai sejak tahun lima puluhan, yaitu dengan dibentuknya Panitia Penyelidik Peraturan Hukum Perkawinan Talak dan Rujuk, dengan cara pendekatan terhadap organisasi wanita pada waktu itu. Namun usaha-usaha tersebut sampai dengan tahun 1971, akhir tugas parlemen hasil pemilihan umum, masih belum bias terbentuk karena berbagai kepentingan golongan yang perlu diperhatikan. Dengan parlemen hasil pemili 1971, setelah beberapa tahun kemudian baru bias dibentuk Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yang telah diumum kan dan menjadi pegangan utama hukum perkawinan di Indonesia.

Pada dasarnya perkawinan di Indonesia adalah monogami. Poligami diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu. Antara laki-laki dan wanita mempunyai hak yang sama untuk meminta cerai kepada peradilan agama atau pengadilan negeri. Batas umur perkawinan adalah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk wanita dan harus mempunyai keinginan yang sama dari kedua belah pihak yang akan kawin, begitu pula keluarganya.

BAB 8

Page 55: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Keluarga Berencana.A. Pendahuluan.Jumlah penduduk indonesia menurut hasil sementara sensus 1980 adalah 147 juta jiwa,

dengan angka pertumbuhan penduduk 2,34% per tahun. Salah satu sebab begitu cepatnya pertumbuhan pendiuduk indonesia adalah suatu kelalaian yang dilakukan sebelum 1949 yaitu pada zaman pemerintah kolonial belanda.

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kependudukan di indonesia pada saat ini,pemerintah mengambil kebijaksanaan dalam bidang kependudukan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu “Anti Natalis” suatu kebijaksanaan yang berusaha untuk menekan kelahiran serendah mungkin.sebagai realisasi dari kebijaksanaan tang di anut, pemerintah telah memulai dengan turutnya presiden soeharto dengan menandatangani “deklarasi PBB tentang kependudukan”.

B. Pengertian dan definisiPengertian dan definisi dari setiap istilah merupakan suatu hal yang sangat penting,

disamping untuk di ketahui, juga diperlukan untuk adanya kesatuan bahasa bagi setiap penganalisis data maupun bagi setiap pemakaian data. Istilah yang banyak digunakan dalam kegiatan keluaga berncana adalah:

1. Akseptor KB (pesrta keluarga berencana)Pasangan usia subur dimana salah seorang dari padanya menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegah kehamilan baik program maupun non program.

2. Akseptor baruPasangan usia subur yang baru pertama kalimenggunakan salah satu cara alat/alat kontrsepsi dan atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu cara atau alatkontrasepsi setelah mereka berkhir masalah kehamilannya.Akseptor baru dalam hal ini tidak termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi, kemudian pindah/ganti ke cara/alat yang lain.

3. Pasangan usia subur (PUS)Pasangan usia subur batasan umur yang digunakan disini adalah 15sampai 44 tahun, dan bukan 15-49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15-49 tahun tetapi dalam kegiatan keluarga berncana mereka yang berada pada kelompok 45-49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi.

4. Cara kontrsepsi modernCara/alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah / menjarangkan kehamilan. Yang termasuk dalam cara/alat kontrasepsi ini adalah : IUD,Pil,Suntik,Kondom,Diaphragma,Vaginal tablet/jelly/foam,maupun sterilisasi, baik untuk wanita maupun untuk pria .

5. Curent user – CU (Peserta KB Aktif):Pasangan usia subur yang pada saat ini masih mengunakan salah satu cara/alat kontrasepsi.

6. Ever User :

Page 56: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Pasangan usia subur yang pernah mengunakan salah satu cara/alat kontrasepsi,baik sekarang masih menggunakan salah satu cara ataupun tidak menggunakan lagi.Pasangan usia subur yang pernah menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi,

7. Akseptor aktif kembaliPasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan selama 3 bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara kontrasepsi, baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat paling kurang 3(tiga) bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

8. Kelahiran Tercegah (Birt prevented)Banyaknya kelahiran yang dapat dicegah karena pasangan-pasangan usia subur menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi.

C. Penilaian Pelaksanaan Program KBSetiap kegiatan yang dilakukan pasti akan mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Untuk dapat mengetahi apa yang telah digariskan dapat dicapai atau tidak, seta penyimpangan-penyimpangannya mengapa tujuan tersebut tidak dicapai, perlu diadakan penilaian dilaksanakan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan program keluarga berencana telah di tentukan beberapa pentahapan penilaian sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan:

Tahap pertama: penilaian pencapaian target akseptor baru dan akseptor aktif kembali Tahap kedua : penilaian pencapaian target akseptor aktif Tahap ketiga : penilaian terhadap perkembangan ciri-ciri akseptor, terutama dari

segi umur dan paritas akseptor Tahap keempat : penelitian terhadap penurunan fertilitas yang dicapai.D. Ukuran-ukuran Keluarga Berencana

Beberapa ukuran KB yang dikenal dalam pelaksanaan kegiatan KB seperti: Angka Kelangsungan (continuation Rate-CR) Peserta KB aktif (curent User-CU) Bulan pasangan perlindungan ,atau tahun pasangan perlindungan perkiraan penurunan fertilitas akibat pelaksanaan KB.

Ukuran-ukuran ini bukan merupakan ukuran yang mutlak terpisah antara satu dengan lainya, tetapi ada kaitanya dan saling berhubungan antara satu dan lainnya (ukuran yang satu di perlukan untuk perhitungan ukuran lainnya).

a) Angka kelangsungan Angka kelangsungan adalah angka yang menunjukan proporsi akseptor yang masih menggunakan alat kontrasepsi setelah suatu periode pemakaian tertentu.Ada 4 macam angka kelangsungan yang di kenal, dapat dibagi dalam dua kelompok pendekatan :

Kelompok pertama, di tinjau dari pendakatan klinik(pemakaiannya), terdiri atas 2 macam:

Angka kelangsungan cara pertama (first method continutation rate) Angka kelangsungan semua cara ( All method continuation rate). kelompok kedua, di tinjau dari pendekatan demografi (kegagalan setelah

pemakaian, tanpa memedulikan apakah masih memakai atau tidak), terdiri atas 2 macam:

Page 57: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

kehamilan yang dapat di hindarkan (Avoidance of pregnancy) kelahiran yang dapat dihindarkan (avoidance of brith).

Dalam kesempatan ini yang di bahas secara terinci, hanyalah angka kelangsungan cara pertama saja. Pada dasarnya cara perhitungan dari ke-4 macam angka kelangsungan diatas adalah sama. Perbedaan terletak pada data dasar yang digunakan (penentuan batas awal dan batas akhir dalam penghitungan lamanya pemakaian, dan kriteria dalam penentuan status akseptor).

Status pemakaian adalah akseptor yang masih pakai cara pertama pada saat cut of date. Status berhenti adalah akseptor yang sudah tidak pakai cara pertama pada saat cut of date.Cara penghitungan angka kelangsungan.Tahap-tahap yang diperlukan dlam perhitungan angka kelangsungan pemakaian adalah:

Menentukan saat akhir observasi yang digunakan. Mempersiapkan data dasar yang akan digunakan dalam perhitungan angka

kelangsungan pemakaian ini. Menghitung angka kelangsungan pemakaian.

Ad.1. Saat akhir observasi dan ditentukan oleh peneliti sendiri tergantung dari tujuan masing-masing yaitu sampai berapa bulan/tahun ganbaran continuation rate tersebut ingin memperoleh (misal : 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun dan seterusnya).Contoh: Apabila hasil angka kelangsungan yang ingin diperoleh adalah sampai dengan 2 tahun/24 bulan, dan responden yang cukup dalam penelitian adalah mereka yang menerima kontrasepsi untuk pertama kali antara april 1974, maka saat akhir observasi dapat ditentukan dengan cara:

April 1974+24 bulan = April 1976.

Ad.2. Mempersiapkan data dasar.a) Menentukan status akseptor pada saat akhir observasi dari setiap akseptor yang

termasuk kedalam penelitianb) Menentukan lamanya pemakaian alat kontrasepsi.

