rancangan - dpr.go.id filelaporan kunjungan spesifik/2 keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan...

12
RANCANGAN LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI III DPR-RI PROVINSI JAWA BARAT 30 MARET 2015 A. Latar Belakang Berbagai kejahatan kini telah menjadi semakin kompleks, terorganisir, dan terstruktur yang berdampak luas dan sistemik sehingga memerlukan penanganan yang tidak biasa. Tipe kejahatan yang terkategori sebagai tindak pidana luar biasa (extraordinary crime) juga membutuhkan strategi luar biasa dalam menghadapinya. Indonesia telah membentuk dan mengadopsi berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan dan upaya implementasi strategi pemberantasannya terutama terhadap tiga kejahatan utama, yakni Kejahatan Korupsi, Narkotika, dan Terorisme. Tiga tipe kejahatan ini dianggap paling merugikan bangsa dan negara Indonesia baik dari sisi ekonomi, sosial, dan berbagai bidang. Khusus berkaitan dengan kejahatan Narkotika, baik Pemerintah maupun DPR RI berkomitmen tinggi terhadap pemberantasan dan penegakan hukumnya. Melihat pada faktor akibat yang muncul dari penyalahgunaan Narkotika ini, baik fisik dan mental suatu generasi akan terganggu, maka segala upaya untuk membentengi masyarakat terhadap peredaran gelap narkotika menjadi prioritas bersama. Narkotika sudah dikenal oleh manusia sejak abad prasejarah. Kata narkotika pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani "Nar-koun" yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa 1 . Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria ditemukan sari bunga Opoion atau kemudian lebih dikenal dengan nama opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyalahgunaan narkotika mendorong adanya peredaran gelap, sedangkan peredaran gelap narkotika menyebabkan meningkatnya penyalahgunaan yang semakin meluas dan berdimensi internasional. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemberantasan, pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Salah satu upaya tersebut adalah menggagalkan jaringan-jaringan peredaran Narkotika yang berasal dari Luar Negeri untuk distribusi seluruh wilayah Indonesia. Pada Bulan Februari 2015 ini, Tim BNN (Badan Narkotika Nasional) Provinsi Jabar berhasil menangkap seorang buronan jaringan pengedar narkotika internasional berinisial M. Ia ditangkap di Kuala Lumpur, Malaysia dan dibawa ke Bandung, pada hari selasa tanggal 24 Februari. Modus operadi jaringan internasional Narkoba ini dengan menggunakan seorang TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang akan pulang ke Indonesia untuk membawa koper yang di pegangannya telah dimasuki sabu-sabu. Tersangka M yang merupakan DPO sindikat narkotika internasional ini terkait dengan kasus yang sebelumnya telah diungkap BNNP Jabar dan Bea Cukai pada 14 Januari lalu, yaitu telah digagalkannya upaya penyelundupan narkotika jenis sabu-sabu seberat 768,8 gram senilai Rp 1,3 miliar dari Kuala Lumpur Malaysia yang saat itu dibawa oleh 3 TKI ilegal 2 . Keberhasilan BNN Provinsi Jabar ini tidak lepas dengan upaya koordinasi dengan jajaran penegak hukum terkait, khususnya dengan Kepolisian Daerah Jawa Barat. Koordinasi antara penegak hukum menjadi suatu keharusan untuk tercapainya tujuan bersama, yaitu memberantas peredaran dan penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika. Ironisnya, peredaran Narkoba tersebut dikenalikan dari dalam Lapas. Sindikat Narkoba tersebut, selain melibatkan oknum penegak hukum, juga aparat lembaga pemasyarakatan. Sebagaimana yang terjadi di Nusakambangan, Jawa Tengah, pengedar narkoba yang melibatkan kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Nusakambangan, yakni Marwan Adli dan dua anak buahnya, yakni Iwan Syaefuddin yang menjabat Kepala Pengamanan LP dan Kepala Seksi Bina Pendidikan, FOB Budhiyono. 1 AR. Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 2 2 http://news.detik.com/read/2015/02/24/181539/2841915/486/bnn-jabar-tangkap-pengedar-yang-suruh- 3-tki-selundupkan-narkotika-ke-bandung

Upload: lamhanh

Post on 28-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

RANCANGAN

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI III DPR-RI

PROVINSI JAWA BARAT

30 MARET 2015

A. Latar Belakang

Berbagai kejahatan kini telah menjadi semakin kompleks, terorganisir, dan terstruktur yang

berdampak luas dan sistemik sehingga memerlukan penanganan yang tidak biasa. Tipe kejahatan

yang terkategori sebagai tindak pidana luar biasa (extraordinary crime) juga membutuhkan strategi

luar biasa dalam menghadapinya. Indonesia telah membentuk dan mengadopsi berbagai ketentuan

peraturan perundang-undangan dan upaya implementasi strategi pemberantasannya terutama

terhadap tiga kejahatan utama, yakni Kejahatan Korupsi, Narkotika, dan Terorisme. Tiga tipe

kejahatan ini dianggap paling merugikan bangsa dan negara Indonesia baik dari sisi ekonomi,

sosial, dan berbagai bidang.

Khusus berkaitan dengan kejahatan Narkotika, baik Pemerintah maupun DPR RI berkomitmen

tinggi terhadap pemberantasan dan penegakan hukumnya. Melihat pada faktor akibat yang muncul

dari penyalahgunaan Narkotika ini, baik fisik dan mental suatu generasi akan terganggu, maka

segala upaya untuk membentengi masyarakat terhadap peredaran gelap narkotika menjadi prioritas

bersama. Narkotika sudah dikenal oleh manusia sejak abad prasejarah. Kata narkotika pada

dasarnya berasal dari bahasa Yunani "Nar-koun" yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa1.

Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria ditemukan sari bunga Opoion atau kemudian lebih dikenal

dengan nama opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran

tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.

Penyalahgunaan narkotika mendorong adanya peredaran gelap, sedangkan peredaran gelap

narkotika menyebabkan meningkatnya penyalahgunaan yang semakin meluas dan berdimensi

internasional. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemberantasan, pencegahan dan penanggulangan

penyalahgunaan narkotika.

Salah satu upaya tersebut adalah menggagalkan jaringan-jaringan peredaran Narkotika yang

berasal dari Luar Negeri untuk distribusi seluruh wilayah Indonesia. Pada Bulan Februari 2015

ini, Tim BNN (Badan Narkotika Nasional) Provinsi Jabar berhasil menangkap seorang buronan

jaringan pengedar narkotika internasional berinisial M. Ia ditangkap di Kuala Lumpur, Malaysia dan

dibawa ke Bandung, pada hari selasa tanggal 24 Februari. Modus operadi jaringan internasional

Narkoba ini dengan menggunakan seorang TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang akan pulang ke

Indonesia untuk membawa koper yang di pegangannya telah dimasuki sabu-sabu.

Tersangka M yang merupakan DPO sindikat narkotika internasional ini terkait dengan kasus

yang sebelumnya telah diungkap BNNP Jabar dan Bea Cukai pada 14 Januari lalu, yaitu telah

digagalkannya upaya penyelundupan narkotika jenis sabu-sabu seberat 768,8 gram senilai Rp 1,3

miliar dari Kuala Lumpur Malaysia yang saat itu dibawa oleh 3 TKI ilegal2. Keberhasilan BNN

Provinsi Jabar ini tidak lepas dengan upaya koordinasi dengan jajaran penegak hukum terkait,

khususnya dengan Kepolisian Daerah Jawa Barat. Koordinasi antara penegak hukum menjadi suatu

keharusan untuk tercapainya tujuan bersama, yaitu memberantas peredaran dan penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika.

Ironisnya, peredaran Narkoba tersebut dikenalikan dari dalam Lapas. Sindikat Narkoba

tersebut, selain melibatkan oknum penegak hukum, juga aparat lembaga pemasyarakatan.

Sebagaimana yang terjadi di Nusakambangan, Jawa Tengah, pengedar narkoba yang melibatkan

kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Nusakambangan, yakni Marwan Adli dan dua anak

buahnya, yakni Iwan Syaefuddin yang menjabat Kepala Pengamanan LP dan Kepala Seksi Bina

Pendidikan, FOB Budhiyono.

1 AR. Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 2 2 http://news.detik.com/read/2015/02/24/181539/2841915/486/bnn-jabar-tangkap-pengedar-yang-suruh-

3-tki-selundupkan-narkotika-ke-bandung

Page 2: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/2

Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa

Barat. Seorang sipir penjaga lapas Banceuy berinisial CE, ini ditangkap petugas dari Direktorat

Narkoba Polda Jawa Barat, karena terbukti menjadi kurir sabu-sabu, untuk penghuni lapas. Dari

tangan tersangka petugas lapas ini, polisi menemukan sabu seberat dua koma tiga gram, yang

disembunyikan di dalam kotak rokok. Namun temuan ini dibantah tersangka, yang mengaku tidak

tahu isi dalam bungkus rokok, karena barang tersebut adalah titipan pembesuk yang datang ke

rumah dinasnya3.

Masih diwilayah Jawa Barat, jajaran Satnarkoba Polres Kuningan kembali berhasil

mengungkap kasus peredaran narkoba yang dikendalikan dari balik penjara kemarin. Seorang

berinisial ES, 29, warga Desa Sampora,Kecamatan Cilimus, kedapatan memiliki paket besar ganja

seberat 1 Kg atas pesanan napi yang sedang mendekam di Lapas Kuningan. Kapolres Kuningan

AKBP Wahyu Bintono mengungkapkan, ES ditangkap di depan kawasan Objek Wisata Linggarjati

berdasarkan hasil pengembangan informasi dari masyarakat. Dari hasil pemeriksaan terhadap ES,

ternyata keberadaan barang haram tersebut atas perintah AS, seorang warga binaan di Lapas

Kuningan yang ditahan atas kasus serupa. Melalui handphone yang berhasil diselundupkan, AS

menyuruh ES untuk membawakan satu paket ganja untuk diserahkan kepada seseorang di sekitar

objek wisata Linggarjati tanpa menyebutkan nama ataupun ciri-ciri fisiknya4.

Tindak pidana peredaran Narkoba ini, sebagaimana yang kami jelaskan diatas,

diklasifikasikan sebagai tindak pidana khusus, oleh karenanya terhadap pengedar juga

mendapatkan perlakukan khusus. Pemerintah pun, telah mengeluarkan kebijakan yang tegas

melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP No 32 Tahun

1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, yakni tindak

pidana korupsi, terorisme, narkotika, pencucian uang, pelanggaran HAM Berat, dan kejahatan

terorganisasi lainnya. Penanganan dalam pembinaannya di Kementerian Hukum dan HAM pun,

dengan berlakunya PP tersebut, telah dibuat berbeda dalam hal pengetatan terhadap proses

pemberian remisi, asimilasi, dan pembebasan bersyarat. Dalam hal ini ditambahkan syarat-syarat

khusus yakni:

1. Bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membongkar tindak pidana yang

dilakukannya. (dilakukan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum). Dalam hal

ini berarti pelaku harus mau menjadi Justice Collaborator.

2. Telah membayar lunas denda dan uang pengganti (korupsi)

3. Telah mengikuti program deradikalisasi.

Khusus mengenai tindak pidana atau kejahatan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan

terlarang tak dipungkiri lagi merupakan masalah khusus yang menjadi perhatian bersama. Strategi

khusus untuk menangani permasalahan Narkoba dari sisi demand dan supply terus dikembangkan.

