rangkuman kesehatanmental

26
BAB I Pengertian sehat mental dan Kesehatan Mental Untuk memahami pengertian sehat mental, perlu dipahami pengertian ‘sehat’ yang terkandung dalam istilah itu. Apa yang dimaksud dengan sehat? Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Apakah orang-orang ini dapat dikatakan sehat karena tidak mengeluh dan merasa dirinya baik-baik saja? Lalu, jika ada orang mengeluh bahwa pekerjaannya sekarang belum memberi kepuasan kepada dirinya, apakah orang ini tidak sehat mental? Begitu juga jika orang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan mengeluh belum dapat mencapainya, apakah orang ini pun tidak sehat mental? Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.

Upload: agus-sutisman

Post on 29-Jun-2015

307 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANGKUMAN KesehatanMental

BAB I

Pengertian sehat mental dan Kesehatan MentalUntuk memahami pengertian sehat mental, perlu dipahami pengertian ‘sehat’

yang terkandung dalam istilah itu. Apa yang dimaksud dengan sehat? Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.

Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Apakah orang-orang ini dapat dikatakan sehat karena tidak mengeluh dan merasa dirinya baik-baik saja? Lalu, jika ada orang mengeluh bahwa pekerjaannya sekarang belum memberi kepuasan kepada dirinya, apakah orang ini tidak sehat mental? Begitu juga jika orang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan mengeluh belum dapat mencapainya, apakah orang ini pun tidak sehat mental?

Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.

Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut.

Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara

Page 2: RANGKUMAN KesehatanMental

keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.

Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental.

Pandangan yang digunakan di sini adalah pendekatan yang menegaskan manusia pada umumnya adalah makhluk sehat mental jadi istilah yang digunakan untuk menilai sehat atau tidaknya mental seseorang adalah ‘kesehatan mental’. Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.

Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri.”

Definisi dari Jahoda mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri.

Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu untuk mengolah rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian bahwa individu berperan aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu. Individu tidak seperti binatang atau tumbuhan hanya reaktif terhadap lingkungan. Dengan kata lain individu memiliki otonomi dalam menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Page 3: RANGKUMAN KesehatanMental

Penyesuaian diri yang dilakukan orang sehat mental tidak menyebabkan bergantinya kepribadian. Perubahan-perubahan dalam diri individu tidak mengubah secara drastis dirinya. Pada orang sehat mental stabilitas diri dipertahankan. Dalam menyesuaian diri dengan lingkungan, individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Di sini terlihat adanya otonomi diri dalam penyesuaian diri yang memperlihatkan stabilitas diri individu. Otonomi ini menandakan bahwa ada pusat diri pada manusia yang mengorganisasi keseluruhan dirinya. Meski penyesuaian diri perlu terus dilakukan namun kondisi dalam diri tetap stabil dan memiliki kesatuan. Keadaan diri yang stabil dan berkesatuan itu selalu dipertahankan oleh individu yang sehat.

Penyesuaian diri pada orang yang sehat selalu didasarkan pada penilaian terhadap kehidupan dan keadaan diri sendiri. Pilihan cara-cara menanggapi rangsangan, ajakan dan dorongan selalu didasarkan pada pertimbangkan kondisi kehidupan yang sedang dijalaninya yang diperbandingan dengan kondisi diri sendiri. Orang yang sehat akan melihat masalah nyata apa yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil. Di sini terlihat bahwa orang yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi berespons secara realistis dan berorientasi pada masalah.

Dengan batasan-batasan kesehatan mental seperti yang diuraikan tadi, kita dapat pula mengenali tanda-tanda gangguan kesehatan mental. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan menunjukkan adanya masalah kesehatan mental. Dalam penelitian-penelitian psikologi klinis ditemukan bahwa gangguan stres berat, depresi, frustasi yang menyebabkan agresi, histeria, bahkan psikopati dan psikosis kebanyakan disebabkan oleh ketidakmampuan penderitanya dalam menghadapi kenyataan yang terjadi padanya. Begitu pula dengan individu-individu yang hanya bertindak reaktif terhadap rangsangan, dorongan dan ajakan. Mereka tidak mampu mengontrol dan menguasai diri sendiri sehingga tidak mampu menampilkan perilaku yang tepat dalam setiap kondisi yang dihadapinya. Individu yang tidak mampu mempertahankan stabilitas diri juga mengindikasikan adanya gangguan mental dalam hal otonomi dan kesatuan diri. Disintegrasi diri merupakan ciri utama pada gangguan-gangguan psikosis. Ketiadaan atau kekurangan kemampuan menilai lingkungan dan diri sendiri secara realistis sehingga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat juga menjadi indikasi dari adanya gangguan atau hambatan dalam perkembangan mental. Gangguan yang berkaitan dengan kemampuan menilai lingkungan dan diri secara realistis ini dapat mengarahkan orang pada gangguan neurosis dan psikosis.

