rangkuman lima buku penelitian kualitatif
TRANSCRIPT
1
RANGKUMAN
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
(Disusun dalam rangka memenuhi tugas II mata kuliah
Metodologi Penelitian Kualitatif di Universitas Negeri Makassar)
Oleh:
MUH. ALFIANSYAH
1211041019
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2015
2
DAFTAR ISI
Ringkasan Buku Metode Penelitian Kualitatif oleh Moleong, L.J ............. 3
Ringkasan Buku Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif oleh
Emzir. .......................................................................................................... 24
Ringkasan Buku Metode Penelitian Kualitatif oleh Gunawan, I. ............... 39
Ringkasan Buku Strategi Melakukan Riset oleh Sarwono,J. ..................... 64
Ringkasan Buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan oleh
Yusuf, N. ..................................................................................................... 79
3
A. Paradigma Penelitian Kualitatif
1. Dasar Teoritis Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan
sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proporsi yang berasal dari data dan
diuji kembali secara empiris. Banyak pendekatan penelitian mendasarkan diri atas
aliran positivisme yang bersumber dari karya besar Auguste Comte. Aliran ini
memberi tekanan fakta dan penyebab perilaku. Pada dasarnya ada perbedaan
pandangan teoritis di kalangan penelitian kualitatif, namun satu hal yang jelas
ialah mereka tidak mengacu pada postivisme, tetapi lebih mengacu pada
perspektif fenomenologis (Moleng, 1993,8).
Bagian berikut akan dikemukkan pendekatan fenomenologis diikuti
interaksi simbolis, ethnografi dan etnometodologis.
a. Pendekatan fenomenologis
Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-
situasi tertentu. Fenomenologis tidak berasumsi bahwa peneliti mengathui
arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Yang
ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku
orang atau dengan kata lain fenomenologis berusaha memahami subjek
dari segi pandangan mereka sendiri (Moleong, 1993:9-27).
Peneliti kualitatif cenderung berorientasi fenomenologis, namun
sebgaian besar diantaranya tidak radikal, tetapi idealis pandangannya.
Mereka memberi tekanan pada segi subjektif, tetapi mereka tidak perlu
menolak kenyataan adanya “di tempat sana”, artinya mereka tidak perlu
mendesak atau bertentangan dengan pandangan orang yang mampu
menolak tindakan itu (Moleong, 1993:10).
b. Interaksi simbolik
Bersamaan dengan perspektif fenomenologis, pendekatan ini
berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran. Objek,
4
orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri,
sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka (Moleong, 1993:10).
Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh
kekuatan manusia atau bukan. Orang-orang menafsirkan sesuatu dengan
bantuan orang lain seperti orang-orang masa lalu, penulis, keluarga,
pemeran di televisi, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar
tempat mereka bekerja atau bermain, namun orang lain tidak
melakukannya untuk mereka. Melalui interaksi seseorang membentuk
pengertian (Moleong, 1993:11).
Jadi, interaksi simbolik mendasarkan diri atas pengalaman manusia
yang dipengaruhi dengan penafsiran; segala sesuatu tidak memiliki
pengertian sendiri-sendiri, sedangkan pengertian itu dikenakan padanya
oleh seseorang sehingga dalam hal ini penafsiran menjadi essensial
(Moleong, 1993:27).
c. Ethnografi
Salah satu bidang penelitian yang mempengaruhi perkembangan
metode naturalisrik/ kualitatif adalah ethnografi. Ethnografi bertujuan
untuk mendsekripsi satu kebufayaan, terutama untuk memahami cara
hidup kelompok manusia ditinjau dari segi pandangan anggota-anggotanya
(Nasution, 1992:7).
Nasution (1992:8) mengemukakan bahwa inti ethografi adalah
mencoba memahami makna perbuatan dan kejadian bagi orang yang
bersangkutan menurut kebudayaan dan pandangan mereka. Kebudayaan,
antara lain kelakukan dan artifak atau benda-benda yang dibuat hanya
merupakan semacam permukaan telaga yang dalam yang mengandung
aspek dan pengetahuan kultural yang luas.
d. Etnometodologi
Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data, melainkan merujuk pada disiplin ilmu yang
akan diteliti. Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu
menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari. Seubjek
5
etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melainkan orang-
orang dalam berbagai macam situasi dalam masyarakat kita.
Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai
melihat, menerangkan dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka
hidup (Moleong,1993:15).
2. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedaknnya dengan
penelitian jenis lainnya. Dari hasil penelaahan kepustakaan ditemukan sebelas
buah ciri yang diajukan oleh Moleong (1993:4-8) dan enam belas buah ciri yang
diajukan oleh Nasution (1992:9-12). Uraian di bawah ini merupakan hasil
penggabungan dari kedua versi tersebut.
a. Latar alamiah
b. Peneliti sebagai instrumen penelitian
c. Sangat deskriptif
d. Lebih mementingkan proses daripada hasil
e. Mencari makna
f. Adanya batas yang ditentukan oleh fakta
g. Mengutamakan data langsung
h. Triangulasi
i. Menonjolkan rincian kontekstual
j. Subjek yang ditetliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti
k. Menggunakan perspektif emic
l. Verifikasi
m. Sampling yang purposif
n. Menggunakan audit trail
o. Partisipasi tanpa mengganggu
p. Analisis data secara induktif
q. Disain yang bersifat sementara
r. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama
6
3. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif
Tabel 2.1
Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif
No. Penelitian Kualitatif Penelitian Kuantitatif
1.
A. Desain
a. Umum.
b. Fleksibel.
c. Bekembang
d. Tampil dalam proses penelitian.
A. Desain
a. Spesifik.
b. Jelas.
c. Terinci.
d. Ditentukan secara mantap sejak
awal.
e. Menjadi pegangan langkah demi
langkah.
2.
B. Tujuan
a. Memperoleh pemahaman, makna
“verstehen”.
b. Mengembangkan teori.
c. Menggambarkan realitas yang
kompleks.
B. Tujuan
a. Menunjukkan hubungan antar
variabel.
b. Menguji teori.
c. Mencari generalisasi yang
mempunyai nilai prediktif.
3
C. Teknik Penelitian
a. Participant observation.
b. Observasi.
c. Terutama wawancara terbuka.
C. Teknik Penelitian
a. Eksperimen.
b. Survey.
c. Observasi berstruktur.
d. Wawancara berstruktur.
4.
D. Instrumen Penelitian
a. Peneliti sebagai instrumen (human
instrument).
b. Buku catatan.
D. Instrumen Penelitian
a. Tes.
b. Angket.
c. wawancara, skala.
7
c. tape recorder. d. Komputer, kalkulator.
5.
E. Data
a. Deskriptif.
b. Dokumen pribadi, catatan
lapangan, ucapan responden,
dokumen dan lain-lain.
E. Data
a. Kuantitatif.
b. Hasil pengukuran variabel yang
dioperasionalkan dengan
menggunakan instrumen.
6.
F. Sampel
a. Kecil.
b. Tidak represntatif.
c. Purposif.
F. Sampel
a. Besar.
b. Represntatif.
c. Sedapat mungkin random.
7.
G. Analisis
a. Terus menerus sejak awal sampai
akhir penelitian.
b. Induktif.
c. Mencari pola, model, thema.
G. Analisis
a. Pada tahap akhir setelah
pengumpulan data selesai.
b. Deduktif.
c. Menggunakan statistik.
8.
H. Hubungan dengan Responden
a. Empati.
b. Akrab.
c. Kedudukan sama, setaraf.
d. Jangka lama.
H. Hubungan dengan Responden
a. Berjarak, sering tanpa kontak
langsung.
b. Hubungan antara peneliti-subjek.
c. Jangka pendek.
9.
I. Usulan Desain
a. Singkat.
b. Sedikit tanpa literatur.
c. Pendekatan secara umum
d. Masalah yang diduga relevan.
e. Tidak ada hipotesis.
f. Fokus penelitian sering ditulis
setelah ada data yang dikumpulkan
I. Usulan Desain
a. Luas dan rinci.
b. Banyak literatur yang berhubungan
dengan masalah.
c. Prosedur yang spesifik dan terinci
langkah-langkahnya.
d. Masalah diuraikan dan ditujukan
kepada fokus tertentu.
8
dari lapangan. e. Hipotesis dirumuskan dengan
jelas.
f. Ditulis terinci dan lengkap
sebelum terjun ke lapangan.
B. Teori dalam Penelitian Kualitatif
Menurut Moleong (1993:58-59) beberapa segi teori diungkapkan sebagai
pokok yang kedua dan diawali dengan usaha menjelaskan pengertian dan fungsi
teori. Karena penelitian kualitatif berakar dari data, maka pengertian teorinya
tidak lain daripada aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang
berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah. Fungsi teori adalah untuk
meramalkan dan menjelaskan perilaku, menemukan teori lainnya, digunakan
untuk aplikasi praktis, memberikan perspektif bagi usaha penjaringan data,
membimbing dan menyajikan gaya penelitian. Teori itu dapat diformulasikan
secara deskriptif maupun secara proporsional.
Teori dibedakan atas teori substantif dan teori formal. Teori substantif
disusun untuk keperluan empiris sedangkan teori formal untuk keperluan
pengembangan secara konseptual yang berbeda dalam taraf abstraknya, dan teori
substantif harus terlebih dahulu disusun. Unsur-unsur suatu teori terdiri atas
kategori dan kawasannya, hipotesis kerja, dengan memanfaatkan peranan
integrasi. Penyusunan teori substantif demikian dilakukan dengan memanfaatkan
metode analisis komparatif. Teori formal disusun dengan jalan memanfaatkan
teori substantif, baik untuk yang satu bidang maupun yang bidang ganda. Teori
formal itu terutama bermanfaat untuk menguji teori formal lainnya dan untuk
menganalisis hasil-hasil penelitian. Verifikasi teori yang lazim menguji teori lama
dapat pula dimanfaatkan untuk menguji teori baru yangmuncul dari data
(Moleong, 1993:59).
Pokok terakhir, pertama, berkaitan dengan persoalan generalisasi, yaitu
pada cara konvensional lebih menitikberatkan upaya universalitas bebas konteks
9
waktu dan tempat yang ternyata memiliki sejumlah kelemahan. Dengan
memanfaatkan kriteria kecocokan kondisi tempat pengalihan maka generalisasi itu
lebih dimungkinkan. Kedua, persoalan kausalitas yang lazim dilakukan dalam
penelitian konvensional ternyata juga mengandung kelemahan-kelemahan
tertentu. Walaupun ada kalanya penelitian kualitatif yang masih ingin
mempertahankan konsep kausalitas lama, konsep itu mungkin perlu ditinjau
kembali dengan memasukkan dua faktor yang saling mempertajam. Terakhir,
dibahas pula persoalan emit-etik. Penelitian kualitatif lebih menitikberatkan diri
pada pendekatan emik daripada etik walaupun dalam pekerjaan penelitian masih
banyak yang berada diantara keduanya (Moleong, 1993:59).
C. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif
4. Pebahasan maslah studi melalui fokus
Menurut Moleong (1993:65) pembatasan masalah merupakan tahap yang
sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. walaupun sifatnya masih tentatif.
Di bawah ini diuraikan beberapa kesimpulan penting:
Pertama, suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum atau
kosong. Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalh studinya dengan
fokus.
Kedua, fokus pada dasarnya adalah malah yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
kepustakaan ilmiah ataupun kepusatakaan lainnya. Implikasinya, apabila peneliti
merasakan adanya masalah, seyognya ia mendalami kepustakaan yang relevan
sbelum terjun ke lapangan.
Ketiga, tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang
telah dirumuskan. Implikasinya, masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu,
barulah tujuan penelitian ditetapkan, bukan sebaliknya.
10
Keempat, fokus atau masalah yang ditetapkan bersifat tentatif, dapat
diubah sesuai dengan situasi latar penelitian. Implikasinya, peneliti, tidak perlu
kecewa jika masalah atau fokusnya berubah. Dengan kata lain, biasakan diri
peneliti untuk menghadapi perubahan dalam masalah penelitian.
5. Analisis perumusan masalah
Menurut Moleong (1993:65) kriteria analisis perumusan masalah dalam
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Apakah rumusan masalah tersebut telah menghubungkan dua atau lebih
faktor (definisi masalah)? Jika ya, apakah dirumuskan secara
proporsional ataukah dalam bentuk diskusi atau gabungan keduanya?
b. Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian?
c. Apakah urainnya dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai
pertanyaan penelitian, ataukah dalam bentuk pertnyaan penelitian saja?
d. Apakah uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat
memenuhi kriteria “inklusi-eksklusi” ataukah masih demikian umumnya
sehingga kriteria itu tidak akan terpenuhi?
6. Prinsip-prinsip perumusan masalah
a. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari-dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan
masalah dalam penelitiannya didasrkan atas upaya menemukan teori dari-
dasar sebagai acuan utama. Dengan hal itu berarti bahwa masalah
sebenarnya terletak dan berada di tengah-tengah kenyataan, atau fakta,
atau fenomena. Jadi, perumusan maslah disini adalah sekadar arahan,
pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang
sebenarnya.
b. Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
11
Pada dasarnya inti hakikat penelitian kualitatif terletak pada upaya
penemuan dan penyusunan teori baru lebih daris ekadar menguji, atau
mengonfirmasikan, atau verifikasi suatu teori yang sedang berlaku.
c. Prinsip hubungan faktor
Fokus atau masalah merupakan rumusan yang terdiri atas dua atau
lebih faktor yang menghasilkan kebingunan seperti yang telah
didefinisikan di muka. Faktor-faktor itu dapat berupa konsep, peristiwa,
pengalaman, atau fenomena.
d. Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
Seorang peneliti pasti memiliki orientasi teorinya sendiri.
Barangkali berdasarkan pengetahuan sebelumnya ataupun berdasrkan
pengalaman. Penelitian kualitatif bersifat terbuka, artinya tidak
mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi teori tertentu. Peilihan
subjektif peneliti dihormati dan dihargai dalam penelitian kualitatif.
demikian pula apakah penelitian menganut paradigma ilmiah atau
alamiah, terserah pada peneliti untuk menetapkannya walaupun yang
sangat dihendaki ialah bahwa penelitian kualitatif mengacu pada
paradigma alamiah.
e. Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi-eksklusi
Peneliti dihadapkan pada beberapa hal berikut: masalah yang
dirumuskan secara jelas dan tegas akan mereupakan alat yang ampuh
untuk memilih daya yang relevan. Mungkin ada data yang menarik,
namun tidak relevan, maka data demikian harus dikeluarkan.
f. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Contoh-contoh perumusan masalah yang telah disajikan ternyata
menwarkan tiga bentuk perumusan masalah yaitu: secara diskusi, yakni
yang disajikan secara desktiptif tanpa pertanyaan-pertanyaan penelitian,
secara proporsional yakni secra langsung menghubungkan faktor-faktor
dalam hubungan logis dan bermakna, dalam hal ini ada yang disajikan
dalam bentuk uraian atau deskriptif dan ada pula yang langsung dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan penulisan dan secara gabungan, yakni
12
terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan lagi
dalam bentuk proporsional.
g. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang peneliti
didahulukan karena latar belakanglah yang memberikan ancang-ancang
dan alasan diadakannya penelitian. Prinsip lainnya ialah hendaknya
rumusan masalah disusun terlebih dahulu, baru tujuan penelitian karena
tujuan penelitian pada dasarnya akan berusaha memecahkan dan
menjawab pertanyaan pada masalah penelitian.
h. Prinsip yang berkaitan dengan hasil kajian kepustakaan
Peneliti baru atau peneliti yang belum berpengalaman sewaktu
mengadakan penelitian tampaknya cenderung mengabaikan kajian
kepustakaan dalam perumusan masalah. Pada dasarnya perumusan
masalah itu tidak dapat dipisahkan dari hasil kajian kepustakaan yang
berkaitan. Hal tersebut diperlukan untuk lebih mempertajam rumusan
masalah itu sendiri walaupun masalah yangs esungguhnya bersumber dari
data itu sendiri.
i. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan
penelitian dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan karena
rumusan masalah merupakan salah satu unsur penelitian yang tidak dapat
dipisahkan dari unsur-unsur lainnya. Rumusan masalah juga disajikan
sebagai bagian tak terpisahkan dari unsur lainnya pada waktu peneliti
mempublikasikan hasil penemuannya di majalah-majalah ilmiah.
D. Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif
1. Tahap Pralapangan
Ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini
ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian
lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini:
13
a. Menyusun rancangan penelitian
Rancangan suatu penelitian kualitatif paling tidak berisi: latar
belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, kajian kepustakaan
yang menghasilkan pokok-pokok kesesuaian paradigma dengan fokus,
pemilihan lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, dan
sebagainya.
b. Memilih lapangan penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan
penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif,
pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat
keseseuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.
c. Mengurus perizinan
Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja
yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan
penelitian. Tentu saja peneliti jangan mengabaikan izin meninggalkan
tugas yang pertama-tama perlu dimintakan dari atasan peneliti sedniri.
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan.
Tahap ini belum sampai pada tahap yang menyingkapkan
bagaimana peneliti masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data
yang sebenarnya. Jadi, tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan,
namun dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan.
e. Memilih dan memanfaatkan informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus
mampu mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia
berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun
hanya bersifat informal.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik,
tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan. Sebelum
14
penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan penelitian,
kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian melalui surat.
g. Persoalan etika penelitian
Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat
yang mengumpulkan data. Hal itu dilakukan dalam pengamatan
berperanserta, waancara-mendalam, pengumpulan dokumen, foto dan
sebgainya. Seluruh metode itu pada dasarnya menyangkut hubungan
peneliti dengan orang atau subjek penelitian. Peneliti akan berhubungan
dengan orang-orang baik secara perseorang maupun secara kelompok
atau masyarakat.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Memahami latar penelitian dan persiapan diri
a. Pembatasan latar dan peneliti
Peneliti hendaknya mengenal adanya latar terbuka dan latar
tertutup. Disamping itu, peneliti hendaknya tahu menempatkan diri,
apakah sebagai peneliti yang dikenal atau yang tidak dikenal.
b. Penampilan
Dalam hal ini penampilan yang dimaksud adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti hendaknya menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan,
adat, tata cara dan kultur latar penelitian.
c. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan
Jika peneliti memanfaatkan pengamatan berperanserta, maka
hendaknya hubungan akrab antara subjek dan peneliti dapat dibina.
Dengan demikian peneliti dengan subjek penelitian dapat bekerja sama
dan saling bertukar informasi.
d. Jurnal waktu studi
Pembatasan waktu pada dasarnya tidak ada rumus yang dapat
digunakan secara pasti. Untuk itu peneliti sendirilah yang perlu
menentukan pembagian waktu agar waktu di lapangan dimanfaatkan
seefisien dan seefektif mungkin.