Salah satu permasalahan yang justru terjadi adalah dominasi angka narapidana atau tahanan

Narkotika di berbagai Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan di Indonesia, menyumbang

besar permasalahan overkapasitas.

Pemberantasan korupsi, narkoba, dan terorisme harus menjadi agenda utama, yaitu dengan

melakukan penindakan atau penghukuman sekaligus pencegahan. Sistem pencegahan yang

dibangun oleh berbagai lembaga dan institusi nampaknya perlu direevaluasi dan terus

dikembangkan. Oleh sebab itu, prioritas ini dapat dilihat dari berbagai sisi termasuk dari sisi

pembinaan dan pengawasan serta investigasi yang dilakukan terhadap Narapidana di lapas.

Permasalahan lainnya, adanya keterbatasan sarana dan prasara aparat lapas itu sehingga supplay

dan demand tersebut mempengaruhi petugas lapas untuk turut terlibat dalam jaringan peredaran

narkoba di lapas.

Sebagaimana kita ketahui, pejara Sukamiskin yang sekarang di kenal dengan nama Lapas

Klas I Sukamiskin dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1918 dan mulai difungsikan pada

tahun 1924 sebagai tempat hukuman bagi kaum intelektual yang dianggap melakukan kejahatan

politik karena bertentangan dengan Penguasa Belanda dengan nama “Straft Gevangenis Voor

Intelectuelen”, berlokasi di Jalan A.H. Nasution Nomor 114 Bandung.

3 http://www.indosiar.com/fokus/libatkan-para-petugas-lapas_89820.html

4 http://www.lodaya.web.id/?p=12557

Page 3: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/3

Sejalan dengan perkembangan konsep perlakuan terhadap pelanggar hukum dari sistem

penjara ke Sistem Pemasyarakatan, Penjara Sukamiskin berubah menjadi Lembaga

Pemasyarakatan Khusus Dewasa Muda Sukamiskin Bandung, kemudian berdasarkan keputusan

Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: 01-PR.07.03 Tahun 1985 ditetapkan menjadi

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin dan pada tanggal 22 Juni 2010 telah dilakukan

penandatanganan Prasasti Lapas klas I Sukamiskin menjadi Lapas Pariwisata oleh Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Sarana dan prasarana yang ada pada lapas klas I

Sukamiskin ini sebagai berikut: Senjata Api 46 buah; Camera CCTV 16 buah; tidak mempunyai

Penangkal Sinyal HP; Handy Talky 12 buah; Metal Detector 20 buah; Tongkat kejut / listrik 10 buah;

Gas air mata 26 buah; Borgol standar 51 buah; Borgol Renteng 30 buah; dan Tameng: 17 buah.

B. Tujuan

1. Melaksanakan kunjungan kerja spesifik untuk melihat secara langsung kondisi

permasalahan aktual peredaran Narkoba di Jawa Barat, khususnya peredaran Narkoba

dengan jaringan internasional dan jaringan sistemik yang dikendalikan di dalam lapas-

lapas di Jawa barat;

2. Berdialog langsung dengan Kapolda Jawa Barat, Kakanwil Kemenkumham Prov. Jawa

Barat, Kajati Prov. Jawa Barat, Kepala Badan Narkotika Nasional Prov. Jawa Barat, Kepala

Badan Nasional Penanggulangan Terorime RI terkait dengan jaringan pengedar Narkoba

Internasional di Jawa Barat, serta bagaimana solusi pencegahan dan penanggulangannya;

3. Melihat kondisi Lapas Klas I Sukamiskin yang dijadikan sebagai Lapas Pariwisata, dapat

juga dikatakan sebagai Lapas Model, sebagai antisipasi pencegahan peredaran Narkoba di

dalam lapas atau yang melibatkan petugas lapas;

4. Melihat kendala, sarana dan prasarana, pengamanan di dalam lapas sebagai wujud

pengamanan peredaran narkoba di dalam Lapas.

C. Tempat

1. Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat

2. Kunjungan ke Lapas Sukamiskin, Jawa Barat.

D. Anggota Kunjungan Kerja Spesifik

Tim Kunjungan Spesifik Komisi III DPR RI ke Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1 H. DESMOND JUNAIDI MAHESA, SH.,MH.

KETUA TIM,/F-P. GERINDRA

2 H.DR. AZIS SYAMSUDDIN KETUA KOMISI III/ F-P. GOLKAR

3 RISA MARISKA, SH. F-PDI PERJUANGAN

4 AHMAD ZACKY SIRADJ F-P. GOLKAR

5 H. ANDIKA HAZRUMY, S.Sos. F-P. GOLKAR

6 WIHADI WIYANTO, SH. F-P. GERINDRA

7 I PUTU SUDIARTANA F-P. DEMOKRAT

8 DAENG MUHAMMAD, SE.,M.Si F-PAN

9 H. ABDUL KADIR KARDING, SPi., MSi F-PKB

10 H. ABOEBAKAR AL-HABSY, SE. F-PKS

11 H. ASRUL SANI, SH.M.Si. F-PPP

12 AKBAR FAIZAL F-NASDEM

13 H. SARIFUDDIN SUDDING, SH.,MH. F-P. HANURA

E. Hasil Kunjungan kerja spesifik

Rangkaian Kunjungan Kerja Komisi III DPR-RI ke Wilayah Jawa Barat diawali dengan

mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin. Acara diisi dengar pendapat

antara Tim Komisi III DPR-RI dengan Warga Binaan Pemasyarakatan untuk kasus Korupsi.

Membahas mengenai PP No. 28 tahun 2006 dan PP No. 99 tahun 2012 tentang Remisi dan

Pembebasan Bersyarat.

