rak 2015 2019 - e-renggar.kemkes.go.id · kemenkes yang akan memberikan pedoman dan arah bagi...

33
RAK 2015 2019 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 (RPJMN). Oleh Menteri Kesehatan RPJMN tersebut dijabarkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.02.02/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 (Renstra). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan berisi upaya upaya pembangunan bidang kesehatan yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk program, kegiatan, target, indikator termasuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaanya. Untuk dapat mencapai target indikator yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan maka disusun Rencana Aksi Program oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Renstra Kemenkes yang akan memberikan pedoman dan arah bagi seluruh pemangku program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dari tingkat pusat sampai daerah. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkalpinang adalah salah satu satuan kerja Ditjen P2PL yang akan menjabarkan Rencana Aksi Program ini dalam Rencana Aksi Kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan dan langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun mendatang.

Upload: trinhthien

Post on 23-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RAK 2015 2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan

oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan

dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

2015-2019 telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden nomor 2

tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun

2015-2019 (RPJMN). Oleh Menteri Kesehatan RPJMN tersebut dijabarkan dalam

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.02.02/2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 (Renstra).

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan berisi upaya upaya

pembangunan bidang kesehatan yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk

program, kegiatan, target, indikator termasuk kerangka regulasi dan kerangka

pendanaanya. Untuk dapat mencapai target indikator yang telah ditetapkan dan

sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan maka disusun Rencana Aksi Program

oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(Ditjen P2PL) tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Renstra

Kemenkes yang akan memberikan pedoman dan arah bagi seluruh pemangku

program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dari tingkat pusat

sampai daerah.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkalpinang adalah salah satu

satuan kerja Ditjen P2PL yang akan menjabarkan Rencana Aksi Program ini dalam

Rencana Aksi Kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan

Pelabuhan dan langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun

mendatang.

RAK 2015 2019

2

B. KONDISI UMUM

Pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2014 sesuai

dengan tugas dan fungsi KKP Kelas III Pangkalpinang diantaranya yaitu, jumlah

pelabuhan dalam pengawasan KKP Kelas III Pangkalpinang sebanyak 27

pelabuhan, secara keseluruhan sarana gedung baik induk maupun wilayah kerja

dengan status sewa tanah, bangunan dengan milik sendiri adalah KKP Induk,

Wilayah Kerja Tg. Pandan, Manggar dan Muntok sedangkan Belinyu, Bandara

Depati Amir dan Sungai Selan Masih menumpang dengan instansi lain. Pagu

anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 12.014.787.000 (Dua belas milyard empat belas

juta tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah), jumlah Pegawai KKP Pangkalpinang

berjumlah 46 orang, laki-laki 25 orang, perempuan 21 orang, JFT sebanyak 3

orang dan JFU 39 orang, nilai Barang Milik Negara di KKP Kelas III Pangkalpinang

tahun 2014 sebesar Rp 3.389.583.662. Realisasi penyerapan anggaran tahun

2014 sebesar 45,48%. Pendapatan PNBP tahun 2013 sebesar Rp 1.075.936.650.

Total keberangkatan kapal dari Wilayah Kerja KKP Pangkalpinang

mengalami kenaikan sebesar 2,1%. Kedatangan ABK dari luar negeri dan

kedatangan ABK dari dalam negeri masing-masing mengalami penurunan sebesar

6,8%,dan 18,6%. Kedatangan dan keberangkatan penumpang mengalami

penurunan masing-masing sebesar 9,7%,dan 11,8%. Kedatangan dan

keberangkatan pesawat domestik masing-masing mengalami kenaikan sebesar

1,9%,dan 2%. Kedatangan dan keberangkatan penumpang pesawat mengalami

penurunan masing-masing sebesar 0,22% dan 1,5%. Penerbitan SSCEC

mengalami penurunan sebesar 5,6%, sedangkan penerbitan Buku Kesehatan naik

sebesar 19%. Kunjungan penyakit tidak menular dan penyakit tidak menular

masing-masing mengalami penurunan sebesar 32,8% dan 39,9%. Kunjungan

penyakit non poliklinik, untuk penyakit TBC (0), penyakit diare, ISPA dan penyakit

jantung masing-masing mengalami penurunan sebesar 44,5%, 23%, dan 21%.

Penerbitan ICV mengalami penurunan sebesar 45%. Jumlah Jemaah Haji

legalisasi ICV sebanyak 774 orang. Kegiatan Posko Kesehatan dalam rangka

lebaran, natal, dan tahun baru dalam keadaan terkendali.

Pemeriksaan jumlah bangunan didaerah perimeter tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 1,4%, dan di buffer area sebesar 7%, sedangkan pemeriksaan

jumlah container diperiksa didaerah perimeter turun sebesar 11% dan di buffer

area juga turun sebesar 21%, seiring dengan kenaikan itu pemakaian larvasida

RAK 2015 2019

3

juga mengalami penurunan. Daerah bebas vektor (Aedes) di perimeter area yaitu

Wilayah Kerja Muntok dan Wilayah Kerja Manggar. Kegiatan pemasangan

perangkap tikus mengalami kenaikan sebesar 27%. Inspeksi sanitasi PAB

sebanyak 997, dengan tingkat cemaran rendah sebesar 99,80% dan tinggi

sebesar 0,2%. Inspkesi sanitasi gedung mengalami kenaikan sebesar 72%.

Pengukuran sampel lingkungan, tingkat suhu yang memenuhi syarat (MS) sebesar

11%, tingkat kelembaban MS sebesar 55,6%, pencahayaan MS sebesar 55,6%

dan kebisingan MS sebesar 94%. Hasil pengawasan sanitasi kapal yang tidak

memenuhi syarat sebesar 3,72%.

Kunjungan poliklinik KKP mengalami penurunan sebesar 31,5%.

Kunjungan poliklinik KKP penyakit menular dan penyakit tidak menular masing-

masing mengalami penurunan sebesar 67,7%, dan 88,6%. Kunjungan pasien

penyakit diare, ISPA, dan hipertensi masing-masing mengalami penurunan

sebesar 38%, 20%, dan 12,5%. Penerbitan Surat Keterangan Berbadan Sehat

mengalami penurunan sebesar 48%. Penerbitan Sertifikat Obat dan Peralatan

P3K alat angkut mengalami kenaikan sebesar 6%. Pemberian Izin Angkut Orang

Sakit mengalami kenaikan sebesar 46%. Pemberian Surat Izin Angkut Jenazah

mengalami penurunan sebesar 8%. Pelayanan vaksinasi mengalami penurunan

sebesar 32%. Kegiatan Posbindu yang terlaksana yaitu Wilker Belinyu, Sungai

Selan, Bandara Depati Amir, Manggar, Tanjung Pandan, dan KKP Induk,

sedangkan Wilker yang belum terlaksana yaitu Wilker Muntok.