Peningkatan Kemampuan Penyesuaian DiriKita sudah memahami bahwa penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan

derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan stabilitas diri mengindikasikan adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menyesuaikan

Page 4: RANGKUMAN KesehatanMental

diri secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peningkatan derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri.

Kemampuan penyesuaian diri idealnya dilatih dan dibina sejak kecil. Namun peningkatan kemampuan ini bukan tidak dapat dilakukan ketika seseorang sudah dewasa. Dari waktu ke waktu idealnya manusia perlu terus mengembangkan kemapuan penyesuaian dirinya yang aktif, realistik dan dinamis sambil tetap menjaga stabilitas diri. Dalam banyak literatur psikologi kesehatan, pengembangan diri dan kemampuan penyesuaian diri merupakan salah satu indikasi dari kepribadian yang sehat. Kita dapat melihat di antaranya dalam uraian-uraian Gordon W. Allport, Carl Rogers, Abraham Maslow dan Viktor Frankl. Pemikiran mereka menegaskan bahwa pribadi yang sehat selalu ditandai dengan keinginan untuk tumbuh dan berkembang, berorientasi ke masa depan sambil tetap realistis dan mampu melakukan inovasi bagi diri serta lingkungannya. Artinya perbaikan kemampuan penyesuaian diri tidak hanya perlu dilakukan pada mereka yang mengalami gangguan mental tetapi juga pada siapa saja.

Psikologi kesehatan atau sering juga disebut psikologi pertumbuhan menitikberatkan kajian-kajiannya pada upaya menemukan cara-cara mengembangkan kepribadian yang ditandai dengan aktualisasi potensi-potensi manusia untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Cabang psikologi yang tergolong baru ini bertujuan untuk membuka dan melepaskan potensi manusia yang sangat hebat agar dapat diaktualisasi, juga untuk memupuk, memenuhi dan mewujudkan bakan-bakat manusia secara lebih optimal. Psikologi kesehatan juga berusaha membantu manusia untuk menemukan arti yang lebih dalam dari diri dan kehidupan manusia. Kajian-kajian dalam psikologi kesehatan tidak difokuskan kepada orang-orang yang mengalami gangguan mental dan bagaimana menyembuhkan mereka. Kajian-kajian itu lebih berfokus pada individu-individu normal dan bagimana mereka dapat mencapai kondisi kepribadian yang sehat dalam pengertian mampu mengaktualisasi potensi-potensi manusiawinya.

Psikologi kesehatan menekankan bahwa orang yang sehat secara psikologis adalah orang yang mengontrol dirinya secara sadar. Orang-orang yang sehat secara sadar mengatur tingkah-laku mereka dan bertanggung jawab terhadap diri dan nasibnya. Orang yang sehat secara psikologi juga mengetahui siapa dan apa diri mereka. Ia menyadari kekuatan dan kelemahannya, kebaikan dan keburukannya serta umumnya sabar dan bersikap menerima terhadap hal-hal tertentu. Mereka selalu menampilkan diri mereka apa adanya dan tidak berkeinginan untuk menjadi apa yang bukan diri mereka meski tetap dapat menjalankan peran sosial untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Meski tetap dapat menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungannya mereka memiliki stabilitas diri yang tinggi dan tidak mengacau-balaukan peranan sosial dengan diri mereka yang sebenarnya.

Pandangan psikologi kesehatan tentang pribadi yang sehat secara psikologis sejalan dengan pandangan Jahoda tentang kesehatan mental. Kemampuan penyesuaian

Page 5: RANGKUMAN KesehatanMental

diri secara aktif disertai penilaian yang realistik, stabilitas diri serta kesadaran akan diri dan kondisi yang melingkupinya merupakan faktor-faktor dari kesehatan mental. Kembali kepada bagaimana meningkatkan kemampuan penyesuaian diri dalam pengertian kesehatan mental, kita dapat menggunakan temuan-temuan psikologi kesehatan untuk membantu menjelaskan bagaimana kemampuan penyesuaian diri dapat ditingkatkan.

Kontrol diri secara sadar merupakan syarat pertama dari kemampuan penyesuaian diri secara aktif. Kemampuan mengontrol diri secara sadar memungkinkan orang untuk dapat secara aktif menentukan tindakan apa yang perlu dilakukannya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tanpa kesadaran ini tidak mungkin orang dapat menyesuaikan diri secar aktif. Orang hanya dapat bereaksi secara pasif jika tidak memiliki kontrol diri yang sadar.

Pemahaman tentang diri sendiri secara memadai menjadi syarat dari kemampuan menyesuaikan diri secara aktif. Dengan memahami diri sendiri, seseorang dapat melihat sejauh mana kesenjangan antara diri dan lingkungannya sehingga dapat menentukan perilaku apa yang perlu ditampilkan. Selain itu, pemahaman tentang apa yang mereka mau dan tujuan yang hendak dicapai juga menjadi faktor penting dari penyesuaian diri secara aktif. Tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan menjadi lebih jelas jika tujuan dari tindakan-tindakan itu diketahui.