Adapun Hal yang menjadi keluh kesah dari Warga Binaan Pemasyarakatan untuk Kasus

Korupsi disampaikan diantaranya oleh Rudi Rubiandini dan Akil Mochtar. Hal-hal yang

disampaikan adalah sebagai berikut :

Page 4: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/4

1. Terlihat ada diskriminasi perlakuan antara WBP yang berasal dari pidana umum / Tipikor

non PP 99 dengan Tipikor yang terkena PP-99. Bahwa ketika WBP membayar seluruh UP

dan Denda , maka untuk WBP Pidum / Tipikor non-PP 99 sangat memungkinkan

mendapatkan PB pada antara lebih sedikit dari ½ masa pidana dan kurang dari 2/3 masa

pidana, sedangkan untuk WBP Tipikor P-99 mendapatkan PB pada antara lebih sedikit dari

2/3 masa pidana dan kurang dari 5/6 masa pidana.

2. Bahwa WBP yang tidak mendapat predikat JC akan menambah waktu PB sedikit lebih

lama dibanding yang ,mendapatkan predikat JC, tetapi masih dalam rentang antara lebih

sedikit dari 2/3 masa pidana dan kurang dari 5/6 masa pidana. Hal ini disebabkan WBP

yang memiliki predikat JC mendapatkan remisi lebih banyak dibanding WBP tanpa predikat

JC. Pemberian predikat JC yang diberikan oleh instansi di luar institusi lapas memberikan

peluang ketidakpastian dan adanya intervensi instansi lain pada proses pembinaan WBP.

3. Terjadi penistaan pada WBP yang terkena PP-99 saat tidak bisa membayar UP atau

denda, sementara WBP pidum/tipikor non-99 menjalani pidana pokok sampai pada antara

lebih sedikit dari ½ masa pidana dan kurang dari 2/3 masa pidana, sedangkan Tipikor PP-

99 menjalani full sampai tahun vonis yang dijatuhkan 100%. Hal ini disebabkan WBP yang

tidak membayar UP atau denda dari kelompok tipikor PP-99 tidak mendapat seluruh hak

remisi, asimilasi dan PB.

4. Dalam pelaksanaannya telah banyak terjadi kesewenang-wenangan jabatan pada saat

pemberian hak remisi, oleh pejabat kantor Dirjen lapas , sebagai contoh dengan tidak

dikabulkannya remisi pada tahun 2014 untuk seluruh WBP Tipikor PP-99.

5. WBP Tipikor PP-99 mendapat diskriminasi , ketidakpastian , intervensi dan penistaan yang

harus diperjuangkan melalui pencabutan PP 28 dan PP 99 untuk dikembalikan pada UU

12/1995 tentang Lapas, karena bertetangan dengan UU 39/1999 tentang HAM dan UUD

1945 pasal 27 ayat (1) serta UUD 1945 pasal 28 huruf D Ayat (1) dalam aksi Judicial

Review.

6. Bahwa selain bertentangan dengan beberapa peraturan perundang-undangan yang

secarar hirierarki memiliki kekuatan hukum yang lebih tinggi, seperti ditunjukan hal 7A, 7B

dan 7C yang berlaku :

- UU 12/2012 pasal 5 huruf a, c, e dan f , asas-asas pembentukan peraturan perundang-

undangan yang baik, asas kejelasan tujuan, asas kesesuaian antara jenis , hierarki dan

materi muatan kedayagunaan dan keberhasilan serta kejelasan rumusan.

- UU 12/2012 pasal 6 ayat 1 huruf, a, b , g, h, i dan j peraturan harus mencerminkan

pengayoman, kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintah, keetertiban dan kepastian hukum, keseimbangan, keserasian dan

keselarasan.

- Materi PP-99/2012 tidak melaksanakan perintah atau menjalankan, justru menyimpang

dari materi UU 12/1995.

7. Rejim Pemasyarakatan adalah pelaksanaan pemindanaan dan pemasyarakatan, serta

pembinaan dan hal ini tanggungjawab Lapas (pasal 10 UU 12/1995) sebagai kelanjutan

dari fase penyelidikan, penyidikan, persidangan dalam Criminal Justice System. Apabila

kewenangan institusi pemasyarakatan diharuskan meminta rekomendasi pada instansi

lain, jelas bertentangan dengan UU tsb (UU Lapas), maka akan timbul seorang Pejabat

TUN menyalahgunakan kekuasaannya, kesewenang-wenangan jabatan (Pasal 421

KUHP).

8. Dengan adanya kesewenang-wenangan jabatan oleh pihak Dirjen Lapas dan KPK dapat

diselesaikan dengan cara sengketa (berpekara) di PTUN, sehingga para pejabat kembali

melaksanakan amanah UU 12/1995 tentang lapas UU 39/1999 tentang HAM dan UUD

1945. UU 5/2009 perubahan UU 5/1986 pasal 1 angka 9 obyek TUN dirumuskan secara

limitatif, adanya tindakan pejabat TUN berdasarkan peraturan yang berlaku, yang

menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (bersifat konkrit,

individual dan final).

Page 5: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/5

9. PP-28 dan PP-99 bertentangan dengan Hukum yang meratifikasi HAM internasional,

sebagai berikut :

- UU 39/1999 tentang HAM “Pasal 1 tentang pencabutan hak-hak”

- UU 12/ 2005 ratifikasi terhadap “International Convenant on Civil and Political Rights”’

pasal 26 tentang discrimination (on any ground).

- UU 7/2006 ratifikasi terhadap “UN Convention Against Corruption”’ Bab I Pasal 30 ayat

5 : “dalam memberikan parole atau early release, negara harus mempertimbangkan

berat ringannya pelanggaran , bukan mengenai status pelanggaran sebagai Justice

Collaborator atau bukan Justice Collaborator.