15
Memasuki lapangan
a. Keakraban hubungan
Keakraban pergaulan dengan subjek perlu dipelihara selam-
lamaanya bahkan sampai sesudah tahap pengumpulan data. Jangan
sampa terjadi seorang subjek dalam hubungan keakraban itu merasa
dirugikan.
b. Mepelajari bahasa
Peneliti perlu dianjurkan agar mempunyai buku catatan khusus. Ia
hendaknya secepatnya mencatat dan menanyakan makna tertentu dari
yang didengarnya jika pada saat itu peneliti tidak mengerti.
c. Peranan peneliti
Besarnya peranan: sewaktu berada pada penelitian, mau tidak mau
peneliti akan terjun kedalamnya dan akan ikut berperanserta di dalamnya.
Hal tersebut pada dasarnya bergantung pada faktor tempat penelitian dan
peneliti itu sendiri. Dari segi tempat penelitian peranserta seorang
peneliti berada dari satu tempat ke tempat lainnya.
Berperanserta sambil mengumpulkan data
a. Pengarahan batas studi
Pada waktu menyusun usulan penelitian, batas studi telah
ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian. Jadwal penelitian
hendaknya telah disusun pula secara berhati-hati walaupun luwes karena
situasi lapangan yang sukar diramalkan.
b. Mecatat data
Uraian sejauh ini masih menitik beratkan pada cara pengumpulan
data melalui pengamatan berperanserta dan wawancara. Bagi peneliti
jelas bahwa dalam mengumpulkan data ia jangan melupakan bentuk data
lainnya seperti dokumen, laporan, gambar dan foto.
c. Anlisis di lapangan
Penelitian kualitatif mengenal adanya analisis data di lapangan
walaupun analisis data secara intensif barulah dilakukan sesudah
berakhirnya pengumpulan data.
16
3. Tahap analisis data
Konsep analisis data juga dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing
oleh usaha untuk menemukan tema dan hipotesis. Sejumlah petunjuk analisis data
diberikan sebagai pegangan peneliti. Tiga pokok persoalan dalam analisis data
adalah sebagai berikut:
a. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis
b. Konsep dasar analisis data, petunjuknya adalah:
Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda.
Berikan kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu.
Susunlah menurut tipologi
Bacalah kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan latar
penelitian.
c. Menganalisis berdasarkan hipotesis
Penelitian kualitatif mengenal adanya analisis data di lapangan
walaupun analisis data secara intensif barulah dilakukan sesudah
berakhirnya pengumpulan data.
E. Teknik Penelitian Kualitatif
Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penting dalam penelitian
kualitatif dapat dibagi ke dalam tujuh persoalan.
Pertama, persoalan sumber dan jenis data yang terdiri dari kata-kata dan
tindakan, sumber tertulis, foto, dan data statistik. Selain itu masih ada sumber data
yang tidak dipersoalkan di sini seperti yang bersifat nonverbal. Sumber data
statistik juga dimasukkan sebagai sumber data tambahan guna melengkapi data
utama yang dikumpulkan, misalnya mengenai data demografi.
Pokok persoalan kedua yang dibahas ialah peranan manusia sebagai
instrumen. Hal itu merupakan salah satu ciri utama penelitian kualitatif, yaitu
manusia sangat berperan dalam keseluruhan proses penelitian, termasuk dalam
17
pengumpulan data, bahkan peneliti itu sendirilah instrumennya. Hal itu tampak
dalam teknik pengamatan berperanserta, peneliti bertindak sebagai peneliti, tetapi
ia harus menjadi anggota diantara sekelompok anggota lembaga sosial tertentu.
Untuk melaksanakan peran itu diberikan petunjuk tentang tata caranya. Ciri-ciri
manusia sebagai instrumen ialah ia harus responsif, dapat menyesuaikan diri,
menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memproses
data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan
mengikhtisarkan, dan mencari respon yang tidak lazim.
Bagian ketiga membahas pokok persoalan pengamatan. Pengamatan
merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu
digunakan karena berbagai alasan. Ternyata ada beberapa tipologi pengamatan.
Terlepas dari jenis pengamatan tersebut dapatlah dikaitkan bahwa pengamatan itu
terbatas dan hal itu bergantung pada jenis dan variasi pendekatan pengamatan
yang diperankan oleh peneliti. Dijelaskan pula bagaimana mengadakan penulisan
dan pembuatan catatan lapanga. Bagaimanapun pada pengamatan sebagai teknik
penelitian tenyata terdapat kelemahan-kelemahan, antara lainkesukaran mecatat
sewaktu mengamati dan pengamat cenderung tidak sistematis dalam melakukan
pengamatan.
Teknik penelitian penting lainnya ialah wawancara yang diuraikan dari
segi pengertian dan macam-macamnya, bentuk-bentuk pertanyaan, penata urutan
pertanyaan, perencanaan wawancara, dan pelaksanaan serta kegiatan sesudah
wawancara. Pada pelaksanaan antara lain dipersoalkan strategi dan taktik
berwawancara serta pencatatan data wawancara.
Salah satu kunci pokok pelaksanaan penelitian kualitatif terletak pada
bagaimana cara seorang peneliti mencatat data dalam catatan lapangan. Pengertian
dan kegunaan catatan lapangan, bentuk dan model, isi dan proses pemaketan
dikemukakan dalam rangka menguraikan catatan lapangan tersebut. pembaca
hendaknya mempelajari dan menguasai tata cara pembuatan catatan lapangan itu
agar penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
18
Di samping kedua teknik pokok tersebut di atas, penggunaan dokumen,
apakah dokumen resmi ataukah dokumen pribadi, merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Dari segi teknik pemanfaatan dokumen dikemukakan
pengertian dan kegunaan dokumen pribadi, dokumen resmi dan teknik
mempelajari dokumen melalui kajian isi suatu dokumen.
Bagian terakhir mempersoalkan sampling dan suatu kajian. Pengetian dan
tujuan sampling berbeda dengan penelitian kuantitatif. Yang dapat digunakan
ialah sampling bertujuan yang diuraikan bersama ciri-cirinya. Disamping itu,
dikemukakan pula satuan kajian dari segi maksud dan tujuannya.
F. Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan data Penelitian Kualitatif
1. Kriteria Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trutworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkn atas sejumlah kriteria
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability).
Penerapan kriterium derajat kepercayaan padadasarnya menggantikan
konsep validitas internal dari kuantitatif. Kriteria ini berfungsi: pertama
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai; kedua mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-
hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang
sedang diteliti.
2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Kriteria Teknik pemeriksaan
Kredibilitas
1. Perpanjang keikutsertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
19
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan refensial
6. Kajian kasus negatif
7. Pengecekan anggota
Keterangan Uraian rinci
Kebergantungan Audit kebergantungan
Kepastian Audit kepastian
a. Perpanjangan keikutsertaan
Sebagaimana talah dikemukakan, peneliti dalam penelitian kualitatif
adalah instrumen itu sendiri. Keikut sertaan peneliti sangat menentukan
dalam pengumpulan data. Keikut sertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikut sertaan
peneliti pada latar penelitian.
b. Ketekunan pengamatan
Kekurang tekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap
pokok persoalan yang dilakukan secara awal. Hal itu mungkin dapat
disebabkan oleh tekanan subjek atau sponsor atau barang kali juga karena
ketidak toleransian subjek, atau sebaliknya peneliti terlalu cepat
mengarahkan fokus penelitiannya walaupun tampaknya belum patut
dilakukan demikian. Persoalan itu bisa terjadi pada situasi ketika subjek
berdusta, menipu, berpura-pura, sedangkan peneliti sudah sejak awal
mengarahkan fokusnya, padahal barang kali belum waktunya berbuat
demikian.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Denzin dalam (Moleong:1993:178) membedakan empat macam triangulasi
20
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik, dan teori.
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-
rekan sejawat.
e. Analisis kasus negatif
Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan
contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan
informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
pembanding. Dalam suatu latihan kepemimpinan perusahaan, sebagaian
peserta berhasil dengan baik dan telah menduduki kedudukan yang baik.
Peserta yang tidak menyelesaikan program dan meninggalkan latihan
sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti kekurangan
program latihan tersebut. kasus negatif demikian sebagai kasus negatif
untuk menjelaskan hipotesis alternatif sebagai upaya meningkatkan
argumentasi penemuan.
f. Kecukupan referensial
Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan oleh eisner
dalam (Moleong, 1993:181) sebagai alat untuk menampung dan
menyelesaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, film atau
video tape, misalnya dapat digunakan sebagai alat perekam yang pada saat
senggang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh
dengan kritik yang telah terkumpul. Jadi, bahan-bahan yang tercatat atau
terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu
diadakan analisis dan penafsiran data.
g. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan
data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang di cek
dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran,
dan kesimpulan.
21
G. Analisis dan Penafsiran data
1. Pemrosesan satuan (unityzing)
Uraian tentang pemrosesan satuan ini terdiri atas tipologi satuan dan
penyusunan satua seperti berikut:
a. Tipologi satuan
Satuan atau unit ini adalah satua suatu latar sosial. Pada dasarnya
satuan itu merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan data. Menurut
Lovland and Lovland (Moleong: 1993:190), satuan kehidupan sosial
merupakan kebulatan dimana seseorang mengajukan pertanyaan.
Pendekatan ini menuntut adanya analiss kategori verbal yang
digunakan oleh subjek untuk merinci kompleksitas kenyataan kedalam
bagian-bagian. Pada setiap penelitian ada kemungkinan akan ada kosa kata
khusus yang digunakan para subjek untuk membedakan setiap jenis
kegiatan, membedakan para peserta, gaya berperan serta yang berbeda, dan
lain-lain. Tipologi asli ini merupakan kunci bagi peneliti untuk
memberikan nama sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan, disarankan,
dan dihayati oleh para subjek dan dihendaki oleh latar penelitian.
b. Penyususnan satuan
Satuan itu tidak lain adalah bagian terkecil yang mengandung makna
yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain.
Menurut Lincholn dan Guba (dalam Moleong 1993:192), karakteristiknya
ada dua, yaitu: pertama, satua itu harus “heuristik” artinya pengaruh pada
satu pengertian atau satu tindakan yang diperlukan oleh peneliti atau akan
dilakukannya, dan satuan itu hendaknya juga menarik. Kedua, satuan itu
hendaknya merupakan “sepotong” infomrasi terkecil yang dapat berdiris
sendiri artinya satuan itu harus dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan
selain pengertian umum dalam konteks latar penelitian.
2. Kategorisasi
22
a. Fungsi dan prinsip kategorisasi
Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori tidak lain
adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas
dasar pikiran, intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu. Selanjutnya Lincoln
dan Guba (dalam Moleong 1993:193) menguraikan tugas pokok
kategorisasi yaitu: (1) mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat
kedalam bagian-bagian isi yang secara jelas berkaitan. (2) merumuskan
aturan yang menguraikan kawasan kategori dan yang akhirnya dapat
digunakan untuk menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga
sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data. (3) menjaga agar setiap
kategori yang telah disusun satu dengan lainnya mengikuti prinsip taat
asas.
b. Langkah-langkah kategorisasi
Metode yang digunakan dalam kategorisasi didasarkan atas metode
analisis komperatif yang langkah-langkahnya dijabarkan sebagai berikut:
Pilihlah kartu pertama diantara yang telah disusun pada penyusunan
satuan, bacalah kartu itu dan catatlah isinya.
Pilihlah kartu kedua baca dan catat pula isinya lalu buat keputusan atas
dasar pengetahuan anda atau dasar intuisi anda apakah kartu kedua ini
tampak sama atau dirasakan sama dengan kartu pertama.
Lanjutkanlah dengan kartu-kartu berikutnya. Untuk setiap kartu
tetapkan apakah kartu itu tampak atau dirasakan sama dengan kartu-
kartu telah ditempatkan di dalam kategori yang “mantap” ataukah
kartu itu mewakili kategori baru.
Sesudah beberapa kartu diproses, analisis akan merasakan bahwa ada
satu kartu baru yang tidak cocok untuk di tempatkan pada kartu-kartu
yang telah di tempatkan pada kategori sebelumnya ataupun tidak
cocok untuk menyusun kategori baru.
Ambil kartu-kartu yang telah terkumpul di dalam kategori dengan
ukuran yang kritis lalu susunlah kemudian kategori itu diberi nama
atau judul.
23
Lanjutkan dengan mengikuti langkah ketiga, keempat dan kelima. jika
ada kategori yang mendekati ukuran kritis sampai seluruh kartu telah
dapat diselesaikan.
Apabila tumpukan kartu satuan sudah selesai diproses, keseluruhan
perangkat harus ditelaah lagi.
Kategori yang masih memerlukan data lainnya dapat dilakukan dengan
mengikuti strategi sebagai berikut: perluasan, penaikan, pengapungan.
Pada akhirnya peneliti akan memerlukan jalan lain bagi aturan yang
telah ditetapkan yang membimbingnya untuk “menghentika
pengumpulan dan pemrosesan” keputusan.
Terakhir, analisis harus menelaah sekali lagi seluruh kategori agar
jangan sampai ada yang terlupakan.
c. Penafsiran data
Penafsiran data dijabarkan ke dalam:
Tujuan.
Prosedur umum.
Peran hubungan kunci.
Peranan interogasi data.
Langkah-langkah penafsiran data dengan menggunakan metode analis
koperatif.
REFERENSI
Moleong, L. J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja
Rosdakarya
24
ETNOGRAFI
A. Pengertian Etnografi
Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna
sosioliogi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultur.
Biasanya para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada masyarakat
(tidak selalu secara geografis, juga memperhatikan pekerjaan, pengangguran,
dan masyarakat lainnya), pemilihan informasi yang mengetahui dan memiliki
suatu pandangan/pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat.
Etnografi adalah suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini
sangat percaya pada ketertutupan, pengalaman pribadi, dan partisipasi yang
mungkin, tidak hanya pengamatan, oleh para peneliti yang terlatih dalam seni
etnografi. Para etnografi ini sering bekerja dalam tim multidisipliner. Titik
fokus etnografi dapat meliputi studi intensif budaya dan bahasa, studi intensif
suatu bidang atau domain tunggal, serta gabungan metode historis, observasi
dan wawancara. Penelitian etnografi khusus menggunakan tiga macam
pengumpulan data: wawancara, observasi dan dokumen. Ini pada gilirannya
menghasilkan tiga jenis data: kutipan, uraian dan kutipan dokumen,
menghasilkan dalam suatu produk: uraian naratif. Uraian naratif ini sering
meliputi tabel, diagram dan artefak tambahan yang membantu penceritaan.
Metode etnografi merupakan sarana pencabangan poin-poin pandangan
lokal, “data pengetahuan” keluarga dan masyarakat, sarana pengidentifikasian
kategori pengalaman manusia yang bermakna dari pengalaman manusia yang
bermakna dari pengalaman manusia yang tertutup dan pribadi.
B. Konsep Kunci dan Peristilahan
Metode Etnografi (etnographic method) mulai dengan pemilihan tentang
suatu budaya, tinjauan kepustakaan berkaitan dengan kebudayaan, dan
identifikasi variabel yang menarik biasanya variabel yang dilihat
berarti/bermakna objek oelah anggota kebudayaan tersebut.
Analisis data dan pengembangan teori dilakukan pada akhir penelitian,
memikirkan teori-teori mungkin penting dari penyelaman kultural dan
25
artikulasi teori oleh anggota budaya tersebut. walaupun demikian, peneliti
etnografi berusaha menghindari prasangka teoritis dan menggantinya dengan
induksi teori dari pandangan anggota budaya dan dari observasi.
Metode etnografi bervariasi dan banyak penelitian etnografi
mempertahankan penggunaan desain observasi terstruktur. Dengan cara ini
seseorang dapat menandai perilaku yang diobservasi atau artifacts kultural
untuk berbagai tujuan analisis statistik di kemudian hari. Pengodean dan
analisi stastik berikitunya dilakukan dalam Hudson(1999). Lihat juga Denzim
dan Lincoln.
C. Asumsi-asumsi
Beberapa asumsi-asumsi yang menjadi dasar penelitian etnografi adalah
sebagai berikut.
Etnografi mengansumsikan kepentingan penelitian yang prinsip terutama
dipengaruhi oleh pemahaman kultural masyarakat. Metodologi secara
sungguh-sungguh menjamin bahwa pemahaman kultural umum akan
diidentifikasi untuk kepentingan peneliti di tangan.
Etnografi mengsumsikan suatu kemampuan mengindentifikasikasi
masyarakata yang relevan dari kepantingan. Dalam banyak latar, ini
mungkin menjadi sulit. Masyarakat, organisasi formal, kelompok
nonformal dan persepsin tingkat lokal semuanya mungkin memainkan
peran dalam subjek yang diteliti.
Etnografi mengasumsikan peneliti mampu memahami kelebihan kultural
dari masyarakat yang diteliti,menguasai bahasa atau jargon teknis dari
kebudayaan tersebut dan memiliki temuan yang didasarkan pada
pengetahuan komprenhensif dari budaya tersebut.
Sementara tidak inheren bagi metode, penelitian etnografi lintas budaya
yang menghindari risiko asumsi yang keliru bahwa pengukuran yang ada
memiliki makna yang sama lintas budaya
26
D. Prinsip-prinsip Metode Penelitian Etnografi
Ada 3 prinsip dapat dirangkum di bawah judul naturalisme, pemahaman, dan
penemuan.
1. Naturalisme merupakan pandangan bahwa tujuan penelitian sosial adalah
muncul secara alami, dan bahwa hanya dapat diperoleh melalui kontak
langsung dengannya, bukan melalui inferensi dari apa yang dilakukan
orang dalam lakukan ani adalah alasan bahwa ahli etnografi melakukan
penelitian mereka dalam latar “alami”, latar yang ada kebebbasan proses
penellitian, bukan dalam latar yang secara spesifik dibuat untuk tujuan
penelitian.
2. Pemahaman. Yang sentral di sini adalah alasan bahwa tindakan manusia
berbeda dari perilaku objek fisik, bahkan dari mahluk lainnya: tindakan
tersebut tidak ahanya berisi tanggapan stimulus, tetapi meliputi interpretasi
terhadap stimulus dan konstruksi tanggapan.
3. Penemuan. Corak lain dari pemikiran etnografi adalah konsepsi proses
penelitian sebagai induktif atau berdasarkan temuan,daripada dibatasi pada
pengujian hipotesis secara eksplisit.
E. Etnografi sebagai Metode
Dalam terminologi metode, secara umum, istilah “etnografi” mengacu
pada penelitian sosial yamg memiliki karakteristik berikut.
1. Perilaku manusia dikaji dalam konteks sehri-hari, bukan di bawah kondisi
eksperimental yang diciptakan oleh peneliti.
2. Data dikumpulkan dari suatu rentangan sumber, tetapi observasi dan
percakapan yang relatif informal biasanya lebih diutamakan.
3. Pendekatan untuk pengumpulan data tidak terstruktur dalam arti tidak
melibatkan penggunaan suatu set rencana terperinci yang disusun
sebelumnya, juga tidak menggunakan kategori yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk penginterpretasikan apa yang dikatakan atau dilakukan
orang.
27
4. Fokus penelitian biasanya merupakan suatu latar tunggal atau kelompok
dari skala yang relatif kecil.