Gambaran kondisi umum yang ada pada saat ini, dapat dilakukan

identifikasi dan telaah terhadap berbagai peluang serta ancaman yang

berpengaruh terhadap tujuan pembangunan kesehatan terutama tujuan

pembangun kesehatan dalam pelaksanaan tujuan tugas dan fungsi KKP kelas III

Pangkalpinang. Beberapa peluang antara lain meliputi era globalisasi ekonomi,

perdagangan internasional, hukum dan politik yang semakin kondusif, kemitraan

dengan stakeholder dan masyarakat, berlakunya Internasional Health Regulation

(IHR) revisi 2005 dan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. :

356/MENKES/PER/IV/2008 sebagaimana diubah dengan Permenkes Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011; tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan. Beberapa hal yang mendukung antara lain penerapan

penganggaran berbasis kinerja dan progres pembinaan dari Ditjen PP dan PL dan

Kementerian Kesehatan mulai meningkat. KKP merupakan Unit Pelaksana Teknis

RAK 2015 2019

4

(UPT) dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI sehingga tidak menjadi urusan

pemerintah daerah dan tidak berpengaruh terhadap gejolak politik di

daerah.Kedudukan dan perannya di daerah adalah sebagai institusi perwakilan

Kementerian Kesehatan yang melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan

prinsip-prinsip kesetaraan, koordinasi horizontal dan berpedoman pada ketentuan

yang berlaku.

Ancaman yang dihadapi adalah era globalisasi yang menyebabkan

semakin meningkatnya aktifitas di bandara, pelabuhan dan lintas batas darat

negara.Hal ini menyebabkan meningkatnya peluang transmisi penyakit potensial

wabah serta penyakit lainnya yang berpotensi menimbulkan kedaruratan

kesehatan yang meresahkan dunia. Tuntutan dari pengguna jasa akan percepatan

dan mutu pelayanan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan tidak optimalnya

proses pengawasan yang dikhawatirkan akan menyebabkan tidak terdeteksinya

penyakit karantina dan penyakit menular lainnya. Jejaring kerja dengan

pemerintah daerah juga belum optimal sehingga berpengaruh terhadap lemahnya

sistem deteksi, respon dan pelaporan terhadap masalah-masalah kedaruratan

kesehatan yang terjadi di wilayah kabupaten/kota yang secara epidemiologis

masalah tersebut berpotensi meresahkan dunia internasional.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas, maka diperlukan rencana aksi

kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinaang sebagai penjabaran dari rencana aksi

program PP dan PL yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam

melaksanakan program dan pelayanan kesehatan pelabuhan di wilayah kerjanya.

Disamping itu juga, diharapkan penyusunan dan pelaksanaan kegiatan/anggaran

KKP Kelas III Pangkalpinang dapat dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan

perundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab

dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.Rencana yang telah disusun

diharapkan dapat terlaksana sesuai tujuan.

C. DASAR HUKUM

1. UU Nomor : 1 Tahun 1962tentang Karantina Laut;

2. UU Nomor : 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara;

3. UU Nomor : 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;

4. UU Nomor : 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

5. UU Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

6. UU Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

RAK 2015 2019

5

7. PP Nomor:40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular;

8. International Health Regulation (IHR) 2005.

9. PP No. : 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi;

10. Inpres Nomor : 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang

untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi;

11. Permenkes Nomor : 356/MENKES/PER/IV/2008 Jo Permenkes Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011; tentang Organisasi dan Tata Kerja

KantorKesehatan Pelabuhan;

12. Kepmenkes Nomor : 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Kesehatan;

13. Keputusan Menkes No. : 1314/MENKES/SK/IX/2010 tentang Pedoman

Standarisasi SDM, Sarana dan Prasarana di Lingkungan KKP;

14. Keputusan Menkes No. : 612/MENKES/SK/V/2010 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Karantina Kesehatan pada Penanggulangan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia;

15. Kepmenkes Nomor : 949 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa;

16. Kepmenkes Nomor : 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman penyelenggaraan

Sistem Survailans Epidemiologi Kesehatan;

17. Kepmenkes Nomor : 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Survailans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

Terpadu;

18. Kepmenkes Nomor : 340 Tahun 1985 tentang Pembantuan Taktis Operasional

Satuan Organisasi Ditjen PPM & PLP Dalam Lingkungan Kerja Pelabuhan Laut

Utama Keppel ADPEL;

19. Keputusan Dirjen PPM & PLP 351 Tahun 1995 tentang Pencatatan dan

Laporan Kantor Kesehatan Pelabuhan;

20. Keputusan Dirjen PPM & PL No. 451 Tahun 1991 tentang Pedoman

Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa;

21. Standar Operasional Prosedur Nasional Kegiatan KKP di Pintu Masuk Negara;

22. International Health Regulation (IHR) 2005.

RAK 2015 2019

6

D. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Permenkes No.2348/Menkes/PER/XI/2011 tentang

perubahan atas Permenkes No.356/Menkes/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, maka Struktur Organisasi KKP Kelas III

Pangkalpinang sebagai berikut:

Gambar 1. STRUKTUR ORGANISASI KKP KELAS III PANGKALPINANG

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik

Indonesia Nomor: 356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

KKP, sebagaimana telah diubah dengan Permenkes RI Nomor 2348 tahun

2011 tentang Perubahan atas permenkes Nomor 356 tahun 2008, maka Struktur

Organisasi KKP Kelas III Pangkalpinang adalah sebagai berikut: Kepala Kantor,

Kasub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans

Epidemiologi, Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan

Lintas Wilayah, Instalasi, Wilayah Kerja, dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Menurut peta jabatan pegawai KKP Kelas III Pangkalpinang berjumlah 59 orang,

RAK 2015 2019

7

terdiri dari, Eselon III : 1 orang, Eselon IV : 3 orang, Jabatan fungsional tertentu: 3

orang, dan Jabatan fungsional umum : 51 orang.

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai KKP Kelas III Pangkalpinang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15.

Magister Kesehatan Magister Hukum Sarjana Kesehatan Masyarakat D.IV Keperawatan Dokter Umum Sarjana Ekonomi Teknik Informatika Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Akademi Perawat (AKPER) Akademi Analis Kesehatan ( AAK ) Akademi Farmasi ( AMF ) Management Informatika Komputer Akuntansi Analis Kepegawaian SMA sederajat

1 Orang 1 Orang

11 Orang 1 Orang 4 Orang 2 Orang 1 Orang

10 Orang 13 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 1 Orang 1 Orang 8 Orang

JUMLAH 58 Orang

E. WILAYAH KERJA

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkalpinang terdiri 6 Wilayah

Kerja. Gedung Kantor Induk dan Wilayah Kerja, KKP Kelas III Pangkalpinang

sebagai berikut :

Gedung Kantor Induk Lokasi : Jl. Yos Udarso No 47 Pangkalpinang 33115, dibangun tahun 1981,luas tanah 720 M2 luas bangunan 217 M2, status tanah milik PT. Pelindo (persero), status bangunan milik Kementerian Kesehatan RI