Contoh : mempersiapkan data dasarDalam contoh ini di tentukan:

Saat akhir observasi (cut of date) adalah 2 bulan sebelum wawancara. Jangka waktu studi, antara 1 april 1973 dan 20 september 1974. Pelaksanaan wawancara untuk ke-10 akseptor dibawah dilakukan dalam waktu 3 hari

yaitu akseptor A,B,C, pada tanggal 12 juni 1975 ,akseptor D,E,F pada tanggal 13 juni 1975 dan dan akseptor G,H,I,J pada tanggal 14 juni 1975.semua akseptor tersebut diatas (10 orang) telah memilih pil sebagai cara pertama.

Akseptor A : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 15 september 1974 dan terus memakai cara pertama (pil) sampai saat wawancara.

Akseptor B : Menerima pertama kali tanggal 8 juni 1973, berhenti menggunakan karena sakit-sakitan pada tanggal 10 agustus 1973, 5 bulan kemudian akseptor hamil yang menghasilkan lahir hidup.

Page 58: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Akseptor C : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 3 agustus 1974 dan terus menerus memakai cara pertama kali sampai saat wawancara.

Akseptor D : Menerima untuk pertma kali pada tanggal 19 september 1974 dan terus memakai cara pertma (pil) sampai saat wawancara.

Akseptor E : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 1 februari 1974 dan berhenti memakai pada tanggal 20 oktober 1974 karena tidak perlu proteksi dan sebelum wawancaraun telah menggunakan alat kontrasepsi lainnya IUD dan masih terus memakai sampai wawancara.

Akseptor F : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 5 maret 1974 dan berhenti pada tanggal 11mei 1974 karena ingin punya anak.

Akseptor G : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 8 september 1974 dan terus memakai cara pertma sampai saat wawancara.

Akseptor H : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 4 agustus 1974 dan hamil setelah menggunakan alat tersebut selama 8 bulan yaitu bulan april 1975 dan masih menggunakan cara tersebut dan sekarang masih hamil.

Akseptor I : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 2 desember 1973 dan pada tanggal 17 april 1974 berhenti memakai karena sakit-sakitan.

Akseptor J :menerima untuk pertama kali pada tanggal 10 september 1974 dan terus memakai cara pertama sampai saat wawancara.

Ad. 3. untuk perhitungan kelangsungan pemakaian.pertama – tama ditentuka status dan lamanya pemakaian dari ke10 Akseptor.

Akseptor status Lamanya pemakaianABCDEFGHIJ

PemakaiBerhentiPemakaiPemakaiBerhentiBerhentiPemakaiBerhentiBerhentiPemakai

(75-73)x12+4-9+1=8(73-73)x12+8-6+1=3(75-74)x12+4-8+1=9(75-74)x12+4-9+1=8(74-74)x12+10-2+1=9(74-74)x12+5-3+1=3(75-74)x12+4-9+1=8(75-74)x12+4-8+1=9(74-73)x12+4-12+1=5(75-74)x12+4-9+1=8

Menentukan jumlah akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke-i dan jumlah akseptor yang berhenti pada bulan yang ke-i.Dari keterangan pada tabel di atas dapat dibuat ringkas sebagai berikut:

Bulan ordinal ke Pemakai Berhenti123456789

-------41

--2-1---2

Page 59: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

dengan menggunakan keterangan dari A dan B diatas, kemudian menentukan secara jelas untuk setiap ordinalnya:berapa banyak akseptor yang berhenti pada bulan ordinal yang ke-i.Berapa banyak akseptor yang keluar dari observasi pada bulan ordinal yang ke-i.berapa banyak akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke-i.Memasuki keterangan yang diperoleh dari perhitungan di sub c diatas kedalam tabel yang disediakan di perhitungan pemakaian .Tabel ini disebut dengan tabel kelangsungan pemakaian (continuation rate).

2. Peserta KB Aktif ( Current User-Cu)Dalam memperkirakan CU dapat dilakukan dengan dua cara :

Dengan menggunakan angka kelangsungan.Dengan mendasarkan pada distribusi alat kontrasepsi pada suatu waktu tertentu.Tabel 8-6Contoh Perhitungan angka Kelangsungan PemakaianProvinsi Jawa Barat- First Metho Continuation Rates Pll

No Ni Ti Wi Pi Cum PiAdjust Cum Pi

Adjust Cum Qi

1 322 2 9938 9938 9535 0.4652 320 26 9188 9131 8852 1183 294 18 9388 8572 8448 15524 276 8 9610 8324 8122 18785 268 13 9515 7920 7858 21426 255 4 9843 7796 7687 23137 251 7 9721 7578 7454 24468 244 8 9672 7330 7206 27949 236 8 1 9661 9081 7003 299710 227 5 1 9780 6925 6706 357711 221 14 4 9367 6487 6423 369012 253 4 6 9803 6359 6310 383913 193 3 3 9845 6261 6161 404414 187 6 7 9679 6060 5956 423715 174 6 2 9655 5851 5763 436216 166 5 5 9699 5674 5638 449117 156 2 3 9872 5602 5509 468318 151 5 10 9669 5416 5317 480319 136 5 5 9632 5217 5197 482420 126 1 5 9921 5176 5176 489221 120 6 1 5176 5108 502922 114 3 2 9737 5040 4971 514723 109 3 5 9725 4901 4853 519624 101 2 3 9802 4804 4804 530025 96 4 1 4804 4700 543226 92 4 3 9565 4595 4568 545927 85 1 4 9882 4541 4541 5488

Page 60: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

28 80 3 1 4541 4512 560929 77 1 2 9870 4482 4391 579130 74 3 9595 4300 4209 588231 71 3 6 9577 4118 4118 602432 62 4 1 4118 3976 616633 58 4 2 9310 3834 3834 624934 52 6 1 3834 3751 637635 46 2 2 9565 3667 3624 692536 42 1 2 9762 3580 3075 654337 39 11 28 7179 2570

1) Current Users PilPerkiraan jumlah current users di hitung berdasarkan jumlah pil oral yang di sampaikan kepada pesrta KB. Dengan perkataan lain , setiap strip pil oral yang diberikan kepada peserta KB akan di anggap memberi perlindungan (proteksi) dalam satuan bulan (ser Mounth=couple month).Jadi untuk memperkirakan jumlah current user oil oral rumus sbb:

CU.PIL = jumlah strip pil yang diberikan12/13 x kepada pserta KB

2) Current User kondomSeperti hal nya dengan pil, perkiraan current user di hitung berdasarkan jumlah

pemberian kondom yang disampaikan kepada peserta KB. Dalam hal ini asumsinya rata-rata peserta KB dalam sebulan akan memakan sebanyak 6 biji atau ½ lusin setiap bulannya.

Dengan perkataan lain rumus C.U Kondom.

C.U. Kondom = 2 x jumlah lusin Kondom yangDiberikan Peserta KB

3) Current User suntikan Di hitung berdasarkan jumlah suntikan yang dilakukan, baik kepada peserta KB baru

maupun ulangan selama tiga bulan terkhir.Dalam hal ini asumsinya bahwa yang di berikan akan efektif untuk(tiga) bulan. C.U. Suntikan = jumlah sutikan selama (tiga)

Bualn laporan terakhirContoh:

April di laporkan dilakukan suntikan 50 peserta Mei dilaporkan dilakukan suntikan 75 pesrtaJuni dilaporka dilakukan suntukan 6 pesertaPerkiraan CU suntikan pada bulan juni=50 + 75+60=185 user

4. Current user Medis Operatif pria (MOP)Jumlah Akseptor baru MOP ditambahPeserta KB yang pindah cara dari

C.U.MOP = metode lain menjadi metode MOPYang dilaporakan selama 7 tahunTerakhir (84 bulan).

Page 61: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Asumsinya bahwa rata-rata efektifitas dari akseptor baru MOP adalah selama 7 tahun, ditinjau dari rata-rata umur,penceraian,kematian dan fekunditas dari akseptor baru MOP.