- UN General Assembly Resolution on Standard minimum rules for the treatment for

prisoner, 30 Agustus 1995 dan Basic Principles for treatment of Prisoners, 14 Desember

1990, disebutkan bahwa “Semua Narapidana harus diperlakukan dengan rasa

penghormatan yang tinggi karena martabat yang melekat dan nilainya sebagai

manusia”, selanjutnya disebutkan bahwa “tidak akan ada diskriminasi atas dasar ras,

warna , jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat opini atau pendapat lainnya, asal-usul

nasional atau sosial, kekayaan atau status”.

Walaupun bukan ketentuan hukum Internasional karena resolusi SMU PBB bersifat

recomendatory tidak mandatory resolusi PBB SMU PBB dapat menjadi source of law.

Masukan yang diterima oleh Pimpinan dan anggota tim Komisi III ditampung sebagai aspirasi

untuk di bawa menjadi bahan masukan dalam penyempurnaan Peraturan Perundang-

undangan Pemasyarakatan.

Pertemuan di Kepolisian Daerah Jawa Barat

Pemaparan pertama sesuai pertanyaan yang disampaikan oleh Komisi III DPR RI disampaikan oleh Kapolda Jawa Barat, dalam paparannya disampaikan hal-hal sebagai berikut : Terkait perkembangan terorisme dan ISIS di Indonesia (khususnya di provinsi Jawa Barat) serta upaya-upaya penanggulangannya : Secara faktual pergerakan ISIS di Jawa Barat tidak bisa dibuktikan, tapi tak bisa dinafikan bahwa paham organisasi itu ada dan menyebar. Menurut Kapolda bahwa ISIS semakin berkembang. dimana kelompok radikal ini sudah memilki pola pelatihan yang baik serta mempunyai dana yang besar. Menurut Kapolda seperti yang diberitakan di media masa bahwa terdapat enam warga Jawa Barat yang diduga bergabung dengan ISIS. Mereka berada di antara 16 warga negara Indonesia yang ditangkap kepolisian Turki di Provinsi Gaziantep saat hendak menyeberang ke Suriah beberapa pekan lalu. Justru yang menjadi kekhawatiran apabila mereka kembali ke Jawa Barat dimana Jawa Barat rentan dimasuki paham-paham kelompok garis keras. Pasalnya, Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki wilayah yang cukup luas dan padat penduduk. Berikut disampaikan pemetaan perkembangan terorisme dan ISIS di wiayah hukum jawa Barat sebagai berikut :

Page 6: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/6

UPAYA YANG DILAKSANAKAN POLDA JABAR DAN JAJARANNYA

TERHADAP TERORIS DAN ISIS

1. Melakukan deteksi dini, pengumpulan bahan keterangan, melakukan pencegahan dini,

melakukan pendataan dan pemetaan terhadap indikasi masalah terorisme dan ISIS di

wilayah hukum Polda Jabar.

2. Melakukan tindakan preemtif, preventif terhadap indikasi adanya masalah terorisme dan

ISIS di wilayah Hukum Polda Jabar.

3. Memberikan petunjuk dan arahan ke seluruh jajaran dan kemudian ditindaklanjuti dengan

melakukan kegiatan seperti deklarasi penolakan ISIS yang dilakukan bersama dengan

Pemda, Kementerian Agama, MUI, FKUB, TNI, Tokoh-tokoh agama di seluruh kabupaten /

kota.

4. Melaksanakan program Nawacita dengan mendirikan Posko Quick Wins Rencana Strategi

Polri 2015-2019 seluruh jajaran Polda Jawa Barat.

5. Melaksanakan program kontra radikal dan deradikalisasi terhadap teroris dan ISIS

bersama dengan instansi terkait, tokoh masyarakat serta berkoordinasi dengan Densus 88

atau dengan Mabes Polri.

6. Melakukan tindakan represif yang merupakan langkah terakhir yang dilakukan terhadap

teroris dan ISIS apabila langkah-langkah Preemtif dan Preventif tidak berhasil.

7. Pemberian reward dan punishment bagi aparatur pemerintah dan masyarakat yang

berhasil atau berjasa ikut serta dalam mencegah serta menangkal gerakan terorisme dan

ISIS.

Terkait Penanganan Tindak Pidana Korupsi di Wilayah Hukum Polda Jabar

Dalam paparannya kapolda menyampaikan bahwa masalah korupsi sangat multikompleks

yang disebabkan berbagai faktor multidimensional terkait dengan aspek yuridis, ekonomi,

sosiologis, bahkan politis. Dengan demikian penanganan masalah korupsi termasuk

penindakan seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana korupsi bila mungkin harus

dapat ditargetkan, tidak hanya demi tegaknya keadilan dari segi hukum, tetapi juga dari segi

sosial ekonomi. Kapolda berkomitmen dan hal itu dikemukakan pula pada saat rapat kerja

dengan Komisi III DPR , siapa pun yang salah akan diproses secara hukum termasuk

oknum kenalan, keluarga, atau kerabat dirinya. Dimana sejumlah kasus yang masih dan

akan segera ditangani oleh Polda Jabar, selain kasus-kasus baru, Polda Jabar juga akan

kembali membuka kasus lama yang saat ini terhambat penanganannya.Bahwa

penanganan kasus korupsi di wilayah Jabar dilakukan secara transparan, akuntabel dan

profesional.

Page 7: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/7

Adapun data-data penanganan tindak pidana korupsi disampaikan melalui tabel berikut ini :

Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan tindak pidana korupsi di wilayah

Hukum Polda Jabar adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan audit ainvestigasi/audit perhitungan keruhian negara dalam rangka

memenuhi alat bukti tindak pidana korupsi relatif lama.

2. Tersangka melarikan diri/DPO.

3. Kendala birokrasi dalam rangka mencari dokumen bukti, terutama yang berhubungan

dengan perbankan.