RAK 2015 2019

8

Gedung pelabuhan Laut TG. Pandan, Lokasi : Pelabuhan Tg. pandan, dibangun tahun1997, luas tanah 116 m2, luas bangunan 112 m2, status tanah milik PT. Pelindo (Persero), status bangunan milik Kementerian Kesehatan RI

Gedung Pelabuhan laut Manggar, lokasi Pelabuhan Manggar, dibangun tahun 2006, luas tanah 154 m2,luas bangunan 68 m2,status bangunan Kementerian Kesehatan, status tanah milik Kementerian Perhubungan

Gedung Pelabuhan laut Muntok,

lokasi Pelabuan Muntok, dibangun

tahun 2006, luas tanah 112 m2,

luas bangunan 65 M2, status tanah

milik PT. Pelindo (Persero)

Gedung Pelabuhan laut Belinyu

(Status masih menumpang dengan

KSOP (Kesyahbandaran dan

Otoritas pelabuhan

Belinyu/Kementerian

perhubungan)

RAK 2015 2019

9

Pos Wilayah Kerja Bandara Depati

Amir, Luas Ruang 5 m2,

kepemilikan tanah dan bangunan

PT. Angkasa Pura (Persero)

Gedung Pelabuhan Sungai Selan,

lokasi Pelabuan Sungai Selan, luas

tanah 50 M2,luas bangunan 45

m2status tanah dan bangunan milik

PT. Pelindo (Persero)

F. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah Propinsi di Indonesia yang

terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-

pulau kecil seperti pulau Lepar, Pongo, Mendanaw, dan pulau selat Nasik. Total

pulau yang telah bernama berjumlah 472 buah dan yang berpenghuni hanya 50

pulau. Bangka Belitung terletak di bagian Timur Pulau Sumatera, dekat dengan

Propinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung di kenal sebagai daerah penghasil

timah.

Bangka Belitung terdiri 7 daerah kabupaten/kota yaitu, Kabupaten Bangka,

Belitung, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung Timur dan

Pangkalpinang. Batas wilayah sebelah utara dengan laut Natuna, sebelah timur

selat Karimata, sebelah selatan dengan laut Jawa, Sebelah barat dengan selat

Bangka. Jumlah penduduk Babel (2010/ sebanyak 1.223.296 jiwa, terdiri dari laki-

laki 935.635.094 jiwa dan perempuan 588.202 jiwa dan luas wilayah 18.725,14

km2

RAK 2015 2019

10

1. Potensi dan Permasalahan di bidang Sumber Daya Manusia

Kuantitas jumlah SDM di KP Kelas III Pangkalpinang berjumlah 46 orang

yang tersebar di KKP induk dan beberapa Wilayah Kerja. Apabila melihat kondisi

ini jumlah tenaga yang ada masih kurang dibandingkan dengan jumlah wilayah

kerja dan beban kerja KKP kelas III Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada uraian di bawah ini.

Tabel 1.2 Data Pegawai menurut Pangkat/Golongan ruang KKP Kelas III Pangkalpinang

Tahun 2014

No Jenis Tenaga

Wilayah

Ind

uk

Tg

.Pan

da

n

Ma

ng

ga

r

Mu

nto

k

Beli

ny

u

Dep

ati

Am

ir

Su

ng

ai

Sela

n

Ju

mla

h

1 Golongan III

a. Penata Tk. I. III/d 1 - - 1 - - - 2

b. Penata, III/c 5 - - 1 - - - 6

c. Penata Muda Tk. I, III/b 4 - - - 1 1 - 6

d. Penata Muda, III/a 7 1 1 - - 1 1 11

3. Golongan II

a. Pengatur Tk. I, II/d 4 1 - 2 - - 1 7

b. Pengatur, II/c 7 2 1 - 1 1 1 13

c. Pengatur Muda Tk. II/b 1 1

Total 29 4 2 4 2 3 2 46

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, kuantitas pegawai di KKP Induk

sebesar 63%, Wilayah Kerja Tg. Pandan 8,7%, Manggar, Belinyu dan Sungai

Selan sebesar 4,3%, Muntok sebesar 8,7% dan Bandara Depati Amir sebesar

6,5%. Berdasarkan kriteria jumlah SDM yang harus tersedia dimasing-masing

wilayah kerja dengan asumsi minimal 5 orang, maka kekurangan SDM dimasing-

masing Wilker adalah Tg. Pandan kekurangan 1 tenaga, Manggar 3 tenaga,

Belinyu 3 tenaga, Depati Amir 2 tenaga dan Sungai Selan 3 tenaga.

Tabel 1.3 Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenis Tenaga dan Jenis Kelamin KKP Kelas II Pangkalpinang Per 31 Desember 2014

No Jenis Tenaga Laki-laki Perempuan

Jumlah Jumlah % Jumlah %

1. Struktural 4

54

0

46

4

2. JFT 3 0 3

3 JFU 18 21 39

Total 25 21 46

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa, persentase pegawai laki-laki

(54%) lebih besar jika dibandingkan dengan komposisi pegawai perempuan

(46%), tetapi perbedaan ini tidak terlalu signifikan.

RAK 2015 2019

11

Tabel 1.4 Distribusi Pegawai menurut tingkat pendidikan KKP Kelas III Pangkalpinang

Tahun 2014

No Pendidikan

Wilayah

Ind

uk

Tg

.Pa

nd

an

Ma

ng

ga

r

Mu

nto

k

Be

lin

yu

De

pa

ti

Am

ir

Su

ng

ai

Se

lan

Ju

mla

h

1 S2 2 - - - - - - 2

2 S1/D-IV 8 1 - 1 1 2 1 14

3 D-III 15 2 2 2 1 1 1 24

4 SLTA 4 1 - 1 - - - 6

Total 29 4 2 4 2 3 2 46

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, kualifikasi pendidikan S2

sebesar 6,5%, sarjana/D-IV sebesar 28%, D-III sebesar 55% dan setingkat SLTA

sebanyak 13%. Sedangkan untuk usulan kenaikan pangkat pegawai dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.5 Daftar Diklat Yang Diikuti Pegawai

KKP Kelas III Pangkalpinang Tahun 2014

No

Jenis Diklat

Penyelenggara Durasi Jumlah

Pegawai Yang Ikut

Lokasi

1 Diklat Karantina Ditjen PP & PL & TNI-AU 30 hari 2 Jakarta

2 BTCLS AGD 118 Dinkes DKI Jakarta

5 hari 3 Jakarta

3 Diklat TRC Penilaian Pelayanan Kesehatan

PPK 4 hari 1 Bandung

4 Fumigasi Kapal KKP Kelas I Tg Priok 7 hari 2 Jakarta

5 GIS Bapelkes Cikarang & PAEI 7 hari 2

Bekasi & Jakarta

6 Epidemiologi Ahli BBPK 14 hari 1 Jakarta

7 Sanitarian Ahli Bapelkes Cikarang 14 hari 2 Bekasi

8 TOT-SE faktor risiko PTM

Direktorat PTM 5 hari 1 Babel

Data diatas menunjukan bahwa, pelatihan BCTLS paling banyak diikuti oleh

pegawai yaitu sebanyak 3 orang. Untuk periode yang akan datang bagi pegawai

yang belum pernah mengikuti diklat teknis akan diupayakan untuk mengikuti

pelatihan-pelatihan dalam rangka menambah pengetahuan, keahlian dan demi

mewujudkan profesionalime SDM.