5. Current User Medis Operatif Wanita (MOW)Jumlah Akseptor Baru MOWDitambah Peserta KB yang pindah cara dari

C.U.MOW = cara dari metode lain ke metode MOWYang dilaporkan selama 7 tahunTerakhir (84 bulan)

6. Current User IUDPerkiraan current users di hitung berdasarkaan tingkat kelangsungan pemakaian dari

pada akseptor baru IUD. Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi maka pendekatan yang di peroleh adalah dengan mempergunakan angka rata-rata perbulan dari kelangsungan kumulatif.Rumusnya :

Jumlah Current User IUDBulan lalu x indeks CR 1

C.U.IUD = bulan + (akselarator baru IUD+ akseptor pindah cara keIUD X indeks C ½ bulan )

Penilaian Current UserUkuran ini didasarkan pada :

Banyaknya akseptor aktif pada saat ini x 1.000Banyaknya PUS pada tahun tersebut

Hasil dari perhitungan ini akan berpengaruh terhadap jumlah kelahiran yang dapat dicegah. Atau lebih tegas lagi data ini menyatakan berapa banyak dari pasangan usia subur yang yang terlindungi dari kehamilan, karenayang bersangkutan saat ini masih memakai alat kontrasepsi.Pusat

Semakin kecil cakupan daerah, semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan. Perkiraan PUS dari pusat didasarkan kepada hasil proyeksi untuk tingkat provinsi. Sedangakan untuk tingkat yang lebih rendah (Kabupaten, kecamatan dan lurah) perkiraan PUS digunakan dasar proporsi dari tingkat yang lebih tinggi.Daerah

Perkiraan PUS didasarkan pada pencatatan petugas lapangan KB yang ada di daerah tersebut. Didalam pelaksanaan pencatatannya, apabila terjadi:Pengurangan PUS, yang yang disebabkan meninggal,cerai,lewat umur,dan lain-lain,segera diadakan perubahan pada datanya.Penambahan PUS, yang disebabkan terjadinya kawin ulang, selesai melahirkan, atau wanita yang baru masuk subur, kadang-kadang tidak diadakan perubahan pada datanya.Sedangakn daerah cenderung memberikan gambaran PUS yang lebih rendah dari kenyataan. Disamping hal-hal tersebut diatas PUS nasional yang diperkirakan sekitar 15 % dari

Page 62: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

penduduk berlakukan pula untuk semua provinsi, sedangakan kenyataannya didaerah cukup bervariasi.

3. Bulan pasangan perlindungan (Couple-Mounths of Protection) Atau tahun pasangan perlindungan (Couple yers of Protection)Kedua ukuran ini mempunyai pengertian yang sama, perbedaanya hanya terletak pada suatu waktu yang digunakan “bulan” dan “Tahun” dan hasil merupakan kombinasi lamanya pemakaian dalam bulan atau tahun dan banyaknya pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi.

Bulan- pasangan perlindungan adalah banyaknya bulan-pasangan suami istri yang terlindung yang kemungkinan mengalami kehmilan karena menggunakan salah satu alat kontrasepsi.

Tahun-pasangan perlindungan adalah banyaknya tahun pasangan yang terlindung dari kemungkinan mengalami kehamilan karena menggunakan salah satu alat kontrsepsi.

contoh: Ada 1 pasangan yang menggunakan kontrsepsi selama 12 bulan, penghasilannya

Cuma CMP= 12 Ada 2 pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi masing-masing selama 12 bulan,

menghasilkan CMP= 24. Ada 2 pasangan yang menggunakan kontrasepsi selama 4 bulan dan 6 bulan

menghasilkan CMP= (1X4)+1X6)=10 Ada 2 pasangan yang menggunakan kontrasepsi masing-masing selama 1 bulan

menghasilkan CMP= 12Cara penghitungan CMP dan CYP.

a) jika data CU belum tersedia, perlu dihitung CU untuk tiap-tiap bulanya(tahunya).perkaitan CU dapat dilakukan dgn 2 cara:

menggunakan angak kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi(CR) menggunakan banyaknya alat kontrasepsi yang didistribusikan.b) memperkirakan tahun pasangan perlindungan (couple- Mounth of protection, CMP).

CMP bulan t= CMP bulan 1-1 + CU bulan t

2

Andaikata diketahui jumlah CU bulan april 78 = 800 dan Jumlah CU pada bulan mei 78 = 1.000, maka:

CMP pada bulan mei 78 = 800 + 1000 = 2

c) memberikan tahun pasangan perlindungan ( Couple- Years of Protection, CYP)

12∑ CMP xX=1

CYP = 12

Page 63: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Contoh:Untuk tahun 1978/79:

CYP 1978/79= Jumlah CMP dari april 78 s/d Maret 7912

Apabila program baru berjalan 2 bulan dalam tahun 1978/79, maka CYP untuk selama 2 bulan dapat juga di hitung sbb:

CYP pada bulan mei 1978 = CMP bulan april 78+ CMP bulan mei 7912

d) Perkiraan penurunan fertilitas,akibat pelaksanaan K.BPenghitungan perkiraan penurunan fertilitas dalam hal ini di lakukan dengan

menggunakan metode “Jhon Laing” dengan alasan metode cukup halus dengan mudah. Cukup halus karena didalam perhitungannya telah dilakukan penyesuaian (adjutment) dari ukuran efektivitas kontrasepsi (contrcive efektif) dengan cara menghilangkan kemungkinan adanya “PPA” yaitu overlap antara masa post-parfumeamenorhea dengan masa menggunakan kontrasepsi.

Oleh karena itu dari hasil CYP harus dicari dahulu gambaran mengenai indeks yearly effective protection(YEP). Indeks ini dapat di peroleh menggunakan formula sbb:

YEP=0,83 CYPDengan demikian maka dapat diperoleh angka yearly effective protection(YEP).

Proporsi penurunan fertilitas Proportion reduction of fertility-PRF= YEP X 100%

PUS Apabila diketahui data mengenai tingkat fertilitas suatu daerah sebelum program KB

(baik Total Fertility Rate= TFR maupun Crude Birth Rate=CRB), maka memperkirakan angka fertilitas untuk suatu daerah pada saat sekarang dapat dipergunakan perumusan sebagai berikut:T1FRt = (TFR base year)(1-YEP t )

PUS t

Catatan : Perumusan tersebut hanyalah dapat dipergunakan apabila telah diperoleh CYP /YEP selama 12 bulan penuh atau lebih.

Contoh : TFR 1978/79= (TFR 1971 ( 1- YEP 1978/79) PUS 1978/79

BAB 9 ANGKATAN KERJA

A. Pendahuluan Kita mengetahui bahwa didalam suatu masyarakat atau negara, banyak pertanyaan

yang bersifat ekonomi dianggap hanya ”kepunyaan” ekonom. Meskipun demikian, dalam prkembangan dewasa ini pertanyaan-pertanyaan tersebut juga dibicarakan pada cabang-cabang ilmu lain. Mungkin jawabnya adalah bahwa keadaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dari suatu negara cenderung dipengaruhi oleh besarnya

Page 64: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

orang yang mempunyai penghasilan, bagaimana dengan klasifikasi mereka (keterampilan, pendidikan, dan sebagainya), regularitas pekerjaannya, serat jumlah uang yang mereka hasilkan.

B. Karakteristik Ekonomi dan Studi DemografiBanyak hal mengenai kehidupan sosial disuatu negara/masyarakat dapat

dijabarkan kalaun kita mengetahui mengenai komposisi lapangan pekerjaan dari angkaan kerjanya, komposisi jenis pekerjaannya, dan fakta fakta lain mengenai angkatan kerja. Dinegara yang sedang berkembang seberapa jauh pekerjaan musiman dapat mempengaruhi pendapatan pekerja dan apakah ada kepincangan distribusi pendapatan antara golongam dalam masyarakat. Ini semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik angkatan kerja. Ada hubungan timbal balik antara kekuatan-kekuatan ekonomi dan kekuatan-kekuatan demografi. Keduanya saling mempengaruhi. Ada pandangan yang mengatakan bahwa kejadian-kejadian demografi adalah sebagai akibat dari kejadian-kejadian ekonomi.