5. Analis data melibatkan interpretasi arti dan fungsi tindakan manusia dan
sebagian besar mengalami format deskripsi verbal dan penjelasan, dengan
kualifikasi dan analisis staistik yang kebanyakan memainkan peran
subordinat.
F. Prosedur Penelitian Etnografi
Peneliti etnografi secara umum mempunyai kesamaan dengan seseorang
penjelajah yang mencoba memetakan suatu wilayah hutan belantara.
Penjelajah memulai dengan suatu masalah umum, mengidentifikasi ciri-ciri
utama dari wilayah tersebut. peneliti etnografi ingin mendeskripsikan wilayah
kultural. Kemudian penjelajah mulai mengumpulkan informasi, menapak
berjalan pertama satu arah.
Prosedur penelitiannya sebagai berikut:
1. Urutan Linear dalam Penelitian Ilmu Sosial
2. Semua detail dari penelitian mereka tidak perlu dipertimbangkan untuk
mengikuti urutan linear dari aktivitas ringkasan berikut.
Tahap pertama : merumuskan suatu masalah penelitian.
Tahap kedua : merumuskan hipotesis.
Tahap ketiga : membuat defenisis operasional.
Tahap keempat : merancang instrumen penelitian.
Tahap kelima : mengumpulkan data.
Tahap keenam : menganalisis data.
Tahap ketujuh : menggambarkan kesimpulan.
Tahap kedelapan : melaporkan hasil.
G. Siklus Penelitian Etnografi
Menurut spradley (1980: 22-35) prosedur penelitian etnografi bersifat
siklus, bukan bersifar urutan linear dalam penelitian ilmo sosial. Prosedur
28
siklus penelitian etnografi mencakup enam langkah: pemilihan suatu proyek
etnografi
1. pengajuan pertanyaan etnografi
2. Pengumpulan data etnografi
3. pembuatan suatu rekaman etnografi
4. analisis data etnografi
5. penulisan sebuah etnografi
H. Petunjuk umum Pekerjaan lapangan
Berikut adalah beberapa petunjuk umum untuk melaksanakan pekerjaan
lapangan:
1. Pengambilan catatan lapangan bersifat deskriptif.
2. Kumpulan suatu variasi informasi dari perspektif-perspektif yang berbeda.
3. Validasi silang triangulasi oleh pengumpulan jienis berbeda dari data.
4. Gunakan kutipan
5. Pilih informasi kunci secara bijak dan gunakan mereka secara hati-hatu.
6. Sadari dan peka terhadap tahap yang berbeda dari pekerjaan lapangan.
7. Terlibat sedapat mungkin dalam pengalaman latar yang diobservasi sambil
memelihara suatu perpektif analitis yang mendasar dalam tujuan pekerjaan
lapangan.
8. Pisahkan dengan jelas deskripsi interpretasi dan keputusan.
9. Persiapkan umpan balik formatif sebagi bagian dari proses vertifikasi
pekerjaan lapangan.
10. Masukkan dalam catatan lapngan Anda laporan dari pengalaman dan
sebagainya.
I. Petunjuk Ringkas untuk Wawancara
Situasi evaluasi tetentu, keperluan dari orangyang diwawancarai, dan
gaya personal pewawancara semuanya secara bersama-sama menciptakan
situasi yang unik setiap wawancara. Di tempat itu tantangan dari wawancara
29
mendalam: kamampuan merespons secara situasional dan kepkaan untuk
mendapatkan data sebaik mungkin.
J. Dokumen Lokasi
Di samping observasi partisipasi dan wawancara, para peneliti etnografi
dapat juga menggunakan berbagai dokumen dalam menjawab pertanyaan
terarah.apabila tersedia, dokumen-dokumen ini dapat menambah pemahaman
atau informasi untuk penelitian.Dokumen-dokumen yang mungkin tersedia
mencakup: budget, iklan, kerja, deskripsi kerja, laporan tahunan, dan
sebagainya.
K. Analisis, Interpretasi, dan Pelaporan Temuan
Proses analisis dan interpretasi melibatkan pengujian disiplin
(disciplined examination), pemahaman kreatif (creative insight), perhatian
cermat (caeful attention) pada tujuan studi penelitian. Proses analisis dimulai
dengan assembling/perakitan materi-materi mentah dan pengambilan suatu
injauan mendalam atau gambaran total dari proses keseluruhan.
L. Deskripsi
Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa
yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan
partisispasi yang berada di latar penelitian, dan seperi apa peristiwa atau
aktivitas di latar penelitian. Deskripsi diseimbangkan oleh analisis dan
interpretasi. Deskripsi yang tidak berkesudahan akan menjadi campur aduk
sendiri. Tujuan analisis adalah untuk mengorganisasikan deskripsi dengan
cara membuatnya dapat dikendalikan.
M. Penerapan Penelitian Etnografi dalam Bidang Pengajaran Bahasa
Menurut Johnson terdapat dua fokus umum studi etnografi yang secara
khusus relevan dengan bidang pemerolehan dan pengajaran bahasa (kedua),
yaitu etnografi pendidikan dan etnografi komunikasi (Johnson,2000: 132-133)
30
N. Contoh Penelitian Etnografi dalam Pengajaran Bahasa
Salah satu penelitian etnografi yang akan dibahassebagai contoh adalah
penelitian Syamsi setiadi dalam bidang Pendidikan Bahasa (2003): Tesis S2,
PPs UNJ yang dimuat dalam jurnal Felolinhua, Agustus 2004 Tahun 12,
Nomor 2
Judul penelitian : “pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab
Komunikatif dan Faktor-faktor yang Memengaruhi”.
- Konteks penelitian
- Fokus penelitian
- Masalah penelitian
- Acuan Teoritik
- Metode penelitian
- Hasil penelitian
O. Contoh Lain Penelitian Etnografi
Salah satu penelitian etnografi lainnya yang akan dibahas sebagai contoh
adalah penelitian Nurudin dalam bidang menajemen pendidikan (2006):
Judul : Kepemimpinan Kyai dalam mengelola Pondok Pesantren (Studi
Kualitatif pada Pondok Pesantren Al Ishlah Bobos Cirebon Jawa
barat, 2006).
- Latar belakang
- Perumusan masalah
- Acuan teoritik
- Metode penelitian
- Temuan penelitian
GROUNDED THEORY ATAU TEORI DASAR
A. Pengertian Grounded theory atau teori dasar
Pendekatan grounded theory, suatu cara yang dikembangkan oleh
strauss, terdiri atas serangkaian tahap yang dilakukan secara cermat yang
31
dianggap memberi jaminan suatu teori yang baik sebagai hasil. Strauss
menyatakan bahwa kualitas suatu teori dapat dievaluasi dengan proses dimana
teori tersebut dibangun.
Strauss dan Corbin (dalam Emzir,2014:191) mengemukakan bahwa teori
dasar adalah suatu teori secara induktif diperoleh dari pengkajian fenomena
yang mewakilinya. Teori tersebut ditemukan, dikembangkan, dan untuk
sementara waktu dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis,
analisis data yang menyinggung fenomena tersebut.
B. Grounded theory sebagai metode ilmiah
Dalam memutuskan hubungan dengan kekolotan (ortodoks)
metodologis, graounded theory telah dipeRlakukan dengan sejumlah
pertimbangan kritis yang pantas, yang secara sedeRhana atau dasra bahwa
isyarat pendekatan tersebut secara sederhana dapat dikembalikan kepada
abduktivisme “Beconian”.
Sementara ini suatu label yang diperluas, yang dapat melayani tujuan
yang bermanfaat dalam mengusulkan bahwa teori dari metode ilmiah secara
sentral berurusan dengan penurunan teori-teori secara abduktif dan penilaian
dalam kaitannya dengan apa yang disebut ahli filsafat bahwa inferensi adalah
penjelasan terbaik.
C. Prinsip-prinsip metodologi Graunded Theory
Haig (2004: 1-5) mengemukakan beberapa prinsip Grounded Theory
sebagai metode ilmiah sebagai berikut.
1. Perumusan masalah
Sesuai dengan teori AEI tentang metode ilmiah, pemilihan dan
perumusan masalah merupakan pusat terpenting dari penelitian ilmiah.
Suatu fakta bahwa dengan mengadopsi penetapan mungkin dilakukan, dan
pada saat yang sama menyediakan bimbingan untuk melakukan penelitian.
2. Deteksi fenomena
32
Fenomena stabil secara relatif, ciri umum yang muncul dari dunia
yang kita lihat untuk dijelaskan. Yang lebih menarik, “keteraturan penting
yang dapat diadakan” ini kadang-kadang dibentuk efek.
3. Penurunan teori (Theory Generation)
Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa walaupun abduksi tidak
secara luas diakui sebagai jenis penyimpulan ilmiah, kodifikasi yang
berhasil dari beberapa metode abduktif telah dicapai.
4. Pengembangan teori
Lebih khusus, pengembangan teori dalam ilmu pengetahuan sering
merupakan suatu materi pembangunan yang disebut model paramorf
ikonik. Ini merupakan mode yang pantas untuk mewakili luasnya
mekanisme kausal yang digambarkan dari pengalaman yang mungkin.
5. Grounded Theory yang direkonstruksi
Sama halnya konstruksi suatu makalah yang merupakan
kelenmgkapan suatu penelitian dibandingkan perhitungan naratif
penelitian dibandingkan perhitungan penilitian naratif tersebut.
D. Metode Pengumpulan Data
Peneliti biasanya melakukan 20-30 wawancara berdasarkan beberapa
pertemuan “di lapangan” untuk mengumpulkan data. Wawancara dilakukan
untuk menyerap (saturate) (atau menemukan informasi yang kontinu untuk
menambah hingga tidak ada lagi yang dapat ditemukan) kategori. Suatu
kategori mewakili unit informasi yang tersususn dari peristiwa, kejadian, dan
instansi (Strauss & Corbin, 1990, dalam Creswell, 1998 :56).
E. Proses analisis data
Menurut Strauss dan Corbin prosedur analisis dalam penelitian grounded
theory yang disebutnya sebagai proses pengodean (coding process) dirancang
sebagai berikt.
1. Membangun daripada hanya mengetes teori;
33
2. Memberikan proses penelitian rigor „ketegasan‟yang diperlakukan untuk
membuat teori ilmu penegtahuan yang baik;
3. Membantu penganalisis untuk memecahkan malalui bias dan asumsi yang
dubawa; dan sebagainya.
F. Contoh penelitian Grounded Theory
Judul penelitian:
DEVELOMPMENT OF PROFESIONAL SCHOOL COUNSELOR
IDENTITY „Pengembangan Identitas Konselor Sekolah Profesional‟ suatu
penelitian Grounded Theoryoleh Pamalia E. Brott, Jane E. Myers (dalam
Merriam and assosiates, 2002:145:159).
- Pendahuluan
- Metode penelitian
- Partisispasi
- Penelitian-pewancara
- Pertanyaan wawancara
- Prosedur
- Pengodeen terbuka (Open Coding)
- Pengodean aksial (axial coding)
- Pengodean selektif (selective coding)
- Hasil penelitian
- Teori substantif untuk campuran pengaruh
- Diskusi
PENELITIAN TINDAKAN
A. Pengertian penelitian tindakan
Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dirancang untuk
memperdayakan semua partisipasi dalam proses (siswa, guru, dan serta
lainnya) dengan maksud meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam
pengalaman pendidikan (Hopkin, 1993). Penelitian tindakan mempunyai
34
tujuan utama menyediakan suatu kerangka penyelidikan kualitatif oleh para
guru dan peneliti di dalam situasi pekerjaan kelas yang kompleks.
B. Prinsip-prinsip penelitian tindakan
Sesuatu yang unik diberikan penelitian tindakan adalah sesuat set prinsip
yang memandu penelitian ini. Witner (1998) dalam O‟Brien (1998:5-6)
melengkapi ringkasan menyeluruh dari enam prinsip kunci.
1. Kritik reflektif
2. Kritik dialektika
3. Sumber daya kolaboratif
4. Ambil resiko
5. Struktur jamak
6. Teori, praktik, transformasi
C. Desain penelitian tindakan
Menurut elliott (dalam MaccIsaac, 1996: 2) hal-hal yang penting dari
desain penelitian tindakan sebagai karakteristik persiklus adalah sebagai
berikut.
Pada awalnya suatu pendirian eksploratori diadopsi, pemahaman
masalah dikembangkan, dan rencana dibuat untuk beberapa bemtuk
strategi intervensi. (The reconnaissance & General Plan).
Kemudian intervensi dilakukan (the action in action Research).
Selama dan sekitar waktu intervensi, pengamatan dilakukan dalam
berbagai bentuk (morning pelaksanaan dengan observasi).
Strategi intervensi baru dilakukan, dan diproses siklus diulangi,
dilanjutkan samapi pemahaman yang dicukup (atau menerapkan solusi
yang mampu untuk) terhadap suatu masalah dipeoleh (reflection and
Revision).
35
D. Kapan penelitian tindakan digunakan?
Penelitian tindakan digunakan dlam situasi nyata daripada dalam situasi
ekspremintal yang diusahakan, karena fokus-fokus utamanaya adalah pada
pemecahan masalah nyata. Menurut prinsipnya, kebanyakan penelitian dipilih
ketika keadaan memperlakukan fleksibilitas, keterlibatan orang dalam
penelitian, atau perubahan harus berlangsung secara cepat atau menyeluruh.
E. Kedudukan penelitian tindakan dalam paradigma penelitian
1. Paradigma positivist
Paradigma penelitian yang utama untuk beberapa abad yang telah lalu
adalah paradigma positivisme logis. Paradigma ini didasarkan pada
sejumlah prinsip, termasuk suatu keprcayaan di dalam kenyataan objektif,
pengetahuan yang hanya diperoleh dari data yang dimengerti yang dapat
secara langsung dialami dan dibuktikan di antara para pengamat yang
mandiri.
2. Paradigma Interpretif
Paradigma interpretif dikenal sebagai penekanan yang hubungan yang
secara sosial terjadi antara formasi konsep dan bahasa, yang berisi seperti
pendekatan metodologis kualitatif, sepperti fenomenologi, etnografi, dan
hermeneutik, yang ditandai oleh kepercayaan di alam kenyataan sosial
yang dibangun berdasarkan subjektif, sesuatu yang dipengaruhi oleh kultur
dan sejarah.
3. Paradigma praxis
Praxis suatu istilah yang digunakan oleh Aristoteles yaitu suatu suatu seni
bertindak sesuai sengan kondisi wajah dalam usaha mengubahnya.
F. Evolusi penelitian tindakan
Lewis pertama menciptakan istilah “Penelitian tindakan” dalam
makalahnya tahun 1946 “action Research and Minority Problems”. Ia
mencirikan penelitian tindakan sebagai “suatu penelitian komaratif terhadap
kondisi dan efek berbagai bentuk aksi sosial dan penelitian yang mendorong
36
ke arah tindakan sosial,” menggunakan proses spiral langkah-langkah, yang
masing-masing terdiri atas siklus perencanaan, tindakan, dan pencarian fakta
tentanghasil tindakan.”
G. Jenis Penelitian tindakan
O‟Brien (1998: 8-9) mengklasifikasikan penelitian tindakan ke dalam empat
jenis utama, yaitu;
1. Penelitian tindakan tradisional
Penelitian tindakan tradisional berakar dari karya lewin di dalam
organisasi dan meliputi konsep dan praktik teori medan, ilmu dinamika
kelompok, t-goups dan model kinis. Pentingnya pertumbuhan hubungan
labour-management mendorong penerapan penelitian tindakan dalam
wilayah pengembangan organisasi, mutu kehidupan kerja, sistem sosio-
teknis, demokrasi organisatoris.
2. Penelitian tindakan kontekstual (Contextual Action Research)
Penelitian tindakan kontekstural, juga kadang-kadang juga dirujuk
sebagai action learning, merupakan suatu pendekatan yang diturunkan dari
krya Trist tentang hubungan antar organisasi.
3. Penelitian tindakan radikal
Arus radikal yang mempunyai akar pada marxian pahan
materialisme dialektika dan orientasi praktis Antonio Gramstci.
Mempunyai fokus yang kuat pada emansipasi dan penanggulangan
ketidakseimbangan kekuasaan.
4. Penelitian tindakan bidang pendidikan
Penelitian tindakan pendidikan, mempunyai akar pada tulisan John
Dewey, ahli filsafat bidang pendidikan Amerika 1920-an dan 1930-an,
yang percaya bahwa pendidik profesional harus dilibatkan dalam
memecahkan masalah masyarakat,
37
H. Metode penelitian tindakan
Menurut Baskerville dan Wood-Harper (1996) dalam Baskerville
(1999:8-9) terdapat tujuh startegi dalam pelaksanaan peenlitian tindakan untuk
meningkatkan rigor dan kontribusi peenliti. Berikut uraian singkat dari setiap
startegi tersebut.
1. Mempertimbangkan pergantain paradigma
2. Menetapkan suatu kesepakatan penelitian formal
3. Menyiapkan suatu pernyataan masalah teoritis
4. Merencanakan metode pengumpulan data
5. Memelihara kolaborasi dan pembelajaran subjek
6. Mengulangi peningkatan
7. Membuat generalisasi yang berdasa
I. Peran penelitian tindakan
Peran penelitian utama adalah mencurahkan waktu untuk memudahkan
dialog dan membantu perkembangan analisis reflektif di antara peserta, dan
menyediakan mereka denagan laporan berkala, dan menulis laporan akhir
ketika keterlibatan peneliti telah berakhir.
J. Pertimbangan etis
Karena penelitian tindakan dilakukan dalam keadaan dunia nyata, serta
melibatkan komunikasi tertutup dan terbuka antara orang yang dilibatkan,
maka peneliti harus mencurahkan perhatian pada pertimbnagn etis dalam
melaksankan pekerjaan mereka.
K. Penerapan penelitian tindakan dalam pendidkan bahasa
Penelitian tindakan sudah banyak diterapkan dalam pendidkan bahasa.
Banyak tesis atau disertasi yang ditulis dalam pendidikan bahasa
menggunakan penelitian tindakan.
- Judul penelitian
- Fokus dan sub-fokus penelitian
38
- Masalah penelitian
- Acuan teori
- Hakikat berpikir kritis
- Hakikat pengajaran berpikir kritis
- Berpikir kreatif
- Metodologi penelitian
- Hasil penelitian
- Kesimpulan penelitian
REFERENSI
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers.
39
TELAAH FILOSOFIS : ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN
A. Filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan
Perbedaan ilmu pengetahuan dengan filsafat yaitu ilmu pengetahuan
sifatnya taat fakta, objektif, dan ilmiah sementara filsafat sifatnya
mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan
memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi,
seperti psikologi yang objeknya dibatasi pada prilaku manusia saja, sedangkan
filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja. Apabila ilmu
pengetahuan tujuannya mempereloh data secara rinci untuk menemukan pola-
polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan
yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuan datanya mendetail dan akurat,
tetapi tidak mendalam, sedangkan filsafat datanya tidak perlu mendetail dan
akurat kerena dicari adalah hakikatnya, yang penting data itu dianalisis secara
mendalam.