2. Potensi dan permasalahan di bidang pendanaan kegiatan

Untuk realisasi penyerapan anggaran tahun selama kurun waktu tahun 2013-

2014 terlihat pada tabel berikut :

RAK 2015 2019

12

Tabel 1.6 Perbandingan Realisasi Anggaran KKP Kelas III Pangkalpinang tahun 2013-2014

No Uraian Belanja

Pagu (Rp) dalam ribuan

Realisasi (Rp) dalam ribuan

2013 2014

2013 2014 Jumlah % Jumlah %

1 Pegawai 2.233.834.000 2.709.865.000 1.912.905.036 85,63 2.162.322.565 79.79

2 Barang 1.810.446.000 3.613.066.000 1.357.711.833 74,99 2.170.409.090 60.07

3 Modal 296.731.000 5.691.856.000 128.200.000 43,20 1.132.349.849 19.89

Total 4.083.043.000 12.014.787.000 3.398.816.869 83,24 5.465.081.504 45,48

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, terjadi kenaikan total pagu

anggaran dari tahun 2013 ke 2104 sebesar 66%. Realisasi belanja yang paling

besar yaitu belanja pegawai sebesar 79,79%, sedangkan realiasi belanja terkecil

yaitu belanja modal sebesar 19,89%. Rendahnya realisasi belanja modal

disebabkan oleh pembatalan realisasi pembangunan gedung KKP Kelas III

Pangkalpinang karena lokasi tanah yang hendak dibangun berada dalam kawasan

industri.

3. Potensi dan permasalahan di bidang sarana dan prasarana

Untuk dicapainya pelaksanaan kegiatan secara maksimal dibutuhkan sarana dan

prasarana yang memadai. Sarana yang ada di KKP Kelas III Pangkalpinang masih

minimal terutama, jumlah ambulan sebanyak 1 unit, belum adanya kualitas

pengukur udara baik di KKP induk maupun diwilayah kerja, sarana penunjang

laboratorium klinik, dan peralatan reaksi cepat dalam penanggulangan penyakit

menular. Untuk prasarana gedung juga belum maksimal baik luas maupun kondisi

gedung yang ada saat ini.

4. Potensi dan permasalahan di bidang pelaksanaan kegiatan

Potensi-potensi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu, ada sikap positif dari pengguna

jasa dalam mendukung pelaksanaan kegiatan yang menyangkut tugas dan fungsi

KKP Kelas III Pangkalpinang, sementara permasalahan yaitu, dalam pelaksanaan

kegiatan belum adanya Standar Operating Prosedure (SOP) yang baku. Hal ini

menjadi kendala dalam standarisasi pelaksanaan kegiatan.

5. Potensi dan permasalahan di bidang alat penunjang kegiatan

Untuk alat penunjang kegiatan dibidang pengendalian vektor dapat dikatakan

memadai, akan tetapi alat penunjang di bidang kesehatan lingkungan masih

RAK 2015 2019

13

minimal, seperti belum adanya alat untuk pengukuran kualitas udara, rapid test

untuk pemeriksaan kulitas air dan makanan.

G. Lingkungan Strategis

1. Lingkungan Strategis Nasional

Perkembangan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia ditandai dengan

adanya window opportunity di mana rasio ketergantungannya positif, yaitu jumlah

penduduk usia produktif lebih banyak dari pada yang usia non-produktif, yang

puncaknya terjadi sekitar tahun 2030. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun

2015 adalah 256.461.700 orang. Dengan laju pertumbuhan sebesar 1,19%

pertahun, maka jumlah penduduk pada tahun 2019 naik menjadi 268.074.600

orang.Jumlah wanita usia subur akan meningkat dari tahun 2015 yang

diperkirakan sebanyak 68,1 juta menjadi 71,2 juta pada tahun 2019. Dari jumlah

tersebut, diperkirakan ada 5 juta ibu hamil setiap tahun. Angka ini merupakan

estimasi jumlah persalinan dan jumlah bayi lahir, yang juga menjadi petunjuk

beban pelayanan ANC, persalinan, dan neonatus/bayi. Penduduk usia kerja yang

meningkat dari 120,3 juta pada tahun 2015 menjadi 127,3 juta pada tahun 2019.

Penduduk berusia di atas 60 tahun meningkat, yang pada tahun 2015 sebesar

21.6 juta naik menjadi 25,9 juta pada tahun 2019. Jumlah lansia di Indonesia saat

ini lebih besar dibanding penduduk benua Australia yakni sekitar 19 juta. Implikasi

kenaikan penduduk lansia ini terhadap sistem kesehatan adalah (1) meningkatnya

kebutuhan pelayanan sekunder dan tersier, (2) meningkatnya kebutuhan

pelayanan home care dan (3) meningkatnya biaya kesehatan.

Masalah penduduk miskin yang sulit berkurang akan masih menjadi masalah

penting. Secara kuantitas jumlah penduduk miskin bertambah, dan ini

menyebabkan permasalahan biaya yang harus ditanggung pemerintah bagi

mereka. Tahun 2014 pemerintah harus memberikan uang premium jaminan

kesehatan sebanyak 86,4 juta orang miskin dan mendekati miskin. Data BPS

menunjukkan bahwa ternyata selama tahun 2013 telah terjadi kenaikan indeks

kedalaman kemiskinan dari 1,75% menjadi 1,89% dan indeks keparahan

kemiskinan dari 0,43% menjadi 0,48%. Hal ini berarti tingkat kemiskinan penduduk

Indonesia semakin parah, sebab semakin menjauhi garis kemiskinan, dan

ketimpangan pengeluaran penduduk antara yang miskin dan yang tidak miskin pun

semakin melebar.

RAK 2015 2019

14

Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu indikator yang

menentukan Indeks Pembangunan Manusia. Di samping kesehatan, pendidikan

memegang porsi yang besar bagi terwujudnya kualitas SDM Indonesia. Namun

demikian, walaupun rata-rata lama sekolah dari tahun ke tahun semakin

meningkat, tetapi angka ini belum memenuhi tujuan program wajib belajar 9 tahun.

Menurut perhitungan Susenas Triwulan I tahun 2013, rata-rata lama sekolah

penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 8,14 tahun. Keadaan tersebut

erat kaitannya dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS), yakni persentase jumlah

murid sekolah di berbagai jenjang pendidikan terhadap penduduk kelompok usia

sekolah yang sesuai.