C. Defenisi economically active population Kita mengetahui bahwa penduduk dapat digolongkan dalam :

economically active population economically inactive population

Kelompok pertama yaitu economically active population, terdiri dari para pekerja yang memproduksi barang dan jasa (secara okonomi) dan mereka yang sedang aktif mencari pekerjaan.

Kelompok kedua yaitu economically inactive population, adalah bagi mereka yang bukan pekerja atau sedang tidak mencari pekerjaan, diman mereka ini hanya mengonsumsi dan tidak memproduksi sesuatu barang dan jasa dilihat dari pengertian ekonomi. Dimana angkatan kerja menitik beratkan pada dua kelompok penduduk, yaitu :

1. penduduk yang bekerja 2. penduduk yang sedang mencari pekerjaan (termasuk mereka yang pertama

kali mencari pekerjaan) D. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja Dan Bukan Angkatan Kerja 1) Tenaga kerja (manpower)

Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa.

2) Angkatan kerja (labor force)Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produtif yaitu memproduksi barang dan jasa.

3) Bukan angkatan kerja (not in the labor force) Adalah bagian dari tenaga kerja (manpower) yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan.

E. Jenis/Jabatan pekerjaan (occupation)Jenis/jabatan ini dibagi dalam 8 golongan, yaitu :

1. tenaga profesional, teknisi dan tenaga lain 2. tenaga kepemimpinan dan manjemen

Page 65: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

3. tenaga administrasi, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan dengan itu

4. tenaga penjualan 5. tenaga usaha jasa 6. tenaga usha pertanian dan sebagainya 7. tenaga produksi dan sejenis, dan operator alat-alat pengangkutan8. lain-lainnya (termasuk TNI).

F. Lapangan pekerjaan/usaha (industri)Adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

G. Status/Kedudukan Dalam Pekerjaan Dari Angkatan Kerja 1. Pengusaha tanpa buruh2. Pengusaha pakai buruh3. buruh/pekerja 4. pekerja keluarga

H. Beberapa Ukuran Dasar Dalam Angkatan Kerja1. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (labor forse participation rate)

Yaitu menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu.

Rumus: Angkatan kerja x 100% = Tenaga kerja 2. Tingkat aktivitas umum ( general activity rate )

Adalah tingkat aktivitas (aktivity rate) untuk seluruh penduduk dalam usia kerja.3. Tingkat aktivitas menurut umur dan jenis kelamin (Age-sex-specific activity

rate) Rumus misalnya untuk laki-laki:

Angkatan kerja laki-laki umur tertentu x 100%Jumlah seluruh laki-laki umur tertemtu4. Tingkat activity menerut jenis kelamin: (Sex- spesicific activity rate)

adalah jika tingkat aktifitas (tingkat partisipasi) ini disajikan terpisah antara laki-laki dan wanita.

5. Tingkat aktivitas kasar (crude aktivity rate)Adalah jumlah economically active population jumlah seluruh penduduk, dan dinyatakan dalam persentase.

6. Tingkat pengengguran (Unmployment rate)Adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan.

Rumus:Jumlah orang yang mencari pekerjaan x 100%

Jumlah angkatan kerja7. Tingkat kerja penuh (fuly employed)

Rumus :Jumlah yang bekerja- underempoyed x 100%

Angkatan kerja

Page 66: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

8. Tingkat bekerja tidak penuh (Underemployed) Rumus:

Jumlah orang yang underemployed x 100%Angkatan kerja

9. 9.Rasio beban ketergantungan (dependenscy ratio) Rumus:

Penduduk (0 – 14) + penduduk (65+) x100% Penduduk (15-64)

I. Pengertian Pengangguran Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Masalah yang sering kita hadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara, yang pengertian sebagai berikut :

a) setengah menganggur (Underemployment)Underemployment adalah perbedaan antara jumlah pekerja yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjannya denagan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.

b) Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment)Dalam angkatan kerja meeka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetepi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktifitasnya. Jadi disini mereka sebenarnya tidak mempunyai produktifitas dalam pekerjaannya.

c) pengangguran friksional Adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari pekerjaan kepekerjaan yang lain.

J. Hubungan Kegiatan Ekonomi dan Pengangguran Kegiatan ekonomi harus tumbuh dan berkembang lebih cepat dari pertambahan jumlah orang yang mencari pekerjaan. Jika pertumbuhan ekonomi tidak lancar, maka jumlah orang yang tidak tertampung dalam suatu lapangan pekerjaan makin besar. Sebaliknya, jika perekonomian suatu negara dalam keadaan makmur maka kecillah jumlah orang menganggur (mencari pekerjaan). Tanpa adanya pembangunan ekonomi maka kegiatan perekonomian akan makin sempit. Ini berakibat makin kecilnya kesempatan kerja sehingga mempertinggi tingkat pengangguran disuatu masyarakat.

K. Masalah Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Tenaga KerjaMasalah yang biasa timbul dalam bidang angkatan kerja adalh ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (supply of labor) [ada suatu tingkat upah tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat berupa :

o lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja

o lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja

L. Angkatan Kerja Di Indonesia Keadaan angkatan kerja di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. jumlah angkatan kerja Dikatakan bahwa jumlah angktan kerja kita telah naik dengan kurang lebih 24 juta orang selama dua puluh tahun.

b. Angkatan kerja menurut umur dan jenis kelamin:

Page 67: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Dilihat dari komposisi menurut jenis kelamin,angkatan kerja laki-laki untuk seluruh indonesia 67% sedangkan angkatan kerja wanita hanya 33% saja.Dengan demikian,sebagian besar angkatan kerja indonesia adalah terdiri dari laki-laki.

c. Angkatan kerja menurut daerah pedesaan atau kotaSebagian besar angkatan kerja indonesia tinggal didaerah pedesaan. Sekitar 85% Dari angkatan kerja tinggal didaerah pedesaan dan hanya 15% yang tinggal didaerah kota.

d. Pengangguran di IndonesiaBerdasarkan hasil sensus penduduk 1971 maka tingkat pengangguran di indonesia adalah sebesar 8,8% artinya ada sebanyak 8,8% dari angkatan kerja yang saat itu aktif mencari pekerjaan.dari data itu, tingkat pengangguran di kota (12,5%) adalah jauh lebih tinggi di banding di desa (8,2%).

BAB 10STATISTIK

A. PendahuluanSuatu bagian yang penting dari statistik adalah statistik deskriptif. Statistik

deskriptif adalah adalah penyajian dari pengamat-pengamatan. Tujuan dari penyajian adalah supaya pembaca dapat melihat pola-pola dan corak-corak yang penting dari pengamatan-pengamatan tersebut. Berikut akan dibicarakan :

Distribusi frekuensi di mana pengamatan-pengamatan disusun menurut nilai dari yang kecil sampai yang besar, atau dimana pengamatan dikelompokkan dalam kelompok-kelompok atau kelas-kelas. Distribusi frekuensi ini dapat digambarkan dengan histogram, poligon, bagan melingkar atau pictogram.

Beberapa ukuran dapat menyimpulkan corak-corak dari data. Ukuran-ukuran yang akan dibicarakan adalah ukuran tendensi sentral.

Ukuran lain yang menambah pengertian akan corak-corak data adalah ukuran variabilitas.

Akhirnya akan dibicarakan suatu ukuran hubungan antara dua perubahan yaitu Yule’s Q, sebagai contoh statistik inferensi, bagian dari statistik yang berusaha menginterprestasikan pengamatan.

B. Distribusi FrekuensiMisalkan suatu sampel random telah mengumpulkan umur-umur akseptor-

akseptor KB di Pagar Gunung. Nilai-nilai adalah sebagai beikut :23, 35, 30, 40, 35, 20, 24, 32, 43, 18, 30, 21, 45, 35, 25, 37, 40, 40, 24, 30, 35, 25, 30, 25, 35, 24, 23, 24, 40, 35, 21, 37.