Hakikat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari empat hal, yaitu :
1. Sumber ilmu pengetahuan
2. Batas-batas ilmu pengetahuan
3. Strukturnya
4. Keabsahannya
Ciri-ciri ilmu pengetahuan ilmiah
a. Sistematis
b. Bisa dipertanggung jawabkan
c. Objektif atau intersubjektif
B. Beda ilmu pengetahuan dan pengetahuan
Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan
pengetahuan (knowladge atau disebut juga common sense).
Pada dasarnya, pengetahuan adalah keseluruhan keterangan dan ide yang
terkandung dalam pertanyaan-pertanyaan mengenai sesuatu gejala atau
peristiwa baik yang bersifat alamiah, maupun sosial. Pengetahuan merupakan
40
terminologi generik yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia.
Pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya,
serta mengabstraksikannya untuk mencapai satu tujuan.
1. Perkembangan ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan tidak langsung terbentuk begitu saja, tetapi melalui
proses perkembangannya.
a. Priode pertama
Abad IV sebelum Masehi merupakan abad terjadinya pergeseran dari
persepsi mitos ke persepsi logos, dari dongeng-dongeng ke analisis
rasional. Persepsi mitos adalah pandangan yang beranggapan bahwa
kejadian-kejadian disebabkan perbuatan dewa-dewa. Sebaliknya,
persepsi logos adalah pandangan yang bersifat rasional.
b. Priode kedua
Priode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena
adanya perombakan total dalam cara berpikir. Perombakan total
menurut Aristoteles apabila cara berpikirnya bersifat antologis
rasional, sedangkan menurut Gallileo Gallilei apabila car berpikirnya
bersifat analisis yang dituangkan dalam bentuk kuantitatif atau
matematis.
Pada abad XVII meninggalkan cara berpikir metafisis dan beralih ke
elmen-elemen yang terdapat pada suatu benda, tidak mempersoalkan
hakikaat. Cara berpikir abad XVII adalah mengonstruksi suatu model,
yang memasukkan unsur makro menjadi mikro, sehingga model
tersebut dapat diuji coba secara empiris.
2. Perbedaan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan
Nagel secara rinci membedakan pengeteahuan dengan ilmu pengetahuan
berikut ini.
a. Pengetahuan tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat
antara fakta yang satu dengan fakta yang lain. Sementara ilmu
pengetaahuan diperlukan uraian yang sistematik, juga dikontrol
41
dengan sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan
pengklasifikasian berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku.
b. Ilmu pengetahuan menekankan cir sistematik, sedangkan pengetahuan
tidak memberikan penjelasan yang sitematis dari berbagai fakta yang
terjalin.
c. Ilmu pengetahuan menjadikan konflik sebagai pendorong untuk
kemajuan ilmu pengetahuan
d. Kebenaran yang diakui oleh pengetahuan adalah tetap, sedangkan
kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis.
e. Istilah dalam pengetahuan biasanya mengandung pengertian ganda
dan samar-samar, sementara ilmu pengetahuan merupakan konsep-
konsep yang tajam yang harus dapat diverifikasi secara empirik.
f. Ilmu pengetahuan berdasarkan pada metode ilmiah., sementara
pengetahuan hanya melalui pengamatan dengan pancaindra.
3. Proses terbentuknya ilmu pengetahuaan
Berikut ini tahapan dalam proses terbentuknya ilmu pengetahuan.
a. Syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah
Untuk proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perlu telebih
dahulu diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah. Menurut
Qadir ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat yaitu
Sistematik, adalah kesatuanteori-teori yang tersusun sebagai
suatu sistem
Objektif atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, adalah teori
tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ ahli lain
sehingga hasil penelitian bersifat universal
Dapat dipertanggungjawabkan adalah mengandung kebenaran
yang bersifat universal
b. Metode penelitian ilmiah
Metode penelitian ilmiah untuk ilmu-ilmu sosial, dibedakan
menjadi dua golongan pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan
pendekatan kualitatif.
42
1. Pendekatan Kuantitatif
Landasan berpikir dari pendekatan kuantitatif adalah filsafat
positivisme yang dikembangkan pertama kali oleh Emile
Durkheim. Pandangan filsafat positivisme ini menyatakan bahwa
tindakan-tindakan menusia terwujud dalam gejala-gejala sosial
yang disebut fakta-fakta sosial. Penggunaan data kuantitatif
diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan
kesahihannya demi tercapainya ketepatan pengguna model
hubungan variabel bebas dan variabel tergantung.
2. Pendekatan kualitatif
Landasan berpikir dalam pendekatan kualitatif adalah pemikiran
Max Weber yang menyatakan bahwa pokok penelitian sosiologi
bukan hanya gejala-gejala sosial, tetapi makna-makna yang
terdapat di balik tindakan-tindakan perorangan yang mendorong
terwujudnya gejala-gejala sosial tersebut. Oleh karena itu, metode
yang utama dalam ilmu sosial adalah Verstehen atau pemahaman
(jadi bukan Eeklaren atau penjelasan).
PARADIGMA DAN PRINSIP-PRINSIP IMPLEMENTASINYA DALAM
PENELITIAN
A. Pengertian paradigma dalam penelitian
Paradigma membantu memberikan definisi tentangapa yang harus
dipelajari, pertanyaan apa yang harus dikemukakan, bagaimana pertanyaan itu
dekemukakan, dan peraturan apa yang harus dipatuhi dalam menginterpretasi
jawaban yang diperoleh. Paradigma merupakan suatu konsensus yang paling
luas dalam suatu ilmu pengetahuan dan membantu membedakan satu
komunitas ilmiah (atau subkomunits) dari yang lain. Paradigma memasukkan,
mendefinisikan, dan menghubungkan eksemplar, teori, metode, dan instrumen
yang ada di dalamnya.
B. Prinsip-prinsip implementasi paradigma dalam penelitian
Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif
43
No Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatif
1 Mengukur fakta yang objektif Mengonstruksi realitas sosial,
makna budaya
2 Terfokus pada variabel-
variabel
Berfokus pada proses
interpretasi dan peristiwa-
peristiwa
3 Reliabilitas merupakan kunci Keaslian merupakan kunci
4 Bersifat bebas nilaii Nilai hadir dan nyata/tidak
bebas nilai
5 Tidak tergantung pada konteks Terikat pada situasi/terikat
pada konteks
6 Terdiri atas kasus atau subjek
yang banyak
Terdiri atas beberapa kasus
atau subjek
7 Menggunakan analisis statistik Bersifat analisis tematik
8 Peneliti tidak memihak Peneliti memihak
C. Paradigma dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif
Paradigma adalah sistem keyakinan dasar yang berlandaskan asumsi
ontologi, epistomologi, dan metodelogi.
1. Paradigma dalam penelitian kuantitatif
Tingkatan teologi, pada tingkatan ini menusia belum bisa memahami
hal-hal yang berkaitan dengan sebab-akibat.
Tengkatan metafisika, tingkatan ini merupakan suatu variasi dari car
berpikir teologis, dimana Tuhan diganti dengan kekuatan-kekuatan
abstrak.
Tingkatan positivis, pada tahapan ini manusia sudah menemukan
pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam.
44
Positivisme adalah sistem keyakinan dasar yang menyatakan
kebenaran itu berada pada relitas yang terikat pada hukum-hukum alam,
yaitu hukum kausalitas atau hukum sebab-akibat. Paradigma positivisme
adalah pendekatan yang diadopsi dari ilmu alam yang menekankan pada
kombinasi antara angka dan logika deduktif dan penggunaan alat-alat
kuantitatif dalam menginterpretasikan suatu fenomena secara objektif.
2. Paradigma dalam penelitian kualitatif
Paradigma dalam penelitian kualitatif adalah konstruksional, post-
positivisme, dan teori kritis.
a. Kontruksional
Ahli-ahli filsafat ilmu pengetahuan percaya bahwa fakta hanya berada
dalam kerangka kerja teori. Realitas hanya ada dalam konteks suatu
kerangka kerja mental untuk berpikir tentang realitas tersebut. Realitas
itu ada sebagai hasil konstruksi dari kemampuan berpikir seseorang.
b. Post-positivisme
Postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan
pada positivisme. Satu sisi postpositivisme sependapat dengan
positivisme bahwa realitas itu memang nyata ada sesuai hukum alam.
Di sisi lain, postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin
mendapatkan kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak
dengan realitas atau tidak terlibat secra langsung dengan realitas.
c. Teori kritis (critical theory)
Critical theory berusaha untuk mengubah struktur yang melekat pada
kondisi status que yang berpengaruh pada perilaku individu dan
mencoba mengubahnya dengan menunjukkan bahwa struktur tersebut
merugikan pihak lain karena adanya unsur dominasi, tekanan dan
eksplotasi. Dalam konteks paradigma ini, pengembangan teori
didasarkan pada agenda yang bersifat politis.
D. Interpretatif, hermeneutik, dan fenomenologi
45
1. Interpretatif
2. Hermeneutik
3. Fenomenologi
PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian adalah proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi guna meningkatkan pemahaman kita pada suatu topik. Terdapat tiga
alasan pentingnya penelitian yaitu (1) penelitian menambah pengetahuan; (2)
penelitian meningkatkan praktik; (3) penelitian menginformasikan perdebatan
kebijakan.
A. Pengertian penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah menusia
dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian bagian permukaan dari suatu
realitas sebagaimana dilakukan penelitian kualitatif dengan
positivismenya.peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh
makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut
memengaruhi prilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar yang alamiah
bukan hasil perlakuan atau manipulasi variabel yang dilibatkan.
B. Mengapa perlu penelitian kualitatif ?
Ada beberapa alasan yang mendorong mengapa ilmu sosial
menggunakan pendekatan kualitatif. Pertama, bidang kajian bukan disiplin
yang “bebas nilai”. Artinya, kegiatan bidang sosial sangat tergantung pada
nilai-nilai norma, budaya, dan prilaku tertentu yang terjadi di suatu
lingkungannya. Kedua, tidak semua nilai, prilaku, dan interaksi antara social
actory dan lingkungannya dapat dikuantifikasi. Hal ini disebabkan persepsi
seseorang atas sesuatu sangat tergantung pada nilai-nilai, budaya, dan
pengalaman yang dibawa individu tersebut.
Pentingnya penelitian kualitatif dalam kajian ilmu sosial karena :
46
a. Ilmu sosial mempelajari proses sosialisasi, hakikatnya adalah
interaksi manusia dengan lingkungan yang membentuknya melalui
proses belajar dalam konteks lingkungan yang berubah-ubah
b. Ilmu sosial senantiasa melibatkan komponen manusia, lingkungan,
waku, serta media sebagai produk kebudayaan, dan setiap
komponen saling berinteraksi dalam satu proses untuk mencapai
tujuan kemasyarakatan
c. Ilmu sosial sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil
tetapi juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil optimal
d. Tekanan utama ilmu sosial adalah pengembangan menusia
mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu kesatuan
utuh, serasi, selaras, dan seimbang.
C. Prosedur penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif didesain secara longgar, tidak ketat sehingga dalam
pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah
direncanakan. Adapun prosedur penelitian kualitatif sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah
2. Pembatasan masalah yang dalam penelitian kualitatif disebut fokus
penelitian
3. Penetapan fokus penelitian
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan dan pemaknaan data
STUDI KASUS
A. Pengertian Studi Kasus
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena
kontemporer secara utuh dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya,
dengan menggunakan berbagai sumber data. Menggunakan berbagai sumber
data, sebagai upaya untuk mencapai validitas (kredibilitas) dan reliabilitas
(konsistensi) penelitian. Dilakukan pada kondisi yang sebenarnya, dengan
47
menggunakan pendekatan penelitian naturalistik. Menempatkan objek
penelitian sebagai kasus, yaitu fenomena yang dipandang sebagai suatu system
kesatuan yang menyeluruh, tetapi terbatasi dalam kerangka konteks tertentu.
Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer yang sedang
terjadi telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan
pada saat penelitian dilaksanakan, atau dapat menunjukkan perbedaan dengan
fenomena yang biasa terjadi.
B. Karakteristik Penenlitian Studi Kasus
Berdasarkan pendapat Yin (2009), Van Wynsberghe & Khan (2007), dan
Creswell (2009) secara terperinci, karakteristik penelitian studi kasus sebagai
berikut:
1. Menempatkan objek penelitian sebagai kasus
Melalui penelitian studi kasus, kasus yang diteliti dapat dijelaskan
secara terperinci dan komprehensif, menyangkut tidak hanya penjelasan
tentang karakteristiknya, tetapi bagaimana dan mengapa karakteristik dari
kasus tersebut dapat terbentuk.
2. Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah
selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada
saaat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan
dengan fenomena yang biasa terjadi.
3. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya
Pelaksanaan studi kasus menggunakan pendekatan penelitian
naturalistic. Dengan kata lain, penelitian studi kasus menggunakan salah
satu karakteristik pendekatan penelitian kualitatif, yaitu meneliti objek
pada kondisi yang terkait dengan kontekstualnya.
4. Menggunakan berbagai sumber data
Penggunaan berbagai sumber data dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang terperinci dan komprenhensif yang menyangkut
48
objek yang diteliti. Di smaping itu, hal tersebut juga dimaksudkan untuk
mencapai validitas (kredibilitas) dan reliabilitas (konsistensi) penelitian.
5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian
Melalui pemanfaatan teori, peneliti studi kasus dapat membangun
teori yang langsung terkait dengan kondisi kasus yang ditelitinya.
Kesimpulan konseptual dan teoritis yang dibangun melalui penelitian studi
kasus dapat lebih bersifat alamiah karena sifat dari kasus yang alamiah
seperti apa adanya tersebut.
C. Jenis-jenis penelitian studi kasus
Menurut Stake (2005) terdapat tiga macam tipe studi kasus, yaitu:
1. Penelitian studi kasus intrinsik
Penelitian studi kasus intrinsik adalah penelitian studi kasus yang
dilakukan untuk pertama kali dan terakhir kali meneliti tentang suatu kasus
yang khusus.
2. Penelitian studi kasus instrumental
Penelitian studi kasus instrumental adalah penelitian studi kasus
yang dikakukan dengan meneliti kasus untuk memberikan pemahaman
mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses generalisasi.
3. Penelitian studi kasus kolektif
Penelitian studi kasus kolektif adalah penelitian studi kasus yang
menggunakan jumlah kasus yang banyak. Penelitian studi kasus ini adalah
pengembangan dari penelitian studi kasus instrumental, dengan
menggunakan kasus yang banyak. Asumsi dari penggunaan kasus kolektif
adalah bahwa kasus-kasus yang digunakan di dalam penelitian studi kasus
kolektif mungkin secara individual tidak dapat menggambarkan
karakteriktik umumnya.
Sedangkan Creswell membagi penelitian studi kasus, yaitu:
1. Penelitian studi kasus instrumental tunggal
49
Penelitian studi kasus instrumental tunggal adalah peneliti studi
kasus yang dilakukan dengan menggunakan sebuah kasus untuk
menggambarkan suatu isu atau perhatian. Penelitian ini memerhatikan dan
mengkaji suatu isu yang menarik perhatiannya dan menggunakan sebuah
kasus sebagai sarana (instrumen) untuk menggambarkannya secara
terperinci.
2. Penelitian studi kasus kolektif
Penelitian studi kasus kolektif adalah penelitian studi kasus yang
menggunakan banyak isu atau kasus di dalam satu penelitian. Penelitian
ini dapat terfokus pada hanya satu isu atau perhatian dan memenfaatkan
banyak kasus untuk menjelaskannya.
3. Penelitian studi kasus intrinsik
Penelitian studi kasus intrinsic adalah penelitian yang dilakukan
untuk kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tinggi. Fokus
penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program,
kejadian, atau kegiatan. Penelitian studi kasus intrinsik ini mirip dengan
penelitian naratif, penelitian studi kasus intrinsik merupakan penelitian
yang sangat terikat pada konteksnya, atau sangat terikat pada lokusnya.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Observasi
Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti melihat dan
memerhatikan. Observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi dalam rangka penelitian
kualitatif harus dalam konteks alamiah (naturalistik).
a. Manfaat Observasi
1. Peneliti dapat melakukan pengamatan sendiri secara alngsung untuk
mengecek kebenaran informasi.
50
2. Dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemungkinan
mencatat kejadian sebagaimana yang sebenarnya.
3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang
berkaitan dengan pengetahuan yang relevan
4. Terjadi keragu-raguan pada peneliti terhadap informasi yang diperoleh
dikarenakan kekhawatiran adanya penyimpangan.
5. Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang
rumit.
6. Kasus-kasus tertentu ketika teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.
b. Macam Pengamat
Pengamatan dapat dibedakan menjadi :
a. Pengamatan berperan serta
b. Pengamatan tidak berperan serta
c. Pengamatan terbuka
d. Pengamatan tertutup
e. Pengamatan terstruktur
2. Wawancara
a. Pengertian Wawancara
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang
mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara
adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik.
b. Jenis Wawancara
Wawancara terstruktur
Digunakan apabila informasi yang akan diperlukan dalam penelitian
sudah pasti. Proses wawancara terstruktur dilakukan dengan
51
menggunakan instrumen pedoman wawancaratertulis yang berisi
pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.
Wawancara tidak berstruktur
Bersifat lebih luwes dan terbuka. Wawancara tidak terstruktur dalam
pelaksanaannya lebih bebas karena dalam melakukan wawancara
dilakukan secara alamiah untuk menggali ide secara terbuka.
Wawancara mendalam
Wawancara yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan
keterangan mengenai diri pribadi, pendirian, sikap, dan pandangan
individu yang diwawancarai.
3. Dokumentasi
a. Pengertian Dokumentasi
Istilah dokumen dalam arti luas, yaitu meliputi semua sumber baik
sumber tertulis maupun sumber lisan . Sedangkan dalam arti sempit yaitu
meliputi semua sumber tertulis saja. Dalam arti spesifik, yaitu hanya yang
meliputi surat-surat resmi dan surat negara.
b. Jenis Dokumentasi
a. Dokumen pribadi
Merupakan catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya.
b. Dokumen Resmi
Terbagi menjadi dua yaitu dokumen intern terdiri atas memo,
pengumuman, instruksi dan dokumen ekstern terdiri atas
majalah, buletin, berita yang disiarkan ke media (cetak dan
elektronik).
PEREKAMAN DATA
1. Catatan Lapangan
a. Pengertian dan bagian catatan lapangan
52
Catatan lapangan adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan
mengenai segala sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dan bahkan
dipikirkan oleh peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan
merefleksikan data tersebut dalam kajian penelitiannya.
Bagian-bagian catatan lapangan :
1. Bagian Deskripsi
Didalamnya mencakup hal-hal yang menjadi perhatian
peneliti, seperti gambaran tentang latar, orang-orang, apa
yang dilakukan oleh orang dan percakapan yang diamatinya.
2. Bagian Refleksi
Mencakup perihal kepedulian, gagasan-gagasan, dan
kerangka berpikir peneliti.
b. Proses penulisan catatan lapangan
Pencatatan Awal
Pencatatan sementara dilakukan ketika melakukan
pengamatan atau wawancara.