Disparitas Status Kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan

masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat

sosial ekonomi, antar kawasan, danantar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.

Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan termiskin hampir

empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan

angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur

Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase

anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah pedesaan lebih tinggi

dibandingkan daerah perkotaan.

Disparitas Status Kesehatan Antar Wilayah. Beberapa data kesenjangan

bidang kesehatan dapat dilihat pada hasil Riskesdas 2013. Proporsi bayi lahir

pendek, terendah di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,7%) atau

tiga kali lipat dibandingkan yang terendah. Kesenjangan yang cukup

memprihatinkan terlihat pada bentuk partisipasi masyarakat di bidang kesehatan,

antara lain adalah keteraturan penimbangan balita (penimbangan balita >4 kali

ditimbang dalam 6 bulan terakhir). Keteraturan penimbangan balita terendah di

Provinsi Sumatera Utara (hanya 12,5%) dan tertinggi 6 kali lipat di Provinsi DI

Yogyakarta (79,0%). Ini menunjukkan kesenjangan aktivitas Posyandu antar

provinsi yang lebar. Dibandingkan tahun 2007, kesenjangan ini lebih lebar, ini

berarti selain aktivitas Posyandu makin menurun, variasi antar provinsi juga

semakin lebar.

Upaya imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang masih

terkendala oleh wilayah dan kondisi geografis. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013,

persentase imunisasi dasar lengkap di perkotaan lebih tinggi (64,5%) daripada di

perdesaan (53,7%).Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai

RAK 2015 2019

15

82,7% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Dari data rutin

cakupan imunisasi dasar lengkap, persentase lebih tinggi terdapat di wilayah

bagian barat dibanding wilayah timur.

Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Menurut peta jalan

menuju Jaminan Kesehatan Nasional ditargetkan pada tahun 2019 semua

penduduk Indonesia telah tercakup dalam JKN (Universal Health Coverage -

UHC). Diberlakukannya JKN ini jelas menuntut dilakukannya peningkatan akses

dan mutu pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat pertama

maupun fasilitaskesehatan tingkat lanjutan, serta perbaikan sistem rujukan

pelayanan kesehatan. Untuk mengendalikan beban anggaran negara yang

diperlukan dalam JKN memerlukan dukungan dari upaya kesehatan masyarakat

yang bersifat promotif dan preventif agar masyarakat tetap sehat dan tidak mudah

jatuh sakit. Perkembangan kepesertaan JKN ternyata cukup baik. Sampai awal

September 2014, jumlah peserta telah mencapai 127.763.851 orang (105,1% dari

target). Penambahan peserta yang cepat ini tidak diimbangi dengan peningkatan

jumlah fasilitas kesehatan, sehingga terjadi antrian panjang yang bila tidak segera

diatasi, kualitas pelayanan bisa turun.

Kesetaraan Gender. Kualitas SDM perempuan harus tetap perlu ditingkatkan,

terutama dalam hal: (1) perempuan akan menjadi mitra kerja aktif bagi laki-laki

dalam mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik; dan (2)

perempuan turut mempengaruhi kualitas generasi penerus karena fungsi

reproduksi perempuan berperan dalam mengembangkan SDM di masa

mendatang. Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) Indonesia telah meningkat dari

63,94 pada tahun 2004 menjadi 68,52 pada tahun 2012. Peningkatan IPG tersebut

pada hakikatnya disebabkan oleh peningkatan dari beberapa indikator komponen

IPG, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kelayakan hidup.

Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa. Pada bulan Januari 2014 telah

disahkan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Sejak itu, maka setiap desa dari

77.548 desa yang ada, akan mendapat dana alokasi yang cukup besar setiap

tahun. Dengan simulasi APBN 2015 misalnya, ke desa akan mengalir rata-rata Rp

1 Miliar. Kucuran dana sebesar ini akan sangat besar artinya bagi pemberdayaan

masyarakat desa. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pengembangan

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) akan lebih mungkin

diupayakan di tingkat rumah tangga di desa, karena cukup tersedianya

sarana¬sarana yang menjadi faktor pemungkinnya (enabling factors).

RAK 2015 2019

16

Menguatnya Peran Provinsi. Dengan diberlakukannya UU Nomor 23 tahun

2014 sebagai pengganti UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Provinsi selain berstatus sebagai daerah juga merupakan wilayah administratif

yang menjadi wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan yang telah diatur oleh

Menteri Kesehatan, maka UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

yang baru ini telah memberikan peran yang cukup kuat bagi provinsi untuk

mengendalikan daerah-daerah kabupaten dan kota di wilayahnya. Pengawasan

pelaksanaan SPM bidang Kesehatan dapat diserahkan sepenuhnya kepada

provinsi oleh Kementerian Kesehatan, karena provinsi telah diberi kewenangan

untuk memberikan sanksi bagi Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelaksanaan

SPM.

Berlakunya Peraturan Tentang Sistem Informasi Kesehatan. Pada tahun 2014

juga diberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tentang Sistem Informasi

Kesehatan (SIK). PP ini mensyaratkan agar data kesehatan terbuka untuk diakses

oleh unit kerja instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola SIK

sesuai dengan kewenangan masing-masing.

2. Lingkungan Strategis Regional

Saat mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif pada

tanggal 1 Januari 2016.Pemberlakukan ASEAN Community yang mencakup total

populasi lebih dari 560 juta jiwa, akan memberikan peluang (akses pasar)

sekaligus tantangan tersendiri bagi Indonesia. Implementasi ASEAN Economic

Community, yang mencakup liberalisasi perdagangan barang dan jasa serta

investasi sektor kesehatan. Perlu dilakukan upaya meningkatkan daya saing

(competitiveness) dari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan dalam negeri.

Pembenahan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik dari segi

sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya, maupun dari segi

manajemennya perlu digalakkan. Akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan

(Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) harus dilakukan secara serius,

terencana, dan dalam tempo yang tidak terlalu lama.

Hal ini berkaitan dengan perjanjian pengakuan bersama (Mutual Recognition

Agreement - MRA) tentang jenis-jenis profesi yang menjadi cakupan dari mobilitas.

Dalam MRA tersebut, selain insinyur, akuntan, dan lain-lain, juga tercakup tenaga

medis/dokter, dokter gigi, dan perawat. Tidak tertutup kemungkinan di masa

mendatang, akan dicakupi pula jenis-jenis tenaga kesehatan lain.Betapa pun,

RAK 2015 2019

17

daya saing tenaga kesehatan dalam negeri juga harus ditingkatkan. Institusi-

institusi pendidikan tenaga kesehatan harus ditingkatkan kualitasnya melalui

pembenahan dan akreditasi.

3. Lingkungan Strategis Global

Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs)

pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai

pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangikemiskinan dan meningkatkan

pembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan

program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17

goals. Dalam bidang kesehatan fakta menunjukkan bahwa individu yang sehat

memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat

berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.