Dengan pemahaman tentang diri dan kondisi yang melingkupinya menjadikan seseorang tahu apa dan siapa dirinya. Orang yang sehat mental menerima diri mereka dalam pengertian mereka berani menampilkan diri apa adanya. Hal ini bukan berarti mereka sudah merasa puas dan berhenti melakukan perbaikan. Mereka menerima dirinya termasuk apa yang tidak baik dan mau serta berusaha untuk melakukan perbaikan. Orang yang sehat mental bersikap realistis dalam arti tahu batasan-batasan dirinya termasuk jika ada yang dapat diperbaiki dari diri mereka. Mental yang sehat selalu menggerakan orang untuk melakukan perbaikan diri secara terus-menerus sambil tetap berlapang dada terhadap kondisi dirinya.

Dengan pertimbangan ciri-ciri orang yang sehat mental dan kaitannya dengan kemampuan penyesuaian diri secara aktif maka dapat dirumuskan cara-cara umum untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri yang menjadi ciri orang sehat mental. Peningkatan kemampuan penyesuaian diri harus dimulai dari kesadaran akan kemampuan mengontrol diri secara sadar. Perlu ditegaskan sekali lagi, manusia memiliki kemampuan kontrol ini. Peningkatan kesadaran akan kemampuan kontrol diri dpaat dimulai dengan menekankan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya dan mampu menentukan pilihan-pilihan sendiri. Dengan kata lain, perbaikan terhadap diri sendiri mampu dilakukan oleh seiap orang.

Cara berikutnya untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik adalah dengan belajar mengenali diri sendiri dan kondisi-kondisi yang melingkupinya. Pemahaman tentang diri beserta kondisi-kondisinya memberikan pemahaman tentang hal-hal apa yang perlu diperbaiki dari diri sendiri dan lingkungan. Orang tidak mungkin dapat melakukan perbaikan jika ia tidak tahu apa yang perlu diperbaiki. Penyesuaian diri

Page 6: RANGKUMAN KesehatanMental

secara aktif mengandung pengertian melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang kuran baik. Dengan memahami apa yang perlu dperbaiki atau disesuaikan, seseorang dapat melakukan perbaikan.

Tidak selalu sebuah upaya perbaikan membuahkan hasil yang diharapkan. Orang yang sehat mental memahami hal ini. Ia tidak mudah frustasi dalam mengupayakan perbaikan. Sebaliknya ia akan sabar tanpa berhenti berusaha. Peningkatan kemampuan penyesuaian diri juga harus didasari oleh pemahaman ini. Melatih kesabaran dan sikap realistis dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian diri.

Pada prakteknya upaya-upaya peningkatan kemampuan penyesuaian diri itu tidak selalu mudah dilakukan. Perlu dirancang teknik-teknik khusus yang efektif untuk membantu peningkatan penyesuaian diri yang mengarah pada peningkatan kesehatan mental. Apa yang diungkapkan dalam tulisan ini hanyalah gambaran umum tentang kesehatan mental dan pengembangannya menurut orientasi penyesuaian diri. Gambaran yang lebih rinci memerlukan uraian yang lebih panjang dan memerlukan sangat banyak literalur tentang kesehatan mental. Tulisan ini hanya sebuah pengantar untuk masuk ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang kesehatan mental berdasarkan orientasi penyesuaian diri.***

Page 7: RANGKUMAN KesehatanMental

BAB II

SEJARAH SINGKAT

A. ERA PRA ILMIAH1. Kepercayaan animismeSejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut.2. Kemunculan naturalismePerubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-367), dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam hal pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan “Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, “Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantu yang melukai badan anda.

B. ERA MODERNPerubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap yang rasional (ilmiah) terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai “lunatics” (orang gila atau sakit ingatan).Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup (kurang sekali alat pentilasinya), dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah melalui penulisan artikel-artikel dalam kora, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya setelah usaha itu dilakukan (selama 13 tahun), yaitu pada tahun 1796 di rumah sakit dibangunlah ruangan khusus bagi para pasien penderita gangguan mental. Ruangan untuk pasien wanita dan pria dipisahkan. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan membarikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya Mental Hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan-gerakannya yang terorganisir.Pada tahun 1909, gerakan mental hygiene secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi mental hygiene telah didirikan, seperti: American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.Pada tahun 1950 organisasi mental hygiene terus bertambah yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health yang bekerjasama dengan tiga organisasi

Page 8: RANGKUMAN KesehatanMental

swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation.Gerakan mental hygiene ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Menta Health dan The World Health Organization.