Nilai-nilai tersebut belum tersusun urutannya. Nilai-nilai ini perlu dsusun secara teratur mulai umur yang termuda sampai dengan umur yang tertua, atau sebaliknya. Dengan urutan demikian, maka untuk setiap nilai atau umur yang terdapat dalam kumpulan data dapat di ketahui berapa akseptor yang mempunyai umur itu atau berapakah frekuensi akseptor untuk umur itu.

Range adalah panjang interval yang memperlihatkan batas bawah dan batas atas nilai-nilai pengamatan. Untuk data akseptor KB di Pagar Gunung, range dari sampel

Page 68: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

dimulai pada nilai 18 dan berakhir pada 45, sedangkan (besarnya) range = 45 – 18 = 27 (lihat tabel dibawah ini).

Distribusi Frekuensi Sampel Akseptor-Akseptor KBdi Pagar Gunung Menurut Umur

Umurx

Melidi Frekuensif(x)

18202123242530323537404345

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII IIIIIIIIII

1122434163411

Total 34Seringkali penggolongan dari data menyederhanakan penyajian dari data. Misalnya dalam

contoh di atas penggolongan-penggolongan umur adalah dalam kelompok-kelompok umur 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, maka distribusi frekuensi adalah sebagai pada tabel dibawah ini :Distribusi Frekuensi dari Akseptor-Akseptor KBDi Pagar Gunung Menurut Golongan Umur

Kelas Umur F (kelas umur)15 – 1920 – 2424 – 2930 – 3435 – 3940 – 4445 – 49

1936951

Total 34

Cara lain untuk menyajikan data adalah dengan bagan lingkaran di mana suatu lingkaran dibagi menjadi bagian-bagian dan luas setiap bagian adalah frekuensi relatif kelas yang dinyatakan dalam persen. Gambar dibawah ini memperlihatkan bagan lingkaran sebagai berikut :

Page 69: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

15 – 193%

20 – 2426%

24 – 299%

30 – 3418%

35 – 3926%

40 – 4415%

45 – 493%

Jika data banyak, maka pictogram dapat digunakan, yaitu gambar dari deretan boneka dapat menyatakan 10, 50 atau 100 dan seterusnya pengamatan.

C. Ukuran Kecenderungan SentralKecuali pola dari nilai-nilai ada baiknya kita mengetahui nilai yang

mencerminkan corak-corak nilai-nilai. Nilai semacam ini di peroleh dari ukuran kecenderungan sentral (Central Tendency), yang merupakan indeks rata-rata dari distribusi nilai-nilai. Ada tiga macam ukuran kecenderungan sentral yang sering digunakan : modus, median dan mean atau nilai rata-rata hitung (atau nilai rata-rata saja). Modus atau Ma adalah nilai yang paling besar frekuensinya. Median atau M, adalah nilai yang merupakan pertengahan dari distribusi frekuensi. Sedangkan Median adalah 321/2 yaitu titik tengah kelompok data.

Nilai rata-rata (hitung), X, adalah jumlah semua nilai-nilai yang terjadi dalam distribusi dibagi atas jumlah pengamatan. Dengan rumus sebagai berikut :

X =

1N ∑ X1 . f ( X1 )

Karena nilai rata-rata menggunakan semua nilai yang muncul dalam distribusi maka biasanya nilai rata-ratalah yang dilaporkan sebagai ukuran kecenderungan sentral. Tetapi kadang-kadang nilai rata-rata agak sukar dimengerti seperti halnya dalam rata-rata jumlah anak yang dilahirkan wanita. Maka adakalanya yang dilaporkan adalah modus dan jika distribusi adalah sangat miring (skewed), maka mungkin median yang lebih cocok sebagai ukuran kecenderungan sentral. Jika distribusi adalah normal maka mean = modus = median. Jika distribusi modus bagian distribusi yang padat, mean pada bagian distribusi yang jarang.

D. Ukuran VariabilitasUkuran variabilitas (measure of variability) dapat menambah pengertian kita

mengenai kejadian-kejadian (occurence) semua nilai-nilai suatu perubah atau variabel atau ciri. Biasanya nilai-nilai yang dapat dicapai oleh suatu ciri dalam suatu pengamatan adalah lebih dari satu, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang diamati berbeda (atau berubah atau variabel). Maka ukuran variabilitas merupakan

Page 70: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

indikasi dari tersebarnya (atau dispersi) pengamatan-pengamatan antara nilai-nilai dari peubah yang sedang diteliti.

Range adalah suatu ukuran variabilitas, yang menyatakan selisih antara nilai terbesar dan terkecil yang dapat dicapai oleh peubah. Range adalah 9 (=9–0). Ukuran-ukuran dispersi yang sering digunakan adalah varian dan standar deviasi.

Standar deviasi adalah akar dari varian. Varian suatu peubah dinyatakan dengan S2 dan merupakan jumlah kuadrat dari selisih antara nilai-nilai yang ada di dalam pengamatan sampel dengan rata-rata hitung dibagi dengan dibagi dengan besarnya sampel dikurangi 1.

S2 =

1N−1∑ ( X i−X )2 f ( X i)

=

1N−1 {∑ X i

2 . f ( xi )−N X 2}(Disini tidak dibedakan antara sampel besar dan sampel kecil sebab untuk sampel besar maka

nilai

1N−1 mendekati nilai

1N ).

E. Yule’s QYule’s Q adalah ukuran dari hubungan antara dua variabel (peubah) yang

dichotom. Suatu perubah dinyatakan dichotom bila nilai-nilai yang dicapai peubah tersebut hanya dikelompokkan dalam dua kelas nilai-nilai. Semua peubah selalu dapat dijadikan peubah yang dichotom. Pengamatan dari dua peubah yang dichotom dapat dijabarkan pada tabel silang 2 x 2 sebagai berikut :

Peubah IPeubah II

TotalY Y

X A B A + BX C D C + DTotal A + C B + D A + B + C + D = N

Namakanlah nama kedua peubah tersebut, Peubah I dan Peubah II. Kedua kategori dari

Peubah I kita sebut X dan X (baca : bukan X). Kedua kategori dari Peubah II kita sebut Y

dan Y (baca : bukan Y). Jika antara peubah-peubah I dan II tidak ada hubungan, maka perbandingan frekuensi kedua kategori dari peubah II tidak tergantung dari kategori-kategori peubah I. Jadi jika peubah I dan peubah II bebas linier (independent) maka :(Ae : Be) = (Ce : De) = (A + C) : (B + D) (1)

Dimana : e adalah notasi diharapkan atau expected.Jadi :

Ae, Be, Ce dan De adalah frekuensi yang diharapkan dari sel-sel (X, Y ). (X, Y), (X , Y ) dan (

X , Y), jika antara peubah I dan peubah II tidak ada hubungan. Ae, Be, Ce dan De memenuhi :

Page 71: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Ae + Be = A + B (2)Ce + De = C + D (3)Ae + Ce = A + C (4)Be + De = B + D (5)Jadi frekuensi marjinal dianggap sudah tertentu (fixed).Dari (1) dan (2) dapat dibuktikan bahwa :

Ae =

( A+C )( A+B )N (6)

Dengan cara yang sama dapat dibuktikan :

Be =

( A+B )(B+D )N

Ce =

( A+C )(C+D)N

De =

( B+D)(C+D)N

Sebutlah selisih antara frekuensi yang diamati dan frekuensi yang diharapkan δ maka :δ A = A – Ae δB = B – BeδC = C – CeδD = D – De

Dan dapat dibuktikan bahwa :δ A=−δB=−δC=−δD

Jadi jika δ suatu sel diketahui, maka δ sel-sel lainnya sudah tertentu. Hanya ada dua pola

yang mungkin untuk δ :

Peubah IPeubah II Peubah I Peubah IIY Y Y Y

X δ A < 0 δB > 0 X δ A > 0 δB < 0X δC > 0

δD < 0 X δC < 0δD > 0

Pola 1 Pola 2

Pola 1 : menyatakan bahwa hubungan antara Peubah I dan II, adalah positif. Kita dapat nyatakan bahwa :

(1) δB > 0 maka X cenderung Y(atau Y cenderung X) dan

(2) δC > 0 maka X cenderung Y

(atau Y cenderung X ).Pola 2 : menyatakan bahwa hubungan antara Peubah I dan II, adalah negatif. Kita dapat menyatakan bahwa : karena

Page 72: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

(1) δ A > 0 maka X cenderung Y

(atau Y cenderung X) dan

(2) δD > 0 maka X cenderung Y

(atau Y cenderung X ).