Pemberantasan malaria telah berhasil memenuhi indikator MDG’s yaitu API <

1 pada tahun 2015.Pada SDG’s pemberantasan malaria masuk dalam goals ke

3.3 yaitu Menghentikan epidemi AIDS, Tuberkulosis, Malaria dan Penyakit

Terabaikan serta Hepatitis, Water Borne Diseases dan Penyakit menular lainnya.

Aksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau. Framework

Convention on Tobacco Control (FCTC) merupakan respon global yang paling

kuat terhadap tembakau dan produk tembakau (rokok), yang merupakan

penyebab berbagai penyakit fatal. Sampai saat ini telah ada sebanyak 179 negara

di dunia yang meratifikasi FCTC tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara

penggagas dan bahkan turut merumuskan FCTC. Akan tetapi sampai kini justru

Indonesia belum mengaksesinya. Sudah banyak desakan dari berbagai pihak

kepada Pemerintah untuk segera mengaksesi FCTC. Selain alasan manfaatnya

bagi kesehatan masyarakat, juga demi menjaga nama baik Indonesia di mata

dunia.

Liberalisasi perdagangan barang dan jasa dalam konteks WTO -

Khususnya General Agreement on Trade in Service, Trade Related Aspects on

Intelectual Property Rights serta Genetic Resources, Traditional Knowledge and

Folklores (GRTKF) merupakan bentuk-bentuk komitmen global yang juga perlu

disikapi dengan penuh kehati-hatian. Prioritas yang dilakukan adalah

mempercepat penyelesaian MoU ke arah perjanjian yang operasional sifatnya,

sehingga hasil kerjasama antar negara tersebut bisa dirasakan segera.

RAK 2015 2019

18

Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty Agenda/GHSA)

dicanangkan di Washington DC dan Gedung PBB Genewa secara bersamaan

pada tanggal 13 Februari 2014. PertemuanGHSA pertamadilaksanakan pada

tanggal 5-6 Mei 2014diHelsinki,Finlandia. Pada awalnya, inisiatif GHSA digagas

oleh Amerika Serikat dan negara-negara maju dengan melibatkan multi-

stakeholders dan multi-sektoral. Selain itu juga dukung badan-badan dunia

dibawah PBB diantaranya World Health Organisation (WHO), Food and

Agriculture Organisation (FAO), dan World Organisation for Animal Health(OIE).

Di Helsinki, GHSA membahas rancangan GHSA Action Packagesand

Commitments yang diharapkan dapat dijadikan rujukan bersama di tingkat global

dalam mengatasi ancaman penyebaran penyakit infeksi. Komitmen ini antara lain

juga dimaksudkan untuk memperkuat implementasi International Health

Regulation-IHR yang telah dicanangkan WHO sebelumnya

Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty

Agenda/GHSA)juga sebagai bentuk komitmen dunia yang telah mengalami dan

belajar banyak dalam menghadapi musibah wabah penyakit menular berbahaya

seperti wabah Ebola yang telah melanda beberapa negara Afrika, Middle East

Respiratory Syndrome (MERS-Cov) di beberapa negara Timur Tengah, flu H7N9

khsusunya di Tiongkok, flu babi di Meksiko, flu burung yang melanda di berbagai

negara, dan wabah flu Spanyol tahun 1918. Rangkaian kejadian tersebut seakan

menegaskan bahwa wabah penyakit menular berbahaya tidak hanya mengancam

negara yang bersangkutan, namun juga mengancam kesehatan masyarakat

negara lainnya termasuk dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya.

Termasuk elemen penting dari GHSA adalah zoonosis.Sebagai bentuk dari

perwujudan atas elemen penting (komitmen) tersebut, Pemerintah Indonesia, yang

dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,

Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pertanian membahas lebih jauh

berbagai aspek dari penyakit zoonosis dalam kaitan pencegahan, pendeteksian

lebih dini, dan upaya merespon atas munculnya ancaman dari penyakit tersebut.

RAK 2015 2019

19

BAB II TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

A. TUJUAN

Rencana Aksi Kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang mendukung

pelaksanaan Rencana Aksi Program Ditjen PP dan PL yang melaksanakan visi

dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya

untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim

dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri

sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan

sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang

ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

RAK 2015 2019

20

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang mendukung Program PP dan PL yang

mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita

terutama terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui

upaya preventif dan promotif.

Tujuan kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang merujuk pada dua tujuan

Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status

kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan

perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome).

Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai

adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP

2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran

hidup.

3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.

4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan

perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan,

maka ukuran yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan

setelah memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%

2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari

6,80 menjadi 8,00.

RAK 2015 2019

21

Dukungan KKP Kelas III Pangkalpinang dalam pencapaian tujuan Ditjen PP dan

PL yaitu terselenggaranya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui pelaksanaan kegiatan pada

program:

1. Pembinaan surveilans, imunisasi, karantina dan kesehatan matra.

2. Pengendalian penyakit menular langsung.

3. Pengendalian penyakit bersumber binatang

4. Pengendalian penyakit tidak menular.

5. Penyehatan lingkungan

6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program

PP dan PL

B. SASARAN STRATEGIS

Sasaran Strategis Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkalpinang

dalam Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 merupakan sasaran strategis sesuai

dengan Rencana Aksi Program Ditjen P2PL yang disesuaikan dengan tugas pokok

dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan.

1. Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra

Sasaran dari kegiatan ini yaitu, menurunkan angka kesakitan akibat

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan surveilans,

karantina kesehatan, dan kesehatan matra. Untuk mencapai sasaran

tersebut KKP Kelas III Pangkalpinang menguraikan pada beberapa indikator

capaian kegiatan:

a. Peningkatan sinyal kewaspadaan dalam sistem kewaspadaan dini yang

direspon, melalui:

1) Pengumpulan dan analisa data kunjungan penyakit potensial wabah dari

poliklinik KKP/non KKP.

2) Mengupdate secara rutin informasi terkini perkembangan penyakit dari

berbagai negara yang disebarluaskan ke wilayah kerja.