PRINSIP-PRINSIP DAN FUNGSI MENTAL HYGIENE

A. PENGERTIAN MENTAL HYGIENEZakiyah daradjat (1975) mengemukakan, bahwa kesehatan mental merupakan “Terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.” Kesehatan mental dapat juga diartikan sebagai “Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal pada seseorang dan perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain.”

B. KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT1. Terhindar dari gangguan jiwa2. Dapat menyesuaikan diri3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

C. RUANG LINGKUP MENTAL HYGIENE1. Mental Hygiene dalam KeluargaPenerapan mental hygiene di lingkungan keluarga amatlalh penting. Apabila hubungan interpersonal antar orangtua-anak kurang harmonis, terjadinya perceraian, atau iklim psikologis di rumah pada umumnya tidak nyaman, seperti: sikap permusuhan, iri hati (cemburu), bertengkar, atau kurang memperhatikan nilai-nilai moral, maka individu (khusunya anak) akan mengalami kegagalan dalam mencapai perkembangan mentalnya secara sehat.2. Mental Hygiene di SekolahTidak kalah pentingnya menerapkan mental hygiene di lingkungan sekolah. Gagasan ini didasarkan pada asumsi, bahwa “perkembangan kesehatan mental peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio-emosional di sekolah.” Apabila iklim kurang kondusif, seperti: hubungan antar pimpinan sekolah dengan guru-guru yang mengalami stres, penerapan nilai-nilai moral rendah; dan adanya diskriminasi atau ketidakadilan, maka perkembangan kesehatan mental paserta didik akan mengalami hambatan.3. Mental Hygiene di Tempat KerjaLingkungan kerja memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia (pejabat, pimpinan, pegawai atau karyawan). Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan bisnis/ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan hidup dan harga diri, tetapi juga dapat menjadi sumber stres yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang berada dan berinteraksi di tempat itu.4. Mental Hygiene dalam Kehidupan Politik

Page 9: RANGKUMAN KesehatanMental

Dalam dunia politik penerapan mental hygiene ini sangatlah penting. Tidak sedikit orang yang bergelut dalam bidang politik (politisi, baik eksekutif maupun legislatif) yang mengidap gangguan mental, seperti: pemalsuan ijazah, money politic, korupsi, berkhianat kepada rakyat (ingkar janji), dan stres yang memunculkan perilaku agresif (menyerang lawan politik, baik secara verbal maupun nonverbal, atau karena gagal menjadi calon legislatif, dia merusak atribut partai).5. Mental Hygiene di Bidang HukumSeorang hakim perlu memiliki pengetahuan tentang mental hygiene, agar dapat mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa atau para saksi apda saat proses pengadilan berlangsung. Pemahaman hakim tentang kesehatan mental terdakwa sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan hakim.6. Mental Hygiene dalam Kehidupan BeragamaSebenarnya pendekatan agama dalam penyembuhan gangguan psikologis merupakan bentuk yang paling tu. Telah beberapa abad lamanya, para nabi atau para penyebar agama melakukan therapeutik terutama dalam menyembuhkan penyakit-penyakit rohaniah umatnya.

D. PRINSIP-PRINSIP MENTAL HYGIENEPrinsip-prinsip mental hygiene didasarkan pada beberapa kategori yaitu: (1) hakikat manusia sebagai organisme, (2) hubungan manusia dengan lingkungan, dan (3) hubungan manusia dengan Tuhan.

E. FUNGSI MENTAL HYGIENEMenurut Schneiders (1964: 510-511) mental hygiene mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai berikut.1. Preventif (pencegahan)Fungsi ini menerapkan prinsip-prinsip yang menjamin mental yang sehat, seperti halnya physical hygiene memelihara fisik yang sehat. Istirahat yang memadai merupakan cara untuk memelihara fisik yang sehat, sementara pemuasan kebutuhan psikologis (seperti memperoleh kasih sayang dan rasa aman) merupakan prinsip yang mendasar dalam memelihara mental yang sehat.2. Amelioratif (perbaikan)Amelioratif merupakan upaya memperbaiki kepribadian dan meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, sehingga gejala-gejala tingkah laku dan mekanisme pertahanan diri dapat dikendalikan.3. Suportif (pengembangan)Fungsi ini merupakan upaya untuk mengembangkan mental yang sehat atau kepribadian, sehingga seseorang mampu menghndari kesulitan-kesulitan psikologis yang mungkin dialaminya.

PENYESUAIAN DIRI DAN KESEHATAN MENTAL

A. KETERKAITAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN KESEHATAN MENTALPenyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik

Page 10: RANGKUMAN KesehatanMental

dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimanan seseorang hidup.Keterkaitan kesehatan mental dengan penyesuaian diri adalah bahwa (1) kesehatan mental merupakan kunci dari penyesuaian diri yang sehat, (2) kesehatan mental merupakan bagian integral dari proses adjusment secara keseluruhan, dan (3) kualitas mental yang sehat merupakan fundamen yang penting bagi “good adjusment”.