BAB 11Kebijaksanaan Kependudukan

A. PendahuluanKebijaksanaan kependudukan merupakan gejala yang relative baru. Berbagai

kebijaksanaan ekonomi maupun sosial ditujukan untuk meningkatkan kesejakterahan penduduk. Kebijaksanaan itu meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk yang menghendakinya, memberikan kesempatan pendidikan, meningkatkan kesehatan, serta usaha-usaha yang menambah kesejahteraahn penduduk lainnya. Berbagai kebijakan itumempengaruhi penduduk, baik mengenai besar, komposisi, distribusi, dan pertumbuhannya maupun cirri-ciri penduduk yang lain. Akan tetapi pengaruh terhadap penduduk itu bukan tujuan utama, melainkan merupakan akibat sampingan dari kebijaksanaan itu. Kebijaksanaan kependudukan menurut Perserikatan Bangsa-bangsa diberi pengertian sebagai berikut : “ ….. langkah-langkah dan program-program yang membangtu tercapainya tujuan-

tujuan ekonomi, sosial, demografis, dan tujuan-tujuan umum yang lain dengan mempengaruhi variable-variabel demografi yang utam, yaitu besar dan pertumbuhan penduduk serta perubahan dan cirri-ciri demografisnya ….. “

Dalam pengertian tersebut, termasuk langkah-langkahdan program-program baik yang kemungkinan besar mempengaruhi variable-variabel utama itu maupun yang secara sadar dimaksud demikian.

Perlu dibedakan antara kebijaksanaan yang mempengaruhi variable-variabel keendudukan maupun yang menanggapi perubahan-perubahan penduduk.kebijaksanaan yang mempengaruhi variable kependudukan antara lain ialah mengadakan vaksinasi anak-anak yang menyelamatkan mereka dari berbagai penyakit anak-anak yang berbahaya. Vaksinasidemikian akan menurunkan kematian anak-anak dan akan mempengaruhi angka kematian penduduk sebagai keseluruhan.

Kebijaksanaan yang menanggapi perubahan-perubahan penduduk antara lain ialah pendirian sekolah-sekolah unyuk menampung peningkatan jumlah anak-anak yang disebabkan oleh penurunan angka kematian anak-anak.

Suatu kebijakan yang mempengaruhi variable kependudukan dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Kebijaksanaan langsung dalam hal ini antara lain ialah pelayanan kontrasepsi yang langsung mempengaruhi besarnya poenduduk akibat penurunan banyaknya kelahiran. Kebijaksanaan kependudukan yang bersifat tidak langsung misalnya melalui pencabutan subsisi pada keluarga yang mempunyai anak lebih dari jumlah tertentu, misalnya dua, yang akan mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan oleh keluarga-keluarga.

Kebijaksanaan kependudukan berhubungan dengan keputusan pemerintah. Dengan mempengaruhi kelahiran, kematian dan persebaran penduduk, pemerintah mempunyai kebijaksanaan yang mempengaruhi penduduk.

Page 73: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

B. Ruang Lingkup Kebijaksanaan Kependudukan Kebijaksanaan kepnedudukan berhubungan dengan dinamika kepndudukan,

yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi. Kebijaksanaan kependudukan dapat mempengaruhi fertilitas baik untuk

menaikan ataupun menurunkan angka kelahiran. Pada waktu ini, kebijaksanaan mengenai fertilitas sering hanya dihubungkan dengan penurunan fertilitas melalui keluarga berencana. Bahkan banyak orang menganggap kebijaksanaan kependudukan identik dengan keluarga berencana.

Kebijaksanaan mengenai mortalitas biasanya langsung dihubungkan dengan kesehatan, bahkan dihubungkan dengan klinik, rumah sakit, dan dokter. Mortalitas mempunyai hubungan yang erat dengan morbiditas ( tentang sakit ). Sebagian besar orang yang mati disebabkan sakit, dan hanya sebagian kecil yang meninggal karena kecelakaan. Sebagian sangat sangat kecil mati karena bunuh diri. Karena itu mortalitas dan morbiditas harus dipahami sekaligus.

Migrasi merupakan kebijakan redistribusi penduduk. Hanya dnegan migrasi distribusi penduduk dapat dipengaruhi dalam jangka waktu relative pendek. Dalam membahas migrasi, biasanya urbanisasi dicakup. Urbanisasi sebagi keadaan dan proses pemusatan penduduk di daerah urban ( perkotaan ) banyak dipengaruhi oleh migrasi dari desa ke kota. Karena itu ada anggapan seolah-olah hanya disebabkan oleh migrasi dari desa ke kota, atau urbanisasi dianggap identik dengan migrasi desa-kota. Padahalurbanisasi disebabkan oleh tiga factor, yaitu pertambahan alami, migrasi desa-kota dan reklasifikasi daerah perdesaan ( rural ) menjadi perkotaan ( urban ).

Masalah yang dapat mempengaruhi fertilitas ialah nuptialitas, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan. Umur perkawinan pertama, gampang atau sukarnya perceraian serta perkawinan ulang dapat dihubungkan dengan kebijaksanaan kependudukan juga.

C. Macam-macam kebijaksanaan kependudukan Kebijaksanan kependudukan dapat bersifat nasional terpadu atau sektoral.

Kebijaksanaan nasional terpadu mencangkup segala segi kehidupan dengan satu tujuan mengenai kependudukan. Semua komponen yang mempunyai hubungan dengan penduduk mempunyai orientasi yang sama, sehingga merupakan satu system. Masing-masing mempunyai kaitan dengan komponen-komponen yang lain yang menuju pada satu sasaran yang ditentukan, mislanya penurunan fertilitas, penurunan mortalitas atau peningkatan migrasi.

Kebijakan sektoral menyerahkan masalah kependudukan kepada satu sector. Kegiatan sektoran dapat dikoordinasikan, tetapi dalam kenyataan koordinasi sukar dilaksanakan.

D. Program-program kependudukan Kegiatan nyata untuk melaksanakan kebijaksanaan dengan sasaran tertentu,

batas waktu dan dana tertentu merupakan satu program kegiatan demikian yang bertujuan mempengaruhi atau menganggapi aspek-aspek kependudukan yang merupakan program kependudukan.

Kegiatan keluarga berencana adalah program kependudukan. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang akan menurunkan angka kematian bayi juga

Page 74: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

merupakan program kependudukan.Pemindahan penduduk yang diatur pemerintah dalam bentuk transmigrasi adalah program kependudukan.

Di Indonesia, karena menuntut sejarah kegiatan transmigrasi dan keluarga berencana mendahului perumusan kebijaksanaan kependudukan, kegiatan itu merupakan program sendiri-sendiri. Pengertian program kepndudukan bahkan diberi pengertian sempit, yaitu kegiatan yang mendukung program keluarga berencana. Dalam kenyataan program kependudukan di Indonesia diartikan sebagai kegiatan beyond family planning yaitu kegiatan-kegiatan yang menjangkau lebih jauh dari keluarga berencana, misalnya perbaikan gizi, peningkatan pendapatan dan lain-lain yang dapat menambah kemantapan program keluarga berencana.

Transmigrasi merupakan kebijaksanaan kependudkan mengenai migrasi. Kebijaksanaannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi yang diatur oleh pemerintah. Transmigrasi yang diatur itu hanya meliputi bagian kecil migrasi, tetapi dilakukan secara sadar dan dengan tujuan yang jelas. Sejak tahun 1972 dengan Undang –Undang no. 3 tahun 1972 yang mengatur pokok-pokok penyelenggaraan Transmigrasi. Transmigrasi tidak hanya mempunyai aspek kependudukan tapi juga aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan. Akan tetapi karena itu dijalankan dengan mempengaruhi variable migrasi, maka transmigrasi merupakan satu program kependudukan.