RAK 2015 2019

22

3) Mempublikasi secara rutin laporan penerbitan ICV calon jemaah umroh

ke Kab/Kota Provinsi Kep. Bangka Belitung

b. Peningkatan upaya pengendalian faktor risiko pada wilayah dengan kondisi

matra, melalui:

1) Pelaksanaan pelayanan posko kesehatan arus mudik/balik lebaran di

pintu masuk negara

2) Pengendalian aktor risiko pada situasi khusus SAIL Indonesia

3) Pengendalian faktor risiko pada keberangkatan dan kedatangan jemaah

haji di pintu masuk negara.

c. Pengawasan alat angkut sesuai standar kekarantinaan kesehatan, melalui

1) Penerbitan certificate of pratique sesuai standar kekarantinaan

2) Penerbitan PHQC sesuai standar kekarantinaan kesehatan

d. Pengendalian faktor risiko KKM pada lingkungan di pintu masuk

1) Pengawasan kedatangan dan keberangkatan penumpang di pintu masuk

2) Pengawasan kedatangan dan keberangkatan anak buah kapal di pintu

masuk

3) Mengidentifikasi faktor risiko KKL pada pintu masuk negara

e. Pengawasan lalu lintas alat angkut/orang/barang melalui penerbitan

dokumen karantina kesehatan sesuai dengan ketentuan melalui;

1) Penerbitan ICV pada pelaku perjalanan international

2) Penerbitan surat layak terbang pada pelaku perjalanan domestik

3) Penerbitan surat izin angkut jenazah

4) Penerbitan dokumen SSCEC/SSCC pada alat angkut

f. Peningkatan kesiapsiagaan dalam penanggulangan KKM di pintu masuk

melalui:

1) Membangun jejaring kerja lintas program/lintas sektor dan stakeholder

penanggulangan KKM di pintu masuk negara

2) Meningkatkan kapasitas kemampuan petugas dalam pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi di pintu masuk negara.

3) Pembuatan dokumen rencana kontijensi penanggulangan KKM di pintu

masuk negara

RAK 2015 2019

23

2. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Sasaran Program Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) adalah

meningkatnya pencegahahan dan penanggulangan penyakit bersumber

binatang. Untuk mencapai sasaran tersebut KKP Kelas III Pangkalpinang

menguraikan pada indikator capaian kegiatan yaitu Pencegahan dan

penanggulangan penyakit bersumber binatang, melalui:

a. Pengendalian vektor tikus dan pinjal di pelabuhan dan bandara

b. Pengendalian nyamuk aedes aeghypti di pelabuhan dan bandara

c. Pengendalian vektor dan binatang penggangu di wilayah induk dan wilayah

kerja

3. Pengendalian Penyakit Menular Langsung

Sasaran Program Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) adalah

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular

langsung. Untuk mencapai sasaran tersebut KKP Kelas III Pangkalpinang

menguraikan pada indikator capaian kegiatan yaitu menurunya angka

kesakitan dan kematian akibat penyakit menular langsung, melalui:

a. Melaksanakan survey penyakit menular langsung

b. Sosialisasi penyakit menular potensial wabah ke masyarakat

pelabuhan/bandara.

4. Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Sasaran Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular adalah menurunnya

angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular;

meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular,

melalui:

a. Sosialisasi kawasan (pelabuhan dan bandara) tanpa asap rokok

b. Deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di pelabuhan/bandara

5. Penyehatan Lingkungan

Sasaran Program Penyehatan Lingkungan adalah meningkatnya penyehatan

dan pengawasan kualitas lingkungan, melalui:

a. Pengawasan hygiene sanitasi TPM di lingkungan pelabuhan dan bandara

b. Pengawasan hygiene sanitasi TTU di lingkungan pelabuhan dan bandara

RAK 2015 2019

24

c. Pengawasan kualitas air di wilayah pelabuhan dan bandara

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Sasaran dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya adalah

meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya, melalui:

a. Penyusunan rencana aksi kegiatan

b. Penyusunan rencana anggaran

c. Penyusunan rencana target pagu PNBP

d. Penyusunan laporan tahunan

e. Penyusunan laporan keuangan

f. Pengelolaan aset negara (BMN)

g. Pelayanan administrasi kepegawaian

h. Pelayanan gaji dan tunjangan

i. Penyelenggaraan operasional kantor

j. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

RAK 2015 2019

25

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN A. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019

merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang

Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran,

kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggi dapat terwujud, melalui terciptanya

masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang

hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tinggi di seluruh wilayah Indonesia.

Sasaraan pembangunan kesehatan yang akan dicapai tahun 2025 adalah

meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukan oleh meningkatnya

Umur Harapan Hidup, menurunya angka kematian bayi, menurunnya angka

kematian ibu, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Untuk mencapai

tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, strategi pembangunan kesehatan

2005-2025 yaitu; 1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan, 2)

pemberdayaan masyarakat dan daerah, 3) pengembangan upaya dan

pembiayaan kesehatan, 4) pengembangan dan pemberdayaan SDMK dan, 5)

penanggulangan keadaan darurat kesehatan.

Arah kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019, KKP Kelas III

Pangkalpinang, tidak terlepas dari arah kebijakan unit utama Ditjen PP dan PL

Kemenkes, yaitu :

1. Peningkatan SE faktor risiko penyakit

2. Peningkatan perlindungan keompok berisiko

3. Peningkatan kualitas kesling dan pengendalian faktor risiko lingkungan

4. Penatalaksanaan kasus dan pemutusan mata rantai penularan

5. Pencegahan dan penanggulangan KLB/wabah

6. Pemberdayaan dan peningkatan pengetahuan masyarakat

RAK 2015 2019

26

Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada pelayanan kesehatan

optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif dalam rangka

pengendalian penyakit

B. STARTEGI

Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019, KKP Kelas III Pangkalpinang,

meliputi

1. Meningkatkan kegiatan Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra

2. Meningkatkan kegiatan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

3. Meningkatkan kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung

4. Meningkatkan kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

5. Meningkatkan kegiatan Penyehatan Lingkungan

6. Meningkatkan kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya

7. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu SDMK di Wilayah Kerja

8. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

9. Menguatkan Manajemen dan Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi

10. Meningkatkan koordinasi, dan komunikasi baik lintas program maupun lintas

sektoral

11. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam kemandirian kesehatan

C. KERANGKA REGULASI

Pelaksanaan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) ini tidak terlepas dari regulasi-

regulasi baik bersifat nasional maupun global. Kerangka regulasi yang

dipergunakan dalam implementasi RAK ini yaitu, regulasi yang berlaku

disesuaikan dengan fungsi regulasi itu, yaitu : Undang-undang, Peraturan

pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Menteri dan

aturan Juklak dan Juknis dalam lingkup Ditjen PP dan PL Kemkes RI dan Reguasi

Internasional seperti IHR tahun 2015 dan lain-lain.

RAK 2015 2019

27

D. KERANGKA KELEMBAGAAN

Dalam melaksanakan RAK ini tidak terlepas dari Renstra 2015-2019, oleh

karena itu kerangka kelembagaan tidak terlepas dari kerangka kelembagaan

intitusi induk sebagai bagian integral dari Kemkes. Kerangka Kelembagaan Satker

KKP Kelas III Pangkalpinang yaitu, 1) penguatan pemantauan, pengendalian,

pengawasan, pembinaan dan evaluasi Tupoksi, 2) Pembenahan SDMK,

manajemen dan informasi kesehatan dan 3) penguatan cegah tangkal penyakit

menular dan peningkatan fungsi identifikasi faktor risiko.

RAK 2015 2019

28

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Memperhatikan Renstra Kementerian Kesehatan , ujuan, arah, kebijakan dan

Strategi Ditjen PP dan PL serta Renaca Aksi Program (RAP) ditjen PP dan PL,

maka target kinerja dan kerangka pendanaan KKP Kelas III Pangkalpinang tahun

2015-2019.