Perluasan (Expansion)
Hasil pencatatan awal tidak menjadi masalah jika diperlukan
pengembangan melalui pencatatan dalam buku catatan lapangan.
Gagasan baru mungkin saja muncul selama tahap perluasan dan data
ini harus juga dicatat bersama dengan data yang mendorong
munculnya gagasan itu.
Pengembangan dari waktu ke waktu
Pada waktu pencatatan awal diperluas dan dikembangkan maka
catatan tersebut telah membentuk catatan kerja lapangan dari
pengalaman peneliti. Namun, ketika penelitian terus berlangsung
maka pengalaman baru akan membuka gagasan baru terhadap
pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti hendaknya secara
teratur meninjau kembali catatan lapangan yang telah dibuatnya.
c. Prinsip Catatan Lapangan
1. Prinsip Identifikasi Bahasa
53
Peneliti seharusnya mengenal bentuk bahasa yang digunakannya
untuk setiap masukan catatan lapangan dan pembicara.
2. Prinsip Harfiah
Peneliti harus membuat catatan verbal tentang apa yang dikatakan
orang dalam percakapan sebenarnya (wajar dan formal) maupun
wawancara informal.
3. Prinsip Kenyataan
Apabila peneliti akan menggambarkan sesuatu yang didengar,
dilihat, dirasakan maka hal itu harus dilakukan dengan bahasa
konkret. Kegiatan tersebut tentunya menuntut kerja keras untuk
menghindari pemendekan, pemadatan, pemeringkasan, atan
penggeneralisasian.
GROUNDED THEORY
1. Pengertian
Grounded Theory adalah teori yang diperoleh dari hasil pemikiran induktif
dalam suatu penelitian tentang fenomena yang ada. Grounded theory ini
ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan melalui pengumpulan dat secara
sistematis dan analisis data yang terkait dengan fenomena tersebut.
Ciri-ciri Grounded Theory
1. Grounded Theory dibangun dari data tentang suatu fenomena bukan suatu
hasil pengembangan teori yang sudah ada
2. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif
bukan secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada penelitian
kuantitatif.
3. Untuk penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus
dipenuhi empat dipenuhi empat kriteria, yaitu cocok (fit), dipahami
(understanding), berlaku umum (generality), pengawasan (control), juga
diperlukan dimilikinya kepekaan teoretik dari peneliti.
54
4. Kemampuan peneliti untuk memberi makna terhadap data sangat
dipengaruhi oleh kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan
penelitian dari bidang yang relevan dan banyaknya literatur yang dibaca.
ANALISIS DATA
1. Prosedur Analisis Data
Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data
kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-
bagiannya, hubungan antarkajian, dan hubungannya terhadap keseluruhannya.
Tahapan dalam menganalisis data penelitian kualitatif
1. Reduksi (data reduction)
2. Paparan data (data display)
3. Penarikan kesimpulan (conclusion)
4. Verifikasi (verifying)
2. Triangulasi Data
a. Ada empat kriteria dalam triangulasi data yaitu :
Derajat Kepercayaan
Fungsinya untuk melaksanakan inkuiri/penyelidikan
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan
menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang
diteliti.
Keteralihan
Kriteria keteralihan berbeda dengan homogenitas dari
kuantitatif. Pada penelitian kualitatif hasil penelitian pada sampel
tidak dapat digeneralisasikan.
Kebergantungan
Merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian
kuantitatif. Pada penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi
yang benar-benar sama. Oleh karena itu, manusia sebagai instrumen,
faktor kelelahan, dan kejenuhan akan berpengaruh.
55
Kepastian
Dalam kenyataannya, sesuatu objektif atau tidak bergantung pada
persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, atau
penemuan seseorang.
b. Macam-macam Triangulasi
Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informsi tertentu
melalui berbagai sumber memperoleh data.
Triangulasi Metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau
mengecek keabsahan temuan penelitian.
Triangulasi Teoretik berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau
lebih teori.
3. Analisis di Lapangan
Peneliti dalam analisis di lapangan harus menetapkan bentuk kajian
yang ingin dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan rancangan yang akan
dipilih., seperti studi kasus organisasi, studi observasi, sejarah kehidupan,
dan kajian budaya.
Ada tiga aspek penting yang dikategorikan sebagai analisis
selama di lapangan yaitu :
a. Peneliti hendaknya tidak terlalu takut melakukan
spekulasi atau membuat pertimbangan spekulasi.
b. Terkait dengan kepedulian akan keterbukaan suatu
gagasan. Gagasan dan pengertian akan muncul secara
teratur selama berlangsungnya penelitian dan adanya
kreativitas.
c. Perlunya meningkatkan tinjauan data yang diperoleh
selama periode penelitian. Peneliti hendaknya mencatat
gagasan-gagasan pada catatan lapangan.
4. Analisis setelah pengumpulan data
56
Peneliti ketika menyelesaikan catatan lapangan terakhirnya, ia
masih menghadapi pekerjaan berikutnya yaitu analisis setelah
pengumpulan data. Perasaan ingin beristirahat akibat kejenuhan kerja di
lapangan menyebabkan peneliti terpancing untuk beristirahat. Akan tetapi,
yang harus diingat bahwa istirahat yang terlalu lama dapat menyebabkan
peneliti kehilangan sentuhan terhadap isi catatan lapangan, sebab ada
kemungkinan peneliti dituntut untuk kembali ke lapangan mencari data
tambahan.
Hal seperti itu dapat menimbulkan masalah baru, sebab subjek sulit
ditemui di lokasi atau posisinya telah berubah atau pun latar belakang
telah berbeda ketika peneliti meninggalkan lapangan. Pekerjaan analisis
setelah pengumpulan data tidak lain adalah mengembangkan sebuah
sistem kode untuk mengorganisasikan data. Oleh karena itu, diperlukan
pengembangan sistem kode yang mencakup langkah-langkah: mencari
keteraturan dalam data, pola-pola, dan topik-topik.
Selanjutnya, menuliskan kata-kata atau ungkapan untuk
menampilkan topik dan pola itu. Kata-kata dan ungkapan adalah kategori
kode. Kategori kode adalah alat untuk memilah atau menyortir data
deskriptif. Adapun klasifikasi kategori yaitu kode latar, kode situasi, kode
menurut perspektif objek, kode menurut cara berpikir subjek, kode proses,
kode kegiatan, kode peristiwa, kode strategi, kode relasi dan struktur
sosial, dan kode metode.
5. Mekanisme penyortiran data
Penelitian selanjutnya menangani secara fisik data yang telah
dikumpulkannya. Data yang dimaksud adalah halaman-halaman dan bahan
(materi) atau deskripsi yang dikumpulkan selama proses bekerja di
lapangan. Mekanisme penanganan data yang dimaksud adalah pemilahan
atau penyortiran bahan-bahan secara fisik ke dalam tumpukan, map atau
berkas, atau kartu-kartu untuk memudahkan memasukkannya ke dalam
catatan peneliti.
57
Ada empat tahapan mekanisme penyortiran bahan-bahan penelitian
yaitu :
a. Memeriksa semua halaman catatan dan memberinya nomor
dalam urutan kronologis menurut waktu data itu dikumpulkan
/diperoleh.
b. Pada saat peneliti membaca kembali datanya, peneliti
mengembangkan daftar kategori kode pendahuluan.
c. Peneliti memberikan tanda dengan angka terhadap kode,
kemudian data yang ada dibaca kembali, dengan menandai lagi
kategori kode dari unit-unit seperti halnya yang dikerjakan pada
perolehan kategori kode pendahuluan.
Pendekatan dalam menyimpan data penelitian yaitu :
a. Pendekatan potong dan masuk map
b. Sistem berkas kartu
c. Kartu perolehan kembali informasi
PENGODEAN
A. Pengertian dan Prosedur Pengodean
Jenis proses pengodean terbagi 3 yaitu Pengodean terbuka (open
coding) adalah proses merinci, menguji, membandingkan, konseptualitas dan
melakukan kategoris data. Pengodean berporos (axial coding) adalah suatu
perangkat prosedur dimana data dikumpulkan kembali dengan cara baru
setelah open coding.Pengodean selektif (selective coding)proses seleksi
kategori inti, menghubungkan secara sistematis, menghubungkan secara
sistematis ke katogeri-kategori lain, melakukan validasi hubungan tersebut dan
dimasukkan ke dalam kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan
dan pengembangan.
B. Pengodean Terbuka (Open Coding)
1. Pelabelan Fenomena
58
Pelabelan fenomena adalah pemberian nama terhadap benda, kejadian
atau informasiyang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara
dengan cara membandingkan insiden sampai dapat diberikan nama
yang sama untuk fenomena yang serupa.
2. Penemuan dan Penamaan Kategori
Fenomena yang sudah diberi label merupakan unit data yang masih
berserakan dan untuk menyederhanakannya perlu dilakukan pemisahan
kelompok dengan mereduksi data sehingga menjadi ringkas dan padat,
kemudian dibagi berdasarkan sifat dan subtansinya.
3. Penyusunan Kategori Berdasarkan Ciri-ciri dan Dimensi
Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukuran. Sifatnya
termasuk karakteristik atau atribut suatu kategori dan ukurannya itu
termasuk posisi sifat dalam suatu kontinum.
C. Pengodean Berporos (Axial Coding)
1. Proses Pengodean
Fokus pembahasan pada pengodean berporos adalah membuat
spesifikasi khusus suatu kategori dari segi kondisi muncul.
2. Menghubungkan Kategori dengan Kategori yang lain
Pengodean berporosmerupakan proses yang menghubungkan
subkategori dengan kategori yang merupakan pemikiran deduktif dan
induktif yang kompleks.
D. Pengodean Selektif (Selective Coding)
1. Proses Pengodean
Tujuan dari pengodean selektif adalah mengintegrasikan kategori untuk
membentuk sebuah grounded theory.
2. Mengitegrasikan Kategori-Kategori ke Dalam Inti
Cara mengintegrasikan kategori dengan kategori inti yaitu dengan cara
melakukan konseptualitas dengan analisis yang tingkat keabstrakannya
lebih tinggi.
59
STRATEGI PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
A. Sistematika Laporan Penelitian
Berikut ini adalah penjelasan sistematika laporan lualitatif:
1. Isi bagian awal
Unsur-unsur yang harus ada pada bagian awal laporan penelitian kualitatif
secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: halaman sampul, lembar
logo, halaman judul, lembar persetujuan yang terdiri dari lembar
persetujuan pembimbing serta lembar persetujuan dan pengesahan,
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran, dan daftar lainnya.
2. Isi bagian inti
a. Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan memberikan wawasan umum tentang arah penelitian
yang dilakukan. Dengan pendahuluan ini, pembaca dapat mengetahui
konteks (latar belakang) penelitian, focus penelitian, tujuan penelitian,
dan kegunaan penenlitian.
1) Konteks penelitian (latar belakang)
Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk
maksud apa penelitian ini dilakukan, dan apa/siapa yang
mengarahkan penelitian. Pada umumnya, bagian ini merupakan
informasi identifikasi diri peneliti sehingga laporannya akan lebih
sempurna. Informasi latar belakang diperlukan untuk membantu
mengklarifikasikan focus kajian bagi pembaca laporan. Informasi
tentang hal itu dapat dilakukan dengan tinjauan singkat yang
didukung oleh sumber kepustakaan dan teori mutakhir, kepedulian
maupun isu yang sedang berkembang di lapangan yang tentunya
berkaitan dengan focus penelitian. Pada bagian akhir, dijelaskan
pula secara ringkas bagaimana laporan penelitian diorganisasikan
agar pembaca dapat memahami dan mengikuti logika laporan secara
utuh.
2) Fokus penelitian
60
Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau
topic-topik poko yang akan diungkapkan/digali dalam penelitian.
Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alas
an diajukannya pertanyaan.
3) Tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam
penelitian, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.
4) Kegunaan penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan kegunaan atau pentingnya
penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan
pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam
subbab kegunaan penelitian berisi alas an kelayakan atas masalah
yang diteliti.
b. Bab II Kajian Pustaka
Kajian pustaka dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. Selain itu, landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
c. Bab III Metode Penelitian
Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian
secara operasional yang menyangkut pendekatan penetilian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, dan tahap-tahap penelitian.
d. Bab IV Paparan Data dan Temuan Penelitian
Pada bab IV, memuat uraian tentang dana dan temuan yang diperoleh
dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraian dalam Bab
III. Uraian ini terdiri atas paparan data yang disajikan dengan topik
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil analisis data.
Hasil analisis data yang merupakan temuan penelitian disajikan dalam
penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan, dan motif
yang muncul dari data.
61
e. Bab V Pembahasan
Bab ini memuat gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-
kategori, dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori dan temuan-temuan
sebelumnya, serta penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang
diungkap dari lapangan. (grounded theory).
f. Bab VI Penutup
Penutup memuat temuan poko atau kesimpulan, implikasi, dan tindak
lanjut penelitian, serta saran-saran atau rekomendasi yang diajukan.
Temuan pokok atau kesimpulan dalam penelitian kualitatif harus
menunjukkan “makna” temuan-temuan tersebut.
3. Isi bagian akhir
a. Daftar rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah
disebut dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan
sebahai bahan bacaan, tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan
dalam daftar rujukan. Istilah daftar pustaka digunakan untuk menyebut
daftar yang berisi bahan-bahan pustaka yang digunakan penulis, baik
yang dirujuk ataupun yang tidak dirujuk dalam teks.
b. Pernyataan keaslian tulisan
Pernyataan keaslian tulisan berisi ungkapan penulis, bahwa isi laporan
penelitian yang ditulisnya bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan atau
pemikirannya sendiri.
c. Lampiran-lampiran
Lampiran-lampiran hendaknya berisi keterangan-keterangan yang
dipandang penting untuk laporan penelitian, seperti instrument
penelitian, data mentah hasiil penelitian, ringkasan rekaman
pengumpulan data, foto-foto lapangan, dan dokumentasi lain yang
relevan. Untuk mempermudah pemanfaatannya, setiap lampiran harus
diberi nomor urut lampiran (sesuai dengan jenis data dan tahapan
pelaksanaan penelitian).
62
d. Riwayat hidup
Riwayat hidup penulis laporan penelitian hendaknya disajikan secara
naratif. Hal-hal yang perlu dimuat dalam riwayat hidup adalah nama
lengkap penulis, tempat dan tanggal lahir, riwayat pendidikan,
pengalaman organisasi, dan informasi tentang prestasi yang pernah
diraih.
B. Pendekatan laporan penelitian
Pendekatan kesejarahan (natural history) mengorganisasikan
peristiwa atau kejadian-kejadian secara mendalam. Oleh karena itu,
laporan penelitian berkaitan secara langsung sesuai dengan waktu yang
digunakan oleh peneliti di lapangan dan proses di mana penelitiannya
dikembangkan.
Pendekatan kronologis (chronology) digunakan ketika pola-polanya
mengikuti sebuah siklus perkembangan yang muncul. Pendekatan
kronologis memusatkan diri pada penetapan urutan pola/tahapan
penemuan yang terdapat dalam data (misalnya: urutan bagaimana
fenomena dalam kajian dikembangkan).
Pendekatan penciutan dan perluasan fokus (narrowing or
expanding the focus) terkait dengan proses diskusi yang digelar secara
bertahap, seperti dimulai dari fokus yang sempit ke fokus yang lebih luas,
atau sebaliknya, dalam mengorganisasikan temuan-temuan peneliti.
Pendekatan pemisahan narasi dan analisis (separating narration
and analysis) berangkat dari patokan bahwa beberapa peneliti cenderung
memisahkan data atau narasi kajiannya dari analisis dan/atau
interpretasinya. Pendekatan ini mendeskripsikan situasi disajikan secara
berurutan atau berhubungan secara logis tanpa diselingi analisis. Begitu
juga dalam analisis dan interpretasi suatu situasi dapat disajikan tanpa
diselingi oleh bukti penunjang peristiwa yang begitu banyak. Oleh karena
itu, kehati-hatian perlu dilakukan oleh peneliti, jika menggunakan
pendekatan ini untuk menjaga pengembangan analisis interpretasi yang
tidak di grounded atau yang didukung oleh data yang dikumpulkan.
63
Pendekatan pengorganisasian tematik atau topikal (thematic or
topical) dilakukan dengan menetapkan berbagai perangkat topic/kategori.
Pendekatan ini dianggap merupakan pengorganisasian yang sesuai jika
informasi yang diperoleh cukup banyak sehingga perlu diatur dalam
urutan yang logis. Pendekatan topical, yaitu pola yang berhubungan
dengan topic dengan cara membagi topic utama ke dalam beberapa
subtopik. Pengorganisasian topik dilakukan dengan memasukkan unsur-
unsur atau komponen-komponen maupun aspek-aspek yang dianggap
penting dalam penelitian. Peneliti dalam pengorganisasian tematik perlu
kehati-hatian dalam menetapkan pengorganisasian kategori, topik, atau
tema yang timbul dari dalam data.
REFERENSI
Gunawan,Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
64
A. Paradigma Penelitian
Ada dua pandangan besar dalam kegiatan penelitian yang menyangkut
metode yaitu pandangan positivistik dan non positivistik. Dalam paham
positivistik, segala sesuatu atau gejala itu dapat diukur secara positif atau
pasti sehingga dapat dikuantifikasikan. Hal tersebut tidak hanya berlaku
dalam ilmu alam saja, tetapi juga pada ilmu sosial. Dalam ilmu alam, paham
positivistik tersebut tidak banyak menemui kendala karena objeknya adalah
materi atau benda. Tetapi ketika diterapkan pada ilmu sosial, maka bukan saja
sulit dilakukan, tetapi juga banyak ditentang oleh ilmuwan-ilmuwan sosial.
Penganut paham positivistik tersebut berpendapat bahwa segala sesuatu itu
tidak boleh melebihi fakta. Dalam paham nonpositivistik, kebenaran tidak
hanya berhenti pada fakta, melainkan apa makna di balik fakta tersebut.
Dalam ilmu sosial, di mana kajiannya adalah manusia bukannya benda, maka
pandangannya lebih didominasi oleh pandangan non-positivistik. Dalam
konsepsi ini, paham positivistik diidentifikasikan dengan kegiatan riset
kuantitatif, sedangkan paham nonpositivistik diidentifikasikan sebagai
kegiatan riset kualitatif. Namun demikian, perbedaan paham tersebut
berdampak positif terutama dijadikan sebagai ajang dialog dalam rangka
untuk mengembangkan keilmuan baik sosial maupun alam, untuk saling
melengkapi kedua paradigma tersebut.
B. Riset dan Pendekatan Kualitatif
Setiap metode ataupun pendekatan selalu didasari oleh pemikiran atau
teori yang digunakan sebagai pijakan untuk berpikir. Tanpa teori, suatu
metode atau pendekatan bagaikan bangunan tanpa fondasi, akibatnya metode
tersebut akan mudah tergoyahkan. Salah satu fungsi utama dari teori ialah
memberikan fondasi dalam berpikir ilmiah. Penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif di antaranya didasari oleh teori fenomenologi, interaksi
simbolik, dan konstruktivisme.
1. Fenomenologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena atau
gejala yang dilandasi oleh teori Max Weber (18641920). Teori ini
menekankan pada metode penghayatan atau pemahaman interpretatif
65
(verstehen). Jika seorang menunjukkan perilaku tertentu dalam
masyarakat, maka perilaku tersebut merupakan realisasi dari pandangan
atau pemikiran yang ada dalam kepala orang tersebut. Kenyataan tersebut
bersifat subjektif dan interpretatif.
2. Teori interaksi simbolik meruapakan suatu teori yang menerangkan
mengenai perilaku manusia dengan menggunakan analisis makna. Dalam
melakukan analisis makna tersebut, terdapat tiga buah premis yang
menjadi dasar dalam menerangkan suatu perilaku yang dilakukan oleh
sesorang. Premis pertama mengatakan bahwa seseorang yang melakukan
suatu perbuatan tertentu, didasarkan pada makna yang ada di dalam
sesuatu tersebut.
3. Konstruksionisme mempunyai pengertian bahwa tidak ada realitas yang
objektif dalam kenyataannya karena sebenarnya manusia secara aktif
membangun realitas mereka, yang didasarkan pada kepercayaan dan
harapan mereka. Pada tingkatan yang lebih luas, orang yang berbeda
saling membagikan realitas yang sama, khususnya jika mereka dalam
budaya yang sama karena kepercayaan dan harapan mabusia
ditransmisikan melalui budaya. Jika manusia mempunyai perbedaan
realitas secara total, maka tidak akan dapat saling berkomunikasi dan
berinteraksi.
C. Tahapan Proses Riset dengan Pendekatan Kualitatif
Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan
penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif biasanya didesain secara
longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan penelitian berpeluang
mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat
terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di
lapangan. Meski demikian, kerja penelitian mestilah merancang langkah-
langkah kegiatan penelitian. Paling tidak terdapat tiga tahap utama dalam
penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono, 2007):
66
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti
mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti
baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi
yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah
tertentu.
3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah
ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara
mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang
dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu
pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru. Secara spesifik, ketiga tahap
di atas dapat djabarkan dalam tujuh langkah penelitian kualitatif yaitu:
identifikasi masalah, pembatasan masalah, penetapan fokus masalah,
pelaksanaan penelitian, pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan
teori, dan pelaporan hasil penelitian (Sudjana, 2001).
Keterkaitan antara tiga tahapan proses dan tujuh langkah penelitian
kualitatif ditunjukkan pada gambar 3.2 dan uraian berikut.
Langkah pertama: mengidentifikasi masalah. Suatu masalah
merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya,
berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada. Fenomena masalah
tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan
tidak sama dengan kenyataan, sehingga timbul “pertanyaan” yang menantang
untuk ditemukan “jawabannya”. Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam
mengidentifikasi masalah dapat muncul pertanyaan yang terkait dengan
apakah, mengapa, dan bagaimana. Dari pertanyaan yang muncul tergambar
substansi masalah yang terkait dengan pendekatan atau jenis penelitian
tertentu. Dengan kata lain, jenis penelitian apa yang harus digunakan
penelitibergantung pada masalah yang ada. Di dalam penelitian sebaiknya
seorang peneliti melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan
semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya.
67
Langkah kedua: pembatasan masalah yang dalam penelitian kualitatif
sering disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah yang diidentifikasi dikaji
dan dipertimbangkan apakah perlu direduksi atau tidak. Pertimbangannya
antara lain atas dasar keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas
memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih banyak. Kajian
yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan khusus untuk dapat melakukan
kajian secara mendalam. Pembatasan masalah merupakan langkah
pentingdalam menentukan kegiatan penelitian. Meski demikian, pembatasan
masalah penelitian kualitatif tidaklah bersifat kaku/ketat. Pembatasan masalah
dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan antara lain:
68
a. Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?
b. Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menemukan
jawaban atas masalah yang dipilih?
c. Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
d. Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
e. Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?
f. Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan
g. peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?
Langkah ketiga: penetapan fokus penelitian. Penetapan fokus berarti
membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah berarti peneliti telah
melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti pula membatasi bidang
temuan. Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian. Dengan
pedoman fokus masalah seorang peneliti dapat menetapkan data yang harus
dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data yang relevan dengan fokus
penelitian. Peneliti dapat mereduksi data yang tidak relevan dengan fokus
penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian kualitatif dapat terjadi
penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan dipastikan pada saat peneliti
berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah yang telah
dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan
penelitian sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti
memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus
penelitian.
Langkah keempat: pengumpulan data. Pada tahap ini yang perlu
dipenuhi antara lain rancangan atau skenario penelitian, memilih dan
menetapkan setting (latar) penelitian, mengurus perijinan, memilih dan
menetapkan informan (sumber data), menetapkan strategi dan teknik
pengumpulan data, serta menyiapkan sarana dan prasarana penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah menciptakan hubungan
yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini terkait dengan teknik
69
pengumpulan data yang akan digunakan misalnya observasi, wawancara atau
pengamatan.
Langkah kelima: pengolahan dan pemaknaan data. Pada penelitian
yang lain pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan
setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan
selesai. Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data
dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang sama
dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan
pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi
informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan
berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan data
yang ditemukan di lapangan.
Langkah keenam: pemunculan teori. Peran teori dalam penelitian
kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif
teori tidak dimanfaatkan untuk membangun kerangka pikir dalam menyusun
hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka
menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan berfungsi sebagai
fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada
peneliti dapat melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap fenomena
yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa temuan
penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.
Langkah ketujuh: pelaporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian
merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti setelah melakukan kegiatan
pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai. Dalam konteks yang seperti
ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis memiliki nilai guna setidaknya
dalam empat hal, yaitu:
Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para
peneliti dalam setiap kegiatan penelitian
Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah
Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
70
Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
bergantung pada kepentingan peneliti (Sukardi, 2003).
Berdasarkan uraian tentang hakikat dan prosedur penelitian kualitatif,
penelitian kualitatif mempunyai makna tersendiri untuk kepentingan bidang
pendidikan. Pentingnya penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan antara
lain:
Pendidikan sebagai proses sosialisasi hakikatnya adalah interaksi
manusia dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses belajar dalam
konteks lingkungan yang berubah-ubah.
Pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia yakni pendidik dan
tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan, waktu, serta sarana dan
prasarana pendidikan. Setiap komponen saling berinteraksi dalam satu proses
pendidikan/pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi
juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil optimal.
Pendidikan dalam arti luas, terjadi pada setiap manusia dan berlangsung
sepanjang hayat, dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat, secara alami.
Tekanan utama pendidikan adalah pembinaan dan pengembangan
manusia mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu kesatuan utuh,
serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan pengembangan tersebut melalui
proses belajar agar diperoleh perubahan-perubahan perilaku menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses dan hasil pendidikan tidak saja
diukur secara numerik/angka dan bilangan dalam bentuk indeks-indeks prestasi
atau indeks-indeks lainnya secara kuantitatif dan statistik. Lebih dari itu perlu
pengkajian mendalam berkenaan dengan kualitas proses, efisiensi dan
efektivitas, serta daya guna terhadap perubahan perilaku individu khususnya
anak didik dan tenaga kependidikan. Data kualitatif dalam bidang pendidikan
sangat bermanfaat untuk menemukan hakikat dan makna yang terkandung
dalam proses pendidikan.
71
Bagaimana proses pendidikan itu berlangsung, bagaimana perubahan
terjadi dalam proses tersebut, bagaimana interaksi guru-siswa dan siswasiswa
dalam pembelajaran, bagaimana sumber belajar dioptimalkan penggunaannya,
bagaimana guru menangani kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan lainnya
memerlukan data kualitatif dalam menjelaskannya. Pengukuran secara
kuantitatif tersebut seringkali menghilangkan makna yang sebenarnya, lebih
dari data yang diperoleh secara kuantitatif berdimensi tunggal, padahal dalam
kenyataannya suatu proses yang terjadi berkaitan erat dengan berbagai dimensi
yang muncul dalam kondisi alamiahnya.
D. Proses Identifikasi dan Perumusan Masalah Riset dengan Pendekatan
Kualitatif
Beberapa ahli riset kualitatif seperti Creswell, Miles dan Huberman
menyarankan dalam menurunkan pertanyaan riset utama dalam bentuk
subpertanyaan sebaiknya tidak lebih dari 7 (Creswell) dan tidak lebih dari 12
(Miles dan Huberman). Saran penulis sebaiknya subpertanyaan tidak terlalu
banyak, sebab jika subpertanyaan terlalu banyak, dikhawatirkan riset akan
semakin melebar dan tidak terfokus pada pertanyaan sentral. Jika hal ini
terjadi, peneliti akan semakin kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut
secara benar. Sebaiknya subpertanyaan cukup 5 atau 6 saja. Meskipun
demikian, batasan ini hanya bersifat pada tataran praktis, bukan pada tataran
metodologis karena hakikat riset kualitatif itu sendiri.
E. Peranan Teori dalam Riset dengan Pendekatan Kualitatif
Bagaimana teori berperan dalam riset yang menggunakan pendekatan
kualitatif? Terdapat beberapa model dalam menggunakan teori dalam riset
kualitatif, yaitu:
1. Teori berfungsi sebagai eksplanasi secara umum, seperti pada riset
kuantitatif.
72
2. Teori berperan sebagai perspektif saat peneliti menggunakan teori
untuk mendefinisikan istilah tertentu yang digunakan dalam topik
risetnya.
3. Peneliti kualitatif tidak menggunakan teori secara eksplisit, tetapi
menggunakan metode induktif, yaitu berawal dari data dan
digeneralisasikan menjadi suatu teori.
F. Desain Riset untuk Riset dengan Pendekatan Kualitatif
Desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan
kondisi lapangan, tidak seperti desain riset penelitian kuantitatif yang bersifat
tetap, baku, dan tidak berubah-ubah. Menurut Creswell, beberapa hal menjadi
karakteristik dalam riset kualitatif ialah:
1. Riset kualitatif berlangsung pada latar yang alami.
2. Riset kualitatif menggunakan beberapa metode yang bersifat
humanistis dan interaktif secara bersamaan saat riset dijalankan.
3. Desain riset kualitatif dapat muncul begitu saja saat riset sedang
diulakukan, bahkan pertanyaan yang sudah dipersiapkan dapat
mendadak berubah untuk menyesuaikan kondisi di lapangan.
4. Riset kualitatif secara fundamental bersifat interpretatif.
5. Riset kualitatif umumnya memotret gejala sosial secara holistic.
6. Riset kualitatif menggunakan penjelasan yang kompleks dari berbagai
pandangan dan secara bersamaan.
7. Riset kualitatif umumnya menggunakan lebih dari satu strategi untuk
menuntun penyelidikan yang sedang dijalankan.
G. Riset dengan Pendekatan Kualitatif
1. Pengertian Riset Kualitatif
Riset kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang
ada dalam interaksi manusia (Catherine Marshal: 1995). Definisi lain yang
diusulkan oleh Schwandt (2007), mengatakan bahwa riset kualitatif
73
merupakan riset yang bertujuan untuk memahami tindakan manusia.
Schwandt juga mengatakan bahwa kata “kualitatif” menunjuk pada
kualitas. Kualitas yang dimaksud adalah ialah satu properti yang inheren
atau karakteristik yang esensial dari sesuatu yang dapat berupa objek atau
pengalaman. Sedangkan Denzin dan Lincoln (2005), mendefinisikan riset
kualitatif sebagai suatu bidang penyelidikan yang berada salam haknya
sendiri. Dalam penelitian kualitatif, peneliti berbaur menjadi satu dengan
yang diteliti, sehingga peneliti dapat memahami persoalan dari sudut
pandang yang diteliti itu sendiri.
Sasaran utama penelitian kualitatif ialah manusia karena manusialah
sumber masalah dan sekaligus penyelesai masalah. Meskipun demikian,
penelitian kualitatif tidak hanta membatasi penelitian terhadap manusia
saja. Sasaran lain dapat berupa kejadian, sejarah, benda berupa foto,
artefak, peninggalan peradaban kuno, dsb. Intinya, sasaran penelitian
kualitatif ialah manusia, dengan segala kebudayaan da kegiatannya.
a. Saat Kita Melakukan Riset Kualitaif
Peneliti dapat menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif
ketika :
1) Memahami makna yang melandasi tingkah laku partisipan
2) Mendeskripsikan latar dan interaksi partisipan
3) Melakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi informasi baru
4) Memahami keadaan yang terbatas dan ingin mengetahui secara
mendalam dan rinci
5) Mendeskripsikan fenomena untuk menciptakan teori baru
6) Memfokuskan pada interaksi manusia dan proses yang mreka
gunakan.
b. Fase-Fase dalam Riset Kualitatif
Menurut Denzin dan Lincoln (2005), fase-fase dalam riset
kualitatif ialah :
1) Fase 1, peneliti : keberhasilan riset kualitatif sangat ditentukan
dari cara peneliti tersebut mengelola dan menjalankan riset yang
74
sedang dilakukan.peneliti tidak hanya paham mengenai
permasalahan dan metode yang akan digunakan dalam menjawab
masalah yang sudah dirumuskan. Lebih dari itu, peneliti mengerti
cara menggunakan metode yang sudah dipilihnya saat akan
dijalankan di lapangan.
2) Fase 2, paradigm interpretasi : peneliti melakukan interpretasi data
dengan berdasarkan pada filsafat yang mendasari riset kualitatif.
3) Fase 3, strategi riset : peneliti memikirkan desain yang akan
digunakan daam risetnya.
4) Fase 4, metode koleksi dan analisis : peneliti menggunakan
kegiatan seperti wawancara, kajian dokumen, kelompok terfokus,
observasi terlibat langsung, dan lain-lain.
5) Fase 5, seni, praktik, politik interpretasi, dan evaluasi : peneliti
melakukan hal yang berkaitan dengan penetapan kriteria penilaian
mengenai hasil riset, termasuk diantaranya penilaian yang
berkaitan dengan validitas hasil riset.
2. Strategi Riset Kualitatif
Strategi Penyelidikan (Inquiry)
Creswell (2003), menjelaskan strategi penyelidikan mulai dari
pembuatan proposal hingga validasi akurasi temuan riset.
1) Proposal : Identifikasi strategi tertentu yang akan digunakan
dalam riset, tuliskan juga latar belakang penelitian, dan uraikan
alasan dalam menggunakan strategi tersebut.
2) Peranan Peneliti : menjelaskan pengalaman masa lalu yang
memberikan data latar belakang, sehingga memudahkan pembaca
dalam mengetahui topic, latar, dan partisipan dalam riset ini.
3) Prosedur Koleksi Data : hal yang harus dipertimbangkan
diantaranya identifikasi tempat atau individu yang sudah ditentukn
sebelumnya, yang berdasarkan pada pemikiran bahwa tempat atau
individu tersebut akan membantu peneliti dalam memahami
masalah dan pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan.
75
Koleksi data meliputi observasi interview, kajian dokumen, dan
kajian bahan audiovisual.
4) Prosedur Pencatatan Data : prosedur pencatatan data meliputi
penggunaan protocol atau formulir observasional untuk mencatat
data, penggunaan formulir wawancara, perekaman data dengan
catatan manual dan tape recorder atau video, dan pencatatan
dokumen dan materi visual yang ditulis dengan menggunakan
struktur atau cara yang sudah diketahui oleh pihak peneliti itu
sendiri.
5) Analisis Data dan Interpretasi : memaknai data yang berbentuk
teks dan gambar atau elemen lainnya yang bukan berupa angka.
6) Narasi dalam Riset Kualitatif : konvensi dalam membuat narasi
riset kualitatif diantaranya : membuat variasi antara kutipan
panjang dan pendek; menuang percakapan dalam bentuk tulisan;
menyajikan informasi teks dalam bentuk formulir tabulasi;
menggunakan kata-kata partisipan; mengaitkan antara kutipan
yang dilakukan peneliti dengan interpretasi; menggunakan indensi
untuk menarik perhatian pembaca; menggunakan kata sebutan
untuk orang pertama seperti “saya” atau “kami” dalam narasi yang
dibuat; dan menggunakan metafora untuk membandingkan supaya
lebih jelas.
3. Peranan Peneliti Kualitatif dalam Riset
Riset kualitatif menempatkan peneliti sebagai pusat kendali riset,
sehingga kehadiran peneliti dalam setia fase riset diperlukan. Jones dan
kawan-kawan dalam artikelnya yang berjudul The Role of Research in
Qualitative Research, mengemukakan pendapat bahwa peranan peneliti
dalam riset kualitatif tidak hanya dalam praktik riset di lapangan saat riset
dijalankan saja. Peranan ini dapat ditelusuri sejak peneliti terlibat dalam
komunitas jaringan peneliti, pergaulan dengan para mentor, dan para
model yang dianutnya.
4. Teknik Pemilihan Informan
76
Schwandt (2007), mendefinisikan informan sebagai pihak dari dalam
memperoleh, menjaga akses, mengembangkan pemahaman informan, dan
melakukan pengecekan mengenai pemahaman yang muncul saat riset
dijalankan. Beberapa teknik umum pemilihan informan yang digunakan
dalam riset kualitatif ialah :
a. Teknik Kesesuaian (Convenience) : Memilih unit analisis yang
dianggap sesuai oleh peneliti.
b. Teknik Penialaian (Judgement) : Memilih sampel dari suatu
populasi yang didasarkan pada informasi yang tersedia, sehingga
perwakilannya terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan.
c. Teknik Bola Salju (Snowball) : memilih unit yang mempunyai
karakteristik langka dan unit tambahan yang ditunjukkan oleh
reponden sebelumnya.
d. Teknik Purposif/Pemilihan yang Didasarkan pada Teori :
pemilihan informan didasarkan paa kesesuaian terhadap pertanyaan
riset, kerangka analisis, dan penjelasan yang akan dikembangkan
dalam riset.
5. Metode Pengumpulan data
a. Partisipasi : merupakan salah satu cara mencari data utama atau
informasi dalam metode penelitian kualitatif.
b. Observasi Terlibat Langsung : meliputi pencatatan secara sistematik
mengenai kejadian, perilaku, objek yang dilihat, dan hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
c. Wawancara (Interview) : keberhasilan dalam mendapatkan data atau
informasi dari objek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan
peneliti dalam melakukan wawancara.
d. Kajian Dokumen : merupakan sarana [embantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat,
pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan
bahan tulisan lainnya.