B. PENYESUAIAN YANG NORMALSeseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian yang normal, yang baik (well adjusment) apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama.Penyesuaian diri yang normal ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Schneiders, 1964: 274-276).1. Absence of excessive emotionally2. Absence of psychological mechanisme3. Absence of the sense of personal frustation4. Rational deliberation and self-direction5. Ability to learn6. Utilization of past experience7. Realistic, objective, attitude

C. PENYESUAIAN YANG MENYIMPANGPenyesuaian yang menyimpang ini ditandai dengan respon-respon berikut.1. Reaksi BertahanIndividu dikepung oleh tuntutan-tuntutan dari dalam diri sendiri (needs) dan dari luar (pressure dari lingkungan) yang kadang-kadang mengancam rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman egonya itu, individu mereaksi dengan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).2. Reaksi Menyerang (Agresive Reaction) dan DelinquencyAgresi adalah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan dan frustasi melalui media tingkah laku yang merusak, merusak, berkuasa atau mendominasi.Berbeda dengan mekanisme penyesuaian diri yang lainnya reaksi agresi tidak berkontribusi atau tidak memberikan nilai manfaat bagi kesejahteraan rohaniah individu atau penyelesaian masalah yang dihadapinya.3. Reaksi Melarikan Diri dari KenyataanReaksi escape dan withdrawal merupakan partahanan diri terhadap tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan. Escape merefleksikan perasaan kejenuhan, atau putus asa; sementara withdrawal mengindikasikan kecemasan, atau ketakutan.4. Penyesuaian dengan Patologis (Flight inti Illness)Penyesuaian yang patologis berarti individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit. Yang termasuk penyesuaian patologis ini adalah “neurosis” dan “psikosis”.a. NeurosisNeurosis adalah gangguan kepribadian yang relatif ringan, sebagai akibat dari ketegangan yang kronis, konflik, frustasi dan ketidakmampuan pribadi yang terekspresikan dalam gejala-gejala perilaku sindromiab. Psikosis

Page 11: RANGKUMAN KesehatanMental

Psikosis adalah bentuk kekacauan kepribadian yang serius dimana penderitanya kehilangan kontak dengan dunia nyata, yang direfleksikan ke dalam ganggugan persepsi, berpikir, emosi, dan orientasi pribadi.5. Tingkah Laku Anti SosialTingkah laku anti sosial merupakan tingkah laku yang bertentangan dengan norma masyarakat dan norma agama.6. Kecanduan dan Ketergantungan Alkohol, dan Obat TerlarangKecanduan alkohol (minuman keras) dan penyalahgunaan Narkoba/Naza merupakan perilaku menyimpang. Dampaknya sangat buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis. Sementara penyembuhannya sangat susah, lama, dan mahal. Oleh karena itu, yang perlu menjadi perhatian utama adalah upaya preventif atau pencegahan.7. Penyimpangan Seksual dan AIDSPenyimpangan seksual merupakan salah satu problem kepribadian atau kesehatan mental. Penyimpangan ini dapat dikategorikan sebagai psychopatic personality. Dengan alasan ini istilah sexual psychopath telah digunakan secara luas dalam bidang medis, psikologi, dan kriminologi.AIDS (Acquired Immune Defeciancy Syndrome), yaitu penyakit disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

A. GAYA HIDUP MODERNModernisasi di samping berdampak positif bagi kehidupan, seperti diperolehnya kemudahan-kemudahan dalam berbagai bidang, namun ternyata telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial. Manusia modern telah dipeprdaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena kirang mampu mengontrol dampak negatifnya, yaitu rusaknya lingkungan yang memporak-porandakan kenyamanan hidupnya.

B. KESEHATAN MENTAL PADA ANAK DAN REMAJA1. Masalah Kesehatan MentalSeperti halnya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun dapat mengalami masalah-masalah kesehatan mental yang mempengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Masalah-masalah kesehatan mental dapat menyebabkan kegagalan studi, konflik keluarga, penggunaan obat terlarang, kriminalitas, dan bunuh diri. Di samping itu, masalah kesehatan mental pun dapat membatasi kemampuannya untuk menjadi orang yang produktif. Masalah kesehatan mental yang sering dialami oleh anak-anak dan remaja, diantaranya depresi, rasa cemas, hiperaktif, dan gangguan makan.2. Gangguan Mental pada Anak dan Remajaa. Gangguan Perasaan Perasaan sedih dan tak berdaya Sering marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap sesuatu Perasaan tak berharga Perasaan takut, cemas atau khawatir yang berlebihan