A. TARGET KINERJA

Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur

secara berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2019. Sasaran kinerja dihitung

secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2019.

Sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dalam

Rencana Aksi Kegiatan ditetapkan dengan merujuk pada sasaran yang ditetapkan

dalam Rencana Aksi Program Ditjen P2Pl serta memperhatikan tugas pokok dan

fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan, dengan indikator kinerja kegiatan.

1. Persentase sinyal kewaspadaan dalam sistem kewaspadaan dini yang

direspon sebesar 95%; Untuk mencapai target tersebut, maka laporan

kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Penumpulan data kunjungan penyakit potensial wabah dari poliklinik

KKP/non KKP yang dianalisa.

b. Penyebarluasan Informasi terkini perkembangan penyakit dari berbagai

negara ke wilayah kerja.

c. Mempublikasikan laporan penerbitan ICV yang ke kabupaten/kota.

2. Persentase upaya pengendalian faktor pada wilayah dengan kondisi matra

lapangan sebesar 100%; Untuk mencapai target tersebut, maka kegiatan

yang dilakukan adalah:

a. Upaya kesehatan untuk mengurangi potensi risiko pada lokasi SAIL.

b. Upaya kesehatan untuk mengurangi potensi resiko pada arus mudik di

pintu masuk negara.

c. Upaya kesehatan untuk mengurangi potensi resiko pada CJHI di

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

RAK 2015 2019

29

3. Persentase alat angkut/orang/barang di Pelabuhan/bandara yang

diberikan dokumen karantina kesehatan sesuai dengan ketentuan sebesar

100%. Untuk mencapai target tersebut, maka kegiatan yang dilakukan

adalah:

a. Penerbitan ICV pada pelaku perjalanan internasional sesuai dengan

ketentuan.

b. Penerbitan surak layak terbang pada pelaku perjalanan domestik sesuai

dengan ketentuan.

c. Penerbitan surat izin angkut jenazah sesuai dengan ketentuan.

d. Penerbitan dokumen SSCEC/SSCC pada alat angkut sesuai dengan

ketentuan.

e. Penerbitan dokumen P3K pada alat angkut sesuai dengan ketentuan.

4. Persentase lingkungan sehat, aman, dan terkendali dari faktor risiko KKM

di pintu masuk negara sebesar 90%. Untuk mencapai target tersebut, maka

kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Pengawasan kedatangan dan keberangkatan penumpang di pintu

masuk

b. Pengawasan kedatangan dan keberangkatan anak buah kapal di pintu

masuk

c. Identifikasi faktor risiko KKM di pintu masuk

5. Persentase rencana kontijensi kedaruratan kesehatan masyarakat di pintu

masuk negara. Untuk mencapai target.

a. Peningkatan kapasitas petugas di pintu masuk negara

b. Penyusunan dokumen rencana kontijensi penanggulangan KKM di pintu

masuk negara.

6. Persentase pelabuhan dan bandara yang melakukan pengendalian vektor

terpadu sebesar 100%.

7. Persentase pelabuhan dan bandara yang melaksanakan kegiatan skrining

PTM sebesar 100%.

8. Persentase pelabuhan dan bandara sehat sebesar 57%.

9. Persentase program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya KKP Kelas III Pangkalpinang yang mendukung penilaian SAKIP

RAK 2015 2019

30

dengan hasil minimal AA sebsar 100%. Untuk mencapai target tersebut,

maka kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Perencanaan anggaran tanpa blokir.

b. Penyampaian laporan yang terverifikasi dengan tepat waktu.

c. Pelayanan administrasi kepegawaian.

d. Pelayanan kerumahtanggaan.

e. Pengelolaan BMN

f. Pengadaan barang dan jasa.

g. Penyusunan laporan keuangan tepat waktu dan sesuai dengan

ketentuan.

h. Penyusunan laporan realisasi penggunaan PNBP sesuai dengan aturan

yang berlaku.

i. Penyusunan dokumen perbendaharaan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

10. Persenatse peningkatan sarana dan prasarana KKP Kelas III Pangkalpinang

untuk memenuhi standar sebesar 100%

B. KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan Kementerian Kesehatan meliputi peningkatan

pendanaan dan efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan

dilakukan melalui peningkatan proporsi anggaran kesehatan secara signifikan

sehingga mencapai 5% dari APBN pada tahun 2019. Peningkatan pendanaan

kesehatan juga melalui dukungan dana dari Pemerintah Daerah, swasta dan

masyarakat serta sumber dari tarif/pajak maupun cukai. Guna meningkatkan

efektifitas pendanaan pembangunan kesehatan maka perlu mengefektifkan peran

dan kewenangan Pusat-Daerah, sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan

Pusat-Daerah dan pengelolaan DAK yang lebih tepat sasaran.

Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan maka

pendanaan kesehatan diutamakan untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan

kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jaminan Kesehatan Nasional,

penguatan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil,

kepulauan dan perbatasan, penguatan sub-sub sistem dalam Sistem Kesehatan

Nasional untuk mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita,

RAK 2015 2019

31

peningkatan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit dan serta penyehatan

lingkungan.

Untuk mendukung capaian target yang telah direncanakan sumber dana

berasal dari pendanaan Program PP dan PL. Sesuai dengan kebijakan

pemerintah, alokasi anggaran untuk kantor Kesehatan Pelabuhan melalui

mekanisme Dekon TP secara bertahap akan dilakukan melalui mekanisme Kantor

Daerah (KD) dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

dengan tetap memperhatikan target prioritas nasional bidang PP dan PL.

Sumber pendanaan kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang berasal dari dana

program PP dan PL dalam kurun waktu 5 tahun mendatang masih tertumpu pada

APBN (rupiah murni).

RAK 2015 2019

32

BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi yang akan diimplemenatsikan

dalam RAK tahun 2015-2019 yaitu dengan mekanisme periode pemantauan dan

evaluasi bulanan, triwulan, semester dan tahunan, hal ini dilakukan untuk

mengetahui keberhasilan pelaksanaan program dan melakukan perbaikan-

perbaikan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan efektif dan efisien.

Maka dalam melakukan pemantauan dan evaluasi peran Kepala Satker

dan perangkat-perangkat sebagai penanggung jawab masing-masing teknis dan

unsur manajemen keuangan dan SDMK sangat diperlukan, untuk itu agenda-

agenda pemantauan dan evaluasi harus disusun secara optimal.

Dokumen pemantauan dan evaluasi juga diperlukan untuk perencanaan

RAK periode berikutnya sehingga keberhasilan dan kelemahan pelaksanaan

kegiatan dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di masa yang

akan datang.

RAK 2015 2019

33

BAB VI PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan tahun 2015-2019 ini disusun untuk menjadi acuan

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan di KKP Kelas III

Pangkalpinang dalam periode lima tahun kedepan (2015-2019)