4. Masih adanya perbedaan pandangan antara penyidik dengan JPU terkait kerugian

keuangan negara yang nilainya relatif kecil (dibawah Rp. 100.000.000,-) tidak seimbang

dengan biaya Yustisi/peradilan yang dikeluarkan.

5. Dalam penyidikan tindak pidana korupsi, polri masih bergantung kepada instansi lain ,

misalnya :

- BPKP (dalam penghitungan kerugian negara)

- Ahli (dalam menghitung kegiatan yang berkaitan dengan konstruksi bangunan, jalan

dan kegiatan pembangunan lainnya) misal : Ahli Puslitbang, ITB, PU dll.

6. Pemeriksaan terhadap Pejabat Negara yang perlu mendapatkan ijin dari Presiden, Menteri

Dalam Negeri atau Kepala Daerah dalam proses pelaksanaannya memerlukan waktu yang

cukup lama.

Terkait penanganan kasus Narkoba di wilayah hukum Polda Jawa Barat

Dari data yang ada pada tahun 2014, cukup banyak kasus yang terungkap. keberhasilan ini

berkat kerja sama dengan mitra kerja, masyarakat, tokoh-tokoh agama . Namun bagi daerah

seperti Subang tetap harus waspada karena kondisi alamnya tidak jauh berbeda dengan

Garut, Sukabumi, dan Cianjur, yang berpotensi ditanami tanaman ganja.

Selain meningkatkan kewaspadaan jalur peredaran narkotika tersebut, PP No. 25 Tahun 2011

harus terus disosialisasikan bersama aparat lainnya sehingga ada kesamaan persepsi.

Apalagi dengan munculnya SE Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2010 yang menyebutkan

klasifikasi tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Dimana dalam proses wajib lapor bagi

pecandu narkotika ini pecandu tidak hanya datang lalu mengatakan dirinya pemakai narkotika.

Tetapi ada proses assesment komprehensif, yang terdiri atas 7 domain yang meliputi medis,

sosial, penggunaan NAPZA, riwayat perawatan, psikiatris, keluarga, pendidikan, dan

sebagainya.

Page 8: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/8

Adapun data kasus narkoba tahun 2013-2014 disampaikan melalui tabel dibawah ini :

NO LAPORAN

POLISI TKP IDENTITAS TERSANGKA

JUMLAH DAN

JENIS BB DPO Keterangan

1

LP/A/508/IX/

2010/DN

25-9 -2010

Bandara

Husen

1. DIWA TERESITADELA

ROSA(WN.PHILIPINA),

2. HENI SEPTIANI

3. LUSI APRILIA als SANDRA

4. ULI FRANCIS PAUL

415 Gram Narkotika

jenis Shabu

EMKA (WN

KENYA) di

Malaysia

(pengendali)

Diperkirakan

jaringan West

Afrika

Ditangani oleh Dit

Res Narkoba Polda

Jabar

2

LP/A/600/X/2

010/DN

28-10 -2010

Bandara

Husen Kota.

Bandung

ZHIBEK SAKEEVA Binti

MAKSAT

Perempuan, Kyrgyz Republic,

01 Oktober 1989, Islam, Kyrgyz

Republic

987,67 Gram

Narkotika Jenis

Heroin

BEN (ORANG

KULIT HITAM) di

Malaysia

(pengendali)

Diperkirakan

jaringan West

Afrika

Ditangani oleh Dit

Res Narkoba Polda

Jabar

3

LP/A/483/VII/

2011/DN

26-07 -2011

Bandara

Husen

1. VICENT GEOFFREY CLARKE

Britis Citizen, 16 Oktober 1974,

Kristen, Properti, Dream Hill

471Okcante Spanyol Inggris.

2. RONALD HGOEZI

IGBOTIKE

Nigeria, 02 Juni 1965, Khatolik,

Bisnis, Festac Lagos Nigeria

1,40 Kg Narkotika

Jenis Shabu

FRIEND (orang

berkulit hitam) di

Malaysia

(pengendali)

Diperkirakan

jaringan West

Afrika

Ditangani oleh Dit

Res Narkoba Polda

Jabar

4

LP/A/26/I/201

/DN

11-01 -2014

Bandara

Husen

SEM SOKICK

Pnom Penh , 14 Februari 1988

Kristen, Wiraswasta, WN

Kamboja

200 Gram Narkotika

Jenis Shabu

ANDY (orang kulit

hitam) di

Tiongkok/Cina

(pengendali)

Diperkirakan

jaringan West

Afrika

Ditangani oleh Dit

Res Narkoba Polda

Jabar

5

Pemberkasan

Oleh

Direktorat IV

Bareskrim

Mabes

POLRI

20 Januari

2012

Pantai

Kalapa

Condong

Rt.03/01

Desa Ujung

Genteng

Kec.Ciracap

Kab.

Sukabumi

AKBAR CHAHAR KARZEI Alis

MOHAMMAD BALUCH

Bandar Abbas Chahar

Bahar(Iran), 26

th,Islam,nelayan, Javar-Nikshar

Rostaye RamadhanKallae(Iran)

61,478 Gram/+ 61 Kg Ditangani oleh Direktorat IV Bareskrim

Mabes Polri (JARINGAN TIMUR

TENGAH/IRAN)

Page 9: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/9

6

Pemberkasan

Oleh BNN

26 Februari

2014

Cagar Alam

Tikungan I

Kampung

Batu Sapi

Desa. Jayanti

Kec.

Plabuanratu

Kab.

Sukabumi

1. MUSTAFA MORADALI VAND

Bin MORADALI

Teheran (Iran) 13 November

1982, Islam, Penjual HP, Iran,

Jl. Mehran Gang 16 No. 8

Khaniabad Taheran Iran.