Page 12: RANGKUMAN KesehatanMental

Kurang bisa konsentrasi Merasa bahwa kehidupan ini sangat berat Perasaan pesimis menghadapi masa depanb. Gangguan Perilaku Mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang Suka mengganggu hak-hak orang lain atau melanggar hukum Melakukan sesuatu perbuatan yang dapat mengancam kehidupannya Memiliki obsesi untuk memiliki tubuh yang langsing Menghindar dari persahabatan atau senang hidup menyendiri Sering melamun Sering melakukan kenakalan di sekolah.3. Penyebab Gangguan Mental pada Anak dan Remajaa. Faktor biologis, seperti: genetika, ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh, menderita penyakit kronis, dan kerusakan sistem syaraf pusat.b. Faktor psikologis, seperti: frustasi, konflik, terlalu pesimis menghadapi masa depan, kurang mendapat pengakuan dari kelompok, dan tidak mendapat kasih sayang dari orangtua.c. Faktor lingkungan, seperti: merebaknya tayangan film di televisi yang bertema kejahatan dan pornoaksi, merebaknya perdagangan minuman keras dan naza, penjualan alat-alat kontrasepsi yang tidak terkontrol, penjualan VCD atau majalah porno, dll.

BAB 5MANAJEMEN STRES

A. TEORI STRESStres merupakan kondisi psikofisik yang ada dalam diri setiap orang. Artinya stres dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi.

B. STRES DALAM PERIODE KEHIDUPAN1. Stres pada BayiStres umumnya dialami bayi sebagai pengaruh lingkungan tidak ramah, dan adanya keharusan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan atau peraturan orangtua.2. Stres pada Anak-anakStres pada anak-anak biasanya bersumber dari keluarga, sekolah, atau teman mainnya. Stres yang bersumber dari keluarga seperti: kurang kasih sayang dari orangtua, dan perubahan status keluarga.3. Stres pada RemajaAda kepercayaan populer, bahwa masa remaja merupakan masa stres salam perjalanan hidup seseorang. Yang menjadi sumber stres utama pada masa ini adalah konflik atau pertentangan antara dominasi, peraturan atau tuntutan orangtua dengan kebutuhan remaja untuk bebas, atau independence dari peraturan tersebut.4. Stres pada Orang DewasaStres yang dialami orang dewasa umumnya bersumber dari faktor-faktor: kegagalan perkawinan, ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga, masalah nafkah hidup atau kehilangan pekerjaan, ketidakpuasaan dalam hubungan seks, penyimpangan seksual

Page 13: RANGKUMAN KesehatanMental

suami atau istri, perselingkuhan suami atau istri, keadaan hamil, menopause, gangguan kesehatan fisik, dan anak nakal.

C. GEJALA STRES1. Gejala Fisik, diantaranya: sakit kepala, sakit lambung, hypertensi, sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia, mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang selera makan, dan sering buang air kecil.2. Gejala Psikis, diantaranya: gelisah atau cemas, tidak dapat konsentrasi belajar atau bekerja, sikap apatis, sikap pesimis, hilang rasa humor, malas belajar atau bekerja, sering melamun, dan sering marah-marah atau bersikap agresif.

D. PENYEBAB STRESFaktor pemicu stres itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut.1. Fisik-biologik, seperti: penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, merasa penampilan kurang menarik, misalnya wajah yang tidak cantik/ganteng, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal.2. Psikologik, seperti: negative thinking, frustasi, hasud, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginanyang di luar kemampuan.3. Sosiala. Kehidupan keluarga, seperti: hubungan anggota keluarga yang tidak harmonis, perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri meninggal, anak nakal, sikap dan perlakuan keras orangtua, anggota keluarga mengidap gangguan jiwa, dan tingkat ekonomi keluarga yang rendah.b. Faktor pekerjaan, seperti: kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK, perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan, dan penghasilan tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan sehari-hari,c. Iklim lingkungan, seperti: maraknya kriminalitas, tawuran antar kelompok, harga kebutuhan pokok yang mahal, kurang tersedia fasilitas air bersih, kemarau panjang, udara yang sangat panas/dingin, suara bising, polusi udara, lingkungan yang kotor atau kondisi perumahan yang buruk, kemacetan lalu lintas, bertempat tinggal di daerah banjir atau rentan longsor, dan kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil.