77
e. Interview Khusus (Elite Interviewing) : melakukan wawancara dengan
kelompok elite tertentu, misalnya dengan pimpinan perusahaan atau
kantor tertentu.
f. Wawancara Kelompok Kecil (Focus Group Interviewing) : wawancara
atau diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang, biasanya terdiri dari
5-10 orang.
g. Narasi : merupakan metode yang diambil dari bidang ilmu sastra dan
psikologi.
h. Sejarah Hidup : merupakan salah satu teknik lain dalam penelitian
kualitatif.
i. Analisis Sejarah : merupakan data sekunder yang cakupannya lebih
luas dibandingkan dengan analisis sejarah yang berkaitan dengan suatu
kejadian yang bersifat umum.
j. Film, Video, dan Foto : merupakan sumber data sekunder yang
berguna bagi peneliti karena data tersebut dapat berupa gambar dan
suara yang akan melengkapi data yang bersifat tekstual.
6. Analisis Data
a. Model Analisis Domain
Berguna untuk mencari dan memperoleh gambaran umum atau
pengertian yang bersifat secara menyeluruh.
b. Model Analisis Taksonomi
Focus terhadap salah satu domain (struktur internal domain) dan
pengumpulan hal-halelemen yang sama.
c. Model Analisis Komponensial
Menekankan pada kontras antarelemen dalam suatu domain, hanya
karakteristik yang berbeda saja yang dicari.
d. Model Analisis Tema Kultural
Mencari hubungan yang ada dan dikaitkan dengan nilai-nilai, orientasi
nilai, nilai dasar/utama, premis, etos, pandangan dunia, dan orientasi
kognitif.
e. Analisis Komparasi Konstan (Grounded Theory Research)
Merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan gagasan teori,
seperti konsep, model, dan teori formal ang dimulai dari data.
7. Interpretasi
78
Creswell (2003), mengajukan gagasan dalam melakukan analisis dan
interpretasi sebagai berikut :
a. Lakukan organisasi dan persiapkan data untuk dianalisis.
b. Baca secara seksama semua data yang ada.
c. Melakukan analisis secara detail.
d. Menggunakan proses pengkodean untuk menghasilkan deskripsi latar,
orang, kategori ataupun tema yang akan dianalisis.
e. Menyajikan deskripsi dan tema dalam bentuk narasi kualitatif.
f. Membuat interpretasi mengenai makna data.
8. Validasi Hasil Riset Kualitatif
Beberapa usaha peneliti untuk menngkatkan validitas penelitian kualitatif,
yaitu :
a. Memperluas harapan awal
b. Memfokuskan dengan cara melihat sumber data lain
c. Membuat kutipan ekstensif yang berasal dari catatan lapangan dan
hasil wawancara, serta data archieve dan rekaman video atau audio
d. Menggunakan data penelitian lainnya sebagai sumber pengecekan
e. Melakukan pengecekan dengan meminta anggota peneliti untuk
memeriksa hasil penelitian kita dengan melakukan review mulai dari
masalah, data, teknik, teknik analisis, dan hasilnya
9. Pelaporan
Hasil penelitian kualitatif berupa rekaman dalam bentuk video atau audio
yang ditranskripkan dalam bentuk teks. Dalam riset kualitatif, terdapat
konvensi bentuk laporan narasi seperti berikut :
a. Kutipan yang bervariasi
b. Hasil percakapan yang mencerminkan sensitivitas budaya partisipan
c. Memaparkan informasi dalam table
d. Menggunakan kata-kata partisipan
e. Menyatukan antara kutipan dan pendapat personal peneliti
f. Mempergunakan pendekatan narasi kualitatif.
REFERENSI
Sarwono, Jonathan. 2013. Strategi Melakukan Riset. Yogyakarta: Andi.
79
PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN TUJUAN PENELITIAN
KUALITATIF
A. Pengertian Penelitian Kualitatif
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, para peneliti kualitatif mencari
makna, pemahaman, pengertian, versthesen tentang suatu fenomena,
kejadian, maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan atau tidak
langsung dalam stting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Peneliti
bukan mengumpulkan data sekali jadi atau sekaligus dan kemudian
mengolahnya, melainkan tahap demi tahap dan makna disimpulkan selama
proses berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan bersifat naratif dan
holistik.
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan
pencairan makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun
deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetode, bersifat alami dan
holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan
secara naratif. Pencairan makna yang meruakan salah satu ciri utama
penelitian kualitatif, diupayakan dari berbagai sudut pandang, pemotretan
yang bervariasi, multimetode, dan melalui interaksi simbolik yang merupakan
konsep dasar pencairan makna yang sesungguhnya serta mampu memanyungi
segala bentuk orientasi, menuntun dan tidak melebar secara tidak menentu,
terfokus walaupun multimethod dan multifokus, terarah dan terkendali.
B. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif pada permulannya banyak digunakan dalam bidang
sosiologi, antropologi, dan kemudian memasuki bidang psiklogi, pendidikan,
bahasa dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya. Penelitian kualitatif dalam
analisis datanya tidak menggunakan analisis statistik, tetapi lebih banyak
secara naratif. Beberapa ciri umum penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Menggunakan “natural setting” (keadaan/ latar alami, lingkungan, dan
sosial budaya) sebagai sumber data penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus terjun ke dalam situasi yang
sebenarnya, melihat situasinya dan berabur dalam konteks yang
80
sebenarnya. Walaupun peneliti datang ke tempat kejadian yang sedang
diteliti dengan perlengkapan video tape, kamera/foto yang dapat merekam
semua informasi itu, ia juga harus melengkapi diri dengan catatan
tersendiri dalam buku catatan yang telah disediakan terlebih dahulu.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian
Peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian. Dialah yang melakukan
observasi, dialah yang membuat catatan, dia pulalah yang melakukan
wawancara. Alat-alat yang lain seperti angket/kuesioner, tes, skala
penilaian tidak lazim digunakan. Alat bantu yang digunakan terkait
dengan objek penelitian, antara lain: alat rekam seperti video, tustel, tape,
kamera, dan sebagainya, sedangkan peneliti merupakan instrumen
kuncinya. Oleh karena itu, keberhasilan dalam penelitian kualitatif sangat
ditentukan oleh kemampuan peneliti di lapangan dalam menghimpun data
yang diperlukan, memaknai data yang ada yang tidak terlepas dari
konteks yang sebenarnya. Peneliti merupakan subjek multibudaya.
3. Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan
yaitu pengamatan, interview, dan anlisis dokumen atau analisis
isi/wacana.
Reymond gold menyatakan ada empat tingkat teknik pengamatan yaitu:
(1) pengamatan lengkap; (2) pengamat sebagai pertisipan; (3) partsipan
sebagai pengamat; dan (4) partisipan terlibat langsung dalam suatu
kelompok. Di samping itu, ia mengemukakan pula bahwa teknik
interview dapat pula dibedakan atas interview terstruktur, semi
terstruktur, interview normal, dan interview retrospektif.
4. Data kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan merupakan data
kualitatif. Bentuk data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan
bukannya dalam bentuk angka.
5. Sangat deskriptif
81
Dalam penelitian kualitatif data disjikan dalam bentuk deskriptif atau
naratif. Apa yang disajikan sebagai hasil dari penelitian hendaklah
bersumber dari data yang dikumpulkan.
6. Proses dan produk
Untuk dapat menjelaskan suatu kejadian, peneliti harus tahu bagaimana
proses terjadinya kejadian itu, bukan pada kejadian saja. Jadi, setiap
peneliti hendaklah menempatkan suatu kejadian atau tindakan dalam
konteks yang sebenarnya; bagaimana proses terjadinya bukan hanya hasil
yang didapat.
7. Cenderung menganalisis data secara induktif
Peneliti mengumpulkan bukti-bukti di lapangan, kemudian
menyusun/mengabstraksi berdasarkan sumber-sumber yang terdapat di
lapangan. Jadi, semua data yang dikumpulkan selama di lapangan secara
bertahap dan sejak awal dianalisis, sedikit demi sedikit, kemudian
dikembangkan dan dikembangkan lagi, dimaknai secara khusus,
diklasifikasikan, kelompok demi kelompok dan kemudian dianalisis
seacra lebih mendalam sehingga didapatkanlah kesimpulan dan/atau teori.
8. Makna adalah sesuatu yang esensial dalam penelitian kualitatif
Makna yang terjadi menurut perspektif partisipan, kalau peneliti telah
melakukan penelitian yang akurat menurut konteksnya dan peneliti dapat
memberi makna sesuai dengan makna yang diberikan oleh partisipan itu.
9. Mengutamakan perincian kontekstual
Data tidak dapat dipisahkan dann dimaknai di luar konteksnya . oleh
karena itu catatan perinci tentang sesuatu yang diteliti sangat diperlukan;
termasuk di dalam ini hubungan antara satu dan yang lain, bagaimana dan
mengapa hal itu terjadi.
10. Sebagian besar penelitian kualitatif menggunakan data langsung dari
tangan pertama.
Peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk menemukan dan
melakukan observasi, sehingga dapat menghayati langsung keadaan yang
82
sebenarnya sehingga dapat pula memberi makna dalam konteks yang
sebenarnya.
11. Melakukan triangulasi
Penelitian perlu melakukan triangulasi yaitu memperoleh data yang sama
dari subjek/sumber yang lain menggunakan metode yang berebda dengan
sumber yang pertama. Melakukan triangulasi dimaksudkan untuk
meningkatkan ketepatan dan kebenaran data penelitian, sehingga
menggiring pula pada keakuratan hasil penelitian.
12. Subjek yang diteliti berkedudukan sam dengan peneliti
Kesejajaran posisi peneliti dan sumber atu subjek penelitian memberi
peluang kepada subjek penelitian untuk dapat mengungkapkan sesuatu
sebagaimana adanya.
13. Analisis data dilakukan sejak awal dan dilanjutkan sepanjang penelitian.
Dalam setiap penelitian kualitatif, rancangan yang disusun masih bersifat
umum dan fleksibel. Dengan melakukan analisis berkelanjutan sampai
akhir, memungkinkan sesuatu “terbaca” dalam konteksnya dan pemknaan
yang diberikan tetap dalam konteksnya pula.
14. Dalam penelitian kualitatif, verifikasi perlu dilakukan
Dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh hasil yang terpercaya
dapat dilakukan verifikasi, baik terhadap kasus yang bertentangan
maupun dalam konteks yang lebih luas.
15. Penelitian kualitatif dipengaruhi pandangan dan keunikan peneliti
Peneliti tidak mendesak-desakan apa yang diharapkannya, namun
pandangan dan keunikan peneliti selama penelitian tetap akan
mempengaruhi kualitas dan hasil penelitian.
16. Peneliti memandang fenomena sosial secara holistik
Satu fenomena berkaitan dengan fenomena lain dan satu fenomena
mungkin disebabkan oleh berabgai fenomena lain. Oleh karena itu, satu
fenomena akan terungkap dengan baik kalau dilihat secara holistik.
17. Rancangan bersifat umum dan fleksibel
83
Arah penelitian dapat saja diubah dan berubah sesuai dengan fenomena
lapangan yang sesungguhnya.
Bogdan dan biklen menambahkan beberapa ciri penelitian kualitatif yang
lain, yaitu: (1) sampel yang digunakan kecil dan tidak representatif.; (2) usul
penelitian pendek dan spekulatif; (3) teknik dan metode yang digunakan dalam
pengumpulan data: observasi, dokumen dan artefak yang berbeda, participan,
observation, interview terbuka; (4) rancangan bersifat umum dan fleksubel.
Adapun michael quinn patton (1990) mengemukakan, bahwa karakteristik
utama penelitian kualitatif yaitu: (1) penyelidikan yang bersifat naturalistik; (2)
analisis bersifat induktif; (3) holistik; (4) data bersifat kualitatif; (5)
menekankan pemahaman dan kontak personal; (6) dinamis; (7) tiap kasus unik
dan spesifik; (8) dalam konteksnya, netral dan bersifat sensitif; serta (9)
rancangan bersifat fleksibel.
BEBERAPA TIPE DAN STRATEGI PENEMUAN DALAM PENELITIAN
KUALITATIF
Ada beberap jenis dan strategi yang digunakan dalam penelitian kualitatif
antara lain sebagai berikut:
A. Studi Kasus
Penelitian kasus adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi
secara mendalam, mendetail, intensif, holisyik, dan sistematis tentang orang,
kejadian, social setting (latar sosial), atau kelompok dengan menggunakan
berbagai metode dan teknik serta banyak sumber informasi untuk memahami
secara efektif bagaimana orang, kejadian, latar alami itu beroperasi atau
berfungsi sesuai dengn kontesnya. Stake mengemukakan tiga tipe penelitian
kasus yaitu:
1) Studi kasus intrinstik dilaksanakan apabila peneliti ingin memahami lebih
baik tentang suatu kasus biasa, seperti sifat, karakteristik, atau masalah
individu.
84
2) Studi kasus kolektif merupakan studi beberapa kasus instrumental dan
menggunakan beberapa instrumen serta sejumlah peneliti sebagai suatu
tim.
3) Studi kasus instruemntal digunakan apabila peneliti ingin memahami atau
menekankan pada pemahaman tentang suatu isu atau merumuskan kembali
suatu penjelasan secara teoretis.
Kalau ditinjau dari segi rancangan penelitian, penelitian kasus
dapat pula dibedakan dalam empat klasifikasi, yaitu: (1) studi kasus
eksploratori/penjajakan; (2) studi kasus deskriptif; (3) studi kasus yang
bersifat menginterpretasikan, menguji atau menerangkan; dan (4) studi
kasus yang bersifat evaluatif.Sedangkan Yin membagi desain penelitian
kasus atas dua klasifiksi, yaitu desain kasus tunggal dan desain multikasus.
Beberapa ciri utama yang terdapat dalam penelitian kasus:
a) Penelitian kasus merupakan suatu tipe penelitian yang mengkaji
secara mendalam mengenai suatu unit.
b) Penelitian kasus membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan dari penelitian historis.
c) Penelitian kasus bersifat deskriptif.
d) Penelitian kasus bersifat heuristik
e) Penelitian kasus berorientasi pada disiplin ilmu.
Dalam melakukan penelitian kasus ada beberapa langakh utama
yang perlu mendapat perhatian:
a) Tentukan masalah yang akan diteliti dan rumuskan tujuan yang akan
dicapai secara jelas.
b) Rumuskan kasus yang akan dipelajari
c) Tetapkan peran teori dalam pemilihan kasus
d) Tentukan kerangka penelitian kasus secara konseptual dan teoritis.
e) Tetapkan secara jelas bentuk/tipe penelitian kasus yang akan
dilakukan.
f) Tetapkanlah cara pendekatan yang akan digunakan.
85
g) Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan rancangan meurut unit
kegiatan yang telah ditetapkan.
h) Persiapan pengumpulan data.
i) Data-data yang telah dikumpulkan dievaluasi dan diorganisasikan
menjadi rekonstruksi unit studi yang koheran, serta dianalisis sejak
awal kegiatan.
j) Susunlah laporan penelitian dengan menghindarkan “bias” dari
pribadi peneliti.
B. Grounded Theory Methodology
Grounded theory methodology adalah suatu metodologi umum untu
mengembangkan teori melalui penelitian kualitatif yang dilakukan secara
sistematis dan mendasar. Teori dibangun berdasarkan data yang dikumpulkan
tentang suatu fenomena yang menjadi fokus penelitian. Para peneliti
membangun teori secara induktif dari penelitian fenomena yang tampak di
lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti mulai dari suatu teori yang bersumber
dari berbagai pedoman yang telah ada. Glasser dan strauss menegmukakan
ada dua cara dalam menemukakan teori berdasarkan data yaitu teori formal
dan teori substansif. Teori formal dibentuk untuk kategori kawasan
konseptual teoritik, sedangkan teori substansif dibentuk untuk daerah
substansif tertentu.
Langkah-langkah penelitain grounded theory methodology mengikuti pola
kualitatif pada umumnya. Selama penelitian, konsep teori yang disusun diuji
kembali di mana perlu direvisi atau disempurnakan kembali melalui berbagai
revisi dan perbaikan atau penyempurnaan dengan menggunakan data yang
akurat melalui analisis komparatif dan situasi, serta kelompok yang tepat
untuk menguji atau menemukan teori. Analisis komparatif adalah salah satu
cara yang strategis dan sering digunakan para ahli berbagai cabang ilmu
sosial untuk menemukan sesuatu maupun teori, melalui verifikasi dan
pengkategorian secara konseptual sehingga dapat menghasilkan bukti-bukti
yang akurat.
86
C. Penelitian Historis
Penelitian historis merupakan salah satu tipe dan pendekatan dalam
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali secara
sistematis, akurat, dan objektif kejadian atau peristiwa yang pernah terjadi di
masa lampau dengan menggunakan pendekatan normatif dan interpretatif.
Tujuan menggunakan tipe penelitian historis dimaksudkan agar:
a) Seseorang menyadari apa yang terjadi di masa lampau, sehingga
seseorang dapat belajar dari kegagalan dan keberhasialn masa
lampaunya.
b) Belajar bagaiman sesuatu dikerjakan di masa lamapu dan melihat
kemungkinan apakah hal itu masih merupakan suatu kepedulian dan
dapat digunakan dewasa ini.
c) Membantu seseorang dalam membuat prediksi.
d) Menguji hipotesis hubungan atau kecenderungan.
Beberapa ciri khusus penelitian historis sebagai berikut:
a) Penelitian historis lebih banyak tergantung pada data yang ditulis, dicatat
atau diobservasi oleh orang lain daripada yang diobservasi oleh peneliti
sendiri.
b) Peneliti haruslah tertib, ketat, sistematis, dan tuntas.
c) Penelitian historis tergantung pada dua macam data: primer dan
sekunder.
d) Untuk menentukan nilai data, biasanya dilakukan dua macam kritik yaitu
kritik eksternal dan internal.
e) Penelitian historis lebih tuntas mencari informasi dari sumber yang lebih
luas.
Beberapa kelemahan penelitian historis yang selalu menjadi sorotan
sebagai berikut:
a. Masalah dinyatakan terlalu luas
b. Kecenderungan menggunakan cara yang mudah dengan mengambil data
dari sumber kedua.
87
c. Kritik internal maupun eksternal kurang dilakukan secara tajam dan tepat
terhadap data yang ditemukan.
d. Kegagalan dalam menginterpretasikan kata-kata dan ekspresi dalam
konteks yang diterima sesuai dengan keadaan semula.
e. Kegagalan dalam membedakan fakta yang berarti dalam satu situasi itu,
sehingga kadang-kadang menjadi fakta yang tidak relevan dan tidak
penting.
f. Pelaksanaan penelitian dipengaruhi oleh “bias” pribadi peneliti tersebut,
sehingga mengumpulkan interpretasi dari yang seharusnya.
g. Karena banyaknya fakta yang dikumpulkan, maka laporan yang disusun
hanya merupakan kumpulan fakta yang banyak dan bukan menampilkan
sintesis ke dalam generalisasi yang berarti.
h. Sering juga terjadi analisis yang terlalu berlebihan yang kurang didukung
oleh bukti-bukti yang cukup atau terjadinya analogi yang salah atau
konklusi yang dibuat.
Penelitian historis mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai
berikut:
a. Topik yang ingin diteliti tidak dapat diungkapkan melalui tipe penelitian
yang lain.
b. Penelitian historis memungkinkan untuk penggunaan cara yang berbeda
dan menunjukkan bukti yang lebih bervariasi.
c. Dapat menyadarkan seseorang tentang kejadian di masa lampau.
d. Dapat membantu dalam memprediksi untuk masa datang.
e. Dapat lebih memahami dan mengerti tentang kebijaksanaan dan praktik
kehidupan.