2. SAYED HASHEM

MOOSAVIPOUR Bin SAYED

ABDOLLAH

Qhazvin (Iran), 04 Juli 1987,

Islam, Penjual Baju, Gang

Samoyeh No. 57 Syahran

Bunderan 2 Taheran

40.104,3 Gram

Narkotika Jenis

Shabu

Ditangani oleh Direktorat IV Bareskrim

Mabes Polri (JARINGAN TIMUR

TENGAH/IRAN)

Kendala-kendala yang dihadapi dalam menangani tindak pidana narkoba adalah sebagai

berikut :

1. Wilayah geografis Jawa Barat yang luas dengan pesisir pantai yang cukup panjang dan masih

banyaknya wilayah yang terisolir sehingga menyebabkan kurangnya pengawasan dari pihak

pemerintah dalam segala bidang.

2. Jalur udara melalui Bandara Husein Sastranegara dgn pesawat Air Asia khususnya dari

Malaysia, penyidik Dit Res Narkoba Polda Jabar tidak dapat masuk kearea bandara.

3. Anggaran lidik khususnya under cover buy belum didukung

4. Pengendali jaringan internasional tidak dapat disentuh karena keberadaannya di Malaysia dan

diduga menggunakan nama samaran

5. Belum terdukungnya peralatan IT pada Direktorat Reserse Narkoba Polda Jabar seperti : cek

posisi & direction finder (DF).

6. Kendaraan operasional unit belum ada.

7. Test kit narkoba untuk pengecekan barang bukti narkoba belum ada.

Paparan Kakanwil Kemenkumham Provinsi Jawa Barat

Kakanwil Kumham prov. Jawa Barat dalam kunjungan spesifik Komisi III ini menyampaikan

paparannya untuk menjawab pertanyaan yang telah disampaikan oleh sekretariat Komisi III

beberapa waktu yang lalu. Adapun laporan singkat terkait paparan yang disampaikan Kakanwil

Kumham Prov. Jawa Barat sebagai berikut :

Kondisi aktual Lapas dan Rutan serta BAPAS dan RUPBASAN di Jawa Barat sebagai berikut:

Lapas dan Rutan Jumlah Penghuni sebanyak 18.807 orang yang terdiri dari: (Tahanan sebanyak

4.230 orang dan Narapidana sebanyak 13.857 orang) . Jumlah penghuni rutan dan lapas ini masih

melebihi kemampuan / daya tampung lapas dan rutas sebesar 15.489 orang.

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat telah melakukan antisipasi pengamanan terkait

perdaran narkoba didalam Lapas Rutan bekerja sama dengan pihak POLRI dan telah direncanakan

strategi pengamanan sesuai dengan standar pengamanan Lapas dan Rutan.

Mengenai Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) adalah Sistem Teknologi Informasi

dan Komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi guna

mendukung operasional, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam melaksanakan fungsi

keimigrasian (undang- undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 1 ayat 10).

Paparan Kajati Provinsi Jawa Barat

Kepala Kejaksaan Tinggi Prov. Jawa Barat dalam kunjungan spesifik Komisi III ini menyampaikan

jawabannya atas pertanyaan yang telah disampaikan oleh Komisi III terkait dengan jaringan

Narkoba Internasional di Jawa Barat, serta upaya pencegahan dan penanggulangannya. Secara

singkat Kajati menyampaikan bahwa saat ini kondisi peredaran Nakotika di Provinsi Jawa Barat

sudah pada level membahayakan dengan semakin meningkatnya perkara Tindak Pidana Norkotika

yang di tangani oleh Kejaksaan. Melihat situasi dan kondisi tersebut tentunya pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba tidak hanya mengandalkan upaya penegakan

hukum (represif) semata, akan tetapi harus di imbangi dengan upaya pencegahan (preventif) dan

pemberian hukuman pidana penjara bagi pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba bukanlah

merupakan solusi satu-satunya, oleh karena itu kegiatan pencegahan seperti yang dilakukan hari ini

sebagaimana Pasal 104 UU Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika berbunyi “Masyarakat

mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelapa Narkotika dan prosekutor Narkotika.

Page 10: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/10

Kejaksaan Tinggi Prov. Jawa Barat saat ini terus berupaya mengoptimalkan kegiatan melalui

program pembinaan masyarakat taat hukum yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan

pengetahuan akan bahaya Narkoba kepada masyarakat, serta mengajak seluruh elemen

masyarakat untuk bersama-sama ikut berperan aktif dalam mencegah peredaran Narkotika

terutama dikalangan Pelajar dan Mahasiswa dan anggota masyarakat lainnya.

Paparan Kepala BNN Provinsi Jawa Barat

Kepala BNN Provinsi Jawa Barat dalam pertemuan dengan Komisi III DPR RI, juga menyampaikan

jawabannya atas pertanyaan terkait ada tidaknya jaringan narkoba di Jawa Barat serta upaya upaya

yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi peredaran narkoba tersebut. Pemetaan daerah

rawan penyalahgunaan dan peredaran serta pemetaan daerah rawan peredaran disampaikan

melalui gambar dibawah ini :

GANJA

SABU

HEROIN EKSTASI

OKT

BAYASELURUH KAB/KOTA DI JABAR

Peredaran narkotika di Indonesia semakin masif. Bahkan, 80 persen di antaranya masuk melalui

jalur laut karena Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Setelah masuk melalui pelabuhan-

pelabuhan kecil, kemudian narkotika didistribusikan melalui jalur darat. Indonesia saat ini sudah

berstatus darurat narkoba di mana sudah menjadi negara pasar. Penjualan narkoba di Indonesia

Page 11: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/11

memang sangat menguntungkan. Peredaran gelap narkotika paling banyak masih berada di Jakarta

dan diikuti dengan Jawa Barat, Jawa Timur, dan seterusnya. tidak mudah memberantas narkoba di

Indonesia. Apalagi saat ini jumlah permintaan atas barang haram tersebut semakin meningkat.