E. MENGELOLA STRESMengelola stres (dalam psikologi) disebut dengan istilah coping. Menurut R.S Lazarus dan Folkman (Taylor, 2003: 219), coping adalah proses mengelola tuntutan yang diduga sebagai beban karena di luar kemampuan individu. Coping terdiri atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis tuntutan internal dan eksternal.Faktor-faktor yang mempengaruhi coping adalah:1. Dukungan sosialDukungan sosial dapat diartikan sebagai “bantuan dari orang lain yang memiliki kedekatan (saudara atau teman) terhadap seseorang yang mengalami stres.House (1981) mengemukakan dukungan sosial memiliki empat fungsi, yaitu:a. Emotional Support, meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian.b. Appraisal Support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi, termasuk usaha-usaha untuk mengklarifikasi dna

Page 14: RANGKUMAN KesehatanMental

memberikan umpan balik tetang hikmah di balik masalah tersebut.c. Informational Support, meliputi nasihat dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah.d. Instrumental Support, meliputi bantuan material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang, dan menyertai kunjungan ke biro layanan sosial.2. KepribadianKepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap “coping” atau usaha dalam mengatasi stres yang dihadapinya. Berikut penjelasannya.a. Hardiness (Ketabahan, Daya tahan)Hardiness adalah “tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus control, dan kesadaran akan tantangan (challenge)”.b. OptimismOptimisme merupakan “kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik (sesuai harapan)”c. HumorisOrang yang senang humor (humoris) cenderung lebih toleran dalam menghadapi situasi stres daripada orang yang tidak senang humor. Dalam studinya tentang beberapa cara “coping”, McCrae (1984) menemukan 40% sikap humor itu dapat mengurangi stres.

BAB 6PENGARUH AGAMA TERHADAP KESEHATAN MENTALManusia, menurut fitrahnya adalah makhluk beragama (homo religius), yaitu makhluk yang memiliki rasa dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Fitrah inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain dan juga mengangkat harkat kemuliaannya di sisi Tuhan.Sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai mental yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut.1. Memelihara FitrahManusia dilahirkan dalam keadaan suci, bersih dari dosa dan noda. Namun karena manusia mempunyai hawa nafsu, dan juga ada pihak luar yang senantiasa berusaha menggoda atau menyesatkan manusia dari kebenaran, yaitu setan, maka manusia sering terjerumus melakukan perbuatan dosa. Agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya dan terhindar dari godaan setan, maka manusia harus beragama, atau bertakwa kepada Allah, yaitu beriman dan beramal shaleh, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Apabila manusia telah bertakwa kepada Allah, berarti dia telah memelihara fitrahnya, dan ini berarti bahwa ia termasuk orang yang akan memperoleh rahmat Allah.2. Memelihara JiwaAgama sangat menghargai harkat dan martabat, atau kemuliaan manusia. Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama melarang manusia melakukan penganiayaan, penyiksaan atau pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.3. Memelihara AkalAllah memberikan karunia kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akalnya inilah, manusia memiliki (a) kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, atau memahami dan menerima nilai-nilai agama, dan (b) mengembangkan ilmu dan teknologi, atau mengembangkan kebudayaan.

Page 15: RANGKUMAN KesehatanMental

Melalui kemampuannya inilah manusia dapat berkembang menjadi makhluk yang berbudaya (beradab).Begitu pentingnya peran akal ini, maka agama memberi petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan dan memeliharanya, yaitu hendaknya manusia (a) mensyukuri nikmat akal itu, dengan cara memanfaatkannya seoptimal mungkin untuk berpikir, belajar, atau mencari ilmu; dan (b) menjauhkan diri dair perbuatan yang merusak akal, seperti: meminum-minuman keras, menggunakan obat terlarang, menggunakan narkoba, dan hal-hal lain yang merusak keberfungsian akal yang sehat.4. Memelihara KeturunanAgama mengajarkan kepada manusia tentang memelihara keturunan atau sistem regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara keturunan itu adalah pernikahan.pernikahan merupakan upacara agama yang sakral, yang wajib ditempuh oleh pasangan pria dan wanita sebelum melakukan hubungan biologis sebagai suami-istri. Pernikahan ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

M. Surya (1977) mengemukakan bahwa agama memegang peranan penting yaitu sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri. Hal ini diakui oleh ahli klinis, psikiatris, pendeta dan konselor bahwa agama adalah faktor penting dalam memelihara dan memperbaiki kesehatan mental. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya, dan memberikan suasana damai dan tenang.

BAB 7PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

A. PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DALAM KELUARGATak seorang pun meragukan besarnya pengaruh keluarga (orangtua) terhadap perkembangan kepribadian anak. Orangtua dengan sungguh-sungguh penuh kasih sayang memberi pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai agama maupun sosial budaya yang merupakan faktor penting untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.Dapat dikemukakan bahwa secara sosiopsikologis, fungsi keluarga adalah:1. Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.2. Sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis.3. Sumber kasih sayang dan penerimaan.4. Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik.5. Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat.6. Pembantu anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan.7. Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan, motorik, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri.8. Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat.9. Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi.10. Sumber persahabatan anak, sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar

Page 16: RANGKUMAN KesehatanMental

rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.Pengaruh keluarga terhadap perkembangan kepribadian atau kesehatan mental anak (remaja), yaitu menyangkut keberfungsian dan perlakuan keluarga.1. Keberfungsian keluargaSeiring dengan perjalanan hidupnya, yang diwarnai oleh faktor internal dan faktor eksternal, maka masing-masing keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya namun ada juga keluarga yang mengalami ketidakharmonisan.2. Hubungan orangtua-anakWeiten dan Lioyd (1994: 361) mengemukakan lima prinsip effective parenting, yaitu sebagai berikut.a. Menyusun standar yang tinggi, namun dapat dipahami. Dalam hal ini anak diaharapkan untuk berperilaku dengan cara yang sesuai dengan usianya.b. Menaruh perhatian terhadap perilaku anak yang baik dan memberikan reward. Perlakuan ini perlu dilakukan sebagai pengganti dari kebiasaan orangtua pada umumnya, yaitu bahwa mereka suka menaruh perhatian kepada anak pada saat anak berperilaku menyimpang, namun membiarkannya ketika melakukan yang baik.c. Menjelaskan alasannya, ketika meminta anak untuk mengerjakan sesuatu.d. Mendorong anak untuk menelaah dampak perilakunya terhadap orang lain.e. Menegakkan aturan secara konsisten.

B. PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DI SEKOLAHSekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan pelatihan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

C. PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DI MASYARAKATPengembangan kesehatan mental di masyarakat amatlah penting, karena perkembangan kesehatan mental seseoarang dipengaruhi oleh suasana kehidupan masyarakat dimana ia tinggal.

BAB 8KONSELING UNTUK KESEHATAN MENTALKonseling dalam konteks ini adalah membantu individu agar mampu mengambangkan potensinya menjadi insan yang dapat memaknai hidupnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Konseling dapat dimaksudkan sebagai pendekatan yang bersifat pengembangan, pencegahan, maupun penyembuhan.Untuk memfasilitasi berkembangnya potensi individu secara optimal, maka konseling yang diberikan meliputi:1. Konseling ekologis, yaitu mengembangkan potensi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan harmonis, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.2. Konseling pribadi, sosial, belajar, yaitu mengembangkan potensi intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual.3. Konseling kesehatan, yaitu mengembangkan pemahaman dan kemampuan untuk

Page 17: RANGKUMAN KesehatanMental

memelihara kesehatan dan lingkungannya.4. Konseling keluarga, yaitu bantuan yang melibatkan para anggota keluarga, dalam upaya memecahkan masalah yang mungkin atau sedang dialaminya.5. Konseling karier atau vokasional, yaitu mengembangkan pemahaman tentang karakteristik pribadi, dunia kerja, dan pengembangan sikap positif terhadap dunia kerja tersebut dengan berbagai permasalahannya, serta pemberian pelatihan keterampilan kerja, baik di lingkungan sekolah maupun industri ataupun perusahaan.6. Konseling pernikahan, yaitu pemberian bantuan kepada individu yang akan memasuki jenjang pernikahan.7. Konseling gangguan traumatik, yaitu bantuan kepada individu yang mengalami post traumatic stress disorder (PTSD) atau yang mengalami stres akibat suatu peristiwa yang dialaminya, yang sangat menggangu ketenangan, kenyamanan, seperti orang-orang yang mengalami trauma dari pertistiwa pemerkosaan, peperangan, bencana alam, kebakaran, perampokan, dan penyiksaan.8. Konseling atau konsultasi psikiatrik, yaitu bantuan yang diberikan oleh psikiater kepada individu, baik anak, remaja, atau orang dewasa yang mengalami masalah berat seperti depresi akut.9. Konseling religius, yaitu memberi pemahaman dan motivasi dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama melalui peneladanan, pembiasan atau pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yang berlangsung sejak usia dini sampai dewasa.

KONSELING ISLAMITerkait dengan konseling religius, dalam hal ini konseling islami, diartikan sebagai “pemberian bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran dan komitmen beragamanya. Sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan hidup bersama, baik secara fisik-jasmaniah maupun psikis-ruhaniah, baik kebahagiaan di dunia ini maupun di akhirat kelak.”Tujuan konseling religius adalah membantu individu agar memiliki sikap, kesadaran, pemahaman, atau perilaku sebagai berikut.1. Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya sebagai hamba Allah.2. Memiliki kesadaran bahwa hidupnya di dunia sebagai khalifah Allah.3. Memahami dan menerima kondisi dirinya secara sehat.4. Memiliki kebiasaan yang sehat dalam cara makan, tidur, dan menggunakan waktu luang.5. Menciptakan kehidupan keluarga yang fungsional.6. Mengamalkan ajaran agama, baik yang bersifat habluminallah maupun hablumminannas.7. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar.8. Memahami masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah atau sabar.9. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya stres.10. Mampu mengubah persepsi.11. Mampu mengambil hikmah.12. Mampu mengontrol emosi dan berusaha meredamnya dengan introspeksi diri.