Usaha penyebaran fertilitas kesehatan secara merata sehingga menjangkau seluruh penduduk merupakan satu program kependudukan dalam rangka kebijaksanaan menurunkan kematian dan meningkatkan harapan hidup penduduk.

E. Kebijaksanaan Kependudukan Di Berbagai Negara Pengertian kebijaksanaan kependudukan dibanyak negara dihubungkan

dengan keluarga berencana.di negara-negara yang sekarang telah maju, khususnya di negara-negara liberal barat, pemerintah negara-negara itu mengambil sikap tidak ikut campur. Di negara-negara itu usaha keluarga berencana dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat dengan dana dari masyarakat pula. Prakarsa keluarga berencana datang dari masyarakatatas yang mempunyai pendidikan paling tinggi dan mempunyai pendapatan serta lapangan kerja yang paling tinggi pula. Dengan demikian, pengetahuan, sikap positif terhadap keluarga berencana serta praktek KB di mulai dari golongan atas menurun ke golongan menengah terus ke golongan buruh dan kahirnya mencapai para petani di desa-desa.

sebagian besar penduduk dunia berdiam di negara-negara sedang berkembang. Kebijaksanaan kependudukan oleh sebagian pemerintahan melalui program KB hasilnya sudah mulai Nampak. Sebagian penduduk dunia di negara yang sedang berkembang belum banyak dijamah oelh keluarga berencana baik melalui kebijaksanaan pemerintah maupun oleh organisasi masyarakat.

F. Macam-macam kebijaksanaan kependudukan Kebijaksanaan yang banyak dianut adalah anti natalis. Kebijaksanaan ini

mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kelahiran. Negara-negara yang menjalankan kebijaksanaan KB bersifat anti natalis, sekalipun alasannya bermacam-macam. Alasan yang umum digunakan adalah untuk kesajahterahan ibu dan anak, baik ditinjau dari kesehatan sang ibu dan anak maupun pertimbangan kesejaterahan

Page 75: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

sosial ekonomi keluarga pada umumnya. Dengan demikian keluarga berencana tidak dikemukakan dalam kerangka makro, tetapi mikro, demi kepentingan keluarga. Semboyan yang digunakan untuk mencapai keluarga kecil yang bahagia mendasari program-program itu.

Memang keluarga-keluarga tidak akan berminat terhadap masalah makro, misalnya apakah itu berhubungan dengan kepadatan penduduk, cepatnya pertumbuhan ataupun penyebaran penduduk yang tidak merata.ha-hal ini merupakan masalah bagi pemimpin-pemimpin masyarakat baik dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan.

Kebijaksanaan pronatalis tidak banya diikuti. Contoh yang sering dipakai di Prancis sesudah kalah perang dengan Jerman pada tahun 1871. Pada waktu itu timbul gagasan untuk membalas kekalahan ( revanche idea ) terhadap Jerman. Keluarga-keluarga dianjurkan untuk memperbesar jumlah keluarga dengan meningkatkan kelahiran. Berbagai subsidi maupun fasilitas-fasilitas diberikan oleh pemerintah, tetapi hasilnya diragukan.

Negara-negara yang dipimpin oleh dictator-diktator yang menyiapkan perang menjelang Perang Dunia II, yaitu Rusia, Jerman, Italia, dan Jepang mempunyai kebijaksanaan pronalitas pada waktu itu.

Sesudah Perang Dunia II negara-negara yang mempunyai kebijaksanaan pronalitas adalah Indonesia – sampai munculnya Orde Baru dan Brasilia. Kedua negara ini ingin mencapai penduduk stabil 250 juta yang dianggap diperlukam untuk masuk kelas negara besar.

G. Perbedaan kebijaksanaan kependudukan di berbagai negara Negara-negara Asia terbagi dua dalam kebijaksanaan kependudukannya.

Negar-negara Asia Selatan, Tenggara dan Timur hampir semua mengikuti kebijaksanaan anti natalis. Dari Pakistan sampai Jepang denganpengecualian Birma dan Vietnam, semuanya menjalankan program keluarga berencana. Cina bahkan mengusahakan keluarga dengan hanya satu anak setelah penduduk mendekati jumlah satu miliar.

Di negara-negara Asia bagian Barat yang sebagian besar berpendudk Arab Islam, hanya Iran yang pada masa Syah iRan menjalankan kebijaksanaan anti natalis. Negara-negara lainnya tidak mempunyai kebijaksanaan kependudukan yang jelas, kecuali Kuwait yang nyata-nyata mempunyai kebijaksanaan pronatalis. Negara-negara Eropa tidak mempunyai kebijaksanaan kependudukan yang secara resmi dinyatakan. Program-program yang mempunyai akibat kependudukan lebih bersifat sosial ekonomi atau sekedar menampung akibat-akibat negative tindakan masyarakat. Sebagai missal legalisasi pengguguran kandungan terutama di negara blok komunis bukanlah untuk menurunkan fertilitas, tetapi untuk menghindarkan pengguguran tidak syah secara sembunyi-sembunyi yang membahayakan kesehatan ibu.

Negara-negara Afrika pada umumnya merasakan kekurangan penduduk. Pendekatan dengan keluarga berencana sebagai usaha peningkatan kesejahterahan keluarga hanya diikuti oleh Mesir dan Tunisia di negara-negara Arab di Afrika dan oleh Ghana serta Kenya diantara negara-negara dengan penduduk berkulit hitam.

Page 76: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Di Amerika Selatan kebijaksanaan kependudukan dapat dibagi dua, yaitu kebijaksanaan pronalitas disebagian negara-negara yang pendudknya beragama Khatolikdan anti natalis di negara-negara yang penduduknya Protestan. Namun demikian dibeberapa negara yang agak maju seperti Chili dan Argentina praktik keluarga berencana sudah meluas dalam masyarakat.

Negara-negara Amerika latin mengikuti paham yang menyatakan bahwa apabla keadaan sosial ekonomi diperbaiki maka angka kelahiran akan turun, seperti halnya dalam teori transisi demografi.

Meskipun di Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin program-program keluarga berencana belum banyak diikuti sebanyak Asia Selatan, Tenggara danTimur, kecendrungan untuk kesikap anti natalis memasuki golongan-golongan terbatas masyarakatnya, sehingga akhirnya akan mendorong kea rah kebijaksanaan anti natalis.

H. Kebijaksanaan kependudukan di IndonesiaKebijaksanaan yang menyangkut distribusi penduduk sudah diikuti sejak

permulaan abad ini oleh pemerintahan Hindia Belanda. Kolonisasi kebeberapa daerah luar jawa dengan memindahkan penduduk dari jawa adalah usaha redistribusi penduduk. Usaha itu merupakan kebijaksanaan kependudukan. Sekalipun hasilnya tidaklah besar, tetapi pemerintah Hindia Belanda telah memulai program itu dan setelah mengalami berbagai hambatan, menjelang Perang Dunia II kolonisasi itu menjadi cukup penting.

Pemerintah Indonesia merdeka meneruskan program pemindahan penduduk itu dengan transmigrasi. Konsep transmigrasi yang dicetuskan pada permulaan kemerdekan Indonesia merupakan kebijaksnaan kependudukan yang secara sadar hendak mengurangi penduduk jawa dengan cara memindahkannya ke luar jawa. Dalam apa yang dikenal dengan rencana tambunan, direncanakan Transmigrasi besar-besaran, bukan hanya mengurangi penduduk pulau jawa secara absolute. Jawa diperkirakan hanya mampu menampung 30 juta penduduk dan selebihnya harus ditransmigrasikan.