Peningkatan permintaan tersebut menjadi tantangan bagi para penegak hukum.

Program merehabilitasi para pengguna yang dilakukan oleh BNN bisa menjadi salah satu cara

mengurangi jumlah permintaan tersebut.

BNN sejak tahun 2014 mengedepankan unsur penyelamatan pengguna narkoba di mana para

pengguna lebih baik direhabilitasi daripada dipenjara. Namun, bagi pengguna yang merangkap

sebagai pengedar tetap harus dihukum pidana atas perbuatannya tersebut.

Terkait peredaran narkoba dengan aksi terorisme, secara singkat Kepala BNN Provinsi Jawa Barat

menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :

1. Karena bisnis narkoba melibatkan unsur sindikat yang beroperasi sebagaitrans-national crime,

yang membuka kemungkinan dijalankan dengan bisnis penjualan dan peredaran senjata dan

amunisi ilegal. Karena itu, kasusnya bukan lagi sekedar persoalan pelanggaran hukum, tapi juga

dimensi keamanan nasional.

2. Keterkaitan narkoba dengan keamanan nasional dari segi ekonomi, dapat dilihat dari beberapa

kasus pencucian uang hasil narkoba, antara lain melalui perusahaan money changer yang

sengaja didirikan dan dimodali oleh jaringan bandar narkoba.

3. Dalam tinjauan keamanan nasional secara lebih luas, penyalahgunaan narkoba juga menjadi

ancaman serius bagi proses pembangunan sumber daya manusia, khususnya karena peredaran

narkoba sudah menyasar anak-anak usia sekolah dan mahasiswa, dan bukan hanya di

perkotaan tapi juga merambah ke tingkat kecamatan dan pedasaan.

Selanjutnya, dalam upaya memaksimalkan mengenai keterkaitan antara narkoba dan keamanan

nasional, terdapat dua persoalan besar yang perlu pendalaman khusus: pertama, pemetaan secara

lebih rinci tentang jaringan pelaku manca negara dalam penyalahgunaan narkoba di

Indonesia;kedua, kajian khusus untuk mendalami dan memetakan keterkaitan antara narkoba dan

tindak pidana terorisme di Indonesia.

Paparan Kepala BNPT

Masih adanya ancaman terorisme di Indonesia juga disebabkan oleh belum adanya payung hukum

yang kuat bagi kegiatan intelijen untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan

terorisme. Kendala lain dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme adalah belum adanya

pembinaan yang menjamin dapat mengubah pemikiran radikal menjadi moderat. Sementara itu

masih lemahnya sistem pengawasan terhadap peredaran berbagai bahan pembuat bom,

menyebabkan para teroris masih leluasa melakukan perakitan bom yang jika tidak terdeteksi dapat

menimbulkan kekacauan di berbagai tempat.

Dalam rangka mencegah dan menanggulangi ancaman terorisme di Provinsi Jawa Barat, BNPT

telah menempuh berbagai cara, terutama dengan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan

prosedur hukum yang berlaku. BNPT telah melakukan pendekatan melalui tokoh masyarakat, tokoh

agama moderat dan yang cenderung radikal guna mengubah pemikiran radikal menjadi moderat,

yakni dengan memberikan pengertian sesungguhnya tentang istilah jihad yang selama ini

“disalahartikan”.

Permasalahan terorisme hanya dapat diselesaikan melalui kerja sama dan koordinasi antara

berbagai pemangku kepentingan (stake holder), baik instansi pemerintah maupun masyarakat.

Dalam mencegah dan menanggulangi terorisme, BNPT tetap berpedoman pada prinsip yang telah

diambil sebelumnya, yakni melakukan secara preventif dan represif yang didukung oleh upaya

pemantapan kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif dalam menangani aktivitas, terutama

dalam mengungkap jaringan terorisme. Peningkatan kerja sama intelijen, baik dalam negeri maupun

dengan intelijen asing, melalui tukar-menukar informasi dan bantuan-bantuan lainnya, terus

ditingkatkan. Untuk mempersempit ruang gerak pelaku kegiatan terorisme, BNPT akan terus

melakukan kerjasama dengan instansi berwenang untuk meningkatkan penertiban dan pengawasan

terhadap lalu lintas orang dan barang di bandara, pelabuhan laut, dan wilayah perbatasan, termasuk

lalu lintas aliran dana, baik domestik maupun antarnegara.

Selain itu, BNPT juga terus melakukan pengkajian mendalam bekerja sama dengan akademisi,

tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Selanjutnya, kerja sama internasional sangat perlu untuk

ditingkatkan karena terorisme merupakan permasalahan lintas batas yang memiliki jaringan dan

jalur yang tidak hanya ada di Indonesia.

Page 12: RANCANGAN - dpr.go.id fileLaporan Kunjungan Spesifik/2 Keterlibatan petugas lapas dalam perdagangan narkoba, juga ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Seorang sipir penjaga lapas …

Laporan Kunjungan Spesifik/12

Penutup

Berdasarkan fakta, data dan informasi yag diperoleh Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi III DPR

RI di Provinsi Jawa Barat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa masukan terhadap PP No. 28 tahun 2006 dan PP No. 99 tahun 2012 akan menjadi

masukan bagi Komisi III DPR RI dalam pembahasan terkait penyempurnaan undang undang

pemasyarakatan.

2. Bahwa perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap strategi pemberantasan terorisme dan

penyalahgunaan narkoba dengan mengedepankan pendekatan yang lebih komprehensif hingga

ke akar permasalahannya dengan hasil yang terukur.

Demikianlah laporan hasil kunjungan kerja spesifik Komisi III DPR RI ke Provinsi Jawa Barat.

Komisi III DPR RI