Dalam penelitain hostoris ada beberapa langkah yang perlu diikuti.
Langkah-langkah itu sebagai berikut:
a. Definisikan dan rumuskan masalah yang akan diteliti secara tepat.
b. Pertimbangkanlah apakah penelitian historis merupakan cara terbaik
untuk memecahkan masalah tersebut.
88
c. Rumuskan tujuan penelitian, dan jika mungkin dirumuskan pula
pertanyaan penelitian yang akan membimbing atau meberi arah
penelitian itu.
d. Tetapkan sumber informasi yang relevan dan sahih.
e. Kumpulkan data dengan selalu mengingat sumber data primer dan
sekunder .
f. Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan
internal.
g. Tuliskan laporan yang mencakup pernyataan masalah, review sumber
material, pernyataan asumsi, hipotesis, cara mengetes hipotesis,
penemuan yang ada, interpretasi dan kesimpulan serta bibliografi.
D. Fenomenologi
Secara umum phaenomenon berarti tampak atau memperlihatkan. Logos
adalah ilmu atau ucapan. Dengan demikian, fenomenologi dapat diartikan
ilmu-ilmu tentang fenomena yang menampakkan diri dari kesadaran peneliti.
Dalam arti luas, fenomenologi adalah ilmu tentang gejala atau hal-hal apa
saja yang tampak. Penelitian fenomenologi difokuskan pada menggali,
memahami, dan menafsirkan arti fenomena, peristiwa, dan hubungannya
dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu.
Beberapa karakteristk penelitian fenomenologi sebagai berikut:
1. Tidak berasumsi mengetahui apa makna sesuatu bagi manusia yang akan
diteliti.
2. Memulai penelitian dengan “keheningan/diam‟ untuk menangkap makna
yang sesungguhnya dari apa yang diteliti.
3. Menenkankan aspek-aspek subjektif dari tingkah laku manusia.
4. Ahli fenomenologi memercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak
cara yang dapat digunakan unk menginterpretasikan pengalaman.
5. Semua cabang penelitian kualitatif meyakini bahwa untuk memahami
subjek adalah dengan melihatnya dari sudut pandang mereka sendiri.
Langkah-langkah dalam penelitian fenomenologi adalah sebagai berikut:
89
a. Temukan fenomena penelitian yang wajar diteliti melalui penelitian
kualitatif.
b. Analisis fenomena tersebut apakah cocok diungkap melaui fenoenologi.
c. Tentukan subjek yang diteliti dan konteks yang sesungguhnya.
d. Pengumpulan data ke lapangan.
e. Analisis data.
f. Penulisan laporan.
E. Etnometodologi
Anne Rawls menyatakan bahwa kata etnometodologi dapat diperinci menjadi
ethno dan method serta ology. “ethno” menunjuk kepada anggota kelompok
sosial atau budaya. Sedangkan “method” dapat diartikan sebagai cara atau
metode yang digunakan untuk memahami tindakan sosial dan praktik sosial
sehingga dapat dikenali. Adapun :ology” sebagai bagian dari kata sosiologi,
yang dapat dimaknai dengan “studi mengenai”. Oleh karena itu,
etnometodologi dapat diartikan sebagai studi mengenai cara-cara anggota
masyarakat memahami kegiatan sosial mereka sehari-hari.
Menurut George Psathas, ada lima tipe studi etnometodologi yang dapat
diidentifikasi, yaitu:
a. Pengorganisasian tindakan praktik maupun penalaran praktik.
b. Pengorganisasian percakapan dalam interaksi.
c. Interaksi dan percakapan dalam setting lembaga atau organisasi.
d. Studi mengenai kegiatan sosial dalam bekerja.
e. Studi tentang apa yang membuat suatu aktivitas/kera.
Beberapa keuntungan etnometodologi sebagai berikut:
a. Longitudinal
b. Mempelajari tingakh laku nonverbal sama baiknya dengan verbal.
c. Etnometodologi menyediakan suatu pemahaman bahwa konsistensi lebih
baik dicapai dengan mengikuti akal sehat.
Adapun kekurangan yang dimiliki penelitian etnometodologi yaitu:
90
a. Etnometodologi tidak baik dipilih dan digunakan kalau seseorang tertarik
untuk mempelajari beberapa produk sosial sekaligus.
b. Kurang cocok digunakan untuk mempelajari skala yang lebih laus.
Langkah-langkah dalam penelitian etnometodologi dimulai dengan
masalah yang berkenaan dengan fenomena interaksi sosial. Lalu peneliti
memverifikasi masalah tersebut dengan setting alami yang sesungghnya.
Verifikasi yang dilakukan akan membantu peneliti mengambil keputusan
apakah penelitian dilanjutkan atau tidak. Apabila dilanjutkan maka peneliti
melakukan pengumpulan data yang sesungguhnya. Berbarengan dengan
pengumpulan data, analisis data terus pula dilanjutkan.
F. Etnografi
Ethnography merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ethno dan graphic.
Ethno berarti orang atau anggota kelompok sosial budaya, sedangkan graphic
berarti tulisan atau catatan. Jadi, secara literer ethnography berarti
menulis/catatan tentang orang atau anggota kelompok sosial dan budaya.
Dalam arti luas merupakan suatu studi tentang sekelompok orang untuk
menggambarkan kegiatan dan pola sosial budaya mereka. Penelitian
etnografi mencoba memahami, mempelajari, dan menguji suatu fenomena
dalam situasi sesungguhnya, mempunyai akses ke eklompok dan sebaliknya,
kaya dengan data, tidak mahal, dan dapat digunakan sebagai dasar informasi
yang diperlukan dalam penyusunan hipotesis bagi jenis penelitian yang lain.
Langkah-langkah dalam penelitian etnografi antara lain sebagai berikut:
a. Menetapkan informan
b. Melakukan wawancara terhadap informan
c. Membuat catatan etngrafis
d. Mengajukan pertanyaan deskriptif
e. Melakukan wawancara etnografis
f. Membuat analisis deskriptif
g. Mengajukan pertanyaan struktural
h. Membuat analisis taksonomi
i. Mengajukan pertanyaan kontras
91
j. Membuat analisis konponensial
k. Menemukan tema budaya
l. Menulis etnografi
MASALAH, FOKUS, TEORI, DAN SUBJEK PENELITIAN
A. Masalah Dan Fokus Penelitian
dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kulitatif selalu diawali
dengan masalah penelitian. Masalah tersebut wajar diteliti dengan jenis atau
tipe penelitian yang digunakan.
Masalah dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif mudah berubah
dan dapat diubah, apabila kenyataan dan kondisi lapangan menghendakinya.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa ada tiga kemungkinan yang akan
terajdi berkenaan dengan masalah penelitian dalam penelitian kualitatif yaitu:
1. Masalah yang dirumuskan sebelumnya tersu dilanjutnya dalam penelitian
lapangan sebagaimana adanya.
2. Masalah yang dirumuskan direvisi sesuai dengan kebutuhan lapangan.
3. Masalah yang telah dirumuskan, dirombak total, diuabh dengan masalah
lain.
B. Teori dalam penelitian kualitatif
Peneliti kualitatif ingin mendeskripsikan atau memberikan suatu fenomena
apa adanya atau menggambarkan simbol atau atnda yang ditelitinya sesuai
dengan yang dimilikinya dalam fenomena tersebut. Interaksi di antara
individu yang diteliti hendaknya terjadi sebagaimana yang sesungguhnya
dalam konteksnya, bukan rekayasa peneliti.
Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh memengaruhi situasi dan
interaksi sosial antara peneliti dan subjek penelitian maupun antara subjek
yang diteliti sekalipun. Interaksi di antara individu yang diteliti hendaklah
terjadi sebagaiman yang sesungguhnya dalam konteksnya, bukan rekayasa
peneliti.
92
C. Sumber Informasi/Subjek Penelitian
Ada dua bentuk sumber informasi dalam penelitian kualitatif antara lain
sebagai berikut;
1. Purposive sampling
Penentuan sumber informasi secara purposive dilandasi dengan tujuan
atau pertimbangan tertentu terlebih dahulu. Oleh karean itu, pengambilan
sumber informasi didasarkan pada maksud yang telah ditetapkan
sebelumnya. Purposive dapat diartikan sebagai maksud, tujuan, atau
kegunaan.
2. Snowball sampling
Dalam konteks ini snowball sampling diartikan sebagai memilih sumber
informasi mulai dari sedikit kemudian makin lama makin besar jumlah
sumber informasinya, sampai pada akhirnya benar-benar dapat diketahui
sesuatu yang ingin diketahui dalam konteksnya.
Spradley menggunakan istilah “sosial situation” (situasi sosial) untuk
menggambarkan keberadan kelompok yang diteliti. Situasi sosial itu
mencakup tiga unsur utama, yaitu: (1) pelaku (actors), yang merupakan
pelaku atau aktor kegiatan tersebut; (2) tempat (place), yaitu tempat kejadain
dimana kegiatan tersebut dilaksanakan; dan (3) aktivitas (activities),
merupakan segala aktifitas yang dilakukan aktor di tempat tersebut dalam
konteks yang sesungguhnya.
INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
A. Wawancara
Wawncara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Ada empat faktor yang menentukan
keberhasilan dalam percakapan tatap muka maupun percakapan melaui
media. Keempat faktor sebagai berikut:
1. Pewawancara
2. Sumber informasi
93
3. Materi pertanyaan
4. Situasi wawancara
Wawancara diaktegoriakn atas tiga bentuk, yaitu:
a. Wawancara terencana-terstruktur
b. Wawancara terencana-tidak terstruktur
c. Wawancara bebas
Beberapa aturan umum yang perlu diperhatikan pewawancara sebagai
berikut:
1. Penampilan dan sikap
2. Pewawancara hendaklah terbiasa dengan model pertanyaan yang akan
disampaikan
3. Ikuti kata-kata dalam pertanyaan dengan tepat.
4. Catat jawaban pertanyaan secara tepat dan benar
5. Bila jawaban belum jelas, gunakan teknik menjaring yaitu menggali
informasi lebih dalam sehingga terdapat jawaban yang lebih spesifik,
tepat, dan makna lebih jelas
Langkah-langkah dalam penyusunan pedoman wawancara sebagai berikut:
a. Melakukan studi literatur untuk memahami dan menjernihkan masalah
secara tuntas.
b. Menentukan bentuk pertanyaan wawancara
c. Menentukan isi pertanyaan wawncara
Beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam wawancara antara lain
sebagai berikut:
a. Harus diingat bahwa wawancara itu bukanlah percakapan.
b. Memilih waktu yang tepat.
c. Menentukan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara
Beberapa keuntungan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan
data penelitian sebagai berikut:
a. Berhubung karena pewawancara langsung menemui responden, maka
responserate lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan kuesioner.
94
b. Sampel penelitian lebih sesuai dengan rencana karena semua sumber
informasi akan dapat ditemui.
c. Dapat mengumpulkan informasi pelengkap
d. Visualisasi informasi dapat disajikan
e. Dapat melengkapi dan memperbaiki kembali informasi yang kurang
atau salah
f. Dapat menangkap situasi
g. Pertanyaan-pertanyaan yang sensitif dapat ditnyakan
h. Mudah diubah
i. Lebih lengkap
j. Waktu yang dibutuhkan lebih banyak
k. Kecondongan pewawancara
l. Kurang anonim
m. Tidak ada kesempatan berkonsultasi
B. Observasi
Observasi dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
1) Participant observer yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat secar
teratur berpartisipasi dan terliabt dalam kegiatan yang diamati.
2) Non participation observer yaitu suatu bentuk observasi di mana
pengamat tidak terlibat langsung dalam kegiatan.
Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian oleh pengamat dalam melakukan
pengumpulan data yaitu:
1. Apa yang diamati
2. Apabila diamati dan bagaimana mencatanya
3. Berapa banyak kesimpulan pangamat dilibatkan
Dalam observasi ada dua pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan
deduktif dan pendekatan induktif.
95
C. Dokumen
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang
sudah berlalu. Dokumen itu dapat berupa teks tertulis, artefacts, gambar,
maupun foto.
VALIDASI, RELIABILITAS, DAN OBJEKTIVITAS DALAM
PENELITIAN KUALITATIF
A. Uji Kredibilitas (Credibility)
Penelitian yang dilakukan membawa hasil yang tepat dan benar sesuai
konteksnya dan latar budaya sesungguhnya, maka peneliti dalam penelitian
kualitatifdapt menggunakan berbagai cara, antara lain:
1. Memperpanjang waktu keikutsertaan peneliti di lapangan.
Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen penelitian.
Kesahihan dan keabsahan data sangat ditentukan oleh komitmen.
2. Meningkatkan ketekunan pengamatan.
Ketekunan peneliti dalam melakukan pengamtan atau dalam menggunakan
teknik lain dalam pengumpulan data di lapangan akan menetukan pula
keabsahan dan kesahihan data yang terkumpul.
3. Melakukan triangulasi sesuai aturan .
Tringulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data untuk
menepatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel.
4. Melakukan cek dengan anggota lain dalam kelompok.
Kredibilitas data yang telah dikumpulkan, dianilisis, dilakukan
pengkategorian, data ketapatan kesimpulan, dapat diuji kembali dengan
menggunakan anggota lain kelompok, darimana data dan informasi
original dikumpulkan.
5. Menganalisis kasus negatif.
Kredibilitas data penelitian dapat dipercaya apabila tidaak ditemukan lagi
hal-hal yang negatif dalam data, baik selama dikumpulkan maupun pada
saat analisis dan pemaknaan gasil penelitian.
96
6. Menggunakan refference yang tepat.
Eisner (Lincoln & Guba, 1985) sebagai ahli yang pertama kali pada 1975
mengusulkan penggunaan referensi yang tepat untuk meningkatkan
kredibilitas data yang telah dikumpulkan secara tertulis, menyarankan: as
a means for establishing the adequate of critiques written for evalution
purposes under the connois-seurship model.
B. Uji transferabilitas (transferability)
Dalam penelitian kualitatif memang digunakan istilah transferabilitas,
yang memiliki makna konsep yang sama dengan validasi eksternal. Hasil
penelitian kualitatif di tempat tertentu hanya munkin dapat ditransfer ke
daerah alinkalau di tempat tertentu yang baru benar-benarmemiliki
karakteristik yang sama dengan tempat/situasi sosial yang telah diteliti.
C. Uji dipendibilitas (dependability)
Dalam penelitian kualitatif, ketetapan hasil penelitian ditentukan berbagai
faktor, antara lain reliabilitas instrumen sebagai alat pengumpul data. Kalau
instrumen yang digunakan menggunakan reliabilitas yang tinggi diperkirakan
hasil juga akan baik, kalau kompetensi yang lain berfungsi sesuai dengan
perannya. Dalam penelitiana kualitatif, dependibilitas sejalan dengan konsep
reliabilitas dalam penelitian kualitatif.
D. Uji konformitas (Conformity)
Dalam uji konformitas ini sebenarnya yang dilakukan adalah melihat
keterkaitan hasil uji produk dengan hasil audit proses. Apabila hasil audit
produk merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar konformitas.
TEKNIK ANALISIS DATA
A. Analisis sebelum ke lapangan
Sebelum ke lapangan analisis data dilakukan. Hasil studi pendahuluan
maupun data sekunder baik berupa dokumentasi, buku, kaya, foto, maupun
material lainnya yang diduga berkaitan dengaan masalah yang akan diteliti
sangat menentukan, terutama sekali dalam menemukan fokus penelitian. Fakta
97
dan data yang dianalisis sebelum tururn ke lapangan tidak boleh “menggiring”
dan “mengendalikan” peneliti selama di lapangan, seperti teori yang
digunakan dalam peneliti kualitatif.
B. Analisis selama di lapangan
Seperti telah diutrakan pada analisis sebelum ke lapangan, sebenarnya
pada tahap awal dan dalam periode waktu tertentu untuk mengantisipasi
apakah fokus atau topik peneliti akan terus dilanjutkan atau akan diperbaiki
karena berbagai pertimbangan yang esensial, sangat bermakna, dan fenomena
yang mendesak untuk dicarikan solusinya.
Tiap model akan dibicarakan pada uraian lebih lanjut.
1. Model Bogdan dan Biklen
a. Paksa dan motivasi dirimu untuk membuat keutusan mempersempit
studi (force youself to make decisions that the study)
b. Paksa dan dorong dirimu untuk membuat keputusan agar memusatkan
studi pada jenis studi yang kamu kerjakan.
c. Kembangkan pertanyaan yang bersifat analitis serta terarah pada studi
yang telah ditetapkan (develop analytic queations).
d. Rencanakan sesi pengumpulan data dengan mengingat apa yang
ditemukan pada observasi pendahuluan.
e. Tulis banyak “komentar pengamat” tentang ide Anda hasilkan.
2. Model Miles dan Huberman
Lebih jauh Miles dan Huberman (1984: 21-23) mengemukakan tentang 3
kagiatan tersebut di atas sebaga berikut.
a. Reduksi data
b. Data display
c. Kesimpulan/verifikasi
3. Model Spradley
Kegiatan penelitian etnografis Spradlye mencakup sekuen penelitian
maju terhadap (developmental research sequence) sebagai berikut: (1)
menetapkan informan; (2) melakaukan wawancara terhadap informan; (3)
membuat catatan etnografis; (4) mengajukan pertanyaan deskriptif; (5)
98
melakukan analisis wawancara etnografis; (6) membuat analisis domain;
(7) mengajukan pertanyaan struktural; (8) membuat analisi taksonomi; (9)
mengajukan pertanyaan kontars; (10) membuat analisis kompenensial;
(11) menemukan tema budaya; (12) menulis etnografi.
Tema budaya dalam hal ini merupakan prinsip-prinsip kognitif yang
bersifat tersirat maupun tersurat, berulang dalam sejumlah domain dan
bereperan sebagai suatu hubungan di antara berbagai subsistem alam
makna budaya (Spradley dan McCurdy, 1975).
a. Analisis wawancara etnografis
b. Analisis domain
Makna budaya
Unsur-unsur domain budaya
Langakh-langkah analisis domain
c. Analisis taksonomi
d. Analisis komponensial
e. Analisis tema budaya
Beberapa cara yang dapat digunakan etnografer dalam menemi=ukan
tema-tema budaya berikut:
Melebur dalam kehidupan masyarakat
Membuat inventarisasi budaya
Mencari kemiripan di antara berbagai dimensi kontras
Mengidentigfikasi domain yang mengatur
Membuat diagram skematis tentang latar budaya
REFERENSI
Yusuf, N. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan. Jakarta:
Prenadamedia group
99
DAFTAR PUSTAKA
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers.
Gunawan,Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, L. J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja
Rosdakarya.
Sarwono, Jonathan. 2013. Strategi Melakukan Riset. Yogyakarta: Andi.
Yusuf, N. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan. Jakarta:
Prenadamedia group