Kebijaksanaan kependudukan itu dijalankan sampai pemerintahan Orde Baru memberikan orientasi yang luas mulai tahun 1972. Undang-Undang no. 3 tahun 1972 memberikan tujuan yang luas pada transmigrasi dimana pertimbangan demografis hanya merupakan satu dari tujuh sasaran yang terdiri atas:

Peningkatan taraf hidup Pembangunan daerah Keseimbangan penyebaran penduduk Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia Kesatuan dan persatuan bangsa Memperkuat pertahanan dan keamanan sosial

Kebijaksanaan transmigrasi ini mencangkup segi-segi politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan di samping kebijaksanaan redistribusi penduduk. Kebijaksanaan ini merupakan kebijaksanaan sektoral dan regional. Di samping itu transmigrasi diarahkan kepada transmigrasi swakarsa yang akan mengurangi beban

Page 77: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

pemerintah dan mendorong penduduk berinisiatif unutk pindah dalam rangka pembangunan daerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi. Di dunia ini tidak ada negara lain yang mempunyai kebijaksanaan redistribusi penduduk yang lebih luas dari Indonesia. Malaysia dan Filipina mempunyai program pemukiman penduduk ( settlement ) yang terbatas dan lebih bersifat kegiatan pembangunan ekonomi. Proyek Felda ( Federal Land Development Authority ) di Malaysia merupakan usaha meningkatkan produksi karet dan kelapa sawit untuk ekspor dengn mendatangkan petani-petani terpilih. Filipina mempunyai program pembukaan daerah Mindanau yang ruang lingkupnya terbatas.

Kebijaksanaan kependudukan telah dirumuskan dalam GBHN. Kebijaksanaan ini merupakan bagian dari kebijaksanaan kependudukan yang meliputi :

Bidang-bidang pengendalian kelahiran Penurunan tingkat kematian terutama kematian anak-anak Perpanjangan harapan hidup Penyebaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja

Kebijaksanaan kependudukan utama di Indonesia adalah kebijaksanaan keluarga berencana. Kebijaksanaan ini sudah luas diketahui oleh semua petugas KB maupun masyarakat luas.

Pertama-tama program KB, sesuai dengan deklarsi PBB mengenai kependudukan dimana Presiden Suharto iky mendatangani, merupakan titik balik yang sangat penting di Indonesia. Program KB telah dapat mengubah pandangan dalam masyarakat yang pronalitas, yang melihat penduduk dari sudut kuantitas saja, menjadi pandangan anti natalis, yang menekankan pada kesejahterahan masing-masing keluarga dengan membatasi kelahiran. Kebijaksanaan pemerintah yang menjadi commitment pimpinan tertinggi untuk melaksanakan program KB merupakan salah satu produk Orde Baru uang paling penting dengan jangkauan yang jauh.

Kedua ialah kenyataan bahwa dukungan masyarakat cukup besar dan tantangan dari golongan manapun secra prinsipil tidk ada terhadap program Keluarga Berencana.

Ketiga, Indonesia dapat membuktikan bahwa KB dapat dilaksanakan di daerah pedesaan secara efektif. Ini berbeda dengan pola penyebaran KB yang biasanya mulai dari kota ke pedesaan, sehingga prosesnya lambat, di negara-negara yang telah maju. Penerimaan masyarakat terhadao teknologi KB di daerah pedesaan kita merupakan kesempatan ( point of entry ) yang penting untuk proses pembangunan sector-sektor yang lain. Hal ini mungkin Karen tidak langsung diikuti pendekatan teknis tetapi melalui penerangan dan motivasi terlebih dahulu. Kegagalan banyak program KB di negara-neraga lain adalah karena dimulai dari aspek teknis medis., yaitu pengadaan klinik-klinik KB, yang meskipun merupakan bagian yang menentukan, tetapi merupakan bagian akhir dari suatu rantai yang dimulai dari pengetahuan tentang KB, sikap untuk menerimanya dan baru kemudian praktek KB dengan bantuan klinik.

Keempat untuk menjadikan KB sebagai suatu lembaga atau pranata sosial, maka KB diusahakan untuk menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat dalam

Page 78: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

bentuk Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ). Ini merupakan pendekatan yang menyentuh perikehidupan keluarga secara nyata.

Kelima, usaha untuk melaksanakan beyond family planning. Konsep ini sebenarnya usaha untuk mempertemukan tiga pandangan, yaitu :

Pandangan yang menyatakan bahwa penurunan fertilitas hanya dapat dicapai melalui pembangunan ekonomi. Apabila ekonomi terbangun, fertilitas akan turun dengan sendirinya.

Pandangan bahwa perubahan nilai-nilai dalam masyarakat yang mengurangi peranan anak dalam kehidupan keluarga dan sebagai jaminan hari tua maupun tenaga bantuan untuk keluarga. Kalau pandangan ini berubah, keinginan untuk punya banyak anak akan berkurang, fertilitas akan turun dengan sendirinya.

Pandangan bahwa dengan program KB yang dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan.

negara-negara yang berhasil menurunkan fertilitas dengan cepat adalah Korea, Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Negara-negara itu melaksanakan program KB tetapi bersamaan dengan itu dilaksanakan pembangunan ekonomi dan sosial yang paling menunjang. Program KB berjaln seiring dengan peningkatan kesejahterahan keluarga baik yang bersumber pada pembangunan ekonomi maupun sosial. Indonesia melalui program kependudukan mengarah pada penggunaan ketiga pandangan sebagai satu kesatuan.

I. Tinjauan Masa Depan Indonesia hendak mencapai penurunan fertilitas sehingga pada tahun 1990

dicapai angka setengah dari keadaan pada tahun 1971. In berarti penurunan angka kelahiran kasar dari 44 per 1000 menjadi 22 per 1000 dalam waktu 19 tahun. Ada anggapan bahwa pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa 1971-1980 sebesar 2,34 % sebagai penunjuk KB kurang berhasil. Akan tetapi kalau diingat bahwa KB mulai mempunyai dampak baru sejak 1974, sedang penurunan angka kematian sebagai akibat pembangunan diduga sudah mulai sejak tahun 1970, yaitu sejak Repelita I mulai berjalan. Angka 2,34 % adalah rata-rata selama 9 tahun, yang tinggi pada permulaan dan rendah pada bagian akhir dasawarsa 1970-an.

Usaha mencapai penurunan kelahiran sebanyak itu tidak mustahi, tetaapi merupakan tantangan yang berat. Cara kontrasepsi yang mantap ( IUD ) dan mungkin Depo Provera harus secara luas diapakai dan cara lain seperti sterilisasi dapat dikembangkan oleh organisasi masyarakat. Dengaan pengalaman yang ada, kesungguhan yang lebih besar, keterbukaan dan kejujuran pelaksanaan, maka sasaran itu tidak berlebihan.

Dalam hal transmigrasi masih perlu untuk mencari pendekatan yang lebih mantab. Cara berpikir yang dan lebih efisien perlu dikembangkan sehingga sasaran kuantitatif ( 500.000 kepala keluarga ) dalam Pelita III dapat dicapai. Sesuai dengan UU No.3 tahun 1972, Transmigrasi Swakarsa harus lebih didorong untuk memulia proses migrasi berantai. Hanya dengan migrasi berantai, dimana mereka yang sudah pindah dan berhasil akan menarik saudara, teman dan tetangganya menempuh hidup baru di daeraah transmigrasi, transmigrasi besa-besaran dapat terlaksana.

Page 79: Bab 1 - 11 ( Satu Buku )

Baik Kb maupun trnsmigrasi mempunyai implikasi sosial, ekonomi, budaya dan politik. Sebagai missal, ada anggapan bahwa WNI Cina tidak berkeluarga berencana sehingga jumlah mereka akan bertambah dengan cepat. anggapan semaacam ini tidak benar, tetapi ada prasangka masyarakat demikian. Dalam hal transmigrasi seolah penduduk setempat dirugikan padahal seharusnya malah dapat manfaat. Hal-hal demikian harus diantisipasi, sehingga dapat ditiadakan sebelum muncul.

Mengingat pentingnya masalah kependudukan ini perlu adanya UU yang mengatur pokok-pokok mengenai kependudukan sebagai suatu system yang terpadu. UU yang mencangkup aspek-aspek kependudukan secra menyeluruh akan menjadi pegangan dalam menangani masalh penduduk yang kompleks secara terpadu.